Download - Pemeriksaan Sputum
-
LAPORAN PRATIKUM AGENT PENYAKIT
PEMERIKSAAN SPUTUM
Di susun oleh :
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri yang memiliki ciri-ciri berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95
dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel disebut bakteri
tahan asam (BTA). Bakteri ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB
(International Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian besar sudah
saprofit dan sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia diantaranya
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leper ae dan lain-lainnya yang dapat
menyebabkan infeksi kronik. Golongan saprofit dikenal juga dengan nama atipik.
Bakteri ini membutuhkan bahan tambahan makanan seperti darah egg yolk,
serum dan sel yang tebal yang terdiri dari asam lemak mivolet untuk
pertumbuhannya. Mycobacterium tuberculose merupakan bakteri gram positif (+),
batang sedikit bengkok, panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat lambat 2 - 8 minggu, suhu optimal 37 - 38oC.
Mycobacterium tahan terhadap asam dan alkali dibanding dengan kuman lain
sehingga apabila bahan spesimen mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan
mudah sehingga spesimen menjadi lebih murni.
Tuberculosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir
semua organ tubuh yaitu organ pernafasan ataupun diluar organ pernafasan.
Kuman tuberculosis dapat hidup lama tanpa aktivitas dalam tubuh (dormant)
sampai pada saatnya dapat aktif kembali. Beberapa Negara maju melaporkan
penurunan angka kejadian tuberculosis disertai peningkatan presentase kejadian
tuberculosis. Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktek ini
adalah untuk memeriksa Mycobakterium Tuberculosis pada sputum penderita
Tuberkulosis dan juga pentingnya pemeriksaan sputum khusus bagi mahasiswa
-
kesehatan masyarakat yaitu mencegah dan mengetahui penyebaran penyakit TBC
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik perwarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
2. Untuk mengamati Mycobacterium (jika ada) dan mengetahui tingkat infeksi
dari sputum.
2.3 Manfaat
Adapun manfaat sehingga dilaksanakan percobaan ini yang dihubungkan
dengan kesehatan yaitu untuk mengetahui Mycobacterium dari sputum agar dapat
memelihara dan mempertahankan tubuh dan mencegah terjadinya penyakit TBC
yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme terdapat di mana-mana. Interaksinya dengan sesama
mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman
dan menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,2008).
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk
kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme
yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada
tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi
manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkan
penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang
mematikan dan berbahaya di dunia (Dwidjoseputro, 1989).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam,
dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh
karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.
Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies
Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan
Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan
arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria,
berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat
bertahan hidup di dalam makrofaga (Thomas, 1999).
-
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum
sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Bakteri ini mempunyai susunan dinding yang
melindungi bakteri jika hidup di luar inangnya. Dinding sel mikobakteria menyebabkan
penundaan hipersensitivitas dan beberapa diantaranya resisten terhadap infeksi. Sel
mikrobakteria dapat menunda reaksi hipersensitifitas pada hewan yang sebelumnya
sensitif. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan
polisakarida (Mudihardi, 2005).
Percobaan tentang transmisi penyakit TBC pertama kali dilakukan oleh
Klencke pada tahun 1843. Klencke memproduksi TBC di dalam tubuh kelinci dengan
inokulasi jaringan TBC secara intravena. Infeksi oleh kuman TBC juga dibuktikan
oleh Villemin pada tahun 1865 dengan cara memproduksi penyakit ini pada kelinci
dengan inokulasi jaringan TBC tipe human dan bovine. Dia yang pertama kali
mendemonstrasikan perbedaan resistensi kelinci terhadap organisme tipe human dan
bovine. Villemin menyimpulkan bahwa TBC adalah penyakit spesifik, TBC
disebabkan oleh agen inocilable, penyakit ini dapat menular dari manusia ke kelinci,
TBC adalah penyakit yang mematikan. Robert Koch merupakan penemu
Mycobacterium tuberculosis pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada
paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA)
(Pelczar dan Chan, 1988).
Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat, sistem
limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan kulit. Penyakit ini
diketahui dapat menyerang semua bangsa burung, mamalia, primata, termasuk
manusia. Selain Mycobacterium tuberculosis (tipe human), dikenal juga spesies
Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium avium. Mycobacterium bovis dan
Mycobacterium avium jarang terjadi pada orangutan. Hanya terdapat sekitar 10%
laporan kasus TBC pada primata yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis. TBC
tipe Human yang paling banyak ditemukan pada primata dan manusia (Sari 2004).
-
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya
adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat
diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat
bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan
seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran
pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran
phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Bakteri
tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C)
yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan
lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel.
Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium
bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae.
Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit
tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam
(BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan
(Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut
bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin)
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat
berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan
pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat,
sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
-
Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel
bakteri. Tujuan pemberian alkohol asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol
fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3%
karena memiliki lapisan lipid yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus
dinding sel bakteri tersebut dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak
hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi warna background (Pelczar
dan Chan, 1986).
Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl
Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang
diberikan. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur
sel bakteri. Perlakuan pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan
untuk menutup kembali lemaknya (Pelczar dan Chan, 1986).
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman tahan asam penyebab
kematian hamper 3 juta manusia, dan terdapat 8-12 juta kasus baru setiap tahunnya
(Reviglione et al.,1995).
Penyakit yang berlangsung secara menahun (kronik) tersebut oleh World
Health Organization (WHO) diperkirakan telah menyerang sepertiga penduduk dunia,
dan mempunyai potensi berkembang ke arah penyakit reaktif (Dolin, 1994).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,
Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau
ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis
sputum:
a. Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun
pagi.
b. Spot sputum : yang dikeluarkan pada saat itu.
c. Collection sputum : sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
(Kurniawati, 2005).
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan
-
membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang
pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan
gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman,
1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, karena
sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum
menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa
makanan dalam mulut yang tertinggal (B. sandjaja, 1992).
Induksi dahak merupakan salah satu cara alternatif yang sederhana, aman,
tidak invasif, dan lebih dapat diterima oleh penderita anak guna memperoleh spesimen
dahak yang layak untuk pemeriksaan bakteriologis pada penderita-penderita yang sulit
mengeluarkan dahak secara spontan (Fireman, 2003).
Induksi dahak dapat dilakukan dengan cara nebulisasi aerosol air suling yang
dihangatkan atau larutan salin isotonik (0,9%) atau hipertonik. Beberapa penelitian
mendapatkan hasil positif yang tinggi dari pemeriksaan dahak induksi yaitu berkisar
antara 70 90%, dan sebanding dengan hasil pemeriksaan yang menggunakan
bronkoskopi (Garay, 2004).
Hasil kultur yang negatif dari spesimen yang mengandung kuman M.
tuberculosis dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada penderita yang mendapat
terapi OAT, kuman M. tuberculosis dapat kehilangan kemampuan untuk tumbuh pada
media kultur atau kuman telah mati. Beberapa penelitian melaporkan bahwa penderita
yang telah mendapat terapi OAT dengan regimen yang mengandung rifampicin,
seringkali hasil kultur menjadi negatif setelah pengobatan 3 minggu tetapi
pemeriksaan hapusan dahak masih positif, ini berarti basil tuberkulosis telah mati
(Toman, 2004).
Hasil kultur yang negatif juga dapat disebabkan oleh kurang tepatnya
penanganan sampel dahak dan atau prosedur pembuatan kultur. Penanganan sampel
dahak kurang tepat bila sampel dahak terpapar dengan sinar matahari atau temperatur
yang tinggi, disimpan terlalu lama, mengering, atau terkontaminasi. Prosedur
dekontaminasi yang berlebihan sebelum dilakukan inokulasi, pemanasan yang
-
berlebihan selama sentrifugasi, media kultur yang tidak adekuat, dan kurangnya masa
inkubasi merupakan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan hasil kultur negatif
(Toman, 2004).
BAB III
METODOLOGI
2
3
3.1 Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakan percobaan ini yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 April 2013.
Waktu : 10.00 WITA selesai.
Tempat : Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1 Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Kaca objek
4. Bunsen
5. Hand sprayer
6. Batang penyangga
7. Wadah
8. Stopwatch
8..22 Bahan 1. Sputum
-
2. Alkoholasam 3%
3. Karbolfuchsin 0,3%
4. Aquadest steril
5. Methylen blue
6. Korek api
7. Lidi
8. Masker
9. Handskun
10. Tissue
11. Lap halus
12. Spritus
13. Penjepit tabung
14. Spidol
15. Alkokhol 70%
(Antiseptik)
-
15.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada saat melakukan percobaan ini adalah:
1. Memfiksasi preparat secara langsung, yaitu dengan membersihkan kotoran
dengan alkohol pada objek glass lalu meletakkan sputum di atasnya dengan lidi
setipis mungkin kemudian melakukan pengeringan, setelah kering kemudian
memfiksasi di atas api Bunsen.
2. Menetesi karbolfuchsin 0,3% pada objek glass yang telah kering dan
memanaskan selama 5 menit tetapi tidak sampai mendidih.
3. Mencuci dengan aquades mengalir dan mengeringkan objek glass.
4. Menetesi dengan alkohol asam 3% lalu mencuci dengan aquades mengalir dan
mengeringkan.
5. Menetesi dengan methylen blue, mendiamkan selama 20-30 detik kemudian
mencuci dengan menggunakan aquades mengalir, mengeringkan dan
mengamati dibawah mikroskop.
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
4.1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil Pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan percobaan ini
yaitu :
N
O
Kelompok Gambar KET
Sampel Literatur
1 I Negatif
-
2 II Positif
3 III Positif
-
4 IV Negatif
5 V Positif
-
6 VI Posiitif
4.2 Pembahasan
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal
yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai
60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain
Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium lepr ae,
Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose
adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan
bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).
Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan.
-
Percobaan kali ini menggunakan sputum (dahak), tujuan dari percobaan ini
ialah untuk mengetahui teknik pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dan untuk
mengamati Mycobacterium tuberculosis serta mengetahui tingkat infeksi dari
sputum. Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan
bronki bukan berupa air ludah.
Pada percobaan yang telah dilakukan, untuk pemeriksaan sputum, dengan
memfiksasi preparat secara langsung, yaitu dengan membersihkan kotoran dengan
alkohol pada objek glass lalu meletakkan sputum di atasnya dengan lidi setipis
mungkin kemudian melakukan pengeringan. Memfiksasi berfungsi untuk
mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri dan fungsi alkohol
yaitu mensterilkan kaca objek dari mikroorganisme sebelum di letakkan sputum.
Setelah kering kemudian memfiksasi di atas api Bunsen. Menetesi karbolfuchsin
0,3% pada objek glass yang telah kering dan memanaskan selama 5 menit tetapi
tidak sampai mendidih, karena bila sampai mendidih bakterinya akan terbuka
dinding selnya atau lisis. Karbolfuchsin berfungsi untuk mewarnai seluruh bakteri.
Mencuci dengan aquades mengalir dan mengeringkan objek glass. Fungsi aquadest
yaitu untuk merapatkan lemak atau lapisan lilin yang terbuka agar tertutup
kembali. Menetesi dengan alkohol asam 3% lalu mencuci dengan aquades
mengalir dan mengeringkan. Alkohol asam berfungsi sebagai larutan yang dapat
meluruhkan warna dari semua bakteri terkecuali mycobakteria. Menetesi dengan
methylen blue, mendiamkan selama 20-30 detik kemudian mencuci dengan
menggunakan aquades mengalir, mengeringkan dan mengamati dibawah
mikroskop. Fungsi methylen blue pada pratikum kali ini hanya untuk larutan yang
memberikan background atau warna biru pada pewarnaan BTA.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka sampel yang diperoleh adalah pada
kelompok 1 negatif adanya Mycobacterium tuberculosis pada sampel sputum.
Didapatkan hasil negatif karena pada saat pembersihan menggunakan aquadest,
semua bakteri hilang oleh aquadest. Dan dibandingkan pada literatur terdapat
bintik-bintik berwarna biru sehingga orang tersebut tidak mengidap penyakit TBC.
-
Sampel kelompok 2 positif adanya Mycobacterium tuberculosis pada
sampel sputum. Hasilnya positif karena pada saat pencucian karbolfuchsin 0,3%
dengan alkohol asam 3 % bakteri tetap ada, karena bakteri Mycobacterium
tuberculose adalah bakteri tahan asam. Dan dibandingkan pada literatur terdapat
basil berwarna merah sehingga orang tersebut mengidap penyakit TBC.
Sanpel kelompok 3 positif adanya Mycobacterium tuberculosis pada
sampel sputum. Didapatkan hasil positif karena setelah dicuci dengan alkohol
asam bakterinya tetap ada, karena bakteri Mycobacterium tuberculose adalah
bakteri tahan asam. Dan dibandingkan pada literatur terdapat basil berwarna
merah sehingga orang tersebut mengidap penyakit TBC.
Sampel kelompok 4 negatif adanya Mycobacterium tuberculosis pada
sampel sputum. Hasilnya negatif karena bakterinya terbawa oleh aquadest pada
saat pencucian, dan yang terlihat pada mikroskop hanya warna background atau
warna biru. Dan dibandingkan pada literatur terdapat bintik-bintik berwarna biru
sehingga orang tersebut tidak mengidap penyakit TBC.
Sampel kelompok 5 positif adanya Mycobacterium tuberculosis pada
sampel sputum, hasilnya positif karena setelah karbolfuchsin dicuci dengan alcohol
asam bakterinya tidak hilang, karena alkohol asam hanya menghilangkan warna
pada bakteri atau hanya mengluruhkan karbolfuchsin. Dan dibandingkan pada
literatur terdapat basil berwarna merah sehingga orang tersebut mengidap
penyakit TBC.
Sampel kelompok 6 positif adanya Mycobacterium tuberculosis pada
sampel sputum. Hasilnya positif karena bakteri Mycobacterium tuberculose tetap
ada karena meskipun dicuci dengan alkohol asam bakteri tetap ada, karena bakteri
Mycobacterium tuberculose adalah bakteri tahan asam. Dan dibandingkan pada
literatur terdapat basil berwarna merah, sehingga orang tersebut mengidap
penyakit TBC.
Percobaan yang dilakukan menunjukkan hasil pada sampel 1 dan 4 hanya
terdapat warna biru yang menunjukkan tidak adanya bakteri, sedangkan pada
sampel 2, 3, 5 dan 6 terdapat beberapa bentuk bakteri yang ditandai warna merah
-
yang tidak hilang ketika dicuci dengan alkohol asam. Hal ini sesuai dengan
literatur yaitu sesuai pewarnaan Ziehl-Neelsen akan menampakkan bakteri tahan
asam yang berwarna merah dengan latar berwarna biru. Bakteri tahan asam akan
mempertahankan warna pertama yang diberikan. Hasil yang didapat adalah
terdapatnya bakteri tahan asam.
Cara pencegahan penyakit TBC yaitu konsumsi makanan bergizi, dengan
asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi leukosit pun
tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang
kemungkinan terhirup. Bisa juga dangan Vaksinasi, dengan vaksinasi BCG yang
benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi cukup matang dan
memiliki kemampuan melawan bakteri TBC.
BAB V
PENUTUP5
6
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
-
1. Pewarnaan BTA dapat dilakukan dengan cara pewarna Ziehl-Neelson yaitu
dengan menggunakan larutan karbolfuchsin 0,3%, alkohol asam 3% , dan
methylen blue.
2. Hasil yang diperoleh saat pratikum yaitu sampel 2, 3, 5 dan 6 positif
Mycobacterium tuberculosis sedangkan sampel 1 dan 4 negatif
Mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian sputum yang diuji
merupakan sputum orang yang terkena TBC.
2.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam
melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada
baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang
proses kerja pada saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
B. sandjaja. 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Dolin, J.P., 1994. Global Tuberculosis Incidence and Mortality During 1990-2000. Bulletin of World Health Organization. 72(2): 213-220
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Fireman E (2003). Induced sputum as a diagnostic tactic in pulmonary diseases. IMAJ;5:524-7.
Garay SM (2004). Pulmonary tuberculosis. In: Rom WN, Garay SM eds. Tuberculosis, 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:345-94. (http://www.fabcats.org/info-veterinary.htmt). diakses pada tanggal 14 april
-
2013 pukul 16.00
Kurniawati, et al., 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan fluorokrom sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untukPemeriksaan Mikroskopis Sputum. Makara Kesehatan. Vol 9, June 2005 : 29-33. (http://qi206 .wordpress.Com/2008/10/17/mikroba/pewarnaan). Diakses pada tanggal 14 april 2013 pukul 15.50
Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.
Mudihardi. 2005. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. UGM Press, Yogyakarta.
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI Press,Jakarta.
Pelczar, M. J. And E. C. S. Chan. 1986. Elements of Mycrobiology. New York : Mc grow-Hill Book Company.
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Reviglione, M. C., Snider Jr., D. E. and Kochi, A., 1995. Global Epidemiology og Tuberculosis: Morbidity and Mortality of a Worldwide Epidemixc.
(http://www.who.int/gtb/publication/index.html). diakses tanggal 20 Juli 2011
pukul 18.00.
Sari, Y.S. 2004. Penyakit Infeksius yang menular Melalui Udara pada Orangutan(Pongo pygmaeus). Karya Tulis. FKH-IPB. Bogor.
Syahrurachman. 1994. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Thomas, Dormandy. 1999. The White Death: A History of Tuberculosis. (http://qi206
.wordpress.Com/2008/10/17/mikroba/pewarnaan). Diakses pada tanggal 25 oktober 2012 pukul 22.00
Toman K. 2004. Tomans Tuberculosis Case detection, treatment, and monitoring questions and answers World Health Organization.(http://www.uic.edu/pharmacy/courses/pmpr342/kanyok/t.htm). diakses pada tanggal 2 april 2003 pukul 13.00
Widman, 1994. Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
-
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : B
-
Asisten: Ahmad Tarmisi
No
.
Hari/tanggal Koreksi paraf