PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT, UKURAN
PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN
(Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate Property Dan Konstruksi
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
FITRIA WARDANI
1111082000070
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama : Fitria Wardani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Wonogiri, 13 Februari 1993
3. Alamat : Jl. Inpres No.6 Rt 004/009, Pamulang 2
4. Telepon : 085711539835
5. Email : [email protected]
6. Ayah : Warimin
7. Ibu : Wakik
8. Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
II. PENDIDIKAN FORMAL
1999-2005 : SDN Bangka 01 – Jakarta Selatan
2005-2008 : SMP Taruna Mandiri – Tangerang Selatan
2008-2011 : SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
2011-2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Kadiv. Pengembangan Minat dan Bakat (PMB) Koperasi Mahasiswa UIN
Jakarta 2014
2. Divisi Publikasi dan Dekorasi Laboratorium Pojok Bursa FEB UIN
Jakarta 2013
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Magang sebagai Junior Auditor di KAP Drs. Basri Harjosumarto
(Maret 2015 – Mei 2015)
2. Magang Divisi Purchasing di Mirum Jakarta (Februari 2015)
vii
ABSTRACT
The Effect of Effectiveness of Audit Committee, Firm Size and Leverage to
Financial Reporting Quality
The purpose of this research is to determine impact of the effectiveness of
audit committee (size of audit committee, frequency of meeting of audit committee,
accounting expert of audit committee), firm size and leverage to financial
reporting quality. This research was conducted by selecting 25 real estate
properties and constructions firms listed in Indonesia Stock Exchange period
2010 to 2014. This research was tested by purposive sampling and multiple
regression analyzing method.
This research shows that size of audit committee and frequency of meeting
audit committee have significant effect to financial reporting quality with
significance level 0,040 and 0,010. Meanwhile, accounting expert has significant
effect to financial reporting quality with significance level 0,058 using alpha 10%.
Firm size and leverage have no significant effect to financial reporting quality.
The effectiveness of audit committee (size, frequency of meeting, accounting
expert), firm size and leverage simultaneously have significant effect to financial
reporting quality with significance level 0,013.
Keywords : Size of audit committee, frequency of audit committee, accounting
expert of audit committee, firm size, leverage, financial reporting
quality
viii
ABSTRAK
Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komite
audit (ukuran, jumlah rapat dan keahlian akuntansi komite audit), ukuran
perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan yang diproksikan
dengan kualitas akrual. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 25
perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2010 hingga 2014. Penelitian ini diuji dengan
metode purposive sampling dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran komite audit dan jumlah
rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
dengan tingkat signifikansi 0,040 dan 0,010. Sementara keahlian akuntansi komite
audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan
tingkat signifikansi 0,058 menggunakan alpha 10%. Ukuran perusahaan dan
leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit,
ukuran perusahaan dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan dengan signifikansi sebesar 0,013.
Kata kunci : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi
komite audit, ukuran perusahaan, leverage, kualitas laporan
keuangan
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas
Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan
Keuangan (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate, Property dan
Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014).”
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama pembuatan skripsi ini, penulis
menyadari banyaknya hambatan dan rintangan yang ada. Meskipun begitu,
penulis juga menyadari bahwa penulis mendapatan bimbingan, arahan, dukungan,
bantuan, semangat dan doa dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Kedua orang tercinta, yaitu Ayah Warimin dan Ibu Wakik. Dengan cinta kasih,
sayang, kesabaran, dukungan baik moril dan materil serta doa yang selalu
mengiringi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
2. Kedua adik penulis, yaitu Yulio Dwi Wardhana dan Marcella Putri Cahyani.
Dua makhluk lucu yang menghibur di kala penulis mengalami patah semangat
dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, saran, dan semangatnya pada penulis selama pengerjaan
skripsi.
x
5. Ibu Ismawati Haribowo SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan
saran kepada penulis selama pengerjaan skripsi.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmunya selama masa kuliah penulis.
9. Sahabat tercinta saya Radini, Marisa, dan Asih yang selalu memberi keyakinan
dan semangat untuk saya.
10. Teman-teman Jurusan Akuntansi 2011, khususnya AKUKECE (Akuntansi
Kelas C) Sella, Ilfi, Fazril, Eva, Faisal, Mumu, Opi, Chandra, Bonita, Fahmi,
Irvan, Hadi, Oji yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam
perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis.
Maka dari itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik
langsung maupun tidak langsung.
Wassalamualaikum wr. Wb
Jakarta, Juli 2015
Fitria Wardani
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi………………………………………………….. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……………………………………iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi…………………………………………… iv
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi…………………………………………… v
Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………………. vi
Abstract………………………………………………………………………… vii
Abstrak………………………………………………………………………... viii
Kata Pengantar……………………………………………………………….....ix
Daftar Isi………………………………………………………………………....xi
Daftar Tabel…………………………………………………………………… xv
Daftar Gambar……………………………………………………………….. xvi
Daftar Lampiran…………………………………………………………….. xvii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................15
A. Teori yang Relevan ...................................................................... 15
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................ 15
2. Kualitas Laporan Keuangan ..................................................... 17
3. Efektivitas Komite Audit .......................................................... 23
a. Ukuran Komite Audit ...................................................... 25
b. Jumlah Rapat Komite Audit ............................................ 26
xii
c. Keahlian Akuntansi Komite Audit .................................. 28
4. Ukuran Perusahaan ................................................................... 29
5. Leverage ................................................................................... 30
B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 32
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 37
D. Keterkaitan Antara Variabel ........................................................ 38
1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan ................................................................................ 38
2. Pengaruh Jumlah rapat Komite Audit terhadap Kualitas
Laporan Keuangan ................................................................. 38
3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit dengan Kualitas
Laporan Keuangan ................................................................. 39
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan ................................................................................ 40
5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan ..... 41
6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan .................... 42
E. Hipotesis ......................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................44
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 44
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 44
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 45
D. Metode Analisis Data ...................................................................... 46
1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 46
2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 47
a. Uji Normalitas ....................................................................... 47
xiii
b. Uji Multikolonieritas ............................................................. 47
c. Uji Autokorelasi .................................................................... 48
d. Uji Heterokedastisitas ........................................................... 49
3. Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 50
4. Uji Hipotesis ................................................................................ 50
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................. 51
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) ........... 52
E. Operasionalisasi Variabel ............................................................... 52
1. Kualitas Laporan Keuangan ........................................................ 53
2. Ukuran Komite Audit .............................................................. 54
3. Jumlah Rapat Komite Audit .................................................... 54
4. Keahlian Akuntansi Komite Audit .......................................... 54
5. Ukuran Perusahaan.................................................................. 55
6. Leverage .................................................................................. 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................58
A. Gambaran Objek Penelitian ........................................................... 58
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................. 59
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................... 60
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 61
a. Uji Normalitas ...................................................................... 61
b. Uji Multikolinearitas ............................................................ 62
c. Uji Autokorelasi ................................................................... 63
d. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 64
3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 65
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 65
xiv
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................................ 66
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ...................... 67
C. Pembahasan .................................................................................. 71
1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan ................................................................................ 71
2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas
Laporan Keuangan ................................................................. 72
3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas
Laporan Keuangan ................................................................. 73
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan ................................................................................ 73
5. Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan .... 75
BAB V PENUTUP .........................................................................................77
A. Kesimpulan .................................................................................. 77
B. Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 80
LAMPIRAN………..…………………………………………………………... 86
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Sebelumnya .........................................................33
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...............................................................57
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel.....................................................................58
Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan ..............................................................59
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...........................................................60
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas .......................................................................62
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................63
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................64
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..........................................................65
Tabel 4.8 Hasil Uji Adjusted R2......................................................................66
Tabel 4.9 Hasil Uji F .......................................................................................67
Tabel 4.10 Hasil Uji t ........................................................................................68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................37
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian…………………………………. 87
Lampiran 2 Data Sampel Penelitian…………………………………... 89
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data.............………………………….. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan bisnis tak bisa
lagi dibendung. Perkembangan bisnis yang terus mengalami peningkatan
menuntut pelaku bisnis untuk dapat bersaing di dalamnya, karena itulah, terdapat
banyak kompetitor dalam dunia bisnis. Meningkatnya persaingan bisnis
mendorong setiap perusahaan untuk memberikan performa terbaiknya dalam
menarik investor, terutama yang menyangkut laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam
periode tertentu (Maulia, 2014). Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor
dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.
Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia
bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan
juga mempunyai peranan penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis
(Toding dan Wirakusuma, 2013).
Menurut Payamta (2006) dalam Maulia (2014), kualitas laporan keuangan
akan meningkatkan kualitas yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga
para pengguna juga dapat merasa lebih yakin dalam mengambil
2
keputusan. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil telah didasarkan
pada informasi yang telah dipersiapkan dengan baik, disetujui dan diaudit secara
transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan berkualitas. Kualitas pelaporan
keuangan berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang
tergambarkan dalam laba (Fanani, 2009).
Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam.
Salah satunya adalah kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja
perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun
berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi (berkualitas) jika laba tahun
berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang
akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993) atau berasosiasi secara kuat dengan arus
kas operasi di masa yang akan datang (Dechow dan Dichev, 2002 dan Cohen,
2003).
Menurut penelitian Choi dan Pae pada 2011, kualitas laporan keuangan
sangat bervariasi. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat
manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi
masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme. Dalam laporan keuangan, laba
akuntansi dianggap sebagai salah satu indikator utama kinerja keuangan
perusahaan. Angka laba yang tersedia pada laporan keuangan selain memberikan
informasi mengenai laba juga mempengaruhi pemakai informasi dalam
pengambilan keputusan mengenai perusahaan, baik keputusan investasi maupun
keputusan kredit. Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi
3
laba di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga nilai
perusahaan akan berkurang (Siagallan dan Mahfoedz, 2006).
Menurut Karami dan Akhgar (2014), kualitas laporan keuangan adalah
mengembangkan transparansi dan menerbitkan laporan tahunan berkualitas tinggi
melalui pengungkapan lengkap dan komprehensif. Kualitas laporan keuangan
selalu menjadi topik yang menarik dari dewan direksi, pemegang saham, peneliti
dan akuntan profesional sendiri. Kualitas sangat dibutuhkan dalam pelaporan
keuangan dan pengungkapan prediksi yang lebih baik mengenai arus kas masa
depan perusahaan untuk investor dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Menurut International Accounting Standards Board (IASB) informasi
yang berkualitas harus memenuhi komponen relevance dan faithful
representation, dimana tingkat kegunaan informasi tersebut akan meningkat jika
informasi tersebut comparable, verifiable, timely dan understandable (IASB,
2010). PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan menyatakan terdapat empat
karakteristik laporan keuangan dikatakan berkualitas. Laporan keuangan
dikatakan berkualitas jika dapat dipahami, relevan, andal dan dapat
diperbandingkan. Informasi dikatakan relevan jika dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka
di masa lalu. Sementara informasi dapat diandalkan apabila disajikan secara netral
atau tidak memihak pada salah satu pemakai, dapat diuji kebenarannya
(verifiebality) dan penyajiannya jujur.
4
Beberapa tahun terakhir ini, skandal akuntansi yang terjadi di masyarakat
keuangan internasional telah menyebabkan meningkatnya pertanyaan dan
kekhawatiran tentang kualitas pelaporan keuangan (Agrawal dan Chadha dalam
Klai, 2011). Beberapa perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, Marconi,
Parmalat, Cadbury, Bank Oceanichave dan Toshiba berpartisipasi dalam penipuan
keuangan. Hal ini menyebabkan melemahnya kepercayaan investor terhadap
manajerial dan laporan keuangan (Klai, 2011). Salah satu contohnya pada kasus
Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor.
Selain Enron, skandal akuntansi lain yang menjadi perhatian adalah kasus
Toshiba. Skandal akuntansi Toshiba, salah satu yang paling merusak melanda
Jepang dalam beberapa tahun terakhir, dimulai ketika regulator sekuritas
menemukan kejanggalan setelah menyelidiki neraca perusahaan awal tahun ini.
Dengan temuan yang dirilis Senin (20/7/2015), Toshiba harus menyatakan
kembali keuntungan sebesar 151,8 miliar yen untuk periode antara April 2008
hingga Maret 2014. (Kompas.com)
Berdasarkan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus
manipulasi data akuntansi ini melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak terlibat
justru meryupakan bagian dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO,
komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor.
5
Sementara, salah satu kasus yang terjadi di Indonesia adalah PT.
Indofarma Tbk. Perusahaan ini diduga melakukan pelanggaran berkaitan dengan
penyajian laporan keuangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, nilai
barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari yang seharusnya (overstated) dalam
penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp.
28.870.000.000 (dua puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh juta rupiah).
Akibat overstated persediaan, maka harga pokok penjualan akan understated
sebesar Rp. 28.870.000.000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated
dengan nilai yang sama.
Berdasarkan dua kasus tersebut, baik Enron maupun Indofarma memiliki
penyebab yang sama, yaitu masih lemahnya penerapan GCG dan fungsi internal
control yang ada di dalam perusahaan. Kasus ini memberikan pelajaran berharga.
Pertama, implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas
belaka. Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa
keuangan yang dilakukan karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini
menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari
Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya
dengan baik (http:/// www.hrcentro.com 8 Februari 2015).
Millstein (1999) dalam Wardhani dan Joseph (2010) menyatakan bahwa
praktik good corporate governance menunjukan bahwa pembentukan komite
audit sebagai sebuah titik pusat dalam peningkatan kualitas laporan keuangan.
Mekanisme yang tepat untuk memastikan realibilitas, kualitas yang tinggi dari
laporan keuangan berfokus pada struktur dari komite audit, terutama dalam
6
menjaga kepentingan stakeholder khususnya dalam sisi kualitas informasi laporan
keuangan perusahaan (Yaputro, 2012). Selain itu, Bapepam juga menegaskan
bahwa adanya komite audit, sangat membantu para dewan komisaris untuk
mengawasi kegiatan operasional perusahaan.
Umumnya, peran pengawasan komite audit meliputi tiga fungsi, yaitu
pelaporan keuangan, pengendalian internal, dan aktivitas audit eksternal (Braiotta,
2004). Untuk memastikan reliabilitas dan kualitas laporan keuangan sutau
perusahaan, komite audit memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi
laporan keuangan. Komite audit memastikan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNGCG,
2006). Komite audit menelaah laporan keuangan dengan memastikan bahwa
laporan keuangan sudah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat
(Sawyer dan Dittenhoffer, 2006). Oleh karena itu, komite audit diharapkan
meninjau semua laporan keuangan yang dibuat manajemen baik interim maupun
tahunan sebelum disetujui dewan komisaris dan sebelum disebarluaskan ke publik
untuk meyakinkan obyektivitas laporan keuangan (Mohiuddin & Kharbhari,
2010).
Pada akhir tahun 2012, pemerintah melalui Bapepam-LK mengeluarkan
aturan baru yaitu Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643/BL/2012 terkait
dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang
mengubah aturan yang sama yang dikeluarkan pada tahun 2004. Dalam peraturan
tersebut terdapat persyaratan yang lebih ketat atas keanggotaan komite audit dan
adanya tugas dan tanggung jawab yang lebih besar yang harus ditanggung oleh
7
komite audit. Aturan tersebut mengindikasikan diperlukannya komite audit yang
lebih kompeten dan peran komite audit dalam memastikan kualitas laporan
keuangan perusahaan menjadi semakin dibutuhkan.
Melalui peningkatan pengaturan tata kelola perusahaan tersebut, peran dan
fungsi komite audit membantu tugas dewan komisaris juga semakin diperjelas di
mana poin mengenai keahlian anggota komite audit, komposisi serta jumlah
pertemuan komite audit menjadi semakin penting dan harus dicantumkan dengan
rinci (Mutmainnah dan Wardhani, 2013). Menurut Suaryana (2005), kualitas laba
yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang memiliki komite audit dibanding
perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Keputusan Ketua Bapepam-LK
No. Kep- 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit mensyaratkan komite audit terdiri dari 3 orang. Selain itu,
Anderson, Daniel dan Stuart (2003) menemukan bahwa semakin kecil anggota
komite, maka kualitas laba akan semakin baik.
Efektivitas komite audit dapat diukur dengan proksi frekuensi pertemuan
atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu tahun. Anderson et al., (2003)
menemukan bahwa informasi terkait earning meningkat dengan adanya
pertemuan yang dilaksanakan komite audit. Pertemuan yang sering dilakukan
komite audit untuk membahas laporan keuangan dianggap sebagai kontrol rutin
terhadap perkembangan laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Dechow (1996) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013)
menyebutkan bahwa perusahaan yang terkena skandal kasus kecurangan laporan
8
keuangan kemungkinan besar tidak mempunyai komite audit atau komite auditnya
tidak bekerja secara efektif dan efisien dalam setiap rapat yang dilaksanakan.
Komite audit yang efektif harus memiliki independensi dan
pengetahuan di bidang akuntansi dan audit. Berdasarkan Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012 dijelaskan bahwa komite audit
memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan
keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan. Menurut Suaryana (2005),
keberadaan komite audit independen serta memiliki keahlian dalam bidang
akuntansi dan keuangan adalah sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba
perusahaan yang lebih baik.
Selain efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage juga
dianggap dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang besar
akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, sehingga
kesalahan estimasi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Selain itu,
perusahaan besar akan memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih baik dan
mempunyai efek variasi portofolio antar divisi-divisi dan aktivitas bisnisnya
sehingga dapat mengurangi efek relatif kesalahan estimasi. Meskipun demikian,
perusahaan besar akan banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan
menghadapi kos politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil (Gu, Lee
dan Rosset dalam Fanani, 2009).
Perusahaan yang besar akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan, karena perusahaan yang besar memiliki asset dan memperoleh laba
yang besar pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan
9
dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki,
dan total penjualan yang diperoleh, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, memiliki risiko
pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan timbulnya suatu biaya seperti
sanksi pembatasan atas pembayaran dividen atau pembatasan penambahan utang
dan serta menghambat kerja manajemen. Diduga, perusahaan yang memiliki
tingkat leverage yang tinggi akan mempunyai dorongan (incentives) yang lebih
besar untuk mendorong kinerja akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi
perjanjian dalam kontrak utang maupun untuk mendapatkan utang baru (Dechow,
Ge, Larson dan Sloan, 2010). Ketika menghadapi pelanggaran perjanjian utang,
manajer akan lebih menggunakan kebijakan akrual agar dapat melaporkan laba
sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan, sehingga manajer dapat
terhindar dari pelanggaran perjanjian utang (debt covenant).
Beberapa penelitian mengenai kualitas laporan keuangan telah dilakukan
pada periode waktu sebelumnya. Pada 2003, penelitian Felo dan Krishnan
menunjukkan ukuran komite audit memiliki hubungan yang positif dengan
kualitas laporan keuangan. Sementara Aldamen dan Duncan (2011) menunjukkan
komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak pengalaman dan keahlian
keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar.
Penelitian Badolato & Danelson (2014) serta Kusnadi, Leong, Suwardi dan Wang
(2015) menyatakan komite audit yang memiliki keahlian keuangan akan
menghasilkan kualitas laporan keuangan yang tinggi.
10
Berdasarkan penelitian Widi dan Elisabet (2012), leverage tidak
berpengaruh signifkan terhadap kualitas laporan keuangan. Sementara penelitian
Fanani dan Ningsih (2009) serta Karami dan Akhgar (2014) menyatakan leverage
berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Penelitian-penelitian yang ada sebelumnya berfokus pada pengukuran
kualitas laporan keuangan melalui manajemen laba dan restatements. Selain itu,
objek penelitian lebih banyak berfokus pada perusahaan manufaktur ataupun
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Belum banyak
penelitian yang melihat kualitas laporan keuangan pada perushaaan real estate,
property dan konstruksi padahal banyak investor, baik asing maupun domestik
yang lebih sering berinvestasi pada sektor tersebut. Salah satu investor asing
berbasis di Singapura, Keppel Land, masih memandang Indonesia sebagai
peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan
sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya. (Kompas.com)
Tidak hanya investor asing, melainkan investor domestik juga memiliki
ketertarikan untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Hal
ini diperkuat juga dengan memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),
dimana pemerintah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, sehingga akan
semakin banyak keuntungan yang diperoleh jika berinvestasi di sektor tersebut.
Hal ini membuat inverstor tertarik untuk berinvestasi di sektor real estate,
property dan konstruksi.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang ada
sebelumnya dengan menerapkannya pada perusahaan real estate, property dan
11
konstruksi. Selain itu, yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya adalah
pengukuran kualitas laporan keuangan menggunakan salah satu atribut akuntansi,
yatiu kualitas akrual dari perubahan modal kerja. Sementara penelitian yang
pernah ada sebelumnya, kualitas laporan keuangan diukur menggunakan
ketepatwaktuan, restatements, dan manajemen laba.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta uraian yang telah
dijelaskan di atas, maka peneliti ingin meneliti mengenai “Pengaruh Efektivitas
Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Real Estate, Property dan Konstruksi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan ?
2. Apakah jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan ?
3. Apakah keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan?
5. Apakah leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
12
6. Apakah ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian
akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh
secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran komite audit terhadap
kualitas laporan keuangan.
b. Menganalisis adanya pengaruh antara jumlah rapat komite audit
terhadap kualitas laporan keuangan.
c. Menganalisis adanya pengaruh antara keahlian akuntansi komite audit
terhadap kualitas laporan keuangan.
d. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap
kualitas laporan keuangan.
e. Menganalisis adanya pengaruh antara leverage terhadap kualitas
laporan keuangan.
f. Menganalisis pengaruh ukuran komite audit, jumlah rapat komite
audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan
leverage secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan.
13
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk menambah literatur dan sebagai
bentuk pengembangan ilmu akuntasi, khususnya mengenai kualitas
laporan keuangan. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan
referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
2) Masyarakat
Penelitian ini berguna untuk menambah informasi masyarakat,
khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengenai
kualitas laporan keuangan.
3) Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai kualitas laporan keuangan agar
diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis di masa yang akan
datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata 1.
14
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan
untuk memperbaiki tata kelola perusahaannya sebagai salah satu
upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan.
2) Bagi praktisi
Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi para
praktisi khususnya pembuat kebijakan atau standard, serta sebagai
acuan bagi komite audit untuk lebih berperan dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Relevan
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Terori keagenan (agency theory) merupakan kontrak antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent), dimana agent diberi wewenang lebih untuk
menjalankan operasional perusahaan dan mempertanggunjawabkan sumber daya
yang dipercayakan kepada manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Saptiti
Adharia, 2013). Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara
pemilik sebagai pemegang saham dan manajer sebagai agen yang menjalankan
perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu serta mempunyai
tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya
tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada
perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya
dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam
hubungan keagenan.
Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik kepentingan
pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena pemilik modal berusaha
menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan
manajer cenderung mengambil keputusan pengelolaan dana untuk
memaksimalkan keuntungan yang sering bertentangan dan cenderung
mengutamakan kepentingannya sendiri.
16
Jensen dan Meckling (1976) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013)
menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan
yaitu mekanisme pengikatan (bonding) dan mekanisme pengawasan (monitoring).
Konflik keagenan yang masih ada yang tidak dapat diatasi oleh kedua mekanisme
tersebut disebut sebagai residual loss. Mekanisme pengikatan merupakan
mekanisme yang mengikat agen sehingga dapat berperilaku yang sejalan dengan
kepentingan prinsipal. Mekanisme ini dijalankan diantaranya melalui kebijakan
kompensasi, penetapan KPI (key performance indicator) bagi manajemen, dan
kepemilikan manajerial. Sedangkan mekanisme pengawasan dijalankan oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan Pemilikan dan pengelolaan
perusahaan yang terpisah meningkatkan konflik agensi antara manajer dan
pemegang saham karena timbulnya asimetri informasi.
Asimetri informasi tersebut menurunkan kualitas informasi yang
digunakan sebagai dasar pelaporan keuangan sehingga menimbulkan kesalahan-
kesalahan pada pelaporan keuangan. Menurut Krishnan dan Lee (2011) dalam
Awalia (2014) kualitas pelaporan keuangan merupakan salah satu kontributor
penting terhadap lingkungan informasi perusahaan. Salah satu cara yang
digunakan untuk memonitor masalah keagenan dan membatasi perilaku
opportunistic management adalah corporate governance. Untuk memperkecil
asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan.
Teori keagenan menunjukkan bahwa pemegang saham memerlukan
perlindungan karena manajemen mungkin tidak selalu bertindak untuk
17
kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, dewan
komisaris muncul untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Joshi dan
Wakil, 2004). Dewan komisaris memiliki tanggung jawab yang beragam dan
beberapa hal tersebut didelegasikan kepada komite audit. Tujuan dibentuknya
komite audit ialah membantu dewan komisaris dalam menjalankan proses
pengawasan. Komite audit membantu dewan komisaris mengembangkan serta
memelihara kerangka akuntabilitas perusahaan (Braiotta, 2004).
2. Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang disediakan oleh
perusahaan untuk membantu para pengguna laporan keuangan dalam membuat
keputusan alokasi modal terkait dengan perusahaan yang bersangkutan (Kieso dan
Warfield, 2011). Menurut PSAK No.1 (2012), laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 (2012), tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship),
atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Menurut Kieso, et al., (2011) tujuan pelaporan keuangan untuk : (1)
Memberikan informasi yang berguna dalam keputusan investasi, kredit dan
18
keputusan serupa yang rasional bagi investor serta kreditur saat ini atau potensial
dan para pemakai lainnya. (2) Memberikan informasi yang berguna dalam menilai
prospek arus kas, jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastiaan penerimaan. (3)
Menggambarkan dengan jelas sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber
daya dan perubahan dalam sumber daya tersebut.
Menurut PSAK (2012), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil
evaluasi pengguna di masa lalu.
19
1) Materialitas
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas
dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos
atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari
kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
1) Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan
atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2) Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten
dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
20
3) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan berapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
4) Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga
asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas
atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
5) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan
dan karena itu itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi.
d. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
21
laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Menurut Kasmir (2011) laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan dan disengaja oleh pihak
manajemen perusahaan agar laporan keuangan tersebut memiliki integritas yang
tinggi.
Kualitas pelaporan keuangan adalah fitur penting tidak hanya untuk
perusahaan tetapi juga bagi para pemangku kepentingan dan untuk pasar modal
secara keseluruhan. Misalnya, telah disampaikan bahwa kualitas pelaporan
memiliki efek positif pada efisiensi investasi. Namun, Choi, et.al., (2011)
menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan bervariasi. Banyak faktor
berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pada penelitian sebelumnya.
Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat
bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat
akuntansi konservatisme.
Tujuan pelaporan keuangan secara umum adalah untuk menyediakan
informasi keuangan perusahaan yang dapat bermanfaat bagi investor, kreditor, dan
pihak berkepentingan lain dalam pembuatan keputusan ekonomi atas perusahaan
tersebut. Tujuan tersebut juga memperjelas pentingnya kebutuhan tentang
informasi aliran kas bagi investor dan kreditor. Akuntansi merupakan bahasa
khusus yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan
perusahaan kepada para penggunanya sebagai dasar pengambilan keputusan.
22
Lebih spesifik lagi, akuntansi keuangan membahas tentang penyediaan informasi
keuangan yang relevan bagi pengguna eksternal.
Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi bagi
investor dan kreditor guna membantu mereka dalam pengambilan keputusan.
Informasi tersebut harus mampu membantu investor dan kreditor untuk menilai
jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas yang akan diterima di masa datang.
Investor, kreditor, dan pembuat keputusan lainnya akan berusaha mendapatkan
informasi mengenai arus kas perusahaan di masa datang. Informasi ini dapat
mereka peroleh melalui laporan yang dihasilkan perusahaan. Basis akrual
menyediakan informasi ini dengan melaporkan arus kas masuk dan arus kas
keluar yang berhubungan dengan aktifitas earning. Basis akrual merupakan salah
satu asumsi dasar penyusunan laporan keuangan. Basis ini mengakui pendapatan
saat diperoleh dan membebankan pendapatan tanpa mempertimbangkan waktu
pembayaran diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain, basis akrual membantu
memprediksi arus kas masa depan dengan melaporkan transaksi dan kejadian
dengan konsekuensi kas yang diterima saat transaksi atau kejadian terjadi, bukan
saat kas diterima atau dibayar. Piutang dan utang merupakan akun utama yang
menjadi indikator estimasi untuk arus kas masuk dan keluar masa depan.
Keberadaan akrual penting untuk suatu laporan keuangan. Akrual merupakan
komponen utama pembentuk laba. Secara teknis, akrual merupakan perbedaan
antara kas dan laba.
23
3. Efektivitas Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris. Pembentukan Komite Nasional Good Corporate Governance di
Indonesia menegaskan peran komite audit. Peran dan tanggung jawab komite
audit dituangkan dalam charter komite audit yang secara umum dikelompokkan
menjadi tiga bagian besar, yaitu financial reporting, corporate governance, dan
risk and control management.
SEC (Security of Exchange and Commision) mengindikasikan bahwa
komite audit memiliki peran penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan
melakukan pengawasan kegiatan manajemen dan auditor dalam proses pelaporan
keuangan (SEC, 1999 dalam Bryan et al., 2004). Perusahaan publik diwajibkan
membentuk komite audit sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Ketua
BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012.
Bryan et al. (2004) menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit
adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor eksternal dan mengevaluasi
laporan keuangan perusahaan, berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan
auditor internal dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit
membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh
manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Anderson et al.,
2003). Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang
karyawan, dana, serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
24
pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan auditor internal dalam
melakukan pengawasan (BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012).
Klein (2006) menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit
mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian audit,
ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan transaksi antara
perusahaan dan karyawan. Komite audit juga meneliti masalah hukum dan
peraturan pemerintah karena mereka berhubungan dengan laporan keuangan
perusahaan dan untuk menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian
internal. Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan,
manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury, Mak dan Tan, 2004
dan Klein, 2006). Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila
terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Dye, 1988; Atle dan
Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004). Adanya komunikasi formal antara
komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit
internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal
yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian
meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan (Anderson et al. 2003).
Price Waterhouse (1980) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit
memberi kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan
integritas dan kredibilitas melalui: (1) Pengawasan atas proses pelaporan termasuk
sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum.
25
(2) Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Bryan et al. (2004) menekankan
peran komite audit dalam pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan,
terutama dalam penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan
efektivitas komite audit.
Penelitian yang pernah ada sebelumnya menyarankan ukuran komite audit,
independensi, keahlian dan jumlah rapat komite audit mempengaruhi efektivitas
komite audit dalam melakukan pengawasan atau monitoring (DeZoort dan
Salterio, 2001; Klein, 2002; Siregar and Utama, 2008; Metawee, 2013 dalam
Soliman dan Ragab, 2014).
a. Ukuran Komite Audit
Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris
independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik (Keputusan Ketua BAPEPAM-LK
Nomor: KEP-643/BL/2012). Untuk membuat komite audit yang efektif
dalam pengendalian dan pemantauan atas kegiatan pengelolaan
perusahaan, komite harus memiliki anggota yang cukup untuk
melaksanakan tanggungjawab (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Jumlah
anggota komite audit yang harus lebih dari satu orang ini
dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan rapat dan bertukar
pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota
komite audit memiliki pengalaman tata kelola perusahaan dan
pengetahuan keuangan yang berbeda-beda (Kristanti dan Syafrudin,
2012).
26
Anderson et al. (2003) menemukan bahwa ukuran komite audit
yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan dapat
meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori ketergantungan
sumber daya, efektivitas komite Audit meningkat ketika ukuran komite
meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk
menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan (Kristanti dan
Syafruddin, 2012). Oleh karena itu, diharapkan keberadaan komite audit
yang efektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas laba yang
dilaporkan.
b. Jumlah Rapat Komite Audit
Untuk menentukan efektivitas komite audit dalam meningkatkan
kualitas laporan keuangan, Hrici (2010) dalam Salehi, Zanjirdar dan Zarei
(2012) menggunakan aktivitas atau jumlah rapat komite audit sebagai
salah satu faktornya. Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) mewajibkan komite audit untuk mengadakan rapat tiga sampai
empat kali dalam satu tahun (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Efektivitas
Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses
pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin
yang akan membantu komite audit dalam memeriksa sistem pengendalian
internal, dan dalam hal menjaga informasi manajemen (McMullen dan
Raghunandan, 1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012).
Klein (2006) menemukan bahwa frekuensi pertemuan atau rapat
komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas informasi laba.
27
Collier dan Gregory (1999) dalam Kristanti, et.al., (2012)
mengungkapkan bahwa komite audit yang menyelenggarakan jumlah rapat
yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan
kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan
informasi keuangan perusahaan. Dengan melakukan rapat secara periodik,
komite audit dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas
pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan
terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan
diselesaikan dengan baik oleh manajemen.
Sharma (2009) dalam Barua (2010) membuktikan bahwa
perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi
pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan
yang kurang berkualitas. Treadway Commission (National Commission on
Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993),
SEC Chairman Levitt (1998) dan the Blue Ribbon Committee (BRC, 1999)
dalam (Barua, 2010) menyarankan agar komite audit sering melakukan
pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara
anggota komite audit dan auditor (eksternal dan internal) dan
memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan
tugasnya.
28
c. Keahlian Akuntansi Komite Audit
Tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses
keuangan perusahaan, maka sangat penting untuk mempercayai bahwa
anggota komite audit dengan keahlian keuangan (terutama keahlian
akuntansi) memiliki sarana yang lebih efektif untuk memonitor
manajemen praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas tinggi. Temuan dari studi akademik yang ada
umumnya mendukung prediksi dan menemukan bahwa kehadiran anggota
komite audit dengan keahlian keuangan secara positif terkait dengan
kualitas pelaporan keuangan. Misalnya, Carcello dan Neal (2006) dalam
Kusnadi (2015) menemukan bahwa audit independen anggota komite
dengan keahlian akuntansi dan beberapa jenis non-akuntansi keahlian
keuangan yang paling efektif dalam mengurangi manajemen laba.
Melalui pengendalian internal yang lemah sebagai ukuran kualitas
pelaporan keuangan, Zhang dan Zhou (2007) menemukan bahwa
perusahaan lebih mungkin untuk diidentifikasi dengan kelemahan
pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki sedikit keahlian
akuntansi keuangan dan keahlian non-akuntansi keuangan. Namun, dua
studi terbaru menemukan hasil bertentangan tentang peran keahlian
akuntansi dan keahlian non-akuntansi.
Krishnan dan Visvanathan (2008) meneliti komposisi audit komite
untuk sampel dari S & P 500 perusahaan, menemukan bahwa hanya
akuntansi keahlian keuangan, bukan-akuntansi non keahlian keuangan,
29
yang positif terkait dengan konservatisme, sifat dasar laporan keuangan.
Di sisi lain, Goh (2009) dalam Kusnadi, et.al. (2015), menemukan bahwa
hanya non-akuntansi keahlian keuangan, bukan selain akuntansi keahlian
keuangan, berhubungan positif dengan ketepatan waktu perusahaan
diremediasi kelemahan material dalam pengendalian internal. Selain itu
komite audit harus memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
4. Ukuran Perusahaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ukuran diartikan sebagai: (1)
Hasil mengukur; (2) panjang lebar, luas, besar sesuatu (3) bilangan yang
menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda; (4) Alat untuk mengukur (seperti
meter, jengkal,dll). Soemarso (2004) dalam Fajri (2013), ukuran perusahaan
adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau
badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna
memenuhi kebutuhan ekonomis manusia.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size nilai
pasar saham, jumlah karyawan dan lain-lain. Menurut Machfoedz (1999) dalam
Fajri (2013), pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori
yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm),
perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi
30
kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai
situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Secara teoritis, perusahaan yang lebih besar biasannya memiliki kepastian
(certainty) dan tingkat return yang lebih besar pula daripada perusahaan yang
relatif kecil sehingga mengurangi ketidakpastian atau risiko mengenai prospek
perusahaan ke depan, sehingga hal tersebut dapat membantu para investor dalam
memprediksi risiko yang mungkin akan terjadi jika investor tersebut berinvestasi
pada perusahaan tersebut. Firt dan Smit (1992) dalam Fajri (2013) menjelaskan
alasan perusahaan besar mampu lebih baik adalah karena memiliki kontrol yang
lebih baik terhadap pasar. Dengan demikian mereka mampu menghadapi
persaingan ekonomi atau rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
5. Leverage
Financial leverage adalah pembiayaan sebagian asset perusahaan melalui
hutang dengan tingkat pengembalian yang nilainya tetap yang diharapkan akan
meningkatkan laba para investor (Keown, 2000). Menurut Supriadi (2010),
leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban
tetap keuangan. Kurniawati (2015) menyatakan financial leverage dapat
meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan khususnya laba para investor.
Tingkat leverage sendiri menggambarkan tingkat kemampuan bertahan hidup
perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang. Konsep leverage keuangan juga
mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan
Menurut Sawir (2008) rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu
perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
31
segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi.
Rasio leverage merupakan rasio yang memperlihatkan tingkat aktifitas perusahan
yang dibiayai dari penggunaan utang. Perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi
berarti perusahaan tersebut sangat bergantung dari hutang dari pihak luar untuk
membiayai aktifitasnya.
Leftwitch, Watt dan Zimmerman (1981) dalam Karami dan Akhgar (2014)
menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki biaya
yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin
besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga
perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui
& Karpik, 1989 dalam Anugerah, 2010). Supaya laba yang dilaporkan tinggi
maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk
mengungkapkan informasi).
Dengan demikian mewakili lebih banyak permintaan untuk pengawasan.
Oleh karena itu, kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan struktur pendanaan
perusahaan. Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan
kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut
maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap
mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam
proses pembayaran (Cohen, 2003 dalam Karami dan Akhgar, 2014 ).
Teori agensi juga sangat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
rasio utang terhadap modal perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan. Ketika
32
rasio utang terhadap kenaikan modal, transfer kekayaan dilakukan dari pihak yang
diutamakan (kreditur, pemilik obligasi dan saham istimewa dari perusahaan) ke
seluruh pemegang saham perusahaan. Financial leverage dapat diukur dengan
degree of financial leverage (DFL), debt ratio (DR), total debt to equity ratio
(DER), dan time interest earned ratio (TIER).
B. Penelitian Sebelumnya
Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
terkait dengan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Sebelumnya
No Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Andrew J. Felo,
Srinivasan
Krishnamurthy,
Steven A. Soleiri
(2003)
Audit Committee
Characteristics and the
Perceived Quality of
Financial Reporting: An
Empirical Analysis
Ukuran Komite
Audit, Keahlian
Akuntansi
Komite Audit,
Kualitas Laporan
Keuangan
Jumlah Rapat
Komite Audit
Persentase anggota komite
audit yang memiliki keahlian
di bidang akuntansi atau
manajemen keuangan
berhubungan positif dengan
kualitas pelaporan keuangan.
Hubungan positif antara
ukuran komite audit dan
kualitas pelaporan keuangan.
2. Sugeng Pamudji
dan Aprillya
Trihartati (2010)
Pengaruh Independensi
Dan Efektivitas Komite
Audit Terhadap
Manajemen Laba
Jumlah Rapat
Komite Audit
Ukuran Komite
Audit, Keahlian
Akuntansi
Komite Audit
Perilaku komite audit tidak
berdampak secara signifikan
pada earnings management
3. Husam Aldamen,
Keith Duncan,
Simone Kelly,
Ray McNamara dan
Stephan Nagel
(2011)
Audit Committee
Characteristics and Firm
Performance during the
Global Financial Crisis
Ukuran Komite
Audit, Jumlah
Rapat Komite
Audit dan
Keahlian
Keuangan
Komite Audit
Kualitas
Laporan
Keuangan
Komite audit yang lebih kecil
dengan lebih banyak
pengalaman dan keahlian
keuangan lebih mungkin
terkait dengan kinerja
perusahaan yang positif di
pasar.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Nina Pertiwi (2012) Hubungan Antara
Performa Komite Audit
dengan Earnings Quality
Ukuran Komite
Audit, Jumlah
Rapat Komite
Audit
Kualitas
Laporan
Keuangan,
Keahlian
Akuntansi
Komite Audit
Performa komite audit yang
dinilai dengan independensi
memiliki pengaruh negatif
signifikan dengan earning
restatements
5. Eni Wuryani (2012) Company Size In Response
To Earnings Management
And Company
Performance
Ukuran
Perusahaan
Ukuran, Jumlah
Rapat, Keahlian
Keuangan
Komite Audit,
Kualitas
Laporan
Keuangan
Ada pengaruh signifikan dan
positif variabel ukuran
perusahan terhadap earning
management
6. Shehu Usman
Hassan (2013)
Financial Reporting
Quality, Does Monitoring
Characteristics Matter?
An Empirical Analysis of
Nigerian Manufacturing
Sector.
Ukuran Komite
Audit, Jumlah
Rapat Komite
Audit, Kualitas
Laporan
Keuangan,
Leverage
Keahlian
Akuntansi
Komite Audit,
Ukuran
Perusahaan
Komite audit menyiratkan
karakteristik pemantauan yang
mempengaruhi kualitas laporan
keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (lanjutan)
No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7. Nurul Mutmainnah
dan Ratna
Wardhani (2013)
Analisis Dampak Kualitas
Komite Audit Terhadap
Kualitas Laporan
Keuangan Perusahaan
Dengan Kualitas Audit
Sebagai Variabel
Moderasi
Ukuran Komite
Audit, Jumlah
Rapat, Keahlian
Akuntansi
Komite Audit
dan Leverage
Ukuran
perusahaan
Keahlian komite audit di
bidang keuangan
meningkatkan persistensi dan
prediktabilitas laba. Ukuran
komite audit berpengaruh
positif signifikan terhadap
persistensi dan berpengaruh
negatif terhadap prediktabilitas
laba dan konservatisme.
Jumlah rapat anggota komite
audit berpengaruh positif
signifikan terhadap persistensi,
prediktabilitas laba, dan
konservatisme.
8. Afshar Karami dan
Mohammadomid
Akhgar (2014)
Effect of Company’s Size
and Leverage Features in
The Quality of Financial
Reporting of Companies
Listed in Tehran Stock
Exchange
Ukuran
Perusahaan dan
Leverage
Ukuran, Jumlah
Rapat dan
Keahlian
Akuntansi
Komite Audit
Ukuran Perusahaan
berpengaruh negative terhadap
kualitas laporan keuangan.
Leverage berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (lanjutan)
No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9.
Yuanto Kusnadi,
Kwong Sin Leong,
Themin Suwardy,
Jiwei Wang (2015)
Audit Committees and
Financial Reporting
Quality in Singapore
Ukuran Komite
Audit dan
Keahlian
Akuntansi
Komite Audit
Jumlah rapat
komite audit,
ukuran
perusahaan,
leverage
Kualitas pelaporan keuangan
akan lebih bernilai tinggi jika
komite audit memiliki keahlian
dalam akuntansi, keuangan dan
pengawasan
Sumber : Data yang diolah
37
Variabel Independen
Efektivitas Komite Audit
Variabel Dependen
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Terjadinya skandal laporan keuangan dengan pelaporan keuangan yang menyesatkan
2. Jumlah Rapat (X2)
(Aldamen et.al, 2011) (Pamudji et.al,
2010) (Hassan, 2013)
Kualitas Laporan
Keuangan (Y)
(Choi, et al.) (2011)
(Hassan) (2013)
(Kusnadi, et al.) (2015)
Purposive Sampling
Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi (AdjR2)
1. Uji Multikolinearitas Uji Hipotesis
2. Uji Autokorelasi 1. Uji F
3. Uji Heterokedastisitas 2. Uji t
Kesimpulan dan Saran
Pembahasan
1. Ukuran Komite Audit (X1)
(Felo et.al, 2003) (Aldamen et.al,
2011) (Mutmainnah et.al, 2013)
(Hassan, 2013)
3. Keahlian Akuntansi Komite
Audit (X3)
(Aldamen et.al, 2011) (Badolato,
et.al, 2014) (Kusnadi, et.al, 2015)
4. Ukuran Perusahaan (X4)
(Karami dan Akhgar, 2014)
5. Leverage (X5)
(Fanani, 2009) (Hidayat, 2012)
38
D. Keterkaitan Antara Variabel
1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Anderson et al. (2003) menemukan bahwa semakin kecil komite audit
maka akan semakin meningkat kualitas laba yang dilaporkan. Penelitian
Felo, et al. (2003) menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran
komite audit dan kualitas laporan keuangan. Sementara, menurut Hassan
(2013), komite audit yang lebih besar lebih mungkin untuk dapat
mencurahkan waktu dan usaha yang cukup untuk memastikan bahwa
informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan yang akurat dan tepat
waktu dan karenanya meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.
Lin dan Yang (2006) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013)
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dalam
sebuah perusahaan, maka kesalahan dalam laporan keuangan akan semakin
kecil. Dengan semakin banyaknya anggota komite audit dalam suatu
perusahaan, cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang
dihadapi perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan
kualitas laporan keuangan.
2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Treadway Commission (National Commission on Fraudulent Financial
Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993), SEC Chairman Levitt
(1998) , dan The Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) menyarankan agar
komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk
39
komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor. Hal ini
memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya
(Barua, 2010). Bryan et al. (2004) menemukan bahwa efektivitas atas komite
audit direkomendasikan untuk meningkatkan pengawasan komite audit dari
proses pelaporan laporan keuangan dan menyarankan elemen Sarbanes-Oxley
Act untuk meningkatkan kualitas laba.
Menon dan William (1994) dalam Hassan (2013) menyatakan komite
audit yang bertemu hanya sekali tidak mungkin memonitor secara efektif
sementara komite audit yang bertemu beberapa kali mengerahkan upaya yang
lebih serius dalam pengelolaan pemantauan yang meningkatkan kualitas
informasi keuangan yang akan dilaporkan. Penelitian Tiras (2004) dalam
Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyatakan bahwa komite audit yang
mengadakan rapat atau pertemuan secara teratur akan berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Jumlah rapat ini
memproksikan monitoring. Semakin tingginya intensitas rapat yang
dilakukan oleh komite audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan
semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan.
3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Kusnadi, et. al (2015) menyatakan salah satu tugas utama komite
audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka anggota
komite audit yang memiliki keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi)
40
tentunya lebih efektif dalam memonitor manajemen dalam praktek pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi.
Sementara, Aldamen, et al. (2011) menyatakan komite audit yang memiliki
lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait
dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar.
Anggota komite audit seharusnya memiliki kemampuan dan keahlian
dalam bidang keuangan dan akuntansi. Hal ini diharapkan agar komite audit
dapat memperbaiki pengerjaan kualitas laporan keuangan (Salehi, et.al,
2012). Zhang et al. (2007) menggunakan kelemahan pengendalian internal
sebagai ukuran kualitas pelaporan keuangan menemukan bahwa perusahaan
lebih mungkin memiliki kelemahan pengendalian internal jika komite audit
mereka memiliki keahlian keuangan. Penelitian terdahulu juga menunjukkan
bahwa komite audit dengan tingkat keahlian di bidang akuntansi dan
keuangan akan berpengaruh positif terhadap kualitas informasi keuangan
yang disajikan perusahaan (McDaniel, 2004) dalam Mutmainnah dan
Wardhani (2013)
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Chtourou dan Courteau (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan
di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil. Sedangkan penelitian di
Indonesia oleh Siregar dan Utama (2006) menemukan bahwa ukuran
perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar
41
ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap
besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin
kecil besaran pengelolaan labanya.
Berbeda dengan penelitan yang sebelumnya, Nasution dan Setiawan
(2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Peningkatan leverage akibat aktivitas pinjaman mungkin berdampak
terhadap earnings management behavior. Makin lama perusahaan
memungkinkan makin kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan keuangan
dan akan mempunyai sedikit variabilitas dalam akrual (Gu et.al, 2002 dalam
Fanani, 2009). Manajer memiliki insentif laporan keuangan yang berkualitas
tinggi seiring dengan peningkatan konflik agensi antara shareholder dengan
debtholder yang timbul dari jumlah leverage pada struktur modal
perusahaan (Barton dan Waymire, 2004 dalam Hidayat, 2012).
Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan
kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki
kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan
perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran
(Cohen, 2003). Penelitian Karami dan Akhgar (2014) menunjukkan bahwa
leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
42
6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Komite audit yang efektif melalui ukuran, jumlah rapat dan
keahlian akuntansi dapat meningkatkan fungsi pengawasannya terhadap
kualitas laporan keuangan perusahaan. Adanya pengawasan ini juga dapat
mengontrol arus kas pada laporan keuangan untuk menciptakan persistensi
laba yang baik, sehingga tingkat ketergantungan perusahaan pada hutang
(leverage) tidak terlalu tinggi. Jika tingkat leverage perusahaan tidak
terlalu tinggi, maka kestabilan perusahaan dapat tercapai. Perusahaan yang
stabil umumnya merupakan perusahaan besar yang mampu meningkatkan
kualitas laporan keuangan. Dengan demikian, efektivitas komite audit,
ukuran perusahaan dan leverage secara simultan dapat meningkatkan
kualitas laba, yang berarti meningkatkan kualitas laporan keuangan.
43
E. Hipotesis
Adapun perumusan hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
H1 : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H2 : Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan
H3 : Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
H5 : Leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
H6 : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi
__komite audit, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara
__simultan terhadap kualitas laporan keuangan
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu ukuran komite
audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran
perusahaan, dan leverage terhadap variabel dependen, yaitu kualitas laporan
keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sektor real estate property
dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan
metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan
kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria
sebagai berikut:
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
bergerak di sektor real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan tidak mengalami delisting pada 2010-2014.
45
2. Laporan tahunan yang dipublikasikan tersedia lengkap periode 2010-
2014
3. Laporan tahunan yang dipublikasikan memiliki informasi yang
konsisten (mencantumkan jumlah pertemuan komite audit dalam
setahun) pada periode 2010-2014
4. Laporan tahunan yang tersedia mengungkapkan profil komite audit
secara lengkap.
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan salah stau faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dalam memperoleh
data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian
pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan tahunan, laporan keuangan
auditan dan Indonesia Capital Market Directory perusahaan real
estate, property dan konstruksi dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun
2010 sampai dengan 2014 yang telah dipublikasikan secara lengkap.
46
Data dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari
sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan
penghitungan. Data-data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia www.idx.co.id dan website perusahaan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Analisis kuantitatif
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dengan bantuan SPSS 21. Analisis ini menggunakan teknik statistik
deksriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik. Adapun metode yang
digunakan peneliti yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, dan range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang
berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian
(Imam Ghozali, 2013:19).
47
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji asumsi klasik
lainnya. Hal ini dikarenakan data yang baik dan layak untuk digunakan adalah
data yang berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengukur
apakah didalam model regresi variabel independen dan variabel dependen
keduanya memiliki distribusi normal atau mendekati mormal. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis
akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi
normal (Ghozali, 2013:30).
Penelitian ini mengunakan Uji Statistik Kolomogorov Sminorv untuk
mengetahui normal atau tidaknya data. Data dikatakan normal jika nilai
probabilitas yang dihasilkan (asymp sig.) lebih besar dari nilai
siginifikansinya. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%.
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko).
48
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (Imam Ghozali, 2013:105).
Menurut Ghozali (2013:105) multikolinearitas dapat juga diihat
dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang disajikan
oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel
bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/tolerance)
dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang
umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di
atas 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih
dapat ditolerir. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan nilai VIF.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam
Ghozali, 2013:110). Uji autokorelasi dilakukan dengan Durbin Watson
(DW test)
Menurut Ghozali, pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut :
49
1) Jika 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif sehingga
keputusan yang diambil adalah tolak.
2) Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif
sehingga tidak ada keputusan yang dapat diambil.
3) Jika 4-dl < d < 4, maka tidak ada korelasi negatif sehingga
keputusan yang diambil adalah tolak.
4) Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, maka tidak ada korelasi negatif
sehingga tidak ada keputusan yang dapat diambil.
5) Jika du < d < 4-du, maka tidak ada autokorelasi postif atau
negatif sehingga keputusan yang dapat diambil adalah tidak
ditolak.
d. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke
pangamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik bersifat
homokedastisitas dan tidak heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2013:139).
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan Uji
Glejser dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik, maka ada
indikasi terjadi Heterokedastisitas. Tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 0,01.
50
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
Koefisien Determinasi (R2) adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Koefisien
Determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013:97). Tetapi, penggunaan koefisien determinasi (R2)
memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model. Jadi, setiap tambahan satu variabel
independen, maka koefisien determinasi (R2) akan meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan nilai adjusted
R2, untuk mengevaluasi model regresi (Ghozali, 2013:97)
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis data yang
valid dan mendukung hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model persamaan regresi berganda. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
51
Keterangan :
Y : Kualitas Akrual
α : Konstanta
β : Koefisien variabel
X1 : Ukuran Komite Audit
X2 : Jumlah rapat Komite Audit
X3 : Keahlian Akuntansi Komite Audit
X4 : Ukuran Perusahaan
X5 : Leverage
ε : Error term
Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian uji F dan uji t.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statisitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen/bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik
F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2013:98). Jika
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak/Ha diterima, hal ini
berarti bahwa semua variabel independen secara bersama-sama dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak/Ha ditolak,
hal ini berarti bahwa semua variabel independen tidak mempunyai
52
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013:98).
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual menerangkan variasi variabel dependen dan
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen, secara individual terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:98). Langkah yang
digunakan dalam menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5%
atau (α) = 0,05.
Jika sign t > 0,05 maka Ha ditolak, namun jika sign t < 0,05 maka
Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2013:99).
E. Operasionalisasi Variabel
Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan
menjadi dua kelompok variabel, yaitu variabel bergantung (dependent variable)
dan variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung pada penelitian
ini adalah kualitas laporan keuangan, dan yang menjadi variabel bebas adalah
ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit,
ukuran perusahaan dan leverage.
53
1. Kualitas Laporan Keuangan
Penelitian Francis et al. (2005) dalam Fanani (2009) menunjukkan
atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya atau
tidak terjadi tumpang tindih (overlap) antar atribut kualitas pelaporan
keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas akrual menduduki urutan
pertama atau lebih unggul dibandingkan dengan atribut lainnya. Variabel
dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitas laporan
keuangan yang diukur menggunakan kualitas akrual model Dechow dan
Dichev (2002). Dasar Dechow dan Dichev Model mengasumsikan bahwa
kualitas akrual tergantung pada bagaimana tepatnya akrual saat mengarah ke
masa lalu, arus kas sekarang dan masa depan. Presisi tinggi pada pemetaan
akrual saat ini dan arus kas menunjukkan kualitas pelaporan keuangan yang
tinggi.
ΔWCt = a0 + a1CFOt-1 + a2CFOt + a3CFOt+1 + ε t
ΔWC : change in working capital (ΔPiutang Usaha + ΔPersediaan –
ΔUtang Usaha + ΔAsset lainnya) dibagi rata rata asset
CFO : arus kas dibagi rata rata asset
Residual untuk model DD dimodifikasi setelah memasukkan data
perusahaan sampel mewakili kualitas laporan keuangan. Diasumsikan
bahwa standar deviasi residual tinggi (besar) menunjukkan kualitas laba
rendah, sehingga persistensi laba juga rendah. Sebaliknya, jika standar
deviasi residual rendah (kecil) menunjukkan kualitas laba tinggi, dan
persistensi laba juga tinggi.
54
2. Ukuran Komite Audit
Ukuran Komite Audit juga menjadi hal yang penting. Seberapa
efektif komite audit dapat berjalan dengan adanya jumlah anggota komite
audit, karena tingkat efektivitas komite Audit juga dapat dinilai dari jumlah
anggota Komite Audit. Ukuran komite audit dapat diukur dengan jumlah
anggota komite audit (Anderson et al., 2003).
3. Jumlah Rapat Komite Audit
BRC (Bryan et al., 2004) menekankan bahwa kualitas laba
dipengaruhi oleh peran komite audit yang independen dan efektif dalam
melakukan tugasnya. Berdasarkan BAPEPAM-LK Nomor: KEP-
643/BL/2012, mensyaratkan komite audit mengadakan rapat secara berkala
paling kurang satu kali dalam 3 (tiga) bulan atau empat kali rapat dalam satu
tahun. Jumlah rapat komite audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah
rapat yang dilakukan komite audit selama satu tahun (Bryan et al., 2004 dan
Pamudji et al., 2010)
4. Keahlian Akuntansi Komite Audit
Salah satu tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses
keuangan perusahaan, maka anggota komite audit yang memiliki keahlian
keuangan (terutama keahlian akuntansi) tentunya lebih efektif dalam
memonitor manajemen dalam praktek pelaporan keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Keahlian keuangan
komite audit diklasifikasikan dalam keahlian akuntansi dan keahlian
keuangan. Sistem klasifikasi keahlian keuangan anggota komite audit
55
banyak digunakan dalam literatur yang ada (seperti DeFond, 2005 ;
Krishnan et.al, 2008; dan Dhaliwal, Naiker dan Navissi 2010) dalam
Kusnadi (2015). Klasifikasi pertama adalah dua kelompok yang berbeda:
akuntansi ahli keuangan dan non-akuntansi ahli keuangan. Akuntansi ahli
keuangan (ACCT) diklasifikasikan sebagai anggota komite audit yang
bersertifikat akuntan publik (CPA) atau dengan pengalaman kerja
sebelumnya sebagai chief financial officer (CFO), vice president of finance,
financial controller, atau posisi akuntansi utama lainnya.
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari
jumlah asset, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-rata total asset.
Umumnya, ukuran perusahaan diukur dari batasan-batasan dari organisasi
yang dibentuk (Kumar, Raghuram, Zingales, 1999 dalam Wuryani, 2012).
Suci dan Herawaty (2005) dalam Wuryani (2012) menetapkan
ukuran perusahaan dalam skala besar yang mana salah satunya dapat
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, termasuk total asset dan nilai
kapitalisasi pasar. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur
menggunakan logaritma natural dari nilai kapitalisasi pasar. Nilai
kapitalisasi pasar merupakan jumlah saham yang beredar dikali dengan
harga saham.
56
6. Leverage
Menurut Irham Fahmi (2011), rasio leverage adalah mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Secara umum, Irham
Fahmi menyatakan ada beberapa rasio leverage yang dapat dijadikan
sebagai metode pengukuran financial leverage, yaitu debt to total assets,
debt to equity ratio, times interest earned, cash flow coverage, long-term
debt to total capitalization, fixed charge coverage, dan cash flow
adequency. Pada penelitian ini, leverage akan diukur dengan debt to total
assets atau debt asset ratio.. Ini merupakan perbandingan total hutang
dibagi dengan total asset.
57
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Pengukuran
Ukuran Komite Audit (X1)
(Felo, et al. 2003) (Aldamen,
et.al, 2011)
Jumlah anggota komite audit Nominal
Jumlah Rapat Komite Audit
(X2)
(Aldamen, et.al, 2011)
(Pamudji et.al, 2010)
Jumlah rapat atau pertemuan
komite audit dalam setahun
Nominal
Keahlian Akuntansi Komite
Audit (X3)
(Kusnadi, et al., 2015)
Angka 1 diberikan jika paling
tidak 1 komite audit bersertifikat
akuntan publik (CPA) atau
memiliki pengalaman kerja di
KAP atau sebagai CFO, vice
president of finance, financial
controller dan 0 jika tidak.
Nominal
Ukuran Perusahaan (X4)
(Karami, et al., 2014)
Logaritma Natural Kapitalisasi
Pasar
Nominal
Leverage (X5)
(Fanani, 2009) (Hidayat, 2012)
Debt Asset Ratio Rasio
Kualitas Laporan Keuangan
(Y)
(Kusnadi, et al., 2015)
(Hassan, 2013)
Kualitas Akrual Model Dechow
dan Dichev.
Nominal
Sumber : Data yang diolah
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan real estate, property dan konstruksi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2014.
Perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari
2010 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek
Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat
pengaruh efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap
kualitas laporan keuangan.
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak
25 perusahaan dengan total data 125 laporan tahunan. Perolehan data yang
digunakan melalui website www.idx.co.id. Proses seleksi sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan real estate, property dan konstruksi yang
terdaftar pada 2010-2014 di BEI dan tidak delisting pada
periode tersebut
45
2. Tidak memiliki laporan tahunan yang lengkap periode
2010-2014
(3)
3. Tidak memiliki laporan tahunan yang konsisten (tidak
mencantumkan jumlah rapat komite audit) periode 2010-
2014
(7)
4. Tidak mencantumkan profil komite audit secara lengkap (10)
5. Jumlah perusahaan sampel 25
Jumlah sampel total selama 5 tahun 125
Sumber : Data sekunder yang diolah
59
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1. ADHI PT. Adhi Karya, Tbk.
2. ASRI PT. Alam Sutera Realty, Tbk.
3. BCIP PT. Bumi Citra Permai, Tbk.
4. BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk.
5. COWL PT. Cowell Development, Tbk.
6. CTRP PT. Ciputra Property, Tbk.
7. CTRS PT. Ciputra Surya Tbk.
8. DART PT. Duta Anggada Realty, Tbk.
9. DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
10. DILD PT. Intiland, Tbk.
11. DUTI PT. Duta Pertiwi, Tbk.
12. ELTY PT. Bakrieland Development, Tbk.
13. GMTD PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk.
14. GPRA PT. Perdana Gapuraprima, Tbk.
15. KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk.
16. KPIG PT. MNC Land, Tbk.
17. LPCK PT. Lippo Cikarang, Tbk.
18. LPKR PT. Lippo Karawaci, Tbk.
19. OMRE PT. Indonesia Prima Property, Tbk.
20. PTPP PP (Persero), Tbk.
21. PWON PT. Pakuwon Jati, Tbk.
22. SMDM PT. Suryamas Dutamakmur
23. SMRA PT. Summarecon Agung, Tbk.
24 SSIA PT. Surya Semesta Internusa, Tbk.
25. TOTL PT. Total Bangun Persada, Tbk.
Sumber : Data sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
pengaruh variabel independen (ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit,
60
keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage) terhadap
kualitas laporan keuangan.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 125 data
observasi untuk perusahaan real estate, property dan konstruksi yang berasal dari
perkalian antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014 dengan
jumlah perusahaan sampel 25 perusahaan.
Berikut tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif untuk
perusahaan sektor real estate, property dan konstruksi sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ACSIZE 125 2.00 4.00 2.9680 .25196
AC_MEET 125 1.00 4.00 1.4880 .76849
ACCT 125 .00 1.00 .6800 .46835
FSIZE 125 23.54 30.84 28.2576 1.47533
LEV 125 .07 .85 .4812 .18031
FRQ 125 -3.48 3.93 .0006 .98825
Valid N
(listwise)
125
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis variabel independen dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran komite audit (ACSIZE)
menunjukkan nilai minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 4 dengan
rata-rata 2,968 dan standar deviasi 0,25196. Hasil analisis variabel independen
terhadap jumlah rapat komite audit (AC_MEET) menunjukkan nilai minimum
61
sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 4 dengan rata-rata 1,4880 dan standar
deviasi 0,76849. Hasil analisis variabel independen terhadap keahlian akuntansi
komite audit (ACCT) menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum
sebesar 1 dikarenakan variabel ini merupakan dummy. Sementara nilai rata-rata
sebesar 0,68 dan standar deviasi 0,46835.
Hasil analisis variabel independen terhadap ukuran perusahaan (FSIZE)
menunjukkan nilai minimum sebesar 23,54 dan nilai maksimum sebesar 30,84
dengan rata-rata 28,2576 dan standar deviasi 1,47533. Hasil analisis variabel
independen terhadap leverage (LEV) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,07
dan nilai maksimum sebesar 0,85 dengan rata-rata 0,4812 dan standar deviasi
0,18031. Hasil analisis variabel dependen terhadap kualitas laporan keuangan
yang diukur dengan kualitas akrual (FRQ) menunjukkan nilai minimum sebesar -
3,48 dan nilai maksimum sebesar 3,93 dengan rata-rata 0,0006 dan standar deviasi
0,98825.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data
menggunakan uji Kolmogrov dan Smirnov. Selengkapnya mengenai hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 4.7 pada halaman selanjutnya.
62
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 125
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .92457853
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .079
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z 1.033
Asymp. Sig. (2-tailed) .236
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.7, nilai Kolomogorov-Smirnov adalah 1,033 dan
signifikansi sebesar 0,236. Data terdistribusi normal bila signifikansinya lebih
besar dari alpha (α=5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal karena 0,236 > 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas ini dilihat dari nilai tolerance (T) dan variance
inflation factor (VIF). Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
terdapat korelasi antar variabel independen yaitu ukuran komite audit
(ACSIZE), jumlah rapat komite audit (AC_MEET), keahlian akuntansi
komite audit (ACCT), ukuran perusahaan (FSIZE), dan leverage (LEV).
Hasil uji multikolonieritas pada penelitian ini tampak pada tabel 4.4 berikut
63
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
ACSIZE .952 1.050
AC_MEET .829 1.207
ACCT .902 1.109
FSIZE .919 1.088
LEV .860 1.163
a. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai tolerance berkisar antara 0,0829 sampai
0,952 dan nilai VIF berkisar antara 1,050 sampai 1,207. Hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak
baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan
64
ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW).
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .336a .113 .076 .95015 2.016
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
b. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menyatakan bahwa autokorelasi
tidak terjadi jika nilai du < DW < 4-du, dimana nilai DW berada di antara
nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji
autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 2,016 Nilai tersebut berada
diantara nilai du dan 4-du dimana nilai DW lebih besar dari (du) 1,802 dan
kurang dari (4-du) 2,198 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak
mengandung gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah
heteroskedastitisitas (homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini
menggunakan uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk
heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 pada halaman selanjutnya.
65
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients T Sig.
B Std. Error
1
(Constant) .788 1.304 .605 .547
ACSIZE .204 .235 .868 .387
AC_MEET .192 .083 2.320 .022
ACCT -.082 .130 -.631 .529
FSIZE -.045 .041 -1.092 .277
LEV .578 .346 1.672 .097
a. Dependent Variable: AbsFRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan table 4.6, nilai signifikan seluruh variabel berada di atas
tingkat signifikansi (α = 1%). Hal ini menandakan bahwa tidak terjadi problem
heteroskedastisitas karena telah memenuhi kriteria nilai signifikansi di atas 1%.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada model regresi berganda, penggunaan adjusted R2, atau koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen bila
dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi). Kelemahan dalam
menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model. Selengkapnya hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat pada table 4.8 berikut
66
Tabel 4.8
Hasil Uji Adjusted R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .336a .113 .076 .95015
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
b. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Tabel 4.8 di atas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,076 yang
berarti, hanya 7,6% variabel dependen (FRQ) dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen (ACSIZE, AC_MEET, ACCT, FSIZE, LEV). Hal ini
menandakan masih lemahnya kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Sementara sisanya, 92,4% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Menurut Fanani
(2009), faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
adalah volatilitas penjualan, kinerja perusahaan, dan klasifikasi industri.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan
melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai
hasil uji F penelitian dapat dilihat di halaman selanjutnya.
67
Tabel 4.9
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 13.671 5 2.734 3.029 .013b
Residual 107.431 119 .903
Total 121.102 124
a. Dependent Variable: FRQ
b. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
Sumber : Data Sekunder yang diolah
H6 : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian
akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan
keuangan.
Berdasarkan tabel 4.9, nilai F hitung sebesar 3,029 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,013. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat
digunakan untuk menilai kualitas laporan keuangan karena nilai signifikansi
kurang dari alpha (α=5%). Maka dapat disimpulkan H6 dapat diterima. Hal ini
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara ukuran
komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit,
ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Adapun
68
tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05.
Selengkapnya mengenai hasil uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.10 berikut
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3.778 1.926 -1.961 .052
ACSIZE .721 .347 .184 2.077 .040
AC_MEET -.318 .122 -.247 -2.604 .010
ACCT -.367 .192 -.174 -1.913 .058
FSIZE .076 .060 .114 1.267 .208
LEV .416 .510 .076 .815 .417
a. Dependent Variable: FRQ
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.10, koefisien model regresi
memiliki nilai konstanta sebesar -3.778 dengan nilai t hitung sebesar -1.961
dan nilai sig 0.052. dari tabel tersebut, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
FRQ = -3.778 + 0.721ACSIZE – 0.318AC_MEET – 0.367ACCT +
0.076FSIZE + 0.416LEV
Nilai konstanta model persamaan regresi adalah -3.778. Artinya, jika
variabel ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi
komite audit, ukuran perusahaan dan leverage dianggap konstan, maka kualitas
laporan keuangan yang diukur menggunakan kualitas akrual sebesar -3.778.
69
H1 : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan
bahwa variabel ukuran komite audit (ACSIZE) berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien
0,721 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0.05 dan
nilai t hitung sebesar 2,077. Regresi berganda secara individual dapat
disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan ukuran komite audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan diterima.
H2 : Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel jumlah rapat
komite audit (AC_MEET) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,318 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar
-2,604. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2 yang
menyatakan jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan diterima.
H3 : Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel keahlian
akuntansi komite audit (ACCT) berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,367 dengan nilai
70
signifikansinya sebesar 0,058 lebih besar dari α = 0.10 dan nilai t hitung
sebesar -1,913. Regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa
H3 yang menyatakan keahlian akuntansi komite audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan diterima.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan.
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan (FSIZE) tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,076 dengan nilai signifikansinya
sebesar 0,208 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar 1,267. Regresi
berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
ditolak, karena tidak berpengaruh.
H5 : Leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel leverage
(LEV) tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini dapat
dilihat pada nilai koefisien 0,416 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,417
lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung sebesar 0,815. Regresi berganda
secara individual dapat disimpulkan bahwa H5 yang menyatakan efektivitas
komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
ditolak, karena tidak berpengaruh.
71
C. Pembahasan
1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel ukuran komite audit
(ACSIZE) sebesar 0,040 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan
bahwa ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Maka, hipotesis pertama diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusnadi (2015), Hassan
(2013) dan Felo, et.al. (2003) yang menyatakan ukuran komite audit
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin
besar ukuran komite audit, maka akan semakin banyak tenaga dan waktu
yang dicurahkan terhadap pengawasan laporan keuangan. Dengan demikian,
laporan keuangan akan terhindar dari bias dan kesalahan. Hal ini akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Mutmainnah dan
Wardhani (2013), yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah komite
audit, maka cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang
dihadapi perusahaan menjadi lebih baik.
Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan Pertiwi (2012) dan
Aldamen (2011) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit tidak
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
72
2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel jumlah rapat komite
audit (AC_MEET) sebesar 0,010 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menandakan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis kedua diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mutmainnah dan Wardhani
(2013), Hassan (2013) dan Aldamen, et al. (2011) yang menyatakan jumlah
rapat komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Semakin tingginya intensitas rapat yang dilakukan oleh komite
audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan semakin baik dan hal
tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Hal ini
dikarenakan aktivitas monitoring yang dilakukan dengan lebih intensif dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan atau bias dalam laporan keuangan.
Menon dan Wiliams (1994) dalam Hassan (2013) menyatakan komite
audit yang melakukan pertemuan beberapa kali mengerahkan upaya lebih
serius dalam pengelolaan pemantauan sehingga melindungi pendapatan
manipulasi yang meningkatkan kualitas informasi keuangan yang akan
dilaporkan. Sehingga semakin tinggi intensitas rapat, semakin kecil terjadinya
bias dalam laporan keuangan.
73
3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel keahlian akuntansi
komite audit (ACCT) sebesar 0,058. Nilai ini lebih kecil dari significance
level 0,10. Hal ini menandakan bahwa keahlian akuntansi komite audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Maka, hipotesis
ketiga diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Badolato (2014), Soliman
et.al (2014), Mutmainnah dan Wardhani (2013) dan Aldamen, et al. (2011)
yang menyatakan keahlian akuntansi komite audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Semakin tingginya keahlian yang
dimiliki oleh komite audit akan berdampak langsung kepada persistensi laba
yang dihasilkan perusahaan. Semakin tingginya keahlian komite audit, maka
akan meningkatkan kemungkinan untuk dapat mendeteksi adanya manajemen
laba dalam laporan keuangan (Badolato, 2014).
Keahlian komite audit dalam akuntansi ini dibutuhkan dalam
menjalankan beberapa fungsinya seperti melakukan penelaahan atas
informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik
kepada publik dan/atau pihak otoritas (Mutmainnah dan Wardhani, 2013).
Semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian akuntansi pada
suatu emiten, maka semakin kecil bias atau kesalahan yang ada dalam laporan
keuangan, sehingga meningkatkan kualitas laporan keuangan.
74
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel ukuran perusahaan
(FSIZE) sebesar 0,208 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Maka, hipotesis keempat ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat dan Elisabet
(2012), Mutmainnah dan Wardhani (2013) dimana variabel ukuran
perusahaan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Ketika ukuran perusahaan semakin besar maka cenderung
sulit untuk mempertahankan laba per lembar sahamnya di masa mendatang
karena banyaknya faktor eksternal yang ada ketika perusahaan semakin besar
seperti perundang-undangan, perpajakan, dan persaingan usaha lainnya
sehingga laba akan cukup sulit untuk direfleksikan terus menerus ke periode
mendatang.
Tetapi, bersebrangan dengan hasil penelitian Fanani (2009), Wuryani
(2012) dan Karami dan Akhgar (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang digunakan dalam penelitiaan memiliki
perbedaan secara klasifikasi industri, dimana penelitian sebelumnya
menerapkan pada perusahaan manufaktur. Sementara pada penelitian ini
menerapkan pada perusahaan real estate, property dan konstruksi. Selain itu,
perusahaan yang besar memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi
lebih baik yang dapat menyebabkan kesalahan estimasi yang ditimbulkan
75
besar namun mereka banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan
menghadapi biaya politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil.
5. Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan tabel 4.10, nilai signifikan variabel leverage (LEV)
sebesar 0,417 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa ukuran
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Maka, hipotesis kelima ditolak.
Hasil ini tidak mendukung penelitian Fanani (2009), Mutmainnah
et.al (2013), Hassan (2013) dan Karami et.al (2014) yang menyatakan
leverage berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas pelaporan
keuangan. Bila tingkat hutang perusahaan makin tinggi, maka laba
perusahaan akan semakin kecil terefleksikan dalam arus kas masa mendatang.
Sementara menurut Hassan (2013), semakin tinggi leverage, maka
perusahaan akan semakin memaksimalkan dalam meningkatkan kualitas
laporan keuangan.
Penulis beranggapan hasil penelitian ini tidak mendukung dengan
penelitian sebelumnya dikarenakan sektor objek penelitan yang berbeda. Jika
pada penelitian sebelumnya diterapkan pada perusahaan manufaktur, maka
penelitian ini diterapkan pada perusahaan real estate, property dan
konstruksi. Ketidaksamaan industri ini dianggap menghasilkan
ketidaksamaan dana yang dibutuhkan dalam proses produksi, sehingga
berbeda juga pembiayaan yang dibutuhkan.
76
Namun, hasil ini sejalan dengan penelitian Aldamen et.al (2011),
Hidayat dan Elisabet (2012) yang menyatakan leverage perusahaan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan
faktorial. Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk
mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor namun tidak
semua perusahaan mampu melakukan aktivitas ini karena sangat tergantung
pada kredibilitas perusahaan.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan
efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas
laporan keuangan perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014. Berdasarkan, hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan menggunakan regresi berganda pada 25
perusahaan sampel, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kusnadi (2015),
Mutmainnah dan Wardhani (2013), Hassan (2013), dan Felo, et.al (2003).
2. Jumlah rapat komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Mutmainnah dan
Wardhani (2013), Hassan (2013) dan Aldamen, et al. (2011).
3. Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Badolato
(2014), Soliman et.al (2014), Mutmainnah dan Wardhani (2013),
Aldamen, et al. (2011).
4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hidayat dan Elisabet
(2012), Mutmainnah dan Wardhani (2013).
78
5. Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Aldamen, et.al (2011),
Hidayat dan Elisabet (2012)
6. Efektivitas komite audit yang dalam hal ini adalah ukuran komite audit,
jumlah rapat komite audit dan keahlian akuntansi komite audit, ukuran
perusahaan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap kualitas
laporan keuangan.
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian ini menggunakan variabel ukuran komite audit, jumlah rapat
dan keahlian akuntansi komite audit sebagai komponen efektivitas komite
audit. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunkan variabel lain
untuk efektivitas komite audit, seperti keberadaan piagam charter komite
audit.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan real estate, property dan
konstruksi sehingga hasilnya tidak general. Untuk penelitan selanjutnya,
sebaiknya juga dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia sehingga hasilnya lebih general.
3. Penelitian ini hanya berfokus pada efektivitas komite audit yang diperoleh
dari laporan tahunan (data sekunder). Untuk penelitian selanjutnya,
79
disarankan untuk melakukan wawancara pada salah satu anggota komite
audit untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan langsung.
4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan proksi lain dari kualitas
laporan keuangan seperti persistensi laba atau konservatisme.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aldamen, H., Duncan, K., Kelly, S., McNamara, R., & Nagel, S. (2011). Audit
Committee Characteristics And Firm Performance During The Global
Financial Crisis. Accounting & Finance, 52(4).
Anderson, Kristen L, Daniel N. Deli, dan Stuart L. (2003). Gillan. Boards of
Directors, Audit Committees, and The Information Content of Earnings.
Working Paper Series University of Delaware 2003.
Anugerah, R., Hutabarat, R., & Faradilla, W. (2010). Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Listing Di BEI. Jurnal Ekonomi, 18
Awalia, A., & Daljono, D. (2014). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas
Pelaporan Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai
Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Badolato, P. G., Donelson, D. C., & Ege, M. (2014). Audit Committee Financial
Expertise And Earnings Management: The Role Of Status. Journal of
Accounting and Economics, 58(2).
Barua, Abhijit, Dasartha V Rama, dan Vineeta Sharma. (2010). Audit Committee
Characteristics and Investment in Internal Auditing. J. Account. Public
Policy ELSEVIER.
Bradbury, M.E., Y.T. Mak, dan S.M. Tan. (2004) Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals. Working Paper,
Unitec New Zealand and National University of Singapore.
Bryan, D. M., Liu, C., & Tiras, S. L. (2004). The Influence Of Independent And
Effective Audit Committees On Earnings Quality. SSRN Electronic
Journal.
Braiotta, Louis. (2004). The Audit Committee Handbook. Fourth Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons.
Choi, T.H dan Pae, Jinhan. (2011). Business ethics and financial reporting
quality: Evidence from Korea. Journal of Business Ethics, 103(3).
Chtourou, M S., Bedard, J., & Courteau, L. (2001). Corporate Governance And
Earnings Management. Corporate Governance And Earnings
Management.
81
Cohen, D. A. (2003). Quality Of Financial Reporting Choice: Determinants And
Economic Consequences. Available at SSRN 422581.
Dechow, P. and I. D. Dichev. (2002). The Quality of Accruals and Earnings: The
Role of Accruals Estimation Errors. The Accounting Review
77(Supplement).
Dechow, P., Ge, Weili., Larson, Chad R., Sloan, Richard G. (2010). Predicting
Material Accounting Misstatements. Contemporary Accounting Research,
28, pp. 17-82.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Fajri, N.S. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Dan
Konsentrasi Pasar Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal
Universitas Negeri Padang
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Agency Problems and Residual Claims.
Journal of law and Economics, 327-349.
Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan
Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Fanani, Z., Ningsih, Sri., dan Hamidah. (2009). Faktor-faktor Penentu Kualitas
Pelaporan Keuangan Dan Kepercayaan Investor. Jurnal SNA 2009
Felo, A.J., S.A. Solieri and Krihsnamurthy. (2003). Audit Commitee
Characteristic and The Perceived Quality of Financial Reporting: An
Empirical Analysis. Working Paper. School of Graduate Professional
Studies Penn State Great Valley.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
21, Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Hidayat, Widi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia.
Universitas Airlangga.
Hassan, U. S. (2013). Financial Reporting Quality, Does Monitoring
Characteristics Matter? An Empirical Analysis of Nigerian Manufacturing
Sector. The Business & Management Review, Vol.3 No.2.
He, L., Labelle, R., Piot, C., & Thornton, D. B. (2009). Board Monitoring, Audit
Committee Effectiveness, And Financial Reporting Quality: Review And
Synthesis Of Empirical Evidence. Journal of Forensic & Investigative
Accounting, 1(2).
82
Herawaty, Vinola. (2009). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 10.2.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dila
porkan.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi. Diakses 2 Agustus
2015
http://kbbi.web.id/ukur. Diakses 10 April 2015.
http://properti.kompas.com/read/2015/05/05/232618921/Nasib.Sektor.Properti.Ku
ncinya.Ada.di.Jokowi. Diakses 17 Juni 2015
International Accounting Standard Board. (2010). The Conceptual Framework for
Financial Reporting. United Kingdom : IASB
Irham, Fahmi . (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Jensen, Michael C and Meckling, William H. (1976). Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, October, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Jensen, M. C., & Smith, C. W. (1984). The theory of corporate finance: A
historical overview.
Joshi, P.L. dan Amal Wakil. 2004. A Study of the Audit Committees’ functioning
in Bahrain. Managerial Auditing Journal.
Karami, Afshar & Akhgar, Mohammadomid. (2014). Effect of Company’s size
and leverage Features on the Quality of Financial Reporting of
Companies Listed in Tehran Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of
Contemporary Research In Business Volume 6 No.5
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen dan Keuangan. Jakarta : Kencama
Prenada Media Group.
Keown, J.Arthur, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott Jr., (2005).
Financial Management Principals and Applications Tenth Edition.
Pearson Education.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-643/Bl/2012 Tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
Kieso, W., & Warfield. (2011). Intermediate Accounting (13th edition). New
York: John Willey & Sons.
Klai, Nesrine dan Omri, Abdelwahed. (2011). Corporate Governance and
Financial Reporting Quality: The Case of Tunisian Firms. International
Business Research Vol. 4, No. 1.
83
Klein, A., Carcello, J. V., Hollingsworth, C. W., & Neal, T. L. (2006). Audit
Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance
Mechanisms, And Earnings Management.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. (2006). Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebijakan
Governance.
Krishnan, G. V., & Visvanathan, G. (2008). Does the SOX Definition of an
Accounting Expert Matter? The Association between Audit Committee
Directors' Accounting Expertise and Accounting Conservatism.
Contemporary Accounting Research, 25
Kristanti, Martina Eny dan Muchamad Syafrudin. (2012). Pengaruh Karakteristik
Komite Audit pada Kondisi Financial Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting
Vol. 1 No. 1. 2012
Kurniawati, Dini. (2015). Pengaruh Financial Leverage Terhadap Profitabilitas
(Studi pada Perusahaan Industri Kimia yang Listing di BEI Periode 2009-
2013). Jurnal Administrasi Bisnis 1.1
Kusnadi, Y., Leong, K. S., Suwardy, T., & Wang, J. (2015). Audit Committees
and Financial Reporting Quality in Singapore. Available at SSRN
2467456.
Latan, Hengky. (2014). Aplikasi Analisis Data Statistik Untuk Ilmu Sosial Sains
dengan IBM SPSS. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Lev, B. dan R. Thiagarajan. (1993). Fundamental Information Analysis. Journal
of Accounting Research. Vol 31. Autumn. 2: 190-215.
Maulia, S. T., & Januarti, I. (2014) . Pengaruh Usia, Pengalaman, Dan
Pendidikan Dewan Komisaris Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
(Studi empiris pada perusahaan real estate dan property yang go public di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012). Diponegoro Journal of
Accounting Vol 3 No.3 hal 1-8.
Marrakchi Chtourou, S., Bedard, J., & Courteau, L. (2001). Corporate
governance and earnings management. Corporate Governance and
Earnings Management.
Mohiuddin, M., & Karbhari, Y. (2010). Audit committee effectiveness: a critical
literature review. AIUB Journal of Business and Economics, 9(1), 97-125.
Mutmainnah, N., & Wardhani, R. (2013). Analisis Dampak Kualitas Komite Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Kualitas
Audit Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 10(2).
84
Nasution, M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi X.
Pagalung, G., & Sudibdyo, B. (2012). The Determinant Factors Of Earnings
Quality And Economics Consequences. Journal Economy, 16(1), 105-122.
Pamudji, Sugeng dan Trihartati Aprillya (2010). Pengaruh Independensi dan
Efektivitas Komite Audit terhadap Manajemen Laba. JDA : Jurnal
Dinamika Akuntansi Vol 2, No.1, Maret 2010.
Pertiwi, N. (2012). Hubungan Antara Performa Komite Audit Dengan Earnings
Quality. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1).
Pucheta‐Martínez, María Consuelo, and Emma García‐Meca. (2014). Institutional
Investors on Boards and Audit Committees and Their Effects on Financial
Reporting Quality. Corporate Governance: An International Review 22.4
hal 347-363.
Salehi, M., Zanjirdar, M., Zarei, M. (2012). The study of factors affecting the
quality of audit committee. Indian J. Edu. Inf. Manage., Vol. 1, No. 8
Saptiti, A. (2013). Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise
Risk Management terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada
Perusahaan Sektor Properti dan Kontruksi Periode 2009-2011).
Sawir, Agnes. (2008). Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sawyer, Lawrence B., dan A. Dittenhofer Mortimer. (2006). Sawyer’s Internal
Auditing. Jakarta: Salemba Empat
Siagallan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 9 Padang.
Soliman, Mohammed M., dan Ragab, Aiman A. (2014). Audit Committee
Effectiveness, Audit Quality and Earnings Management: An Empirical
Study of the Listed Companies in Egypt. Arab Academy for Sciences &
Technology.
Sil Kang, Won, Alan Kilgore, and Sue Wright. (2011). The effectiveness of audit
committees for low-and mid-cap firms. Managerial Auditing Journal 26.7
hal. 623-650.
Siregar, S. V. N., & Utama, S. (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Praktik Corporate Gorvernance Terhadap Pengelolaan
Laba (Earnings Management). The Indonesian Journal of Accounting
Research, 9(3).
85
Supriadi, D.A. (2010). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Otomotif yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas
Pembangunan Nasional Jakarta.
Suaryana, Agung. (2007). Pengaruh komite audit terhadap kualitas laba. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 2.1
Toding, Merlina dan Wirakusuma, Made Gede. (2013). Faktor Faktor yang
Memengaruhi Ketepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 3.2 (318-333)
Wardhani, R., Joseph, H., & Indonesia, S. F. E. U. (2010). Karakteristik Pribadi
Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba. Makalah disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi XII, Purwekerto.
Widyaswari, R.K. & Suardana, A.K. (2014). Pengaruh Karakteristik Komite
Audit Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan: Perusahaan Go Public
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 6.1 (2014)
Wuryani, Eni. (2012). Company Size in Response To Earnings Management And
Company Performance. Journal of Economics, Business, and Accountancy
Ventura 15.3 hal: 491-506.
www.idx.co.id
Yaputro, J. W., & Rudiawarni, F. A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Efektivitas
Komite Audit Dengan Timeliness Laporan Keuangan Pada Badan Usaha
Go Public Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011. CALYPTRA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1).
Zhang, Y., Zhou, J., & Zhou, N. (2007). Audit Committee Quality, Auditor
Independence, and Internal Control Weaknesses. Journal of accounting
and public policy, 26(3), 300-327.
86
LAMPIRAN
87
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL
88
LAMPIRAN 1 : Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1. ADHI PT. Adhi Karya, Tbk.
2. ASRI PT. Alam Sutera Realty, Tbk.
3. BCIP PT. Bumi Citra Permai, Tbk.
4. BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk.
5. COWL PT. Cowell Development, Tbk.
6. CTRP PT. Ciputra Property, Tbk.
7. CTRS PT. Ciputra Surya Tbk.
8. DART PT. Duta Anggada Realty, Tbk.
9. DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk.
10. DILD PT. Intiland, Tbk.
11. DUTI PT. Duta Pertiwi, Tbk.
12. ELTY PT. Bakrieland Development, Tbk.
13. GMTD PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk.
14. GPRA PT. Perdana Gapuraprima, Tbk.
15. KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka, Tbk.
16. KPIG PT. MNC Land, Tbk.
17. LPCK PT. Lippo Cikarang, Tbk.
18. LPKR PT. Lippo Karawaci, Tbk.
19. MORE PT. Indonesia Prima Property, Tbk.
20. PTPP PP (Persero), Tbk.
21. PWON PT. Pakuwon Jati, Tbk.
22. SMDM PT. Suryamas Dutamakmur
23. SMRA PT. Summarecon Agung, Tbk.
24 SSIA PT. Surya Semesta Internusa, Tbk.
25. TOTL PT. Total Bangun Persada, Tbk.
89
LAMPIRAN 2
DATA SAMPEL
PENELITIAN
90
LAMPIRAN 2 : Data Sampel Penelitian
No KODE TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEET
(Range) ACCT FSIZE LEV FRQ
1. ADHI
2010 3 19 4 1 28.13 0.82 1.61
2011 3 14 3 1 27.67 0.84 -1.73
2012 3 16 4 1 28.79 0.85 -0.55
2013 3 13 3 1 28.63 0.84 -0.42
2014 2 11 3 1 29.47 0.83 -1.76
2. ASRI
2010 3 8 2 1 29.29 0.52 1.63
2011 3 8 2 1 29.74 0.54 1.06
2012 3 7 2 1 30.10 0.57 -1.66
2013 3 8 2 1 29.77 0.63 0.95
2014 3 6 2 1 30.03 0.62 -1.53
3. BCIP
2010 3 4 1 1 25.13 0.51 0.01
2011 3 2 1 1 27.51 0.62 1.14
2012 3 4 1 1 26.60 0.53 -0.93
2013 3 5 1 1 27.20 0.60 -0.16
2014 3 4 1 1 27.73 0.57 -0.38
4. BIPP
2010 3 5 1 1 25.13 0.28 -0.10
2011 3 4 1 1 25.13 0.27 1.08
2012 3 4 1 1 25.98 0.28 -0.41
2013 3 4 1 1 26.33 0.22 -0.32
2014 3 4 1 1 26.39 0.26 -0.17
5. COWL
2010 3 3 1 1 25.25 0.51 -1.82
2011 3 3 1 1 25.90 0.58 0.15
2012 3 4 1 1 27.27 0.36 -0.84
2013 3 4 1 1 28.46 0.39 0.57
2014 3 4 1 1 28.74 0.63 -0.30
Bersambung pada halaman selanjutnya
91
No KODE TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEET
(Range) ACCT FSIZE LEV FRQ
6. CTRP
2010 3 2 1 0 27.94 0.35 -0.29
2011 3 5 1 0 28.06 0.45 -0.19
2012 3 5 1 0 28.94 0.50 1.15
2013 3 5 1 0 28.97 0.40 -0.36
2014 3 5 1 0 29.28 0.44 0.64
7. CTRS
2010 3 4 1 0 27.00 0.71 0.21
2011 3 6 2 0 28.17 0.45 0.74
2012 3 6 2 0 29.12 0.34 -0.25
2013 3 5 1 0 28.58 0.56 0.90
2014 3 4 1 0 29.40 0.51 0.22
8. DART
2010 3 10 2 0 27.42 0.35 -2.40
2011 3 11 3 0 27.85 0.50 0.25
2012 3 11 3 0 28.43 0.43 -0.73
2013 3 11 3 0 27.97 0.38 -0.46
2014 3 12 3 0 28.39 0.36 -0.17
9. DGIK
2010 3 5 1 1 28.24 0.21 -0.54
2011 3 8 2 1 26.92 0.33 2.14
2012 3 7 2 1 27.41 0.35 1.15
2013 3 5 1 1 27.45 0.46 -0.26
2014 3 5 1 1 27.62 0.45 -0.11
10. DILD
2010 4 5 1 1 29.20 0.39 1.95
2011 3 7 2 1 27.92 0.38 0.23
2012 4 5 1 1 28.33 0.40 -0.47
2013 3 6 2 1 28.81 0.45 -2.07
Bersambung pada halaman selanjutnya
92
No KODE TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEET
(Range) ACCT FSIZE LEV FRQ
2014 3 17 4 1 29.54 0.50 0.95
11. DUTI
2010 3 3 1 1 28.99 0.32 -0.21
2011 3 3 1 1 28.83 0.31 -0.18
2012 3 9 2 1 29.36 0.22 -0.14
2013 3 9 2 1 29.74 0.19 -0.19
2014 3 5 1 1 29.83 0.22 0.21
12. ELTY
2010 3 9 2 1 29.20 0.39 0.34
2011 3 10 2 1 28.91 0.38 0.07
2012 3 9 2 1 28.49 0.40 -1.00
2013 3 12 3 1 28.41 0.41 -1.20
2014 3 11 3 1 28.41 0.47 0.06
13. GMTD
2010 3 4 1 0 23.54 0.64 0.20
2011 3 4 1 0 24.93 0.64 0.98
2012 3 4 1 0 24.93 0.74 1.24
2013 3 4 1 0 27.46 0.70 0.63
2014 3 4 1 0 27.15 0.56 3.93
14. GPRA
2010 2 3 1 0 26.79 0.49 -1.44
2011 2 4 1 0 26.94 0.47 -0.18
2012 2 4 1 0 26.78 0.46 -0.04
2013 2 4 1 0 27.19 0.40 0.06
2014 3 4 1 1 27.88 0.41 -1.38
15. KIJA
2010 3 7 2 0 25.79 0.66 -2.54
2011 3 4 1 0 26..39 0.60 -0.60
2012 3 3 1 1 28.82 0.57 -0.27
2013 3 7 2 1 28.77 0.49 -0.09
2014 3 9 2 1 29.42 0.45 -0.31
16. KPIG 2010 3 4 1 1 27.96 0.12 -0.28
Bersambung pada halaman selanjutnya
93
No KODE TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEET
(Range) ACCT FSIZE LEV FRQ
2011 3 4 1 1 28.52 0.07 -0.21
2012 3 4 1 1 29.30 0.07 -0.25
2013 3 4 1 1 29.51 0.19 0.70
2014 3 4 1 1 29.75 0.19 0.02
17. LPCK
2010 3 4 1 0 25.79 0.66 0.66
2011 3 4 1 0 27.30 0.48 1.60
2012 3 4 1 0 27.92 0.54 1.93
2013 3 5 1 0 28.30 0.55 1.35
2014 3 4 1 1 29.61 0.38 0.58
18. LPKR
2010 3 4 1 0 30.32 0.31 0.64
2011 3 4 1 0 30.16 0.32 0.34
2012 3 5 1 0 30.57 0.45 0.46
2013 3 2 1 0 30.48 0.54 1.05
2014 3 4 1 0 30.79 0.53 0.42
19. OMRE
2010 3 4 1 1 26.42 0.47 -0.33
2011 3 4 1 1 26.86 0.32 -0.30
2012 3 4 1 1 27.09 0.30 -0.07
2013 3 4 1 1 30.68 0.34 -0.27
2014 3 4 1 1 27.11 0.21 -0.32
20. PTPP
2010 3 12 3 1 28.99 0.77 -0.32
2011 3 12 3 1 28.8 0.79 -1.73
2012 3 12 3 1 29.02 0.81 -0.59
2013 3 12 3 1 29.36 0.84 -3.48
2014 3 12 3 1 30.48 0.83 0.32
21. PWON 2010 2 3 3 1 29.83 0.60 0.10
Bersambung pada halaman selanjutnya
94
No KODE TAHUN ACSIZE ACMEET AC_MEE
T (Range) ACCT FSIZE LEV FRQ
2011 3 4 1 1 29.65 0.58 -0.24
2012 3 4 1 1 30.01 0.58 1.30
2013 3 4 1 1 30.20 0.55 -0.16
2014 3 5 1 1 30.84 0.52 0.27
22. SMDM
2010 3 2 1 0 26.73 0.15 -0.27
2011 3 2 1 0 26.98 0.16 -0.27
2012 3 2 1 0 27.36 0.19 -0.24
2013 3 2 1 0 27.36 0.27 -0.30
2014 3 4 1 0 27.11 0.30 -0.23
23. SMRA
2010 3 4 1 1 29.64 0.62 0.78
2011 3 4 1 1 29.77 0.62 2.00
2012 3 4 1 1 30.25 0.64 -0.08
2013 3 4 1 1 30.05 0.66 0.19
2014 3 4 1 1 30.72 0.61 0.34
24. SSIA
2010 3 4 1 1 27.72 0.60 0.12
2011 3 4 1 1 28.85 0.95 -0.01
2012 3 8 2 1 29.26 0.66 0.31
2013 3 8 2 1 28.60 0.55 0.70
2014 3 8 2 1 29.25 0.49 -0.08
25. TOTL
2010 3 7 2 1 27.49 0.62 0.13
2011 3 4 1 1 27.60 0.64 -0.10
2012 3 2 1 1 28.75 0.66 0.38
2013 3 2 1 1 28.16 0.63 0.08
2014 3 10 2 1 28.97 0.67 -0.43
95
Keterangan
ACSIZE : Ukuran Komite Audit
ACMEET : Jumlah Rapat Komite Audit
FSIZE : Ukuran Perusahaan
LEV : Leverage
FRQ : Financial Reporting Quality
96
LAMPIRAN 3
HASIL PENGOLAHAN
DATA
97
LAMPIRAN 3 : Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS 21
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ACSIZE 125 2.00 4.00 2.9680 .25196
AC_MEET 125 1.00 4.00 1.4880 .76849
ACCT 125 .00 1.00 .6800 .46835
FSIZE 125 23.54 30.84 28.2576 1.47533
LEV 125 .07 .85 .4812 .18031
FRQ 125 -3.48 3.93 .0006 .98825
Valid N (listwise) 125
UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .336a .113 .076 .95015 2.016
a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
b. Dependent Variable: FRQ
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.671 5 2.734 3.029 .013b
Residual 107.431 119 .903
Total 121.102 124
a. Dependent Variable: FRQ
b. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET
98
Uji t dan UJI MULTIKOLONIEARITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.778 1.926 -1.961 .052
ACSIZE .721 .347 .184 2.077 .040 .952 1.050
AC_MEET -.318 .122 -.247 -2.604 .010 .829 1.207
ACCT -.367 .192 -.174 -1.913 .058 .902 1.109
FSIZE .076 .060 .114 1.267 .208 .919 1.088
LEV .416 .510 .076 .815 .417 .860 1.163
a. Dependent Variable: FRQ
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 125
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .92457853
Most Extreme Differences Absolute .092
Positive .079
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z 1.033
Asymp. Sig. (2-tailed) .236
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
99
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .788 1.304 .605 .547
ACSIZE .204 .235 .077 .868 .387
AC_MEET .192 .083 .222 2.320 .022
ACCT -.082 .130 -.058 -.631 .529
FSIZE -.045 .041 -.099 -1.092 .277
LEV .578 .346 .157 1.672 .097
a. Dependent Variable: AbsFRQ