PENGARUH MANAJEMEN KREDIT TERHADAP KREDIT
BERMASALAH PADA KOPERASI MASYARAKAT
BUMIPUTERA TELUK DALAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DELIANIS HANDEL ZAGOTO
NIM. 111001210192
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NIAS SELATAN
TELUKDALAM
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul:
“Pengaruh manajemen kredit terhadap kredit bermasalah pada Koperasi
Masyarakat Bumiputera Telukdalam.” Proposal penelitian ini merupakan
lanjutan dari pada skripsi yang akan disusun untuk memenuhi serta melengkapi
salah satu syarat dalam proses menyelesaiakan perkulihan program studi
manajemen Strata Satu (S-1) STIE Nias Selatan.
Selama menyusun proposal penelitian ini, penulis tidak luput dari
kekurangan dan kelemahan. Hal tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya
bantuan, bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Samalua Waoma, SE., MM. sebagai Ketua STIE Nias Selatan yang
telah mengizinkan penulis menyusun proposal penelitian ini.
2. Bapak Timotius Duha, SE., MM. sebagai puket I STIE Nias Selatan yang telah
memberi izin penulis untuk menyusun proposal penelitian ini, sekaligus
sebagai pembimbing satu.
3. Bapak Reaksi Zagoto, SE., MM. sebagai Puket II STIE Nias Selatan yang
telah memberikan layanan akademik kepada penulis dalam menyusun proposal
penelitian ini.
4. Bapak Yohanes Dakhi, SE., MM. sebagai Puket III STIE Nias Selatan yang
telah memberikan layanan akademik kepada penulis dalam menyusun proposal
penelitian ini
5. Ibu Alwinda Manao, SE., MM. sebagai Ketua Program Studi Manajemen yang
telah memberikan layanan akademik kepada penulis dalam menyusun proposal
penelitian ini.
6. Bapak Samanoi H. Fau, SE., MM. sebagai Kepala LP3M STIE Nias Selatan
yang telah memberikan layanan akademik kepada penulis, sekaligus sebagai
pembimbing dua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran kepada
penulis dalam menyusun proposal penelitian ini.
7. Bapak/Ibu Dosen yang memberikan semangat dan dukungan serta doa sehinga
penulis dapat menyusun proposal penelitian ini.
8. Teristimewa buat ayah dan bunda, abang dan adik yang member semangat
kepada penulis dalam menyusun proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal penelitian ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan imbalan yang setimpal atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada
penulis.
Telukdalam, September 2016
Penulis,
Delianis Handel Zagoto
NPM.111001210192
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 4
1.4 Perumusan Masalah 4
1.5 Tujuan Penelitian 4
1.6 Manfaat Penelitian 5
1.7 Sistematikan Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Manajemen kredit………….. 7
2.1.1 Pengertian manajemen kredit 7
2.1.2 Unsur-unsur manajemen kredit…………………………………… 8
2.1.3 Fungsi manajemen kredit…………… 9
2.1.4 Jenis-jenis manajemen kredit …………………. 10
2.1.5 Manfaat manajemen kredit …………………………. 12
2.1.6 Tujuan manajemen kredit…………………………………………. 13
2.1.7 Prinsip-prinsip manajemen kredit…………………. 14
2.2 Kredit bermasalah……………………………………………………….... 16
2.2.1 Pengertian kredit bermasalah……………………………………….. 16
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah……….……… 17
2.2.3 Indikator kredit bermasalah…………………………………………. 19
2.2.4 Jenis-jenis kredit bermasalah………………………………………… 21
2.2.5 Dampak kredit bermasalah kepada koperasi………………………… 22
2.3 Penelitian terdahulu 24
2.4 Kerangka Berpikir 25
2.4 Hipotesis Penelitian 26
BAB III METODE PENELITIAN 27
3.1 Jenis Penelitian 27
3.2 Populasi dan Sampel 27
3.3 Definisi Operasional Variabel 27
3.4 Data Penelitian 28
3.4.1 Jenis dan Sumber Data 29
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data 29
3.5 Metode Analisis Data 29
3.6 Pengujian Hipotesis 30
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN KREDIT TERHADAP KREDIT
BERMASALAH PADA KOPERASI MASYARAKAT
BUMIPUTERA TELUKDALAM
Oleh:
DELIANIS HANDEL ZAGOTO
NIM. 111001210192
Dosen Pembimbing:
Timotius Duha, S.E., M.M dan Samanoi Halowo Fau, S.E., M.M
Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
pengaruh manajemen kredit terhadap kredit bermasalah pada Koperasi
Masyarakat Bumiputera Telukdalam. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan unit analisis yang diteliti adalah laporan keuangan pada
Koperasi Masyarakat Bumiputera Telukdalam Tahun 2008-2015. Penelitian ini
termasuk penelitian populasi dengan jumlah populasi dan sampel sebanyak 32
bulan berdasarkan triwulan laporan keuangan tahun 2008-2015. Alat uji yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa manajemen kredit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kredit bermasalah, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung manajemen
kredit 9,756 > t tabel 1,693 dan tingkat signifikan 0,00 < 0,05. Nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.76 atau 76%, yang berarti kemampuan variabel bebas
(manajemen kredit) dapat menjelaskan variablel terikat (kredit bermasalah) adalah
sebesar 76% dan sisanya 34% dijelaskan variabel lain. Saran yang diajukan
peneliti adalah ada baiknya Koperasi Masyarakat Bumiputera Telukdalam lebih
teliti dan cermat di dalam melaksanakan pengauditan ulang dan evaluasi laporan
keuangan secara berkala guna mencegah kredit bermasalah di koperasi tersebut.
Kata Kunci : Manajemen Kredit dan Kredit Bermasalah.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CREDIT MANAGEMENT ON PROBLEM
CREDITS ON THE BUMIPUTERA TELUKDALAM
COMMUNITY COOPERATION
By:
DELIANIS HANDEL ZAGOTO
NIM. 111001210192
Supervisor:
Timotius Duha, S.E., M.M dan Samanoi Halowo Fau, S.E., M.M
The scope of this study aims to find out how the influence of credit management
on non-performing loans in the Bumiputera Telukdalam Community Cooperative.
This type of research is quantitative research with the unit of analysis studied is
the financial statements of the Bumiputera Telukdalam Community Cooperative
in 2008-2015. This study includes a population study with a population and
sample of 32 months based on the quarterly financial statements of 2008-2015.
The test equipment used in this study uses a classic assumption test. The data
analysis method used is simple regression analysis. The results of this study
indicate that credit management has a positive and significant effect on non-
performing loans, as indicated by the value of credit management tcount 9,756 > t
table 1,693 and significant level 0,00 < 0,05. The coefficient of determination (R2)
is 0.76 or 76 %, which means that the ability of the independent variable (credit
management) can explain the dependent variable (non-performing loans) is 76%
and the remaining 34 % is explained by other variables. The suggestion put
forward by the researcher is that it is better for the Bumiputera Telukdalam
Community Cooperative to be more thorough and careful in carrying out re-
auditing and evaluating financial reports periodically to prevent non-performing
loans in the cooperative.
Keywords: Credit Management and Troubled Credit.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
koperasi. Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan usaha
yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar
persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Koperasi terbagi dalam beberapa jenis
diantaranya koperasi konsumsi, produksi, jasa, serba usaha dan koperasi kredit.
Pada umumnya, yang paling sering kita temukan dimasyarakat adalah koperasi
yang bergerak dalam penyaluran kredit.
Manajemen kredit bertujuan untuk mengarahkan pada pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan oleh koperasi. Tahapan-tahapan dalam manajemen
kredit harus dilaksanakan agar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan koperasi dapat
terealisasikan. Penerapan manajemen kredit baik pada koperasi maupun
dilembaga keuangan koperasi pada dasarnya hampir sama, tergantung dengan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh masing-masing. Penyaluran kredit
merupakan salah satu kegiatan koperasi sebagai lembaga keuangan non koperasi.
Kegiatan atau penyaluran kredit dapat menimbulkan terjadinya resiko kerugian.
Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan maka semakin besar resiko yang
menyertainya. Debitur yang tidak mampu memenuhi kewajibannya menimbulkan
resiko yang harus ditanggung oleh koperasi terhadap ketidakpastian pengembalian
pinjaman dari debitur.
Permasalahan kredit yang ditimbulkan dari ketidakpastian pengembalian
pinjaman merupakan tugas dan tanggung jawab dari pengelola kredit atau unit
simpan pinjam koperasi untuk menangani masalah perkreditan tersebut.
Pemberian kredit harus dilakukan pengelola kredit dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian dan monitoring secara ketat tanpa mengabaikan target pemberian
kredit yang harus dicapai sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan koperasi.
Sikap kehati-hatian merupakan prinsip yang harus selalu diterapkan dalam setiap
pemberian kredit, hal tersebut dilakukan agar koperasi dapat terhindar atau
menekan sekecil mungkin terjadinya resiko kredit bermasalah.
Kredit bermasalah yang terjadi pada koperasi merupakan permasalahan
yang harus segera ditangani oleh koperasi, sehingga resiko akan kerugian tidak
akan membawa dampak yang besar terhadap kegiatan koperasi. Kredit bermasalah
yang muncul tidak hanya mempengaruhi pendapatan atau keuntungan saja, tetapi
juga akan berdampak kepada menurunnya kepercayaan masyarakat pada koperasi.
Koperasi tidak lagi dapat dipercaya oleh masyarakat maka dapat diperkirakan
bahwa koperasi tersebut tidak akan bertahan lama. Koperasi membutuhkan suatu
pengelolaan atau manajemen kredit dalam menjalankan aktivitas pemberian
kreditnya guna menghindari terjadinya kredit bermasalah.
Koperasi Masyarakat Bumiputera atau disingkat dengan KOMAS
Bumiputera merupakan salah satu badan usaha yang berbadan hukum bergerak
dibidang penyediaan jasa simpan pinjam bagi anggotanya dan koperasi ini
bertempat atau berkedudukan di Jln. Baloho Indah No.10 Telukdalam Kabupaten
Nias Selatan, koperasi ini terdiri atas tujuh cabang yang didirikan dibeberapa
kecamatan dengan tujuan untuk memudahkan para anggota bertransaksi setiap
saat. Dalam proses peminjaman ini, Koperasi Masyarakat Bumiputera melakukan
berbagai hal guna menjalankan fungsinya sebagai penyedia jasa simpan pinjam
seperti memperhatikan pemberian kredit kepada anggota, meliputi anggota yang
menunjukkan loyalitasnya pada koperasi, taat kepada peraturan dan
kewajibannya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada
Koperasi Masyarakat Bumiputera dalam manajemen atau pemberian kredit
terhadap nasabah masih kurang kehati-hatian, dalam hal ini terjadi karena
kurangnya persiapan dokumentasi, tidak meminta jaminan terhadap nasabah,
kuranngnya permodalan pada koperasi dan terjadinya kelemahan partisipasi
anggota sehingga terjadi yang namanya kredit bermasalah di dalam koperasi.
Mengingat hal tersebut patut dipertimbangkan dalam perannya manajemen kredit,
tentunya dalam pemberian kredit kepada anggota dapat mengembangkan usaha.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian, guna memperoleh informasi yang akurat, sehingga dapat dipaparkan
melalui jenis penelitian kuantitatif, yang pada akhirnya dapat mengetahui adakah
upaya mengatasi masalah pemberian kredit pada anggota di Koperasi Masyarakat
Bumiputera melalui karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Manajemen Kredit
Terhadap Kredit Bermasalah Pada Koperasi Masyarakat Bumiputera
Telukdalam”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi
permasalahan pada penelitian ini yaitu:
1. Manajemen atau pemberian kredit terhadap nasabah masih kurang kehati-
hatian.
2. Kurangnya persiapan dokumentasi.
3. Tidak meminta jaminan terhadap nasabah.
4. Kurangnya permodalan pada koperasi.
5. Terjadinya kelemahan partisipasi anggota.
6. Kredit bermasalah di dalam koperasi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang luas serta mengingat keterbatasan
peneliti dalam hal lainya tenaga, waktu dan biaya, maka peneliti membatasi
penelitian ini pada pengaruh manajemen kredit terhadap kredit bermasalah pada
Koperasi Masyarakat Bumiputera Telukdalam.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka
peneliti membuat rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah pengaruh manajemen
kredit terhadap kredit bermasalah pada Koperasi Masyarakat Bumiputera
Telukdalam?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari permasalahan yang dijelaskan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh manajemen
kredit terhadap kredit bermasalah pada Koperasi Masyarakat Bumiputera
Telukdalam.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk membekali peneliti baik secara teoritis maupun praktik, kelak setelah
selesai pendidikan dan memasuki dunia pekerjaan serta menambah
pengetahuan dalam hal mendalami dan memberikan pendapat tentang analisis
pengaruh manajemen kredit dengan terjadinya kredit bermasalah pada
Koperasi Masyarakat Bumiputera Telukdalam.
2. Bagi Tempat Penelitian (KOMAS BUMIPUTERA)
Hasil penelitian ini nantinya dapat membantu badan usaha ini didalam
meningkatkan upaya dalam mengatasi masalah kredit macet dan harapan
peneliti hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi
pimpinan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari kelemahan-kelemahan
yang ada dalam setiap kegiatan usaha saat ini sehingga dapat lebih mudah
mengatasi masalah yang ada.
3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk meneliti
masalah yang sama dengan penelitian ini maupun yang berkaitan dengan
masalah ini, dan untuk menambah pengetahuan peneliti didalam melakukan
suatu penelitian dan mencari pemecahan masalah tersebut secara ilmiah.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan oleh peneliti untuk skripsi ini
adalah sebagai berikut dari Bab I membahas mengenai Pendahuluan dimana
menguraikan dan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Sistematika Penulisan, Bab II membahas mengenai Tinjauan
Pustaka: Landasan Teori (teori-teori yang relefan dengan penelitian), Kerangka
Berpikir, Hipotesis Penelitian, Bab III membahas mengenai Metodologi
Penelitian: Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Defenisi Operasional Variabel,
Data penelitian (jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data) dan Metode
Analisis Data, Bab IV Hasil dan Pembahasan, deskriptif variable penelitian,
pengujian instrument penelitian, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis.
Bab V Penutup, Kesimpulan dan saran. terakhir daftar pustaka serta lampiran-
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Kredit
2.1.1 Pengertian Manajemen Kredit
Secara sederhana istilah manajemen perkreditan sering diartikan sebagai
pengelolaan pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai pada
pelunasannya. Menurut Mulyadi (2001:2) manajemen kredit adalah “suatu
rangkaian kegiatan dan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain
secara sistematis dalam proses pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan
suatu koperasi”. Oleh sebab itu penyajian informasi perkreditan suatu koperasi
harus jelas dan teliti sesuai dengan prosedur manajemen kredit yang berlaku pada
koperasi tersebut. Sedangkan menurut Abdul (2005:24) memberikan pengertian
tentang manajemen kredit adalah “manajemen perkreditan koperasi sebagai
kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana koperasi agar produktif, aman dan
likuiditasnya minimalnya tetap baik”. Manajemen kredit merupakan salah satu
faktor utama didalam manajemen koperasi. Hal itu tampak bahwa manajemen
kredit dapat memberikan peranan yang penting di dalam pemberian keputusan
kredit.
Pengertian manajemen kredit menurut Ariyanti (2001:78) adalah “suatu
proses dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, mengendalikan dan
memimpin segala macam usaha daripada anggota organisasi dan menggunakan
segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran”. Manajemen kredit yang
baik dapat menentukan segala kemungkinan yang terjadi terhadap pengambilan
keputusan kredit didalam suatu koperasi. Selanjutnya, menurut Hadiwidjaja
(2001:78) manajemen kredit adalah “bagaimana cara mengelola pemberian kredit
mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas”. Oleh
karena itu, manajemen kredit dapat menentukan pola atau cara yang tepat didalam
pengambilan keputusan kredit koperasi.
Menurut Hendriksen (2001:72) manajemen kredit adalah “pengelolaan
kredit yang harus dilakukan koperasi dengan sebaik-baiknya mulai dari
perencanaan kredit, penentuan suku bunga kredit, prosedur pemberian kredit,
analisis pemberian kredit sampai kepada pengawasan kredit”. Segala tindakan
atau keputusan yang ditentukan harus sesuai dengan ketentuan manajemen kredit
agar dapat menjadi bahan evaluasi ke depan dan menjadi referensi didalam
koperasi tersebut. Penentuan pemberian kredit harus dilandasi dengan manajemen
kredit yang teliti dan cermat serta meminimalkan segala resiko yang terjadi ke
depan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya suatu
penyerahan uang dapat juga barang yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain,
dan dengan memberi pinjaman ini koperasi berharap akan memperoleh sesuatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai
pendapatan bagi koperasi yang bersangkutan.
2.1.2 Unsur-Unsur Manajemen Kredit
Manajemen kredit merupakan suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada
anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam
mencapai sasaran. Menurut Hadiwidjaja (2001:7), unsur-unsur manajemen kredit
terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa,
dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Biasanya
disebut kreditur.
2. Adanya orang atau badan sebagai pihak yang
memerlukan/meminjam uang, barang atau jasa. Biasanya disebut
debitur.
3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada
kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat
penyerahaan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat
pembayaran kembali oleh debitur.
6. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu,
karena terbayang ketidakpastian (uncertainty) untuk masa yang
akan datang.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:14), unsur yang terdapat dalam
manajemen kredit adalah:
1. Kepercayaan
Keyakinan pihak koperasi selaku pemberi kredit terhadap prestasi
yang diberikan kepada nasabah debitur untuk melunasi cicilan
sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Waktu
Adanya jangka waktu yang telah disepakati bersama mengenai
pemberian kredit oleh pihak koperasi dan pelunasan kredit oleh
pihak nasabah debitur.
3. Degree of risk (resiko)
Untuk menghindari risiko buruk dalam perjanjian kredit, diadakan
pengikatan angunan atau jaminan yang dibekoperasian pada pihak
nasabah debitur atau peminjam.
4. Prestasi
Prestasi boleh dikatakan sebagai objek berupa bunga atau imbalan
yang telah disepakati koperasi dan nasabah debitur.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
kredit merupakan suatu proses kredit yang didasarkan pada sesuatu perjanjian
yang saling percaya antara kedua belah pihak untuk memenuhi kewajiban masing-
masing.
2.1.3 Fungsi Manajemen Kredit
Fungsi manajemen kredit merupakan salah satu faktor penunjang didalam
manajemen kredit koperasi, hal tersebut tampak bahwa manajemen kredit yan
baik dapat menghasilkan manfaat yang baik pula didalam koperasi tersebut.
Selain unsur-unsur kredit diatas, fungsi kredit juga dikemukakan oleh Hadiwidjaja
(2003:8), ada beberapa fungsi manajemen kredit yang dijalankan, untuk berbagai
kegunaan:
1. Manajemen kredit dapat memajukan arus alat tukar barang dan
jasa.
2. Manajemen kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran.
3. Manajemen kredit dapat dijadikan sebagai alat pengendali harga.
4. Manajemen kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru.
5. Manajemen kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan faedah-
faedah atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.
Selanjutnya, menurut Mulyadi (2001:78) fungsi manajemen kredit yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya guna uang.
2. Meningkatkan jumlah peredaran uang serta lalu lintas uang.
3. Meningkatkan nilai atau daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran atau penyebaran barang.
5. Sebagai alat penunjang stabilitas perekonomian.
6. Mengaktifkan dan meningkatkan kegunaan atau potensi ekonomi
yang ada.
7. Sebagai salah satu jembatan peningkatan pemerataan pendapatan
nasional.
8. Sebagai salah satu alat untuk menjalin hubungan internasional.
Sedangkan, menurut Artesa (2006:67) fungsi manajemen kredit bagi
dunia usaha termasuk juga usaha kecil yaitu sebagai sumber permodalan untuk
menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya. Sedangkan bagi lembaga
keuangan termasuk juga koperasi kredit berfungsi menyalurkan dana masyarakat
(deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. Penggunaan
manajemen kredit yang efektif dan efesien dapat memajukan pertumbuhan segala
sector didalam koperasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
manajemen kredit adalah merupakan salah satu untuk menbantu masyarakat untuk
meminjam uang secara kredit.
2.1.4 Jenis-Jenis Manajemen Kredit
Manajemen kredit merupakan suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada
anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam
mencapai sasaran. Adapun macam-macam manajemen kredit yang dikemukakan
oleh Hadiwidjaja (2007:16), terdiri atas:
a. Kredit jangka pendek
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
Selanjutnya, menurut Mahmoeddin (2001:67) jenis-jenis manajemen
kredit yaitu sebagai berikut:
1. Kredit investasi yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan
barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang
bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada koperasi yang baru
akan berdiri untuk keperluan membangun pabrik baru.
2. Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai
kebutuhan usaha, termasuk gunamenutupi biaya produksi dalam
rangka peningkatan produksi atau penjualan. Kredit ini diberikan
kepada koperasi yang telah berdiri, namun membutuhkan dana
untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sedangkan, menurut Abdul (2005:78) jenis-jenis manajemen kredit yaitu
sebagai berikut:
1. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasikan barang
atau jasa. Contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya
akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan
produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan
tambang atau kredit industry lainnya.
2. Kredit konsumtif
Adalah kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak akan menembah barang atau jasa
yang dihasilkan karena memang untuk digunakan ataudipakai
oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk
perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga,
kredit komsumsi lainnya.
3. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk
membeli barang dagang yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya
kredit ekspor dan impor.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa macam-
macam kredit yaitu merupakan salah satu pedoma bagi perusahan untuk
memberikan pinjaman yang terdapat beberapa jenis untuk mendapatkan laba yang
maksimal.
2.1.5 Manfaat Manajemen Kredit
Manajemen kredit merupakan suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada
anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam
mencapai sasaran. Adapun yang menjadi manfaat manajemen kredit menurut
Abdul (2001:134) yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh pendapatan dari bunga yang diterima dari
debitur.
2. Dengan adanya bunga kredit diharapkan rentabilitas koperasi akan
membaik dan perolehan laba meningkat.
3. Dengan pemberian kredit akan membantu dalam memasarkan
produk atau jasa perkoperasian lainnya.
4. Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam industri
perkoperasian
5. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan menggembangkan
usaha koperasi.
Menurut Mulyadi (2003:12) manfaat manajemen kredit yaitu sebagai
berikut:
1. Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum.
2. Alat untuk megendalikan kegiatan moneter
3. Alat untuk menciptakan lapangan usaha.
4. Meningkatkan pendapatan negara.
5. Menciptakan dan memperluas pasar.
Selanjutnya, menurut Hendriksen (2002:112) manfaat manajemen kredit
yaitu sebagai berikut:
1. Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.
2. Mengurangi tingkat pengangguran.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di koperasi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa manfaat
manajmen kredit merupakan sala satu untuk memperoleh pendapatan dari bunga,
rentabilitas koperasi akan membaik dan perolehan laba meningkat, untuk
menciptakan lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan untuk
mengurangi pengangguran.
2.1.6 Tujuan Manajemen Kredit
Manajemen kredit merupakan suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada
anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam
mencapai sasaran. Adapun menurut Abdul (2001:13) tujuan manajemen kredit
yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan keuntungan
Bentuk bunga yang diterima oleh koperasi sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibekoperasian kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Dana investasi maupun dana untuk modal kerja, maka pihak
debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya
3. Membantu pemerintah
Semakin banyak kredit yang disalurkan berarti adanya
peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
Sedangkan, menurut Mulyadi (2001:11) tujuan manajemen kredit yaitu
sebagai berikut:
1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman.
2. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak.
3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet
atau kredit bermasalah.
4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan
telah baik atau masih perlu disempurnakan.
5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan
mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali.
6. Mengetahui posisi persentase collectability credit yang disalurkan
koperasi.
7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab analisis kredit koperasi.
Selanjutnya, menurut Ariayanti (2001:11) tujuan manajemen kredit yaitu
sebagai berikut:
1. Memperoleh pendapatan koperasi dari bunga kredit.
2. Memanfaatkan dan memproduktifitaskan dana-dana yang ada.
3. Melaksanakan kegiatan operasional koperasi.
4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
5. Memperlancar lalu lintas permbayaran.
6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menympulkan bahwa tujuan
manajemen kredit adalah untuk memperoleh pendapatan dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2.1.7 Prinsip-Prinsip Manajemen Kredit
Manajemen kredit merupakan suatu proses dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada
anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam
mencapai sasaran. Menurut Abdul (2006:136-139), prinsip-prinsip manajemen
kredit terdiri atas beberapa bagian yaitu:
1. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak
dari orang-orang yang diberikan kredit benar-benar harus dapat
dipercaya.
2. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah
dalam membayar kredit.
3. Capital
Untuk menggunakan penggunaan modal apakah efektif atau tidak,
dapat dilihat dair laporan kauangan (neraca dan laporan rugi laba)
yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.
4. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi,
sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa
yang akan datang.
5. Collateral atau jaminan.
Selain itu, menurut Hadiwidjaja (2007:89), prinsip manajemen kredit
terdapat beberapa bagian yaitu sebagai:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu
atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas,
serta karakternya.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang
diberikan benar-benar aman.
Menurut Mahmoeddin (2001:09), prinsip manajemen kredit terdapat
beberapa bagian yaitu sebagai:
1. Manajemen relasi dengan anggota
2. Konsep dasar dalam melakukan analisis dan mengambil keputusan
3. Mengadministrasikan data-data pinjaman
4. Pengawasan lalu lintas pinjaman
5. Pemantaun nilai jaminan
6. Pelaporan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsi
manajemen kredit adalah salah satu karakter, konsep dasar melakukan analisi dan
mengambil keputusan, pengawasan lalu lintas pinjaman, dengan tujuan
melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha dalam bentuk jaminan
barang, orang atau asuransi.
2.2 Kredit Bermasalah
2.2.1 Pengertian Kredit Bermasalah
Berbicara tentang kredit, maka tidak lepas dari pembicaraan mengenai
kredit bermasalah. Kredit bermasalah seringkali dipersamakan dengan kredit
macet, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Arthesa
(2006:181) kredit bermasalah secara umum adalah “semua kredit yang
mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang
mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan oleh koperasi”. Setiap tindakan atau keputusan pasti memiliki
resikonya masing-masing, tetapi tinggal bagaimana pihak koperasi untuk dapat
menanggulanginya dan meminimalkan resiko yang terjadi.
Menurut Hasanuddin (2003:120), kredit bermasalah adalah “kredit dengan
kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas
diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet”. Makanya pihak koperasi
harus dapat menemukan pemecahan soal kredit bermasalah karena kredit
bermasalah dapat membawa dampak yang negatif didalam koperasi tersebut.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:121), kredit bermasalah adalah “kredit yang
pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan
persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemberi kredit
serta mempunyai resiko dalam penerimaan pendapatan dan bahkan mungkin
punya potensi untuk mendatangkan kerugian terhadap koperasi sebagai kreditur”.
Jadi, sebelum memberikan kredit harus terlebih dahulu melakukan peninjauan
kembali terhadap nasabah atau anggota koperasi tentang tanggungjawabnya untuk
melunasi kreditnya.
Menurut Mahmoeddin (2001:45) kredit bermasalah adalah “kredit dimana
debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya,
misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok
pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan dan
sebagainya”. Kredit yang bermasalah merupakan suatu hal yang sudah sering
ditemukan didalam dunia perkoperasian karena dari kreditlah suatu koperasi dapat
berkembang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bawa kredit
bermasalah adalah yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi
selama lebih dari 2 masa angsuran ditambah 21 bulan, atau penyelesaian kredit
telah diserahkan kepada pengadilan atau Badan Urusan Piutang Lelang Negara
atau telah diajukan ganti rugi kepada koperasi angsuransi kredit.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah
Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada
dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya
kredit bermasalah dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (koperasi) maupun
debitur. Faktor-faktor yang mempengaruh kredt bermasalah menurut Abdul
(2004:45) adalah:
1. Keteledoran koperasi mematuhi peraturan pemberian kredit yang
telah digariskan.
2. Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak
ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan
kredit yang diajukan.
3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor
usaha yang beresiko tinggi.
4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang
berpengalaman.
5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para
eksekutif dan staf bagian kredit.
6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan
koperasi;
7. Lemahnya kemampuan koperasi mendeteksi kemungkinan
timbulnya kredit bermasalah, termasuk mendeteksi arah
perkembangan arus kas (cash flow) debitur lama.
Sedangkan, menurut Hafi (2004:334) faktor-faktor yang mempengaruhi
kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:
1. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis koperasi, atau
karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka
tangani.
2. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang
berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau
beberapa orang anggota keluarga debitur.
3. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau koperasi mereka yang
lain.
4. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius.
5. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang
dan bencana alam.
6. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah
merencanakan tidak akan mengembalikan kredit).
Selanjutnya, menurut Cassio (2001:34) faktor-faktor yang mempengaruhi
kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:
a. Error omission (EO)
Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya unsur
kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan.
b. Error commusion
Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya
peraturan atau ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada,
tetapi tidak jelas. Kredit-kredit yang disalurkannya jika banyak
yang macet akan menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian
yang besar ini akan menghambat operasi koperasi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab kredit bermasalah di sebabkan dari kedua pihak yaitu dari pihak
koperasi dan pihak nasabah. Oleh karena itu, sebelum kredit diberikan pihak
koperasi terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Tujuannya adalah agar
koperasi yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang
yang disalurkan pasti kembali. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu
akan sangat membahayakan koperasi. Akibatnya, jika salah dalam menganalisis,
kredit yang disalurkan akan sulit ditagih alias macet.
2.2.3 Indikator-Indikator Kredit Bermasalah
Dalam suatu lembaga keuangan disetiap penyaluran kredit kepada
nasabah terdapat indikator. Indikator kredit bermasalah merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi atau suatu tolak ukur didalam kredit bermasalah. Munurut
Tipjono (2005:12) indikator kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kelemahan
2. Faktor Moral
3. Faktor Keadaan
Sedangkan, menurut Tijoko (2005:124) indikator kredit bermasalah yaitu
sebagai berikut:
1. Kelemahan dalam analisa kredit
Kelemahan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal:
2. Koperasi terlalu ekspansif
Koperasi terlalu mengejar target penyaluran kredit sehingga
mengabaikan aspek analisa yang baik atau menurunkan tingkat
kehati-hatiannya.
3. Riwayat nasabah
Riwayat nasabah menjadi satu-satunya dasar keputusan kredit,
sehingga mengabaikan analisa kredit.
4. Asal ada agunan
Koperasi hanya melihat agunan sebagai dasaar keputusan
pemberian kredit, sehingga faktor-faktor analisa yang lainnya
terabaikan.
5. Realisasi kredit yang tidak tepat waktu
Keputusan dan pencairan kredit yang terlalu lama, menyebabkan
nasabah tidak dapat mengalokasikan dananya sesuai dengan
kebutuhannya.
6. Plafon kredit yang tidak sesuai kebutuhan nasabah
Plafon kredit yang terlalu kecil menyebabkan nasabah tidak dapat
menggunakan dananya dengan optimal, sehingga mungkin akan
menghambat usahanya.
Selanjutnya, menurut Mulyadi (2003:123) indikator kredit bermasalah
yaitu sebagai berikut:
1. Kreditur memiliki kemampuan teknis yang kurang.
Kreditur sangat memerlukan tenaga ahli atau konsultan untuk
melakukan penilaian atau analisis sebelum memberikan kredit
kepada koperasi atau proyek yang melakukan usaha high
technology seperti misalnya industri komputer, otomotif, dan
industri baja.
2. Kreditur terlalu mengejar target.
Kreditur sebagai koperasi yang bergerak di bidang keuangan,
mempunyai prinsip prositability. Semakin besar
keuntungan yang diperoleh maka semakin besar pula kreditur
tersebut di mata para pemilik saham dan para karyawannya.
3. Kreditur terlalu melihat riwayat nasabah.
Memang benar bahwa riwayat pinjaman seorang nasabah
kreditur merupakan faktor penting dalam penilaian karakternya.
Tetapi tidak jarang bahwa suatu waktu seseorang tersebut
karakternya tidak teruji pada masa-masa sulit, dan tidak jarang
pengusaha akan maju usahanya, jika ia berusaha dalam skala
kecil, namun begitu usahanya membesar ia menjadi merasa
bahwa ia tidak mampu mengelolanya.
4. Kreditur terlalu melihat agunan atau terlampau mementingkan
jaminan.
Kreditur adalah lembaga keuangan yang memberikan kredit
kepada nasabahnya, bukan rumah gadai yang memberikan kredit
berdasarkan cukup atau tidaknya nilai transaksi dari barang
agunan yang dijaminkan nasabahnya. Sebenarnya, hampir tidak
ada hubungan sama sekali antara kredit dengan jaminan, kalau
dimulai dari jaminan.
5. Kreditur terlalu besar memberikan kredit.
Pemberian kredit yang berlebihan dapat menyebabkan nasabah
menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang tidak
yang kurang bermanfaat atau tidak produktif bagi koperasinya.
6. Kreditur terlalu sedikit memberikan kredit.
Jika koperasi dapat dan mampu beroperasi secara optimum maka
koperasi tersebut juga akan dapat memperoleh laba yang
maksimum. Produksi pada operasi yang optimum diperoleh jika
modal kerja yang digunakan sudah diperhitungkan dengan
cermat dan tepat.
7. Nasabah melarikan diri
Hal ini merupakan kasus yang ekstrim. Dalam kasus ini, nasabah
langsung meninggalkan alamat tempat tinggal (keberadaannya)
secara formal, sesudah memperoleh kredit.
8. Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan
Pemalsuan catatan dan pembukuan, baik itu pada saat pengajuan
kredit maupun pada selama kredit berjalan, dapat menyebabkan
terjadinya kasus kredit yang boleh dikatakan mendekati fiktif
dimana kreditur terjebak dalam kasus penipuan.
9. Koperasi nasabah sulit berkembang
Kreditur memberikan kredit kepada koperasi yang sulit
berkembang. Ukuran suatu kreditur dikatakan sulit berkembang
dapat dilihat pada laporan keuangan dimana angka-angka dari
tahun ke tahun menunjukkan grafik yang datar, bahkan bisa
menurun.
10. Nasabah dan kreditur melakukan kolusi
Nasabah dan kreditur harus melakukan kerjasama yang baik
dalam arti positif. Hal ini adalah demi kelancaran usaha nasabah,
demi kelancaran pengembalian kredit, demi keberhasilan usaha
perkoperasian dan akhirnya demi kesuksesan para krediturir
dalam membina nasabah dan krediturnya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa indikator kredit bermasalah disebabkan
oleh karena kreditur kurang mampu menganalisis keuangan sehingga susah
mencapai target apa sudah ditentukan, hal tersebut terjadi apabila kreditur tidak
dapat melihat faktor keadaan daripada penganalisaan pemberian keputusan
kreditnya kepada nasabah yang ingin mengambil kredit.
2.2.4 Jenis-Jenis Kredit Bermasalah
Dalam praktiknya kredit yang diberikan koperasi umum dan koperasi
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum
jenis-jenis kredit bermasalah menurut Tijoko (2001:35) yaitu sebagai berikut:
a. Kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya
digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit modal kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sedangkan, menurut Mulyadi (2002:24) jenis-jenis kredit bermasalah
yaitu sebagai berikut:
a. Kredit investasi
Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang
modal seperti pembangunan pabrik, pembelian mesin.
b. Kredit modal kerja
Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk
pembiaya atau pembelian bahan baku produksi.
c. Kredit onsumsi
Kredit untuk perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi
seperti rumah
d. Kredit usaha tanpa bunga dan tanpa agunan
Kredit ini disediakan khusus untuk usaha kecil dan menengah.
Kredit semacam ini sangat meringankan bagi pengusaha namun
tahapan seleksi pencairannya sangat ketat, seperti kredit usaha
rakyat (KUR).
Selanjutnya, menurut Abdul (2004:15) jenis-jenis kredit bermasalah yaitu
sebagai berikut:
1. Tidak memenuhi kriteria lancar kurang lancar dan diragukan.
2. Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan
sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha
penyelamatan kredit.
3. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada
pengadilan negeri atau badan urusan piutang negara atau diajukan
penggantian ganti rugi kepada koperasi asuransi kredit.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kerdit bermasalah merupakan salah satu dasar bagi kreditor untuk mengetahui
kesalahan dalam memberikan kredit kepada nasabah.
2.2.5 Dampak Kredit Bermasalah kepada Koperasi
Dampak kredit bermasalah dapat dilihat dari kedua belah pihak yaitu
pihak nasabah yang menunggak kredit dan koperasi yang memberikan kredit,
karena keduanya sama-sama menanggung akibatnya. Menurut Haffi (2003:13)
dampak kredit bermasalah ada 2 bagian yaitu:
1. Bagi pihak nasabah penerima kredit adalah nasabah harus
menanggung beban kewajiban yang cukup berat terhadap
koperasi, karena bunga tetap dihitung terus selama kredit belum
dilunasi yaitu hutang pokok ditambah dengan bunga pinjaman,
sehingga jumlah kewajiban nasabah semakin lama semakin
bertambah besar.
2. Bagi pihak koperasi pemberi kredit adalah bahwa sudah jelas
kredit macet merupakan masalah yang serius, karena dana
koperasi merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat dan
kredit macet juga mempengaruhi likuiditas sehingga
mempengaruhi kegiatan usaha koperasi tersebut.
Sedangkan, menurut Tipjoko (2000:15) dampak kredit bermasalah yaitu
sabagai berikut:
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit
yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi rentabilitas koperasi.
2. Rasio kualitas aktiva produktif (Bad Debt Ratio/ BDR) menjadi
semakin besar, yang menggambarkan situasi yang semakin buruk.
3. Koperasi harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva
produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada.
Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal koperasi
dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy
Ratio).
4. Return on Assets (ROA) mengalami penurunan
5. Sebagai akibat komplikasi butir 2, 3 dan 4 tersebut adalah
menurunnya kesehatan koperasi.
Selanjutnya, menurut Hadiwidjaja (2003:46) dampak kredit bermasalah
adalah:
1. Sistem perkoperasian dan pemerintah sebagai otoritas moneter.
Kredit bermasalah membawa dampak pada kredibilitas,
perkembangan ekonomi, koperasi ingmindedness, dan
kesinambungan usaha suatu sistem perkoperasian.
2. Kredit bermasalah memberikan pengaruh dalam pembangunan
moneter, sosial ekonomi, penghasilan negara, dan kesempatan
kerja terhadap pemerintah. Tingginya kredit bermasalah
merupakan ancaman terhadap stabilitas ekonomi karena membuat
investasi dan dunia usaha tidak berjalan baik, menimbulkan
kelesuan dalam kehidupan perekonomian, dan juga akan
menurunkan daya beli masyarakat sehingga menurunkan
penjualan dan mengganggu cash flow debitur.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dampak kredit
bermasala merupakan likuiditas merupakan hal yang paling penting bagi koperasi
karena berhubungan dengan kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Jika utang atau kewajiban meningkat, maka koperasi perlu
mengusahakan meningkatnya sisi aktiva lancar. Jika kredit yang jatuh tempo atau
mulai diwajibkan membayar angsuran, namun tidak mampu mengangsur, karena
kredit tidak lancar atau bermasalah, maka koperasi teramcam tidak likuid.
2.3 Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap koperasi
untuk membuat dan melaporkan keuangan koperasinya pada suatu periode
tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui
kondisi, kinerja, dan posisi koperasi saat ini. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui tentang apa itu laporan keuangan. Menurut Kasmir (2010:7), laporan
keuangan adalah “laporan yang menunjukkan kondisi keuangan koperasi pada
saat ini atau dalam suatu perode tertentu”. Sawir (2005:2) mengemukakan
“pengertian laporan keuangan sebagai hasil akhir suatu periode akuntansi”.
Menurut Raharjo (2003:1), laporan keuangan adalah “laporan
pertanggungjawaban manajer atau pimpinan koperasi atas pengelolaan koperasi
yang dipercayakan kepada pihak-pihak yang punya kepentingan (stakeholders) di
luar koperasi, pemilik koperasi, kreditor, dan pihak lainnya.”Pendapat lain juga
dinyatakan oleh Djarwanto yang dikutip oleh Kasmir (2010:10), laporan keuangan
adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi
keuangan dan hasil operasi koperasi”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan
koperasi dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan merupakan menyediakan informasi yang akurat tentang
keadaan ekonomi didalam suatu unit koperasi. Menurut Munawir (2001:31)
“tujuan laporan keuangan adalah untuk memperoleh informasi yang berhubungan
dengan posisi keuagan koperasi dan hasil-hasil yang dicapai koperasi
bersangkutan”. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:4) disebutkan tujuan
dari laporan keuangan adalah :
1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu koperasi yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2) Laporan Keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang diberdayakan kepadanya.
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang dikutip oleh Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan pada suatu koperasi
sehingga memberi manfaat bagi sejumlah besar pemakai
(stakeholders) dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama
oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang akan dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan menurut Kasmir (2010:11), tujuan pembuatan dan penyusunan
laporan keuangan yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)
yang dimiliki koperasi saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban serta
modal yang dimiliki koperasi saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah dan jenis biaya yang
dikeluarkan koperasi dalam periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva dan pasiva.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen koperasi dalam
suatu periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan
keuangan.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan
keapada pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.
2.3.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Yayuk (2012:24) ada beberapa jenis laporan keuangan koperasi
yaitu:
1) Neraca (balance sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi
harta, hutang, dan modal koperasi pada suatu periode pembukuan
tertentu, pada umumnya satu tahun. Neraca bisa disajikan dalam
bentuk skontro maupun dalam bentuk stafel, tergantung
kebiasaan pembuat laporan. Namun pada umumnya neraca
disusun dalam bentuk skontro, karena dapat ditampilkan dua
periode berturut-turut untuk mengetahui perkembangan
perusahaan (koperasi) yang bersangkutan. Dalam neraca
dicantumkan jumlah dan sumber dana serta pos-pos alokasi
sumber dana untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan
(koperasi) tersebut. Ada tiga komponen penting dalam neraca
koperasi yaitu:
1. Harta adalah pos-pos yang memuat pengalokasian dana yang
dikuasai oleh koperasi yang meliputi pos harta lancar, harta
tetap, investasi jangka pendek, dan investasi jangka panjang.
2. Hutang adalah sejumlah dana yang dikuasai koperasi yang
bersumber dari pihak luar dan harus dikembalikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam kelompok ini
jaga termasuk dana yang berasal dari anggota seperti
tabungan anggota.
3. Ekuitas/kekayaan Bersih yaitu sejumlah uang atau yang dapat
disamakan dengan itu yang benar-benar milik koperasi.
Modal dipupuk dan diperoleh dari simpanan pokok,
simpanan wajib, cadangan, donasi, dan modal penyertaan
dari pihak luar.
2) Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Laporan perhitungan hasil usaha adalah laporan keuangan
koperasi yang menyajikan jumlah pendapatan usaha koperasi
yang berasal dari anggota maupun dari bukan anggota dengan
memperbandingkan dengan total biaya dalam satu periode
tertentu. Laporan keuangan ini sama dengan laporan laba/rugi
diperusahaan bukan koperasi.
1. Pendapatan adalah sejumlah uang atau yang dapat disamakan
dengan itu yang diperoleh koperasi dari hasil operasional
usaha maupun bukan usaha.
2. Biaya adalah sejumlah dana yang dikeluarkan koperasi untuk
membiayai kegiatan operasionalnya.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi arus
kas yaitu mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas,
sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas
pada periode tertentu. Adapun beberapa istilah penting yang
digunakan untuk menyusun arus kas antara lain:
1. Kas, terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
2. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya
yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
resiko perubahan nilai yang signifikan.
3. Arus kas, adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara
kas.
4. Aktivitas Operasi, adalah aktivitas penghasilan utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
5. Aktivitas investasi, adalah perolehan dan pelepasan aktiva
jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara
kas.
6. Aktiva pendanaan (financing) adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi
modal dan pinjaman perusahaan.
4) Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang
memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota
koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan promosi ekonomi
anggota mencakup empat unsur, yaitu:
1. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa
bersama
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama
3. Manfaat ekonomi dari simpanan melalui koperasi
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan
(disclosures) yang memuat:
1. Perlakuan akuntansi, antara lain mengenai:
a) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan
transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.
b) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian piutang,
dan sebagainya.
c) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non
anggota.
2. Pengungkapan informasi antara lain:
a. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota,
baik yang tercantum dalam AD/ART maupun didalam
praktek, atau yang telah dicapai koperasi.
b. Aktivitas koperasi didalam pengembangan sumber daya
dan aktivitas koperasi didalam pengembangan sumber daya
dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan
dan pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang
diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan
usaha baru untuk anggota.
c. Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi
koperasi dengan anggota dan non anggota.
d. Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari
transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.
e. Pembatasan pembangunan dan risiko atas aktiva tetap yang
diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.
f. Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik
koperasi.
g. Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk
pengalihan saham dari perusahaan swasta.
h. Pembagian Sisa Hasil Usaha dan penggunaan Cadangan.
i. Hak dan tanggungan pemodal untuk modal penyertaan.
j. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan
penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis laporan
keuangan yang secara umum terdiri atas neraca, laporan perhitungan hasil usaha,
laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan
keuangan.
2.3.4 Keterbatasan Laporan Keuangan Koperasi
Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan
tertentu. Menurut Kasmir (2010:16), keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki
koperasi adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah
(historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang,
bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam mengahadapi situasi
ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak
menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh
harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang
ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi
bukan kepada sifat formalnya.
Menurut Munawir (2001:9) mengatakan bahwa laporan keuangan itu
mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodic pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu
tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan
final. Karena itu semua jumlah atau hal yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likwidasi atau realisasi
dimana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat
pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh Akuntan
atau Manajemen yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam satuan uang yang
kelihatannya pasti dan tepat, tapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep
“going concern” atau anggapan bahwa koperasi akan berjalan
terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai historis atau
harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap
aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu
angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan
nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga
pasar sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana
daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun,
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga kenaikan
volume penjualan yang dinyatakan dalam nilai uang belum tentu
menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar,
mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang
tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga. Jadi
suatu analisa dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan
diperoleh kesimpulan yang keliru (misleading).
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan koperasi
karena faktor –faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan
satuan uang (dikwantifisir); misalnya reputasi dan prestasi
koperasi, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau
adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah
disetujui, kemampuan serta itegritas manejernya dan sebagainya.
Sedangkan menurut Tunggal (2001:11), dalam keterbatasan laporan
keuangan dibuat:
1. Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan
disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa
sekarang.Misalkanya laporan keuangan disusun berdasarkan data
satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode
sebelumnya).
2. Bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat
selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Pembuatan atau
penyusunan yang hanya sebagian-sebagian (tidak lengkap) tidak
akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu
koperasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan laporan
keuangan juga diperlukan sebagai perluasan daripada peristiwa yang terjadi
sehingga dapat dicari kebenarannya, sehingga keterbatasan laporan keuangan
tersebut dapat menjadi kelemahan didalam pengambilan keputusan terhadap
koperasi.
2.3.5 Pihak Yang Membutuhkan Analisis Laporan Keuangan
Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut Stice (2004:10)
pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama, yaitu :
1. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kegiatan internal koperasi.
2. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan
mereka dengan koperasi.
Pihak yang membutuhkan informasi dari analisis laporan keuangan
menurut Wild (2005:11) adalah sebagai berikut:
1) Manajer
Untuk menjamin kesejahteraan mereka sendiri dan potensi
pendapatan mereka di masa depan, manajer berkepentingan atas
kondisi keuangan, profitabilitas, dan prospek koperasi.
2) Auditor eksternal
Hasil sebuah audit adalah opini atas kewajaran laporan keuangan
kliensaat terselesaikannya audit, analisis laporan keuangan dapat
menjadi alat pengecekan akhir atas kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
3) Direktur
Sebagai pemegang saham terpilih, direktur bertanggung jawab
melindungi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi
secara hati-hati aktivitas koperasi.
4) Regulator (pembuat peraturan)
Internal Revenue Service (IRS) menerapkan alat analisis laporan
keuangan untuk mengaudit laporan pajak dan memeriksa
kewajaran jumlah yang dilaporkan. Badan pengatur lainnya
menggunakan teknis analisis dalam peran mereka sebagai
pengarah dan penentu.
5) Serikat kerja
Teknik analisis laporan keuangan berguna bagi serikat pekerja
dalam negosiasi tawar menawar kolektif.
6) Pelanggan
Teknik analisis digunakan untuk menentukan profitabilitas
pemasok bersamaan dengan estimasi keuntungan pemasok dari
transaksi yang saling menguntungkan.
Sedangkan Menurut Harahap (2007:120) pengguna laporan keuangan
sebagai berikut:
Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham,
Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan serikat
pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana (kreditur), Supplier,
Pemerintah atau lembaga pengatur resmi, Langganan atau lembaga
konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, peneliti / Akademis /
Lembaga peringkat.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan sangat
berguna untuk kepentingan publik dimana dapat dijadikan sebagai alat referensi
bagi semua pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut dan laporan
keuangan akan diperoleh petunjuk/tanda tentang suatu keadaan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Silvani Inanda (2007) pengaruh Laporan keuangan Kinerja koperasi
Koperasi Ep. area rantau Aceh-Tamiang Laporan keuangan dan kinerja keuangan
Dari penelitian yang telah peneliti lakukan ternyata diketahui bahwa kinerja
keuangan PT. PERTAMINA EP. Area Rantau Aceh Tamiang dari Tahun 2003
dan Tahun 2004, nilai kinerja Keuangan yang paling baik terjadi pada tahun 2004
sebesar 59,50 atau 85% dari total skor, sedangkan kinerja keuangan pada tahun
2003, yaitu sebesar 50,35 atau 72% dari total skor.
Nana Rubianti pengaruh laporan Laporan keuangan Kinerja koperasi
Dari hasil analisa terhadap data-data (2013) keuangan untuk menilai kinerja
koperasi pada PT. Admiral Lines Cabang Tanjung Pinang yang laporan dan rasio
likuiditas koperasi diatas 200%. Sedangkan pada rasio aktivitas, kinerja koperasi
kurang baik karena menurun setiap tahunnya sebesar 2%. Kinerja dalam hal
penagihan piutang masih kurang baik, dilihat dari hasil analisa menurun dari
tahun 2009 sampai 2001 sebesar 5%. Rasio profitabilitas Tetap setiap tahunnya
yaitu 11%, kinerja koperasi tetap harus ditingkatkan apabila koperasi ingin terus
bertahan dan meningkatkan keuntungan usaha koperasi.
2.5 Kerangka Berpikir
Manajemen kredit adalah suatu rangkaian kegiatan dan komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain secara sistematis dalam proses
pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu koperasi. Kredit
bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang
telah diperjanjikan sebelumnya. Kredit bermasalah yang tidak dapat teratasi
seharusnya dilakukan evaluasi terhadap manajemen kredit yang telah dilakukan
sebelumnya. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan koperasi pada saat ini atau dalam suatu perode tertentu. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa manajemen kredit dapat berpengaruh terdapat kredit
bermasalah.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
kredit dapat berpengaruh terhadap kredit bermasalah, sehingga dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Sumber : Olahan Peneliti (2017)
Keterangan:
Variabel Bebas (X) : Manajemen Kredit
Variabel Terikat (Y) : Kredit Bermasalah
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Diduga ada pengaruh manajemen
kredit terhadap kredit bermasalah pada Koperasi Masyarakat Bumiputera
Telukdalam.
MANAJEMEN KREDIT
(X)
KREDIT BERMASALAH
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
numerical atau angka yang diperoleh dengan metode statistik serta dilakukan pada
penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperoleh
signifikansi hubungan antara variabel yang di teliti.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2002:10).”
Berdasarkan kutipan tersebut di atas maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan pada koperasi masyarakat bumiputera
Telukdalam Tahun 2008 s/d 2015 dengan jumlah populasi yaitu 4 bulan x 8 tahun
= 32 bulan.
3.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian
ini teknik sampling yang digunakan adalah Quota sample atau sampling Quota,
yaitu teknik sampling yang didasarkan pada jumlah yang telah ditentukan.
Selanjutnya Arikunto (2002:134) menyatakan bahwa “untuk sekedar ancer–ancer,
maka apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Berdasarkan kutipan diatas, maka
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi bulanan yang
terdiri dari pada koperasi masyarakat bumiputera Telukdalam Tahun 2008 s/d
2015 yang berjumlah 32 bulan.
3.3 Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel manajemen kredit (X)
Manajemen kredit adalah suatu rangkaian kegiatan dan komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain secara sistematis dalam proses
pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu koperasi.
3.3.2 Variabel kredit bermasalah (Y)
Kredit bermasalah adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
3.4 Data Penelitian
3.4.1 Jenis dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data skunder. Data
tersebut diperoleh langsung dari lokasi penelitian, yakni dengan melakukan tolak
ukur dalam skala numeric (angka) yang berkaitan dengan masalah yang di teliti
seperti manajemen kredit yang dipergunakan pada koperasi masyarakat
bumiputera Telukdalam.
3.4.2 Teknik pengumpulan data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data
tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka
pengumpulan data guna mendapatkan data yang objektif dan lengkap harus sesuai
dengan permasalahan yang diambil.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah mengumpulkan dokumentasi atau data-data yang ada pada Koperasi
Masyarakat Bumiputera Telukdalam. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data laporan keuangan atas manajemen kredit dan kredit pada koperasi
masyarakat bumiputera Telukdalam Tahun 2008-2015.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
sederhana sedangkan dalam pengujian hipotesis menggunakan sistem secara
manual. Menurut Arikunto (2002:204) menguraikan rumus persamaan regresi
sederhana yakni sebagai berikut:
Y = a + βX
∑ ∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
Keterangan:
Y = Variabel kredit bermasalah
X = Variabel manajemen kredit
β = Koefisien Regresi
Untuk mengestimasi koefisien regresinya persamaan diatas diregres
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), sehingga menghasilkan
persamaan berikut (Gujarati, 1978:95):
β β
Keterangan:
= Variabel terikat yang diprediksikan
β = Konstanta
β
= Koefisien regresi yang diprediksikan
3.6 Pengujian Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik merupakan pengujian yang mutlak dilakukan peneliti
setelah mampu menemukan model empirik terbaik dalam penelitian. Uji Asumsi
Klasik sering disebut uji diagnostik atau uji orde II. Uji Asumsi Klasik disebut
sebagai uji diagnostik karena setiap penelitian yang menggunakan pendekatan
metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares) penelitian tersebut harus
memenuhi prinsip-prinsip dalam asumsi klasik.
Pada penelitian ini menggunakan Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas
dan Uji Autokorelasi.
1. Uji normalitas
Menurut Suliyanto (2008:221) uji normalitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah residual yang telah distandardisasi berdistribusi normal atau
tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai
residual terstandardisasi berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan melalui
uji statistik non parametrik Kolmogorov-Sminorv (K-S). Jika hasil Kolmogorov-
Sminorv menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual terdistribusi
dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogorov-Sminorv menunjukkan nilai
signifikan di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal. Metode
lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandardisasi
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
2. Uji heterokedastisitas
Adanya heteroskedastisitas berarti ada varian variabel dalam model yang
tidak sama (konstan). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan mengamati scater plot dimana sumbu horizontal
menggambarkan nilai prediksi sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai
residual kuadrat. Jika scater plot membentuk pola tertentu, maka hal tersebut
menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas dan jika scater plot menyebar
secara acak, maka menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas
(Suliyanto, 2008:243).
3. Uji autokorelasi
Menurut Suliyanto (2008:267-270) uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang
diuraikan menurut runtut waktu(time series) atau ruang (cross section). Rumus
yang digunakan adalah Durbin-Watson:
DW = ∑
∑
Keterangan:
DW : Nilai Durbin Watson
e : Nilai residual
et-1 : Nilai residual satu periode sebelumnya
Kriteria pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson
sebagai berikut (Suliyanto, 2008:270):
Tabel 3.1
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Durbin-Watson
DW Kesimpulan
<1 Ada autokorelasi
1,1- 1,54 Tanpa Kesimpulan
1,55 - 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,46 - 2,90 Tanpa Kesimpulan
> 2,90 Ada autokorelasi
Sumber: Suliyanto (2008:270)
3.7 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
sederhana untuk menguji manajemen kredit dan kredit bermasalah. Dari hasil
regresi dapat diketahui pengaruh biaya penjualan terhadap tingkat laba. Dari hasil
regresi yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah
variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap
variabel terikat dan seberapa besar pengaruhnya. Untuk itu bentuk pengujian yang
digunakan adalah Uji Parsial dan Koefisien Determinasi.
3.6.1 Uji t
Uji hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga
harus di uji secara manual. Untuk uji hipotesis di gunakan uji t dengan rumus (
Arikunto 2002:337).
t √
√
Dimana : r merupakan indeks koefisen korelasi (rxy).
Kriteria pengujian adalah Jika thitung < ttabel, maka variabel bebas secara
individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika
thitung > ttabel, maka variabel bebas secara individu berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
3.6.2 Uji R2
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, digunakan. Koefisien ini
menunjukkan proporsi variabel terikat yang dijelaskan oleh model regresi.
Penghitungan nilai R2 berada pada interval 0 < R
2< 1. Sugiyono (2004:192) dalam
Niscaya menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien determinasi maka semakin
tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada
variabel tergantungnya. Untuk menghitung koefisien determinasi digunakan
rumus. Untuk menghitung koefisien determinasi digunakan rumus:
= r2 X 100%
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien Korelasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Salah satu koperasi primer di Kecamatan Telukdalam dalam bentuk
KOMAS Bumi Putera yang mampu bertahan dari tahun 2008 hingga saat ini dan
mampu menjadi koperasi terbaik. KOMAS Bumi Putera Telukdalam yang
bertempat di Jalan Baloho Indah Kelurahan Pasar Telukdalam memiliki 15 unit
usaha yang dari hasil Sisa Hasil Usaha (SHU) selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan terus-menerus serta begitu luas cakupan wilayah kerja
KOMAS ‟Bumi Putera” yang meliputi 13 Desa dan 1 Kelurahan di Kecamatan
Telukdalam dan jumlah anggota yang lumayan banyak.
Koperasi Masyarakat (KOMAS) Bumiputera Cabang Telukdalam
merupakan salah satu lembaga keuangan yang memperoleh pendapatan berupa
bunga yang diterima dari debitur. Permasalahan pinjaman yang menimbulkan
resiko perpinjamanan yang terjadi pada Koperasi Masyarakat (KOMAS)
Bumiputra Telukdalam adalah kebanyakan para nasabahnya adalah para petani,
peternak, dan masyarakat sekitar pedesaan.
Peranan koperasi yang baik dapat memenuhi kebutuhan anggota dan
meningkatkan pendapatan anggotanya, sehingga terjadi suatu kesejahteraan bagi
anggotanya pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya serta untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Hal tersebut menunjukan
bahwa keberadaan KOMAS BumiPutera memberikan peranan dalam kehidupan
masyarakat Kecamatan Telukdalam.
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian
Penelitian ini menghubungkan antara 1 (satu) variabel bebas yaitu
manajemen kredit dengan 1 (satu) variabel terikat yaitu kredit bermasalah. Sampel
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pada Koperasi Masyarakat
Bumiputera Telukdalam Tahun 2008 s/d 2015 dengan jumlah populasi yaitu 4
bulan x 8 tahun = 32 bulan, kemudian peneliti melakukan interpolasi data sebagai
berikut:
1. Interpolasi Data Laporan Neraca KOMAS Bumiputera Telukdalam
Tabel 4.1
Hasil Interpolasi Data Laporan Neraca KOMAS Bumiputera Telukdalam
Tahun 2008-2015 (dalam Miliaran Rupiah)
Tahun
NERACA Yt-
(Yt-1) X (%)
X*(Yt-
Yt-1)
Yt-X*(Yt-
Yt-1) 0.25
1/4(Yt-X*(Yt-
Yt-1) HK (Rp)
(Yt)
2008
TW I 3.25 1.00 0.375 0.38 2.88 0.25 0.72
TW II 3.25 1.00 0.125 0.125 3.13 0.25 0.78
TW III 3.25 1.00 -0.125 -0.125 3.38 0.25 0.84
TW IV 3.25 1.00 -0.375 -0.375 3.63 0.25 0.91
2009 Jumlah 3.25
TW I 4.60 1.35 0.375 0.51 4.09 0.25 1.02
TW II 4.60 1.35 0.125 0.17 4.43 0.25 1.11
TW III 4.60 1.35 -0.125 -0.17 4.77 0.25 1.19
TW IV 4.60 1.35 -0.375 -0.51 5.11 0.25 1.28
2010 Jumlah 4.60
TW I 8.15 3.55 0.375 1.33 6.82 0.25 1.70
TW II 8.15 3.55 0.125 0.44 7.71 0.25 1.93
TW III 8.15 3.55 -0.125 -0.44 8.59 0.25 2.15
TW IV 8.15 3.55 -0.375 -1.33 9.48 0.25 2.37
2011 Jumlah 8.15
TW I 10.84 2.69 0.375 1.01 9.83 0.25 2.46
TW II 10.84 2.69 0.125 0.33625 10.50 0.25 2.63
TW III 10.84 2.69 -0.125 -0.33625 11.18 0.25 2.79
TW IV 10.84 2.69 -0.375 -1.00875 11.85 0.25 2.96
2012 Jumlah 10.84
TW I 13.02 2.18 0.375 0.8175 12.20 0.25 3.05
TW II 13.02 2.18 0.125 0.2725 12.75 0.25 3.19
TW III 13.02 2.18 -0.125 -0.2725 13.29 0.25 3.32
TW IV 13.02 2.18 -0.375 -0.8175 13.84 0.25 3.46
2013 Jumlah 13.02
TW I 14.51 1.49 0.375 0.55875 13.95 0.25 3.49
TW II 14.51 1.49 0.125 0.18625 14.32 0.25 3.58
TW III 14.51 1.49 -0.125 -0.18625 14.70 0.25 3.67
TW IV 14.51 1.49 -0.375 -0.55875 15.07 0.25 3.77
2014 Jumlah 14.51
TW I 16.96 2.45 0.375 0.91875 16.04 0.25 4.01
TW II 16.96 2.45 0.125 0.30625 16.65 0.25 4.16
TW III 16.96 2.45 -0.125 -0.30625 17.27 0.25 4.32
TW IV 16.96 2.45 -0.375 -0.91875 17.88 0.25 4.47
2015 Jumlah 16.96
TW I 18.01 1.05 0.375 0.39375 17.62 0.25 4.40
TW II 18.01 1.05 0.125 0.13125 17.88 0.25 4.47
TW III 18.01 1.05 -0.125 -0.13125 18.14 0.25 4.54
TW IV 18.01 1.05 -0.375 -0.39375 18.40 0.25 4.60
Jumlah 18.01
2. Interpolasi Data Laporan Hasil Perhitungan Usaha (SHU) KOMAS
Bumiputera Telukdalam
Tabel 4.2
Hasil Interpolasi Data SHU KOMAS Bumiputera Telukdalam
Tahun 2008-2015 (dalam Miliaran Rupiah)
Tahun
SHU
Yt-(Yt-1) X (%) X*(Yt-Yt-1) Yt-X*(Yt-
Yt-1) 0.25
1/4(Yt-
X*(Yt-Yt-1) HK (Rp)
(Yt)
2008
TW I 0.48 1.00 0.375 0.38 0.11 0.25 0.03
TW II 0.48 1.00 0.125 0.125 0.36 0.25 0.09
TW III 0.48 1.00 -0.125 -0.125 0.61 0.25 0.15
TW IV 0.48 1.00 -0.375 -0.375 0.86 0.25 0.21
2009 Jumlah 0.48
TW I 0.59 0.11 0.375 0.04 0.55 0.25 0.14
TW II 0.59 0.11 0.125 0.01 0.58 0.25 0.14
TW III 0.59 0.11 -0.125 -0.01 0.60 0.25 0.15
TW IV 0.59 0.11 -0.375 -0.04 0.63 0.25 0.16
2010 Jumlah 0.59
TW I 0.95 0.36 0.375 0.14 0.82 0.25 0.20
TW II 0.95 0.36 0.125 0.05 0.91 0.25 0.23
TW III 0.95 0.36 -0.125 -0.05 1.00 0.25 0.25
TW IV 0.95 0.36 -0.375 -0.14 1.09 0.25 0.27
2011 Jumlah 0.95
TW I 1.04 0.09 0.375 0.03 1.01 0.25 0.25
TW II 1.04 0.09 0.125 0.01125 1.03 0.25 0.26
TW III 1.04 0.09 -0.125 -0.01125 1.05 0.25 0.26
TW IV 1.04 0.09 -0.375 -0.03375 1.07 0.25 0.27
2012 Jumlah 1.04
TW I 1.28 0.24 0.375 0.09 1.19 0.25 0.30
TW II 1.28 0.24 0.125 0.03 1.25 0.25 0.31
TW III 1.28 0.24 -0.125 -0.03 1.31 0.25 0.33
TW IV 1.28 0.24 -0.375 -0.09 1.37 0.25 0.34
2013 Jumlah 1.28
TW I 1.07 (0.21) 0.375 -0.07875 1.15 0.25 0.29
TW II 1.07 (0.21) 0.125 -0.02625 1.10 0.25 0.27
TW III 1.07 (0.21) -0.125 0.02625 1.04 0.25 0.26
TW IV 1.07 (0.21) -0.375 0.07875 0.99 0.25 0.25
2014 Jumlah 1.07
TW I 1.38 0.31 0.375 0.11625 1.26 0.25 0.32
TW II 1.38 0.31 0.125 0.03875 1.34 0.25 0.34
TW III 1.38 0.31 -0.125 -0.03875 1.42 0.25 0.35
TW IV 1.38 0.31 -0.375 -0.11625 1.50 0.25 0.37
2015 Jumlah 1.38
TW I 1.18 (0.20) 0.375 -0.075 1.26 0.25 0.31
TW II 1.18 (0.20) 0.125 -0.025 1.21 0.25 0.30
TW III 1.18 (0.20) -0.125 0.025 1.16 0.25 0.29
TW IV 1.18 (0.20) -0.375 0.075 1.11 0.25 0.28
Jumlah 1.18
Untuk mendeskripsikan rata-rata hitung, standar deviasi serta nilai
kemiringan (skewness) dan nilai kepuncakan (kurtosis) masing-masing variabel
penelitian yakni dengan menggunakan alat bantu perangka lunak Program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) 15.0 Windows Evaluation Version
dengan hasilnya pada Tabel 4.3.
1. Deskriptif Variabel Manajemen Kredit (X)
Tabel 4.3
Deskriptif Variabel Manajemen Kredit
Statistics
Manajemen Kredit
N Valid 32
Missing 0
Mean 2.7919
Median 3.0050
Std. Deviation 1.31029
Variance 1.717
Skewness -.238
Std. Error of Skewness .414
Kurtosis -1.323
Std. Error of Kurtosis .809
Minimum .72
Maximum 4.60
Percentiles 25 1.3850
50 3.0050
75 3.9500 Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows
Evaluation Version.
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil olahan nilai skor total data variabel
manajemen kredit (X) maka dapat dideskripsikan bentuk data untuk mengetahui
nilai statistik yaitu:
1) Rata-rata Hitung
Dari tabel di atas didapat rata-rata hitung (mean) sebesar 2.7919 dengan nilai
median diperoleh sebesar 3.0050 berarti bahwa 50% data berada di atas 3.0050
dan sisanya berada di bawahnya dengan nilai modus atau nilai yang paling
banyak muncul 3.9500.
2) Standar Deviasi
Standar deviasi adalah akar dari ragam, dan merupakan jumlah kuadrat dari
selisih nilai observasi dengan rata-rata hitung dibagi banyaknya observasi.
Pada tabel di atas diperoleh standar deviasi sebesar 1.31029.
3) Kemiringan Kurva (skewness)
Kemiringan kurva (skewness) berarti melihat miring tidaknya suatu kurva
distribusi. Pada tabel di atas diperoleh skewness sebesar -0.238 dengan standar
error skewines sebesar 0.414, maka distribusi data tersebut adalah menceng ke
kiri Sk< 0.
4) Keruncingan Kurva (kurtosis)
Keruncingan kurva merupakan tingkat penggunungnya suatu distribusi. Dari
hasil olahan diperoleh 4 sebesar -1.323 dengan standar error 0.809, maka data
tersebut adalah platikurtik yaitu distribusi yang berpuncak agak
mendatardengan ekornya relative pendek (4 < 3).
Untuk mengetahui gambaran hasil olahan nilai skor total data variabel
manajemen kredit (X) dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Histogram Variabel Manajemen Kredit (X)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation
Version.
Manajemen Kredit
5.004.003.002.001.000.00
Freq
uenc
y
6
5
4
3
2
1
0
Histogram
Mean =2.79
Std. Dev. =1.31
N =32
2. Deskriptif Variabel Kredit Bermasalah (Y)
Tabel 4.4
Deskriptif Variabel Kredit Bermaslaah (Y)
Statistics
Kredit Bermasalah
N Valid 32
Missing 0
Mean .2491
Median .2650
Std. Deviation .08042
Variance .006
Skewness -.917
Std. Error of Skewness .414
Kurtosis .488
Std. Error of Kurtosis .809
Minimum .03
Maximum .37
Percentiles 25 .2025
50 .2650
75 .3075 Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows
Evaluation Version.
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil olahan nilai skor total data variabel kredit
bermasalah (Y) maka dapat dideskripsikan bentuk data untuk mengetahui nilai
statistik yaitu:
1) Rata-rata Hitung
Dari tabel di atas didapat rata-rata hitung (mean) sebesar 0.2491 dengan nilai
median diperoleh sebesar 0.2650 berarti bahwa 50% data berada di atas 0.2650
dan sisanya berada di bawahnya dengan nilai modus atau nilai yang paling
banyak muncul 0.3075.
2) Standar Deviasi
Standar deviasi adalah akar dari ragam, dan merupakan jumlah kuadrat dari
selisih nilai observasi dengan rata-rata hitung dibagi banyaknya observasi.
Pada tabel di atas diperoleh standar deviasi sebesar 0.08042.
3) Kemiringan Kurva (skewness)
Kemiringan kurva (skewness) berarti melihat miring tidaknya suatu kurva
distribusi. Pada tabel di atas diperoleh skewness sebesar -0.917 dengan standar
error skewines sebesar 0.414, maka distribusi data tersebut adalah menceng ke
kiri Sk< 0.
4) Keruncingan Kurva (kurtosis)
Keruncingan kurva merupakan tingkat penggunungnya suatu distribusi. Dari
hasil olahan diperoleh 4 sebesar 0.488 dengan standar error 0.809, maka data
tersebut adalah platikurtik yaitu distribusi yang berpuncak agak
mendatardengan ekornya relative pendek (4 < 3).
Untuk mengetahui gambaran hasil olahan nilai skor total data variabel
manajemen kredit (Y) dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Histogram Variabel Kredit Bermasalah (Y)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation
Version.
Kredit Bermasalah
0.400.300.200.100.00
Frequ
ency
6
5
4
3
2
1
0
Histogram
Mean =0.25
Std. Dev. =0.08
N =32
4.3 Pengujian Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana sebagai model
analisisnya. Oleh karena itu sebelum dilakukan estimasi data dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS maka harus dilakukan terlebih dahulu
beberapa pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam membuat regresi. Uji ini
perlu dilakukan agar hasil persamaan yang diperoleh nantinya akan baik dan tidak
menyalahi aturan-aturan persamaan regeresi linier sederhana.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data untuk semua
variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dapat
dilakukan melalui uji statistik non parametrik Kolmogorov-Sminorv (K-S). Jika
hasil Kolmogorov-Sminorv menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data
residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogorov-Sminorv
menunjukkan nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak
normal, seperti yang terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Manajemen
Kredit
Kredit
Bermasalah
Standardized
Residual
N 32 32 32
Normal
Parameters(a,b)
Mean 2.7919 .2491 .0000000
Std. Deviation 1.31029 .08042 .98373875
Most Extreme
Differences
Absolute .126 .192 .130
Positive .126 .085 .060
Negative -.101 -.192 -.130
Kolmogorov-Smirnov Z .711 1.087 .735
Asymp. Sig. (2-tailed) .693 .188 .652
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber:Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation Version.
Berdasarkan Tabel 4.5 maka dapat disimpulkan sampel yang diambil dari
populasi berdistribusi normal karena nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.735
dan Asymp. Sig. 0.652 > 0,05. Maka dapat disimpulkan data residual berdistribusi
normal seperti yang telihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3
Normal Probability Plot
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation
Version
Berdasarkan Gambar 4.3 model regresi memenuhi asumsi klasik, karena
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
menunjukkan pola distribusi normal.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam regresi
yang terjadi kesamaan dan ketidaksamaan. Varians dalam residual antara
pengamatan. Jika terjadi persaman varians maka akan terjadi heterokedastisitas
dan apabila terjadi varians dari residual yang tetap maka akan terjadi
homokedastisitas. Suatu regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi
heterokedastisitas. Dengan mengunakan metode grafik dan diambil kesimpulan
apabila ada pola tertentu maka akan terjadi heterokedastiitas dan apabila tidak ada
pola tertentu maka akan terjadi homokedastisitas. Hasil grafik yang dilakukan
dengan perangkat lunak SPSS dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Expect
ed Cum
Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kredit Bermasalah
Gambar 4.4
Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation
Version
Berdasarkan Gambar 4.4 yang diolah dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version, dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat adanya heteroskedastisitas. Karena gambar tidak
menunjukkan ada suatu pola tertentu atau teratur dari titik yang ada.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
variabel bebas dan variabel terikat. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian
diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Hasil uji autokorelasi dapat
ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .872(a) .760 .752 .04002 2.298 a Predictors: (Constant), Manajemen Kredit
b Dependent Variable: Kredit Bermasalah Sumber:Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation Version
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2
Regr
essio
n Stu
dent
ized R
esidu
al
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Kredit Bermasalah
Pada Tabel 4.6 di atas menggambarkan nilai hasil perhitungan Durbin-
Watson sebesar 2,336. Dibandingkan dengan tabel kriteria Durbin Watson
hasilnya berada antara 1,55 < 2,298 < 2,46, hal ini menyatakan bahwa model yang
digunakan tidak terdapat autokorelasi.
4.4 Pengujian Hipotesis
Sebagaimana diketahui bahwa dalam penelitian ini yang menjadi sasaran
penelitian adalah melihat variabel manajemen kredit terhadap kredit bermasalah
pada Komas Bumiputera Telukdalam Kabupaten Nias Selatan. Berdasarkan
hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis
regresi linier sederhana. Hasil pengujian hipotesis secara parsial mengatakan
bahwa variabel manajemen kredit terhadap kredit bermasalah pada Komas
Bumiputera Telukdalam Kabupaten Nias Selatan.
1. Uji t (Uji Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (manajemen
kredit) terhadap variabel terikat (kredit bermasalah) dengan menggunakan uji
parsial (uji t). Hasil uji t ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Coefficients(a)
Mode
l
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) .100 .017 5.907 .000
Manajemen
Kredit .054 .005 .872 9.756 .000
a Dependent Variable: Kredit Bermasalah Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation Version
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dijelaskan pengaruh secara parsial diperoleh
thitung untuk variabel manajemen kredit (X) adalah sebesar 9,756 dan tingkat
signifikan sebesar 0,000, sedangkan nilai ttabel pada α = 0.05 adalah sebesar 1,693.
Adapun hipotesis penelitian yang digunakan yaitu:
H0 : = 0 artinya variabel manajemen kredit (X) secara parsial tidak
mempengaruhi signifikan variabel kredit bermasalah (Y)
H1 : > 0 artinya variabel manajemen kredit (X) secara parsial mempengaruhi
signifikan variabel kredit bermasalah (Y)
Karena nilai thitung variabel manajemen kredit (9,756 > ttabel (1,693) dan
tingkat signifikansi 0.000 < (0.05) maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya
variabel manajemen kredit (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel kredit bermasalah (Y).
2. Hasil Estimasi Regresi Sederhana
Dengan tujuan untuk mempermudah pembacaan hasil dan intepretasi
analisis regresi sederhana maka digunakan persamaan seperti yang dapat dilihat
dibawah ini.
Y = 0.100 + 0.54X
Model regresi diatas menunjukkan bahwa koefisien variabel bebas
memiliki tanda yang positif. Ini berarti kenaikan salah satu atau keseluruhan
variabel bebas (manajemen kredit) akan meningkatkan kredit bermasalah atau
sebaliknya.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar
0.760 (76%) sehingga dapat ditunjukkan bahwa 76% keragaman varibel terikat
(kredit bermasalah) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (manajemen kredit)
sedangkan sisanya 34% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil lengkap dari
pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Determinasi (R2)
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .872(a) .760 .752 .04002 a Predictors: (Constant), Manajemen Kredit
b Dependent Variable: Kredit Bermasalah Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2017. Dengan Menggunakan Alat Bantu SPSS 15.0 For Windows Evaluation Version.
4.5 Pembahasan
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan
metode ordinary last square (OLS) yang berfungsi untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk
mengetahui pengaruh manajemen kredit terhadap kredit bermasalah pada Komas
Bumiputera Teluk Dalam.
= 0,100 + 0,54X
(t hitung = 9,756)
Keterangan :
= Variabel terikat yang diprediksikan
= 0,100
= 0,54
t hitung (X) = 9,756
X = Variabel bebas
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier sedehana diatas, maka koefisien
regresi untuk b sebesar 0,54 artinya setiap kenaikan sebesar 100% pada
manajemen kredit dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka kredit bermasalah
akan mengalami kenaikan sebesar 54 % dan untuk X sebesar 9,756.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung (9,756) > ttabel
(1,693) dan tingkat signifikansi 0,000< 0,05, maka Ha diterima dan H0 ditolak,
artinya variabel manajemen kredit (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kredit bermasalah (Y). Dalam hal ini, manajemen kredit dapat berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap kredit bermasalah pada Komas Bumiputera Teluk
Dalam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa manajemen kredit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kredit bermasalah pada Komas Bumiputera Teluk Dalam. Hal ini dapat
lihat dari hasil estimasi yang dilakukan maka variabel manajemen kredit secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit bermasalah pada Komas
Bumiputera Teluk Dalam. Dengan nilai thitung (9,756) > ttabel (1,693) dan tingkat
signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya variabel
manajemen kredit (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit
bermasalah (Y). Selanjutnya hasil Koefisien determinasi menunjukan bahwa
sebesar 76% variabel bebas (manajemen kredit) menjelaskan variabel terikat
(kredit bermasalah) dan 34% dipegaruhi variabel terikat.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan temuan
penelitian adalah:
1. Ada baiknya Komas Bumiputera Teluk Dalam lebih teliti dan cermat di dalam
melaksanakan pengauditan ulang dan evaluasi laporan keuangan secara
berkala guna mencegah kredit bermasalah di koperasi tersebut.
2. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi pedoman untuk
melakukan penelitian yang sama di masa-masa yang akan datang, dan di
harapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2001. Manajemen Perusahaan Kecil. Dilengkapi Undang-Undang
Tentang Usaha Kecil. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressndo.
_______2004. Manajemen Perusahaan Kecil. Dilengkapi Undang-Undang
Tentang Usaha Kecil. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressndo.
_______2005. Manajemen Perusahaan Kecil. Dilengkapi Undang-Undang
Tentang Usaha Kecil. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressndo.
_______2006. Manajemen Perusahaan Kecil. Dilengkapi Undang-Undang
Tentang Usaha Kecil. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressndo.
Ariyanti. 2001. Personel Management, Sixth Edition. Homewood Illionis,
Richsard D. Irwin Inc.
_______2009. Personel Management, Sixth Edition. Homewood Illionis, Richsard
D. Irwin Inc.
Hadiwidjaja. 2001. Pengantar Manajemen Keuangan Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Pressndo.
_______2003. Pengantar Manajemen Keuangan Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressndo.
_______2007. Pengantar Manajemen Akuntansi Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressndo.
Hassanudin Rahman. 2003. Pengantar Manajemen Keuangan Jakarta: PT.
Pustaka Binaman Pressndo.
Haffi. 2003. Pengertian kredit bermasalah. Sixth Edition. Homewood Illionis,
Richsard D. Irwin Inc.
Hendriksen. 2001. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka
Jaya.
________2002. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka
Jaya.
Mahmoeddin. 2001. Kredit bermasalah dan keuangan. Penerbit Pustaka, Jakarta.
Mulyadi. 2001. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressndo.
_______2002. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressndo.
_______2003. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Pressndo.
Tipjono. 2000. Manajemen Keuangan. Ghalla Indonesia, Bogor Selatan.
________2005. Manajemen Keuangan. Ghalla Indonesia, Bogor Selatan.
Tijoko. 2001. Manajemen Keuangan. Ghalla Indonesia, Bogor Selatan.
_______2005. Manajemen Keuangan. Ghalla Indonesia, Bogor Selatan.