PENDAHULUAN
Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Dalam penanganan penyakit infeksi, pemberian antimikroba adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, selain pemberian obat-obat simtomatik dan terapi suportif lainnya.
Penggunaan antibiotikapun semakin meluas,untuk itu diperlukan pemahaman mengenai dasar-dasar pemilihan antibiotika sehingga penggunaannya dapat efektif dan efisien.
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran.
Adanya tekanan promosi dari berbagai pabrik obat tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan.
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus infeksi, agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik rasional, kita tetap harus berfikir secara mikrobiologik.
Jika kita menghadapi kasus infeksi dengan berbagai simtomnya, harus kita bayangkan
kira-kira kuman apa yang
penyebabnya? Gram positif atau negatif? Aerob atau anaerob? Terhadap antibiotik golongan mana
kiranya kuman tersebut masih sensitif?
Adanya anggapan bahwa antibiotika yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari AB lama merupakan anggapan yang salah!
Ada beberapa hal penting mengenai AB yang perlu diketahui sebelum kita memilih dan menggunakannya, yaitu :
1.Sifat aktifitasnya2.Spektrum 3.Mekanisme Kerja4.Pola Resistensi5.Efek samping
Selain itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1. Sifat aktifitasnya
Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme kuman.
Bakteriosidik : membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel.
untuk infeksi yang berat, apalagi jika keadaan pertahanan tubuh penderita kurang baik, maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika
Spektrum sempit : hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu.
Spektrum luas : dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif.
pemakaian AB spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan.
bila jenis kuman tidak dapat dipastikan, maka dipakai AB spektrum luas.
3.Mekanisme kerja Antibiotika Antibiotik yang menghambat
metabolisme sel kuman. Mis : sulfonamid, trimetoprim
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman. Mis: penicillin, sefalosporin
Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman. mis : polimiksin
Antibiotik yang menghambat sintesa protein kuman. Mis : aminoglikosid, makrolid, tetrasiklin, kloramfenikol
Antibiotik yang menghambat sintesa asam nukleat kuman, mis :rifampicin,kuinolon
4. Pola resistensi
Dalam pemakaian AB, perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat, misalnya : campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap ciprofloxacine tetapi di Thailand banyak yang resisten karena pemakaian luas untuk terapi STD.
5. Efek sampingAda 3 macam efek samping, yaitu :
1.Reaksi alergi2.Reaksi idiosinkrasi, co: pemakaian
primaquin dapat merangsang terjadinya anemia hemolitik berat pada individu tertentu.
3.Reaksi toksik, co: gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.
Pemakaian antibiotika berdasarkan “educated guess” Dalam keadaaan ideal, kuman
penyebab infeksi dapat diketahui dengan pasti, sehingga pilihan AB dapat dilakukan dengan mudah karena sudah ada tes sensitifitas.
Terapi yang didasarkan atas pemeriksaan mikrobiologik tersebut disebut terapi definitif
Dalam keadaan tidak mungkin (seperti di Puskesmas),kita menggunakan prinsip “Educated Guess” dengan mempertimbangkan organ/sistem yang kena infeksi, kuman penyebab, dan kemudian menentukan AB mana yang paling sesuai.
Prinsip dasar penggunaan antibiotik rasional
1. Tepat indikasi2. Tepat penderita3. Tepat pemilihan jenis Antibiotik4. Tepat dosis5. Efek samping minimal6. Bila diperlukan : kombinasi yang
tepat7. Ekonomik
DIDASARKAN RASIO 1. TEMPAT INFEKSI
2. SPEKTRUM AB ( INDIKASI)
3. SIFAT FARMAKOKINETIK AB, dll
4. EFEKTIVITAS KLINIS / HASIL UJI KLINIS
5. PENGALAMAN KLINIS
6. KEAMANAN AB
7. POTENSI TIMBULNYA RESISTENSI
8. BIAYA OBAT
9. “MASKING EFFECT”
MANFAATRISIKO
PRINSIP UMUM PENGGUNAAN AB
1. Tepat indikasi, tepat penderita
Pastikan bahwa pasien benar membutuhkan antibiotika. Atau dengan kata lain, pastikan bahwa pasien sungguh mengalami infeksi bakteri.
Salah satu pemeriksaan yang dapat membedakan infeksi bakteri sistemik akut dan infeksi virus adalah hitung leukosit.
Pada infeksi bakteri sistemik, jumlah leukosit meningkat dengan disertai peningkatan persentase neutrofil (batang dan segmen)
Sedangkan infeksi virus umumnya tidak akan menyebabkan peningkatan neutrofil, tetapi peningkatan limfosit atau monosit.
2. Perkirakan bakteri yang menjadi penyebab infeksi
Perkiraan ini didasarkan pada kemungkinan lokasi infeksi primer yang dapat ditentukan dari hasil analisis terhadap berbagai gejala, tanda serta hasil uji laboratorium yang ditemukan pada pemeriksaan.
3. Tentukan antibiotika
Tentukan beberapa pilihan antibiotika yang memiliki efektivitas terhadap dugaan bakteri penyebab.
Dalam hal ini, kita harus mengingat kembali “drug of choise” dari berbagai infeksi.
4. Riwayat pemberian antibiotik
Pertimbangkan riwayat pemberian antibiotik sebelumnya, kemampuan adaptasi bakteri yang sangat tinggi menyebabkan besarnya kemungkinan bahwa bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotik yang sebelumnya diberikan.
5. Pertimbangkan kemampuan penetrasi antibiotika ke lokasi fokus infeksi
Beberapa lokasi fokus infeksi hanya dapat dipenetrasi oleh antibiotika tertentu. Misal : SSP, karena adanya blood brain barrier.
6.Pertimbangkan adanya kontraindikasi
Pemberian antibiotika harus mempertimbangkan adanya efek samping yang minimal.
Terdapat beberapa kontraindikasi pemberian antibiotika, misalnya dalam hal usia, alergi, gangguan fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, dll.
7. Tentukan bentuk sediaan dan dosis
Bentuk sediaan dan dosis antibiotika ditentukan berdasarkan usia, berat badan, keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati pasien.
8. Bila diperlukan, pertimbangkan kombinasi antibiotika yang tepat
Sebagian infeksi sebaiknya diobati dengan agen antimikroba tunggal
Meskipun ada indikasi untuk terapi kombinasi, kombinasi-kombinasi antimikroba seringkali digunakan secara berlebihan dalam praktek klinis.
Penggunaan kombinasi antimikroba yang tidak perlu meningkatkan toksisitas dan biaya dan kadang menurunkan efikasi yang disebabkan adanya antagonisme satu obat dengan obat lain.
Indikasi kombinasi antibiotika sebaiknya diseleksi untuk alasan berikut :
1. Untuk memberikan terapi empiris spektrum luas pada pasien-pasien yang sakit parah.
2. Untuk mengobati infeksi-infeksi polimikroba seperti pada abses abdomen.
3. Untuk mengurangi munculnya strain-strain resisten. Misal : pada pemberian antituberkulosis
4. Untuk mengurangi toksisitas yang terkait dosis melalui pengurangan dosis satu atau lebih komponen obat.misal : kombinasi flucytosin dan amphotericin B untuk mengobati meningitis criptococal memungkinkan penurunan dosis amphoterisin B sehingga menurunkan nefrotoksisitas.
9.Tentukan harga antibiotika Bila terdapat beberapa pilihan
antibiotika dengan tingkat efektivitas dan keamanan yang sebanding, pilihlah antibiotik yang paling cost-efektif.