PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, GAYA KELEKATAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP
PERILAKU AGRESIF REMAJA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Berliana Nurjannah
NIM: 11140700000014
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H/ 2018 M
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Start where you are. Use what you have. Do what you can.
- Arthur Ashe
Karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya tersayang, Mama & Papa serta keluarga dan sahabat terkasih yang selalu
mendukung saya.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B) Agustus 2018 C) Berliana Nurjannah D) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Gaya Kelekatan dan Jenis Kelamin terhadap
Perilaku Agresif Remaja E) Halaman : xiii + 74 Halaman + Lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kecerdasan
emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin terhadap perilaku agresif remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 205 remaja di SMA X Jakarta Timur. Teknik pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur yang terdiri dari Buss and Perry Aggression Scale, Wong and Law Emotional Intelligence Scale, Adult Attachment Scale. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis berganda. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin terhadap agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Hasil uji hipotesis minor dari 8 variabel yaitu penilaian emosi diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan emosi, gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan jenis kelamin diketahui satu variabel memiliki pengaruh yang signifikan dengan perilaku agresif. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk orangtua agar mengajarkan anak mengenali emosinya sendiri sejak dini. Tujuannya adalah agar ketika remaja, anak mampu menjalani dan mengatasi permasalahan didunia yang lebih luas.
G) Daftar bacaan: 43 ; 7 buku + 33 jurnal + 3 web internet
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B) August 2018 C) Berliana Nurjannah D) Effect of Emotional Intelligence, Attachment Style and Gender on Aggressive
Behavior of Adolescents E) Pages: xiii + 74 Pages + Appendix F) This study aims to determine how the influence of emotional intelligence,
attachment style and gender on adolescent aggressive behavior. This study uses a quantitative approach involving 205 adolescents at X Senior High School in East Jakarta. The sampling technique uses non-probability sampling. The author modified the measuring instrument consisting of Buss and Perry Aggression Scale, Wong and Law Emotional Intelligence Scale, Adult Attachment Scale. Test the validity of the measuring instrument using confirmatory factor analysis (CFA) technique. Data analysis uses multiple analysis techniques. Based on the results of calculations it is known that there is a significant effect of emotional intelligence, attachment style and gender on adolescent aggression in X Senior High School. The results of the minor hypothesis testing of 8 variables, namely self-emotional appraisal, other’s emotional appraisal, use of emotion, regulation of emotion, secure attachment style, anxiety attachment style, avoidance attachment style and gender, were known to have a significant effect on aggressive behavior. The author hopes that the results of this study can be used as input for parents to teach children to recognize their own emotions from an early age. The goal is that when adolescents, children are able to live and overcome problems in the wider world.
G) Refrences: 43; 7 books + 33 journal + 3 web internet
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulilllahirabil’alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
untuk mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wakil Dekan Bidang Akademik Bapak Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar dan menyelesaikan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Netty Hartaty, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis, memberikan masukan,
kritik serta dukungan selama penyelesaian tugas akhir skripsi.
3. Ikhwan Lutfi, M.Psi selaku penasehat akademik yang telah memberikan
dukungan selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi.
viii
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Orang tua penulis yaitu Mama (Umayiroh) dan Papa (Sidik Pambuko) serta
Kakak Rico dan Fira yang telah memberikan pengertian, doa, dukungan dan
semangat kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir skripsi.
6. Yulikha Trista Utami, Sri Hartini, Dewi Amelia, Salsabila Nadhiifah, Zahra
Zahronah, Siti Anisa Nur Andani, Mutiarini, Chelsea Priscillya, Annisa Fadillah,
Riska Annisa Putri, Bunga Ayu, Ridwan Sandria, Achmad Afrizal, dan Januar
Romadonhy. Terima kasih yang sebesar-besarnya telah membantu, menemani dan
menyemangati penulis selama masa perkuliahan hingga penyusunan tugas skripsi.
7. Teman-teman Psikologi kelas A, Futsal Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, guru-guru dan siswa/siswi SMA X Jakarta Timur yang telah membantu
dan mendukung penulis. Mohon maaf tidak disebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada orang-orang yang
membaca. Penulis menyadari dalam penulisannya masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran
yang sangat membantu untuk perbaikan di masa mendatang. Terima kasih.
Jakarta, 19 September 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQOSYAH ........................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v ABSTRAK .................................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1-11
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan masalah ................................................................ 7 1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................................... 7 1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 11 1.3.1 Tujuan Masalah ......................................................................................... 11 1.3.2 Manfaat Masalah ....................................................................................... 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................... 12-32 2.1 Perilaku agresif .............................................................................................. 12 2.1.1 Pengertian Perilaku Agresif ...................................................................... 12 2.1.2 Bentuk-bentuk Perilaku Agresif ................................................................ 13 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ................................ 14 2.1.4 Pengukuran Perilaku Agresif .................................................................... 18 2.2 Kecerdasan Emosional ................................................................................... 20 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ............................................................ 20 2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosional ............................................................... 21 2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosional ......................................................... 23 2.3 Gaya Kelekatan .............................................................................................. 24 2.3.1 Pengertian Gaya Kelekatan ....................................................................... 24 2.3.2 Dimensi Gaya Kelekatan........................................................................... 25
x
2.2.3 Pengukuran Gaya Kelekatan .................................................................... 26 2.4 Jenis Kelamin dan Perilaku Agresif ............................................................... 27 2.5 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 28 2.6 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 31 2.2.1 Hipotesis Mayor ........................................................................................ 31 2.2.2 Hipotesis Minor ......................................................................................... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 33-55 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 33 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................................. 34 3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 35 3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................................... 39 3.4.1 Uji Validitas Konstruk Perilaku Agresif ................................................... 40 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosional ....................................... 42 3.4.3 Uji Validitas Konstruk Gaya Kelekatan .................................................... 47 3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA .................................... 55-66 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................................... 55 4.2 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 56 4.3 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................................ 57 4.4 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................................. 59
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................. 67-76 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 67 5.2 Diskusi ........................................................................................................... 68 5.3 Saran ................................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 75
LAMPIRAN ............................................................................................................... 79
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Likert ...................................................................... 36
Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Perilaku Agresif ................................................ 37
Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Kecerdasan Emosional...................................... 38
Tabel 3.4 Blue Print Alat Ukur Gaya Kelekatan ................................................. 38
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Skala Perilaku Agresif........................................ 41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Penilaian Emosi Diri .......................................... 42
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Penilaian Emosi Orang Lain .............................. 43
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi ............................................. 44
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Pengaturan Emosi ............................................... 46
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Gaya Kelekatan Aman ....................................... 47
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Gaya Kelekatan Cemas ...................................... 48
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Gaya Kelekatan Menghindar .............................. 50
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................... 55
Tabel 4.2 Skor Minimun, Maksimum, Mean dan Standar Deviasi ..................... 56
Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Perilaku Agresif berdasarkan Jenis Kelamin .............. 56
Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................. 57
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................. 58
Tabel 4.6 Model Summary Analisis Regresi ...................................................... 60
Tabel 4.7 Tabel Anova ........................................................................................ 60
Tabel 4.8 Koefisien Regresi ................................................................................ 61
Tabel 4.9 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV ................... 64
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 30
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ............................................................................ 79
Lampiran 2 Surat Izin Selesai Penelitian ................................................................ 80
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ........................................................................... 81
Lampiran 4 Diagram Analisis Faktor Konfirmatorik ............................................. 89
Lampiran 5 Output Uji Validitas ............................................................................ 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Selama masa remaja, pandangan-pandangan dunia menjadi penting bagi individu.
Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan
aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka (Santrock, 2003). Remaja lebih
banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Sebagian remaja juga melakukan
apa yang dilakukan oleh teman sebaya untuk dapat diterima dalam kelompoknya.
Salah satu perilaku yang dilakukan oleh remaja untuk dapat diterima dalam
kelompoknya adalah kekerasan.
Kekerasan merupakan masalah yang sangat baru diantara anak-anak dan
remaja. Selama beberapa tahun terakhir, tingkat kekerasan dan agresi secara drastis
telah meningkat di kalangan remaja dan dewasa muda. The National Center for
Education Statistics melaporkan bahwa 36% siswa di kelas 9 hingga kelas 12
setidaknya satu kali melakukan pertarungan fisik selama tahun 2005, yang telah
meningkat dari 33% pada tahun 2003 (Shaheen dan Jahan, 2014).
Berdasarkan data United Nations International Children’s Emergency Fund
(UNICEF) tahun 2016 diketahui bahwa 40 persen remaja yang juga merupakan
pelajar berusia 13-15 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan oleh teman
sebaya. 75 persen siswa pernah melakukan kekerasan disekolah (Kompas.com, 2016).
2
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada siswa/siswi SMA X di
Jakarta Timur dapat diketahui bahwa sebanyak 24 orang siswa/siswi yang ditemui
mengaku pernah menyerang orang lain yang mengganggunya, sering berdebat dengan
teman sekelasnya serta berkata kasar dengan guru atau teman. Peneliti juga
mengamati, bahwa beberapa siswa/siswi yang ditemui berkata kasar kepada guru dan
temannya.
Akhir-akhir ini media massa baik televisi ataupun media sosial seperti
instagram sering mengabarkan berita mengenai kekerasan yang dilakukan remaja.
Pada tahun 2016, kekerasan yang dilakukan oleh pelajar misalnya adalah duel ala
gladiator atau dikenal dengan istilah “bom-boman” bagi pelajar Bogor yang akhirnya
memakan korban. Kemudian di tahun 2017, duel ala gladiator kembali terjadi. Pelajar
tersebut melakukan perkelahian dengan menggunakan benda tajam dan berujung pada
kematian. Maraknya kasus kekerasan yang melibatkan pelajar sudah banyak terjadi
dan memakan korban baik korban luka atau korban jiwa. Di tahun 2018, tawuran
antarpelajar SMK terjadi di Cawang, Jakarta Timur. Dalam tawuran tersebut
mengakibatkan tewasnya seorang pelajar dan 3 pelajar lainnya mengalami luka.
Kekerasan yang dilakukan pelajar juga mengakibatkan rusaknya properti yang
ada disekeliling. Misalnya bentrokan yang terjadi antara anggota Pemuda Pancasila
dan LSM Kompak yang mengatasnamakan geng motor. Sebagian besar pelaku
kekerasan tersebut merupakan anak-anak usia remaja yang juga merupakan pelajar di
3
salah satu SMA Negeri di Kota Sukabumi. Pelajar tersebut merusak sejumlah rumah
warga dan pos Ormas Pemuda Pancasila (Liputan6.com, 2017).
Kekerasan dan agresi keduanya merupakan respon dari rasa marah. Agresi
merupakan perilaku yang diketahui oleh banyak orang dan diyakini dapat merusak
remaja. Kemungkinan remaja berada pada risiko menjadi pelaku atau korban dari
agresi (Park et.al., 2017). Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti
secara fisik atau psikologis pada makhluk hidup apapun. Agresi bisa bersifat fisik
atau verbal. Agresi fisik seperti misalnya memukul, meninju, mendorong, menampar,
menendang dan lain-lain. Di sisi lain, agresi verbal yaitu seperti pelecehan,
penyebaran rumor dan lain-lain (Lone, 2017).
Penelitian mengenai perilaku agresif penting dilakukan karena menurut
Shaheen dan Jahan (2014), agresi akan menimbulkan masalah sosial yang serius di
dunia yang kompetitif dan penuh tekanan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Crick dan Grotpeter (1995) ditemukan bahwa agresi mengakibatkan risiko pada
penyesuaian sosial di kalangan remaja, dan perilaku ini lebih sering terjadi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki (dalam Estévez, et.al., 2012).
Berdasarkan data-data tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif. Peneliti mengidentifikasi berbagai faktor yang berhubungan dengan perilaku
agresif. Baron dan Byrne (2005) memberikan penjelasan mengenai agresi manusia
bahwa manusia secara alamiah sudah diprogam untuk melakukan kekerasan.
4
Kekerasan berasal dari kecenderungan bawaan (yang diturunkan) untuk bersikap
agresif antara satu dengan lainnya. Teori tersebut didukung oleh Sigmund Freud,
yang berpendapat bahwa semula agresi timbul karena keinginan untuk mati (death
wish/Thanatos) yang kuat. Insting ini awalnya memiliki tujuan self-destruction
namun kemudian arahnya diubah menjadi kepada orang lain. Lorenz (1966, 1974)
berpendapat bahwa agresi muncul terutama dari insting berkelahi (fighting instinct)
bawaan yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya (dalam Baron dan Byrne,
2005).
Model bio-psiko-sosial yang dijelaskan oleh Schick dan Cierpka (2016)
mampu menjelaskan dan mendeskripsikan penyebab dari perilaku agresif. Kaitan
biologis dengan perilaku disosialis meliputi faktor genetik, neurobiologis dan
fisiologis (Schick dan Cierpka, 2016). Kelompok kedua terdiri dari faktor psikologis
pada tingkat kognitif, emosional dan perilaku. Kelompok ketiga termasuk pada aspek
sosial. Dimana gaya pengasuhan terdapat dalam aspek sosial dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku agresif yang tercantum dalam model bio-psiko-sosial.
Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, penelitian ini
difokuskan pada variabel kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin.
Kecerdasan emosional termasuk pada faktor psikologis dalam model bio-psiko-sosial.
Kecerdasan emosional adalah salah satu variabel penting dan berpengaruh kepada
karakter manusia. Hal tersebut menjadi peran yang penting dalam mencapai
kesuksesan hidup (Das dan Tripathy, 2015). Kecerdasan emosional digambarkan
5
sebagai kemampuan, kapasitas, keterampilan, atau merasakan kemampuan sendiri
untuk mengidentifikasi, menilai dan mengelola emosi sendiri, orang lain dan
kelompok (Jaleel dan Verghis, 2017).
Menurut Lone (2017) bahwa perkembangan kecerdasan emosional dapat
membantu mengendalikan tingkat agresi pada remaja dan masalah psikososial
lainnya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukannya dapat diketahui bahwa adanya
hubungan yang kuat antara agresi dan kecerdasan emosional. Namun tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional dan tingkat agresi antara laki-
laki dan perempuan. Tingkat kecerdasan emosional yang rendah berkorelasi dengan
beberapa penyakit mental termasuk depresi, agresi, gangguan kepribadian borderline
dan kesulitan dalam pemrosesan informasi emosional (Grewal dan Salovey, 2006;
dalam Das dan Tripathy, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Das dan Tripathy (2015) menunjukkan
bahwa kecerdasan emosi yang rendah terkait dengan tingkat agresi yang tinggi.
Namun, hasil penelitiannya tersebut tidak signifikan pada sampel perempuannya.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan
dalam sosialisasi, kognisi dan kepribadian. Semasa kecil, anak laki-laki diajarkan
untuk lebih mengekspresikan dirinya sedangkan anak perempuan lebih menunjukkan
kontrol emosinya. Oleh karena itu, laki-laki lebih mudah marah dibandingkan dengan
perempuan jika dilihat dari cara mereka menunjukkan emosinya.
6
Selain kecerdasan emosional, gaya kelekatan juga mempengaruhi perilaku
agresif. Gaya kelekatan termasuk pada faktor sosial dalam model bio-psiko-sosial.
Bowlby (dalam Ooi, 2016) mendefinisikan kelekatan sebagai ikatan afektif antara
bayi dan pengasuh, biasanya ibu. Menurut Collins dan Read (1990), sistem kelekatan
adalah representasi kognitif tentang bagaimana individu berhubungan dengan orang
lain sepanjang hidupnya, serta bagaimana cara menanggapi interaksi sosial dan
membuat hubungan dengan individu (dalam Fernández dan Dufey, 2015).
Attachment atau kelekatan dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku
sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan landasan yang kokoh di mana remaja dapat
menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang
luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat (Santrock, 2002). Menurut Belsky
dan Cassidy (dalam Ooi, 2016), anak-anak yang memiliki kelekatan kuat dengan
orang tua cenderung tidak terlibat dalam tindakan agresif atau antisosial, tetapi lebih
cenderung pada penerimaan aturan dan peraturan.
Attachment yang kokoh atau keterkaitan dengan orang tua meningkatkan
relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga.
Dalam sebuah penelitian di mana kedekatan dengan orang tua dan teman sebaya di
ukur (Armsden dan Greenberg, 1984), remaja yang secara kokoh dekat dengan orang
tua juga dekat secara kokoh dengan teman-teman sebaya; remaja yang tidak dekat
dengan orang tua juga tidak dekat dengan teman-teman sebaya. Lekat secara aman
pada orang tua juga lekat aman dengan teman sebaya; mereka yang tidak lekat secara
7
aman pada orang tua juga cenderung tidak lekat dengan aman pada teman sebaya
(dalam Santrock, 2002). Hal tersebut dikarenakan menurut Haynie & McLellan
(dalam Santrock, 2002), dunia antara orang tua dan teman-teman sebaya terkait,
bukan tidak terkoordinasi dan tidak terkait.
Selain kecerdasan emosional dan gaya kelekatan, jenis kelamin juga
mempengaruhi perilaku agresif. Penelitian awal mengenai perkembangan agresi masa
remaja dimulai pada tahun 1950-an. Penelitian pertama difokuskan terutama pada
remaja laki-laki. Asumsinya adalah bahwa anak laki-laki lebih agresif daripada anak
perempuan menurut Patterson, et.al (dalam Estévez, et.al., 2012). Anak laki-laki
secara signifikan lebih pada agresi langsung. Agresi pada anak perempuan hanya
dianggap sebagai hasil pengembangan seksual menurut Calhoun, et.al (dalam
Estévez, et.al., 2012).
Berdasarkan data-data di atas dan fenomena yang terjadi di masyarakat,
penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Gaya Kelekatan dan Jenis Kelamin terhadap Perilaku Agresif Remaja”.
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada perilaku agresif.
Beberapa variabel lainnya yang merupakan pengaruh terhadap perilaku agresif
8
adalah kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin. Pembatasan
masalah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Perilaku agresif yaitu perilaku yang berusaha untuk menyakiti atau melukai
orang lain, baik secara fisik atau verbal yang dapat mengakibatkan
kemarahan dan permusuhan. Buss dan Perry (1992) membagi perilaku
agresif menjadi 4 (empat) dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa
marah dan permusuhan.
b) Kecerdasan emosional, menurut Mayer dan Salovey (1997) bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menerima, memahami dan
mengekspresikan emosi, kemampuan untuk menggunakan dan/atau
menghasilkan perasaan, kemampuan untuk mengerti emosi dan pengetahuan
emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan
emosi dan intelektual. Dimensi yang digunakan yaitu menggunakan dimensi
yang dipaparkan oleh Wong dan Law yang berdasarkan dengan model
kecerdasan emosional Mayer dan Salovey (1997). Wong dan Law membagi
kecerdasan emosional menjadi 4 (empat) dimensi yaitu penilaian emosi diri
(self-emotional appraisal), penilaian emosi orang lain (other’s emotional
appraisal), penggunaan emosi (use of emotion), pengaturan emosi
(regulation of emotion).
c) Gaya kelekatan menurut Ainsworth adalah adalah cara individu berinteraksi
ataupun membuat hubungan dengan individu lain. Gaya kelekatan ini terbagi
menjadi tiga dimensi, yaitu gaya kelekatan aman (secure attachment style),
9
gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style) dan gaya kelekatan
menghindar (avoidance attachment style). Gaya kelekatan dalam penelitian
ini dibatasi dengan gaya kelekatan remaja dengan orang lain, teman atau
guru. Gaya kelekatan antara remaja dan orang tua tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini. Karena menurut Brown (dalam Santrock, 2012), kawan sebaya
sudah mengambil peran yang selayaknya dipegang oleh orang tua.
d) Jenis kelamin meliputi pelajar laki-laki atau pelajar perempuan.
e) Responden dalam penelitian ini adalah remaja dan dibatasi pada SMA X di
Jakarta Timur. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
pada siswa/siswi SMA X di Jakarta Timur, Peneliti melihat bahwa
siswa/siswi yang ditemui mengatakan atau mengungkapkan bahasa yang
tidak baik, suka berdebat, berkata kasar dan berteriak kepada guru atau
temannya. Hal tersebut didukung oleh survei yang dilakukan oleh peneliti,
bahwa siswa/siswi juga mengaku pernah berdebat dengan teman sekelasnya,
menyerang orang lain yang berusaha mengganggunya dan berkata kasar
kepada teman.
1.2.2. Perumusan Masalah
1) Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin
terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur?
2) Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional beserta dimensi penilaian emosi
diri (self-emotional appraisal) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X
Jakarta Timur?
10
3) Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional beserta dimensi penilaian emosi
orang lain (other’s emotional appraisal) terhadap perilaku agresif remaja di
SMA X Jakarta Timur?
4) Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional beserta dimensi penggunaan
emosi (use of emotion) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta
Timur?
5) Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional beserta dimensi pengaturan
emosi (regulation of emotion) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X
Jakarta Timur?
6) Seberapa besar pengaruh gaya kelekatan beserta dimensi gaya kelekatan aman
(secure attachment) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur?
7) Seberapa besar pengaruh gaya kelekatan beserta dimensi gaya kelekatan cemas
(anxiety attachment) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur?
8) Seberapa besar pengaruh gaya kelekatan beserta dimensi gaya kelekatan
menghindar (avoidance attachment) terhadap perilaku agresif remaja di SMA X
Jakarta Timur?
9) Seberapa besar pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur?
10) Variabel mana yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur?
11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dari uraian yang telah dijelaskan, peneliti akan mengungkap tujuan dari
penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin terhadap perilaku
agresif beserta dimensi-dimensinya.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu psikologi terutama terkait pada psikologi perkembangan.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memberikan manfaat dan menjadi bahan
informasi mengenai perilaku agresif serta dapat dijadikan penerapan bagi
orang tua dan anak untuk membangun kelekatan yang baik dan kecerdasan
emosional pada anak guna menghindari perilaku yang tidak diinginkan seperti
perilaku agresif.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perilaku Agresif
2.2.1. Pengertian Perilaku Agresif
Agresi yang dilakukan oleh satu individu terhadap individu lain bukanlah fenomena
yang baru. Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku agresif selalu menjadi
perbincangan. Anderson dan Bushman (2002) mengemukakan mengenai agresi
bahwa agresi adalah setiap perilaku yang diarahkan pada individu lain secara
langsung dengan maksud menyakiti.
Reyna, et.al (2011) berpendapat bahwa agresi termasuk dalam sifat kepribadian
yang berhubungan dengan perilaku antisosial. Shahzad, et.al (2013) menambahkan
bahwa agresi merupakan perilaku yang memunculkan masalah tertentu bagi diri
sendiri dan juga orang lain yang berhubungan langsung dengan emosi untuk
menentukan sifat individu.
Menurut pandangan Shaheen dan Jahan (2014), agresi adalah perilaku yang
terjadi antara anggota spesies yang sama dengan maksud menghina, menyakiti, atau
membahayakan, perilaku antisosial yang menyebabkan depresi, kecemasan, disosiasi,
dan trauma lainnya terkait gejala serta masalah regulasi emosi. Dalam psikologi
sosial, agresi yang dikemukakan oleh Myers (2014) diartikan sebagai perilaku fisik
atau verbal yang bermaksud untuk menyakiti seseorang. Buss dan Perry membagi
13
perilaku agresif menjadi empat bentuk yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah
dan permusuhan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penelitian ini akan menggunakan
pengertian yang dijelaskan oleh penulis yang berdasarkan pada teori Buss dan Perry
(1992) bahwa agresi adalah perilaku yang berusaha untuk menyakiti atau melukai
orang lain, baik secara fisik atau verbal yang dapat mengakibatkan kemarahan dan
permusuhan.
2.2.2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Buss dan Perry (1992) mengelompokkan bentuk-bentuk agresi kedalam 4 (empat)
bentuk, yaitu sebagai berikut:
1) Agresi Fisik (Physical Aggression)
Agresi fisik merupakan komponen dari perilaku motorik berupa kekerasan
fisik yang tujuannya adalah menyakiti atau merugikan orang lain. Misalnya
menyerang dan memukul.
2) Agresi Verbal (Verbal Aggression)
Agresi verbal merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti
orang lain hanya saja melalui verbalisasi misalnya perdebatan dalam setiap
percakapan, sering berteriak dalam argumen, dan menggunakan bahasa yang
kasar.
3) Rasa Marah (Anger)
Rasa marah mewakili komponen emosional atau afektif dari tingkah laku yang
melibatkan gairah fisiologis dan kesiapan untuk bersikap agresi. Analisis
14
korelasional menunjukkan bahwa kemarahan adalah awal mula terjadinya
agresi fisik, agresi verbal dan permusuhan.
4) Permusuhan (Hostility)
Permusuhan mewakili komponen kognitif yang terdiri dari perasaan benci dan
merasakan ketidakadilan.
Myers (2014) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu:
1) Hostile aggression atau agresi rasa benci. Agresi tersebut berasal dari
kemarahan dan tujuannya adalah untuk melukai.
2) Instrumental aggression atau agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain.
Agresi tersebut juga memiliki tujuan untuk melukai, tetapi hanya sebagai alat
untuk mencapai tujuan lainnya.
Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk perilaku agresif yang akan di ukur adalah
bentuk-bentuk perilaku agresif yang dijelaskan oleh Buss dan Perry (1992) yaitu
agresi fisik (physical aggression), agresi verbal (verbal aggression), rasa marah
(anger), permusuhan (hostility).
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Schick & Cierpka (2016) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif yang dibentuk dalam model “Bio, Psiko, Sosial”. Model ini mampu
menjelaskan dan mendeskripsikan penyebab dari perilaku agresif. Model tersebut
terdiri dari tiga hal yaitu:
1. Biologis
15
Kaitan biologis dengan perilaku disosialis meliputi tiga hal yaitu faktor genetik,
neurobiologis dan fisiologis. Studi yang ada yaitu mengenai perbedaan jenis
kelamin. Berdasarkan temuan dapat dijelaskan Harris (dalam Baron dan Byrne,
2005) yang mengemukakan bahwa pria melaporkan lebih banyak melakukan
perilaku agresif daripada wanita. Pria secara umum lebih cenderung daripada
wanita untuk melakukan perilaku agresif dan menjadi target dari perilaku
tersebut. Betancourt dan Miller (dalam Baron dan Byrne, 2005) juga menyatakan
bahwa pria secara signifikan lebih cenderung daripada wanita untuk melakukan
agresi terhadap orang lain ketika orang lain tersebut tidak memprovokasi mereka
dalam cara apapun.
Dalam situasi-situasi di mana provokasi memang terjadi, dan terutama ketika
provokasinya intens, wanita sama agresifnya dengan pria. Hal ini dijelaskan oleh
Dodge (dalam Das dan Tripathy, 2015) bahwa anak laki-laki yang agresif
memiliki keterampilan pemecahan masalah yang buruk. Remaja laki-laki sering
salah dalam menafsirkan perilaku anak lain dan mengganggap permusuhan.
Remaja laki-laki sulit untuk menemukan solusi terhadap konflik tanpa adanya
agresi.
2. Psikologis
Kelompok ini terdiri dari faktor psikologis yang didalamnya terdapat tingkat
kognitif (misalnya, intelegensi), emosi (misalnya, reaktivitas emosi, empati),
proses informasi sosial, dan perilaku (misalnya, impulse control). Studi yang ada
yaitu mengenai kecerdasan emosional. Berdasarkan temuan, tingginya tingkat
16
kecerdasan emosional telah berkorelasi dengan banyak manfaat dan hasil yang
positif. Keuntungannya adalah tingkat kebahagiaan, kesehatan, kesejahteraan
yang tinggi, kinerja akademik yang baik dan meningkatnya kemampuan untuk
mengatasi perubahan (Qualter et. al., 2007; dalam Das dan Tripathy, 2015).
Remaja yang memiliki kemampuan emosional yang lebih maju menunjukkan
tekanan yang rendah, lebih sedikit memiliki tanda-tanda agresi, dan menunjukkan
kemungkinan keterlibatan yang lebih kecil pada obat-obatan dan alkohol (Qualter
et. al., 2007; dalam Das dan Tripathy, 2015).
3. Sosial
Rekan atau teman sebaya termasuk faktor penyebab dari segi sosial misalnya,
melalui modelling atau melalui pemodelan. Sosial erat kaitannya dengan orang
tua atau keluarga misalnya, gaya pengajaran. Berdasarkan temuan, faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku agresif yang termasuk pada faktor sosial
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Gaya Kelekatan
Gaya kelekatan diketahui dapat mempengaruhi perilaku agresi. Menurut teori
yang dikembangkan oleh Bowlby, kelekatan yang tidak aman signifikan
dengan faktor pengaruh yang mengurangi ketahanan stress dan memicu
masalah emosional dan penyesuaian yang buruk pada individu (Amani, 2016).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bloodworth diketahui bahwa
individu yang memiliki hubungan positif atau memiliki gaya kelekatan aman
maka individu tersebut memiliki pengaruh agresif yang lebih rendah.
17
2) Pola asuh orang tua
Hasil utama dari penelitian Cruz, Linares dan Arias (2014) menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua yang otoriter diketahui memiliki perilaku yang
lebih agresif dan bermusuhan dengan teman sebaya, dibandingkan dengan
pengasuhan authoritative atau indulgent. Pendisiplinan yang ketat secara
positif terkait dengan berbagai bentuk agresivitas.
3) Konformitas
Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh
sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai
dengan norma sosial yang ada. Salah satu alasan mengapa seseorang
melakukan konformitas adalah agar disukai orang lain atau paling tidak
menghindari penolakan dari orang lain.
Perilaku agresif dapat dipengaruhi oleh konformitas. Menurut
penelitian Saputri (2015) bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
konformitas dengan perilaku agresi pada remaja. Hal tersebut berarti
konformitas yang tinggi mempengaruhi terbentuknya perilaku agresi yang
tinggi, demikian sebaliknya yaitu konformitas yang rendah berpengaruh pula
pada terbentuknya perilaku agresi yang rendah.
4) Komunikasi Keluarga
Beberapa bukti menunjukkan bahwa keluarga memainkan peran penting dalam
perkembangan tingkah laku nakal remaja. Keluarga berfungsi sebagai agen
sosialisasi yang efektif. Sejak hari pertama kehidupan anak proses sosialisasi
18
dimulai, dan orang tua merupakan sumber utama dalam proses tersebut (Moitra
dan Mukherjee, 2009).
Avdic dan Buyukdurmus (2015) juga mengemukakan bahwa
komunikasi dalam keluarga menjadi faktor penting yang mempengaruhi
kesehatan mental anak di masa mendatang. Cohn, et.al. (dalam Tasic et.al.,
1997) juga mempercayai bahwa hubungan orang tua dan anak yang baik
mengurangi dampak krisis perkembangan dan memberi manfaat pada
perkembangan mental yang positif pada anak. sehingga anak terhindar dari
perilaku yang tidak dingginkan seperti perilaku agresif.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif
menggunakan teori Schick dan Cierpka (2016) mengenai bio-psiko-sosial dan
dibatasi hanya pada psikologis dan sosial. Kecerdasan emosional termasuk
pada kelompok psikologis dan gaya kelekatan termasuk pada kelompok sosial.
2.2.4. Pengukuran Perilaku Agresif
Terdapat instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku agresif
diantaranya yaitu:
1) Buss Perry Aggression Questionnaire
Buss Perry Aggression Questionnaire diciptakan oleh Arnold H. Buss dan Mark
Perry (1992) yang terdiri dari empat sub yaitu agresi fisik (physical aggression),
agresi verbal (verbal aggression), rasa marah (anger) dan permusuhan (hostility).
Kuesioner ini terdiri dari 29 item. 9 (Sembilan) item untuk mengukur agresi fisik
(physical aggression), 5 (lima) item untuk mengukur agresi verbal (verbal
19
aggression), 7 (tujuh) item untuk mengukur rasa marah (anger) dan 8 (delapan)
item untuk mengukur permusuhan (hostility).
2) The Brief Aggression Questionnaire
Alat ukur ini merupakan versi singkat dari The Buss–Perry Aggression
Questionnaire yang dikembangkan oleh Webster et. al. (2013). The Brief
Aggression Questionnaire terdiri dari 12 item yang terbentuk dalam skala likert 6
poin. Terdiri dari 4 skala yaitu agresi fisik (3 item), agresi verbal (3 item), rasa
marah (3 item), permusuhan (3 item).
3) The Reactive–Proactive Aggression Questionnaire (2006)
Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Raine et. al. (2006).
The Reactive–Proactive Aggression Questionnaire (RPQ) merupakan ukuran
laporan diri yang membedakan antara agresi reaktif dan proaktif. RPQ terdiri dari
23 item yang dinilai pada skala ordinal 3 poin (0 = tidak pernah, 1 = kadang-
kadang, 2 = sering). 11 item mengukur agresi reaktif dan 12 item lainnya
mengukur agresi proaktif.
Berdasarkan alat ukur yang telah dikemukakan tersebut, penelitian ini
menggunakan alat ukur Buss Perry Aggression Questionnaire yang dikembangkan
oleh Arnold H. Buss dan Mark Perry (1992). Alat ukur ini mengukur berbagai
komponen dari agresi yaitu agresi fisik (physical aggression), agresi verbal (verbal
aggression), rasa marah (anger) dan permusuhan (hostility).
20
2.2. Kecerdasan Emosional
2.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Mayer dan Salovey (1997) dalam artikel yang berjudul “emotional development and
emotional intelligence” menjelaskan bahwa:
“Emotional intelligence involves the ability to perceive accurately, appraise, and
express emotion; the ability to access and/or generate feelings when they
facilitate thought; the ability to understand emotion and emotional knowledge;
and the ability to regulate emotions to promote emotional and intellectual
growth”.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menerima, memahami dan
mengekspresikan emosi, kemampuan untuk menggunakan dan/atau menghasilkan
perasaan, kemampuan untuk mengerti emosi dan pengetahuan emosional, serta
mengatur emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual.
Yoney (2001) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional didefinisikan sebagai
keterampilan pada diri sendiri yang mencirikan seseorang kaya akan kepribadian.
Kecerdasan emosional adalah mengetahui apa yang dirasakan, mampu mengelola
perasaan tanpa membiarkan mengambil kendali, mampu memotivasi diri sendiri,
tampil maksimal dan menjadi kreatif, mampu mengenali apa yang orang lain rasakan
dan penanganan hubungan yang efektif. Kecerdasan emosional mencakup
kemampuan non-kognitif dan menentukan kemampuan seseorang untuk mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan. Wong dan Law menyatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan mengekspresikan emosi
21
diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan emosi orang disekitarnya serta
mengatur dan menggunakan emosi untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas
dan bekerja.
Penelitian ini menggunakan pengertian yang diungkapkan oleh Mayer dan
Salovey (1997) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk menerima, memahami dan mengekspresikan emosi, kemampuan untuk
menggunakan dan/atau menghasilkan perasaan, kemampuan untuk mengerti emosi
dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong
pertumbuhan emosi dan intelektual.
2.2.2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Mayer dan Salovey (1997) mengungkapkan model kecerdasan emosi yang dibagi
dalam 4 (empat) cabang yaitu sebagai berikut:
1. Mempersepsikan, merasakan, dan mengekspresikan emosi (perception,
appraisal, and expression of emotions)
Persepsi emosi mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi dan
membedakan emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Aspek dasar dari
kemampuan ini adalah mengidentifikasi emosi dalam kondisi fisik (termasuk
ekspresi tubuh) dan pikiran.
2. Fasilitasi emosi dalam berpikir (emotional filitation of thinking)
Penggunaan emosi untuk memfasilitasi pemikiran mengacu pada emosi yang
memanfaatkan aktifitas kognitif seperti penalaran, pemecahan masalah dan
22
komunikasi interpersonal. Kemampuan ini mengarahkan informasi mengenai
lingkungan atau orang lain.
3. Mengerti dan menganalisis emosi (understanding and analyzing emotions)
Memahami dan menganalisis emosi mencakup pemahaman tentang bahasa
dan makna emosi.
4. Regulasi emosi (reflective regulation of emotions)
Perumusan emosi yang reflektif mencakup kemampuan untuk mencegah,
mengurangi, meningkatkan, atau memodifikasi respon emosional pada diri
sendiri dan orang lain.
Wong dan Law (dalam Sulaiman dan Noor, 2015) mengungkapkan empat dimensi
dari kecerdasan emosional yang didasarkan pada model kecerdasan emosional Mayer
dan Salovey (1997) yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian emosi diri (self-emotional appraisal)
Penilaian emosi diri (self-emotional appraisal) menjelaskan mengenai
kemampuan individu untuk mengerti emosi pada dirinya sendiri.
2. Penilaian emosi orang lain (other’s emotional appraisal)
Penilaian emosi orang lain (other’s emotional appraisal) menjelaskan
mengenai kemampuan seseorang untuk mengenali dan memahami emosi
orang lain.
3. Pengaturan emosi (regulation of emotion)
Pengaturan emosi (regulation of emotion) menjelaskan kemampuan individu
untuk mengatur emosinya.
23
4. Penggunaan emosi (use of emotion)
Penggunaan emosi (use of emotion) menjelaskan mengenai kecenderungan
individu memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kinerja.
Penelitian ini menggunakan dimensi yang dijelaskan oleh Wong dan
Law yang berdasarkan pada model kecerdasan emosional dari Mayer dan
Salovey (1997). 4 (empat) dimensi tersebut adalah penilaian emosi diri (self-
emotional appraisal), penilaian emosi orang lain (other’s emotional
appraisal), pengaturan emosi (regulation of emotion), penggunaan emosi (use
of emotion).
2.2.3. Pengukuran Kecerdasan Emosional
Berikut ini merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosional, yaitu:
1. Mayer Salovey Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT)
MSCEIT merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Mayer, Pater Salovey
dan Caruso pada tahun 2002. MSCEIT diukur dengan skala likert mulai dari 1
= sangat tidak akurat hingga 5 = sangat akurat.
2. Self-Related Emotional Intellegence Scale (SREIS)
Alat ukur ini mengacu pada Mayer Salovey Caruso Emotional Intelligence
Test (MSCEIT) yang dikembangkan oleh Marc A Brackett., Susan E. Rivers,
Sara Shiffman, Nicole Lerner dan Peter Salovey (2006). SREIS
dikembangkan pada tahun 2004 kemudian versi revisi dikemukakan pada
24
tahun 2006. SREIS terdiri dari 19 item dengan skala likert 5 poin mulai dari 1
= sangat tidak akurat hingga 5 = sangat akurat.
3. Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS)
Alat ukur Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) merupakan
alat ukur yang dikembangkan oleh Wong dan Law. Terdiri dari 16 item dan 5
poin skala likert yaitu 1 = sangat tidak sesuai hingga 5 = sangat sesuai.
Pada penelitian ini, alat ukur yang akan digunakan adalah Wong and
Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) yang dikembangkan oleh Wong
dan Law (dalam Sulaiman dan Noor, 2015). Wong and Law Emotional
Intelligence Scale (WLEIS) mengukur empat dimensi kecerdasan emosional
yaitu penilaian emosi diri (self-emotional appraisal), penilaian emosi orang
lain (other’s emotional appraisal), pengaturan emosi (regulation of emotion),
penggunaan emosi (use of emotion).
2.3. Gaya Kelekatan
2.3.1. Pengertian Gaya Kelekatan
Setiap manusia memiliki gaya kelekatan yang berbeda-beda. Ervika (2005)
mengatakan bahwa kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang
bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti
khusus, dalam hal ini biasanya hubungan yang ditunjukkan pada ibu atau
pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan
memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.
25
Collins, Ford, Guichard dan Allard (2006) mendifinisikan bahwa gaya
kelekatan adalah suatu konsep yang berhubungan dengan pola pikir, perasaan, dan
perilaku dalam suatu hubungan dekat, dan diduga dapat mencerminkan perbedaan
pada internal working model yang dimiliki. Gaya kelekatan menurut Ainsworth
(dalam Akhtar, 2012) adalah cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan
dengan individu lain. Gaya kelekatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu gaya kelekatan
aman (secure attachment), cemas (anxiety attachment) dan menghindar (avoidance
attachment). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat dan mempunyai
arti khusus dalam kehidupannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian gaya kelekatan yang
dikemukakan oleh Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) bahwa gaya kelekatan adalah
cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan dengan individu lain.
2.3.2. Dimensi Gaya Kelekatan
Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) menjelaskan tiga dimensi dari gaya kelekatan, yaitu:
1. Gaya kelekatan aman (secure attachment)
Individu dengan gaya kelekatan aman memiliki kepercayaan terhadap orang
lain, merasa nyaman dengan saling bergantung satu sama lain. Mereka merasa
nyaman bergantung dan menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain.
Individu yang memiliki gaya kelekatan aman akan menerima orang lain yang
mendekat dan menjaga agar hubungannya tetap berlangsung lama. Individu
26
tersebut juga merupakan seseorang yang berperilaku hangat terhadap orang
tuanya dan orang lain.
2. Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment)
Individu yang memiliki gaya kelekatan cemas berpikir bahwa orang lain tidak
ingin membuat hubungan dekat dengannya. Individu merasa takut akan
penolakan dalam sebuah hubungan. Hubungan yang dijalani berdasarkan rasa
takut dan hubungannya berlangsung singkat.
3. Gaya kelekatan menghindar (avoidance attachment)
Individu dengan gaya kelekatan menghindar memiliki ketidaknyamanan
berada dekat dengan orang lain. Individu tersebut sulit percaya dengan orang
lain dan tidak bisa membiarkan dirinya bergantung pada orang lain. Individu
juga merasa gugup apabila orang lain ingin menjalin hubungan dekat
dengannya.
2.3.3. Pengukuran Gaya Kelekatan
Berikut ini merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur gaya
kelekatan, yaitu:
1. The Relationship questionnaire (RQ) merupakan alat ukur gaya kelekatan
dewasa. Alat ukur ini disusun berdasarkan tiga dimensi yang dikembangkan
oleh Hazan dan Shaver (1987) dan menambah satu dimensi, yaitu dismissing
avoidant.
2. Adult Attachment Scale (AAS) merupakan alat ukur yang dikembangkan pada
tahun 1990 berdasarkan teori Hazen dan Shaver (1987) dan Levy dan Davis
27
(1988). AAS terdiri dari tiga bentuk gaya kelekatan dan terdiri dari 18 item
yang masing-masing bentuknya memiliki 6 item. Skala terdiri dari 1 hingga 5
(1 = tidak sangat sesuai dengan saya, 5 = sangat sesuai dengan saya).
Pada penelitian ini, alat ukur yang akan digunakan adalah Adult
Attachment Scale (AAS) yang dikembangkan oleh Collins dan Read (1990)
dan didasarkan pada teori Hazen dan Shaver (1987) dan Levy dan Davis
(1988). Terdiri dari 3 (tiga) gaya kelekatan. Gaya kelekatan aman
menggambarkan skor yang tinggi pada subskala tertutup dan bergantung, skor
rendah pada subskala cemas. Gaya kelekatan cemas menggambarkan skor
tinggi pada subskala cemas, skor sedang berada pada subskala tertutup dan
bergantung. Gaya kelekatan menghindar menggambarkan rendahnya subskala
tertutup, bergantung dan cemas.
2.4. Jenis Kelamin dan Perilaku Agresif
Bjorkqvist (1994) mengungkapkan bahwa perempuan kurang terlibat dalam
permusuhan dan konflik dibandingkan dengan laki-laki. Dijelaskan dalam Baron
dan Byrne (2005) bahwa laki-laki lebih cenderung terlibat pada agresi langsung
daripada perempuan. Maksud dari agresi langsung yaitu tindakan yang ditujukan
secara langsung pada target dan yang secara jelas datang dari aggressor
(misalnya, kekerasan fisik, mendorong, menampik, melempar sesuatu pada
orang lain, berteriak, mengejek).
Baron dan Byrne (2005) menambahkan bahwa perempuan lebih cenderung
daripada laki-laki untuk terlibat dalam berbagai bentuk agresi tidak langsung.
28
Tindakan tersebut seperti misalnya menyebarkan rumor mengenai target,
bergosip dibelakang target tersebut, memberi tahu orang lain untuk tidak
berhubungan dengan target, mengarang cerita sehingga target mendapat masalah,
dan lain-lain.
2.5. Kerangka Berfikir
Perilaku agresif merupakan perilaku yang dapat melukai atau menyakiti
orang lain dengan sengaja atau tidak disengaja. Bentuk dari agresi ini tidak
hanya menyakiti secara fisik saja, tetapi agresi bisa berbentuk verbal. Perilaku
agresi yang dilakukan oleh remaja bisa dikarenakan maksud dan tujuan tertentu.
Misalnya karena ingin diakui oleh lingkungannya atau ingin mendapatkan
sesuatu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif tidak hanya faktor
internal tetapi juga terdapat faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
misalnya tingkat kognitif, emosi, perilaku dan proses informasi sosial. Agresi
berhubungan langsung dengan emosi. Hal tersebut merupakan faktor penting
yang menentukan sifat individu. Menurut Patrick, Bradely dan Lang (dalam
Shahzad, Begum dan Khan, 2013) bahwa agresi berkaitan dengan
ketidakseimbangan mekanisme saraf yang mengatur emosi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Johnston (dalam Shahzad, Begum
dan Khan, 2013) untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan
29
agresi remaja. Bahwa ditemukan korelasi yang negatif antara kecerdasan
emosional dan agresi. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa stress
management atau stress intrapersonal adalah prediktor signifikan dari agresi
fisik.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional tingkat tinggi mengenal diri
atau memiliki self emotional appraisal yang baik dan juga mampu merasakan
emosi orang lain. Mereka ramah, tangguh, dan optimis. Sebaliknya, agresi dapat
merusak tingkat pribadi dan sosial karena individu yang agresif mengalami
kesulitan dalam menafsirkan situasi akibatnya mereka melakukan kekerasan atau
merasa terisolasi (Jaleel dan Verghis, 2017).
Para peneliti telah menemukan bahwa para siswa yang memiliki
kecenderungan agresif yang rendah diketahui memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk membedakan emosinya, lebih banyak kemampuan untuk
memperbaiki emosi negatif dan mendapat nilai tinggi pada kesehatan mental
(Shahzad, Begum dan Khan, 2013).
Selain kecerdasan emosional, gaya kelekatan disini juga mempengaruhi
perilaku agresif. Gaya kelekatan bisa menjadi prediktor yang signifikan terhadap
perilaku agresif. Gaya kelekatan aman (secure attachment style) memiliki self
esteem yang tinggi dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari
kedekatan interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan. Dibandingkan
30
dengan gaya kelekatan menghindar (avoidant) dan cemas (ambivalent), individu
dengan gaya kelekatan aman lebih tidak mudah marah, lebih tidak
mengatribusikan keinginan bermusuhan pada orang lain, dan mengharapkan
hasil yang positif dan konstruktif dari konflik (Mikulincer, 1998; dalam Baron
dan Byrne, 2005).
Perbedaan jenis kelamin diketahui memiliki pengaruh terhadap perilaku
agresif. Hasil temuan John Archer yang dikutip oleh Myers (2014)
mengungkapkan bahwa wanita nampaknya lebih banyak melakukan tindakan
agresi verbal yang tidak langsung, seperti menyebarkan gosip kejahatan. Namun,
pada semua bagian di dunia dan pada semua usia, pria lebih sering melukai
orang lain dengan agresi fisik. Berikut merupakan ilustrasi kerangka berpikir
penelitian.
2.1 Gambar Kerangka Berpikir
31
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1. Hipotesis Mayor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional (penilaian emosi
diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan
emosi), gaya kelekatan (gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas,
gaya kelekatan menghindar) dan jenis kelamin terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
2.6.2. Hipotesis Minor
H1.1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi penilaian emosi diri (self
emotions appraisal) dari variabel kecerdasan emosional terhadap
perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi penilaian emosi orang lain
(others emotion appraisal) dari variabel kecerdasan emosional
terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi penggunaan emosi (us of
emotion) dari variabel kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi pengaturan emosi (regulation of
emotion) dari variabel kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur.
32
H1.5: Ada pengaruh yang signifikan dimensi gaya kelekatan aman (secure
attachment) dari variabel gaya kelekatan terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.6: Ada pengaruh yang signifikan dimensi gaya kelekatan cemas (anxiety
attachment) dari variabel gaya kelekatan terhadap perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.7: Ada pengaruh yang signifikan dimensi gaya kelekatan menghindar
(avoidance attachment) dari variabel gaya kelekatan terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
H1.8: Ada pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang dijadikan penelitian adalah siswa/siswi SMA X
Jakarta Timur tahun ajaran 2018/2019 yaitu berjumlah 350 orang. Sampel penelitian
yang digunakan yaitu remaja yang juga merupakan siswa/siswi kelas X (sepuluh), XI
(sebelas) di SMA X Jakarta Timur berjumlah 205 orang. Alasan pemilihan sampel
karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa siswa/siswi di
SMA X Jakarta Timur diketahui melakukan agresi verbal kepada teman ataupun
gurunya. Siswa/siswi juga melakukan agresi fisik seperti mendorong temannya. Hal
tersebut didukung oleh pengakuan siswa/siswi yang mengaku pernah berdebat dan
berkata kasar kepada temannya, serta menyerang orang lain yang berusaha
mengganggunya. Kriteria dari sampel yang akan digunakan adalah siswa/siswi yang
bersedia menjadi sampel penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yaitu non-probability
sampling atau proses pemilihan sampel dimana tidak semua anggota dari populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu sampel yang
ditetapkan secara kebetulan atau tidak sengaja oleh peneliti dan sesuai dengan
34
karakteristik. Kriteria pemilihan sampel yaitu siswa/siswi yang bersedia mengisi
kuesioner dan diketahui melakukan agresi dengan teman atau gurunya.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang akan digunakan oleh peneliti, yaitu:
Perilaku agresif sebagai dependent variable (DV), sedangkan variabel penilaian
emosi diri (self-emotional appraisal), penilaian emosi orang lain (other’s emotional
appraisal), penggunaan emosi (use of emotion), pengaturan emosi (regulation of
emotion), gaya kelekatan aman (secure attachment), gaya kelekatan cemas (anxiety
attachment), gaya kelekatan menghindar (avoidance attachment) dan jenis kelamin
sebagai independent variable (IV). Adapun definisi operasional variabelnya yaitu:
1. Perilaku agresif: perilaku yang dilakukan oleh seseorang, tujuannya adalah
untuk menyakiti atau melukai orang lain baik berupa fisik (memukul,
menendang, mencakar, mencubit, menghancurkan benda-benda) atau melalui
perkataan (menghina, memarahi, menjelekkan, berkata kasar, memaki, suka
berdebat).
2. Kecerdasan emosional: kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan orang lain,
kemampuan mengendalikan diri sendiri, agar mampu beradaptasi dengan
lingkungan.
35
a) Penilaian emosi diri (self-emotional appraisal): kemampuan seseorang
untuk mengerti dan mengetahui emosi dirinya sendiri.
b) Penilaian emosi orang lain (other’s emotional appraisal): kemampuan
seseorang untuk mengenali dan memahami emosi orang lain.
c) Penggunaan emosi (use of emotion): kecenderungan individu untuk
menggerakkan dirinya untuk meningkatkan kinerja.
d) Pengaturan emosi (regulation of emotion): kemampuan seseorang untuk
mengendalikan dan mengatur emosinya.
3. Gaya kelekatan: bentuk hubungan yang dibuat oleh individu dengan individu
lain.
a) Gaya kelekatan aman (secure attachment): memiliki rasa percaya terhadap
orang lain, merasa nyaman dengan orang lain, menjalin hubungan yang
dekat dengan orang lain.
b) Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment): memiliki kekhawatiran ketika
dekat dengan orang lain karena merasa takut akan penolakan.
c) Gaya kelekatan menghindar (avoidance attachment): merasa tidak nyaman
berada dekat dengan orang lain dan merasa gugup apabila orang lain ingin
menjalin hubungan dekat dengannya.
4. Jenis Kelamin: meliputi pelajar laki-laki atau pelajar perempuan.
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
36
a) Biodata yang harus diisi oleh subjek penelitian. Isian ini berisi pertanyaan
mengenai subjek penelitian, seperti jenis kelamin dan usia.
b) Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala Likert yang telah
diadaptasi dan modifikasi. Penelitian ini menggunakan empat alternatif pilihan
jawaban, dimana jawaban netral atau skala 3 dihilangkan agar subjek penelitian
mampu memilih respon negatif atau positif yang tersedia. Subjek diminta untuk
menyatakan kesesuaian atau tidak kesesuaian subjek terhadap isi pernyataan. Cara
menjawabnya adalah dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah satu
alternatif jawaban dan tidak ada jawaban benar atau salah.
c) Metode skoring yang digunakan adalah: (1) item favorable mempunyai angka
skor sebagai berikut: sangat tidak sesuai = 1, tidak sesuai = 2, sesuai = 3, sangat
sesuai = 4. (2) item unfavorable sebagai berikut: sangat sesuai = 1, sesuai = 2,
tidak sesuai = 3, sangat tidak sesuai = 4. Berikut penjelasannya berdasarkan tabel
3.1.
Tabel 3.1 Tabel Skor skala likert
Skala Sangat Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sangat Sesuai
Favorable 1 2 3 4 Unfavorable 4 3 2 1
37
a) Skala perilaku agresif yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari
alat ukur Buss Perry Aggression Questionnaire yang dikembangkan oleh Arnold
H. Buss dan Mark Perry (1992). Adapun blueprint alat ukur perilaku agresif
dijelaskan pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Blue Print Pengukuran Perilaku Agresif
No Komponen Indikator Item Jumlah 1 Physical
aggression (agresi fisik)
• Memukul • Mendorong • Menendang • Menyerang orang • Merusak barang
1, 5, 9, 13, 17, 21, 24, 27, 29
9
2 Verbal aggression (agresi verbal)
• Penyebaran rumor • Berkata kasar • Suka berdebat • Berteriak • Mengancam • Mengejek
2, 6, 10, 14, 18 5
3 Anger(rasa marah) • Mudah marah • Balas dendam
3, 7, 11, 15, 19, 22, 25
7
4 Hostily (permusuhan)
• Rasa benci • Ketidakadilan • Ketidakpuasan • Prasangka buruk
4, 8, 12, 16, 20, 23, 26, 28
8
Jumlah 29
b) Skala kecerdasan emosional
Alat ukur yang digunakan dimodifikasi dari alat ukur Wong and Law Emotional
Intelligence Scale (WLEIS) yang dikembangkan oleh Wong dan Law (dalam
Sulaiman dan Noor, 2015). Alat ukur terdiri dari 16 item, karena kebutuhan
penelitian peneliti menambahkan 1 item pada masing-masing dimensi yaitu item
nomor 17, 18, 19 dan 20. Adapun blue print dijelaskan pada tabel 3.3.
38
Tabel 3.3
Blue print Pengukuran Kecerdasan Emosional
No Komponen Indikator Item Jumlah 1 Penilaian emosi diri
(self emotion appraisal) Seseorang tahu apakah ia adalah seseorang yang mudah marah atau sedih.
1, 5, 9, 13, 17*
5
2
Penilaian emosi orang lain (others emotion appraisal)
Seseorang mengerti dan sadar ketika orang lain menunjukkan emosinya (marah atau sedih).
2, 6, 10, 14, 18*
5
3 Penggunaan emosi (use of emotion)
Bagaimana seseorang mengekspresikan emosinya serta mengetahui kapan seseorang marah, senyum, atau sedih.
3, 7, 11, 15, 19*
5
4 Pengaturan emosi (regulation of emotion)
Seseorang mampu menahan diri dan mengendalikan emosinya.
4, 8, 12, 16, 20*
5
Jumlah 20 Keterangan: unfavorable (*)
c) Skala gaya kelekatan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Adult Attachment Scale
(AAS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Collins dan Read (dalam Lani, 2010)
dan didasarkan pada teori Hazen dan Shaver (1987) dan Levy dan Davis (1988).
Adapun blueprint alat ukur perilaku agresif dijelaskan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Blue print alat ukur gaya kelekatan
No Komponen Indikator Item Jumlah
1 Gaya kelekatan aman (secure attachment)
• Memiliki rasa percaya terhadap orang lain. • Merasa nyaman dekat dengan orang lain.
1, 4, 7, 10, 13, 16
6
2
Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment)
• Merasa khawatir dekat dengan orang lain. • Takut akan penolakan dalam hubungan.
2*, 5*, 8*, 11*, 14*,
17*
6
3 Gaya kelekatan menghindar (avoidance attachment)
• Tidak bisa membiarkan dirinya bengantung pada orang lain.
• Merasa gugup apabila orang lain ingin menjalin hubungan dengannya.
3*, 6*, 9*, 12*, 15*,
18*
6
Jumlah 18 Keterangan: unfavorable (*)
39
3.4. Uji Validitas Konstruk
Setiap variabel dalam penelitian ini akan dilakukan uji validitas konstruk dengan
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pengujian analisis CFA
dilakukan dengan bantuan software LISREL 8.70. Adapun logika dari CFA menurut
Umar yang dijelaskan dalam Fassa (2015) adalah sebagai berikut:
1. Hal pertama yang dilakukan adalah melihat apakah semua item mengukur satu
konstruk yang didefinisikan. Suatu model dapat dikatakan fit apabila tidak adanya
selisih atau residu data (S) dan teori (∑). ∑ adalah matriks korelasi antar item
menurut H0, sedangkan S adalah matriks korelasi antar item yang diperoleh dari
observasi. Apabila data yang diperoleh berbeda dengan teori maka suatu model
dikatakan tidak fit dengan data. Hipotesis nihil yang menjelaskan tidak ada
perbedaan antara matriks ∑ dengan matriks S diuji dengan chi-square. Hipotesis
nihil tidak ditolak apabila memiliki nilai p > 0.05 atau tidak signifikan. Artinya
model dengan satu faktor (unidimensionalitas) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yang akan diteliti.
2. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melihat setiap itemnya apakah item
tersebut valid atau tidak. Adapun kriteria item yang baik pada CFA menurut
Umar yang dijelaskan dalam Fassa (2015) sebagai berikut:
1) Suatu item dikatakan signifikan atau tidak dilihat dari nilai t. Apabila nilai t >
1.96, maka item tersebut signifikan dan sebaliknya jika t < 1.96 maka item
tersebut tidak signifikan.
40
2) Melihat nilai dari koefisien muatan faktor item. Item yang sudah diskor secara
favorable (pada skala likert 1-4), memiliki muatan yang positif. Apabila item
sudah diskor secara favorable, namun koefisien muatan faktor item bernilai
negatif maka item tersebut tidak valid.
3) Apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item
tersebut tidak baik, dan disarankan untuk di-drop. Sebab, item tersebut selain
mengukur apa hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
Pengujian analisis CFA dilakukan dengan menggunakan software LISREL
8.70. Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan pada sub bab berikut.
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Perilaku Agresif
Peneliti menguji 29 item dari perilaku agresif apakah bersifat unidimensional atau
tidak. Unidimensional artinya variabel tersebut benar-benar hanya mengukur satu
variabel saja yaitu perilaku agresif. Berdasarkan hasil uji CFA awal yang dilakukan,
ternyata model satu faktor tidak fit karena memiliki nilai Chi-Square= 1875.52, df=
377, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.140.
Setelah peneliti melakukan modifikasi sebanyak 134 kali terhadap model,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square= 278.48, df= 243, P-value= 0.05857,
RMSEA= 0.027. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0.05, artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) dapat diterima dan seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu perilaku agresif. Muatan faktor dijelaskan pada tabel 3.5 berikut:
41
Tabel 3.5
Muatan faktor item skala perilaku agresif
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM01 0.40 0.07 5.92 V ITEM02 -0.09 0.07 -1.30 X ITEM03 0.26 0.07 3.81 V ITEM04 0.59 0.06 9.10 V ITEM05 0.65 0.06 10.35 V ITEM06 0.10 0.07 1.35 X ITEM07 0.40 0.07 6.01 V ITEM08 0.53 0.07 8.01 V ITEM09 0.22 0.07 3.20 V ITEM10 0.09 0.07 1.25 X ITEM11 0.36 0.07 5.20 V ITEM12 0.55 0.06 8.62 V ITEM13 0.71 0.06 11.67 V ITEM14 0.44 0.07 6.74 V ITEM15 0.50 0.07 7.59 V ITEM16 0.56 0.06 8.66 V ITEM17 0.55 0.06 8.55 V ITEM18 0.60 0.07 9.11 V ITEM19 0.46 0.07 6.83 V ITEM20 0.39 0.07 5.91 V ITEM21 0.56 0.06 8.71 V ITEM22 0.64 0.07 9.68 V ITEM23 0.56 0.07 8.46 V ITEM24 0.74 0.06 12.23 V ITEM25 0.61 0.06 9.66 V ITEM26 0.52 0.07 7.88 V ITEM27 0.61 0.07 9.26 V ITEM28 0.29 0.07 4.35 V ITEM29 0.58 0.06 9.06 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t > 1.96); X= tidak signifikan (t < 1.96)
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item dan
menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Dari tabel 3.5 dapat
diketahui bahwa item nomor 2, 6, 10 memiliki nilai t < 1.96 artinya item tersebut
tidak signifikan dan item harus di drop. Sehingga item tersebut tidak digunakan untuk
analisis selanjutnya. Sedangkan item lainnya sudah memenuhi signifikansi karena
42
nilai t > 1.96 dan koefisien muatan faktor bernilai positif, artinya item lainnya
merupakan item valid yang mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosional
3.4.2.1. Penilaian Emosi Diri (Self Emotion Appraisal)
Peneliti menguji 5 item dari penilaian emosi diri (self emotion appraisal)
apakah bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya variabel
tersebut benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu penilaian emosi
diri (self emotion appraisal). Berdasarkan hasil uji CFA awal yang dilakukan,
ternyata model satu faktor fit karena memiliki nilai Chi-Square= 6.19, df= 5, P-
value= 0.28849, RMSEA= 0.034. Nilai Chi-Square memiliki P-value>0.05
(tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu penilaian
emosi diri (self emotion appraisal). Koefisien muatan faktor untuk pengukuran
penilaian emosi diri (self emotion appraisal) disajikan pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Penilaian Emosi Diri (Self Emotional Appraisal)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM01 0.83 0.06 13.04 V ITEM05 0.80 0.06 12.29 V ITEM09 0.62 0.07 9.00 V ITEM13 0.61 0.07 8.88 V ITEM17 0.10 0.08 1.32 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (T<1.96)
43
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.6,
nilai t pada koefisien muatan faktor bermuatan positif dan artinya seluruh
muatan faktor sudah sesuai dengan sifat item. Namun, item 17 memiliki nilai t
< 1.96 maka item tersebut tidak signifikan dan didrop atau tidak digunakan
untuk analisis selanjutnya. Adapun muatan faktor pada item nomor 1, 5, 9 dan
13 memiliki nilai signifikan karena nilai t > 1.96.
3.4.2.2. Penilaian Emosi Orang Lain (Others Emotional Appraisal)
Peneliti menguji 5 item dari penilaian emosi orang lain (others emotional
appraisal) apakah bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya
variabel tersebut benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu
penilaian emosi orang lain (others emotional appraisal). Berdasarkan hasil uji
CFA awal yang dilakukan, ternyata model satu faktor tidak fit karena
memiliki nilai Chi-Square= 14.66, df= 5, P-value= 0.01193, RMSEA= 0.097.
Kemudian peneliti melakukan satu kali modifikasi terhadap model,
maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square= 4.17, df= 4, P-value=
0.31813 dan RMSEA= 0.030. Nilai Chi-Square mengasilkan P-value>0.05
(tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu penilaian
emosi orang lain (others emotional appraisal). Koefisien muatan faktor untuk
44
pengukuran penilaian emosi orang lain (others emotional appraisal) dapat
disajikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Penilaian Emosi Orang Lain (Others Emotional Appraisal)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM02 0.68 0.07 9.91 V ITEM06 0.80 0.07 11.75 V ITEM10 0.45 0.07 6.07 V ITEM14 0.72 0.07 10.45 V ITEM18 -0.14 0.08 -1.66 X
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.7
terdapat 1 item yang memiliki nilai koefisien t<1.96 dan nilai negatif yaitu
item nomor 18. Oleh karena itu, item 18 tidak signifikan dan tidak digunakan
untuk analisis selanjutnya. Item 2, 6, 10 dan 14 memiliki nilai t>1.96 maka
item tersebut signifikan dan digunakan dalam analisis lanjutan.
3.4.2.3. Penggunaan Emosi (Use of Emotion)
Peneliti menguji 5 item dari penggunaan emosi (use of emotion) apakah
bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya variabel tersebut
benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu penggunaan emosi (use of
emotion). Berdasarkan hasil uji CFA awal yang dilakukan, ternyata model satu
45
faktor tidak fit karena memiliki nilai Chi-Square= 7.75, df= 5, P-value=
0.17043, RMSEA= 0.052.
Kemudian peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap
model, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square= 3.82, df= 4, P-
value= 0.43135 dan RMSEA= 0.000. Nilai Chi-Square mengasilkan P-
value>0.05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu penggunaan emosi (use of emotion). Koefisien muatan faktor
untuk pengukuran penggunaan emosi (use of emotion) disajikan pada tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi (Use of Emotion)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM03 0.57 0.08 7.49 V ITEM07 0.59 0.08 7.75 V ITEM11 0.59 0.08 7.85 V ITEM15 0.76 0.07 10.04 V ITEM19 0.05 0.08 0.62 X
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.8,
nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item bermuatan positif, artinya
seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Namun, item 19
memiliki nilai t<1.96 maka item tersebut tidak signifikan dan didrop atau tidak
46
digunakan dalam analisis selanjutnya. Adapun muatan faktor pada item nomor
3, 7, 11 dan 15 memiliki nilai signifikan karena nilai t>1.96.
3.4.2.4. Pengaturan Emosi (Regulation of Emotion)
Peneliti menguji 5 item dari pengaturan emosi (regulation of emotion) apakah
bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya variabel tersebut
benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu pengaturan emosi
(regulation of emotion). Berdasarkan hasil uji CFA awal yang dilakukan,
ternyata model satu faktor memperoleh nilai yang tidak fit dengan Chi-Square=
15.87, df= 5, P-value= 0.00723, RMSEA= 0.103. Peneliti melakukan
modifikasi model sebanyak 2 kali maka didapatkan nilai Chi-Square= 1.96,
df= 3, P-value= 0.58043, RMSEA= 0.000. Nilai Chi-Square mengasilkan P-
value>0.05 (tidak signifikan), artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu pengaturan emosi (regulation of emotion). Koefisien muatan
faktor dapat disajikan pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan faktor item skala pengaturan emosi (regulation of emotion)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM04 0.78 0.06 12.01 V ITEM08 0.81 0.06 12.89 V ITEM12 0.77 0.06 12.00 V ITEM16 0.57 0.07 8.00 V ITEM20 0.25 0.08 3.34 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
47
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.9
menunjukkan nilai t pada muatan faktor, bahwa seluruh item bermuatan
positif. Artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.
Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 4, 8, 12, 16 dan 20 memiliki
nilai signifikan karena memiliki nilai t>1.96.
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Gaya Kelekatan
3.4.3.1. Gaya kelekatan aman (secure attachment style)
Peneliti menguji 6 item dari gaya kelekatan aman (secure attachment style)
apakah bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya variabel
tersebut benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu gaya kelekatan
aman (secure attachment style). Berdasarkan hasil uji CFA awal yang
dilakukan, ternyata model satu faktor memperoleh nilai yang tidak fit dengan
Chi-Square= 13.74, df= 9, P-value= 0.13182, RMSEA= 0.051.
Kemudian peneliti melakukan sekali modifikasi model dan diperoleh
nilai fit dengan Chi-Square= 8.95, df= 8, P-value= 0.34661, RMSEA= 0.024.
Nilai Chi-Square mengasilkan P-value>0.05, artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu gaya kelekatan aman (secure attachment style). Koefisien
48
muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan aman (secure attachment
style) disajikan pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Muatan faktor item skala gaya kelekatan aman (secure attachment style)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM01 0.40 0.09 4.59 V ITEM04 0.46 0.09 5.36 V ITEM07 0.37 0.09 4.08 V ITEM10 0.46 0.09 5.37 V ITEM13 0.51 0.09 5.84 V ITEM16 0.59 0.09 6.71 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
Setelah model fit, peneliti melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur faktor yang hendak diukur dan menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item. Adapun muatan faktor pada seluruh item yaitu nomor 1, 4,
7, 10, 13, 16 memiliki nilai signifikan karena nilai t>1.96.
3.4.3.2. Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style)
Peneliti menguji 6 item dari gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style)
apakah bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya variabel
tersebut benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu gaya kelekatan
cemas (anxiety attachment style). Berdasarkan hasil uji CFA awal yang
dilakukan, ternyata model satu faktor memperoleh nilai yang tidak fit dengan
49
Chi-Square= 34.09, df= 9, P-value= 0.00009, RMSEA= 0.117. Setelah peneliti
melakukan modifikasi model sebanyak 2 kali maka diperoleh model fit dengan
nilai Chi-Square= 2.72, df= 6, P-value= 0.84266 dan RMSEA= 0.000. Nilai
Chi-Square mengasilkan P-value>0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style). Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan cemas (anxiety
attachment style) dapat disajikan pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan faktor item skala gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM02 0.58 0.08 7.38 V ITEM05 0.76 0.07 10.34 V ITEM08 0.58 0.07 7.80 V ITEM11 0.61 0.07 8.23 V ITEM14 0.35 0.08 4.66 V ITEM17 0.46 0.07 6.27 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.11,
nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan positif, artinya
seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun muatan
faktor pada setiap item nomor 2, 5, 8, 11, 14 dan 17 memiliki nilai signifikan
karena nilai t>1.96.
50
3.4.3.3. Gaya kelekatan menghindar (avoidant attachment style)
Peneliti menguji 6 item dari gaya kelekatan menghindar (avoidant attachment
style) apakah bersifat unidimensional atau tidak. Unidimensional artinya
variabel tersebut benar-benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu gaya
kelekatan menghindar (avoidant attachment style). Berdasarkan hasil uji CFA
awal yang dilakukan, ternyata model satu faktor memperoleh nilai yang tidak
fit dengan Chi-Square= 18.16, df= 9, P-value= 0.03333, RMSEA= 0.071.
Setelah peneliti melakukan modifikasi model maka mendapatkan nilai
Chi-Square= 8.74, df= 8, P-value=0.36481, RMSEA= 0.021. Nilai Chi-Square
mengasilkan P-value>0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur
satu faktor saja yaitu gaya kelekatan menghindar (avoidant attachment style).
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan menghindar
(avoidant attachment style) disajikan pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan faktor item skala gaya kelekatan menghindar (avoidant attachment style)
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan ITEM03 0.58 0.08 7.17 V ITEM06 0.50 0.08 5.94 V ITEM09 0.61 0.08 7.43 V ITEM12 0.51 0.08 6.10 V ITEM15 0.51 0.08 6.25 V ITEM18 0.28 0.08 3.32 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (T<1.96)
51
Setelah model fit, maka peneliti melihat signifikan atau tidaknya item
dan menentukan item manakah yang perlu di drop atau tidak. Pada tabel 3.12,
nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan positif, artinya
seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item. Adapun muatan
faktor pada setiap item nomor 3, 6, 9, 12, 15, 18 memiliki nilai signifikan
karena nilai t>1.96.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi
berganda (Multiple Regression Analysis). Teknik analisis berganda ini digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh dari independent variable (IV), yaitu penilaian
emosi diri (self emotions appraisal), penilaian emosi orang lain (other’s emotion
appraisal), penggunaan emosi (use of emotions), regulation of emotions, gaya
kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan jenis kelamin
terhadap dependent variable (DV) yaitu perilaku agresif.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory Factor
Analysis), maka item-item yang tidak sesuai didrop dan diperoleh data berupa true-
score. Data tersebut digunakan untuk analisis pada regresi berganda. Dalam
penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dan terdapat delapan independent
variable (variabel bebas) dan empat dependent variable (variabel terikat). Adapun
persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
52
Y₁ = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + b₆X₆ + b₇X₇ + b₈X₈ + e
Jika dituliskan variabelnya maka:
Y1 = perilaku agresif
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = penilaian emosi diri (self emotions appraisal)
X2 = penilaian emosi orang lain (other’s emotions appraisal)
X3 = penggunaan emosi (use of emotions)
X4 = pengaturan emosi (regulation of emotions)
X5 = gaya kelekatan aman
X6 = gaya kelekatan cemas
X7 = gaya kelekatan menghindar
X8 = jenis kelamin
e = residual (error)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara perilaku agresi sebagai dependent variable. Penilaian emosi diri (self
emotions appraisal), penilaian emosi orang lain (others emotions appraisal,
53
penggunaan emosi (use of emotions), pengaturan emosi (regulation of emotions),
gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan jenis
kelamin sebagai independent variable.
Koefisien determinasi menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians
dari masing-masing DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent variable
(IV) secara keseluruhan. Adapun nilai R² diperoleh dari rumus sebagai berikut:
R² = SSregSSy
Keterangan:
R = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan independent
variable
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (Jumlah kuadrat dari dependent variable atau Y)
Selanjutnya R² dapat diuji signifikansinya dengan uji F. adapun rumus uji F terhadap
R² adalah sebagai berikut:
𝐹 =R²/k
(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)
Keterangan:
R² = Proporsi varians
K = Banyaknya independent variable
54
N = Besarnya sampel
Apabila nilai F signifikan (p<0.05), maka seluruh independent variable (IV)
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent variable
(DV). Adapun langkah selanjutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing
independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV). Hal ini dilakukan
melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t>1.96 maka
independent variable (IV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent
variable (DV), dan apabila nilai t<1.96 maka independent variable (IV) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent variable (DV).
Rumus t-test yang digunakan adalah:
ti =
bi
Sbi
Keterangan:
bi = koefisien regresi untuk independent variable (IVi)
Sbi = standar deviasi sampling dari bi
Hasil dari uji-t (t-test) ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh
peneliti nanti. Adapun seluruh perhitungan penelitian ini akan menggunakan software
SPSS 20 for windows.
56
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 205 siswa dan siswi kelas X (sepuluh) dan XI
(sebelas) SMA X di Jakarta Timur. Pada subbab ini peneliti memberikan gambaran
mengenai banyaknya subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Subjek Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan 116 89
56.6% 43.4%
Jumlah 205 Orang 100 % Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah subjek laki-laki
lebih banyak daripada jumlah subjek perempuan. Jumlah subjek laki-laki yaitu
sebanyak 116 orang atau sebesar 56.6% dan jumlah subjek perempuan sebanyak 89
orang atau sebesar 43.4%.
Kemudian dapat diketahui bahwa responden terbanyak berasal dari kelas X
(sepuluh) IPA yaitu sebanyak 71 orang. Kelas X (sepuluh) IPS terdapat 25 orang, XI
(sebelas) IPA sebanyak 62 orang dan XI (sebelas) IPS sebanyak 47 orang.
57
4.2. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif akan memberikan gambaran data mengenai nilai minimum,
maksimum dan standar deviasi variabel serta kategorisasi rendah, sedang dan
tingginya skor variabel dalam penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif dapat
dijelaskan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Skor Minimum, Maksimum dan Standar Deviasi
Variabel N Minimum Maksimum Standar Deviasi
Perilaku Agresif 205 30.89 89.47 9.46313 Penilaian Emosi Diri 205 23.69 67.79 8.86366 Penilaian Emosi Orang Lain
205 24.64 68.47 8.65315
Penggunaan Emosi 205 21.56 66.99 8.24311 Pengaturan Emosi 205 25.92 68.72 8.88943 Aman (Secure) 205 28.43 70.47 7.64443 Cemas (Anxiety) 205 25.76 69.28 8.40807 Menghindar (Avoidance)
205 28.04 72.59 8.08063
Valid N 205
Tabel 4.3
Nilai Rata-Rata Perilaku Agresif berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Agresif Laki-laki 116 50.1592 9.30246 0.86371 Perempuan 89 49.7925 9.71759 1.03006 Total 205 50.0000 9.46313 0.66093
58
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa laki-laki memiliki nilai rata-rata
agresif yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Siswa laki-laki sebesar 50.1592
sedangkan siswa perempuan sebesar 49.7925.
4.3. Kategorisasi Skor Variabel
Data tersebut dijadikan sebagai acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam
penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw-score tetapi menggunakan true-
score dimana skalanya dipindah menggunakan rumus T-Score. Dari nilai tersebut
akan dijadikan batas peneliti untuk mengkategorisasikan masing-masing variabel
penelitian. Pedoman interpretasi skor dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Norma Rendah X < M – 1SD Sedang M - 1SD ≤ X ≤ M + 1SD Tinggi X > M + 1SD
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya pada tiap variabel disajikan pada tabel 4.5 berikut ini:
59
Tabel 4.5
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Perilaku Agresif 29 147 29 14.1% 71.7% 14.1% Penilaian Emosi Diri
26 151 28 12.7% 73.7% 13.7%
Penilaian Emosi Orang Lain
24 162 19 11.7% 79.0% 9.3%
Penggunaan Emosi
22 155 28 10.7% 75.6% 13.7%
Pengaturan Emosi 35 149 21 17.1% 72.7% 10.2% Aman (Secure) 21 174 10 10.2% 84.9% 4.9% Cemas (Anxiety) 18 171 16 8.8% 83.4% 7.8% Menghindar (Avoidance)
21 165 19 10.2% 80.5% 9.3%
Total 205 100% Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 205 jumlah subjek
penelitian, terlihat bahwa variabel perilaku agresif memiliki kategori rendah dan
tinggi masing-masing sebesar 14.1%. Kategori perilaku agresi sedang sebesar 71.7%.
Pada variabel kecerdasan emosional dimensi penilaian emosi diri berada pada
kategori rendah sebesar 12.7%, sedang sebesar 73.7% dan tinggi sebesar 13.7%. Pada
dimensi penilaian emosi orang lain, kategori rendah sebesar 11.7%, sedang sebesar
79.0% dan tinggi sebesar 9.3%. Pada dimensi penggunaan emosi, kategori rendah
sebesar 10.7%, sedang sebesar 75.6% dan tinggi sebesar 13.7%. Pada dimensi
pengaturan emosi, kategori rendah sebesar 17.1%, sedang sebesar 72.7% dan tinggi
sebesar 10.2%.
60
Pada variabel gaya kelekatan dimensi gaya kelekatan aman (secure) berada
pada kategori rendah sebesar 10.2%, sedang sebesar 84.9% dan tinggi sebesar 4.9%.
Pada dimensi gaya kelekatan cemas (anxiety), kategori rendah sebesar 8.8%, kategori
sedang sebesar 83.4% dan tinggi sebesar 7.8%. Pada dimensi gaya kelekatan
menghindar (avoidance) berada pada kategori rendah sebesar 10.2%, kategori sedang
sebesar 80.5% dan tinggi sebesar 9.3%.
4.4. Uji Hipotesis Penelitian
Pada subbab berikut ini peneliti akan menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda (Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan software SPSS Versi
20. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing independent
variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini. Dalam melakukan analisis
regresi, ada 3 hal yang dapat diketahui yaitu melihat besaran R square, mengetahui
keseluruhan independent variable yang berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable, dan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing independent variable.
Langkah pertama penulis menganalisis besaran R Square untuk mengetahui
berapa persentase (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable. Tabel R square dapat dilihat sebagai berikut:
61
Tabel 4.6
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0.383a 0.147 0.112 8.91868 a Predictors: (Constant), JK, PENGATURAN, HINDAR, AMAN, PENGGUNAAN, CEMAS, EMOSI_ORANG, EMOSI_DIRI
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisien determinasi (R Square) pada
penelitian ini adalah sebesar 0.147. Artinya, kecerdasan emosional (penilaian emosi
diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan emosi), gaya
kelekatan (gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar)
dan jenis kelamin yang diteliti menjelaskan 14.7% proporsi varian agresif. Hal ini
menunjukkan bahwa 85.3% dari bervariasinya agresif pada remaja dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Langkah kedua yaitu menganalisis pengaruh dari seluruh variabel independen
yang akan diteliti terhadap perilaku agresif. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Tabel Anova
Model
Sum of Squares
Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2677.948 8 334.743 4.208 0.000b
Residual 15590.415 196 79.543 Total 18268.362 204 a. Dependent Variable: PA b. Predictors: (Constant), JK, PENGATURAN, HINDAR, AMAN, PENGGUNAAN, CEMAS, EMOSI_ORANG, EMOSI_DIRI
62
Jika melihat kolom signifikansi nilai p<0,05, maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independen terhadap
perilaku agresif ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan pada penilaian emosi
diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan emosi, gaya
kelekatan aman (secure), gaya kelekatan cemas (anixiety), gaya kelekatan
menghindar (avoidance), dan jenis kelamin terhadap perilaku agresif remaja.
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi setiap variabel independen.
Jika nilai p<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan. Berarti bahwa variabel
independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresi. Adapun
penyajian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Tabel Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 57.032 11.003 5.183 .000 PENILAIAN EMOSI DIRI -.235 .111 -.221 -2.127 .035*
PENILAIAN EMOSI ORANG LAIN -.028 .110 -.026 -.211 .800
PENGGUNAAN EMOSI -.057 .100 -.050 -.592 .569 PENGATURAN EMOSI -.027 .102 -.025 -.359 .795 AMAN .175 .103 .141 1.694 .092 CEMAS .190 .105 .169 1.803 .073 MENGHINDAR -.143 .108 .122 -1.321 .188 JENIS KELAMIN -.528 1.274 .028 .415 .679
a. Dependent Variable: P_AGRESIF
63
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai berikut:
Agresi = 57.032 – 0.235 penilaian emosi diri – 0.028 penilaian emosi orang lain –
0.057 penggunaan emosi – 0.027 pengaturan emosi + 0. 175 aman + 0. 190 cemas –
0.143 menghindar – 0.528 jenis kelamin
Dari tabel 4.8, dapat dilihat bahwa satu variabel memiliki pengaruh secara
signifikan karena nilai sig<0.05. Sedangkan tujuh variabel lain diketahui tidak
memiliki pengaruh secara signifikan karena nilai sig>0.05. Adapun penjelasan dari
nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable
adalah sebagai berikut:
1. Variabel penilaian emosi diri
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.235 dengan taraf signifikansi 0.035
(sig<0.05). Dengan demikian H₁.1 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
dari variabel penilaian emosi diri (self emotions appraisal) terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Koefisien negatif menunjukkan bahwa
semakin tinggi penilaian emosi diri maka semakin rendah perilaku agresif remaja
di SMA X Jakarta Timur, semakin rendah penilaian emosi diri maka semakin
tinggi perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
64
2. Variabel penilaian emosi orang lain
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.028 dengan taraf signifikansi 0.800
(sig>0.05). Dengan demikian H1.2 ditolak, artinya variabel penilaian emosi orang
lain tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
3. Variabel penggunaan emosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.057 dengan taraf signifikansi 0.569
(sig>0.05). Dengan demikian H1.3 ditolak, artinya variabel penggunaan emosi
tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
4. Variabel pengaturan emosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.027 dengan taraf signifikansi 0.795
(sig>0.05). Dengan demikian H1.4 ditolak, artinya variabel pengaturan emosi
tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
5. Variabel gaya kelekatan aman
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.175 dengan taraf signifikansi 0.092
(sig>0.05). Dengan demikian H1.5 ditolak, artinya variabel gaya kelekatan aman
tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
6. Variabel gaya kelekatan cemas
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.190 dengan taraf signifikansi 0.073
(sig>0.05). Dengan demikian H1.6 ditolak, artinya variabel gaya kelekatan cemas
tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
65
7. Variabel gaya kelekatan menghindar
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.143 dengan taraf signifikansi 0.188
(sig>0.05). Dengan demikian H1.7 ditolak, artinya variabel gaya kelekatan
menghindar tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta
Timur.
8. Variabel perbedaan jenis kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.528 dengan taraf signifikansi 0.679
(sig>0.05). Dengan demikian H1.8 ditolak, artinya perbedaan jenis kelamin tidak
signifikan mempengaruhi perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
Langkah selanjutnya adalah peneliti menguji penambahan proporsi varians
dari tiap variabel independen yang dianalisis satu persatu. Tujuannya adalah melihat
penambahan proporsi varians dari tiap independent variable apakah signifikan atau
tidak. Analisis akan disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Model Summary Proporsi Varians Tiap independent variable terhadap dependent variable Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics R Square Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .174a .030 .025 9.34200 .030 6.324 1 203 .013* 2 .195b .038 .029 9.32681 .008 1.662 1 202 .199 3 .200c .040 .026 9.34095 .002 .389 1 201 .534 4 .203d .041 .022 9.35821 .001 .259 1 200 .611 5 .320e .103 .080 9.07623 .061 13.620 1 199 .000* 6 .372f .138 .112 8.91649 .036 8.194 1 198 .005* 7 .382g .146 .115 8.89993 .008 1.738 1 197 .189 8 .383h .147 .112 8.91868 .001 .172 1 196 .679
a. Predictors: (Constant), EMOSI_DIRI, EMOSI_ORANG, PENGGUNAAN, PENGATURAN, AMAN, CEMAS, HINDAR, JENIS KELAMIN
66
Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.9, peneliti dapat mengetahui
besaran sumbangan proporsi varian tiap independent variable terhadap perilaku
agresif dengan rincian sebagai berikut:
1. Variabel penilaian emosi diri memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif
sebesar 3%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F change=
6.324, df1= 1, df2= 203 dengan Sig. F Change= 0.013 (Sig. F Change < 0.05).
2. Variabel penilaian emosi orang lain memberikan sumbangan terhadap perilaku
agresif sebesar 0.8%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F change= 1.662, df1= 1, df2= 202 dengan Sig. F Change= 0.199 (Sig. F Change
> 0.05).
3. Variabel penggunaan emosi memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif
sebesar 0.2%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F
change= 0.389, df1= 1, df2= 201 dengan Sig. F Change= 0.534 (Sig. F Change>
0.05).
4. Variabel pengaturan emosi memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif
sebesar 0.1%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F
change= 0.259, df1= 1, df2= 200 dengan Sig. F Change= 0.611 (Sig. F Change>
0.05).
5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif
sebesar 6.1%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F change=
13.620, df1= 1, df2= 199 dengan Sig. F Change= 0.000 (Sig. F Change < 0.05).
67
6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan terhadap perilaku agresif
sebesar 3.6%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F change=
8.194, df1= 1, df2= 198 dengan Sig. F Change= 0.005 (Sig. F Change < 0.05).
7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan terhadap perilaku
agresif sebesar 0.8%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F change= 1.738, df1= 1, df2= 197 dengan Sig. F Change= 0.189 (Sig. F Change
> 0.05).
8. Variabel perbedaan jenis kelamin memberikan sumbangan terhadap perilaku
agresif sebesar 1%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F
change= 0.172, df1= 1, df2= 196 dengan Sig. F Change= 0.679 (Sig. F
Change>0.05).
Berdasarkan rincian tersebut bahwa dapat disimpulkan terdapat 3 (tiga) variabel
independen, yaitu penilaian emosi diri, gaya kelekatan aman dan gaya kelekatan
cemas yang signifikan sumbangannya terhadap perilaku agresif jika dilihat dari
besarnya R² yang dihasilkan.
67
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang signifikan dari kecerdasan emosional (penilaian emosi diri, penilaian emosi
orang lain, penggunaan emosi, pengaturan emosi), gaya kelekatan (gaya kelekatan
aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar) dan jenis kelamin terhadap
perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur.
Hasil uji hipotesis minor menjelaskan bahwa dari delapan variabel yaitu
penilaian emosi diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan
emosi, gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan
jenis kelamin diketahui terdapat satu variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap
perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Variabel yang signifikan
pengaruhnya terhadap perilaku agresif yaitu penilaian emosi diri. Sedangkan
variabel lainnya yaitu penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan
emosi, gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan
jenis kelamin diketahui tidak mempengaruhi perilaku agresif SMA X Jakarta Timur
secara signifikan.
68
5.2. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab 4, peneliti mencoba untuk
mamaparkan penjelasan mengenai pengaruh dari independent variable terhadap
dependent variable pada penelitian ini. Dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
ada pengaruh yang signifikan dari variabel kecerdasan emosional (penilaian emosi
diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi dan pengaturan emosi), gaya
kelekatan (gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan
menghindar) dan jenis kelamin terhadap perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta
Timur.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Liau et.al (dalam Masoumeh,
Mansor, Yaacob, Talib dan Sara, 2014) menunjukkan bahwa masalah perilaku
remaja berhubungan dengan kurangnya kecerdasan emosional. Analisis statistik
menunjukkan kurangnya kecerdasan emosi mengarah ke tingkat masalah perilaku
yang lebih tinggi seperti agresi dan depresi. Masum dan Khan (2014) juga
berpendapat bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dan agresi. Johnston
(dalam Shahzad, Begum dan Khan, 2013) menjelaskan bahwa ada hubungan negatif
yang signifikan antara kecerdasan emosi dan agresi. Para peneliti telah menemukan
bahwa para pelajar yang memiliki kecenderungan perilaku agresif yang rendah
mengaku bahwa ia memiliki kemampuan yang besar untuk membedakan emosi
mereka, mampu memperbaiki emosi negatif dan memiliki nilai tinggi pada kesehatan
mental (Shahzad et.al., 2013).
69
Kecerdasan emosional berpengaruh pada kualitas interaksi manusia. Individu
yang memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi lebih mungkin untuk
mencapai kesuksesan karena individu tersebut tahu bagaimana mengidentifikasi,
mengelola, mengintegrasikan ke dalam pemikiran dan mengerti emosi (Mayer dan
Salovey; dalam Masoumeh et.al., 2014). Oleh karena itu, individu juga terhindar dari
perilaku yang tidak diinginkan seperti perilaku agresif.
Variabel penilaian emosi diri berpengaruh secara negatif terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Artinya semakin tinggi penilaian emosi
diri maka semakin rendah perilaku agresif pada remaja di SMA X Jakarta Timur.
Semakin rendah penilaian emosi diri maka semakin tinggi perilaku agresif remaja
di SMA X Jakarta Timur. Hal ini sejalan dengan penelitian Jaleel dan Verghis
(2017), menurutnya individu yang mampu mengenal emosi dirinya sendiri akan
bersikap ramah, tangguh dan optimis. Sebaliknya, apabila individu tidak mampu
mengenal emosinya sendiri maka individu tersebut akan melakukan agresi atau
merasa terisolasi.
Variabel penilaian emosi orang lain tidak signifikan mempengaruhi perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk
mengetahui bagaimana emosi yang dimiliki oleh orang lain. Tujuannya adalah
membatasi diri sendiri dalam berperilaku, individu mampu memahami perasaan
orang lain dan mampu memprediksi respon perasaan dari individu lain. Individu
akan mengetahui apakah individu lain tersebut sedang dalam emosi marah, bahagia,
70
sedih atau kecewa. Hal ini berguna untuk menghindari perilaku negatif kepada orang
lain seperti agresif. Variabel penggunaan emosi tidak signifikan mempengaruhi
perilaku agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Masum dan Khan (2014)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa agresi didorong oleh emosi dan dapat
menyebabkan kerusakan yang besar. Penggunaan emosi (use of emotion) tersebut
akan membuat agresi terkendali. Artinya, dengan penggunaan kecerdasan emosi
individu akan mampu mengendalikan agresinya.
Variabel pengaturan emosi tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif
remaja di SMA X Jakarta Timur. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kaya, Hazar, Beyleroglu, Sari dan Yilmaz (2017) yang
mengungkapkan bahwa pengaturan emosi secara negatif signifikan mempengaruhi
agresi pada sampel penelitiannya. Mavroveli et.al., (dalam Masoumeh et.al., 2014)
juga mendukung temuan Kaya et.al. (2017), menurutnya remaja yang menganggap
diri mereka mampu mengatur emosinya sendiri cenderung memiliki depresi,
tingkat perilaku antisosial dan kenakalan yang lebih rendah.
Kemudian selain kecerdasan emosional, variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah variabel gaya kelekatan. Berdasarkan hasil koefisien regresi
dapat diketahui bahwa gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas dan gaya
kelekatan menghindar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Gaya kelekatan aman merupakan variabel
dari gaya kelekatan yang tidak signifikan mempengaruhi perilaku agresif pada remaja
71
di SMA X Jakarta Timur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Talebi dan Verma (2006) yang menyatakan bahwa kelekatan aman memiliki korelasi
yang signifikan dengan agresi pada sampel laki-laki dan perempuan di Iran dan India.
Mikulincer dan Orbach (dalam Diamond dan Hicks, 2005) berpendapat bahwa
individu yang memiliki kelekatan aman diketahui lebih banyak memiliki emosi yang
positif dan intens sedangkan individu yang lekat secara tidak aman memiliki emosi
negatif yang berkelanjutan.
Variabel gaya kelekatan cemas tidak signifikan mempengaruhi perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Obsuth (2009) yang mengungkapkan bahwa gaya kelekatan
cemas secara signifikan berhubungan dengan agresi. Mikulincer (dalam Diamond dan
Hicks, 2005) memiliki pendapat bahwa Individu yang memiliki gaya kelekatan cemas
yang tinggi cenderung untuk memaksilkan pengalaman dari pengaruh negatif dan
menjadi waspada terhadap isyarat ancaman.
Variabel gaya kelekatan menghindar tidak signifikan mempengaruhi perilaku
agresif remaja di SMA X Jakarta Timur. Hal ini sejalan dengan penelian yang
dilakukan Obsuth (2009) bahwa gaya kelekatan menghindar tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan agresi pada sampel penelitiannya. Diamond dan
Hicks (2005) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kelekatan menghindar yang
tinggi cenderung untuk meminimalkan pengalaman dari pengaruh negatif dan
mengarahkan segala perhatian kepada isyarat ancaman.
72
Kemudian berdasarkan hasil koefisien regresi dapat diketahui bahwa
perbedaan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku agresif remaja
di SMA X Jakarta Timur. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Merdekasari
dan Chaer (2017) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan tingkat perilaku agresi
siswa laki-laki dan perilaku agresi siswa perempuan dengan taraf signifikansi 0.018.
Hipotesis penelitian yang dilakukan oleh Masum dan Khan (2014) menjelaskan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara agresi pada pelajar laki-laki dan
perempuan. Namun apabila dilihat pada tiap dimensinya, hasil penelitian
menunjukkan perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan terjadi pada dimensi agresi fisik, agresi verbal dan kemarahan. Sedangkan
permusuhan diketahui tidak signifikan pengaruhnya.
Penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, pengaturan emosi, gaya
kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar dan jenis kelamin
diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif remaja di
SMA X Jakarta Timur. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna dan
masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada penelitian ini kemungkinan dapat
dijadikan alasan tidak signifikannya hasil penelitian. Pengambilan data dilakukan
ketika pekan remedial, beberapa siswa/siswi melakukan tugas yang diberikan oleh
guru dan siswa/siswi lain tidak melakukan kegiatan apapun.
Berdasarkan pengalaman peneliti, waktu pengambilan data tersebut dianggap
kurang tepat. Siswa/siswi merasa terganggu sehingga lembar skala penelitian tidak
73
diisi dengan lengkap dan benar. Dibuktikan dengan sebanyak 5 subjek yang mengisi
lembar skala penelitian secara tidak lengkap dan sekitar 19 subjek tidak
mengembalikan lembar skala penelitian. Sehingga lembar skala penelitian tersebut
tidak digunakan dalam penelitian. Peneliti juga berasumsi bahwa tidak signifikannya
hasil penelitian disebabkan oleh tempat yang kurang kondusif.
5.3. Saran
Berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut, peneliti masih memiliki kekurangan
dalam melakukan penelitian. Maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya baik berupa saran
teoritis dan saran praktis.
5.3.1. Saran teoritis
1) Dalam penelitian lain banyak variabel yang terkait erat dengan perilaku
agresif. Namun, penelitian ini hanya menggunakan independent variable (IV)
kecerdasan emosional, gaya kelekatan dan jenis kelamin. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan dapat menggunakan faktor-faktor lain yang dapat
dijadikan sebagai independent variable untuk melihat pengaruhnya terhadap
perilaku agresif remaja, terutama kaitannya dengan keluarga seperti
komunikasi antara orang dan pola asuh orang tua. Variabel konformitas juga
dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
74
2) Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih sampel yang memang
sedang tidak melakukan kegiatan belajar atau kegiatan lainnya, karena
kemungkinan hal tersebut mengakibatkan sampel mengisi kuesioner dengan
terburu-buru dan mengisi dengan tidak lengkap dan benar.
5.3.2. Saran praktis
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian emosi diri diketahui memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif di SMA X Jakarta Timur.
Penulis menyarankan kepada orang tua untuk mengajarkan anak bagaimana
menilai, mengerti dan memahami emosinya sejak dini. Tujuannya adalah agar
anak mampu mengendalikan dirinya ketika remaja serta mampu menghadapi
lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah yang lebih luas.
2) Berdasarkan informasi yang diperoleh, penulis juga menganjurkan remaja
atau siswa-siswi untuk mengikuti kegiatan olahraga ekstrakulikuler di
sekolah. Tujuannya adalah agar remaja atau siswa/siswi lebih mampu untuk
mengembangkan kemandiriannya, mampu memilih mana yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan dan mampu mengendalikan emosinya.
Seperti yang telah dijelaskan dalam jurnal “Effects of physical education,
extracurricular sports activities, and leisure satisfaction on adolescent
aggressive behavior: A latent growth modeling approach” bahwa kegiatan
ekstrakulikuler memberikan kesempatan kepada siswa/siswi untuk
mengendalikan perilaku agresif mereka.
75
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, Z. (2012). The effect of parenting style of parents on the attachment styles of undergraduate students, 12, 555-566.
Amani, R. (2016). Mother-infant attachment styles as a predictor of aggression. Journal of Midwifery and Reproductive Health, 4 (1), 506-512.
Anderson, C. A., & Bushman, B. J. (2002). Human aggression. Annual Rev. Psychologyl, 53, 27-51.
Avdic, D., & Büyükdurmus, T. (2015). Communication problems? The role of parent-child communication for the subsequent health behavior of adolescents. Ruhr Economic Papers, 3-34.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Buss, A. H., & Perry, M. (1992). The Aggression Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63 (3), 452-459.
Collins, N. L., Ford, M. B., Guichard, A. C., & Allard, L. M. (2006). Working models of attachment and attribution processes in intimate relationships. Personality and Social Psychology Bulletin, 32 (2), 201-219.
Cruz, D. l., Linares, G., & Arias, C. (2014). Relationship between parenting styles and aggressiveness in Adolescents. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 12 (1), 147-169.
Das, P. P., & Tripathy, S. (2015). Role of emotional intelligence on aggression: A comparison between adolescent boys and girls. Psychology and Behavioral Sciences, 4 (1), 29-35.
Diamond, L. M., & Hicks, A. M. (2005). Attachment style, current relationship security, and negative emotions: The mediating role of physiological regulation. Journal of Social and Personal Relationships, 22 (4), 499-518.
Estévez, E., Povedano, A., I.Jiménez, T., & Musitu, G. (2012). Aggression in Adolenscence: A Gender Perspective. Psychology of Aggression, 37-57.
Fassa, A. A. (2015). Uji validitas konstruk work-family conflict. Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 339-352.
76
Fernández, A. M., & Dufey, M. (2015). Adaptation of Collins’ revised adult attachment dimensional scale to the Chilean context. Psychology/Psicologia Refl exão e Crítica, 28 (2), 242-252.
Gallagher, J. M., & Ashford, J. B. (2016). Buss-Perry Aggression Questionnaire: testing alternative measurement models with assaultive misdemeanor offenders. International Association for Correctional and Forensic Psychology, 43 (11), 1639–1652.
Jaleel, S., & Verghis, A. M. (2017). Comparison between emotional intelligence and aggression among student teachers at secondary level. Universal Journal of Educational Research, 5 (1), 137-140.
Kaya, H. B., Hazar, M., Beyleroglu, M., Sari, I., & Yilmaz, A. (2017). Relationship between emotional intelligence and aggression on Boxer. Future Human Image, 8, 55-60.
Lani, James. (2010). Adult Attachment Scale (AAS). Statistics Solutions. http://www.statisticssolutions.com
Lone, B. A. (2017). A gender study on agression and emotional intelligence in Kashmir. International Research Journal Of Multidisciplinary Studies, 3 (12), 1-6.
Masoumeh, H., Mansor, M. B., Yaacob, S. N., Talib, M. A., & Sara, G. (2014). Emotional intelligence and aggression among adolescents in Tehran, Iran. Life Science Journal, 11 (5), 506-511.
Masum, R., & Khan, I. (2014). Examining the relationship between Emotional Intelligence and Aggression among Undergraduate Students of Karachi. Educational Research International, 3 (3), 36-41.
Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). Emotional Development And Emotional Intelligence: Educational Implications. New York: A Devision Harper Collins Publishers.
Merdekasari, A., & Chaer, M. T. (2017). Perbedaan perilaku agresi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMPN 1 Kasreman Ngawi. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 3 (1), 53-60.
Moitra, T., & Mukherjee, I. (2009). Parent – adolescent communication and delinquency: A comparative study in Kolkata, India. Europe’s Journal of Psychology, 8 (1), 74-94.
Myers, D. G. (2014). Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.
77
Obsuth, I. (2009). The role of attachment and affect regulation in aggressive behavior: concurrent and prospective effects among at-risk adolescents.
Ooi, Y. P., Ang, R. P., Fung, D. S., Wong, G., & Cai, Y. (2016). The impact of parent–child attachment on aggression, social stress and self-esteem. School Psychology International. 27 (5), 552-566.
Park, S., Chiu, W., & Won, D. (2017). Effects of physical education, extracurricular sports activities, and leisure satisfaction on adolescent aggressive behavior: A latent growth modeling approach. PLoS ONE, 12 (4), 1-13.
Reyna, C., Ivacevich, M. G., Sanchez, A., & Brussino, S. (2011). The Buss-Perry Aggression Questionnaire: Construct validity and gender invariance among Argentinean adolescents. International Journal of Psychological Research, 4 (2), 30-37.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. (W. Chandra, Ed., & A. C. Juda Damanik, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1985). Psikologi Sosial Edisi Kelima, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Shaheen, F., & Jahan, M. (2014). Role of self esteem in development of aggressive behavior among adolescents. International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR), 3 (4), 54-57.
Shahzad, S., Begum, N., & Khan, A. (2013). Understanding emotions in adolescents: Linkage of trait emotional intelligence with aggression. Asian Journal Of Social Sciences and Humanities, 2 (3), 386-394.
Schick, A., & Cierpka, M. (2016). Risk factors and prevention of aggressive behavior in children and adolenscents. Journal for educational research online 8, 90-109.
Sulaiman, W. S., & Noor, M. Z. (2015). Examining the psychometric properties of The Wong And Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS). journal of Social Sciences and Humanities, 61-90.
T. Hakan Yöney, M. (2001). Emotional Intelligence. Marmara Medical Journal, 14, 47-52.
Talebi, B. Z., & Verma, P. (2006). Aggression and attachment security. Iran J Psychiatry, 72-77.
78
Tasic, D., Budjanovac, A., & Mejovsek, M. (1997). Parent-child communication in behaviorally disordered and normal adolescents. Psicothema, 9 (3), 547-554.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta: Prenada Media.
Wong, C.-S., Wong, P.-M., & Law, K. S. Evidence on the practical utility of Wong’s Emotional Intelligence Scale in Chinese Societies. 1-27.
Web Internet:
Edi, P. (2017). Banyak Kekerasan Pelajar Akibat Peran Keluarga Semakin Sedikit. Merdeka.com.
Hartik, A. (2016). 84 Persen Siswa Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah. Malang: Kompas.com.
Mohammad, M. (2017). Sosok Pelajar di Balik Penyerangan Pos Pemuda Pancasila Sukabumi. Sukabumi: Liputan 6.
79
LAMPIRAN 1
80
LAMPIRAN 2
81
LAMPIRAN 3
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Selamat pagi/siang/sore,
Salam sejahtera saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan berkah serta
perlindungan dari Allah Ta’ala sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Perkenalkan saya Berliana Nurjannah mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang
melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Saya
memohon kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan data acuan untuk penelitian yang sedang saya jalani.
Dalam menjawab kuisioner ini tidak ada jawaban benar ataupun salah.
Oleh karena itu, saudara/i bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan
kondisi diri saudara/i.
Saya sangat mengharapkan kerjasama saudara/i untuk mengisi seluruh bagian
dari kuesioner ini secara lengkap. Sesuai dengan kode etik penelitian, semua jawaban
yang saudara/i berikan DIJAMIN KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kerjasamanya, peneliti ucapkan
terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Peneliti
Berliana Nurjannah
82
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : L / P
Usia :
Bersedia mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan.
TTD
(Nama/Inisial)
II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Bacalah sejumlah pernyataan dibawah ini dengan teliti.
2. Anda dimohon untuk memberikan penilaian mengenai pernyataan dibawah ini.
3. Anda diminta untuk memilih salah satu pada setiap pernyataan dengan
memberikan tanda checklist (√).
4. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menggambarkan diri anda.
Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Sesuai
TS = Tidak Setuju / Tidak Sesuai
S = Setuju / Sesuai
SS = Sangat Setuju / Sangat Sesuai
5. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
83
Skala 1
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya tidak bisa menahan diri saya untuk
menyerang orang lain.
2 Saya akan mengatakan secara jujur jika
saya tidak setuju.
3 Saya mudah marah dan cepat
mengatasinya.
4 Saya merasa iri dengan orang lain.
5 Saya akan memukul teman saya jika saya
di hasut.
6 Jika saya tidak setuju, saya akan
mengatakannya.
7 Saya akan menunjukkan ketika saya
frustasi.
8 Saya merasa tidak puas dengan hidup
saya.
9 Saya akan memukul orang yang memukul
saya.
10 Jika saya terganggu, saya akan
mengatakannya.
11 Saya merasa meledak-ledak ketika marah.
12 Orang lain selalu terlihat bermusuhan.
13 Saya lebih sering berkelahi dibandingkan
teman-teman saya yang lain.
14 Saya tidak dapat berdebat ketika orang
lain tidak setuju dengan saya.
84
NO PERNYATAAN STS TS S SS
15 Saya adalah orang yang mudah marah.
16 Saya berpikir mengapa kehidupan saya
tidak beruntung.
17 Saya akan melakukan kekerasan untuk
mempertahankan prinsip saya.
18 Menurut teman saya, saya orang yang
banyak alasan.
19 Teman saya menganggap saya orang yang
pemarah.
20 Saya merasa orang-orang membicarakan
saya dibelakang saya.
21 Orang-orang yang menekan saya akan
berujung pada perkelahian.
22 Saya marah tanpa alasan yang jelas.
23 Saya curiga ketika orang yang baru saya
kenal bersikap ramah.
24 Saya tidak memikirkan alasan saya
memukul orang lain.
25 Saya memiliki masalah dalam
mengendalikan rasa marah saya.
26 Saya merasa orang-orang mentertawakan
saya dibelakang saya.
27 Saya mengancam orang yang saya kenal.
85
NO PERNYATAAN STS TS S SS
28 Ketika orang berbuat baik, saya tahu apa
yang mereka inginkan.
29 Saya merusak apapun ketika saya sangat
marah.
Skala 2
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya tahu apa yang menyebabkan saya
marah.
2 Saya tahu perasaan teman-teman dari
perilakunya.
3 Saya memiliki tujuan dan berusaha untuk
mencapainya.
4 Saya mampu mengendalikan rasa marah
saya dan mengatasi kesulitan dengan
alasan yang masuk akal.
5 Saya memahami dengan baik kenapa saya
marah.
6 Saya bisa mengamati perasaan orang lain
dengan baik.
7 Saya adalah orang yang memiliki
kemampuan.
8 Saya mampu mengendalikan emosi saya
sendiri.
9 Saya benar-benar paham apa yang saya
rasakan.
86
NO PERNYATAAN STS TS S SS
10 Saya adalah orang yang mengerti ketika
orang lain marah.
11 Saya adalah orang yang memotivasi diri
sendiri.
12 Saya cepat mengatasi perasaan saya
ketika sangat marah.
13 Saya tahu apakah saya merasa bahagia
atau tidak.
14 Saya memahami dengan baik perasaan
orang lain disekitar saya.
15 Saya menyemangati diri saya sendiri agar
menjadi yang terbaik.
16 Saya memiliki pengendalian emosi yang
baik.
17 Saya tidak tahu apa yang menyebabkan
saya marah.
18 Saya tidak mampu memahami perasaan
orang lain disekitar saya dengan baik.
19 Saya bukan orang yang memiliki
kemampuan.
20 Saya tidak memiliki pengendalian emosi
yang baik.
Skala 3
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya nyaman bergantung pada orang lain.
87
NO PERNYATAAN STS TS S SS
2 Saya tidak yakin bahwa saya bisa
bergantung pada orang lain ketika saya
butuh.
3 Saya tidak bergantung pada orang lain
apabila saya dimusuhi.
4 Saya tahu orang lain akan datang ketika
saya butuh.
5 Saya khawatir orang lain tidak benar-
benar menyukai saya.
6 Tidak pernah ada orang lain ketika saya
butuh.
7 Saya tidak khawatir jika dimusuhi.
8 Saya tahu bahwa orang lain tidak suka
dekat seperti apa yang saya inginkan.
9 Saya sulit percaya pada orang lain
sepenuhnya.
10 Saya mudah berhubungan dekat dengan
orang lain.
11 Saya khawatir orang lain tidak mau
berhubungan dekat dengan saya.
12 Saya tidak nyaman dekat dengan orang
lain.
13 Saya tidak khawatir apabila orang lain
mendekati saya.
14 Saya ingin berhubungan dekat dengan
orang lain.
88
NO PERNYATAAN STS TS S SS
15 Saya merasa gugup ketika orang lain
mendekati saya.
16 Saya merasa nyaman jika orang lain
bergantung pada saya.
17 Saya ingin dekat dengan orang lain tapi
terkadang saya membuat orang tersebut
takut.
18 Orang lain ingin saya lebih dekat
dengannya dan merasa nyaman.
89
LAMPIRAN 4
DIAGRAM ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK
1. PERILAKU AGRESIF
90
2. PENILAIAN EMOSI DIRI
3. PENILAIAN EMOSI ORANG LAIN
91
4. PENGGUNAAN EMOSI
5. PENGATURAN EMOSI
92
6. GAYA KELEKATAN AMAN
7. GAYA KELEKATAN CEMAS
93
8. GAYA KELEKATAN MENGHINDAR
94
LAMPIRAN 5
OUTPUT UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN
1. OUTPUT CFA AGRESI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERILAKU AGRESI DA NI=29 NO=205 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 PM SY FI=AGRESIF.COR MO NX=29 NK=1 LX=FR PH=ST AD=OFF TD=SY LK AGRESIF FR TD 26 20 TD 6 2 TD 27 10 TD 20 19 TD 16 8 TD 26 13 TD 27 20 TD 24 5 TD 9 5 TD 8 4 TD 20 16 TD 20 1 TD 19 15 TD 10 3 TD 18 16 TD 10 9 TD 3 2 TD 22 21 TD 27 9 TD 6 3 TD 7 4 TD 8 7 TD 21 15 TD 27 14 TD 14 1 TD 27 23 TD 10 8 TD 20 10 TD 20 9 TD 24 22 TD 6 4 TD 4 2 TD 25 4 TD 24 4 TD 17 4 TD 29 4 TD 23 1 TD 23 2 TD 5 1 TD 24 14 TD 24 11 TD 24 7 TD 28 24 TD 2 1 TD 25 3 TD 12 11 TD 26 19 TD 18 9 TD 21 9 TD 15 4 TD 22 13 TD 16 4 TD 27 7 TD 26 22 TD 13 3 TD 28 19 TD 29 9 TD 27 12 TD 11 9 TD 11 10 TD 27 11 TD 29 26 TD 29 20 TD 11 8 TD 16 12 TD 28 10 TD 28 7 TD 15 5 TD 5 3 TD 3 1 TD 6 1 TD 22 5 TD 26 5 TD 26 24 TD 22 9 TD 23 13 TD 23 11 TD 21 8 TD 13 10 TD 26 8 TD 19 8 TD 22 18 TD 21 18 TD 21 16 TD 21 6 TD 21 14 TD 25 6 TD 15 6 TD 9 3 TD 17 9 TD 24 12 TD 25 9 TD 27 21 TD 21 19 TD 26 10 TD 24 20 TD 15 14 TD 20 4 TD 27 13 TD 29 27 TD 15 3 TD 19 5 TD 20 5 TD 20 15 TD 7 6 TD 8 2 TD 28 2 TD 28 1 TD 19 6 TD 27 25 TD 25 15 TD 15 9 TD 18 17 TD 12 4 TD 13 6 TD 28 4 TD 17 12 TD 27 22 TD 27 16 TD 22 10 TD 26 23 TD 23 18 FR TD 26 18 TD 29 10 TD 27 12 TD 27 17 TD 20 8 TD 19 2 TD 15 1 TD 18 4 TD 28 6 TD 24 17 TD 29 6 TD 29 2 TD 28 22 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 243 Minimum Fit Function Chi-Square = 305.93 (P = 0.0038)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 278.48 (P = 0.059) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 35.48
95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 80.87)
Minimum Fit Function Value = 1.50 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.40)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.027 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.040)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 1.00
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.25 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.07 ; 3.47)
ECVI for Saturated Model = 4.26 ECVI for Independence Model = 31.99
Chi-Square for Independence Model with 406 Degrees of Freedom = 6468.89
Independence AIC = 6526.89 Model AIC = 662.48
Saturated AIC = 870.00 Independence CAIC = 6652.25
Model CAIC = 1492.49 Saturated CAIC = 2750.51
Normed Fit Index (NFI) = 0.95
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.57
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.92
Critical N (CN) = 199.18
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066 Standardized RMR = 0.066
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.85 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51
2. OUTPUT CFA PENILAIAN EMOSI DIRI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENILAIAN EMOSI DIRI DA NI=5 NO=205 MA=PM
96
LA ITEM1 ITEM5 ITEM9 ITEM13 ITEM17 PM SY FI=EMOSIDIRI.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EMOSIDIRI FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 5
Minimum Fit Function Chi-Square = 5.97 (P = 0.31) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 6.19 (P = 0.29)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1.19 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 11.81)
Minimum Fit Function Value = 0.029
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0058 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.058)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.034 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.11)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.55
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.13 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.18)
ECVI for Saturated Model = 0.15 ECVI for Independence Model = 1.67
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 330.81
Independence AIC = 340.81 Model AIC = 26.19
Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 362.42
Model CAIC = 69.42 Saturated CAIC = 94.85
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.49
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
97
Relative Fit Index (RFI) = 0.96
Critical N (CN) = 516.63
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.029 Standardized RMR = 0.029
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33
3. OUTPUT CFA PENILAIAN EMOSI ORANG LAIN
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENILAIAN EMOSI ORANG LAIN DA NI=5 NO=205 MA=PM LA ITEM2 ITEM6 ITEM10 ITEM14 ITEM18 PM SY FI=EMOSIORANG.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EMOSIORG FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 2 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 4 Minimum Fit Function Chi-Square = 4.94 (P = 0.29)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 4.71 (P = 0.32) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.71
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 10.49)
Minimum Fit Function Value = 0.024 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0035 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.051)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.030 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.11)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.55
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.13
98
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.13 ; 0.18) ECVI for Saturated Model = 0.15
ECVI for Independence Model = 1.29
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 252.55 Independence AIC = 262.55
Model AIC = 26.71 Saturated AIC = 30.00
Independence CAIC = 284.16 Model CAIC = 74.27
Saturated CAIC = 94.85
Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.39 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.95
Critical N (CN) = 549.62
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.027 Standardized RMR = 0.027
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.26
4. OUTPUT CFA PENGGUNAAN EMOSI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGGUNAAN EMOSI DA NI=5 NO=205 MA=PM LA ITEM3 ITEM7 ITEM11 ITEM15 ITEM19 PM SY FI=PENGGUNAAN.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK USE.EMO FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 1 PD OU SS TV MI
99
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 4
Minimum Fit Function Chi-Square = 3.78 (P = 0.44) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 3.82 (P = 0.43)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 8.75)
Minimum Fit Function Value = 0.019
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.043)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.66
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.13 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.13 ; 0.17)
ECVI for Saturated Model = 0.15 ECVI for Independence Model = 1.02
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 198.81
Independence AIC = 208.81 Model AIC = 25.82
Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 230.43
Model CAIC = 73.37 Saturated CAIC = 94.85
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.39
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.95
Critical N (CN) = 716.64
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.027 Standardized RMR = 0.027
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97
100
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.26
5. OUTPUT CFA PENGATURAN EMOSI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGATURAN EMOSI DA NI=5 NO=205 MA=PM LA ITEM4 ITEM8 ITEM12 ITEM16 ITEM20 PM SY FI=PENGATURANEMOSI.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK REG.EMO FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 5 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 1.99 (P = 0.57)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.96 (P = 0.58) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 6.17)
Minimum Fit Function Value = 0.0098 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.030) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.75
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.13 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.13 ; 0.16)
ECVI for Saturated Model = 0.15 ECVI for Independence Model = 1.80
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 357.54
Independence AIC = 367.54 Model AIC = 25.96
Saturated AIC = 30.00 Independence CAIC = 389.16
101
Model CAIC = 77.84 Saturated CAIC = 94.85
Normed Fit Index (NFI) = 0.99
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.30
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.98
Critical N (CN) = 1163.23
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.014 Standardized RMR = 0.014
Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
6. OUTPUT CFA GAYA KELEKATAN AMAN
UJI VALIDITAS KONSTRUK AMAN (SECURE) DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM1 ITEM4 ITEM7 ITEM10 ITEM13 ITEM16 PM SY FI=AMAN.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK AMAN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 5 3 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 8 Minimum Fit Function Chi-Square = 8.83 (P = 0.36)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 8.95 (P = 0.35) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.59)
102
Minimum Fit Function Value = 0.043
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0047 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.062)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.024 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.088)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.67
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.17 ; 0.23)
ECVI for Saturated Model = 0.21 ECVI for Independence Model = 0.90
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 171.04
Independence AIC = 183.04 Model AIC = 34.95
Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 208.98
Model CAIC = 91.15 Saturated CAIC = 132.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.95
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.51
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.90
Critical N (CN) = 465.17
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.034 Standardized RMR = 0.034
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.38
7. OUTPUT CFA GAYA KELEKATAN CEMAS
UJI VALIDITAS KONSTRUK CEMAS (ANXIETY) DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM2 ITEM5 ITEM8 ITEM11 ITEM14 ITEM17
103
PM SY FI=CEMAS.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK CEMAS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 5 TD 4 3 TD 2 1 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 6 Minimum Fit Function Chi-Square = 2.74 (P = 0.84)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 2.72 (P = 0.84) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 3.28)
Minimum Fit Function Value = 0.013 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.016) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.052)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.95
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.18 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.18 ; 0.19)
ECVI for Saturated Model = 0.21 ECVI for Independence Model = 1.43
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 279.14
Independence AIC = 291.14 Model AIC = 32.72
Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 317.08
Model CAIC = 97.57 Saturated CAIC = 132.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.99
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.03 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.40
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.01
Relative Fit Index (RFI) = 0.98
104
Critical N (CN) = 1251.59
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.020 Standardized RMR = 0.020
Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.28
8. OUTPUT CFA GAYA KELEKATAN MENGHINDAR
UJI VALIDITAS KONSTRUK MENGHINDAR (AVOIDANCE) DA NI=6 NO=205 MA=PM LA ITEM3 ITEM6 ITEM9 ITEM12 ITEM15 ITEM18 PM SY FI=HINDAR.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HINDAR FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 4 2 PD OU SS TV MI
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 8 Minimum Fit Function Chi-Square = 8.60 (P = 0.38)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 8.74 (P = 0.36) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.74
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.24)
Minimum Fit Function Value = 0.042 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0036 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.060)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.021 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.69
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.17 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.17 ; 0.23)
105
ECVI for Saturated Model = 0.21 ECVI for Independence Model = 1.21
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 234.11
Independence AIC = 246.11 Model AIC = 34.74
Saturated AIC = 42.00 Independence CAIC = 272.05
Model CAIC = 90.94 Saturated CAIC = 132.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.51
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 477.74
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036 Standardized RMR = 0.036
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.38