PENGARUH EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia
L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU KEPALA (Pediculus
humanus capitis)
SKRIPSI
AISYAH NOVITASARI
NIM. TB.120698
PRODI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
PENGARUH EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia
L.) TERHADAP MORTALITAS KUTU KEPALA (Pediculus
humanus capitis)
SKRIPSI
Di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana strata satu ( S. 1)
AISYAH NOVITASARI
NIM. TB.120698
PRODI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
ABSTRAK
ABSTRAK
Nama : Aisyah Novitasari
Jurusan : Tadris Biologi
Judul : Efektifitas Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap
Mortalitas Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis)
Infestasi kutu kepala Pediculus humanus capitis merupakan masalah serius yang
tidak ditanggapi dengan baik di Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia cenderung
membiarkan kutu kepala berkembangbiak dikepala mereka. Infestasi kutu kepala ini
menyebabkan masalah kurang fokusnya pikiran karena aktifitas kutu kepala.
Pemberantasan kutu kepala paling efektif dengan menggunakan pedikulosida kimiawi.
Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) mempunyai banyak kandungan senyawa
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai bioinsektsida yang dapat digunakan sebagai
pedikulosida (pemberantas kutu kepala). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu kepala. Sebanyak 400 ekor kutu kepala
dibagi menjadi 5 perlakuan dan 4 kali pengulangan yaitu tidak diberi ekstrak buah
mengkudu (K0), diberi ekstrak buah mengkudu 1ml + 99ml aquades (K1), diberi ekstrak
buah mengkudu 2ml + 98ml aquades (K2), diberi ekstrak buah mengkudu 3ml + 97ml
(K3), dan diberi ekstrak buah mengkudu 4ml + 96ml aquades (K4). Rancangan percobaan
adalah rancangan acak lengkap dengan analisis data ANOVA.
Kata kunci : ekstrak Morinda citrifolia Linn, Pediculus humanus capitis.
MOTTO
Artinya :
Maka maha tinggi Allah, raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau
(Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur‟an sebelum selesai diwahyukan
kepadamu, dan katakanlah, “Ya tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (Q.S.
THAHA (20) : 114).
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdulillahirobbil „alamin
Yang pertama dan yang paling utama.....
Sembah sujud serta rasa syukur kepada Allah SWT. Atas rahmat dan kasih
sayang-Nya yang telah memberikan saya kekuatan, kesabaran dan banyak
pelajaran yang saya dapat saat mengerjakan skripsi ini.
Skripsi ini dipersembahkan kepada ayah ( Sabawi Ar. ) sekaligus tumpuan
kekuatan, yang telah sabar dan mencurahkan banyak kekhawatiran terhadap
anaknya ini, juga untuk ibu ( Suparti ) yang tak henti-hentinya melantunkan do‟a
bagiku, penyemangat, tempat berkeluh kesah, pendengar paling setia.
Pun untuk kedua adikku ( Ihsan Tanjung dan Baihaqi ) yang menjadi pelipur
lara dan penebar senyum untukku, dan untuk keluarga besar, paman, bibi, uwak,
dan teruntuk alm. Pakte ( Syamsuri Arsyad ) terima kasih banyak atas segalanya.
Teruntuk dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya, teruntuk pembimbing
saya ( bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd dan bapak Bayu Kurniawan, M.Sc ) terima
kasih atas bimbingan bapak sekalian ini adalah pelajaran paling berharga bagi
saya, terima kasih atas kesabaran bapak sekalian dalam membimbing saya hingga
skripsi ini selesai. Teruntuk ketua jurusan tadris biologi beserta staf saya ucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dan kemudahan yang saya dapatkan.
Teruntuk teman-teman kuliah yang menemani menyelesaikan skripsi ini saya
ucapkan terima kasih, teruntuk sahabatku chika ( Riska Areyani Saputri S.Pd )
dan mak moon ( Munawaroh S.Pd ) yang terkadang gila, tanpa malu
mengekspresikan perasaan, sekaligus motifasi untuk cepat menyelesaikan skripsi
ini dan melawan kemalasan….terima kasih banyak.
Dan yang terakhir, untuk semua kutu yang menjadi korban saya terima kasih
banyak dan penyumbang terbanyak saya Ririn.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ,
puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu ( Morinda citrifolia L.) Terhadap
Mortalitas Kutu Kepala ( Pediculus humanus capitis )”. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi masih banyak kekurangan, serta dalam
melaksanakan penelitian mengalami banyak kesulitan. Namun berkat kerja keras,
do‟a, bantuan serta saran dari semua pihak, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Su‟aidi Asy‟ari, M.Pd. selaku rektor UIN STS jambi
2. Dr. H. Hidayat, M. Pd. selaku pembimbing I
3. Bayu Kurniawan, M. Sc. selaku pembimbing II
4. Kholid Musyaddad, M. Ag. selaku pembimbing akademik
5. Reny Safita, S. Pt. M. Pd. selaku ketua jurusan tadris biologi
6. Dr. Hj. Fadilah, M.Pd Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
7. Bapak Slamet dan Ibu Fitriyaningsih, S. Farm.,Apt., M.Farm selaku
Laboran Fakultas SAINTEK UNJA dan Rudi Nata, S.Si, M.Kom selaku
laboran Fakultas Teknik Pertanian UNJA
8. Ustadz Yunus dan Ustadzah Yusra selaku pembina di Pondok Pesantren
As‟ad atas bantuanya dalam riset dan informasi tentang profil pesantren
As‟ad
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan berkah kepada mereka semua
dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Jambi, Januari 2020
Penulis
Aisyah Novitasari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Batasan Masalah........................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 7
A. Kajian Teoritik .......................................................................................... 7
1. Tanaman Mengkudu(Morinda Citrifolia L.)................................. 7
2. Taksonomi Morinda Citrifolia L. ................................................. 8
3. Morfologi ...................................................................................... 8
a. Batang ............................................................................... 8
b. Daun .................................................................................. 8
c. Bunga ................................................................................ 9
d. Buah .................................................................................. 9
e. Akar ................................................................................... 10
f. biji ..................................................................................... 10
4. Persebaran ..................................................................................... 10
5. Metabolit Sekunder ....................................................................... 10
6. Senyawa Yang Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati Terhadap
Serangga ........................................................................................ 11
7. Kutu Kepala (Pediculus Humanus Capitis) .................................. 12
8. Taksonomi Pediculus Humanus Capitis ....................................... 13
9. Morfologi ...................................................................................... 13
10. Siklus Hidup .................................................................................. 13
Nit ...................................................................................... 14
Nympha ............................................................................. 14
Imago ................................................................................. 15
11. Habitat Dan Cara Penyebaran ....................................................... 17
12. Disttibusi Pediculus Humanus Capitis.......................................... 17
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................. 18
C. Kerangka Pikir .......................................................................................... 19
D. Hipotesis .................................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 21
B. Alat Dan Bahan ......................................................................................... 21
C. Rancangan Percobaan ............................................................................... 22
D. Prosedur Kerja ........................................................................................... 23
a. Pengambilan Sampel Kutu Kepala ..................................................... 23
b. Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu ................................................. 23
c. Uji Sampel Ekstrak Buah Mengkudu ................................................. 25
d. Metode Pengujian ............................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 25
F. Analisis Data ............................................................................................. 25
G. Alur Kerja Penelitian................................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 27
A. Hasil .......................................................................................................... 27
B. Pembahasan ............................................................................................... 38
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 46
A. Kesimpulan ............................................................................................... 46
B. Saran .......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Buah Mengkudu .................................................................................. 9
Gambar 2. Telur Kutu Kepala ............................................................................... 14
Gambar 3. Nympha Kutu Kepala .......................................................................... 15
Gambar 4. Imago Kutu Kepala ............................................................................. 16
Gambar 5. Siklus Hidup Kutu Kepala................................................................... 16
Gambar 6. Pondok Pesantren As‟ad...................................................................... 27
Gambar 7. Kamar Para Santri ............................................................................... 28
Gambar 8. Buah Mengkudu .................................................................................. 31
Gambar 9. Ekstrak Kental Buah Mengkudu ......................................................... 32
Gambar 10. Proses Penguapan Ekstrak Buah Mengkudu Menggunakan Rotary
Evaporator ............................................................................................................ 33
Gambar 11, 12, 13, dan 14. Pengaplikasian Ekstrak Buah Mengkudu Berbagai
Konsentrasi ............................................................................................................ 43
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat Yang Digunakan.............................................................................. 21
Tabel 2. Bahan Yang Digunakan .......................................................................... 22
Tabel 3. Perlakuan Ekstrak Buah Mengkudu ........................................................ 23
Tabel 4. Persentase Kematian (Mortalitas) Kutu Kepala Dengan Ekstrak Buah
Mengkudu ............................................................................................................. 34
Tabel 5.1. Hasil Uji Normalitas Mortalitas Kutu Kepala...................................... 41
tabel 5.2. uji hipotesis mortalitas kutu kepala ....................................................... 41
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Konsentrasi Buah Mengkudu Dan Mortalitas Kutu Kepala .................. 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang memiliki sekitar
25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di
dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia. Senarai tumbuhan obat Indonesia
yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1986 mendokumentasikan 940 tanaman obat dan jumlah tersebut tidak
termasuk tanaman obat yang telah punah atau langka dan mungkin pula ada
tanaman obat yang belum dicantumkan (Hedi, 2007:205). Diantara berbagai
tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan
pangan dan sebagai tanaman obat yaitu mengkudu (Morinda citrifolia L.).
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk tanaman famili Rubiaceae
yang hidup di daerah tropis dan subtropis (Tjitrosoepomo, 2013:337).
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung banyak senyawa metabolit
yaitu minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, antrakuinon,
terpenoid, asam askorbat, scolopetin, serotonin, damnacanthal, resin, glikosida,
eugenol, dan proxeronin (Hasnah dan Nasril, 2009:30). Buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu sumber bioinsektisida yang
banyak tersedia di alam. Bioinsektisida dari buah mengkudu bersifat preventif
(pencegah) dan memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan
insektisida lainnya yaitu harganya yang relatif murah dan sangat mudah
ditemukan di alam. Bioinsektisida ini bersifat ramah lingkungan dan relatif
aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Organ tumbuhan yang
digunakan untuk bioinsektisida dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)
ini dapat dari daun, batang, dan buah. Pada penelitian yang dilakukan Murdiati
dkk (2000:4) ekstrak dari buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang
menggunakan pelarut berupa kloroform dan methanol memiliki kemampuan
membunuh dan menghambat perkembangan telur cacing Haemochus
contortus. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa alkaloid dan antrakuinon
yang terelarut dari ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Selanjutnya
dalam penelitian yang dilakukan Hasnah dan Nasril (2009:37) menyatakan
bahwa ekstrak buah mengkudu cukup efektif untuk mengendalikan Pluttela
xylostella, dan hampir sama efektifnya dengan bioinsektisida pembanding
deltamethrin pada konsentrasi 1 ml L-1
larutan. Semakin tinggi konsentrasi
yang diaplikasikan semakin tinggi mortalitas larva Pluttela xylostella, yang
mengalami kematian dan semakin rendah intensitas kerusakan daun sawi yang
ditimbulkan.
Bioinsektisida merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
penggangu. Bioinsektisida ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Secara umum
bioinsektisida diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya dari
tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan
terbatas. Pada umumnya bioinsektisida dapat dibuat dengan teknologi yang
sederhana atau secara tradisional yaitu dengan cara pengerusan, penumbukan,
pembakaran, atau pengepresan (Hidayati dan Ambarwati, 2010).
Kutu manusia (Pediculus humanus) terdapat 2 sub spesies, yaitu pada
kepala dan tubuh manusia. Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) biasanya
lebih kecil dari pada kutu badan (Pediculus humanus humanus). Kutu ini
memiliki badan yang ramping dan lebih panjang dari crab lice (Pthirus pubis).
Caput kutu kepala (Pediculus humanus capitis) yang lebih kecil dari toraks,
dan abdomen tidak memiliki lobus lateral. Imago memiliki ukuran 2,5 sampai
3,5mm (Borror dan DeLong‟s. 2005:362). Kutu kepala (Pediculus humanus
capitis) hidup di kulit kepala dan menempatkan telur memanjang searah
dengan rambut, umumnya dekat kulit tidak jauh dari telinga dan tengkuk.
Menurut Gillot (2005 : 209) kutu kepala (Pediculus humanus capitis) biasanya
tidak dianggap sebagai vektor penyakit.
Pedikulosis terjadi baik di Negara berkembang maupun Negara maju.
Investasi kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sebagian besar terjadi pada
anak usia sekolah (Alatas dan Linuwih, 2013:54). Prevalensi pedikulosis pada
beberapa Negara telah terlaporkan diantaranya di Filipina (2011), Cina (2004),
India (2002), Korea Selatan (2003), Malaysia (2006), Turki (2007), Mesir
(2000) (Dewi dan Lia, 2016:10), dan Yordania (Al-Bashtawy,2010:44).
Pedikulosis banyak menginfeksi anak sekolah yang tinggal di asrama karena
banyaknya faktor pendukung investasi kutu kepala (Pediculus humanus
capitis), seperti kebersihan yang kurang pada tempat tinggal dan dirinya sendiri
serta kebiasaan pinjam meminjam barang. Salah satu sekolah asrama terbanyak
di Indonesia adalah pesantren.
Orang dewasa dan anak-anak lain baik yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan sekolah juga mudah terinvestasi (Al-Bashtawy
dan Hasna, 2012:44). Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) dapat
berpindah dari satu orang ke orang yang lain melalui bertukar sisir, brus
rambut, dan topi (Borror dan Delong, 2005:362). Kutu kepala (Pediculus
humanus capitis) juga dapat berpindah karena menggunakan satu kasur
bersama-sama. Perpindahan biasanya melibatkan fase nympha dan imago, dan
membutuhkan perpindahan setidaknya satu kali untuk bertahan hidup, fase ini
tak bisa bertahan lebih dari beberapa hari saat jauh dari hospesnya (Anonim,
2004). Ada komplikasi dari kasus ini jika tidak diakui, didiagnosis, dan diobati
dengan benar (Munusamy, et al, 2011:103). Tingginya angka prevalensi
pedikulosis di pesantren menimbulkan berbagai masalah mulai dari
berkurangnya rasa percaya diri, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan belajar
( Alatas dan Linuwih, 2013:54).
Hasil survey awal yang peneliti laksanakan di asrama pondok pesantren
As‟ad Olak Kemang Kota Jambi (khususnya di asrama putri) kelas X, XI, XII.
Dari 265 orang di asrama yang terdapat 11 kamar, dimana satu kamar dihuni
20-30 orang, 80% atau 205 dari populasi santriwati terinvestasi oleh kutu
kepala (Pediculus humanus capitis). Hal ini disebabkan karena padatnya
penghuni kamar, kurang bersihnya lingkungan kamar dan seringnya kebiasaan
meminjam barang baik itu sisir, jilbab, handuk dan bantal. Investasi kutu
kepala (Pediculus humanus capitis) memang tidak menimbulkan masalah
kesehatan serius namun dapat mengganggu konsentrasi dan penurunan prestasi
belajar.
Penelitian tentang pedikulosis di Indonesia masih jarang dilakukan,
namun secara umum angka kejadian pedikulosis masih sangat tinggi terutama
pada anak usia sekolah, terutama yang tinggal di asrama. Pemberantasan kutu
kepala (Pediculus humanus capitis) dapat dilakukan dengan menggunakan
tangan, sisir serit, atau dengan pemakaian insektisida golongan klorin (benzene
heksa klorida) atau permetrin (Sutanto, et al, 2008:300). Penggunaan produk-
produk kimia sintetik tersebut dapat menimbulkan efek samping, tidak efektif
bahkan menimbulkan resistensi bila tidak dilakukan dengan cermat (Virgianti
dan Rahmah, 2016:11), sebagai ganti dari insektisida tersebut bisa juga
digunakan bioinsektisida dari ekstrak tumbuhan. Penggunaan ekstrak
tumbuhan sebagai salah satu sumber bioinsektisida terdapat senyawa metabolik
sekunder yang bersifat penolak (repellent), penghambat makan
(antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan dan penghambat
peneluran (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang
mematikan serangga dengan cepat (Hasnah dan Nasril, 2009:30).
Pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) belum pernah
diaplikasikan terhadap kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
Dengan demikian diharapkan ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
dapat diaplikasikan secara optimal sebagai bioinsektisida yang ramah
lingkungan untuk mengatasi investasi Pediculus humanus capitis.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pada rambut santriwati terdapat Telur, Nympha, dan Imago.
2. Terdapat banyak pesantren di daerah seberang Kota Jambi.
3. Penyebaran kutu kepala (Pediculus humanus capitis) melalui media
perantara.
4. Penggunaan tumbuhan yang kaya kandungan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) perlu
dikembangkan dan diterapkan dimasyarakat sebagai bioinsektisida alami
C. Batasan Masalah
Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kutu imago F0 tanpa adanya pemurnian galur melalui
rearing laboratorium dengan pakan buatan. Penelitian dilakukan di asrama
putri MAS As‟ad Olak Kemang Kota Jambi dan laboratorium SAINTEK
Universitas Jambi. Organ tumbuhan yang digunakan dari mengkudu (Morinda
citrifolia L.) adalah buah yang sudah matang yaitu yang sudah berwarna putih
transparan. Identifikasi kutu kepala (Pediculus humanus capitis) berdasarkan
karakter morfologi menggunakan kunci dikotomi dari Borror.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diajukan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
2. Pada konsentrasi berapa ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
yang efektif sebagai bioinsektisida terhadap mortalitas kutu kepala
(Pediculus humanus capitis).
E. Tujuan dan KegunaanPenelitian
a. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus capitis).
2. Mengetahui konsentrasi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
yang paling efektif sebagai bioinsektisida terhadap mortalitas kutu kepala
(Pediculus humanus capitis).
b. Kegunaan
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari
penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang bioinsektisida alami dari
buah mengkudu (Morinda citrifolia L.).
2. Sebagai sumber informasi ilmiah kepada masyarakat luas untuk beralih
dari bioinsektisida sintetik ke bioinsektisida alami dari buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.).
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
bioinsektisida alami ekstrak dari buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
4. Menyelesaikan studi strata satu (S.1).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) termasuk tumbuhan keluarga kopi-
kopian (family Rubiaceae). Mengkudu merupakan salah satu tanaman tropis
yang dapat digunakan sebagai bahan makanan dan obat herbal. Tanaman ini
mulai dikenal sejak 2000 tahun yang lalu saat bangsa Polynesia berimigrasi
ke Asia Tenggara (Sari, 2015). Mengkudu banyak terdapat di Indonesia dan
dikenal dengan berbagai nama lokal yaitu mengkudu, pace, kemudu, kudu
(jawa), cengkudu (sunda), kodhuk (Madura), dan wengkudu (bali).
Mengkudu merupakan tanaman yang termasuk dalam famili kopi-kopian
(Rubiaceae) dan mempunyai banyak spesies. Beberapa spesies mengkudu
yang ada di Indonesia adalah M. citrifolia, M. eliptica, M. bracteata, M.
Speciosa, M. linctoria dan M. oleifera. Dari beberapa spesies tersebut, yang
sudah dimanfaatkan di Indonesia adalah Morinda citrifolia dan Morinda
bracteata (Puspayanti et al., 2014).
Pemanfaatan mengkudu secara tradisional banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat diantaranya sebagai obat luka, sariawan, sakit gigi, rematik,
sakit perut dan hipertensi (Adrian, dkk. 2015). Morinda citrifolia dikenal
sebagai buah mengkudu yang kaya akan berbagai ramuan pengobatan
sehingga dikenal sebagai “ratu tumbuhan” (Sulistiowati, 2010). Menurut
Joshi et al. (2012) tanaman yang memiliki khasiat obat adalah Morinda
citrifolia L yang digunakan selama lebih dari 2000 tahun mulai dari akar,
batang, kulit kayu, daun, bunga dan buah.
2. Taksonomi Morinda citrifolia L.
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Sympetalae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Morinda
Species : Morinda citrifolia L.
(Sumber : Encyclopedia Of Life, 2013).
3. Morfologi
Mengkudu secara morfologi yaitu :
a. Batang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting,
batang dapat disamakan sumbu tubuh tumbuhan. Mengkudu memiliki
batang berkayu, arah tumbuh condong atau serong keatas (ascendes),
percabangan monopodial, arah tumbuh cabang terkulai (declinatus),
berwarna coklat keabu-abuan, dan termasuk tumbuhan menahun
(Tjitrosoepomo,2005: 76-90). Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)
memiliki ciri umum yaitu pohon dengan tinggi 4-6 meter. Batang
berkelok-kelok, dahan kaku, kulit berwarna coklat keabu-abuan dan tidak
berbulu (Sari, 2015).
b. Daun
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Jika
diperhatikan daun mengkudu hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja
yang lazimnya disebut “Daun Bertangkai” atau “Daun Tidak Lengkap”.
Mengkudu mempunyai daun penumpu yang berlekatan dan mengambil
tempat diantara dua tangkai daun, itu dikarenakan pada mengkudu buku-
buku batangnya mempunyai dua daun yang duduk berhadapan. Tangkai
daun mengkudu seperti tangkai daun pada umumnya yaitu berbentuk
silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya.
Helaian daun mengkudu pangkal daunnya tidak bertoreh dengan bangun
bulat telur, ujung dan pangkal daun meruncing, bertulang menyirip,
bertepi rata (integer), daging daun seperti kulit, berwarna hijau tua,
permukaan licin mengkilat, berdaun tunggal, dan tidak mempunyai
trikoma(Tjitrosoepomo, 2005 : 8-49).
c. Bunga
Bunga mengkudu ketika masih kuncup berwarna hijau, saat mekar
akan berubah menjadi warna putih dan harum, bunga mengkudu
berbongkol, tidak memiliki kelopak bunga, bakal buah nampak jelas,
terdiri dari 5-6 helai mahkota bunga, merupakan bunga hermafrodit
(Tjitrosoepomo, 2005 dan Hidayat, 1995).
d. Buah
Buah berbentuk bulat lonjong, dipermukaan terbagi dalam sel-sel
polygonal berbintik-bintik, buah yang muda berwarna hijau, saat tua akan
berubah menjadi warna kuning, dan saat matang akan berwarna putih
transparan dan lunak. Aroma buah mengkudu seperti keju busuk karena
percampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (Sari, 2015).
Gambar 1. Buah Mengkudu
A. Buah mengkudu muda, B. Buah Mengkudu Tua, dan C. Buah Mengkudu Matang
e. Akar
Sistem akar tunggang dan berwarna cokelat kehitaman
(Tjitrosoepomo, 2005), akar mengkudu mengandung senyawa morindon
dan antrakinon, diketahui bahwa morindon adalah pewarna merah,
sehingga bisa digunakan sebagai pewarna alami dalam industri batik dan
serat ( Santoso, 2008 : 87-88).
f. Biji
Biji mengkudu berwarna hitam, memiliki albumen yang keras, dan ruang
udara yang tampak jelas. Memiliki daya tumbuh yang tinggi.
Perkecambahannya terjadi 3-9 minggu kemudian setelah biji disemaikan
dan dalam waktu 6 bulan tinggi tanaman mencapai 1,2-1,5 meter
4. Persebaran
Mengkudu berasal dari wilayah daratan asia tenggara, kemudian
menyebar hingga ke Indonesia (Adrian, dkk, 2015). Mengkudu tersebar luas
di Indonesia, terutama banyak dijumpai di hutan, ladang, dan daerah pantai.
Mengkudu sering ditanam di halaman rumah sebagai sayur dan obat
Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian
tempat dataran rendah sampai 1.500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan
1.500-3.500 mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30˚C dan kelembaban 50-70%. Pada
umumnya tanaman ini banyak ditemukan di daerah tropis, termasuk kepulauan
pasifik, Asia Tenggara, India dan Philipina. Pengembangan tanaman mengkudu
tidak memerlukan biaya yang besar, hanya memerlukan banyak air, tempat yang
lembab dan tanah yang berdrainase baik (Mahendra, 2005).
5. Metabolit Sekunder Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung minyak atsiri,
alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, dan antrakuinon. Kandungan lainnya
adalah terpenoid, asam askorbat, scolopetin, serotonin, damnacanthal, resin,
glikosida, eugenol, dan proxeronin (Hasnah dan Nasril,2009). Menurut
Wang dkk, (2002) buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung
beberapa zat aktif utama. Bahan aktif diantaranya adalah scopoletin,
octoanoic acid, kalium, vitamin C, alkaloid, antrakuinon, bsitosterol,
karoten, vitamin A, glikosida flavon, linoleat acid, alizarin, amino acid,
acubin, L-asperuloside, kaproat acid, kaprilat acid, ursolat acid, rutin, pro-
xeronine dan terpenoid.
6. Senyawa Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Bioinsektisida Terhadap
Serangga
a. Alkaloid, merupakan senyawa utama sebagai insektisida yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serangga (Nathaniel, dkk,
2010:265). Alkaloid merupakan antifeedant dengan menghambat
kemoreseptor pada alat mulut serangga bersamaan dengan gangguan
fagostimulan (Mordue & Nisbet, 2000).
b. Saponin, merupakan senyawa yang efektif sebagai insektisida
penghambat regulasi pertumbuhan (Deore & khadabadi, 2009). saponin
juga telah diketahui menghambat pernafasan serangga (Dono, 2008).
c. Flavonoid, merupakan senyawa yang berpotensi sebagai insektisida yang
menurunkan aktivitas glutathione S-transferase (GST). GST merupakan
kelompok multifungsional dari enzim yang aktif dalam mekanisme
detoksifikasi pada serangga (Abu-Romman, 2012).
d. Terpenoid, merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan yang
memiliki potensi sebagai insektisida. Efek senyawa terpenoid berfungsi
berupa gangguan perkembangan dan reproduksi (Gonzales-Coloma,
2005).
Rosyidah (2007) menyatakan bahwa senyawa flavonoid dan
saponin dapat menimbulkan kelayuan pada syaraf serta kerusakan pada
spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya
mati. Saponin bersifat sebagai racun dan antifeedant pada kutu, larva,
kumbang, dan berbagai serangga lain (Hasnah & Nasril, 2009:34).
7. Kutu Kepala (Pediculus humanus capitis)
Kutu manusia (Pediculus humanus) terdapat 2 sub spesies yaitu pada
kepala dan tubuh manusia. Kutu kepala merupakan ektoparasit (parasit yang
hidup di luar tubuh hospesnya). Termasuk kelas insekta (anggota ordo
Pthiraptera) (Borror & Delong‟s, 2005:362). Kutu dewasa dapat bertahan
hidup dengan tidak makan selama sepuluh hari pada suhu 5oC. parasit
mudah ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita seperti
melakukan aktivitas berpelukan, duduk berdekatan, penggunaan bersama
barang-barang seperti sisir, topi, bantal dan sebagainya (Center for Disease
and Control, 2007).
Kutu rambut bukan merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun
sebagai vektor penyakit, namun dapat mengganggu karena menyebabkan
eritema kulit kepala, gatal dan bahkan menyebabkan kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder (James, 2003). Di Indonesia, diperkirakan ramai
anak yang mengalami masalah kutu kepala ini. Kutu kepala yang tidak
memilliki sayap ini tidaklah mampu menyebabkan masalah kesehatan
serius, namun kutu kepala (Pediculus humanus capitis) yang merupakan
serangga kecil yang mengisap darah manusia melalui kulit kepala ini bisa
mengganggu dan menyababkan iritasi karena menimbulkan rasa gatal
terusmenerus di kepala, Antara tanda utama seseorang diinfestasi oleh
Pediculus Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 1 2 humanus capitis
adalah dengan sering menggaruk kepala (Sembel et al, 2009; Soedarto et al,
2011). Kutu kepala adalah kutu yang paling umum dan sering menginfeksi
manusia dibanding dari dua macam kutu yang lain. Kutu kepala adalah
ektoparasit yang menyerang jutaan orang di seluruh dunia (Sulaiman dan
Pratiwi, 2018).
8. Taksonomi Pediculus humanus capitis
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Pthiraptera
Sub Ordo : Anoplurida
Family : Pediculidae
Genus : Pediculus
Species : Pediculus humanus capitis (De Geer
1778)
(Sumber : Catalogue Of Life, 2016).
9. Morfologi
Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) biasanya lebih kecil dari
kutu badan (Pediculus humanus humanus) Kutu ini memiliki badan yang
sempit dan lebih panjang dari crab lice (Pthirus pubis). Kutu kepala caput
yang lebih kecil dari thoraks, dan abdomen tidak memiliki lobus lateral.
Imago memiliki ukuran 2,5 sampai 3,5mm (Borror dan DeLong‟s,
2005:362). Rata-rata kutu kepala berukuran 1-5mm atau 1/32 sampai 3/16
inci, berwarna abu-abu mengkilat atau terlihat lebih gelap saat menghisap
darah. Memiliki badan pipih dorsal ventral dari atas ke bawah dan
mempunyai 6 lengan dengan adaptasi spesial yaitu kuku yang di gunakan
untuk berpegangan pada rambut. Kutu kepala hidup di kulit kepala dan
menempatkan telur memanjang searah dengan rambut, umumnya dekat kulit
tidak jauh dari telinga dan tengkuk (anonim, 2004:9)
10. Siklus Hidup
Pediculus humanus capitis mengalami metamorfosis tidak sempurna
(hemimetabola) dengan mengalami 3 fase yaitu telur, nympha, dan imago
(Gullan & Cranston, 2010:157).
a. Nit (telur)
Telur yang di hasilkan oleh kutu betina dilekatkan ke rambut dan
biasanya disebut “Nit”. Nit menempel kuat pada rambut di sebabkan
adanya zat perekat yang di keluarkan dari kutu betina. Nit akan menetas
setelah 8-11 hari di bawah kondisi yang normal untuk masuk ke fase
nympha (Anonim, 2004:11). Panjang telur kutu berkisar dari 0,7-1,0mm,
lebarnya paling luas berdiameter 0,3-0,5mm, operkulum terletak diujung
distal, berwarna mengkilat hingga coklat gelap tergantung pada periode
hidup dan lingkungannya (James, 1975:15).
Gambar 2.Telur kutu kepala. Sumber Michighan Head Lice Manual.2004
b. Nympha
Fase nympha adalah fase dimana setelah menetas dari telur, fase ini
merupakan miniatur dari fase imago. Dia akan merangkak dan langsung
mencari makan. Fase nympha akan berakhir selama 7-10 hari (Anonim,
2004:11). Fase nympha terbagi menjadi tiga periode instar, yaitu :
1) Instar I
berukuran sekitar 1,0-1,3mm. setae terletak di dorsum dekat
abdomen, tidak ada keping parategral, panjang tibia III sekitar
0,192mm. Rasio dari kepala hingga thoraks dan abdomen 1:2.8.
2) Instar II
berukuran sekitar 1,4-2,0mm.setae dorsum dan abdomen terletak
pada satu deret melintang, berisi 2-3 pasang setae, memiliki keping
Telur kutu kepala
Pelekat telur
parategral, seperti instar III. Panjang tibia III sekitar 0,264mm. Rasio
dari kepala hingga thoraks dan abdomen 1:3.5.
3) Instar III
Panjangnya sekitar 2,1-2,6mm, setae dorsum hingga abdomen
tidak dalam satu deretan, tapi agak berbeda; ada sepasang setae
tambahan pada tengah segmen VII dan VIII. Panjang tibia III sekitar
0,358mm.rasio dari kepala hingga thoraks dan abdomen 1:4.3 (James,
1975:16).
c. Imago
Imago adalah fase terakhir dari perubahan kutu kepala saat
pertumbuhan terhenti dan juga matang secara seksual.Kelamin terpisah
antara kutu kepala jantan dan betina sehingga mereka harus berpasangan
dan membuahi agar menghasilkan telur.Kutu betina mampu
memproduksi telur selama hidupnya hanya dengan sekali pembuahan,
yaitu 30 hari, dan dia bisa menelurkan 3-4 telur perhari selama masa
periode bertelur (Anonim, 2004:12). Menurut deskripsi umum dari kutu
kepala jantan dan betina, biasanya memiliki bentuk memanjang dan
dengan warna yang bervariasi antara pucat hingga gelap. Antena lebih
pendek dari kepala, setae abdominal tersusun dalam satu deretan, ukuran
spirakel thoraks bervariasi, keping parategral berubah-ubah pigmen dan
meluas, tapi tidak pernah sampai ke cuping dorsal dan ventral (James,
1975:16).
Gambar 3.Nympha.Sumber : Michigan head lice manual.
2004
Nympha yang baru
menetas
1) Kutu jantan
Kutu jantan berukuran sekitar 2,3-2,6mm, lengan I dengan tibio-
tarsus lebih kokoh dari kutu betina, abdomen dengan keping tegral
yang berubah-ubah warna dan meluas, dan normalnya keping tegral
terdapat pada segmen II dan satu keping tambahan disegmen
VIII,selalu terdapat keping kelamin yang kecil dan berubah-ubah
(James, 1975:18).
2) Kutu betina
Kutu betina berukuran sekitar 2,9-3,5mm, memiliki gonapofisis
yang pendek dan tumpul, keping kelamin berubah-ubah, femur III
dengan taji ventral yang sangat kuat (James, 1975:18).
11. Habitat Dan Cara Penyebarannya
Kutu kepala mempunyai hospes yang sangat spesifik, mereka hanya
hidup pada manusia dan tidak bisa bertahan atau berkembang biak pada
Kutu jantan Kutu betina
Gambar 4 dan 5.Imago dan Siklus Hidup Kutu Kepala. Sumber
Michighan Head Lice Manual. 2004 dan encyclopedia of life. 2016
hospes lain (Anonim, 2004:10-12). Kutu kepala akan mati jika berada di
dalam air selama 12 jam. Durden (2009) mencatat kematian dari 4%
populasi kutu manusia, 24 jam setelah mereka meninggalkan inangnya. Dia
menemukan bahwa sebagian kutu manusia mati di suhu 22o C dalam 7 hari
(Gennard, 2007:82).
Kutu kepala bukanlah petualang jarak jauh dan mereka kurang bisa
beradaptasi untuk hidup jauh dari hospesnya. Walaupun mahir bergerak dari
rambut ke rambut, mereka tidak bisa melompat dan hanya bisa merangkak
ke tempat yang tinggi (contohnya, dari lantai ke kepala seseorang). Kutu
kepala bergerak dari satu orang ke orang lain terutama dari kontak rambut
ke rambut dan dari keseringan menggunakan sisir, brus rambut dan topi
secara bersama-sama. Perpindahan biasanya melibatkan fase nympha dan
imago dan membutuhkan setidaknya satu kali untuk bertahan hidup. Fase
nympha dan imago tidak bisa bertahan lebih lama jauh dari hospesnya
(Anonim, 2004:12).
Melihat dari cara penyebaran kutu kepala, maka dapat disimpulkan
bahwa kutu kepala termasuk tipe penyebaran Holomiantik, tipe penyebaran
Holomiantik ini merupakan penyebaran penyakit melalui media tak hidup
(Soemirat, 2010 : 37-38).
12. Distribusi Pediculus humanus capitis
Hampir 6-12 juta orang, sebagian besar anak-anak dalam suatu negara
terinfestasi kutu kepala setiap tahunnya. Level tertinggi infestasi dilaporkan
dari seluruh negara termasuk Israel, Denmark, Swedia, United Kingdom,
Perancis, dan Australia. Kutu kepala tetap bisa hidup diluar kepala, sebagai
contoh pada barang yang lembut seperti bantal, hairbrush, atau penutup
kepala selama 48 jam.
Kutu kepala bergerak mengunakan claw yang seperti kaki untuk
berpindah dari rambut ke rambut. Biasanya kutu kepala menginfestasi inang
barunya melalui kontak antar individu, interaksi antara anak dan orang tua
seperti berbagi sisir, topi, handuk, baju, kasur, atau lemari. Tetapi kontak
antar kepala jauh lebih memungkinkan perpindahan kutu kepala (Morgan,
2001).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
No Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Hasnah & nasril (2009).
Efektivitas Ekstrak Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia
L.) Terhadap Mortalitas Plutella
xylostella L.
Menyatakan
ekstrak buah
mengkudu cukup
efektif
mengendalikan
dan membunuh
Hampir sama
efektifnya dengan
deltamethrin pada
konsentrasi
1ml/L-1
2
T.B. Murdiati, G Adiwinatai, &
D. Hildasari (2000). Penelusuran
Senyawa Aktif Dari Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia
L.) dengan aktivitas antelmintik
terhadap Haemochus contortus
Menunjukkan
bahwa ekstrak
buah mengkudu
mampu
membunuh dan
menghambat.
100% setelah 2
jam perlakuan
terhadap
Haemochus
contortus
3
Sukmanah Chomsun &
Muhfahroyin (2012). Variasi
Konsentrasi Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) Terhadap
Mortalitas Hama Keong Mas
(Pomacea caniculata L.)
Menyatakan
ekstrak buah
mengkudu
memiliki
pengaruh terhadap
mortalitas hama
Konsentrasi 100-
150gr/liter. pada
keong mas
(Pomacea
caniculata L.)
4
Dewi Novianti (2015).
Kemampuan Daya Hambat
Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) Terhadap
Bakteri Shigella dysenteriae
Ekstrak buah
mengkudu
memiliki daya
hambat
Konsentrasi 10%-
80% pada Bakteri
Shigella
dysenteriae
C. Bagan Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditarik hipotesis bahwa
ekstrak buah mengkudu ( Morinda citrifolia L.) mempengaruhi kemortalitasan
imago kutu kepala (Pediculus humanus capitis) dikarenakan adanya senyawa
metabolit sekunder pada mengkudu dapat menjadi repellent bagi kutu kepala.
- Buah mengkudu matang diiris tipis
- Keringkan dibawah naungan kain
hitam hingga kering
- Pisahkan antara daging buah dan
bijinya
- Daging buah yang sudah kering
dibender
- Maserasi
Persebaran kutu
kepala (Pediculus
humanus capitis)
Ekstrak buah
mengkudu (Morinda
citrifolia L.)
Kebiasaan
menggunakan sisir,
bantal, jilbab, dll
bersama
Bioinsektisi
da
Imago kutu kepala
(Pediculus humanus
capitis)
Mortalitas kutu
kepala(Pediculus
humanus capitis)
sebag
ai
mempengaruhi
Konsentrasi larutan 50, 100,
150ml ekstrak buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.) dengan
3x pengulangan
Analisis data
menggunakanAnalisis
Anova one way dengan
model RAL
Hasil analisis data
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini sampel kutu kepala diambil dari para santriwati di
asrama Pondok Pesantren As‟ad Olak Kemang Kota Jambi jl. K.H. Hasan
Anang dengan titik koordinat 1o34‟45.2208”S.103
o36‟6.7644”E. Sedangkan
pengambilan buah mengkudu yang tumbuh di area TK dan pekarangan rumah
warga di kelurahan Jambi Kecil. Pengujian sampel ini akan dilakukan di
laboratorium terpadu UIN STS Jambi. Penelitian dilakukan pada bulan januari
– juni 2019.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat Yang Digunakan
Tabel 1. Alat Penelitian
No Nama Alat Fungsi Alat
S
U
B T
Peta Lokasi Penelitian. Sumber : Google 2017.
1 Blender Digunakan untuk menghaluskan buah
mengudu yang sudah diiris dan dikeringkan
2 Botol ciplus Digunakan untuk tempat uji ekstrak buah
mengkudu
3 Botol spray Digunakan untuk menyemprotkan ekstrak
buah mengkudu
4 Cawan petri Digunakan sebagai wadah kutu kepala saat
diuji dengan ekstrak buah mengkudu
5 Gelas ukur Digunakan sebagai wadah larutan
6 GPS Digunakan untuk menentukan koordinat
tempat penelitian
7 Hygrothermometer Digunakan untuk mengukur kelembaban
relatif dan suhu
8 Kain Putih Digunakan untuk melapisi rambut responden
saat pengujian
9 Kertas saring Digunakan untuk menyaring ekstrak buah
mengkudu
10 Kipas angin Digunakan untuk mendinginkan objek
11 Pinset Digunakan untuk mengambil kutu kepala
dari toples kaca
12 Pipet tetes Digunakan untuk mengambil larutan
13 Recirculating
coolers
Digunakan untuk mengatur suhu pada saat
penguapan
14 Rotary evaporator Digunakan untuk menguapkan pelarut
ethanol pada ekstrak yang sudah melalui
tahap maserasi
15 Tissue Digunakan untuk mengelap alat
16 Toples kaca Digunakan untuk menyimpan kutu kepala
yang akan diuji
17 Vacuum pump Digunakan untuk mempercepat kondensasi
uap menjadi air
2. Bahan Yang Digunakan
Tabel 2. Bahan Penelitian
No. Nama Bahan Fungsi
1 Aquades Sebagai pelarut senyawa digunakan saat
pengenceran ekstrak sebelum diaplikasikan
2 Buah mengkudu Sebagai bahan ekstrak
3 Ethanol Sebagai pelarut ekstrak saat proses maserasi
4 Kutu kepala Sebagai objek penelitian
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL),
yan terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 kontrol dan 3 kali pengulangan pada
setiap perlakuan. Untuk setiap perlakuan yang dilakukan diujikan sebanyak 20
ekor kutu kepala. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Perlakuan Ekstrak Buah Mengkudu Dengan Pelarut Ethanol
Perlakuan Konsentrasi
K0 0ml ekstrak buah mengkudu
K1 1 ml ekstrak buah mengkudu + 99 ml aquades
K2 2 ml ekstrak buah mengkudu + 98 ml aquades
K3 3 ml ekstrak buah mengkudu + 97 ml aquades
K4 4 ml ekstrak buah mengkudu + 96 ml aquades
D. Prosedur Kerja
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif eksperimen dengan
desain acak sempurna dimana perlakuan (treatment) dilakukan sepenuhnya
secara acak kepada unit-unit eksperimen.
a. Pengambilan Sampel Kutu Kepala
Pemilihan responden pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling (secara sengaja). Sebelum melakukan pengambilan sampel
peneliti menyiapkan terlebih dahulu toples kaca sebagai wadah sampel, 10%
dari populasi santri diambil sebagai responden, cara pengambilan kutu
kepala yaitu mengumpulkan santri yang terinvestasi, mengalasi rambut
responden dengan kain putih, selanjutnya mengambil satu persatu kutu
kepala yang jatuh ke kain putih dan memasukkan kutu kepala kedalam
toples kaca.
b. Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu
Ekstraksi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam sampel ke
suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut adalah distribusi zat pelarut yang tidak bercampur
(Ibrahim,2009).
Dalam proses ekstraksi, peneliti menggunakan metode maserasi,
metode ini dianggap menguntungkan karena dapat menghindari pengaruh
suhu, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan
untuk maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak
langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis,2004).
Pembuatan ekstrak mengkudu dilakukan di laboratorium fakultas
SAINTEK UNJA.
Diagram Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu
Buah mengkudu yang matang dicuci bersih dan
diiris tipis-tipis
Keringkan dibawah sinar matahari dengan
naungan kain hitam hingga benar-benar kering
Maserasi
dengan
ethanol
Rendam seluruhnya
selama 24 jam
Saring
menggunakan kertas
penyaring
Pelarut diuapkan dengan
menggunakan rotary
evaporator
Pisahkan daging buah dan dan bijinya
Daging buah yang kering selanjutnya dibuat
serbuk dengan cara dihancurkan dengan blender
Serbuk dibagi menjadi dua bagian
c. Uji sampel ekstrak buah mengkudu
Pengujian sampel ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa
yang terdapat pada ekstrak buah mengkudu. Pengujian ini dilakukan
dilaboratorium fakultas SAINTEK UNJA.
d. Metode Pengujian
Metode pengujian dilakukan di dalam laboratorium untuk mengetahui
efektifitas ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu kepala. Kisaran
konsentrasi yang digunakan yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%.
Aplikasi ekstrak buah mengkudu dilakukan dengan cara
menyemprotkan cairan ekstrak ke kutu kepala yang diletakkan didalam
cawan petri, cairan disemprot secara merata dengan menggunakan hand
sprayer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian adalah setiap 24 jam
sekali dengan mencatat jumlah kutu kepala yang mati selama tiga hari.
Pengambilan data dilakukan setelah penyemprotan ekstrak buah mengkudu
pada masing-masing pengulangan setiap perlakuan.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu :
• Analisis Anova, analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan
efektifitas konsentrasi ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu
kepala (Pediculus humanus capitis) dengan menggunakan model RAL.
G. Alur kerja penelitian
Pembuatan larutan ekstrak buah mengkudu ( Morinda citrifolia L. )
Memilih kutu kepala yang akan digunakan untuk penelitian
Aplikasi bioinsektisida dilakukan dengan menyemprotkan ekstrak
buah mengkudu pada kutu kepala
Pengaruh ekstrak buah mengkudu terhadap kutu kepala
Pengamatan dilakukan dengan melihat kemortalitasan kutu kepala.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengaruh ekstrak buah mengkudu
pada kutu kepala.
Melihat pengaruh ekstrak buah mengkudu menggunakan analisis
anova dengan model RAL
Hasil dan kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Temuan Umum Penelitian
a. Koleksi Kutu Kepala di Ponpes
Pondok pesantren As‟ad merupakan salah satu dari beberapa
pesantren salafiyah modern di Kota Jambi, pesantren ini berdiri sejak 30
agustus 1951 didirikan oleh K. H. Abdul Qodir bin K. H. Ibrahim. Pondok
pesantren as‟ad beralamat di Jln. K. H. Abdul Qodir Ibrahim no. 45
kelurahan olak kemang rt 01 rw 02, kecamatan danau teluk Kota Jambi.
Pondok pesantren As‟ad dinaungi oleh Yayasan Perguruan As‟ad
Jambi yang mencakup Madrasah Aliyah putra dan putri, Madrasah
Gambar 6. Pondok Pesantren As‟ad
Tsanawiyah putri, Madrasah Tsanawiyah putra, MDTA putra dan putri,
SDI, Program Salafiyah putra dan putri, serta Ma‟had Ali.
Peneliti melakukan pengambilan objek penelitian di asrama pondok
pesantren as‟ad khusus di aliyah putri, santriwati di asrama putri aliyah
as‟ad berjumlah 236 santri, pemondokan asrama terdapat 11 kamar dengan
dua ukuran kamar yang berbeda, untuk kamar yang besar dihuni 22
santriwati sedang kamar yang kecil dihuni 18 santriwati. Bias dilihat pada
gambar 12 beginilah kamar yang besar dihuni sebanyak 22 santriwati, untuk
kamar yang kecil peneliti tidak bisa mendokumentasikannya karena disetiap
kamar yang kecil terdapat santriwati yang sakit dan tidak bisa diganggu atas
permintaan pembina asama.
Para santriwati memulai kegiatan mereka pada jam 03.00 pagi utnuk
melaksanakan sholat tahajud berjamaah, setelah sholat tahajud ada
santriwati yang kembali tidur ada pula yang bersiap ke musholla untuk
melaksanakan sholat subuh berjamaah, jam 07.00 pagi mereka keluar dari
asrama untuk sekolah dan selesai jam 1.20 siang, setelah sholat zuhur
mereka istirahat dan bersiap untuk belajar kitab kuning jam 03.00 sore dan
Gambar 7. Kamar Para Santriwati
berakhir saat waktu sholat ashar, selepas ashar mereka istirahat hingga
maghrib dan mengaji hingga ba‟da isya‟ stelah semua kegiatan mereka
berdo‟a bersama membaca rottibul amaliyah (amaliyah sebelum tidur) dan
tidur jam 10 malam.
Saat pengambilan objek penelitian, peneliti sedikit berbincang dengan
para santriwati tentang pedikulosis, jika mengatakan pedikulosis mereka
tidak tahu dan bingung karena yang mereka ketahui adalah istilah “kutuan”,
saat berbincang tentang pedikulosis ini para santriwati tahu bahwa dengan
tidur berdekatan bisa menginfeksi kutu kepala kepada orang lain, tapi
seperti yang dilihat pada gambar 12 dapat dilihat bahwa baju para santriwati
penghuni kamar digantung disatu tempat yang sama, terkadang mereka
berbagi alas tidur dengan teman sekamar mereka, jika dilihat digambar 12
tidak tampak kasur atau ranjang tidur masing-masing.
Pondok pesantren ini berbatasan langsung dengan jalan kota
penghubung antara wilayah muaro jambi dan kota jambi, dibagian belakang
pondok pesantren berbatasan dengan danau teluk, sebelah kiri dan kanan
berbatasan dengan rumah penduduk.
Objek penelitian berupa kutu kepala yang dikumpulkan dari beberapa
orang anak perempuan penderita pedikulosis di asrama putri Madrasah
Aliyah pondok pesantren As‟ad seberang Kota Jambi. Proses pengambilan
objek ini dilakukan peneliti dengan menggunakan cara manual yaitu dengan
menggunakan sisir kutu sebanyak 4 buah, dengan dibantu siswa lain dan
rekan kerja. Hasil dari pengambilan sampel ini berupa 400 ekor kutu kepala
stadium dewasa (Imago).
2. Temuan Khusus Penelitian
a. Pengambilan mengkudu
Pada proses pengambilan buah mengkudu, peneliti mengambil buah
mengkudu dari pohon mengkudu yang tumbuh di pekarangan sebuah TK
dan PAUD yang terletak di Kelurahan Jambi Kecil. Mengkudu sering kali
ditanam oleh masyarakat dihalaman rumah sebagai sayur, tanaman obat,
peneduh, penghias halaman, dan penyangga pagar.
Mengkudu dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan dan iklim, pada
dataran rendah sampai 1.500m diatas permukaan laut dengan curah
hujan1.500-3.500mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30oC, dan kelembaban
50%-70%. Pada umumnya tanaman ini banyak ditemukan didaerah tropis,
termasuk kepulauan pasifik, asia tenggara, india dan philipina.
Bioinsektisida merupakan bioinsektisida generasi baru yang
memanfaatkan makhluk hidup untuk mengendalikan hama. Cara
pengendalian biobioinsektisida ini dipandang lebih ramah lingkungan dan
tepat sasaran serta tidak menimbulkan residu layaknya pestisida kimia. Pada
dasarnya biobioinsektisida ini menggunakan bahan alami atau metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh makhluk hidup, seperti jamur, bakteri, virus,
maupun tumbuhan (Yuningsih, 2016).
Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai salah satu bioinsektisida nabati
didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan dari
tumbuhan. Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu
senyawa metabolit sekunder yang bersifat penolak (repellent), penghambat
makan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan dan
peneluran (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang
mematikan serangga dengan cepat (Hasnah dan Nasril, 2009).
Gambar 8. Buah Mengkudu
Gambar 13. Diatas adalah buah mengkudu yang peneliti gunakan untuk
membuat ekstrak. Peneliti menggunakan buah mengkudu yang sudah
matang berwarna putih transparan dan belum mengeluarkan bau yang
menyengat, karena saat buah sudah mengeluarkan bau menyengat buah
biasanya akan menjadi lembek dan saat dibelah mengeluarkan bau yang
sangat menyengat.
Peneliti menggunakan buah mengkudu sebanyak 4kg untuk membuat
ekstrak yang menghasilkan 600g bubuk buah mengkudu, setalah dimaserasi
selama beberapa hari barulah hasil maserasi diuapkan pelarutnya
menggunakan rotary evaporator. Dari penguapan menggunakan rotary
evaporator didapat hasil berupa ekstrak kental sebanyak 150ml yang bisa
dilihat digambar 14.
b. Teknik pembuatan ekstrak
Pengambilan buah mengkudu dilakukan dikelurahan jambi
kecil, setelah terkumpul buah mengkudu sebanyak 4kg, buah
mengkudu diiris tipis-tipis lalu dijemur didalam ruangan agar
menghindari kontak dengan matahari langsung. Setelah beberapa
hari dijemur potongan buah mengkudu yang kering lalu dihaluskan
hingga berbentuk serbuk sebanyak 600g.
Gambar 9. Ekstrak Kental Buah Mengkudu
Setelah menjadi serbuk peneliti menggunakan metode ekstraksi
maserasi, yaitu dimana serbuk buah mengkudu direndam selama 3
hari dengan pelarut ethanol 96%, lalu diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
c. Uji Ekstrak Buah Mengkudu
Tindakan pengujian dilakukan segera setelah objek penelitian
terkumpulkan. Hal ini dikarenakan kutu kepala berbeda dengan kutu badan,
menurut Greive dan Barnes kutu badan dapat bertahan cukup lama
dilaboratorium dengan host berupa kelinci. Hal ini tidak dapat dilakukan
oleh kutu kepala, karena kutu kepala hanya dapat bertahan hidup dengan
memakan darah manusia (Dewi dan Lia 2016). Kutu kepala akan mati jika
berada di dalam air selama 12 jam. Durden (2009) mencatat kematian dari
4% populasi kutu manusia, 24 jam setelah mereka meninggalkan inangnya.
Dia menemukan bahwa sebagian kutu manusia mati di suhu 22o C dalam 7
hari (Gennard, 2007:82).
1) Presentase mortalitas kutu kepala terhadap pemberian ekstrak buah
mengkudu
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu kepala dengan
Gambar 10. Proses Penguapan Ekstrak Buah Mengkudu
Menggunakan Rotary Evaporator
paparan selama 10 jam pengamatan pada konsetrasi 1ml, 2ml, 3ml, dan
4ml dan kontrol diperoleh hasil sebagai berikut tabel 4:
Tabel 4. Presentase mortalitas kutu kepala terhadap pemberian ekstrak buah
mengkudu
No Kelompok
perlakuan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 ∑TNa (%) ∑TMa (%)
Po Na Ma Po Na Ma Po Na Ma Po Na Ma
1 K0 : Kontrol 20 20 0 20 20 0 20 20 0 20 20 0 80 (100) 0 (0)
2 K1 : 1 ml 20 17 3 20 13 7 20 10 10 20 5 15 45 (56,25) 35 (43,75)
3 K2 : 2 ml 20 6 12 20 3 17 20 2 18 20 10 10 21 (26,25) 59 (73,75)
4 K3 : 3 ml 20 4 16 20 3 17 20 2 18 20 2 18 11 (13,75) 69 (86,25)
5 K4 : 4 ml 20 0 20 20 0 20 20 2 18 20 0 10 2 (2,5) 78 (97,5)
Ket : Po: Populasi awal, Na: Natalitas setelah perlakuan, Mo: Mortalitas setelah perlakuan, K:
perlakuan, ∑TNa: total natalitas setelah perlakukan tiap kelompok perlakuan, ∑TMa: total
mortalitas setelah perlakukan tiap kelompok perlakuan.
Pada tabel 4 diatas, menunjukkan bahwa persentase mortalitas
(kematian kutu kepala) dari perlakuan konsentrasi ekstrak buah
mengkudu, diketahui bahwa kematian tertinggi terdapat pada perlakuan
K4 dengan menggunakan 4ml ekstrak buah mengkudu dengan persentase
97,5%. Sedangkan jumlah kematian terendah terjadi pada perlakuan K0
dengan tidak menggunakan ekstrak buah mengkudu sama sekali yaitu
0%. Hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian kutu kepala
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah ekstrak yang terdapat pada
tiap perlakuan yaitu dari perlakuan K0 hingga perlakuan K4 .
Berdasarkan tabel 4. bahwa ekstrak buah mengkudu dengan
metode penyemprotan langsung pada kutu kepala dengan pengamatan
selama 12 jam memberikan pengaruh terhadap mortalitas kutu kepala.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula tingkat
mortalitas kutu kepala.
a. Konsentrasi Ekstrak Buah Mengkudu Terhadap Mortalitas Kutu
Kepala
Grafik 1.
Konsentrasi Ekstrak Buah Mengkudu Dan Mortalitas Kutu Kepala
Berdasarkan grafik diatas, terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkat kemortalitasan kutu kepala, pada kontrol yang tidak
dilakukan perlakuan apapun tidak terdapat kemortalitasan kutu kepala,
pada konsentrasi 1ml yang diencerkan dengan aquades sebanyak 99ml
(volume 100ml), pada percobaan pertama hanya membunuh 3 kutu
kepala, pada konsentrasi 2ml dengan volume yang sama (100ml)
membunuh 12 kutu kepala, pada konsentrasi 3ml membunuh
sebanyak 16 kutu kepala, dan pada konsentrasi 4ml membunuh 20
kutu kepala.
Pada pengulangan ke 2 konsentrasi 1ml membunuh sebanyak 7
kutu kepala, konsentrasi 2ml dan 3ml membunuh sebanyak 17 kutu
kepala, pada konsentrasi 4ml membunuh sebanyak 20 kutu kepala.
Pada pengulangan ke 3 untuk konsentrasi 1ml membunuh
sebanyak 10 kutu kepala, 2ml,3ml dan 4ml sebanyak 18 kutu kepala.
Dan pengulangan ke 4 pada konsentrasi 1ml membunuh sebanyak 15
kutu kepala, 2ml sebanyak 10 kutu kepala, 3ml sebanyak 18 kutu
kepala dan 4ml sebanyak 20 kutu kepala.
0
10
20
kontrol 1ml 2ml 3ml 4ml
MO
RTA
LITA
S
KONSENTRASI
EKSTRAK BUAHMENGKUDU
b. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Metode yang
digunakan dalam menguji normalitas adalah uji Lilefors. Hasil uji
dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Mortlitas Kutu Kepala
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa uji normalitas kutu
kepala pada perlakuan ekstrak memiliki harga signifikan 0 pada
kolom kolmogorv-smirnov dan pada Shapiro-wilk untuk K4 lebih
kecil dari tetapan harga signifikan yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
normal.
2. Uji Hipotesis
Pada perlakuan esktrak data tidak berdistribusi normal maka
dilakukan uji non parametik yaitu Kruskal-Wallis Test. Uji hipotesis
dilakukan untuk mengukur ketetapan hipotesis. Hasil uji dapat dilihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Uji Hipotesis Mortalitas Kutu Kepala
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
K1 .152 4 . .997 4 .989
K2 .262 4 . .895 4 .408
K3 .283 4 . .863 4 .272
K4 .441 4 . .630 4 .001
Berdasarkan tabel 5.2 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
test terdapat perbedaan jumlah mortalitas kutu kepala yang bermakna
diantara 5 perlakuan (K0, K1, K2, K3, dan K4) (chi-square (4) =
16.749, p<0.05). chi-square (4) dimana 4 adalah df ; 16.749 adalah
nilai chi-square; p<0.05 adalah Asymp sig. hasil uji kruskal-wallis test
ekstrak buah mengkudu menunjukkan hasil signifikansi 0.002 < 0.05
artinya ada pengaruh ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu
kepala.
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil analisis non parametik
dengan uji Kruskal-wallis test berbeda antar perlakuannya. Hal ini
dikarenakan masing-masing ekstrak buah mengkudu mempunyai
kemampuan berbeda untuk membunuh kutu kepala. Dengan mean
rank paling rendah sebesar 2.50 untuk perlakuan K0 dan yang paling
tinggi yaitu perlakuan K4 dengan mean rank sebesar 18.13.
Ranks
perlakuan N Mean
Rank
mortalitas
K0 4 2.50
K1 4 7.13
K2 4 11.13
K3 4 13.63
K4 4 18.13
Total 20
c. Metode Pengujian
Pengujian ekstrak buah mengkudu terhadap kutu kepala dilakukan
langsung pada hari di ambilnya kutu kepala dari inang (responden),
karena ketahanan hidup kutu kepala. Pengujian menggunakan 5
perlakuan dengan 4 kali pengulangan yaitu K0 (0ml ekstrak/tidak
Gambar 12, 13, 14, dan 15. Pengaplikasian Ekstrak Buah
Mengkudu Berbagai Konsentrasi.
menggunakan ekstrak buah mengkudu), K1 (1ml ekstrak buah
mengkudu + 99ml aquades), K2 (2ml ekstrak buah mengkudu + 98ml
aquades), K3 (3ml ekstrak buah mengkudu + 97ml aquades), dan K4
(4ml ekstrak buah mengkudu + 96ml aquades).
Selama proses pengamatan, pada perlakuan K0 sebagai kontrol
negatif dengan 4 kali pengulangan, semua kutu kepala yang diuji
dengan jumlah 20 ekor per pengulangan tetap hidup bahkan setelah 12
jam masa percobaan.
Uji efektifitas ekstrak buah mengkudu yang efektif dalam
membunuh kutu kepala terjadi pada perlakuan K4 yaitu 4ml ekstrak
buah mengkudu + 96ml aquades. Hal ini mengindikasikan bahwa
ekstrak buah mengkudu memiliki sifat bioinsektisida yang bekerja
dengan cepat. Senyawa aktif dari ekstrak buah mengkudu antara lain
saponin, flavonoid, dan polifenol yang bersifat antifeedant.
Perbedaan tingkat mortalitas kutu kepala yang terjadi disebabkan
oleh perbedaan tingkat konsentrasi ekstrak buah mengkudu. Sesuai
dengan penelitian Hasnah dan Nasril ( 2009 ) bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang diaplikasikan maka kemortalitasannya semakin
tinggi. Kematian pada kutu kepala diduga disebabkan oleh senyawa
flavonoid yang berfungsi sebagai racun syaraf. Flavonoid merupakan
kelompok triterpenoid yang termasuk dalam senyawa terpenoid.
Senyawa flavonoid memberikan efek yang bermacam-macam
terhadap berbagai macam organisme. Flavonoid dapat bekerja sebagai
inhibitor yang kuat pada proses pernafasan.
Kepekatan ekstrak buah mengkudu pada perlakuan K3 dan K4,
ikut mempengaruhi tingginya mortalitas kutu kepala. Tingkat
mortalitas yang rendah pada kutu kepala disebabkan oleh kemampuan
untuk menahan senyawa flavonoid pada ekstrak buah mengkudu yang
masuk kedalam tubuhnya atau serangga tersebut masih dapat
beradaptasi dengan baik. Tingkat mortalitas yang tinggi disebabkan
zat beracun yang ada pada bahan botani dapat menghambat aktifitas
respirasi sehingga menyebabkan kematian apabila masuk melalui
saluran pencernaan (Susanti, et al : 2017). Besarnya persentase tingkat
kematian pada perlakuan ekstrak buah mengkudu menunjukkan
bahwa ekstrak ini memiliki aktifitas bioinsektisida.
B. Pembahasan
Pedikulosis adalah penyakit yang banyak dijumpai di lingkungan yang
padat penghuni antara lain pesantren. Pada umumnya pedikulosis diobati
dengan pedikulosida atau cara manual. Pengobatan pedikulosis termasuk
mudah dilakukan dengan angka kesembuhnannya cukup tinggi (> 90%)
tetapi, reinfeksi akan segera terjadi jika pengobatan tidak diikuti dengan
perilaku hdiup bersih dan sehat (Alatas & linuwih.2013).
Para santri yang hidup dilingkungan asrama memiliki kegiatan yang
sama dalam lingkup yang sama pula. Bagi para santri pedikulosis adalah
hal yang lumrah dan akan hilang saat mereka meninggalkan lingkungan
asrama.
Bercampur baurnya pakaian, sisir, dan perlengkapan tidur para santri
membuat persebaran pedikulosis semakin mudah. Para santri cenderung
berbagi dalam menggunakan sisir, bantal, alas tidur, dan pakaian yang
mempermudah infeksi kutu kepala, mengingat persebaran kutu kepala
termasuk penyebaran tipe holomiantik yang persebarannya lewat barang
tak bergerak.
Menurut Canyon et al (2010), perpindahan kutu kepala melalui objek
seperti sisir, topi, handuk, baju yang belum dicuci, dan tempat tidur adalah
subjek yang memadai bagi kutu kepala untuk bertahan tanpa inangnya
(hospes) cukup lama untuk mendapatkan inang baru dan tetap mampu
memanjat naik untuk menginfeksi inang baru.
Menurut Sim et al (2011), infestasi kutu kepala dapat menyebabkan
kulit kepala menjadi gatal, iritasi, dan kadang-kadang terjadi infeksi dari
bakteri lain dikarenakan goresan dikulit kepala. Infestasi kutu kepala juga
menyebabkan masalah emosi dan tekanan sosial karena anak-anak percaya
bahwa infestasi kutu kepala itu adalah akibat dari kurangnya kebersihan
diri.
Berdasarkan standar pengujian efikasi bioinsektisida yang dikeluarkan
oleh direrktorat pupuk dan pestisida Departemen pertanian, suatu
formulasi bioinsektisida dikatakan efektif bila sekurang-kurangnya ( ½ n +
1 ) kali pengulangan (n = jumlah pengamatan ) setelah aplikasi, tingkat
efikasi bioinsektisida tersebut lebih dari atau sama dengan 50% ( > 50% )
dengan syarat populasi hama sasaran pada perlakuan bioinsektisida yang
diuji lebih rendah dari pada populasi hama pada kontrol.
Merujuk pada kriteria standar pengujian efikasi bioinsektisida yang
dikeluarkan oleh direktorat pupuk dan pestisida tersebut, hasil uji
menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu sangat efektif dalam
membunuh kutu kepala pada konsentrasi 2ml, 3ml, dan 4ml. Ditunjukkan
dengan kematian serangga uji > 50%. sedangkan pada konsentrasi 1ml
kurang efektif dalam membunuh kutu kepala karena kematian serangga uji
< 50%.
Ekstrak buah mengkudu ini bertujuan untuk membasmi kutu kepala
khususnya imago (kutu dewasa). Buah mengkudu mengandung berbagai
macam senyawa metabolit sekunder yang bersifat repellent (penolak) dan
juga penghambat pernafasan. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada buah mengkudu antara lain, flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid
dan banyak lagi lainnya.
Berdasarkan analisis non parametik test menunjukkan bahwa
perlakuan terendah diperoleh pada perlakuan K0 kontrol negatif (tanpa
ekstrak buah mengkudu) dengan jumlah kematian kutu kepala rata-rata
2.50 (0%). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan K4 dengan jumlah
kematian kutu kepala rata-rata 18.13 yang mampu membunuh kutu kepala
selama 12 jam masa pengujian. Sehingga konsentrasi ekstrak buah
mengkudu yang efektif sebagai bioinsektisida kutu kepala yaitu pada
konsentrasi 4% (K4) setelah 12 jam perlakuan.
Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak buah mengkudu pada setiap
perlakuan menunjukkan jumlah kematian yang berbeda-beda pada setiap
konsentrasi. Perbedaan ini disebabkan karena pada setiap konsentrasi
ekstrak memiliki kandungan senyawa metabolit yang berbeda pula
sehingga daya bunuhnya juga berbeda tergantung banyak sedikitnya
konsentrasi ekstrak buah mengkudu. semakin besar kandungan senyawa
metabolit maka semakin besar pula tingkat mortalitas kutu kepala. Dengan
demikian perlakuan K4 dengan dosis 4ml ekstrak mampu membunuh kutu
kepala dengan tingkat mortalitas paling tinggi.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada buah mengkudu
antara lain, flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid, proxeronin, minyak
atsiri, polifenol, antrakuinon, asam askorbat, scolopetin, serotonin,
damnacanthal, resin, glikosida, dan eugenol. Diantara sekian banyak
senyawa metabolit sekunder ini ada yang bersifat penolak, penghambat
makan, penghambat pernafasan dan lain sebagainya jika terpapar langsung
pada serangga uji.
Beberapa kandungan senyawa yang terkandung didalam buah
mengkudu diduga dapat menghambat dari serangan faktor biologis.
Diantaranya yaitu senyawa alkaloid yang memiliki kandungan senyawa
penolak serangga dan anti jamur dan senyawa flavonoid yang berfungsi
sebagai pengatur pertumbuhan pada tumbuhan juga dapat menjadi
senyawa antimikroba dan antivirus terhadap serangga.
Senyawa-senyawa fenol, triterpenoid, alkaloid, dan steroid yang
terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama.
Menurut Eaton dan Hale (dalam Pratiwa et al 2015) menyatakan bahwa
senyawa-senyawa bioaktif dapat merusak sistem syaraf serangga.
Gangguan tersebut mengakibatkan sistem syarat tidak berfungsi.
Dalam penelitian Pary (2013), buah mengkudu mengandung beberapa
zat diantaranya adalah ; Scolopetin yang berfungsi membunuh beberapa
tipe bakteri dan bersifat fungisida (pembunuh jamur) juga bersifat anti
peradangan dan anti alergi; Xeronin merupakan salah satu alkaloid
terpenting yang terdapat dalam buah mengkudu,berfungsi untuk
mengaktifkan enzim-enzim dan pengatur fungsi protein dalam sel; dan
Proxeronin yang berfungsi mengatur bentuk dan kekerasan protein spesifik
yang terdapat dalam sel.
Bioinsektisida racun kontak adalah bioinsektisida yang masuk
kedalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula), celah/lubang alami
pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut serangga dan
ditranslokasikan kebagian tubuh serangga tempat bioinsektisida aktif
bekerja. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak)
dengan bioinsektisida tersebut.
Bioinsektisida yang bekerja sebagai racun pernafasan adalah
bioinsektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel
mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup
partikel mikro bioinsektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan
racun pernafasan ini berupa gas, asap, maupun uap dari bioinsektisida cair.
Pada penelitian ini kutu kepala yang dimasukkan ke cawan petri
(media uji) yang diberi ekstrak buah mengkudu mengakibatkan kutu
kepala mati dikarenakan terjadi kontak langsung secara terus menerus
antara kutu kepala dengan ekstrak buah mengkudu. Tingginya tingkat
mortalitas yang dikarenakan kandungan pada buah mengkudu mampu
meluruhkan lapisan kitin penyusun kutikula serangga. Sejalan dengan
penelitian Epi Mayasari (2016), yang menyatakan bahwa bahan aktif yang
berpengaruh pada mortalitas yang disebabkan oleh zat beracun yang ada
pada bahan botani dapat menghambat aktifitas respirasi sehingga
menyebabkan kematian apabila masuk melalui saluran pencernaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.) dapat digunakan sebagai bioinsektisida alami
karena menunjukkan tingkat mortalitas kutu kepala yang cukup tinggi,
meskipun tidak dapat menyamai bioinsektisida sintetis atau pedikulosida
namun perlu diperhatikan bahwa ekstrak buah mengkudu lebih aman
dibandingkan dengan penggunaan bioinsektisida sintetis dan pedikulosida
baik terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sarida et al (2010) yang
menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi yang ditunjukkan dengan
terbentuknya zona hambat. Dan penelitian Pratiwa et al (2015) yang
menunjukkan adanya pengaruh ekstrak buah mengkudu dengan berbagai
tingkat konsentrasi dengan persentase mortalitas rayap tanah dalam proses
pengujian selama 21 hari. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
diberikan maka semakin tinggi pula nilai mortalitas dari rayap tanah.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji efektifitas ekstrak buah mengkudu
terhadap mortalitas kutu kepala dapat diperoleh kesimpulan bahwa semua
konsentrasi ekstrak buah mengkudu berpengaruh terhadap 97.5%
mortalitas kutu kepala yang diujikurang dari 12 jam masa percobaan.
Perlakuan K4 yaitu 4ml + 96ml aquades mempunyai pengaruh paling
besar terhadap mortalitas kutu kepala yang diuji. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula
tingkat mortalitas yang didapat, jika tidak digunakan dengan bijak
bioinsektisda pun dapat menyebabkan masalah lingkungan hendaknya
digunakan seperlunya saja agar ekosistem yang ada tetap terjaga.
B. Saran
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan pada penelitian ini,
maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang
efektifitas ekstrak buah mengkudu terhadap mortalitas kutu kepala hingga
tahap fraksinasi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Romman, S., Ateyyat, M., Abu-Darwish, M., & Ghabiesh, I. (2012). Impact Of
Flavonoids Against Woolly Apple Aphid, Eriosoma lanigerum (Hausman) And Its
Sole Parasitoid, Aphelinus mali (Hald). Journal of agricultural science.Vol.4,
No.2.
Al-Bashtawy, M. & Hasna, F. (2012). Pediculosis Capitis Among Primary-School
Children In Mafraq Governorate, Jor&. Eastern Mediterranean Health journal.
Vol.18. No.1. Hal 44.
Alatas, S. S. S. & Linuwih, S. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Pedikulosis Kapitis Dengan Karakteristik Demografi santri Pesantren X, Jakarta
Timur.pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis. Vol.1, No.1.Hal 54.
Anonim. (2013). Morinda citrifolia.eol.org/pages/1095628.(20 januari 2017).
Anonim. (2004). Michigan Head Lice Manual, A Comprehensive Guide To Identify,
Treat, Manage, And Prevent Head Lice. Michigan Department Of Community
Health: Michigan.
Charles, A.T., Norman, F.J.. Borror & Delong‟s. (2005). Introduction To The Study Of
Insects. Seventh Edition. Amerika : Thomson Brooks/Cole.
Canyon, D.V. & Speare, R. (2010). Indirect Transmission Of Head Lice Via Inanite
Objects. The Open Dermatology Journal 4 : 72-6).
Deore, S.L., & Khadabadi, S.S. (2009). Larvacidal Activity Of The Saponin Fractions
Of Chlorophytum borivilianum santapau and Fernandes. Journal of entomology
and nematology.Vol.1(5).
Dewi, P.V. & Lia, A.R. (2016). Efektifitas Beberapa Merk Minyak Kayu Putih
Terhadap Mortalitas Pediculus humanus capitis Secara In Vitro.Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada Vol.15. No.1.Hal 11.
Dewoto, H.R., (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Majalah kedokteran indonesia. 57(7): 205.
Gillot, C. (2005). Entomology Third Edition. Canada : University Of Saskatchewan.
Gulgun, M., Balci, E., Karaoglu, A., Babacan, O., & Turker, T. (2013). Pediculus
capitis : Prevalence And Its Associated Factors In Primary School Children Living
In Rural And Urban Areas In Kayseri, Turkey. Cent Eur Jurnal Public Health;
21(2): 104-108.
Gullan, P.J.& Cranston, P.S. (2010).the Insect An Outline Of Entomology. United
Kingdom : Wiley-Blackwell .
Hasnah & Nasril. (2009). Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)
Terhadap Mortalitas Plutella xylostella L. Pada Tanaman Sawi. Jurnal Floratek
4:29-40.
Hidayat,E.B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : penerbit ITB.
Hidayanti E. & Ambarwati D. (2010). Pestisida Nabati sebagai Alternatif
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Surabaya : BBPPTP
Surabaya. 2010.
ITIS Global: The Integrated Taxonomic Information System (2016). Pediculus
humanus capitis De Geer 1778.www.catalogueoflife.org/col/details/species. (20
januari 2017).
Khanna, V.G., & Kanabiran, K. (2007). Larvacidal Effect Of Hemidesmus indicus,
Gymnema sylvestre, and Eclipta prostate Against Culex qinquifaciatus mosquito
larvae. African Journal of biotechnology.Vol.6(3).307-311.
Lang, J.D. (1975). Biology And Control Of The Louse, Pediculus humanus capitis
(Anoplura : Pediculidae) In A Semi-Arid Urban Area. The University Of Arizona.
Mahendra, B. (2005). 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mayasari E. (2016). Uji Efektifitas Pengendalian Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae
L.) Dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius). Universitas
Muhammadiyah : Yogyakarta.
Meliya (2017). Pengaruh ekstrak dan bubuk batang serai (Cymbopogon citratus DC)
sebagai insektisida alami pembasmi kumbang beras. UIN Raden Intan : Lampung
Morgan. (2001). Pediculus humanus capitis.eol.org/pages/3574591/details. (20 April
2017).
Munusamy, H., Murhandarwati E.E.H., & Umniyati, S.R. (2011). The Relationship
Between The Prevalence Of Head Lice Infestation With Hygiene And Knowledge
Among The Rural School Children In Yogyakarta. Vol.1.No.2.Hal 103.
Murdiati, T.B., Adiwinatai, G., & Hildasari, D. (2000). Penelusuran Senyawa Aktif
Dari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Dengan Aktivitas Antelmintik
Terhadap Haemochus contortus. Jurnal ilmu ternak & veteriner 5(4):255-259.
Nathaniel, O.O., Benjamin, I.I., & Manuele, T. (2010).Insecticidal Properties An
Alkaloid From Alstania boonei De Wild. Journal of biopesticide 3(1 special issue)
256-270.
Pary, C. (2013). Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. 194-
199. (ISBN : 978-602-97522-0-5).
Pratiwa, C., Diba, F., & Wahdina. (2015). Bioaktivitas Ekstrak Etanol Buang
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes
curvignathus holmgren). Jurnal Hutan Lestari. vol.3(2): 227-233.
Rohman, A. & Riyanto, S. (2004). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda Citrifolia L.). Agritech Vol: 25 No. 3 Halaman 131-136.
Sarida, M., Tarsim, & Faisal, W. (2010). Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Vibrio harveyi Secara In
Vitro. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13. No : 3 (D). 59-63.
Sim, S., Lee, W.J., Yu, J.R., Lee, I.Y., Lee, S.H., Oh, S.Y., Seo, M., & Chai, J.Y.
(2011). Risk Factors Associated With Head Louse In Korea. Korean Jounal
Parasitol. vol.49. no.1 : 95-98 (DOI : 10-3347, ISSN (online) : 1738-0006).
Sudjana. (1982). Disain & Analisis Eksperimen. Bandung : TARSITO.
Sugeng, H.R. (1984). Tanaman Apotik Hidup. Semarang : Aneka Ilmu.
Sunarto, D.W. & Nurindah. Penggunaan Insektisida Botani Biji Mimba (Azadiracha
indica A. Jussieu) Sebagai Subtitusi Insektisida Kimia Sintetik Dalam
Pengendalian Ulat Daun Tembakau Cerutu Besuki. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat, hlm.119 : Malang
Susanti, Yunus Moh, dan Pasaru F. (2017). Efektifitas ekstrak daun pandan wangi
(Pandanus amarylifolius Roxb) terhadap kumbang beras (Sitophylus oryzae L.).
jurnal agroland 24 (3) : 208 – 213.
Susilowati, N.A. (2010). Pengaruh Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)
Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Universitas
Negeri : Malang.
Sutanto,I., Ismid,I,S., Sjarifudin, P.K., & Sungkar, S. (2008). Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran, Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Tjitrosoepomo, G. (2005). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Tjitrosoepomo, G. (2013). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Yuningsih (2016). Bioinsektisida Sebagai Re-Harmonism Ekosistem. Prosiding
Symbion FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. (e-ISSN : 2528-5726).
47
LAMPIRAN A
ALAT DAN BAHAN
48
ALAT
Botol Spray Gelas Ukur
Cawan Petri Corong Kertas Saring
Gelas Kimia
Tisu Toples Kaca
Ayakan Pan Plastik
Pipet Tetes
Sisir Kutu
50
BAHAN
Aquades Ethanol / Alkohol
96% Kutu Kepala
Buah Mengkudu
LAMPIRAN B
PROSES EKSTRAKSI
52
PROSES MASERASI DAN PENGUAPAN
HASIL PENGUAPAN
LAMPIRAN C
KONSENTASI EKSTRAK DAN
PENGAPLIKASIAN EKSTRAK
54
KONSENTRASI EKSTRAK
1 ml Ekstrak + 99 ml
Aquades
2 ml Ekstrak + 98 ml
Aquades
4 ml Ekstrak + 96 ml
Aquades
3 ml Ekstrak + 97
ml Aquades
55
PENGAPLIKASIAN EKSTRAK DAN HASIL
57
DATA PENGAMATAN JUMLAH KEMATIAN KUTU KEPALA
Sampel Jumlah
Awal
1
Jam
2
Jam
3
Jam
4
Jam
5
Jam
6
Jam
7
Jam
8
Jam
9
Jam
10
Jam
11
Jam
12
Jam
K0U1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K0U2 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K0U3 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K0U4 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K1U1 20 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
K1U2 20 0 0 0 0 0 1 0 2 0 1 1 2
K1U3 20 0 0 0 0 1 1 0 2 0 1 3 2
K1U4 20 0 0 0 0 0 1 2 1 3 2 2 4
K2U1 20 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 4 3
K2U2 20 0 0 0 0 0 1 1 0 3 2 4 6
K2U3 20 0 0 0 0 1 1 3 3 2 2 2 4
K2U4 20 0 0 0 0 0 1 3 2 1 1 1 1
K3U1 20 0 0 0 0 0 1 0 3 1 4 3 4
K3U2 20 0 0 0 0 1 2 0 4 0 3 2 5
K3U3 20 0 0 0 0 2 1 3 3 0 2 2 5
K3U4 20 0 0 0 0 0 2 2 4 2 3 2 3
K4U1 20 0 0 0 0 1 1 3 4 1 3 2 5
K4U2 20 0 0 2 0 1 5 2 1 1 3 5 0
K4U3 20 0 0 0 1 0 3 1 2 1 3 1 6
K4U4 20 0 0 2 0 3 2 0 2 3 2 5 1
Ket :
K = Perlakuan
U = Ulangan
LAMPIRAN D
UJI NORMALITAS DAN
NONPARAMETIK TES
59
NPAR TESTS /K-W=mortalitas BY perlakuan(1 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
perlakuan N Mean Rank
mortalitas
K0 4 2.50
K1 4 7.13
K2 4 11.13
K3 4 13.63
K4 4 18.13
Total 20
Test Statisticsa,b
mortalitas
Chi-Square 16.749
df 4
Asymp. Sig. .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
perlakuan
59
Explore
Warnings
K0 is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
K0 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
K1 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
K2 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
K3 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
K4 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Descriptivesa
Statistic Std. Error
K1
Mean 8.7500 2.52900
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .7016
Upper Bound 16.7984
5% Trimmed Mean 8.7222
Median 8.5000
Variance 25.583
Std. Deviation 5.05800
Minimum 3.00
Maximum 15.00
Range 12.00
Interquartile Range 9.75
Skewness .261 1.014
Kurtosis -.101 2.619
K2
Mean 14.2500 1.93111
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 8.1044
Upper Bound 20.3956
5% Trimmed Mean 14.2778
Median 14.5000
Variance 14.917
Std. Deviation 3.86221
Minimum 10.00
Maximum 18.00
Range 8.00
Interquartile Range 7.25
Skewness -.169 1.014
Kurtosis -4.409 2.619
K3
Mean 17.2500 .47871
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 15.7265
Upper Bound 18.7735
5% Trimmed Mean 17.2778
Median 17.5000
Variance .917
Std. Deviation .95743
Minimum 16.00
Maximum 18.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.75
Skewness -.855 1.014
Kurtosis -1.289 2.619
K4
Mean 19.5000 .50000
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 17.9088
Upper Bound 21.0912
5% Trimmed Mean 19.5556
Median 20.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 18.00
Maximum 20.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.50
Skewness -2.000 1.014
Kurtosis 4.000 2.619
a. K0 is constant. It has been omitted.
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
K1 .152 4 . .997 4 .989
K2 .262 4 . .895 4 .408
K3 .283 4 . .863 4 .272
K4 .441 4 . .630 4 .001
a. K0 is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN E
KARTU KONSULTASI
64
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI
66
68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Aisyah Novitasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir: Blitar, 17 November 1994
Alamat :
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 081272669470
Pengalaman – Pengalaman Pendidikan Formal
1. SD/MI, tahun tamat : SDN 05/IX Jambi Tulo / Madin
Assasuddiniyah, 2005
2. SMP/MTs, tahun tamat : MTs Putri As‟ad, 2009
3. SMA/MA, tahun tamat : MAS Putri As‟ad, 2012
Pengalaman Organisasi
1. Pramuka
2. Perkemi (Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia)
Motto Hidup
“ everything is gone be fine, keep moving forward
Jln. Lintas Pariwisata Candi Muaro Jambi, Rt. 03 Lingkungan Keramat
Sungke, Kel. Jambi Kecil, Kec. Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi
69