i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPESTRUCTURED DYADIC METHODS(SDM) UNTUKMENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MENGGUNAKAN ALATUKUR TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS X DI
SMK MA’ARIF 9 KLIRONG
SKRIPSIDisusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
OlehApriaji
NIM 092170048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIFFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Structured Dyadic Methods (SDM)Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Alat Ukur
Teknik Kendaraan Ringan Kelas X Di SMK Ma’arif 9 Klirong
OlehApriaji
NIM 092170048
Skripsi ini telah disetujui untukdipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Suyitno, M.Pd. Widyatmoko, M.PdNIDN.0627108403 NIDN.0601127902
MenyetujuiKetua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
Arif Susanto, M.Pd.NIDN.0606088301
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPESTRUCTURED DYADIC METHODS UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADAMATA PELAJARAN MENGGUNAKAN
ALAT UKUR TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS X DISMK MA’ARIF 9 KLIRONG
OlehApriaji
NIM 092170048
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji SkripsiUniversitas Muhammadiyah Purworejo
Pada tanggal: 29 Januari 2014
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Bambang Sudarsono, M. PdNIDN.0626018503(Penguji Utama) …………………….
Suyitno, M. PdNIDN.0627108403(Penguji I/Pembimbing I) …………………….
Widiyatmoko,M. PdNIDN.0606088301(Penguji II/Pembimbing II) …………………….
Purworejo, Januari 2014MengetahuiDekan FKIP
Drs, Hartono, M.MNIP.19540105 198103 1 002
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPESTRUCTURED DYADIC METHODS UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADAMATA PELAJARAN MENGGUNAKAN
ALAT UKUR TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS X DISMK MA’ARIF 9 KLIRONG
OlehApriaji
NIM 092170048
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji SkripsiUniversitas Muhammadiyah Purworejo
Pada tanggal: 29 Januari 2014
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Bambang Sudarsono, M. PdNIDN.0626018503(Penguji Utama) …………………….
Suyitno, M. PdNIDN.0627108403(Penguji I/Pembimbing I) …………………….
Widiyatmoko,M. PdNIDN.0606088301(Penguji II/Pembimbing II) …………………….
Purworejo, Januari 2014MengetahuiDekan FKIP
Drs, Hartono, M.MNIP.19540105 198103 1 002
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPESTRUCTURED DYADIC METHODS UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADAMATA PELAJARAN MENGGUNAKAN
ALAT UKUR TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS X DISMK MA’ARIF 9 KLIRONG
OlehApriaji
NIM 092170048
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji SkripsiUniversitas Muhammadiyah Purworejo
Pada tanggal: 29 Januari 2014
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Bambang Sudarsono, M. PdNIDN.0626018503(Penguji Utama) …………………….
Suyitno, M. PdNIDN.0627108403(Penguji I/Pembimbing I) …………………….
Widiyatmoko,M. PdNIDN.0606088301(Penguji II/Pembimbing II) …………………….
Purworejo, Januari 2014MengetahuiDekan FKIP
Drs, Hartono, M.MNIP.19540105 198103 1 002
iv
ABSTRAK
Apriaji, 092170048. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Structured DyadicMethods (SDM) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada MataPelajaran Menggunakan Alat Ukur Teknik Kendaraan Ringan Kelas X di SMKMa’arif 9 Klirong. Program Studi Pendidikan Otomotif. Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar siswapada materi mengunakan alat ukur dasar otomotif kelas X Teknik KendaraanRingan di SMK Ma’arif 9 Klirong dengan penerapan model pembelajaranStructured Dyadic Methods (SDM).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukandua siklus dengan menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods(SDM). Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X TKR 3 SMK Ma’arif 9Klirong, yang berjumlah 39 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki semua. Teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,dokumentasi, dan tes. Teknik analisis datanya yang digunakan adalah analisisdeskriptif.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh dengan model pembelajaranStructured Dyadic Methods (SDM) siswa menjadi lebih aktif dalam prosespembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa hasil presentasesiswa yang tuntas pada siklus I sebesar 53,84% sebanyak 21 siswa dengan nilairata-rata adalah 72,71. Presentase siswa yang tuntas pada siklus II sebesar 100%sebanyak 39 siswa dengan nilai rata-rata 84,41. Terjadi peningkatan siswa yangtuntas dari siklus I ke siklus II sebesar 46,16%. Terjadi peningkatan nilai rata-ratapost test siklus I ke post test siklus II sebesar 11,70. Penerapan model StructuredDyadic Methods (SDM) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Model Structured Dyadic Methods (SDM), Prestasi Belajar
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Apriaji
NIM : 092170048
Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etnik ilmiah.
Apabila terbukti/ dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil jiplakan, saya bersedia
bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo,..........2014
Yang membuat pernyataan
Apriaji
vi
PERSEMBAHAN
Sebuah penghargaan dari niat yang tulus, alhamdulillah selalu diberi
kemudahan-Nya. Sebuah usaha dari kewajiban dalam agama-Mu (menuntut ilmu),
alhamdulillah telah Engkau lapangkan jalannya.. Ya Allah terima kasih atas
rahmat serta inayahnya kepadaku dan kepada Nabi Muhammad SAW teladanku
dan umatnya yang membawa cahaya di dunia-Mu. Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT, karya sederhana ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta (Abdul R dan Turiyah), yang selalu
memberikan do’a dan kasih sayang, dukungan moral dan material serta
pengorbanan yang tulus.
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
1. Kedua adiku yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi
2. Sahabat-sahabatku semua yang telah memberikan
dukungan, motivasi dan do’a
3. Teman-teman pendidikan teknik otomotif angkatan
2009 serta semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan. Terima Kasih.
vii
MOTTO
“.....Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang beriman diantaramu danorang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...”
(QS, Al-Mujadalah: 11)
Jika Tuhan berkehendak apapun menjadi mungkin. Untuk itu mintalahpada Tuhan, dan jangan mengemis pada manusia.
(Anonymous)
Masa depan menunggu kemampuan kita untuk mengubahnya
(Penulis)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan
segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Structured Dyadic Methods
(SDM) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Alat Ukur Kelas X Teknik
Kendaraan Ringan di SMK Ma’arif 9 Klirong”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah
memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian
dan pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan perhatian dan
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Suyitno, M.Pd selaku pembimbing I dan Widyatmoko, M.Pd selaku
pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan,
memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenallelah serta
mengoreksi skripsi ini dengan penuh teliti, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Arif Susanto, M.Pd dan Bambang Sudarsono, M.Pd selaku dosen validator
yang telah membimbing dan memvalidasi instrumen penelitian.
ix
5. Hasim As’ari, S.Pd.I selaku kepala sekolah SMK Ma’arif 9 Klirong, yang
telah memberikan izin penelitian penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi
6. Warsono, ST selaku Kaprodi Jurusan otomotif SMK Ma’arif 9 Klirong,
yang telah membantu pengumpulan data tentang kurikulum dan
perangkatnya kepada penulis.
7. Nursodik , A.Md selaku guru mata pelajaran Alat Ukur Dasar Otomotif
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian tindakan kelas
di SMK Ma’arif 9 Klirong.
8. Seluruh guru dan karyawan di SMK Ma’arif 9 Klirong yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Kedua orang tua dan berbagai pihak yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan
Teknik otomotif ini.
Purworejo, ............2014
Penyusun,
Apriaji
x
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. iPERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iiiABSTRAK ................................................................................................. ivPERNYATAAN......................................................................................... vPERSEMBAHAN...................................................................................... viMOTTO ..................................................................................................... viiKATA PENGANTAR ............................................................................... viiiDAFTAR ISI.............................................................................................. xDARTAR TABEL ..................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiiiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1A. Latar Belakang ....................................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5C. Batasan Masalah .................................................................... 7D. Rumusan Masalah .................................................................. 7E. Tujuan Penelitian ................................................................... 8F. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA........... ......................................................... 10A.Kajian Teori ........................................................................... .. 10
1. Hakikat Belajar ................................................................. 102. Pengertian Pembelajaran ................................................... 113. Pengertian Pembelajaran Aktif ......................................... 154. Pembelajaran Kooperatif .................................................. 185. Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Dyadic Methods
(SDM) ..............................................................................6. Prestasi Belajar ................................................................. 21
B. Tinjauan Pustaka ........................................................ ........... 24C. Kerangka Pikir ....................................................................... 25D. Hipotesis Tindakan ............................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 27A. Waktu Penelitian .................................................................... 27B. Tempat Penelitian .................................................................. 27
xi
C. Jenis Penelitian ....................................................................... 27D. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 28E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 29F. Instrumen Penelitian .............................................................. 30G. Prosedur Penelitian ................................................................ 34H. Teknik Analisis Data .............................................................. 36I. Indikator Keberhasilan ........................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 40A. Deskripsi Data ........................................................................ 40
1. Gambaran Umum SMK Ma’arif 9 Klirong ..................... 402. Perkembangan SMK Ma’arif 9 Klirong .......................... 423. Deskripsi Hasil Observasi Awal ...................................... 434. Laporan Penelitian ........................................................... 45
B. Analisis Data ........................................................................ 50C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62A. Simpulan ................................................................................. 62B. Saran ........................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64LAMPIRAN............................................................................................... 66
xii
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1. Lembar Observasi/Pengamatan .................................................... 31Tabel 2. Soal Pre Test dan Post Test Siklus I ............................................ 32Tabel 3. Post Test Siklus II ........................................................................ 32Tabel 4. Presentase Nilai Pre Test .............................................................. 51Tabel 5. Presentase Nilai Post Test Siklus I ............................................... 52Tabel 6. Presentase Nilai Post Test Siklus II ............................................. 54Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Test Siswa Tiap Siklus .................................. 56
xiii
DAFTAR GAMBARHalaman
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan .................................................... 28Gambar 2. Presentase Nilai Pre Test dan Post Test Siklus I .................... 53Gambar 3. Presentase Nilai Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II .... 55Gambar 4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ........................ 56
xiv
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I........................ 67Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...................... 70Lampiran 3. Materi Alat Ukur ................................................................. 73Lampiran 4. Soal Pre Test Siklus I ........................................................... 80Lampiran 5. Kuci Jawaban Pre Test Siklus I............................................ 87Lampiran 6. Soal Post Test Siklus I .......................................................... 88Lampiran 7. Kunci Jawaban Post Test Siklus I......................................... 96Lampiran 8. Soal Post Test Siklus II......................................................... 97Lampiran 9. Kunci Jawaban Post Test Siklus II ....................................... 104Lampiran 10. Jawaban Pre Test Siklus I .................................................. 105Lampiran 11. Jawaban Pre Test Siklus I .................................................. 106Lampiran 12. Jawaban Post Test Siklus I ................................................ 107Lampiran 13. Jawaban Post Test Siklus I ................................................ 108Lampiran 14. Jawaban Post Test Siklus II .............................................. 109Lampiran 15. Jawaban Post Test Siklus II ............................................... 110Lampiran 16. Catatan Lapangan Siklus I ................................................. 111Lampiran 17. Catatan Lapangan Siklus II ............................................... 113Lampiran 18. Hasil Wawancara Observasi .............................................. 115Lampiran 19. Lembar Pengamatan Observasi Siklus I ............................ 117Lampiran 20. Lembar Pengamatan Observasi Siklus II .......................... 118Lampiran 21. Daftar Hadir Siswa Kelas X TKR 3 .................................. 119Lampiran 22. Daftar Nilai Siswa Siklus I ................................................ 121Lampiran 23. Daftar Nilai Siswa Siklus II ............................................... 125Lampiran 24. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ................................. 123Lampiran 25. Surat Keterangan Validasi ................................................. 125Lampiran 26. Surat KeteranganValidasi .................................................. 126Lampiran 27. Surat Permohonan Izin Penelitian ..................................... 127Lampiran 28. Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian .................. 129Lampiran 29. Foto Kegiatan Penelitian ................................................... 130Lampiran 30. Silabus Alat Ukur .............................................................. 133Lampiran 31. Kartu Bimbingan Skripsi .................................................... 138
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan
manusia. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berpengaruh terhadap perkembangan sistem pembelajaran yang berkualitas
dan bermutu. Untuk mendapatkan hasil belajar yang berkualitas dan
bermutu perlu dilakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan dalam
sistem pembelajaran tersebut. Berlakunya Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang sarat dengan
tuntutan yang sangat mendasar karena harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi segala tantangan. Salah satu
upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut diantaraya
yaitu dengan mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 02
April 2013 di kelas X SMK Ma’arif 9 Klirong, terdapat beberapa
permasalahan dalam mata pelajaran diantaranya yaitu rendahnya motivasi
atau semangat dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang
selama ini dilaksanakan cenderung berpusat pada guru dengan metode
ceramah dan tanya jawab. Pada pengamatan proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas tersebut, terdapat beberapa siswa yang tidak
2
memperhatikan guru, dan sebagian siswa lain bercanda dengan
teman sebangku, hal ini terasa menganggu proses pembelajaran. Demikian
juga yang dikemukakan oleh guru mata diklat lain, siswa kurang perhatian
ketika belajar dalam kelompok. Selama proses pembelajaran siswa
cenderung kurang memiliki motivasi belajar sehingga prestasi belajar yang
diharapakan dalam proses belajar mengajar tidak tercapai secara optimal.
Sehingga prestasi belajar siswa masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi.
Salah satu mata pelajaran dasar di SMK adalah menggunakan alat-
alat ukur dasar otomotif. Mata pelajaran dasar ini penting karena akan
dipergunakan banyak dalam otomotif salah satunya untuk pengukuran
komponen-komponen mesin, baik mesin mobil maupun sepeda motor.
Mata pelajaran ini bertujuan agar siswa mampu membaca dan
menggunakan alat-alat ukur otomotif dasar yang selanjutnya digunakan
dalam pengukuran otomotif terutama pengukuran komponen-komponen
mesin otomotif. Pengetahuan dasar tentang menggunakan alat-alat ukur
dasar otomotif ini diperlukan siswa agar dapat mengatasi berbagai masalah
terutama dalam hal pengukuran.
Siswa diharapkan untuk dapat menguasai materi tersebut dengan
mengangkap dan mencerna materi yang diberikan dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah. Keberhasilan siswa dalam penguasaan materi ini
ditunjukan dengan hasil evaluasi yang diberikan setelah berakhirnya
penyampaian seluruh materi. Hasil dari evaluasi untuk mengetahui
3
penguasaan materi oleh siswa tersebut tidak selamanya menunjukan
hasil yang memuaskan.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lebih
menekankan pada student oriented yang membuat guru harus lebih kreatif
dalam menentukan dan memilih serta menerapkan metode, pendekatan
serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan metode,
pendekatan dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pengajarannya. Metode, pendekatan dan metode pembelajaran yang harus
digunakan harus seefektif mungkin sehingga siswa secara aktif
berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran disekolah-sekolah mulai dari tingkat SD sampai dengan
tingkat SLTA, umumnya kita lihat bahwa pelaksanaan pembelajaran di
kelas masih sepenuhnya terpusat kepada guru (teacher center).
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran demi tercapainya tujuan
pendidikan, guru sebagai pendidik diharapkan mampu memilih metode
pembelajaran yang dapat turut serta melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
besar dikalangan peneliti pendidikan dalam rangka meningkatkan
keaktifan yang ada pada akhirnya dapat mencetak sumber daya yang
berkualitas adalah pembelajaran dengan konstruktivitstik. Metode
pembelajaran konstuktivistik ini memperlihatkan bahwa pembelajaran
merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi
masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang diketahui
4
sebelumnya. Hal ini dapat merangsang rasa ingin tahu siswa,
sehingga para siswa dapat lebih termotivasi baik dalam belajar maupun
berprestasi.
Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konstruktivitis adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Stuctured
Dyadic Methods (SDM). Metode ini melibatkan pasangan tutor (peer
tutor), seorang siswa berperan sebagai tutor (guru), dan siswa lain sebagai
ditutor (tutee) atau murid. Tutor menyajikan atau menayakan suatu
masalah kepada tutee. Jika tutee mampu menjawabnya dengan tepat, ia
memperoleh poin. Jika tidak, tutor tidak langsung memberi jawabanya
tetapi mendorong untuk berpikir lagi. Setiap 10 menit, tutor dan tutee
berganti peran. Penghargaan (reward) diberikan kepada pasangan-
pasangan (dyads/pairs) di dalam kelompok tersebut yang mampu
memperoleh point terbanyak setiap harinya.
Selain itu, pembelajaran metode Stuctured Dyadic Methods (SDM)
juga dapat menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting,
bermakna, dan menyenangkan, siswa lebih bertanggungjawab dalam
proses pembelajaran, serta timbulnya sikap positif siswa dalam
mempelajari materi yang disajikan sehingga hasil belajar yang didapatkan
tinggi. Metode pembelajaran Sturctured Dyadic Methods (SDM) lebih
membuat setiap siswa mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa
mempelajari pembelajaran bersama siswa yang lain, saling menjelaskan
5
cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan
masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling
6
memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Selain
siswa yang lebih mudah dalam belajar dan memahami materi pelajaran,
penggunaan metode ini juga sangat membantu guru dalam memantau dan
menilai berbagai aktifitas siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, sehingga guru dapat menilai langsung sikap dan aktifitas
siswanya. Mengingat betapa pentingnya pemilihan strategi pembelajaran
yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal,
terutama siswa kelas X SMK Ma’arif 9 Klirong pada mata pelajaran
menggunakan alat ukur dasar otomotif, karena pada saat observasi peneliti
mendapati prestasi siswa pada mata pelajaran tersebut masih perlu
ditingkatkan lagi, maka masalah tersebut sangat menarik untuk diangkat
dalam penelitian dengan judul penerapan model pembelajaran tipe
Structured Dyadic Methods (SDM) untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran menggunakan alat ukur Teknik Kendaraan
Ringan Kelas X di SMK Ma’arif 9 Klirong.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di SMK Ma’arif 9 Klirong pada saat
observasi yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru masih monoton dan
berpusat dari guru. Sehingga siswa kurang aktif dan mengantuk saat
pembelajaran berlangsung karena hanya mendengarkan saja.
7
2. Pada saat guru memberikan permasalahan dari materi yang telah
disampaikan dengan mengarahkan penyelesaian masalah tersebut
secara berdiskusi, ternyata hanya sebagian kecil siswa yang
melaksanakannya, sedangkan yang lain hanya sibuk di luar kegiatan
belajar mengajar seperti bermain hp, bercanda dengan teman dan
tiduran.
3. Berdasarkan observasi awal dengan melakukan wawancara kepada
guru mata pelajaran alat ukur mengemukakan bahwa hasil belajar
dengan metode ceramah dirasa kurang. Hal ini disebabkan siswa
kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa
membutuhkan strategi baru yang dapat mengaktifkan siswa dalam
kelas dan mempermudah mereka memahami materi, sehingga siswa
tidak merasa bosan dengan strategi yang monoton.
4. Berdasarkan observasi awal dengan melakukan wawancara kepada
guru mata pelajaran tersebut mengemukakan bahwa prestasi belajar
alat ukur dasar otomotif kelas X Teknik Kendaraan Ringan masih
rendah dan perlu ditingkatkan lagi. Rata-rata nilai siswa masih di
bawah KKM.
8
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakaan di atas
terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran, dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam
menentukan prestasi belajar siswa. Model pembelajaraan kooperatif
(Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Metode ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam kelompok.
Untuk menghindari lingkup permasalahan yang terlalu luas dan
beberapa keterbatasan, maka penelitian lebih memfokuskan mengenai
penerapan metode pembelajaran tipe Structured Dyadic Methods (SDM)
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran menggunakan alat ukur Teknik Kendaraan Ringan di SMK
Ma’arif 9 Klirong. Prestasi belajar hanya difokuskan pada aspek kognitif
siswa.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan masalah yang akan dicari pemecahannya sebagai berikut
:
1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran tipe Structured Dyadic Methods (SDM) pada materi
9
menggunakan alat ukur dasar otomotif kelas X Teknik Kendaraan
Ringan di SMK Ma’arif 9 Klirong ?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
menggunakan alat dasar dasar otomotif kelas X Teknik Kendaraan
Ringan di SMK Ma’arif 9 Klirong melalui penerapan metode
pembelajaran tipe Structured Dyadic Methods (SDM) ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh proses pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran tipe Structured Dyadic Methods (SDM) pada
materi menggunakan alat ukur dasar otomotif kelas X Teknik
Kendaraan Ringan di SMK Ma’arif 9 Klirong.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi menggunakan
alat ukur dasar otomotif kelas X Teknik Kendaraan Ringan di SMK
Ma’arif 9 Klirong melalui penerapan metode pembelajaran tipe
Structured Dyadic Methods (SDM).
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
positif dan gambaran bagi penelitian berikutnya, yang ada
10
hubungannya dengan pembelajaran dan prestasi belajar siswa terutama
melalui metode pembelajaran tipe Structured Dyadic Methods (SDM).
Memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-
konsep baru terutama untuk pengembangan bidang ilmu pendidikan
terutama pada mata pelajaran menggunakan alat ukur dasar otomotif.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada guru untuk menyajikan
pembelajaran yang menarik.
b. Memberikan masukan kepada semua pihak, baik sekolah maupun
masyarakat luas untuk menciptakan lingkungan belajar yang
memadai.
c. Memberikan masukan kepada Dinas Depdiknas untuk
kebijaksanaan mengenai manajemen sekolah.
11
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Hamzah B. Uno (2007:54) bahwa “Belajar pada hakikatnya
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan
suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai”. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2012:23) bahwa “Hakikat belajar
adalah perubahan, dan perubahan itu sendiri adalah tujuan yang mau
dicapai sebagai bagian akhir dari aktivitas belajar”. Manusia tanpa belajar,
akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu
dan teknologi yang tidak lain juga merupakan produk kegiataan berpikir
manusia-manusia pendahulunya. Tuntutan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang selalu beurbah merupakan tuntutan kebutuhan
manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya. Dengan demikian, belajar
merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (life long learning).
Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia harus mempunyai
bekal kecakapan hidup (skill of live), yang dapat diperoleh melalui
berbagai proses belajar, seperti belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi
diri sendiri (learning to be my self), dan belajar untuk hidup bersama
(learning to life together). Belajar untuk mengetahui dan melakukan
12
diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif dan
kreatif. Belajar untuk menjadi diri sendiri diharapkan dapat menciptakan
manusia-manusia yang percaya diri pada kemampuan diri sendiri.
Sedangkan belajar untuk hidup bersama diharapkan dapat menciptakan
manusia-manusia yang mempunyai daya saing, daya penyesuaian, dan
daya kerja sama tinggi.
2. Pengertian Pembelajaran
Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Ngalim Purwanto (2011:84)
bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau
keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
pengalaman yang berulang-ulang.
Menurut Gadne yang dikutip Ngalim Purwanto (2011:84) bahwa
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah.
Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus
yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang dikutip Ngalim
Purwanto (2011:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
13
atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip
Ngalim Purwanto (2011:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru
dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau
suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Travers yang dikutip Agus Suprijono (2011:2), “Belajar adalah
proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Menurut Cronbrach yang
dikutip Agus Suprijono (2011:2), “Belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman”. Harold Spears yang dikutip Agus
Suprijono (2011:2), “bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu”.
Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-
ulang. Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau
pengalaman yang berulang-ulang. Belajar menyebabkan seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungannya, memberikan tanggapan terhadap apa
14
yang terjadi disekelilingnya dan membangun relasi baru dengan sesama
serta mengarah pada upaya pembaharuan diri ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian ini seseorang dikatakan belajar bila telah terjadi
perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan :
a. Penguasaan pengetahuan baru atau penambahan pengetahuan yang
telah ada sebelumnya (aspek kognitif)
b. Penguasaan pengetahuan baru atau penyempurnaan keterampilan yang
telah dikuasai sebelumnya (aspek psikomotorik)
c. Pengembangan sikap dan minat baru atau penyempurnaan sikap dan
minat yang telah dimiliki sebelumnya (aspek afektif).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri
individu yang relatif tetap sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya
yang dilakukan secara sadar untuk tujuan peningkatan diri. Perubahan ini
meliputi berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Belajar adalah
kegiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Hasil belajar hanya
bisa diamati jika seseorang menampakan kemampuan yang telah diperoleh
melalui belajar.
Hamzah B. Uno (2007:54) bahwa “Pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses interaksi antar peserta belajar dengan
pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
15
untuk pencapaian tujuan tertentu”. Pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Tujuan pembelajaran dalam
bukunya Sugandi, dkk (2000:25) adalah membantu siswa pada siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah
laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau
norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan
pembelajaranmenggambarkan kemampuan atau tingkat penguasaan yang
diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah
laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam
tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh
orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.Hal ini dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan
guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta
penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling
terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru
mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan
keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh
siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan
16
manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa. Ciri–ciri
dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:25) antara lain:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik
secara fisik maupun psikologis.
3. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif secara operasional didefinisikan dan dibedakan
dari belajar pasif. Alasan positif mengapa pembelajaran aktif yang
diinginkan ditawarkan dan daripada pembelajaran pasif. Pembelajaran
siswa aktif, pada hakekatnya merupakan suatu konsep dalam
mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan guru
maupun siswa. Jadi, dalam pembelajaran siswa aktif tampak jelas adanya
guru aktif mengajar di satu pihak, dan siswa aktif di lain pihak. Konsep ini
bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada anak (Child Centered
Curriculum). Penerapannya berdasarkan kepada teori belajar yang
17
menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk
memperoleh pemahaman atau insight (Teori Gestalt).
Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, peranan
siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah
selesai untuk tinggal menghafal, tetapi membutuhkan persoalan-persoalan
yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, analisis, sintesis,
perbandingan, penilaian dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam
strategi belajar mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif,
mereka adalah berperan sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya
dengan guru tetapi dengan manusia-manusia sumber yang lain, baik di
sekolah maupun di luar sekolah, dengan sesama siswa, dengan buku-buku
serta media lainnya. Belajar tidak hanya semata-mata sebagai suatu upaya
dalam merespon suatu stimulus.
Tetapi lebih dari pada itu, belajar dilakukan melalui berbagai
kegiatan seperti mengalami, mengerjakan dan memahami belajar melalui
proses (learning by process). Jadi hasil belajar dapat diperoleh bila siswa
“aktif” atau tidak pasif. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang
menghendaki siswanya untuk belajar secara aktif, karena dengan belajar
secara aktif ini kemungkinan besar konsep ilmu pengetahuan yang
diperoleh siswa akan tidak mudah hilang karena dengan belajar aktif
semua indra yang di miliki oleh siswa ikut serta dalam memperoleh ilmu
pengetahuan tersebut. H. Abu Ahmadi, dkk mengemukakan konsep
pembelajaran aktif adalah suatu proses kegiatan mengajar yang subyek
18
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subyek didik
betul-betul berperan dan berpatisipasi aktif dalam melakukan kegiatan
belajar.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran aktifadalah
pembelajaran yang melibatkan semua siswa melakukankegiatan belajar
secara aktif tidak sekedar mendengarkan secarapasif suatu ceramah dari
guru. Pembelajaran aktif meliputisemua bentuk kegiatan dari
mendengarkan yang membantu siswa ituuntuk menyerap apa yang mereka
dengar, sebagai bahan berlatihmenanggapi terhadap materi ceramah, siswa
berlatih pada kelompokheterogen dimana para siswa menerapkan
pengalaman penemuan yang penting dan berguna untuk menghadapi
situasi-situasi nyata pada permasalahan baru. Pembelajaran aktif akan
bermakna bagi siswa jika mereka langsung melakukan sendiri kegiatan
belajar. Apalagi bila tejadi kerjasama yang sangat baik dan harmonis
antara guru dan siswa, maka akan terjadi hubungan timbal balik yang
menyebabkan proses belajar mengajar yang optimal.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak
menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan
strategi pembelajaran aktif pada anak didik dapat membantu ingatan
(memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan
19
pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajaran konvensional. Penggunaan pembelajaran aktif siswa akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dan
motivasi dapat dimaksimalkan untuk menggali potensi guru dan siswa
sama berkembang dalam pengetahuan dan ketrampilan.
Pembelajaran siswa aktif harus tercermin, yakni dalam satuan
pelajaran dan dalam praktek pengajaran. Dalam satuan pelajaran,
pemikiran cara belajar siswa aktif tercermin dalam rumusan isi satuan
pelajaran sebab satuan pelajaran pada hakikatnya adalah rencana atau
proyeksi tindakan yang akan dilakukan oleh guru pada waktu mengajar.
Dengan demikian, guru yang akan mengajar dengan penekanan pada cara
belajar siswa aktif harus memikirkan hal-hal apa yang akan dilakukan
serta menuangkannya secara tertulis dalam satuan pelajaran. Pembelajaran
siswa aktif, pada hakekatnya merupakan suatu konsep dalam
mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan guru
maupun siswa. Jadi dalam pembelajaran siswa aktif tampak jelas adanya
guru aktif mengajar di satu pihak, dan siswa aktif di lain pihak.
4. Pembelajaran Kooperatif TipeStructured Dyadic Methods (SDM)
Metode pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM)
dikembangkan oleh Fantuzzo dan kawan-kawan pada tahun 1992. Metode
ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan cooperatif learning. Dalam SDM, siswa dikelompokan
20
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 2-6 orang dan setiap
kelompok haruslah heterogen, yang merupakan gabungan dari berbagai
level kinerja, jenis kelamin dan etnik.
Selanjutnya guru menyampaikan suatu materi pelajaran, dan siswa
berdiskusi dengan berpasangan, salah satu siswa berperan sebagai guru
(tutor) dan siswa yang satunya berperan sebagai murid (tutee) secara
bergantian antar anggota kelompok. Selanjutnya tanya jawab antar sesama
anggota tim mereka untuk menyakinkan bahwa seluruh anggota tim sudah
menguasai materi pelajaran tersebut. Secara individu maupun tim
dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap bahan ajar yang telah dipelajari. Tiap siswa atau tim diberi skor
atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara
individual ataupun tim yang meraih prestasi tinggi ataupun memperoleh
skor sempurna diberi penghargaan. Keseluruhan aktifitas belajar metode
SDM biasanya membutuhkan beberapa jam pelajaran. Adapun langkah-
langkah dalam pembelajaran dengan metode SDM adalah :
a. Membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 siswa yang mana
heterogen, dalam hal ini adalah pembagian siswa dengan kemampuan
akademis yang merata.
b. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk lembar kerja siswa.
c. Tutorial materi tersebut antar anggota kelompok.
d. Berdiskusi kelompok.
e. Memberikan kuis-kuis kepada siswa.
21
f. Melakukan penilaian.
Kelebihan metode SDMyaitu metode yang dapat menumbuhkan
pembelajaran yang aktif. Metode ini lebih memfokuskan kepada siswa
sebagai subjek belajar dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk
mendapatkan pengetahuan melalui berbagai interaksi baik dengan guru
maupun dengan temannya sendiri. Selain itu, metode SDM dapat
menciptakan perhatian siswa yang lebih. Hal tersebut terlihat dari seorang
siswa pada suatu giliran menjawab soal–soal yang belum terjawab benar
pada putaran sebelumnya dapat membuat kesalahan yang sama seperti
yang dilakukan temannya pada putaran sebelumnya. Kesalahan tidak
terulang jika siswa itu memperhatikan teman-temannya yang menjawab
soal pada putaran sebelummya. Proses interaksi pembelajaran seperti itu
memberi implikasi sosial. Metode SDM dapat membangkitkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pertanyaan dengan tuntutan pertanyaan
kepada teman lain maupun guru. Metode ini juga melatih siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, dapat pula
merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang
sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
Tujuan dari penggunaan metode SDM adalah melatih kesiapan siswa
dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan maupun
melakukan interaksi dengan temannya dengan bersumber pada materi yang
diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. MetodeSDMberusaha
untuk menuntut perhatian siswa yang tinggi dalam proses
22
pembelajaran yang sedang berlangsung. Disamping itu dapat
membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
dengan tuntutan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. Metode ini
juga melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya
dengan baik, dapat pula merangsang siswa mengemukakan pertanyaan
sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
Berikutnya dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada
teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa. Pembelajaran dengan
metode SDMakan berlangsung hidup dan menggairahkan para siswa yang
pada akhirnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran akan meningkat.
5. Prestasi Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2012:21) bahwa “Belajar adalah
suatu aktivitas yang sadar akan tujuan”. Sardiman A.M yang dikutip
Syaiful Bahri Djamarah (2012:21) mengemukakan suatu rumusan, bahwa
belajar sebagai rangkaian kegiataan jiwa raga,psikofisik menuju ke
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta,
rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Drs. Slameto yang
dikutip Syaiful Bahri Djamarah (2012:22) bahwa “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Setelah menelusuri uraian diatas dapat difahami mengenai makna
kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang
23
diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah
suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni
perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian cukup
sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas belajar.
Tulus Tu’u (2004:75) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau
kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh dari
kegiatan pembelajaran yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan
dengan pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran
disekolah.
b. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan , pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
24
c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Nana Sujana yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004:23)
mengemukakan bahwa diantara ketika pendapat ini , yakni kognitif, afektif,
psikomotorik, maka pendapat kognitiflah yang sering dinilai oleh para guru
di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Suryadi dkk (1992:35) mengemukakan
bahwa “prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dilakukan, dicapai,
dikerjakan”. S. Nasution (1996:17) mendefinisikan pengertian prestasi
belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa,
dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni kognitif, affektif, psikomotor, sebaliknya dikatakan kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut. Devi Wulansari (2010:1), mengemukakan pengertian
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak, dan menerima informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses pembelajaran. Moh. Uzer Usman (2009:9),
mengemukakan bahwa prestasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik berasal dari
25
dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu
faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi
belajar siswa yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
adalah suatu kecakapan atau hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran
dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukan
dengan nilai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah diperoleh
dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggung jawaban.
Prestasi ini ditandai dengan adanya nilai tambah dari hasil yang
sebelumnya.
B. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian
terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian yang
terdahulu dengan kajian yang dilakukan. Penulis mengambil contoh penelitian
oleh Sutamin, Riyono, Bambang Ribowo dan Ika Marlita.
Penelitian yang dilakukan Sutamin yang berjudul “Meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII A SMP 2 Kudus melalui implementasi metode
pembelajaran dengan tutor sebaya pada materi pokok bangun ruang sisi datar
tahun pelajaran 2006/2007”.
26
Penelitian oleh Riyono yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III G SMP Negeri Ketanggungan Brebes pada pokok bahasan
operasi pada bentuk aljabar melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam
kelompok kecil”.
Penelitian yang dilakukan Bambang Ribowo yang berjudul “Upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIA SMP Negeri 2 Banjarharjo Brebes
dalam pokok bahasan segiempat melalui model pembelajaran tutor sebaya
dalam kelompok kecil tahun pelajaran 2005-2006”.
Penelitian oleh Ika Marlita yang berjudul “Keefektifan Model
Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan
persamaan garis lurus siswa kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang”.
C. Kerangka Pikir
Pada uraian diatas, telah dikemukakan bahwa pembelajaran dengan
metode Structured Dyadic Methods adalah membentuk kelompok kecil yang
berasal dari latar belakang berbeda, menyajikan materi pembelajaran dalam
bentuk lembar kegiataan siswa, tutorial materi tersebut antar anggota
kelompok, memberikan kuis-kuis kepada siswa, dan melakukan penilaian.
Dengan langkah-langkah pada Stuctured Dyadic Methods seperti dilakukan
tutorial antar anggota kelompok, diskusi kelompok, diharapkan dapat
menciptakan kegiataan belajar yang menarik dan lingkungan belajar yang
kondusif. Artinya, hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan
metode Stuctured Dyadic Methods.
27
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diambil dalam penelitian ini adalah melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods
(SDM) pada materi menggunakan alat ukur dasar otomotif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMK Ma’arif 9 Klirong.
28
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X di SMK Ma’arif 9 Klirong
yang terletak pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 selama bulan
Oktober 2013 sampai dengan selesai.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Ma’arif 9 Klirong yang terletak
di Kabupaten Kebumen dengan mengikuti jadwal pelajaran yang ada di
sekolah tersebut dikarenakan sekolah yang bersangkutan letaknya tidak
begitu jauh dengan tempat tinggal saya.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
kolaboratif dan partisipatif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian
sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru mata
pelajaran alat ukur di SMK Ma’arif 9 Klirong. Secara Partisipatif bersama-
sama dengan mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi
langkah. Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dinyatakan sebagai suatu
bentuk pengumpulan data yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,
yang dilakukan untuk meningktakan kemantapan rasional, memperdalam
29
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta
memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran dilakukan.
Menurut Suharsimi (2008: 16) secara garis besar penelitian tindakan
kelas terdiri dari empat tahapan sebagaiberikut:
Gambar. 1 Model Penelitian Tindakan
D. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan
Ringan SMK Ma’arif 9 Klirong yang terdiri satu kelas. Pada kelas ini akan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
?
30
dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM). Obyek penelitian ini
adalah pelaksanaan pembelajaran Alat Ukur Dasar Otomotif yang
difokuskan pada jangka sorong dan mikrometer luar melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM)
sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa alat ukur dasar
otomotif di SMK Ma’arif 9 Klirong.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Margono dalam Nurul Zuriah (2007: 173) menjelaskan
“observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa”. Observasi yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah observasi partisipatif. Menurut Sugiyono (2010: 310)
observasi partisipatif adalah observasi yang peneliti terlibat dengan
kegiatan yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data
penlitian. Observasi partisipatif, dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui secara langsung bagaimana aktivitas belajar siswa..
Pengamatan ini dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan.
31
2. Dokumentasi
Sugiyono (2010: 329) menyebutkan bahwa dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang biasa berbentuk
tulisan, gambar maupun dalam bentuk karya. Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen atau catatan
yang mendukung dalam proses pembelajaran. Dokumen yang digunakan
antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan daftar
kelompok siswa. Proses pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dan
didokumentasikan dalam bentuk foto sehingga dapat digunakan untuk
membantu proses refleksi.
3. Tes
Tes merupakan alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif. Tes ini dibuat oleh peneliti dengan terlebih dahulu
melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran akuntansi. Tes
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi atau pokok bahasan yang diajarkan dengan model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Structured Dyadic Methods
(SDM).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mempermudah mengumpulkan data, hasilnya lebih baik dan
32
sistematis sehingga mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen
penelitian yang digunakan adalah :
1. Lembar Observasi/ Pengamatan
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas
dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap
kejadian (momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan
lebih bersifat terstruktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman
terinci yang berisis langkah- langkah yang dilakukan sehingga
pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa
frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitan. Instrumen
observasi pada PTK merupakan pedoman bagi observer untuk
mengamati hal- hal yang diamati. Aspek yang diamati dalam penelitian
ini adalah kegiatan yang mencerminkan prestasi belajar alat ukur,
sebagai berikut:
Tabel 1. Lembar Observasi / Pengamatan
NO Kegiatan yang diamati YA TIDAK
1Semua siswa masuk ruang kelas tepatwaktu
2Semua siswa mentaati peraturan yangtelah di tetapkan
3 Siswa tampak bersemangat dalam belajar
4Siswa tidak merasa takut bertanya ketikamenjumpai kesulitan
5Semua terlibat aktif dalam kegiatanpembelajaran
6Apakah siswa tepat waktu dalammengumpulkan tugas
33
1. Soal Pre test dan Post test
Instrument Pre test dan Post Test dengan pertanyaan yang
mengacu pada indikator pembelajaran. Tes hasil belajar bertujuan
untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa. Pre tes dan Post test
yang dilaksanakan pada siklus I dan II mengacu pada materi sub pokok
jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pre Tes dan Post Test Siklus I
No Indikator No soal Nilai
1 Macam-macam fungsi alat ukur jangkasorong disebutkan dengan benar
2,4, 8
2 Proses pembacaan hasil alat ukur dilakukandengan cepat dan benar
12,13,15,16,17,19,20
28
3 Alat ukur mekanik digunakan sesuai aturanpenggunaan dan spesifikasi pabrik
1,5,11,14,18 20
4 Fungsi masing-masing bagian jangka sorong 3,6,7,8,9,10,21,22,23,24,25
44
Jumlah 100
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Post Test Siklus II
No Indikator No soal Nilai
1 Macam-macam fungsi alat ukur mikrometerluar disebutkan dengan benar
15,16,17 12
2 Proses pembacaan hasil alat ukur dilakukandengan cepat dan benar
6,7,8,9,10,11,12,13,14,24,25
44
3 Alat ukur mekanik digunakan sesuai aturanpenggunaan dan spesifikasi pabrik
4,5 8
4 Fungsi masing-masing bagian mikrometerluar
1,2,3,18,19,20,21,22,23
36
Jumlah 100
Instrumen tes yang digunakan haruslah valid dan reliabel. Oleh
karena itu diperlukan uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas dan
realibilitas yang digunakan adalah
34
a. Uji Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Sugiyono (2007: 353), uji validitas isi dapat
digunakan untuk instrumen berbentuk tes yaitu dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan mata pelajaran yang
telah diajarkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2009: 67)
menyebutkan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materiatau isi pelajaran yang diberikan. Untuk mengetahui tingkat
validitas instrument dilakukan dengan skor total pada setiap variabel.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer
program SPSS for window 16.0.
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus product moment
dengan angka kasar yaitu:
= ∑ − (∑ )(∑ ){ ∑ − (∑ ) }{ ∑ − (∑ ) }(Sugiyono, 2007:228 )
Keterangan :
Rxy : Koefisien antara variabel x dan variabel y
X: Skor butir pertanyaan
Y : Skor total semua
b. Uji Realibilitas Antar-Penilai (Interrater Reability)
Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa “suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
35
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Reabilitas ini
dilihat dengan menentukan kesesuaian penilaian antara beberapa penilai
(raters ) untuk mengamati dan mengevaluasi kinerja pihak lain . Dalam
penelitian ini realibitas tes berdasarkan penilaian dari pihak sekolah
yaitu guru mata pelajaran alat ukur.
G. Prosedur Penelitian
Beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Menentukan Personel
Personel yang terlibat adalah peneliti dibantu dengan guru mata
diklat yang tergabung dalam satu tim. Peneliti sebagai observer
sedangkan guru dan siswa sebagai pelaksana pembelajaran, semua
tindakan didiskusikan antara peneliti dengan guru.
2. Menyusun Instrumen Pembelajaran
Instrumen digunakan dalam penelitian ini terdiri Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Bahan ajar terdiri dari buku guru, buku catatan siswa, dan
modul.
3. Membuat Skenario Tindakan
Salah satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah
tindakan bersifat siklik dan di dalam penelitian tindakan kelas terjadi
36
lebih dari satu siklus, yang terdiri dari empat tahap adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan Perencanaan
Peneliti melakukan observasi awal dan wawancara serta
diskusi dengan guru untuk mengetahui permasalahan yang ada di
dalam pembelajaran materi menggunakan alat ukur otomotif yaitu
jangka sorong di kelas. Setelah peneliti mengetahui permasalahan
yang terjadi maka bersama guru bergabung dalam satu tim
menyusun rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran melalui
metode pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods
(SDM) yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran
sebagai upaya perbaikan, peningkatan kualitas ke arah yang
diinginkan.
c. Observasi atau Perekaman Tindakan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati pelaksanaan dan hasil
serta dampak dari tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini
dilakukan perekaman atau monitoring pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Stuctured
Dyadic Methods (SDM). Tahap ini dilakukan oleh tim kolaborasi
peneliti, observer dan guru. Catatan dan dampak tindakan
37
diperoleh dari lembar observasi pada saat pembelajaran dan
wawancara. Peneliti hanya melakukan pencatatan apa yang dilihat
dan didengar. Dalam pencatatan data ini peneliti harus bersikap
deskriptif atau netral.
d. Refleksi
Peneliti dan guru menganalisa, menginterpretasikan,
menyimpulkan hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan data hasil observasi, rekaman tindakan data hasil
monitoring dan disusun secara urut dan teratur.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan cara peneliti
merefleksi hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
guru dan siswa di dalam kelas. Teknik ini bersifat analisis kualitatif.
Teknik analisis kualitatif mengacu pada metode analisis dari Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2010: 337-345) yang dilakukan tiga
komponen berurutan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
a. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian. Data yang telah direduksi memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
38
mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu dilakukan.
Terhadap data
39
hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar dilakukan
analisis kualitatif, yaitu memfokuskan hal-hal pokok dan penting
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus belajar. Hasil
observasi dideskripsikan dalam paparan data.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dalam rangka penyusunan informasi
secara sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
refleksi pada masing-masing siklus. Dalam penyajian data ini
dilakukan proses penampilan data secara lebih sederhana dalam
bentuk uraian singkat, bagan, tabel dan sejenisnya.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing Verification)
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data.
Data yang terkumpul tersebut disajikan dalam bentuk penyajian
kalimat dan atau formula yang singkat, dan padat tetapi mengandung
pengertian yang luas. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Data yang
diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil simpulannya apakah
peningkatan yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Apabila
belum tercapai maka perlu dilakukan tindakan selanjutnya, dan
apabila sudah tercapai penelitian dapat dihentikan.
40
2. Analisi Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dari pedoman observasi berbentuk rating
scale merupakan data kuantitatif yang menunjukan penilaian atas
kemuncul kegiatan yang mencerminkan aktivitas belajar alat ukur
sesuai denganaspek/kategori yang telah ditentukan. Dari hasil analisis
data observasitersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian
deskriptif.
Sedangkan teknik analisis kuantitatif untuk menghitung
peningkatan prestasi belajar kelas adalah menggunakan rumus Mean
(Sugiyono, 2007:49) sebagai berikut:
Σ FxMe =
N
Keterangan :
Me : Rata-rata ( mean )
ΣFx : Jumlah semua nilai
N : Jumlah siswa
1. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian merupakan sesuatu yang digunakan
sebagai ukuran berhasil tidaknya satu penelitian yang dilakukan. Tingkat
keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan perubahan
kearah perbaikan terkait dengan peningkatan prestasi belajar siswa yaitu
41
ditandai dengan tercapainya 80% siswa mencapai kriteria ketuntasan
minimal, yaitu nilai 75.
42
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum SMK Ma’arif 9 Klirong
Secara kelembagaan atau formal , SMK Ma’arif 9 Klirong di
bidangi oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Cabang Kebumen.
Lembaga ini merupakan departementasi dari organisasi besar jam’iyah
Nahdatul Ulama khususnya ditingkat cabang Kebumen. Dalam hal ini
pendirian SMK Ma’arif 9 PCLP Ma’arif NU Kebumen lebih berperan
sebagai payung hukum pendirian sebagai dasar yuridis
penyelenggaraan yang dikuatkan pada akte notaries pendirian/badan
hukum,selebihnya peran utama di kendalikan oleh pendiri secara
penuh. Pada saat itu PCPL Ma’arif Kebumen di jabat oleh Drs. H. Ari
Tasiman dan Drs. Ridwan sebagai sekertaris. Sebagai
penanggungjawab penyelenggaraan PC LP Ma’arif Kebumen
mengeluarkan Surat Keputusan tertanggal 1 Januari 2003 tentang Tim
pendiri sekolah. Surat izin operasional penyelenggaraan SMK Ma’arif
9 Kebumen di Klirong terbit sebagaimana kompetensi keilmuan yang
diajukan yakni jurusan teknologi dan Bismen dengan prodi otomotif,
perkantoran/sekertaris dan pemasaran/penjualan. Penggabungan antara
teknologi dan bismen diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan
animo masyarakat di Kecamatan Klirong dan sekitarnya.
43
Berbagai upaya untuk memajukan sekolah, di mulai dari
rekruitmen guru dan staf, pembentukan panitia penerimaan siswa
baru, dan pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Berkat kerja
keras antara pengurus dan pihak sekolah, maka penerimaan siswa baru
dapat memenuhi target 3 kelas. Program tahun berikutnya yang
dilakukan sekolah adalah pengembangan area sekolah. Hal ini
mengingat keterbatasan ruang dan lahan kosong yang ada. Selama
kurang lebih 5 tahun di bawah top management Fuad Hasyim S. Ag
telah berhasil menambah 7 ruang kelas baru berikut sarana praktek.
SMK Ma’arif 9 Klirong memberi kesempatan pendidikan
kepada masyarakat dengan membuka 3 (tiga) program keahlian yaitu
Teknik Kendaraan Ringan, Bisnis manajemen pemasaran dan
Akuntasi. Alhamdulillah dengan amanat yang sudah diberikan
tersebut beberapa perubahan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Perubahan tersebut tampak nyata dilihat dari
meningkatnya jumlah siswa dari tahun ke tahun, fasilitas dan
insfrastruktur sampai pada open manajemen pengelolaan sekolah.
Pendiri dan pengelola merasa tertantang untuk selalu meningkatkan
mutu layanan pendidikan, maka SMK Ma’arif 9 Klirong
mengembangkan sayap relasi dengan beberapa perusahaan terkait di
sekitar Kebumen, Semarang, Bekasi dan Jakarta. Hal tersebut
44
dimaksudkan memberi kesempatan serta peluang kerja bagi alumni
SMK Ma’arif 9 Klirong.
45
2. Perkembangan SMK Ma’arif 9 Klirong
Tahun 2003 adalah sebagai tahun dimana kami mulai
melangkahkan kaki pertama memasuki ajaran baru 2003/2004. Modal
kami gedung asset Majelis Wakil Cabang NU Klirong dan
perlengkapan sekolah sebagaian milik SMP Ma’arif 3 Kebumen yang
tidak terpakai. Dengan semangat membara, tidak ada ruang sepeserpun
untuk operasional sekolah. Keuangan pertama kami peroleh dari iuran
guru dan karyawan SMK Ma’arif 9 kebumen, selama satu tahun ini
segala keterbatasan yang ada menjadi pendorong semangat untuk terus
melangkah.
Memasuki tahun ke-2, gedung MWC Klirong (gedung utara)
tidak mampu menampung siswa yang ada, kami meminjam gedung di
Lingkungan Masjid Kauman Klirong (Eks MTS N Klirong), di gedung
ini tersebut kami menempati selama 4 tahun. Pada tahun ini sekolah
mampu membeli perlengjapan praktek minimal untuk praktek otomotif
maupun akuntasi, dan kami mempunyai dua lokasi kegiatan belajar
mengajar. Gedung utara di gunakan untuk praktek dan 3 kelas yang di
gunakan untuk kegiatan belajar mengajar sedangkan gedung selatan
untuk kegiatan belajar mengajar (ruang kelas).
Tahun ke-3 sampai dengan ke-4 kami mulai mampu
mengembangkan dengan membeli lahan di sebelah timur gedung
MWC NU. Diawali dengan membeli tanah milik Bapak Sutirto seluas
28 ubin, setahun kemudian membeli tanah milik Bapak Sanisman
46
seluas 27 ubin dan membeli tanah milik Bapak Pasikun seluas
27 ubin. Perlengkapan dan peralatan praktek maupun kantor sudah
mulai tertata. Pada tahun kelima pondasi bangunan pembelian tanah
pertama kami tancapkan. Diatas tanah itu kami rencanakan empat buah
ruang kelas berlantai dua. Sementara itu, di tanah pembelian kedua
dibangun gedung berlantai 2 dengan 6 ruang kelas. Dana
pembangunan gedung kami ini peroleh dari berbagai sumber. Berkat
kerja keras dari berbagai pihak gedung 6 kelas dua lantai tahun ke-6
dapat ditempati.
Meskipun pembangunan gedung menjadi prioritas utama kami,
tetapi sarana penunjang pembelajaran tidak lupa untuk terus
ditingkatkan. Pada tahun ke-6 pondasi bangunan untuk empat ruang
kelas berlantai dua sebelumnya kami bangun teruskan. Hasil kerja
keras seluruh keluarga besar Ma’arif 9 dan sumber dana dari berbagai
pihak pada tahun ke-7 gedung 4 ruang dan 2 lantai ini sudah bisa kami
tempati. Mulai tahun ke-7 ini kami mulai mapan dari segi gedung atau
ruang kelas, dan menempati satu lokasi yaitu gedung utara.
3. Deskripsi Hasil Observasi Awal
Observasi awal dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti dengan
melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Alat Ukur kelas X.
Dialog awal dilaksanakan pada tanggal 2 April 2013 di ruang guru,
sebelum peneliti melakukan observasi ke kelas. Diskusi awal dengan
47
guru ii dilakukan untuk mencari informasi mengenai keadaan awal
pembelajaran sebelum tindakan, memberikan informasi mengenai hal-
48
hal yang berangkutan dengan penelitian, baik metode dan
kelengkapannya dan memberikan penjelasan mengenai tujuan dari
penelitian yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil obervasi awal tersebut, Prestasi Belajar Alat
Ukur di SMK Ma’arif 9 Klirong kelas X Teknik Kendaraan Ringan
masih rendah. Hal ini terliht dari nilai rata-rata kelas adalah dengan
nilai KKM yang ditetapkan adalah 75. Hal ini mengidentifikasi bahwa
dari seluruh jumlah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan 47,06 %
yang mencapai KKM. Kondisi tersebut diakibatkan pada pembelajaran
Alat Ukur yang partisipasi siswanya rendah dan cara guru
menyampaikan materi kurang menjadikan siswa aktif dalam
pembelajaran. Siswa cenderung pasif sehingga mengakibatkan
sebagian besar siswa malu dan takut untuk bertanya dan berpendapat
mengenai materi yang di pelajari. Selain itu, kemampuan siswa untuk
bekerjasama dan berdiskusi kurang.
Setelah merumuskan masalah tersebut, maka masalah-masalah
yang terdapat dalam pembelajaran perlu dipecahkan. Tindakan solusi
masalah yang dilakukan dan sudah mendapat persetujuan dari guru
Alat Ukur kelas X yaitu dengan Penerapan Model Pembelajaran
Structured Dyadic Methods (SDM). Dengan penerapan model
pembelajaran tersebut pada siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan
SMK Ma’arif 9 Klirong diharapkan dapat mengubah pembelajaran
49
yang kurang aktif menjadi aktif dan dapat mengoptimalkan Prestasi
Belajar Alat Ukur.
4. Laporan Penelitian
a. Siklus I
Pembelajaran Alat Ukur dengan Penerapan Model Pembelajaran
Tipe Structured Dyadic Methods siklus I dilaksankan pada tanggal
11 November 2013 pada jam pelajaran 5-6 dengan materi
menggunakan alat ukur jangka sorong. Adapun tahapannya sebagai
berikut :
1) Perencanaan Tindakan
a) Membuat Reencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
tentang materi menggunakan jangka sorong dengan
model Structured Dyadic Methods (SDM).
b) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi dan
catatan lapangan mengenai aktifitas belajar Alat Ukur
siswa di kelas.
c) Membagi siswa menjadi pasangan-pasangan yang
memiliki kemampuan heterogen.
d) Mempersiapkan soal pre test, post test, lembar jawaban
yang akan diberikan pada setiap pertemuan.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Kegiatan awal
(1) Salam pembuka dan berdoa
50
(1) Peneliti membuka pelajaran di kelas
(2) Peneliti mengecek kehadiran siswa
(3) Peneliti mengkondisikan kelas kemudian
menyampaikan kepada siswa model pembelajaran
yang akan digunakan yaitu Model Structured Dyadic
Methods (SDM).
(4) Peneliti memberikan pre test kepada siswa dengan
alokasi waktu 20 menit
b) Kegiatan Inti
(1) Peneliti menyampaikan materi tentang pengertian
jangka sorong
(2) Peneliti mengumumkan daftar pasangan siswa
(3) Siswa diminta untuk bekerjasama dengan pasangan
untuk menyampaikan cara menggunakan micrometer
luar dengan salah satunya menjadi guru (tutor)dan
satunya lagi menjadi murid (tutee)dan kemudian
bertukar peran.
c) Kegiatan Akhir
(1) Peneliti mereviu materi yang telah dibahas
(2) Peneliti dan siswa menyimpulkan yang sudah
dibahas
(3) Peneliti memberikan post test untuk dikerjakan
51
(4) Peneliti menyampaikan materi untuk pertemuan
selanjutnya
3) Pengamatan
Dari hasil pengamatan pembelajaran siklus I, yaitu :
a) Sebagian siswa sudah mulai fokus memperhatikan ketika
peneliti menyampaikan materi pelajaran
b) Ketika pembelajaran jangka sorong dengan model
Structured Dyadic Methods sudah mulai bisa
menerapkannya
c) Dari hasil pre test nilai rata-rata yang diperoleh 61,89
dan post test nilai rata-rata yang diperoleh 72,71
4) Refleksi
a) Kerjasama antar pasangan masih kurang
b) Beberapa siswa tidak menanggapi kesempatan bertanya
yang diberikan oleh peneliti
c) Pada saat pre test dan post test masih ada siswa yang
berdiskusi dengan teman lainnya dan mengeluh pada saat
diberikan soal
d) Data yang diperoleh pada lembar observasi dan catatan
lapangan di analisi kemudian dilakukan refleksi
b. Sikus II
Pembelajaran Alat Ukur dengan Model Structured Dyadic
Methods silklus II dilaksanakan pada tanggal 18 November 2013
52
pada jam pelajaran ke 5-6 dengan materi pelajaran micrometer luar.
Adapun tahapannya sebagai berikut :
1) Perencanaan Tindakan
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang micrometer luar dengan Model Structured
Dyadic Methods (SDM)
b) Mempersiapkan soal post test dan lembar jawaban
c) Membagi siswa menjadi pasangan-pasangan yang
memilki kemampuan heterogen
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Kegiatan Awal
(1) Salam pembuka dan berdoa
(2) Peneliti membuka pelajaran
(3) Peneliti mengecek kehadiran siswa
(4) Peneliti mengkondisikan kelas kemudian
menyampaikan kepada siswa model pembelajaran
yang akan digunakan yaitu Model Structured Dyadic
Methods (SDM).
b) Kegiatan Inti
(1) Peneliti menjelaskan materi tentang micrometer luar
(2) Peneliti mengumumkan daftar pasangan
(3) Siswa diminta untuk bekerjasama dengan pasangan
untuk menyampaikan cara menggunakan micrometer
53
luar dengan salah satunya menjadi guru (tutor)dan
satunya lagi menjadi murid (tutee)dan kemudian
bertukar peran.
c) Kegiatan Akhir
(1) Peneliti mereviu materi yang telah dibahas
(2) Peneliti dan siswa menyimpulkan materi yang sudah
dibahas
(3) Peneliti memberikan post test
(4) Peneliti menyampaikan materi untuk pertemuan
selanjutnya
3) Pengamatan
Dari hasil pengamatan pembelajaran siklus II, yaitu :
a) Siswa sudah bisa menerapkan proses pembelajaran
dengan menggunakan model Structured Dyadic methods
pada materi micometer luar
b) Siswa sudah fokus memperhatikan ketika peneliti
menyampaikan materi pelajaran
c) Dari hasil post test nilai rata-rata yang diperoleh 84,41
4) Refleksi
Hasil penelitian secara umum dengan penerapan model
pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) siswa
sudah berpartisipasi secara baik dalam diskusi dengan
pasangannya. Berdasarkan pengamatan peneliti dan guru
54
pada siklus II diketahui bahwa upaya perbaikan yang
dilakukan secara umum dapat dikatakan berhasil. Oleh
karena itu, pembahasan materi pada kompetensi
menggunakan alat ukur dasar otomotif diakhiri pada silkus
II.
B. Analisi Data
Penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini
berlangsung selama dua siklus. Tindakan yang dilakukan yaitu
pembelajaran dengan penerapan model Structured Dyadic Methods
(SDM). Dalam penelitian ini ditemukan peningkatan hasil belajar siswa
sebelum diterapkan metode dan sesudah diterapkan metode ini.
Prestasi belajar Alat Ukur siswa setelah diterapkan model Structured
Dyadic Methods (SDM) diukur dengan memberikan soal post test kepada
siswa di akhir tiap siklus. Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran ini
adalah melakukan pengukuran sejauh mana siswa menguasai materi
dengan menggunakan model Strutured Dyadic Methods (SDM). Prestasi
belajar dapat dilihat dari tabel.
55
Tebel 4. Presentase Nilai Pre Test
Nilai Jumlah SiswaJumlah Siswa
TuntasJumlah SiswaBelum Tuntas
91,00-100 - - -
81,00-90,99 - - -
71,00-80,99 10 6 -
00,00-70,99 29 - 33
Jumlah 39 6 33
Presentase 100% 15,38 % 84,62 %
Pada Tabel 4 diatas, dari 39 siswa yang hadir nilai Pre Test pada
siklus I siswa yang mendapat nilai 71,00-80,99 sebanyak 10 siswa dan
siswa yang mendapatkan nilai 00,00-70,99 sebanyak 29 siswa. Sedangkan
dari 39 jumlah siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa atau
sebesar 15,38% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 33 siswa atau
sebesar 84,62%. Nilai rata-ratapre testadalah sebagai berikut :
Σ FxMe =
N2414
Nilai rata-rata = = 61,8939
56
Tabel 5. Presentase Nilai Post Test Siklus I
Nilai Jumlah SiswaJumlah Siswa
TuntasJumlah SiswaBelum tuntas
91,00-100 - - -
81,00-90,99 2 2 -
71,00-80,99 25 19 6
00,00-70,99 12 - 12
Jumlah 39 21 18
Presentase 100% 53,84 % 46,16%
Pada Tabel 5 diatas, dari 39 siswa yang hadir nilai Post Test pada
siklus I siswa yang mendapat nilai 81,00-90,99 sebanyak 2 siswa, yang
mendapatkan nilai 71,00-80,99 sebanyak 25 siswa dan siswa yang
mendapatkan nilai 00,00-70,99 sebanyak 12 siswa. Sedangkan dari 39
jumlah siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa atau sebesar
53,84% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa atau sebesar
46,16%. Nilai rata-rata post test pada siklus I adalah sebagai berikut :
Σ FxMe =
N
2984Nilai rata-rata = = 72,71
39
57
Gambar 2. Presentase Nilai Pre Test dan Post TestSiklus I
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari
hasil penilaian pre test terhadap hasil penilaian post test. Hal ini ditunjukan
dari adanya peningkatan 38,46 % jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa. Nilai rata-rata pre
test pada silklus I adalah 61,89. Nilai rata-rata post test pada siklus I
adalah 72,71. Terjadi peningkatan nilai pre test terhadap nilai post test
siklus I.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pre Test
57
Gambar 2. Presentase Nilai Pre Test dan Post TestSiklus I
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari
hasil penilaian pre test terhadap hasil penilaian post test. Hal ini ditunjukan
dari adanya peningkatan 38,46 % jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa. Nilai rata-rata pre
test pada silklus I adalah 61,89. Nilai rata-rata post test pada siklus I
adalah 72,71. Terjadi peningkatan nilai pre test terhadap nilai post test
siklus I.
Pre Test Siklus I
Jumlah siswa belumtuntas
Jumlah siswa tuntas
JJ
57
Gambar 2. Presentase Nilai Pre Test dan Post TestSiklus I
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari
hasil penilaian pre test terhadap hasil penilaian post test. Hal ini ditunjukan
dari adanya peningkatan 38,46 % jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21
siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa. Nilai rata-rata pre
test pada silklus I adalah 61,89. Nilai rata-rata post test pada siklus I
adalah 72,71. Terjadi peningkatan nilai pre test terhadap nilai post test
siklus I.
Jumlah siswa belumtuntas
Jumlah siswa tuntas
58
Tabel 6. Presentase Nilai Post Test Siklus II
Nilai Jumlah SiswaJumlah Siswa
TuntasJumlah SiswaBelum Tuntas
91,00-100 12 12 -
81,00-90,99 9 9 -
71,00-80,99 18 18 -
00,00-70,99 - - -
Jumlah 39 39 -
Presentase 100% 100% -
Pada Tabel 5 diatas, dari 39 siswa yang hadir nilai Post Test pada
siklus II siswa yang mendapat nilai 91,00-100 sebanyak 12 siswa, yang
mendapatkan nilai 81,00-90,99 sebanyak 9 siswa dan siswa yang
mendapatkan nilai 71,00-80,99 sebanyak 18 siswa. Sedangkan dari 39
jumlah siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 39 siswa atau sebesar
100% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa atau sebesar 0%.
Nilai rata-rata post test pada siklus II adalah sebagai berikut :
Σ FxMe =
N
3292Nilai rata-rata = = 84,41
39
59
Gambar 3. Presentase Nilai Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II
Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari hasil
penilaian post test siklus I terhadap hasil penilaian post test siklus II. Hal
ini dapat ditunjukan dari adanya peningkatan sebesar 53,84% dengan
jumlah siswa yang tuntas 39 siswa dan tidak ada siswa yang belum tuntas.
Nilai rata-rata post test siklus I adalah 72,71. Nilai rata-rata post test siklus
II adalah 84,41. Hasil rekapitulasi belajar siswa tiap siklus disajikan pada
tabel berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
59
Gambar 3. Presentase Nilai Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II
Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari hasil
penilaian post test siklus I terhadap hasil penilaian post test siklus II. Hal
ini dapat ditunjukan dari adanya peningkatan sebesar 53,84% dengan
jumlah siswa yang tuntas 39 siswa dan tidak ada siswa yang belum tuntas.
Nilai rata-rata post test siklus I adalah 72,71. Nilai rata-rata post test siklus
II adalah 84,41. Hasil rekapitulasi belajar siswa tiap siklus disajikan pada
tabel berikut :
Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa BelumTuntas
Jumlah SiswaTuntas
59
Gambar 3. Presentase Nilai Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II
Dari hasil tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari hasil
penilaian post test siklus I terhadap hasil penilaian post test siklus II. Hal
ini dapat ditunjukan dari adanya peningkatan sebesar 53,84% dengan
jumlah siswa yang tuntas 39 siswa dan tidak ada siswa yang belum tuntas.
Nilai rata-rata post test siklus I adalah 72,71. Nilai rata-rata post test siklus
II adalah 84,41. Hasil rekapitulasi belajar siswa tiap siklus disajikan pada
tabel berikut :
Jumlah Siswa BelumTuntas
Jumlah SiswaTuntas
60
Tabel 7. Rekapitulasi hasil test siswa pada tiap siklus
Nilai Rerata
Pre Test Post Test Siklus I Post Test Siklus II
61,89 72,71 84,41
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata post test
pada siklus I terjadi peningkatan pada siklus II. Peningkatanhasil belajar
siswa sebesar 11,70 yang diperoleh dari selisih antaranilai rata-rata post-
test siklus I dan nilai rata-rata post-test siklus II.
Gambar 4. Rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah kurang
optimalnya proses belajar mengajar dan belum maksimalnya prestasi
REKAPITULASI HASIL BELAJAR SISWA TIAP SIKLUS
60
Tabel 7. Rekapitulasi hasil test siswa pada tiap siklus
Nilai Rerata
Pre Test Post Test Siklus I Post Test Siklus II
61,89 72,71 84,41
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata post test
pada siklus I terjadi peningkatan pada siklus II. Peningkatanhasil belajar
siswa sebesar 11,70 yang diperoleh dari selisih antaranilai rata-rata post-
test siklus I dan nilai rata-rata post-test siklus II.
Gambar 4. Rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah kurang
optimalnya proses belajar mengajar dan belum maksimalnya prestasi
REKAPITULASI HASIL BELAJAR SISWA TIAP SIKLUS
NILAI RATA-RATAPre Test
61,89Siklus I
72,71Siklus II
84,41
60
Tabel 7. Rekapitulasi hasil test siswa pada tiap siklus
Nilai Rerata
Pre Test Post Test Siklus I Post Test Siklus II
61,89 72,71 84,41
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata post test
pada siklus I terjadi peningkatan pada siklus II. Peningkatanhasil belajar
siswa sebesar 11,70 yang diperoleh dari selisih antaranilai rata-rata post-
test siklus I dan nilai rata-rata post-test siklus II.
Gambar 4. Rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah kurang
optimalnya proses belajar mengajar dan belum maksimalnya prestasi
61
belajar. Salah satu penyebabnya adalah model pembelajaran yang
digunakan masih menggunakan model konvensional sehingga komunikasi
yang terjalin selama proses pembelajaran cenderung satu arah.
Pembelajaran menjadi monoton dan kurang bermakna bagi siswa.
Suatu model pembelajaran yang dapat memecahkan masalah tersebut
adalah melalui penerapan model Structured Dyadic Methods (SDM).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Alat Ukur.
Penelitian ini dilaksanakn selama 2 kali pertemuan yang berlangsung 2
siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013.
Pada awal pengumuman pasangan siswa merespon dengan kurang
baik karena para siswa keberatan dengan komposisi pasangan yang
ditentukan oleh peneliti. Kendala tersebut dapat segera diatasi oleh peneliti
dengan tidak menghiraukan keinginan siswa dan tetap membagi pasangan
sesuai yang sudah dibentuk. Hal ini dimaksudkan agar siswa berinteraksi
dan bekerjasama dengan teman lain secara heterogen. Pada pelaksanaan
siklus I jumlah siswa hadir semua yaitu 39 siswa, sedangkan pada siklus II
jumlah siswa juga hadir semua yaitu 39 siswa.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 11 November 2013 pada jam pelajaran ke 5-6. Peneliti mengawali
pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa bersama. Kemudian peneliti
mengecek kehadiran siswa. Peneliti menerangkan model pembelajaran
yang akan diterapkan kepada siswa pada proses belajar mengajar yang
62
akan berlangsung. Setelah itu peneliti membagikan soal pretest kepada
siswa untuk dikerjakan dan diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan.
Peneliti memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan
memberikan pertanyaan “ Bagaimana cara menggunakan jangka sorong
?”. Setelah itu peneliti menyuruh siswa untuk duduk berpasang-pasangan
sesuai dengan pembagian pasangan yang peneliti telah bentuk. Kemudian
peneliti menyuruh siswa untuk membuka Modul Menggunakan Alat-Alat
Ukur yang telah dibagikan kepada siswa. Peneliti melanjutkan untuk
menerangkan materi pelajaran tentang jangka sorong. Dilanjutkan dengan
peneliti menerangkan kesetiap kelompok cara menggunakan jangka
sorong. Setelah semua kelompok sudah peneliti terangkan cara
menggunakan jangka sorong, maka peneliti menyuruh kepada masing-
masing tiap pasangan untuk memerankan satu siswa menjadi guru (tutor)
dan siswa yang satunya menjadi murid (tutee) dalam menerangkan
menggunakan jangka sorong. Setelah beberapa menit peneliti menyuruh
kepada masing-masing tiap pasangan untuk bertukar peran yang tadinya
guru menjadi murid dan sebaliknya. Karena model pembelajaran Strcutred
Dyadic Methods (SDM) ini dirasa masih baru oleh para siswa maka
pembelajaran pada siklus I pertama ini belum begitu lancar. Masih banyak
siswa yang mengeluh dalam melakukan pembelajaran model Structured
Dyadic Methods (SDM) ini.
Sebelum jam pelajaran habis, peneliti memberikan soal post test
tentang jangka sorong. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur
63
keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, dalam hal ini peneliti
ingin mengukur tingkat pemahaman siswa pada materi jangka sorong
melalui penerapan model pembelajaran Structured Dyadic Methods.
Dalam hal ini kegiatan evaluasi ini juga disebut post test siklus I. Dari
hasil post test ini kemudian peneliti bandingkan dengan hasil pre test yang
peneliti berikan sebelum pelajaran dimulai tadi. Dari hasil pre test dan post
test tersebut dapat diketahui jumlah siswa yang lulus dan siswa yang
masih gagal. Hasil pre test jumlah siswa yang lulus 15,38% dan jumlah
siswa yang belum lulus 84,62% sedangkan nilai rata-rata pre test adalah
61,89. Hasil post test siklus I jumlah siswa lulus 53,84% dan jumlah siswa
yang belum lulus 46,62% sedangkan nilai rata-rata post test siklus I adalah
72,71. Dari hasil koreksi tersebut dapat diketahui adanya peningkatan
siswa yang lulus 38,46% dan peningkatan rata-rata hasil belajar yang
tadinya 61,89 menjadi 72,71. Walaupun peningkatan hasil belajar sudah
tejadi tetapi belum memenuhi target yaitu nilai rata-rata KKM 75.
Dikarenakan siswa masih belum begitu memahami model pembelajaran
yang diterapkan, maka dilanjutkan pada siklus II.
Pada hari Senin tanggal 18 November 2013 jam pelajaran ke 5-6
peneliti melaksanakan siklus II. Diawali dengan salam pembuka dan
berdoa bersama. Kemudian peneliti mengabsen kehadiran siswa, peneliti
menyuruh siswa untuk duduk berpasangan-pasangan seperti pada siklus I.
Peneliti menerangkan model pembelajaran Structured Dyadic Methods
(SDM) sebelum pelajaran dimulai. Selanjutnya peneliti memberikan
64
motivasi dan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang materi jangka
sorong yang telah dipelajari pada siklus I. Setelah itu peneliti menyuruh
siswa untuk membuka modul Mengunakan Alat-Alat Ukur. Kemudian
peneliti memberikan apersepsi lagi tentang “ bagaimana menggunakan
micrometer luar ”.
Adanya apersepsi itu membuat siswa menjadi penasaran dan ingin
tahu jawabannya dengan siswa membaca modul untuk mencari jawaban.
Setelah siswa mencari jawaban pada modul, peneliti menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk
memancing siswa untuk fokus pada materi yang akan disampaikan.
Setelah pembahasan jawaban dan apersepsi, peneliti melanjutkan untuk
menerangkan materi pelajaran tentang micometer luar. Dilanjutkan dengan
peneliti menerangkan kesetiap kelompok cara menggunakan jangka
sorong. Setelah semua kelompok sudah peneliti terangkan cara
menggunakan micometer luar, maka peneliti menyuruh kepada masing-
masing tiap pasangan untuk memerankan satu siswa menjadi guru (tutor)
dan siswa yang satunya menjadi murid (tutee) dalam menerangkan
menggunakan micometer luar. Setelah beberapa menit peneliti menyuruh
kepada masing-masing tiap pasangan untuk bertukar peran yang tadinya
guru menjadi murid dan sebaliknya.
Setelah proses pengajaran selesai, sebelum jam pelajaran habis
peneliti membagikan soal post test kepada siswa untuk dikerjakan. Dari
hasil post test ini peneliti mengetahui adanya peningkatan siswa yang
65
tuntas di siklus I sebanyak 53,84% , di siklus II meningkat menjadi 100%.
Peningkatan hasil belajar juga terjadi yang tadinya di siklus I nilai rata-rata
72,71 sedangakan di siklus II nilai rata-ratanya menjadi 84,41. Nilai rata-
rata di siklus II ini sudah melebihi nilai rata-rata KKM yaitu 75. Hal ini
menunjukan bahwa hasil belajar siklus II lebih meningkat dibandingkan
pada siklus I.
66
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian dan
pembahasan tentang penerapan model pembelajaran Structured Dyadic
Methods (SDM) adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) di
SMK Ma’arif 9 Klirong pada mata pelajaran Alat Ukur dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) pembagian pasangan
terdiri 2 siswa, (b) dilanjutkan siswa memainkan peran satu siswa jadi
guru (tutor) dan siswa satunya jadi murid (tutee) menerangkan materi
alat ukur, (c) setelah beberapa menit setiap pasangan tadi bertukar
peran, (d) setiap akhir siklus dilakukan evaluasi. Hasilnya siswa
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Terdapat peningkatan pembelajaran dari siklus I ke siklus II pada mata
pelajaran Menggunakan Alat Ukur Teknik Kendaraan Ringan Kelas X
di SMK Ma’arif 9 Klirong dengan model pembelajaran Structured
Dyadic Methods (SDM). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil nilai rata-
rata siklus I adalah 72,71 dan nilai rata-rata siklus II adalah 84,41.
67
B. Saran
1. Bagi Guru
a. Guru dapat mempertimbangkan untuk menerapakan
modelStructured Dyadic Methods (SDM) yang diharapkan
meningkatkan Prestasi Belajar.
b. Waktu yang digunakan dalam penerapan model Structured Dyadic
Methods (SDM) harus diatur dengan baik.
2. Bagi Siswa
Agar siswa selalu antusias dalam kegiatan belajar mengajar, lebih
percaya diri dengan kemampuannya, menghargai pendapat orang lain,
berani bertanya atau berpendapat, menjawab, bekerjasama dalam
pasangannya membiasakan aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
karena hal-hal tersebut merupakan jalan untuk meningkatkan Prestasi
Belajar siswa yang lebih baik.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai ajang kajian untuk
diadakan penelitian lebih lanjut tentang penerapan Model Structured
Dyadic Methods (SDM) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
68
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta.
Bambang Ribowo. 2006. “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIA SMPNegeri 2 Banjarharjo Brebes dalam pokok bahasan segiempat melaluimodel pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil tahun pelajaran2005-2006.Tersedia:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01b9/55f8dc7e.dir/doc.pdf
Djamrah, Syaiful Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:Usaha Nasional.
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses BelajarMengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Idham Arvia. 2013. diakses dari http:// Pengertian Prestasi Belajar Siswa-BlogPendidikan htm#. UbaMy9jwFfw pada tanggal 9 Juni 2013.
Ika Marlita Sari. 2006. “Keefektifan Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadaphasil belajar matematika pokok bahasan persamaan garis lurus siswakelas VIII SMP Negeri 36 Semarang”. [Online]. Tersedia:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0195/0d0bc998.dir/doc_2.pdf
Istiarni, A. 2012. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika MateriBangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII A SMP N 1 Kutowinangun.Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammdiyah Purworejo.Purworejo.
Jangka Sorong. 2013. diakses dari http://rumushitung.com/2013/01/31/cara-menggunakan-jangka-sorong-2/pada tanggal 31 Mei2013.Kbs.jogjakota.go.id, wikipedia, pengetahuan penulis. 2013. diaksesdari http://rumushitung.com/2013/02/02/mikrometer-sekrup-micrometer-screw/pada tanggal 31 Mei 2013.
69
Miftahul Huda. 2012. Cooperatif Laerning Metode, Teknik, Struktur dan ModelPenerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ngalim Purwanto. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Nar Herrhyanto, dkk. 2009. Statistika Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Riyono. 2006. “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas III G SMP NegeriKetanggungan Brebes pada pokok bahasan operasi pada bentuk aljabarmelalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil”.[Online].Tersedia:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01f1.dir/doc_4.pdf.
Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKKUNNES. Diakses pada http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html pada 09 Juni 2013.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutamin. 2007. “Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP 2 Kudusmelalui implementasi metode pembelajaran dengan tutor sebaya padamateri pokok bangun ruang sisi datar tahun pelajarn 2006/2007”.[Online].Tersedia:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0195/0d0bc998.dir/doc_2.pdf.
LAMPIRAN
67
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : KOMPETENSI KEJURUAN
Kelas / Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Standar Kompetensi : Menggunakan alat-alat ukur dasar otomotif
Kompetensi Dasar : Menggindentifikasikan alat-alat ukur
I. Indikator :
Macam-macam alat ukur di identifikasikan sesuai standar danspesifikasi pabrik
Macam-macam fungsi alat ukur disebutkan dengan benar
II.Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
Memahami tentang fungsi jangka sorong dengan benar Memahami tentang penggunaan jangka sorong Menerapkan pekerjaan sesuai SOP.
Membaca hasil pengukuran jangka sorong
II. Materi Pokok Pembelajaran
Pengukuran berbagai jenis dimensi dengan alat ukur mekanikvernier caliper atau jangka sorong
Prosedur pengukuran dengan K3
III. Metode Pembelajaran
Ceramah
LAMPIRAN 1
68
Metode Cooperatif Learning Tipe Sctured Dyadic Methods
(SDM)
IV.Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBUKA
( Apersepsi )
Berdoa sebelum memulai pelajaran Absensi untuk mengetahui kehadiran
siswa Memberikan semangat/motivasi
kepada peserta didik
Menggali informasi awal Menyampaikan metode
pembelajaran yang akan digunakan
Guru memberikan pre test
KEGIATAN INTI
Guru menjelaskan materi yangberkaitan
Guru membagi siswa berpasangansecara heterogen. Satu kelompokterdiri dari 1 pasangan denganjumlah anggota 2 orang
Masing-masing siswa yangberpasangan dalam satu kelompoktersebut bergantian menjelaskanmateri yang telah disampaikan olehguru.
Setiap pasangan siswa bertukar perandari yang menjelaskan menjadipendengar.
Guru memberikan pertanyaan yangberkaitan dengan materi
Siswa merespon pertanyaan dariguru
Guru memberikan contoh materi
69
jangka sorong Siswa mempraktekan pengukuran
jangka sorong
KEGIATAN AKHIR
Guru bersama siswa mengulas materiyang telah dipelajari kembali
Guru memberikan soal post testsiklus I
Guru menutup pertemuan Guru memberikan gambaran tentang
materi pertemuan selanjutnya
V. Alat/Bahan/SumberBelajar/Media:
Alat/bahan : Papan tulis, spidol, worksheet
Sumber Belajar : Buku tentang jangka sorong dan mikrometer
Media : Modul
VI. Penilaian :
1. Tertulis
Kebumen, 11 November 2013
Guru Mata Pelajaran
70
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : KOMPETENSI KEJURUAN
Kelas / Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Standar Kompetensi : Menggunakan alat-alat ukur dasar otomotif
Kompetensi Dasar : Menggindentifikasikan alat-alat ukur
I. Indikator :
Macam-macam alat ukur di identifikasikan sesuai standar danspesifikasi pabrik
Macam-macam fungsi alat ukur disebutkan dengan benar
II.Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
Memahami tentang fungsi mikrometer luar dengan benar Memahami tentang penggunaan mikrometer luar Menerapkan pekerjaan sesuai SOP.
Membaca hasil pengukuran mikrometer luar dengan benar
II. Materi Pokok Pembelajaran
Pengukuran berbagai jenis dimensi dengan alat ukur mekanikmicrometer luar
Prosedur pengukuran dengan K3
III. Metode Pembelajaran
Ceramah
Metode Cooperatif Learning Tipe Sctured Dyadic Methods
(SDM)
LAMPIRAN 2
71
IV.Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBUKA
( Apersepsi )
Berdoa sebelum memulai pelajaran
Absensi untuk mengetahui kehadiransiswa
Memberikan semangat/motivasikepada peserta didik
Menggali informasi awal Menyampaikan metode
pembelajaran yang akan digunakan
KEGIATAN INTI
Guru menjelaskan materi yangberkaitan
Guru membagi siswa berpasangansecara heterogen. Satu kelompokterdiri dari 1 pasangan denganjumlah anggota 2 orang
Masing-masing siswa yangberpasangan dalam satu kelompoktersebut bergantian menjelaskanmateri yang telah disampaikan olehguru.
Setiap pasangan siswa bertukar perandari yang menjelaskan menjadipendengar.
Guru memberikan pertanyaan yangberkaitan dengan materi
Siswa merespon pertanyaan dariguru
Guru memberikan contoh materijangka sorong dan mikrometer luar
Siswa mempraktekan pengukuranmikrometer luar
72
KEGIATAN AKHIR
Guru bersama siswa mengulas materiyang telah dipelajari kembali
Guru memberikan soal post testsiklus II
Guru menutup pertemuan
Guru memberikan gambaran tentangmateri pertemuan selanjutnya
V. Alat/Bahan/SumberBelajar/Media:
Alat/bahan : Papan tulis, spidol, worksheet
Sumber Belajar : Buku tentang jangka sorong dan mikrometer
Media : Modul
VI. Penilaian :
1. Tertulis
Kebumen, 18 November 2013
Guru Mata Pelajaran
73
LAMPIRAN 3
Alat Ukur
Alat ukur dasar otomotif pada penelitian ini yang akan dipelajari di
SMK Ma’arif 9 Klirong kelas X Teknik Kendaraan Ringan di fokuskan
pada :
a. Jangka Sorong atau Vernier Caliper.
Merupakan alat ukur yang mampu menentukan ukuran diameter
luar silinder, diameter dalam sebuah lubang atau kedalaman suatu lubang.
Pada jangka sorong terdapat rahang bawah untuk mengukur diamater luar,
rahang atas untuk diameter dalam serta batang pengukur kedalaman.
Ketiganya dapat bergeser bersamaan dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Jangka sorong berfungsi mengukur panjang suatu benda dengan
ketelitian sampai 0,1 mm. (rahang tetap dan rahang geser bawah).
Pada jangka sorong terdapat dua buah skala ukuran yaitu: skala
utama/ skala diam yang terdapat pada body utama dan skala verneir/ skala
geser terdapat pada bagian yang bergeser/rahang geser. Pada rahang geser
terdapat mekanisme pengunci untuk mempermudah dan menghindari
kesalahan pembacaan skala ukur karena bergeser. Pada jangka sorong
tertera dua satuan ukuran yaitu metrik dan inchi.
74
Gambar . Gambar Jangka Sorong
Dibawah ini keterangan nama-nama tiap bagian dari jangka sorong
beserta fungsinya masing-masing :
1) Out side jaws : mengukur bagianluar
2) In Side Jaws : mengukur bagian dalam
3) Dept bar : mengukur kedalaman
4) Step : mengukur ketinggian
5) Skala Utama : skala diam menunjukkan nilai angka nominal
6) Skala Vernier : Skala geser menunjukkan angka desimal
menambah ketelitian hasil ukur
Dibawah ini contoh pembacaan jangka sorong dengan tingkat
ketelitian 0,1 mm. Carilah panjang benda yang diukur dengan jangka
sorong jika pada skala utama dan skala nonius terlihat sebagai berikut :
1
2
3
4
6
5
74
Gambar . Gambar Jangka Sorong
Dibawah ini keterangan nama-nama tiap bagian dari jangka sorong
beserta fungsinya masing-masing :
1) Out side jaws : mengukur bagianluar
2) In Side Jaws : mengukur bagian dalam
3) Dept bar : mengukur kedalaman
4) Step : mengukur ketinggian
5) Skala Utama : skala diam menunjukkan nilai angka nominal
6) Skala Vernier : Skala geser menunjukkan angka desimal
menambah ketelitian hasil ukur
Dibawah ini contoh pembacaan jangka sorong dengan tingkat
ketelitian 0,1 mm. Carilah panjang benda yang diukur dengan jangka
sorong jika pada skala utama dan skala nonius terlihat sebagai berikut :
1
2
3
4
6
5
74
Gambar . Gambar Jangka Sorong
Dibawah ini keterangan nama-nama tiap bagian dari jangka sorong
beserta fungsinya masing-masing :
1) Out side jaws : mengukur bagianluar
2) In Side Jaws : mengukur bagian dalam
3) Dept bar : mengukur kedalaman
4) Step : mengukur ketinggian
5) Skala Utama : skala diam menunjukkan nilai angka nominal
6) Skala Vernier : Skala geser menunjukkan angka desimal
menambah ketelitian hasil ukur
Dibawah ini contoh pembacaan jangka sorong dengan tingkat
ketelitian 0,1 mm. Carilah panjang benda yang diukur dengan jangka
sorong jika pada skala utama dan skala nonius terlihat sebagai berikut :
1
2
3
4
6
5
75
Jawaban :
1) Jangka Sorong tersebut memiliki tingkat ketelitian 0,1 mm.
2) Hasil pembacaan :
Skala Utama = 11 mm
Skala Nonius ( 8 x 0,1 mm) = 0,8 mm+
Jumlah = 11,8 mm
Penjelasan cara pembacaan dari gambar diatas adalah baca skala
utama dengan membaca garis angka nol skala vernier terletak pada ruas
atau garis ke berapa di skala utama. Ini akan menunjukkan angka nominal.
Baca skalavernier dengan membaca garis ke berapa dari skalavernier yang
paling lurus dengan garis skala utama. Ini akan menunjukkan angka
desimal.Menjumlahkan angka nominal dan angka desimal. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang baik perlu diperhatikan posisi
pengukuran harus tegak lurus dengan benda kerja, kebersihan alat ukur
dan benda yang diukur serta kecermatan dalam pembacaan skala. Dibawah
ini contoh gambar jangka sorong untuk pengukuran luar, dalam, dan
kedalaman.
76
Gambar . Mengukur diameter luar
Gambar . Mengukur diameter dalam
Gambar .Mengukur kedalaman
77
b. Mikrometer Luar
Mikrometer luar adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang
cukup presisi. Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian hinggan 0,01 mm.
Penggunaan mikrometer luar biasanya untuk mengukur diameter benda
melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel.Mikrometer luarmempunyai
ketelitian 10 kali lebih teliti dari jangka sorong. Jika jangka sorong 0,1
mm, mikrometer sampai 0,01 mm. Mikrometer yang pertama diciptakan
oleh William Gascoigne pada abad ke-17 sebagai alat pengukuran yang
lebih presisi dibanding jangka sorong. Berikut ulasan mengenai
mikrometer luar.
Secara standard bagian-bagian mikrometer luar terdiri dari bagian-
bagian sebagai berikut :
Keterangan dari masing-masing bagian mikrometer sekrup sebagai
berikut :
1) Poros Tetap yaitu poros di ujung yang tidak bergerak
2) Poros Geser, poros yang bisa digerakkan ke depang dan
kebelakang
3) Skala utama (satuan mm)
78
4) Skala Nonius atau Skala Putar
5) Pemutar, menggerakkan poros geser
6) Pengunci
7) Rachet, sama seperti poros geser tapi lebih kecil
8) Frame berbentuk U
Berikut ini akan dijelaskan cara penggunaan mikrometer luar sebagai
berikut :
1) Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.
2) Lakukan pengecekan ketika apakah poros tetap dan poros geser
bertemu skala dan skala nonius utama menunjukkan angka nol.
3) Buka rahang dengan menggerakkan pemutar ke arah kiri sampai
benda dapat masuk ke dalam rahang.
4) Letakkan benda diantara poros tetap dan poros geser lalu tutup
kembali rahang hingga tepat menjepit benda.
5) Putarlah pengunci agar pemutar tidak bisa bergerak lagi.
Dengarkan bunyi “klik” yang muncul.
Skala pada mikrometer luar terbagi atas dua skala yaitu skala utama
dan skala nonius atau skala putar. Skala utama sekrup ini tiap satuannya
sama dengan 1 mm, ditengah-tengah angka skala tersebut ada angka
tengahnya. Angka skala atas terdiri dari 1,2,3, 4, dan seterusnya.
Sedangkan angka skala bawah terdiri dari 0.5, 1.5, 2.5, dan seterusnya.
Skala nonius atau skala putar di skala putar terdapat angka 1 sampai 5
(kelipatan 5). Tiap skala ini berputar mundur 1 kali maka skala utama
79
bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 0,5/50 =0,01 mm. Cara
pembacaan mikrometer luar sebagai berikut :
1) Lihat pada skala utama, lihat skala yang tepat ditunjuk atau tepat
di sebelah kiri skala putar. Angka tersebut dalam mm.
2) Lihat angka pada skala putar yang segaris dengan garis
melintang di skala utama. Kalikan angka itu dengan 0,01.
3) Tambahkan angka yang di dapat di angka satu dan angka 2.
Dibawah ini contoh pembacaan mikrometer luar dengan tingkat
ketelitian 0,01 mm. Carilah panjang benda yang diukur dengan
mikrometer luar jika pada skala utama dan skala nonius terlihat sebagai
berikut :
Jawaban :
1) Ketelitian mikrometer tersebut adalah 0,01 mm
2) Panjang yang terbaca dari mikrometer luar di atas adalah
Skala Utama = 11,5 mm
Skala Putar (24×0,01) = 0,24 mm
—————————————————– +
Jumlah = 11,74 mm
80
Soal Pre Test Siklus I
Pilihlah jawaban a, b, c atau d yang paling benar untuk soal-soal di bawah inidengan cara memberi tanda silang. Apabila mengganti jawaban berilah tanda =pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang pada jawaban baru.
Contoh 1. A B C D
Menjadi A B C D
1. Berikut ini nama lain untuk menyebut jangka sorong (verniercaliper),kecuali...a. Schuifmaatb. Mistar Ingsutc. Mistar Sorongd. Straight gauge
2. Berikut ini pengukuran yang mampu dilakukan dengan baik menggunakanvernier caliper, kecuali...a. Mengukur kedalamanb. Mengukur tingkat/stepc. Mengukur diameterd. Mengukur kerataan/kedataran
3. Bagian Out side jaws pada jangka sorong berfungsi untuk...a. Mengukur kedalamanb. Mengukur ketinggianc. Mengukur bagian luard. Mengukur bagian dalam
4.
Gambar tersebut merupakan fungsi vernier caliper untuk pengukuran....a. Dimensi dalamb. Kedalamanc. Dimensi luard. Step/tingkat
LAMPIRAN 4
81
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...a. Vernier caliper dengan rahang ukurb. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurc. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbled. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
8.
81
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...a. Vernier caliper dengan rahang ukurb. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurc. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbled. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
8.
81
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...a. Vernier caliper dengan rahang ukurb. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurc. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbled. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
8.
82
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
11.
82
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
11.
82
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
11.
83
Berdasarkan gambar, maka dapat diketahui ketelitian dari vernier calipertersebut adalah...a. 0.02 mmb. 0,05 mmc. 0,5 mmd. 0,1 mm
12.
Berdasarkan hasil pembacaan skala vernier caliper tersebut adalah...a. 10,2 mmb. 11 mmc. 11,8 mmd. 12 mm
13.
Hasil pembacaan vernier caliper tersebut adalah...a. 12,7 mmb. 15,47 mmc. 15,7 mmd. 19,7 mm
14.
84
Berdasarkan gambar, maka dapat diketahui ketelitian dari vernier calipertersebut adalah...a. 0,01 mmb. 0,02 mmc. 0,05 mmd. 0,5 mm
15.
Berapakah hasil dari pembacaan skala vernier caliper tersebut ?a. 14,28 mmb. 14,35 mmc. 28,28 mmd. 28,35 mm
16.
Hasil pengukuran yang ditunjukan vernier caliper tersebut adalah...a. 32,48 mmb. 32,55 mmc. 37,48 mmd. 37,55 mm
85
86
Dimensi yang terbaca dari verneir caliper tersebut besarnya...a. 44,4 mmb. 44,6 mmc. 46,4 mmd. 54,4 mm
18.
Berdasarkan gambar pada skala caliper tersebut, dapat diketahui tingkatketelitiannya adalah ....a. 0,01 mmb. 0,02 mmc. 0,05 mmd. 0,5 mm
19.
Berdasarkan gambar diatas maka pengukuran yang diperoleh adalah...a. 11,50 mmb. 10,55 mmc. 11,35 mmd. 10,40 mm
20.
87
Berdasarkan gambar diatas pengukuran yang diperoleh dengan jangkasorong tersebut adalah...a. 3,76 mmb. 3,54 mmc. 4,76 mmd. 4,73 mm
21. Rahang pengukur diameter luar pada jangka sorong digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. mengukur dimensi/diameter dalam bendad. menentukan besar pengukuran
22. Pengukur kedalaman digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. mengukur dimensi/diameter dalam bendad. menentukan besar pengukuran
23. Stopper/baut pengunci digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. menentukan besar pengukurand. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerak.
24. Skala Utama (main scale) digunakan untuk...a. mengukur kedalaman bendab. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerakc. untuk menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di belakang
komad. menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di depan koma
25. Skala vernire (vernire scale/nonius) digunakan untuk...a. mengukur kedalaman bendab. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerakc. untuk menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di belakang
komad. menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di depan koma
88
Jawaban Pre Test Siklus I
1 A B C D 16 A B C D
2 A B C D 17 A B C D
3 A B C D 18 A B C D
4 A B C D 19 A B C D
5 A B C D 20 A B C D
6 A B C D 21 A B C D
7 A B C D 22 A B C D
8 A B C D 23 A B C D
9 A B C D 24 A B C D
10 A B C D 25 A B C D
11 A B C D
12 A B C D
13 A B C D
14 A B C D
15 A B C D
LAMPIRAN 5
89
LAMPIRAN 6
Soal Post Test Siklus I
Pilihlah jawaban a, b, c atau d yang paling benar untuk soal-soal di bawah inidengan cara memberi tanda silang. Apabila mengganti jawaban berilah tanda =pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang pada jawaban baru.
Contoh 1. A B C D
Menjadi A B C D
1. Berikut ini nama lain untuk menyebut jangka sorong (verniercaliper),kecuali...e. Schuifmaatf. Mistar Ingsutg. Mistar Sorongh. Straight gauge
2. Berikut ini pengukuran yang mampu dilakukan dengan baik menggunakanvernier caliper, kecuali...e. Mengukur kedalamanf. Mengukur tingkat/stepg. Mengukur diameterh. Mengukur kerataan/kedataran
3. Bagian Out side jaws pada jangka sorong berfungsi untuk...e. Mengukur kedalamanf. Mengukur ketinggiang. Mengukur bagian luarh. Mengukur bagian dalam
4.
90
Gambar tersebut merupakan fungsi vernier caliper untuk pengukuran....e. Dimensi dalamf. Kedalamang. Dimensi luarh. Step/tingkat
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...e. Vernier caliper dengan rahang ukurf. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurg. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbleh. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
90
Gambar tersebut merupakan fungsi vernier caliper untuk pengukuran....e. Dimensi dalamf. Kedalamang. Dimensi luarh. Step/tingkat
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...e. Vernier caliper dengan rahang ukurf. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurg. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbleh. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
90
Gambar tersebut merupakan fungsi vernier caliper untuk pengukuran....e. Dimensi dalamf. Kedalamang. Dimensi luarh. Step/tingkat
5. Berikut ini macam-macam vernier caliper jika dilihat dari bentuknnya,kecuali...e. Vernier caliper dengan rahang ukurf. Vernier caliper dengan rahang ukur dan lidah ukurg. Vernier caliper dengan rahang ukur dan thimbleh. Vernier caliper dengan rahang ukur, lidah ukur dan ekor
6.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
7.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
91
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
91
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
91
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...
a. Skala Utamab. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
9.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. Skala Vernierc. Stepd. Dept bar
10.
Nama bagian dari jangka sorong yang ditunjuk dengan anak panah padagambar diatas adalah...a. Out side jawsb. In side jawsc. Stepd. Dept bar
92
Berdasarkan gambar, maka dapat diketahui ketelitian dari vernier calipertersebut adalah...e. 0.02 mmf. 0,05 mmg. 0,5 mmh. 0,1 mm
12.
Berdasarkan hasil pembacaan skala vernier caliper tersebut adalah...e. 10,2 mmf. 11 mmg. 11,8 mmh. 12 mm
13.
Hasil pembacaan vernier caliper tersebut adalah...e. 12,7 mmf. 15,47 mmg. 15,7 mmh. 19,7 mm
93
14.
Berdasarkan gambar, maka dapat diketahui ketelitian dari vernier calipertersebut adalah...e. 0,01 mmf. 0,02 mmg. 0,05 mmh. 0,5 mm
15.
Berapakah hasil dari pembacaan skala vernier caliper tersebut ?e. 14,28 mmf. 14,35 mmg. 28,28 mmh. 28,35 mm
16.
Hasil pengukuran yang ditunjukan vernier caliper tersebut adalah...e. 32,48 mm
94
f. 32,55 mmg. 37,48 mmh. 37,55 mm
17.
Dimensi yang terbaca dari verneir caliper tersebut besarnya...e. 44,4 mmf. 44,6 mmg. 46,4 mmh. 54,4 mm
18.
Berdasarkan gambar pada skala caliper tersebut, dapat diketahui tingkatketelitiannya adalah ....e. 0,01 mmf. 0,02 mmg. 0,05 mmh. 0,5 mm
19.
Berdasarkan gambar diatas maka pengukuran yang diperoleh adalah...e. 11,50 mm
95
f. 10,55 mmg. 11,35 mmh. 10,40 mm
20.
Berdasarkan gambar diatas pengukuran yang diperoleh dengan jangkasorong tersebut adalah...e. 3,76 mmf. 3,54 mmg. 4,76 mmh. 4,73 mm
21. Rahang pengukur diameter luar pada jangka sorong digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. mengukur dimensi/diameter dalam bendad. menentukan besar pengukuran
22. Pengukur kedalaman digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. mengukur dimensi/diameter dalam bendad. menentukan besar pengukuran
23. Stopper/baut pengunci digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. mengukur kedalaman bendac. menentukan besar pengukurand. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerak.
24. Skala Utama (main scale) digunakan untuk...a. mengukur kedalaman bendab. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerakc. untuk menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di belakang
komad. menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di depan koma
25. Skala vernire (vernire scale/nonius) digunakan untuk...a. mengukur kedalaman benda
96
b. menahan bagian pada skala vernier agar tidak bergerakc. untuk menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di belakang
komad. menentukan besaran atau angka hasil pengukuran di depan koma
97
LAMPIRAN 7
Jawaban PostTest Siklus I
1 A B C D 16 A B C D
2 A B C D 17 A B C D
3 A B C D 18 A B C D
4 A B C D 19 A B C D
5 A B C D 20 A B C D
6 A B C D 21 A B C D
7 A B C D 22 A B C D
8 A B C D 23 A B C D
9 A B C D 24 A B C D
10 A B C D 25 A B C D
11 A B C D
12 A B C D
13 A B C D
14 A B C D
15 A B C D
98
LAMPIRAN 8
Soal Post Test Siklus II
Pilihlah jawaban a, b, c atau d yang paling benar untuk soal-soal di bawah inidengan cara memberi tanda silang. Apabila mengganti jawaban berilah tanda =pada jawaban pertama kemudian berilah tanda silang pada jawaban baru.
Contoh 1. A B C D
Menjadi A B C D
1.
Bagian outside micrometer yang disebut dengan thimble, ditunjukandengan huruf...a. Cb. Fc. Gd. H
2. Bagian outside micrometer yang terdapat skala ukur adalah...a. Sleeveb. Anvilc. Ratchetd. Thimble
3.
99
Bagian pengunci pada gambar adalah...a. Ab. Bc. Dd. G
4. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan outsidemicrometer, kecuali...a. Permukaan benda ukur dan mulut ukur dari outside micometer harus
dibersihkanb. Memutar rangka dengan memegang silinder putarc. Memeriksa kedudukan nol outside micrometer sebelum dipakaid. Membuka mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur
5. Sebelum outside micometer disimpan perlu dibersihkan dengan lap bersihdan diberi sedikit vaselin. Bagian yang perlu diberi sedikit vaseline, palingtepat yaitu....a. Bagian rangka (frame) dan gigi gelincirb. Bagian muka ukur dan poros ukurc. Bagian yang berlapis emaild. Bagian yang berlapis chrom
6.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 5,438 mmb. 5,78 mmc. 9,535 mmd. 9,38 mm
7.
100
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 10,516 mmb. 10,66 mmc. 11,151 mmd. 11,16 mm
8.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 10,74 mmb. 11,24 mmc. 11,74 mmd. 12,24 mm
9.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 0,52 mmb. 5,20 mmc. 50,2 mmd. 52 mm
10.
101
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 12,51 mmb. 12,501 mmc. 12,6 mmd. 13,01 mm
11.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 10,437 mmb. 14,352 mmc. 14,37 mmd. 14,87 mm
12.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 15,44 mmb. 15,544 mmc. 15,94 mmd. 16,44 mm
13.
102
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 24,32 mmb. 24,532 mmc. 24,352 mmd. 24,82 mm
14.
Hasil pembacaan outside micrometer tersebut jika tingkat ketelitiannya0,01mm adalah....a. 15,74 mmb. 19,33 mmc. 20,303 mmd. 20,33 mm
15. Micrometer luar digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. untuk mengukur dimensi/diameter dalam bendac. untuk mengukur dimensi kedalaman bendad. mengukur kerataan suatu benda
16. Micrometer dalam digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. untuk mengukur dimensi/diameter dalam bendac. untuk mengukur dimensi kedalaman bendad. mengukur kerataan suatu benda
17. Micrometer kedalaman digunakan untuk...a. mengukur dimensi/diameter luar bendab. untuk mengukur dimensi/diameter dalam bendac. untuk mengukur dimensi kedalaman bendad. mengukur kerataan suatu benda
18. Kegunaan bagian Anvil dari micrometer luar adalah...a. berfungsi untuk menyentuh benda yang akan diukurb. berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganc. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangd. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubah
103
19. Kegunaan bagian spindle dari mikrometer luar adalah...a. berfungsi untuk menyentuh benda yang akan diukurb. berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganc. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangd. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubah20. Kegunaan bagian Lock clamp atau pengunci dari mikrometer luar adalah...
a. berfungsi untuk menyentuh benda yang akan diukurb. berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganc. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangd. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubah21. Kegunaan bagian Outer sleeve dari mikrometer luar adalah...
a. Berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganb. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangc. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubahd. sebagai peraba halus untuk meyakinkan bahwa spindle sudah
menyentuh benda kerja22. Kegunaan bagian Thrimble dari mikrometer luar adalah...
a. berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganb. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangc. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubahd. sebagai peraba halus untuk meyakinkan bahwa spindle sudah
menyentuh benda kerja.23. Kegunaan bagian Rachter stoper dari mikrometer luar adalah...
a. berfungsi untuk membaca skala hasil perhitunganb. berfungsi untuk memutar spindle agar dapat merapat dan merenggangc. berfungsi mengunci spindle agar saat pengukuran skala tidak bergeser
atau berubahd. sebagai peraba halus untuk meyakinkan bahwa spindle sudah
menyentuh benda kerja24. Berapakah hasil pengukuran Mikrometer Luar (outside micrometer)
dengan ketelitian 0,01 mm pada gambar di bawah ini...
104
a. 5,20 mmb. 5,25 mmc. 5,70 mmd. 5,45 mm
25. Berapakah hasil pengukuran Mikrometer Luar (outside micrometer)dengan ketelitian 0,01 mm pada gambar di bawah ini...
a. 6,71 mmb. 6,21 mmc. 5, 21 mmd. 7,21 mm
105
LAMPIRAN 9
Jawaban Post Test Siklus II
1 A B C D 16 A B C D
2 A B C D 17 A B C D
3 A B C D 18 A B C D
4 A B C D 19 A B C D
5 A B C D 20 A B C D
6 A B C D 21 A B C D
7 A B C D 22 A B C D
8 A B C D 23 A B C D
9 A B C D 24 A B C D
10 A B C D 25 A B C D
11 A B C D
12 A B C D
13 A B C D
14 A B C D
15 A B C D
106
LAMPIRAN 10
107
LAMPIRAN 11
108
LAMPIRAN 12
109
LAMPIRAN 13
110
LAMPIRAN 14
111
LAMPIRAN 15
112
LAMPIRAN 16
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS I
Hari/Tanggal : Senin / 11 November 2013Jam ke : 5-6Materi : Menggunakan Jangka SorongJumlah Siswa : 39 SiswaCatatan :
Pelajaran dimulai pada jam ke-5 yaitu pada pukul 9.55 WIB pada tanggal
11 November 2013 untuk siklus I. Pelajaran diawali dengan memberikan salam
pada siswa dan berdoa, peneliti mengecek kehadiran siswa, menyampaikan model
pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran Strcutured Dyadic
Methods (SDM), melakukan apersepsi dan menyamapaikan kompetensi dasar
yang akan dipelajari. Peneliti memberikan soal pree test dan lembar jawab soal
pree test kepada siswa dan diberikan waktu untuk mengerjakan selam 20 menit.
Pembelajaran berikutnya peneliti menjelaskan prosedure pembelajaran dengan
model Structured Dyadic Methods (SDM).
Sebelum pembelajaran peneliti menyuruh siswa untuk membuka modul
menggunakan alat-alat ukur yang diberikan kepada siswa dan dilanjutkan dengan
menjelaskan topik materi yang dibahas. Tahap selanjutnya yaitu pembentukan
pasangan. Siswa dipasangkan dengan siswa lain . Ternyata beberapa siswa kurang
cocok dengankomposisi pasangan yang telah ditentukan, namun dapat
113
diselesaikan oleh peneliti. Kemudian siswa dan pasangannya berdiskusi selama
40 menit dengan salah satu siswa berperan menjadi guru (tutor) dan siswa satunya
lagi berperan menjadi murid (tutee). Setelah beberapa menit pembelajaran
berjalan peneliti menyuruh siswa untuk bertukar peran yang tadinya berperan guru
menjadi murid dan tadinya berperan murid menjadi guru. Pada akhir pembelajaran
diberikan post test dan diberikan waktu 20 menit. Dari hasil pelaksanaan pada
siklus I masih terdapat beberapa kendala karena siswa belum terbiasa dengan
pembelajaraan dengan model tersebut. Pembelajaran berakhir pada jam ke-6 yaitu
pukul 11.15 WIB.
114
LAMPIRAN 17
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS II
Hari/Tanggal : Senin / 18 November 2013Jam ke : 5-6Materi : Menggunakan Micrometer LuarJumlah Siswa : 39 SiswaCatatan :
Pelajaran dimulai pada jam ke-5 yaitu pada pukul 9.55 WIB pada tanggal
18 November 2013 untuk siklus II. Pelajaran diawali dengan memberikan salam
pada siswa dan berdoa, peneliti mengecek kehadiran siswa, menyampaikan model
pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran Strcutured Dyadic
Methods (SDM), melakukan apersepsi dan menyamapaikan kompetensi dasar
yang akan dipelajari. Pembelajaran berikutnya peneliti menjelaskan prosedure
pembelajaran dengan model Structured Dyadic Methods (SDM).
Sebelum pembelajaran peneliti menyuruh siswa untuk membuka modul
menggunakan alat-alat ukur yang diberikan kepada siswa dan dilanjutkan dengan
menjelaskan topik materi yang dibahas. Kemudian siswa dan pasangannya
berdiskusi selama 40 menit dengan salah satu siswa berperan menjadi guru (tutor)
dan siswa satunya lagi berperan menjadi murid (tutee). Setelah beberapa menit
pembelajaran berjalan peneliti menyuruh siswa untuk bertukar peran yang tadinya
berperan guru menjadi murid dan tadinya berperan murid menjadi guru. Pada
115
akhir pembelajaran diberikan post test dan diberikan waktu 20 menit. Dari hasil
pelaksanaan pada siklus II pembelajaran sudah lebih baik dari siklus I dikarenakan
siswa sudah memahami pembelajaran model Structured Dyadic Methods (SDM). .
Pembelajaran berakhir pada jam ke-6 yaitu pukul 11.15 WIB.
116
LAMPIRAN 18
Hasil wawancara observasi penelitian kelas X TKR 3
1. Bagaimana keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran terutama padamata pelajaran menggunakan alat-alat ukur dasar ?
“ Hampir sama dengan keadaan yang lain, akan tetapi mapel inimemaang cukup sulit bagi siswa, dan mungkin siswa merasa terlalubanyak yang harus dihafal atau mungkin malah menyepelekan sehinggabanyak yang acuh “.
2. Kendala yang lain ?
“ Siswa itu kayakna susah menangkap pelajaran mas, sedikit yang mauaktif dalam proses belajar mengajar, kayaknya takut kalau saya tanya itu,apa saya menakutkan ya mas padahal saya tidak marah sama siswa “.
3. Apakah keadaan tersebut merata di semua kelas ?
“ Hampir sama mas, walaupun tergantung dari siswanya mas “.
4. Apakah kesulitan dari pihak guru dalam melaksanakan KBM terutamadalam teori menggunakan alat-alat ukur dasar otomotif ?
“ Siswa ini banyak yang malas-malasan, sedikti sekali yang aktif namunada juga beberapa siswa yang aktif dan mampu tuntas dalam belajaranyamereka terasa susah menerima pelajaran ketika saya menjelaskan “.
5. Bagaimanakah keadaan prestasi belajar siswa dalam bidang teori otomotifterutama mata pelajaran menggunakan alat ukur dasar otomtoif ?
“ Secara umum lumayan baik mas, namun masih perlu ditingkatkan lagimas, soalnya rata-rata nilai siswa masih di bawah KKM mas “.
6. Kendala apa yang menyebabkan tidak meratanya prestasi pada mapeltersebut ?
117
“ Kendala terbesar adalah minat dan ketertarikan siswa untuk belajar,hal ini terlihat dari dalam kelas banyak siswa yang cenderung tidakmemperhatikan pelajaran dan cenderung gaduh “.
7. Apakah bapak pernah bertanya kenapa mereka seperti itu ?
“ Pernah sih mas, namun mereka itu banyak yang acuh tak acuhmenanggapinya, ada yang bilang pelajaranya susah pelajarannya adayang bilang bikin ngantuk, namun ketika istirahat mereka gak ngantukmalah pada bercerita-cerita pada bergerombol gitu mas “.
8. Bagaimana pendapat bapak dengan adanya pembelajaran yang membuatsiswa menjadi lebih aktif ? Misal siswa yang mengajari temannya dengangaya bahasa temannyalebih mudah dalam menangkap pelajaran ? Mungkinbisa mendukung pembelajaran menggunakan alat ukur dasar otomotif ?
“ Ya bisa mas itu dilakukan tapi pelaksanaannya bagaimana ? bila itubisa mas meningkatkan kenapa nggak? Kan harapannya jadi lebih baik”.
Klirong, April 2013Pengampu
118
LAMPIRAN 19
Lembar Pengamatan Observasi Siklus I
No Kegiatan Yang Di Amati YA TIDAK
1 Semua siswa masuk ruang kelas tepatwaktu
√
2 Semua siswa mentaati peraturan yangtelah di tetapkan
√
3 Siswa tampak bersemangat dalambelajar
√
4 Siswa tidak merasa takut bertanyaketika menjumpai kesulitan
√
5 Semua terlibat aktif dalam kegiatanpembelajaran
√
6 Apakah siswa tepat waktu dalammengumpulkan tugas
√
119
LAMPIRAN 20
Lembar Pengamatan Observasi Siklus II
No Kegiatan Yang Di Amati YA TIDAK
1 Semua siswa masuk ruang kelas tepatwaktu
√
2 Semua siswa mentaati peraturan yangtelah di tetapkan
√
3 Siswa tampak bersemangat dalambelajar
√
4 Siswa tidak merasa takut bertanyaketika menjumpai kesulitan
√
5 Semua terlibat aktif dalam kegiatanpembelajaran
√
6 Apakah siswa tepat waktu dalammengumpulkan tugas
√
120
LAMPIRAN 21
DAFTAR HADIR SISWAKELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN
SMK Ma’arif 9 Klirong
NIS Nama SIKLUS I SIKLUS II
1509 Agung Prabowo Ada Ada
1509 Ahmad Syarifudin A Ada Ada
1510 Ahmad Wahyudi Ada Ada
1511 Alif Lam Amin Nurdin Ada Ada
1512 Alvan Damianto Ada Ada
1513 Aziz Raif Setiawan Ada Ada
1514 Bagas Kara Ada Ada
1515 Bayu Indra Prasetyo Ada Ada
1516 Devan Andriansyah Ada Ada
1517 Fatkhur Rohman Ada Ada
1518 Fuan Abiyoga Ada Ada
1519 Irvannudin Fadri Ada Ada
1520 Jumono Dwi Santoso Ada Ada
1521 Khanif Mukholifudin Ada Ada
1522 Kuat Ambar Prihatin Ada Ada
1523 Ludiono Saputro Ada Ada
1524 Luji Purwanto Ada Ada
1525 Malik Ibrahim Ada Ada
121
1526 Miftakhul Anwar Ada Ada
1527 Moh. Reza Saputra Ada Ada
1528 Mokhamad Arif Fauzan Ada Ada
1529 Nasirudin Ada Ada
1530 Nasrul Anwar Ada Ada
1531 Ngafifudin Khanif Ada Ada
1532 Nur Wahidin Ada Ada
1533 Parlianto Ada Ada
1534 Ridho Dwi Prasetiyo Ada Ada
1535 Rizqi Romadhoni Ada Ada
1536 Rohudi Ada Ada
1537 Rusli Nur Hidayat Ada Ada
1538 Sahri Romadhon Ada Ada
1539 Taufiqurrohman Ada Ada
1540 Tri Haji Yatno Ada Ada
1541 Triyanto Ada Ada
1542 Uci Apriyanto Ada Ada
1543 Wahyu Susanto Ada Ada
1544 Wahyu Widodo Ada Ada
1545 Yoga Adi Saputra Ada Ada
1546 Akhmad Sarifudin B Ada Ada
122
LAMPIRAN 22
DAFTAR NILAI SISWA SIKLUS IKELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN
SMK Ma’arif 9 Klirong
NIS NamaNilai
KetuntasanPree Test Post Test
1509 Agung Prabowo 60 72 Belum Tuntas
1509 Ahmad Syarifudin A 64 76 Tuntas
1510 Ahmad Wahyudi 80 80 Tuntas
1511 Alif Lam Amin Nurdin 52 76 Tuntas
1512 Alvan Damianto 68 72 Belum Tuntas
1513 Aziz Raif Setiawan 60 68 Belum Tuntas
1514 Bagas Kara 54 76 Tuntas
1515 Bayu Indra Prasetyo 72 76 Tuntas
1516 Devan Andriansyah 64 80 Tuntas
1517 Fatkhur Rohman 76 80 Tuntas
1518 Fuan Abiyoga 80 72 Belum Tuntas
1519 Irvannudin Fadri 56 76 Tuntas
1520 Jumono Dwi Santoso 76 80 Tuntas
1521 Khanif Mukholifudin 76 84 Tuntas
1522 Kuat Ambar Prihatin 80 76 Tuntas
1523 Ludiono Saputro 60 84 Tuntas
1524 Luji Purwanto 64 68 Belum Tuntas
1525 Malik Ibrahim 56 76 Tuntas
123
1526 Miftakhul Anwar 72 68 Belum Tuntas
1527 Moh. Reza Saputra 48 60 Belum Tuntas
1528 Mokhamad Arif Fauzan 56 68 Belum Tuntas
1529 Nasirudin 60 68 Belum Tuntas
1530 Nasrul Anwar 48 76 Tuntas
1531 Ngafifudin Khanif 72 76 Tuntas
1532 Nur Wahidin 52 72 Belum Tuntas
1533 Parlianto 48 76 Tuntas
1534 Ridho Dwi Prasetiyo 60 72 Belum Tuntas
1535 Rizqi Romadhoni 56 72 Belum Tuntas
1536 Rohudi 48 68 Belum Tuntas
1537 Rusli Nur Hidayat 56 72 Belum Tuntas
1538 Sahri Romadhon 60 68 Belum Tuntas
1539 Taufiqurrohman 64 60 Belum Tuntas
1540 Tri Haji Yatno 68 76 Tuntas
1541 Triyanto 52 76 Tuntas
1542 Uci Apriyanto 48 60 Belum Tuntas
1543 Wahyu Susanto 60 76 Tuntas
1544 Wahyu Widodo 56 64 Belum Tuntas
1545 Yoga Adi Saputra 60 60 Belum Tuntas
1546 Akhmad Sarifudin B 72 76 Tuntas
Jumlah 2414 2984
Rata-Rata 61,89 72,71
124
LAMPIRAN 23
DAFTAR NILAI SISWA SIKLUS IIKELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN
SMK Ma’arif 9 Klirong
NIS Nama Nilai Ketuntasan
1509 Agung Prabowo 88 Tuntas
1509 Ahmad Syarifudin A 92 Tuntas
1510 Ahmad Wahyudi 76 Tuntas
1511 Alif Lam Amin Nurdin 84 Tuntas
1512 Alvan Damianto 92 Tuntas
1513 Aziz Raif Setiawan 96 Tuntas
1514 Bagas Kara 84 Tuntas
1515 Bayu Indra Prasetyo 80 Tuntas
1516 Devan Andriansyah 92 Tuntas
1517 Fatkhur Rohman 80 Tuntas
1518 Fuan Abiyoga 88 Tuntas
1519 Irvannudin Fadri 80 Tuntas
1520 Jumono Dwi Santoso 76 Tuntas
1521 Khanif Mukholifudin 80 Tuntas
1522 Kuat Ambar Prihatin 92 Tuntas
1523 Ludiono Saputro 80 Tuntas
1524 Luji Purwanto 76 Tuntas
1525 Malik Ibrahim 92 Tuntas
125
1526 Miftakhul Anwar 96 Tuntas
1527 Moh. Reza Saputra 80 Tuntas
1528 Mokhamad Arif Fauzan 88 Tuntas
1529 Nasirudin 92 Tuntas
1530 Nasrul Anwar 80 Tuntas
1531 Ngafifudin Khanif 80 Tuntas
1532 Nur Wahidin 80 Tuntas
1533 Parlianto 76 Tuntas
1534 Ridho Dwi Prasetiyo 80 Tuntas
1535 Rizqi Romadhoni 92 Tuntas
1536 Rohudi 80 Tuntas
1537 Rusli Nur Hidayat 76 Tuntas
1538 Sahri Romadhon 84 Tuntas
1539 Taufiqurrohman 92 Tuntas
1540 Tri Haji Yatno 84 Tuntas
1541 Triyanto 80 Tuntas
1542 Uci Apriyanto 92 Tuntas
1543 Wahyu Susanto 84 Tuntas
1544 Wahyu Widodo 76 Tuntas
1545 Yoga Adi Saputra 92 Tuntas
1546 Akhmad Sarifudin B 80 Tuntas
Jumlah 3292
Rata-Rata 84,41
126
LAMPIRAN 24
127
LAMPIRAN 25
128
LAMPIRAN 26
129
LAMPIRAN 27
130
LAMPIRAN 28
131
LAMPIRAN 29
DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN
132
133
134
SILABUSNAMA SEKOLAH : SMK Ma’arif 9 KebumenMATA PELAJARAN : Dasar Kompetensi KejuruanKELAS/SEMESTER : X / 1 - 2STANDAR KOMPETENSI : Menggunaan alat-alat ukur ( measuring tools )KODE KOMPETENSI :ALOKASI WAKTU : 2 x 40 menit
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI
PEMBELAJARANKEGIATAN
PEMBELAJARANPENILAIA
N
ALOKASIWAKTU
SUMBERBELAJAR
TM
PS PI
1.Mengidentifikasi alat-alat ukur
Pengukurandimensi danvariabeldilaksanakantanpamenyebabkankerusakanterhadapperlengkapanataukomponenlainnya.
Pemilihan alatukur yangsesuai.
Penggunaanteknikpengukuranyang sesuaidan hasil-nyadicatatdenganbenar.
Seluruhkegiatanpengukurandilaksanakanber-dasarkanSOP(StandardOperationProcedures),undang-undang K 3(KeselamatandanKesehatanKerja),peraturanperundang-undangandan prosedur/kebijakanperusa-haan.
Jenis , dan fungsialat ukur mekanik.
Pengukuranberbagai jenisdimensi denganalat ukur mekanik
Prosedurpengukurandengan K3..
Memahami satuanmetrik dan britishdengan caramengali impormasipada modul.
Memahami jenisjenis alat mekanikmelalui diskusikelompok.
Memahamiprosedurpengunaan alatukur mekanikdengan mengaliimpormasi padamodul.
Mengukurpermukaan bidangdatar denganmembandingkanshop manual
Mengukurdiameterdalambenda krja denganmembandingkandengan shopmanual
Mengukurkedalaman lubangbenda kerja denganmembandingkanshop manual.
Mengukur kelurusanporos denganmembandingkanshop manual.
Pengukurankeolengan porosdenganmembandingkanshop manual.
PengukurandilaksanakansesuaiSOP.
Testtertulis
Non test(observasi/cek list)dan lisan
Praktek
4 2
(4)
2
(8)
Modul Servis
manual Alat ukur
mekanik Mistar
sorong Mistar
baja. Dial
indikator Cyinder
borgauge.
Micrometer
Filergauge
133
135
2.Menggunakanalat-alatukurmekanik
Alat-alat ukurmekanik yang dapatdigunakan dipilihuntuk memenuhipersyarat-anpekerjaan.
Alat-alat ukurmekanik digunakansesuai denganprosedur-proseduruntuk mendapatkanhasil yang di-inginkan.
Alat-alat ukurmekanik yangsesuai digunakanuntuk mencegahkecelakaan ter-hadap diri sendiri,orang lain dankerusakan hasilpeker-jaan.
Seluruh kegiatanpengujian peralatandan perlengkapandilaksanakanberdasarkan SOP(StandardOperationProcedures),undang-undang K 3(Keselamatan danKese-hatan Kerja),peraturanperundang-undangan danprosedur/kebijakanperusa-haan
Prosedurpenggunaanalat-alat ukurmekanik
Pengunaanalat-alat ukurmekanik
Prosedurpemeliharaanalat-alat ukurmekanik
Pengklasifkasian alat-alatukur mekaniksesuaimanual
Prosedur K3.
MengKlasifikasikanalat-alat ukurmekanikberdasarkan fungsidan pengunaan.
Mengindentifikasialat-alat ukurmekanik sesuaifungsi danpengunaanya.
Mengunakan alat-alat ukur mekaniksesuai jenispekerjaan denganmemperhatikanprosedur K3
Test tertulis Non test
(observasi/cek list) danlisan
Praktek
2 2
(4)
2
(8)
Modul Servis
manual Alat ukur
mekanik Mistar
sorong Mistar
baja. Dial
indikator Cyinder
borgauge.
Micrometer
Filergauge
136
3. Menggunakanalat-alat ukurpneumatik
Alat-alat ukurpneumatik yangdapat digunakandipilih untukmemenuhipersyarat-anpekerjaan.
Alat-alat ukurpneumatikdigunakan sesuaidengan prosedur-prosedur untukmendapatkan hasilyang di-inginkan.
Alat-alat ukurpneumatik yangsesuai digunakanuntuk mencegahkecelakaan ter-hadap diri sendiri,orang lain dankerusakan hasilpeker-jaan.
Seluruh kegiatanpengujianperalatan danperlengkapandilaksanakanberdasarkan SOP(StandardOperationProcedures),undang-undang K3 (Keselamatandan Kese-hatanKerja), peraturanperundang-undangan danprosedur/kebijakanperusa-haan
Prosedurpenggunaanalat-alat ukurpneumatik
Pengunaan alat-alat ukurpneumatik
Prosedurpemeliharaanalat-alat ukurpneumatik
Pengklasifkasianalat-alat ukurpneumatiksesuai manual
Prosedur K3.
MengKlasifikasikanalat-alat ukurpneumatikberdasarkan fungsidan pengunaan.
Mengindentifikasialat-alat ukurpneumatik sesuaifungsi danpengunaanya.
Mengunakan alat-alat ukurpneumatik sesuaijenis pekerjaandenganmemperhatikanprosedur K3
Test tertulis Non test
(observasi/ceklist) dan lisan
Praktek
2 2
(4)
2
(8)
Modul Servis
manual Alat ukur
peneumatik
137
4. Menggunakanalat-alat ukurelektric/elektronik
Alat-alat ukurelektric/elektronikyang dapatdigunakan dipilihuntuk memenuhipersyarat-anpekerjaan.
Alat-alat ukurelektric/elektronikdigunakan sesuaidengan prosedur-prosedur untukmendapatkan hasilyang di-inginkan.
Alat-alat ukurelektric/elektronikyang sesuaidigunakan untukmencegahkecelakaan ter-hadap diri sendiri,orang lain dankerusakan hasilpeker-jaan.
Seluruh kegiatanpengujianperalatan danperlengkapandilaksanakanberdasarkan SOP(StandardOperationProcedures),undang-undang K3 (Keselamatandan Kese-hatanKerja), peraturanperundang-undangan danprosedur/kebijakanperusa-haan
Prosedurpenggunaanalat-alat ukurelektric/elektronik
Pengunaan alat-alat ukurelektric/elektronik
Prosedurpemeliharaanalat-alat ukurelektric/elektronikPengklasifkasianalat-alat ukurpneumatik sesuaimanual
Prosedur K3.
MengKlasifikasikanalat-alat ukurelektric/elektronikberdasarkan fungsidan pengunaan.
Mengindentifikasialat-alat ukurelektric/elektroniksesuai fungsi danpengunaanya.
Mengunakan alat-alat ukurelektric/elektroniksesuai jenispekerjaan denganmemperhatikanprosedur K3
Test tertulis Non test
(observasi/ceklist) dan lisan
Praktek
2 2
(4)
2
(8)
Modul Servis
manual Alat
ukurelektric
138
5.Merawatalatukur.
Pemeliharaan alatukur dilak-sanakantanpamenyebabkankerusakanterhadapperlengkapan ataukomponenlainnya.
Pemeliharaan rutindan pe-nyimpananalat ukursesuaispesifikasipabrik.
Pemeriksaan danpenyetelansecararutin padaalat ukurtermasukkali-brasialat ukurdilaksanakan sebelumdigunakan.
Seluruhkegiatanpemeliha-raandilaksanakan berda-sarkanSOP(StandardOperationProcedures), undang-undang K 3(Kese-lamatandanKesehatanKerja),peraturanperundang-undangandanprosedur/kebijakanperusa-haan.
TeknikperawatanAlat Ukur.
Perawatanalat ukurmekanik
Perawatansesuai prosedurdanK3.Pemilihandan
Memahamitujuanperawatanalat ukurdenganmenggaliimformasi
Memahamiprosedurperawatanalat ukurmekanikdengancaramenggaliimformasi.
Merawatalat ukurmekanikdengancara kerjakelompok.
Merawatalat ukursesuaiprosedurK3.
Testtertulis
Non test(observasi/ceklist) danlisan
Praktek
2 2
(4)
2
(8)
Modul Servis
manual Alat
ukurmekanik
Mistarsorong
Mistarbaja.
Dialindikator
Cyinderborgauge.
Micrometer
Filergauge
139
136137