PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI
TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN
KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO
DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014
Oleh:
Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
1112081000056
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016M
i
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI
TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN
KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO
DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
NIM: 1112081000056
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 21 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
2. NIM : 1112081000056
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap
Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel
Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 14 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
2. NIM : 1112081000056
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap
Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel
Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 April 2016
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
2. Tempat & Tgl.
Lahir
: Depok, 8 Mei 1994
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jl. PGRI I NO. 2 RT 04/13 Kemiri Muka,
Beji, Depok, Jawa Barat 16423
5. Telp/HP : 085695646504
6. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2000-2006 : SDN Depok Baru I
2006-2009 : MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
2009-2012 : MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
2012-2016 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2011-2012 : Anggota Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota
Yogyakarta
2013-2014 : Anggota Bidang Keagamaan Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015 : Anggota Bidang Ekonomi Kreatif Dewan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
vi
Abstract
This study aimed to analyze the influence of macroeconomic fundamentals
on bank performance with the type of use of credit as an intervening variable.
This study used a sample of state banks with the monthly data for 13 years ie from
2002 to 2014. The statistical methods used in this research isthe Structural
Equation Modelling (SEM). The results showed that the fundamental
macroeconomic factors significantly influence the type of credit use; types of
credit use significant effect on the performance of banks, the fundamental
macroeconomic factors have a significant effect on bank performance; and types
of credit use to become an intervening variable positively reinforcing.
Keywords: macroeconomic fundamentals, types of credit use, bank’s
performance
vii
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental
makroekonomi terhadap kinerja perbankan dengan jenis penggunaan kredit
sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan sampel bank persero
dengan data bulanan selama 13 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai dengan 2014.
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation
Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental
makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap jenis penggunaan kredit; jenis
penggunaan kredit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan, faktor
fundamental makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan;
dan jenis penggunaan kredit mampu menjadi variabel intervening yang
menguatkan secara positif.
Kata kunci: faktor fundamental makroekonomi, jenis penggunaan kredit,
kinerja perbankan
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, yang telah
memberikan nikmat, iman, sehat, serta Islam. Cukup bagiku Allah sebagai
penolong dan pelindung. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Hanya dengan segala kebesaran-Nya dan atas kehendak-Nya pula sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Faktor
Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis
Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia
Selama Tahun 2002-2014”.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orangtua dan semua kakakku atas dukungan, motivasi, doa dan kasih
sayang yang telah diberikan.
2. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu
kelancaran studi penulis dan memberikan izin penelitian.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia membimbing, memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Faizul Mubarok, MM., selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ix
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan dan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa
perkuliahan.
7. Sahabat pemberi semangat yang selalu mengingatkan dan berlomba dalam
melakukan kebaikan. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuannya.
8. Sahabat–sahabat saya, Anggita, Devi, Kiki, Laily, Mahda, Nisa, Oby, Syifa
dan Wilda. Terima kasih telah menemani, saling memberikan semangat dan
dukungan selama kuliah bersama.
9. Seluruh teman saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama di Jurusan
Manajemen dan teman–teman di kelas keuangan angkatan 2012. Terima
kasih untuk kebersamaan selama ini.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu dari awal penulisan hingga
skripsi ini selesai, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Saya ucapkan
terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.
Jakarta, 25 Mei 2016
Peneliti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv
KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v
Abstract .............................................................................................................................. vi
Abstrak .............................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 13
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 14
D. Rumusan Masalah ................................................................................................. 15
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 15
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 16
BAB II ............................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 17
A. Bank ...................................................................................................................... 17
1. Pengertian Bank ................................................................................................ 17
xi
2. Fungsi Bank ...................................................................................................... 18
3. Jenis-jenis Bank ................................................................................................ 20
4. Kinerja Perbankan ............................................................................................. 23
B. Kredit .................................................................................................................... 34
1. Pengertian Kredit .............................................................................................. 34
2. Unsur-unsur Kredit ........................................................................................... 35
3. Jenis Penggunaan Kredit ................................................................................... 36
C. Faktor Fundamental Makroekonomi ..................................................................... 37
1. Inflasi ................................................................................................................ 37
2. Tingkat Suku Bunga ......................................................................................... 40
3. Nilai Tukar/Kurs ............................................................................................... 42
D. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis Penggunaan Kredit
……………………………………………………………………………………44
E. Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan ........................ 45
F. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan ...... 46
G. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................................ 47
H. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 52
I. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 53
BAB III ............................................................................................................................. 54
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................ 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 55
D. Metode Analisis Data ............................................................................................ 55
1. Menentukan Degree of Freedom ...................................................................... 55
2. Melakukan Estimasi .......................................................................................... 56
3. Uji Kecocokan .................................................................................................. 57
xii
4. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ............................................... 59
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................ 59
BAB IV ............................................................................................................................. 61
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 61
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 72
1. Analisis Kecocokan Keseluruhan Model .......................................................... 73
2. Analisis Model Pengukuran .............................................................................. 75
3. Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 83
BAB V .............................................................................................................................. 88
PENUTUP ........................................................................................................................ 88
A. Simpulan ............................................................................................................... 88
B. Implikasi ............................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 91
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 95
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komposit ................................................................. 33
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 47
Tabel 3.1 Rasio Kinerja Perbankan ....................................................................... 60
Tabel 4.1 Uji Kecocokan Model 74
Tabel 4.2 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014 ................. 2
Gambar 1.2 Kinerja Keuangan Bank Persero Tahun 2002-2014 ............................ 4
Gambar 1.3 Pergerakan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014 .................................. 6
Gambar 1.4 Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014............................................ 7
Gambar 1.5 Pergerakan BI Rate Tahun 2002-2014 ................................................ 8
Gambar 1.6 Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam
Milyar Rupiah) ...................................................................................................... 12
Gambar 4.1 Uji t 76
Gambar 4.2 Estimate (Loading Factor) ................................................................ 78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Output LISREL (Sebelum Modifikasi) ............................................. 95
Lampiran 2 Output LISREL (Setelah Modifikasi).............................................. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang tidak asing lagi di
masyarakat, karena bank menyediakan berbagai jasa pelayanan keuangan
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bank merupakan lembaga keuangan
yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian. Hal ini
karena dalam aktifitasnya, bank memiliki tiga kegiatan utama bank yaitu
menghimpun dana dalam bentuk tabungan, menyalurkan dana dalam bentuk
kredit dan memberikan jasa bank lainnya.
Kasmir (2012:13), kegiatan pokok perbankan adalah menghimpun dan
menyalurkan dana. Maksud dari menyalurkan dana adalah perbankan akan
melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan
dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Kegiatan
penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah Lending. Bentuk kredit yang
diberikan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan suku bunga pinjaman bank
persero dari jenis penggunaannya selama 15 tahun menunjukkan pergerakan
pertumbuhan yang berbeda di setiap tahunnya (gambar 1.1).Pada tahun
2014 pertumbuhan kedit investasi (KI) naik sebesar 11,24% lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,39%, kredit konsumsi (KK)
2
naik sebesar 12,16% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar
11,92% dan kredit modal kerja (KMK) naik sebesar 12,32% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013 sebesar 11,79%. (sumber: bi.go.id)
Gambar 1.1
Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)
Keuntungan utama perbankan diperoleh dari selisih bunga simpanan
yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang
di salurkan. Keuntungan selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread
based. Dimana keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya kondisi
perkembangan berbagai jenis tingkat suku bunga yang ditawarkan yang
pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perbankan.
Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan berdampak pada kinerja
keuangan perbankan. Jika bank meningkatkan tingkat suku bunga dalam
penyaluran kredit dan apabila dalam penyalurannya tidak efisien maka hal
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Jenis Penggunaan Kredit
KMK
KI
KK
3
ini bisa menimbulkan kredit macet atau non performing loan (NPL).
Tingginya NPL menyebabkan tingginya biaya operasional bank yang
kemudian berpotensi menurunkan laba bank yang dapat diukur dengan
return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM). Hal ini tentu akan
berdampak pada kurangnya kemampuan bank untuk meningkatkan
modalnya yang dicerminkan melalui capital adequacy ratio (CAR). Tinggi
rendahnya tingkat suku bunga juga akan berpengaruh terhadap komposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan yang diukur dengan Loan to Deposit
Ratio (LDR).
Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan kredit perbankan
tumbuh melambat menjadi 11,6% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar
21,6% sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. Sedangkan
berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, profitabilitas dan
efisiensi perbankan pada bank persero meningkat yang tercermin pada rasio
Return On Asset (ROA) tahun 2014 sebesar 3,69% lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 3,67%. Akan tetapi, rasio Net
Interest Margin (NIM) turun sebesar 5,13% lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2013 sebesar 5,77%. Di tengah kondisi seperti ini, ketahanan
perbankan nasional tetap meningkat. Hal ini tercermin dari modal bank
persero pada tahun 2014 yang meningkat menjadiRp. 226.675
milyardibandingkan dengan tahun 2013 sebesarRp. 192.073 milyar. Adapun
4
dari sisi rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 17,44%
dibandingkan tahun 2013 sebesar 17,05%. Artinya, CAR bank persero
memenuhi CAR profil risiko karena berdasarkan hasil stress test risiko
pasar menunjukkan bahwa CAR industri bank persero masih berada di atas
14%. Selain itu, hasil stress test risiko kredit juga menunjukkan bahwa
secara industri NPL gross masih di bawah batas aman 5% setelah tahun
2000 hingga 2007 selalu diatas 5%. (sumber: bi.go.id)
Gambar 1.2
Kinerja Keuangan Bank Persero tahun 2002-2014
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id)
Setiap bank dalam periode tertentu pasti akan melaporkan seluruh
kegiatan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi
keuangan perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perbankan tersebut karena laporan keuangan adalah kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan. Selain itu laporan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kinerja Bank Persero
NPL
LDR
ROA
NIM
CAR
5
keuangan juga bertujuan menilai kinerja manajemen bank yang
bersangkutan.
Oleh karena itu, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor
13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank
diminta untuk menjaga tingkat kesehatan perbankan mereka. Karena kinerja
perbankan akan tercermin dalam rasio kesehatannya. Hal tersebut dapat
diukur melalui metode RGEC yaitu Risk, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital.
Suku bunga jenis penggunaan kredit diantaranya suku bunga kredit
modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang ditawarkan ke
masyarakat ditentukan oleh besar kecilnya tingkat suku bunga Bank
Indonesia. Oleh karena itu, suku bunga jenis penggunaan kredit tersebut
akan berpengaruh terhadap kinerja operasional bank yang dapat
direfleksikan melalui profil risiko, profil laba dan profil permodalan.
Faktor fundamental makro merupakan faktor fundamental negara
yang disebut juga faktor eksternal perusahaan. Faktor ini sangat luas
cakupannya seperti faktor ekonomi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya
dan lain-lain. Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak
dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika
terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga
dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan
karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi
makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak
6
uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan
masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang
tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik
sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam
jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi
perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang
suatu negara).
Gambar 1.3
Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014
Sumber: www.bi.go.id
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat inflasi selama tiga
belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 7,56%.Tingkat paling
rendah adalah sebesar 4,28% pada tahun 2012 dan tingkat paling tinggi
adalah sebesar 13,33% pada tahun 2006.
0
2
4
6
8
10
12
14
INFLASI
INF
7
Gambar 1.4
Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)
Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya selama tiga
belas tahun, nilai rupiah terhadap dolar mengalami apresiasi dan depresiasi
yang berbeda setiap tahunnya. Apresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun
2003 sebesar Rp. 8.571 dan depresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun
2014 sebesar Rp. 11.885.
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
NILAI KURS
KURS
8
Gambar 1.5
Pergerakan BI rate Tahun 2002-2014
Sumber: www.bi.go.id
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat BI rate selama tiga
belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 8,5%.Tingkat paling
rendah adalah sebesar 6,5% pada tahun 2010 dan tingkat paling tinggi
adalah sebesar 14,95% pada tahun 2002.
Menurut Tuckman (1988) dalam Sugiyono (2011:39), variabel
intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan
yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela antara variabel independen dengan variabel
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini, jenis peggunaan kredit digunakan sebagai
variabel intervening dimana jenis penggunaan kredit mampu mempengaruhi
0
2
4
6
8
10
12
14
16
BI RATE
BI RATE
9
hubungan faktor fundamental makroekonomi dengan kinerja perbankan.
Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, maka suku bunga jenis penggunaan
kredit merupakan variabel intervening yang berpengaruh dan berperan
dalam faktor-faktor makroekonomi (inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs)
memengaruhi kinerja perbankan (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR).
Harmono (2012), dalam penelitiannya memperlihatkan inter-
korelasional antar dimensi keuangan, yang mampu menjelaskan fenomena
masalah yang terjadi dipraktik. Dalam hal ini, faktor fundamental makro
yang dindikasi melalui nilai kurs, BI rate, dan tingkat inflasi, berpengaruh
terhadap kinerja bank. Namun peran variabel skim bunga kredit yang
dindikasi melalui skim bunga kredit modal kerja, bunga kredit investasi, dan
bunga kredit konsumsi mampu memediasi yang menguatkan namun bersifat
negatif terhadap kinerja bank, dalam hal ini kinerja bank menggunakan
indikator CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity)
yang sering digunakan Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan
bank, ternyata yang signifikan berkontribusi terhadap kinerja bank hanya
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return on Assets (ROA).
Marcello dan Tiziano (2011), dalam penelitiannya menguji pengaruh
makroekonomi terhadap kualitas kredit selama tahun 1990-2010 (kuartal)
pada Bank Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: i) kualitas
pinjaman untuk rumah tangga dan perusahaan dapat dijelaskan oleh
sejumlah kecil variabel makroekonomi terutama yang berkaitan dengan
keadaan umum perekonomian, biaya pinjaman dan beban utang; ii)
10
perubahan kondisi makroekonomi secara umum mempengaruhi kualitas
kredit dengan lag; dan iii) out-of-sampel akurasi prediksi dari model ini
cukup memuaskan dan terbukti menjadi kuat untuk krisis keuangan baru-
baru ini.
Guglielmo et al (2013), dalam penelitiannya juga menguji pengaruh
makroekonomi terhadap kualitas kredit selama krisis 2008-2012 pada Bank
Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek dari guncangan
permanen untuk kredit macet dari kelebihan jumlah kredit adalah signifikan
dan tetap untuk kredit macet perusahaan, tetapi tidak untuk kredit macet
rumah tangga pinjaman yang lebih efisien.
Dimitrios et al (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh
makroekonomi terhadap NPL dengan membandingkan tiga jenis pinjaman
yaitu KPR, bisnis dan konsumen dalam sistem perbankan Yunani. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa NPL dalam sistem perbankan Yunani
dapat dijelaskan terutama oleh fundamental makro (GDP, pengangguran,
suku bunga) dan kualitas manajemen. Perbedaan dampak kuantitatif faktor
makroekonomi antara jenis pinjaman yang jelas dengan hipotek non-
performing menjadi sedikit responsif terhadap perubahan kondisi
makroekonomi.
Lucas dan Anne (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh
perkembangan ekonomi makro pada kinerja, kualitas kredit dan perilaku
pinjaman bank di Kenya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku
bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro.
11
Fadzlan dan Muzafar (2010), dalam penelitiannya menguji dampak
krisis keuangan terhadap kinerja bank di Indonesia dimana peneliti akan
melihat faktor-faktor penentu profitabilitas perbankan Indonesia. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa krisis Asia berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas perbankan Indonesia, bank-bank Indonesia
relatif menguntungkan selama pra-krisis dibanding pasca dan periode krisis.
Claudiu (2015), dalam penelitiannya menguji pengaruh tingkat
kesehatan keuangan terhadap profitabilitas bank. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kapitalisasi bank, likuiditas dan suku bunga margin
positif mempengaruhi profitabilitas bank, sedangkan kredit macet dan non-
interest expense memiliki dampak negatif.
Berdasarkan hal diatas penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
pengaruh dari faktor fundamental makroekonomi yang diproksi dengan
inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs dalam memengaruhi kinerja perbankan
yang diproksi dengan metode RGEC (Risk, Good Corporate Governace,
Earning, dan Capital) sesuai peraturan Bank Indonesia nomor
13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan
variabel intervening jenis penggunaan kredit. Konsep pengaruh antar
variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh berjenjang, dengan
menempatkan jenis penggunaan kredit sebagai intervening.
Dalam penelitian ini peneliti memilih bank persero sebagai sebagai
sampel. Yang termasuk dalam bank persero adalah Bank Mandiri, Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan
12
Negara (BTN). Alasan pemilihan sampel ini adalah karena bank persero
adalah bank umum yang memiliki laba bersih paling besar dibanding
dengan bank lainnya pada tahun 2010-2014 (gambar 1.6).
Gambar 1.6
Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam
Milyar Rupiah)
Sumber: www.bi.go.id
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harmono
(2012), penelitian ini dilakukan dalam tahun yang lebih lama, yaitu tiga
belas tahun karena sebuah metode Structural Equation Modelling (SEM)
akan efektif pada jumlah sampel antara 150 data sampai 400 data (Singgih,
2015:72). Selain itu, indikator penilaian kinerja perbankan yang digunakan
adalah indikator RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning, dan
Capital) sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011. Akan
tetapi pemusatan penelitian adalah kepada bank persero sebagai sampel
penelitian.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2010 2011 2012 2013 2014
Laba Bersih Perbankan
Bank Persero
BUSN Devisa
BUSN Non Devisa
BPD
Bank Campuran
Bank Asing
13
Oleh karena itu, maka penulis mengambil judul skripsi: “Pengaruh
Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan
dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada
Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014.”
B. Identifikasi Masalah
1. Dalam membeli saham suatu perusahaan, investor akan melakukan
berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah laporan
keuangan perusahaan dan faktor fundamental makro ekonomi. Jika
laporan keuangan perusahaan bagus dan keadaan fundamental makro
ekonomi stabil, investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut.
2. Tingkat bunga kredit yang ditawarkan oleh bank merupakan salah satu
pertimbangan konsumen yang akan melakukan pinjaman. Artinya,
tingkat bunga kredit akan menjadi acuan konsumen dimana tingkat
bunga kredit ini menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan.
Besarnya tingkat bunga kredit yang ditawarkan bank akan menjadi
pertimbangan dalam memutuskan apakah konsumen akan melakukan
kontrak utang dengan bank atau tidak. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Selain itu, dalam transaksi
pemberian kredit baik masyarakat maupun bank tentunya akan
mempertimbangkan kondisi faktor fundamental makro ekonomi yaitu
inflasi, kurs dan BI rate.
3. Dalam memberikan jaminan kepada para nasabah, bank juga akan
memikirkan risiko kredit yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini
14
dikarenakan seluruh rangkaian kredit baik penjualan maupun
pengembalian kredit akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
4. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki wewenang untuk
menentukan tingkat suku bunga di Indonesia serta mengendalikan
inflasi melalui kebijakan moneter. Hal ini akan menjadi acuan oleh
perbankan dalam menentukan tingkat bunga kredit yang akan
ditawarkan kepada nasabah. Tingkat bunga kredit yang ditawarkan
akan berpengaruh terhadap kegiatan perbankan, dimana selanjutnya
akan berpengaruh juga terhadap kinerja perbankan.
5. Jika ada keseimbangan antara banyaknya kredit yang disalurkan
kepada nasabah dengan pengembalian kredit yang tepat waktu maka
akan menghasilkan NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR yang baik pada
perbankan.
C. Pembatasan Masalah
1. Penelitian hanya dilakukan pada bank persero
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2002-2014
3. Faktor fundamental makroekonomi yang digunakan adalah inflasi,
nilai kurs dan BI rate
4. Kinerja perbankan diukur menggunakan indikator RGEC (Risk, Good
Corporate Governance, Earning dan Capital), akan tetapi peneliti
hanya menggunakan beberapa rasio. Selain itu peneliti tidak
mengambil Good Corporate Governance untuk menilai kinerja
perbankan.
15
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis
penggunaan kredit
2. Bagaimana pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja
perbankan
3. Bagaimana pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap
kinerja perbankan
4. Bagaimana jenis penggunaan kredit berperan sebagai variabel
intervening terhadap faktor fundamental makroekonomi dalam
memengaruhi kinerja perbankan
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap
jenis penggunaan kredit
2. Menganalisis pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja
perbankan
3. Menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap
kinerja perbankan
4. Menganalisisperan jenis penggunaan kredit sebagai variabel
intervening dalam faktor fundamental makroekonomi memengaruhi
kinerja perbankan
16
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan ekonomi makro yang mendukung industri
perbankan
2. Bagi perbankan, sebagai acuan untuk menjalankan perusahaan di
masa yang akan datang
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan bacaan dan tambahan ilmu
pengetahuan
4. Bagi penulis, sebagai sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana
teori yang dapat diterapkan dalam praktik juga menambah
pengetahuan penulis
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank
1. Pengertian Bank
Dalam keseharian, kita mengetahui bahwa bank merupakan
lembaga keuangan yang memediasi pembayaran, memberikan
pinjaman dan mengambil simpanan dari masyarakat. Akan tetapi,
pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan adalah “Badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Menurut Mishkin (2010:7), bank adalah lembaga keuangan yang
menerima deposito dan memberikan pinjaman. Termasuk di bawah
bank jangka yang perusahaan seperti bank komersial, asosiasi simpan
pinjam, bank tabungan bersama, dan serikat kredit.
Dari definisi tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan utama bank
yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa
lainnya. Menghimpun dana, yaitu bank mencari dana dengan cara
membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Menyalurkan
dana, yaitu melemparkan kembali dana yang diperoleh dari simpanan
18
ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Memberikan jasa
lainnya, yaitu jasa yang diberikan untuk mendukung kelancaran
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir, 2012:13-15)
2. Fungsi Bank
Secara spesifik fungsi bank seperti yang dikemukakan oleh
Budisantoso dan Triandaru (2006:9) sebagai berikut:
a. Agent of Trust (Jasa dengan Kepercayaan)
Dasar utama perbankan adalah trust atau kepercayaan,
baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi
unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak
akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan
baik oleh bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau
menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat dengan
dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur
tidak akan menyalahgunakan pinjaman, debitur akan
mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh
tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat
baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya
pada saat jatuh tempo.
b. Agent of Development (Jasa untuk Pembangunan)
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu
sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak dapat
19
dipisahkan, karena keduanya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan
bekinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja
dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran
dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian
di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan
jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan
konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak
lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu
masyarakat.
c. Agent of Service (Jasa Pelayanan)
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang
ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini
antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan
barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa
penyelesaian tagihan.
20
3. Jenis-jenis Bank
Kasmir (2012:22) membagi jenis-jenis bank dalam beberapa
segi, yaitu:
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998,
maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu:
1) Bank Umum
Pengertian bank umum sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada dan
operasi dapat dilakukan di semua wilayah.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian bank umum sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan
kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi
21
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan
dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima
simpanan giro. Begitu pula dalam jangkauan wilayah
operasi, BPR dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja.
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
1) Bank milik pemerintah
Di mana baik akta pendirian maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan
bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank yang termasuk
dalam milik pemerintah adalah BNI, BRI, BTN dan Bank
Mandiri.
2) Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang
seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta,
begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta
pula.
3) Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang
ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun
pemerintah asing suatu negara.
22
4) Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang
kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
c. Dilihat dari Segi Status
1) Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi
ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan.
2) Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
1) Bank Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga
kepada nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua
metode, yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan
untuk jasa-jasa lainnya menerapkan berbagai biaya dalam
nominal atau persentase tertentu.
23
2) Bank Syariah
Bank syariah menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam. Penentuan harga atau mencari
keuntungan bagi bank syariah adalah dengan cara
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
4. Kinerja Perbankan
a. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi
bank sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen
bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat
informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis
kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan
tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang
serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. (Kasmir,
2012:280)
24
b. Pihak-pihak yang Berkepentingan
Menurut Kasmir (2012:282), pembuatan laporan keuangan
bank tidak hanya ditujukan untuk manajemen dan pemilik
perusahaan itu sendiri melainkan juga berbagai pihak seperti:
1) Pemegang Saham
Bagi pemegang saham, kepentingan terhadap laporan
keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang
dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode.
2) Pemerintah
Bagi pemerintahm laporan keuangan baik bagi bank-
bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk
mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan.
c. Analisis RGEC
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank
Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan
Bank dengan model manajemen risiko menggantikan penilaian
CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.
Jika dahulu kesehatan bank diukur dengan CAMELS yaitu
Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity &
Sensitivity to Market Risk, maka berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No.13/1/PBI/2011 penilaian kesehatan bank diukur
25
dengan RGEC yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings&Capital. Berikut ini adalah penjelasan dari RGEC:
1) Risk Profile
Penilaian kesehatan bank yang pertama adalah profil
risiko. Faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap
risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko
dalam aktivitas operasional bank.
Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas
risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang
dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi
mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko
inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun
eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis,
kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana
bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro
ekonomi. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan
memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas
masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip
umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis
risiko.Risiko tersebut diantaranya risiko kredit, risiko pasar,
26
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko
stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.
(a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan
debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat
pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung
pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit
(issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya
penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis,
produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.
Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan
wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko
inheren.
Risiko kredit dapat diukur melalui Rasio Net
Performing Loan (NPL). Rasio NPL menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh pihak bank.
𝑁𝑃𝐿 =𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
(b) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan
rekening administratif termasuk transaksi derivatif,
27
akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko
perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara
lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas,
dan risiko komoditas.
(c) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional bank. Sumber risiko operasional dapat
disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia,
proses, sistem, dan kejadian eksternal.
(d) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau
dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan
(funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat
disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi aset
tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya
pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
28
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko
likuiditas pasar (market liquidity risk).
Menurut Kasmir (2012: 319), risiko likuiditas bisa
diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini
digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan.
𝐿𝐷𝑅 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑑𝑎𝑛𝑎𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
(e) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat
tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendasari atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat
sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
(f) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan
bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber
risiko stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan
dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
29
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
(g) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat
bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul
karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku
umum.
(h) Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya
tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari
persepsi negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan
yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko
reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan
bersifat langsung (above the line).
2) Good Corporate Governance (GCG)
Dalam metode RGEC, penilaian terhadap faktor GCG
didasarkan dalam tiga aspek utama yaitu governance
structure, governance process, dan governance
output.Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang
disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance
30
structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan
dan pelaksanaan tugas komite.Governance process
mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan
kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern,
penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana
besar, serta rencana strategis bank. Governance output
mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi
prinsip Transparancy, Accountability, Responsibility,
Indepedency, dan Fairness (TARIF)”.
Akan tetapi pada penilitian kali ini, peneliti tidak
menggunakan Good Corporate Governance sebagai alat
ukur penelitian.
3) Earnings
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi
terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas,
kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan tingkat, tren, struktur, stabilitas
rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan
kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif
31
maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank
perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau
kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan
informasi yang dimiliki.
Return on Asset (ROA)
Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah
pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio
ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa
besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki.
Apabila rasio ini tinggi berarti menujukkan adanya
efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.
𝑅𝑂𝐴 =𝑛𝑒𝑡𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Sumber: (Mishkin, 2010:232)
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
𝑁𝐼𝑀 =𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑒𝑡𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
32
4) Capital
Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi
terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan
pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan
permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan
modal minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam
melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga
harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko
bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal
yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.
Untuk mengukur penilaian permodalan dibutuhkan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menggambarkan
rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko
kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
𝐶𝐴𝑅 =𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
Penilaian kesehatan bank dapat dikategorikan dengan
5 komposit. Berikut matriks peringkat komposit tingkat
kesehatan bank:
33
Tabel 2.1
Matriks Peringkat Komposit
Peringkat Penjelasan
PK 1 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sangat sehat sehingga dinilai sangat
mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain
profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas,
dan permodalan yang secara umum sangat
baik. Apabila terdapat kelemahan maka
secara umum kelemahan tersebut tidak
signifikan.
PK 2 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sehat, sehingga dinilai mampu
menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain
profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas
dan permodalan yang secara umum baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara
umum kelemahan tersebut kurang
signifikan.
PK 3 Mencerminkan kondisi bank yang secara
umum cukup sehat sehingga dinilai cukup
mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain
profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas,
dan permodalan yang secara umum cukup
baik. Apabila terdapat kelemahan maka
secara umum kelemahan tersebut cukup
signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi
dengan baik oleh manajemen dapat
mengganggu kelangsungan usaha Bank.
PK 4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum kurang sehat, sehingga dinilai
kurang mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan
kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko,
penerapan GCG, rentabilitas, dan
34
permodalan yang secara umum kurang baik.
Terdapat kelemahan yang secara umum
signifikan dan tidak dapat diatasi dengan
baik oleh manajemen serta mengganggu
kelangsungan usaha Bank.
PK 5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak
mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dari
faktor eksternal lainnya tercermin dari
peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain
profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas,
dan permodalan yang secara umum kurang
baik. Terdapat kelemahan secara umum
sangat signifikan sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan dukungan dana
dari pemegang saham atau sumber dana dari
pihak lain untuk memperkuat kondisi
keuangan Bank.
(Sumber: Lampiran SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25
Oktober 2011)
B. Kredit
1. Pengertian Kredit
Kata kredit erat kaitannya sebagai pinjaman yang dibayar
dengan angsuran.Menurut Kasmir (2012:80), dalam bahasa sehari-hari
kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar
dengan cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari
dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian.
Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
35
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.” Dapat diambil simpulan bahwa kredit
berhubungan dengan unsur pinjam meminjam, kesepakatan, jangka
waktu dan bunga.
2. Unsur-unsur Kredit
Menurut Kasmir (2012:84), unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit
yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-
benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
b. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
c. Jangka waktu
Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit
yang telah disepakati.
d. Risiko
Faktor risiko kerugian dapat dilibatkan dua hal, yaitu risiko
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja atau tidak mau
membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang
diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, yaitu terjadinya
36
musibah seperti bencana alam. Semakin panjang jangka waktu
suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian
sebaliknya.
e. Balas jasa
Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi,
serta biaya administrasi kredit merupakan keuntungan utama
bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
3. Jenis Penggunaan Kredit
Menurut Kasmir (2012:85), tiga jenis penggunaan kredit antara lain:
a. Kredit Investasi
Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu
periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini
adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. Contoh kredit
investasi adalah pinjaman untuk membangun pabrik atau
membeli mesin.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan
untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan
baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang
37
berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal
kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit
investasi yang sudah ada.
c. Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi merupakan kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau
badan usaha.
C. Faktor Fundamental Makroekonomi
Faktor fundamental makroekonomi merupakan faktor lingkungan
yang berasal dari eksternal perusahaan dimana keberadaannya tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Meskipun
begitu faktor fundamental makroekonomi mempengaruhi kinerja
perusahaan dan nilai perusahaan. Tiga faktor fundamental makroekonomi
yaitu:
1. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator fundamental
makroekonomi. Secara umum inflasi diartikan sebagai gejala
kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat yang bersifat umum
dan terus-menerus.
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga keseluruhan. Inflasi
terjadi ketika banyak harga naik secara serentak. Kita mengukur
38
inflasi dengan melihat jumlah barang dan jasa yang besar serta
menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode
waktu. (Case dan Fair, 2007:57)
Berdasarkan situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), inflasi
diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya.
Tidak hanya dihitung berdasarkan perubahan harga satu atau
dua barang saja, tetapi inflasi juga dihitung melalui perubahan indeks
harga barang dan jasa. Perubahan indeks harga barang dan jasa sering
dipakai dalam sebuah rumah tangga dalam jangka waktu tertentu
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).
a. Penyebab Inflasi
Dua tipe inflasi yang di dapat dari hasil kebijakan stabilisasi
adalah:
1) Tarikan Permintaan (demand pull inflation)
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah
tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih
besar dari pada kapasitas perekonomian.
39
2) Dorongan Biaya (Cost push inflation)
Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat
disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar
negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan
harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered
price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana
alam dan terganggunya distribusi.Cost push inflation
disebut fenomena moneter karena tidak dapat terjadi tanpa
otoritas moneter dengan mengejar kebijakan akomodatif
dari tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan uang
(Mishkin, 2010:646).
Namun pada situs Bank Indonesia (www.bi.go.id),
penyebab inflasi juga dapat terjadi pada ekspektasi inflasi
(Inflation Expectation). Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi
oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam
menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan
kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih
cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini
tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen
dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar
keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah
minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang
secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung
40
kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-
saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi
supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan
UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski
kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam
mendorong peningkatan permintaan.
b. Cara Pengukuran Tingkat Inflasi
𝐿𝐼𝑡 =𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1× 100%
Dimana:
𝐿𝐼𝑡 = laju inflasi periode t
𝐼𝐻𝐾𝑡 = IHK periode t
𝐼𝐻𝐾𝑡−1 = IHK periode t-1
2. Tingkat Suku Bunga
Dalam keseharian, tingkat suku bunga sering dikaitkan dengan
jumlah persentase. Dalam pengertiannya sendiri, tingkat suku bunga
adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang
diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman (Case dan Fair,
2007:153).
Menurut situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), Suku Bunga
Bank Indonesia (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
41
oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan inilah
yang biasanya dijadikan acuan oleh bank-bank di Indonesia dalam
membuat keputusan operasional bank.
Penentuan BI rate biasanya ditetapkan dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) yang dilakukan secara triwulanan yaitu pada bulan
Januari, April, Juli dan Oktober. Hasil rapat berlaku selama triwulan
berjalan dengan mempertimbangkan rekomendasi BI rate yang
dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijaksanaan dalam model ekonomi
untuk pencapaian sasaran inflasi.
Tingkat suku bunga merupakan variabel makroekonomi yang
penting. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga merupakan
harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan.
Tingkat suku bunga dapat dikatakan sebagai penggerak kegiatan
ekonomi, hal ini dapat dilihat dari hubungan antara tingkat suku
bunga, investasi dan pendapatan nasional. Hubungan tersebut
merupakan hubungan yang negatif atau berlawanan, dimana ketika
suku bunga tinggi, maka tingat investasi rendah, dan terjadi
sebaliknya. Sedangkan kenaikan investasi akan meningkatkan agregat
ekonomi dan pendapatan nasional. Tingkat bunga dari sudut pandang
investor merupakan pendapatan dari dana yang investasikan, sehingga
jika tingkat bunga deposito naik, investor lebih memilih dananya
disimpan dalam bentuk deposito, akibatnya kegiatan investasi di
sektor riil menurun. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan
42
merupakan konsep biaya akibat penggunaan dana untuk kegiatan
operasi perusahaan, sehingga jika tingkat suku bunga kredit naik,
maka biaya modal menjadi tinggi, akibatnya kegiatan operasi
perusahaan menurun. (Bambang, 2010:229)
3. Nilai Tukar/Kurs
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan
adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang
terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata
uang masing-masing negara atau wilayah.Kurs valuta asing (harga
mata uang satu negara dalam hal ini lain) adalah penting karena
mereka mempengaruhi harga barang produksi dalam negeri yang di
jual di luar negeri dan biaya barang asing yang di beli di dalam negeri
(Mishkin, 2010:522).
Sistem nilai tukar dalam sistem keuangan internasional
diklasifikasikan menjadi dua tipe dasar: tetap dan mengambang.
Dalam sistem nilai tukar perbaikan, nilai mata uang dipatok relatif
terhadap nilai satu mata uang lainnya (disebut mata uang
jangkar/anchor currency) sehingga nilai tukar tetap dalam hal anchor
currency. Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai mata uang ini
dibiarkan berfluktuasi terhadap semua mata uang lainnya. Ketika
negara-negara campur tangan dalam pasar valuta asing dalam upaya
untuk mempengaruhi nilai tukar mereka dengan membeli dan menjual
43
aset asing, sistem ini disebut sebagai sistem nilai tukar mengambang
(atau dirty float). (Mishkin, 2010:536)
Di Indonesia, sistem nilai tukar mata uang dibolehkan berbeda
terhadap yang lain atau dikenal dengan ‘sistem nilai tukar mata uang
mengambang’. Dalam hal ini mata uang ditentukan berdasarkan
kekuatan-kekuatan pasar atas permintaan dan penawaran.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar dari waktu ke waktu
akan berpengaruh pada ketidakstabilan harga saham. Hal ini
disebabkan karena seorang investor akan memiliki keraguan untuk
menanam saham sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun.
Fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi inflasi dan output, dan
menjadi perhatian penting bagi para pembuat kebijakan moneter.
Ketika mata uang domestik jatuh di nilai (depresiasi), harga yang
lebih tinggi dari barang impor akan langsung ke tingkat harga yang
lebih tinggi dan inflasi. Pada saat yang sama, mata uang domestik
menurun, yang membuat barang negeri (ekspor) lebih murah untuk
orang asing, meningkatkan permintaan untuk barang-barang domestik
dan menyebabkan produksi dan output yang lebih tinggi. (Mishkin,
2010:499)
Penargetan nilai tukar memiliki keuntungan dan kelemahan
sebagai strategi kebijakan moneter. (Mishkin, 2010:559)
44
Keuntungan:
a. Langsung membuat inflasi di bawah kendali dengan
mengikat tingkat inflasi untuk barang yang diperdagangkan
secara internasional dengan yang ditemukan di negara
jangkar kepada mata uang yang dituju
b. Memberikan aturan otomatis untuk pelaksanaan kebijakan
moneter yang membantu mengurangi masalah waktu
inkonsistensi
c. Sederhana dan jelas
Kelemahan:
a. Mengakibatkan hilangnya kebijakan moneter yang
independen
b. Meninggalkan negara terbuka untuk serangan spekulatif
c. Dapat melemahkan akuntabilitas kebijakan karena sinyal
nilai tukar hilang
D. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis
Penggunaan Kredit
Perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami
kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
45
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya
modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan
meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas
perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi
mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku
bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat
sehingga mengurangi tekanan inflasi. (www.bi.go.id)
E. Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan
Kenaikan suku bunga dimaksudkan untuk mengerem aktifitas
perekonomian yang terlalu cepat untuk mengurangi inflasi. Kenaikan suku
bunga akan menurunkan harga asset seperti saham dan obligasi sehingga
mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan mereka untuk menaikkan kegiatan ekonomi seperti
konsumsi dan investasi.
Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat
menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank.
Kenaikan suku bunga simpanan akan meningkatkan biaya dana bank.
(Kompas, 13 November 2013)
Suku bunga simpanan yang tinggi akan menyebabkan kenaikan suku
bunga pinjaman. Kenaikan suku bunga pinjaman dimaksudkan agar margin
tidak tertekan. Oleh sebab itu, suku pinjaman dinaikkan agar bank bisa
terhindar dari kerugian karena kenaikan cost of fundyang akan berdampak
pada penurunan kinerja bank.
46
F. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja
Perbankan
Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi
perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan
nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena
ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi
makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak
uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan
masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang
tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik
sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam
jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi
perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang
suatu negara).
47
G. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Model
Analisis Persamaan Perbedaan
X Y
1.
Angela
Roman
dan Alina
Camelia
Sargu
(2015)
Capital
adequacy,
assets
quality,
manage-
ment
quality and
profitability
Liquidity
risk Regresi
Mengana-
lisis risiko
likuiditas
Mengguna-
kan faktor
eksternal
(makro-
ekonomi)
sebagai
variabel
independen
2.
Claudiu
Tiberiu A
(2015)
Financial
Soundness
Indicators
Banks’
profitability Data Panel
Mengana-
lisis tingkat
kesehatan
bank
Menambah-
kan
penilaian
profitabili-
tas bank
dan faktor
makro-
ekonomi
3.
Fekri Ali,
et al
(2015)
Efficiency
Discretio-
nary
loans/finan-
cial loss
provision
Data Panel
Mengguna-
kan faktor
makro-
ekonomi
pada
variabel
independen
dan
mengana-
lisis faktor
makro-
ekonomi
terhadap
pinjaman
Tidak
memban-
dingkan
antara
perbankan
syariah dan
konven-
sional
4.
Guilher-
me Jonas
dan Livia
Abrao
(2015)
Basic
interest rate
and bank
competition
Banking
spread Data Panel
Mengana-
lisis faktor
makro-
ekonomi
terhadap
personal
credit
Menambah-
kan kredit
investasi
dan kredit
konsumsi
serta tidak
memban-
dingkan
antara
48
No Peneliti Variabel Model
Analisis Persamaan Perbedaan
X Y
faktor
mikro dan
makro-
ekonomi
5.
Libena
Cerno-
horska
(2015)
Monetary
policy
Bank
stability Regresi
Mengana-
lisis
pengaruh
kebijakan
moneter
terhadap
stabilitas
bank
Tidak
memban-
dingkan
antara dua
bank
6.
Loana-
Raluca
Diaconu
dan
Dumitru-
Cristian
Oanea
(2015)
Bank
manage-
ment policy
and
decision,
Macro-
economic
Profitabity Regresi
Mengana-
lisis
pengaruh
makro-
ekonomi
terhadap
profitabi-
litas bank
Menempat-
kan bank
manage-
ment policy
and
decision
pada
variabel
dependen
7.
Suna
Korkmaz
(2015)
Economic
growth and
inflation
Bank credit Data Panel
Mengana-
lisis
pengaruh
inflasi
terhadap
kredit bank
Tidak
mengguna-
kan
economic
growth,
tetapi
mengguna-
kan BI rate
dan kurs
sebagai
variabel
independen
8.
Syed
Qasim
Shah dan
Rizwan
Jan
(2014)
Bank size,
asset
manage-
ment, and
operational
efficiency
Financial
perfor-
mance
Regresi
Mengana-
lisis kinerja
keuangan
bank
Menam-
bahkan
faktor lain
pada kinerja
keuangan
dan
perbedaan
variabel
independen
49
No Peneliti Variabel Model
Analisis Persamaan Perbedaan
X Y
9.
Bogdan
Florin
Filip
(2013)
GDP,
Inflation
and
Unemploy-
ment
NPL Regresi
Mengana-
lisis
pengaruh
faktor
makro-
ekonomi
terhadap
NPL
Mengguna-
kan inflasi,
BI rate dan
kurs sebagai
faktor
makro-
ekonomi
10.
Gugliel-
mo Maria
Caporale
et al
(2013)
Macro-
economic
Determi-
nants
Bad Loans Data Panel
Mengana-
lisis faktor
makro-
ekonomi
terhadap
jenis
penggunaan
kredit
Tidak
memban-
dingkan
antar jenis
penggunaan
kredit
11.
Lobna
Abid et
al (2013)
Macro-
economics
and Bank
Specific
Determi-
nants
NPL Data Panel
Mengana-
lisis
pengaruh
faktor
fundamental
makro dan
faktor
spesifik
bank
terhadap
NPL
Menambah-
kan ukuran
kinerja bank
yang lain
selain NPL
serta tidak
memban-
dingkan
antara
faktor
makro-
ekonomi
dan faktor
spesifik
bank
12. Nir Klein
(2013)
Macro-
economic
Conditions
and Bank’s
Specific
Factors
NPL Data Panel
Mengana-
lisis
hubungan
faktor
fundamental
makro-
ekonomi
dengan
NPL
Menambah-
kan ukuran
kinerja bank
yang lain
selain NPL
serta tidak
memban-
dingkan
antara
faktor
makro-
ekonomi
50
No Peneliti Variabel Model
Analisis Persamaan Perbedaan
X Y
dan faktor
spesifik
bank
13. Harmono
(2012)
Faktor
Fundamen-
tal Makro
Kinerja
Bank
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
Mengana-
lisis faktor
fundamental
makro
terhadap
kinerja bank
dengan
jenis
penggunaan
kredit
sebagai
variabel
intervening
Dimensi
yang
digunakan
dalam
kinerja bank
adalah
RGEC dan
mengguna-
kan tahun
penelitian
lebih
banyak
14.
Bambang
Sudiyat-
no (2012)
Faktor
Fundamen-
tal Makro-
ekonomi,
Risiko
Sistematis,
Kebijakan
Perusahaan
Kinerja
Perusahaan
Analisis
Jalur
Mengana-
lisis faktor
fundamental
makro-
ekonomi
terhadap
kinerja
perusahaan
Tidak
mengana-
lisis risiko
sistematis
dan
kebijakan
perusahaan
15.
Marcello
Bofondi
dan
Tiziano
Ropele
(2011)
Macro-
economics
Determi-
nants
Bad Loans Data Panel
Mengana-
lisis faktor
makro-
ekonomi
terhadap
jenis
penggunaan
kredit
Tidak
memban-
dingkan
antar jenis
penggunaan
kredit
16.
Olubayo
Thomas
et al
(2011)
Financial
Sektor
Reforms
Bank
Perfor-
mance
Data Panel
Mengana-
lisis suku
bunga dan
nilai tukar
terhadap
kinerja bank
Tidak
mengana-
lisis
bagaimana
karakteris-
tik dan
industri
bank intern
struktur
mempenga-
ruhi kinerja
51
No Peneliti Variabel Model
Analisis Persamaan Perbedaan
X Y
bank
17.
Dimi-
trios P.
Louzis et
al (2010)
Macrofun-
damentals
and
manage-
ment
quality
NPL Data Panel
Mengana-
lisis
pengaruh
faktor
fundamental
makro
terhadap
NPL
Menambah-
kan faktor
lain untuk
kinerja bank
dan tidak
memban-
dingkan
antar jenis
pinjaman
18.
Fadzlan
Sufian
dan
Muzafar
Shah
Habi-
bullah
(2010)
Impact of
financial
crisis
Bank
Perfor-
mance
Panel Data
Mengana-
lisis kinerja
bank
Mengguna-
kan faktor
fundamen-
tal makro
sebagai
variabel
independen
19.
İnci
Ötker-
Robe dan
Jiri
Podpiera
(2010)
Fundamen-
tals
Determi-
nants
CAMEL
and Market
Risk
Panel Data
Mengana-
lisis faktor
fundamental
makro-
ekonomi
terhadap
kinerja bank
Tidak
memban-
dingkan
antar
CAMEL
dan market
risk
20.
Lucas
Njoroge
dan Anne
Wangari
Kamau
(2010)
Macro-
economic
develop-
ments
Perfor-
mance,
credit
quality and
lending
behavior of
bank
Panel Data
Mengana-
lisis faktor
fundamental
makro-
ekonomi
terhadap
kinerja bank
Tidak
mengana-
lisis
perilaku
pinjaman
bank
52
H. Kerangka Berfikir
Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadapKinerja Perbankan dengan
Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di
Indonesia selama tahun 2002-2014
𝜌𝑧𝑥1
𝜀1 𝜀2
Nilai
Perusahaan (Z)
𝜌𝑦𝑥2
𝜌𝑧𝑦
𝜌𝑦𝑥1
Faktor
Fundamental
Makro (X1)
Kinerja
Perbankan (Y)
Metode: Structural Equation Modelling (SEM)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implementasi dan Saran
Faktor
Fundamental
Makro Kinerja
Perbankan
Jenis
Penggunaan
Kredit
INF BI RATE KURS
KI KMK KK
NPL
LDR
ROA
NIM
CAR
53
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji pada penelitian berkaitan dengan ada
tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel yang dijabarkan
sebelumnya. Hipotesis penelitian ini adalah:
𝐻𝑎1 = faktor fundamental makro berpengaruh terhadap jenis
penggunaan kredit
𝐻𝑎2 = jenis penggunaan kredit berpengaruh terhadap kinerja
perbankan
𝐻𝑎3 = faktor fundamental makro berpengaruh terhadap kinerja
perbankan
𝐻𝑎4 = jenis penggunaan kredit berpengaruh dan berperan sebagai
variabel intervening terhadap variabel faktor fundamental
makro dalam memengaruhi kinerja perbankan
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data time series. Data yang diperlukan adalah kinerja keuangan
bank pemerintah, tingkat inflasi, BI rate, kurs, tingkat suku bunga kredit
modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang diambil dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta
kinerja bank persero dari Statistik Perbankan Indonesia yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Variabel di dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu
Faktor Fundamental Makroekonomi, variabel intervening yaitu Jenis
Penggunaan Kredit dan variabel dependen yaitu Kinerja Perbankan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi sampel dalam penelitian ini adalah data bank persero di
Indonesia selama Januari 2002 sampai Desember 2014. Data yang dipilih
untuk dimasukkan dalam perhitungan adalah bank persero yang beroperasi
selama periode penelitian. Adapun bank persero di Indonesia antara lain
Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI)
dan Bank Tabungan Negara (BTN).
55
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpuluan data dilakukan dengan cara:
1. Studi literatur dan kepustakaan, bertujuan untuk dapat menganalisa
secara teoritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan
penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan dilakukan dengan
membaca berbagai text book, jurnal-jurnal publikasi, artikel-artikel yang
relevan, dan sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder.
2. Data sekunder, merupakan data yang tidak langsung memberikan data
kepada peneliti. Data ini dapat diperoleh dari kinerja keuangan bank
persero, tingkat inflasi, kurs dan BI rate yang diambil dari Statistik
Perbankan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta kebijakan
moneter Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dan pengolahan data
menggunakan software LISREL 8.3.
1. Menentukan Degree of Freedom
Menghitung degree of freedom (df) adalah dengan jumlah data
yang diketahui dikurangi jumlah parameter yang diestimasi (Setyo,
2015:50). Atau secara matematis dapat di jelaskan dengan rumus:
𝑑𝑓 =1
2[(𝑝). (𝑝 + 1) − 𝑘]
Di mana:
56
P = jumlah variabel manifest pada sebuah model
K = jumlah parameter yang akan diestimasi
(Singgih, 2015:55)
Dengan menghitung degree of freedom (df), dapat diketahui
dalam kategori identifikasi apakah model tersebut. Degree of freedom
(df) negatif dikategorikan model yang under-identified, degree of
freedom (df) nol dikategorikan model yang just-identified dan degree
of freedom (df) positif dikategorikan model yang over-identified.
Menurut Hair et al (1989) dalam Setyo (2015:50) pada SEM,
kita berusaha untuk memperoleh model yang over-identified dan
menghindari model yang under-identified. Meskipun demikian jika
ada indikasi permasalahan yang berkaitan dengan identifikasi, kita
perlu melihat sumber-sumber kesalahan yang sering terjadi.
2. Melakukan Estimasi
Tahap berikutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh
nilai dari parameter-parameter yang ada di dalam model. Peneliti
harus meminimasi fungsi F yang memenuhi kondisi yang akan
menhasilkan estimator 𝜃 yang konsisten. Beberapa jenis fungsi yang
diminimisasikan F adalah:
a. Maximum Likelihood
𝐹𝑀𝐿(𝜃) = 𝑙𝑜𝑔|∑(θ)| + 𝑡𝑟(𝑆∑−1(𝜃)) − 𝑙𝑜𝑔|𝑆| − (𝑝 + 𝑞)
b. Weighted Least Square (WLS) Estimator
𝐹𝑊𝐿𝑆(𝜃) = (𝑠 − 𝜎)′𝑊−1(𝑠 − 𝜎)
57
3. Uji Kecocokan
a. Uji Kecocokan Keseluruhan Model
Uji kecocokan keseluruhan model (Goodness of Fit) yang
digunakan adalah ukuran kecocokan absolute di mana alat ukur
nya adalah:
o Chi-square (𝑋2)
𝑋2 = (𝑛 − 1)𝐹[𝑆, ∑(𝜃)]
Peneliti berusaha memperoleh nilai 𝑋2 yang rendah yang
menghasilkan significance level lebih besar atau sama
dengan 0.05 (p ≥ 0.05).
o Non-Centrality Parameter (NCP)
𝑁𝐶𝑃 = 𝑋2 − 𝑑𝑓
NCP juga merupakan ukuran badness of fit dimana semakin
besar perbedaan antara ∑ dengan ∑( 𝜃) semakin besar nilai
NCP.
o Scaled Non-Centrality Parameter (SNCP)
𝑆𝑁𝐶𝑃 = (𝑋2 − 𝑑𝑓)/𝑛
o Goodness-of-Fit Index (GFI)
𝐺𝐹𝐼 = 1 −�̂�
𝐹0
Nilai GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit),
dan nilai GFI ≥ 0.90 merupakan good fit.
o Root Mean Square Residual (RMSR)
58
Model yang mempunyai kecocokan baik (good fit) aka
mempunyai nilai Standardized RMR lebih kecil dari 0.05.
o Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
𝑅𝑀𝑆𝐸𝐴 = √�̂�0
𝑑𝑓
Nilai RMSEA ≤ 0,05 menandakan close fit, sedangkan 0,05
< RMSEA ≤ 0,08 menunjukkan good fit.
o Single Sampe Cross-Validation Index / Expected Cross-
Validation Index (ECVI)
𝐸𝐶𝑉𝐼 = 𝐹 +2𝑞
𝑛 − 1
ECVI digunakan untuk perbandingan model dan semakin
kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat
kecocokannya.
b. Uji Kecocokan Model Pengukuran
Uji kecocokan model pungukuran diukur melalui uji
validitas. Validitas merupakan alat yang menguji apakah sebuah
ukuran berhubungan dengan sebuah konsep. Validitas
berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang
seharusnya diukur (Setyo, 2015:75).
Menurut Rigdon dan Ferguson (1991) dalam Setyo (2015:76),
suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik
terhadap konstruk atau variabel latennya, jika:
59
Nilai t muatan faktornya (factor loadings) lebih besar dari
nilai kritis (atau ≥ 1,96 atau untuk praktisnya ≥ 2), dan
Muatan faktor standarnya (standardized factor
loadings/SFL) ≥ 0,70.
4. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Evaluasi atau analisis terhadap model struktural mencakup
pemeriksaan terhadap signifikansi koefisien-koefisien yang
diestimasi. Metode SEM dan LISREL-8.3 tidak saja menyediakan
nilai koefisien-koefisein yang diestimasi tetapi juga nilai-z (z-value)
dan nilai-p (p-value) untuk setiap koefisien. Dengan
menspesifikasikan tingkat signifikan (lazimnya α = 0.05), maka setiap
koefisien yang mewakili hubungan kausal yang dihipotesiskan dapat
diuji signifikansinya secara statistik (apakah berbeda dengan nol).
Nilai-z yang ≥ 1,96 atau nilai-p ≤ 0,05 dari sebuah koefisien,
menunjukkan bahwa koefisien tersebut adalah signifikan. (Setyo,
2015:77)
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan model yang digunakan pada penelitian ini maka variabel
yang digunakan adalah:
1. Variabel Independen
Faktor Fundamental Makroekonomi
Laju inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga merupakan
dimensi untuk cerminan dari faktor ekonomi makro karena faktor
60
fundamental makroekonomi merupakan variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung. Data laju inflasi, nilai tukar dan tingkat suku
bunga didapat melalui situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).
2. Variabel Intervening
Jenis Penggunaan Kredit
Jenis penggunaan kredit yang terdapat dalam penelitian ini
adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Data
diambil pada laporan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
mengenai suku bunga pinjaman rupiah yang diberikan menurut
kelompok bank. Dalam hal ini peneliti hanya mengambil data bank
persero.
3. Variabel Dependen
Kinerja Perbankan
Tabel 3.1
Rasio Kinerja Perbankan
METODE RASIO
Risk Profile
(Profil
Risiko)
a. Risiko Kredit
𝑁𝑃𝐿 =𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡× 100%
b. Risiko Likuiditas
𝐿𝐷𝑅 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎× 100%
Earnings a. Return on Asset
𝑅𝑂𝐴 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡× 100%
b. Net Interest Margin
𝑁𝐼𝑀 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓× 100%
Capital 𝐶𝐴𝑅 =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜× 100%
(sumber: SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011)
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik Belanda dengan nama
“De Javasche Bank” yang didirikan pada tahun 1828 dan diberi tugas
sebagai bank sirkulasi oleh pemerintah Hindia Belanda di samping
berfungsi sebagai bank komersial. Pendirian De Javasche Bank ini
mengikuti pembentukan dan peranan De Nederlansche Bank yang didirikan
pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian menjadi bank sentral
kerajaan belanda.
Pasca kemerdekaan, De Javasche Bank oleh Pemerintah
dinasionalisasi berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1951.
Penggunaan nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bank dimulai
sejak diundangkannya Undang-undang No. 11 Tahun 1953 tentang Undang-
undang Pokok Bank Indonesia, dimana undang-undang ini yang menjadi
dasar hukum pendirian bank sentral di Indonesia dengan nama Bank
Indonesia.
Dalam rangka menciptakan sistem dan pengawasan perbankan yang
sehat serta untuk pengamanan keuangan negara, pemerintah selanjutnya
mengeluarkan berbagai undang-undang antara lain Undang-undang No. 14
Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan. Undang-undang ini menjadi
“mile stone” bagi penataan kembali sistem perbankan Indonesia.
62
Selanjutnya, setahun kemudian beberapa undang-undang disahkan sehingga
semakin menciptakan sistem perbankan yang sehat dan memperjelas arah
sistem perbankan Indonesia. Undang-undang tersebut adalah:
1. UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral menggantikan UU No.
11 Tahun 1953. Undang-undang ini menggantikan fungsi BNI-Unit I
dengan kembali menjadi Bank Indonesia menjadi bank sentral
Indonesia
2. UU No. 27 Tahun 1968 tentang Bank Dagang Negara 1946
menggantikan BNI-Unit III
3. UU No. 18 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BDN
4. UU No. 19 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BNI-
Unit IV
5. UU No. 20 Tahun 1968 tentang Bank Tabungan Negara
menggantikan BNI-Unit V
6. UU No. 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia menampung
BNI-Unit II
7. UU No. 22 Tahun 1968 tentang Bank Ekspor Impor menampung BNI-
Unit II (Eksim)
Dengan dikeluarkannya undang-undang pendirian masing-masing
bank tersebut di atas, maka semua bank pemerintah yang sebelumnya
merupakan unit-unit yang dilebur ke dalam Bank Tunggal, yaitu Bank
Negara Indonesia, maka secara otomatis berdasarkan undang-undang
menjadi bank yang masing-masing memiliki badan hukum sendiri.
63
Pada saat ini bank pemerintah dikenal sebagai Bank Usaha Milik
Negara atau Bank Persero. Dalam pengertiannya, Bank Persero adalah bank
yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Terdapat empat bank yang termasuk dalam bank persero, yaitu
Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI)
dan Bank Tabungan Negara (BTN). Berikut penjelasan masing-masing bank
persero:
1. Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah --
yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor
Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank
Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang
tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai
dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari
140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan
perekonomian Indonesia.
Setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh di
segala bidang, Bank Mandiri berhasil membangun organisasi bank
yang solid dan mengimplementasikan core banking system baru yang
terintegrasi menggantikan core banking system dari keempat bank
legacy sebelumnya yang saling terpisah. Sejak didirikan, kinerja Bank
64
Mandiri senantiasa mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus
meningkat dari Rp1,18 triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp5,3
triliun di tahun 2004. Bank Mandiri melakukan penawaran saham
perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4
miliar lembar saham.
Bank Mandiri terus memperkuat peran sebagai lembaga
intermediasi untuk mendorong perekonomian nasional. Hal itu
ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit sebesar 12,2% pada akhir
2014 menjadi Rp.530 triliun dari Rp.472,4 triliun pada periode yang
sama tahun sebelumnya, dengan rasio NPL terjaga di level 2,15 %.
Pertumbuhan penyaluran kredit itu mendorong peningkatan aset
menjadi Rp. 855 triliun dari Rp. 733,1 triliun pada Desember 2013.
Sedangkan laba bersih pada 2014 tercatat tumbuh 9,2 % menjadi Rp.
19,9 triliun atau naik Rp1.7 triliun jika dibandingkan akhir 2013
sebesar Rp.18,2 triliun. Selain pertumbuhan kredit, laju kenaikan laba
bersih juga ditopang oleh pertumbuhan fee based income yang
mencapai Rp15.06 triliun pada tahun 2014.
Laju kenaikan laba juga ditopang pertumbuhan bunga bersih
sebesar 15,7% menjadi Rp 39,1 triliun dan kenaikan fee based income
sebesar 3,9% sehingga mencapai Rp.15,06 triliun. Dari capaian laba
tersebut, kontribusi anak perusahaan mencapai 9,1% % atau sebesar
Rp1,81 triliun.
65
Sebagai implementasi fungsi intermediasi dalam mendukung
perekonomian nasional, Bank Mandiri juga terus memacu pembiayaan
ke sektor produktif. Hasilnya, pada akhir 2014, kredit ke sektor
produktif tumbuh 13,9 % mencapai Rp 410,6 triliun. dimana kredit
investasi tumbuh 9,1 % dan kredit modal kerja tumbuh 16,7%.
Dilihat dari segmentasi, kenaikan penyaluran kredit terjadi di
seluruh bisnis, dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen mikro
yang mencapai 33,2% menjadi Rp.36 triliun pada Desember 2014.
Sementara itu, kredit yang tersalurkan untuk segmen usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) mencatat pertumbuhan sebesar 13,6 %
menjadi Rp 73,4 triliun.
Bank Mandiri juga turut menyalurkan pembiayaan khusus
dengan skema penjaminan pemerintah, yaitu melalui penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga akhir 2014, jumlah nasabah
KUR Bank Mandiri meningkat 34 % yoy mencapai 396 ribu nasabah.
Kepercayaan masyarakat kepada Bank Mandiri juga terus
tumbuh yang ditunjukkan dengan naiknya penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) menjadi Rp.636,4 triliun pada akhir 2014 dari Rp.556,4
triliun pada tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana
murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri
mencapai Rp380,5 triliun, yang terutama didorong oleh pertumbuhan
tabungan sebesar 6,7% atau Rp15,93 triliun hingga mencapai Rp252,4
triliun.
66
Capaian tersebut sangat menggembirakan, terutama jika
mempertimbangkan tingkat persaingan likuiditas yang sangat ketat di
industri.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengumpulan dana
masyarakat melalui peningkatan kenyamanan bertransaksi, Bank
Mandiri terus mengembangkan jaringan kantor cabang, jaringan
elektronik, maupun jaringan layanan lainnya. Hingga Desember 2014,
Bank Mandiri telah memiliki 2.312 cabang, 15.344 unit ATM serta
penambahan jaringan bisnis mikro sehingga menjadi 1.833 unit.
Atas kinerja baik tersebut, Bank Mandiri meraih sejumlah
penghargaan antara lain sebagai bank terbaik di Indonesia dari tiga
publikasi terkemuka di sektor keuangan, yaitu Finance Asia,
Asiamoney dan The Banker. Selain itu, Bank Mandiri juga berhasil
mempertahankan predikat Best Bank in Service Excellence dari
Marketing Research Indonesia (MRI) dan Majalah SWA selama tujuh
tahun berturut-turut serta predikat Most Trusted Companies selama
delapan tahun berturut-turut dari International Institute for Corporate
Governance (IICG).
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden
Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en
67
Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan
yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian
dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah
sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa
perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI
sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali
setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama
menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui
PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan
Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani
Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian
berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN
diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia
Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun
1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara
Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan
Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama
68
Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM
menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang
Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun
1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya
mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan
Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor
dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat
Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan
Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas
pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan
No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992
status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat
itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun
2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai
dengan saat ini.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang
didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada
pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan
fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain
69
tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil)
pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi
Rp. 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai
dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 miliar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin
pesat maka sampai saat ini BRI melayani seluruh nasabah melalui
9.808 unit kerja dan jaringan e-channel yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. BRI mengoperasikan 7 jenjang kantor pelayanan,
terdiri dari Kantor Pusat, 18 Kantor Wilayah, 453 Kantor Cabang
(termasuk 3 Unit Kerja Luar Negeri), 565 Kantor Cabang Pembantu,
950 Kantor Kas, 5.144 BRI Unit, 2.212 Teras BRI, dan 465 Teras BRI
Keliling. Dengan mempertimbangkan kinerja dan potensi bisnisnya
selama tahun 2013, 7 Kantor Cabang Pembantu telah ditingkatkan
skala usahanya menjadi Kantor Cabang, 3 Kantor Kas menjadi Kantor
Cabang Pembantu dan 43 Teras BRI menjadi BRI Unit. Pada 19
Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan
penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash
management.
3. Bank Negara Indonesia (BNI)
Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT. Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir
setelah kemerdekaan Republik Indonesia. BNI sempat berfungsi
sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam
70
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946,
sebelum akhirya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955.
Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30
Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.
Pada 1955, Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank
pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai
bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955,
status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan
penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat nomor 2
tahun 1955.
Dengan inovasi perbankan yang luas, menimbulkan
kepercayaan pemerintah terhadap perusahaan BNI. Maka pada 1968,
status hukum Bank Negara Indonesia ditingkatkan ke Persero dengan
nama PT Bank Negara Indonesia.
Pada 2013, BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang
lebih tinggi. Bank BNI meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit
bergambar Tim Sepakbola peserta BPL, Chelsea, dengan logo
MasterCard. Kartu tersebut dapat diterima oleh fans Chelsea. Bank
BNI juga meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk
untuk industri minyak dan gas.
Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5
di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankan syariah, Namun
71
sejak 2010 telah spin off (memisahkan diri), yang dinamakan BNI
Syariah.
PT Bank Negara Indonesia Tbk didirikan oleh Margono
Djojohadikusumo, yang merupakan satu dari anggota BPUPKI, lalu
mendirikan bank sirkulasi/sentral yang bertanggung jawab
menerbitkan dan mengelola mata uang RI.
Margono berjasa besar atas perkembangan bisnis atau usaha
perbankan di Indonesia. Karena Margono adalah seorang pionir, maka
dia berhasil menanamkan nilai-nilai dan cara pandang bisnis
perbankan di Indonesia, menggantikan peranan De Javasche Bank
pada era penjajahan.
4. Bank Tabungan Negara (BTN)
Bank Tabungan Negara (BTN) adalah Badan Usaha Milik
NegaraIndonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di
bidang jasa keuanganperbankan.
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di
Batavia pada tahun 1897. Pada tahun 1942, sejak masa pendudukan
Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan
Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah
menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan
selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1963
diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.
72
B. Analisis dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan bank persero sebagai sampel penelitian.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 1, bank persero dipilih sebagai
sampel karena bank persero memiliki laba bersih tertinggi diantara bank-
bank lainnya di Indonesia (BUSN Devisa, BUSN Non Devisa, BPD, Bank
Campuran, dan Bank Asing).
Penelitian ini memiliki terdiri dari tiga variabel laten dan sebelas
variabel manifes. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor
fundamental makroekonomi dengan manifes inflasi, kurs dan BI rate.
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah jenis penggunaan kredit
dengan manifes kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit
konsumsi.Serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja
perbankan dengan manifes NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR.
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder (time series) yang berbentuk bulanan dari mulai Januari 2002-
Desember 2014. Data inflasi, kurs, BI rate, kredit modal kerja, kredit
investasi dan kredit konsumsi diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan
data kinerja bank persero diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat bantu
software LISREL 8.3 yang mampu menjelaskan model SEM. Penelitian ini
menggunakan analisis SEM yang terdiri dari dua substruktur. Substruktur 1
menganalisis pengaruh faktor fundamental makro terhadap jenis
73
penggunaan kredit. Substruktur 2 menganalisis pengaruh jenis penggunaan
kredit terhadap kinerja perbankan.
1. Analisis Kecocokan Keseluruhan Model
Uji kecocokan model digunakan untuk mengevaluasi kecocokan
antara kovarian sampel dengan populasi. Hasil yang sesuai
menunjukkan model mendapat dukungan secara empiris sehingga
tidak diperlukan perubahan atau modifikasi dan jika sebaliknya, maka
perlu dilakukan modifikasi. Model hubungan antar variabel yang
sudah disampaikan dalam kerangka berpikir akan diuji kecocokan
modelnya dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling)
dengan menggunakan software LISREL 8.3 SSI International.
Uji kecocokan dapat dilakukan dengan beberapa ukuran. Salah
satu ukuran yang dapat menunjukkan kecocokan adalah koefisien Chi
Square dengan probabilitas p ≥ 0,05. Peneliti berusaha memperoleh
nilai𝑋2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebig besar
atau sama dengan 0,05 (p ≥ 0,05). Hal ini menandakan bahwa
hipotesis nol diterima dan matrik input diprediksi dengan sebenarnya
(actual) tidak berbeda secara statistik. (Setyo, 2015:60)
Pengujian model ini memiliki N=156 yang terdiri dari 3 manifes
Fundamental Makroekonomi/FM, 3 manifes Jenis Penggunaan Kredit/
JPK, dan 5 manifes Kinerja Perbankan/KP. Hasil pengujian model
dengan bantuan program software LISREL 8.3 menunjukkan nilai
74
Goodness of Fit Index untuk semua variabel fit. Hasil Goodness of fit
pada parameter-parameter ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Uji Kecocokan Model
Goodness of fit Cut-off-Value Hasil Kesimpulan
X² - Chi-square Diharapkan
kecil 59,99
goodness of fit
Significance ≥0,05 P = 0,05454
RMSEA ≤0,08 0,048 goodness of fit
GFI ≥0,90 0,99 goodness of fit
IFI ≥0,90 1,00 goodness of fit
NFI ≥0,90 0,98 goodness of fit
CFI ≥0,90 1,00 goodness of fit
Pada tabel diatas, hasil pengolahan untuk pengujian goodness of
fit menunjukkan semua parameter-parameter yang digunakan dalam
menguji kecocokan model sudah menghasilkan model yang fit.
Berikut penjelasan masing-masing parameter:
Nilai Chi-square adalah 59,99 dengan probabilitas (p) sebesar
0,05454. Hasil ini sesuai dengan yang diinginkan yaitu Chi-
square yang kecil dan p>0,05. Dari hasil tersebutdiperoleh
kesimpulan p-value 0,05454 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha
ditolak yang artinya model yang dihasilkan goodness of fit.
RMSEA menghasilkan nilai 0,079 ≤ 0,08. Dari hasil ini RMSEA
diartikan menghasilkan model yang sudah goodness of fit. Hal ini
karena letak RMSEA yang sudah berada pada 0,05 < RMSEA ≤
0,08.
75
GFI menghasilkan nilai 0,99 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh
kesimpulan bahwa parameter GFI menghasilkan model yang
sudah goodness of fit.
IFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh
kesimpulan bahwa parameter IFI menghasilkan model yang sudah
goodness of fit.
NFI menghasilkan nilai 0,98 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh
kesimpulan bahwa parameter NFI menghasilkan model yang
sudah goodness of fit.
CFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh
kesimpulan bahwa parameter CFI menghasilkan model yang
sudah goodness of fit.
Berdasarkan hasil diatas, semua indikator telah menunjukkan
model yang fit. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis teori dapat
dilakukan. Secara umum dalam uji model SEM salah satu saja dari
syarat yang ditentukan meliputi Chi-square, CMIN/DF, AGFI, TLI,
CFI dan RMSEA terpenuhi, sudah dapat dikatakan modelnya fit dan
dapat dijadikan untuk analisis tahap berikutnya (Harmono, 2012).
2. Analisis Model Pengukuran
Setelah kecocokan model dan data secara keseluruhan adalah
baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi atau uji kecocokan
model pegukuran. Evaluasi ini akan kita lakukan terhadap setiap
76
konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah variabel
laten dengan beberapa variabel teramati/indikator) melalui evaluasi
terhadap validitas. (Setyo, 2015:75)
Gambar 4.1
Uji t
Gambar diatas menunjukkan keseluruhan variabel memiliki nilai
t-values ≥ 1,96. Berikut penjelasan masing-masing hasil uji t:
Faktor Fundamental Makroekonomi (FM) terhadap Jenis
Penggunaan Kredit (JPK)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar
29,06 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96.Hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan
bahwa faktor fundamental makreokonomi (FM) berpengaruh
terhadap jenis penggunaan kredit (JPK).
77
Jenis Penggunaan Kredit (JPK) terhadap Kinerja Perbankan
(KP)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar
22,82 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan
bahwa jenis penggunaan kredit (JPK) berpengaruh terhadap
kinerja perbankan (KP).
Faktor Fundamental Makroekonomi (FM) terhadap Kinerja
Perbankan (KP)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar
29,51 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan
bahwa faktor fundamental makreokonomi (FM) berpengaruh
terhadap kinerja perbankan (KP).
Selain melalui uji-t, validitas juga dilihat dari muatan faktor
standarnya. Suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik
terhadap konstruk atau variabel latennya jika memiliki t-values ≥ 1,96
dan SFL tidak lebih dari satu (Setyo, 2015:76).
78
Gambar 4.2
Estimate (Loading Factor)
Gambar diatas menunjukkan hasil estimasi dan muatan faktor
standar (standardized factor loading). Dapat terlihat dari gambar
diatas bahwa keseluruhan variabel memiliki standardized factor
loading tidak lebih dari satu.
Inflasi (INF), BI rate dan kurs terhadap faktor fundamental
makroekonomi (FM)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes
inflasi (INF), BI rate dan kurs dapat memberi kontribusi
signifikan terhadap laten faktor fundamental makroekonomi
(FM). Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes
terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM) adalah
79
inflasi memiliki factor loading sebesar 0,48; BI rate memiliki
factor loading sebesar 0,84; dan kurs memiliki factor loading
sebesar -0,38. Variabel yang dominan dalam berkontribusi
terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM) adalah
BI rate. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Harmono
(2012) dimana variabel yang dominan adalah BI rate kemudian
inflasi dan kurs. Hal ini disebabkan karena BI rate menjadi
acuan bagi perbankan dalam menentukan besarnya tingkat suku
bunga maupun masyarakat dalam menentukan pertimbangan
untuk melakukan pinjaman.
Besarnya kontribusi inflasi terhadap faktor fundamental
makroekonomi dapat dilihat dengan inflasi yang mampu
mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena
inflasi mampu memberi semangat kepada para pengusaha untuk
meningkatkan produksinya. Sehingga hal ini akan berdampak
pada iklim investasi dan sector usaha yang membaik.
Dalam penelitian ini, variabel kurs memberikan kontribusi
negatif terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM).
Artinya,semakin tinggi kurs maka akan menurunkan faktor
fundamental makroekonomi (FM). Besarnya kontribusi kurs
terhadap faktor fundamental makroekonomi (FM) dapat
tercermin pada menurunnya nilai rupiah terhadap mata uang
asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-
80
bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga
meningkatnya suku bunga. Selain itu, menurunnya nilai tukar
juga dapat mendorong pengusaha untuk melakukan ekspor.
Kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit
konsumsi (KK) terhadap jenis penggunaan kredit (JPK)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes
kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit
konsumsi (KK) dapat memberi kontribusi signifikan terhadap
laten jenis penggunaan kredit (JPK). Adapun besarnya
kontribusi masing-masing manifes terhadap laten jenis
penggunaan kredit (JPK) adalah KMK memiliki factor loading
sebesar 0,97; KI memiliki factor loading sebesar 0,98; dan KK
memiliki factor loading sebesar 0,96. Variabel yang memiliki
kontribusi dominan terhadap laten jenis penggunaan kredit
(JPK) adalah kredit investasi (KI). Hal ini sama dengan
penelitian Harmono (2012) bahwa yang mencerminkan respon
masyarakat terhadap produk perbankan lebih pada kredit
investasi (KI) dibanding kredit modal kerja (KMK) dan kredit
konsumsi (KK). Ini menandakan respon masyarakat terhadap
kredit investasi (KI), kredit modal kerja (KMK), dan kredit
konsumsi (KK) sangat ditentukan oleh kondisi riil bidang usaha
dan konsumsi sehari-hari. Jika terdapat kesempatan yang
81
menguntungkan, maka masyarakat akan merespon positif
terhadap kredit perbankan.
NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR terhadap kinerja perbankan
(KP)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes
NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR dapat memberi kontribusi
signifikan terhadap laten kinerja perbankan (KP). Adapun
besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten
kinerja perbankan adalah NPL memiliki factor loading sebesar
0,71; LDR memiliki factor loading sebesar -0,94; ROA
memiliki factor loading sebesar -0,80; NIM memiliki factor
loading sebesar -0,60; dan CAR memiliki factor loading sebesar
0,77. Variabel yang memiliki kontribusi dominan terhadap laten
kinerja perbankan (KP) adalah CAR. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian Harmono (2012) dimana variabel yang
dominan adalah CAR. Namun berbeda dengan urutan
selanjutnya, variabel yang dominan terhadap laten kinerja
perbankan (KP) setelah CAR adalah NPL, NIM, ROA dan LDR.
Besarnya kontribusi CAR menandakan bahwa rasio
kecukupan modal yang baik akan mendukung operasional bank.
Hal ini dikarenakan CAR menggambarkan rasio kecukupan
modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan di hadapi oleh bank.
82
Besar kecilnya CAR kemudian akan berdampak pada NPL.
Semakin tinggi CAR, maka semakin besar kemampuan bank
dalam meminimalisir risiko kredit yang terjadi sehingga kredit
bermasalah yang terjadi dalam bank akan semakin rendah
dengan besarnya cadangan dana yang diperoleh dari
perbandingan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko
(Astrini, 2014). Oleh sebab itu, wajar jika hasil penelitian
menunjukkan bahwa NPL berada setelah CAR dalam
berkontribusi terhadap laten kinerja perbankan (KP).
Namun dalam penelitian ini variabel ROA, NIM dan LDR
memberikan kontribusi negatif terhadap laten kinerja perbankan
(KP). Artinya, semakin tinggi ROA, NIM dan LDR maka akan
menurunkan nilai kinerja perbankan (KP). Hal ini wajar bagi
variabel LDR, karena apabila semakin tinggi LDR maka
menunjukkan bahwa suatu bank telah meminjamkan dana dalam
jumlah besar yang menandakan bahwa kinerja bank turun bank
tersebut dapat dikatakan tidak likuid. Berbeda dengan ROA dan
NIM yang seharusnya memiliki kontribusi positif terhadap
kinerja perbankan (KP). Pada umumnya, dengan tingginya
variabel ROA dan NIM maka akan meningkatkan nilai kinerja
perbankan (KP), oleh karena itu perlu dijadikan kajian lebih
lanjut terkait variabel ini.
83
3. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.2
Pengujian Hipotesis
Estimasi
S.E. |t-hit|
> 1,96 Kesimpulan
Langsung Tidak
Langsung
JPK ← FM 1,00 - 0,03 29,06 Signifikan
KP ← JPK 1,00 - 0,04 22,82 Signifikan
KP ← FM - 1,00 0,03 29,51 Signifikan
a. Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi (FM)
terhadap Jenis Penggunaan Kredit (JPK)
Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental
makroekonomi (FM)berpengaruh positif terhadap jenis
penggunaan kredit (JPK). Dari hasil pengolahan diperoleh
koefisien estimasi sebesar 1,00 yang artinya semakin tinggi FM
akan semakin menaikkan JPK secara langsung dan sebaliknya.
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan
terbukti dengan nilai t-values sebesar 29,06 >t-table 1,96 yang
artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dari FM terhadap JPK secara signifikan.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh peran faktor
fundamental makroekonomi (FM) yang menjadi acuan bank
dalam menentukan besarnya suku bunga kredit yang akan di
berikan kepada masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat juga akan
melihat kondisi fundamental makroekonomi ketika akan
melakukan pinjaman.
84
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Marcello dan
Tiziano (2011) bahwa kondisi makroekonomi secara umum
mempengaruhi kualitas kredit dengan lag. Selain itu, hasil
penelitian ini juga mendukung penelitian Guglielmo et al (2013)
bahwa faktor makroekonomi berpengaruh signifikan untuk kredit
perusahaan akan tetapi tidak untuk kredit rumah tangga
pinjaman.
b. Pengaruh Jenis Penggunaan Kredit (JPK) terhadap Kinerja
Perbankan (KP)
Hasil penelitian menyatakan jenis penggunaan kredit
(JPK)berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan (KP). Dari
hasil pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 1,00 yang
artinya semakin tinggi JPK akan semakin menaikkan KP secara
langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
teori yang diajukan terbukti dengan nilai t-values sebesar 22,82
>t-table 1,96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari JPK terhadap
KP secara signifikan.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya tingkat
bunga kredit yang ditentukan bank akan memengaruhi kinerja
bank itu sendiri. Selain itu, jika ada keseimbangan antara
banyaknya kredit yang disalurkan kepada nasabah dengan
85
pengembalian kredit yang tepat waktu maka akan menghasilkan
NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR yang baik pada perbankan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian İnci dan Jiri
(2010)bahwa jenis penggunaan kredit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perbankan. Namun penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Harmono (2012) yang
menyatakan bahwa skim bunga kredit berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja bank.
c. Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi(FM)
terhadap Kinerja Perbankan (KP)
Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental
makroekonomi (FM)berpengaruh positif tidak langsung terhadap
kinerja perbankan (KP). Dari hasil pengolahan diperoleh
koefisien estimasi sebesar 1,00 yang artinya semakin tinggi FM
akan semakin menaikkan KP secara tidak langsung dan
sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang
diajukan terbukti dengan nilai t-values sebesar 29,51 >t-table
1,96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh tak langsung positif dari FM terhadap KP
secara signifikan.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh keadaan faktor
fundamental makroekonomi yang baik dalam hal ini inflasi, BI
rate dan kurs akan membawa peningkatan pada kinerja
86
perbankan. Hal ini dikarenakan kebijakan yang dibuat Bank
Indonesia dalam hal inflasi, BI rate dan kurs menjadi acuan bagi
perbankan dalam menjalankan operasional bank.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Olubayo et al
(2011) yang menyatakan bahwa faktor makroekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perbankan.
Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian
Harmono (2012) yang menyatakan bahwa faktor makroekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perbankan.
Namun penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Fadzlan
dan Muzafar (2010) yang menyatakan bahwa krisis ekonomi
berpengaruh negatif dan signifikan tethadap profitabilitas.
d. Jenis Penggunaan Kredit (JPK) berperan sebagai Variabel
Intervening terhadap Faktor Fundamental Makroekonomi
(FM) dalam Memengaruhi Kinerja Perbankan (KP)
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa jenis
penggunaan kredit (JPK) berperan sebagai variabel intervening
yang menguatkan dalam memengaruhi kinerja bank (KP). Hal ini
ditunjukkan oleh pengaruh faktor fundamental makroekonomi
(FM) terhadap kinerja perbankan (KP) memiliki pengaruh sama
dengan pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM)
terhadap kinerja perbankan (KP) melalui jenis penggunaan kredit
(JPK).
87
Besaran pengaruh tersebut dapat dilihat dari penelitian yaitu
pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap jenis
penggunaan kredit (JPK) sebesar 1,0; pengaruh jenis penggunaan
kredit (JPK) terhadap kinerja perbankan (KP) sebesar 1,0;
dimana jika dikalikan keduanya diperoleh 1,00 × 1,00 = 1,00.
Hasil ini menunjukkan besar yang sama dengan pengaruh
langsung faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap
kinerja perbankan (KP).
Dengan demikian, peran jenis penggunaan kredit (JPK)
mampu menjadi variabel intervening yang menguatkan secara
positif. Artinya, semakin tinggi jenis penggunaan kredit (JPK)
yang ditentukan bank, akan menaikkan kinerja perbankan (KP)
pada lima rasio (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR) dan sebaliknya.
Hal ini sama dengan penelitian Harmono (2012) yang
menyatakan bahwa skim bunga kredit mampu menjadi variabel
intervening. Akan tetapi dalam penelitian Harmono (2012), skim
bunga kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kinerja bank.
88
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis SEM menggunakan LISREL 8-3
menunjukkan bahwa seluruh hipotesis adalah diterima, atau dengan kata
lain terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan
variabel dependen. Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis adalah:
1. Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental makreokonomi
(FM)berpengaruh positif terhadap jenis penggunaan kredit (JPK). Dari
hasil pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi FM akan semakin
menaikkan JPK secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif dari FM terhadap JPK secara signifikan.
2. Hasil penelitian menyatakan jenis penggunaan kredit
(JPK)berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan (KP). Dari hasil
pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi JPK akan semakin
menaikkan KP secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan
bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dari JPK terhadap KP secara signifikan.
3. Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental makroekonomi
(FM)berpengaruh positif tidak langsung terhadap kinerja perbankan
(KP). Dari hasil pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi FM akan
89
semakin menaikkan KP secara tidak langsung dan sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh tak langsung positif dari FM terhadap KP secara
signifikan.
4. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa jenis penggunaan
kredit (JPK) berperan sebagai variabel intervening yang menguatkan
dalam memengaruhi kinerja bank (JPK). Hal ini ditunjukkan oleh
pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja
perbankan (KP) memiliki pengaruh sama dengan pengaruh faktor
fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (JPK)
melalui jenis penggunaan kredit (JPK).
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan diatas maka implikasi pada penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Dalam penentuan kebijakan moneter, hendaknya pemerintah
membuat kebijakan yang mendukung dan mendorong perbankan
dalam meningkatkan kinerjanya.
2. Bagi Perbankan
Dalam penentuan kebijakan pengelolaan bank, para pengelola bank
agar memerhatikan faktor fundamental makroekonomi yang ada dalam
kebijakan Bank Indonesia yaitu pergerakan tingkat inflasi, BI rate dan
kurs yang akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
90
Selain ini pengelola bank juga harus berhati-hati dalam
menentukan tingkat bunga kredit. Hal ini disebabkan besarnya tingkat
bunga kredit akan berdampak pada tingkat penjualan kredit ke
masyarakat dan akhirnya hal tersebut akan berpengaruh terhadap
kinerja perbankan.
3. Bagi Investor
Kinerja perbankan sangat berguna untuk menimbang keuntungan
yang akan di dapatoleh investor apabila investor ingin berinvestasi
pada suatu perusahaan perbankan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Lobna dan Med Nejib Ouertani dan Sonia Zouari-Ghorbel. Macroeconomic
and Bank-Specific Determinants of Household’s Non-Performing Loans in
Tunisia: a Dynamic Panel Data. Procedia Economics and Finance 13
(2013): 58–68
Ali Shawtari, Fekri dan Buerhan Saiti dan Shaikh Hamzah Abdul Razak dan
Mohamed Ariff. The impact of efficiency on discretionary loans/finance loss
provision: A comparative study of Islamic and conventional banks. Borsa
Istanbul Review 15-4 (2015): 272–282
Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014. Diakses pada
Sabtu, 10 Oktober 2015 dari
http://www.bi.go.id/id/lip/laporan/Pages//Laporan-LIP-tahun-2014.aspx
Bank Indonesia. Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan. Diakses pada
Jumat, 10 Oktober 2015 dari http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-
rate/penjelasan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia. Pengenalan Inflasi. diakses pada Jumat, 10 Oktober 2015 dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.asp
x
Bank Indonesia. Sejarah Bank Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-bi/Default.aspx
Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia. Diakses pada Jumat, 29 Januari
2016 dari http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Default.aspx
Bank Indonesia. Surat Edaran No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Diakses pada Jumat, 10 Oktober 2015 dari
www.bi.go.id/peraturan/perbankan/Document/ae5182e22f2b4575ae1ff6012
973ea19pbi_132611a1.pdf
Bank Indonesia. Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Diakses pada Sabtu, 24 Oktober
2015 dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/SE%20No.13_24_DPNP_2011
.asp
Bank Indonesia. Suku Bunga Tabungan Rupiah menurut Kelompok Bank. Diakses
pada Jumat, 29 Januari2016 dari
http://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/moneter/Contents/Default.aspx
92
Bank Mandiri. Profil Perusahaan. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_profile.asp
Bank Negara Indonesia. Sejarah. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia
Bank Rakyat Indonesia. Sejarah BRI. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
http://www.bri.co.id/articles/9
Bofondi, Marcello dan Tiziano Ropele. Macroeconomic determinants of bad
loans: evidence from Italian banks. Occasional Papers No. 89, 2011.
Budianto, Totok dan Sigit Triandaru. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Case, Karl E dan Ray C. Fair. Principles of Economics Eighth Edition. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007.
Cernohorska, Libena. Impact of Financial Crisis on the Stability Banking Sectors
in the Czech Republic and Great Britain. Procedia Economics and Finance
26 (2015): 234–241
Florin Filip, Bogdan. The quality of bank loans within the framework of
globalization. Procedia Economics and Finance 20(2015): 208–217
Hari Wijanto, Setyo. Metode Penelitian menggunakan Structural Equation
Modelling dengan LISREL 9. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2015.
Harmono. Faktor Fundamental Makro dan Skim Bunga Kredit sebagai Variabel
Intervening Pengaruhnya terhadap Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol 16, No.1 Januari 2012.
Hidayat, Muhammad. Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), Januari,
Vol 4, No. 1 2014.
https://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-tingkat-kesehatan-
bank/ diakses pada 16 Oktober 2015
https://furqon95.wordpress.com/category/materi-kampus/ diakses pada Sabtu, 24
Oktober 2015
Jonas, Guilherme dan Livia Abrao. Basic Interest Rate, Bank Competition, and
Bank Spread in Personal Credit Operations in Brazil: A Theoretical and
Empirical Analysis. EconomiA 16(2015) 32-45
93
Kasmir. Manajemen Perbankan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012.
Klein, Nir. Non-Performing Loans in CESEE: Determinants and Macroeconomic
Performance. IMF Working Paper No. 72, 2013.
Korkmaz, Suna. Impact of Bank Credits on Economic Growth and Inflation.
Journal of Applied Finance & Banking, vol. 5, no. 1(2015): 51-63
Maria Caporale, Guglielmo danStefano Di Colli dan Juan Sergio Lopez. Bank
Lending Procyclicality And Credit Quality During Financial Crises.
Economics and Finance Working Paper No. 13-18, 2013.
Njorohe, Lucas dan Anne Wangari Kamau. Macroeconomic Developments and
Banks’ Behaviour in Kenya: A Panel Data Analysis. Saving and
Development, N0. 2, XXXIV, 2010.
Ötker-Robe, İnci dan Jiri Podpiera. The Fundamental Determinants of Credit
Default Risk for European Large Complex Financial Institutions. IMF
Working Paper No. 153, 2010.
P. Louzis, Dimitros dan Angelos T. Vouldis dan Vasilios L. Metaxas.
Macroeconomic and Bank-Specific Determinants of Non-Performing Loans
in Greece: A Comparative Study of Mortgage, Business and Consumer
Loan Portofolios. Economic Research Department – Special Studies
Division Working Paper no 118, 2010.
Qasim, Syed dan Rizwan Jan. Analysis of Financial Performance of Private
Banks in Pakistan. Procedia - Social and Behavioral Sciences 109 (2014)
1021-1025
Raluca Diaconu, Loana dan Dumitru-Cristian Oanea. Determinants of bank’s
stability. Evidence from CreditCoop. Procedia Economics and Finance 32
(2015): 488-495
repository.usu.ac.id>bitstream diakses pada Sabtu, 24 Oktober 2015
Roman, Angela and Alina Camelia Sargu. The impact of bank-specific factors on
the commercial banks liquidity: empirical evidence from CEE countries.
Procedia Economics and Finance 20 (2015): 571–579
S. Mishkin, Frederic. The Economics of Money, Banking and Financial Markets
Business School Edition (2nd edition). United States of America: Pearson
Education, Inc 2010.
Santoso, Singgih. AMOS 22 untuk Structural Equation Modelling. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2015.
94
Sudiyatno, Bambang. Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan Pengaruh
Faktor Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis, dan Kebijakan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Disertasi Universitas Diponegoro,
Semarang, 2010.
Sufian, Fadzlan dan Muzafar Shah Habibillah. Assesing the Impact of Financial
Crisis on Bank Performance: Empirical Evidence from Indonesia. ASEAN
Economic Bulletin Vol.27, No. 3, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta, 2011.
Thomas Olajide, Olubayo dan Taiwo Asaolu dan Charles Ayodele Jegede. The
Impact of Financial Sector Reforms on Bank Performance in Nigeria. The
International Journal of Business and Finance Research Vol. 5 No. 1, 2011.
Tiberiu Albulescu, Claudiu. Bank’s Profitability and Financial Soundness
Indicators: A Macro-Level Investigation in Emerging Countries. Procedia -
Economics and Finance 23 (2015): 203-209
Tri Siswanto, Budi. Pengembangan Model Penyelenggaraan Work-Based
Learning pada Pendidikan Vokasi Diploma III Otomatif. Disertasi
Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.
Wahyudi, Untung dan Hartini P. Pawestri. Implikasi Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai
Variabel Intervening. Padang: Simposium Nasional Akuntansi IX 2006.
Wikipedia. Bank Negara Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Negara_Indonesia
Wikipedia. Bank Rakyat Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia
Wikipedia. Bank Tabungan Negara. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Tabungan_Negara
95
LAMPIRAN
Lampiran 1 Output LISREL (Sebelum Modifikasi)
DATE: 3/27/2016
TIME: 17:53
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Chicago, IL 60646-1704, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file Z:\E\AJENG1\SEM.SPJ:
Observed Variables
INF BIRATE KURS KMK KI KK NPL LDR ROA NIM
CAR
Correlation Matrix From File Z:\E\AJENG1\SEM~~92F.COR
Sample Size = 156
Latent Variables FM JPK KP
96
Relationships
INF BIRATE KURS = FM
KMK KI KK = JPK
NPL LDR ROA NIM CAR = KP
JPK = FM
KP = JPK
Path Diagram
options ME=UL ADD=OFF IT=500 EF
set error covariance between BIRATE and INF to 0.5
set error covariance between BIRATE and KURS to 0.1
set error covariance between KURS and INF to 0.2
set error covariance between NIM and NPL to 0.2
!set error covariance between KK and KI to 0.01
!set error covariance between CAR and NPL to 0.1
!set error covariance between ROA and NPL to 0.1
!set error covariance between LDR and ROA to 0.001
!set error covariance between LDR and KK to 0.2
set error covariance between INF and NPL to 0.2
!set error covariance between INF and ROA to 0.1
!set error covariance between KI and KMK to 0.01
!set error covariance between KK and KMK to 0.01
!set error covariance between CAR and LDR to 0.001
!set error covariance between NIM and KURS to 0.2
!set error covariance between NIM and KURS to 0.01
set error variance JPK equal to free
set error variance KP equal to free
End of Problem
97
Sample Size = 15
Correlation Matrix to be Analyzed
KMK KI KK NPL LDR ROA
-------- -------- -------- -------- -------- --------
KMK 1.00
KI 0.97 1.00
KK 0.94 0.96 1.00
NPL 0.58 0.67 0.68 1.00
LDR -0.93 -0.93 -0.95 -0.60 1.00
ROA -0.75 -0.77 -0.74 -0.75 0.72 1.00
NIM -0.70 -0.60 -0.51 -0.10 0.56 0.38
CAR 0.71 0.73 0.71 0.56 -0.80 -0.50
INF 0.46 0.49 0.41 0.62 -0.38 -0.59
BIRATE 0.84 0.81 0.74 0.65 -0.71 -0.74
KURS -0.36 -0.32 -0.53 -0.30 0.50 0.24
Correlation Matrix to be Analyzed
NIM CAR INF BIRATE KURS
-------- -------- -------- -------- --------
NIM 1.00
CAR -0.54 1.00
INF -0.28 0.41 1.00
BIRATE -0.67 0.68 0.77 1.00
98
KURS -0.03 -0.32 0.07 -0.11 1.00
Number of Iterations = 17
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
KMK = 0.97*JPK, Errorvar.= 0.056, R² = 0.94
(0.13)
0.43
KI = 0.98*JPK, Errorvar.= 0.049, R² = 0.95
(0.052) (0.13)
18.80 0.39
KK = 0.96*JPK, Errorvar.= 0.087, R² = 0.91
(0.051) (0.13)
18.62 0.69
NPL = 0.71*KP, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.12)
4.14
LDR = - 0.94*KP, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.89
(0.081) (0.13)
-11.68 0.89
ROA = - 0.80*KP, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64
(0.071) (0.12)
99
-11.35 2.94
NIM = - 0.60*KP, Errorvar.= 0.64 , R² = 0.36
(0.061) (0.12)
-9.79 5.50
CAR = 0.77*KP, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.070) (0.12)
11.06 3.36
INF = 0.48*FM, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.23
(0.031) (0.12)
15.34 6.53
BIRATE = 0.84*FM, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71
(0.033) (0.13)
25.22 2.34
KURS = - 0.38*FM, Errorvar.= 0.86 , R² = 0.14
(0.031) (0.12)
-12.03 7.44
Error Covariance for NIM and NPL = 0.20
Error Covariance for INF and NPL = 0.20
Error Covariance for BIRATE and INF = 0.50
Error Covariance for KURS and INF = 0.20
100
Error Covariance for KURS and BIRATE = 0.10
JPK = 1.00*FM,, R² = 1.00
(0.034)
29.06
KP = 1.00*JPK,, R² = 1.00
(0.044)
22.82
Correlation Matrix of Independent Variables
FM
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
JPK KP FM
-------- -------- --------
JPK 1.00
KP 1.00 1.00
FM 1.00 1.00 1.00
101
Lampiran 2 Output LISREL (Setelah Modifikasi)
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 44
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 59.99 (P = 0.055)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 15.99
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 40.38)
Minimum Fit Function Value = 0.39
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.10
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.26)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.048
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.077)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.51
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.67
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.57 ; 0.83)
ECVI for Saturated Model = 0.85
ECVI for Independence Model = 22.19
Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 3418.06
Independence AIC = 3440.06
Model AIC = 103.99
Saturated AIC = 132.00
Independence CAIC = 3484.61
Model CAIC = 193.09
102
Saturated CAIC = 399.29
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.077
Standardized RMR = 0.077
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.66
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.79
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.98
Critical N (CN) = 178.53
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
CAR LDR 8.2 -0.71
INF ROA 8.1 -0.26
KURS NIM 11.1 -0.28
103
Total and Indirect Effects
Total Effects of KSI on ETA
FM
--------
JPK 1.00
(0.03)
29.06
KP 1.00
(0.03)
29.51
Indirect Effects of KSI on ETA
FM
--------
JPK - -
KP 1.00
(0.03)
29.51
104
Total Effects of ETA on ETA
JPK KP
-------- --------
JPK - - - -
KP 1.00 - -
(0.04)
22.82
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 1.000
Total Effects of ETA on Y
JPK KP
-------- --------
KMK 0.97 - -
KI 0.98 - -
(0.05)
18.80
KK 0.96 - -
105
(0.05)
18.62
NPL 0.71 0.71
(0.03)
22.82
LDR -0.94 -0.94
(0.06) (0.08)
-14.75 -11.68
ROA -0.80 -0.80
(0.06) (0.07)
-13.84 -11.35
NIM -0.60 -0.60
(0.05) (0.06)
-11.50 -9.79
CAR 0.77 0.77
(0.06) (0.07)
13.45 11.06
Indirect Effects of ETA on Y
JPK KP
106
-------- --------
KMK - - - -
KI - - - -
KK - - - -
NPL 0.71 - -
(0.03)
22.82
LDR -0.94 - -
(0.06)
-14.75
ROA -0.80 - -
(0.06)
-13.84
NIM -0.60 - -
(0.05)
-11.50
CAR 0.77 - -
(0.06)
13.45
107
Total Effects of KSI on Y
FM
--------
KMK 0.97
(0.03)
29.06
KI 0.98
(0.04)
27.80
KK 0.96
(0.04)
27.29
NPL 0.71
(0.02)
29.51
LDR -0.94
(0.06)
-16.05
ROA -0.80
(0.05)
108
-14.90
NIM -0.60
(0.05)
-11.92
CAR 0.77
(0.05)
14.41
The Problem used 19024 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)
Time used: 0.172 Seconds