PENERAPAN SISTEM KEAMANAN KESELAMATAN KERJA ( SMK3 )
DAN ERGONOMI
DALAM PANDANGAN ISLAM
MAKALAH :
Dalam rangka memenuhi tugas semester 3
mata kuliah Pendidikan Agama Islam 3
OLEH :
AGAM SURYA RIZALDI 31601 300 722
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014/2015
TEKNIK INDUSTRI ( A )
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan RahmatNyalah
sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar,Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu , di dalam penyusunan tugas ini tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dihadapi, namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk berbagai
pihak, akhinya semua hambatan dan rintangan tersebut dapat teratasi . Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Akhmad Syakhroni ST. MEng, selaku dosen pengajar mata kuliah “ Pendidikan
Agama Islam 3“ yang telah memberikan arahan atau bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan
makalah ini.
Kami sadari bahwa apa yang ditulis dalam makalah ini masih jauh dari apa yang diharapkan,
oleh sebab itu kami mohon adanya keritik dan saran dalam rangka perbaikan/ penyempurnaan
dimasa yang akan datang.
Demikan penyusunan tugas ini dan semoga Allah SWT.Memberikan kekuatan kepada kami.
Semarang November 2014
PENYUSUN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan adanya teknologi serta penerapannya yang efisien dibandingkan dengan cara
yang lama memungkinkan adanya inovasi terbarukan dibidang sains dan teknologi mau tidak
mau ikut mempengaruhi perubahan bagi yang menerapkannya atau yang berada disekitarnya .
Pola hidup manusia pada era yang serba canggih ini sangat memanjakan manusia mulai dar usia
muda sampai dengan lanjut usia . Berbagai macam sumber dan referensi yang banyak pula
membuat keinginan manusia untuk selalu belajar dari kesalahan masa lalu bertambah . Internet ,
email , e-book dan teknologi terbaru lainnya terus dikembangkan demi meningkatkan tingkat
edukasi setiap lapisan manusia . Tidak mengenal usia ilmu akan tetap dibutuhkan di dalam
maupun di luar lapangan .
Namun terkadang manusia melupakan intisari asal dari setiap ilmu yang berkembang ,
referensi utama setiap manusia yang hidup dari dari awal sampai akhir kehidupan . TIdak perlu
dicari setiap muslim didunia ini telah memilikinya yaitu iman dan taqwa beserta kitabnya , Al –
Quran dengan hadist – hadist yang telah diriwayatka oleh beberapa perowi terkemuka .
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai system keamanan keselamatan dan kesehatan kerja
serta ergonomi dari sudut pandang islam .
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apa pengertian dari Keamanan , Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) ?
Apa pengertian dari system ergonomic dalm islam?
Bagaimana pandangan islam tentang Keamanan , Keselamatan dan Kesehatan Kerja
( K3) ?
Bagaimana pandangan islam tentang penerapan system ergonomi dan K3?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan nakalah adalah sebagai berikut :
Mengetahui pengertian dari system ergonomic dalam islam
Mengetahui pandangan islam tentang Keamanan , Keselamatan dan Kesehatan Kerja
( K3)
Mengetahui pandangan islam tentang penerapan system ergonomi dan K3
1.4 Luaran yang Diharapkan
Diharapkan dari makalah ini dapat lebih mengetahui penerapan serta pandangan islam mengenai system keselamatan dan kesehatan kerja juga system kerja yang ergonomis dalam penerapan sehari –hari berdasarkan teknologi yang diterapkan pada zaman yang modern ini .
BAB 2
PEMBAHASAN
K3 DAN ISLAM
Hazards (bahaya kerja) tersebut termasuk perilaku kerja yang tidak aman / berbahaya
harus diatasi atau dihilangkan atau diminimalisir. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
saw, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain" (HR.
Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340). Sementara Imam Abu Dâwud radhiyallâhu'anhu dan
yang lainnya meriwayatkan dari Abi Sharmah radhiyallâhu'anhu, seorang Sahabat Nabi
shallallâhu 'alaihi wasallam, dari Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Barang
siapa yang membahayakan orang (lain), maka Allâh akan membahayakan dirinya, dan barang
siapa yang memberatkan orang lain maka Allâh akan memberatkannya."
Adanya sesuatu yang berbahaya itu sendiri tidak dibolehkan di dalam syari'at, demikian
juga dengan menimbulkan bahaya tanpa hak. Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah
ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari'at, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta.
Sebagaimana diketahui pula bahwa hazards (bahaya kerja) termasuk perilaku kerja yang tidak
aman adalah berbahaya terhadap badan, mental, dan harta. Jadi sebagai pekerja hendaknya tidak
berperilaku yang tidak selamat (unsafe behavior) dan orang yang mempekerjakan pekerja
hendaknya tidak membiarkan pekerjanya terpapar hazards (bahaya kerja) baik dengan cara
engineering control, work practice control, dan sebagainya sehingga akibat dari hazards (bahaya
kerja) dapat dihilangkan atau diminimalisir.
Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan K3 terutama di negara-negara
berkembang (masih belum negara maju). K3 masih banyak dianggap sebagai suatu yang kurang
perlu, kurang penting, atau bahkan dianggap sebagai suatu pemborosan. Hal ini sama saja
dengan membiarkan pekerja-pekerja terpapar hazards (bahaya) atau dengan kata lain
menimbulkan bahaya terhadap orang lain dimana hal itu sekiranya akan menguntungkan
pelakunya (perusahaan) tersebut padahal menimbulkan bahaya terhadap orang lain dimana
bahaya yang ditimbulkannya itu sebenarnya tidak menguntungkannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan sesuatu yang harus dipahami setiap
muslim. Setiap muslim wajib bekerja. Dalam bekerja, setiap muslim harus memperhatikan K3.
Ada beberapa hal yang dapat mengancam K3, hal-hal tersebut dinamakan hazards (bahaya
kerja). Hazards bisa berasal dari lingkungan kerja maupun dari diri pekerja itu sendiri dan salah
satunya adalah akibat perilaku yang tidak aman dalam bekerja, selengkapnya mengenai hazards.
Aspek perilaku (behavioral) pekerja merupakan faktor terbesar yang mempunyai kontribusi
terhadap timbulnya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
Sebagai muslim janganlah berpelit-pelit dalam urusan K3. K3 itu sangat penting. Sudah
banyak bukti nyata perusahaan-perusahaan yang ‘tidak lancar’ bisnisnya dan bahkan ada usaha
yang hancur karena kurang memperhatikan K3. Sudah jelas bahwa keselamatan dan kesehatan
itu sangat penting termasuk keselamatan dan kesehatan saat bekerja. Karena itu investasi dalam
K3 itu sangat penting. K3 memang memerlukan biaya, tapi K3 itu bukanlah murni “cost center”.
Banyak bukti juga yang menunjukkan dengan mengimplementasikan ergonomi atau K3 dapat
meningkatkan performa dan produktivitas dan berefek pada finansial yang lebih baik
Janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Mengabaikan K3 dan
membiarkan paparan hazards dan melakukan unsafe behavior termasuk perbuatan yang
mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan. Allah tidak pernah membebani para hamba-
Nya dengan sesuatu yang membahayakan (merugikan) diri mereka atau pun dari mereka
kemudian membahayakan orang lain, baik bahaya tersebut terdapat pada makanan, minuman,
transaksi keuangan atau pun lainnya termasuk bahaya pada saat kerja. Di antara bentuk
ditiadakannya bahaya (dharar) dari kaum Muslimin adalah manakala Allah menghapuskan hal-
hal yang menyulitkan dan sulit atas umat ini. Yaitu sebagaimana firman-Nya:
"Allah tidak membebani suatu jiwa (seseorang) melainkan sesuai dengan kemampuannya" (Q.S.
Al-Baqarah:286).
Prinsip ergonomi yang merupakan azas dari K3 juga memiliki makna yang serupa yakni
fitting the job to the man, sesuaikan pekerjaan dengan manusia meliputi karakteristik manusia,
kemampuan manusia . Karena :
Sesuatu yang membahayakan itu harus dihilangkan
Hal ini sesuai dengan K3 bahwa segala paparan hazards harus dihilangkan baik dengan
engineering control, work practice control, dan sebagainya.
Sesuatu yang membahayakan harus diantisipasi semampunya
Hal ini sesuai dengan program K3 sebaiknya lebih ke preventif dan promotif daripada kuratif.
Sesuatu yang berbahaya tidak boleh dihilangkan dengan hal yang sama bahayanya
Hal ini sesuai dengan engineering control pada K3 bahwa sesuatu yang berbahaya (misalnya
material berbahaya) bisa diganti (disubstitusi) dengan yang yang tidak berbahaya, tidak bisa
diganti dengan hal yang sama bahayanya. Jika tidak bisa disubstitusi bisa menggunakan metode
engineering control lain seperti mengganti proses, mengurung proses, atau dengan work practice
control atau bahkan dengan alat pelindung diri (APD).
Suatu hal yang bahayanya lebih besar (parah) dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih
ringan
Hampir mirip dengan point sebelumnya bahwa sesuatu yang berbahaya (misalnya material
berbahaya) bisa diganti (disubstitusi) dengan yang mempunyai tingkat bahaya lebih rendah.
Menolak terjadinya kerusakan (hal yang merugikan) didahulukan atas upaya meraih suatu
kemashlahatan (hal yang menguntungkan)
Hal ini sesuai dengan slogan K3 yakni “safety first” atau “utamakan keselamatan” yang artinya
keselamatan harus didahulukan.
Jadi kesimpulannya K3 sangat sesuai dengan Islam karena sama-sama mengingatkan
umat manusia agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman / selamat (safe)
dan sehat dalam bekerja dan melarang adanya bahaya dalam bekerja di tempat kerja (di kantor,
di pabrik, di tambang, dan di mana pun tempat bekerja). Dengan begitu akan tercipta suatu
kondisi atau lingkungan yang aman (safe), sehat (healthy), dan produktif (productive), dan
selanjutnya akan membawa keuntungan bagi diri pekerja maupun perusahaan tempat bekerja.
Jadi mari kita mulai sekarang bekerja dengan SELAMAT
Ayat Al-Qur'an kaitannya dengan K3
QS AL-AN’AM AYAT 17
Artinya :
“Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada
sesiapapun yang dapat menghapusnya melainkan Dia sendiri dan jika ia mengenakan
(melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya. Islam dalam
Al-Qur’an dan hadist melarang umat untuk membuat kerusakan jangankan kerusakan itu terjadi
pada lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya. Banyak contoh seperti
penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Jelas menganiaya diri sendiri, berperilaku tidak aman dan
sehat serta tidak menjaga lingkungan tetap aman dan sehat, adalah terjemahan dari segala
larangan Allah SWT baik yang termaktup dalam Al-Qur’an maupun hadist. Dengan berperilaku
yang aman dan sehat kita akan menjaga lingkungan hidup kita, karena Allah SWT menciptakan
alam semesta ini untuk dijaga demi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Hubungannya K3 dengan Islam adalah sama-sama mengingatkan umat manusia agar
senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman dan sehat dalam bekerja di tempat
kerja (di kantor, di pabrik, di tambang, dan dimana tempat anda bekerja). Dengan berperilaku
aman dan sehat akan tercipta suatu kondisi atau lingkungan yang aman dan sehat. Dengan
bekerja yang aman ditempat kerja, akan membawa keuntungan bagi diri sendiri maupun
perusahaan tempat kerja. Perusahaan sehat pekerja pun akan tenang dalam bekerja. Karena di
situ tempat pekerja mencari nafkah. Pekerja bekerja untuk mencari nafkah, bukan bekerja untuk
mendapat kecelakaan, penyakit dan masalah. Jadi mari kita mulai sekarang bekerja dengan
selamat. Berpikir sebelum bertindak, utamakan keselamatan dalam bekerja.
Alangkah indahnya hidup ini jika kita berada dalam suatu kondisi atau lingkungan yang
aman dan sehat. Kemana-mana kita tidak merisaukan akan bahaya yang mengancap baik jiwa
maupun harta benda. Sebagaimana Allah SWT awalnya menciptakan alam semesta ini dengan
kondisi dan lingkungan yang aman. Namun karena nafsu umatnya membuat semua menjadikan
kondisi menjadi tidak aman dan sehat .
QS AL-BAQARAH AYAT 195
Artinya:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”
Melihat firman Allah seperti diatas, kami ingin berbagi. Dengan saling mengingatkan, bahwa
Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki adanya kerusakan dimuka bumi ini. Segala
sesuatunya yang diciptakan Allah swt diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Dan manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua
mahluk hidup ciptaan-Nya diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan
perbuatannya (perilakunya tidak aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan
menciptakan kondisi yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan
juga terhadap kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan hidup).
Hal tersebut semua diawali karena perilaku individu maupun kelompok yang tidak aman hingga
membuat suatu kondisi atau lingkungan menjadi rusak, seperti terjadi longsor, banjir, perubahan
iklim dan cuaca (climate change), penyakit, dan musibah alam lainnya. Bukankah Allah SWT
telah menciptakan semua yang ada dijagad raya ini dengan keseimbangan yang baik. Namun
karena keserakahan, kedzaliman, dan kemaksiatan manusia yang membuat kondisi alam menjadi
tidak seimbang. Bencana yang dirasakan sekarang ini hanya sebagai teguran dan cobaan bagi
umatnya. Teguran, bagi umatnya yang tidak beriman, yang telah melakukan kerusakan, dan
cobaan bagi umatnya yang beriman.
QS. AR RA'DU AYAT 11
Artinya :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan di
belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap kaum maka tidak ada yang dapat menolaknya,
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan manusia kecuali
mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti jika ingin maju dan sukses maka
manusia harus mau bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan
rejeki secara cuma-cuma, Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada
kalimat selanjutnya disebutkan bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan
yang dikehendaki Allah, artinya bahwa manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang
telah ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi dalam pekerjaannya,
manusia harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari berbagai bahaya yang mengintai di
lingkungan sekitarnya. Masalah selamat atau tidak, hal itulah yang kemudian menjadi kuasa
Allah untuk menentukan garis hidup manusia. Yang perlu digarisbawahi dari ayat ini adalah
manusia harus mau berusaha untuk merubah keadaannya.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja mestilah dilakukan
dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di dunia,
disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah
menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi.
QS. AL-QOSHOSH AYAT 77
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu (kebahagiaan) negeri
akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan“
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa manusia tidak boleh berbuat kerusakan di muka bumi. Ini
berarti bahwa manusia diutus untuk menjaga lingkungan, tidak mencemarinya, berbuat dan
berperilaku sehat. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak alam ciptaannya.
Sama halnya dalam bekerja di perusahaan berarti perlu adanya kesehatan dan keselamatan kerja
agar dapat dipelajari hal-hal apa saja yang dapat merusak lingkungan untuk kemudian dihindari
sehingga tercipta lingkunga yang aman dan pekerja dapat terhindar dari resiko bahaya yang
ditimbulkan.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja dan bekerja mestilah dilakukan
dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di dunia,
disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah
menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Sebagaimana dalam
Firman Allah dalam Surah Al - Qasas Ayat 77 ;
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Dalam bekerja, islam tentunya menganjurkan kita bekerja dengan sebaik-baiknya
tentunya dengan memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan dalam bekerja.
Istilah kesehatan, dan keselamatan saling terkait erat,istilah yang lebih luas dan yang lebih
tersamar adalah istilah kesehatan yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cedera serta maslah mental
dan emosi yang biasa mengganggu aktifitas manusia normal umumnya. Ini sejalan dengan
pengertian kesehatan oleh pakar-pakar islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam
Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai "ketahanan jasmaniah,
rohaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkannya."
Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad saw:
"Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu."
Demikian Nabi saw menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:
"Pencegahan lebih baik daripada pengobatan." Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan
sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi saw yang pada dasarnya mengarah pada
upaya pencegahan.
Sesuai dengan Jurnal di atas, penerapan K3 di suatu perusahaan tentunya untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, selain itu dengan adanya K3 perusahaan mampu
bersaing di pasar global yang pastinya meningkatkan keuntungan perusahaan itu sendiri.
Namun dalam pelaksanaannya, sering kali terdapat hambatan pada penerapan K3 dan ergonomis
seperti Manajemen perusahaan memberikan prioritas rendah dan paling belakang pada program
K3 dan ergonomi dalam program kerja perusahaan, program K3 dan ergonomi lebih banyak
program kuratif dibandingkan program preventif dan promotif. dalam istilah kesehatan
“pencegahan lebih baik daripada pengobatan”. Istilah ini bukannya dibuat tanpa sebab, kita tahu,
sehat itu mahal harganya bahkan tak ternilai harganya,. Jika kita sakit, pasti mengeluarkan biaya
pengobatan yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. Selain itu jika sakit tentu produktivitas
kerja karyawan akan terhenti dan akan berdampak pula pada perusahaan, kurangnya pengetahuan
mengenai K3 dan ergonomi dari pihak manajemen maupun karyawan selanjutnya pengawasan
dan sangsi yang lemah dari pemerintah dimanfaatkaan manajemen sehingga kurang
memperhatikan penerapan K3 dan ergonomi.
ERGONOMI DAN ISLAM
Ergonomi atau ergonomika (dalam bahasa inggris disebut ergonomics) adalah ilmu tentang
kerja. Secara detil ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan
elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data
dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya.
Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk,
lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis sesuai dengan kebutuhan,
kempuan dan keterbatasan manusia (international ergonomic assosiation, 2002).
Jadi secara sederhana ergonomi adalah Ilmu tentang bagaimana merancang agar seseorang bisa
bekerja dengan baik. Merancang kondisi lingkungan kerja yang disesuaikan dengan atribut
(keadaan, kemampuan, kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan, kebutuhan,
keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb) yang ada pada manusia baik fisik maupun
non fisik. Ergonomi berkaitan dengan ‘kesesuaian’ antara orang-orang dan pekerjaan mereka.
Hal ini memperhitungkan atribut manusia untuk memastikan bahwa tugas, peralatan, informasi
dan lingkungan kerja sesuai dengan pekerja. Oleh karena itu prinsip dasar ergonomi adalah fit
the job to the man dan bukan sebaliknya. Ini artinya pekerjaanlah yang harus disesuaikan dengan
atribut / keadaan manusia tersebut dan bukan manusianya yang harus menyesuaikan (bukan
manusia yang diubah-ubah) sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat memelihara harkat dan
harga dirinya sebagai manusia sehingga bersifat manusiawi yang didalamnya terkandung
pengertian adanya jaminan keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan produktivitas kerja.
Adapula yang menyebut atribut manusia sebagai kapasitas kerja manusia yang terdiri dari:
Kemampuan
Kebolehan
Keterbatasan
Konsep keseimbangan ergonomi:
1. Work capacity atau kapasita kerja: personal capacity, physiological capacity,
psychological capacity, biomechanical capacity atau atribut-atribut manusia lainnya.
2. Task demand atau tuntutan tugas atau pekerjaan: material, machine and tools
characteristics, task/work place characteristics, organizational characteristics,
environmental characteristics.
3. Performa ditentukan oleh kapasitas kerja kerja dan tuntutan tugas atau pekerjaan.
Jika tuntutan tugas atau pekerjaan > kapasitas kerja => over stress, discomfort, lelah,
cidera, celaka, sakit.
Jika pekerjaan melebihi kapasitas maka akan mengancam keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dan selanjutnya mengancam produktivitas kerja serta keefektifan dan
keefesienan kerja. Selain itu K3 yang tidak baik yang menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja juga akan membuat pengeluaran menjadi boros dan sebenarnya bisa
dihindari.
Jika tuntutan tugas atau pekerjaan < kapasitas kerja => under stress, bosan, lesu,
tidak produktif.
Ergonomi memang menuntut pekerjaan disesuaikan dengan keadaan manusia yang
bekerja namun itu bukanlah cara lain untuk mengatakan "bekerja secara alakadarnya",
sama sekali bukan. Sebab, bekerja sesuai dengan keadaan / kapasitas menyiratkan
kesediaan untuk mencurahkan segenap kemampuan yang kita miliki dalam menjalani
pekerjaan yang kita geluti. Begitu banyak orang yang berpotensi tinggi, namun bekerja
alakadarnya. Sehingga, mereka tidak sampai kepada puncak performanya. Sebab, jika
saja mereka bersedia bekerja sesuai dengan kapasitasnya, maka pastilah mereka sudah
bisa mencapai ketinggian nilai kemanusiaan dirinya. Alih-alih demikian, mereka
membiarkan sebagian besar potensi dirinya tersia-siakan.
Harapannya adalah antara tuntutan tugas atau pekerjaan = kapasitas kerja =>
performa optimal.
Dengan ergonomi akan dijamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasannya atau atrbut-atributnya. Hasil akhirnya ialah manusia mampu berproduksi
optimal, tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya atau dengan kata lain
pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif, efisien, produktif, aman dan sehat.
Ergonomi dalam Al-Quran dan Al-Hadist
Ternyata prinsip ergonomi yakni fit the job to the man atau menyesuaikan pekerjaan dengan
atribut / keadaan manusia tersebut terdapat dalam Al-Quran maupun Al-Hadits. Ayat tersebut
adalah:
“Katakanlah: ‘Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu (’alaa makaanatikum),
sesungguhnya aku pun bekerja, maka kelak engkau akan mengetahui!.” (Q.S. Az-Zumar :
39)
Dari ayat di atas dapat dipahami sebuah perintah untuk bekerja sesuai keadaan. Keadaan apa?
Keadaan atau kondisi si manusia yang bekerja tersebut. Apa itu keadaan atau kondisi manusia?
Jawabannya adalah semua atribut yang melekat pada manusia. Atribut itu bisa diartikan sebagai /
bisa berupa keadaan, kemampuan, kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan,
kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb. Atribut itu bisa berupa fisik
(seperti antropometri fisik, fisiologi tubuh dsb) atau non fisik (antroprometri non fisik /
psikometri, psikologi, kecerdasan dsb). Ini artinya pekerjaan yang dilakukan harus sesuai (fit)
dengan keadaan atau atribut manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar ergonomi yakni fit
the job to the man yang artinya menyesuaikan kerja dengan manusia yang bekerja itu. Berikut
ayat-ayat tersebut:
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing." Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S. Al-israa’ : 84]
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang
akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (Q.S. Al-An’aam : 135)
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab
yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan),
sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu.” (Q.S. Huud : 93)
Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: “Berbuatlah menurut
kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula).” (Q.S. Huud : 121)
Selain itu ada pula ayat:
“… dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (untukmu).” (Q.S. An-Nahl : 69)
Dari ayat di atas dapat dipahami sebuah perintah untuk menempuh jalan (salah satunya dalam
bekerja) yang dimudahkan. Apa maksud “yang dimudahkan”? Maksudnya adalah melakukan
suatu kerja (karena konteks ergonomi adalah kerja) yang dimudahkan untuk si pekerja yakni
kerja dengan energi minimal. Energi minimal tidak mengisyaratkan seseorang harus
mengerjakan sesuatu tanpa kerja keras. Orang malah bisa kerja keras siang malam, namun tidak
merasa sedang bekerja susah payah. Setiap orang memiliki energi minimal, sehingga ada yang
mudah mendalami filsafat, ekonomi, atau bahasa, dan lain sebagainya yang biasanya menjadi
“kelebihan” dirinya. Seseorang bisa saja bekerja keras menggeluti suatu hal, tetapi lebih kepada
hasrat dan ambisi untuk meraih suatu hal atau hobi atau kecintaan bidang tertentu (walaupun
pada umumnya sesuai dengan “kelebihan” yang dia miliki juga) sehingga dia tidak merasa kerja
dan menggunakan energi minimal. Jadi melakukan sesuatu dengan penggunaan energi yang
minimal adalah melakukan sesuatu yang “dimudahkan” untuknya. Yang “dimudahkan” untuk
manusia adalah yang paling sesuai (fit) dengan manusia tersebut. Tidak hanya sesuai (fit) dalam
hal fisik tapi juga non fisik. Disinilah peran ergonomi, fit the job to the man artinya
menyesuaikan kerja dengan manusia yang bekerja. Apa manfaatnya? Agar mendapat output
kerja yang optimal karena bila manusia diberi tugas kerja yang sesuai (fit) dengannya maka dia
akan “dimudahkan” dalam bekerja dan hasil kerja menjadi optimal. Selain itu karena energi yang
digunakan minimal maka input kerjanya tidak perlu banyak. Jadi kesimpulannya dengan aplikasi
“fit the job to the man” bisa menghasilkan output kerja yang optimal dan penggunaan input kerja
yang minimal atau dengan kata lain ergonomi dapat meningkatkan produktivitas (produktivitas
paling optimal adalah ketika output optimal dan input minimal).
Ayat tersebut juga senada dengan hadist-hadist berikut:
Imran bin Hushain ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, apa
dasarnya kerja orang yang bekerja?”. Rasulullah saw. menjawab: “Setiap orang itu
dimudahkan untuk mengerjakan apa yang dia telah diciptakan untuk itu” (Shahih
Bukhari, no.2026)
Imran bin Hushain ra. menceritakan bahwa ada seorang yang bertanya ke Rasulullah
saw., “Ya Rasulullah, apakah telah diketahui siapa-siapa penghuni surga dan siapa-
siapa penghuni neraka?”. Jawab Nabi saw. “Ya!”. Tanya, “Jika demikian, apa
gunanya amal-amal orang yang beramal?” Rasulullah saw. menjawab: “Masing-
masing bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan, atau menurut apa yang
dimudahkan kepadanya!” (Shahih Bukhari, no.1777)
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorangpun dari kalian, tidaklah ada jiwa yang
diciptakan, kecuali telah ditetapkan tempatnya di surga atau di neraka, dan telah
ditetapkan sebagai orang celaka atau bahagia.” Lalu seorang sahabat berkata,
“Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kita tidak sebaiknya menyerahkan diri pada
ketetapan itu”. Beliau menjawab, “Beramallah, karena setiap orang dimudahkan
untuk beramal sesuai dengan apa yang dia diciptakan untuknya“. (Muttafaq Alaih)
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyusunan Makalah Yang Berjudulkan penerapan ergonomi dan sistem keamanan keselamatan
kerja ( smk3 ) dalam pandangan islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pandangan islam tentang penerapan sitem keamanan dan kesehatan kera serta ergonomic adalah saling berkaitan satu sama lain . Karena dalam islam menyarankan setiap tindakan itu harus dilakukan dengan hati – hati dan hal tersebut tersebut termasuk dalam penerapan system keamanan dan kesehatan kerja ( K3) . Berikutnya setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang muslim atau muslimah harus mengedepaankan faktor kenyamanan serta efiesiensi pada setiap hal atau kegiatan yang dilakukan dan hal itu pun juga menyakup penjelasan ergonomic yang mengutamakan sitem kerja yang ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien)
Manfaat ilmu teknologi dalam al-quran yang berkaitan dengan K3 dan ergonomic mampu diaplikasikan dalam keseharian termasuk tata cara sholat ang sering dikerjakan umat islam seluruh dunia . Dalam gerakan sholat mengandung geraakan yang sangat ergonomis dari awal takbirotul ikhram sampai dengan du kali salam . Gerakan dari sholat sudah dirancang sedemikian rupa oleh Sang Khaliq demi menciptakan keharmonisan antara satu organ dengan organ yang lainnya mulai dari kepala sampai kaki .
Bagian yang terpenting dalam penerapan system K3 ataupun ergonomi adalah dengan melakukan semua itu dengan berdasarkan niat mencari ridho Allah SWT semata . Dengan adanya niat awal yang sudah tulus serta ikhlas maka seseorang akan selalu dilindungi dan diberi
ganjaran pahala dari awal dia melakukan kegiatan sampai dengan berakhirnya kegiatan itu sendiri .
Efek dar menerapka system K3 dan ergonmi dengan benar kelak juga akan beribas pada diri yang melaksanakan dan melakukannya . Karena dengan kita merapkanny amaka kita sudah ikut menjaga kesehatan dari tubuh dan merupakan perwujudtan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan kesehatan dalam melaksanakan kegiatan sampai selesai .
DAFTAR PUSTAKA
http://akmal-rsfr.blogspot.com/2013/03/k3-dan-islam.html)
http://ziarasyid-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-67303-Umum Ayat%20AlQur'an
%20kaitannya%20dengan%20K3.html
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/ergonomi-dan-islam.html
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/06/k3-dan-islam.html )