Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Impor
di Indonesia tahun 1980-2013
Disusun untuk memenuhi tugas Statistik
Dosen Pengampu :
Rifai Afin S.E., M.Sc
Disusun Oleh :
Dewi Hanifatul Asror (150231100077)
Lailatul Farohah (150231100073)
Musholi (150231100043)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi dalam ilmu ekonomi merupakan sebuah peristiwa yang mempengaruhi
perekonomian suatu negara melalui proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan berkelanjutan, serta berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu konsumsi masyarakat yang tinggi.
Konsumsi masyarakat yang semakin tinggi cenderung akan menaikkan harga secara
umum dan terus menerus. Akan tetapi menurut Boediono, 2013 menyatakan bahwa
“apabila terjadi kenaikan harga pada satu atau dua barang saja, hal tersebut tidak
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut meluas dan
menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain”.
Inflasi dapat menimbulkan akibat buruk kepada individu, masyarakat dan
kegiatan perekonomian suatu negara secara keseluruhan. Akibat buruknya itu yang
dapat menurunkan taraf kemakmuran masyarakat secara garis besar. Bukan hanya
menurunkan taraf kemakmuran masyarakat akan tetapi pada prospek pembangunan
ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak
secepatnya ditangani.Inflasi yang bertambah serius akan cenderung mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi tingkat ekspor dan meningkatkan nilai impor.
Kurs adalah salah satu alat pengukur yang selalu digunakan untuk menilai
keteguhan suatu kondisi ekonomi melalui perbandingan nilai mata uang asing
dengan nilai mata uang domestik. Menurut sukirno,2011:21 “Kurs ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli satu
unit valuta asing tertentu. Secara singkat, kurs dapat dianggap sebagai harga dari
suatu mata uang asing”. Mata uang ini yang nantinya dapat menciptakan kegiatan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai pendorong terciptanya
stabilitas mata uang. Pertukaran mata uang antar negara dalam bentuk kurs mata
uang dapat terjadi akibat adanya perdagangan antar negara. Pentingnya peranan kurs
0
1E+15
2E+15
3E+15
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34
Nila
i Dat
a
Tahun 1980-2013
Inflation
Kurs
Impor
baik bagi negara maju maupun Negara berkembang pendorong untuk menjaga
posisi kurs mata uang dalam keadaan yang relatif stabil.
Nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro, diantaranya
berdasarkan permintaan dan penawaran uang. Kebijakan penawaran uang
menggambarkan suatu kebijakan dalam jumlah uang yang beredar dalam
mempengaruhi nilai tukar. Jumlah uang yang beredar mengakibatkan semakin
meningkatnya inflasi domestic yang akan menurunkan nilai tukar rupiah. Tetapi jika
kebijakan moneter bersifat kontraktif, jumlah uang beredar di masyarakat dikurangim
akan menekan tingkat inflasi di dalam negeri sehingga nilai tukar terapresiasi.
Impor merupakan pemasukan barang atau jasa yang dihasilkan dari luar negeri ke
negara lai dengan mengikuti beberapa ketentuan yang berlaku. Tinggi rendahnya nilai
impor sangat ditentukan oleh kemampuan produsen dalam negeri dalam
menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat. Apabila produksi barang dan
jasa luar negeri memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih murah, maka
kecenderungan impor barang atau jasa dari negara lain akan tinggi. Impor dapat
dikatakan baik jika kegiatan impor dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
tidak dipenuhi oleh produsen lokal. Di sisi lain, kegiatan impor dapat mematikan
produk sejenis dalam negeri sendiri.
Pengaruh inflasi terhadap impor memiliki hubungan yang erat atau bernilai positif
seperti yang dikemukakan oleh salah satu ahli ekonomi yaitu Sukirno (2002)
Menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap impor, adanya inflasi
diyakini dapat mempercepat perkembangan impor daripada ekspor. Akan tetapi
bukan hanya inflasi terhadap impor yang berhubungan nilai tukar (kurs) juga memiliki
hubungan terhadap impor seperti dikemukakan oleh salah satu ahli ekonomi yaitu
(Nopirin, 1997: 148) yang menyatakan di dalam pasar bebas perubahan kurs
tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
valuta asing. Bahwa valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran
keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif
terhadap negara lain) makin besar kemampuan untuk impor makin besar pula
permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga
mata uang sendiri turun. Demikian juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan
ekspor turun kemudian akan menyebabkan valuta asing naik.
Oleh karena itu tingkat inflasi serta nilai tukar sangat berpengaruh terhadap
impor, yaitu dengan meningkatnya inflasi akan meningkatkan tingkat impor
sehingga nilai tukar rupiah juga akan naik pula karena dengan nilai tukar rupiah
menaik justru menambah tingkat impor ke luar negeri terus bertambah, ini dapat
berakibat pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan menurun. Dengan demikian
perlunya penanganan dari badan keungan serta perekonomian dalam menindak
lanjuti masalah tersebut supaya negara Indonesia dapat menstabilkan tingkat
perekonomiannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana inflasi di Indonesia pada tahun 1980-2013 ?
2. Bagaimana nilai tukar di Indonesia pada tahun 1980-2013 ?
3. Bagaimana impor di negara Indonesia pada tahun 1980-2013 ?
4. Bagimana hubungan antara variabel X1(tingkat inflasi) dengan variabel Y (impor)
di Indonesia pada tahun 1980-2013 ?
5. Bagaimana hubungan variabel X2 (nilai tukar/kurs) terhadap variabel Y (impor) di
negara Indonesia pada tahun 1980-2013?
1.3 Tujuan dan manfaat
1 Untuk mengetahui inflasi di Indonesia pada tahun 1980-2013
2. Untuk mengetahui nilai tukar di Indonesia pada tahun 1980-2013
3. Untuk mengetahui impor di negara Indonesia pada tahun 1980-2013
4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat inflasi dengan impor di Indonesia
pada tahun 1980-2013
5. Untuk mengetahui hubungan nilai tukar terhadap impor di negara Indonesia
pada tahun 1980-2013
1.4 Batasan penelitian
2. Penelitian ini hanya membahas inflasi di Indonesia pada tahun 1980-2013
3. Penelitian ini hanya membahas nilai tukar di Indonesia pada tahun 1980-2013
4. Penelitian ini hanya membahas impor di negara Indonesia pada tahun 1980-
2013
5. Penelitian ini hanya membahas hubungan antara tingkat inflasi dengan impor di
Indonesia pada tahun 1980-2013
6. Penelitian ini hanya membahas hubungan nilai tukar terhadap impor di negara
Indonesia pada tahun 1980-2013
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Inflasi
Inflasi ini terjadi saat dimana kondisi ketidakseimbangan (disequilibrium)
antara permintaan dan penawaran agregat, yaitu lebih besarnya permintaan agregat
dari pada penawaran agregat. Dalam hal ini tingkat perubahan harga umum
mencerminkan keterkaitan antara arus barang atau jasa dan arus uang. Bila arus
barang lebih besar dari arus uang maka akan timbul deflasi, sebaliknya bila arus
uang lebih besar dari arus barang maka tingkat harga akan naik dan terjadi inflasi.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Namun, apabila terjadi kenaikan harga pada satu atau dua barang saja, hal
tersebut tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut
meluas dan menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain
(Boediono, 2013). Inflasi dapat menimbulkan beberapa akibat buruk kepada
individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian suatu negara secara keseluruhan.
Akibat buruk yang dapat dirasakan adalah menurunkan taraf kemakmuran
masyarakat secara garis besar. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan
menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak secepatnya ditangani.
Inflasi yang bertambah serius akan cenderung mengurangi investasi yang
produktif, mengurangi tingkat ekspor dan meningkatkan nilai impor. Tingkat inflasi
yang meningkat tiba-tiba adalah wujud dari suatu peristiwa tertentu yang sangat
besar atau di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang
(depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidak stabilan politik.
(Sukirno,2011: 333)
2.2 Teori Kurs
Kurs adalah salah satu alat pengukur yang selalu digunakan untuk menilai
keteguhan suatu kondisi ekonomi melalui perbandingan nilai mata uang asing
dengan nilai mata uang domestik. Menurut sukirno,2011:21 “Kurs ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli satu
unit valuta asing tertentu. Secara singkat, kurs dapat dianggap sebagai harga dari
suatu mata uang asing”. Mata uang ini yang nantinya dapat menciptakan kegiatan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai pendorong terciptanya
stabilitas mata uang. Pertukaran mata uang antar negara dalam bentuk kurs mata
uang dapat terjadi akibat adanya perdagangan antar negara. Pentingnya peranan
kurs baik bagi negara maju maupun Negara berkembang pendorong untuk menjaga
posisi kurs mata uang dalam keadaan yang relatif stabil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dari sisi permintaan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor pembayaran impor
Semakin tinggi impor barang dan jasa yang dilakukan, maka semakin
besar permintaan akan mata uang asing yang akhirnya akan membuat nilai
tukar terdepresiasi.
2. Faktor capital outflow
Semakin besar aliran modal yang keluar maka akan semakin besar
permintaan akan valuta asing dan akhirnya akan melemahkan nilai rupiah
3. Kegiatan spekulasi
Semakin banyak kegiatan untuk tujuan spekulasi dalam pasar valuta
asing maka akan semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga
akan menurunkan nilai rupiah
Sedangkan dari sisi penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar antara
lain:
1. Penerimaan hasil ekspor
Semakin besar volume permintaan ekspor barang dan jasa, maka
semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada
gilirannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat
2. Aliran modal masuk (capital inflow)
Semakin besar aliran modal masuk ke Indonesia maka rupiah makin
banyak dibutuhkan sehingga nilai tukar rupiah cenderung menguat.
2.3 Teori Impor
Impor merupakan pemasukan barang atau jasa yang dihasilkan dari luar negeri
ke negara lai dengan mengikuti beberapa ketentuan yang berlaku. Tinggi rendahnya
nilai impor sangat ditentukan oleh kemampuan produsen dalam negeri dalam
menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat. Apabila produksi barang dan
jasa luar negeri memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih murah, maka
kecenderungan impor barang atau jasa dari negara lain akan tinggi. Impor dapat
dikatakan baik jika kegiatan impor dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
tidak dipenuhi oleh produsen lokal. Di sisi lain, kegiatan impor dapat mematikan
produk sejenis dalam negeri sendiri.
Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan. Pertama,
produksi dalam negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi (kelebihan
permintaan pasar domestik). Keterbatasan produksi dalam negeri dapat terjadi
karena dua hal yaitu kapasitas produksi yang terbatas, misalnya lahan yang terbatas
atau karena keterbatasan yang disebabkan oleh dana dan kurangnya tenaga kerja.
Kedua, impor lebih murah dibandingkan dengan harga produk sendiri, yang
dikarenakan berbagai faktor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi
yang rendah dalam produksi dalam negeri, atau dapat juga kualitas produk impor
lebih baik dengan harga yang relatif sama. Ketiga, dilihat dari sisi neraca
perdagangan (atau neraca pembayaran), impor lebih menguntungkan karena
produksi dalam negeri bisa dimaksimalkan untuk kegiatan ekspor, karena harga di
pasar luar negeri lebih tinggi dari pada harga impor yang harus dibayar. (M. Azhar,
2013)
2.4 Hubungan Inflasi dengan Impor di negara Indonesia pada tahun 1980-2013
1. Menurut Sukirno (2002)
Menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap impor, adanya
inflasi diyakini dapat mempercepat perkembangan impor daripada ekspor.
2. Menurut Ulke (2011)
Dalam penelitian mengenai hubungan inflasi dengan impor diTurki
membuktikan bahwa inflasi memiliki hubungan yang searah terhadap volume
impor suatu negara.
3. Menurut Oktavia (2006)
Menyatakan hal yang sama, yaitu laju inflasi menyebabkan secara
keseluruhan barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal, sehingga
mendorong masyarakar membeli lebih banyak barang produksi luar negeri atas
substitusi impor.
2.5 Hubungan Nilai Impor dengan Kurs di negara Indonesia pada tahun 1980-
2013
Menurut (Nopirin, 1997: 148)
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing
diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin
tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar
kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs
valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian
juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan
menyebabkan valuta asing naik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data
worldbank dalam periode 53 tahun yaitu dalam kurun waktu dari tahun 1980 sampai
dengan 2013.
3.2 Identifikasi Variabel
Judul dalam penelitian ini adalah pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
terhadap Impor. Variabel bebas yaitu Inflasi dan Kurs (X) serta satu variabel terikat
yaitu impor (Y).
Variabel adalah faktor-faktor yang berperan dalam suatu peristiwa atau gejala
dalam masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
a. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang tidak tergantung pada variabel lain. Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah kurs dan inflasi.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang tergantung pada variabel lain atau dapat
dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah
impor.
3.3 Metode Analisa Data
Dalam metode penelitian ini menggunakan model Regresi Linear Berganda.
Persamaan garis regresi dalam penelitian adalah : Y = α + β1X1 + β2X2 + µ
Dimana : Perubahan impor = constanta + β1inflasi + β2kurs + resid
Metode analisis data yang kami gunakan dalam penelitian regresi linear
berganda yaitu dengan cara menggunakan aplikasi OLS. Penelitian menggunakan
aplikasi OLS ini agar mempermudah interpretasi data, pengujian asumsi 10 / asumsi
klasik dan pengujian hipotesis.
1. Interpretasi Data
1. Mengungkapkan antara hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Menyatakan bahwa variabel bebas maupun terikat sesuai dengan teori atau tidak.
3. Menyatakan data kenaikan sesuai dengan teori yang dikemukakan.
Uji Hipotesis
Alat untuk menganalisis data dari data statistik tersebut yang digunakan untuk
membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam mengetahui
kebenaran dari hasil menguji serta teori yang dikemukakan.
2. Uji Asumsi Klasik / Asumsi 10
1. Uji Linear : antara variabel dependent dan independent harus linear.
2. Nilai X tetap pada sampling yang di ulang pada data time series
3. Uji Zero Mean Of The Disturbance : untuk mengetahui bahwa nilai rata-rata µ=0
4. Uji Heteroscedasticity : apabila prob. Obs*R-Squared - Prob. Chi-square signifikan
<0.1 maka terindikasi heteroscedasticity
5. Uji Autocorelation : apabila probability chi-square <0,1 atau resid(-1) atau resid(-
2)<0,1 maka terindikasi autokorelasi.
6. Uji Zero Covarian : memiliki hubungan antara X dengan µ adalah 0. Probabilitas
harus = 1
7. Uji jumlah observasi harus lebih besar dari jumlah parameternya
8. Uji data : apabila nilai X antara observasi atau responden harus berbeda atau
bervariasi, untuk menghindari nilai α = 0
9. Model regresi dibuat dengan benar : sesuai dengan teori dan spesifikasi variabel
harus benar.
10. Uji Multikolineritas : keadaan dimana tidak ada hubungan yang linear sempurna
diantara variabel bebasnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian dan Analisis Data
1. Interpretasi Data
Hubungan inflasi dengan impor = ketika tingkat inflasi naik satu-satuan maka
akan menaikkan impor satu-satuan, akan tetapi pada observasi data yang kami ambil
pada kenaikan tingkat inflasi satu-satuan maka akan menurunkan impor sebesar -
1.88E+13, sehingga data kami tidak sesuai dengan teori yang artinya salah tetapi
diterima.
Hubungan kurs dengan impor = ketika nilai tukar rupiah (kurs) naik satu-satuan
maka akan menaikkan impor sebesar 1.33E+11.
Uji Hipotesis
Pada tabel diatas terlihat bahwa variabel inflasi pada coeficient bernilai negatif
sebesar -1.88E+13, maka variabel inflasi ini salah Karena pada variabel inflasi tidak
sesuai dengan teori. Variabel inflasi dengan probabilitas sebesar 0,0185 ini diterima,
karena nilai hipotesis pada variabel inflaso bernilai dibawah 0,1 yaitu 0,0185 yang
artinya pada uji hipotesis variabel inflasi terhadap impor ini salah tetapi diterima.
Variabel nilai tukar rupiah (kurs) pada coefisient bernilai positif sebesar
1.33E+11, maka variabel nilai tukar rupiah(kurs) benar, karena pada variabel kurs ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli/ tokoh. Variabel nilai tukar
rupiah (kurs) dengan probabilitas sebesar 0.0000 ini diterima, karena nilai hipotesis
variabel nilai tukar rupiah (kurs) bernilai dibawah dari 0,1 yaitu 0.0000 yang artinya
pada uji hipotesis nilai tukar rupiah (kurs) terhadap impor ini benar tetapi diterima.
2. Uji Asumsi Klasik
1. Asumsi 1
Pada asumsi 1 ini menjelaskan bahwa teori hubungan Inflation terhadap impor adalah
linear, akan tetapi pada data observasi kami koefisien menunjukkan nilai negatif (-) atau tidak
sesuai dengan teori, sehingga observasi kami salah tetapi diterima
2. Asumsi 2
Data yang kami ambil di atas merupakan data time series dan data penelitian ini
diambil dari World Bank (World Development Indicators) dan tidak menganalisa data
survei sehingga pada asumsi kedua tidak diperlukan (LOLOS)
3. Asumsi 3
Asumsi 3 LOLOS dikarenakan meannya antara 1 sampai -1.
4. Asumsi 4
Pada data observasi di asumsi 4 ini terkena Hetero karena pada obs *R_squared lebih
kecil dari 0,1, maka Tidak Lolos asumsi 4, sehingga perlu adanya pengobatan agar tidak
terkena Auto Korelation. Sarannya untuk asumsi 4 ini data diatas ini diobati dengan white
supaya data observasinya tidak hetero, seperti langkah dibawah ini :
Cara mengobati
Hasil setelah data diubah menjadi white dan hasilnya seperti ini :
5. Asumsi 5
Pada asumsi 5 ini menjelaskan bawa auto korelation atau tidak dan pada data
observasi kami jika dilihat dari salah satu residnya terkena Auto Korelation atau resid nya
kurang dari 0,1 (Auto Korelation).
Cara mengobati
Dan gambar ini adalah gambar setelah diobati dan hasilnya seperti ini
6. Asumsi 6
Asumsi 6 LOLOS dikarenakan probabilitasnya lebih besar dari pada 0,1
7. Asumsi 7
Asumsi 7 LOLOS dikarenakan Jumlah observasi yang kami gunakan lebih banyak
dari pada paramaternya
8. Asumsi 8
Asumsi 8 juga LOLOS dikarenakan data yang kami gunakan bervariasi
9. Asumsi 9
Hubungan Inflasi dengan Impor
Sukirno (2002) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap impor, adanya
inflasi diyakini dapat mempercepat perkembangan impor daripada ekspor. Ulke (2011) dalam
penelitian mengenai hubungan inflasi dengan impor diTurki membuktikan bahwa inflasi
memiliki hubungan yang searah terhadap volume impor suatu negara. Selain itu, Oktavia
(2006) menyatakan hal yang sama, yaitu laju inflasi menyebabkan secara keseluruhan barang
produksi dalam negeri menjadi lebih mahal, sehingga mendorong masyarakar membeli lebih
banyak barang produksi luar negeri atas substitusi impor.
Hubungan Nilai Impor dengan Kurs
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing diperlukan guna
melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat pertumbuhan
pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar kemampuan untuk impor makin besar
pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga mata
uang sendiri turun. Demikian juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun
kemudian akan menyebabkan valuta asing naik. (Nopirin, 1997: 148)
10. Asumsi 10
Asumsi 10 ini sudah LOLOS karena pada R-squarednya dibawah 0,9 sehingga pada
asumsi 10 tidak terkena multiqol.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Tidak terjadi multikolinieritas pada data yang menunjukkan bahwa tidak adanya
hubungan antara variabel bebas sehingga asumsi klasik dapat terpenuhi.
Adanya Heteroskedastisitas pada data yang tidak bisa diatasi dengan cara
difference method ataupun dengan log dan hanya bisa diatasi dengan cara white.
Pada data hasil penelitian menunjukkan adanya autokorelasi yang ditunjukkan
dengan salah satu hasil resid yang menunjukkan hasil 0,000000 yang menunjukkan
bahwa adanya Autokorelasi pada data yang menandakan bahwa adanya korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Terpenuhinya sebuah asumsi klasik yang ditunjukkan dengan hasil mean (rata-
rata µ) yang dapat dilihat dari hasil uji zero mean of error disturbance mean yang
dihasilkan adalah -0.110294 yaitu angka yang diantara 1 sampai -1 sehingga dengan
demikian bisa dikatakan bahwa asumsi terpenuhi.
Daftar Pustaka
DataWorldbank.2013.theworldbank(online).http://data.worldbank.org/.20 November
2014.
Agnes Sediana Milasari D. 2010. “Analisis dampai...,Bab II Landasan Teori”.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131335-T%2027616-Analisis%20dampak-
Tinjauan%20literatur.pdf
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2015_1_1394_Bab2.pdf
Theo,William dan Ratna Juwita. 2012. “PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, DAN
PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
TAHUN 2008-2012”. STIE MDP. http://eprints.mdp.ac.id/1095/1/20jurnal.pdf . 21
November 2016.