31
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Boks III
Pengaruh Perkembangan Harga Komoditaspada Perekonomian Daerah8
LATAR BELAKANGBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat
telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,
tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia. Setelah sampai dengan triwulan III 2008perekonomian tumbuh tinggi, maka memasuki triwulan IV perekonomian
Indonesia yang didominasi oleh sektor tradable mulai tertekan dengan
anjoknya harga komoditas akibat melemahnya permintaan di pasar dunia.Penurunan kinerja perekonomian Indonesia, terutama terjadi di daerah-
daerah yang berbasis ekspor. Secara mikro, menurunnya permintaan pada
beberapa produk komoditas primer dan produk industri yang diekspormengancam penurunan penggunaan kapasitas dan akan mendorong dunia
usaha melakukan efesiensi yang salah satunya dilakukan melaluipengurangan jumlah jam kerja dan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Implikasi selanjutnya adalah terganggu daya beli dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Di sisi pembiayaan, berlanjutnya krisis keuangan globalberpotensi menurunkan kinerja dan kualitas pembiayaan kredit di daerah.
Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh
dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. Kenaikan harga komoditas yang
terjadi dalam beberapa waktu terakhir9 menjadi salah satu faktor yangmenyebabkan kenaikan tekanan inflasi di hampir semua wilayah di Indonesia.
Tekanan inflasi yang lebih tinggi terutama terjadi di daerah yang
perekonomiannya cukup dominan disupport oleh produk komoditasberbasis primer yang memperoleh wind profit dari tingginya harga
komoditas, struktur konsumsinya lebih di dominasi makanan, dan memiliki
ketergantungan pasokan bahan pangan dari daerah lain. Namun memasuki
8 Catatan Analisis9 Kenaikan harga komoditas dunia menurut IMF dalam publikasi World Economic Outlook, Oktober 2008 disebabkan
oleh (1) pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, (2) terbatasnya inventory dan tingkat kapasitas produksi yangpada gilirannya menyebabkan (3) supply inellasticity dalam merespon permintaan dalam jangka pendek (4) ekspektasiyang lebih dipengaruhi sentimen dan investor behavior sehingga dalam jangka pendek menyebabkan fluktuasiharga berlebihan.
32
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
10 Harga CPO pada tahun 2007 naik hingga 75% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun 2006, dan mencapaipuncaknya pada Maret 2008 yaitu naik hingga 218% dari harga rata-rata tahun 2006. Kenaikan harga CPO inimendorong terjadinya perluasan lahan kelapa sawit dari 4,2 juta ha menjadi 5,5 juta ha di Sumatera, dan menjadikanSumatera sebagai wilayah pengekspor sawit terbesar di Indonesia (90,1%) pada tahun 2007.
11 Produksi karet alam pada tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton sehingga menjadikan Indonesia sebagai negarapenghasil karet terbesar kedua setelah Thailand.
12 Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia.
triwulan IV-2008, seiring dengan anjloknya harga komoditas dunia, harga-
harga di dalam negeri terkoreksi secara signifikan sehingga tekanan inflasi
pada akhir Tw-IV menurun.
PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH TERKINIPeriode awal 2008 s.d triwulan III-2008Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai
mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor
yang yang yang yang yang tradabletradabletradabletradabletradable. . . . . Kenaikan harga berbagai komoditas primer di pasar duniatelah memberikan berkah tersendiri pada meningkatnya perekonomian di
berbagai wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang struktur
ekonominya didominasi oleh hasil-hasil pertambangan (batu bara, timah,tembaga) dan perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, dan coklat). Peningkatan
harga komoditas tersebut telah menyebabkan pendapatan dan daya beli
masyarakat terdongkrak sehingga konsumsi di daerahpun meningkat.Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan signifikan terhadap
perekonomian daerah, diantaranya adalah komoditas minyak kelapa sawit10,karet alam11, dan batubara12:
Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera
Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan
rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing
6,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,3%, dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera dan Kali-Sulampua telah mendorong terjadinya konvergensi
pertumbuhan ekonomi antar daerah (Gambar 1 - 3 : Peta Deviasi gPDRB TwI - III 2008). Terdapat hubungan yang relatif simetris antara peningkatan harga
komoditas primer tersebut dengan pertumbuhan PDRB di masing-masing
wilayah (Sulawesi, Kalimantan dan sebagian wilayah Sumatra). Di sisi lain,meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulampua turut
pula memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
terutama pada sektor industri dan sektor perdagangan.
33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
gPDB Tw I-08: 6,0%
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw I-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ1-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
32,9 40,8 7,6 22,0 21,5 27,0 21,7 28,8 31,93,4 2,6 2,5 3,7 3,5 3,4 3,0 3,1 7,0
gPDB Tw II-08: 6,4%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ2-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
40,0 47,7 12,7 25,9 27,8 33,3 26,6 35,6 36,33,2 2,4 2,6 3,5 3,2 3,1 2,4 3,3 6,2
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw II-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Gambar 1 - 3Deviasi Perkembangan PDRB Tw I - III 2008
Gambar 1 Gambar 2
gPDB Tw III-08: 6,1%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ3-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw III-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
35,2 33,9 38,3 29,2 29,7 30,6 30,1 37,1 36,03,1 2,1 2,7 3,3 2,9 3,0 2,2 2,9 5,2
Gambar 3
Gambar 4 - 6Deviasi Perkembangan Inflasi Tw I - III 2008
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw III-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw III-08: 12,1%
Gambar 6
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw I-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw I-08: 7,1%
Gambar 4
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw II-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw II-08: 11,0%
Gambar 5
34
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan
Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor tradabletradabletradabletradabletradable juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh
peningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kredit. Di wilayah Sumatera, penyaluran kredit ke
sektor pertanian yang juga sebagai penyerap kredit terbesar, pada paruhpertama 2008 rata-rata tumbuh sebesar 36,1%. Sementara di wilayah Kali-
Sulampua, penyaluran kredit ke sektor pertambangan rata-rata tumbuh
35,1%. Sebagian besar penyaluran kredit di kedua wilayah ini bersifatproduktif, yaitu kredit modal kerja yang memiliki porsi 49,3% dari total
oustanding kredit di Sumatera dan 41,4% di Kali-Sulampua. Di sisi lain,
membaiknya pendapatan penduduk di kedua wilayah tersebut telah memacupenyaluran kredit konsumsi meningkat cukup tinggi, yaitu mengalami
pertumbuhan 35,7% di Sumatera dan 36,5% di Kali-Sulampua. Sementara
itu, pesatnya ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua juga berdampak padasektor industri dan perdagangan di Jawa sehingga kredit di kedua sektor
tersebut di Jawa meningkat. Pertumbuhan kredit sektor industri dan
perdagangan di Jawa tumbuh masing-masing sebesar 37,2% dan 30,2%.Sampai dengan triwulan III 2008, peningkatan kredit di seluruh daerah diikuti
oleh kualitas kredit yang masih baik, sebagaimana tercermin dari NPL yang
rendah di semua wilayah bahkan lebih rendah dibanding periode akhir tahun2007.
Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat
cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah. Kenaikanharga berbagai komoditas di pasar internasional, khususnya harga komoditas
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Dispersi Pertumbuhan dan Inflasi antar Daerah
2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
Dispersi Inflasi (Std.Dev)Dispersi gPDRB (Std.Dev.)
35
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
yang termasuk di dalam kelompok makanan, seperti kedelai, minyak goreng
dan gandum menjadi salah satu faktor yang cukup kuat mendorong tekanan
inflasi daerah, terutama di daerah yang pola konsumsinya lebih didominasioleh kelompok makanan dan juga daerah-daerah yang memiliki
ketergantungan pada pasokan dari daerah lain yang ongkos
transportasinyapun meningkat. Hal ini terutama terlihat dari meningkatnyalaju inflasi di wilayah luar Jawa dengan deviasi positif yang melebar terhadap
inflasi nasional (Gamba 4 - 6 : Deviasi Inflasi Tw I sd. III 2008). Kota-kota di
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan dan Irian Jaya deviasianyarelatif lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
Periode Triwulan IV-2008Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas
pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap
perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah. Di wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua penurunan permintaan ekspor - berupa penundaan pengiriman
dan pembatalan sepihak kontrak ekspor - hasil-hasil perkebunan mulaiterjadi. Di sisi lain, harga CPO di pasar dunia yang turun tajam hingga
mencapai 70% (pertengahan November 2008)13 langsung berimbas pada
turunnya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani menjadi Rp300/Kg14. Wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua merupakan wilayah
yang paling terkena dampak turunnya harga CPO dan turunnya volume
ekspor, yang selanjutnya menekan daya beli masyarakat sebagaimanadiindikasikan oleh turunnya indeks Nilai Tukar Petani di kedua wilayah ini.
Melambatnya ekspor di kedua wilayah telah menjadi faktor pemicu
melambatnya ekonomi pada beberpa sektor unggulan, seperti pertanian,pertambangan dan perdagangan. Perlambatan ekonomi ini juga
menyebabkan deviasi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah dimaksud
terhadap pertumbuhan nasional kembali melebar (1,5%, deviasi negatif)dan perekonomian tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional (lihat peta dibawah).
13 Terhadap harga tertingginya pada Maret 200814 Harga TBS tertinggi sebelumnya mencapai rerata Rp 1.800/Kg
36
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan
ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang export-orientedexport-orientedexport-orientedexport-orientedexport-oriented. Di
wilayah Jabalnustra, permintaan ekspor berbagai produk industri manufakturmulai terindikasi mengalami penurunan dengan berkurangnya pesanan dan
pembatalan sepihak pembeli di luar negeri. Permintaan dari dalam negeri
juga sedikit mengalami tekanan searah dengan tertekannya perekonomiandi luar Jawa. Hal ini berdampak langsung pada berkurangnya penggunaan
kapasitas dan mendorong perusahaan melakukan berbagai upaya efisiensi
yang antara lain dilakukan dengan cara melakukan pengurangan jam kerjamaupun jumlah tenaga kerja.
Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7Deviasi Perkembangan PDRB Tw IV 2008
Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8Deviasi Perkembangan Inflasi Tw IV 2008
gPDB Tw IV-08: 5,7%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ4-08* Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw IV-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
* November 2008
31,23,2
30,72,2
35,22,7
32,43,6
31,22,8
32,72,9
30,12,2
37,43,2
34,45,4
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw IV-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5)-0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5)-(0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw IV-08: 11,1%
Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh
perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. Di sebagian besar daerah, kredittumbuh namun mulai melambat karena potensi resiko meningkat yang antara
lain tercermin pada peningkatan nilai nominal NPLs. NPL secara nominal
yang meningkat dari Rp40,687 milyar pada Juni 2008 menjadi Rp45,831milyar pada November 2008. Kenaikan NPL tersebut terutama terjadi pada
penyaluran kredit pada sektor-sektor yang mulai melambat pertumbuhannya,
seperti : pertanian, perdagangan, perindustrian dan sektor lain-lain(konsumsi).
Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam
memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah. Inflasi di daerah secara umum turun,namun mengingat tingkat ketergantungan luar Jawa terhadap supply barang
37
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
dari Jawa, maka perlambatan inflasi di daerah relatif tidak terlalu kuat (Lihat
Grafik Perkembangan Inflasi dan Kontribusi Makanan per Wilayah). Inflasi
di luar Jawa, secara rata-rata masih di atas angka inflasi nasional, namundeviasi inflasi di daerah-daerah yang sebelumnya mengalami booming
ekonomi karena kenaikan harga komoditas, terhadap inflasi nasional secara
umum turun (wilayah Kalimantan dan Sulawesi), walaupun cenderung tidaksesimetris sebagaimana dampak terhadap PDRB. Di wilayah Irian Jaya deviasi
inflasinya terhadap angka inflasi nasional cenderung tetap di level yang tinggi.
faktor ketergantungan pasokan barang dari Jawa diduga merupakan salahsatu faktor yang cukup signifikan mempengaruhi inflasi. Sementara itu, inflasi
di pulau Jawa secara umum di bawah angka rata-rata inflasi nasional.
POTENSI RISIKO EKONOMI DAERAH KE DEPANKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya
perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali
divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. Wilayah Sumatera dan Kali-
Sulampua yang pada saat terjadinya kenaikan harga komoditas mampumengejar pertumbuhan ekonomi daerah di Jawa akan menghadapi potensi
risiko perlambatan ekonomi yang lebih besar. Sementara itu, ekonomi Jawayang menopang perekonomian di kedua wilayah tersebut, melalui
penyerapan input produksi industri manufaktur, secara perlahan-lahan mulai
terimbas perlambatan ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua, meskipun tidakterlalu signifikan. Hal ini mengingat struktur ekonomi di Jawa masih bertumpu
pada domestic demand dari wilayah Jawa itu sendiri. Namun demikian,
dampak melemahnya permintaan dunia pada ekspor hasil industripengolahan dan mulai terbatasnya domestic demand akibat tertekannya
daya beli akan dapat melemahkan perekonomian Jawa.
Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas
internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya
tekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerah. Penurunan inflasi juga akan dipengaruhi oleh
penurunan harga BBM bersubsidi dan dampak lanjutannya, dan di sisi lain
daya beli masyarakat relatif melemah. Namun demikian, potensi terhadaptekanan inflasi tetap harus diwaspadai, seperti gangguan pasokan karena
musim pada komoditas
38
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
pangan, pelemahan nilai tukar dan ekkspektasi masyarakat terhadap inflasi.
Sedangkan, di sisi pembiayaan, meningkatnya risiko kredit terutama di sektor-
sektor yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingatpeningkatan nilai nominal mulai terindikasi di berbagai daerah.
KESIMPULAN1. Perkembangan harga komoditas dunia memberikan dampak yang cukup
signifikan pada perekonomian daerah, khususnya pada daerah-daerah
yang berbasis komoditas (tradable), seperti Sumatera dan Kalimantan.Terdapat hubungan yang cenderung simetris antara peningkatan harga
komoditas dengan peningkatan PDRB yang juga memberikan dampak
kearah konvergensi pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulaterhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, seiring dengan
penurunan permintaan dunia yang juga berakibat turunnya harga
komoditas telah menyebabkan pertumbuhan PDRB di wilayah-wilayahdimaksud terkoreksi, potensi risiko perlambatan ekonomi cukup besar dan
konvergensi meningkat.
2. Imbas krisis keuangan global juga berdampak negatif pada daerah berbasissektor industri expor-oriented, dimana terdapat upaya efisiensi produksi
sebagai akibat dari menurunnya permintaan luar negeri. Penurunan
produksi berdampak pada penurunan penggunaan kapasitas yangberpotensi terjadinya pengurangan jam kerja dan peningkatan PHK.
3. Di sisi harga, fluktuasi harga komoditas di pasar dunia mempengaruhi
tingkat inflasi terutama pada daerah-daerah yang memiliki tingkatkomposisi konsumsi makanan yang besar. Tekanan Inflasi di daerah-daerah
luar Jawa cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan di Jawa,
terutama disebabkan Oleh tingginya ketergantungan pasokan dari Jawa.Secara umum kenaikan harga komoditas telah menyebabkan deviasi inflasi
kota-kota di luar Jawa terhadap angka inflasi nasional meningkat, atau
lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal. Sementara itupenurunan harga komoditas, secara umum hanya berdampak pada
semakin kecilnya deviasi angka inflasi, kecuali di Irian Jaya yang deviasi
inflasi cenderung tetap tinggi.
39
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
4. Sementara itu di sisi pembiayaan, risiko kredit terutama di sektor-sektor
yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingat
potensi penurunan kualitas kredit mulai terindikasi diberbagai daerah,sebagaimana tercermin dari peningkatan nilai NPLs.
IMPLIKASI KEBIJAKAN1. Untuk mengurangi dampak negatif pengaruh fluktuasi harga komoditas
di pasar dunia pada perkembangan perekonomian daerah, maka untuk
ke depan perlu dilakukan upaya-upaya :
- Peningkatkan produktifitas perlu diintensifkan dibandingkan dengan
upaya-upaya penambahan lahan baru.
- Peningkatkan diversivikasi produk perkebunan (pertanian)
- Peningkatkan nilai tambah produksi, seperti pengembangan produksiturunan CPO.
- Perlunya kebijakan yang dapat menyangga dan menstabilkan harga,
khususnya di tingkat petani yang antara lain dilakukan dalam bentukupaya menjaga keseimbangan pasokan. Peran asosiasi disini perlu
ditingkatkan.
2. Disisi harga-harga, upaya-upaya meningkatkan produksi dan pasokan,
khususnya bahan makanan di daerah perlu ditingkatkan. Swasembadakebutuhan pokok perlu menjadi prioritas daerah.
Dengan mulai terbatasnya domestic demand seiring dengan melemahnya
daya beli masyarakat, dalam jangka pendek peran fiskal untuk menstimulasiperekonomian dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi menjadi
sangat penting. Terlebih dengan potensi meningkatnya pengangguran akibat
meningktanya ancaman PHK. Untuk itu, berbagai kendala dalammerealisasikan anggaran pemerintah perlu diminimalisasi dan jadwal realisasi
dapat lebih terarah dengan tetap memperhatikan siklus perekonomian
daerah setempat.