PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAANPSIKOSIS DAN BIPOLAR
DI PUSKESMAS
Pembimbing :
Dr. Eka Viora, Sp.KJ
Penyusun :Flora Oktania (11-2009-003)Yoni Vanto (11-2009-051)
Richard Afandi (11-2009-172)Vina Tanady (11-2009-235)
KEPANITERAAN KLINIK KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ILMU PENYAKIT JIWAJIWA
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT Dr. SOEHARTO HEEDJANDr. SOEHARTO HEEDJANJAKARTAJAKARTA
20112011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Psikosis dan Bipolar di Puskesmas”.
Pada kesempatan baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Eka Viora, Sp.KJ selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Jiwa yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyusun referat ini.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penyusun masih sangat terbatas, penyusun sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi,
susunan bahasa,maupun sistematikanya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata penyusun berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan yang berguna dan bias menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan mengenai Psikosis dan Gangguan Bipolar khususnya.
Jakarta, Januari 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................................................................................ii
Psikosis..................................................................................................................................................................................................3
Gangguan Bipolar..................................................................................................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................................................................................................21
PSIKOSIS
Psikosis ditandai oleh distorsi pemikiran dan persepsi, serta ada nya ketidak cocokan emosi atau emosi yang sempit. Terdapatnya inkoherensi atau bicara yang kacau bisa ditemukan pada pasien psikosis. Halusinasi ( mendengar suara atau melihatsesuatu yang tidak ada), delusi (ketetapan , kepercayaan yang tidak masuk akal), atau kecurigaan yang berlebihan dan tidak beralasan bisa dapat terlihat pada pasien ini. Gangguan perilaku yang berat, seperti gangguan kepribadian, agitasi, kegembiraan dan kesedihan, atau hiperaktif, dapat terlihat. Gangguan emosi, seperti sikap yang apatis, atau antara keadaan dan emosi tidak sesuai ( seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh yang tidak sesuai), dapat terlihat. Orang dengan gangguan psikosis sangat beresiko tinggi terkena pelanggaran hak asasi manusia.
Penilaian dan panduan penatalaksanaan
1. Apakah seseorang terkena psikosis akut?
-Inkoherensi atau bicara yang kacau
-Delusi
-Hausinasi
-Sindrom putus obat, agitasi, gangguan kepribadian
-Percaya bahwa pikiran nya dapat di baca atau dapat di lihat oleh orang lain
-Penarikan diri dari kehidupan sosial dan mengabaikan tanggung jawab yang berhubungan dengan pekerjaan, sekolah,
IYA Jika ada beberapa gejala yang muncul, seperti psikosis.
Jika ini merupakan episode:-Episode pertama atau-Kekambuhan atau-Perburukkan dari gejala
psikosis
Semua itu adalah gejala psikosis akut.
-Memberikan informasi pada pasien dan wali tentang psikosis dan perawatannya → Psy 2.1
-Mulai dengan pemberian antipsikosis → Psy 3.1
-Jika tersedia, memberikan intervensi psikologis dan sosial seperti terapi keluarga atau terapi kemampuan bersosial → InT
-Fasilitas rehabilitasi → Psy 2.2
-Pemeriksaan rutin → Psy 2.3
-Mempertahankan harapan yang nyata dan optimis
Note:! Jangan memberi obat antikolinergik secara rutin untuk mencegah efek samping dari antipsikosis.
Hal yang ditanyakan pada pasien atau wali-Kapan hal ini terjadi?-Pada saat seperti apa gejala itu timbul?-Penjelasan pengobatan-pengobatan yang
pernah di lakukan. Gejala yang dapat menyingkirkan diagnosis:
-Intoksikasi alkohol atau obat atau sindroma putus obat.
-Delirium karena penyakit akut, seperti cerebral malaria, sepsis, cedera kepala
2. Apakah seseorang terkena psikosis kronik? Jika gejala menetap selama lebih dari 3 bulan
Dapat disebut psikosis kronik
Memberikan informasi kepada pasien dan wali → Psy 2.1ǃ Jika pasien tidak dalam pengobatan apapun, mulai pengobatan sesuai dengan pengobatan pada psikosis akut
-Menanyakan dan memastikan kepatuhan pengobatan
-Jika pasien tidak merespon dengan baik, pertimbangkan untuk meningkatkan dosis atau mengganti obat tersebut → Psy 3.1 dan 3.2
-Jika tersedia, memberikan intervensi psikologis dan sosial seperti terapi keluarga atau terapi kemampuan bersosial. Jika tersedia pertimbangkan untuk menambah intervensi psikososial terlebih dahulu seperti terapi perilaku kognitif → InT
-Mengawasi lebih lanjut → Psy 2.3-Mempertahankan harapan yang realistis dan
optimisme-Menawarkan rehabilitasi → Psy 2.2
3. Apakah seseorang mempunyai episode manik akut?
Amati:
Beberapa hari ke depan:-Mood yang mecolok atau pemarah-Energi dan kegiatan yang berlebihan-Bicara yang berlebihan-Rasa berani yang berlebihan
Riwayat dahulu:-Depresi-Penurunan kegiatan atau semangat
Note:-Orang yang menderita episode manik
(tanpa depresi) dapat di diagnosa sebagai gangguan bipolar.
-Kesembuhan sempurna di antara episode adalah hal yang sering terjadi pada pasien gangguan bipolar
Jika iya, kemungkinan gangguan bipolar
Keluar modul ini dan pergi ke modul bagian gangguan bipolar → BPD
4. Cari kelainan lain yang menyertai
-Pengguna alkohol atau penyalahgunaan obat
-Rasa ingin bunuh diri atau melukai diri sendiri
-Dementia-Penyakit yang menyertai: perhatikan
terutama gejala stroke, diabetes,hipertensi,HIV/AIDS, cerebral malaria atau obat-obatan (steroid)
JIKA IYAKeluar modul ini dan pergi ke modul bagian gangguan bipolar → BPD
Penjelasan intervensi
1. Penyuluhan psikosis Pesan untuk pasien psikosis:
o Kemauan pasien untuk puliho Pentingnya untuk melanjutkan kehidupan sosial, pendidikan dan pekerjaan, sejauh yang mereka mampuo Penderitaan dan masalah mereka dapat dibantu penyelesaianya dengan obato Pentingnya mengkonsumsi obat secara teraturo Hak seorang pasien untuk ikut terlibat dalam setiap pengambilan keputusan dalam pengobatan dirinyao Penting untuk tetap menjaga kesehatan ( seperti makanan sehat, olahraga, kebersihan fisik pribadi)
Pada wanita usia subur -Dalam kasus wanita yang sedang mengandung, harus konsultasi dengan dokter kandungan untuk rawat bersama.
-Jelaskan resiko untuk ibu dan janin, termasuk komplikasi pada kehamilan dan bila psikosis kambuh (terutama bila obat di hentikan dan penggantian obat)
-Wanita yang mempunyai psikosis dan merencanakan untuk mengandung , melahirkan ataupun menyusui harus di terapi dengan haloperidol atau klorpromazin dosis rendah.
-Hindari penggunaan antipsikosis depot secara rutin.
Pesan untuk pihak keluargao Pasien dengan psikosis mungkin akan mendengar suara atau mungkin dapat mempercayai sesuatu yang tidak adao Pasien psikosis sering tidak mengakui bahwa dirinya sakit dan bahkan bisa sampai berkelahi untuk mempertahankan hal
tersebuto Penting untuk mengetahui keadaan dimana pasien berubah menjadi buruk atau gejala timbul kembali dan kembali untuk
pengobatan ulango Penting untuk keluarga dan lingkungan sosial nya mengetahui keadaan pasieno Anggota keluarga harus dapat menghindar dari ekspresi atau kritik-kritik berat pada pasien ataupun permusuhan pada pasieno Pasien psikosis sering diperlakukan secara tidak adil tapi sebaik nya pasien harus diperlakukan sama seperti yang laino Pasien psikosis akan sulit penyembuhannya bila terdapat tekanan yang tinggi pada lingkungan kehidupannyao Akan lebih baik bila pasien psikosis mempunyai pekerjaan atau arti dalam lingkungan kehidupan sosialo Alangkah lebih baik bila pasien tidak di rawat dalam jangka waktu yang lama dalam rumah sakit tetapi hidup dalam
keluarganya sendiri dan lingkungan sosial yang mendukungnya
2. Fasilitas rehabilitasi dalam sebuah komunitas
Berkoordinasi secara intervensi dengan staff kesehatan dan tenaga sosial lainnya termasuk pekerja sosial penyandang cacat Bekerja sama dengan fasilitas kesehatan yang ada dan tenaga kerja sosial untuk bertemu secara rutin kepada keluarga, lingkungan
sosial dan mental pasien Secara aktif mendorong pasien untuk aktif dalam kehidupan sosial, pendidikan , dan pekerjaan yang sesuai dan memberikan
informasi betapa penting nya ini bagi kondisi mental pasien. Memfasilitasi kehidupan ekonomi, kegiatan sosial, sesuai budaya yang ada di lingkungannya. Orang dengan psikosis sering didiskriminasi, jadi sangat penting untuk mengatasi faktor-faktor buruk secara eksternal dan internal untuk menghasilkan kualitas hidup yang baik. Bekerja pada lembaga-lembaga lokal untuk mengeksplorasi daya kerja dan pendidikan, berdasarkan kemampuan dan kebutuhan pribadi tiap orang.
Jika diperlukan dan jika tersedia, mengeksplorasi hidup pasien dengan dukungan. Perhatikan baik-baik kapasitas tiap-tiap orang dan perlu dukungan dalam bentuk saran dan fasilitas yang optimal dalam pengaturan hidup, mengingat hak asasi manusia tersebut.
LIBATKAN SECARA AKTIF PASIEN PSIKOSIS DAN WALI MEREKA SECARA AKTIF DALAM PENETALAKSANAAN, DESAIN SERTA INTERVENSI INI
3. Follow Up
Orang-orang dengan psikosis perlu penanganan lebih lanjut Penanganan awal harus sesering mungkin, bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya memperlihatkan respon baik pada pengobatan.
Setelah ada respon pada pengobatan, pasien diharapkan kontrol teratur sesuai yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan klinis dan faktor kelayakan seperti ketersediaan staff dan jarak dari klinik, dll.
Mempertahankan harapan yang realistis dan optimisme selama pengobatan. Pada pemeriksaan berkala penilaian dilakukan pada gejala, efek samping obat dan kepatuhannya. Kurang patuh mengkonsumsi obat
dan peran wali pada saat ini sangat lah penting. Menilai dan mengelola kondisi medis secara bersamaan. Perlu menilai kondisi intervensi psikososial pada setiap pasien datang kontrol.
Intervensi Farmakologi
1. Pemakaian awal antipsikosis
Pengontrolan secara teratur untuk gejala psikosis akut, peteugas kesehatan harus memulai dengan pemberian antipsikosis segera setelah penilaian. Pertimbangkan jika ingin memberikan antipsikosis secara intramuskular bila pemberian lain tidak dapat dilakukan. Jangan memberikan pengobatan jangka panjang obat dalam bentuk depot atau suntikan dalam jangka waktu panjang untuk pasien yang kontrol dengan gejala psikosis akut.
Hanya memberikan satu jenis obat antipsikosis. “Mulai perlahan, efek lambat.” Mulai pemberian dengan dosis rendah dalam batas aman obat ( lihat label antipsikosis untuk rincian)
dan tingkatkan perlahan-lahan ke dosis efektif terendah, untuk mengurangi efek samping. Coba berikan dosis optimum selama sukrang-kurang nya 4-6 minggu sebelum memutuskan obat itu bekerja dengan baik atau tidak. Haloperidol oral atau klorpromazin diberikan secara rutin pada pasien dengan gangguan psikotik.
Tabel Obat Antipsikotik
MEDIKASI HALOPERIDOL CHLORPROMAZINEFLUPHENAZINE DEPOT /
LONG ACTINGDOSIS AWAL 1,5-3 mg 75 mg 12,5 mgDOSIS EFEKTIF 3-20 mg per hari 75-300mg per hari* 12,5-100 mg dalam 2-5 mingguCARA PENGGUNAAN Oral
IM (Psikosis akut)Oral IM pada regio gluteal
EFEK SAMPINGSEDASI + +++ +TES URIN + ++ +HIPOTENSI ORTOSTATIK + +++ +EFEK EKSTRAPIRAMIDAL** +++ + +++NEUROLEPTIK MALIGNANT SYNDROM***
Rare Rare Rare
TARDIVE DYSKINESIA**** + + +GANGGUAN EKG + + +KONTRAINDIKASI Gangguan kesadaran
Depresi sumsum tulangPheocromocytoma
PorfiriaPenyakit bangsal ganglia
Gangguan kesadaranDepresi sumsum tulang
Pheocromocytoma
Pada anak-anak:Gangguan kesadaran
ParkinsonArterosklerosis pada otak
Tabel ini hanya untu referensi cepat saja, tidak dimaksudkan untuk menjadi panduan lengkap terhadap obat, dosis, dan efek samping.Rincian tambahan diberikan dalam “Farmakoogi Pengobatan Gangguan Jiwa di Puskesmas “ (WHO, 2009)(http://www.who.int/mental_health/management/psychotropic/en/index.html).
* Dosis sampai 1 g dapat diberikan pada pasien dengan gejala berat
** Gejala ekstrapiramidal termasuk reaksi dystonic akut, tics, tremor, dan cogwheel dan kekakuan otot.
*** Sindrom neuroleptik ganas adalah gangguan yang jarang tetapi potensial mengancam nyawa ditandai dengan kekakuan otot, peningkatan suhu dan tekanan darah tinggi.
**** Tardive dyskinesia adalah sisi jangka panjang-efek obat antipsikotik ditandai dengan gerakan otot tak sadar, terutama dari tangan wajah, dan batang
2. Memonitor Penggunaan Antipsikosis pada Pasien
Jika penggunaan obat-obat antipsikosis tidak kuat meski sudah di berikan lebih dari 1 jenis maka gunakan 1 jenis obat dengan dosis adekuat dengan durasi yang lebih lama:o Diagnosis ulang (dan diagnosis penyakit lain).o Hilangkan kemungkinan psikosis yang disebabkan oleh alkohol atau psikoaktif bahan menggunakan (bahkan jika itu sudah
tidak ada pada awalnya).o Memastikan kepatuhan terhadap pengobatan; mempertimbangkan depo / long-acting antipsikotik injeksi dengan maksud
untuk meningkatkan kepatuhan.o Pertimbangkan untuk meningkatkan pengobatan saat ini atau beralih ke obat lain.o Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (kecuali clozapine), jika biaya dan ketersediaan bukan kendala, sebagai alternatif
untuk haloperidol atau klorpromazin.o Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak menanggapi agen antipsikotik lainnya pada dosis yang cukup untuk memadai
durasi. Clozapine dapat dipertimbangkan oleh non-spesialis penyedia layanan kesehatan, sebaiknya di bawah pengawasanprofesional kesehatan mental. Itu hanya harus dipertimbangkan jika pemantauan laboratorium rutin tersedia, karena risikodari agranulocytosis mengancam jiwa.
Jika efek ekstrapiramidal muncul (seperti parkinson atau dystonia)o Mengurangi dosis obat antipsikotiko Pertimbangkan untuk mengganti obat antipsikotik (misalnya dari haloperidol ke klorpromazin).o Pertimbangkan obat antikolinergik untuk penggunaan jangka pendek jika strategi-strategi ini gagal atau ekstrapiramidal efek
samping yang akut, parah atau menonaktifkan.
Obat Anticholinergic
Biperiden, jika diperlukan, harus dimulai pada 1 mg dua kali sehari, meningkat menjadi target dosis 3 - 12 mg per hari, oral atau intravena. Efeksamping termasuk efek sedasi, kebingungan dan gangguan memori, terutama pada orang tua. Efek samping yang jarang berupa glaukoma sudut-tertutup, myasthenia gravis, gastrointestinal obstruksi.
Trihexyphenidyl (Benzhexol) dapat digunakan sebagai alternatif dengan dosis 4 - 12 mg per hari. Efek samping yang sama dengan yang dari biperiden.
3. Penghentian Obat Antipsikosis Untuk psikosis akut, pengobatan dilanjutkan sampai 12 bulan setelah remisi penuh. Untuk psikosis kronik, pertimbangkan penghentian pengobatan jika pasien sudah stabil dalam jangka waktu beberapa tahun,
peningkatan resiko kekambuhan perlu dipertimbangkan sebagai akibat efek dari pemutusan pemakaian obat, selama itu pasien harus berkonsultasi beserta keluarganya.
Jika memungkinkan rujuk ke spesialis setelah pemutusan pemakaian obat.
GANGGUAN BIPOLAR
Gangguan bipolar ditandai dengan episode dimana terjadi gangguan secara signifikan terhadap alam perasaan dan aktivitas penderita. Gangguan ini terdiri dari kejadian dimana terdapat peningkatan alam perasaan serta meningkatnya energi dan aktivitas (manik) dan pada saat yang lain terjadi penurunan alam perasaan dan menurunnya energi serta aktivitas (depresi). Ciri khasnya, penyembuhan terjadi antara 2 buah episode. Seseorang yang hanya mempunyai riwayat episode manik juga digolongkan sebagai gangguan bipolar.
GANGGUAN BIPOLARPENENTUAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
1. APAKAH PASIEN DALAM KEADAAN MANIK??
CARI GEJALA BERUPA:» Alam perasaan yang meningkat, mudah tersinggung» Aktivitas yang meningkat, pengurangan waktu istirahat, dan lebih bergairah. » Peningkatan aktivitas bicara » Kehilangan kontrol hubungan sosial» Pengurangan waktu tidur » Peningkatan kepercayaan diri» Konsentrasi mudah teralihkan» Peningkatan gairah seksual
Tanyakan tentang
» Symptom duration Onset gejala
» Whether symptoms interfered with usual responsibilities related towork, school, domestic or social activities
» Whether hospitalization was required
Jika terdapat ciri-ciri :» gejala multipel» gejala paling sedikit berlansung 1 minggu» Cukup untuk mengganggu pekerjaan dan aktivitas sosial yang memerlukan perawatan di rumah
Sesuai dengan mania
Mulai pengobatan mania akut dengan lithium, as, karbamazepin atau dengan anti psikosisi » BPD 3.1
» Pertimbangkan pemberian benzodiazepin jangka pendek (contohnya diazepam)» BPD 3.2
». Hentikan pemakaian anti depresan
jenis apapun » BPD 3.3
» Sarankan pasien untuk mengubah gaya hidup, memberikan penjelasan tentang info mengenai gangguan bipolar dan terapinya.» BPD 2.1
». Lakukan follow up secara rutin » BPD Jika gejala manik berhubungan dengan intoksikasi zat dimasukkan dalam gangguan mental dan
Jika Ya
Mulai terapi dengan mood stabilizer » BPD 4» Pertimbangkan pemberian antidepresi antidepresan dan dikombinasi mood stabilizer untuk depresi menengah dan berat berdasarkan modul depresi.Informasikan pasien tentang resiko perubahan menjadi manik sebelum pemberian terapi » Sarankan pasien untuk mengubah gaya hidup, memberikan penjelasan tentang info mengenai gangguan bipolar dan terapinya. » BPD 2.1» Perbaikan hubungan sosial » BPD 2.2» Jika tersedia, anjurkan intervensi psikologi» int» Anjurkan terapi rehabilitasi, termasuk aktivitas ekonomi dan pendidikan yang
sesuai » BPD 2.3
» Lakukan follow up secara rutin. » BPD 2.4
2. APAKAH PASIEN PERNAH MENGALAMI EPISODE MANIK SEBELUMNYA NAMUN SEKARANG DEPRESI?
according to Depression Module » DEP )
Sesuai dengan gangguan bipolar
3. Perhatikan kondisi yang menyertai
JIKA IYA Lakukan penatalaksanan gangguan bipolar maupun gangguan yang menyertai
» Gangguan penggunaan alkohol dan obat
» Dementia
» Percobaan bunuh diri
» Riwayat penyakit terdahulu, terutama hiper atau hipotiroid, penyakit ginjal maupun jantung
Pasien ini memiliki gangguan bipolar dan saat ini berada di antara 2 episode.Pencegahan kekambuhan diperlukan jika ditemukan gejala :
» 2 atau lebih episode ( contohnya 2 episode manik atau 1 episode manik dan 1 episode depresi) atau
» episode tunggal dari manik namun disertai
resiko yang berat
» Jika pasien tidak berada dalam terapi mood stabilizer kemudian berikan» BPD 4» Sarankan pasien untuk mengubah gaya hidup, memberikan penjelasan tentang info mengenai gangguan bipolar dan terapinya.. » BPD 2.1» Perbaikan hubungan sosial » BPD 2.2» Anjurkan terapi rehabilitasi, termasuk aktivitas ekonomi dan pendidikan yang sesuai » BPD 2.3» Lakukan follow up secara rutin. » BPD 2.4
4. Apakah pasien tidak berada dalam keadaan manik maupun depresi namun memiliki riwayat depresi?
5. Apakah pasien berada dalam
kategori khusus?
Wanita hamil atau menyusui
Lanjut usia
Remaja
» konsultasi dengan spesialis, jika tersedia
» Hindari pemberian terapi awal dengan mood stabilizer
» Dianjurkan pemberian haloperidol dosis rendah (dengan hati-hati)
» Jika terjadi episode manik akut pada wanita hamil saat terapi mood stabilizer, ganti dengan pemberian haloperidol dosis rendah
» Gunakan mulai dari dosis rendah
» Antisipasi kemungkinan terjadinya kemungkinan interaksi obat.
» Gejala yang tampak mungkin dapat atipikal.
» Berikan terapi khusus untuk memastikan pengobatan berlangsung adekuat» Konsultasi dengan spesialis,jika tersedia
GANGGUAN BIPOLAR
Intervensi Psikososial
1. Penyuluhan psikosis Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar ( tidak dalam episode manik akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar. Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim dimana dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu
kemudian beralih pada keadaan energik, sangat semangat. Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam waktu 1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan
kesenangan yang berlebihan . Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya tidur yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas
yang sama sebelum sakit serta hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya). Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya waktu tidur, menghabiskan uang atau merasa lebih
enegik dari biasanya dan segera mulai terapi jika hal tersebut terjadi. Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang sedang dideritanya dan merasa hebat serta energi yang
meluap-luap, jadi pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan. Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta direncanakan Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian yang menyedihkan dan mebicarakannya pada keluarga
dan sahabat. Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari pengurangan waktu tidur, memperbaiki hubungan
dukungan sosial, berdiskusi serta meminta pendapat tentang keputusan penting misalnya tentang uang atau keputusan penting lainnya)
Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan. Bangun kepercayaan : Rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang peranan penting dalam perawatan pasien dengan
gangguan bipolar, dimana hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien secara simultan.
2. Membangun hubungan sosial Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial
(contohnya pertemuan keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga, berolahraga). Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali segala kegiatan sosial yang pernah dijalaninya serta
menasehati keluarga pasien tentang ini.
3. Rehabilitation Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi dalam kegitan ekonomi, pendidikan serta kesenian di
lingkungannya baik secara formal maupun informal. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk mencari pekerjaan yang baik.
4. Follow-up Follow yang berkesinambungan wajib diperlukan. Tingkat kekambuhannya tinggi dan pasien yang berada dalam keadaan manik
seringkali tidak sadar untuk mencari pengobatan bagi dirinya, jadi pengobatan serta perawatan yang tidak dilakukan secara bersamaan sangat merugikan pada saat tertentu
Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan kebutuhan akan intervensi psikososial perlu dicantumkan. Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi harus lebih sering sampai episode manik
berakhir. Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan perawatnya, khususnya yang tentang gejala dan tanda serta
pengelolaan terapi secara bersamaan, saat hilangnya gejala. Jika pasien tidak memiliki perawat yang merawatnya amak pemeriksaan dilakukan secara berkala, diusahakan merekrut seorang perawat, idealnya yang berasal dari lingkungannya dapat teman atau keluarganya.
Pemeliharaan Pengobatan Gangguan BipolarMemilih penstabil mood (Lithium, valproate, carbamazepine)1. Lithium
Pertimbangkan lithium hanya jika pemantauan klinis dan laboratorium tersedia. Monoterapi Lithium efektif terhadap kambuh kedua mania dan depresi, meskipun yang paling efektif sebagai antimanic agen. Sebelum memulai terapi lithium, mendapatkan tes fungsi ginjal, tes fungsi tiroid, hitung darah lengkap, elektrokardiogram dan tes
kehamilan, jika mungkin.
catatan: Lithium pengobatan membutuhkan dekat pemantauan serum, karena obat memiliki sempit terapeutik jangkauan. Selain itu, fungsi tiroid harus diperiksa setiap 6 - 12 bulan. Jika pemeriksaan laboratorium tidak tersedia atau layak, lithium harus dihindari. Tak menentu kepatuhan atau pengobatan lithium berhenti tiba-tiba meningkatkan risiko kambuh. Jangan meresepkan litium bila pasokan lithium sering terganggu.
Mulai dengan dosis rendah (300 mg pada malam hari) meningkatkan secara bertahap sementara pemantauan konsentrasi darah setiap 7 hari sampai adalah 0,6 - 1,0 mEq / liter. Setelah darah terapeutik telah tercapai, memeriksa tingkat darah setiap 2 - 3 bulan.
Dibutuhkan setidaknya 6 bulan untuk menentukan efektivitas maksimal lithium's pada pemeliharaan pengobatan dalam gangguan bipolar.
Sarankan orang untuk menjaga asupan pemasukkan cairan, terutama setelah berkeringat, atau jika bergerak untuk waktu yang lama atau demam.
Cari bantuan medis jika orang mengembangkan diare atau muntah. Seseorang menggunakan lithium harus menghindari penggunaan bersamaan dengan obat anti inflamasi. Jika gangguan metabolisme atau pernafasan parah terjadi, pertimbangkan menghentikan pengobatan lithium sampai 7 hari.
2. Valproate Sebelum memulai pengobatan valproate, dilihat riwayat kardiovaskuler, penyakit ginjal atau hati. Mulai dengan dosis rendah (500 mg / hari), ditingkatkan (sebagai toleransi) untuk mencapai dosis target. Monitor erat untuk respon, efek samping dan kepatuhan. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala kelainan darah dan hati, dan
menyarankan orang untuk mencari bantuan segera jika berkembang. Mengurangi dosis obat jika tak tertahankan efek sampingnya. Jika pengurangan dosis tidak membantu, coba beralih ke obat
antimanic agen lain.
3. Karbamazepin Jika lithium dan valproate tidak efektif atau buruk toleransinya, atau jika terapi dengan salah satu agen cocok, pertimbangkan
karbamazepin. Sebelum dan selama terapi carbamazepine, dilihat riwayat kardiovaskuler, penyakit ginjal atau hati. Mulai dengan dosis rendah (200 mg / hari sebelum tidur) dan perlahan ditingkat sampai dengan dosis 600 - 1000 mg / hari tercapai. Pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan bahwa dosis mungkin perlu disesuaikan setelah 2 minggu karena induksi enzim hati. Mengurangi dosis obat jika tak tertahankan efek sampingnya. Jika pengurangan dosis tidak membantu, coba beralih ke antimanic
agen lain
catatan : Hindari lithium, valproate dan carbamazepine di hamil perempuan, dan mempertimbangkan risiko dan ts benefi pada wanita usia subur.Jika seseorang telah sering kambuh atau berlanjut gangguan fungsional, coba beralih ke mood stabilizer lain atau tambahkan stabilizer mood kedua.konsultasi dengan spesialis.
4. Penghentian penstabil mood Dalam seseorang saat ini tidak dalam keadaan manik atau depresi (gangguan bipolar antara episode), diperiksa setiap 3
bulan. Lanjutkan pengobatan dan memantau secara ketat kekambuhannya. Lanjutkan pengobatan pemeliharaan dengan mood stabilizer minimal 2 tahun setelah episode terakhir bipolar. Namun, jika seseorang memiliki gejal episode psikotik berat atau sering kambuh, konsultasikan dengan spesialis tentang keputusan
untuk menghentikan pengobatan pemeliharaan setelah 2 tahun. Ketika menghentikan obat, kurangi secara bertahap selama jangka waktu beberapa minggu atau bulan. Jika beralih ke obat lain, dimulai obat yang pertama dan dilanjutkan dengan obat kedua bersama-sama selama 2 minggu sebelum
diturunkan dosis obat pertama.
Tabel: Mood stabilizerTabel ini untuk referensi cepat saja dan tidak dimaksudkan untuk menjadi panduan lengkap terhadap obat, dosis dan efek samping. Rincian tambahan diberikan dalam "Farmakologi Pengobatan Gangguan Jiwa di Puskesmas" (WHO, 2009)(http://www.who.int/mental_health/management/psychotropic/en/index.html).
MEDIKASI LITHIUM VALPROATE KARBAMAZEPINEDOSIS AWAL 300 mg 500 mg 200 mgDOSIS EFEKTIF 600 – 1200 mg per hari 1000 – 2000 mg per hari 400 – 600 mg per hariCARA PENGGUNAAN Oral Oral OralTARGET KADAR DI DALAM DARAH
0,6 - 1,0 mEq / litermania: 0,8-1,0 mEq / liter;
pemeliharaan: 0,6-0,8 mEq / liter.Sangat penting pemantauan kadar
Serum Reguler.
Tidak rutin direkomendasikan Tidak rutin direkomendasikan
EFEK SAMPING YANG PERLU DIPERHATIKAN Gangguan koordinasi, poliuria,
polydypsia, masalah kognitif,aritmia jantung, diabetesinsipidus, hipotiroidisme
Hati-hati jika ada riwayatpenyakit hati. Rambut rontok
dan, jarang, pankreatitis adalahmungkin
Diplopia, gangguan koordinasi,ruam, enzim hati
meningkat;Jarang: Stevens-Johnson
syndrome, anemia aplastik.SEDASI ++ ++ ++TREMOR ++ ++ ++PENAMBAHAN BERAT BADAN ++ ++ ++HEPATOTOKSIK - ++ +TROMBOSITOPENIA - + +LEUCOPENIA, dan GEJALA RINGAN LAIN
- + +
DAFTAR PUSTAKA
1. Margaret Chan. Psychosis and Bipolar disorder, bab II and III in mhGAP Intervention Guide for mental, neurological and substance use
disorders in non-specialized health settings. Version 1.0. Switzerland: World Health Organization. 2008. p 18-30