Download - PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU
i
PENAFSIRAN AYAT-AYAT NU<R DALAM TAFSI<R AL-QUR’A<N
AL-‘AZ{I<M KARYA SAHAL BIN ‘ABDULLA<H AL-TUSTARI<
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
BAIHAKI
NIM. 10532031
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
v
Motto
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah (2): 186)
vi
Karya ini kupersembahkan kepada
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan
skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987
dan Nomor 0543b/U/1987
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
ba‘ b be ب
ta' t te ت
s\a s\ es (dengan titik di atas) ث
jim j je ج
h}a‘ h{ ha (dengan titik di bawah) ح
kha' kh ka dan ha خ
dal d de د
z\al z\ zet (dengan titik di atas) ذ
ra‘ r er ر
zai z zet ز
sin s es س
syin sy es dan ye ش
s}ad s} es (dengan titik di bawah) ص
d{ad d{ de (dengan titik di bawah) ض
t}a'> t} te (dengan titik di bawah) ط
z}a' z} zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik ( di atas)‘ ع
gain g ge غ
viii
fa‘ f ef ف
qaf q qi ق
kaf k ka ك
lam l el ل
mim m em م
nun n en ن
wawu w we و
ha’ h h هـ
hamzah ’ apostrof ء
ya' y Ye ي
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap
ditulis muta’addidah متعددة
ditulis ‘iddah عدة
III. Ta’ Marbutah diakhir kata
a. Bila dimatikan tulis h
ditulis H}ikmah حكمة
ditulis Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis h.
’<ditulis Kara>mah al-auliya االولياء كرامة
c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah
ditulis t.
ix
الفطرة زكاة ditulis Zaka>t al-fit}rah
IV. Vokal Pendek
fath}ah ditulis a
kasrah ditulis i
d{ammah ditulis u
V. Vokal Panjang
1 FATHAH + ALIF
جاهلية
ditulis
ditulis
a>
Ja>hiliyah
2 FATHAH + YA’MATI
تنسىditulis
ditulis
a>
Tansa>
3 FATHAH + YA’MATI
كرمي
ditulis
ditulis
i>
Kari>m
4 DAMMAH + WA>WU MATI
فروضditulis
ditulis
u>
Furu>d{
VI. Vokal Rangkap
1 FATHAH + YA’ MATI
بينكمditulis
ditulis
Ai
bainakum
2 FATHAH + WA>WU MATI
قولditulis
ditulis
Au
qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
ditulis a antum أأنتم
ditulis u’iddat اعدت
ditulis la’in syakartum شكرمت نلئ
x
VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan "al"
ditulis al-Qur’a>n القرآن
ditulis al-Qiya>s القياس
'<ditulis al-Sama السماء
ditulis al-Syams الشمس
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
الفروض ذوى ditulis Z|awī al-Furu>d{
ditulis Ahl al-Sunnah السنة اهل
xi
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن هللا بسم
إالهللا اله ال أن أشهد ين والد نيا مورالد أ على نستعين به و لمين العا رب للهل الحمد
أجمعين به أصحا و له أ وعلى محمد نا سيد على والسالم والصالة هللا رسول محمدا أن وأشهد
Alhamdulillah, berkat rahmat dan pertolongan Allah swt, peneliti akhirnya
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Penafsiran Ayat-Ayat Nu>r dalam Tafsi>r
al-Qur’a>n al-‘Az}i>m Karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari>. Meskipun demikian,
semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karenanya, saran dan kritik
membangun dari berbagai pihak senantiasa peneliti harapkan.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Musa Asy’ari, M.A. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Syaifan Nur M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xii
3. Bapak Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. selaku Ketua Jurusan Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga sekaligus sebagai ketua
pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).
4. Bapak Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga sekaligus sebagai pengelola Program
Beasiswa Santri Berprestasi.
5. Ibu Dr. Nurun Najwah, M.Ag. selaku Penasehat Akademik penulis.
Terimakasih atas nasehatnya dan yang senantiasa mendengar curhat dan
keluhan penulis selama kuliah.
6. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya demi memberikan
saran dan motivasi yang sangat bernilai. Terima kasih atas kesabaran dan
keikhlasannya, semoga Allah swt. mencatatnya sebagai amal yang tak
terhingga.
7. Semua dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Bpk Prof. Dr. Suryadi,
M.Ag. Bpk Dr. Ahmad Baidhowi M.Si. Bpk Dr. Ahmad Rofiq, M.A. Bpk
M. Hidayat Noor, M.Ag. Bpk Dr. Abdul Mustaqim, M.Ag. Bpk Prof. Dr.
Fauzan Naif, M.A. Bpk Dr. M. Alfatih Suryadilaga, M.Ag. Bpk Dr.
Mahfudz Masduki, M.A. Bpk Yusron, M.A. Bpk Dr. Agung Danarto,
M.Ag. Bpk Dadi Nurhaedi, S.Ag. M.Si. Bpk Drs. Mansur, M.Ag. Bpk
Drs. Yusuf, M.Ag. Bpk Dr. Singgih Basuki, M.Ag. Bpk Drs. Indal Abror,
M.Ag. Bpk Ali Imron, S.TH.I., M.Si. Ibu Dr. Inayah Rohmaniyah,
xiii
M.Hum. Ibu Adib Shofia, S.S, M.Hum. dll), terima kasih atas
bimbingannya selama ini Bpk, Ibu, serta staf karyawan TU Fakultas
Ushuluddin, khususnya kepada mas Mujtaba, serta seluruh staf
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.
8. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa, serta
seluruh pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang telah membina dan
mengawasi.
9. Kepada orang tua penulis, Jarkani (alm), H. Hasan dan Hj. Bahriyah.
Terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih, do’a dan didikannya.
Tidak ada yang patut penulis persembahkan melainkan do’a, semoga
Allah swt memberikan kebahagiaan lahir batin di dunia maupun di
akhirat, serta menempatkan pada tempat termulia penuh ridho di sisi-
NYA.
10. Keluargaku, ka’ Awy, adingku Laila Tanor dan M. Iqbal. Do’a dari kalian
adalah hal yang ku tungu-tunggu dan senyum kalian adalah motivasi dan
semangat terbesarku.
11. Keluarga besar PonPes Rasyidiyah Khalidiyah (pengasuh, pengurus
yayasan, muallim/muallimah). Terimakasih atas didikan dan bekal ilmu
yang telah diberikan kepada penulis dan selalu mendo’akan kesuksesan
penulis sebagai santrinya.
xiv
12. Keluarga besar Pondok Pesantren Diponegoro terimakasih atas
penerimaan dan waktunya yang telah menemani penulis selama masa
perkuliahan. Terima kasih Pak Kiai H. Syakir ‘Ali, M.Si. atas nasehat-
nasehatnya selama ini dan mohon ma’afkan segala kesalahan yang penulis
lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja, baik sikap maupun
prilaku penulis, selama tinggal di ponpes ini.
13. Sahabat-sahabatku di CSS MoRA UIN SUKA Angkatan 2010 (Ten Go);
Eko, Aslam, Helmi, Hilman, Solihin, Reno, Saiful, Dzaki, Asy’ari, Gatot,
Imam, Fauzan, Ridho, Susilo, Tholib, Taher, Saik, Wisnu, Fairuz,
Ismangil, Ghe, Wali dan wa bil khusus kepada Asep Nahrul M. dan
Kemaz M. Intizham yang selalu memberikan semangat yang tiada
habisnya, menemani di setiap waktunya, sampai saya sudah tidak bisa
berkata apa-apa lagi selain beribu-ribu ucapan terimakasih kepada kalian
semua. Begitu juga, teman-teman putri; Syifa, Jannah, Sifaz, Nilda,
Redha, Ida, Faza, Nafiz, Ulfah, Risa, Mas’ulah, Sahila, Halimah, Yuha
serta Syarifah. Terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama
ini. Kalian memang teman-temanku yang “luar biasa”. serta kakak2
angkatan yang telah mendahului (angkatan ’07, ’08 dan ‘09) serta adik2
angkatan semuanya. Salam CSS MoRA: Loyalitas Tanpa Batas!
14. Teman-teman dari banua (Amuntai & Kalsel); ka’ Dhiroh, ka’ Izul, ka’
Najib, ka’ Nisa, ka’ Leni, ka’ Dayat (IAIN wali9), ka’ Rifqi (IAIN
Ampel), ka’ Atul, ka’ Ita, ka’ Munirah, ka’ Rasyid (wali9), Raji, Fahrin,
xv
Devi, Nida, Syarifah, Ella, Ridho, Syafi’i, Jamal, Fikri, Aida dan Icha.
Terima kasih atas bantuan dan kegiatannya selama ini, bersama kalian
penulis merasa seakan-akan berada dalam rumah sendiri.
15. Seluruh orang-orang terkasih yang turut berjasa dalam penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih semuanya.
Semoga bantuan semua pihak tersebut menjadi amal saleh serta mendapat
ganjaran yang berlipat ganda dari Allah swt, akhirnya mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat. Amin . . . Ya Rabb al-'alamin.
Yogyakarta, 09 Juni 2014
Penulis
Baihaki
NIM. 10532031
xvi
ABSTRAK
Nu>r adalah salah satu kosakata pokok dan nama salah satu surah dalam
al-Qur’an. Nu>r yang sering diartikan dengan cahaya merupakan salah satu objek
tema yang banyak menarik minat para mufassir, khusunya mufassir yang
beraliran sufi. Salah satunya Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari>. Beliau hidup pada
awal abad ke-3 H. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Kitab tafsir karyanya ini merupakan salah satu kitab tafsir yang pertama
dalam bidang tafsir sufi yang sampai pada masa sekarang, dalam mukaddimah
kitabnya beliau berkata: “Makna zahir adalah makna yang umum yang sudah
terbaca lewat katanya. Sedangkan makna batin adalah makna pemahaman yang
dikandungnya, makna yang khusus dikehendaki.” Menafsirkan al-Qur’an dengan
model ini tidak hanya cukup dengan berkutat dalam bahasa saja, tetapi di sana
ada aspek nu>r yang diberikan Allah di hati orang yang bersih jiwa dan pikirannya.
Oleh karena itu, tema nu>r di kalangan para sufi memiliki posisi penting bagi
pencerahan jiwa manusia dalam membimbing dan menemukan kebahagiaan dan
kebenaran yang sesunguhnya.
Secara garis besar, penelitian ini berupaya menguraikan penafsiran ayat-
ayat tentang nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-
Tustari>. Dengan berusaha menjawab latar belakang di atas yang mencakup:
Bagaimana penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang
nu>r ?, bagaimana pola penafsirannya terhadap ayat-ayat tentang nu>r tersebut ?,
dan apa kelebihan dan kekurangannya?.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif-
analistis dengan pendekatan strukturalisme genetik, yang berfungsi untuk
menganalisis intrinsik karya itu sendiri, latar belakang penulis dan kondisi sosial
sosio-historis yang melingkupinya.
Dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah disebutkan di
atas terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, penafsiran Sahal bin ‘Abdulla >h al-
Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r terbagi menjadi dua bagian: pertama,
tafsir terkait ayat-ayat yang secara langsung memuat redaksi al-nu>r di dalamnya.
Kedua, tafsir tentang nu>r dalam ayat-ayat yang tidak memuat redaksi al-nu>r. Yang berimplikasi pada dua ragam penafsiran yaitu eksoteris dan esoteris.
Kedua, mengenai pola penafsirannya, Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari> tidak
memakai pola yang teratur dalam menjelaskan tafsiran tentang nu>rnya. Al-
Tustari> hanya menafsirkan ayat-ayat yang menurutnya perlu untuk ditafsirkan
sesuai indikasi yang bisa ia tangkap dalam ayat tersebut. Ketiga, mengenai
kelebihannya, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m merupakan kitab tafsir sufi pertama
yang memunculkan tentang teori nu>r Muh}ammad dan makna ini merupakan ciri
khas yang paling mencolok dalam penafsiran tentang nu>r yang Sahal al-Tustari>
jelaskan dalam kitab tafsirnya. Adapun salah satu kekurangannya, pada
penafsiran ayat QS. Al-Taubah (9): 32 dan QS. Al-S}aff (61): 8, dalam redaksi
kedua ayat nu>r pada kedua surah tersebut, hampir sama persis, tidak ada karinah
yang membedakannya, tetapi dalam penjelasannya beliau memaknai dengan dua
makna yang berbeda, tanpa disertai penjelasan kenapa dimaknai berbeda.
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 7
D. Kajian Pustaka ......................................................................... 8
E. Metode Penelitian .................................................................... 12
F. Sistematika Pembahasan ......................................................... 15
xviii
BAB II. SAHAL BIN ‘ABDULLA>H AL-TUSTARI<> DAN TAFSI><R AL-
QUR’A<N AL–‘AZ}I<M
A. Biografi Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> ................................. 17
1. Kehidupan Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> dan Guru-
Gurunya ............................................................................... 17
2. Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> sebagai Guru Spritual dan
Murid-Muridnya ................................................................. 24
3. Karya-Karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> ...................... 31
4. Komentar Para Ulama Tentang Sahal bin ‘Abdullah al-
Tustari> .................................................................................. 33
B. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m dalam Kajian ................................ 34
1. Gambaran Kitab Tafsi>r al-Qur’a >n al-‘Az}i>m ........................ 34
2. Sistematika Penulisan Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im ..... 37
3. Metode Penafsiran Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im ........... 44
BAB III. PENAFSIRAN ESOTERIS AYAT-AYAT TENTANG NU><R
MENURUT SAHAL BIN ‘ABDULLA<H AL-TUSTARI<>
A. Pengertian Tafsir Eksoteris dan Tafsir Esoteris ...................... 55
1. Pengertian Tafsir Eksoteris .................................................. 57
xix
2. Pengertian Tafsir Esoteris .................................................... 58
B. Tinjauan Makna Nu>r dalam Perspektif Linguistik .................. 61
C. Ragam Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Nu>r Menurut Sahal
bin ‘Abdulla>h al-Tustari> .......................................................... 66
1. Cahaya Keimanan (QS. Al-Baqarah (2): 257) ................... 68
2. Cahaya al-Qur’an/agama Islam (QS. Al-Taubah (9): 32) .. 72
3. Cahaya Hati Orang-Orang Beriman (QS. Al-Zumar (39):
69) ...................................................................................... 73
4. Cahaya Keimanan yang Menyelamatkan dari Api Neraka
(QS. Al-Hadi>d (57): 12-13 ................................................. 74
5. Cahaya Kenabian Nabi Muhammad (QS. al-S{aff (61): 8) . 77
6. Karunia Orang Beriman di Surga (QS. al-Tahri>m (66): 8) 79
7. Relasi antara Nu>r dan Na>r (QS. Al-Baqarah (2): 260)....... 80
8. Nu>r Muh}ammad ................................................................. 85
a. Teori Nu>r Muh}ammad ................................................ 87
b. Jejak Rekam Penafsiran Nu>r Sahal al-Tustari> dalam
Karya Ulama yang lain .............................................. 99
D. Pola Penafisran Sahal bin ‘Abdullah Al-Tustari> dalam
Menafsirkan Ayat-Ayat Tentang Nu>r ..................................... 101
xx
E. Kelebihan dan Kekurangannya ............................................... 103
1. Kelebihannya ........................................................................ 103
2. Kekurangannya ..................................................................... 106
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 109
B. Saran-Saran .............................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 113
CURRICULUM VITAE .................................................................................. 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nu>r sering diartikan dengan cahaya. Sebenarnya nu>r bukanlah istilah
yang baru lagi di kalangan masyarakat. Istilah ini sudah sering digunakan
bahkan dalam bahasa sehari-hari. Di samping nu>r adalah salah satu nama
surah dalam al-Qur’an, nu>r juga merupakan salah satu kosakata pokok dalam
al-Qur’an yang banyak menarik minat para mufassir pada umumnya, maupun
mufassir yang beraliran sufi pada khususnya, dalam mengkaji dan membahas
tentang istilah dan tema ini.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa para mufassir dalam
menafsirkan al-Qur’an dikenal dengan dua cara, yaitu dengan cara tafsi>r bi al-
ma’s\ur dan tafsi>r bi al-ra’y. Tafsi>r bi al-ma’s \ur adalah tafsir yang mendasari
pembahasan dan sumbernya pada riwayat. Sedangkan tafsir bi al-ra’y adalah
tafsir yang mendasari sumbernya pada penalaran dan ijtihad. Dari dua metode
inilah kemudian lahir metode-metode lain yang menyebabkan metodologi
penafsiran al-Qur’an berkembang. Metode-metode yang dimaksud adalah
metode tahlili, metode muqaran dan metode maudhu’i.1
Sedangkan dalam tataran praksisnya, para ulama juga berbeda-beda
dalam mendekati al-Qur’an. Salah satunya adalah mendekatinya dengan
menggunakan ilmu tasawuf yang kemudian dikenal dengan istilah al-Tafsi>r
1 M. Alfatih Suryadilaga (dkk.), Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, Cet III,
2010), hlm. 41.
2
al-Su>fi> atau sering ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku dengan tafsir
sufi.2
Sebagian ulama membagi tasawuf ini menjadi dua bagian: yaitu
tas}awuf nad}ari (teoritis) dan tas}awuf ‘amali (praktis). Tas}awuf nad}ari adalah
tasawuf yang bersandar pada wacana bahasan dan studi (pemikiran).
Sedangkan tas}awuf ‘amali adalah tasawuf yang bersandar pada zuhud,
tirakat, dan dedikasi total kepada ketaatan Allah swt. Maka pembagian ini
membawa konsekuensi kepada pembagian tafsir sufi menjadi dua juga yaitu
(1) Tafsi>r Su>fi> Nad}ari dan (2) Tafsi>r Su>fi> Isyari.3 Tafsir sufi nad}ari adalah
penafsiran yang dibangun untuk mempromosikan salah satu teori mistik
dengan menggeser tujuan al-Qur’an kepada tujuan dan target mistis mufassir.
Adapun Tafsi>r su>fi> isyari atau faid}y adalah penakwilan ayat-ayat al-Qur’an
yang berbeda dengan makna lahirnya yang kemudian disesuaikan dengan
petunjuk khusus yang diterima para tokoh sufisme, tetapi di antara kedua
makna tersebut masih dapat dikompromikan.4
Mengingat dalam praktik tafsir sufi dinilai telah terjadi penyimpangan
penafsiran, maka para ulama kemudian memberikan rambu-rambu sebagai
tolok ukur kebenaran tafsir sufi, antara lain seperti yang dikemukakan oleh
Ibnu Qayyim.5
2 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah. (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm.
52-53. 3 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah... hlm. 53.
4 Ahmad Izzan. Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung; Tafakkur, 2011), hlm. 204-205.
5 Dalam hal ini Ibnu Qayyim mengatakan beberapa kriteria tafsir sufi yang dapat
diterima sebagai berikut: a. Penafsiran tersebut tidak bertentangan dengan makna zhahirnya ayat,
3
Kaum sufi berpendapat bahwa hakikat al-Qur’an tidak hanya terbatas
pada pengertian yang bersifat lahiriah saja, tetapi tersirat pula makna batin
(makna tersembunyi di balik kata) yang justru merupakan makna terpenting.6
Karena makna zahir adalah makna yang umum sedangkan makna batin itu
adalah makna yang khusus dikehendaki yang hanya diketahui oleh orang-
orang yang mendapat pelajaran dari Allah, dengan kelimpahan-kelimpahan
dan keridhaan-Nya.7 Menafsirkan al-Qur’an dengan model ini tidak hanya
cukup dengan berkutat dalam bahasa saja, tetapi di sana ada aspek nu>r yang
diberikan Allah di hati orang yang bersih jiwa dan pikirannya.8 Pemahaman
makna al-Qur’an yang dalam dan tersembunyi akan tersingkap bagi yang
memiliki kesucian hati (arbab al-qulu>b al-zakiyah)9 melalui latihan-latihan
ruhani.
Berdasarkan hal di atas itulah, tema nu>r (cahaya) bagi kalangan para
sufi, adalah suatu tema yang memiliki posisi penting (sentral) bagi
b. Makna atau penafsiran tersebut benar secara inheren, c. Antara penafsiran dan lafal yang
ditafsirkan memang ada hubungan. Ada pula ulama lain yang menambahkan tolok ukur kebenaran
tafsir sufi, yaitu bahwa, d. Makna batin tersebut tidak boleh diklaim sebagai satu-satunya makna
yang dikehendaki oleh Allah, yang menafikan makna zhahir, e. Penafsiran tersebut tidak boleh
bertentangan dengan akal atau syari’at, f. Penafsiran sufistik tersebut harus didukung oleh dalil
atau syahid secara syari’. Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta:
Pondok Pesantren LSQ & Adab Press, 2012), hlm. 128.
6 Ahmad al-Syirbashi, Sejarah Tafsir Qur’an,terj. Tim Pustaka Firdaus. Cet. III, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 133.
7 M. H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, (Qairo: Maktabah Wahbah,
2000), hlm. 282.
8 Abbas Arfan Baraja. Ayat–Ayat Kauniyah... hlm. 66.
9 Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din I, (Beirut Dar al-Fikr), 1995), hlm 323.
4
pencerahan jiwa manusia dalam membimbing dan menemukan kebahagiaan
dan kebenaran sejati, termasuk mencari makna batin dalam sebuah ayat.
Kata nu>r sendiri dengan berbagai bentuk derivasinya, dalam al-Qur’an
terulang sebanyak 49 kali dalam 39 ayat yang tersebar dalam 24 surat.10 Yang
sebagiannya menjadi ungkapan simbolik (metaforis) yang menunjuk kepada
beberapa makna. Penafsiran terhadap ayat-ayat tentang nu>r menjadi menarik
untuk diteliti dan dikaji. Dalam hal ini penulis mengambil tema penafsiran
ayat-ayat nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-
Tustari> dengan mencoba mengumpulkan semua ayat-ayat tentang nu>r dalam
al-Qur’an kemudian menganalisisnya satu persatu.
Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> mempunyai nama lengkap Abu>
Muh}ammad Sahal bin ‘Abdulla>h bin Yunus bin ‘Isa bin ‘Abdulla>h bin Rafi >’
al-Tustari>. Lahir pada tahun 200 H/ 815 M dan wafat pada tahun 283 H/896
M.11 Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> adalah salah satu ulama yang paling alim,
zuhud, wara’ serta ahli ibadah. Beliau hidup pada abad ke-3 Islam, yaitu pada
abad yang banyak melahirkan ulama-ulama besar dalam berbagai bidang
keilmuan.12
Banyak karya yang beliau hasilkan, di antaranya adalah Mawa >’iz} al-
‘A<rifi>n, Jawa>ba>t Ahlu al-Yaqi>n, Qas}as}u al-Anbiya, Haz\a Fad}lan ‘an Tafsi>r
10 Muh}ammad Fua>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu’jam al-Mufahras li alfa>z al-Qur’a >n al-kari>m,
(Kairo: Da>r al-Fikr, 1981), hlm 725-726.
11 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, tahqiq T{aha ‘Abdu al-Rau>f dan Sa’ad
H{asan Muh}ammad ‘Ali, (Kairo: Da>r Al-Hara>m li al-Turats, 2004), hlm. 67.
12 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir (Kajian Komprehensif metode Para
ahli Tafsir), terj. Faisal shaleh dan Syahdianor, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.
51.
5
Masyhur,13 dan Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Pada kitab tafsir yang terakhir
inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Kitab Tafsi>r al-Qur’an> al-‘Az}i>m adalah model tafsir yang khas dengan
dalil-dalil penafsiran para sufi yang lurus, di dalamnya juga berisikan
komentar pengarang terhadap penafsiran para sufi tersebut. Pengarangnya
adalah seorang yang terkemuka dalam kepribadian sufi yang berdasarkan
syariat dan mengikuti jejak Rasululah Saw.14
Poin yang ingin disampaikan berkenaan dengan kitab tafsir ini adalah
berkaitan dengan struktur atau komposisi dari karya ini, khususnya mengenai
penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat nu>r yang
mempunyai ciri khas tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh kitab lain.
Di antara contoh ayat QS. Al-Nu>r ayat 35.
Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas
13 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir... hlm. 54.
14 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir... hlm. 55.
6
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”15
Makna nu>r dalam ayat ini ( مثل نوره ) diartikan dengan nu>r nya nabi
Muhammad Saw.16 Sebuah makna nu>r yang banyak menarik perhatian para
ulama sesudahnya dan memang makna nu>r yang mendominasi yang banyak
Sahal al-Tustari> jelaskan dalam kitab tafsirnya ini.
Dalam contoh lain QS. Al-Baqarah ayat 257:
Artinya: “Allah pelindung orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”17 Ayat ini dimaknai Sahal al-Tustari> dalam konteks nu>r yang bermakna
cahaya keimanan yang dilimpahkan Allah di dalam hati orang-orang
beriman.18 Dan lain-lain lagi sebagainya.
Juga karena ini adalah salah satu kitab generasi yang paling pertama
dalam bidang tafsir sufi yang sampai kepada generasi sekarang sehingga ada
15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 354.
16 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m... hlm. 206.
17 Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (al-Qur’a>n al-Kari>m)... hlm. 43.
18 Sahal al-Tustari>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m... hlm. 106.
7
kemungkinan banyak kitab-kitab yang bercorak sufi setelahnya yang
kemudian mengikuti atau bahkan menjadikan referensi kepada kitab ini.
Berdasarkan pemaparan dan karena latar belakang di atas itulah,
kajian yang dilakukan dalam penelitian ini menjadi sangat menarik untuk
diteliti lebih jauh dan lebih mendalam lagi.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di
atas, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dijawab dalam
penelitian ini secara ekplisit dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-
ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m ?
2. Bagaimana pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dalam
menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a >n al-
‘Az}i>m ?
3. Apa kelebihan dan kekurangannya ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan rumusan yang telah disusun, penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Memahami penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-
ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im.
8
2. Mengetahui pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dalam
menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-
‘Az}i>m.
3. Dapat memberikan gambaran tentang kelebihan dan kekurangan
dalam penafsiran ini.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman
yang komprehensif dan integral terhadap penafsiran Sahal bin
‘Abdulla>h al-Tustari> tentang nu>r.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis (academic
significance), dapat menambah informasi dan khazanah intelektual
khususnya di bidang tafsir dan juga diharapkan memiliki arti
kemasyarakatan (social significance) khususnya bagi umat Islam.
3. Diharapkan penelitian ini dapat membantu usaha-usaha peningkatan,
penghayatan dan pengalaman ajaran, nilai al-Qur’an.
D. Kajian Pustaka
Adapun telaah pustaka yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
kajian seputar literatur-literatur yang di dalamnya membahas tentang Sahal
bin ‘Abdulla>h al-Tustari> dan literatur-literatur yang membahas tentang
tema-tema nu>r.
Berdasarkan penelusuran penulis terhadap literatur-literatur yang
mengkaji atau membahas tentang Sahal bin ‘Abdulla>h al–Tustari> masih
9
jarang ditemukan. Sejauh penelusuran yang dilakukan, Penulis menemukan
pembahasan ini disisipkan dalam kitab Tafsi>r wa al-Mufassiru>n karya
Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, pembahasan tentang al-Tustari> pada kitab ini
sangat ringkas, tidak lebih dari tiga halaman, yang mencakup penjelasan
singkat mengenai biografi Sahal al-Tustari> dan metode penafsirannya dalam
kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m.19
Sementara yang lain. M. Anwar Syarifuddin menulis dalam sebuah
Jurnal Studi Qur’an yang berjudul “Otoritas penafsiran sufistik Sahl al-
Tustari>”. Dalam tulisan ini, ia menjelaskan seputar kehidupan Sahal al-
Tustari> dan isi penafsirannya, dengan pokok bahasan mengenai beberapa
contoh penafsiran tentang analogi rumah Tuhan, simbolisasi kosmik, elemen
kejiwaan serta elemen eskatologis.20 Adapun yang penulis lakukan adalah
penelitian tentang penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-
ayat nu>r dalam kitab tafsirnya. Dan mengenai karya ilmiah berupa skripsi,
penulis sendiri belum menemukannya dilingkungan UIN, khususnya UIN
Sunan Kalijaga.
Adapun literatur-literatur yang membahas seputar tema nu>r, penulis
menemukan beberapa bahasan, hanya saja tidak dibahas secara utuh dan
menyeluruh dalam karya ilmiah atau buku. Tema tersebut dibahas secara
ringkas, bahkan hanya disisipkan dalam tema-tema lain.
19 M. H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, (Qairo: Maktabah Wahbah,
2000), hlm. 281-283.
20 M. Anwar Syarifuddin. “Otoritas penafsiran sufistik Sahl al-Tustari>”, Jurnal Studi
Qur’an, Vol. 2, No. 1, 2007, hlm. 135-170.
10
Fuad Kauma, dalam bukunya yang berjudul Tamsil al-Qur’a>n:
Memahami Pesan-Pesan Moral dalam Ayat-Ayat Tamsil, pada salah satu
bagiannya memuat ulasan perumpamaan Cahaya Allah (QS. Al-Nu>r ayat 35)
yang merujuk kepada Tafsi>r al-S{awi. pebahasannya mencakup pengertian nu>r,
juga berusaha menggali pesan-pesan moral dalam perumpamaan al-Qur’an
sebagai pelajaran bagi manusia, supaya menyadari hakikat hidupnya.21
Afzalur Rahman dalam karyanya al-Qur’an dalam Berbagai Disiplin
Ilmu, di dalamnya terdapat bahasan ayat-ayat al-Qur’an tentang nu>r dalam
persfektif science. Yang memotivasi para saintist muslim untuk
mengobservasi dan membedah uraian misteri-misteri di belakang warna dan
fenomena yang tampak dalam dunia fisik. Ayat-ayat tersebut menjadi ladang
observasi dan motivasi bagi para saintist untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang spektrum cahaya sebagai fenomena yang
tampak dalam dunia fisik yang diobservasi sehari-harinya oleh masyarakat
manusia pada umumnya.22
Di antara penelitian karya ilmiah yang membahas seputar tema nu>r
antara lain sebagai berikut. Skripsi yang berjudul “Penafsiran Esoteris al-
Ghazali Terhadap Ayat-Ayat Tentang Nu>r”,23 yang dilakukan oleh Dadan
Muhammad Ramdan, Penelitian ini lebih terfokus kepada penafsiran ayat nu>r
21 Fuad Kauma, Tamsil al-Qur’an: Memahami pesan-pesan Moral dalam ayat-ayat
tamsil, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 27-32.
22 Afzalur Rahman, Al-Qur’an dalam berbagai Disiplin Ilmu,terj. Zaimuddin (Jakarta:
LP3SI, 1988), hlm 69-74.
23 Dadan Muhammad Ramdan, “Penafsiran Esoteris al-Ghazali Terhadap Ayat-Ayat
Tentang Nu>r.” , Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan TH, tahun 2003.
11
berdasarkan persfektif al-Ghazali dengan kesimpulan bahwa al-Ghazali dalam
menafsirkan ayat-ayat tentang nu>r tetap berpegang pada makna zahir yang
ditujukan ayat-ayat tersebut dan melengkapinya dengan pemaknaan yang
memiliki kecenderungan sufistik yang cukup kental serta kecenderungan
falsafi. Begitu juga skripsi yang dilakukan oleh Ali Romdhon yang berjudul
“Tafsi>r QS. Al-Nu>r Ayat 35 dalam Kitab Misykat al-Anwa>r Al-Ghazali
(Telaah Tafsir Sufistik)”,24 Hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan
penelitian di atas karena kesamaan tema yang dikaji dan tokohnya, juga
kitab yang menjadi rujukan sumber premirnya.
Sebuah disertasi yang ditulis oleh Sahabuddin, Nu>r Muh}ammad: Pintu
Menuju Allah: Telaah atas Pemikiran Sufistik Syeikh Yusuf al-Nabhani,
Karya ini membahas tema tasawuf tentang konsep Nu>r Muh}ammad sebagai
makhluk yang pertama kali diciptakan. Tema pokok kajian disertasi ini
adalah pandangan Syeikh Yusuf al-Nabhani tentang Nu>r Muh}ammad. Konsep
ini berangkat dari surat al-Maidah ayat 15 sebagai sandarannya. Diduga ayat
ini menjadi isyarat al-Qur’an tentang Nu>r Muh}ammad.25
Setelah melihat dan menelaah satu persatu dari penelitian di atas,
penulis belum menemukan pembahasan mengenai penafsiran ayat-ayat
tentang nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-
24 Ali Romdhon, “Tafsi>r QS. Al-Nu>r Ayat 35 dalam Kitab Misykat al-Anwa>r Al-Ghazali
(Telaah Tafsir Sufistik).” , Skripsi Ushuluddin Jurusan TH, tahun 2009.
25 Sahabuddin, Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah (Telaah atas Pemikiran Sufistik
Syeikh Yusuf al-Nabhani), (Makasar: Yayasan al-ahkam, 2002).
12
Tustari>. Inilah yang menjadi perbedaan dan kelebihan yang dimiliki dalam
penelitian ini.
E. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah diharuskan untuk menggunakan
metode yang jelas. Hal ini berguna untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dari sebuah penelitian. Metode yang dimaksud di sini merupakan cara kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan.26
Dengan kata lain, metode ini merupakan cara atau aktivitas analisis yang
dilakukan oleh seorang peneliti dalam meneliti objek penelitiannya untuk
mencapai hasil atau kesimpulan tertentu. Terkait dengan metode, ada
beberapa poin yang penulis tegaskan:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research)
yaitu penelitian yang berbasiskan pada data-data kepustakaan, baik dari
berupa buku, jurnal, artikel maupun bacaan lainnya yang terkait dengan
objek penelitian ini. Dalam hal ini, terutama adalah kitab Tafsi>r al-Qur’a>n
al-‘Az}i>m Karya Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari>.
2. Metode Pengumpulan Data
Adapun yang dimaksud dengan metode pengumpulan data adalah
metode atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
26 Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997),
hlm. 7.
13
diperlukan dalam penelitian melalui prosedur yang sistematik dan
standar. Adapun yang dimaksudkan dengan data dalam penelitian adalah
semua bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau
fenomena yang ada kaitannya dengan riset.27 Data yang dikumpulkan
dalam suatu penelitian harus relevan dengan pokok persoalan. Untuk
mendapatkan data yang dimaksud diperlukan suatu metode yang efektif
dan efisien dalam artian metode harus praktis, dan tepat dengan obyek
penelitian.
Data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini
diperoleh dengan jalan dokumentatif atas naskah-naskah yang terkait
dengan objek penelitian ini. Ada dua jenis sumber data yang diperlukan
dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah sumber data primer dan yang
kedua adalah sumber data sekunder.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab yang
berjudul Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, yaitu sebuah kitab tafsir yang
dikarang oleh Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> sendiri.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
semua buku, naskah, jurnal, artikel dan website yang berhubungan dengan
objek kajian penelitian tersebut.
3. Analisis Data
27 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.
3.
14
Analisis data merupakan proses penyederhanaan terhadap data-
data yang ada (baik data primer maupun sekunder) dalam bentuk yang
mudah dibaca dan diinterpretasikan.28 Adapun metode yang digunakan
dalam menganalisa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
deskriptif-analitis yaitu penelitian yang menuturkan dan menganalisa
dengan panjang lebar, yang pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada
pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data.29 Dalam
hal ini, penulis ingin menjabarkan tentang penafsiran ayat-ayat nu>r dalam
Tafsi>r al-Qur’a >n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdullah al-Tustari> kemudian
menganalisisnya satu per-satu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan strukturalisme genetik30. Pendekatan strukturalisme genetik
adalah pendekatan yang menganalisis tiga unsur kajian, yaitu 1). Intrinsik
teks itu sendiri, 2). Latar belakang penulis, dan 3). Kondisi sosio-historis
yang melingkupinya. Strukturalisme memandang bahwa keterkaitan
dalam struktur itulah yang mampu memberi makna yang tepat, karena
dengan melihat gaya struktur yang ia gunakan, akan terlihat gaya
pemikiran Sahal al-Tustari> dalam menafsirkan kitabnya dan setting sosio-
historisnya. Termasuk penafsirannya, terhadap ayat-ayat nu>r dalam kitab
28 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitataif, (Bandung: Rosdakarya, 1991), hlm.
263.
29 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik, (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 45.
30 Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet 8, (Yogyakarta: Reka
Sarasin, 1998), hlm. 164-165.
15
tafsirnya tersebut. Sebab strukturalisme pada dasarnya berasumsi bahwa
karya sastra (teks) adalah suatu kontruksi dari unsur-unsur yang
mengandung tanda-tanda.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan ini dibahas mengenai apa saja yang
dipaparkan dalam skripsi ini. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pemahaman dan mendapatkan gambaran yang sistematis terhadap isi
penelitian ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan mengenai
signifikansi penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang yang membahas
mengenai seberapa penting dan menariknya tema yang diangkat untuk
dijadikan sebuah penelitian. Selanjutnya dibahas mengenai rumusan masalah
yang hendak dijawab dalam penelitian ini, kemudian mengenai tujuan dan
kegunaan penelitian ini, telaah pustaka yang mencoba mendeskripsikan
secara singkat penelitian-penelitian yang terdahulu yang terkait dengan tema
dan melihat orisinalitas penelitian ini dengan cara membandingkan dengan
penelitian sebelumnya. Setelah telaah pustaka, dilanjutkan dengan membahas
mengenai metode penelitian yang berisikan tentang jenis dan sifat penelitian,
metode pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan yang terakhir dari
bab ini yaitu menjelaskan tentang gambaran umum tentang isi penelitian ini
secara menyeluruh.
16
Bab kedua membahas mengenai sketsa biografi Sahal bin ‘Abdulla>h
al-Tustari>, dan karya-karyanya, yang mencakup riwayat hidup Sahal bin
‘Abdulla>h al-Tustari>, guru-gurunya dan murid-muridnya yang melingkari
pertumbuhan atau mobilitas penafsirannya, juga kajian terhadap Tafsi>r al–
Qur’a>n al–‘Az}i>m karyanya.
Bab ketiga, merupakan inti dari pembahasan ini, membahas
penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r.
Bab ini terdiri dari lima subbab, yaitu; subbab pertama menjelaskan tentang
pengertian eksoteris dan esoteris, subbab kedua menguraikan tinjauan makna
nu>r dalam perspektif linguistik, subbab ketiga membahas tentang ragam
penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r,
subbab keempat menjelaskan tentang pola penafsiran Sahal bin ‘Abdulla>h al-
Tustari> terhadap ayat-ayat tentang nu>r dan subbab kelima menguraikan
kelebihan dan kekurangan penafsiran ini.
Bab keempat, merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah
dikemukakan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti disertai
dengan saran-saran yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk
kajian lebih lanjut dari penelitian ini, sekaligus merupakan penutup rangkaian
dari pembahsan skripsi ini.
109
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap penafsiran ayat-ayat nu>r
dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Sahal bin ‘Abdulla >h al-Tustari> ini,
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dari beberapa macam ayat tentang nu>r yang Sahal al-Tustari>
paparkan, terdapat delapan makna nu>r yang penulis temukan dalam kitab
tafsirnya, yang terbagi menjadi dua bagian: pertama, tafsir terkait ayat-ayat
yang secara langsung memuat redaksi al-nu>r di dalamnya. Kedua, tafsir
tentang nu>r dalam ayat-ayat yang tidak memuat redaksi al-nu>r. Dengan
terdapat dua ragam makna penafsiran yang Sahal al-Tustari> berikan yaitu
esoteris dan eksoteris. Adapun kedelapan makna-makna nu>r tersebut yaitu:
1. Cahaya Keimanan.
2. Cahaya al-Qur’an/agama Islam.
3. Cahaya Hati Orang-Orang Beriman.
4. Cahaya Keimanan Yang Menyelamatkan dari Api Neraka.
5. Cahaya Kenabian Nabi Muhammad.
6. Karunia Orang Beriman di Surga.
7. Relasi antara Nu>r dan Na>r.
8. Nu>r Muh}ammad.
110
Dan dari kedelapan makna nu>r yang didapatkan dalam penelitian ini,
sebagaimana yang disebutkan di atas, ada satu makna nu>r yang mendapat
perhatian lebih dari Sahal bin ‘Abdulla>h al-Tustari> yaitu makna nu>r yang
terdapat dalam QS. Al-Nu>r (24): 35, yang diartikan dengan nu>r Muh}ammad
Saw. Dengan penekanan dua tema pokok yang didapatkan ketika Sahal al-
Tustari> membicarakan tentang nu>r Muh}ammad ini, yaitu: Pertama,
Muh}ammad mempunyai waktu yang spesial dalam pra-eksistensi bersama
Tuhan. Kedua, semua ciptaan telah diciptakan dari nu>r Muh}ammad.
Mengenai pola penafsirannya, Sahal-Tustari> tidak memakai pola yang
teratur dalam menjelaskan tafsiran tentang nu>rnya yang terdapat dalam kitab
tafsirnya, al-Tustari hanya menafsirkan ayat-ayat yang menurutnya perlu
untuk ditafsirkan sesuai indikasi yang bisa ia tangkap dalam ayat tersebut.
Dengan demikian tidak mesti ayat yang terdapat redaksi nu>rnya akan ia
tafsirkan makna nu>r dalam ayat tersebut, begitu juga sebaliknya, ayat yang
tidak terdapat redaksi nu>r tetapi ia kemudian menafsirkan penjelasan yang
mengandung pemaknaan nu>r di dalamnya. Contoh terbanyak dari pernyataan
kedua adalah ketika Sahal menjelaskan makna nu>r Muh}ammad yang tersebar
di berbagai surah dan ayat-ayat yang lainnya.
Adapun mengenai kelebihan dan kekurangannya, salah satu
kelebihannya adalah kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m merupakan kitab sufi
pertama yang memunculkan tentang teori nu>r Muh}ammad sebagaimana yang
termaktub dalam isi kitab tafsirnya dan ini merupakan ciri khas yang paling
mencolok dalam penafsiran tentang makna nu>r yang Sahal al-Tustari> jelaskan
111
dalam kitab tafsirnya. Adapun kekurangannya, pemaknaan tentang makna nu>r
khususnya nu>r Muh}ammad, Sahal al-Tustari> tidak meruntutkan
penjelasannya dalam satu runtutan, tetapi menyebarkannya dalam ayat-ayat
yang terpisah-pisah, sehingga untuk mengetahui tentang pemaknaan nu>r
Muh}ammadnya secara mendetail harus mencari seluruh isi tafsirannya yang
ia jelaskan tentang nu>r Muh}ammad.
B. Saran-Saran
Setelah melewati proses pembahasan dan pengkajian terhadap
penafsiran ayat-ayat nu>r dalam Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m karya Sahal bin
‘Abdullah al-Tustari>, maka dalam upaya pengembangan kajian dan penelitian
berikutnya, terdapat beberapa rekomendasi yang kiranya dapat berguna untuk
penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan kepada ayat-ayat
tentang nu>r dalam kitab tafsirnya yang penulis dapatkan dengan cara
mengumpulkan semua ayat-ayat yang membahas tentang nu>r. Penulis
berharap untuk penelitian selanjutnya dapat menambah objek
kajiannya dalam ayat-ayat yang lain yang lebih menarik.
2. Dalam penelitian ini, penulis belum mendapatkan penjelasan secara
pasti mengenai apakah Sahal al-Tustari> adalah orang pertama yang
murni mencetuskan tentang teori nu>r Muh}ammad, sebagaimana yang
terdapat dalam kitab tafsirnya. Atau ada orang sebelum beliau yang
sudah mencetuskannya, hanya saja tidak terdapat dalam sebuah karya
112
kitab tafsir. Oleh sebab itu, dalam penelitian selanjutnya diharapkan
dapat mengungkap hal tersebut.
3. Penelitian ini merupakan salah satu tentang penelitian tafsir sufistik.
Penulis berharap dalam penelitian selanjutnya dapat mengambil
tema-tema pokok lainnya yang masih banyak belum diungkapkan,
misalnya tentang konsep prikeabadian jiwa yang Sahal al-Tustari
singgung dalam penafsiran yang terdapat dalam kitab tafsirnya.
Akhirnya, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt. penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skiripsi ini. Menyadari akan keterbatasan
kemampuan manusia dan usaha maksimal yang telah dilakukan, dengan
setulus hati dan sikap terbuka, penulis mengharapkan kritikan dan saran
konstruktif sebagai evaluasi dan refleksi untuk penelitian ini dan penelitian
selanjutnya.
Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan memberikan kontribusi bagi pemahaman penafsiran al-Qur’an, khususnya
untuk untuk penulis sendiri maupun bagi pembaca umumnya. Semoga Allah
senantiasa menunjukan kita ke jalan yang benar serta senantiasa diterangi
oleh cahaya-Nya. Wa Allahu a’la>m bi al-s}awwa>b wa al-h}amdu li Allahi rabbi
al-‘a>lami>n.
113
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1995.
As}faha>ni al-, Al-Ragib. Mu’jam Mufrada>t li Alfa>z al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiyah. T.th.
Ba>qi> al-, Muh}ammad Fua>d ‘Abd. Al-Mu’jam al-Mufahras li alfa>z al-Qur’a >n al-kari>m. Kairo: Da>r al-Hadi>s. 1998.
Baraja, Abbas Arfan. Ayat–Ayat Kauniyah. Malang: UIN-Malang Press. 2009.
Bowering, Gerhard. The Mystical Vision of Existence in Classical Islam (The Qur’anic Hermeneutics of the Sufi Sahl At-Tustari). Berlin, New York:
de Gruyter. 1979.
Chittick, William C dan Nicholas Heer. Tafsi>r Esoteris Gazali dan Sam’ani. Terj.
Ribut Wahyudi. Yogyakarta: Pustaka Sufi. 2003.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema. 2009.
Farmawy al-, ‘Abd Al-Hay. Metode Tafsir Mawdhu’i (Suatu Pengantar). Terj.
Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994.
Faudah, Mahmud Basuni. Tafsi>r–Tafsi>r Al-Qur’a>n (Perkenalan dengan Metodologi Tafsi>r). Terj. H.M.. Mochtar Zoerni dan Abdul Qadir Hamid. Bandung: Pustaka, 1987.
Gha>zali> al-, Abu> H{ami>d. Ihya> ‘Ulu>m al-Di>n I. Beirut: Da>r al-Fikr. 1995.
Ibn Zakaria, Ah}mad ibn Fa>ris. Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz V. Mesir:
Maktabah Mustafa> al-Ba>bi> al-Halabi> wa aula>duhu.
Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakkur. 2011.
Kauma, Fuad. Tamsil al-Qur’an: Memahami pesan-pesan Moral dalam ayat-ayat tamsil. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2000.
Keeler, ‘Ali dan Annabel Keeler. Tafsi>r al-Tustari> (Great Commentaries on the Holy Qur’a>n). Amman: Royal Aal al-Bayt. 2011.
Koentjaningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
1997.
114
Mahmud, Mani’ Abd Halim. Metodologi Tafsir (Kajian Komprehensif metode Para ahli Tafsir). Terj. Faisal shaleh dan Syahdianor. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2006.
Manz}u>r, Ibnu. Lisa>n al-‘Arab. Beirut: Da>r Ihya al-Tura>s\ al-‘Arabi>. t.th.
Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitataif. Bandung: Rosdakarya. 1991.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet 8. Yogyakarta: Reka
Sarasin. 1998.
Mustaqim, Abdul. Dinamika sejarah tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Pondok
Pesantren LSQ & Adab Press. 2012.
Qat}t}a>n al-, Manna>’ Khali>l, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakir AS. Bogor:
Pustaka Lintera AntarNusa, 2013.
Qurt}ubi> al-. Tafsi>r Al-Qurtubi>. ta’liq; M. Ibrahi>m al-Hifnawi, takhrij; Mahmu>d Hamid ‘Us \man, terj. A. Khotib. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008.
Rahman, Afzalur. al-Qur’an dalam berbagai disiplin ilmu. Jakarta: LP3SI. 1987.
S{abuni> al-, M. Aly>. Pengatar Studi al-Qur’an (al-Tibya>n). terj. Moch. Chudlori
Umar dan Moh. Matsna H.S. Bandung: PT Ma’arif. 1996.
Sahabuddin. Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah (Telaah atas Pemikiran Sufistik Syeikh Yusuf al-Nabhani). Makasar: Yayasan al-ahkam. 2002.
Sulami> al-. Tafsi>r al-Sulami>. Tahqi>q; Said Imra>n, Juz II. Beirut: Da>r al-kutub al-
‘ilmiyah. 2001.
Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito. 1994.
Suryadilaga, M. Alfatih (dkk), Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, Cet
III. 2010.
Syarifuddin, M. Anwar. “Otoritas Penafsiran Sufistik Sahl al-Tustari”.> Jurnal Studi Qur’an, Vol. II, No. 1. 2007.
Syi>ra>ji al-, M. Bin Ibrahi>m S}adruddin. Tafsir al-Qur’an al-Kari>m (tafsi>r a>yatin al-nu>r). Qum: Intisyara>t bi>da>r. t.th.
Syirbasi al-, Ahmad. Sejarah Tafsir al-Qur’an. ter. Pustaka Firdaus. Cet. III.
Jakarta: Pustaka Firdaus. 1994.
115
Tustari al-, Sahal. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Tahqiq T{aha ‘Abdur Rauf dan
Sa’ad H{asan Muh}ammad ‘Ali >. Kairo: Da>r Al-Hara>m li al-Turats.
Z|ahabi> al-, M. Husein. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n juz II. Qairo: Maktabah
Wahbah. 2000.
116
CURRICULUM VITAE
Nama : Baihaki
NIM : 10532031
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
TTL : Amuntai, 18 Januari 1993
No. HP : 085799336757
Email : [email protected]
Orang Tua : Ayah : Jarkani (Alm), H. Hasan
: Ibu : Bahriyah
Alamat Asal : Desa Panawakan RT. 02 No. 22, Kec. Haur Gading,
Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalimantan Selatan
Pondok Asal : Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Normal Islam Putera
Alamat di Jojga : Kompleks Pesantren Diponegoro, RT/RW: 01/38,
Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY
Pendidikan Formal : SDN Panawakan : 1999-2004
: MTs Normal Islam Putera Rakha : 2004-2007
: MA Normal Islam Putera Rakha : 2007-2010
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010-2014
Pengalaman Organisasi :
- Staf Redaksi Majalah Dinding (Mading) MA Nipa Rakha Amuntai Periode
2008-2009
- Anggota IKA RAKHA YK (Ikatan Keluarga Alumni Rakha Yogyakarta)
2013-Sekarang
- Anggota CSS MoRA UIN Sunan Kalijaga periode 2010-2014