PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN
DENGAN PP NO. 47 TAHUN 2012 SEBAGAI
VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur, Tambang, dan Perkebunan
yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
RUDI KURNIAWAN
NIM. C2C009137
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Rudi Kurniawan
Nomor Induk Mahasiswa : C2C009137
Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN DENGAN PP NO. 47 TAHUN
2012 SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur,
Tambang, dan Perkebunan yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-2013)
Dosen Pembimbing : Dr. P. Basuki Hadiprajitno, MBA, M.Acc, Akt.
Semarang, 30 Juni 2014
Dosen Pembimbing
(Dr. P. Basuki Hadiprajitno, MBA, M.Acc, Akt.)
NIP 19610109 198803 1001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Rudi Kurniawan
Nomor Induk Mahasiswa : C2C009137
Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP PENGUNGKAPAN
LINGKUNGAN DENGAN PP NO. 47 TAHUN
2012 SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur,
Tambang, dan Perkebunan yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-2013)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 16 Juli 2014
Tim Penguji:
1. Dr. P. Basuki Hadiprajitno, MBA, M.Acc, Akt. (.......................................)
2. Dr. Dwi Ratmono, SE., M.Si. (.......................................)
3. Dr. Hj. Zulaikha, M.Si., Akt. (.......................................)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Rudi Kurniawan, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : “PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN DENGAN PP NO. 47
TAHUN 2012 SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur, Tambang, dan Perkebunan yang Terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-
2013)” , adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan hal ini saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat
atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin,
tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan
penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain
seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah
diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 17 Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
(Rudi Kurniawan)
NIM : C2C009137
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
KARENA SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN...
SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN...
( Al-Insyirah: 5-6 )
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ibu dan Bapak tercinta, serta saudara-saudaraku tersayang,
sebagai sumber utama cinta, kasih sayang, dan dukungan.
Mas Arifin, (Alm.)
Atas dorongan dan dukungannya saya bisa kuliah disini hingga selesai.
Sahabat-sahabatku tersayang, yang jauh maupun dekat,
sebagai teman dalam suka maupun duka.
Kepada diriku sendiri,
sebagai hadiah atas kerja keras yang dilakukan selama ini.
Terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan.
Allah SWT sebagai pembalas terbaik atas segala kebaikan yang diberikan.
vi
ABSTRACT
Issuance of PP No. 47 Tahun 2012 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan” makes the company must take responsibility fot its activities in the
social and environmental fields and must be reported in the company annual
report. The research objective isto get empirical evidence about the influence of
environmental performance to environmental disclosure with PP No. 47 Tahun
2012 as a moderating variable. In this research, environmental performance and
environmental disclosure are measuredby by PROPERand GRI 3.0(Global
Reporting Initiative) score.Variable of PP No. 47 Tahun 2012 is only used to split
all the data into 2 sub-groups, data sample before the issuance of PP and after the
issuance of PP.
The population of this research is manufacturing, mining, and plantation
companies listing in Indonesian Stock Exchange (IDX) and including in PROPER
2010-2013.Purposive sampling methodis used to collect the data for this research.
The total research observations is 92 companies. The hypotheses in this study
were tested using linear regression with moderating variable.
The result of this study shows that environmental performance has a
significant positive effect on environmental disclosure and PP No. 47 Tahun 2012
has no significant effect on the relationship between environmental performance
and environmental disclosure.
Keywords: PP No.47 Tahun 2012, corporate social responsibility, environmental
performance, environmental disclosure.
vii
ABSTRAK
Diterbitkannya PP No. 47 Tahun 2012 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan” membuat perusahaan wajib mempertanggungjawabkan aktivitasnya
dalam bidang sosial dan lingkungan dan dilaporkan dalam laporan tahunan
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang
pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan dengan PP No.
47 Tahun 2012 sebagai variabel moderasi. Dalam penelitian ini, kinerja
lingkungan diukur dengan menggunakan PROPER dan pengungkapan lingkungan
diukur dengan skor (Global Reporting Initiative) GRI 3.0. Variabel PP No. 47
Tahun 2012 hanya digunakan untuk membagi kelompok data menjadi 2 sub-
kelompok, yaitu kelompok data sebelum PP dan kelompok data sesudah PP.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan tambang, manufaktur, dan
perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk dalam
PROPER tahun 2010-2013. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
purposive sampling. Total perusahaan yang di observasi adalah 92 perusahaan.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi linier
dengan variabel moderasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
positif signifikan terhadap pengungkapan lingkungan dan PP No. 47 Tahun 2012
tidak berpengaruh terhadap hubungan antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan.
Kata kunci: PP No. 47 Tahun 2012, tanggung jawab sosial dan lingkungan,
kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan.
viii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabaraakatuh.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN DENGAN PP NO. 47 TAHUN 2012
SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur, Tambang, dan Perkebunan yang Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-2013)”. Skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada
Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas
Diponegoro. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai
pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, Ph.D., M.Si., Akt., selaku Dekan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
2. Dr. P. Basuki Hadiprajitno MBA., Macc., Akt. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan memberikan masukan, nasehat serta semangat kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
ix
3. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi.
4. Drs. Sudarno, M.Si.,Akt., Ph.D. selaku Dosen Wali yang telah
memberikan arahan dalam menjalani masa perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar, Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro yang telah memberikan bekal ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada
mahasiswa.
7. Kedua Orang Tuaku tercinta, Ibu Siti Machwiyah dan Bapak Kustam,
yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil,
perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Terimakasih. Ini
adalah sebagian kecil hal yang ingin aku persembahkan untuk
membahagiakan kalian.
8. Kakak-kakak tercinta Mbak Ida, Mas Syamsul, dan Mbak Yun yang
telah memberikan kasih sayang, contoh baik serta nasihat yang
bermanfaat yang menjadikan penulis terdorong untuk segera
menyesesaikan skripsi ini.
9. Almarhum Mas Arifin, yang telah mendorong serta memberi semua
dukungan sehingga saya bisa kuliah disini hingga selesai. Semoga
kesabaran dan amal baik yang diberikan menjadi amal jariyah untuk
beliau. Aamiin.
x
10. Keluarga dan teman-teman Jombang yang memberi pelajaran tentang
arti perjuangan serta semangat berupa dorongan untuk segera
menyelesaikan kuliah ini.
11. Sahabat-sahabatku, Gallus, Teguh, Putra yang selama ini telah menjadi
teman yang selalu ada dalam galau, riang, suntuk, jengkel, geram,
gusar, dan apapun jenis perasaan yang ada. Hehe. Terima kasih
semangat yang diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah selalu memberikan kedekatan antara kita dan
dimudahkan jalan kita menuju sukses masing-masing. Aamiin.
12. Keluarga besar Unit Pengembangan Komputer Fakultas Ekononika dan
Bisnis. Gallus, Putra, Tara, Ayu, Hakim, Mas Syam, Mas Singgih,
Mbak Mega, Mbak Retno, Mas Icha, Mas Adit, Mbak Dini, Mas
Mirwan, Mas Panji, Mas Munir, Mas Bagus, Mas Hajam, Bang Holong,
Mas Wicak, Pak Adit, Pak Rizal dan masih banyak lainnya termasuk
adik-adik yang baru yang tidak harus saya sebut satu-satu. Dalam benak
penulis semuanya sangat berarti dan terima kasih sekali telah
mengajarkan penulis tentang arti kebersamaan. Dan tak juga terima
kasih atas bantuan fasilitas maupun arahan sehingga skripsi ini bisa
selesai.
13. Keluarga besar ZIS. Mas Bisri, Mas Ganang, Gallus, Teguh, Putra, dan
Theda yang telah memberi bekal ilmu yang bermanfaat untuk di dunia
maupun di akhirat.
xi
14. Keluraga besar Beasisiwa Produktif PKPU, Pak Aan, Pak Pri,
Ngabidin, Doni, Hanafi, Irfan, Shabrina, Yuyun, Sania, Mbak Mila,
Mbak Nurul dan banyak lagi yang semuanya telah banyak mengajarkan
penulis tentang arti kebersamaan, komitmen, dan kepedulian. Kalian
semua mendorongku untuk segera menyelesaikan kuliah ini. Terima
kasih.
15. Partner bisnis saya, Yanto dan Yogi yang banyak menyumbang ilmu
maupun pelajaran berharga, sehingga penulias dapat mengaplikasikan
ilmu yang diajarkan di kuliah selama ini
16. Serta tak mungkin ketinggalan yaitu teman maupun pihak lain yang
jauh maupun dekat, Galuh Wulan Sari, Dik Adin, Mas Budi, Mas
Bobby, Siska, Pak Sudaryanto, Bapak Aryo dan Ibu Sriani yang secara
langsung maupun tidak langsung mendorong penulis untuk dapat dan
segera menyelesaikan skripsi ini.
17. Mas Sulis, Ramadhan, yang telah membantu memberikan ilmu dan
masukan dalam pengolahan data.
18. Seluruh teman-teman Akuntansi 2009 Reguler 1 Universitas
Diponegoro, terima kasih telah menjadi teman belajar yang
menyenangkan dan saya sungguh sangat terbantu dengan adanya kalian.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
berjasa dalam membantu proses penyusunan skripsi ini.
xii
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan
skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya dapat mengharapkan semoga amal baik tersebut
akan mendapat rahmat dan karunia dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak sebagaimana mestinya. Aamiin.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Semarang, 17 Juni 2014
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 16
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 16
1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 16
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................. 16
BAB II TELAAH PUSTAKA .............................................................................. 18
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 18
2.1.1 Teori Legitimasi ................................................................................ 18
xiv
2.1.2 Teori Stakeholder .............................................................................. 19
2.1.3 Kinerja Lingkungan .......................................................................... 20
2.1.4 Pengungkapan Lingkungan ............................................................... 23
2.1.5 Regulasi Mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ......... 27
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 28
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................................... 31
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................. 32
2.4 Perumusan Hipotesis ................................................................................... 33
2.4.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan
Lingkungan ....................................................................................... 33
2.4.2 Pengaruh PP No. 47 Tahun 2012 terhadap Hubungan antara
Kinerja Lingkungan dengan Pengungkapan Lingkungan ................. 34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................... 37
3.1.1 Pengungkapan Lingkungan ............................................................... 37
3.1.2 Kinerja lingkungan ........................................................................... 38
3.1.3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2012 ................................ 39
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel .................................................................. 40
3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................................. 41
3.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 41
3.5 Metode Analisis ........................................................................................... 42
3.5.1 Statistik Deskriptif ............................................................................ 42
3.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................... 42
xv
3.5.2.1 Uji Normalitas .................................................................... 42
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 43
3.5.2.3 Uji Autokorelasi.................................................................. 43
3.5.3 Pengujian Hipotesis .......................................................................... 44
3.5.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 45
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ......................... 45
3.5.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) .......... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 47
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 47
4.2 Analisis Deskriptif Statistik ......................................................................... 48
4.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 50
4.3.1 Uji Normalitas ................................................................................... 50
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 52
4.3.4 Uji Autokorelasi ................................................................................ 54
4.4 Analisis Regresi ........................................................................................... 56
4.5 Koefisien Determinasi (R2).......................................................................... 58
4.6 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................................. 60
4.7 Uji Hipotesis ................................................................................................ 61
4.8 Interpretasi Hasil .......................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 67
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 69
5.3 Saran ............................................................................................................ 69
xvi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 73
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Peringkat PROPER .................................................................. 22
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................... 30
Tabel 4.1 Proses Seleksi Objek Penelitian ............................................................ 48
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ................................................................................ 48
Tabel 4.3 Uji Normalitas Model 1 ........................................................................ 51
Tabel 4.4 Uji Normalitas Model 2 ........................................................................ 51
Tabel 4.5 Uji Glejser Model 1............................................................................... 53
Tabel 4.6 Uji Glejser Model 2............................................................................... 53
Tabel 4.7 Run Test Model 1 .................................................................................. 55
Tabel 4.8 Run Test Model 2 .................................................................................. 55
Tabel 4.9 Uji t Model 1 ......................................................................................... 57
Tabel 4.10 Uji t Model 2 ....................................................................................... 57
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Model 1 .......................................................... 59
Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Model 2 .......................................................... 59
Tabel 4.13 Uji F Model 1 ...................................................................................... 60
Tabel 4.14 Uji F Model 2 ...................................................................................... 60
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Hipotesis ................................................................ 63
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................. 32
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A TABEL INDEKS GRI (LINGKUNGAN) 3.0 ............................ 73
LAMPIRAN B DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL ........................................ 75
LAMPIRAN C HASIL OLAH DATA STATISTIK ............................................ 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian bisa dijadikan sebagai indikator pertumbuhan negara. Pada
awalnya, dalam perekonomian sederhana hanya ada dua pelaku ekonomi, yaitu
rumah tangga dan perusahaan. Keberadaan perusahaan dalam perekonomian
memiliki peran sebagai pihak yang mengelola faktor-faktor produksi untuk dapat
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan rumah tangga, sedangkan rumah
tangga berperan sebagai konsumen yang sekaligus sebagai penyedia faktor-faktor
produksi yang dibutuhkan perusahaan seperti modal, tanah, tenaga kerja, dan lain-
lain.
Perusahaan sebagai pelaku kegiatan ekonomi negara, diharapkan dapat
tumbuh dengan pesat guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Selain perannya sebagai penyedia barang dan jasa, perusahaan juga berperan
sebagai penyumbang pajak bagi negara. Keberadaan perusahaan pada suatu
daerah juga dapat mempercepat pertumbuhan daerah tersebut. Bisa dikatakan
bahwa keberadaan suatu perusahaan akan membawa angin segar untuk daerah
yang ditempatinya. Perubahan itu bisa dilihat mulai dari terbukanya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar, kemudahan dalam memperoleh barang atau
jasa, kemajuan teknologi, pembangunan infrastruktur di daerah sekitar,
berkembangnya sarana transportasi dan telekomunikasi yang lebih baik, serta
pertumbuhan ekonomi lainnya. Demikian tadi adalah sebagian dampak positif
2
yang dapat kita lihat dari pertumbuhan perusahaan di suatu daerah. Namun,
pertumbuhan perusahaan pada suatu daerah tidaklah bebas dari dampak negatif.
Di antara dampak negatif yang ditimbulkan oleh berdirinya suatu
perusahaan diantaranya ialah timbulnya polusi dan rusaknya lingkungan akibat
limbah perusahaan maupun aktivitas perusahaan lainnya yang tidak ramah
lingkungan. Solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini adalah peran
dari perusahaan untuk mengatasi dampak dari limbah yang dihasilkan. Beberapa
tindakan yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah limbah
tersebut adalah dengan melakukan pengolahan, sterilisasi, edukasi ke masyarakat,
pembuangan limbah ke area yang tepat, dan usaha-usaha lain yang tujuannya agar
limbah atau aktivitas perusahaan tidak berdampak kepada perusakan lingkungan
atau merugikan masyarakat. Selain itu dalam masalah ini pemerintah juga dapat
berperan sebagai pihak yang mengeluarkan regulasi mengenai aturan yang
berkaitan dengan tanggung jawab sosial maupun lingkungan.
Usaha-usaha yang dilakukan perusahaan seperti di atas adalah bagian dari
kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). Hingga saat ini, belum ada
pengertian tunggal yang menjabarkan tentang CSR. Konsep CSR adalah suatu
konsep dimana perusahaan harus bertanggung jawab atas stakeholder-nya dalam
seluruh aspek operasional perusahaan (Pratama, 2013). Dalam ISO 26000, Social
Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu tata kelola organisasi, hak asasi
manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek bisnis yang adil, isu konsumen
serta keterlibatan dan pengembangan masyarakat. Wibisono (2007 dalam Arifin,
2012) mengatakan, CSR adalah tanggung jawab perusahaan kepada para
3
pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Penjabaran
yang lebih rinci diungkapkan oleh Prambudi (2006, dalam Santoso dan Rita,
2012) yang menyebutkan bahwa program-program CSR dikelompokkan menjadi
tiga aspek, yakni:
1. Program Sosial
Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan
kegiatan kedermawanan untuk membangun dan meningkatkan taraf
hidup manusia. Contohnya: sumbangan kepada korban bencana alam,
beasiswa pendidikan kepada pelajar yang kurang mampu, dan pelayanan
dan kampantnye kesehatan.
2. Program Lingkungan
Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan
untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan
dan meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan.
Contohnya: program pengelolaan limbah, penanaman pohon, kampanye
lingkungan hidup dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
3. Program Ekonomi
Program ekonomi merupakan tindakan untuk terjun langsung di dalam
masyarakat untuk membantu memperkuat ketahanan ekonomi dan
menjadikan masyarakat yang mandiri. Seperti pembukaan lapangan
kerja, membantu usaha mikro dan usaha produktif lainnya.
4
Sebagai bentuk tanggung-jawabnya terhadap lingkungan, perusahaan
seharusnya melaksanakan kegiatan CSR ini sebagai suatu keharusan. Di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat juga telah membuat regulasi mengenai
lingkungan yang tertuang dalam US National Environment Policy Act (NEPA)
pada tahun 1970. Undang-Undang tersebut membahas tentang polusi udara, air
dan tanah. Dalam aturan mengenai polusi air dalam Clean Water Act, perusahaan
diharuskan untuk membuat laporan setiap bulan mengenai polusi air yang
ditimbulkan (Chong dan Freedman, 2011). Meskipun regulasi mengenai
kesadaran lingkungan telah dibuat, namun dalam pernyataan Kotler & Nance
(2005 dalam Marnelly, 2012) dinyatakan bahwa gerakan CSR di negara-negara
maju, terutama Amerika Serikat memang lebih banyak didorong oleh kesadaran
secara sukarela (voluntary driven). Komisi Eropa dalam dalam Green Paper juga
mengadopsi penerapan CSR secara sukarela melalui best practices (Marnelly,
2012).
Melihat contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di
Amerika melakukan aktivitas CSR bukan semata-mata tuntutan dari Undang-
undang, melainkan murni sebagai bentuk kesadaran dan komitmen perusahan
terhadap masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian, hukum atau regulasi
seharusnya bukan dijadikan alasan perusahaan melakukan kegiatan CSR,
melainkan hanya digunakan sebagai standard minimum yang harus dipenuhi oleh
perusahaan berkaitan dengan pelaksanaan CSR. Perusahaan seharusnya bisa
menerapkan prinsip-prinsip yang lebih tinggi dari apa yang telah diatur atau
diwajibkan oleh regulasi.
5
Indonesai sebagai negara berkembang juga perlu mencontoh dari negara-
negara maju yang telah menjalankan CSR-nya dengan baik. Pemerintah Indonesia
pada tahun 2007 telah membuat Undang-undang (UU) No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. UU tersebut membahas mengenai Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (CSR). Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada
umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan
Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat, maka ditentukan dalam UU bahwa Perseroan yang
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Undang-undang No. 40,
2007).
Di akhir pasal yang menjelaskan tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan dalam UU No. 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan
pemerintah (PP). Entah apakah UU tersebut kurang kuat atau memang sifatnya
belum wajib jika belum diterbitkannya PP, yang jelas akhirnya peraturan lengkap
berupa PP sebagai tindak lanjut UU itu akhirnya dikeluarkan pada tahun 2012,
yaitu PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas.
6
Dengan diterbitkannya PP No. 47 Tahun 2012 sebagai peraturan lengkap
atau tindak lanjut dari UU No. 40 Tahun 2007, maka saat ini regulasi mengenai
kewajiban perusahaan untuk melakukan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan menjadi semakin kuat. Di dalam PP tersebut secara jelas disebutkan
bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menjadi kewajiban bagi
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam. Dengan begitu sudah jelas bahwa setelah terbitnya PP
No. 47 Tahun 2012 ini tidak ada keraguan lagi bahwa Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan sifatnya adalah wajib (mandatory), bukan sukarela (voluntary) lagi.
Meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang dimaksud dalam PP tersebut kurang jelas dalam menjelaskan
mengenai ruang lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang seperti apa
yang di syaratkan, namun dengan diterbitkannya PP No. 47 Tahun 2012 tersebut
sudah cukup untuk bisa dijadikan sebagai alasan bahwa perusahaan seharusnya
akan lebih terdorong untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungannya dengan lebih baik dari sebelum PP tersebut dikeluarkan.
Sebelum dikeluarkannya PP No. 47 Tahun 2012, sempat terjadi pro dan
kontra mengenai diterbitkannya regulasi yang mewajibkan perusahaan melakukan
CSR. Pro dan kontra ini bisa didasarkan pada beberapa argumen. Sebagian
perusahaan menganggap aktivitas sosial bukan suatu hal yang penting, sebagian
lagi menganggap bahwa CSR itu penting dan perlu dilakukan. Argumentasi yang
mendukung menyatakan bahwa CSR diperlukan untuk hal-hal sebagai berikut
(Anne, 2005 dalam Marnelly, 2012):
7
1. Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek tanggung
jawab;
2. Mengurangi adanya regulasi pemerintah (yang berlebihan);
3. Meningkatkan keuntungan jangka panjang;
4. Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi;
5. Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.
Sedangkan argumentasi yang menentang menyatakan bahwa pada dasarnya CSR
hanya (Anne, 2005 dalam Marnelly):
1. Menurunkan efisiensi ekonomi dan keuntungan usaha;
2. Membuat biaya perusahaan lebih tinggi dibandingkan kompetitornya;
3. Menimbulkan biaya tersembunyi yang secara tidak langsung akan
dibebankan kepada stakeholder;
4. Mensyaratkan tambahan kemampuan sosial yang sebenarnya tidak
dimiliki oleh perusahaan; dan
5. Membebankan tanggungjawab kepada perusahaan yang seharusnya
dibebankan kepada individu.
Sikap pro dan kontra ditunjukkan oleh beberapa pihak. Pihak yang kontra
terhadap regulasi yang mewajibkan perusahaan melaksanakan CSR-nya
diantaranya disebutkan dalam Sukarmi (2010) yang menyebutkan bahwa kalangan
pelaku bisnis yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sangat keras menentang kehadiran dari
pasal tersebut. Mereka beralasan bahwa kegiatan CSR berada di luar kewajiban
perusahaan yang umum dan sudah ditetapkan dalam perundang-undangan formal,
8
seperti ketertiban usaha, pajak atas keuntungan dan standar lingkungan hidup. Jika
diatur kembali, selain bertentangan dengan prinsip kerelaan, CSR juga akan
memberi beban baru kepada dunia usaha terlebih menggerus keuangan suatu
perusahaan.
Sedangkan pihak yang pro diataranya yaitu perusahaan-perusahaan yang
telah menjalankan kegiatan CSR-nya dengan baik walaupun belum tentu semua
perusahaan yang menjalankan kegiatan CSR setuju dengan penerbitan regulasi
yang mewajibkan pelaksanaan CSR ini, karena bisa saja aktivitas CSR yang
dilakukan karena desakan dari pihak lain atau karena motif tertentu yang bukan
atas dasar kesadaran sosial dan lingkungan. Di samping itu masyarakat dan
pemerintah juga merupakan pihak yang pro dengan PP ini, masyarakat sebagai
pihak yang menerima dampak positifnya, dan pemerintah sendiri sebagai pihak
yang mengeluarkan regulasi.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap regulasi yang mewajibkan perusahaan
untuk melakukan CSR ini, pemberlakuan CSR secara wajib dapat membuat
perusahaan untuk dapat fokus terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
Selain itu juga, pemberlakuan CSR secara sukarela dapat menimbulkan persepsi
negatif apabila perusahaan melakukan CSR. Hal ini dikarenakan persepsi awal
masyarakat bahwa perusahaan hanya mencari keuntungan semata, sehingga CSR
merupakan suatu alat mendapatkan keuntungan (Pratama, 2013). Secara teori,
motif-motif perusahaan melakukan CSR dapat dijelaskan dalam teori legitimasi
dan stakeholder. Dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012, selain
mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
9
juga dinyatakan bahwa, “Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dimuat dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada
RUPS” (Peraturan Pemerintah No. 47, 2012). Dengan demikian, selain
perusahaan ditutuntut untuk melaksanakan CSR, perusahaan juga dituntut untuk
melaporkan aktivitas CSR-nya.
Dalam pelaksanaannya, CSR mencakup beberapa bidang, salah satunya
CSR dalam bidang lingkungan. Pernyataan mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan dalam PP No. 47 Tahun 2012 tersebut jika dilihat maka cenderung
ditujukan kepada perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam. Berdasarkan kecenderungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa lingkungan merupakan faktor paling penting dalam CSR,
sehingga CSR dalam bidang lingkungan akan menjadi pembahasan utama dalam
penelitian ini.. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa sebagian besar
masalah sosial berawal dari masalah lingkungan. Selain itu, dampak yang
mempengaruhi lingkungan, secara otomatis juga akan berpengaruh pada aspek
sosial karena manusia dan makhluk hidup lainnya selalu memiliki kaitan erat
dengan lingkungan.
Kasus perusakan lingkungan yang berdampak pada masalah sosial telah
banyak terjadi. Contohnya seperti pada kasus Freeport dan Lapindo. Saat ini
permasalahan yang dihadapi Freeport dan Lapindo tidak hanya masalah
lingkungan saja, melainkan berdampak kepada masalah sosial. Namun jika dilihat
sumber masalahnya, maka awalnya yaitu berasal dari masalah lingkungan.
Masalah dengan lingkungan bisa disebabkan karena tidak adanya pertimbangan
10
jangka panjang akan dampak yang ditimbulkan atas aktifitas yang berhubungan
dengan lingkungan atau sumber daya alam. Dengan demikian, masalah
lingkungan menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Penelitian mengenai kinerja lingkungan yang dihubungkan dengan
pengungkapan lingkungan masih menemukan hasil yang berbeda-beda. Penelitian
mengenai pengaruh kinerja lingkungan pada pengungkapan lingkungan yang
dilakukan oleh Handayani (2010). Kinerja lingkungan diukur dengan PROPER
(Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dikeluarkan oleh KLH
(Kementrian Lingkungan Hidup). Hasil dari penelitian ini menunjukan tidak
adanya pengaruh antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan.
Penelitian yang paling baru yaitu dilakukan oleh Pratama (2013). Pratama
(2013) meneliti tentang pengaruh GCG dan kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan. Dalam penelitian Pratama (2013), populasi yang
diambil yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
PROPER pada rentang waktu tahun 2009-2011. Kinerja lingkungan dinilai
menggunakan PROPER, sedangkan pengungkapan lingkungan menggunakan skor
yang dinilai menggunakan indeks GRI (Global Reporting Initiative) dalam bidang
lingkungan. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja lingkungan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan.
Penelitian lainnya lagi dilakukan oleh Chong dan Freedman (2011). Chong
dan Freedman (2011) meneliti hubungan antara GCG, kinerja lingkungan, dan
pengungkapan lingkungan. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan kinerja
lingkungan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan. Lebih lanjut
11
lagi Chong dan Freedman (2011) menyatakan bahwa hasil dari penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa perusahaan mencoba untuk menciptakan reputasi baik di
mata masyarakat walaupun kinerja yang sesungguhnya lebih buruk dari yang
diungkapkan.
Berdasarkan penemuan Chong dan Freedman (2011) dalam penelitiannya
yang menyimpulkan bahwa perusahaan hanya menginginkan reputasi baik di mata
masyarakat walaupun kinerja yang sesungguhnya masih buruk, maka perlu
dilakukan pengujian lagi untuk melihat kesesuaian antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan oleh perusahaan di Indonesia. Apabila perusahaan
memiliki kinerja lingkungan yang baik, maka secara otomatis berarti perusahaan
telah melaksanakan dengan baik kegiatan CSR-nya khususnya dalam bidang
lingkungan. Selanjutnya perusahaan yang telah melaksanakan kegiatan CSR akan
cenderung mengungkapkan kegiatannya tersebut dalam laporan tahunan maupun
laporan keberlanjutan perusahaan karena hal tersebut dapat memberi nilai tambah
perusahaan di mata investor maupun masyarakat. Dengan demikian maka
seharusnya akan ada hubungan positif antara kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan yang dibuat.
Selain melihat hubungan antara kinerja lingkungan dengan pengungkapan
lingkungan, perlu juga dilakukan pengujian untuk melihat apakah keluarnya PP
No. 47 Tahun 2012 sebagai regulasi dari pemerintah mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan dapat mempengaruhi hubungan antara kinerja lingkungan
terhadap pengungkapan lingkungan. Dengan diterbitkan PP tersebut, maka
perusahaan seharusnya lebih terdorong untuk melakukan kegiatan CSR-nya.
12
Perusahaan yang telah melaksanakan kegiatan CSR akan cenderung
mengungkapkannya dan berusaha melaksanakan CSR-nya dengan baik agar
mendapatkan penilaian kinerja yang baik pula. CSR dan pengungkapan yang
dimaksud dalam penelitian ini dikhususkan dalam bidang lingkungan karena yang
menjadi tolak ukur kinerja yaitu PROPER yang merupakan penilaian kinerja
lingkungan yang dilaksanakan dan dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang permasalahan dan kajian atas
penelitian-penelitian terdahulu, maka penulis akan membuat penelitian dengan
judul, “PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN DENGAN PP NO. 47 TAHUN 2012
SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur, Tambang dan Perkebunan yang Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan Termasuk dalam PROPER Tahun 2010-2013)”.
1.2 Rumusan Masalah
Kerusakan lingkungan akhir-akhir ini sering menjadi salah satu dari
beberapa isu yang sering dibicarakan di ruang publik. Salah satu pelaku perusakan
lingkungan adalah perusahaan. Di negara berkembang seperti Indonesia tidak
dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan perusahaan juga semakin pesat. Jika dilihat
dari sisi ekonomi memang ini adalah kabar baik. Namun dari sudut pandang
lingkungan, bertambahnya jumlah perusahaan bisa menjadi salah satu
penyumbang dalam kerusakan lingkungan.
13
Limbah perusahaan maupun aktivitas perusahaan sudah banyak yang
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Perusahaan sendiri sebenarnya
tidak mau aktivitasnya berdampak negatif kepada lingkungan kareha hal itu sama
saja menurunkan citra perusahaan di mata masyarakat, investor, maupun pihak
berkepentingan lainnya. Namun aktifitas perusahaan beberapa memang tidak
dapat dipungkiri bahwa pasti akan merusak lingkungan, misalnya adalah aktivitas
petambangan.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai dampak perusahaan
terhadap lingkungan tersebut adalah keseriusan perusahaan sendiri dalam
mengatasi atau meminimalkan dampak aktivitasnya terhadap lingkungan yaitu
melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) atau Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan. Selain itu peran pemerintah juga penting sebagai pihak
yang memberi regulasi terkait dengan tanggung jawab sosial maupun lingkungan.
Perusahaan yang sudah melaksanakan CSR akan cenderung
mengungkapkan kegiatan CSR-nya dalam laporan tahunan atau laporan
keberlanjutan. Hal tersebut karena suatu kerugian bagi perusahaan apabila
perusahaan tidak mengungkapkan kegiatan CSR yang sudah dilaksanakan karena
ini bisa memberi nilai tambah bagi perusahaan di mata masyarakat, investor, dan
pihak berkepentingan lain. Ini sesuai dengan prinsip teori legitimasi, yaitu
perusahaan ingin terlihat legitimate di mata publik.
Selain itu, perusahaan yang sudah melaksanakan CSR-nya seharusnya akan
berusaha untuk melaksanakan CSR-nya dengan baik karena Kementerian
Lingkungan Hidup dalam hal ini memiliki program untuk menilai kinerja CSR
14
yang dikhususkan dalam bidang lingkungan atau bisa disebut kinerja lingkungan
dalam program yang dinamakan PROPER. Agar sesuai maka dalam penelitian ini
pengungkapan CSR dikhususkan pada pengungkapan lingkungan dikarenakan
ukuran kinerja yang digunakan yaitu kinerja lingkungan melalui PROPER.
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan
salah satu upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong
penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen
informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: (i)
mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui
insentif dan disinsentif reputasi, dan (ii) mendorong perusahaan yang sudah baik
kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production)
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).
Permasalahan selanjutnya adalah adanya kemungkinan bagi perusahaan
untuk membuat pengungkapan lingkungan dengan sebaik mungkin, namun
kinerja lingkungan sebenarnya bisa saja kurang baik. Ini karena perusahaan
cenderung hanya ingin dilihat legitimate atau baik di mata masyarakat namun
kinerja lingkungan sesungguhnya mungkin masih kurang baik. Pada akhirnya
terjadi adanya laporan atau pengungkapan lingkungan yang tidak sesuai dengan
sebenarnya. Hal ini sama dengan yang ditemukan oleh Chong dan Freedman
(2011) dalam penelitiannya yaitu mendapatkan kesimpulan bahwa perusahaan
mencoba untuk menciptakan reputasi baik di mata masyarakat walaupun kinerja
yang sesungguhnya lebih buruk dari yang diungkapkan. Untuk itu perlu dilakukan
15
pengujian apakah tanggung jawab lingkungannya telah diungkapkan sesuai
dengan kinerja lingkungan perusahaan.
Di sisi lain pemerintah sebagai salah satu primary stakeholder, dalam hal ini
menerbitkan regulasi terkait dengan kewajiban perusahaan untuk melakukan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya yaitu terdapat pada Pasal 74 UU No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang ditindak lanjuti dengan PP No.
47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
terbatas sebagai peraturan pelengkapnya. Dengan adanya peraturan tersebut maka
perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang kemudian kegiatannya dilaporkan dalam laporan tahunan dan
dipertanggungjawabkan kepada RUPS.
Meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang dimaksud dalam PP No. 47 Tahun 2012 kurang begitu jelas
dalam menjelaskan mengenai ruang lingkup Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang seperti apa yang di syaratkan, namun dengan diterbitkannya PP
tersebut sudah cukup untuk bisa dijadikan sebagai alasan bahwa perusahaan
seharusnya akan lebih terdorong untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungannya dengan lebih baik dari pada sebelum PP ini dikeluarkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini akan dipermudah dengan menjabarkanya kedalam pertanyaan
penelitian berikut:
1. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
16
2. Apakah PP No. 47 Tahun 2012 mempengaruhi hubungan kinerja
lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan
lingkungan.
2. Menguji pengaruh terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
terhadap hubungan antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan
lingkungan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pendekatan
lingkungan dan kesadaran akan pentingnya melakukan tanggung jawab
sosial dalam bidang lingkungan.
2. Bagi masyarakat (investor, konsumen, agen, dan lain-lain) agar dapat
digunakan sebagai pemahaman akan pentingnya kebijakan lingkungan
yang diambil suatu perusahaan sebagai tanggung jawab bersama.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian mempunyai maksud untuk memudahkan
pembaca dalam memahami isi penelitian. Penelitian ini terbagi dalam lima bab
17
dalam yaitu bab pendahuluan, bab telaah pustaka, bab metodologi penelitian, bab
hasil dan pembahasan, dan bab penutup.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri atas landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, serta pengembangan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri atas variabel penelitian dan definisi operasional,
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, serta metode analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas deskripsi objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan secara sistematis
hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta menjelaskan
perbandingan antara penelitian ini dengan yang terdahulu.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri atas simpulan dari penelitian yang dilakukan yang telah
menjawab seluruh pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian ini,
dan saran-saran yang dapt digunakan sebagai acuan oleh peniliti-
peneliti lain di masa yang akan datang.
18
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah
penerimaan masyarakat akan keberadaan perusahaan. Penerimaan masyarakat ini
didasarkan pada keinginan dari masyarakat terhadap perusahaan. Keinginan yang
diharapkan masyarakat dengan adanya suatu perusahaan diantaranya yaitu
terciptanya lowongan pekerjaan bagi masyarakat dan kegiatan lain yang dapat
memberdayakan masyarakat, sehingga kedepan diharapkan akan tercipta
kehidupan yang lebih baik. Menurut Suchman (1995, dalam Anugrah, 2011),
legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa
tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang
diinginkan, sesuai dengan norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang
dikembangkan secara sosial.
Gray et. al (1996 dalam Retno dan Priantinah, 2012) berpendapat bahwa
legitimasi merupakan:
“....a systems-oriented view of organisation and society ...permits us to
focus on the role of information and disclosure in the relationship between
organisations, the state, indivisuals and group”.
Dari pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa teori legitimasi merupakan
sebuah sistem yang berorientasi pada pandangan organisasi (perusahaan) dan
masyarakat. Lebih lanjut lagi, untuk melihat ada tidaknya legitimasi, kita
19
(peneliti) diperbolehkan untuk fokus kepada peranan informasi dan pengungkapan
yang berhubungan dengan sudut pandang perusahaan, pemerintah, individu,
maupun kelompok.
Teori legitimasi menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi dari
masyarakat sekitar dan selanjutnya akan mengamankan perusahaan dari hal-hal
yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi, legitimasi ini akan meningkatkan reputasi
perusahaan di mata masyarakat, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai
perusahaan tersebut (Harsanti, 2011 dalam Setyawan, 2012).
2.1.2 Teori Stakeholder
Stakeholder merupakan pihak-pihak yang bekepentingan di suatu
perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan
stackholder. Gray, Kouhy dan Adams (1994 dalam Setyawan, 2007) mengatakan
bahwa:
“Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder
dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha
perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari
dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.”
Didasarkan pada pernyataan di atas, peranan dalam stakeholder sangat
penting karena berkaitan dengan keberlanjutan hidup suatu perusahaan. Wheeler
dan Sillanpa’a’ (1997, dalam Pratama, 2013) membagi stakeholder menjadi 2,
yaitu primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah
pihak yang mempunyai penguasaan langsung dari barang-barang yang diperlukan
20
untuk membantu kebutuhan perusahaan. Sedangkan secondary stakeholder adalah
pihak-pihak yang tidak langsung menyediakan barang-barang yang dibutuhkan
perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh yang bermanfaat dibanding pihak-pihak
yang berkepentingan (Pratama, 2013). Contoh nyatanya yaitu pemerintah sebagai
primary stakeholder dan masyarakat sebagai secondary stakeholder.
2.1.3 Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan merupakan penilaian atas aktifitas perusahaan dalam
usaha untuk menjaga dan memperbaiki kelestarian lingkungan. Kinerja
lingkungan dilakukan sebagai bentuk penilaian atas tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungannya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja lingkungan, dua diantaranya bisa menggunakan AMDAL dan PROPER.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang pengelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. Informasi mengenai AMDAL ini bisa didapat pada
laporan tahunan perusahaan yang listing di BEI. Kelemahan dari penggunaan
AMDAL ini menurut Lindrianasari (2007) adalah hasil AMDAL tidak dapat
diketahui apakah masuk kriteria baik apa tidak.
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan
salah satu upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong
penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen
21
informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: (i)
mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui
insentif dan disinsentif reputasi, dan (ii) mendorong perusahaan yang sudah baik
kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production).
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2011)
Model pemeringkatan dalam PROPER ini adalah menggunakan
pemeringkatan dan penilaian berdasarkan warna. Dalam PROPER (2013)
dijelaskan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2013
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup mengatur tentang mekanisme dan Kriteria Penilaian PROPER.
Kriteria Penilaian PROPER dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kriteria ketaatan yang digunakan untuk pemeringkatan biru, merah, dan
hitam. Kriteria ketaaran pada dasarnya adalah penilaian ketaatan
perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup. Peraturan yang
digunakan sebagai dasar penilaian adalah peraturan: Penerapan Dokumen
Lingkungan, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran
Udara, Pengelolaan Limbah B3, Pengendalian Kerusakan Lingkungan.
2. Kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) untuk pemeringkatan hijau dan emas. Komponen yang dinilai
adalah: Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan, Sistem
Manajemen Lingkungan, Pemanfaatan Sumber Daya, Pengembangan
Masyarakat.
22
Kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan dalam
penelitian ini menggunakan PROPER dengan alasan karena lebih mudah
digunakan. Kemudahan itu karena terdapat tingkatan dari terbaik hingga terburuk
dalam kinerja lingkungan perusahaan dan penilaiannya yang menggunakan simbol
warna menjadi lebih mudah untuk dibaca dan dipahami. Selain itu, lembaga yang
menilai kinerja lingkungan perusahaan merupakan lembaga yang terpercaya yaitu
Kementrian Lingkungan Hidup. Mengenai penjelasan masing-masing kriteria
peringkat PROPER disajikan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kriteria Peringkat PROPER
PERINGKAT
WARNA DEFINISI
EMAS
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah secara konsisten
menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental
excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan
bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat.
HIJAU
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan
pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam
peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem
pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara
efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan
Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial
(CSR/Comdev) dengan baik.
BIRU
untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
MERAH
upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai
dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi
administrasi
HITAM
untuk usaha dan atau kegiatan yang sengaja melakukan
perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
tidak melaksanakan sanksi administrasi
Sumber: Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010.
23
2.1.4 Pengungkapan Lingkungan
Perusahaan dalam kegiatannya tidak hanya melakukan aktivitas produksi
saja, namun juga aktivitas lain misalnya yang berhubungan dengan tanggung
jawab lingkungan. Setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan harus dilaporkan
agar perusahaan memenuhi minimal dua dari lima azas dalam Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance). Dua asas itu ialah
responsibilitas dan transparansi. Responsibilitas artinya perusahaan harus benar-
benar responsible (bertanggung jawab) atas aktivitas yang dilakukan, misalnya
bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Kemudian dalam memenuhi asas transparansi perusahaan harus transparan atau
terbuka kepada publik atas apa yang dilakukan.
Keterbukaan perusahaan kepada publik salah satunya dapat disampaikan
melalui laporan keuangan. Laporan keuangan sangat berguna bagi investor,
kreditor, dan pengguna lainnya sebagai sumber informasi untuk mengambil
keputusan. Keputusan dalam investasi, produksi, kerjasama, maupun keputusan
lain. Informasi yang diungkapakan harus berguna dan tidak membingungkan
pemakai laporan keuangan dalam membantu mengambil keputusan ekonomi
(Chariri & Ghozali, 2001).
Perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) setiap tahunnya
wajib untuk menerbitkan laporan tahunan perusahaan. Dalam laporan tahunan
mengungkapkan laporan yang sifatnya wajib maupun sukarela. Pengungkapan
sukarela merupakan pengungkapan informasi tambahan yang relevan diluar
24
ketetapan standar akuntansi (Pratama, 2013). Sedangkan pengungkapan wajib
ialah pengungkapan yang ketetapannya sudah diatur dalam standar akuntansi.
Salah satu contoh bentuk pengungkapan adalah pengungkapan lingkungan.
Pengungkapan lingkungan berisi tentang informasi mengenai kegiatan tanggung
jawab lingkungan yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan lingkungan
merupakan informasi penting bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang
lingkungan, atau aktifitasnya mempengaruhi lingkungan, sehingga pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan akan fokus kepada informasi tersebut.
Pengungkapan lingkungan merupakan bagian dari pengungkapan CSR yang
pengungkapannya masih bersifat sukarela. Karena sifatnya yang masih sukarela,
maka belum semua perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR-nya. Terdapat
alasan-alasan khusus yang menyebabkan perusahaan mengungkapkan informasi
yang berkaitan dengan aktivitas CSR. Alasan-alasan tersebut dapat dijelaskan
dalam teori pengungkapan sukarela dan teori sosio–politikal.
Clarkson (2008, dalam Chong dan Freedman, 2011) memiliki pandangan
mengenai teori pengungkapan sukarela menyatakan bahwa perusahaan yang telah
melakukan kinerja lingkungannya dengan baik akan lebih suka mengungkapkan
informasi lingkungannya yang mana hal tersebut tidak mudah ditiru oleh
perusahaan lain yang memiliki kinerja lingkungan buruk.
Dalam teori sosio–politikal, terdapat dua teori yang mendasari yaitu teori
stakeholder dan teori legitimasi. Teori stakeholder didukung oleh pernyataan
Gray, Kouhy, dan Lavers (1995, dalam Chong dan Freedman, 2011) yang
menyatakan bahwa perusahaan melakukan pengungkapan lingkungan karena
25
diminta oleh para stakeholder-nya. Manajer memenuhi kebutuhan stakeholder
dengan menyediakan informasi lingkungan yang diinginkan dan diperkirakan
dapat memuaskan stakeholder nya.
Mengenai teori legitimasi, Patten (2000, dalamm Chong dan Freedman,
2011) menyatakan bahwa perusahaan berusaha berperilaku seperti yang
diinginkan masyarakat. Dengan adanya pengungkapan lingkungan, perusahaan
akan membuat dirinya legitimate di mata masyarakat, sehingga tuntutan
masyarakat akan berkurang.
Sebelum diterbitkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
pengungkapan CSR sifatnya masih sukarela. Namun setelah diterbitkannya UU
tersebut, pengungkapan CSR menjadi sesuatu yang wajib dilakukan khususnya
bagi perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan sumber daya alam. Dalam
UU tersebut khusus pada Pasal 74 hanya sedikit dijelaskan mengenai kewajiban
perusahaan dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau
CSR. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah
(PP). Pada tahun 2012 akhirnya diterbitkan PP No. 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang merupakan
peraturan lengkap dari peraturan sebelumnya yaitu UU No. 40 Tahun 2007.
Dalam PP No. 47 Tahun 2012, Perseroan Terbatas wajib mengungkapkan
laporan CSR nya dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan
kepada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Karena diwajibkannya
26
pengungkapan CSR, maka pengungkapan lingkungan yang merupakan bagian dari
pengungkapan CSR seharusnya ikut menjadi suatu kewajiban.
Ada berbagai macam standar yang digunakan untuk menilai pengungkapan
lingkungan, salah satunya adalah menggunakan GRI. Setyawan (2012)
mengatakan bahwa standar pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia
menggunakan standar yang dikembangkan oleh GRI. Global Reporting Initiative
(GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang mempelopori kinerja ekonomi,
lingkungan dan sosial berkelanjutan. GRI menyediakan untuk semua perusahaan
dengan kerangka pelaporan berkelanjutan yang komprehensif yang digunakan di
seluruh dunia (GRI, 2012 dalam Setyawan, 2012). Dalam penelitian Pratama
(2013) yang menganalisis pengaruh GCG dan kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan juga menggunakan GRI untuk menilai pengungkapan
lingkungan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini juga
menggunakan indeks GRI sebagai pedoman untuk menilai pengungkapan
lingkungan. Selain itu, penilaian CSR menggunakan pedoman indeks GRI telah
berlaku secara internasional dan sudah digunakan di banyak negara. Jumlah item
pengungkapan CSR menurut GRI adalah 79 item yang terdiri dari: ekonomi (9
item), lingkungan (30 item), praktik tenaga kerja (14 item), hak manusia (9 item),
masyarakat (8 item), dan tanggung jawab produk (9 item).
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah indikator kinerja
lingkungan (30 item). Kinerja lingkungan mencakup kinerja yang berkaitan
dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, upaya mengurangi
27
dampak terhadap lingkungan dan informasi yang berkaitan dengan lingkungan
lainnya seperti jumlah limbah dan dampak dari produk dan jasa yang dihasilkan
perusahaan.
2.1.5 Regulasi Mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pemerintah merupakan bagian dari primary stakeholder. Sesuai dengan
tujuan utama perusahaan yaitu untuk memaksimalkan keuntungan stakeholder,
maka perusahaan wajib mentaati peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang
memiliki peran sebagai primary stakeholder. Keuntungan di sini tidak dinilai
hanya dengan ukuran matreri, melainkan bisa berupa kepatuhan terhadap aturan
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
pemerintah telah menerbitkan regulasi berupa UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Dalam UU tersebut, kewajiban berkaitan dengan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan dijelaskan pada Pasal 74. Namun dalam UU
tersebut hanya sekilas membahas tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan, peraturan lanjutan yang melengkapi UU tersebut yaitu terdapat pada
PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas yang merupakan peraturan lengkap dari peraturan sebelumnya yaitu UU
No. 40 Tahun 2007 Pasal 74.
Dalam PP No. 47 Tahun 2012 tepatnya pada Pasal 3 dijelaskan bahwa
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menjadi kewajiban Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam. Meskipun ada beberapa pihak yang mengatakan ada sedikit kerancuan
28
dalam PP tersebut berkaitan dengan ruang lingkup Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang dimaksud. Namun walaupun begitu, regulasi tersebut bisa
digunakan sebagai alasan bahwa perseroan khususnya yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam akan lebih
terdorong untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya
menjadi lebih baik setelah PP ini diterbitkan dari pada sebelumnya. Hal tersebut
karena dalam PP tersebut sudah jelas-jelas menyebutkan bahwa Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan menjadi kewajiban Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam sesuai undang-
undang serta dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan apabila
perseroan tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya.
Kemudian pada pasal terakhir yaitu Pasal 9 dalam PP No. 47 tahun 2012 ini
menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan, yaitu ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 April
2012 dengan ditandatangani Presiden dan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Good Corporate Governance dan kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan
manufaktur dan tambang yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan
termasuk dalam PROPER tahun 2009-2011. Dalam penelitian ini, Pratama (2013)
29
menggunakan PROPER untuk menilai kinerja lingkungan, kemudian
pengungkapan lingkungan menggunakan standar yang di keluarkan oleh GRI.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan lingkungan..
Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani (2010) bertujuan untuk
mengetahui apakah kinerja lingkungan yang dilakukan perusahaan sejalan dengan
pengungkapannya, dan apakah keduanya berpengaruh terhadap kinerja
ekonominya. Data penelitian ini ialah perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) pada tahun 2008-
2010. Variabel dari penelitian ini ialah pengungkapan lingkungan, kinerja
ekonomi, dan kinerja lingkungan. Hasilnya ialah tidak terdapat hubungan antara
ketiganya.
Berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Chong dan Freedman
(2011) yang menguji hubungan antara Good Corporate Governance,
pengungkapan lingkungan dan kinerja lingkungan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 50 perusahaan yang merupakan penghasil polusi terbesar dari
1897 perusahaan yang dihitung dari tahun 2003 hingga 2005. Variabel dari
penelitian ini ialah Gov_Score pada (Brown and Caylor, 2006), ukuran polusi, dan
skor dari kriteria pengungkapan lingkungan. Hasilnya terdapat hubungan positif
antara Good Corporate Governance dengan pengungkapan lingkungan. Namun
tidak terdapat hubungan antara Good Corporate Governance dengan kinerja
lingkungan, maupun kinerja lingkungan dengan pengungkapan lingkungan.
30
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Variabel
Alat
Analisis Hasil Penelitian
1. Pratama
(2013)
• Independen (X):
Ukuran Dewan
Komisaris,
Proporsi
Komisaris
Independen,
Rapat Dewan
Komisaris,
Komite Audit,
dan Kinerja
Lingkungan.
• Dependen (Y)
Pengungkapan
Lingkungan
Analisis
Regresi
OLS
(Ordinary
Least
Square)
Terdapat Hubungan
Signifikan positif Antara
Rapat Dewan Komisaris
dan kinerja lingkungan
terhadap Pengungkapan
Lingkungan
2. Handayani
(2010)
• Independen (X):
Environmental
Disclosure dan
Environmental
Perfomance
• Dependen (Y):
Economic
Perfomance dan
Environemntal
Disclosure
Analisis
Regresi
OLS
(Ordinary
Least
Square)
Hasilnya ialah tidak
terdapat hubungan diantara
ketiganya.
4. Chong dan
Freedman
(2011)
• Independen (X):
Good Corporate
Governance,
Environmental
Perfomance,
dan
Environmental
Disclosure
• Dependen (Y):
Environmental
Perfomance dan
Environemntal
Disclosure
Analisis
Regresi
OLS
(Ordinary
Least
Square)
Hasilnya hanya terdapat
hubungan positif antara
Good Corporate
Governance dengan
Environemntal Disclosure.
31
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Hubungan antara kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan dapat
dijelaskan dalam teori legitimasi dan stakeholder. Dalam teori legitimasi,
perusahaan harus legitimate di mata masyarakat. Salah satu faktor yang dipandang
masyarakat ialah masalah lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan harus
mempunyai kinerja lingkungan yang baik. Ketika kinerja perusahaan baik, maka
perusahaan akan cenderung melakukan pengungkapan lingkungan. Hal ini sebagai
bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat. Selain itu,
pengungkapan lingkungan dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi perusahaan
dengan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan masalah lingkungan.
Sedangkan dalam teori stakeholder, perusahaan berusaha memberikan nilai
tambah bagi stakeholder nya. Foley (2005, dalam Pratama, 2010) menyatakan
bahwa stakeholder dibagi kedalam 2 kategori (yaitu Primary Stakeholder dan
Secondary Stakeholder) sesuai dengan peran dan dampaknya bagi perusahaan.
Salah satu stakeholder yang sangat berpengaruh adalah pemerintah yaitu sebagai
Primary Stakeholder. Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
perusahaan, maka pemerintah membuat aturan yang tertuang dalam (PP)
Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan adalah termasuk
bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dalam PP tersebut
perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang baik serta mengungkapkannya dalam laporan tahunan
32
Kinerja
Lingkungan
Pengungkapan
Lingkungan
H1
H2
Peraturan
Pemerintah (PP) No.47
Tahun 2012
perusahaan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan nilai bagi perusahaan adalah
dengan mematuhi regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Dalam penelitian ini, variabel independen adalah kinerja lingkungan,
sedangkan variabel dependennya adalah pengungkapan lingkungan. Selain
menguji pengaruh kinerja lingkungan terhadap pegungkapan lingkungan,
penelitian ini juga menguji pengaruh adanya regulasi pemerintah yaitu dengan
menjadikan regulasi pemerintah dalam hal ini yaitu PP No. 47 Tahun 2012
sebagai variabel moderasi. Dijadikannya PP sebagai variabel moderasi tujuannya
adalah untuk melihat apakah diterbitkannya PP mempengaruhi hubungan kinerja
lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan. Untuk mempermudah, kerangka
teoritis disusun dan digambarkan dengan model sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran Penelitian
33
2.4 Perumusan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan
Sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan
lingkungan salah satunya adalah dengan melakukan kinerja lingkungan. Menurut
Berry dan Rondinelle (1998, dalam Pratama, 1998), perusahaan yang maju
sekarang melihat kinerja lingkungan sebagai alat untuk menambah nilai etika di
masyarakat, memenuhi perlindungan terhadap pekerja, respon atas kebijakan
pemerintah dan stakeholder, dan membangun kebijakan bibsnis baru dalam
rangka untuk tetap kompetitif di dalam persaingan dunia usaha.
Perusahaan yang mempunyai kinerja lingkungan yang baik cenderung akan
melakukan pengungkapan lingkungan. Hal tersebut agar pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan tahu bahwa perusahaan telah menjalankan
tanggung jawab lingkungannya dengan baik. Pihak-pihak tersebut misalnya
masyarakat, investor, pemerintah, dan lain-lain. Setelah pihak-pihak tersebut tahu
bahwa perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab lingkungannya dengan
baik, maka perusahaan akan dianggap legitimate dan bertanggung jawab.
Masalah yang muncul yaitu adanya fakta dari beberapa penelitian yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara kinerja lingkungan dan pengungkapan
lingkungan. Menurut Chong dan Freedman (2011), perusahaan mengungkapkan
laporan lingkungan yang luas lebih cenderung untuk mendapatkan sinyal baik
dibandingkan dengan fakta kinerja lingkungan yang sesungguhnya. Chong dan
Freedman (2011) menyatakan bahwa penemuan ini pada akhirnya mendukung
teori legitimasi, tetapi menolak teori pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan
34
apabila teori pengungkapan sukarela yang diterapkan, maka perusahaan yang
kinerja lingkungannya dikatakan buruk akan cenderung menyembunyikan
pengungkapan lingkungannya.
Di sisi lain terdapat beberapa penelitian yang membuktikan adanya
pengaruh signifikan antara kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan Pratama (2013) menyatakan bahwa kinerja lingkungan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan. Hal ini membuktikan
bahwa pengungkapan lingkungan yang luas dipengaruhi oleh kinerja lingkungan
yang baik pula.
Dalam penelitian ini juga akan menguji pengaruh kinerja lingkungan
terhadap pengungkapan lingkungan dikarenakan pada beberapa penelitian
sebelumnya masih memberikan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan
Lingkungan
2.4.2 Pengaruh PP No. 47 Tahun 2012 terhadap Hubungan antara Kinerja
Lingkungan dengan Pengungkapan Lingkungan
Dengan diterbitkannya PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan, maka peraturan yang mewajibkan untuk melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menjadi semakin kuat. Dengan alasan
35
mematuhi regulasi dari pemerintah, maka perusahaan seharusnya berusaha untuk
mendapatkan kinerja lingkungan dan membuat pengungkapan lingkungannya
dengan yang baik setelah terbitnya PP tersebut. Hal ini karena salah satu tujuan
perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan stakeholder-nya. Dalam hal
ini, pemerintah berperan sebagai primary stakeholder. Di luar alasan untuk
memaksimalkan keuntungan stakeholder, perusahaan mematuhi peraturan PP ini
juga dikarenakan sifatnya yang memaksa. Memaksa dalam arti apabila perusahaan
melanggar aturan yang telah dinyatakan dalam PP tersebut, maka perusahaan akan
dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perlunya pengujian untuk melihat pengaruh kinerja lingkungan terhadap
pegungkapan lingkungan setelah PP No. 47 Tahun 2012 adalah bertujuan untuk
melihat apakah ada reaksi dari perusahaan terhadap peraturan yang telah
diterbitkan tersebut. Hal itu karena Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
dalam PP tersebut secara jelas dinyatakan wajib dilaksanakan bagi perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam dan dikenakan sanksi bagi perseroan yang tidak melaksanakannya.
Sedangkan aspek lingkungan sendiri merupakan bagian dari Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan atau CSR, sehingga peraturan tentang CSR ini bisa
dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hubungan antara kinerja lingkungan
terhadap pengungkapan lingkungan.
Perusahaan yang mematuhi aturan PP No. 47 Tahun 2012 dengan baik,
seharusnya kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungannya akan sama-sama
mengalami peningkatan sehingga keduanya akan memiliki hubungan yang
36
semakin kuat. Hal tersebut dikarenakan ketika perusahaan melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dengan baik, secara otomatis perusahaan
juga akan berusaha untuk mendapatkan penilaian kinerja yang baik serta
cenderung akan mengungkapkan hasilnya pada laporan tahunan atau laporan
keberlanjutan perusahaan karena keduanya bisa memberi nilai tambah bagi
perusahaan. Alasan-alasan tersebut dapat dijelaskan dengan teori stakeholder dan
teori legitimasi. Kinerja dan pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan di penelitian ini dikhususkan pada aspek lingkungan, karena
penelitian ini mengacu pada hasil penilaian kinerja lingkungan yang dikeluarkan
Kementerian Lingkungan Hidup melalui program PROPER.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H2: PP No. 47 Tahun 2012 memperkuat Hubungan antara Kinerja
Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini ialah pengungkapan lingkungan,
sedangkan variabel independennya ialah kinerja lingkungan. Kemudian yang
menjadi variabel moderasi adalah PP No. 47 Tahun 2012.
3.1.1 Pengungkapan Lingkungan
Pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan
lingkungan diukur dengan skor sesuai dengan kriteria pengungkapanya. Kriteria
pengungkapan lingkungan didasarkan pada pedoman indeks CSR dalam bidang
lingkungan yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative).
Hal ini dikarenakan penilaian CSR menggunakan pedoman indeks GRI
telah berlaku secara internasional serta telah digunakan di banyak negara. Jumlah
item CSR pengungkapan menurut GRI adalah 79 yang terdiri dari: ekonomi (9
item), lingkungan (30 item), praktik tenaga kerja (14 item), hak manusia (9 item),
masyarakat (8 item), dan tanggung jawab produk (9 item).
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah indikator kinerja
lingkungan (30 item). Kinerja lingkungan mencakup kinerja yang berkaitan
dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang
berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa.
38
3.1.2 Kinerja lingkungan
Kinerja lingkungan perusahaan diukur dari PROPER yang diterbitkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). PROPER merupakan program KLH untuk
menilai prestasi perusahaan dalam pengelolaan lingkungannya. PROPER
menggunakan peringkat untuk mengukur kinerja lingkungan perusahaan. Terdapat
lima (5) kategori yang ditandai dengan warna-warna sebagai pemeringkatnya.
Urutan peringkat dari yang terkecil ke yang terbesar dalam PROPER adalah
hitam, merah, biru, hijau, dan emas. Kriteria dalam peringkat PROPER sebagai
berikut
1. Peringkat “Emas” (Skor 5)
yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah berhasil melaksanakan
upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup
dan atau melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai hasil yang
sangat memuaskan
2. Peringkat “Hijau” (Skor 4)
yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dan mencapai
hasil lebih baik dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana diatur
dalam perundang-undangan yang berlaku.
3. Peringkat “Biru” (Skor 3)
yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan telah
39
mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Peringkat “Merah” (Skor 2)
yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup tetapi
belum mencapai persyaratan minimal sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Peringkat “Hitam” (Skor 1)
yaitu untuk usaha dan atau kegiatan yang belum melaksanakan upaya
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang
berarti.
Dalam penelitian ini digunakan data ordinal yaitu pengukuran kinerja
lingkungan menggunakan skor 1 hingga 5. Untuk perusahaan yang memiliki
banyak anak dan mendapat peringkat proper yang berbeda maka dalam penelitian
ini skornya didapat dengan menghitung nilai rata-ratanya. Karena skor PROPER
masih dalam bentuk data ordinal, maka nantinya data ordinal akan dirubah
menjadi data interval dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive
Interval). Hal ini dikarenakan dalam analisis regresi tidak diperbolehkan
menggunakan data nominal atau ordinal (non-metrik).
3.1.3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2012
PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas adalah regulasi dari pemerintah yang berisi tentang kewajiban
40
perusahaan untuk malaksanakan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan atau CSR. PP tersebut mewajibkan bagi CSR kepada Perseroan
terbatas yang kegiatan usahanya kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam. Dalam PP ini juga disebutkan bahwa Perseroan akan
dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan apabila perseroan tidak
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya. PP ini berlaku mulai
4 April 2012 sesuai dengan tanggal diundangkannya yang disahkan dan
ditandatangani oleh Presiden dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Dalam analisis regresi, variabel PP No. 47 Tahun 2012 ini selanjutnya
disingkat dengan sebutan PP saja. Variabel ini dinilai dengan kategori angka “0”
dan “1” atau bisa disebut dengan variabel dummy. Angka “0” untuk mewakili
perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan/atau laporan keberlanjutan
sebelum diterbitkannya PP No. 47 Tahun 2012 yaitu untuk tahun 2010-2011.
Kemudian angka “1” untuk mewakili perusahaan yang menerbitkan laporan
tahunan dan/atau laporan keberlanjutan sesudah diterbitkannya PP No. 47 Tahun
2012 yaitu untuk tahun 2012-2013.
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dan PROPER. Sampel penelitian ini diambil dengan
teknik pusposive sampling yaitu perusahaan manufaktur, tambang dan perkebunan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan yang mengikuti Program Penilaian
41
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER)
pada tahun 2010-2013 dan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual
report) dan/atau laporan keberlanjutan (sustainability report) pada tahun 2010-
2013.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain dalam bentuk publikasi. Jenis data sekunder ini dipilih
untuk menghemat waktu dan biaya serta data yang diperoleh lebih valid.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah berupa publikasi laporan
tahunan dan laporan keberlanjutan masing-masing perusahaan per Desember
tahun 2010-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan data PROPER tahun
2010-2013 yang diambil dari situs Kementerian Lingkungan Hidup.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah studi pustaka. Untuk
mendapatkan data kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan,
pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri dokumen laporan tahunan,
laporan keberlanjutan, dan PROPER. Sebagai tambahan, untuk pengungkapan
lingkungan, digunakan instrumen penelitian berupa check list item pengungkapan
sesuai indikator lingkungan GRI. Sedangkan PP No. 47 Tahun 2012 hanya
digunakan sebagai penanda apakah perusahaan membuat laporan tahunan
dan/atau laporan keberlanjutan sebelum tahun 2012 ataukah pada tahun 2012 dan
42
setelahnya. Dimana tahun 2012 adalah tahun PP No. 47 Tahun 2012 tersebut
disahkan. Selanjutnya nilai dari variabel PP ini dinilai menggunakan dummy.
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
3.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi.
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least
Square-OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak
bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimate-BLUE).
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2011). Alat uji yang digunakan adalah dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample
K-S). Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z
(1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2011):
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, hal ini berarti data
residual terdistribusi tidak normal.
43
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, Hal ini berarti data
residual terdistribusi normal.
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
tidak terjadi kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini diuji dengan
Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut terhadap
variabel independen (Gujarat, 2003 dalam Ghozali, 2011). Variabel dengan nilai
signifikansi diatas 0,05 menunjukan tidak terjadi heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi
ada tidaknya autokorelasi penelitian ini menggunakan metode uji Run Test. Run
Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random
44
(Ghozali, 2011). Model yang baik apabila nilai signifikansi diatas 0,05 sehingga
data dapat dikatakan random.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi
dengan variabel moderating. Ada 2 model regresi yang akan digunakan. Model
pertama digunakan untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependennya dan dapat menunjukkan arah pengaruh tersebut.
Sedangkan model kedua digunakan untuk melihat pengaruh variabel moderating
terhadap hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependennya.
Persamaan regresi yang akan diuji ada 2, yaitu sebagai berikut:
1. Ln.PL = α + β1 KL + ε
2. Ln.PL = α + β1 Ln.KL + β2 PP + β3 KL.PP + ε
dimana:
Ln.PL = Logaritma Natural dari Pengungkapan Lingkungan
Ln.KL = Logaritma Natural dari Kinerja Lingkungan
KL = Kinerja Lingkungan
PP = Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012
KL.PP = Kinerja Lingkungan dikali Pengungkapan Lingkungan
α = Konstanta
β = Konstanta
ε = Error
45
3.5.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikansi simultan (uji statistik F) bertujuan untuk mengukur apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pengujian secara simultan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
tingkat signifikansi F dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi yang
digunakan dalam penelitian ini. Cara pengujian simultan terhadap variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya
lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen
maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
46
b. Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan nilainya
lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5 persen
maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2011), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel pejelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan pengujian berikut:
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak, yang berarti
koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara parsial,
variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka koefisien regresi bersifat signifikan
dan secara parsial variabel independen mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.