1
PENGARUH LATIHAN POWER DAN PANJANG LENGAN
TERHADAP HASIL PUKULAN OVERHEAD LOB
BULUTANGKIS
(Studi ekperimen pada pemain Putra PB. Pendowo
Semarang usia 11-13 Tahun 2014)
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada Universitas Negeri Semarang
oleh
Fajar Setya Wicaksana
6301410004
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan aspek keolahragaan
yang saling terkait secara sistematis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu
kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan,
pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan
keolahragaan nasional. Adapun tujuan keolahragaan nasional adalah
memelihara, meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas
manusia, menanamkan nilai moral, dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat, dan membina kesatuan bangsa, memperkokoh pertahanan
nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Salah satu olahraga yang banyak diminati oleh orang Indonesia dan dapat
menembus level internasional adalah bulutangkis. Indonesia telah menempatkan
pemain-pemain bulutangkis dijajaran rangking terbaik dunia. Kesuksesan
Indonesia menempatkan pemainnya di rangking dunia tidaklah mudah.
Dibutuhkan proses yang panjang dan perjuangan yang tidak mengenal lelah.
Banyak klub-klub bulutangkis yang tersebar diseluruh daerah. Klub-klub ini
mengajarkan teknik-teknik dasar dalam bulutangkis, selain itu juga mengajarkan
bagaimana cara untuk memiliki jiwa sportif. Salah satu klub bulutangkis yang
berada di kota Semarang adalah PB. Pendowo. Klub ini didirikan oleh Drs.
Hermawan Pamot R,M.Pd yang sekaligus sebagai peatih di klub tersebut. Pada
latihan sehai-hari PB. Pendowo ini diawali dengan teknik-teknik dasar dalam
permainan bulutangkis, setelah itu baru diberi latihan modifikasi dari bentuk
3
latihan dasar tersebut.
Menurut Tohar (1992:34) unsur kelengkapan seorang pemain bulutangkis
yang baik dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu komponen dasar
yaitu teknik dasar bulutangkis. Yang dimaksud dengan teknik dasar dalam
bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh
setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis. Penguasaan
teknik dasar ini mencakup: cara memegang raket, gerakan pergelangan tangan,
gerakan melangkah kaki atau footwork, dan pemusatan pikiran atau konsentrasi.
Selain teknik dasar, seorang pemain bulutangkis harus menguasai teknik
pukulan. Ada beberapa teknik pukulan seperti service, lob, dropshot, smash,
drive, dan return service. Teknik pukulan ini harus dikuasai oleh pemain
bulutangkis. Pukulan service digunakan untuk mengawali permainan sedangkan
jenis pukulan lain seperti lob, dropshot, drive, smash digunakan saat jalannya
permainan untuk bertahan maupun menyerang (Tohar 1992:40-66).
Jenis teknik pukulan lob dapat digunakan untuk menyerang maupun
bertahan. Pukulan lob dibagi menjadi dua yaitu overhead lob dan underhead lob.
Pada pukulan overhead lob saat menyerang dapat merusak sikap berdiri lawan
(out position), sedangkan pada saat defensive dengan pukulan lob pemain bisa
memperbaiki posisi yang salah. Sama seperti halnya pukulan overhead lob,
pukulan underhead lob juga dapat digunakan untuk menyerang maupun
bertahan. Kedua jenis pukulan lob ini digunakan untuk merusak posisi lawan dan
memperbaiki posisi saat bertahan. Dengan demikian pukulan lob sangat penting
dalam permainan bulutangkis (Suratman 2008:15-17).
Selain menguasai teknik dasar dan teknik pukulan, pemain juga harus
memiliki bekal fisik dan kondisi fisik yang baik kondisi fisik adalah salah satu
4
kesatuan utuh dari komponen komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu
saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Menurut M. Sajoto (1995:2)
ada 10 macam komponen kondisi fisik. Adapun kesepuluh komponen kondisi
fisik masing – masing adalah sebagai berikut: (1) kekuatan (strength); (2) daya
tahan (endurance); (3) daya ledak ( power); (4) kecepatan (speed); (5) daya
lentur (flexibillity); (6) kelincahan (agility); (7) koordinasi (coordination); (8)
keseimbangan (balance); (9) ketepatan (accuracy); (10) reaksi (reaction). Dalam
melakukan pukulan overhead lob seorang pemain memerlukan daya ledak
(power) yang baik.
Menurut A. Hamidsyah Noer (1995:141-147) jenis latihan meliputi Vertical-
jump, pull-up, push up, squat jump, Set up dan masih banyak lagi bentuk-bentuk
latihan yang lain. Berdasarkan dari beberapa jenis latihan tersebut yang sesuai
untuk melatih kekuatan otot lengan adalah jenis latihan push up.
Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam
overhead lob sebagai unsur pendukung dalam upaya pencapaian teknik gerak
adalah power. Power merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kemampuan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
(M. Sajoto: 1995:9). Saat melakukan pukulan overhead lob dalam permainan
bulutangkis seorang pemain dituntut untuk melakukan pukulan dengan kekuatan
maksimal dan dalam waktu yang sangat cepat. Sejalan dengan latihan power
yang mana harus menggunakan gerakan yang cepat dan dengan kekuatan
maksimal. Sehingga perlu adanya bentuk-bentuk latihan kondisi fisik yaitu daya
ledak (power) yang dapat meningkatkan kemampuan overhead lob pada
permainan bulutangkis. Dimana dapat dilakukan pada pembinaan usia dini
hingga usia selanjutnya yang dapat diharapkan meningkatkan prestasi
5
bulutangkis. Dalam penelitian ini bentuk latihan yang akan diteliti adalah bentuk
latihan power berupa latihan push up normal dan push up uprise.
Power dan panjang lengan merupakan dua komponen yang mempengaruhi
ketrampilan overhead lob tetapi sejauh ini belum diketahui seberapa besar
pengaruh latihan power dan panjang lengan terhadap hasil pukulan overhead lob
pemain putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014. Dengan demikian, hal inilah
yang melatar belakangi permasalahan peneliti sebagai isu untuk mengetahui
pengaruh yang lebih konkrit pada komponen fisik tersebut, guna mencapai
pukulan overhead lob yang maksimal dalam permainan bulutangkis pada pemain
putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014 tanpa mengurangi aspek-aspek yang
lainya.
Mencermati dari penguasaan pukulan lob dalam permainan bulutangkis
sudah cukup baik yang dikuasai oleh pemain PB. Pendowo Semarang, namun
perlu dikembangkan lagi supaya menjadi lebih baik. Sehingga peneliti tertarik
dan bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Latihan Power
dan Panjang Lengan terhadap Hasil Pukulan Overhead lob pada Pemain Putra
PB. Pendowo Semarang 2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka timbul suatu masalah
diantaranya :
1.2.1 Belum optimalnya hasil pukulan overhead lob pada pemain bulutangkis.
1.2.2 Kurangnya variasi dalam penerapan metode latihan overhead lob yang
dapat meningkatkan hasil pukulan secara maksimal pada pemain
bulutangkis.
6
1.2.3 Banyaknya metode latihan untuk meningkatkan hasil pukulan overhead
lob dimana belum diketahui latihan yang lebih efektif.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.3.1 Masalah penelitian ini menitikberatkan pada penambahan dan variasi
metode latihan terdahulu dengan cara memberikan perlakuan atau
Treatment latihan push up dan push up upprise pada pemain putra PB.
Pendowo Semarang Tahun 2014.
1.3.2 Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap hasil pukulan overhead lob
pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1.4.1 Apakah ada pengaruh panjang lengan terhadap hasil pukulan overhead
lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014 ?
1.4.2 Apakah ada pengaruh latihan power lengan dengan menggunakan latihan
push up dan push up uprise terhadap hasil pukulan overhead lob pada
pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014 ?
1.4.3 Apakah ada interaksi antara latihan power dan panjang lengan terhadap
hasil pukulan overhead lob pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun
2014 ?
7
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dikerjakan selalu mempunyai tujuan akhir untuk
memperoleh gambaran yang jelas dan bermanfaat bagi yang
menggunakannya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Mengetahui adanya pengaruh panjang lengan panjang dengan lengan
pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB.
Pendowo Tahun 2014.
1.5.2 Mengetahui adanya pengaruh latihan power lengan dengan
menggunakan latihan push up dan push up uprise terhadap hasil pukulan
overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Tahun 2014.
1.5.3 Mengetahui adanya relasi interaksi antara latihan power dan panjang
lengan terhadap hasil pukulan Overhead lob pada pemain putra PB.
Pendowo Semarang tahun 2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.6.1 Kegunaan Hasil Penelitian Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat menjadi inspirasi khususnya
dibidang bulutangkis.
1.6.2 Kegunaan Hasil Penelitian Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
gambaran mengenai pengaruh latihan power dan panjang lengan
8
terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo
Semarang tahun 2014, sehingga dapat menjadi pertimbangan dan acuan
bagi pembinaan. Bagi pelatih penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hasil program latihan pukulan overhead lob dan bagi atlet penelitian ini
berguna untuk mengetahui hasil latihan pukulan overhead lob.
9
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Bulutangkis
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat
perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Munculnya klub-klub
bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati oleh banyak
masyarakat. Semakin banyaknya pusat pelatihan bulutangkis di setiap daerah
diharapkan dapat membina atlet usia dini agar berprestasi lebih baik. Sejalan
dengan perkembangan olahraga bulutangkis, prestasi terbaik merupakan
dambaan untuk setiap atlet dan pelatih. Mewujudkan atlet yang berprestasi
tidaklah mudah karena untuk mencapai prestasi yang optimal membutuhkan
pembinaan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Setiap cabang olahraga memiliki ciri khas permainan masing-masing yang
mencerminkan tujuan, cara pelaksanaan, dan tuntutan dalam pembinaan.
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual dan dapat
dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan
dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dan
shuttlecock sebagai objek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi
empat dan dibatasi oleh net atau jaring yang berfungsi untuk memisahkan
daerah permainan lawan yang saling berhadapan.
Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan
shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat
memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri
10
(Subardjah, 2000:13). Maka dalam permainan bulutangkis pemain harus
berusaha secepat mungkin mengembalikan shuttlecock ke daerah lapangan
permainan lawan dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttlecock.
Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan
berupa shuttlecock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa
menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttlecock
yang dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan atau lawan
tidak dapat mengembalikan shuttlecock dengan sempurna.
Aturan permainan bulutangkis telah mengalami beberapa perubahan
peraturan permainan dan telah disosialisasikan pada tahun 2008. Perubahan
sistem poin pada permainan bulutangkis seperti dijelaskan oleh PBSI (2008:3)
bahwa: pemain dikatakan menang apabila dapat mengumpulkan angka
sebanyak 21 poin dalam setiap babaknya. Permainan ini menggunakan system
two-winning set. Artinya kemenangan bagi seorang pemain diperoleh dengan
memenangkan dua babak secara berturut-turut atau satu babak tambahan jika
terjadi angka kemenangan yang sama yaitu 1 – 1.
2.1.2 Teknik Dasar Olahraga Bulutangkis
Unsur kelengkapan seorang pemain bulutangkis yang baik dan berprestasi
dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu komponen dasar, yaitu
teknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar permainan bulutangkis adalah
penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam
melakukan kegiatan bermain bulutangkis (Tohar, 1992: 34). Teknik dasar
bulutangkis merupakan suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai oleh
seorang pemain bulutangkis dengan tujuan dapat mengembalikan shuttlecock
11
dengan sebaik-baiknya.Menurut Tohar, (1992: 34-40), teknik dasar dalam
olahraga bulutangkis yang harus dikuasai oleh pemain, antara lain: 1) Cara
memegang raket, 2) Gerakan pergelangan tangan, 3) Gerakan melangkah kaki
atau footwork, dan 4) Pemusatan pikiran atau konsentrasi.
2.1.2.1 Pegangan Raket
Cara memegang dan gerakan raket bulutangkis sangat mudah. Oleh karena
bentuk raket yang dipergunakan yaitu ringan dan kecil pegangannya. Dengan
demikian raket dapat dipegang dan dimainkan secara bebas dan leluasa. Di
dalam permainan bulutangkis cara memegang raket ada beberapa macam.
Menurut James Poole (2006:18-20) ada 2 cara untuk memegang raket dalam
permainan bulutangkis terdiri dari forehand grip dan backhand grip.
2.1.2.1.1 Forehand Grip
Forehand grip merupakan pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan
menghadap ke depan. Cara dalam pegangan forehand grip ini adalah
memegang leher raket dengan bidang raket tegak lurus tubuh. Pegangan raket
harus terletak menyilang pada telapak tangan dan jari-jari tangan kanan. Jari
telunjuk harus agak terpisah sedikit dari jari-jari lain seperti hendak menarik
pelatuk pistol. Ibu jari akan melingkar wajar pada sisi kiri dari pegangan raket.
jari-jari agak renggang letaknya satu sama lain.
2.1.2.1.2 Backhand grip
Pegangan backhand grip merupakan pengan untuk pukulan dengan tangan
menghadap ke belakang. Satu-satunya perbedaan antara pegangan untuk
melakukan pukulan forehand dan backhand ialah letak ibu jari yang dipindahkan
dari kedudukan melingkari sisi pegangan raket (untuk forehand) menjadi posisi
tegak di sudut kiri atas dari pegangan tersebut (untuk backhand). Dengan posisi
12
seperti itu, memungkinkan menggunakan sisi dalam dari ibu jari sebagai
pengungkit ketika melakukan gerakan memutar lengan dan tangan pada saat
melakukan pukulan backhand.
Sedangkan menurut Tohar (1992:34-38) ada 4 cara memegang raket
dalam permainan bulutangkis: 1). Pegangan geblok kasur atau pegangan
Amerika, 2). Pegangan kampak atau pegangan Inggris, 3). Pegangan gabungan
atau pegangan berjabat tangan, dan 4). Pegangan backhand.
2.1.2.2 Gerakan Pergelangan Tangan
Urutan pukulan dalam permainan bulutangkis diawali dengan gerakan kaki,
gerakan badan, gerakan lengan dan yang terakhir dilanjutkan dengan gerakan
tangan. Hasil pukulan yang hanya menggunakan gerakan-gerakan kaki, badan
dan lengan berarti pukulan itu tidak akan keras, tetapi pukulan hanya
menggunakan pergelangan tangan saja juga tidak keras. Jadi seorang pemain
itu dapat melakukan pukulan dengan baik dan keras, bila ia menggerakkan
seluruh kegiatan berkesinambungan dari gerakan kaki, badan, lengan, dan
pergelangan tangan (Tohar, 1992:38). Penjelasan terdapat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Pergerakan Pergelangan TanganSumber : Tohar (1992:65)
2.1.2.3 Gerakan Melangkahkan Kaki
Gerakan melangkahkan kaki atau kerja kaki memiliki peranan yang sangat
penting dalam permainan bulutangkis. Tujuan kerja kaki adalah agar atlet dapat
13
bergerak efisien ke segala penjuru lapangan. Menurut James Poole (1982)
dalam buku Icuk Sugiarto (2002:74) mengatakan bahwa, ada 6 daerah dasar
kerja kaki yaitu: 1) Gerakan arah kiri depan untuk pukulan forehand dan bawah
atau lob, 2) Gerakan arah kanan depan untuk pukulan forehand dan bawah atau
lob, 3) Gerakan samping kiri untuk mengembalikan pukulan smash atau drive
pada sisi backhand, 4) Gerakan samping kanan untuk mengembalikan
pukulan smash atau drive pada sisi forehand, 5) Gerakan kanan belakang untuk
pukulan forehand atas, dan 6) Gerakan kiri belakang untuk pukulan backhand.
2.1.2.4 Pemusatan Pikiran
Seorang pemain dapat bermain dengan baik apabila ia masuk lapangan
sudah mempersiapkan diri baik segi fisik, teknik maupun yang lain, tetapi salah
satu unsur yang penting harus mempunyai daya konsentrasi yang tinggi dalam
melakukan permainan tersebut.
Pemusatan pikiran berarti pemain itu harus mencurahkan diri sepenuhnya
pada permainan itu. Terutama pada saat akan melakukan pukulan, pemain harus
mengawasi jalannya shuttlecock, kemudian memusatkan untuk mengayunkan,
melakukan pukulan, mengarahkan shuttlecock ke seberang lapangan dan tidak
ketinggalan pula untuk mencurahkan pikiran untuk kelanjutan melakukan pukulan
yang telah dilakukan serta bagaimana gerakan kaki selanjutnya yang
menguntungkan bagi pemain tersebut.
Disini faktor ketegangan yang dialami oleh pemain saat perbandingan
merupakan kendala yang diatasi dengan unsur pemusatan pikiran ini. Apabila
pemusatan pikiran ini dapat dikuasai oleh pemain secara baik dan jernih
biasanya kendala tersebut dapat teratasi secara mulus tanpa kesulitan yang
berarti (Tohar, 1992:66)
14
2.1.3 Teknik Pukulan dalam Bulutangkis
Teknik pukulan adalah ketrampilan khusus atau skill yang harus dikuasai
oleh setiap pemain bulutangkis, dengan tujuan untuk dapat mengembalikan
shuttlecock dengan sebaik-baiknya (PB PBSI, 2001:27). Teknik pukulan adalah
cara melakukan pukulan pada bulutangkis dengan tujuan menerbangkan
shuttlecock ke bidang lapangan lawan (Tohar, 1992:40).
Hasil pukulan yang baik dari seorang pemain bulutangkis harus didasari
dengan teknik memukul yang benar. Meskipun dalam permainan bulutangkis
memiliki berbagai macam pukulan, tetapi yang perlu diperhatikan dalam
memukul adalah gerakan awal atau permulaan, saat perkenalan shuttlecock
dengan raket, dan penyelesaian akhir. Pada gerakan permulaan, yang perlu
diperhatikan terutama posisi tubuh dan kaki saat akan melakukan berbagai
pukulan. Selain itu sikap ayun tangan dan saat menarik siku serta gerakan
putaran bahu juga diperhatikan.
Gerakan dasar dalam melakukan pukulan mempunyai sikap badan yang
sama dalam penampilan, hanya gerakan dari tangan yang menghasilkan pukulan
yang bermacam-macam untuk pukulan, seperti overhead lob, dan dropshot.
Bedanya hanya setelah shuttlecock diatas kepala maka ayunan yang dilakukan
oleh tangan dan pergelangan, pengembaliannya yang berbeda sehingga
menghasilkan pukulan yang dikehendaki. Pada waktu melakukan suatu pukulan
terhadap shuttlecock harus diperhatikan mengenai posisi pemain bulutangkis itu
dan datangnya shuttlecock dari pihak lawan, pemain bulutangkis hartus
mengambil posisi yang tepat untuk mengembalikan pukulan dari lawan (Tohar,
1992:40).
Adapun jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai dalam permainan
15
bulutangkis adalah pukulan service, lob, dropshort, drive dan smash (Jmaes
poole, 2008:21). Dari teknik pukulan ini, dapat diuraikan sebagai berikut :
2.1.3.1 Servis (Service)
Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang menerbangkan
shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara regional dan bertujuan sebagai
pembuka permainan yang merupakan salah satu pukulan yang penting dalam
permainan bulutangkis” (Tohar, 1992:40).
2.1.3.2 Pukulan Lob atau Clear
Pukulan lob adalah “ Suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang
dilakukan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke
belakang garis lapangan” (Tohar, 1992:47).
2.1.3.3 Pukulan Dropshot
Menurut James Poole (1982:132) pukulan dropshot adalah “Pukulan yang
tepat melampaui jaring dan jatuh ke sisi lapangan lawan”. Sedangkan dalam
majalah PB.PBSI adalah “Pukulan yang dilakukan seperti smash, perbedaannya
hanya pada posisi raket saat persentuhan dengan shuttlecock dan dengan
sentuhan yang halus” (2001:32).
2.1.3.4 Pukulan Smash
Pukulan smash adalah : “Suatu pukulan yang keras dan curam ke bawah
mengarah ke bidang lapangan lawan” (Tohar, 1992:57).
2.1.3.5 Pukulan Drive
Pukulan drive adalah pukulan yang cepat dan mendatar, yang bertujuan
untuk menghindari serangan dari lawan atau sebaliknya memaksa lawan
mengangkat bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut
16
keterampilan pegangan grip, reflek yang cepat dan kekuatan pergelangan
tangan.
2.1.4 Rangkaian Pelaksanaan Pukulan Overhead lob
2.1.4.1 Teknik Pegangan Raket
Seperti halnya permainan bulutangkis pada umumnya, cara memegang
raket pada pukulan overhead lob adalah pegangan gabungan atau
pegangan berjabat tangan. Pegangan cara ini lazim dinamakan
shakehand grip, caranya adalah memegang 16 raket seperti orang berjabat
tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah
raket dimiringkan, tangkai dipegang dengan ibu jari melekat pada bagian
dalam yang kecil, sedangkan jari-jari lain melekat pada bagian dalam
yang lebar (Tohar, 1992: 36).
Gambar 2.2 : Pegangan Inggris / Kampak Sumber : Tohar (1992:36)
2.1.4.2 Posisi kaki
Posisi kaki sebelum melakukan pukulan adalah posisi menunggu,
dengan berat badan seimbang pada kedua kaki (PBSI, 2001 : 28). Posisi
kaki saat menanti datangnya bola untuk pukuan overhead lob, dengan
cara berat badan bertumpu pada kaki bagian depan dengan lutut
17
dibengkokkan ke depan dan badan ditundukkan, posisi kedua kaki agak
lebih lebar dari pada bahu, tetapi tidak boleh terlalu lebar, pada saat bola
sudah dipukul lawan pemain harus sudah mulai gerak ditempat, sebagai
rangsangan pada kaki untuk bergerak mengejar bola.
Gambar 2.3: Posisi siap sebelum melakukan overhead lobSumber : James Poole, 2008 : 49
2.1.4.3 Gerakan Melangkahkan Kaki
Gerakan melangkahkan kaki atau footwork merupakan dasar untuk bisa
menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik.
Untuk bisa memukul dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan
gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur.
(PB.PBSI, 2001:14).
Cara latihan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan
footwork adalah sebagai berikut: 1) Dari tengah ke depan; sebagai langkah dasar
hanya dua langkah dimulai dengan kaki kiri kemudian kanan, 2) Dari tengah ke
belakang, 3) Dari depan ke belakang dan sebaliknya.
James Poole (1982) yang dikutip Icuk Sugiarto (2002:74) mengatakan
bahwa ada enam daerah dasar kerja kaki yaitu: 1) Gerakan kanan belakang
untuk pukulan forehand kanan, dan 2) Gerakan kiri belakang untuk pukulan
forehand kiri.
18
A B
Gambar 2.4: Gerakan Melangkahkan Kaki{A) Pergerakan ke kiri belakang
(B) Pergerakan ke kanan belakangSumber: James Poole (2008 : 52)
2.1.4.4 Gerakan Ayunan Lengan
Ayunan lengan pada pukulan overhead lob, dimulai dengan bergerak ke atas
sesuai dengan tinggi atau rendahnya shuttlecock. Apabila shuttlecock datang,
ayunkan lengan ke depan dan pukul shuttlecock dengan kecepatan yang sesuai
dengan kemana shuttlecock mau diarahkan. Karena shuttlecock harus bergerak
tinggi dan panjang, lakukan foreward swing dengan mengayunkan raket ke
depan dan ke atas didahului oleh tangan, kemudian akhiri gerakan searah
dengan gerakan shuttlecock bergerak ke atas sesuai dengan tinggi atau
rendahnya datangnya shuttlecock (Tonny Grice, 1999: 57).
Gambar 2.5: Gerakan badan dan ayunan lengan forehand overhead lob.Sumber :Tony Grice, 2002 : 86
19
2.1.4.5 Gerakan Pergelangan Tangan
Urutan pukulan dalam permainan bulutangkis diawali dengan gerakan kaki,
gerakan badan, garakan lengan dan yang terakhir dilanjutkan dengan gerakan
tangan. Hasil pukulan yang hanya menggunakan gerakan-gerakan kaki, badan
dan lengan berarti pukulan itu tidak akan keras, tetapi pukulan hanya
menggunakan pergelangan tangan saja juga tidak keras. Jadi seorang
pemain itu dapat malakukan pukulan dangan baik dan keras, bila ia
menggerakkan seluruh kegiatan berkesinambungan dari garakan kaki,
badan, lengan dan pergelangan tangan (Tohar, 1992: 38).
Gambar 2.6: Pergerakan Pergelangan TanganSumber : Tohar (1992:65)
2.1.4.6 Saat Impact
Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock, arahkan
pukulan overhead lob, shuttlecock harus dipukul dengan keras dan tepat. Lalu
dengan cepat mendorong atau menyentuh shuttlecock, agar shuttlecock jatuh
didaerah back boundery line permainan lawan. Untuk menghasilkan
pukulan overhead lob yang tepat dan akurat, hal ini disebabkan adanya
momentum dari gerak ayunan raket (impuls), massa raket, massa shuttlecock,
dan kecepatan gerak pergelangan tangan. Hidayat (1999:55) menjelaskan
20
bahwa: “momentum, ialah besarnya gaya dorong dari suatu benda. Dikatakan
juga momentum adalah kekuatan gerak”. Pada dasarnya gerakan pada saat
memukul shuttlecock termasuk gerakan rotasi.
Mengenai gerak rotasi, Hidayat (1999:166) menjelaskan bahwa pada suatu
gerak rotasi, kecepatan sudut dari titik metri yang mengikuti gerak tersbeut
sebanding terbalik dengan jari-jarinya. Arti keterangan di atas maka jari-jari (r)
makin besar, kecepatan rotasi atau kecepatan sudut (v) makin kecil, dan kalau
jari-jari (r) makin kecil, maka rotasi atau kecepatan sudut (v) makin besar juga.
Gambar 2.7: Saat ImpactSumber: Tony Grice, 1999 : 43
2.1.4.7 Penerbangan Shuttlecock
Penerbangan shuttlecock tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, asal
dapat melewati jangkauan raket lawan. Pukulan overhead lob, merupakan salah
satu pukulan dalam permainan yang dapat mendesak posisi lawan, agar posisi
lawan yang stabil menjadi out-position atau posisi yang kacau, sehingga untuk
melakukan serangan dapat menerobos pertahanan lawan. Pukulan overhead lob
selain dapat digunakan sebagai pukulan serangan juga dapat dipergunakan
sebagai pukulan untuk bertahan atau lazim disebut deffensive lob, yang berarti
pukulan overhead lob itu dilakukan dengan cara menerbangkan shuttlecock
21
setinggi mungkin dan jauh di bagian belakang lapangan lawan.
Gambar 2.8 : Penerbangan Shuttlecock(A) Lob tinggi yang bersifat mempertahankan diri(B) Lob rendah yang bersifat menyerang
(Sumber : James Poole, 2008 : 68)
2.1.4.8 Daerah Sasaran Pukulan Overhead lob
Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini, karena
pukulan ini banyak kesamaannya dengan teknik pukulan smash dan dropshot.
Pukulan overhead lob adalah pukulan yang pelaksanaannya dipukul dari atas
kepala, posisinya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian
belakang lapangan.
Gambar 2.9Daerah Sasaran Pukulan Overhead lob
(Sumber: Tohar, 1992 : 146)
22
2.1.4.9 Gerak Lanjutan
Seorang pemain untuk dapat melakukan pukulan overhead lob yang tepat
pada sasaran harus melakukan gerakan lanjutan. Caranya adalah dengan
melanjutkan gerakan mengayun ke bawah searah dengan
gerakan shuttlecock dan lakukan ayunan mengarah lurus kedepan. Pada tahap
gerak lanjut (follow through) merupakan salah satu fase yang perlu diperhatikan,
karena semua gerak lanjut adalah akibat dari adanya momentum. Gerak lanjut
penting untuk melanjutkan momentum gerak. Hidayat (1990:59) menyatakan
bahwa: Dalam bidang olahraga follow through penting untuk mengkombinasikan
pola gerakan yang berurutan. Pada semua gerakan melempar, memukul,
menendang, dan menolak, akurai atau ketepatan akan lebih terkontrol bila
dilakukan dengan memanfaatkan follow trough.
Kedudukan follow trough sangat penting terhadap ketepatan pukulan.
Kekuatan dan momentum yang lebih besar tidak menjamin ketepatan pukulan,
sehingga untuk mendapatkan ketepatan pukulan overhead lob yang baik
diperlukan koordinasi gerak yang baik terutama pada saat melakukan follow
through.
Gambar 2.10 Gerakan Lanjutan
(Sumber: James Poole, 2008:30)
23
2.1.5 Latihan Pukulan Overhead Lob
Latihan pukulan overhead lob dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
diberi umpan dengan shuttlecock yang dilakukan dengan cara drilling atau diberi
umpan terus menerus dan diberi umpan dengan mengembalikan overhead lob
yang dilakukan oleh pemain yang melakukan overhead lob (Tohar, 1992:60).
2.1.5.1 Latihan Pukulan Overhead Lob Lurus Setengah Lapangan
Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus
dengan shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 30
kali, set 3 dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini
diusahakan seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob,
tujuannya agar pemain tersebut dapat melakukan pukulan overhead lob dengan
betul dan tinggi.
Latihan ini dilakukan dengan menggunakan setengah lapangan, bergantian
pemain A memberikan umpan ke pemain B, kemudian B melakukan overhead
lob lurus ke A dan sebaliknya. Pemain C memberikan umpan ke D, Kemudian D
melakukan overhead lob ke C dan sebaliknya.
Gambar 2.11 Latihan Overhead Lob Lurus Setengah Lapangan(Sumber: Data Penelitian)
Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob pemain
A,B,C,D : Pemain
24
2.1.5.2 Latihan Overhead Lob Silang Setengah Lapangan
Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus dengan
shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 40 kali, set 3
dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini diusahakan
seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob. Pukulan overhead
lob ini dilakukan dengan arah menyilang.
Latihan ini dilakukan dengan menggunakan setengah lapangan, bergantian
pemain A memberikan umpan ke pemain B, kemudian B melakukan overhead
lob silang ke arah A dan sebaliknya. Pemain C memberikan umpan ke D,
Kemudian D melakukan overhead lob silang ke arah C dan sebaliknya.
Gambar 2.12 Latihan Overhead Lob Silang Setengah Lapangan(Sumber: Data Penelitian)
Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob pemain
A,B,C,D : Pemain
2.1.5.3 Latihan Pukulan Overhead Lob Satu Lapangan Penuh
Latihan ini dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus
dengan shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 40
kali, set 4 dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini
diusahakan seenak mungkin bagi pemain yang melakukan ovrhead lob. Pukulan
overhead lob ini dilakukan dengan arah lurus.
25
Latihan ini dilakukan dengan menggunakan satu lapangan penuh,
bergantian pemain A memberikan umpan kesisi kanan lapangan pemain B,
kemudian B bergerak ke posisi B1 untuk melakukan pukulan overhead lob lurus
ke belakang daerah back boundary lapangan permainan tunggal, setelah
memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal. A memberikan umpan
lagi ke sisi kiri lapangan B kemudian B bergerak ke posisi B2 untuk melakukan
pukulan overhead lob lurus ke belakang daerah back boundary permainan
tunggal, setelah memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal dan
sebaliknya.
Gambar 2.13 Latihan Overhead Lob Lurus Satu Lapangan Penuh(Sumber: Data Penelitian)
Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob dari pemain
A, B : PemainB1, B2 : Pergerakan B melakukan pukulan
overhead lob
2.1.5.4 Latihan Pukulan Overhead Lob Silang Satu Lapangan Penuh
Latihan dilakukan dengan cara pemain diberi umpan terus menerus dengan
shuttlecock yang jumlahnya banyak dengan rincian latihan: repetisi 50 kali, set 4
dan rest atau istirahat antar set 2 menit. Pemberian umpan ini diusahakan
seenak mungkin bagi pemain yang melakukan overhead lob. Pukulan overhead
lob ini dilakukan dengan arah silang.
26
Latihan dilakukan dengan menggunakan satu lapangan penuh, bergantian
pemain A memberikan umpan kesisi kanan lapangan pemain B, kemudian B
bergerak ke posisi B1 untuk melakukan pukulan overhead lob silang, setelah
memukul shuttlecock kemudian B kembali ke posisi awal. A memberikan umpan
lagi ke sisi kiri lapangan B kemudian B bergerak ke posisi B2 untuk melakukan
pukulan overhead lob silang, setelah memukul shuttlecock kemudian B kembali
ke posisi awal dan sebaliknya.
Gambar 2.14 Latihan Overhead Lob Silang Satu Lapangan Penuh(Sumber: Data Penelitian)
Keterangan : : Arah servis dari pengumpan : Arah pukulan overhead lob dari pemain
A, B : PemainB1, B2 : Pergerakan B melakukan pukulan
overhead lob
2.1.6 Kondisi Fisik
Komponen fisik merupakan aktifitas gerak jasmani yang dilakukan secara
sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesegaran jasmani. (M. Sajoto,1990:16) menjelaskan
bahwa : “Kondisi fisik adalah salah satu bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi”. Dalam
permainan bulutangkis terdapat faktor fisik yang mempengaruhi, antara lain :
27
kekuatan, power, daya tahan otot, kelentukan dan koordinasi. Mengenai kondisi
fisik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah power dan panjang lengan,
khususnya teknik pukulan overhead lob dalam permainan bulutangkis sangat
diperlukan komponen kondisi fisik dari power dan panjang lengan.
Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang
olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang
serius direncanakan dengan matang dan sistematis sehingga tingkat kesegaran
jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Apabila kondisi
fisik baik, maka : 1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi
dan kerja jantung, 2) Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina,
kecepatan, dan komponen kondisi fisik lainnya, 3) Akan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi gerak kearah yang lebih baik, 4) Waktu pemulihan akan lebih cepat
dan 5) Respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan.
Menurut M. Sajoto (1995:8) kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh
dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik
peningkatan maupun pemeliharaan. Adapaun komponen- komponen kondisi fisik
yaitu : 1). Kekuatan (Strenght), 2). Daya tahan (Endurance), 3). Daya ledak
(Power), 4). Kecepatan (Speed), 5). Kelentukan (Fleksibility), 6). Kelincahan
(Agility), 7). Koordinasi (Coordination), 8). Keseimbangan (Balance), 9).
Ketepatan (Accurance) dan 10). Reaksi (Reaction).
Dari 10 komponen aspek kondisi fisik tersebut yang banyak dominan
dipergunakan dalam melakukan pukulan overhead lob adalah power atau daya
ledak lengan bahu. Karena saat melakukan pukulan overhead lob dalam
permainan bulutangkis, seorang pemain dituntut untuk melakukan pukulan
dengan kekuatan maksimal dan dalam waktu yang sangat cepat. Sehingga
28
dibutuhkan latihan power. Latihan power dan panjang lengan yang akan diteliti
dalam kegiatan penelitian ini. Karena latihan power dan panjang lengan sangat
diperlukan dalam meningkatkan pukulan dalam permainan bulutangkis,
khususnya pukulan overhead lob.
2.1.6.1 Power
Power atau daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya (M. Sajoto,1995:3).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:992) otot diartikan
jaringan kenyal di tubuh manusia dan hewan yang berfungsi
menggerakkan organ tubuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008:813) lengan adalah anggota badan dari pergelangan
tangan sampai ke bahu. (Paerce,1999:111) mengartikan otot lengan
sebagai otot keseluruhan tangan dari pangkal lengan atas sampai ujung
tangan.
Power lengan mempunyai peranan penting dalam melakukan pukulan
overhead lob, gerakan tangan yang memegang raket kepada shutllecock
adalah gerakan utama, pada waktu pemain melakukan gerakan lengan
ke belakang untuk mengawali pukulan, otot pendukung gerakanya adalah
extensor siku, yaitu otot triceps. Untuk waktu tangan bergerak mendorong atau
memukul shutllecock kearah depan dan ada kekuatan ledakan atau power yang
memperkuat pergerakan. Sedangkan untuk mempergerakan pergelangan lengan
guna mengimbangi gerakan memukul ialah otot fleskor carpio ulnaris dan
palmaris longus. Dan tidak kalah penting pada gerakan memukul shutllecock,
saat bahu kanan ditarik kedepan dan lengan dicambukan lewat atas bahu
29
dengan gerakan lurus ke atas depan maka otot yang mendukung gerak adalah
otot latisimusdorsi, pectoralis major, terres major, dan triceps
(Syaifudin,1997:38). Dengan demikian power lengan tangan yang baik dapat
mendukung keberhasilan dalam melakukan overhead lob.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan
otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.
Maka latihan push up dapat digunakan sebagai latihan untuk mengingkatkan
power karena menggunakan kekuatan maksimal untuk mengangkat badan
dengan waktu yang cepat.
2.1.6.1.1 Latihan Push Up
Latihan Push Up adalah salah satu latihan kekuatan yang paling tepat
untuk meningkatkan kekuatan otot lengan bahu, untuk mendongkrak
tenaga pada saat melakukan pukulan overhead lob yang keras. Gerakan dalam
sikap permulaan tiarap dengan seluruh permukaan tubuh menyentuh lantai,
kedua lengan ditempatkan langsung dibawah bahu dan dibengkokkan dekat
dengan badan, kedua kaki lurus kebelakang dengan kedua ujung jari
menumpu pada lantai sehingga tegak lurus dengan tumit, gerakannya sambil
mengangkat badan naik kedua lengan diluruskan, punggung harus merupakan
garis lurus dengan kepala dan kedua kaki kemudian badan diturunkan kembali
bersamaan dengan kedua tangan ditekuk hingga badan menyentuh lantai
kembali, demikian seterusnya gerakannya (A.Hamidsyah Noer, 1995:137).
Dalam penelitian ini ada 2 macam push up
yang akan digunakan, yaitu: latihan push up normal dan push up uprise.
2.1.6.1.1.1 Latihan Push Up Normal
Menurut Sadoso gerakan dan sikap push up normal adalah badan
30
menghadap lantai dengan siku lurus, kedua telapak tangan terpisah selebar
bahu (atau sedikit lebih besar). Putar tangan ke dalam 30-45 derajat, sehingga
sikunya menuju ke luar. Badan diusahakan lurus dalam satu baris dari kepala
sampai kaki. Perlahan-lahan turunkan sampai dada menyentuh lantai. Kemudian,
doronglah badan ke atas sampai kedua tangan lurus dan siku terkunci. Jagalah
agar badan tetap lurus selama pergerakan tadi. Lakukan berulang-ulang
(1994:44).
Gambar 2.11 Push up NormalSumber : Data Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sedikit modifikasi dalam
melakukan gerakan push up normal, yaitu dengan mempercepat gerakan
mengangkat badan dibandingkan pada saat menurunkan badan, agar dalam
latihan push up normal tersebut dapat disimpulkan sebagai latihan power, karena
terdapat daya ledak dan tenaga yang besar dalam melakukan gerakan push up
normal tersebut.
Kelebihan push up normal adalah: 1). Otot-otot yang dikenai latihan :
pectoralis, trapesius, (otot-otot bahu) tricep dalam porsi yang sama dan 2). Pada
sendi siku otot pronator quaedratus ikut terlatih. Sedangkan kelemahannya
adalah 1). Otot tricep tidak tertarik maksimal dan 2). Otot ekstensor pada lengan
bawah dan jari-jari tidak terlatih maksimal.
31
2.1.4.1.1.2 Latihan Push Up Uprise
Menurut Sadoso, gerakan push up posisi kaki ditinggikan (push up uprise)
sama dengan gerakan pada push up normal. Perbedaannya hanya terletak pada
ketinggian kaki, dengan ujung jari kaki menumpu pada bangku atau benda
lainnya yang kuat dan menggunakan tenaga yang lebih besar jika dibandingkan
dengan push up normal.
Gambar 2.12 Push Up Uprise ( Posisi Kaki Ditinggikan )Sumber : Data Penelitian
Dikarenakan dapat menambah tinggi kaki secara terus menerus sebab nanti
akan menjadi handstan, yang merupakan latihan yang sama sekali berbeda
(1994:47), maka dalam penelitian ini menggunakan 15 cm dari lantai sebagai
tumpuan kaki. Kelebihan push up posisi kaki ditunggikan adalah otot tricep
terlatih maksimal. Sedangkan kelemahannya adalah lebih sulit dilakukan karena
memerlukan tenaga yang lebih besar sehingga cepat lelah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sedikit modifikasi dalam
melakukan gerakan push up uprise, yaitu dengan mempercepat gerakan
mengangkat badan dibandingkan pada saat menurunkan badan, agar dalam
latihan push up uprise tersebut dapat disimpulkan sebagai latihan power, karena
terdapat daya ledak dan tenaga yang besar dalam melakukan gerakan push up
32
uprise tersebut. Kelebihan push up uprise adalah otot tricep terlatih maksimal.
Sedangka kelemahannya adala lebih sulit dilakukan karena memerlukan tenaga
yang lebih besar untuk mengangkat beban badan sehingga cepat lelah.
2.1.4.2 Panjang Lengan
Lengan menurut M. Sajoto (1995:8) adalah organ tubuh yang panjangnya
dari okromeon sampai pada pergelangan tangan. Panjang lengan merupakan
bagian tubuh sepanjang lengan atas sampai lengan bawah, telapak tangan dan
terakhir pada ujung jari tengah. Pengukuran panjang lengan dimulai dari sendi
bahu (Os Ocromion) sampai ujung jari tengah yang diukur menggunakan
anthropometer dengan satuan centimeter (Depdikbud, 1990:5). Pada bagian
lengan atas terdapat tulang lengan atas (tulang humerus) dengan berbagai
kumpulan otot yang melekat, diantaranya adalah musculus bichep brachili,
brachialis, musculus corabobra bracialis, musculus tricep brachi, musculus
fleksor digitilongus, musculus brachio raialis dan musculus bicchep brachinooput
longus. Otot-otot yang terlekat di tulang mempunyai tugas sebagai alat
penggerak. Jadi dapat disimpulkan bila lengan itu semakin panjang berarti otot-
otot yang melekat di tulang ikut panjang dan mengakibatkan ayunan lengan
semakin lambat kecepatan menyampai objeknya. Lengan atas ini dihubungkan
oleh lengan sendi bahu (articulasio humeri) yang menghubungkan antara lengan
atas dengan bahu, sehingga bahu dapat bergerak bebas (Tri Tunggal Setiawan,
2008:105).
Menurut Tri Tunggal Setiawan (2008:105), untuk lengan atas dengan lengan
bawah dihubungkan oleh sendi siku (articulasio cubiti). Pada lengan bawah ini
terdapat dua buah tulang, yaitu tulang hasta (radius) dan tulang pengupil (ulna).
Otot yang melindungi atau membungkus tulang pada lengan bawah antara lain
33
musculus brachialis, musculus ekstensorcapri, musculus radius longus, musculus
digitorium kommunis dan musculus fleksor radialis. Lengan bawah juga
berhubungan dengan telapak tangan yang dihubungkan oleh sendi pergelangan
tangan (articulasio radiocarpalia).
Kontraksi antara otot atas dengan otot lengan bawah akan menghasilkan
kekuatan tangan yang memperkuat genggaman raket yang digunakan untuk
memukul shuttlecock dan pada saat perkenaan antara daun raket dengan
shuttlecock sehingga menghasilkan shuttlecock yang cepat. Batasan panjang
lengan merupakan bagian tubuh sepanjang lengan atas sampai lengan bawah.
Bila dari segi anatomi panjang lengan sampai ujung jari tengah terdiri dari tulang
os humerus, os radius, os ulna (Tri Tungggal Setiawan, 2008:39). Pada tulang-
tulang juga melekat otot-otot yang semakin bertambah usia maka semakin
tambah pula panjang tulang dan otot-otot tersebut.
Gambar 2.17 Lengan dan Otot-Otot serta Tulang-Tulang PendukungnyaSumber: Tri Tunggal Setiawan (2008:105)
Selain itu apabila ditinjau dari system kerja pengungkit, semakin panjang
pengungkit maka semakin besar pula gaya yang ditimbulkan atau diakibatkan.
Begitu pula pada lengan seoran pemain bulutangkis, makin panjang makin besar
pula gaya yang dihasilkan pada saat memukul shuttlecock. Selain itu apabila
lengan pemain bulutangkis panjang, maka memberi keuntungan pula pada saat
menjangkau shuttlecock (Sudarmanto, 1992:95). Jadi dapat disimpulkan panjang
34
lengan juga berpengaruh pada pemain bulutangkis dalam melakukan pukulan,
khususnya pada pukulan overhead lob.
Panjang lengan dalam penelitian ini melipiti panjang lengan panjang dan
panjang lengan pendek yang diukur dengan alat yang disebut anthropometer
dengan satuan cm. Yang dimaksud dengan panjang lengan panjang maupun
panjang lengan pendek yaitu dengan cara lengan testee diukur terlebih dahulu,
setelah selesai diukur hasilnya dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok lengan
panjang dan kelompok lengan pendek yaitu dengan cara mengurutkan panjang
lengan testee yang sudah diukur dari yang terpanjang sampai yang terpendek.
2.2 Kerangka Berpikir
2.2.1 Pengaruh Latihan Push Up dan Push Up Uprise terhadap Hasil Pukulan
Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo Semarang.
Latihan push up digunakan untuk meningkatkan power lengan, gerakan
latihan ini sesuai dengan mekanika gerak pada pukulan overhead lob yang
dilakukan secara overhead. Latihan push up yang sudah dimodifikasi gerakannya
menjadi lebih cepat pada saat mengangkat badan, sehingga sesuai dengan
latihan power yang menitikberatkan pada kecepatan dan daya ledak. Jadi latihan
push up akan memberikan hasil pukulan overhead lob yang cukup
cepat.
Dalam penelitian ini menggunakan 2 latihan push up, yaitu: push up normal
dan push up uprise. Gerakan push up normal dan push up uprise sama tapi
posisi kakinya yang berbeda, push up normal menggunakan alas yang datar,
sedangkan push up uprise menggunakan balok kayu untuk meninggikan posisi
kakinya.
35
Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada pengaruh latihan push up normal
dan push up uprise terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain
putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.
2.2.2 Pengaruh Panjang Lengan Panjang dan Panjang Lengan Pendek
terhadap Hasil Pukulan Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo
Semarang Tahun 2014.
Ukuran lengan dapat berpengaruh terhadap kecepatan gerakan pukulan
overhead lob yang bilamana diberi gaya seperti aplikasi jarak tiap titik yang ada
di sepanjang batang pengungkit. Jika tiap jarak titik di sepanjang pengungkit
bergerak dalam waktu yang sama akan terjadi perbedaan kecepatan dan waktu
tiap titik jarak mencapai objek. Makin panjang lengan seseorang kecepatan yang
dihasilkan akan semakin lambat tapi gaya yang dihasilkan semakin besar. Jadi
semakin panjang ukuran lengan maka semakin lambat pula ayunan lengannya
dalam melakukan pukulan overhead lob. Sedangkan, semakin pendek lengan
seseorang kecepatan yang dihasilkan akan semakin cepat. Jadi semakin pendek
ukuran lengan maka semakin cepat pula ayunan lengannya dalam melakukan
pukulan overhead lob.
Berdasarkan uraian tersebut diduga ada pengaruh panjang lengan panjang
dan panjang lengan pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain
putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.
2.2.3 Interaksi Latihan Power dan Panjang Lengan terhadap Hasil Pukulan
Overhead lob pada Pemain Putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.
Pukulan overhead lob adalah adalah pukulan pukulan dari atas kepala yang
bertujuan memukul shuttlecock tinggi dan jatuhnya digaris ganda belakang.
Power tinggi yang dihasilkan otot akan menggerakan lengan dengan kecepatan
36
penuh dan membuat rotasi dengan bersumbu pada articulo humeris. Apabila
lengan semakin panjang (radius) makin lambat kecepatan linear-nya.
Semakin besar power yang dihasilkan maka semakin cepat putaran lengan
dan apabila lengan itu semakin panjang, maka makin besar kecepatan linear-
nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin cepat putaran panjang lengan
dengan dukungan kemampuan otot-otot yang terdapat pada lengan akan
menghasilkan pukulan overhead lob yang cepat.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada interaksi antara latihan power dan
panjang lengan terhadap hasil pukulan smash pada pemain putra PB. Pendowo
Semarang Tahun 2014.
2.2 Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:67), hipotesis adalah “Jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1994:257), bahwa “Hipotesis
adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan
kebenarannya”. Adapun Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh latihan power push up dan push up uprise terhadap hasil
pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun
2014.
2. Ada pengaruh latihan power push up uprise dan panjang lengan berukuran
pendek terhadap hasil pukulan overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo
Semarang Tahun 2014.
3. Ada interaksi latihan power dan pajang lengan terhadap hasil pukulan
overhead lob pada pemain putra PB. Pendowo Semarang Tahun 2014.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:203). Metode
penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian. Penggunaan metode
penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Metode penelitian sebagaimana kita kenal sekarang memberi garis-garis yang
cermat dan mengajukan syarat-syarat yang keras, maksudnya adalah untuk
menjaga agar pengetahuan yang ingin dicapai pada suatu karya ilmiah yang
setinggi-tingginya.
Penetapan metode penelitian dipengaruhi oleh obyek penelitian, sehingga
metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di
dalam buku Metode Penelitian, menurut Suharsimi Arikunto (2010:9),
mengatakan bahwa metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kasual) antara dua factor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Setelah memperhatikan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar
menggunakan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang meliputi
tes awal dan diakhiri tes akhir untuk menguji kebenarannya. Seperti apa
yang dikatakan Sutisno Hadi (1994:427), mengatakan bahwa “ salah satu
tugas yang penting dalam research ilmiah adalah menetapkan ada tidaknya
hubungan sebab akibat antara fenomena-fenomena dan membuat hukum
38
antara hubungan sebab akibat itu.
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, adapun desain
penelitian yang digunakan adalah desain factorial 2X2 yang hendak menyelidiki
ada tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara
grafis rancangan dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada table 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Panjang Lengan ( B )
Latihan Power Lengan ( A )
Panjang(1)
Pendek(2)
Push Up Normal (1) A1B1 A1B2
Push Up Uprise (2) A2B1 A2B2
Sumber : Data Penelitian
Keterangan:
A1B1 : Bentuk latihan push up normal dengan panjang lengan yang panjang.
A1B2 : Bentuk latihan push up normal dengan panjang lengan yang pendek.
A2B1 : Bentuk latihan push up uprise dengan panjang lengan yang panjang.
A2B2 : Bentuk latihan push up uprise dengan panjang lengan yang pendek.
39
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2010:161). Variabel dalam penelitian ini terdiri
atas dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
3.2.1 Variabel Bebas (predictor atau X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab
( Suharsimi Arikunto, 2010:162) dalam penelitian ini adalah adalah latihan power
lengan yang terdiri latihan push up dan push up uprise dan panjang lengan yang
terdiri dari panjang lengan dengan ukuran panjang dan panjang lengan dengan
ukuran pendek.
3.2.2 Variabel terikat (kriterium atau Y)
Variabel terikat disebut juga dengan variabel tergantung, yaitu variabel yang
dipengaruhi (Suharsimi Arikunto, 2010:162). Adapun variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil pukulan overhead lob pada pemain bulutangkis putra
PB. Pendowo Semarang tahun 2014.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah pemain bulutangkis putra
PB.Pendowo Semarang berjumlah 20 orang.
Populasai ini memiliki ciri yang sama yaitu:
1) Mereka adalah pemain bulutangkis PB. Pendowo Semarang tahun 2014.
40
2) Mereka adalah dalam satu jenis kelamin yang sama yaitu putra.
3) Mereka memiliki kemampuan teknik pukulan overhead lob, dan
4) Seluruh pemain rata-rata memiliki usia yang sama 11-13 tahun yang
berjumlah 20 orang.
Berdasarkan uraian di atas maka pemain bulutangkis PB. Pendowo
Semarang tahun 2014 memenuhi syarat sebagai populasi. Di mana suatu
populasi harus mempunyai satu sifat yang sama dan dalam penelitian ini
populasi yang diambil telah memiliki lebih dari batas minimal yang
ditetapkan oleh peneliti.
3.3.2 Sampel dan teknik penarikan sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Suharsimi Arikunto
(2010:174). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah peneliltian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi
(Suharsimi Arikunto, 2010:173). Untuk sekedar patokan maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua (Suharsimi Arikunto (1995 :120).
Sehingga penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample
artinya dalam pengambilan subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau
daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud
adalah mengambil berdasarkan umur serta panjang lengan dalam permainan
bulutangkis. Pengambilan sampel dengan teknik ini bertujuan cukup baik karena
sesuai dengan pertimbangan penelitian sendiri sehingga dapat mewakili populasi
(Suharsimi Arikunto, 2010:183). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah pemain bulutangkis putra PB. Pendowo Semarang tahun 2014 usia 11-13
tahun sebanyak 20 orang. Penjelasan terdapat pada tabel 3.2.
41
Tabel 3.2 Pengelompokkan Sampel
Kelompok Jenis Perlakuan Jumlah Sampel
A1B1Kelompok latihan push up normal dengan panjang lengan yang panjang
5
A1B2Kelompok latihan push up normal dengan panjang lengan yang pendek 5
A2B1Kelompok latihan push up uprise dengan panjang lengan yang panjang 5
A2B2Kelompok latihan push up uprise dengan panjang lengan yang pendek
5
Sumber : Data penelitianKeterangan :
Pengelompokan sampel berdasarkan hasil matching dengan menggunakan
panjang lengan sebagai pembeda dengan pola rangking ABBA.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dah hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Suharsimi Arikunto, 2010:203). Pengambilan data dilakukan dengan mengukur
power lengan, panjang lengan, dan kemampuan pukulan overhead lob.
3.4.1. Instrumen power lengan
Instrumen pengukuran power lengan penelitian ini menggunakan tes
medicine ball push. Pengambilan data menggunakan alat : (a) Medicine ball
seberat 1 kg yang penggunaannya didorong ke depan sejauh mungkin,
(b) Meteran untuk mengukur jarak perolehan dorongan, (c) Stop watch untuk
mengukur waktu dari lepasnya bola sampai jatuhnya bola hingga menyentuh
permukaan tanah, (d) Blangko pengukuran power lengan untuk mendata
42
perolehan tes, (e) Alat tulis, (f) kursi untuk tempat melakukan melempar medicine
ball (g) selendang. Reabilitas 0,84 dan validitas 0,77 (Johnson and Nelson,
1986:86).
Langkah-langkah melakukan tes adalah tester disuruh duduk di kursi sambil
memegang madicine ball didepan dada dan kakinya tidak boleh ikut bergerak
dan harus menempel di lantai, yang bergerak cuma tangannya yaitu dari depan
dada mendorong madicine ball kedepan sejauh mungkin, untuk lebih mudahnya
perut testernya ditali menggunakan selendang biar tidak ikut bergerak.
Gambar 3.1 Medicine Ball(Sumber: Data Penelitian)
3.4.2. Instrumen Panjang Lengan
Pengambilan data menggunakan alat : (a) Antrhopometer yang berguna
mengukur panjang lengan, (b) Blangko pengukuran panjang lengan untuk
mendata perolehan tes dan (c) Alat tulis (Depdikbud,2008). Pedoman
pengukuran panjang lengan dapat dilihat dilampiran .........
Langkah-langkah pelaksanaan tes adalah : 1) posisi berdiri, 2) mengukur
panjang lengan dari dari ujung jari tengah sampai dengan sendi bahu dari salah
satu tangan (tangan kanan).
43
Gambar 3.6.2
Gambar 3.2 Anthropometer(Sumber: Data Penelitian)
3.4.3. Instrumen Pukulan Overhead Lob
Tes ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur
kemampuan melakukan pukulan overhead lob secara baik, dan jauh ke belakang
dalam permainan bulutangkis (Tohar, 1992:145). Pada pelaksanaan tes ini ada 2
orang yang melakukan kegiatan yaitu yang pertama bertindak sebagai
pengumpan dan yang lain sebagai testee. Untuk pengumpan sama dengan
posisii servis lob sedang untuk posisi testee berada di tengah-tengah lapangan di
bagian sebelah kanan sejauh 1 meter dari batas tengah. Pada aba-
aba.....siap.....”ya”, melakukan servis lob kemudian testee bergerak ke belakang
untuk menyambut pukulan sevis lob tersebut. Selanjutnya testee melakukan
pukulan jauh ke belakang ke daerah back boundary pengumpan. Sasaran
pukulan overhead lob ini adalah daerah back boundary seberang lapang yaitu
sepanjang garis batas servis permainan ganda dan garis batas belakang
lapangan permainan tunggal dengan garis tepi sebelah kanan dan garis tepi
sebelah kiri pada permainan tunggal. Sehingga testee dalam melakukan pukulan
overhead lob ini, berarti pada bidang sasarannya lebih luas dari bidang sasaran
untuk servis lob. Testee dalam melakukan pukulan overhead lob ini boleh
memilih arah dan bidang sasaran baik secara lurus maupun secara diagonal atau
44
menyilang. Instrumen keterampilan pukulan overhead lob menggunakan alat :
(a). lapangan bulutangkis (b). alat tulis (c). meteran (d). raket dan shutllecock (e).
pita sepanjang net dengan lebar 5 cm, direntangkan sejajar net, net sejarak 14
feet tinggi 8 feet dari lantai (f). blangko pengukuran hasil keterampilan pukulan.
Pengetes sebaiknya 4 orang yang terdiri dari : (a). seorang pengumpan, (b) dua
orang pengawas, salah seorang sambil mencatat, (c) seorang menambil
shuttlecock.
Pelaksanaan tes ini yaitu : (a) orang coba berdiri di atas tanda yang sudah
disediakan (X dan Y), (b) pengumpan berdiri di tengah-tengah lapangan yang
bertarget untuk memberikan servis lob, (c) sesudah pengumpan melaksanakan
servis lob, orang coba boleh meninggalkan tempatnya serta memukul shuttlecock
sehingga harus melewati di atas tali, (d) orang melakukan 20 kali.
Penilaian dalam tes ini yaitu : (a) shuttlecock yang dipukul dengan sah dan
memenuhi syarat tes serta jatuh di tempat sasaran diberi nilai 1 sedangkan yang
tidak masuk ke daerah sasaran diberi nilai 0, (b) shuttlecock yang jatuh pada
garis sasaran dianggap masuk ke daerah yang bernilai lebih tinggi, (c) jumlah
nilai dari 20 kali pelaksanaan dikumpulkan.
Gambar 3.3 Instrumen Pukulan Overhead lob(Sumber : Tohar, 1992 : 155)
45
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Tes Awal (Pre-Test)
Tes awal atau lebih dikenal dengan pre-test yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah : tes power lengan, mengukur panjang lengan dan tes pukulan
overhead lob yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 15.00 di
lapangan paradise tempat berlatih PB. Pandowo Semarang. Tes pukulan
overhead lob adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur
kemampuan melakukan overhead lob dalam permainan bulutangkis (Tohar,
1992:147). Tes ini dilakukan dengan cara teste coba diberikan umpan service lob
oleh tester sebanyak 20 kali yang terbagi lapangan sisi kanan 10 kali dan sisi kiri
10 kali, dari kedua hasil pukulan overhead lob kemudian dijumlah dan hasilnya
merupakan hasil kemampuan kecakapan melakukan pukulan overhead lob yang
dilakukan oleh teste.
3.5.2 Pelaksanaan Latihan atau Treatment
Pelaksanaan latihan atau treatment dilakukan 4 kali seminggu dalam 16 kali
pertemuan yang mana pada hari senin, selasa, kamis dan jum’at yang dimulai
pada tanggal 8 Oktober 2014 sampai 6 November 2014. Dalam treatment
tersebut atlet dilatih dengan menggunakan latihan Push Up normal dan Push Up
Uprise untuk power lengan, untuk lebih jelasnya dilihat dalam lampiran 5 tentang
program latihan.
3.5.3 Tes Akhir (Post Test)
Tes akhir atau post test yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : tes power
lengan dan tes pukulan overhead lob. Tes akhir dilakukan pada tanggal 7
November 2014.
46
3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian
Guna menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan kesalahan selama
penelitian, maka penulis akan mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan usaha-usaha untuk menghindarinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini adalah: faktor kesungguhan hati,
penggunaan alat, kemampuan sampel, kegiatan sampel diluar penelitian, dan
jumlah sampel.
3.6.1 Faktor Kesungguhan Hati
Faktor kesungguhan hati dalam pelaksanaan penelitian dari masing-masing
sampel tidak sama, untuk itu penulis dalam pelaksanaan latihan dan tes selalu
memotivasi, mengawasi dan mengontrol setiap aktivitas yang dilakukan dengan
melibatkan pembimbing untuk mengarahkan kegiatan sampel pada tujuan yang
akan tercapai.
3.6.2 Faktor Penggunaan Alat
Dalam penelitian ini, baik dalam test maupun dalam pemberian materi
latihan sebelum dimulai diupayakan semua alat yang berhubungan dengan
penelitian sudah dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga latihan dapat berjalan
dengan lancar.
3.6.3 Faktor Kemampuan Sampel
Masing-masing sampel memiliki kemampuan dasar yang berbeda, baik
dalam penerimaan materi secara lisan maupun kemampuan dalam penggunaan
alat tes. Untuk itu penulis selain memberikan informasi secara klasikal, secara
individu penulis berusaha memberikan koreksi agar tes yang digunakan benar-
benar baik.
47
3.6.4 Faktor Kegiatan Sampel di luar Penelitian
Tujuan utama pelaksanaan penelitian ini adalah memperoleh data-data
seakurat mungkin. Untuk menghindari adanya kegiatan sampel diluar penelitian
yang bisa menghambat proses penelitian dan pengambilan data penelitian,
penulis berusaha mengatasi dengan memilih waktu penelitian bersamaan
dengan jadwal latihan rutin.
3.6.5 Faktor Jumlah Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel pemain bulutangkis yang berjumlah 20
orang. Jumlah itu adalah jumlah keseluruhan pemain pemula putra PB. Pendowo
Semarang tahun 2014. Hal ini dilakukan karena semakin banyak sampel maka
kegiatan penelitian semakin baik.
3.7 Teknik Analisis Data
Data-data hasil tes akhir hasil pukulan overhead lob dianalisis dengan
statistika Anova dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F
dengan taraf signifikan 0,05% yang pada tahap sebelumnya dilakukan uji
normalitas sampel (uji kolmogorove smirnov dengan α= 0,05%) dan uji
homogenitas varians (uji levene’s tests). Taraf signifikan (α) dalam penelitian
adalah 0,05 atau 5%.
Sebelum melakukan uji analisis terlebih dahulu dilakukan dengan
sejumlah uji persyaratan untuk mengetahui kelayakan data. Adapun uji
persyaratan tersebut meliputi:
3.7.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnof (Santoso, 2002:311). Kriteria uji jika signifikasi > 0,05 data dinyatakan
48
normal, sebaliknya jika signifikasi < 0,05 data dinyatakan tidak normal.
3.7.2 Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya
variasi sampel yang diambil dari populasi yang sama dalam penelitian. Uji
homogenitas varians dihitung dengan menggunakan uji leavene’s test atau uji F.
Kriteria uji jika signifikasi > 0.05 data dinyatakan homogen, sebaliknya jika
signifikasi < 0.05 data dinyatakan tidak homogen.