Download - Pemberian Vit.K & Salep Mata Ab
Indikator keberhasilan Indonesia Sehat 2010 ditentukan oleh angka mortalitas & morbiditas, AKI dan AKB
AKB menurut SDKI 2007 34/1000 KH Riskesdas 2007 sekitar
55,8% kematian terjadi di masa neonatal
2
Perawatan antenatal + pertolongan persalinan sesuai standar + perawatan neonatal dapat menurunkan AKB
Sebagian besar kematian neonatal yg terjadi pasca lahir disebabkan oleh penyakit-penyakit yg dpt dicegah dan diobati dg biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif
3
Pemberian
vitamin K
Pemberian salep mata
Ab
4
*Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)
BBL kadar vit.K & cadangan vit.K dlm hati
relatif lebih rendah dibanding bayi yg lebih besar
Asupan vit.K dari ASI belum mencukupi (0,5 ng/L),
sedangkan vitamin K dari makanan tambahan & sayuran belum dimulai, sal.cerna masih steril
Defisiensi vit.K
Risti PDVK*
di Asia angka kesakitan bayi krn PDVK 1: 1.200 – 1 :
1.400 KH
Pemberian profilaksis
vit.K pd BBL
5
Perdarahan Intrakranial Perdarahan KIPI
Angka kematian 10 – 50%
Umumnya terjadi pd bayi berumur 2 minggu – 6 bulan
Dgn akibat angka kecacatan 30 – 50%
Berupa perdarahan yg timbul sekitar 2 jam – 8 hari setelah imunisasi
Data Komnas KIPI, jumlah kasus selama 2003 – 2006 sebanyak 42 kasus, dimana 27 kasus (65%) diantaranya meninggal
6
Di Indonesia, selama ini pemberian vit.K umumnya hanya diberikan pd BBL yg memiliki risiko saja spt BBLR, bayi lahir dgn tindakan traumatis, bayi lahir dari ibu yg mengkonsumsi obat anti koagulan, obat anti kejang dll.
Berkaitan dg kasus KIPI yg diduga karena defisiensi vit.K, di mana petugas kesehatan di lapangan tdk mengetahui bahwa berbagai kasus KIPI sebenarnya dpt dicegah dgn pemberian profilaksis vitamin K perlu pedoman teknis tentang pemberian profilaksis vit.K
7
Sediaan vit.K di Indonesia vitamin K3 (menadione) & vit.K1 (phytomenadione)
Yang direkomendasikan oleh berbagai negara di dunia vit.K1
Sediaan vit.K1: ampul 10 mg/1ml
8
Cara pemberian:Bersihkan daerah suntikan dgn kasa atau
bulatan kapas yg telah direndam dlm larutan antiseptik, biarkan mengering
Masukkan vit.K1 ke dlm spuit sekali pakai steril 1 ml, kemudian disuntikkan secara IM di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir
9
Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject), dgn selang waktu 1-2 jam.
Pd bayi yg akan dirujuk tetap diberikan vit.K1 dg dosis & cara yang sama
Setelah pemberian injeksi vit.K1, dilakukan observasi
Kontraindikasi: hipersensitifitas thd vit.K, harus diberikan dgn kewaspadaan pd bayi dgn BB <2,5 kg krn peningkatan resiko kern ikterus
10
BBL sangat rentan infeksi yg disebabkan o/ paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir
Contoh: terkena air ketuban terutama ketuban keruh, preeklamsi, vakum, jalan lahir macet atau kejadian lain serupa yg dpt mengganggu mata bayi u/ melihat secara jernih & dpt menimbulkan infeksi
12
BBL saluran air mata belum terbuka sempurna, selain mata tampak merah, bayi akan terlihat spt mengeluarkan air mata terus (di bagian mata dekat hidung) walaupun sedang tidak menangis
13
BBL tdk mendapatkan obat mata dlm waktu kurang dari 1 jam dpt menyebabkan infeksi mata
Bila keadaan ini tdk diobati atau terlambat diobati bisa timbul kerusakan kornea, mulai dari bentuk ulkus hingga perforasi (Depkes, 2002)
14
Pemberian obat mata dpt dilakukan dgn memberi obat ke dalam mata berupa cairan & salep
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dpt dikerjakan setelah bayi selesai dgn perawatan tali pusat
15
Alat & bahan:1. Tetes mata atau salep mata steril2. Air hangat/kapas pelembab
16
1) Cuci tangan 2) Jelaskan pd ibu pasien mengenai prosedur yg akan dilakukan 3) Bersihkan daerah kelopak & bulu mata dgn kapas lembab dari sudut mata ke arah
hidung. Apabila sangat kotor, basuh dgn air hangat
17
4) Buka mata perlahan-lahan bagian bawah dgn ibu jari, jari telunjuk di atas tulang mata
5) Teteskan obat mata di daerah sakus konjungtiva. Setelah tetesan sesuai dgn dosis, biarkan bayi menutup mata secara perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata
18
6) Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube hingga obat keluar & berikan obat pd kelopak mata bawah. 7) Cuci tangan8) Catat obat, jumlah, waktu & tempat pemberian
19
Salep/tetes mata merupakan obat steril. Jadi u/ mencegah kontaminasi, ujung wadah obat jangan sampai terkena permukaan lain & tutup rapat sesudah digunakan
1 obat mata hanya boleh digunakan u/ 1 bayi saja penting u/ mencegah penularan infeksi pd mata
Obat mata yg masih tersisa 1 bulan setelah tutup dibuka harus segera dibuang, karena obat mata akan cepat rusak setelah dibuka (Depkes, 2002)
20
Salep Mata Tetes Mata
cenderung lebih awet (dalam penyimpanan)
penggunaannya juga lebih efisien
tahan lama salep mata lebih lama
menempel di mata sehingga pengobatannya lebih efektif
zat aktif dalam salep mata dapat bekerja optimal, sehingga diharapkan penyembuhan menjadi lebih cepat
cepat menguap habis akibat terbuang bersama air mata sehingga kita harus lebih sering menggunakannya
tetes mata yg harus diteteskan setiap 3 sampai 4 jam sekali, karena daya kerjanya cepat menghilang, terbuang bersama air mata
21
‘Belekan’ yg abnormal pd bayi ialah sebagai akibat infeksi selaput mata bayi baru lahir yg didapat saat bayi keluar dari jalan lahir
Bayi akan menunjukkan gejala mata merah, bengkak, kedua kelopak mata lengket & banyak belekan bahkan pd infeksi karena kuman tertentu sampai keluar nanah
Penyebabnya dpt berupa iritasi kimia, bakteri, klamidia & kadang-kadang virus herpes simplek
22
Obat mata yg biasa digunakan u/ BBL biasanya:
gentamicin 0,3 %, kloramfenikol 1 %, eritromisin 0,5%, tetrasiklin 1%
23
KeMenkes RI. 2011. Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis pada Bayi Baru Lahir
DepKes RI. 2002 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. YBP_SP: Jakarta
JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir, Pusdiknakes. Jakarta
Modul Asuhan Persalinan Normal
24
25