PENGARUH EDUKASI KESEHATAN DENGAN VIDEO SECTIO
CAESAREA TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PASIEN
PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RS PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun oleh:
SUTRISNO NIM. ST 161040
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH
TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyeatakan bahwa Skripsi Keperawatan yang
berjudul:
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN DENGAN VIDEO SECTIO
CAESAREA TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN
PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RS PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
Oleh:
Sutrisno
NIM.ST 161040
Telah dipertahankan di dapan penguji pada tanggal 31 Januari 2018 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapat gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep Gatot Suparmanto, S.Kep., M.Sc
NIK. 200679022 NIK. 201689153
Penguji
Yunita Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201185088
Surakarta, 31 Januari 2018
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 200680021
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : SUTRISNO
NIM : ST 161 040
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1) Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada
Surakarta maupun perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, 31 Januari 2018
Yang membuat Pernyataan
SUTRISNO
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya, memberi kekuatan serta petunjuk sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, banyak sekali dukungan, bimbingan dan dorongan
dari semua pihak yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Pengaruh Edukasi Kesehatan Dengan Video Sectio Caesarea
Terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar”
. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama
penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Atiek Murhayati, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ns. Wahyuningsih Safitri, M.Kep., selaku Pembimbing Utama yang telah banyak
memberikan masukan, nasehat dan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Ns. Gatot Suparmanto, M.Sc, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Direktur RS. PKU Muhammadiyah Karanganyar yang telah berkenan
memberikan ijin dalam menyelesaikan skripsi.
v
6. Pasien RS. PKU Muhammadiyah Karanganyar yang telah bersedia menjadi
responden dan membantu kelancaran penelitian.
7. Teman-teman S1 Keperawatan, terima kasih atas persahabatan yang tak mungkin
terlupakan, terima kasih atas masukan dan diskusi-diskusinya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
tetapi penulis tetap menaruh harapan besar bahwa skripsi ini akan bermanfaat. Amien.
Surakarta, 31 Januari 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI................ ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori ........................................................................... 9
2.1.1. Sectio Caesarea ............................................................. 9
2.1.2. Edukasi Kesehatan ........................................................ 13
2.1.3. Kecemasan Pre Operasi ................................................. 19
2.2. Keaslian Penelitian .................................................................... 32
2.3. Kerangka Teori.......................................................................... 33
vii
2.4. Kerangka Konsep ...................................................................... 34
2.5. Hipotesis .................................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 35
3.2. Populasi dan Sampel ................................................................. 36
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 37
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............. 38
3.5. Alat dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 38
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 42
3.7. Etika Penelitian ......................................................................... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Responden ................................................................. 47
4.2. Analisis Univariat...................................................................... 49
BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Responden………………………………………… 52
5.2. Kecemasan Pasien Pre Operasi………………………………. 56
BAB VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 62
6.2. Saran ………………………………………………………... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut Beberapa Peneliti ........................... 32
3.1. Definisi Operasional ................................................................................ 38
4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ............................... 47
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......... 47
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................ 48
4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi ................ 49
4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sesudah Intervensi ................. 50
4.6. Hasil Uji Independent-Sample t-test ........................................................ 51
4.7. Hasil Rerata (Mean) Kecemasan sebelum dan sesudah Intervensi .......... 51
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Teori........................................................................................ 33
2.2. Kerangka Konsep……………………………………………………… 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2. F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
Lampiran 4. Surat Jawaban Studi Pendahuluan
Lampiran 5. Lembar Konsultasi
Lampiran 6. Lembar Opponent Ujian Sidang Skripsi Skripsi
Lampiran 7. Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi Skripsi
Lampiran 8. Surat Pengajuan Penelitian
Lampiran 9. Surat Jawaban Penelitian
Lampiran 10. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 11. Surat Pesetujuan Menjadi Responden
Lampiran 12. Kwasioner
Lampiran 13. Validasi HRS-A
Lampiran 14. Hasil Analisa Penelitian
Lampiran 15. Vidio Intrumen Penelitian Sectio Caesarea
Lampiran 16. Spo Sectio Caesarea
Lampiran 17. SOP Edukasi Kesehatan dengan Menggunakan Audio Visual Video
Operasi Sectio Caesarea
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
Sutrisno
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN DENGAN VIDEO SECTIO CAESAREA
TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR
ABSTRAK
Tindakan operasi sectio caesarea merupakan tindakan yang dapat
menyebabkan ketegangan. Ibu yang akan dilakukan tindakan sectio caesarea
umumnya mengalami ansietas (kecemasan) yang bervariasi dari tingkat ringan
sampai berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan
dengan video sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di
ruang bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan eksperimen
menggunakan one group pre and post test design. Sampel dalam peneitian ini adalah
pasien pre operasi Sectio caesarea berjumlah 26 responden.
Berdasarkan hasil uji Independent Sample t-test diketahui nilai thitung sebesar
3,820 dengan Sign. 0,000 < 0,05. Nilai rerata (mean) tingkat kecemasan pre-test
sebesar 20,42 dan rerata post test sebesar 14,65. yang artinya ada pengaruh yang
signifikan edukasi dengan video operasi sectio caesarea terhadap penurunan
kecemasan pasien pre operasi.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi kesehatan dengan video
sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di ruang bedah
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar dimana tingkat kecemasan
responden yang telah diberi edukasi menggunakan video sectio caesarea diketahui
mengalami penurunan.
Kata Kunci : edukasi kesehatan, video sectio caesarea, kecemasan pre operasi
xii
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
Sutrisno
EFFECTS OF HEALTH EDUCATION WITH SECTIO CAESAREA’S VIDEO ON
DECREASE ANXIETY OF PRE OPERATION PATIENTS
IN MEDICAL WARD RS PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR
ABSTRACT
Cesareanean surgery is an act that can cause tension. Mothers who will do
sectio caesarea actions generally experience anxiety that varies from mild to severe
levels. This study aims to determine the effect of health education with sectio
caesarea’s video to decrease anxiety preoperative patients in medical ward RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar.
The research belongs to descriptive correlative with experiment design using
one group pre and post test design. Samples in this study were pre-operative patients
of Sectio caesarea totaling 26 respondents.
Based on the results of the Independent Sample t-test is known tvalue of 3.820
with Sign. 0,000 <0.05. The mean value of the pre-test anxiety level was 20.42 and
the post test average was 14.65. which means there is a significant effect of edukation
with video sectio caesarea surgery to decrease anxiety preoperative patients.
The conclusion of this research is the effect of health education with video
sectio caesarea to decreasing anxiety of preoperative patients in medical ward RS
PKU Muhammadiyah Karanganyar where the anxiety level of respondents who have
been educated using video sectio caesarea is known to decrease.
Keywords: health education, sectio caesarea video, preoperative anxiety
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Pembedahan merupakan suatu usaha penyembuhan dengan
melakukan pengirisan, pemotongan, pengeratan untuk peniadaan penyakit,
memperbaiki jaringan yang rusak dan mengubah bentuk tubuh
(Tjokronegoro, et al, 2014). Prosedur pembedahan akan memberikan suatu
reaksi emosional bagi pasien, seperti kecemasan pre operasi. Kecemasan
dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik maupun psikologis
(Muttaqin dan Sari, 2009).
Data pasien pre operatif di seluruh penjuru dunia mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta jiwa
pasien di seluruh rumah sakit di dunia pernah menjadi pasien pre operatif,
sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Pasien
preoperatif di kawasan Asia mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 2012,
sedangkan di Indonesia data pasien pre operatif mencapai angka 1,2 juta
jiwa (Sartika, dkk, 2013).
Menurut Stuart (2007), banyak pasien yang mengalami gangguan
preoperasi, keluhan yang dirasakan pasien sebelum dilakukan tindakan
operasi antara lain peningkatan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh dan
penurunan daya tahan tubuh. Keluhan-keluhan tersebut dapat menyebabkan
penundaan atau pembatalan tindakan operasi yang sudah disetujui
sebelumnya. Dampak yang akan ditimbulkan dengan penundaan atau
2
pembatalan operasi tersebut akan berimbas pada bertambahnya lama
perawatan, meningkatnya biaya administrasi, memperburuk kondisi
kesehatan pasien dan tidak kooperatifnya perilaku pasien (Majid, dkk,
2011).
Kecemasan preoperasi merupakan suatu respons antisipasi terhadap
suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman
terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya
itu sendiri (Smeltzer, S, & Bare, 2008). Reaksi kecemasan pasien yang
sering muncul sebelum dilakukan operasi dapat mempengaruhi respon
fisiologis tubuh yang ditandai dengan timbulnya perubahan-perubahan fisik
seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, telapak tangan yang
lembab, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur dan
gelisah (Rompas, dkk, 2013).
Berdasarkan data medical record dari RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar menunjukkan selama bulan Maret 2017 telah dilakukan
beberapa tindakan operasi untuk membantu proses penyembuhan pasien,
diantaranya : sectio caesarea sebanyak 63 pasien. Operasi yang paling
banyak dilakukan adalah persalinan dengan sectio caesarea. Pada bulan
April 2017, kasus persalinan dengan sectio caesarea mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 69 pasien, baik elektif maupun emergency.
Proses pelahiran dapat dilakukan melalui jalan lahir ( vaginam atau
persalinan pervaginam ) dan persalinan melalui sayatan dinding perut dan
dinding Rahim atau dikenal dengan bedah saecar ( sectio caesarea ) bedah
besar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vaginan
3
tidak memungkinkan karena beresiko komplikasi medis lainya ( rina
tywahyuni, 2012 )
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus, kelahiran ini akan lebih aman bagi
ibu anak, ataupun keduanya ( liu, 2007 )..
Tindakan operasi sectio caesarea merupakan tindakan yang dapat
menyebabkan ketegangan. Ibu yang akan dilakukan tindakan sectio
caesarea umumnya mengalami ansietas (kecemasan) yang bervariasi dari
tingkat ringan sampai berat. Hasil penelitian Pawatte dkk (2013) tentang
perbedaan kecemasan pre operasi sectio caesarea di RSIA Kasih Ibu dan
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau Manado menunjukkan bahwa di RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandau Manado diketahui dari 15 orang terdapat 40% mengalami
kecemasan kategori ringan dan 26,7% mengalami kecemasan kategori
sedang; sementara di RSIA Kasih Ibu dari 15 orang terdapat 6,7%
mengalami kecemasan kategori ringan. Tingkat kecemasan yang mayoritas
tergolong ringan pada kedua rumah sakit tersebut erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan pasien dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit yang bersangkutan.
Suliswati (2011) kecemasan adalah kekhawatiran pada suatu yang
akan terjadi penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan merupakan respons terhadap
situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi
menyertai perkembangan, perubahan dalam menentukan indentitas diri dan
arti hidup. Seringkali kecemasan juga ditandai dengan perasaan mudah
4
marah, cemas, perasaan tegang, mudah gugup, kewasapadaan berlebih, dan
terkadang menyebabkan keringat pada telapak tangan. Terkadang dampak
yang terjadi pada kecemasan dapat berupa dampak yang positif atau
negative. Dampak positif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat
moderat dan memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu
individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas dirasakan dapat
berkurang sedikit demi sedikit. Sedangkan dampak negative yang terjadi
jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan simtom-
simtomnfisik yang dapat menghalangi individu untuk berfungsi efektif
dalam kehidupan sehari-hari seperti meningkatkan detak jantung,dan
menegangnya otot-otot tubuh sehingga sehingga sering terlihat sebagai
suatu reaksi panik. Pada saat cemas individu akan sangat sulit untuk
menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri, orang lain maupun
lingkungan sekitarnya.
Penggunaan audio visual sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan individu. Audio visual akan melibatkan
banyak alat indra untuk menerima dan mengolah informasi sehingga
semakin besar isi informasi maka semakin mudah pula informasi tersebut
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Kelebihan lain metode ini
adalah pesan yang disampaikan lebih mudah dimengerti dan dipahami serta
akan berpengaruh nyata terhadap hasil pengetahuan baik pada ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik (Wulandari, 2014).
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pemberian informasi
menunjukkan 58% (7 responden) mengalami penurunan tingkat kecemasan
5
dari sedang menjadi ringan setelah dilakukan pemberian informasi dan 42%
(5 responden ) yang mengalami penurunan tingkat kecemasan dari
kecemasan berat menjadi kecemasan sedang setelah diberikan informasi
praoperasi.
Pemberian informasi pada pasien preoperatif perlu dilakukan untuk
meminimalkan dampak kecemasan yang muncul seperti sulit
berkonsentrasi, bingung, khawatir, perasaan tidak menentu, jantung
berdebar-debar, gemetar, tekanan darah meningkat yang akan mengganggu
proses pembedahan (Kasana, 2014). Salah satu tindakan untuk mengurangi
tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari pasien.
Persiapan mental tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan
kesehatan (Health education). Pendidikan kesehatan pra operasi dapat
membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang
dirasakan (Kurniawan, dkk, 2013).
Hasil wawancara peneliti dengan 6 pasien pre operasi sectio caesarea
di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar diketahui bahwa 3 orang
mengalami ketakutan dalam menghadapi proses operasi sectio caesarea,
terutama ketakutan bila nanti merasakan sakit dan nyeri sesudah efek
anestesi habis, 1 orang mengalami kekhawatiran akan kesalahan prosedur
saat proses operasi dan 2 orang merasa takut bila nantinya tidak dapat
melakukan persalinan secara normal untuk kehamilan berikutnya dan harus
menjalani operasi sectio caesarea.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang:
“Pengaruh edukasi kesehatan video operasi sectio caesarea terhadap
6
Penurunan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar”.
1.2 Perumusan Masalah
Kecemasan merupakan emosi subyektif yang membuat individu
tidak nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon
otonom. Kecemaan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak pada pasien
preoperasi SECTIO CAESAREA penyebabnya bisa karena takut terhadap
nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang
deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Selain itu pasien pasien
juga sering mengalami kecemasan lain seperti finansial, tanggung jawab
terhadap keluarga keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan
pronogsa yang buruk dan probabilitas kecacatan dimasa datang. Kecemasan
pada pasien preoperasi harus diatasi karena dapat menimbulakan perubahan
– perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan
operasi ( Smeltzer 2007 )
Penggunaan audio visual sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan individu. Audio visual akan melibatkan
banyak alat indra untuk menerima dan mengolah informasi sehingga
semakin besar isi informasi maka semakin mudah pula informasi tersebut
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Kelebihan lain metode ini
adalah pesan yang disampaikan lebih mudah dimengerti dan dipahami serta
akan berpengaruh nyata terhadap hasil pengetahuan baik pada ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik (Wulandari, 2014).
7
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang peneliti ajukan
adalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh edukasi kesehatan video
operasi sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di
Ruang Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi
kesehatan dengan video operasi sectio caesarea terhadap penurunan
kecemasan pasien pre operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Karanganyar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mendeskripsikan kecemasan pasien pre operasi sebelum
Diberikan edukasi kesehatan dengan video operasi sectio
caesarea di Ruang Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar.
1.3.2.2. Mendeskripsikan kecemasan pasien pre operasi sesudah diberikan
edukasi kesehatan dengan video operasi sectio caesarea di Ruang
Bedah
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
1.3.2.3. Menganalisis pengaruh edukasi kesehatan dengan video
operasi sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien
pre operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keperawatan
pada khususnya tentang pengaruh edukasi kesehatan dengan video operasi
sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi.
1.4.2 Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya peningkatan
pelayanan rumah sakit tentang pengaruh edukasi kesehatan dengan video
operasi sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi
dalam melakukan intervensi pada pasien yang mengalami kecemasan
dalam menghadapi persalinan.
1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya
Menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam pengembangan
penelitian tentang pengaruh edukasi kesehatan dengan video operasi
sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi.
1.4.4 Bagi peneliti
Menambah wawasan tentang pengaruh edukasi kesehatan dengan video
operasi sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operas
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Sectio Caesarea
a. Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang
berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut
mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi
dengan membuka dinding perut dan rahim ibu. Sectio caesarea adalah
suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2010).
b. Keuntungan Sectio caesarea
Menurut Harry dan William tahun 1990 keuntungan yang
didapatkan pada tindakan Sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Operasi yang modern terutama transperitonealis profunda adalah
yang aman
2. Bila dikerjakan pada waktunya, sebelum bayi terluka oleh
persalinan macet yang lama, hasilnya untuk anak adalah baik
c. Kerugiuan Sectio caesarea
Menurut Harry dan William tahun 1990 kerugian yang
didapatkan pada tindakan Sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Sectio caesarea adalah prosedur operasi besar dan menyebabkan
mordibitas yang lebih tinggi
10
2. Kehamilan berikutnya sebagian besar ditangani dengan sectio
caesarea ulang. Hal ini akan membatasi jumlah anak
3. Sectio caesarea bukan merupakan pemecahan untuk setiap
masalah obstetrik
d. Tipe-tipe Sectio caesarea
Tipe-tipe sectio caesarea meliputi (Oxorn & Forte, 2010)
1) Sectio caesarea segmen bawah
Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus.
Segmen bawah uterus tidak bagitu banyak mengandung pembuluh
darah dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan lebih
kecil karena segmen bawah terletak di luar kavum peritoneum,
kemungkinan infeksi juga tidak begitu besar. Di samping itu, risiko
ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih
kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah
uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah
merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
2) Sectio caesarea klasik
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini
dikerjakan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena adanya
perlengketan atau jaringan plasenta, kalau terdapat vena varikosa
pada segmen bawah dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin
yang letaknya melintang serta untuk melakukan histerektomi
caesarea.
11
e. Indikasi
Sectio caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah
diperkirakan bahwa kelahiran per vaginam yang normal tidak cocok
atau tidak aman. kelahiran dengan Sectio caesarea dilakukan untuk:
1) Plasenta previa
2) Letak lintang
3) Riwayat obstetrik yang jelek
4) Malposisi presentasi bokong
5) Cepalo pelvik disproportion
6) Lilitan tali pusat
7) Janin besar diatas 4000 gram
8) Kehamilan gemeli
9) Kehamilan dengan penyakit tertentu ( jantung, tumor yang
menghalangi jalan lahit, hipertensi, diabetes mellitus )
10) Oligohidramion
11) Penyakit fetal atau maternal
12) Permintaan pasien sendiri
13) Ketuban pecah dini
14) Usia pasien diatas 40 tahun
15) Kehamilan serotinus
16) Riwayat Sectio caesarea
Sectio caeasarea emergensi dilakukan untuk:
1) Induksi persalinan yang gagal
2) Partes tak maju
12
3) Pre-eklamsia yang berat
4) Persalinan macet
5) Denyut jantung janin kurang dari 100 kali permenit
6) Denyut jantung janin diatas 180 kali permenit
7) Perdarahan hebat dalam persalinan
Indikasi Sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif.
Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan tidak mungkin
terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal.
Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran
lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa
sehingga kelahiran lewat Sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu,
anak ataupun keduanya (Oxorn & Forte, 2010).
f. Resiko Persalinan Sectio Caesarea
Persalinan melalui sectio caesarea memiliki beberapa bahaya
yang cukup umum dalam dunia kedokteran. Hal ini, tidak terlepas dari
penggunaan anestesi ketika operasi yang bisa terjadi pada ibu dan bayi
yang dilahirkan. Secara umum resiko ini meliputi (Dewi, 2007):
1) Hipoksia akibat sindroma hipotensi telentang.
2) Depresi pernafasan akibat anastesi.
3) Sindroma gawat pernafasan, lazimnya pada bayi dilahirkan dengan
sectio caesarea.
13
Resiko ibu akibat sectio caesarea haruslah dianggap lebih
serius, karena mereka berhubungan langsung dengan tindakan
operasi. Komplikasi diantaranya:
a. Infeksi yang didapat di rumah sakit, terutama setelah dilakukan
sectio caecarea.
b. Ileus, terutama karena peritonitis dan kurang sering sering karena
dasar obstruksi.
c. Pembiusan ketika operasi atau yang lebih dikenal dengan
anestesi, dianggap sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa
sakit ketika operasi tapi perlu pula diperhatikan bahwa
penggunaan anestesi tertentu dapat menimbulkan efek pada ibu
dan bayi seperti syok, trauma dan mual-mual serta hilang nafsu
makan. Pada bayi yang baru dilahirkan akan terlihat lemah akibat
pengaruh anestesi.
2.1.2. EdukasiKesehatan
a. Pengertian
Secara etimologis, edukasi adalah usaha memberikan
keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, jalan dan arah yang
harus ditempuh oleh setiap orang sehingga dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Menurut Dermawan dan Setiawati (2008) edukasikesehatan
merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi
orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
agar terlaksananya perilaku hidup sehat.
14
Edukasikesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator. Edukasikesehatan sebagai suatu bentuk intervensi atau
upaya yang ditujukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif
untuk kesehatan. Edukasikesehatan mengupayakan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2010).
b. Media EdukasiKesehatan
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar
yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan
(Kholid, 2012). Media edukasikesehatan adalah semua sarana atau
upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Berikut ini adalah beberapa contoh media yang pada saat
sekarang dapat digunakan sebagai sarana edukasi(Kholid, 2012) yaitu:
1) Media Cetak:
a) Poster
Merupakan suatu bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-
tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
15
b) Leaflet
Umumnya berupa lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar
atau tulisan ataupun keduanya.
c) Booklet
Digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku,
baik tulisan maupun gambar.
d) Flyer (selebaran)
Seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
e) Flip chart (lembar Balik)
Merupakan pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar
(halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi
kalimatsebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar
tersebut.
f) Rubrik atau tulisan-tulisan
Umumnya terdapat pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.
g) Foto
Digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi
kesehatan.
16
2) Media Audiovisual:
a) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi atau tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas
cermat.
b) Radio: bisa dalam bentuk obrolan atau tanya jawab, ceramah.
c) Video Compact Disectio caesarea (VCD)
d) Slide: digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
kesehatan.
e) Film strip: digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
3) Internet
a) Jejaring Sosial
b) Website/Blog/Wordpress
c. EdukasiKesehatan dengan Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang dihasilkan melalui
proses mekanik dan elektronik dengan menyajikan informasi atau
pesan secara audio dan visual. Media ini memberikan stimulus
terhadap pandangan dan pendengaran dengan bercirikan; menyajikan
visual dinamis, dirancang dan disiapkan terlebih dahulu, representatif
fisik dan gagasan, memegang prinsip (psikologis, behavioristik dan
kognitif) (Setiawati dan Dermawan, 2008).
Penggunaan audio visual sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan individu. Audio visual akan melibatkan
banyak alat indra untuk menerima dan mengolah informasi sehingga
semakin besar isi informasi maka semakin mudah pula informasi
17
tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Kelebihan lain
metode ini adalah pesan yang disampaikan lebih mudah dimengerti
dan dipahami serta akan berpengaruh nyata terhadap hasil
pengetahuan baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik
(Wulandari, 2014).
Jenis-jenis media audio visual menurut Suiraoka dan Supariasa
(2012) antara lain, yaitu:
1) Media Audiovisual Tidak Bergerak
Adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh
indera pendengaran dan penglihatan, akan tetapi gambar yang
dihasilkan adalah gambar tidak bergerak atau sedikit memiliki
unsur gerak. Jenis media ini antara lain media sound slide(slide
suara) dan film strip bersuara.
2) Film (Motion Pictures)
Yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur
secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup
dan bergerak.
Kekuatan Film:
a) Merupakan suatu denomitor belajar yang umum
b) Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses
c) Film dapat menampilkan kembali masa lalu
d) Film dapat menyajikan teori dan praktik dari yang bersifat
umum ke khusus dan sebaliknya
e) Film dapat mendatangkan seorang ahli ataupun tokoh
18
f) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti suara, animasi,
dan sebagainya
g) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan
sebagainya sesuai kebutuhan
h) Film dapat mengatasi ketebatasan indera penglihatan
i) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan
Kelemahan Film:
a) Daya jangkauannya terbatas
b) Biaya produksinya relatif mahal
c) Penggunaanya perlu ruangan gelap
3) Televisi (TV)
Adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual
dan gerak (sama dengan film).
Kekuatan TV:
a) TV dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau
membatasi semua bentuk media yang lain
b) TV merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap
c) diterima
d) TV dapat memikat perhatian sepenuhnya
e) TV mempunyai realitas dan juga immediacy
f) Sifatnya langsung dan nyata.
Kelemahan TV:
a) Sifat komunikasinya satu arah
b) Besarnya gambar di layar lebih kecil daripada film
19
2.1.3. Kecemasan Pre Operasi
a. Pengertian
Menurut KBBI (2016), kecemasan berasal dari kata cemas
yang artinya tidak tentram hati, merasa gelisah dan takut. Kecemasan
atau anxiety berasal dari bahasa Jerman dari kata angst yang artinya
ketakutan. Secara konseptual, kecemasan berarti suatu perasaan
emosional seperti rasa takut. Kata kecemasan berasal dari Bahasa
Yunani “ango” berarti sempit, berkaitan dengan rasa sesak, tercekik
yang dialami penderita pada saat mendapat serangan berat.
Kecemasan adalah respon atau sinyal yang menyadarkan atau
memperingatkan terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal samar-samar atau konflitual sehingga memungkinkan
seseorang mengambil tindakan atau mengatasi ancaman (Sutandoyo,
2008).
Kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea merupakan
kecemasan yang spesifik yakni kekhawatiran terhadap prosedur
operasi, prosedur anestesi, defisit informasi atau kesalahpahaman
konsep, kekhawatiran tentang masalah finansial keluarga,
kekhawatiran terhadap diri dan bayi yang akan dilahirkannya (Gant &
Cunningham, 2010).
b. Fisiologi Kecemasan
Menurut Atkinson, R.L (2008 ) Fisiologi cemas dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Interpretasi stimuli oleh otak
20
Respon fisiologi terhadap stressor merupakan mekanisme protektif
dan adaptif untuk memelihara keseimbangan oleh hipotalamus
yang berpusat di otak dan dikelilingi oleh sistem limbik dan
hemisfer serebri. Hipotalamus ini mengintgrasikan mekanisme
sistem saraf otonom yang memelihara kestabilan kimia internal
tubuh. Hipotalamus ini mengatur emosi dan beberapa kegiatan
viseral yang diperlukan untuk bertahan hidup.
2) Respon neuroendokrin
Jalur neural dan neuroendokrin di bawah kontrol hipotalamus akan
diaktifkan dalam respon stres, akan disekresi oleh saraf simpati
diikuti oleh sekresi simpati adrenal modular dan sistem
hipotalamus pituitary akand iaktifkan. Respon ini bersifat cepat
dan singkat. Kerjanya norepineprin akan dikeluarkan pada ujung
saraf yang berhubungan langsung dengan ujung organ yang dituju.
Akibatnya fungsi organ vital frekuensi jantung meningkat, terjadi
vasokonstrisi perifer sehingga tekanan darah meningkat, glukosa
meningkat dan sumber energi yang siap lebih banyak, pupil
berdilatasi, aktifitas mental meningkat. Secara subjektif akan
merasa kaki dingin, kulit dan tangan lembab, menggigil, berdebar
dan kejang perut. Secara khas akan merasa tegang pada otot leher,
punggung atas dan bahu menegang, nafas dangkal dan cepat
dengan diafragma yang menegang.
21
3) Stres dan sistem imun
Glukosa akan mendepresi sistem imun. Bila konsentrasi cukup
tinggi dan terjadi penurunan respon inflamasi terhadap infeksi.
Tahap infeksi akan terhambat, limposit akan dihancurkan dalam
jaringan limpoid dan produksi antibodi akan menurun, akibatnya
seseorang akan menahan infeksi berkurang.
c. Mekanisme terjadinya kecemasan
Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari
neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang
mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk
pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali
dengan penghambatan neurotransmmiter di otak oleh GABA.
Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke
reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor
terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi
penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel
beraktifitas dengan lamban. Mekanisme biologis ini menunjukkan
bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi
proses neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan
kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke
sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan
tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara
otak bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan
kecemasan. (Ghufron M. Nur dan Wati. S. Rini, 2012)
22
d. Tingkat atau Derajat Kecemasan
Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu ringan,
sedang, berat dan panik (Stuart & Laraia, 2010). Semakin tinggi
tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik
dan psikis. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap bahaya.
Kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling sering
terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan dijelaskan sebagai berikut
(Stuart 2007):
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada kecemasan ringan
terdapat respon-respon sebagai berikut:
a) Respon Fisiologis: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan
bibir bergetar.
b) Respon Kognitif: lapang persegi meluas, mampu menerima
ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
menyelesaikan masalah secara efektif.
c) Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi.
23
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting pada saat itu dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada kecemasan sedang
terdapat respon-respon sebagai berikut:
a) Respon Fisiologis: sering nafas pendek, tekanan darah naik,
mulut kering, anorexia, diare atau konstipasi, dan gelisah.
b) Respon Kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsang luar
tidak mampu diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya.
c) Respon Prilaku dan Emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas
tangan), bicara banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak
nyaman.
3) Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-
hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan. Pada kecemasan berat
terdapat respon-respon sebagai berikut:
a) Respon Fisiologis: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, berkeringat dan sakit kepala dan penglihatan kabur
b) Respon Kognitif: lapang persepsi sangat menyempit, dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
24
c) Respon Prilaku dan Emosi: perasaan ancaman meningkat,
verbalisasi cepat dan blocking.
4) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. Pada keadaan
panik terdapat respon-respon sebagai berikut:
a) Respon Fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar,
sakit dada, pucat, dan hipotensi.
b) Respon Kognitif: lapang persepsi menyempit, dan tidak dapat
berfikir lagi
c) Respon Prilaku dan Emosi: Agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, blocking, dan persepsi kacau.
d) Respon Fisiologis:
(1) Kardiovaskuler: Palpitasi berdebar, tekanan darah
meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun.
(2) Saluran Pernafasan: Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di
dada, rasa seperti tercekik.
(3) Gastrointestinal: Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak
pada epigastrium, diare.
(4) Neuromuskuler: Peningkatan refleks, wajah tegang,
insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan,
tremor.
(5) Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil.
25
(6) Sistem Kulit: Muka pucat, perasaan panas/dingin pada
kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat atau
seluruh tubuh dan gatal-gatal.
(7) Respon Kognitif: konsentrasi menurun, pelupa, raung
persepsi berkurang atau menyempit, takut kehilangan
kontrol, obyektifitas hilang.
(8) Respon emosional: Kewaspadaan meningkat, tidak sadar,
takut, gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan
rasa tidak berdaya
e. Faktor penyebab kecemasan
Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat ditimbulkan dari
adanya sebuah ancaman yang dapat menimbulkan rasa ketakutan dan
akhirnyanya merasa cemas atau khawatir. Kecemasan atau ansietas
dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar dan dari dalam diri seseorang
yang sifat ancamannya itu samar-samar. Bahaya dari dalam bisa timbul
bila ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran,
perasaan, keinginan, dan dorongan (Gunarsa, 2008).
f. Tanda dan gejala kecemasan
Menurut Semiun (2010) kecemasan memiliki beberapa simtom
antara lain:
1) Simtom suasana hati
Simtom-simtom suasana hati dalam gangguan-gangguan
kecemasan adalah kecemasan, tegangan, panik, dan kekhawatiran.
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
26
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Simtom-simtom suasana hati yang
lain adalah depresi dan sifat mudah marah. Depresi dapat terjadi
karena individu mungkin tidak melihat suatu pemecahan terhadap
masalahnya serta cepat menyerah dan mengaku bersalah. Orang
yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur dan dengan demikian
dapat menyebabkan sifat mudah marah. Deperesi dan sifat mudah
marah dilihat sebagai simtom-simtom sekunder karena keduanya
disebabkan oleh kecemasan yang merupakan simtom primer.
2) Simtom kognitif
Simtom-simtom kognitif dalam gangguan-gangguan
kecemasan menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai
bencana yang diantisipasi oleh individu. Misalnya seseorang
individu yang merasa takut berada di tengah khalayak ramai
(agorafobia) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang
mungkin terjadi dan kemudian dia merencanakan bagaimana dia
harus menghindari hal-hal tersebut. Perhatian yang dipusatkan
hanya pada masalah-masalah tersebut menyebabkan seseorang
tidak fokus terhadap masalah-masalah nyata yang ada sehingga
seseorang merasa sering tidak bekerja atau belajar secara efektif
dan akhirnya merasa cemas.
27
3) Simtom somatik
Simtom-simtom somatik dari kecemasan dapat dibagi
menjadi dua kelompok. Pertama adalah simtom-simtom langsung
yang terdiri dari keringat, mulut kering, bernafas pendek, denyut
nadi cepat, tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-
denyut, dan otot terasa tegang. Simtom-simtom ini menunjukkan
tingkat rangsangan dari saraf otonomi tinggi dan respon-respon
yang sama juga terjadi pada ketakutan. Simtom-simtom tambahan
dapat terjadi karena orang tersebut mulai bernafas terlalu cepat
(hiperventilasi). Hiperventilasi menyebabkan kepala pusing,
jantung berdenyut dengan cepat, dada terasa sakit dan kehabisan
nafas. Kedua, apabila kecemasan itu berkepanjangan maka
simtom-simtom tambahan seperti tekanan darah meningkat secara
kronis, sakit kepala, otot melemah, dan gangguan fungsi usus
(kesulitan pencernaan dan rasa nyeri pada perut) mungkin dapat
rerjadi. Tidak semua orang yang mengalami kecemasan akan
mengalami simtom-simtom fisik yang sama karena perbedaan-
perbedaan individual dalam pemolaan reaktivitas otonomi.
g. Pengukuran Kecemasan
1) HARS
Kecemasan dapat diukur menggunakan skala HARS (Hamilton
Anxiety Rating Sectio caesareaale). Skala HARS merupakan
pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simtom pada
individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat
28
14 simtom yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.
Dimana setiap simton terdapat gejala yang lebih spesifik. (Rahmy,
2013).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar
dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.
Skala HARStelah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup
tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pengukuran kecemasan denganmenggunakan skala HARS akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable (Rahmy, 2013).
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Sectio caesareaale)
penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi gejala perasaan
cemas, gejala ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic otot, gejala somatik
sensorik, gejala kardiovaskuler dan pembuluh darah, gejala respiratori,
gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom, sikap dan
tingkah laku.
Selain HARS, kecemasan dapat diukur menggunakan TMAS.
TMAS (Taylor Manifest Anxiety Sectio caesareaale) disusun dan
dikembangkan oleh Janet Taylor pada tahun 1953 di Universitas
Northwestern. Alat ukur ini TMAS ini terdiri dari 50 item dengan
bentuk-bentuk pernyataan yang menggambarkan kecenderungan
mengalami kecemasan. Tinggi atau rendahnya kecemasan ditentukan
29
oleh tinggi rendahnya total nilai yang diperoleh. Semakin tinggi nilai
yang diperoleh maka tingkat kecemasan yang dialami semakin tinggi.
2) TMAS
Alat ukur TMAS ini terdiri dari pernyataan-pernyataan negatif
(unfavorable) dan positif (favorable). Jawaban yang diberikan
berbentuk dikotomi, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Dalam penilaian item
favorable, jawaban “Ya” mendapat nilai 1 dan jawaban “Tidak”
mendapat nilai 0, sedangkan pada penilaian item unfavorable, jawaban
“Ya” mendapat nilai 0 dan jawaban “Tidak” mendapat nilai 1 ( Aswar,
2012 )
Pemilihan item-item dalam alat ukur ini menggambarkan reaksi-
reaksi kecemasan yang dikemukakan oleh Cameron yang kemudian
dikelompokkan oleh Taylor dalam bentuk gejala-gejala kecemasan
yang dimasukkan ke dalam Taylor Manifest Anxiety Sectio
caesareaale (TMAS), yaitu:
1) Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan
2) Sering mengalami kesulitan bernapas, sakit perut, keringat
berlebihan
3) Merasa takut pada banyak hal
4) Sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar-debar, mengalami
mimpi buruk
5) Sulit berkonsentrasi, selalu merasa sendiri, mudah marah dan
tersinggung.
30
h. Cara menurunkan cemas
1. Dengan mendengarkan music klasik
Dengan terapi musik klasik akan dapat menstimulasi otak,
meningkatkan imunitas tubuh karena suasana yang ditimbulkan
oleh musik akan mempengaruhi system kerja hormon manusia.
Jika kita mendengar musik yang baik atau positif maka hormone
yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan berproduksi
2. Dengan menggunakan edukasikesehatan
Pendidikan kesehatan terhadap pasien merupakan salah satu cara
untuk mengatasi tingakat kecemasan pasien yang akan menjalani
operasi. Dengan adanya pengetahuan prosedur pembedahan dapat
membantu mengurangi dampak kecemasan dimana pasien yang
seharusnya menjalani operasi pada hari yang yang ditentukan harus
tertunda karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan
dilakukannya operasi.
3. Dengan relaksasi
Relaksasi adalah suatu tehnik dalam terapi prilaku yang
dikembangkan dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan
Macam macam relaksasi untuk pengendalian kecemasan
1. Relaksasi pernafasan
Relaksasi ini dipandang sebagai cara mudah dan murah untuk
mengubah stress menjadi gairah hidup, dan dapat
mengendalikan emosi dan menunda kemarahan sebelum
memutuskan tindakan yang lebih bijak.
31
2. Relaksasi untuk mengendalikan kecemasan dan stress
Relaksasi yang terdiri atas dua puluh wilayah otot, yang
dimulai dengan otot-otot tangan secara dominan,dari sini terus
kewilayah badan dan sampai wilayah kaki.
4. Dengan dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat
membantu anak dalam mengkoping stressor. dukungan keluarga
dapat menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan menahan efek-
efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama keluarga
yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan.
32
2.2. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan oleh:
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut Beberapa Peneliti
No. Peneliti Judul Metode Hasil
1 Sartika
Jovina
Rompas,
dkk (2013
Efektivitas
Konseling dan
Musik Religi Kristen
terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien
pre operasi di
ruangan Irina A
BLU RSUP prof. Dr.
R.D.Kandou
Manado
Quasi
Experimental
dengan
rancangan
the static group
comparism
design
Tidak ada
perbedaan
efektivitas antara
konseling dan
musik religi
Kristen terhadap
tingkat kecemasan
pasien pre operasi
(p = 0,630 atau
sign > 0,05)
2 Inggriet
Pawatte,
dkk (2013)
Perbedaan Tingkat
Kecemasan pada Ibu
Pre Sectio Caesarea
di RSIA Kasih Ibu
dan RSUP Prof. Dr.
R.D.1 Kandau
Manado
Metode analitik
dengan disain
crossectional
Ada perbedaan
tingkat kecemasan
pada Ibu Pre
Sectio Caesarea di
RSIA Kasih Ibu
dan RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandau
Manado
(thitung=7,217; p =
0,000)
3 Mufti A.
Dunggio
(2014)
Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap
Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pra
Operatif Apendicitis
di Ruang Bedah Atas
RSUD1 Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota
Gorontalo
Pre-Experimen
(one group pre-
post test design).
Pendidikan
kesehatan
dengan cara
penyuluhan
ada pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap pasien
pra operatif
Apendicitis (p =
0,000 atau sign <
0,05)
33
2.3. Kerangka Teori
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori
(Dewi, 2007; Wulandari, 2014)
penyuluhan dengan
audio visual video
Faktor eksternal:
� Komunikasi
� Dukungan
keluarga
� Kondisi sosial
ekonomi
Faktor internal:
� Pengetahuan
� Religiusitas
� Kematangan
emosional
� Motivasi
Sectio Caesarea
(SC)
Risiko SC:
o Hipoksia
o Depresi pernafasan
o Perdarahan
o Infeksi
o Illeus
o Shock akibat anestesi
Cemas
Indikasi SC:
o Induksi gagal
o Presentasi bokong
o Disproporsi sefalopelvik
o Riwayat sc
o Perslainan macet
o Partus tak maju
o Perdarahan hebat
o Penyakit fetal/maternal
Sectio Caesarea
segemen bawah
Sectio Caesarea
klasik
Cara menurunkan cemas
Relaksasi dengan
mendengarkan musik
penyuluhan
kesehatan
Bimbingan
rohani
34
2.4. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan tentang apa yang kita amati dalam upaya
untuk memahaminya (Nasution, 2011). Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh edukasi kesehatan dengan video operasi sectio
caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di Ruang
Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Ha : Ada pengaruh edukasi kesehatan dengan video operasi sectio
caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di Ruang
Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Kecemasan
Penyuluhan dengan
Audio Visual Sectio
Caesarea
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif yang bertujuan
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesa (Sugiyono, 2017). Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimen dengan one group pre and post test design. Penelitian ini
dilakukan dengan mengukur kecemasan pasien pre dan post operasi sectio
caesarea dengan intervensi edukasikesehatan menggunakan video.
Pengukuran variabel penelitian dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.
Pengaruh intervensi penelitian didapatkan dari perbedaan kedua hasil
pengukuran (Nasution, 2011).
Model Rancangan :
O
X O1
Keterangan :
X : Edukasikesehatan dengan video tentang operasi sectio caesarea
setelah pre test
O : Pre test kecemasan sebelum diberikan edukasikesehatan dengan
video tentang operasi sectio caesarea
O1 : Post test kecemasan setelah diberikan penyuluhankesehatan dengan
video tentang operasi sectio caesarea
36
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien
pre operasi Sectio caesarea di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar. .
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai responden penelitian melalui sampling
(Nursalam, 2014). Sampel inilah yang dikenai perlakuan untuk
memperoleh data dan akhirnya mengambil kesimpulan dari sampel
yang dikenakan terhadap populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien pre operasi Sectio caesarea pada bulan November 2017 di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. .
Sampel yang digunakan peneliti sebanyak 26 pasien yang akan
melakukan tindakan Sectio caesarea pada bulan November 2017 di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
3.2.3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2014). Teknik pengambilan
sampel dengan non probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2017). Teknik pengambilan sampling ini menggunakan Insidental
37
sampling. Menurut Sugiyono (2017), bahwa teknik insidental sampling
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien pre
operasi Sectio caesarea pada bulan November 2017 di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar yang diperkirakan berjumlah 26
orang.
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah :
a) Pasien pre operasi sectio caesarea elektif
b) Pasien sectio caesarea pertama
c) Bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu:
a) Pasien pre operasi sectio caesarea emergenci
b) Pasien yang menolak menjadi responden
c) Pasien yang pernah operasi sectio caesarea
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2017 di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
38
3.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala
Variabel independen:
Edukasi dengan
video
Memberikan
informasi tentang
operasi sectio
caesarea dengan
menggunakan media
audio visual video
yang meliputi
pengertian , tujuan,
keuntungan sectio
caesarea mulai dari
persiapan sampai
keluarnya bayi.
- -
Variabel dependen:
kecemasan
Perasaan tidak
menyenangkan
yang ditandai
dengan gejala
denyut jantung
bertambah
cepat, nafas
yang cepat,
keringat
dingin,gemetar,
lemas dan lelah.
Alat Ukur : Hamilton
Anxiety Rating Sectio
caesareaale (HARS)
Penilaian skor tingkat
kecemasan:
Tidak Ada : < 14
Ringan : 14 – 20
Sedang : 21 –27
Berat : 28 – 41
Panik : 42 – 56
Ordinal
3.5. Alat dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Video tentang operasi sectio caesarea yang meliputi dari persiapan
sampai keluarnya bayi. Media audio visual video ini disusun sendiri
dan mendownload yang berdurasi antara 5 – 7 menit.
39
2) Hamilton Rating Sectio caesareaale for Anxiety (HRS-A) yang mencakup
14 gejala psikis kecemasan, yaitu perasaan cemas (ansietas), ketegangan,
ketakutan, gangguan tidur, perasaan depresi (murung), gejala
somatik/fisik (otot), gejala somatik/fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah), gejala respiratori (pernafasan), gejala
gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin), gejala autonom, dan tingkah laku (sikap) pada wawancara. Alat
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
3) Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Pengujian
validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2007), dengan
rumus sebagai berikut:
−
−
−=
∑∑
∑∑
∑∑ ∑
N
YY
N
XX
N
YXXY
rXY2
2
2
2)()(
))((
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara skor butir dan skor total
∑X : Jumlah nilai skor butir
∑Y : Jumlah nilai skor total
∑XY: Jumlah hasil kali antara skor butir dan skor total
40
∑X2 : Jumlah kuadrat skor butir
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total
N : Jumlah subjek
Keputusan mengenai butir item yang valid dengan cara
membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel, jika rhitung > rtabel maka
butir item dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner HRS-A diketahui
bahwa item yang diujikan semuanya valid dengan nilai koefisien
validitas (rxy) terendah sebesar 0,208 dan tertinggi 0,589 pada taraf
signifikan 5%.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat
menunjukkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama. Tingkat reliabilitas kuesioner
diukur dengan reliabilitas Alpha Cronbach dengan rumus Alpha sebagai
berikut (Azwar, 2007):
k Σ σ i2 r = 1 – k –1 σ 2
Keterangan:
r : Koefisien reliabilitas seluruh item
k : Jumlah butir pertanyaan (soal)
Σσi2: Varians butir-butir pertanyaan soal
σ2 : Varians skor tes
41
Keputusan mengenai instrumen atau alat ukur yang andal /
reliabel dengan cara membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel, jika
rhitung > rtabel maka instrumen atau alat ukur penelitian dinyatakan andal
atau reliabel.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner HRS-A diperoleh
nilai Alpha sebesar 0,793. Karena koefisien Alpha kuesioner HRS-A
lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner HRS-A
dinyatakan andal atau reliabel.
Alat ukur atau instrumen untuk mengetahui kecemasan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner HRS-A yang sudah baku sehingga
tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.5.2. Prosedur atau Cara Pengumpulan Data
Prosedur atau cara pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan cara:
1) Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi
kepada Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.
2) Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar, peneliti berkoordinasi dengan
kepala ruang instalasi bedah sentral tentang penelitian yang akan
dilakukan.
3) Penelitian dilakukan 30 menit sebelum dilakukan tindakan
pembedahan Sectio Caesarea.
4) Peneliti melakukan penelitian dengan menemui calon responden
42
dan menjelaskan tentang tujuan penelitian. Peneliti memberikan
informed consent sebagai pernyataan bersedia menjadi responden.
Calon responden yang setuju akan menandatangani informed
consent.
5) Responden diberikan lembar kuesioner Hamilton Rating Sectio
caesareaale for Anxiety (HRS-A) untuk mengisi kuesioner tentang
kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea.
6) Peneliti memberikan edukasitentang operasi Sectio Caesarea
kepada responden dengan menggunakan media audio visual video
selama kurang lebih 7 – 10 menit.
7) Peneliti memberikan kuesioner HRS-A kepada responden untuk
mengetahui kecemasan setelah dilakukan edukasitentang Sectio
Caesarea dengan media audio visual video.
8) Analisa hasil kuesioner HRS-A dilakukan setelah semua kuesioner,
baik sebelum maupun sesudah dilakukan edukasidengan
menggunakan audio visual video dikembalikan oleh responden.
Peneliti selanjutnya mengkaji hasil pengisian kuesioner untuk
mengetahui tingkat kecemasan responden yang akan melakuka
operasi Sectio Caesarea.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1. Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk menyederhanakan seluruh data
yang terkumpul dan menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi.
43
Adapun tahapan pengolahan data meliputi:
1) Editing
Editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian dalam lembar
tabel sudah lengkap. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga jika ada data yang kurang dapat segera dilengkapi.
2) Coding
Coding dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-masing
jawaban dengan kode berupa angka dari 0 – 4 untuk mengetahui
tingkat kecemasan pasien yang selanjutnya dimasukkan ke dalam
lembaran tabel kerja.
Kode tingkat kecemasan
a) Tidak cemas bila tanda gejala spesifik < 14 ( Kode 0)
b) Cemas ringan bila tanda gejala spesifik 14 – 20 ( Kode 1)
c) Cemas sedang bila tanda gejala spesifik 21 – 27 ( Kode 2)
d) Cemas berat bila tanda gejala spesifik 28 – 41 ( Kode 3)
e) Cemas berat sekali bila tanda gejala spesifik 42 – 56 ( Kode 4)
3) Tabulating
Tabulating adalah langkah memasukkan data hasil penelitian ke dalam
tabel-tabel kriteria. Tabulasi data dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekeunsi
(Arikunto, 2010).
44
3.6.2. Analisa Data
1) Analisa univariat
Analisa univariat adalah menganalisis variabel-variabel yang ada secara
deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi
kecemasan responden sebelum dan sesudah diberikan edukasitentang
Sectio Caesarea dengan media audio visual video.
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji t-
dependent (paired sample t test). Paired-sample t-Test merupakan
prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel
dalam satu group. Artinya analisis ini berguna untuk melakukan
pengujian terhadap satu sampel yang mendapatkan suatu treatment atau
perlakuan yang kemudian akan dibandingkan rata-rata dari sampel
tersebut antara sebelum dan sesudah perlakuan, yaitu pemberian
edukasitentang Sectio Caesarea dengan media audio visual video.
Rumus perhitungan manual Paired-sample t-Test adalah sebagai berikut
(Nasution, 2011):
−
2
2
1
1
2
2
2
1
hitung
2n +
n
x-x t
21
21
n
s
n
sr
ss
=
Keterangan:
perlakuansebelumsampelrataratax −=1
perlakuansesudahsampelrataratax −=2
perlakuansebelumbakusimpangans =1
perlakuansesudahbakusimpangans =2
45
perlakuansebelumsampeljumlahn =1
perlakuansesudahsampeljumlahn =2
Keputusan uji adalah menolak Ho bila nilai Sign. (p-value) lebih
kecil dari 0,05; artinya ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah diberikan edukasikesehatan tentang sectio caesarea dengan
video dan menerima Ho bila nilai Sign. (p-value) lebih besar dari 0,05;
artinya tidak ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan edukasikesehatan tentang sectio caesarea dengan video.
3.7. Etika Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian dibedakan menjadi
tiga yaitu (Nursalam, 2016):
1) Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan pada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Subjek harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan
dan harus diyakinkan bahwa partisipasinya atau informasi yang
diberikan tidak akan digunakan untuk hal-hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apapun.
c. Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangan risiko dan keuntungan
yang akan berakibat terhadap subjek pada setiap tindakan.
46
2) Prinsip menghargai hak-hak subjek (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self
determination)
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disectio caesarealosure)
c. Informed consent tentang kesediaan pasien untuk menjadi
responden setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
3) Prinsip keadilan (right to justice)
a. Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata subjek tidak bersedia atau
dikeluarkan dari penelitian (right fair treatment).
b. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan sehingga perlu adanya anonymity dan
confidentiality.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Responden
4.1.1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Pengelompokan responden berdasarkan umur dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
Tahun 2017
Umur Jumlah Persentase (%)
20 – 29 tahun 17 orang 65,4
30 – 39 tahun 9 orang 34,6
26 orang 100
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, jumlah responden terbanyak yaitu
umur 20 – 29 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 65,4%, dan
umur 30 – 39 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 34,6%.
4.1.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Pengelompokan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut.
48
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
Tahun 2017
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SMP 6 orang 23,1
SMA/sederajat 16 orang 61,5
Akademi/diploma 2 orang 7,7
Sarjana/S1 2 orang 7,7
26 orang 100
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, jumlah responden terbanyak
yaitu dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 16 orang
dengan persentase 61,5%, kemudian SMP sebanyak 6 orang dengan
persentase 23,1% serta Akademi/Diploma dan Sarjana/S1 masing-
masing sebanyak 2 orang dengan persentase 7,7%.
4.1.3. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
Pengelompokan responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
Tahun 2017
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
PNS 1 orang 3,8
Pegawai Swasta 15 orang 57,7
Wiraswasta 1 orang 3,8
Ibu Rumahtangga 9 orang 34,6
26 orang 100
Sumber : Data primer diolah
49
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, jumlah responden terbanyak
yaitu pegawai swasta sebanyak 15 orang dengan persentase 57,7%,
kemudian ibu rumahtangga sebanyak 9 orang dengan persentase
34,6%, serta PNS dan wiraswasta masing-masing sebanyak 2 orang
dengan persentase 3,8%.
4.2. Analisis Univariat (Kecemasan Pasien Pre Operasi)
4.2.1. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum intervensi Edukasi
kesehatan dengan video
Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio
caesarea sebelum intervensi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan sebelum Intervensi
Kategori Jumlah Prosentase (%)
Tidak ada gejala 0 orang 0
Ringan 13 orang 50,0
Sedang 10 orang 38,5
Berat 3 orang 11,5
Panik 0 orang 0
Jumlah 26 orang 100
Sumber : output SPSS, 2017
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
mempunyai tingkat kecemasan yang tergolong ringan, yaitu sebanyak 13
responden (50%). Sedangkan tingkat kecemasan yang tergolong sedang
sebanyak 10 responden (38,5%) dan tingkat kecemasan berat sebanyak 3
responden (11,5%).
50
4.2.2. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah intervensi Edukasi
kesehatan dengan audio visual video
Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio
caesarea sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan sesudah Intervensi
Kategori Jumlah Prosentase (%)
Tidak ada gejala 13 50,0
Ringan 5 19,2
Sedang 7 26,9
Berat 1 3,8
Panik 0 0
Jumlah 26 100
Sumber : output SPSS, 2017
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi
pemberian Edukasi menggunakan audio visual video, mayoritas responden
menunjukkan tidak ada gejala kecemasan yaitu sebanyak 13 responden
(50%). Sedangkan tingkat kecemasan yang tergolong sedang sebanyak 7
responden (26,9%), kecemasan ringan sebanyak 5 responden (19,2%) dan
tingkat kecemasan berat sebanyak 1 responden (3,8%).
4.2.3. Analisis Bivariat Pengaruh Edukasi kesehatan dengan video operasi sectio
caesarea terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Pre Operasi
Pengaruh Edukasi kesehatan dengan video operasi sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan
pasien pre operasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji
51
Independent-samples t-test
Variabel thit . Sign.
Kecemasan 3,820 0,000
Sumber : output SPSS, 2017
Berdasarkan hasil uji Independent Sample t-test diketahui nilai thitung sebesar 3,820 dengan Sign.
0,000 < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang signifikan Edukasi dengan video operasi sectio caesarea terhadap
penurunan kecemasan pasien pre operasi.
Tabel 4.7
Hasil Rerata (Mean) Kecemasan
Sebelum dan Sesudah Intervensi
Variabel N Mean
Pre-test 26 20,42
Post-test 26 14,65
Sumber : output SPSS, 2017
Nilai rerata (mean) tingkat kecemasan pre-test sebesar 20,42 dan rerata post test sebesar 14,65.
Perbandingan nilai rerata sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan bahwa tingkat kecemasan responden
yang telah diberi Edukasi kesehatan menggunakan audio visual video sectio caesarea diketahui mengalami
penurunan.
52
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Responden
5.1.1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden terbanyak
yaitu umur 20 – 29 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 65,4%.
Wanita sehat diusia 20-30 tahun lebih mudah untuk hamil dan
memiliki resiko keguguran yang kecil karena pada umur ini merupakan
dasawarsa terbaik untuk mengandung dan melahirkan seseorang hamil
diusia 20-30 tahun ada pada saat wanita memiliki kesuburan yang tinggi ..
Menurut Sustiaty ( Tahun 2012 ) ibu berusia 31-40 tahun memiliki
tingkat kecemasan lebih tinggi tinggi dari pada ibu yang berusia 20-30
tahun. Usia diatas 30 tahun sebagai dianggap fase untuk menghentikan
kehamilan, karena usia diatas 30 tahun merupakan usia rawan hamilan
termasuk kategori kehamilan beresiko tinggi.
Hasil penelitian Nurhasannah (2010) di RSU Bhakti Yudha Depok
menunjukkan sebanyak 78% kasus terjadi pada usia 20-35 tahun. Hasil
tersebut disebabkan oleh perkembangan indikasi baik dari indikasi medis
yaitu faktor ibu dan janin maupun indikasi sosial.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Milka dkk
(2013) yang menunjukkan bahwa dari 35 responden diketahui jumlah
responden yang terbanyak berada pada golongan umur 20-30 tahun yaitu
53
sebanyak 26 responden (74,3%). Hasil penelitian Khodijah, dkk (2014)
juga menunjukkan bahwa umur yang mempengaruhi kejadian sectio
caesarea mayoritas umur 20 – 35 tahun sebanyak 184 ibu (80%).
Umur yang paling aman menjalani kehamilan dan persalinan
adalah umur > 20 tahun dan <35 tahun. Direntang usia ini kondisi fisik
wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan,
mental pun siap untuk merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-
hati.
5.1.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden terbanyak
yaitu dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 16 orang dengan
persentase 61,5%.
Tingkat pendidikan yang tinggi akan memperluas pandangan dan
ruang ruang lingkup pergaulan, sehingga tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan mempermudah responden untuk menerima informasi tentang
kesehatan sehinngga akan menurunkan tingkat kecemasan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
sehingga akan cepat mengerti akan kondisi dan keparahan penyakitnya.
Prawirohardjo (2013) Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah baginya untuk untuk mengerti dan memahami tentang
resiko – resiko yang akan dialami pada proses persalinan yang akan
dihadapi, dengan demikian mereka akan cepat pergi kepelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit.. Orang-orang yang
54
memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang – orang yang
memiliki pendidikan yang lebih rendah ( Notoatmojo, 2013 )
Pasaribu (2014) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan besar peluang untuk mencari pengobatan ketenaga kesehatan.
Sebaliknya, semakin rendahnya pendidikan seseorang akan menyebabkan
seseorang mengalami stress, dimana stress dan kecemasan yang terjadi
disebabkan kurangnya informasi yang didapat orang tersebut.. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang untuk mudah menerima ide teknologi baru.
Astria et al. (2009) menyatakan bahwa responden yang
berpendidikan dasar dan menengah cenderung lebih banyak mengalami
kecemasan dari pada ibu yang berpendidikan tinggi. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk
menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Dunggio dkk (2014) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden
mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 12 dari 24 orang (50%)
dan ini merupakan persentase terbesar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori lain yang menyatakan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka mereka dapat berfikir
55
secara rasional dan mampu menahan emosi mereka dengan baik sehingga
dapat menurunkan kecemasan mereka sendiri (Inggriet et al. 2013).
5.1.3. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian diketajumlah responden terbanyak
yaitu pegawai swasta sebanyak 15 orang dengan persentase 57,7%.
Pekerjaan dapat mempengaruhi kecemasan dalam menjalani operasi,
karena orang yang tidak bekerja seolah –olah menjadi beban tanggungan
kelaurga, dan merasa cemas karena tidak dapat langsung melakukan
langsung melakukan aktivitas pekerjaan.
Menurut Maryaningtyas (Tahun 2012) diketahui bahwa pekerjaan
berpengaruh terhadap kecemasan. Bahwa faktor pekerjaan adalah salah
satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan.
Rahmatiah (2014) jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat kecemasan
seseorang sebelum mnjalani operasi.hal ini erat kaitannya dengan dengan
pendapatan yang biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kebutuhanakan kesehatan dimana tersedianya biaya
untuk melakukan operasi. Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kuntitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan
yang erat antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang.
Kusmajathi ( 2014 ) bahwa jenis pekerjaan diswasta yang
mempunyai penghasilan tidak menentu dapat mempengaruhi prilaku
responden dalam menentukan pengobatan, membeli obat, biaya perawatan
dirumah sakit, dan biaya yang tinggi dapat menambah tingkat kecemasan
56
responden. Pekerjaan dapat mempengarui tingkat kecemasan hal ini
mungkin dipengarui oleh beberaa hal, misalnya pengalaman kerja serta
wawasan tentang pengetahuan yang berhubungan dengan faktor
kecemasan
5.2. Kecemasan Pasien Pre Operasi
5.2.1. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum intervensi Edukasi
kesehatan video
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi
pemberian Edukasi kesehatan dengan audio visual video mayoritas
responden mempunyai tingkat kecemasan yang tergolong ringan sebanyak
13 responden ( 50% ).
Pada saat pengambilan data meskipun sudah diberikan informasi
tentang pendidikan tindakan sectio caesarea ternyata pasien masih
mengalami kecemasan karena informasi pendidikan lebih sulit dipahami
dan dimengerti oleh responden. responden yang mengalami kecemasan
menunjukkan gejala mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah
menangis dan tidur tidak nyenyak.
Sundari (2012) Pasien yang akan menjalani operasi atau
pembedahan dapat mengalami kecemasan yang merupakan reaksi umum
terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap perannya
dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri.
Kecemasan pra operasi seringkali dikaitkan dengan pemahaman –
pemahaman yang salah tentang tindakan pembedahan atau keterbatasan
57
informasi tentang kejadian yang akan dialami pasien, sebelum , selama
bahkan setelah prosedur operasi. Hasil penelitian Rivani ( 2013 )
menunjukkan hubungan negative dan signifikan antara pengetahuan pasien
tentang informasi pra operasi dengan kecemasan pasien pra operasi. Dan
menunjukkan arah korelasi yang terbalik, yang berarti semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kecemasannya akan semakin
rendah, atau sebaliknya.
Tingkat kecemasan responden yang mayoritas tergolong ringan ini
dapat dipengaruhi antara lain oleh faktor usia, dimana responden
terbanyak dengan rentang usia 20 – 29 tahun. Hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh Kaplan dan Saddock (2012) bahwa gangguan
kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa dan lebih banyak dialami
oleh wanita.
Kecemasan pasien pre operasi yang paling banyak berada pada
kecemasan ringan, namun ada sebagian yang mengalami kecemasa sedang
dan berat. Hal in serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Santoso (
2012 ) dengan sample 38 responden sebagian besar pasien mengalami
tingkat kecemasan ringan ( 44,7 % ). cemas dalam kategori ringan hal ini
dikarenakan respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi,
pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, mekanisme koping
yang digunakan
Kecemasan dan ketakutan pada ibu melahirkan bisa terjadi
meskipun tetap dalam batas normal. Menurut Klossner & Hotfield (2006),
58
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi psikis ibu adalah pengalaman
kehamilan sekarang, pengalaman melahirkan yang lalu, harapan terhadap
persalinan, persiapan/kesiapan melahirkan, dukungan dan budaya
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliza (2012) yang
menunjukkan bahwa sebelum intervensi responden mengalami kecemasan
pre operasi sectio caesarea dari tingkat kecemasan ringan (60%) .
Menurut qulsum ( 2012 ) menyatakan bahwa kecemasan pasien pre
operasi sebelum diberilkan intervensi terbanyak adalah kecemasan ringan,
ini disebabkan oleh umur responden yang rata-rata sudah dewasa. Selain
itu, ibu yang akan bersalin mempunyai emosi berlebihan yang dapat
menimbulkan kecemasan, tingkat kecemasan orang pun berbeda- beda
meskipun menghadapi permasalahn yang sama.
Kecemasan pada ibu hamil di karenakan persepsi ibu yang kurang
tepat mengenai proses persalinan. Persalinan dipersepsikan sebagai proses
yang menakutkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Hal ini
membuat ibu hamil merasakan kecemasan yang hebat menjelang kelahiran
bayinya (lmiasih & Susanti, 2010).
5.2.2. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah intervensi Edukasi
kesehatan dengan video
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi
pemberian Edukasi menggunakan audio visual video, mayoritas responden
menunjukkan tidak ada gejala kecemasan sebanyak 13 responden ( 50 % ).
59
Pada saat pengambilan data pemberian informasi dalam penelitian
ini dilakukan melalui audiovisual yaitu dengan menggunakan video proses
persalinan dengan maksud untuk menunjukkan kepada calon ibu
bagaimana proses kelahiran itu terjadi. Video melahirkan dapat mendidik
para calon ibu tentang proses persalinan sehingga dapat mengurangi
kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan.
Meskipun pasien sudah diberikan edukasi kesehatan dengan
menggunakan vidio sectio caesarea ada beberapa pasien cemasnya
bertambah hal ini dikarenakan keterbatasn pengetahuan pasien tentang
operasi sectio caesarea, takut melihat darah, takut melihat saat dilakukan
irisan pada kulit abdomen, takut saat melihat bayi keluar dari perut ibu,
takut melihat situasi ruangan kamar operasi dan takut alat – alat operasi
Menurut Notoadmojo (2012) audio visual adalah alat bantu lihat
dan dengar untuk menstimulasi indra mata dan pendengaran waktu proses
penyampaian bahan pengajaran. Media audio visual yang digunakan dapat
merangsang dua indra yaitu mata dan telinga secara bersamaan sehingga
responden lebih fokus pada materi yang diberikan.
Aprilia (2013) menyatakan ketika seorang ibu telah mendapat
informasi atau mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya, cenderung
akan mengurangi rasa cemas yang dialaminya. Hal ini didukung pendapat
Musbikin (2006) bahwa mempersiapkan diri dengan berbagai informasi
tentang hal-hal yang menyangkut persalinan merupakan salah satu cara
terbaik untuk menghadapi persalinan.
60
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mustafa ( 2011) yang
meneliti tentang penggunaan vidioterapi untuk meningkatkan motivasi
internal pada siswa kelas IXB di SMPN 1 Kasembon malang tahun 2010-
2011, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh menonton video berisi terapi
motivasi internal pada siswa kelas IXB. Selain itu, hasil penelitian
Wijayanti (2010) juga menunjukkan ada perbedaan efek media cetak
dengan audiovisual video terhadap peningkatan pengetahuan pasien.
5.2.3. Pengaruh Edukasi kesehatan dengan video operasi sectio caesarea
terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Pre Operasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Edukasi
kesehatan dengan video operasi sectio caesarea terhadap penurunan
kecemasan pasien.
Penggunaan audio visual sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan individu. Audio visual akan melibatkan
banyak alat indra untuk menerima dan mengolah informasi sehingga
semakin besar isi informasi maka semakin mudah pula informasi tersebut
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Kelebihan lain metode ini
adalah pesan yang disampaikan lebih mudah dimengerti dan dipahami
serta akan berpengaruh nyata terhadap hasil pengetahuan baik pada ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik (Wulandari, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arafah & Aizar
(2013) yang menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan ibu dalam
menghadapi persalinan setelah menonton video proses persalinan. Selain
61
itu, hasil penelitian Wijayanti (2010) juga menunjukkan ada perbedaan
efek Edukasi kesehatan menggunakan media cetak dengan media
audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan pasien.
62
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum pemberian Edukasi
kesehatan dengan video sectio caesarea mayoritas tergolong ringan,
yaitu sebanyak 13 orang (50%).
2. Tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah pemberian Edukasi
kesehatan dengan video sectio caesarea mayoritas tidak terdapat gejala
kecemasan, yaitu sebanyak 13 orang (50%).
3. Terdapat pengaruh Edukasi kesehatan dengan video operasi sectio
caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di ruang
bedah RS Pku Muhammadiyah Karanganyar, ditunjukkan oleh nilai
thitung sebesar 3,820 dengan Sign. 0,000 < 0,05.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan kesimpulan, ada beberapa
saran yang penulis sampaikan yaitu:
1. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
bahwa pemberian Edukasi kesehatan dengan video dapat menurunkan
tingkat kecemasan.
63
2. Bagi pihak rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat menerapkan Edukasi kesehatan dengan
vidio sectio caesarea dirunag bedah agar pasien tidak cemas atau takut,
sehingga pasien dapat memperoleh pelayanan yang komprehensif, baik
fisik maupun psikis.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain diharapkan meneliti variabel lain yang belum diteliti,
dengan menggunakan media lain: misalnya Edukasi dengan
menggunakan musik jawa terhadap penurunan kecemasan pasien,
sehingga penelitian lain dapat menjelaskan hasil penelitian yang lebih
luas dan dapat melengkapi hasil penelitian yang dilakuan saat ini.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti dan menjadi kepuasan
tersendiri dapat meneliti tentang pengaruh Edukasi kesehatan dengan
video sectio caesarea terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi
dan kedepannya mungkin dapat melakukan peneliatian tentang tentang
perbedaan antara Edukasi kesehatan dengan video dan terapi musik
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atkinson, R.L.2008.Pengantar Psikilogi, Jakarta: erlangga
Astria, Y. 2009 Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan
Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Dipoliklinik Kebidanan dan
Kandungan RSUP Fatmawati Tahun 2009.
Aprilia, Y. (2013) Sipa Bilang Melahirkan Itu Sakit, Yogyakarta C.V Andi Offset
Dermawan, A.C. dan Setiawati, S. 2008. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan
Kesehatan. Jakarta: Trans info media.
Dewi, Y. 2007. Manajemen Stres, Cemas: Pengantar Dari A Sampai Z. Jakarta:
Edsa Mahkota.
Dunggio,AR 2014. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
TulehuGlobal Health Science ISSN 2503-5088 Vol 1 No 4
Fareer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Gunarsa. 2008. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Gunung Mulia.
Ghufron, M. Nur dan Wati, S. R. Rini 2012. Cara tepat menghilangkan kecemasan
anda Yogyakarta
Hall, C.S. & Lindsey, G. 2009. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta:
Kasinius
Handayani, W., Al Ummah, B., Yuniar, I. 2010. Evaluasi Proses Preoperasi Pada
Pasien Sectio Caesaria (SC) di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni.
Ilmiasih, R, & Susanti, H (2010). Pengaruh Tehnik Hypnobirthing Terhadap
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Pada Masa Persiapan
menghadapi Persalinan. Malang Universitas Muhammadiyah.
Kasana, N. 2014. Hubungan antara Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Ponek
RSUD Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.
Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kurniawan, A., dkk. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi terhadap
Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Hernia di RSUD Kudus.
Fikkes Jurnal Keperawatan. Vol. 6 No. 2 Oktober , 139-148.
Kaplan and Sadock.2012. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Khodijah, Dodoh, Sibunan, Yessika Rouli & Sinaga, R 2014 Hubungan
Karakteristik Ibu Dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK IV 01 07
001 KESDAM VBBPematang siantar. Jurnal Ilmiah PANNMED ISSN
1907-3046 Vol 9. No 1
Lia, X., Zhua, J., Dai, L., Li, M., Miao, L., Liang, J. and Wang, Y. 2010. Trends
in Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and Rural
China, 1996–2005. J. Perinat. Med. 39: 35–41.
Liu, D. 2007. Manual Persalinan. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. dan Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif:
Konsep,Proses dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Majid, A., Judha, M., Istianah, U. 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Mustafa, A. (2011). Penggunaa Vidioterapi untuk Meningkatkan Motivasi
Internal Pada Siswa Kelas IXB Di SMP Negeri 1.
Musbikin, I (2006) Persiapan Menghadapi Persalinan Dari perencanaan kehamilan
Sampai mendidik Anak. Yogyakarta Mitra pustaka
Milka, MV, Hasifah & Suryani, S 2013 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Post Sectio Caesarea terhadap Mobilisasi Dini di RSIA Pertiwi
Makasar2013 Jurnal Ilmiah Vol 4 No 3 ISSN 2302-1721
Nasution. S.A. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmojo, S2013 pendidikan dan prilaku kesehatan, Jakarta : rineka cipta
Oxorn, H. & Forte, W. R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yem & Andi Offset.
Rompas, S.J., dkk. 2013. Efektivitas konseling dan musik religi kristen terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruangan Irina A BLU RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume
1. Nomor 1. Agustus 2013
Pawatte, I., dkk. 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Ibu Pre Sectio
Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau Manado.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. Vol.1 No.3. Agustus.
Pasaribu, (2014) hubungan paritas dan usia dengan tingkat kecemasan ibu hamil
trimester III dalam menghadapi persalinan dipuskesmas sipea –pea
kecamatan sorkam barat. Jurnal penelitian. STIKES Nauli Husada
Sibolga.
Prawiroharjo, S 2013. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Qulsum dkk. ( 2012 ). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Sebelum Dan Sesudah Pemeberian Terapi Music Klasik DI RSUD Tugu
Rejo Semarang
Rahayu, A., dkk. 2014. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Sectio Caesaria. Jurnal Husada Mahakam. Volume III
No.7, Mei 2014, hal.319-387.
Rahmi,C.2013 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan kelancaran proses
persalinan ibu primigravida di RS Ibu dan Anak banda aceh. Laporan
Penelitian D3 Kebidanan, STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Semiun, Y. 2010. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius.
Sundari, Siti ( 2012 ). Kesehatan mental Dalam kehidupan. Jakarta; PT Asdi
Mahastya.
Rivani, B. (2013). Hubugan Pengetahuan Pasien Tentang Informasi Pra Operasi
Dengan Kecemasan Pasien Prs Operasi Di RS OMNI International Alam
Sutera Tangerang.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth vol 1. Jakarta: EGC.