perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KHUSUS
PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PADA SISTEMPENGOPERASIAN FORKLIFT DAN CRANE SEBAGAI SARANA
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT GUNA MENCEGAH DANMENGENDALIKAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN
Isabella BasukiR.0008044
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta2011
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PADA SISTEMPENGOPERASIAN FORKLIFT DAN CRANE SEBAGAI SARANA
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT GUNA MENCEGAHDAN MENGENDALIKAN KECELAKAAN KERJA
DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN
Isabella Basuki1, Sumardiyono2, dan Henry Sulistyo3
Tujuan: Setiap saat di dalam proses produksi selalu terdapat kemungkinan terjadikecelakaan kerja. Forklift dan crane merupakan pesawat angkat dan angkut yangmendukung pelaksanaan proses produksi dengan potensi bahaya yang cukuptinggi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penerapan peraturan keselamatankerja forklift dan crane yang ada di PT. INKA (Persero) dan mengetahui tingkatpengetahuan operator tentang bahaya dan keselamatan kerja pengoperasian forkliftdan crane.
Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah sumber bahaya daripengoperasian forklift dan crane dimana di dalamnya terdapat potensi bahaya.Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yakni dengan penerapan peraturankeselamatan kerja. Hasil observasi ini kemudian akan dievaluasi sehingga dapatditentukan suatu upaya perbaikan sehingga pengoperasian forklift dan crane dapatmenjadi aman.
Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yangmemberikan gambaran tentang penerapan peraturan keselamatan kerja dalampengoperasian forklift dan crane. Pengambilan data dilakukan melalui observasilangsung ke lapangan, wawancara kepada orang yang berkomitmen pada bidangforklift dan crane serta studi kepustakaan, kemudian dibahas dan dibandingkandengan peraturan tentang pesawat angkat dan angkut beserta operatornya.
Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dan disarankan bahwaperaturan keselamatan kerja pengoperasian forklift dan crane yang telahditerapkan oleh PT. INKA (Persero) belum terlaksana sesuai dengan prosedur,Pelaksanaan housekeeping lebih ditingkatkan lagi mengingat banyaknya belokantajam di area tempat pengoperasian forklift dan perusahaan mengadakan sertifikasipada operator sehingga kinerja dan mutu operator terjamin.
Kata kunci: Peraturan Keselamatan Kerja, Forkkift dan Crane
1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta3. Fakultas Teknik Elektro, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam pelaksanaan magang sertapenyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Penerapan PeraturanKeselamatan Kerja pada Pengoperasional Forklift dan Crane sebagai SaranaPesawat Angkat dan Angkut Guna Mencegah dan MengendalikanKecelakaan Kerja di PT. INKA (Persero) Madiun”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di ProgramDiploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran UniversitasSebelas Maret Surakarta yang diperoleh bedasarkan pengamatan dan pengalamanpenulis selama melakukan magang dengan data dan informasi yang didapat darikaryawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menujang. Di sampingitu, magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal,mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang ada mengenaipenerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup diperusahaan.
Semoga laporan Tugas Akhir yang penulis susun ini bermanfaat dan dapatdigunakan sebagai tambahan literatur yang menunjang dalam upaya pencegahankecelakaan kerja dalam bidang pesawat angkat dan angkut khususnya forklift dancrane.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantudan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulismenyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku DekanFakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta masa bakti tahun2011-2016.
2. Bapak Prof. Dr. H. A. A Subiyanto, dr., MS selaku Dekan FakultasKedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta masa bakti tahun 2006-2011.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program DiplomaIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Sumardiyono, SKM., M. Kes. selaku pembimbing I yang telahmemberikan bimbingan dan saran dalam penyususnan laporan ini.
5. Bapak Henry Sulistyo, ST. selaku pembimbing II yang telah memberikanbimbingan dan saran dalam penyususnan laporan ini.
6. Bapak Suharyoko, selaku Manager Departemen Har dan K3LH PT. INKA(Persero) yang telah memberikan izin untuk pelaksaan magang.
7. Bapak Syafril Syafar selaku Asisten Manager Departemen Har dan K3LHPT. INKA (Persero) dan pembimbing magang yang telah memberikandukungan selama pebulis magang.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Ibu Ana Retnowati selaku Supervisor Departemen Har dan K3LH PT. INKA(Persero) yang paling berperan banyak dalam membimbing dan mengarahkanselama penulis magang serta telah memberikan banyak masukan dalampenyusunan laporan ini.
9. Mangager/Asisten Manager bidang angkat dan angkut dan Operator forkliftdan crane selaku narasumber yang telah memberikan banyak informasitentang pengoperasian forklkift dan crane di lapangan.
10. Bapak Budi dan Bapak Yanto selaku pembimbing lapangan yang telahmemberikan bantuan selama pelaksanaan magang serta Ibu Yuli dan MbakUmi selaku staff Rendal Har dan K3LH yang menjadi teman ngobrol asyikselama di kantor.
11. Mami dan kakak-kakak tercinta serta segenap keluarga besar yang telahmemberikan banyak doa dan dukungan selama ini, serta kasih sayang yangtiada henti sehingga sejauh ini penulis mampu menyeselaikan pendidikansampai Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan lancar.
12. Rendi teman hatiku yang menjadi penyemangat hari-hari ku dan sahabatkutersayang Lia Nur Hidayah yang selalu membantu dalam kondisi apapun
13. Teman-teman magang seperjuangan, teman-teman mahasiswa angkatan 2008,dan keluarga Besar Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan KerjaFakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telahmemberikan dukungan, kerjasama dan bantuan.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian iniyang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari banyak yang harusdiperbaiki dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu penulis mohon kritikan dansaran dari pembaca untuk perbaikan laporan ini.
Surakarta, 27 Mei 2001Penulis,
Isabella Basuki
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 40
A. Metode Penelitian......................................................................... 40
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 40
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian........................................... 41
D. Sumber Data................................................................................. 41
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 42
F. Pelaksanaan.................................................................................. 42
G. Analisa Data................................................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 45
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 45
B. Pembahasan.................................................................................. 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 71
A. Simpulan ...................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 74
LAMPIRAN
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Salah Satu Forklift yang Ada di PT.INKA (Persero)
Gambar 2. Salah Satu Contoh Bentuk Crane yang Digunakan PT. INKA (Persero)
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah PT. INKA (Persero)
Lampiran 2. General Lay Out PT. INKA (Persero)
Lampiran 3. Surat Keterangan Magang
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Magang
Lampiran 5. General Lay Out Crane PT. INKA (Persero)
Lampiran 6. Daftar Record Crane Tahun 2010 PT. INKA (Persero)
Lanpiran 7. Daftar Nama Operator yang Memiliki Surat Izin Operasi (SIO)
Forklift dan Crane PT. INKA (Persero)
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pembangunan dan teknologi di Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun, dapat dilihat dari maraknya pembangunan
gedung-gedung bertingkat, jalan-jalan, perumahan, berbagai jenis industri,
termasuk industri yang menghasilkan produk berat seperti alat transportasi, dan
lain sebagainya. Dengan demikian penggunaan pesawat angkat dan angkut
merupakan bagian intregal dalam pelaksanaan dan peningkatan proses produksi
(http://digilib.its.ac.id, 2010).
Banyak sekali perusahaan-perusahaan besar tumbuh di Indonesia tetapi
belum menyadari dan memahami program keselamatan kerja yang harus
diterapkan pada saat melakukan pekerjaan, sehingga masih banyak kecelakaan
yang terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada saat bekerja, baik
dari segi pekerjaan, lingkungan kerja, sistem manajemennya maupun tenaga
kerjanya (http://digilib.its.ac.id, 2010).
Pekerjaan di sektor industri mempunyai potensi bahaya yang cukup tinggi
yang pada akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan
kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, sehingga perlu diusahakan
pencegahan. Apalagi dalam proses produksi sering menggunakan alat bantu
untuk memindahkan material maupun perkakas kerja yang berukuran besar
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(http://digilib.petra.ac.id, 2010). Biasanya crane dan forklift menjadi andalan
dalam hal ini.
Setiap pembuatan, pemasangan, pemakaian, bahkan perawatan pesawat
angkat dan angkut tidak lepas dari bahaya potensial. Kecelakaan kerja tersebut
dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan
faktor lingkungan kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
manusia merupakan faktor paling dominan penyebab kecelakaan kerja yang
paling sering terjadi. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kesadaran
pekerja akan pentingnya keselamatan kerja sehingga mereka tidak menyadari
jenis potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada (Modul Pelatihan dan
Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama, 2010).
Faktor peralatan crane dan forklift ataupun faktor lingkungan kerja juga
dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar. Untuk
mengurangi kecelakaan kerja yang diakibatkan pada tenaga kerja (human
error), khususnya kelamatan kerja bidang pesawat angkat dan angkut perlu
adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja yang melakukan
pekerjaan pembuatan, pemasangan, dan persyaratan pesawat angkat dan angkut
agar tenaga kerja lebih mudah menyadari dan memahami tentang permasalahan
tersebut (http://repository.petra.ac.id/18619/, 2010).
PT. INKA (Persero) merupakan industri pembuatan gerbong dan
lokomotif kereta api yang mempunyai risiko-risiko terjadinya kecelakaan
akibat digunakan alat-alat berat dan bahan baku yang keras dengan ukuran-
ukuran yang besar. Sehingga penggunaan alat angkat dan angkut mekanik
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sangat diperlukan. Penggunaan alat angkat dan angkut dimaksudkan untuk
membantu pekerjaan tenaga kerja. Salah satu alasan penggunaan alat tersebut
adalah karena kecilnya tenaga manusia dibandingkan dengan sumber-sumber
tenaga lainnya (Suma'mur, 1996).
Dengan memperhatikan permasalahan diatas, perlu diupayakan usaha-
usaha untuk menghindari kecelakaan kerja akibat penggunaan alat angkat dan
angkut mekanik, diantaranya mengembangkan prosedur keselamatan alat
angkat dan angkut yang tepat, pastikan operator sudah terlatih dan mengetahui
risiko yang mungkin terjadi, dan jangan membiarkan orang yang tidak terlatih
menggunakan alat tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat disusun
perumusan masalah yaitu:
1. Apa fungsi operasional dari penggunaan forklift dan crane di PT. INKA
(Persero)?
2. Upaya apa yang dilakukan PT. INKA (Persero) dalam menyiapkan
keselamatan untuk forklift dan crane?
3. Bagaimana penataan jalur forklift dan penempatan crane di PT. INKA
(Persero)?
4. Kejadian kecelakaan apa yang pernah tejadi di PT. INKA (Pesrero) akibat
dari penggunaan forklift dan crane dan bagaimana PT. INKA (Pesero)
menindak lanjuti jika terjadi kecelakaan?
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Apa saja upaya PT. INKA (Persero) untuk mencegah kecelakaan dalam
pengggunaan forklift dan crane?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja
pada Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat
dan Angkut di PT. INKA (Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan
Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa saja fungsi forklift dan crane di PT. INKA (Persero).
2. Mengetahui upaya PT. INKA (Persero) dalam menyiapkan keselamatan
untuk forklift dan crane.
3. Mengetahui penataan forklift dan penempatan crane PT. INKA (Persero).
4. Mengetahui kejadian kecelakaan kerja dari penggunaan forklift dan crane di
PT. INKA (Persero) serta upaya tindak lanjut apabila terjadi kecelakaan.
5. Mengetahui upaya yang dilakukan PT. INKA (Persero) dalam rangka usaha
mencegah kondisi yang tidak aman dalam penggunaan crane dan forklift.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan dan hasil-hasil yang diperoleh diharapkan
dapat memberi manfaat. Manfaat tersebut antara lain:
1. Perusahaan
Perusahaan dapat memperoleh masukan, evaluasi serta bahan
pertimbangan untuk meningkatkan pemeriksaan, pemeliharaan dan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengujian serta dalam pemenuhan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja pada setiap pengoperasian pesawat angkat dan angkut sebagai upaya
pengendalian dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja di PT. INKA
(Persero).
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang
Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian Forklift
dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut di PT. INKA
(Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja.
3. Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama
tentang Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian
Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut di PT.
INKA (Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IILANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecelakaan Kerja
Suma’mur (1996) menyebutkan bahwa kecelakaan adalah kejadian
yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di
belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang
paling berat.
Frank E. Bird, Jr. And George L. Germain (1990) menyebutkan bahwa
kecelakaan adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan cidera, kerusakan alat atau terganggunya produksi. Ini
biasanya terjadi kontak dengan sumber energi atau subsitusi seperti mesin,
panas, bahan baku, lingkungan kerja dan lain-lain.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti
bahwa kecelakaan kerja terjadi sebab oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1996).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindak
perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human
action) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut teori domino yang menerangkan mengenai terjadinya kecelakaan,
urutan domino adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya kontrol dari manajemen
b. Penyebab dasar: faktor pekerjaan dan faktor personil
c. Penyebab langsung: tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
d. Kecelakan
e. Kerugian
Hal ini menyiratkan bahwa upaya pencegahan kecelakaan
sebenarnya adalah usaha menghilangkan salah satu diantara faktor-
faktor tersebut:
1) Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju suatu
kejadian yang mengakibatkan kerugian. Kontrol ini menyangkut
kegagalan manajemen, berupa tidak ada program, tidak
memadainya standar program atau kurang tepat/ketidaksesuaian
dengan standar.
2) Penyebab dasar terdiri dari faktor personil dan faktor pekerjaan.
Faktor personil meliputi kurang pengetahuan, ketrampilan,
pengarahan dan permasalahan fisik dan mental. Sedangkan faktor
pekerjaan dapat berupa karena standar kerja yang kurang cukup,
rancang bangun dan pemeliharaan yang tidak memenuhi standar.
3) Penyebab lansung merupakan terjadinya peluang dan kondisi tidak
aman. Unsafe action adalah pelanggaran terhadap tata cara kerja
yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan. Unsafe
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
condition adalah kondisi fisik yang berbahaya langsung membuka
peluang akan terjadinya kecelakaan.
4) Kontak mengakibatkan cidera fisik atau kerusakan harta benda.
Tipe kecelakaan antara lain: terbentur kepala, jatuh ke bawah, jatuh
pada permukaan yang sama, terjepit, terperangkap, terpeleset dan
arena beban yang berlebihan.
5) Kerugian manusia dan harta benda, jika seluruh urutan telah terjadi
maka akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta
benda yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi
sebagaimana pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan, dan
keamanan. Kerugian yang mempengaruhi di semua bidang usaha
dapat bersifat ringan, berat atau bencana. Akibat ini dapat dinilai
dalam bentuk fisik dan kerusakan harta benda atau mempunyai
dampak terhadap manusia dan biaya/ekonomi, atau cidera ataupun
mati yang sangat berpengaruh pada moral pekerja termasuk
keluarganya (Suma’mur, 1996).
Kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa kerugian.
Suma’mur (1996) menyebutkan bahwa kecelakaan dapat menyebabkan lima
kerugian, yaitu: kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan,
kelainan dan cacat serta kematian.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan
mesin, pesawat alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
(Suma’mur, 1996).
3. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, pengertian tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan,
lapangan, halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Dengan perumusan tersebut di atas ruang lingkup bagi berlakunya
Undang-undng No. 1 Tahun 1970 ini jelas ditentukan oleh tiga faktor:
a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
c. Adanya bahaya kerja di tempat kerja.
Dalam penjelasan tersebut tidak selalu tenaga kerja sehari-hari bekerja
dalam suatu tempat kerja. Sering kali pula mereka pada waktu tertentu harus
memasuki ruangan-ruangan untuk mengontrol, menyetel menjalankan
instalasi-instalasi, setelah mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di
lain tempat.
4. Potensi Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang
dapat mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1996). Umumnya di semua
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam
keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Syukri Sahab (1997),
sumber bahaya ini bisa berasal dari :
a. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi
b. Bahan
c. Proses
d. Cara Kerja
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:
a. Bangunan
Kontruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain
ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja, pencahayaan dan ventilasi harus baik tersedia penerangan
darurat yang diperlukan. Tersedia jalan penyelamatan diri yang
diperlukan lebih dari satu pada sisi yang berlawanan. Pintu harus
membuka keluar untuk memudahkan penyelamatan diri.
b. Peralatan
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung
bahaya. Termasuk pesawat angkat dan angkut. Apabila tidak
dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat
pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam
bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cidera.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Instalasi
Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam
desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih
dahulu serta diperiksa oleh sebuah tim ahli.
5. Pesawat Angkat dan Angkut
Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang
digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang
atau orang secara vertical dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan
(Permenakertran No. 5 tahun 1985). Forklift dan crane merupakan pesawat
angkat dan angkut yang paling sering digunakan di dalam dunia industri.
6. Forklift
Forklift adalah suatu alat yang paling efisien dalam menunjang prosses
produksi untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam
hal pengoperasian forklift diperlukan prosedur kerja yang benar dan aman
mulai dari menghidupkan engine sampai dengan menjalankannnya, untuk
itu ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, dimana kesalahan
dalam mengoperasikan forklift akan mengakibatkan kerusakan pada forklift
itu sendiri maupun pada barang yang dipindahkan, selain itu juga dapat
mengakibatkan kecelakaan yang fatal pada operator maupun orang-orang
yang berada disekitar forklift (Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator
forklift dan crane PT. Citra Media Utama, 2010).
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Salah satu forklift yang ada di PT.INKA (Persero)
Adapun hal-hal yang perlu diketahui tentang forklift menurut Modul
Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama
(2010) antara lain:
a. Keselamatan Kerja Forklift
Faktor penyebab kecelakaan pada saat pengoperasian forklift adalah:
1) Faktor manusia
2) Faktor keadaan dan lingkungan
3) Faktor mesin
Diantara ketiga faktor di atas, faktor manusialah yang paling
besar pengaruhnya sebagai penyebab terjadinya suatu kecelakaan,
misalnya karena:
a) Salah dalam pengoperasian.
b) Kurangnya perawatan dan pemeriksaan sebelum maupun sesudah
pengoperasian.
c) Barang yang diletakkan di atas garpu kurang stabil.
d) Operator kurang mengetahui kondisi jalan dan menjalankan forklift
terlalu cepat.
Forklift berfungsi untuk mengambil, mengangkat atau memindahkan
barang dari suatu tempat ke tempat lain kemudian meletakkannya secara
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aman dengan memenuhi syarat-syarat pengoperasian (lib.atmajaya.ac.id,
2009).
b. Pemilihan Forklift
Klasifikasi forklift tergantung atau dipengaruhi beberapa hal antara
lain :
1) Berat dan ukuran dari barang yang diangkat.
2) Berat barang-barang yang diangkat.
3) Kekuatan konstruksi dari forklift.
4) Fungsi dan kegunaan forklift.
c. Prinsip Kerja Forklift
Prinsip kerja forklift ini menggunakan prinsip tuas atau prinsip
keseimbangan. Bilamana prinsip tuas ini diterapkan pada forklift maka
akan terlihat bahwa seluruh komponen yang berada di depan titik tumpu
termasuk barang diangkat dan disebut beban (load), sedangkan seluruh
komponen yang berada di belakang titik tumpu (cabin, counter weight,
engine, operator, dan lain-lain) disebut penyeimbang atau dengan kata
lain jika beban yang diangkat mempunyai berat yang sama dengan berat
pengimbang maka akan terjadi keseimbangan terhadap forklift. Jadi
keseimbangan forklift terjadi karena berat barang sama dengan berat alat.
d. Bagian Forklift
Forklift dibagi didalam 2 bagian utama, yaitu :
1) Body truck yang tergabung rangkaian tenaga penggerak dan ruangan
operator.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mast yang merupakan perlengkapan kerja. Mast adalah alat mekanis
pengangkat barang naik dan turun, miring ke depan untuk
mengangkat barang atau miring ke belakang untuk menjaga barang
agar tetap duduk pada posisinya.
Jika forklift mengangkat barang berarti fork dan mast itulah yang
menanggung beban dan langsung tertumpu pada roda depan. Oleh karena
itu forklift dirancang, dimana berat unit dan barang itu seimbang dengan
as roda depan sebagai sumbu (counterbalance).
e. Beda Forklift dengan Truck
1) Pada truck biasa, barang dibawa antara roda depan dengan roda
belakang. Jadi tidak perlu diperhitungkan keseimbangan antara
barang dan berat dari alat pengangkut.
2) Forklift dikendalikan oleh roda belakang sehingga radius putar
menjadi kecil. Jika berbelok maka bagian belakang alat cenderung
sering keluar dari radius belokan.
f.Konstruksi Forklift
Forklift digolongkan berdasarkan pada bermacam-macamnya
konstruksi forklift, garpu, dan tenaga penggeraknya.
1) Menurut tenaga penggeraknya :
a) Tenaga penggerak motor bensin atau LPG
b) Tenaga penggerak motor diesel
c) Tenaga penggerak motor battery.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Posisi garpu (fork)
a) Forklift dengan posisi garpu berada di depan.
b) Forklift dengan posisi garpu berada di samping.
3) Menurut konstruksi atau bentuk kelengkapan garpunya:
a) Garpu dilengkapi dengan penyetabil (stabilizer fork).
b) Garpu yang dapat berputar (rotating fork).
c) Garpu dengan gerakan engsel (hinged fork).
d) Garpu penjepit beban (load grab fork).
e) Garpu klam putar (rotating clamp fork).
f) Garpu geser samping (side shift fork).
g) Garpu untuk blok beton (concrete block fork).
h) Alat pengangkat container (container handles).
g. Istilah yang Digunakan pada Forklift
1) Load capacity adalah ukuran yang menunjukkan berat maksimum dari
barang yang dapat diangkat pada garpu dengan mast standar pada
posisi tegak.
2) Load center adalah jarak dari sisi tegak dari permukan garpu ke titik
pusat gaya berat dari barang pada garpu.
3) Maximum fork height adalah ketinggian dari permukaan tanah
kepermukaan garpu apabila garpu dinaikkan maksimum dimana mast
dalam keadaan tegak.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Free lift adalah maksimum ketinggian angkat dimana mast bagian
dalam belum keluar dari mast bagian luar (liner mast belum menonjol
dari outer mast).
h. Beban Kerja Aman dan Beban Seimbang Forklift
Kemampuan angkat sebuah forklift dalam keadaan seimbang
(balance) adalah 100%. Oleh karena itu diberikan batas kerja aman
(safety margin) yang ditentukan antara 10% sampai 25% dari beban
seimbang. Berarti bahwa beban kerja aman (safety working load) yang
dapat diangkat antara 75% sampai 90% dari beban seimbang atau beban
jungkit (tipping load).
i. Faktor-faktor yang Harus Diketahui oleh Operator Forklift
1) Beban kerja aman yang digunakan.
2) Berat beban yang akan diangkat.
3) Titik pusat barang (center of gravity).
4) Jalan yang akan dilewati.
5) Lokasi pengambilan atau penempatan barang.
j. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Aman (Safety Work Load)
Secara Umum adalah :
1) Permukaan tanah atau landasan yang tidak rata.
2) Titik berat barang (center of gravity of load).
3) Tinggi angkat garpu.
4) Tekanan angin ban.
5) Kedudukan atau posisi mast.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
k. Hal-hal yang Mempengaruhi Kerja Aman (Safety Work Load) pada
Waktu Berjalan Sambil Mengangkat Barang antara lain :
1) Kecepatan forklift.
2) Pengereman mendadak.
3) Posisi forklift pada waktu melalui rel kereta api atau tikungan.
4) Posisi forklift pada saat menanjak dan menurun.
l. Hal-hal yang Mempengaruhi Beban Kerja Aman (Safety Work Load) pada
Waktu Mengambil dan Meletakkan Barang yaitu :
1) Keadaan sekeliling tempat pengambilan dan peletakan barang.
2) Lokasi pengambilan dan peletakan batang.
3) Lebar atau sempitnya ruang tempat pengambilan dan peletakan
barang.
m. Prosedur Pengoperasian Forklift
Pedoman pengoperasian pada forklift dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Pedoman pengambilan barang yang aman:
a) Sesuaikan garpu dengan lebar barang yang akan diangkat.
b) Jika dimensi barang cukup panjang, maka sebaiknya dipasang
tambahan sepatu garpu selama berat barang masih dalam batas
kapasitas forklift.
c) Posisikan garpu sesuai dengan barang yang diangkat.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Angkat sedikit garpu tiang sampai barang atau pallet lepas dari
dudukan, selanjutnya penyangga diungkit atau condong ke
belakang.
e) Jika barang berbentuk bulat atu silinder, tempatkan garpu di bawah
barang dengan sedikit tukikan ke depan hingga rata dengan
landasan.
f) Angkat barang tersebut, kemudian mast dicondongkan ke belakang.
Jalankan forklift dengan perlahan-lahan dan posisi garpu harus
serendah mingkin kira-kira 10-20 cm dari landasan.
2) Pedoman Pemindahan Barang yang Aman
Untuk melakukan pemindahan barang ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatian dari operator, antara lain:
a) Pada waktu melalui rel kereta api, operator harus menegemudikan
forklift secara menyerong, guna menghindari benturan atau getaran.
b) Untuk lokasi yang mempunyai tikungan sempit dan tajam, operator
harus mengemudikan dengan perlahan karena apabila menikung
sebesar lebih dari 300 forklift tidak bisa jalan. Ketika membawa
barang ikat barang dengan kuat.
3) Pedoman Peletakan Barang dengan Aman.
Langkah yang perlu dilakukan untuk peletakan barang yang aman
antara lain :
a) Dekatkan forklift ke tempat penumpukan barang.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Atur posisi forklift sehingga tepat dengan lokasi dimana barang
tersebut akan diletakkan atau ditumpuk.
c) Lihat keadaan sekeliling tempat penumpukan, untuk memastikan
tidak ada hambatan-hambatan pada waktu meletakkan barang.
n. Pengoperasian Forklift yang Aman
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dalan pegoperasian forklift
tetap pada kondisi aman adalah:
1) Lakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu.
2) Jangan menjadikan barang melebihi beban kerja aman (safety work
load) yang diijinkan.
3) Jangan membawa barang jika kestabilannya kurang terjamin.
4) Jangan mempergunakan forklift untuk membawa manusia.
5) Pada waktu menjalankan forklift, letakkan garpunya serendah
mungkin.
6) Usahakan agar pandangan operator ke depan tidak tertutup.
7) Periksalah terlebih dahulu kondisi landasan dan hambatan-
hambatan yang akan dilalui pada waktu memindahkan barang.
8) Jangan berhenti secara mendadak.
9) Pusatkan perhatian selama mengoperasikan forklift.
10) Jangan membiarkan seseorang berdiri atau berjalan didekat garpu
yang sedang mengangkat barang.
11) Jangan menurunkan barang dengan kecepatan tinggi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12) Jangan mencondongkan tiang (mast ke depan melebihi batas
vertikal jika sedang membawa barang dalam posisi yang tinggi).
13) Jika pandangan ke depan terhalang barang, jalankan forklift dalam
posisi mundur atau memakai seorang penuntun arah.
14) Pada saat membawa barang, jalankan forklift dengan perlahan-
lahan dan jangan berbelok-belok.
o. Perawatan Forklift
Pada umumnya operator yang ada belum memiliki pengetahuan
dasar tentang syarat-syarat pengoperasian forklift sehingga tidak tahu
sampai sejauh mana tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang
operator. Sedangkan seorang operator yang baik harus memilki
pengatahuan dan kemampuan melakukan pengoperasian maupun
perawatan.
Pada umumnya perawatan mempunyai tujuan utama, yaitu untuk
menjaga agar peralatan selalu dalam keadaan siap pakai. Perawatan
selalu melibatkan beberapa bagian atau jabatan, orang-orang tersebut
adalah :
1) Operator
2) Mekanik
3) Inspector
4) Kadang-kadang safety juga diperlukan dalam hal ini.
p. Kewajiban Operator Forklift
Kewajiban operator forklift dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kewajiban operator forklift sebelum memulai pekerjaan
a) Periksa keadaan forklift buku log forklift, dimana mencantumkan
secara mendetail keadaan forklift tersebut antara lain waktu
penggantian operator, penggantian pelumas, tempat dan jenis
pekerjaan yang telah dilakukan.
b) Mekanisne forklift, rem, dan perlengkapan listrik harus diperiksa
dari luar tanpa membuka tutup apakah dalam keadaan baik.
c) Melakuakan pemeriksaan dan perawatan harian terhadap seluruh
komponen forklift.
d) Melakukan pelumasan terhadap komponen yang harus dilumasi.
e) Semua lampu dalam keadaan menyala, klakson dan perlengkapan
listrik harus baik.
f) Semua indikator di yakinkan dalam keadaan berfungsi dengan baik.
2) Kewajiban operator forklift pada waktu bekerja di atas forklift
a) Operator turun naik ke mesin harus melalui tangga yang tersedia.
b) Operator harus menjaga kebersihan forklift dengan baik.
c) Setelah forklift diperbaiki operator hanya boleh menjalankan
forklift tersebut bila perbaikan telah dicatat dan diratifikasi dalam
buku log.
d) Sebelum meninggalkan forklift semua tuas atau lever control harus
dalam posisi netral dan kunci kontak dilepas.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Bila terjadi kebakaran pada forklift, kunci kontak harus dilepas dan
alat pemadam api dipergunakan dan segera memberitahukan
kepada bagian pemadam kebakaran.
f) Operator dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :
(1) Meninggalkan kunci-kunci (tools) dan barang-barang lain pada
mesin.
(2) Membersihkan dan memeriksa forklift dengan kunci kontak
yang terpasang.
(3) Turun naik forklift yang sedang berjalan.
(4) Bekerja dengan alat-alat pengamanan yang sedang rusak.
(5) Sewaktu forklift sedang bekerja atau berjalan tidak dibenarkan
ada orang yang ikut atau menumpang di atas mesin.
g) Operator harus bertanggung jawab atas keselamatan kerja bagi
trainee yang ditugaskan bersamanya dan tidak membiarkan bekerja
sendiri pada forklift.
3) Kewajiban operator setelah pekerjaan selesai
a) Pada akhir pekerjaan operator harus melakukan hal-hal seperti di
bawah ini:
(1) Garpu forklift harus bebas dari muatan.
(2) Posisi garpu terletak pada landasan secara menukik.
(3) Forklift harus diparkir pada tempat yang aman.
(4) Semua tuas harus pada posisi netral dan kunci kontak
dilepaskan.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(5) Semua bagian forklift harus dibersihkan, diperiksa, dan semua
kekurangan dan kerusakan bila ada ditulis pada buku log
forklift atau dilaporkan pada supervisor.
b) Untuk forklift yang bekerja dalam beberapa shift, operator harus
menyerahkan kepada operator berikutnya sebelum meninggalkan
forklift dan harus menjelaskan semua kekurangan pada forklift
tersebut kepada operator penggantinya.
7. Crane
Crane adalah alat pengangkat dan pemindah material, yang bekerja
dengan prinsip kerja tali (Cudley, 2004). Crane sangat bervariasi, mulai dari
sistem katrol sederhana sampai sistem mekanis yang rumit. Dalam
penelitian ini salah satu pesawat pengangkat yang akan dibahas pada tulisan
adalah Overhead Crane.
Gambar 2. Salah satu contoh bentuk crane yang digunakan PT. INKA (Persero)
8. Overhead Crane
Overhead crane merupakan pesawat pengangkat yang banyak
digunakan dalam dunia indrustri, yang digunakan untuk memindahkan
muatan berat dari suatu tempat ke tempat lain yang tidak jauh terutama
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk memindahkan material dalam skala cukup besar (Makalah Universitas
Sumatra Utara, 2010).
Dalam pekerjaan diberbagai lapangan industri, overhead crane banyak
digunakan di wokshop di dalam gedung maupun di luar gedung untuk
mengangkat dan memindahkan barang, baik barang dalam bentuk curah,
misalnya batubara maupun barang bukan dalam bentuk curah. Menurut
modul pelatihan dan sertifikasi operator forklift dan crane (2010), pemilihan
overhead crane didasarkan pada:
a. Ruang yang sangat sempit.
b. Daerah operasi yang sangat berbahaya.
c. Cara pengopeasian mudah.
d. Perawatan mudah dan lebih ekonomis.
Adapun hal-hal yang perlu diketahui dari overhead crane menurut
Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media
Utama (2010) antara lain:
a. Jenis-jenis Overhead Crane
Overhead crane terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1) Semi gantry
2) Cantilever gantry crane
3) Polar gantry crane
4) Wall cran
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Komponen Overhead Crane pada Umumnya
Pada setiap overhead crane memiliki komponen-komponen yang
wajib diketahui. Komponen-komponen tersebut antara lain:
1) Bridge/beam/span (jembatan)
Suatu konstruksi yang menghubungkan sisi gedung yang satu
dengan sisi gedung yang lainnya dimana perangkat pengangkatan
ditempatkan.
2) Dolly/crab
Suatu konstruksi dimana peralatan pengangkat ditempatkan, yang
dirakit menjadi satu kesatuan, yang biasa juga disebut dengan trolley.
3) Hock block
Beberapa puli yang dirangkai menjadi satu dengan besi plat dan
dibawahnya digantungi pancing atau kait untuk menggantung barang.
4) Limit switch
Suatu saklar pembatas gerak yang dipasang pada setiap gerakan
crane (traveling, traversing, dan hoisting/lowering).
5) Safe working load
Suatu angka yang menunjukkan batas maksimum angkatan
sebuah crane dalam keadaan aman.
6) Buffer/bumper stop
Sebuaah karet tebal yang dipasang di setipa ujung trolley atau
girder untuk menhindarkan benturan langsung besi dengan besi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7) Kompas pengarah
Penunjuk arah yang umumnya dipasang di bagian bawah trolley
untuk membantu operator dalam mengarahkan cranenya.
8) Kawat arde
Sebuah kawat atau kabel yang berfungsi untuk menyalurkan
listrik ke bumi jika terjadi kebocoran pada sistim listrik crane.
9) Camber
Toleransi penambahan lengkung ke atas pada bagian girder yang
mengalami kelengkungan karena pembebanan dan berat komponen
crane itu sendiri.
10) Gantry crane
Sejenis overhead crane, dimana balok lintang (bridge) terpasang
tetap pada satu kaki atau lebih.
11) Hot molten material handling crane
Overhead crane yang digunakan untuk mengangkat atau
menuang cairan panas.
12) Load rate
Maksimum beban diam secara tegak lurus yang dapat diangkat
sesuai dengan rancang bngun daripada crane.
13) Overload
Beban yang diangkat melebihi kapasitas crane.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Peralatan pengaman (safety device) overhead crane
Safety device adalah suatu peralatan yang dapat bekerja secara
otomatis dengan sistem elektrik, hidrolik, dan mekanis untuk
menghentikan kerja alat yang beroperasi membahayakan keselamatan.
Fungsi dari safety device adalah untuk membantu operator didalam
mencegah terjadinya kecelakaan akibat kelalaian atau kesalahan dalam
mengoperasikan suatu peralatan (crane).
Macam-macam peralatan pengaman (safety device) pada overhead
crane:
1) Host upper limit switch
2) Hoist lower limit switch
3) Bridge dan trolley limit switc
4) Pengamanan benturan (bamper)
d. Tali kawat baja
Tali kawat baja adalah sejumlah kawat yang dimuat berkelompok
dan dijalin mengeliligi intinya dan merupakan salah satu komponen
terpenting pada sebuah crane dan untuk pekerjaan rigging.
1) Ciri-ciri tali kawat baja
a) Tahan tehadap gesekan
b) Tahan terhadap karat
c) Tahan tehadap tekukan
d) Mempunyai sifat anti putar (non rotating)
e) Memiliki fleksibilitas yang tinggi
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika tali kawat baja akan
digunakan:
1) Kawat putus
a) Pada tali yang berjalan maksimum kawat putus pada 1 lilitan
strand adalah sebanyak 6 kawat atau 3 kawat putus pada 1
strand sepanjang 1 lilitan strand.
b) Pada tali diam tidak lebih dari 2 kawat putus dalam 1 lilitan
strand atau 1 kawat putus di dekat penyambungan akhir
(socket).
c) Semua jenis tali yang disimpan dalam gudang lebih dari 1 tahun
harus diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan.
2) Keausan atau berkurangnya diameter tali.
3) Pemanjangan tali setelah dipergunakan tidak lebih dari 0.5% untuk
tali yang mempunyai 6 strand dari panjang awal sebelum
digunakan.
4) Terpelintir (klinks)
5) Sarang burung (bird caging)
6) Loncatan strand (high stranding)
3) Perawatan tali kawat baja
Pemeliharaan secara continue perlu dilakukan untuk menjaga
ketahanan sebuah tali kawat baja. Dalam hal ini perlu diperhatikan
antara lain bahwa penanganan tali kawat baja jangan diseret, jangan
diikat dan disimpul, bersihkan dengan dry cleaner atau penetrating
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oil, dan lindungi dari air hujan dan sinar matahari serta untuk
pelumasannya dapat digunakan gardium compound/black grase/black
jack.
e. Tali serat
Tali serat yang digunakan pada crane terdiri dari tali serat alami dan
tali serat buatan.
1) Tali serat alam
Kekuatan tali serat tergantung dari gesekan dalam antara serat-
seratnya serta diameter tali. Jenis-jenis tali serat alam antara lain
manila, sisal, henep, dan rami).
2) Tali serat buatan
Jenis-jenis tali serat buatan yaitu :
a) Nylon
Keunggulan dari tali serat buatan jenis nylon antara lain tidak
busuk, tidak berjamur, tidak rusak oleh cuaca, tahan terhadap zat
alkalis atau basa, dan temperatur titik lelehnya mencapai 3000 F
atau 1270 C serta jenis ini merupakan jenis terkuat dari semua tali
serat buatan. Tetapi jenis ini juga memiliki kelemahan, yaitu tidak
taha zat acid atau asam.
b) Polyester
Beberapa keunggulan pemakakaian polyester untuk tali serat
yaitu tahan terhadaap zat acid atau asam dan tenperatur titik
lelehnya mampu mencapai 2600 F atau 1270 C. Tetapi polyester ini
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak sekuat tali serat dari nylon dan tidak tahan terhadpa zat alkalis
atau basa.
c) Polypropylene
Keunggulan di polypropylene adalah tahan terhadap zat alkalis
atau basa. Jenis ini lebih ringan sehingga mampu terapung di air.
Polyproplene baik untuk tali tambera karena tidak mengahantar
arus listrik dan merupakan tali serat buatan yang paling baik. Dari
beberapa keunggulan tersebut diatas polyprone tetap memikli
kelemahan, antara lain titik leleh jenis ini rendah dan tidak tahan
terhadap zat acid atau asam.
3) Kekuatan relatif serat
Kekuatan relatif suatu tali serat tergantung pada:
1) Kekuatan putus, berat, dan pemanjangan maksimum.
2) Karakteristik beban.
3) Kemampuan tali kembali ke panjang semula setelah diberi beban.
4) Batas pemanjangan.
Tali serat buatan lebih kuat 2 sampai 3 kali dibanding tali serat
manila grade I.
4) Perawatan tali serat
Perawatan tali serat cukup mudah. Apabila tali serat kotor,
sebaiknya dicuci dengan air tawar kemudian dikeringkan dengan
teragantung dan gulungan (coil) dilonggarkan. Bila tali serat disimpan,
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
harus diberi pembungkus untuk mencegah pengaruh cuaca, sedangkan
bila tali serat akan dipergunakan terlebih dahulu harus diperiksa.
f.Rantai
Kekuatan rantai sebuah crane tergantung pada kualitas bahan.
Sebelum crane digunakan grade rantai harus selalu diperiksa. Selain
itu kekuatannya juga bergantung pada diameter batangan yang dibuat
sebagai mata rantai (links) dan las-lasan.
Sebuah sling rantai sebenarnya mempunyai kekuatan sama
dengan kekuatan mata rantai yang paling lemah dalam rangkaian sling
tersebut.
Perawatan pada rantai juga diperlukan. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk perawatan rantai antara lain, tidak boleh diseret, tidak
boleh dipendekkan dengan cara disimpul. Jika ingin memendekkan
rantai gunakan selalu pemendek rantai. Selain itu pergunakan
penyambung mata rantai jika ingin menyambung, jangan
menyambung mata rantai dengan baut, periksa rantai dengan waktu
yang terjadwal, bersihkan sebelum diperiksa, periksa dari tanda-tanda
keausan 10%, terpelintir, dan memanjang 10%, serta musnakan rantai
yang rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.
g. Alat bantu angkat
Alat bantu angkat adalah semua peralatan pengangkat yang
menghubungkan anatara barang denga hok crane Macam-macam alat
bantu pada crane yaitu:
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Hooks
Maksimum memmbuka mulut hook 15% dari aslinya, sedangkan
untuk keausan hook maksimum 10%.
b. Shackle
Jenis alat bantu angkat ini ada 2, yaitu :
1) Jenis omega
2) Jenis dee
c. Eye bolt
Berbeda dengan 2 alat angkat di atas, maka baut mata (eye bolt)
ini tidak mempunyai identitas yang dapat dilihat pada barangnya,
tetapi identitasnya berupa tabel kekuatan atau SWL (safety work load)
baut mata tersebut.
d. Truck buckles
Biasa disebut juga dengan bottlescrew, ringing screw (sekrup
labrang, union scew (sekrup penyatu), atau stetching screw (sekrup
peregang).
e. Beams
Ada 2 jenis beams, yaitu speader beams digunakan untuk
meratakan kaki sling supaya sisi muatan tidak rusak dan lifting beams
digunakan untuk mengimbangkan muatan dan digunakan untuk
mengangkat muatan dengan jarak yang pendek antara pancing dengan
muatan.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Perawatan dan pemerikasaan overhead crane
Perawatan adalah suatu usaha untuk memelihara agar peralatan atau
komponen tidak cepat mengalami kerusakan sehingga dapat
dipergunakan dan diopersikan untuk jangka wakatu lama secara aman.
Pemeriksaan adalah usaha untuk memantau kondisi peralatan dalam
jangka waktu tertentu sehingga adanya gejala awal kerusakan bisa
diketahui dan ditanggulangi dengan cepat sebelum peralatan benar-benar
rusak saat dioperasikan.
Pemerikasaan overhead crane ada 3 periode:
1) Periode harian
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk periode harian adalah :
a) Adanya kelainan-kelainan suara pada komponen yang bergerak.
b) Adanya getaran yang berlebihan pada komponen.
c) Mencoba fungsi pembatas gerak (limit switch).
d) Pelumasan pada pulli dan pancing supaya dapat bergerak bebas.
e) Adanya kerusakan pada perlengkapan pengangkat utama.
f) Pelumasan tali kawat baja, kerusakan tali berupa kawat putus atau
perubahan bentuk dan gulungan tali pada tromol.
2) Periode 3 bulanan
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk periode 3 bulanan
adalah:
a) Pemeriksaan bagian rem listrik.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Pemeriksaan limit switch dan memberi minyak pelumas pada tuas
penggeraknya.
c) Pemeriksaan tali kawat baja dan alat pengaturnya (rope guide).
d) Pemberian pelumas (grease) pada tali kawat baja, drum dan
pengaturnya.
e) Pemeriksaan minyak pelumas pada gear box.
f) Pemeriksaan baut-baut dan sambungan pengelasan.
g) Pemeriksaan instalasi listrik.
3) Periode tahunan
Pemeriksaan tahunan dimaksudkan untuk memeriksa kondisi
seluruh komponen pendukung kerja overhead crane dengan lebih teliti
dan dilakukan penggantian secara berkala terhadap komponen tertentu
yang rusak.
Pemeriksaan tahunan mencakup semua komponen yang telah
diperiksa setiap hari maupun 3 bulanan ditambah dengan pemeriksaan
komponen berikut:
a) Jalur lintas rel dan balok lintang.
b) Jembatan crane (girder)
c) Bantalan (bearing)
d) Roda gigi pada gear box.
e) Roda penggerak proses travelling dan traversing serta as roda.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Disamping itu dilaksanakan juga penggantian minyak pelumas
pada gear box serta penggantian grease untuk menghilangkan kotoran
pada tali kawat baja.
i. Prosedur umum pengoperasian overhead crane
Dalam penggunaan alat bantu angkat, yang harus diutamakan
adalah keamanan, disiplin, dan tanggung jawab, serta perlu diperhatikan
tentang fungsi kerja alat dan cara menggunakannya sehingga dapat
menjamin keselamatan bagi alat, orang, dan barang yang diangkat.
j. Orang yang berwenang mengopersikan crane
1) Orang yang ditunjuk dan telah dilatih sebagai operator dan memiliki
sertifikat operator.
2) Trainee yang berada di bawah pengawasan langsung dari seorang
operator atau pelatih.
3) Petugas perawatan, perbaikan atau penguji.
4) Inspektur
k. Kualifikasi operator
Permenaker No. 1 tahun 1989 menyatakan bahwa calon operator
harus sudah melewati uji praktek menhoperasikan overhead crane
sesuai kelas operator
l. Sikap operator
1) Operator tidak boleh dibebani dengan tugas lain yang dalam
pelaksaan kerjanya mengganggu perhatiannya dalam
mengoperasikan crane.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Operator harus memperhatikan aba-aba yang diberikan oleh pemberi
aba-aba, tetapi tetap konsentrasi kepada crane dan barang yang
diangkat.
3) Jika pemberi aba-aba tidak diperlukan, maka operator bertanggung
jawab terhadap seluruh proses pemindahan barang tersebut.
4) Operator tidak dibenarkan mengoperasikan crane jika emosinya
sedang tidak stabil dan terganggu kesehatannya.
5) Operator bertanggung jawab terhadap crane yang dioperasikan.
6) Jika diketahui kemudian terjadi kelainan pada crane yang
dioperasikan, yang mengakibatkan keamanan akan terganngu, maka
pekerjaan segera dihentikan dan laporkan ke atasannya.
7) Jika pekerjaan telah selesai, maka operator harus menempatkan
crane pada tempatnya, kemudian mematikan switch saklar listriknya.
8) Jika akan memulai kerja, maka switch utama harus dihidupkan
terlebih dahulu.
9) Jika terdapat tanda bahwa switch utama tidak boleh, maka itu harus
dipatuhi.
10) Sebelum melakukan pengoperasian, maka diperlukan waktu
beberapa saat untuk mengenali cirri-ciri crane yang akan digunakan.
11) Lakukan pengujian terlebih dahulu jika akan menggunakan crane
lain yang berbeda dengan yang biasa digunakan.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
m. Tugas harian operator
Selain hal-hal tersebut di atas, maka operator mempunyai tugas
harian sebagai berikut:
1) Memeriksa rem.
2) Memeriksa fungsi limit switch.
3) Memeriksa tali kawat baja.
4) Memeriksa rel dari kemungkinan penghalang yang ada.
9. Dasar Perundangan
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Penerapan tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman diperlukan
peraturan serta prosedur pelaksanaannya, diantaranya di dalam Undang-
undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Bab III
Pasal 3 pada butir syarat-syarat keselamatan kerja menyatakan tentang :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Memberi pertolongan pada kecelakan.
3. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
4. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan,
cara, dan proses pengoperasian.
5. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
6. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaa yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.: Per.
05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
c. Permenakertrans RI No. Per. 01/MEN/1989 tentang Kualifikasi dan
Syarat-syarat Operator Keran Angkat.
d. Permen No. 09/Men/2010 tentang Kualifikasi Syarat-syarat dan petugas
Pesawat Angkat dan Angkut.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Pesawat angkatdan angkut
Sumber bahaya
1. Forklift
2. Crane
--------------------
3. Operator a. Beban angkut maksimal
b. Batas kerja aman
c. Pengoperasian yang aman
d. Dasar perundangan
e. Surat izin operasi (SIO)
Pembinaan danpengawasan
Upaya pencegahaan danpenanggulangan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif,
yaitu memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga
hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh
digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Pada laporan ini bertujuan untuk
menjelaskan peninjauan keselamatan penggunaan peswaat angkat dan angkut
khususnya forklift dan crane yang ada di PT. INKA (Pesero).
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan untuk pengambilan data
adalah sebagai berikut:
Nama perusahaan : PT. INKA (Persero) Madiun
Alamat Site Office : Jl. Yos Sudarso 71 Madiun
Telp. (0351) 452271-74
Fax. (0351) 452275
Lokasi : 1. Departemen Rendal Logistik
2. Departemen Fabrikasi Unit Welding IV
3. Departemen Pemeliharaan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Departemen Inventory
5. Departemen Dalprod (Pengendalian Produksi)
6. Departemen Operasi PBTDD
Adapun denah dan general lay out PT. INKA (Persero) dapat dilihat pada
daftar lampiran 1 dan lampiran 2.
B. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek dan ruang lingkup penelitian ini adalah pesawat angkat dan
angkut jenis forklift dan crane di PT. INKA (Persero) sebagai media untuk
mengangkat, mengangkut, dan memindahkan material-material yang tidak
mampu diangkat oleh tenaga manusia.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari :
1. Data Primer
Mengadakan observasi langsung ke lapangan dan dengan melakukan
pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian terhadap pesawat angkat dan
angkut berupa forklift dan crane yang digunakan oleh PT. INKA (Persero).
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data pemeriksaan sebelumnya, dan
digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan laporan.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung
terhadap pesawat angkat dan angkut berupa forklift dan crane yang
digunakan oleh PT. INKA (Persero). Obyek yang di observasi meliputi:
tempat kerja yang digunakan untuk beroperasi forklift dan crane.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
koordinator Praktek Kerja Lapangan (PKL) maupun dengan orang-orang
yang berkomitmen dibidangnya antara lain manager maupun assistant
manager yang memegang bidang pengangkutan barang dan beberapa
operator
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-
catatan serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan
dengan masalah forklift dan crane.
E. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan,
antara lain sebagai berikut:
a. Permohonan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. INKA (Persero) pada
tanggal 27 September 2010.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Higiene Perusahaan.
c. Membaca dan mempelajari materi tentang keselamatan pesawat angkat
dan angkat khususnya forklift dan crane.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.
INKA Madiun dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai 15 April
2011, setelah permohonan ijin PKL disetujui oleh Pihak SDM PT. INKA
(Persero). Adapun tahapan pelaksanaan PKL sebagai berikut:
a. Pengurusan Surat Ijin
Pada hari pertama masuk PKL mahasiswa menyerahkan Surat izin
PKL kepada Divisi Pengembangan SDM PT. INKA (Persero) sebagai
divisi yang mengelola kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
PKL bagi mahasiswa. Divisi inilah yang mengeluarkan surat ijin masuk
ke lingkungan PT. INKA (Persero) Madiun yang ditandatangani oleh
Staf Pengembangan SDM.
b. Konsultasi
Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan Kepala
Bagian K3LH dan pembimbing lapangan untuk mendapatkan
bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan PKL.
c. Survey Lapangan
Pada tahap survey lapangan, kegiatan yang dilakukan penulis yaitu:
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Observasi
Dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian di lapangan.
2) Wawancara
Untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari observasi,
maka penulis melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang
bersangkutan dan pembimbing praktek kerja lapangan di
perusahaan, serta orang-orang yang berkompeten pada bidang
Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup di PT.
INKA (Persero).
Adapaun surat keterangan telah melaksanakan PKL dan jadwal
kegiatan selama PKL di PT. INKA (Persero) dari tanggal 14 februari
sampai 15 April 2011 terlampir pada lampiran 3 dan 4.
F. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dimasukkan dan disusun sedemikian rupa ke
dalam hasil penelitian, kemudian pembahasan dengan cara membandingkan
dengan Permenakertran RI No.: Per/05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat
dan Angkut, Permenakertrans RI No.: Per/01/Men/1989 tentang Kualifikasi
Syarat-syarat Operator Keran Angkat, dan Permen RI No.: Per/Men/2010
tentang Kualifikasi Syarat-syarat dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Departemen Rendal Logistik
Departemen rendal logistik memiliki 1 jenis crane dan 4 forklift yang
beroperasi, tetapi 1 dari forklift tersebut dipinjam unit lain.
a. Fungsi operasional forklift dan crane
Pada departemen rendal logistik, forklift digunakan untuk
mengangkat barang, dalam artian material datang dari luar di terima,
kemudian diantar ke open storage. Secara rutinisas forklift di
departemen ini digunakan untuk mengantarkan barang dari rekanan
yang sudah di proses kemudian dikirim ke gudang induk. Sedangkan
crane digunakan untuk mengangkat material di bagian expedisi yang
kapasitas beratnya tidak bisa di pindah atau diangkat dengan
menggunakan forkkift.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Pemerikasaan dan perawatan forklift dan crane belum dilakukan
secara rutin dari pihak departemen pemeliharaan sehingga kerusakan
cukup sering terjadi, antara lain ban bocor dan kampas bocor.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk operasi
forklift yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift, dibedakan
dengan garis pembatas warna kuning. Sementara untuk landasan
tempat lalu lalang forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan
proses kerja berwarna hijau.
Departemen rendal logistik dalam penataan crane sudah rapi dan
telah memiliki landasan yang kuat.
d. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Pada unit expedisi, menurut keterangan belum ada kecelakaan
yang terjadi selama penggunan forklift maupun crane.
e. Pencegahan kecelakaan
Upaya pencegahan kecelakaan dilakukan dengan cara forklift dan
crane dioperasikan oleh operator khusus yang sudah mengikuti trining
dan sertifikasi, tetapi beberapa yang belum seritifikasi juga
diperbolehkan mengoperasikan. Bahkan hanya 2 orang di departemen
rendal logistik ini yang sudah memiliki Surat Izin Operasi (SIO). Hal
ini akan menjadi pemicu kejadian yang fatal apabila operator sedikit
saja ceroboh, sehingga menimbulkan bahaya yang besar karena
pengetahuan operator yang belum memiliki SIO masih minimum.
Ditambah lagi di sini belum ada peraturan yang mengatur dan sanksi
pun belum ada.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pencegahan kecelakaan juga dicegah dengan penggunaan
perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain safety shoes,
safety helmet, dan safety gloves.
2. Departemen Fabrikasi Unit Welding IV
Unit ini tidak memiliki forklift, jika ada pengangkutan maka unit
welding IV meminta unit Pengendalian Produksi (PPC) untuk
mengangkutnya. Pada unit ini memiliki crane sejumlah 6 buah dengan
kapasitas 2 ton sejumlah 2 buah dan kapasitas 10 ton sejumlah 4 buah.
Kendala pada pengoperasian crane di unit ini antara lain masih banyak
yang belum di trining, bahkan hanya 1 orang saja yang sudah mendapat
SIO.
a. Fungsi operasional crane
(1)Alat angkat dan angkut material di dalam gedung.
(2)Untuk membalik material berukuran besar seperti atap kereta dan
dinding-dinding kereta. Dibagian inilah kerusakan sling sering
terjadi.
(3)Untuk memudahkan pengerjaan mulai dari setting sampai proses
welding.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
(1)Pemakaian sling yang sesuai kapasitas.
(2)Apabila sling rusak atau putus segera diganti.
(3)Penggunaan sling paling tidak sekitar satu tahun.
(4)Apabila sling rusak sekitar 30%, maka tidak dipakai lagi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Jalur forklift dan penataan crane
Telah ada pemisahan jalur tempat kerja dengan jalur forklift sudah
dibedakan. Unit welding IV dalam penataan crane sudah rapi dan
telah memiliki landasan yang kuat.
d. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Kejadian kecelakaan yang pernah terjadi di unit ini akibat dari
human error, sedangkan kerusakan alat juga pernah terjadi. Apabila
kerusakan terjadi pada alat control dan pada saat itu sedang
beroperasi, maka kemungkinan material yang terangkat akan jatuh
tiba-tiba. Bahaya kecelakaan kerja akan timbul melalui ini.
Kemungkinan tenaga kerja disekitarnya akan cidera atau material akan
cacat dan perusahaan menanggung kerugian akibat kejadian ini.
Tindak lanjut bagi tindakan human error tergantung dengan
kesalahan yang dilakukan. Bisa karena kelalaian, kesengajaan,
maupun kecorobohan yang berakibat fatal. Jika kesalahan baru terjadi
sekali atau dua kali, hanya diberi peringatan secara lisan. Sedangkan
apabila kesalahan sering dilakukan dan sudah merupakan akumulasi
dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, maka dari pihak pengawas akan
memberi sanksi berupa pemberhentian sementara selama 2 hari. Hal
ini dimaksudkan agar pekerja tersebut istirahat untuk menstabilkan
emosinya, bukan untuk menimbulkan perasaan jera pada tenaga kerja
yang melakukan kesalahan tersebut.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Pencegahan kecelakaan
Breafing dilakukan oleh tenaga kerja organik secara perorangan
kepada tenaga kerja outsourcing yang mengopersikan crane agar
pengoperasian dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
alat, termasuk tenaga kerja outsourcing (dalam hal ini operator) tidak
memiliki SIO.
Pengawasan pada alat dilakukan sekali waktu oleh tenaga kerja
organik. Memeriksa kondisi alat-alat, apakah ada masalah atau tidak.
Jika ada hal-hal yang mencurigakan pada alat, maka pemakaian alat
tersebut segera dihentikan dan selanjutnya dibuat Surat Permintaan
Perawatan (SPR) yang ditujukan kepada departemen pemeliharaan
agar segera diperbaiki atau mendapatkan ganti yang baru.
Pencegahan kecelakaan juga dicegah dengan penggunakan
perlengkapan APD antara lain safety shoes, safety helmet, dan safety
gloves.
3. Departemen Pemeliharaan
a. Fungsi operasional
Deparetemen ini merupakan departemen pemeliharaan dan
perawatan semua peralatan di PT. INKA (Persero) yang mengalami
kerusakan. Forklift di sini digunakan untuk mengangkut atau
mengambil barang dari unit-unit lain yang mengalami masalah. Selain
itu, unit pemeliharaan sendiri juga perlu forklift untuk opersionalnya
sehari-hari. Untuk crane tidak di pasang pada unit ini.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Secara teknis sudah dilakukan upaya perawatan forklift baik forklift
dari unit pemeliharaan sendiri maupun dari unit lain yang mengalami
kerusakan untuk diperbaiki di unit pemeliharaan. Tetapi perawatan
yang dilakukan kurang rutin, sehingga kerusakan cukup sering terjadi,
disamping memang forklift yang ada di PT. INKA (Persero) usianya
sudah cukup tua. Selain itu menurut keterangan, unit-unit lain yang
memiliki forklift tidak melaporkan kerusakan yang terjadi, sehingga hal
ini menjadi kendala dalam hal perawatan.
c. Jalur forklift dan penataan crane
Jalur-jalur forklift di area jalan di dalam wilayah PT. INKA
(Persero) masih bebas berlalu lalang tanpa ada jalur-jalur khusus yang
membatasi dengan pengguna jalan lain, sehingga kemungkinan terjadi
kecelakaan seperti tertabrak sangat mungkin terjadi. Ditambah lagi
pengguna forklift dalam pemakaian sehari-hari masih sembarangan dan
ceroboh, karena diantara operator forklift sebagian besar belum
melakukan sertifikasi, bahkan menurut keterangan kebutuhan operator
forklift maupun crane sendiri mencapai 500 orang, tetapi hanya sekitar
30 orang yang sudah memilki SIO, baik SIO untuk forklift maupun
crane. Crane tidak terpasang pada departemen ini, tetapi dapat dilihat
penataan di unit-unit lain yang rapi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Kecelakaan forklift yang terjadi dapat dikatakan 0 kecelakaan,
dalam 10 tahun hanya terjadi 1 kali kecelakaan. Kecelakaan ini terjadi
karena kelalaian penumpang. Penumpang forklift yang idealnya hanya 1
orang, ditumpangi lebih dari 1 orang. Memang ada toleransi untuk
penumpang forklift yang terdiri dari 2 orang apabila saat pengangkutan
barang, pandangan operator terhalangi sehingga diperlukan orang lain
untuk memberi tanda atau aba-aba saat beroperasi. Tindak lanjut dari
kejadian ini menurut keterangan hanya diarahkan oleh safety. Untuk
kecelakaan yang disebabkan karena alat menurut keterangan jarang
terjadi bahkan belum pernah terjadi.
e. Pencegahan kecelakaan
Trining dan sertifikasi untuk sebagian kecil operator sudah
dilakukan sebagai upaya pencegahan kecelakaan, tetapi karena
kebutuhan personil untuk operasi forklift maupun crane di berbagai unit
masih banyak maka banyak pula pengguna forklift yang sembarangan
dan tidak mengindahkan SOP yang ada. Selain itu tidak ada sanksi
apapun untuk setiap pelanggaran. Hal ini akan membuat pengguna
forklift maupun crane semakin ceroboh.
Pencegahan kecelakaan juga dilakukan dengan penggunaan
perlengkapan APD antara lain safety shoes, safety helmet, dan safety
gloves.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Departemen Inventory
Departemen inventory atau gudang tempat penyimpanan semua
material keperluan produksi maupun keperluan untuk perawatan memiliki
3 buah crane dengan kapasitas 3 ton sebanyak 2 buah dan 1 buah crane
dengan kapasitas 5 ton sedangkan untuk forklift, inventory memiliki 3
buah forklift.
a. Fungsi operasional forklift dan crane
Crane di departemen inventory difungsikan sebagai alat
pengangkutan barang loading dan unloading yaitu mengirim dan
menurunkan barang dari trailler. Selain itu crane di sini berfungsi
untuk mengangkat material menuju ke Pengerjaan Plat (PPL). Forklift
digunakan untuk mengangkat material-material dan mengirim ke
seluruh bagian serta berperan dalam membantu penurunan barang dari
trailler.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Keselamatan kerja forklift dan crane di sini hanya dilakukan
pemeriksaan dan perawatan rutin oleh departemen pemeliharaan,
forklift dan crane di sertifikasi dan dilakukan pengecekan oleh
departemen tenaga kerja.
c. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk opersi forklift
yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift dibedakan dengan garis
pembatas warna kuning. Sementara untuk landasan tempat lalu lalang
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan proses kerja
berwarna hijau.
Departemen ini dalam penataan crane sudah rapi dan dalam
pemssangannya telah memiliki landasan yang kuat.
d. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Pada departemen inventory, menurut keterangan belum ada
kecelakaan yang terjadi selama penggunaan forklift maupun crane
karena semua pekerjaan yang dilakukan menggunan peralatan tersebut
sudah sesuai prosedur kerja yang ada dan semua operator telah
memiliki SIO, selain itu sanksi berupa scores telah diterapkan apabila
terjadi pelanggaran yang dilakukan.
e. Pencegahan kecelakaan
Trining untuk operator dan sertifikasi untuk forklift dan crane
menurut keterangan sudah dilakukan sebagai upaya pencegahan
kecelakaan. Sanksi bagi pelanggar juga diberlakukan yaitu berupa
scores, untuk lama scores tergantung seberapa besar kesalahan yang
dilakukan operator. Selain itu pemakaian APD juga sudah ditertibkan.
Pengawasan pemakaian forklift dan crane dilakukan oleh 2
supervisor yang bertugas mengatur pekerjaan di lapangan dan dibantu
oleh Technical Assasment (TA) atau group leader dalam pengawasan
pekerjaan rutin.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pencegahan kecelakaan juga dilakukan dengan penggunakan
perlengkapan APD antara lain safety shoes, safety helmet, dan safety
gloves.
5. Departemen Dalprod (Pengendalian Produksi)
a. Fungsi operasional
Forklift digunakan sebagai handling material antar unit, sedangkan
crane diganakan sebagai handling material dalam satu ruangan.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Secara teknis persiapan alat agar dalam penggunaan selalu dalam
kondisi aman sudah dilakukan yaitu dengan pengecekan kondisi forklift
maupun crane, mulai dari pengecekan solar, fork, sling, mesin, dan juga
tombol-tombol yang ada tetapi belum ada laporan yang tertulis tentang
kondisi yang ada.
Pemerikasaan dan perawatan forklift dan crane belum dilakukan
secara rutin dari pihak departemen pemeliharaan, selain itu belum ada
uji kir untuk forklift agar diketahui masih layak jalan atau tidak.
c. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk operasi
forklift yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift dibedakan dengan
garis pembatas warna kuning. Sementara untuk landasan tempat lalu
lalang forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan proses kerja
berwarna hijau.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Departemen ini dalam segi penataan crane sudah rapi dan dalam
pemasangannya telah memiliki landasan yang kuat.
d. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Kecelakaan yang terjadi pada penggunaan forklift disebabkan
karena muatan yang diangkut melebihi kapasitas beban yang
seharusnya. Sedangakan pada crane kecelakaan terjadi karena sling
putus dan kerusakan pada landasannya. Hal ini terbukti bahwa
pemerikasaan dari pihak departemen pemeliharaan belum dilakukan
secara rutin.
e. Pencegahan kecelakaan
Beberapa operator sudah mendapatkan trining pada bidang ini dan
juga sudah dilakukan sertifikasi untuk mendapatkan SIO tetapi belum
mencukupi kebutuhan operator di lapangan. Bagi para pelanggar
prosedur pemakaian alat ini belum ada sanksi sebagai hukuman untuk
pelanggaran-pelanggaran tersebut.
6. Departemen finishing
Departemen finishing mempunyai 12 buah crane dengan kapasitas
yang berbeda-beda. Mulai dari kapasitas 3 ton, 5 ton, dan 10 ton.
Sedangkan untuk forklift tidak ada di sini, karena kebutuhan pengangkutan
tidak dapat terpenuhi jika menggunakan forklift.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Fungsi operasional
Crane pada departemen finishing digunakan sebagai alat untuk
mengangkat barang-barang atau material yang berat pada unit-unit di
bawah departemen finishing yang tidak mampu diangkat manusia.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Perawatan crane kurang mendapat perhatian. Mulai dari pelumasan
yang seharusnya secara periodik setiap satu minggu sekali belum
dilakukan. Selain itu tera alat atau lebih familiar disebut dengan kalibrasi
sling maupun baut-baut belum dilakukan sehingga hal ini akan sangat
mudah sekali menimbulkan kecelakaan sewaktu-waktu, ditambah lagi
masih banyak operator yang belum memiliki SIO. Penunjukan operator
crane di lapangan hanya berdasarkan pengalaman atau hanya
mendapatkan arahan dari operator yang sudah memiliki SIO. Disamping
itu, regenerasi dari operator juga sangat lamban sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan operator untuk pengoperasian di lapangan.
c. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk opersi forklift
yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift dibedakan dengan garis
pembatas warna kuning. Sementara untuk landasan tempat lalu lalang
forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan proses kerja
berwarna hijau. Meskipun departemen ini tidak memiliki forklift
perbedaan jalur pada workshop tetap disediakan. Hal ini untuk
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyediakan apabila ada forklift dari unit lain yang memasuki area ini
untuk mengantarkan material.
Departemen ini dalam segi penataan crane sudah rapi dan dalam
pemasangan crane telah memiliki landasan yang kuat. Kejadian
kecelakaan dan tindak lanjut
Pernah terjadi kecelakaan karena kerusakan alat tetapi tidak
mengakibatkan cidera apapun pada operator maupun tenaga kerja yang
berada disekitarnya, hanya saja pihak PT. INKA (Persero) mengalami
sedikit kerugian karena menyebabkan material yang pada saat itu
diangkat mengalami cacat dan tidak bisa digunakan lagi.
d. Pencegahan kecelakaan
Salah satu upaya pencegahan kecelakaan adalah dilakukan
pengawasan dengan memperingatkan semua operator pada saat apel pagi
agar dalam setiap bekerja khususnya penggunaan crane harus selalu
sesuai Operasional Instruction (OI) atau lebih dikenal dengan prosedur
penggunaan alat.
Beberapa operator sudah mendapatkan trining pada bidang ini dan
juga sudah dilakukan sertifikasi untuk mendapatkan SIO tetapi belum
mencukupi kebutuhan operator di lapangan. Bagi para pelanggar
prosedur pemakaian alat ini belum ada sanksi sebagai hukuman untuk
pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
APD juga berperan besar dalam pencegahan kecelakan. Safety helmet
dan safety shoes wajib dikenakan, sedangkan safety gloves menyesuaikan
kebutuhan.
7. Departemen Bangnis (Pengembangan Bisnis)
Departemen bangnis atau departemen pengembangan bisnis memiliki
crane sejumlah 2 buah dan forklift sejumlah 2 buah.
a. Fungsi operasional
Crane dan forklift pada departemen ini banyak kegunaannya, antara
lain memindahkan barang-barang seperti body kereta, copler, engine,
alternator, material-material untuk kereta, serta digunakan sebagai alat
pemasangan side wall kereta.
b. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Sebagai wujud persiapan keselamatan kerja pada alat dilakukan
perawatan secara rutin setiap 3 bulan sekali oleh pihak departemen
pemeliharaan. Apabila sebelum 3 bulan terjadi kerusakan pada forklift
maupun crane, dari pihak departemen ini segera membuat SPR yang
ditujukan kepada departemen pemeliharaan.
c. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk pengoperasian
forklift yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift dibedakan dengan
garis pembatas warna kuning. Sementara untuk landasan tempat lalu
lalang forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan proses kerja
berwarna hijau.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Departemen bangnis dalam segi penataan crane sudah rapi dan
dalam pemasangan crane telah memiliki landasan yang kuat. Kejadian
kecelakaan dan tindak lanjut
Kecelakaan kerja yang disebabkan karena penggunaan forklift
belum pernah terjadi tetapi untuk penggunaan crane pernah terjadi
kecelakan kerja yang disebabkan karena kerusakan alat yaitu kerusakan
pada bagian kipas.
Tindak lanjut dari kejadian tersebut di atas yaitu dibuat SPR kepada
departemen pemeliharaan agar kerusakan tersebut segera diperbaiki
atau jika memang sudah tidak layak pakai segera diganti.
d. Pencegahan kecelakaan
Pengawasan dilakukan setiap hari dan dari pihak pengawas
mendampingi para pekerja di lapangan agar apabila terjadi masalah
sewaktu-waktu dapat segera teratasi.
Beberapa operator sudah mendapatkan trining pada bidang ini dan
juga sudah dilakukan sertifikasi untuk mendapatkan SIO tetapi belum
mencukupi kebutuhan operator di lapangan. Bagi para pelanggar
prosedur pemakaian alat ini belum ada sanksi sebagai hukuman untuk
pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Peraturan-peraturan yang sudah ada antara lain penggunaan forklift
dan crane yang sesuai OI. Selain itu pada operasi crane dilakukan
pengecekan kondisi saklar-saklar dan tombol-tombol apakah sudah
dalam keadaan mati atau belum ketika selesai penggunaan.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penertiban pemakaian APD hanya ditekankan pada pemakaian
safety shoes. Sedangkan APD yang lain digunakan menurut kesadaran
masing-masing.
B. Pembahasan
1. Fungsi operasional forklift dan crane
PT. INKA (Persero) menggunakan forklift untuk kegiatan angkat-
angkut dalam memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain.
Sedangkan crane digunakan untuk memindahkan material yang berat dan
berukuran besar dalam satu ruang produksi. Dalam penggunaannya sehari-
hari, beberapa ditemukan menggunakan forklift dan crane dengan beban
melebihi kapasitas yang diijinkan. Hal ini menunjukkan ketidak sesuaian
dengan Permenakertran RI No. : Per.05/Men/1985 Pasal 3 ayat 2 bahwa
Semua Pesawat Angkat dan Angkut tidak Boleh dibebani Melebihi Beban
Maksimum yang Diijinkan. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
kecelakaan kerja dan kerusakan dari alat itu sendiri.
Selain hal tersebut, banyak pelanggaran dalam pemakain forklift
selama penulis melakukan pengamatan, antara lain forklift digunakan
untuk memperbaiki lampu dengan menambahkan palet dan tempat pijakan
yang tinggi pada fork, forklift digunakan sebagai dongkrak untuk
memperbaiki ban forklift lain yang bocor, dan di PT. INKA (Persero) juga
menggunakan forklift sebagai alat bantu pendorong gerbong kereta
maupun roda kereta untuk diantar menuju unit-unit yang memproses
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
material tersebut lebih lanjut. Hal ini tidak sesuai dengan Permenakertran
No 5 tahun 1985 Bab V Pasal 115 yang menyebutkan “Dilarang
Menggunakan forklit untuk Tujuan Lain Selain untuk Mengangkat,
Mengankut, dan Menumpuk”.
2. Upaya persiapan keselamatan pada alat
Secara umum pengaman untuk keselamatan kerja alat dibagi menjadi 2,
yaitu pengaman dari segi mekanik dan pengaman dari segi elektris (N.
Rudenko, 1992). Alat pengaman sendiri berarti semua alat yang menempel
pada mesin sebagai suatu bentuk pengamanan pada saat alat difungsikan.
Pengaman dari segi mekanik diartikan sebagai suatu konstruksi dari
peralatan tersebut, dalam hal ini konstruksi dari forklift dan crane.
Konstruksi forklift dan crane yang kuat dan keamanaan dalam
penggunaan kedua alat tersebut dapat ditanyakan pada pabrik pembuat saat
melakukan transaksi pembelian kedua alat tersebut, sedangkan yang
dimaksud dengan pengaman dari segi elektris adalah pengamanan dari alat-
alat kendali forklift dan crane.
Persiapan keselamatan kerja pada alat juga diberikan alat perlindungan
yaitu semua alat yang menempel pada tenaga kerja (operator forklift dan
crane) agar selama mengoperasikan alat selalu dalam keadaan aman. Dalam
hal ini PT. INKA (Persero) telah melakukan upaya wajib pemakaian APD
dalam setiap pengoperasian alat-alat tersebut. Hal ini telah sesuai dengan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Bab X Pasal
14 (c) yang menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menyediakan secara
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cuma-cuma semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk tenaga kerja pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
Sebagai wujud dari persiapan keselamatan dari alat, PT. INKA
(Persero) sudah melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala
kondisi forklift dan crane. Tetapi dalam pelaksanaan pemerikasaan ini
dibeberapa tempat belum dilakukan secara rutin. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa hal ini belum sesuai dengan Permenakertran No 5 tahun
1985 Bab VIII, Pasal 138, Ayat 1 yang menyebutkan bahwa Sebuah
Pesawat Angkat dan Angkut Sebelum Dipakai Harus Diperiksa dan Diuji
Terlebih Dahulu dengan Standar Uji yang telah Ditentukan.
Kegiatan pemeriksaan dan maintenance yang tidak teratur juga tidak
sesuai dengan Permenakertran No 5 Tahun 1985 Bab VIII, Pasal 138, Ayat
4 yang menyebutkan bahwa Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Angkat
dan Angkut Dilaksanakan Selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah
pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya
dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali, sehinggga banyak bagian-bagian crane
yang mengalami kerusakan seperti korosi atau cracking.
3. Jalur forklift dan penataan crane
Pada unit workshop sudah ada perbedaan jalur untuk opersi forklift
yaitu antara tempat kerja dengan jalur forklift dibedakan dengan garis
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembatas warna kuning. Sementara, untuk landasan tempat lalu lalang
forklift berwarna merah, sedangkan untuk landasan proses kerja berwarna
hijau. Tetapi itu semua belum cukup, seharusnya ada jalur khusus bagi
pejalan kaki, karena banyak pejalan kaki yang berlalu lalang di sekitar area
tersebut. Hal ini sangat membahayakan keselamatan pejalan kaki maupun
pengguna forklift. Di sini potensi bahaya tertabrak maupun menabrak
sangat besar terjadi, mengingat area workshop yang sudah dipenuhi
peralatan kerja dan material dengan ukuran besar. Demi keamanan
keduanya sebaiknya jalur khusus tersebut dibuat. Memang hal ini sulit
dilakukan karena area whorkshop sudah penuh, tetapi setidaknya ada
sedikit jalur khusus bagi pejalan kaki sehingga apabila melewati area
tersebut pejalan kaki bisa bejalan satu per satu berjajar ke belakang agar
forklift bebas berjalan di area tersebut tanpa khawatir menabrak pejalan
kaki.
Selain area workshop, area jalan sekitar lingkungan PT. INKA
(Persero) yang padat lalu lintas baik dari truk-truk pengantar barang, mobil
yang berlalu lalang, dan forklift yang beroperasi di area tersebut termasuk
pejalan kaki, juga perlu dibedakan jalur-jalurnya untuk mencegah
kecelakaan dan demi menjaga keamanan masing-masing pengguna jalan.
Rekomendasi jalur khusus forklift dan jalur khusus untuk pejalan kaki
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a
b
c
b
a
Gambar 3. Jalur forklift untuk area workshop
Keterangan gambar :
a. Area kerja dan tempat peralatan kerja.
b. Jalur bagi pejalan kaki.
c. Jalur untuk lalu lintas forklift
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b
c
d
c
b
Gambar 4. Jalur forklift untuk area jalan sekitar lingkungan PT. INKA (Persero)
Keterangan gambar:
a. Departemen atau unit-unit kerja.
b. Jalur bagi pejalan kaki.
c. J alur untuk forklift.
d. Jalur untuk transportasi umum seperti truk pengantar barang dan
sebagainya.
PT. INKA (Persero) dalam segi penataan crane sudah rapi dan dalam
pemancangan kerangka crane telah dipasang pada landasan yang kuat
sehingga telah memenuhi Permenakertran No 5 Tahun 1985 Bab III Pasal
30 Ayat 3 yang menyebutkan bahwa Kaki dari kerangka Lier atau
Dongkrak harus Dipancangkan pada Fondasi secara Kuat dan Kokoh.
a
a
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun general lay out crane dan daftar record crane yang ada di PT.
INKA (Persero) dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.
Kekurangan PT. INKA (Persero) dalam pemeliharaan crane dari hasil
pengamatan yaitu sertifikasi crane belum dilakukan secara rutin. Hal ini
tidak sesuai dengan Permenakertran No 5 tahun 1985 BabVII Ayat 4 yang
berisi Pemerikasaan dan Pengujian Ulang Pesawat Angkat dan Angkut
dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) Tahun setelah Pengujian
Pertama dan Pemeriksaan Pengujian Ulang selanjutnya dilaksanakan 1
(satu) Tahun sekali.
4. Kejadian kecelakaan dan tindak lanjut
Mobilitas penggunaan forklift maupun crane di PT. INKA (Persero)
sangat tinggi, mengingat material untuk produksi kereta api berukuran
sangat besar. Kecelakaan kerja akibat penggunaan alat berat ini mungkin
tidak bisa dihindari. Menurut keterangan di lapangan, kecelakaan forklift
maupun crane jarang sekali terjadi, bahkan ada yang menurut informasi
dari hasil wawancara di lapangan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
hanya terjadi satu kali kecelakaan forklift. Tetapi baru-baru ini sekitar
bulan januari 2011 terjadi kecelakaan penggunaan forklift akibat overload
penumpang. Memang kalau diamati di PT. INKA (Persero) penggunaan
forklift dengan kapasitas muatan penumpang yang berlebihan sekitar 2
sampai 4 orang menumpang pada forklift hampir setiap hari dilakukan dan
hampir semua pengguna forklift melakukan hal ini. Tidak ada rasa takut
maupun khawatir tentang akibat dari tindakan tersebut.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sanksi maupun peraturan belum di berikan oleh PT. INKA (Persero)
atas tindakan tersebut di atas. Hal ini yang mungkin menjadikan para
pengguna forklift ceroboh dan tidak memiliki rasa jera, karena merasa
tidak ada hukum yang mengikat perbuatan mereka.
Selain kecelakan akibat dari pengoperasian forklift, kecelakaan akibat
pengoperasian crane juga dialami, seperti sling pada crane putus akibat
muatan yang berlebihan dan banyak kondisi sling yang sudah tidak layak
pakai digunakan. Hal ini tidak sesuai dengan Permenakertran No 5 tahun
1985 Bab II Pasal 12 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa sling yang cacat
dilarang dipakai. Mesin-mesin sering mengalami keausan karena menurut
informasi pada saat pengamatan, jarang dilakukan pemberian pelumasan,
hal ini belum sesuai dengan Permenakertran No 5 tahun 1985 Bab III
Pasal 13 Ayat 3 yang berisi Poros Cakra Pengantar harus Mudah Dilumasi
dan Pelumasannya Dilakukan secara Teratur dan Cukup. Selain itu
Permenakertran No. 1 tahun 1980 pasal 28 juga menyebutkan alat-alat
angkat harus direncanakan, dipasang, dilayani, dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga terjamin keselamatan.
Kenyataan yang terjadi dari kejadian tersebut belum pernah
mengakibatkan cidera pada tenaga kerja. tetapi setidak ada pencegahan
yang dilakukan sebelum kecelakaan yang berakibat lebih fatal terjadi.
5. Pencegahan kecelakaan
Baru-baru ini PT. INKA (Persero) mengadakan trining dan
sertifikasi bagi operator forklift dan crane yang bekerjasama dengan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PT. Cita Media Utama sebagai trainee. Hal ini sudah sesuai dengan
Permenakertran No.: Per.01/Men/1989 Pasal 5 yang berisi Pelaksanaan
Kursus Operator dapat Dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja atau
Lembaga yang ditunjuk. Sejumlah 30 orang mendapat SIO untuk
mengoperasikan forklift dan crane dengan kualifikasi 15 orang sebagai
operator forklift dan 15 orang sebagai operator crane. Adapun nama-
nama tenaga kerja yang telah mendapatkan SIO untuk forklift dan crane
dapat dilihat pada lampiran 7. Hal ini merupakan salah satu upaya
pencegahan kecelakaan yang dilakukan oleh PT. INKA (Persero).
Menurut keterangan yang penulis peroleh saat melakukan
wawancara di lapangan, kebutuhan operator forklift maupun crane
sendiri mencapai 500 orang. Dapat dilihat bahwa kekurangan operator
masih sangat banyak. Inilah yang menimbulkan orang-orang yang
belum mendapatkan trining khusus ditunjuk sebagai operator pesawat
angkat dan angkut tersebut untuk menutupi kekurangan operator di
lapangan yang menyatakan bahwa Pesawat Angkat dan Angkut Harus
Dioperasikan oleh Operator Pesawat Angkat dan Angkut yang
Mempunyai Lisensi K3 dan Buku Kerja Sesuai Jenis dan
Kualifikasinya. Dengan demikian berarti PT. INKA (Persero) belum
sepenuhnya melaksanakan peraturan tersebut karena baru sebagian
kecil operator yang telah mendapat Lisensi K3 atau SIO (Surat Ijin
Operasi).
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Minimnya operator forklift yang telah mengikuti trining dan
memiliki SIO menyebabkan minim pengetahuan tentang pengoperasian
forklift dengan teknik yang benar sesuai prosedur. Contoh nyata dari
minimnya penegetahuan operator forklift adalah pengangkatan dan
penurunan muatan yang tidak hati-hati atau bisa dikatakan asal-asalan.
Hal ini menunjukkan ketidak sesuaian dengan Permenakertran No 5
Tahun 1985 Bab I Pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
Pengangkutan dan Penurunan Muatan pada Pesawat angkat dan angkut
harus perlahan-lahan. Akibat dari tindakan ini selain akan menimbulkan
kecelakaan kerja, juga akan menimbulkan kerusakan material. Bisa
diketahui apabila kerusakan material ini terjadi kerugian materiil juga
akan ditanggung oleh PT. INKA (Persero).
Upaya pencegahan kecelakaan yang lain berupa diberlakukannya
peraturan tentang prosedur pemakaian forklift dan crane. Hanya saja
peraturan tersebut belum sepenuhnya dipatuhi, bahkan di beberapa
lapangan tempat pengamatan, tidak tahu kalau sebenarnya sudah ada
peraturan. Hanya sebagian kecil saja yang mengatakan bahwa PT.
INKA (Persero) telah memiliki peraturan tentang hal tersebut di atas. Di
sini dapat diketahui bahwa komunikasi K3 belum berjalan lancar dan
peraturan yang dibuat belum kuat.
Selain itu tidak adanya sanksi yang tegas dalam setiap pelanggaran
yang dilakukan oleh pengguna forklift maupun crane, sehingga
pelanggaran-pelanggaran akan lebih sering bermuculan dan bahkan
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemungkinan kecelakaan akan lebih sering terjadi dengan akibat yang
lebih fatal dari sebelum-sebelumnya.
Kejadian tersebut dapat dicegah apabila komunikasi K3 dapat
berjalan lancar dan informasi sampai ke seluruh bagian. Selain itu
peraturan-peraturan yang ada sebaiknya diperbaiki dan diberlakukan
peraturan yang keras dengan sanksi yang tegas agar para pelanggar jera
dan tidak mengulangi perbuatan yang salah. Pengawasan dalam
pelaksanaan juga perlu peningkatan agar semua kegiatan semakin
berjalan lancar dan apabila ada kendala segera dapat teratasi.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di PT.
INKA (Persero) mengenai Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada
Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan
Angkut Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja, maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil identifikasi, PT.INKA (Persero) belum sepenuhnya menggunakan
forklift dan crane sesuai dengan fungsi yang seharusnya. Hal ini belum
sesuai dengan Permenakertran RI No.: Per.05/Men/1985 Pasal 3 ayat 2 dan
Bab V Pasal 115.
2. Upaya persiapan keselamatan pada alat dilakukan PT. INKA (Persero)
dengan melakukan pengecekan dan perawatan pada alat angkat dan angkut
forkliftft dan crane, tetapi belum cukup rutin. Hal ini tidak sesuai dengan
Permenakertran No 5 tahun 1985 Bab VIII, Pasal 138, Ayat 1 dan Ayat 4.
3. Upaya perlindungan bagi operator dengan penyediaan APD telah dilakukan
PT. INKA (Persero). Upaya ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Bab X Pasal 14 (c).
4. Pada unit-unit workshop PT. INKA (Persero), perbedaan jalur antara tempat
lalu-lalang forklift dengan area kerja sudah ada batas yang jelas. Hanya saja
belum ada jalur khusus bagi pejalan kaki. Sedangkan pada area jalan sekitar
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkungan PT. INKA (Persero) belum ada jalur khusus apapun. Semua
lalu-lintas di dalam lingkungan PT. INKA (Persero) berada pada satu jalur.
5. Penataan crane di setiap unit-unit pada PT. INKA (Persero) sudah cukup
rapi dan pada landasan yang kuat. Hal ini sesuai Permenakertran No 5
Tahun 1985 Bab III Pasal 30 Ayat 3.
6. Sertifikasi forklift dan crane belum dilakukan dengan rutin sehingga belum
sesuai Permenakertran No 5 tahun 1985 BabVII Ayat 4.
7. Di PT. INKA (Persero) pernah terjadi kecelakaan forklift akibat dari
kelebihan muatan penumpang sedangkan kecelakaan crane yang terjadi
akibat dari kerusakan alat berupa sling putus karena kondisi sling yang
kurang layak pakai. Hal ini tidak sesuai dengan Permenakertran No 5 tahun
1985 Bab II Pasal 12 Ayat 2, Bab III Pasal 13 Ayat 3, dan Permenakertran
No. 1 tahun 1980 pasal 28.
8. Trining untuk operator forklift dan crane telah dilakukan PT. INKA
(Persero) yang bekerjasama dengan PT. Cita Media Utama sebagai trainee,
berarti telah sesuai Permenakertran No. : Per.01/Men/1989 Pasal 5
9. Hanya sekitar 30 operator forklift maupun crane yang telah memiliki
Lisensi atau SIO, sedangkan kebutuhan operator mencapai 500 orang . Hal
ini tidak sesuai Permenakertran No. Per. 09/Men/VII/2010 tentang Operator
dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut Bab II Pasal 5 Ayat 1.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian tentang Penerapan Peraturan
Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sarana Pesawat Angkat dan Angkut guna mencegah dan mengendalikan
kecelakaan kerja, maka berikut ini masukan dan saran yang bisa
dipertimbangkan:
1. Sebaiknya penggunaan forklift dan crane difungsikan sesuai fungsi yang
seharusnya dan muatan disesuaikan dengan kapasitas beban maksimal alat
tersebut.
2. Sebaiknya melakukan pemeliharaan dan perawatan secara berkala dan
teratur pada pesawat angkat dan angkut yang digunakan oleh PT. INKA
(Persero).
3. Sebaiknya jalur untuk lalu lintas pengoperasian forklift dilakukan redisgn,
dengan ditambah jalur bagi pejalan kaki demi menciptakan kondisi aman.
4. Sebaiknya sertifikasi forklift dan crane dilakukan secara rutin agar kondisi
kelayakan pemakaian segera diketahui.
5. Sebaiknya kondisi sling yang tidak layak pakai tidak digunakan lagi dan
segera diganti.
6. Sebaiknya melakukan trining dan sertifikasi operator dengan jumlah peserta
yang sesuai dengan jumlah kebutuh operator forklift maupun crane di
lapangan.
7. Sebaiknya crane yang belum terpasang dengan benar segera diperbaiki
dengan penanaman (grounding) pada landasan yang kuat.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Almighty Ikmal, 2010, Analisa Faktor Penyebab Keselamatan Dan KecelakaanKerja Pada Pemakaian Crane Di Proyek Konstruksi. http://digilib.its.ac.id.(19 Maret 2011).
Citra Media Utama, 2010. Pelatihan dan Sertifikasi Operator Forklift dan Crane.Surabaya: PT. Cita Media Utama.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997. Himpunan Perundang-undanganKeselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Iqra Media.
Ervianto, W.I., 2002, Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi offset.
INKA, 1995. Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup.Madiun : PT. INKA.
Pemerintah Negara RI, 2005. Undang Undang RI No. 1 tahun 1970 tentangKeselamatan Kerja. Jakarta: Lembaga Asean Onshet Indonesia.
Petra, 2010. Kecelakaan kerja dan implementasi peraturan keselamatan kerjapada penggunaan crane dan excavator. http://digilib.petra.ac.id. (19 Maret2011).
Rudenko, N.1992. Materials Handling Equipment, Second edition MesinPemindah Barang. Jakarta: Erlangga.
Ridley, John. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi ketiga. Jakarta:Erlangga.
Silalahi, B.N.B. dan Rumendang B. Silalahi, 1995, Manajemen Keselamatan danKesehatan Kerja, Jakarta: Lembaga PPM.
Standar Nasional Indonesia, 1996. Bahasa Isyarat Pengoperasian PesawatAngkat Crane. http://pesawatpengangkat-crane.blogspot.com. (19 Maret2011).
Sumardiyono, 2010. Biostatistik Penelitian Bidang Hiperkes. Surakarta: UNSPress.
Suma’mur P.K., 1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV.Gunung Agung.
Suma’mur P.K., 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: SagungSeto.
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Syah, M.S., 2004, Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek. Jakarta: PT.Gramedia.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta: Bina Sumber Daya Manusia.
Tarwaka, 2008. Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta:Harapan Press.
Universitas Atmajaya, 2009. Pengetahuan tentang Forklift. lib.atmajaya.ac.id. (19Maret 2011).
Universitas Sumatra Utara, 2010. Keselamatan Kerja Konstruksi Industri.http://repository.usu.ac.id. (19 Maret 2011).
Create PDF with PDF4U. If you wish to remove this line, please click here to purchase the full version