1
Penerapan Performance Manajemen Dalam Pemberdayaan
Guru di MAN 1 Pangkalan Balai Banyuasin
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya memiliki basis
pendidikan Islam yang kuat. Tetapi kenyataan di lapangan banyak kita jumpai masyarakat lebih
senang menyekolahkan anak di sekolah umum daripada sekolah-sekolah yang berbasis agama.
Merupakan persoalan penting untuk dipikirkan oleh pengelola lembaga pendidikan Islam agar
dapat meningkatkan citra di tengah masyarakat.
Ketika ada anak yang masuk pada sekolah umum unggulan maka orang tua akan sangat
bangga, sebaliknya jika anaknya diterima di madrasah meskipun memiliki status unggulan belum
merasa bangga. Hal ini harus disadari, masyarakat sudah terlanjur apriori dan menjadikan
madrasah sebagai pilihan kedua setelah sekolah umum.
Banyak faktor yang menyebabkan minat masyarakat terhadap sekolah umum lebih besar
daripada sekolah-sekolah umum berbasis agama, seperti sarana prasana, kualitas guru, pola pikir,
daya saing lulusan dan manajemen pengelolaan sekolah.
Kerja keras para pelaku pendidikan Islam sudah menampakan hasil dengan berdirinya
sekolah-sekolah unggul berbasis agama seperti MAN Cendikia, yang kedudukannya sudah sejajar
dengan sekolah umum unggulan. Saat ini mulai bermunculan sekolah-sekolah berbasis agama
yang diminati oleh masyarakat seperti MIN, MTs dan MAN yang ada di kota Malang. Di
Palembang juga ada beberapa seperti MTS 1, dan MAN 3 yang cukup diminati oleh masyarakat
Palembang.
Dilihat dari keberhasilan sekolah-sekolah tersebut bahwa penyebabkan majunya sekolah
tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas kepala sekolah yang memimpin sekolah yang
bersangkutan. Sekolah umumpun memiliki pola yang sama sekolah-sekolah sangat dipengaruhi
oleh individu-individi kepala sekolah memimpin sekolah tersebut. Sekolah umum di bawah
Kementrian Pendidikan Nasional memiliki lebih banyak pilihan dan potensi kepala sekolah yang
lebih baik di bandingkan dengan sekolah-sekolah di bawah manajemen Kementrian Agama.
Dunia Pendidikan perlu diberi penguatan karena pendidikan Islam seharusnya
mengutamakan nilai-nilai Islam dalam prosesnya sebagai ciri dan identitas. Menurut Fadalahil Al-
2
Jamali yang dikutip oleh Muzayyin Arifin, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai dengan
kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003:18). Maka dapat digeneralisir bahwa
Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek
rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis, oleh karena itu pendidikan Islam
merupakan suatu proses kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai
bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
Pendidikan Islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abdul Halim Subahar (1992 : 64)
memiliki beberapa prinsip yang membedakan dengan pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam
antara lain :
a) Prinsip tauhid
b) Prinsip integrasi
c) Prinsip keseimbangan
d) Prinsip persamaan
e) Prinsip pendidikan seumur hidup dan
f) Prinsip keutamaan.
Sedangkan tujuan Pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Untuk membentuk akhlakul karimah.
b) Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi, afeksi dan psikomotori guna
memahami menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pedoman hidup sekaligus
sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
c) Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka
menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan
keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan
tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai Abdulloh dan kholifatulloh.
Engkoswara dan Aan Komariah dalam Linda setiawati (2012:3) mengemukakan administrasi
pendidikan merupakan “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan dan memberdayakan
segala sumber yang tersedia melalui aktifitas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pemotivasian, pengendalian, pengawasan dan supervise, serta penilaian untuk mewujudkan system
pendidikan yang efektif, efisien dan berkualitas”
3
Salah satu cara yang dapat ditempuh sekolah dalam rangka menghasilkan peserta didik yang
berkarakter Islami adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
.
Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) di MAN Pangkalan Balai telah dirintis sejak beberapa
tahun yang lalu dengan membangun organisasi sekolah yang baik. Kepala sekolah menerapkan
system dengan ketat dan disiplin tinggi sehingga pendidik dan tenaga pendidikan di MAN tersebut
beransur-ansur mengalami perubahan lebih baik. Cara ini cenderung efektif dan efisien dengan
hasil yang diperoleh sekolah baik secara fisik maupun secara non fisik (manpaba.blogspot.co m,
diunduh 14/7/2015)
Dalam MBS terdapat manajemen sumber daya manusia, dimana proses pendidikan yang
ingin dicapai oleh sekolah telah dicantumkan dalam visi dan misi sekolah. Program dan Rencana
sekolah yang telah tersusun dengan baik diperlukan sumber daya manusia untuk mengelolanya.
Sumber daya yang ada harus sesuai dengan kebutuhan. Jika tenaga yang tersedia tidak tersedia
maka sekolah harus berusaha untuk memenuhi dengan berbagai teknik.
MBS merupakan aplikasi dari ilmu manajemen meliputi berbagai tingkatan, baik di
tingkatan organisasi ataupun individu, salah satu fungsi kunci dari manajemen adalah mengukur
dan mengelola kinerja. Antara gagasan, tindakan dan hasil terdapat suatu perjalanan yang harus
ditempuh. Dan barangkali istilah yang paling sering digunakan di keseharian yang
menggambarkan perkembangan dari perjalanan tersebut dan juga hasilnya adalah "kinerja"
(Brundan, 2010). Salah satu dari MBS adalah Manajemen Kinerja (MK) atau Performance
Manajemen (PF).
Manajemen kinerja (MK) adalah aktivitas untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah
dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien. Manajemen kienrja bisa
berfokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan proses untuk
menghasilkan produk atau layanan, dan juga di area yang lain. (Wikipedia, diunduh 15/08/2015)
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada didapatkan pertanyaan:
1) Bagaimana kepala MAN Pangkalan Balai Menerapkan Sumber Daya Manusia dalam
mencapai visi dan misi sekolah?
4
2) Langkah teknis apa yang saja yang diambil sehingga Manajemen Sumber Daya
Manusia di MAN Pangkalan Balai dapat berlangsung secara efektif?
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah MAN Pangkalan Balai
Sejarah Panjang MAN Pangkalan Balai membuktikan keutnya masyarakat Pangkalan Balai
untuk dapat memperoleh pendidikan yang bermutu. Bermula dengan didirikanya Madrasah Aliyah
Filial dari MAN di Sekayu yang beroperasi pada tahun 1983 / 1984. MA ini beroperasional dengan
menempati ruangan yang dipinjam oleh Mesjid Jumhuriyah Pangkalan Balai, + 1 tahun kemudian
mendapat pinjaman gedung bekas SD dan Kantor Marga Pangkalan Balai. Selama + 6 tahun MA
ini berstatus kelas jauh / filial dari Sekayu dengan sebutan MAN Sekayu Filial Pangkalan Balai,
dibawah pimpinan Drs. Sulaiman Jailani.
Masyarakat Pangkalan Balai yang dimotori oleh Kepala Desa H. Zairin H. Zabidi bersama
beberapa tokoh masyaarakat Pangkalan Balai dan unsur internal dari pihak MA sepakat mengubah
status MAN Sekayu Filial Pangkalan Balai berubah menjadi Madrasah Aliyah Miftahul Ulum (
MA – MU ) dibawah Yayasan Pendidikan Miftahul Ulum dan sebagai Kepala madrasahnya adalah
Bapak Abdul Roni Ab, BA. Setelah enam tahun kemudian digantikan oleh Bapak Drs. Alamudd in.
Di era kepemimpinan Drs. Alamuddin inilah, Madrasah Aliyah Miftahul Ulum berubah
menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pangkalan Balai dan menempati gedung baru kurang
lebih 1,5 km dari tempat belajar semula yang dibangun paga tahun 1999 mendapat bantuan
bangunan Ruang Kegiatan Belajar (RKB) sebanyak 3 lokal yang dibangun di atas tanah wakaf dari
Pemerintah Desa Pangkalan Balai seluas + 10.000 M2.
Jumlah RKB yang baru itu tidak mencukupi sehingga proses Belajar Mengajar (KBM)
berlangsung di dua tempat yaitu, gedung MA Miftahul Ulum dan gedung MA Pangkalan Balai.
Dan Pada tahun 2001 Proses Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan secara penuh di gedung MAN
Pangkalan Balai yang beralamatkan di Jalan KH. Sulaiman lingkungan IV Kelurahan Panagkalan
Balai Kec. Banyuasin III Kab. Banyuasin.
Bebebarapa tokoh penting lahirnya MAN Pangkalan Balai antara lain: H. Zairin H. Zabidi,
Abdul Roni Ab, BA, M. Basirun Nasir, Hamdan H. Hasim, Drs. Winarno, Sulaiman Jailani, H.
Nukman Siregar, Drs. Zulkifli, Drs. Alamuddin, A. Faruq Bakri, BA, Sudirman M. Ani.
5
Madrasah Aliyah Negeri Pangkalan Balai, yang telah berdiri sejak berdiri tahun 1995 sampai
dengan 2015 telah mengalami lima kali pergantian kepala sekolah. Nama kepala Madrasah dari
tahun pertama s/d sekarang adalah sebagai berikut:
a) Juli 1995 s/d Oktober 2001 : Drs. ALAMUDDIN
b) Oktober 2001 s/d Desember 2003 : Drs. SYARFAWI SARPAN
c) Desember 2003 s/d Februari 2008 : Dra. RISMAWATI
d) Februari 2008 s/d April 2012 : Drs. ALI HASYMI, MM
e) April 2012 s/d Sekarang : HAZDI, S.Pd
Sumber (http://www.manpaba.sch.id, diunduh 24/7/2105)
Setiap kepala sekolah tentu memiliki keunggulan dan program kerja masing-masing. Mereka
memiliki program unggulan sessuai dengan karakter dan kemampuan kepala sekolah. MAN
Pangkalan Balai mengalami kemajuan pesat sejak dipimpin oleh Drs. Ali Hasmi, MM. Dimana
pada masa beliau program kerja berbasis mutu mulai dirintis.
Penerusnya Hazdi, S,Pd, memiliki misi yang sama, mantan guru berprestasi ini mampu
meneruskan ide kepala sekolah sebelumnya, dan menambah dengan beberapa inovasi baru
sehingga dapat melahir sekolah yang cukup dibanggakan di kawasan Pangkalan Balai.
Berbagai program intrakurikuler dan ekstrakurikuler, terus dikembangkan secara marathon
dan berkesinambungan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dari prestasi baik dibidang akademik
maupun akademik. Secara fisik tampilan MAN Pangkalan Balai mengalami perubahan yang
signifikan sehingga pada tahun 2015 mampu sebagai sekolah adiwisata, yaitu sekolah berwawasan
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan tertata rapinya sekolah dengan memanfaatkan berbagai
sudut dengan ruang dan luas tanah yang terbatas dengan penghijauan. Secara Akademik MAN
Pangkalan Balai juga terus berkembangan dengan menjuarai berbagai lomba baik dibidang
Akademik, ekstrakurikuler. Di Bidang Akademik MAN mampu menjadi juara olimpiade tingkat
Madrasah dan masuk ke tingkat nasional.
Guru-guru juga mengalami peningkatan kinerja ditunjukan dengan tingginya tingkat
kahadiran guru di sekolah dan di kelas. Sekolah telah menggunakan absen sidik jari untuk para
gurunya. Absen ini yang digunakan sebagai laporan untuk memperoleh tunjangan sertifikasi. Yang
yang tidak kalah pentingnya dalam pembentukan disiplin, kepala sekolah memberikan contoh
secara langsung kepada guru dengan datang dan pulang tepat waktu. Dengan prinsip keteladanan
6
yang dilakukan oleh kepala sekolah terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan guru. Hal
ini sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun 2006 mengamanatkan bahwa
satuan pendidikan bahwa satuan dasar dan menengah paling lambat tahun ajaran 2009/2010 sudah
harus melaksanakan standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Depdiknas, 2010, hal 1).
Selanjutnya dalam Undang-undang system pendidikan nasional (Sisdiknas 2003) pasal 38 ayat (2)
dijelaskna bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah atau
madrasah dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Kementrian Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan propinsi untuk pendidikan menengah.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan seperangkat kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 bab 1 pasal 1 butir 10. (Depdiknas, 2010, hal 3)
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
memuat: kerangka dasar, dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan
(https://id.wikipedia.org, diunduh 24/7/2015).
Kurikulum merupakan dasar dan acuan bagi sekolah untuk dapat mencapai visi dan misi
yang telah ditentukan. Semua manajemen pengelolaan sekolah dapat tergambar dalam kurikulum
yang disusun bersama-sama seluruh warga sekolah ditambah dengan Komite Sekolah.
7
Kurikulum dapat berjalan dengan efektif juga disusun sesuai dengan kondisi riel yang ada
di sekolah. Dengan demikian kurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru
di tingkat satuan pendidikan tersebut. MAN juga demikian telah melakukan penyusunan dengan
melibatkan seluruh komponen sekolah mulai pendidik, tenaga pendidikan, dan masyarakat. Pola
penyusunan dimulai pada awal tahun dengan memberikan bekal kepada pendidikan mengena i
kurikulum beserta dengan perangkatnya, yang telah dimulai sejak tahun 2009. Pola penyusunan
dengan melibatkan instruktur berpengalaman baik di tingkat Kabupaten maupun ditingkat
propinsi. Pemberian bekal penyusunan kurikulum menghasilkan perangkat pembelajaran yang
disusun guru dapat selesai tepat waktu.
Disamping itu guru-guru juga diberikan bekal dalam rangka pengembangan profesi dengan
diberikan pelatihan cara menyusun bahan ajar, media pembelaran dan juga penelitian tindakan
kelas. Dengan dekimian maka kurikulum yang disusun di MAN Pangkalan Balai terjadi secara
Botton-UP, sehinnga kurikulum berdaya guna dan berfungsi guna.
3. Manajemen Berbasis Sekolah
Pola penyusunan kurikulum yang telah di lakukan di MAN Pangkalan Balai merupakan
salah satu bentuk implementasi dari Manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi berupa kewenangan dan
tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah meliputi kepala sekolah,
pendidikan, dan tenaga kependidikan, siswa dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat,
ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(http://ainamulyana.blogspot.com, diakses 13/7/2015)
Di era otonomi sekolah MBS mempunyai peranan yang penting. Penguatan sekolah perlu
dilakukan guna memberikan kebebasan kepada sekolah untuk berkembang sesuia dengan potensi
sumber daya yang dimiliki. Kurikulum yang baik, jika tidak disertai dengan MBS yang baik maka
belum dan tidak akan membuahlan hasil yang optimal. Ada tujuh komponen dalam MBS dan jika
seluruhnya dilaksanakan dengan baik maka sekolah akan berkembang, dan menjadi sekolah yang
dicari oleh orang tuan siswa. Adapun ketujuh komponen MBS adalah: kurikulum dan program
8
pengajaran, tenaga kependidikan, kepeserta didikan, sarana dan prasarana pendidikan, dan
pengelolaan hubungan sekolah dan orang tua/wali peserta didik (Mulyasa, 2002:40).
a. Kurikulum dan Program Pengajaran. Kurikulum dan program pengajaran merupakan
pijakan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah lembaga
pendidikan, Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional telah dilakukan
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Akan tetapi sekolah juga bertugas
dan berwenang mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masyarakat setempat dan sosial budaya yang mendukung pembangunan lokal
sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungan (Mulyasa,
2002:40).
Dalam manajemen berbasis sekolah di Indonesia untuk muatan lokal mengharuskan
setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan dan memunculkan
keunggulan program pendidikan tertentu sesuai dengan latar belakang tuntutan
lingkungansosial masyarakat. Dengan otonomi sekolah dalam arti luas mempunya i
fungsi untuk menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan
peserta didik dan kebutuhan lingkungan sehingga setelah siswa menyelesa ikan
pendidikan pada satuan pendidikan mereka siap pakai sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Munculnya kegiatan-kegiatan yang mengakar pada budaya local Banyuasin terlihat
secara nyata di MAN Pangkalan Balai dengan dilaksanakan Program Sendratarik
sehingga mampu menampilkan berbagai seni tradional khas Banyuasin di efen-efen
sekolah, Kabupaten maupun Propinsi. Masyarakat juga terlibat secara aktif dalam
kegiatan tersebut karena tenaga-tenaga yang digunakan sebagai pelatih merupakan
tenaga potensial yang berasal dari masyarakat di sekitar Pangkalan Balai.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan. Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat
dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia, Kepala Sekolah, Guru dan
Karyawan dengan cara mengikut sertakan pada kegiatan-kegiatan yang menunjang pada
kinerja seluruh unsur sekolah. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil)
mencakup beberapa hal yaitu: (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3)
pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian
pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai (Mulyasa, 2002:42). Hal ini
9
menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada sebuah sekolah apabila
Kepala Sekolah memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang melibatkan pada
semua unsur pengelola sekolah.
Tanpa manajemen tenaga kependidikan yang baik, maka proses pembelajaran tidak
dapat berlangsung secara efektif. Dengan adanya tunjangan sertifikasi yang diberikan
kepada guru-guru MAN maka dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk dapat
mengaktifkan proses pembelajaran yang terjadi. Dimana hanya guru-guru yang mengajar
professional dengan jumlah jam 24 jam perminggu dan hadir sesuai dengan peraturan
yang dapat memperoleh tungjangan profeisonal. Kehadiran diperoleh dari absen sidik
jari yang ada dan dapat memantau kehadiran dan kepulangan setiap guru sepanjang
waktu.
Pembinaan, dan rapat rutin diadakan setiap bulan dan hasil dari rapat dijadikan sebagai
rujukan untuk evaluasi kinerja pada minggu berikutnya. Evaluasi dijadikan bahan
sebagai alat menilai keberhasilan dalam mengatasi masalah yang telah ditemukan pada
bulan sebelumnya. Rapat dan Laporan secara rutin menghasilkan guru-guru yang biasa
berpendapat, mengkritik dan saran sesama guru sehingga menumbuhkan rasa saling
menghargai pendapat orang lain dan rasa tanggung jawab.
c. Manajemen Kesiswaan. Salah satu tugas sekolah diawal tahun pelajaran baru adalah
menata siswa. Manajemen kepeserta didikan adalah penataan dan pengaturan kegiatan
yang berhubungan dengan peserta didik (peserta didik), awal pendaftaran sampai mereka
lulus, tetapi bukan sekedar pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek leb ih
luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan peserta didik melalui
proses pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2002:46). Meskipun Pencatatan sangat
diperlukan untuk menunjang keberhasilan manajemen kepeserta didikan, buku presensi
peserta didik, buku raport, daftar kenaikan kelas, buku mutasi peserta didik, dan
sebagainya. Manajemen kepeserta didikan dimaksudkan bertujuan mengatur berbagai
kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan.dengan kondusif. Menurut Sutisna dalam
Mulyasa (2002) ada tiga yaitu:(1) penerimaan peserta didik baru, (2) kegiatan pelaporan
kemajuan belajar peserta didik, dan (3) bimbingan dan pembinaan disiplin peserta didik.
Sedangkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaaan adalah:
10
1) Kehadiran peserta didik di sekolah dan masalah-masalah bidang kesiswaan yang
berhubungan dengan hal studi.
2) Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan pembgian kelas peserta didik dan
pembagian program studi.
3) Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar peserta didik
4) Program supervisi bagi peserta didik yang mempunyai kelainan, seperti mengulang
pengajaran (remidial), perbaikan, dan pengajaran luar biasa
5) Pengendalian kedisiplinan peserta didik belajar di sekolah
6) Program bimbingan dan penyuluhan bagi seluruh peserta didik.
7) Program kesehatan dan keamanan peserta didik belajar, terutama ketenangan
belajar peserta didik di kelas.
8) Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional peserta didik (Mulyasa, 2002:46).
Pengolaan manajemen kesiswaan di MAN Pangkalan Balai dilakukan dan
dikendalikan di bawah wakil bidang kesiswaan. Kehadiran, kedisiplinan dan afektif
siswa sangat penting dalam rangkat menghasilkan peserta didik yang mempunyai nilai
lebih. Kehadiran dan sikap merupakan syarat mutlak dalam kenaikan kelas, sehingga
kenakalan-kenalan siswa dapat ditekan sedemikian rupa sampai kenakalan siswa nihil,
meskipun hal ini sangat sulit dilakukan. Untuk menghidari kejenuhan dalam proses
pembelajaran, lingkungan sekolah dibuat sedemikian rupa sehingga tertata rapi dan
asri. Halaman sekolah terlihat seperti taman-taman yang nyaman digunakan untuk
bersantai. Peserta didik dapat leluasa untuk belajar baik di dalam kelas maupun di
keluar kelas. Disetiap sudut terdapat tulisan-tulisan yang memberi semangat kepada
peserta didik untuk dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
d. Manajemen Keuangan. Keuangan merupakan sumber daya yang secara langsung
dapat berpengaruh pada keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan yang
diselaggarakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Manajerial kepala sekolah pada
keuangan sangat dibutuhkan dalam penerapan Manajemen Beerbasis Sekolah.
Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menuntut kemampuan sekolah dalam
merencanakan melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
peggunaan anggaran dan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan
pemerintah (Mulyasa, 2002:47). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi
11
kewenangan pada sekolah untuk menggali dan menggunakan sumber dana sesuai
keperluan sekolah. Sumber dana dalam proses pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam yaitu: (1) pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah, (2) orang tua/wali
atau peserta didik, dan (3) masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. Berkaitan
dengan penerimaan keuangan dari orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau UU No. 2 tahun
1989 yaitu kemampuan pemerintah terbatas dalam pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan
orang tua/wali peserta didik.
Dalam penerapan manajemen keuatan maka sekolah membuka system keterbukaan,
dimana orang tua siswa terlibat secara aktif dalam komite sekolah. Dan Komite
mendukung sepenuhnya apa yang menjadi program sekolah. Akibatnya semua program
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana. Hubungan yang harmonis dibangun
oleh sekolah dengan masyarakat melalui komite sekolah. Dalam Komite MAN
Pangkalan Balai terdapat unsur sekolah, masyarakat dan pengusaha yang memilik i
komitmen kuat terhadap kemajuan bidang pendidikan.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Setiap satuan pendidikan tidak dapat
melepaskan faktor sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, proses belajar dan mengajar. Manajemen sarana dan prasarana bertujuan
dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun peserta didik untuk
berada di sekolah. Demikian pula tersedianya media pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan materi pelajaran sangat diperlukan manjerian pengelolala pendidikan di
satuan pendidikan.
Agar efektivitas pengelolaan manajemen sarana prasanra di bawah kendali wakil sarana
prasarana yang bekerja dan bertanggung jawab secara langsung kepada kepala sekolah.
f. Manajemen Pengelolaan Hubungan Masyarakat. Hubungan antara sekolah dengan
orang tua/wali peserta didik serta masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana
sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta
didik di sekolah. Sekolah dan orang tua/wali peserta didik memiliki hubungan yang
sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Gaffar dalam Mulyasa menyatakan, bahwa hubungan sekolah dengan orang tua/wali
12
peserta didik bertujuan antara lain: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan
pertumbuhan peserta didik; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup
dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin
hubungan dengan sekolah (Mulyasa, 2002:50).
Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), manajemen hubungan sekolah dengan
orang tua wali peserta didik diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat
masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja
sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang
sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada
orang tua wali peserta didik, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah peserta didik, penjelasan
dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat, yaitu proses pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang berkualitas akan terlihat dari
penguasaan/kompetensi peserta didik tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat dijadikan bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat (out come).
4. Kesenjangan Sekolah
a) Standar Pendidik
Undang-undang (UU) No 20/2003 tentang sistem pendidikan menyaratkan lima syarat
yang harus dimiliki guru. Syarat tersebut diantaranya memiliki kualifikasi akademik, mempunya i
kompetensi, mempunyai sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan rohani serta mempunya i
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu berdasarkan UU tahun 14 tahun 2005 ada limasyarat yang harus dimilik i
guru. Syarat tersebut diantaranya memiliki kualifikasi akademik, mempunyai kompetensi,
mempunyai sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Salah satu persyaratan spesifik yang termaktub dalam UU tahun 14 tahun 2005 adalah
pendidikan minimal empat tahun (D-IV atau S-1)untuk para guru. Undang-undang baru ini
mengharuskan semua guru memiliki gelar sarjana (S1) atau diploma D-IV sebelum 2015.
(https://www.selasar.com, diunduh 20/7/2015)
13
b) Standar Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi:
1) Kompetensi pedagogik;
2) Kompetensi kepribadian;
3) Kompetensi profesional; dan
4) Kompetensi sosial. (http://bsnp-indonesia.org/id, diunduh 30/07/2015)
c) Standar Pelayanan Minimum
Standar Pelayanan Minimum (SPM) adalah pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh
sekolah terhadap masyarakat yang menempuh pendidikan di termpat tersebut. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota ada beberapa standar minimum
yang harus dipenuhi antara lain:
1) menyediakan buku teks bagi seluruh peserta didik;
2) menyediakan 100 buku pengayaan dan 10 buku referensi bagi Sekolah Dasar, serta 200
buku pengayaan dan 20 buku referensi bagi Sekolah Menengah Pertama dan;
3) mengakomodir tidak lebih dari 32 peserta didik per-kelas untuk tingkat sekolah
dasar/madrasah, dan 36 peserta didik per-kelas untuk tingkat sekolah menengah
pertama/madrasah.
5. Manajemen Sumber Daya Manusia
a) Pengelolanan Sumber Daya Sekolah
14
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara
bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh
individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal
(https://id.wikipedia.org, diunduh 30/7/2015)
b) Manejemen Mutu
Menurut Achmad (1993), Mutu Pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai
kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap
komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nila i
tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.
Engkoswara (1986) melihat mutu atau keberhasilan pendidikan dari tiga sisi; yaitu:
prestasi, suasana, dan ekonomi. Dalam hubungan dengan mutu sekolah, Selamet (1998)
berpendapat bahwa banyak masyarakat yang mengatakan sekolah itu bermutu atau unggul
dengan hanya melihat fisik sekolah, dan banyaknya ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Ada empat yang berkaitan dengan Mutu dibidang pendidikan yaitu mutu input, proses,
output, dan outcome, yaitu :
1) Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2) Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktrif, kreatif
dan juga menyenangkan.
3) Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan
nonakademik siswa tinggi.
4) Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji
yang wajar, dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas.
(http://seputarpendidikan003.blogspot.com, diunduh 30/7/2015)
2) Meningkatkan Disiplin Pendidian dan Tenaga Kependidikan
Disiplin bida diartikan sebagai suatu rasa patuh dan taat yang muncul yang disebabkan
adanya kesadaran serta dorongan yang terjadi dari dalam diri orang tersebut. Bagi guru,
disiplin waktu dalam mengajar adalah hal yang sangat berpengaruh pada prestasi siswa.
Guru harus menjadi panutan dan tauladan bagi setiap peserta didiknya, jadi dengan
demikian setiap peserta didik akan mempunyai motivasi untuk bisa belajar lebih giat.
15
Disiplin mempunyai tiga macam sifat, yaitu disiplin preventif, disiplin korektif dan
disiplin progresif. Disiplin guru diharapkan bisa menerapkan ketiga macam sifat tersebut.
Disiplin preventif merupakan tindakan dari sumber daya manusia yang mempunya i
dorongan untuk mentaati standar serta peraturan yang ada. Tujuan dari disiplin preventi f
ini adalah untuk mendorong SDM supaya mempunyai disiplin pribadi yang tinggi agar
tugas kepemimpinan tidak terlalu berat.
Sedangkan disiplin korektif merupakan tindakan yang dilaksanakan sesudah terjadi
pelanggaran. Tindakan ini untuk mencegah munculnya pelanggaran lebih lanjut dengan
cara memberi hukuman atau tindakan disipliner. Disiplin progresif merupakan tindakan
disipliner berulang-ulang yang berupa hukuman makin berat. (http://www.informas i-
pendidikan.com, diunduh 30/7/2015)
Menurut Peraturan Dirjen Pendidikan Islam tahun 2013 dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan disiplin guru adalah kesanggupan guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil
di lingkungan madrasah untuk mentaati kewajiban datang, melaksanakan tugas, dan pulang
sesuai dengan ketentuan jam kerja.
Dalam rangka penegakan disiplin MAN Pangkalan Balai melakukan beberapa cara antara
lain dengan menggunakan abesensi elektronik. Dengan menggunakan absen sidik jari maka
setiap guru harus hadis sesuai aturan yang berlakukan sesuai dengan edaran
6. Tahapan Pelaksanaan MBS Sumber Daya Manusia
Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah dicanangkan oleh MAN Pangkalan balai
yaitu: Terwujudnya Lulusan Yang Berprestasi Akademik Dan Berakhlaqul Karimah Serta
Berwawasan Lingkungan". Sedangkan visinya adalah:
a. Meningkatkan prestasi akademik siswa dalam mencapai target nilai Ujian Nasional
b. Meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang IPTEK dan IMTAQ
c. Meningkatkan kwalitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama
d. Menata Lingkungan fisik.
MAN Pangkalan Balai melakukan beberapa langkah untuk dapat mencapai visi dan
misinya tersebut antara lain:
a) Rekrutmen
16
Guru adalah jabatan professional, pernyataan ini tidak akan terbantahkan ketika melihat
defenisi guru yang tertuang pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) dan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Seluruh ahli
sepakat memberikan inti utama dari sebuah jabatan profesional, entah jabatan apapun itu,
selalu mempersyaratkan kepemilikan kompetensi (keahlian dan kewenangan). Tentu ini
juga berlaku untuk profesi guru.
Oleh karena itu, untuk menjamin tersedianya guru profesional, harus diawali dari siste m
rekrutmen calon guru yang profesional pula. Saatnya Indonesia melakukan upaya serius
dan nyata, berupa terobosan baru signifikan untuk merubah sistem rekrutmen mahasiswa
calon guru yang diterapkan selama ini di LPTK Indonesia, yang secara kasat mata
tampaknya bermasalah, sehingga tidak mampu mendapatkan ‘input’ guru yang berkualitas.
Rekrumen pegawai yang dilakukan oleh MAN Pangkalan Balai di lakukan dalam rangka
menenuhi standar pelayanan minimum dan memenuhi tenaga pengajar dan tenaga
pendidikan yang belum tersedia.
Kebutuhan akan guru professional diperlukan orang-orang yang memang dari awal sudah
bercita-cita menjadi guru. Sehingga orang-orang yang berpendidikan gurulah yang berhak
untuk menjadi tulang punggung dalam proses pembelajaran di sekolah. Problem rekrutmen
guru yang berasal dari non pendidikan akan sangat dirasakan oleh sekolah beberapa tahun,
karena guru ini tidak mempunyai dasar-dasar pendidikan, psikologi pendidikan dan cara-
cara untuk mengatasi keadaan. Pendidikan berkaitan dengan pembangunan manusia yang
hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi tanda-tanda keberhasilkan proses
pembelajaran dapat dilihat dari indicator penilaian yang tergambar dalam penila ian
kogntifi, afektif dan psikomotorik. Hal lain tentu dapat dilihat secara langsung peserta didik
yang kita ajar dan didik, apakah terlihat secara nyata terjadi penyimpangan ataukah sesuai
dengan indicator yang kita susun.
Pola rekrutemen guru yang saat ini dilakukan oleh pemerintah perlu diperbaiki dengan
mengedapankan proses perekrutan dengan mengutamakan alumni dari jalur kependidikan.
Pola pendidikan di perguruan tinggi juga harus diperbaiki, karena sebagian besar calon
guru yang diturunkan merupakan tenaga yang belum siap pakai, sehingga memerlukan
adaptasi beberapa tahun. Dalam menyiapkan calon guru, harus menggunakan standar
17
bukan karena kebutuhannya. Standar pendidik akan berpengaruh pada kualitas guru yang
bersangkutan sehingga orang-orang yang menjadi guru merupakan orang-orang terbaik.
b) Pembinaan dan Pembimbingan
Di sekolah-sekolah selama ini yang berperan utama adalah guru. Seorang guru
melaksanakan berbagai fungsi baik fungsi mengajar, konselor, teknisi, maupun
pustakawan. Bahkan, dalam kasus-kasus tertentu terdapat guru mengajar bukan
berdasarkan keahliannya. Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi terselenggaranya
proses pendidikan yang baik diperlukan fungsi-fungsi kependidikan yang saling
mendukung, sehingga dapat dicapai suatu hasil yang maksimal.
Pembinaan terhadap kemampuan guru yang telah dilakukan oleh MAN Pangkalan Balai
dilaksanakan pada setiap awal tahun pembelajaran dapat ditingkatkan intesitasnya
sehingga kemampuan guru dapat lebih meningkat. Pembentukan kelompok-kelompok
kerja mata pelajaran dengan koordinasi juga perlu dilakukan dalam rangka peningkatan
kemampuan guru dalam proses dan pengelolaan pembelajaran
c) Optimalisasi IT
MAN Pangkalan Balai juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
rangka mencapai kualitas sumber daya manusia. Diantaranya dengan mewajibkan setiap
guru mempunyai sarana prasana berupa laptop sekaligus dapat mengoperasiokan dengan
baik. Pelatihan penyusunan bahan ajar berbasis IT telah dirintis sejak tahun 2011, sampai
dengan sekarang.
Dengan penggunaan IT, maka proses pembelajaran di kelas juga berlangsung efektif dan
menyenangkan siswa. Dengan tersedianya sarana dan prasana berupa LCD yang siap
digunakan di setiap kelas maka optimalisasi penggunaan IT di MAN Pangkalan Balai
dapat berlangsung dengan baik. Dengan proses pembelajaran yang menarik maka secara
langsung dapat meningkat prestasi dan hasil belajar peserta didik.
MAN Pangkalan Balai juga menjadi salah satu percontohan dalam menggunakan softan
open source sehingga dapat mengurangi pembajakan softare. Dengan demikian sedikit
demi sedikit penghargaan terhadap HAKI mulai di tegakan di MAN Pangkalan Balai.
7. Evaluasi terhadap Manajemen Sumber Daya Manusia Di MAN Pangkalan Balai
18
Dari pembahasan dan inovasi yang telah dilakukan oleh MAN Pangkalan Balai didapatkan
beberapa keunggulan dimana sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya manusia yang sangat
terbatas sehingga proses pembelajaran dalam rangka mencapai misi dan visi sekolah dapat berjalan
dengan baik. Hal ini telah dilakukan oleh Kepala MAN Pangkalan Balai yang telah menerapkan
prinsip-prinsip MBS sejak tahun 2012. Keberhasilan ini dapat dilihat dari berbagai efen lomba
yang dapat dijuari oleh MAN Pangkalan Balai, baik di tingkat Kabupaten, Propinsi maupunt ingkat
Nasional.
Akan tetapi ada beberapa hal yang belum tergarap secara maksimal di mana Pangkalan
Balai. Salah satunya adalah belum terlibatnya secara langsung dunia usaha dan orang tua secara
langsung di sekolah atau diruang kelas. Dalam rangka memberikan pengalaman belajar yang
otentik dan memberikan motivasi kepada peserta didik seharusnya MAN Pangkalan Balai dapat
menghadirkan secara langsung orang tua, tokoh masyarakat dan unsur pemerintah untuk
memberikan materi dalam proses pembelajaran.
Pengajaran secara langsung yang dilakukan oleh praktisi meskipun hanya 1 kali dalam satu
bulan akan memberikan kesan yang mendalam bagi peserta didik sehingga dapat memberikan
inspirasi tentang cita-cita yang ingin dicapainya. Sebagai contoh jika ada salah seorang dari orang
tua merupakan penguasa tempe yang terkenal, maka dapat menghadirkan mereka ke sekolah dan
memberikan beberapa kita tentang keberhasilan usaha yang telah diberikan, sehingga dapat
memcapai sukses seperti saat ini.
Demikian juga jika ada orang tua, alumni yang menjadi pilot maka perlu dihadirkan ke
sekolah dan memberikan pembelajaran bagaimana cara untuk menjadi pilot, kiat-kiatnya agar
berhasil atau syarat-syarat untuk mencapainya.
Demikian juga dengan alumni yang dapat masuk ke Perguruan Tinggi ternama baik di
dalam maupun diluar negeri maka pelu dihadirkan dalam kelas untuk memberikan kiat-kiat untuk
dapat mencapai perguruan tinggi tersebut, dengan demikian maka ilmu yang dimiliki akan segera
tersebar dan dapat dinikmati oleh siswa di MAN Pangkalan Balai sehingga tentu meningkatkan
kemampuan dan kemauan siswa.
Hal lain yang perlu didorong oleh Kepala sekolah di MAN Pangkalan Balai adalah
kewirausahaan. Sekolah merupakan salah satu jalan untuk dapat mencapai sasaran cita-cita masa
depan. Dengan sekolah mana peserta didik diajarkan cara berfikir yang teratur dalam matematika.
Diajarkan cara bertutur kata, menyusun proposal, dan berbicara kepada orang lain dalam bahasa
19
Indonesia. Demikian juga dalam pelajaran yang lain, memberikan manfaatka dalam rangka
menunjang karir dan cita-citanya.
Kewirausahaan juga perlu dimunculkan di tengah-tengah atau sepanjang proses
pembelajaran dengan menerapkan secara langsung. Misalkan dengan melakukan bazar, pameran,
efen music, lomba sendratik yang dikenal sedemikian rupa dengan melibatkan seluruh unsur
sekolah sehingga siswa dapat belajar cara mengelola sebuah kegiatan, mulai dari menyusun
proposal, mengatur acara, mengatur keuangan dan sebagainya. Semua keberhasilan siswa dapat
ditampilkan pada efen ini sehingga kewirausahaan dengan tidak sengaja terbangun pada diri setiap
peserta didik.
Hal lain yang perlu ditingkatkan oleh MAN Pangkalan Balai adalah meningka tkan
kemampuan guru dalam menghasilkan karya tulis ilmiah untuk memenuhi kenaikan pangkat
sehingga melampau golongan IV A. Pembimbingan penulisan karya tulis di MAN ini belum dapat
berjalan dengan baik karena keterbasan sumber daya manusia yang ada di sekolah ini. Tetapi hal
ini dapat dilakukan dengan melibat guru-guru di SMA dan SMK yang mempunyai kemampuan,
untuk dijadikan sebagai narasumber. MGMP mata pelajaran di kalangan MA termasuk MAN
Pangkalan Balai juga belum dapat berjalan dengan baik sehingga, terjadi gap yang cukup tajam
antara satu guru satu dengan guru lain dalam beberapa hal seperti, kemampuan dalam pengelolaan
pembelajaran dan penilaian di kelas.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. MAN Pangkalan Balai dalam menerapkan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan
mengoptimalkan tenaga yang ada sesuai dengan kemampuannya, dengan penyusunan
kurikulum yang baik, melibatkan seluruh warga sekolah, dan komite sekolah serta
masyarakat.
2. Langkah yang ditempuh oleh MAN Pangkalan Balai dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah, menyusun Kurikulum sebagai acuan, pembinaan, dan evaluasi.
Pembinaan dilakukan secara berjenjang pembinaan awal tahun pelajaran, semester dan
evaluasi dilakukan setiap bulan.
D. Saran
20
Dari inovasi yang telah dilakukan oleh MAN Pangkalan Balai disarankan:
1. Pembinaan terhadap kewirausahaan dengan meterlibatan orang tua, alumni yang berhasil
secara langsung sehingga dapat memberikan pengalaman secara langsung.
2. Perlunya peningkatan pelatihan dalam penulisan karya tulis sehingga guru-guru tidak
mengalami kendala untuk naik golongan dari IVA.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abu-Duhou Abtisam, 2003, School-Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah),
UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto, Penyunting ; Achmad Syahid, Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos.
Brudan, A (2010). "Rediscovering performance management: systems, learning and
integration". Measuring Business Excellence 14 (1).
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Konsep Dasar, Jakarta : Ditjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen SLTP. ___________, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Hasbullah, 2014, Kebijakan Pendidikan, dalam Prespektif dan Kondisi Obyektif Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. _________, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Setiawati. Linda, Efektivitas Pengembangan Manajemen Pendidikan Tinggi, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Upi, Vol. 13 No. 2, 2012.
Sumber Online
http://ainamulyana.blogspot.com/2015/03/manajemen-berbasis-sekolah-mbs.html
https://www.selasar.com/budaya/kualitas-guru-berdasarkan-tingkat-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah
http://www.manpaba.sch.id/profil.php?id=profil&kode=12&profil=Sejarah%20Singkat
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
21
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-mutu-pendidikan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_manusia
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/disiplin-guru.html