-
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN KEPEMILIKAN
MANAJEMEN PADA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DISCLOSURE PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
SKRIPSI
Oleh:
SILA PRAKASA
NIM: 1406305141
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
-
ii
PENGARUH PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN
KEPEMILIKAN MANAJEMEN PADA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DISCLOSURE PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
SKRIPSI
Oleh:
SILA PRAKASA
NIM: 1406305141
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016
-
iii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal:
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Dr. I G.A.N. Budiasih, SE., M.Si .....................
2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si, Ak .....................
3. Anggota : Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija. P, SE., M.Si .....................
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
Dr.A.A.G.P.Widanaputra,SE.,M.Si.,Ak. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si, Ak.
NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19580718 198601 1 001
-
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Denpasar, 15 Maret 2016
Mahasiswa
Sila Prakasa
NIM. 1406305141
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, serta kerja sama dan bantuan berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Leverage, Profitabilitas,
dan Kepemilikan Manajemen Pada Corporate Social Responsibility Disclosure
Perusahaan Pertambangan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS. selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan
Akuntansi dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ibu Eka Ardhani Sisdyani, SE., Ak., MCom selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan
bimbingan, masukan serta arahan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Begitu juga dengan motivasi dan nasihat yang telah diberikan sebagai
Pembimbing Akademis.
6. Dr. I G.A.N. Budiasih, SE., M.Si dan Ibu Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija. P,
SE., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
bagi penulis.
7. Keluarga tercinta Djoni Gunawan, Putu Juniati, Cipta Puriwata, dan Arbi
Prakasa yang telah mendukung penulis selama ini baik dari motivasi maupun
nasihat yang diberikan. Terima kasih juga atas doa yang selalu dipanjatkan.
-
vi
8. Rekan-rekan seperjuangan khususnya sahabat penulis Rina, Ayu, Vera,
Mariani, Adi, Kris dan lainnya yang tidak dapat disebut satu-persatu atas
persahabatan dan semangatnya selama ini sehingga penulis termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2014 serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, masukan, serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap
bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 15 Maret 2016
Penulis
-
vii
Judul : Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manajemen
Pada CSR Disclosure Perusahaan Pertambangan
Nama : Sila Prakasa
NIM : 1406305141
Abstrak
Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah menjadi isu global
dimana perusahaan baik nasional maupun internasional kini kerap
mengungkapkan CSR dalam laporan keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage, profitabilitas, dan kepemilikan
manajemen pada CSR disclosure perusahaan pertambangan. CSR disclosure ini
dapat dilihat pada laporan tanggung jawab sosial yang dimuat dalam laporan
tahunan perusahaan. Pengukuran indeks CSR disclosure dengan Global Reporting
Initiative Generation 3.1 (GRI G3.1). Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nonparticipant observation dengan teknik analisis
regresi linier berganda. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Sampel dipilih dengan
menggunakan purposive sampling dan diperoleh 40 data yang telah memenuhi
kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas dan
kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh positif pada CSR disclosure
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
2014.
Kata Kunci: CSR , CSR disclosure, Global Reporting Initiative
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah ................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ......................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 9 1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep ........................................................... 12
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) .......................................... 12
2.1.2 Teori Legitimasi ..................................................................... 15
2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory) ............................................. 16
2.1.4 Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) ... 17
2.1.5 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) ... 19
2.1.6 Leverage ................................................................................ 20
2.1.7 Profitabilitas .......................................................................... 21
2.1.8 Kepemilikan Manajemen ....................................................... 22
2.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 23
2.2.1 Pengaruh Leverage pada CSR Disclosure .............................. 23
2.2.2 Pengaruh Profitabilitas pada CSR Disclosure ........................ 24
2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajemen pada CSR Disclosure ... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 25
3.2 Obyek Penelitian ............................................................................ 26
3.3 Identifikasi Variabel ........................................................................ 26
3.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 27
3.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 30
3.5.1 Jenis Data .............................................................................. 30
3.5.2 Sumber Data .......................................................................... 30
3.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ........................... 30
-
ix
3.6.1 Populasi .................................................................................. 30
3.6.2 Sampel .................................................................................... 31
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 31
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 31
3.8 Teknik Analisis Data ...................................................................... 32
3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 32
3.8.2 Analisis Uji Asumsi Klasik .................................................... 34
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 37
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 38
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis .................................................... 40
4.3.1 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 40
4.3.2 Regresi Linier Berganda ......................................................... 44
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 48
4.4.1 Pengaruh leverage terhadap CSR disclosure ........................... 48
4.4.2 Pengaruh profitabilitas terhadap CSR disclosure .................... 49
4.4.3 Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap CSR disclosure . 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................................... 51
5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian .................................................. 53
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 59
-
x
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
4.1 Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian ............................................ 37
4.2 Statistik Deskriptif .............................................................................. 38
4.3 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 41
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 42
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 42
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 43
4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 44
4.8 Model Summary ................................................................................. 45
4.9 Hasil Uji Statistik F ............................................................................ 46
4.10 Hasil Pengujian Hipotesis................................................................... 47
-
xi
DAFTAR GAMBAR
No Tabel Halaman
3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 26
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Indikator Global Reporting Initiative Generation 3.1 (GRI G3.1) .. 59
2. Daftar Sampel Penelitian .................................................................. 63
3. Daftar Leverage, Profitabilitas, Kepemilikan Manajemen, dan
CSR Disclosure perusahaan tahun 2011-2014 .................................. 64
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak pertengahan abad ke 20 perdebatan panjang mengenai Corporate
Social Responsibility (CSR) telah terjadi. Di tahun 1953, Bowen menulis buku
yang berkaitan dengan Social Responsibilities of the Businessman. (Bowen dan
Deegan, 1998) Pada perkembangan berikutnya telah terjadi pergeseran
terminologi dari tanggung jawab sosial bisnis ke CSR. Selanjutnya bidang ini
berkembang secara signifikan dan saat ini telah berkembang beragam teori,
pendekatan dan terminologi mengenai CSR. Masyarakat dan bisnis, manajemen
isu sosial, public policy and business, management stakeholders, tanggung jawab
perusahaan merupakan sejumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan tanggung jawab perusahaan dengan masyarakat. Keinginan-keinginan
baru untuk tanggung jawab sosial perusahaan dan alternatif konsep baru telah
diajukan, termasuk corporate citizenship dan corporate sustainability. Dalam
kaitan antara social entrepreneurship dan CSR, muncul konsep baru corporate
social entrepreneurship (CSE) sebagai suatu pendekatan baru, yang di Inggris
lebih dikenal dengan konsep smart CSR.
Blowfield dan Frynas (2005) membayangkan CSR diibaratkan sebagai
sebuah payung bagi beragam pendekatan, teori dan praktek-praktek yang
mengakui hal-hal sebagai berikut:
-
2
1) Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap dampaknya
terhadap masyarakat dan lingkungan alam, yang terkadang lebih jauh lagi
sekedar memenuhi aspek legal dan pertanggungjawaban individual.
2) Bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk berperilaku
dengan siapa mereka melakukan bisnis.
3) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola hubungannya dengan masyarakat
yang lebih luas, dengan alasan komersial atau untuk nilai tambah terhadap
masyarakat.
Agency Theory dikembangkan oleh Jensen and Meckling (1976), yang
menyatakan bahwa antara pemilik dan manajemen mempunyai kepentingan yang
berbeda. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak
yang memberi wewenang (principal), yaitu pemilik dengan pihak yang menerima
wewenang (agent), yaitu manajer. Hubungan kerja tersebut didasari bahwa
masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan dirinya sendiri.
Menurut Cheng et al. (2011), keterlibatan stakeholder yang ditingkatkan melalui
CSR akan mengurangi asimetri informasi karena transparansi ditingkatkan
melalui pelaporan non keuangan. Asimetri informasi dapat terjadi dalam
hubungan antara principal dan agent, karena dalam teori agensi, agent dianggap
memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan principal, sehingga
asimetri informasi merupakan salah satu agency problem, yang dapat diatasi
melalui CSR.
Perusahaan yang melakukan CSR Disclosure dengan baik maka akan
memperoleh reward dan dipandang baik oleh stakeholder dan masyarakat serta
-
3
lingkungannya. Hal ini juga berarti pemenuhan terhadap tanggungjawab sosialnya
dan hak asasi manusia bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian akan
menarik minat investor atau pihak yang berkepentingan untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan. Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan
ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk
mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat
kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk
menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan
publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah
mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR) dalam setiap aspek
kegiatan operasinya (Novita dan Djakman, 2008 dalam Nurkhin, 2009).
Pelaksanaan CSR di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan: bahwa Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kemudian
untuk melaksanakan undang-undang tersebut, dikeluarkan Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroraan Terbatas, yang berisikan mewajibkan seluruh perusahaan yang
menjalankan kegiatan usaha dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam
untuk menyelenggarakan program CSR, dan mengharuskan perusahaan
memasukan program CSR dalam rencana kerja tahunan perusahaan. Kegiatan
dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus
-
4
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang dilaksanakan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Namun, pada kenyataan tidak semua perusahaan melakukan program CSR
yang dikarenakan adanya kelemahan dalam Undang-Undang tersebut, yaitu belum
jelas mengenai berapa persen dana yang harus digulirkan untuk CSR, belum juga
diatur siapa pihak yang berwenang untuk memungut dana CSR serta pihak yang
melakukan pengawasan terhadap praktik CSR. Misalnya pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) paragraph 12 secara jelas
menyampaikan saran untuk mengungkapkan bentuk tanggung jawab atas masalah
sosial, yaitu sebagai berikut:
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan
penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut
di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa perusahaan belum
diwajibkan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Kelemahan-
kelemahan inilah yang dapat mengakibatkan praktek-praktek yang pada akhirnya
dapat merugikan perusahaan dan masyarakat.
Sumber daya alam yang tidak dapat terbaharui di Indonesia salah
satunya dikelola oleh sektor pertambangan. Produksi pertambangan di Indonesia
diprediksi menjadi 8,27 persen untuk periode 2013-2016 (Werner, 2013). Sektor
ini memiliki kontribusi besar terhadap berbagai aspek mulai dari penanaman
-
5
modal asing sampai dengan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Namun,
menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menilai perusahaan
pertambangan paling berkontribusi besar terkait dengan kerusakan alam yang
terjadi di kawasan Indonesia (www.metrosiantar.com, 20 Januari 2014). Kasus
terkait dengan CSR adalah PT Meares Soputan Mining yang kegiatan usahanya
mencemari lingkungan (Saifullah, 2012). Kasus lain adalah eksploitasi batu bara
yang menimbulkan banjir dan mencemari air (Suryawan, 2013). Kasus-Kasus
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan pertambangan di Indonesia belum
memerhatikan dimensi sosial dan lingkungan yang terkena dampak negatif akibat
dari aktivitas operasi perusahaan.
Eddy (2005) menyatakan keputusan untuk mengungkapkan informasi
sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan
pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi akan mempengaruhi tanggung jawab sosial yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Brigham (2006)
seberapa jauh perusahaan menggunakan utang (financial leverage) akan memiliki
implikasi penting, salah satunya adalah dengan memperoleh dana melalui utang,
para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan
tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. Leverage
diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio (DER). DER digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan,
sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.
-
6
Sesuai dengan konsep Triple Bottom Line (3P) oleh Elkington (1997)
menyatakan bahwa perusahaan yang ingin bertahan dalam jangka panjang,
seharusnya tidak hanya berusaha mengejar keuntungan ekonomi saja, namun
harus mulai berkontribus terkait dengan aspek sosial dan juga lingkungan. People
meliputi dampak perusahaan pada karyawan dan sistem sosial dalam masyarakat;
Planet meliputi pengaruh perusahaan terhadap lingkungan fisik; serta Profit
meliputi kinerja keuangan perusahaan, arus modal, dan keterlibatan ekonomi
mereka dalam masyarakat. CSR harus menjamin bahwa perusahaan bertanggung
jawab atas dampak langsung dan tidak langsung kegiatan mereka.
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang
saham (Heinze, 1976 dalam Hackston dan Milne, 1996). Ketika perusahaan
memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak
perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses
keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan
akan berharap pengguna laporan akan membaca good news kinerja perusahaan.
Pelaksanaan aktivitas CSR tidak bisa terlepas dari penerapan good
corporate governance. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong
timbulnya kesadaran dan tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Salah satu faktor corporate governance yang berpengaruh
atas pelaksanaan CSR adalah struktur kepemilikan. Sebagian besar penelitian
memberikan bukti yang cukup mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap
-
7
pengungkapan CSR. Hal ini sejalan dengan prinsip transparansi yaitu perusahaan
dengan kepemilikan institusi dan asing yang tinggi akan memiliki tekanan lebih
tinggi untuk mengungkapkan aktivitasnya dengan alasan untuk memasarkan
sahamnya (Rosmasita, 2007).
Kepemilikan manajemen adalah persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris. Semakin besar kepemilikan
manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam
memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan
menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam
rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan
sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini, 2006).
Berbagai penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak memberikan hasil
penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan leverage dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sementara penelitian Zaenuddin (2006) dan Reverte (2008) dalam Nurkhin (2009)
tidak menemukan pengaruh dari variabel tersebut. Penelitian ini berbeda dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Profitabilitas menurut Preston (1976) dalam
Hackston dan Milne (1996), yang menyatakan secara teoritis mempunyai
pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Namun dalam penelitian Cahya (2010) menemukan tidak ada pengaruh antara
variabel tersebut.
-
8
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Rawi (2008) mengenai
pengaruh antara kepemilikan manajemen terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan diperoleh hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Restiningrum (2009) menemukan tidak
ada pengaruh yang signifikan variabel kepemilikan manajemen terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Oleh karena adanya perbedaan hasil antara
teori keagenan dan hasil penelitian yang diungkapkan, serta pelaksanaan
pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan, yang
menjadikan permasalahan ini menarik untuk di teliti. Sektor pertambangan dipilih
karena kegiatan operasinya berkaitan erat dengan eksploitasi sumber daya alam,
serta memiliki dampak terkait kerusakan lingkungan sekitar wilayah lingkungan
pertambangan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian sebelumnya maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah leverage berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan
pertambangan?
2) Apakah profitabilitas berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan
pertambangan?
3) Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh pada CSR disclosure
perusahaan pertambangan?
-
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1) Mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage pada CSR disclosure
perusahaan pertambangan.
2) Mendapatkan bukti empiris pengaruh profitabilitas pada CSR
disclosure perusahaan pertambangan.
3) Mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajemen pada
CSR disclosure perusahaan pertambangan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori keagenan yang
digunakan pada penelitian, serta menjadi referensi dan sumbangan
konseptual bagi penelitian sejenis yang terkait dengan pengaruh
leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajemen pada CSR
disclosure perusahaan pertambangan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.
-
10
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif,
masukan, dan bahan pertimbangan kepada mahasiswa maupun
pembaca lain mengenai pengaruh leverage, profitabilitas, dan
kepemilikan manajemen pada CSR disclosure perusahaan
pertambangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis yaitu,
terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V. Adapun bab-bab tersebut
berisi tentang:
BAB I Pendahuluan, bab ini menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi
masalah penelitian, identifikasi dan batasan masalah, perumusan
masalah penelitian, penetapan tujuan dan manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Kajian pustaka dan hipotesis penelitian, bab ini berisi tentang
kajian teori dan penelitian terkait, perumusan kerangka pikir, serta
hipotesis penelitian.
BAB III Metode penelitian, bab ini diuraikan tentang desain penelitian,
lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan
metode penelitian sampel, metode pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
-
11
BAB IV Data dan pembahasan hasil penelitian, bab ini diuraikan mengenai
dekripsi sampel penelitian, uji regresi linier berganda, uji asumsi
klasik, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang
relevan berdasarkan hasil penelitian ini.
-
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Hill dan Jones (1992) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu
kontrak antara satu atau lebih orang (prinsipal) yang menghendaki orang lain
(manajer) untuk melaksanakan jasa dengan cara mendelegasikan sebagian
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori keagenan memandang
perusahaan sebagai nexus of contracts, yaitu organisasi yang terkait kontrak
dengan beberapa pihak seperti pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk
manajer) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Scott, 2009:313 dalam
Komalasari dan Anna, 2012). Hubungan kontrak antara prinsipal dan manajer
selalu memiliki peluang untuk memunculkan konflik kepentingan dan memicu
timbulnya biaya keagenan.
Antara manajer dan prinsipal haruslah ada simetris informasi. Artinya
semua informasi mengenai perusahaan yang dimiliki oleh manajer seharusnya
diungkapkan kepada prinsipal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa agen selalu
mempunyai peluang untuk berperilaku oportunistik dan menyebabkan adanya
asimetris informasi. Hal ini menyebabkan prinsipal perlu mengeluarkan biaya
pengawasan yang lebih untuk mengawasi agen. Tiga faktor yang mempengaruhi
hubungan keagenan yaitu, biaya pengawasan (monitoring cost), biaya kontrak
(contract cost), dan visibilitas politis. Perusahaan yang menghadapi biaya
-
13
pengawasan dan kontrak yang tinggi cenderung akan memilih metode akuntansi
yang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan, dan perusahaan yang menghadapi
visibilitas politis yang tinggi cenderung memilih metode dan teknik akuntansi
yang dapat melaporkan laba menjadi lebih rendah (Marina, 2009).
Salah satu tujuan perusahaan melakukan pengungkapan informasi
tanggung jawab sosial adalah untuk membangun citra perusahaan dan
mendapatkan perhatian dari masyarakat. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka
perusahaan membutuhkan biaya untuk memberikan informasi mengenai
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini tentu akan
menyebabkan laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi rendah.
Perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah
dan visibilitas politis yang tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan
informasi pertanggungjawaban sosial. Jadi pengungkapan informasi tanggung
jawab sosial berhubungan positif dengan biaya kontrak dan pengawasan
(Belkaouni dan Karpik, 1989 yang dikutip oleh Oktariani dan Mimba, 2013).
Menurut Eisenhardt (1989) masalah yang muncul akibat adanya hubungan
keagenan ini adalah ketika (a) adanya konflik keagenan, dimana terdapat
perbedaan keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen (b) sulit atau mahal bagi
prinsipal untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh agen. Jensen dan Meckling
(1976) menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam hubungan keagenan
disebabkan oleh perbedaan tujuan dari masing-masing pihak. Manajer sebagai
agen dalam menjalankan tugasnya memiliki kewajiban untuk memaksimalkan
kesejahteraan para pemilik perusahaan (principal) baik dalam jangka pendek
-
14
maupun jangka panjang. Namun, disisi lain manajer juga memiliki kepentingan
untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri. Konflik antara manajer dengan
pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan
semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin
besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak
dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan
informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan citra atau reputasi perusahaan,
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.
Sebagai wujud pertanggungjawaban, teori agensi dapat digunakan untuk
menjelaskan manajer sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan
pihak prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan maka
biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, dan untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas (Wardhani, 2006). Perusahaan besar adalah emiten yang banyak
disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2003). Salah satu
wujud pertanggungjawaban agen kepada prinsipal adalah mengungkapkan
informasi mengenai keadaan finansial dan tanggung jawab sosial perusahaan
melalui laporan tahunan perusahaan.
-
15
2.1.2 Teori Legitimasi
Teori legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau
asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,
kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam
Kirana, 2009). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan
legitimasi masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi
perkembangan perusahaan ke depan. Operasi perusahaan harus sesuai dengan
harapan dari masyarakat. Deegan, Robin dan Tobin (2002) dalam Fitriyani (2012)
menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara
keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai (congruent) dengan
eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi
pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi
perusahaan dapat terancam.
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus
berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi
untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri
(Guthrie, 1989). Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan
bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan
menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung
jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat.
-
16
2.1.3 Teori Sinyal ( Signaling theory)
Teori sinyal adalah teori yang menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal (Sari, 2006). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu
berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor,
pemerintah, konsumen, serta masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi
perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor dan calon
investor sebagai pemilik dan penanam modal perusahaan. Oleh karenanya,
perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada
para stakeholders (Danu, 2011). Salah satu informasi yang wajib untuk
diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang CSR.
Dengan disertakannya laporan tambahan seperti laporan aktivitas CSR
perusahaan maka diharapkan hal tersebut akan berdampak positif bagi
perusahaan. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pelaku pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut dan
diterima oleh pelaku pasar. Dalam hal ini, perusahaan memberikan tanda (signal)
kepada stakeholders mengenai kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian diharapkan investor dapat melihat sinyal yang
diberikan perusahaan bahwa perusahaan tidak mengejar keuntungan semata
namun, tetap memperhatikan lingkungan sekitarnya.
-
17
2.1.4 Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
CSR saat ini sudah menjadi isu global dimana perusahaan baik nasional
maupun internasional kini kerap mengungkapkan CSR dalam laporan
keuangannya. Hal ini dikarenakan adanya dampak yang positif terhadap
pengungkapan CSR bagi perusahaan dan lingkungan selain itu juga karena
perusahaan dituntut untuk lebih transparan dan adanya tututan publik terhadap
akuntabilitas perusahaan.
Sebagai sebuah konsep yang makin populer, CSR ternyata belum
memiliki definisi yang tunggal;
a. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih
dari 120 multinasional company yang beranggotakan lebih dari 30 negara
itu, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan
CSR, sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan
masyarakat secara lebih luas. Pada pengertian ini lebih menfokuskan pada
tujuan yang hendak dicapai dari suatu entitas dunia usaha dimana tujuan
tersebut mencakup semua lingkup baik itu perekonomian, karyawan
maupun masyarakat secara lebih luas. Perusahaan atau entitas bisnis tetap
bisa melaksanakan kegiatannya dengan legal serta tetap memberi
kontribusi yang baik kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
-
18
b. The Jakarta Consulting Group tanggung jawab sosial ini diarahkan baik
ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. CSR ke dalam,
tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk
profitabilitas serta kepada karyawan dalam bentuk kompensasi-
kompensasi yang adil. CSR ke luar, tanggung jawab sosial ini berkaitan
dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan
kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta
memelihara lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan
kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat
ini maupun bagi generasi penerus. Pada pengertian ini lebih jelas terlihat
pembagian kepentingan atas tujuan yang diharapkan oleh entitas bisnis
daripada pengertian sebelumnya. Pengertian ini juga menguraikan secara
lebih jelas hal-hal yang berkaitan langsung dengan perusahaan ataupun
pihak luar perusahaan.
Konsep CSR sudah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun
terakhir ini. CSR adalah sebuah konsep yang telah menarik perhatian dunia dan
mendapat perhatian dalam ekonomi global. Namun demikian, konsep CSR masih
belum seragam dengan pandangan yang masih beragam tentang kegunaan dan
aplikabilitas potensialnya (Jamali dan Mirshak, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CSR adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh entitas bisnis secara legal dengan tujuan
berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders, kualitas hidup karyawan, lingkungan luar perusahaan, serta
-
19
masyarakat secara luas yang diwujudkan dengan perilaku sosial yang
bertanggungjawab.
2.1.5 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure)
CSR yang dilakukan oleh perusahaan perlu diungkapkan kepada
stakeholder. CSR disclosure oleh Gray et al. (1995) didefinisikan sebagai suatu
proses penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah
seputar social accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat
dipertanggungjawabkan dalam media-media seperti laporan tahunan maupun
dalam bentuk iklan-iklan yang berorientasi (Rakhiemah, 2009). Laporan tahunan
atau laporan keberlanjutan digunakan sebagai media pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan dengan tujuan agar stakeholder dapat dengan mudah
mengetahui bagaimana kinerja perusahaan yang tidak hanya dari aspek financial
saja, namun juga aspek sosial dan lingkungan yang dijalankannya.
CSR disclosure perusahaan menggunakan standar dari Global Reporting
Initiative (GRI). GRI adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah
mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka
laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan
perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). survei
KPMG (yang sebelumnya dikenal KMG - Klynveld Main Goerdeler) diseluruh
dunia tahun 2005 memperlihatkan bahwa praktek pelaporan yang
berkesinambungan mengirimkan pesan pada GRI yaitu peningkatan signifikan
penggunaan GRI guidline sejak tahun 2002 sebagai kerangka pelaporan satu-
http://www.globalreporting.org/
-
20
satunya secara global (Ardi, 2012). CSR disclosure dalam laporan tahunan
merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan dan
melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan
Parker, 1990 dalam Ardhi, 2012)
Indikator GRI sudah digunakan oleh beberapa peneliti seperti penelitian
yang dilakukan oleh Sembiring (2003), Gamerschlag et al. (2011), Nurkhin
(2009), Sari (2012), serta Putri dan Yulius (2014) yang menggunakan indikator
GRI untuk mengukur CSR Disclosure. Kamil dan Herusetya (2012) serta
Kinantika (2013) menggunakan indikator GRI untuk mengukur CSR disclosure
perusahaan. Adapun indikator-indikator pada CSR Disclosure dikategorikan
dalam 7 tema, yang terdiri dari 84 item pengungkapan sosial untuk perusahaan
manufaktur.
2.1.6 Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata
ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat
resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio
hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit
sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
(Belkaoui dan Karpik (1989). Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan
mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak
-
21
utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat
leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas
pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990; Scott 1997; dalam Anggraini,
2006). Dengan perjanjian terbatas seperti perjanjian utang yang tergambar dalam
tingkat leverage, akan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan
transfer kemakmuran kepada para pemegang saham dan manajer (Mahdiyah,
2008).
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mengakibatkan pengawasan
yang tinggi dilakukan oleh debtholder terhadap aktivitas perusahaan. Sesuai
dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar
tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Dalam penelitian ini, indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Assets Ratio (DAR).
2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen
menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kepada pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Hackston dan Milne, 1996).
Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin besar pengungkapan
pertanggungjawaban sosial.
-
22
Hubungan antara profitabilitas dan tingkat CSR Disclosure adalah bahwa
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah
perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca good news kinerja
perusahaan. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas adalah Return On Assets (ROA).
2.1.8 Kepemilikan Manajemen
Junaidi (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah
persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan
komisaris. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin
besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil (Anggraini,
2006). Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar
kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan
manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak
dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan
informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun
ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini, 2006).
-
23
2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan (Sugiyono, 2013:96). Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Pengaruh Leverage pada CSR Disclosure
Teori Sembiring (2003) memperoleh hasil semakin tinggi rasio hutang
suatu perusahaan maka CSR disclosure akan semakin tinggi. Pendapat lain yang
serupa juga diungkapkan oleh Naser et al. (2006) dalam Febrina (2011) yang
menduga bahwa rasio hutang berhubungan positif dengan pengungkapan, karena
perusahaan yang berisiko tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih
detail untuk meyakinkan investor dan kreditor. Hasil penelitian dari Febrina
(2011), Nur (2012), dan Oktariani (2014) menemukan bahwa hutang
berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan. Sedangkan penelitian Sembiring
(2003), Widyatmoko (2011), dan Fahrizqi (2010) menemukan hasil bahwa hutang
tidak berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan. Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Leverage berpengaruh positif pada CSR disclosure
-
24
2.2.2 Pengaruh Profitabilitas pada CSR Disclosure
Hubungan antara profitabilitas dan CSR disclosure menurut Kamil
(2012) adalah positif, dimana jumlah CSR disclosure akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya profitabilitas. Penelitian Fahrizqi (2010),
Febrina (2011), dan Oktariani (2014) menemukan bahwa profitabilitas
berpengaruh pada CSR disclosure. Sedangkan penelitian Sembiring (2003),
Komalasari (2011), dan Putri (2014) menemukan hasil bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh pada CSR disclosure. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2: Profitabilitas berpengaruh positif pada CSR disclosure.
2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajemen pada CSR Disclosure
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), Rosmasita (2007), dan
Rawi (2008) mengenai pengaruh antara kepemilikan manajemen terhadap CSR
perusahaan diperoleh hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Restiningrum (2009) menemukan tidak
ada pengaruh yang signifikan variabel kepemilikan manajemen terhadap CSR
disclosure. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H3: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif pada CSR disclosure.
-
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian
merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan
pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat
untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2013).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berbentuk asosiatif.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan pengujian
teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka serta data dianalisis
menggunakan prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 2009:12). Sugiyono
(2013:6) menyatakan bahwa penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menunjukkan hubungan diantara dua variabel atau lebih. Pada
penelitian ini variabel yang diuji yaitu pengaruh leverage, profitabilitas, dan
kepemilikan manajemen pada variabel CSR disclosure. Desain penelitian dari
penelitian ini dijelaskan dalam gambar berikut:
-
26
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
F
Sumber: Data diolah, 2016
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu sifat yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian memperoleh kesimpulan (Sugiyono, 2013:38). Obyek
dari penelitian ini adalah leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajemen
pada CSR disclosure pada perusahaan pertambangan. Tahun penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dari tahun 2011-2014
3.3 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:58). Variabel-variabel yang
dapat diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain:
1) Variable bebas (independent), yaitu variabel yang menjadi sebab
perubahan atau yang memengaruhi variabel terikat (dependent)
Profitabilitas (X2)
Kepemilikan
Manajemen (X3)
Corporate Social
Responsibility
Disclosure (Y)
Leverage (X1)
-
27
(Sugiyono, 2013:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajemen.
2) Variabel terikat (dependent), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent) (Sugiyono,
2013:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah CSR disclosure
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Definisi
operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) CSR Disclosure
CSR Disclosure merupakan pengungkapan informasi terkait dengan
aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan. CSR Disclosure diukur
dengan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index
(CSRDI) berdasarkan indikator GRI G3.1 (Global Reporting Initiatives
Generation). Variabel CSR disclosure perusahaan diukur dengan metode
content analysis. Content analysis adalah suatu metode pengumpulan
data penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau
pesan dari suatu dokumen (Indriantoro dan Supomo, 2009) agar content
analysis dapat dilaksanakan dengan cara yang replicable, maka dapat
dilakukan salah satunya dengan cara checklist.
Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan sosial perusahaan
dalam 6 kategori yaitu: Ekonomi (9 item), Lingkungan (30 item), Praktik
-
28
Tenaga Kerja (15 item), Hak Asasi Manusia (11 item), Masyarakat (10
item), dan Tanggung Jawab Produk (9 item). Sehingga total
pengungkapannya adalah 84 item menurut GRI G3.1 yang dalam
penelitian ini dinyatakan dalam bentuk indeks pengungkapan sosial.
Apabila item pengungkapan tersebut ada dalam laporan tahunan
perusahaan maka diberi skor 1, jika tidak ada pengungkapan maka akan
diberi skor 0. CSR disclosure dihitung dengan rumus (Haniffa et al.,
2005 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007):
.................................... (1)
2) Leverage
Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas
pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga
dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi
tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan akan
melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Nilai leverage dapat diukur
dengan rumus:
Total Liabilitas
DAR = x 100% .......................................... (2)
Total Aset
-
29
3) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan. Profitabilitas juga merupakan faktor yang
membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham.
Nilai profitabilitas dapat diukur dengan rumus:
Laba Bersih setelah Pajak
ROA = ______________________ x 100 % ............................ (3)
Total Aset
4) Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajemen adalah persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris. Konflik kepentingan
antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika
kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini
manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya
dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar
kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif
tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata
lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Nilai kepemilikan
manajemen dapat diukur dengan rumus:
Kepemilikan manajemen = % saham manajemen .................... (4)
-
30
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka atau data
kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2013:14). Data kuantitatif dalam penelitian
ini adalah leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajemen dari perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(Sugiyono, 2013:129). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari BEI yang diakses melalui
www.idx.co.id.
3.6 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
3.6.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2013:115), populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.
http://www.idx.co.id/
-
31
3.6.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2013:116). Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu
(Sugiyono, 2013:122). Adapun kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.
2) Perusahaan pertambangan yang menerbitkan CSR disclosure
3) Perusahaan pertambangan yang memiliki informasi lengkap mengenai
data-data yang diperlukan dalam penelitian, seperti leverage, profitabilitas,
dan kepemilikan saham.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonparticipant observation, yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi
atau pengamatan dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai
pengamat independen. Peneliti membutuhkan data dan informasi sebagai
-
32
pendukung dalam penelitian ini dengan cara melakukan penelusuran dan
pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa data leverage,
profitabilitas, dan kepemilikan manajemen.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier beganda. Analisis regresi linier berganda yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajemen
pada CSR disclosure perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-
2014 melalui SPSS dengan persamaan model seperti dibawah ini:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ......................................... (persamaan 3.5)
Keterangan:
Y = CSR disclosure
a = Konstanta
X1 = Leverage
X2 = Profitabilitas
X3 = Kepemilikan Manajemen
b1 = Koefesien Regresi X1
b2 = Koefesien Regresi X2
b3 = Koefesien Regresi X3
e = Error
Apabila variabel b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi
pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap
kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel
dependen begitu juga sebaliknya. Apabila variabel b bernilai negatif (-) maka
-
33
dapat dikatakan terjadi pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel
independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen.
Berdasarkan model regresi linier berganda, dapat dilakukan pembuktian
kebenaran yang digunakan dengan melakukan pengujian sebagai berikut:
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisa determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Koefisien
ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel bebas yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel terikat. R2 = 0 maka
variasi variabel bebas yang digunakan dalam model tidak menjelaskan
sedikitpun variasi variabel terikat. Sebaliknya jika R2 = 1 maka variasi
variabel bebas yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi
variabel terikat (Adiwiratama, 2012).
2) Uji F Statistik
Uji F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Adiwiratama, 2012). Uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh leverage, profitabilitas, tanggung jawab lingkungan dan
kepemilikan manajemen pada CSR disclosure perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI. Apabila hasil dari uji F adalah signifikan atau P value
0,05 maka hubungan antar variabel-variabel bebas adalah signifikan
mempengaruhi CSR disclosure pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan model regresi digunakan dianggap layak uji.
-
34
3) Uji t (test)
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan
untuk mendeteksi lebih lanjut manakah diantara kedua variabel independen
yang berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure (Badjuri, 2011).
3.8.2 Analisis Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar
bebas dari adanya gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas
maka dilakukan suatu pengujian yang disebut sebagai uji asumsi klasik.
1) Uji Normalitas
Menurut Utama (2009:89) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang
normal atau mendekati normal. Jika tidak normal, maka prediksi yang
dilakukan dengan data tersebut akan tidak baik, atau dapat memberikan hasil
prediksi yang menyimpang. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov, apabila sig (2-
tailed) lebih besar dari = 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan
apabila sig (2-tailed) lebih kecil dari = 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
-
35
2) Uji Autokorelasi
Menurut Utama (2009:92) uji autokorelasi dilakukan untuk melacak adanya
korelasi auto atau pengaruh data dari pengamatan sebelumnya dalam model
regresi. Uji autokorelasi ini dilakukan menggunakan Runs Test, dimana hasil
Runs Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 yang
berarti hipotesis nol ditolak.
3) Uji Multikolinearitas
Menurut Utama (2009:94) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas,
karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Untuk mendeteksi hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan
nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen
atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas.
4) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Utama (2009:94) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang
homogen. Jika suatu model regresi yang mengandung gejala
heteroskedastisitas akan memberikan hasil prediksi yang menyimpang. Uji
heterorkedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meregresi nilai
absolute residual dari model yang diestimasi terhadap variabel bebas, jika
tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap
-
36
absolute residual atau nilai signifikansinya lebih besar dari = 0,05, maka
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
-
37
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
Penelitian ini mencakup 44 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Jumlah data
dalam penelitian ini sebanyak 10 perusahaan x 4 tahun = 40 data observasi.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode
purposive sampling dengan beberapa kriteria. Pengambilan sampel penelitian ini
digambarkan pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah populasi 44
Jumlah perusahaan yang tidak terdaftar selama periode penelitian (4)
Jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2014 berturut-turut
40
Jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan CSR disclosure
periode 2011-2014 berturut-turut
(5)
Jumlah perusahaan yang menerbitkan CSR disclosure periode
2011-2014
35
Jumlah perusahaan yang memiliki informasi lengkap mengenai
data-data yang diperlukan dalam penelitian, seperti leverage,
profitabilitas, dan kepemilikan saham
(25)
Jumlah perusahaan yang datanya digunakan sebagai sampel 10
Jumlah data observasi (10 perusahaan x 4 tahun pengamatan) 40
Sumber: Data diolah, 2016
-
38
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing
variabel pada suatu penelitian. Hasil analisis deskriptif statistik dapat dilihat pada
Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
CSRD 40 .125 .560 .29953 .104701
DAR 40 .240 .780 .45536 .140719
ROA 40 -7 30 7.04 7.908
KM 40 .020 25.93 5.78555 6.357684
Valid N
(listwise) 40
Sumber: Output SPSS lampiran 2, 2016
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah pengamatan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 adalah
sebanyak 40 data. CSR disclosure terendah (minimum) adalah 0,125 atau 12,5%
dan CSR disclosure tertinggi (maksimum) adalah 0.560 atau 56%. Dari hasil
diatas dapat diketahui bahwa CSR disclosure secara rata-rata (mean) mengalami
perubahan ke arah positif dengan rata-rata CSR sebesar 29,953%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap tahunnya selama 2011-2014 CSR disclosure
-
39
mengalami peningkatan. Standar deviasi yang ditunjukkan lebih rendah
dibandingkan rata-rata CSR disclosure. Hal tersebut menunjukkan bahwa variasi
CSR disclosure dari seluruh sampel tidak lebih besar dari rata-ratanya.
Data DAR yang digunakan sebagai proksi dari leverage memiliki nilai
terkecil (minimum) sebesar 0,240 atau 24% dan nilai terbesar (maksimum)
sebesar 0,78 atau 78%. Rata-rata (mean) dari leverage adalah 45,536%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya selama periode pengamatan rata-
rata nilai leverage mengalami peningkatan. Standar deviasi dari leverage
berdasarkan tabel tersebut adalah sebesar 14,0719%. Jika dibandingkan dengan
rata-rata leverage standar deviasinya memiliki variasi yang cukup kecil.
Data ROA yang digunakan sebagai proksi dari profitabilitas memiliki nilai
terkecil (minimum) sebesar -7 atau 700% dan nilai terbesar (maksimum) sebesar
30 atau 3000%. Rata-rata (mean) dari profitabilitas adalah 704%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap tahunnya selama periode pengamatan rata-rata nilai
profitabilitas mengalami peningkatan. Standar deviasi dari profitabilitas
berdasarkan tabel tersebut adalah sebesar 790,8%. Jika dibandingkan dengan rata-
rata profitabilitas standar deviasinya memiliki variasi yang cukup tinggi.
Data KM yang digunakan sebagai proksi dari kepemilikan manajemen
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 0,020 atau 2% dan nilai terbesar
(maksimum) sebesar 25,93 atau 2593%. Rata-rata (mean) dari kepemilikan
manajemen adalah 578,555%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya
selama periode pengamatan rata-rata nilai kepemilikan manajemen mengalami
peningkatan. Standar deviasi dari kepemilikan manajemen berdasarkan tabel
-
40
tersebut adalah sebesar 635,7684%. Jika dibandingkan dengan rata-rata
kepemilikan manajemen standar deviasinya memiliki variasi yang cukup tinggi.
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Asumsi klasik
Uji asumsi klasik dimaksud untuk memastikan bahwa model yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi. Suatu
model regresi akan dapat dianalisis dengan baik apabila memenuhi persyaratan
asumsi klasik, sehingga hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dengan efisien
dan akurat.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dari model
regresi, variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas residual dalam penelitian ini dikatakan
terdistribusi normal jika taraf signifikansinya lebih besar dari 0,05. Nilai hasil
yang diperoleh sebesar 0,134 dimana nilai signifikan 0,134 > 0,05. Ini berarti
model regresi penelitian ini berdistribusi normal.
-
41
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean 0.0000000
Std. Deviation 0.08909488
Most Extreme Absolute 0.184
Differences Positive 0.116
Negative -0.184
Kolmogorov-Smirnov Z 1.163
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.134
Sumber: Output SPSS lampiran 3, 2016
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melacak adanya korelasi auto atau
pengaruh data dari pengamatan sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi
muncul bila observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya, uji autorelasi ini dilakukan menggunakan Uji Durbin-Watson, dengan
kriteria du < d < 4-du, dimana hasil uji Durbin-Watson menunjukkan bahwa nilai
d = 2,170 dengan nilai dl = 1,34 dan du = 1,66. Ini berarti bahwa nilai tersebut
berada dalam kriteria du < d < 4-du yaitu 1,66< d=2,170 < 2,34, hal ini berarti
bahwa variabel tersebut bebas dari masalah autokorelasi.
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson R
Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 0.525a 0.276 0.216 0.92733 0.276 4.572 3 36 0.008 2.170
Sumber: Output SPSS lampiran 4, 2016
-
42
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi
ada atau tidanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
nilai variance inflation factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 0.138 0.064 2.160 0.038
DAR 0.132 0.129 0.178 1.029 0.310 0.673 1.487
ROA 0.007 0.002 0.526 2.886 0.007 0.606 1.650
KM 0.09 0.003 0.544 2.800 0.008 0.533 1.877
Sumber: Output SPSS lampiran 5, 2016
Hasil statistik uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak ada dari
masing-masing variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih besar
dari 0,10 atau 10% dan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak
terdapat satupun dari masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF
lebih kecil dari 10,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi penelitian ini.
4) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika nilai signifikansinya berada diatas 0,05 maka
-
43
model regresi ini dapat dikatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hasil
uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 0.089 0.036 2.462 0.019
DAR 0.038 0.073 0.101 0.527 0.601
ROA -0.002 0.001 -0.327 -1.619 0.114
KM -0.004 0.002 -0.420 -1.948 0.059
Sumber: Output SPSS lampiran 6, 2016
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari masing-
masing variabel tersebut diatas 0,05, maka seluruh variabel tersebut bebas
dari masalah heteroskedastisitas.
4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Model yang digunakan dalam menganalisis pengaruh leverage,
profitabilitas dan kepemilikan manajemen terhadap CSR disclosure pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
2014 adalah model regresi linear berganda dengan bantuan SPSS versi 13.0 serta
diuji dengan tingkat signifikansi 5%. Analisis regresi linear berganda ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Hasil uji regresi linear berganda ditunjukkan oleh Tabel 4.7
sebagai berikut:
-
44
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 0.138 0.064 2.160 0.038
DAR 0.132 0.129 0.178 1.029 0.310
ROA 0.007 0.002 0.526 2.886 0.007
KM 0.09 0.003 0.544 2.800 0.008
Sumber: Output SPSS Lampiran 7, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ..................................................................... (4.1)
Y = 0,138 + 0,132X1 +0,007X2 + 0,09X3 + e ............................................. (4.2)
Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukan arah masing-
masing variabel bebas (leverage, profitabilitas dan kepemilikan manajemen)
terhadap variabel terikatnya (CSR disclosure) dimana koefisien regresi variabel
bebas yang menunjukkan tanda positif berarti mempunyai pengaruh searah
terhadap CSR disclosure.
Berdasarkan persamaan regresi yang telah diungkapkan sebelumnya maka
dapat dilihat bahwa koefisien regresi dari leverage sebesar 0,132, berarti bahwa
apabila leverage naik 1% maka CSR disclosure akan naik sebesar 13,2% dengan
asumsi bahwa variabel independen lain konstan. Koefisien regresi dari
profitabilitas sebesar 0,007, berarti bahwa apabila profitabilitas naik 1% maka
CSR disclosure akan naik sebesar 0,7% dengan asumsi bahwa variabel
independen lain konstan. Koefesien regresi kepemilikan manajemen sebesar 0,09,
-
45
berarti bahwa apabila kepemilikan manajemen naik 1% maka CSR disclosure
akan naik sebesar 9% dengan asumsi bahwa variabel independen lain konstan.
Berikut penjelasan mengenai hasil pengujian hipotesis yang terdiri dari uji
koefisien determinasi (R2), uji F dan uji t:
1) Uji Koefesien Determinasi (R2)
Tabel 4.8 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .525(a) .276 .216 .092733
Sumber: Output SPSS lampiran 8, 2016
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa besarnya R square adalah 0,276
atau 27,6%. Hal ini menunjukkan bahwa 27,6% variasi CSR disclosure dapat
dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu leverage,
profitabilitas dan kepemilikan manajemen sedangkan sisanya 72,4% dijelaskan
oleh variabel lain diluar model.
2) Uji Kelayakan Model (Uji F)
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 0.118 3 0.039 4.572 0.008a
Residual 0.310 36 0.009
Total 0.428 39
Sumber: Output SPSS lampiran 9, 2016
Hasil pengujian model regresi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,008.
Maka sig F 0,008 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam
-
46
penelitian ini dikatakan layak atau variabel leverage, profitabilitas dan
kepemilikan manajemen mampu menjelaskan variabel CSR disclosure.
3) Uji Signifikansi (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji t ini dilakukan
dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan alpha 0,05. Hasil
pengujian secara individual masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen sebagai berikut.
Leverage (X1) terhadap CSR disclosure (Y). Pada Tabel 4.7 terdapat nilai
signifikan 0,310. Nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai
0,310 > 0,05 maka H1 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap CSR disclosure.
Profitabilitas (X2) terhadap CSR disclosure (Y). Pada Tabel 4.7 terdapat
nilai signifikan 0,007. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
nilai 0,007 < 0,05 maka H1 diterima. Variabel Profitabilitas (X2) mempunyai t
hitung 2,886 bertanda positif menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas (X2)
mempunyai hubungan yang searah dengan variabel pengungkapan CSR (Y). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap CSR disclosure.
Kepemilikan manajemen (X3) terhadap CSR disclosure (Y). Pada Tabel
4.7 terdapat nilai signifikan 0,008. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau nilai 0,008 < 0,05 maka H3 diterima. Variabel kepemilikan
manajemen (X3) mempunyai t hitung 2,800 bertanda positif menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajemen (X3) mempunyai hubungan yang searah dengan
-
47
variabel pengungkapan CSR (Y). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajemen berpengaruh terhadap CSR disclosure.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pernyataan Nilai t Keterangan
H1 Variabel leverage tidak
berpengaruh terhadap CSR
disclosure
1,029 H1 ditolak
H2 Variabel profitabilitas
berpengaruh terhadap CSR
disclosure
2,886 H2 diterima
H3 Variabel kepemilikan
manajemen berpengaruh
terhadap CSR disclosure
2,800 H3 diterima
Sumber: data diolah, 2016
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Pengaruh leverage terhadap CSR disclosure
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh
leverage terhadap CSR disclosure. Hipotesis pertama (H1) dinyatakan ditolak
berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan. Hasil penelitian
menunjukkan leverage tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure dengan t
hitung sebesar 1,029 pada tingkat signifikansi 0,310 atau probabilitas di atas 0,05.
Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka semakin
rendah CSR disclosure perusahaan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Cahya (2010), Naser et
al. (2006) dalam Febrina (2011) yang menyatakan bahwa leverage mempunyai
hubungan positif terhadap CSR disclosure. Akan tetapi penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Sembiring (2003), Fahrizqi (2010), dan Widyatmoko
-
48
(2011) yang menyimpulkan bahwa leverage terbukti tidak berpengaruh terhadap
banyaknya CSR disclosure yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan teori
agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
mengurangi CSR disclosure yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para
debtholders. Hasil penelitian ini mendukung teori agensi yang menyatakan
hubungan negatif perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi dengan
CSR disclosure. Sehingga besar atau kecilnya rasio leverage suatu perusahaan
mempengaruhi besar atau kecilnya CSR disclosure yang dilakukan perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring
(2003), Fahrizqi (2010), dan Widyatmoko (2011) sejalan dengan hasil penelitian
yang juga menunjukkan hasil bahwa leverage terbukti secara empiris tidak
berpengaruh terhadap CSR disclosure.
4.4.2 Pengaruh profitabilitas terhadap CSR disclosure
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh
profitabilitas terhadap CSR disclosure. Hipotesis kedua (H2) dinyatakan diterima
berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan. Hasil penelitian
menunjukkan profitabilitas berpengaruh terhadap CSR disclosure dengan t hitung
sebesar 2,886 pada tingkat signifikansi 0,007 atau probabilitas di bawah 0,05. Ini
berarti bahwa peningkatan profitabilitas perusahaan akan meningkatkan dan
memperluas informasi CSR disclosure.
Dengan demikian semakin tinggi tingkat profitabilitas mencerminkan
kemampuan entitas dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga
entitas mampu untuk meningkatkan CSR, serta melakukan CSR disclosure dalam
-
49
laporan keuangan dengan lebih luas (Kamil, 2012). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010), Febrina (2011), dan
Oktariani (2014).
4.4.3 Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap CSR disclosure
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh
kepemilikan manajemen terhadap CSR disclosure. Hipotesis ketiga (H3)
dinyatakan diterima berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajemen berpengaruh
terhadap CSR disclosure dengan t hitung sebesar 2,800 pada tingkat signifikansi
0,008 atau probabilitas di bawah 0,05. Ini berarti bahwa peningkatan kepemilikan
manajemen perusahaan akan meningkatkan dan memperluas informasi CSR
disclosure.
Dengan demikian hasil penelitian mendukung teori keagenan yang
menyatakan bahwa semakin banyak kepemilikan manajemen di dalam
perusahaan, manajemen akan dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan yang dapat meningkatkan image perusahaan yang salah satunya
dengan CSR disclosure. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini (2006), Rosmasita (2007), dan Rawi (2008).
-
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini digunakan untuk menguji faktor-faktor yang dapat
memengaruhi CSR disclosure perusahaan yang dilihat dari leverage,
profitabilitas, dan kepemilikan manajemen. Untuk menentukan perusahaan
melakukan CSR disclosure atau tidak digunakan indeks pengungkapan yang
mengacu pada pedoman GRI G3.1. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 10 perusahaan selama periode 2011-2014.
Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Leverage tidak berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
Hasil penelitian ini menolak H1 yang menyatakan bahwa leverage tidak
berpengaruh pada CSR disclosure. Hasil penelitian ini mendukung teori agensi
yang menyatakan hubungan negatif perusahaan yang mempunyai rasio leverage
yang tinggi dengan CSR disclosure. Sehingga besar atau kecilnya rasio leverage
suatu perusahaan mempengaruhi besar atau kecilnya CSR disclosure yang
dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2003), Fahrizqi (2010), dan Widyatmoko (2011)
sejalan dengan hasil penelitian yang juga menunjukkan hasil bahwa leverage
terbukti secara empiris tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure.
-
51
2) Profitabilitas berpengaruh positif pada CSR disclosure perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
Hasil penelitian menerima H2 yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif pada CSR disclosure. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat profitabilitas mencerminkan kemampuan entitas dalam
menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk
meningkatkan CSR, serta melakukan CSR disclosure dalam laporan keuangan
dengan lebih luas (Kamil, 2012). Ini berarti bahwa perusahaan pertambangan di
Indonesia sudah menganggap bahwa CSR disclosure itu penting terkait dengan
keberlangsungan hidup perusahaan.
3) Kepe