Download - PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS …
PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA, TINGKAT PENGANGGURAN
TERBUKA, PROPORSI PENDUDUK MISKIN, DAN INDEKS GINI
DENGAN BELANJA MODAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DAN OPINI LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Magister Akuntansi (S2)
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta
Disusun Oleh:
LARASATI KARINA WULANDARI
121700585
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
YOGYAKARTA
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1
PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA,
PROPORSI PENDUDUK MISKIN, INDEKS GINI DENGAN BELANJA
DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING DAN OPINI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Larasati Karina Wulandari
STIE YKPN Yogyakarta
Abstract
Fiscal decentralization and regional autonomy are the authority granted by the
central government to regional governments to independently explore and manage
income and expenditure in economic development. The purpose of fiscal
decentralization is to increase national allocations, reduce disparities between
regions, and provide services to the community, and improve the social welfare of the
Indonesian people. As a form of accountability in carrying out government activities,
local governments are required to prepare financial reports in the form of APBD
realization that is audited by BPK. Audit opinion given by BPK shows the quality of
government.
This study aims to determine the effect of regional income on social welfare
consisting of human development index, unemployment, poverty, and income
inequality through capital expenditure and economic growth as an intervening
variable and audit opinion as a moderating variable. The study was conducted in 34
provinces in Indonesia during the 2015-2017 observation period using purposive
sampling method obtained 102 data samples. Hypothesis testing is done using
Structural Equation Model from WarpPLS. The results showed that regional income
had a positive effect on capital expenditure, audit opinion was able to moderate the
relationship of regional income with capital expenditure, economic growth had a
positive effect on poverty and income inequality, but had a negatif effect on the
human development index and unemployment.
Key words: regional income, capital expenditure, opinion audit, economic growth,
HDI, unemployment, poverty, and income inequality.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
I. PENDAHULUAN
Otonomi Daerah (otda) dimulai sejak 2001 akibat gejolak sosial yang terjadi
pasca reformasi, kebijakan ini diatur dalam UU 22/1999 dan UU 25/1999 yang
mengalami perubahan menjadi UU 32/2004 dan UU 33/2004. Salah satu tujuan otda
adalah untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyatnya, agar pelayanan publik
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
pemerintah daerah (pemda) lebih mengetahui keadaan dan aspirasi masyarakatnya
dibanding pemerintah pusat. Dengan adanya otonomi daerah pemda diharapkan dapat
menyelesaikan urusan daerahnya sendiri sehingga berada di posisi yang lebih baik
untuk dapat mencapai tujuan pembangunan daerah Sebelum era reformasi sistem
yang berlaku adalah sistem sentralisasi, yaitu semua keputusan berada di Pemerintah
pusat, sehingga pemerintah daerah (Pemda) tidak memiliki wewenang dalam
mengatur daerahnya. Akibatnya, terjadi kesenjangan sosial antar daerah akibat
pembangunan yang tidak merata. Untuk mengatasi hal ini pemerintah memberikan
dana transfer umum dan khusus untuk mengatasi ketimpangan secara vertical maupun
horizontal. Dana transfer umum terdiri dari DBH dan DAU, yang digunakan untuk
mengatasi ketimpangan pemerintah pusat dan daerah serta mengatasi ketimpangan
antardaerah. Pemda diwajibkan mengalokasikan Sedangkan dana transfer khusus,
terdiri dari DAK fisik yang digunakan untuk perbaikan kualitas kinerja (BOS),
peningkatan unit cost untuk pendidikan vokasi, afirmasi untuk daerah tertinggal,
terluar, transmigrasi dan DAK nonfisik yang digunakan untuk pemerataan layanan
publik, peningkatan alokasi pendidikan, serta penambahan subbidang GOR dan
perpustakaan daerah. Selain dana tersebut, terdapat dana otsus yang memiliki tujuan
utama untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur diberikan pada Provinsi NAD,
Papua Barat, dan Papua. Kemudian pada tahun 2012 diberikan dana keistimewaan
(Danais) DIY untuk mendukung pembangunan keistimewaan DIY. Tahun 2015
pemerintah memberikan dana desa kepada setiap desa untuk membiayai program
pemerintahan, melaksanakan pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat desa.
Desentralisasi fiskal merupakan pemberian wewenang untuk pengeluaran dan
pengumpulan pendapatan dari pemerintah pusat ke pemda. Desentralisasi pendapatan
memiliki kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan penerimaan
pendapatan yang dapat mengurangi ketergantungan pada pemerintah. Sedangkan,
desentralisasi pengeluaran memiliki pengaruh terhadap PE dengan pengeluaran yang
optimal (Nguyen dan Anwar, 2011). Pemda menerima kas daerah untuk mendukung
penyelenggaran kegiatan pemerintahan. Pendapatan yang diperoleh dari pajak,
retribusi, dan dari pemerintah pusat digunakan untuk pemerataan pendapatan dan
mengurangi kesenjangan antar daerah. Pemda diberikan kewenangan dalam mengatur
dana yang diterima untuk belanja dalam mendukung pembangunan ekonomi. Belanja
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
Modal (BM) menjadi komponen penting yang diperhatikan publik, karena mereka
ingin mengetahui apakah dana yang dibayarkan melalui pembayaran pajak telah
digunakan dengan semestinya dan berorientasi kepada kepentingan publik. BM
menjadi dasar evaluasi dan koreksi bagi pemerintah daerah dalam mengalokasikan
pengeluaran untuk melakukan pembangunan di daerahnya.
Pemerintah wajib mengelola keuangan negara secara akuntanbel dan transparan
dengan memperhatikan regulasi yang mengatur keuangan daerah. Dalam
menjalankan fungsi pelayanan kepada publik, pemda menyusun dan melaporkan
LRA APBD sebagai bukti pertanggungjawaban vertikal dan horizontal. Permendagri
No. 59/2007 menjelaskan proses penyusunan RKA-SKPD tentang anggaran berbasis
kinerja dan akuntabilitas, anggaran ini menuntut adanya output yang optimal. UU No.
15/2004 memberikan amanat kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
secara mandiri yang dipublikasikan melalui Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS). Pemeriksaan keuangan negara merupakan proses mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengevaluasi laporan keuangan secara professional dan objektif
untuk menilai kredibilitas dan keandalan mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
terhadap keuangan negara (SPKN, 2017). Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK
meliputi keuangan, kinerja, dan PDTT.
Opini yang diberikan auditor mencerminkan kualitas laporan keuangan. Semakin
baik opini yang di dapat menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan yang
dilaporkan sudah sesuai dengan rencana anggaran. Pengelolaan APBD yang dikelola
dan direncanakan dengan baik akan berdampak pada kualitas laporan keuangan
pemda, karena setiap anggaran menjabarkan secara rinci rencana untuk pengeluaran
dan pendapatan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada publik (Nurdiono et
al., 2016). Pemda perlu menunjukkan kinerja mereka dalam menjalankan program
pemerintah yang tercermin dalam laporan keuangan, terutama realisasi anggaran yang
harus di audit oleh BPK. Evaluasi kinerja pemda tidak hanya melalui kualitas laporan
keuangan namun dapat melalui kinerja administrasi pemda yang dievaluasi oleh
Mendagri (Sutopo et al., 2017).
DF merupakan indikator yang tepat untuk membantu pemerintah dalam
membandingkan dan mengidentifikasi sejauh mana desentralisasi mendorong
pertumbuhan ekonomi (Slavinskaitė, 2017). Pembangunan di suatu daerah
merupakan kerjasama pemerintah daerah dan swasta dalam mendorong pembangunan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru dengan memanfaatkan serta
mengelola sumber daya yang ada (Badrudin, 2012). Rencana PE dapat dikatakan
berjalan lancar, apabila rencana penganggaran pembangunan dilakukan dengan tepat
dan didukung oleh sumber-sumber PD yang dikelola dengan baik. Kunci utama
dalam PE dapat dilihat dari kualitas SDM suatu daerah. Meningkatnya PE ditandai
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
dengan adanya peningkatan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang
akan berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas. Dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, diperlukan banyak tenaga kerja untuk memproduksi barang sehingga
jumlah dan harga barang yang ada di masyarakat tetap stabil. Dengan adanya
penyerapan tenaga kerja, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, yang nantinya akan mengurangi kesenjangan
pendapatan masyarakat antardaerah.
Penelitian ini akan menguji pengaruh pendapatan daerah yang diharapkan akan
berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang dilihat melalui
kualitas hidup manusia, tingkat pengangguran kemiskinan, dan ketimpangan
pendapatan melalui belanja modal dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
intervening dan opini audit sebagai variabel moderasi. Dana yang diterima dan
dialokasikan oleh pemerintah diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan
masyarakat.
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory merupakan hubungan antara principal dengan agent yang melakukan
kerjasama dalam membuat keputusan atau kebijakan yang menguntungkan bagi
principal (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah keagenan terjadi ketika principal
melakukan penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan diri sendiri yang
diinterpretasikan dalam bentuk korupsi (Leruth dan Paul, 2008). Pada pemerintahan
sektor publik, pemerintah sebagai agent dan rakyat sebagai principal, Pemerintah
sebagai agent yang dipilih oleh rakyat harus bertanggungjawab dalam menjalankan
kewajiban sesuai yang diamanatkan UU dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat (Nurdiono et al., 2016).
Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan sektor publik ke tingkat
pemerintahan yang berbeda (Slavinskaitė, 2017). Pelaksanaan desentralisasi fiskal
harus memperhatikan dan melaksanakan prinsip money should follow function, yaitu
wewenang pemerintah dalam menetapkan anggaran untuk mendanai program atau
kegiatan pemerintah dengan fungsi dan kebutuhan masing-masing unit sesuai
ketentuan yang berlaku. Manfaat desentralisasi fiskal menurut Bahl (2008), yaitu
meningkatkan peluang penerimaan pajak dari pajak daerah dan efisiensi anggaran
daerah.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
Pendapatan Daerah
Menurut UU 33/2004 PD adalah hak yang wajib diterima oleh pemerintah sebagai
penambah nilai kekayaan setiap periode yang menjadi tolok ukur rasional dalam
setiap sumber pendapatan yang diterima. PD berasal dari pajak dan dana yang
diberikan pusat. Tingkat pendapatan yang diterima tiap daerah berbeda, disebabkan
oleh kebijakan yang diterapkan masing-masing pemda serta kualitas sumber daya
yang dimiliki dalam meningkatkan PD.
Belanja Modal
PP No. 71/2010 BM merupakan pengeluaran rutin untuk menambah aset tetap atau
kekayaan pemda. Sedangkan menurut Direktorat Jendral Anggaran (DJA) aset tetap
yang ditambahkan memiliki nilai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pemda
mengalokasikan BM ke dalam APBD untuk meningkatkan pelayanan publik dan
melakukan pembangunan sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan. Aset
berwujud memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun merupakan aset tetap dalam
BM.
Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
UU No. 15/2004 mendefinisikan opini audit adalah auditor memberikan
pernyataan profesional setelah melakukan pemeriksaan terhadap informasi keuangan
yang wajar. Dalam melakukan pemeriksaaan LKPD, BPK berpedoman pada SPKN
2017. Opini yang diberikan harus dapat dirumuskan apakah bebas dari kesalahan
material, memiliki keyakinan memadai dan sesuai standar penyusunan yang berlaku.
Berdasarkan UU No. 23/2014, kepala daerah wajib memberikan laporan adminsitrasi
pemda mengenai kinerja dan pelaksanaan tugas pembantuan bersama. Selanjutnya,
dalam PP 3/2007 pemda harus menyerahkan LPPD, yaitu laporan realisasi program
selama satu tahun melalui indikator-indikator yang telah ditetapkan berdasarkan
RKPD. Kemudian PP 6/2008 menjelaskan tentang evaluasi kinerja, evaluasi sumber
informasi, dan tujuan terkait dengan kinerja adminidtrasi pemda yang diukur melalui
input, process, output, outcome, benefits, dan impact. Pemeriksaan LKPD
berdasarkan pada UU 17/2003 (31), UU 1/2004 (56), UU 15/2004, dan UU 15/2006
(6). Pemeriksaan dilakukan untuk memperoleh keyakinan apakah LKPD disajikan
dengan wajar dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pemeriksaan LKPD meliputi:
(1) kewajaran saldo dalam neraca; kewajaran saldo dan transaksi pada LRA dan
LAK; kecukupan infromasi pada CALK; efektivitas desain dan implementasi
pengendalian intern; (5) kepatuhan terhadap regulasi. Opini audit diukur dengan skala
ordinal, semakin tinggi angka yang diberikan semakin baik kualitas laporan
keuangan, yaitu: 1= TMP, 2= TW, 3= WDP, 4= WTP-DPP, 5= WTP.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan produktivitas masyarakat
dalam menghasilkan barang dan jasa. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi
ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara.
Kuznets (1971) dalam Prasetyo (2016) mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi
sebagai peningkatan produktivitas masyarakat untuk menghasilkan barang bernilai
ekonomi kepada masyarakat sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang, kemajuan teknologi mempengaruhi peningkatan kapasitas produksi
yang dihasilkan suatu negara.
Indeks Pembangunan Manusia
IPM dapat digunakan untuk mengetahui kondisi suatu negara apakah negara tersebut
termasuk dalam kelompok negara maju, berkembang atau terbelakang. Dalam IPM
telah terdapat konsep kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari aspek kesehatan,
aspek pendidikan, sandang, pangan, dan tempat tinggal yang menjadi kesatuan
dengan tingkat pendapatan (Badrudin, 2012). IPM dikatakan rendah apabila nilainya
kurang dari 60, dikatakan sedang jika nilai IPM kurang dari sama dengan 70, IPM
dikatakan tinggi apabila nilainya kurang dari sama dengan 80, dan dikatakan sangat
tinggi apabila nilai IPM lebih dari sama dengan 80.
Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran adalah tenaga kerja aktif yang belum mendapatkan pekerjaan (Sukirno,
2004). Sedangkan, Nanga (2005) berpendapat pengangguran yaitu seseorang yang
tidak aktif mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran terjadi
akibat lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Semakin luas lapangan kerja yang tersedia semakin tinggi kesempatan bagi penduduk
angkatan kerja untuk memperoleh kesempatan kerja. Semakin tinggi produktivitas
dalam menghasilkan barang atau jasa maka tentunya akan menyerap tenaga kerja
lebih banyak.
Proporsi Penduduk Miskin
Menurut Bappenas, kemiskinan yaitu seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari untuk mewujudkan kehidupan yang lebih bermatabat. kebutuhan
dasar secara umum, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan,
perumahan, pekerjaan. Kebutuhan dasar saling berpengaruh satu sama lain, jika ada
kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi maka akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.
Dalam mengukur tingkat kemiskinan menggunakan konsep basic needs approach
untuk mengukur pengeluaran rata-rata dalam memperoleh kebutuhan dasar hidupnya
berupa makanan dan non-makanan (BPS, 2017).
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
Indeks Gini
Indeks Gini digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan yang terjadi di
suatu wilayah atau daerah yang nilainya berada antara 0 (nol) yang artinya
pemerataan sempurna hingga satu 1 yang memiliki arti ketimpangan sempurna. Jika,
nilai Indeks Gini mendekati 0 menunjukkan bahwa distribusi pendapatan makin
merata. Sebaliknya, jika rasio gini mendekati nilai 1 maka distribusi pendapatan
makin tidak merata (BPS, 2017).
Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja Modal
Teori generasi kedua yang dibangun oleh Musgrave (1959) dan Oates (1972)
menekankan pentingnya revenue dan expenditure assignment antarlevel
pemerintahan. Teori ini menjelaskan keterkaitan yang erat antara penerimaan daerah
dengan pengeluaran daerah yang menjadi insentif bagi pemda dalam meningkatkan
kemakmuran ekonomi daerah. Dengan demikian transfer dari pemerintah pusat yang
besar akan menimbulkan disisentif bagi pemda dalam meningkatkan penerimaan
daerah. Semakin besar pendapatan yang diterima oleh pemda maka semakin besar
anggaran belanja untuk membangun daerahnya, sehingga diharapkan dapat
mewujudkan kemandirian daerah. Mangowal (2013) dan Jaya dan Dwirandra (2014)
melakukan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa PD berpengaruh positif
terhadap BM.
H1: Pendapatan Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
Pengaruh Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Pendapatan
Daerah terhadap Belanja Modal
Teori agensi menyatakan akan ada konflik kepentingan antara agent dan principal.
UU 15/2004 menunjuk BPK untuk memeriksa laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan yang disusun oleh pemda, sehingga masyarakat memperoleh
keyakinan kebenaran atas laporan yang disusun dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perhitungan desentralisasi fiskal dan kinerja keuangan daerah menggunakan rasio-
rasio yang diperoleh dari LKPD, jika angka yang diungkapkan dalam LKPD tidak
sesuai dengan angka semestinya, menunjukkan hasil perhitungan keuangan daerah
tidak akurat. Auditor memberikan pernyataan profesional mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa. Pernyataan yang diberikan auditor menjadi
indikator dalam menilai kualitas LKPD. Opini yang baik didapatkan dari kinerja
pemerintahan yang baik dan merupakan gambaran dari tertibnya pengelolaan
keuangan daerah oleh pemerintah. Maka dari itu, opini audit yang wajar dapat
memperkuat pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja modal. Sebaliknya, opini
audit yang buruk dapat memperlemah pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja
modal. Pemberian opini audit didasarkan pada asumsi bahwa pemda yang
mendapatkan opini wajar telah mengalokasikan lebih banyak pendapatan daerahnya
untuk belanja aset tetap, dibandingkan dengan pemda yang mendapatkan opini buruk
karena jumlah alokasi untuk belanja modal lebih kecil.
H2: Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah berpengaruh positif pada
Pendapatan Daerah terhadap Belanja Modal
Pengaruh Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut teori ekonomi klasik yang dikembangkan oleh Smith (1999), pertumbuhan
ekonomi lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan output dan ini berkaitan dimana
pertumbuhan output ditentukan oleh jumlah modal yang ditanam, modal ditentukan
oleh laba yang diterima, laba bergantung pada permintaan pasar. Kegiatan yang
menimbulkan permintaan barang dan jasa akan direspon oleh produsen untuk
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pemda, sehingga akan terjadi
aktivitas ekonomi yang akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi.Kenaikan Belanja Modal akan
berdampak langsung pada meningkatnya presentase PE. Penelitian Jalil et al. (2014),
Prasetyo (2016), dan Slavinskaitė (2017) menunjukkan belanja pemerintah daerah
berperan dalam peningkatan PE.
H3: Belanja Modal berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Aktivitas rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan
indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk makanan, air
bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah (Ramirez, 1998). Penelitian Adelfina dan
Jember (2016) dan Bhakti et al. (2018) menunjukkan PE memiliki pengaruh positif
terhadap IPM.
H4: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
Masyarakat
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka
PE akan mempengaruhi jumlah pengangguran di suatu negara Smith (1999) dalam
Anggoro (2015). Saat PE disuatu negara mengalami kenaikan maka proses
produktivitas dalam menghasilan barang dan jasa juga mengalami kenaikan yang
akan menyerap banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan barang sehingga
tingkat pengangguran mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan Zulhanafi et
al. (2013), Anggoro (2015), Muslim (2014), dan Amin (2016) menemukan bahwa PE
memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah pengangguran di suatu wilayah.
H5: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Proporsi Penduduk Miskin
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan pendorong dalam
mengurangi kemiskinan. Cara yang digunakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan
dengan melakukan kegiatan ekonomi yang adil dan merata akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Essen et al. (2012) dalam Zuhdiyaty dan Kaluge (2017). Jika
pertumbuhan ekonomi tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan tidak akan
mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Penelitian yang dilakukan oleh Budhi
dan Kembar (2013) Wirawan dan Arka (2015), dan Rustam (2010) menujukkan PE
berpengaruh negatif terhadap PPM.
H6: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap proporsi penduduk miskin
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Gini
Ketimpangan pendapatan merupakan masalah yang terjadi dalam pembangunan
ekonomi di negara berkembang. Indeks gini digunakan untuk mengetahui tingkat
perbedaan pendapatan di suatu wilayah atau negara. PE yang mengalami peningkatan
akan meningkatkan pendapatan yang diterima oleh masyarakat sehingga tidak terjadi
ketimpangan pendapatan yang sangat tinggi dan indeks gini diharapkan akan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
mengalami penurunan. Panca Kurniasih (2015) dan Arka dan Yasa (2015)
memperoleh hasil PE berpengaruh negatif terhadap IG.
H7: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap Indeks Gini
III. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini menggunakan 34 provinsi di Indonesia, dengan periode
pengamatan 2015-2017. Data pengamatan menggunakan metode pool data, yaitu
gabungan dari data time series dan data cross section. Teknik pengambilan sampel
dengan kriteria tertentu (purposive sampling), diperoleh sampel sebanyak 102 data.
Variabel Penelitian
Penelitian terdiri dari satu variabel eksogen (independen), empat variabel endogen
(dependen), dua variabel intervening, dan satu variabel moderasi. Variabel eksogen
dalam penelitian ini adalah pendapatan daerah. Variabel endogen dalam penelitian ini
IPM, TPT, PPM, dan IG. Sedangkan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi
menjadi variabel intervening, serta opini laporan keuangan pemerintah daerah
menjadi variabel moderating.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Pengukuran
Pendapatan Daerah PD = PAD + DP + Pendapatan lain-lain yang sah
IPM √Ikesehatan X Ipendidikan X Ipengeluaran X 1003
TPT Jumlah Pengangguran
Jumlah Angkatan Kerja X 100%
PPM Basic needs approach
Indeks Gini Nilai koefisen berkisar 0-1
Belanja Modal BM = Belanja Tanah + Peralatan dan Mesin + Gedung + Jalan +
Irigasi + Aset Lainnya
Pertumbuhan
Ekonomi
PDRBt − PDRBt−1 x 100
PDRBt−1
Opini Audit 1 = TMP, 2 = TW, 3 = WDP, 4 = WTP-DPP, 5 = WTP
IV. Hasil dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai data yang dilihat dari mean,
maximum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil analisis
ditunjukkan pada tabel berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
N PD BM OLKPD PE
(%)
IPM TPT PPM
(%)
IG
Mean 102 8.207 1.345 4,82 0,05 69,16 5,31 0,11 0,36
Max 102 64.823.887 11.045.723 5 21,76 80,06 9,93 0,28 0,44
Min 102 144.382 229.776 3 -1,2 57,25 1,48 0,04 0,28
Std. Dev 102 10.446 1.685 0,57 0,03 4,14 1,90 0,06 0,04
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 4.1 menunjukkan pendapatan daerah memiliki mean
Rp8.207.364.964.184, Nilai PD maximum berada di Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2017 Rp64.823.887.369.819 dan nilai minimum PD berada di Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2015 Rp144.382.660.838, dengan standar deviasi
Rp10.446.055.830.096. Belanja modal memiliki mean Rp1.345.333.058.113. Nilai
maximum di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 Rp11.045.723.233.626. Nilai minimum
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2016 Rp229.776.980.689 dengan
standar deviasi variabel Rp1.685.957.586.143. Nilai mean OLKPD adalah 4,82
dengan standar deviasi 0,57.
PE memiliki nilai mean 0,05%. Nilai maximum PE berada di Provinsi NTB
tahun 2015 dengan presentase 21,76%, sedangkan untuk nilai minimum PE berada di
Kalimantan Timur tahun 2015 dengan presentase -1,2%. Standar deviasi PE adalah
0,03. Nilai mean IPM adalah 69,16. Tahun 2017 DKI Jakarta memiliki IPM
maximum 80,06 dan Provinsi Papua tahun 2015 memiliki IPM minimum 57,25.
Standar deviasi IPM adalah 4,14. TPT memiliki nilai mean 5,31. TPT maximum
berada di Provinsi NAD tahun 2015 sebesar 9,93. Sedangkan minimum berada di
Provinsi Bali tahun 2017 sebesar 1,48. Standar deviasi TPT adalah 1,90.
PPM memiliki nilai mean 0,11. PPM maximum berada di Papua sebesar 28,40
tahun 2015 dan 2017. Sedangkan nilai minimum berada DKI Jakarta tahun 2015
sebesar 3,61. Standar deviasi PPM adalah 0,06. IG memiliki mean 0,36. IG maximum
terdapat pada Provinsi DIY tahun 2017 sebesar 0,44, sedangkan minimum berada
pada Kepulauan Bangka Belitung tahun 2015 sebesar 0,28. Standar deviasi IG adalah
0,04
Perhitungan Goodnes of fit (Inner Model)
Kerangka konseptual yang dibangun berdasarkan teori dan referensi yang ada,
dikatakan fit apabila didukung oleh bukti empiris. Fit model menunjukkan kesesuaian
model dengan data dan menunjukkan kualitas model yang diteliti. Berdasarkan hasil
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
analisis SEM WarpPLS perhitungan nilai goodness of fit model struktural yang
dibuat tampak seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Hasil Inner Model (Nilai R-square)
Variabel R-Square
PD -
OLKPD -
BM 0,91
PE 0,07
IPM 0,05
TPT 0,12
PPM 0,02
IG 0,07
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai Q2 sebesar 0,9362 atau 93,62%
artinya model memiliki nilai prediktif yang kuat karena variabel PD, BM, OLKPD,
dan PE dapat menjelaskan variabel IPM, TPT, PPM, dan IG sebesar 93,62% dan
sisanya 6,38% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Selain itu,
kesesuaian model juga dapat ditentukan dengan melihat perhitungan Average R-
Square (ARS) dan Average Path Coefisien (APC) serta Average Variance Inflation
Factor (AVIF).
Tabel 4.3
Goodness of fit model
Hasil P-value Kriteria Keterangan
APC = 0,326 P < 0,001 IF P < 0,05 Diterima
ARS = 0,207 P = 0,007 IF P < 0,05 Diterima
AVIF = 1,562 P < 5 Diterima
Model fit indices menunjukkan kualitas dan kesesuaian model dengan data yang
diteliti. ARS digunakan untuk menilai besarnya variabel eksogen, endogen
tergantung, dan mediasi (< 0,05). Untuk melihat keterkaitan hubungan antarvariabel
menggunakan APC (< 0,05). AVIF digunakan untuk melihat besarnya korelasi
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
antarvariabel (AVIF < 5). Dalam penelitian indikator fit model sudah memenuhi
kriteria goodness of fit model sehingga model penelitian dapat digunakan untuk
melakukan uji hipotesis.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel eksogen, variabel
moderasi, dan variabel intervening terhadap variabel endogen. Variabel eksogen
dalam penelitian ini adalah pendapatan daerah. Variabel endogen dalam penelitian ini
IPM, TPT, PPM, dan IG. Sedangkan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi
menjadi variabel intervening, serta opini laporan keuangan pemerintah daerah sebagai
variabel moderating.
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Hipotesis
Hubungan Variabel Koefisien
Jalur P-value Prediksi Temuan Kesimpulan
PD BM 0,80 <0,001 + + Diterima
OLKPD*PD BM -0,23 0,008 + - Ditolak
BM PE -0,27 0,002 + - Ditolak
PE IPM -0,23 0,007 + - Ditolak
PE TPT -0,34 <0,001 - - Diterima
PE PPM 0,15 0,06 - + Ditolak
PE IG 0,27 0,002 - + Ditolak
Sumber: PLS, 2019
Keterangan:
*) P-value < 0,05
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
Gambar 4.1
Hasil Pengujian Hipotesis
Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja Modal
Hasil pengujian pendapatan daerah terhadap belanja modal menunjukkan arah yang
positif dan signifikan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0,8 dan
signifikansi <0,001. Hal ini menunjukkan hipotesis pertama yang menyatakan
pendapatan daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal terbukti. Hasil
pengujian menunjukkan arah positif menunjukkan semakin meningkat pendapatan
yang diterima oleh pemda, maka anggaran untuk dialokasikan ke BM juga
meningkat, artinya alokasi BM pada setiap pemda ditentukan oleh jumlah PD yang
diterima, dengan pemanfaatan pos-pos penerimaan yang ada. PD yang tinggi
dialokasikan melalui BM untuk pembangunan dan perkembangan di daerah yang
direalisasikan dalam bentuk pengadaan fasilitas dan infrastruktur untuk kepentingan
publik. Hasil penelitian sejalan dengan Mangowal (2013) dan Jaya dan Dwirandra
(2014) yang menemukan bahwa PD berpengaruh positif terhadap BM.
Pengaruh Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terhadap hubungan
Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal
Hasil pengujian menunjukkan opini audit memiliki hubungan negatif dan signifikan
terhadap hubungan pendapatan daerah dan belanja modal. Hasil tersebut dibuktikan
dengan nilai p-value sebesar -0,23 dan signifikansi 0,008. Hal ini menunjukkan
hipotesis kedua yang menyatakan opini audit berpengaruh positif terhadap hubungan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15
pendapatan daerah dengan belanja modal tidak terbukti. OLKPD memiliki hubungan
yang memperlemah pengaruh antara pendapatan daerah pada belanja modal. Hal ini
menunjukkan pendapatan yang diterima besar namun alokasi yang dianggarkan untuk
belanja modal lebih kecil, dibandingkan dengan belanja lainnya, sehingga semakin
buruk opini yang diberikan menunjukkan alokasi belanja modal yang diberikan
semakin kecil, sedangkan semakin baik opini yang diberikan, semakin besar alokasi
untuk belanja modal. BM digunakan untuk pembangunan fasilitas dan infrastruktur
yang mendorong kegiatan ekonomi masyarakat. Pengaruh signifikan menunjukkan
APBD telah digunakan secara efektif dan efisien serta tepat sasaran oleh pemda serta
pengalokasian anggaran sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil uji hipotesis menunjukkan belanja modal berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi yang dibuktikan dengan nilai p-value sebesar -0,27
dan signifikansi 0,002. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan belanja modal
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terbukti. Arah negatif
menunjukkan besarnya alokasi BM belum dapat meningkatkan PE secara optimal.
Hal tersebut disebabkan adanya pembangunan jalan tol di beberapa provinsi di
Indonesia. Contohnya, dengan adanya jalan tol, perekonomian di jalur pantura
menjadi lesu, karena masyarakat lebih memilih untuk lewat tol dibandingkan jalan
pantura, karena jarak tempuh yang lebih cepat, akibatnya pedagang yang biasanya
menjual oleh-oleh atau membuka warung makan mengalami penurunan pendapatan
atau omset. Temuan ini mengindikasikan ada faktor lain selain BM yang
mempengaruhi PE. Penelitian ini sejalan dengan Nguyen dan Anwar (2011),
Gunantara dan Dwirandra (2014), dan Prasetyo (2016) yang menunjukkan BM
memiliki pengaruh negatif pada PE. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Jalil et
al. (2014) dan Waryanto (2017) yang menunjukkan BM memiliki pengaruh positif
terhadap PE.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Hasil uji hipotesis menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap IPM yang dibuktikan dengan nilai p-value sebesar -0,23 dan
signifikansi 0,007. Hal ini menunjukkan hipotesis yang menunjukkan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif terhadap IPM tidak terbukti. Arah negatif menunjukkan
semakin meningkat pertumbuhan ekonomi, maka IPM semakin menurun.
Pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sesuai
dengan harapan. Meskipun pendapatan yang diterima belum optimal, IPM
menunjukkan progres yang cukup baik di setiap daerah. Pengaruh signifikan
menunjukkan ketika pendapatan masyarakat mengalami peningkatan maka ada
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16
alokasi untuk kebutuhan primer, sekunder, dan tersier sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup manusia. Dalam merencanakan pembangunan pemda menyusun target
dan rencana dalam mencapai tujuan tersebut. Apabila pemda dapat memenuhi atau
melebihi target yang ditetapkan dapat dikatakan pemda telah berhasil mengelola
pemerintahan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini sejalan dengan Badrudin (2012)
dan Syariyah (2016) yang menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif terhadap IPM. Sedangkan penelitian Adelfina dan Jember (2016) dan Bhakti
et al. (2018) menunjukkan pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap
IPM.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran Terbuka
Hasil pengujian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-
value sebesar -0,34 dan signifikansi <0,001. Hipotesis yang menyatakan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka terbukti.
Meningkatnya PE ditandai dengan adanya peningkatan permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa yang akan berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas.
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan banyak tenaga kerja untuk
memproduksi barang sehingga jumlah dan harga barang yang ada di masyarakat tetap
stabil. Peningkatan produktivitas ini akan mengurangi jumlah pengangguran.
Penelitian ini sejalan dengan Zulhanafi et al. (2013), Anggoro (2015), Muslim
(2014), dan Amin (2016).
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Proporsi Penduduk Miskin
Hasil pengujian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap proporsi penduduk miskin. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-
value sebesar 0,15 dan signifikansi 0,06. Hipotesis yang menyatakan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif terhadap proporsi penduduk miskin tidak terbukti. Ini
menunjukkan bahwa PE masih bersifat eksklusif, yaitu terdapat output pertumbuhan,
tetapi belum mampu mengurangi PPM. Faktor lain yang menyebabkan PPM
meningkat yaitu lemah dan kurangnya perencanaan anggaran menyebabkan
pembangunan terbengkalai atau mangkrak, penyerapan BM yang tidak maksimal
menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam penyediaan layanan publik antardaerah,
proses lelang yang membutuhkan waktu lama, serta alokasi BM lebih kecil
dibandingkan BP, menunjukkan dana yang digunakan lebih banyak untuk keperluan
pemerintah daripada investasi atau penanaman modal. Hal ini menyebabkan proses
pembangunan terasa lambat dalam mendorong PE yang akan menurunkan pendapatan
masyarakat sehingga PPM mengalami kenaikan. Penelitian ini sejalan dengan Idris et
al. (2014) dan Zuhdiyaty dan Kaluge (2017) yang memperoleh hasil pertumbuhan
ekonomi tidak memiliki pengaruh signifikan pada proporsi penduduk miskin. Hasil
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rustam (2010), Budhi dan Kembar
(2013), dan Wirawan dan Arka (2015) menunjukkan PE memiliki pengaruh signifkan
terhadap PPM.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Gini
Hasil pengujian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap indeks gini. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value sebesar 0,27
dan signifikansi 0,002. Hipotesis yang menyatakan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap indeks gini tidak terbukti. Mengindikasikan PE yang
meningkat tidak diikuti dengan peningkatan PE di daerah lain yang menyebabkan
ketimpangan semakin tinggi, hal ini terjadi karena pelaku ekonomi lebih
memfokuskan untuk berinvestasi di daerah-daerah maju yang memiliki infrastruktur
lengkap, tenaga kerja yang terampil serta tersedianya peluang bisnis. Sehingga
daerah-daerah yang tertinggal semakin sulit untuk maju karena daerah tersebut
memiliki keterbatasan dalam hal infrastruktur, tenaga kerja terlatih dan terdidik yang
tidak tersedia. Ketimpangan akan semakin lebar, jika pembangunan fasilitas dan
infrastruktur tidak dilakukan. Penelitian ini sejalan dengan Arifianto (2013),
Akhmedjonov et al. (2013), dan Agusalim (2016) yang menunjukkan PE memiliki
pengaruh positif terhadap IG. Penelitian tidak sejalan dengan yang dilakukan Panca
Kurniasih (2015) dan Wirawan dan Arka (2015) yang menunjukkan bahwa PE
memiliki pengaruh negatif terhadap IG.
V. Penutup
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai hubungan PD terhadap IPM, PT,
PPM, dan IG dengan BM dan PE sebagai intervening dan OLKPD sebagai moderasi,
dapat disimpulkan pendapatan daerah yang diterima oleh pemda belum optimal
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan fasiitas dan
infrastruktur yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat, opini audit
menunjukkan hubungan yang lemah pada pendapatan daerah dan belanja modal, hal
ini menunjukkan dalam memberikan opini, Hal ini menunjukkan pendapatan yang
diterima besar namun alokasi yang dianggarkan untuk belanja modal lebih kecil,
dibandingkan dengan belanja lainnya, sehingga semakin buruk opini yang diberikan
menunjukkan alokasi belanja modal yang diberikan semakin kecil, sedangkan
semakin baik opini yang diberikan, semakin besar alokasi untuk belanja modal.
Penelitian ini memiliki kertebasan karena tidak mengambil populasi pemerintah
kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan data indeks gini untuk pemerintah kabupaten dan
kota tidak tersedia di web bps.go.id. penelitian tidak menggunakan data terkini yaitu
tahun 2018, karena Laporan Realisasi Anggaran belum dipublikasikan di situs DJPK.
Saran yang diharapkan bagi pemerintah, yaitu pemerintah daerah perlu
memperhatikan pengelolaan keuangan daerah dengan efektivitas belanja modal,
karena setiap tahun alokasi belanja modal lebih kecil dibandingkan dengan belanja
pegawai guna mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat mengurangi
ketimpangan pendapatan antardaerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
penelitian selanjutnya yaitu: menambah periode waktu sehingga diperoleh data yang
lebih lengkap dan mengganti variabel yang relevan dengan PE yaitu inflasi, dimana
rupiah yang beredar di masyarakat tidak terkendali sehingga berpengaruh terhadap
PE. Tahun 2017-2019 tingkat inflasi di Indonesia mengalami fluktuatif, hal ini
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
18
menyebabkan meningkatnya harga kebutuhan pokok yang berpengaruh terhadap
produktivitas bahan baku.
DAFTAR PUSTAKA
Adelfina dan Jember, I. M. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Dan
Belanja Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kota
Provinsi Bali Periode 2005–2013.
Agusalim, L. 2016. Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pedapatan dan
Desentralisasi di Indonesia.
Akhmedjonov, A., M. C. K. Lau, and B. B. İzgi. 2013. New evidence of regional
income divergence in post-reform Russia. Applied Economics 45 (18):2675-
2682.
Amin, M. B. 2016. Pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan Inflasi
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Timur tahun 2005-2013.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 4 (2).
Anggoro, H. M. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Angkatan
Kerja terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan
Ekonomi (JUPE) 3 (3).
Arifianto, W. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Distribusi
Pendapatan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE) 1 (3).
Arka, S., and I. K. O. A. Yasa. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas
Pendapatan Antardaerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 8 (1).
Badrudin, R. 2012. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Belanja Modal,
Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di
Provinsi Jawa Tengah, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Bahl, R. 2008. The pillars of fiscal decentralization.
Bhakti, N. A., I. Istiqomah, and S. Suprapto. 2018. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Periode 2008-
2012. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan 18 (4):542-469.
Budhi, S., and M. Kembar. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Pengentasan Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan 6 (1).
Gunantara, P. C., and A. Dwirandra. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum pada Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal
sebagai Variabel Pemoderasi di Bali. E-Jurnal Akuntansi:529-546.
Idris, K., S. Syaparuddin, and S. Hodijah. 2014. Pertumbuhan ekonomi, kesempatan
kerja, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Provinsi Jambi. Jurnal
Paradigma Ekonomika 9 (1).
Jalil, A., M. Feridun, and B. L. Sawhney. 2014. Growth effects of fiscal
decentralization: Empirical evidence from China's provinces. Emerging
Markets Finance and Trade 50 (4):176-195.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
19
Jaya, I. P. N. P. K., and A. Dwirandra. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Pada
Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi.
E-Jurnal Akuntansi:79-92.
Jensen, M. C., and W. H. Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of financial economics 3
(4):305-360.
Leruth, L., and E. Paul. 2008. A principal-agent theory approach to public
expenditure management systems in developing countries. OECD Journal on
Budgeting 7 (3):1-29.
Mangowal, J. C. 2013. Pendapatan Daerah Pengaruhnya Terhadap Belanja Modal
Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1 (4).
Masdiantini, P. R., and N. M. A. Erawati. 2016. Pengaruh Ukuran Pemerintah
Daerah, Kemakmuran, Intergovernmental Revenue, Temuan dan Opini Audit
BPK Pada Kinerja Keuangan. E-Jurnal Akuntansi:1150-1182.
Muslim, M. R. 2014. Pengangguran Terbuka dan Determinannya. Jurnal Ekonomi &
Studi Pembangunan 15 (2):171-181.
Nanga, M. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
Nguyen, L. P., and S. Anwar. 2011. Fiscal decentralisation and economic growth in
Vietnam. Journal of the Asia Pacific Economy 16 (1):3-14.
Nurdiono, N., S. Sugiri, A. Halim, et al. 2016. THE EFFECT OF
BUDGETS’PROPORTION AND NON-FINANCIAL FACTORS ON THE
AUDIT RESULTS OF LOCAL GOVERNMENTS’FINANCIAL
STATEMENTS IN INDONESIA. Journal of Indonesian Economy and
Business 31 (2):178-191.
Panca Kurniasih, E. 2015. Ketimpangan Wilayah di Provinsi Kalimantan Barat Suatu
Kajian terhadap Hipotesis Kuznet.
Prasetyo, T. H. 2016. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus: Provinsi Sulawesi Barat, 2006-
2013), Universitas Gadjah Mada.
Putry, N. A. C., and R. Badrudin. 2017. Pengaruh kinerja keuangan daerah terhadap
opini audit dan kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis 12 (1):25-34.
Rozy, M. A., and P. Wijayanti. 2016. THE INFLUENCE OF THE AUDIT
OPINION, THE ORIGINAL AREA OF REVENUE (PAD) AND THE
EQUALIZATION FUND (DP) TO REGIONAL FINANCIAL
PERFORMANCE (Empirical Studies On Local Governments That Exist In
Central Java). Jurnal Akuntansi Indonesia 3 (2):81-100.
Rustam. 2010. PERENCANAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
DALAM RANGKA MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN DAN
KEMISKINAN. MEDIA SOERJO 6 (No. 1).
Slavinskaitė, N. 2017. Fiscal decentralization and economic growth in selected
European countries. Journal of Business Economics and Management 18
(4):745-757.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
20
Sukirno, S. 2004. Makroekonomi teori pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sutopo, B., T. R. Wulandari, A. K. Adiati, et al. 2017. E-government, audit opinion,
and performance of local government administration in Indonesia.
Australasian Accounting, Business and Finance Journal 11 (4):6-22.
Syariyah, I. F. 2016. ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA
BARAT TAHUN 2004-2015
Waryanto, P. 2017. Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan
Negara dan Kebijakan Publik 2 (1):35-55.
Wirawan, I. M. T., and S. Arka. 2015. Analisis pengaruh pendidikan, PDRB per
kapita, dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin provinsi
Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana 4 (5).
Zuhdiyaty, N., and D. Kaluge. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir. Jurnal Ilmiah Bisnis
dan Ekonomi Asia 11 (2):27-31.
Zulhanafi, M., H. Aimon, and E. Syofyan. 2013. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan tingkat pengangguran di Indonesia. Jurnal
kajian ekonomi 2 (03).
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id