PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA DAN
KELEKATAN PEER GROUP TERHADAP TUGAS
PERKEMBANGAN REMAJA PENGAMEN
NURJANAH PURNAMA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya
Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan
Remaja Pengamen adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Nurjanah Purnama
NIM I24110053
ABSTRAK
NURJANAH PURNAMA. Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan
Peer Group terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen. Dibimbing oleh
DIAH KRISNATUTI.
Pengasuhan orang tua dan peer group memiliki peran penting dalam
tumbuh dan berkembangnya remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh antara persepsi gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group
terhadap tugas perkembangan remaja pengamen. Penelitian ini mengambil contoh
60 orang pengamen jalanan laki-laki (30 orang pengamen remaja awal dan 30
orang pengamen remaja akhir) yang dipilih secara aksidental. Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara mendalam menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan capaian tugas perkembangan pengamen remaja akhir
lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Usia, gaya pengasuhan
otoritatif dan kelekatan peer group berpengaruh terhadap pemenuhan tugas
perkembangan remaja pada pengamen jalanan.
Kata kunci : remaja, kelekatan, otoritatif, gaya pengasuhan, peer group,
pengamen jalanan
ABSTRACT
NURJANAH PURNAMA. The Impacts of Parenting Style and Peer Group
Attachment to Developmental Task of Young Street Performer. Supervised by
DIAH KRISNATUTI.
Parenting and peer group had an important role in adolescents growth and
development. This research aimed to analyze the impact of parenting style
perception and peer group attachment to developmental task of young street
performer. It was focused on 60 boy street performers (30 early adolescents
performers and 30 late adolescents performers) which were selected by accidental
method. The data were collected by interview method using questionnaires. The
result of this research showed that development task of late adolescents
performers better than early adolescents performers. Age, authoritative parenting
style and level of peer group attachment affected to development task of young
street performer.
Keywords : adolescents, attachment, authoritative, parenting style, peer group,
street performer
PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA DAN
KELEKATAN PEER GROUP TERHADAP TUGAS
PERKEMBANGAN REMAJA PENGAMEN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
NURJANAH PURNAMA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi
Nama NIM
Tanggal Lulus
Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan Remaja Pengamen Nurjanah Pumama 124110053
Disetujui oleh
l-.' Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing
Diketahui oleh,
~ - ' . l ,\ ... J. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya
Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer Group terhadap Tugas Perkembangan
Remaja Pengamen”. Banyak orang yang berperan dan berjasa dalam perjalanan
pendidikan dan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini saya ingin
menghaturkan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai pembimbing skripsi yang terus
memberikan bimbingan dan saran selama penulisan, serta nasihat-nasihat
yang dapat membuka wawasan serta menjadi motivator untuk menghadapi
masa depan.
2. Neti Hernawati, SP, MSi sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi kepada penulis selama
menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
3. Ir. M.D Djamaludin, MSc selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian
yang telah memberikan kritik, saran dan arahan untuk kemajuan dan
perbaikan skripsi penulis
4. Alfiasari, SP, MSi dan Dr. Megawati Simanjuntak, SP, MSi sebagai
penguji skripsi yang telah memberi masukan, koreksi dan arahan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
5. Orang tua pernulis yaitu Ibunda Siti Nurmi, S.Pd dan Ayahanda Endang
Suprihatin beliaulah sosok yang tiada hentinya berjuang dan berdoa serta
memberikan cinta kasih, dorongan dan motivasi, baik dukungan moril
maupun material untuk mendukung penulis selama menempuh pendidikan
dan penyelesaian skripsi.
6. Andriyan Novadiansyah atas bantuan, dukungan, dan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan penyelesaian
skripsi.
7. Pengamen jalanan Bogor yang telah memberi izin dan bersedia untuk
dijadikan sebagai responden penelitian.
8. Teman-teman seperjuangan Bona Intan Rahmaniah, Dwi Kurniati Putri,
Faizal Ainul Adha, Mardita Kurnia Putri, Mega Citrandini, Afromalika,
Miranti Rahmatika, Safira Widianti dan teman-teman IKK 48 atas
persahabatan dan kebersamaan selama menempuh pendidikan di
perguruan tinggi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan
segala informasi yang terdapat di dalamnya.
Bogor, Agustus 2015
Nurjanah Purnama
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
KERANGKA PEMIKIRAN 5
METODE PENELITIAN 7
Desain, Lokasi, Waktu 7
Teknik Penarikan Contoh 7
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 7
Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Pembahasan 16
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data 7
2 Jenis dan pengkategorian data 9
3 Sebaran pengamen berdasarkan gaya pengasuhan orang tua dan
kelompok usia 12
4 Sebaran pengamen berdasarkan kelekatan peer group dan kelompok usia 13
5 Sebaran pengamen berdasarkan dimensi kelekatan peer group dan
kelompok usia 13
6 Sebaran pengamen berdasarkan tugas perkembangan remaja dan kelompok
usia 14
7 Presentase pencapaian rata-rata dimensi tugas perkembangan remaja 14
8 Hasil uji hubungan karakteristik, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan
peer group terhadap tugas perkembangan 15
9 Hasil uji regresi linear berganda karakteristik, gaya pengasuhan orang tua,
kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan 15
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan
peer group terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja 6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara baik
dalam bidang pendidikan, sosial, budaya maupun ekonomi. Remaja merupakan
„tulang punggung‟ bangsa yang pada kemudian hari akan menjadi generasi yang
dapat memimpin dan membawa negaranya agar dapat berkembang ke arah yang
lebih baik. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah remaja
yang cukup tinggi. Hasil Sensus Penduduk BPS tahun 2010 menyatakan jumlah
penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa yang meliputi 63,4 juta remaja
dengan proporsi 50,70 persen remaja laki-laki dan 49,30 persen remaja
perempuan.
Remaja (adolescence) merupakan masa perkembangan transisi antara masa
anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional (Santrock, 2003). Monks, Knoers dan Haditono (2001)
menyebutkan bahwa masa remaja dibedakan menjadi empat bagian, yaitu: (1)
masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun); (2) masa remaja awal atau
pubertas (12-15 tahun); (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun); (4) masa
remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih
berlangsung di masa Sekolah Menengah Pertama atau awal Sekolah Menengah
Akhir dan perubahan pubertal terjadi di masa ini, sedangkan remaja akhir (late
adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari
kehidupan (Santrock 2007).
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam tumbuh dan
berkembangnya remaja melalui proses pengasuhan. Setiap orang tua memiliki
gaya yang berbeda dalam mendidik anaknya sehingga dapat menjadi generasi
yang sesuai dengan harapan orang tua. Gaya pengasuhan merupakan pola perilaku
orang tua yang paling menonjol atau yang paling dominan dalam mengarahkan
anaknya sehari-hari termasuk dalam menanamkan nilai-nilai hidup, mengajarkan
keterampilan hidup dan dalam mengelola emosi (Sunarti 2004).
Gaya pengasuhan orang tua akan mempengaruhi persepsi seorang remaja.
Persepsi tersebut kemudian dapat menentukan tindakan dan sikap remaja atas
hubungannya dengan orang tua. Jika hubungan remaja dengan orang tua buruk
maka akan mempengaruhi hubungan remaja dengan lingkungan di luar rumah
(Papalia, 2004) sedangkan remaja yang terikat secara aman pada orang tua semasa
kecil, lebih cenderung memiliki hubungan positif dengan lingkungan
pergaulannya daripada remaja yang masa kecilnya diwarnai konflik dengan orang
tua (Santrock, 2003).
Konflik pada remaja tidak hanya timbul ketika berada di dalam rumah,
namun dapat juga timbul saat berada di luar rumah. Menurut Gunarsa dan
Gunarsa (2003) masalah pergaulan dapat menjadi masalah yang cukup pelik, baik
mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri dan keterlibatan terhadap
pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif. Kelompok teman sebaya
(peer group) adalah sekelompok anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
kedewasaan yang sama (Santrock 2007). Hubungan teman sebaya yang harmonis
2
pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia
pertengahan (Hightower dalam Santrock 2007).
Menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya merupakan salah satu
tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi. Menurut Hurlock (1993)
penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja
yang tersulit. Pada tahap perkembangan remaja terdapat tugas perkembangan
yang harus dipenuhi (Asmadi, 2004). Duvall & Miller (1985) menyebutkan bahwa
terdapat delapan dimensi tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja dalam
membina hubungannya di masa kini dan menyiapkan kehidupannya di masa yang
akan datang.
Pada kehidupan nyata, banyak remaja yang menghabiskan hidupnya untuk
bekerja dan tidak lagi menikmati masa remaja sebagaimana mestinya. Salah satu
contoh fenomena yaitu anak jalanan. Anak jalanan merupakan anak yang sehari-
harinya menghabiskan waktunya di jalan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi anak jalanan, selain faktor kemiskinan atau perekonomian
keluarga yang sulit, ada faktor lain yang menyebabkan anak turun ke jalanan
sebagi pengamen dan pengemis yaitu perceraian orang tua di sertai orang tua tidak
mau merawat dan memperhatikan anak juga (Rahman 2005). Amal (2002)
menyebutkan dari sekian banyak profesi anak jalanan, pekerjaan yang
medominasi adalah sebagai pengamen. Menurut Ramdian (2010) pengamen
adalah seseorang yang menyanyi dengan peralatan seadanya yang biasa
ditemukan di pinggir jalan raya, tempat makan, terminal, dalam kendaraan umum
atau ruang publik lainnya
Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai pencapaian tugas
perkembangan remaja menjadi sangat penting mengingat jumlah kasus atau
masalah kelompok usia ini terus meningkat bersamaan dengan besarnya tantangan
yang dihadapi remaja baik dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
dalam dirinya maupun beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Dengan
demikian menjadi sangat penting untuk mengkaji lebih lanjut mengenai persepsi
pengamen jalanan terhadap gaya pengasuhan orang tuanya dan seperti apa remaja
memandang kelekatan dirinya dengan peer groupnya terhadap pemenuhan tugas
perkembangannya sebagai remaja pengamen jalanan.
Perumusan Masalah
Pada masa remaja seseorang dapat tumbuh dan berkembang lebih matang
dibandingkan usia sebelumnya dan mulai belajar untuk tidak bergantung kepada
orang tua dan lingkungan sekitarnya. Pada masa transisi ini, remaja dipandang
dari dua sisi yang berlainan, di satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang
mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi namun di sisi lain remaja masih
membutuhkan bantuan dari orang tuanya (Santrock 2003). Kenyataan yang ada
seringkali tidak sejalan dengan kondisi ideal yang diharapkan. Agustiani (2002)
menyatakan bahwa remaja masih menunjukkan ketergantungan terhadap orang
tua terutama jika dihadapkan pada masalah penting yang menyangkut
kehidupannya. Dalam hal ini, keluarga seharusnya dapat menjadi tempat
berlindung, berbagi cerita, cinta kasih dan banyak hal lainnya yang positif sesuai
3
dengan fungsi keluarga dalam membantu pemenuhan tugas perkembangan
remaja.
Keberadaan peer group membuat remaja merasa memiliki teman senasib,
teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif
sifatnya, saling menguatkan untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik dan
memungkinkan remaja memperoleh rasa nyaman, aman serta rasa memiliki
identitas diri. Dukungan teman sebaya biasanya terjadi dalam interaksi sehari-hari
remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman
sebayanya melalui suatu perkumpulan di kehidupan sosialnya (Hilman 2002)
Semua remaja seharusnya dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana
mestinya, salah satunya yaitu remaja pengamen jalanan. Ada tiga hal yang
menjadi latar belakang seseorang ingin turun ke jalanan yaitu (1) kondisi ekonomi
keluarga; (2) konflik dengan keluarga; dan (3) mencari pengalaman (Amal 2002).
Bogor merupakan salah satu tempat yang memiliki jumlah pengamen yang cukup
tinggi. Menurut data Dinas Sosial Kota Bogor tahun 2014 terdapat 221 orang
gembel dan pengemis (meliputi pengamen berusia di atas usia 17 tahun) dan 95
orang anak jalanan (meliputi pengamen berusia di bawah usia 17 tahun). Hal ini
tentunya merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan untuk berbagai
kalangan mengingat dengan bertambahnya jumlah pengamen dapat menambah
angka putus sekolah. Hal tersebut juga dapat menyebabkan anak rentan dengan
situasi buruk, perlakuan kasar, eksploitasi seperti kekerasan fisik, terlibat tindak
kriminal, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain. Situasi semacam ini akan
berdampak buruk bagi perkembangan anak secara mental, fisik dan sosial
(Yuniarti 2012).
Maka dari itu sangat penting untuk mengkaji lebih lanjut mengenai gaya
pengasuhan orang tua, kelekatan pengamen dengan teman sebaya dan pemenuhan
tugas perkembangannya sebagai remaja yang dirangkum menjadi rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya
pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan
remaja pada pengamen remaja awal dan remaja akhir?
2. Apakah terdapat hubungan dari karakteristik remaja pengamen jalanan,
gaya pengasuhan orang tua, dan kelekatan peer group dengan tugas
perkembangan remaja pengamen?
3. Apakah terdapat pengaruh antara gaya pengasuhan orang tua dan
kelekatan peer group terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja
pengamen?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan orang
tua dan kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan remaja pengamen.
4
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perbedaan karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya
pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan
remaja pada pengamen remaja awal dan remaja akhir.
2. Menganalisis hubungan dari karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya
pengasuhan orang tua, dan kelekatan peer group dengan tugas
perkembangan remaja pengamen.
3. Menganalisis pengaruh antara gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan
peer group terhadap tugas perkembangan remaja pengamen.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat
mengenai dampak positif dan negatif dari gaya pengasuhan orang tua dan adanya
peer group bagi remaja khususnya untuk remaja pengamen jalanan. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberi informasi untuk lembaga terkait seperti BKKBN
Departemen Sosial, dan Kementrian Sosial mengenai pengamen jalanan agar
dapat lebih diperhatikan serta dapat membantu lembaga terkait mengambil
langkah yang lebih tepat dalam menanggulangi dan menangani pengamen jalanan.
Bagi Institut Pertanian Bogor, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran di bidang akademik, khususnya di bidang ilmu keluarga
dan perkembangan anak. Penulis juga berharap penelitian dapat memberi manfaat
untuk menambah wawasan dan pembelajaran bagi penulis sehingga penulis dapat
lebih terbuka dan peka dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar.
5
KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Bronfenbrenner menjelaskan bahwa individu dapat tumbuh dan
berkembang karena adanya interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan
mikro merupakan lingkungan yang berinteraksi langsung dengan remaja. Salah
satu yang termasuk dalam lingkungan mikro yaitu keluarga. Keluarga adalah
tempat pertama dan utama individu mendapatkan kasih sayang agar individu
dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Pada setiap keluarga orang
tua pasti melakukan pengasuhan dan setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan
yang berbeda. Baumrind (1991) mengkategorikan gaya pengasuhan menjadi tiga
yaitu gaya pengasuhan otoriter, gaya pengasuhan otoritatif dan gaya pengasuhan
permisif. Pengasuhan otoriter merupakan gaya pengasuhan orang tua yang sangat
ketat dan kaku dalam berinteraksi dengan anak. Orang tua yang otoriter akan
sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan
menunjukkan amarah kepada anak. Pada gaya pengasuhan ini, dimensi kontrol
perilaku yang diberikan oleh orang tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi
daripada dimensi kehangatan. Gaya pengasuhan permisif merupakan gaya
pengasuhan yang memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya untuk
bertindak sesuai dengan keinginan anak. Orang tua akan jarang menghukum anak
ketika anak melakukan kesalahan dan cenderung mengikuti keinginan anak. Gaya
pengasuhan otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang memberikan batasan
aturan dan memiliki otoritas tinggi namun sekaligus memberikan kehangatan dan
penuh kasih sayang. Karakteristik remaja akan mempengaruhi remaja tersebut
mempersepsikan gaya pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya. Remaja
yang memiliki usia remaja akhir akan memiliki persepsi gaya pengasuhan yang
berbeda dengan remaja awal.
Peer group termasuk ke dalam lingkungan mikro yang langsung
berinteraksi dengan individu. Keberadaan peer group turut mendukung individu
dalam memenuhi tugas perkembangannya, selain itu kelekatan peer group dinilai
dapat menentukan individu dalam bertindak dan bersikap. Armsden dan
Greenberg (1987) membagi kategori kelekatan peer group menjadi tiga dimensi
yaitu trust (kepercayaan), communication (komunikasi), dan alienation
(pengasingan). Remaja pengamen jalanan merupakan remaja yang menghabiskan
banyak waktunya untuk mencari nafkah. Berprofesi sebagai pengamen seharusnya
tidak menghalangi remaja untuk memenuhi tugas perkembangannya. Tugas
perkembangan merupakan hal yang harus dipenuhi remaja semasa hidupnya.
Duvall & Miller (1985) membagi tugas perkembangan remaja menjadi delapan
dimensi yang secara umum meliputi pengenalan remaja tentang identitas dirinya,
peran remaja dalam kehidupan sosialnya dan juga kesiapan remaja dalam menata
masa depannya.
Merujuk dari hal tersebut, maka peneliti menduga adanya pengaruh dari
karakteristik remaja pengamen jalanan, gaya pengasuhan orang tua, dan kelekatan
peer group terhadap tugas perkembangan remaja pengamen yang berada dalam
gambar 1.
6
Keterangan : Mempengaruhi
: Var : Variabel dan karakteristik yang diteliti
\ : Karakteristik yang tidak diteliti
: Pengaruh yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
7
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, Waktu
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study karena penelitian
dilakukan dalam satu waktu. Penelitian dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor.
Penentuan lokasi tersebut dilakukan secara purpossive (sengaja). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2015.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah pengamen jalanan laki-laki. Contoh dalam
penelitian ini pengamen jalanan laki-laki berusia remaja awal (12-15 tahun) dan
remaja akhir (18-21 tahun). Jumlah contoh yaitu 60 orang dengan proporsi 30
pengamen remaja awal dan 30 pengamen remaja akhir didapat secara aksidental.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan
reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara
kepada remaja pengamen jalanan. Data primer yang diperoleh dengan bantuan
kuesioner meliputi karakteristik contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan
peer group dan pemenuhan tugas perkembangan contoh. Adapun jenis dan cara
pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data
Primer Karakteristik remaja pengamen
jalanan:
Usia
Jenis kelamin
Lama menjadi pengamen
jalanan
Lama pendidikan
Penghasilan mengamen per
hari
Uang saku yang diterima dari
orang tua
Jumlah anggota keluarga
yang tinggal serumah
Kuesioner
Rasio
Nominal
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Primer Gaya pengasuhan Kuesioner Ordinal
Primer Kelekatan peer group Kuesioner Ordinal
Primer Tugas perkembangan remaja
pengamen
Kuesioner Ordinal
Karakteristik contoh yang diukur meliputi usia, jenis kelamin, lama
pendidikan, lokasi mengamen, lama menjadi pengamen, pendapatan mengamen,
8
jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah, dan jumlah uang saku yang
diterima pengamen. Gaya pengasuhan orang tua diukur menggunakan kuisioner
yang dikembangkan Utami (2014) dan diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti.
Kuisioner menggunakan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;
3=setuju; 4=sangat setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha gaya pengasuhan
otoriter, permisif dan otoritatif masing-masing 0,616; 0,611; dan 0,694. Kelekatan
peer group menggunakan kuesioner milik Armden & Greenberg (1987) yang
berjudul “Inventory of Parent and Peer Attachment” (IPPA) yang dikembangkan
oleh Naibaho (2013) dan diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. terdiri dari 19
item pernyataan dengan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;
3=setuju; 4=sangat setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha sebesar 0,651. Tugas
perkembangan remaja menggunakan kuesioner dari Duvall & Miller (1985)
mengenai Development Task of Teenagers dalam buku Marriage and Family
Development yang dikembangkan oleh peneliti terdiri dari 37 dimensi pernyataan
dengan 4 skala likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat
setuju) dengan nilai Cronbach‟s alpha sebesar 0,794.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kuesioner diolah melalui proses editing,
coding, scoring, entry data, cleaning, dan analisis data. Data diolah menggunakan
Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0.
Selanjutnya, data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis
inferensia. Analisis data dilakukan agar memberikan makna terhadap hasil yang
diperoleh melalui jenis analisis dan pengujian sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik contoh
(usia, lama pendidikan, lama menjadi pengamen, penghasilan mengamen,
uang saku, dan jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah), gaya
pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas perkembangan.
Gaya pengasuhan, kelekatan peer group dan tugas perkembangan
dibedakan ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan
indeks untuk skor total ketiga variabel tersebut. Adapun penetapan
kategori tersebut didasarkan pada Bloom‟s cut-off yang telah dimodifikasi
(Ahmed 2007) sebagai berikut: rendah (<60%), sedang (60-80%), dan
tinggi (>80%). Indeks skor masing-masing variabel diperoleh melalui
persamaan sebagai berikut:
Y =
Keterangan :
Y= Indeks dalam persen
X= Nilai yang diperoleh contoh pada masing-masing variabel
2. Uji beda (independent sample t-test) digunakan untuk melihat perbedaan
karakteristik contoh dan skor gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer
group, serta tugas perkembangan berdasarkan kategori usia remaja awal
dan remaja akhir.
9
3. Uji hubungan digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik
contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan tugas
perkembangan.
4. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
karakteristik contoh, gaya pengasuhan orang tua, kelekatan peer group dan
pemenuhan tugas perkembangan. Adapun persamaan regresi linear
berganda yang digunakan ialah sebagai berikut:
Y1 = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4+ β5 X5+ β6 X6+ β7 X7+ β8 X8 + €
Keterangan:
Y = tugas perkembangan
Α = konstanta regresi
β1-β10
= koefisien regresi
X1
= gaya pengasuhan orang tua
X2
= kelekatan peer group
X3
= usia
X4
= tingkat pendidikan
X5
= lama menjadi pengamen
X6
= penghasilan mengamen
X7
= uang saku yang didapat dari orang tua
X8
= jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah
€ = galat
Tabel 2 Jenis dan pengkategorian data
Jenis Data Kategori Pengukuran
Karakteristik Remaja Pengamen
Jalanan:
Usia remaja
Remaja awal (12-15 tahun)
Remaja akhir (18-21 tahun)
Gaya Pengasuhan
Otoriter
Permisif
Otoritatif
Rendah (<60)
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
Peer Group
Kepercayaan
Komunikasi
Pengasingan
Rendah (<60)
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
Tugas Perkembangan Remaja
Pengamen Rendah (<60)
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
Definisi Operasional
Remaja pengamen jalanan adalah laki-laki yang berprofesi sebagai pengamen,
menggunakan alat berupa gitar atau alat tabuh lainnya yang biasa
dijumpai di rumah makan, pinggir jalan, angkutan umum, dan bus kota.
10
Remaja awal yaitu laki-laki yang, berusia 12 sampai 15 tahun dan belum
menikah.
Remaja akhir yaitu laki-laki yang berusia 18 sampai 21 tahun dan belum
menikah.
Gaya pengasuhan yaitu cara yang dilakukan orang tua dalam sehari-hari untuk
menerapkan pola disiplin dan memberikan kehangatan kepada remaja
sebagai cara untuk mendidik remaja. Gaya pengasuhan terbagi menjadi
tiga yaitu gaya pengasuhan otoriter, permisif dan otoritatif.
Gaya pengasuhan otoriter merupakan cara orang tua menerapkan pola
disiplin yang.memiliki kontrol perilaku yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kehangatan yang diberikan kepada remaja.
Gaya pengasuhan permisif yaitu cara yang digunakan orang tua untuk
menerapkan pola disiplin dengan memberikan kebebasan penuh kepada
anak-anaknya untuk bertindak sesuai dengan keinginan remaja.
Gaya pengasuhan otoritatif yaitu cara yang digunakan orang tua
untuk menerapkan pola disiplin dengan memberikan aturan dan otoritas
yang tinggi namun tetap memberikan kehangatan yang tinggi pula
kepada remaja.
Kelekatan peer group adalah kepercayaan, komunikasi dan cara remaja melihat
dirinya dipadang oleh remaja lain yang berada pada lingkungan sosial
yang sama dan memiliki usia serta kedewasaan yang sama. Dimensi
kelekatan peer group terdiri atas tiga dimensi yaitu kepercayaan,
komunikasi dan pengasingan.
Kepercayaan yaitu persepsi remaja tentang rasa memahami, menerima,
mendengarkan, memiliki, percaya dan saling mengerti kondisi antar
remaja yang berada di satu komunitas yang sama.
Komunikasi merupakan persepsi remaja dalam pertemanannya
berdasarkan rasa menghargai cara pandang, kepedulian, pemberian
waktu untuk bercerita dan membantu sesama remaja yang berada pada
satu komunitas yang sama.
Pengasingan yaitu pandangan remaja tentang penolakan dan
penerimaan dari teman sebaya atas kehadirannya pada komunitas
(pergaulan) tersebut.
Tugas perkembangan remaja adalah kewajiban yang harus disadari, dilakukan,
dan dipenuhi meliputi pengenalan identitas diri, penyesuaian dengan
lingkungan sosial, dan cara pandang terhadap kehidupan masa kini dan
masa depan untuk mencapai tumbuh kembang yang maksimal. Dimensi
tugas perkembangan remaja terdiri dari delapan dimensi.
Menerima perubahan pada badan dan belajar untuk
menggunakannya dengan efektif yaitu kesadaran pada diri remaja
dalam mengetahui perbedaan yang terjadi pada tubuhnya yang di usia
sekarang dibandingkan dengan tubuhnya di usia sebelumnya, baik
perbedaan fisik maupun psikologis dan dapat mengetahui cara
memanfaatkan perubahan tubuhnya dengan baik.
Meraih peran maskulin atau feminim secara memuaskan dan
dapat diterima di sosial/masyarakat yaitu kemampuan remaja untuk
mengetahui fungsi dan posisinya dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan jenis kelamin remaja (laki-laki dan perempuan).
11
Mengembangkan hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya yaitu kemampuan remaja untuk bergaul dan membina
keakraban dengan remaja lain yang memiliki usia sama dengannya.
Meraih kebebasan emosi dari orang tua dan orang dewasa lain
merupakan kemampuan remaja untuk dapat hidup mandiri dan tidak
lagi bergantung dengan orang lain yang berada di sekitarnya.
Mendapatkan edukasi untuk peran dalam hidup di masa kini dan
mendatang yaitu kemampuan remaja untuk mengetahui cita-cita sesuai
minat dan bakatnya dan mempersiapkan dirinya mulai dari masa kini
agar remaja dapat memperoleh kehidupan yang layak di masa yang
akan datang.
Mempersiapkan untuk sebuah pernikahan dan kehidupan
berkeluarga yaitu kemampuan remaja untuk menata kehidupan
berkeluarga dan mengetahui peran yang harus dilakukan ketika sudah
menikah nanti.
Mengembangkan kebutuhan akan kemampuan intelektual dan
kepekaan sosial yaitu kemampuan remaja untuk menerapkan
kewajibannya sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menentukan identitasnya sebagai orang yang bertanggung jawab
secara sosial yaitu kemampuan remaja untuk dapat melakukan hal-hal
yang bermanfaat untuk sekitar dan menunjukkan rasa pedulinya
terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Remaja Pengamen Jalanan
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia pengamen remaja awal adalah
14,3 tahun sedangkan pengamen remaja akhir berusia 19,3 tahun. Lama
pendidikan yang ditempuh pengamen remaja awal yaitu 7 tahun (setara dengan
tahun pertama di Sekolah Menengah Pertama) dan pengamen remaja akhir
adalah 8,8 tahun. Setiap harinya pengamen remaja awal menerima pendapatan
dari mengamen sebesar Rp54 730 dan rata-rata uang saku yang diterima dari
orang tua yaitu Rp4 330. Pengamen remaja akhir menerima pendapatan sebesar
Rp55 330 dan rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp2 030.
Pada karakteristik lama menjadi pengamen, pengamen remaja akhir lebih lama
dibandingkan pengamen remaja awal dengan rata-rata 88,6 bulan (lebih dari 7
tahun) berbanding 42,8 bulan (kurang dari 4 tahun). Rata-rata pengamen remaja
awal dan pengamen remaja akhir tinggal bersama 6 anggota keluarga di dalam
rumah yang ditempatinya.
Gaya Pengasuhan
Seluruh pengamen remaja awal dan sebagian pengamen remaja akhir
memiliki gaya pengasuhan otoriter dan permisif orang tua yang rendah. Kurang
dari separuh pengamen remaja awal dan hampir dua per tiga pengamen remaja
akhir mempunyai gaya pengasuhan otoritatif orang tua pada kategori sedang.
Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara gaya pengasuhan orang tua
pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir (Tabel 3).
Tabel 3 Sebaran pengamen berdasarkan gaya pengasuhan orang tua dan kelompok
usia
Kategori
Gaya Pengasuhan Orang Tua
Otoriter Permisif Otoritatif
n % n % n %
Remaja awal
Rendah (<60) 30 100,0 30 100,0 16 53,3
Sedang (60-80) 0 0,0 0 0,0 13 43,3
Tinggi (>80) 0 0,0 0 0,0 1 3,4
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Remaja akhir
Rendah (<60) 29 97,6 27 90,0 11 36,7
Sedang (60-80) 1 3,4 3 10,0 19 63,3
Tinggi (>80) 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
p-value 0,595 0,644 0,770
13
Kelekatan Peer Group
Separuh pengamen remaja awal dan hampir dua per tiga pengamen remaja
akhir memiliki kelekatan peer group yang rendah, sedangkan sisanya berada pada
kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan antara kelekatan peer group pengamen
remaja awal dan pengamen remaja akhir (Tabel 4).
Tabel 4 Sebaran pengamen berdasarkan kelekatan peer group dan kelompok usia
Kelekatan Peer
Group
Remaja Awal Remaja Akhir Total
n % n % n %
Rendah (<60) 16 53,3 19 63,3 35 58,3
Sedang (60-80) 14 46,7 11 36,7 25 41,7
Tinggi (>80) 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 30 100,0 30 100,0 60 100,0
p-value 0,418
Sebagian besar pengamen remaja awal dan lebih dari dua per tiga pengamen
remaja akhir memiliki kepercayaan dan komunikasi dengan peer group yang
sedang. Pada dimensi pengasingan, baik pengamen remaja awal maupun
pengamen remaja akhir berada pada kategori rendah dan tidak terdapat perbedaan
pada kelekatan peer group pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir
berdasarkan masing-masing dimensinya. (Tabel 5).
Tabel 5 Sebaran pengamen berdasarkan dimensi kelekatan peer group dan
kelompok usia
Kategori
Kelekatan Peer Group
Kepercayaan Komunikasi Pengasingan
n % n % n %
Remaja awal
Rendah (<60) 3 10,0 4 13,3 29 96,7
Sedang (60-80) 27 90,0 26 86,7 1 3,3
Tinggi (>80) 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Remaja akhir
Rendah (<60) 6 20,0 9 30,0 30 100,0
Sedang (60-80) 22 73,3 21 70,0 0 0,0
Tinggi (>80) 2 6,7 0 0,0 0 0,0
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
p-value 0,765 0,090 0,525
Tugas Perkembangan
Lebih dari setengah pengamen remaja awal dan lebih dari dua per tiga
pengamen remaja akhir memiliki pencapaian tugas perkembangan pada kategori
sedang dan tidak ada pengamen yang mencapai kategori tinggi. Hal tersebut
disebabkan oleh belum terpenuhi secara sempurna tugas-tugas perkembangan
remaja pengamen jalanan. Terdapat perbedaan antara pencapaian tugas
perkembangan pengamen remaja awal dan pengamen remaja akhir (Tabel 6).
14
Tabel 6 Sebaran pengamen berdasarkan pemenuhan tugas perkembangan remaja
dan kelompok usia Kategori Remaja Awal Remaja Akhir Total
n % n % n %
Rendah (<60) 12 40 8 26,7 20 33,33
Sedang (60-80) 18 60 22 73,3 40 66,67
Tinggi (>80) 0 0 0 0 0 0
Total 30 100 30 100 60 100
p-value 0,002*
Hampir seluruh capaian dimensi pencapaian tugas perkembangan pengamen
remaja akhir lebih tinggi daripada pengamen remaja awal, namun pada dimensi
menerima perubahan bentuk badan, meraih kebebasan emosi dari orang tua,
mempersiapkan sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga dan menentukan
identitas sebagai orang yang bertanggungjawab secara sosial yang menunjukkan
perbedaan nyata. Pada pengamen remaja awal capaian terendah terdapat pada
dimensi mempersiapkan sebuah pernikahan dan kehidupan berkeluarga dan pada
pengamen remaja akhir terdapat pada dimensi mendapatkan edukasi untuk peran
dalam hidup di masa kini dan mendatang (Tabel 7).
Tabel 7 Presentase pencapaian rata-rata dimensi tugas perkembangan remaja
Dimensi tugas perkembangan Remaja
Awal
Remaja
Akhir
Sig
2-taled
Menerima perubahan pada badan dan belajar untuk
menggunakannya dengan efektif
62,2 65,5 0,023*
Meraih peran maskulin atau feminim secara
memuaskan dan dapat diterima di
sosial/masyarakat
64,4 63,7 0,715
Mengembangkan hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya
64,6 65,7 0,560
Meraih kebebasan emosi dari orang tua dan orang
dewasa lain
64,1 70,8 0,028*
Mendapatkan edukasi untuk peran dalam hidup di
masa kini dan mendatang
58,0 57,1 0,676
Mempersiapkan untuk sebuah pernikahan dan
kehidupan berkeluarga
43,1 59,7 0,000**
Mengembangkan kebutuhan akan kemampuan
intelektual dan kepekaan social
62,5 63,6 0,615
Menentukan identitasnya sebagai orang yang
bertanggung jawab secara social
59,3 63,1 0,027*
Keterangan: *nyata pada p<0,05; **nyata pada p<0,01
Hubungan Karakteristik, Gaya Pengasuhan dan Kelekatan Peer Group
terhadap Tugas Perkembangan
Terdapat hubungan positif signifikan antara usia, lama pendidikan, gaya
pengasuhan permisif, dan gaya pengasuhan otoritatif dengan tugas perkembangan
remaja (p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi usia, jenjang pendidikan
maka akan semakin tinggi pula pemenuhan tugas perkembangan remaja
pengamen jalanan. Semakin tinggi gaya pengasuhan permisif dan otoritatif orang
15
tua maka semakin tinggi pula pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen
jalanan. Pada gaya pengasuhan otoriter memiliki hubungan negatif signifikan
dengan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi gaya pengasuhan otoriter yang diberikan oleh orang tua, maka
semakin rendah pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan (Tabel
8).
Tabel 8 Sebaran koefisien korelasi karakteristik, gaya pengasuhan, kelekatan
peer group terhadap tugas perkembangan
Variabel Tugas Perkembangan
Usia (tahun) 0,504**
Lama pendidikan (tahun) 0,271*
Penghasilan mengamen (Rp) 0,073
Uang saku dari orang tua (Rp) -0,104
Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah (orang) -0,194
Gaya pengasuhan otoriter -0,277*
Gaya pengasuhan permisif 0,305*
Gaya pengasuhan otoritatif 0,325*
Kelekatan peer group 0,182
Keterangan: *nyata pada p<0,05; **nyata pada p<0,01
Pengaruh Karakteristik, Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Kelekatan Peer
Group terhadap Tugas Perkembangan
Secara keseluruhan model regresi ini menjelaskan sebesar 49.1 persen
pengaruh variabel-variabel penelitian terhadap pencapaian tugas perkembangan
remaja pengamen jalanan, sedangkan sisanya sebesar 50,9 persen dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Tabel 9 Hasil uji regresi linear berganda karakteristik, gaya pengasuhan orang tua
dan kelekatan peer group terhadap tugas perkembangan
Variabel Tidak
terstandarisasi
(B)
Terstandarisasi
(β)
Sig.
Kelompok usia pengamen
(0=remaja awal; 1=remaja akhir)
2,248 1,377 0,099*
Lama pendidikan (tahun) 0,069 0,031 0,810
Penghasilan mengamen (Rp) 0,020 0,109 0,346
Uang saku dari orang tua (Rp) 0,042 0,048 0,683
Jumlah Anggota keluarga yang tinggal
serumah (orang)
-0,346 -0,120 0,347
Gaya pengasuhan otoriter 0,005 0,009 0,946
Gaya pengasuhan permisif 0,127 0,164 0,167
Gaya pengasuhan otoritatif 0,153 0,263 0,033**
Kelekatan peer group 0,338 0,311 0,007**
Adjusted R square 0,491
F 4,734
Sig 0,000
Keterangan: *nyata pada p<0,1; **nyata pada p<0,05
16
Kelompok usia pengamen berpengaruh secara positif signifikan terhadap
tugas perkembangan remaja pengamen jalanan (p<0,1). Hal ini menunjukkan
pengamen remaja akhir memiliki pemenuhan tugas perkembangan yang lebih
tinggi dibandingkan pengamen remaja awal atau dapat dikatakan penambahan
satu tahun usia akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja
pengamen jalanan sebesar 2,248 poin.
Variabel gaya pengasuhan otoritatif dan kelekatan peer group berpengaruh
secara positif signifikan terhadap tugas perkembangan remaja pengamen jalanan
(p<0,05). Hal ini menunjukkan penambahan satu satuan gaya pengasuhan
otoritatif akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja
pengamen jalanan sebesar 0,153 poin dan penambahan satu satuan kelekatan peer
group akan meningkatkan skor pemenuhan tugas perkembangan remaja
pengamen jalanan sebesar 0,338 poin (Tabel 9).
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamen jalanan remaja akhir rata-
rata sudah lama hidup di jalan sebagai pengamen selama 88,6 bulan (lebih dari 7
tahun), sedangkan untuk pengamen jalanan remaja awal rata-rata menjadi
pengamen jalanan yaitu 42,8 bulan (kurang dari 4 tahun). Hal ini menjelaskan
bahwa remaja pengamen jalanan baik remaja awal maupun remaja akhir mulai
mengamen di usia yang relatif dini. Rahman (2005) menyatakan bahwa selain
faktor perekonomian keluarga yang sulit, faktor perceraian orang tua disertai
orang tua tidak mau merawat dan memperhatikan anak juga dapat menyebabkan
anak turun ke jalan. Sejalan dengan itu, Suryanto (2010) menyatakan bahwa
munculnya pengamen disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor sosiologis dan
faktor ekonomi. Faktor sosiologis meliputi rasa malas yang disebabkan oleh gaya
hidup pengamen yang terbiasa instan dan ingin cepat mendapatkan uang. Pada
karakteristik lama pendidikan, baik pengamen remaja awal maupun remaja akhir
menunjukkan tingkat pendidikan yang hampir sama yaitu hanya sampai di tahun
kedua SMP dan tamat SMP. Hal tersebut sejalan dengan Amal (2002) yang
menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan tidak bersekolah lagi
atau tidak melanjutkan pendidikannya. Hal tersebut sesuai dengan Hasanudin
(2000) yang menyatakan tingkat pendidikan anak jalanan dikategorikan atas
kategori tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP dan tamat SMA.
Menurutnya anak jalanan yang tidak lagi bersekolah disebabkan oleh
ketidakmampuan orangtua untuk membiayai dan disebabkan karena kurangnya
motivasi anak untuk memperoleh haknya dalam hal pendidikan.
Keberadaan orang tua dalam kehidupan remaja memberikan kontribusi
penting. Remaja laki-laki akan bertanya pada ayah berkaitan dengan identifikasi
dirinya tentang peran laki-laki dalam menyelesaikan permasalahan dan cara laki-
laki berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Remaja perempuan akan bertanya
pada ibu berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan perubahan fisik
yang dialami, moral dan tata krama yang harus dimiliki seorang perempuan
(Maharani & Andayani 2003). Hasil penelitian mengenai gaya pengasuhan
otoriter memiliki hubungan signifikan negatif terhadap pemenuhan tugas
perkembangan remaja pengamen jalanan. Hal tersebut sejalan dengan Bee &
Boyd (2004) yang menyatakan bahwa anak laki-laki yang orang tuanya
17
authoritarian (otoriter), akan membuat anak menjadi mudah marah dan bersikap
menentang. Apabila sejak kecil remaja diterima dan disayangi, maka remaja akan
mempersepsikan bahwa orang tua sangat menghargai kehadirannya dan hal itu
yang menjadi dasar bagi remaja dalam memandang dirinya. Sebaliknya jika
remaja ditolak atau diabaikan, maka terbentuklah dasar penolakan bahwa dirinya
tidak berguna (Respati, Yulianto, Widiana 2006). Remaja yang emosinya tidak
stabil akan menghambat pencapaian tugas-tugas perkembangan dan menghambat
keberhasilan belajarnya, bahkan konflik yang dihadapi akan semakin
berkepanjangan (Hendricks 2008).
Remaja cenderung bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosialnya (Anwar 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian sosial remaja terbagi
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup rasa aman,
penerimaan diri, dan inteligensi, sedangkan faktor eksternal mencakup keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan budaya (Maharani & Andayani
2003). Peer group menjadi salah satu faktor eksternal dari remaja pengamen
jalanan. Pada penelitian ini, kelekatan peer group berpengaruh secara positif
signifikan terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja pengamen jalanan.
Hal tersebut sesuai dengan temuan Fletcher, et.al dalam Brown (2008) bahwa
remaja yang memiliki teman-teman akan menjadi lebih percaya diri, kooperatif,
altruistik, memiliki agresivitas yang lebih rendah dan menunjukkan kompetensi
sosial yang lebih tinggi, keterlibatan sekolah dan berorientasi kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki teman-teman. Sejalan dengan
itu, Santrock (2007) menyatakan bahwa hubungan antara remaja dengan
kelompok teman sebaya memberikan umpan balik bagi remaja untuk bersikap dan
mengevaluasi dirinya dan orang lain.
Hasil lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia juga
mempengaruhi dalam pemenuhan tugas perkembangan remaja. Hasil
menunjukkan pengamen remaja akhir memiliki pencapaian tugas perkembangan
yang lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Hal tersebut sejalan
dengan Santrock (2007) yang menyatakan bahwa minat karir, pacaran (menjalin
hubungan dengan lawan jenis), dan eksplorasi identitas seringkali menonjol di
masa remaja akhir dibandingkan dimasa remaja awal. Pada usia remaja akhir,
individu mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
memperlihatkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Interaksi
dengan orang tua juga menjadi lebih baik dan lancar karena remaja akhir sudah
memiliki kebebasan penuh serta emosinya mulai stabil (Respati, Yulianto,
Widiana 2006). Gaya pengasuhan otoritatif orang tua juga memiliki pengaruh
yang signifikan positif dengan pemenuhan tugas perkembangan remaja, hal
tersebut sesuai dengan Baumrind dalam Papalia (2004) yang mengatakan bahwa
anak yang memiliki orang tua otoritatif akan cenderung kompeten secara sosial,
enerjik, ceria, bersahabat dan memiliki harga diri tinggi bahkan memiliki prestasi
akademik tinggi. Baumrind dalam Bee & Boyd (2004) mengatakan bahwa gaya
pengasuhan otoritatif dianggap positif bagi perkembangan remaja dibandingkan
dengan yang lainnya. Keakraban dan penerimaan dalam keluarga otoritatif dapat
menghasilkan perkembangan positif pada anak (Respati, Yulinto, Widiana 2006)
Setiap penelitian pasti memiliki batasan dalam pelaksanaannya sehingga
dapat dikaji lebih lanjut oleh penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini, responden
18
yang digunakan yaitu hanya remaja pengamen laki-laki saja dikarenakan
pengamen remaja perempuan sangat sulit untuk didapatkan di Bogor. Hal lain
yang menjadi batasan dalam penelitian ini yaitu lokasi dan waktu yang terbatas
untuk mencari data dikarenakan tidak semuanya pengamen yang ditemukan
mewakili setiap lokasi mengame yang berada di Bogor. Metode pengambilan
pengamen pada penelitian ini yaitu dengan aksidental. Hal tersebut juga menjadi
batasan dalam penelitian ini karena pengambilan responden secara aksidental
belum dapat mewakili semua pengamen di setiap lokasi mengamen. Maka dari
itu, diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian
dengan metode lain yang lebih efektif dan efisien.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengamen remaja awal berusia rata-rata 14,3 tahun dan pengamen remaja
akhir memiliki rata-rata usia 19,3 tahun. Lama pendidikan yang ditempuh
pengamen remaja awal setara dengan SMP tahun pertama sedangkan lama
pendidikan pengamen remaja akhir yaitu 8,8 tahun. Penghasilan mengamen rata-
rata baik remaja awal yaitu Rp54 730 dan rata-rata uang saku yang diterima dari
orang tua yaitu Rp4 330. Pengamen remaja akhir menerima pendapatan sebesar
Rp55 330 dan rata-rata uang saku yang diterima dari orang tua yaitu Rp2 030.
Gaya pengasuhan orang tua dan kelekatan peer group pada pengamen
remaja awal dan pengamen remaja akhir tidak terdapat perbedaan nyata. Pada
pemenuhan tugas perkembangan terdapat perbedaan nyata antara pengamen
remaja awal dan pengamen remaja akhir. Capaian tugas perkembangan pengamen
remaja akhir lebih tinggi dibandingkan pengamen remaja awal. Terdapat
hubungan positif antara usia, lama pendidikan, gaya pengasuhan otoritatif dan
gaya pengasuhan permisif dengan tugas perkembangan remaja pengamen,
sedangkan gaya pengasuhan otoriter memiliki hubungan negatif dengan tugas
perkembanga remaja pengamen. Usia, gaya pengasuhan otoritatif dan kelekatan
peer group berpengaruh terhadap tugas perkembangan remaja pengamen.
Saran
Pengamen remaja akhir diharapkan dapat mempersiapkan edukasi sesuai
dengan minat dan bakat yang dimiliki untuk mendukung peran dalam hidup di
masa kini dan mendatang agar dapat memiliki pekerjaan yang lebih baik di masa
yang akan datang. Untuk pihak yang ingin membantu remaja pengamen
diharapkan dapat memberikan keterampilan agar pengamen tidak bergantung dan
terus menerus mengamen hingga masa tuanya. Saran lain yaitu untuk dapat
berinteraksi dengan baik kepada pengamen, gaya pengasuhan otoritatif menjadi
gaya pengasuhan yang tepat dilakukan agar pengamen dapat menjadi individu
yang lebih baik di kemudian hari. Kepada media baik cetak maupun elektronik
disarankan untuk dapat memberikan sosialisasi dan contoh penerapan gaya
pengasuhan otoritatif dari orang tua kepada remaja.
19
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. [diunduh
2015 Mei 8].
[DINSOS] Dinas Sosial Kota Bogor. 2015. Jumlah Anak Jalanan dan Pengamen
di Bogor. Bogor (ID) : Dinas Sosial Kota Bogor.
Agustiani, H & Suminar. 2002. Perkembangan remaja menurut pendekatan
ekologi serta hubungannya dengan konsep diri pada remaja. Jurnal
Psikologi Perkembangan. Vol. 9 No. 1 Hal. 13-21.
Ahmed N. 2007. Knowledge, attitude, and practice on dengue fever [tesis].
Bangkok (TH): Chulalongkorn University.
Amal, Mhd. Ridha Haykal. 2002. Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah
singgah YKAI [tesis]. Jakarta (ID) : Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Anwar, Z. 2015. Strategi penyelesaian konflik antar teman sebaya pada remaja.
Jurnal Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Malang (ID) : Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah.
Armsden GC, Greenberg MT. 1987. The inventory of parent and peer attachment:
relationship to well-being in adolescence. Journal of Youth and
Adolescence. Vol.16 Hal 427-454.
Asmadi, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya
dalam Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baumrind D. 1991. The influence of parenting style on adolescent competence
and substance use. Journal of Early Adolescence. Vol. 11 No. 1 Hal. 56-95
Bee, Helen & Denise Boyd. 2004. The Developing Child. Ed ke-10. Pearson
Education.
Brown, Brett V. 2008. Key Indicators of Child and Youth Well-Being: Completing
the Picture. New York : Lawrence Erlbaum Associates
Duvall, E.M., Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. Ed ke-6.
New York: Harper & Row, Publishers.
Gunarsa SD dan Gunarsa Y. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hasanudin, Ichwan. 2000. Latar belakang dan dampak dari keberadaan anak
jalanan di perempatan coca cola Pulo Gadung Jakarta Utara [skripsi].
Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, IPB, Bogor.
Hilman. (2002). Kemandirian remaja yang tinggal di panti asuhan ditinjau dari
persepsi pelayanan sosial dan dukungan sosial [tesis]. Yogyakarta (ID) :
Universitas Gadjah Mada.
20
Hurlock, B. E. 1993. Psikologi Perkembangan Anak. Jilid II. Alih Bahasa: M.
Tjandrasa. Cetakan keempat. Jakarta (ID) : Erlangga.
Hendricks, W. 2008. Bagaimana Mengelola Konflik. Terjemahan. Jakarta (ID) :
Bumi Aksara.
Maharani, O.P dan Andayani, B. 2003. Hubungan antara dukungan sosial ayah
dengan penyesuaian pada remaja laki-laki. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal
23-25. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S. R. 2001. Psikologi Perkembangan:
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Naibaho, D.F. 2013. Gaya pengasuhan ibu, kelekatan dengan teman sebaya, dan
konsep diri remaja pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja [skripsi].
Bogor (ID) : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Papalia, E. D, Olds, W. S. 2004. Human Development (9th ed). New York : Mc
Graw Hill.
Rahman, A. 2005. Eksploitasi orang tua terhadap anak dengan mempekerjakan
sebagai buruh. Jurnal Sodality. Vol. 5 No. 2 Hal. 10-20.
Ramdian. 2010. Pengamen Jalanan. Jakarta : Grasindo.
Respati, W.S., Yulianto, A., Widiana, N. 2006. Perbedaan konsep diri antara
remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authotarian,
permissive, dan authoritative. Jurnal Psikologi. Vol. 4 No.2. Jakarta (ID) :
Fakultas Psikologi, Universitas INDONUSA Esa Unggul.
Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Ed ke-6. Jakarta (ID) : Erlangga.
___________. 2007. Remaja. Edisi II. Jilid 2. Jakarta (ID) : Erlangga.
Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati. Jakarta (ID): PT Elex Media
Komputindo.
Suryanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana. No.2. Jakarta
(ID) : Universitas Indonusa Esa Unggul.
Utami, A. N. 2014. Pengaruh gaya pengasuhan dan lingkungan nonfisik sekolah
terhadap karakter remaja [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Bogor.
Yuniarti, N. 2012. Eksploitasi anak jalanan sebagai pengamen dan pengemis di
terminal tidar oleh keluarga. Jurnal Komunitas. Vol. 4 No. 2 Hal : 210-
217. Semarang (ID) : Universitas Negeri Semarang.
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 24 Agustus 1993. Penulis merupakan
anak tunggal dari pasangan Ibu Siti Nurmi, S.Pd dan Bapak Endang Suprihatin.
Pendidikan formal penulis diawali tahun 1998 di TK Islam Al-Munawar,
kemudian tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SD Negeri Pengadilan 3 Kota
Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kota
Bogor dan pada tahun 2008 penulis bersekolah di SMA Negeri 5 Kota Bogor.
Tahun 2011 penulis diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah ada beberapa
kegiatan yang diikuti penulis diantaranya menjadi reporter Koran Kampus IPB,
Staff Departemen Sosial Lingkungan BEM Fakultas Ekologi Manusia tahun
2012/2013, Ketua Departemen Public Relation HIMAIKO tahun 2013/2014.
Penulis juga pernah menjadi salah satu kontingen HIMAIKO goes to Singapore
tahun 2014. Prestasi yang pernah diraih penulis diantaranya lolos didanai DIKTI
pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat PAMAN
INDRA: Wujud Cinta Indonesia tahun 2012, juara 1 Fotografi Espent tahun
2013, juara 1 Master of Ceremony Espent tahun 2014, dan juara 1 IKK Business
Challenge tahun 2014.