Download - Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
PENENTUAN BEDA TINGGI DENGAN SIFAT DATAR
Adapun Istilah-istilah yang sering di gunakan dalam penentuan beda tinggi ini
adalah:
1. Pengukuran Tinggi, pengukuran beda tinggi adalah pengukuran yang dilaksankan di
lapangan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih.
2. Bidang nivo, adalah suatu permukaan yang melengkung rata dan semua garis arah
gaya berat yang melalaui titik-titik pada bidang permukaan akan tegak lurus terhadap
bidang permukaan tersebut.
3. Geoid, yaitu bidang nivo yang terletak pada ketinggian muka air laut rata-rata.
4. Garis nivo, adalah adalah garis yang terletak pada bidang nivo, sehingga semua garis
arah gaya berat yang melalui titik pada garis tersebut akan tegak lurus terhadap garis
nivo tersebut.
5. Garis mendatar (Horizontal), adalah garis lurus yang menyinggung satu titik pada
garis nivo dan tegak lurus terhadap arah garis gaya berat yang melalui titik tersebut.
6. Bidang datum/referensi vertical, adalah suatu bidang nivo tertentu awal dari titik-titik
mulai dihitung.
7. Ketinggian dan beda tinggi, ketinggian adalah jarak vertical titik tersebut terhadap
bidang referensi, sedangkan beda tinggi adalah jarak vertical antara dua bidang nivo
8. Sudut Vertikal, adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis lurus yang berpotongan dan
terletak ada bidang vertical.
9. Benchmark(BM), adalah suatu titik tetap yang diketahui ketinggian terhadap geoid
Gambar 12.1 Bidang nivo dan geoid
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Gambar12.2 Bidang mendatar
Gambar12.3 Ketinggian dan beda tinggi
12.1.DASAR TEORI
Pengukuran sipat datar untuk menentukan beda tinggi dan ketinggian titik-titik
dilapangan, dilakukan dengan memakai alat ukur sifat datar dan rambu ukur.
Gambar 12.4. Bayangan rambu ukur yang dilihat okuler teropong waterpass
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Misalkan akan ditentukan Beda tinggi antara titik A ke titik B,sehingga rambu ukur
yang ditempatkan diatas Titik A disebut rambu ukur belakang dan yang diatas titik B
disebut rambu ukur muka.
Gambar 12.5
Bila titik A dan B berdekatan maka bidang-bidang nivo yang melalui titik A dan B
tersebut dapat dianggap sebagai bidang-bidang yang sejajar. Disamping itu,karena jari-jari
bidang nivo sangat besar maka bidang-bidang mendatar yang sejajar . dengan demikian
bedatingi antara titik A dan B adalah jarak vertical antara dua bidang mendatar yang sejajar
yang masinng-masingnya melalui titik A dan B.
Gambar 12.6
Karena pada teropong , benang diafragma horizontalnya terdiri atas benang atas
benang tengah dan benang bawah maka yang dimaksud beda tinggi adalah selisih bacaan
skala rambu ukur yang ditunjukan benang tengah diafragma horizontal ke A dan B
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
��� � �� � �
Dimana :
��� � Beda tinggi antara titik A dan B
�� � Bacaan benang tengah ke diafragma ke skala rambuukur belakang (titik A)
� � Bacaan benang tengah diafragma ke skala rambu ukur belakang (titik B)
Jika diketahui ketinggian titik A terhadap bidang referensi, maka ketinggian titik B
dapat ditentukan yaitu :
� � � � ���
Apabila akan ditentukan beda tinggi antara dua titik yang letaknya sangat
berjauhan, maka pengukuran sifat datar dibagi atas beberapa seksi dengan cara memasng
patok-patok pada tempat yang baik dan aman di lapangan sepanjang jalur pengukuran sifat
datar antara kedua titik tersebut.
Gambar 12.7
Pembagian atas beberapa seksi tersebut berdasarkan ketentuan, bahwa pengukuran
sifat datar antara dua titik yang ditandai. Dengan patok-patok dilapangan harus mampu
diselesaikan dalam 1 hari secara bolak balik atau pulang pergi.
Setiap seksi harus diukur dengan cara membaginya atas beberapa slag dengan
jumlah genap. Jarak atau panjang slag sebaiknya tidak lebih besar dari 120 m. karena jarak
pandang terbaik dari alat sifat datar ke rambu sekitar 30 m -60 m. sedangkan jumlah slag
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
genap di maksudkan untuk menghindarkan secara langsung pengaruh dari kesalahan nol
rambu terhadap hasil ukuran beda tinggi dengan prosedur penempatan rambu secara selang
seling.
Perhatikan gambar 12.7. untuk menentukan beda tinggi antara titik A dan B yang
berjauhan dilakukan pengukuran beda tinggi antara beberapa seksi dan setiap seksi dibagi
atas beberapa slag dengan jumlah genap. Dengan demikian beda tinggi antara titik A dan B
adalah jumlah beda tinggi setiap seksi atau jumlah beda tinggi setiap slag,yaitu:
Seksi A1:
-slag Aa : ��� � � � � �
-slag ab ; ��� � � � � �
-slag bc : ��� � � � � �
-slag c1 : ��� � � � � � +
��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ���
Atau : ��� = ∑ ���
Atau : ��� = ∑ � � ∑
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
12.1.1 Teknik-teknik pengukuran sifat datar
1. Menempatkan alat sifat datar diatas salah satu stasion
Gambar12.8
Beda tinggi antara titik A dan B adalah :
��� � �� �
Dimana :
�� = tinggi alat water pass dari titik A
� Bacaan benang tengah diafragma ke skala rambu ukur yang ditempatkan
diatas titik B
2. Menempatkan alat sifat datar diantara kedua stasion
Perhatikan gambar 12.5, maka beda tinggi antara A dan B adalah :
��� � �� � �
3. Menempatkan alat sifat datar diluar antara kedua stasion
Gambar 12.9
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Dari ketiga ketiga teknik pengukuran sifat datar diatas, maka teknik no 2 akan
memberikan ketelitian pengukuran lebih baik dibandingkan teknik pengukuran yang
lainnya.
12.1.2 Kesalahan Garis bidik
Kesalahan garis bidik adalah kesalahan yang timbul akibat tidak sejajarnya garis
bidik dengan garis nivo. Walaupun alat ukur waterpass telah dirancang sedemikian rupa
dan tidak dapat digerak-gerakkan dalam arah vertical, namun kesalahan garis bidik yang
mungkin ada sebaiknya tetap di perhitungkan.
Harga kesalahan garis bidik dapat di ketahui dengan cara pemeriksaan dan hitungan
seperti berikut (perhatikan gambar 12.10)
Pada daerah pengukuran di pilih tempat mendatar dan cukup rata. Tempatkan dan
tegakkan dua rambu berjarak sekitar 100-200 m.alat sifat datar di tempatkan diantara
kedua rambu pada dua posisi yang berbeda (double stand). Dari masing-masing stand
dilakukan pengamatan dan pembacaan rambu muka dan belakang yang di tunjukkan
benang atas, benang tengah, dan benang bawah diafragma horizontal.
Gambar : 12.10
Dari data-data yang diperoleh dapat di lakukan hitungan untuk menentukan harga
kesalahan garis bidik untuk alat sifat datar tersebut, yaitu :
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Data ukuran :
a. Dari stand I :
-harga bacaan skala rambu ukur belakang : bacaan benang atas=ba1, bacaan benang
bawah = bb1 dan bacaan benang tengah =bt1
-harga bacaan skala rambu ukur muka: bacaan benang atas =ma1, benang tengah
=mt1, benang bawah= mb1
b. dari stand II
di peroleh pula bacaan skala rambu, yaitu ba2, bt2, bb2, ma2, mt2, mb2.
Sehingga :
�� � � ������������������������� ��������� ��
Dimana :
�� � � kesalahan garis bidik
Db = jarak alat waterpass ke rambu belakang
Dm = Jarak alat waterpass ke rambu muka
12.1.3 Kesalahan nol rambu
Gambar 12.11
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Pada umumnya dalam pengukuran sifat datar di gunakan 2 rambu ukur. Salah satu
atau keduanya dari rambu ukur tersebut karena sering di pakai ada yang telah aus.dan
akibatnya panjang rambu lebih pendek dari yang sebenarnya.
12.1.4 Kesalahan miringnya rambu
Bila rambu tidak berdiri betul-betul tegak, mengakibatkan hasil pengukuran sifat
datar tidak lagi benar karena di pengaruhi kesalahan miringnya rambu. Oleh karena itu
pada waktu pengukuran, di usahakan selalu agar rambu benar-benar tegak, sebab akibat
kesalahan ini tak dapat di eliminir langsung di lapangan.
Gambar 12.12
Pada gambar 12.12 terlihat bahwa rambu miring sebesar γ, sehingga harga beda tinggi
yang di peroleh antara titik A dan B adalah :
��� � �� �
Seharusnya :
�!�� � �� � !
Jadi , apabila ketinggian titik A lebih besar dari ketinggian titik B, maka harga beda tinggi
yang di peroleh akibat miringnnya rambu sellau lebih besar dari harga beda tinggi yang
sebenarnya. Begitu juga sebaliknya.
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
12.1.5 Kesalahan Pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi
Bila dilakukan pengukuran sifat datar dari titik P ke Q (lihat gambar 12.12) maka
menurut defenisi beda tinggi P dan Q adalah :
�"# � � � "
Tetapi dari data hasil pengukuran bila tidak ada pengaruh refraksi udara, maka
garis bidik akan menunnjuk skala m’. harga (m’- m”) di sebut kesalahan pengaruh
kelengkungan Bumi.
(m’- m”) =. ��
%&
Karena lapisan Udara di atas P dan Q mempunyai kerapatan tidak sama maka garis
bidik ke m’ akan di biaskan ke m. harga (m’ – m) disebut Kesalahan pengaruh refraksi
udara
(m’- m) = k. ��
%&
Jadi, harga kesalahan pengaruh refraksi udara dan kesalahan pengaruh
kelengkungan Bumi (m – m”) adalah:
(m – m”) = (m’ – m”) – (m’ – m)
=(1 – k). ��
%&
Bila dilakukan pengukuran sifat datar antara titik O dan Q, maka diperoleh harga
kesalahan pengaruh refraksi udara dan kesalahan pengaruh kelengkungan Bumi adalah :
∆h = ��'%&
((�% � (�
% �
Dimana :
∆h = kesalahan pengaruh refraksi dan kesalahan pengaruh kelengkungan Bumi
K ≈ Koefisien refraksi Udara (≈ 0.14)
R =Jari-jari Bumi (=6370 km)
Db= jarak dari alat ke rambu belakang
Dm=jarak dari alat ke rambu muka
12.2 Prosedur pengukuran dan hitungan
Misalkan di ukur beda tinggi antara A dan B dengan teknik penyipatan datar
menempatkan waterpass di antara 2 stasiun.
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
1. Prosedur Pengukuran
a. Jika jarak A dan B sangat berjauhan dan telah di prakirakan bahwa pengukuran
sifat datar Pulang-pergi dari A ke B tidak mampu diselesaikan dalam 1 hari. Maka
bagi lah pengukuran dalam beberapa seksi ditandai dengan patok yang kuat dan d
prakirakan setiap seksinya mampu di selesaikan dalam 1 hari.
b. Sebelum alat waterpass di gunakan untuk pengukuran dan begitupun setelah selesai
pengukuran setiap harinya, harus dilakukan pemeriksaan kesalahan garis bidik alat,
sehingga diketahui kesalahn garis bidik setiap harinya.
c. Pengukuran harus di lakukan dalam jumlahslag genap untuk setiap seksinya, dan
cara perpindahan rambu harus bergantian secara selang seling sebagai rambu muka
dan belakang. Hal ini diperlukan agar kesalahan nol rambu dapat tereliminir
langsung dan tidak berpengaruh terhadap hasil ukuran
d. Rambu harus diletakkan diatas stratpot (tatakan) atau diatas patok yang kuat
e. Usahakan penempatan alatsedemikian rupa sehingga untuk setiap seksinya dapat di
peroleh jumlah jarak alat ke rambu belakang hamper sama dengan jumlah jarak alat
ke rambu muka
f. Jarak maksimal antara alat ke rambu usahakan tidak lebih dari 60 meter, pada
waktu terik matahari jarak tersebut harus di perpendek sampai 40 m.
g. Alat harus didirikan pada tanah yang keras dan stabil.
h. Alat harus di payungi terutama pada waktu terik matahari.
i. Sebelum dilakukan pembacaan skala rambu, harus selalu dilakukan pemeriksaan
apakah gelembung nivo tabung telah di tengah atau(berkoisidensi). Kalau belum
maka lakukan pengaturan dulu sampai gelembung nivo tepat di tengah, kemudian
baru dilakukan pembacaan skala rambu.
j. Pembacaan skala rambu harus selalu di dahulukan ke rambu belakang, kemudian ke
rambu muka.
k. Pada sat dilakukan pembacaan rambu usahakan rambu berdiri se vertical mungkin.
l. Pembacaan ke skala rambu sebaiknya di mulai dari pembacaan benang tengah
kemudian benang atas baru dilanjutkan benang bawah. Usahakan urutan
pembacaan selalu konsisten agar tidak terjadi kekekliruan dalam pencatatan data.
2. Prosedur hitungan
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
a. Hitung pembacaan benang tengah ke skala rambu belakang(∑ b t)dan jumlah
pembacaan benang tengah ke skala rambu muka (∑m t)
b. Hitung jumlah jarak alat ke rambu belakang (∑D b) dan jumlah jarak alatke rambu
muka (∑D m).Harga Db dan D m di peroleh dari hasil hitungan optis.
c. Beda tinggi ukuran satu seksi (= satu hari) adalah :
��� � �∑� � ∑ �
d. Jika pengaruh kesalahan garis bidik di perhitungkan, maka hitunglah harga rata-rata
kesalahan garis bidik dari data-data yang di peroleh pada pemeriksaan alat yang
dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran pada hari tesebut.
e. Beda tinggi ukuran setelah di berikan koreksi garis bidik, adalah
���) � �∑� � ∑ � - �∑(� � ∑(�� . �� �
f. Jika di perhitungkan kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi, maka
beda tinggi ukuran adalah :
���" � �∑� � ∑ � - �∑(� � ∑(�� . �� � –
��'%&
. (∑(�% � (�
% �
12.3 Kontrol dan toleransi pengukuran
Untuk menghindari kesalahan dalam menaksir skala dan pencatatan data, maka si
pencatat harus selalu mengontrol setiap satu set data pengamatan (BT, BA dan BB),
Dimana:
2 BT ≈ BA + BB
Bila perbedaan harga antara 2 BT dengan (BA+BB) lebbih besar dari 2 mm, maka
pengamtan uuntuk set bersangkutan harus langsung di ulang.
Untuk mengetahui baik tidaknya hasil pengukuran sifat datar (terutama sifat datar
memanjang), maka di tentukan batas toleransi pengukuran sifat datar sebagai berikut:
T = ± k +(�'��
Dimana:
T = toleransi pengukuran sifat datar dalam satuan mm
K = konstanta tingkat ketelitian pengukuran, pada umumnya untuk keperluan
Praktis : k = 10
D = jarak antara 2 titik yang di ukur beda tingginya dalam satuan kilometer (km)
Jadi bila diukur beda tinggi antara 2 titik secara pulang pergi, maka selisih harga
beda tinggi pergi dan pulang tidak boleh lebih dari T
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
12.4 Macam-macam pengukuran sifat datar
Ada 6 macam pengukuran sifat datar yang umum dan sering di gunakan,yaitu :
- Sifat datar memanjang
- Sift datar propel yang terdiri dari propel memanjang dan propel melintang.
- Sifat datar luas (spot-heights)
- Reciprocal leveling, dan
- Sifat datar teliti (precise leveling)
12.4.1 Sifat datar memanjang
Pengukuran sifat datar memanjang adalah pennguukuran sifat datar untuk
mennentukan beda tinggi dan ketinggian titik-titik kerangka dasar.
Pengukuran sifat datar memanjang harus dilakukan pulang-pergi untuk penentuan beda
tinggi dan titik-titik kerangka dasar yang berbentukk jaringan polygon terrbuka yang tidak
diketahui ketinggian titiik awal dan akhirnya (salah satu atau keduanya)
Sedangkan untuk menentukan beda tinggi atau ketinggian titik-titik kerangka dasar
yang berbentuk :
- Jaringan polygon terbuka yang diketahui ketinggian titik awal dan akhirnya.
- Jaringan polygon tertutup.
- Jarring segitiga dan
- Jarring triangulasi.
Maka pengukuran sifat datar memanjang boleh dan cukup hanya dilakukan sekali jalan
saja.
Prosedur hitungan ketinggian titik-titik ketinggian kerangka dasar adalah sebagai
berikut :
1. Sifat datar memanjang pulang pergi
Pengukuran satu titik ke titik kerangka dasar lainnya yang berurutan, disebut
pengukuran satu seksi. Untuk setiap seksinya di hitung masing-masing harga beda
tinggi pulang dan perginya dengan prosedur perhitungan sama seperti prosedur
pada bab 12.2
Selanjutnya dilakukan prosedur perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung harga selisih pulang dan pergiyang telah bebas darin kesalahan garis
bidik dan pengaruh dari refraksi dan kelengkungan bumi :
W = �,-./� � �,01�2/
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Catatan;
Tanda harga h pulang harus sama dengan tanda h pergi.jadi bila tanda hpergi “+” maka
tanda h pulang juga harus “+”.
b. Bila ada harga W untuk setiap seksi lebih besar dari toleransi pengukuran, maka
pengukuran pada seksi bersangkutan harus di ulang.
c. Harga beda tinggi sebenarnya untuk setiap seksi adalah harga rata-rata antara h
pergi dan h pulang pada masing-masing seksi tersebut.
d. Jika di defenisikan/diketahui harga ketinggian titik awal, maka ketinggian titik-
titik kerangka dasar lainnya dapat di hitung.
2. Sifat datar memanjang sekali jalan
a. Prosedur hitungan untuk memperoleh harga beda tinggi yang bebas dari
kesalahan garis bidik, refraksi dan kelengkungan bumi untuk setiap seksi sama
dengan prosedur di atas.
b. Selanjutnya hitung salah penutup beda tinggi :
- Untuk jaringan polygon terbuka yang di ketahui titik awal dan akhirnya :
W = ∑h – (�'3�. � �4�1)
- Untuk polygon tertutup, jarring segitiga dan triangulasi :
W = ∑h
Jika W lebih besar dari toleransi pengukuran sifat datar (T), maka
pengukuran harus di ulang.
c. Koreksi beda tinggi untuk masing-masing seksi :
∆��� � � �2 . w
Dimana:
n= jumlah seksi dalam jaringan kerangka dasar.
d. Beda tinggi sesungguhnya untuk masing-masing seksi adalah �5�� � ��� � 6���
e. Hitungan keinggian titik-titik kerangka dasar dspst dilskuksn jiks dikrtshui
ketinggian titi kawal.
12.4.2 Sifat datar propil
Sipat datar propel terdiri atas 2 macam :
- Propil memanjang, dan
- Propel melintang
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
1. Propil memanjang
Maksud dan tujuan pengukuran propel memanjang adalah untuk menentukan
ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat di
gambarkan irisan tegak keadaan permukaan tanah sepanjang garis rencana proyek
tersebut.
Gambar irisan tegak keadaan permukaan tanah (lapangan) sepanjang garis rencana
proyektersebut di sebut propel memanjang.
a. Prosedur pengukuran dan perhitungan
Dilapangan ,sepanjang garis rencana garis proyek dipasang patok-patok dari
kayu atau beton yang menyatakan sumbu proyek. Patok-patok ini digunakan
untuk pengukuran propel memanjang.
Gambar 12.13
Gambar 12.14
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Terlebih dahulu lakukan pngukuran sipat datar memanjang untuk menentukan
beda tinggi antara titik 1 dan 2, titik2 dan 3, titik 3 dan 4. Dan tentukan
ketinggian titik 2, 3 dan 4 yang di hitung dari titik 1.
Selanjutnya di lakukan propel pengukuran memanjang sepanjang garis rencana
proyek, yaitu mengukur dan menentukan ketinggian titik-tiik khusus sepanjang
garis rencana proyek seperti dasar dan puncak daerah bergelombang (berbukit-
bukit), ujung dan tengah lerengan, tepi air kali atau tepi air sungaidan lain-
lainnya.
b. Prosedur penggambaran
Setelahdi ketahui ketinggian titik-titik kerangka dasar (1, 2, 3 dan 4), kemudian
telah di hitung ketinggian titik-titik propel( titik a, b, c, d pada seksi 1-2dan
seksi 2-3 titik a dan b pada seksi 3-4), maka penggambaran siap dilakukan.
Untuk menggambarka propil memanjang terlebih dahulu harus ditentikan skala
untuk jarak(panjang garis proyek) dan tinggi. Karena jarak akan lebih panjang
dari tinggi, maka skala untuk jarak dan tinggi diambil berbeda. Skala jaraklebih
kecil dari skala tinggi misalnya diambil skala jarak 1 : 1000 dan skal tinggi 1 :
100. Untuk menghemat penggunaan kertas sebaiknya ketinggian titik-titik di
translasikan terhadap bidang persamaan ketinggian, sehingga ketinggian titik-
titik terhadap bidang persamaan akan menjadi lebih kecil
Penggambaran dapat dilakukan :
- Sediakan kertas gambar . penggambaran akan lebih cepat apabila di gunakan
kertas millimeter.
- Perhatikan gambar 12.14, yang pertama di gambarkan adalah 4 garis mendatar
dengan jarak tertentu.
- Pada garis pertama di tuliskan nomor titik-titik kerangka dasar dan nomor titik-
titik propil denggan jarak satu sama lainnya sesuaidengan jaraknya masing-
masing dalam skala 1 : 1.000
- Diantara garis pertama dan garis kedua pada garis tegak yang melalui masing
masing titikdi tuliskan angka jarak titik tersebut di lapangan.
- Di antara garis kedua dan ketiga kedua pada garis tegak yang melalui masing
masing titikdi tuliskan angka ketinggian masing-masing titik.
- Garis ke empat adalah garis/bidang persamaan ketinggian.
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
- Pada garis tegak yang melalui masing-masing titik, di tandai posisi-posisi titik
tersebut pada ketinggian yng sesuai dengan jaraknya terhadap bidang persamaan
dalam skala 1 : 100
- Hubungkannmasing-masing titik tersebut, sehingga di peroleh propil memanjang
permukaan tanah daerah proyek.
- Kemudia rencanakan dan gambarkan propil memanjang garis rencana proyek
yang feasible, sesuai dengan kondisi lapangan dan ketentuan-ketentuan yang
harus di penuhi dalam perencanaan tersebut
- Perpotongan-perpotongan antara propil memanjang permukaan tanahdan garis
rencana proyek, akan menggambarkan irisan memanjang daerah galian dan
timbunan tanah daerah proyek tersebut.
- Harga gradient garis rencana proyekuntuk masing—masing sub tali busur (%), di
tuliskan pada kolom diantara garis ketiga dengan garis keempat ( bidang
persamann)
2. Propil melintang
Maksud dan tujuan pengukuran propil melintang adalah untuk menentukan
ketinggian titik-titik (propil permukaan tanah ) sepanjang garis tegak lurus terhadap
garis rencana proyek atau sepanjang garis yang membagi sama besar sudut antara
dua sub garis rencana proyek yang berpotongan (lihat gambar 12.15)
Gambar 12.15
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
Gambar 12.16
Sebagai contoh, lihat gambar 12.15. pada titik-titik (patok-patok) :1, a (=1a), b
(=2b),… b (=3b) dan 4, di buat propil melintang terhadap garis rencana proyek.
Panjang masing-masing propil melintang tersebut tergantung pada kebutuhan,
tetapi pada umumnya berkisar antara 100 sampai 120 m ( terhadap kiri kanan garis
rencana proyek berjarak sekitar 50-60 m).
Yang di ukur pada propil melintang adalah ketinggian titik-titik detail untuk tiap
jarak tertentusepanjang garis propil melintang, misalnya untuk setiap titik pada
jarak-jarak 10 m sepanjang garis propil melintang tersebut.
Adapun prosedur pengukuran, perhitungan dan penggambaran sama halnya seperti
pada propil memanjang, umumnya skala jarak dan tinggi pada propil melintang di
buat sama.
3. Pekerjaan Tanah (earth work)
Dalam pekerjaan teknik sipil, pekerjaan yang menyangkut penimbunan, penggalian
dan pemindahan tanah di sebut pekerjaan tanah (Earth work ). Untuk keperluan
tersebut perlu di lakukan pekerjaan pengukuran propil memanjang dan propil
melintang untuk mengetahui besarnya volume tanah yang akan di gali, di timbun
maupun untuk pemindahan tanah.
Rumus umum sederhana untuk menghitung volume galian dan volume timbunan
adalah :
7 � 8� � 8%
2 . (
Dimana :
V = volume galian atau timbunan tanah.
A = luas irisan tanah (galian/timbunan) pada propil melintang. Sedangkan A1 dan
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
A2 adalah luas dari dua irisan tanah(galian/timbunan)propil melintang yang
berjarak sebesar D m.
D= panjang propil memanjang antara dua propil melintang pada garis rencana
Proyek
12.4.3 Sifat datar luas (spot-heights)
Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau
pertamanan, pada umumnya perlu di ketahui keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah
(relief permukaan tanah). Untuk itu dilakukan pengukuran sifat datar luas dengan
mengukur sebanyak mungkin ketinggian titik-titik detail permukaan tanah.
Gambar 12.17
Kerapatan dan letak titik-titik detail yang akan di amati ketinggiannya, diatur sesuai
dengan kebutuhan . makin rapat titik-titiknya akan dapat memberikan relief gambaran
permukaan tanah lebih baik. Bentuk permukaan tanah akan di lukiskan oleh garis-garis
yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, yang di sebut garis
kontur.
Supaya pekerjaan pengukuran berjalan dengan cepat maka pilih lah tempat
meletakkan alat ukur sedemikian rupa sehingga dapat di bidik sebanyak mungkin titik-titik
di sekitarnya.
Setelah diukur dan di hitung ketinggian titik-titk detail, maka pada kertas gambar
dilukiskan letak titik-titik detail tersebut, dan pada titik-titik bersangkutan dituliskan
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
angka-angka ketinggiannya. Dengan cara interpolasi dapat di lukiskan garis-garis
konturnya. Dari garis-garis kontur yang terggambar dapat di lihat bentuk atau relief
permukaan tanah.
Pada gambar 12.17 merupakan salah satu teknik penyipatan datar luas dengan
menggunakan system kotak (raster).pada gambar tersebut dapat di lihat garis-garis kontur
(4,0 ; 5,0 ; 6.0 ;… 11.0) yang diperoleh dari hasil interpolasi sehingga di peroleh garis-
garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama di
permukaan tanah.
12.4.4 Sifat datar resiprokal (reciprocal leveling)
Sifat datar resiprokal di gunakan apabila kita tidak dapat menempatkan alat sifat
datar diantara dua titik yang akan di tentukan beda tingginya. (dalam teknik penyipatan
datar, metoda ini adalah tiada lain teknik penyipatan datar dengan caramenempatkan alat
sifat datar di luar antara dua stasion)
Gambar 12.18
Misalkan akan di tentukan beda tinggi antara titik A-B yang terletak berseberangan
di pinggir sungai . dengan cara melakukan pengukuran sifat datar pulang pergi yang di
laksanakan dengan teknik dan prosedur pengukuran tertentu maka beda tinggi titik A dan
B dapat ditentukan yaitu :
��� � �: � �� � �:) � �) �
2
Pada umumnya metoda reciprocal leveling ini di gunakan untuk menentukan beda
tinggi antara dua titik yang berjarak jauh yang dipisahkan oleh sungai atau lembah yang
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)
lebar dengan tujuan untuk memperoleh hasil pengukuran yang teliti. Alat sifat datar yang
di gunakan adalah alat sifat datar tipe jungkit.