1
PENGARUH PERATAAN LABA, PERTUMBUHAN ASET DAN
PERTUMBUHAN HUTANG TERHADAP REAKSI PASAR (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
M. Sufrianto, Sri Ruwanti, SE, M.Sc, Inge Lengga Sari Munthe, SE.Ak., M.Si
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Perataan laba,
Pertumbuhan Aset dan Pertumbuhan Hutang terhadap Reaksi Pasar yang
diproksikan dengan Cumulative Abnormal Return (CAR). Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perataan laba, Pertumbuhan Aset dan
Pertumbuhan Hutang sedangkan variabel dependennya adalah Reaksi Pasar.
Sampel penelitiannya adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian
tahun 2013-2015. Data dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Adapun
sampel yang digunakan adalah 19 perusahaan setiap tahunnya. Penelitian ini
menggunakan regresi linear berganda untuk analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, pertumbuhan aset dan
pertumbuhan hutang berpengaruh terhadap reaksi pasar, namun perataan laba
tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar. Sedangkan secara simultan, perataan
laba, pertumbuhan aset dan pertumbuhan hutang berpengaruh terhadap reaksi
pasar.
Kata Kunci: Perataan Laba, Pertumbuhan Aset, Pertumbuhan Hutang,
Cumulative
Abnormal Return.
2
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi
yang bermanfaat bagi berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal. Bagi
perusahaan yang sudah Go Public, wajib menyampaikan laporan keuangan secara
terbuka di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan yang disampaikan sudah
selayaknya harus lengkap, akurat dan dapat diandalkan, karena pihak-pihak yang
berkepentingan seperti karyawan, manajemen, pemerintah dan tentunya tidak
kalah penting adalah pemegang saham (investor) memiliki kepentingan terhadap
segala informasi perusahaan tersebut (Yunita & Diyani, 2014).
Kegunaan informasi laba bagi investor adalah untuk mengurangi
ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Sutrisno, Yuniartha, & Susilowati, 2000).
Informasi laba yang disampaikan dari laporan keuangan merupakan sinyal
mengenai laba di masa mendatang Gudono 2000, (dalam Sitorus, 2016).
Setyawan (2006) menyatakan suatu informasi yang membawa kabar baik (good
news) akan menyebabkan harga saham naik, dan sebaliknya informasi yang
membawa kabar buruk (bad news) akan menyebabkan harga saham turun.
Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan bentuk efesiensi pasar modal.
Pasar yang semakin efesien akan mempercepat informasi terefleksi dalam harga
saham.
Menurut Subekti (2005) reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi
yang dipublikasikan di pasar modal dapat diproksikan dengan variabel abnormal
return dan volume perdagangan saham. Abnormal return terjadi ketika actual
3
return melebihi expected return yang diperkirakan oleh investor. Hasil abnormal
return yang positif memberikan arti bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh
para investor lebih tinggi dari pada yang diharapkan, sedangkan hasil abnormal
return yang negatif memberikan arti bahwa tingkat pengembalian yang diperoleh
para investor lebih rendah dari pada yang diharapkan Mustakini 2005, (dalam
Sitorus, 2016).
Selain dapat dilihat dari perubahan harga saham, reaksi pasar juga dapat
dilihat dari volume perdagangan saham. Informasi yang diperoleh investor akan
berpengaruh pada volume dan frekuensi transaksinya. Naiknya volume
perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa.
Dan meningkatnya volume perdangan saham menunjukkan semakin diminatinya
saham tersebut sehingga mengakibatkan kenaikan harga atau return saham
(Dianto & Anastasia, 2013).
Namun beberapa penelitian terdahulu seperti Januar dan Suryono(2007),
Restuningdiah (2011), Mudjiono (2010), Apriwandi dan Pratama (2014), Yunita
dan Diyani (2014) dan Sitorus (2016) memproksikan reaksi pasar pada abnormal
return. Gudono et al (2011) mengungkapkan bahwa abnormal return menjadi
indikator dalam mengukur efisiensi suatu pasar modal. Kustiani dan Ekawati
2006, (dalam Gantino,2015) Laporan keuangan yang digunakan oleh pihak
manajemen sebagai pertanggung jawaban hasil kerja pada pihak eksternal.
Kecenderunganya pihak ekternal adalah memperhatikan laba, hal inilah
mendorong manajemen untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya. Dari
4
perilaku inilah timbul bentuk yang berhubungan dengan laba, yaitu praktik
perataan laba.
Perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari
tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan (Belkaoui, 2006).
Menurut Suryandari (2012), perataan laba merupakan salah satu cara untuk
melakukan manajemen laba yang timbul dari laporan keuangan sebagai akibat
diizinkannya manajemen untuk memilih berbagai metode akuntansi dengan tujuan
untuk mencapai keuntungan pajak, memberikan kesan baik dari pemilik terhadap
kinerja manajemen, mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi
risiko, menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil, dan menjaga posisi atau
kedudukan mereka dalam perusahaan.
Tindakan perataan laba (income smoothing) ini biasanya dilakukan saat
perusahaan mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Cara inilah yang
digunakan untuk menarik perhatian para investor dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Cara lain yang biasa
dilakukan adalah dengan menstabilkan posisi harta ataupun hutang yang
dimilikinya, hal ini diduga bisa membuat para investor merasa cukup aman dan
bebas risiko, karena jika posisi harta dan hutang bergerak fluktuatif ini
menimbulkan risiko kecemasan akan jaminan kelangsungan bisnis dimasa yang
akan datang (Yunita & Diyani, 2014).
Tindakan perataan laba yang dilakukan manajemen sesuai dengan teori
keagenan (agency theory). Teori keagenan mengimplikasikan adanyan informasi
5
asimentri antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai principal. Informasi
asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya. Ketika terdapat informasi asimetri manajer dapat
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi (Rahmawati, 2006).
Januar & Suryono (2007) menguji pengaruh peratan laba terhadap respon
pasar dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian
tersebut adalah perataan laba berpengaruh terhadap reaksi pasar yang diproksikan
dengan cumulative abnorman return dan kualitas auditor memperkuat pengaruh
hubungan antara perataan laba sebagai variabel bebas terhadap reaksi pasar.
Restuningdiah (2011) menguji pengaruh perataan laba terhadap reaksi
pasar dengan menggunakan variabel moderator yaitu good corporate governance
(GCG) dan corporate social responsibility (CSR). Hasil penelitian tersebut adalah
perataan laba berpengaruh negatif terhadap reaksi pasar. Hal ini memiliki makna
bahwa semakin tinggi tindakan perataan laba maka semakin rendah reaksi pasar
terhadap informasi laba perusahaan. Hasil penelitian lainnya adalah good
corporate governance (GCG) tidak berpengaruh sebagai variabel moderator
dalam hubungan perataan laba dan reaksi pasar. Serta corporate social
responsibility (CSR) tidak berpengaruh sebagai variabel moderator, namun CSR
merupakan prediktor tersendiri terhadap reaksi pasar.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yunita dan Diyani (2014) yang
menguji pengaruh income smoothing, BI rate, asset growth dan liability growth
6
terhadap earning response. Hasil penelitian tersebut adalah income smoothing
berpengaruh signifikan terhadap earning response dengan arah korelasi positif
yang artinya jika income smoothing meningkat maka respon pasar (response
smoothing) juga akan meningkat. Hasil penelitian lainnya BI rate berpengaruh
signifikan dengan arah korelasi negatif. Artinya jika BI rate meningkat maka akan
menurunkan respon pasar (earning response). Serta asset growth berpengaruh
signifikan dengan arah korelasi negatif. Artinya jika nilai asset growth meningkat
maka menurunkan earning response. Hasil lainnya adalah liability growth tidak
berpengaruh terhadap earning response dan secara simultan (bersama-sama)
income smoothing, BI rate, asset growth dan liability growth berpengaruh
signifikan terhadap earning response.
Penelitian ini menggunakan variabel yang hampir sama dengan penelitian
Yunita dan Diyani (2014), yaitu income smoothing (perataan laba), BI rate, asset
growth (pertumbuhan aset) dan liability growth (pertumbuhan utang) yang
mempengaruhi earning response (reaksi pasar). Namun terdapat beberapa
perbedaan secara eksplisit dengan penelitian sebelumnya yaitu periode penelitian,
tidak menggunakan variabel BI rate, periode peristiwa dalam mengukur
abnormal return dan sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk melihat
adanya abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman laba, penelitian ini
menggunakan periode pengamatan 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah
pengumuman laba serta pada saat pengumuman laba. Penentuan event window
tersebut bertujuan untuk menghindari pengaruh informasi lain yang dapat
7
mempengaruh investor dalam membuat keputusan, dan jika periode peristiwa
diambil terlalu lama lagi dikhawatirkan adanya peristiwa lain yang akan
mempengaruhi hasilnya (Jogiyanto, 2009). Sedangkan alasan pemilih sampel
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dalam penelitian ini
karena industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor dari perusahaan
manufaktur yang mempunyai peran aktif di pasar modal Indonesia. Investasi pada
industri barang konsumsi merupakan investasi yang cukup menjanjikan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan industri barang konsumsi menyediakan produk-
produk yang merupakan kebutuhan primer masyarakat. Permintaan akan produk
industri barang konsumsi akan cenderung stabil yang berdampak pada
kemampuan menghasilkan laba yang optimal. Sehingga membuat sektor industri
barang konsumsi merupakan sektor yang kuat dan diminati investor saat ini. Hal
ini terbukti dengan kinerja sektoralnya yang berperan besar dalam mendorong
penguatan IHSG.
Penelitian ini tidak menggunakan periode estimasi karena pengukuran
expented return menggunakan market adjusted model. Berdasarkan uraian diatas,
maka penelitian ini berjudul “PENGARUH PERATAAN LABA,
PERTUMBUHAN ASET DAN PERTUMBUHAN HUTANG TERHADAP
REAKSI PASAR”. Penelitian ini merupakan studi kasus perusahaan manufaktur
sektor barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013-2015.
8
KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Hubungan keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau
lebih individu (majikan) menggaji individu lain (agen atau karyawan) untuk
bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan
kepada agen atau karyawannya. Dalam konteks manajemen keuangan, hubungan
ini muncul antara: pemegang saham (shareholders) dengan para manajer, serta
shareholders dengan kreditor ( bondholders atau pemegang obligasi) (Atmaja,
2008: 12).
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Signaling theory memaparkan bagaimana seharusnya perusahaan memberi
sinyal kepada para pengguna atas laporan keuangan. Teori ini menerangkan
bahwa pemberian sinyal yang dilakukan oleh menejer untuk mengurangi esimentri
informasi. Manajer menyampaikan informasi melalui laporan keuangan bahwa
mereka memperaktikkan kebijakan akuntansi konservatif yang menghasilkan laba
yang lebih berkualitas karena prinsif ini mencegah perusahaan melakukan
tindakan membesar- besarkan laba dan membantu para pengguna laporan
keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak berlebihan (Watts,
2003).
Reaksi Pasar
Menurut Subekti (2005) reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi
yang dipublikasikan di pasar modal dapat diproksikan dengan variabel abnormal
return dan volume perdagangan saham. Perubahan harga saham akan dapat
9
menggambarkan bentuk efesiensi pasar modal. Pasar yang semakin efesien akan
mempercepat informasi terefleksi dalam harga saham. Jogiyanto (2013 :609)
mendefinisikan abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal
merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan
demikian return taknormal (abnormal return) adalah selisih antara return yang
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian.
Gudono et al (2011) mengungkapkan bahwa abnormal return menjadi
indikator dalam mengukur efesiensi suatu pasar modal. Apabila harga suatu
instrument investasi telah mencerminkan seluruh informasi yang ada maka return
ekspektasi suatu harga saham relatif akan sama degan return realisasinya. .
Commulative Abnormal Return (CAR) menunjukkan respon pasar terhadap
laporan keuangan yang dipublikasikan. CAR mengukur adanya abnormal return
sebagai respon terhadap adanya unexpected component dari laba yang dilaporkan
oleh perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Scott, 2009).
Perataan Laba
Perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari
tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Perataan yang
direncanakan atau disengaja mengacu secara spesifik kepada keputusan atau
pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat
tertentu. Oleh sebab itu, perataan yang dibuat atau disengaja ini pada dasarnya
adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada pada
10
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-
kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba (Belkaoui, 2006 : 73). Perataan
laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajemen
meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi
fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada
periode baik dengan menciptakan cadangan atau bank laba dan kemudian
melaporkan laba ini saat periode buruk (Subramanyam, 2013: 132).
Menurut Suryandari (2012), perataan laba merupakan salah satu cara untuk
melakukan manajemen laba yang timbul dari laporan keuangan sebagai akibat
diizinkannya manajemen untuk memilih berbagai metode akuntansi dengan tujuan
untuk mencapai keuntungan pajak, memberikan kesan baik dari pemilik terhadap
kinerja manajemen, mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi
risiko, menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil, dan menjaga posisi atau
kedudukan mereka dalam perusahaan.
Pertumbuhan Aset
Aset (aktiva) merupakan hak-hak dan kekayaan/harta-harta yang
merupakan sumber penghasilan, sumber-sumber ekonomis yang diharapkan dapat
memberikan hasil menguntungkan kegiatan-kegiatan pada masa sekarang dan
pada masa yang akan datang,atau dengan kata lain segala harta-harta yang
dimiliki pada saat ini. (Islahuzzaman, 2012: 36). Menurut Kusumajaya (2011)
Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun
penurunan yang dialami perusahaan selama satu periode. Pertumbuhan aset
11
merupakan selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang
dengan periode sebelumnya terhadap total aktiva sebelumnya.
Menurut Astuti (2014), pertumbuhan aset didefinisikan sebagai perubahan
tahunan dari total aset. Perusahaan dengan tingkat aset yang tinggi dianggap
mempunyai risiko yang tinggi, karena perusahaan yang mempunyai laju
pertumbuhan tinggi harus dapat menyediakan modal yang cukup untuk
membiayai pertumbuhannya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. Pada
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru
relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan tinggi cendrung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada
perusahaan dengan pertumbuhan rendah (Atmaja, 2008: 274).
Pertumbuhan Hutang
Kewajiban (Hutang) merupakan semua kewajiban keuangan perusahaan
kapada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber
dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang perusahaan masa
kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi yang bisa terjadi pada masa yang akan datang, yang tumbuh dari
kewajiban tertentu pada saat ini, dengan menyerahkan aktiva atau memberikan
jasa kepada entitas lain pada masa yang akan datang, sebagai akibat adanya
transaksi dan kejadian waktu lampau (Islahuzzaman, 2012: 250).
12
Weygandt dkk (2008:3) menjelaskan utang sebagai tagihan kreditor atas
aset total dan sebagai utang dan kewajiban yang ada. Tagihan, utang dan
kewajiban itu harus diselesaikan atau dibayar pada waktu tertentu dimasa depan
(tanggal jatuh tempo) dengan perpindahan atas asset atau jasa. Menurut Yunita &
Diyani (2014) utang merupakan kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan
oleh suatu entitas baik sekarang atau di masa yang akan datang yang
mempengaruhi pergerakan arus kas yang dimilikinya. Pada umumnya perusahaan
yang sedang berkembang biasanya banyak membutuhkan dana atau ekspansi,
sehingga dana yang dibutuhkan tidak berasal dari dalam perusahaan saja namun
luar, dalam hal ini adalah utang.
Hutang juga merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang
digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan perusahaan dan
memperoleh aktiva perusahaan. Hutang menunjukkan sumber modal yang berasal
dari kreditur. Bunga yang ditetapkan pihak kreditur harus dijadikan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan atas penggunaan hutang karena hal ini akan
menyebabkan meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya
tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa (Weygandt, 2008:3).
Hipotesis
H1: Diduga perataan laba berpengaruh terhadap reaksi pasar.
H2: Diduga pertumbuhan aset berpengaruh terhadap reaksi pasar.
H3: Diduga ertumbuhan utang berpengaruh terhadap reaksi pasar.
H4: Diduga perataan laba, Pertumbuhan aset dan pertumbuhan utang
berpengaruh terhadap reaksi pasar.
13
METODE PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang
konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015.
Operasionalisasi Variavel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel cumulative abnormal return (CAR) adalah variabel dependen
dalam penelitian ini yang merupakan proksi dari reaksi pasar.
Berikut tahapan dalam menghitung cumulative abnormal return (CAR), yaitu:
a. Menghitung return sesungguhnya, dirumuskan sebagai berikut:
Rit = Pit _
Pit-1
Pit-1
Keterangan:
Rit : Return sesungguhnya perusahaan i pada hari t.
Pit : Harga saham penutupan (closing price) perusahaan i pada hari t.
Pit-1 : Harga saham penutupan (closing price) perusahaan i pada hari
sebelum t.
b. Menghitung return pasar, dirumuskan sebagai berikut:
RMit = IHSGt _ IHSGt-1
IHSGt-1
Keterangan:
RMit : Return pasar perusahaan I pada hari t.
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode (hari) t.
14
IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode (hari)
sebelum t.
c. Menghitung abnormal return, dirumuskan sebagai berikut:
ARit = Rit _ RMit
Keterangan:
ARit :Abnormal Return perusahaan I pada hari t.
Rit : Return sesungguhnya perusahaan I pada hari t.
RMit : Return pasar perusahaan i pada hati t.
d. Menghitung cumulative abnormal return, dirumuskan sebagai berikut:
CARi(t1,t2) = ∑ ARit
CARi(t1,t2) : Cumulative abnormal return perusahan I dari periode t1
sampai t2.
ARit : Abnormal return perusahaan I pada hari t.
t1 : Awal periode pengamatan
t2 : Akhir periode pengamatan.
2. Variabel Independen
a. Perataan Laba
Dalam penelitian ini, perataan laba diukur dengan menggunakan indeks
Eckel 1981 (dalam Restuningdiah, 2011). Indeks Eckel yang membedakan antara
perusahaan perataan laba dengan perusahaan bukan perataan laba. Rumusnya
adalah:
t=t1
t2
Indeks Perataan Laba = CV∆I
CV∆S
15
Keterangan:
∆I = Perubahan laba operasi dalam satu periode
∆S = Perubahan penjualan (manufaktur) atau perubahan pendapatan
(keuangan) dalam satu periode.
CV∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CV∆I dan CV∆S dapat dihitung dengan:
Keterangan:
∆X = Perubahan laba (I) atau perubahan penjualan (S) tahun t-1 ke tahun t
∆X = Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S).
n = Jumlah tahun yang diamati
Perusahaan diklasifikasikan sebagai bukan peratan laba jika CV∆I ≥
CV∆S. Variabel ini merupakan variabel dummy, angka satu untuk perusahaan
yang melakukan perataan laba dan angka nol untuk perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba. Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba
operasi, karena merupakan laba yang dihasilkan dari aktivitas utama perusahaan
(Ashari et al 1994).
16
b. Pertumbuhan Aset
Menurut Martantya (2013) Growth (pertumbuhan) dihitung dengan rumus:
Growth = Total Asett – Total Asett-1
Total Asett-1
c. Pertumbuhan Hutang
Pertumbuhan harta (asset growth) dan pertumbuhan utang (liability
growth) didapatkan dari perhitungan selisih antara harta tahun (n) dengan tahun
(n-1), begitu juga dengan pertumbuhan hutang. (Yunita & Diyani, 2014). Maka
pertumbuhan hutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan Hutang = Total Hutangt – Total Hutangt-1
Total Hutangt-1
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang
konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesi (BEI) pada priode 2013-2015.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. purposive sampling adalah teknik pengumpulan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 96). Adapun kretiria pemilihan sampel
yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar secara
berturut-turut di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015.
2. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang menerbitkan laporan
keuangan selama periode 2013-2015.
17
3. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang mengalami laba
selama periode 2013-2015.
4. Tersedian harga saham dan IHSG perusahaan manufaktur sektor barang
konsumsi pada periode pengamatan pada 3 hari sebelum, pada saat dan 3
hari setelah publikasi Laporan Keuangan.
Metode Analisis
Metode analisi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan anasisis
statistic deskriptif dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.
Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2013: 19) statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
skewness (kemencengan distribusi).
Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan bantuan SPSS versi 22.
Model regresi yang sesuai untuk digunakan dengan penelitian ini yaitu:
CARit = a + b1PL+ b2PA + b3PH + e
CAR = Cumulative Abnormal Return (CAR)
PL = Perataan Laba (X1)
PA = Pertumbuhan Aset (X2)
PH = Pertumbuhan Hutang (X3)
e = Error
18
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.1.
Hasil Uji Frekuensi Indeks Perataan Laba
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bukan Perataan Laba 40 70,2 70,2 70,2
Perataan Laba 17 29,8 29,8 100,0
Total 57 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Indeks Perataan Laba dapat digambarkan melalui analisis uji frekuensi,
hasil pengujian tersebut pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa dari 57 data
pengamatan, 40 data atau 70,2% perusahaan Industri Barang dan Konsumsi tidak
melakukan tindakan perataan laba. Sedangkan 29,8% atau 17 dari data
pengamatan terindikasi melakukan praktik perataan laba.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pertumbuhan Asset 57 -,8455 7,1508 ,301864 1,0500154
Pertumbuhan Hutang 57 -,5972 9,5992 ,311974 1,2842732
Cummulative Abnormal
Return 57 -1,1240 39,0187 ,685800 5,2273432
Valid N (listwise) 57
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji t (Parsial)
Uji regresi linear berganda akan menguji pengaruh variabel independen
Indeks Perataan Laba, Pertumbuhan Aset dan Pertumbuhan Hutang terhadap
19
Cummulative Abnormal Return sebagai variabel dependen. Berikut ini adalah
hasil dari pengujian hipotesis model regresi linear berganda pada penelitian ini:
Tabel 4.11.
Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -,249 ,075 -3,329 ,002
Perataan Laba ,034 ,093 ,055 ,369 ,714 ,852 1,174
Pertumbuhan Aset 2,618 ,709 ,997 3,691 ,001 ,259 3,854
Pertumbuhan Hutang -,961 ,337 -,737 -2,851 ,007 ,283 3,536
a. Dependent Variable: Cummulative Abnormal Return
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Hipotesis pertama adalah diduga perataan laba berpengaruh terhadap
reaksi pasar. Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.11. menunjukkan bahwa
hipotesis pertama tidak dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t
hitung sebesar -0,369 lebih kecil dari t tabel yaitu 2,02269 dengan nilai
signifikansi 0,714 lebih besar dibanding tingkat signifikansi yang digunakan
peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan bahwa perataan laba tidak berpengaruh
terhadap reaksi pasar. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak.
Hipotesis kedua adalah diduga pertumbuhan aset berpengaruh terhadap
reaksi pasar. Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.11. menunjukkan bahwa
hipotesis kedua dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung
sebesar 3,691 lebih besar dari t tabel yaitu 2,02269 dengan nilai signifikansi 0,001
lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05. Hal ini
membuktikan bahwa pertumbuhan asset berpengaruh terhadap reaksi pasar.
Dengan demikian, hipotesis kedua diterima.
20
Hipotesis ketiga adalah diduga pertumbuhan hutang berpengaruh
terhadap reaksi pasar. Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.11. menunjukkan
bahwa hipotesis ketiga dapat diterima. Keputusan ini didasarkan pada hasil t
hitung sebesar -2,851 lebih kecil dari t tabel yaitu -2,02269 dengan nilai
signifikansi 0,007 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang digunakan
peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan hutang berpengaruh
terhadap reaksi pasar. Dengan demikian, hipotesis ketiga diterima.
Hasil Uji F (Simultan)
Adapun hasil dari pengujian F (silmultan) yang menguji pengaruh
perataan laba, pertumbuhaan aset dan pertumbuhan hutang terhadap reaksi pasar
dapat dilihat pada Tabel 4.12. sebagi berikut:
Tabel 4.12.
Hasil Uji F (Simultan)
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,988 3 ,329 4,956 ,005b
Residual 2,525 38 ,066 Total 3,512 41
a. Dependent Variable: Cummulative Abnormal Return
b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Hutang, Indeks Perataan Laba, Pertumbuhan Aset
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Hipotesis keempat adalah diduga perataan laba, pertumbuhan aset dan
pertumbuhan hutang secara simultan berpengaruh terhadap reaksi pasar. Hasil
pengujian tampak pada Tabel 4.12. menunjukkan bahwa hipotesis keempat dapat
diterima. Keputusan ini didasarkan pada nilai koefisien sebesar 4,956 dengan nilai
signifikansi 0,005 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang digunakan
peneliti α=0,05. Hal ini membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa perataan
21
laba, pertumbuhan aset dan pertumbuhan hutang secara simultan berpengaruh
terhadap reaksi pasar. Dengan demikian, hipotesis keempat diterima.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat
dibuktikan hipotesis pertama tidak dapat diterima (ditolak) dengan hasil penelitian
perataan laba tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Mudjiono (2010) yang menyatakan bahwa
perataan laba tidak mempengaruhi reaksi pasar dalam artian tidak ada bedanya
perilaku perataan laba ataupun tidak melakukan perataan laba terhadap reaksi
pasar. Namun berbeda dengan Januar & Suryono (2008) yang menyimpulkan
bahwa perataan laba berpengaruh terhadap reaksi pasar.
Pengaruh Petumbuhan Aset Terhadap Reaksi Pasar
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat
dibuktikan hipotesis kedua dapat diterima (diterima) dengan hasil penelitian
pertumbuhan aset berpengaruh terhadap reaksi pasar. Hasil temuan ini
mendukung hasil penelitian dari Yunita & Diyani (2014) bahwa pertumbuhan aset
berpengaruh terhadap reaksi pasar.
Pengaruh Pertumbuhan Hutang Terhadap Reaksi Pasar
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat
dibuktikan hipotesis kedua dapat diterima (diterima) dengan hasil penelitian
pertumbuhan hutang berpengaruh terhadap reaksi pasar. Hasil temuan ini tidak
22
mendukung hasil penelitian dari Yunita & Diyani (2014) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan hutang tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar.
Pengaruh Perataan Laba, Pertumbuhan Aset dan Pertumbuhan
Hutang Terhadap Reaksi Pasar
Hipotesis keempat atau hipotesis terakhir yang diajukan oleh peneliti
adalah perataan laba, pertumbuhan aset dan pertumbuhan hutang berpengaruh
terhadap reaksi pasar. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti
dapat dibuktikan bahwa hipotesis keempat dapat diterima dengan hasil penelitian
bahwa perataan laba, pertumbuhan aset dan pertumbuhan hutang berpengaruh
terhadap reaksi pasar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perataan laba tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015.
2. Pertumbuhan aset berpengaruh terhadap reaksi pasar pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015.
3. Pertumbuhan hutang berpengaruh terhadap reaksi pasar pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015.
23
4. Perataan laba, petumbuhan aset dan pertumbuhan hutang secara simultan
mampu mempengaruhi reaksi pasar pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2015.
Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian mendatang perlu menambahkan variabel-variabel lain
yang mempengaruhi reaksi pasar seperti tingkat asimetri informasi
perusahaan, manajemen laba, biaya modal, maupun kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
2. Dalam penelitian mendatang, diharapkan dapat terfokus pada tahun
penelitian misalnya untuk semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2016 saja. Hal ini perlu
dilakukan untuk benar-benar melihat reaksi pasar yang terjadi untuk
informasi tahun penelitian.
3. Penggunaan Event Window diharapkan dalam penelitian mendatang
dapat memperluas jangkauannya seperti 5 (lima) hari sebelum, pada saat
publikasi laporan keuangan dan 5 (lima) hari sesudah publikasi laporan
keuangan. Hal ini diperlukan karena reaksi pasar akan benar-benar
terlihat (stabil) dikurun waktu yang cukup lama yaitu 11 hari.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P., & Pakarti, P. 2008. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta.
Apriwandi, & Pratama, R. 2014. Pengaruh Perataan Laba dan CSR Disclosure
terhadap Reaksi Pasar Survei pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi.
Ashari, N., Koh, H. C., Tan, S. L., & Wong, W. H. 1994. Factors Affecting
Income Smooting Among Listed Companies in Singapore. Accounting
Business Reseach Vol 24 No.96, 291-301.
Astuti, R. A. 2014. Pengaruh Pertumbuhan Aset, Profitabilitas, dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Estate dan Properti
yang Terdaftar Di BEI 2010-2012. Jom Fekon Vol. I No. 2.
Atmaja, L. S. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta : CV
Andi Offset.
Belkaoui, A. R. 2006. Buku Satu Accounting Theory Edisi 5. Jakarta : Salemba
Empat.
Dianto, a., & Anastasia, N. 2013. Analisis Perbedaan Volume Perdagangan
Saham dan abnormal Return Saham di Sekitar Publikasi laporan Keuangan emite
2009-2012. FINESTA Vol.2 No. 1, 1-6.
Diyani, L. A., & Yunita. 2014. Pengaruh Income Smoothing, BI Rate, Asset
Growth dan Liability Growth Terhadap Earning Response. Kalbisocio
Vol.1 No. 1.
Gantino, R. 2015. Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan
Laba Pada Industri Sektor Pertambangan dan Perusahaan Industri Farmasi
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivarieti dengan Program IBM SPSS 21
Update Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gudono, Tugiman, H., Wijaya, I., Kufepaksi, M., Septyanti, R., & Baridwan, Z.
2011. Model Pendeteksian Manajemen Laba dan Pengaruhnya terhadap
Kapitalisasi Aset dan Besarnya Deviden Survei pada Perusahaan
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Perioda 2005-2009.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.16 No.2 ISSN 1410-1831.
Herdinata, C., & Kodrat, D. S. 2009. Manajemen Keuanganan based On
Empirical research. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hery. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.
25
Islahuzzaman. 2012. Istilah-Istilah Akuntansi dan Auditing. Jakarta: Bumi Aksara.
Januar, E., & Suryono, B. 2007. Pengaruh Perataan Laba terhadap Reaksi Pasar
dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi,
Manajemen Bisnis dan Sektor Publik ISSN 1829-9857, 169-190.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Owner Structure. Jurnal Financial Economic
Vol.3 No.4, 305-360.
Jogiyanto, H. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Enam.
Yogyakarta: PT BPFE.
Jogiyanto, H. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kedelapan.
Yogyakarta: BPFE.
Michelson, S. E., Wagner, J. J., & Wootton, C. W. 1995. A Market Based
Analysis of Income Smooting. Journal of Business Finance and
Accounting, 1179-1193.
Mudjiono. 2010. Pengaruh Tindakan Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar
dengan Kualitas Auditor dan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel
Pemoderasi. Eksplanasi Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2010.
Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah, 2006. Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap Praktik Manajemen pada Perusahan Perbankan Publik
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9,
Padang, 23-26 Agustus 2006.
Sayekti, Y., & Wandabio, L. S. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning
Response Coefficient (Studi Empiris Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). SNA X Makassar, 1-35.
Sitorus, H. 2016. Pengaruh Peratan Laba dan Copotare Social Responsibility
(CSR) Disclosure Terhadap Reaksi Pasar Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2012-2014. Tanjungpinang:
Universitas Maritim Raja ali Haji.
Subekti, I. 2005. Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal
di Indonesia. SNA VIII Solo, 223-237.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan metode R&d.
Bandung: Alfabeta.
Suryandari , N. N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income
Smoothing. Jurnal Akuntansi dan Keuangan ISSN 1412-8683.
26
Sutrisno, W., Yuniartha, F., & Susilowato, S. 2000. Pengaruh Stock Split
Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa efek Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 2 No.2, 1-13.
Wardjono. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price to Book
Value dan Aplikasinya Terhadap Return Saham. Dinamika Keuangan dan
Perbankan , 83-96.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso dan Pauk D, Kimmel. 2008. Accounting
Princuple. Buku Dua Edisi Tujuh. Jakarta: Salemba Empat.
Wijoyo, D. S. 2014. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Publik. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Vol. 16 No.1 ISSN 1410-9875, 37-45
Wild, J. J., & Subramanyam, K. R. 2013. Buku Satu Analisis Laporan Keuangan
Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
Watts, R. L. 2003. Conservatism in Accounting Part I: Explanations and
Implications. Accounting Horizons 17, 207-221.
www.idx.co.id
www.finance.yahoo.com