-
1
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEHADIRAN MULTINATIONAL COMPANIES
(MNC) TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
PERUSAHAAN LOKAL DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
INDONESIA PERIODE 2004-2008
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
DWI INDAHAYU
0906490576
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
DEPOK
JUNI 2013
-
2
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deindustrialisasi dapat digambarkan secara garis besar sebagai penurunan
kinerja sektor industri manufaktur dalam perekonomian dari sebuah negara.
Terdapat beberapa indikator dari deindustrialiasasi, dimana dua diantaranya
adalah pertama, perlambatan pertumbuhan industri manufaktur dalam struktur
PDB negara dan kedua adalah perlambatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
di dalam industri manufaktur (Pieper, 1999). Mengacu pada dua indikator utama
ini, Mansur (2008) mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang mengalami deindustrialisasi, dimana gejala ini semakin jelas terlihat pasca
krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia pada tahun 1997.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Nilai Tambah Industri Manufaktur Indonesia
Sumber: Bank Dunia, diolah
Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa tercatat sejak tahun 1988,
pertumbuhan industri manufaktur Indonesia semakin melambat dimana apabila
pada tahun 1988, industri manufaktur tumbuh di tingkat 12% sedangkan pada
tahun 2004, industri manufaktur hanya tumbuh dengan tingkat 6,32% Salah satu
fenomena yang menyebabkan shock pada sektor industri manufaktur Indonesia
adalah krisis ekonomi yang melanda selama periode 1997-1998.
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
-
3
Universitas Indonesia
Gambar 1.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Manufaktur Indonesia (%)
Sumber: Bank Dunia, diolah
Gambar di atas membuktikan indikator lain dari gejala deindustrialisasi,
yaitu penurunan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri
manufaktur. Apabila periode dalam perekonomian Indonesia dibagi menjadi pra-
krisis yaitu sebelum tahun 1997 dan pasca-krisis, yang dimulai dari tahun 1998,
maka terlihat bahwa dalam periode pra-krisis, penyerapan tenaga kerja di sektor
industri manufaktur mengalami pertumbuhan sebesar rata-rata 7,2% per tahun
sementara dalam periode pasca-krisis penyerapan tenaga kerja hanya tumbuh
sebesar rata-rata 3,42% per tahun.
Memburuknya kinerja industri manufaktur Indonesia berimbas pada
penurunan daya saing Indonesia sebagaimana dibuktikan oleh peringkat yang
dicapai Indonesia dalam Global Competitiveness Index (GCI). Apabila
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya seperti Malaysia,
Singapura, Thailand dan Vietnam, Indonesia mempunyai peringkat yang kian
menurun sepanjang tahun 2000-2003. Apabila pada tahun 2000 Indonesia masih
menempati posisi ke-43, pada tahun-tahun setelahnya, posisi Indonesia semakin
terpuruk karena pada tahun 2003, Indonesia menjadi menempati posisi ke-72 atau
turun 29 peringkat dari posisi yang diraih di tahun 2000. Dibandingkan dengan
negara lainnya, penurunan daya saing Indonesia sangat signifikan karena negara
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
-
4
Universitas Indonesia
lainnya kecuali Filipina, hanya mencapai penurunan maksimum dibawah 10
peringkat.
Gambar 1.3 Peringkat Global Competitiveness Index
Beberapa Negara ASEAN
Sumber: Global Competitivess Report, diolah
Mengacu pada tolok ukur WEF (World Economic Forum), terindentifikasi
lima hal yang menyebabkan penurunan daya saing Indonesia dimana tiga hal
diakibatkan oleh kondisi makroekonomi diantaranya lemahnya kondisi
makroekonomi Indonesia, buruknya kualitas kelembagaan publik dalam
menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan serta lemahnya
pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan
produktivitas industri.
Satu faktor yang perlu mendapat perhatian lebih dari kelima faktor yang
disebutkan diatas adalah penguasaan teknologi. Indonesia tercatat sebagai negara
yang mengalami penurunan peringkat terkait penguasaan teknologi yang terparah.
Apabila pada tahun 2001 Indonesia masih menempati posisi ke-61, hanya dua
tahun setelahnya, yaitu pada tahun 2003, Indonesia menempati posisi ke-78 atau
turun sebanyak 17 peringkat. Padahal, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.3, baik
Malaysia maupun Singapura justru mengalami kenaikan peringkat.
43
64 69 72
24 30 30 29
2 4 7 6
36
48
63 66
30 33 37
32
52 60 63 60
2000 2001 2002 2003
Indonesia Malaysia Singapura
Filipina Thailand Vietnam
-
5
Universitas Indonesia
Gambar 1.4 Peringkat Technology Index Beberapa Negara ASEAN
Sumber: Global Competitiveness Report, diolah
Dalam rangka meningkatkan kembali daya saing industri manufaktur
Indonesia, kemudian pemerintah Indonesia merespon dengan menyusun RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2004-2009 dengan salah satu sasaran
utama berupa meningkatnya proses alih teknologi dari PMA (Penanaman Modal
Asing) karena mengacu pada laporan RPJMN, pemerintah menilai masih adanya
masalah lemahnya penguasaan teknologi dan penerapan teknologi di dalam sektor
industri manufaktur Indonesia dan menilai bahwa kehadiran PMA yang
mempunyai potensi sebagai sumber dari tercapainya proses alih teknologi kepada
perusahaan lokal masih belum dapat dimanfaatkan. Atas alasan tersebut, selama
periode implementasi RPJMN diharapkan jumlah dari PMA dapat terus
meningkat karena dengan semakin meningkatnya arus masuk dari PMA maka
potensi bagi tercapainya proses alih teknologi akan semakin tinggi.
Dalam tabel dibawah, selama periode 2004-2008 terlihat bahwa aliran
PMA ke Indonesia secara umum menunjukkan pola peningkatan meskipun
terdapat tahun-tahun dimana aliran modal menurun sebagai akibat dari kondisi
perekonomian global. Meski demikian, kita tidak dapat menarik kesimpulan
apakah telah terjadi peningkatan penguasaan teknologi oleh perusahaan-
perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia.
61
78
22 20 18 12
40
56
39 39
65 73
2001 2003
Indonesia Malaysia Singapura
Filipina Thailand Vietnam
-
6
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Realisasi Penanaman Modal Asing di Indonesia
Realisasi PMA
Tahun Jumlah Proyek Nilai (Juta USD)
2004 547 4571.9
2005 907 8911
2006 869 5991.7
2007 982 10341.4
2008 1138 14870
Sumber: BKPM, diolah
Anggapan bahwa PMA, terutama yang berasal dari negara-negara maju,
merupakan sumber dari terjadinya proses spillover effect bagi perusahaan lokal
tidak hanya tercipta di Indonesia saja melainkan di banyak negara lainnya.
Spillover effect dapat dijelaskan sebagai dampak positif berupa kenaikan
produktivitas perusahan lokal yang dimungkinkan akibat akses yang dimiliki
perusahaan lokal terhadap teknologi superior yang dimiliki oleh MNC melalui
mekanisme informal (Feinberg dan Majumdar, 2001). Hoang dan Pham (2010)
menyatakan bahwa menarik PMA merupakan kebijakan penting yang dilakukan
oleh banyak negara berkembang dalam rangka meningkatkan angka pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dilakukan karena MNC yang masuk melalui mekanisme PMA
tidak hanya membawa alat-alat modal yang lebih canggih dan modern, melainkan
juga membawa teknologi produksi yang lebih maju dibandingkan yang dimiliki
oleh perusahaan lokal yang dapat meningkatkan kapabilitas produksi perusahaan
lokal. Blomstrom (1989) dan Romer (1993) dalam Kokko (1994) berpendapat
bahwa fenomena spillover effect dari PMA seringkali menjadi cara yang paling
signifikan dalam proses penyebaran teknologi baru dibandingkan penyebaran
teknologi baru yang dilakukan secara formal.
Knowledge sharing merupakan salah satu mekanisme penyebaran
pengetahuan secara informal yang dimungkinkan melalui aglomerasi industri.
Teori ini memandang bahwa lokasi merupakan faktor kunci dari terjadinya
spillover sehingga ini menjelaskan mengapa banyak perusahaan dalam industri
yang sama berkumpul di suatu tempat dalam menjalankan aktivitas produksinya.
Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lokasi juga menentukan
-
7
Universitas Indonesia
magnitude dari spillover effect tersebut, apabila perusahaan lokal berada dalam
lokasi yang sama dengan MNC maka peluang bagi dirasakannya spillover akan
meningkat.
Namun demikian, penggunaan mekanisme yang berbeda terkait bagaimana
spillover effect dapat terjadi, teknik pengukuran dari spillover effect serta
penggunaan metode estimasi yang berbeda dalam penelitian-penelitian yang
dilakukan menyebabkan hasil yang didapat pun saling berbeda. Tidak ada
kesepakatan terkait apakah spillover effect secara pasti akan terjadi di industri
manufaktur suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh Sjoholm (1997),
Blomstrom dan Sjoholm (1999), Blalock dan Gertler (2004), Takii (2004), Takii
(2005) dan Cuyvers et.al (2008) adalah beberapa yang menyatakan bahwa
kehadiran MNC mampu mendorong peningkatan produktivitas di perusahaan
lokal atau dengan kata lain, terdapat spillover effect. Sementara itu, penelitian
yang dilakukan oleh Proenca et. al (2002) dan Suyanto et. al (2009) menemukan
kesimpulan penting bahwa sebenarnya bagaimana kehadiran MNC mempengaruhi
produktivitas perusahaan lokal turut ditentukan oleh tingkat kapabilitas adopsi
teknologi (absorptive capacity) yang dimiliki oleh perusahaan lokal sehingga
dipandang bahwa proses spillover effect bersifat kondisional. Selain faktor
kapabilitas adopsi teknologi, faktor jarak antar-MNC dengan perusahaan lokal
diduga dapat mempengaruhi peluang perusahaan lokal mendapatkan spillover
Melalui penelitian ini, penulis mencoba mengevaluasi implementasi dari RPJMN
2004-2009, secara khusus terkait fenomena spillover effect yang terjadi antara
MNC dengan perusahaan lokal di industri manufaktur Indonesia dengan turut
memperhitungkan faktor kapabilitas adopsi teknologi dan aglomerasi ekonomi.
1.2 Perumusan Masalah
Global Competitiveness Index menunjukkan dari tiga buah variabel utama
penilaian, Indonesia sangat lemah dalam pengembangan teknologi dalam rangka
memfasilitasi peningkatan produktivitas industri Indonesia sehingga berakibat
Indonesia kalah bersaing dan peringkat daya saing Indonesia menurun setiap
tahun. Pemerintah kemudian mengatasi masalah ini melalui kebijakan penarikan
-
8
Universitas Indonesia
PMA ke Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2004-2009 dengan
pertimbangan bahwa MNC mempunyai teknologi yang superior dibandingkan
dengan yang dimiliki perusahaan lokal dan adanya anggapan umum bahwa MNC
mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan lokal sehingga diharapkan dengan masuknya MNC, maka proses
spillover effect akan terjadi. Namun, hasil yang didapat dari penelitian terdahulu
menyimpulkan bahwa spillover effect tidak terjadi begitu saja, melainkan turut
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya absorptive capacity perusahaan lokal
dan jarak geografis antara MNC dengan perusahaan lokal dimana apabila MNC
dengan perusahaan lokal berada dalam lokasi yang sama atau dalam jarak
berdekatan, maka peluang bagi terjadinya spillover akan semakin tinggi.
Evaluasi atas implementasi RPJMN 2004-2009 masih terbatas pada
analisis deskriptif, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan terkait ada tidaknya
spillover dari kehadiran MNC. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mencoba
menganalisis secara empiris pengaruh dari kehadiran MNC bagi produktivitas
perusahaan lokal dalam industri dan lokasi yang sama menggunakan pendekatan
fungsi produksi dan konsep aglomerasi ekonomi.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Terdapat tiga pertanyaan utama yang diajukan dalam penelitian ini,
sebagaimana dijabarkan berikut.
1. Apakah MNC di Indonesia mempunyai tingkat produktivitas tenaga kerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lokal?
2. Bagaimana pengaruh dari kehadiran MNC terhadap produktivitas tenaga
kerja perusahaan lokal intra-industri dalam kabupaten/kota yang sama?
3. Bagaimana pengaruh absorptive capacity bagi produktivitas tenaga kerja
perusahaan lokal?
-
9
Universitas Indonesia
1.4 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat tiga tujuan utama yang hendak dicapai.
Pertama, untuk mengonfirmasi anggapan umum bahwa MNC, tidak terkecuali di
Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan lokal. Kedua, menganalisis pengaruh dari kehadiran MNC terhadap
produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal intra-industri dalam kabupaten/kota
yang sama dan ketiga, menganalisis pengaruh absorptive capacity bagi
produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal.
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan
data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan,
data-data pendukung diambil dari Departemen Perindustrian dan Bank Dunia
serta sumber-sumber publikasi lainnya.
1.5.2 Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data akan dilakukan dengan teknik data
panel; secara spesifik, unbalanced panel data. Hal ini karena jumlah perusahaan
setiap tahunnya bersifat fluktuatif.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Unit observasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang berada
dalam setiap kelompok 5-digit yang tercatat dalam Statistik Industri Sedang dan
Besar BPS selama kurun waktu 2004-2008. Periode ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa pada tahun tersebut, RPJMN yang mendukung masuknya
MNC dengan tujuan menciptakan spillover effect tengah direalisasikan.
Disamping itu, alasan teknis yang mendasarinya adalah karena data ID perusahaan
dengan teknik pengkodean yang sama bagi periode ini tersedia di Statistik
Industri.
-
10
Universitas Indonesia
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan terdiri dari lima bab dengan susunan sebagai
berikut.
Bab 1. Pendahuluan
Bab ini menjabarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang
lingkup dan metodologi serta sistematika penulisan penelitian.
Bab 2. Tinjauan Literatur
Bab ini berisi tinjauan teoritis dan literatur yang berkaitan dan dapat mendukung
topik penelitian ini.
Bab 3. Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan secara detail konsep pengolahan data yang akan digunakan,
terutama terkait model estimasi. Selain hal tersebut, bab ini turut memuat jenis
data, sumber data, definisi operasional dari setiap variabel yang digunakan serta
prosedur estimasi.
Bab 4. Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi dua hal penting, yaitu deskriptif data yang digunakan dalam
penelitian dan hasil pengolahan data. Secara spesifik, hal yang diuraikan adalah
jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam Bab 1.
Bab 5. Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan keterbatasan penelitian. Disamping itu, akan
turut dituliskan saran yang dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan bagi
institusi terkait.
-
11
Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Konsep MNC dan Spillover Effect
Mengacu pada UU No. 25 Tahun 2007, PMA merupakan kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya dengan membuka anak perusahaan di negara lain (subsidiary)
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (joint venture).
Blomstrom dan Kokko (1998) menjelaskan bahwa kehadiran MNC dapat
mempengaruhi perekonomian negara penerima melalui dua mekanisme, yaitu
direct effect dan indirect effect. Adapun yang termasuk ke dalam direct effect
diantaranya kenaikan penyerapan tenaga kerja, kenaikan jumlah modal yang
dimiliki oleh negara penerima dan penggunaan peralatan khususnya di sektor
industri yang lebih canggih. Sedangkan, kehadiran MNC dapat berpengaruh
secara indirect bagi perekonomian negara penerima melalui apa yang disebut
dengan technology spillover. Teknologi dalam hal ini tidak terbatas pada alat
produksi yang canggih saja, melainkan turut mencakup teknik berproduksi yang
lebih efisien serta kemampuan manajerial dan pemasaran yang baik. Hal ini
mungkin terjadi karena umumnya teknologi yang digunakan dalam aktivitas
produksi MNC lebih baik dari perusahaan lokal dan teknologi ini mempunyai
karakteristik barang publik tertentu yang ketika digunakan, dapat menciptakan
eksternalitas ke perusahaan lainnya, termasuk perusahaan lokal.
Lebih lanjut, Blomstrom dan Kokko menjelaskan bahwa spillover ini
dapat terjadi apabila MNC dan perusahaan lokal berada dalam industri yang sama
(intra-industri) maupun dalam industri yang berbeda (inter-industri). Mekanisme
dari terjadinya spillover inter-industri adalah melalui backward dan forward
linkage, yang umumnya tercipta akibat hubungan supplier customer antara
MNC dan perusahaan lokal. Sedangkan, mekanisme dari terjadinya spillover
intra-industri dimungkinkan melalui tiga hal, yaitu sebagai berikut.
-
12
Universitas Indonesia
Demonstration Effect
Kehadiran MNC umumnya dibarengi dengan adanya teknologi
yang lebih maju dibandingkan dengan yang dimiliki perusahaan lokal.
Ketika MNC dan perusahaan lokal berada dalam industri yang sama,
perusahaan lokal dapat terdorong untuk meningkatkan teknologi yang
dimilikinya melalui proses imitasi atau reverse engineering (Wang dan
Blomstrom, 1992). Dengan demikian, melalui proses adopsi teknik
produksi yang lebih baik, perusahaan lokal pun dapat meningkatkan
produktivitas.
Labor Mobility
Pada umumnya, MNC hanya menyerap tenaga kerja yang
berpendidikan dari negara penerima. Tidak hanya itu, pada awal masa
penerimaan tenaga kerja, umumnya MNC juga menyediakan training bagi
tenaga kerja yang telah direkrutnya. Spillover dapat terjadi ketika tenaga
kerja yang semula diserap oleh MNC ini kemudian berpindah kerja ke
perusahaan lokal atau mendirikan perusahaan secara mandiri dan
membawa pengetahuan manajerial yang mereka dapatkan melalui training
ketika bekerja di MNC sehingga produktivitas dari perusahaan lokal dapat
meningkat.
Competition Effect
Mekanisme spillover melalui competition effect adalah mekanisme
yang paling umum digunakan dalam penelitian yang dilakukan
sebelumnya dan akan digunakan sebagai kerangka teori penelitian ini.
2.1.2 Kerangka Teori Competition Effect
Analisis terkait kehadiran MNC dan pengaruhnya bagi produktivitas
perusahaan lokal melalui mekanisme competition effect salah satunya dijelaskan
oleh Aitken dan Harrison (1999) dalam tulisannya yang berjudul Do Domestic
Firms Benefit from Foreign Direct Investment? Evidence from Venezuela.
-
13
Universitas Indonesia
Dalam tulisannya, Aiken dan Harrison menyatakan bahwa ketika MNC
masuk ke sebuah industri yang berbentuk imperfect competition, akan ada dua
pengaruh yang dirasakan oleh perusahaan lokal. Apabila pengaruh tersebut
bersifat positif maka dinamakan dengan spillover effect tetapi bila pengaruh
tersebut bersifat negatif, hal tersebut dinamakan dengan market stealing effect.
Dengan adanya asumsi bahwa MNC menggunakan metode produksi yang lebih
efisien dari perusahaan lokal, menggunakan mesin-mesin yang lebih canggih dan
juga mempunyai sistem manajemen dan pemasaran yang lebih baik dari
perusahaan lokal maka dalam periode awal setelah MNC masuk ke industri, akan
tercipta spillover effect yang dirasakan oleh perusahaan lokal yaitu dalam bentuk
kenaikan produktivitas tenaga kerja. Adapun magnitude dari spillover effect ini
berbeda antar-perusahaan lokal karena turut ditentukan oleh absorptive capacity
perusahaan lokal. Umumnya, perusahaan lokal yang merasakan spillover dengan
magnitude tersebesar adalah yang mempunyai kualitas tenaga kerja yang baik dan
yang aktif melakukan aktivitas R&D. Namun, seiring berjalannya waktu dimana
MNC telah mampu menyesuaikan sistem operasi terhadap host country, akan
terjadi suatu persaingan yang meningkat antara MNC dan perusahaan lokal.
Melalui process innovation yang dilakukan baik oleh MNC maupun perusahaan
lokal, apabila perusahaan lokal kalah bersaing dengan MNC maka yang terjadi
adalah market stealing effect yang merupakan kondisi dimana MNC mampu
merebut demand yang semula dimiliki perusahaan lokal sehingga perusahaan
lokal akan terinsentif untuk mengurangi output yang diproduksi sehingga biaya
produksi rata-rata akan meningkat dan berpotensi menyebabkan perusahaan lokal
terdepak dari pasar dalam jangka panjang.
Penjelasan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah grafik dimana
variabel production cost berada pada sumbu-Y sementara variabel output
berada pada sumbu-X. Spillover effect ditunjukkan oleh biaya produksi
perusahaan lokal yang menurun, atau AC0 (kurva biaya produksi rata-rata
sebelum ada MNC) turun menjadi AC1 yang diakibatkan oleh adanya learning
process oleh perusahaan lokal. Namun, seiring berjalannya waktu, bagi
perusahaan lokal yang tidak mampu bersaing kecendrungan yang terjadi adalah
-
14
Universitas Indonesia
market stealing effect, dimana biaya produksi yang sebelumnya sudah berada
pada tingkat AC1 akan meningkat dan menyebabkan perusahaan lokal kehilangan
economies of scale yang semula dialaminya.
Gambar 2.1 Skema Kehadiran MNC dan Pengaruh Bagi Produktivitas
Perusahaan Lokal
Sumber: Aitken & Harrison (1999)
2.1.3 Konsep Aglomerasi Ekonomi dan Produktivitas Perusahaan
Marshall (1920) mendefinisikan aglomerasi ekonomi sebagai kekuatan
ekonomi yang berasal dari luar atau eksternal, yang tidak tergantung oleh satu
perusahaan, melainkan tergantung pada semua perusahaan yang berada dalam satu
area. Sumber aglomerasi ekonomi dapat berasal dari perusahaan-perusahaan
dalam satu industri yang berkumpul di suatu lokasi dan dapat juga berasal dari
berkumpulnya perusahaan-perusahaan dari industri yang berbeda dalam suatu
lokasi. Aglomerasi ekonomi secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu
penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi.
Penghematan lokalisasi dikatakan dapat terjadi ketika perusahaan-
perusahaan dengan industri yang sama terkonsentrasi di suatu lokasi.
Penghematan lokalisasi terjadi jika biaya produksi sebuah perusahaan turun saat
total output dari konsentrasi industri (dengan produk yang sama) meningkat.
Adapun salah satu keuntungan dari penghematan lokalisasi yaitu spillover effect
yang didapat melalui (sharing information). Lokasi yang berdekatan antar-
-
15
Universitas Indonesia
perusahaan dalam industri yang sama mengakibatkan terjadinya suatu spillover
yang timbul ketika tenaga kerja setiap perusahaan saling bertukar informasi.
Dengan adanya sharing informasi ini kemudian tumbuh ide baru dan inovasi
teknologi yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan tidak hanya dapat terjadi
secara informal saja misalnya ketika para tenaga kerja perusahaan saling
berbincang-bincang berbagi informasi, melainkan dapat terjadi juga melalui
mekanisme formal misalnya ketika beberapa perusahaan melakukan kerja sama
penelitian dan pengembangan produk dalam rangka menghasilkan suatu inovasi.
Berbeda dengan penghematan lokalisasi, jenis aglomerasi kedua yang
disebut dengan penghematan urbanisasi terjadi ketika biaya produksi sebuah
perusahaan turun saat output dari kota meningkat. Penghematan urbanisasi
berbeda dengan penghematan lokalisasi oleh sebab dua hal. Pertama,
penghematan urbanisasi dihasilkan oleh skala dari perekonomian kota dan kedua,
penghematan urbanisasi memberi keuntungan bagi seluruh perusahaan yang
berada di sebuah kota, atau dengan kata lain manfaat tidak hanya dirasakan oleh
perusahaan dalam industri tertentu saja.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan estimasi dengan spesifikasi
mengacu pada Aitken dan Harrison (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Do
Domestic Firms Benefit from Direct Foreign Investment? Evidence from
Venezuela.
Penelitian tersebut mempunyai dua tujuan yang serupa dengan penelitian
ini. Pertama, bertujuan untuk melihat apakah secara empiris, MNC mempunyai
tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas tenaga kerja di perusahaan lokal; dan kedua, untuk menganalisis
pengaruh dari kehadiran MNC intra-industri terhadap produktivitas tenaga kerja
perusahaan lokal di dalam industri yang sama. Unit analisis yang digunakan di
dalam penelitian tersebut adalah perusahaan yang tergabung dalam industri
manufaktur Venezuela selama periode 1976-1989.
-
16
Universitas Indonesia
Hasil estimasi yang dilakukan menghasilkan dua buah kesimpulan.
Pertama, bahwa MNC secara umum mempunyai tingkat produktivitas tenaga
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja di
perusahan lokal. Kesimpulan kedua dari penelitian tersebut adalah bahwa
kehadiran MNC, yang direpresentasikan oleh rasio jumlah tenaga kerja MNC
terhadap keseluruhan jumlah tenaga di setiap industri, berpengaruh negatif
signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di perusahaan lokal. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat market stealing effect dari kehadiran
MNC di industri manufaktur Venezuela. Selain variabel bebas utama, dalam
penelitian tersebut turut didapat hasil estimasi dimana variabel kontrol yang
merupakan variabel dalam fungsi produksi Cobb Douglas, yaitu jumlah modal
dan jumlah bahan berpengaruh positif bagi produktivitas perusahaan serta variabel
yang merepresentasikan absorptive capacity yaitu tenaga kerja yang
berpendidikan berpengaruh positif bagi produktivitas.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah dituliskan
dalam bab 1, penulis akan menggunakan variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang diuraikan dalam tabel 2.1 seperti
intensitas modal, kualitas tenaga kerja dan pengeluaran R&D untuk
merepresentasikan absorptive capacity serta tingkat konsentrasi industri yang
dicerminkan oleh HHI.
Intensitas Modal
Intensitas modal merupakan sebuah variabel yang umum
digunakan dalam menggambarkan tingkat utilisasi alat-alat modal dalam
aktivitas produksi, sehingga dengan semakin meningkatnya nilai intensitas
modal, aktivitas produksi akan semakin cepat dalam mencapai titik
maksimal (Mankiw, 1998).
Modal merupakan salah satu input inti dalam kegiatan produksi
sebagaimana yang dijelaskan dalam fungsi produksi Cobb Douglas,
dimana apabila nilai intensitas modal tinggi, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan lebih bersifat capital intensive.
-
17
Universitas Indonesia
Variabel ini hampir selalu digunakan sebagai variabel bebas dalam
penelitian yang berkaitan dengan produktivitas atau penelitian yang
menggunakan kerangka dasar Cobb Douglas seperti penelitian yang
dilakukan oleh Sjoholm (1997), Aitken dan Harrison (1999), Blomstrom
dan Sjoholm (1999), Proenca et. al (2002), Suyanto et. al (2009) serta
Hoang dan Pham (2010) dimana koefisien dari intensitas modal dalam
penelitian tersebut seluruhnya signifikan secara statistik dan mempunyai
nilai positif.
Kualitas Tenaga Kerja dan Pengeluaran R&D
Kedua variabel ini dimasukkan sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini atas pertimbangan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan
serta aktivitas R&D dapat berperan dalam meningkatkan absorptive
capacity perusahaan lokal atas teknologi yang relatif lebih canggih yang
digunakan oleh MNC. Dasar pemikirannya adalah bahwa apabila
perusahaan lokal mempunyai absorptive capacity yang baik, maka
kemampuan perusahaan lokal dalam melakukan learning activities akan
semakin meningkat sehingga tenaga kerja dapat mengaplikasikan
teknologi baru dalam aktivitas produksi yang membawa dampak pada
kenaikan produktivitas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aitken dan Harrison (1999),
Blomstrom dan Sjoholm (1999), Proenca et. al (2002) serta Hoang dan
Pham (2010), variabel absorptive capacity yang dalam penelitian tersebut
diwakili oleh tenaga kerja berpendidikan menengah tinggi di perusahaan
lokal terbukti dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto et. al (2009) menemukan
bahwa pengeluaran R&D berpengaruh bagi kenaikan produktivitas dalam
perusahaan di industri manufaktur Indonesia.
-
18
Universitas Indonesia
Konsentrasi Industri (HHI)
Peltzman (1777) dalam Suyanto et. al (2009) menyatakan bahwa
konsentrasi industri digunakan untuk menggambarkan tingkat persaingan
antar-perusahaan dalam industri yang sama. Terdapat dua pandangan
terkait interpretasi nilai konsentrasi industri. Pandangan pertama yaitu
bahwa konsentrasi yang tinggi dikatakan berkorelasi dengan tingkat
efisiensi yang rendah apabila konsentrasi yang tinggi justru melindungi
perusahaan yang inefisien. Dengan demikian, pandangan pertama ini
secara tidak langsung menyimpulkan bahwa konsentrasi industri justru
mendorong rendahnya produktivitas perusahaan.
Pandangan kedua adalah bahwa konsentrasi industri dikatakan
dapat berpengaruh positif apabila industri yang terkonsentrasi merupakan
hasil dari persaingan yang dinamis antar-perusahaan dalam industri yang
sama sehingga perusahaan yang tidak efisien sudah terlebih dahulu keluar
dari pasar. Dari pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa pandangan kedua
menyatakan bahwa konsentrasi industri yang tinggi mendorong tingginya
produktivitas perusahaan.
Hasil yang didapat oleh penelitian sebelumnya terkait pengaruh
dari konsentrasi industri bagi produktivitas perusahaan pun saling berbeda.
Proenca et. al (2002) serta Hoang dan Pham (2010) menemukan bahwa
konsentrasi industri mendorong kenaikan produktivitas perusahaan. Hasil
yang didapat dalam penelitian Suyanto et. al (2009) dimana objek
observasi adalah perusahaan di Indonesia adalah konsentrasi industri
berkorelasi negatif dengan produktivitas sementara hasil yang didapat oleh
Sjoholm (1997), masih dengan menggunakan objek observasi berupa
perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa konsentrasi industri justru
tidak signifikan bagi produktivitas perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa periode observasi yang berbeda akan menghasilkan korelasi yang
berbeda pula antara konsentrasi industri terhadap produktivitas
perusahaan.
-
19
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Objek
Penelitian Variabel yang Digunakan Kesimpulan
Fredrik Sjoholm
(1997).
Technology Gap,
Competition and Spillovers
from Direct Foreign
Investment: Evidence from
Established Data.
Melihat bagaimana
keberadaan
MNC,technology gap dan
persaingan dalam industri
mempengaruhi
produktivitas perusahaan
lokal.
Seluruh
perusahaan di
industri
manufaktur
Indonesia pada
tahun 1980
dan 1991.
Var. Dependen
Nilai tambah per tenaga
kerja.
Var. Independen
Intensitas modal, skala
produksi, foreign presence,
technology gap dan HHI.
Intensitas modal (+), foreign
presence (+), technology gap
(+), HHI dan skala produksi
tidak signifikan.
Brian J. Aitken dan
Ann E. Harrison
(1999).
Do Domestic Firms Benefit
from Direct Foreign
Investment? Evidence from
Venezuela.
Melihat pengaruh jumlah
modal asing terhadap
produktivitas tenaga kerja
perusahaan tsb dan melihat
apakah tercipta spillover
dari MNC terhadap
perusahaan lokal.
Seluruh
perusahaan di
industri
manufaktur
Venezuela
selama 1976-
1989.
Var. Dependen
Output per tenaga kerja.
Var. Independen
Modal, jumlah tenaga kerja,
jumlah bahan baku, kualitas
tenaga kerja, jumlah modal
asing dan foreign presence.
Modal (+), jumlah tenaga kerja
(+), jumlah bahan baku (+),
kualitas tenaga kerja (+), jumlah
modal asing (+), foreign
presence tidak signifikan.
Magnus Blomstrom
dan Fredrik
Sjoholm (1999).
Technology Transfer and
Spillovers: Does Local
Participation with
Multinationals Matter?
Melihat apakah struktur
kepemilikan asing dalam
sebuah perusahaan
berkorelasi dengan tingkat
produktivitas perusahaan
lokal.
Seluruh
perusahaan di
Indonesia, di
berbagai
sektor industri
selama tahun
1991.
Var. Dependen
Nilai tambah per tenaga
kerja.
Var. Independen
Intensitas modal, kualitas
tenaga kerja, skala produksi,
foreign presence, jumlah
modal asing dan ekspor.
Intensitas modal (+), kualitas
tenaga kerja (+), skala produksi
(+), foreign presence (+), ekspor
(+), jumlah modal asing (+).
Isabel Proenca,
Maria Paula
Productivity Spillovers
from Multinational
Menganalisis bagaimana
pengaruh dari keberadaan
1604
perusahaan di
Var. Dependen
Nilai tambah per tenaga
Pengaruh kehadiran MNC
terhadap produktivitas
-
20
Universitas Indonesia
Fontoura dan Nuno
Crespo (2002).
Companies in the
Portuguese Case: Evidence
from a Short Time Period
Panel Data.
MNC terhadap
produktivitas perusahaan
lokal.
Portugal
selama periode
1996-1998.
kerja.
Var. Independen
Foreign presence, intensitas
modal, skala produksi,
kualitas tenaga kerja, HHI
dan technological gap.
perusahaan lokal ambigu karena
ditentukan oleh gap teknologi
keduanya. Spillover hanya
tercipta apabila gap ini tidak
terlalu jauh.
Garrick Blalock dan
Paul J. Gertler
(2004).
Firm Capabilities and
Technology Adoption:
Evidence from Foreign
Direct Investment in
Indonesia.
Melihat bagaimana FDI
dan kapabilitas adopsi
teknologi perusahaan
mempengaruhi tingkat
produktivitas firm di
Indonesia.
Seluruh
perusahaan di
industri
manufaktur
Indonesia
selama 1988-
1996.
Var. Dependen
Output perusahaan.
Var. Independen
Jumlah tenaga kerja,
intensitas modal, nilai
tambah per tenaga kerja,
foreign presence dan
intensitas bahan baku.
Jumlah tenaga kerja (+),
intensitas modal (+), nilai
tambah per tenaga kerja (+),
foreign presence (+), intesitas
bahan baku (+).
Cuyvers et.al.
(2008).
Productivity Spillovers
from FDI in the
Cambodian Manufacturing
Sector: Evidence from
Establishment-Level Data.
1. Melihat apakah terdapat perbedaan
produktivitas antara
MNC dengan
perusahaan lokal.
2. Melihat apakah perbedaan jumlah
kepemilikan asing di
suatu perusahaan
menciptakan perbedaan
produktivitas.
932
perusahaan di
industri
manufaktur
Kamboja
selama periode
2002-2003.
Var. Dependen
Nilai tambah per tenaga
kerja.
Var. Independen
Intensitas modal, intensitas
bahan baku, jumlah modal
asing, kualitas tenaga kerja,
jumlah tenaga kerja, foreign
presence.
MNC terbukti lebih produktif dibandingkan
perusahaan lokal.
Terdapat spillover dari adanya MNC bagi
produktivitas perusahaan
lokal.
Suyanto, Ruhul A.
Salim dan Harry
Bloch (2009).
Does Foreign Direct
Investment Lead to
Productivity Spillovers?
Firm Level Evidence from
Indonesia.
Menganalisis pengaruh dari
MNC di industri kimia dan
farmasi terhadap
produktivitas perusahaan
lokal di industri yang sama
di Indonesia.
Perusahaan
yang
tergabung
dalam industri
kimia dan
farmasi selama
tahun 1988-
2000.
Var. Dependen
TFP.
Var. Independen
Jumlah tenaga kerja, jumlah
modal, foreign presence,
HHI, R&D, usia perusahaan.
Seluruh variabel bebas signifikan
positif dan perusahaan lokal
yang melakukan R&D
mempunyai produktivitas yang
lebih tinggi.
-
21
Universitas Indonesia
Hoang van Thanh
dan Pham Thien
Hoang. (2010)
Productivity Spillover from
FDI: The Case of Vietnam.
Melihat pengaruh
keberadaan MNC terhadap
produktivitas perusahaan
lokal, serta melihat faktor
yang paling menentukan
bagi terjadinya spillover.
Seluruh
perusahaan di
Vietnam
selama periode
2003-2007.
Var. Dependen
Nilai tambah per tenaga
kerja.
Var. Independen
Jumlah modal, jumlah tenaga
kerja, HHI, foreign presence,
technological gap dan
kualitas tenaga kerja.
Seluruh variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat
secara positif, kecuali variabel
technological gap.
-
22
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Spesifikasi
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi penelitian
yang dilakukan oleh Aitken dan Harrison (1999) dalam tulisannya yang berjudul
Do Domestic Firms Benefit from Direct Foreign Investment? Evidence from
Venezuela yaitu sebagai berikut.
Dimana:
lnYit merupakan output dari perusahaan.
DFI_Plantit merupakan jumlah kepemilikan modal asing dalam sebuah
perusahaan dimana nilainya berkisar 0-100% dan digunakan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan produktivitas antara perusahaan lokal dengan
MNC.
DFI_Sectorit digunakan untuk melihat apakah tercipta spillover effect dari
adanya MNC dalam sebuah industri. Dalam penelitian ini, pendekatan
yang digunakan dalam melihat ada tidaknya spillover adalah melalui
penyerapan tenaga kerja.
DFI_Plantit*DFI_Sectorit merupakan variabel yang digunakan untuk
melihat apakah kehadiran MNC akan memberi pengaruh bagi MNC
lainnya yang berada dalam industri yang sama.
lnKit adalah jumlah modal dari perusahaan. Dalam penelitian Aitken dan
Harrison, variabel ini diukur melalui nilai aset tetap yang dimiliki
perusahaan pada awal tahun.
-
23
Universitas Indonesia
lnMit adalah jumlah bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dalam
aktivitas produksi yang juga menggambarkan volume produksi dari
perusahaan.
lnSKLit adalah jumlah tenaga kerja berpendidikan yang dimiliki oleh
perusahaan yang menggambarkan absorptive capacity dari perusahaan.
lnUNSKLit adalah jumlah tenaga kerja yang tidak berpendidikan dalam
sebuah perusahaan dimana hipotesis yang diajukan adalah variabel ini
berkorelasi negatif terhadap output perusahaan.
Tabel 3.1 Perbedaan Spesifikasi 1 dan 2 Penelitian Acuan
Variabel Terikat Spesifikasi 1 Spesifikasi 2
Output seluruh perusahaan (lnYit) -
Output perusahaan lokal (LPit) -
Variabel Bebas Spesifikasi 1 Spesifikasi 2
DFI_Plantit -
DFI_Sectorit -
DFI_Plantit* DFI_Sectorit -
lnKit
lnMit
lnSKLit
lnUNSKLit
Sumber: Aitken dan Harrison (1999), diolah
Adapun perbedaan antara spesifikasi Aitken dan Harrison dengan
penelitian ini terutama terletak pada variabel yang digunakan dan metode
pengukuran dari beberapa variabel. Hal ini karena variabel tersebut tidak ada di
dalam Statistik Industri Indonesia sehingga harus dicari alternatif metode
pengukuran. Spesifikasi yang diajukan dalam upaya menjawab pertanyaan
penelitian nomor 1 dan 2 sebagaimana yang dinyatakan dalam bab 1 dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
24
Universitas Indonesia
lnLPit adalah produktivitas tenaga kerja, baik di seluruh perusahaan
maupun di perusahaan lokal.
lnCIit adalah intensitas modal yang dimasukkan dalam model untuk
menggambarkan jumlah modal yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja.
dshareit adalah variabel dummy yang bernilai 1 apabila dalam sebuah
perusahaan terdapat modal asing didalamnya dan bernilai 0 apabila tidak
terdapat modal asing.
spilloverjt adalah variabel yang menggambarkan pengaruh kehadiran MNC
dalam sebuah industri yang sama (intra-industri) dan dalam lokasi yang
sama dengan perusahaan lokal.
Konsentrasi Industri (HHIjt) yang digunakan untuk melihat bagaimana
pengaruh dari konsentrasi industri terhadap produktivitas perusahaan.
Apabila dirangkum, maka penggunaan variabel dari setiap spesifikasi
adalah seperti yang diperlihatkan oleh tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Perbedaan Spesifikasi 1 dan 2 Penelitian
Variabel Terikat Spesifikasi 1 Spesifikasi 2
Produktivitas tenaga kerja seluruh perusahaan (LPit) -
Produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal (LPit) -
Variabel Bebas Spesifikasi 1 Spesifikasi 2
Intensitas modal (lnCIit)
Jumlah modal asing (dshareit) -
Kehadiran MNC (spilloverjt) -
Konsentrasi Industri (HHIjt)
Sumber: Olahan penulis
Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian acuan adalah
bahwa penelitian ini juga akan mengestimasi pengaruh dari absorptive capacity
perusahaan lokal, yang direpresentasikan oleh variabel pengeluaran R&D dan
-
25
Universitas Indonesia
kualitas tenaga kerja perusahaan tetapi dengan estimasi yang dilakukan secara
terpisah. Hal ini karena data bagi pengeluaran R&D dan data pendidikan dari
tenaga kerja hanya tersedia pada tahun 2006 sehingga khusus untuk melihat
pengaruh dari absorptive capacity, metode yang digunakan adalah cross section.
Adapun spesifikasi yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian nomor
3 adalah sebagai berikut.
3.1.1 Definisi dan Pengukuran Variabel
3.1.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja (LPit)
Produktivitas tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
produktivitas parsial, yang merupakan rasio antara nilai tambah per tenaga kerja
dari setiap perusahaan. Pada kasus ini, jumlah tenaga kerja yang digunakan
mencakup tenaga kerja produksi dan tenaga kerja non-produksi, sedangkan nilai
tambah dihitung dengan rumus output input + upah tenaga kerja produksi +
upah tenaga kerja nonproduksi + hibah + pajak tidak langsung + sewa tanah +
bunga atas pinjaman.
Mengacu pada konsep awal produktivitas seperti yang dijelaskan oleh
Pindyck dan Rubinfeld (2005), produktivitas tenaga kerja sebaiknya dihitung
terhadap jumlah jam kerja sehingga dapat memperlihatkan efisiensi kinerja karena
definisi produktivitas adalah rasio dari efektivitas terhadap efisiensi. Namun,
karena data jumlah jam kerja bagi perusahaan dalam industri manufaktur
Indonesia tidak tersedia, maka alternatif yang dapat digunakan adalah jumlah
tenaga kerja.
3.1.1.2 Intensitas Modal (CIit)
Intensitas modal umumnya dihitung melalui rasio stok modal tetap
perusahaan terhadap jumlah tenaga kerja. Namun, perhitungan dengan cara ini
tidak dilakukan dalam penelitian ini. Proxy yang akan digunakan dalam penelitian
-
26
Universitas Indonesia
ini untuk menghitung intensitas modal adalah rasio konsumsi listrik per tenaga
kerja dimana konsumsi listrik mempunyai satuan kwh. Penggunaan proxy ini
dinilai cukup dapat mewakili karena menggambarkan intensitas penggunaan
mesin sehingga bila intensitas modal sebuah perusahaan bernilai tinggi, hal ini
menggambarkan perusahaan tersebut cukup capital intensive.
3.1.1.3 Jumlah Modal Asing (dshareit)
Variabel ini merupakan variabel inti yang digunakan untuk melihat
perbedaan produktivitas tenaga kerja antara MNC dengan perusahaan lokal dan
seperti dapat dilihat dalam tabel 3.2, variabel ini hanya digunakan dalam
spesifikasi 1. Pengukuran dari variabel ini adalah dengan menggunakan variabel
dummy dimana variabel dummy akan bernilai 0 apabila tidak terdapat modal asing
sedikitpun dalam sebuah perusahaan dan dummy akan bernilai 1 apabila terdapat
modal asing lebih dari 0%. Hal ini karena tidak terdapat kesepakatan di Indonesia
terkait minimum modal asing yang dibutuhkan untuk dapat menyebut sebuah
perusahaan sebagai MNC, disamping itu, mengacu pada Narjoko (2009b),
besarnya jumlah modal asing tidak menggambarkan besarnya kontrol manajemen.
Pada banyak kasus di Indonesia, Aswicahyono dan Hill (1995) menyatakan
bahwa local partner memainkan peran sangat minim dalam kontrol perusahan,
sekalipun local partner ini mempunyai saham yang besar di sebuah perusahaan.
3.1.1.4 Kehadiran MNC (spilloverjt)
Dalam penelitian ini, metode perhitungan dari variabel spillover sedikit
berbeda karena juga memperhitungkan faktor aglomerasi ekonomi kedalamnya
yang dicerminkan oleh kode kabupaten/kota. Namun demikian, pendekatan yang
digunakan tetap menggunakan penyerapan tenaga kerja. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa mengacu pada Caves (1974) dalam Kokko (1994),
pengukuran dengan pendekatan tenaga kerja lebih baik dibandingkan dengan
pengukuran menggunakan output. Dengan demikian, dalam penelitian ini variabel
spillover dihitung sebagai rasio dari jumlah tenaga kerja yang dimiliki MNC dari
-
27
Universitas Indonesia
setiap industri yang sama di setiap kab/kota terhadap keseluruhan jumlah tenaga
kerja perusahaan dalam setiap industri yang sama di setiap kab/kota.
3.1.1.5 Konsentrasi Industri (HHIjt)
Variabel ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari
konsentrasi industri terhadap produktivitas perusahaan. Adapun HHI dalam
penelitian ini dihitung sebagai penjumlahan dari pangsa pasar kuadrat setiap
perusahaan dari setiap industri 5-digit KBLI.
3.1.1.6 Pengeluaran R&D (drdit)
Dalam penelitian ini, pengeluaran R&D dalam perusahaan digunakan
sebagai proxy dari absorptive capacity perusahaan lokal dimana apabila
perusahaan lokal mempunyai pengeluaran untuk R&D di tahun 2006, maka
variabel ini akan bernilai 1 dan sebaliknya bernilai 0.
3.1.1.7 Kualitas Tenaga Kerja (unedu_ratioit)
Variabel kedua yang digunakan dalam upaya melihat pengaruh dari
absorptive capacity perusahaan lokal terhadap produktivitas adalah kualitas
tenaga kerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan tenaga kerja. Dalam
penelitian ini, yang digunakan adalah rasio dari tenaga kerja yang berpendidikan
S1 kebawah terhadap seluruh jumlah tenaga kerja.
3.2 Periode, Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan objek observasi berupa seluruh perusahaan
yang berada di industri manufaktur Indonesia selama kurun waktu 2004-2008.
Dengan demikian, unit analisis yang digunakan adalah plant/firm-level. Terkait
sumber data, seluruh variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini tersedia
di dalam Statistik Industri.
-
28
Universitas Indonesia
3.3 Hipotesis Penelitian
Tabel 3.3 Hipotesis Penelitian
Variabel Bebas Hipotesis Keterangan
Intensitas modal (CIit) +
Semakin tinggi penggunaan modal di dalam
sebuah perusahaan, kecendrungan bagi
kenaikan produktivitas tenaga kerja akan
semakin tinggi.
Jumlah modal asing
(dshareit) +
Agar sebuah PMA dapat terjadi, maka yang
dibutuhkan adalah efisiensi dari MNC.
Sehingga, MNC harus lebih efisien dengan
cara menguasai teknologi yang lebih maju
(termasuk metode produksi, kemampuan
manajemen dan pemasaran). Maka dengan
adanya modal asing dalam sebuah
perusahaan, produktivitas MNC dikatakan
akan lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan lokal.
Kehadiran MNC
(spilloverjt) +/-
Kehadiran MNC dapat menciptakan
pengaruh berbeda bagi perusahaan lokal,
tergantung pada absorptive capacity
perusahaan lokal.
Konsentrasi industri
(HHIjt) +/-
Konsentrasi industri dapat berkorelasi
positif maupun negatif terhadap
produktivitas perusahaan, mengikuti
argumen Peltzman (1977).
Pengeluaran R&D
(drdit) +
Bila perusahaan lokal melakukan R&D
maka process innovation yang dihasilkan
akan semakin tinggi sehingga mendorong
kenaikan produktivitas.
Kualitas Tenaga Kerja
(unedu_ratioit) -
Tenaga kerja yang berpendidikan
meningkatkan peluang perusahaan lokal
dalam menangkap spillover effect yang
dihasilkan oleh MNC. Sumber: Olahan penulis
-
29
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif
4.1.1 Gambaran Umum MNC di Industri Manufaktur Indonesia
Salah satu target yang harus dicapai melalui RPJMN 2004-2009 adalah
arus masuk PMA yang harus meningkat. Evaluasi atas implementasi RPJMN
2004-2008 seperti yang dilakukan oleh Idris (2009) memperlihatkan bahwa
sepanjang tahun tersebut, tercatat bahwa arus masuk PMA secara umum memang
mengalami peningkatan, meskipun memang berfluktuatif yang ditandai oleh
menurunnya nilai arus masuk pada tahun 2006.
Gambar 4.1 Arus Masuk PMA ke Indonesia
Sumber: Bank Dunia, diolah
Mengacu pada definisi dimana suatu perusahaan dapat disebut sebagai
MNC apabila terdapat lebih dari 0% jumlah modal asing didalamnya, tercatat
setiap tahunnya, sepanjang periode 2004-2008 terdapat kenaikan jumlah MNC di
dalam industri manufaktur. Apabila pada tahun 2004 jumlah MNC hanya 1.258
perusahaan, maka pada tahun 2008, jumlah MNC dalam industri manufaktur
Indonesia mencapai 1.752. Meski demikian, dibandingkan dengan jumlah
perusahaan lokal, jumlah MNC masih berada dibawah 10% jumlah perusahaan
-2E+09
-1E+09
0
1E+09
2E+09
3E+09
4E+09
5E+09
6E+09
2004 2005 2006 2007 2008
Inflow FDI (Current US$) Linear (Inflow FDI (Current US$))
-
30
Universitas Indonesia
lokal. Pola lain yang terlihat dari Gambar 4.2 adalah bahwa jumlah MNC relatif
stabil setiap tahunnya dimana hanya berkisar di tingkat 1.800 sementara jumlah
perusahaan lokal berfluktuatif dengan perbedaan yang signifikan. Sebagai contoh,
pada tahun 2006 jumlah perusahaan lokal bertambah sekitar 9.000 dibandingkan
tahun sebelumnya, tetapi di tahun 2007 dan 2008, jumlah ini menurun sebesar
sekitar 2.000 dibandingkan tahun sebelumnya. Sekilas terlihat bahwa perusahaan
lokal cenderung mudah keluar-masuk pasar apabila perusahaan tersebut tidak
mampu bersaing, berbeda dengan MNC. Hal ini seolah membuktikan kebenaran
anggapan umum bahwa perusahaan yang mampu berekspansi ke negara lainnya
merupakan perusahaan yang sudah efisien dalam berproduksi sehingga relatif kuat
dalam menghadapi persaingan.
Gambar 4.2 Perbandingan Jumlah MNC dan Perusahaan Lokal
Sumber: Statistik Industri, diolah
Sedangkan, apabila dirinci menurut golongan pokok KBLI 2005, terdapat
tiga golongan pokok dengan jumlah MNC terbanyak sepanjang tahun 2004-2008.
Ketiga golongan pokok tersebut adalah golongan pokok 15 (industri makanan dan
minuman), golongan pokok 24 (industri kimia dan barang-barang dari kimia) serta
golongan pokok 36 (industri furnitur dan pengolahan lain) seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.3. Dari gambar ini terlihat bahwa industri golongan
pokok 15 dan golongan pokok 24 menarik jumlah MNC terbanyak karena
masing-masing industri ini mempunyai jumlah MNC sekitar 11% dari
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
2004 2005 2006 2007 2008
MNC
Local Firm
-
31
Universitas Indonesia
keseluruhan MNC yang berproduksi dalam industri manufaktur Indonesia. Di sisi
lain, golongan pokok 36 menarik sekitar 9% total MNC yang berproduksi di
dalam industri manufaktur Indonesia.
Gambar 4.3 Jumlah MNC dalam Golongan Pokok 15, 24 dan 36
Sumber: Statistik Industri, diolah
Namun demikian, banyaknya jumlah MNC dalam ketiga industri ini tidak
lantas berarti ketiga industri ini menarik modal asing terbanyak didalamnya
karena seperti diperlihatkan dalam lampiran, rata-rata modal asing dalam industri
golongan pokok 15, 24 dan 36 hanya sebesar masing-masing 2,94%, 5,94% dan
14,98%. Kemungkinan yang terjadi adalah pihak asing hanya melakukan
penyertaan modal (joint venture) di dalam ketiga jenis industri ini.
Gambar 4.4 menunjukkan jumlah MNC menurut provinsi di Indonesia.
Dari gambar ini terlihat bahwa sepanjang periode implementasi RPJMN 2004-
2009, industri manufaktur masih terpusat di Pulau Jawa. Terdapat lima provinsi
yang mempunyai jumlah MNC terbanyak dalam industri manufakturnya,
diantaranya Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Jawa
Barat memegang posisi sebagai provinsi dengan MNC terbanyak didalamnya
yaitu mencapai sekitar 39% dari keseluruhan MNC yang berproduksi di
Indonesia. Apabila melihat persebaran MNC menurut kabupaten/kota di Jawa
Barat, data Statistik Industri menunjukkan bahwa Bekasi mempunyai jumlah
MNC terbanyak yaitu mencapai 1.362 perusahaan, disusul oleh Bogor dan
11%
11%
9%
69%
15
24
36
Lainnya
-
32
Universitas Indonesia
Karawang yang masing-masing mempunyai 367 dan 364 MNC didalamnya
sepanjang periode 2004-2008.
Gambar 4.4 Jumlah MNC dalam Industri Manufaktur Menurut Provinsi
Sumber: Statistik Industri, diolah
4.1.2 Perkembangan Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal
MNC dipercaya mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lokal. Hal ini akibat efisiensi yang dimilikinya sehingga
MNC mampu berproduksi dengan input yang sedikit sementara mampu
menghasilkan output yang banyak. Pada kasus di Indonesia, tampaknya anggapan
umum tersebut terbukti benar. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dalam industri
bergolongan pokok 15, MNC mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih
tinggi dibandingkan perusahaan lokal. Banyaknya jumlah MNC di dalam industri
ini tampaknya tidak berkorelasi dengan spillover yang tinggi. Ini diperlihatkan
oleh tingkat produktivitas perusahaan lokal yang sepanjang 2004-2008 relatif
stabil di rentang 30 juta rupiah per tenaga kerja per tahun. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh sifat dari industri itu sendiri yang relatif tidak membutuhkan
teknologi tinggi.
Hal serupa juga diperlihatkan oleh MNC dan perusahaan lokal dalam
industri kimia dan bahan-bahan dari kimia atau industri golongan pokok 24.
Meskipun industri ini tergolong dalam industri berteknologi menengah dan tinggi,
sepertinya tidak tercipta spillover effect. Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa gap
DKI Jakarta, 7.83%
Jawa Barat, 39.04%
Jawa Tengah, 7.08%
Jawa Timur, 12.76%
Banten, 16.72%
Lainnya, 16.57%
-
33
Universitas Indonesia
produktivitas antara MNC dengan perusahaan lokal dalam industri ini juga relatif
tinggi. Apabila pada tahun 2004 produktivitas MNC mencapai sekitar tiga kali
lipat dari yang dicapai perusahaan lokal, gap ini semakin tinggi di tahun 2008.
Hal ini karena produktivitas MNC yang meningkat cukup signifikan sementara
produktivitas perusahaan lokal justru menurun sehingga di tahun 2008, gap
produktivitas keduanya mencapai sekitar delapan kali lipat. Mencermati sifat
industri ini yang membutuhkan teknologi tinggi, dugaan dibalik tidak terjadinya
spillover effect adalah MNC menjaga dengan ketat teknologi yang dimilikinya
sehingga produktivitas MNC dapat meningkat tanpa harus menyebar ke
perusahaan lokal. Sementara itu, dalam industri furnitur (industri dengan
golongan pokok 36) terlihat bahwa terjadi konvergensi produktivitas antara
perusahaan lokal dengan MNC meskipun hal ini hanya terjadi sampai tahun 2007.
Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa gap produktivitas antara MNC dengan
perusahaan lokal di industri ini relatif rendah dengan gap terendah di tahun 2007.
Mungkin saja hal ini terjadi akibat perusahaan lokal yang memperoleh spillover
effect dari kehadiran MNC. Namun demikian, di tahun 2008 gap ini berubah
dengan cukup signifikan karena di tahun tersebut, produktivitas MNC mencapai
sekitar lima kali produktivitas perusahaan lokal.
Gambar 4.5 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 15
Sumber: Statistik Industri, diolah
0
50
100
150
200
250
2004 2005 2006 2007 2008
Juta
Rp
/Te
nag
a K
erj
a
MNC
Local Firm
-
34
Universitas Indonesia
Gambar 4.6 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 24
Sumber: Statistik Industri, diolah
Gambar 4.7 Produktivitas MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 36
Sumber: Statistik Industri, diolah
4.1.3 Perkembangan Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal
Apabila melihat perbandingan intensitas modal antara MNC dan
perusahaan lokal sepanjang periode 2004-2008, terlihat bahwa MNC di ketiga
jenis industri yaitu industri golongan pokok 15, 24 dan 36 memang lebih capital
intensive dibandingkan dengan perusahaan lokal. Pada industri makanan dan
minuman, terlihat bahwa MNC mempunyai intensitas modal yang mencapai
empat kali lipat dari yang dimiliki oleh perusahaan lokal meskipun baik MNC
maupun perusahaan lokal mengalami penurunan nilai intensitas modal menjelang
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2004 2005 2006 2007 2008
Juta
Rp
/Te
nag
a K
erj
a
MNC
Local Firm
0
10
20
30
40
50
60
2004 2005 2006 2007 2008
Juta
Rp
/Te
nag
a K
erj
a
MNC
Local Firm
-
35
Universitas Indonesia
tahun 2006. Oleh sebab dalam penelitian ini intensitas modal diukur dari
penggunaan listrik, dugaan yang mendasari penurunan intensitas modal ini adalah
adanya pencabutan subsidi BBM di tahun 2005 sehingga menyebabkan insentif
bagi perusahaan untuk melakukan cost saving dengan jalan mengurangi produksi.
Gambar 4.8 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 15
Sumber: Statistik Industri, diolah
Industri kimia dan bahan kimia, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar
4.9, terlihat mempunyai gap dalam intensitas modal yang rendah antara MNC dan
perusahaan lokal dimana kedua jenis perusahaan ini juga mempunyai pola
fluktuatif yang serupa. Dugaan dibalik rendahnya gap ini adalah karena industri
bergolongan pokok 24 merupakan industri berteknologi menengah dan tinggi
sehingga perusahaan lokal pun menggunakan mesin produksi dengan intensitas
yang cukup tinggi.
Di sisi lain, industri bergolongan pokok 36 tercatat mempunyai gap
intensitas modal yang rendah antara MNC dengan perusahaan lokal. Dugaan
dibalik hal ini adalah karena industri furnitur tidak membutuhkan teknologi tinggi
dalam aktivitas produksi dan masih terdapat kecendrungan menggunakan input
tenaga kerja dengan jumlah yang lebih banyak sehingga baik MNC maupun
perusahaan lokal mempunyai gap intensitas modal yang rendah.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2004 2005 2006 2007 2008
Rib
u K
wh
/Te
nag
a K
erj
a
MNC
Local Firm
-
36
Universitas Indonesia
Gambar 4.9 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 24
Sumber: Statistik Industri, diolah
Gambar 4.10 Intensitas Modal MNC dan Perusahaan Lokal di Industri 36
Sumber: Statistik Industri, diolah
4.1.4 Perkembangan Absorptive Capacity MNC dan Perusahaan Lokal
Absorptive capacity menggambarkan kemampuan dari perusahaan untuk
melakukan peningkatan produktivitas yang diantaranya dilakukan melalui
penciptaan inovasi. Adalah aktivitas R&D dan kualitas tenaga kerja yang baik
yang umumnya dijadikan sebagai representasi dari absoptive capacity. Apabila
melihat dari pengeluaran R&D perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia
pada tahun 2006 terlihat bahwa baik MNC maupun perusahaan lokal tidak banyak
yang melakukan aktivitas R&D. Secara keseluruhan, dari sekitar 1.000 MNC
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2004 2005 2006 2007 2008
Rib
u K
wh
/Te
nag
a K
erj
a MNC
Local Firm
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2004 2005 2006 2007 2008Rib
u K
wh
/Te
nag
a K
erj
a
MNC
Local Firm
-
37
Universitas Indonesia
yang berproduksi dalam industri manufaktur Indonesia, hanya 179 perusahaan
yang melakukan aktivitas R&D. Sedangkan dari sekitar 23.000 perusahaan lokal,
hanya 9,54% yang melakukan R&D. Kondisi kualitas tenaga kerja dalam MNC
dan perusahaan lokal di industri manufaktur Indonesia pun tidak berbeda jauh.
Apabila melihat keseluruhan industri, sebanyak 94,2% tenaga kerja di MNC
mempunyai tingkat pendidikan S1 kebawah sementara bagi perusahaan lokal,
nilainya jauh lebih tinggi karena mencapai 97,9%. Namun, kondisi yang lebih
baik diperlihatkan oleh industri golongan pokok 24 karena didalam industri ini,
tenaga kerja di MNC yang berpendidikan S1 kebawah hanya sekitar 86,2%
sementara di perusahaan lokal sekitar 93%.
4.2 Analisis Pengolahan Data
Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 3, penelitian ini menggunakan
tiga buah spesifikasi dalam upaya menjawab ketiga pertanyaan penelitian.
Pertama, apakah MNC mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lokal? Kedua, apakah terdapat spillover effect dari
kehadiran MNC intra-industri dan dalam kabupaten/kota yang sama dengan
perusahaan lokal? Ketiga, bagaimana pengaruh dari pengeluaran R&D dan
kualitas tenaga kerja bagi produktivitas tenaga kerja?
4.2.1 Analisis Estimasi Spesifikasi 1
Spesifikasi 1 berusaha mengonfirmasi anggapan umum bahwa MNC di
Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan lokal. Penelitian ini menggunakan estimasi data panel fixed
effect.
Dalam proses estimasi yang dilakukan, hasil awal estimasi menunjukkan
bahwa terdapat masalah heterokedastisitas, tetapi bebas dari masalah
multikolinearitas sehingga perlu dilakukan treatment agar hasil estimasi yang
dihasikan robust. Berikut adalah hasil estimasi ekonometrika atas spesifikasi 1.
-
38
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Hasil Uji Panel Fixed Effect Robust Spesifikasi 1
Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas tenaga kerja di seluruh perusahaan)
Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis
lnCI (intensitas modal) 0,1768 0,000 + +
dshare (dummy modal
asing)
0,01797 0,578 + +
Konsentrasi (HHI) -0,0129 0,627 - +/-
Konstanta 8,7301
Prob > F 0,0000
R2 within 0,1018
Sumber: Olahan penulis
Secara umum, dilihat dari tingkat signifikansi global, spesifikasi ini dapat
digunakan karena mampu mewakili kondisi sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai Prob
-
39
Universitas Indonesia
kenaikan dalam output lebih kecil apabila dibandingkan dengan kenaikan
intensitas modal.
4.2.1.2 Pengaruh Jumlah Modal Asing terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Seluruh Perusahaan
Meskipun secara grafis, sebagaimana ditunjukan dalam bagian analisis
deskriptif, produktivitas tenaga kerja di MNC jauh lebih tinggi dibandingkan
produktivitas di perusahaan lokal, hasil estimasi menunjukkan fakta yang berbeda.
Secara statistik, modal asing tidak mempunyai pengaruh yang jelas terhadap
produktivitas tenaga kerja. Dalam tabel hasil estimasi, variabel dshare
mempunyai nilai P > |t| = 0,575 yang mana tidak signifikan secara statistik dalam
= 1%, 5% atau 10%.
Penyebab dibalik hal ini mungkin karena MNC banyak yang masuk ke
subsektor industri yang tidak membutuhkan teknologi tinggi seperti industri
makanan dan minuman. Dengan demikian, perusahaan dalam rangka mencapai
penghematan biaya produksi akan menjadi cenderung labor intensive dimana
MNC ini lebih memilih untuk menggunakan tenaga kerja banyak dibandingkan
menggunakan barang modal yang berteknologi tinggi padahal tenaga kerja lebih
mudah mengalami dimishing marginal productivity sehingga pengaruhnya ke
produktivitas menjadi ambigu. Kita tidak dapat menarik kesimpulan terkait
bagaimana modal asing dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.
Dugaan lain untuk menjelaskan mengapa dalam kasus ini MNC tidak
terbukti signifikan secara statistik mempunyai produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lokal adalah karena tingkat agregasi data dimana dalam
penelitian ini, kita hanya fokus pada industri manufaktur secara keseluruhan
sehingga sekalipun memang terbukti MNC mempunyai produktivitas yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan lokal, hasil tersebut hanya terjadi di industri-
industri tertentu dimana dalam hal ini pada industri yang mempunyai nilai rata-
rata modal asing tertinggi. Hasil dalam penelitian ini serupa dengan penelitian
Ramstetter (2001) dimana pada kasus industri manufaktur Thailand, perbedaan
produktivitas MNC dan perusahaan lokal juga ditemukan tidak signifikan secara
-
40
Universitas Indonesia
statistik meskipun secara deskriptif, MNC mempunyai intensitas modal serta
produktivitas lebih tinggi dari perusahaan lokal. Diduga hal ini terjadi karena
memang MNC tidak terlalu produktif bagi kasus di Thailand.
4.2.1.3 Pengaruh Konsentrasi Industri (HHI) terhadap Produktivitas Tenaga
Kerja Seluruh Perusahaan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa konsentrasi industri tidak signifikan
secara statistik, yang bermakna bahwa analisis terkait pengaruh konsentrasi
industri bagi produktivitas tenaga kerja seluruh perusahaan tidak dapat dilakukan
meskipun bila dilihat dari tanda koefisien HHI, terlihat bahwa industri yang
terkonsentrasi justru mendorong penurunan produktivitas.
4.2.2 Analisis Estimasi Spesifikasi 2
Tabel ringkasan hasil estimasi diperlihatkan oleh tabel 4.2. Dari tabel ini
terlihat bahwa spesifikasi ini dapat digunakan untuk melakukan estimasi, seperti
dibuktikan oleh nilai Prob>F (0,000) yang berada dibawah = 1%. Selanjutnya,
variabel terikat mempunyai kemampuan menjelaskan variasi-variasi dari variabel-
variabel bebas yang digunakan dalam model sebesar 10,79%.
Tabel 4.2 Hasil Uji Panel Fixed Effect Robust Spesifikasi 2
Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas di perusahaan lokal)
Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis
lnCI (intensitas modal) 0,1842 0,000 + +
Spillover 0,0318 0,249 + +/-
Konsentrasi (HHI) -0,0120 0,659 - +/-
Konstanta 8,6114
Prob > F 0,0000
R2 within 0,1079
Sumber: Olahan penulis
-
41
Universitas Indonesia
4.2.2.1 Pengaruh Intensitas Modal dan Intensitas Bahan Baku terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Lokal
Intensitas modal bernilai signifikan secara statistik dengan koefisien yang
bernilai 0,18. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan intensitas modal
sebesar 1% mempunyai pengaruh dalam menaikkan produktivitas tenaga kerja
perusahaan lokal sebesar 0,18%. Hasil yang didapat sesuai dengan hipotesis yang
diajukan di awal dan sesuai dengan fungsi Cobb Douglas dimana modal, sebagai
salah satu input produksi mempunyai pengaruh positif bagi produktivitas
meskipun pada kasus Indonesia selama periode 2004-2008, terjadi diminishing
marginal productivity dari modal.
4.2.2.2 Pengaruh Kehadiran MNC terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Perusahaan Lokal
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel spillover tidak signifikan
secara statistik. Hasil yang didapat berkaitan dengan hasil estimasi pada
spesifikasi 1 dimana tidak terdapat produktivitas yang berbeda antara MNC
dengan perusahaan lokal. Hal ini tidak begitu mengherankan karena sebagaimana
analisis deskriptif menunjukkan, pada industri-industri dengan jumlah MNC
terbanyak didalamnya (industri bergolongan pokok 15, 24 dan 36) tidak terdapat
konvergensi produktivitas dari perusahaan lokal. Sepanjang 2004-2008, yang
terjadi justru gap produktivitas yang semakin tinggi. Disamping itu, melihat dari
data pengeluaran R&D dari MNC sebagaimana dijelaskan di analisis deskriptif,
terlihat bahwa MNC di Indonesia tidak terlalu aktif melakukan inovasi dan
kualitas tenaga kerja di MNC dalam industri manufaktur secara keseluruhan tidak
berbeda jauh dengan yang dimiliki perusahaan lokal. Disamping itu, melihat dari
jumlah modal asing rata-rata di setiap industri, terlihat bahwa mayoritas industri
hanya mempunyai nilai modal asing dibawah 51% sehingga kemungkinan besar
di Indonesia pihak asing hanya masuk dalam bentuk penyertaan modal bukan
dengan secara aktif terlibat dalam manajemen sehingga yang lebih aktif dalam
manajemen adalah pihak Indonesia. Ini mungkin menjadi alasan mengapa
spillover effect tidak terjadi.
-
42
Universitas Indonesia
4.2.2.3 Pengaruh Konsentrasi Industri terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Perusahaan Lokal
Variabel HHI mengacu pada tabel hasil estimasi mempunyai nilai yang
tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian, kita tidak dapat menarik
kesimpulan terkait pengaruh dari konsentrasi industri bagi produktivitas
perusahaan.
4.2.3 Analisis Estimasi Spesifikasi 3
Spesifikasi 3 bertujuan untuk melihat pengaruh dari absorptive capacity
terhadap produktivitas tenaga kerja perusahaan lokal pada tahun 2006. Adapun
dua buah variabel yang merepresentasikan absorptive capacity yaitu dummy
pengeluaran R&D dan kualitas tenaga kerja yang dihitung melalui rasio dari
jumlah tenaga kerja yang berpendidikan S1 ke bawah terhadap keseluruhan
jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan.
Tabel 4.3 Pengaruh Absorptive Capacity
bagi Produktivitas Perusahaan Lokal
Variabel Terikat: lnLP (Produktivitas di perusahaan lokal)
Variabel Bebas Koefisien P > |t| Hasil Regresi Hipotesis
lnCI (intensitas modal) 0,2629 0,000 + +
Spillover 0,6897 0,000 + +/-
Konsentrasi (HHI) 0,6420 0,000 + +/-
Dummy R&D 0,4168 0,000 + +
Uneducated labor ratio -3,4986 0,000 - -
Konstanta 11,4901
Prob > F 0,0000
R2 adj 37,77%
Sumber: Olahan penulis
Hasil estimasi menunjukkan bahwa spesifikasi ini dapat digunakan untuk
memprediksi pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal ini
-
43
Universitas Indonesia
dibuktikan oleh nilai Prob > F yang dibawah 1%. Seluruh variabel bebas pun
secara parsial bernilai signifikan secara statistik sehingga pengaruh dari masing-
masing variabel tersebut terhadap variabel terikat dapat dijelaskan.
Fokus utama dari spesifikasi 3 adalah melihat bagaimana pengaruh dari
absorptive capacity terhadap produktivitas perusahaan lokal. Hasil menunjukkan
bahwa bagi perusahaan lokal dalam industri manufaktur Indonesia, pengeluaran
R&D berkorelasi positif terhadap produktivitas dimana perusahaan lokal yang
melakukan R&D akan mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi
sebesar 0,517% dibandingkan dengan produktivitas perusahaan yang tidak
melakukan R&D. Sementara itu, kualitas tenaga kerja yang digambarkan oleh
varabel rasio jumlah tenaga kerja berpendidikan S1 ke bawah terhadap total
tenaga kerja mempunyai koefisien bertanda negatif yang dapat dimaknai sebagai
pertambahan tenaga kerja yang berkualitas buruk dalam perusahaan menyebabkan
penurunan produktivitas tenaga kerja di perusahaan tersebut. Hasil yang didapat
dari estimasi variabel absorptive capacity dengan demikian dapat disimpulkan
sesuai dengan hipotesis dan teori.
-
44
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tujuan. Pertama, mengonfirmasi
anggapan umum bahwa MNC di Indonesia mempunyai produktivitas tenaga kerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lokal. Kedua, menganalisis
pengaruh dari kehadiran MNC dalam industri dan lokasi yang sama dengan
perusahaan lokal dan ketiga, bertujuan untuk melihat pengaruh absorptive
capacity perusahaan lokal bagi produktivitas perusahaan tersebut. Berdasarkan
hasil pengolahan data deskriptif dan estimasi kedua spesifikasi secara ekonometri,
didapat beberapa kesimpulan.
Intensitas modal
Intensitas modal mempunyai pengaruh positif bagi produktivitas tenaga
kerja, tetapi dalam kasus Indonesia selama 2004-2008, intensitas modal
mengalami diminishing marginal productivity dimana penambahan
modal akan menyebabkan kenaikan produktivitas dengan tingkat di
bawah jumlah modal yang ditambahkan. Selain itu, dari hasil deskriptif,
terlihat bahwa MNC lebih bersifat capital intensive dibandingkan
perusahaan lokal.
Jumlah modal asing
Jumlah modal asing, yang merupakan variabel utama dalam spesifikasi 1
justru terbukti tidak signifikan yang bermakna dengan adanya modal
asing dalam sebuah perusahaan, tidak selalu hal tersebut menyebabkan
produktivitas tenaga kerja perusahaan itu lebih tinggi dibandingkan
dengan produktivitas tenaga kerja perusahaan yang tidak mempunyai
modal asing didalamnya. Hasil yang didapat dalam penelitian ini
bertentangan dengan hipotesis yang diajukan, tetapi serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan di Thailand oleh Ramstetter (2001). Argumen
-
45
Universitas Indonesia
untuk menjelaskan hal ini adalah adanya kemungkinan bahwa MNC di
Indonesia memang tidak begitu produktif, meskipun mempunyai
intensitas modal yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lokal.
Kehadiran MNC
Adanya MNC dalam industri yang sama dengan perusahaan lokal tidak
terbukti menyebabkan spillover effect bagi perusahaan lokal. Dugaan
dibalik hal ini adalah karena MNC di Indonesia tidak produktif dan
cenderung menggunakan teknologi yang relatif sama dengan perusahaan
lokal.
Konsentrasi industri
Hasil estimasi dalam penelitian ini membuktikan bahwa konsentrasi
industri, yang dalam kasus ini direpresentasikan oleh Herfindahl
Hirschman Index tidak signifikan secara statistik sehingga kita tidak bisa
menarik kesimpulan terkait pengaruh konsentrasi industri bagi
produktivitas perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia.
Absorptive capacity
Hasil estimasi menunjukkan bahwa kedua variabel yang menggambarkan
absorptive capacity perusahaan lokal yaitu pengeluaran R&D dan
kualitas tenaga kerja terbukti berpengaruh positif bagi produktivitas
tenaga kerja.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Kelemahan utama penelitian ini adalah karena pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis pengaruh MNC hanya melalui competition effect sehingga
ada baiknya penelitian berikutnya menggunakan pendekatan lain atau mencoba
bagi kasus inter-industri agar hasil yang didapat lebih valid. Kemudian, karena
data R&D dan tingkat pendidikan tenaga kerja hanya tersedia di tahun 2006,
-
46
Universitas Indonesia
sebaiknya dicari variabel lain yang menggambarkan absorptive capacity dan data
variabel tersebut tersedia setiap tahun.
5.3 Saran
Dari kesimpulan yang didapat, dapat ditarik sejumlah rekomendasi
kebijakan. Pertama, bahwa adanya MNC intra-industri sekalipun berada dalam
lokasi yang sama dengan perusahaan lokal tidak berhasil menciptakan spillover
effect. Dengan demikian, pemerintah seharusnya hanya menggalakan arus masuk
PMA ke sektor industri yang memang membutuhkan teknologi tinggi. Kedua,
bahwa absorptive capacity berperan penting bagi peningkatan produktivitas
sehingga seharusnya setiap perusahaan melakukan aktivitas R&D dan juga
merekrut tenaga kerja yang berpendidikan baik karena hasil estimasi
menunjukkan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan S1 ke bawah hanya
menyebabkan penurunan produktivitas.
-
47
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aitken, Brian J. & Harrison, Ann E. (1999). Do Domestic Firms Benefit from
Direct Foreign Investment? Evidence from Venezuela. The American
Economic Review, 89(3), pp. 605-618.
Blalock, Garrick & Gertler, Paul J. (2004). How Firm Capabilities Affect Who
Benefits from Foreign Technology. NBER Working Paper Series.
Blomstrom, Magnus & Wang, Jian-Ye. (1992). Foreign Investment and
Technology Transfer: A Simple Model. NBER Working Paper Series No.
2958.
Blomstrom, Magnus & Sjoholm, Fredrik. (1999). Technology Transfer and
Spillover: Does Local Participation with Multinationals Matter? European
Economic Review No. 43, pp.915-923.
Cuyvers et.al. (2008). Productivity Spillovers from Foreign Direct Investment in
the Cambodian Manufacturing Sector: Evidence from Establishment-Level
Data. Antwerp Research Paper No. 004.
Gachino, Geoffrey. (2007). Foreign Direct Investment and Firm Level
Productivity a Panel Data Analysis. UNU Merit Working Paper Series No.
16.
Gorg, Holger & Strobl, Eric. (2000). Multinational Companies, Technology
Spillovers and Firm Survival: Evidence from Irish Manufacturing. GLM
Research Paper No.12.
Hoang, V.T. & T.H. Pham. (2010). Productivity Spillovers from Foreign Direct
Investment: The Case of Vietnam. ERIA Research Project Paper pp. 228-
246.
Hsieh, Chang-Tai. (2006). Do Domestic China Firms Benefit from Foreign Direct
Investment? ICSEAD Working Paper Series No. 30.
-
48
Universitas Indonesia
Idris, Fahmi. (2009). Pencapaian Pengembangan Industri Selama Periode 2005-
2009. Jurnal Sekretariat Negara RI No. 13.
Kokko, Ari. (1994). Foreign Direct Investment, Host Country Characteristics and
Spillovers. The Economic Research Institute EFI.
Konings, Jozef. (2000). The Effect of Direct Foreign Investment on Domestic
Firms: Evidence from Firm Level Panel Data in Emerging Economics.
LICOS Working Paper.
Mankiw, Gregory. (1998). Principles of Economics: 2nd Edition. New York:
Harcourt College Publishers.
Mansur, Ahmad. (2008). Is Indonesia Undergoing a Process of
Deindustrialization? Institute of Social Studies Research Paper.
Narjoko, Dionisius A. (2009a). Plant Entry in a More Liberalised Industrialisation
Process: An Experience of Indonesian Manufacturing during the 1990s.
ERIA Discussion Paper Series No. 6.
Narjoko, Dionisius A. (2009b). Foreign Presence Spillovers and Firms Export
Response: Evidence from the Indonesian Manufacturing. ERIA Discussion
Paper Series No. 23.
Pindyck, Robert S. & Rubinfeld, Daniel L. (2005). Microeconomics: 7th Edition.
New York: Pearson.
Proenca, Isabel, Fontoura, Maria Paula & Crespo, Nuno. (2002). Productivity
Spillovers from Multinational Companies in the Portuguese Case:
Evidence from a Short Time Period Panel Data. ISEG Research Paper.
Ramstetter, Eric D. (2001). Labor Productivity in Foreign Multinationals and
Local Plants in Thai Manufacturing, 1996 and 1998. The International
Centre for the Study of East Asian Development Working Paper Series No.
13.
-
49
Universitas Indonesia
Sjoholm, Fredrick. (1997). Technology Gap, Competition and Spillovers from
Direct Foreign Investment: Evidence from Establishment Data. Working
Paper Series in Economics and Finance No. 211.
Suyanto, Salim, Ruhul. A & Bloch, Harry. (2009). Does Foreign Direct
Investment Lead to Productivity Spillovers? Firm Level Evidence from
Indonesia. World Development Journal 37(12) pp. 1861-1876.
Takii, Sadayuki & Ramstetter, Eric D. (2000). Foreign Multinationals in
Indonesian Manufacturing 1985-1998: Shares, Relative Size and Relative
Labor Productivity. ICSEAD Working Paper Series No. 18.
Takii, Sadayuki & Ramstetter, Eric D. (2005a). Multinational Presence and Labor
Productivity Differentials in Indonesian Manufacturing, 1975-2001.
ICSEAD Working Paper Series No. 15.
Takii, Sadayuki. (2005b). Productivity Spillovers and Characteristics of Foreign
Multinational Plants in Indonesian Manufacturing 1990-1995. Journal of
Development Economics No.76, pp. 521-542.
Torlak, Elvisa. (2004). Foreign Direct Investment, Technology Transfer and
Productivity Growth in Transition Countries Empirical Evidence from
Panel Data. CeGe Discussion Paper No. 26.
World Economic Forum. (2002). The Global Competitiveness Report 2001-2002.
New York: Oxford University Press.
_________. Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang Indonesia
2004-2009.
-
50
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran A.1 Hasil Estimasi Awal Spesifikasi 1
. xtreg lnlp_va lnci dshare hhi, fe
Fixed-effects (within) regression Number of obs = 103368
Group variable: id Number of groups = 31928
R-sq: within = 0.1018 Obs per group: min = 1
between = 0.4594 avg = 3.2
overall = 0.3753 max = 5
F(3,71437) = 2698.52
corr(u_i, Xb) = 0.3787 Prob > F = 0.0000
------------------------------------------------------------------------------
lnlp_va | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
-------------+----------------------------------------------------------------
lnci | .176801 .0019658 89.94 0.000 .1729479 .180654
dshare | .0179725 .0220438 0.82 0.415 -.0252334 .0611783
hhi | -.0128993 .0222642 -0.58 0.562 -.0565371 .0307385
_cons | 8.730056 .013076 667.64 0.000 8.704427 8.755685
-------------+----------------------------------------------------------------
sigma_u | .85853647
sigma_e | .57588423
rho | .68968457 (fraction of variance due to u_i)
------------------------------------------------------------------------------
F test that all u_i=0: F(31927, 71437) = 5.45 Prob > F = 0.0000
Lampiran A.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Spesifikasi 1
xttest3
Modified Wald test for gr