Download - Pembelajaran kelas rangkap
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pengelolaan dan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
perlu dikuasai oleh guru SD. Guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua
murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Ciri ciri utama PKR adalah
sebagai berikut :
1. Seorang guru
2. Menghadapi dua kelas atau lebih
3. Satu kelas dengan dua atau beberapa kelompok siswa yang berbeda kemampuan
4. Untuk membimbing belajar dalam satu mata pelajaran atau lebih
5. Beberapa topik yang berbeda dalam satu mata pelajaran
6. Dalam satu atau lebih dari satu ruangan
7. Pada jam pelajaran yang bersamaan
Secara umum inti pengelolaan adalah mencapai tujuan yang setinggi-tingginya dengan
memanfaatkan segala sumber daya manusia, alam, sosial, budaya yang tersedia. Proses
pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang efektif menurut Karweit (1987)
ditandai oleh 3 hal sebagai berikut:
1. Sebagian terbesar dari waktu yang tersedia benar-benar digunakan untuk belajar
siswa
2. Kualitas pembelajaran guru sangat memadai.
3. Sebagian terbesar atau seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
B. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran
secara umum, seperti bentuk-bentuk pembelajaran yang lain. Pembelajaran mengandung
makna yang berbeda dari kegiatan belajar mengajar. Yang dimaksud dengan prinsip dalam
PKR adalah ketentuan – ketentuan umum yang khusus memandu dan mengarahkan pikiran
dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola pembelajaran.PKR seperti pembelajaran
pada umum memiliki prinsip umum baik yang bersifat psikologis- pedagogis maupun
didaktik-metodik.
Yang bersifat psikologis-pedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan perilaku
siswa, sedang yang bersifat didaktik-metodik adalah yang berkenaan dengan strategi atau
prosedur pembelajaran. beberapa prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain ;
1. Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku
menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal, perlakuan
terhadap siswa kelas I tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas V.
Pada tingkat usia kelas I proses berfikir kongkret lebih dominan, sedangkan siswa
kelas V sudah mulai dapat berfikir abstrak ( Piaget dalam Bell-Gredler : 1986)
2. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau
“motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi
instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan
motivasi siswa agar erasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi
tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan
atau” reinforcement “ ( Skinner dalam Turney : 1977)
3. Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan,
sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat
dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit ( concrete experience ),
pengamatan mendalam ( reflective observation ), pemikiran abstrak ( abstract
conceptualization ) dan percobaan atau penerapan secara aktif ( active
experimentation ) ( Kolb : 1986 )
4. Belajar dari teman seusia atau “peer group“ terutama mengenai sikap dan ketrampilan
sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
5. Pencapaian dampak instructional atau “instructional effects” dan dampak pengiring
atau “nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang dirancang
dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
(Winataputra:1998)
Implementasi dari prinsip umum psikologis-paedagogis terhadap pembelajaran adalah
munculnya prinsip-prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
1. Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.
2. Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.
3. Penerapan aneka pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang berpotensi
mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.
4. Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.
Di samping memiliki prinsip umum diatas, PKR memiliki prinsip khusus seperti berikut
(Djalil dan Wardani :1997)
1. Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu
yangbersamaan.Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar
mengajarterjadi secara bersamaan atau serempak.Kegiatan yang terjadi secara
serempak ituharus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang
sesuai dengantuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola dengan benar.
2. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA)
Selama PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang
bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena
guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama,
pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.
Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.
3. Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua
murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampu
melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas
atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan murid
bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus
mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
4. Pemanfaatan sumber belajar yang efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu.Agar terjadiWKA
yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.Lingkungan,
barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapatdimanfaatkan oleh guru
PKR.
5. Belajar dari teman sebaya
Murid yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Kemampuan murid untuk
belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih
baik sehingga kadar waktu keaktifan akademik (WKA) menjadi semakintinggi.
6. Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring
C. Model Pengelolaan Kelas Rangkap
Untuk mewadahi pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan PKR dikembangkanlah contoh
sintakmatik (urut-urutan kegiatan) pengelolaan PKR sebagai berikut:
1. Model Utama : PKR Murni
a. PKR 221
Model PKR 221 adalah anda sebagai guru menghadapi dua kelas, dua mata
pelajaran dalam satu ruangan. Model PKR 221 merupakan model PKR murni kerena
prinsip keserempakan terpenuhi tanpa batas fisik. Perhatian tatap muka sebagai
wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas dapt berlangsung terus menerus.
Model ini sangat dianjurkan untuk dgunakan karena paling efektif diantara model
PKR yang lainnya. Namun, model ini hanya mungkin diterapkan jika jumlah siswa
tidak terlampau banya (15-20 orang). Langkah-langkah pembelajaran pada model ini,
dapat diperhatikan matriks berikut ini :
Kegiatan/waktu Kelas V (IPS) Kelas VI (IPA)
1. Pendahuluan (10*) Pengantar dua pengarahan dalam satu ruangan:
penjelaskaan scenario dan hasil belajar
2. Kegiatan inti 1 (20*) Tugas individual Kerja kelompok
3. Kegiatan inti 2 (20*) Kerja kelompok Ceramah Tanya jawab
4. Kegiatan inti 3 (20*) Ceramah, kerja keompok Diskusi, Tanya jawab
5. Penutup (10*) Review, penatan, komentar dan tindak lanjut. Persiapan
kegiatan belajar berikutnya
Dalam menerapkan model PKR 221 diatas, ikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru
memberikan pengantar dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau
satu papan tulis di bagi dua. Tuliskan topic dan hasil belajar yang
diharapkan dari kelas 5 dan kelas 6. Ikut langkah-langkah untuk masing-
masing kelas yang akan di tempuh selama pertemuan.
2) Pada bagian inti 1,2,3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang
sesuai dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan
berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan
keperluan. Gunakan keterampilan dasar yang sesuai.
3) Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir, berdirilah di depan
kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviuw atas materi dan
kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai
keperluan. Kemudian berikan tindak lanjut berupa beberapa tugas atau apa
saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin untuk hari
berikutnya.
2. Model Alternatif : PKR Modifikasi
a. PKR 222
Model PKR 221 adalah anda sebagai guru menghadapi dua kelas, dua mata
pelajaran dalam dua ruangan. Proses pembelajaran berlangsung dalam 2 ruangan
berdekatan yang terhubungkan dengan pintu. Model PKR 222 merupakan model
PKR Modifikasi, untuk kondisi jumlah siswa lebih dari 20 orang, yang tidak
mungkin ditampung dalm satu ruangan. Penerapan model ini berdampak pada
perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak
dapat berlangsung terus menerus karena masing-masing kelas harus menunggu
hadirnya guru secara fisik secara bergiliran. Langkah-langkah pembelajaran dapat
diperhatikan matrik berikut ini :
Kegiatan/waktu Kelas V (matematika) Kelas VI (IPA)
1. Pendahuluan (10’) Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara bersama dalam dua ruangan yang berhubungan, penjelasan scenario dan hasil belajar.
2. Kegiatan inti 1(15’) Penjelasan guru Kegiatan individual3. Kegiatan inti 2(15’) Tanya jawab Kegiatan individual4. Kegiatan inti 3(15’) Kerja individual Tanya jawab5. Kegiatan inti 4(15’) Kerja individual Tanya jawab6. Penutup (10’) Reviuw umum, pergantian, penguatan, tindak lanjut,
tugas. Pengantar jam pelajaran berikutnya.
Dalam menerapkan model PKR 222 diatas, ikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Pada kegiatan pandahuluan lebih kurang 10 menit pertama, satukan murid
kelas V dan kelas VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi.
Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti yang kita lakukan pada
model PKR 221. Bila tidak mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan,
gunakan halaman atau teras, dan bila tidak mungkin lagi murid tetap diruang
masing-masing tetapi guru berada di depan pintu yang menghubungkan antara
dua kelas.
2) Pada kegiatan inti lebi kurang 60 menit berikutnya, tetapkan aneka metode
yang sesuai untuk masing-masing kelas. Yang perlu di perhatikan adalah
jangan sampai pada saat kita sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang
lain tidak ada kegiatan sehingga murid ribut. Atur kepindahan kita sebagai
guru dari ruang ke ruang secara seimbang, artinya jangan banyak
menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana kita harus di pintu
penghubung.
3) Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir berdirilah di pintu
penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum
mengenai materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan
penguatan sesuai dengan keperluan. Setelah itu, berikan tindak lanjut berupa
tugas untuk masing-masing kelas, kemudian persiapan untuk jam pelajaran.
4) Sebaiknya, untuk menerapkan model PKR 222 ini, aturlah tempat duduk murid
sedemikian rupa sehingga pandangan murid mengarah kedepan dan kearah
pintu penghubung.
b. PKR 333
Model PKR 333 adalah anda sebagai guru menghadapi tiga kelas, tiga mata
pelajaran dalam tiga ruangan. Penerapan model ini berdampak pada perhatian tatap
muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak dapat berlangsung
terus menerus kareana masing-masing kelas harus menunggu hadirnya guru secara
fisik secara bergiliran. Langkah-langkah pembelajaran dapat diperhatikan matrik
berikut ini :
Kegiatan/waktu Kelas IV (Mat) Kelas V(IPS) Kelas VI (IPA)Pendahuluan (10’) Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara bersama-sama
di salah satu ruangan. Penjelasan scenario dan hasil belajar yang ingin dicapai.
Kegiatan inti 1. 20’
Tugas individual Kerja kelompok Ceramah dan Tanya jawab
Kegiatan inti 2. 20’
Ceramah dan Tanya jawab
Tugas individual Kerja kelompok
Kegiatan inti 3. 20’
Kerja kelompok Ceramah dan Tanya jawab
Tugas individual
Penutup 20’ Review penguatan atau komentar dan tindak lanjut. Persiapan kegiatan belajar berikutnya.
Dalam menerapkan model PKR 333 diatas, ikuti petunjuk sebagai berikut :
1) Pada kegiatan lebih kurang 10 menit pertama, kumpulkan semua murid kelas 4,
5, dan 6 dalam satu ruangan yang cukup. Berikan pengantar dan pengarahan
umum. Bila tidak mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan, dapat
mencari tempat di luar ruangan misalnya di halaman sekolah atau taman sambil
berdiri atau duduk. Berikan pengantar atau pengarahan yang berisi prosedur
kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh semua murid.
2) Pada kegiatan ini lebih kurang 60 menit, terapkan berbagai metode yang cocok
dengan memanfaatkan sumber belajara yang tersedia. Penggunaan lembar kerja
murid sangat di anjurkan terutama pada kegiatan belajar murid yang bersifat
mandiri. Dengan demikian kegiatan belajar murid tidak banyak tergantung
pada kehadiran guru di muka kelas atau tempat belajar. Tingkatkan kadar
kemandirin belajar murid. Proses saling membimbing antar tutor sangat di
anjurkan. Guru selalu memanfaatkan kegiatan murid dan untuk ini guru berada
diantara masing-masing kelompok.
3) Pada kegiata penutup lebih kurang 10 menit terakhir, guru harus berada
diantara masing-masing kelompok atau kelas untuk mengadakan review umum
tentang kegiatan belajar yang telah dilakukan murid. Berikan komentar dan
penguatan sesuai keperluan. Selanjutnya berikan tindak lanjut berupa tugas
kepada masing-masing kelas. Kemukakan hal-hal yang perlu di persiapkan
untuk pembelajaran berikutnya.
4) Model PKR 333 ini memang agak rumit dalam pengelolahannya. Maka kita
harus memiliki gaya gerak pedagogis yang tinggi. Keunggulan metode ini
adalah terletak pada intensitas kemandirian belajar setiap kelas dan terbebas
dari situasi belajar kelas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Area,dkk. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap, Modul PGSD. Jakarta:Universitas
Terbuka
Winataputra, Udin. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Wardhani, IGK. 1998. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap; Buku Materi Pokok 1. Jakarta:
Universitas Terbuka