PENGARUH MEMBACA CERITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Pancaring Aruno Wibowo
139114167
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH MEMBACA CERITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Pancaring Aruno Wibowo
139114167
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PENGARTIH NTIMBACA CERITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAN PERILAKTI PROSOSIAL
Oleh:
Pancanng Aruno Wibowo
139114167
Telah disetujui oleh :
Dosen pembimbing
Ratri Sunar Astuti, M.Si. Tanggal : 11 I IAN Z0lg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PENGARUH MEMBACA CERITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAI{ PERILAKU PROSOSIAL
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Pancaring Aruno Wibowo
139114t67
Telah dipertahankan di depan penguji
pada tanggal l3 Desember 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Penguji I : Ratri Sunar Astuti, M.Si.
Penguji II : Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
Penguji trI : Paulus Eddy Suhartanto, M.Si.
Mrp
Yosrakart4 .i it jAN 2018
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
,;h'ff"'+
?''.8,t
lll
. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Jer Basuki Mawa Bea
Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning
Hyang sukmo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Tulisan ini saya persembahkan untuk :
Allah SWT
Bapak, Ibu, dan kedua Kakak tercinta
Teman-teman angkatan 2013, khususnya teman-teman kelas C
Semua sahabat dan teman-temanku yang telah memberikan dukungan
Terima kasih untuk Pancaring Aruno Wibowo atas usahamu dalam menyelesaikan
tulisan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya rnenyatakan bahwa skripsi yang saya tulis tidak mernuat karya orang lain,
kecuali yang telah disebutkan dalam daltar pustaka sesLrai dengan etika karya
ilrn iah.
Yogyaf,rlta. 2J Nor crnbcr 2U | 7
tutPancaring Aruno Wiborvo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Pancaring Aruno Wibowo
NIM :139114167
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma, karya saya yang berjudul :
PENGARUH MEMBACA CtrRITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL
Beserta perangkat-perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian. saya
memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di intemet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi
royalti kepada saya selama tetap mencanfumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Yogyakarta, 22 Jarruai 2018
Yang menyatakan,
/I/Ilh /-l/=4_
Pancaring Aruno Wibowo
vl1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PENGARUH MEMBACA CERITA PENDEK TERHADAP
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL
Pancaring Aruno Wibowo
ABSTRAK
Perilaku prososial dalam penelitian ini merujuk pada perilaku menolong. Perilaku
menolong adalah tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Peneliti mengajukan hipotesis bahwa
membaca cerita pendek dapat meningkatkan perilaku menolong. Partisipan penelitian adalah 40
mahasiswa non-Psikologi. Alat ukur perilaku menolong berupa kegiatan berdonasi untuk Panti
Asuhan Yatim Piatu. Peneliti menggunakan desain eksperimen randomized two-groups, posttest
only. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney U independent sample t-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kontrol tidak memiliki perbedaan perilaku
menolong yang signifikan (p > 0.05), sehingga membaca cerita pendek tidak terbukti meningkatkan
perilaku menolong.
Kata kunci : Perilaku prososial, perilaku menolong, dan cerita pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
THE INFLUENCE OF READING SHORT STORY TOWARDS THE
ENHANCEMENT OF PROSOCIAL BEHAVIOR
Pancaring Aruno Wibowo
ABSTRACT
Prosocial behavior in this research referred to helping behavior. Helping behavior is an
action that has consequence of providing benefit to others. This research proposed a hypotheses
that reading short story could enhance in helping behavior. The participants of this research were
40 non-Psychology students. The research used donation activity for orphanage as a helping
behavior’s measurement. In addition, researcher used randomized two-groups, posttest only as
design experimental. The data analysis used Mann-Whitney U independent sample t-test. The result
of this research showed that experiment and control groups did not have significant difference of
helping behavior (p > 0.05), therefore reading short story did not give influence in enhancing helpful
behavior.
Keywords: Prosocial behavior, helping behavior, reading, short story
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala berkat yang penuh
kasih sehingga saya mampu menyelesaikan karya tulis ini. Saya juga mengaturkan
rasa terima kasih kepada semua yang telah memberikan dukungan terutama pada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
2. P. Eddy Suhartanto, M. Si., Kaprodi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Psi., selaku dosen pembimbing
akademik tahun 2013-2016 dan Drs. Hadrianus Wahyudi, M. Si., selaku
dosen pembimbing akademik tahun 2017.
4. Dr. Priyono Marwan, SJ., selaku dosen pembimbing skripsi semester 8 dan
Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi semester 9.
5. Bapak dan ibu dosen, serta seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
6. Kepala, Psikolog, dan seluruh asisten P2TKP angkatan 2014-2017, Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
7. Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku dosen yang telah membimbing
dalam perumusan alat ukur.
8. Keluarga saya, Parwanto, Sri Martini, Marwoko Bayu Sasongko dan Fuat
Tirta Prihadi, beserta keluarga besar.
9. Seluruh teman angkatan 2013 Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Seluruh teman kelas C angkatan 2013 Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
11. Ceng, Ignatius Aji, Agustinus Aji, Nana, Anas, Lusiana Jessica, Yesa, Rio,
Dimas, Edo, Ivan, dan Koleta yang telah membantu dalam tryout bacaan
penelitian.
12. Fanny dan Ella yang telah menjadi asisten eksperimen.
13. Seluruh teman Non-Psikologi yang telah menjadi partisipan penelitian.
Yogyakarta, 20 November 2017
Penulis,
Pancaring Aruno Wibowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................ vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................................... ix
KATA PENGANTAR........................................................................................ x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis...................................................................................... 7
2. Manfaat Praktis....................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9
A. Perilaku Prososial....................................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Definisi Perilaku Prososial...................................................................... 9
2. Kategori Perilaku Prososial..................................................................... 10
3. Perspektif Perilaku Prososial................................................................... 13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial............................ 20
B. Membaca...................................................................................................... 24
1. Definisi Membaca.................................................................................... 24
2. Faktor-faktor Membaca............................................................................ 25
3. Tujuan Membaca...................................................................................... 32
C. Cerita Pendek............................................................................................... 33
1. Definisi Cerita Pendek............................................................................. 33
2. Unsur-unsur Cerita Pendek...................................................................... 34
D. Membaca Cerita Pendek.............................................................................. 38
1. Definisi Membaca Cerita Pendek............................................................ 38
2. Teori Transportation dalam Membaca Cerita Pendek............................ 39
3. Manfaat Membaca Cerita Pendek........................................................... 40
E. Masa Dewasa Awal..................................................................................... 41
1. Tugas Perkembangan.............................................................................. 41
2. Konflik.................................................................................................... 41
3. Dinamika Individu di Masa Dewasa Awal............................................. 42
F. Dinamika Antar Variabel............................................................................ 43
G. Skema......................................................................................................... 44
H. Hipotesis..................................................................................................... 45
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Jenis dan Desain Penelitian......................................................................... 46
B. Variabel Penelitian...................................................................................... 46
C. Definisi Operasional.................................................................................... 47
D. Partisipan Penelitian.................................................................................... 48
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 48
F. Alat Ukur..................................................................................................... 52
G. Metode Analisis Data.................................................................................. 56
H. Uji Coba dan Pilot Study............................................................................. 56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 59
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 59
B. Hasil Penelitian........................................................................................... 60
1. Uji Normalitas......................................................................................... 61
2. Uji Homogenitas..................................................................................... 62
3. Uji Hipotesis........................................................................................... 62
4. Pembahasan............................................................................................ 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 68
A. Kesimpulan...................................................................................................... 68
B. Saran................................................................................................................ 68
C. Keterbatasan dan Kelebihan Penelitian........................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Daftar Tabel
Tabel 1. Desain Penelitian Randomized Two-Groups, Posttest Only
Tabel 2. Perbandingan Rata-rata Bacaan Uji Coba 1
Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Ketiga Cerita Pendek Uji Coba 2
Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Ketiga Bacaan Informatif Uji Coba 2
Tabel 5. Deskripsi Partisipan Penelitian Kelompok Eksperimen
Tabel 6. Deskripsi Partisipan Penelitian Kelompok Kontrol
Tabel 7. Statistik Deskriptif Penelitian
Tabel 8. Uji Normalitas
Tabel 9. Uji Homogenitas
Tabel 10. Independent Sample T-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Lembar Peer Rating
Lampiran 2. Hasil Peer Rating Uji Coba 1
Lampiran 3. Hasil Peer Rating Uji Coba 2
Lampiran 4. Cerita Pendek
Lampiran 5. Bacaan Informatif
Lampiran 6. Informed Consent
Lampiran 7. Instruksi Penelitian
Lampiran 8. Teknis Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 9. Hasil Pengukuran
Lampiran 10. Tabel Uji Normalitas
Lampiran 11. Hasil Independent Sample T-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku prososial adalah perilaku yang bermanfaat bagi orang lain dan
terkadang berisiko bagi pemberi bantuan (Twenge, Ciarocco, Baunmeister,
DeWall, dan Bartels, 2007). Asih dan Pratiwi (2010) menambahkan bahwa
perilaku prososial adalah tindakan yang tidak direncanakan dan tidak
mengharapkan imbalan materi dari orang lain. Salah satu bentuk perilaku
prososial adalah perilaku menolong (Dovidio, Piliavin, Schroeder, & Penner,
2006). Perilaku menolong sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan
sosial, terlebih dalam masyarakat kolektif seperti di Indonesia. Perilaku
menolong dihargai sebagai bentuk tanggung jawab seseorang terhadap orang
lain (Koster, Schuhmacher, & Kartner, 2015; Twenge dkk., 2007). Misalnya,
orang membantu tetangga yang sakit demam berdarah dengan memberikan
buah jambu agar sembuh.
Kenyataan menunjukkan bahwa perilaku menolong orang masih rendah.
Sebagaimana pada kasus 7 orang yang membuang sampah sembarangan di
pinggir jalan dusun Purworejo, Sleman (Purnama, 2016). Ketidakpedulian
terhadap lingkungan berujung pada proses hukum. Ketidakpedulian tersebut
merugikan orang di sekitar tempat pembuangan sampah karena lingkungan
menjadi tercemar dan warga rentan penyakit. Rendahnya perilaku menolong
juga ditunjukkan oleh salah satu penumpang kereta yang tidak mempersilakan
ibu hamil untuk menempati tempat duduknya (Curhatan Penumpang, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penumpang tersebut justru membuat status di media sosial mengenai
ketidaksukaannya terhadap wanita hamil yang harus diprioritaskan untuk
duduk. Penumpang tersebut hanya mementingkan diri sendiri dan apatis
terhadap kondisi orang lain. Wardani dan Trisnani (2015) menambahkan
bahwa berdasarkan wawancara terhadap beberapa remaja di Jawa Timur,
perilaku menolong remaja saat ini masih rendah sehingga sikap kepedulian
terhadap sesama teman masih kurang.
Individu perlu memiliki perilaku menolong dalam berelasi dengan orang
lain karena berdampak positif. Orang yang berperilaku menolong terkadang
melibatkan suatu pengorbanan, namun pada saat yang sama penolong juga
memperoleh kepuasan pribadi (Baron & Byrne, 2003/2005). Seseorang yang
berperilaku menolong percaya bahwa hal tersebut merupakan strategi yang
baik dalam berelasi sosial (Matsumoto, Yamagishi, Li, & Kiyonari, 2016).
Biasanya seseorang lebih banyak membantu orang lain yang dikenal, namun
beberapa orang juga membantu orang lain yang asing. Hal tersebut tidak
terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku menolong
seseorang, seperti daya tarik, kemiripan, dan kualitas relasi dengan orang lain
(Dovidio dkk. 2006). Keanggotaan dalam satu kelompok dan kesamaan ras
juga mempengaruhi perilaku menolong orang tersebut.
Perilaku menolong seseorang perlu ditingkatkan karena memberikan
banyak manfaat dalam hubungan sosial. Orang yang berperilaku menolong
berkemampuan baik dalam memecahkan masalah, mampu mengendalikan
pikiran negatif dan rasa marah (Fung, 2008). Aknin dan Broesch (2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menjelaskan bahwa perilaku menolong menimbulkan kebahagiaan bagi
pelaku, terlebih pada perilaku menolong yang bersifat mengeluarkan biaya
untuk orang lain. Klein (2016) menambahkan bahwa perilaku menolong
meningkatkan harga diri dan pemaknaan hidup penolong. Orang yang
berperilaku menolong cenderung mempunyai perilaku agresif rendah, baik
secara fisik maupun verbal (Caprara, Kanacri, Gerbino, Zuffiano, Alessandri,
Vecchio, Caprara, Pastorelli, & Bridglall, 2014).
Banyak program peningkatan perilaku menolong terbukti berdampak
positif. Fung (2008) menggunakan terapi kognitif-perilakuan dengan
pendekatan keluarga untuk meningkatkan perilaku menolong pada remaja
awal. Terapi ini terbukti lebih efektif dibanding terapi psikodinamika,
perilakuan, atau kognitif. Caprara dkk. (2014) menggunakan intervensi
berbasis sekolah untuk meningkatkan perilaku menolong. Perilaku menolong
juga dikembangkan dengan menciptakan norma menolong dalam suatu
komunitas, sehingga orang menginternalisasi nilai-nilai yang berlaku dan
mengimitasi perilaku di kelompok tersebut (Hoorn dkk., 2014; Krupka dan
Weber, 2009; Nook, Ong, Morelli, Mitchell, dan Zaki, 2016).
Perilaku menolong ditingkatkan pula dengan menggunakan media yang
berkonten menolong, seperti menggunakan lagu (Greitemeyer, 2009;
Kennedy, 2013; dan Ruth, 2007), tayangan televisi (Mares & Woodard, 2010),
dan video game (Harrington & O’Connel, 2016). Prot, Gentile, Anderson,
Suzuki, Swing, Lim, Horiuchi, Jelic, Krahe, Liuqing, Liau, Khoo, Petrescu,
Sakamoto, Tajima, Toma, Warburton, Zhang, dan Lam (2014) membuktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bahwa video game yang berkonten perilaku menolong berhubungan dengan
perilaku menolong dalam jangka panjang.
Media menyajikan pengalaman pembelajaran sosial melalui contoh-
contoh perilaku menolong. Pengguna media mengalami proses modelling
(Buckley & Anderson, 2006, dalam Kennedy, 2013). Individu mempunyai
konsep yang terhubung ke otak dalam bentuk skrip. Skrip tersebut diperkuat
dengan pengulangan informasi melalui paparan media (Anderson, Benjamin,
& Bartholow, 1998; Berkowitz, 1990, dalam Kennedy, 2013). Huesmann
(1986, dalam Kennedy, 2013) berpendapat bahwa ketika stimulus datang
dalam situasi mirip dengan situasi yang diperoleh sebelumnya, maka pembaca
mengaktifkan skrip yang tersedia terlebih dahulu dan bertindak sesuai dengan
stimulus yang muncul. Contohnya, orang bertindak lebih menolong setelah
mendengarkan lagu berkonten menolong daripada lagu berkonten netral karena
mengalami pengulangan informasi menolong dalam otak melalui lagu tersebut
(Greitemeyer, 2009; Kennedy, 2013; dan Ruth, 2007).
Peneliti memilih cerita pendek sebagai media dalam penelitian. Konten
cerita pendek yang sederhana lebih menarik dan mendorong pembaca untuk
menyelesaikan cerita dalam waktu singkat dibanding novel, buku, atau media
lain. Cerita pendek melibatkan proses membaca. Membaca berarti terjadi
komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui bacaan. Membaca cerita
pendek mendorong pembaca untuk menyerap pengalaman yang disajikan
secara mendalam dibanding media lain (Stansfield & Bunce, 2014). Membaca
cerita pendek juga dapat mempengaruhi perilaku pembaca melalui isi cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(Ziller, 1964). Pembaca dapat berimajinasi dan belajar nilai moral melalui
rangkaian cerita yang berhubungan dengan dunia nyata. Hal tersebut
disebabkan karena membaca melibatkan proses kognisi, yaitu berpikir
terhadap isi bacaan dan terdorong untuk mengambil kesimpulan setelah
membaca cerita (Crawley & Mountain, 1995, dalam Rahim, 2007).
Cerita pendek juga menyajikan pembelajaran sosial berupa modelling.
Pengalaman sosial seseorang terstimulasi melalui isi cerita yang disajikan saat
membaca (Mar & Oatley’s, 2008, dalam Johnson, 2012). Pembaca cenderung
mengikuti perasaan dan pikiran karakter dalam cerita. Pembaca belajar
mengenai dunia sosial yang kompleks. Pembaca juga memahami hubungan
interpersonal dalam cerita tersebut. Membaca cerita pendek menuntut proses
tranportation, yaitu proses mental yang terfokus ketika membaca cerita (Bal
& Veltkamp, 2013). Proses tersebut membuat pembaca lupa akan dunia di
sekitarnya. Greitemeyer, Osswald, dan Brauer (2010, dalam Johnson 2012)
menambahkan bahwa pembaca yang mendalami cerita cenderung
mengembangkan perilaku yang sama seperti tokoh dalam cerita, termasuk
perilaku menolong.
Dovidio dkk., (2006) membagi perilaku prososial menjadi tiga bentuk,
yaitu menolong, kerjasama, dan altruisme. Peneliti tertarik untuk menguji
pengaruh cerita pendek pada peningkatan perilaku menolong. di antara
mahasiswa. Peneliti tertarik meneliti perilaku menolong karena perilaku
tersebut bersifat personal dan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti meneliti perilaku menolong pada konteks masa dewasa awal karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
seseorang pada masa tersebut mulai menyadari bahwa berperilaku menolong
merupakan strategi yang bijaksana dalam berhubungan sosial (Matsumoto
dkk., 2016). Pada masa tersebut, seseorang juga mulai mengembangkan relasi
yang lebih luas dalam dunia perkuliahan maupun pekerjaan, sehingga
beperilaku menolong menjadi hal yang penting. Pembelajaran perilaku
menolong pada konteks dewasa awal akan lebih mudah diterapkan
dibandingkan dengan tahap perkembangan yang lain.
Peneliti juga tertarik menggunakan cerita pendek karena membaca cerita
pendek merupakan media yang sederhana, mudah didapatkan, mudah dibaca
dalam waktu singkat, dan diminati oleh berbagai usia (Cahyono, Suwandi,
Waluyo, & Wardani, 2016; Krishna & Sandhya, 2015). Cerita pendek
menuntut seseorang untuk membaca secara aktif (tranportation) sehingga
individu menginternalisasi konten cerita yang diberikan dan meniru perilaku
dalam cerita (modelling) melalui tokoh simbolik dalam kehidupan nyata.
B. Rumusan Masalah
Individu pada masa dewasa awal memiliki kesempatan menjalin
pertemanan yang lebih luas dan beragam (Santrock, 2011/2012). Individu
tersebut hendaknya memiliki perilaku yang baik, seperti perilaku menolong.
Perilaku menolong berdampak positif bagi orang lain dan menjadi tanggung
jawab sosial seseorang untuk melakukannya (Koster dkk., 2015). Perilaku
menolong juga berdampak baik bagi penolong, seperti dapat meningkatkan harga
diri dan pemaknaan hidup (Klein, 2016). Kenyataan menunjukkan bahwa
perilaku menolong seseorang masih rendah, misalnya tidak memprioritaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penumpang kereta yang sedang hamil dan membiarkan penumpang tersebut
berdiri (Curhatan Penumpang, 2017).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti melihat masih terdapat
kesenjangan antara teori dan kenyataan. Penelitian mengenai peningkatan
perilaku menolong pada konteks dewasa awal juga jarang dilakukan di
Indonesia. Penelitian di Indonesia lebih banyak meneliti perilaku menolong
dalam konteks remaja dan sedikit penelitian yang menggunakan metode
eksperimen (Asih & Pratiwi, 2010; Wardani & Trisnani, 2015). Berdasarkan hal
tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
membaca cerita pendek terhadap meningkatkan perilaku menolong.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh membaca cerita pendek
terhadap peningkatan perilaku menolong.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian mempunyai manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini memiliki dua manfaat teoretis sebagai berikut :
a. Hasil penelitian diharapkan menguatkan teori modelling terhadap
perilaku menolong melalui tokoh simbolik dalam cerita pendek
b. Hasil penelitian juga diharapkan memperkaya penelitian mengenai
peningkatan perilaku menolong melalui membaca cerita pendek di
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki lima manfaat praktis sebagai berikut :
a. Hasil penelitian menjadi acuan dalam membuat intervensi
menggunakan cerita pendek untuk meningkatkan perilaku menolong
b. Hasil penelitian berguna bagi pemilik media untuk memilih cerita
pendek bertema menolong sebagai ajang edukasi
c. Hasil penelitian juga bermanfaat bagi dosen, guru, dan pembuat
kebijakan dalam memilih materi pengajaran menggunakan cerita
pendek
d. Hasil penelitian berguna pula untuk mahasiswa dewasa awal dalam
memilih bacaan yang tepat, yaitu bacaan cerita pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Prososial
1. Definisi Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah tindakan yang bermanfaat bagi orang lain dan
dihargai oleh masyarakat. Seseorang berperilaku prososial karena ia merasa
bertanggung jawab terhadap orang lain (Koster dkk, 2015). Taylor dkk.
(2009/2009) melihat perilaku prososial sebagai wujud tindakan menolong
orang lain yang membutuhkan bantuan dan terlepas dari motif penolong.
Baron dan Byrne (2003/2005) menambahkan bahwa perilaku prososial
terkadang melibatkan suatu risiko dan menimbulkan kerugian bagi penolong.
Sebagai contoh, orang menyelamatkan anak yang terseret banjir.
Dovidio dkk. (2006) memiliki pendapat lain dalam menjelaskan
perilaku prososial. Dovidio dkk. (2006) menjelaskan bahwa perilaku
prososial adalah perilaku yang bermanfaat bagi orang lain dan bersifat
interpersonal. Perilaku prososial harus melibatkan penolong dan penerima
bantuan. Perilaku prososial berhubungan secara positif dengan penggunaan
media berkonten prososial (Prot dkk., 2014). Semakin lama seseorang
menggunakan media berkonten prososial, maka semakin tinggi empati dan
perilaku prososial orang tersebut.
Sebenarnya, perilaku prososial adalah perilaku yang juga didefinisikan
oleh masyarakat dan mengikuti sistem politik yang berlaku, sehingga perilaku
tersebut bersifat kontekstual (Dovidio dkk., 2006). Contohnya, orang mencuri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
obat di apotek untuk membantu korban kecelakaan di jalan. Orang tersebut
bisa dikatakan pahlawan atau pencuri sesuai dengan sistem hukum yang
berlaku di masyarakat tersebut.
Dovidio dkk. (2006) mengesampingkan perilaku prososial yang
didefinisikan oleh masyarakat dan mengikuti aturan politik tersebut karena
akan menyulitkan orang yang belajar perilaku prososial. Dovidio dkk. (2006)
berfokus untuk menyederhanakan definisi perilaku prososial yang luas
menjadi tiga kategori yang lebih jelas. Tiga kategori tersebut adalah helping
(menolong), altruisme, dan cooperation (kerjasama). Ketiga kategori
memiliki perbedaan definisi yang jelas, sehingga tidak membingungkan
pembaca dalam penggunaan istilah perilaku prososial.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik
menggunakan definisi perilaku prososial dari Dovidio dkk. (2006) karena
penjelasan teori yang bersifat lebih spesifik. Perilaku prososial adalah
tindakan yang bermanfaat bagi orang lain dan melibatkan interaksi antara dua
orang atau lebih. Perilaku prososial juga melibatkan penolong dan penerima
bantuan atau korban dalam interaksinya. Kategori perilaku prososial yang
spesifik juga dijelaskan lebih lanjut dalam subbab berikut.
2. Kategori Perilaku Prososial
Dovidio dkk. (2006) membagi perilaku prososial dalam tiga sub
kategori, yaitu menolong (helping), altruisme, dan kerja sama (cooperation).
Masing-masing sub kategori dijelaskan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
a. Menolong
Menolong adalah tindakan yang memberikan manfaat atau
meningkatkan kesejahteraan bagi orang lain (Dovidio dkk. 2006).
Kesejahteraan yang dimaksud adalah selama orang lain menjadi lebih baik
karena tindakan penolong. Penolong tidak harus bertemu langsung dengan
orang yang dibantu. Menolong dapat bersifat langsung dan tidak langung.
Contoh menolong secara langsung adalah mengambilkan pensil teman
yang jatuh, sedangkan contoh menolong secara tidak langsung adalah
memberi donasi kepada korban bencana alam. McGuire (1994, dalam
Dovidio dkk., 2006) membagi perilaku menolong menjadi empat bagian
dalam konteks mahasiswa.
Pertama, casual helping, yaitu tindakan kecil yang mengandung
kemurahan hati kepada teman. Misalnya, orang yang meminjamkan pensil
kepada teman. Kedua, substantial personal helping, yaitu tindakan yang
berusaha memberikan manfaat nyata bagi teman. Seperti orang membantu
teman yang sedang berpindah kos. Ketiga, emotional helping, yaitu
menolong dengan menyediakan dukungan emosi untuk teman. Sebagai
contoh, orang mendengarkan teman yang bercerita mengenai
permasalahan keluarga. Keempat, emergency helping, yaitu membantu
permasalahan orang lain yang belum dikenal. Contohnya, orang
membantu korban kecelakaan mobil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Altruisme
Altruisme adalah tindakan yang secara murni ditujukan agar
bermanfaat bagi orang lain dan tidak bermanfaat bagi penolong, bahkan
menimbulkan kerugian. Altruisme didasarkan pada motivasi internal atau
niat penolong. Penolong yang altruis tidak mengharapkan pamrih dari
orang lain. Contoh perilaku altruis adalah seseorang yang membantu
korban gempa bumi karena ingin meringankan beban korban tersebut,
bukan dengan alasan agar dianggap baik oleh orang lain.
Orang terkadang sulit membedakan antara menolong dan altrusime.
Dovidio dkk. (2006) menjelaskan bahwa semua tindakan altruisme
mengandung unsur menolong, namun semua tindakan menolong belum
tentu mengandung unsur altruisme.
c. Kerjasama
Kerjasama adalah tindakan lebih dari satu orang dalam hubungan
sosial. Kerjasama memberikan keuntungan kelompok dan memberikan
sedikit keuntungan pribadi (Dovidio dkk., 2006; Hoorn dkk., 2014). Para
anggota saling menyumbang sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-
masing. Sumbangan yang berbeda dalam kelompok membentuk hubungan
interpersonal yang lebih erat. Contoh dari kerjasama yaitu setiap pemain
voli yang masing-masing mempunyai perbedaan peran tetapi saling
melengkapi untuk memperoleh kemenangan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, kategori perilaku
prososial yang menjadi fokus penelitian adalah menolong. Peneliti tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
untuk meneliti perilaku menolong karena perilaku tersebut mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku menolong juga mudah
diamati secara langsung karena tidak mempertimbangkan motivasi
internal penolong.
3. Perspektif Perilaku Prososial
Perspektif adalah cara pandang terhadap munculnya perilaku prososial
seseorang. Dovidio dkk. (2006) melihat perilaku prososial melalui empat
macam sudut pandang, yaitu evolusi, sosial kognitif, belajar sosial, dan
untung-rugi. Masing-masing perspektif dijabarkan sebagai berikut :
a. Perspektif Evolusi
Perspektif evolusi mempelajari perilaku prososial yang bersifat
bawaan. Tiga hal dasar penurunan genetik perilaku prososial dijelaskan
sebagai berikut :
1) Seleksi Kerabat
Orang berperilaku prososial karena mempunyai gen menolong
yang diwariskan melalui keturunan untuk bertahan hidup. Orangtua
cenderung memiliki sifat altruisme, sehingga rela berkorban melindungi
anak. Misalnya, seorang ibu menjual ginjal untuk membayar biaya
perawatan anak di rumah sakit. Secara biologis, gen altruisme orantua
diturunkan pada anak sebesar 50% untuk melestarikan ke generasi
berikutnya. Seseorang cenderung menolong orang lain yang memiliki
hubungan genetis. Seleksi kerabat juga mendorong seseorang secara
tidak sadar untuk menolong korban yang mirip dengan diri penolong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2) Altruisme Timbal Balik
Setiap budaya memiliki norma timbal balik. Norma tersebut
mendorong seseorang menolong orang lain yang pernah menolong diri
mereka. Altruisme timbal balik mudah ditemukan dalam kelompok
yang bekerjasama mencapai tujuan. Altruisme timbal balik disebut
sebagai mutual helping karena saling memberikan manfaat antar
individu. Taylor dkk. (2009/2009) menegaskan bahwa mutual helping
membentuk sifat menolong dalam diri seseorang yang diwariskan
melalui evolusi genetik. Seperti orang yang membantu tetangga
membuat makanan untuk acara pernikahan dan berharap suatu saat juga
dibantu oleh tetangga tersebut.
3) Seleksi Kelompok
Pewarisan gen menolong juga berlaku pada tingkat populasi.
Kelompok yang beranggota altruis hidup lebih lama dibanding
kelompok yang beranggota individualis jika kedua kelompok tersebut
saling berkompetisi. Kelompok altruis lebih bermanfaat bagi anggota
dibanding kelompok individualis. Kelompok altruis juga lebih
mendominasi dan mempengaruhi kelompok individualis agar lebih
altruis. Disposisi altruis dalam populasi kemudian diwariskan antar
generasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Perspektif Sosial Kognitif
Perspektif sosial kognitif melibatkan proses kognitif yang berkaitan
dengan perilaku sosial. Kemampuan sosial kognitif mencakup dua hal
sebagai berikut :
1) Empati Kognitif
Seseorang berperilaku prososial karena mampu memahami
pikiran orang lain. Empati Kognitif sering disebut sebagai perspective
taking. Perspective taking berkembang mulai umur delapan tahun dan
semakin berkembang saat dewasa. Kemampuan perspective taking
yang baik mendorong seseorang melihat suatu peristiwa dari berbagai
sudut pandang, sehingga orang tersebut menolong dengan tepat. Teori
empati kognitif menjelaskan bahwa orang yang tidak berperilaku
prososial bukan berarti ia tidak peduli dengan orang lain, melainkan
karena ia memiliki kemampuan perspektive taking rendah.
2) Atribusi Internal
Atribusi internal adalah penilaian suatu kejadian yang
disebabkan karena faktor dalam diri seseorang. Orang berperilaku
prososial karena mampu mengenali dan menafsirkan penyebab suatu
tindakan dengan tepat. Semakin dewasa, orang cenderung
mengembangkan atribusi internal. Orang yang belajar menolong dan
mengatribusikan diri berjiwa menolong, maka ia cenderung
membantu orang pada kesempatan lain. Pemberian label dari orang
lain terkait perilaku seseorang juga mempengaruhi pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
atribusi internal. Orang yang memiliki atribusi internal tidak
terpengaruh oleh penghargaan atau nasehat dari orang lain saat
menolong.
c. Perspektif Belajar Sosial
Perspektif belajar sosial menjelaskan bahwa perkembangan
perilaku prososial tidak terlepas dari lingkungan di sekitar penolong.
Tiga hal dasar dari pembelajaran sosial adalah sebagai berikut
(Rushton, 1982, dalam Dovidio dkk., 2006) :
1) Penguatan Langsung
Perilaku prososial seseorang adalah hasil pengkondisian
operan. Seseorang mengulangi perilaku yang sama jika perilaku
tersebut memiliki konsekuensi positif (reward), namun orang
mengurangi intensi untuk menolong jika merasakan konsekuensi
negatif (punishment). Perilaku prososial terbentuk karena orang
mendapatkan penghargaan setelah menolong. Penghargaan dapat
berupa fisik dan non-fisik. Salah satu penghargaan fisik adalah
memberikan barang yang disukai penolong, sedangkan
penghargaan non-fisik berupa pujian atau ucapan terima kasih.
2) Modelling (Belajar melalui Pengamatan)
Perilaku prososial adalah hasil pengamatan tindakan orang
lain (model) di lingkungan sekitar (Bandura, 1977, dalam Dovidio
dkk. 2006). Model yang diamati tidak harus hadir secara nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(Taylor dkk., 2009/2009). Model berupa tokoh dalam sinetron,
novel, dan lain-lain.
Bandura (1997) menegaskan bahwa seseorang membentuk
perilaku baru (modelling) melalui empat proses. Pertama, proses
atensional, yaitu terdapat model yang diperhatikan oleh pengamat.
Kedua, proses retensional, yaitu pengamat menyimpan informasi
dalam konitif. Ketiga, proses pembentukan perilaku, yaitu
pengamat menerjemahkan perilaku yang diamati dalam otak,
mengulangi informasi tersebut, dan membandingkan dengan
dirinya. Pengulangan informasi tersebut membentuk skrip dalam
otak (Kennedy, 2013). Keempat, proses motivasional, yaitu
pandangan pengamat terhadap kemampuan diri untuk merespon
perilaku sesuai dengan stimulus yang muncul. Jika pengamat
merasa yakin bahwa dirinya mampu merespon stimulus yang
muncul, maka ia mengaktifkan skrip yang sudah terbentuk tersebut
dalam bentuk perilaku. Sebagaimana pada kejadian beberapa
sukarelawan yang menggalang dana di pinggir jalan untuk korban
bencana alam dan pengguna jalan menolong dengan memberikan
uang.
Dovidio dkk. (2006) menambahkan bahwa modelling
mempengaruhi perilaku prososial seseorang melalui dua hal.
Pertama, modelling mengajarkan perilaku menolong yang belum
pernah diketahui oleh penolong. Kedua, modelling menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
konsekuensi ketika seseorang terlibat dalam perilaku prososial.
Perkataan dan perbuatan model adalah dua hal penting yang
mempengaruhi pengamat.
3) Membicarakan tentang Menolong dan Altruisme
Kata adalah salah satu hal penting dalam pembentukan
perilaku prososial, terlebih saat masih anak-anak. Komunikasi
verbal yang mempengaruhi perilaku prososial memiliki tiga
bentuk, yaitu intruksi langsung, preaching, dan penjelasan.
a) Instruksi Langsung
Instruksi langsung adalah komunikasi verbal dengan cara
memberikan intruksi secara eksplisit mengenai perilaku
prososial yang harus diwujudkan. Instruksi langsung mendorong
orang memahami hal yang dikerjakan. Hasil instruksi langsung
digeneralisasikan pada situasi yang baru. Contoh dari instruksi
langsung adalah guru yang menyuruh siswa untuk menjenguk
teman yang sedang sakit.
b) Pengajaran
Pengajaran adalah nasihat yang diberikan orangtua pada
anak terkait perilaku prososial. Nasihat tersebut mencakup nilai-
nilai perilaku menolong. Pemahaman nilai-nilai menolong
mendorong seseorang lebih membantu orang lain. Nilai-nilai
yang dipahami kemudian digeneralisasikan pada situasi yang
mirip. Contohnya, guru menasihati siswa bahwa meminjamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pensil kepada teman adalah perbuatan yang baik karena
menunjukkan kepedulian.
c) Penjelasan
Penjelasan adalah keyakinan seseorang untuk menilai
perilaku yang disebabkan oleh faktor internal. Penjelasan juga
disebut sebagai atribusi. Penjelasan bertujuan untuk menjaga
karakteristik atau disposisi seseorang agar konsisten dalam diri
orang tersebut. Orang yang beranggapan bahwa ia memiliki
karakteristik penolong, maka ia lebih banyak membantu orang
lain. Misalnya, orang menolong teman yang jatuh dari sepeda
karena ia menganggap berjiwa penolong.
d. Perspektif Untung dan Rugi
Orang berperilaku prososial mempertimbangkan prinsip
ekonomi. Seseorang termotivasi untuk memaksimalkan keuntungan
dan meminimalkan kerugian (Epstein & Hornstein, 1969; Piliavin,
Dovidio, Gaertner, & Clark, 1981, dalam Dovidio dkk. 2006). Orang
cenderung berfokus pada kebutuhan diri sendiri. Sebelum menolong,
orang terlebih dahulu menganalisis keadaan di sekitar,
mempertimbangkan kemungkinan kerugian dan keuntungan jika
menolong, dan menarik kesimpulan yang memberi hasil terbaik bagi
diri penolong. Sebagai contoh, mahasiswa psikologi mendengarkan
teman yang menceritakan permasalahan keluarga. Perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mahasiswa mendengarkan teman dianggap sebagai keuntungan
karena meningkatkan kemampuan konseling.
Berdasarkan penjelasan perspektif perilaku prososial yang telah
dipaparkan, peneliti tertarik menggunakan perspektif pembelajaran sosial
melalui modelling. Perilaku prososial dilihat sebagai hasil pengamatan dari
perilaku orang lain. Perilaku prososial muncul melalui empat tahap, yaitu
proses atensional, retensional, pembentukan perilaku, dan motivasional.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial
Perilaku prososial disebabkan oleh faktor situasional dan personal
(Dovidio dkk., 2006). Faktor situasional meliputi daya tarik, kemiripan,
kualitas hubungan, dan anggota kelompok. Faktor personal meliputi
kepribadian, pola asuh, kebutuhan dan nilai. Masing-masing faktor dijelaskan
sebagai berikut :
A. Faktor Situasional
1) Daya Tarik
Ketertarikan dengan korban meningkatkan perilaku menolong.
Ketertarikan tersebut meliputi penampilan fisik, perilaku yang ramah,
dan kualitas diri (Dovidio & Gaertner, 1983; Harrel, 1978; Kelley &
Byrne, 1976; Kleinke, 1977, dalam Dovidio dkk. 2006). Orang yang
menolong karena daya tarik juga memiliki keuntungan. Keuntungan
tersebut bersifat non-fisik. Contohnya, orang menolong lawan jenis
yang menarik sehingga berkesempatan menjalin relasi bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2) Kemiripan
Kemiripan mempengaruhi perilaku prososial. Penolong cenderung
menyukai dan menolong orang yang mirip dengan diri mereka (Dovidio
dkk. 2006; Myers, 2010/2012). Kemiripan berupa bentuk wajah, agama,
nama panggilan, pakaian, negara, sikap dan lain-lain. Byrne (1971,
dalam Dovidio dkk. 2006) menjelaskan bahwa kemiripan mendorong
ketertarikan interpersonal, sehingga orang menolong. Penolong juga
cenderung menolong orang lain yang sesuai dengan diri penolong,
seperti kesesuaian nilai, keyakinan, dan lain-lain (Cialdini, Brown,
Lewis, Luce, & Neuberg, 1997, dalam Dovidio dkk., 2006).
3) Kualitas Hubungan
Seseorang menawarkan pertolongan pada orang lain yang
memiliki ikatan perasaan kuat dengan diri mereka. Orang yang
menjalani hubungan secara mendalam, tertutup, dan mendukung
cenderung saling memberikan pertolongan (Anderson & Williams,
1996; Bryan, Hammer, & Fisher, 2000, dalam Dovidio dkk. 2006).
Orang yang berelasi dalam waktu lama dan tertutup mengalami
perasaan positif, baik saat menolong maupun memberikan pertolongan.
4) Anggota dalam Kelompok
Seseorang cenderung menolong orang lain dalam kelompok yang
sama. Orang lebih mengingat detail informasi mengenai anggota dalam
satu kelompok dibanding orang dalam kelompok lain. Orang juga
berpikir lebih positif, mengevaluasi lebih baik, dan lebih dermawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
terhadap anggota kelompok (Gaertner & Dovidio, 2000, dalam Dovidio
dkk. 2006). Contoh kesamaan kelompok adalah perkumpulan anggota
penggemar sepak bola, kelompok kelas, kelompok fakultas dan lain-
lain.
5) Karakteristik Rasial
Seseorang cenderung menolong orang lain dalam ras yang sama.
Orang yang memiliki ras berbeda menjadi target prasangka dan stigma
sehingga sedikit ditolong. Misalnya, orang berkulit putih lebih sedikit
memberikan pertolongan pada orang berkulit hitam di United States.
B. Faktor Personal
1) Kepribadian Prososial
Kepribadian seseorang mempengaruhi perilaku prososial.
Kepribadian agreebleness dan conscientiousness dalam Big Five
berhubungan dengan perilaku prososial. Kedua kepribadian tersebut
mendorong seseorang untuk berfokus pada kebutuhan orang lain dan
merasa kompeten ketika membantu.
Agreebleness adalah kepribadian yang berkaitan dengan
kepercayaan dan kelembutan hati terhadap orang lain (Graziano &
Tobin, 2002, dalam Dovidio dkk. 2006). Orang dengan agreebleness
tinggi lebih kooperatif (Ross, Rausch, & Canada, 2003, dalam Dovidio
dkk. 2006) dan lebih sukarela untuk membantu orang lain (Carlo, Okun,
Knight, & de Guzman, 2005, dalam Dovidio dkk. 2006). Kepribadian
yang juga berhubungan dengan perilaku prososial adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
conscientiousness. Conscientiousness adalah kepribadian yang
berhubungan dengan kompetensi dan lebih dipercaya aktif dalam donor
darah (Ferguson, 2004, dalam Dovidio dkk. 2006).
2) Pola Asuh
Pola asuh adalah hasil relasi seseorang terhadap orang lain yang
memiliki hubungan dekat. Pola asuh adalah hasil pengalaman seseorang
saat bayi dengan pengasuh (Bowlby, 1988 dalam Dovidio dkk. 2006).
Pengalaman tersebut meliputi respon pengasuh terhadap kebutuhan
fisik dan emosional bayi. Respon pengasuh terhadap bayi saat
mengalami distres juga mempengaruhi pola asuh. Miskulincer dan
Shaver (2005, dalam Dovidio dkk. 2006) mempertegas bahwa pola asuh
yang aman mendorong seseorang untuk menolong. Orang dengan pola
asuh yang aman cenderung berfokus pada kebutuhan dan kesejahteraan
orang lain. Ia tidak khawatir terhadap peristiwa yang terjadi pada diri
mereka saat menolong. Rasa aman berhubungan dengan keyakinan
yang optimis ketika seseorang mengatasi distres orang lain.
3) Kebutuhan dan Nilai
Nilai yang dihidupi oleh seseorang mempengaruhi perilaku
menolong. Nilai adalah ide yang mengarahkan seseorang dalam
bertindak, mengevaluasi peristiwa dan orang lain, serta menjelaskan
tindakan diri mereka sendiri dan mengevaluasi tindakan tersebut
(Schwartz, 1994, dalam Dovidio dkk. 2006). Hitlin (2003, dalam
Dovidio dkk. 2006) menambahkan bahwa nilai yang berkaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
perbuatan baik kepada orang lain berhubungan dengan perilaku
sukarela, namun nilai yang berfokus pada pencapaian diri sendiri
cenderung tidak memiliki perilaku sukarela. Orang menolong juga
untuk menyalurkan kebutuhan personal atau sosial (Omoto & Snyder,
2002, dalam Dovidio dkk. 2006). Orang yang memiliki beberapa
kebutuhan lebih menunjukkan perilaku menolong.
Berdasarkan penjelasan faktor perilaku prososial yang telah
dipaparkan, peneliti berfokus pada faktor situasional. Perilaku prososial
dilihat sebagai hasil interaksi dengan orang lain yang terus berkembang,
sehingga lingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang.
B. Membaca
1. Definisi Membaca
Membaca sudah menjadi hal yang sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, membaca petunjuk jalan, berita di surat kabar,
membaca novel, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
membaca penting untuk dimiliki setiap orang di zaman sekarang. Beberapa
peneliti memiliki definisi membaca yang berbeda-beda. Menurut Ziller
(1964), membaca merupakan interaksi antara penulis buku dan pembaca yang
tidak harus bertemu secara langsung. Komunikasi dalam bahan bacaan
cenderung bersifat persuasif. Membaca juga merupakan suatu agen dalam
perubahan diri (Ziller, 1964). Pembaca dapat mengintegrasikan pengalaman
dalam cerita ke dalam konsep diri mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Membaca merupakan penerimaan bentuk bahasa tertulis (Liu, 2010).
Membaca melibatkan pemrosesan pesan dari bahasa tertulis tersebut.
Crawley dan Mountain (1995, dalam Rahim, 2007) menambahkan bahwa
membaca adalah aktivitas yang melibatkan beberapa proses. Pertama, proses
visual, yaitu proses menerjemahkan tulisan ke dalam kata-kata lisan. Kedua,
proses berpikir, yaitu adanya pengenalan kata, pemahaman literal, aktivitas
interpretatif, membaca secara kritis, dan pemahaman kreatif. Ketiga, proses
linguistik. Proses linguistik merupakan proses membangun makna dan
mengkomunikasikan pesan. Keempat, proses metakognitif, yaitu aktivitas
perencanaan, pembetulan suatu strategi, memonitor, dan mengevaluasi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan
bahwa membaca adalah komunikasi antara penulis dan pembaca melalui
tulisan yang melibatkan proses visual, berpikir, linguistik, dan metakognitif,
sehingga memungkinkan pembaca untuk mengubah perilakunya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.
Menurut Chester (1974), terdapat delapan faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca, seperti inteligensi, persepsi, pemahaman, gaya
kognisi, kepribadian, bahasa, keterbacaan, dan kebersihan. Lamb dan Arnold
(1976, dalam Rahim, 2007) mengelompokkan faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca menjadi empat, yaitu faktor fisiologis, intelektual,
lingkungan, dan psikologis. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan membaca adalah kondisi alat indera, kecerdasan, emosi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kesehatan, budaya, dan faktor pendidikan (Bader, 1980, dalam Pertiwi &
Sugiyanto, 2007).
Berdasarkan beberapa faktor kemampuan membaca yang telah
dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas, peneliti menggunakan faktor dari
Chester (1974) karena faktor tersebut tidak terbatas oleh usia pada masa anak-
anak dan bukan faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada tahap
permulaan. Faktor-faktor tersebut lebih relevan untuk digunakan dalam
penelitian ini. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut :
a) Inteligensi
Banyak tokoh yang memiliki definisi inteligensi berbeda-beda.
Gregory (2011/2013) menemukan tema besar tentang definisi inteligensi
yang sering muncul dari penjelasan para tokoh. Inteligensi adalah
kapasitas belajar dari pengalaman dan kapasitas beradaptasi dengan
kondisi lingkungan sekitar (Gregory, 2011/2013). Menurut Chester
(1974), kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh inteligensi. Ia
melihat bahwa banyak tes inteligensi yang melibatkan kemampuan
membaca sebagai komponen pokok dan berpengaruh besar dalam skor
inteligensi tersebut.
Beberapa contoh tes inteligensi yang melibatkan kemampuan
membaca adalah Lorge-Thorndike Intelligence Tests, California Short
Form Test of Mental Ability, Stanford-Binet Intelligence Tests, dan
Wechsler Intelligence Scale for Children (Chester, 1974). Durel (1993,
dalam Chester, 1974) juga menambahkan bahwa klasifikasi inteligensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
berkaitan dengan kemampuan membaca seseorang. Orang yang memiliki
inteligensi rendah biasanya mengalami kesulitan dalam membaca.
b) Persepsi
Chester (1974) berpendapat bahwa membaca melibatkan proses
persepsi sederhana dari stimulus berbentuk grafis. Informasi dalam bacaan
diserap melalui proses sensori. Pada saat membaca, terjadi mediasi, yaitu
pengorganisasian dan modifikasi informasi yang dilihat. Akhir dari proses
persepsi, misalnya pemaknaan bacaan, tergantung pada persepsi setiap
stimulus dan informasi yang didapatkan setiap orang. Dalam psikologi
sosial, hasil persepsi setiap orang dapat berbeda-beda.
Anak yang berumur diantara empat hingga delapan tahun mulai
belajar kemampuan perseptual dan diasosiasikan dengan membaca
(Chester, 1974). Namun, banyak anak yang berusia enam tahun belum
benar-benar dewasa dalam perkembangan perseptual visual untuk
memulai tugas membaca. Chester (1974) menegaskan bahwa kemampuan
perseptual dan membaca berkorelasi tinggi saat anak-anak berada di awal
sekolah dasar atau pada saat TK, namun korelasi tersebut berkurang secara
terus menurus seiring bertambahnya usia dan tingkatan sekolah.
c) Pemahaman
Pemahaman dalam membaca memiliki beberapa faktor yang
mendasari. Davis (1968, dalam Chester, 1974) menunjukkan bahwa 32%
faktor pemahaman disebut sebagai memori untuk pemaknaan kata dan
20% faktor untuk menarik kesimpulan dari konten bacaan. Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
persen bagian yang tersisa adalah faktor untuk mengikuti struktur bagian
cerita, mengenali tujuan, sikap, intonasi, dan suasana hati penulis, serta
menemukan jawaban untuk menjawab pertanyaan eksplisit atau
memparafrasekan informasi yang diperoleh. Sedangkan, menurut
pendapat Chester (1975), area yang paling banyak mendapat perhatian
dalam kaitannya dengan pemahaman adalah struktur kalimat dan sintaksis.
Gough (1966, dalam Chester, 1974) menambahkan bahwa kalimat
aktif lebih cepat dibaca daripada kalimat pasif dalam memahami suatu
bacaan. Pembaca juga lebih cepat membaca kalimat yang bersifat
afirmatif. Oaken dan Wiener (1971, dalam Chester, 1974) menemukan
bahwa pemahaman pembaca berkaitan dengan cara penyajian bacaan.
Pembaca juga menunjukkan tingkat pemahaman yang tinggi ketika bacaan
berupa visual, bukan auditori .
d) Gaya Kognisi
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan gaya kognisi, seperti
independensi, kategorisasi, dan refleksi-impulsif. Secara umum, seseorang
yang bersifat independen memiliki kemampuan membaca lebih baik
dibandingkan dengan mereka yang dependen (Chester, 1974). Hal tersebut
terlihat sangat berbeda pada siswa sebelum masuk SMA dan kuliah
(Higgins & Gage, 1968, Peterson & Magaro, 1969, dalam Chester, 1974).
Selain independensi, kategorisasi juga berkaitan dengan gaya kognisi
(Chester, 1974). Setiap orang memiliki gaya kategorisasi yang berbeda-
beda. Perbedaan gaya kategorisasi dapat berperan secara aktif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
membaca. Serafica dan Sigel (1970, dalam Chester, 1974), menemukan
bahwa terdapat perbedaan antara anak laki-laki yang mengalami
permasalahan membaca dengan yang tidak bermasalah, terkait dengan
kemampuan konseptual dan integratif. White (1971, dalam Chester, 1974),
membagi gaya kategorisasi menjadi tiga bentuk, yaitu deskriptif,
relasional, dan inferensial. Ketiga bentuk kategorisasi tersebut dapat
ditemukan dari masa kanak-kanak hingga remaja.
Hal lain yang berkaitan dengan gaya kognisi adalah refleksi impulsif.
Refleksi impulsif berkaitan sejauh mana anak merefleksikan solusi
alternatif dalam situasi yang menyediakan beberapa kemungkinan respon
secara bersamaan (Chester, 1974). Penalaran induktif, konsep
pembelajaran, dan hal yang berkaitan dengan pembelajaran termasuk
dalam refleksi impulsif tersebut.
e) Kepribadian
Kepribadian mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Ali
(2012) meneliti keterkaitan antara kepribadian Big-Five dengan
kemampuan membaca. Kepribadian extraversion, agreeableness,
conscientiousness, dan openness berhubungan positif dengan kemampuan
membaca seseorang.
Pertama, extraversion (ekstraversi). Orang yang berkepribadian
ekstraversi berkemampuan lebih baik dibanding mereka yang
berkepribadian intraversi. Orang yang berkepribadian ekstraversi lebih
berkesempatan untuk mengekspresikan kata melalui tulisan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
ucapan. Hal tersebut berdampak baik pada kemampuan membaca orang
tersebut. Kedua, agreeblessness. Orang yang berkepribadian
agreeablessness cenderung menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari dan mereka cenderung memiliki relasi interpersonal
yang baik. Hal tersebut mendorong mereka lebih berkemampuan baik
dalam membaca karena lebih berkesempatan untuk menemukan tugas-
tugas terkait membaca dibanding menulis.
Ketiga, kepribadian conscientiousness. Orang dengan kepribadian
conscientiousness lebih terorganisir dalam menjalankan tugas di
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mendorong mereka lebih fokus dalam
membaca bacaan. Keempat, openness. Orang yang berkepribadian
openness lebih terbuka untuk mempelajari pengalaman baru, termasuk
membaca buku atau bacaan yang lain, sehingga berkemampuan membaca
lebih baik. Secara umum, laki-laki lebih menikmati cerita yang berkaitan
dengan petualangan, olahraga, ilmu pengetahuan, dan detektif, sedangkan
perempuan cenderung lebih menyukai cerita keluarga dan fantasi (Chester,
1974).
f) Bahasa
Bahasa juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam kaitannya
dengan membaca (Chester, 1974). Hildreth (1948, dalam Chester, 1974)
menemukan bahwa pemahaman bahasa yang lemah secara signifikan
berkontribusi terhadap ketidakmampuan membaca seseorang. Secara
umum, peningkatan dan pemaknaan perbendaharaan kata dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
secara positif berhubungan pula dengan hasil nilai dalam membaca
bersuara dan membaca dalam hati (Chester, 1974).
Hunt (1953, dalam Chester, 1974) menemukan bahwa
perbendaharaan kata dan analisis struktural bacaan berhubungan dengan
membaca, bahkan ketika peneliti mengontrol faktor inteligensi. Bahasa
verbal menjadi prediktor yang baik dalam performansi membaca.
Peningkatan pemahaman dalam membaca dapat dilakukan dengan
menuliskan bahan bacaan dengan mengikuti pola bahasa verbal pembaca
(Tatham, 1970, dalam Chester, 1974).
g) Keterbacaan
Keterbacaan adalah tingkat keserasian antara bacaan dengan pembaca
(Gilliland, 1975, dalam Wray & Janan, 2013). Bacaan yang tidak menarik
akan membuat pembaca bosan, sedangkan bacaan yang terlalu sulit akan
membuat pembaca menjadi frustasi. Isu mengenai keterbacaan sering
terjadi pada konteks sekolah. Guru harus menyesuaikan tingkat kesulitan
bahan bacaan sesuai dengan konteks usia, sehingga pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik (Wray & Janan, 2013).
Keterbacaan menjadi faktor yang penting di samping faktor bahasa.
Secara umum, faktor keterbacaan dalam membaca didasarkan pada konten
area bacaan yang meliputi panjang kalimat, frekuensi distribusi kata, dan
perbedaan elemen sintaksis (Chester, 1974). Wray dan Janan (2013)
menambahkan bahwa semakin panjang kalimat, maka pembaca akan
semakin sulit memahami kalimat tersebut. Pembaca juga akan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mudah memahami bacaan ketika bacaan tersebut menggunakan kosakata
yang umum. Selain itu, penyusunan kalimat yang terstruktur
mempermudah pembaca pula dalam memahami maksud bacaan.
h) Kesehatan dalam Membaca
Penelitian mengenai kesehatan dalam membaca berkaitan dengan
kondisi penerangan dan tipografi. Kondisi kecepatan dan penerangan yang
efisien dalam membaca setara dengan nyala 10-25 buah lilin (Tinker,
1959, dalam Chester, 1974). Faktor lain yang termasuk efektifitas
membaca adalah kontras dan kilauan cahaya dalam penerangan tersebut
(Tinker, 1959, Luckish, 1947, dalam Chester, 1974).
Tipografi juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.
Zachrisson (1957, dalam Chester, 1974) melaporkan bahwa anak awal
Sekolah Dasar lebih menyukai ukuran huruf sebesar 16 poin, sedangkan
siswa kelas 4 kebih cenderung menyukai huruf yang berukuran 12 poin.
McNamara, Paterson, and Tinker (1953, dalam Chester, 1974) memiliki
pendapat yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tipe
ukuran huruf tidak secara konsisten berpengaruh pada kecepatan
membaca.
3. Tujuan Membaca
Seseorang tentunya memiliki tujuan saat membaca suatu bacaan. Gibson
dan Levin (1975) membagi tujuan membaca menjadi tiga hal. Pertama,
seseorang membaca suatu bacaan untuk mengasah kemampuan kognitif
mereka. Hal tersebut terkadang juga terdorong oleh suatu kondisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menuntut mereka untuk membaca. Misalnya, mahasiswa membaca suatu
jurnal penelitian karena disuruh oleh Dosen. Proses membaca mahasiswa
tersebut selain karena tuntutan matakuliah tertentu, juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir mereka, seperti memahami pentingnya suatu penelitian
hingga mempelajari metodenya. Hal tersebut berdampak pada proses berpikir
yang lebih kritis.
Kedua, seseorang membaca suatu bacaan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan mereka. Hal tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam pendidikan formal maupun informal. Contoh membaca untuk
meningkatkan pengetahuan adalah mahasiswa yang membaca majalah
national geographic tentang kandungan buah apel.
Ketiga, membaca digunakan untuk mendapatkan hiburan. Pembaca dapat
mendapatkan kepuasan batin melalui membaca bacaan. Sebagai contoh,
mahasiswa membaca novel untuk mengisi waktu luang mereka setelah ujian
akhir semester berakhir.
C. Cerita Pendek
1. Definisi Cerita Pendek
Pujiharto (2012) menjelaskan bahwa cerita pendek adalah salah satu
bentuk karya fiksi yang menarik. Isi cerita pendek tidak berdasarkan pada
kehidupan nyata. Cerita pendek mengandung manifestasi pengalaman yang
unik karena disusun menggunakan pemikiran imajinatif pengarang.
Cahyono dkk. (2016) menambahkan bahwa pengarang menyusun isi cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dengan mempertimbangkan gaya bahasa, karakter, konflik, tema, dan alur
sehingga mengandung unsur estetika.
Cerita pendek mempunyai karakteristik yang khas. Cerita pendek
memiliki jumlah teks yang pendek dan padat, sehingga pembaca
menyelesaikan bacaan dalam waktu singkat (Cahyono dkk., 2016; Krishna
& Sandhya, 2015; Sudheer, 2012; Thahar, 2014). Cerita pendek adalah jenis
fiksi favorit yang paling banyak ditulis untuk menghibur dan mendidik
pembaca (Sudheer, 2012; Thahar, 2014). Cerita pendek mengandung satu
peristiwa utama (Cahyono dkk., 2016). Peristiwa utama didukung oleh
peristiwa-peristiwa lain yang berujung pada peristiwa puncak di akhir cerita.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan teori cerita pendek
dari Pujiharto (2012) karena memiliki pembahasan yang lebih rinci
mengenai konsep karya fiksi. Teori tersebut juga membahas cerita pendek
sebagai manifestasi pengalaman manusia yang terwujud dalam isi cerita.
Teori tersebut mengorganisasikan setiap unsur cerita pendek secara
sistematis dan saling berkaitan.
2. Unsur-unsur Cerita Pendek
Pujiaharto (2012) membagi unsur cerita berdasarkan fakta, sarana, dan
tema cerita. Masing-masing unsur dijelaskan sebagai berikut :
A. Fakta Cerita
Fakta cerita adalah kejadian dalam dunia imajinasi pada cerita. Fakta
cerita mudah ditemukan oleh pembaca. Fakta cerita meliputi alur, tokoh,
dan latar. Berikut adalah penjelasan masing-masing bagian :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1) Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa secara sistematis yang membuat
cerita pendek menjadi lebih menarik. Setiap peristiwa memiliki
hubungan sebab-akibat dengan peristiwa lain, sehingga isi cerita
berkesinambungan. Ibnian (2010) menambahkan bahwa hubungan
antar peristiwa membentuk suasana semakin menenggangkan.
Peristiwa dalam alur bersifat fisis. Peristiwa fisis adalah peristiwa
yang tampak dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, tokoh utama
memberi buah-buahan kepada tetangga. Peristiwa dalam alur juga
bersifat non fisis. Peristiwa non-fisis adalah peristiwa yang tidak
tampak dalam kehidupan nyata. Seperti tokoh utama yang lebih
bersabar setelah mengalami kecelakaan.
2) Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang muncul dalam cerita (Ibnian, 2010;
Pujiharto, 2012). Jumlah tokoh dalam cerita pendek lebih sedikit
dibanding karya fiksi lain. Tokoh memiliki sifat masing-masing yang
disampaikan melalui dialog dan tindakan dalam cerita (Irshad &
Ahmed, 2015; Pujiharto, 2012). Deskripsi mengenai tokoh utama
membantu pembaca membayangkan tokoh utama tersebut dalam
pikiran. Cerita pendek juga memiliki tokoh tambahan. Tokoh
tambahan adalah tokoh yang jarang muncul dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3) Latar
Latar adalah waktu dan tempat peristiwa dalam sebuah cerita
pendek (Ibnian, 2010; Pujiharto, 2012). Penulis mempertegas latar
cerita pendek dengan mendeskripsikan kondisi lingkungan di sekitar
tokoh, seperti kondisi alam, pemandangan, dan cuaca. Selain
mendeskripsikan lingkungan, latar juga dipertegas dengan
mendeskripsikan suasana lingkungan yang dirasakan tokoh, sehingga
membawa pengaruh emosional bagi pembaca (Pujiharto, 2012).
B. Sarana Cerita
Sarana cerita adalah metode memilih dan menyusun detail cerita
agar tujuan yang disampaikan kepada pembaca tercapai (Stanton, 1965,
dalam Pujiharto, 2012). Sarana cerita meliputi judul, sudut pandang,
konflik dan klimaks. Berikut adalah penjelasan masing-masing bagian :
1) Judul
Judul adalah bagian paling awal dalam cerita pendek yang
mempermudah pembaca menemukan makna cerita. Judul mendorong
pembaca menyelami cerita hingga akhir untuk menemukan makna
cerita terebut. Judul cerita pendek terkadang tidak disebutkan dalam isi
cerita, sehingga pembaca lebih penasaran terhadap maksud dari cerita
tersebut.
2) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam menyampaikan
cerita. Sudut pandang dalam penelitian ini adalah sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
orang pertama. Sudut pandang orang pertama utama digambarkan
oleh tokoh utama yang menggunakan kata-kata dari diri sendiri dalam
bercerita. “Saya” atau “Aku” adalah kata yang digunakan sebagai
pusat pengisahan dari awal hingga kahir cerita.
3) Konflik dan Klimaks
Konflik dan klimaks adalah metode pengarang dalam
mengembangkan sebuah cerita. Sebuah cerita pendek hanya memiliki
satu konflik (Thahar, 2014). Ibnian (2010) menegaskan bahwa
konflik dalam cerita pendek dialami oleh tokoh utama. Tokoh utama
berjuang melawan perilaku negatif dari tokoh lain, kondisi alam yang
buruk, bahkan melawan pikiran atau perasaan yang mengganggu
dalam diri tokoh utama tersebut saat menghadapi konflik. Pujiharto
(2012) menambahkan bahwa konflik yang terjadi dalam cerita
bersifat relevan dengan konflik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan dalam cerita yang mirip dengan kehidupan nyata
bermanfaat bagi pembaca karena pesan dalam cerita mudah
diaplikasikan.
C. Tema Cerita
Tema adalah ide yang mengontrol isi cerita secara keseluruhan
(Ibnian, 2010; Irshad & Ahmed, 2015). Tema memberikan makna atau
tujuan dalam cerita untuk pembaca. Pujiharto (2012) menjelaskan bahwa
tema memiliki arti atau gagasan yang tersembunyi melalui cerita. Tema
dikembangkan melalui konflik yang dialami tokoh utama dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
peristiwa. Pembaca memahami tema cerita setelah membaca secara
keseluruhan dengan membiarkan diri hanyut pada cerita yang dibaca.
Pembaca yang memahami tema cerita mendapatkan keuntungan berupa
nilai-nilai kehidupan yang disampaikan oleh penulis melalui cerita
(Pujiharto, 2012).
D. Membaca Cerita Pendek
1. Definisi Membaca Cerita Pendek
Membaca merupakan proses penyampaian pesan antara penulis dan
pembaca. Penyampaian pesan tersebut melibatkan proses sensori visual dan
kognitif (berpikir, belajar linguistik, mengevaluasi, menyimpulkan, dan lain-
lain) melalui tulisan. Tulisan yang dimaksud dalam penelitian adalah cerita
pendek. Cerita pendek merupakan salah satu bentuk cerita fiksi yang tidak
didasarkan pada kisah nyata (Pujiharto, 2012). Pembaca tidak memerlukan
banyak waktu untuk membaca cerita pendek karena jumlah teks dalam cerita
pendek cukup singkat dan padat (Cahyono dkk., 2016; Krishna & Sandhya,
2015; Suudheer, 2012; Thahar, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, membaca cerita pendek adalah proses
memahami pesan yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan yang
singkat. Pembaca secara aktif memahami bacaan tersebut dengan melibatkan
proses sensori visual dan kognitif (Crawley & Mountain, 1995, dalam Rahim,
2007). Membaca cerita pendek berarti mempelajari nilai kehidupan nyata
melalui kisah fiktif dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Teori Transportation dalam Membaca Cerita Pendek
Pembaca cerita pendek dapat belajar mengenai kehidupan sosial
melalui cerita. Hal tersebut disebabkan karena pembaca mengalami
transportation (Johnson, 2012; Green & Brock, 2000). Transportation adalah
proses mental yang terfokus ketika membaca cerita (Bal & Veltkamp, 2013;
Green & Brock, 2000). Transportation terjadi ketika perhatian seseorang
terlibat dalam cerita, mengalami high imagery, dan secara emosional
dipengaruhi oleh cerita tersebut. Green dan Brock (2000) menambahkan
bahwa pembaca yang mengalami transportation dapat mengubah keyakinan
dalam diri mereka setelah membaca cerita.
Pembaca yang mengalami transportation saat membaca memiliki tiga
konsekuensi (Green & Brock, 2000). Pertama, transportation membuat
pembaca melupakan dunia nyata karena terfokus dalam kehidupan cerita. Hal
tersebut terjadi dalam taraf fisik dan psikologis. Taraf fisik misalnya pembaca
tidak mengetahui orang yang masuk ruangan ketika ia sedang membaca cerita
pendek, sedangkan tingkat psikologis misalnya pembaca yang tidak
menyadari bahwa pernyataan dalam cerita tidak sesuai dengan kehidupan
nyata namun ia mengabaikannya.
Konsekuensi kedua, transportation membuat pembaca mengalami
pengalaman emosi dan motivasi yang kuat, terlebih ketika mereka
mengetahui bahwa cerita tersebut fiktif. Misalnya, ketika pembaca
mengalami transportation pada cerita yang berakhir tidak menyenangkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
maka ia akan berpikir untuk mengubah hasil perasaan tersebut seperti
perasaan semula.
Konsekuensi ketiga, transportation dapat mengubah pengalaman
pembaca. Pembaca yang mengalami transportation memiliki empati afektif
yang lebih tinggi setelah membaca cerita yang berunsur empati (Johnson,
2012). Selain itu, Green dan Brock (2000) juga menemukan bahwa keyakinan
pembaca berubah setelah membaca cerita non fiksi. Pembaca mengadopsi
nilai-nilai keyakinan dalam cerita dan menerapkan keyakinan tersebut pada
kehidupan nyata.
3. Manfaat Membaca Cerita Pendek
Membaca cerita pendek memberikan beberapa manfaat bagi pembaca.
Krishna dan Sandhya (2015) menjelaskan bahwa membaca cerita pendek
melatih kemampuan imajinatif seseorang. Pembaca cerita pendek cenderung
mengikuti isi cerita, sehingga informasi cerita tersebut masuk ke pikiran
pembaca. Kognisi yang terstimulasi oleh informasi baru mendorong pembaca
menemukan ide-ide untuk lebih berpikir kritis.
Fiksi naratif seperti cerita pendek juga berfungsi untuk menstimulasi
dan memberikan pembelajaran melalui pengalaman sosial fiksional (Mar &
Oatley’s, 2008, dalam Johnson, 2012). Emosi dan pikiran pembaca kongruen
dengan karakter dalam cerita pendek setelah terstimulasi isi cerita. Pembaca
cerita pendek juga belajar mengenai dunia sosial yang kompleks, mengambil
kesimpulan, dan membuat prediksi mengenai perkembangan alur dan
hubungan interpersonal dalam cerita tersebut (Mar & Oatley’s, 2008, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Johnson, 2012). Selain itu, cerita pendek juga bermanfaat untuk menghibur
pembaca (Rubin, 1994, dalam Green & Brock, 2000).
E. Masa Dewasa Awal
a. Tugas Perkembangan
Setiap tahap perkembangan manusia memiliki karakteristik yang khas.
Salah satu tahapan dalam perkembangan manusia adalah masa dewasa awal.
Santrock (2011/2012) menjelaskan bahwa masa dewasa awal berada dalam
rentang usia 18-25 tahun. Orang pada masa dewasa awal lebih banyak
mengeksplorasi diri mereka. Santrock (2011/2012) menjelaskan bahwa
mereka berinteraksi dengan teman-teman dalam latar belakang yang berbeda-
beda. Secara psikologis, tugas perkembangan yang harus diselesaikan dalam
tahap ini adalah menemkuan identitas diri, menjadi mandiri dari orangtua,
mengembangkan sistem nilai yang baik, dan menjalin relasi (Papalia,
2014/2014). Pada tahap ini, mereka cenderung mencoba hal-hal baru, mencari
pengalaman, dan cara hidup yang berbeda (Papalia, 2014/2014).
b. Konflik
Orang dewasa awal menghadapi situasi yang baru karena telah
meninggalkan SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja.
Montgomery dan Corey (2003, dalam Papalia, 2014/2014) menjelaskan
bahwa hal penting bagi orang dewasa awal adalah mampu membangun relasi
sosial dan akademis yang kuat antar teman sebaya. Papalia (2014/2014)
menambahkan bahwa salah satu hal yang juga menjadi penting mahasiswa
dalam menjalani kuliah adalah kualitas interaksi sosialnya. Konflik penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang harus diselesaikan dalam tahap ini adalah keintiman versus isolasi
(Erikson, 1968, dalam Santrock, 2011/2012).
Menurut Erikson (1968, dalam Santrock, 2011/2012) menjelaskan bahwa
keintiman adalah proses menemukan diri sendiri dan meleburkan diri mereka
dalam diri orang lain. Hal ini membutuhkan suatu komitmen dengan orang
lain. Sebaiknya, seseorang dalam tahap ini mampu membangun persahabatan,
baik di lingkungan tempat tinggal mereka maupun di tempat kerja. Jika
seseorang gagal membangun relasi akrab dengan orang lain, maka mereka
mengalami isolasi atau terkucilkan. Santrock (2011/2012) menegaskan
bahwa orang yang terisolasi pada tahap ini cenderung tidak mau mengakui,
mengabaikan, dan menyerang orang yang dianggap menjadi sumber
permasalahan. Kesuksesan seseorang dalam mengatasi konflik tersebut
tentunya akan berdampak bagi kehidupan selanjutnya.
c. Dinamika Individu di Masa Dewasa Awal
Persahabatan merupakan hal yang sebaiknya dicapai oleh seseorang pada
masa dewasa awal. Peneliti telah menjelaskan pada sub bab sebelumnya
bahwa interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam membangun
persahabatan tersebut. Carbery dan Buhrmester (1998, dalam Papalia,
2014/2014) juga menegaskan bahwa menjalin persahabatan merupakan hal
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Seseorang pada tahap
dewasa awal cenderung mengembangkan perilaku yang positif agar diterima
oleh orang lain dalam lingkungan sosialnya, seperti berperilaku menolong
dengan teman yang mengalami kesulitan. Mereka akan saling membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan orang lain untuk mempertahankan interaksi yang saling
menguntungkan (Matsumoto dkk., 2016). Perilaku menolong sebagai
perilaku yang positif tentunya akan terus dipertahankan dan dikembangkan
ditahap perkembangan ini. Hasil konsekuensi positif dari perilaku menolong
tersebut juga akan menjadi bekal untuk beradaptasi dikemudian hari
(Matsumoto dkk., 2016).
F. Dinamika Antar Variabel
Perilaku menolong adalah perilaku interpersonal yang bermanfaat bagi
orang lain. Perilaku tersebut dapat dipelajari dan dilatih dalam kehidupan
keseharian. Perilaku menolong yang berdampak positif bagi orang lain penting
untuk ditingkatkan. Peningkatan perilaku menolong dapat menggunakan media
berupa cerita pendek yang bertema menolong.
Cerita pendek memiliki unsur penting yaitu tema. Tema mengarahkan
makna yang disampaikan dan mempengaruhi unsur-unsur lain dalam cerita,
seperti penokohan, latar, konflik dan lain-lain. Tema tentang perilaku menolong
akan mempengaruhi unsur-unsur tersebut untuk mengarahkan cerita pada
konsep menolong. Pembaca belajar mengenai nilai-nilai dari perilaku menolong
setelah membaca cerita secara keseluruhan dengan teliti.
Pembaca yang membaca dan mengulang isi cerita mengalami proses
transportation, yaitu perasaan dan pikiran terfokus dalam isi cerita, serta
mengalami high imagery (Green & Brock, 2000). Pembaca akan membawa
dirinya ke dalam cerita dan berimajinasi mengikuti isi cerita. Pembaca belajar
tentang peristiwa dalam kehidupan sehari-hari melalui cerita. Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menolong akan semakin mudah terserap ketika seseorang berada dalam masa
dewasa awal karena perilaku menolong orang tersebut sedang berkembang.
Pembaca yang mengalami transportation mendorong terjadinya proses
modelling melalui tokoh simbolik.
Pembaca mengamati tokoh dalam cerita yang berperilaku menolong
(atensional) dan menyimpan pembelajaran perilaku menolong tersebut dalam
kognisi. Pembaca mengulang pembelajaran menolong dalam kognisi
(retensional). Pembelajaran perilaku menolong semakin terserap dengan baik
ketika pembaca juga mengulang informasi tersebut melalui proses merangkum
cerita. Pengulangan informasi tersebut memperkuat skrip perilaku menolong
dalam kognisi. Pembaca membandingkan informasi tersebut dengan diri sendiri
sehingga pembaca berkesempatan membentuk perilaku baru seperti tokoh
dalam cerita. Pembaca akan mengaktifkan skrip perilaku menolong tersebut
ketika menemukan stimulus yang mirip dengan cerita dalam dunia nyata.
Pembaca meniru perilaku menolong dari tokoh simbolik setelah membaca cerita
pendek (motivasional). Pembaca akan menolong ketika situasi memberitahukan
bahwa dirinya harus menolong.
G. Skema
Skema penelitian berikut memperlihatkan proses peningkatan variabel
tergantung (perilaku menolong) dengan menggunakan variabel bebas (membaca
cerita pendek). Peneliti melihat hasil peningkatan perilaku menolong tersebut
dengan membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi cerita pendek,
melainkan hanya diberi bacaan informatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku menolong
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen yang diberi cerita pendek bertema menolong
memiliki perilaku menolong yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol
yang diberi bacaan informatif.
Kelompok
Eksperimen
Mahasiswa non-
Psikologi membaca
dan merangkum
cerita pendek
bertema perilaku
menolong
Mahasiswa non
Psikologi membaca
dan merangkum
bacaan informatif
yang tidak bertema
perilaku menolong
Mahasiswa non-
Psikologi mengalami
modelling perilaku
menolong melalui
tokoh dalam cerita
pendek
Mahasiswa non-
Psikologi memiliki
perilaku menolong
lebih tinggi dibanding
mahasiswa dalam
kelompok kontrol
Kelompok Kontrol
Mahasiswa non-
Psikologi tidak
mengalami modelling
perilaku menolong
melalui bacaan
informatif
Mahasiswa non-
Psikologi memiliki
perilaku menolong
lebih rendah dibanding
mahasiswa dalam
kelompok eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
eksperimen. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori dengan
mengindentifikasi variabel yang diteliti. Peneliti mengukur variabel secara
numerik dengan menerapkan pendekatan bebas bias (Creswell, 2009/2013).
Penggunaan desain eksperimen bertujuan menguji efektivitas suatu jenis
intervensi dengan mempelajari hubungan sebab-akibat (Creswell, 2009/2013;
Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2008). Peneliti merancang situasi khusus untuk
menguji hubungan sebab akibat dan mengontrol variabel sekunder. Peneliti
menggunakan randomized two-groups design, posttest only. Peneliti membagi
partisipan secara acak dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kontrol. Keunggulan desain tersebut adalah kondisi kedua kelompok tampak
setara, serta terdapat kelompok pembanding. Gambaran desain penelitian
seperti berikut :
Tabel 1
Desain Penelitian Randomized Two-Groups, Posttest Only
R (KE) X O
R (KK) O
Catatan. R = randomisasi; KE = kelompok eksperimen; KK = kelompok
kontrol; X = Perlakuan; O = Pengukuran.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian mencakup satu variabel tergantung dan satu variabel
bebas. Masing-masing variabel sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1. Variabel tergantung : Perilaku menolong
2. Variabel bebas : Membaca cerita pendek
C. Definisi Operasional
1. Perilaku Menolong
Perilaku menolong adalah tindakan yang memberikan manfaat atau
meningkatkan kesejahteraan bagi orang lain. Penolong tidak harus bertemu
langsung dengan orang yang diberikan bantuan. Perilaku menolong diukur
dari jumlah sumbangan uang yang diberikan partisipan kepada Panti Asuhan
Yatim Piatu yang membutuhkan bantuan.
2. Membaca Cerita Pendek
Cerita pendek adalah bacaan yang memiliki jumlah teks pendek dan
padat, sehingga dapat dibaca dalam waktu singkat. Partisipan membaca cerita
pendek selama 10-15 menit. Partisipan merangkum cerita pendek setelah
membaca cerita agar lebih mendalami perilaku yang mengandung nilai-nilai
menolong. Berikut perbedaan perlakuan antara kelompok eksperimen dan
kontrol :
a. Kelompok Eksperimen
Partisipan membaca dan meringkas cerita pendek bertema menolong yang
berjudul “Kebaikan Kecil yang Bermakna”.
b. Kelompok Kontrol
Partisipan membaca dan meringkas bacaan informatif yang berjudul
“Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca yang Menyebabkan Pemanasan
Global”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian adalah 40 orang yang berada pada masa
dewasa awal, yaitu mereka yang berusia 18-25 tahun (Santrock, 2011/2012).
Pemilihan partisipan dilakukan secara convenience. Convenience merupakan
pemilihan partisipan secara tidak acak dan atas dasar keterjangkauan (Creswell,
2013). Dalam penelitian ini, peneliti memilih partisipan yang bersifat
sukarelawan. Meskipun demikian, peneliti mendiskriminasi partisipan yang
berasal dari di Fakultas Psikologi.
Peneliti tidak menggunakan mahasiswa dari Fakultas Psikologi karena
mahasiswa tersebut diasumsikan telah mengenal konsep dan administrasi
metode penelitian eksperimen. Mahasiswa yang mengetahui konsep dan
administrasi metode penelitian eksperimen akan mempengaruhi hasil penelitian
sehingga mengancam validitas internal (Creswell, 2013). Peneliti membagi 40
partisipan dalam dua kelompok, yaitu eksperimen dan kontrol secara
randomisasi. Randomisasi adalah penempatan partisipan secara acak dalam
kelompok eksperimen atau kontrol (Creswell, 2013; Seniati, 2008).
E. Metode Pengumpulan Data
1. Alat dan Bahan Penelitian
a) Lembar persetujuan
b) Empat amplop yang terdiri atas cerita pendek atau bacaan deskriptif,
kertas kosong untuk merangkum cerita, alat ukur posttest, dan lembar
identitas. Setiap amplop memiliki instruksi masing-masing
c) Ballpoint
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d) Karet gelang untuk mengikat keempat amplop.
2. Langkah Eksperimen
a) Peneliti membagi partisipan dalam kelompok eksperimen dan kontrol
secara randomisasi dengan mempertimbangkan jenis kelamin
b) Asisten peneliti memberikan ballpoint dan lembar persetujuan
c) Asisten peneliti mengambil lembar persetujuan yang telah diberi tanda
tangan oleh partisipan dan menjelaskan prosedur penelitian
d) Asisten peneliti memberikan empat amplop yang terdiri atas cerita pendek
atau bacaan deskriptif, kertas kosong untuk merangkum bacaan, alat ukur
posttest, dan lembar identitas
e) Asisten peneliti mengambil keempat amplop jika partisipan telah
menyelesaikan tugas hingga selesai
f) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang sebenarnya kepada partisipan.
3. Kontrol
Penelitian bertujuan mengukur pengaruh cerita pendek terhadap
peningkatan perilaku menolong. Peneliti mengontrol variabel sekunder agar
kesimpulan hubungan sebab akibat antara kedua variabel kuat. Peneliti
mengontrol faktor internal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
menolong partisipan.
Pertama, faktor internal, yaitu variabel sekunder yang sudah ada pada
subjek sebelum penelitian. Faktor internal tersebut meliputi kepribadian
prososial, pola asuh, kebutuhan dan nilai. Peneliti mengontrol faktor internal
dengan teknik randomisasi. Randomisasi adalah proses membagi partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
secara acak dalam kelompok eksperimen dan kontrol, sehingga kedua
kelompok tampak setara (Creswell, 2009/2013; Seniati dkk., 2008). Peneliti
menuliskan nama partisipan pada kertas kecil, kemudian peneliti menggulung
kertas tersebut. Peneliti mengundi dan menempatkan partisipan tersebut
dalam kelompok eksperimen atau kontrol. Peneliti mengundi dengan
mempertimbangkan jenis kelamin sehingga kedua kelompok memiliki
komposisi jenis kelamin yang seimbang.
Kedua, faktor situasional, yaitu variabel sekunder di luar partisipan
yang mempengaruhi perilaku menolong. Peneliti mengontrol faktor
situasional dengan teknik eliminasi. Eliminasi adalah menghilangkan variabel
sekunder saat merancang penelitian (Seniati dkk, 2007). Faktor situasional
meliputi daya tarik, kemiripan, kualitas hubungan, anggota dalam satu
kelompok, dan karakteristik rasial. Berikut adalah penjelasan masing-masing
kontrol faktor situasional :
a) Daya Tarik
Peneliti mengontrol faktor daya tarik dengan menggunakan instruksi
secara non-verbal dalam penelitian, termasuk saat posttest. Peneliti tidak
menghadirkan secara langsung peminta bantuan dalam posttest. Hal
tersebut bertujuan agar perilaku menolong partisipan tidak terpengaruh
oleh penampilan fisik, perilaku yang ramah, dan kualitas diri dari orang
yang dibantu. Peneliti lebih berfokus pada penjelasan kebutuhan yang
diperlukan dari pihak penerima bantuan tersebut. Cryder, Loeweinstein,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan Seltman (2013) juga menggunakan instruksi secara non-verbal untuk
mengukur perilaku menolong partisipan dalam berdonasi melalui internet.
b) Kemiripan
Peneliti mengontrol faktor kemiripan dengan tidak menghadirkan
peminta bantuan secara langsung. Hal tersebut bertujuan agar penolong
tidak saling mengidentifikasikan kemiripan dirinya dengan penerima
bantuan. Penolong tidak berkesempatan untuk mengetahui bentuk wajah,
jenis kelamin, agama, nilai atau keyakinan pihak yang diberikan bantuan
karena tidak bertemu secara langsung.
c) Kualitas Hubungan
Peneliti memilih Panti Asuhan Yatim Piatu yang cukup jauh yaitu di
Gunung Kidul dan tidak menyebutkan nama Panti Asuhan tersebut. Hal
tersebut diharapkan agar partisipan belum pernah menjalin relasi dengan
pihak Panti Asuhan, sehingga partisipan tidak memiliki kualitas hubungan
yang kuat. Perilaku menolong partisipan diharapkan tidak terpengaruh
oleh emosi masa lalu dengan pihak penerima bantuan.
d) Anggota dalam Satu Kelompok
Peneliti memilih Panti Asuhan sebagai pihak penerima bantuan. Hal
tersebut bertujuan agar partisipan menganggap penerima bantuan bukan
sebagai anggota satu kelompok dari mereka. Penolong adalah mahasiswa,
sedangkan penerima bantuan adalah instansi non-mahasiswa. Nama Panti
Asuhan juga tidak disebutkan dalam posttest. Hal tersebut diharapkan agar
partisipan belum pernah mengetahui pihak kelompok Panti Asuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Partisipan tidak berkesempatan untuk membandingkan dirinya dengan
kelompok Panti Asuhan.
e) Karakteristik Rasial
Peneliti mengontrol faktor karakteristik rasial dengan menggunakan
partisipan dengan karakteristik ras yang sama. Partisipan dalam penelitian
adalah mahasiswa dari Indonesia, khususnya Yogyakarta. Pihak penerima
bantuan juga berasal dari provinsi yang sama, namun dari kabupaten yang
berbeda.
F. Alat Ukur
Peneliti mengukur perilaku menolong dengan melihat perilaku donasi
uang partisipan. Beberapa penelitian juga menggunakan metode pemberian
uang kepada orang lain untuk mengukur perilaku prososial dalam konteks
eksperimen (Greitemeyer, 2009; Krupka & Weber, 2009; Nook dkk., 2016; Tear
& Nielsen, 2014) dan non eksperimen (Piff, Kraus, Cheng, & Keltner, 2010).
Donasi adalah perilaku memberikan uang untuk tujuan sosial, keagamaan,
budaya, amal, dan berderma (Korndofer, Egloff, & Schmukle, 2015). Partisipan
bebas dalam memberikan jumlah uang. Korndofer dkk. (2015) menjelaskan
bahwa donasi adalah salah satu bentuk terbaik untuk mengukur perilaku
prososial.
Peneliti mengukur perilaku menolong melalui kegiatan berdonasi pada
posttest. Peneliti hanya sekali dalam mengukur perilaku menolong karena
paradigma ekonomi, seperti berdonasi, tidak mengizinkan peneliti untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
melakukan pengulangan pengukuran pada orang yang sama (Leiberg, Klimecki,
& Singer, 2011).
Peneliti merancang situasi khusus untuk memunculkan perilaku menolong
partisipan. Cryeder, Loewenstein, dan Scheines (2013) menegaskan bahwa
perilaku menolong dalam berdonasi lebih mudah muncul jika peneliti
menjelaskan secara detail informasi kebutuhan dari obyek sasaran yang diberi
bantuan kepada partisipan. Detail informasi tersebut lebih meyakinkan
partisipan dalam berkontribusi untuk menolong. Peneliti menjelaskan detail
informasi tersebut dalam alat ukur posttest.
1. Validitas Alat Ukur
Validitas adalah kualitas penting yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya,
2014). Berdasar pada beberapa penelitian sejenis yang mengukur perilaku
menolong dengan berdonasi, peneliti yang dibantu oleh expert judgement
merancang situasi khusus untuk memunculkan perilaku menolong sesuai
konteks penelitian.
Peneliti menjelaskan bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Psikologi, Universitas Sanata Dharma sedang mengadakan bakti
sosial di salah satu Panti Asuhan Yatim Piatu di Gunung Kidul. Panti Asuhan
tersebut sedang membutuhkan bantuan. Partisipan berkesempatan untuk
membantu Panti Asuhan melalui penelitian dengan memberikan donasi uang
secara sukarela. Peneliti menyediakan kuitansi dalam amplop posttest untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menjaga kerahasiaan dan kebebasan partisipan dalam memberikan donasi
uang. Partisipan berdonasi melalui kuitansi tersebut.
Berdasarkan evaluasi beberapa penelitian sebelumnya yang
menggunakan alat ukur menolong melalui kegiatan berdonasi, peneliti yang
juga dibantu tiga expert judgement merumuskan kembali perilaku menolong
sebagai berikut :
Catatan. Jumlah uang pemasukan dan pengeluaran adalah per bulan.
Alat ukur dengan rumus perilaku menolong tersebut valid karena lebih
sensitif dalam membedakan perilaku menolong partisipan. Peneliti tidak
hanya melihat perilaku menolong melalui uang yang diberikan partisipan,
melainkan dibandingkan dengan sisa uang per bulan. Partisipan dengan
jumlah donasi yang sama belum tentu memiliki perilaku menolong yang
sama pula.
2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran secara berulang
terhadap suatu populasi individu atau kelompok. Alat ukur penelitian adalah
manipulasi situasi khusus yang memunculkan perilaku menolong partisipan
melalui berdonasi. Peneliti melakukan pilot study untuk mengurangi
kesalahan pengukuran pada alat ukur. Peneliti menguji cobakan alat ukur
perilaku menolong pada enam orang mahasiswa dengan kriteria yang sama
dengan partisipan penelitian.
Perilaku menolong =Jumlah Donasi
Jumlah Uang Pemasukan − Jumlah Uang Pengeluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Peneliti memperbaiki hasil alat ukur perilaku menolong berdasarkan
evaluasi partisipan. Peneliti kemudian mendesain alat ukur tersebut secara
ketat dan konsisten sesuai prosedur administrasi tes. Standar penilaian
perilaku menolong juga sama untuk setiap partisipan, yaitu menggunakan
rumus perilaku menolong. Hal tersebut berguna untuk mengurangi
kesalahan pengukuran, sehingga hasil penelitian reliabel (Supratiknya,
2014).
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan uji beda (t-test) untuk mengukur pengaruh
cerita pendek dalam meningkatkan perilaku menolong. Peneliti menggunakan
independent sample t-test untuk menguji perbedaan perilaku menolong dari
kelompok eksperimen dan kontrol (Santoso, 2016). Peneliti melihat perbedaan
perilaku menolong dengan membandingkan presentase skor posttest kelompok
eksperimen dan kontrol.
H. Uji Coba dan Pilot Study
Peneliti memilih satu bacaan yang dirasa mengandung nilai menolong,
yaitu cerita pendek berjudul “Kebaikan Kecil yang Bermakna”. Peneliti juga
memilih satu bacaan yang dirasa tidak mengandung nilai menolong, yaitu
bacaan informatif berjudul “Candi Borobudur”. Peneliti meminta 6 orang
mahasiswa untuk memberi skala penilaian untuk memastikan perbedaan
kandungan nilai menolong kedua bacaan tersebut. Skala bergerak dari angka 1
hingga 10. Berikut perbandingan kedua bacaan tersebut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 2
Perbandingan Rata-rata Bacaan
Catatan, skala penilaian Candi Borobudur hanya berdasarkan kemenarikan
cerita dan kandungan nilai menolong.
Partisipan beranggapan bahwa bacaan tersebut mengandung menolong
karena memberi informasi kepada dirinya. Skor kandungan nilai menolong
pada bacaan informatif yang dimaksud partisipan berbeda dengan konsep
menolong penelitian, sehingga peneliti melanjutkan proses pilot study.
Peneliti melaksanakan pilot study untuk menguji keefektifan instruksi,
kualitas alat ukur, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian,
dan kejelasan prosedur dalam eksperimen secara keseluruhan. Pilot study
dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Juni 2017 di ruang Psikologi Umum pada
pukul 13.00-15.00 WIB. Partisipan pilot study sebanyak 6 orang mahasiswa
Non-Fakultas Psikologi yang terdiri atas 3 laki-laki dan 3 perempuan. Peneliti
memperbaiki instruksi dan prosedur penelitian berdasarkan evaluasi dari
partisipan dan expert judgment agar penelitian berjalan lebih baik.
Berdasarkan evaluasi dalam pilot study, prosedur pemilihan bacaan
dirasa belum tepat karena peneliti hanya memberi satu bacaan pada masing-
masing kelompok. Peneliti memilih cerita pendek tanpa membandingkan
cerita pendek tersebut dengan cerita pendek lain yang berkonten menolong,
begitu juga dengan bacaan informatif. Berdasarkan evaluasi terebut, peneliti
Judul Cerita
Menarik
Mengandung
nilai menolong
Tergerak
untuk
Menolong
Waktu
Kebaikan Kecil
yang Bermakna 8 9 8 00.10.30
Candi
Borobudur 8 7 - 00.09.41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
melakukan uji coba kembali dalam pemilihan bacaan untuk kelompok
eksperimen dan kontrol.
Peneliti melaksanakan uji coba sebanyak dua kali. Pertama, peneliti
melaksanakan uji coba untuk menyeleksi cerita pendek yang mengandung
unsur menolong. Peneliti melaksanakan uji coba tersebut pada hari Rabu, 23
Agustus 2017 sampai hari Jumat, 02 September 2017 di Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma. Peneliti melaksanakan uji coba pada 6 partisipan
yang terdiri atas 3 laki-laki dan 3 perempuan.
Peneliti menyajikan tiga cerita pendek yang mengandung konten
menolong dalam uji coba. Peneliti meminta 6 partisipan tersebut untuk
membaca ketiga cerita pendek dan mengisi skala setelah selesai membaca
cerita. Skala tersebut terdiri atas 3 item yang meliputi kemenarikan cerita,
kandungan nilai menolong, dan keinginan pembaca untuk menerapkan nilai
cerita dalam kehidupan sehari-hari. Kategori penilaian bergerak dari angka 1
hingga 10. Hasil perbandingan ketiga cerita pendek sebagai berikut :
Tabel 3
Perbandingan Rata-rata Skor Ketiga Cerita Pendek
Judul Cerita
Pendek
Cerita
Menarik
Mengandung
nilai
menolong
Tergerak
untuk
Menolong
Waktu
Kebaikan Kecil
yang Bermakna
8 9.2 8.7 00.10.35
Senyuman
Seorang Sahabat
7.7 7.5 7.7 00.09.53
Satu Ginjal Satu
Dunia
8.2 8.2 7.8 00.09.44
Berdasarkan hasil uji coba, cerita pendek yang berunsur menolong
tertinggi berjudul “Kebaikan Kecil yang Bermakna”. Peneliti menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
cerita pendek tersebut pada kelompok eksperimen untuk pengambilan data
selanjutnya.
Kedua, peneliti melaksanakan uji coba untuk menyeleksi bacaan
informatif yang tidak mengandung unsur menolong. Peneliti melaksanakan
uji coba tersebut dalam rentang waktu dan tempat yang sama dengan uji coba
cerita pendek. Peneliti juga melaksanakan uji coba pada 6 partisipan yang
terdiri atas 3 laki-laki dan 3 perempuan.
Peneliti menyajikan tiga bacaan informatif yang tidak mengandung
unsur menolong dalam uji coba. Peneliti meminta 6 partisipan tersebut untuk
membaca ketiga bacaan informatif dan mengisi skala setelah selesai
membaca. Skala tersebut terdiri atas 2 item, yaitu tentang kemenarikan cerita
dan kandungan nilai menolong. Kategori penilaian sama seperti skala pertama
pada bacaan cerita pendek. Hasil perbandingan ketiga bacaan informatif
adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Skor Ketiga Bacaan Informatif
Bacaan Informatif Cerita
Menarik
Mengandung nilai
menolong Waktu
Candi Borobudur 7.5 5.7 00.08.29
Abdi Dalem 8.7 6.8 00.08.25
Efek Rumah Kaca 6.2 4.2 00.07.09
Berdasarkan hasil uji coba, bacaan informatif yang berunsur menolong
terendah adalah “Efek Rumah Kaca”. Peneliti menggunakan bacaan tersebut
pada kelompok kontrol untuk pengambilan data selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian berlangsung pada hari Sabtu, 16 September 2017 pukul 10.30-
11.45 WIB di ruang 403 dan 405, Universitas Sanata Dharma. Penelitian kurang
berjalan dengan lancar karena partisipan datang terlambat. Dua partisipan dari
kelompok eksperimen dan satu partisipan dari kelompok kontrol memasuki
ruang penelitian saat partisipan lain selesai mengisi lembar persetujuan. Suasana
di luar ruang penelitian juga kurang kondusif karena terdengar suara musik yang
cukup keras di awal penelitian. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 40 orang.
Tabel 5
Deskripsi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen
Nama Usia Jenis
Kelamin Jurusan
MIF 22 Laki-laki Pendidikan Fisika
Syaf 19 Laki-laki Akuntansi
Kur 22 Laki-laki Pendidikan Matematika
Irv 22 Laki-laki Teknik Tambang
HP 22 Laki-laki Teknik Nuklir
J 21 Laki-laki Kedokteran Gigi
Her 23 Laki-laki Teknik Mesin
FH 22 Laki-laki Pendidikan Matematika
Will 22 Laki-laki Teknik Perminyakan
A 22 Laki-laki Teknik Elektro
PJ 22 Laki-laki Ilmu Komunikasi
HD 22 Laki-laki Teknik Geologi
FA 23 Laki-laki Ilmu Hukum
NR 21 Perempuan Arsitektur
FSF 22 Perempuan Teknik Kimia
Vind 19 Perempuan Pendidikan Matematika
Dell 21 Perempuan Pendidikan Ekonomi
Sasi 21 Perempuan Ilmu Hukum
Nir 22 Perempuan Pembangunan Wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 6
Deskripsi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol
Nama Usia Jenis
Kelamin Jurusan
Jum 22 Laki-laki Akuntansi
V 22 Laki-laki Teknik Industri
Ar 22 Laki-laki Teknik Geologi
Nda 23 Laki-laki Pendidikan Olahraga
APP 22 Laki-laki Teknik Minyak
C 22 Laki-laki Akuntansi
Han 22 Laki-laki Desain Interior
AN 23 Laki-laki Desain Interior
PPW 23 Laki-laki Manajemen
FB 23 Laki-laki Pendidikan Sejarah
RD 22 Laki-laki Sastra Inggris
FP 21 Laki-laki Sastra Indonesia
AA 23 Laki-laki Teknik Industri
DP 22 Perempuan Manajemen Kebijakan Publik
Nand 21 Perempuan Teknologi Industri Pertanian
Kinan 23 Perempuan Gizi
RWD 22 Perempuan Pendidikan Matematika
AA 24 Perempuan Sastra Indonesia
Monse 20 Perempuan Pendidikan Matematika
Dhe 22 Perempuan Manajemen Kebijakan Publik
B. Hasil Penelitian
Peneliti tidak menyertakan data dari satu partisipan karena memiliki data
pencilan. Data pencilan adalah data yang bernilai ekstrim (Hidayat, 2016). Data
yang bernilai ekstrim dalam penelitian ini adalah data yang bernilai tak
terhingga. Hidayat (2016) menyarankan agar mengeluarkan data pencilan dari
pengolahan data statistik jika nilainya terlalu menyimpang. Peneliti mengolah
data hasil perilaku menolong dari 39 partisipan. Skor perilaku menolong adalah
Mar 22 Perempuan Geografi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
jumlah uang posttest dibagi sisa uang. Berikut hasil statistik deskriptif kedua
kelompok :
Tabel 7
Statistik Deskriptif Penelitian
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation Variance
Eksperimen 20 .010 1.000 3.983 .19915 .289887 .084
Kontrol 19 .000 1.000 7.619 .40100 .459230 .211
Valid N
(listwise) 19
Peneliti melakuan uji asumsi sebelum menerapkan metode statistik. Uji
asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas (Santoso, 2014).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah cara untuk menguji kenormalan data penelitian
(Santoso, 2014). Data normal adalah data yang terdistribusi berbentuk
lonceng. Peneliti melakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk karena
partisipan penelitian kurang dari 50 orang dan data bersifat independen.
Berikut hasil uji normalitas penelitian :
Tabel 8
Uji Normalitas
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Nilai Kelompok Eksperimen .618 20 .000
Kelompok Kontrol .714 19 .000
Nilai Shapiro-Wilk (Sig.) mencerminkan data yang normal apabila p >
0.05 dan sebaliknya. Kelompok eksperimen bernilai signifikansi 0.00 < 0.05
dan kelompok kontrol bernilai signifikansi 0.00 < 0.05. Hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki distribusi data yang
menyimpang dari populasi normal. Distribusi data yang menyimpang dapat
disebabkan karena ukuran sampel penelitian yang sedikit.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah cara untuk melihat variasi atau keberagaman
data dari kedua sampel kelompok (Santoso, 2014). Peneliti menguji
homogenitas data menggunakan uji Levene Statistic. Berikut hasil uji
homogenitas tersebut :
Tabel 9
Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
15.956 1 37 .000
Data berasal dari populasi yang memiliki variansi sama apabila nilai
signifikansi > 0.05 dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
signifikansi adalah 0.00 < 0.05, sehingga kedua kelompok berasal dari
populasi yang memiliki variansi berbeda.
3. Uji Hipotesis
Peneliti menguji hipotesis dengan analisis data non-parametrik karena
data berdistribusi tidak normal dan memiliki variansi populasi yang berbeda.
Peneliti melihat perbedaan perilaku menolong kelompok eksperimen dan
kontrol dengan two independent sample t-test Mann-Whitney karena data
kedua kelompok tidak saling berhubungan (Santoso, 2014). Hasil
independent sample t-test adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 10
Uji Beda Independent Sample T-test
Nilai
Mann-Whitney U 180.500
Wilcoxon W 390.500
Z -.268
Asymp. Sig. (2-tailed) .788
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .792a
Kedua kelompok memiliki perbedaan perilaku menolong apabila nilai
signifikansi < 0.05 dan sebaliknya. Peneliti menguji hipotesis menggunakan
2-tailed untuk mengetahui perbedaan perlakuan kedua kelompok yang belum
diketahui arahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai asymp. sig. (2-
tailed) sebesar 0.788 > 0.05, sehingga hipotesis ditolak. Kelompok
eksperimen yang diberi cerita menolong tidak memiliki perbedaan perilaku
menolong yang signifikan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan
bacaan informatif.
4. Pembahasan
Penelitian bertujuan menguji pengaruh cerita pendek terhadap
peningkatan perilaku prososial. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa
penggunaan cerita fiksi dapat meningkatkan perilaku prososial (Johnson,
2012; Stansfield & Bunce, 2014). Hal tersebut bertentangan dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa cerita pendek tidak signifikan
meningkatkan perilaku menolong (p = 0.788 > 0.05). Peneliti telah
melakukan pengetatan metode pengumpulan data, yaitu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menggunakan instruksi secara non verbal selama penelitian. Pengukuran
perilaku menolong juga bersifat lebih rahasia dibanding beberapa penelitian
sebelumnya karena menggunakan amplop dan kuitansi, namun hasil
penelitian justru tidak signifikan.
Peneliti menelaah lebih lanjut mengenai hasil penelitian yang tidak
sesuai dengan hipotesis berdasarkan perspektif desain penelitian, kemampuan
membaca cerita, dan perilaku menolong.
a. Desain Penelitian
Prot dkk., (2014) menjelaskan bahwa semakin lama orang menggunakan
media berkonten prososial, maka semakin tinggi perilaku prososial orang
tersebut. Penggunaan media berkonten prososial dalam jangka panjang
berhubungan dengan perubahan keyakinan, sikap, dan sifat afektif seseorang.
Penggunaan media prososial secara terus menerus akan membentuk
kebiasaan dan berpengaruh pada kepribadian menolong orang tersebut.
Peneliti memberikan cerita pendek dalam waktu yang singkat untuk
mengetahui dampak langsung cerita tersebut pada perilaku menolong. Hal
tersebut memungkinkan pemrosesan informasi perilaku menolong yang
terinternalisasi dalam diri pembaca tergolong sedikit, terlebih pada partisipan
yang kurang fokus membaca cerita.
Peneliti juga tidak mengukur hasil rangkuman cerita partisipan setelah
membaca cerita pendek. Peneliti hanya meminta peserta merangkum cerita
pendek agar mereka lebih menyerap nilai-nilai perilaku menolong dalam
cerita. Hal tersebut berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mengukur seberapa jauh partisipan mendalami cerita dengan menggunakan
skala (Johnson, 2012; Stansfield & Bunce, 2014). Penelitian-penelitian
tersebut tidak memberikan tugas partisipan untuk merangkum cerita. Peneliti
beranggapan bahwa proses merangkum cerita pendek lebih baik dalam
memperkuat internalisasi nilai menolong dibanding hanya menggunakan
skala. Namun hasil rangkuman cerita justru akan menimbulkan variabel lain
yang mempengaruhi perilaku menolong. Partisipan yang merangkum cerita
dengan asal tidak teridentifikasi oleh peneliti. Hasil rangkuman cerita
sebaiknya juga terukur secara kuantitatif.
Kondisi awal terkait kepemilikan faktor internal perilaku menolong
partisipan berpengaruh pula terhadap hasil penelitian (Dovidio dkk., 2006).
Peneliti tidak mengetehaui faktor internal partisipan kedua kelompok secara
kuantitatif. Peneliti hanya melakukan randomisasi untuk pembagian
kelompok. Randomisasi secara statistik diasumsikan membagi kelompok
secara seimbang (Seniati dkk., 2008). Hal tersebut masih berkemungkinan
bahwa partisipan yang memiliki faktor internal perilaku prososial tinggi
mengumpul di salah satu kelompok. Pembagian kelompok secara
randomisasi tidak berdasarkan data konkrit, namun hanya berdasarkan asumsi
“kebolehjadian” bahwa kedua kelompok setara (Seniati dkk., 2008). Hal
tersebut tidak seperti pembagian kelompok menggunakan teknik blocking
dan matching yang lebih ketat dan obyektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Kemampuan Membaca Cerita
Kemampuan seseorang dalam membaca cerita dipengaruhi oleh perpsepsi
dan gaya kognisi orang tersebut (Chester, 1974). Proses pengorganisasian dan
modifikasi informasi terjadi saat orang membaca cerita. Selanjutnya,
pembaca akan memaknai bacaan tersebut dan merefleksikan nilai dalam
cerita untuk mengambil kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
mengetahui sejauh mana pembaca memaknai isi cerita terkait nilai menolong.
Hasil persepsi dan refleksi pembaca terhadap nilai menolong setelah
membaca cerita tidak terukur secara kuantitatif. Hal tersebut berdampak pada
respon perilaku menolong partisipan. Partisipan dalam kelompok eksperimen
yang tidak dapat memaknai bacaan menolong dengan baik, mungkin perilaku
menolongnya juga tidak berubah, sehingga perilaku menolong dalam
kelompok eksperimen tidak berbeda dengan kelompok kontrol.
c. Faktor Perilaku Menolong
Peneliti tidak mempertimbangkan tingkat ekonomi partisipan terkait
dengan faktor perilaku menolong. Piff dkk., (2010) menyatakan bahwa
tingkat ekonomi seseorang mempengaruhi perilaku prososial. Partisipan yang
berasal dari keluarga berekonomi rendah menujukkan perilaku prososial yang
lebih tinggi dibanding partisipan yang berekonomi lebih tinggi. Peneliti
hanya melihat hasil pemasukan dan pengeluaran uang partisipan per bulan.
Peneliti tidak mengidentifikasi dan membagi partisipan berdasarkan tingkat
ekonomi keluarga, sehingga partisipan yang berekonomi tinggi
berkemungkinan mengumpul disalah satu kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Peneliti juga tidak mengontrol status kehidupan orangtua partisipan. Hal
tersebut akan menjadi variabel pengganggu dalam penelitian. Perilaku
menolong partisipan yang tidak memiliki orangtua (yatim piatu) tentunya
lebih menonjol dibanding partisipan lain yang masih memiliki orangtua. Hal
tersebut disebabkan karena faktor kemiripan antara kondisi yang dirasakan
partisipan dengan alat ukur perilaku menolong, yaitu memberi bantuan di
Panti Asuhan yatim piatu (Dovidio dkk. 2006; Myers, 2010/2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita pendek bertema menolong
tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan bacaan informatif dalam
meningkatkan perilaku prososial. Kesimpulan diperoleh dari hasil uji
independent sample t-test kelompok eksperimen dan kontrol dengan nilai
signifikansi 0.788 > 0.05.
B. Saran
Hasil penelitian tidak sesuai dengan dugaan awal penelitian. Hal
tersebut tidak berarti bahwa penelitian ini gagal, melainkan peningkatan
perilaku menolong menggunakan faktor-faktor pembaca, penerima bantuan,
dan metode tertentu tidak terbukti efektif. Peneliti memiliki beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan desain yang lebih ketat,
yaitu pretest-posttest design untuk meneliti peningkatan perilaku
prososial melalui cerita pendek.
b) Peneliti diharapkan menggunakan alat ukur lain yang tidak
menggunakan uang, misalnya menggunakan tangrams task,
mengambilkan pensil yang jatuh, kesediaan mengikuti kegiatan suka
rela, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
c) Peneliti mengukur hasil rangkuman cerita pendek (proses
transportation) dan hasil persepsi dari bacaan secara kuantitatif.
d) Peneliti mengontrol variabel lain, seperti status sosial, ekonomi dan
agama yang memiliki kemungkinan mempengaruhi perilaku
prososial.
e) Peneliti mengukur faktor internal perilaku prososial partisipan untuk
membagi partisipan di kelompok eksperimen atau kontrol.
f) Peneliti memberikan cerita pendek bertema menolong secara berkala,
sehingga partisipan lebih menginternalisasi nilai-nilai dalam cerita.
2. Bagi Pendidik dan Pemiliki Media
a) Pendidik dan pemilik media hendaknya lebih mempertimbangkan
faktor-faktor membaca cerita pendek jika ingin menyajikan pada
orang di masa dewasa awal. Pendidik dan pemilik media dapat
memanipulasi bacaan agar tidak terlalu singkat, sehingga pembaca
lebih mendalami isi cerita.
b) Intruksi pengkondisian sebelum membaca hendaknya juga
dipertimbangan. Pendidik dan pemilik media dapat membuat instruksi
agar pembaca dalam kondisi lingkungan yang kondusif dan kondisi
kognitif yang tenang sebelum memulai membaca. Hal tersebut
dimaksudkan agar pembaca lebih fokus dalam membaca cerita
pendek, sehingga lebih mudah dalam memaknai bacaan dan
mendorong terjadinya proses transportation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3. Bagi Mahasiswa Dewasa Awal
a) Mahasiswa hendaknya lebih serius dan tidak terpaksa untuk membaca
cerita pendek. Hal tersebut mendorong pembaca agar berorientasi
pada isi bacaan daripada waktu penyelesaian. Pembaca yang lebih
fokus mendorong pikiran dan perasaan kongruen dengan tokoh cerita,
sehingga proses pemaknaan terhadap nilai cerita lebih mendalam.
C. Keterbatasan dan Kelebihan Penelitian
Peneliti memiliki lima keterbatasan penelitian. Pertama, komposisi
jenis kelamin yang tidak seimbang. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, baik di kelompok eksperimen maupun kontrol.
Penelitian tidak berfokus pada perbedaan jenis kelamin, namun menjadi
pertimbangan penelitian selanjutnya untuk mencari partisipan dengan
komposisi jenis kelamin yang seimbang.
Kedua, jumlah partisipan kelompok eksperimen dan kontrol tidak
seimbang. Kelompok eksperimen berjumlah 20 orang, sedangkan
kelompok kontrol berjumlah 19 orang. Perbedaan jumlah partisipan
disebabkan karena data satu orang di kelompok kontrol berupa data
pencilan, sehingga data tersebut dikeluarkan dalam pengolahan data.
Jumlah partisipan dalam dua kelompok sebaiknya seimbang.
Ketiga, peneliti tidak mengevaluasi proses transportation atau hasil
rangkuman bacaan setiap partisipan. Peneliti tidak mengukur sejauh mana
perasaan dan pikiran partisipan terfokus dengan isi bacaan. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
partisipan memiliki perbedaan dalam merangkum bacaan. Hal tersebut
memiliki kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian.
Keempat, peneliti tidak menyalurkan bantuan ke pihak Panti Asuhan
karena penelitian bersifat manipulatif. Peneliti belum memilih Panti
Asuhan nyata untuk menyalurkan uang bantuan partisipan. Hal tersebut
menghambat partisipan yang benar-benar ingin membantu Panti Asuhan.
Penelitian selanjutnya sebaiknya menyalurkan uang sumbangan partisipan
ke Panti Asuhan agar niat menolong partisipan dapat terwujud.
Kelima, peneliti mengukur perilaku menolong dengan melihat uang
sumbangan partisipan (cost giving). Peneliti kesulitan dalam mengukur
perilaku menolong partisipan yang tidak menyumbang karena tidak
memiliki sisa uang. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya untuk mengukur perilaku menolong dengan alat ukur lain.
Peneliti juga memiliki lima kelebihan penelitian jika dibanding dengan
penelitian sebelumnya. Pertama, sejauh studi literatur peneliti, penelitian
mengenai peningkatan perilaku menolong menggunakan cerita pendek
belum pernah dilakukan di Indonesia. Hal tersebut mendorong penelitian
lain agar meneliti peningkatan perilaku menolong menggunakan media
baca lain, seperti novel, komik, puisi, atau jenis cerita pendek lain.
Kedua, peneliti menggunakan rumus perilaku menolong yang
membagi uang sumbangan partisipan dengan sisa uang per bulan.
Penggunaan rumus perilaku menolong dirasa lebih sensitif untuk mengukur
perilaku menolong. Partisipan yang menyumbang uang dengan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sama bisa memiliki perilaku menolong yang berbeda. Penggunaan rumus
perilaku menolong belum pernah dilakukan dalam beberapa penelitian
terdahulu. Sejauh pencarian peneliti, perilaku menolong dalam kegiatan
menyumbang uang diukur dengan menghitung uang yang diberikan tanpa
membandingkan dengan sisa uang per bulan partisipan (Greitemeyer, 2009;
Hoorn dkk., 2014; Matsumoto dkk., 2016; Nook dkk., 2016; Twenge dkk.,
2007).
Ketiga, partisipan penelitian adalah mahasiswa non-psikologi mulai
dari peer rating pemilihan bacaan, pilot study, hingga pelaksanaan
penelitian. Pemilihan partisipan mahasiswa non-psikologi bertujuan untuk
mengurangi pengetahuan dan harapan partisipan tentang penelitian, serta
memiliki peluang generalisasi penelitian dalam populasi mahasiswa yang
lebih luas. Penelitian ini tidak seperti penelitian sebelumnya yang
cenderung memilih partisipan mahasiswa psikologi (Tear & Nielsen, 2014;
Twenge dkk., 2007).
Keempat, penelitian berlangsung secara non-verbal. Hal tersebut
berdampak pada suasana penelitian lebih tenang dan partisipan lebih fokus
mengerjakan tugas penelitian. Peneliti mengurangi interaksi antar
partisipan maupun interaksi partisipan dengan asisten peneliti. Pengukuran
perilaku menolong juga bersifat lebih rahasia karena partisipan hanya
memberikan uang dengan cara mengisi kuitansi. Hal tersebut berbeda
dengan beberapa penelitian sebelumnya yang meminta partisipan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menyumbang uang melalui kotak amal (Greitemeyer, 2009; Tear &
Nielsen, 2014; Twenge dkk., 2007).
Kelima, peneliti melakukan randomisasi untuk membagi partisipan
dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Penempatan partisipan secara
acak diasumsikan kedua kelompok tampak setara dalam kepemelikan
variabel internal perilaku prososial. Hal tersebut berbeda dengan penelitian
eksperimen sebelumnya yang tidak melakukan randomisasi (Caprara dkk.,
2014; Johnson, 2012) atau hanya semi-random (Hoorn dkk., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Daftar Pustaka
Aknin, L. B. & Broesch, T. (2015). Prosocial behavior leads to happiness in a small-
scale rural society. Journal of Experimental Psychology. 144, 788–795.
Ali, D. A. (2012). Personality types and reading: a correlational study.
Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. 4, 254-269.
Asih, G. Y. & Pratiwi. M. M. S. (2010). Perilaku prososial ditinjau dari empati dan
kematangan emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. 1.
Bal, P. M., & Veltkamp, M. (2013). How does fiction reading influence empathy?
An experimental investigation on the role of emotional transportation. PloS
ONE. 8, 1-12.
Bandura, A. (1971). Social Learning Theory. New York: General Learning Press.
Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (Ed ke-10). (Djuwita, R.,
Parman, M. M., Yasmina, D., & Lunanta, L. P., Terj.). Jakarta : Erlangga. (Karya
asli terbit 2003).
Candi Borobudur. (n.d). Diunduh dari http://kumpulan.info/wisata/tempat-
wisata/182-candi-borobudur.html.
Cahyono, B. E. H., Suwandi, S., Waluyo, H. J., & Wardani, N. E. (2016). Short
story-based learning at the indonesian education and literature study programs
of higher education institutions in madiun regency, indonesia: an explorative
study. International Journal of Advanced Research. 4, 413-420.
Caprara, G. V., Kanacri, B. P. L., Gerbino, M., Zuffiano, A., Alessandri, G.,
Vecchio, G., Caprara, E., Pastorelli, C., & Bridglall, B. (2014). Positive effects
of promoting prosocial behavior in early adolescence: Evidence from a school-
based intervention. International Journal of Behavioral Development. 38, 386–
396.
Chester, R. D. (1974). The psychology of reading. The Journal of Educational
Research. 67 (9), 403-411.
Creswell, J. W. (2013). Research Design, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Mixed (Ed ke-3) (Fawaid, A., Terj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Karya asli
terbit 2009).
Cryder, C. E., Loewenstein, G., & Scheines, R. (2013). The donor is in the details.
Organizational Behavior and Human Decision Processes. 120, 15-23.
Cryder, C. E., Loewenstein, G., & Seltman, H. (2013). Goal gradient in helping
behavior. Journal of Experimental Social Psychology. 49, 1078-1083.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Curhatan Penumpang (2017, 13 Juni). Diunduh dari
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/06/13/lagi-curhatan-
penumpang-gerbong-wanita-soal-ibu-hamil-di-krl?page=3
Dovidio, J. F., Piliavin, J. A., Schroeder, D. A., & Penner, L. A. (2006). The Social
Psychology of Prosocial Behavior. Mahwah : Lawrence Erlbaum Associates.
Fung, A. L. C. (2008). Developing prosocial behaviors in early adolescence with
reactive aggression. Journal of Progressive Education. 4, No.3.
Gibson, E. J., & Levin, H. (1975). The Psychology of Reading. United States: MIT
Press.
Green, M. C., & Brock, T. C. (2000). The role of transportation in the
persuasiveness of public narratives. Journal of Personality and Social
Psychology. 79 (5), 701-721.
Gregory, R. J. (2013). Tes Psikologi, ed. 6 (1). (Kumara, A., & Seno, M., terj.)
Jakarta: Erlangga. (Karya asli terbit 2011).
Greitemeyer, T. (2009). Effects of song with prosocial lyrics on prosocial thought,
affect, and behavior. Journal of Experimental Social Psychology. 45, 186-190.
Harrington, B., & O’Connel, M. (2016). Video games as virtual teachers prosocial
video game use by children and adolescents from different socioeconomic
groups is associated with increased empathy and prosocial behaviour.
Computers in Human Behavior. 63, 650-658.
Hidayat, A. (2016). Pengertian data outlier univariat dan multivariat.
Statistikian.com. Diunduh dari https://www.statistikian.com/2016/05/data-
outlier.html.
Hoorn, J. V., Dijk, E. V., Meuwese, R., Rieffe, C., & Crone, E. A. (2014). Peer
influence on prosocial behavior in adolescence. Journal Of Research On
Adolescence. 26 (1), 90–100.
Ibnian, S. S. K. (2010). The effect of using the story-mapping technique on
developing tenth grade students’ short story writing skills in EFL. English
Language Teaching. 3, 4.
Ibrahim, F. Y. (2017, 22 Maret). Kebaikan kecil yang bermakna. Cerpenmu.com.
Diunduh dari http://cerpenmu.com/cerpen-kehidupan/kebaikan-kecil-yang-
bermakna-2.html
Irshad, A. & Ahmed, M. (2015). The structural analysis of “take pity”: a short story
by Bernard Malamud. European Journal of English Language, Linguistics and
Literature. 2 (1), 26-31.
Janan, D., & Wray, D. (2012). Readability: The limitations of an approach through
formulae. Education-Line. 1-16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Johnson, D. R. (2012). Transportation into story increases empathy, prosocial
behavior, and perceptual bias toward fearful expressions. Personality and
Individual Differences. 52, 150-155.
Kennedy, P. E. (2013). The relationship between prosocial music and helping
behaviour and its mediators: an irish college sample. Journal of European
Psychology Students. 4, 1-15.
Klein, N. (2016). Prosocial behavior increases perceptions of meaning in life. The
Journal of Positive Psychology. 12 (4), 1-9.
Korndofer, M., Egloff, B., & Schmukle, S. C. (2015). A large scale test of the effect
of social class on prosocial behavior. PLoS ONE. 10 (7). 1-48.
Koster, M., Schuhmacher, N., & Kartner, J. (2015). A cultural perspective on
prosocial development. Human Ethology Bulletin. 71-82.
Krupka, E. & Weber, R. A. (2009). The focusing and informational effect of norms
on prosocial behavior. Journal of Economic Psychology. 30, 307-320.
Krishna, T. M., & Sandhya, K. (2015). The impact of short stories on teaching of
english. Journal of English Language and Literature. 2, 58-62.
Leiberg, S., Klimecki, O., & Singer, T. (2011). Short-term compassion training
increases prosocial behavior in a newly developed prosocial game. PLoS ONE.
6 (3). 1-10.
Liu, F. (2010). A short analysis of the nature of reading. English Language
Teaching. 3 (3), 152-157.
Madyasari, A. (2013, 13 Juni). Senyuman seorang sahabat. Cerpenmu.com.
Diunduh dari http://cerpenmu.com/cerpen-sedih/senyuman-seorang-
sahabat.html
Makna dibalik pelepasan lampion. (2017, 10 Mei). Diunduh dari
https://kumparan.com/dotcom-creative-solutions/makna-dibalik-pelepasan-
lampion-pada-perayaan-waisak-di-candi-borobudur.
Mares, M. L. & Woodard, E. (2010). Positive effects of television on children's
social interactions: A meta-analysis. Media Psychology. 7, 301-322.
Matsumoto, Y., Yamagishi, T., Li, Y., & Kiyonari, T. (2016). Prosocial behavior
increases with age across five economic games. PLoS ONE. 11(7), 1-16.
Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial, ed.10. (Tusyani, A., Sembiring, L. S.,
Gayatri, P. G., Sofyan, P. N., Terj.). Jakarta: Salemba Humanika. (Karya asli
terbit 2010).
Nook, E. C.. Ong, D. C., Morelli, S. A., Mitchell, J.P., & Zaki, J. (2016). Prosocial
conformity: prosocial norms generalize across behavior and empathy.
Personality and Social Psychology Bulletin. 42, 1045 –1062.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pangkat dan kedudukan abdi dalem. (2017, 18 Juni). Diunduh dari
http://kratonjogja.id/abdi-dalem/2/pangkat-dan-kedudukan-abdi-dalem
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia,
ed.12 (1). (Herarti, F, W., Terj.). Jakarta: Salemba Humanika. (Karya asli terbit
2014).
Pertiwi, P. P., & Sugiyanto. (2007). Efektivitas permainan konstruktif untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 2 Sekolah Dasar. Jurnal
Psikologi. 34 (2), 151-163.
Piff, P. K., Kraus, M. W., Cheng, B. H., & Keltner, D. (2010). Having less, giving
more: the influence of social class on prosocial behavior. Journal of Personality
and Social Psychology.1-14.
Pujiharto. (2012). Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Purnama, A. (2016, 4 Maret). Buang sampah sembarangan berujung di persidangan.
jogja.tribunnews.com. Diunduh dari
http://jogja.tribunnews.com/2016/03/04/buang-sampah-sembarangan-berujung-
di-persidangan
Proses terjadinya efek rumah kaca. (2015, 1 Oktober). Diunduh dari
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/proses-terjadinya-efek-rumah-
kaca-yang-menyebabkan-pemanasan-global
Prot, S., Gentile, D. A., Craig A. Anderson, C. A., Suzuki, K., Swing, E., Lim, K.
M., Horiuchi, Y., Jelic, M., Krahe, B., Liuqing, W., Liau, A. K., Khoo, A.,
Petrescu, P. D., Sakamoto, A., Tajima, S., Toma, R. A., Warburton, W., Zhang,
X., & Lam, B. C. P. (2014). Long-term relations among prosocial-media use,
empathy, and prosocial behavior. Psychological Science. 25(2), 358–368.
Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ruth, N. (2017). “Heal the World”: A field experiment on the effects of music with
prosocial lyrics on prosocial behavior. Psychology of Music. 45, 298–304.
Sagala, S. D. (2016, 29 Februari). Satu Ginjal Satu Dunia. Cerpenmu.com. Diunduh
dari http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/satu-ginjal-satu-dunia.html
Santoso, S. (2014). SPSS 22 from Essential to Expert Skilss. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Santoso, S. (2016). Panduan Lengkap SPSS Versi 23. Jakarta: Kompas Gramedia.
Santrock, J. W. (2012). Life span development (ed Ke-13). (Widyasinta, B., Terj).
Jakarta : Erlangga. (Karya asli terbit 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta :
Indeks.
Stansfield, J. & Bunce, L. (2014). The relationship between empathy and reading
fiction: separate roles for cognitive and affective components. Journal of
European Psychology Students. 5 (3), 9-18.
Sudheer, V. (2012). The story of short story. International Journal of
Multidisciplinary Educational Research. 1 (3), 244-247.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial, ed.12.
(Wibowo, T., Ter.). Jakarta: Kencana. (Karya asli terbit 2009).
Tear, M. J. & Nielsen, M. (2014). Video games and prosocial behavior: A study
of the effects of non-violent, violent, and ultra-violent gameplay. Computers in
Human Behavior. 42, 8-13.
Thahar, H. E. (2014). Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Tugas dan fungsi abdi dalem. (2016, 02 Agustus). Diunduh dari
http://kratonjogja.id/abdi-dalem/3/tugas-dan-fungsi-abdi-dalem
Twenge, J. M., Ciarocco, J. N., Baumeister, R. F., DeWall, C. N., & Bartels, J. M.
(2007). Social exclusion decreases prosocial behavior. Journal of Personality
and Social Psychology. 92 (1), 56–66.
Wardani, S. Y. & Trisnani, R. P. (2015). Konseling sebaya untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa. Psikopedagogia. 4 (2), 87-92.
Ziller, R. C. (1964). The social psychology of reading. The Reading Teacher. 17
(8), 583-588.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 1. Lembar Peer Rating
a. Kuesioner Cerita Pendek
Kuesioner
Nama : Usia : Jenis Kelamin :
Kuesioner berikut berkaitan dengan cerita pendek yang telah Anda baca.
Berilah tanda centang (√) pada salah satu angka dalam kolom “kategori penilaian”
sesuai dengan pernyataan yang disajikan. Angka bergerak dari nomor 1 hingga 10.
Semakin tinggi angka yang Anda berikan menunjukkan bahwa Anda semakin
setuju dengan pernyataan tersebut dan sebaliknya.
No
. Pernyataan
Kategori Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Cerita pendek tersebut
menarik
2. Cerita pendek tersebut
mengandung nilai menolong
3. Saya tergerak untuk
menerapkan nilai-nilai cerita
tersebut dalam kehidupan
sehari-hari
b. Kuesioner Bacaan Informatif
Kuesioner
Nama : Usia : Jenis Kelamin :
Kuesioner berikut berkaitan dengan bacaan yang telah Anda baca. Berilah
tanda centang (√) pada salah satu angka dalam kolom “kategori penilaian” sesuai
dengan pernyataan yang disajikan. Angka bergerak dari nomor 1 hingga 10.
Semakin tinggi angka yang Anda berikan menunjukkan bahwa Anda semakin
setuju dengan pernyataan tersebut dan sebaliknya.
No. Pernyataan Kategori Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Bacaan tersebut
menarik
2. Bacaan tersebut
mengandung nilai
menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran . Hasil Peer Rating Uji Coba 1
a. Kuesioner Kelompok Eksperimen “Kebaikan Kecil yang Bermakna”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong
Tergerak
menolong Waktu
1. U 7 8 8 00.11.12
2. V 8 9 9 00.09.43
3. W 9 10 9 00.12.57
4. X 7 9 8 00.12.42
5. Y 7 9 8 00.08.39
6. Z 10 9 6 00.07.48
Jumlah 48 54 48 01.03.01
Rata-rata 8 9 8 00.10.30
b. Kuesioner Kelompok Kontrol “Candi Borobudur”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong Waktu
1. U 9 7 00.09.46
2. V 7 6 00.10.02
3. W 7 8 00.09.45
4. X 8 7 00.08.27
5. Y 8 6 00.10.39
6. Z 9 8 00.09.50
Jumlah 48 42 00.58.09
Rata-rata 8 7 00.09.41
Lampiran . Hasil Peer Rating Uji Coba 2
a. Kuesioner Kelompok Eksperimen (Cerita Pendek)
“Kebaikan Kecil yang Bermakna”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong
Tergerak
menolong Waktu
1. U 7 8 8 00.11.12
2. V 8 9 9 00.09.43
3. W 9 10 9 00.12.57
4. X 7 9 8 00.12.42
5. Y 7 9 8 00.08.39
6. G 10 10 10 00.08.18
Jumlah 48 55 52 01.03.31
Rata-rata 8 9.2 8.7 00.10.35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
“Senyuman Seorang Sahabat”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong
Tergerak
menolong Waktu
1. U 8 8 7 00.09.39
2. V 7 8 8 00.10.09
3. W 7 7 8 00.09.25
4. X 9 7 7 00.11.20
5. Y 9 9 9 00.08.58
6. G 6 6 7 00.09.47
Jumlah 46 45 46 00.59.18
Rata-rata 7.7 7.5 7.7 00.09.53
“Satu Ginjal Satu Dunia”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong
Tergerak
menolong Waktu
1. U 8 7 7 00.09.16
2. V 9 9 9 00.10.27
3. W 8 9 8 00.09.26
4. X 8 8 8 00.11.31
5. Y 9 8 8 00.08.44
6. G 7 8 7 00.09.00
Jumlah 49 49 47 00.58.24
Rata-rata 8.2 8.2 7.8 00.09.44
b. Kuesioner Kelompok Kontrol (Bacaam Informatif)
“Candi Borobudur”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong Waktu
1. A 6 8 00.09.00
2. B 8 7 00.06.40
3. C 7 5 00.07.45
4. D 9 8 00.07.42
5. E 6 1 00.08.10
6. F 9 5 00.12.42
Jumlah 45 34 00.50.59
Rata-rata 7.5 5.7 00.08.29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
“Abdi Dalem”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong Waktu
1. A 9 9 00.10.10
2. B 8 7 00.08.10
3. C 8 6 00.06.53
4. D 9 5 00.07.25
5. E 9 7 00.07.23
6. F 9 7 00.10.29
Jumlah 52 41 00.50.30
Rata-rata 8.7 6.8 00.08.25
“Efek Rumah Kaca”
No. Nama Cerita
menarik
Cerita mengandung
nilai menolong Waktu
1. A 6 2 00.07.10
2. B 6 4 00.07.08
3. C 8 7 00.08.10
4. D 4 8 00.07.49
5. E 6 1 00.05.26
6. F 7 3 00.07.16
Jumlah 37 25 00.42.59
Rata-rata 6.2 4.2 00.07.09
Lampiran 2. Cerita Pendek
a. Cerita pendek “Kebaikan Kecil yang Bermakna”
Kebaikan Kecil Yang Bermakna
Karangan: Fardan Yusuf Ibrahim
Suara sirine mengaung-ngaung, membubarkan tidur Bahran. Satpol PP
datang menertibkan jalanan dari para gelandangan dan preman. Bahran lari terbirit-
birit meninggalkan beberapa temannya. Jika pada posisi seperti ini banyak yang tak
setia kawan, meninggalkan kawannya diterkam petugas satpol pp.
Pengejaran terus dilanjutkan, beberapa sudah ada yang tertangkap. Bahran
mulai kelelahan, di dekat sebuah gang badannya tertarik. Mengajak Bahran
bersembunyi di antara celah sempit rumah warga. Bahran berusaha mengenal tapi
susah untuk menengokkan kepala, karena celahnya sangat sempit. Satpol PP
mencari-cari, merasa Bahran tidak ada di situ, petugas Satpol PP melesat ke gang
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
“Untung kamu aku selamatkan, jika tidak…” Suaranya seperti tidak asing di
telinga Bahran. Bicaranya terpotong-potong, sembari mengambil nafas. Bahran
ingin menjawab tapi lagi-lagi terlambat. Tangan Bahran ditarik menuju suatu
tempat dengan kasar, kuat, tangan ini adalah tangan laki-laki.
Dibawanya Bahran ke sebuah rumah kecil yang sederhana. Bahran tidak
mengenali laki-laki seumurannya yang menolong Bahran tadi. Tapi dalam pikiran
Bahran terus melayang-layang, mengingat apakah dia pernah bertemu dengannya.
“Untuk sementara kamu tinggal di sini dulu”. Suara yang halus terucap di mulut
remaja yang tak dikenal. Bahran bingung.
“Apa maksudmu?” Bahran melihat-lihat sebuah ruangan kecil, berisi puluhan
anak kecil yang bermain-main. Ruangan yang sangat pengap, sempit dan dihuni
banyak orang. Bahran tidak mengetahui anak siapakah semua ini? Dari mana
mereka berasal. Bahran ingin sekali mengucap terima kasih dan bertanya mengenai
dirinya, tapi lagi-lagi ia terlambat. Remaja itu telah keluar entah kemana. Bahran
mengitari sudut-sudut ruangan. Dapur yang sangat kumuh, satu kamar mandi kecil
untuk sebanyak anak ini. Apakah ini penampungan?
Terpaksa malam ini Bahran menginap di sebuah gubuk kecil berisi para
kelinci malang, tepatnya anak-anak tanpa orangtua. Remaja yang menolongnya
datang dengan membawa sekantung plastik makanan, dibagikannya makananan
yang tak banyak itu kepada anak-anak kecil. Berebutan seperti ayam. Remaja itu
hanya tersenyum, Bahran melihat ada sebuah penderitaan yang terpancar dari
matanya. Suasana hening, anak-anak telah tertidur, belum ada yang memulai
pembicaraan dari Bahran dan remaja tak dikenal. Suara muncul mengagetkan
Bahran.
“Mengapa kamu nggelandang? Di mana keluargamu?” Remaja tadi bertanya
tentang apa yang tidak ingin dibicarakan oleh Bahran. Dia telah muak dengan
pertanyaan yang selalu muncul, selalu terdengar di telinganya. Ibu Bahran
meninggal diwaktu kecil, dan ayahnya pergi meninggalkannya. Entah pergi ke
mana, tak tahu rimbanya. “Itu bukan urusanmu!” Jawaban Bahran membuat remaja
itu terkejut. “Memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?” “Itu
bukan urusanmu!” Bahran menjawab dengan sedikit lebih keras. Remaja itu
terdiam, hanya sebuah senyuman yang selalu terurai di wajahnya, apakah itu
senyum palsu? Bahran bertanya mengenai siapakah remaja itu dan mengapa ia
menolong dirinya.
“Kamu itu siapa? Mengapa kamu menolongku dan membawaku ke gubuk
ini?” Pertanyaan Bahran hanya dijawab dengan senyuman. Remaja itu ternyata
bernama Wisnu, dan dia menceritakan semuanya pada Bahran. Bahran tak berkutik
apapun, terdiam ketika diceritakan masalah Wisnu dan mengapa ada anak-anak di
gubuk ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gubuk sederhana ini adalah peninggalan satu-satunya dari alm. Ayahnya.
Hanya gubuk inilah yang paling berharga bagi Wisnu. Dan anak-anak itu ia pungut
dari jalanan kota. Dua puluh anak lebih ia pungut, dan dicukupi oleh dirinya
bersama beberapa rekannya. Dikenalkannya aku dengan teman-teman Wisnu.
Mereka semua tidak nampak menakutkan, tapi sangatlah bersahabat.
Seorang gadis cantik menghampiriku, tangan yang mulus ia julurkan,
mengajakku berjabat tangan dan berkenalan. “Kenalkan aku Risma”. Suara yang
merdu dari seorang gadis yang cantik jelita. Gadis cantik yang seharusnya tidak
berada di tempat seperti ini. Hatinya seputih salju, ia sangat ramah. Dan tiga sisanya
adalah Ahmad, Toha, dan Karin. Ahmad berbadan kekar, tinggi semampai. Jauh di
lubuk hatiku aku sangat kagum dengan mereka. Mereka yang telah menjadi yatim
piatu malah merawat anak-anak terlantar. Sungguh para pemuda yang berhati baik.
Bahran ingin sekali membantu mereka. Membantu membersihkan ruangan
ataupun apapun yang bisa ia lakukan untuk membayar semua ini. Tapi semua itu
dilarang oleh Wisnu. Bahran tetap saja membersihkan apa yang seharusnya
dibersihkan. Wisnu sudah berkali-kali melarangnya tapi semua itu dianggap angin
lewat saja oleh Bahran. Wisnu membiarkan Bahran melakukan semua itu. Bahran
sangat heran mengenai pekerjaan lima serangkai itu, pekerjaan apakah yang mereka
lakukan untuk membiayai semua ini. Sampai suatu siang, Wisnu keluar rumah
tanpa pamit, mencurigakan. Bahran mengikutinya sampai ke beberapa gang. Wisnu
terhenti di sebuah gang sempit, di sana terlihat ada Ahmad dan Toha. Mereka
mencurigakan.
Mereka menyusuri pasar. Orang-orang berdesak-desakan, sehingga membuat
Bahran kehilangan jejak mereka. Teriakan ibu-ibu dengan sangat lantang mengucap
Copet!!! Di sisi lain beberapa anak lari menyusuri gerombolan para ibu-ibu dan
bapak-bapak di pasar. Mereka adalah Wisnu, Toha dan Ahmad. Tak disangka,
mereka semua mendapat uang dari pencopetan. Bahran mengelus-eluskan dada,
kemudian lari menyusul Wisnu.
Pada sebuah gang kecil, komplotan itu terhenti, membuka dompet,
menghitung uang-uang yang ada pada isi dompet. Bahran mendekati mereka.
Wisnu terkejut. “Oooh, jadi ternyata kelakuan kamu seperti ini, Wisnu! Aku tak
menyangka ternyata kamu adalah pencopet!!” Bahran sangat kesal, Wisnu berusaha
menjelaskan tapi semua itu ditolak oleh Bahran. Dia pergi, Wisnu mengejarnya.
“Bahran, dengarkan aku, ini semua ada alasannya.” Tangan Wisnu menarik-narik
tangan Bahran. Dia tetap saja diam seribu bahasa. Semuanya telah terungkap jika
ternyata Wisnu adalah pencopet.
Sekitar satu minggu Wisnu berhenti mencopet, anak-anak terlantar di gubuk
itu lambat laun meringik kelaparan. Wisnu dan kawan-kawan bingung, apa yang
harus dilakukan. Bahran ternyata kerap hilir mudik di dekat gubuk kecil itu,
memastikan keadaan anak-anak. Sekarang keadaan anak-anak sungguh
memprihatinkan, hati Bahran tersentuh untuk membantu. Pintu diketuk, dibuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pintu, seisi gubuk itu terkejut melihat kedatangan Bahran. Terutama Wisnu.
“Bahran, kau datang, syukurlah, mereka membutuhkanmu”. Suara Wisnu dengan
memelas. Tapi masih dianggap angin lewat saja oleh Bahran, kekecewaan itu masih
ada di benak Bahran.
“Aku datang ke sini ingin membantu kalian, aku ingin kita mencari pekerjaan
apapun untuk bisa memberi makan anak-anak itu, tapi syaratnya harus halal…”
Semuanya mengangguk, mendengarkan setiap perkataan Bahran. “… kita bisa
bekerja di warung-warung atau membersihkan piring-piring di warung makan”.
“Tapi semua itu sangat sulit didapatkan di kota ini, Bahran”. Toha mulai angkat
bicara, ia tak setuju, ia juga ragu. “Apapun pasti bisa, kan kita belum mencoba. Kita
harus berdoa dan terus berusaha, pasti dimudahkan oleh Allah SWT”. “Jadi kita
akan bekerja apa?”
Semuanya mencoba mencari pekerjaan. Risma dan Karin menetap menjadi
pelayan warung makan Padang. Toha bekerja menjadi tukang sol sepatu. Ahmad
yang berbadan kekar menjadi tukang pengangkat barang-barang di pasar. Wisnu
dan aku menjadi tukang parkir. Rupiah demi rupiah mereka kumpulkan, satu mingu
terkumpul lima ratus ribu. Mereka terus mengumpulkan uang itu. Mereka juga ingin
membeli rumah yang layak untuk para anak-anak itu.
Sebuah mobil mewah BMW baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir
Wisnu. Bapak-bapak berjas hitam rapi dengan sepatu mengkilat keluar dari mobil
itu. Sangat anggun, tapi mataku terpaku pada apa yang jatuh dari saku belakangnya.
Sebuah dompet hitam besar terjatuh. Bahran menghampiri Wisnu dan mendekati
dompet itu. Diambillah dompet itu, bapak-bapak tadi telah hilang. Mereka
mencarinya, memasuki gedung dekat parkiran. Tapi kami dihadang oleh satpam
yang menakutkan. “Mau apa kalian anak busuk!”. “Ini bukan urusan, Bapak!”
Wisnu membantahnya. Pak Satpam menjadi amarah, didoronglah kami keluar dari
pintu kaca. Kami terjatuh di aspal. Pak Satpam meneriaki kami, mengusir kami.
Tapi, Pak Satpam itu terdiam ketika melihat Bosnya datang. “Ada apa ini? Mengapa
ribut-ribut!” “Itu Pak, anak-anak jalanan yaang ingin masuk ke apartemen Bapak!”
Ternyata bapak-bapak tadi adalah bos apartemen ini. Mereka berdiri, dan
memberikan dompet hitam itu pada pemiliknya. Awalnya bapak tadi bingung, tapi
kemudian menundukkan badannya dan mengacak-acak rambut Bahran dan Wisnu.
Bapak itu tersenyum.
“Kalian anak-anak yang baik, terima kasih telah menyelamatkan saya dari
kehilangan dompet yang beharga ini…” Lantas bapak itu mengajak Bahran dan
Wisnu memasuki ruangannya. Wisnu terkagum-kagum pada pandangannya,
Bahran juga. “… ngomong-ngomong di mana orangtua kalian? Dimana kalian
tinggal?” pertanyaan yang selalu membuat hati Bahran tertekan, kembali muncul.
“Kami yatim piatu, Pak” Wisnu menjawab dengan menundukkan kepala, seperti
bawahan pada pimpinannya. Percakapan itu terus berlanjut. Diceritakannya usaha
mereka yang ingin membeli sebuah rumah untuk anak-anak malang itu. Bapak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
bernama Pak Basran itu tersentuh. Beliau ingin membantu mereka. Awalnya Wisnu
menolak tapi terus dipaksa oleh Beliau. Siang itu juga Beliau menyempatkan diri
untuk mengunjungi gubuk mereka. Wisnu dan Bahran ikut menaiki mobil BMW
milik Pak Basran.
“Inikah yang kamu anggap sebagai rumah? Sekecil ini untuk menampung
banyak anak?”. Mereka memasuki gubuk itu. Anak-anak sedang bermain, gubuk
itu sangat berantakan. Langit-langit rumah kotor karena sarang laba-laba, di
beberapa bagian tembok telah pecah. Pak Basran terdiam menatapi gubuk itu,
pipinya dibasahi oleh air mata. Seketika itu juga Pak Basran menelepon seseorang
dan menanyakan rumah kosong untuk dibuat panti asuhan. Wisnu dan Bahran
terkejut mendengar semua itu, mereka tak menyangka akan kebaikan Pak Basran
pada mereka.
“Apa maksud Bapak?” Wisnu bertanya setelah Pak Basran menutup
teleponnya. “Ini semua untuk kalian, Bapak belikan sebuah rumah untuk dibuat
panti asuhan, serta semuanya, fasilitas memadai”. Pak Basran memegangi pundak
Wisnu, pipinya kembali dibasahi oleh air mata. Wisnu seperti biasa, hanya
tersenyum dan mengucap terima kasih dengan lirih. Bahran mendekat dan
berpelukan pada Wisnu. Empat teman Wisnu lainnya datang, memasuki rumah
dengan bingung. Wisnu masih saja tersenyum, Bahran tak kuasa menahan air mata.
Semuanya terharu, bahagia, senang dengan kebaikan Pak Basran ini.
Sebuah rumah impian yang dijadikan Panti Asuhan telah resmi milik mereka.
Beberapa karyawan telah ada di Panti Asuhan itu. Sebuah panti asuhan yang
dibilang mewah itu dibeli Pak Basran, dan nama panti itu bernama Panti Asuhan
Kebaikan. Anak-anak sangat senang karena dibagian depan panti ada taman, juga
ada beberapa mainan. Mereka semua tak khawatir pada kebersihan ataupun soal
masak memasak, karena semua itu telah dikerjakan oleh karyawan dan baby sister.
Pembiayaannya semua ditanggung oleh Pak Basran. Mereka berenam —Bahran,
Wisnu, Toha, Ahmad, Karin, dan Risma— tak henti-hentinya mengucap syukur
pada Allah SWT. Mereka semua menangis, menangis bersama, bahagia bersama.
Pak Basran juga menangis, semuanya menangis, semuanya menangis bahagia.
“Pak Basran, kami sangat berterima kasih pada Bapak…” Suara Bahran
terpotong-potong karena isak tangis. “Tak apa, ini semua juga karena kalian”.
Pertemuan yang tak pernah diduga oleh siapapun, tapi telah dicatat oleh sang
Kuasa. Sebuah pertemuan singkat yang telah merubah nasib mereka semua, nasib
para anak-anak yang sangat menderita karena lapar. Satu kebaikan kecil dibalas
dengan kebaikan besar, itulah kebaikan. Seseorang yang melakukan kebaikan
balasannya adalah kebaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b. Cerita Pendek “Senyuman Seorang Sahabat”
Senyuman Seorang Sahabat
Oleh : Anitrie Madyasari
Hari ini cuaca sangat cerah. Seperti hari-hari biasanya, aku menyusuri jalanan
untuk berangkat sekolah, aktivitas pedagang di pinggir jalan dan para pengamen di
lampu merah sudah menjadi pemandanganku setiap hari.
Letak sekolahku tidak terlalu jauh dengan rumahku, hanya saja gedung yang
menjulang tinggi membuat rumahku tak terlihat. Hidupku berbeda dengan teman-
teman sekolahku lainnya. Mereka bisa saja mendapatkan apa yang mereka
inginkan, tas bagus, sepatu baru, seragam bersih. Sedangkan aku, beralaskan sepatu
buntut yang dibelikan Ayahku waktu aku masih kelas 1 SMP dan untungnya sampai
sekarang masih muat aku pakai walaupun kusam dan bolong. Seragamku pun lusuh
karena Ibuku tak punya setrika. Tapi itu semua tak pernah menyurutkan
semangatku manggapai ilmu, walau hanya berbekal beasiswa. Sekarang aku sudah
duduk dibangku 3 SMA.
Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan dan ibuku tukang cuci baju. Aku tidak
memiliki banyak teman di sekolah karena mereka akan berpikir 2 kali untuk bergaul
dengan orang sepertiku. Tetapi aku mempunyai seorang sahabat yang tak pernah
malu dengan keadaanku. “Yuki” panggil Mia, ya namaku Yuki Pertiwi dan itu
sahabatku Mia Susanti. Sejak dari SMP dia yang selalu ada buat aku, walau Mia
terlahir dari keluarga kaya tetapi dia tak malu berteman denganku. Prestasi yang
kumiliki membuatku terkenal dimata guru-guru, tetapi tidak dimata temanku,
mereka menganggapku rendah.
“Hay, Mia” sapaku pada Mia, dia menungguku di gerbang setiap pagi, gadis
berkaca mata ini sangat cantik, kulitnya putih, rambutnya lurus sebahu, badannya
langsing. Dia juga pintar di kelas.
“Lama ah kamu” ucapnya dengan senyuman, dia menggandeng tanganku dan
mengajakku masuk. Inilah yang terjadi setiap kali aku berjalan dengan Mia, siswa-
siswa lainnya pada ngeliatin. Mereka melihat si cantik dan si kusam jalan bareng.
“Kalau beteman liat-liat dong, anak kampungan kayak gini… iihh gak level”
kata Lena yang berdiri di depan kelas. Lena ini adalah perempuan Ular bagiku, dia
tak bosan-bosannya membuat ulah denganku, memang sih dia anak orang kaya, tapi
gayanya selangit. Padahal kalau dibandingin sama Mia, dia kalah jauh, cantikan
juga Mia, kalau masalah kaya, bisa dibilang Mia anak dari keluarga paling kaya di
sekolah ini.
“Mendingan lihat tu dirimu, ini sekolah bukan acara arisan ibu-ibu, menor
banget tau.. iihh gak level” balas Mia, aku hanya tersenyum “Ayo Yuki masuk”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
“minggir” ucapnya pada Lena, Lena mulai memeganggi wajahnya, memastikan
kalau yang diucapkan Mia gak benar. Tapi ya emang benar. Dimanapun ada aku
pasti ada Mia, walau terkadang takut kalau Mia ikutan tak punya teman gara-gara
dekat sama aku. Tapi Mia tak merasa takut dengan semua itu, dia berfikir anak-
anak disini yang diandalkan uang, mereka mau berteman dengan orang yang punya
uang, jadi intinya di sekolahan ini Money is Everything.
Bel pulang berbunyi, semua siswapun berseru, inilah yang mereka tunggu-
tunggu. “Yuki, aku ke rumah kamu ya?” ucap Mia.
“Ngapain? Nanti kamu dimarahin lo” ucapku, orangtua Mia memang sedikit
tak menyukaiku, jadi setiap Mia ingin ke rumahku dia terkadang berbohong kepada
orangtuanya.
“Enggak kok, ya ya ya”, “terserah deh” diapun melonjak kegirangan, entah
apa yang dia suka dari rumahku, padahal kan rumahku kumuh, bau, kotor. Tidak
kayak rumahnya yang kayak istana.
Setelah berjalan lima belas menit akhirnya sampai di rumahku, seperti biasa
Mia langsung duduk di bawah pohon depan rumahku, mungkin itu yang dia suka,
pohon yang berdiri rindang dengan daun yang berbentuk i love u.
“Mau minun?” tanyaku. Mia hanya mengangguk. Dia mengeluarkan pisau
kecil dari tasnya, dia membuat sesuatu di pohon tersebut.
“Ini minumnya, maaf cuma air putih” ucapku memberikan segelas air putih.
“gak apa-apa kok” dia tersenyum dan langsung meneguk segelas air putih itu.
“Kamu ngapain?” tanyaku.
“Gak ada” katanya, lalu memberikan gelas yang tadinya penuh sekarang
kosong, dia pun kembali mengukir sesuatu di pohon, aku pun melihatnya. Dia
mencoba menggambar sesuatu.
“Kamu mau gambar apa sih?” tanyaku penasaran.
“Liat aja kalau udah jadi” ucapnya, dia masih konsentrasi dengan
gambarannya.
Setengah jam berlalu, akhirnya Mia menyelesaikan gambarannya.
“Wow” seruku, setelah melihat gambaran Mia.
“Bagus kan?” tanyanya. Aku mengangguk. Dia menggambar sosok 2 gadis
yang bergandengan tangan dengan menggunakan seragam sekolah. Di sana Mia
juga mengukir nama kita berdua. Aku mengambil pisau kecil yang dipenggang Mia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
“Mau ngapain?” tanyanya. Aku kemudian mengukir sebuah tulisan di bawah
gambar Mia “SAHABAT SELAMANYA” ucap Mia, membaca ukiran yang aku
tulis, dia tersenyum dan memelukku. Akupun tersenyum. Ku pandang langit biru,
Tuhan masih menyayangiku, engkau memberikan sahabat terbaik untukku.
Hari menjelang sore, supir pribadi Mia pun tiba. Tidak, aku salah. Ternyata
yang datang adalah ibu Mia.
“Sore tante” sapaku pada ibu Mia, aku berniat menyalaminya, tapi dia
menghiraukan uluran tanganku.
“Mama” ucap Mia, dia merasa tak enak hati dengan sikap Mamanya.
“Sore” jawabnya ketus.
“Ayo pulang, kenapa sih kamu ke tempat kayak gini”
“Iya iya” jawab Mia sebal.
“Semenjak kamu temenan sama anak kumuh ini, kamu suka mbangkang
Mama” aku pun hanya terdiam mendengar ucapan Mama Mia.
“Apaan sih ma, udah pulang yuk” ajaknya. “maaf ya Yuki, aku pulang dulu”
ucapnya padaku, sambil tersenyum, aku pun membalas senyumannya.
Mobil mewah Mia pun menghilang, aku masih duduk di bawah pohon. Entah
mengapa aku mulai menyukai tempat ini, ku pandangi gambaran Mia, hari mulai
larut. Aku masih duduk di bawah pohon menantikan Ayah dan Ibuku pulang. Tiba-
tiba hujan turun dengan derasnya, aku pun beranjak dari bawah pohon itu dan
berlari menuju rumah, aku berhenti sejenak dan memalingakan wajahku menatap
gambaran Mia. Hujan bertambah deras, aku pun berlari masuk rumah. Jam 10.05
malam, Ayah dan Ibuku belum pulang. Pikiranku kacau, tak biasanya selarut ini
mereka belum pulang. Akupun tertidur di kursi ruang tamu, malam ini dingin sekali.
“Ayah… Ibu…” aku terus memanggil nama mereka.
“Ayah… Ibu…” sebuah tangan menepuk bahuku, perlahan ku buka mataku.
“Budhe, kok disini” tanyaku pada Budheku yang tinggal jauh dari keluargaku,
mengapa dia ada disini. Ternyata aku ketiduran sampai pagi. Budhe masih tak
menjawab pertanyaanku. Aku pun melihat sekeliling, seingatku aku tertidur di
ruang tamu, kenapa sekarang aku dikamarku.
“Yuki…” suara Budhe terdengar menyedihkan. Ku dengar suara banyak
orang di luar, suara orang menangis. Aku pun beranjak dari ranjangku, aku berjalan
keluar. Ku tatap Budheku, wajahnya pucat seperti habis menangis, ku buka pintu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kamarku. DEG… jantungku berdegup kencang, tubuhku lemas. Seperti dunia ini
hancur. Ku lihat sepasang jazad tertidur dengan lelap.
“Ayah… Ibu…!” aku pun berteriak setelah melihat jazad kedua orangtuaku.
Orang-orang disitu pun mencoba menguatkanku. Aku pun menangis.
“Ayah… Ibu… kenapa kalian ninggalin aku” ucapku di depan jazad mereka.
“ajak aku Ayah, Ibu” pikiranku kacau.
“Yuki” panggil seseorang, ya Mia, dia datang kerumahku. Dia juga kaget
melihat semua itu. Dia memelukku, aku pun menangis dalam pelukannya.
“Ayah… Ibu…” aku masih memanggil mereka. Kenapa tuhan lakukan ini
semua padaku. Mia melepaskan pelukannya.
“Yuki, yang sabar ya” ucapnya. Aku masih tak percaya dengan semua ini. Ku
pukul-pukul dadaku, karena aku mulai sesak dengan semua ini. Mia menahan
tanganku. Dia menangis. Tuhan… teriakku dalam hati.
Sebulan setelah kepergian orangtuaku, aku mulai tak semangat menghadapi
hari-hariku. Yang kulakukan hanya duduk terdiam di bawah pohon. Ku lihat
gambaran Mia mulai rusak. Tangan yang bergandengan menjadi hilang. Entah
tandanya apa. Wajah kami yang dulu terlihat bahagia, sekarang pudar.
Aku sudah tak sanggup dengan ini semua.
“Yuki” panggil Mia, dia hari datang ke rumahku. Karena Mamanya Mia yang
tak suka denganku, Mia mulai tak diizinkan untuk kerumahku.
Aku masih terdiam. “Yuki” panggilnya lagi. “Yuki” dia mendekatiku, aku
masih tak bergerak dari posisiku. Dia memelukku. Aku menangis.
“Mia, kenapa hidupku kayak gini, Tuhan tak adil padaku?” tanyaku pada Mia.
“Yuki, kamu gak boleh ngomong kayak gitu” ucapnya.
“Tapi emang kenyataanya kan?” aku pun terisak. “Ki, Tuhan akan selalu
memberikan yang terbaik untuk hambanya, semua telah tertulis, hidup mati kita
Tuhan telah mengaturnya, kebahgiaan, kesedihan. Semua telah dalam rencana
Tuhan. Tanpa adanya kesedihan kita tak akan tau rasanya kebahagiaan. Kita terlahir
di dunia ini tanpa apa-apa dan kita akan kembali pada-Nya lagi” jelas Mia. Aku
terdiam, memang apa yang Mia bilang.
“Ki, tak ada yang salah dengan rencana Tuhan” Mia tersenyum, aku menatap
senyuman itu. Ah senyuman seorang sahabat yang akan selalu terkenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
“Terima kasih Mia” ucapku. Mia mengangguk.
Mia!” teriakku. Melihat Mia tertabrak mobil. Tuhan, rencana apalagi yang
engkau tuliskan. Ambulanpun membawa Mia ke rumah sakit. Mia masih sadar,
sayup-sayup berusaha membuka matanya, tetapi dia harus mendapatkan
pertolongan cepat. Pihak rumah sakit menghubungi keluarga Mia. Tetapi Mia
masih sempat memberikan senyuman untukku. Oh akan kah aku kehilangan
senyuman itu. Tidak! ini tak boleh terjadi.
Dokter menjelaskan kondisi Mia kepada orang tuanya, aku mencoba
mendengarkan pembicaraan mereka.
“Maaf pak, Mia harus segera mendapatkan donor jantung secepatnya,
Jantungnya rusak karena kecelakaan tadi, dan mungkin hanya dapat bertahan
beberapa jam lagi” Papa Mama Mia menangis.
Apa yang harus aku lakukan, kutatap wajah Mia yang terbaring. Mama dan
Papa Mia masuk ke dalam, entah aku merasa bersalah pada mereka. Aku hendak
keluar meninggalkan mereka. Tapi tiba-tiba Mama Mia memelukku. Aku pun
membalas pelukannya. Kemudian aku keluar dari ruangan Mia. Ku lihat wajah Mia
dari jendela. Aku tersenyum. “Aku bahagia mengenalmu Mia” ucapku. Saat itu aku
bertemu dengan Dokter yang merawat Mia. “Dok, tolong lakukan operasi
secepatnya buat Mia” ucapku
“Tapi, kita belum dapat pendonornya dik” ucapnya.
“Ada Dok” akupun meninggalkan tempat itu.
Aku berlari keluar rumah sakit. Lari dan Lari. Ini pilihanku, aku berhenti di
pinggir jalan. Ku lihat Mobil melaju dengan cepat, ini pilihanku. Aku berlari dan
berhenti. Ku tutup mataku. Suara klakson mobil tak kuhiraukan. “Terima kasih
Mia” kata terakhirku. Tubuhku pun terhempas tertabrak mobil. Ayah… Ibu…
Jemput aku. Aku takut tersesat.
c. Cerita Pendek “Satu Ginjal Satu Dunia”
Satu Ginjal Satu Dunia
Oleh : Sesilia Della Sagala
Hei, Alex. Tetaplah hidup sampai aku kembali!”
Itulah kata terakhir yang diucapkan Ray padaku sebelum ia berangkat menuju
Singapura untuk mengejar cita-citanya, yaitu menjadi dokter. Dan saat itu aku
hanya bisa mengangguk sambil tersenyum pedih untuk menanggapinya. Sungguh,
aku masih belum bisa menerima keputusan Ray untuk sekolah di luar negeri. Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
memberitahuku seminggu sebelum keberangkatannya, dan tentu saja itu
membuatku spontan menggeleng. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tak mungkin
melarangnya untuk mencapai cita-citanya, itu sangat egois. Aku tiba-tiba
diingatkan pada masa kecilku dengan Ray. Aku masih ingat, sewaktu itu Ayah
menerima telepon dari sepupu jauhnya tentang Ray.
Sepupu Ayah itu menemukan Ray yang masih berumur sepuluh tahun itu
tergeletak tak berdaya di pinggir jalan, dan ia berniat untuk mengadopsinya kala itu
juga karena tidak tega. Tetapi faktor ekonomi yang agak pas-pasan itu membuat
niat baiknya terhalang, dan tiba-tiba ia teringat pada Ayah. Dan saat itu juga
pamanku langsung menelepon Ayah dan menyuruhnya untuk mengadposinya.
Nama Ray bukanlah nama aslinya karena ketika ditanya ia hanya menggeleng dan
mengedikkan bahunya. Tiba-tiba aku teringat pada pemain tinju yang bernama Ade
Ray itu. Agak berlebihan, memang, tetapi karena badannya tinggi besar dan ia
terlihat gagah, jadi aku mengatakan pada Ayahku untuk menamainya Ray. Dan
sewaktu itu ia mengangguk dengan mata berbinar. Dan dari situlah ia tinggal
bersama kami.
“Alex?” panggil seseorang membuyarkan lamunanku. Aku pun menoleh,
ternyata perawat yang tadi kulihat bolak-balik itu memanggilku. Ayah, yang duduk
di sampingku langsung berdiri, “Ayo Alex!”
Aku menunduk sebentar sebelum aku mengekori Ayah yang sedang berjalan
ke ruang pemeriksaan itu. Ah, aku lupa memberitahumu mengapa aku tiba-tiba
berada di poliklinik ini. Sedari kecil, aku divonis mengidap lupus, semacam
penyakit yang menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia, dan
kebetulan penyakit lupusku itu menyerang ginjalku. Lama kelamaan, dokter
mengatakan bahwa lupusku itu telah membuat ginjalku mengalami komplikasi dan
aku terpaksa menjalani operasi pengangkatan ginjal. Jadi, sampai saat ini, aku hidup
dengan satu ginjal dan harus menjalani cuci darah yang rutin.
“Alex? Kau siap?” lagi-lagi lamunanku terhenti karena panggilan itu. Aku
menengadah dan mendapati Dr. Adrian sedang mempersiapkan segala peralatan
untuk pencucian darahku ini. “Yup. Karena aku tidak punya pilihan lain selain siap,
kan?” Dr. Adrian tertawa, “Bukalah mata lebar-lebar dan lihatlah dunia ini Alex.
Kau masih punya rIbuan bahkan jutaan pilihan. Tapi pada akhirnya kau harus
memilih satu.” Aku hanya mengangguk. Dr. Adrian ini memang paling sering
menasihatiku.
Satu tahun telah berlalu semenjak kepergian Ray ke Singapura. Bahkan
sampai sekarang, aku masih belum lupa pada kata-kata terakhirnya yang memang
terlihat konyol itu. Dan sampai sekarang juga, aku masih menjalani perawatan cuci
darah yang membosankan itu, walaupun jadwalnya sudah mulai renggang, karena
aku tidak ingin mengecewakan Ray. Aku berjuang mati-matian melawan segala
penyakit yang tinggal dalam tubuhku, hanya karena satu alasan: aku ingin tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
hidup sampai Ray kembali dengan profesi dokter dan gelarnya yang patut diacungi
jempol.
“Hei, telepon dari Ray!” teriak Ayah di lantai bawah, membuatku dan Ibu
langsung berlari tergopoh-gopoh mendekati Ayah. Memang, semenjak 6 bulan
yang lalu Ray berhenti mengabari kami. Dan telepon yang tiba-tiba ini membuat
kami semua melonjak kegirangan. Tetapi terlambat, Ray sudah menutup teleponnya
bahkan sebelum aku dan Ibu mencapai tangga terakhir. “Ia berhasil!” ujar Ayah
singkat, sambil tersenyum lebar.
Aku memasang telingaku baik-baik, mencoba mendengarkan puluhan kata
yang ke luar dari mulut Dr. Adrian. Aku sangat yakin aku tidak mengalami kelainan
pada telingaku, tetapi entah mengapa aku tak yakin pada perkataan-perkataan Dr.
Adrian di poliklinik. Bahkan ketika aku dan Ayah tiba di rumah pun, aku masih
belum yakin pada kata-kata Dr. Adrian. Tapi aku diam saja, sampai akhirnya
Ayahku memulai pembicaraan.
“Alex..” Dengan enggan aku menoleh pada Ayah.
“Aku tahu. Aku tahu aku mengidap gagal ginjal.”
“Bukan itu maksud Ayah.”
Kemudian aku diam saja, tapi mulutku seolah bekerja sendiri dan tiba-tiba
mengeluarkan beberapa kata secara spontan, “lalu apa lagi? Apakah Ayah mau
mengatakan bahwa hidupku tidak akan lama lagi hanya karena infeksi pada ginjalku
yang satunya?” Ayah mengangguk pelan. “Tapi Ayah berjanji akan mendapat
donor secepatnya.” Aku hanya membuang muka untuk menanggapinya. Tak
mungkin Ayah bisa mendapat donor secepat yang diharapkan. Tiba-tiba ponselku
berdering memecah keheningan yang canggung ini. Aku menatap layar. Nama Ray
terpampang jelas di layar ponselku. Lalu dengan cepat aku menekan tombol hijau.
“Alex? Kau baik-baik saja?” tanya suara di seberang sana dengan khawatir.
“Tidak. Ada masalah lagi dengan ginjalku yang satu ini.”
“Oh, astaga. Aku akan segera pulang, oke?”
“Tidak, tidak Ray. Donor akan datang secepatnya dan sesudah itu aku akan
baik-baik saja. Kau tak perlu pulang, oke? Jangan jadikan aku orang egois yang
akan menghalangi mimpi terbesarmu. Dan..” Tut.. tut.. tut…, telepon terputus. Ray
yang memutuskannya.
Seminggu ini keadaanku memburuk. Aku masuk rumah sakit dan mendapat
perawatan yang intens karena aku belum juga menemukan ginjal yang tepat
sementara ginjalku yang tersisa ini sudah semakin terinfeksi. Dan sampai saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
juga aku belum menerima kabar Ray. Hatiku memang sedikit sakit mengingat ia
bahkan tak bisa menjengukku. Tapi tak apa, aku tak mau ia gagal dalam mencapai
cita-citanya hanya karena aku. Tiba-tiba mesin di sampingku mengeluarkan suara
bip-bip yang keras. Ayah, yang sedang tertidur di sofa langsung terbangun dan
dengan panik memanggil-manggil nama Dr. Adrian beberapa kali. Tak sampai satu
menit, Dr. Adrian bersama para suster datang dengan tergesa-gesa. Begitu tiba, Dr.
Adrian langsung mengambil suntikan dan langsung menyuntikku. Mungkin itu
diberi obat bius, karena sesudahnya aku tertidur pulas sekali.
Hal pertama yang aku sadari adalah bahwa aku sedang dalam keadaan di
antara alam sadar dan tidak sadar. Aku dapat mendengar bunyi bip… bip… bip…
yang konstan dan terus-menerus, seperti bunyi air menetes dari keran yang tidak
ditutup rapat. Bunyi itulah yang membangunkanku. Ku coba berkata-kata dan
meminta seseorang agar memberiku minum, tetapi lidahku terasa berat dan kelu.
Aku mencoba membuka mataku, usaha yang juga tidak membuahkan hasil. Ku
tenangkan diriku dan berusaha membuka mataku sekali lagi. Kali ini aku berhasil
membukanya sedikit, tetapi aku harus segera menutupnya kembali karena ada sinar
terang yang tiba-tiba membutakan penglihatanku. Ketika mataku tertutup lagi, aku
baru sadar bahwa ada sesuatu yang menempel pada hidungku dan membuatku sulit
bernapas.
Sekali lagi ku buka mataku, tetapi kini lebih perlahan. Awalnya semuanya
terlihat buram, namun lama-kelamaan aku dapat menangkap warna dinding di
hadapanku. Putih keabu-abuan, ucapku dalam hati. Bunyi bip… bip… bip… yang
tadi aku dengar menjadi semakin keras. Bunyi itu ternyata berasal dari sebuah
mesin di sebelah kiriku. Garis hijau pada layarnya melonjak-lonjak setiap detik,
menunjukkan aku masih hidup. Samar-samar aku bisa mendengar suara orang
bercakap-cakap, tetapi aku tidak bisa mendengar dengan jelas topik percakapannya.
Ku alihkan perhatianku untuk mengenali sekelilingku. Ada jendela besar di sebelah
kananku, dan beberapa bingkisan di atas satu-satunya meja yang bisa aku lihat.
Ketika aku sedang menggerakkan tangan kananku untuk menyingkapkan
selimutku, tiba-tiba aku mendengar suara orang berbisik, “Dia bangun.”
Ku alihkan tatapanku dari jendela ke arah seorang wanita, yang dari
pakaiannya jelas-jelas seorang suster. Tiba-tiba ku lihat wajah Ayah yang terlihat
cemas. Kemudian dia tersenyum lebar karena melihatku sudah sadar dan buru-buru
berjalan menghampiriku. Suster itu kemudian berdiri di sebelah kiriku.
“Beruntung saudaramu mau mendonorkan satu ginjalnya padamu.”
Aku menatapnya bingung, lalu bergantian menatap Ayah. “Ray datang kesini
minggu lalu. Kebetulan ginjalnya cocok dengan ginjalmu. Dan ia bersedia untuk
mendonorkannya,” jelas Ayah panjang lebar. Lalu, secara mendadak, Ray sudah
berdiri di belakang Ayah. Wajahnya pucat, tetapi senyumnya masih selebar dulu
dan matanya masih berbinar menatapku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
“Aku bersyukur kau tetap hidup sampai saat ini.” Mataku langsung melebar.
Aku masih tidak percaya aku hidup dengan ginjalnya Ray. Tentu saja aku senang,
tetapi di sisi lain aku merasa marah pada diriku sendiri. Tak mungkin hidup Ray
akan berjalan lancar dengan satu ginjal. Dan, yeah, aku sudah menghalangi
mimpinya. Aku pun melemparkan tatapanku pada Ayah. Ia mengerti dan langsung
meninggalkanku disusul oleh Dr. Adrian dan para suster. Sekarang, tinggal aku
berdua dengan Ray di ruangan berbau obat ini.
“Kau seharusnya tak perlu melakukan ini, Ray! Dasar bodoh!” entah
mengapa, aku mengucapkannya dengan marah. Itu membuat Ray terkejut dan
langsung membuang mukanya ke arah jendela. “Lihat! Kau telah menjadikanku
orang egois yang sudah menghalang-halangi mimpimu.”Aku berseru marah dengan
dengan tertahan karena infus ini menggangguku. “Ray!” bentakku sekali lagi
karena Ray masih menatap ke jendela seolah-olah aku tidak ada di situ.
Tetapi kemudian dengan tatapan lembut ia menoleh, menatapku dengan binar
matanya, dan mengatakan, “Tak apa. Sejak kecil aku selalu merepotkan kalian. Dan
dari situ aku berpikir, apakah suatu hari nanti hidupku akan berguna bagi orang
lain? Aku tidak percaya, tapi sekarang akau melakukannya. Aku bahagia kau hidup
dengan ginjalku. Itu sama saja seperti dokter yang menyelamatkan orang. Dan kau
tahu, ini bahkan lebih dari menyelamatkan orang saja. Ini menyelamatkan nyawa.
Dan aku telah berhasil. Kita hidup dengan masing-masing satu ginjal. Satu
untukmu..” ia menunjuk ke arah perutku, lalu ke perutnya, “dan satu untukku.”
Kemudian Ray meninggalkanku dalam kebisuan.
Lampiran 3. Bacaan Informatif
a. Bacaan informatif “Candi Borobudur”
Candi Borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur yang
terletak di Magelang, Jawa Tengah, selain menjadi obyek wisata yang ramai
dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia
khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya yaitu
"biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai salah satu Warisan
Dunia UNESCO.
Sejarah Candi Borobudur
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi
Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti
Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari
wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan
Ratu Pramudawardhani. Ratu Pramudawardhani adalah putri dari Samaratungga.
Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun
bernama Gunadharma.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh
Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang
memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama
Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan
keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu
Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan
sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata
"bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam
bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat
ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah
vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar
selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa
Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa,
maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda,
untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan
menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena
mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius
melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena
penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai
pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835,
seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa
penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta
bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963,
keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi
Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar
mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage
Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari
Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat
berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa
utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya
terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha.
Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di
nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang
menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya
seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua
kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi
tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang
peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi.
Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan
pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan
pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang
memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan
semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan
ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi.
Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu
tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu
diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa
menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk
dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki
2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini
menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada
pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama
Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.
Perayaan Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun
kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur.
Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha
Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak
dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke
Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama,
penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur
dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut
kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak
gunung di bagian selatan.
Makna dibalik pelepasan Lampion pada Perayaan Waisak di Candi
Borobudur
Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur menjadi tujuan wisatawan
lokal maupun asing. Selama upacara berlangsung, wisatawan tetap dapat
mengunjungi Candi Borobudur. Terdapat salah satu acara dalam rangkaian
perayaan waisak yang ditunggu-tunggu dan menjadi tujuan utama wisatawan dan
juga fotografer.
Pelepasan lampion menjadi acara puncak dari serangkaian upacara waisak di
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Wisatawan dapat mengikuti dan
mengabadikan momen saat melepas ribuan lampion ke udara. Momen ini menjadi
pengalaman yang sangat menarik bagi para wisatawan, tidak lupa selalu
mengabadikan momen ini dengan memotret pelepasan lampion atau berfoto
ditengah pelepasan ribuan lampion.
Namun kita perlu mengetahui arti dari pelepasan lampion itu sendiri, jangan
sampai sudah bercerita mengenai pengalaman tersebut namun tidak mengetahui arti
atau filosofi dari pelepasan ribuan lampion dalam rangkaian acara waisak. Bagi
umat Budha, api diartikan sebagai semangat dalam diri manusia dalam menjalani
kehidupan dan mengharapkan petunjuk. Maka dari itu, api menjadi unsur penting
dalam perayaan waisak.
Lampion yang dilepaskan ke udara juga memiliki arti yang sangat penting.
Pelepasan lampion menjadi simbol yang sakral untuk melepaskan hal-hal yang
bersifat negatif di dalam diri setiap umat Budha. Setiap lampion yang
diterbangkan ini berisikan doa dan harapan bagi setiap umat Budha dan menjadi
sebuah simbol harapan yang lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Borobudur
Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah
menjadi tempat suci bagi penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat
perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang
pernah dibuat di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di
Indonesia selain Bali dan Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga
mengunjungi desa di sekitarnya seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek
wisata menarik.
b. Bacaan informatif “Abdi Dalem”
Abdi Dalem
Tugas dan Fungsi Abdi Dalem
Abdi Dalem harus bisa menjadi contoh kehidupan di masyarakat, bertindak
berdasarkan unggah-ungguh dan paham akan tata krama.
Setelah diproklamasikan pada tanggal 13 Maret 1755 (29 Jumadilawal 1680
TJ), Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat membutuhkan aparatur negara yang
berasal baik dari golongan sipil maupun militer. Abdi Dalem merupakan aparatur
sipil, sedangkan aparatur militernya adalah prajurit keraton. Abdi Dalem bertugas
sebagai pelaksana operasional di setiap organisasi yang dibentuk oleh Sultan. Tanpa
adanya Abdi Dalem, roda pemerintahan tidak akan berjalan.
Selain menjalankan tugas operasional pada setiap organisasi di keraton, Abdi
Dalem juga merupakan ‘abdi budaya’. Abdi budaya adalah orang yang bisa dan
mampu memberi suri tauladan bagi masyarakat luas. Abdi Dalem harus bisa
menjadi contoh kehidupan di masyarakat, bertindak berdasarkan unggah-ungguh
dan paham akan tata krama. Oleh karena itu, senyum yang selalu merekah, ramah
dan sopan santun yang tinggi merupakan hal yang selalu ditunjukan oleh para Abdi
Dalem Keraton Yogyakarta.
Ciri khas Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terletak pada pakaian. Pakaian
atau busana khas Abdi Dalem disebut peranakan. Peranakan berasal dari kata
‘diper-anak-kan’. Artinya menjadi Abdi Dalem akan dianggap seolah-olah satu
saudara yang dilahirkan dari seorang ibu. Semua Abdi Dalem pakaiannya sama dan
menjalankan tugas tanpa mengenakan alas kaki. Selain itu, Abdi Dalem wanita tidak
boleh memakai perhiasan. Semua ini bertujuan untuk meniadakan perbedaan antara
si miskin dan si kaya, sehingga semua Abdi Dalem setara kedudukannya. Di
samping itu, di dalam keraton, Abdi Dalem dipanggil dengan sebutan “kanca” yang
berarti teman atau saudara.
Hal menarik lainnya adalah komunikasi diantara para Abdi Dalem. Bahasa
yang digunakan di dalam Keraton Yogyakarta adalah Bahasa “Bagongan”. Bahasa
Bagongan berbeda dengan Bahasa Jawa pada umumnya. Dengan Bahasa
Bagongan, komunikasi antar Abdi Dalem kemudian tidak mengenal perbedaan
derajat dan pangkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Punakawan dan Kaprajan. Abdi Dalem Punakawan merupakan abdi yang berasal
dari kalangan masyarakat umum. Abdi Dalem Punokawan adalah tenaga
operasional yang menjalankan tugas keseharian di dalam keraton. Dibagi menjadi
2 golongan, yaitu Abdi Dalem Punakawan Tepas dan Abdi
Dalem Punakawan Caos. Abdi Dalem Punakawan Tepas mempunyai jam kerja
selayaknya pegawai yang bekerja di kantor, sedangkan Abdi
Dalem Punakawan Caos hanya menghadap ke keraton setiap periode sepuluh hari
sekali. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan tanda hormat dan kesetiaan sebagai
abdi.
Abdi Dalem Keprajan adalah mereka yang berasal dari TNI, Polri, dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diterima dan diangkat sebagai Abdi Dalem. Pada
umumnya Abdi Dalem Keprajan adalah orang-orang yang telah memasuki masa
pensiun kemudian mendarmabaktikan waktu, ilmu dan tenaganya untuk membantu
keraton secara suka rela.
Abdi Dalem yang lingkup perkerjaannya paling dekat dengan Sultan adalah
Keparak. Kelompok ini umumnya didominasi oleh para Abdi Dalem perempuan.
Abdi Dalem Keparak menjadi salah satu kelompok yang paling dekat dengan Sultan
karena tugas-tugasnya antara lain: menjaga ruang pusaka, menyiapkan
perlengkapan upacara, serta menyiapkan keperluan Sri Sultan, Permaisuri dan
Putra-Putri Sultan yang tinggal di dalam keraton.
Sebelum secara resmi disahkan menjadi Abdi Dalem, calon Abdi Dalem akan
menjalani proses magang selama 2 tahun. Selama 2 tahun ini para abdi magang
akan dinilai mulai dari rajin atau tidaknya untuk sowan ke keraton, tekatnya untuk
mengabdi, serta bakat dan juga latar belakang pendidikannya. Setelah dinilai layak
untuk menjadi Abdi Dalem baru kemudian diangkat melalui wisuda. Wisuda Abdi
Dalem dilaksanakan setiap 2 kali setahun, yaitu pada bulan Bakda Mulud dan
Syawal.
Dasar menjadi Abdi Dalem adalah komitmen pribadi. Abdi Dalem yang sudah
tidak mampu lagi menjalankan tugas karena usia lanjut, kesehatan, dan sebab-sebab
lain akan menjalani proses pemberhentian yang disebut miji. Namun demikian
sangat jarang terjadi dimana Abdi Dalem merasa bosan atau mengajukan
pengunduran diri.
Berikut beberapa ketentuan terkait miji atau proses pemberhentian Abdi
Dalem:
1. Miji Sudono Mulyo: telah mengabdi di atas 20 tahun
2. Miji Sudono Saroyo: telah mengabdi antara 10-20 tahun
3. Miji Tumpuk: lama pengabdian di bawah 10 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4. Miji Pocot: diberhentikan dengan tidak hormat sehingga harus
mengembalikan gelar yang diberikan oleh Sultan (asma paring Dalem)
dan dilarang masuk ke keraton.
Dalam melaksanakan tugasnya para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta terikat
dengan credo Watak Satriya yang dicetuskan oleh pendiri Keraton Yogyakarta,
Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I. Diantaranya adalah :
1. Nyawiji: total, fokus dan selalu berserah kepada tuhan YME.
2. Greget: penuh penghayatan & penjiwaa
3. Sengguh: percaya diri
4. Ora mingkuh: tidak gentar menghadapi ujian dan hambatan.
Menjadi seorang abdi di keraton bukan berarti akan mendapatkan honor
yang tinggi. Alasan utama menjadi Abdi Dalem umumnya adalah untuk
mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan batin. Ada juga yang dilandasi oleh
rasa terimakasih sudah diperbolehkan tinggal di tanah milik Sultan. Selain itu,
faktor lain yang ingin diperoleh dari menjadi Abdi Dalem adalah untuk
mendapatkan berkah Dalem. Menurut para Abdi Dalem, ada saja rejeki yang datang
dan dapat mencukupi kebutuhan keluarganya setelah menjadi Abdi Dalem.
Seiring dengan perkembangan jaman dimana keraton memerlukan banyak
tenaga profesional, dewasa ini banyak Abdi Dalem yang memiliki pendidikan
tinggi. Latar belakang pendidikannya beragam, mulai dari bidang seni, hingga
komputer dan akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa Abdi Dalem tidak selalu
identik dengan orang-orang lanjut usia dan berpendidikan rendah. Abdi Dalem
adalah orang-orang yang memiliki wawasan budaya, keahlian sekaligus dedikasi
yang tinggi.
Pada akhirnya, keberadaan Abdi Dalem sangat berarti. Tidak saja untuk
mendukung keberlangsungan segala aktifitas di dalam keraton, tetapi juga menjadi
benteng perilaku pada jaman yang semakin cepat berubah.
Pangkat dan Kedudukan Abdi Dalem
Seperti dalam pemerintahan modern, terdapat jenjang kepangkatan dalam
struktur organisasi Abdi Dalem. Setelah melalui proses magang selama dua tahun
seorang calon Abdi Dalem akan diwisuda menjadi Abdi Dalem.
Jenjang kepangkatan Abdi Dalem berurutan dari bawah adalah sebagai
berikut:
Jajar
Bekel Anom
Bekel Sepuh
Lurah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Penewu
Wedono
Riya Bupati
Bupati Anom
Bupati Sepuh
Bupati Kliwon
Bupati Nayoko
Pangeran Sentana
Kenaikan jenjang karir seorang Abdi Dalem berbeda antara Abdi Dalem
Tepas dan Abdi Dalem Caos. Abdi Dalem Tepas merupakan Abdi Dalem yang
setiap hari memiliki kewajiban untuk berkantor di keraton. Kenaikan pangkat
reguler dari seorang Abdi Dalem Tepas dapat diajukan setiap 3 tahun.
Sementara itu, kenaikan pangkat yang diterima oleh Abdi Dalem Caos dapat
diajukan setiap 4-5 tahun sekali. Abdi Dalem Caos merupakan Abdi Dalem yang
tidak mempunyai kewajiban untuk masuk setiap hari. Abdi Dalem Caos hanya
masuk pada periode waktu tertentu. Kenaikan pangkat seorang Abdi Dalem dikelola
oleh Parentah Hageng. Parentah Hageng mempunyai kewenangan untuk
mengangkat, menaikkan pangkat dan mempensiunkan Abdi Dalem. Setiap Abdi
Dalem akan mendapatkan Asma Paring Dalem (nama Abdi Dalem), Pangkat, dan
Penugasan yang tertuang di dalam Serat Kekancingan (SK) yang dikeluarkan oleh
Parentah Hageng.
Syarat Kenaikan Pangkat Abdi Dalem
Terdapat beberapa aspek penilaian yang dapat mempengaruhi jenjang
kenaikan pangkat seorang Abdi Dalem. Penilaian ini meliputi rajin atau tidaknya
Abdi Dalem untuk sowan ke keraton, memiliki konduite yang baik, dan rajin dalam
melaksanakan tugasnya. Bukan tidak mungkin seorang Abdi Dalem dapat ditunda
kenaikan jabatannya jika tidak menjalankan tugas dengan baik dan jarang sowan ke
keraton.
Selain kenaikan pangkat regular setiap 3 atau 4 tahun sekali, seorang Abdi
Dalem yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian tertentu bisa
mendapatkan kenaikan pangkat setiap tahun. Kenaikan tiap tahun ini dapat
diperoleh hingga menjadi wedono. Setelah mencapai wedono, Abdi Dalem tersebut
akan mengikuti jenjang kenaikan pangkat reguler layaknya Abdi Dalem yang lain.
Bupati Kliwon merupakan jabatan yang paling tinggi yang dapat diperoleh
secara reguler oleh setiap Abdi Dalem. Selain kenaikan pangkat yang bersifat
reguler, ada juga kenaikan yang bersifat khusus. Kenaikan khusus ini atas perintah
sultan. Jabatan tersebut adalah Bupati Nayaka dan Pangeran Sentana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Seorang Abdi Dalem dapat diangkat menjadi Bupati Nayaka dan Pangeran
Sentana hanya atas perkenan dari sultan. Tentunya kenaikan pangkat ini memiliki
dasar pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut adalah jasa-jasa dan
prestasinya sebagai Abdi Dalem. Tidak menutup kemungkinan seorang Abdi Dalem
memperoleh kenaikan jabatan khusus atas keputusan sultan.
Tanggung Jawab yang Menyertai Jabatan Abdi Dalem
Setiap kenaikan pangkat yang diperoleh seorang Abdi Dalem akan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Abdi Dalem yang
memiliki jabatan yang lebih tinggi pun harus bisa menjadi pimpinan bagi Abdi
Dalem yang ada di bawahnya. Tentunya tugas yang diberikan ini akan disesuaikan
dengan latar belakang pendidikan dan kecakapan dari Abdi Dalem tersebut.
Penyesuaian ini bertujuan agar tatanan dan roda pemerintahan di dalam keraton
tetap berjalan dengan baik.
Walaupun telah memiliki pangkat yang tinggi, seorang Abdi Dalem tidak
boleh semena-mena dengan mereka yang ada dibawahnya. Sopan santun, unggah-
ungguh tetap harus dijunjung tinggi agar kondisi dan suasana di dalam keraton tetap
nyaman. Sejatinya menjadi seorang Abdi Dalem bukan untuk mengejar
kepangkatan atau materi. Menjadi Abdi Dalem adalah murni untuk mengabdikan
diri sebagai penjaga budaya.
c. Bacaan informatif “Efek Rumah Kaca”
Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca yang Menyebabkan
Pemanasan Global
Anda pasti pernah mendengar istilah ‘efek rumah kaca’ bukan? Memang
pembahasan mengenai efek rumah kaca saat ini tengah menjadi perbincangan
dunia, menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab pemanasan global atau
global warming. Yang biasa kita dengar adalah penyebab pemanasan global lebih
besar dipengaruhi oleh efek rumah kaca. Rumah kaca memang cukup banyak
digunakan oleh para petani yang tinggal di negara yang mengenal empat musim. Di
bangun khusus untuk tanaman, dimana sekelilingnya dipenuhi oleh kaca kaca
bening. Karena cukup membantu di sektor pertanian, beberapa petani Indonesia
yang hanya memiliki lahan kecil ikut menerapkan.
Apa itu efek rumah kaca ?
Rumah kaca di bangun dengan fungsi menjaga panas sinar matahari di dalam
ruangan. Ketika siang hari, panas matahari mampu menembus kaca, sehingga
membantu proses asimilasi tumbuhan. Karena dindingnya terbuat dari kaca, maka
sisa panas matahari yang dikeluarkan ke atmosfer kembali memantul. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
menjadikan suhu udara di dalam rumah tersebut naik dan menghangat. Bahkan
radiasi panas matahari ini bergelombang pendek yakni sebesar 0,3 sampai 3 um
yang bisa ditangkap oleh atmosfer bumi. Radiasi yang sepanjang 3 um inilah yang
mampu meningkatkan pemanasan di bumi.
Selain efek rumah kaca terjadi karena adanya kenaikan konsentrasi gas CO2
serta beberapa gas yang ada di atmosfer bumi. Adanya pembakaran minyak, batu
bara, serta bahan bakar organik yang kadarnya berlebih sehingga tidak bisa diserap
oleh tumbuhan dan tanah.
Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca yang Menyebabkan Pemanasan Global
Efek rumah kaca memang sudah tidak asing lagi untuk didengar, efek rumah
kaca yang dapat menyebabkan kerusakan pada bumi seperti memberikan dampak
akibat kerusakan hutan yang terkena populasi dari efek rumah kaca, menyebarkan
polusi di sekitar lingkungan, dan menyebabkan kerugian lain yang diakibatkan oleh
efek rumah kaca. Dalam terjadinya efek rumah kaca, melewati beberapa tahapan
seperti :
Awalnya cahaya dari matahari yang keluar dipantulkan oleh dinding kaca,
kemudian kembali ke angkasa. Beberapa sinarnya diserap oleh bumi yang nantinya
berwujud sinar inframerah.
Di dalam efek rumah kaca, terdapat gas kaca yang keluar dan membentuk
lapisan yang menyelimuti bumi. Gas kaca ini berupa CO2 (karbon dioksida),
metana, NO2 (nitrogen dioksida), serta beberapa gas lainnya yang merupakan reaksi
alamiah industri. Jika gas efek rumah kaca ini terlepas, maka partikelnya mampu
naik sampai lapisan troposfer lalu membentuk lapisan yang menyelimuti bumi.
Inilah rincian energi yang memantul ke bumi lagi :
25% : dipantulkan awan dan partikel partikel lain
25% : diserap oleh awan
45% : diserap oleh permukaan bumi
10% : dipantulkan lagi oleh permukaan bumi
Bumi sendiri dilapisi oleh selimut yang dinamakan lapisan atmosfer. Dengan
adanya gas rumah kaca, akan ada partikel yang melayang di antara bumi dan lapisan
atmosfer tersebut. Hal ini menyebabkan panas bumi memantul dari panas bumi
yang harusnya dibawa keluar, namun panas bumi kembali masuk, sehingga suhu
bumi naik dan akhirnya menghangat.
Adanya efek rumah kaca yang memantulkan panas kembali ke bumi memang
menaikkan suhu di dalam bumi. Pada awalnya bumi hanya menghangat saja.
Namun jika terus berlanjut, bumi bukan hanya menghangat tapi juga memanas yang
sifatnya mengglobal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Penelitian seputar efek rumah kaca
Kenaikan suhu bumi sudah dimulai sejak 100 tahun lalu. Menurut para ahli
klimatologi, rata-rata per 100 tahun kenaikan hanya 0,5 derajat celcius. Sedangkan
kenaikan rata-rata bumi menurut letak astronomis Indonesia hanya pada 30 tahun
terakhir ini sudah mencapai 2 derajat celcius. Itu pun di daerah tertentu mengalami
kenaikan suhu yang lebih dahsyat, seperti kota Bandung yang naik hampir 4 derajat
celcius dan kota Jakarta 5 derajat celcius. Kenaikan suhu akan terus berlanjut jika
manusia tidak berusaha menghentikan aktivitas yang memicu pemanasan global.
Inilah dampak terbesar didirikan rumah kaca.
Akibat Dari Efek Rumah Kaca
Menggunakan rumah kaca memang sangat membantu tanaman untuk
melakukan asimilasi. Sayangnya bangunan kaca yang difungsikan untuk
memantulkan panas ke dalam rumah membawa efek alamiah. Bahkan secara
langsung akan mempengaruhi perubahan suhu di bumi serta pemanasan yang
sifatnya mengglobal.
Global warming juga berakibat pada beberapa sektor, yakni :
Kenaikan permukaan air laut
Semakin tinggi kenaikan permukaan air laut, akan sangat berdampak pada
pulau yang tinggal di dataran rendah dan dikelilingi air. Dengan meningginya
permukaan air laut, maka dataran yang berada lebih rendah akan terjadi banjir besar
yang mampu menenggelamkan dataran yang lebih rendah dari permukaan laut.
Namun dari pasang surut air laut tersebut dapat memberikan manfaat pasang surut
air laut bagi kehidupan manusia yang bergantung hidup di pinggiran laut atau
pantai.
Perubahan cuaca yang ekstrim
Global warming juga mampu menjadi penyebab adanya perubahan cuaca
yang sifatnya ekstrim. Apalagi di wilayah Indonesia yang memiliki iklim yang
selalu berganti yang bergantung pada pembagian musim di Indonesia. Dengan
adanya iklim di Indonesia Anda dapat merasakannya dengan panas yang begitu
terik dalam kurun waktu lebih lama dari sebelumnya. Dan ketika musim dingin,
juga merasakan dingin yang luar biasa.
Hasil pertanian menurun
Bahkan pemanasan global dapat menyebabkan hasil pertanian di tanah luas
akan menurun. Resiko gagal panen lebih tinggi kurvanya. Sedangkan di Indonesia
memiliki berbagai macam jenis hujan yang dapat mempengaruhi musim yang akan
terjadi pada wilayah Indonesia, dan biasanya memberikan dampak negatif bagi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
petani ketika musim kemarau berkepanjangan yang akan menghasilkan hasil
pertanian menurun.
Mencairnya gletser
Beberapa gletser dan es di kutub sudah mulai mencair. Ini merupakan akibat
dari pemanasan global yang sudah memberikan dampak keseluruhan. Dengan
mencairnya es di kutub akan memperlebar luasan perairan di bumi yang semula
perbandingannya 2:1 antara lautan dan daratan. Jika sudah mencair, akan mengalir
ke laut yang berpotensi menaikkan permukaannya. Sangat berbahaya jika sampai
menenggelamkan pulau-pulau penting di dunia.
Kepunahan beberapa jenis hewan
Hewan yang hidup berada di lereng gunung berapi akan sangat terkena
dampak pemansan global. Suhu panas akan semakin menaik, cuaca yang berubah
secara ekstrim, mampu mengganggu kehidupan hewan. Jika ia tidak mampu
bertahan dengan kondisi alam yang terus memburuk, beberapa hewan akan mati
kelaparan, kehausan, atau kepanasan. Kelestariannya sudah tidak bisa diselamatkan
lagi, kecuali manusia yang bertindak untuk menyelamatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 4. Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN
Lembar persetujuan ini terkait dengan penelitian tentang Manfaat Bacaan
bagi Mahasiswa. Penelitian ini dilakukan oleh :
Nama : Pancaring Aruno Wibowo
Pekerjaan : Mahasiswa Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Semester : IX
Kegiatan penelitian ini melibatkan aktivitas menulis dan membaca. Dalam
penelitian ini, Anda akan diberikan empat buah amplop yang bernomor 1 hingga 4.
Setiap amplop memiliki isi yang berbeda terkait dengan tugas yang akan Anda
lakukan.
Peneliti menjamin bahwa Anda tidak akan menerima ancaman atau
mengalami bahaya karena mengikuti kegiatan ini. Anda memiliki hak menolak
untuk mengikuti kegiatan ini. Anda juga berhak berhenti ketika kegiatan sedang
berlangsung dengan memberitahu peneliti terlebih dahulu. Partisipasi dalam
kegiatan ini bersifat suka rela dan tanpa paksaan.
Peneliti menjamin kerahasiaan semua data yang Anda berikan selama
penelitian. Data yang Anda berikan menggunakan nama inisial. Jika data Anda akan
digunakan untuk penelitian lebih lanjut, peneliti akan meminta izin kepada Anda
terlebih dahulu dan Anda berhak untuk menolak. Peneliti memastikan bahwa data
yang terkumpul akan digunakan secara bijaksana sesuai kebutuhan.
Yogyakarta, 16 September 2017
_________________
(Nama inisial partisipan)
_________________
(Tanda tangan partisipan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 5 : Instruksi Penelitian
INSTRUKSI TUGAS
Saya akan memberikan empat buah amplop kepada teman-teman. Setiap
amplop memiliki nomor yang berbeda, mulai dari nomor 1 hingga nomor 4. Setiap
amplop juga memiliki instruksi yang berbeda. Nanti, teman-teman dimohon untuk
membuka masing-masing amplop sesuai dengan urutan nomor. Kemudian teman-
teman dimohon untuk mengikuti instruksi yang diberikan dalam masing-masing
amplop tersebut.
Apakah ada pertanyaan?
Jika tidak ada pertanyaan, saya akan membagikan empat buah amplop
tersebut. Silahkan memastikan bahwa teman-teman sudah menerima empat buah
amplop. Teman-teman dimohon untuk tidak membuka amplop terlebih dahulu
sebelum ada instruksi dari saya. Teman-teman akan membuka amplop pertama
bersama-sama dan membuka amplop selanjutnya sendiri-sendiri sesuai dengan
waktu penyelesaian masing-masing.
Apakah sudah siap? Jika sudah siap silahkan dimulai dengan membuka
amplop pertama. Selamat mengerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 6. Teknis Pelaksanaan Penelitian
a. Kelompok Eksperimen
Amplop 1
1) Intruksi awal
Tugas Anda sekarang adalah membaca cerita pendek berikut hingga
selesai. Anda diperbolehkan untuk memberi coretan atau mengulang cerita
pendek tersebut. Cerita pendek berada di lembar selanjutnya. Jika sudah
siap silahkan dimulai.
2) Cerita pendek “Kebaikan Kecil yang Bermakna”
3) Intruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
1. Jika sudah selesai membaca, Anda dipersilahkan memasukkan kembali
cerita pendek yang telah Anda baca dalam amplop bernomor 1
2. Kemudian, Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 2 dan tidak
diperbolehkan membuka amplop bernomor 1 kembali.
Amplop 2
1) Intruksi awal
Berikut ini saya melampirkan sebuah kertas HVS kosong. Anda dimohon
untuk merangkum cerita pendek yang telah Anda baca pada kertas HVS
yang telah disediakan. Anda bebas dalam merangkum cerita pendek. Jika
Anda melakukan kesalahan penulisan, Anda diperbolehkan untuk
menghapus dengan penghapus, tipe-X, atau mencoret menggunakan
ballpoint. Jika sudah siap silahkan dimulai.
2) Kertas HVS kosong
3) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
1. Jika sudah selesai merangkum cerita pendek, Anda dimohon untuk
memasukkan lembar ini dalam amplop bernomor 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2. Kemudian, Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 3.
Amplop 3
1) Pengukuran
Saya mengucapkan terima kasih karena Anda telah mengikuti kegiatan
hari ini hingga selesai. Kegiatan pada hari ini bekerja sama dengan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Psikologi, Universitas Sanata
Dharma, divisi Sosial Kerohanian. Salah satu program divisi tersebut
adalah Bakti Sosial. Pada hari Sabtu, 23 September 2017 divisi tersebut
akan mengadakan Bakti Sosial di salah satu Panti Asuhan Yatim Piatu
yang terletak di daerah Gunung Kidul. Saat ini, Panti Asuhan tersebut
sedang membutuhkan sumbangan berupa uang untuk menunjang biaya
kebersihan sehari-hari.
Anda dapat berpartisipasi untuk ikut membantu Panti Asuhan tersebut
melalui kegiatan pada hari ini. Anda dimohon untuk menyumbang
seikhlasnya. Jika Anda ingin berpartisipasi memberikan sumbangan untuk
Panti Asuhan tersebut, silahkan Anda menuliskan jumlah sumbangan yang
ingin Anda berikan pada kuitansi yang terlampir di balik lembar ini.
Catatan: Jika Anda belum membawa uang pada hari ini, Anda dimohon
tetap menuliskan jumlah uang yang ingin Anda sumbangkan pada kuitansi
terlampir.
Peneliti akan menghubungi Anda lebih lanjut.
Tuliskan nomor handphone Anda : ...................................
2) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
1. Jika sudah selesai, silahkan Anda memasukkan kembali lembar ini dan
kuitansi dalam amplop bernomor 3
2. Kemudian, Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 4 dan tidak
diperbolehkan membuka amplop bernomor 3 kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Amplop 4
1) Identitas
Silahkan mengisi identitas di bawah ini :
Nama inisial :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Uang saku : / bulan
Jumlah pengeluaran : / bulan
Agama :
Jurusan Kuliah :
2) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
3 :
1. Jika sudah selesai mengisi identitas, silahkan Anda memasukkan
kembali lembar ini dalam amplop bernomor 4
2. Kemudian, Anda dimohon mengangkat tangan untuk memberitahu
peneliti bahwa Anda telah selesai
3. Anda dimohon untuk menunggu teman-teman yang belum selesai di
tempat duduk Anda masing-masing dan tetap menjaga ketenangan.
b. Kelompok Kontrol
Amplop 1
1) Intruksi awal
Tugas Anda sekarang adalah membaca bacaan berikut hingga selesai.
Anda diperbolehkan untuk memberi coretan atau mengulang bacaan
tersebut. Bacaan berada di lembar selanjutnya. Jika sudah siap silahkan
dimulai.
2) Bacaan informatif “Efek Rumah Kaca”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
3) Intruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
1. Jika sudah selesai membaca, Anda dipersilahkan memasukkan kembali
bacaan yang telah Anda baca dalam amplop bernomor 2
2. Kemudian, Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 3 dan tidak
diperbolehkan membuka amplop 2 kembali.
Amplop 2
1) Instruksi awal
Berikut ini saya menyediakan sebuah kertas HVS kosong. Anda dimohon
untuk merangkum bacaan yang telah Anda baca pada kertas HVS yang telah
disediakan. Anda bebas dalam merangkum bacaan tersebut. Jika Anda
melakukan kesalahan penulisan, Anda diperbolehkan untuk menghapus
dengan penghapus, tipe-X, atau mencoret menggunakan ballpoint. Jika sudah
siap silahkan dimulai.
2) Kertas HVS
3) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
1. Jika sudah selesai merangkum bacaan, Anda dimohon untuk
memasukkan lembar ini dalam amplop bernomor 2
2. Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 3.
Amplop 3
1) Pengukuran
Saya mengucapkan terima kasih karena Anda telah mengikuti kegiatan
hari ini hingga selesai. Kegiatan pada hari ini bekerja sama dengan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Psikologi, Universitas Sanata
Dharma, divisi Sosial Kerohanian. Salah satu program divisi tersebut
adalah Bakti Sosial. Pada hari Sabtu, 23 September 2017 divisi tersebut
akan mengadakan Bakti Sosial di salah satu Panti Asuhan Yatim Piatu
yang terletak di daerah Gunung Kidul. Saat ini, Panti Asuhan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
sedang membutuhkan sumbangan berupa uang untuk menunjang biaya
kebersihan sehari-hari.
Anda dapat berpartisipasi untuk ikut membantu Panti Asuhan tersebut
melalui kegiatan pada hari ini. Anda dimohon untuk menyumbang
seikhlasnya. Jika Anda ingin berpartisipasi memberikan sumbangan untuk
Panti Asuhan tersebut, silahkan Anda menuliskan jumlah sumbangan yang
ingin Anda berikan pada kuitansi yang terlampir di balik lembar ini.
Catatan: Jika Anda belum membawa uang pada hari ini, Anda dimohon
tetap menuliskan jumlah uang yang ingin Anda sumbangkan pada kuitansi
terlampir.
Peneliti akan menghubungi Anda lebih lanjut.
Tuliskan nomor handphone Anda : ...................................
2) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
2 :
3. Jika sudah selesai, silahkan Anda memasukkan kembali lembar ini dan
kuitansi dalam amplop bernomor 3
4. Kemudian, Anda dipersilahkan membuka amplop bernomor 4 dan tidak
diperbolehkan membuka amplop bernomor 3 kembali.
Amplop 4
1) Identitas
Silahkan mengisi identitas di bawah ini :
Nama inisial :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Uang saku : / bulan
Jumlah pengeluaran : / bulan
Agama :
Jurusan Kuliah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2) Instruksi akhir
Bacalah instruksi berikut hingga selesai, mulai dari nomor 1 hingga nomor
3 :
1. Jika sudah selesai mengisi identitas, silahkan Anda memasukkan
kembali lembar ini dalam amplop bernomor 4
2. Kemudian, Anda dimohon mengangkat tangan untuk memberitahu
peneliti bahwa Anda telah selesai
3. Anda dimohon untuk menunggu teman-teman yang belum selesai di
tempat duduk Anda masing-masing dan tetap menjaga ketenangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 7. Hasil Pengukuran
a. Perilaku menolong kelompok eksperimen
Posttest Uang
Pemasukkan
Uang
Pengeluaran Sisa Uang Hasil *
50.000 800.000 300.000 500.000 0.1
20.000 1.000.000 400.000 600.000 0.03
20.000 300.000 200.000 100.000 0.2
100.000 1.000.000 500.000 500.000 0.2
20.000 1.200.000 1.050.000 150.000 0.13
50.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0.05
20.000 1.000.000 950.000 50.000 0.4
20.000 1.500.000 1.300.000 200.000 0.1
50.000 2.000.000 1.700.000 300.000 0.167
20.000 1.000.000 900.000 100.000 0.2
10.000 1.200.000 550.000 650.000 0.015
50.000 500.000 450.000 50.000 1
50.000 700.000 650.000 50.000 1
10.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0.02
20.000 500.000 300.000 200.000 0.1
20.000 1.120.000 1.000.000 120.000 0.167
20.000 1.000.000 500.000 500.000 0.04
10.000 1.700.000 800.000 900.000 0.01
10.000 1.900.000 1.500.000 400.000 0.025
20.000 1.900.000 1.200.000 700.000 0.029
Catatan. * adalah pembagian skor posttest dengan sisa uang
b. Perilaku menolong kelompok kontrol
Posttest Uang
Pemasukkan
Uang
Pengeluaran Sisa Uang Hasil *
0 1.600.000 800.000 800.000 0
10.000 450.000 400.000 50.000 0.2
50.000 3.250.000 250.000 3.000.000 0.017
50.000 2.100.000 1.500.000 600.000 0.83
50.000 800.000 650.000 150.000 0.33
10.000 750.000 350.000 400.000 0.025
0 1.800.000 800.000 1.000.000 0
50.000 300.000 250.000 50.000 1
0 1.700.000 1.250.000 450.000 0
20.000 1.600.000 1.000.000 600.000 0.033
2.000 900.000 898.000 2.000 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
10.000 650.000 640.000 10.000 1
10.000 600.000 590.000 10.000 1
50.000 1.200.000 450.000 750.000 0.067
10.000 500.000 300.000 200.000 0.05
100.000 300.000 200.000 100.000 1
0 800.000 650.000 150.000 0
20.000 1.000.000 980.000 20.000 1
20.000 900.000 600.000 300.000 0.067
0 300.000 300.000 0 ̴ Catatan. * adalah pembagian skor posttest dengan sisa uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 8. Tabel Uji Normalitas
a. Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Kelompok
Eksperimen 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
Kelompok Kontrol 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
b. Normal Q-Q Plots Kelompok Eksperimen
c. Normal Q-Q Plots Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 9.
Tabel Uji Beda Independent Sample T-test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai Kelompok Eksperimen 20 19.52 390.50
Kelompok Kontrol 19 20.50 389.50
Total 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI