Download - PENERAPAN LANGKAH POLYA UNTUK MENINGKATKAN …
PENERAPAN LANGKAH POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN
LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII
SMPN 6 BOLANO LAMBUNU
Ratna Sari
Email: [email protected]
Baharuddin Paloloang
Email: baharuddinpaloloang@gmail. com
Bakri Mallo
Email: [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan langkah
Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada soal cerita SPLDV di kelas VIII
SMPN 6 Bolano Lambunu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan
desain penelitian mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart yakni perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif
dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan langkah Polya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada soal cerita SPLDV di kelas VIII SMPN 6 Bolano
Lambunu, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) memahami masalah, (2) membuat
perencanaan, (3) melaksanakan perencanaan, dan (4) mengecek kembali.
Kata Kunci: langkah Polya, hasil belajar dan soal cerita SPLDV
Abstract: The purpose of this research was to give a description on the application of the Polya
can improve learning outcomes students at SPLDV word problems in class VIII SMPN 6
Bolano Lambunu. The research is research class action ( PTK ) and design research referring
to a model Kemmis and Mc. Taggart is planning, the action, observation and reflection. The
kind of data that used was the data qualitative and quantitative data to technique data
collection the observation, interview, field note, and tests. This research carried out in two
cycle and masing-masing cycle carried out in two meetings. Based on the results of this
research suggests that the implementation of the Polya can improve learning outcomes students
at spldv word problems in class VIII SMPN 6 Bolano Lambunu , by following the footsteps as
follows: (1) understand a problem , (2) making plan , (3) implement planning , and (4) check back.
Keywords: Step Polya , the learning and word problems SPLDV
Mata pelajaran matematika wajib diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar agar kemampuan menggunakan matematika terbekali sejak dini. Perlunya
pengajaran matematika sejak dini juga dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan memiliki kemampuan menggunakan
matematika dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah penting diajarkan dalam
pembelajaran matematika agar peserta didik terampil dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa
satu diantara tujuan matapelajaran matematika adalah peserta didik dituntut memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh (Depdiknas, 2006).
Umumnya dalam proses belajar mengajar, soal cerita merupakan bagian dari
pemecahan masalah. Penyajian soal cerita dalam pembelajaran digunakan untuk membantu
siswa memahami masalah dan melatih siswa agar terampil dalam memecahkan masalah.
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...65
Penyelesaian soal matematika berbentuk cerita memberikan pengalaman bagi siswa untuk
memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, ketika diberikan
soal cerita siswa sulit untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan pendapat Usman (2007)
menyatakan bahwa pada umumnya soal cerita dalam matematika sulit untuk diselesaikan. Hal
ini terjadi karena siswa kurang memahami cara mengubah kalimat verbal menjadi model
matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di kelas VIII SMPN 6 Bolano
Lambunu diperoleh informasi bahwa penyebab siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita SPLDV adalah siswa belum mampu memahami maksud dari soal
yang diberikan dan belum mampu mengubah bentuk soal cerita ke dalam model
matematika. Menindaklanjuti hasil wawancara peneliti dengan guru, maka peneliti
melakukan tes identifikasi. Satu di antara soal yang diberikan peneliti kepada siswa yaitu:
Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel di toko buah dan ia harus membayar
Rp15.000,00, sedangkan Intan membeli 1 kg mangga dan 2 kg apel ia harus membayar
Rp18.000,00 di toko buah yang sama. Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg apel?
Berikut jawaban siswa NS ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Jawaban NS pada tes identifikasi
Hasil tes identifikasi menunjukan bahwa siswa melakukan kesalahan pada saat
membuat model matematika (NSTI01), harusnya siswa membedakan antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain, siswa juga salah menggunakan metode eliminasi harusnya
operasinya dikurang bukan dijumlah (NSTI02), kesimpulan yang diperoleh siswa salah
harusnya Rp41.000,00 bukan Rp48.000,00 (NSTI03). Selanjutnya dari 33 siswa yang
mengikuti tes terdapat 5 siswa yang menjawab soal dengan benar, 24 siswa yang menjawab
salah dan 4 siswa tidak menjawab.
Berdasarkan kesalahan hasil tes identifikasi peneliti berasumsi bahwa siswa cenderung
tidak memahami prosedur penyelesaian soal dengan baik dan perhatian siswa pada saat
pembelajaran berlangsung sangat kurang sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Satu di antara cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu menerapkan
langkah Polya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah. Polya (1973) menetapkan empat langkah yang dapat dilakukan agar siswa lebih
terarah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu (1) memahami masalah; (2) menyusun
rencana; (3) melaksanakan rencana; dan (4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua
jawaban yang diperoleh. Langkah Polya merupakan langkah pemecahan masalah yang paling
sederhana dan populer. Sebagaimana yang dikemukakan Sukayasa (2012), bahwa fase-fase
pemecahan masalah menurut Polya lebih populer digunakan dalam memecahkan masalah
matematika dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan fase-fase dalam proses pemecahan
masalah yang dikemukakan Polya cukup sederhana dan aktivitas-aktivitas pada setiap fase
yang dikemukakan Polya cukup jelas.
Beberapa penelitian yang menunjukan bahwa penerapan langkah Polya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2013) bahwa
NSTI01
NSTI03
NSTI02
66 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
penerapan langkah Polya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal
cerita keliling dan luas persegi panjang di kelas VII A SMP Negeri 19 Palu. Penelitian yang
dilakukan oleh Angraeni (2014) bahwa penerapan metode Polya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV dan penerapan metode Polya juga dapat
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
deskripsi tentang penerapan langkah Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
soal cerita sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 6 Bolano Lambunu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang desainnya mengacu pada
model Kemmis dan Mc.Taggart (Arikunto, 2007) yang terdiri atas empat tahapan yaitu: (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Subyek penelitian adalah seluruh
siswa di kelas VIII C SMPN 6 Bolano dengan jumlah 35 siswa, terdiri dari 18 siswa
perempuan dan 17 siswa laki-laki. Dari subyek penelitian tersebut dipilih tiga orang siswa
sebagai informan yaitu siswa SD dengan karakteristik berkemampuan tinggi, DJ dengan
karakteristik berkemampuan sedang dan TA dengan karakteristik berkemampuan rendah.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan
lapangan, dan tes. Analisis data yang dilakukan mengacu pada analisis data kualitatif model
Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini dianggap berhasil apabila aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di
kelas dan aktivitas seluruh siswa selama mengikuti pembelajaran untuk setiap aspek yang
nilainya minimal kategori baik. Siswa dikatakan mampu apabila siswa dapat menyelesaikan
soal cerita SPLDV dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi menggunakan
langkah Polya pada siklus I dan siswa dikatakan mampu apabila siswa dapat menyelesaikan
soal cerita SPLDV dengan menggunakan metode gabungan menggunakan langkah Polya
pada siklus II.
HASIL PENELITIAN
Peneliti memberikan tes awal kepada siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa mengenai materi prasyarat SPLDV yaitu tentang persamaan linear dua variabel dan juga
digunakan sebagai acuan dalam menentukan informan. Jumlah siswa yang mengikuti tes 35
orang. Hasil analisis tes menunjukan dari 35 siswa yang mengikuti tes terdapat 18 orang
siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Peneliti membahas
kembali materi tentang persamaan linear dua variabel bersama siswa sebelum masuk pada
pelaksanaan tindakan karena sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan soal pada tes
awal dengan benar.
Pada pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan penelitian dua kali pertemuan
untuk setiap siklus. Pada pertemuan pertama siklus I dan siklus II menerapkan langkah
Polya dengan materi pada siklus I yaitu menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan metode
eliminasi dan substitusi, siklus II yaitu menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan metode
gabungan. Pertemuan kedua siklus I dan siklus II dilakukan tes akhir tindakan. Pelaksanaan
pembelajaran terdiri atas (a) kegiatan pendahuluan, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan
penutup. Fase-fase pada model pembelajaran langsung yaitu (1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, (2) presentasi, (3) membimbing latihan, (4) mengecek pemahaman,
dan (5) latihan mandiri.
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...67
Kegiatan pendahuluan dilaksanakan fase penyampaian tujuan dan penyiapan siswa
pada siklus I dan II diawali dengan salam, mengajak siswa berdoa, mengecek kehadiran
siswa pada siklus I dan siklus II semua siswa hadir sebanyak 35 orang, dan menyampaikan
informasi mengenai materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu, diharapkan siswa mampu menyelesaikan
soal cerita SPLDV dengan metode substitusi dan eliminasi menggunakan langkah-langkah
Polya dengan tepat, tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu, diharapkan siswa mampu
menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan metode gabungan menggunakan langkah-
langkah Polya dengan tepat. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan
menyampaikan manfaat mempelajari materi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari yaitu
digunakan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan aritmetika sosial seperti
menentukan harga satuan barang, menentukan panjang atau lebar sebidang tanah, dan
sebagai materi prasyarat untuk mempelajari materi sistem persamaan linear tiga variabel.
Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi prasyarat
yang berkaitan dengan SPLDV yaitu persamaan linear dua variabel dengan tanya jawab.
Pada fase ini siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga siswa
lebih terarah untuk belajar dan siswa telah mengetahui manfaat mempelajari soal cerita
SPLDV sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Pada kegiatan inti dilaksanakan fase presentasi, fase pembimbingan latihan dan fase
pengecekan pemahaman. Fase presentasi peneliti memberikan penjelasan mengenai
langkah-langkah Polya dalam pemecahan masalah soal cerita SPLDV. Langkah Polya yang
dimaksud yaitu: (1) memahami masalah dimana siswa harus mampu menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan pada soal cerita yang diberikan, (2) membuat perencanaan dimana
siswa harus mampu membuat strategi dengan cara membuat pemisalan dari yang diketahui
serta membuat model matematika, (3) melaksanakan perencanaan dimana siswa harus
menyelesaikan rencana yang disusun menggunakan metode penyelesaian SPLDV pada siklus I
dengan metode eliminasi dan substitusi pada siklus II dengan metode gabungan, dan (4)
mengecek kembali dimana siswa harus mengecek jawaban yang diperoleh pada langkah 3
sehingga memperoleh jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan. Peneliti juga
menyajikan materi SPLDV dan memberikan contoh soal cerita SPLDV serta penyelesaiannya
dengan metode substitusi dan eliminasi menggunakan langkah-langkah Polya pada siklus I
dan menyajikan contoh soal cerita SPLDV serta penyelesaiannya dengan metode gabungan
menggunakan langkah-langkah Polya pada siklus II. Berikut contoh soal yang diberikan
pada siklus I: Erna membeli 3 buah buku tulis dan 2 buah buku gambar dengan harga
seluruhnya Rp18.000,00 di toko buku. Di toko yang sama Aminah membeli 2 buah buku
tulis dan 2 buah buku gambar dengan harga seluruhnya Rp14.000,00. Berapakah harga 1
buah buku gambar dan harga 1 buah buku gambar? Berikut contoh soal yang diberikan
pada siklus II: Pak Budi membeli 1 kg cat kayu dan 2 kg cat tembok di toko bangunan dan ia
harus membayar Rp70.000,00. Sedangkan Pak Ahmad membeli 2 kg cat kayu dan 2 kg cat
tembok di toko yang sama dan ia harus membayar Rp80.000,00. Kemudian Pak Ali
menginginkan membeli 3 kg cat kayu dan 5 kg cat tembok di toko yang sama. Berapa rupiah
Pak Ali harus membayar? Pada fase ini siswa telah mengetahui tahap-tahap penyelesaian soal
cerita SPLDV menggunakan langkah Polya sehingga siswa lebih terarah dalam menyelesaikan
soal menggunakan langkah Polya.
Selanjutnya pada fase pembimbingan latihan siswa dibagikan lembar kerja siswa
(LKS) yang memuat langkah-langkah Polya. Peneliti menjelaskan cara mengerjakan LKS
yang telah diberikan dan membimbing siswa dalam langkah pemecahan masalah
menggunakan langkah Polya. Berikut satu diantara soal pada LKS siklus I: Satu kardus hitam
68 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
dan dua kardus putih berisi 10 buku. Tiga kardus hitam dan dua kardus putih berisi18 buku.
Tentukanlah jumlah buku dalam kardus putih dan jumlah buku dalam kardus hitam! Pada
langkah memahami masalah siswa dapat menuliskan apa yang diketahui (KA01L1) dan
yang ditanyakan (KA02L1). Namun pada langkah membuat perencanaan siswa hanya
membuat model matematika (KA03L1) siswa tidak membuat pemisalan. Selanjutnya pada
langkah melaksanakan perencanaan siswa keliru dalam mengoperasikan ketika
mengeliminasi variabel y, harusnya dikurang (KA04L1). Sehingga langkah mengecek
kembali juga salah (KA05L1) dan siswa tidak membuat kesimpulan dari jawaban yang
diperoleh. Berikut jawaban siswa KA ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Jawaban KA pada LKS siklus I
Satu diantara soal LKS siklus II adalah: Ani membeli 4 buah buku dan 5 buah
balpoint seharga Rp24.000,00 di toko buku. Di toko yang sama Ida membeli 6 buah buku
dan 2 buah balpoint seharga Rp27.200,00. Tentukan harga 2 buah buku dan 5 buah
balpoint! Berikut jawaban siswa FA ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Jawaban FA pada LKS siklus II
Siswa sudah mampu menyelesaikan soal pada LKS siklus II dengan menggunakan
metode gabungan dan menerapkan langkah Polya, di mana siswa melakukan metode eliminasi
(FA01L2) kemudian melakukan metode substitusi (FA02L2). Namun masih terdapat
kekeliruan pada langkah melaksanakan perencanaan. Siswa salah menuliskan
(FA03L2) seharusnya . Siswa tidak membuat kesimpulan dari jawaban yang
diperoleh, dan siswa tidak menjawab soal sampai akhir sesuai dengan yang ditanyakan. Pada
fase ini siswa telah dibimbing sehingga siswa lebih terarah dalam mengerjakan soal pada LKS
menggunakan langkah Polya.
Pada fase pengecekan pemahaman peneliti bersama siswa membuat kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari. Pada siklus I, kesimpulannya yaitu tentang menyelesaikan soal
cerita SPLDV dengan metode eliminasi dan substitusi menggunakan langkah Polya.
Selanjutnya pada siklus II, kesimpulannya yaitu tentang menyelesaikan soal cerita SPLDV
FA03L2
KA04L1 KA05L1
FA03L2
FA03L2
KA01L1
KA02L1
KA03L1
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...69
dengan metode gabungan menggunakan langkah Polya. Pada fase ini siswa telah mengecek
pemahamannya dengan cara membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari sehingga siswa
lebih memahami materi penyelesaian soal cerita SPLDV menggunakan langkah Polya.
Pada kegiatan penutup dilaksanakan fase latihan mandiri, peneliti memberikan pekerjaan
rumah (PR) untuk melatih meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
menggunakan langkah Polya. Kemudian peneliti menginformasikan kepada siswa tentang
kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya dan menutup kegiatan pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucapkan salam. Pada fase ini siswa telah dilatih mandiri dengan
diberikan PR sehingga siswa lebih terlatih dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah menggunakan langkah Polya.
Tes akhir tindakan siklus I, siswa diberikan 2 nomor soal. Berikut satu diantara soal
yang diberikan: Di toko harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng Rp14.000,00. Di toko
yang sama harga 2 kg beras dan 1 kg minyak goreng Rp10.500,00. Tentukan harga 2 kg
beras dan 6 minyak goreng. Berikut jawaban siswa TA ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Jawaban TA pada tes akhir tindakan siklus I
Berdasarkan jawaban TA pada Gambar 4, pada langkah memahami masalah siswa
sudah menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Namun, pada langkah
membuat perencanaan siswa TA tidak membuat model matematika, siswa hanya
memisalkan. Pemisalan yang dibuat oleh siswa juga masih belum jelas, siswa menuliskan
beras (TA01TS1) dan minyak goreng (TA02TS1) harusnya harga 1 kg beras
dan harga 1 kg minyak goreng . Pada langkah melakukan perencanaan siswa salah
menulis (TA03TS1) yang seharusnya dan
siswa salah menulis (TA04TS1) harusnya
kemudian siswa tidak selesai mengerjakan soal sesuai dengan yang ditanyakan, siswa
hanya mencari nilai variabel (TA05TS1) dan (TA06TS1) saja sehingga
siswa TA tidak membuat kesimpulan.
Setelah jawaban tes akhir diperiksa, peneliti melakukan wawancara dengan siswa TA
untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan siswa:
PTA031S1: Untuk nomor 2, langkah apa yang pertama TA lakukan untuk
menyelesaikan soal?
STA032S1: Memahami masalah bu dengan menulis apa yang diketahui dan ditanyakan,
kemudian membuat perencanaan dan melaksanakan perencanaan.
PTA033S1: TA harus pahami dulu soalnya, kalau nomor 2 apa yang ditanyakan?
STA034S1: Harga 2 kg beras dan 6 kg minyak goreng bu.
PTA035S1: Iya, itu yang ditanyakan pada soal nomor 2. Kenapa TA tidak selesai
TA02TS1
TA03TS1
TA01TS1
TA04TS1
TA06TS1
TA05TS1
70 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
mengerjakan nomor 2?
STA036S1: Saya fikir begitu saja jawabannya bu.
PTA037S1: Harusnya TA tinggal substitusi nilai x dan y yang sudah diperoleh
kepersamaan .
STA038S1: Persamaan dari mana bu?
PTA039S1: Dari yang ditanyakan kita buat model matematikanya. coba TA
substitusikan nilai x dan y kepersamaan . Berapa hasilnya?
STA040S1: Jawabannya 23.000 bu.
PTA041S1: Iya itu jawaban akhir dari soal nomor 2, jadi TA sudah mengerti?
STA042S1: Iya sudah bu.
PTA043S1: TA harus lebih teliti ya dalam mengerjakan soal, karena TA banyak salah
menulis. TA kalau mengerjakan soal harus dipahami dulu soalnya,
kemudian TA harus banyak latihan mengerjakan soal.
Berdasarkan hasil wawancara siklus I diperoleh informasi bahwa TA belum mampu
memahami soal, dan TA masih berpatokan pada contoh yang diberikan. Kemudian TA juga
masih banyak kesalahan menulis. Hal ini disebabkan karena TA kurang teliti dalam
mengerjakan soal yang diberikan.
Tes akhir tindakan siklus II, siswa diberikan 2 nomor soal. Satu diantara soal yang
diberikan adalah: Selisih uang Erna dan Aminah adalah Rp5.000,00. Jika 2 kali uang Erna
ditambah dengan 3 kali uang Aminah adalah Rp125.000,00. Tentukan masing-masing uang
yang dimiliki Erna dan Aminah. Berikut jawaban siswa DJ ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Jawaban DJ pada tes akhir tindakan siklus II
Berdasarkan jawaban siswa DJ pada Gambar 5 menunjukan bahwa DJ salah menuliskan
model matematika yaitu (DJ01TS2) yang seharusnya . sehingga pada saat langkah melaksanakan perencanaan siswa DJ keliru
(DJ02TS2), namun hasil dari eliminasi variabel x jawaban DJ benar (DJ03TS2). Siswa DJ
tidak membuat kesimpulan dari jawaban yang diperoleh. Siswa DJ juga tidak teliti dalam
mengerjakan soal, sehingga model matematika ditulis metode matematika.
Setelah jawaban tes akhir diperiksa, peneliti melakukan wawancara dengan siswa DJ
untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan siswa:
PDJ003S2: DJ perhatikan jawaban nomor 2. Apa yang kurang disitu?
SDJ004S2: Saya tidak membuat kesimpulan bu.
PDJ005S2: Iya, DJ tidak membuat kesimpulan dari jawaban yang sudah diperoleh. DJ
perhatikan lagi jawabannya, sudah benar model matematika persamaan
duanya?
SDJ006S2: Saya salah tulis bu.
DJ01TS2
DJ03TS2 DJ02TS2
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...71
PDJ007S2: Iya, harusnya bagaimana?
SDJ008S2: Harusnya
PDJ009S2: Iya itu model matematika yang benar. DJ harus lebih teliti lagi dalam
mengerjakan soal, karena DJ banyak keliru menulis, seperti model
matematika tapi DJ tulis metode matematika, kemudian model matematika
yang dibuat persamaan 2 itu tapi ketika hasil
eliminasinya menjadi .
Berdasarkan hasil wawancara siklus II diperoleh informasi bahwa DJ sudah mampu
menyelesaikan soal. Namun DJ tidak teliti dalam mengerjakan soal yang diberikan.
Aspek-aspek pembelajaran yang diamati yang termuat pada lembar observasi aktivitas
guru selama mengikuti pembelajaran di antaranya: (1) Guru membuka pembelajaran dengan
memberi salam, menyapa siswa dalam kelas, berdoa dan mengecek kehadiran siswa, (2) Guru
menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, (3) Guru memberi motivasi kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari materi pemecahan masalah SPLDV dengan memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari, (4) Guru memberi apersepsi kepada siswa dengan cara mengingatkan
kembali siswa mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan SPLDV, (5)
Mempresentasikan langkah-langkah Polya dalam pemecahan masalah pada materi soal cerita
SPLDV dengan metode gabungan, (6) Menyajikan contoh cara menyelesaikan soal cerita
tentang SPLDV dengan metode gabungan menurut langkah-langkah Polya, (7) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, (8) Membagikan
soal latihan kepada masing-masing siswa, (9) Meminta siswa untuk menyelesaikan soal latihan
menurut langkah-langkah Polya, (10) Memberikan bimbingan dan penjelasan bagi siswa yang
mengalami kesulitan, (11) Mengecek pemahaman siswa dengan membahas secara bersama-
sama hasil jawaban setiap siswa dan mendorong siswa untuk memberikan umpan balik, (12)
Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari, (13)
Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk lebih melatih kemampuan pemecahan
masalah siswa, (14) Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya,
(15) Menutup pelajaran dengan berdoa dan memberikan salam, (16) Efektivitas pengelolaan
waktu, dan (17) Penampilan guru dalam pembelajaran.
Pada siklus I, aspek poin 3 berkategori cukup, aspek poin 2, 4, 5, 7, 11, 12, 14 dan 16
berkategori baik dan aspek poin 1, 6, 8, 9, 10, 13, 15 dan 17 berkategori sangat baik. Oleh
karena itu aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik.
Pada siklus II aspek poin 4, 11, 12 dan 16 berkategori baik dan aspek poin 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 13, 15 dan 17 berkategori sangat baik. Oleh karena itu aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran pada siklus II dikategorikan sangat baik.
Aspek-aspek pembelajaran yang diamati yang termuat pada lembar observasi
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di antaranya: (1) Berdoa bersama, (2) Siswa
menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, (3) Siswa mengingat kembali mengenai
materi sebelumnya yang berkaitan dengan SPLDV, (4) Menjawab pertanyaan dari guru, (5)
memperhatikan penjelasan guru, (6) siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, (7)
siswa mengerjakan LKS secara individu, (8) Siswa menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan dalam soal, (9) Siswa membuat pemisalan dan model matematika
berdasarkan soal latihan yang diberikan, (10) Siswa menyelesaikan model matematika
berdasarkan metode penyelesaian yang ada, (11) Siswa memeriksa kembali jawaban yang
diperoleh, (12) Siswa membuat kesimpulan berdasarkan jawaban yang diperoleh, (13)
Siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, (14) Mencatat pekerjaan
72 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
rumah (PR) yang diberikan sebagai tugas individu, (15) berdo’a bersama, dan (16)
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada siklus I, aspek poin 12 berkategori cukup, aspek poin 1, 3, 5, 6, 10, 11, 13, 14,
15 dan 16 berkategori baik dan aspek poin 2, 4, 7, 8 dan 9 berkategori sangat baik. Oleh
karena itu aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan baik. Pada siklus II, aspek
poin 1, 6, 11, 13 dan 15 berkategori baik dan aspek poin 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 14 dan 16
berkategori sangat baik. Oleh karena itu aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan
sangat baik. Selanjutnya peneliti melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar pada
siklus I. Refleksi ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi
pada siklus I agar siklus II dapat terlaksana lebih baik.
PEMBAHASAN
Pada kegiatan pratindakan peneliti melakukan tes awal kepada siswa, tes ini
diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
mengenai pengetahuan prasyarat soal cerita SPLDV. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutrisno (2012) bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui
pemahaman awal siswa.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan langkah Polya,
dalam setiap pertemuan terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) kegiatan pendahuluan dengan
menerapkan fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) kegiatan inti dengan
menerapkan fase presentasi, membimbing latihan dan mengecek pemahaman, dan (3)
kegiatan penutup dengan menerapkan fase latihan mandiri. Fase-fase pada model
pembelajaran langsung yang dikemukakan oleh Indrawati dan Setiawan (2009) yaitu (1)
menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) presentasi, (3) membimbing latihan,
(4) mengecek pemahaman, dan (5) latihan mandiri.
Pada kegiatan pendahuluan, peneliti menyampaikan informasi mengenai materi yang
akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, siswa yang mengetahui tujuan
pembelajaran akan lebih terarah dalam belajar dan berusaha untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa
penyampaian tujuan pembelajaran sebelum memulai pembelajaran merupakan strategi yang
dapat mengarahkan siswa untuk berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kemudian peneliti memberikan motivasi dengan menyampaikan manfaat dari soal cerita
SPLDV, siswa yang mengetahui manfaat dari soal cerita SPLDV akan lebih termotivasi untuk
mempelajarinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2007) yang menyatakan bahwa
memotivasi siswa dalam belajar dilakukan dengan memberikan informasi tentang manfaat dari
apa yang mereka pelajari. Peneliti juga memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali
materi prasyarat yang berkaitan dengan SPLDV sehingga siswa siap untuk mempelajari materi
yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ningsih (2013) yang menyatakan bahwa
kegiatan memberikan apersepsi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
diajarkan.
Kegiatan inti dilaksanakan fase presentasi, fase pembimbingan latihan dan fase
pengecekan pemahaman. Fase presentasi peneliti menjelaskan langkah-langkah Polya
dalam pemecahan masalah soal cerita SPLDV, siswa yang mengetahui tahap-tahap
penyelesaian soal cerita SPLDV menggunakan langkah Polya lebih terarah dalam
menyelesaikan soal menggunakan langkah Polya. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...73
(2004) yang menyatakan bahwa siswa yang mengetahui tahap-tahap penyelesaian soal
sesuai dengan materi yang diajarkan akan lebih terarah dalam menyelesaikan soal.
Kemudian peneliti menyajikan materi SPLDV. Penyajian materi bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga siswa dapat
mengembangkan informasi yang diperoleh dalam menyelesaikan soal. Hal ini sesuai
pendapat Usman (2004) bahwa penyajian materi sangatlah penting karena disinilah siswa
diberikan informasi pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan siswa dalam
mengembangkan konsep materi yang dipelajari untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Setelah menyajikan materi peneliti memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya
menggunakan langkah Polya. Pada fase pembimbingan latihan peneliti memberikan LKS
yang memuat langkah Polya dan peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan soal pada
LKS. Siswa yang telah dibimbing akan lebih terarah dalam mengerjakan soal pada LKS
menggunakan langkah Polya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwatiningsih (2014) yang
menyatakan bahwa bimbingan yang diberikan oleh guru hanya sebagai petunjuk agar
siswa lebih terarah dalam menyelesaikan soal. Penyelesaian masalah soal cerita menurut
langkah Polya dibahas sebagai berikut:
Pada langkah memahami masalah, siswa sudah dapat dikatakan memahami masalah
karena siswa mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah
yang diberikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudarman (2010) bahwa siswa dikatakan
memahami masalah jika siswa mampu mengemukakan data yang diketahui dan yang
ditanyakan dari masalah yang diberikan. Pada langkah membuat rencana, siswa menyusun
strategi dengan cara membuat pemisalan dari yang diketahui dan yang ditanyakan dan
membuat model matematika. Seperti yang dianjurkan oleh Budhayanti (2008) bahwa dalam
menyusun rencana, buatlah permisalan dari apa yang diketahui atau yang ditanya dan tulislah
model matematika. Pada langkah melaksanakan rencana, siswa melaksanakan rencana
dengan menyelesaikan model matematika dan membuat kesimpulan. Seperti yang dianjurkan
oleh Budhayanti (2008) bahwa dalam melaksanakan rencana, selesaikanlah model
matematika dan membuat kesimpulan. Pada langkah mengecek kembali, siswa mengecek
kembali jawaban yang diperoleh dengan cara substitusi, jika hasil substitusi memenuhi
kesamaan antara ruas kiri dan ruas kanan maka jawabannya benar. hal ini sesuai dengan
pendapat Rosanti (2014) yang menyatakan bahwa ketika hasil dari substitusi memenuhi
kesamaan antara ruas kiri dan ruas kanan maka hasil jawaban yang diperoleh benar.
Selanjutnya pada fase pengecekan pemahaman, peneliti bersama siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari, siswa yang paham dengan materi yang dipelajari akan dapat
menyimpulkan materi penyelesaian soal cerita SPLDV menggunakan langkah Polya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barlian (2013) bahwa jika siswa mampu menyimpulkan materi
sesuai dengan yang diajarkan maka siswa memahami materi yang diajarkan.
Pada kegiatan penutup dilaksanakan fase latihan mandiri. Peneliti memberikan PR
kepada siswa untuk lebih melatih meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah
menggunakan langkah Polya. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman (2004) yang
menyatakan bahwa guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan serta keterampilannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Setelah itu peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan memberikan salam.
Selanjutnya peneliti bersama guru mata pelajaran matematika melakukan refleksi
terhadap seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dilakukan untuk menjadi
dasar perbaikan rencana siklus selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto
(2007) bahwa refleksi adalah kegiatan menganalisis data yang telah diperoleh berdasarkan tes
awal yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, hasil tes akhir tindakan yang
74 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
dilakukan sesudah tindakan pembelajaran, hasil observasi, catatan lapangan dan hasil
wawancara sebagai dasar perbaikan rencana siklus berikutnya jika masih dibutuhkan.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, pada siklus I siswa telah dapat menyelesaikan
soal cerita SPLDV dengan metode substitusi dan eliminasi menggunakan langkah Polya
dengan benar. Sedangkan pada siklus II, siswa telah dapat menyelesaikan soal cerita
SPLDV dengan metode gabungan menggunakan langkah Polya dengan benar.
Berdasarkan hasil observasi pengamat terhadap guru dan siswa, menunjukan bahwa
aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I dikategorikan baik, dan pada siklus II
mengalami peningkatan dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, menunjukkan bahwa aktivitas guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar
siswa kelas VIII SMPN 6 Bolano Lambunu terhadap soal cerita SPLDV melalui penerapan
langkah Polya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
langkah Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada soal cerita SPLDV di kelas
VIII SMPN 6 Bolano Lambunu mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai
berikut: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang memuat pemecahan
masalah dengan langkah Polya yaitu: (1) memahami masalah, (2) membuat perencanaan, (3)
melaksanakan perencanaan dan (4) mengecek kembali.
Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti pada langkah (1) memahami masalah adalah
peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis dengan lengkap apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan, (2) membuat perencanaan, pada
langkah ini peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pemisalan dari
yang diketahui dan yang ditanyakan serta membuat model matematika atau menentukan cara
untuk menyelesaikan soal (3) melaksanakan perencanaan pemecahan masalah, pada langkah
ini peneliti memberikan kesempatan kepada siswa mengerjakan soal dengan cara yang telah
ditentukan sebelumnya dan (4) mengecek kembali pada solusi yang lengkap, pada kegiatan
ini yang dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memeriksa kembali
hasil yang telah diperolehnya.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang peneliti berikan yaitu 1) dalam melaksanakan
pembelajaran matematika diharapkan guru dapat menerapkan langkah Polya di sekolah
untuk melatih siswa agar sistematis dan memiliki ketelitian dalam mengerjakan soal-soal
cerita, 2) jika guru memakai langkah Polya dalam kegiatan belajar mengajar, siswa
hendaknya selalu diingatkan bahwa soal-soal yang nanti diberikan pada pembelajaran
merupakan masalah yang harus dipecahkan dan harus tetap dibimbing dalam menemukan
strategi pemecahan masalah yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Angraeni, F. (2014). Penerapan Metode Polya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X TSM SMK Negeri 1 Parigi dalam Menyelesaikan Masalah Soal Cerita
Ratna Sari, Baharuddin Paloloang, dan Bakri Mallo, Penerapan Langkah Polya ...75
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol 02
Nomor 4 September 2014.
Arikunto, S. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Aritonang K. T (2007) Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 10, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://bpk penabur.
or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No10-Thn7-juni2008.pdf. [20 juni2016]
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Jurnal Forum
Sosial. Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http: //eprints. unsri. ac.id/ 2268 /2/ isi. pdf.
[4 Maret 2016].
Budhayanti. (2008). Pemecahan Masalah Matematika. Direktorat Jendral Pendidikan tinggi.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Indrawati dan Setiawan Wanwan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)..
Marlina, L. (2013). Penerapan Langkah Polya Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Keliling
Dan Luas Persegi Panjang. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika
Tadulako.Volume 01 Nomor 01 September 2013.
Miles, M.B dan Huberman A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Ningsih, N. (2013). Perbedaan Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar
Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VII A. Jurnal Untan [Online]. 11 halaman. Tersedia:
http://jurnal.Untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/2349/2281.[4Maret 2016].
Polya, G. (1973). How To Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Purwatiningsih, S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 01 Nomor 01 September 2013.
Rosanti, A. S. (2014). Pengetahuan Siswa SMP Kelas VIII dalam Memecahkan Masalah
Non Geometri Berdasarkan Level Perkembangan Berpikir Van Hiele. Jurnal
Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 02 Nomor 01 September 2014.
Sudarman. (2010). Proses Berpikir Siswa SMP Berdasarkan Adversity Quotient (AQ)
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Sukayasa. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk
Meningkatkan Kompetensi Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika. Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 1, No 01
(2012).
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 1 (4), 16 halaman. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ ojs/data/ journals/II/JPMU
Vo. l1 No. 4 /016-Sutrisno.pdf. [17 Maret 2016 ].
76 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 01 September 2016
Usman, H. B. (2004). Strategi Pembelajaran Kontemporer suatu Pendekatan Model.
Cisarua: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Usman, S. (2007). Strategi Pemecahan Masalah dalam Penyelesaian Soal Cerita di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.2 (1), 12 halaman. Tersedia http:// isjd.
pdii.lipi.go.idadminjurnal2207341351.pdf .[28 Mei 2016].