Download - Pembahasan Makalah Etika Profesi Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, manusia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap
lingkungan. Karena antara manusia dengan komponen-komponen lingkungan,
memiliki hubungan timbal-balik yang sangat menguntungkan, tetapi dapat pula
menimbulkan suatu kerugian.
Dengan berkembangnya jaman, pemanfaatan pada lingkungan semakin banyak,
sedangkan pasokannya akan semakin berkurang. Dampak positif yang didapat tidak
dalam jumlah yang besar, karena semakin majunya suatu negara, pencemaran yang
dilakukan semakin besar, dan penanganan yang tepat untuk menanggulanginya tidak
mencapai seluruhnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, maka setiap negara, terutama Indonesia, membuat
suatu standarisasi dan sertifikasi kompetensi pada berbagai sektor, salah satunya
lingkungan. Standarisasi ini dapat menjadikan sebuah acuan pasti bagi manusia akan
penyelenggaraan suatu kegiatan, bagaimana seharusnya sebuah proses berjalan, juga
untuk menunjang mutu suatu produk yang dihasilkan dari sebuah proses.
Metoda standar analisis ini juga dibutuhkan oleh seorang analis kimia di ruang
lingkup pekerjaannya yang tentunya tidak jauh dari bidang analisis. Oleh karena itu
dalam pengerjaannya membutuhkan pengetahuan lebih lanjut dan mendalam mengenai
berbagai macam metoda standar analisis dalam berbagai aspek, seperti makanan,
perikanan, instrumen, farmasi, lingkungan, perkebunan, dan pertanian. Pada
kesempatan ini kami akan mencoba memaparkan tentang metoda analisis di bidang
lingkungan. Standar analisis yang akan dijelaskan terdiri dari SNI ( Standar Nasional
Indonesia), UNEP (United Nation Environment Program), dan ISO (International
Organization of Standarization). Selain itu dibutuhkan pula pemahaman terkait
dengan etika profesi diantaranya dengan memahami metoda standar dalam
manajemen lingkungan.
Standar mutu tersebut tidak hanya untuk skala nasional tapi internasional. Karena
daya saing semakin pesat pertumbuhannya. Apabila tidak dapat meningkatkan
kompetensi maka tidak akan bisa bersaing dengan produsen lain.
1 | P a g e
Pembuatan makalah ini didasarkan untuk mengetahui standar kompetensi yang
dimiliki, supaya masyarakat Indonesia tidak kalah untuk bersaing dalam dunia kerja
dengan masyarakat asing. Juga untuk membandingkan standar kompetensi yang
dimiliki dan menjadi acuan di Indonesia, dengan standar kompetensi dengan skala
Internasional. Untuk mengetahui standar kompetensi manakah yang seharusnya
menjadi standar mutu terbaik yang diberlakukan untuk Indonesia maupun negara lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja standar kompetensi yang dibuat baik skala Nasional maupun skala
Internasional dalam bidang lingkungan?
2. Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam standar tersebut?
1.3 Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah maka penulis dapat dibatasi pada :
1. Metode standar pada lingkungan yang berlaku baik di Indonesia maupun di dunia
2. Metoda uji yang terkait pada lingkungan
1.4 Tujuan
1. Dapat mengetahui metoda standar apa saja yang digunakan untuk menjadi acuan
dalam bidang lingkungan, baik secara Nasional maupun Internasional
2. Dapat mengetahui berbagai macam metoda uji yang terkait dalam bidang
lingkungan
3. Memberikan pemahaman yang mendalam dan informasi lebih lanjut kepada
mahasiswa/i 2A Analis Kimia tentang berbagai macam standar/metoda yang
berhubungan dengan lingkungan.
1.5 Metode Penelitian
1. Jelajah internet
Melakukan pencarian data maupun artikel yang dapat menjadi pembahasan dalam
makalah untuk dijadikan sebuah acuan dalam pencarian di internet.
2 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi matahari, serta flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah
maupun dalam lautan dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan
bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotok adalah
segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi, dll.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Lingkungan di indonesia di atur dalam perundang-undangan, seperti lingkungan hidup
diatur dalam undang-undang no. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Menurut undang-undang ini definisi dari lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Dalam mengelola suatu lingkungan terdapat standar atau tatacara dalam mengelola
lingkungan tersebut agar lingkungan tersebut tidak terjadi kerusakan dan pencemaran yang
dapat menghilangkan lingkungan tersebut.
3 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
Ada beberapa standar yang mengatur pengelolaan lingkungan baik yang berlaku
secara nasional maupun standar yang berlaku secara internasional. Standar-standar tersebut
diantaranya adalah ISO, SNI, dan UNEP.
3.1 ISO (International Organization for Standarization)
ISO adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti sama (Suardi,
2003). Pertama kali ISO didirikan di Jenewa, Swiss, pada tahun 1947. ISO merupakan
singkatan dari International Organization for Standardization. ISO adalah badan standar
dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan
perubahan barang dan jasa. ISO dapat disimpulkan sebagai koordinasi standar kerja
internasional, publikasi standar harmonisasi internasional, dan promosi pemakaian standar
internasional. Pada intinya, ISO bertujuan untuk mengharmonisasi standar-standar nasional di
masing-masing negara menjadi satu standar internasional yang sama. (Rabbit & Bergh, 1994).
Seiring dengan perkembagan industri yang semakin pesat saat ini membuat persaingan
semakin ketat antar perusahaan yang ada didunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi
yang terbaik. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu
manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Seiring perkembangan
industri yang semakin maju perusahaan juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik,
baik dalam produk maupun jasa yang dihasilkan, tetapi tidak melupakan dampak lingkungan
yang terjadi dari segala aktivitas perusahaan.
Dalam suatu perusahaan terdapat suatu sistem manajemen yang menyangkut tentang
menajemen lingkungan yang lebih dikenal dengan sistem manajemen lingkungan (SML).
Sistem manajemen lingkungan adalah suatu kerangka acuan yang merupakan kumpulan dari
keseluruhan sistem manajemen termasuk struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tangung
jawab, praktik, prosesdur, proses dan sumber daya untuk membuat, menerapkan, mencapai,
menkasi dan memelihara kebijakan lingkungan.
Dengan memenuhi keinginan konsumen perusahaan berorientasi pada kualitas produk
yang dihasilkan dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar salah satunya yaitu ISO
4 | P a g e
9001. Perusahaan yang menerapkan ISO 9001 memastikan karakteristik yang diinginkan dari
produk dan layanan seperti kualitas, keamanan, keandalan, dan efisiensi.
Untuk memenuhi tuntutan pelanggan sekaligus menghindari pencemaran lingkungan,
perusahaan dapat mengadopsi standar ISO 9001 serta ISO 14001 secara terintegrasi. Dalam
standar ISO 9001 membahas bagaimana tata kelola perusahaan agar menghasilkan produk
yang bermutu. Sedangkan ISO 14001 membahas dan menjelaskan bagaimana tata kelola
perusahaan agar menghasilkan produk dan proses produksi yang ramah lingkungan. Kedua
standar ini memiliki kesamaan prinsip dan teknik manajemen (Zeng et al, 2005).
I. ISO 9001
Standar ISO 9001 merupakan suatu standar yang melingkupi standar kualitas
atau mutu suatu produk yang dihasilkan oleh sautu perusahaan atau industri.
ISO 9001 adalah standar internasional yang diakui dunia untuk sistem
manajemen mutu (SMM) dan bersifat global. Dalam SMM ini menyediakan kerangka
kerja bagi perusahaan dan seperangkat prisnip-prinsip dasar dengan pendekatan
manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin perusahaan. Sistem ini bersifat umum
dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis organisasi dan industri. Sistem ini juga
bersifat fleksibel untuk mengarahkan berbagai organisasi dan industri dalam mencapai
efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari
pihak lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi
persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang
dihasilkannya.
ISO 9001 dipelajari oleh berbagai bidang pendidikan seperti dalam bidang
ekonomi dan ergonomi ( teknik industri ), sistem manajemen ini banyak ditemui
dikuliah total quality management (TQM).
II. ISO 14001
Standar ISO 14001 adalah suatu standar yang membahas mengenai standar
lingkungan. Seiring dengan perkembangan perusahaan dan industi dewasa ini telah
menyebabkan krisis lingkungan dan energi. Bermula dari dampak industri inilah maka
organisasi dan industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap
konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia
terhadap pertanggungjawaban organisasi telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara
maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan
5 | P a g e
dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di masa depan,
maka berdasarkan kesepakatan internasional pada tahun 1996, International
Organization of Standardization meluncurkan suatu standar unutk mengelola
lingkungan secara profesional didalam organisasi dan industri. Standar ini disebut
dengan standar ISO 14001.
Standar ISO 14001 juga dipelajari diberbagai bidang namun tidak seumum
ISO 9001 yang banyak ditemui dibidang apa saja. Sistem manajemen ini banyak
ditemui pada bidang teknik lingkungan. Selain itu sistem manajemen ini juga
mempunyai kaitan dengan bidang ergonomi ( teknik industri ) terutama pada kuliah
manajemen limbah industri.
Dalam suatu proses produksi pada suatu organisasi atau perusahaan/industri
akan berkaitan dengan dampak lingkungan yang timbul dari proses produksi. Oleh
karena itu sistem manajemen mutu ISO 9001 akan selalu berkaitan dengan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001. Sejalan dengan banyak perusahaan yang
mengimplementasikan dan mengintegrasikan bagian-bagian kerja, yaitu bagian kerja
kualitas dan bagian kerja lingkungan hidup akan semakin mendapat perhatian dan
menjadi sorotan yang serius dari kalangan bisnis.
Standar ISO 14001 bermanfaat memberikan kerangka kerja dan panduan bagi
organisasi dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
aktivitas organisasi, meningkatkan citra organisasi dimata publik dan pihak-pihak
yang berkepentingan (pemerintah, pelanggan), dan meningkatkan efisiensi dalam
upaya organisasi untuk memenuhi peraturan dan regulasi lingkungan yang berlaku.
Penerapan ISO 14001 berarti merencanakan pengendalian dan menerapkan
pengendalian terhadap semua aktifitas dalam organisasi yang mempunyai aspek-aspek
lingkungan yang potensial merugikan lingkungan. Organisasi juga harus memahami
semua peraturan dan perundang-undangan lingkungan yang terkait dengan aktivitas-
aktivitasnya dan berupaya untuk memenuhi peraturan dan perundangan tersebut.
Untuk menerapkan ISO 14001 membutuhkan komitmen dari pihak manajemen
dan pengembangan wawasan dan setiap karyawan akan pentingnya kelestarian
lingkungan. Sama halnya dalam penerapan ISO 9001 yang membutuhkan tahapan-
tahapan yang sistematis, yang dimulai dari tahapan perencanaan perubahan,
pelaksanaan, pemantauan dan tindak lanjut.
6 | P a g e
3.2 UNEP (United Nation Environment Program)
UNEP adalah organisasi utama PBB di bidang lingkungan hidup, yang pada
dasarnya melakukan pemantauan dan penelitian secara ilmiah pada tingkat global dan
regional serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah. UNEP juga
melakukan kemitraan dan dukungan kapasitas pada tingkat nasional, dengan tujuan untuk
mengangkat isu lingkungan dalam pembangunan (environment for development).
3.3 SNI ( Standar Nasional Indonesia)
Standar Nasional Indonesia adalah satu satunya standar yang digunakan di indonesia
secara nasional. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan ditetapkan oleh panitia BSN.
Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI
dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:
1. Keterbukaan (Openness).
2. Transparansi (Transparancy).
3. Konsensus dan tidak memihak (Consensus and impartiality).
4. Efektifitas dan relevan (Effectiveness and Relevan) agar dapat memfasilitasi
perdagangan.
5. Koheren (Coherence) dengan pengembangan standar.
6. Berdimensi pembangunan (Development Dimension).
Standar yang digunakan dalam pengelolaan suatu organisasi yang berdampak negatif
terhadap lingkungan adalah menggunakan Standar Nasional Indonesia mengenai
beberapa permasalahan yang menyangkut pengelolaan air, udara, dan tanah.
Pengelolaan Air
Untuk pengelolaan lingkungan yang berhubungan dengan pengelolaan air terdapat
point-point standar yang digunakan, yaitu air dan air limbah, metode pengujian rasa
dalam air, kualitas air- pedoman validasi metode mikrobiologi.
1. Air dan air limbah
Standar yang berhubungan dengan air dan air limbah dengan cara menguji derajat
keasamannya dengan menggunakan pH-meter. Ruang lingkup dalam pengujian air dan
7 | P a g e
air limbah menggunakan metode pengujian derajat keasaman (pH) air dan air limbah
dengan menggunakan alat pH-meter.
Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda ini adalah dengan cara mengukur
aktivitas ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air dan air limbah secara potensiometri
atau elektrometri dengan menggunakan pH-meter.
2. Pengujian rasa dalam Air.
Untuk menentukan kualitas air yang baik, digunakan metoda pengujian rasa dalam air
yang meliputi:
Pengertian, ketentuan-ketentuan, cara uji, dan laporan uji
Pengertian
Terdapat beberapa pengertian dalam pengujian rasa dalam air diantaranya :
- Angka rasa merupakan perbandingan jumlah volume benda uji dan volume air
pengencer dengan volume benda uji.
- Contoh uji adalah contoh air yang diproses menjadi benda uji.
- Benda uji adalah contoh air yang siap diuji.
- Larutan pengencer adalah larutan yang tidak mengandung unsur yang sedang
diuji dan digunakan sebagai pembanding dengan angka terendah.
Ketentuan
Terdapat ketentuan-ketentuan dalam melakukan uji rasa dalam air diantaranya
menyertakan nama, tanda tangan penguji dan penanggung jawab pada formulir kerja,
harus sensitif terhadap rasa dan tidak mempunyai alergi terhadap rasa, terbiasa
menggunakan prosedur pengujian rasa, dan tidak boleh mengetahui jumlah
pengenceran benda uji.
Cara uji
- Uji pendahuluan
- Penetapan rasa angka
- Interprestasi hasil
Laporan uji
Format laporannya adalah sebagai berikut
8 | P a g e
- Identitas laboratorium prnguji
- Identitas pemakai jasa
- Identitas contoh uji
- Hasil uji
3. Kualitas air- pedoman validasi metode mikrobiologi
Metoda ini menjelaskan validasi metode mikrobiologi, dengan penekanan khusus pada
metoda kuantitatif selektif dimana perkiraan kuantitatif berdasarkan pada perhitungan
partikel mikroorganisme baik secara langsung, dengan bantuan alat mikroskop, ataupun
tidak secara langsung, berdasarkan pada pertumbuhan (perbanyakan) sel mikroorganisme
menjadi koloni atau kekeruhan dalam media cairnya.
Prinsip dan prosedur dalam metoda ini dinyatakan secara umum dengan ada atau tidak
ada, angka paling memungkinkan, jumlah koloni dan jumlah perhitungan langsung secara
mikroskopis.
Standar ini tidak diterpakan untuk validasi metode cepat atau modern yang sebagian
besar berdasarkan pada pengukuran produk yang terbentuk atau perubahan yang terjadi
pada aktivitas mikroorganisme, tetapi tidak mendeteksi individu partikel sel
mikoorganismenya.
Tanah
Standar yang berhubungan dengan pengelolaan tanah yang baik berdasarkan pada
standar yang menggunakan beberapa metoda diantaranya: pengujian kadar air tanah dan
perangkat pengujian tanah sawah.
1. Pengujian kadar air tanah
Metoda pengujian kadar air tanah dilakukan terhadap semua jenis tanah. Kadar air
tanah adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering
tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat
tanah.
2. Perangkat pengujian tanah sawah
Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan
dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan efisien.
9 | P a g e
Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang
dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk
tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah sangat
tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi
menyebabkan kejenuhan P dan ketidak-seimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P
tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan
menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia.
Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah memerlukan data analisa tanah.
Disisi lain daya jangkau (aksesibilitas) pengguna, penyuluh dan petani untuk
menganalisis contoh tanah rendah karena: (1) biaya analisa tanah relatif mahal, (2)
laboratorium uji tanah di sekitar wilayah pertanian masih sangat terbatas, dan (3)
sosialisasi yang belum menyeluruh ke tingkat pengguna. Hal ini menyebabkan
rekomendasi pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh
Indonesia.
Untuk mengatasi kesenjangan penerapan teknologi pemupukan berimbang ini, balai
penelitian tanah telah membuat satu perangkat alat bantu untuk menentukan kandungan
(status) hara tanah yang dapat dikerjakan di lapangan disertai dengan rekomendasi
pupuknya. Alat bantu ini dinamakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Penggunaan
PUTS diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan ketepatan pemberian
dosis pupuk N, P, dan K untuk padi sawah dengan produktivitas padi setara IR-64.
Deskripsi PUTS
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia untuk
analisis kadar hara tanah sawah, yang dapat digunakan di lapangan dengan relatif cepat,
mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan
pH tanah.
Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikategorikan menjadi
tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu : status rendah (R),
sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisa
tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah. Kriteria
penggolongan status N, P, K dan pH tanah untuk PUTS disajikan pada Tabel 1.
10 | P a g e
Tabel 1. Kriteria
pengukuran kadar hara
P dan K tanah ekstrak
HCl 25%, serta pH
tanah Sifat kimia
tanah
Kriteria pengukuran
Rendah Sedang Tinggi
N-KCl 1N (mg/kg) <39 40-99 >99
P- ekstrak HCl 25%
(mg/100g)
<20 20-40 40
K-ekstrak HCl 25%
(mg/100g)
<10 10-20 >20
PH- Tanah Kriteria pengukuran
Sangat
masam
Masam Agak
masam
netral Agak
alkalis
Alkalis
4,5 4,6 –5,5 5,6– 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,6
Satu paket kemasan PUTS terdiri dari : (a) satu set larutan ekstraksi untuk penetapan
N, P, K dan pH, (b) peralatan pendukung, (c) bagan warna N, P, K, dan pH, (d) bagan
warna daun (BWD), serta (e) buku petunjuk penggunaan. PUTS ini dapat digunakan
untuk analisa contoh tanah sebanyak ± 50 sampel. Jika dirawat dan ditutup rapat segera
setelah dipergunakan maka masa kadaluarsa bahan kimia yang ada dalam PUTS ini
berkisar 1-1,5 tahun dari pertama kali kemasan dibuka.
Udara
Standar yang digunakan untuk menentukan kualitas udara dengan metode penentuan
lokasi pengambilan contoh pemantauan kualitas udara. Cara uji partikel tersuspensi total
menggunakan peralatan high volume air sampler (HVAS) dengan metoda gravimetri.
Cara uji kadar oksidan dengan metode neutral buffer kalium iodida (NBKI)
menggunakan spektrofotometer, penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan
kualitas udara roadside, cara uji kadar nitrogen dioksida (NO2) dengan metoda Griess
Saltzman menggunakan spektrofotometer, dan cara uji kadar sulfur dioksida (SO2)
dengan metode pararosanilin menggunakan spektrofotometer.
11 | P a g e
1. Penentuan lokasi pengambilan contoh.
Standar yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan contoh uji kualitas
udara yang meliputi:
a. Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara.
b. Penempatan peralatan pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara sesaat
dan secara kontinue.
2. Uji partikel tersuspensi total.
Standar ini digunakan untuk penentuan partikel tersuspensi total menggunakan alat
high volume air sampler.
Pengujian ini meliputi:
a. Cara pengambilan contoh uji dalam jumlah volume udara yang besar di atmosfer,
dengan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m3/menit. Dengan
laju alir ini maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter
ekivalen) yang dapat dikumpulkan. Adapun untuk efisiensi partikel berukran lebih
besar dari 20 µm akan berkurang sesuai dengan kenaikkan ukuran partikel, sudut
dari angin, atap sampler, dan kenaikkan kecepatan.
b. Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran
diameter 100 µm sampai 0,1 µm (efisiensi 99,95 % untuk ukuran partikel 0,3 µm).
c. Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini adalah 3 mg (tingkat
kepercayaan 95 %). Pada saat alat dioperasikan dengan laku alir rata-rata 1,7
m3/menit selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2
µg/m3.
3. Cara uji kadar oksidan dengan metode neutral buffer kalium iodida (NBKI)
menggunakan spektrofotometer.
Standar untuk mengetahui kualitas udara dengan cara menguji kadar oksidan yang
terkandung dalam udara. Standar ini digunakan untuk penentuan oksidan di udara dengan
menggunakan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) yang meliputi ruang lingkup
pengujian diantaranya :
12 | P a g e
a. Cara pengambilan contoh uji oksidan dengan menggunakan larutan penyerap.
b. Cara perhitungan volume contoh uji gas yang diserap.
c. Cara penentuan oksida di udara menggunakan metode neutral buffer kalium iodida
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm dengan kisaran
konsentrasi 0,01 ppm – 10 ppm (19,6 µg/Nm3 – 19620 µg/Nm3 sebagai ozon).
4. Penentuan lokasi pengambilan uji roadside.
Metoda yang dapat digunakan untuk pengujian kualitas udara dapat menggunakan
metode penentuan titik pengambilan contoh uji kualitas udara roadside yang meliputi :
a. Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara dengan
kriteris roadside.
b. Penempatan peralatan pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara kriteria
roadside.
Prinsip metode ini adalah pemilihan lokasi dan penentuan titik pengambilan contoh
uji, harus mewakili daerah yang sedang dipantau, sehingga data hasil pengukuran yang
diperoleh menggambarkan kondisi kualitas udara di daerah tersebut.
5. Cara uji kadar nitrogen dioksida.
Standar yang digunakan dalam pengujian kualitas udara salah satunya adalah dengan
menggunakan metode penentuan nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess
Saltzman yang meliputi :
a. Cara pengambilan contoh uji gas nitrogendiokida menggunakan larutan penyerap.
b. Cara pengihtungan volume contoh uji gas yang diserap.
c. Cara penentuan gas nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess
Saltzman secara spektrofotometri dengan panjang gelombang 550 nm dengan
kisaran konsentrasi 0,005 ppm sampai 5 ppm udara atau 0,01 µg/L sampai dengan
10 µg/L.
Prinsip metode ini menyerap gas nitrogen dioksida dengan menggunakan larutan
Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda
yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 550 nm.
13 | P a g e
6. Cara uji kadar sulfur.
Sama halnya dalam mengukur kualitas udara di atmosefer dengan cara mengukur
kadar sulfurnya dengan metode cara uji kadar sulfur dioksida dnegan menggunakan
metode pararosanilin menggunakan spektrofotometri yang meliputi :
a. Cara pengambilan uji gas sulfur dioksida dengan menggunan larutan penyerap.
b. Cara perhitungan volume contoh gas yang diserap.
c. Cara penentuan gas sulfur dioksida di udara dengan metode pararosanilin
menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm dengan kisaran
konsentrasi 0,01 ppm sampai 0,4 pp udara atau µg/m3 sampai 1000 µg/m3.
Prinsip metode ini yaitu dengan menyerap gas sulfur dioksida ke dalam larutan penyerap
tetrakloromerkurat membentuk senywa kompleks diklorosulfonatomerkurat. Dengan
menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida, ke dalam senyawa
diklorosulfonatomerkurat maka terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna
ungu. Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 550 nm.
3.4 Sistem Manajemen Lingkungan
1. Unsur Sistem Manajemen Lingkungan
A. Persyaratan sistem manajemen lingkungan
Persyaratan umum
Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan
memperbaiki sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan sesuai dengan
persyaratan standar yang berlaku dan menentukan bagaimana organisasi akan
memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan peraturan perundang-undangan
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk :
a) Mengidentifikasi dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti
organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.
b) Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek
lingkungannya.
14 | P a g e
B. Model sistem manajemen lingkungan
Sistem manajemen lingkungan yang dirinci dalam standar ini mengikuti model
manajemen Rencanakan-Lakukan-Periksa-Tindaki (“Plan-Do-Check-Act” atau
PDCA).
Model sistem manajemen lingkungan dan proses yang terus berjalan untuk
perbaikan berkelanjutan dijelaskan pada gambar 1.
Gambar 1 Model sistem manajemen lingkungan untuk standar nasional ini
Sistem manajemen lingkungan paling baik dipandang sebagai suatu kerangka kerja
pengorganisasian yang sebaiknya dipantau secara berkelanjutan dan dikaji secara berkala
untuk memberikan arahan yang efektif bagi manajemen lingkungan organisasi dalam
menghadapi perubahan akibat faktor internal dan eksternal. Semua tingkatan dalam
organisasi sebaiknya menerima tanggung jawab untuk bekerja mencapai perbaikan
lingkungan, sesuai yang dapat dilaksanakan.
Saat pertama menetapkan sistem manajemen lingkungan, organisasi sebaiknya
memulai dari hal yang memiliki manfaat yang jelas, misalnya dengan memfokuskan pada
15 | P a g e
Perencanaan
Kebijakan Lingkungan
Penerapan dan OperasiPemeriksaan
Tinjauan Manajemen
Perbaikan Berkelanjutan
penghematan biaya secara cepat atau penataan peraturan perundang-undangan yang
sebagian besar terkait dengan aspek lingkungan penting. Saat sistem manajemen
lingkungan berkembang lebih lanjut, maka prosedur, program dan teknologi dapat
digunakan untuk lebih menyempurnakan kinerja lingkungan. Selanjutnya dengan
semakin matangnya sistem manajemen lingkungan, pertimbangan lingkungan dapat
diintegrasikan kedalam seluruh keputusan bisnis.
PDCA adalah proses yang terus menerus berulang yang memungkinkan organisasi
untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara kebijakan lingkungannya yang didasarkan
pada kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen untuk sistem manajemen
lingkungan. Setelah organisasi melakukan evaluasi status terkininya yang terkait dengan
lingkungan langkah-langkah proses berikutnya adalah:
1) Perencanaan : Menetapkan proses perencanaan yang terus menerus yang
memungkinkan organisasi untuk :
- Mengidentifikasi aspek lingkungan dan dampak lingkungan yang terkait.
- Mengidentifikasi dan memantau persyaratan peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang berlaku yang diikuti organisasi dan membuat
kriteria kinerja internal bila diperlukan.
- Membuat tujuan dan sasaran lingkungan dan merumuskan program untuk
mencapainya.
- Mengembangkan dan menggunakan indikator kinerja.
2) Penerapan : menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen lingkungan.
- Menciptakan struktur manajemen, menetapkan peran dan tanggung jawab
dengan kewenangan yang memadai.
- Menyediakan sumber daya yang memadai.
- Melatih orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi dan menjamin
kepedulian dan kompetensi mereka.
- Menetapkan proses untuk komunikasi internal dan eksternal.
- Menetapkan dan memelihara dokumentasi.
- Menetapkan dan menerapkan pengendalian dokumen.
- Menetapkan dan memelihara pengendalian operasi.
- Menjamin adanya kesiagaan dan tanggap darurat.
3) Pemeriksaan : menilai proses sistem manajemen lingkungan.
- Melakukan pemantauan dan pengukuran secara terus menerus.
16 | P a g e
- Mengevaluasi status penataan.
- Mengidentifikasi ketidaksesuaian dan melakukam tindakan koreksi dan
pencegahan.
- Mengelola rekaman.
- Melakukan audit internal secara berkala.
4) Tindakan : mengkaji dan melakukan tinakan untuk menyempurnakan sistem
manajemen lingkungan
- Melakukan tinjauan manajemen terhadap sistem manajemen lingkungan pada
interval yang memadai
- Mengidentifikasi bidang untuk penyempurnaan.
- Komitmen dan kepemimpinan manajemen puncak
Untuk menjamin keberhasilan, langkah awal dalam pengembangan atau
penyempurnaan sistem manajemen lingkungan melibatkan adanya komitmen dari
manajemen puncak. Komitmen dan kepemimpinan manajemen puncak yang
berkesinambungan dapat menentukan. Identifikasi manfaat dan tantangan yang
dapat dihadapi dengan sistem manajemen lingkungan dapat membantu untuk
meyakinkan komitmen dan kepemimpinan manajemen puncak.
1) Lingkup sistem manajemen lingkungan
Dalam hal ini, manajemen puncak sebaiknya menentukan batasan organisasi
dimana sistem manajemen lingkungan diterapkan. Saat lingkup telah ditentukan,
semua kegiatan, produk dan jasa organisasi yang berada dalam lingkup yang telah
ditentukan tersebut sebaiknya dicakup dalam sistem manajemen lingkungan.
2) Kajian awal lingkungan
Kajian sebaiknya meliputi empat bidang utama :
a. Identifikasi aspek lingkungan, termasuk yang terkait dengan kondisi operasi
normal, kondisi abnormal, awal operasi (start-up) dan akhir operasi (shut-down),
serta situasi darurat dan kecelakaan.
b. Identifikasi persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang berlaku yang diikuti organisasi.
c. Pengujian pelaksanaan dan prosedur sistem manajemen lingkungan yang telah ada,
termasuk kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa dan kontrak.
d. Evaluasi situasi darurat dan kecelakaan yang pernah terjadi sebelumnya.
17 | P a g e
Metode yang dapat digunakan untuk menguji praktek dan prosedur manajemen
lingkungan yang telah ada, meliputi:
a) Wawancara dengan orang-orang yang bekerja saat ini atau sebelumnya untuk atau
atas nama organisasi untuk menentukan lingkup kegiatan produk dan jasa
organisasi saat ini dan sebelumnya.
b) Evaluasi komunikasi internal dan eksternal yang dilakukan dengan pihak-pihak
berkepentingan, termasuk keluhan, persoalan yang terkait dengan persyaratan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang lainnnya yang diikuti
organisasi, insiden dan kecelakaan lingkungan atau yang terkait masa lampau.
c) Pengumpulan informasi yang terkait dengan praktek manajemen lingkungan saat
ini.
3) Kebijakan lingkungan
Kebijakan lingkungan menetapkan prinsip sebagai dasar bagi organisasi
dalam melakukan tindakan. Kebijakan menentukan tingkat tanggung jawab dan
kinerja yang disyaratkan oleh organisasi, dimana semua tindakan berikutnya akan
dinilai berdasarkan kebijakan ini. Kebijakan sebaiknya sesuai dengan dampak
lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa organisasi (dalam lingkup sistem
manajemen lingkungan yang ditetapkan) dan sebaiknya menjadi panduan dalam
menyusun tujuan dan sasaran.
Dalam menyusun kebijakan lingkungan, organisasi sebaiknyan
mempertimbangkan:
a) Misi, visi, nilai utama dan keyakinan (core values and beliefs) organisasi.
b) Keselarasan dengan kebijakan organisasi lainnya (misal mutu, keselamatan dan
kesehatan kerja).
c) Persyaratan dan komunikasi dengan pihak yang berkepentingan.
d) Prinsip panduan.
e) Kondisi khusus setempat atau regional.
f) Komitmen untuk pencegahan pencemaran, perbaikan berkelanjutan.
g) Komitmen untuk penataan terhadap persyaratan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang diikuti oleh organisasi.
Pencegahan terhadap pencemaran :
a) Pengurangan atau eliminasi terhadap sumber.
b) Reuse.
18 | P a g e
c) Recovery.
d) Mekanisme pengendalian seperti pembakaran atau pembuangan terkendali bila
diijinkan.
e) Audit sistem.
C. Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan
Prinsip audit
a) Kode audit : dasar frofesionalisme
b) Penyajian yang objektif (fair)
c) Profesional
d) Independen
e) Pendekatan berdasarkan bukti
Pengelolaan program audit
Personel yang diberi tanggung jawab untuk mengelola program audit sebaiknya :
a) Menetapkan, menerapkan, memantau, meninjau dan meningkatkan program
audit.
b) Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan menjamin ketersediaannya
D. Asesmen lingkungan
Proses asesmen
Proses asesmen meliputi perencanaan asesmen, pengumpulan dan validasi
informasi, evaluasi informasi dan pelaporan asesmen
19 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam mengelola suatu lingkungan terdapat standar atau tatacara dalam mengelola
lingkungan tersebut agar lingkungan tersebut tidak terjadi kerusakan dan pencemaran
yang dapat menghilangkan lingkungan tersebut.
Banyak standar yang mengatur mengenai keadaan lingkungan, manajemen lingkungan,
serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memenuhi syarat baku mutu lingkungan,
namun yang terpenting adalah bagaimana standar – standar tersebut di aplikasikan dan di
laksanakan secara rutin serta dilakukan pengamatan secara berkala. Standar-standar
tersebut diantaranya adalah ISO, SNI, dan UNEP.
Sistem manajemen lingkungan yang dirinci sesuai standar mengikuti model manajemen
Rencanakan-Lakukan-Periksa-Tindaki (“Plan-Do-Check-Act” atau PDCA).
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, disarankan pembaca bisa menjaga lingkungan dengan
baik sesuai standar yang berlaku baik secara nasional maupun internasional.
20 | P a g e
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://www.unepie.org
http://www.bsn.go.id
http://www.iso.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan
21 | P a g e