Modul 3: Peningkatan Wawasan Kependidikan
Pengurus Komite Sekolah
Pemberdayaan Komite Sekolah
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan Usaha Manajemen Pendidikan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 1
Pemberdayaan Komite Sekolah Bahan Pelatihan untuk Fasilitator Inti Komite Sekolah
Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
Modul 3
Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite
Sekolah
Penulis:
Suparlan
Anen Tumenggung
Danny Meirawan
Pembahas:
Yadi Haryadi
Yudistira
Sri Amin Chamidah
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan Usaha Manajemen Pendidikan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 2
Daftar Isi
Kata Sambutan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah ... 3
Pengantar ... 4
Modul 3.1: Sekolah Sebagai Suatu Sistem ... 5
Modul 3.2: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 13
Modul 3.3: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) ... 58
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 3
Kata Sambutan
Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota telah dibentuk di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Komite Sekolah telah dibentuk di seluruh satuan pendidikan di Indonesia. Dewan
Pendidikan Provinsi juga telah dibentuk di lebih dari separuh provinsi di Indonesia atas
prakarsa daerah provinsi yang bersangkutan. Sementara itu, Dewan Pendidikan Nasional
sudah mulai dilakukan langkah awal sesuai dengan proses dan mekanisme pembentukan
yang ditetapkan. Dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009
telah ditetapkan tonggak kunci keberhasilan pembangunan pendidikan (key milestones),
yang antara lain menetapkan bahwa (1) 50% Dewan Pendidikan telah berfungsi dengan
baik pada tahun 2009, (2) 50% Komite Sekolah telah berfungsi dengan baik pada tahun
2009, dan (3) Dewan Pendidikan Nasional telah dibentuk pada tahun 2009.
Secara kualitatif, keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah memang
belum sepenuhnya dapat mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan. Salah satu
faktor penyebabnya antara lain karena masih rendahnya pemahaman masyarakat dan
pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan tentang kedudukan, peran, dan fungsi
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Untuk meningkatkan kinerja Komite Sekolah/
Madrasah, sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Renstra Depdiknas tersebut,
maka diluncurkan program pemberdayaan Komite Sekolah, yang akan dilakukan secara
bottom-up oleh Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk itu, kegiatan TOT Fasilitator
Pemberdayaan Komite Sekolah dimaksudkan untuk menyiapkan SDM-nya. Sedang
penyusunan modul Pemberdayaan Komite Sekolah ini dimaksudkan untuk menyiapkan
panduan dan materi pemberdayaanya.
Modul Pemberdayaan Pemberdayaan Komite Sekolah ini terdiri atas tiga tajuk, yaitu (1)
Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah, (2) Peningkatan Kemampuan Organisasional
Pengurus Komite Sekolah, dan (3) Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite
Sekolah. Modul-modul tersebut disusun oleh tim penulis yang juga akan menjadi pemandu
dalam kegiatan TOT.
Kami menaruh harapan besar agar modul ini dapat menjadi bahan yang bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja Komite Sekolah. Kepada tim penulis dan pemandu kegiatan TOT
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, September 2006
Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Prof. Suyanto, Ph.D
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 4
Pengantar
Dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai
institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu untuk ikut
campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke
wilayah kewenangan profesional para guru. Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-
batas tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa
saja yang diajarkan oleh guru di sekolah. Orangtua siswa memiliki hak untuk mengetahui
dengan metode apa anak-anaknya diajar oleh guru-guru mereka. Dalam paradigma
transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi masyarakat belum
melakukan kontaks dengan sekolah. Dalam paradigma baru (new paradigm) hubungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu
layanan pendidikan, termasuk untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah.
Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponen-komponen
yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama sekolah adalah siswa,
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, serta fasiltias pendidikan. Selain
itu, pemangku kepentingan (stakeholder) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini orangtua dan
masyarakat merupakan pemangku kepentingan yang harus dapat bekerja sama secara
sinergis dengan sekolah.
Proses penyelenggaraan pendidikan kini menggunakan pola manajemen yang dikenal
dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), yang dalam aspek teknis edukatif dikenal
dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Untuk itu, maka
orangtua siswa, khususnya yang tergabung dalam Komite Sekolah juga harus memahami
pola manajemen sekolah tersebut.
Dalam kegiatan Managing Basic Education (MBE), orangtua siswa di setiap kelas di suatu
sekolah membentuk Paguyuban Kelas, yang beranggotakan orangtua siswa dengan tugas
membantu guru kelas dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan konsep
PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Ini merupakan satu
bentuk keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh
karena itu, Komite Sekolah perlu memahami wawasan kependidikan tersebut.
Modul ketiga ini meliputi tiga bagian, yaitu: (1) Sekolah Sebagai Suatu Sistem, (2)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan (3) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM).
Tim Penulis,
Suparlan
Anen Tumenggung
Danny Meirawan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 5
Modul 3.1
Sekolah Sebagai Suatu Sistem
I. TUJUAN
Peserta memahami:
1. Pengertian sistem
2. Komponen-komponen sekolah sebagai sistem
3. Dimensi mutu pendidikan dan karakteristik sekolah efektif
4. Peran Komite Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah
II. MATERI
1. Pengertian sistem dan sistem pendidikan nasional
2. Komponen sekolah sebagai statu sistem
3. Dimensi mutu pendidikan dan karakterisitik sekolah efektif
4. Peran Komite Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah
III. WAKTU
Waktu yang diperlukan adalah 90 menit (2 JPL @ 45 menit)
IV. METODE
1. Curah Pendapat
2. Diskusi Kelompok
3. Penjelasan
4. Tanya Jawab
V. ALAT BANTU
1. Kertas plano
2. Kuda-kuda untuk flip chart
3. Papan tulis dengan perlengkapannya
4. LCD
VI. LANGKAH-LANGKAH
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan
sebagai berikut:
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 6
10’ 20’ 30’ 30’
(1) (2) (3) (4)
1. Kegiatan dibuka dengan salam dan perkenalan, serta tujuan yang akan
dicapai dalam satu kegiatan sesi ini. Peserta ditunjukkan sebuah foto
sebuah sekolah sebagai berikut.
Gambar bermakna seribu kata. Cobalah buat pertanyaan berkenaan dengan
foto tersebut. Berikan kesempatan kepada yang lain untuk menganalis
berbagai kemungkinan faktor penyebab masalah tersebut. Kaitkan dengan
penyertian sistem yang akan dibahas dalam modul ini.
Waktu: 15 menit
2. Diskusikan tentang istilah macrosystem dan microsystem, subsystem, dsb.
Minta peserta menyebutkan masing-masing contoh. Apa karakteristik
sistem tersebut.
Waktu: 30 menit
Set Induction
Atau
penegenalan
Diskusi tentang
pengertian sistem,
susbsistem, dsb,
Tugas
kelompok
membuat bagan
Laporan
kelompok
& refleksi
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 7
3. Berikan contoh bagan, misalnya bagan tentang Dimensi Mutu Pendidikan
dari Buku ”EFA Global Monitoring Report 2005”. Buat empat sampai
lima kelompok dengan tugas untuk membuat bagan untuk sistem yang
mereka pilih sendiri, yang diambil dari komponen yang ada di sekolah,
misalnya perpustakaan sekolah, laboratorium bahasa, dsb.
Waktu: 30 menit
4. Tahap refleksi tentang berbagai contoh kasus sekolah yang efektif yang
dapat diperoleh dari lingkungan dan daerahnya. Analisis faktor-faktor
apakah yang mempengaruhinya. Apakah Komite Sekolah mempunyai
andil yang ikut berpengaruh terhadap keberhasilan. Kaitkan dengan peran
Komite Sekolah
Waktu: 15 menit
VII. EVALUASI
Pada akhir kegiatan, penyaji atau pendamping meminta kepada salah seorang
peserta untuk menyebutkan komponen sekolah, dan apa peran masing-masing
komponen tersebut.
Outcomes
o Literacy, numeracy
and life skills
o Creative and emotional skills
o Values
o Social benefits
Learner Characteristics
o Aptitude
o Perseverance
o School readiness o Prior knowledge
o Barriers to learning
o Teaching and learning
Learning time
Teaching methods
Assessment, feedback, incentives
Class size
Context
o Economic and labour market conditions in the community
o Educational knowledge and support infrastructure
o Public resources available
o Philosophical standpoint of teacher and learner
o Peer effects
o National standards o Public expectation o Labour market
demands
o Socio-cultural and rreligious factors
for education o Competitiveness of
the
o Parental support o Time available for
o Globalization
o (Aid strategies) teaching profession on the labour market
Schooling and homework
o National governance and management strategies
Enabling inputs
o Teaching and learning materials
o Physical infrastructur and facilities o Human resources: teachers, principles,
inspectors, supervisors, administrators
o School governance
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 8
LAMPIRAN 1: SUBSTANSI
I. Sekolah Sebagai Suatu Sistem
a. Pengertian Sistem
“System is an assemblage of elements comprising a whole with each element
related to other elements”(http://en.wikipedia.org/wiki/system). Dengan kata
lain, sistem adalah satu keseluruhan terpadu yang terdiri dari elemen-elemen
yang masing-masing elemen terkait dengan elemen yang lain. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa “any element which has no relationship with any other
element of the system cannot be a part of that system” atau setiap elemen
yang tidak memiliki hubungan dengan elemen lainnya dari sistem tidak
dapat menjadi bagian dari sistem itu.
Demikianlah pengertian yang sudah sering kita pahami selama ini. Roda
sepeda adalah sebuah elemen dari satu kesatuan sepeda sebagai satu sistem.
Sadel sepeda itu juga merupakan elemen lainnya. Demikian juga dengan
stang sepeda itu. Elemen-elemen yang membentuk sepeda itu saling terkait
dan saling pengaruh mempengaruhi. Tidak berfungsinya salah satu elemen
dalam sistem tersebut, akan mempengaruhi keseluruh fungsi suatu sistem.
Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan mahluk ciptaannya secar sistemik.
Jagad raya yang diciptakan-Nya adalah suatu sistem yang maha kompleks.
Salah satu sistem di dalam jagad raya itu adalah sistem tata surya (solar
system). Bumi adalah satu subsistem dalam sistem tata surya itu. Bumi pun
juga merupakan suatu sistem. Manusia, yang menempati bumi itu adalah
sebuah subsistem. Manusia pun juga sebagai sistem. Manusia menciptakan
pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Pendidikan juga merupakan suatu
sistem yang tidak kalah kompleksnya. Sekolah merupakan suatu subsistem
pendidikan. Sekolah juga merupakan suatu sistem. Sampai dengan sel yang
hanya dapat kita lihat dengan mikroskop adalah juga suatu sistem tersendiri.
Walhasil, apa yang ada di dalam jagad raya ini merupakan suatu sistem.
Yang akan dibahas dalam modul ini adalah sekolah sebagai suatu sistem.
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen, yang masing-
masing elemen mempunyai hubungan yang saling kait mengait, tidak dapat
dipisahkan, serta saling pengaruh mempengaruhi, untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Definisi tersebut sejalan dengan pengertian yang
tercantum dalam pasal 1 butir 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah menyatakan bahwa:
”Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional”
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 9
Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem mengandung pengertian (a)
komponen atau elemen yang saling terkait, (b) komponen saling pengaruh
mempengaruhi, dan (3) keterkaitan dan pengaruh tersebut dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Komponen Sekolah Sebagai Suatu Sistem
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen, yang antara satu
elemen dengan elemen lainnya saling berkaitan dan saling pengaruh
mempengaruhi. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu elemen
sekolah. Kepala sekolah akan berhubungan secara timbal balik dengan
elemen-elemen lain di sekolah itu. Kinerja sekolah akan dipengaruhi oleh
kinerja para guru yang mengajar di sekolah itu. Demikian juga sebalinya.
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen sebagai berikut:
a. Peserta didik (anak didik, siswa)
b. Kepala sekolah
c. Pendidik atau guru
d. Staf tata usaha
e. Kurikulum
f. Fasilitas pendidikan lainnya.
Berdasarkan teori input-process-output, elemen-elemen sekolah sebagai
suatu sistem tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Elemen masukan kasar (raw input) adalah peserta didik yang mengikuti
proses pembelajaran, dengan latar belakang sosial-ekonomis-budaya,
dan kesiapan akademisnya.
b. Elemen masukan instrumental (instrumental input), meliputi:
1) kepala sekolah
2) pendidik atau guru
3) kurikulum, dan
4) fasilitas pendidikan
c. Elemen masukan lingkungan (environmental input), meliputi:
1) alam (geografis, demografis)
2) sosial, ekonomi, kebudayaan.
d. Proses pendidikan (process) merupakan interaksi edukatif, atau proses
belajar mengajar, proses pembelajaran, menggunakan metode dan media
pembelajaran atau alat peraga yang diperlukan.
e. Output atau keluaran, yaitu berapa siswa yang tamat dan atau lulus dari
sekolah tersebut.
f. Outcomes atau hasil, misalnya berapa siswa yang melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, berapa yang dapat memperoleh lapangan
kerja, dsb..
Elemen-elemen sekolah sebagai suatu sistem dapat dijelaskan dalam bagan
sebagai berikut:
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 10
Sumber: dimodifikasi dari berbagai sumber.
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa proses pendidikan memang akan
dipengaruhi oleh masukan, baik masukan kasar, masukan instrumental,
maupun maupun masukan lingkungan. Sementara proses pendidikan akan
mempengaruhi keluaran (output) maupun hasil pendidikan (outcomes) yang
diharapkan.
Namun perlu difahami bahwa hasil pembangunan pendidikan yang terlalu
berorientasi kepada masukan (input) ternyata tidak sesuai dengan harapan.
Banyak fasiltias pendidikan yang telah diadakan, telah banyak guru yang
telah ditatar atau mengikuti pelatihan, banyak buku yang telah diterbitkan,
dan kurikulum pun selalu disempurnakan. Namun apa hasilnya? Gedung
sekolah masih banyak yang rusak, mutu pendidikan (secara rata-rata) masih
rendah. Berdasarkan analisis tersebut, ada kemungkinan hal itu terjadi karena
proses pendidikan, apa yang terjadi di dalam ruang kelas masih belum
banyak memperoleh perhatian kita. Kini, proses pendidikan yang terjadi di
ruang kelas itulah yang seyogyanya kini lebih memperoleh perhatian kita.
c. Kinerja Sekolah Sebagai Suatu Sistem
Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah. Keberhasilan
sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga bukan oleh
kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang megah,
juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi yang
dibangun dari semua elemen sekolah.
Berdasarkan konsep sekolah efektif, terdapat lima elemen yang menentukan
efektivitas kinerja suatu sekolah:
Peserts
Didik PROSES OUTPUT OUTCOMES
GURU, KURIKULUM,
FASILITAS PENDIDIKAN
ALAM:
GEOGRAFIS, DEMOGRAFIS
SOSEKBUD:
KEMAMPUAN SOSIAL
EKONOMI, KEBUDAYAAN, DSB.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 11
a. strong principal leadership (kepemimpinan kepala sekolah yang kuat)
b. safe and conducive school climate (iklim sekolah yang aman dan
kondusif)
c. emphasis on the acquition of basic sklls (menekankan pada pengusaan
kecakapan dasar)
d. teacher high expectation (ekspektasi yang tinggi pada pendidik)
e. frequency of evaluation (keteraturan penilaian)
Kelima faktor sekolah efektif tersebut merujuk kepada elemen-elemen
sekolah yang sangat penting, yakni kepala sekolah, pendidik, kurikulum, dan
penilaian secara berkala kepada siswa.
d. Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah
Lalu apakah ada peran Komite Sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah
pada umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya? Jika elemen-elemen
yang disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa,
maka ada masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan peningkatan hasil
belajar siswa pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental
input), dalam sistem tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah
pentingnya, yakni masukan lingkungan (environmental input) yang antara
lain adalah kondisi sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan
lingkungan sekolah. Dalam konteks ini, faktor orangtua dan masyarakat juga
memegang peranan yang amat penting dalam peningkatan mutu pendidikan.
Orangtua dan masyarakat serta elemen pemangku kepentingan (stakeholder)
merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap kinerja
sekolah sebagai suatu sistem (Suparlan, 2005: 61).
e. Kasus
Berikut ini beberapa kasus yang dapat digunakan sebagai bahan diskusi:
a. Sering kita dengan pernyataan yang menegaskan bahwa wajah sekolah
tergambar pada kepala sekolahnya. Sejauh mana kebenaran pernyataan
tersebut dikaitkan dengan topik yang sedang dibahas, yaitu sekolah
sebagai suatu sistem.
b. Para ahli manajemen sering menggunakan perumpamaan pertandingan
sepak bola untuk menunjukkan perlunya sinergi antara semua elemen
yang terlibat dalam proses organisasi dan manajemen. Perumpamaan
tersebut melahirkan istilah total football management. Dapatkah
perumpamaan tersebut dianalogikan dengan proses organisasi dan
manajemen di sekolah?
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 12
LAMPIRAN 2: TRANSPRANSI/POWERPOINT
1. Sistem: dari Sistem ke Subsistem
BEST PRACTICES
TATA SURYA
BUMI
MANUSIA
PENDIDIKAN
SEKOLAH
SYSTEM
SUBSYSTEM
SYSTEM
SYSTEM
2. Definisi sistem:
DEFINISI SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL
• Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional (Pasal 1
Butir 3 UU Nomor 20 Tahun 2003).
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 13
2. Bagan Sekolah Sebagai Suatu Sistem (periksa bagan)
Peserts
Didik PROSES OUTPUT OUTCOMES
GURU, KURIKULUM,
FASILITAS PENDIDIKAN
ALAM:
GEOGRAFIS, DEMOGRAFIS
SOSEKBUD:
KEMAMPUAN SOSIAL
EKONOMI, KEBUDAYAAN, DSB.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 14
Modul 3.2
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
I. TUJUAN
Pada akhir kegiatan pelatihan, peserta dapat menjelaskan:
1. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Organisasi Pendukung Sekolah dalam melaksanakan MBS
3. Langkah-langkah yan diperlukan dalam menyusun program sekolah
4. Pengelolaan Sekolah
5. Monitoring dan Evaluasi.
II. MATERI
1. Prinsip dasar MBS
2. Organisasi Pendukung Sekolah dalam melaksanakan MBS
3. Langkah-langkah dalam menyusun program sekolah
4. Pengelolaan sekolah
5. Monitoring dan evaluasi
III. WAKTU
Waktu yang diperlukan untuk kegaitan ini adalah 90 menit.
IV. METODE
1. Paparan
2. Curah Pendapat
3. Diskusi Kelompok
4. Tanya Jawab
V. ALAT BANTU
1. Kertas plano
2. Kuda-kuda untuk flip chart
3. Papan tulis dengan perlengkapannya
4. LCD
VI. LANGKAH-LANGKAH
1. Buka pertemuan dengan menucapkan salam singkat.
2. Lakukan Ice Breaker
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 15
3. Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mendiskusikan mengenai
Manajemen Berbasis Sekolah, dan uraikan maksud dan tujuan dari diskusi
ini.
(Waktu : 5 menit)
4. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka ketahui mengenai Manajemen
Berbasis Sekolah. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.
Kunci : Manajemen Berbasis Sekolah adalah……
(Waktu : 15 menit)
Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan kegiatan dengan
paparan Manajemen Berbasis Sekolah
(Waktu 60 menit)
5. Setelah selesai paparan, tanyakan kepada peserta :
Mengapa diperlukan Manajemen Berbasis Sekolah
Diskusikan kemungkinan hambatan dan peluang dalam melaksanakan
MBS
Simpulkan pendapat mereka tentang MBS
(Waktu : 10 menit)
6. Bahas bersama peserta faktor – faktor yang bisa mempengaruhi dan
menghambat upaya peningkatan mutu pelayanan sekolah.
Mungkinkah kita bisa saling mendukung dalam melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah.
Mengapa kita bersedia bekerja sama dan bermitra untuk melaksanakan
MBS?
Moto: “Apa yang saya bisa, Anda tidak bisa; apa yang Anda bisa saya
tidak bisa; Dengan bersama-sama kita bisa mengerjakan semua”.
Hasil diskusi ini selanjutnya disimpulkan dan dilakukan pencerahan sbb:
Menumbuhkan komitmen bersama untuk melaksanakan Manajemen
Berbasis Sekolah.
(Waktu : 15 menit)
7. Selanjutnya pemandu melanjutkan Bahan Tayangan Mengenai Manajemen
Berbasis Sekolah
(Waktu : 25 menit)
8. Pemandu menyimpulkan dan menutup materi sesi ini.
(Waktu : 5 menit)
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 16
VII. EVALUASI
Pada akhir kegiatan, pelatih mengajukan beberapa pertanyaan, baik secara lisan
maupun tertulis kepada peserta berkenaan dengan materi yang telah diberikan, atau
implikasi dari yang telah dijelaskan.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 17
LAMPIRAN 1: SUBSTANSI
Latar Belakang
Peran Dewan Pendidikan dalam meningkatkan mutu pelayanan sekolah semakin hari
menjadi semakin penting. Terlebih lagi setelah diberlakukannya otonomi daerah. Dengan
otonomi pendidikan sampai ke sekolah, masa depan sekolah lebih banyak ditentukan oleh
kemandirian dan kemampuan sekolah dalam mnsimfonikan peluang dan tantangan dari
luar versus kekuatan dan kelamahan yang ada di dalam sekolah. Oleh karena itu empat
fungsi Dewan Pendidikan dalam pengelolaan pendidikan akan lebih banyak bermakna
apabila kapabilitas Dewan Pendidikan ditunjang dengan kesatubahasaan antara para
Birokrat Pendidikan dengan Dewan Pendidikan terhadap pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah sebagai konsekuensi desentralisasi pendidikan.
Dengan diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada sekolah bersama masyarakat
sekitar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah maka
peran Dewan Pendidikan menjadi lebih mengemuka.
Adanya kewenangan yang lebih luas yang diberikan kepada sekolah dalam pengelolaan
pendidikan merupakan kesempatan bagi Dewan Pendidikan memainkan peran (empat
fungsi dewan) dalam memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pelayanan
pendidikan pada tingkat sekolah dan sekaligus dalam meningkatkan kesejahteraan guru
dan tenaga kependidikan lainnya melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya yang ada.
Sekolah perlu didampingi oleh Dewan Pendidikan dalam memutuskan pengalokasian
sumber daya kepada prioritas program dan agar sekolah menjadi lebih tanggap terhadap
kebutuhan dan tututan setempat.
Pengertian MBS
Sekolah dapat dikelola dengan berbagai cara. Cara tersebut sangat tergantung pada sistem
pengelolaan yang dianut, kondisi sekolah yang bersangkutan dan lingkungan sosial budaya
setempat. Keragaman dalam cara mengelola tersebut merupakan upaya yang bersungguh-
sungguh agar sekolah dapat melayani masyarakat dengan baik dalam bidang
pembelajaran. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu cara pengelolaan
sekolah yang pada saat ini sedang digalakkan Pemerintah, sebagai konsekuensi kebijakan
desentralisasi yang melimpahkan sebagian besar kewenangan Pemerintah Pusat ke
Pemerintahan Daerah di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Tidak
mengherankan kalau pelimpahan kewenangan dalam mengelola pendidikan itu harus juga
diberikan ke sekolah agar sekolah dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi
yang dimiliknya dan keinginan masyarkat yang menghidupinya. Terlebih lagi, pada
kenyataannya kondisi dan lingkungan sosialnya juga berbeda satu dengan lainnya.
Manajemen berbasis sekolah adalah sebuah sistem pengelolaan yang memberikan
kewenangan yang luas kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri. Pemberian
kewenangan yang luas tersebut merupakan realisasi pelaksanaan konsep desentralisasi di
bidang pendidikan pada tingkat terdepan yaitu sekolah. Kewenangan yang luas ini
diberikan tetap dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional yang ada sehingga sekolah
tidak berkembang semaunya sendiri. MBS menekankan agar pihak sekolah
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 18
mengikutsertakan masyarakat secara intensif dan ekstensif sesuai dengan peran dan
potensi masing-masing.
Tujuan MBS
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan agar sekolah yang melaksanakan MBS dapat
menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi siswa.
Misalnya, sekolah menjadi lebih bermutu, nilai ujian sekolah/nasional menjadi lebih baik,
sekolah menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar, menjadikan sekolah tempat
guru berkarier dan mengabdikan diri. Untuk mencapai tujuan ini sekolah perlu diberi
kewenangan yang lebih luas dalam mengelola sumber daya sekolah. Dengan MBS sekolah
dapat merencanakan pengembangan sekolah, mengelola sumber daya sekolah sendiri,
mengembangkan staf lebih optimal dan mengikutsertakan masyarakat lebih aktif lagi
dalam pengelolaan.
Prinsip MBS
Dalam melaksanakan MBS, sekolah harus memperhatikan 10 prinsip sebagai berikut:
1. Keterbukaan, artinya pengelola sekolah harus terbuka terhadap semua perolehan dan
penggunaan sumber daya sekolah kepada semua pihak yang berkepentingan dengan
sekolah. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah sama terbukanya
seperti perolehan dan penggunaan dana. Artinya, siapa saja yang ingin mengetahui
apa yanag dikerjakan sekolah harus diperbolehkan; dan tidak ada yang ditutup-tutupi
sekolah. Misalnya sekolah menempel RAPBS dan laporan-laporan kegiatan pada
papan pengumuman sekolah.
2. Kebersamaan, artinya pengelolaan sekolah dilakukan dengan melibatkan
masyarakat. Dalam hal ini masyarakat, mungkin diwakili komite sekolah
memberikan masukan-masukan dan juga melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan sekolah.
3. Keberlanjutan, artinya ada kesinambungan dalam pengelolaan sekolah. Adanya
keterkaitan antara kebijakan yang lalu dengan kebijakan sekarang. Segala sesuatu
tidak dimulai dengan nol.
4. Menyeluruh, artinya penngelolaan sekolah harus mencakup seluruh komponen yang
mempengruhi keberhasilan sekolah. Tidak seperuh-separuh, tetapi melihat saling
keterkaitan antar komponen yang dikelola. Misalnya kalau meningkatkan
kemampuan guru, maka tidak lupa meningkatkan kesejahteraannya juga.
5. Pertanggungjawaban, artinya bahwa pengelola sekolah harus menyiapkan
pertanggungjawaban atas semua perbuatan dan tindakannya baik pada saat diminta
maupun tidak diminta. Paling tidak setiap tahun sekali ada laporan pelaksanaan
kegiatan apa yang menjadi tanggungjawab pengelola, bersedia diperiksa, ditanya dan
memberikan penjelasan mengenai perihal yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Demokratis, artinya setiap keputusan yang dibuat dilaksanakan atas dasar
musyawarah antara pihak sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pertemuan-
pertemuan antara sekolah dan masyarakat perlu diselenggarakan sesering mungkin
sesuai dengan urgensi yang timbul.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 19
7. Kemandirian, artinya sekolah mampu berdiri sendiri dan tidak banyak
menggantungkan diri pada bantuan pihak lain. Dalam kemandirian, sekolah
memiliki inisiatif dan inovasi dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
8. Berorientasi mutu, artinya sekolah melaksanakan tugas dan fungsinya tidak asal-
asalan, tetapi selalu mengupayakan hasil pekerjaan yang terbaik bagi stakeholder.
Dalam hal ini sekolah selalu merencanakan peningkatan-peningkatan di semua
bidang dari waktu ke waktu. Misalnya, sekoah mengupayakan mutu lulusan yang
lebih baik, pelayanan sekolah yang semakin baik.
9. Pencapaian SPM, artinya pengelola selalu berusaha agar standar pelayanan minimal
dapat dipenuhi secara kesseluruhan secara bertahap dan berkelanjutan.
10. Pendidikan untuk semua, artinya pengelola tidak membeda-bedakan kesempatan
untuk dilayani oleh sekolah. Karena semua anak mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan.
Keberhasilan Pelaksanaan MBS
Keberhasilan pelaksanaan MBS sangat tergantung pada:
1. Dukungan, komitmen, dan kesungguhan untuk melaksanakan MBS.
Stakeholders (masyarakat, pemerintah daerah kabupaten/kota) mendukung
pelaksanaan MBS. Oleh karena itu para stakeholders harus terlebih dulu mendapat
sosialisasi MBS. Kepada mereka diperkenalkan konsep MBS dan alasan-alasan
mengapa sekolah harus melakukan MBS serta keuntungan yang akan diperoleh
dengan melaksnakan MBS. Tanpa dukungan stakeholders MBS akan sulit
diterapkan karena salah satu ciri dalam MBS adalah partisipasi masyarakat.
2. Kemampuan melaksanakan pembaharuan
Melaksanakan MBS berarti sekolah meninggalkan sistem pengelolaan yang lama
dan memulai dengan cara mengelola yang baru. Ini berarti sekolah akan menjalani
proses pembaharuan. Sekolah harus sadar bahwa sesuatu yang baru itu belum tentu
akan langsung diterima. Oleh karena itu harus memiliki kemampuan untuk
mengadakan pembaharuan.
3. Nilai tambah MBS
Dukungan kepada sekolah akan lebih besar lagi apabila sekolah dengan
melaksanakan MBS dapat menunjukkan adanya nilai tambah bagi masyarakat.
4. Kemampuan pengembangan potensi
Sekolah dapat memberikan pelayanan pendidikan yang dapat mengembangkan
potensi anak secara maksimal dengan memperhatikan perbedaan individu siswa.
5. Dukungan terhadap visi
Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya. Melaksanakan MBS
memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama sekali Komite Sekolah,
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 20
Sekolah/Badan Peranserta Masyarakat. Organisasi pendukung tersebut diharapkan
ada pada tingkat sekolah, desa yang dibentuk bersama oleh sekolah, orangtua siswa
dan masyarakat sekitar untuk mencapai visi dan sasaran yang telah ditentukan
bersama.
6. Potensi Sumber daya sekolah
Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target yang
ditetapkan.
Partner Dewan Pendidikan Dalam MBS
Dewan pendidikan perlu menyadari pihak-pihak lain yang mungkin dapat dijadikan
partner dalam melaksankan MBS. Mereka itu adalah:
1. Legislatif
2. Pengambail Kebijakan
3. Perencana (Bappeda)
4. Perguruan Tinggi
5. Lembaga Diklat
6. Praktisi (Kepala Sekolah, guru)
7. Masyarakat.
Organisasi Pendukung MBS
Banyak desa yang mempunyai lebih dari satu sekolah (SD, MI, SMP). Juga ada dua
sekolah yang menempati satu gedung sekolah yang sama (tapi bukan merger). Kenyataan
ini memungkinkan adanya beberapa alternatif organisasi pendukung. Yaitu, bagimana
bentuk organisasi pendukung pada desa yang hanya punya satu sekolah dan bagaimana di
desa yang mempunyai lebih dari satu sekolah.
Di bawah ini beberapa saran untuk sekolah dalam membentuk organisasi pendukung.
1. Sekolah mengundang masyarakat sekitar seperti orangtua siswa, tokoh masyarakat,
tokoh agama, perangkat desa dan pihak-pihak lain yang relevan untuk
membicarakan pembentukan Komite Sekolah atau badan peranserta masyarakat.
Proses ini dilakukan bagi sekolah yang belum memiliki Komite Sekolah.
2. Dalam pertemuan tersebut diadakan kesepakatan bersama tentang pembentukan
komite sekolah/Badan Peran Serta Masyarakat untuk sekolah/desa yang
bersangkutan. Dalam pertemuan itu ditentukan pula kepengurusan komite Sekolah
sesuai dengan kondisi sekolah/desa masing-masing.
3. Dengan kesepakatan pula ditetapkan pula tugas dan fungsi anggota komite sekolah
masing-masing.
4. Sepakati pula masa kerja keperngurusan Komite Sekolah tersebut.
Tugas Dan Fungsi Organisasi Pendukung
Dalam MBS organisasi pendukung diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi
sebagai berikut.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 21
1. Mengikuti dan mencermati perkembangan pendidikan secara umum.
2. Membeikan saran dan masukan-masukan baik diminta maupun tidak mengenai
penyusunan rencana dan program pengembangan sekolah baik dalam arti perluasan
dan pemerataan kesempatn belajar, peningkatan mutu pembelajaran ataupun tata
kelola sekolah.
3. Membantu sekolah merelissikan pendanaan rencana dan program sekolah melalui
partisipasi orangtua siswa dan masyarakat.
4. Membantu sekolah mengaktifkan partisipasi orangtua siswa dan masyarakat, baik
berupa material maupun non-material.
5. Membantu sekolah mencarikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekolah baik maslah teknis maupun masalah edukatif atu hal-hal lain yang berkenaan
dengan pendidikan pada umumnya.
6. Membantu menyediakan fasilitas dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan guru-guru sesuai dengan perkembangan zaman.
7. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan sekolah lain, instansi pemerintah,
dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan materi sekolah.
8. Ikut serta menetapkan prosedur dan aturan pelaksanaan tugas dan kegiatan, termasuk
jadwal pelaksanaan tugas.
9. Membantu pelaksanaan rencana dan program dan kinerja kepala sekolah beserta staf.
10. Menyusun rencana dan program dan laporan pelaksanan Komite Sekolah setiap awal
dan akhir tahun ajaran.
Melaksanakan Program MBS
Untuk dapat melaksnakan MBS di sekolah maka perlu disusun beberapa hal sebagai
berikut:
1. Program sekolah
2. Strategi pengelolaan SDM sekolah
3. Pengembangan kurikulum
4. Sistem pengelolaan kesiswaan
5. Sistem Pengelolaan keuangan
6. Sistem pengelolaan sarana dan prasarana
7. Pengembangan kemitraan antara sekolah dan masyarakat.
8. Sistem monitoring dan evaluasi.
Menyusun Program Sekolah
Dalam melaksanakan MBS perlu disusun program sekolah. Program sekolah adalah
seperangkat kegiatan dan sasaran yang akan dilaksanakan sekolah untuk mencapai suatu
kondisi tertentu yang diinginkan. Program ini disusun dengan mempertimbangkan atau
analisis situasi dan kondisi sekolah yang terdiri dari: kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dimiliki atau dihadapi sekolah Program ini disusun dengan melibatkan
unsur-unsur sebagi berikut:
1. Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
2. Orangtua atau wali siswa
3. Tokoh masyarakat
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 22
4. Tokoh Agama
5. Wakil siswa
6. Pengawas
7. Pakar pendidikan setempat
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan program sekolah adalah sebagi
berikut:
1. Menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah (perubahan yang diinginkan secara
bersama untuk dicapai beberapa tahun ke depan). Visi ini disusun dengan
memperhatikan dan tidak bertentangan dengan visi pendidikan nasional, propinsi,
dan daerah.
2. Menetapkan misi sekolah, yaitu seperangkat tindakan untuk mencapai visi sekolah
yang telah dirumuskan bersama tersebut.
3. Menetapkan tujuan sekolah, yaitu dengan menjabarkan visi sekolah ke dalam tujuan
operasional (dapat diamati dan dapat diukur).
4. Menetapkan target sekolah, yaitu menjabarkan tujuan ke dalam besaran-besaran
kegiatan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Misalnya, meningkatnya nilai
rata-rata ujian sekolah/nasional dari 4 menjadi 6 dalam waktu 3 tahun.
Kesimpulannya adalah bahwa program sekolah terdiri dari visi/misi sekolah dan tujuan
serta seperangkat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dengan target yang jelas serta
penganggarannya. Selanjutnya untuk melaksanakannya disusun suatu program kerja yang
menggambarkan didalamnya apa, oleh siapa dan kapan progam sekolah tersebut
dilaksanakan dan bagaimana memantau pelaksanaan program tersebut.
Program sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS) yang secara rinci diuraikan dalam modul Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS).
Menyusun Strategi Pengelolaan SDM
Pengelolaan Sumber Daya manusia merupakan suatu tindakan pembinaan dan
pendayagunaan SDM sekolah dan sekitarnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sekolah. Dua hal yang ditekankan di sini yaitu aspek pembinaan dana spek
pendayagunaan.
Pembinaan SDM
Pembinaan SDM adalah upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan sekolah secara
terarah dan terprogram agar sumber daya manusia sekolah dapat menjalankan tugas dan
fungsi dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan sekolah yang telah disepakati
bersama. Pembinaan ini meliputi:
1. Kemampuan akademis/profesional
2. Karier
3. Kesejahteraan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 23
Pembinaan kemampuan akademis SDM sekolah meliputi pembinaan kemampuan tenaga
kependidikan yang berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran, mengelola
kegiatan belajar mengajar dan sikap sebagai pendidik dan pengajar di sekolah. Cara
membina kemampuan akademis ini diawali dengan:
1. menetapkan syarat minimal kompetensi yang harus dimiliki;
2. mengevaluasi tingkat kemampuan akademis tenaga kependidikan;
3. meningkatkan kemampuan akademis tenaga kependidikan yang ada dengan berbagai
cara: (1) mengikutsertakan mereka dalam program-program pelatihan yang sesuai
dengan bidang tugas masing-masing; (2) membangkitkan motivasi untuk selalu ingin
meningkatkan kemampuan diri dalam mengembangkan profesi; (3) menanamkan
budaya berprestasi di kalangan tenaga kependidikan; (4) menumbuhkan kreativitas
dengan menciptakan suasana yang mendukung bagi inovasi; (5) menanamkan
budaya memiliki; (6) menanamkan budaya kerja keras, belajar dan membangun diri;
dan (7) menegakkan disiplin dan komitmen dalam menjalankan tugas; (8)
berlakukan sistim reward and punishment di sekolah untuk mendukung sistem
pembinaan SDM sekolah.
Pendayagunaan SDM
Pendayagunaan SDM adalah upaya-upaya memanfaatkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan potensi serta sikap SDM yang ada di sekolah maupun masyarakat secara
optimal untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Pendayagunaan SDM ini
dilakukan dengan:
1. Mengidentifikasi tugas yang harus dikerjakan;
2. Mengidentifikasi kemampuan, minat dan sikap SDM yang ada;
3. Mengupayakan agar tugas-tugas dilaksanakan oleh tenaga yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan, pengalaman dan sikap seseorang gunakan moto ”the right man
on the right place at the right time”;
4. Merumuskan tugas dan tanggung jawab (pembagian kerja secara individual maupun
secara kelompok) dengan koordinasi yang memadai;
5. Intensifkan komunikasi antara pimpinan dan staf dan sesama staf untuk
mendiskusikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bersama maupun tanggung
jawab masing-masing;
6. Lakukan supervisi secara berkala dan sampaikan umpan balik dari hasil supervisi
dengan segera.
Pembinaan karier
Pembinaan karier sumberdaya manusia adalah upaya yang berkaitan dengan
pengembangan potensi SDM dalam memangku jabatan fungsional dan struktural atas
dasar prestasi kerja. Pembinan ini dilakukan dengan menciptakan situasi yang mendukung
sehingga memungkinkan sumber daya manusia dapat mencapai jenjang karier secara tepat
waktu sesuai peraturan yang berlaku dengan cara:
1. Menanamkan budaya malu
2. Menilai prestasi secara objektif
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 24
3. Mendorong seseorang agar mencapai jenjang karier secara optimal dengan
menyedikan fasilitas dan kesempatan yang mendukung.
Pembinaan Kesejahteraan
Pembinaan kesejahteraan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan yang terkait dengan
baik mental, finansial, jasmani maupun rohani. Peningkatan kebutuhan ini dilaksanakan
dengan:
menciptakan iklim sosial yang menyenangkan.
Meningkatkan hubungan kekeluargaan
Meningkatkan kerja sama dengan orangtua siswa, para alumni, dan masyarakat
setempat.
Menggiatkan olahraga
Melakukan rekreasi bersama
Memberikan insentif yang layak sesuai dengan kinerja masing-masing
Memberikan penghargaan dalam bentuk material dan moral bagi mereke yang
berprestasi.
Melaksanakan Pengembangan Kurikulum
Tidak kalah pentingnya adalah upaya pengembangan kurikulum. Dalam upaya mencapai
tujuan sekolah maka kegiatan operasional sekolah harus mengacu kepada kurikulum
nasional dan lokal yang berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah yang dijabarkan
dalam program tahunan dan catur wulan berdasarkan kalender pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan program tahunan sekolah adalah suatu rancangan kegiatan kurikuler dan
ekstra kurikuler di sekolah menurut kelas dalam satu tahun ajaran. Sedangkan yang
dimaksud dengan program catur wulan sekolah adalah rancangan kegiatan kurikuler untuk
semua mata pelajaran menurut kelas dalam satu catur wulan pada tahun ajaran berjalan.
Dalam kaitan hal tersebut di atas maka program tahunan kegiatan belajar mengajar
disusun sebagai berikut:
menentukan hari belajar efktif dengan berlandaskan pada hari belajar efektif yang
berlaku;
menentukan jam belajar efektif per minggu serta melakukan analisis materi pelajaran
dengan mempertimbangkan perihal sebagi berikut:
o Pencapaian tujuan
o Kedukukan mata pelajaran dalam mata pelajaran lainnya.
o Nilai aplikasinya
o Kemutakhiran
o Karakteristik pelajaran
o Kebutuhan sekolah
menugaskan tenaga kependidikan menyusun program tahunan
melakukan pembahasan program tahunan
menyusun jadwal pelajaran
menyepakati rencana pelajaran
membahas secara bersama rencana pelajaran yang disusun guru
melakukan supervisi secara berkala
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 25
memenuhi kebutuhan sumber belajar
memenuhi media pembelajaran
menyepakati sistem pembelajaran yang dapat mengakomodsikan kemajuan belajar
siswa
menyepakati bahwa pembelajaran senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip
didaktik.
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan adalah suatu upaya untuk merencanakan, memperoleh,
menggunakan dan mempertanggungjawabkan keuangan sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Perlunya pengelolaan keuangan disebabkan oleh terbatasnya sumber-
sumber pembiayaan keuangan yang bisa diperoleh sekolah dalam suatu jangka waktu
tertentu. Sehingga sekolah harus meyakinkan pihak-pihak yang dapat atau berpotensi
dapat memberikan dana kepada sekolah mengenai pentingnya program yang akan
dibiayai. Pengelolaan keuangan sekolah perlu memperhatikan 2 hal yaitu, mendapatkan
dana dan menggunakan dana untuk kepentingan sekolah.
Cara mendapatkan dana untuk sekolah dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Menyusun proposal untuk setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Menentukan keperluan dana untuk setiap kegiatan yang diusulkan.
3. Mencatat dan mendaftar sumber-sumber pembiayaan sekolah.
4. Menyusun RAPBS
5. Menggunakan format yang ada.
6. Mengajukan proposal dan RAPBS ke instansi terkait, Komite Sekolah, Badan Peran
serta Masyarakat, Alumni, atau donatur.
Cara menggunakan dana sekolah dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Memilih bendahara, pemegang buku, dan pengawas yang bertanggung jawab.
2. Menentukan mekanisme pengeluaran keuangan sekolah misalnya sebelum
mengeluarkan uang harus mendapatkan persetujuan pengawas dan kepala sekolah.
3. Menggunakan keuangan sekolah sesuai dengan RAPBS.
4. Mencatat secara tertib dan teliti setiap pemasukan dan pengeluaran uang sekolah.
Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pengelolaan sarana dan prasarana adalah suatu upaya untuk merencanakan, memanfaatkan
dan memelihara serta penghapusan sarana dan prasrana sesuai dengan kebutuhan sekolah
dalam rangka menunjang pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Prasarana Pendidikan
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
mendukung keterlaksanaan kegiatan pendidikan seprti gedung sekolah dan benda-benda
tidak bergerak lainnya. Merencanakan kebutuhan prasarana pendidikan dilakukan sebagai
berikut:
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 26
Menetapkan sarana dan prioritasnya.
Mencantumkan kebutuhan tersebut ke dalam RAPBS.
Mencatat perubahan prasarana sekolah secara tertib dan akurat.
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah alat yang secara langsung digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar yang dapat digolongkan menjadi alat pelajaran, alat peraga dan media
pembelajaran. Merencanakan kebutuhan sarana pelajaran dilakukan sebagai berikut:
Alat pelajaran:
Merencanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat laboratorium
berdasar kurikulum yang berlaku dengan memperhatikan jumlah siswa.
Mendiskusikan jenis alat yang harus dibeli dan mana yang dapat dikembangkan
sendiri.
Mendasarkan pengadaan alat pelajaran pada prioritas.
Mencatat fasilitas perpustakaan dengan cermat dan tertib.
Menentukan penanggung jawab laboratorium dan perpustakaan.
Alat Peraga:
Menyusun kebutuhan alat peraga menurut jenisnya dengan memperhatikan jumlah
siswa.
Media Pembelajaran:
Menyusun dan menentukan kebutuhan media pembelajaran.
Memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana dilakukan seperti berikut:
Sarana:
Menyusun jadwal pemanfaatan sesuai dengan peruntukan sarana masing-masing.
Menunjuk penanggung jawab untuk peralatan/sarana masing-masing.
Prasarana:
Menunjuk petugas usaha sekolah sebagai penanggung jawab keamanan dan
kebersihan prasarana.
Menetapkan pemanfaatan fasilitas yang ada.
Menyusun jadwal pemeliharaan fasilitas masing-masing.
Menentukan alat/bahan yang dibutuhkan untuk perawatan dan kebersihannya.
Pengelolan kerja sama sekolah dengan masyarakat
Kerja sama antara sekolah dan masyarakat adalah kegiatan sekolah yang melibatkan
masyarakat baik secara individual maupun secara organisasi dengan prinsip sukarela,
saling menguntungkan dan memiliki kepentingan bersama dalam suatu wadah dalam
rangka membantu kelancaran penyelnggaraan pendidikan di sekolah. Kerjasama ini
dilakukan dengan tujuan mendayagunakan potensi masyarakat dalam membantu
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 27
kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
Kerjasama tersebut dilaksanakan baik secara terjadwal, terencana dan bekesinambungan
melalui pertemuan-pertemuan dengan tokoh masyarakat maupun pihak-pihak terkait
lainnya maupun secara insidental sesuai dengan keperluan, misalnya dengan melakukan
kunjungan ke rumah tokoh masyarakat. Pihak-pihak yang dapat diajak kerjasama oleh
sekolah antara lain:
1. Warga masyarakat (tokoh masyarakat, tokoh agama) baik secara individu maupun
secara organisasi.
2. Alumni
3. Instansi terkait lainnya, seperti Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan, Sekolah lain dan
lain-lain.
4. Dunia usaha dan industri
5. Orangtua siswa.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kerjasama dengan masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan ke rumah tokoh masyarakat/agama
2. Melakukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
3. Mengadakan kegiatan-kegiatan bersama dengan masyarakat.
4. Menerbitkan buletin/majalah sekolah.
5. Mengadakan pertemuan rutin/dialog dengan tokoh masyarakat maupun masyarakat
sekitar serta pihak-pihak terkait.
6. Membina hubungan dengan instansi terkait dalam upaya memperoleh dukungan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah guna meningkatkan kerjasama
dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mencatat tokoh-tokoh masyarakat maupun pihak-pihak yang mungkin dapat diajak
untuk bekerja sama.
2. Melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoph masyarakat maupun pihak-pihak
terkait (alumni, instansi terkait, dunia usaha/industri).
3. Mengundang tokoh-tokoh masyarakat maupun pihak-pihak terkait ke sekolah.
4. Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah seperti:
Penyusunan program sekolah
Pengelolaan sekolah
Monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan Monitoring dan Evalausi
Monitoring adalah kegiatan pemantauan pelaksanaan program untuk mengetahui
keterlaksanaan, hambatan yang dihadapi dan penyimpangan yang mungkin terjadi.
Sedangkan evaluasi adalah proses mendapatkan nformasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan progam sekolah yang telah tercapai berdasarkan pertimbangan tertentu secara
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 28
obyektif. Monitoring dan evaluasi dilakukan sebagai bahan masukan perbaikan program
yang sedang berlangsung. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan program
sekolah sebagai bahan pengambilan kebijakan selanjutnya.
Monitoring dan evaluasi mencakup input, proses, output dan outcome. Komponen input
mencakup:
Kurikulum
Peserta didik
ketenagaan
Saran dan prasarana
organisasi
Pembiayaan
Manajemen Sekolah
Peranserta masyarakat
Komponen proses mencakup:
Proses manajereial
Proses Belajar mengajar
Komponen Output mencakup:
Prestasi akademik (misalnya NEM, rapor, hasil EBTA, lomba karya tulis
dll.)
Prestasi nonakademik seperti prestasi olahraga, prestasi keterampilan,
kesenian, dan lain-lain:
Komponen Out-come
Outcome mencakup semua dampak pelaksanaan program baik terhadap individu maupun
sosial (pendidikan lanjut, pengembangan karier, kesempatan untuk berkembang dan lain-
lain).
Monitoring dilakukan secara berkesinambungan selama pelaksanaan program, misalnya
setiap tahun atau catur wulan. Sedangkan evaluasi dilakukan setelah progam dilaksanakan
secara tuntas. Monitoring dan evaluasi dilakukan baik secara internal maupun secara
eksternal. Secara internal adalah sekolah sendiri (misalnya kepala sekolah dan guru) dan
Komite sekolah/unit peranserta masyarakat. Secara eksternal monitoring dan evaluasi
dilakukan oleh Dinas Pendidikan/instansi terkait (pusat/daerah) dan juga oleh Lembga
Swadaya Masyarakat (LSM)/atau kelompok profesional yang bergerak di bidang
pendidikan.
Pelasanaan monitoring secara internal dilakukan dengan:
1. mendiskusikan dengan pihak-pihak terkait tentang langkah-langkah perlu dilakukan
dalam monitoring dan evaluasi.
2. Merumuskan tujuan monitoring dan evaluasi
3. Menbuat kisi-kisi monitoring dan evaluasi
4. Merumuskan kriteria keberhasilan
5. Mengembangkan alat ukur yang sesuai dengan tujuan dan indikator
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 29
6. Melakukan pengumpulan data secara periodik
7. Menganalisis data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan
8. Membuat interpretasi data berdasarkan standar/kriteria yang ditetapkan
9. Mengembangkan usulan yang perlu diterapkan/dilaksanakan lebih lanjut.
Pelaksanaan monotoring dan evaluasi secara eksternal dilaksanakan sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan penyelenggara. Selanjutnya setelah dilaksanakan monitoring
dan evaluasi maka disusun laporan monitoring dan evaluasi.
Laporan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan berkaitan dengan kegiatan monitoring
dan evaluasi. Dan hasilnya perlu dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sekolah. Tujuannya antara lain untuk perbaikan program,
pertanggungjawaban, pembuktian, penyelidikan, pendokumentasian, perolehan dukungan,
dan promosi kepada masyarakat. Laporan tersebut disusun berdasarkan sistematika
penulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan, objek atau konteks yang dimonitor dan
dievaluasi. Laporan terdiri dari laporan lengkap dan ringkasan laporan.
Di bawah ni adalah contoh yang bisa digunakan sebagai sistematika laporan:
Laporan Lengkap
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Ruang Lingkup
3. Gambaran umum sekolah
4. Program-program sekolah
B. Hasil
1. Keterlaksanaan Program
2. Perkembangan aspek-aspek monitoring dan evaluasi
a. input
Kurikulum
Peserta didik
Ketenagaan
Sarana dan prasarana
Organisasi
Pembiayaan
Manajemen sekolah
Peranserta masyarakat
b. proses
Proses manajerial
Proses Belajar mengajar
c. Output
Prestasi akademis
Prestasi nonakademis
3. Ketercapaian Sasaran
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 30
C. Kesimpulan dan Saran
D. Lampiran-Lampiran
Ringkasan
Ringkasan laporan diberikan kepada para pihak yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan. Ringkasan laporan dapat berupa laporan tersendiri atau merupakan bagian dari
laporan lengkap. Ringkasan berisi informasi singkat tentang tujuan, prosedur, temuan,
pertimbangan-pertimbangan dan rekomendasi.
Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi
Seluruh hasil monitoring dan evaluasi perlu diinformasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sekolah dan selanjutnya digunakan untuk penyempurnaan
program-program sekolah.
Laporan merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan mengingat sekolah merupakan
bagian dari sistem pendidikan. Adapun pihak-pihak yang perlu mengetahui perkembangan
sekolah antara lain adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, Dinas Kecamatan, Komite
Sekolah dan masyarakat luas (tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri).
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 31
LAMPIRAN 2: TRANSPARANSI/POWERPOINT
MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH
(MBS)
masa depan sekolah
ditentukan oleh
kemandirian dan kemampuansekolah dalam mengelola peluang
dan tantangan dari luar versus kekuatan dan kelamahan yang
ada di dalam sekolah.
kewenangan sekolah
yang lebih luas
merupakan kesempatan bagi DP utkberperan dalam memberikan sumbanganterhadap peningkatan mutu pelayanansekolah
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 32
Pendampingan DP
dalam memutuskan pengalokasian
sumber daya kepada prioritas program
dan agar sekolah menjadi lebih
tanggap terhadap kebutuhan dan
tututan masyarakat yg dilayani
DP memahami
• perannya
• aspek teknis pengelolaan pendidikan
berbasis sekolah Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
Pengertian MBS
MBS memberikan kewenangan yang luas kpd
sekolah untuk mengatur dirinya sendiri.
MBS menekankan keikutsertaan masyarakat
secara intensif dan ekstensif dlm pengelolaan
sesuai dengan peran dan potensi masing-
masing.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 33
TUJUAN MBS
sekolah dapat memberikan pelayananpendidikan yang lebih baik
dan lebih memadai kpd siswa.
PRINSIP MBS
• Keterbukaan
• Kebersamaan
• Keberlanjutan
• Menyeluruh
• Pertanggungjawaban
• Demokratis
• Kemandirian
• Berorientasi mutu
• Pencapaian SPM
• Pendidikan untuk semua
KEBERHASILAN MBS
• Dukungan, komitmen, dan kesungguhan untuk melaksanakan MBS.
• Kemampuan melaksanakan pembaharuan
• Nilai tambah MBS
• Kemampuan pengembangan potensi
• Dukungan terhadap visi
• Potensi Sumber daya sekolah
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 34
TUGAS DAN FUNGSI
ORGANISASI PENDUKUNG
• TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI
PENDUKUNG
PARTNER DEWAN PENDIDIKAN
DALAM MBS
• Legislatif
• Pengambil Kebijakan
• Perencana (Bappeda)
• Perguruan Tinggi
• Lembaga Diklat
• Praktisi (Kepala sekolah, guru)
• Masyarakat.
MELAKSANAKAN
PROGRAM MBS
a. Program sekolah
b. Strategi pengelolaan SDM sekolah
c. Pengembangan kurikulum
d. Sistem pengelolaan kesiswaan
e. Sistem Pengelolaan keuangan
f. Sistem pengelolaan sarana dan prasarana
g. Pengembangan kemitraan antara sekolah dan masyarakat.
h. Sistem monitoring dan evaluasi.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 35
Menyusun Program Sekolah
• Program ini disusun dengan
mempertimbangkan atau analisis situasi
dan kondisi sekolah yang terdiri dari:
kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dimiliki atau dihadapi
sekolah
Program ini disusun dengan
melibatkan
• Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
• Orangtua atau wali siswa
• Tokoh masyarakat
• Tokoh Agama
• Wakil siswa
• Pengawas
• Pakar pendidikan setempat
Langkah-langkah penyusunan
program sekolah
• 1. Menetapkan visi
• 2. Menetapkan misi sekolah
• 3. Menetapkan tujuan sekolah
• 4. Menetapkan target sekolah
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 36
Program dan RPS
• Program sekolah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) yang
secara rinci diuraikan dalam ”modul
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)”
Pengelolaan SDM
• Mencakup tindakan:
• Pembinaan dan
• Pendayagunaan SDM sekolah dan sekitarnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah.
Pembinaan SDM
upaya berkesinambungan, terarah dan terprogram agar SDM sekolah dapat menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan bersama:
• Kemampuan akademis/profesional
• b. Karier
• c. Kesejahteraan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 37
Cara membina kemampuan
akademis
• menetapkan syarat minimal kompetensi
yang harus dimiliki;
• mengevaluasi tingkat kemampuan
akademis tenaga kependidikan;
• meningkatkan kemampuan akademis
tenaga kependidikan yang ada
meningkatkan kemampuan
akademis
• (1) mengikutsertakan dalam program-program pelatihan
• (2) membangkitkan motivasi
• (3) menanamkan budaya berprestasi
• (4) menumbuhkan kreativitas
• (5) menanamkan budaya memiliki;
• (6) menanamkan budaya kerja keras, belajar dan membangun diri;
• (7) menegakkan disiplin dan komitmen
• (8) berlakukan sistim reward and punishment
Pendayagunaan SDM
• upaya memanfaatkan pengetahuan,
keterampilan, pengalaman dan potensi
serta sikap SDM
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 38
Pendayagunaan SDM
dilakukan dengan• Mengidentifikasi tugas yang harus dikerjakan;
• Mengidentifikasi kemamapuan, minat dan sikap SDM
yang ada;
• the right man on the right place at the right time;
• Pembagian kerja (individual dan kelompok)+
koordinasi;
• Intensifkan komunikasi
• Lakukan supervisi secar berkala dan sampaikan
umpan balik dengan segera.
Pembinaan Karier
• upaya yang berkaitan dengan
pengembangan potensi SDM dalam
memangku jabatan fungsional dan
struktural atas dasar prestasi kerja
• dengan menciptakan situasi yang
memungkinkan SDM mencapai jenjang
karier tepat waktu sesuai peraturan
Dengan Cara
• a. Menanamkan budaya malu
• b. Menilai prestasi secar objektif
• c. Menyedikan fasilitas dan
kesempatan yang mendukung.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 39
Pembinaan Kesejahteraan
• Menciptakan iklim sosial yang menyenangkan.
• Meningkatkan hubungan kekeluargaan
• Meningkatkan kerja sama orangtua siswa, para
alumni, dan masyarakat setempat.
• Menggiatkan olahraga
• Melakukan rekreasi bersama
• Memberikan insentif yang layak
• Memberikan penghargaan (material dan moral)
bagi mereka yang berprestasi.
Pengembangan Kurikulum
• Kegiatan operasional sekolah harus
mengacu kepada kurikulum nasional dan
lokal yang berlaku sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah yang dijabarkan
dalam program tahunan dan catur wulan
berdasarkan kalender pendidikan.
Program Tahunan Sekolah
program tahunan sekolah adalah suatu
rancangan kegiatan kurikuler dan ekstra
kurikuler di sekolah menurut kelas dalam
satu tahun ajaran.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 40
Program Catur Wulan Sekolah
Program catur wulan sekolah adalah
rancangan kegiatan kurikuler untuk semua
mata pelajaran menurutkelas dalam satu
catur wulan pada tahun ajaran berjalan.
Penyusunan program tahunan
kegiatan belajar mengajar• menentukan hari belajar efktif;
• menentukan jam belajar efektif per minggu serta melakukan analisis materi pelajaran dengan mempertimbangkan perihal sebagi berikut:
• - Pencapaian tujuan
- Kedukukan mata pelajaran dalam mata pelajaran lainnya.
- Nilai aplikasinya
- Kemutakhiran
- Karakteristik pelajaran
- Kebutuhan sekolah
• menugaskan tenaga kependidikan menyusun program tahunan
• melakukan pembahasan program tahunan
• menyusun jadwal pelajaran
• menyepakati rencana pelajaran
• membahas secara bersama rencana pelajarn yang disusun guru
• melakukan supervisi secara berkala
• memenuhi kebutuhan sumber belajar
• memenuhi media pembelajaran
• menyepakati sistem pembelajaran yang dapat mengakomodsikan kemajuan belajar siswa
• menyepakati bahwa pembelajaran senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip didaktik.
Pengelolaan Kesiswaan
Kegiatan yang dirancang sekolah mulai dari:
penerimaan siswa baru ,
pengadimintrasian siswa, dan
membina siswa
Untuk mengembang-kan potensi rohaniah dan
jasmaniah yang dimilikinya secara optimal
sampai dengan ketamatannya dan pelepasan
siswa.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 41
Penerimaan Siswa baru
– Mempelajari ketentuan penerimaan siswa
baru;
– Melakukan koordinasi dengan sekolah lain;
– Membentuk panitia penerimaan siswa baru
– Merumuskan dengan jelas tugas dan
wewenang panitia penerimaan siswa baru;
– Melakukan promosi.
Pengadminsitrasian siswa
– Menyiapkan sarana untuk
pengadminstrasian siswa
– Menetapkan pola pengadminstrasian siswa
- Melakukan pencatatan siswa dengan
tertib
Pembinaan Siswa
– Melakukan pendataan siswa (biodata);
– Mengikutsertakan siswa dalam merumuskan kegiatan kesiswaan;
– Mengembangkan potensi siswa secara optimal dengan:
menyusun program bimbingan dan konseling
menyusun kegiatan ekstra kurikuler
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 42
Ketamatan dan pelepasan siswa
– melaksanakan temu akhir dengan
siswa dan orangtua siswa
– membentuk silaturakhmi para alumni
Pengelolaan Keuangan
merencanakan, memperoleh, menggunakan dan mempertanggungjawabkan keuangan sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan
sekolah perlu memeprhatikan 2 hal:
mendapatkan dana dan
menggunakan dana
untuk kepentingan sekolah.
Cara mendapatkan dana
• Menyusun proposal.
• Menentukan keperluan dana
• Mencatat dan mendaftar sumber-sumber pembiayann sekolah.
• Menyusun RAPBS
• Menggunakan format yang ada.
• Mengajukan proposal dan RAPBS ke instansi terkait, Komite Sekolah, Badan Peran serta Masyarakat, Alumni, atau donatur.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 43
Cara menggunakan dana sekolah
• Memilih bendahara, pemegang buku, dan pengawas yang bertanggung jawab.
• Menentukan mekanisme pengeluaran keuangan sekolah misalnya sebelum mengeluarkan uang harus mendapatkan persetujuan pengawas dan kepala sekolah.
• Menggunakan keuangan sekolah sesuai dengan RAPBS.
• Mencatat secara tertib dan teliti setiap pemasukan dan pengeluaran uang.
Pengelolaan Sarana dan
Prasarana
merencanakan, memenafaatkan dan
memelihara serta menghapuskan sarana
dan prasrana sesuai dengan kebutuhan
sekolah dalam rangka menunjang
pencapaian tujuan
Prasarana Pendidikan
Semua fasilitas yang mendukung
keterlaksanaan kegiatan pendidikan
seperti gedung sekolah dan benda-benda
tidak bergerak lainnya
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 44
Merencanakan kebutuhan
prasarana
• Menetapkan sarana dan prioritasnya.
• Mencantumkan kebutuhan tersebut ke
dalam RAPBS.
• Mencatat perubahan prasarana sekolah
secara tertib dan akurat
Sarana Pendidikan
alat yang secara langsung digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar yang
dapat digolongkan menjadi alat pelajaran,
alat peraga dan media pembelajaran
Meraencanakan kebutuhan sarana
Alat pelajaran, Alat Peraga dan Media Pembelajaran
• Merencanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat laboratorium berdasar kurikulum yang berlaku dengan memperhatikan jumlah siswa.
• Mendiskusikan jenis alat yang harus dibeli dan mana yang dapat dikembangkan sendiri.
• Mendasarkan pengadaan alat pelajaran pada prioritas.
• Mencatat fasilitas perpustakaan dengancermat dan tertib.
• Menentukan penanggung jawab laboratorium dan perpustakaan.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 45
Memanfaatkan dan memelihara
sarana dan prasarana • Menyusun jadwal pemenfaatan sesuai dengan
peruntukan sarana masing-masing.
• Menunjuk penanggung jawab untuk peralatan/sarana masing-masing.
• Menunjuk petugas usaha sekolah sebagai penanggung jawab keamanan dan kebersihan prasarana.
• Menetapkan pemanfaatan fasilitas yang ada.
• Menyusun jadwal pemeliharaan fasilitas masing-masing.
• Menentukan alat/bahan yang dibutuhkan untuk perawatandan kebersihannya.
Pengelolan kerja sama
dengan masyarakat
Kegiatan sekolah yang melibatkan
masyarakat baik secara individual maupun
secara organisasi;
dengan prinsip sukarela, saling mengun-
tungkan dan memiliki kepentingan
bersama
Pihak-pihak yang dapat diajak
kerjasama• Warga masyarakat (tokoh masyarakat, tokoh
agama) baik secar individu maupu secara organisasi.
• Alumni
• Instansi terkait lainnya, seperti Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan, Sekolah ` lain dan lain-lain.
• Dunia usaha dan industri
• Orangtua siswa.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 46
Teknik Kerja Sama
• Kunjungan ke rumah tokoh masyarakat/agama
• Melakukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
• Mengadakan kegiatan-kegiatan bersama dengan masyarakat.
• Menerbitkan buletin/majalah sekolah.
• Mengadakan pertemuan rutin/dialog dengan tokoh masyarakat
• Membina hubungan dengan instansi terkait
Monitoring dan Evalausi
Monitoring adalah kegiatan pemantauan
pelaksanaan program untuk mengetahui
keterlaksanaan, hambatan dan
penyimpangan.
Evaluasi adalah proses mendapatkan
informasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan progam secara objectif
Monitoring dan Evaluasi
mencakup input, proses, output
dan outcome
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 47
INPUT
• Kurikulum
• Peserta didik
• ketenagaan
• Saran dan prasarana
• organisasi
• Pembiayaan
• Manajemen Sekolah
• Peranserta masyarakat
PROSES
• Proses manajereial
• Proses Belajar mengajar
OUTPUT
• Prestasi akademik (misalnya NEM,
rapor, hasil EBTA, lomba karya tulis dll.)
• Prestasi nonakademik seperti prestasi
olahraga, prestasi
keterampilan,kesenian, dan lain-lain.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 48
OUTCOME
Mencakup semua dampak pelaksanaan
program baik terhadap individu maupun
sosial (pendidikan lanjut, pengembangan
karier, kesempatan untuk berkembang
dan lain-lain).
Pelaksanaan Monev
• Monitoring dilakukan secara
bekesinambungan selama pelaksanaan
program, misalnya setiap tahun atau catur
wulan.
• Evaluasi dilakukan setelah progam
dilaksanakan secara tuntas. Monitoring
dan evaluasi dilakukan baik secara
internal maupun secara eksternal
MONEV INTERNAL
– Mendiskusikan dengan pihak-pihak terkait tentang langkah-langkah perlu dilakukan dalam monitoring dan evaluasi.
– Merumuskan tujuan monitoring dan evaluasi
– Membuat kisi-kisi monitoring dan evaluasi
– Merumuskan kriteria keberhasilan
– Mengembangkan alat ukur yang sesuai dengan tujuan dan indikator
– Melakukan pengumpulan data secara periodik
– Menganalisis data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan
– Membuat intrerpretasi data berdasarkan standar/kriteria yang ditetapkan
– Mengembangkan usulan yang perlu diterapkan/dilaksanakan lebih lanjut.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 49
MONEV EKSTERNAL
Dilaksanakan sesuai dengan perma-
salahan dan kebutuhan penyelenggara
Pasca monitoring dan evaluasi.
• Disusun laporan
• Dan hasilnya perlu dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan
sekolah
Dengan tujuannya untuk perbaikan program,
pertanggungjawaban, pembuktian, penyelidikan,
pendokumentasian, perolehan dukungan, dan
promosi kepada masyarakat.
Sistematika Laporan
A. Pendahuluan
–Latar Belakang
–Ruang Lingkup
–Gambaran umum sekolah
–Program-program sekolah
B. Hasil
(1) Keterlaksanaan Program
(2) Perkembangan aspek-aspek monitoring dan evaluasi
(a) input
–Kurikulum
–Peserta didik
–Ketenagaan
–Sarana dan prasarana
–Organisasi
–Pembiayaan
–Manajemen sekolah
–Peranserta masyarakat
(b) proses
- Proses manajerial
- Proses Belajar mengajar
(c) Output
- Prestasi akademis
- Prestasi nonakademis
(3).Ketercapaian Sasaran
C. Kesimpulan dan Saran
D. Lampiran-Lampiran
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 50
Tindak Lanjut Monev
Hasil Monev harus ditindaklanjuti, Monev
bukan sekedar untuk keprluan
administrasi
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 51
Modul 3.3
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM)
I. TUJUAN
Pada akhir kegiatan pelatihan peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian PAKEM
2. Menjelaskan alasan penerapan PAKEM
3. Menjelaskan bagaimana suasana nyata PAKEM
4. Mengidentifikasi ciri-ciri guru yang menerapkan PAKEM
5. Melakukan simulasi PAKEM
II. MATERI
1. Pengertian PAKEM
2. Alasan penerapan PAKEM
3. Karakteristik PAKEM
4. Ciri-ciri guru yang menerapkan PAKEM
5. Simulasi PAKEM
III. WAKTU
Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini ádalah 90 menit.
IV. METODE
1. Curah Pendapat
2. Diskusi Kelompok
3. Penjelasan
4. Tanya Jawab
V. ALAT BANTU
1. Kertas plano
2. Kuda-kuda untuk flip chart
3. Papan tulis dengan perlengkapannya
4. LCD
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 52
VI. LANGKAH-LANGKAH
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan
sebagai berikut:
10’ 20’ 30’ 30’
(1) (2) (3) (4)
Pengantar (10 menit)
1. Dengan menggunakan transparansi – 1, 2, dan 3, fasilitator menjelaskan
pengertian pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM).
2. Penjelasan dilakukan dengan cara mengurai masing-masing apa yang
dimaksud dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Penjelasan diharapkan memberikan sedikit gambaran tentang suasana
PAKEM
Catatan: Pengantar dapat juga dilakukan dengan cara menggali pengertian
PAKEM dari peserta, terutama bagi peserta yang telah menerapkan PAKEM
Fasilitator memberikan pengantar bahwa setelah memahami pengertian apa dan
mengapa PAKEM, peserta diharapkan dapat membayangkan keadaan nyata di
kelas terutama „perilaku‟ guru yang menerapkan PAKEM sekaligus
memperkirakan kemampuan yang dituntut dari seorang guru untuk menerapkan
PAKEM. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas suasana nyata KBM dan
kemampuan/ciri guru yang menunjang PAKEM.
Kerja Perorangan (20 menit)
Secara perorangan, peserta diminta membaca bahan berjudul “Apa yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?”
Diskusi kelompok (30 menit)
1. Diskusi kelompok (4-6 orang) untuk mengidentifikasi ciri-ciri/karakteristik
kegiatan guru yang menerapkan PAKEM. Peserta diberi format yang
memiliki dua kolom (Format 1 terlampir). Pada kolom kiri digambarkan ciri-
ciri pembelajaran yang tradisional. Peserta diminta mengisi kolom kanan
dengan ciri-ciri pembelajaran PAKEM.
2. Hasil diskusi dituliskan dalam kertas lebar atau transparansi untuk pelaporan
Pengantar tentang apa dan
bagaimana PAKEM
Kerja perorangan membaca “Apa yang harus diperhatikan dalam PAKEM ?
Diskusi kelompok tentang
“Bagai-mana PAKEM?”
Laporan kelompok
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 53
Laporan kelompok (30 menit)
1. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya di depan kelas;
2. Kelompok pelapor pertama memperlihatkan transparansi laporannya agar
mudah dikomentari oleh yang lain;
3. Kelompok kedua dan selanjutnya hanya melaporkan apa yang belum disebut
oleh kelompok sebelumnya;
4. Komentar dari peserta terhadap apa yang dilaporkan kelompok;
5. Komentar dari fasilitator, jika ada.
6. Kelompok menyimpulkan karakteristik guru PAKEM
7. Karakteristik tersebut hendaknya diketik kemudian dibagikan kepada peserta
untuk menjadi pegangan dalam praktek mengajar.
VII. EVALUASI
Pada akhir kegiatan, pelatih mengajukan beberapa pertanyaan singkat tentang
materi yang telah diberikan.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 54
LAMPIRAN 1: SUBSTANSI
1. Apa itu PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa
sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif
dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
embelajaran
ktif
reatif
fektif
enyenangkan
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 55
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan „pojok baca‟
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
2. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa,
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah
sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana
pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan
pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan,
dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan
yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya
bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 56
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa,
berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti
itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan
dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati
(dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun.
Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas
belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa
lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa
duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 57
PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika
salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut,
baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa
takut sangat bertentangan dengan „PAKE Menyenangkan.‟
3. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru:
Kemampuan Guru Pembelajaran
1. Guru merancang dan
mengelola
PEMBELAJARAN yang
mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam
pembelajaran.
Guru melaksanakan pembelajaran dalam
kegiatan yang beragam, misalnya:
Percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan alat
bantu dan sumber belajar
yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan,
misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus
sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 58
4. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran
anak sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan
dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa.
Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan
PEMBELAJARAN dengan
pengalaman siswa sehari-
hari.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari
dalam kegiatan sehari-hari
7. Menilai PEMBELAJARAN
dan kemajuan belajar siswa
secara terus menerus.
Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 59
LAMPIRAN 2: TRANSPARANSI/POWERPOINT
embelajaran
ktif
reatif
fektif
enyenangkan
Apa itu PAKEM?
Dari segi guru:
• A = Aktif, guru aktif:– Memantau kegiatan belajar siswa
– Memberi umpan balik
– Mengajukan pertanyaan yang menantang
– Mempertanyakan gagasan siswa
• K = Kreatif, guru:– Mengembangkan kegiatan yang
beragam
– Membuat alat bantu belajar sederhana
• E = Efektif, pembelajaran:– Mencapai tujuan pembelajaran
• M = Menyenangkan, pembelajaran:– Tidak membuat anak takut:
• takut salah
• takut ditertawakan
• takut dianggap sepele
A K
E
M
Dari segi Peserta Didik:• A = Aktif, siswa aktif:
– bertanya
– mengemukakan gagasan
– mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya
• K = Kreatif, siswa:– Merancang/membuat sesuatu
– Menulis/mengarang
• E = Efektif, siswa:– Menguasai keterampilan yang diperlukan
• M = Menyenangkan, pembelajaran:– membuat anak:
• berani mencoba/berbuat
• berani bertanya
• berani mengemukakan pendapat/ gagasan
• berani mempertanyakan gagasan orang lain
Modul 3 Peningkatan Wawasan Kependidikan Pengurus Komite Sekolah 60
Mengapa PAKEM?
• Untuk keberlanjutan
pembelajaran
• Pembelajaran memiliki tujuan
yang harus dicapai
Belajar = proses
aktif membangun
makna/ pemahaman
dari informasi
& pengalaman
oleh si pembelajar
A K
E
M
Anak dilahirkan
memiliki:
rasa ingin tahu
imajinasi
Modal K
Menyenangkan:
Senang Perhatian besar dan penuh
Hasil Belajar Meningkat
Senang Belajar
Belajar Seumur Hidup
BAGAIMANA PAKEM
Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik
• 7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
• 6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• 5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
• Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
• 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
• Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
• 3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan.
• Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
• 2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
• Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
Percobaan
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
• 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
• Kegiatan Belajar Mengajar• Kemampuan Guru