PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1
SMA NEGERI GONDANGREJO KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
SEPTIARI RETNO HAPSARI
K 7406027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi semakin membuat
dunia menjadi sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan cepat dan mudah, karena
itu informasi yang masuk dari luar harus diimbangi dengan kemampuan masyarakat dalam
mengelola informasi tersebut. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerugian pada masyarakat
sendiri apabila informasi yang diterima tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa. Tantangan
pada era globalisasi telah menuntut manusia untuk mengetahui informasi yang berkembang,
sehingga kemampuan masyarakat dalam menerima informasi secara cepat akan menjadikan
manusia sebagai seseorang yang siap dalam menghadapi era globalisasi. Salah satu cara untuk
mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui poses
pendidikan.
Pendidikan memegang peranan yang penting di dalam kehidupan karena merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dan menjadi tumpuan harapan bangsa agar
terciptanya manusia yang mandiri, terampil, berbudaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, serta dapat membangun dirinya sendiri dan ikut merasa tertuntut untuk bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa dan negara. Menyadari pentingnya pendidikan maka
peningkatan dan pembaharuan harus terus-menerus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan
nasional dapat tercapai. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu: peningkatan kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya, pelatihan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan kepada
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan non-
pembelajaran secara profesional melalui penelitian tindakan secara terkendali (Depdiknas, 2004:
3).
Guru harus dapat mengidentifikasi dengan jelas teknik yang paling efektif dalam
meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran (Ross, 2008: 160). Adanya perubahan
paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada
siswa menuntut adanya perubahan unsur-unsur lain yang menunjang dalam pembelajaran
tersebut seperti adanya perubahan kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
kurikulum yang ditawarkan dan diharapkan dapat memberikan kompetensi sesuai dengan tingkat
satuan pendidikan yang akan dicapai. Menurut Isjoni (2009: 13) menyatakan bahwa “KTSP
disusun dan dikembangkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional”. KTSP adalah suatu strategi dalam pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang berprestasi dan bisa dikatakan sebagai paradigma baru dalam pengembangan
kurikulum yang memberikan otonomi secara luas pada setiap satuan pendidikan serta pelibatan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada keberanian untuk mencari metode,
cara, teknik maupun pendekatan serta membangun paradigma baru. Untuk itu seorang guru harus
melakukan pembaharuan agar dapat memotivasi dan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada siswa agar dapat belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam hal
ini kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran akan menentukan
keberhasilan yang dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran, karenanya dalam penelitian ini
penulis mengangkat masalah proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran terjadi transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa dan penekanan proses ini tidak mengharuskan siswa untuk
menghafal fakta-fakta, akan tetapi menjadikan siswa memahami dan mengerti pengetahuan
tersebut serta dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam dunia nyata maupun sebagai bekal
untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk itu guru hanya menyediakan
fasilitas belajar bagi siswa dan siswa berperan sebagai subjek dalam pembelajaran.
Pendidikan dapat ditempuh melalui 2 jalur yaitu pendidikan formal dan informal.
Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Amstrong dan Palmer (1998: 3) menyatakan bahwa hanya sedikit penelitian tentang model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan di sekolah tingkat menengah dan bahkan penelitian
pada kelas studi sosial lebih jarang lagi, maka Amstrong dan Palmer merasa bahwa model
pembelajaran kooperatif pada kelas studi sosial perlu lebih banyak diteliti. Oleh karena itu,
peneliti mengambil Sekolah Menengah Atas sebagai subyek penelitian pada mata pelajaran
Akuntansi. Robins dkk (2009: 35) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
pendekatan alternatif apabila pendekatan konvensional tidak efektif. Ketika seorang guru
memutuskan bahwa pembelajaran kelas tidak efektif karena siswa tidak memperlihatkan kinerja
yang diharapkan, maka saat itulah guru mempertimbangkan penyebabnya dan membuat
modifikasi untuk pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti melalui nilai ulangan harian pada
materi Persamaan Dasar Akuntansi, terdapat 12 siswa dari 44 siswa kelas XI IPS 1 belum
memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi yaitu 63.
Dari hasil ulangan untuk materi Persamaan Dasar Akuntansi, nilai terendah yang diperoleh siswa
kelas XI IPS 1 adalah 45, sedangkan nilai tertinggi adalah 78. Untuk tugas rumah yang diberikan
oleh guru, siswa hanya mencontoh pekerjaan temannya yang pandai ataupun yang sudah
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, bahkan banyak siswa yang mengerjakan tugas
tersebut di kelas sebelum pelajaran Akuntansi dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan dan minat siswa terhadap mata pelajaran Akuntansi masih tergolong rendah. Oleh
karena itu, peneliti mengambil sampel kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar.
SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar merupakan Sekolah Menengah Atas yang
berada di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Sekolah ini mengajarkan dua
bidang ilmu, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Salah satu
kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas adalah
Akuntansi yang diberikan di kelas XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3. Akuntansi merupakan
bagian dari mata pelajaran Ekonomi yang merupakan mata pelajaran inti, sehingga siswa dituntut
memiliki prestasi tinggi agar dapat bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya.
Pembelajaran Akuntansi di SMA Negeri Gondangrejo selama ini masih menggunakan
metode mengajar yang bersifat konvensional (berpusat pada guru), guru memberikan penjelasan
dengan metode ceramah dan melakukan tanya jawab seperlunya kemudian dilanjutkan dengan
latihan soal atau tugas. Pada saat guru menjelaskan banyak siswa hanya diam, mendengarkan
dan kurang aktif bertanya. Pada kondisi seperti itu guru tidak dapat mengetahui pemahaman
konsep siswa terhadap materi yang telah dijelaskan. Guru beranggapan bahwa apabila siswa
duduk diam sambil mendengarkan berarti mereka telah mengerti dan memahami materi yang
telah disampaikan. Padahal anggapan tersebut tidak tepat karena siswa yang hanya duduk diam
dan mendengarkan belum tentu mengerti serta memahami materi yang telah disampaikan.
Ketika diberi tugas guru untuk mengerjakan soal-soal pada LKS hanya sebagian siswa yang
mengerjakan, karena siswa yang lain mencontoh pekerjaan dari temannya yang pandai ataupun
yang sudah selesai mengerjakan, hal tersebut berdampak pada prestasi belajar yang kurang
optimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model
pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2009: 20) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu kegiatan belajar mengajar secara kelompok kecil agar siswa dapat bekerja
sama dengan siswa yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kelompok kooperatif
siswa belajar untuk berdiskusi, saling membantu dan bekerja sama dalam mengatasi masalah
belajar. Siswa yang sudah memahami konsep-konsep yang sulit harus mengajari siswa lainnya
dalam satu kelompok, sehingga semua anggota dalam kelompok dapat memahami materi yang
didiskusikan. Dalam proses pembelajaran, kerja sama yang baik akan dapat membawa peserta
didik berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi dan berorientasi pada
kelompok sehingga lebih mudah menemukan serta memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan teman-temannya.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe pendekatan, salah satu diantarannya
adalah STAD (Student Teams-Achievement Division). Menurut Slavin (2008: 12) STAD
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam memahami serta
menguasai materi pelajaran dengan tujuan mencapai prestasi yang optimal. STAD terdiri dari
lima komponen utama yaitu presentasi kelas yang dilakukan oleh guru, tim, kuis, skor kemajuan
individual dan penghargaan tim. Dalam pembagian kelompok atau tim, siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok dan tiap kelompok terdiri dari siswa yang berbeda tingkat prestasinya,
berbeda jenis kelamin, suku agama dan ras. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menuntut siswa untuk aktif berdiskusi dan saling bekerjasama pada saat mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru. Pada saat berdiskusi, siswa yang sudah memahami materi dan
sudah bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru harus mengajari teman dalam satu
kelompoknya yang belum paham terhadap materi maupun soal yang didiskusikan, sehingga
semua anggota dalam satu kelompok diharapkan dapat memahami materi dan dapat mengerjakan
soal yang didiskusikan. Hal ini dilakukan agar siswa mengerjakan kuis individual secara mandiri
dan dengan percaya diri, sehingga dengan demikian diharapkan peningkatan prestasi belajar
siswa SMA N Gondangrejo dapat tercapai.
Pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi akan lebih menarik apabila disajikan
dengan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan bermakna dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan minat, pemahaman, penguasaan
konsep, keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI IPS 1, maka
penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk
memahami maupun memiliki penguasaan konsep dari materi yang diajarkan, memiliki
ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain pada saat proses pembelajaran
maupun diskusi agar tercipta suasana belajar yang menarik dan terbentuknya aktivitas sosial
siswa di kelas XI IPS 1 SMA N Gondangrejo Karanganyar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai
berikut: ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 SMA N
GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan survei awal, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang muncul
sehubungan dengan pembelajaran mata pelajaran Akuntansi. Beberapa masalah yang muncul
antara lain sebagai berikut:
1. Siswa tidak terlalu antusias dan kurang berminat terhadap mata pelajaran Akuntansi karena
pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi selama ini dirasa kurang menarik, selain itu
siswa juga kesulitan dalam memahami mata pelajaran Akuntansi.
2. Guru masih dominan dalam pembelajaran karena masih menerapkan model pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centered) dari pada berpusat pada siswa (student centered).
3. Prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 untuk mata pelajaran Akuntansi masih tergolong
rendah.
C. Pembatasan Masalah
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian untuk diambil datanya.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah:
a. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran Akuntansi.
b. Prestasi belajar siswa yang dimaksud berkenaan dengan nilai mata pelajaran Akuntansi
yang dicapai siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah yaitu;
1. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) pada Mata Pelajaran Akuntansi untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar Tahun
Pelajaran 2009/2010?
2. Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) pada Mata Pelajaran Akuntansi dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo Karanganyar?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian
peningkatan prestasi belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 setelah diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan
yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif serta mendukung
teori Pembelajaraan Kooperatif.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran Akuntansi yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu
proses pembelajaran
2) Pendorong bagi guru kelas lain untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan
b. Bagi guru
Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dalam proses belajar mengajar di kelas
sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi siswa
1) Menumbuhkan kerja sama serta rasa kebersamaan antar siswa
2) Meningkatkan keaktifan siswa
3) Menciptakan persaingan sehat antar siswa dalam berprestasi
4) Meningkatkan prestasi belajar siswa
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah “Suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas”. (Agus Suprijono, 2009: 46).
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 41) menyatakan bahwa “Model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku
siswa”. Model pembelajaran kooperatif erat hubungannya dengan gaya belajar siswa
(learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pola yang digunakan guru sebagai pedoman untuk merencanakan dan
mensiasati perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran.
b. Pembelajaran Kooperatif
Keberhasilan dalam belajar juga dipengaruhi oleh metode belajar yang diterapkan guru
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
membantu dalam menciptakan suasana proses belajar mengajar yang kondusif diharapkan
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Guru
dapat melakukan berbagai usaha dalam menciptakan suatu kegiatan proses belajar mengajar
yang dapat membangkitkan minat dan keaktifan siswa. Salah satu usaha yang dilakukan guru
adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berarti sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja dan membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok sehingga terjadi interaksi yang terbuka di antara anggota
kelompok. (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pembentukan kelompok kecil
siswa untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar. Siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekadar hanya belajar
dalam kelompok, karena pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran
kooperatif yang benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif. Jadi
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dan saling
membantu antar anggota dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Slavin (2008: 33) mengemukakan bahwa tujuan yang penting dalam
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan
dan pemahaman yang dibutuhkan supaya bisa menjadi masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi dalam pendidikan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang bekerja
sama dalam kelompok kooperatif bisa belajar lebih banyak dari temannya daripada siswa
yang diatur dalam kelas tradisional.
Roger dan David Jonshon dalam Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning, karena untuk mencapai hasil
yang optimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu: Adanya
Saling Ketergantungan Positif, Tanggung Jawab Perseorangan, Tatap Muka, Komunikasi
Antar Anggota dan Evaluasi Proses Kelompok.
1) Saling Ketergantungan Positif.
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya untuk bekerja
sama dan saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi, untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif maka guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
tiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri demi mencapai tujuan
pembelajaran oleh kelompok. Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru terjadi
saling ketergantungan antar anggota kelompok satu dengan yang lain dalam kelompok.
2) Tanggung Jawab Perseorangan.
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda, hal ini bertujuan agar anggota
kelompok bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas tersebut, serta menanamkan
sikap/jiwa bagi para siswa agar kelak menjadi individu yang bertanggung jawab dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya dan tidak sebagai seseorang yang pengecut
menyelinap kesana-kemari dari tugas-tugasnya. Setiap anggota kelompok akan menuntut
teman-teman dalam satu kelompok yang tidak melaksanakan tugas agar tidak menghambat
teman yang lain.
3) Tatap Muka
Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi,
kegiatan ini akan memberikan kesempatan pembelajar untuk membentuk sinergi
kekompakkan yang menguntungkan semua anggota. Pembentukan sinergi ini bertujuan
untuk menghargai perbedaan yang muncul, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan diskusi sehingga
saling menerima dan saling memberi maupun melengkapi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain dalam kelompok.
4) Komunikasi Antar Anggota
Siswa harus dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, hal ini dimaksudkan
keberhasilan suatu kelompok akan tercapai apabila para angotanya saling mendengarkan
dan saling mengutarakan pendapat sebagai sumbangan pemikiran dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi. Keterampilan berkomunikasi merupakan proses yang
panjang akan tetapi proses ini bermanfaat untuk menambah pengalaman belajar,
pembinaan perkembangan mental dan emosional. Untuk mengkoordinasikan kegiatan
siswa dalam pencapaian tujuan maka siswa harus berkomunikasi dengan anggota dalam
kelompoknya secara terbuka/interaktif sehingga suasana pembelajaran menarik/tampak
hidup.
5) Evaluasi Proses Kelompok.
Evaluasi proses kelompok dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama antara anggota
agar pada proses pembelajaran selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
baik/kompak/serempak.
Menurut Ibrahim et al dalam Isjoni (2009: 39) mengemukakan bahwa pada dasarnya
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Hasil belajar siswa secara akademik dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang sulit yang kalau siswanya kreatif, tanggap.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Dalam pembelajaran kooperatif pembagian kelompok terdiri dari individu yang berbeda-
beda, perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya, kelas sosial dan kemampuan
akademik. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kelompok dilakukan dengan
tujuan memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sama dan belajar saling menghargai
satu sama lain dalam berbagai latar belakang kondisi.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Pengembangan keterampilan sosial mengajarkan kepada siswa bekerjasama dan
berkolaborasi, keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai warga
masyarakat, bangsa dan negara dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin
kompleks serta mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan
persaingan.
c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Keberhasilan pembelajaran kooperatif bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Isjoni
(2009: 73) menyebutkan bahwa terdapat variasi model yang diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1) Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Tipe ini dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John
Hopkins dan merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Dalam STAD guru lebih menekankan pada belajar kelompok dan menyajikan informasi
akademik dengan presentasi verbal. Siswa ditempatkan dalam kelompok yang
beranggotakan masing-masing 4-5 siswa yang berbeda jenis kelamin, suku dan prestasi
akademiknya. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa untuk saling
mendukung dan bekerja sama dalam menguasai materi pelajaran ataupun menyelesaikan
tugas yang diberikan guru guna mencapai prestasi yang optimal. STAD terdiri dari lima
komponen utama, yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan
penghargaan tim.
2) Teams Games Tournament (TGT)
Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal, yaitu TGT menggunakan
turnamen akademik yang dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok (diskusi).
3) Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-
kawan. Sama seperti STAD, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga menempatkan
siswa dalam kelompok yang heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan satu
tugas untuk membaca beberapa bab atau unit materi dan siswa dari masing-masing
kelompok yang mempunyai tugas sama berkumpul untuk membentuk kelompok baru.
Setelah itu siswa yang telah berdiskusi dengan siswa yang berasal dari kelompok lain
kembali kepada tim mereka dan segera bergantian untuk mengajari teman satu timnya
mengenai topik mereka. Selanjutnya para siswa menerima penilaian yang mencakup
seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim, seperti dalam STAD skor yang
dikontribusikan siswa pada timnya didasarkan pada sistem skor kemajuan individual dan
kelompok yang memiliki skor tertinggi akan memperoleh penghargaan.
4) Grup Investigation (GI)
Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
sulit dan paling kompleks untuk diterapkan karena pendekatan ini memerlukan norma dan
struktur kelas yang rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam
model pembelajaran ini para siswa dibagi dalam kelompok yamg masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan
perkawanan maupun minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih
topik yang ingin dipelajari dan melakukan investigasi yang mendalam mengenai topik
yang telah dipilih dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang berada di dalam
kelas maupun di luar kelas. Kemudian siswa menyiapkan laporan dan mempresentasikan
hasil investigasi di depan kelas.
5) Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 siswa,
kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lain di kiri dan di kanannya.
Guru memberikan pertanyaan yang sama kepada setiap trio dan memberikan nomor untuk
setiap trio tersebut. Contohnya nomor 0,1 dan 2, kemudian menyuruh nomor 1 untuk
berpindah searah jarum jam dan nomor 2 berlawanan dengan jarum jam sedangkan nomor
0 tetap ditempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio yang baru. Pada saat trio baru
terbentuk maka guru memberikan pertanyaan yang baru kepada tiap trio untuk
didiskusikan, kemudian siswa dirotasikan kembali dengan pertanyaan baru yang sudah
disiapkan oleh guru.
6) Grup Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi ke dalam
kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 siswa. Guru memberikan penekanan
bahwa mereka adalah kelompok yang bagus baik bakat maupun kemampuannyan di kelas.
Guru membiarkan kelompok-kelompok untuk membuat kesimpulan yang di dalamnya
terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman
kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, keterampilan, hobby, bakat dan lain-lain.
Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok
mereka.
Dari beberapa model pembelajaran tersebut yang paling banyak dikembangkan
adalah model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
rekan-rekan sejawatnya di Johns Hopkins University. Robert E. Slavin (2009: 143) menyatakan
bahwa Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik sebagai permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Robert E. Slavin juga menyatakan bahwa dalam STAD siswa dibagi dalam tim belajar
yang terdiri dari empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar
belakang etniknya. Guru menyampaikan materi pelajaran dan membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang berbeda jenis kelamin ras
dan kemampuan akademiknya. Setiap anggota tim harus saling bekerjasama dalam mengerjakan
tugas akademik yang diberikan guru. Proses belajar belum dikatakan tuntas apabila semua
anggota tim belum menguasai materi atau tugas yang diberikan oleh guru. Selanjutnya guru
memberikan kuis individual kepada siswa dan setiap siswa tidak boleh bekerja sama dengan
temannya dalam mengerjakan kuis.
1) Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement
Divisions)
Menurut Slavin (2009: 143-146) STAD terdiri atas lima komponen utama-presentasi kelas,
tim, kuis, skor kemajuan individual dan penghargaan tim.
a) Presentasi Kelas
Pertama-tama materi pelajaran diperkenalkan melaui presentasi kelas, Presentasi kelas
bisa dilakukan dengan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru tetapi juga bisa memasukkan presentasi
dengan audiovisual.
b) Tim
Pengelompokkan tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas maupun
kemampuannya. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan semua anggota tim belajar
dan mempersiapkan anggotannya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari materi atau lembar-
kegiatan. Pembelajaran yang dilakukan melibatkan pembahasan masalah secara bersama,
membandingkan jawaban dan mengoreksi kesalahan pemahaman, apabila ada anggota
tim yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang penting dalam STAD, pada tiap
poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk
tim, dan tim pun juga harus melakukan yang terbaik untuk anggota tim.
c) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu
atau dua periode praktik tim, guru akan memberikan pertanyaan atau kuis kepada siswa
dan siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga
setiap siswa bertanggung jawab secara individual terhadap kuis yang diberikan oleh guru.
d) Skor Kemajuan Individual.
Pemberian skor kemajuan individual bertujuan untuk mengetahui kinerja yang dicapai
siswa apabila mereka belajar lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan
poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal
mereka sehingga perolehan skor kemajuan individual yang dicapai oleh masing-masing
anggota kelompok menentukan perolehan skor bagi kelompoknya. Setiap anggota
kelompok dapat memberikan kontribusi poin untuk kelompoknya karena anggota
kelompok yang memberikan kontribusi poin tinggi pada kelompoknya secara otomatis
skor kelompok akan tinggi, hal tersebut juga berlaku untuk sebaliknya yaitu anggota
kelompok yang memberikan kontribusi poin yang rendah bagi kelompok maka skor
kelompok tersebut juga rendah.
e) Penghargaan Tim
Setelah kuis dilaksanakan, guru melakukan perhitungan skor kemajuan individual dan
memberikan penghargaan kepada tim yang memperoleh skor tertinggi. Penghargaan yang
diberikan guru dapat berupa sertifikat, ucapan selamat dan hadiah.
2) Persiapan dalam Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-
Achievement Divisions)
Persiapan yang dilakukan oleh guru dalam Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD adalah sebagai berikut:
a) Materi
Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru harus mempersiapkan (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), lembar kegiatan, sebuah lembar jawaban dan sebuah kuis bagi siswa.
Materi yang digunakan dalam model pembelajaran ini antara lain materi dari buku teks
atau sumber terbitan lainnya dan materi yang dibuat oleh guru.
b) Membagi para Siswa ke dalam Tim
Guru membagi siswa ke dalam tim, tim tersebut terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
c) Menentukan Skor Awal Pertama
Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya, skor awal juga dapat
diperoleh dari perolehan nilai terakhir siswa pada tahun sebelumnya.
3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengikuti siklus sebagai
berikut: pemberian materi pelajaran, belajar tim, tes dan penghargaan tim.
a) Pemberian Materi Pelajaran
Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran di dalam kelas,
presentasi di dalam kelas di mulai dengan mengulangi materi pelajaran yang merupakan
prasyarat yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan
diajarkan dengan pengetahuan yang dimiliki setelah itu guru memulai presentasi materi
pelajaran.
b) Belajar Kelompok
Belajar kelompok/tim dilaksanakan setelah guru melakuan presentasi materi. Tugas
anggota tim saat belajar kelompok adalah menguasai materi yang telah disampaikan oleh
guru dan membantu teman satu tim untuk menguasai materi tersebut. Pada saat belajar
kelompok para siswa harus mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat
digunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri
mereka sendiri serta teman sekelasnya. Lembar jawaban yang telah dikerjakan pada saat
belajar kelompok satu lembar dikumpulkan kepada guru sebagai hasil kerja kelompok.
c) Tes
Tes individu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa mengenai materi
yang telah dibahas. Tes individual dilakukan sekitar satu atau dua periode setelah guru
memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim.
d) Penghargaan Tim
Perhitungan skor kemajuan indivual dan skor tim dihitung setelah pelaksanaan kuis.
Penghargaan diberikan kepada tim untuk pencapaian sampai pada Tim Sangat Baik atau
Tim Super.
4) Penilaian/Penskoran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-
Achievement Divisions)
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. “Penskoran
adalah suatu proses pengolahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka/mengadakan
kuantifikasi”. (Ngalim Purwanto, 2006: 70).
Setelah melakukan kuis, maka perhitungan nilai/skor dilakukan,. Anita Lie (2008: 88)
mengatakan bahwa; “Dalam penilaian siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok”.
Penjelasan dari skor individu dan skor kelompok adalah sebagai berikut:
a) Menghitung Nilai/Skor Individual
Skor kemajuan individual dihitung setelah siswa melakukan kuis dan perhitungan skor
kemajuan individual dihitung berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan
yang sama dalam memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompokknya. Menurut
Slavin (2009: 159) perhitungan skor perkembangan individu dihitung pada tabel berikut:
Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes Skor
Perkembangan
Individu
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 hingga 1 poin dibawah skor awal
Skor awal hingga 10 poin di bawahnya
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
5
10
20
30
30
Sumber: Robert E. Slavin (2009: 159)
b) Menghitung Nilai/Skor Tim
Isjoni (2009: 76) mengatakan bahwa; Perhitungan kelompok dilakukan dengan
menjumlahkan skor perkembangan individu yang diperoleh masing-masing anggota
kelompok kemudian hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Skor tim
lebih tergantung pada skor kemajuan daripada skor awal.
c) Pemberian Penghargaan Tim/Kelompok
Pemberian penghargaan terhadap tim/kelompok diberikan berdasarkan perolehan skor
rata-rata. Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh
anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh
kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel di bawah ini;
Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok
Sumber: Triyanto (2007: 56)
Pemberian nilai untuk tingkat penghargaan kelompok dapat berubah sesuai dengan
kondisi dalam kelas. Setelah siswa memiliki predikat pencapaian sampai pada Tim
super (super team), maka guru memberikan hadiah atau penghargaan.
3. Hakikat Prestasi Belajar Akuntansi
a. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai
hasil belajar dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, para ahli
telah menjelaskan pengertian belajar menurut pendapat masing-masing. Menurut Slameto
(2003: 2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Cronbach dalam Agus Suprijono (2009: 2) mengemukakan bahwa “Belajar adalah
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan “Learning is shown by a
change in behavior as a result of experience”. Cronbach berpendapat bahwa belajar yang
terbaik adalah melalui pengalaman.
Menurut Muhibin Syah (2005: 95) mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil
dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan tersebut di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada
seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Rata-rata tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5 -
5 ≤ x ≤ 15 Tim baik atau good team
15 ≤ x ≤ 25 Tim hebat atau great team
25 ≤ x ≤ 30 Tim super atau super team
Menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Faktor intern, adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri
yaitu:
(1) faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh)
(2) faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan)
(3) faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani)
b) Faktor ekstern, adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik, antara lain:
(1) faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan)
(2) faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, tugas rumah), dan
(3) faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyaralat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
b. Hakekat Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia untuk mencapai berbagai macam kompentensi,
keterampilan dan sikap sehingga kemampuan untuk berprestasi atau unjuk hasil belajar
merupakan puncak dari proses belajar.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil usaha yang dicapai seseorang setelah
melakukan kegiatan. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar
(faktor eksternal) individu (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 138).
Menurut Zainal Arifin (2009: 12), istilah prestasi berbeda dengan hasil belajar, prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43), “Prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu”.
Berdasarkan pengertian belajar dan prestasi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil usaha yang dicapai seseorang setelah adanya perubahan atau pertumbuhan
yang dinyatakan dalam tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Jadi untuk mengetahui
hasil perubahan sebagai tujuan dari proses belajar tersebut perlu adanya kegiatan evaluasi.
Pelaksanaan penilaiannya dilakukan terhadap prestasi belajar seluruh mata pelajaran yang
diikuti oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diterimakan dalam
bentuk buku laporan.
2) Faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 138), faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Faktor internal, yang tergolong faktor internal adalah:
(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
(2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
(a) Faktor intelektif yang meliputi:
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
(b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
(3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b) Faktor eksternal, yang tergolong faktor eksternal ialah:
(1) Faktor sosial yang terdiri atas:
(a) Lingkungan keluarga
(b) Lingkungan sekolah
(c) Lingkungan masyarakat
(d) Lingkungan kelompok
(2) Faktor budaya seperti, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
(3) Faktor lingkungan fisik
2) Fungsi Prestasi
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Kehadiran prestasi
belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan
pada manusia, khususnya manusia yang berada di bangku sekolah. Zainal Arifin (2009: 12)
mengemukakan bahwa fungsi utama prestasi belajar antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan dari fungsi prestasi belajar yang telah disebutkan di atas, maka dapat
diketahui bahwa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa secara individu maupun
kelompok dalam intitusi pendidikan. Hal tersebut disebabkan fungsi prestasi belajar tidak
hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga berguna untuk memperoleh umpan balik
bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu diadakan perbaikan dalam
proses belajar mengajar atau tidak.
c. Hakikat Mata Pelajaran Akuntansi
American Accounting Association dalam Dewi Kusumawardani (2009: 80)
mendefinisikan pengertian akuntansi sebagai: “ ... proses mengidentifikasikan, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Menurut Yoga Firdaus (2005: 2) Akuntansi merupakan suatu proses mengidentifikasi,
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan dilakukannya penilaian
serta pengambilan keputusan secara jelas dan tegas bagi pihak-pihak yang menggunakan
informasi tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diartikan bahwa akuntansi adalah
suatu proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan dari transaksi-transaksi
yang bersifat keuangan yang terjadi pada suatu entitas (badan usaha) dalam periode tertentu yang
berguna bagi pihak-pihak yang menggunakan informasi tersebut.
Secara garis besar perusahaan digolongkan menjadi perusahaan jasa, perusahaan dagang
dan perusahaan manufaktur. Untuk SMA kelas XI semester genap akan mempelajari siklus
Akuntansi perusahaan jasa. Karakteristik yang menonjol dari mata pelajaran Akuntansi adalah
banyak hitungan dan pembuatan kolom pada hampir setiap pokok bahasan sehingga siswa harus
memahami konsep, terampil dan teliti dalam mengerjakan soal-soal Akuntansi.
B. Penelitian yang Relevan
Noer Fuadiyah Uyun (2008) dalam skipsinya yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams-Achievement Divisions) Sebagai Upaya
Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Diklat Negosiasi Di
SMK Sudirman I Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009, menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Novia Purnawati (2008) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Kelas X Akuntansi 2 SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009,
menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar Akuntansi baik dari segi keaktifan maupun hasil belajar.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran merupakan alur penalaran untuk sampai pada jawaban sementara
atau masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran ini digambarkan dengan skema secara
holistik dan sistematik. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah menengah adalah pembelajaran
konvensional yang berpusat pada guru atau teacher centered. Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode konvensional membuat siswa kurang berminat, kurang aktif dan merasa kesulitan dalam
memahami konsep pada mata pelajaran Akuntansi karena siswa merasa mata pelajaran
Akuntansi sebagai mata pelajaran yang sulit karena membutuhkan pemahaman konsep dan
bukan hafalan. Pada pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi dengan metode
ceramah yang masih didominasi oleh guru dan memberikan tanya jawab seperlunya kemudian
dilanjutkan dengan pengerjaan latihan soal atau tugas. Pada saat guru menjelaskan banyak siswa
hanya diam, mendengarkan dan kurang aktif bertanya. Pada kondisi seperti itu guru tidak dapat
mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah dijelaskan. Guru beranggapan
bahwa apabila siswa duduk diam sambil mendengarkan berarti mereka telah mengerti dan
memahami materi yang telah disampaikan. Padahal anggapan tersebut tidak tepat karena siswa
yang hanya duduk diam dan mendengarkan belum tentu mengerti serta memahami materi yang
telah disampaikan. Ketika diberi tugas guru untuk mengerjakan soal-soal pada LKS hanya
sebagian siswa yang mengerjakan, karena siswa yang lain mencontoh pekerjaan dari temannya
yang pandai ataupun yang sudah selesai mengerjakan. Berdasarkan permasalahan tersebut
diperlukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran
kooperatif model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) mengupayakan agar siswa
dapat mengajarkan kepada siswa lainnya, siswa menjadi nara sumber bagi siswa yang lain,
memacu siswa untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain serta tidak memicu diskusi yang
didominasi oleh siswa tertentu, tetapi mendorong semua siswa untuk berfikir kritis sehingga
akan terbentuk pembelajaran yang menarik, berkesan dan membuat siswa lebih bersemangat
sehingga diharapkan prestasi belajar meningkat.
Selaras dengan judul penelitian yang diambil yaitu Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran Akuntansi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Pembelajaran
Konvensional
Prestasi belajar siswa rendah
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim.
2) Tiap tim menggunakan lembar kegiatan untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru
3) Secara individual siswa diberi kuis mingguan atau
dua mingguan tentang materi yang sudah dipelajari
4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya
terhadap materi. Tiap individu atau tim yang
mendapat skor tinggi akan diberi penghargaan
Peningkatan prestasi
belajar siswa
ditunjukkan dengan
tercapainya kriteria
ketuntasan minimum
yaitu 63 sebanyak
75% siswa di kelas
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA N
Gondangrejo pada mata pelajaran Akuntansi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Gondangrejo yang beralamat di Jalan Solo-
Purwodadi Km. 11 Gondangrejo, Karanganyar, telp (0271) 7003809. Sekolah ini di bawah
pimpinan Ibu Dra. Suprapti, M.Pd. Alasan pemilihan sekolah dan kelas XI IPS 1 karena
pertama, sekolah tersebut belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari
kemungkinan adanya penelitian ulang. Kedua, terdapat permasalahan rendahnya prestasi belajar
siswa kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran Akuntansi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Mei 2010. Untuk lebih
jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
B. S
uby
ek
dan
Oby
ek
Pen
elitian
1. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo.
Alasannya karena pertama, terdapat permasalahan rendahnya prestasi pada belajar siswa kelas
XI IPS 1 SMA Negeri Gondangrejo. Kedua, karena kelas XI IPS 1 belum pernah digunakan
penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang pada subyek,
waktu dan obyek yang sama.
2. Obyek Penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama
penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang
meliputi:
a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
b. Prestasi belajar siswa
C. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yang
mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang dilakukan pada suatu kelas, dalam hal ini
Jenis Kegiatan Des
2009
Jan
2010
Feb
2010
Maret
2010
April
2010
Mei
2010
1. Persiapan
Penelitan
a. Penyusunan
judul
b. Penyusunan
proposal
c. Perizinan
2. Perencanaan
Tindakan
3. Implementasi
Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
4. Review
5. Penyusunan
Laporan
pengertian kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas tetapi sekelompok siswa dalam waktu
yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama juga. Menurut Suharsimi
Arikunto (2009: 58), pengertian dari PTK adalah ”Penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”. Komponen
dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui PTK antara lain siswa, guru, materi pelajaran,
peralatan, hasil pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan.
Penelitian Tindakan Kelas berbeda dengan penelitian lainnya, menurut Suharsimi
Arikunto (2009:110) PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
a. Inkuiri Reflektif.
Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan
pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).
b. Kolaboratif.
Kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti dari luar kelas, tetapi
peneliti harus berkolaborasi dengan guru.
c. Reflektif.
PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil tindakan.
Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2008: 61) sebagai
berikut:
a. Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran
b. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
c. Untuk menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan
permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan
data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 220), observasi merupakan teknik
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non-partisipatif.
a. Observasi partisipatif (participatory observation).
Dalam observasi partisipatif peneliti berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang
sedang berlangsung.
b. Observasi non-partisipatif (non-participatory observation)
Peneliti hanya bersifat sebagai pengamat, tidak ikut serta dalam proses penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperan serta pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD), serta hasil kuis siswa yang dilakukan
dalam proses evaluasi.
2. Wawancara
Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 216) menyatakan bahwa wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data secara lisan dari
individu dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Bentuk-bentuk wawancara yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara yang dilaksanakan peneliti dengan mempersiapkan bahan wawancara
terlebih dahulu berdasarkan masalah yang dihadapi.
b. Wawancara tidak terstruktur
Peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara dan kegiatan wawancara mengalir
seperti dalam percakapan biasa, yaitu menyesuaikan dengan situasi serta kondisi
responden.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara
yang dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu. Wawancara yang dilakukan peneliti berfokus
pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan mengenai
kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran mata pelajaran Akuntansi serta faktor-faktor
penyebabnya dan untuk mengetahui tanggapan siswa tantang model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
3. Tes
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Iskandar (2009: 233) mengatakan bahwa tes adalah alat ukur yang berupa
pertanyaan/alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki seseorang. Tes
yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan dibedakan menjadi tes hasil belajar (achievement
test) dan tes psikologis (psychological test). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tes hasil
belajar, yaitu tes yang mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu
tertentu. Tes hasil belajar dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur kelemahan atau kekurangan siswa dan
digunakan untuk memberikan perbaikan.
b. Tes penempatan mengukur penguasaan/keunggulan siswa, digunakan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan tingkat penguasaan atau keunggulannya.
c. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antar teman satu
kelas maupun dalam penguasaan target materi.
d. Tes sumatif digunakan untuk perbaikan program/proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes formatif yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru. Tes ini
dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para
siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari
awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan
c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama
d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi
2. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
a. Penyusunan jadwal penelitian
b. Penyusunan rencana pembelajaran
c. Penyusunan soal evaluasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II. Setiap siklus
terdiri empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model STAD yaitu
untuk menumbuhan minat siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi sehingga
meningkatkan pemahaman konsep yang akhirnya juga akan meningkatkan prestasi belajar
Akuntansi siswa. Hal ini diukur dari keaktifan siswa dan pemahaman siswa terhadap materi
setelah diadakan tes. Hipotesis tindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenarannya
melalui tindakan yang telah direncanakan.
5. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melakukan kegiatan belajar-mengajar dibawah bimbingan guru.
6. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali tindakan yang dilakukan, kemudian
bersama dengan guru pelaksana mendiskusikan pelaksanaan rancangan tindakan. Dalam hal
ini guru merefleksikan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan.
7. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan
selama penelitian.
F. PROSES PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I
dan II, yang masing-masing direncanakan dalam tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Kalau belum terbukti dan belum
optimal hasilnya, harus dilanjutkan tahap III dan seterusnya.
1. Rancangan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah
ditentukan. Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun skenario pembelajaran, instrumen
untuk evaluasi/kuis yang berupa soal tes tertulis dan menetapkan indikator ketercapaian yang
akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
1) Skenario pembelajaran
a) Guru mempresentasikan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams-
Achivement Divisions) kepada siswa.
b) Guru menyampaikan materi pelajaran atau presentasi.
c) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok atau tim terdiri dari 4-5
orang. Setiap kelompok atau tim harus heterogen dalam hal jenis kelamin, suku,
agama dan kemampuan yang dimiliki.
d) Membagikan lembar kerja yang dibuat oleh guru untuk setiap tim terkait dengan
materi yang sudah diajarkan pada awal pembelajaran.
e) Menugaskan tiap tim untuk mendiskusikan dan menjawab soal-soal yang berkaitan
dengan materi yang telah diajarkan guru.
f) Memberi waktu kepada siswa untuk saling mendiskusikan soal-soal yang berkaitan
dengan materi tersebut secara mendalam.
g) Mengawasi dan memantau jalannya diskusi.
h) Presentasi siswa dan pembahasan jawaban dari soal latihan yang sudah dikerjakan.
i) Pemberian kuis secara individual dan menghitung skor yang diperoleh siswa dalam
mengerjakan kuis.
j) Pemberian penghargaan terhadap prestasi kelompok dan individual.
2) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis
3) Menetapkan indikator ketercapaian
Tabel 4. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Indikator Target Cara penilaian
Ketuntasan siswa
(individu)
Ketuntasan kelas
Nilai > 63 = 33 siswa
75%
Nilai diperoleh siswa dari kuis
yang dilaksanakan pada akhir
siklus
Dihitung dari: ∑ siswa tuntas
∑ seluruh siswa
(Sumber: Observasi Awal)
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk memecahan masalah sebagaimana yang telah
direncanakan. Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi yang sebelumnya
dirasakan kurang menarik dan kurang optimal.
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti. Pada tahap ini
dilakukan suatu tindakan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, meningkatkan keaktifan
siswa, meningkatkan minat dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan tindakan
yang dilakukan berupa pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD).
Pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi dari semua rencana tindakan yang telah
dibuat.
c. Observasi
Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti melakukan observasi terhadap
pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan pembelajaran model Student Teams-
Achievement Division (STAD). Pada tahap observasi peneliti mengadakan pemantauan
tindakan yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dapat mengatasi
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas/tidak. Observasi dan interprestasi
dilakukan dengan mengamati proses belajar mengajar pada mata pelajaran Akuntansi dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD, hal-hal yang diobservasi
yaitu:
a. Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar
b. Prestasi belajar siswa
Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif, berada dalam lokasi penelitian dan berperan
aktif dalam mengobservasi suasana belajar saat proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti
mempresentasikan materi yang diajarkan dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran
Akuntansi dalam mengamati dan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran pada
mata pelajaran Akuntansi yang dilakukan secara langsung. Penelitian menggunakan observasi
terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh
data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas
siswa selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat
digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.
d. Analisis dan Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interprestasi
sehingga bagian yang memerlukan perbaikan maupun bagian yang sudah memenuhi target
dapat diketahui. Dalam melakukan refleksi, peneliti harus bekerjasama dengan guru sebagai
kolaborator. Kemudian peneliti dengan guru sebagai kolaborator mengadakan diskusi untuk
menentukan langkah-langkah dalam memperbaiki kekurangan/kelemahan proses
pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah itu, ditarik kesimpulan bahwa
penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak, sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada
siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut, dengan materi pembelajaran sesuai
dengan silabus mata pelajaran Akuntansi perusahaan jasa, termasuk tahap pelaksanaan,
observasi, interpretasi dan refleksi juga mengacu pada siklus sebelumnya.
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:
Siklus I
Siklus II
Permasalaha
n
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum terselesaikan
Perencanaan
Tindakan I
Pengamatan /
Pengumpulan
Data I
Refleksi I Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan /
Pengumpulan
Data II
Perencanaan
Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan /
Pengumpulan
Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009: 74)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil SMA N Gondangrejo Karanganyar
SMA N Gondagrejo Karanganyar didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 20 Oktober nomor: 291/0/1999.
Sejak awal pendirian sekolah ini sudah menempati gedung sekolah sendiri dan sampai saat ini
SMA N Gondangrejo Karanganyar menampung 15 kelas yaitu 5 kelas untuk kelas X, 5 kelas
untuk kelas XI dan 5 kelas untuk kelas XII. Masing-masing kelas XI dan kelas XI dibagi
menjadi 2 program pengajaran yaitu 2 kelas untuk program pengajaran IPA dan 3 kelas untuk
program pengajaran IPS.
Sekolah ini baru mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 2 kali, yaitu Bapak
Drs. Sri Wardoyo sebagai Kepala sekolah pertama dan kemudian digantikan oleh Ibu Dra.
Suprapti, M.Pd yang menjabat sebagai kepala sekolah sampai sekarang. Beliaulah yang gigih
memperjuangkan aspirasi warga Gondangrejo untuk memiliki SMA yang maju dan
berkualitas dengan siswa yang berprestasi, memiliki budi pekerti luhur dan berketrampilan
yang tinggi. Kedua Kepala Sekolah tersebut memiliki ciri khas yang patut diteladani oleh
guru dan siswa SMA N Gondangrejo Karanganyar, yaitu tidak pernah berhenti untuk belajar,
jujur, sabar, disiplin yang tinggi dan giat membangun untuk selalu memajukan dan
menjadikan SMA yang berkualitas baik di kabupaten Karanganyar maupun di lingkungan
sekitarnya.
2. Visi dan Misi SMA N Gondagrejo Karanganyar
a. Visi Sekolah:
Unggul dalam prestasi, luhur pada budi pekerti, berketrampilan yang tinggi.
b. Misi Sekolah:
1) Meningkatkan layanan Proses Belajar Mengajar yang optimal.
2) Memberikan jam tambahan jam pelajaran secara efektif dan efisien untuk mata
pelajaran Ujian Nasional bagi kelas XII.
3) Memberikan keterampilan Komputer bagi lulusannya.
4) Membentuk team Olah Raga yang dibimbing oleh tenaga profesional.
5) Mengembangkan kegiatan Ekstra Kurikuler yang profesional.
6) Mengembangkan kehidupan sosial yang agamis, baik di lingkungan sekolah maupun di
masyarakat.
7) Membiasakan kehidupan dengan menerapkan nilai-nilai budi pekerti luhur bagi semua
warga sekolah.
3. Keadaan Lingkungan SMA N Gondangrejo Karanganyar
A. Lokasi SMA N Gondangrejo Karanganyar
SMA N Gondangrejo Karanganyar berada di lokasi yang strategis, yaitu di jalan
Solo-Purwodadi km. 11 Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Adapaun
batas-batasnya adalah:
Sebelah barat : perumahaan
Sebelah selatan : persawahan
Sebelah timur : persawahan
Sebelah utara : jalan Solo-Purwodadi km.11
b. Struktur Organisasi SMA N Gondangrejo Karanganyar
SMA N Gondangrejo Karanganyar
KOMITE SEKOLAH
H. Daryono, S.Sos
KEPALA SEKOLAH
Dra. Suprapti, M.Pd
PEJABAT TATA USAHA
Domo
WAKA
KURIKULUM
WAKA
KESISWAAN
WAKA SARANA
PRASARANA WAKA HUMAS
Drs. Purwadi
Rahayu Tri W, S.Pd Siwi Rudatin Nurul Dholam, S.Pd
Koordinator BP/BK
Guru
Suwarni
Jalur Konsultasi
Jalur Komando
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 1 di SMA N
Gondangrejo Karanganyar
Peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal)
sebelum melakukan proses penelitian yaitu melalui kegiatan wawancara dan pengamatan di
kelas, tujuan observasi awal adalah untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Observasi awal dilakukan pada tanggal 5 Januari 2010 dan tanggal 9 Februari 2010. Hasil dari
identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran Akuntansi.
Kurangnya antusias siswa terhadap mata pelajaran Akuntansi salah satunya
disebabkan penggunaan metode ceramah yang terus menerus oleh guru sehingga siswa
hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru serta mengerjakan soal latihan
yang diperintahkan oleh guru sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memperhatikan
ketika guru menjelaskan materi. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan ketika
mengerjakan soal yang diberikan guru.
b. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi
masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa cenderung tidak mempergunakan
kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang dihadapi dan malu untuk
mengungkapkan pendapatnya pada saat diadakan tanya jawab. Siswa hanya diam dan
tidak bertanya meskipun sebenarnya belum memahami materi yang disampaikan guru.
2. Ditinjau dari Segi Guru
Siswa
a. Guru masih dominan dalam pembelajaran karena masih menerapkan model pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centered) daripada berpusat pada siswa (student centered).
Pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi selama ini masih menerapkan model
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru masih menggunakan
metode ceramah yang terus-menerus dan tanya jawab di dalam pembelajaran. Pada
kondisi seperti itu hanya guru yang aktif dalam proses pembelajaran sedangkan siswa
cenderung pasif sehingga dalam proses pembelajaran kurang melibatkan siswa. Hal ini
mengakibatkan siswa merasa jenuh dan kurang antusias dalam pembelajaran Akuntansi.
b. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang optimal.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, terdapat 12 siswa dari 44 siswa
kelas XI IPS 1 yang belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
mata pelajaran Akuntansi yaitu 63. Dari hasil ulangan (untuk materi Persamaan Dasar
Akuntansi), nilai terendah yang diperoleh siswa kelas XI IPS 1 adalah 45 sedangkan nilai
tertinggi adalah 78, dari rentang nilai yang terlihat menunjukkan hasil yang diperoleh
siswa belum optimal. Banyak siswa yang tidak memenuhi standar minimal ketuntasan
belajar bahkan hanya beberapa siswa yang yang memperoleh nilai 70. Untuk tugas-tugas
rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa masih mengerjakan di kelas sebelum
pelajaran dimulai dan hanya mencontoh pekerjaan dari temannya yang pandai atau yang
sudah mengerjakan tugas, hal ini menunjukkan rendahnya keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran Akuntansi.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
(3) observasi dan interpretasi (4) analisis dan refleksi tindakan. Dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai guru, sehingga selama proses pembelajaran peneliti yang melakukan tindakan
pembelajaran sedangkan guru mata pelajaran Akuntansi bertindak sebagai pengamat yang
membantu peneliti dalam mengamati proses belajar dan mengajar.
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran mata pelajaran Akuntansi pada siklus I melalui pembelajaran
dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) adalah:
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17
Februari 2010 di ruang guru SMA N Gondangrejo, Karanganyar. Guru bersama peneliti
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengungkapkan bahwa siswa menemui permasalahan dalam mengikuti pembelajaran
pada mata pelajaran Akuntansi dan kurang menguasai materi pelajaran Akuntansi
sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal Akuntansi. Kemudian disepakati
bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan,
yakni penyampaian materi pada pertemuan pertama, diskusi kelompok, pada pertemuan
kedua dengan pemberian kuis atau ulangan pada pertemuan ketiga. Tahap siklus 1 akan
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Februari 2010, Selasa tanggal 2 Maret 2010 dan
Sabtu tanggal 13 Maret 2010.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran pada mata pelajaran
Akuntansi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan skenario
pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan pertama (Selasa, 23 Februari 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(3) Guru memberi pengarahan tentang metode pembelajaran STAD akan diterapkan.
(4) Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 siswa yang berbeda kemampuan akademiknya.
(5) Guru mengulang sedikit materi sebelumnya yaitu Kertas Kerja dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa agar guru mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi sebelumnya.
(6) Guru menjelaskan materi tentang Laporan Keuangan, pada siklus I guru
menjelaskan tentang Laporan Laba-Rugi.
(7) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami.
(8) Guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan
(9) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mempelajari materi yang
telah diajarkan.
(10) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam
b) Pertemuan Kedua (Selasa tanggal 2 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(3) Guru mengulang sedikit materi yang terdahulu yang ada kaitannya dengan materi
yang akan diajarkan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa agar guru
mengetahui pemahaman siswa tentang materi sebelumnya. Materi yang sedikit
diulang adalah tentang unsur-unsur Laporan Laba-Rugi dan langkah-langkah
dalam menyusun Laporan Laba-Rugi.
(4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami.
(5) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk duduk dengan kelompok yang sudah
dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
(6) Guru dan peneliti membagikan lembar soal untuk dikerjakan setiap kelompok.
(7) Guru meminta kepada semua kelompok siswa untuk mengerjakan latihan soal
yang telah diberikan guru untuk didiskusikan dan diselesaikan.
(8) Guru dan peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberi penjelasan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal.
(9) Setelah waktu untuk diskusi berakhir, guru mempersilahkan salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
(10) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan.
(11) Guru memberitahu siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan
kuis/ulangan harian
(12) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam
c) Pertemuan ketiga (Sabtu tanggal 13 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan
kuis tantang materi yang dipelajari.
(4) Guru dan peneliti membagikan soal kuis berupa soal esai dan meminta siswa
untuk mengerjakan kuis secara mandiri dan percaya diri.
(5) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan tujuan agar
siswa mengerjakan kuis secara mandiri dan hasil dari kuis mencerminkan
kemampuan siswa.
(6) Guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari kuis yang telah dikerjakan.
(7) Guru memberikan gambaran umum mengenai jawaban dari kuis/ulangan yang
telah diberikan.
(8) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa penghargaan terhadap kuis yang
telah dilakukan akan diberikan pada pertemuan berikutnya.
(9) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
(10) Menutup pelajaran dengan salam.
2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
Laporan Keuangan Perusahaan Jasa (Laporan Laba Rugi) dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non-tes.
Instrumen tes dari hasil pekerjaan siswa (evaluasi akhir siklus berupa kuis),
sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan
oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah
direncanakan, yaitu setiap hari Selasa dan Sabtu, masing-masing pada tanggal 23 Februari 2010,
2 Maret 2010 dan 13 Maret 2010 diruang kelas XI IPS 1. Pertemuan dilaksanakan selama 5 x 45
menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Dalam kegiatan penelitian guru dan
peneliti bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran, sehingga terjadi kolaborasi antara guru dan
peneliti.
Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah Laporan Keuangan Perusahaan Jasa
(Laporan Laba-Rugi). Pada pertemuan pertama guru menerangkan materi tentang laporan laba-
rugi secara jelas dan dilanjutkan dengan pemberian tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal
di LKS, sedangkan pada pertemuan kedua digunakan untuk diskusi kelompok. Masing-masing
anggota dalam kelompok harus saling bekerjasama dalam mengerjakan soal diskusi. Siswa yang
sudah memahami materi dan bisa mengerjakan soal maka harus mengajari teman dalam satu
kelompoknya dalam memahami dan mengerjakan soal yang didiskusikan, selanjutnya pada
pertemuan ketiga diadakan evaluasi belajar atau kuis.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama (Selasa, 23 Februari 2010)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam kemudian melakukan presensi siswa yang
mengikuti pelajaran.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi dan peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan guru.
c) Guru memberi pengarahan tentang model pembelajaran tipe STAD yang akan
diterapkan.
d) Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan
antara 4-5 siswa yang berbeda kemampuan akademiknya. Langkah-langkah dalam
pembagian siswa ke dalam kelompok STAD adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun peringkat siswa dari yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah.
Nilai diambil dari hasil ulangan harian materi sebelumnya yaitu Jurnal Penyesuaian.
(2) Menentukan jumlah kelompok.
Setiap kelompok belajar terdiri dari 4-5 anggota, kelompok I-VIII beranggotakan 5
siswa dan kelompok IX beranggotakan hanya 4 siswa.
(3) Membagi siswa ke dalam kelompok.
Pembagian siswa ke dalam tiap kelompok harus seimbang sesuai aturan dalam
STAD yaitu tiap kelompok harus terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, rendah
dan sedang. Prestasi diambil dari nilai ulangan siswa pada materi sebelumnya yaitu
Jurnal Penyesuaian.
e) Guru mengulang sedikit materi yang sebelumnya yaitu tentang kertas kerja dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada saat guru memberikan pertanyaan tentang
kertas kerja siswa yang berhasil menjawab pertanyaan adalah Achmad Syaifudin, Isma
Ike Suryani, Lilis Fitriani, Mei Ika Purwanti, Septa Nikmatil Aliyah dan Aditya Denny.
Kegiatan ini dilakukan guru untuk mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari dan untuk mengetahui pengetahuan dasar siswa untuk melanjutkan
materi berikutnya.
f) Guru menjelaskan materi tentang Laporan Keuangan secara jelas. Dalam kesempatan ini
laporan keuangan yang dibahas adalah tentang Laporan Laba-Rugi. Guru memberikan
penjelasan tentang pengertian laporan keuangan perusahaan, macam-macam laporan
keuangan, pentingnya pembuatan laporan keuangan pengertian laporan laba rugi,
unsur-unsur laporan laba rugi dan cara menyusun laporan laba-rugi. Pada saat
menjelaskan materi guru memberikan contoh tentang langkah-langkah menyusun
laporan laba-rugi dengan menuliskannya di papan tulis. Disela-sela penyampaian materi
guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang dilakukan secara acak. Pada
kesempatan ini yang berhasil menjawab adalah Dwi Ambarwati, Ertana, Indah Suryani
dan Mutaki Pratama.
g) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami. Sebagian dari siswa bertanya tentang perbedaan antara beban operasinal dan
beban nonoperasional.
h) Guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan.
i) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mempelajari materi yang telah
diajarkan.
j) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
2) Pertemuan Kedua (Selasa tanggal 2 Maret 2010)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam kemudian melakukan presensi siswa yang
mengikuti pelajaran.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan
memberikan motivasi dan peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan guru
pada saat awal pembelajaran.
c) Guru mengulang sedikit materi yang terdahulu yaitu tentang Laporan Laba-Rugi dengan
cara memberikan pertanyaan kepada siswa agar guru mengetahui pemahaman siswa
tentang materi sebelumnya. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan guru, akan tetapi hanya 2 siswa yang mau menjawab yaitu
Septa Nikmatil Aliyah dan Aditya Denny.
d) Guru memberikan intruksi kepada siswa untuk duduk berkelompok sesuai kelompok
yang telah dibentuk.
e) Guru memberikan lembar soal untuk setiap kelompok sebagai bahan yang akan
didiskusikan siswa. Peneliti dan guru memberikan bantuan hanya dengan memperjelas
perintah dan mengulang sedikit konsep. Selama belajar kelompok, tugas anggota
kelompok adalah menguasai materi pelajaran dan membantu teman dalam satu
kelompok untuk menguasai materi yang dipelajari. Anggota kelompok harus bertanya
kepada teman satu kelompoknya, apabila mengalami kesulitan baru boleh bertanya
kepada guru.
f) Guru dan peneliti mengawasi jalannya diskusi dengan berkeliling kelas dan memberi
penjelasan pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan.
g) Setelah waktu untuk diskusi berakhir, guru mempersilahkan kepada salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pada siklus pertama belum ada salah satu
perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, oleh
karena itu guru menunjuk secara acak salah satu perwakilan dari kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru menunjuk Aditya Denny untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
h) Guru membuat kesimpulan dari jawaban hasil diskusi kelompok yang telah
dipresentasikan.
i) Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
kuis/ulangan.
j) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
3) Pertemuan ketiga (Sabtu tanggal 13 Maret 2010)
a) Guru mengawali proses belajar mengajar dengan mengucapkan salam kemudian
dilanjutkan dengan presensi siswa.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
kuis/ulangan.
c) Guru memberi kesempatan kepada siswa mempersiapkan diri menjawab pertanyaan
kuis berupa soal esai untuk materi yang sudah didiskusikan pada pertemuan
sebelumnya.
d) Guru dan peneliti membagikan soal kuis untuk materi Laporan Laba-Rugi dan meminta
siswa untuk mengerjakan kuis secara mandiri dan percaya diri.
e) Guru dan peneliti mengawasi kemandirian siswa pada saat mengerjakan kuis, hai ini
bertujuan agar siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja sama dengan
temannya. Pada saat pelaksanaan kuis ada beberapa siswa yang bertanya kepada
temannya akan tetapi guru langsung menegur siswa tersebut agar mengerjakan soal
dengan madiri.
f) Guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari kuis yang telah dikerjakan.
g) Kegiatan belajar kelompok dan evaluasi pada siklus I berakhir, kemudian guru
memberitahukan kepada siswa bahwa penghargaan terhadap kuis yang telah dilakukan
akan diberikan pada pertemuan berikutnya dan penghargaan akan diberikan kepada
kelompok yang mempunyai skor terbanyak.
h) Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
i) Menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi dan Intrepretasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada
mata pelajaran Akuntansi dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran dengan
adanya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD). Pertemuan pertama dimulai pada hari Selasa tanggal 23 Februari 2010 di kelas
XI IPS 1. Metode pembelajaran yang diterapkan pada pertemuan pertama lebih
didominasi metode ceramah, karena materi yang diajarkan membutuhkan pemahaman
konsep dan penjelasan menyeluruh dari guru, selain itu guru juga memberikan contoh
tentang cara menyusun laporan laba-rugi dengan menuliskan terlebih dahulu format
laporan laba-rugi di papan tulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa mengetahui
cara menyusun laporan keuangan, mempunyai pemahaman konsep tentang akun-akun
apa saja yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan dan melatih siswa terampil
dalam menyusun laporan keuangan. Pada saat guru menerangkan sebagian siswa sudah
fokus terhadap penjelasan dari guru tetapi beberapa siswa yang duduk di bagian belakang
masih mengobrol sendiri dengan teman semejanya dan kurang memperhatikan penjelasan
dari guru. Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010,
guru mengulang materi pada pertemuan sebelumnya dan menyuruh siswa untuk duduk
berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya dan
mendiskusikan soal diskusi yang telah disiapkan oleh guru. Pada saat diskusi berlangsung
siswa terlihat antusias dalam belajar, hal ini terlihat dari kerjasama siswa pada masing-
masing kelompok dalam menyelesaikan soal diskusi. Tetapi masih ada juga satu
kelompok yang kurang aktif dalam berdiskusi yaitu kelompok 6. Hal ini terlihat dari tidak
semua anggota kelompok ikut berperan aktif dalam berdiskusi. Setelah waktu untuk
diskusi kelompok berakhir maka salah satu kelompok harus mempresentasikan hasil
diskusi, kemudian guru mempersilakan kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi. Pada waktu itu guru harus menunggu siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, akan tetapi tidak ada satupun siswa yang bersedia
mempresentasikan hasil diskusi sehingga guru menunjuk salah satu kelompok yaitu
kelompok dari Aditya Denny untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pada pertemuan
ketiga hari Sabtu tanggal 13 Maret 2010 digunakan oleh guru untuk evaluasi akhir dari
siklus I dengan kuis/ulangan harian dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar
siswa. Pada saat pelaksanaan kuis siswa mengerjakan soal dengan baik dan mandiri, akan
tetapi masih ada beberapa siswa yang bertanya kepada temannya. Dari kegiatan tersebut
deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement
Divisions) sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan siklus I.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata
kelas pada siklus 1. Sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD
rata-rata kelas 62,70 namun setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
STAD rata-rata kelas menjadi 74,20. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas
standar ketuntasan 63 sebanyak 38 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 44 atau dengan
kata lain indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai, yaitu 86,36% siswa telah
memperoleh nilai di atas 63 dari 75% target yang direncanakan.
Berdasarkan observasi dan analisis tindakan pada siklus I, peneliti melakukan
refleksi sebagai berikut:
1) Guru belum dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada saat itu sehingga masih
banyak siswa yang kurang paham terhadap materi, ketika guru sedang menerangkan
materi sebagian besar siswa diam, mendengarkan dan tidak berani bertanya
mengenai materi yang telah dijelaskan. Guru menganggap bahwa siswa sudah
memahami materi yang dijelaskan, akan tetapi pada kenyataanya ketika guru
menyuruh siswa untuk mengerjakan soal sebagian besar siswa belum paham
terhadap materi sehingga mereka kesulitan saat mengerjakan soal.
2) Masih terdapat kelompok yang bersikap tidak koperatif dalam diskusi, hal ini dapat
dilihat dari kekurangaktifan antara anggota kelompok satu dengan yang lainnya
dalam membahas dan mengerjakan soal diskusi.
3) Siswa belum berani untuk mempresentasikan hasil diskusi sehingga guru harus
menunjuk terlebih dahulu salah satu perwakilan dari kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat
dilakukan adalah:
1) Pada saat mempresentasikan materi guru harus memastikan siswa telah memahami materi
atau belum dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum jelas setelah itu baru beralih ke konsep atau penjelasan selanjutnya.
2) Guru harus melakukan pendekatan dan motivasi kepada semua siswa terutama siswa yang
kurang aktif pada saat pembelajaran sehingga siswa lebih terpacu semangatnya dalam
belajar.
3) Guru harus lebih tegas dalam menginstruksikan kepada siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi sehingga siswa berani dan bersedia untuk mempresentasikan hasil diskusi
secara sukarela tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi dan
lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus I maka dilaksanakan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Maret 2010 di
ruang guru SMA N Gondangrejo Karanganyar. Guru dan peneliti mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Guru dan peneliti sepakat bahwa
pelaksanaan tindakan pada Siklus II akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 30 Maret 2010, tanggal 6 dan 10 April 2010. Tahap perencanaan tidakan meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran mata pelajaran
Akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperati tipe Sudent Teams-
Achievement Divisions (STAD) yaitu dengan skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama (30 Maret 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan
cara memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(3) Guru mengulang sedikit tentang jawaban dari kuis pada siklus I kemudian
memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai skor tertinggi.
(4) Guru menerangkan materi tentang Laporan Perubahan Modal dan Neraca.
(5) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami
kemudian guru menunjuk siswa secara acak dalam memberikan pertanyaan.
(6) Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk mempelajari materi yang telah
diajarkan.
(7) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
b) Pertemuan Kedua (6 April 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
(3) Guru mengulang sedikit materi pada pertemuan sebelumnya yaitu Laporan Laba-
Rugi.
(4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami dan memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa dengan tujuan
agar siswa selalu siap dalam menjawab soal.
(5) Guru memberikan instruksi siswa untuk duduk berkelompok sesuai kelompok yang
telah dibentuk, dalam siklus II anggota-anggota tiap kelompok sama dengan Siklus I.
(6) Guru memberikan lembar soal untuk tiap kelompok sebagai bahan diskusi
kelompok. Guru meminta setiap kelompok untuk mengerjakan latihan soal yang
telah diberikan.
(7) Guru dan peneliti mengawasi berlangsungnya kegiatan diskusi dan memberikan
penjelasan kepada kelompok yang mengalami kesulitan pada saat mengerjakan
soal. Guru bersama peneliti berkeliling kelas dan mendatangi masing-masing
kelompok yang sedang berdiskusi dengan memberikan pujian bagi kelompok yang
aktif dan terus memberikan motivasi kepada siswa.
(8) Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi berakhir, guru mempersilakan salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
(9) Guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah diajarkan.
(10) Guru memberitahu siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan kuis atau
ulangan harian.
(11) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
c) Pertemuan Ketiga (10 April 2010)
(1) Salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa.
(2) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan
cara memberikan motivasi kepada siswa sebelum mengerjakan kuis, hal ini
dilakukukan agar siswa mengerjakan kuis dengan bersungguh-sunguh, mandiri dan
percaya diri.
(3) Guru memberi kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri sebelum mengerjakan
kuis atas materi yang telah dipelajari yaitu laporan perubahan modal dan neraca.
(4) Guru memberikan kuis/ulangan tentang laporan perubahan modal dan neraca.
(5) Guru dan peneliti membagikan soal kuis dan meminta siswa mengerjakan kuis
secara mandiri dan percaya diri.
(6) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan tujuan agar
siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja sama dengan temannya.
(7) Guru dan peneliti mengawasi jalannya kuis agar siswa mengerjakan kuis secara
mandiri dan hasil kuis mencerminkan kemampuan siswa. Guru dan peneliti
meminta lembar jawaban dari kuis yang telah dikerjakan.
(8) Guru membertahukan siswa bahwa penghargaan terhadap kelompok yang
mempunyai skor tertinggi akan diberikan pada pertemuan berikutnya.
(9) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
(10) Menutup pelajaran dengan salam.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi Laporan
Perubahan Modal dan Neraca dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
3) Guru dan peneliti membuat instrumen penelitian yaitu berupa tes dan nontes.
Instrumen tes berupa hasil pekerjaan siswa/kuis dan instrumen non-tes berupa lembar
observasi dan pedoman wawancara tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan seperti yang telah
direncanakan yaitu tanggal 30 Maret 2010, 6 dan 10 April 2010 dengan materi laporan
perubahan modal dan neraca. pertemuan pertama guru mempresentasikan materi laporan
perubahan modal dan neraca dengan menggunakan metode ceramah. Pertemuan kedua
digunakan untuk mendiskusikan soal yang telah disiapkan oleh guru dan pertemuan
ketiga digunakan untuk evaluasi yang berupa kuis untuk mengetahui pencapaian prestasi
belajar siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama (30 Maret 2010)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam kemudian melakukan presensi siswa yang
mengikuti pelajaran.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan
memberikan motivasi dan peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan guru
pada saat awal pembelajaran.
c) Guru mengulas sedikit jawaban dari kuis/ulangan pada siklus I dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
d) Guru menerangkan materi secara jelas tentang Laporan Perubahan Modal dan Neraca.
Pada saat menjelaskan materi guru memberikan contoh tentang langkah-langkah
menyusun Laporan Perubahan Modal dan Neraca dengan menuliskannya di papan tulis.
Disela-sela penyampaian materi guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
yang dilakukan secara acak. Siswa yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan secara
acak sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Mayoritas siswa sudah
memperhatikan dan berkonsentrasi pada saat menerima pelajaran.
e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami kemudian menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Siswa
yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan sudah bisa menjawab pertanyaan dengan
benar.
f) Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk mempelajari materi yang telah
diajarkan.
g) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
2) Pertemuan Kedua (6 April 2010)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan presensi
siswa yang mengikuti pelajaran.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi dan peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan guru pada
saat awal pembelajaran.
c) Guru mengulang sedikit materi yang terdahulu yang ada kaitannya dengan materi yang
akan diajarkan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa agar guru mengetahui
pemahaman siswa tentang materi sebelumnya. Pada kesempatan ini siswa cukup antusias
dan aktif dalam menjawab pertanyaan, hal ini terbukti pada saat guru memberikan
pertanyaan sebagian besar siswa menjawab pertanyaan dari guru secara tepat dan
serempak.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami kemudian menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Siswa yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
e) Guru memberikan lembar soal untuk setiap kelompok.
f) Guru meminta semua kelompok untuk mengerjakan latihan soal yang telah diberikan.
Siswa yang sudah memahami materi dan bisa mengerjakan soal, harus mengajari teman
dalam kelompoknya sampai teman dalam satu kelompok mengerti dan memahami soal-
soal yang telah dikerjakan. Hal ini bertujuan agar semua anggota dalam setiap kelompok
memahami materi yang telah dipelajari.
g) Guru mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Salah
satu siswa perwakilan dari kelompok 3 yaitu Mei Ika Purwanti secara sukarela bersedia
untuk mempresentasikan hasil diskusi.
h) Guru membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
i) Guru memberitahu siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan kuis/ulangan.
j) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
3) Pertemuan Ketiga (10 April 2010)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan presensi
siswa yang mengikuti pelajaran.
b) Guru menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa sebelum mengerjakan kuis agar siswa mengerjakan
kuis dengan sungguh-sungguh, mandiri dan percaya diri.
c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri sebelum
mengerjakan kuis atas materi yang yang telah dipelajari yaitu laporan perubahan modal
dan neraca.
d) Guru memberikan kuis/ulangan harian tentang Laporan Perubahan Modal dan Neraca.
e) Guru dan peneliti membagikan soal kuis dan meminta siswa untuk mengerjakannya
secara mandiri dan percaya diri.
f) Siswa mengerjakan soal kuis sampai waktu yang ditentukan berakhir, sedangkan guru dan
peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan tujuan agar siswa mengerjakan
kuis secara individual dan tidak bekerja sama dengan temannya. Guru bersama peneliti
berkeliling kelas agar tidak ada siswa yang mencoba bertanya jawaban kepada temannya.
Pelaksanaan evaluasi pada Siklus II ini berjalan tertib bila dibandingkan dengan Siklus I, hal
ini terbukti dari suasana kelas yang tenang dan tidak ada siswa yang berbuat curang pada
saat evaluasi berlangsung.
g) Guru dan peneliti meminta lembar jawaban dari kuis yang telah dikerjakan.
h) Guru memberitahu siswa bahwa penghargaan terhadap kuis yang telah dilakukan akan
diberikan pada pertemuan berikutnya.
i) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya.
j) Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada mata
pelajaran Akuntansi dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran dengan adanya model
pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Peneliti bertindak sebagai guru
sehingga dapat secara langsung mengamati kelas dan perkembangan siswa. Peneliti juga
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Akuntansi dalam melakukan observasi. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Maret 2010 di kelas XI IPS 1, metode
pembelajaran yang diterapkan pada pertemuan pertama lebih didominasi metode ceramah dan
tanya jawab. Pada saat guru menerangkan sebagian siswa sudah fokus terhadap penjelasan dari
guru dan siswa sudah berani untuk bertanya kepada guru apabila ada materi yang belum jelas.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010, guru mengulang materi
pada pertemuan sebelumnya dan memberi instruksi kepada siswa untuk duduk berdasarkan
kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan soal diskusi yang telah disiapkan oleh guru.
Ketika diskusi berlangsung siswa lebih antusias dalam belajar, hal ini terlihat dari kerjasama
siswa pada masing-masing kelompok dalam menyelesaikan soal diskusi. Siswa sudah aktif
bertanya kepada teman satu kelompoknya yang sudah memahami materi dan bisa mengerjakan
soal diskusi, setelah waktu yang ditentukan untuk berdiskusi berakhir maka salah satu kelompok
harus mempresentasikan hasil diskusi, siswa secara sukarela bersedia untuk mempresentasikan
hasil diskusi tanpa ditunjuk oleh guru. Pada pertemuan ketiga hari Sabtu tanggal 13 Maret 2010
digunakan oleh guru untuk evaluasi akhir dari siklus II dengan kuis/ulangan harian dengan tujuan
untuk mengetahui pencapaian prestasi belajar siswa. Pada saat pelaksanaan kuis, siswa
mengerjakan soal dengan baik dan mandiri, hal ini disebabkan karena guru berkeliling kelas
untuk memantau siswa dalam mengerjakan soal kuis/ulangan. Dari kegiatan tersebut deskripsi
jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams-Achievement Divisions) sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan
tindakan siklus II.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement-Divisions)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Siswa sudah jelas dan
paham mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement-Divisions) karena siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif, rata-
rata nilai kuis siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebanyak 95,45% siswa dinyatakan
tuntas karena pencapaian prestasi belajar mereka di atas batas tuntas nilai, yaitu 63. Dari hasil
refleksi pada siklus II diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement-Divisions) dinilai telah berhasil dan memuaskan sehingga tidak perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan
analisis sebagai berikut:
1) Guru sudah bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk memperhatikan
presentasi guru saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
2) Keaktifan siswa mengalami peningkatan saat proses pembelajaran berlangsung.
Siswa lebih aktif dalam berdiskusi dan tidak malu lagi bertanya kepada guru
mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
3) Siswa secara sukarela bersedia untuk mempresentasikan hasil diskusi tanpa harus
ditunjuk guru.
Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan analisis yang
telah dilakukan adalah:
1) Guru harus dapat melakukan pendekatan kepada siswa, hal ini bertujuan agar guru
dapat mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model pembelajaran pada saat
mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
D. Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams- Achievement
Divisions) bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan dengan
menerapkan dua siklus pembelajaran menggunakan model yang sama pada tiap siklusnya, yaitu
model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Setiap siklus yang
diterapkan pada proses pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan
prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 5. Tabel Hasil Penelitian
Nilai Rata-Rata Kelas
Sebelum Penerapan Siklus I Siklus II
62,72
74,20
78,40
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II
Nil
ai
ra
ta-r
ata
k
ela
s
Siklus II
Siklus I
Sebelum Tindakan
Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian
Penilaian prestasi belajar siswa pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dilakukan melalui pemberian kuis atau ulangan di akhir
siklus, sedangkan penilaian prestasi belajar siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) diperoleh dari nilai ulangan harian.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah
62,72. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih tergolong rendah sebab banyak
siswa yang belum mencapai nilai 63 sebagai nilai batas tuntas keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai
ulangan siswa disebabkan siswa kurang memahami sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan
siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, selain itu siswa merasa cepat bosan
saat karena pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru dan kurang berpusat pada siswa
sehingga pembelajaran kurang inovatif.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada
mata pelajaran Akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini terbukti pada nilai
kuis/ulangan diakhir siklus I nilai rata-rata kelas siswa sebesar 74,20 sehingga terjadi peningkatan nilai
rata-rata kelas siswa dari sebelum adanya penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) yaitu sebesar 11,48 (nilai rata-rata kelas siswa sebelum siklus 62,72 dan nilai rata-rata
kelas siswa pada siklus I 74,20). Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi yang
diberikan oleh guru dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD). Pada siklus II nilai rata-rata kelas siswa sebesar 78,40 sehingga terjadi
peningkatan nilai rata-rata kelas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 4,20 (nilai rata-rata kelas siswa
pada siklus I 74,20 dan nilai rata-rata kelas siswa pada siklus II 78,40).
Peningkatan prestasi belajar siswa juga dapat dilihat dari pencapaian ketuntasan hasil
belajar siswa dalam mengikuti kuis atau ulangan di akhir siklus. Pencapaian ketuntasan hasil
belajar siswa dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut:
Tabel 6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kriteria
Jumlah Siswa Persentase
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II
Tuntas 28 38 42 63,64 % 86,36 % 95,45%
Tidak Tuntas 16 6 2 36,36 % 13,64 % 4,55%
(Sumber: data primer yang diolah, 2010)
Gambar 4. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari nilai Ulangan Harian siswa sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) terlihat bahwa jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan sebanyak 28 siswa dari 44
siswa (63,64%) sedangkan jumlah siswa yang tidak mencapai batas tuntas sebanyak 16 siswa
dari 44 siswa (36,36%). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai
nilai 63 yang merupakan nilai batas ketuntasan siswa. Berdasarkan nilai kuis pada siklus I,
ketuntasan hasil belajar yang tercapai sebanyak 38 siswa dari 44 siswa (86,36%) mendapatkan
nilai di atas 63 dari 75% target yang direncanakan, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas
hanya 6 siswa dari 44 siswa (13,64%), sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai
batas tuntas sebanyak 38 siswa dari 44 siswa (95,45%) mendapatkan nilai di atas 63 dari 75%
target yang direncanakan, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 2 siswa dari 44 siswa
(4,55%). Hal ini menunjukan bahwa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sebelum
Penerapan
Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) berdampak pada prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Akuntansi yang dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa. Dampak positif dari
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
adalah menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi, siswa
lebih antusias dalam menyelesaikan soal melalui diskusi dan siswa lebih memahami materi yang
dipelajari karena siswa yang lebih tahu, lebih pinter harus memberi tahu teman dalam kelompok
belajarnya, selain itu prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan
dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
interpretasi, (4) analisis dan refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai
siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui
kondisi yang ada di kelas XI IPS 1 SMA N Gondangrejo Karanganyar dengan cara observasi dan
wawancara baik dengan guru kelas maupun dengan siswa. Dari hasil survei ini, peneliti
menemukan bahwa prestasi belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA N Gondagrejo
Karanganyar masih belum optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru
kelas dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Setelah mengadakan diskusi dengan guru, selanjutnya peneliti dibantu guru menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam siklus I tindakan kelas.
Sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan guru mata pelajaran Akuntansi, maka materi pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah Laporan Laba-Rugi. Guru mempresentasikan materi
tentang Laporan Laba-Rugi dengan jelas kemudian siswa diberi latihan soal untuk didiskusikan
dengan kelompoknya dan diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam
menyelesaikan soal diskusi guru membagi siswa dalam 9 kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa yang berbeda kemampuan akademiknya, hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar
kooperatif dengan siswa yang lain. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar
mengajar pada mata pelajaran Akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan
kelemahan, yaitu siswa belum bisa bekerja sama secara optimal pada saat diskusi berlangsung
dan masih banyak siswa yang belum berani mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman
dan guru. Oleh karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana pembelajaran siklus II
untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran Akuntansi yang terjadi pada
siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II adalah menyusun Laporan Perubahan Modal dan
Neraca. Dalam siklus ke II ini, semua anggota kelompok harus bekerja sama dalam
menyelesaikan soal, hal ini bertujuan agar semua anggota dalam satu kelompok ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan soal dan tidak hanya mencontoh pekerjaan dari teman satu
kelompoknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh data bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) tidak hanya
ceramah materi namun juga terdapat diskusi kelompok. Pada metode sebelumnya yaitu ceramah,
siswa hanya diberi penjelasan kemudian tanya jawab tentang materi yang belum dipahami dan
dimengerti. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD), siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena dilibatkan secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih mudah memahami materi. Selain
itu, siswa juga diajarkan untuk bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan latihan soal. Pada
saat belajar kelompok, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa lebih leluasa
untuk bertanya langsung kepada guru dan teman dalan satu kelompok tentang hal-hal yang
belum dipahami.
Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah siklus I dan siklus II
diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa juga mengungkapkan bahwa prestasi belajar mereka
mengalami peningkatan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh keterangan
bahwa peran serta siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan sehingga prestasi
belajar siswa juga meningkat.
Berdasarkan data siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang
selalu mengalami peningkatan. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran
Akuntansi, hal ini terbukti dari peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
peningkatan pemahaman siswa dan peningkatan prestasi belajar siswa. Keberhasilan
pembelajaran pada mata pelajaran Akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Siswa lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran
Akuntansi sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
2. Siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru, hal ini dikarenakan siswa dapat
leluasa menanyakan secara langsung hal-hal yang belum dipahami dan dimengerti kepada
guru dan teman satu kelompoknya.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian pencapaian prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar siswa dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian
prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 63. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum siswa telah memahami materi dengan baik pada saat pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD).
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
1. Simpulan
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada
penelitian ini telah dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama 5 x 45 menit
(3 kali pertemuan), yaitu penyampaian materi pada pertemuan yang berlangsung selama 2 x 45
menit, diskusi kelompok pada pertemuan kedua yang berlangsung selama 2 x 45 menit dan pemberian
kuis/ulangan pada pertemuan ketiga yang berlangsung selama 45 menit. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) telah dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa meningkat dari sebelumnya,
peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II dan jumlah siswa yang mencapai batas
ketuntasan. Pada siklus I nilai ulangan harian siswa berkisar antara 55-90 dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 74,20 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari sebelum adanya
tindakan yaitu sebesar 11,48 (nilai rata-rata sebelum siklus 62,72 dan nilai rata-rata siklus I
74,20). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 38 siswa dari 44 siswa (86,36%)
mendapatkan nilai di atas 63 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai ulangan
harian siswa berkisar antara 55-100 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,40 sehingga terjadi
peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 4,20 (rata-rata nilai siklus I
74,20 dan rata-rata nilai siklus II 78,40). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 42
siswa dari 44 siswa (95,45%) mendapatkan nilai di atas 63 dari 75% target yang direncanakan.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diajak untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran. Siswa mempunyai kesempatan untuk mempelajari materi secara
berulang-ulang dan kemudahan memahami materi yang dapat dirasakan dari kemudahan
penyampaian materi oleh teman sebaya, selain
itu siswa juga dituntut untuk bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya.
Dengan menggunakan variasi pembelajaran diskusi kelompok, membuat siswa merasakan
suasana belajar yang menyenangkan dan lebih mudah memahami materi yang dipelajari sehingga
prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas dalam penelitian tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD),
maka implikasi yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses
pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-
faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa, faktor dari pihak guru antara lain
kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan materi, kemampuan guru dalam
mengembangkan model dan metode pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung, serta kemampuan guru dalam meningkatkan minat
dan semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Faktor yang berasal dari siswa antara
lain kesadaran, minat, antusias belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus diupayakan
secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan baik maka guru
dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik
apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi dan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.
2. Implikasi Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat digunakan guru mata pelajaran Akuntansi atau mata pelajaran lain sebagai pertimbangan
untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang
disesuaikan juga dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadikan
siswa lebih aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar melalui kegiatan diskusi. Hal ini membuat
siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena pembelajaran dirasakan
lebih menarik dan menyenangkan.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Sekolah:
Kepala sekolah lebih memotivasi guru untuk selalu mengembangkan model dan metode
pembelajaran yang merangsang siswa untuk aktif sehingga lebih mudah dalam memahami
materi pelajaran.
2. Bagi Guru:
a. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Guru hendaknya mengembangkan model dan metode pembelajaran yang dapat mendorong
siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
c. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian dan motivasi
siswa untuk memahami materi yang disajikan.
d. Kerja sama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan agar suasana
pembelajaran menjadi lebih kodusif sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi
pembelajaran.
3. Bagi siswa:
a. Siswa hendaknya meningkatkan kerja sama dalam arti yang positif, baik dengan guru
maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
b. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran.
c. Siswa hendaknya tidak menganggap pusat informasi adalah guru, namun bisa berasal dari
teman, buku, televisi maupun internet.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Suprijono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. New York. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas 2004. Panduan penyusunan dan laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi.
Dewi Kusumawardani. 2009. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdiknas
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi Aksara
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Press
Yoga Firdaus. 2005. Pelajaran Akuntuntansi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinnya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Suharsimi Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Sutratinah Tirtonegoro. 2006. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Instruksional. Bandung: CV. Remadja Karya
Ansoff, Igor H. 1980. Strategic Issue Management. Strategic Management Journal. Vol. 1 (2):
131-148.