i
BAHAN AJAR
PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA ALAMIAH DAN BUATAN
OLEH IR. I WAYAN WIRAATMAJA, MP.
NIP. 19590418 198601 1 001
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNUD 2017
ii
KATA PENGANTAR
Berkat Asung Kertha Wara Nugraha Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, maka Bahan Ajar “Pembiakan Vegetatif Secara Alamiah dan Buatan” ini
berhasil disusun. Materi bahan ajar ini merupakan sub pokok bahasan dari mata
kuliah Dasar-Dasar Agronomi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
rekan-rekan staf dosen Program Studi Agroekoteknologi dan Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Udayana atas segala bantuannya, baik moril maupun dorongan
semangat.
Penulis menyadari bahwa Bahan Ajar ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk
penyempurnaan. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Denpasar, Juni 2017.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………… iii
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………. 1-3
II. PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA ALAMIAH………………………………………………. 4-13
III. PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA BUATAN………………………………………………… 14-43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………… 44
1
I.PENDAHULUAN
Pembiakan secara tak kawin merupakan dasar pembiakan cegetatif, dimana
terlihat kesanggupan tanaman membentuk kembali jaringan atau bagian lain.
Pada banyak tanaman pembiakan secara vegetatif merupakan proses alamiah
yang sempurna, tetapi dalam hal lain juga bias dilakukan oleh manusia.
Sebab yang utama dilakukan pembiakan secara vegetatif adalah supaya
tanaman yang dihasilkan menyerupai sifat induknya. Sebagai contoh, biji dari
sejenis apel (Baldwin apple) bila ditanam menghasilkan buah yang tidak seperti
induknya. Buah akan berubah dalam ukuran, bentuk, warna,mutu, waktu
pematangan,susunan kimianya dan lain sebainya. Dengan cara lain, bilama tunas
dari Baldwin apple tersebut disambungkan pada batang bawah apel lain, pohon
yang tumbuh dari tunas tersebut akan mempunyai sifat yang serupa dengan
Baldwin apple yang telah diambil tunasnya.
Sebab-sebab lain diulakukan pembiakan secara vegetatif:
1. Tanaman tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji. Sebagai contoh:
macam-macam apel, almond, persik, pisang, nenas, dan kacapiring, yang pada
umumnya merupakan tanaman triploid.
2. Tanaman menghasilkan biji tetapi sukar berkecambah. Contoh: holly, beberapa
viburnum, mawar dan jenis-jenis palm.
3. Beberapa tanaman lebih resistemterhadap hama dan penyakit bila timbul
pada akar yang berhubungan pada tanaman tersebut. Contoh: persik, anggur
Eropah, sukun dan cemara.
4. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin bila disambungkan pada
batang laiun jenis. Contoh: macam apel King, Baldwin, dan Grimes.
5. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan. Contoh: anggur yang
disambungkan pada batang bawah tertentu yang menghasilkan tanaman lebih
2
besar serta hasil buah yang lebih banyak, demikian pula untuk tanaman karet
dan mawar.
6. Tanaman lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif. Conto: Strawbery,
blueberry, kentang dan pisang.
Banyak cara pembiakan vegetatif yang bias dilakukan, dan pemilihan dari macam
cara tersebut tergantung pada tanamannya dan tujuan pembiakan. Cara-cara
pembiakan vegetatif:
1. Secara alami:
a. Penggunaan biji apomiktik.
b. Melalui penggunaan spora.
c. Penggunaan bagian-bagian khusus tanaman.
2. Secara buatan.
a. Stimulasi akar dan tunas adventif.
b. Penyambungan tanam.
c. Kultur Jaringan.
Penggunaan biji apomiktik. Apomiksis adalah substitusi dari perbanyakan secara
kawin oleh perbanyakan tak kawin dimana dalam proses ini tak mengalami
persatuan inti sel, atau dapat pula diartikan sebagai perkembangan biji tanpa
proses kawin yang sempurna, sehinga hasil apomiksis ini akan merupakan suatu
bentuk vegetatif.
Penggunaan bagin-bagian khusus tanaman. Selain dengan penggunaan biji
apomiktik, perbanyakan alamiah dari banyak tanaman dicapai dengan
menggunakan bagian-bagian khusus tanaman. Bagian-bagian khusus tersebut
berupa perubahan batang atau akar (bulb, corn, runner, rhizome, tuber, offset, dan
fleshyroot) yang sering kali berbentuk sebagai alat penyimpan makanan dalam
tanah.
3
Stimulasi akar dan tunas adventif. Agar bagian vegetatif tanaman mampu
berkembang menjadi suatu tanaman yang sempurna stimulasi buatan dari akar
dan tunas adventif perlu dilakukan. “Layerage” atau bumbun adalah stimulasi
akar / tunas baru tersebut dilakukan pada saat bagian vegetatif masih bersatu
dengan tanaman. Sedangkan bila stimulasi dilakukan setelah bagian vegetatif
dipisahkan dari tanaman asalnya disebut “Cuttage” atau setek
Penyambungan tanaman. Penyambungan tanaman merupakan suatu tindakan
memasukkan, menempatkan atau menyambung bagian dari satu tanaman ke
bagian tanaman lain sedemikian rupa sehingga akan tercapai persenyawaan, dan
kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru.
4
II. PEMBIAKAN VEGETATIF SECARA ALAMIAH
A. PENGGUNAAN BIJI APOMIKTIK.
Biji apomiktik dibentuk langsung dari sel diploid, yang mungkin terjadi
dari sel induk megaspore yang belum mengalami miosis sempurna atau dari sel-
sel jaringan ovuler. Sebagai hasil apomiksis atau hasil perkembangan biji tanpa
proses kawin yang sempurna, pada perkawinan silang heterozygous hasilnya
menunjukkan sifat yang sama dengan induknya yang betina.
Meskipun apomiksis banyak terdapat dalam dunia tanaman, hal ini bukanlah
merupakan arti umum dari pembiakan tak kawin. Sebagai contoh dalam
pembiakan Kentucky bluegrass, jertuk dan mangga apomiktik hanyalah
sebagian proses saja, biji akan diturunkan baik secara kawin maupun tak
kawin. Kecambah vegetatif dari jeruk pada umumnya akan mengalahkan
kecambah hasil perkawinan.
Cara apomiktik dapat digunakan untuk mengekalkan klon jeruk yang bebas
dari virus, hal ini dikarenakan virus susah ditularkan melalui biji, dan kecambah
yang tumbuh tersebut dari jaringan vegetatif sehingga sifatnya akan sama
dengan induk betina.
Pembiakan vegetatif dengan biji apomiktik, berakibat seperti pembiakan
dengan biji pada umumnya. Pembiakan apomiktik ini juga menunjukkan
cirri-ciri juvenile dimana masa pembuahan akan dicapai dalam jangka waktu
relative lebih lama daripada cara pembiakan vegetatif lainnya.
5
B. MELALUI SPORA.
C. PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN KHUSUS TANAMAN.
Pembiakan vegetatif ini menggunakan bagian-bagian khusus tanaman yang
seringkali berupa perubahan batang atau akar (bullb, corm, runner, rhizome, tuber,
offset, dan fleshyroot.
6
I. PERUBAHAN BATANG.
1. Bulb (umbi), merupakan batang pendek, tebal, mempunyai lembaran-
lembaran daging dan bersisik. Tunas berkembang pada sela-sela lembaran
sisik dibagian pusat ujung pertumbuhunnya. Pada umumnya bulb ini
terdapat pada tanaman bawang, lily dan tulip.
7
2. Corn, menyerupai bulb sehingga disebut pula bulb palsu, tidak berisi
lembaran-lembaran berdaging, tetapi merupakan suatu batang padat yang
mengandung mata dan ruas-ruas. Misalnya terdapat pada tanaman gladiol,
crocus, water chestnut (Eleocharis tuberose), dan bunga coklat (Zephyranthes
rosea). Corn yang telah masak akan mengeluarkan tunas-tunasnya dan
berkembang lebih lanjut menjadi tunas-tunas pembungaan. Dasar corn
yang telah masak akan membentuk corn baru diatas yang tua. Kadang-
kadang diantara corn tua dan corn baru terdapat tunas-tunas berdaging
yang disebut cormel / corn kecil. Pembiakan corn ini dapat ditingkatkan
dengan pembelahan, tetapi cara ini tak umum dilakukan karena mudah
terserang penyakit.
3. Runner (Stolon), adalah batang ramping yang tumbuh keluar dari ketiak
daun pada dasar tajuk dan menjalar sepanjang permukaan tanah.
Pembiakan vegetatif dengan runner ini terdapat pada strawberry, bunga
Episcia fulgida, Hemigraphis colorata, Ophiophogan sp. dan tapak liman.
Rumpun daun dan akar akan sangat mudah dibentuk pada mata kedua
8
dari runner, dan dapat pula menghasilkan kembali runner-runner baru.
Pembentukan runner sangat sensitive terhadap lamanya penyinaran, pada
umumnya dimulai bila panjang hari 12 jam atau lebih dan suhu diatas 100C.
Beberapa spesies strawberi tak berrunner, pembiakan vegetatif mungkin
dilakukan dengan pembagian tajuk seperti halnya pada tanaman Maranta
bicolor.
4. Rhizome, adalah dahan yang berbentuk tabung yang tumbuh lateral dalam
tanah, dapat berdaging, dapat pula ramping, dan pada umumnya kaya
akan simpanan makanan. Rhizome mengandung mata dan ruas yang
bermacam-macam panjangnya, dan dapat menghasilkan akar adventip.
Contoh rhizome yang berdaging tedapat pada pisang, jahe, temu-temuan,
dan ganyong. Rhizome yang ramping serta panjang terdapat pada
Kentucky bluegrass, rumput alang-alang / Imperata cylindrical. Tanaman
yang berizome sangat mudah dibiakkan dengan pembagian dalam
9
potongan-potongan yang mengandung tunas vegetatif. Contohnya jahe
(zingiber officinale), lengkuas, kunyit.
5. Tuber sering juga disebut umbi batang, adalah batang berdaging dalam
tanah dengan beberapa mata tunas. Contoh tanaman yang berbiak
dengan tuber antara lain: Helianthus tuberoses, talas daun dan kentang.
Kentang dibiakkan dengan menanam tuber yang utuh maupun potongan-
potongan tuber yang mengandung sedikitnya satu kumpulan tunas mata.
Bila satu tuber utuh ditanam pada umumnya menghalangi tumbuhnya
tunas lain, oleh karena itu perlu dilakukan pemotongan tuber. Diindonesia
pemotongan tuber jarang dilakukan karena umbi bibit kecil-kecil.
10
6. Offset dapat diartikan sebagai suatu dahan/cabang pendek yang tumbuh
keluar dari tajuk dan berakhir ujungnya dengan suatu tunas atau
sekumpulan daun. Dapat pula diartikan sebagai tunas lateral yang
berkembang dari batang, dan bila berakar dapat membentuk duplikat
tanaman. Contohnya offset Sucker, crown, ratoon, dan slip, hal ini
tergantung pada bagian mana offset tersebut dihasilkan oleh tanaman.
Tanaman yang berbiak dengan offset antara lain: pisang, nenas, sorgum dan
tebu. Pembiakan tanaman yang menghasilkan offshet ini sangat mudah
dijalankan baik dengan pemisahan maupun dengan pembagian.
11
7.Tunas Adventif
Selain batang, daun juga dapat termodifikasi dan tumbuh menjadi individu baru. Pada
cocor bebek (Kalanchoe daigremontiana), di ujung daunnya akan tumbuh tunas
adventif yang akan tumbuh akar baru sehingga tumbuh menjadi satu individu baru.
12
II. PERUBAHAN AKAR.
Akar yang berdaging disebut juga umbi akar dan berfungsi sebagai penyimpan
makanan serta mempunyai tunas adventif. Sebagai contoh umbi akar: ubi
jalar, dahlia dan begonia. Ubi jalar pada umumnya dibiakkan dengan
mengakarkan tunas adventifnya. Pada dahlia setiap umbi akar harus
memanifestasikan sebuah tunas dari tajuk. Pada begonia akar primer
mengembang menjadi sebuah umbi akar yang meluas, yang dapat pula
dibiakkan dengan pembagian dimana setiap potongan mengandung satu mata
tunas
Faktor yang mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif Alami.
1. FaktorSuhu/TemperaturLingkungan.
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang
baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad
selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. FaktorKelembaban/KelembapanUdara.
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta
berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang
lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan
13
cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna
tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar
mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,
hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.
14
III. PEMBIAKAN VEGETATIV SECARA BUATAN
A. Membumbun (“Layerage”) Dalam Tanah.
Layerage merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang dapat
pula terjadi secara alamiah. Bagian tepi atau ujung batang yang terkulai
cendrung berakar bila bersentuhan dengan tanah. Karena bagian vegetatif ini
masih berhubungan dan mendapat makanan dari induknya. Waktu serta teknik
melakukan layerage ini tidaklah segawat pada cottage. Pembentukan akar pada
layerage dapat dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan, pengikatan,
etiolasi, dan penyalah arahan dari batang, yang akan mempengaruhi gerakan dan
penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian batang tanaman. Pembiakan
vegetatif tanaman dengan layerage atau bumbun ini dapat dibedakan atas dua
macam cara, yaitu: 1. dalam tanah, dan 2. di atas tanah.
Keuntungan layerage dalam tanah, adalah tanaman menyediakan tunas-tunas
yang mengandung karbohidrat, hormone, air, dan zat hara sampai tunas tersebut
berkembang hingga akar dan daun mencukupi untuk berkembang sendiri.
Layerage dalam tanah dilakukan dengan cara pembengkokan / pelengkungan
cabang dimana sebagian cabang tersebut dibenamkan dalam tanah. Cara ini
dapat pula disebut merundukkan batang dalam tanah. Usahakan pada bagian
yang dibenamkan mengandung tunas sebagai sumber auksin untuk mempercepat
pertumbuhan akar. Setelah akar dibentuk cukup banyak dan cukup dewasa
dapat dilakukan pemotongan cabang-cabang dari induk tanaman, dan hasil
tanaman runduk ini dapat segera dipindahkan.
Layerage dalam tanah ada beberapa cara:
1. “Tip Layerage”. Dibuat dengan meletakkan seluruh ujung cabang sedalam 2,5
cm – 5 cm. Tunas baru akan tumbuh menembus tanah, dan akar-akarnya
15
akan dibentuk dekat ujung cabang. Contoh tanaman yang biasa dibiakkan
dengan cara ini adalah tanaman yang batangnya mudah dirundukkan seperti
berries dan Murbei. Cara ini sebaiknya dilakukan pada akhir musim panas,
dan akan membentuk akar dalam waktu 2-3 bulan.
2. “Simple / Common layerage”. Yaitu pelengkungan cabang dibawah ujung
cabang ke tanah, dan menutupi bagian tengah pelengkungan tersebut
sedalam 12,5 cm – 25 cm. Ujung cabang dibiarkan beberapa cm timbul
dipermukaan tanah untuk membentuk akar, dan beberapa daun dibiarkan
diatas tanah. Pada bagian batang yang tertutup tanah dilakukan pelukaan
untuk merangsang titik tumbuh akar, dan kadang-kadang pada bagian ini
diberi perlakuan zat pengatur tumbuh untuk mempercepat tumbuhnya
akar. Waktu untuk melakukan layerage ini bervariasi tergantung spesies
tanaman, beberapa dilakukan pada akhir musim panas dan musim gugur,
lainnya dilakukan dalam akhir musim dingin dan musim semi. Tanaman
yang dibiakkan dengan cara ini : Black berries, mawar pagar, Rhododendron,
Honeysuckle, Currant, dan Gooseberry.
16
3. ” Trench / continuous layerage” adalah bagian pangkal dan tengah dari cabang
ditempatkan dalam parit yang dangkal (5-12,5 cm), baru kemudian ditimbun
. Keuntungan cara ini setiap cabang menghasilkan banyak tanaman, tetapi
sulit mendapatkan tanaman kuat dalam waktu yang relatip pendek.
Tanaman yang dibiakkan dengan cara ini: chery, plum, batang bawah dari
apel, mawar dan semak desiduous. Layerage dilakukan pada musim semi,
sehingga pada musim gugur / musim dingin tunas-tunas yang telah
mengetiolasi telah berakar dan dapat dipisahkan
17
4. “Serpentine / compound layerage”, adalah cabang dilenturkan memanjang dan
ditutup dengan tanah pada beberapa tempat sehingga cabang tersebut
berselang-seling berada dalam tanah dan timbul di atas tanah. Bila tunas
baru telah berkembang pada bagian-bagian yang timbul, dan akar telah
berkembang pula pada setiap bagian yang tertutup tanah, tanaman-
tanaman baru dapat dipisahkan dari induk tanaman. Pada umumnya cara
ini dilakukan pada akhir musim dingin atau permulaan musim semi, sebelum
pertumbuhan dimulai. Contoh tanaman yang dibiakkan dengan cara ini:
anggur, muscadine, dan American, dan tanaman hias seperti Clematis, Ficus
pumila, dan Smilax lanceciata.
5. “Mound / Stool layerage”. Pada musim dingin atau permulaan musim semi,
pada waktu tanaman masih dalam keadaan dorman, dilakukan pemotongan
batang utama setinggi 5-10 cm diatas permukaan tanah. Sekitar
pertengahan musim panas dilakukan pembumbunan dengan tanah yang
cukup lembab pada pangkal tunas-tunas baru yang telah dibentuk, sehingga
bumbunan tersebut mirip setengah lingkaran. Pangkal tunas yang baru
tertutup tanah akan menghasilkan akar, dan tunas-tunas baru yang berakar
18
ini boleh dipisahkan dari induk tanaman pada musim semi. Contohnya:
Chrysanthenum, gooseberry, currant, quince, dan banyak apel malang yang
dipergunakan sebagai batang bawah, juga bunga mawar.
19
B. Mencangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara perkembangbiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan.
Cangkok adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam
batang atau dahan. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang
mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga
Keuntungan mencangkok antara lain
a. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan
tumbuhan yang ditanam dari biji
b. Tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama dengan
induknya.
c. Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses
mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
d. Produksi dan kualitas akan persis sama dengan tanaman
induknya.
e. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air
tanahnya tinggi .
Kerugian mencangkok antara lain
a. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
b. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar
tunggang.
c. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang
dipotong.
20
d. Dalam satu pohon induk hanya bisa mencangkok beberapa
batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar
tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Cara mencangkok yang benar dilakukan sebagai berikut :
Pilih cabang yang sehat dan lebih baik yang tumbuh vertikal.
Cabang dikuliti kulitnya melingkari batang dengan jarak 5-10 cm.
Bersihkan lapisan kambium yang menempel pada kayu.
Apabila memakai plastik, plastik tersebut harus diberi beberapa lubang kecil
sebagai jalan masuknya air terlebih dahulu.
Setelah lapisan kambium bersih, lapisi bagian tersebut dengan tanah
gembur
dan balut bagian yang telah terlapisi tanah dengan plastik atau sabut kelapa.
Ikat balutan tersebut dengan menggunakan tali plastik dibagian ujung atas
dan bawah.
Sirami bagian yang telah dicangkok secara teratur.
Setelah kurang lebih satu bulan, akar mulai tumbuh. Jika pertumbuhan akar sudah
cukup baik, balutan plastik atau sabut dilepas dan cangkokan siap
ditanam di wadah baru.
21
Perhatikan gambar :
C. Stek
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru.
Tujuannya menggabungkan dua sifat baik pada tumbuhan sehingga didapatkan
tanaman baru yang mempunyai sifat lebih baik dari tanaman induk.
Macam macam Stek
· Stek batang
Yaitu stek yang dilakukan dengan cara memotong batang tumbuhan yang akan
dikembangbiakan kemudian menanamnya di dalam tanah .
contoh : ketela pohon, tebu, sirih
22
Berdasarkan jenis batang yang digunakan, teknik melakukan stek batang
dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain:
1. Stek lunak merupakan teknik stek batang dengan menggunakan ranting atau
bagian cabang tanaman yang masih muda.
2. Stek setengah lunak merupakan teknik stek batang dengan menggunakan ranting
atau bagian cabang tanaman yang sudah mulai menua, ditandai dengan warna kulit
yang sudah mulai kecokelatan, dan pertumbuhannya sudah terhenti.
3. Stek keras adalah merupakan teknik stek batang dengan menggunakan ranting
atau bagian cabang tanaman yang sudah berumur tak kurang dari satu tahun,
berukuran sebesar pensil dan masih masih memiliki daun.
23
4. Stek daun
Umumnya dilakukan pada tanaman hias , biasanya yang daun nya bewarna hijau ,
caranya mudah , cukup meletakan daun di tanah dan kemudian akan membentuk
tunas . Tunas dapat dipisahkan dari induknya dan membentuk tanaman baru .
Contoh : cocor bebek, begonia, sansivera , kaktus , lidah buaya .
6. Stek akar.
24
D. Mengenten / menyambung.
Mengenten adalah perkembangbiakan buatan yang biasanya dilakukan pada
tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon, demi mendapatkan kualitas buat
yang baik.
Mengenten atau menyambung adalah menggabungkan batang bawah dan batang
atas dua tanaman yang sejenis. Tujuan menyambung adalah menggabungkan sifat-
sifat unggul dari dua tanaman, sehingga diperoleh satu tanaman yang memiliki sifat-
sifat unggul.
Keuntungan Mengenten
Tanaman dapat berproduksi lebih cepat,
Hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang
digunakan.
Kerugian mengenten
Pada saat mengenten, ukuran kedua batang harus sama, karena kambium pada
kedua batang harus bertemu dengan tepat. Bila tidak, proses mengenten akan
gagal.
Jenis pohon yang bisa disambung jumlahnya terbatas, karena harus pohon yang
sekeluarga.
Cara mengenten / menyambung tanaman
o Cari tumbuhan subur. Batang bawah berdiameter lebih besar daripada batang atas
o Carilah tumbuhan kedua yang siap diambil tunasnya
o Gunakan pisau steril dan tajam untuk memotong tunas / pucuk tanaman yang kedua
dengan panjang ± 5cm, bentuklah ujung tunas yang dipotong menyerong kiri-kanan
(bentuk V terbalik) agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah..
25
o Potonglah pula tunas tanaman yang akan ditempel, ujung yang akan ditempel (calon
batang bawah) dipotong berbentuk huruf v
o Ikatlah tempelan tadi dengan tali rafia, hati-hati jangan sampai tunasnya patah.
o Bungkuslah sambungan tadi dengan kertas untuk menghindari sinar matahari
langsung, usahakan sambungan jangan terkena air dan bagian tengahnya longgar
agar tunas tidak terganggu.
o Untuk mengurangi penguapan dan mempercepat tumbuhnya tunas, sisakan 2-4 helai
daun pada batas atas; dan potong daun tersebut menjadi setengahnya atau pangkas
semua daun.
o Setelah kira-kira dua minggu kemudian periksalah. Apabila daun tampak segar
berarti mnegenten berhasil. Apabila daun layu atau membusuk berarti mengenten
gagal dan perlu diulang kembali.
Perhatikan gambar :
26
27
28
E. Menempel / Okulasi
Tempel atau okulasi adalah cara pembudidayakan tanaman dengan menempelkan
tunas dari satu tumbuhan ke batang tumbuhan lain. Tunas dan batang itu dapat
tumbuh menjadi tanaman yang mempunyai sifat lebih baik dari tanaman induk.
berguna untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik mutunya danmenggabungkan
dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki
dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat.
Kelebihan perbanyakan tanaman dengan cara okulasi :
o Dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
o Ada beberapa warna di satu pohon.
o Tanaman memiliki sifat yang baru.
o Pertumbuhan tanaman yang seragam.
o Penyiapan benih relatif singkat.
Kelemahan dari perbanyakan dengan cara okulasi :
o Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak
adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas
o Perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
o Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan
kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Cara mengokulasi
o Buat jendela okulasi pada batang tumbuhan satu, dengan irisan kira- kira 1 cm dari
lingkaran batang. Dari pertengahan irisan melintang ini, buat irisan vertikal ke
bawah(huruf T). Panjang irisan vertical lebih kurang 3 cm.
29
o Kulit kedua buah sisi irisan vertikal diangkat dengan pisau.
o Iris kulit batang yang memiliki mata tunas sebesar irisan batang yang akan ditempeli
dengan cara menyayat atau bentuk segiempat.
o Irisan mata tunas ditempel pada batang pokok yang telah diiris tadi dan dijepit dengan
ibu jari untuk memudahkan pembalutan.
o Mata tunas yang sudah ditempel, kemudian diikat menggunakan tali plastik.
Cara pengikatan dari bawah ke atas. Dalam pengikatan bagian mata
tunas(tempelan) tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar.
o Setelah dua minggu . Mata tunas mengalami pertambahan ukuran daun
o Setelah tiga minggu, pertambahan ukuran dan daunnya masih tetap hijau dan segar,
pembalutan sudah boleh dibuka.
o Setelah itu yang terakhir dilakukan adalah memotong batang pokok
Perhatikan gambar :
30
F. Kultur Jaringan.
Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu bagian dari tanaman
seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
yang dapat menyebabkan bagian tanaman tersebut untuk memperbanyak diri
tumbuh menjadi sebuah tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur
jaringan menjadi salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif.
Pengertian kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan
menggunakan cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan
untuk menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara aseptik
31
dimana kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah yang tertutup yang
dapat tembus cahaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi sebuah tanaman lengkap.
Prinsip
Prinsip utama dari kultur jaringan ini adalah perbanyakan tanaman dengan memakai
bagian vegetatif tanaman yang menggunakan media buatan dan dilakukan di
tempat yang steril. Berbeda dari teknik untuk memperbanyak tanaman secara
konvensional, teknik kultur jaringan merupakan teknik yang dilakukan dalam kondisi
aseptik di dalam sebuah botol kultur dengan medium serta pada kondisi tertentu. Oleh
sebab itu, teknik pengertian kultur jaringan dapat disebut kultur in vitro. Dikatakan in
vitro yang merupakan kata dari bahasa latin yang berarti ”didalam kaca”. Teori dasar
dari teknik kultur in vitro adalah Totipotensi. Totipotensi mempercayai bahwa setiap
32
bagian-bagian tanaman dapat berkembang biak, hal ini karena seluruh bagian
tanaman tersebut terdiri dari jaringan-jaringan hidup. Oleh sebab itu, semua
organisme-organisme baru yang berhasil tumbuh akan mempunyai sifat yang sama
persis dengan induknya tersebut.
Prasyarat
Kultur jaringan membutuhkan beberapa prasyarat guna mendukung kehidupan
jaringan yang dikembangbiakkan tersebut. Salah satu hal yang penting adalah sebuah
wadah dan media tumbuh yang cukup steril. Media tersebut akan digunakan sebagai
tempat bagi jaringan tanaman untuk dapat tumbuh serta mengambil nutrisi yang
dapat mendukung kehidupan jaringan tersebut. Media tumbuh akan menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan jaringan tanaman untuk hidup serta memperbanyak
diri.
Syarat-syarat :
Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar dalam pembentukkan kalus, terdapat
beberapa syarat tumbuhan eksplan :
1. Jaringan tersebut pada saat sedang aktif pertumbuhanya, diharapkan masih
terdapat zat-zat tumbuh yang masih aktif sehingga akan membantu perkembangan
jaringan-jaringan selanjutnya.
2. Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian tumbuhan, seperti : akar, kuncup,
mata tunas, daun, umbi, dan ujung batang yang dijaga kelestatriannya.
3. Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian yang masih muda (apabila ditusuk
dengan menggunakan pisau akan terasa lunak sekali).
* Pengaturan udara yang baik terlebih untuk kultur cair.
* Keadaan yang aseptik dan penggunaan medium yang cocok.
33
* Pilih bagian dari tanaman yang masih muda serta dapat dengan mudah untuk
tumbuh yaitu pada bagian meristem, seperti: ujung akar, daun muda, keping biji,
ujung batang, dan sebagainya. Jika memakai menggunakan embrio pada bagian bji-
biji yang lain sebagai eksplan, perlu diperhatikan juga adalah kemasakan embrio,
dormansi, temperatur, dan waktu imbibisi.
Sejarah Kultur Jaringan
Setelah mengetahui tentang pengertian kultur jaringan, berikut ini sejarah kultur
jaringan tersebut. Perkembangan kultur jaringan dimulai sejak tahun 1838 ketika
Schleiden dan Schwann mengungkapkan mengenai teori totipotensi yang menjelaskan
sel-sel bersifat otonom, serta prinsipnya yang dapat beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Teori yang dikemukakan tersebut menjadi dasar dari spekulasi Haberlandt
pada abad ke-20 awal yang menjelaskan jaringan tanaman yang diisolasi dan dikultur
dapat berkembang menjadi sebuah tanaman normal dengan cara melakukan
manipulasi terhadap nutrisi dan kondisi lingkungan. Walaupun pada awalnya usaha
yang dilakukan oleh Haberlandt pada tahun 1902 mengalami kegagalan, akan tetapi
Carrel, Harrison, dan Burrows pada tahun 1907-1909 berhasil untuk mengkulturkan
34
jaringan hewan dan manusia dengan cara in vitro.
Keberhasilan dari teknik kultur jaringan sebagai sebuah sarana untuk memperbanyak
tanaman secara vegetatif pertama kali pada tahun 1934 dilaporkan oleh White, yaitu
dengan keberhasilannya untuk kultur akar tanaman tomat. Pada tahun berikutnya
yakni tahun 1939, White, Nobecourt, dan Gautheret berhasil untuk menumbuhkan
kalus tembakau dan wortel dengan cara in vitro. Setelah perang dunia II,
perkembangan kultur jaringan menjadi berkembang pesat dan menghasilkan
penelitian-penelitian yang mempunyai arti penting untuk dunia pertanian,
hortikultura, dan kehutanan.
Pada awalnya, teknik kultur jaringan tanaman yang berada dibelakang kultur
jaringan manusia. Keterlambatan tersebut disebabkan karena hormon tanaman.
Kemudian ditemukan auksin IAA pada tahun 1934 oleh Haagen-Smith dan Kogl yang
membuka peluang besar untuk kemajuan dari teknik kultur jaringan tanaman. Pada
tahun 1955 ditemukan kinetin (suatu sitokinin) yang membuat kemajuan teknik kultur
jaringan menjadi semakin berkembang pesat.
Kemudian oleh Miller mempublikasikan tulisan “kunci” yang menjelaskan bahwa
interaksi kuantitatif yang terjadi antara auksin dan sitokinin memiliki pengaruh untuk
menentukan tipe pertumbuhan dan peristiwa morfogenetik yang ada di dalam
tanaman. Penelitian kedua yang dilakukan oleh ilmuwan tersebut terhadap tanaman
tembakau yang menyatakan bahwa rasio yang tinggi diantara auksin terhadap
sitokinin akan menginduksi morfogenesis akar, rasio yang rendah akan menginduksi
morfogenesis pucuk. Akan tetapi, pola yang demikian tidak berlaku untuk semua
spesies tanaman.
35
Ditemukannya prosedur perbanyakan dengan cara in vitro terhadap tanaman
anggrek Cymbidum pada tahun 1960 oleh Morel, dan diformulasikannya dengan
komposisi medium konsentrasi garam mineral tinggi oleh Skoog dan Murashige pada
tahun 1962, semakin mempercepat perkembangan teknik kultur jaringan pada
berbagai jenis tanaman yang lainnya.
Perkembangan pesat dimulai di negara Prancis dan Amerika, kemudian
dikembangkan dibanyak negara, salah satunya di Indonesia, dengan prioritas
penggunaan tanaman yang mempunyai arti penting bagi tiap-tiap negara. Dengan
berkembangnya penelitian dalam dua dekade terakhir telah memberikan banyak
sumbangan yang sangat besar. Jumlah penelitian serta penggunaan dari teknik kultur
jaringan akan terus meningkat pada masa mendatang.
Tipe Kultur Jaringan Teknik kultur jaringan merupakan teknik perkembangbiakan
tanaman dengan cara vegetatif serta bersifat aseptik yang menggunakan botol/wadah
yang dapat tembus cahaya. Untuk menggunakan teknik kultur jaringan, terdapat
beberapa teknik kultur sebagai berikut :
1. Kultur Haploid
Kultur haploid adalah kultur yang menggunakan bagian reproduksi suatu tanaman
sebagai eksplannya, seperti : tepung sari, ovule, kepala sari, dan lain sebagainya
sehingga dapat menghasilkan tanaman haploid.
2. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma menggunakan sel yang telah dilepas dari bagian dinding selnya, hal
ini karena enzim tersebut sebagai eksplannya. Kultur protoplasma digunakan pada
umumnya untuk keperluan hibridisasi somatik ataupun fusi sel soma.
36
3. Kultur Suspensi
Kultur suspensi yang dijadikan eksplannya pada umumnya yaitu kalus atau jaringan
meristem yang dalam bentuk sel maupun agregat. Pada kultur suspensi pada
umumnya memakai media cair dengan pengocokan secara terus menerus dengan
menggunakan shaker.
4. Kultur Kalus
Kultur kalus yang dijadikan eksplannya adalah sekumpulan sel, seperti : jaringan
parenkim.
5. Kultur Organ
Kultur organ memakai bagian-bagian tertentu dari sebuah tanaman sebagai eksplan
seperti buku batang, akar, helaian daun, buah muda, tangkai daun, pucuk,bunga, dan
lain sebagainya.
6. Kultur Biji
Kultur biji dengan memanfaatkan biji atau seeding sebagai eksplan.
Metode Kultur Jaringan
37
Teknik kultur jaringan dapat dilakukan dengan metode-metode yang akan dijelaskan
dibawah ini. Macam –macam metode pada teknik kultur jaringan dapat ditinjau dari
macam media tanam, eksplan yang dipakai atau bahan, dan cara pemeliharaannya.
Berdasarkan dari macam media tanam yang dipakai, metode kultur dibedakan
sebagai berikut :
1. Metode Padat (Solid Method)
Metode padat atau solid method adalah teknik kultur jaringan dengan menggunakan
media padat. Media padat ialah media yang didalamnya terkandung semua
komponen-komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut yang kemudian
akan dipadatkan dengan menambahkan suatu zat pemadat. Zat pemadat dapat
berupa agar-agar batangan, bubuk, ataupun sebuah kemasan kaleng yang biasanya
dipakai untuk media padat pada teknik kultur jaringan. Metode padat atau solid
method ini banyak digunakan guna teknik kloning, untuk menumbuhkan protoplasma
setelah diisolasikan, dan kegunaan yang lainnya.
Perlu diketahui juga bahwa penggunaan media yang terlalu padat akibatnya
membuat akar sukar untuk tumbuh karena akar akan sulit menembus ke dalam
media sehingga membuat proses kultur cenderung gagal.
2. Metode Cair (Liquid Method)
Metode cair atau liquid method adalah teknik kultur jaringan dengan menggunakan
media cair. Media cair dapat berupa larutan nutrien tanpa harus memerlukan zat
pemadat. Pembuatan media cair ini cenderung lebih cepat, namun kurang praktis
sebab apabila terlalu cair dapat menyulitkan pertumbuhan eksplan menjadi kalus
sehingga keberhasilannya yang sangat minim. Pertumbuhan tersebut tidak akan
terjadi sebab eksplannya tenggelanm. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan dengan
38
menggunakan metode cair pada umumnya digunakan pada eksplan satu diantaranya
yaitu suspensi sel.
Apabila ditinjau berdasarkan eksplan atau bahan yang dipakai, metode kultur
dibedakan menjadi:
Kultur Antera
Kultur Meristem
Kultur Endosperma
Kultur protoplasma
Kultur spora
Kultur Suspensi sel, dan lain sebagainya
Cara Pemeliharaan
Supaya eksplan yang ditanam tersebut dapat tumbuh hingga menjadi kalus dan
kemudian dapat menjadi planlet, diperlukan pemeliharaan yang tepat dan rutin.
Ketika eksplan sudah waktunya untuk dipindahkan, maka segera dipindahkan eksplan
tersebut ke lingkungan hidup luar, jika tidak pertumbuhan eksplan tersebut akan
terhenti atau mengalami browing (tekontaminasi oleh bakteri atau jamur).
39
Tahapan Kultur Jaringan
Untuk membantu proses replikasi tanaman dengan menggunakan teknik kultur
jaringan harus dengan melalui serangkaian proses-proses. Adapun tahapan-tahapan
kultur jaringan tersebut antara lain :
1. Pembuatan Media
Media adalah faktor yang sangat penting dalam kultur jaingan. Media tersebut dapat
berupa hormon, vitamin, atau garam mineral. Media yang digunakan harus steril
terlebih dahulu, sehingga sebelum proses kultur jaringan dilakukan, media yang telah
disiapkan tersebut ditempatkan di tabung reaksi dan kemudian dipanaskan dengan
autoklaf. Media yang diambil harus sudah dipersiapkan di greenhouse supaya bebas
kontaminan pada saat dikultur nanti.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan suatu proses pengambilan eksplan dari bagian pada tanaman yang
akan dikultur. Sumber eksplan yang harus memenuhi kriteria seperti jelas jenisnya,
varietas, bebas dari hama dan penyakit, spesies. Salah satu bagian tanaman yang
sering digunakan adalah tunas. Setelah eksplannya sudah dipersiapkan, eksplan
tersebut akan dikultur dengan harapan dapat menginisasi pertumbuhan baru sehingga
40
dapat memungkinkan pemilihan salah satu bagian tanaman yang tumbuhnya paling
kuat guna perbanyakan tanaman ke tahap yang berikutnya.
3. Sterilisasi
Setiap proses harus dilakukan pada tempat yang steril, yaitu di laminar flow serta
memakai berbagai alat yang steril. Peralatan yang digunakan pada umumnya
disterilisasi terlebih dahulu dengan cara menyemprotkan etanol ke alat tersebut. Selain
itu, orang yang akan melakukan kultur tersebut juga harus dalam keadaan yang steril
pula.
4. Multiplikasi
Multiplikasi ialah kegiatan untuk memperbanyak calon tanaman baru dengan cara
menanam eksplan yang telah dipilih ke media. Guna mencegah gagal tumbuh eksplan
tersebut, proses multiplikasi lebih baik dilakukan pada laminar flow.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah tahapan setelah multiplikasi dan merupakan fase dimana eksplan
akan membentuk pucuk serta akar tanaman baru yang kuat sehingga mampu untuk
bertahan hidup pada saat dipindahkan dari lingkungan hidup in vitro ke lingkungan
hidup luar. Peristiwa pengakaran mengindikasikan bahwa proses kultur jaringan
berjalan dengan lancar.
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah tahap untuk memindahkan eksplan dari awalanya di lingkungan
in vitro ke lingkungan luar. Aklimatisasi harus dilakukan secara hati-hati dan juga
bertahap, yaitu dengan cara memberikan sungkup. Sungkup tersebut kemudian akan
dilepaskan apabila tanaman baru yang sudah berhasil kultur sudah mampu untuk
berdaptasi dengan lingkungan luar tersebut. Supaya tanaman baru tersebut tumbuh
41
dengan baik, harus dilakukan pemeliharaan yang prinsip utamanya hampir serupa
dengan pemiliharaan pada tanaman generatif.
Manfaat Kultur Jaringan
Manfaat kultur jaringan salah satunya sebagai teknik perbanyakan massal tanaman
yang pada biasanya lambat dengan menggunakan metode konvensional dalam
jumlah yang besar dapat tumbuh dalam waktu singkat, dapat memperoleh tanaman
yang bebas dari virus. Untuk lebih lengkapnya, berikut manfaat kultur jaringan :
1) Kultur jaringan merupakan cara cepat untuk memperbanyak tanaman
dibandingkan dengan cara konvensional.
2) Bibit tanaman yang lebih bermutu.
3) Sifat dari induk yang tidak hilang.
4) Cara untuk mengembangbiakkannya yang mudah serta ekonomis.
5) Untuk memperoleh bibit baru, tidak tergantung musim pada saat itu.
6) Dapat menghasilkan tanaman yang terbebas dari segala macam penyakit.
7) Bibit tanaman yang dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan ditanam di tanah.
8) Waktu dan tempat yang dapat dihemat.
9) Memperoleh bibit baru dalam jumlah yang besar.
42
Meskipun teknik kultur jaringan mempunyai banyak manfaat kultur jaringan terhadap
reproduksi tanaman, namun teknik kultur jaringan ini juga mempunyai dampak
negatifnya. Teknik kultur jaringan memerlukan individu yang yang mempunyai
keahlian dalam bidang tersebut, hal ini karena tanpa adanya keahlian teknik tersebut
cenderung gagal. Modal awal untuk menggunakan teknik tersebut relatif mahal, dan
bibit yang dihasilkan juga harus diaklimatasi terlebih dahulu, hal ini karena kondisinya
yang cenderung aseptik dan lembab. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan juga
penggunaan teknik tersebut agar tidak menimbulkan kerugian.
Manfaat kultur jaringan dalam budidaya buah :
1) Buah yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang seragam.
2) Rasanya yang seragam antara buah tanaman satu dengan tanaman yang lainnya.
3) Buahnya memiliki warna yang menarik, dan lain sebagainya.
Kerugian menggunakan teknik kultur jaringan dalam budidaya buah :
1) Teknik kultur jaringan tidak dapat mengubah tanaman ataupun buah yang
dihasilkan dari tanaman tersebut.
2) Dalam teknik kultur sel hewan, tidak dapat untuk menghasilkan individu baru
kecuali dengan teknik kultur embrio.
Dari pengertian kultur jaringan yang telah dijelaskan diatas, kultur jaringan memiliki
teori dasar dari teknik kultur in vitro adalah Totipotensi. Teori tersebut menjelaskan
bahwa setiap bagian-bagian tanaman dapat untuk dikembangbiakkan, hal ini karena
seluruh bagian-bagian tanaman tersebut terdiri dari jaringan-jaringan hidup. Oleh
sebab itu, organisme baru yang berhasil untuk ditumbuhkan dapat mempunyai sifat
yang sama dengan induknya
43
Contoh dari beberapa tanaman yang berhasil untuk dikembangbiakkan dengan
memakai teknik dari kultur jaringan antara lain :
Anggrek cattleya
Jati mas
Kelapa sawit
Pisang abaka
Pisang lampung
Tanaman pisang lampung merupakan salah satu dari hasil kultur jaringan yang
mempunyai sifat baik, yakni dapat tahan terhadap berbagai jenis penyakit dan hama,
lebih cepat berbuah, dan lain sebagainya.
44
DAFTAR PUSTAKA
Carlson, R.F. 1971. Developing Dwarf Apple Trees. Mchigan Science in Action. From the Michigan State University Agricultural Experiment Station, East Lansing. March 1971.
Hartman,H.T. and D.E. Kester. 1961.Plant Propagation Principles and Practices.
Englewood Cliffs, New York Prentice- Hall. Inc. 46 pp. Janick, J. 1969. Hortucultural Science. W.H. Freeman and Company. San Francisco. P. 73-
74. Rochiman, K. dan S.S. Haryadi. 1973. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi,
Fakultas Pertanian IPB. 72 hal. Tohir dan Kaslan. 1970. Pedoman Bercocok Tanam Buah-Buahan. Pradnya Paramita.
17 hal.