PENGARUH PELAYANAN KESEHATAN PADA PROGRAM PUSKESMAS KELILING TERHADAP
TINGKAT KESADARAN HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT MISKIN DI DESA SETU
KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ika Lestari NIM: 106054002041
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
SURAT KETERANGAN
No :
Yang bertanda tangan dibawah ini kepala Puskesmas Kecamatan Setu,
menerangkan bahwa :
Nama : Ika Lestari
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 30 Desember 1987
Nomor Pokok : 106054002041
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Semester : IX
Program : Strata 1 (S1)
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar bahwa mahasiswi tersebut telah melakukan penelitian di Puskesmas
Keliling Kecamatan Setu dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap
Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar yang berkepentingan
mengetahui dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, 02 Agustus 2010
Kepala Puskesmas Setu,
dr. Allin Hendalim M
NIP : 197610152007012007
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2010
Ika Lestari
i
ABSTRAK
Ika Lestari Pengaruh Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Kesehatan adalah kebutuhan yang vital bagi kita. Dengan sehat kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun mahalnya biaya pengobatan rumah sakit membuat masyarakat enggan untuk melakukan pengobatan. Biasanya bagi masyarakat kecil lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat.
Namun masalahnya, masyarakat yang tinggal didaerah terutama daerah pedalaman belum dapat menjangkau puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasi jauh, serta ketersediaan obat dan fasilitas puskesmas yang terbatas.
Untuk itu, melalui kebijakannya pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengadakan program puskesmas keliling. Diharapkan dengan adanya puskesmas keliling, masyarakat yang berada didaerah tidak perlu lagi merasa kesulitan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. namun masalahnya kemudian, pada saat sarana dan prasarana seperti puskesmas keliling telah diadakan, justru masyarakat tidak mau memanfaatkan program pelayanan tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran hidup sehat di masyarakat. Masyarakat masih menganggap pelayanan kesehatan hanya diperlukan bagi “si sakit”, sehingga bagi orang yang sehat, memanfaatkan program pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian adalah deskriptif analitis serta menggunakan rumus rataan, standar devisi dan regresi linear sederhana sebagai teknis analisis data. Penelitian ini melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian dilapangan kepada 30 responden dengan nilai validitas dan reliabilitas 0,829. Adapun jumlah sampel adalah berjumlah 71 orang.
Dari hasil penelitian hasil perhitungan diperoleh angka korelasi 0,214, itu artinya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen kecil. Untuk melihat angka tersebut signifikan atau tidak, maka kita dapat melihat dari angka 0,033. Angka ini signifikan karena ketentuan yang berlaku adalah jika uji signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan dari variabel-variabel tersebut.
Dengan demikian hasil penelitian ini menemukan bahwa pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling memiliki pengaruh yang kecil terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Ini ditunjukkan dengan angka korelasi 0,214 dengan angka signifikan 0,033.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling
Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa
Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Orangtua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya serta tak
hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga dapat
terselesaikannya penelitian ini.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan
arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
4. Wati Nilamsari, M.Si dan M. Hudri selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
iii
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Kedkteran dan Kesehatan
yang telah melayani peminjaman buku-buku literature sebagai referensi
dalam penyusunan skripsi ini.
7. DR. Alin dan Pak Nugroho selaku Kepala Puskesmas Setu dan Koordinator
Puskesmas Keliling serta seluruh staff Puskesmas Keliling dan Puskesmas
Kecamatan Setu. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Kepala Desa Setu, Sekretaris dan seluruh staff kantor desa Setu yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di desa Setu.
9. Kakak-kakakku tersayang dan keponakan-keponakanku tercinta yang selalu
memberikan doa, dukungan serta memberikan keceriaan saat penulis merasa
lelah dan jenuh.
10. Zack Ka yang selalu memberikan dukungan serta menjadi teman setia dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman PMI 2006, Lia, Rohmah, Nana, Iin, Amin, Akew, Fressha,
Syarif, Yoza, Ari, terutama untuk 4 angel (Milastri Muzakkar, Fenny
Oktaviany, dan Ida Nur Aeni) yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih,
suka, dan duka.
12. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Yanis Sarohmah dan Adila Dikha
Pertiwi Putri yang tak pernah lelah untuk saling memberikan dukungan serta
bantuan yang tak terhingga.
13. Teman-teman BEMJ PMI dan adik-adik PMI atas dukungannya.
iv
14. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis ucapkan terimakasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya
kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam pada khususnya.
Jakarta, September 2010
Ika lestari
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …….……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ….……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… x
DAFTAR BAGAN …….………………………………………………… .… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… … xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………..10
C. Tujuan ……………………………………………………………. 11
D. Manfaat …………………………………………………………... 11
E. Tinjauan Pustaka …..……………………………………………... 12
F. Sitematika Penulisan ……………………………………………... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengembangan Masyarakat ……………………………………….. 17
1. Pengertian Pengembangan Masyarakat ………………………... 17
2. Model-model Pengembangan Masyarakat …………………….. 18
B. Penyuluhan Kesehatan ……………………………………………. 21
C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ………………………………… 23
1. Pengertian Kesehatan Masyarakat …………………………….. 23
2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat ……………………….. 26
vii
3. Desentralisasi Sektor Kesehatan ………………………………. 29
D. Kesadaran Hidup Sehat …………………………………………... 30
1. Pengertian Hidup Sehat ……………………………………….. 30
2. Kesadaran Hidup Sehat ……………………………………….. 31
3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat …………………………….. 32
BAB III METODOLOGI
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………….. 34
B. Format Penelitian …………………………………………………. 35
C. Lokasi dan Jadwal Penelitian …………………………………….. 35
D. Populasi dan Sampel …………………………………………….... 36
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………...... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………... 43
G. Sumber Data ………………………………………………………. 44
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………… 44
I. Teknik Analisis Data ……………………………………………… 47
J. Kerangka Berpikir ……………………………………………...…. 50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Puskesmas Keliling Kecamatan Setu, Kabupaten Tangerang Selatan
1. Latar belakang berdirinya puskesmas keliling …………………. 52
2. Visi dan Misi …………………………………………………… 52
3. Tujuan ………………………………………………………….. 53
4. Sasaran …………………………………………………………. 53
5. Kepengurusan ………………………………………………….. 54
B. Deskripsi Data Kuesioner …………………………………………. 55
viii
1. Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling ……... 55
2. Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat miskin …….. 68
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………… 76
2. Saran ……………………………………………………………….. 76
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ……………………………. 56
Tabel 2. Penyuluhan kesehatan ………………………………………………... 57
Tabel 3. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….... 59
Tabel 4. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….. 61
Tabel 5. Pemberian makanan gratis yang bergizi ……………………………... 63
Tabel 6. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis ………………… 65
Tabel 7. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis ……………... 67
Tabel 8. Pengetahuan tentang kesehatan ……………………………………… 69
Tabel 9. Sikap terhadap kesehatan ……………………………………………. 71
Tabel 10. Praktik kesehatan …………………………………………………... 73
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………….. 51
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing …………………………..
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kepada Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan ………………
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan ..
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kepada Puskesmas Setu…………………………………………
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kepada Camat Setu ……………………………………………..
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kepada Desa Setu …………….…………………………………
Lampiran 6 Angket Penelitian ……………………………………………….
Lampiran 7 Nilai Validitas …………………………………………………..
xiii
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Keliling Kecamatan Setu ….. 55
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan kebutuhan vital.
Dengan sehatlah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Rumah sakit sebagai
salah satu tempat pelayanan kesehatan, terkadang sulit dijangkau oleh sebagian
besar orang. Karena kita tahu, saat ini, biaya pengobatan cukup mahal. Terlebih
bagi daerah baru dipinggiran ibu kota, pelayanan tersebut belum diberikan secara
maksimum.
Biasanya bagi masyarakat kecil, lebih memilih puskesmas sebagai tempat
berobat. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.1
Masalahnya kemudian, masyarakat yang tinggal di daerah, terutama
daerah pedalaman, belum dapat menikmati layanan puskesmas karena sarana dan
prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasinya jauh, jumlah tenaga
kesehatan terbatas, obat dan fasilitasnya masih terbatas, serta kualitasnya pun
masih rendah. Padahal dalam Islam pun kita memang diharuskan ikhtiar, kita 1 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ), h.119
1
2
tidak bisa hanya berdoa saja dan berpangku tangan. Makna doa itu sendiri adalah
berusaha, maka salah jika ada orang yang berdoa saja tanpa disertai dengan usaha.
Untuk itu hendaknya setiap orang berdoa yang disertai dengan usaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan dan tujuannya tersebut.
Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah, namun Allah juga tidak
menyukai orang yang hanya berpangku tangan saja. Dengan badan yang sehat,
kita dapat mengerjakan semua kegiatan dengan senang hati dan mencapai tujuan
dengan maksimal. Atau dengan kata lain, sehat akan membuat hidup menjadi
lebih indah dan bermakna. Kesehatan tidak akan terjaga begitu saja apabila kita
sendiri tidak menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan bagi tubuh kita
tanpa kita berusaha untuk menjaga kesehatan tersebut.
Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra'd (13) ayat 11 :
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Dalam ayat tersebut, jelas Allah berfirman bahwa sesungguhnya Allah
tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya. Jadi
kesehatan tidak akan tercipta dengan sendirinya, apabila kita sendiri tidak
menjaga kesehatan tersebut.
3
Berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia melalui
Repelita, telah menggariskan kebijakan yang berkaitan dengan upaya
pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam pendahuluan Rancangan 7 Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Kesehatan disebutkan bahwa tujuan
pembangnan kesehatan Indonesia tahap ini adalah untuk mencapai kemampuan
hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Kebijakan ini melanjutkan kebijakan yang telah
dilakukan pada jangka panjang sebelumnya, yang lebih menekankan pada
pemenuhan pelayanan kesehatan mendasar untuk masyarakat. Salah satu
implementasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun puskesmas
untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di lapisan terbawah.2
Karena bagaimanapun, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban
sebagaimana dengan hadits Ibn Umar r.a berikut :
آلكم : يقول . م.سمعت رسول اهللا ص: وعن ابن عمر رضى اهللا عنهما قال
والرجل راع , اإلمام راع و مسؤل عن رعيته, راع وآلكم مسؤل عن رعيته
والمرأ ة راعية فى بيت زوجها ومسؤلة عن , في اهله ومسؤل عن رعيته
و آلكم راع و مسؤل ,لخادم راع فى مال سيده ومسؤل عن رعيتهوا,رعيتها
متفق عليه. (عن رعيته
2 Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000),h.157
4
Artinya :
“Kamu sekalian pemimpin dan kamu akan ditanya dari hal rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin akan ditanya hal rakyat yang dipimpinnya. Suami akan ditanya hal keluarga yang dipimpinnya. Isteri memelihara rumah tangga suaminya dan akan ditanya hal yang dipimpinnya. Pelayan memelihara milik majikannya dan akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan-jawab), dari hal rakyat yang dipimpinnya. (Buchary, Muslim)”3
Didirikannya puskesmas tidak serta merta mampu menyelesaikan
persoalan kesehatan masyarakat miskin. Karena di beberapa daerah, khususnya di
pedalaman, masih belum mampu menjangkau puskesmas. Oleh karena itu,
beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan diadakannya puskesmas
keliling. Program ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam wilayah
kerjanya sehingga dapat menjangkau masyarakat yang berada di daerah
pedalaman.4
Puskesmas Keliling adalah program pelayanan kesehatan terpadu keluar
gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat
yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat.5
Idealnya, puskesmas keliling diisi dengan kegiatan ke arah kesehatan
preventif (pencegahan yang lebih menekankan pada upaya apa yang bisa
digunakan untuk menghindari terjadinya suatu penyakit) dan
pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan dan sanitasi, tetapi pada akhirnya
3 An-Nawawy dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Tarjamah Riadhus Shalihin, (Bandung:Alma’arif , 1986), Jilid I,h.528 4 http://puskelinfo.com/pengertian/ dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010 5 Ibid
5
puskesmas keliling ini lebih sering melakukan pelayanan kuratif (pelayanan lebih
ditekankan pada upaya untuk mengobati gangguan penyakit yang muncul).
Pelayanan preventif ini seperti program imunisasi yang rutin biasa dijalankan.
Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah berjalan bertahun –
tahun menjadi kebiasaan.6
Jaringan puskesmas sudah tersebar luas dan merata di seluruh provinsi.
Sampai saat ini, jumlah puskesmas di Indonesia tercatat 7.452 unit. Rinciannya,
puskesmas pembantu 21.959 unit dan puskesmas keliling 5.818 unit. Jumlah
rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan ada 9 unit yang seluruhnya
milik swasta karena kota belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (Kabupaten
Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008). Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) berjumlah 10 unit, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) 1
unit, Puskesmas Pembantu 8 unit dan Puskesmas Keliling 10 unit. Selain itu juga
terdapat Balai Pengobatan, Praktek Dokter dan Rumah Bersalin (Dinas kesehatan
Kota Tangerang Selatan). Jumlah total pos pelayanan terpadu (Posyandu)
berjumlah 771 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan
Mandiri dengan 4.127 orang kader aktif. Selain itu juga terdapat 108 pos
pembinaan terpadu (Posbindu) dengan 501 orang kader aktif.7
Dalam implementasinya, pelayanan puskesmas masih belum memadai.
Mutu pelayannya pun masih rendah. Keterbatasan dana, peralatan, dan tenaga
medis yang terlatih kendati hal ini merupakan problem di hampir semua level unit
pelayanan kesehatan adalah beberapa penyebabnya. Ini diperparah dengan praktik
pungutan liar (komersialisasi) pelayanan kesehatan oleh para oknum birokrat di 6 www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010 7http//:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010
6
puskesmas maupun rumah sakit pemerintah.8 Sebagai contoh adalah kebijakan
pemerintah melalui Permenkes No.920/Menkes/Per/XII/86 tentang Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang memberikan peluang bagi kalangan
swasta untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi publik. Dengan
kebebasan untuk menyediakan jasa medik dasar maupun medik spesialistik,
instansi pelayanan pemerintah dalam hal jangkauan pelayanan. Yang kemudian
berbeda adalah dalam hal penentuan tarif, biarpun untuk ini, Menteri
Kesehatanlah yang paling berwenang memutuskan dengan berdasarkan pada
pertimbangan organisasi profesi setempat. Namun fenomena mahalnya harga
pelayanan Rumah Sakit (swasta) tidak bisa dipungkiri lagi. Dalam posisi seperti
ini, peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi
terbatas.9
Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang memiliki status sosial
ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam
meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan
yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong mereka rentan terhadap
penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan
(misalnya puskesmas). Akan tetapi, bisa saja terjadi sebaliknya, bahwa disaat
pelayanan dan fasilitas itu ada, namun masyarakatnya yang belum mempunyai
kesadaran untuk memanfaatkan fasilitas tersebut serta belum menyadari arti
kesehatan.
8 Ibid 9 Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000) ,h.161-162
7
Sebagian besar masyarakat yang masih memandang bahwa pelayanan
kesehatan adalah pelayanan pengobatan bagi “si sakit”, sehingga tidak lazim
datang ke dokter bila kita tidak merasakan gangguan kesehatan apapun. Datang
ke dokter untuk melakukan general check-up bagi orang yang sehat, belum
menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Bahkan, tindakan seperti ini seringkali
dipandang sebagai tindakan membuang uang yang sia-sia.10 Untuk itu kiranya
perlu dilakukan suatu penyadaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin
agar masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya tersebut.
Di Indonesia banyak versi tentang definisi miskin. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik
(BPS).
Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami
seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
minimal/yang layak bagi kehidupannya.11
Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan
kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu,
antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi
per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.12
Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air
besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga
10 Ibid, h.158 11 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114 12 http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010
8
tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.13
Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam
seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup
makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak
sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.14
Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani
dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per
bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp
500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal
motor dan barang modal lain.15
Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.16
Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk
Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen
(sekretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan
13 Ibid 14 Ibid 15 Ibid 16 Ibid
9
penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42
persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.17
Permasalahan kemiskinan adalah masalah sentral yang selalu
didampingkan dengan derap kemajuan atas program pembangunan yang
digencarkan oleh pemerintah. Bagaimana cara penanggulangan kemiskinan sudah
digencarkan oleh pemerintah dan pihak swasta, akan tetapi tentunya semua pihak
tidak lepas dari ketidaksempurnaan.
Oleh karena itu, penulis tertarik melihat pengaruh pelayanan kesehatan
pada program puskesmas keliling tersebut, apakah dengan adanya program
puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran untuk hidup sehat atau tidak.
Hal ini penting untuk diteliti, karena dengan adanya penelitian ini diharapkan
masyarakat akan mencapai tingkat kesadaran kesehatan yang ditandai oleh
masyarakatnya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, serta mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas
Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat
Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”
17 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005),, h.114
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian
pada pengertian puskesmas keliling. Yang dimaksud puskesmas keliling adalah
unit pelayanan kesehatan keliling yang berfungsi untuk menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
menjangkau daerah terpencil serta belum menjangkau tempat tinggal masyarakat
yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu, penulis juga
membatasi masalah pelayanan kesehatan dari program puskesmas keliling, apakah
program tersebut lebih kearah kesehatan preventif (pencegahan/ upaya apa yang
dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit) atau lebih kearah kesehatan
kuratif (pengobatan terhadap suatu gejala yang muncul) dalam memberikan
pelayanan yang bersifat kepada pelayanan medis berupa pemeriksaan dan
pemberian obat pada masyarakat, khususnya pelayanan kepada masyarakat
miskin. Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok
mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi
tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan
berkesadaran hidup sehat. Selain itu penulis juga membatasi masalah pada
pengertian masyarakat miskin. Masyarakat miskin adalah masyarakat yang
memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih
terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan.
Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong
11
mereka rentan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini, jumlah masyarakat miskin
di ambil berdasarkan jumlah kk (kepala keluarga) yang tergolong miskin
berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas
keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa
Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan kesehatan pada
program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada
masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
D. Manfaat
1. Bagi Pengembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para
pembaca maupun bagi para prakitisi pengembang masyarakat, terutama
berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling
terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin,
khususnya yang membidangi ilmu Pengembangan Masyarakat dan
Manajemen Pengembangan Masyarakat.
12
2. Bagi Jurusan/ Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penyuluhan terhadap
masyarakat serta dijadikan tambahan referensi kegiatan praktikum pada
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pembuat
kebijakan yang duduk dalam jajaran pemerintahan dalam menyusun atau
membuat program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta penelitian yang terkait tentang kesehatan
kepada masyarakat miskin.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa karya ilmiah
yang hampir serupa dengan judul yang penulis teliti, yaitu sebagai berikut :
1. Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di
DKI Jakarta Tahun 1994-1995, skripsi yang di tulis oleh Rustini, mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 1996. Fokus
masalah dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah sejauhmana para
pekerja konstruksi di DKI Jakarta mendapat pelayanan kesehatan selama
1994-1995 serta melihat bagaimana gambaran penyelenggaraan pelayanan
kesehatan keliling yang ditujukan bagi pekerja konstruksi di DKI Jakarta
tahun 1994-1995. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta konstruksi di Jakarta yaitu
13
berupa pendaftaran, pemeriksaan, dan memberikan obat-obatan. Selain itu,
penyelenggara kesehatan keliling juga menugaskan 4 tenaga ahli yang terdiri
dari dokter, paramedis, pekarya dan dan supir untuk melayani rata-rata 33
pekerja yang berobat selama 2 jam perlokasi. Adapun sarana pelayanan
kesehatan yang tersedia berupa obat, perlengkapan pemeriksaan klinis serta
perlengkapan P3K.18
2. Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga
Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004, skripsi yang di tulis oleh Dyas
Purnamasari, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, tahun 2004. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
kebijakan program pelayanan kesehatan keluarga miskin yang dilaksanakan
oleh puskesmas Depok serta bagaimana penerapan perencanaan dalam
pelaksanaan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas kota
Depok. Dari hasil penelitian tesebut, dijelaskan bahwa kebijakan pelayanan
kesehatan keluarga miskin di puskesmas yang berupa pelayanan gratis bagi
keluarga miskin yang memenuhi kriteria sasaran dengan tujuan memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga miskin telah diketahui petugas
pelaksana program. Selama ini puskesmas belum mempunyai standar yang
jelas untuk melihat tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan
keluarga miskin di kota Depok sehingga belum dapat dilihat keberhasilannya.
Adapun penyusunan rencana program pelayanan kesehatan keluarga miskin
tampak arah top down planning lebih dominan dibandingkan dengan bottom
18 Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995
14
up. Hal ini terlihat dari perencanaan prosedur, metode strandar, program,
penetapan alokasi dana yang terdapat pada pedoman pelaksanaan.19
3. Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002, skripsi yang di tulis oleh
Irma Journalize, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, tahun 2002. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pandangan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya di
puskesmas kecamatan Ademangan Jakarta Utara. Dari hasil penelitian
tersebut, dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas Kecamatan Ademangan
sebagian besar menyatakan puas terhadap pelayanan yang ada. Hal ini dapat
dilihat dari kepuasan pasien berdasarkan pelayanan yang ada. Pasien merasa
puas terhadap sikap ramah yang diberikan oleh dokter. Dalam segi kehadiran,
pasien juga merasa puas karena dokter selalu datang tepat waktu. Selain itu,
dalam melayani pasien, dokter dinilai sangat teliti dalam memeriksa penyakit
pasien serta jelas dalam memberikan informasi yang diberikan.20
Berbeda dengan penelitian di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan
berjudul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling
Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa
Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.
19 Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004 20 Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002
15
Dalam penelitian ini, fokus masalah yang penulis ambil adalah melihat
pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, apakah dengan
adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran hidup sehat
atau tidak. Hal tersebut diteliti untuk mengetahui apakah program puskesmas
keliling tersebut sudah menyentuh masyarakat yang membutuhkan, serta untuk
mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dari pelaksanaan program puskesmas
keliling terhadap kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu
kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
F. Sitematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam 5
(lima) bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, meliputi pengertian pengembangan
masyarakat, model-model pengembangan masyarakat, pengertian
penyuluhan kesehatan, pengertian kesehatan masyarakat, ruang lingkup
kesehatan masyarakat, desentralisasi sektor kesehatan, pengertian
hidup sehat, dan kesadaran hidup sehat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, meliputi pendekatan dan jenis
penelitian yang digunakan, format penelitian yang digunakan, lokasi
dan jadwal penelitian, populasi dan sampel, hubungan antar variabel,
definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data,
16
sumber data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data, dan
kerangka berpikir.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS, meliputi gambaran umum puskesmas
keliling kecamatan Setu kota Tangerang Selatan, deskripsi karakteristik
responden, deskripsi kuesioner penelitian pelayanan kesehatan pada
program puskesmas keliling, serta deskripsi kuesioner penelitian tingkat
kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan
Setu kota Tangerang Selatan.
BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Setelah memilih topik penelitian, kita harus mencari teori yang berkaitan
dengan topik yang ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Teori seperti yang
didefinisikan oleh Kerlinger (1973) adalah ”seperangkat konstruksi (konsep),
definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis,
merinci hubungan antara variabel-varibel, dengan tujuan meramalkan dan
menerangkan gejala tersebut”.1
Kerangka teori sebagai panduan bagi arah penelitian yang mempunyai
peranan yang signifikan. Pada bagian ini, teori mengenai pengembangan
masyarakat, penyuluhan kesehatan, kesadaran hidup sehat serta pelayanan
kesehatan masyarakat dipaparkan secara definitif dan disesuaikan dengan konteks
kegunaan bagi penelitian yang akan penulis hendak lakukan.
A. Pengembangan Masyarakat
1. Pengertian Pengembangan Masyarakat
Menurut asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep,
yaitu pengembangan dan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.2
Sedangkan pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah
hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
1 Kerlinger (1973), dalam buku Consuelo G. Sevilla,dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993),h.30 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.538
17
18
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas.3
Pengembangan masyarakat adalah usaha membantu manusia mengubah
sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan
terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia
didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisitiatif dan mampu
berdiri sendiri.4
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan masyarakat
adalah usaha atau cara untuk mengembangkan sekumpulan orang-orang yang
hidup dalam suatu tempat tertentu dengan cara mambantu mendorong untuk
mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.
2. Model-model Pengembangan Masyarakat
Ada tiga model pengembangan masyarakat :
a. Pengembangan Masyarakt Lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah
melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya
potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.5
3 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16 4 Ibid, h.282 5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.42-45
19
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh
pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi
pada ”tujuan proses” (process goal) daripada tujuan tugas atau tujuan
hasil (task or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung
jawab untuk menentkan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Pengembangan kepemimpinan lokal,
meningkatkan strategi kemandirian, peningkatan informasi,
komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti
dari proses pengembangan masyarakat lokal yang bernuansa bottom-up
ini.6
b. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan
masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan
remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk
(rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi,
kekurangan gizi), dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat
lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas” (task
goal). Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompok-
kelompok yang kurang beruntung (disavantaged groups) atau
6 Ibid
20
kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat,
janda, yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai
perencana sosial yang memandang mereka sebagai ”konsumen” atau
”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima
pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan
pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan
keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga
formal, semisal lembaga lembaga kesejahteraan sosial pemerintah
(Depsos) atau swasta (LSM). Para perencana sosial dipandang sebagai
ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan
kebutuhan masyarakat serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan
dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan.7
c. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui
proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber
(distribution of resources) dan pengambilan keputusan (distribution of
decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan
bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi
”korban” ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena kemiskinan,
mereka lemah karena sistem dilemahkan, dan tidak berdaya karena
tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai
sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial
7 Ibid
21
berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakay
diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-
tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih
memenuhi prinsip demokrai, kemerataan (equality) dan keadilan
(equity).8
B. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari
bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan penyuluhan
merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan
(counseling is the heart pf guidance program).9 Sedangkan bimbingan adalah
suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada
kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.10
8 Ibid 9 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), h.5 10 Rochman Natawijaja, 1987:32, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.2
22
Selanjutnya, Rochman Natawijaja mendefinisikan penyuluhan sebagai
berikut:
Penyuluhan merupakan saat jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.11
Pakar yang lain mengungkapkan bahwa :
Penyuluhan itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai : (a) dirinya sendiri, (b) orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, (e) kepercayaannya.12
Lebih lanjut, Prayitno mengemukakan ”Penyuluhan adalah pertemuan
empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan
manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku”.13
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menarik suatu kesimpulan bahwa
penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada klien oleh seorang penyuluh
dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan secara empat mata yang berisi
usaha yang laras, unik dan manusiawi yang didasarkan pada norma-norma yang
berlaku supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
11 Ibid,h.5 12 Moh. Surya, 1988:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5 13 Prayitno, 1983:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5
23
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang.
Adapun yang dimaksud penyuluhan kesehatan dalam penelitian ini adalah
kegiatan untuk melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara menyampaikan
pesan serta mendorong masyarakat menanamkan konsep diri dan kepercayaan diri
sendiri, sehingga masyarakat tahu, mau serta mampu melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan.
C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program
puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah
masyarakat.
1. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Menurut asal katanya, kesehatan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu
kesehatan dan masyarakat. Menurut Paplau H, kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreativitas, konstruktif dan produktif.14 Sedangkan
menurut King M.E kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus hidup
dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stress.15 Pengertian lain
disebutkan kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah
sanitasi yang mengganggu kesehatan.16
14 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.15 15 Ibid, h.15-16 16 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.14
24
Masyarakat menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, adalah
sekumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat.17 Pengertian lain
menyebutkan bahwa, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup
dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
telah ditetapkan dengan jelas.18
Menurut Ikatan Dokter Indonesia-Amerika (1948), kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.19 Jadi kesehatan
masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan
sanitasi lingkungan merupakan kesehatan masyarakat.20
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kesehatan
masyarakat adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan sehat baik fisik
maupun psikis oleh setiap individu-individu anggota masyarakat, agar tercipta
keadaan yang produktif, seimbang dan harmonis dalam suatu masyarakat
(lingkungan).
Dalam hal ini, penulis ingin menarik lebih jauh tentang pengertian
kesehatan masyarakat miskin. Masyarakat miskin disini diartikan sebagai
masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan
mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam
kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat
17 Puthot Tunggal Handayani dan Pujo Adhi Suryani, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis (Surabaya: Giri Utama), h.315 18 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16 19 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.16 20 Ibid, h.14
25
mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan
kurangnya wadah pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas).
Di Indonesia banyak versi tentang definisi kemiskinan. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat
Statistik (BPS).
Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami
seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
minimal/yang layak bagi kehidupannya.21
Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan
kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu,
antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi
per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.22
Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air
besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga
tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.23
Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam
seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup
makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
21 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114 22 http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010 23 Ibid
26
puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak
sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.24
Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani
dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per
bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp
500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal
motor dan barang modal lain.25
Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.26
Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk
Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen
(secretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42
persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.27
2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Indonesia-
Amerika, bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni, maka ruang lingkup
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut.
24 Ibid 25 Ibid 26 Ibid 27 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.114
27
Sebagai ilmu kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2
disiplin keilmuan, yaitu ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial
(social sciences). Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin
ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sampai saat ini
disiplin ilmu yang mendasari kesehatan masyarakat antara lain mencakup ilmu
biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi,
antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.28
Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat antara lain :
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/ statistik kesehatan
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
e. Administrasi kesehatan masyarakat
f. Gizi kesehatan
g. Kesehatan kerja
Kesehatan masyarakat sebagai seni yaitu semua kegiatan baik yang
langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) atau
kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial)
adalah upaya kesehatan masyarakat.29
28 Ibid, h.16 29 Ibid, h.17
28
Secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular,
b. Perbaikan sanitasi lingkungan,
c. Perbaikan lingkungan pemukiman,
d. Pemberantasan vektor,
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat,
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak,
g. Pembinaan gizi masyarakat,
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
i. Pengawasan obat dan minuman,
j. Pembinaan peran serta masyarakat.30
Karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut
kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan
kesehatan masyarakat umumnya adalah besar. Hanya saja karena masalah
kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri, maka
dalam penyediaan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat,
potensi masyarakat sering diikut sertakan.31
Yang dimaksud pelayanan masyarakat dalam penelitian ini adalah
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
30 Ibid 31 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan (Jakarta: Binarupa Aksara,1996 ), h.116
29
3. Desentralisasi Sektor Kesehatan
Menurut Mills, Desentralisasi dalam arti umum adalah pemindahan
kewenangan atau pemindahan kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan,
manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ketingkat daerah.32
Ada tiga jenis atau model desentralisasi yang dijumpai dalam praktik,
yaitu :
1. Dekosentrasi, adalah pemindahan beberapa kekuasaan administratif ke
kantor-kantor daerah dari Departemen pemerintah pusat.
2. Devolusi, adalah kebijaksanaan untuk membentuk atau memperkuat
pemerintahan tingkat sub nasional (pemda atau badan otoritas daerah)
yang benar-benar independen dari tingkat nasional dalam beberapa
fungsi secara jelas.
3. Delegasi, adalah pemindahan tanggungjawab manajerial untuk tugas-
tugas tertentu ke organ-organ yang berada diluar struktur.33
Dibidang kesehatan, Trisnantoro mengemukakan bahwa desentralisasi
bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah
akan kesehatan, yang memungkinkan pemerintah daerah dan wakil rakyat
menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi setempat,
kebutuhan setempat, dan sumberdaya yang tersedia.34
32 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta:Rineka Cipta,2005), h.405-407 33 Ibid 34 Ibid
30
Desentralisasi memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan pelayanan kesehatan didaerahnya dengan lebih langsung
dan segera.35
D. Kesadaran Hidup Sehat
1. Pengertian Hidup Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual.36
Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.37
Sementara sehat menurut batasan UU No. 9 tentang pokok-pokok
kesehatan dalam Bab I, Pasal 2, yang disesuaikan dengan batasan WHO,
dikatakan bahwa : sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani dan sosial yang
sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.38
Jadi orang dikatakan sehat apabila jiwa, jasmani dan sosialnya sehat.
Orang yang jasmaninya sehat, tentulah jiwanya sehat. Orang yang jiwanya
terganggu, niscaya jasmaninya juga terganggu. Orang yang hubungan sosialnya
tidak bagus tentu akan mengganggu jiwanya. Sebagai contoh apabila seseorang
memiliki hubungan dengan tetangganya tidak baik, bahkan sering terjadi
35 Ibid 36 http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat di akses pada tanggal 22 juni 2010 37 Ircham Machfoedz, Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit (Yogyakarta: Fitramaya, 2004), h.1 38 Ibid
31
pertengkaran, tentunya hatinya tidak tentram. Jiwanya terganggu. Jiwa terganggu
akan berakibat kesehatan jasmaninya juga terganggu.39
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hidup sehat adalah suatu
keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Atau dengan kata lain hidup sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik,
sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
2. Kesadaran Hidup Sehat
Kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau
tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi.
Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang
mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap.40
Dalam kaitan dengan hidup sehat, seseorang individu akan berkesadaran
hidup sehat apabila ia memiliki persepsi atau informasi tentang berbagai aspek
hidup sehat yang mendukungnya, dan kesadaran itu meningkat sejalan dengan
makin banyaknya informasi yang diserap dan terus membinanya. Oleh karena itu
perlu dibina secara luas dan berkesinambungan dalam lingkup nasional secara
bertahap agar dapat dibentuk budaya hidup sehat.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud kesadaran hidup sehat adalah ketika
seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, 39 Ibid, h.1-2 40 Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung: Alumni, 2007), h.97
32
yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana
seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat.
3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat
Untuk melihat indikator kesadaran hidup sehat, penulis menggunakan 3
dimensi, yaitu pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan, dan
praktik kesehatan.
a. Pengetahuan tentang kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.41
Dalam penelitian ini, yang dimaksud pengetahuan tentang kesehatan
mencakup pengetahuan mengenai penyakit menular dan tidak menular
meliputi : jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya.
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.42
Dalam penelitian ini, yang dimaksud sikap terhadap kesehatan mencakup
sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular serta
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular.
c. Praktik kesehatan
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan.43
41 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),h.56-59 42 Ibid 43 Ibid
33
Dalam penelitian ini, yang dimaksud tindakan kesehatan mencakup
tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK), tersedianya tempat
pembuangan akhir (TPA), masyarakat membuang sampah pada tempat
sampah serta masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya
(MCK).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan suatu metoda yang digunakan sebagai
penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuan dari
penggunaan metodologi ini adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan
menganalisis data tersebut agar dapat terungkap atau menemukan jawaban atas
permasalahan yang sedang diteliti.1
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian yang digunakan
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah pendekatan yang berpangkal dari
peristiwa-peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif, atau dinyatakan dengan
angka (skala, indeks, rumus dan sebagainya).2
Pendekatan penelitan ini dimulai dari suatu kerangka teori, gagasan para
ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, yang kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Penelitian kuantitatif dengan demikian adalah penelitian yang
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisirkan. Dan dalam penelitian kuantitatif ini tidak mementingkan
1 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.11 2Aban Subandi, Riset dan Praktek Administrasi (Bandung : Buana Nusantara, 2003), h. 15
34
35
kedalaman data, akan tetapi lebih kepada aspek keluasan data sehingga data atau
populasi hasil penelitian dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.
Pendekatan ini juga digunakan untuk melakukan uji teori-teori yang sudah
ada, dan terkait pula dengan varibel-variabelnya. Sesuai dengan judul penelitian
ini, yaitu “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling
Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa
Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”, maka penelitian ini dilakukan
untuk melihat pengaruh pelayanan kesehatan program pada puskesmas keliling
terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di Desa Setu
Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
B. Format Penelitian yang digunakan
Format penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.3
Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh pelayanan kesehatan
terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin yang ada di desa
Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
C. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan
Setu kota Tangerang Selatan.
3 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kumunikasi, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2007), h.22
36
Adapun alasan pemilihan lokasi ini di dasari oleh pertimbangan sebagai
berikut :
1. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis memiliki kemampuan,
waktu, tenaga dan dana secukupnya untuk meneliti masalah tersebut,
2. Penulis merasa tersedianya data-data dan izin dari pihak terkait yang
berwenang.
Adapun waktu penelitian selama 5 (lima) bulan, yaitu terhitung mulai
bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2010, dengan perincian alokasi
waktu sebagai berikut :
1) Persiapan penelitian meliputi : pengajuan judul, studi kepustakaan, dan
penyusunan rencana penelitian selama satu bulan.
2) Kegiatan penelitian meliputi : penentuan sampel, pengumpulan data,
pembuatan kuesioner, penyebaran kuesioner selama dua bulan.
3) Pengolahan data penelitian meliputi : tabulasi, skoring, analisis data spss
selama satu bulan.
4) Penyusunan skripsi selama satu bulan.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4
Berdasarkan data kependudukan Desa Setu tahun 2010, jumlah
masyarakat miskin yang berada di desa Setu yaitu 270 kk.5 4 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Ikatan Pnerbit Indonesia, 2002), h.55
37
Jadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang ada di
desa Setu kota Tangerang Selatan yang berjumlah 270 orang.6
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.7 Dalam penetapan sampel, peneliti menggunakan simpel
random sampling. Menurut Bambang Prasetyo dalam tulisannya yang berjudul
Penyususnan Laporan Penelitian disebutkan bahwa Sample Random Sampling
(Acak Sederhana) adalah salah satu tekniik penarikan sampel probabilita lainnya.
Dengan demikian penggunaannya bisa dielaborasikan dengan teknik-teknik
sampel probabilita lainnya.8 Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu.9 Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogeny.10
Tahapan yang harus dilakukan dalam menarik sampel adalah :
1. Membentuk kerangka sampel.
2. Memberi nomor setiap unsur dalam kerangka sampel secara acak.
3. Pemilihan unsur untuk menjadi anggota sampel dapat dilakukan dengan cara
undian atau tabel angka random.11
Dalam penelitian ini, penetapan sample dilakukan dengan cara mengundi
unit-unit populasi. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
5 Diolah berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010 6 Ibid 7 Ibid 8 Bambang Prasetyo, Penyusunan Laporan Penelitian dalam buku Metode Penelitian Sosial (Jakarta: FISIP UI, 2001), h.109 9 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia, 2002), h.57-58 10 Ibid,h.58 11 Ibid
38
sample, maka untuk menjadi sample unit-unit populasi harus di random. Tata cara
pengundian dapat dilakukan dengan:12
1) Buatlah daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan kode-
kode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.
2) Tulislah kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil dan
dilipat atau digulung satu per satu.
3) Masukan lembaran-lembaran kecil itu dalam satu tempat kemudian dikocok.
4) Akhirnya, ambillah lembaran-lembaran tersebut sesuai dengan yang
dibutuhkan.13
Adapun rumus yang digunakan dalam penetapan sampel adalah sebagai
berikut :
n = N
1 + Ne²
Dimana :
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penariakan sample). Dalam hal ini standar
batas kritis 10%.14
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 71 kk
(kepala keluarga) yang di ambil berdasarkan kriteria sebagai berikut yaitu
12 Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cetakan ke-4, h. 106. 13 Ibid 14 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.137-138
39
masyarakat yang tergolong miskin yang berada di desa Setu kecamatan Setu kota
Tangerang Selatan.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel independen (Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas
Keliling)
1. Penyuluhan kesehatan
Definisi Operasional : kegiatan melakukan perubahan yang dilakukan
dengan cara mendorong masyarakat untuk tahu, mau dan mampu
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Indikator :
- Penyuluh jelas dalam memberikan informasi kesehatan
- Penyuluh dapat mencontohkan anjuran yang disampaikan
- Evaluasi yang diadakan di akhir program puskesmas keliling oleh
petugas puskesmas keliling
2. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis
Definisi Operasional : tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu dan anak oleh pelayan medis.
Indikator :
- Dokter ramah dalam melayani pasien
- Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita
- Dokter teliti dalam memeriksa pasien
40
3. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis
Definisi Operasional : pelayanan berupa administrasi dan pemberian
obat yang diberikan oleh pelayan medis pada pasien.
Indikator :
- Pelayan medis ramah dalam melayani pasien
- Pelayan medis jelas dalam memberikan informasi penyakit yang
diderita
- Pelayan medis teliti memberikan resep obat pada pasien
- Pelayan medis memberikan obat sesuai dengan resep serta tertera
petunjuk pemakaian obat
4. Pemberian makanan gratis yang bergizi
Definisi Operasional : Upaya pelayanan untuk perbaikan gizi yang
diberikan kepada masyarakat kurang mampu dengan cara memberikan
makanan gratis yang bergizi.
Indikator :
- Memberikan makanan bergizi berupa bubur dan biskuit kepada
masyarakat baik masyarakat umum, lansia dan balita setiap satu
bulan sekali yang dibarengi dengan kegiatan posyandu.
5. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis
Definisi Operasional : kegiatan untuk memberikan obat kepada pasien
atau masyarakat yang diberikan oleh pelayan medis.
Indikator :
- Tersedianya jumlah dan jenis obat yang siresepkan oleh dokter
- Dokter dan pelayan medis ramah dalam melayani pasien
41
- Masyarakat mendapat penjelasan tentang manfaat obat
6. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis
Definisi Operasional : kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
tanpa dipungut biaya yang diberikan oleh pelayan medis.
Indikator :
- Dokter ramah dalam melayani pasien
- Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita
- Dokter teliti dalam memeriksa pasien
- Dokter terbuka untuk konsultasi
2. Variabel dependen (Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada
Masyarakat Miskin)
1. Pengetahuan tentang Kesehatan
Definisi Operasional : apa yang diketahui oleh individu terhadap cara-
cara memelihara kesehatan.
Indikator :
- Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular, meliputi
jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya.
2. Sikap terhadap Kesehatan
Definisi Operasional : pendapat atau penilaian individu terdapat hal-
hal yang berkaitan dengan pemeliharan kesehatan.
Indikator :
- Sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular.
42
- Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak
menular.
3. Praktik Kesehatan
Definisi Operasional : tindakan untuk hidup sehat atau semua kegiatan
individu dalam rangka memelihara kesehatan.
Indikator :
- Tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK)
- Tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA)
- Masyarakat membuang sampah pada tempat sampah
- Masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya
(MCK).
43
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, pencuiman, mulut, dan kulit.15
Adapun hal yang akan di observasi dalam penelitian ini adalah
melihat pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat
kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin pada saat melakukan
pelayanan kesehatan program puskesmas keliling di desa Setu kecamatan
Setu kota Tangerang Selatan.
2. Metoda Angket
Yaitu serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket
dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau penulis.16
Adapun penyebaran angket dilakukan oleh penulis sendiri dengan
memberikan angket untuk diisi oleh responden, setelah diisi angket tersebut
dikembalikan kepada penulis.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah data-data yang mengandung keterangan dan
penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.17
15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005), h.133 16 Ibid, h.123 17Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2005), h.13
44
Dalam dokumentasi penulis mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang ada di lapangan, internet, serta
data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini.
G. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian (responden).18
2. Data Sekunder
Data dan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (buku, artikel atau
pun internet).19
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas berkaitan dengan kesesuaian antara suatu konsep dengan
indikator yang digunakan untuk mengukurnya. Untuk menilai validitas kita dapat
melakukan dengan dua cara, yaitu secara subyektif dengan menilai apakah ada
sebuah definisi operasional telah sesuai dengan apa yang hendak diukur atau
18Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009), h.122 19 Ibid
45
dengan cara membandingkan hasil definisi operasional itu dengan hasil ukuran
lain yang mungkin berkaitan atau mungkin juga tidak.20
Cara pengujian validitas ini adalah dengan menghitung koefisien korelasi
setiap item pertanyaan dengan total skor dari keseluruhan item pertanyaan untuk
masing-masing variabel.
Uji statistik yang digunakan untuk koefisien koreksi tersebut adalah
dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut.
r = N (∑X Y) – (∑ X ∑Y)
√ [ N ∑ X² - ( ∑ X)² ] [ N ∑Y² - (∑Y)²]
Keterangan :
r = Korelasi product moment
N = Banyaknya responden
X = Skor tiap item pertanyaan
Y = Skor total responden
XY = Skor tiap item pertanyaan dikalikan skor total responden
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor tiap item pertanyaan dengan skor total
responden
∑ X = Jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan
∑ Y = Jumlah seluruh skor total responden21
Uji validitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang
Selatan.
20 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.99 21 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h.137
46
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat
ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.22
Ada teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran ulang belah dua.
Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran
teknik belah dua, maka alat pengukur yang kita susun haruslah memiliki cukup
banyak item (pernyataan/pertanyaan) yang mengukur aspek yang sama.23
Langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu.
b. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belah. Untuk membelah
alat pengukur menjadi dua, dilakukan dengan cara : 1) membagi item dengan
cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk
belahan kedua; 2) membagi item berdasarkan nomor genap ganjil. Item yang
bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang
bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua.
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini
akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor
total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua
dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
22 Ibid, h.96 23 Ibid, h.143
47
e. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat
pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah
daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak
dibelah.24
Adapun cara untuk reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan
mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam
rumus25:
r. tot = 2 (r.tt)
1 + r.tt
Keterangan :
r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Uji reliabilitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang
Selatan dengan hasil reliabilitas adalah 0,829.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah melalui perhitungan rataan (mean),
standar deviasi, dan regresi linear sederhana.
24 Ibid, h.143-144 25 Ibid, h.144
48
1. Rataan (mean)
Rataan (mean) merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan banyaknya
responden. Perhitungan mean merupakan perhitungan yang sederhana, karena
hanya membutuhkan jumlah skor dan jumlah responden (n).26
Rumus rataan27 :
nxxx
x n+++=
....................21
2. Standar Deviasi
Dalam menghitung standar deviasi atau biasa disebut simpangan baku
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
s² = ∑ (xi - x)² n - 1
untuk mencari standar deviasi s, dari s² diambil harga akarnya yang positif.28
3. Regresi Linear Sederhana
Untuk mengganalisis data, penulis juga menggunakan regresi linear
sederhana. Regresi linear sederhana adalah suatu pola atau model regresi yang
melibatkan dua variabel kuantitatif. Model ini digunakan untuk memperkirakan
variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, karena itu sering dikatakan
bahwa regresi adalah suatu prosedur estimasi atau perkiraan.29 Adapun dua
26 Agus Irianto, Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta : Kencana, 2004), h. 29 27 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung : Tarsito, 2005), h.67 28 Ibid, h.93 29Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.65
49
variabel dalam penelitian ini adalah tingkat efektifitas program puskesmas keliling
dan upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin.
Regresi linear sederhana dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Data tidak berkelompok
b = n ∑XY – (∑ Xі) (∑ Yі)
n ∑ X² - (∑ Xі)²
a = Y bX = ∑ Y - b ∑ X
n n
di mana n = jumlah pasangan observasi X dan Y
b. Data berkelompok dengan kelas interval sama
b = n ∑fX’ – (∑FX’) (∑f2Y’)
n ∑fX’² – (∑FX’)²
a = Y – Bx - Y = Yо + і ∑f2Y’
∑f2
X = Xо + і ∑f2Y’
∑f2
Di mana :
n = jumlah frekuensi pasangan observasi x dan y
f = nilai-nilai frekuensi pasangan variable x dan y dari kelas yang
bersangkutan
f1 = jumlah frekuensi kelas dari variable x
f2 = jumlah frekuensi kelas dari variebel y
50
X² = nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable x dengan origin salah
satu nilai tengah kelasnya
Y = nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable y dengan origin salah
satu nilai tengah kelasnya
Y’ = nilai tengah dari kelas yang dipakai sebagai origin dari variable
Y
Xо = nilai tengah kelas yang dipakai sebagai origin dari variable X
ị = interval dari kelas yang nilai tengahnya dipakai sebagai
origin.30
J. Kerangka Berpikir
Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program
puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah
masyarakat.
30 Ibid,h.68
51
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
K.
L.
M.
N.
O.
Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling
1. Penyuluhan kesehatan
2. Tindakan medis yang diberikan
oleh pelayan medis
3. Pelayanan medis yang diberikan
oleh pelayan medis
4. Pemberian makanan gratis yang
bergizi
5. Pemberian obat yang diberikan
oleh pelayan medis
6. Pemeriksaan yang dilakukan oleh
pelayan medis
Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin
1. Pengetahuan tentang kesehatan
2. Sikap terhadap kesehatan
3. Praktik kesehatan
Dengan adanya program yang diprogramkan oleh puskesmas keliling
kecamatan Setu yaitu dalam bentuk pelayanan kesehatan seperti penyuluhan
kesehatan, tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis, pelayanan medis
yang diberikan oleh pelayan medis, pemberian makanan gratis yang bergizi,
pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis, serta pemeriksaan yang
diberikan oleh pelayan medis merupakan upaya yang dilakukan puskesmas
keliling kecamatan Setu untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat pada
masyarakat miskin.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Puskesmas Keliling Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan 1) Latar belakang berdirinya puskesmas keliling
Puskesmas setu yang mulai beroperasi sejak tanggal 25 Juli 2008
merupakan unit pelaksana teknis Dinas kesehatan yang secara langsung
melaksanakan program pembangunan kesehatan kepada masyarakat.
Secara organisasi puskesmas dipimpin seorang kepala puskesmas sebagai
jabatan struktural. Jabatan yang ada di puskesmas Setu ada jabatan struktural dan
rumpun jabatan fungsional dengan sumber daya 29 staf.
Kehadiran Puskesmas Setu tidak serta merta dapat menjangkau
masyarakat yang berada dipedalaman atau daerah yang masih terpencil. Untuk itu,
melalui instruksi walikota Tangerang Selatan, akhirnya dibentuk puskesmas
keliling sebagai pelayanan kesehatan yang diberikan secara gratis kepada
masyarakat.
2) Visi dan Misi
Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang sebagai induk organisasi pelaksana
pembangunan kesehatan di kota Tangerang Selatan mempunyai visi
“Terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan menuju Tangerang Selatan
sehat 2010 ”.1
1 Diolah berdasarkan data puskesmas Setu tahun 2010
52
53
Puskesmas Setu dan puskesmas keliling Setu sebagai unit pelaksana
tekhnis memiliki visi yang merupakan penjabaran pelaksana visi Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan, yaitu “Terwujudnya puskesmas yang responsif, tangguh,
handal dan visioner 2010”.2
Untuk mewujudkan visi tersebut, puskesmas Setu dan puskesmas keliling
Setu menetapkan misi sebagai berikut ;
1) Tanggap dan responsif terhadap masalah terutama masalah kesehatan.
2) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
terjangkau dan merata.
3) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
4) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.3
3) Tujuan
Tujuan didirikannya puskesmas keliling yaitu untuk menjangkau
pelayanan kesehatan secara keseluruhan baik individu, kelompok dan masyarakat
yang ada di wilayah puskesmas Setu dan wilayah tertentu yang terletak jauh dari
jangkauan puskesmas.4
4) Sasaran
Adapun sasaran dari puskesmas keliling yaitu pelayanan diberikan kepada
anak-anak, lanjut usia, dan masyarakat pada umumnya.5
2 Ibid 3 Ibid 4 Ibid 5 Ibid
54
5) Kepengurusan
Bagan 1
STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS KELILING KECAMATAN SETU
6)
POSYANDU Bd. MAY
DS. SIAGA Bd. FITRI
SISTEM INFORMASI
PENYEBAR INFORMASI
dr. DEBY
KOOR. BIDAN DESA &KADER
POSYANDU Bd. SALLY
KKR & SDH NUGROHO
PUSLING
PROMKES NUGROHO
KA. PUSKESMAS dr. ALLIN H.M
SIP Bd. TITI
LBI & LB3 WIEKE
55
B. Deskripsi Data Kuesioner
Berikut ini merupakan karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia No Usia Frekuensi Persentase
1 21 – 30 9 6,39
2 31 – 40 23 16,33
3 41 – 50 19 13,49
4 51 – 60 14 9,94
5 60 – 70 6 4,26 Sumber : Diolah berdasarkan data kependudukan Desa Setu tahun 2010
Dari tebel 1 diketahui bahwa 23 orang adalah masyarakat berusia antara
31 – 40 tahun, 19 orang adalah masyarakat berusia 41 - 50 tahun, 51 – 60 tahun
berjumlah 14 orang, 21 – 30 tahun berjumlah 9 orang dan 6 orang berusia 61 – 70
tahun.
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa kebanyakan dari
masyarakat adalah berusia produktif, yaitu usia antara 31 – 40 sebanyak 23 orang.
Usia produktif adalah usia yang mempunyai potensi yang harus mendapat
perhatian agar bisa menjadi pengembangan kesehatan desa.
1. Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling
Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program
puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah
masyarakat.
56
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, maka diperoleh data
responden sebagai berikut :
a) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah salah satu upaya promosi kesehatan individu
yang dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Penyuluhan ini
berupaya melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara mendorong
masyarakat untuk tahu, mau dan mampu melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Dalam tabel 2 ini dapat dilihat seberapa
besar pengaruh penyuluhan kesehatan tersebut.
Tabel 2 Penyuluhan kesehatan
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Puskesmas keliling melakukan
kegiatan penyuluhan 60 184 24 1 269
2 Masyarakat mendapatkan informasi kesehatan selain di puskesmas keliling
25 188 30 4 247
3 Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh mencontohkan anjuran yang disampaikan
25 164 48 0 237
4 Setiap akhir kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh kesehatan
10 172 52 0 234
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 269 adalah
pada pernyataan mengenai puskesmas keliling melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluhan dalam pernyataan tersebut adalah menganai penyuluhan penyakit
demam berdarah, baik cara penularannya, gejala serta pencegahannya. Adapun
hasil tersebut diduga karena dalam kegiatan puskesmas keliling, penyuluh
melakukan kegiatan penyuluhan.
57
Sedangkan skor terendah adalah 234 yaitu mengenai disetiap akhir
kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh
kesehatan. Hal ini diduga karena disetiap akhir kegiatan, penyuluh tidak
melakukan kegiatan pemantauan, atau pada saat penyuluh melakukan
pemantauan di akhir kegiatan puskesmas keliling, masyarakat tidak mengetahui
karena sebagian dari mereka datang ke puskesmas keliling hanya untuk
melakukan pemeriksaan, dan setelah pemeriksaan selesai, masyarakat langsung
pergi meninggalkan puskesmas keliling.
Dari hasil skoring tabel 2. tersebut, puskesmas keliling melakukan
kegiatan penyuluhan memiliki skor tertinggi 269. Artinya masyarakat mengetahui
bahwa di dalam kegiatan program puskesmas keliling diadakan penyuluhan.
Namun, masyarakat justru tidak mengetahui bahwa di setiap akhir kegiatan
puskesmas keliling dilakukan pemantauan oleh penyuluh kesehatan. Ini dapat
dilihat dari hasil skoring mengenai pernyataan tentang setiap akhir kegiatan
puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh kesehatan
memilikin skor rendah yaitu 234. Hal ini menggambarkan bahwa penyuluh tidak
menginformasikan akan diadakan pemantauan diakhir kegiatan puskesmas
keliling. Karena kegiatan pemantauan penyuluhan tidak akan berhasil apabila
tidak terjadi hubungan timbal balik antara penyuluh dan masyrakat seperti yang
dikemukakan oleh Rochman Natawijaja bahwa Penyuluhan merupakan saat jenis
layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat
diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana
seorang penyuluh berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai
58
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.6
Jadi penyuluhan tidak akan berhasil bila tidak ada hubungan timbal balik
antara dua orang individu atau lebih, di mana seorang penyuluh berusaha
membantu yang lain (masyarakat) untuk menghadapi masalah kesehatan yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.
b) Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis
Tindakan pelayanan ini bersifat pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu dan anak oleh pelayan medis yang dilaksanakan melalui pelayanan
kunjungan puskesmas keliling dan pelayanan posyandu di desa yang dilaksanakan
oleh bidan desa dan dibantu kader. Hal ini juga dapat mempengaruhi tertarik atau
tidaknya masyarakat untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas keliling.
Berikut tabel 3 yang menerangkan tindakan apa yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
Tabel 3 Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis
No Pernyataan SS S TS STS SKOR
1 Petugas kesehatan di puskesmas keliing bersikap ramah dalam melayanai pasien
120 176 6 0 302
2 Petugas kesehatan selalu memberikan senyuman pada saat memberikan pelayanan
15 256 8 0 279
3 Petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita
90 200 6 0 296
4 Petugas kesehatan memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penyakit yang di derita
20 252 8 0 280
6Rochman Natawijaja, 1987:32, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h..5
59
5 Petugas kesehatan teliti dalam memeriksa pasien
80 212 4 0 296
6 Petugas kesehatan bersikap cepat tanggap mendengar keluhan pasien
50 212 14 0 277
7 Petugas kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada pasien
80 168 22 2 272
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui skor tertinggi 302 adalah pernyataan
mengenai petugas kesehatan di puskesmas keliling perlu bersikap ramah dalam
melayani pasien. Hal ini diduga karena dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, diperlukan sikap ramah dari petugas kesehatan.
Sedangkan skor terendah 272 adalah pernyataan mengenai petugas
kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat kepada
pasien. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa petugas kesehatan melayani
masyarakat dengan teliti dan ramah, sehingga petugas kesehatan melayani pasien
tidak dengan tergesa-gesa.
Berdasarkan hasil skoring data pada tabel 3, bahwa skor tertinggi adalah
302 pada pernyataan mengenai petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam
melayani pasien. Dan skor terendah adalah pernyataan mengenai petugas
kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat kepada
pasien dengan skor 272. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat
menginginkan pelayanan yang manusiawi yang didasarkan atas norma-norma
yang berlaku. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam buku Proses bimbingan dan
penyuluhan, bahwa Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan
60
penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan
dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.7
Dari teori tersebut dapat dilihat bahwa antara petugas kesehatan dan pasien
(masyarakat) diperlukan sikap yang manusiawi, selaras. Artinya dalam
memberikan pelayanan kesehatan petugas kesehatan perlu memberikan sikap
yang ramah dan tidak tergesa-gesa saat memberikan obat kepada pasien
(masyarakat).
c) Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis
Pelayanan medis yang diberikan berupa administrasi dan pemberian obat
yang diberikan oleh pelayan medis pada pasien. Berikut tabel 4 yang
menerangkan pelayanan apa yang diberikan oleh pelayan medis.
Tabel 4 Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis
No Pernyataan SS S TS STS SKOR
1 Petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani pasien
55 240 0 0 295
2 Petugas kesehatan memberikan senyuman pada saat melayani pasien
45 232 8 0 285
3 Petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita
35 228 14 0 277
4 Petugas kesehatan teliti dalam memberikan resep obat yang diresepkan pada pasien
95 204 2 0 301
5 Petugas kesehatan melayani dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada pasien
80 168 22 2 272
6 Petugas kesehatan memberikan obat sesuai dengan resep dokter
70 228 0 0 298
7 Petugas kesehatan memberikan petunjuk/cara pemakaian obat
125 184 0 0 309
7 Prayitno, 1983:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5
61
8 Petugas kesehatan menjelaskan petunjuk/cara pemakaian obat
150 166 0 0 316
9 Obat yang diberikan adalah obat yang manjur
50 188 28 0 266
Pada tabel 4 diatas. pada pernyataan mengenai petugas kesehatan
menjelaskan petunjuk/ cara pemakaian obat kepada pasien memiliki skor tertinggi
yaitu 316. Hal ini diduga karena dalam memberikan obat kepada pasien
(masyarakat), petugas kesehatan juga menjelaskan manfaat obat tersebut kepada
pasien, agar pasien tahu manfaat obat dan tidak keliru.
Sedangkan skor terendah 266 adalah pernyataan mengenai obat yang
diberikan adalah obat yang manjur. Berdasarkan skor tersebut diduga masyarakt
tidak cocok dengan obat yang diberikan oleh petugas puskesmas keliling, atau
karena jumlah ketersediaan obat kurang memadai, jadi obat yang diberikan
akhirnya bukanlah obat utama yang seharusnya diberikan kepada pasien.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, hal ini menggambarkan bahwa untuk
menciptakan keadaan yang sehat, diperlukan beberapa usaha kesehatan
masyarakat, yaitu dengan menjelaskan petunjuk/ cara pemakaian obat, serta
memberikan obat yang manjur sesuai dengan kebutuhan pasien agar tercipta
kesehatan di masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ikatan Dokter Indonesia-Amerika
mendefinisikan kesehatan masyarakat sebagai ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.8 Usaha pengorganisasian masyarakat diartikan
8 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.16
62
sebagai suatu usaha untuk menciptakan keadaan sehat baik fisik maupun psikis
oleh individu-individu di lingkungan masyarakat.
d) Pemberian makanan gratis yang bergizi
Dalam program puskesmas keliling, pemberian makanan gratis merupakan
salah satu upaya pelayanan dalam rangka perbaikan gizi yang difokuskan kepada
anak balita rawan gizi dan ibu hamil. Program ini diberikan setiap satu bulan
sekali yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan posyandu. Program ini sangat
bermanfaat karena balita dan ibu hamil yang bermasalah gizi secara umum adalah
masyarakat yang kurang mampu. Berikut tabel 5 yang menerangkan pengaruh
pemberian makanan gratis yang bergizi.
Tabel 5 Pemberian makanan gratis yang bergizi
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Dalam kegiatan puskesmas keliling
pasien mendapatkan bubur dan biskuit setelah melakukan pemeriksaan
90 204 4 0 298
2 Bubur dan biskuit tersebut selalu rutin diberikan setiap bulan
95 192 8 0 295
3 Bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling
60 212 12 0 284
Skor tertinggi dari tabel 5 adalah 298 yaitu pernyataan mengenai dalam
kegiatan puskesmas keliling pasien mendapatkan bubur dan biskuit setelah
melakukan pemeriksaan. Hal ini diduga karena kegiatan puskesmas keliling yang
dibarengi dengan kegiatan posyandu selalu memberikan makanan gratis bergizi
berupa bubur dan biskuit kepada masyarakat, khususnya kepada balita (bayi lima
tahun).
63
Sedangkan skor terendah 284 adalah pernyataan mengenai bubur dan
biskuit tersebut perlu diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling. Berdasarkan
skor tersebut diduga bahwa pemberian makanan gratis bergizi berupa bubur dan
biskuit tersebut tidak terlalu diperlukan dalam kegiatan puskesmas keliling.
Dalam kegiatan puskesmas keliling pasien mendapatkan bubur dan biskuit
setelah melakukan pemeriksaan memiliki skor tertinggi yaitu 298, sedangkan skor
terendah 284 yaitu pernyataan tentang bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan
dalam kegiatan puskesmas keliling. Hal ini menggambarkan bahwa petugas
kesehatan dapat menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan setempat, situasi setempat dan sumber daya yang tersedia. Trisnantoro
mengungkapkan bahwa desentralisasi kesehatan bertujuan untuk memberikan
jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan.9
Sesuai dengan tujuan desentralisasi kesehatan, desentralisasi kesehatan
bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah
akan kesehatan, termasuk didalamnya pemberian makanan gratis bergizi berupa
bubur dan biskuit. Berdasarkan teori tersebut, hal ini dapat menggambarkan
bahwa seharusnya petugas kesehatan dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat
setempat dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Menurut Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul Membangun
Masyarakat, Memberdayakan Rakyat dijelaskan bahwa pengembangan
masyarakat adalah usaha untuk membantu manusia mengubah sikapnya terhadap
masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan terorganisasi, berkomunikasi
dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat
9 Ibid,h.406
64
keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.10 Artinya, dalam
melakukan pengembangan masyarakat, masyarakat didorong untuk dapat berdiri
sendiri sehingga tidak ketergantungan terhadap pelayanan yang diberikan dalam
program puskesmas keliling yang berupa makanan bergizi gratis seperti bubur dan
biskuit yang pada dasarnya hanya bersifat sementara.
e) Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis
Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis yaitu kegiatan untuk
memberikan obat kepada pasien atau masyarakat yang diberikan oleh petugas
kesehatan sesuai dengan resep yang telah diresepkan oleh dokter. Berikut tabel 6
tentang pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis.
Tabel 6 Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Jumlah obat yang disediakan di
puskesmas keliing sudah memadai 25 212 24 1 262
2 Jenis obat yang disediakan di puskesmas keliling sudah memadai
30 220 20 0 270
3 Petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani pasien
70 216 6 0 292
4 Petugas kesehatan memberikan senyuman dalam melayani pasien
50 232 6 0 294
5 Petugas kesehatan memberikan penjelasan mengenai manfaat obat yang diresepkan pada pasien
60 228 6 0 294
6 Obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat
155 160 0 0 315
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa skor tertinggi dengan jumlah 315
adalah pernyataan tentang obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling
10 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama,2006),h.42-45
65
perlu digratiskan untuk masyarakat. Hal ini diduga karena mahalnya biaya
pengobatan membuat masyarakat merasa keberatan untuk melakukan pengobatan.
Dengan adanya program puskesmas keliling ini masyarakat tidak perlu merasa
keberatan lagi, karena dalam pelayanannya puskesmas keliling memberikan
layanan dan obat gratis bagi masyarakat.
Sedangkan skor terendah 262 adalah pernyataan mengenai jumlah obat
yang disediakan di puskemas keliling sudah memadai. Berdasarkan skor tersebut
diduga karena obat tersebut digratiskan, akhirnya masyarakat banyak yang
melakukan pengobatan di puskesmas keliling.
Obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling perlu digratiskan
untuk masyarakat merupakan skor tertinggi yaitu 315. Sedangkan skor terendah
adalah 262 pada pernyataan jumlah obat yang disediakan di puskesmas keliling
sudah memadai. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah daerah dan wakil
rakyat harus menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi
setempat, kebutuhan setempat dan sumber daya yang tersedia. Seperti apa yang
telah dikemukakan Trisnantoro bahwa desentralisasi kesehatan bertujuan untuk
memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan,
termasuk didalamnya penyediaan obat gratis.11
Dari teori tersebut dapat disinkronkan dengan pernyataan diatas, bahwa
pemberian obat gratis sangat diperlukan untuk masyarakat, terutama untuk
masyarakat miskin yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan gratis. Untuk
itu, pemerintah daerah atau petugas kesehatan harus dapat menyesuaikan
11 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta:Rineka Cipta,2007),h.406
66
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk
didalamnya yaitu penyediaan obat gratis.
f) Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis
Kegiatan pemeriksaan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
dilakukan tanpa dipungut biaya kepada masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi
seberapa besar pengaruh pelayanan tersebut dapat berhasil atau tidak. Berikut
adalah tabel 7 yang menerangkan tentang pemeriksaan gratis yang diberikan oleh
pelayan medis.
Tabel 7 Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Dokter bersikap ramah dalam
melayani pasien 115 160 0 0 275
2 Dokter memberikan senyuman dalam melayani pasien
30 248 6 0 284
3 Dokter memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita
40 244 4 0 288
4 Dokter teliti ketika memeriksa penyakit pasien
25 248 8 0 281
5 Dokter bertindak tergesa-gesa saat memeriksa penyakit pasien
80 168 22 2 272
6 Dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi tentang kesehatan
110 188 4 0 302
7 Dokter memberikan kesempatan untuk bertanya tentang kesehatan
20 252 8 0 280
8 Masyarakat mendapatkan informasi kesehatan selain di puskesmas keliling
40 148 50 1 239
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui skor tertinggi 302 adalah pernyataan
mengenai dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi tentang kesehatan.
Hal ini diduga karena bila seorang dokter memiliki sikap terbuka untuk
67
melakukan konsultasi tentang kesehatan, maka hal tersebut akan membuat
masyarakat sebagai pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan dan
masyarakat menjadi lebih terbuka mengenai penyakit yang dirasakannya.
Skor terendah 239 adalah pernyataan mengenai anda mendapatkan
informasi kesehatan selain di puskesmas keliling. Berdasarkan skor tersebut
diduga bahwa pada umumnya masyarakat hanya mengetahui informasi tentang
kesehatan di puskesmas keliling saja, seperti dalam kegiatan penyuluhan keehatan
yang diadakan di puskesmas keliling. Selain di puskesmas keliling sebagian besar
masyarakat tidak mendapat informasi tentang kesehatan.
Dari hasil scoring pada tabel 7, hal ini menggambarkan bahwa
sesungguhnya petugas kesehatan di puskesmas keliling berusaha melakukan
upaya pengembangan untuk masyarakat. Hal ini terlihat dari skor yang diperoleh
yaitu dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi memiliki skor tertinggi
yaitu 302. Nasrul Effendi dengan judul bukunya Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat mengemukakan bahwa pengembangan masyarakat adalah usaha
membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu
menumbuhkan kemampuan terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai
lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan,
mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri.12
Berdasarkan teori tersebut, hasil skoring tersebut menggambarkan bahwa
dokter berusaha melakukan pengembangan masyarakat dengan memberikan
kesempatan masyarakat untuk berkonsultasi tentang penyakit yang dideritanya.
Selain itu, usaha pengembangan masyarakat terlihat pada usaha yang dilakukan
12 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.282
68
puskesmas keliling untuk memberikan informasi tentang kesehatan seperti dalam
kegiatan penyuluhan kesehatan untuk membantu masyarakat agar tahu bagaimana
harus bersikap terhadap kesehatan. karena bagaimanapun kesehatan adalah
kebutuhan yang sangat penting untuk kita dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
2. Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin
Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok
mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi
tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan
berkesadaran hidup sehat. Sikap terhadap kesehatan dapat mempengaruhi
tindakan masyarakat terhadap kesadaran hidup sehat. Dengan hidup sehat,
masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah maka diperoleh data
responden sebagai berikut :
a) Pengetahuan tentang kesehatan
Pengetahuan kesehatan adalah berkaitan tentang apa yang diketahui oleh
individu terhadap cara-cara memelihara kesehatan, baik pengetahuan terhadap
penyakit menular dan tidak menular. Berikut tabel 8 yang menerangkan tentang
pengetahuan tentang kesehatan.
Tabel 8 Pengetahuan tentang kesehatan
No Pernyataan ST T TT STT SKOR
1 Masyarakat tahu penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular
45 72 82 3 202
2 Masyarakat tahu bahwa penyakit demam berdarah dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk
90 204 4 0 298
3 Masyarakat tahu bintik kecil berwarna merah merupakan tanda-
85 212 2 0 299
69
tanda terkena penyakit demam berdarah
SS TS TS STS SKOR
4 Dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat menghindari penyakit demam berdarah
120 176 6 0 302
5 Bilamana ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, masyarakat akan menjauhinya
65 184 20 2 271
Dari tabel 8 mengani pengetahuan tentang kesehatan, dapat dilihat skor
tertinggi 302 adalah pernyataan mengenai dengan melakukan 3 M (Menguras bak
mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat
menghindari penyakit demam berdarah. Hal ini diduga karena dengan melakukan
3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-
barang bekas) tersebut, masyarakat dapat terhindar dari penyakit demam berdarah.
Sedangkan skor terendah 202 adalah pernyataan mengenai masyarakat
tahu penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular. Berdasarkan skor
tersebut diduga bahwa sebagian besar masyarakat desa Setu masih menganggap
bahwa penyakit demam berdarah merupakan penyakit menular.
Dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat
penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat menghindari penyakit
demam berdarah menjadi skor tertinggi untuk indikator pengetahuan tentang
kesehatan yaitu sebesar 303. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat memiliki
kesadaran tentang kesehatan sehingga mereka tahu bagaimana mereka harus
bersikap. Seperti apa yang dikatakan pada buku Kesehatan dan Lingkungn bahwa
kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu
bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran
70
individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya,
sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap.13 Namun kesadaran tersebut
tidak dibarengi dengan informasi yang dimiliki, bahwa pada umumnya
masyarakat kurang informasi terhadap info kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan apabila ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, anda
akan menjauhinya , memiliki skor terendah dengan jumlah skor 230. Hal ini
menggambarkan ketidaktahuan masyarakat bahwa penyakit demam berdarah
bukanlah penyakit menular.
b) Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan dapat mempengaruhi tindakan masyarakat
terhadap kesadaran hidup sehat. Sikap terhadap kesehatan berupa pendapat
atau penilaian individu terdapat hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharan
kesehatan yaitu meliputi sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak
menular. Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak
menular. Berikut tabel 9 yang menerangkan tentang sikap terhadap kesehatan.
Tabel 9 Sikap terhadap kesehatan
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Bilamana ada tetangga yang terkena
penyakit demam berdarah,
masyarakat akan menjauhinya
65 184 20 2 271
Berdasarkan skor dari indikator mengenai sikap terhadap kesehatan, skor
yang dihasilkan dari pernyataan bilamana ada tetangga yang terkena penyakit
13 Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97
71
demam berdarah, masyarakat akan menjauhinya adalah 271. Hal ini diduga karena
masyarakat masih menganggap bahwa penyakit demam berdarah adalah penyakit
menular. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat kurang mendapatkan
informasi tantang kesehatan. Ketika ada tetangga yang terkena penyakit demam
berdarah, masyarakat tidak tahu bagaimana mereka harus bersikap. Seperti apa
yang dikatakan oleh Kusdwiratatri Setiono pada buku yang berjudul Kesehatan
dan Lingkungan bahwa kesadaran (awareness) mengandung pengertian
mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh
persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau
informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya
bersikap.14 Jadi ketika ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah,
masyarakat tidak tahu bagaimana harus bersikap. Untuk itu diperlukan usaha
pengembangan masyarakat untuk membantu masyarakat agar dapat mengubah
sikapnya terhadap masyarakat yang terkena penyakit demam bedarah seperti yang
dikemukakan Nasrun Effendi bahwa pengembangan masyarakat adalah usaha
membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu
menumbuhkan kemampuan terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai
lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan,
mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri.15
14 Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97 15 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.282
72
c) Praktik kesehatan
Praktik kesehatan adalah tindakan untuk hidup sehat atau semua kegiatan
individu dalam rangka memelihara kesehatan. Berikut tabel 10 skor praktik
kesehatan.
Tabel 10 Praktik kesehatan
No Pernyataan SS S TS STS SKOR 1 Disetiap rumah perlu mempunyai
MCK 100 204 0 0 304
2 Membersihkan kamar mandi dilakukan setiap satu minggu sekali
160 144 6 0 310
3 Air yang digunakan untuk mandi harus air yang mengalir dari sungai
40 132 56 2 230
4 Air yang digunakan untuk minum sebaiknya di masak terlebih dahulu
115 188 2 0 305
5 Bilamana jarak kamar mandi terlalu dekat dengan pembuangan air, dapat mencemari air yang digunakan untuk minum
80 204 6 1 291
6 Seharusnya di lingkungan desa disediakan tempat pembuangan akhir sampah
80 220 0 0 300
7 Tempat pembuangan akhir sampah harus berjarak jauh dari rumah
65 232 0 0 297
Pada tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa skor tertinggi terdapat pada
pernyataan membersihkan kamar mandi dilakukan setiap satu minggu sekali
dengan skor 310. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa masyarakat
mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membersihkan kamar mandi setiap satu
minggu sekali. Diduga hal ini dilakukan karena dengan membersihkan kamar
mandi, hal tersebut dapat mengurangi resiko terkena penyakit demam berdarah.
Sedangkan skor terendah terdapat pada pernyataan air yang digunakan
untuk mandi harus air yang mengalir dari sungai dengan skor 230. Hal ini diduga
73
karena di desa Setu tidak ada air yang mengalir (sungai). Jadi mereka biasanya
mandi dengan menggunakan air dari sumur.
Membersihkan kamar mandi setiap satu minggu sekali memiliki skor
tertinggi sebesar 310. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat memiliki
kesadaran tentang kesehatan sehingga mereka tahu bagaimana mereka harus
bersikap. Seperti apa yang dikatakan oleh Kusdwiratri Setiono pada buku yang
berjudul Kesehatan dan Lingkungan bahwa kesadaran (awareness) mengandung
pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang
didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia
memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu
bagaimana seharusnya bersikap.16
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa masyarakat desa Setu telah
memiliki kesadaran hidup sehat yang tinngi karena mereka mampu menjaga
kesehatan tubuh dan lingkungannya.
Berikut tabel 11 menjelaskan mengenai pengaruh pelayanan kesehatan
pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada
masyarakat miskin.
16 Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97
74
Tabel 11
Pengaruh Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling terhadap
Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin
Descriptive Statistics
147.2535 9.17250 7151.6620 4.32582 71
VariabelXVariabelY
Mean Std. Deviation N
Regression
Variables Entered/Removedb
VariabelXa . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: VariabelYb.
Model Summaryb
.214a .046 .032 4.25622 2.122Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), VariabelXa.
Dependent Variable: VariabelYb.
Coefficientsa
36.808 8.182 4.498 .000.101 .055 .214 1.819 .033
(Constant)VariabelX
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: VariabelYa.
75
Berdasarkan tabel 11, terlihat hasil perhitungan diperoleh angka korelasi
0,214, itu artinya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen
kecil. Walaupun korelasi dari keduanya kecil, namun hal ini merupakan korelasi
positif yang menunjukkan bahwa terjadinya hubungan yang searah antara variabel
dependen dan independen yang menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan pada
program puskesmas keliling berpengaruh terhadap tingkat kesadaran hidup sehat
pada masyarakat miskin, terutama pada petugas kesehatan menjelaskan
petunjuk/cara pemakaian obat dan cara pencegahan penyakit. Sedangkan variabel
independen menunjukkan bahwa membersihkan kamar mandi dilakukan setiap
satu minggu sekali dan disetiap rumah perlu mempunyai MCK yang baik.
Untuk melihat angka tersebut signifikan atau tidak, maka kita dapat
melihat dari angka 0,033. Angka ini signifikan karena ketentuan yang berlaku
adalah jika uji signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan dari
variabel-variabel tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling
terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin memiliki
pengaruh kecil terhadap kesadaran hidup sehat di masyarakat. Ini ditunjukkan
dengan angka korelasi 0,214 dengan angka signifikan 0,033.
B. Saran
1. Melihat kecilnya pengaruh pelayanan kesehatan program puskesmas
keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat
miskin, penulis memberikan saran bahwa program tersebut sebaiknya
di evaluasi secara berkala. Hal tersebut untuk memperbaiki dalam
penyelenggaraan program puskesmas keliling kedepan.
2. Masyarakat desa Setu memiliki tingkat kesadaran hidup sehat yang
tinggi, namun tingkat kesadaran masyarakat tersebut masih belum di
barengi dengan informasi kesehatan. Untuk itu maka kegiatan
program puskesmas keliling khususnya pada kegiatan penyuluhan
kesehatan perlu di maksimalkan dengan melibatkan peran
pendamping sosial untuk mensosialisasikan program dalam
pelaksanaan puskesmas keliling.
76
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta:FE UI,2003
Azwar, Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005
Data Kependudukan Kecamatan Setu Tahun 2009
Data puskesmas kecamatan Setu tahun 2009
Effendi, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 1992
Fatimah, Dati. dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan. Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000
Handayani, Puthot Tunggal dan Suryani, Pujo Adhi. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Giri Utama
Irianto, Agus. Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana, 2004
Kanisius. Ensiklopedia Umum. Jakarta: Kanisius,1973
Machfoedz, Ircham. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Fitramaya, 2004
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2005
Nawawy, An dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf. Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung: Alma’arif, 1986
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta, 2005
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Prasetyo, Bambang. Penyusunan Laporan Penelitian dalam buku Metode Penelitian Sosial. Jakarta: FISIP UI, 2001
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2005
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003
Quail, Dennis MC. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Pratama,1992
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Kumunikasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2007
Santoso, Singgih. SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta,
PPM : 2002
Setiono, Kusdwiratri. dkk. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung, Alumni : 2007
Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia, 1993
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1995
Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004
Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002
Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995
Subandi, Aban. Riset dan Praktek Administrasi. Bandung : Buana Nusantara, 2003
Sudarmayanti. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi. Jakarta:1999
Sudjana,.Metoda Statistika. Bandung : Tarsito, 2005
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Ikatan Pnerbit Indonesia, 2002
Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT.Indah,1995
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama, 2006
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta,1995
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Thabrany, Hasbullah. (editor). Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia. Jakata: Rajawali Pers, 2005
http//:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010
http://puskelinfo.com/pengertian/ dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010
www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010
http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ika Lestari
Tempat Lahir : Bogor, 30 Desember 1987
NIM : 106054002041
Fakultas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Tahun akademik : 2006/2007
Alamat : Kp. Ciheulang RT 04/04 Ds. Dago Kec. Parungpanjang
Kab. Bogor 16360
Telepon : 085692487729
Riwayat Pendidikan :
1) Sekolah Dasar Negeri Dago V Bogor, lulus tahun 2001
2) Sekolah Menengah Pertama Al-Madzhab Bogor, lulus tahun 2004
3) Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor, lulus tahun 2006
4) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam tahun 2006
Pengalaman Organisasi :
1) Ketua OSIS Sekolah Menengah Pertama Al-Madzhab Bogor, tahun 2003
2) Ketua OSIS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor, tahun 2005
3) Anggota PRAMUKA Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor
4) Anggota BEMF Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2006/2007
5) Sekretaris Umum BEMJ Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007/2008
6) Wakil Presiden BEMJ Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2008/2009
Angket
Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kec. Setu
kota Tangerang Selatan Assalamu’alaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk kita semua. Saya Ika Lestari adalah mahasiswi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam , Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pelayanan
Kesehatan Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat
Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kec. Setu Tangerang Selatan, untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).
Saya sangat mengharapkan kerjasama bapak/ibu, saudara/I untuk berperan serta
dengan mengisi angket yang telah tersedia guna memberikan informasi yang diperlukan.
Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Nama Responden :
Usia Responden :
Hari/ tanggal :
Berilah tanda (√) pada kotak yang anda anggap sesuai.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
1. Apakah anda mengetahui ada puskesmas keliling di desa Anda?
a. Ya b. Tidak
2. Menurut Anda, apakah kehadiran puskesmas keliling diperlukan bagi masyarakat di
desa Anda?
a. SS b. S c. TS d. STS
3. Bilamana diperlukan, apakah anda selalu memanfaatkan puskesmas keliling untuk
berobat?
a. SS b. S c. TS d. STS
4. Menurut Anda, apakah puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat?
a. SS b. S c. TS d. STS
No Pertanyaan Bobot
Variabel Dependent
Pengaruh Pelayanan Kesehatan Program Puskesmas Keliling
SS S TS STS
a. Penyuluhan Kesehatan
1 Apakah puskesmas keliling melakukan kegiatan penyuluhan di
desa Anda?
2 Apakah Anda mendapatkan informasi kesehatan selain di
puskesmas keliling?
3 Apakah dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh mencontohkan
anjuran yang disampaikan?
4 Apakah setiap akhir kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan
pemantauan oleh penyuluh kesehatan di desa Anda?
b. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis
5 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan di puskesmas keliing
perlu bersikap ramah dalam melayani Anda?
6 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan selalu memberikan
senyuman pada saat melayani Anda?
7 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan informasi
yang jelas mengenai penyakit yang Anda derita?
8 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai penyakit yang Anda derita?
9 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan teliti dalam memeriksa
Anda?
10 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan bersikap cepat tanggap
mendengar keluhan Anda?
11 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan melayani pasien dengan
tergesa-gesa saat memberikan obat pada Anda?
c. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis
12 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan perlu bersikap ramah
dalam melayani Anda?
13 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan senyuman
pada saat melayani Anda?
14 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan informasi
yang jelas mengenai penyakit yang Anda derita?
15 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan teliti dalam memberikan
resep obat yang diresepkan pada Anda?
16 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan dalam melayani pasien
dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada anda?
17 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan obat sesuai
dengan resep dokter?
18 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan
petunjuk/cara pemakaian obat kepada Anda?
19 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan menjelaskan
petunjuk/cara pemakaian obat kepada Anda?
20 Menurut Anda, apakah obat yang diberikan adalah obat yang
manjur?
d. Pemberian makanan bergizi kepada pasien berupa bubur dan biskuit yang
diberikan berbarengan dengan kegiatan posyandu setiap satu bulan sekali
21 Apakah dalam kegiatan puskesmas keliling Anda mendapatkan
bubur dan biskuit setelah melakukan pemeriksaan?
22 Apakah bubur dan biskuit tersebut selalu rutin diberikan setiap
bulan?
23 Menurut Anda, apakah bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan
dalam kegiatan puskesmas keliling?
e. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis
24 Menurut Anda, apakah jumlah obat yang disediakan di puskesmas
keliing sudah memadai?
25 Menurut Anda, apakah jenis obat yang disediakan di puskesmas
keliling sudah memadai?
26 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan perlu bersikap ramah
dalam melayani Anda?
27 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan senyuman
dalam melayani Anda?
28 Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan
mengenai manfaat obat yang diresepkan pada Anda?
29 Menurut Anda, apakah obat yang diberikan dalam kegiatan
puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat di desa
Anda?
f. Pemeriksaan gratis
30 Menurut Anda, apakah dokter bersikap ramah dalam melayani
Anda?
31 Menurut Anda, apakah dokter memberikan senyuman dalam
melayani Anda?
32 Menurut Anda, apakah dokter memberikan informasi yang jelas
mengenai penyakit yang Anda derita?
33 Menurut Anda, apakah dokter teliti ketika memeriksa penyakit
Anda?
34 Menurut Anda, apakah dokter bertindak tergesa-gesa saat
memeriksa penyakit Anda?
35 Menurut Anda, apakah dokter bersikap terbuka untuk melakukan
konsultasi tentang kesehatan?
36 Menurut Anda, apakah dokter memberikan kesempatan untuk
bertanya tentang kesehatan?
37 Apakah Anda mendapatkan informasi kesehatan selain di
puskesmas keliling?
1. Apakah anda tahu apa yang dimaksud penyakit menular dann tidak menular?
a. Ya b. tidak
Variable Independent
Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin (Masyarakat miskin dalam
penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin berdasarkan data desa
Setu tahun 2010)
No Pertanyaan ST T TT STT
Pengetahuan tentang Kesehatan
38 Menurut Anda, apakah Anda tahu penyakit demam berdarah
bukanlah penyakit menular?
39 Menurut Anda, apakah anda tahu bahwa penyakit demam berdarah
dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk?
40 Bila tahu, menurut Anda apakah bintik kecil berwarna merah
merupakan tanda-tanda terkena penyakit demam berdarah?
SS TS TS STS
41 Bagaimana dengan pencegahannya, menurut anda apakah dengan
melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat
penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat
menghindari penyakit demam berdarah?
42 Bilamana ada tetangga Anda yang terkena penyakit demam
berdarah, apakah anda akan menjauhinya?
Sikap terhadap Kesehatan SS S TS STS
43 Bilamana ada tetangga Anda yang terkena penyakit demam
berdarah, apakah anda akan menjauhinya?
Praktik Kesehatan SS S TS STS
44 Menurut Anda, apakah disetiap rumah perlu mempunyai MCK
45 Bila perlu, menurut anda apakah membersihkan kamar mandi
dilakukan setiap satu minggu sekali?
46 Bagaimana dengan airnya, menurut anda apakah yang digunakan
untuk mandi harus air yang mengalir dari sungai?
47 Lalu, menurut anda apakah air yang digunakan untuk minum
sebaiknya di masak terlebih dahulu?
48 Bilamana jarak kamar mandi terlalu dekat dengan pembuangan air,
apakah itu dapat mencemari air yang anda gunakan untuk minum?
49 Menurut anda, apakah seharusnya di desa anda disediakan tempat
pembuangan akhir sampah?
50 Menurut anda apakah tempat pembuangan akhir sampah tersebut
harus berjarak jauh dari rumah anda?
Nilai Validitas
No. (R hitung) R tabel Validitas 1. 0.532 0.2353 Valid 2. 0.425 0.2353 Valid 3. 0.448 0.2353 Valid 4. 0.233 0.2353 Valid 5. 0.371 0.2353 Valid 6. 0.454 0.2353 Valid 7. 0.408 0.2353 Valid 8. 0.236 0.2353 Valid 9. 0.512 0.2353 Valid
10. 0.454 0.2353 Valid 11. 0.256 0.2353 Valid 12. 0.706 0.2353 Valid 13. 0.706 0.2353 Valid 14. 0.359 0.2353 Valid 15. 0.623 0.2353 Valid 16. 0.256 0.2353 Valid 17. 0.474 0.2353 Valid 18. 0.298 0.2353 Valid 19. 0.225 0.2353 Valid 20. 0.284 0.2353 Valid 21. 0.269 0.2353 Valid 22. 0.386 0.2353 Valid 23. 0.487 0.2353 Valid 24. 0.237 0.2353 Valid 25. 0.346 0.2353 Valid 26. 0.248 0.2353 Valid 27. 0.000 0.2353 Tidak Valid 28. -0.047 0.2353 Tidak Valid 29. 0.449 0.2353 Valid 30. 0.623 0.2353 Valid 31. 0.474 0.2353 Valid 32. 0.372 0.2353 Valid 33. 0.623 0.2353 Valid 34. 0.256 0.2353 Valid 35. 0.000 0.2353 Valid 36. 0.372 0.2353 Valid 37. 0.512 0.2353 Valid 38. 0.164 0.2353 Valid 39. 0.367 0.2353 Valid 40. 0.305 0.2353 Valid 41. -0.069 0.2353 Tidak Valid 42. -0.069 0.2353 Tidak Valid 43. 0.095 0.2353 Tidak Valid 44. -0.104 0.2353 Tidak Valid 45. 0.271 0.2353 Valid 46. 0.035 0.2353 Valid 47. 0.372 0.2353 Valid 48. 0.266 0.2353 Valid 49. 0.372 0.2353 Valid 50. 0.482 0.2353 Valid
Reliability
Case Processing Summary
N % Valid 30 100.0
Excluded(a) 0 .0
Cases
Total 30 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.829 50
Item Statistics
Mean Std.
Deviation N P1 4.0000 .78784 30 P2 3.4667 1.00801 30 P3 3.2000 .99655 30 P4 3.4000 .93218 30 P5 4.3000 .46609 30 P6 4.1333 .34575 30 P7 4.0333 .49013 30 P8 3.9333 .36515 30 P9 4.1667 .37905 30 P10 4.1333 .34575 30 P11 3.9000 .95953 30 P12 4.1000 .30513 30 P13 4.1000 .30513 30 P14 4.2667 .44978 30 P15 4.1667 .37905 30 P16 3.9000 .95953 30 P17 4.0333 .18257 30 P18 4.2000 .40684 30 P19 4.2667 .44978 30 P20 3.9667 .61495 30 P21 4.0000 .45486 30 P22 4.0000 .45486 30 P23 4.0000 .45486 30
P24 3.7333 .69149 30 P25 3.6667 .75810 30 P26 4.1000 .30513 30 P27 4.0000 .00000 30 P28 3.9333 .36515 30 P29 4.3333 .47946 30 P30 4.1667 .37905 30 P31 4.0333 .18257 30 P32 4.0333 .18257 30 P33 4.1667 .37905 30 P34 3.9000 .95953 30 P35 4.0000 .00000 30 P36 4.0333 .18257 30 P37 3.3000 1.02217 30 P38 2.8000 1.09545 30 P39 4.1333 .34575 30 P40 4.0000 .45486 30 P41 4.1667 .37905 30 P42 4.1667 .37905 30 P43 3.0000 1.01710 30 P44 4.1333 .34575 30 P45 4.2667 .63968 30 P46 3.6667 .88409 30 P47 4.1333 .34575 30 P48 3.9667 .41384 30 P49 4.0333 .18257 30 P50 4.0667 .25371 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
P1 193.6000 80.524 .532 .818 P2 194.1333 79.982 .425 .821 P3 194.4000 79.697 .448 .820 P4 194.2000 83.821 .233 .829 P5 193.3000 85.252 .371 .824 P6 193.4667 85.637 .454 .824 P7 193.5667 84.737 .408 .823 P8 193.6667 87.057 .236 .827 P9 193.4333 84.944 .512 .822 P10 193.4667 85.637 .454 .824 P11 193.7000 83.252 .256 .828 P12 193.5000 84.603 .706 .821 P13 193.5000 84.603 .706 .821 P14 193.3333 85.471 .359 .824 P15 193.4333 84.185 .623 .821 P16 193.7000 83.252 .256 .828 P17 193.5667 87.013 .474 .826 P18 193.4000 86.248 .298 .826 P19 193.3333 86.575 .225 .827 P20 193.6333 85.068 .284 .826 P21 193.6000 86.179 .269 .826 P22 193.6000 85.214 .386 .824 P23 193.6000 84.386 .487 .822 P24 193.8667 85.361 .237 .827 P25 193.9333 83.306 .346 .824 P26 193.5000 87.155 .248 .827 P27 193.6000 88.662 .000 .829 P28 193.6667 88.851 -.047 .831 P29 193.2667 84.478 .449 .822 P30 193.4333 84.185 .623 .821 P31 193.5667 87.013 .474 .826 P32 193.5667 87.357 .372 .827 P33 193.4333 84.185 .623 .821 P34 193.7000 83.252 .256 .828 P35 193.6000 88.662 .000 .829 P36 193.5667 87.357 .372 .827 P37 194.3000 78.355 .512 .817 P38 194.8000 84.166 .164 .833 P39 193.4667 86.189 .367 .825 P40 193.6000 87.559 .305 .829 P41 193.4333 89.013 -.069 .831 P42 193.4333 89.013 -.069 .831
P43 194.6000 85.834 .095 .835 P44 193.4667 89.223 -.104 .832 P45 193.3333 85.057 .271 .826 P46 193.9333 87.306 .035 .835 P47 193.4667 87.430 .372 .828 P48 193.6333 86.447 .266 .826 P49 193.5667 87.357 .372 .827 P50 193.5333 86.326 .482 .825
Scale Statistics
Mean VarianceStd.
Deviation N of Items
197.6000 88.662 9.41605 50