PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP
KABUPATEN BOJONEGORO
(Studi pada Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
RIZKI ZAKARIA
NIM. 105030101111046
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
ii
MOTTO
Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang,kau harus terus bergerak
- A. Einstein -
iii
iv
v
vi
RINGKASAN
Rizki Zakaria, 2017, Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadapKabupaten Bojonegoro (Studi pada Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro),
Ketua Komisi Pembimbing : Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D, AnggotaKomisi Pembimbing : Drs. Sukanto, MS.
Pemekaran wilayah memberikan peluang yang besar bagi suatu daerahyang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia serta luas wilayahuntuk dimekarkan menjadi beberapa daerah. Hal ini agar mobilisasi danpercepatan proses pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh sertamenjangkau segenap aspek kehidupan masyarakat. Dalam pelayananterhadap masyarakat, maka dengan diperkecilnya wilayah administratiftentu akan memperpendek rentang kendali pelayan. KabupatenBojonegoro memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar,apalagi dengan pendapatan terbesar didapat dari subsektor (minyakbumi dan gas alam) tentunya hal ini memiliki dampak yang bersifatpositif atau negatif terhadap wilayah yang menjadi daerah pemekaran yaituKecamatan Gayam, baik yang berkaitan dengan sosial, ekonomi maupunlingkungan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis sosialekonomi masyarakat Kecamatan Gayam Kab. Bojonegoro pasca pemekaranwilayah kecamatan. Fenomena dibeberapa daerah pemekaran bahwabanyak ditemukan masyarakat hidup kurang sejahtera meskipun sebagaidaerah penghasil bagi daerahnya. Metode penelitian yang digunakan adalahdeskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalampenelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Temuan dari penelitian, Kecamaan Gayam memberi pengaruh besarterhadap Kabupaten Bojonegoro karena sebagai daerah penghasil terutamadalam pendapatan daerah. Dampak dari pemekaran wilayah telahmelahirkan masyarakat yang Demokratis hal ini terbukti dengan prosespelayanan yang lebih cepat, proses penyelenggaraan pembangunan menjadilebih lancar, tingkat partisipasi mayarakat lebih meningkat serta berdampakpada peningkatan ekonomi masyarakat, sedangkan kendalanya adalah latarpendidikan masyarakat dan sikap mental masyarakat. Saran untukpemerintah Kabupaten Bojonegoro Perlunya peran pemerintah untukmeningkatkan Sosial Ekonomi Masyarakat malalui pembangunan disegalasektor demi percepatan pembangunan di kecamatan Gayam.
Kata Kunci : Pemekaran, Sosial Ekonomi
vii
SUMMARY
Rizki Zakaria, 2017. The Influence of sub-district extension towardsBojonegoro Regency (Study at Gayam Sub District, Bojonegoro Regency).Supervisor: Drs. Andi Fefta Wijaya, MDA, PhD, Co-supervisor: Drs. Sukanto,MS
Area extension gives big opportunities for certain area that has natural andhuman resources potential and area size that can be extended become severalareas. It is done to make mobilization and acceleration of growth anddevelopment able to reach various aspects of societal life. In servicing thesocieties, with the shrinkage of administrative area then it will shorten the servicespan of control. Bojonegoro regency has big natural resources service, even withbiggest income from sub sector of natural oil and gases, of course it has positiveimpact toward area that will be extended, such as Gayam sub district, witherrelated with social, economic or environment.
The research aimed at knowing and analyzing the social economic ofsocieties of Gayam sub district, Bojonegoro regency after extension. Thephenomenon at several extended areas that many societies live under welfare linealthough at the producing area. The research method was descriptive withqualitative approach. Data sources used was primary and secondary data.
The findings are, Gayam sub district has big influence toward Bojonegorosub district because as productive area for local revenue. The impact of theextension has produced more democratic societies, it is proven with the quickerservices, smoother development process, higher societal participation and highersocietal economic, while the obstacles are the societal education background andthe mental attitude of the societies. The suggestion given for the Bojonegororegency, it needs the government role to improve the social economic of societiesthrough development in various sector for the development acceleration at theGayam sub district.
Keywords: extension, social economic
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja – puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapa
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemekaran Kecamatan
terhadap Kabupaten Bojonegoro (Studi pada Kecamatan Gayam,
Kabupaten Bojonegoro)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi
Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penulis Menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Administrasi.
3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi
Administrasi Publik.
4. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D dan Drs. Sukanto, MS
selaku dosen pembimbing yang selalu setia membimbing dan
memotivasi penulis serta memberikan masukan sampai tulisan ini bisa
terselesaikan.
5. Teristimewa kepada orang tua tercinta Bapak Syaiful Rochman dan Ibu
Hurustyaningrum yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
ix
untuk selalu semangat dalam menyelesaikan tugas akhir penulis. Serta
doa yang selalu dikirimkan baik dalam keadaan suka maupun duka.
Semuanya tanpa penulis sadari betapa besar pengorbanan Bapak dan
Ibu.
6. Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulisan yang
tidak bisa disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Demi kesempurnaan proposal skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 15 Juni 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... iiiTANDA PENGESAHAN MAJELIS PENGUJI ...................................... ivPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................... vRINGKASAN ........................................................................................... viSUMMARY .............................................................................................. viiKATA PENGANTAR ............................................................................... viiiDAFTAR ISI ............................................................................................. xDAFTAR TABEL ..................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..... 1B. Rumusan Masalah …………………………………………… 8C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 8D. Manfaat Penelitian …………………………………………... 8
1) Secara Akademis ………………………………………... 82) Secara Praktis …………………………………………… 8
E. Sistematika Pembahasan ……………………………………. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik …………………………………………. 111. Definisi Administrasi Publik ……………………………. 11
B. New Public Management ........................................................ 131. Definisi New Public Management .................................... 132. Karakteristik New Public Management ............................ 143. Kritik Terhadap New Public Management ....................... 16
C. Konsep Otonomi Daerah dan Desentralisasi .......................... 171. Definisi Otonomi Daerah .................................................. 172. Definisi Desentralisasi ....................................................... 18
D. Konsep Pemekaran .................................................................. 201. Definisi Pemekaran ............................................................ 202. Faktor-faktor Pemekaran .................................................... 213. Syarat-syarat Pemekaran .................................................... 224. Tujuan Pemekaran dan Manfaat ......................................... 235. Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Peningkatan
Ekonomi ............................................................................. 306. Peluang dan Kendala Pemekaran Wilayah ........................ 31
E. Konsep Kecamatan .................................................................. 321. Definisi Kecamatan ............................................................ 32
xi
2. Syarat Pembentukkan Kecamatan ...................................... 32F. Konsep Sosial Ekonomi ........................................................... 34
1. Definisi Sosial Ekonomi ..................................................... 342. Kehidupan Sosial ................................................................ 353. Pengertian Ekonomi ........................................................... 364. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosial Ekonomi ......... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 46B. Fokus Penelitian ........................................................................ 48C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................ 50D. Sumber dan Jenis Data .............................................................. 50E. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................... 51F. Instrumen Penelitian ................................................................... 53G. Analisa Data ............................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 571. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro ......................... 572. Gambaran Umum Kecamatan Gayam ................................ 583. Sumber Daya Aparatur Kecamatan Gayam ........................ 624. Desa Gayam sebelum Pemekaran Kecamatan .................... 655. Desa Gayam setelah Pemekaran ......................................... 676. Rencana Strategis (RenStra) Kecamatan
Gayam 2013 – 2019 ............................................................ 737. Rencana Kerja (Renja) Kecamatan Gayam 2017 ................ 94
B. Penyajian Data ............................................................................ 1051. Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadap Kabupaten
Bojonegoro .......................................................................... 105a. Ekonomi Daerah ...................................................... 106b. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. 109c. Pelayanan Publik ..................................................... 113d. Aparatur Pemerintah Daerah ................................ 116
C. Pembahasan ................................................................................. 1191. Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadap Kabupaten
Bojonegoro .......................................................................... 119a. Ekonomi Daerah ...................................................... 120b. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. 122c. Pelayanan Publik ..................................................... 123d. Aparatur Pemerintah Daerah ................................... 127
2. Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pemekaran Kec. Gayam,
xii
Kab. Bojonegoro .................................................................. 1313. Pemekaran dalam NPM ....................................................... 1324. Otonomi Daerah dan Desentralisasi .................................... 1345. Konsep Pemekaran .............................................................. 1366. Faktor – faktor Pemekaran Kecamatan gayam .................... 1367. Syarat – syarat Pemekaran Kecamatan ................................ 1398. Dampak Pemekaran Kecamatan Gayam
terhadap Masyarakat ............................................................ 1419. Peluang dan Kendala Pemekaran ........................................ 14310. Pembentukan Kecamatan .................................................... 14811. Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Gayam ................ 150
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 160B. Saran ........................................................................................... 167
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 168
Lampiran – Lampiran .............................................................................. 173
xiii
DAFTAR TABEL
No Judul Hlm.
1 Jumlah penduduk per desa di Kecamatan Gayam Tahun 2016 ....... 602 Luas Wilayah, Banyaknya Dusun, RW dan RT Dirinci per Desa
di Kecamatan Gayam Tahun 2016 .................................................. 613 Sumber Daya Staf Kecamatan Gayam ............................................ 63
4 Jumlah Penduduk Desa Gayam Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 665 Jumlah Penduduk Desa Gayam Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2011 ...................................................................................... 666 Pemerintahan Kecamatan Gayam Tahun 2015 ............................... 697 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Kec. Gayam 2015 ......................... 718 Banyaknya Tenaga Kesehatan dan Dukun Bayi kec. Gayam ......... 729 Misi 1 ............................................................................................... 8310 Misi 2 ............................................................................................... 8411 Misi 3 ............................................................................................... 8412 Misi 4 ............................................................................................... 8513 Misi 5 ............................................................................................... 8514 Tujuan 1 ........................................................................................... 8615 Tujuan 2 ........................................................................................... 8616 Tujuan 3 ........................................................................................... 8717 Tujuan 4 ........................................................................................... 8718 Tujuan 5 ........................................................................................... 8819 Kinerja Hasil .................................................................................... 9320 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar
Harga Konstan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2013 ............. 10621 PDRB per Kapita di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2013 ..... 10722 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2008-2013 ......................................................... 10823 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten
Lamongan Tahun 2010-2013 ........................................................... 10824 Indeks kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2008-2014 ..... 10825 Proyeksi Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro .......... 11026 APBD Tahun 2014 ........................................................................... 11127 APBD Tahun 2016 ........................................................................... 11228 Rasio Guru/Murid diKabupaten BojonegoroTahun 2008-2012 ....... 11329 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2008-2012 ......................................................... 11430 Rasio Puskesmas, Pustu, dan Polindes per Satuan Penduduk
di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2012 ................................... 11431 Tenaga Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015-2016 .................... 11532 Panjang Jalan Kabupaten Dirinci menurut kondisi di Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2008-2012 ......................................................... 11533 Panjang Jalan Menurut Kondisi, Kelas dan Permukaan Jalan
di Kab. Bojonegoro Tahun 2010-2013 ............................................ 116
xiv
34 Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten BojonegoroMenurut Latar Belakang Pendidikan Tahun 2011-2013 ................. 117
35 Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten BojonegoroMenurut Latar Belakang Pendidikan Tahun 2015-2016 ................. 117
36 Data Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten BojonegoroTahun 2010 – 2013 Menurut Jabatan Struktural .............................. 118
37 Data Pegawai Lingkungan Pemerintah Kabupaten BojonegoroTahun 2015 – 2016 Menurut Jabatan Struktural dan Fungsional .... 119
xv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hlm.1 Komponen Analisis Data ................................................................ 562 Peta Administratif Kabupaten Bojonegoro ..................................... 573 Peta Administratif Kecamatan Gayam ............................................ 594 Diagram banyaknya RT di Kecamatan Gayam ............................... 685 Diagram jumlah Guru dan Murid Kecamatan Gayam 2015 ........... 706 Diagram jumlah Guru dan Murid Madrasah Ibtidaiyah
Kec. Gayam 2015 ............................................................................ 70
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan peluang yang besar bagi suatu daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam dan manusia serta luas wilayah untuk dimekarkan menjadi beberapa
daerah. Hal ini dimaksudkan agar mobilisasi dan percepatan proses
pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh serta menjangkau segenap
aspek kehidupan masyarakat hingga ke daerah-daerah terpencil. Banyak daerah-
daerah terpencil yang belum terjangkau pembangunan secara maksimal. Begitu
juga dari sisi pelayanan terhadap masyarakat, maka dengan diperkecilnya wilayah
administratif tentu akan memperpendek rentang kendali pelayanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan,
pembentukan kecamatan baru harus memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu: administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan. Peraturan Daerah Kabupaten tentang Pembentukan
Kecamatan paling sedikit memuat nama kecamatan, nama ibukota kecamatan,
batas wilayah kecamatan; dan nama desa dan /atau kelurahan. Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud di atas dilampiri peta kecamatan dengan batas wilayahnya
sesuai kaidah teknis dan memuat titik koordinat.
Salah satu contoh pemekaran adalah pemekaran wilayah kecamatan. Di
Indonesia tahun 2009 terdapat 6408 kecamatan dan masih banyak kecamatan-
kecamatan lain yang akan dimekarkan. Dalam konteks otonomi daerah di
Indonesia, kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
2
kabupaten atau kota yang merupakan wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh
camat. Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2008
dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan dapat berupa pemekaran satu
kecamatan atau dua kecamatan atau lebih dan/atau penyatuan wilayah desa
dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan. Pemekaran wilayah kecamatan salah
satunya adalah di Kabupaten Bojonegoro yaitu dengan berdirinya Kecamatan
Baru yaitu Kecamatan Gayam. Usulan agar Desa Gayam, Kecamatan Ngasem
menjadi kecamatan baru akhirnya dikabulkan. Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) memberikan izin untuk pemekaran dua kecamatan pada tahun
2012. Gayam kini berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari Kecamatan
Ngasem. Pemekaran kecamatan ini menjadikan Bojonegoro memiliki 28
kecamatan. Sebelumnya kabupaten Bojonegoro hanya memiliki 27 kecamatan
saja. Pemekaran tersebut dilakukan karena jumlah desa di dua kecamatan
(Ngasem dan Kalitidu) sangat banyak. Selain itu, desa-desa tersebut telah menjadi
lokasi inti dari proses eksplorasi dan eksploitasi migas. Sehingga, tentu
memerlukan pelayanan tersendiri. Salah satunya untuk layanan di 12 desa, namun
lebih lengkapnya ke Bagian Pemerintahan Kecamatan Gayam meliputi 12 desa, di
antaranya Desa Gayam, Desa Begadon, Desa Ringintunggal, Desa Mojodelik,
Desa Brabohan, Desa Bonorejo, Desa Beged, Desa Katur, Desa Ngraho, Desa
Sudu, Desa Cengungklung dan Desa Manukan. Dengan pembentukan Kecamatan
Gayam tersebut, diharapkan Kecamatan Gayam dapat tumbuh dan berkembang
serta mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Serta adanya peningkatan
pelayanan publik yang optimal, guna mempercepat proses terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. (www.blokbojonegoro.com)
3
Pemekaran pada dasarnya memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai.
Seperti yang ditulis dalam Bab II pasal 2 PP No. 129 Tahun 2000, dimana
disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan
pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah,
peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah. Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
dimaksud, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan seiring dengan
pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan berlangsung dan
bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan.
Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap
kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan
pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut. Pembangunan suatu daerah
haruslah mencakup tiga inti nilai yaitu ketahanan/sustenance yaitu kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mempertahankan hidup; harga diri/self
esteem dimana pembangunan haruslah memanusiakan orang dan freedom from
servitude dimana ada kebebasan bagi setiap individu untuk berpikir,
berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. (Kuncoro, 2004:63).
Kondisi yang terjadi atas fenomena pemekaran wilayah yang dilakukan
oleh beberapa daerah karena adanya peluang untuk melakukan pemekaran
wilayah. Ada dua alasan menurut Dawood (2007) mengapa pemekaran banyak
diusulkan oleh daerah diantaranya adalah Desentralisasi memberikan dana yang
4
lebih besar untuk dapat dikelola oleh setiap pemerintah daerah (khususnya Dana
Alokasi Umum). Dan semangat otonomi daerah telah meningkatkan wewenang
pemerintah daerah untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat daerah tanpa
perlu memperoleh persetujuan pemerintah diatasnya. Disamping dua alasan
tersebut kiranya upaya pemekaran wilayah dipandang sebagai terobosan untuk
mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan
memperoleh pelayanan bagi masyarakat.
Salah satu pembangunan yang diharapkan meningkat adalah
pembangunan dibidang sosial ekonomi masyarakat setelah terjadinya pemekaran
daerah tersebut. Dengan telah dimulainya ekplorasi dan eksploitasi Blok Cepu
atau Blok Bojonegoro beberapa tahun belakangan ini, sudah tentu ada dampak
yang bersifat positif atau negatif terhadap wilayah Kecamatan Gayam, baik yang
berkaitan dengan sosial, ekonomi maupun lingkungan. Penelitian ini didasarkan
pada fenomena dibeberapa daerah bahwa banyak ditemukan masyarakat yang
tinggal di sekitar daerah pertambangan hidup kurang sejahtera. Harapannya
dengan berdirinya suatu usaha akan membuka lapangan kerja baru, tetapi dengan
alasan pendidikan dan keahlian yang tidak memadai, masyarakat tidak bisa
bekerja didalamnya. Bojonegoro mempunyai 40 sumur yang diperkirakan
mengandung 600 juta barel minyak dan 1,7 juta triliun - 2 triliun kaki kubik
(TCF), sumur tersebut akan dikelola Exxon-mobile. Lokasi eksploitasi yang
terkenal adalah banyu urip. Lokasi tersebut memiliki cadangan minyak dan gas
paling besar serta dekat dengan pemukiman warga.
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur adalah salah satu kota minyak
terbesar di Asia Tenggara. Konon, sesuai hasil studi yang sudah dilakukan,
5
kandungan minyak di Sumur Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola Mobil Cepu
Ltd. (MCL), anak perusahaan migas ExxonMobil dari Amerika Serikat itu
mencapai 350 juta barel. Ditargetkan produksi puncak minyak Blok Cepu bisa
mencapai 165 ribu barel hingga 185 ribu barel per hari (Bph) pada September
2014. Tempat penambangan migas di Kabupaten Bojonegoro itu terdapat di
Wilayah Kecamatan Gayam, kecamatan baru di Bojonegoro, yang meliputi Desa
Gayam, Mojodelik, Brabohan, Bonorejo. Dalam mengembangkan migas Blok
Cepu ini operator telah membebaskan lahan sekira 600 ha lebih untuk
membangun fasilitas produksi minyak. Mulai fasilitas pemrosesan minyak,
jaringan distribusi (pipa), tempat penampungan minyak ditengah laut, hingga
fasilitas perkantoran. Ratusan hektar lahan itu berada di enam desa yakni selain
empat desa diatas, ada dua desa lainnya yakni Desa Sudu dan Ngraho. Sebuah
angka yang tak sedikit, apalagi sebagian besar lahan yang dibebaskan itu adalah
lahan pertanian yang menjadi gantungan hidup masyarakat di wilayah Gayam.
Setelah adanya proses penambangan minyak bumi dan gas alam di
Bojonegoro, perekonomian di Bojonegoro mengalami peningkatan. Terlihat
sekali selama tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan ekonomi yang sangat
luar biasa. Kemajuan signifikan itu dapat dilihat dibidang pendidikan, kesehatan
maupun infrastruktur. Hal itu tentu saja karena adanya kenaikan APBD
Bojonegoro setelah dareahnya menjadi daerah penghasil migas. Perlu diakui,
proyek Migas sangat memberikan sumbangsih banyak untuk pemasukan daerah.
Contohnya di Desa Gayam, di desa itu akan dibangun program pembangunan dari
dana APBD karena menjadi desa penghasil. Selain itu, banyak kemajuan yang
nampak pada kehidupan masyarakat disana. Seperti, jarang sekali warga yang
6
menggunakan sepeda pancal tapi sepeda motor. Baik itu ke sawah atau melakukan
aktifitas lain.Selain itu sepanjang jalan yang dulunya hanya selebar 3 – 4 meter,
kini menjadi 7 – 8 meter. Bahkan jalan-jalan poros desa dan lingkungan disekitar
pemboran telah banyak yang tersentuh program paving. Hal ini menunjukkan
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berhasil membuat program yang memberikan
kesejahteraan masyarakat. Jika nantinya akan banyak investor yang masuk ke
Bojonegoro dapat semakin memajukan perekonomian masyarakat. Penulis juga
berkeyakinan kondisi itu pasti akan merembet pada masyarakat di desa/kecamatan
lain. Dari temuan awal penelitian Blok Migas Cepu, dampak ekonomi langsung
yang positif, yaitu peningkatan investasi dan kegiatan pembangunan di sektor
konstruksi dan pengeboran sebesar US$ 2 milyar selama 3 tahun dan peningkatan
kesempatan kerja sebesar 1.060 orang selama 3 tahun. Sedangkan dampak negatif
langsung dialami oleh sektor pertanian beruapa lahan pertanian yang dibebaskan
antara 422 – 700 ha, dan petani yang menjadi pengangguran antara 1.755 – 2.909
orang, dan produksi padi yang hilang antara 2.439 – 4.044 tahun. Dari temuan
awal penelitian dampak sosial yang akan muncul antara lain:
1. Kemampuan penduduk lokal dalam mengakses sumberdaya alam yang ada
di wilayahnya cenderung tetap
2. Kemampuan penduduk lokal melakukan diversifikasi usaha, umumnya
rendah, karena keterbatasan pendidikan dan tidak dimilikinya ragam
ketrampilan yang memadai untuk survival
3. Terjadinya kesenjangan tuntutan kebutuhan profesionalisme dunia
industri dengan kualitas SDM penduduk lokal
7
4. Kemungkinan resistensi sosial dan konflik yang akan timbul di kalangan
penduduk lokal umumnya dipicu oleh adanya perlakuan yang dinilai tidak
adil dari dunia industri yang masuk ke wilayah setempat.
Industrialisasi dalam beberapa hal, menyebabkan memudarnya daya kohesi sosial
sesama penduduk lokal dan bahkan memicu timbulnya kecemburuan sosial.
(www.halobojonegoro.com)
Sosial ekonomi masyarakat menjadi hal yang penting bagi suatu daerah,
berdasarkan latar belakang diatas, pelaksanaan pemekaran kecamatan telah
berjalan 5 tahun dan diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup rakyat sehingga
tercapai sosial ekonomi yang baik di masyarakat sesuai tujuan dari pemekaran.
Penelitian ini berusaha melakukan kajian untuk melihat apakah pemekaran
kecamatan ini membawa perbaikan sosial ekonomi mayarakat di kecamatan
Gayam. Maka penelitian ini diberi judul : “ Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca
Pemekaran Kecamatan (Studi pada Kecamatan Gayam, Kabupaten
Bojonegoro)”.
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang
dibahas adalah bagaimanakah pengaruh pemekaran kecamatan terhadap
Kabupaten Bojonegoro.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Gayam Kab. Bojonegoro pasca pemekaran
wilayah kecamatan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya adalah :
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan keilmuan berupa kajian tentang otonomi daerah,
desentralisasi dan pemekaran daerah khususnya pemekaran kecamatan.
Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian
selanjutnya dengan tema yang sama.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
landasan menentukan kebijakan tentang bagaimana kinerja daerah baru
hasil pemekaran wilayah kecamatan dalam mensejahterakan
masyarakat, penelitian ini diharapkan juga berguna bagi pembangunan
kecamatan Gayam.
9
E. SIMTEMATIKA PEMBAHASAN
Skripsi ini terdiri dari 5(lima) bab yang sistematika dan alur pembahasan
yang dikemukakan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah,
tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang melandasi penulisan
dan pembahasan yang berkaitan dengan judul. Teori ini akan
didapat dari hasil studi kepustakaan beberapa literatur.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini dikemukakan fokus penelitian,
pemilihan lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data,
tehnik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan
analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan pelaksanaan dari hasil penelitian dan
dilakukan pembahasan terkait dengan semua permasalahan yang
diangkat.
10
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang diuraikan
sebelumnya dan memberikan rekomendasi atau saran berdasarkan
hasil pembahasan.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
1. Definisi Administrasi Publik
Administrasi menurut pendapat Zauhar (1990:6) administrasi muncul
karena kebutuhan manusia untuk bekerja sama. Manusia menyadari bahwa
mereka tidak bisa mengerjakan dan memperoleh sesuatu seorang diri tanpa
bantuan orang lain. Dengan adanya pembagian kerja, keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki manusia dapat diselesaikan dengan adanya kerja
sama, seperti ketidakmampuan individu untuk mengerjakan hal yang berbeda
satu waktu atau ketidakmampuan individu untuk berada di dua tempat yang
berbeda pada waktu bersamaan.
Administrasi merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Dengandemikian, maka tujuan akhir administrasi tidak berbeda dengan tujuanakhir organisasi. Administrasi diciptakan untuk melayani organisasidan keberadaanya tidak untuk keperluan lain. Agar dapat mencapaitujuan organisasi dengan baik, administrasi dituntut untuk menetapkantujuan jangka pendek dan jangka menengah. Ini meliputi keteraturanaktivitas yang dilaksanakan, penyediaan dan penggunaan sumbermanusiawi dan material secara bijaksana, pengurangan pemborosandan inefisiensi, ekonomis di dalam operasi, kesejahteraan pegawai,kepuasan langganan, pemecahan masalah secara tepat dan lain-lain(Zauhar 1990:6).
Administrasi publik, menurut chandler dan plano (1988: 29-30), adalah proses
dimana sumber daya dan personel publik terorganisir dan dikoordinasikan untuk
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage) keputusan-
keputusan dalam kebijakan publik. Kedua pengarang tersebut juga menjelaskan
bahwa administrasi publik merupakan seni dan ilmu (art and science) yang
12
ditujukan untuk mengatur public affairs dan melaksanakan berbagai tugas yang
telah ditetapkan. Dan sebagai suatu disiplin ilmu, administrasi publik bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah publik melalui perbaikan atau
penyempurnaan terutama bidang organisasi, sumberdaya manusia dan keuangan.
(Keban 2008:3)
Didalam kenyataan terdapat variasi persepsi tentang administrasi publik.
McCurdy (1986) dalam studi literaturnya mengemukakan bahwa administrasi
publik dapat dilihat sebagai suatu proses politik, yaitu sebagai salah satu metode
memerintah suatu negara dan dapat juga dianggap sebagai cara yang prinsipil
untuk melakukan berbagai fungsi negara. Dengan kata lain administrasi publik
bukan hanya sekedar persoalan manajerial tetapi juga persoalan politik.
Anggapan ini mungkin membingungkan pendefinisian administrasi publik,
termasuk ruang lingkupnya. Akan tetapi hal ini justru menunjukkan bahwa dunia
administrasi publik itu terus mengalami perkembangan dan justru sulit
dipisahkan dari dunia politik.
Variasi makna administrasi publik dapat dilihat juga dari persepsi
orangtentang kata “administrasi publik” itu sendiri. Ada yang menterjemahkan
administrasi publik sebagai administration of public atau administrasi dari
publik, ada yang administration of public atau administrasi untuk publik, bahkan
ada yang melihatnya sebagai administration by public atau administrasi oleh
publik. Variasi terjemahan tersebut menarik karena dapat menunjukkan suatu
rentangan kemajuan administrasi publik mulai dari administrasi publik yang
berparadigma paling tidak demokratis sampai yang paling demokratis, atau dari
13
yang tidak memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat sampai ke yang
benar benar memperhatikan pemberdayaan masyarakat. (Keban 2008:4)
B. New Public Management
1. Definisi New Public Management
Istilah New Public Management (NPM) awalnya dikenalkan oleh
Christopher Hood tahun 1991 sebagai suatu pendekatan manajemen modern
yang muncul di eropa pada akhir tahun 1980-an atau awal 1990-an sebagai
reaksi terhadap administrasi publik (negara) yang tradisional, yang dinilai
tidak efisien, tidak produktif, kurang inovatif, dan lain-lain. Fokus perhatian
NPM adalah pada pelaksanaan desentralisasi, devolusi, dan modernisasi
pelayanan publik. Istilah lain NPM digunakan adalah ‘managerialism’ (Pollit,
1990), ‘marked-based public administration’ (Lan & Rosenbloom, 1992),
‘post bureaucratic paradigm’ (Barzelay, 1992) atau ‘entrepreneurial
government’ (osborne and gaebler, 1992), namun yang sering dipakai adalah
New Public Management. Secara umum NPM dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan
pengalaman dalam dunia manajemen bisnis untuk memperbaikki efisiensi,
efektifitas, dan kinerja pelayanan publikpada birokrasi modern. NPM juga
merupakan teori manajemen publik yang mengadopsi praktik manajemen
swasta yang dianggap lebih baik, lebih efisien, dan lebih produktif. NPM juga
sangat menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam mengarahkan program-
program publik. Syafri (2012 : 168-169) Lahirnya NPM bermuara pada :
a. Manajemen publik modern yang memberikan perhatian lebih besar
terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas para manajer;
14
b. Keinginan untuk meninggalkan model birokrasi klasik menuju model
organisasi yang lebih fleksibel;
c. Perlunya organisasi membuat tujuan secara jelas, dan perlunya dilakukan
pengukuran atas prestasi yang dicapai melalui indikator kinerja dan
evaluasi program secara sistematis;
d. Komitmen yang lebih besar dari staf senior (pimpinan) terhadap partai
berkuasa/pemerintah saat itu daripada bersikap netral atau nonpartisan
e. Fungsi pemerintah akan banyak berhadapan dengan pasar (misalnya
tender);
f. Terdapat kecenderungan untuk mengurangi fungsi pemerintah melalui
privatisasi dan bentuk lain dari pengadopsian menkanisme pasar.
2. Karakteristik New Public Management
Pada dasarnya public management, yaitu instansi pemerintah.
Overman dalam Keban (2008 : 92-93) mengemukakan bahwa manajemen
publik bukanlah “scientific management”, meskipun sangat dipengaruhi oleh
“scientific management, meskipun sangat dipengaruhi olehnya. Manajemen
publik bukan policy anayisis, bukan juga “administrasi publik baru”, atau
kerangka yang lebih baru. Akan tetapi, manajemen publik merefleksikan
tekanan-tekanan antara orientasi rational-instrumental pada satu pihak dan
orientasi politik dipihak lain. Manajemen publik adalah suatu studi
interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi, dan merupakan gabungan
antara fungsi manajemen seperti planning, organizing, dan controlling satu
sisi, dengan Sumber daya manusia, keuangan, fisik, informasi, dan politik
disisi lain. Berdasarkan pendapat Overman tersebut, OTT, Hyde dan Shafritz
15
(1991:xi), mengemukakan bahwa manajemen publik dan kebijakan publik
merupakan dua bidang administrasi publik yang tumpang tindih. Tapi untuk
membedakan keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa
kebijakan publik merefleksikan sistem otak dan syaraf, sementara manajemen
publik mempresentasikan sistem jantung dan sirkulasi dalam tubuh manusia.
Dengan kata lain, manajemen publik merupakan proses menggerakkan SDM
dan non SDM sesuai perintah kebijakan publik. Paradigma NPM ini melihat
bahwa paradigma terdahulu yaitu administrasi klasik kurang efektif dalam
memecahkan masalah dan memberikan pelayanan publik, termasuk
membangun masyarakat. Hood, Vigoda dikutip oleh keban (2008:36)
mengungkapkan bahwa ada tujuh komponen doktrin didalam NPM, yaitu :
a. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik
b. Penggunaan indikator kinerja
c. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output
d. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil
e. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi
f. Penekanan gaya sektor swasta pada praktek manajemen, dan
g. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam
penggunaan sumber daya.
NPM dipandang sebagai pendekatan dalam administrasi publik yang
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia
manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki efisiensi,
efektifitas, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern. Vigoda
dikutip oleh keban (2008:36). Pada perkembangan selanjutnya NPM
16
mengalami perubahan orientasi menurut Hood dikutip oleh Syafri (2012:172),
yaitu :
a. The efficiency drive, mengutamakan nilai efisiensi dalam mengukur
kinerja;
b. Downsizing and decentralization, perampingan organisasi, ramping
struktur kaya fungsi dan delegasi otoritas kepada unit-unit lebih kecil
agar berfungsi secara tepat dan cepat;
c. In search of excellence, mengutamakan kinerja optimal dengan
bantuan ilmu dan teknologi;
d. Public service orientation, memberi perhatian besar pada pemenuhan
kebutuhan pelayanan publik.
3. Kritik Terhadap New Public Management
Konsep NPM berasal dari negara maju, implementasinya pada negara
berkembang dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Malaysia yang
menerapkan format Total Quality Management (TQM) dinilai sangat sukses,
tetapi Bangladesh dan negara negara afrika mengalami kegagalan. Osborne
yang dikutip Syafri (2012 : 172-173) menghimpun beberapa kritik berikut
yang dilontarkan para ahli terhadap NPM.
a. NPM bukan merupakan sebuah fenomena atau paradigma, tetapi
merupakan sebuah kluster (Ferlie, dkk.1996)
b. Wilayah berlakunya NPM tidak universal, terbatas pada wilayah
Anglo-Amerika, Australia, beberapa negara skandinavia dan
beberapa negara lain (kickert 1997 dan Hood 1995)
17
c. Sifat NPM itu sendiri yang berbeda secara geografi, misalnya
Amerika Serikat dan Inggris yang benar-benar berbeda satu sama lain
baik dalam lokus maupun fokusnya (Borins, 2002)
d. NPM pada kenyataannya adalah hanya sub mazhab dalam
administrasi publik yang memiliki pengaruh terbatas akibat
kekurangan dasar teoritis dan konseptual (Frederickson dan Smith,
2003).
e. Kemanfaatan NPM bersifat parsial, “tidak universal”, dan masih
perlu uji coba (Pollitt dan Bouckaert, 2004).
f. NPM merupakan “Bencana yang menunggu untuk terjadi” (Hood dan
Jackson, 1992) dan “paradigma yang gagal” (Farnham dan Horton,
1996).
C. Konsep Otonomi daerah dan Desentralisasi
1. Definisi Otonomi Daerah
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi sebenarnya mempunyai
pengertian yang berbeda. Istilah otonomi lebih cenderung berada dalam aspek
politik-kekuasaan negara (political aspect), sedangkan desentralisasi lebih
cenderung berada dalam aspek administrasi negara (administrative aspect).
Sebaliknya jika dilihat dari sharing of power (pembagian kekuasaan) kedua istilah
tersebut mempunyai keterkaitan yang erat, dan tidak dapat dipisahkan. Artinya,
jika berbicara mengenai otonomi daerah, tentu akan menyangkut pula pada
pembicaraan seberapa besar wewenang untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang telah diberikan sebagai wewenang daerah, demikian pula
sebaliknya.
18
Syariff Saleh mengatakan otonomi itu sebagai hak pengatur dan
memerintah sendiri. Atas inisiatif dan kemauan sendiri, dimana hak tersebut
diperoleh dari pemerintah pusat. Wayong mengemukakan bahwa otonomi daerah
itu adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus
daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri dan berpemerintah
sendiri. Sugeng istanto menyatakan bahwa otonomi diartikan sebagai hak atau
wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri,
Berangkat dari hal tersebut maka inti pelaksanaan otonomi daerah adalah
terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (discreationary power) untuk
menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas dan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya.
Di sini masyarakat tidak saja dapat menentukan nasibnya sendiri melalui
pemberdayaan masyarakat, melainkan yang utama adalah berupaya untuk
memperbaikki nasibnya sendiri. Hendratno (2009 : 63-64)
2. Definisi Desentralisasi
Konsep desentralisasi telah ditafsirkan berbeda-beda diberbagai negara
dan keanekaragaman politik dan ekonomi serta alasan administratif telah
dikemukakan untuk menetapkan prosedur perencanaan desentralisasi. Dalam
konteks hubungan antar pemerintah, Rondenelli mengemukakan bahwa “
desentralisasi berarti pemindahan atau penyerahan perencanaan, membuat
keputusan atau otoritas manajemen dari pemerintah pusat dan perwakilannya
kepada organisasi lapangan, unit-unit pemerintahan yang lebih rendah, badan
hukum publik, penguasa wilayah luas maupun regional, para ahli fungsional,
ataupun kepada organisasi non pemerintah”.
19
Tipe desentralisasinya ditentukan oleh luasnya pemindahan kekuasaan dan
susunan institusional yang digunakan dalam proses. Desentralisasi dapat bergeser
dari beban kerja rutin yang berganti-ganti menuju kekuasaan devolusi yang
menunjukkan fungsi khusus. Ini dapat terjadi melalui dua cara : desentralisasi
yang fungsional memperlihatkan pemindahan kekuasaan kepada organisasi
khusus fungsional seperti misalnya dari kementrian pusat menuju ke badan hukum
publik. Pada sisi lain, desentralisasi daerah berarti pemindahan kekuasaan kepada
organisasi-organisasi dalam arti perbatas politik seperti provinsi, distrik dan kota.
Empat bentuk desentralisasi dapat digunakan oleh pemerintah dalam
perencanaan dan administrasi pemindahan kekuasaan:
a. Dekonsentrasi melibatkan pemindahan (transfer) fungsi dan
kekuasaan pembuatan keputusan di dalam hirarkhi pemerintah
pusat, melalui pengalihan beban kerja dari kementrian-kementrian
pusat kepada para pejabat dilapangan, penciptaan lembaga-lembaga
lapangan atau pengalihan tanggung jawab kepada unit-unit
administratif lokal yang dikontrol dari pusat.
b. Delegasi pada lembaga-lembaga semi otonom atau otonom
melibatkan transfer fungsi-fungsi kepada organisasi non pusat,
khususnya unit-unit pelaksana proyek dan kekuasaan regional atau
fungsional pembangunan, yang sering kali bisa beroperasi diluar
aturan pemerintahan pusat atau bisa bertindak sebagai suatu
lembaga nasional untuk melakukan fungsi-fungsi yang
dideskripsikan. Tetapi tanggung jawab utama untuk fungsi-fungsi
itu tetap ada pada pemerintahan pusat
20
c. Devolusi melibatkan transfer fungsi atau kekuasaan pembuatan
keputusan dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal.
d. Transfer pada lembaga swadaya masyarakat merupakan proses
pemindahan tanggung jawab untuk fungsi-fungsi dari sektor swasta
kepada organisasi non pemerintah.
Team peneliti dari lembaga-lembaga yang bekerja sama itu sepakat bahwa
konsep desentralisasi bisa digunakan sebagai konsep payung untuk
mendeskripsikan masing-masing atau semua bentuk diatas. Disadari bahwa
dinegara-negara berkembang, delegasi dan dekonsentrasi merupakan bentuk
dominan dari desentralisasi dan upaya harus dilakukan untuk menganalisis hal ini
sebagai tambahan pada devolusi kepada pemerintah-pemerintah lokal. Domai
(2011 : 15-16).
Selanjutnya pendapat Riggs yang dikutip Sarundajang (2000:47)
menyatakan bahwa desentralisasi mempunyai dua makna:
1) Pelimpahan wewenang (delegation) yang mencakup penyerahan tanggung
jawab kepada bawahan untuk mengambil keputusan berdasar kasus yang
dihadapi, tetapi pengawasan tetap berada ditangan pusat.
2) Pengalihan kekuasaan (devolution) yakni seluruh tanggung jawab untuk
kegiatan tertentu diserahkan penuh kepada penerima wewenang.
D. Konsep Pemekaran
1. Definisi Pemekaran
Pemekaran adalah sesuatu bagian yang utuh atau suatu kesatuan yang
dibagi atau dipisahkan menjadi beberapa bagian yang berdiri sendiri.
21
(Poerwadarminta, 2005). Jadi dengan demikian daerah/wilayah pemekaran adalah
suatu daerah/wilayah yang sebelumnya satu kesatuan yang utuh yang kemudian di
bagi atau dimekarkan menjadi beberapa bagian untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahannya sendiri. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah mengisyaratkan perlunya pembentukan daerah baru yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pamudji (2000) mengatakan bahwa dalam
rangka pembentukan suatu daerah atau wilayah pemekaran diperlukan adanya
suatu ukuran sebagai dasar penetapan. Pembentukan dan pemekaran wilayah yang
baru harus didasarkan atas pembagian-pembagian yang bersifat objektif dengan
memperhatikan segi pembiayaan sumber daya manusia serta sarana penunjang
lainnya.
2. Faktor-Faktor Pemekaran
Gie (2003) menyebutkan lima faktor yang harus diperhatikan dalam
pembentukan / pemekaran suatu wilayah yaitu :
a. Luas daerah suatu wilayah sedapat mungkin merupakan suatu kesatuandalam perhubungan, pengairan dan dari segi perekonomian dan juga harusdiperhatikan keinginan penduduk setempat, persamaan adat istiadat sertakebiasaan hidupnya.
b. Pembagian kekuasaan pemerintahan dalam pembentukan/pemekaranhendaknya diusahakan agar tidak ada tugas dan pertanggungjawabankembar dan harus ada keseimbangan antara beratnya kewajiban yangdiserahkan dengan struktur di daerah.
c. Jumlah penduduk tidak boleh terlampau kecil.d. Pegawai daerah sebaiknya mempunyai tenaga-tenaga professional dan
ahli.e. Keuangan daerah yang berarti terdapat sumber-sumber kemakmuran yang
dimiliki oleh daerah itu sendiri.
22
3. Syarat-Syarat Pemekaran
Menurut Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007, pemekaran
daerah/wilayah adalah pemecahan suatu pemerintah baik propinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa / Kelurahan menjadi dua daerah atau lebih.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000, tentang persyaratan
pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan pengabungan daerah
untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan, syarat-syarat tersebut antara lain :
a. Potensi daerah, hal ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber dayayang dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan sumbanganpenerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
b. Luas daerah, merupakan pertimbangan dari jumlah penduduk jika luaswilayah semakin luas dan sulit untuk dijangkau maka pelayanan yangdiberikan kurang efisien, jadi pencapaian dari peningkatan hubunganyang serasi antara pusat dan daerah sulit untuk tercapai. Luas wilayahmerupakan suatu pertimbangan dengan jumlah penduduk.
c. Jumlah penduduk, hal yang , menyebabkan terjadinya pemekarankarena dengan jumlah penduduk yang semakin banyak perlu adanyapelayanan yang lebih jika ditangani oleh satu wilayah tertentu akanmenambah bebean pemerintahannya, tujuan dari pemekaran yangdilihat dari jumlah penduduk ini semata-mata untuk memberikanpelayanan dan peningkatan keamanan serta ketertiban bagimasyarakatnya.
d. Kemampuan Ekonomi, merupakan cerminan hasil kegiatan usahaperekonomian yang berlangsung disuatu daerah provinsi,kabupaten/kota yang dapat diukur dari :1. Produk Domestik Regional Bruto2. Penerimaan daerah sendiri
e. Sosial Politik merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadapkelangsungan perkembangan politik masyarakat karena dari semakinmeningkatnya partisipasi masyarakat dalam politik atau dalamorganisasi masyarakat dapat menjadi pendukung dalam percepatanpengelolaan potensi daerahnya.
f. Sosial budaya, sangat berkaitan dengan struktur masyarakat dankebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan seperti :1. Tempat peribadatan2. Tempat/kegiatan institusi sosial dan budaya3. Sarana olahraga
23
4. Tujuan Pemekaran dan Manfaat
Pada pasal 2 menyebutkan pemekaran daerah/wilayah bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui :
a. Percepatan pelayanan kepada masyarakat
b. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
c. Percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah
d. Percepatan pengelolaan potensi daerah
e. Peningkatan keamanan dan ketertiban
f. Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.
Untuk melihat perkembangan suatu daerah pemekaran, diperlukan adanya
perbandingan kinerja daerah tersebut sebelum dan sesudah pemekaran. Dari hal
ini akan terlihat, apakah terjadi perubahan (kemajuan) yang signifikan pada suatu
daerah setelah dimekarkan. Setiap aspek yang dievaluasi akan diwakili oleh
beberapa indikator dan sebuah indeks. Indeks tersebut pada intinya adalah rata-
rata tertimbang dari seluruh indikator pada aspek yang bersangkutan. Untuk
menghilangkan dampak dari ‘satuan’, maka indeks akan dihitung berdasarkan
nilai masing-masing indikator yang telah distandarisasi. Standarisasi ini
menggunakan jarak nilai minimum dan maksimum indikator yang bersangkutan
sebagai denominator.
Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder dari beberapa
publika Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Keuangan, Departemen Dalam
Negeri, dan Badan Kepegawaian Nasional. Data sekunder yang dimaksud adalah
data yang berkaitan dengan indikator fokus studi, yakni perekonomian daerah,
24
keuangan daerah, pelayanan publik dan aparatur pemerintah. Pemilihan indikator
sendiri menggunakan basis PP 129/2000 yang menggambarkan indikator input
maupun output pada aspek aspek diatas. Meski banyak indikator yang dapat
dimasukkan namun keterbatasan data sekunder pada daerah otonom baru yang
menggunakan indikator tersebut juga terbatas. Adapun indikator serta
perhitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kinerja Ekonomi Daerah
Fokus kinerja ekonomi digunakan untuk mengukur, apakah setelah
pemekaran terjadi perkembangan dalam kondisi perekonomian daerah
atau tidak. Indikator yang akan digunakan sebagai ukuran kinerja
ekonomi daerah adalah:
1) Pertumbuhan PDRB Non-Migas (ECGI) Indikator ini
mengukur gerak perekonomian daerah yang mampu
menciptakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dihitung dengan
menggunakan PDRB harga konstan 2000.
2) PDRB per Kapita (WELFI) indikator ini mencerminkan
tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah yang
bersangkutan.
3) Rasio PDRB kabupaten terhadap PDRB Propinsi (ESERI)
Indikator ini melihat seberapa besar tingkat perkembangan
ekonomi di satu daerah dibandingkan dengan daerah lain
dalam satu wilayah propinsi. Besarnya tingkat
25
perkembangan dikorelasikan dengan perbaikan pada kinerja
ekonomi.
4) Angka Kemiskinan (POVEI) Pembangunan ekonomi
seyogyanya mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur
menggunakan head-count index, yaitu persentase jumlah
orang miskin terhadap total penduduk.
b. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah
dan pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan
di daerah secara umum, tetapi juga menggambarkan sejauh mana
tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintah daerah
(kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal itu dilaksanakan.
Oleh karena itu, evaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah
dalam konteks pemekaran daerah ini menggunakan indikator-
indikator kinerja keuangan yang tidak saja merefleksikan kinerja
keuangan dari sisi keuangan pemerintah daerah secara mikro tetapi
juga secara makro, sehingga diperoleh indikator-indikator yang
terukur, berimbang dan komprehensif. Indikator-indikator yang
dimaksud adalah :
1) Ketergantungan Fiskal (FIDI) Indikator ini dirumuskan
sebagai persentase dari Dana Alokasi Umum (yang sudah
dikurangi Belanja Pegawai) dalam Total Pendapatan
anggaran daerah.
26
2) Kapasitas Penciptaan Pendapatan (FGII) Proporsi PAD
tidak dinyatakan dalam total nilai APBD, namun
dinyatakan sebagai persentase dari PDRB kabupaten yang
bersangkutan. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan
kinerja pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan
asli daerah berdasarkan kapasitas penciptaan pendapatan
(income generation) masing-masing daerah.
3) Proporsi Belanja Modal (FCAPEXI) Indikator ini
menunjukkan arah pengelolaan belanja pemerintah pada
manfaat jangka panjang, sehingga memberikan multiplier
yang lebih besar terhadap perekonomian. Indikator ini
dirumuskan sebagai persentase dari Belanja Modal dalam
Total Belanja pada anggaran daerah.
4) Kontribusi Sektor Pemerintah (FCEI) Indikator ini
menunjukkan kontribusi pemerintah dalam menggerakkan
perekonomian. Nilainya dinyatakan sebagai persentase
Total Belanja Pemerintah dalam PDRB kabupaten yang
bersangkutan.
c. Kinerja Pelayanan Publik
Evaluasi kinerja pelayanan publik akan difokuskan kepada
pelayanan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Namun
harus diingat bahwa dalam waktu yang relatif singkat (5 tahun
setelah pemekaran) bisa jadi belum terlihat perubahan yang berarti
dalam capaian (outcome) kinerja pelayanan publik ini. Karena itu
27
indikator kinerja pelayanan publik yang dirumuskan dalam studi
ini akan lebih menitikberatkan perhatiannya pada sisi input
pelayanan publik itu sendiri. Indikator yang akan digunakan ialah
sebagai berikut:
1) Jumlah Siswa per Sekolah Indikator ini mengindikasikan
daya tampung sekolah di satu daerah. Rasionya dibedakan
antara tingkat pendidikan dasar SD dan SMP (BEFI) dan
tingkat lanjutan SLTA (AEFI).
2) Jumlah Siswa per Guru Indikator ini menyangkut
ketersediaan tenaga pendidik. Indikator ini dibedakan juga
atas pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
tingkat lanjut (SLTA). Rasio siswa per guru ini juga
dibedakan antara tingkat pendidikan dasar SD dan SMP
(BETI) dan tingkat lanjutan SLTA (AETI).
3) Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (PHFI) Ketersediaan
fasilitas kesehatan dinyatakan dalam rasio terhadap 10 ribu
penduduk (jumlah ini digunakan untuk mendekatkannya
dengan skala kecamatan). Fasilitas kesehatan dimaksud
adalah rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu
(pustu), dan balai pengobatan.
4) Ketersediaan Tenaga Kesehatan (PHOI) Ketersediaan
tenaga kesehatan dinyatakan dalam rasio terhadap 10 ribu
penduduk (jumlah ini digunakan untuk mendekatkannya
28
dengan skala kecamatan). Tenaga kesehatan yang dimaksud
adalah dokter, tenaga paramedis dan pembantu paramedis.
5) Kualitas Infrastruktur (PRQI) ) Indikator ini menyangkut
besarnya persentase panjang jalan dengan kualitas baik,
terhadap keseluruhan panjang ruas jalan di kabupaten yang
bersangkutan.
d. Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi,
untuk mengetahui seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat
memenuhi tuntutan pelayanan kepada masyarakat. Semakin
banyak jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan
pelayanan publik, semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah. Dalam evaluasi pemekaran daerah
terdapat tiga indikator utama yang dapat menunjukkan
ketersediaaan dan kualitas aparatur pemerintah, yakni :
1) Kualitas Pendidikan Aparatur (PPNSI) Tingkat pendidikan
merefleksikan tingkat pemahaman dan pengetahuan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar
pula potensi untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
Indikator ini dinyatakan dalam persentase jumlah aparatur
yang berpendidikan minimal sarjana, dalam total jumlah
aparatur (PNS).
2) Persentase Aparatur Pendidik (EPNSI) Indikator ini
mencerminkan seberapa besar fungsi pelayanan masyarakat
29
di bidang pendidikan berpeluang untuk dijalankan. Data
yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
yang berprofesi guru dalam total jumlah aparatur (PNS) di
satu daerah.
3) Persentase Aparatur Paramedis (HPNSI) Indikator ini
mencerminkan seberapa besar fungsi pelayanan masyarakat
di bidang kesehatan berpeluang untuk dijalankan. Data
yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
tenaga kesehatan dalam total jumlah aparatur (PNS) di satu
daerah. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter,
bidan maupun perawat yang bekerja di rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu serta polindes.
Menurut Maarif (2003) merumuskan tujuan dan manfaat kebijakan
pemekaran wilayah sebagai berikut :
a. Secara Politis adalah untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang dikonstruksikan dalam sistem pemerintahan pusat dan daerah
yang memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
b. Secara Formal/Konstitusional adalah untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah terutama dalam
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan pemerintahan didaerah
terutama dalam peningkatan pelaksanaan pelayanan terhadap
masyarakat serta meningkatkan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.
30
c. Secara Administratif Pemerintahan, adalah untuk memperlancar dan
menertibkan pelaksanaan tata pemerintahan sehingga dapat
terselenggara secara efektif, efisien dan produktif.
Gie (2003), mengemukakan beberapa alasan mengapa kebijakan
pemekaran wilayah harus diberlakukan, yaitu :
a. Dilihat dari sudut politik, pembentukan suatu daerah/wilayah yang barudimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihaksaja yang bisa menimbulkan tirani.
b. Dalam bidang politik sebagai tindakan pendemokrasian untuk menarikrakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalammempergunakan hak-hak demokrasi.
c. Dari sudut teknik organisasi pemekaran daerah/wilayah adalah untukmencapai suatu pemerintahan yang efisien.
d. Dari sudut kultur diharapkan perhatian dapat sepenuhnya dilimpahkanpada kekhususan suatu daerah seperti geografi, keadaan penduduk,kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakan sejarahnya.
e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi diperlukan karenapemerintah daerah dapat lebih bnyak dan secara langsung membantupembangunan.
5. Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Ekonomi Kerakyatan
Perkembangan wilayah merupakan integral dari pertumbuhan
ekonomi yang secara kontinu merupakan suatu faktor utama yang
mempengarui perkembangan suatu wilayah. Perkembangan ekonomi yang
dapat diukur dan obyektif, adanya perluasan tenaga kerja, modal, serta
volume perdagangan dan konsumsi, perkembangan ekonomi dapat
dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari
pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap
masyarakat dan lembaga lembaga. (Jhingan, 2010). Aktivitas perekonomian
masyarakat pada sektor riil akan meningkatkan pendapatan keluarga,
terutama ekonomi basis. Ricardson yang dikutip Tarigan (2005). Hal ini
merupakan aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu
31
wilayah. Dari segi pengembangan sumberdaya alam salah satu aspek penting
yang turut mendapatkan perhatian adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi
wilayah merupakan aspek yang menentukan pertumbuhan dan pergerakan
suatu wilayah. Oleh karena itu aspek ekonomi adalah merupakan aspek yang
dominan mempengaruhi skala pergerakan suatu wilayah.
6. Peluang dan Kendala Pemekaran Wilayah
Pemekaran wilayah merupakan bentuk kewenangan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk memperlancar proses
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan lebih mendekatkan proses
pelayanan kepada masyarakat. Selain itu pemekaran wilayah juga dilakukan
untuk memperbaiki berbagai ketertinggalan yang telah dilalui selama
ketergantungan dengan wilayah yang ada diatas. Pemekaran wilayah
mempunyai sisi positif ketimbang sisi negatifnya. Dari segi positif dasar
pemekaran wilayah adalah terakomodirnya sumberdaya dan kekayaan yang
ada diwilayah tersebut sehingga mempengaruhi percepatan pertumbuhan baik
dari segi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
geografis, serta mempermudah peluang investasi.
Dari sisi pemekaran wilayah maka terdapat peluang dan kendala yang
menjadi pokok perhatian bagi para stakeholder maupun pemerintah daerah
dan swasta. Adapun peluang dan kendala tersebut dapat dijabarkan berikut
ini:
a. Peluang dari pemekaran Wilayah
Dasar pemekaran wilayah memiliki peluang yang sangat positif bagi
kelangsungan masyarakat diwilayah tersebut yang dapat dilihat sebagai berikut :
32
1) Dari segi Ekonomi
2) Dari Segi Pertumbuhan Penduduk dan pertumbuhan wilayah
3) Dari Segi Pelayanan
4) Dari Segi Sosial Budaya
b. Kendala dalam Pemekaran Wilayah
Selain peluang dari akibat pemekaran wilayah sebagaimana dikemukakan
diatas maka terdapat berbagai kendala yang turut mempengaruhi, diantaranya:
1) Latar Belakang Pendidikan Masyarakat
2) Sikap mental
E. Konsep Kecamatan
1. Definisi Kecamatan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008, tentang Kecamatan,
pada Bab 1, pasal 1 ayat 5 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kecamatan
adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten kota.
Pembentukan sebuah kecamatan menurut Peraturan ini, dapat berupa
pemekaran 1 (satu) kecamatan menjadi 2 (dua) kecamatan atau lebih, dan/atau
penyatuan wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan.
2. Syarat Pembentukkan Kecamatan
Selain itu pembentukan sebuah Kecamatan harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu : Syarat Administratif, Syarat Teknis dan Syarat Fisik
Kewilayahan.
a. Yang dimaksud dengan syarat administratif, seperti yang diisyaratkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008, tentang Kecamatan, pada
Bab II dipasal 4 dinyatakan bahwa :
33
1) Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;
2) Batas usia penyelenggaraan pemerintah desa dan atau kelurahan
yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;
3) Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain
untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk
Kelurahan diseluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon
cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang
persetujuan pembentukan kecamatan.
4) Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk Desa dan Keputusan
Lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan
baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun
kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan
5) Rekomendasi Gubernur.
b. Sedangkan yang dimaksud dengan syarat fisik kewilayahan, seperti yang
diisyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008, tentang
Kecamatan, pada Bab II dipasal 5, dinyatakan bahwa : syarat fisik
kewilayahan meliputi: Cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan
prasarana pemerintahan. Cakupan wilayah dimaksud adalah jumlah desa
dan kelurahan yang ada diwilayah yang akan dimekarkan, sementara
menyangkut lokasi calon ibukota harus diperhatikan aspek tata ruang,
ketersediaan fasilitas, aksesbilitas, kondisi dan letak geografis,
kependudukan, social ekonomi, social politik, dan social budaya.
Sedangkan yang dimaksud dengan sarana dan prasarana disini meliputi
34
bangunan dan lahan untuk kantor camat yang dapat digunakan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
c. Disamping 2 persyaratan yang sudah dijelaskan tersebut maka terdapat
satu syarat lagi yaitu syarat teknis, yang meliputi jumlah penduduk, luas
wilayah, rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan,
aktifitas perekonomian dan ketersediaan sarana dan prasarana. Persyaratan
teknis tersebut harus berdasarkan hasil kajian yang sudah dilakukan
pemerintah kabupaten/kota sesuai indikator yang sudah ditetapkan.
Yosephus (2014).
F. Konsep Sosial Ekonomi
1. Definisi Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan
pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan
yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Manusia selalu ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok
dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup
manusia. Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari
kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih
sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Soekanto (1982:22).
35
2. Kehidupan Sosial
Konsep sosial adalah konsep keseharian yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu dan dipahami secara umum dalam masyarakat. Sedangkan
konsep sosiologis merupakan yang digunakan sosiologi untuk menunjukkan
sesuatu dalam konteks akademik. Sosiologi ialah suatu ilmu mengenai “das sein”
dan bukan “das sollen”. Sosiologi meneliti masyarakat serta perubahannya
menurut keadaan kenyataan.
Sehubungan dengan perkataan sosiologi, perkataan sosial haruslah ditinjausebagai semua kegiatan yang ada hubungannya dengan masyarakat luas ygberasal dari kata “sozius” yang berarti “teman”. Perkataan sosial telahmendapat banyak interpretasi pula, walaupun demikian, orang berpendapatbahwa perkataan ini mencapai reciprocal behavior atau perilaku yangsaling mempengaruhi dan saling tergantungnya manusia satu sama lain.Suatu pengertian yang lebih jelas lagi ialah perkataan interdependensi.Dengan demikian “manusia sosial” berarti manusia yang saling tergantungkehidupannya satu sama lain. Interdependensi inilah yang merupakan satu-satunya jalan penyelesaian dalam mengatasi kenyataan bahwa manusiatidak memiliki apa yang oleh freedman dan lain lain disebut “ready madeadaptations to environment”. Dependensi manusia tidak saja terdapat padaawal hidup manusia, akan tetapi dialami manusia seumur hidup sehinggakomunikasi mempunyai peranan penting. Dikutip oleh Susanto (1983:9)
Dalam suatu konsep demokratik dianggap bahwa masyarakat dan individu
komplementer satu sama lain, karena masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa
individu, seperti juga individu tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat.
Betapa individu dan masyarakat komplementer satu sama lain dapat dilihat dari
kenyataan, bahwa:
a. Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukkan pribadinya;
b. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan
(berdasarkan pengaruhnya) perubahan besar terhadap masyarakatnya.
Justru dari unsur yang kedua, yaitu bahwa individu dapat mengubah
masyarakat sekelilingnya, terbukti bahwa manusia adalah selain dari hasil
36
pendidikannya sebagai manusia berfikir, dapat mengambil kesimpulan dan
pelajaran dari pengalamannya untuk mencetuskan dalam bentuk ide yang baru.
Dengan perubahan inilah, ia akan mengubah masyarakat sedikit demi sedikit dan
akhirnya terjadilah apa yg dikenal sebagai proses sosial yaitu proses
pembentukkan masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, masyarakat selalu dalam
proses sosial yaitu proses pembentukkan. Masyarakat selalu dalam perubahan,
penyesuaian dan pembentukkan diri sesuai lingkungan sekitarnya dan idenya.
Karena masyarakat terdiri dari individu-individu yang juga berinteraksi
satu sama lain, dengan sendirinya terjadilah perubahan terhadap masyarakat pula.
Karena itu proses sosial dapat pula didefinisikan sebagai perubahan-perubahan
dalm struktur masyarakat sebagai hasil dari komunikasi dan usaha pengaruh
mempengaruhi para individu dalam kelompok. Disamping itu, karena individu
secara tidak sadar sambil menyesuaikan diri juga mengubah secara tidak langsung
(bersama-sama dengan individu lain) dan masyarakat, dapat dikatakan bahwa
setiap individu maupun kelompok mempunyai peranan atau fungsi dalam
masyarakatnya. Susanto (1983)
3. Pengertian Ekonomi
Ekonomi sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan pengalokasian sumber daya masyarakat
(rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara anggotanya,
dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing.
Jadi, kegiatan ekonomi merupakan gejala bagaimana cara orang atau masyarakat
memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Titik tolak analisis
ekonomi adalah individu. Utilitirianisme mengasumsikan bahwa individu adalah
37
makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat
memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, dan menekan biaya.
Untuk dapat bertahan hidup, setiap individu perlu bekerja. Individu sendirilah
yang lebih mengetahui dibandingkan dengan orang lain dia harus bekerja apa. Hal
ini dikarenakan individu lebih mengetahui tentang dirinya sendiri dari sisi
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lain lain yang dimilikinya.
Damsar (2011: 35-36)
a. Konsep Tindakan ekonomi
Di dalam ekonomi, aktor diasumsikan mempunyai seperangkat
pilihandan preferensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang
dilakukan oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan
(individu) dan keuntungan (perusahaan). Tindakan tersebut dipandang
rasional secara ekonomi. Sedangkan sosiologi melihat beberapa
kemungkinan tipe tindakan ekonomi. Kembali kepada weber, tindakan
ekonomi dapat berupa rasional (individu mempertimbangkan alat yang
tersedia untuk mencapai tujuan yang ada), tradisional (bersumber dari
tradisi atau konvensi), dan spekulatif-irrasional (tindakan berorientasi
ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan
tujuan yang hendak dicapai).
Para ekonom sering menganggap tindakan ekonomi dapat dari
hubungan antara selera disatu sisi serta kuantitas dan harga dari barang dan
jasa disisi lain. Singkatnya menurut ekonomi,tindakan ekonomi berkaitan
dengan selera, kualitas dan harga dari barang dan jasa. Sebaliknya bagi
sosiologi, makna dikontruksi secara historis dan mesti diselidiki secara
38
empiris, tidak bisa secara sederhana ditarik melalui asumsi dan lingkungan
eksternal. Sosiolog dapat melihat tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk
dari tindakan sosial. Seperti yang dikatakan weber, tindakan ekonomi
dapat dilihat sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut
memperhatikan tingkah laku orang lain. Memberi perhatian ini dilakukan
secara sosial dalam berbagai cara seperti memperhatikan orang lain, saling
bertukar pandang, berbincang dengan mereka, berpikir tentang mereka
atau memberi senyum pada mereka.
b. Hubungan Ekonomi dengan Masyarakat
Pusat perhatian dari kajian para ekonom adalah pertukaran ekonomi,
pasar dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap sebagai “sesuatu
yang diluar”, dia dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given).
Sebaliknya sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari
masyarakat. Sosiolog terbiasa melihat kenyataan secara holistik, melihat
kenyataan saling kait-mengait antar berbagai faktor. Sosiologi ekonomi
selalu memusatkan perhatian pada analisis hubungan dan interaksi antara
ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti hubungan antara
ekonomi dan agama, pendidikan, stratifikasi sosial, demokrasi, atau
politik. Damsar (2011:42-47)
c. Jaminan Ekonomi
Tujuan yang konstan dan tidak berubah dari buruh itu adalah jaminan
ekonomi. Bagi buruh jaminan ekonomi berarti upah yang cukup tinggi dan
cukup teratur untuk memberikan standar hidup yang wajar dan bisa
disisihkan untuk keperluan keperluan lain, seperti biaya sakit, kecelakaan,
39
dana hari tua, serta memberi pendidikan yang lebih baik kepada anak-
anaknya. Jaminan ekonomi bagi buruh tidak sama dengan jaminan
ekonomi bagi orang kelas menengah. Jadi, bagi buruh jaminan ekonomi
bukan berarti sebuah rumah yang bebas dari penggadaian melainkan
perlindungan terhadap pemecatan sewenang-wenang, suatu jaminan akan
senioritasnya, pekerjaan tetap atau upah yang terjamin setiap tahunnya.
Eugene (1993: 217-222)
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan
yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu
dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status
(Soekanto, 1990 :181).
Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomimencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, danpenghasilan. Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hagdari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari OverseasDevelopment Council mengatakan bahwa kehidupan sosialekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan,perumahan dan air yang sehat didukung oleh pekerjaan yanglayak Melly dikutip oleh Susanto (1984).
Faktor – faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat adalah
diantaranya :
a. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai
pengalaman belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung
menjadi dasar dalam perubahan tingkah laku menuju kedewasaan.
40
Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibinsyah,
2003:10) seorang anak normal yang tumbuh dewasa maka secara otomatis
pemikirannyapun akan berkembang dan lebih bijak dalam mengambil
suatu keputusan, jika dalam pertumbuhan menuju kedewasaannya
diimbangi dengan pendidikan yang baik. Pendidikan pada dasarnya adalah
:
1) Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap
dan kelakuan yang berlaku dalam masyarakat.
2) Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan
yang terpimpin misalnya sekolah sehingga dapat mencapai
kesadaran sosial serta dapat mengembangkan pribadinya.
Berdasarkan dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa
pendidikan itu merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas manusia
ditinjau dari tumbuhnya rasa percaya diri serta memiliki sikap yang
inovatif dan kreatif untuk mengembangkan dan membangun daerahnya.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang memungkinkan
seseorang tersebut mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut UU RI No. 20 pasal 17 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi
menjadi :
41
1) Pendidikan Formal
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
bentuk yang lebih sederajat.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK,
MAK atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, dan universitas.
2) Pendidikan Nonformal
Diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan
pendidikan sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap.
3) Pendidikan Informal
Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri misalnya pendidikan anak usia dini
(PAUD), pesantren.
b. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan
hidup dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Sesuai
42
dengan pendapat Bintarto (1986 : 27) yang mengemukakan bahwa mata
pencaharian merupakan aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya
dan guna memperoleh taraf hidup yang lebih layak dimana corak dan
ragamnya berbeda beda sesuai dengan kemampuan dan tata geografi
daerahnya. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa keragaman golongan
sosial ditunjukkan dengan adanya perbedaan mata pencaharian yang
berpengaruh pada kemampuan ekonomi. Ditinjau dari aspek ekonomis,
bekerja adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan atau membantu
menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu tertentu.
Kemudian menurut ICSO (International Standart Clasification of
Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Professional ahli teknik dan ahli jenis
2) Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3) Administrasi tata usaha dan sejenisnya
4) Jasa
5) Petani
6) Produksi dan operator alat angkut
Dari klasifikasi pekerjaan diatas, orang orang dapat memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang
dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang
bekerja akan lebih terhormat dimata masyarakat, artinya lebih dihargai
secara sosial dan ekonomi. Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi
43
yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan
sebagai berikut:
1) Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli
jenis, pemimpin dalam ketatalaksanaan dalam suatu instansi
baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.
2) Pekerjaan yang berstatus sedang yaitu pekerjaan dibidang
penjualan dan jasa.
3) Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat
angkut/bengkel
c. Faktor Pendapatan
Seperti pendapat yang dikemukakan Kartono Wirosuharjo, dkk (1985:
83) menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus uang atau barang yang di
dapat oleh perseorangan, kelompok orang, perusahaan atau perekonomian
dalam suatu periode tertentu”. Berdasarkan pendapat diatas maka dalam
kehidupan usaha rumah tangga pendapatan merupakan hal yang pokok
dalam kehidupan usaha rumah tangga tersebut untuk memenuhi segala
kebutuhannya sehingga sebagian besar dan kecilnya pendapatan suatu
rumah tangga akan sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan rumah
tangganya. Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang
diperoleh baik dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan yang
dapat dilihat dan diukur dengan rupiah dalam waktu tertentu. Sehubungan
dengan tingkat pendapatan berikut kriteria golongan pendapatan, yaitu :
44
1) Pendapatan rendah jika pengeluaran kurang dari Rp. 210.000/bulan
2) Pendapatan sedang jika pengeluaran antara Rp. 210.000 – Rp.
420.000/bulan
3) Pendapatan tinggi jika pengeluaran lebih dari Rp. 420.000/bulan
Jika pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka sudah pasti
kebutuhan pokok rumah tangga tersebut akan terpenuhi. Dari pendapat
diatas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan
seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga
dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan
kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil
mencukupi kebutuhan hidupnya.
Untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu
dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan
penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok
masyarakat itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah,
sedang, dan tinggi. Tan yang dikutip Koentjaraningrat, (1981).
Sehubungan dengan tingkat pendapatan/penghasilan berikut kriteria
golongan pendapatan/penghasilan menurut Koentjaraningrat, yaitu:
1) Golongan Berpenghasilan Rendah
Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari
keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka
perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan
kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun
menjadi agresif. Sementara itu orang tua yang sibuk mencari nafkah
45
memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.
2) Golongan Berpenghasilan Sedang
Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok.
3) Golongan Berpenghasilan Tinggi
Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari
pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk
kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang.
Kebutuhan pokok disini sama halnya dengan tingkat hidup minimal
mencakup kebutuhan pokok primer yakni kebutuhan akan sandang, pangan,
dan papan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan, antara lain pendidikan, pekerjaan, dan pemenuhan
kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Pada umumnya
penghasilan masyarakat akan lebih baik jika dibandingkan dengan
penghasilan mereka sebelumnya. Hal tersebut akan membawa suatu
perkembangan terutama dibidang ekonomi yang sejalan pula dengan
perkembangan pemekaran daerah tersebut.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ilmiah perlu diketahui dan dipelajari
metode penelitian. Metode penelitian dapat juga dikatakan sebagai strategi
dan upaya pemecahan masalah, karena pada tahap ini dapat memberikan
gambaran bagaimana suatu masalah dalam penelitian dapat dipecahkan
dan ditemukan jawabannya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah
tahap-tahap dari penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan
secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif
dan mendalam tentang Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadap
Kabupaten Bojonegoro di Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro .
Secara teoritis, menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006
: 4), penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan penelitian deskriptif
dan pendekatan kualitatif, peneliti akan dapat menggambarkan atau
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara aktual serta
mengembangkan konsep dari menghimpun fakta tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesa.
47
Bungin (2003 : 48) dalam penelitian kualitatif seorang peneliti
tidak diharapkan dan tidak dianjurkan memelihara asumsi dan kekayaan
bahwa dirinya sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji. Seorang
peneliti lebih berada pada posisi sebagai “orang belajar dari masyarakat,
bukan belajar tentang masyarakat”. Rancangan penelitian kualitatif
sesungguhnya bersifat fleksibel, luwes dan terbuka kemungkinan bagi
suatu perubahan dan penyesuaian ketika proses penelitian berjalan.
Dengan demikian, meskipun tetap menjadi awal yang cukup penting untuk
masuk ke lapangan tetapi rancangan penelitian yang disusun tidak perlu
membelenggu peneliti, manakala kenyataan di lapangan menunjukkan
kecenderungan yang berbeda dengan yang dipikirkan sebelumnya. Jadi
kenyataan di lapanganlah akhirnya memang yang harus
ditunduki.Beberapa metodologi seperti Kirk dan Miller (1986),
mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku
Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Miles and Huberman
(1994) dalam Sukidin (2002:2) metode kualitatif berusaha mengungkap
berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat,
48
dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci,
dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
B. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian Moleong (2006 : 94), berpendapat bahwa
penetapan fokus penelitian atau masalah dalam penelitian kualitatif
bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di
area atau lapangan penelitian. Dengan kata lain, walaupun rumusan
masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar penelaahan
kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu,
bisa terjadi situasi di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk
meneliti masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan
masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan. Fokus
penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan
masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam
menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat
berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian
di lapangan.
Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang lentur,
yang mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala sesuatu
dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Bungin (2003 : 41), fokus
penelitian mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang
menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara mendalam dan tuntas.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Pengaruh
49
Pemekaran Kecamatan terhadap Kabupaten Bojonegoro. Fokus ini diambil
karena untuk mengetahui Pengaruh pemekaran kecamatan terhadap
kabupaten Bojonegoro di Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
Tingkat sosial ekonomi yang baik yang diharapkan oleh masyarakat
sehingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa kekurangan. Fokus
dalam penelitian ini adalah Pengaruh pemekaran kecamatan dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan kepada
masyarakat, pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pembangunan
daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan dan ketertiban, peningkatan
hubungan antara pusat dan daerah berdasarkan PP 129/2000.
a. Kinerja ekonomi
1) Pertumbuhan PDRB Non-Migas (ECGI)
2) PDRB per Kapita (WELFI)
3) Rasio PDRB kabupaten terhadap PDRB Propinsi (ESERI)
4) Angka Kemiskinan (POVEI)
b. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
1) Ketergantungan Fiskal (FIDI)
2) Kapasitas Penciptaan Pendapatan (FGII)
3) Proporsi Belanja Modal (FCAPEXI)
4) Kontribusi Sektor Pemerintah (FCEI)
c. Kinerja Pelayanan Publik
1) Jumlah Siswa per Sekolah
2) Jumlah Siswa per Guru
3) Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (PHFI)
50
4) Ketersediaan Tenaga Kesehatan
5) Kualitas Infrastruktur (PRQI)
d. Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
1) Kualitas Pendidikan Aparatur (PPNSI)
2) Persentase Aparatur Pendidik (EPNSI)
3) Persentase Aparatur Paramedis (HPNSI)
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang akan diteliti, guna
memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran. Disini peneliti
memilih dan menetapkan tempat penelitian di wilayah Pemekaran dan
kantor pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. Pemilihan ini didasarkan
pada pertimbangan dan alasan bahwa penulis ingin mengetahui sosial
ekonomi masyarakat secara nyata setelah terjadinya pemekaran wilayah di
kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro.
D. Sumber Dan Jenis Data
Keberadaan data digunakan untuk dapat dijadikan sumber informasi
yang digunakan sebagai pokok kajian, bahkan pokok untuk dapat
mengetahui yang diteliti. Data-data yang diperoleh dapat memberikan
dukungan atas analisis-analisis yang akan dilakukan terhadap obyek atau
sasaran penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis, menurut Sugiyono (2007:225) sumber data dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
51
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
informasi data kepada pengumpul data. Dengan demikian, sumber data
dalam penelitian ini adalah informan, yaitu orang-orang yang diamati
dan memberikan data berupa kata-kata atau tindakan yang berkaitan
serta mengetahui dan mengerti masalah yang sedang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui pihak kedua, yang tidak langsung diperoleh oleh
peneliti sendiri dari sumbernya, misalnya dari lembaga atau institusi
tertentu (Suyanto dan Sutinah, 2006:55).
E. Tehnik Pengumpulan Data
Sebelum melakukan penelitian, penulis harus tahu apa yang harus
diteliti dan data-data apa saja yang harus diambil dan dikumpulkan untuk
melengkapi laporan penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan
penelitian di kantor pemerintahan dan masyarakat Gayam dan untuk
kelancaran pengambilan / pengumpulan data-data tersebut, penulis
meminta surat pengantar atau surat ijin penelitian dari Universitas untuk
diberikan di Kantor Kecamatan dan kantor kepala desa. Dalam
pengumpulan data tersebut penulis melakukan teknik-teknik pengumpulan
data agar data lebih valid dan lengkap dalam menyusun laporan penelitian.
Menurut Bungin (2001 : 129), teknik pengumpulan data adalah
bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau
tidaknya suatu penelitian. Kesalahan penggunaan teknik pengumpulan data
52
jika tidak digunakan semestinya, akan berakibat fatal terhadap hasil-hasil
penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh melalui sumber dan jenis data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi (Pengamatan)
Yaitu sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dalam rangka
memperkuat dan meyakini hasil wawancara dan studi dokumenter,
dengan mencatat segala kejadian dan fenomena yang terjadi selama
mengadakan penelitian. Data yang diperoleh dari pengamatan ini
adalah tentang:
a. Kemampuan masyarakat dalam mengelola perekonomian dalam
rumah tangga.
b. Kemampuan ketersediaan lapangan pekerjaan di wilayah
pemekaran.
c. Mata Pencaharian masyarakat Gayam .
2. Interview (Wawancara)
Yaitu percakapan dnegan maksud tertentu dan dilakukan oleh 2 pihak
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
diwawancarai (responden) memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut. Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan
berinteraksi tanya jawab langsung dengan pihak informan atau subyek
untuk memperoleh data.
53
3. Dokumentasi
Untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh melalui wawancara
ataupun observasi, maka perlu juga digunakan data tertulis yang telah
ada dan mampu digunakan sebagai pendukung pencapaian tujuan
penelitian. Data dokumentasi dalam penelitian ini adalah data
pekerjaan masyarakat gayam, data penghasilan warga, dan data
lapangan pekerjaan yang ada di kecamatan gayam dan data-data lain
yang menunjang.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menggali data dalam penelitian, sehingga kegiatan penelitian dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Sugiyono (2011:222) menyatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam hal ini instrumen
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Peneliti sendiri, yaitu dengan menggunakan panca indra untuk
menyaksikan secara langsung fenomena-fenomena yang diteliti.
Serta terlibat langsung dalam fenomena tersebut, dalam rangka
pengumpulan data untuk dianalisis nantinya
2. Pedoman wawancara (Interview Guide), merupakan petunjuk atau
pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
54
wawancara langsung dengan informan, terkait masalah yang
diteliti.
3. Catatan lapangan (field note), berisi tentang pokok-pokok informasi
yang diperoleh selama peneliti melakukan wawancara dan
observasi.
G. Analisa Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen dalam Usman dan Akbar
(2009:84) adalah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis
melalui hasil penelitian yang didapat seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi yang secara akumulasi dapat menambah wawasan bagi
peneliti terhadap apa yang ditemukan. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis data kualitatif model Miles and Huberman. Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
dilakukan wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai jika jawaban setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan memberikan pertanyaan lagi hingga diperolehnya data
yang dianggap kredibel. Sugiyono (2010:15) mengatakan bahwa
komponen analisis data terdiri dari:
1. Pengumpulan Data, diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
untuk mengumpulkan data dari obyek penelitian yang berkaitan erat
dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Disini peneliti
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait pengaruh
pemekaran kecamatan terhadap Kabupaten Bojonegoro.
55
2. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, sedangkan data yang tidak perlu
disortir agar memberikan kemudahan dalam penampilan, menyajikan
dan mencari keterangan yang berguna. Dalam penelitian ini reduksi
data dilakukan melalui analisis data yang diperoleh mengenai
pengaruh pemekaran kecamatan terhadap Kabupaten Bojonegoro.
3. Penyajian data diartikan sebagai data yang dipilih kemudian
dikelompokkan dan disusun menurut kategori yang sejenis untuk
ditampilkan sesuai dengan fokus permasalahan yang dihadapi,
termasuk kesimpulan sementara yang diperoleh pada saat reduksi.
Penyajian-penyajian ini meliputi berbagai jenis matriks, grafik,
jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah
dipahami.
4. Menarik kesimpulan atau verifikasi diartikan sebagai proses yang
dilakukan dan disajikan untuk menuju pada kesimpulan akhir untuk
menjawab fokus permasalahan. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori.
56
Analisis Data
Gambar 1. Komponen Analisis Data
Sumber: Sugiyono (2010: 15)
PengumpulanData
ReduksiData
PenyajianData
Kesimpulan danVerifikasi
Hasil TidakMemuaskan
HasilMemuaskan
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tuban di utara,
Kabupaten Lamongan di timur, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan
Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Blora (Jawa Tengah) di barat.
Bagian barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian
dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia.
Tahun 2016 wilayah Kabupaten Bojonegoro secara administratif Kabupaten
Bojonegoro saat ini terbagi menjadi 28 kecamatan dengan 419 desa dan 11
kelurahan.
Gambar 2. Peta Administratif Kabupaten Bojonegoro
58
a. Letak dan Posisi Geografis
Wilayah Kabupaten Bojonegoro merupakan bagian dari wilayah
Provinsi Jawa Timur yang secara orientasi berada di bagian paling barat
wilayah Provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Blora yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah.
Secara geografis, Kabupaten Bojonegoro berada pada koordinat 6o 59’
sampai 7o 37’ Lintang Selatan dan 112o25’ sampai 112o 09’ Bujur
Timur, dengan jarak + 110 km dari ibu kota provinsi.
b. Keadaan Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan
tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur
Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit
dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang
merupakan daerah pertanian yang subur. Lebih jelas kondisi topografis
di Kabupaten Bojonegoro wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi
oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar. Bahwa 91,26%
wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki kemiringan antara 0-15%.
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada
ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada
ketinggian antara 25 - 500 m dari permukaan laut.
2. Gambaran Umum Kecamatan Gayam
Gayam adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Bojonegoro,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kec. Gayam dibentuk pada tahun 2013 dari
penggabungan 6 desa dari Kec. Kalitidu yaitu, Desa Sudu, Katur, Cengungklung,
59
Ngraho, Manukan, dan Beged sedangkan 6 desa dari Kec. Ngasem yaitu Desa
Bonorejo, Mojodelik, Brabowan, Begadon, Manukan dan Gayam.
Kecamatan Gayam berada 45 km arah Barat Daya dari pusat Pemerintah
kabupaten Bojonegoro mempunyai batas-batas Wilayah :
Di sebelah Utara : Kecamatan Malo
Di sebelah Selatan : Kecamatan Ngasem
Di sebelah Timur : Kecamatan Kalitidu
Di sebelah Barat : Kecamatan Purwosari
Luas Wilayah Kecamatan gayam tercatat 53,96 km2 terdiri dari dataran
rendah. Sedangkan peruntukan tanah di Kecamatan gayam meliputi perminyakan
1,2 km2 sawah 5,3 km2, tegalan 10,23 km2, pekarangan 2,52 km2, pemukiman dan
fasilitas umum lainnya 7,02 km2 serta hutan Negara (Perhutani) 5 km2.
Gambar 3. Peta Administratif Kecamatan Gayam
60
a. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan gayam pada akhir Desember
2014 berjumlah 32.944 jiwa terdiri dari laki-laki 15.997 jiwa dan
perempuan 16.947 jiwa, dengan rata-rata jumlah anggota rumah
tangga sebesar 3-4 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk per tahun
1,03% dengan kepadatan penduduk 253 jiwa per km2.
Tabel 1. Jumlah penduduk per desa Di Kecamatan Gayam
Tahun 2016
No Desa Jumlah penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Gayam 3.261 3.165 6.426
2 Begadon 719 721 1.440
3 Ringin tunggal 632 645 1.277
4 Mojodelik 2.156 2.119 4.275
5 Brabowan 735 625 1.360
6 Bonorejo 887 900 1.787
7 Beged 1.237 1.266 2.503
8 Katur 2.256 2.091 4.347
9 Ngraho 1.320 1.373 2.693
10 Sudu 1.162 1.173 2.335
11 Cengungklung 752 771 1.523
12 Manukan 1.460 1.489 2.949
Jumlah 16.577 16.338 32.915
Sumber : Potensi Desa 2017, BPS Kab. Bojonegoro
b. Keadaan Wilayah
Dengan luas wilayah tercatat 53,96 km2, meliputi 12 desa, 39
Dusun, 43 RW dan 174 RT. Desa Gayam merupakan desa terluas.
61
Sedangkan desa Begadon merupakan Desa terkecil dimana luasnya
hanya 3,10 km2. Secara rinci kondisinya tampak sebagai berikut :
Tabel 2. Luas Wilayah, Banyaknya Dusun, RW dan RT
Dirinci per Desa di Kecamatan Gayam Tahun 2016
No DesaLuas
(km2)Dusun RW RT
1 2 3 4 5 6
1 Gayam 11,01 4 8 40
2 Begadon 1,96 2 4 10
3 Ringin tunggal 1,92 2 4 10
4 Mojodelik 9,65 6 5 21
5 Brabowan 2,12 2 2 8
6 Bonorejo 2,42 2 3 8
7 Beged 1,78 2 6 12
8 Katur 8,43 6 6 26
9 Ngraho 2,87 3 2 14
10 Sudu 3,22 5 7 16
11 Cengungklung 2,04 2 2 11
12 Manukan 2,63 3 3 18
Jumlah 50.05 39 52 194
Sumber : Potensi Desa 2017, BPS Kab. Bojonegoro
c. Struktur Perekonomian Kecamatan Gayam
Struktur perekonomian Kecamatan Gayam sangat didominasi
sektor pertanian dimana 80 % penduduknya bermata pencarian
sebagai petani, sedangkan 20% merupakan sektor pendukung
lainnya meliputi peternakan, perdagangan dan bekerja di proyek
migas. Dimana semakin besar peranan suatu sektor terhadap total
PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula pengaruh sektor
tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah.
62
d. Landasan Hukum
Dasar hukum pembentukan Kecamatan Gayam berdasarkan :
1) Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Kecamatan Gayam di Kabupaten
Bojonegoro.
2) Surat Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian Dalam
Negeri Tanggal 16 Juli 2012, Nomor 125.1/ 1818/
PUM, Perihal : Penyampaian Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro
Provinsi Jawa Timur.
3) Surat Rekomendasi Gubernur Jawa Timur Tanggal 23
Februari 2012 Nomor : 138/ 3600/ 011/ 2012
3. Sumber Daya Aparatur Kecamatan Gayam
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di Kecamatan Gayam didukung
dengan Sumberdaya Aparatur sejumlah 19 orang, dilihat dari kompleksitas dan
mobilitas pekerjaan yang cukup tinggi jumlah aparatur di Kecamatan Gayam
dirasa cukup memadai tetapi seyogyanya ditambah tenaga teknis guna
mendukung kelancaran dalam melaksanakan tugas. Sumber Daya Aparatur
Kecamatan Gayam dilihat dari tabel berikut ini :
63
Tabel 3. Sumber Daya Staf Kecamatan Gayam
NO NAMA / N I PPANGKAT / GOL
RUANG KETERANGAN
1 2 3 41 HARTONO, S.Sos.MM
19591211 198603 1 024Pembina Tk. IIV/b
CAMAT
2 Drs. NGADENAN. MM19640329 198503 1 019
PembinaIV/a
SEKCAM
3 DIDIK ARIF B, S.Sos.MM19641211 198603 1 014
Penata Tk. IIII/d
KASIPEMERINTAHAN
4MUJIONO19600513 198603 1 018
PenataIII/c
KASI PMD
5 RUSMANI, S. Sos.19640315 198603 1 026
PenataIII/c
KASI TRANTIB
6 TAMSIL, SH19650803 198603 1 018
PenataIII/c
KASI KESRA
7 SUWARTININGSIH, AP19690609 199202 2 002
PenataIII/c
KASI PEL. UMUM
8SRI WAHYUNI19700611 199211 2 001
Penata Muda Tk.IIII/b
KASUBAGKEUANGAN
9SUJARWO,S.SOS.19610108 199203 1 005
PenataIII/c
KASUBAG PROLAP
10 KARIM19640826 199303 1 009
Penata Muda Tk.IIII/b
Staf
11 DIDIK UTOMO19650209 199210 1 001
Pengatur Tk. III/d
Staf
12 ANDIK SETIASAN19850111201001 1 001
Pengatur Muda Tk. III/b
Staf
13 MOCH.EKO CAHYONO.S1980041719 201001 1 004
Pengatur Muda Tk. III/b
Staf
14 SUPRIYANTO19810909 201011 1 004
Pengatur Muda Tk. III/b
Staf
15ANANG DK - SATPOL PP
16FARID IBNU ISKANDAR - SATPOL PP
17 NURWAHYUDI-
SATPOL PP
18 LISSHODIQIN - Honorer
19 SUPONO - Honorer
Sumber : Kantor Kecamatan Gayam, 2017
Sumber daya Aparatur di Kecamatan Gayam dari segi kepangkatan dan
strata pendidikan serta Diklat yang diikuti dapat dilihat dengan jelas pada tabel
64
berikut ini Adapun Aparatur (SDM) pada Kecamatan Gayam Kabupaten
Bojonegoro adalah :
1. Pejabat Eselon III.b = 1 Orang
2. Pejabat Eselon III.c = 5 Orang
3. Pejabat Eselon III.d = 1 Orang
4. Pejabat Eselon IV.a = 1 Orang
5. Pejabat Eselon IV.b = 1 Orang
6. Staff = 5 Orang
7. Tenaga Honorer = 2 Orang
8. Tenaga Kontrak = 3 Orang
Jumlah = 19 Orang
Dari Jumlah 19 orang Pegawai Negeri Sipil dan kontrak sebagaimana tersebut
diatas, berdasarkan Golongan Kepangkatan, Jenis Kelamin, Tingkat pendidikan
dan Diklat Penjenjangan, keadaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2016
adalah sebagai berikut :
a. Menurut Golongan Kepangkatan :
1) Golongan IV sebanyak = 2 orang
2) Golongan III sebanyak = 8 orang
3) Golongan II sebanyak = 4 orang
4) Golongan I sebanyak = - orang
5) Tenaga Honorer = 2 orang
6) Tenaga Kontrak = 3 orang
Jumlah = 19 orang
b. Menurut Jenis Kelamin
1) Laki-laki sebanyak = 16 orang
2) Perempuan sebanyak = 3 orang
Jumlah = 19 orang
c. Menurut Tingkat Pendidikan
65
1) S.2 sebanyak = 3 orang
2) S.1 sebanyak = 5 orang
3) D.4 sebanyak = - orang
4) Sarjana Muda sebanyak = - orang
5) SLTA sebanyak = 11 orang
6) SLTP sebanyak = - orang
7) SD sebanyak = - orang
Jumlah = 19 orang
d. Menurut Diklat Penjenjangan
1) Diklatpim III/ SPAMA sebanyak = 2 orang
2) Diklatpim IV / ADUM sebanyak = 7 orang
Jumlah = 9 orang
Dengan ditetapkan Rencana Kerja Kecamatan Gayam Tahun 2017 ini
menuntut adanya peran serta dari aparatur Kecamatan Gayam untuk
pelaksanaanya dalam kegiatan bersama dengan Dinas/ Instansi, serta partisipasi
masyarakat dalam praktek penyelenggaraannnya yang berorientasi pada
penyelenggaraan teknis, administrasi dan operasional.
4. Desa Gayam sebelum Pemekaran Kecamatan
Jumlah penduduk desa gayam pada tahun 2011 sebanyak 5950 jiwa yang
terdiri dari 2800 penduduk berjenis kelamin laki – laki dan 3150 penduduk
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah KK sebanyak 2073 KK. Secara
umum penduduk desa gayam jumlah penduduknya yang berjenis kelamin
perempuan lebih dominan daripada jumlah penduduk laki – laki, sebagaimana
terangkum pada tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin berupa angka.
66
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Gayam Berdasarkan JenisKelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %1
2
Laki-laki
Perempuan
2800
3150
47,06%
52,94%JUMLAH 5950 100%
Sumber : Kantor Desa Gayam 2011
Dari Tabel 6 diatas dapat menjelaskan bahwa jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 2800 jiwa (47,06%), sedangkan jumlah penduduk
perempuan 3150 jiwa (52,94%). Jumlah penduduk desa Gayam lebih banyak
penduduk berjenis kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Gayam Berdasarkan TingkatPendidikan Tahun 2011
NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH %1
2
3
4
5
6
7
SD/SEDERAJAT
SLTP/SEDERAJAT
SLTA/SEDERAJAT
DIPLOMA I/II/S.MUDA
Dip. IV/STRATA I/II/III
Belum Tamat SD/ SEDERAJAT
Tidak/Belum Sekolah
1994
1130
657
12
15
850
1292
33,51 %
18,99 %
11,04 %
0,2 %
0,25 %
14,29 %
21,71 %
JUMLAH 5950 100 %Sumber : Kantor Desa Gayam 2011
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh bahwa jumlah penduduk desa Gayam
dengan lulusan SD berjumlah 1994 jiwa (33,51%). Lulusan SLTP/Sederajat
berjumlah 1130 jiwa (18,99%), SLTA/Sederajat berjumlah 657 jiwa (11,04%),
Diploma I/II/Sarjana Muda berjumlah 12 jiwa (0,2%), Diploma IV/Strata I/II/III
berjumlah 15 jiwa (0,25%), belum tamat SD/Sederajat berjumlah 850 jiwa
(14,29%), tidak/belum sekolah berjumlah 1.292 jiwa (21,71%). Dari data tersebut
67
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dengan lulusan paling banyak adalah
SD/Sederajat yang mencapai 1994 jiwa atau dengan proporsi 33,51 %. Ditijau
dari fasilitas pendidikan di desa Gayam pada saat itu relatif baik, akan tetapi perlu
adanya peningkatan pendidikan agar tingkat kesejahteraan penduduk meningkat.
Penduduk desa Gayam sejak dahulu banyak yang bermata pencaharian
disektor pertanian selain itu penduduk gayam bermata pencaharian disektor jasa
dan perdagangan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Samin, Perangkat Desa
Gayam pada tanggal 24 februari pukul 09.30 WIB :
“Saya sudah menjadi perangkat desa sejak tahun 1983 sampe sekarangdan sekarang saya menjabat sebagai kesra, kalau ditanya bagaimanadesa gayam sebelum dimekarkan jadi kecamatan secara sosial danekonomi ya akan saya jawab semampu saya. Mungkin saya secaraawam menjawab sebelum adanya proyek migas warga desa gayambanyak yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dansebagian lagi ada yang bekerja diluar negeri sebagai TKI. Tidak semuapetani disini punya tanah sawah, ada juga yang jadi buruh tani. Merekamau kerja apalagi karena secara pendidikan kurang dan mau tidak mauya harus bertani untuk mencukupi kehidupan. Setelah adanya migasbaru ada perubahan besar di desa gayam ini, para pemuda disini yglulusan SMP dan SMA jadi buruh di proyek migas meskipun buruhkasar gaji mereka sudah cukup mensejahterakan. Kantor desa kami(Desa Gayam) sebelum terjadinya pemekaran kantornya numpangdidesa sebelah karena kantor desa lama kami ambruk dan banyakpembukuan yang rusak dan hilang karena kejadian tersebut hanyabeberapa yang bisa diselamatkan. Warga Gayam yang tanah ataupuntanah sawahnya yang kena pembebasan lahan migas hidupnya berubahdrastis sehingga mampu menyekolahkan anak mereka kejenjang yanglebih tinggi, bisa dibilang banyak orang kaya mendadak danpembangunan didesa sangat pesat seperti yang terlihat sekarang ini”.
5. Desa Gayam setelah Pemekaran
Setelah terjadi pemekaran, desa Gayam yang dahulunya berada dibawah
naungan Kecamatan Ngasem sejak tahun 2012 berada dibawah naungan Kecamatan
Gayam. Pemekaran tersebut dilakukan karena jumlah desa di dua kecamatan
(Ngasem dan Kalitidu) sangat banyak. Selain itu, desa-desa tersebut telah menjadi
68
lokasi inti dari proses eksplorasi dan eksploitasi migas. Sehingga, tentu
memerlukan pelayanan tersendiri. Dengan pembentukan Kecamatan Gayam di
harapkan dapat tumbuh dan berkembang serta mampu menyelenggarakan otonomi
daerah, serta adanya peningkatan pelayanan publik yang optimal, guna
mempercepat proses terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan
Kecamatan Gayam sendiri memiliki 12 desa, yang terdiri dari 38 dusun, 47 RW dan
194 RT. Dusun terbanyak ada di desa Mojodelik dan desa Katur sebanyak 6 Dusun,
sedangkan RT dan RW terbanyak terdapat di Desa Gayam sebanyak 8 RW dan 40
RT. Desa Brabowan merupakan desa dengan Jumlah Dusun, RW dan RT paling
sedikit yakni 1 Dusun, 2 RW dan 8 RT. Berikut merupakan diagram yang
menunjukkan banyaknya RT di Kecamatan Gayam.
Gambar 4. Diagram banyaknya RT di Kecamatan Gayam
69
Dari data statistik yang diperoleh, jabatan kepala desa di Kecamatan Gayam
masih didominasi laki-laki, dari sebanyak 12 kepala desa hanya 2 kades berjenis
kelamin perempuan. Begitu pula untuk jabatan sekretaris desa, sepenuhnya masih
didominasi laki-laki. Pada tahun 2015 jumlah seluruh aparat desa se-kecamatan
Gayam sebanyak 128 Orang. Ditinjau dari tingkat pendidikan Kepala Desa di
Kecamatan Gayam tahun 2015, menunjukkan bahwa paling banyak berpendidikan
SLTA. Berikut merupakan Tabel data pemerintahan Kecamatan Gayam pada
tahun 2015.
Tabel 6. Pemerintahan Kecamatan GayamTahun 2015
Dalam sektor pendidikan penunjang keberhasilan program pendidikan akan
sangat tergantung ketersediaan tenaga guru. Keterbandingan jumlah guru dan
murid dapat dilihat dari besaran angka rasio guru terhadap murid. Rasio guru
terhadap murid adalah perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah guru
pada jenjang pendidikan tertentu. untuk mengetahui rata-rata jumlah guru yang
dapat melayani murid di suatu sekolah atau daerah tertentu. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk
70
mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Rasio guru murid tahun 2015 untuk tingkat SD adalah 1:15 untuk SLTP sebesar
1:12 dan SMA sebesar 1:18.
Gambar 5. Diagram jumlah Guru dan Murid Kecamatan Gayam2015
Sumber : Dinas Pendidikan, Kab. Bojonegoro 2016
Dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro mencatat jumlah
murid madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Gayam sebesar 428 orang dan guru
sebanyak 43 orang, juga tercatat terdapat 6 madrasah ibtidaiyah.
Gambar 6. Diagram jumlah Guru dan Murid Madrasah IbtidaiyahKec. Gayam 2015
Sumber : Kantor Kementerian Agama, Kab Bojonegoro 2016
71
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak,
karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat
harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar
rumput. Untuk Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat
dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan sampai ke daerah-daerah terpencil
sekalipun.
Tabel 7. Banyaknya Fasilitas Kesehatan Kec. Gayam 2015
Sumber : Puskesmas, Kec. Gayam 2016
Puskesmas Kecamatan Gayam kabupaten Bojonegoro sendiri mencatat
ada sebanyak 40 posyandu dan 1 Puskesmas rawat inap berada di Kecamatan
Gayam. Hanya tersedia 1 dokter umum, 15 bidan dan 5 tenaga kesehatan lainya
yang meliputi perawat dan ahli gizi. Rumah sakit dan apotik terdekat terdapat di
Kecamatan Kalitidu.
72
Tabel 8. Banyaknya Tenaga Kesehatan dan Dukun Bayi kec. Gayam
Sumber : Puskesmas, Kec. Gayam 2016
Jumlah Seluruh tenaga kesehatan di Kecamatan Gayam hanya berpengaruh
sebesar 0.97 persen dari total seluruh tenaga kesehatan di Kab. Bojonegoro.
Struktur mata pencaharian Kecamatan Gayam berdasarkan sektor, sebelumnya
tidak ada data yang jelas soal mata pencaharian warga kecamatan Gayam kecuali
penjelasan 80% warganya bermata pencaharian sebagai petani dan beberapa
sektor pendukung meliputi peternakan, perdagangan dan bekerja di proyek migas.
Dalam hal pembangunan seperti yang diungkapkan oleh Kasi Pemerintahan
Kecamatan Gayam Bapak Didik Arief dalam wawancara tanggal 08 Februari
2017 pukul 10.30 WIB :
“ Setelah pemekaran kecamatan proses pembangunan dan ekonomi dikecamatan gayam meningkat sangat drastis, proses urusan administrasiataupun surat menyurat begitu mudah karena masyarakat KecamatanGayam khususnya tidak perlu jauh-jauh ke kecamatan Ngasem ataupunKalitidu yang lokasinya jauh dari sini sebelum terjadinya pemekaran.Untuk lebih jelasnya peningkatan pembangunan di kecamatan Gayamsudah bisa dilihat dari data yang anda dapat yaitu statistik dalam angkakecamatan Gayam. Semua kelancaran pembangunan yang terjadi di sinikarena juga hasil kerja sama pemerintah dan perusahaan tambangtentunya karena kecamatan Gayam sebagai daerah penghasil ”
73
6. Rencana Strategis (RenStra) Kec. Gayam 2013-2019
Undang – Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah yang mengamanatkan adanya dokumen
perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah ( RPJM Daerah ) yang merupakan penjabaran dari visi, misi,
dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJP Daerah ) dan memperhatikan RPJM
Nasional.
Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM
Daerah) tersebut akan dijadikan sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) pada setiap tahunnya dan juga dijadikan pedoman
bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dalam penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) SKPD. Renstra SKPD dengan berpedoman pada RPJM
Daerah memuat program strategis, visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis
kebijakan SKPD, rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran
dan pendanaan indikatif SKPD serta indikator sasaran SKPD. Renstra SKPD
sebagai satu bentuk perencanaan strategis disusun melalui proses yang dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan dengan memanfaatkan sebanyak – banyaknya
pengetahuan yang antisipatif, mengorganisasikan secara sistematis usaha – usaha
melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik
yang terorganisasi dan sistematis pula. Renstra SKPD merupakan integrasi antara
74
pengelolaan kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu
menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik lokal, regional,
nasional maupun global dengan tetap berada dalam tatanan sistem manajemen
nasional.
Renstra SKPD Kecamatan Gayam Tahun 2014-2018 merupakan salah satu
upaya Kecamatan Gayam untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
melaksanakan program pembangunan serta untuk selalu melakukan perubahan
kearah perbaikan dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan sehingga
dapat meningkatkan akuntabiltas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil.
Dengan demikian Renstra Kecamatan Gayam Tahun 2013-2018 merupakan
kebutuhan nyata untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan
dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini terkait pula dengan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban pemerintah daerah
yang tepat, jelas dan legitimate yang diperlukan sebagai prasyarat
terselenggaranya good governance. Dengan demikian maka penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah dapat berlangsung secara berdaya
guna, bersih dan bertanggung jawab.
a. Analisa Lingkungan Strategis
Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro dalam melaksanakan visi
dan misinya senantiasa dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat
strategis, yakni situasi, kondisi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh
yang mempengaruhi perkembangan pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan. Secara terstruktur, lingkungan strategis dimaksud terdiri
atas dua komponen utama yaitu lingkungan internal dan lingkungan
75
eksternal. Lingkungan internal terdiri atas dua faktor strategis, yakni faktor
kekuatan yang dapat didayagunakan untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran, serta faktor kelemahan yang apabila tidak diatasi dapat menjadi
kendala bagi upaya mewujudkan tujuan dan sasaran.
Sedangkan lingkungan eksternal juga terdiri dari dua faktor yakni
faktor peluang yang berada di luar struktur dan dapat didayagunakan
untuk mewujudkan tujuan dan sasaran, serta faktor tantangan atau
ancaman yang harus diintervensi dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan daerah. Hasil analisis terhadap faktor-faktor strategis
tersebut dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities dan Threats), akan menghasilkan faktor-faktor kunci
keberhasilan yakni faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
upaya mewujudkan tujuan dan sasaran.
b. Faktor Internal Kekuatan (Strenght)
1) Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana implementasi Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan telah membuka
peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
2) Adanya pelimpahan kewenangan kepada Camat sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Bupati Bojonegoro nomor 14 tahun 2010,
sehingga kecamatan memiliki peran dan kedudukan yang penting baik
dalam pelaksanaan tugas-tugas pendelegasian maupun fungsi pelayanan.
3) Adanya suasana yang kondusif sehingga menciptakan iklim yang positif
bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan.
76
4) Pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas yang dapat dioptimalkan
untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan .
c. Kelemahan (Weaknesses)
1) Masih belum optimalnya kinerja pegawai dilihat dari aspek efektivitas,
efesiensi dan akuntabilitas, sehingga mempengaruhi kualitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat serta
pemberdayaan;
2) Jumlah personel yang dimiliki masih belum memadai dan kemampuan
yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi;
3) Masih belum optimalnya penetapan program dan sasaran kegiatan
sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan capaian target organisasi ;
4) Masih belum optimalnya usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sehingga dapat mengurangi kualitas penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Faktor Eksternal Peluang (Opportunities)
1) Stabilitas keamanan, ketentraman dan ketertiban kecamatan dan daerah
yang cukup kondusif untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan
daerah di tingkat kecamatan;
2) Partisipasi aktif masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan daerah
maupun pembangunan Desa;
3) Adanya koordinasi yang baik dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Desa, yang dapat
77
dikembangkan untuk peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan pada masyarakat;
4) Koordinasi antar stake holder yang berkepentingan terjalin baik, yaitu
antar dinas/instansi satu atap, lintas sektor maupun swasta demi
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan pemberian pelayanan;
5) Partisipasi dari organisasi sosial, politik dan kemasyarakatan serta
lembaga-lembaga non pemerintah yang dapat dijadikan mitra dalam
mewujudkan tata kepemerintahan dan pemberdayaan serta pelayanan
terhadap masyarakat yang baik;
6) Potensi yang dimiliki Kecamatan Kanor baik di sektor ekonomi,
pertanian, perkebunan, maupun industri yang didukung dengan
pembangunan sektor migas dapat dijadikan pendorong pelaksanaan
pembangunan baik di Kecamatan maupun di tingkat Desa;
e. Ancaman/Tantangan (Threats)
1) Kualitas sumber daya manusia perangkat desa yang kurang optimal
sehingga pemerintahan dan pelayanan masyarakat belum terlaksana
secara maksimal;
2) Sarana dan prasarana di kecamatan dan desa yang kurang mendukung
untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan pada
masyarakat secara maksimal.
3) Globalisasi teknologi informasi , kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dampak industrialisasi sektor migas berpotensi
mempengaruhi karakter dan budaya lokal;
78
4) Potensi yang dimiliki belum dioptimalkan pemanfaatannya, sehingga
banyak yang belum terkelola dengan baik dan belum bisa dijadikan
komoditas andalan desa maupun kecamatan.
f. Faktor – Faktor Kunci Keberhasilan
Faktor-faktor kunci keberhasilan merupakan faktor-faktor yang sangat
berperan dalam pencapaian keberhasilan organisasi yang mencakup bidang
atau aspek dari misi dimana didalamnya sangat tergantung pada keberhasilan
kinerja. Faktor-fakor kunci keberhasilan ini ditetapkan dengan terlebih dahulu
menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Dengan menggunakan
pendekatan analisis SWOT, yakni dengan langkah-langkah analisis asumsi
startegis dan analisis pilihan asumsi strategis, maka dapat ditetapkan faktor-
faktor kunci keberhasilan upaya pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan di
Kecamatan Gayam sebagai berikut:
1) Melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan amanat Undang-undang
yang berlaku dan mengimplementasikan kebijakan reformasi
administrasi publik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
yang mantap dan dinamis serta memberdayakan masyarakat guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
2) Meningkatkan kualitas dan keahlian sumberdaya manusia yang ada guna
membentuk aparat yang profesional untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat;
3) Mengoptimalkan pemanfaatan dan meningkatkan sarana dan prasarana
yang tersedia untuk meningkatkan peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
79
4) Menggali potensi baik alam, maupun industri kreatif yang belum dikelola
dengan baik untuk meningkatkan perumbuhan ekonomi masyarakat
melalui peningkatan kompentensi Pemerintahan Desa terhadap
pengelolaan Sumber Pendapatan Desa dan meningkatkan pemberdayaan
masyarakat desa.
5) Mencari terobosan dan stimulus baik dari pemerintah maupun pihak lain
dalam rangka pengembangan potensi dan optimalisasi perekonomian
desa, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian
masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan.
6) Meningkatkan peran dan pemahaman pemerintah desa dalam rangka
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat desa maupun sebagai
kesatuan hukum yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab
dalam penyelenggaraan pemerintahan, sehingga mampu menjadikan
pemerintahan desa sebagai tujuan diperolehnya pelayanan yang baik dan
profesional.
g. Visi, Misi dan Sasaran Strategi dan Kebijakan
Menyikapi dinamika perkembangan serta tuntutan akan pelayanan
prima dari masyarakat, maka diperlukan peran dan fungsi setiap unit kerja
pemerintah daerah yang semakin optimal dengan bertumpu pada paradigma
pemberdayaan masyarakat. Oleh karenanya, peranan setiap unit kerja pada
saat ini sangat strategis sebagai fasilitator, moderator dan inovator dalam
pelaksanaan pembangunan, sehingga dituntut untuk lebih mampu mengelola
perubahan yang semakin kompleks dan cepat. Kecamatan Gayam dalam
menetapkan visinya didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013
80
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014-2018, yakni Terwujudnya Pondasi
Kabupaten Bojonegoro yang Produktif, Berdaya Saing, Adil, Sejahtera dan
Berkelanjutan.
1) Visi
Visi adalah cara pandang jauh ke depan yang di dalamnya
mencerminkan apa yang ingin dicapai dan ke mana organisasi akan
diarahkan pada akhir perencanaan. Untuk melaksanakan wewenang dan
tanggung jawab tersebut serta berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi,
maka, visi Kecamatan Gayam adalah :
“kebangkitan menuju kecamatan gayam yang sejahtera,
madani dan berdaya saing”
Makna Visi :
Pertama : Profesional, mengandung makna bahwa sebagai
aparatur memiliki tingkat kemampuan, pemahaman
aturan/prosedur kemahiran dan kearifan dalam
memberikan pelayananan kepada masyarakat
berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman
serta berpegang teguh pada etika profesi, memiliki
self control dan berprestasi pada mutu/kualitas
kinerja dengan cara kerja yang lebih efisien, efektif.
Kedua : Responsif, mengandung makna bahwa sebagai
aparatur dituntut memiliki kepekaan/daya tanggap
yang tinggi atas permasalahan dan tuntutan
81
masyarakat, cepat bertindak dan cepat menyesuaikan
(dengan lingkungan dan tuntutan),
aspiratif/akomodatif, kondusifitas wilayah dan
keinginan untuk memberi pelayanan terbaik
(pelayanan prima).
Ketiga : Efektif, mengandung makna bahwa sebagai
aparatur dituntut memiliki peran fungsi koordinatif,
sinkronisasi dan sinergitas dari stakeholder.
Keempat : Inovatif, mengandung makna bahwa aparatur
dituntut mampu mengembangkan kreatifitas dalam
pengembangan potensi sumber daya dalam proses
perencanaan yang baik guna menjawab tantangan
yang semakin komplek kedepan.
2) Misi
Misi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi sesuai dengan visi yang ditetapkan.Oleh karena itu, misi
Kecamatan Gayam adalah :
a) Meningkatkan disiplin, motivasi kerja dan kinerja aparatur
Kecamatan dan Desa untuk menciptakan aparatur yang bersih,
cerdas, tanggap ikhlas dan bertanggung jawab sehingga mampu
memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan publik.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan
82
guna terwujudnya ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan
masyarakat.
c) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait
untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat.
d) Menggerakkan semangat warga masyarakat agar lebih pro aktif dan
produktif dalam mengelola potensi yang dimiliki serta
meningkatkan pemberdayaan masyarakat, semangat gotong royong
dan menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam setiap
program pembangunan sehingga masyarakat lebih aktif dalam
memberikan dukungan, partisipasi dan peran sertanya.
e) Meningkatkan upaya pengkajian, pengendalian dan evaluasi kinerja
secara akuntabel.
h. Tujuan dan Sasaran
1) Tujuan
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari
pernyataan misi yang dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis
ini maka Kecamatan Gayam dapat secara tepat mengetahui apa yang harus
dilaksanakan dalam memenuhi visi dan misinya untuk waktu satu sampai
dengan lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya
daerah dan kemampuan yang dimiliki baik aktual maupun potensial.
Sasaran Strategis merupakan bagian integral dalam proses perencanaan
strategis dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan
83
memantau pencapaian kinerja serta menjamin lebih suksesnya pelaksanaan
rencana jangka panjang secara menyeluruh. Sasaran – sasaran yang
ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang
terkait. Dengan demikian apabila seluruh sasaran yang ditetapkan telah
dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis terkait juga telah dapat dicapai.
Sebagaimana visi dan misi yang telah ditetapkan, untuk keberhasilan
tersebut perlu ditetapkan tujuan Pemerintah Kec. Gayam, yang ditempuh
melalui penetapan beberapa sasaran yang satu dengan yang lainnya saling
terkait, tujuan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
Misi 1 : Meningkatkan disiplin, motivasi kerja dan kinerja aparatur
Kecamatan dan Desa untuk menciptakan aparatur yang bersih,
cerdas, tanggap ikhlas dan bertanggung jawab sehingga mampu
memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan publik.
Tabel 9. Misi 1Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target
1 2 3 4
Meningkatkan kemam-puan dan
profesionalitas tenaga aparatur
yang mampu memberikan
pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan publik
Meningkatnya
kualitas SDM
aparatur pelaksana
1) Proporsionalitas ratio
tenaga apara-tur sesuai
disiplin ilmu
2) Partisipasi aktif dalam
pelaksanaan diklat teknis
3) Dukungan fasilitas sarana
prasarana operasional tugas
4) Prosentase kemampuan
aparatur dalam
mengoperasikan personal
komputer.
50 %
80 %
70 %
80 %
80
84
Misi 2 : Meningkatkan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan
guna terwujudnya ketentraman, ketertiban dan kesejahteraan
masyarakat.
Tabel 10. Misi 2
Misi 3 : Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait untuk
kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan.
Tabel 11. Misi 3Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target
1 2 3 4
Mewujudkan
hubungan kerja yang
sinergis dan harmonis
dengan instansi
terkait.
Terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan yang dinamis,
sinergis dan terkoordinir
Tingkat partispasi instansi
vertikal dalam rangka
koordinasi antar lembaga.
80 %
MISI 4 : Menggerakkan semangat warga masyarakat agar lebih pro aktif dan
produktif dalam mengelola potensi yang dimiliki serta meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, semangat gotong royong dan
menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam setiap program
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target
1 2 3 4
Mewujudkan
ketentraman, ketertiban
dan Perlindungan
masyarakat
Terwujudnya
kehidupan yang
harmonis di
masyarakat
1) Berkurangnya tingkat
komplain masyarakat
terhadap pelayananan publik
2) Penanganan pengaduan
masyarakat.
3) Penurunan tingkat
permasalahan yang dilatar
belakangi kepentingan
90%
100%
90%
85
pembangunan sehingga masyarakat lebih aktif dalam memberikan
dukungan, partisipasi dan peran sertanya.
Tabel 12. Misi 4Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target
1 2 3 4
Peningkatan
pemberda-yaan
Masyarakat dalam
setiap program
pembangunan dan
pengelolaan potensi
yang dimiliki
Terwujudnya kesadaran
masyarakat dalam
berpartisipasi diberbagai
kegiatan pembangunan
dan pengelolaan potensi
yang dimiliki
Terlaksananya Pembinaan
kepada masyarakat untuk
pengelolaan potensi yang
dimiliki
90 %
MISI 5 : Meningkatkan upaya pengkajian, pengendalian dan evaluasi kinerja
secara akuntabel
Tabel 13. Misi 5Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target
1 2 3 4
Mewujudkan
akuntabilitas
pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi
1. Terwujudnya
efektifitas
indikator kinerja
hasil
pembangunan
Keselarasan perencanaan
dengan pelaksanaan
pembangunan
80 %
2. Meningkatnya
akuntabilitas
kinerja organisasi
1) Tersusunnya laporan kinerja
Kecamatan Gayam
2) penerapan Standar
Pelayanan Publik (SPP)
3) Tertib administrasi
pertanggungjawaban
100 %
100 %
100 %
i. Arah Kebijakan
Kebijakan adalah merupakan kumpulan keputusan yang menentukan
secara teliti tentang bagaimana strategi akan dilaksanakan, atau dengan kata
86
lain kebijakan merupakan pedoman pelaksanaan tindakan atau kegiatan
tertentu. Kebijakan juga merupakan keputusan yang mengatur suatu
mekanisme tindakan lanjutan untuk pelaksanaan pencapaian tujuan.
Berdasarkan makna kebijakan tersebut maka arah kebijakan dalam rangka
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Kecamatan Gayam Tahun 2014-
2018, dapat diuraikan sebagai berikut :
Tujuan 1 : Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas tenaga aparatur
yang mampu memberikan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan publik.
Tabel 14. Tujuan 1Sasaran Indikator Sasaran Arah Kebijakan
1 2 3
Meningkatnya kualitas
SDM aparatur
pelaksana
1) Proporsionalitas ratio tenaga
aparatur sesuai disiplin ilmu
2) Partisipasi aktif dalam pelaksanaan
diklat diklat tehnis
3) Dukungan fasilitas sarana
prasarana operasional tugas
Meningkatkan kapa-
bilitas dan kualitas SDM
aparatur Kecamatan
Gayam
Tujuan 2 : Mewujudkan ketentraman, ketertiban dan Perlindungan masyarakat.
Tabel 15. Tujuan 2Sasaran Indikator Sasaran Arah Kebijakan
1 2 3
Terwujudnya
kehidupan yang
harmonis di
masyarakat
1) Berkurangnya tingkat
komplain masyarakat terhadap
pelayananan publik
2) Penanganan pengaduan
masyarakat.
3) Penurunan tingkat
permasalahan yang dilatar
belakangi kepentingan
Mendorong aparatur agar lebih
responsif dan empati dalam
menyelesaikan permasalahan .
87
Tujuan 3 : Mewujudkan hubungan kerja yang sinergis dan harmonis dengan
instansi terkait.
Tabel 16. Tujuan 3Sasaran Indikator Sasaran Arah Kebijakan
1 2 3
Terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan yang
dinamis, sinergis dan
terkoordinir
Tingkat partispasi instansi
vertikal dalam rangka
koordinasi antar lembaga.
1) Meningkatkan kuantitas dan
kualitas rapat koordinasi
2) Melibatkan instansi terkait
dalam setiap penyelenggaraan
kegiatan
Tujuan 4 : Peningkatan pemberdayaan Masyarakat dalam setiap program
pembangunan dan pengelolaan potensi yang dimiliki.
Tabel 17. Tujuan 4Sasaran Indikator Sasaran Arah Kebijakan
1 2 3
Terwujudnya kesadaran
masyarakat dalam
berpartisipasi
diberbagai kegiatan
pembangunan dan
pengelolaan potensi
yang dimiliki
Terlaksananya Pembinaan
kepada masyarakat untuk
pengelolaan potensi yang
dimiliki
1) Meningkatkan peran
aktif masyarakat dalam
kegiatan pembangunan
2) Melaksanakan
optimalisasi atas
berbagai potensi yang
dimiliki.
3) Memberikan bantuan
melalui stimulus
program yang
meningkatkan
pendapatan masyarakat
88
Tujuan 5 : Mewujudkan akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Tabel 18. Tujuan 5Sasaran Indikator Sasaran Arah Kebijakan
1 2 3
1)Terwujudnya
efektifitas
indikator kinerja
hasil
pembangunan
Keselarasan perencanaan
dengan pelaksanaan
pembangunan
Meningkatkan akuntabilitas
pelaksanaan tugas Kecamatan
Gayam sesuai TUPOKSI
yang telah ditentukan
2)Meningkatnya
akuntabilitas
kinerja organisasi
1) Tersusunnya laporan
kinerja Kecamatan
Gayam
2) penerapan Standar
Pelayanan Publik
(SPP)
3) Tertib administrasi
pertanggungjawaban
j. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok
Sasaran, Pendanaan Indikatif
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran terkait dengan visi dan
misi, maka dilakukan upaya-upaya yang ditempuh melalui Kebijakan dan
program yang telah dipilih. Hal ini diharapkan agar dengan alternatif terpilih
dari berbagai kebijakan dan program yang ada, akan memperoleh hasil yang
maksimal efektif dan efisien.
1) Program dan Kegiatan
Berdasarkan kebijakan dan program kerja yang telah dikemukakan
terdahulu, maka untuk merealisasikannya diperlukan kegiatan-kegiatan
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, sehingga dapat
89
berdaya guna dan berhasil guna. Untuk Tahun 2013 kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Kecamatan Gayam melalui program-program
sebagai berikut :
a) Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran
i. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik.
ii. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
iii. Penyediaan jasa administrasi keuangan
iv. Penyediaan alat tulis kantor
v. Rapat Koordinasi dan Konsultasi dalam dan luar daerah
vi. Monitoring dan evaluasi kegiatan kecamatan
vii. Penunjang pelaksana Tugas Pokok Bidang pemerintahan,
Pembangunan dan Pelayanan Umum.
b) Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
i. Pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor
ii. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
iii. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
c) Program peningkatan disiplin aparatur
i. Pengadaan pakaian khusus hari – hari tertentu
d) Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
i. Program penyusunan dan pengumpulan data/statistik daerah
e) Program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan
i. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) melalui
UPK
90
f) Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan
i. Pembinaan administrasi dan pelaksanaan 10 Program Pokok
PKK baik kepada TP.PKK Desa maupun Kecamatan.
g) Program Pengembangan Administrasi Kependudukan
i. Implementasi Sistem Administrasi Kependudukan
(membangun, updating, dan pemeliharaan)
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas didukung oleh dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2014, dengan jumlah alokasi dana secara keseluruhan sebesar Rp.
329.746.025,00- (lima ratus dua puluh lima juta enam puluh dua ribu rupiah)
Secara keseluruhan kegiatan-kegiatan tersebut disajikan dalam RENCANA
KINERJA TAHUN 2014 Kecamatan Gayam, sebagaimana Formulir Rencana
Kinerja Tahunan (Form. RKT) terlampir.
k. Indikator Keberhasilan Pencapaian
Indikator keberhasilan pencapaian dalam setiap kegiatan dapat
diketahui dari indikator kinerja masing-masing kegiatan tersebut. Indikator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Kecamatan Gayam dalam
menetapkan pengukuran kinerja mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) serta
berpedoman pada Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN)
Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP,
91
yaitu dengan indikator kinerja kegiatan terdiri dari Indikator-indikator
masukan, keluaran, dan hasil.
1) Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan dalam rangka
menghasilkan Outputs.
2) Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/ jasa baik
berupa fisik maupun non fisik sebagai hasil langsung dari
pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang
digunakan.
3) Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah dan
merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/ jasa dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Dengan penetapan indikator tersebut dapat diketahui sampai sejauh
mana keberhasilan pencapaian sasaran karena indikator kinerja tersebut
adalah merupakan ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan program dan
kegiatan yang telah ditetapkan.
l. Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD
Penetapan indikator kinerja berguna untuk mengukur kinerja atau
keberhasilan organisasi oleh karena itu penetapan indikator kinerja
merupakan syarat penting untuk menetapkan rencana strategis organisasi. Hal
ini disebabkan karena indikator kinerja dapat dijadikan sebagai media
perantara untuk memberikan gambaran tentang prestasi organisasi yang
diharapkan pada masa yang akan datang.
Kinerja organisasi pada dasarnya dapat digambarkan melalui tingkat
capaian sasaran organisasi dan tingkat efisiensi dan efektivitas pencapaian
92
sasaran dimaksud. Dengan demikian indikator sasaran yang diharakan dapat
menggambarkan tingkat pencapaian kinerja organisasi haruslah benar-benar
dapat menggambarkan keadaan unit kerja secara riil. Sebagai sebuah alat ukur
maka dalam menetapkan indikator kinerja haruslah memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Terkait dengan upaya pencapaian sasaran
2) Menggambarkan hasil pencapaian program
3) Memfokuskan pada hal-hal utama, penting dan merupakan prioritas
4) Terkait dengan pertanggungjawaban
Secara rinci penetapan indikator kinerja program Kecamatan Gayam dapat
diuraikan sebagai berikut :
93
Tabel 19. Kinerja HasilProgram Indikator Kinerja Hasil (Outcome)
1. Program Peningkatan Sumber Daya
Aparatur
2. Program Peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan
3. Program Pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan Keuangan Daerah
4. Program Peningkatan Kanoritas
Aparatur Pemerintahan Desa
- Meningkatnya Pemahaman Sumber Daya Aparatur mengenai
peraturan perundang-undangan dan kedisiplinan kinerja
- Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan sumber daya aparatur
dalam pelaksanaan tugas
- Mantapnya penerapan sistem administrasi keuangan
- Meningkatnya akuntabilitas administrasi keuangan
- Meningkatnya pelaporan secara tepat waktu
- Penyusunan APBdes sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan
tepat waktu
- Terlaksananya mekanisme pemerintahan desa secara tertib.
- Meningkatnya pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan aparatur
pemerintahan desa
5. Program Pemantapan Otonomi Daerah
6. Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
7. Program Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
8. Program Peningkatan Pemahaman
Masyarakat Desa akan Peraturan
Perundang-Undangan
- Meningkatnya efektivitas dan efesiensi birokrasi dalam pelaksanaan
tugas
- Meningkatnya pemenuhan ketersediaan sarana dan prasarana fisik
pemerintahan desa
- Menurunya tingkat komplain masyarakat terhadap kualitas pelayanan
publik
- Meningkatnya derajat penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan
yang baik dalam pelayanan publik
- Meningkatnya ketaatan masyarakat terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
- Terwujudnya kondisi yang memungkinkan masyarakat meningkatkan
partisipasinya dalam pembangunan desa
Rencana Strategis Kecamatan Gayam dalam penyusunannya selalu
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Bojonegoro yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati
Bojonegoro selama 5 (lima) tahun mendatang sampai dengan berakhirnya masa
jabatan Bupati Bojonegoro dimana dalam penyusunannya selalu memperhatikan
RPJM Provinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional agar kerangka Pembangunan
Kabupaten Bojonegoro tetap sinkron dengan rencana pembangunan regional
maupun nasional. Rencana Strategis Kecamatan Gayam memuat Visi, Misi,
Tujuan, Strategi Kebijakan, Program dan Kegiatan Pokok pembangunan yang
disesuaikan dengan Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Gayam sehingga
94
nantinya dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas dari Kecamatan
Kanor selama 5 (lima) tahun mendatang.
Dalam rangka menjaga akuntabilitas dan kesinambungan dalam
pelaksanaan program maka Kecamatan Gayam harus melaporkan pencapaan
tujuan dan sasaran kepada para stakeholders yang dituangkan dalam bentuk
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang didahului dengan proses
pnyusunan recana kinerja dan pengukuran kinerja. Namun demikian sebagai suatu
pedoman dalam pelaksanaan program Rencana Strategis ini masih memerlukan
penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut di masa yang akan datang. Oleh
karena itu masukan-masukan positip bagi penyempurnaan Rencana Strategis ini
agar tujuan penyusunan Rencana Strategis ini dapat tercapai dengan lebih baik
lagi
7. Rencana Kerja (Renja) Kec. Gayam 2017
Penyusunan Rencana Kerja SKPD Kecamatan Gayam Tahun Anggaran
2017 telah sesuai dengan peraturan perundang undangan baik Undang-Undang
maupun Peraturan Pemerintah, dan telah sesuai KUPPS yang telah mendapat
evaluasi dari Gubernur Jawa timur. Penetapan tujuan dan sasaran organisasi
didasarkan pada factor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah
penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk yang lebih
tepat dan terarah dalam rangka mencapai visi dan misi.
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan
misi yang dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Kecamatan
Gayam dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan dalam
95
memenuhi visi dan misinya untuk waktu satu sampai dengan lima tahun ke depan
dengan mempertimbangkan sumber daya daerah dan kemampuan yang dimiliki
baik aktual maupun potensial.
Sasaran dari Kecamatan Gayam merupakan bagian integral dalam proses
perencanaan strategis dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan
memantau pencapaian kinerja serta menjamin lebih suksesnya pelaksanaan
rencana jangka secara menyeluruh. Sasaran – sasaran yang ditetapkan sepenuhnya
mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian apabila
seluruh sasaran yang ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis
terkait juga telah dapat dicapai.
Adapun bentuk tujuan dan sasaran yang akan dicapai sebagai wujud dari jalannya
misi guna mewujudkan visi adalah sebagai berikut :
a. Tujuan
1) Meningkatnya profesionalitas aparatur Kecamatan Gayam dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang mantap dan
dinamis.
2) Meningkatnya proses pembangunan di kecamatan melalui dorongan
dari kecamatan.
3) Meningkatnya kualitas dan mutu sarana dan prasarana pendukung
penyelenggara pemerintahan.
4) Mewujudkan keamanan dan ketertiban umum dalam kehidupan
bermasyarakat.
5) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan umum.
96
6) Terwujudnya peranan perempuan sebagai faktor penyangga
keberhasilan bidang sosial ekonomi.
7) Terwujudnya lingkungan kecamatan yang bersih, asri dan rapi.
b. Sasaran
1) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia aparat kecamatan dan
pemerintah desa serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
desa dalam rangka pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
2) Adanya koordinasi antara kecamatan dengan unit pelaksana teknis
dinas kabupaten di kecamatan dalam pembangunan di segala sektor.
3) Terwujudnya koordinasi pembangunan khususnya di sektor
pertanian.
4) Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pemerintahan.
5) Terwujudnya kehidupan yang harmonis di masyarakat.
6) Terwujudnya masyarakat yang sadar hukum.
7) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang koordinatif dan
dinamis.
8) Terwujudnya organisasi/kelompok perempuan
9) Terlaksananya kegiatan Intap di Kecamatan Gayam
Dengan memperhatikan Tugas Pokok dan Fungsi yang dimiliki serta
kondisi dan proyeksi yang diinginkan ke depan untuk menghadapi tantangan
di masyarakat maka visi Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro adalah :
“Terwujudnya kegiatan pelayanan terpadu secara cepat, tepat dan
bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat .”
97
Pernyataan visi di atas dimaksudkan untuk menjadikan Kecamatan
Gayam sebagai lembaga yang berkompeten dalam pelayanan prima dan
professional kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan tuntutan lokal, Nasional dan
global dalam melayani masyarakat dengantranspran, akuntabel dan partisipatif
untuk mendukung terwujudnya Kabupaten Bojonegoro yang makmur dan
sejahtera serta matoh dalam pelayanan kepada masyarakat.
c. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah , sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan
pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang
berkepentingan mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi
pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi pembangunan
Kecamatan Gayam mengacu pada Visi yang ingin diwujudkan yaitu Out
Come yang ingin dicapai adalah indeks pembangunan manusia, untuk itu
dirumuskannya dalam 7 (tujuh) sektor pokok dan sektor lainnya sebagai
komplementer antara lain dapat diuraikan sebagi berikut :
1) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan serta pemberdayaan
masyarakat yang mantap dan dinamis yang didukung oleh aparat
pemerintah yang profesional;
2) Mendorong terciptanya pembangunan di wilayah kecamatan;
3) Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan;
4) Menciptakan lingkungan kecamatan yang aman dan tertib;
5) Meningkatkan fungsi koordinasi dengan instansi vertikal;
98
6) Meningkatkan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
7) Mendorong terciptanya kelestarian lingkungan hidup.
d. Program dan Kegiatan
Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh SKPD
Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2017 yaitu ada 8
Program dan 26 Kegiatan yang secara rinci adalah sebagai berikut :
1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran : ada 17
Kegiatan yaitu :
a) Kegiatan penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 32.220.000,-
ii. Indikator keluaran : Terbayarnya listrik, air, telepon dan
internet
iii. Indikator hasil : Terpenuhinya sarana komunikasi,
listrik, air, telepon dan internet sesuai kebutuhan
b) Kegiatan penyediaan jasa perizinan kendaraan dinas :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 2.200.000,-
ii. Indikator keluaran : Terbayarnya biaya hergistrasi
kendaraan dinas
iii. Indikator hasil : Terpenuhinya biaya perijinan
kendaraan dinas
c) Kegiatan pernyediaan jasa administrasi keuangan :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 38.450.000,-
ii. Indikator keluaran : Terbayarnya honorarium pengelola
adm keuangan
99
iii. Indikator hasil : Terwujudnya kelancaran
pelaksanaan administrasi keuangan
d) Kegiatan pernyediaan peralatan/bahan dan jasa kebersihan kantor :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 11.200.000,-
ii. Indikator keluaran : Tersedianya penyediaan belanja
peralatan/bahan dan jasa kebersihan kantor
iii. Indikator hasil : Terwujudnya lingkungan kantor
yang bersih dan indah
e) Kegiatan penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 3.400.000,-
ii. Indikator keluaran : Tersedianya peralatan kerja yang
siap pakai
iii. Indikator hasil : Terwujudnya peralatan kantor yang
memadai
f) Kegiatan penyediaan alat tulis kantor :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 12.546.044,-
ii. Indikator keluaran : Tersedianya alat tulis kantor yang
memadai
iii. Indikator hasil : Terwujudnya kelancaran dalam
pelaksanaan administrasi perkantoran
g) Kegiatan penyediaan barang cetakan dan penggandaan
i. Indikator masukan : Dana Rp. 3.500.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya biaya cetak, fotocopy /
penggandaan
100
iii. Indikator hasil : terwujudnya kelancaran kerja
administrasi perkantoran
h) Kegiatan penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 1.728.000,-
ii. Indikator keluaran :tersedianya biaya penyediaan
peralatan listrik
iii. Indikator hasil : terpenuhinya suku cadang instalasi
listrik/penerangan bangunan kantor
i) Kegiatan Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 18.050.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya peralatan dan
perlengkapan kantor
iii. Indikator hasil : terpenuhinya sarana dan prasarana
perkantoran yang layak pakai
j) Kegiatan Penyediaan peralatan rumah tangga :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 6.790.000,-
ii. Indikator keluaran : tersediannya peralatan rumah
tangga
iii. Indikator hasil : terpenuhinya peralatan rumah
tangga yang layak pakai
k) Kegiatan Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
undangan :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 2.400.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya buku-buku bacaan dan
Koran/majalah
101
iii. Indikator hasil : terbayarnya biaya langganan
koran/majalah sehingga memudahkan penyebaran informasi
l) Kegiatan Penyediaan makanan dan minuman :
i. Indikator masukan : Dana Rp.29.000.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya makanan dan minuman
harian pegawai, rapat dan tamu
iii. Indikator hasil : terpenuhinya kelancaran dalam
pelaksanaan tugas dan koordinasi antar instansi maupun
pemerintah desa
m) Kegiatan rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 7.500.000,-
ii. Indikator keluaran : terlaksanaanya rapat koordinasi ke
luar daerah
iii. Indikator hasil : terbayarnya biaya perjalanan dinas
ke luar daerah
n) Kegiatan Penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi / teknis
perkantoran :
i. Indikator masukan : Dana Rp.22.800.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya honorarium operator
radio komunikasi
iii. Indikator hasil : terwujudnya kelancaran penerimaan
informasi dan komunikasi
o) Kegiatan rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 67.975.000,-
102
ii. Indikator keluaran : terlaksanaanya rapat koordinasi ke
dalam daerah
iii. Indikator hasil : terbayarnya biaya perjalanan dinas
ke dalam daerah
2) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran : ada 2
Kegiatan yaitu :
a) Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor :
i. Indikator masukan : Dana Rp.6.000.000,-
ii. Indikator keluaran : terlaksanaanya perawatan /
pemeliharaan gedung
iii. Indikator hasil : terciptanya gedung kantor yang
ASRI dan memadai guna peningkatan pelayanan
b) Kegiatan pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 30.400.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya anggaran perawatan
kendaraan dinas
iii. Indikator hasil : terpenuhinya perawatan rutin
kendaraan dinas yang memadai dan siap pakai
3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur : ada 1 Kegiatan yaitu
:
a) Kegiatan pengadaan pakaiaan khusus hari-hari tertentu :
i. Indikator masukan : Dana Rp.28.000.000,-
ii. Indikator keluaran : terlaksanaanya pengadaan pakaian
olah raga pegawai
103
iii. Indikator hasil : terciptanya aparatur yang sehat,
disiplin, kompak dan bersatu.
4) Program Pengembangan Komunikasi , Informasi : ada 1
Kegiatan yaitu :
a) Kegiatan Operasional PPID ( Pejabat Pengelola Informasi Daerah
) :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 5.400.000
ii. Indikator keluaran : Tersedianya biaya operasional
PPID ( Pejabat Pengelola Informasi Daerah )
iii. Indikator hasil : Terwujudnya peningkatan dalam
pelayanan pemberian informasi .
5) Program Peningkatan peningkatan ketahanan pangan : ada 1
Kegiatan :
a) Kegiatan pengembangan pembenihan /pembibitan :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 19.500.000,-
ii. Indikator keluaran : tersedianya pengembangan
pembenihan / pembibitan
iii. Indikator hasil : terlaksananya pengembangan
pembenihan /pembibitan untuk peningkatan ketahanan pangan
6) Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender
dalam Pembangunan : ada 1 Kegiatan
a) Kegiatan operasional dan pembinaan PKK daerah :
104
i. Indikator masukan : Dana Rp. 3.300.000,-
ii. Indikator keluaran : Terlaksananya pembinaan dan
operasional PKK
iii. Indikator hasil : Meningkatnya peran aktif PKK
dalam pembangunan
7) Program perencanaan pembangunan daerah ada 1 Kegiatan :
a) Kegiatan penyelenggaraan musrenbang kecamatan dan desa :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 9.500.000,-
ii. Indikator keluaran : Terlaksananya perencanaan
pembangunan kecamatan
iii. Indikator hasil : Terlaksananya perencanaan
pembangunan kecamatan yang sesuai kebutuhan
8) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
ada 1 Kegiatan :
a) Kegiatan Bimbingan teknis Implementasi Peraturan perundangan :
i. Indikator masukan : Dana Rp. 33.800.000,-
ii. Indikator keluaran : Terlaksananya perencanaan pembangunan
kecamatan
iii. Indikator hasil : Terlaksananya perencanaan pembangunan
kecamatan yang sesuai kebutuhan
Dengan telah disusunnya RENJA SKPD ( satuan kerja perangkat daerah
) Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro tahun 2017 , maka dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksaaan kegiatan SKPD Kecamatan
105
Gayam untuk melaksanakan tugas dan pelimpahan wewenang yang telah di
berikan Kepala Daerah Kabupaten Bojonegoro.
Renja SKPD Kecamatan Gayam ini merupakan bahan penyusunan
kebijakan umum anggaran prioritas dan plafon anggaran Sementara (KUA-
PPAS) serta APBD Kabupaten Bojonegoro tahun 2017, dengan rencana
kegiatan yang tertuang dalam RENJA SKPD Kecamatan Gayam ini diharapkan
bisa menyelenggarakan Pemerintahan Kecamatan yang akuntabel dalam hal
pertanggung jawaban setiap kegiatan dan keuangannya. Sesuai yang
diungkapkan oleh staff Kecamatan Gayam Bapak Eko dalam wawancara
tanggal 12 februari 2017 pukul 09.00 WIB “ Renstra Kecamatan Gayam sudah
mengalami perubahan sekali dari awal terbentuknya kecamatan Gayam, yang
pertama Renstra 2013-2018 dan berubah ke 2014-2019 disesuaikan dengan
OPD yang baru”
B. Penyajian Data
1. Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadap Kabupaten Bojonegoro
Dalam realisasinya pemekaran Kecamatan Gayam sebagai Kecamatan
baru dan sebagai daerah penghasil berpengaruh terhadap perkembangan
Kabupaten Bojonegoro, yakni dari aspek perekonomian daerah, keuangan
daerah, pelayanan publik dan aparatur pemerintah. Aspek-aspek tersebut
berdasarkan basis PP 129/2000 tentang tentang persyaratan pembentukan dan
kriteria pemekaran, penghapusan dan pengabungan daerah untuk
mendapatkan tujuan yang diharapkan. Berikut merupakan aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap perkembangan Kabupaten Bojonegoro :
106
a. Ekonomi Daerah
Fokus ekonomi digunakan untuk mengukur, apakah setelah
pemekaran terjadi perkembangan dalam kondisi perekonomian daerah
atau tidak. Indikator yang akan digunakan sebagai ukuran kinaerja
ekonomi adalah :
1) Pertumbuhan PDRB Non-Migas (ECGI)
Tabel 20. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas DasarHarga Konstan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2013
No LapanganUsaha
Atas Dasar Harga Konstan (juta)2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 1.901.812,55 2.034.637,33 2.148.859,11 2.275.915,43 2.314.455,45
2. Pertambangan& Penggalian
1.450.962,91 1.808.356,61 2.317.251,59 3.055.277,64 2.721.579,17
3. IndustriPengolahan
503.423,15 531.374,94 587.330,15 649.867,83 705.912,22
4. Listrik, Gas &Air Bersih
48.077,66 50.889,69 53.293,12 55.849,92 60.341,71
5. Konstruksi 225.623,44 244.348,91 270.640,85 300.556,97 329.658,316. Perdagangan,
Hotel, &Restoran
1.156.631,43 1.218.195,57 1.311.245,13 1.412.595,21 1.605.566,98
7. Angkutan &Komunikasi
279.288,70 289.103,14 301.163,31 313.825,35 349.461,99
8. Keuangan,Persewaan, &JasaPerusahaan
346.728,06 363.411,81 383.081,28 404.052,58 455.597,64
9. Jasa – jasa 697.243,64 727.207,08 755.368,53 784.820,78 837.007,85PDRB denganMigas
6.600.791,54 7.267.525,,09 8.128.233,06 9.252.761,72 9.379.581,33
PDRB tanpa Migas 5.243.229,10 5.558.265,83 5.916.994,23 6.311.235,07 6.773.964,82
Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2013
Perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) berdasarkan harga
konstan berdasarkan tabel 22 PDRB tanpa migas mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2008 PDRB tanpa migas atas dasar konstan sebesar Rp.
5.243.229,10 juta. Nilai tersebut terus mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun
hingga pada tahun 2012 mencapai Rp. 6.773.964,82 juta.
107
2) PDRB per Kapita (WELFI)
Tabel 21. PDRB per Kapita di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2013
NOSektor/Sub
Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
1
PDRB perkapita ADHBdengan Migas
(Rupiah) 11.397.025 13.940.418,00 18.343.544,00 22.695.784,00 24.669.035,00
2
PDRB perkapita ADHBtanpa Migas
(Rupiah) 9.173.073 10.295.989,00 11.526.583,00 12.889.818,00 14.579.528,00
3
PDRB perkapita ADHKdengan Migas
(Rupiah) 5.488.749 6.023.613,00 6.714.624,00 7.293.922,00 7.701.754,00
4
PDRB perkapita ADHKtanpa Migas
(Rupiah) 4.359.897 4.606.911,00 4.887.949,00 5.183.751,00 5.562.232,00
Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2013
PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai
PDRB per-kepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas
harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita
penduduk suatu daerah berdasarkan tabel … PDRB per kapita ADHB/ADHK
dengan Migas/tanp Migas terjadi peningkatan tiap tahun yang mencerminkan
tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan.
3) Rasio PDRB kabupaten terhadap PDRB Propinsi (ESERI)
Indikator ini melihat seberapa besar tingkat perkembangan
ekonomi di satu daerah dibandingkan daerah lain dalam satu
wilayah provinsi.
108
Tabel 22. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di KabupatenBojonegoro Tahun 2008-2013
NOSektor/Sub
Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
1
PDRB perkapita ADHBdengan Migas
(Rupiah) 11.397.025 13.940.418,00 18.343.544,00 22.695.784,00 24.669.035,00
2
PDRB perkapita ADHBtanpa Migas
(Rupiah) 9.173.073 10.295.989,00 11.526.583,00 12.889.818,00 14.579.528,00
Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2013
Tabel 23. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di KabupatenLamongan Tahun 2010-2013
No. Keterangan 2010 2011 2012r 2013*)
1 PDRB ADHB (Milyar Rupiah) 11 774,155 13 460,955 15 399,105 17 610,759
2 Penduduk Tengah Tahun (jiwa) 1 180.759 1 182.893 1 184.625 1 186.458
3 PDRB/Kapita (Ribu Rupiah)9,97 11,38 12,95 14,84
Sumber : BPS Kabupaten Lamongan Keterangan: r) Angka Diperbaiki *)Angka Sementara
Secara PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bojonegoro
dibanding Kabupaten Lamongan terjadi peningkatan tiap tahunnya di kedua
kabupaten tersebut namun jumlah PDRB kabupaten Bojonegoro secara
pertumbuhan dan jumlahnya lebih tinggi dari kabupaten Lamongan.
4) Angka Kemiskinan (POVEI)
Pembangunan ekonomi seyogyanya mengurangi tingkat
kemiskinan yang diukur menggunakan head-count index, yaitu
presentase jumlah orang miskin terhadap total penduduk.
Tabel 24. Indeks kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2008-2014
Kemiskinan Indeks Kemiskinan Kabupaten Bojonegoro2008 2009 2010 2011 2012 2013
Garis Kemiskinan (Rp) 149846 192476 211213 230397 246454 263439Penduduk Miskin (000jiwa) 292.71 262.04 227.2 212.86 203.3 196
Penduduk Miskin (%) 23.87 21.27 18.78 17.47 16.6 15.95Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2014
109
Dari indikator diatas rentang tahun 2008 – 2013 presentase jumlah orang miskin
terhadap total jumlah penduduk di kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun
mengalami penurunan dan berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin
yang mengalami penurunan namun yang harus menjadi perhatian pemerintah
kabupaten Bojonegoro justru jumlah penduduk yang berada di garis kemiskinan
tiap tahunnya mengalami peningkatan.
b. Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan
pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorongpembangunan di daerah
secara umum, tetapi juga menggambarkan sejauh mana tugas dan
kewajiban yang diembankan pada pemerintah daerah (kabupaten)
dalam konteks desentralisasi fiscal itu dilaksanakan. Oleh karena itu,
evaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah dalam konteks pemekaran
daerah ini menggunakkan indicator- indicator kinerja keuangan yang
tidak saja merefleksikan kinerja keuangan dari sisi keuangan
pemerintahan daerah secara mikro tetapi juga secara makro sehingga
diperoleh indikator-indikator yang terukur, berimbang dan
komprehensif. Indikator yang dimaksud adalah Ketergantungan Fiskal,
Kapasitas Penciptaan Pendapatan, Proporsi Belanja Modal, dan
Kontribusi sector Pemerintah. Sesuai RPJMD Kabupaten Bojonegoro
memiliki proyeksi target pendapatan daerah pada tahun 2014 dan 2016.
Berikut merupakan data proyeksi target pendapatan daerah pada tahun
2014 dan 2016.
110
Tabel 25. Proyeksi Target Pendapatan Daerah Kabupaten BojonegoroNo URAIAN PROYEKSI TARGET PENDAPATAN DAERAH
2014 20161 PENDAPATAN 2.116.855.450,93 2.561.395.095,631.1 PENDAPATAN ASLI
DAERAH215.570.352,60 260.840.126,65
Pendapatan Pajak Daerah 56.554.787,26 68.419.192,58Hasil Retribusi Daerah 28.776.503,21 34.819.568,88Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah yang Dipisahkan
38.338.144,48 46.389.154,82
Lain-lain Pendapatan AsliDaerah yang Sah
91.910.917,66 111.212.210,37
- - -2 DANA PERIMBANGAN 1.614.626.558,37 1.953.698.135,63
Bagi Hasil Pajak/Bagi HasilBukan Pajak
582.735.539,97 705.110.003,36
Dana Alokasi Umum 963.624.105,40 1.165.985.167,53Dana Alokasi Khusus 68.266.913,00 82.602.964,73
- - -3 Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah286.658.539,96 346.856.833,36
Dana Darurat 0 0Dana Bagi Hasil Pajak DariProvinsi & Pemerintah Daerahlainnya
59.359.008,16 71.824.399,88
Dana Penyesuaian danOtonomi Khusus
199.207.423,80 241.040.982,80
Bantuan Keuangan dariProvinsi atau PemerintahDaerah Lainnya
28.092.108,00 33.991.450,68
Sumber : RPJMD Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013-2018
Sesuai dengan kinerja keuangan tahun 2014 dan 2016, Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro mampu memenuhi target RPJMD. Berikut merupakan data APBD
dari kinerja keuangan pemerintah daerah yang sesuai dengan ketergantungan
fiskal, kapasitas penciptaan pendapatan, proporsi belanja modal, dan kontribusi
sektor pemerintah.
111
Tabel 26. APBD Tahun 2014NO URAIAN JUMLAH1 PENDAPATAN 2.305.749.457.748,001.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 196.055.495.187,00
Pendapatan Pajak Daerah 54.330.963.191,00Hasil Retribusi Daerah 29.879.032.962,00Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 18.558.936.000,00Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 93.286.563.034,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 1.717.167.927.509,00Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 737.246.400.509,00Dana Alokasi Umum 920.522.357.000,00Dana Alokasi Khusus 59.399.170.000,00
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 392.526.035.052,00Dana Darurat 898.000.000,00Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan PemerintahDaerah Lainnya
97.762.679.052,00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 236.525.556.000,00Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah DaerahLainnya
57.339.800.000,00
2 BELANJA 2.418.393.916.584,642.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.160.890.352.185,64
Belanja Pegawai 988.453.441.982,36Belanja Subsidi 209.000.000,00Belanja Hibah 35.384.020.500,00Belanja Bantuan Sosial 8.288.000.000,00Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota danPemerintahan Desadan Partai Politik
1.346.400.000,00
2.2 Belanja Tidak Terduga 1.007.400.000,00BELANJA LANGSUNG 1.257.503.564.399,00
Belanja Pegawai 117.239.166.605,00Belanja Barang dan Jasa 600.195.666.552,00Belanja Modal 540.068.731.242,00
SURPLUS/(DEFISIT) (112.644.458.836,64)3 PEMBIAYAAN DAERAH3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 200.164.827.710,64
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun AnggaranSebelumnya
173.466.327.710,64
Penerimaan Invesyasi Jangka Panjang Non Permanen 26.698.500.000,003.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 87.520.368.874,00
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 60.000.000.000,00Pengeluaran Investasi Jangka Panjang Non Permanen 27.520.368.874,00
PEMBIAYAAN NETTO 112.644.458.836,64SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN0,00
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bojonegoro2015
112
Tabel 27. APBD Tahun 2016NO URAIAN JUMLAH
PENDAPATAN 3.799.272.843.915,59PENDAPATAN ASLI DAERAH 290.865.096.992,69
Pendapatan Pajak Daerah 68.323.057.523,00Hasil Retribusi Daerah 37.077.894.111,32Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 19.829.123.920,46Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 165.635.021.437,91
DANA PERIMBANGAN 2.750.148.976.291,90Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.686.083.891.291,90Dana Alokasi Umum 949.118.065.000,00Dana Alokasi Khusus 114.947.020.000,00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 758.258.770.631,00Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan PemerintahDaerah Lainnya
125.161.443.891,00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 633.097.326.740,00Bantuan Keuangan dari Provinsi atau PemerintahDaerah Lainnya
0,00
BELANJA 3.864.897.201.652,40BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.911.960.451.620,64
Belanja Pegawai 1.242.593.768.054,00Belanja Subsidi 223.000.000,00Belanja Hibah 42.512.305.254,00Belanja Bantuan Sosial 3.367.000.000,00Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kotadan Pemerintahan Desa
11.316.876.599,20
Belanja Bantuan Keuangan KepadaProvinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
610.447.501.713,44
Belanja Tidak Terduga 1.500.000.000,00BELANJA LANGSUNG 1.952.936.750.031,76
Belanja Pegawai 181.987.150.688,00Belanja Barang dan Jasa 539.396.757.443,76Belanja Modal 1.231.552.841.900,00
SURPLUS/(DEFISIT) (65.624.357.736,81)PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 236.345.206.296,81Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun AnggaranSebelumnya
226.605.206.296,81
Penerimaan Investasi Jangka Panjang Non Permanen 9.740.000.000,00PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 170.720.848.560,00
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 65.000.000.000,00Pembayaran Pokok Utang 5.720.848.560,00Pengeluaran Investasi Jangka Panjang Non Permanen 100.000.000.000,00
PEMBIAYAAN NETTO 65.624.357.736,81SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN
TAHUN BERKENAAN0,00
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bojonegoro2017
Dari uraian Indikator diatas kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten
Bojonegoro sesuai data RPJMD 2013-2018 dan APBD 2014 dan 2016 telah
113
melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten Bojonegoro
dalam RPJMD di tahun tersebut.
c. Pelayanan Publik
Evaluasi kinerja pelayanan publik akan difokuskan kepada pelayan
bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Namun harus diingat
bahwa dalam waktu yang relatif singkat (5tahun setelah pemekaran)
bisa jadi belum terlihat perubahan yang berarti dalam pencapaian
pelayanan publik yang ideal.indikator kinerja pelayanan publik lebih
dititik beratkan terhadap input sisi pelayanan public. Indikator yang
digunakan sebagai berikut :
1) Jumlah Siswa per Sekolah indikator ini mengindikasikan daya
tamping sekolah di satu daerah.
2) Jumlah Siswa per Guru indikator ini menyangkut ketersediaan
tenaga pendidik.
Indikator kedua poin diatas rasionya yang tercantum didalam data tabel berikut ini
:
Tabel 28. Rasio Guru/Murid di Kabupaten BojonegoroTahun 2008-2012NO URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD Sederajat- Guru / Murid 1/12 1/11 1/12 1/12 1/11- Sekolah /
Murid1/117 1/114 1/113 1/112 1/114
- Kelas/ Murid 1/20 1/19 1/19 1/18 1/172 SLTP Sederajat
- Guru / Murid 1/12 1/15 1/13 1/13 1/12- Sekolah /
Murid1/291 1/114 1/289 1/264 1/263
- Kelas / Murid 1/42 1/19 1/36 1/33 1/283 SLTA Sederajat
- Guru / Murid 1/12 1/13 1/12 1/12 1/11- Sekolah /
Murid1/301 1/297 1/295 1/302 1/306
- Kelas / Murid 1/42 1/37 1/36 1/33 1/32
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Bojonegoro
114
3) Ketersediaan fasilitas kesehatan (PHFI)
Fasilitas kesehatan dimaksud adalah rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu (pustu), dan balai pengobatan.
Tabel 29. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di KabupatenBojonegoro Tahun 2008-2012
NO URAIAN 2008 2009 2010 2011 20121 Jumlah
RumahSakitDaerah
3 3 3 3 3
2 JumlahRumahSakit Swasta
5 5 6 7 7
3 JumlahRumahSakit
8 8 9 10 10
4 JumlahPenduduk
1.388.830 1.423.798 1.401.258 1.430.316 1.472.865
5 Rasio 1 : 173.603 1 : 177.974 1 : 155.695 1 : 143.031 1 : 147.286Sumber : Dinkes Kabupaten Bojonegoro 2013
Tabel 30. Rasio Puskesmas, Pustu, dan Polindes per Satuan Penduduk diKabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2012
NO
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
1 Puskesmas 36 36 36 36 36
2 Puskesmas Pembantu 68 68 68 68 68
3 Polindes 308 325 329 329 336
4 JumlahPolindes/Pustu/Puskesmas
412 429 433 433 440
5 Jumlah Penduduk 1.388.830 1.423.798 1.401.258 1.430.316 1.472.865
- RasioPuskesmas Per SatuanPenduduk
1 : 38.579 1 : 39.550 1 : 38.924 1 : 39.731 1 : 40.913
- Rasio PustuPer SatuanPenduduk
1 : 20.424 1 : 20.938 1 : 20.607 1 : 21.034 1 : 21.660
- Rasio PolindesPer SatuanPenduduk
1 : 4.509 1 : 4.381 1 : 4.259 1 : 4.347 1 : 4.384
- RasioPuskesmas,Pustu, danPolindes
1 : 3.371 1 : 3.319 1 : 3.236 1 : 3.303 1 : 3.347
6 Jumlah Kecamatan 27 27 27 28 28
7 JumlahDesa/Kelurahan 430 430 430 430 430
Rasio Puskesmas perKecamatan 1 : 1,3 1 : 1,3 1 : 1,3 1 : 1,3 1 : 1,3
Sumber : Dinkes Kabupaten Bojonegoro 2013
115
4) Ketersediaan Tenaga Kesehatan (PHOI)
Ketersediaan tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter,
tenaga paramedis dan pembantu paramedis.
Tabel 31. Tenaga Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015-2016NO Uraian 2015 20161. Paramedis
1.037 1.0272. Tenaga Medis
Sumber : Dinkes Kabupaten Bojonegoro 2016
Menurut bapak Ristony kepala bidang bagian evaluasi ORTALA mengungkapkan
“Terjadinya penurunan tenaga kesehatan ditahun 2015-2016 bukan karena
penurunan kualitas dalam pelayanan melainkan adanya tenaga medis dan
paramedis yang PNS dalam masa pensiun”.
5) Kualitas Infrastruktur (PRQI)
Indikator ini menyangkut besarnya persentase panjang jalan
dengan kualitas baik, terhadap keseluruhan panjang ruas jalan di
kabupaten yang bersangkutan.
Tabel 32. Panjang Jalan Kabupaten Dirinci menurut kondisi di KabupatenBojonegoro Tahun 2008-2012
NO INDIKATOR TAHUN2008 2009 2010 2011 2012
1 Panjang Jalan (km) 628.789 628.789 628.789 628.789 628.7892 Panjang Jalan Kabupaten
dalam Kondisi Baik (km)257.122 389.862 430.779 415.779 444.559
3 Panjang Jalan Kabupatendalam Kondisi Sedang(km)
226.267 150.277 126.224 123.224 124.229
4 Panjang Jalan Kabupatendalam kondisi Rusak (km)
145.400 88.650 71.786 89.786 59.891
5 Panjang Jalan Nasional(km)
97.150 97.150 97.150 97.150 97.150
6 Panjang Jalan Provinsi(km)
55.056 55.056 55.056 55.056 55.056
- Proporsi kondisibaik (%)
40,89 62,00 68,51 66,12 70,70
- Proporsi KondisiSedang (%)
35,98 23,90 20,07 19,60 19,76
- Proporsi KondisiRusak (%)
23,12 14,10 11,42 14,28 9,52
Sumber : Dinas PU Kabupaten Bojonegoro, 2013
116
Tabel 33. Panjang Jalan Menurut Kondisi, Kelas dan Permukaan Jalan diKab. Bojonegoro Tahun 2010-2013
Uraian/Discription 2011 2012 2013
1. Kondisi Jalan/ Road Conditions
1.1 Baik/Good 434,839 444,599 496,107
1.2 Sedang/Moderate 91,950 49,290 92,877
1.3 Rusak ringan/ Light Damaged 85,000 75,009 23,877
1.4 Rusak Berat/Seriously Damaged 17,000 59,891 15,9222. Kelas Jalan/ Road Class
2.1 Kelas II/2’nd Class - - -2.2 Kelas III/3’rd Class - - -2.3 Kelas IIIA/3A’rd Class - - -
2.4 Kelas IIIB/3B’rd Class 628,789 628,789 628,7892.5 Kelas IIIC/3C’rd Class - - -2.6 Tidak Dirinci/ Others - - -
3. Permukaan Jalan/ Road Surface
3.1 Aspal/Aspal 510,699 511,000 520,247
3.2 Makadam/Gravel 106,000 87,596 47,9133.3 Tanah/Earth - - -
3.4 Paving 12,090 30,193 60,6294. Panjang Seluruhnya/Total
Length 628,789 628,789 628,789
Sumber : Dinas PU Kabupaten Bojonegoro, 2014
Ditiap tahunnya jalan dengan kondisi baik di kabupaten Bojonegoro semakin
bertambah sedangkan jalan dengan kondisi sedang terjadi penurunan ditahun
2011-2012 kemudian meningkat drastis ditahun 2013 dengan adanya
pembangunan yang berkelanjutan
d. Aparatur Pemerintah Daerah
Untuk mengetahui seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat
memenuhi tuntutan pelayanan kepada masyarakat. Dalam evaluasi
pemekaran daerah terdapat tiga indikator utama yang dapat
menunjukkan ketersediaan aparatur pemerintah yakni :
117
1) Kualitas Pendidikan Aparatur
Indikator ini dinyatakan dalam persentase jumlah aparatur yang
berpendidikan minimal sarjana, dalam total jumlah aparatur (PNS).
Tabel 34. Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah KabupatenBojonegoro Menurut Latar Belakang Pendidikan Tahun 2011-2013
Pendidikan PNS PNS Menurut Tingkat Pendidikan (Jiwa)2011 2012 2013
Tidak/ Belum TamatSD 0 0 0
SD 214 195 182SLTP 289 258 245SMU 2399 2274 2151Akademi 2074 1957 1869Universitas 7226 7066 6908Jumlah 12202 11750 11355
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Bojonegoro, 2014
Jika dipersentasikan jumlah aparatur yang minimal pendidikan sarjana
(Universitas) pada tahun 2011 sebesar 59,22%, 2012 sebesar 60,14% dan tahun
2013 sebesar 60,84%.
Tabel 35. Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah KabupatenBojonegoro Menurut Latar Belakang Pendidikan Tahun 2015-2016
NO URAIAN 2015 2016 2015 (%) 2016 (%)1 SD 167 1542 SLTP 237 2233 SLTA 2.071 1.9144 D1 188 1825 D2 804 7266 D3 689 6647 S1 6.861 5.798
64,34% 61,95%8 S2 638 4919 S3 1 1
JUMLAH 11.656 10.153Sumber : Bidang Dokumentasi dan Infomasi Badan Kepegawaian DaerahKab. Bojonegoro, 2017
118
2) Persentase Aparatur Pendidik
Data yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
yang berprofesi guru dalam total jumlah aparatur (PNS) di satu
daerah.
3) Persentase Aparatur Paramedis
Data yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
tenaga kesehatan dalam total jumlah aparatur (PNS) di satu daerah.
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan maupun
perawat yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu serta polindes.
Dari kedua poin diatas persentase aparatur pendidik dan persentase aparatur
paramedis indikatornya sebagai berikut yang tercantum dibawah ini :
Tabel 36. Data Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten BojonegoroTahun 2010 – 2013 Menurut Jabatan Struktural
GolonganPNS
PNS Menurut Golongan (Jiwa)2010 2011 2012 2013
I 338 331 298 305II 3109 2974 2792 2637III 3947 3851 3640 3532IV 5018 5046 5020 4881
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Bojonegroro, 2014
119
Tabel 37. Data Pegawai Lingkungan Pemerintah KabupatenBojonegoro Tahun 2015 – 2016 Menurut Jabatan Struktural
dan FungsionalJABATAN 2015 2016 2015 (%) 2016 (%)
1 2 3STRUKTURAL 1.062 1.0141 Eselon II 34 332 Eselon III 205 2003 Eselon IV 803 7684 Eselon V 20 18
FUNGSIONAL 8300 6.9941 Guru 6.954 5.6922 Paramedis
1.037 1.0273 Tenaga Medis
4 Penyuluh 148 1315 Pengawas
TK/SD/SLB/PLS/SM136 117
6 Penguji KendaraanBermotor (PKB)
6 6
7 Auditor 18 198 Pengawas Pemerintahan 0 09 Analis Kepegawaian 1 110 Inspektur Minyak dan
Gas Bumi0 1
Sumber : Bidang Dokumentasi dan Infomasi Badan Kepegawaian Daerah Kab.Bojonegoro, 2017
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pemekaran Kecamatan terhadap Kabupaten Bojonegoro
Pemekaran daerah/wilayah kecamatan disini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat perkembangan suatu
daerah pemekaran, diperlukan adanya perbandingan kinerja daerah tersebut
sebelum dan sesudah pemekaran. Dari hal ini akan terlihat, apakah terjadi
perubahan (kemajuan) yang signifikan pada suatu daerah setelah dimekarkan.
Pemilihan indikator sendiri berdasarkan dari PP 129/2000 yang
menggambarkan indikator input maupun output pada aspek aspek diatas. Meski
banyak indikator yang dapat dimasukkan namun keterbatasan data sekunder
120
pada daerah otonom baru yang menggunakan indikator tersebut juga terbatas.
Adapun indikator serta perhitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ekonomi Daerah
Ekonomi daerah digunakan untuk mengukur, apakah setelah
mengalami pemekaran yang disini pemekaran kecamatan Gayam terjadi
perkembangan dalam kondisi perekonomian daerah di kabupaten
Bojonegoro atau tidak. Indikator yang akan digunakan untuk melihat
kinerja ekonomi daerah sebagai berikut melalui :
1) Pertumbuhan PDRB Non – migas (ECGI)
Berdasarkan hasil data indikator yang didapat di kabupaten
Bojonegoro produk domestik regional bruto (PDRB) non atau tanpa
migas Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun mengalami
kenaikkan yang signifikan. Dari tahun ke tahun dimulai sejak tahun
2008 sampai tahun 2012. Sesuai dengan pemekaran di kecamatan
Gayam tahun 2011 ke tahun 2012 pertumbuhan pdrb disektor non -
migas ikut terpengaruh mengalami pertumbuhan yang sangat baik.
2) PDRB Per Kapita (WELFI)
Untuk indikator produk domestik regional bruto (PDRB) per
kapita kabupaten Bojonegoro, indikator tersebut terbagi menjadi 2
yaitu PDRB per kapita atas harga berlaku (ADHB) berguna untuk
menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satu orang penduduk.
Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan (ADHK) berguna
untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk
suatu daerah berdasarkan indikator di tabel penyajian data PDRB
121
per kapita ADHB/ADHK dengan Migas/tanpa Migas terjadi
peningkatan tiap tahunnya yang mencerminkan tingkat kesejahteraan
masyarakat di daerah kabupaten Bojonegoro.
3) Rasio PDRB kabupaten terhadap PDRB Propinsi (ESERI)
Indikator ini melihat seberapa besar tingkat perkembangan
ekonomi di satu daerah kabupaten Bojonegoro dibandingkan daerah
lain dalam satu wilayah provinsi di Jawa Timur yang di gunakan
perbandingan adalah kabupaten tetangga dari Kabupaten Bojonegoro
yaitu kabupaten Lamongan. Secara PDRB per Kapita atas Dasar
Harga Berlaku Kabupaten Bojonegoro dibandingkan dengan
Kabupaten Lamongan terjadi peningkatan tiap tahunnya di kedua
kabupaten tersebut namun jumlah PDRB kabupaten Bojonegoro
secara pertumbuhan dan jumlahnya lebih tinggi dari kabupaten
Lamongan.
4) Angka Kemiskinan (POVEI)
Pembangunan ekonomi semestinya mampu untuk
mensejahterakan masyarakatnya indikator angka kemiskinan yang
didapat dari badan pusat statistik (BPS) di kabupaten Bojonegoro
mulai tahun 2008 – 2013, yaitu presentase jumlah orang miskin
terhadap total penduduk kabupaten Bojonegoro mengalami
penurunan dari tahun ke tahun, jumlah penduduk miskin pun
mengalami penurunan namun yang menjadi perhatian pemerintah
kabupaten Bojonegoro adalah jumlah penduduk yang berada di garis
kemiskinan bertambah tiap tahunnya hal ini dikarenakan penduduk
122
yang berada di garis kemiskinan rata – rata di data tahun sebelumnya
masuk di predikat penduduk miskin jadi hal ini tetap menjadi
penialaian yang baik karena adanya perubahan tiap tahunnya.
b. Keuangan Pemerintah Daerah
Berikut adalah indikator yang berhubungan dengan keuangan
daerah ada beberapa indikator yaitu :
1) Ketergantungan Fiskal (FIDI) Indikator ini dirumuskan sebagai
persentase dari Dana Alokasi Umum (yang sudah dikurangi Belanja
Pegawai) dalam Total Pendapatan anggaran daerah.
2) Kapasitas Penciptaan Pendapatan (FGII) Proporsi PAD tidak
dinyatakan dalam total nilai APBD, namun dinyatakan sebagai
persentase dari PDRB kabupaten yang bersangkutan. Hal ini
diperlukan untuk menunjukkan kinerja pemerintah daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah berdasarkan kapasitas
penciptaan pendapatan (income generation) masing-masing daerah.
3) Proporsi Belanja Modal (FCAPEXI) Indikator ini menunjukkan
arah pengelolaan belanja pemerintah pada manfaat jangka panjang,
sehingga memberikan multiplier yang lebih besar terhadap
perekonomian. Indikator ini dirumuskan sebagai persentase dari
Belanja Modal dalam Total Belanja pada anggaran daerah.
4) Kontribusi Sektor Pemerintah (FCEI) Indikator ini menunjukkan
kontribusi pemerintah dalam menggerakkan perekonomian. Nilainya
dinyatakan sebagai persentase Total Belanja Pemerintah dalam
PDRB kabupaten yang bersangkutan.
123
Dari beberapa poin diatas keseluruhannya telah tercantum pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) kabupaten Bojonegoro data APBD
yang valid di dapat dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) kabupaten Bojonegoro. Dari data tersebut didapatkan APBD
kabupaten Bojonegoro disesuaikan dengan data yang didapat yaitu tahun 2014
dan 2016 terus mengalami peningkatan dan melampaui target RPJMD yang
telah ditetapkan. Dengan adanya pemekaran kecamatan Gayam karena menjadi
daerah penghasil yaitu penghasil migas tentunya hal ini dapat meningkatan
pendapatan kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Bojonegoro.
c. Pelayanan Publik
Evaluasi pelayanan publik akan difokuskan kepada pelayan bidang
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, yaitu :
1) Jumlah Siswa per Sekolah Indikator ini mengindikasikan daya
tampung sekolah di satu daerah. Rasionya dibedakan antara tingkat
pendidikan dasar SD dan SMP (BEFI) dan tingkat lanjutan SLTA
(AEFI).
Dari data yang telah didapat dan tersaji di sub – bab
penyajian data tiap tahunnya dari tahun 2008 – 2012 dikabupaten
Bojonegoro rasio perbandingan siswa per sekolah berada diangka
terendah 1/112, ditahun 2011 dan tertinggi di tahun 2008 adalah
1/117 untuk SD/sederajat dan untuk ditahun 2012 didata yang
didapat 1/112. Untuk SMP/sederajat rasio siswa per sekolah tertinggi
tahun 2008 yaitu 1/291, untuk yang rasio terendah berada ditahun
2009 dengan 1/114 sedangkan data terbaru yang didapat adalah
124
tahun 2012 berada dirasio 1/263. Berikutnya adalah untuk tingkatan
SLTA/sederajat dikabupaten Bojonegoro rasio terendah ditahun
2010 dengan 1/295, rasio tertinggi berada ditahun 2012 yaitu 1/306.
Untuk hal ini menurut Ibu Dian mengungkapkan pada tanggal 30
Mei 2017 pukul 09.00 “sesuai dengan pagu kabupaten Bojonegoro
yang sekarang satu kelas Pagu 30 siswa”
2) Jumlah Siswa per Guru Indikator ini menyangkut ketersediaan
tenaga pendidik. Indikator ini dibedakan juga atas pendidikan dasar
(SD dan SLTP) dan pendidikan tingkat lanjut (SLTA). Rasio siswa
per guru ini juga dibedakan antara tingkat pendidikan dasar SD dan
SMP (BETI) dan tingkat lanjutan SLTA (AETI).
Dari data yang didapat rasio siswa per guru dikabupaten
Bojonegoro untuk tingkat SD/sederajat terendah ditahun 2009 dan
2012 dengan 1/11 sedangkan untuk tertinggi berada di rasio 1/12 di
tahun 2008, 2010, dan 2011. Untuk SMP/sederajat terendah berada
dirasio 1/12 dan tertinggi 1/15 ditahun 2009 dan yang terakhir data
yang didapat tahun 2012 rasio 1/12. Untuk tingkat SLTA terendah
tahun 2011 yaitu 1/11 tertinggi terjadi ditahun 2009 1/13. Menurut
Ibu Dian dalam wawancara pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 09.15
mengungkapkan “idealnya untuk sekarang dalam sertifikasi guru
jumlah siswa per guru rasionya 1:15” jadi berdasarkan wawancara
dengan Ibu Dian tersebut disimpulkan bahwa ditahun tersebut
terkhusus ditahun 2011 – 2012 dengan terjadinya pemekaran,
kabupaten Bojonegoro perbandingan tersebut telah sesuai dengan
125
standar sertifikasi guru dan berikutnya dari data yang didapat di
kecamatan Gayam untuk ditahun 2015 Rasio Guru dibanding murid
untuk SD sebesar 1/15, SMP sebesar 1/12, dan SMA 1/18 hal ini
sangat terlihat bahwa ditingkat SMA rasio siswa per guru di
kecamatan Gayam sebesar 1/18 belum sesuai dengan standar
sertifikasi guru.
3) Ketersediaan fasilitas kesehatan (PHFI)
Ketersediaan fasilitas kesehatan di kabupaten Bojonegoro
dari data yang ada puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak
jumlah ketersediannya, maka semakin memudahkan masyarakat
dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Rasio puskesmas,
puskesmas pembantu dan polindes terhadap jumlah penduduk di
kabupaten Bojonegoro pada tahun 2012 mencapai rasio 1 : 3.483. ini
artinya bahwa 1 pukesmas/pustu/polindes harus melayani jumlah
penduduk sebanyak 3.483 jiwa. Adapun rasio puskesmas terhadap
jumlah kecamatan pada tahun 2012 mencapai 1 : 1,3. Ini artinya
bahwa terdapat beberapa kecamatan yang mempunyai puskesmas
lebih dari 1 unit. Jumlah kecamatan di kabupaten Bojonegoro adalah
28 sedangkan puskesmas yang tersedia hanya 36 puskesmas. Sesuai
data yang didapat untuk tahun 2015 puskesmas Kecamatan Gayam
kabupaten Bojonegoro sendiri mencatat ada sebanyak 40 posyandu
dan 1 Puskesmas rawat inap berada di Kecamatan Gayam. Hanya
126
tersedia 1 dokter umum, 15 bidan dan 5 tenaga kesehatan lainya
yang meliputi perawat dan ahli gizi.
4) Ketersediaan Tenaga Kesehatan (PHOI) Ketersediaan tenaga
kesehatan yang dimaksud adalah dokter, tenaga paramedis dan
pembantu paramedis.
Ketersediaan tenaga kesehatan di kabupaten Bojonegoro
dari data yang telah didapat dari tahun ditahun 2015 adalah 1037
untuk tahun 2016 dengan 1027 tenaga kesehatan dan untuk tenaga
medis sendiri di kecamatan Gayam ditahun 2015 tersedia 1 dokter
umum, 15 bidan dan 5 tenaga kesehatan lainya yang meliputi
perawat dan ahli gizi. Jumlah Seluruh tenaga kesehatan di
Kecamatan Gayam hanya berpengaruh sebesar 0.97 persen dari total
seluruh tenaga kesehatan di Kab. Bojonegoro.
5) Kualitas Infrastruktur (PRQI)
Kualitas infrastruktur di kabupaten Bojonegoro dalam sarana
dan prasarana wilayah yang meliputi infrasruktur transportasi,
sumber daya air dan irigasi, telekomunikasi, listrik dan energi serta
srana dan prasarana dasar permukiman merupakan aspek utama
dalam pembangunan suatu daerah serta memiliki peran penting bagi
peningkatan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat
prasarana transportasi merupakan tulang punggung pengembangan
wilayah sehingga sangat penting untuk menunjang kelancaran
aktifitas sosial dan ekonomi jaringan jalan baik, memiliki keterkaitan
yang sangat kuat terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
127
maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat.
Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam
menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan
yang baik dan memadai.
Pada saat ini prasarana transportasi masih belum maksimal,
belum maksimalnya infrasruktur transportasi dalam memfasilitasi
pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan dalam
kondisi baik dan pembangunan jalan – jalan baru, serta belum
maksimalnya konstruksi jalan. Namun demikian dari data yang telah
didapat selain peningkatan jalan, dapat dilihat proporsi kondisi jalan
yang baik tiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pada tahun 2008 proporsi kondisi jalan yang baik adalah 40,89%,
sedangkan pada tahun 2012 jalan dengan kondisi baik meningkat
menjadi 70,70%. Data terbaru yang didapat dai badan pusat statistik
(BPS) 2013 tetap terjadi peningkatan yang positif dari 2012 jalan
kondisi baik sebesar 70,70% ditahun 2013 meningkat menjadi
78,89%.
d. Aparatur Pemerintah Daerah
Aparatur merupakan hal yang harus dievaluasi, untuk mengetahui
seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan
pelayanan kepada masyarakat. Semakin banyak jumlah aparatur yang
berhubungan langsung dengan pelayanan publik, semakin baik pula
ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Terdapat tiga
128
indikator dalam kinerja aparatur pemerintah daerah untuk menunjukkan
ketersediaan dan kualitas aparatur pemerintah, yaitu :
1) Kualitas Pendidikan Aparatur (PPNSI)
Tingkat pendidikan merefleksikan tingkat pemahaman dan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin
besar pula potensi untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Sesuai
data yang didapatkan indikator ini dalam persentase jumlah aparatur
yang berpendidikan minimal sarjana, dalam total jumlah aparatur
(PNS) tiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah aparatur yang
minimal pendidikan sarjana (Universitas) pada tahun 2011 sebesar
59,22%, 2012 sebesar 60,14% dan tahun 2013 sebesar 60,84%
sedangkan didata terbaru yang berasal dari Badan Kepegawaian
Daerah kabupaten Bojonegoro pada tahun 2015 – 2016 mengalami
penurunan dengan persentase 2015 sebesar 64,34% dan 2016 sebesar
61,95%.
2) Persentase Aparatur Pendidik
Data yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
yang berprofesi guru dalam total jumlah aparatur (PNS) di satu
daerah. Di kabupaten Bojonegoro jumlah total aparatur guru ditahun
2015 dan 2016 berjumlah 6.954 guru ditahun 2015 dan 5.692 guru
tahun 2016 dengan persentase 83,78% tahun 2015 serta ditahun 2016
sebesar 81,38% dari total jumlah PNS di kabupaten Bojonegoro.
Untuk dikecamatan Gayam sendiri sesuai data yang telah didapatkan
tahun 2015 jumlah 296 guru dari jenjang SD – SMA dan termasuk
129
Madrasah ibtidaiyah jumlah tersebut sudah ideal dengan standar
sertifikasi guru rasio dibanding murid 1 : 15 dan hanya jenjang
SMA yang belum ideal karena ditahun 2015 rasionya 1 : 18. ini
mencerminkan seberapa besar fungsi pelayanan masyarakat di
bidang pendidikan berpeluang untuk dijalankan, juga tidak terlalu
berpengaruh cukup besar karena siswa yang jenjang SMA di
kecamatan Gayam banyak yang menempuh pendidikan SMA atau
sederajat di fasilitas pendidikan kecamatan lain atau ke pusat
kabupaten Bojonegoro itu sendiri.
3) Persentase Aparatur Paramedis
Data yang digunakan dalam studi ini adalah jumlah aparatur
tenaga kesehatan dalam total jumlah aparatur (PNS) di satu daerah.
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan maupun
perawat yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu serta polindes. Data yang didapat di kabupaten
Bojonegoro persentasenya pada tahun 2015 sebesar 12,49% dan
ditahun 2016 sebesar 14,68% jumlah persentase tersebut sudah
sesuai dengan jumlah total PNS jabatan fungsional di kabupaten
Bojonegoro. Untuk tenaga medis dan paramedis di kecamatan
Gayam itu sendiri telah dijelaskan bahwa jumlah Seluruh tenaga
kesehatan di Kecamatan Gayam hanya berpengaruh sebesar 0.97
persen dari total seluruh tenaga kesehatan di Kab. Bojonegoro.
Dari data yang berkaitan dengan indikator fokus studi, yakni
perekonomian daerah, keuangan daerah, pelayanan publik dan aparatur
130
pemerintah. Sesuai dengan pemilihan indikator sendiri berdasarkan PP 129/2000
di kabupaten Bojonegoro memiliki tren yang sangat positif ditiap tahunnya meski
itu sebelum ataupun sesudah dimekarkannya kecamatan Gayam namun memang
disatu sisi masih ada kekurangan dalam sektor pembangunan. Pembangunan suatu
daerah memiliki peran penting bagi peningkatan perekonomian dan kehidupan
sosial masyarakat contohnya adalah prasarana transportasi merupakan tulang
punggung pengembangan wilayah sehingga sangat penting untuk menunjang
kelancaran aktifitas sosial dan ekonomi. Jaringan jalan baik juga memiliki
keterkaitan yang sangat kuat terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Hal lainnya adalah
tentang penurunan jumlah pejabat fungsional PNS kabupaten Bojonegoro,
menurut bapak Ristony kepala bidang bagian evaluasi ORTALA mengungkapkan
“Terjadinya penurunan jumlah pejabat fungsional dilingkup kabupaten
Bojonegoro ditahun 2015-2016 bukan karena penurunan kualitas dalam pelayanan
melainkan adanya pejabat fungsional PNS yang pensiun”. Dalam pemekaran
wilayah hal ini sejalan menurut Maarif (2003) merumuskan tujuan dan manfaat
kebijakan pemekaran wilayah sebagai berikut :
1) Secara Politis adalah untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
dikonstruksikan dalam sistem pemerintahan pusat dan daerah yang
memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
2) Secara Formal/Konstitusional adalah untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah terutama dalam
131
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan pemerintahan didaerah
terutama dalam peningkatan pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat
serta meningkatkan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.
3) Secara Administratif Pemerintahan, adalah untuk memperlancar dan
menertibkan pelaksanaan tata pemerintahan sehingga dapat terselenggara
secara efektif, efisien dan produktif.
Dan alasan mengapa kebijakan pemekaran harus dilaksanakan dikecamatan
Gayam kabupaten Bojonegoro menurut Gie (2003) yaitu :
a. Dilihat dari sudut politik, pembentukan suatu daerah/wilayah yang barudimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihaksaja yang bisa menimbulkan tirani.
b. Dalam bidang politik sebagai tindakan pendemokrasian untuk menarikrakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalammempergunakan hak-hak demokrasi.
c. Dari sudut teknik organisasi pemekaran daerah/wilayah adalah untukmencapai suatu pemerintahan yang efisien.
d. Dari sudut kultur diharapkan perhatian dapat sepenuhnya dilimpahkanpada kekhususan suatu daerah seperti geografi, keadaan penduduk,kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakan sejarahnya.
e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi diperlukan karenapemerintah daerah dapat lebih bnyak dan secara langsung membantupembangunan.
2. Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pemekaran Kecamatan Gayam,
Kabupaten Bojonegoro
Pemekaran wilayah disuatu daerah memiliki tujuan untuk meningkatkan
pembangunan dibidang sosial ekonomi masyarakat setelah terjadinya pemekaran
daerah tersebut. Pemekaran kecamatan yang baru yaitu Kecamatan Gayam
karena daerah tersebut menjadi daerah penghasil tambang migas, sebagai daerah
penghasil otomatis mempengaruhi secara sosial ekonomi masyarakat di
kecamatan tersebut, Begitu juga dari sisi pelayanan terhadap masyarakat, maka
132
dengan diperkecilnya wilayah administratif tentu akan memperpendek
rentang kendali pelayanan. Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan seiring dengan
pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan berlangsung dan
bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan.
Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap
kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan
pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut. Pembangunan suatu daerah
haruslah mencakup tiga inti nilai yaitu ketahanan/sustenance yaitu kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mempertahankan hidup; harga diri/self
esteem dimana pembangunan haruslah memanusiakan orang dan freedom from
servitude dimana ada kebebasan bagi setiap individu untuk berpikir,
berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam
pembangunan. (Kuncoro, 2004:63).
3. Pemekaran dalam NPM
Dalam pemekaran wilayah dalam hal ini pemekaran kecamatan
dikarenakan kecamatan Gayam sebagai daerah penghasil migas yang layak
untuk dimekarkan selain itu untuk memperpendek jarak rentang pelayanan
publik dalam masyarakat agar lebih efisien, NPM dipandang sebagai pendekatan
dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk
memperbaiki efisiensi, efektifitas, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi
modern. Vigoda dikutip oleh keban (2008:36). Dalam perkembangan
133
selanjutnya NPM mengalami perubahan orientasi menurut Hood dikutip oleh
Syafri (2012:172), yaitu :
a. The efficiency drive, mengutamakan nilai efisiensi dalam mengukur
kinerja;
Dalam pemekaran kecamatan gayam faktor efisiensi untuk melayani
masyarakat sangat berpengaruh karena sebelum dimekarkan untuk
mengurusi administratif yang berhubungan dengan pemerintah
masyarakat Kecamatan Gayam harus menempuh jarak yang cukup jauh
tentunya hal ini sangat tidak efisien dalam kinerja pelayanan publik.
b. Downsizing and decentralization, perampingan organisasi, ramping
struktur kaya fungsi dan delegasi otoritas kepada unit-unit lebih kecil
agar berfungsi secara tepat dan cepat;
Perampingan organisasi dalam hal ini pemekaran kecamatan
dimaksudkan karena sebelum terbentuknya kecamatan Gayam, desa-
desa yang sekarang dalam wilayah kecamatan Gayam terbelah dalam
dua kecamatan yaitu kecamatan Ngasem dan Kecamatan Kalitidu hal
ini menyebabkan pemerintah terkait dalam hal pelayanan kepada
masyarakat tidak berfungsi secara tepat dan cepat karena warga yang
di desa tersebut dalam hal urusan pemerintah harus menempuh jarak
yang jauh untuk menuju ke kedua kecamatan tersebut. Selain itu
kecamatan Ngasem dan Kecamatan Kalitidu jumlah desa dalam satu
kecamatannya berjumlah kurang ideal.
c. In search of excellence, mengutamakan kinerja optimal dengan
bantuan ilmu dan teknologi;
134
Dengan dibentuknya kecamatan Gayam sebagai kecamatan baru yang
dimekarkan apalagi sebagai daerah penghasil migas sarana dan
prasarana dalam pembangunan meningkat pesat diantaranya
pembangunan fasilitas kesehatan, pendidikan,dan infrastruktur yang
memadai dan modern untuk kinerja yang optimal dalam melayani
masyarakat.
d. Public service orientation, memberi perhatian besar pada pemenuhan
kebutuhan pelayanan publik.
Pemerintah yang disini kecamatan Gayam tentunya memberikan
perhatian besar dalam kebutuhan pelayanan yang terbaik dalam dengan
metode pelayanan publik selesai dalam satu pintu.
4. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Kecamatan Gayam dibentuk sebagai kecamatan baru karena dianggap
mampu untuk membentuk daerah otonominya sendiri dalam pelayanan kepada
masyarakat hal ini sesuai dengan yang diucapkan Syariff Saleh dikutip oleh
Hendratno (2009 : 63-64) mengatakan otonomi itu sebagai hak pengatur dan
memerintah sendiri. Jika berbicara mengenai otonomi daerah, tentu akan
menyangkut pula pada pembicaraan seberapa besar wewenang untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah diberikan sebagai wewenang
daerah, demikian pula sebaliknya.
Pada sisi lain, desentralisasi daerah berarti pemindahan kekuasaan kepada
organisasi-organisasi dalam arti perbatas politik seperti provinsi, distrik dan
kota. Dari sudut desentralisasi, pemekaran kecamatan yang terjadi di kecamatan
gayam ini sama dengan penyerahan wewenang kekuasaan untuk melaksanakan
135
pemerintahan ditingkat kecamatan yang baru. Seperti yang diungkapkan oleh
Rondenelli dikutip oleh Domai (2011 : 15-16) mengemukakan bahwa “
desentralisasi berarti pemindahan atau penyerahan perencanaan, membuat
keputusan atau otoritas manajemen dari pemerintah pusat dan perwakilannya
kepada organisasi lapangan, unit-unit pemerintahan yang lebih rendah, badan
hukum publik, penguasa wilayah luas maupun regional, para ahli fungsional,
ataupun kepada organisasi non pemerintah”. Selanjutnya menurut pendapat
Riggs yang dikutip Sarundajang (2000:47) menyatakan bahwa desentralisasi
mempunyai dua makna:
a. Pelimpahan wewenang (delegation) yang mencakup penyerahan tanggung
jawab kepada bawahan untuk mengambil keputusan berdasar kasus yang
dihadapi, tetapi pengawasan tetap berada ditangan pusat.
b. Pengalihan kekuasaan (devolution) yakni seluruh tanggung jawab untuk
kegiatan tertentu diserahkan penuh kepada penerima wewenang.
Dengan pendapat ahli diatas dalam pemekaran kecamatan Gayam mendapatkan
pelimpahan wewenang (delegation) dari pemerintah kabupaten Bojonegoro
melalui Perda Bojonegoro no. 22 tahun 2011 untuk terbentuknya kecamatan
Gayam. Secara pengalihan kekuasaan (devolution) pemekaran kecamatan Gayam
mendapat alih kekuasaan dari 6 desa dari 2 kecamatan Kalitidu dan kecamatan
Ngasem untuk ke 12 desa tersebut berada dibawah wilayah otonomi kecamatan
Gayam.
5. Konsep Pemekaran
136
Dalam pengertiannya pemekaran adalah sesuatu bagian yang utuh atau
suatu kesatuan yang dibagi atau dipisahkan menjadi beberapa bagian yang
berdiri sendiri. (Poerwadarminta, 2005). Jadi sebelum adanya pemekaran
kecamatan Gayam, desa – desa di kecamatan Gayam terbagi menjadi 2 dari 12
desa, 6 desa dibawah kecamatan Ngasem dan 6 desa masuk wilayah kecamatan
Kalitidu namun seiring terjadinya pemekaran wilayah kecamatan sesuai
peraturan daerah Bojonegoro no. 22 tahun 2011 desa – desa dari kedua
kecamatan tersebut menjadi bagian integral dari kecamatan Gayam. mengapa
harus kedua kecamatan tersebut yang desanya tergabung dalam kecamatan
Gayam karena kedua kecamatan tersebut yaitu kecamatan Ngasem dan Kalitidu
secara jumlah kelurahan/desa kurang ideal yaitu 23 desa dibawah kecamatan
Ngasem dan 22 desa dibawah kecamatan Kalitidu sehingga dimekarkan 6 desa
per kecamatan tersebut tergabung dalam kecamatan Gayam karena letaknya
yang strategis dan berdekatan dengan desa Gayam untuk masuk menjadi
Kecamatan Gayam.
6. Faktor – faktor pemekaran kecamatan Gayam
Faktor – faktor dalam pemekaran kecamatan meliputi banyak hal untuk
daerah tersebut layak atau tidaknya untuk dimekarkan wilayahnya, disini
kecamatan Gayam sudah memenuhi kriteria untuk dimekarkan menjadi
kecamatan baru hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gie (2003)
diantaranya adalah :
a. Luas daerah suatu wilayah sedapat mungkin merupakan suatu kesatuandalam perhubungan, pengairan dan dari segi perekonomian dan juga harusdiperhatikan keinginan penduduk setempat, persamaan adat istiadat sertakebiasaan hidupnya.
137
b. Pembagian kekuasaan pemerintahan dalam pembentukan/pemekaranhendaknya diusahakan agar tidak ada tugas dan pertanggungjawabankembar dan harus ada keseimbangan antara beratnya kewajiban yangdiserahkan dengan struktur di daerah.
c. Jumlah penduduk tidak boleh terlampau kecil.d. Pegawai daerah sebaiknya mempunyai tenaga-tenaga professional dan
ahli.e. Keuangan daerah yang berarti terdapat sumber-sumber kemakmuran yang
dimiliki oleh daerah itu sendiri.
Sesuai yang diungkapkan diatas kecamatan Gayam sudah memenuhi
faktor – faktor tersebut sepert luas wilayah sudah sangat mencukupi, pembagian
kekuasaan pemerintahan sudah dibentuk sesuai dengan pertanggungjawaban,
jumlah penduduk yang sesuai, pegawai daerah yang mumpuni yang berasal dari
putra daerah, keuangan daerah ini tentunya sudah sangat sesuai karena alasan
terbentuknya kecamatan Gayam karena telah menjadi daerah penghasil jadi
layak untuk dimekarkan. Secara terperinci dijelaskan bahwa faktor – faktor yang
menjadi layaknya kecamatan Gayam untuk dimekarkan pada saat itu sebagai
berikut :
a. Faktor strategis sarana dan Prasarana Pemerintahan
1) Fasilitas Gedung Kecamatan :
dipersiapkan Bagian Pemerintahan Setda : Progress 75%
(sementara di Kantor Desa Gayam).
2) Perlengkapan Kantor Kecamatan : (dipersiapkan Bagian
Perlengkapan Setda).
3) Sarana dan Prasarana UPT Dinas/ Badan/ Kantor.
4) Akan dilaksanakan pelacakan batas desa pemekaran kecamatan
(anggaran APBD 2012)
138
b. Faktor Strategis Bidang Pelayanan Publik
1) Pelayanan Administrasi Kependudukan menyesuaikan program
capilduk
2) Pelayanan Administrasi Kesehatan/Kesra (Raskin,
Jamkesmas/Jamkesda, KB, dsb)
3) Pelayanan Administrasi Pertanahan.
4) Pelayanan Administrasi NTCR.
5) Pelaksanaan PEMILUKADA tahun 2012 (PPK dan PANWAS
masih menjadi 1 (satu) dengan Kec. Ngasem dan Kalitidu)
6) Pelayanan lainnya.
c. Faktor Strategis Manajemen Sumber Daya Aparatur
1) Pelaksanaan Bimtek bagi Aparatur Kecamatan dan Desa se-
Kecamatan Gayam. (akan dilaksanakan Tgl 29 s.d. 30 Oktober
2012 oleh Bagian Pemerintahan Setda).
2) Belum Idealnya Jumlah Aparatur Kecamatan (Pasal 23 ayat 2
PP 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan).
3) Instansi vertikal : Kantor KUA, UPT Teknis dipersiapkan
(dirangkap dari Kec. Ngasem dan Kalitidu)
Secara umum kecamatan Gayam telah siap namun masih memerlukan
dukungan dari seluruh SKPD baik secara administratif, sarana dan prasarana,
perlengkapan maupun keuangan / anggaran yang menunjang pembentukan
diawal kecamatan Gayam pada saat itu.
139
7. Syarat – syarat pemekaran Kecamatan
Dengan terbentuknya kecamatan Gayam syarat – syarat pemekaran
kecamatan baru yaitu kecamatan Gayam tentunya telah terpenuhi diantaranya
potensi daerah, luas wilayah, jumlah penduduk, kemampuan secara ekonomi,
sosial politik dan sosial budaya hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 129 Tahun 2000, tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran,
penghapusan dan pengabungan daerah untuk mendapatkan tujuan yang
diharapkan, syarat-syarat tersebut antara lain :
a. Potensi daerah, hal ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber dayayang dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan sumbanganpenerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Secara Potensi Daerah kecamatan Gayam merupakan daerah
pertambangan migas, sehingga kecamatan Gayam disebut sebagai
daerah penghasil karena mampu menyumbangkan dan meningkatkan
pendapatan daerah melalui sektor pertambangan. Tentunya hal ini juga
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sekitar karena dengan adanya
potensi daerah tersebut membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan.
b. Luas daerah, merupakan pertimbangan dari jumlah penduduk jika luaswilayah semakin luas dan sulit untuk dijangkau maka pelayanan yangdiberikan kurang efisien, jadi pencapaian dari peningkatan hubunganyang serasi antara pusat dan daerah sulit untuk tercapai. Luas wilayahmerupakan suatu pertimbangan dengan jumlah penduduk.
Kecamatan Gayam memiliki luas wilayah yang tercatat 53,96 km
dengan total jumlah penduduk pada tahun 2015 berjumlah 32.915 jiwa
tentunya dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut
kecamatan Gayam menjadi kecamatan baru, hal ini untuk
140
memperpendek rentang pelayanan kepada masyarakat serta mencapai
efisiensi dalam pelayanan masyarakat. Jadi peningkatan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah akan tercapai.
c. Jumlah penduduk, hal yang , menyebabkan terjadinya pemekarankarena dengan jumlah penduduk yang semakin banyak perlu adanyapelayanan yang lebih jika ditangani oleh satu wilayah tertentu akanmenambah beban pemerintahannya, tujuan dari pemekaran yang dilihatdari jumlah penduduk ini semata-mata untuk memberikan pelayanandan peningkatan keamanan serta ketertiban bagi masyarakatnya.
Jumlah penduduk keseluruhan kecamatan Gayam pada tahun 2015
32.915 jiwa. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan pelayanan yang lebih
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan
keamanan serta ketertiban bagi masyarakat.
d. Kemampuan Ekonomi, merupakan cerminan hasil kegiatan usahaperekonomian yang berlangsung disuatu daerah provinsi,kabupaten/kota yang dapat diukur dari :1. Produk Domestik Regional Bruto2. Penerimaan daerah sendiri
Tiap tahun PDRB kabupaten Bojonegoro selalu mengalami
peningkatan hal ini dipengaruhi karena semakin banyaknya lapangan
pekerjaan yang tersedia sehingga meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat dan pendapatan daerah kabupaten Bojonegoro itu sendiri,
apalagi sektor yang mendorong ekonomi ini dari sektor migas
tentunya mampu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan daerah.
e. Sosial Politik merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadapkelangsungan perkembangan politik masyarakat karena dari semakinmeningkatnya partisipasi masyarakat dalam politik atau dalamorganisasi masyarakat dapat menjadi pendukung dalam percepatanpengelolaan potensi daerahnya.
Dalam sosial politik hal ini dipengaruhi oleh pendidikan. Jika secara
ekonomi dan pendapatan masyarakat tentunya akan meningkatkan
141
pendidikan. Dengan meningkatnya pendidikan dimasyarakat
perkembangan dan kesadaran masyarakat berpartisipasi politik dalam
organisasi masyarakat tentunya akan menjadi pendukung pengelolaan
potensi daerahnya.
f. Sosial budaya, sangat berkaitan dengan struktur masyarakat dankebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan seperti :1) Tempat peribadatan2) Tempat/kegiatan institusi sosial dan budaya3) Sarana olahraga
Dalam bersosial budaya masyarakat kecamatan Gayam sangat memegang
toleransi dalam bermasyarakat dan berbudaya meski belum semua tersedia
tempat peribadatan namun pembangunan di kecamatan Gayam sekarang dalam
proses kemajuan yang sangat signifikan, untuk tempat kegiatan institusi sosial
dan budaya tersedia aula di desa kecamatan Gayam yang cukup besar untuk
mampu menampung kegiatan institusi sosial dan budaya untuk dimanfaatkan
sebaik – baiknya. Sarana olahraga sejauh ini hampir tiap desa di kecamatan
Gayam tersedia lapangan Sepak bola dan lapangan Voli bahkan disalah satu desa
tersedia sarana olahraga lapangan futsal namun dalam kepemilikan swasta bukan
inventaris desa dibawah naungan kecamatan Gayam.
8. Dampak Pemekaran Kecamatan Gayam terhadap Masyarakat
Pemekaran wilayah dianggap sebagai cara untuk meningkatkan
pembangunan di daerah yang tertinggal, khususnya dalam kasus pembentukan
kecamatan baru. Adanya pemekaran dinilai akan memberi kesempatan kepada
daerah tertinggal untuk memperoleh lebih banyak subsidi dari pemerintah pusat
(khususnya melalui skema DAU dan beberapa DAK), hal ini akan mendorong
peningkatan pendapatan per kapita di daerah tersebut. Pembentukan Daerah
142
Otonom Baru banyak melahirkan kemajuan yang cukup pesat dalam
implementasinya, walaupun mungkin masih banyak kekurangan dan kelemahan
serta kendala yang dihadapi. Tapi dengan pemekaran wilayah tersebut mampu
menumbuhkan semangat demokrasi bagi masyarakat di daerah, dimana rakyat
daerah dapat menentukan nasibnya sendiri walaupun mungkin masih memiliki
ketergantungan dengan pusat soal pendanaannya. Salah satu kemajuan penting
dari proses pemekaran wilayah berdampak pada peningkatan ekonomi
masyarakat.
Dampak dari pemekaran wilayah telah melahirkan masyarakat yang
Demokratis hal ini terbukti dengan proses pelayanan yang lebih cepat, proses
penyelenggaraan pembangunan menjadi lebih lancar, tingkat partisipasi
mayarakat lebih meningkat serta berdampak pada peningkatan ekonomi
masyarakat di wilayah Kecamatan Gayam dan juga dapat menciptakan tingkat
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan ekonomi yang dapat
diukur dan obyektif, adanya perluasan tenaga kerja, modal, serta volume
perdagangan dan konsumsi, perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk
menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi,
seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan lembaga
lembaga. (Jhingan, 2010). Jadi dampak pemekaran wilayah ini turut
mempengaruhi aktivitas masyarakat dibidang perekonomian, Aktivitas
perekonomian masyarakat pada sektor riil akan meningkatkan pendapatan
keluarga, terutama ekonomi basis. Ricardson yang dikutip oleh Tarigan (2005).
Dan bukan hanya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang
meningkatkan tetapi dasar pemekaran wilayah ini juga berdampak pada aspek
143
yang lain seperti kemudahan masyarakat untuk mengakses bidang pelayanan,
karena sebelum ada pemekaran maka seluruh proses administrasi dan pelayanan
publik, dianggap menjadi salah satu kendala bagi masyarakat.
9. Peluang dan Kendala Pemekaran
Pemekaran kecamatan Gayam merupakan bentuk kewenangan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Bojonegoro dengan tujuan untuk
memperlancar proses penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan lebih
mendekatkan proses pelayanan kepada masyarakat. Selain itu pemekaran
wilayah juga dilakukan untuk memperbaiki berbagai ketertinggalan yang telah
dilalui selama ketergantungan dengan wilayah yang ada diatas. Pemekaran
wilayah memiliki banyak segi positif dari segi negatifnya, segi positifnya yaitu
terakomodirnya sumberdaya dan kekayaan yang ada diwilayah tersebut sehingga
mempengaruhi percepatan pertumbuhan baik dari segi pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan geografis, serta mempermudah peluang
investasi. Dari sisi pemekaran wilayah maka terdapat peluang dan kendala yang
menjadi pokok perhatian bagi para stakeholder maupun pemerintah daerah dan
swasta. Adapun peluang dan kendala tersebut dapat dijabarkan berikut ini:
a. Peluang Pemekaran Wilayah
Dasar pemekaran wilayah memiliki peluang yang sangat positif bagi
kelangsungan masyarakat diwilayah tersebut yang dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Dari segi Ekonomi
Kecamatan Gayam lebih mempriotaskan potensi ekonomi
dengan andalan bidang pertambangan, khususnya disektor
144
pertambangan minyak bumi. Dengan adanya sumber daya alam
dalam bentuk minyak bumi yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dianggap mampu mendongkrak perekonomian rakyat.
Lahan-lahan milik masyarakat yang mulanya dipergunakan sebagai
lahan pertanian dan bekerja sebagai petani, dibeli oleh perusahaan
pengelola minyak bumi dengan harga yang cukup tinggi. Bagi para
masyarakat Kecamatan Gayam yang mulanya bekerja
menggantungkan sebagai petani sebagai lapangan pekerjaannya
berubah menjadi buruh pekerja atau membuat usaha tentunya
dengan penghasilan yang lebih menjanjikan. Maka dari itu
masyarakat kecamatan Gayam mengalami peningkatan dibidang
ekonomi.
2) Dari Segi Pertumbuhan Penduduk dan pertumbuhan wilayah
Kecamatan Gayam memiliki luas wilayah yang tercatat 53,96
km dengan total penduduk berjumlah 32.915 jiwa. Kecamatan
Gayam telah layak untuk mendirikan daerah otonominya untuk
memaksimalkan penyelenggaraan pemerintahannya.
3) Dari Segi Pelayanan
Dari segi pelayanan dengan berdirinya kecamatan Gayam
bertujuan untuk memaksimalkan penyelenggaraan pemerintahan,
penbangunan serta untuk memperpendek rentang pelayanan kepada
masyarakat agar lebih baik dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Selama ini kecamatan Gayam untuk berhubungan dengan urusan
administratif harus menempuh jarak yang cukup jauh.
145
4) Dari Segi Sosial Budaya
Dari segi sosial budaya telah dijelaskan masyarakat
dikecamatan Gayam sangat memegang toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat, terutama kerukunan antar umat beragama. Begitu
juga dengan proses pembangunan dikecamatan Gayam dalam
infratrukur dan sarana penunjang yang berhubungan dengan
bersosial budaya. Di kecamatan Gayam untuk tempat kegiatan
institusi sosial dan budaya tersedia aula yang cukup besar untuk
mampu menampung kegiatan institusi sosial dan budaya
dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Sarana lain untuk bersosial
terdapat sarana olahraga, sejauh ini hampir tiap desa di kecamatan
Gayam telah tersedia lapangan Sepak bola dan lapangan Voli.
b. Kendala dalam Pemekaran
Kendala yang terdapat pada kecamatan Gayam, diantaranya :
i. Latar Belakang Pendidikan Masyarakat
Latar belakang pendidikan juga dijadikan salah satu aspek
penting untuk mendongkrak proses pemekaran wilayah.
Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi rendahnya wawasan
dan pengetahuan yang menyebabkan perkembangan di wilayah
pemekaran menjadi terhambat. Contohnya di Kecamatan Gayam
terdapat perusahaan-perusahaan yang mengelola minyak bumi.
Masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi
lebih bisa membaca peluang-peluang atau lapangan kerja bagi
mereka, dari hasil temuan yang ada dilapangan ditemukan bahwa
146
tingkat pendidikan masyarakat masihlah rendah Sesuai data di Unit
Pelaksana Tehnik Daerah (UPTD) Gayam, jumlah siswa putus
sekolah usia Sekolah Dasar (SD) mencapai 2.047 orang, usia SMP
mencapai 150 orang, dan usia SMA mencapai 29 orang. Kepala
UPTD Gayam, Mugianto, mengatakan, jumlah tersebut didapatkan
setelah melakukan validasi data untuk usia anak putus sekolah di
wilayahnya. Sedangkan usia yang terdata rata-rata di atas 20 tahun.
"Jumlah tersebut untuk usia produktif," tegasnya, Selasa
(2/6/2015). Dia menyampaikan, untuk mengakomodir anak putus
sekolah tersebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Banyuurip setiap tahun selalu mengikutkan mereka untuk ujian
kejar paket B dan C. Terlebih dengan adanya perekrutan tenaga
kerja besar-besaran di dalam proyek engineering, procurement and
construction (EPC) Lapangan Banyuurip sejak tiga tahun yang
lalu. "Mereka ikut kejar paket supaya bisa ikut bekerja di dalam
proyek," imbuh Mugianto. Mantan Kepala Desa Leran, Kecamatan
Kalitidu itu, menyebutkan, untuk tahun 2014 lalu peserta ujian
kejar paket B atau tingkat SMP sebanyak 74 orang, dan kejar paket
C sebanyak 118 orang. Sedangkan tahun 2015 untuk ujian paket B
diikuti sebanyak 40 orang dan paket C sebanyak 71 orang.
"Sebenarnya masyarakat di Kecamatan Gayam jumlahnya
mancapai ribuan yang tidak lulus sekolah baik tingkat SMP
maupun SMA," ujar Mugianto, mengungkapkan. Namun,
Mugianto memastikan, untuk saat ini sudah tidak ada lagi anak
147
yang putus sekolah. Hal ini dikarenakan Dinas Pendidikan gencar
memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengutamakan
pendidikan sejak dini. Oleh karena itu proses terbentuknya
pemekaran wilayah juga akan perlu mempertimbangan aspek
pendidikan masyarakat khususnya dalam pengembangan
sumberdaya manusia, melalui berbagai bentuk pelatihan, temu
karya, simposium, maupun studi banding sehingga ada pengalaman
dan wawasan yang luas bagi masyarakat dalam berusaha.
(suarabanyuurip.com)
ii. Sikap Mental
Pemekaran wilayah juga tidak selamanya, berdampak pada
proses pembentukan sikap mental, khususnya sikap mental yang
mandiri. Contohnya sikap mental yang mandiri dalam berusaha
dengan memanfaatkan peluang-peluang investasi seperti
menabung, berani mengambil resiko, memanfaatkan peluang -
peluang. Dampak dari lemahnya sikap mental ini juga akan
mempengaruhi kemandirian ekonomi bagi masyarakat dan
berakibat pada proses pertumbuhan yang lain seperti berdampak
pada proses pertumbuhan desa, tidak terpenuhinya kebutuhan baik
primer maupun sekunder. Karena salah satu indeks yang diukur
dalam proses pemekaran wilayah maupun pertumbuhan wilayah
salah satunya adalah aspek ekonomi khususnya dari segi
pendapatan masyarakat, maupun daya beli, serta aspek sumberdaya
manusia.
148
Peluang dan Kendala dalam pemekaran wilayah sebagaimana
dikemukakan diatas dijadikan patokan sebagai dasar evaluasi yang selama ini
menjadi agenda pemekaran. Peluang pemekaran wilayah akan memungkinkan
pengembangan potensi baik potensi ekonomi maupun potensi sumberdaya
manusia, memperlancar proses pelayanan publik, mampu menciptakan tata
kelola penyelenggaraan system pemerintahan dengan harapan terciptanya
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance) melalui
proses transparansi, Akuntabilitas, keadilan, dinamis serta bertanggungjawab.
Sedangkan dari segi kendala akan menjadi bahan pertimbangan serta evaluasi
dalam meminimalisir berbagai proses kegagalan dari dampak pemekaran
wilayah.
10. Pembentukan Kecamatan
Pembentukan kecamatan Gayam sebagai kecamatan baru hasil dari
pemekaran 2 kecamatan yaitu kecamatan Ngasem dan kecamatan Kalitidu hal
ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008, tentang Kecamatan,
pada Bab 1, pasal 1 ayat 5 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kecamatan
adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten kota.
Pembentukan sebuah kecamatan menurut Peraturan ini, dapat berupa pemekaran
1 (satu) kecamatan menjadi 2 (dua) kecamatan atau lebih, dan/atau penyatuan
wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan. Syarat terbentuknya
kecamatan Gayam telah memenuhi syarat administratif, syarat fisik dan syarat
fisik kewilayahan. Yang pertama syarat administratif yang dimaksud syarat
administratif adalah :
a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;
149
b. Batas usia penyelenggaraan pemerintah desa dan atau kelurahan
yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;
c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain
untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk
Kelurahan diseluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon
cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang
persetujuan pembentukan kecamatan.
d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk Desa dan Keputusan
Lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan
baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun
kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan
e. Rekomendasi Gubernur.
Kecamatan Gayam telah memenuhi batas minimal penyelenggaraan
pemerintah dan pemerintahan desa atau kelurahan minimal 5 (lima) tahun, sudah
pula melalu proses keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tentang yang
menjadi cakupan wilayah kecamatan baru baik calon maupun kecamatan induk
yang dimekarkan yaitu kecamatan Ngasem dan kecamatan Kalitidu. Keputusan
bersama kepala desa atau lurah tentang cakupan wilayah kecamatan baru dan
kecamatan Induk (Ngasem dan Kalitidu) tentang persetujuan pembentukan
kecamatan. Serta yang terakhir adalah rekomendasi Gubernur yang disini adalah
Gubernur Jawa Timur dengan tertanda Surat Rekomendasi Gubernur Jawa
Timur Tanggal 23 Februari 2012 Nomor : 138/ 3600/ 011/ 2012.
Yang kedua adalah syarat fisik kewilayahan yang meliputi Cakupan
wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Cakupan
150
wilayah dimaksud adalah jumlah desa dan kelurahan yang ada diwilayah yang
akan dimekarkan, sementara menyangkut lokasi calon ibukota harus
diperhatikan aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesbilitas, kondisi dan
letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya.
Sedangkan yang dimaksud dengan sarana dan prasarana disini meliputi
bangunan dan lahan untuk kantor camat yang dapat digunakan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Syarat fisik kewilayahan kecamatan
Gayam, kabupaten Bojonegoro telah terpenuhi sesuai dengan cakupan – cakupan
syarat fisik kewilayahan dan kemudian dengan keluarnya Surat Dirjen
Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Tanggal 16 Juli 2012, Nomor
125.1/ 1818/ PUM, Perihal : Penyampaian Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur.
Disamping 2 persyaratan fisik dan kewilayahan satu syarat lagi adalah
syarat teknis meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, rentang kendali
penyelenggaraan pelayanan pemerintahan, aktifitas perekonomian dan
ketersediaan sarana dan prasarana. Kecamatan Gayam telah memenuhi ketetapan
persyaratan tersebut, Persyaratan teknis tersebut harus berdasarkan hasil kajian
yang sudah dilakukan pemerintah kabupaten/kota sesuai indikator yang sudah
ditetapkan. Yosephus (2014).
11. Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Gayam
Sebelum menginjak dalam pembahasan Sosial Ekonomi Masyarakat
kecamatan Gayam, sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan
pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk
151
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan
yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Manusia selalu ingin
memenuhi kebutuhanya baik moral maupun material begitu juga dengan
masyarakat kecamatan gayam yang sebelum dimekarkan masyarakat disini
susah untuk memenuhi kebutuhannya karena terhalang oleh rentang jarak yang
jauh terhadap pelayanan dari pemerintahan maka dari itu layak untuk
dimekarkan menjadi kecamatan baru, hal ini sesuai abraham maslow yang
dikutip dalam Soekanto (1982:22) mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri
dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Konsep sosial merupakan konsep yang menunjukkan sesuatu yang dipahami
secara umum didalam masyarakat, masyarakat terdiri dari individu-individu
yang juga berinteraksi satu sama lain, dengan sendirinya terjadilah perubahan
terhadap masyarakat pula. Karena itu proses sosial dapat pula didefinisikan
sebagai perubahan-perubahan dalam struktur masyarakat sebagai hasil dari
komunikasi dan usaha pengaruh mempengaruhi para individu dalam kelompok.
Sedemikian berkembangnya masyarakat kecamatan Gayam individu dan
kelompok untuk membuat perubahan dalam kehidupannya yang bisa dibilang
sebelum dimekarkan cukup terisolasi sehingga sekarang kehidupannya
mengalami perubahan. Disamping itu, karena individu secara tidak sadar sambil
menyesuaikan diri juga mengubah secara tidak langsung (bersama-sama dengan
individu lain) dan masyarakat, dapat dikatakan bahwa setiap individu maupun
kelompok mempunyai peranan atau fungsi dalam masyarakatnya. Susanto
(1983).
152
Secara ekonomi, Ekonomi adalah sebagai suatu usaha dalam pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan pengalokasian sumber daya
masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara
anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan
masing-masing. Jadi pemekaran di kecamatan Gayam ini memberi pengaruh
terhadap sisi ekonomi masyarakat karena kecamatan Gayam menjadi daerah
penghasil minyak/migas dengan adanya sumber daya alam yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi dianggap mampu mendongkrak perekonomian
rakyat. Lahan-lahan milik masyarakat yang mulanya dipergunakan sebagai
lahan pertanian dan bekerja sebagai petani, dibeli oleh perusahaan pengelola
minyak bumi dengan harga yang cukup tinggi. Bagi para masyarakat
Kecamatan Gayam yang mulanya bekerja menggantungkan sebagai petani
sebagai lapangan pekerjaannya berubah menjadi buruh pekerja atau
berwirausaha sendiri tentunya dengan penghasilan yang lebih menjanjikan.
Titik tolak analisis ekonomi ini adalah kembali ke individu. Utilitirianisme
mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa
menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar kesenangan
pribadi atau keuntungan pribadi, dan menekan biaya. Untuk dapat bertahan
hidup, setiap individu perlu bekerja. Individu sendirilah yang lebih
mengetahui dibandingkan dengan orang lain dia harus bekerja apa. Hal ini
dikarenakan individu lebih mengetahui tentang dirinya sendiri dari sisi
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lain lain yang
dimilikinya. Damsar (2011: 35-36).
a. Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
153
Pusat perhatian dari kajian para ekonom adalah pertukaran
ekonomi, pasar dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap
sebagai “sesuatu yang diluar”, dia dipandang sebagai sesuatu yang
telah ada (given). Sebaliknya sosiologi memandang ekonomi sebagai
bagian integral dari masyarakat. Sosiolog terbiasa melihat kenyataan
secara holistik, melihat kenyataan saling kait-mengait antar berbagai
faktor. Banyak yang berpengaruh dalam perekonomian di kecamatan
Gayam ini dengan adanya kemajuan dalam sektor ekonomi dan
luasnya lapangan kerja tentun tidak semua masyarakat Gayam
mampu menikmatinya ganjalan utamanya adalah rendahnya tingkat
pendidikan dan pengalaman bekerja masyarakat dibidang migas.
Yang berpendidikan minimal SMP atau setidaknya bisa baca dan
tulis mereka bisa diterima sebagai buruh (kasar) atau juga yang
sebelumnya sudah memiliki pengalaman bekerja dibidang tersebut
akan memiliki kesempatan untuk bekerja disektor migas ini. Hal ini
sesuai yang diungkapkan oleh Damsar Sosiologi ekonomi selalu
memusatkan perhatian pada analisis hubungan dan interaksi antara
ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti hubungan antara
ekonomi dan agama, pendidikan, stratifikasi sosial, demokrasi, atau
politik. Damsar (2011:42-47)
b. Jaminan Ekonomi
Tujuan yang konstan dan tidak berubah dari buruh itu adalah
jaminan ekonomi. Bagi buruh jaminan ekonomi berarti upah yang
cukup tinggi dan cukup teratur untuk memberikan standar hidup
154
yang wajar dan bisa disisihkan untuk keperluan keperluan lain,
seperti biaya sakit, kecelakaan, dana hari tua, serta memberi
pendidikan yang lebih baik kepada anak-anaknya. Yang terjadi di
kecamatan Gayam sudah sesuai dengan yang diharapkan upah yang
didapat perjam, upah lembur, dan uang makan terjamin sayangnya
bagi buruh ini mereka tidak mendapat asuransi untuk
keselamatannya hanya ada perjanjian kontrak yang menyebutkan
perusahaan bertanggung jawab penuh atas kecelakaan kerja. Jaminan
ekonomi bagi buruh tidak sama dengan jaminan ekonomi bagi orang
kelas menengah. Jadi, bagi buruh jaminan ekonomi bukan berarti
sebuah rumah yang bebas dari penggadaian melainkan perlindungan
terhadap pemecatan sewenang-wenang, suatu jaminan akan
senioritasnya, pekerjaan tetap atau upah yang terjamin setiap
tahunnya. Eugene (1993: 217-222)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi
tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula
dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa
status (Soekanto, 1990 :181). Berikut adalah faktor – faktor yang
mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat diantaranya :
a. Faktor Pendidikan
Pendidikan sangat penting dalam era sekarang ini apalagi
dengan apa yang terjadi di kecamatan Gayam yang daerahnya
sebagai wilayah industri kurangnya pendidikan membuat
155
masyarakatnya akan tersisih dari pekerja yg berasal dari daerahnya
memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik. Seperti yang dikutip
oleh Muhibinsyah (2003:10) Pendidikan merupakan sesuatu yang
mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman belajar yang baik secara
langsung maupun tidak langsung menjadi dasar dalam perubahan
tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan dari pendapat tersebut
dapat dijelaskan bahwa pendidikan itu merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas manusia ditinjau dari tumbuhnya rasa percaya
diri serta memiliki sikap yang inovatif dan kreatif untuk
mengembangkan dan membangun daerahnya. Semakin tinggi tingkat
sosial ekonomi seseorang memungkinkan seseorang tersebut
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
b. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna
mempertahankan hidup dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari. Masyarakat di kecamatan Gayam sesuai data yang
didapat sebelum adanya eksplorasi migas dan dimekarkan 80%
masyarakatnya bekerja sebagai petani dan buruh tani untuk
memenuhi kebutuhannya, setelah adanya pemekaran dan datangnya
investor migas untuk beberapa masyarakat yang mendapat ganti rugi
karena lahan pertaniannya kena dampak eksplorasi migas mereka
156
yang mendapat ganti rugi status sosialnya berubah drastis tentu pula
dengan ekonominya, banyak yang dahulunya bertani bergeser untuk
berwirausaha atau menjadi buruh migas yang penghasilannya lebih
menjanjikan untuk kesehariannya. Sesuai dengan pendapat Bintarto
(1986 : 27) yang mengemukakan bahwa mata pencaharian
merupakan aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan
guna memperoleh taraf hidup yang lebih layak dimana corak dan
ragamnya berbeda beda sesuai dengan kemampuan dan tata geografi
daerahnya. Berdasar pendapat tersebut bahwa keragaman golongan
sosial ditunjukkan dengan adanya perbedaan mata pencaharian yang
berpengaruh pada kemampuan ekonomi. Ditinjau dari aspek
ekonomis, bekerja adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan
atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk
memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun
waktu tertentu.
c. Faktor Pendapatan
Dalam kehidupan usaha rumah tangga tersebut untuk memenuhi
segala kebutuhannya sehingga sebagian besar dan kecilnya
pendapatan suatu rumah tangga akan sangat berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan rumah tangganya. Masyarakat kecamatan
Gayam setelah pemekaran memiliki pekerjaan yang layak tentunya
cukup untuk kesejahteraan keluarganya. Seperti pendapat yang
dikemukakan Kartono Wirosuharjo, dkk (1985: 83) menyatakan
bahwa “Pendapatan adalah arus uang atau barang yang di dapat oleh
157
perseorangan, kelompok orang, perusahaan atau perekonomian
dalam suatu periode tertentu”. Untuk melihat kondisi sosial ekonomi
keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu
pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka
keluarga atau kelompok masyarakat itu dapat digolongkan memiliki
sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Tan yang dikutip
Koentjaraningrat, (1981). Sehubungan dengan tingkat
pendapatan/penghasilan berikut kriteria golongan
pendapatan/penghasilan menurut Koentjaraningrat, yaitu:
1) Golongan Berpenghasilan Rendah
Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari
keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka
perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan
kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun
menjadi agresif. Sementara itu orang tua yang sibuk mencari
nafkah memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.
2) Golongan Berpenghasilan Sedang
Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari – hari.
3) Golongan Berpenghasilan Tinggi
Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian
dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan
untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.
158
Kebutuhan pokok disini sama halnya dengan tingkat hidup minimal
mencakup kebutuhan pokok primer yakni kebutuhan akan sandang, pangan,
dan papan. Khusus yang terjadi di Kecamatan Gayam sebagai daerah yang
dimekarkan, peneliti melakukan wawancara kepada warga kecamatan tentang
mata pencahariannya yang beragam mulai dari pegawai migas, pedagang,
petani. Seperti yang diungkapkan pegawai migas disekitar Kecamatan Gayam
yaitu Mas Sugianto dalam wawancara tanggal 08 Februari 2017 pukul 12.30
WIB :
“ Nama saya Sugianto bekerja sebagai karyawan migas di proyekbanyuurip epc1 ini berjalan 4 bulanan. Gaji saya perjam Rp. 8000hitungan jamnya 12 jam kerja 7jam kerja regular 5 jam dihitunglembur, uang makan Rp. 30.000 / hari. Kalau ditanya cukup atau tidakbuat kehidupan sehari-hari ya pasti cukup memang beda dari pekerjaanyang sebelumnya dengan gaji Rp. 11.500/jam tapi itu merantau maskalau disini meski Rp. 8.000/jam bisa dekat dengan keluarga. Masukkesini tidak menggunakan ijazah namun menggunakan suratpengalaman kerja karena kalau menggunakan ijazah biasanya yangberpendidikan minimal S1. Kalau yang belum pernah bekerja ataubelum punya pengalaman gajinya per jam Rp. 7.500. segitu sudahmencukupi kebutuhan sehari-hari dan yang terpenting dekat dengankeluarga”
Begitu juga dengan wawancara berikutnya kepada ibu Sri penjual makanan
dan minuman disekitar area migas yang sebelumnya keluarga beliau bermata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani wawancara dilakukan tanggal 08
februari 2017 pukul 13.15 WIB :
“ Nama saya bu sri penjual makanan dan minuman disini, dahulu sebelumadanya proyek migas dan gayam masih ikut ke kecamatan ngasem sayabekerja sebagai buruh tani untuk membantu keluarga dan suami sebagaipetani yang menggarap lahan sawah sendiri penghasilan ya tiap panen 3-4bulan sekali untuk kebutuhan sehari hari ya bekerja sebagai buruh tanitapi setelah tanah sawah kami terkena pembebasan lahan untuk migassemuanya berubah, tanah sawah kami diganti untung yang lumayan besarbuat kami. Akhirnya untuk bekerja kami memutuskan membuat warungdisini ya jualan makanan dan minuman, soal pendapatan cukup bahkankalo dibanding dahulu pas masih buruh tani ya lebih banyak jualan warung
159
ini. Pendapatan sehari bersih ya antara Rp. 100.000 sampai Rp. 250.000kalau lagi ramai. Saya juga sudah bisa menyekolahkan anak saya mas keyang lebih tinggi biar gak bodoh seperti orang tuanya”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa sosial
ekonomi masyarakat ikut meningkat dengan adanya pertambangan migas dan
tidak hanya berpengaruh ke pendapatan daerah kabupaten Bojonegoro saja
namun juga seluruh masyarakat didaerah pemekaran yang daerahnya sebagai
daerah penghasil. Dilihat dari sudut Golongan Mas Sugianti dan Ibu Sri ini
dalam Golongan berpenghasilan sedang karena mampu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari – hari.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan, antara lain pendidikan, pekerjaan, dan pemenuhan
kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Dilihat dari masyarakat
daerah pemekaran penghasilan yang didapat masyarakat sudah termasuk
didalam golongan yang berpenghasilan sedang dan berpenghasilan tinggi
mereka yang bekerja sebagai petani, buruh migas dan berwirausaha mampu
mencukupi kebutuhan pokok hariannya. Pada umumnya penghasilan
masyarakat lebih baik jika dibandingkan dengan penghasilan mereka
sebelumnya. Hal tersebut akan membawa suatu perkembangan terutama
dibidang ekonomi yang sejalan pula dengan perkembangan pemekaran daerah
tersebut.
160
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan dan rumusan masalah mengenai Sosial
Ekonomi Masyarakat Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi pada Kecamatan
Gayam, Kabupaten Bojonegoro). maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana implementasi Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa
memberikan peluang yang besar bagi suatu daerah yang memiliki
potensi sumber daya alam dan manusia serta luas wilayah untuk
dimekarkan menjadi beberapa daerah. serta Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan telah membuka peluang
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
2. Dasar hukum pembentukkan Kecamatan Gayam berdasarkan :
a. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Kecamatan Gayam di Kabupaten
Bojonegoro.
b. Surat Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian Dalam
Negeri Tanggal 16 Juli 2012, Nomor 125.1/ 1818/ PUM,
Perihal : Penyampaian Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro
Provinsi Jawa Timur.
c. Surat Rekomendasi Gubernur Jawa Timur Tanggal 23
Februari 2012 Nomor : 138/ 3600/ 011/ 2012
161
3. Pemekaran wilayah dianggap sebagai cara untuk meningkatkan
pembangunan di daerah yang tertinggal, khususnya dalam kasus
pembentukan kecamatan baru. Adanya pemekaran dinilai akan
memberi kesempatan kepada daerah tertinggal untuk memperoleh
lebih banyak subsidi dari pemerintah pusat (khususnya melalui
skema DAU dan beberapa DAK), apalagi kecamatan Gayam disini
menjadi daerah penghasil disektor migas/tambang hal ini akan
mendorong peningkatan pendapatan per kapita di daerah tersebut.
Pembentukan Daerah Otonom Baru banyak melahirkan kemajuan
yang cukup pesat dalam implementasinya, walaupun mungkin
masih banyak kekurangan dan kelemahan serta kendala yang
dihadapi. Tapi dengan pemekaran wilayah tersebut mampu
menumbuhkan semangat demokrasi bagi masyarakat di daerah,
dimana rakyat daerah dapat menentukan nasibnya sendiri walaupun
mungkin masih memiliki ketergantungan dengan pusat soal
pendanaannya. Salah satu kemajuan penting dari proses pemekaran
wilayah berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
4. Dampak dari pemekaran wilayah telah melahirkan masyarakat
yang Demokratis hal ini terbukti dengan proses pelayanan yang
lebih cepat, proses penyelenggaraan pembangunan menjadi lebih
lancar, tingkat partisipasi mayarakat lebih meningkat serta
berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat di wilayah
Kecamatan Gayam dan juga dapat menciptakan tingkat pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat.
162
5. Sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan
yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi
tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Faktor – faktor yang
mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat kecamayan Gayam
diantaranya :
a. Faktor Pendidikan
Pendidikan sangat penting dalam era industrialisasi ini
apalagi dengan apa yang terjadi di daerah pemekaran
kecamatan Gayam yang daerahnya sebagai wilayah
industri kurangnya pendidikan membuat masyarakatnya
akan tersisih dari pekerja yg berasal dari daerahnya
memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik.
b. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat di kecamatan Gayam sesuai data
sebelum adanya eksplorasi migas 80% masyarakatnya
bekerja sebagai petani dan buruh tani untuk memenuhi
kebutuhannya, setelah adanya pemekaran dan datangnya
investor migas untuk beberapa masyarakat yang
mendapat ganti rugi karena lahan pertaniannya terkena
dampak eksplorasi migas mereka yang mendapat ganti
rugi status sosialnya berubah drastis tentu pula dengan
ekonominya, banyak yang dahulunya bertani bergeser
untuk berwirausaha atau buruh migas yang
penghasilannya lebih menjanjikan untuk kesehariannya.
163
c. Faktor Pendapatan
Pendapatan yang didapat masyarakat kecamatan gayam
setelah daerahnya menjadi wilayah eksplorasi migas
tentunya mengalami peningkatan yang drastis untuk
kesejahteraan keluarganya.
6. Peluang dan Kendala Pemekaran Wilayah Kecamatan gayam :
a. Segi Ekonomi
Kecamatan Gayam lebih mempriotaskan potensi
ekonomi dengan andalan bidang pertambangan,
khususnya disektor pertambangan minyak bumi. Dengan
adanya sumber daya alam dalam bentuk minyak bumi
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dianggap
mampu mendongkrak perekonomian rakyat.
b. Segi Pertumbuhan Penduduk dan Wilayah
Kecamatan Gayam memiliki luas wilayah yang tercatat
53,96 km dengan total penduduk berjumlah 32.915 jiwa.
Kecamatan Gayam telah layak untuk mendirikan daerah
otonominya untuk memaksimalkan penyelenggaraan
pemerintahannya.
c. Segi Pelayanan
Berdirinya kecamatan Gayam bertujuan untuk
memaksimalkan penyelenggaraan pemerintahan,
penbangunan serta untuk memperpendek rentang
164
pelayanan kepada masyarakat agar lebih baik dan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
d. Segi Sosial Budaya
Masyarakat di kecamatan Gayam sangat memegang
teguh kerukunan dan toleransi didalam masyarakat,
untuk infratrukur dan sarana penunjang yang
berhubungan dengan bersosial budaya. Di kecamatan
Gayam untuk tempat kegiatan institusi sosial dan budaya
tersedia aula yang cukup besar untuk mampu
menampung kegiatan institusi sosial dan budaya yang
dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Sarana lain
untuk bersosial terdapat sarana olahraga, sejauh ini
hampir tiap desa di kecamatan Gayam telah tersedia
lapangan Sepak bola dan lapangan Voli.
Kendala pemekaran wilayah yang terdapat pada kecamatan
Gayam, diantaranya :
a. Latar belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan juga dijadikan salah satu
aspek penting untuk mendongkrak proses pemekaran
wilayah. Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi
rendahnya wawasan dan pengetahuan yang
menyebabkan perkembangan diwilayah pemekaran
menjadi terhambat.
b. Sikap Mental
165
Pemekaran wilayah juga tidak selamanya, berdampak
pada proses pembentukan sikap mental, khususnya sikap
mental yang mandiri. Dampak dari lemahnya sikap
mental ini juga akan mempengaruhi kemandirian
ekonomi bagi masyarakat dan berakibat pada proses
pertumbuhan yang lain seperti berdampak pada proses
pertumbuhan desa, tidak terpenuhinya kebutuhan baik
primer maupun sekunder.
7. Kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah pemekaran
daerah/wilayah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk melihat perkembangan suatu daerah pemekaran,
diperlukan adanya perbandingan kinerja daerah tersebut sebelum
dan sesudah pemekaran. Dari hal ini akan terlihat, apakah terjadi
perubahan yang signifikan pada suatu daerah setelah dimekarkan.
Yakni perekonomian daerah, keuangan daerah, pelayanan publik
dan aparatur pemerintah sesuai dengan pemilihan indikator sendiri
berdasarkan PP 129/2000 :
a. kabupaten Bojonegoro memiliki tren yang sangat positif
ditiap tahunnya meski itu sebelum ataupun sesudah
dimekarkannya kecamatan Gayam terutama dalam sektor
pendapatan daerah.
b. Sektor pembangunan sarana dan prasarana memiliki
peran penting bagi peningkatan perekonomian dan
kehidupan sosial masyarakat contohnya adalah prasarana
166
transportasi merupakan tulang punggung pengembangan
wilayah sehingga sangat penting untuk menunjang
kelancaran aktifitas sosial dan ekonomi. jaringan jalan
baik juga memiliki keterkaitan yang sangat kuat terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap
kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat.
c. Masalah lainnya adalah terjadi penurunan jumlah pejabat
fungsional PNS dilingkup kabupaten Bojonegoro ditahun
2015 – 2016. Menurut pejabat terkait hal ini dikarenakan
adanya PNS yang pensiun namun hal ini tidak
mempengaruhi kualitas pelayanan kepada masyarakat.
B. SARAN
Dalam kesimpulan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
yang dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk perbaikan
dan penyempurnaan dimasa yang akan datang dalam sosial ekonomi
masyarakat pasca pemekaran kecamatan Gayam di Kabupaten
Bojonegoro. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perlunya peran pemerintah kabupaten Bojonegoro untuk
meningkatkan Sosial Ekonomi Masyarakat malalui pembangunan
disegala sektor demi percepatan pembangunan di kecamatan
Gayam.
2. Perlunya perbaikan terutama pelayanan dan jumlah personel
pegawai di kecamatan agar memenuhi standar yang telah
ditentukan. Masih belum optimalnya kinerja pegawai dilihat dari
167
aspek efektivitas, efesiensi dan akuntabilitas, sehingga
mempengaruhi kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan terhadap masyarakat serta pemberdayaan.
168
DAFTAR PUSTAKA
Ambardi, Urbanus M dan Socia Prihawantoro. 2002. Pengembangan Wilayah
dan Otonomi Daerah. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah.
Anatomi, Faqih. 2007. Pemekaran Daerah (Studi Kasus Tentang Persepsi
Masyarakat Brebes Selatan Terhadap Rencana Pemekaran Kabupaten
Brebes), Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Bintarto. 1986. Urbanisasi Dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grapindo Persada.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana
Dawood, Taufiq C. 2007. Pemekaran Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi
Anggaran Untuk Pelayanan Publik. Aceh Recovery Forum dan
DANIDA. Aceh.
Domai, Tjahjanulin. 2011. Desentralisasi. UBPress
Eugene V. Schneider. 1993. Sosiologi Industri. Jakarta PT Aksara Persada
Indonesia
Gie T Liang. 2003. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah Negara RI, Liberti
Yogyakarta.
169
Haris, Syamsudin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI Press, Jakarta.
Hendratno, Edie Toet. 2009. Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme,
Graha Ilmu
H Chamzawi. 13 September 2013 “Dampak Eksplorasi dan Eksploitasi Blok
Cepu”Diakses Pada Tanggal 27 Juni 2015 dari haloBojonegoro.com.
Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. RajaGrafindo.
Persada, Jakarta
Joel Joko. 16 Juli 2012 “Gayam Resmi jadi Kecamatan Baru” Diakses Pada
Tanggal 19 Mei 2015 dari blokbojonegoro.com
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Kartono Wirosuharjo, dkk. 1985. Kamus Istilah Demografi. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud RI. Jakarta.
Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Maarif, S, (2003), Strategi Peningkatan Kompetensi Aparatur Guna
Mengantisipasi Kebutuhan Sektor Pelayanan Publik, STIA LAN,
Bandung.
Masrukin. 2009. Konflik Dalam Pemekaran Kabupaten Cilacap (dalam Jurnal
Interaksi, Sosiologi FISIP UNSOED, Purwokerto)
170
Miles, B. M. & Huberman, A. M., 1992. Analisis Data Kualitatif. Cetakan 1.
Penerjemah Rohidi, T.R. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mustopadidjaja. 2001. Reformasi Birokrasi, Perwujudan Good Governance, dan
Pembangunan Masyarakat Madani. Makalah disampaikan pada
Silaknas ICMI 2001.
Pamudji. 2000. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Balai Pustaka
Indonesia. Jakarta.
Purwadarminta. W.J.S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ririn Wedia. 2 Juni 2015 “Angka Putus Sekolah di Gayam Capai 2.047 Orang”
Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015 dari suarabanyuurip.com
Samodra Wibawa. 2002. New Publik Management sebagai Model Administrasi
Kabupaten. Yogyakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sarundajang. 2000. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta : Sinar
Harapan.
171
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rajawali
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rajawali
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susanto, Astrid S.1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung :
Binacipta
Susanto, Astrid S.1984. Sosiologi Pembangunan. Bandung : Binacipta
Syafri, Wirman. 2012. Studi tentang Administrasi Publik. Erlangga.
Tarigan, Robinson. 2005b. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi.Jakarta : PT Bumi Aksara.
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1993. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.
Usman dan Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik.
Yogyakarta: Gava Media
Yosephus, Silvana. 2014. Jurnal : Dampak Pemakaran Wilayah terhadap
Pelayanan Publik. Unsrat.
Zauhar, Soesilo. 1990. Pengantar Ilmu Administrasi Negara. Malang: Dwi Murni
Offset.
Zauhar, Susilo. 1993. Administrasi Program Dan Proyek Pembangunan. Malang:
KID Malang
172
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007. Tentang. Tata Cara Pembentukkan,
Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000, tentang persyaratan pembentukan dan
kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Kecamatan
Surat Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Tanggal 16 Juli
2012, Nomor 125.1/ 1818/ PUM, Perihal : Penyampaian Kode dan
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro
Provinsi Jawa Timur.
Surat Rekomendasi Gubernur Jawa Timur Tanggal 23 Februari 2012 Nomor :
138/ 3600/ 011/ 2012
UU RI No. 20 pasal 17 Tahun 2003 Jalur pendidikan
173
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Kantor Kecamatan Gayam
Halaman Kantor Kec. Gayam yang luas
Papan Identitas Kec. Gayam
Bersama Bidang Pemerintahan Kec Gayam
Infrastruktur jalan di Kecamatan Gayam (1)
Infrastruktur jalan di Kecamatan Gayam (2)
Kantor Desa Gayam beserta aula untuk kegiatan masyarakat
Bersama Perangkat Desa Gayam
Pekerja Proyek migas EPC1 Banyuurip (1)
Disalah satu sisi Proyek migas EPC1 Banyuurip (1)
Disalah satu sisi Proyek migas EPC1 Banyuurip (2)
CURRICULUM VITAE
Nama : RIZKI ZAKARIA
Nomor Induk Mahasiswa : 105030101111046
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Bojonegoro, 21 Oktober 1991
Email : [email protected]
No. Telepon : 08563037091
Pendidikan Formal : 1. SDN 1 Dander (1998-2004)
2. SMPN 1 Bojonegoro (2004-2007)
3. SMAN 2 Bojonegoro (2007-2010)
4. Universitas Brawijaya (2010-2017)