i
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWAT
(Persepsi Pasien pada Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara)
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Maria Wilsa Prismeiningrum
1511411016
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap
Kualitas Pelayanan Perawat (Persepsi Pasien pada Perawat di RS Donorojo
Jepara)” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 11 November 2015
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Dra. Sinta Saraswati M.Pd.,Kons Liftiah, S. Psi., M.Si.
NIP. 196006051999032001 NIP.196904151997032002
Penguji I Penguji II
Drs. Sugiyarta Stanislaus, M.Si Siti Nuzulia, S.Psi.,M.Si
NIP. 196008161985031003 NIP.197711202005012001
Penguji III/Pembimbing
Rahmawati Prihastuty S.Psi.,M.Si
NIP.19790502200801201
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau,
Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa
kemenangan. (Yesaya 41 :10)
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya (Abraham Lincoln)
Dihidupku setiap hembusan nafas ku, setiap detik dan waktu ku menjadi hal yang
tak dapat dilewatkan untuk menjadi lebih baik bagi orangtua, diri sendiri dan
keluarga. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus
Untuk Bapak , Ibu dan adikku tersayang
Teman- teman Psikologi Angkatan 2011
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas
berkatNya dan karuniaNya penulis dapat dimampukan untuk membuat dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap
Kualitas Pelayanan Perawat (persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara)” sampai selesai dengan baik
Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelas
Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Drs. Edy Purwanto, M. Si, Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Drs.Sugiyarta Stanislaus, M.Si, selaku dosen wali rombel I Psikologi UNNES
angkatan 2011 dan dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan
kritik kepada penulis.
4. Siti Nuzulia, S.Psi.,M.Si, sebagai dosen penguji II yang telah memberikan
masukan dan kritik kepada penulis.
5. Rahmawati Prihastuty S.Psi.,M.Si, selaku dosen pembimbing dan penguji III
yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staff di Jurusan Psikologi yang telah telah memberikan
ilmu, pengetahuan dan pengalaman selama proses perkuliahan berlangsung.
vi
7. Kedua Orang tuaku, Sukamto dan Anastasia Harwiningsih, serta adikku
Wahyu yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang kepada
peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat dan kawan seperjuanganku Nisak, Ainy, Ida, Yanuar, Muklis, Putri,
Dedes, Fillip, Steffi, Pika dan teman-teman lainyan terimakasih atas dukungan
saat suka dan duka
9. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2011,
terimakasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan.
10. Terimakasih pada Keluarga Mba Yuli, yang telah membantu dan merawat
peneliti saat menginap untuk melakukan penelitian di Jepara.
11. Para Pegawai ,perawat dan pasien di RS Kusta Donorojo Jepara yang telah
membantu selama proses penelitian.
12. Kepada pihak-pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.
Semoga Skripsi ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi dunia
pendidikan serta dapat digunakan sebagaimana mestinya. Kepada semua pihak
yang telah membantu, terima kasih banyak
Semarang, November 2015
vii
ABSTRAK
Prismeiningrum, Maria Wilsa. 2015. Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap
Kualitas Pelayanan Perawat (Persepsi Pasien pada Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Rahmawati Prihastuty S.Psi.,M.Si
Kata Kunci : Komuikasi Terapeutik, Kualitas Pelayanan Perawat
RS Kusta Donorojo Jepara merupakan rumah sakit bagi pasien kusta yang
melakukan rawat inap maupun rawat jalan. Selama melakukan perawatan,
diperlukan perawat yang memiliki kualitas pelayanan yang tinggi. Kualitas
pelayanan perawat dapat dilihat pada hubungan komunikasi yang dapat menjalin
keterbukaan antara pasien dan perawat dengan menggunakan komunikasi
terapeutik. Diharapkan dengan menggunakan komunikasi terapeutik maka
kualitas pelayanan perawat yang dimiliki di RS Kusta Donorojo menjadi baik dan
terpercaya untuk melakukan perawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi
terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi
Jumlah sampel 55 pasien dengan teknik sampling kuota yang terdiri dari 22 pasien
rawat inap, 3 pasien inventaris dan 30 pasien rehab atau rawat jalan. Pengambilan
data penelitian ini menggunakan 2 skala psikologi yaitu skala kualitas pelayanan
perawat yang memiliki koefisien validitas item valid antara 0,338-0,726 dan
koefisien reliabilitas sebesar 0,917. Skala komunikasi terapeutik yang memiliki
koefisien validitas antara 0,271-0,631 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,843.
Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan kualitas pelayanan perawat dan komunikasi terapeutik berada pada
kategori baik. Hasil lain adalah ada pengaruh positif komunikasi terapeutik
terhadap kualitas pelayanan perawat (nilai T = 8,409 dengan sig =0,000).
Disarankan pada RS Kusta Donorojo Jepara adalah mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan perawat dengan komunikasi terapeutik agar
hubungan komunikasi antara pasien dan perawat tidak hanya komunikasi secara
sosial saja. Perawat yang terbuk, maka akan mampu memotivasi pasien kusta
untuk dapat segera sembuh dan menjalani kehidupan sehari-hari secara sehat.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................... ............. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ......................................................................... ............. xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ............ xxv
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA..................................... 12
2.1 Kualitas Pelayanan Perawat ............................................................. 12
2.1.1 Definisi Kualitas Pelayanan Perawat ............................................... 12
2.1.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa .................................................... 13
2.1.3 Faktor-faktor yang memperngaruhi Pelayanan Perawat ................. 17
ix
2.2 Komunikasi Terapeutik ................................................................... 21
2.2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik ..................................................... 21
2.2.2 Dimensi Komunikasi Terapeutik ..................................................... 23
2.2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik ....................................................... 26
2.2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik ..................................................... 27
2.2.5 Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik ............................................. 27
2.3 Perawat .......................................................................................... 27
2.3.1 Fungsi dan Peran Perawat................................................................ 28
2.3.1.1 Fungsi Perawat ................................................................................ 28
2.3.1.2 Peran Perawat .................................................................................. 29
2.3.1.3 Hubungan Perawat Pasien ............................................................... 29
2.4 Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Kualitas Pelayanan
Perawat .......................................................................................... 30
2.5 Kerangka Berpikir ...................................................... .................... 31
2.6 Hipotesis ..................................................................... .................... 32
BAB 3
METODE PENELITIAN .......................................................................... 33
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 33
3.2 Desain Penelitian ......................................................................... 33
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 33
3.3.1 Kualitas Pelayanan Perawat ........................................................ 34
3.3.2 Komunikasi Terapeutik ............................................................... 34
3.4 Definisi Operasional.................................................................... 34
3.4.1 Kualitas Pelayanan Perawat ........................................................ 34
x
3.4.2 Komunikasi Terapetutik .............................................................. 34
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................... 35
3.5.1 Populasi ....................................................................................... 35
3.5.2 Sampel ......................................................................................... 36
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 36
3.7 Validitas dan Reabilitas.............................................................. 40
3.7.1 Validitas ..................................................................................... 40
3.7.1.1 Hasil Uji Validitas ..................................................................... 41
3.7.1.1.1 Skala Kualitas Pelayanan Perawat ............................................. 41
3.7.1.1.2 Skala Komunikasi Terapeutik ................................................... 42
3.7.2 Reliabilitas .............................................................................. 43
3.7.2.1 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 44
3.7.2.1.1 Skala Kualitas Pelayanan Perawat ............................................. 44
3.7.2.1.2 Skala Komunikasi Terapeutik ................................................... 44
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................ 44
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 46
4.1 Persiapan Penelitian ................................................................... 46
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ...................................................... 46
4.1.2 Proses Perijinan ......................................................................... 47
4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian ..................................................... 48
4.2 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 48
4.2.1 Pengumpulan Data ..................................................................... 48
4.2.2 Data Demografi Responden ....................................................... 48
xi
4.2.3 Pelaksanaan Skoring .................................................................. 51
4.3 Hasil Penenlitian ........................................................................ 51
4.3.1 Analisis Deskriptif ..................................................................... 51
4.3.2 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara ......................................................................................... 52
4.3.2.1 Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara ......................................................................... 52
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara ......................................................................... 54
4.3.2.2.1 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Aesthetics .................................... 55
4.3.2.2.2 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness ......... 57
4.3.2.2.3 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Care ......................................... 59
4.3.2.2.4 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness ................ 61
4.3.2.2.5 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Commitment ............................. 63
4.3.2.2.6 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Communication ....................... 66
4.3.2.2.7 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Competence .............................. 68
4.3.2.2.8 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
xii
Jepara Berdasarkan Dimensi Courtesy ................................... 70
4.3.2.2.9 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Flexibility ................................. 72
4.3.2.2.10 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Friendliness ............................. 74
4.3.2.2.11 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Integrity .................................... 76
4.3.2.2.12 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Reliability ................................. 78
4.3.2.2.13 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Responsiveness ........................ 80
4.3.2.2.14 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Security .................................... 82
4.3.3 Gambaran Umum Komunikasi Terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara ..................................................................... 87
4.3.3.1 Gambaran Spesifik Komunikasi Terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara Tiap Aspek .................................................. 89
4.3.3.1.1 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Kesetiaan .................................... 89
4.3.3.1.2 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Empati ......................................... 91
4.3.3.1.3 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat ................. 94
4.3.3.1.4 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
xiii
Jepara Berdasarkan Aspek Konkret ........................................ 96
4.4 Metode Analisis Data ............................................................ 100
4.4.1 Uji Normalitas Data ................................................................ 100
4.4.2 Uji Linieritas ........................................................................... 101
4.4.3 Uji Hipotesis ........................................................................... 102
4.4.3.1 Koefisien Korelasi Berganda (R) dan Koefisien Determinasi
(R Square)............................................................................... 102
4.4.3.2 Hasil Uji F .............................................................................. 104
4.4.3.3 Hasil Uji Regresi .................................................................... 104
4.5 Interkorelasi Antar Variabel ................................................... 106
4.6 Pembahasan ............................................................................ 108
4.6.1 Pembahasan Analisis Dekriptif Kualitas Pelayanan Perawat
dan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara .... 108
4.6.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat
di RS Kusta Donorojo Jepara ................................................. 108
4.6.1.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Aesthetics ............. 109
4.6.1.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi
Attentiveness/helpfulness ........................................................ 110
4.6.1.1.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Care ..................... 111
4.6.1.1.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Cleanliness ........... 111
4.6.1.1.5 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Commitment ......... 112
4.6.1.1.6 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Communication .... 112
4.6.1.1.7 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Competence .......... 113
4.6.1.1.8 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Courtesy ............... 113
xiv
4.6.1.1.9 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Flexibility ............. 114
4.6.1.1.10 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Friendliness ......... 114
4.6.1.1.11 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Integrity ................ 115
4.6.1.1.12 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Reliability ............. 115
4.6.1.1.13 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Responsiveness .... 116
4.6.1.1.14 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Security ................ 116
4.6.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Komunikasi Terapeutik
di RS Kusta Donorojo Jepara ................................................. 117
4.6.1.2.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kesejatian ................ 118
4.6.1.2.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Empati ..................... 119
4.6.1.2.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Respek atau Hormat 119
4.6.1.2.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Konkret .................... 120
4.6.2 Pembahasan Analisis Inferensial Kualitas Pelayanan Perawat
dengan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara 120
4.7 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 125
BAB 5
PENUTUP ................................................................................................ 124
5.1 Simpulan ................................................................................. 124
5.2 Saran ....................................................................................... 124
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya........................................................ 124
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan ...................................................... 125
5.2.3 Bagi Rumah Sakit ................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 126
LAMPIRAN ................................................................................................ 129
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Blue Print Skala Kualitas Pelayanan Perawat ................................... 39
3.2 Blue print skala Komunikasi Terapeutik........................................... 40
3.3 Sebaran Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pelayanan Perawat ....... 41
3.4 Sebaran Hasil Uji Validitas Skala Komunikasi Terapeutik .............. 42
3.5 Interpretasi Reliabilitas Guildford..................................................... 44
3.6 Reliability Statistics Skala Kualitas Pelayanan Perawat ................... 44
3.7 Reliability Statistics Skala Komunikasi Terapeutik .......................... 44
4.1 Proporsi Jumlah Sampel Pasien ........................................................ 47
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Status Pasien ................................. 49
4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 49
4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Status Menikah ............................. 50
4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Usia .............................................. 50
4.6 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat ............................... 53
4.7 Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara................................................................................................. 54
4.8 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Aesthetics........................................................................................... 55
4.9 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Aesthetics ....................................................... 56
4.10 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Attentiveness/helpfulness................................................................... 57
xvi
4.11 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness ............................. 58
4.12 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Care ................................................................................................... 59
4.13 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Care ............................................................... 60
4.14 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Cleanliness/Tidiness .......................................................................... 61
4.15 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness ...................................... 62
4.16 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Commitment ...................................................................................... 64
4.17 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Commitment ................................................... 65
4.18 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Communication ................................................................................. 66
4.19 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Communication .............................................. 67
4.20 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Competence ....................................................................................................... 68
4.21 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Competence ................................................... 69
4.22 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Courtesy ............................................................................................ 70
xvii
4.23 Gambar kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Courtesy ......................................................... 71
4.24 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Flexibility .......................................................................................... 72
4.25 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Flexibility ....................................................... 73
4.26 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Friendliness ....................................................................................... 74
4.27 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Friendliness .................................................. 75
4.28 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Integrity ............................................................................................. 76
4.29 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Integrity ......................................................... 77
4.30 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Reliability .......................................................................................... 78
4.31 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Reliability....................................................... 79
4.32 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Responsiveness .................................................................................. 80
4.33 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Responsiveness .............................................. 81
4.34 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Security .............................................................................................. 82
xviii
4.35 Gambar Kualitas Pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Security .......................................................... 83
4.36 Ringkasan Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara................................................................................................. 84
4.37 Perbandingan Mean Empiris Tiap Dimensi Kualitas Pelayanan
Perawat .............................................................................................. 85
4.38 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara................................................................................................. 87
4.39 Gambaran Umum Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara................................................................................................. 88
4.40 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek
Kesejatian .......................................................................................... 89
4.41 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Kesejatian .......................................................... 90
4.42 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan Aspek Empati ................................................................ 92
4.43 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Empati ............................................................ 93
4.44 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat .......................................... 94
4.45 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat .......................................... 95
4.46 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek Konkret 96
4.47 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
xix
Berdasarkan Aspek Konkret ............................................................. 97
4.48 Ringkasan Deskriptif Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Tiap Aspek ........................................................ 98
4.49 Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Komunikasi Terapeutik ... 99
4.50 Uji Normalitas Kualitas Pelayanan Perawat dengan Komunikasi
Terapeutik ......................................................................................... 101
4.51 Uji Linieritas Kualitas Pelayanan Perawat dengan Komunikasi
Terapeutik ......................................................................................... 102
4.52 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Spearman .......................... 103
4.53 Analisis Korelasi Komunikasi Terapeutik dan Kualitas Pelayanan
Perawat .............................................................................................. 103
4.54 Uji F Komunikasi Terapeutik dan Kualitas Pelayanan Perawat ....... 104
4.55 Uji Analisis Regresi .......................................................................... 105
4.56 Interkorelasi Komunikasi Terapeutik dengan Kualitas Pelayanan
Perawat .............................................................................................. 106
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Diagram Kunjungan Rawat Inap 2012-2015 .................................. 4
3.1 Kunjungan Poli Kusta di RS Kusta Donorojo Jepara ..................... 35
4.1 Diagram Jumlah Responden berdasarkan Status Pasien ................ 49
4.2 Diagram Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara ............................................................................. 54
4.3 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Aesthetics ......................................... 57
4.4 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness ................. 59
4.5 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Care ................................................. 61
4.6 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness ........................ 63
4.7 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Commitment..................................... 65
4.8 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Communication ............................... 67
4.9 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Competence ..................................... 69
4.10 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Courtesy........................................... 71
xxi
4.11 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Flexibility......................................... 73
4.12 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Friendliness ..................................... 75
4.13 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Integrity ........................................... 77
4.14 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Reliability ........................................ 80
4.15 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Responsiveness ................................ 82
4.16 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Dimensi Security ............................................ 84
4.17 Diagram Ringkasan Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara.............................................................................................. 85
4.18 Diagram Pembandingan Mean Empiris Kualitas Pelayanan Perawat 86
4.19 Diagram Gambaran Umum Komunikasi Terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara ............................................................................ 89
4.20 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Kesejatian ........................................... 91
4.21 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Empati ................................................. 93
4.22 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat ............................ 96
xxii
4.23 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Konkret ............................................... 98
4.24 Diagram Ringkasan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara.............................................................................................. 99
4.25 Diagram Pembandingan Mean Empiris Komunikasi Terapeutik .. 100
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. KOESIONER ........................................................................ 130
2. SKALA PENELITIAN......................................................... 133
3. TABULASI PENELITIAN .................................................. 144
4. UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS ................... 153
5. UJI ASUMSI KLASIK ......................................................... 160
6. UJI HIPOTESIS ................................................................... 162
7. SURAT PENELITIAN ......................................................... 164
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitas medis dan pelayanan perawatan.
Kualitas pelayanan merupakan suatu aspek yang penting dari suatu rumah sakit.
Sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan adalah tenaga keperawatan. Hal ini
merupakan sesuatu yang wajar mengingat perawat adalah bagian dari tenaga
paramedik yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung. Perawat
memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah-langkah
keperawatan yang diperlukan guna kesembuhan pasien (Hadjan,2001:106)
Pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam suatu rumah sakit
berhubungan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasien selaku konsumen
rumah sakit. Indikator penting yang mempengaruhi pasien dalam kualitas
pelayanan perawat ada seperti bersedia mendengarkan keluh kesah pasien,
mengenal pasien dengan baik, pendengar yang baik dan mampu menyelesaikan
atau mengingat masalah pasien. Pasien lebih menyukai perawat yang
menyenangkan, memiliki keterampilan dan kemampuan serta menpunyai
pertimbangan-pertimbangan yang tidak hanya pada perawatan fisik tetapi juga
pada kepribadian pasien (Hadjam, 2001:108)
2
Profesi perawat dan bidan merawat pasien 24 jam, mereka menjadi kunci
untuk kualitas pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk melakukan
komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan keperawatan agar pasien atau
keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien yang pertama
perawat harus memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan,
membuat kontrak waktu untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya
(Shintana dan Siregar, 2001:1). Oleh karena itu fungsi, tugas, tanggung jawab
serta akuntabilitas perawat dan bidan harus diperjelas. Demikian juga
pengetahuan dan ketrampilannya terus menerus harus ditingkatkan, supaya
asuhan keperawatan kepada pasien bisa diberikan secara profesional dan holistik.
Hal yang patut kita sadari bahwa pelayanan keperawatan/kebidanan dapat
memberikan kontribusi besar dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
terkhusus dalam hal komunikasi antara pasien dan perawat.
Penelitian ini dilakukan di RS Donorojo Jepara yang merupakan pusat
Rumah Sakit khusus penderita kusta karena berbeda dari Rumah sakit lainnya.
Jika ada pasien kusta yang membutuhkan perawatan khusus ditemukan di rumah
sakit kawasan Provinsi Jawa Tengah maka akan mendapatkan rujukan untuk
dirawat Rumah Sakit Donorojo Jepara di sana para pasien yang memiliki masalah
yang sama akan membantu proses penyembuhan, juga para perawat yang memang
secara khusus dan akan memberikan pelayanan yang lebih optimal. Data Tahun
2015 RS Kusta Donorojo memiliki 113 orang tenaga pendukung. Pelayanan yang
diberikan sudah memadai RS instalasi di Donorojo sebagai tempat pelayanan
pasien kusta. Instalasi yang sudah tersedia di IGD, poliklinik, laboratorium dan
radiologi masih ada kendala listrik yang satu phase, unit fisioterapi, unit prothese,
3
rawat inap yang memadai juga gedung prothese yang terstandar. Serta sudah
dirilis unit Vocational Training sebagai center of excellence selain bedah
rekontruksi.
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh
lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit
menular yang tingkat penularannya rendah, namun karena dampak penyakit
tersebut dapat menimbulkan kecacatan. Penderita kusta tidak hanya kecacatan
yang mereka alami tetapi juga perasaan dikucilkan, dihujat, diperlakukan tidak
menyenangkan dan dipandang jijik. Tindakan yang dilakukan masyarakat ini
dapat menimbulkan stress pada pasien. Masalah yang dialami oleh pasien kusta
ini diperlukan pelayanan yang khusus,begitupula komunikasi antara pasien
dengan perawat untuk membantu memecahkan masalah yang dimiliki.
RS Donorojo Jepara terus mengalami peningkatan pasien setiap tahunnya,
hal ini dapat terlihat pada Diagram berikut:
2012 2013 2014 2015
302378
520
126
Kunjungan Rawat Inap
Gambar 1.1 Diagram Kunjungan Rawat Inap 2012-2015
Diagram ini merupakan akumulasi pasien rawat inap pertahunnya, ada
sekitar 302 pasien pada tahun 2012. Peningkatan dialami pada tahun 2013 dan
4
tahun 2014 berjumlah 520 pasien. Sedangkan, pada 2015 sampai bulan Maret
berjumlah 126 pasien yang telah terdata di RS Donorojo Jepara.
Hasil wawancara oleh beberapa pasien rawat inap di RS Kusta Donorojo
Jepara yang mengatakan bahwa para perawat siap memberikan perawatan.
Perawatan kepada pasien tidak hanya rawat luka tetapi juga diberikan motivasi,
kenyamanan dan dukungan yang diperlukan oleh pasien. Kenyaman yang dialami
oleh pasien didukung dengan pasien lain yang miliki penyakit yang sama. Namun
ada pula yang mendapatkan keluhan atas perawatan yang diberikan seperti halnya,
seprai kasur yang tidak rajin diganti, lalu penjelasan mengenai obat yang diminum
tidak jelas, padahal rata-rata pasien di rumah sakit memiliki pendidikan rendah
dan lanjut usia yang susah untuk mengerti penjelasan yang disampaikan.
Ditemukan keluhan bahwa jika pasien mengalami masalah yang membutuhkan
perawat, mereka kurang cepat menyampaikan ke dokter atau malah lupa
menyampaikan masalah pasien.
Pada saat di RS Donorojo di temukan beberapa pegawai mengatakan
hubungan para dokter, perawat, dan pegawai dengan pasien layaknya keluarga.
Mereka memberikan pelayanan, berinteraksi dan berkomunikasi yang nyaman itu
membuat pasien merasakan bahwa penyakit yang mereka alami dapat sembuh,
perawat membantu memberikan motivasi, menghilangkan stress yang dialami
dengan begitu secara tidak langsung memyembuhkan mental mereka. Meyakinkan
bahwa mereka dapat sembuh dengan mengkonsumsi obat dan melakukan
pengobatan secara teratur. Interaksi dan pemberian kenyamanan yang dilakukan
di atas dari hasil observasi bulan April lebih banyak dilakukan oleh para pegawai
5
PNS di rumah sakit bukan oleh dokter atau perawat yang lebih miliki waktu 24
jam menangani pasien.
Peningkatan yang dilakukan RS Donorojo dalam pelayanan adalah
jumlah perawat yang sekarang sudah berjumlah 33 orang. Berbeda dengan tahun
2012 yang hanya memilik 16 perawat. Hal ini dilakukan karena jumlah kunjungan
pasien yang terus meningkat, untuk mengatasinya diperlukan jumlah perawat
yang lebih banyak. Rumah Sakit masih terus mencari perawat yang ingin bekerja
untuk menyeimbangkan jumlah pasien.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada perawat atas cara kerja meraka
yang kadang kala dipengaruhi oleh mood ada saat dimana pekerjaan yang
dilakukan kurang berjalan lancar. Perasaan kurang terpuaskannya pasien kepada
perawat karena disetiap bangsal hanya terdapat 3 perawat dengan jumlah pasien,
yaitu bangsal merpati berisi 14 pasien , bangsal nuri 13 pasien, bangsal kepodang
11 pasien. Perbandingan tersebut yang membuat tidak maksimalnya perawat
untuk melakukan perawatan terhadap pasien kusta.
Wyckof dalam Wisnalmawati (2005: 155) berpendapat bahwa “Kualitas
jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Apabila jasa yang diterima
sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan
memuaskan. Tjiptono (2005:35) menerangkan bahwa apabila jasa yang diterima
melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan ideal. Jika jasa
yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas jasa
dianggap buruk.
6
Perawat memiliki peran sebagai care giver, perawat menggunakan
metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatan. Perawat bertindak sebagai comforter, protector, advvocat
communicator, serta rehabilitator. (Praptianingsih, 2006:34). Pelayanan yang
diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah klien secara fisik,
pikis dan sosial-spiritual dengan fokus utama merubah perilaku klien
(pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan
sehingga klien dapat mandiri (Nursalam, 2002:29).
Dituliskan di atas diantaranya ada komunikasi antara perawat dan pasien
yang harus diperhatikan. Didapatkan kasus di UGD RS Mardi Rahayu dari tahun
2006 sampai Mei 2009, masih ada antara 5% sampai 6,5 % responden merasa
tidak nyaman saat di UGD semuanya dikarenakan komunikasi yang kurang
menurut pasien dalam memberikan pelayanan untuk memberikan penjelasan ke
pasien dengan ramah dan lebih baik lagi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyo Kunto (2004:92) di RS Kusta
Kelet Jepara diketahui bahwa dari 60 responden yang diteliti 50% dari responden
merasa kurang puas mengenai hubungan komunikasi antara pasien–dokter atau
perawat, juga kurangnya dalam pemenuhan keinginan, kebutuhan kepada pasien,
sikap sopan yang diberikan dan keramahan yang diberikan dokter dan perawat
terhadap 15-20 pasien kurang terpuaskan. Upaya menghindari terjadinya kualitas
pelayanan yang rendah yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini oleh
perawat dan berpalingnya pasien dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang
baik serta tepat bagi perawat, dengan menggunakan komunikasi yaitu komunikasi
terapeutik
7
Komunikasi adalah suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-
kata, simbol, atau pesan yang bertujuan agar manusia yang telibat dalam proses
dapat saling tukar-menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu. Dikehidupan
sehari-hari setiap orang tidak lepas dari saling bersosialisasi, dengan demikian
perkembangan dunia komunikasi masa kini telah dipengaruhi sampai keseluruh
kehidupan umat manusia. Disebabkan masalah tersebut para ahli senantiasa
melakukan berbagai pendekatan serta penelitian-penelitian tentang hakikat baik
ditinjau dari aspek kemanusiaan maupun manifestasi pada kehidupan manusia.
Masalah komunikasi tidak efektif adalah karena kesalahan penafsiran,
yang mengakibatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan pasien. Hal ini seperti
lebih disebabkan karena keterbatasan manusia dalam memahami atau menelaah
komunikasi yang disampaikan. Kesalahan yang ditemukan pada instansi
kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, seorang pasien yang kurang mempercayai
perawat dalam menangani masalahnya. Masalah yang tercipta tersebut diperlukan
komunikasi yang baik yaitu komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan
terapeutik antara perawat-pasien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
perawat kepada pasien sangat dipengaruhi oleh umur, pendidikan status
perkawinan, lama bekerja, pelatihan, supervisi, pekerjaan dan faktor penghargaan.
Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan
pengetahuan, sikap, dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar
pengaruhnya terhadap usaha mengatasi berbagai masalah psikologis pasien.
Menggunakan komunikasi terapeutik, pasien akan mengetahui apa yang sedang
dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di rumah sakit, sehingga perasaan
8
dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis pasien dapat teratasi, seperti
kecemasan, ketakutan. Apalagi penderita kusta yang membutuhkan penangangan
terhadap psikis mereka. Umumnya pasien kusta tidak hanya pada tahap yang
ringan saja, tapi juga ada cacat dimana pasien harus melakukan operasi pada
bagian tubuh yang sudah parah untuk mencegah menyebaran virus yang
mengakibatkan pembusukan. Kekhawatiran bahwa nantinya mereka akan
mengurangi aktifitas dan juga berhubungan dengan orang lain akan terbatasi.
Fenomena yang ditemukan bahwa komunikasi terapeutik merupakan suatu
cara yang dilakukan sebagai perawat untuk memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien. Dokter, perawat, dan tenaga penunjang medis serta non medis yang
bertugas di rumah sakit harus memahami cara melayani konsumennya dengan
baik terutama kepada pasien dan keluarga pasien, karena pasien dan keluarga
pasien merupakan konsumen utama pada rumah sakit.
Hasil penelitian yang dilakukan Nur Kasana (2014:2) yang melakukan
penelitian mengenai komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi section
caesereo yang menggunakan teori lain yang sejalan menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik secara efektif yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
dapat menumbuhkan psikis. Komunikasi terapeutik perawat dapat menumbuhkan
motivasi pasien agar dapat menghadapi resiko yang mungkin terjadi. Dengan
menggunakan komunikasi terapeutik yang efektif dan cukup maka tingkat
kecemasan pasien akan berkurang.
Menurut Caris-Verhallen, de Guijter dan Kerkstra (1999) dalam (Diana,
Asrin dan Wahyu, 2006: 54) buruknya komunikasi dalam praktek keperawatan
merupakan sumber ketidakpuasan pasien. Hal ini juga terkait dengan data
9
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa buruknya keterampilan
komunikasi terapeutik perawat merupakan hal yang biasa terjadi dalam praktek
keperawatan sehari-hari. Rendahnya kualitas komunikasi tersebut dapat
berimplikasi serius terhadap kesehatan fisik dan psikologis klien.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan dan membantu penyembuhan klien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat
(Damaiyanti,2008:11).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh
perawat yang lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan perawat diharuskan
memiliki pelayanan berkomunikasi terapeutik atau hubungan terapeutik yang baik
dengan pasien. RS Donorojo yang sebagai Rumah sakit khusus pasien kusta
apakah komunikasi terapeutik menjadi salah satu poin penting untuk kualitas
pelayanan perawat. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN PERAWAT (Persepsi Pasien pada Perawat di RS
Kusta Donorojo Jepara)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Adakah pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat
(persepsi pasien pada perawat Di RS Kusta Donorojo Jepara)?”.
10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Komunikasi Terapeutik terhadap Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara yang dipersepsikan pasien kepada perawat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan kajian mengenai komunikasi terapeutik terhadap
kualitas pelayanan perawa, khususnya pada bidang Psikologi Organisasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian tentang perngaruh ini dapat digunakan untuk
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan mengenai komunikasi Terapeutik terhadap
kualitas pelayanan keperawatan di RS Kusta Donorojo Jepara Jawa Tengah.
1.4.2.2 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan
untuk tema penelitian yang sama.
1.4.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan dalam mengoptimalkan fungsi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami kecemasan,
memberikan kenyaman, tanpa mengabaikan komunikasi terapeutik kepada pasien
sehingga profesionalisme perawat dalam bekerja dapat meningkat.
11
1.4.2.4 Bagi Rumah Sakit
Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan evaluasi dalam
meningkatkan perhatian pasien terutama pada komunikasi terapeutik
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Pelayanan Perawat
2.1.1 Definisi Kualitas Pelayanan Perawat
Kualitas pelayanan merupakan suatu aspek yang penting dari suatu rumah
sakit. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam suatu rumah sakit
berhubungan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasien selaku konsumen
rumah sakit. “Quality in health service is fully meeting the needs of those who the
service most, at the lowest cost to the organization, within limits and directives set
by higher authorities and purchasers.” ( John.O,1992:2)
Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan dirumah sakit
merupakan faktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Dalam keperawatan, tujuan
kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan
perawat yang dihasilkan sesuai dengan standar/keinginan pasien (Nursalam,
2002:297). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik. Jika kualitas pelayanan
yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan yang
diterimanya dianggap sebagai kualitas yang ideal, sedangkan bila kualitas
pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan dianggap buruk. Pelayanan yang diberikan oleh perawat sangat
mempengaruhi berhasil tidaknya suatu jasa karena menyangkut keinginan dan
kebutuhan serta tuntutan pasien selaku konsumen (Indra & Gunarsih, 2002:67).
13
Kualitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 harapan dasar yaitu :
1. Kriteria /standar yang diterapkan harus sesuai
2. Informasi yang dikumpulkan untuk menentukan apakah standar pelayanan
sudah dapat terpenuhi.
3. Pembelajaran dan koreksi diperlukan jika terdapat standar yang tidak dapat
dilakukan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kualitas
Pelayanan Perawat adalah tingkat baik buruknya pelayanan professional yang
diciptakan bagi pasien berupa pelayanan yang perubahannya dapat dirasakan,
dapat dinilai dan dapat diukur secara nyata.
2.1.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa
Menurut Parasuraman,dalam Jasfar (2005:51-52) Zeithaml dan Berry
(1985) melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis industry jasa.
Sebelum mengelompokkan ke dalam lima dimensi, ketiga penelitian ini berhasil
mengidentifikasikan sepuluh faktor yang dinilai konsumen dan merupakan faktor
utama yang menentukan kualitas jasa, yaitu acces, communication, competence,
courtesy, credibility, reliability, responsiveness, security, understanding, dan
tangibles.
Selanjutnya, Parasuraman (et al.)(1988) melakukan kembali penelitian
pada kelompok fokus ( focus group ), baik pengguna maupun penyedia jasa.
Akhirnya, ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara
communication, competence, courtesy, credibility, dan security yang kemudian
dikelompokkan menjadi satu dimensi, yaitu assurance. Demikian pula halnya
mereka menemukan hubungna yang sangat kuat antara access dan understanding,
14
yang kemudian digabungkan menjadi satu dimensi, yaitu empathy. Akhirnya,
Parasuraman (1988) mengemukakan lima dimensi kualitas jasa. Kelima dimensi
tersebut adalah reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance
(jaminan), empathy (empati), dan tangible ( produk-produk fisik).
1. Reliability (kehandalan), yaitu memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
tepat waktu (accurately), kemampuan untuk dipercaya (dependably), dan
diagnosisnya terbukti akurat
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu dapat diakses, tidak lama menunggu,
beserdia mendengarkan keluh kesah pasien.
3. Assurance (Jaminan), yaiitu pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, reputasi
dokter maupun tenaga medis lainnya.
4. Empathy (Empati), yaitu Mengenal pasien dengan baik, mengingat masalah
(penyakit, keluhan, dll) sebelumnya, pendengar yang baik, sabar.
5. Tangible ( Produk-produk fisik), yaitu ruang tunggu, ruang operasi, peralatan,
informasi secara tertulis dan jelas.
Gronroos (1990) dalam Jasfar (2005:53)menyatakan, bahwa service
encounter atau disebut juga the moment of truth, yang sangat penting artinya
dalam penilaian konsumen terhadap jasa. Menurut Groonroos (1990), pada
dasarnya kualitas jasa dari sudut pandang penilaian pelanggan dibedakan atas tiga
dimensi berikut.
1. Technical atau outcome dimension, yaitu berkaitan dengan apa yang diterima
konsumen. Dimensi ini sama artinya dengan apa yang disebut kompetensi
(competence) dari Parasuraman (1985).
15
2. Functional atau process related dimension, yaitu berkaitan dengan cara jasa
disampaikan atau disajikan. Bagaimana the moment of truth dapat terkesan
positif saat ditentukan dari perhatian dari perusahaan jasa, terutama kontak
personel yang terlibat langsung dalam interaksi dengan baik.
3. Corporate image, yaitu berkaitan dengan citra perusahaan di mata konsumen.
Dimensi ini sama pengertiannya dengan kredibilitas (credibility) dalam
pengertian Parasuraman (1985)
Johnston (et al) dalam Jasfar (2005:56-57) melakukan penelitian di Inggris
Jaya (Britain) dan mengusulkan delapan belas dimensi kualitas jasa dengan
definisi masing-masing, seperti terlihat pada catatan yang dikemukakan oleh Van
Looy (et al) (1998) berikut.
1. Access, yaitu lokasi yang mudah dijangkau, termasuk kemudahan untuk
menemukan jalan-jalan disekitar dan kejelasan rute.
2. Aesthetics, yaitu berkaitan dengan sampai sejauh mana paket jasa (service
package) tersedia untuk memuaskan konsumen
3. Attentiveness/helpfulness, yaitu berhubungan dengan kontrak personel,
sampai sejauh mana mereka berkeinginan untuk membantu konsumen.
4. Availability, yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas jasa, staf, dan
barang-barang bagi konsumen.
5. Care, yaitu kepedulian, perhatian, simpati, dan kesabaran yang diperlihatkan
kepada konsumen.
6. Cleanliness/Tidiness, yaitu kebersihan, kerapian, dan keteraturan produk-
produk fisik dalam jumlah paket jasa ( the service package ).
7. Comfort, yaitu berkaitan dengan kenyaman lingkungan dan fasilitas jasa.
16
8. Commitment, yaitu komitmen pekerja terhadap tugas
9. Communication, yaitu kemampuan penyedian jasa untuk berkomunikasi
dengan konsumen.
10. Competence, yaitu berkaitan dengan keahlian dan profesionalisasi dalam
penyampaian jasa.
11. Courtesy, yaitu kesopanan, respek dalam menyediaan jasa, terutama
berkenaan dengan kontrak staf dalam berhubungan dengan konsumen dan hak
miliknya.
12. Flexibility, yaitu berkaitan dengan keinginan dan kesanggupan pekerja untuk
mengubah pelayanan jasa atau produk, menyesuaikan dengan keinginan
konsumen.
13. Friendliness, yaitu kehangatan dan keakraban penyedia jasa, terutama kontak
staf.
14. Functionality, yaitu kemampuan jasa atau kesesuaian „kualitas produk „ baik
berupa fasilitas jasa maupun barang-barang
15. Integrity, yaitu kejujuran, keadilan, dan kepercayaan yang diberikan oleh
perusahaan jasa kepada konsumen.
16. Reliability, yaitu kehandalan dan konsistensi dari kinerja fasilitas jasa,
barang-barang, dan staf
17. Responsiveness, yaitu kecepatan dan ketepatan penyampaian jasa.
18. Security, yaitu keselamatan dan keamanan konsumen serta peranan mereka
dalam proses jasa.
Kesimpulan yang diambil dari beberapa dimensi diatas adalah menurut
Johnston yang memberikan delapan belas dimensi dengan definisi masing-masing
17
secara jelas, dengan menghilangkan dimensi Access, Availibility, Comfort, dan
functionality yang kurang berhubungan untuk menggukur kualitas pelayanan
perawat yang ingin dicapai peneliti yaitu: Aesthetics, Attentiveness/helpfulness,
Care, Cleanliness/Tidiness, Commitment, Communication, Competence, Courtesy,
Flexibility, Friendliness, Integrity, Reliability, Responsiveness dan Security.
Dimensi menurut Johnston dipilih dikarenakan penjelasan pada setiap dimensi
jelas, jika menggunakan dimensi dari parasuraman ada satu dimensi yaitu empati
tumpang tindih dengan aspek yang dimiliki komunikasi terapeutik juga terdapat
aspek empati. Dimensi menurut Gronroos tidak digunakan karena hanya ada tiga
aspek yang dituliskan dan penjelasan yang kurang, hal ini membuat peneliti untuk
menggunakan dimensi menurut Johnston yang lebih jelas dan lebih rinci dalam
setiap pengukuran untuk kualitas pelayanan perawat
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Perawat
Menurut Gibson, et al. (1989:51-70),variabel yang mempengaruhi perilaku
dan kinerja adalah individu, perilaku, psikologi dan organisasi. Variabel individu
terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang, dan demografi. Variabel
demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, dan kepribadian. Adapun uraian
dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
a. Ketrampilan dan kemampuan
Ketrampilan dan kemampuan diartikan sebagai suatu tingkat pencapaian
individu terhadap upaya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan
efisien. Ketrampilan fisik didapatkan dari belajar dengan menggunakan skill
18
dalam bekerja. Pengembangan ketrampilan ini dapat dilakukan dalam bentuk
training.
b. Latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman)
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi bagaimana dan apa yang didapatkan
dari lingkungan keluarga. Keluarga berperan dan berfungsi sebagai pembentukan
sistem nilai yang akan dianut oleh masing-masing anggota keluarga. Dalam hal
tersebut keluarga mengajarkan bagaimana untuk mencapai hidup dan apa yang
seharusnya kita lakukan untuk menghadapi hidup. Pengalaman (masa kerja)
biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana pengalaman kerja juga
ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja maka kecakapan
akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c. Demografis (umur, jenis kelamin dan etnis)
Hasil kemampuan dan ketrampilan seseorang seringkali dihubungkan
dengan umur, sehingga semakin lama umur seseorang maka pemahaman terhadap
masalah akan lebih dewasa dalam bertindak. Etnis diartikan sebagai sebuah
kelompok masyarakat yang mempunyai ciri-ciri karakter yang khusus.
Masyarakat sebagai bagian dari pembentukan nilai dan karakter individu maka
pada budaya tertentu mempunyai sebuah peradaban yang nantinya akan
mempengaruhi dan membentuk sistem nilai seseorang.
Pengaruh jenis kelamin dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang akan dikerjakan. Misalnya mencangkul dan mengecat tembok
maka jenis kelamin laki-laki sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kerja,
namun ada sisi lain yang positif dalam karakter wanita yaitu ketaatan dan
kepatuhan dalam bekerja, hal ini akan mempengaruhi kinerja secara personal.
19
d. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterprestasikan impresi sensorinya supaya dapat
memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, meskipun persepsi sangat
dipengaruhi oleh pengobyekan indra maka dalam proses ini dapat terjadi
penyaringan kognitif atau terjadi modifikasi data. Persepsi diri dalam bekerja
mempengaruhi sejauh mana pekerjaan tersebut memberikan tingkat kepuasaan
dalam dirinya.
e. Sikap dan kepribadian
Merupakan sebuah itikat dalam diri seseorang untuk tidak melakukan atau
melakukan pekerjaan tersebut sebagai bagian dari aktivitas yang menyenangkan.
Sikap yang baik adalah sikap dimana dia mau mengerjakan pekerjaan tersebut
tanpa terbebani oleh sesuatu hal yang menjadi konflik internal. Perilaku bekerja
seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap dalam bekerja. Sedangkan sikap
seseorang dalam memberikan respon terhadap masalah dipengaruhi oleh
kepribadian seseorang. Kepribadian ini dibentuk sejak lahir dan berkembang
sampai dewasa. Kepribadian seseorang sulit dirubah karena elemen
kepribadiannya yaitu id, ego dan super ego yang dibangun dari hasil bagaimana
dia belajar saat di kandungan sampai dewasa.
Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental
yang dipelajari dan diperoleh melalui pengalaman, serta mempunyai pengaruh
tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang
berhubungan dengannya.
20
Menurut Gronroos (1990) dalam Jasfar (2005: 62), beberapa faktor (criteria)
yang menentukan kualitas jasa. Kriteria ini dapat dijadikan pegangan bagi para
manajer dibidang jasa untuk menyusun strategi agar peralatan yang dipakai
maupun staf yang langsung maupun tidak langsung menghadapi konsumen
dipersiapkan untuk dapat memenuhi apa yang diharapkan konsumen. Kriteria
tersebut adalah seperti berikut ini.
a. Professionalisme and skills; konsumen menghendaki agar penyedia jasa,
apakah kontak personal, system operasi, maupun peralatan-peralatan teknik
yang dimiliki haruslah dapat mengatasi masalah yang dihadapi secara
professional dan terampil.
b. Attitudes and behavior ; konsumen harus merasa yakin bahwa kontak
personal (contact personal) melayani dan berusaha membantu dalam
memecahkan masalah mereka secara spontan dan dengan cara bersahabat.
c. Accessibility and flexibility;konsumen merasa bahwa penyedia jasa, apakah
personel, lokasi dimana mereka berada, jam kerja dan sistem operasi
dirancang serta dioperasikan sedemikian rupa, sehingga konsumen dapat
melakukan akses dengan mudah, permintaan dapat disesuaikan dengan
keinginan konsumen dengan cara yang lebih fleksibel.
d. Reliability and trustworthiness; konsumen memahami bahwa apa pun yang
terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa,
baik kepada karyawan maupun sistemnya untuk memegang janjinya.
e. Recovery;konsumen menyadari bahwa apa pun kesalahan-kesalahan yang
terjadi maupun sesuatu yang tidak diduga dan yang tidak diharapkan terjadi,
21
mereka yakin tersedian jasa akan dapat mengatasi dengan tepat, sesuai
dengan yang diharapkan
f. Reputation and credibility;pelanggan percaya bahwa operasi atau cara kerja
penyedian jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang
sesuai dengan pengorbanannya
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa faktor diatas adalah bahwa
jika diartikan menurut Gibson mengambil sudut pandang dari perawat atau jasa
sedangkan menurut Gronroos melihat sudut pandang dari konsumen dan pada
dimensi kualitas menurut Groonroos. Jadi faktor yang akan digunakan adalah
menurut Gronroos yaitu Professionalistma and skills, Attitudes and behavior,
Accessibility and flexibility, Reliability and trustworthiness, Recovery, Reputation
and credibility.
2.2 Komunikasi Terapeutik
2.2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang
direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Supriyanto dan Ernawaty, 2010:252). Komunikasi terapetik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati dalam Siti Fatmawati (2010;23).
Keberadaan komunikasi terapeutik memiliki peranan penting dalam
membantu seorang klien dalam membantu seorang klien dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Menurut Damaiyanti (2008:11) Terapeutik merupakan
kata sifat yangdihubungkan dengan seni dari penyembuhan sehingga terapeutik
juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
22
Komunikasi therapeutic ialah pengalaman interaktif bersama antara
perawat dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pasien (Machfoedz, 2009:105). Pada dasarnya
komunikasi therapeutic merupakan komunikasi professional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien. Komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien karena adanya saling membutuhkan dan mengutamakan saling pengertian
yang direncanakan secara sadar dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau
isyarat tertentu dan bertujuan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun
harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional. Pada waktu
perawat berkomunikasi terapeutik untuk pertama kali, proses komunikasi
mungkin akan terlihat canggung, semu, dan seperti dibuat-buat. Namun, hal ini
akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antara manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan keperawatan (Arwani, 2002:50-
51).
Beberapa definisi yang telah disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara perawat dan pasien yang
dilakukan secara sadar, direncanakan yang membentu memecahkan masalah
pasien yang bertujuan mempercepat kesembuhan pasien secara fisik maupun
psikis.
2.2.2 Dimensi Komunikasi Terapeutik
Menurut Damaiyanti (2008:30-34), Dimensi yang harus dimiliki perawat
Untuk melakukan komunikasi terapeutik adalah :
23
a. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri
kita yang sebenarnya. Perawat menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang
dimiliki terhadap keadaan pasien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa
ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai pasien. Perawat
tidak menolak segala bentuk perasaan yang dimiliki pasien.
b. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain dan
bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang
menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita larut dalam emosi orang lain.
c. Respek atau Hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian
atau perhatian, rasa suka dan menghargai pasien. Perawat menghargai pasien
sebagai orang yang bernilai dan menerima pasien tanpa syarat.
d. Konkret
Perawat menggunakan gaya yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
mendiskusikan dengan pasien mengenai perasaan, pengalaman dan tingkah
lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah dapat mempertahankan respon perawat
terhadap perasaan pasien, penjelasan dengan akurat tentang masalah dan
mendorong pasien memikirkan masalah yang spesifik.
Selain dimensi yang ada untuk Komunikasi Terapeutik, terdapat tiga hal
yang mendasar dan memberi ciri-ciri dari komunikasi terapeutik yaitu keikhlasan,
empati (empathy), dan kehangatan (warmth) ( dalam Taufik dan Juliane, 2010:30-
34).
24
1. Keikhlasan
Memberikan bantuan kepada klien, harus dapat menyadari tentang nilai,
sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Apa yang dipikirkan
serta dirasakan tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi selalu
dikomunikasikan pada individu, baik secara verbal maupun nonverbal. Mampu
menunjukkan keikhlasan yang tinggi maka memilki kesadaran mengenai sikap
yang dipunyai terhadap klien sehingga mampu belajar berkomunikasi secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Suatu perasaan “pemahaman “ dan “penerimaan” terhadap perasaan yang
dialami klien dan mampu dalam merasakan “dunia pribadi pasien”. Jujur, sensitif,
dan tidak dibuat-buat (objektif) karena didasari dengan yang dialami oleh orang
lain. Empati lebih cenderung bergantung pada pengalaman serta orang yang
terlibat komunikasi. Berusaha keras untuk mengetahui secara pasti pada apa yang
sedang dipikirkan dan dialami klien.
3. Kehangatan (Warmth)
Ada hubungan saling membantu (helping relationship) dibuat untuk
memberikan kesempatan klien dalam mengeluarkan “unek-unek” (perasaan dari
nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, mendorong klien untuk
mengeksperikan ide-ide dan menuangkan dalam suatu bentuk perbuatan tanpa
rasa takut. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman
menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien sehingga dapat
mengeksperikan perasaan secara lebih mendalam.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dimensi dan
karakteristik dalam komunikasi Komunikasi Terapeutik memiliki kesamaan yaitu:
25
1. Kesejatian, perawat menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang
dimiliki terhadap keadaan pasien sama dengan penjabaran definisi pada
karakteristik yaitu keikhlasan.
2. Empati, kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain sama dengan
merasakan “dunia pribadi pasien”, definisi empati pada karakteristik berusaha
keras untuk mengetahui secara pasti pada apa yang sedang dipikirkan dan
dialami klien sama dengan penjelasan kesejatian (dimensi) yaitu perawat yang
mampu menunjukan ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang
dipunyai pasien dan perawat tidak menolak segala bentuk perasaan yang
dimilki pasien.
3. Respek atau hormat, menunjukkan kepedulian atau perhatian dapat
dimaksudkan kehangatan (karakteristik). Perawat menghargai pasien sebagai
orang yang bernilai dan menerima pasien tanpa syarat, penjelasan empati pada
poin penerimaan.
4. Konkret, perawat mendiskusikan dengan pasien mengenai perasaan dan akurat
tentang masalah dalam mendorong pasien memikirkan masalah yang spesifik
sama dengan penjelasan makna kehangatan (karakteristik).
Oleh karena itu, karakteristik mendapat peran penting dalam mendukung
dimensi yang harus dimiliki perawat dalam menangani pasien.
2.2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih baik mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
26
memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan akan
meningkatkan profesi.
Menurut Purwanto, (1994) dalam Damaiyanti (2010:11) tujuan dari
komunikasi terapeutik :
a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya
c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Sedangkan, menurut Stuart Sundeen juga Lindberg, Hunter, dan
Kruszweki (dalam Taufik dan Juliane,2010:26), Tujuan terapeutik yang diarahkan
kepada pertumbuhan klien meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Reaisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri
b. Identitas diri yang jelas dan rasa intergritas diri yang tinggi.
c. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung,
dan mencintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan personal yang realistis.
Tujuan diatas membahas hal yang berbeda jika menurut Parasuraman lebih
membahas tujuan komunikasi terapeutik secara umum. Sedangkan menurut Stuart
Sundeen juga Lindberg, Hunter, dan Kruszweki membahas secara khusus jika
melakukan komunikasi terapeutik bagi petumbuhan klien atau hasil setelah
melakukan komunikasi terapeutik.
27
2.2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Adapun manfaat dari komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut
(M.Taufik dan Juliane, 2010:27):
a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara tenaga kesehatan, dalam
hal ini bidan dengan kliennya melalui hubungan bidan
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.
2.2.5 Syarat – Syarat Komunikasi Terapeutik
Stuart dan Sundeen (Uripi dkk, 2003) dalam (M.Taufik dan Juliane,
2010:27) mengatakan terdapat dua persyaratan dasar agar komunikasi terapeutik
yang dilakukan menjadi lebih efektif :
a. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan
b. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberikan sarana, informasi, maupun masukan.
2.3 Perawat
2.3.1 Fungsi dan Peran Perawat
Berikut adalah fungsi dan peranan perawat yang dilakukan
(Praptianingsih, 2006:31-36)
2.3.1.1 Fungsi Perawat
Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri dari tiga fungsi yaitu:
a. Fungsi Independen
Fungsi independen perawat adalah those activities that are considered to
be within nursing’s scope of diagnosis and treatment. Tindakan yang dilakukan
perawat tidak memerluhkan perintah dokter, mandiri, berdasarkan ilmu dan kiat
28
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang
timbul dari tindakan yang diambil.
b. Fungsi Interpenden
Tindakan berdasarkan dengan kerja sama dengan tim perawat atau tim
kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain
berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung
dalam sebuah tim yang dipimpin oleh dokter.
c. Fungsi Dependen
Fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan
pelayanan medic. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan
dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan
dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikan. Setiap
kegagalan menjadi tanggung jawab dokter, tindakan perawat yang berdasarkan
perintah dokter dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung
jawab perawat.
2.3.1.2 Peran Perawat
a. Perawat sebagai Pelaksana
Perawat yang baik secara langsung maupun tidak langsung memberiakn
asuhan keperawatan kepada pasien idividu, keluarga dan masyarakat. Perawat
bertindak sebagai comforter, protector, advocate communicator, serta
rehabilitator.
29
b. Perawat sebagai Pendidik
Perawat melakukan penyuluhan kepada klien (individu) yang berada
dibawah tanggung jawabnya. penyuluhan yang tepat, asuhan keperawatan akan
mendapat hasil yang lebih baik.
c. Perawat sebagai Pengelola
Peran ini memiliki perawat dengan jabatan struktural dalam rumah sakit.
Perawat harus memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta
mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
d. Perawat sebagai Peneliti
Berperan serta dalam pengembangan body of knowledge keperawatan, maka
perawat harus mempunyai kemampuan untuk melakukan penelitian dibidangnya.
Kemampuan meneliti, perawat akan dapat mengidentifikasi masalah keperawatan
yang hasilnya akan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan pendidikan
keperawatan.
2.3.2 Hubungan Perawat-Pasien
Hubungan Perawat-Pasien( Ferry dan Makhfudli, 2009:31) sebagai berikut:
1. Perawat dalam memberikan pelayanan perawat menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan,
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan perawat senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama dari klien,
30
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan,
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
2.4 Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Kualitas
Pelayanan Perawat
Kualitas pelayanan perawat adalah aspek penting yang dilihat sebagai
bagian dari rumah sakit seperti bersedia mendengarkan keluh kesah pasien,
mengenal pasien dengan baik, pendengar yang baik dan mampu menyelesaikan
atau mengingat masalah pasien yang memerlukan komunikasi yang efektif antara
perawat dan pasien. Melakukan komunikasi terapeutik membantu pasien dan
perawat dalam berhubungan, tidak hanya dalam berinteraksi tetapi juga proses
penyembuhan pasien tidak hanya fisik tapi juga mental. Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan
pasien. Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien karena adanya saling
membutuhkan dan mengutamakan saling pengertian yang direncanakan secara
sadar dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau isyarat tertentu dan
bertujuan untuk kesembuhan pasien.
Oleh karena itu dalam menilai kualitas pelayanan perawat dengan
memberikan komunikasi terapeutik maka pelayanan yang diberikan perawat akan
dipandang baik untuk pasien.
31
2.5 Kerangka berfikir
Kualitas Pelayanan Perawat menjadi penilaian penting untuk rumah sakit,
pelayanan yang diberikan kepada pasien menjadi perhatian wajib agar
kenyamanan dan kepuasan terpenuhi. Perawat yang memberikan pelayanan perlu
menjalin hubungan baik dengan pasien agar menjadi paham akan masalah yang
dihadapi. Hubungan perawat dan pasien perlu sebuah komunikasi yang biasa,
tetapi komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini tidak hanya untuk
menjalin hubungan yang baik dengan pasien, tetapi juga membantu pasien
mengurangi kecemasan atau masalah mental yang menghalangi kesembuhan. Jika
Kualitas Pelayanan Perawat
1. Aesthetics
2. Attentiveness/helpfulness 3. Care 4. Cleanliness/Tidiness 5. Commitment 6. Communication
7. Competence 8. Courtesy 9. Flexibility 10. Friendliness
11. Integrity 12. Reliability 13. Responsiveness
14. Security
Kelancaran dalam
pemberian
pelayanan
Komunikasi Terapeutik
1. 1. Kesejatian
2. 2. Empati
3. 3. Respek atau Hormat
4. 4. Konkret
Melakukan
Baik ( lancar dalam pelayanan)
tidak melakukan
Kurang baik
Terpenuhi Kurang terpenuhi
Kualitas Pelayanan
Perawat
32
menggunakan komunikasi terapeutik maka kualitas pelayanan yang diberikan oleh
perawat baik dan benar. Namun bila tidak komunikasi terapeutik yang dilakukan
maka kualitas pelayanan perawat belum terpenuhi.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah
Adanya pengaruh yang positif melakukan komunikasi terapeutik terhadap
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara.
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Oleh karena itu diharapkan data yang diperoleh
adalah data yang objektif, valid dan akurat dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan dan dikembangkan, sehingga dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2005:1). Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
3.2 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional.
Menurut Purwanto (2013:17) penelitian korelasional yaitu jenis penelitian ini
dilakukan guna menentukan hubungan antara dua atau lebih variabel.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik suatu
penelitian (Arikunto, 2002:161). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2008:19). Variabel adalah gejala yang menjadi penelitian atau apa saja
yang menjadi perhatian penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah:
34
3.3.1 Kualitas Pelayanan Perawat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005:20). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara.
3.3.2 Komunikasi Terapeutik (X)
Dalam penelitian ini, variabel bebas merupakan variebel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab dari variabel terikat ( Sugiyono,
2005:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Terapeutik.
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.4.1 Kualitas Pelayanan Perawat (Y)
Kualitas pelayanan perawat merupakan tingkat baik buruknya pelayanan
professional yang diciptakan bagi pasien berupa pelayanan yang perubahannya
dapat dirasakan, dapat dinilai dan dapat diukur secara nyata. Suatu aspek yang
penting dari suatu rumah sakit dimana perawat harus memiliki yaitu Aesthetics,
Attentiveness/helpfulness, Care, Cleanliness/Tidiness, Commitment,
Communication, Competence, Courtesy, Flexibility, Friendliness, Integrity,
Reliability, Responsiveness, dan Security
3.4.2 Komunikasi Terapeutik (X)
Komunikasi Terapeutik merupakan komunikasi antara perawat dan pasien
yang dilakukan secara sadar, direncanakan yang membantu memecahkan masalah
pasien yang bertujuan mempercepat kesembuhan pasien secara fisik maupun
psikis.
Komunikasi Terapeutik dengan dimensi yaitu Kesejatian, Empati, Respek atau
hormat, dan Konkret
35
3.5 Populasi Dan Sampel
3.5.1 Populasi
Menurut Arikunto (2002:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sugiyono (2005:55) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
pasien rawat inap di RS Kusta Donorojo Jepara yang berjumlah 60, dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Pasien Poli Kusta ( Pasien rawat jalan) di RS Kusta Donorojo Jepara
Gambar 3.1 Kunjungan Poli Kusta di RS Kusta Donorojo Jepara
2. Data pada September 2015 terdapat 22 pasien rawat inap di RS Donorojo
Jepara.
3. Pasien yang masih melakukan perawatan di RS Kusta Donorojo Jepara.
36
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:174). Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
memperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya. Penelitian ini peneliti menggunakan studi
populasi dimana subjek yang dijadikan sampel adalah seluruh jumlah populasi
berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan karena rata-rata
jumlah populasi pasien di RS Kusta Donorojo Jepara berjumlah 55 orang.
Peneltian ini, teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability
sampling yaitu dengan menggunakan teknik sampling kuota yakni teknik
penentuan sampel dengan anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono,2009:85). Menurut Arikunto (2006:184) pengumpulan data,
menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan cirri-ciri populasi, tanpa
menghiraukan dari mana asal subjek tersebut ( asal masih dalam populasi).
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang tepat sangat penting, karena menentukan baik
buruknya suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan usaha untuk
memperoleh bahan-bahan keterangan serta kenyataan yang benar-benar nyata dan
dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode skala yang digunakan untuk mengukur
komunikasi terapeutik dan kualitas pelayanan perawat yang akan dilakukan untuk
pasien di RS Kusta Donorojo Jepara adalah 55 orang. Adapun keuntungan
penggunaan skala dalam penelitian antara lain:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
37
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan
menurut waktu senggang responden
4. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama
5. Dapat dibuat sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu dalam
menjawab (Arikuto, 2002: 129)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
skala psikologi model Likert, dimana pada skala model ini berisi pernyataan-
pernyataan sikap yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap dan terdiri atas dua
macam, yaitu pernyataan favorable (mendukung atau memihak pada objek sikap)
dan pernyataan unfavorable (tidak mendukug objek sikap) Azwar (2011:23).
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel (Y) yaitu
kualitas pelayanan perawat, dimensi dari kualitas jasa adalah:
1. Aesthetics, yaitu sejauh mana paket jasa tersedia
2. Attentiveness/helpfulness, yaitu keinginan untuk membantu konsumen
3. Care, yaitu kepedulian, perhatian, simpati, dan kesabaran
4. Cleanliness/Tidiness, yaitu kebersihan, kerapian, dan keteraturan
5. Commitment, yaitu komitmen pekerja terhadap tugas
6. Communication, yaitu kemampuan berkomunikasi
7. Competence, yaitu keahlian dan profesionalisasi dalam penyampaian jasa
8. Courtesy,yaitu kesopanan kontrak staf berhubungan dengan konsumen dan
hak miliknya
38
9. Flexibility, yaitu kesanggupan pekerja untuk mengubah pelayanan sesuai
dengan keinginan konsumen
10. Friendliness,yaitu kehangatan dan keakraban terutama kontak staf
11. Integrity, yaitu kejujuran, keadilan, dan kepercayaan oleh pemberi jasa kepada
konsumen
12. Reliability, yaitu kehandalan dan konsistensi
13. Responsiveness, yaitu kecepatan dan ketepatan penyampaian jasa.
14. Security, yaitu keselamatan dan keamanan konsumen serta peran dalam proses
jasa.
Sedangkan untuk mengukur variabel (X) yaitu komunikasi terapeutik,
karakteristik komunikasi terapeutik dari dimensi respon adalah:
1. Kesejatian, yaitu keikhlasan perawat terhadap pasien, dan keterbukaan
perawat kepada pasien.
2. Empati, yaitu memahami perasaan pasien dan dukungan kepada pasien
3. Respek atau hormat, yaitu peduli terhadap pasien dan menghargai pasien
4. Konkret, yaitu mempertahankan respon perawat terhadap perasaan pasien
dan menjelaskan dengan akurat tentang masalah pasien
Model skala disusun dengan pernyataan favorable dan unfavorable dimana
setiap pernyataan mempunyai lima pilihan jawaban yaitu S(sesuai), SS (sangat
sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Skor yang diberikan bergerak
dari satu sampai lima. Pemberian skor untuk pernyataan favorable yaitu: STS=4,
TS=3, S=2, SS=1. Sedangkan untuk penilaian pernyataan unfavorable yaitu:
STS=1, TS=2, S=3, SS=4.
Untuk lebih jelasnya, alat ukur ini akan dijabarkan dalam bentuk blue
print, sebagai berikut:
39
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kualitas Pelayanan Perawat
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Aesthetics sejauh mana paket jasa
tersedia
1,2 2
2 Attentiveness/
helpfulness
Keinginan untuk membantu
konsumen
3 4 2
3 Care
Kepedulian
Perhatian
Simpati
Kesabaran
5
6
7
8,9
4
4 Cleanliness/
Tidiness
Kebersihan
Kerapian
Keteraturan
10
11
13 12 4
5 Commitment komitmen pekerja terhadap
tugas
14
15
2
6 Communication kemampuan berkomunikasi 16 17 2
7 Competence keahlian dan profesionalisasi
dalam penyampaian jasa
18 19 2
8 Courtesy
kesopanan kontrak staf
berhubungan dengan
konsumen dan hak miliknya
20,21
2
9 Flexibility
kesanggupan pekerja untuk
mengubah pelayanan sesuai
dengan keinginan konsumen
22,23
2
10 Friendliness kehangatan dan keakraban
terutama kontak staf
24,25 2
11 Integrity
kejujuran, keadilan, dan
kepercayaan oleh pemberi
jasa kepada konsumen
26,27,
29
28
4
12 Reliability Kehandalan 30,31
3 Konsistensi 32
13 Responsiveness kecepatan dan ketepatan
penyampaian jasa
33,34,
35
3
14 Security
Keselamatan dan keamanan
konsumen serta peran dalam
proses jasa
36,37
2
Jumlah 37
40
Tabel 3.2 Blue print skala Komunikasi Terapeutik
No. Aspek Indikator Fav Unfav Total
1. Kesejatian
Keikhlasan perawat terhadap
pasien
1,2 3 3
Keterbukaan perawat kepada
pasien.
5,6 4 3
2 Empati Memahami perasaan pasien 7,8,10 9 3
Dukungan kepada pasien 14,12 11,13 4
3 Respek atau
hormat
Peduli terhadap pasein 15,16 2
Menghargai pasien 17,19,20 18 4
4 Konkret
Mempertahankan respon
perawat terhadap perasaan
pasien
21,22,23 24
4
Menjelaskan dengan akurat
tentang masalah pasien
25,26,27 3
Jumlah 27
3.7 Validitas Dan Reliabilitas
Setiap penelitian, hasil yang diperoleh harus benar-benar obyektif
sehingga dapat dipertanggung jawabkan, oleh karena itu dalam sebuah penelitian
diperlukan alat ukur yang valid dan reliabel. Alat ukur yang valid dan reliabel
diperoleh dengan cara melakukan try out pada instrumen yang akan digunakan
dengan tujuan dapat diketahui apakah skala psikologi tersebut sudah valid dan
reliabel. Namun, pada penelitian ini, validitas dan reliabilitas instrumen
didapatkan melalui tryout atau uji coba terpakai, sehingga butir-butir item yang
tidak memenuhi syarat penghitungan validitas maupun reliabilitas akan
digugurkan. Kemudian, butir item yang memenuhi syarat penghitungan, akan
melalui proses penghitungan statistik lebih lanjut.
3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti
41
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002:211). Suatu instrument dapat dikatan
valid apabila mampu mengungkap data dari setiap variabel yang diukur dengan
tepat.
Dalam penelitian ini item diuji dengan menggunakan validitas eksternal
dengan cara analisis data yang dihitung dengan bantuan program SPSS 20.0 for
windows.
3.7.1.1 Hasil Uji Validitas
3.7.1.1.1 Skala Kualitas Pelayanan Perawat
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba menggunakan skala
kualitas pelayanan perawat yang telah disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa
dari 44 item yang diuji validitasnya dengan N = 55, terdapat 38 item valid dengan
r hitung terendah 0,319 dan r hitung tertinggi 0,672 item-item tersebut dinyatakan
valid karena tingkat signifikasinya lebih kecil dari a = 0,05 atau a = 0,01.
Sementara itu 6 item dinyatakan tidak valid karena taraf signifikasinya lebih besar
dari a = 0,05 atau a = 0,01.
Tabel 3.3 Sebaran Hasil Uji Validitas Skala Kualitas Pelayanan Perawat
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Aesthetics sejauh mana paket jasa tersedia 1,2 2
2 Attentiveness/
helpfulness
Keinginan untuk membantu
konsumen
3 4 2
3 Care
Kepedulian
Perhatian
Simpati
Kesabaran
5
6
7
8,9
4
4 Cleanliness/
Tidiness
Kebersihan
Kerapian
Keteraturan
10
11
13* 12* 4
5 Commitment komitmen pekerja terhadap
tugas
14
15
2
6 Communication kemampuan berkomunikasi 16 17* 2
7 Competence keahlian dan profesionalisasi 18 19 2
42
dalam penyampaian jasa
8 Courtesy
kesopanan kontrak staf
berhubungan dengan
konsumen dan hak miliknya
20,21
2
9 Flexibility
kesanggupan pekerja untuk
mengubah pelayanan sesuai
dengan keinginan konsumen
22,23
2
10 Friendliness kehangatan dan keakraban
terutama kontak staf
24,25 2
11 Integrity
kejujuran, keadilan, dan
kepercayaan oleh perusahaan
jasa kepada konsumen
26,27,
29
28
4
12 Reliability Kehandalan 30,31 3
13
Responsiveness
Konsistensi 32
3 kecepatan dan ketepatan
penyampaian jasa
33,34,
35
14 Security
Keselamatan dan keamanan
konsumen serta peran dalam
proses jasa
36,37
2
Jumlah 37
Keterangan : (*) merupakan item yang tidak valid
3.7.1.1.2 Skala Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba menggunakan skala
kualitas pelayanan perawat yang telah disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa
dari 27 item yang diuji validitasnya dengan N = 55, terdapat 23 item valid dengan
r hitung terendah 0,261 dan r hitung tertinggi 0,679 item-item tersebut dinyatakan
valid karena tingkat signifikasinya lebih kecil dari a = 0,05 atau a = 0,01.
Sementara itu 4 item dinyatakan tidak valid karena taraf signifikasinya lebih besar
dari a = 0,05 atau a = 0,01.
Tabel 3.4 Sebaran Hasil Uji Validitas Skala Komunikasi Terapeutik
No. Aspek Indikator Fav Unfav Total
1. Kesejatian Keikhlasan perawat
terhadap pasien
1,2 3* 3
Keterbukaan perawat
kepada pasien.
5,6 4 3
2 Empati Memahami perasaan pasien 7,8,10 9 3
43
Dukungan kepada pasien 14,12 11*,13* 4
3 Respek atau
hormat
Peduli terhadap pasein 15,16 2
Menghargai pasien 17,19*,20 18 4
4 Konkret Mempertahankan respon
perawat terhadap perasaan
pasien
21,22,23 24 4
Menjelaskan dengan akurat
tentang masalah pasien
25,26,27 3
Jumlah 27
Keterangan : (*) merupakan item yang tidak valid
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument
sudah baik (Arikunto, 2002:221).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Alpha
cornbach karena data berskala ini diuji dengan menggunakan skala. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan program komputer dengan
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows.
Untuk menentukan reliabel atau tidak, maka digunakan ketentuan bahwa
semakin mendekati nilai 1,00 maka semakin reliabel.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0
sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur
yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang
mendekati 0 berarti memiliki reliabilitas alat ukur yang rendah.
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Guildford
Besaran linier r Interpretasi
Antara 0,800 – 1,00 Baik
0,600 – 0,800 Cukup
0,400 – 0,600 Agak Baik
44
0,200 – 0,400 Kurang
0,000 – 0,200 Sangat Kurang
3.7.2.1 Hasil Uji Reliabilitas
3.7.2.1.1 Skala Kualitas Pelayanan Perawat
Hasil uji reliabilitas pada skala kualitas pelayanan perawat diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,917 Berdasarkan tabel 3.6 maka reliabilitas skala
kualitas pelayanan perawat berada pada kategori baik.
Tabel 3.6 Reliability Statistics Skala Kualitas Pelayanan Perawat
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.917 34
3.7.2.1.2 Skala Komunikasi Terapeutik
Hasil uji reliabilitas pada skala komunikasi terapeutik diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,842 Berdasarkan tabel 3.7 maka reliabilitas skala komunikasi
terapeutik berada pada kategori baik.
Tabel 3.7 Reliability Statistics Skala Komunikasi Terapeutik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.843 23
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisis data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian. Untuk menganalisis data digunakan suatu cara
atau metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dari hasil
45
penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah
dipahami serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang digunakan untuk
kebijakan selanjutnya.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan program
komputer Statictical Packages For Social Sciencies (SPSS) for windows versi
20.0 dengan teknik Analisis Regresi.
46
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil
penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai “Pengaruh Komunikasi
Terapeutik terhadap Kualitas Pelayanan Perawat (Persepsi pasien pada perawat di
RS Kusta Donorojo Jepara)”. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis
data yang tepat serta pembahasan mengenai analisis data tersebut secara jelas agar
tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang
telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil, dan pembahasan hasil
penelitian diuraikan sebagai berikut:
4.1 Persiapan Penelitian
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RS Kusta Donorojo Jepara. Subjek
penelitian ini terdiri dari beberapa bagian di rumah sakit, yaitu Bangsal Kepodang,
Bangsal Nuri, Bangsal Melati, Inventaris, Pasien Rehabilitasi (pasien rawat jalan).
Subjek penelitian secara keseluruhan berjumlah 55 pasien, dengan sampel subjek
sebanyak 55 pasien yang diambil dengan teknik sampling kuota. Rincian proporsi
jumlah sampel pada table 4.1 dibawah ini:
47
Tabel 4.1 Proporsi Jumlah Sampel Pasien
No Pasien Jumlah
1 Pasien dari Bangsal Merpati 9 Pasien
2 Pasien dari Bangsal Nuri 10 Pasien
3 Pasien dari Bangsal Kepodang 3 Pasien
4 Pasien Inventaris 3 Pasien
5 Pasien Rehabilitasi atau Pasien Rawat Jalan 30 Pasien
Jumlah 55 Pasien
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik
terhadap kualitas pelayanan perawat (persepsi pasien pada perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara). Pertimbangan melakukan penelitian di RS Kusta Donorojo
Jepara adalah sebagai berikut:
a. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan
penelitian.
b. Fenomena yang terjadi, yaitu kualitas pelayanan perawat di RS Kusta
Donorojo yang dipercaya oleh banyak pasien kusta karena perawat
menangani pasien layaknya keluarga sendiri.
c. Belum ada penelitian mengenai “Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap
Kualitas Pelayanan Perawat (Persepsi Pasien pada Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara).
4.1.2 Proses Perijinan
Proses perijinan terhadap pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal
yang paling penting dalam penelitian demi kelancaran sebuah penelitian. Sebelum
melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan proses
perijinan. Pertama, peneliti melakukan pra penelitian atau studi pendahuluan
terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Proses
perijinannya, peneliti meminta surat penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan
48
Universitas Negeri Semarang yang ditandatangani atas nama Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang No 1275/UN37.1.1/KM/2015 yang
ditujukan kepada Direktur RSUD Kelet Prov.Jateng. Kemudian mendapat balasan
dari rumah sakit untuk melakukan penelitian di RS Donorojo Jepara No
890/875/III/2015 sampai penyusunan skripsi selesai dengan catatan memberikan
laporan hasil pengambilan data kebagian Diklat RSUD Kelet Jepara.
4.1.3 Penentuan Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini berjumlah 55 orang yang terdiri dari pasien rawat
inap dan pasien rawat jalan. Pengambilan sampel dilakukan secara Sampling
Kuota dengan jumlah 55 pasien.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan tanggal 4-7 September 2015.
Pengumpulan data menggunakan skala kualitas pelayanan perawat dan
komunikasi terapeutik kepada 60 pasien di RS Donorojo Jepara. Menyebarkan 60
booklet skala terhadap 60 pasien, tetapi hanya 55 booklet yang digunakan
4.2.2 Data Demografi Responden
Responden yang dijadikan sampel dalam penenlitian ini adalah pasien
yang masih melakukan pengobatan di RS Kusta Donorojo Jepara. Data demografi
menyajikan informasi umum mengenai kondisi responden yang dapat dianalisis
secara kualitatif berdasarkan status pasien ,jenis kelamin dan status nikah menjadi
pasien. Data demografi responden secara lebih jelas disajikan dalam tabel-tabel
berikut :
49
Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Status Pasien
No Status Pasien Bangsal Jumlah Pasien Persentase
1 Rawat Inap Nuri 8 40 %
Kepodang 4
Merpati 10
2 Pasien Inventaris 3 5,45 %
3 Pasien Rawat Jalan 30 54,5 %
Total 55 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
berdasarkan status pasien dikelompokkan menjadi 3, yaitu kelompk pertama
adalah pasien rawat inap yang terbagi pada bangsal nuri, bangsal kepodang, dan
bangsal merpati berjumlah 22 pasien (40 %), kelompok kedua adalah pasien
inventari 3 pasien (5,45 %), dan kelompok ketiga adalah pasien rawat jalan yang
jumlah pasien lebih banyak yaitu 30 pasien (54,5 %).
Gambar 4.1 Diagram Jumlah Responden berdasarkan Status Pasien
Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 33 pasien 60 %
2 Perempuan 22 pasien 40 %
Total 55 pasien 100 %
50
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui 55 jumlah responden dilihat dari
jenis kelamin, responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 60 %,sedangkan
responden perempuan sebesar 40 %.
Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Status Menikah
No Status Menikah Jumlah Persentase
1 Menikah 32 58,2 %
2 Janda/ Duda 11 20 %
3 Belum Menikah 6 10,9 %
4 Tidak diisi 6 10,9 %
Total 55 100 %
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui jumlah responden dilihat dari status
menikah terdapat 4 kelompok. Kelompok pertama adalah responden berstatus
menikah 58,2%, kelompok kedua adalah responden berstatus janda/duda 20%,
kelompok ketiga adalah responden berstatus belum menikah 10,9% dan yang
keempat adalah responden yang tidak mengisi status pernikahan 10,9%.
Tabel 4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 15-21 tahun 2 3,6%
2 22-40 tahun 23 41,8%
3 41-60 tahun 25 45,5%
4 >61 tahun 5 9%
Total 60 100%
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, jumlah responden dilihat dari usia terdapat 4
kelompok. Kelompok pertama adalah responden usia 15-21 tahun sebesar 3,6%,
kelompok kedua adalah responden usia 22-40 tahun sebesar 41,8% , kelompok
ketiga adalah responden usia 41-60 tahun sebesar 45,5% dan kelompok keempat
adalah responden usia diatas 61 tahun sebesar 9%.
51
4.2.3 Pelaksanaan Skoring
Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, selanjutnya skala yang telah
diisi oleh responden melalui tahap skoring atau pemberian skor. Langkah-langkah
skoring dilakukan dengan memberikan skor pada masing masing jawaban yang
telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala
kualitas pelayanan perawat dan komunikasi terapeutikyang selanjutnya dilakukan
proses tabulasi. Setelah dilakukan tabulasi, langkah selanjutnya adalah melakukan
olah data yang meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji hipotesis.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Deskriptif
Berdasarkan data skala yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk
mengetahui motivasi sembuh dan komunikasi terapeutik. Jenis penelitian ini
adalah penelitian korelasional, untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti
menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang
didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik
digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik) dan
Standar Deviasi (s) dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta
skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Deskripsi ini dilakukan
untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu dan dalam
penelitian ini permasalahan yang ingin diungkap adalah apakah ada pengaruh
komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat di RS kusta Donorojo
Jepara.
52
4.3.2 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kualitas
pelayanan perawat dimana skala tersebut disusun berdasarkan oleh beberapa
aspek yang menyusun kualitas pelayanan perawat. Gambaran komunikasi
terapeutik dapat ditinjau baik secara umum maupun secara spesifik (ditinjau dari
tiap dimensi). Setelah melalui proses pengolahan data, akhirnya terpilihlah 34
butir item skala yang akan dianalisis lebih lanjut melalui prosedur penghitungan
statistik tertentu. Berikut adalah gambaran mengenai kualitas pelayanan perawat
yang ditinjau secara umum maupun spesifik.
4.3.2.1 Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara
Penelitian ini, kualitas pelayanan perawat dapat dilihat dimensi yang
membentuk. Kedelapan belas dimensi yang terdiri dari 37 butir item skala, hanya
34 butir item saja yang terpilih setelah melalui proses pengolahan data untuk
selanjutnya akan dianalisis melalui prosedur statistik tertentu.
Gambaran kualitas pelayanan perawat dapat ditinjau, baik secara umum
maupun spesifik (dari tiap dimensi). Berikut merupakan gambaran kualitas
pelayanan perawatyang ditinjau secara umum dan secara spesifik. Berikut ini
statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat dengan bantuan SPSS 20.0 for
Windows:
53
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Descriptive Statistics
Kualitas Pelayanan Perawat Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 92
Maximum 134
Mean 109.76
Std. Deviation 11.410
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat
dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 34
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (34x 4 ) = 136
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (34 x 1) = 34
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (136+34) : 2 = 85
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (136-34) : 6 = 17
Gambaran secara umum kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 85 dan SD = 17.
Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 85 – 17 = 68
Mean + 1,0 SD = 85 + 17 = 102
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi kualitas
pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara sebagai berikut:
54
Tabel 4.7 Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 102 ≤ X Tinggi 37 67,2%
µ - 1σ ≤ X < µ +
1σ 68 ≤ X< 102 Sedang 18 32,8%
X < µ - 1σ X < 68 Rendah - -
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwakualitas pelayanan perawat di
RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori tinggi sebesar 67,2%. Sedangkan mean
empiris memperoleh nilai sebesar 109.76 yang apabila diletakkan kedalam ukuran
mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi, yaitu rentang 102 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat di
RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada kategori tinggi.
67%
33%
0%
Kualitas Pelayanan Perawat (%)
Tinggi Sedang Rendah
Gambar 4.2 Diagram Gambaran Umum Kualitas Pelayanan Perawat diRS Kusta
Donorojo Jepara
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
Jepara
Gambaran kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara dapat
dilihat dari delapan belas dimensi, yang telah disesuaikan dengan kualitas
pelayanan perawat yang ingin dicapai peneliti yaitu Aesthetics,
55
Attentiveness/helpfulness, Care, Cleanliness/Tidiness, Commitment,
Communication, Competence, Courtesy, Flexibility, Friendliness, Integrity,
Reliability, Responsiveness, dan Security. Deskripsi setiap aspek tersebut dapat
dilihat sebagai beirkut :
4.3.2.2.1 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Aesthetics
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir
item(nomor item 1 dan 2). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi aesthetics dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Aesthetics
Descriptive Statistics
Aesthetics Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 2
Maximum 8
Mean 6,51
Std. Deviation 1,451
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawatpada
dimensi aesthetics dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi aesthetics dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi aesthetics perhitungan
56
di atas diperoleh M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan
sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
aesthetics sebagai berikut:
Tabel 4.9 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo
JeparaBerdasarkan Dimensi Aesthetics
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 22 40%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 26 47,3%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah 7 12,7%
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwakualitas pelayanan perawat
pada dimensi aestheticsdi RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 47,3%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 6,51 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
tinggi, yaitu rentang 6 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi aesthetics di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori tinggi.
57
40%
47%
13%
Kualitas Pelayanan Perawat
Dimensi Aesthetics (%)
Tinggi Sedang Rendah
Gambar 4.3 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo JeparaBerdasarkan Dimensi Aesthetics
4.3.2.2.2 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 3 dan 4). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi attentiveness/helpfulness dengan bantuan SPSS 20.0 for
Windows.
Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Attentiveness/helpfulness
Descriptive Statistics
Attentiveness/helpfulness
Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 2
Maximum 8
Mean 6,51
Std. Deviation 1,451
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada dimensi
attentiveness/helpfulness dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
58
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umumdimensi attentiveness/helpfulness dalam kualitas
pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas
diperoleh M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
attentiveness/helpfulness sebagai berikut:
Tabel 4.11 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawatdi RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 22 40%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 26 47,3%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah 17 12,7%
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi aesthetics di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 47,3%. Mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.51 yang apabila
diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori sedang,
yaitu rentang 4 ≤ X.< 6
59
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi attentiveness/helpfulness di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien
berada pada kategori sedang.
Gambar 4.4 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Attentiveness/helpfulness
4.3.2.2.3 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Care
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 5 butir item
(nomor item 5,6,7,8 dan 9). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi care dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Care Descriptive Statistics
Care Valid N (listwise)
N 60 60
Minimum 13
Maximum 20
Mean 16.91
Std. Deviation 1,937
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi care dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 5
60
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (5 x 4 ) = 20
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (5 x 1) = 5
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (20+ 1) : 2 =10,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (20-1) : 6 = 3,17
Gambaran secara umum dimensi care dalam kualitas pelayanan perawat di
RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 10,5
dan SD=3,17. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 10,5 – 3,17 = 7,33
Mean + 1,0 SD = 10,5 + 3,17 = 13,67
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
care sebagai berikut:
Tabel 4.13 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Care
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 13,67 ≤ X Tinggi 54 98,2%
µ - 1σ ≤ X < µ +
1σ 7,33 ≤ X< 13,67 Sedang 1 1,8%
X < µ - 1σ X < 7,33 Rendah -
Jumlah 55 100 %
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi care di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori tinggi sebesar
98,2%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 16.91 yang apabila
diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi,
yaitu rentang 13,67 ≤ X.
61
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi care di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada kategori
tinggi.
98%
2% 0%
Kualitas Pelayanan Perawat Dimensi Care (%)
Tinggi Sedang Rendah
Gambar 4.5 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Care
4.3.2.2.4 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 10 dan 11). Statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi cleanliness/tidiness dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Cleanliness/Tidiness
Descriptive Statistics
Cleanliness/Tidiness Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 5 Maximum 8 Mean 6,64 Std. Deviation ,950
62
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi cleanliness/tidiness dilakukan secara manual dengan rincian sebagai
berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
Gambaran secara umum dimensi dalam kualitas pelayanan perawat di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi cleanliness/tidiness perhitungan di
atas diperoleh M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
cleanliness/tidiness sebagai berikut:
Tabel 4.15 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 29 52,7%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 26 47,3%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 55 100 %
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi cleanliness/tidiness di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori
63
tinggi sebesar 52,7%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar ,6,64
yang apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam
kategori tinggi, yaitu rentang 6 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi cleanliness/tidinessdi RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada
pada kategori tinggi.
Gambar 4.6 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Cleanliness/Tidiness
4.3.2.2.5 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Commitment
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir
item(nomor item 14 dan 15). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi commitment dengan bantuan SPSS 20.0 for
Windows.
64
Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Commitment
Descriptive Statistics
Commitment Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 5 Maximum 8 Mean 6.71 Std. Deviation .896
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawatpada
dimensi commitment dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi commitment dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
commitment sebagai berikut:
65
Tabel 4.17 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Commitment
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 29 52,7%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 26 47,3%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi commitment di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 52,7%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.71 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
tinggi, yaitu rentang 6 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi commitment di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori tinggi.
Gambar 4.7 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Commitment
66
4.3.2.2.6 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Communication
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 1 butir item
(nomor item 16 ). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi communication dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.18 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Communication
Descriptive Statistics
Communication Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 2 Maximum 4 Mean 3.40 Std. Deviation .564
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi communication dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 1
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (1 x 4 ) = 4
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (1 x 1) = 1
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (4+ 1) : 2 = 2,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (4-1) : 6 = 0,5
Gambaran secara umum dimensi dalam kualitas pelayanan perawat di RS
Kusta Donorojo Jepara Berdasarkan dimensi communication perhitungan di atas
diperoleh M = 2,5 dan SD = 0,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
Mean – 1,0 SD = 2,5 – 1 = 1,5
67
Mean + 1,0 SD = 2,5 + 1 = 3,5
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
communication sebagai berikut:
Tabel 4.19 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Communication
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 3,5 ≤ X Tinggi 24 43,6%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 1,5 ≤ X< 3,5 Sedang 31 56,4%
X < µ - 1σ X < 1,5 Rendah
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi communication di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 43,6%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 3.40 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
sedang, yaitu rentang 1,5 ≤ X.< 3,5
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi communication di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.8 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Communication
68
4.3.2.2.7 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Competence
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 18 dan 19). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi competence dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.20 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Competence
Descriptive Statistics
Competence Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 4
Maximum 8 Mean 5,93
Std. Deviation 1,069
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi competence dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8 + 2) : 2 = 5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi dalam kualitas pelayanan perawat di RS
Kusta Donorojo Jepara Berdasarkan dimensi competence perhitungan di atas
diperoleh M = 5 dan SD = 1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
69
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
competence sebagai berikut:
Tabel 4.21 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Competence
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 16 29,1%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 39 70,9%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 60 100 %
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi competence di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 70,9 %.Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 5,93 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
sedang, yaitu rentang 4 ≤ X < 6
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi competence di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.9 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Competence
70
4.3.2.2.8 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Courtesy
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 20 dan 21). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi courtesy dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.22 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Courtesy
Descriptive Statistics
Courtesy Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 4 Maximum 8 Mean 6.44 Std. Deviation 1.102
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawatpada
dimensi courtesy dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi courtesy dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
71
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
courtesy sebagai berikut:
Tabel 4.23 Gambar kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Courtesy
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 26 47,3%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 29 52,7%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi courtesy di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 52,7%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.44 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
sedang, yaitu rentang 4 ≤ X < 6
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi courtesydi RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.10 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Courtesy
72
4.3.2.2.9 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Flexibility
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir
item(nomor item 22 dan 23 ). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi Flexibility dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.24 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Flexibility
Descriptive Statistics
Flexibility Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 3 Maximum 8 Mean 6.15 Std. Deviation 1.420
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi flexibility dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 =5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umumdimensi flexibility dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
73
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
flexibility sebagai berikut:
Tabel 4.25 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Flexibility
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 21 38,2%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 28 50,9%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah 6 10,9%
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi flexibility di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 50,9%. Mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.15 yang apabila
diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi,
yaitu rentang 6 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi flexibility di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.11 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi flexibility
74
4.3.2.2.10 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Friendliness
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 24 dan 25). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi friendliness dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.26 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Friendliness
Descriptive Statistics
Friendliness Valid N (listwise)
N 55 5
Minimum 4
Maximum 8
Mean 6.55
Std. Deviation 1.086
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi friendliness dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 = 5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi friendliness dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
75
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
friendliness sebagai berikut:
Tabel 4.27 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Friendliness
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 26 47,3%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 29 52,7%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 55 100 %
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi friendliness di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 52,7%. Mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.55 yang apabila
diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi,
yaitu rentang 6 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi friendliness di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.12 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Friendliness
76
4.3.2.2.11 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Integrity
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 4 butir item
(nomor item 26,27,28 dan 29 ). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi integrity dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.28 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Integrity
Descriptive Statistics
Integrity Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 8
Maximum 16
Mean 12,53
Std. Deviation 1.804
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi integrity dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 4
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (4 x 4 ) = 16
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (4 x 1) = 4
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (16+ 4) : 2 = 10
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (16-4) : 6 = 2
Gambaran secara umum dimensi integrity dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 10 dan SD=2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 10 – 2 = 8
Mean + 1,0 SD = 10 +2 = 12
77
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
integrity sebagai berikut:
Tabel 4.29 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Integrity
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 9 ≤ X Tinggi 52 94,5%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 6 ≤ X< 9 Sedang 3 5,45%
X < µ - 1σ X < 6 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.29 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi integrity di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 94,5 %. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 12,53 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
tinggi, yaitu rentang 9 ≤ X
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi integrity di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori tinggi.
95%
5% 0%
Kualitas Pelayanan Perawat
Dimensi Integrity (%)
Tinggi Sedang Rendah
Gambar 4.13 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Integrity
78
4.3.2.2.12 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Reliability
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 3 butir item
(nomor item 31,31 dan 32 ). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi reliability dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.30 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Reliability Descriptive Statistics
Reliability Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 7
Maximum 12
Mean 9.84
Std. Deviation 1.229
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi reliabilitydilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 3
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (3 x 4 ) = 12
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (3 x 1) = 3
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (12+ 3) : 2 = 7,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (12-3) : 6 = 1,5
Gambaran secara umum dimensi reliability dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 7,5 dan SD=1,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 7,5 – 1,5 = 9
Mean + 1,0 SD = 7,5 + 1,5 = 6
79
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
reliability sebagai berikut:
Tabel 4.31 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Reliability
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 9 ≤ X Tinggi 32 58,2%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 6 ≤ X< 9 Sedang 23 41,8%
X < µ - 1σ X < 6 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.31 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi reliability di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori tinggi
sebesar 58,2%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 9.84 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
tinggi, yaitu rentang 9 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi reliability di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori tinggi.
80
Gambar 4.14 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Reliability
4.3.2.2.13 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Responsiveness
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 3 butir
item(nomoritem 33,34 dan 35 ). Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan
perawat berdasarkan dimensi responsiveness dengan bantuan SPSS 20.0 for
Windows.
Tabel 4.32 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Responsiveness
Descriptive Statistics
Responsiveness Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 7
Maximum 12
Mean 9.60
Std. Deviation 1.328
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi responsiveness dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 3
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (3 x 4 ) = 12
81
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (3 x 1) = 3
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (12+ 3) : 2 = 7,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (12-3) : 6 = 1,5
Gambaran secara umum dimensi responsiveness dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 7,5 dan SD=1,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 7,5 – 1,5 = 9
Mean + 1,0 SD = 7,5 + 1,5 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
responsiveness sebagai berikut:
Tabel 4.33 Gambar Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Responsiveness
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 9 ≤ X Tinggi 24 43,6%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 6 ≤ X< 9 Sedang 31 56,3%
X < µ - 1σ X < 6 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.33 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi responsiveness di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
sebesar 56,3%. Mean empiris memperoleh nilai sebesar 9.60 yang apabila
diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi,
yaitu rentang 9 ≤ X.
82
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi responsiveness di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada
kategori sedang.
Gambar 4.15 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Responsiveness
4.3.2.2.14 Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Security
Gambaran kualitas pelayanan perawat dengan jumlah item 2 butir item
(nomor item 36 dan 37 ) Berikut ini statistik deskriptif kualitas pelayanan perawat
berdasarkan dimensi security dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.34 Statistik Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat Berdasarkan Dimensi
Security
Descriptive Statistics
Security Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 4
Maximum 8
Mean 6.07
Std. Deviation 1.168
83
Pengkategorisasian distribusi data skala kualitas pelayanan perawat pada
dimensi security dilakukan secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 2
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (2 x 4 ) = 8
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (2 x 1) = 2
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (8+ 2) : 2 = 5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (8-2) : 6 = 1
Gambaran secara umum dimensi security dalam kualitas pelayanan
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh
M = 5 dan SD=1. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 5 – 1 = 4
Mean + 1,0 SD = 5 + 1 = 6
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
kualitas pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan dimensi
security sebagai berikut:
Tabel 4.35 Gambar Kualitas Pelayanan perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Dimensi Security
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 6 ≤ X Tinggi 18 32,7%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 4 ≤ X< 6 Sedang 39 67,3%
X < µ - 1σ X < 4 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.35 dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat
pada dimensi security di RS Kusta Donorojo Jepara dalam kategori sedang
84
sebesar 67,3%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 6.07 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
sedang, yaitu rentang 4 ≤ X < 6
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan perawat pada
dimensi security di RS Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada kategori
sedang
Gambar 4.16 Diagram Gambaran Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara Berdasarkan Dimensi Security
Penjelasan secara deskriptif mengenai kualitas pelayanan perawat di RS
Kusta Donorojo Jepara secara ringkas dapat disajikan dalam tabel 4.36 sebagai
berikut:
Tabel 4.36 Ringkasan Deskriptif Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara
Kualitas Pelayanan Perawat Kategorisasi
No Dimensi Tinggi Sedang Rendah
1 Aesthetics 40% 47,3% 12,7%
2 Attentiveness/helpfulness 40% 47,3% 12,7%
3 Care 98,2% 1,8% -
4 Cleanliness/Tidiness 52,7% 47,3%
5 Commitment 52,7% 47,3%
6 Communication 43,6% 56,4%
7 Competence 29,1% 70,9%
85
8 Courtesy 47,3% 52,7%
9 Flexibility 38,2% 50,9% 10,9%
10 Friendliness 47,2% 52,7%
11 Integrity 94,5% 5,45%
12 Reliability 58,2% 41,8%
13 Responsiveness 43,6% 56,3%
14 Security 32,7% 67,3%
Gambar 4.17 Diagram Ringkasan Kualitas Pelayanan Perawat di RS Kusta
Donorojo Jepara
Penjelasan kategorisasi kualitas pelayanan perawat tiap dimensi diatas
disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan
dimensi mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel
kualitas pelayanan perawat, ditentukan dengan membandingkan mean empiris tiap
dimensi . Adapun perbandingan mean empiris tiap dimensi dapat dilihat pada
tabel 4.37 berikut:
Tabel 4.37 Perbandingan Mean Empiris Tiap Dimensi Kualitas Pelayanan
Perawat
Dimensi Kualitas Pelayanan
Perawat
Mean Empiris Jumlah
Item
Perbandingan
Mean Empiris
Aesthetics 6.51 2 3,255
Attentiveness/helpfulness 6.51 2 3,255
Care 16.91 4 4,275
86
Cleanliness/Tidiness 6.64 2 3,32
Commitment 6.71 2 3,355
Communication 3.40 1 3,4
Competence 5.93 2 2,965
Courtesy 6.44 2 3,22
Flexibility 6.15 2 3,075
Friendliness 6.55 2 3,275
Integrity 12.53 2 6,265
Reliability 9.84 3 3,28
Responsiveness 9.60 2 4,8
Security 6.07 2 3,035
Berdasarkan tabel 4.37, menunjukan bahwa dari keempat belas dimensi
dari kualitas pelayanan perawat yaitu, dimensi integrity memiliki mean empiris
yang paling tinggi yaitu sebesar 6.265 dibandingkan dengan dimensi lainnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa dimensi integrity merupakan dimensi yang
paling berperan besar terhadap tinggi rendahnya variabel kualitas pelayanan
perawat. Perbedaan nilai mean empiris antara dimensi kualitas pelayanan perawat
yang tidak terlalu besar yaitu tidak lebih dari 0,1, maka semua dimensikualitas
pelayanan perawat memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap tinggi
rendahnya tingkat kualitas pelayanan perawat.
Gambar 4.18 Diagram Pembandingan Mean Empiris Kualitas Pelayanan Perawat
87
4.3.3 Gambaran Umum Komunikasi Terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara
Selain kualitas pelayanan perawat, dalam penelitian ini juga menggunakan
skala komunikasi terapeutik. Skala ini tersusun berdasarkan empat aspek, antara
lain kesejatian, empati, respek atau hormat dan konkret. Dari total 27 butir item
skala, hanya 23 butir item saja yang terpilih setelah melalui proses pengolahan
data untuk selanjutnya akan dianalisis melalui prosedur statistik tertentu.
Gambaran komunikasi terapeutik dapat ditinjau, baik secara umum
maupun spesifik (dari tiap aspek). Berikut merupakan gambaran komunikasi
terapeutik yang ditinjau secara umum dan secara spesifik.
Tabel 4.38 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara
Descriptive Statistics
Komunikasi Terapeutik Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 56
Maximum 92
Mean 71.65
Std. Deviation 6.843
Pengkategorisasian distribusi data skala komunikasi terapeutik dilakukan
secara manual dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Item : 23
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (23 x 4 ) = 92
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (23 x 1) = 23
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (92 + 23) : 2 =57,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
88
: (92 - 23) : 6 = 11,5
Gambaran secara umum komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 57,5 dan SD = 11,5.
Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 57,5 – 11,5 = 46
Mean + 1,0 SD = 57,5 + 11,5= 69
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi komunikasi
terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara sebagai berikut:
Tabel 4.39 Gambaran Umum Komunikasi Terapeutikdi RS Kusta Donorojo
Jepara
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 69 ≤ X Tinggi 28 50,9%
µ - 1σ ≤ X < µ +
1σ 46 ≤ X< 69 Sedang 27 49,1%
X < µ - 1σ X < 46 Rendah - -
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.39 dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara dalam kategori tinggi sebesar 50,9%. Sedangkan mean
empiris memperoleh nilai sebesar 71.65 yang apabila diletakkan kedalam ukuran
mean teoritis, maka berada dalam kategori tinggi, yaitu rentang 69 ≤ X.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara kepada pasien berada pada kategori tinggi.
89
Gambar 4.19 Diagram Gambaran UmumKomunikasi Terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara
4.3.3.1 Gambaran Spesifik Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Tiap Aspek
Skala komunikasi terapeutik ini merupakan salah satu skala yang dibuat
untuk penelitian ini, setiap item komunikasi terapeutik untuk pasien yang
menjalankan perawatan di RS Kusta Donorojo Jepara. Berikut adalah gambaran
komunikasi terapeutik yang ditinjau secara umum dan spesifik.
4.3.3.1.1 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Kesejatian
Gambaran komunikasi terapeutik dengan jumlah item 5 butir item (nomor
item 1,2,4,5 dan 6 ). Berikut ini statistik deskriptif komunikasi terapeutik
berdasakan aspek kesejatian dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.40 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek
Kesejatian
Descriptive Statistics
Kesejatian Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 10 Maximum 20 Mean 15.47 Std. Deviation 2.089
90
Pengkategorisasian distribusi data skala komunikasi terapeutik
berdasarkan aspek kesejatian dilakukan secara manual dengan rincian sebagai
berikut:
Jumlah Item : 5
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (5 x 4 ) = 20
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (5 x 1) = 5
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (20+ 5) : 2 = 12,5
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (20-5) : 6 = 2,5
Gambaran secara umum komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara berdasarkan aspek kesejatian perhitungan di atas diperoleh M = 12,5 dan
SD = 2,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 12,5 – 2,5 = 15
Mean + 1,0 SD = 12,5 + 2,5 = 10
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek kesejatian
sebagai berikut:
Tabel 4.41 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Kesejatian
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 15 ≤ X Tinggi 28 50,9%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 10 ≤ X< 15 Sedang 27 49,1%
X < µ - 1σ X < 10 Rendah
Jumlah 55 100%
91
Berdasarkan tabel 4.41 dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik di
RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek kesejatian di RS Kusta Donorojo
Jepara dalam kategori tinggi sebesar 50,9 %. Sedangkan mean empiris
memperoleh nilai sebesar 15.47 yang apabila diletakkan kedalam ukuran mean
teoritis, maka berada dalam kategori tinggi , yaitu rentang 15 ≤ X
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek kesejatian di RS Kusta Donorojo Jepara
kepada pasien berada pada kategori tinggi.
Gambar 4.20 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
JeparaBerdasarkan Aspek Kesejatian
4.3.3.1.2 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Empati
Gambaran komunikasi terapeutik dengan jumlah item 6 butir item
(nomor item 7,8,9,10,12, dan 14 ). Berikut ini statistik deskriptif komunikasi
terapeutik berdasakan aspek empati dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
92
Tabel 4.42 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek Empati
Descriptive Statistics
Empati Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 15
Maximum 24
Mean 18.78
Std. Deviation 2.079
Pengkategorisasian distribusi data skala komunikasi terapeutik
berdasarkan aspek empati dilakukan secara manual dengan rincian sebagai
berikut:
Jumlah Item : 6
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (6 x 4 ) = 24
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (6 x 1) = 6
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (24 + 6 ) : 2 = 15
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (24 – 6 ) : 6 = 5
Gambaran secara umum dimensi dalam komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek empati perhitungan di atas diperoleh M
= 15 dan SD = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 15 - 5 = 10
Mean + 1,0 SD = 15 + 5 = 20
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek empati
sebagai berikut:
93
Tabel 4.43 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Empati
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 20 ≤ X Tinggi 20 36,4%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 15 ≤ X< 20 Sedang 35 63,6%
X < µ - 1σ X < 15 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.43 dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik di
RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek empati masuk dalam kategori
sedang sebesar 63,6 %. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 18.78
yang apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam
kategori sedang , yaitu rentang 15 ≤ X < 20
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek empati di RS Kusta Donorojo Jepara
kepada pasien berada pada kategori sedang.
Gambar 4.21 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Empati
94
4.3.3.1.3 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat
Gambaran komunikasi terapeutik dengan jumlah item 6 butir item (nomor
item 15,16,17,18,19 dan 20 ). Berikut ini statistik deskriptif komunikasi terapeutik
berdasarkan aspek respek dan hormat dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.44 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek Respek
atau Hormat
Descriptive Statistics
Respek atau Hormat Valid N (listwise)
N 55 55
Minimum 13
Maximum 24
Mean 18.44
Std. Deviation 2.217
Pengkategorisasian distribusi data skala komunikasi terapeutik
berdasarkan aspek respek atau hormat dilakukan secara manual dengan rincian
sebagai berikut:
Jumlah Item : 6
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (6 x 4 ) = 24
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (6 x 1) = 6
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (24+ 6) : 2 = 15
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (24-6) : 6 = 3
Gambaran secara umum dimensi dalam komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek respek atau hormat perhitungan di atas
95
diperoleh M = 15 dan SD = 3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
Mean – 1,0 SD = 15 – 3 = 12
Mean + 1,0 SD = 15 + 3 = 18
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek respek
atau hormat sebagai berikut:
Tabel 4.45 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 18 ≤ X Tinggi 24 43,6%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 12 ≤ X< 18 Sedang 31 56,4%
X < µ - 1σ X < 12 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.45 dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik di
RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek respek atau hormat di RS Kusta
Donorojo Jepara dalam kategori sedang sebesar 56,4%. Sedangkan mean empiris
memperoleh nilai sebesar 18,44 yang apabila diletakkan kedalam ukuran mean
teoritis, maka berada dalam kategori tinggi , yaitu rentang 18 ≤ X
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek respek atau hormat di RS Kusta
Donorojo Jepara kepada pasien berada pada kategori tinggi.
96
Gambar 4.22 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Respek atau Hormat
4.3.3.1.4 Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Konkret
Gambaran komunikasi terapeutik dengan jumlah item 6 butir item (nomor
item 21, 22, 23, 24, 26 dan 27). Berikut ini statistik deskriptif komunikasi
terapeutik berdasakan aspek konkret dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows.
Tabel 4.46 Statistik Deskriptif Komunikasi Terapeutik Berdasakan Aspek
Konkret
Descriptive Statistics
Konkret Valid N (listwise)
N 55 55 Minimum 15 Maximum 24 Mean 18.96 Std. Deviation 1.962
Pengkategorisasian distribusi data skala komunikasi terapeutik
berdasarkan aspek konkret dilakukan secara manual dengan rincian sebagai
berikut:
Jumlah Item : 6
Skor Tertinggi : (Jumlah item x skor maksimum) = (6 x 4 ) = 24
97
Skor Terendah : (Jumlah item x skor minimum) = (6 x 1) = 6
Mean Teoritik (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2
: (24+ 6) : 2 = 15
Standar Deviasi : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
: (24-6) : 6 = 3
Gambaran secara umum dimensi dalam komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek konkret perhitungan di atas diperoleh
M = 15 dan SD = 3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Mean – 1,0 SD = 15 – 3 = 12
Mean + 1,0 SD = 15 + 3 = 18
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dalam
komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek konkret
sebagai berikut:
Tabel 4.47 Gambar Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Berdasarkan Aspek Konkret
Interval Skor Interval Kriteria Frekuensi Persentase
µ + 1σ ≤ X 18 ≤ X Tinggi 34 61.8%
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ 12 ≤ X< 18 Sedang 21 48.2%
X < µ - 1σ X < 12 Rendah
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.47 dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik di
RS Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek konkret dalam kategori tinggi
sebesar 61,5%. Sedangkan mean empiris memperoleh nilai sebesar 18,96 yang
apabila diletakkan kedalam ukuran mean teoritis, maka berada dalam kategori
tinggi , yaitu rentang 21 ≤ X
98
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik di RS
Kusta Donorojo Jepara berdasarkan aspek konkret di RS Kusta Donorojo Jepara
kepada pasien berada pada kategori tinggi.
Gambar 4.23 Diagram Gambaran Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Aspek Konkret
Penjelasan secara deskriptif mengenai komunikasi terapeutik di RS Kusta
Donorojo Jepara secara ringkas dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.48 Ringkasan Deskriptif Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara Berdasarkan Tiap Aspek
Komunikasi Terapeutik Kategorisasi
No Dimensi Tinggi Sedang Rendah
1 Kesejatian 50,9% 49,1%
2 Empati 36,4% 63,6%
3 Respek atau Hormat 43,6% 56,4%
4 Konkret 61,8% 48,2%
99
Gambar 4.24 Diagram Ringkasan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara
Penjelasan kategorisasi tiap aspek diatas disusun berdasarkan kategorisasi
distribusi normal, sedangkan untuk menentukan aspek mana yang paling
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel komunikasi terapeutik, ditentukan
dengan membandingkan mean empiris tiap aspek. Adapun perbandingan mean
empiris tiap aspek dapat dilihat pada tabel 4.49 berikut:
Tabel 4.49 Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Komunikasi Terapeutik
Aspek Komunikasi Terapeutik Mean Empiris Jumlah
Item
Perbandingan
Mean Empiris
Kesejatian 15.47 5 3.094
Empati 18.78 6 3.13
Respek atau Hormat 18.44 6 3.07
Konkret 18.96 6 3.16
Berdasarkan tabel 4.49 menunjukan bahwa dari keempat aspek
komunikasi terapeutik dari yaitu, aspek konkret memiliki mean empiris yang
paling tinggi yaitu sebesar 3.16 dibanndingkan dengan aspek lainnya. Maka
dapat disimpulkan bahwa , dimensi konkret merupakan aspek yang paling
berperan besar terhadap tinggi rendahnyavariabel komunikasi terapeutik.
100
Perbedaan nilai mean empiris antara aspekkomunikasi terapeutik yang tidak
terlalu besar yaitu tidak lebih dari 0,1, maka semua aspekkomunikasi terapeutik
memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap tinggi rendahnya tingkat
komunikasi terapeutik.
Gambar 4.25 Diagram Pembandingan Mean Empiris Komunikasi Terapeutik
4.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas data, uji linieritas dan uji korelasi.
4.4.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dilakukan
dengan SPSS Versi 20.0 for Windows.
Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:
101
Tabel 4.50 Uji Normalitas Kualitas Pelayanan Perawat dengan Komunikasi
Terapeutik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas Pelayanan Perawat
Komunikasi Terapeutik
N 55 55
Normal Parametersa,b
Mean 109,76 71,65
Std. Deviation 11,410 6,843
Most Extreme Differences
Absolute ,130 ,158
Positive ,130 ,158
Negative -,080 -,095
Kolmogorov-Smirnov Z ,961 1,171
Asymp. Sig. (2-tailed) ,314 ,129
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan table 4.50 perhitungan uji normalitas menggunakan teknik
One Sample Kolomogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 20.0 for
Windows maka data penelitian menunjukkan variabel kualitas pelayanan perawat
diperoleh koefisien K-S Z sebesar 0,961 dengan nilai siginifikansi sebesar p =
0,314 (p > 0,05 signifikan). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data
berdistribusi normal. Pada uji normalitas terhadap variabel komunikasi terapeutik
diperoleh koefisien K-S Z sebesar 1,171 dengan nilai signifikansi p = 0,129 (p >
0,05 signifikan). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sebaran data
berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan
variabel Y membentuk garis linier atau tidak. Uji linieritas dilakukan
menggunakan bantua program SPSS 20.0 for Windows. Kaidah yang digunakan
untuk mengetahui linier atau tidaknya sebaran adalah jika p < 0,05 maka
sebarannya dianggap linier dan jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak
linier.
102
Hasil persebaran diperoleh F sebesar 63,833 dengan p = 0,000.
Dikarenakan nilai p 0,000 < 0,005 maka pola hubungan antara variabel kualitas
pelayanan perawat dengan komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
adalah linier. Hasil uji linieritas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.51 Uji Linieritas Kualitas Pelayanan Perawat dengan Komunikasi
Terapeutik
ANOVA Table
Kualitas Pelayanan Perawat * Komunikasi Terapeutik
Between Groups
Within Groups Total (Combined) Linearity Deviation from
Linearity
Sum of Squares
5015,469 4018,378 997,090 2014,458 7029,927
Df 22 1 21 32 54
Mean Square
227,976 4018,378 47,480 62,952
F 3,621 63,833 ,754
Sig. ,000 ,000 ,748
4.4.3 Uji Hipotesis
4.4.3.1 Koefisien Korelasi Berganda (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
Penelitian ini dalam penghitungannya menggunakan program SPSS for
windows 20.0. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik korelasi Pearson.
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis korelasi pearson sebab dari hasil
uji normalitas menunjukkan hasil bahwa sebaran data kedua variabel normal.
Hasil korelasi pearson antara komunikasi terapeutik dengan kualitas pelayanan
perawat serta menggunakan tabel 4.52 interpretasi terhadap koefisien korelasi
sebagai berikut (Arikunto, 2006: 245)
103
Tabel 4.52 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Spearman
No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1. 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,60– 0,79 Tinggi
3. 0,40 – 0,59 Sedang
4. 0,20 – 0,39 Rendah
5. 0,00 – 0,19 Sangat rendah
Tabel 4.53 AnalisisKorelasi Komunikasi Terapeutik dan Kualitas Pelayanan
Perawat
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .756a ,572 ,564 7,538
Hasil perhitungan dapat ditunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi
untuk persamaan yang dibahas yaitu R sebesar 0.756. Komunikasi terapeutik
memiliki tingkatan hubungan yang tinggi terhadap kualitas pelayanan perawat
karena nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0.756 berada diantara 0,60 – 0,79
berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi pada tabel 4.52.
Oleh karena itu, dari hasil perhitungan pada tabel 4.53 bahwa koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0.572 dan 57,2 % dalam presentase, hal ini
menunjukan variabel X (komunikasi terapeutik) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap variabel Y(kualitas pelayanan perawat) sebesar 57,2 %,
sedangkan sisanya 42,8% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang diabaikan atau
tidak diteliti oleh peneliti.
104
4.4.3.2 Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen, atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak. Hasil uji F disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.54 Uji F Komunikasi Terapeutik dan Kualitas Pelayanan Perawat
ANOVAa
Model Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
1 Regression 4018,378 1 4018,378 70,719 .000b
Residual 3011,549 53 56,822
Total 7029,927 54
Tabel 4.54 menampilkan nilai F hitung sebesar 70,719 dengan tingkat
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti secara simultan atau bersama-sama
komunikasi terapeutik berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pelayanan
perawat.Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yang berbunyi “Ada
pengaruh positif antara komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan
perawat (persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara). Semakin
baik komunikasi terapeutik, semakin baik pula kualitas pelayanan perawat yang
dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah komunikasi terapeutik, maka kualitas
pelayanan perawat juga semakin rendah” diterima.
4.4.3.3 Hasil Uji Regresi
Analisis regresi linier ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh dari variabel prediktor terhadap variabel kriterium. Hasil uji analisis
regresi linier berganda disajikan dalam tabel berikut:
105
Tabel 4.55 Uji Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 19,431 10,790 1,801 ,077
Komunikasi Terapeutik
1,261 ,150 ,756 8,409 ,000
a Dependent Variable: Kualitas Pelayanan Perawat
Berdasarkan tabel 4.55, didapatkan persamaan garis regresi sebagai berikut: Yc
= 19,431+ 1,261X, interpretasi persamaan garis regresi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Konstansta
Nilai konstansta sebesar 19,431. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel
prediktor komunikasi terapeutik (X) adalah 0, maka variabel kriterium kualitas
pelayanan perawat (Y) nilainya 19,431.
2. Komunikasi Terapeutik(X) terhadap Kualitas Pelayanan Perawat (Y)
Nilai koefisien komunikasi terapeutik (X) sebesar 1,261 dan bertanda
positif mempunyai pengaruh yang searah dengan kualitas pelayanan perawat (Y).
Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan komunikasi terapeutik (X) satu satuan maka
kualitas pelayanan perawat(Y) akan naik sebesar 1,261 dengan asumsi bahwa
variabel prediktor yang lain dari model regresi adalah tetap.
Tabel 4.55, menampilkan nilai T hitung untuk variabel komunikasi
terapeutik (X) sebesar 7.312 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai T hitung > T
tabel atau 8,409 >2,000 dan p < 0,05 maka H diterima. Hasil tersebut menunjukan
bahwa secara parsial ada pengaruh signifikan antara komunikasi terapeutik (X)
terhadap kualitas pelayanan perawat (Y) sehingga hipotesis pertama (H) yang
berbunyi “Ada pengaruh positif antara komunikasi terapeutik terhadap kualitas
106
pelayanan perawat (persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara)”
diterima.
4.5 Interkorelasi Antar Variabel
Mengetahui hasil uji hipotesis, bahwa hipotesis (H) yang berbunyi “Ada
pengaruh positif antara komunikasi terapeutikterhadap kualitas pelayanan
perawat (persepsi pasien pada perawat di RS Kusta Donorojo Jepara)” diterima.
Selanjutnya dilakukan uji interkorelasi antara variabel, uji interkorelasi antar
variabel dalam penelitian ini menggunakan teknik product moment pearson, yang
perhitungannya menggnakan program SPSS versi 20.0 for Windows. Hasil uji
interkorelasi antar variabel disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.56 Interkorelasi Komunikasi Terapeutik dengan Kualitas Pelayanan
Perawat
Correlations
X X.1 X.2 X.3 X.4 Y
X 1 .768** .869** .835** .804** .756**
X.1 1 .604** .470** .442** .478**
X.2 1 .636** .611** .754**
X.3 1 .608** .601**
X.4 1 .650**
Y 1
*P<01 **<05, X: Komunikasi Terapeutik, X.1: Kesejatian,X.2: Empati, X.3: Respek atau
Hormat, X.4: Konkret, Y: Kualitas Pelayanan Perawat.
Tabel 4.56 menunjukan hasil uji interkorelasi antara variabel dalam
penelitian ini. Interkorelasi uji interkorelasi antara variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Uji Interkorelasi AntaraAspek Kesejatian (X.1)dengan Variabel Kualitas
Pelayanan Perawat(Y)
Kesejatian (X1) mempunyai nilai korelasi yang signifikan dengan variabel
kualitas pelayanan perawat (Y) sebesar 0,478 dan memilki hasil yang paling
107
rendah dari aspek lainnya. Hal ini berarti bahwa aspek kesejatian mendukung
tinggi atau rendahnya tingkat variabel kualitas pelayanan perawat.
2. Uji Interkorelasi Antara Aspek Empati (X.2)dengan Variabel Kualitas
Pelayanan Perawat (Y)
Empati (X2) mempunyai nilai korelasi yang signifikan dengan variabel
kualitas pelayanan perawat(Y) sebesar 0,754 dan paling tinggi mempengaruhi
kualitas pelayanan perawat. Hal ini berarti bahwa aspek empati mendukung tinggi
atau rendahnya tingkat variabel kualitas pelayanan perawat.
3. Uji Interkorelasi Antara Aspek Respek dan Hormat (X.3) dengan Variabel
Kualitas Pelayanan Perawat (Y)
Respek dan Hormat (X.3) mempunyai nilai korelasi yang signifikan dengan
variabel kualitas pelayanan perawat (Y) sebesar 0,601. Hal ini berarti bahwa
aspek respek dan hormat mendukung tinggi atau rendahnya tingkat variabel
kualitas pelayanan perawat.
4. Uji Interkorelasi Antara Aspek Konkret (X.4) dengan Variabel Kualitas
Pelayanan Perawat (Y)
Konkret(X.4)mempunyai nilai korelasi yang signifikan dengan variabel
Kualitas Pelayanan Perawat (Y) sebesar 0,650. Hal ini berarti bahwa aspek
konkretmendukung tinggi atau rendahnya tingkat variabel kualitas pelayanan
perawat.
5. Uji Interkorelasi Antara Variabel Komunikasi Terapeutik (X) dengan Variabel
Kualitas Pelayanan Perawat(Y)
Variabel komunikasi terapeutik (X) mempunyai nilai korelasi dengan kinerja
pegawai (Y) sebesar 0,756. Hal ini berarti variabel komunikasi terapeutik
mendukung tinggi atau rendahnya tingkat variabel kualitas pelayanan perawat.
108
Berdasarkan tabel 4.65 dan interpretasi uji interkorelasi antara variabel di atas
disimpulkan bahwa semua aspek dari variabel komunikasi terapeutik memiliki
korelasi yang signifikan terhadap variabel kualitas pelayanan perawat, sehingga
semua aspek dari variabel komunikasi terapeutik mendukung tinggi atau
rendahnya tingkat variabel kualitas pelayanan perawat.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan
Perawat dan Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo
Jepara
4.6.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan
Perawat di RS Kusta Donorojo Jepara
Kualitas Pelayanan Perawat adalah tingkat baik buruknya pelayanan
professional yang diciptakan bagi pasien berupa pelayanan yang perubahannya
dapat dirasakan, dapat dinilai dan dapat diukur secara nyata. Berkaitan dengan
respon penerima pelayanan dari perawat apakah sesuai dengan yang tertulis pada
hak dan kewajiban yang diberikan perawat kepada pasien. Pada penelitian ini,
kualitas pelayanan perawat diukur dengan menggunakan skala kualitas pelayanan
jasa. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka menunjukkan semakin tinggi
kualitas yang dirasakan oleh pasien di RS Kusta Donorojo Jepara. Demikian
sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin rendah pula
kualitas pelayanan perawat.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum kualitas pelayanan perawat yang
diberikan kepada pasien di RS Kusta Donorojo Jepara pada kategori tinggi
sebanyak 44 pasien yaitu sebesar 73,3%. Pada hasil penelitian ini dapat diartikan
109
bahwa perawat memiliki kualiatas pelayanan yang baik diberikan kepada pasien.
Secara langsung memberikan pengaruh kepada rumah sakit bahwa pelayanan
yang diberikan oleh perawat kepada pasien sudah baik. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan sebelum penelitian berlangsung.
Pada studi pendahuluan didapatkan hasil bahwa pasien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan para perawat di RS Kusta Donorejo Jepara. Hal ini
dapat diartikan bahwa perawat di RS Kusta Donorejo Jepara telah mempunyai
kualitas pelayanan yang baik saat melakukan pelayanan pada pasien kusta.
Penelitian ini menggunakan delapan belas dimensi dari Johnston (et al)
dalam Jasfar (2005:56-57), yaitu Access, Aesthetics, Attentiveness/helpfulness,
Availability, Care, Cleanliness/Tidiness, Comfort, Commitment, Communication,
Competence, Courtesy, Flexibility, Friendliness, Functionality, Integrity,
Reliability, Responsiveness, dan Security. Berdasarkan tujuan penelitian yang
ingin diungkap adalah kualitas pelayanan perawat maka dipilih empat belas
dimensi yang digunakan, hasil mean empiris dari empat belas dimensi kualitas
pelayanan perawat menunjukkan bahwa dimensi integrity memiliki mean empiris
tertinggi dengan nilai 6,265 dibandingkan dengan dimensi lainnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa dimensi integrity memiliki pengaruh yang lebih tinggi
terhadap kualitas pelayanan perawat dibandingkan dengan dimensi lainnya.
Mengacu pada hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa perawat jujur dan
dipercaya oleh pasien, akan berdampak pada kualitas pelayanan perawat di RS
Kusta Donorojo.
4.6.1.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Aesthetics
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara ditinjau
dari dimensi aesthetics. Dimensi aesthetics memperoleh nilai mean empiris yang
110
sama dengan dimensi lain seperti attentiveness/helpfulness yaitu 6,51 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh
3,255. Dimensi Aesthetics dilihat secara umum berada pada kategori sedang
sebanyak 33 pasien (55%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi aesthetics
yaitu berkaitan dengan sampai sejauh mana paket jasa tersedia memuaskan
konsumen. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perawat cukup baik membuat para pasien puas dengan pelayanan yang diberikan
selama melakukan pengobatan di RS Kusta Donorojo Jepara. Tindakan yang
dilakukan di RS Kusta Donorojo adalah diberikan pendampingan kepada pasien
saat berada di rumah sakit.
4.6.1.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Attentiveness/helpfulness
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara ditinjau
dari dimensi attentiveness/helpfulness. Dimensi attentiveness/helpfulness
memperoleh nilai mean empiris yang sama dengan aesthetics yaitu 6,52 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh
3,255. Dimensi attentiveness/helpfulness dilihat secara umum berada pada
kategori sedang sebanyak 26 pasien (47,3%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi
attentiveness/helpfulness yaitu berhubungan dengan kontrak personal, sampai
sejauh mana mereka berkeinginan untuk membantu konsumen. Sesuai hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perawat mempersiapkan
kebutuhan pasien dan berkeinginan membantu walaupun pasien tidak memanggil
terlebih dahulu sudah cukup baik diberikan kepada pasien selama melakukan
perawatan di RS Kusta Donorojo Jepara. Perawat bertanya apakah obat yang
111
diberikan dikonsumsi dengan benar kepada pasien, dan memberikan saran
kegiatan yang dapat dilakukan kepada pasien selama belum sembuh.
4.6.1.1.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Care
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi care. Dimensi care memperoleh nilai mean empiris yaitu 16,91
masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris
diperoleh 4,275. Dimensi care dilihat secara umum berada pada kategori tinggi
sebanyak 54 pasien (98,2%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi care yaitu
kepedulian, perhatian, simpati dan kesabaran yang diperlihatkan kepada
konsumen. Tindakan yang dilakukan perawat menenangkan pasien dari rasa
cemas, secara rutin memeriksa luka pasien, memberikan dukungan semangat
untuk kesembuhan pasien, menerima keluh kesah dan sabar memberikan
penjelasan pasien mengenai penyakit pasien. Semua yang dilakukan dengan baik
oleh perawat dan membuat para pasien merasa memiliki keluarga di RS Kusta
Donorojo Jepara.
4.6.1.1.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Cleanliness/Tidiness
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi cleanliness/tidiness. Dimensi cleanliness/tidiness memperoleh nilai
mean empiris yaitu 6,64 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan
perbandingan mean empiris diperoleh 3,32. Dimensi cleanliness/tidiness dilihat
secara umum berada pada kategori tinggi sebanyak 29 pasien (52,7%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi
cleanliness/tidiness yaitu kebersihan, kerapian dan keteraturan. Pasien melihat
penampilan perawat rapi, ruangan yang digunakan bersih dan nyaman, dan
112
perawat dengan rajin membawakan obat yang dibutuhkan oleh pasien.Beberapa
hal yang sampaikan diatas dilakukan dengan baik di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.1.5 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Commitment
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi commitment. Dimensi commitment memperoleh nilai mean empiris
yaitu 6,71 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 3,355. Dimensi commitment dilihat secara umum berada pada
kategori tinggi sebanyak 29 pasien (52,7%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi commitment
yaitu komitmen pekerja terhadap tugas. Tindakan yang dilakukan bahwa perawat
sudah secara maksimal melakukan perawatan kepada pasien, walapun kadang kala
perawat melakukan perawatan sesuai dengan mood mereka. Kemudian dalam
menghubungi perawat jika dibutuhkan oleh pasien masih kurang baik untuk
melakukan pertolongan secara tiba-tiba di RS Kusta Donorojo Jepara. Perawat
yang berjaga sesuai shift hanya 2-3 perawat per bangsal, pada saat 2 lebih pasien
mendapat masalah maka pasien harus menunggu sampai ada perawat yang dapat
membantu begitu pula bagi pasien rawat jalan harus menunggu untuk melakukan
pemeriksaan.
4.6.1.1.6 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Communication
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi communication. Dimensi communication memperoleh nilai mean
empiris yaitu 3,40 masuk dalam kategori sedang dan setelah dilakukan
perbandingan mean empiris diperoleh 3,4. Dimensi communication dilihat secara
umum berada pada kategori sedang sebanyak 31 pasien (56,4 %).
113
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi
communication yaitu kemampuan penyedia jasa untuk berkomunikasi dengan
konsumen. Tindakan yang dilakukan didapat bahwa perawat berkomunikasi
kepada pasien cukup baik dilakukan dengan cara menyesuaikan pasein agar apa
yang akan disampaikan mudah untuk dipahami baik menggunakan bahasa jawa
maupun berbicara dengan suara keras bagi yang pasien yang bermasalah pada
pendengaran.
4.6.1.1.7 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Competence
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi competence. Dimensi competence memperoleh nilai mean empiris
yaitu 5,93 masuk dalam kategori sedang dan setelah dilakukan perbandingan
mean empiris diperoleh 2,965. Dimensi competence dilihat secara umum berada
pada kategori sedang sebanyak 39 pasien (70,9%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi competence
yaitu berkaitan dengan keahlian dan profesionalitas dalam penyampaian jasa. Di
rumah sakit walaupun dengan tugas perawat yang banyak, perawat masih
menlakukan perawatan dengan cukup telaten kepada pasien.
4.6.1.1.8 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Courtesy
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi courtesy. Dimensi courtesy memperoleh nilai mean empiris yaitu
6,44 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 3,22. Dimensi courtesy dilihat secara umum berada pada
kategori sedang sebanyak 29 pasien (52,7%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi courtesy
yaitu kesopanan, respek dalam menyediakan jasa, terutama berkenaan dengan
114
kontrak staf dalam berhubungan dengan konsumen dan hak miliknya. Di rumah
sakit perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan menjelaskan apa saja yang
akan didapat oleh pasien selama pengobatan dengan cukup baik di RS Kusta
Donorojo Jepara.
4.6.1.1.9 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Flexibility
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi flexibility. Dimensi flexibility memperoleh nilai mean empiris yaitu
6,15 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 3,075. Dimensi flexibility dilihat secara umum berada pada
kategori sedang sebanyak 28 pasien (50,9%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi flexibility
yaitu berkaitan dengan keinginan dan kesanggupan pekerja untuk mengubah
pelayanan jasa atau produk, menyesuaikan dengan keinginan konsumen. Di
rumah sakit perawat memberikan pelayanan atau penanganan yang cukup sesuai
dengan kebutuhan pasien,tidak hanya itu perawat cukup mampu menyesuaikan
diri dengan apa yang diinginankan pasien selama melakukan pengobatan di RS
Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.1.10 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Friendliness
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi friendliness. Dimensi friendliness memperoleh nilai mean empiris
yaitu 6.55 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 3,275. Dimensi friendliness dilihat secara umum berada pada
kategori sedang sebanyak 29 pasien (52,7%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi friendliness
yaitu kehangatan dan keakraban penyedia jasa. Selama pasien melakukan
115
perawatan, perawat menjaga keakraban dan perlakuan yang dilakukan oleh
perawat layaknya keluarga membuat para pasien mendapat sebagian kesenangan
dan kenyaman di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.1.11 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Integrity
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi integrity. Dimensi integrity memperoleh nilai mean empiris yaitu
12,53 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 6,265. Dimensi integrity dilihat secara umum berada pada
kategori sedang sebanyak 52 pasien (94,5%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi integrity
yaitu kejujuran, keadilan, dan kepercayaan yang diberikan oleh pemberi jasa
kepada konsumen. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dan ditemukan bahwa
perawat memberitahukan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kepada pasien
cukup sesuai, begitu juga meyakinkan pasien bahwa pengobatan yang dilakukan
akan berjalan dengan baik dan tanpa membeda-bedakan status ekonomi yang
dimiliki pasien.
4.6.1.1.12 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Reliability
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi reliability. Dimensi reliability memperoleh nilai mean empiris yaitu
9.84 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean
empiris diperoleh 3.28. Dimensi reliability dilihat secara umum berada pada
kategori tinggi sebanyak 32 pasien (58,2%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi reliability
yaitu kehandalan dan konsistensi dari kinerja fasilitas jasa, barang-barang dan
staf. Selama penenlitian ditemukan bahwa perawat memenuhi perawatan kepada
116
pasien dengan baik dengan kemampuan perawat yang baik pula, walaupun dengan
jumlah perawat yang berganti-ganti. Tingkat pendidikan yang dimiliki perawa di
RS Kusta Donorojo Jepara rata-rata adalah lulusan DIII Keperawatan sehingga
bisa melayani pasien dengan baik.
4.6.1.1.13 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Responsiveness
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi responsiveness. Dimensi responsivenessmemperoleh nilai mean
empiris yaitu 9.60 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan
perbandingan mean empiris diperoleh 4,8. Dimensi responsiveness dilihat secara
umum berada pada kategori sedang sebanyak 31 pasien (56,3%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi
responsiveness yaitu kecepatan dan ketepatan dalam penyampaian jasa. Hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan
perawat kepada pasien dilakukan dengan cukup cepat dan tanggap pada setiap
keluhan dan kebutuhan pasien selama melakukan pengobatan di RS Kusta
Donorojo Jepara. Penanganan yang diberikan masih pada taraf cukup dikarenakan
terbatasnya perawat pada setiap shift yang terdapat pada latar belakang.
4.6.1.1.14 Pembahasan Analisis Deskriptif Dimensi Security
Kualitas Pelayanan Perawat pada RS Kusta Donorojo Jepara dilihat
dari dimensi security. Dimensi securitymemperoleh nilai mean empiris yaitu 6.07
masuk dalam kategori sedang dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris
diperoleh 3.035. Dimensi security dilihat secara umum berada pada kategori
sedang sebanyak 39 pasien (67,3%).
Menurut Johnston (et al) dalam Jasfar (2005: 56) dimensi security
yaitu keselamatan dan keamanan konsumen. Di rumah sakit ditemukan bahwa
117
perawat menjamin perawatan dan perawat menjaga pasien untuk berada
diruangannya selama melakukan pengobatan di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Komunikasi Terapeutik
di RS Kusta Donorojo Jepara
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi antara perawat dan pasien
yang dilakukan secara sadar, direncanakan yang membantu memecahkan masalah
pasien yang bertujuan mempercepat kesembuhan pasien secara fisik maupun
psikis. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat.
Hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien dapat dilihat dari kesejatian,
empati, respek atau hormat dan konkret.
Berdasarkan hasil penelitian secara umum komunikasi terapeutik pada
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara berada pada kategori tinggi sebanyak 28
pasien (50,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat RS Kusta Donorojo
Jepara memiliki komunikasi terapeutik yang tingi. Artinya bahwa pasien
merasakan bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat sudah baik
sehingga membuat hubungan komunikasi antara pasien dengan perawat
berlangsung lancar. Dengan memililki keterampilan berkomunikasi terapeutik,
perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya pada pasien,
sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan
akan meningkatkan profesi (Damaiyanti,2010:11)
Komunikasi terapeutik memiliki 4 aspek yaitu kesejatian, empati, respek
atau hormat dan konkret. Keempat aspek komunikasi terapeutik di kombinasikan
dengan karakteristik dari komunikasi terapeutik dalam Taufik dan Juliane
118
(2010:30-34). Hasil mean empiris dari aspek komunikasi terapeutik diketahui
bahwa aspek konkret memiliki mean empiris tertinggi yaitu 3,16 setelah
dilakukan perbandingan mean empiris. Aspek konkret adalah dapat
mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan
akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.
Respon dari perawat menjembatani untuk dapat memahami apa yang diinginkan
pasien selama pengobatan agar pasien puas dengan respon dari perawat.
Pasien yang belum puas dengan komunikasi perawat menginginkan
perawat lebih sering mengunjungi pasien, cepat tanggap bila dibutuhkan pasien
sehingga ia dan keluarga lebih tenang jika keluhannya dapat cepat teratasi. Hal ini
mengidentifikasikan komunikasi yang tercipta diantara perawat dan pasien masih
sebatas komunikasi sosial, belum mencapai komunikasi yang terapeutik
(Christy,2015:4).
4.6.1.2.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kesejatian
Komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek
kesejatian. Dimensi kesejatian memperoleh nilai mean empiris yaitu 15.47 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh
3.094. Dimensi kesejatian dilihat secara umum berada pada kategori tinggi
sebanyak 28 pasien (50,9%).
Menurut Damaiyanti (2008:30) dimensi kesejatian adalah pengiriman
pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya. Dilihat bahwa
perawat mendengarkan masalah perasaan pasien dengan baik walaupun tidak
berhubungan dengan penyakit dan dilakukan dengan ikhlas. Saat dokter
menyampaikan masalah yang pasien kepada perawat maka perawat akan
119
menyampaikan kepada pasien yang bersangkutan dan proses dari kesembuhan
yang harus dilakukan di RS Kusta Donorojo Jepara.
4.6.1.2.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Empati
Komunikasi terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek
empati. Dimensi empati memperoleh nilai mean empiris yaitu 18,78 masuk dalam
kategori sedang dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh 3.13.
Dimensi empati dilihat secara umum berada pada kategori sedang sebanyak 35
pasien (63,6%).
Menurut Damaiyanti (2008:30) dimensi empati adalah kemampuan
menempatkan diri kita pada diri orang lain dan bahwa kita memahami bagaimana
perasaan orang lain dan menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita larut dalam
emosi orang lain. Selama melakukan penelitian diketahui bahwa perawat cukup
mudah memahami pasien dan sabar. Kebutuhan yang diperluhkan pasien baik
selama pengobatan dan membuat nyaman pasien di RS Kusta Donorojo Jepara
cukup terpenuhi dan sesuai dengan apa yang dirasakan pasien
4.6.1.2.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Respek atau Hormat
Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari
aspek respek atau hormat. Dimensi respek atau hormat memperoleh nilai mean
empiris yaitu 18,44 masuk dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan
perbandingan mean empiris diperoleh 3.07. Dimensi respek atau hormat dilihat
secara umum berada pada kategori sedang sebanyak 31 pasien (56,4%).
Menurut Damaiyanti (2008:30) dimensi respek atau hormat adalah
perilaku yang menunjukkan kepedulian atau perhatian, rasa suka dan menghargai
pasien. Selama penelitian diketahui bahwa perawat pada saat bertemu dengan
pasien akan menyapa dan tersenyum tanpa membeda-bedakan, ada kalanya pasien
120
yang mencari perhatian dari perawat agar pasien diperhatikan lebih lagi.
Kemudian pada saat pasien dengan perawat berbicara, perawat dengan baik
memperhatikan dan memberikan balasan yang membuat pasien merasa dihargai.
4.6.1.2.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Konkret
Komunikasi terapetik di RS Kusta Donorojo Jepara dilihat dari aspek
konkret.Dimensi konkret.memperoleh nilai mean empiris yaitu 18,96 masuk
dalam kategori tinggi dan setelah dilakukan perbandingan mean empiris diperoleh
3,16. Dimensi konkret.dilihat secara umum berada pada kategori tinggi sebanyak
34 pasien (61,8%).
Menurut Damaiyanti (2008:30) dimensi konkret adalah
mempertahankan respon perawat terhadap perasaan pasien, menjelaskan dengan
akurat tentang masalah. Diketahui bahwa perawat memberikan respon yang baik
kepada pasien saat menceritakan masalah yang dirasakan, dengan anggukan
kepada membuat pasien paham bahwa pasien masih memdapatkan perhatian yang
penuh dari perawat walau dengan penyakit kusta. Perawat tetap memberikan
penjelasan yang baik karena kebanyakan pasien berusia lanjut sekalipun.
4.6.2 Pembahasan Analisis Inferensial Kualitas Pelayanan Perawat dengan
Komunikasi Terapeutik di RS Kusta Donorojo Jepara
Hipotesisi penelitian ini adalah “ada pengaruh signifikan antara
komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat (persepsi pasien pada
perawat di RS Kusta Donorojo Jepara)”. Semakin tinggi komunikasi terapeutik,
makin tinggi pula kualitas pelayanan perawat yang tercipta. Sebaliknya, semakin
rendah komunikasi terapeutik. Maka kualitas pelayanan perawat juga semakin
rendah‟diterima. Data penelitian ini diolah dengan SPSS 20.0 for Windows
dengan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai F hitung
121
sebesar 70,719 dengan tingkat signifikan 0,000. Dengan tingkat signifikasi 0,000
< 0,05 maka hipotesis diterima.
Hal ini secara bersama-sama komunikasi terapeutik berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas pelayanan perawat dan nilai koefisien persamaan
garis regresi variabel komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat
sebesar 1,261 yang bertanda positif, hasil tersebut menunjukan bahwa komunikasi
terapeutik mempunyai hubungan yang searah kualitas pelayanan perawat. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan komunikasi terapeutik satu satuan maka kualitas
pelayanan perawat akan naik sebesar 1,261 dengan asumsi bahwa variabel bebas
yang lain dari model regresi adalah tetap.
Hasil dapat dilihat juga pada nilai T hitung variabel komunikasi terapeutik
terhadap kualitas pelayanan perawat sebesar sebesar 8,409 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Nilai T hitung > T tabel atau 8,409 > 2,000 dan p < 0,05 maka
hipotesis (H) diterima. Menunjukkan hasil bahwa secara parsial ada pengaruh
signifikan antar komunikasi terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat
sehingga hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh signifikan antara komunikasi
terapeutik terhadap kualitas pelayanan perawat (persepsi pasien pada perawat di
RS Kusta Donorojo Jepara). Semakin tinggi komunikasi terapeutik, semakin
tinggi pula kualitas pelayanan perawat yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin
rendah komunikasi terapeutik, maka kualitas pelayanan perawat juga semakin
rendah” diterima.
Berdasarkan hasil uji interkorelasi antar variabel komunikasi terapeutik
terhadap kualitas pelayanan perawat didapatkan aspek kesejatian mempunyai nilai
korelasi signifikan dan paling rendah sebesar 0,478 dengan variabel kualitas
pelayanan perawat, aspek empati mempunyai nilai korelasi signifikan dan paling
122
tinggi sebesar 0,754 dengan variabel kualitas pelayanan perawat, aspek respek
atau hormat mempunyai nilai korelasi signifikan sebesar 0,601 dengan variabel
kualitas pelayanan perawat, dan aspek konkret mempunyai nilai korelasi
signifikan sebesar 0,650 dengan variabel kualitas pelayanan perawat.
Menurut Asrin, Ridwan K dan Wahyu E (2006:68) bahwa komunikasi
sangatlah memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan. Komunikasi yang dilakukan dalam pelayanan
keperawatan bisa dalam bentuk komunikasi terapeutik dan komunikasi sosial.
Pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien kepada pasien seharusnya lebih
diutamakan komunikasi yang bersifat terapeutik karena komunikasi ini lebih
fokus dalam proses peningkatan perkembangan kesehatan pasien, pemahaman
permasalahan kesehatan pasien dan membantu dalam mencapai kesehatan yang
optimum (Fortinash& Holoday-Worret,2000) dalam Asrin, Ridwan K dan Wahyu
E (2006:68).
Setiap perawat memiliki kesempatan yang sama untuk menerapkan
komunikasi terapeutik yang baik. Komunikasi yang baik, perawat akan mampu
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya dan dapat meningkakan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh perawat sehingga berdampak pada mutu pelayanan
rumah sakit yang semakin baikpula.
Pendapat yang sama disampaikan Purwanto (1994) dalam Diana, Asrin,
Wahyu (2006: 54) bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan penting
dalam upaya peningkatan kualitas pelayan keperawatan dan membantu klien. Hal
tersebut juga mendukung penelitian yang dilakukan Diana, Asrif, Wahyu (2006:
54) bahwa komunikasi terapeutik sangat penting untuk membina hubungan yang
123
terapeutik perawat-klien dan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.
4.7 Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian pastinya mempunyai keterbatasan di dalam pelaksanaan
penelitiannya, begitu pula dengan penelitian ini. Keterbatasan yang ada
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam
penelitian ini antara lain:
1. Peneliti hanya melakukan studi pendahuluan melalui metode wawancara
singkat dan observasi kepada beberapa pasien rawat inap dan perawat tanpa
memperhatikan bangsal. Jumlah pasien tiap bulannya berbeda membuat
peneliti susah menentukan subjek dari studi pendahuluan yang membuat
penelitian di lapangan berbeda.
2. Peneliti tidak dapat mengawasi responden secara satu persatu pada saat
responden mengisi instrumen penelitian. Hal tersebut membuat beberapa
pasien tidak mengisi instrument dengan serius, alhasil terdapat responden
mengisi jawaban yang sama.
3. Penelitian ini khususnya pada pengukuran kualitas pelayanan perawat terdapat
satu aitem pada dimensi Cleanliness/Tidiness yang mengukur lebih pada
kualitas pelayanan rumah sakit dan hal tersebut membuat penelitian ini tidak
sepenuhnya bersih untuk menggukur kualitas pelayanan perawat yang
diinginkan peneliti.
124
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa RS Kusta Donorojo Jepara yang merupakan rumah sakit
dimana lebih banyak pasien yang membutuhkan perhatian, disebabkan karena
tingkat kecacatan dari penyakit kusta. Penanganan yang diberikan dengan
komunikasi terapeutik baik menyelesaikan masalah yang dimiliki pasien dan
menjalin hubungan yang baik pasien-perawat selama menjalani pengobatan di
rumah sakit menjadi lebih membantu. Banyak masalah yang terselesaikan maka
kualitas pelayanan perawat yang dimiliki semakin dapat dipercaya dimana para
pasien akan dengan nyaman mau mempercayakan setiap proses menjalani
perawatan kepada para perawat di RS Kusta Donorojo Jepara.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka saran dalam penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjuutnya
1. Hasil penelitian menunjukan kualitas pelayanan perawat yang tinggi,hanya
melihat kualitas pelayanan pada perawat saja tidak secara menyeluruh
melihat kualitas pelayanan pada staf rumah sakit. Peneliti selanjutnya
diharapkan melakukan penelitian dengan mencakup semua bagian dari
rumah sakit.
125
2. Melakukan pelatihan mengenai komunikasi terapeutik guna meningkatkan
komunikasi terapeutik agar komunikasi antara pasien-perawat lebih baik
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
1. Bagi para calon perawat untuk mulai mengembangkan pengetahuan
mengenai komunikasi terapeutik agar nantinya mampu menciptakan
hubungan yang terapeutik antara perawat dan pasien sehingga tercipta
keterbukaan yang memotivasi pasien untuk segera sembuh dari
penyakitnya.
2. Bagi perawat diharapkan untuk terus menggunakan komunikasi terapeutik
dan mengembangkannya agar tetap mempertahankan kualitas pelayanan
yang akan diberikan kepada pasien.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
1. Bagi RS Kusta Donorojo Jepara untuk terus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan pada perawat yang merupakan asset
penting untuk kemajuan rumah sakit kusta.
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien tidak hanya
komunikasi secara sosial tetapi komunikasi secara terapeutik agar perawat
lebih terbuka, mampu memotivasi pasien kusta untuk dapat segera sembuh
dan mampu menjalani kehidupan sehari-hari secara sehat.
126
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Aswar S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: PT. Pustaka
Pelajar.
Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Asrin, Ridwan K dan Wahyu E. 2006. Gambaran Praktik Komunikasi Terapeutik
dan Komunikasi Sosial Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Keperawatan. Purwokerto:Universitas Jendral Soedirman.
Christy V. 2015. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Komunikasi
Terapeutik pada Pasien di Ruang Rawat Inaprsud Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak
Damaiyanti M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: Refika Aditama.
Diana SR.R.S, Asrin O.P dan Wahyu E. 2006. Hubungan Pengetahuan
Komunikasi Terapeutik terhadap Kemampuan Komunikasi Perawat dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Elisabet Purwokerto.
Jurnal Keperawatan Soedirman. hal 53-60
E. Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas (Teori dan
Praktek dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Indra, D. A., & Gunarsih, T. 2002. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Nasabah Kredit Perorangan Dan Kelompok: Studi Kasus Pada
PD BPR Bank Pasar Kabupaten Karanganyar. Jurnal Manajemen. Vol 2.
Gaspersz V. 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Gibson J.L , John M. I and James H. D,Jr. 1989. Organisasi Edisi Kelima. Jakarta
: Erlangga
Hadjam,M N.R. 2001. Efektivitas Pelayanan Prima Sebagai Upaya Meningkatkan
Pelayanan di Rumah Sakit (Perspektif Psikologi). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada. Page. 105-115
Jannah K.D. 2001. Analisi Kualitas Pelayanan Kesehatan untuk Mewujudkan
Kepuasan Pasien pada Rumah Sakit “ Siti Khodijah” Pekalongan. Tesis.
Semarang: Universitas Diponogoro Semarang
127
Jasfar.F. 2005. Manajemen Jasa : Pendekatan Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia
Maramis Willy F. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya :
Airlangga University Press
Muninjaya A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Nasrul E. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nursalam,MNurs (Honours). 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Ovretveit John. 1992. Health Service Quality : An Indroduction to quality
methods for Health Service. Cambridge : Cataloguing in Publication Data.
Kasana Nur. 2014. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Ponek.
Surakarta : Stikes Kusuma Husada Surakarta
Praptianingsih S. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Purba J.M. 2003 Komunikasi dalam Keperawatan. Jurnal. Sumatera: Universitas
Sumatera Utara
Purwanto E. 2013 Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Widyo Kunto. 2004. Analisis Hubungan Persepsi Pasien terhadap Mutu,
Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan untuk Rawat Inap
Umum di Rumah Sakit Kusta Kelet Jepara. Tesis. Semarang: Universitas
Diponerogo
Wisnalmawati. 2005. “Pengaruh Persepsi Dimensi Kualitas Layanan Terhadap
Niat pembelian Ulang”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 3, h. 153-165.
Rarminto dan Atika Sept Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan : Pengembangan
Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan
Minimal. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Robby D.R. 2013. Hubungan antara Kecerdasan Spiritial dengan Depresi pada
Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yatimakin
Bangsrit Jepara. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
128
Shintana O.S dan Siregar C.T. 2001. Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi
Terapeutik dengan Perilaku Perawat. Sumatera Utara : Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Siti Fatmawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogjakarta: Nuha
Medika.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Supriyanto. S dan Ernawaty. M. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
Yogyakarta : ANDI
Sutrisno H. 1975. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : ANDI
Taufik M. dan Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam
Praktek Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Tjiptono, Chandra.2005. Strategi Pemasaran (Edisi II). Yogyakarta: Penerbit
Andi.
129
LAMPIRAN -LAMPIRAN
130
LAMPIRAN 1
KOESIONER
131
KOESIONER
Nama :
Tempat/ tanggal lahir :
Jabatan :
Lama bekerja :
Jumlah pasien yang ditangani : (per hari)
Pengalaman bekerja :
Pertanyaan Kepada Perawat
1. Dalam hal apa sajakah anda berhubungan dengan pasien ?
2. Bagaimana anda menjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga?
3. Menurut anda apakah pelayanan yang sudah diberikan kepada pasien sudah
memenuhi kebutuhan pasien?
4. Menurut anda dalam pelayanan yang diberikan apakah ada yang masih dapat
maksimal atau lebih baik dari kemampuan yang dimiliki?
Pertanyaan Kepada Pasien
1. Bagaimana pelayanan yang dilakukan perawat kepada anda selama anda berada
di RS Kusta Donorojo ?
2. Perhatian apa saja yang diberikan oleh para perawat di rumah sakit selama
melakukan pengobatan?
132
3. Apakah terdapat masalah atau pelayanan yang kurang terpenuhi selama anda
melakukan perawatan di RS Donorojo?
4. Bagaimana anda menjalin hubungan dengan perawat di rumah sakit donorojo ?
5. Tolong berikan Saran atau kritik khususnya pada pelayanan , informasi tentang
kondisi anda ?
133
LAMPIRAN 2
SKALA PENELITIAN
134
SKALA PSIKOLOGI
Oleh:
Maria Wilsa Prismeiningrum
1511411016
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
135
Kepada : Yth. Bapak/Ibu Pasien Rumah Sakit Donorojo
Di Kabupaten Jepara
Assalamalaikum Wr.Wb
Dengan Hormat
Sehubungan dengan penelitian untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar sarjana Psikologi, saya mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri
Semarang memohon bantuan dan kerjasama dari Bapak/Ibu untuk menjadi
responden penelitian ini dengan cara mengisi skala penelitian berbentuk booklet
yang berisi 2 (dua) skala yaitu Skala I dan Skala II berserta petunjuk
pengisiannya.
Penelitian yang dilakukan ini semata-mata untuk tujuan ilmiah. Identitas
Bapak/Ibu sebagai responden akan dijamin kerahasiaannya oleh penulis. Semua
jawaban responden tidak dinilai benar atau salah karena setiap responden akan
memiliki jawaban yang berbeda selama sesuai dengan keadaan diri responden
yang sebenarnya, penulis mengharapkan jawaban yang jujur, objektif, benar-benar
sesuai dengan keadaan diri responden dan tidak terpengaruh jawaban dari orang
lain.
Demikianlah pengantar ini dibuat oleh penulis.Ketersediaan Bapak/Ibu
untuk mengisi skala ini merupakan kontribusi penting dalam penelitian ini.Besar
harapan saya agar Bapak/Ibu bersedia membantu.Atas kesediaan tersebut, saya
mengucapkan terimakasih.
Wassalamalaikum Wr.Wb
Semarang, 20 Agustus 2015
Penulis
136
IDENTITAS DIRI
1. Nama (Boleh Inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Status Perkawinan :
6. Status Pasien : Pasien Rawat Inap / Rawat Jalan*
Keteranga
* : Coret keterangan yang tidak dipilih
137
SKALA I
o
PETUNJUK PENGISIAN
Pada skala I berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang harus anda
jawab, untuk itu saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi penyataan ini.
Sebelum menjawab pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Baca dan pahami masing-masing pernyataan dengan seksama dan jawablah
sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan diri anda sebenarnya.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri anda
dengan memberi tanda checklist(√) pada:
SS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan anda
S : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda
TS : Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda
STS : Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri
anda
3. Bila anda merasa jawaban yang telah anda checklist(√) tidak sesuai dengan
diri anda, dapat mencoret dan menggantinya dengan jawaban baru yang sesuai
dengan member tanda checklist(√)
4. Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya suka dengan perawatan dirumah sakit ini √
2 Perawat mengerti dengan keadaan saya √ √
5. Semua jawaban anda dapat diterima selama sesuai dengan keadaan diri anda
o SELAMAT MENGERJAKANo
138
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mendapatkan semua pengobatan dari
perawat
2. Selama perawatan, perawat mendampingi
saya
3. Perawat mempersiapkan dengan baik
kebutuhan yang mungkin saya butuhkan
4. Perawat tidak berkeinginan membantu jika
pasien tidak memanggil terlebih dahulu
5. Perawat menenangkan dari rasa cemas akan
penyakit
6. Perawat secara rutin memeriksa luka saya
apakah membaik atau tidak
7. Perawat memberikan dukung semangat
untuk kesembuhan pasien
8. Perawat menerima keluh kesah saya
walaupun dengan kesibukannya
9. Perawat dengan sabar memberikan
penjelasan kepada pasien mengenai penyakit
yang dideritanya
10. Ruangan yang saya gunakan bersih dan
nyaman untuk ditempati
11. Penampilan perawat rapi dan enak untuk
dipandang
12. Kebersihan diri saya dilakukan jika saya
meminta kepada perawat
13. Perawat dengan rajin membawakan obat
yang harus diminum oleh saya
139
No Pernyataan SS S TS STS
14. Perawat tetap melakukan perawatan
dengan semaksimal mungkin
15. Jika pasien membutuhkan pertolongan
tiba-tiba dengan segera perawat dapat
dihubungi
16. Cara bicara para perawat menyesuaikan
saya agar saya mudah paham
17. Perawat jarang mengucapkan salam
kepada pasien, maupun menyapa
18. Dengan tugas perawat yang banyak,
perawat tetap dengan telaten melakukan
perawatan dengan baik
19. Saya mendapat pengalaman bahwa
perawat tidak tuntas melakukan perawatan
kepada saya
20. Perawat memperkenalkan diri kepada
pasien
21. Perawat menjelaskan apa saja yang akan
saya dapat selama pengobatan
22. Perawat memberikan pelayanan atau
penanganan sesuai dengan kebutuhan saya
23. Perawat menyesuaikan diri sesuai dengan
apa yang diingikan pasien
24. Saya senang dirumah sakit ini karena sifat
perawat yang akrab
25. Perawat memperlakukan saya seperti
keluarga sendiri
26. Perawat memberitahukan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi kepada
saya mengenai penyakit saya
140
No Pernyataan SS S TS STS
27. Perawat memberikan pelayanan yang
baik pada pasien tanpa membedakan
status ekonomi
28. Pemberian pelayanan perawat akan
dilakukan jika pasien selesai dalam
pembayaran
29. Perawat membuat saya yakin bahwa jika
pengobatan yang dilakukan akan dapat
membuatnya sembuh
30. Kepuasan saya terpenuhi karena
perawatan yang diberikan
31. Kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan kepada pasien sudah baik
32. Walaupun perawat berganti – ganti,
perawatan kepada saya akan dilanjutkan
dengan baik
33. Perawat memberikan perawatan dengan
cepat sesuai dengan kebutuhan saya
34. Penanganan keluhan yang diberikan
perawat dengan baik kepada pasien
35. Perawat cepat tanggap pada saat pasien
membutuhkan bantuan
36. Jaminan perawatan yang diberikan sesuai
dengan penyembuhan yang dibutuhkan
37. Perawat menjaga saya yang seharusnya
dirawat untuk terus berada dikamarnya
141
SKALA II
o
PETUNJUK PENGISIAN
Pada skala II berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang harus anda
jawab, untuk itu saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi penyataan ini.
Sebelum menjawab pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Baca dan pahami masing-masing pernyataan dengan seksama dan jawablah
sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan diri anda sebenarnya.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri anda
dengan memberi tanda checklist(√) pada:
SS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan anda
S : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda
TS : Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda
STS : Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri
anda
3. Bila anda merasa jawaban yang telah anda checklist(√) tidak sesuai dengan
diri anda, dapat mencoret dan menggantinya dengan jawaban baru yang sesuai
dengan member tanda checklist(√)
4. Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1 Perawat memperhatikan kesembuhan pasien √
2 Perawat mengawasi pasien dengan baik √ √
5. Semua jawaban anda dapat diterima selama sesuai dengan keadaan diri anda
o SELAMAT MENGERJAKANo
142
No Pernyataan SS S TS STS
1 Perawat mendengarkan masalah saya selain
penyakit yang diderita
2 Perawat dengan ikhlas membantu pasien jika
tidak berhubungan dengan penyakit
3 Perawat tidak membantu memecahkan
masalah yang dialami pasien jika tidak
berhubungan dengan penyakit
4 Informasi yang diberikan dokter, perawat
tidak menyampaikannya kepada saya
5 Perawat menjelaskan dengan baik pada saya
dalam proses kesembuhannya
6 Masalah yang terjadi pada saya akan
disampaikan oleh perawat
7 Perawat mendengarkan keluhan saya dengan
sabar
8 Perawat dengan mudah mengetahui apa yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh saya
9 Perawat menunda-nunda waktu pada saat akan
mendengarkan keluhan saya
10 Perawat memberikan apa yang dibutuhkan
saya
11 Saat saya khawatir atau cemas,perawat tidak
membantu mengatasinya
12 Setiap hari perawat bertanya mengenai
keadaan saya
13 Perawat melarang saya melakukan hal yang
tidak berhubugan dengan proses
penyembuhan
14 Mendapatkan izin dari perawat untuk
melakukan apapun secara nyaman menurut
saya
143
No Pernyataan SS S TS STS
15 Ketika berbicara, perawat tetap
memperhatikan apa yang mungkin dibutuhkan
oleh saya
16 Perawat memberikan waktu yang ada jika
saya membutuhkan bantuan
17 Perawat memperlakukan saya dengan baik
tanpa membedakan-bedakan
18 Perawat meninggalkan saya untuk mengurus
pasien lain padahal belum selesai mengurus
saya.
19 Perawat mendengarkan saya berbicara, tidak
sambil melakukan hal lain
20 Senyum, sapa , salam dilakukan oleh perawat
kepada saya
21 Perawat mendengarkan dengan baik saat
pasien menceritakan apa yang dirasakan.
22 Perawat mengganggukkan kepala saat saya
selesai berbicara
23 Masalah saya dapat terselesaikan dengan baik
karena bantuan perawat
24 Perawat memotong pembicaran pasien sedang
berbicara
25 Perawat mengulang penjelasan kepada saya
26 Perawat memberikan gambaran yang lebih
jelas jika saya kurang mengerti
27 Perawat menyampaikan masalah saya sesuai
dengan yang tercatat
144
LAMPIRAN 3
TABULASI DATA
145
S KUALITAS PELAYANAN PERAWAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4
2 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4
4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 1 3 4
5 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3
6 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
7 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3
8 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3
10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
12 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
14 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 3
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
17 2 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
18 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4
19 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4
20 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3
21 2 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3
22 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4
23 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3
24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3
23 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4
28 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3
29 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3
30 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3
31 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 1 4 4
32 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3
33 2 2 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3
34 2 2 2 2 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3
35 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 1 4 4
36 4 4 4 4 2 4 4 1 3 4 3 4 4 4
146
S KUALITAS PELAYANAN PERAWAT
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4
2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 1 4 3
3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3
4 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2
5 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 2
6 4 4 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 3
7 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
8 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3
9 4 3 3 3 1 3 4 3 2 3 3 3 3 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
12 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3
14 4 3 1 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3
15 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
18 3 4 4 4 4 4 4 3 1 2 3 4 4 4
19 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 2
20 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 3
21 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3
22 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2
23 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
24 4 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 3 4 3
23 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 1
26 2 4 2 2 3 4 4 3 4 1 4 3 4 2
27 4 4 1 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3
28 3 3 1 3 1 3 3 3 3 4 3 4 3 4
29 3 4 4 3 2 2 3 2 2 4 3 1 3 2
30 3 4 4 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3
31 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 3
32 3 4 4 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3
33 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2
34 2 4 4 3 2 2 3 2 1 3 3 3 3 2
35 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 3
36 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 1 4 3
147
S KUALITAS PELAYANAN PERAWAT
∑ 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 3 4 4 3 4 3 3 4 3 132
2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 102
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 124
4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 121
5 3 4 4 3 4 3 4 3 4 121
6 3 3 3 3 3 3 3 3 2 117
7 3 3 3 4 4 3 3 2 3 102
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 114
9 3 3 4 3 4 3 4 3 3 115
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 143
11 3 4 3 3 3 3 4 3 3 111
12 3 3 3 3 3 3 2 3 3 109
13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 109
14 3 4 3 3 4 3 3 3 4 116
15 4 4 3 3 3 4 4 3 3 137
16 4 4 4 4 4 4 4 3 3 144
17 3 4 4 4 4 4 4 4 4 136
18 3 4 3 4 4 3 4 4 2 127
19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 116
20 3 3 3 3 3 3 3 3 2 108
21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 106
22 4 3 3 4 3 4 4 3 4 127
23 3 4 3 4 3 3 3 3 3 121
24 3 4 3 4 3 4 3 3 2 125
23 4 4 4 3 3 3 4 4 4 120
26 4 2 4 4 4 3 3 3 2 124
27 3 3 4 3 3 3 3 3 3 128
28 3 3 3 3 3 3 3 3 4 110
29 2 4 3 3 2 3 4 2 2 109
30 3 3 3 3 2 3 3 3 2 114
31 4 3 3 4 2 3 2 3 3 110
32 4 4 3 3 4 3 3 4 3 119
33 4 3 3 4 2 3 3 3 3 111
34 4 4 3 3 2 3 3 4 3 108
35 4 3 4 4 4 4 4 4 4 131
36 3 3 3 3 4 3 4 3 1 123
148
S Kualitas Pelayanan Perawat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
37 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
38 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4
40 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
41 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
43 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3
44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
46 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
48 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 4
49 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3
50 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
51 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3
52 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
55 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3
No KUALITAS PELAYANAN PERAWAT
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
37 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3
38 3 3 4 3 2 3 3 1 3 4 2 3 3 4
39 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2
40 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
41 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2
42 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
43 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
44 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
45 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3
46 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
48 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3
49 3 3 4 3 2 3 3 1 3 4 2 3 3 4
50 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
51 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 2 2
52 3 4 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 1 2
53 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3
54 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3
55 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 2
149
No KUALITAS PELAYANAN PERAWAT ∑
29 30 31 32 33 34 35 36 37
37 3 3 3 3 3 3 3 2 2 125
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115
39 3 3 3 3 3 3 4 4 3 139
40 3 4 3 3 3 4 3 4 3 117
41 3 3 3 3 3 3 3 2 4 124
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 106
44 3 4 4 4 4 4 4 4 4 141
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 143
46 4 3 3 3 3 3 3 3 3 106
47 4 4 3 3 3 3 2 3 2 112
48 3 3 3 3 3 3 3 2 2 116
49 4 4 4 4 4 3 3 4 4 115
50 3 2 3 2 2 2 3 3 2 141
51 3 2 3 2 3 3 3 2 2 107
52 3 3 2 3 3 3 3 3 3 105
53 3 3 2 3 3 3 3 3 3 110
54 3 3 3 3 2 3 2 3 2 110
55 3 3 3 3 3 3 3 2 2 109
150
No KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4
2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3
3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4
4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3
5 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3
6 2 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4
7 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3
9 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
11 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
12 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
13 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
14 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4
15 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 3
17 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 2 4
18 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3
19 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 2 3
20 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
22 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3
24 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 2 4
25 3 4 1 2 4 3 3 3 1 4 2 4 2 2
26 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3
27 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 4 2 4
28 4 3 4 4 3 1 3 3 4 3 1 3 4 3
29 3 4 1 3 3 3 4 2 2 4 2 4 3 2
30 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 3
31 3 4 4 3 3 4 4 1 3 3 4 4 2 3
32 3 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 4 1 3
33 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 2 3
34 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3
35 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 1 4
36 1 3 3 2 3 1 4 3 4 3 4 3 1 2
151
S Komunikasi Terapeutik
∑ 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 90
2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 77
3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 77
4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 3 94
5 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 79
6 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 90
7 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 76
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
9 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 76
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 105
11 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 81
12 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 74
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 78
14 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 85
15 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 86
16 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 94
17 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 88
18 4 3 3 4 1 4 4 3 3 4 1 4 3 93
19 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 73
20 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 77
21 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 75
22 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 90
23 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 84
24 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 85
25 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 80
26 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 90
27 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 78
28 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 86
29 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 4 81
30 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 88
31 2 2 3 2 2 2 3 2 4 3 4 4 3 81
32 2 3 3 4 1 2 3 3 3 3 4 3 3 79
33 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 4 3 3 82
34 3 2 3 2 2 3 4 2 4 3 3 4 3 82
35 4 4 4 3 2 3 1 2 4 3 3 4 1 84
36 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 78
152
S KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
37 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3
38 1 3 3 1 3 3 2 3 4 3 4 3 1 2
39 3 4 2 1 4 4 4 3 2 4 1 4 1 3
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3
41 2 3 1 3 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3
42 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
43 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
44 3 4 1 2 4 3 4 4 2 4 3 3 2 3
45 4 4 3 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 4
46 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
47 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
48 3 4 1 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3
49 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3
50 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4
51 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2
52 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3
53 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3
54 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3
55 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 4 2 3
S KOMUNIKASI TERAPEUTIK
∑ 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
37 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 83
38 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 78
39 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 88
40 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 78
41 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 81
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
44 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 84
45 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 98
46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 76
48 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 80
49 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 80
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 100
51 2 3 1 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 66
52 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 73
53 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 86
54 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 86
55 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 81
153
LAMPIRAN 4
UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS
154
Uji Validitas Kualitas Pelayanan Perawat
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .440**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00002 Pearson Correlation .440**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00003 Pearson Correlation .440**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00004 Pearson Correlation .440**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00005 Pearson Correlation .474**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00006 Pearson Correlation .560**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00007 Pearson Correlation .600**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00008 Pearson Correlation .405**
Sig. (2-tailed) .002
N 55
VAR00009 Pearson Correlation .632**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00010 Pearson Correlation .634**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00011 Pearson Correlation .341*
Sig. (2-tailed) .011
N 55
VAR00012 Pearson Correlation .058
Sig. (2-tailed) .675
N 55
VAR00013 Pearson Correlation -.068
Sig. (2-tailed) .622
N 55
VAR00014 Pearson Correlation .726**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
155
VAR00015 Pearson Correlation .532**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00016 Pearson Correlation .500**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00017 Pearson Correlation .107
Sig. (2-tailed) .437
N 55
VAR00018 Pearson Correlation .670**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00019 Pearson Correlation .381**
Sig. (2-tailed) .004
N 55
VAR00020 Pearson Correlation .563**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00021 Pearson Correlation .535**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00022 Pearson Correlation .576**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00023 Pearson Correlation .568**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00024 Pearson Correlation .338*
Sig. (2-tailed) .012
N 55
VAR00025 Pearson Correlation .528**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00026 Pearson Correlation .494**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00027 Pearson Correlation .676**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00028 Pearson Correlation .358**
Sig. (2-tailed) .007
N 55
VAR00029 Pearson Correlation .419**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
156
VAR00030 Pearson Correlation .544**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00031 Pearson Correlation .618**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00032 Pearson Correlation .578**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00033 Pearson Correlation .617**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00034 Pearson Correlation .707**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00035 Pearson Correlation .531**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00036 Pearson Correlation .580**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00037 Pearson Correlation .419**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 55
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Perawat
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.917 34
157
Uji Validitas Komunikasi Terapeutik
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .572**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00002 Pearson Correlation .635**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00003 Pearson Correlation .135
Sig. (2-tailed) .325
N 55
VAR00004 Pearson Correlation .282*
Sig. (2-tailed) .037
N 55
VAR00005 Pearson Correlation .643**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00006 Pearson Correlation .461**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00007 Pearson Correlation .531**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00008 Pearson Correlation .446**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00009 Pearson Correlation .328*
Sig. (2-tailed) .015
N 55
VAR00010 Pearson Correlation .551**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00011 Pearson Correlation .243
Sig. (2-tailed) .073
N 55
VAR00012 Pearson Correlation .386**
Sig. (2-tailed) .004
N 55
VAR00013 Pearson Correlation .133
Sig. (2-tailed) .333
N 55
158
VAR00014 Pearson Correlation .549**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00015 Pearson Correlation .542**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00016 Pearson Correlation .442**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00017 Pearson Correlation .541**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00018 Pearson Correlation .444**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00019 Pearson Correlation .271*
Sig. (2-tailed) .045
N 55
VAR00020 Pearson Correlation .576**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00021 Pearson Correlation .401**
Sig. (2-tailed) .002
N 55
VAR00022 Pearson Correlation .440**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00023 Pearson Correlation .454**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00024 Pearson Correlation .442**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
VAR00025 Pearson Correlation .227
Sig. (2-tailed) .096
N 55
VAR00026 Pearson Correlation .631**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
VAR00027 Pearson Correlation .336*
Sig. (2-tailed) .012
N 55
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 55
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
159
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Uji Reliabilitas Komunikasi Terapeutik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.843 23
160
LAMPIRAN 5
UJI ASUMSI KLASIK
161
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas Pelayanan Perawat
Komunikasi Terapeutik
N 55 55
Normal Parametersa,b
Mean 109,76 71,65
Std. Deviation 11,410 6,843
Most Extreme Differences
Absolute ,130 ,158
Positive ,130 ,158
Negative -,080 -,095
Kolmogorov-Smirnov Z ,961 1,171
Asymp. Sig. (2-tailed) ,314 ,129
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Linieritas
ANOVA Table
Kualitas Pelayanan Perawat * Komunikasi Terapeutik
Between Groups
Within Groups Total (Combined) Linearity Deviation from
Linearity
Sum of Squares
5015,469 4018,378 997,090 2014,458 7029,927
Df 22 1 21 32 54
Mean Square
227,976 4018,378 47,480 62,952
F 3,621 63,833 ,754
Sig. ,000 ,000 ,748
162
LAMPIRAN 6
UJI HIPOTESIS
163
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean
Square F Sig.
1 Regression 4018,378 1 4018,378 70,719 .000b
Residual 3011,549 53 56,822
Total 7029,927 54
Hasil Uji Koefisiensi Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .756a ,572 ,564 7,538
Hasil Uji Regresi
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 19,431 10,790 1,801 ,077
Komunikasi Terapeutik
1,261 ,150 ,756 8,409 ,000
a Dependent Variable: Kualitas Pelayanan Perawat
Hasil Uji Interkorelasi Antar Variabel
Correlations
X X.1 X.2 X.3 X.4 Y
X 1 .768** .869** .835** .804** .756**
X.1 1 .604** .470** .442** .478**
X.2 1 .636** .611** .754**
X.3 1 .608** .601**
X.4 1 .650**
Y 1
*P<01 **<05, X: Komunikasi Terapeutik, X.1: Kesejatian,X.2: Empati, X.3: Respek atau
Hormat, X.4: Konkret, Y: Kualitas Pelayanan Perawat.
164
LAMPIRAN 7
SURAT PENELITIAN
165
166