PENGARUH PERSEPSI TENTANG STATUS SOSIAL EKONOMI
DAN LINGKUNGAN PETANI TERHADAP MINAT BERUSAHA
TANI PADI: KASUS PEMUDA DESA CIWALEN,
WARUNGKONDANG, CIANJUR,
JAWA BARAT
Mualim Muslim
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
PENGARUH PERSEPSI TENTANG STATUS SOSIAL EKONOMI
DAN LINGKUNGAN PETANI TERHADAP MINAT BERUSAHA
TANI PADI: KASUS PEMUDA DESA CIWALEN,
WARUNGKONDANG, CIANJUR,
JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
Mualim Muslim
1112092000058
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1439 H
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2017
Mualim Muslim
NIM. 1112092000058
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : Mualim Muslim
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal, Lahir : Cianjur, 15 Januari 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Aria Natamanggala
Kp. Saparantu RT 01/06 No. 3
Desa Kademangan Kec. Mande Kab. Cianjur 43292
No. Hp : 089 885 885 33
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 2012 – 2017 : Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 2009 – 2012 : MAN Cianjur
3. 2006 – 2009 : SMPN 1 Mande
4. 2000 – 2006 : SDN Kademangan
Pengalaman Organisasi
1. 2006 – 2009 : Ketua Div. Perlengkapan OSIS SMPN 1 Mande
2. 2010 – 2011 : Bendahara 2 OSIS MAN Cianjur
3. 2011 – 2012 : Div. Perlengkapan Himpunan Remaja Mesjid Assu ‘Ada
4. 2012 – 2017 : Himpunan Mahasiswa Islam – Anggota
5. 2013 – 2014 : Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis – Anggota Bid.
Keorganisasian
6. 2013 – 2015 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia – Sekretaris
Umum Wilayah 2
vi
7. 2014 – 2015 : Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis – Ketua
8. 2014 – 2015 : Himpunan Mahasiswa Peduli Halal – Anggota
Pengalaman Magang
1. 2014 : PT. Info Media – Petugas Distribusi Buku Telepon
2. 2014 : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia – Surveyor KDM
3. 2014 : Saiful Muzani Research&Consulting – Surveyor PILPRES 2014
4. 2015 : Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Tenaga Ahli
5. 2016 : Indikator Politik Indonesia – Surveyor PILGUB DKI Jakarta
Prestasi
1. 2014 : Penerima Beasiswa BCA Finance
vii
RINGKASAN
Mualim Muslim. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda Desa
Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Ujang
Maman dan Iwan Aminudin.
Penelitian Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda Desa
Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat bertujuan untuk (1) mengetahui
persepsi pemuda tentang status sosial ekonomi dan lingkungan petani di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur; (2) mengidentifikasi
minat pemuda dalam berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur; dan untuk (3) menganalisis pengaruh persepsi
pemuda tentang status sosial ekonomi dan lingkungan petani terhadap minat
berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2017 di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian dilakukan
dengan melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam
hal ini melihat pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi yang melingkupi
Status Sosial (kedudukan) Petani, Pendapatan, Sumber daya Lahan, Bantuan
Pemerintah dan Lingkungan Petani yang melingkupi Lingkungan Keluarga dan
Lingkungan Masyarakat terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Populasi dalam
penelitian ini adalah pemuda sebagai anak petani padi sawah yang memiliki lahan
di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur yang berjumlah
138 orang pemuda. Metode penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
teori Roscoe dan didapat sampel sebanyak 70 pemuda. Sedangkan teknik penentuan
sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Jenis data yang
digunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif bersumber dari data primer dan
sekunder. Metode pengumpulan data secara observasi, wawancara, dan kuesioner.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Regresi Linear Berganda
yang bertujuan untuk mengetahui/memprediksi adanya pengaruh persepsi tentang
status sosial (kedudukan), pendapatan, sumber daya lahan, bantuan pemerintah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat terhadap minat pemuda berusaha
tani padi dengan menggunakan program komputer SPSS 23.0 for windows.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa persepsi
tentang status sosial (kedudukan), pendapatan, bantuan pemerintah dan lingkungan
keluarga berpengaruh terhadap minat pemuda berusaha tani padi dengan
lingkungan keluarga sebagai variabel yang paling berpengaruh sedangkan variabel
sumber daya lahan dan lingkungan masyarakat tidak berpengaruh terhadap minat
bertani padi sawah. Koefisien determinasi dalam penelitian ini sebesar 71%.
Kata kunci : persepsi, minat, pemuda, padi sawah
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani terhadap
Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang,
Cianjur, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan
dukungan baik secara moril dan materil secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Yusup Saepudin dan Ibunda tercinta Iceu
Liswati atas segala doa , kasih sayang, pengorbanan, nasihat, support, cinta
serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu baktiku dan wujud
kasih sayangku. “Thanks Mom and Dad, Love You”.
2. Orangtua wali penulis Atep Abdurofiq dan Mardiana, terima kasih atas
support, doa, dan kesediaannya untuk menjadi orangtua wali penulis selama
menyelesaikan studi perkuliahan di Jakarta. Terima kasih atas segala yang
telah diberikan pada penulis.
ix
3. Dosen Pembimbing satu dan dua Dr. Ujang Maman, M,Si dan Dr. Ir. Iwan
Aminudin, M.Si terima kasih telah mencurahkan waktu, tenaga, support,
nasihat serta memberikan ilmunya secara tulus demi terselesainya skripsi ini.
4 . Dosen Pembimbing Akademik Ir. Siti Rochaeni, M.Si yang telah membimbing
dan memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam proses
akademis dan administrasi di Fakultas Sains dan Teknologi.
6. Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Ir. Edmon Daris, M.S dan Dr. Iwan
Aminuddin, M.Si terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan
kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu penulis
dalam proses akademis.
7 . Para dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu,
pengetahuan, wawasan dan pengalamannya kepada penulis sehingga dapat
terselesainya skripsi ini.
8. Dinas Pertanian Cianjur, Keluarga Besar Penyuluh dan Kelompok Tani Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang, terima kasih telah memberikan izin
penelitian, ilmu pengetahuan, nasihat serta dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas pengalaman yang luar biasa
dan membuka “mata” penulis terhadap dunia pertanian yang sebenarnya.
9. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis, terimakasih
atas pelajaran dan pengalaman hidup yang sangat berharga bagi penulis.
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
x
10. Bang Ano yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini, Kiki yang telah menjadi teman mengerjakan skripsi meskipun jadi wisuda
duluan dan Ajeng yang menjadi salah satu investor, menjadikan penulis bisa
bergerak menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih support dan bantuannya.
11. Tim Pejuang Cianjur, Belsky, Ateng, Indira, Tulil, Moco, dan Miptah,
terimakasih atas kekompakan, kebersamaan, dan dukungannya kepada
penulis. 5 cm ke arah Gunung Padang dan tak jadi lagi!
12. Para pejuang skripsi, keluarga besar Agribisnis 2012 yang telah membantu
penulis selama perkuliahan. See you on top guys!
13. Kakak, Abang, Sahabat, se-perjuangan penulis, Dwina, Dini, Kak Khoir, Bang
Bimbim, Bang Jazil, Kak Eza, dan tim Julung-Julung yang selalu ada setiap
saat, menemani dan membantu selama perkuliahan sampai pada penulisan
skripsi ini. Terima kasih dukungan, nasihat, kasih sayang, celotehan, tempat
curhat, tangisan, hiburan, yang selalu ada dalam suka dan duka.
14. Kepada keluarga besar KKN Gelas Kaca 2015 terima kasih atas ilmu, canda,
tawa, support, dan kekompakannya. Terima kasih atas pengertian yang luar
biasa kepada penulis.
15. Kakak – kakak Agribisnis yang selalu memberikan ilmu, pengalaman dan
informasi mengenai perkuliahan, serta adik- adik Agribisnis yang selalu
memberikan support selama melakukan studi. Agribisnis Bersatu Tak Bisa
Dikalahkan, Agribisnis Bersatu Hapuskan Kelaparan!
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu semangat penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
xi
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya hanya
kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita diterima oleh Allah
SWT, Aamiin Ya Rabbal Allamiin
Jakarta, Desember 2017
Mualim Muslim
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9
2.1. Pengertian Persepsi .................................................................................................. 9
2.2. Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani ..................................................... 11
2.2.1. Ukuran Status Sosial Ekonomi .................................................................... 13
2.2.2. Pengertian Lingkungan Petani ..................................................................... 13
2.3. Pemuda .................................................................................................................. 15
2.4. Usaha Tani Padi ..................................................................................................... 16
2.5. Pengertian Minat ................................................................................................... 17
2.5.1. Indikator Minat Berusaha Tani .................................................................... 19
2.6. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Petani terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi .............................................. 20
2.6.1. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial terhadap Minat
Berusaha Tani .............................................................................................. 20
2.6.2. Pengaruh Persepsi tentang Pendapatan terhadap Minat
Berusaha Tani .............................................................................................. 21
2.6.3. Pengaruh Persepsi tentang Sumber Daya Lahan terhadap Minat
Berusaha Tani .............................................................................................. 23
2.6.4. Pengaruh Persepsi tentang Bantuan terhadap Minat
Berusaha Tani .............................................................................................. 24
2.6.5. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Keluarga terhadap
Minat Berusaha Tani .................................................................................... 25
2.6.6. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Masyarakat terhadap
Minat Berusaha Tani .................................................................................... 26
2.7. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 28
2.8. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................................... 30
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 32
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 32
3.2. Populasi dan Sampel .............................................................................................. 33
3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 34
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 36
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 37
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 39
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ................................................................ 43
3.4.4. Uji Hipotesa ................................................................................................. 45
3.5. Definisi Operasional .............................................................................................. 48
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................... 53
4.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam ...................................................................... 53
4.2. Keadaan Demografi dan Sosial ............................................................................. 54
4.3. Sarana dan Prasarana ............................................................................................. 57
4.3.1. Sarana Bidang Pendidikan dan Kesehatan ................................................... 57
4.3.2. Sarana Perekonomian .................................................................................. 57
4.3.3. Sarana dan Prasarana Transportasi Umum .................................................. 58
4.3.4. Sarana Bidang Pertanian .............................................................................. 58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 59
5.1. Karakteristik Responden ....................................................................................... 59
5.1.1. Usia Responden ........................................................................................... 59
5.1.2. Jenis Kelamin Responden ............................................................................ 60
5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden ................................................................... 61
5.1.4. Status Perkawinan Responden ..................................................................... 62
5.1.5. Luas Lahan yang dimiliki Orangtua Responden .......................................... 62
5.2. Persepsi Pemuda tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani ............ 63
5.2.1. Persepsi Pemuda tentang Variabel Status Sosial (kedudukan) .................... 64
5.2.2. Persepsi Pemuda tentang Variabel Pendapatan ........................................... 65
5.2.3. Persepsi Pemuda tentang Variabel Sumber Daya Lahan ............................. 65
5.2.4. Persepsi Pemuda tentang Variabel Bantuan Pemerintah ............................. 66
5.2.5. Persepsi Pemuda tentang Variabel Lingkungan Keluarga ........................... 67
5.2.6. Persepsi Pemuda tentang Variabel Lingkungan Masyarakat ....................... 68
5.3. Minat Pemuda Berusaha Tani Padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur ..................................................................... 69
5.4. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Petani terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi .............................................. 72
5.4.1. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial (X1) Terhadap Minat
Pemuda Berusaha Tani Padi (Y) .................................................................. 75
xiv
5.4.2. Pengaruh Persepsi tentang Pendapatan (X2) Terhadap Minat
Pemuda Berusaha Tani Padi (Y) .................................................................. 78
5.4.3. Pengaruh Persepsi tentang Sumber Daya Lahan (X3) Terhadap
Minat Pemuda Berusaha Tani Padi (Y) ....................................................... 82
5.4.4. Pengaruh Persepsi tentang Bantuan (X4) Terhadap Minat Pemuda
Berusaha Tani Padi (Y) ............................................................................... 86
5.4.5. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Keluarga (X5) Terhadap
Minat Pemuda Berusaha Tani Padi (Y) ....................................................... 89
5.4.6. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Masyarakat (X6)
Terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi (Y) ....................................... 92
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 96
6.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 96
6.2. Saran ...................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................................... 106
xv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja dalam Berbagai Sektor di Indonesia
Tahun 2016 .............................................................................................................. 1
2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian dan Sektor
Nonpertanian di Indonesia tahun 2013-2017 ........................................................... 2
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Tahun 2014-2017 ....................... 3
4. Definisi Operasional Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus
Pemuda Desa Ciwalen WarungkondangCianjur, Jawa Barat ................................ 48
5. Jumlah Penduduk Desa Ciwlen menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2015 ............................................................................................. 55
6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Ciwalen Tahun 2017 .............................................................................................. 56
7. Hasil Uji F Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda
Desa Ciwalen, Warungkondang, Kabupaten, Jawa Barat ..................................... 73
8. Hasil Regresi Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda
Desa Ciwalen, Warungkondang, Kabupaten, Jawa Barat ..................................... 73
9. Penilaian Responden terhadap Status Sosial (X1) Profesi Petani Padi ................. 64
10. Penilaian Responden terhadap Pendapatan (X2) Profesi Petani Padi.................... 65
11. Penilaian Responden terhadap Sumber Daya Lahan (X3) Petani Padi ................. 66
12. Penilaian Responden terhadap Bantuan Pemerintah (X4) Petani Padi .................. 66
13. Penilaian Responden terhadap Lingkungan Keluarga (X5) Petani Padi ............... 68
14. Penilaian Responden terhadap Lingkungan Masyarakat (X6) Petani Padi ........... 68
15. Penilaian Responden terhadap Minat Berusaha Tani Padi (Y).............................. 70
16. Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner ........................................................... 106
17. Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Kuesioner ....................................................... 108
18. Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................................. 109
19. Hasil Uji Durbin Watson ..................................................................................... 110
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus
Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat .......................... 31
2. Model Penelitian Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda
Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat ....................................... 45
3. Rentang Usia Responden di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat .......................................................................... 59
4. Jenis Kelamin Responden di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat .............................................. 60
5. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat .............................................. 61
6. Status Perkawinan Responden di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat .............................................. 62
7. Luas Lahan yang dimiliki Orangtua Responden di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabuapten Cianjur, Jawa Barat............................ 63
8. Model Regresi Linier Berganda Pengaruh Persepsi tentang Status
Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani
Padi: Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa
Barat ................................................................................................................... 74
9. Hasil Uji Normalitas-Grafik P-Plot .................................................................. 109
10. Hasil Uji Heteroskedastisitas-Diagram Scater Plot .......................................... 110
11. Peta Wilayah Desa Ciwalen Kec. Warungkondang Kab. Cianjur .................... 116
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 106
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 109
3. Kuesioner Penelitian ............................................................................................. 110
4. Peta Desa Ciwalen Kec. Warungkondang Kab. Cianjur ....................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya
hidup dari bercocok tanam atau berusaha tani. Pertanian merupakan kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan untuk menghasilkan bahan
pangan. Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan.
Hal tersebut dapat dilihat dari dominasi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga
kerja. Sektor ini masih menjadi sumber penghidupan khususnya bagi masyarakat di
pedesaan. Dilihat dari Tabel 1 dibawah ini, sektor pertanian menjadi sektor yang
mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Tabel 1. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja dalam Berbagai Sektor di Indonesia
Tahun 2016
No. Sektor Penyerapan Tenaga Kerja (%)
1. Pertanian 31,90
2. Perdagangan 22,54
3. Jasa 16,93
4. Industri 13,17
5. Kontruksi 7,74
6. Transportasi 4,74
7. Keuangan 2,98
Total 100,00 Sumber: BPS (2016)
Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor fundamental dalam
mencerminkan kondisi perekonomian yang dinamis. Dalam menentukan strategi
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, penyerapan tenaga kerja
menjadi indikator dalam proses pembangunan ekonomi disuatu wilayah atau suatu
negara. Dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan pemenuhan kebutuhan
2
pokok khususnya beras, masalah dalam sektor pertanian masih banyak yang harus
diselesaikan, salah satunya adalah permasalahan semakin berkurangnya pekerja di
sektor pertanian dan petani yang didominasi oleh usia tua atau sedikitnya pemuda
yang bekerja di sektor pertanian.
Kecenderungan berkurangnya pekerja dan sedikitnya pemuda yang bekerja
di sektor pertanian ini terasa pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan industri
seperti di pulau jawa. Seiring dengan aktifitas ekonomi yang semakin besar
menyebabkan terjadinya alih profesi yang tadinya berada di sektor pertanian
menjadi ke sektor lain. Jika dilihat pada Tabel 2, jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian semakin berkurang setiap tahunnya dengan rata-rata pengurangan 1 juta
jiwa per tahun, sedangkan tenaga kerja di sektor nonpertanian semakin bertambah.
Tabel 2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian dan Sektor
Nonpertanian di Indonesia tahun 2013-2017
Sektor Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian 38.232.891 37.188.934 36.429.250 35.088.823 33.359.561
Nonpertanian 71.597.775 74.062.116 77.735.787 80.641.808 85.098.537
Sumber: Pusdatin Kementerian Pertanian, 2017
Salah satu wilayah yang mengalami permasalahan berkurangnya petani dan
sedikitnya pemuda yang bekerja di sektor pertanian adalah adalah Kabupaten
Cianjur. Sebenarnya Kabupaten Cianjur merupakan salah satu produsen padi di
Jawa Barat dan masih memiliki potensi sumber daya khususnya luas lahan yang
cukup besar. Kabupaten Cianjur memiliki 66.205 hektar lahan sawah, menjadikan
Kabupaten Cianjur sebagai kabupaten dengan luas lahan sawah terbesar ke-4 di
Jawa Barat setelah Kabupaten Indramayu, Karawang dan Subang (BPS, 2014).
Kabupaten Cianjur juga memiliki rencana dalam hal pembentukan wilayah
3
pertanian pangan berkelanjutan di Kecamatan Warungkondang sebagai bagian dari
amanat UU No. 41 tahun 2009 dan PP No. 1 Tahun 2011. Namun, penururan jumlah
petani menjadi sebuah tantangan. Regenerasi petani menjadi persoalan penting bagi
sektor pertanian yang bisa mengancam cita-cita kedaulatan pangan.
Desa Ciwalen merupakan wilayah di Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur yang lahan sawahnya akan dijadikan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Desa Ciwalen merupakan desa yang memiliki potensi lahan
sawah seluas 336.7 hektar dari 11 desa. Hasil observasi awal penulis dengan Kepala
Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Warungkondang, jumlah petani di Desa Ciwalen berkurang dan banyak petani dan
buruh tani yang terdapat di Desa Ciwalen memiliki usia rata-rata di atas 55 tahun.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Tahun 2014-2017
Pekerjaan Tahun
2014 2015 2016 2017
Petani 150 146 139 138
Buruh Tani 2,520 2,495 2,465 2,415
Pegawai Swasta 181 201 209 223
Pegawai Negeri 48 50 51 51
TNI/POLRI 16 16 16 16
Wiraswasta/Pedagang 55 67 74 83
Jasa 15 20 22 29
Tukang 38 44 53 59
Pengrajin - 5 5 5
Pekerja Seni - 2 2 2
Jumlah 3,023 3,046 3,036 3,021
Sumber: Monografi Desa Ciwalen, 2017
Tabel 3 menunjukan bahwa terdapat penurunan jumlah petani dan buruh
tani dalam empat tahun terakhir, sedangkan terjadi peningkatan pada pekerjaan
lainnya. Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang telah berkurang tersebut
4
ternyata memiliki rata-rata usia yang didominasi oleh usia tua. Jumlah petani dan
buruh tani di Desa Ciwalen mencapai 2.553 jiwa dan 875 petani dintaranya berusia
di atas 55 tahun, 589 petani berusia 45-54 tahun, usia 35-44 tahun berjumlah 498
petani, usia 25-34 tahun berjumlah 393 sedangkan usia di bawah 25 tahun hanya
berjumlah 198 petani (Monografi Desa Ciwalen, 2017).
Sastraatmadja (2010: 52) menuturkan, fenomena berkurangnya jumlah
petani hingga sedikitnya pemuda yang bertani tidak lepas dari pandangan bahwa
petani padi sebagai sebuah profesi belum mampu memberikan penghasilan yang
memuaskan, petani sebagai sebuah status juga belum mampu melahirkan sebuah
kebanggaan dan petani sebagai jumlah terbesar warga Indonesia belum dapat
menciptakan kesejahteraan bagi kehidupannya. Bahkan, banyak orangtua dengan
predikat petani ‘memohon’ agar anaknya tidak seperti mereka yang menjadi petani.
Proses sosialisasi orangtua kepada anak, nasihat untuk rajin belajar agar bisa
menjadi orang terhormat dengan tidak bekerja sebagai petani, merupakan pesan
yang menunjukan bahwa orangtua pedesaan memandang pekerjaan nonpertanian
khususnya pegawai sebagai pekerjaan yang baik dan bergengsi secara status sosial
(Tarigan, 2014: 10). Persepsi seperti ini merupakan persepsi yang umum terjadi di
Desa Ciwalen dan telah memberikan pengaruh pada cara pandang pemuda
mengenai pekerjaan. Selain itu, lingkungan keluarga terutama orangtua memiliki
peran penting sebagai pengarah bagi masa depan anaknya, sehingga secara tidak
langsung orangtua juga dapat mempengaruhi minat pemuda terhadap pekerjaan di
masa yang akan datang.
5
Pandangan bahwa pendapatan petani dipandang rendah menjadi wajar.
Dalam penelitian Hanafi (2014: 11), dengan rata-rata produksi 4,5 ton/ha dan harga
gabah kering panen Rp3.700/kg, pendapatan petani dengan kepemilikan lahan 1
hektar bisa mencapai Rp16.650.000/4 bulan atau Rp4.162.500/bulan. Itupun belum
dikurangi modal awal untuk bertani yang dapat mencapai Rp8.900.000 dengan
risiko gagal panen yang juga bisa terjadi. Sedangkan pekerjaan lain seperti menjadi
pekerja pabrik bisa mendapat bersih sesuai dengan upah minimum kota/kabupaten
(UMK) Cianjur, yaitu Rp 1.989.155. Pendapat Sastraatmadja (2010: 52) bahwa
penghasilan petani padi belum memuaskan semakin nyata, banyak masyarakat
khususnya pemuda lebih memilih bekerja di sektor lain dengan pendapatan yang
lebih pasti dibanding sektor pertanian.
Bantuan pemerintah yang diharapkan dapat menjadi daya tarik dan motivasi
untuk pemuda menjadi petani juga ternyata belum bisa benar-benar menarik bagi
para pemuda. Bantuan pemerintah yang ada di desa ciwalen seperti bantuan
langsung pupuk dan bantuan langsung benih tidak bersifat tetap, setiap musimnya
tidak semua kelompok tani mendapatkan bantuan. Bantuan yang diberikan biasanya
bergilir antara satu kelompok tani dengan kelompok tani lainnya. Meskipun
bantuan subsidi pupuk dan subsidi benih masih dapat dirasakan oleh setiap petani
yang tergabung dalam kelompok tani dengan membeli ke kios yang telah ditunjuk
oleh pemerintah.
Selain itu, menurut Arvianti, et al. (2015: 182) beberapa hal lainnya yang
mendasari cara pandang pemuda terhadap ketertarikan pada sektor pertanian adalah
terjadi peningkatan sektor nonpertanian terutama dibidang industri dan adanya
6
modernisasi yang mempengaruhi pola hidup seseorang. Lingkungan Desa Ciwalen
yang berada di kecamatan Warungkondang merupakan salah satu jalur utama
penghubung antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi. Hal ini
mengakibatkan pembangunan industri sangat pesat. Masyarakat khususnya pemuda
menjadi lebih tertarik untuk bekerja di pabrik dibandingkan menjadi petani. Sektor
industri memang menjanjikan penghasilan yang lebih besar dan bersifat tetap
daripada sektor pertanian yang terpengaruh musim paceklik. Pola hidup pun
menjadi berubah dengan lingkungan masyarakat yang semakin terbiasa dengan
kehidupan menjadi pekerja pabrik yang memiliki gaji yang pasti dan lebih besar
dibandingkan dengan pekerjaan petani.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda Desa
Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi pemuda tentang status sosial ekonomi dan lingkungan
petani di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur?
2. Sejauh mana minat pemuda dalam berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur?
7
3. Sejauh mana persepsi pemuda tentang status sosial ekonomi dan lingkungan
petani berpengaruh terhadap minat berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi pemuda tentang status sosial ekonomi dan
lingkungan petani di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur.
2. Untuk mengidentifikasi minat pemuda dalam berusaha tani padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
3. Untuk menganalisis pengaruh persepsi pemuda tentang status sosial ekonomi
dan lingkungan petani terhadap minat berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
1.4. Manfaat Penelitian
Melihat dan mengacu pada tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan bisa berguna sebagai proses
pembelajaran dalam menerapkan sinergitas antara teori dengan praktik yang
tertuang dalam penyelesaian tugas akhir dan membantu mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian dari Program Studi Agribisnis.
8
2. Bagi insan akademis, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu
informasi bagi yang tertarik melakukan penelitian terkait minat pemuda
berusaha tani, khususnya berusaha tani padi.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
mengenai minat pemuda berusaha tani padi yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
dalam membuat suatu kebijakan dan program untuk dapat meningkatkan
minat pemuda dalam berusaha tani sebagai subyek regenerasi petani padi
khususnya di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur,
umumnya di seluruh wilayah Indonesia.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persepsi
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2014: 59) mengatakan bahwa persepsi
merupakan proses kognitif yang memungkinkan kita menginterpretasikan dan
memahami sekitar kita. Persepsi juga dapat dikatakan sebagai menginterpretasikan
suatu lingkungan. Robbins dan Judge dalam Wibowo (2014: 59-60) berpendapat
bahwa persepsi adalah suatu proses individual mengorganisir dan
menginterpretasikan tanggapan kesan mereka dengan maksud memberi makna
pada lingkungan mereka. Tetapi apa yang kita rasakan dapat berbeda secara
substansial dari realitas objektif. Pada hakikatnya persepsi merupakan suatu proses
yang memungkinkan kita mengorganisir informasi dan menginterpretasikan kesan
terhadap lingkungan sekitarnya (Wibowo, 2014: 60).
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasi, menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran
dunia yang memiliki arti (Kotler dan Keller, 2009: 228). Persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau keadaan suatu lingkungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2001: 51).
Setiap individu dapat memiliki persepsi yang beragam dalam melihat atau
merasakan objek yang sama. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan
fisik, tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
keadaan individu yang bersangkutan. Terdapat faktor yang berkaitan dengan
10
individu tersebut dalam menghayati atau mengamati sesuatu objek. Persepsi
ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat, 2001: 51).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (2003: 54)
terdiri dar faktor internal dan faktor eksternal. Apa yang ada dalam diri setia
individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan,
motivasi dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu merupakan faktor
internal. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan. Stimulus dapat
dipersepsi apabila stimulus tersebut cukup kuat dan melampaui ambang stimulus,
yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah menimbulkan kesadaran.
Stimulus yang kurang jelas akan berpengaruh pada ketepatan persepsi. Bila stmulus
berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada
individu yang mengadakan persepsi, karena benda yang dipersepsi tersebut tidak
ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi.
Persepsi menurut Mowen dan Minor (2002: 80) persepsi ialah proses
keseluruhan ketika individu terpapar pada informasi, mengikuti informasi tersebut,
dan memahaminya. Schiffman dan Wisenblit (2015: 114) mengartikan persepsi
sebagai proses ketika individu memilih, mengelola, dan mengintepetasikan
stimulus menjadi gambaran yang bermakna dan koheren dari dunia. Dengan kata
lain, persepsi adalah bagaimana individu dapat menggambarkan dunia sekitar yang
dilihatnya.
Penelitian Natalia (2012: 9) mengatakan bahwa persepsi sesesorang tentang
lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan dan
promosi akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada individu.
11
Persepsi yang positif tentang sebuah objek, dalam hal ini sebuah produk akan
merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku
pembelian. Menurut Arvianti, et al. (2015: 187) persepsi pemuda terhadap
pendapatan, lingkungan masyarakat dan status sosial pekerjaan di sektor pertanian
memiliki pengaruh nyata terhadap minat pemuda untuk bertani. Demikian juga
menurut hasil penelitian Setiawan (2016: 90) yang menyatakan bahwa semakin
positif persepsi terhadap pendapatan berwirausaha maka minat berwirausaha akan
semakin besar, dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk persepsi
pemuda terhadap minat berusaha tani padi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik
yang melekat pada diri pemuda maupun diluar diri pemuda mengenai usaha tani
padi. Jika persepsi pendapatan, dorongan keluarga, lingkugan masyarakat, sumber
daya lahan dan status sosial tinggi, maka minat seseorang untuk berusaha tani juga
akan semakin tinggi. Dalam hal ini juga dapat dikatakan bahwa baik persepsi
positif maupun negatif terhadap pekerjaan di sektor pertanian ikut mempengaruhi
minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian. Penelitian ini hanya berfokus pada
minat pemuda dalam berusaha tani padi terlepas dari proses persepsi dan minat itu
sendiri.
2.2. Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani
Setiap orang dalam masyarakat memiliki status sosial ekonomi yang
berbeda-beda dan bertingkat, ada yang tinggi, sedang hingga rendah. Pengertian
status sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1251) merupakan
keadaan atau kedudukan (orang, badan dan sebagainya) dalam hubungan dengan
12
masyarakat di sekelilingnya. Status memiliki arti penting dalalm sistem sosial
masyarakat. Menurut Luth dan Fernandez (1995: 141) status berarti posisi atau
keadaan dalam suatu jenjang atau hirarki dalam suatu wadah sebagai symbol dari
hak dan kewajiban dan jumlah peranan yang ideal dari seseorang. Status juga bisa
dikatakan sebagai posisi yang diduduki seseorang dalam suatu kelompok.
Istilah sosial berasal dari Bahasa Inggris yaitu society asal kata dari socius
yang berarti kawan. Secara umum sosial diartikan sebagai segala sesuatu mengenai
masyarakat dan kemasyarakatan. Sedangkan istilah ekonomi sendiri berasal dari
Bahasa Yunani yang berasal dari kata oikonomia atau oikos dan nomos yang berarti
pengaturan rumah tangga. Kata ekonomi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008: 455) diartikan sebagai pengetahuan mengenai asas-asas penghasilan
(produksi), pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang serta kekayaan
(seperti halnya keuangan perindustrian, perdagangan barang-barang serta
kekayaan) di lingkungan tempat tinggal. Sedangkan menurut Gunadi (1990: 111)
ekonomi merupakan studi mengenai tindakan yang paling erat berhubungan dengan
memperoleh dan menggunakan barang-barang yang diperlukan bagi kesejahteraan.
Nasution (2008: 34) mengatakan bahwa status sosial ekonomi merupakan
suatu tingkatan yang dimiliki oleh seseorang yang didasarkan pada kemampuan
dalam memenuhi kebutuan hidup sehari-hari dasri penghasilan atau pendapatan
yang diperoleh sehingga mempunyai peranan pada status sosial seseorang dalam
struktur masyarakat. Nasution juga menjelaskan bahwa penghasilan atau pekerjaan
tertentu juga menentukan tinggi rendahnya status seseorang. Sedangkan menurut
13
Maftuh dan Ruyadi (2005: 34) status sosial ekonomi adalah status seseorang dalam
masyarakat dilihat dari segi kedudukan, pendapatan, dan kekayaan.
2.2.1. Ukuran Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi ditinjau dari penjelasan di atas diartikan sebagai
kondisi yang menggambarkan kedudukan seseorang atau keluarga dalam
masyarakat berdasarkan kondisi kehidupannya terkait kedudukan, memperoleh
pendapatan dan menggunakan kekayaan untuk kesejahteraan. Warner dalam
Indrawati (2009: 43) menyusun empat komponen sebagai ukuran untuk status sosial
ekonomi seseorang, diantaranya yaitu pekerjaan, sumber pendapatan, tipe rumah
dan kawasan tempat tinggal. Sementara Hollinghead dalam Indrawati (2009: 43)
memberikan skala atas tiga komponen yaitu kawasan tempat tinggal, gengsi,
pekerjaan dan pendidikan.
Dalam hal ini, penulis hanya membatasi dalam empat komponen status
sosial ekonomi yaitu: status sosial (kedudukan), sumber pendapatan (penghasilan
dan bantuan) serta kekayaan (sumber daya lahan).
2.2.2. Pengertian Lingkungan Petani
Manusia sebagai makhluk yang hidup di dunia tidak hanya memiliki
kehidupan sendiri, namun manusia juga tidak bisa lepas dari manusia lainnya.
Manusia pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya dan karena sifat itu manusia disebut sebagai makhluk sosial
(Wigna, 2009: 6). Begitu pula petani sebagai profesi seorang manusia, petani
memiliki pergaulan dan perkumpulan baik dalam lingkup kecil maupun besar.
14
Dalam hal ini keluarga petani merupakan lingkup terkecil yang dimiliki oleh
seorang petani, sementara masyarakat merupakan lingkup terbesarnya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal bagi seseorang
begitu lahir di dunia. Secara prinsip, keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih berdasarkan pada ikatan
perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan
seorang kepala rumah tangga, berinteraksi di antara anggota keluarga dan setiap
anggota keluarga memiliki peranannya masing-masing dalam menciptakan dan
mempertahankan budaya keluarga. William Bennet dalam Hastuti (2008: 65)
mengungkapkan bahwa keluarga adalah tempat paling efektif dimana seorang anak
menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya, serta
kondisi-kondisi biologis, psikologis dan pendidikan serta minat anak amat
tergantung pada keluarga.
Sementara itu masyarakat merupakan sekelompok manusia yang secara
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, mendiami
suatu temapt tertentu dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok
tersebut (Horton dan Hunt dalam Rahayu, 2010: 7). Masyarakat merupakan
lingkungan yang terdapat manusia-manusia lain yang ada disekitar seperti tetangga,
teman sebaya dan bahkan orang lain di sekitarnya yang belum dikenal (Amsyari
dalam Resmana, 2012: 9). Sehingga lingkungan petani yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah lingkungan keluarga petani dan juga lingkungan masyarakat
atau keadaan sekitar atau tempat tinggal dari petani.
15
2.3. Pemuda
Pemuda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi
dan sosial. Dua tema penting dalam kajian-kajian makro perubahan sosial di
Indonesia adalah proses urbanisasi (pergerakan spasial populasi) dan de-
agrarianisasi (pergeseran sektoral dalam pekerjaan). Kedua pergeseran ini
umumnya dilakukan oleh pemuda. Pemuda dan bukan orang tua yang pindah ke
kota mencari pekerjaan, pemuda jugalah yang memutuskan bahwa masa depan
mereka bukan di bidang pertanian (Naafs dan White, 2012: 90).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam Naafs dan White (2012: 91)
mendefinisikan pemuda sebagai mereka yang berusia 15–24 tahun. Berbeda dengan
PBB, peraturan perundang-undangan Indonesia (seperti halnya di beberapa negara
lain Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang batas formal pemuda. Pasal
1 ayat 1 Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan mendefinisikan
pemuda sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun.
Hurlock (1980: 14) membagi rentang kehidupan dalam beberapa tahapan
diantaranya, (1) Periode Pranatal, yaitu periode konsepsi kelahiran, (2) Bayi, yang
dimulai sejak kelahiran sampai akhir minggu kedua, (3) Masa Bayi, dari akhir
minggu kedua samapi akhir tahun kedua, (4) Awal Masa Kanak-kanak, dari 2 - 6
tahun, (5) Akhir Masa Kanak-kanak, dari 6-10 tahun atau 12 tahun, (6) Masa Puber
atau Pramasa Remaja, 10 atau 12 sampai 13 atau 14 tahun, (7) Masa Remaja dimulai
sejak 13 atau 14 tahun sampai 18 tahun, (8) Awal Masa Dewasa 18-40 tahun, (9)
16
Usia Pertengahan dari 40 sampai 60 tahun dan (10) Masa tua atau Usia Lanjut dari
60 tahun sampai meninggal.
Menurut Naafs dan White (2012: 96) perubahan pada predikat pemuda di
Indonesia yang diperpanjang terjadi karena ketika orang muda menempuh
pendidikan lebih panjang, rata-rata usia awal perkawinan akan naik dan waktu
memasuki dunia kerja diulur. Batas-batas kepemudaan juga bergantung pada
keadaan pemuda di masyarakat. Laki-laki atau perempuan yang menginjak awal
dua puluhan menganggap diri mereka (dan dipandang sebagai) telah dewasa oleh
masyarakat jika di umur 15 tahun sudah keluar dari sekolah, telah bekerja beberapa
tahun dan menikah serta memiliki anak. Sedangkan laki-laki atau perempuan di
akhir usia dua puluhan yang masih lajang, tinggal bersama orangtua mereka,
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan belum memasuki dunia kerja
profesional akan menganggap diri mereka (dan dipandang sebagai) pemuda oleh
masyarakat. Setiap tahapan mempunyai interaksi dan tanggapan yang berbeda-beda
terhadap nilai-nilai, maupun tantangan yang akan datang pada setiap diri individu.
2.4. Usaha Tani Padi
Soekartawi dalam Shinta (2011: 1) mengatakan bahwa usaha tani adalah
usaha bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila seseorang yang disebut petani dapat mengalokasikan sumber
daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dapat dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumber daya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Istilah usaha tani juga dapat diartikan sebagai suatu organisai produksi yang
17
dilakukan oleh petani dengan mengelola faktor-faktor produksi seperti lahan,
tenaga kerja, modal, benih, pupuk, pestisida, teknologi serta manajemen untuk
dapat menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.
Usaha tani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan
manajemen yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaku yang
mengelola organisasi itu dapat dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang.
Dalam hal ini usaha tani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling
modern yaitu mencari keuntungan. Selain usaha tani, terdapat pula istilah
perkebunan yang sebenarnya juga merupakan usaha tani yang dilaksanakan secara
komersial, namun biasanya dibedakan dengan usaha tani (Soekartawi, 1986: 2).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha tani padi merupakan suatu usaha
dalam mengelola faktor produksi padi meliputi lahan, tenaga kerja, modal, benih,
pupuk, pestisida, teknologi serta manajemen yang dilakukan oleh seseorang atau
sekumpulan orang untuk dapat menghasilkan padi dan pendapatan dari hasil
produksi padi.
2.5. Pengertian Minat
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Sedangkan cita-cita merupakan perwujudan dari minat, dalam hubungan dengan
prospek (jangkauan masa depan) ketika seseorang merencanakan dan menentukan
pilihan terhadap pendidikan, jabatan serta teman hidup (Mappiare, 1982: 62).
18
Minat adalah keadaan ketika seseorang melakukan aktivitas seperti belajar
atau aktivitas lainnya dan dia memiliki alasan yang baik atas aktivitas yang
dilakukannya untuk sukses (Nurjanah, 2011: 13). Menurut Hurlock (1978: 420)
minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa
sesuatu akan bermanfaaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut
akan menjadi kepuasaan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan
menurun. Menurut Simamora (2002: 131) minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan dengan sikap. Individu yang berminat terhadap suatu objek akan
memiliki kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk
mendekati atau mendapatkan objek tersebut. Slameto (2010: 180) mengemukakan
bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus-menerus yang disertai rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka minat lebih besar.
Suyanto dalam Rusadi (2015: 13) mengatakan bahwa minat terdiri atas
bagian keinginan yang di praktikan dan bisa menjadi sebuah kebiasaan. Kemauan
atau keinginan merupakan kekuatan yang sadar dan hidup atau menciptakan sesuatu
yang berdasarkan perasaan dan pikiran. Sukardi (1994: 83) mengatakan bahwa
minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting
dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu terhadap
suatu objek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang atau
19
tidak senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui dari
pernyataan senang atau tidak senang terhadap suatu objek tertentu. Dari beberapa
uraian di atas, secara umum minat dapat didefinisikan sebagai suatu unsur
kepribadian yang mengarahkan pada rasa senang dan ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas. Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri atas perasaan
(rasa senang, tidak senang dan rasa takut), harapan, pendirian, prasangka, cita-cita,
dan kemauan sebagai salah satu peranan penting dalam mengambil keputusan masa
depan.
2.5.1. Indikator Minat Berusaha Tani
Dalam penelitian ini, minat berusaha tani didefinisikan sebagai keadaan
ketika pemuda memiliki kemauan, kesukaan dan merasa terbiasa untuk melakukan
usaha tani padi yang diukur menggunakan skala likert (1-5). Indikator minat
berusaha tani dalam penelitian ini adalah:
1. Perasaan, keadaan ketika pemuda memiliki rasa senang ataupun rasa takut
(risiko) terhadap kegiatan usaha tani padi;
2. Harapan, keadaan ketika pemuda memiliki harapan di masa mendatang
terhadap pekerjaan di sektor pertanian daripada di nonpertanian;
3. Pendirian, keadaan ketika pemuda memiliki keyakinan dalam memilih
pekerjaan di sektor pertanian;
4. Prasangka, keadaan ketika pemuda memiliki anggapan yang kurang baik
mengenai kegiatan usaha tani padi;
5. Cita-cita, keadaan ketika pemuda menjadikan pekerjaan di sektor pertanian
sebagai keinginan atau kehendak yang ingin dicapai atau dilaksanakan;
20
6. Kemauan, keadaan pemuda tertarik bekerja di sektor pertanian daripada di
nonpertanian. Ditinjau pula, apakah pemuda berencana untuk bekerja di
sektor nonpertanian, dan bagaimana respon pemuda apabila pemuda lain
disekitar bekerja di sektor nonpertanian.
2.6. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Petani terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi
Minat seseorang terhadap suatu objek didasari dari perhatian seseorang
terhadap objek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang dan
tumbuh sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor intrinsik yang
timbul karena pengaruh rangsangan dalam diri individu itu sendiri dan faktor
ekstrinsik yang timbul karena pengaruh rangsangan dari luar (Suhartini, 2011: 44-
45). Hurlock (1980: 221) mengatakan bahwa remaja laki-laki menginginkan
pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan
yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh
pekerjaan. Mereka juga ingin pekerjaan yang bermartabat tinggi sekalipun
bayarannya lebih sedikit daripada pelbagai pekerjaan yang tidak terlampau
bergensi. Menurut Tarigan (2014: 3), faktor yang mempengaruhi persepsi pemuda
terhadap minatnya bekerja di sektor pertanian padi dipengaruhi oleh persepsi
terhadap faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
pemuda berusaha tani padi pada penelitian ini yaitu:
2.6.1. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial terhadap Minat
Berusaha Tani
Status sosial adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
masyarakat sehubungan dengan oranglain dalam arti lingkungan pergaulannya,
21
prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Maniku, et al., 2014: 2).
Selama dalam suatu masyarakat ada suatu yang dihargai, dapat dipastikan akan
timbul suatu sistem berlapis-lapis dalam masyarakat berdasarkan kedudukan setiap
individu. Heriyanto (2008: 8) mendefinisikan status sosial sebagai status yang
dimiliki setiap individu dalam masyarakat yang biasa disebut sebagai kedudukan
atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya.
Soekanto dalam Priyono (1990: 9) menerangkan bahwa status sosial
memiliki arti yang lebih luas, yaitu sebagai tempat seseorang secara umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Status sosial tidak semata-mata
kumpulan status (kedudukan) orang dalam kelompok yang berbeda, akan tetapi
status sosial tersebut mempengaruhi orang tadi dalam kelompok-kelompok sosial
yang berbeda. Arvianti, et al. (2015: 187) mengungkapkan bahwa status sosial
dalam masyarakat berpengaruh terhadap minat untuk bertani. Jika status sosial
dalam bertani meningkat maka minat masyarakat untuk bertani juga akan
meningkat, begitu pula sebaliknya.
2.6.2. Pengaruh Persepsi tentang Pendapatan terhadap Minat Berusaha Tani
Pendapatan usaha tani merupakan selisih biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh (Tjakrawiralaksana, 1983: 112). Besarnya pendapatan
yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja, modal kerja keluarga yang
dipakai dan pengelolaan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Bentuk
dan jumlah pendapatan memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk memenuhi
keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan
22
kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan kewajiban-kewajiban. Dengan demikian pendapatan yang diterima
petani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan.
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang
maupun barang. berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan
itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha (Hantoro dalam
Suhartini, 2011: 45). Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan
usaha tani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas
lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan
tenaga kerja. Suyanto dalam Panurat (2014: 8) menyatakan pendapatan adalah
jumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki, yang
dapat mempengaruhi minat seseorang.
Selama ini, banyak anggapan bahwa mengolah lahan atau sumber daya lain
dinilai belum menjadi kegiatan produktif dan tidak akan banyak menghasilkan
banyak uang. Ekspektasi atau harapan untuk mendapatkan pendapatan
(penghasilan) yang lebih baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
apakah seseorang berminat untuk berprofesi sebagai seorang petani. Jika seseorang
berharap untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menjadi petani,
maka seseorang akan cenderung untuk berminat menjadi petani (Muksin dalam
Meilina, 2015: 12). Sedangkan menurut Holden, et al. (2004: 371) pendapatan dari
nonpertanian dapat membantu petani menjadi sejahtera dan membuat petani
memiliki semangat untuk mengelola lahannya secara berkelanjutan.
23
2.6.3. Pengaruh Persepsi tentang Sumber Daya Lahan terhadap Minat
Berusaha Tani
Sumber daya merupakan segala sesuatu, baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 1353). Sedangkan lahan merupakan bagian dari bentang alam
(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,
topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami yang
semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO
dalam Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, 2014: 2). Sumber daya lahan
merupakan hal yang meliputi fisik dari bentang alam dengan potensi yang ada dan
digunakan untuk mencapai hasil tertentu.
Banyak pemuda berpendapat bahwa sumber daya alam dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan produktif, maka hal tersebut dapat memotivasi kelompok pemuda
untuk menjadikan pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber penghasilan.
Ketersediaan sumber daya alam dalam hal ini lahan pertanian dapat mempengaruhi
seseorang untuk menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian (Muksin,
2007: 27). Pemuda berlahan mempunyai persepsi dan harapan yang lebih baik
terhadap usaha pertanian. Setidaknya pemilik lahan membuka kemungkinan untuk
berusaha tani sebagai mata pencaharian yang bisa dilengkapi dengan penghasilan
dari pekerjaan lain seperti berburuh, menarik ojeg, berdagang dan lain-lain
(Tarigan, 2014: 17). Lahan merupakan faktor penting bagi petani karena tidak
hanya berkaitan dengan keberlangsungan produksi namun juga sebagai sumber
penghidupan. Lahan merupakan faktor yang terkait erat dengan produksi, ekonomi
dan kesejahteraan petani. Wiyono (2015: 27) mengatakan bahwa kepemilikan lahan
24
lebih dari 1 hektar dan milik sendiri akan mendorong anak petani untuk menjadi
petani. Sedangkan petani yang memiliki lahan kurang dari satu hektar tidak
mendorong anak petani untuk menjadi petani.
2.6.4. Pengaruh Persepsi tentang Bantuan terhadap Minat Berusaha Tani
Bantuan Pemerintah dalam Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Alat
dan Mesin Pertanian APBN-P 2015 merupakan bantuan berupa traktor roda dua,
pompa air, rice transplanter, dan traktor roda empat yang diterima oleh kelompok
tani. Handayanti (2016: 93) mengatakan bahwa bantuan langsung pupuk, subsidi
pupuk, bantuan langsung benih dan subsidi benih mempunyai pengaruh nyata
terhadap minat bertani padi sawah.
Bantuan merupakan jenis bantuan yang dibutuhkan petani padi seperti
faktor produksi yang meliputi pupuk dan benih serta kebutuhan teknologi dalam hal
ini alat mesin pertanian seperti traktor roda dua, traktor roda empat, rice transplanter
dan pompa air yang akan menghasilkan dan menaikan produksi. Menurut
Soekartawi dalam Panurat (2014: 8), bantuan yang diperoleh petani seperti faktor
produksi maupun teknologi yang dapat menghasilkan atau menaikan produksi akan
menambah minat petani semakin tinggi dan mendorong para petani untuk bekerja
pada sektor pertanian padi sawah. Hasil penelitian Panurat (2014: 8) juga
menunjukan bahwa bantuan memberikan kontribusi positif terhadap minat petani
sehingga dengan adanya bantuan minat petani semakin meningkat. Bantuan
pemerintah yang diberikan untuk petani diduga memiliki peran dalam menarik
minat pemuda untuk berusaha tani padi.
25
2.6.5. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Keluarga terhadap Minat
Berusaha Tani
Sumarwan (2011: 278) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terkait oleh perkawinan, darah
(keturunan: anak atau cucu), dan adopsi. Kelompok orang tersebut biasanya tinggal
bersama dalam satu rumah. Namun, bisa saja bahwa semua anggota keluarga
tersebut tidak tinggal di dalam satu rumah. Keluarga juda dapat diartikan sebagai
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Sugeng dalam
Suleman, 2013: 4).
Lingkungan keluarga adalah kelompok terkecil dalam masyarakat dan
merupakan lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah
laku anak. Di lingkungan keluarga anak mendapat perhatian, kasih sayang,
dorongan, bimbingan dan keteladanan oleh orangtua untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya demi perkembangan dimasa mendatang (Setiawan, 2015:
22). Lingkungan keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri
dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak
dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan
pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian.
26
Menurut Suhartini (2011: 46) minat, khususnya dalam berwirausaha akan
terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut,
karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Orangtua yang berwirausaha dalam bidang
tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam hal yang
sama pula. Setiawan (2016: 23) mengatakan bahwa lingkungan keluarga
mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan dan pemilihan
pekerjaan seorang anak dan minat anak akan terbentuk apabila keluarga
memberikan dukungan positif terhadap minatnya. Demikian pula dengan minat
berusaha tani padi yang akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh
positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga
saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Badri dan Panatik (2017: 1083) menjelaskan bahwa minat akan muncul
ketika terdapat dukungan dari keluarga, hal ini berarti bahwa pemuda akan berminat
untuk berusaha tani padi ketika keluarga mendukungnya. Lingkungan keluarga
akan dapat mempengaruhi minat setiap unit yang ada di dalamnya untuk dapat
melakukan aktifitas yang sama, dalam hal ini berusaha tani padi. Lingkungan
keluarga yang melakukan usaha tani padi, akan cenderung ikut serta dalam usaha
tersebut. Hal inilah yang diduga dapat mempengaruhi minat pemuda berusaha tani
padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang, Cianjur
2.6.6. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Masyarakat terhadap Minat
Berusaha Tani
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berbaurnya semua komponen
masyarakat, baik dari agama, etnis keturunan, maupun status ekonomi. Menurut
27
Yusuf dalam Indriatno (2012: 27), lingkungan masyarakat merupakan lingkungan
ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak setelah lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah yang sesuai dengan keberadaannya seperti teman
bergaul, lingkungan sekitar dan tokoh masyarakat. Pengaruh yang ada di
masyarakat dapat mempengaruhi seseorang terhadap dunia pendidikan. Kontrol
dari masyarakat juga akan membantu dalam meningkatkan peran dan minat dalam
berwirausaha. Lingkungan yang berada disekitar individu dapat mempengaruhi
hidupnya. Minat dan perasaan seseorang dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak lain
atau orang lain disekitarnya baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Pergaulan
hidup dan lingkungan sekitar akan membawa pengaruh hidupnya terhadap minat
seseorang (Karina, 2009: 19).
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di luar keluarga baik di
kawasan tempat tinggal maupun di kawasan lain. Faktor ekternal yang
mempengaruhi minat seseorang adalah faktor lingkungan. Lingkungan masyarakat
sangat memiliki pengaruh terhadap minat seseorang. Lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap minat seseorang antara lain pergaulan dengan teman sebaya,
televisi, surat kabar dan lain-lain. Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dan
tanggung jawab yang besar di dalam rangka mewujudkan minat seseorang. Faktor
eksternal yang mempengaruh minat seseorang adalah faktor lingkungan
(Soemanto, 2002: 190).
Lingkungan masyarakat diduga memiliki pengaruh penting dalam
mendorong minat pemuda berusaha tani padi. Semakin banyak pengaruh
lingkungan masyarakat, diduga akan semakin tinggi minat dalam berusaha tani. Hal
28
ini berdampak pada sesama petani, yaitu adanya saling membantu satu sama lain
dalam berusaha tani baik dalam penyediaan alsintan (alat mesin pertanian) maupun
saprodi (sarana produksi) dan dalam hal lain yang menyangkut usaha tani padi.
2.7. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian sejenis diantaranya, Rusadi (2015)
yang melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Minat
Pemuda dalam Beternak Sapi Potong di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissapu
Kabupaten Bantaeng”. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier
berganda dan dibantu aplikasi komputer SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa variabel pendapatan memiliki kontribusi paling besar terhadap
minat pemuda dalam beternak. Variabel lain yang berpengaruh terhadap minat
pemuda dalam beternak adalah lingkungan masyarakat dan status sosial.
Arvianti, et al. (2015) melakukan penelitian berjudul “Minat Pemuda Tani
Terhadap Transformasi Sektor Pertanian di Kabupaten Ponorogo” dengan
menggunakan alat analisis regresi linier berganda dan dibantu dengan aplikasi
komputer SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pemuda
di Kabupaten Ponorogo memiliki kemauan yang cukup tinggi untuk berusaha tani.
Kemauan merupakan salah satu indikator dari minat. Begitu juga indikator yang
lain, 90,27% responden pemuda di Kabupaten Ponorogo beranggapan bahwa
dengan berusaha tani akan mendapatankan perasaan senang, dan 77,80%
menganggap bahwa dengan berusaha tani akan mendapat perhatian dari
masyarakat. Berdasarkan analisis regresi linier berganda dilakukan variabel yang
mendorong minat pemuda dalam berusaha tani adalah pendapatan yang memiliki
29
pengaruh paling besar, lalu lingkungan msayarakat dan status sosial. Sedangkan
lingkungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap minat.
Ningsih (2015) melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang
Menentukan Keterlibatan Pemuda Pedesaan pada Kegiatan Pertanian
Berkelanjutan” dengan menggunakan alat analisis regresi linier, Rank Spearman
dan tabulasi silang. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa keterlibatan pemuda
pada kegiatan pertanian semakin menurun. Faktor yang membuat rendahnya
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian berkelanjutan adalah sosialisasi
orangtua dan kohevisitas teman sebaya yang rendah. Pertanian dianggap sebagai
pekerjaan yang tidak menjanjikan secara ekonomi. Untuk itu sosialisasi mengenai
pertanian harus ditingkatkan oleh berbagai pihak serta suatu wadah yang mampu
memfasilitasi pemuda untuk saling berbagi informasi mengenai pertanian.
Penelitian tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Petani
Berusaha tani Padi di Desa Sendangan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa”
yang dilakukan oleh Panurat (2014) menjelaskan bahwa luas lahan dan pendapatan
memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap minat petani. Bantuan pemerintah
dan pengalaman memiliki pengaruh nyata terhadap minat, dan pendidikan memiliki
pengaruh yang tidak nyata terhadap minat petani. Penelitian ini menggunakan alat
analisis regresi linier berganda dengan alat bantu program komputer SPSS 16 for
Windows. Nilai kontribusi Determinasi R2 faktor yang mempengaruhi dari luas
lahan, pengalaman, pendapatan, bantuan dan pendidikan adalah sebesar 72%.
30
2.8. Kerangka Pemikiran Operasional
Regenerasi petani merupakan sesuatu yang sangat langka di masa sekarang
ini. Pertumbuhan sektor industri begitu terasa sehingga banyak pemuda lebih
tertarik ke sektor selain pertanian. Dalam hal pembangunan nasional, sektor
pertanian memiliki andil yang sangat besar. Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi lahan
pertanian yang luas dan akan dijadikan salah satu wilayah Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B).
Kebutuhan akan beras tentunya masih akan tetap ada. Keberadaan petani
yang didominasi usia tua dan terjadinya penurunan jumlah petani semakin nyata.
Sehingga akan mengganggu keberlangsungan produksi padi di masa depan.
Pemuda sebagai penerus bangsa tentunya harus juga meneruskan perjuangan petani
dalam memenuhi kebutuhan beras. Kemungkinan adanya pengaruh persepsi
tentang status sosial ekonomi dan lingkungan petani terhadap minat bertani pemuda
diantaranya status sosial, pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat.
31
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus
Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat
Jumlah Petani Menurun Petani didominasi Usia Tua
Regenerasi Petani Muda
Lingkungan
Masyarakat
(X6)
Lingkungan
Keluarga (X5)
Pendapatan
Petani (X2) Status Sosial
(X1)
Implikasi Kebijakan
Persepsi Pemuda Terhadap Minat Berusaha Tani Padi
Sumber
Daya
Lahan (X3)
Analisis Regresi Linear Berganda
Pemenuhan Kebutuhan Beras
Bantuan
Pemerintah
(X4)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk survei dengan desain penelitian deskriptif dan jenis
Single Cross-Sectional Design atau disingkat Single CSD. Dengan desain penelitian
seperti itu diharapkan bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian
merupakan dasar dalam melakukan penelitian (Hadi, 2009: 23). Desain penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan sesuatu. Penelitian
deskriptif memiliki karakteristik pernyataan yang jelas mengenai permasalahan
yang dihadapi, hipotesis yang spesifik dan desain penelitian yang terstruktur
(Rangkuti, 2003: 17). Sementara penelitian ini dengan Single CSD akan
mengumpulkan data satu kali dari setiap elemen populasi dalam satu periode
penelitian.
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(pusposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Cianjur merupakan salah satu
produsen beras di Jawa Barat, dan Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
merupakan daerah yang akan dijadikan salah satu wilayah Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B). Selain itu juga pemilihan lokasi berdasarkan hasil diskusi
dengan pemerintah setempat khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Cianjur dan Badan Penyuluh Pertanian Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Warungkondang. Penelitian ini dilaksanakan
33
selama kurang lebih tiga bulan yaitu dari tahap persiapan di bulan April hingga
pengambilan data primer sampai bulan Juli 2017. Pengambilan data dilakukan
terhadap pemuda (sebagai responden), lembaga/instansi ataupun stakeholder
pertanian lainnya yang diperlukan untuk proses analisis data.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Anshori dan Iswati (2009: 92) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga bisa organisasi, binatang, hasil karya
manusia, dan benda-benda alam yang lain. Sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah pemuda di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur dengan kriteria yaitu pemuda Desa Ciwalen
dengan rentang usia 15-30 tahun, merupakan anak dari petani padi sawah dan
memiliki lahan. Penentuan usia dari 15-30 tahun dilakukan dengan asumsi bahwa
usia 15 tahun sudah menjadi bagian dari angkatan kerja dan pembatasan 30 tahun
karena usia 30 tahun adalah batas usia dari kategori pemuda dalam aturan UU No.
40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Setelah dilakukan pendataan yang dibantu
oleh penyuluh pertanian serta ketua kelompok tani Desa Ciwalen, didapat 138
pemuda yang memenuhi kriteria sebagai populasi penelitian ini.
Sedangkan jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini
menggunakan teori Roscoe. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2008: 74), ukuran
sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 dan bila
34
dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi
ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable
yang diteliti. Berdasarkan pernyataan dari Roscoe, variabel independen dalam
penelitian ini berjumlah 6, yaitu status sosial (X1), pendapatan (X2), sumber daya
lahan (X3), bantuan (X4), lingkungan keluarga (X5) dan lingkungan masyarakat
(X6). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat pemuda
berusaha tani padi (Y). Dapat disimpulkan bahwa jumlah variabel dalam penelitian
ini adalah 7 variabel, maka jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 7 x
10 = 70 anggota sampel. Setelah dilakukan pendataan yang dibantu oleh penyuluh
pertanian serta ketua kelompok tani Desa Ciwalen, didapat kerangka 70 sampel
pemuda yang memenuhi kriteria.
Penentuan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil dari populasi
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak
sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar
bilangan secara acak dan sebagainya (Sugiyono, 2008: 64).
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diambil dari sumber data primer atau
pertama di lapangan baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif,
sedangkan data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari sumber kedua atau
35
digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya
baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif (Bungin, 2013: 123-128). Data
primer digunakan untuk menjawab permasalahan utama yang diangkat dalam
penelitian, sedangkan data sekunder digunakan sebagai bahan informasi penunjang
dalam melakukan analisis.
Data sekunder (kualitatif dan kuantitatif) dalam penelitian ini meliputi data
nama-nama calon responden, gambaran umum wilayah penelitian seperti kondisi
geografis, data penduduk, ketenagakerjaan, tingkat pendidikan, kondisi pertanian
dan perekonomian di lokasi penelitian yang didapatkan dari sumber-sumber yang
relevan seperti buku, jurnal dan data dari instansi seperti Badan Pusat Statistik
(BPS), Kementerian Pertanian, BP3K Kecamatan Warungkondang, Desa Ciwalen
dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.
Data primer meliputi karakteristik responden seperti jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan pengalaman pribadi responden. Data primer juga diperlukan untuk
pengumpulan data variable penelitian yaitu persepsi Pemuda yang meliputi
persepsi status sosial, pendapatan, bantuan, sumber daya lahan, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat serta minat berusaha tani padi. Data ini
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden, melalui kuesioner
maupun pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, data
primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 70 responden dengan
menggunakan kuesioner.
Dalam pengumpulan data dari responden, instrumen pengukur yang
digunakan adalah kuesioner dengan pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Skala
36
likert adalah alat yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan
jawaban diberi skor satu sampai lima, nilai 1 (satu) memiliki makna sangat negatif,
sementara 5 (lima) memiliki makna yang sangat positif. Jawaban setiap instrumen
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif hingga
sangat negatif atau sebaliknya, dengan demikian skala likert mempunyai skala
ordinal (Soentoro 2015: 115).
Adapun bentuk jawaban beserta nilai dalam skala likert menurut Soentoro
(2015: 115) adalah sebagai berukut:
a. Jawaban “Sangat Setuju” diberi nilai = 5
b. Jawaban “Setuju” diberi nilai = 4
c. Jawaban “Ragu” diberi nilai = 3
d. Jawaban “Tidak Setuju” diberi nilai = 2
e. Jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi nilai = 1
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
mendapatkan hasil sesuai rumusan masalah yang diambil. Dalam penelitian ini
metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 23 for
Windows dan dibantu program Microsoft Excel 2016. Adapun tahapan analisis data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
37
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel/konstruk tertentu
yang disebut variabel laten atau faktor yang tidak diukur secara langsung namun
menggunakan indikator atau dimensi tertentu umumnya menggunakan sebuah
daftar pertanyaan/kuesioner. Kuesioner yang dibuat mengenai konstruk tertentu
terdiri dari butir-butir pertanyaan. Dalam sebuah penelitian setiap butir pertanyaan
dalam kuesioner harus memenuhi persyaratan tertentu diantaranya harus valid dan
reliabel. Berikut penjelasan mengenai pengujian validitas dan reliabilitas:
3.4.1.1.Uji Validitas
Uji validitas atau uji kesahihan adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Ghazali, 2001: 40). Menurut Sugiyono (2008: 137)
penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan dadta yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Valid berarti alat
ukur instrument dapat digunakan untuk menguur apa saja yang seharusnya diukur.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian secara statistik, yang dapat
dilakukan secara manual atau dukungan komputer (SPSS 23 for Windows). Untuk
menguji validitas alat ukur/kuesioner yang digunakan dengan tipe validitas
konsep/konstruk (Construct Validity) dengan cara melakukan uji coba kuesioner
dengan meminta 30 responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada,
melakukan tabulasi jawaban, kemudian menghitung korelasi antardata pada
38
masing-masing pernyataan dengan skor total. Selanjutnya, nilai korelasi yang
diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk menyatakan apakah nilai signifikan atau
tidak. Caranya dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Bila ternyata semua
nilai korelasi yang ada adalah signifikan, pernyataan-pernyataan yang ada memiliki
validitas konstruksi, yang berarti terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Uji validitas dilakukan pada setiap butir soal. Hasilnya
dibandingkan dengan r tabel df=n-k dengan tingkat kesalahan 10%. Apabila apabila
r hitung < r tabel maka butir soal tersebut valid (Noor, 2011: 169).
Berdasarkan hasil uji validitas, sebagian besar pernyataan adalah valid
dengan tingkat signifikansi 10%, α = 0,1, n = 30, df (n-2) = df (28) diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
sebesar 0,3061. Pembuktian ini menunjukan bahwa sebagian besar item layak untuk
digunakan sebagai indikator. Hasli uji validitas dapat dilihat di lampiran 1.
3.4.1.2.Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pernyataan dikatakan
reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
(Sunyoto, 2010: 83-84). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan one shot atau
pengukuran sekali saja. Pengukuran keandaal butir pernyataan dengan sekali
menyebar kuesioner pada responden, kemudian hasil skornya diukur korelasinya
antarskor jawaban pada butir pernyataan yang sama dengan bantuan program
komputer SPSS 23 for Windows dengan fasilitas Cronbach Alpha (a). Suatu
konstruk dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60.
39
Berdasarkan hasil olah data koefisien dari Cronbach’s Alpha lebih besar
dari syarat sebesar 0,775 > 0,60, artinya hasil ini menunjukan bahwa variabel dalam
penelitian ini reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 1.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
data yang dipergunakan dalam penelitian. Uji Asumsi klasik dilakukan agar
diperoleh model atau hasil analisis yang tepat. Model analisis regresi penelitian ini
mensyaratkan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi.
3.4.2.1.Uji Normalitas
Menurut Sunyoto (2010: 103), uji normalitas menguji data variabel bebas
(X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan
berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan
baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi
mendekati normal atau normal sama sekali. Hasil uji normasitas nantinya dapat
dilihat pada grafik probability plot (P-Plot). Hasil dapat dikatakan berdistribusi
normal apabila titik-titik menyebar disekitar sumbu diagonal p-plot yang juga
menandakan hasil tersebut memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas, probability plot menunjukan bahwa titik-
titik menyebar di sekitar sumbu diagonal p-plot, sehingga dapat dikatakan bahwa
data berdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hasil dari uji
normalitas dapat dilihat pada lampiran 2.
40
3.4.2.2.Uji Multikolinearitas
Menurut Sunyoto (2010: 97), uji asumsi klasik jenis ini diterapkan pada
analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/independent
variable (x1, x2, x3, x4, x5....xn), yang akan diukur tingkat asosiasi (keeratan)
hubungan/pengaruh antara variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien
korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinearitas, jika koefisien korelasi
antarvariabel bebas (x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan x4, x4 dan x5 dan seterusnya)
lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama
dengan 0,60 (r ≤ 0,60).
Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan
cara lain yaitu dengan:
1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara
statistik (α).
2) Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku
kuadrat.
Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan
menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut:
Besar nilai tolerance (α):
α = 1 / VIF
Besar nilai variance inflation factor (VIF):
VIF = 1 / α
41
Menurut Ghazali (2001:55) jika α hitung < 0,10 maka terjadi
multikolinearitas dan sebaliknya. Atau jika VIF hitung > 10,00 maka terjadi
multikolinearitas dan sebaliknya. Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel
independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, diketahui bahwa variabel status
sosial (X1) memiliki nilai VIF sebesar 3,858 dengan nilai tolerance 0,259, variabel
pendapatan (X2) memiliki VIF sebesar 3,986 dengan nilai tolerance 0,251, variabel
sumber daya lahan (X3) memiliki VIF sebesar 1,022 dengan nilai tolerance 0,978,
variabel bantuan pemerintah (X4) memiliki VIF sebesar 1,839 dengan nilai
tolerance 0,544, variabel lingkungan keluarga (X5) memiliki VIF sebesar 2,024
dengan nilai tolerance 0,494, dan variabel lingkungan masyarakat (X6) memiliki
VIF sebesar 1,193 dengan nilai tolerance 0,838.
Dari hasil uji multikolinearitas di atas menunjukan bahwa semua variabel
(status sosial, pendapatan, sumber daya lahan, bantuan pemerintah, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat) memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan
nilai VIF kurang dari 10. Artinya model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas
antarvariabel independen. Tabel dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada
lampiran 2.
3.4.2.3.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji mengenai sama atau tidak
varians residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika
42
residualnya mempunyai varians yang sama disebut Homoskedastisitas dan jika
variansnya tidak sama/berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas. Persamaan
regresi yang baik jika tidak terjadi Heteroskedastisitas (Sunyoto, 2010: 100).
Hasil uji heteroskedastisitas nantinya dapat dilihat dalam sebuah grafik
scatterplot antara Z Prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu
X=Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat
(sumbu Y=Y prediksi – Y rill). Dalam grafik tersebut akan ada titik-titik yang
menunjukan penyebaran. Jika penyebaran data pada scatterplot teratur dan
membentuk pola tertentu baik menyempit, melebar maupun bergelombang (naik
turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan terjadi problem
heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika penyebaran data pada scatterplot
berada di bawah maupun di atas tiik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak teratur
serta tidak membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil dari uji heteroskedastisitas penelitian ini menunjukan bahwa titik-titik
pada Scatter Plot menyebar secara acak, serta tersebar di atas maupun di bawah
angka 0 sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi ini. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat
dilihat pada lampiran 2.
3.4.2.4.Uji Autokorelasi
Umar (2011: 76) menjelaskan, uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif
maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Untuk data
43
cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat diantara data pertama
dan kedua, data kedua dengan ketiga dan seterusnya. Jika ya, telah terjadi
autokolerasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan menjadi
menyesatkan (sering disebut dengan spurious atau nonsenseregression). Oleh
karena itu, perlu tindakan agar tidak terjadi autokorelasi. Untuk menguji
autokorelasi digunakan uji Durbi-Watson.
Sunyoto (2010: 110) memberikan keterangan mengenai ketentuan dalam uji
Durbin-Watson (DW), sebagai berikut:
1. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai Durbin-Watson di bawah -2 (DW < -2);
2. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai Durbin-Watson berada di antara -2 dan +2
atau -2 ≤ DW -2 ≤ DW
Hasil dari uji Durbin Watson pada penelitian ini sebesar 1,805. Artinya
bahwa dalam model ini tidak terjadi autokorelasi antarvariabel. Hasil dari uji
Durbin Watson dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah suatu alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui nilai pengaruh dua variabel bebas (variabel independen) atau
lebih terhadap variabel terikat (variabel dependen). Analisis regresi linier berganda
digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variable dependen, bila dua atau lebih variable independen sebagai
factor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2008: 275).
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda membantu dalam
mengetahui besarnya pengaruh variabel independen persepsi status sosial,
44
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e
pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat terhadap variabel dependen yaitu minat pemuda berusaha tani padi.
Pengisian kuesioner oleh responden nantinya akan diolah menggunakan SPSS 23
for Windows. Berikut adalah model persamaan dalam penelitian ini:
Keterangan Y = Minat Pemuda Berusaha Tani
a = Konstanta
x1 = Status Sosial
x2 = Pendapatan
x3 = Sumber Daya Lahan
x4 = Bantuan
x5 = Lingkungan Keluarga
x6 = Lingkungan Masyarakat
b1 = Koefisien Regresi antara x1 dan Y
b2 = Koefisien Regresi antara x2 dan Y
b3 = Koefisien Regresi antara x3 dan Y
b4 = Koefisien Regresi antara x4 dan Y
b5 = Koefisien Regresi antara x5 dan Y
b6 = Koefisien Regresi antara x6 dan Y
e = Standar error
45
3.4.4. Uji Hipotesa
3.4.4.1.Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelan independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel
X dan Y, apakah variabel X benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y secara
terpisah atau parsial.
Dalam penelitian ini, uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yang diteliti secara individual terhadap minat pemuda berusaha tani padi di
Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang, Cianjur. Persepsi tentang status sosial,
Status Sosial (X1)
Pendapatan (X2)
Lingkungan Keluarga
(X5)
Sumber Daya Lahan
(X3)
Minat Pemuda
Berusahatani Padi (Y)
Lingkungan Masyarakat
(X6)
Bantuan (X4)
Gambar 2. Model Penelitian Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus
Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat
46
pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat diduga berpengaruh terhadap minat pemuda berusaha tani padi.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho: Variabel bebas (status sosial, pendapatan, sumber daya lahan,
bantuan, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (minat
pemuda berusaha tani padi)
Ha: Variabel bebas (status sosial, pendapatan, sumber daya lahan,
bantuan, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (minat
pemuda berusaha tani padi)
Dasar pengambilan keputusan hipotesis di atas adalah membandingkan
angka probabilitas signifikansi, yaitu apabila angka probabilitas signifikansi > 0.1,
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Sebaliknya, apabila angka probabilitas signifikansi < 0.1, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Selain membandingkan angka probabilitas signifikansi, uji t juga
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Ketentuannya adalah apabila thitung >
ttabel, maka Ha diterima, artinya ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dan sebaliknya, apabila thitung < ttabel maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji t dapat mengetahui
variabel bebas apa saja yang mempengaruhi variabel terikat, karena tidak semua
47
variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat secara nyata pada tingkat
kepercayaan tertentu. Selain itu, hasil uji t juga dapat menjelaskan seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.4.4.2.Uji F (Uji Simultan)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen (Algifari, 2013: 72).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tabel uji distribusi F. Uji F
digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti secara bersama-
sama berpengaruh nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi sawah di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang. Uji ini dapat dilakukan dengan
memperbandingkan Fhitung dengan Ftabel atau dengan membandingkan nilai
signifikan dengan nilai α, dengan ketentuan:
Ho6: ditolak, jika Signifikansi > α
H6: diterima, jika Signifikansi < α
Adapun uji F dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan
ketentuan apabila Fhitung > Ftabel maka H6 diterima atau secara bersama- sama
variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak dan
sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka Ho6 diterima atau secara bersama-sama
variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
3.4.4.3.Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Menurut Algifari
(2013: 68), besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin
48
mendekati 0 besarnya R2 suatu persamaan regresi, semakin kecil pula pengaruh
semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen. Sebaliknya, semakin
mendekati 1 besarya R2 suatu persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen. Berarti variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen.
48
3.5. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani
Padi: Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat
Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator
Status Sosial
(X1)
Status sosial merupakan kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompok masyarakat sehubungan dengan
oranglain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya
dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Maniku,
2014: 2)
Status sosial adalah status yang dimiliki setiap individu
dalam masyarakat yang biasa disebut sebagai kedudukan
atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok
masyarakatnya (Heriyanto, 2003: 8)
Soekanto dalam Priyono (1990: 6) mengatakan bahwa
status sosial memiliki kriteria atau ukuran dalam lapisan
masyarakat yaitu ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.
Status sosial merupakan kedudukan, posisi atau peringkat
seseorang dalam kelompok masyarakat yang memberi hak
dan kewajiban orang yang menempati kedudukan tersebut
dilihat dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.
Pandangan pemuda terhadap status
sosial dari pekerjaan berusaha tani padi
yang dilihat dari kedudukan, posisi atau
peringkat dengan hak dan kewajiban
yang melekat serta dalam ukuran
kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan
ilmu pengetahuan
1. Kedudukan
dalam masyarakat
2. Kekayaan
3. Kekuasaan
4. Kehormatan
5. Ilmu Pengetahuan
49
Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator
Pendapatan
(X2)
Pendapatan usaha tani merupakan selisih biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh
(Tjakrawiralaksana, 1983:112).
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang
baik berupa uang maupun barang. berwirausaha dapat
memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk
memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan
minatnya untuk berwirausaha Hantoro dalam (Suhartini,
2011: 45).
Pendapatan merupakan selisih dari biaya yang dikeluarkan
dan penerimaan yang diperoleh seseorang, baik berupa
uang maupun barang yang dapat mempengaruhi minat
dalam menjalankan usaha.
Pandangan pemuda tentang pendapatan
yang didapat dari sektor usaha tani padi
untuk mencukupi kehidupan sehari-hari
dan menabung
1. Penghasilan
Tinggi
2. Kebutuhan
Sehari-hari
3. Tabungan
Sumber Daya
Lahan (X3)
Sumber daya merupakan segala sesuatu, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud, yang digunakan
untuk mencapai hasil (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 1353)
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape)
yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan
keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial
akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO)
dalam Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (2014:
2).
Pandangan pemuda terhadap potensi
luas lahan sawah milik orangtuanya,
baik secara fisik maupun dari hasil yang
diperoleh
1. Kesuburan tanah
2. Sistem pengairan
3. Hasil Produksi
4. Keuntungan dari
Potensi
50
Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator
Sumber daya lahan adalah bentang alam yang meliputi
keadaan fisik seperti iklim, topografi, tanah, hidrogoli
bahkan vegetasi alami dan dengan potensinya digunakan
untuk mencapai hasil tertentu.
Bantuan
Pemerintah
(X4)
Menurut Soekartawi dalam Panurat (2014: 8), bantuan
yang diperoleh petani seperti faktor produksi maupun
teknologi yang dapat menghasilkan atau menaikan
produksi, akan menambah minat petani semakin tinggi
dan mendorong para petani untuk bekerja pada sektor
pertanian padi sawah.
Bantuan pemerintah dalam Pendoman Pelaksanaan
Penyaluran Bantuan Alat dan Mesin Pertanian APBN-P
tahun 2015 adalah bantuan berupa traktor roda dua,
pompa air, rice transplanter dan traktor roda empat yang
diterima oleh kelompok tani.
Handayanti (2016) mengatakan bahwa bantuan langsung
pupuk, subsidi pupuk, bantuan langsung benih dan subsidi
benih mempunyai pengaruh nyata terhadap minat bertani
padi sawah.
Bantuan merupakan jenis bantuan yang dibutuhkan petani
padi seperti faktor produksi yang meliputi pupuk dan
benih serta kebutuhan teknologi dalam hal ini alat mesin
pertanian seperti traktor roda dua, traktor roda empat, rice
transplanter, dan pompa air yang akan menghasilkan dan
menaikan produksi.
Pandangan pemuda terhadap bantuan
pemerintah yang didapatkan petani
mulai dari bantuan benih, bantuan pupuk
serta bantuan teknologi yang meliputi
traktor roda dua, traktor roda empat, rice
transplanter dan pompa air yang akan
menghasilkan dan menaikan produksi
1. Membantu
2. Dibutuhkan
51
Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator
Lingkungan
Keluarga (X5)
Dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Sugeng dalam Suleman, 2013: 4).
Menurut Suhartini (2011: 46) lingkungan keluarga adalah
kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu,
anak, dan anggota keluarga yang lain sebagai peletak
dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang
memberikan pengaruh awal terbentuknya kepribadian.
Lingkungan keluarga merupakan kelompok yang menjadi
peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
dan memberikan pengaruh untuk dapat mempertahankan
suatu kebudayaan.
Pandangan pemuda terhadap lingkungan
keluarga (ayah, ibu dan anggota
keluarga lainnya) yang mendorong serta
mendukung untuk berusaha tani padi
sebagai upaya mempertahankan
budaya/warisan
1. Dorongan/
tuntutan
2. Dukungan
3. Warisan Keluarga
Lingkungan
Masyarakat
(X6)
Menurut Yusuf dalam Indriatno (2012: 27), lingkungan
masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses
pembentukan kepribadian anak-anak setelah lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah yang sesuai dengan
keberadaannya seperti teman bergaul, lingkungan sekitar
dan tokoh masyarakat.
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dan
tanggung jawab yang besar di dalam rangka mewujudkan
minat seseorang. Faktor ekternal yang mempengaruhi
minat seseorang adalah faktor lingkungan. (Soemanto,
2002: 190).
Pandangan pemuda terhadap lingkungan
masyarakat seperti teman sebaya,
tetangga, maupun warga sekitar dalam
mendukung dan mendorong untuk
berusaha tani padi
1. Tetangga/warga
sekitar
2. Teman Sebaya
52
Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator
Lingkungan masyarakat adalah tempat berbaur semua
komponen sebagai pembentuk karakter yang memiliki
tanggungjawab mewujudkan minat seseorang.
Minat Pemuda
Berusaha Tani
(Y)
Menurut Sukardi (1994: 83) bahwa minat merupakan
salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan
penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat
mengarahkan individu terhadap suatu obyek atas dasar
rasa senang atau rasa tidak senang.
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari
suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian,
prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan
lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu (Mappiare, 1982: 62)
Minat terdiri atas bagian keinginan yang dipraktikkan bisa
menjadi sebuah kebiasaan. Kemauan atau keinginan
merupakan kekuatan yang sadar dan hidup atau
menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan
pikiran (Suyanto dalam Rusadi, 2015: 13).
Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri atas
perasaan (rasa senang, tidak senang dan rasa takut),
harapan, pendirian, prasangka, cita-cita, dan kemauan
terhadap kegiatan usaha tani padi sebagai salah satu
peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan.
Keadaan ketika pemuda memiliki
perasaan (senang ataupun takut),
harapan, pendirian, prasangka, cita-cita
dan kemauan terhadap kegiatan usaha
tani padi sehingga menjadi salah
peranan penting dalam mengambil
keputusan masa depan.
1. Perasaan
2. Harapan
3. Pendirian
4. Prasangka
5. Cita-cita
6. Kemauan
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Menurut Ir. Enan Laksana, MP., Kepala
Sub. Bagian Penyusunan Program Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2016), Desa
Ciwalen akan dijadikan sebagai salah satu lokasi pembentukan lahan pertanian
pangan berkelanjutan. Hal ini juga dipertegas oleh H. Irvan Rivano Muchtar, S.IP,
SH, M.Si., Bupati Kabupaten Cianjur (2016) yang menyatakan bahwa beberapa
titik di Kecamatan Warungkondang akan dijadikan menjadi lahan abadi. Semua itu
akan diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2016).
Secara geografis Desa Ciwelen berbatasan langsung dengan sebagai
berikut:
a. Sebelah utara, berbatasan dengan Desa Sukawangi dan Desa Rancagoong
(Kecamatan Cilaku);
b. Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Cieundeur dan Desa Bunisari;
c. Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Bunikasih;
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnagalih (Kecamatan Cilaku).
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang secara umum merupakan hamparan atau tanah landai yang berada
pada ketinggian 500 mdpl. Jarak Desa Ciwalen ke Ibukota Kecamatan, Ibukota
54
Kabupten dan Ibukota Provinsi adalah masing-masing 2,5 Km, 9,5 Km dan 74,5
Km (Monografi Desa Ciwalen, 2017).
Desa Ciwalen memiliki luas wilayah 425,7 hektar yang meliputi 4 dusun,
12 RW dan 38 RT. Sebagian besar wilayah Desa Ciwalen merupakan persawahan.
Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 328,7 hektar,
sedangkan 97 hektar lainnya merupakan kawasan pemukiman penduduk dan
prasarana umum seperti kawasan pertokoan, sekolah, pemakaman, jalan, dan lain-
lain. Dengan lahan pertanian 328,7 hektar, Desa Ciwalen memiliki potensi terutama
komoditas padi sawah yang sangat besar. Berdasarkan luas tanam menurut Desa di
Kecamatan Warungkondang pada tahun 2015, Desa Ciwalen memiliki total
produksi mencapai 2.575 ton (BPS, 2016).
4.2. Keadaan Demografi dan Sosial
Penduduk Desa Ciwalen, hingga pertengahan tahun 2015 berjumlah 9.843
jiwa yang terdiri atas 5.206 orang laki-laki dan orang 4.583 perempuan dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 3.542 KK. Kelompok usia yang termasuk dalam
kategori Pemuda pada usia 15-30 tahun terdapat ± 2.105 orang atau 21,5 persen dari
total jumlah penduduk. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia
produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia
produktif berjumlah ± 5.415 orang atau 55,3 persen dari total jumlah penduduk. Hal
ini dapat dilihat dalam Tabel 5.
Mayoritas penduduk Desa Ciwalen merupakan lulusan SD sebanyak 1.709
orang. Sedangkan untuk lulusan SMP, SMA, D1-D3, S1 dan S2-S3 masing-masing
sebanyak 742 orang, 753 orang, 41 orang, 59 orang dan 5 orang (Monografi Desa
55
Ciwalen, 2017). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan kualitas
hidup seseorang. Pendidikan yang rendah diakibatkan karena rendahnya kesadaran
akan pentingnya pendidikan serta pengaruh tingkat pendapatan yang relatif rendah
sehingga faktor biaya menjadi kendala untuk melanjutkan sekolah sampai ke
jenjang yang lebih tinggi.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Ciwlen menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2015
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
(%) Laki Laki Perempuan
0-4 481 464 945 9.7
5-9 595 491 1.086 11.1
10-14 564 487 1.051 10.7
15-19 447 343 790 8.1
20-24 325 291 616 6.3
25-29 366 333 699 7.1
30-34 400 367 767 7.8
35-39 428 401 829 8.5
40-44 360 303 663 6.8
45-49 308 277 585 6.0
50-54 246 220 466 4.8
55-59 203 159 362 3.7
60-64 163 164 327 3.3
65-69 135 109 244 2.5
70-74 88 84 172 1.8
75+ 97 90 187 1.9
JUMLAH 5.206 4.583 9.789 100 Sumber: BPS (2016)
Penduduk Kabupaten Cianjur sebagian besar mata pencahariannya adalah
bertani. Demikian juga di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang, mayoritas
penduduk Desa Ciwalen mencari nafkah di bidang pertanian. Hal ini dapat terlihat
dari jumlah buruh tani (80,61%) yang tinggi dibandingkan dengan mata
pencaharian yang lain. Tabel 6, juga menggambarkan tingginya penduduk yang
56
bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta yang banyak terdapat di Kecamatan
Gekbrong.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Ciwalen Tahun 2017
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Petani 138 4.37
Buruh Tani 2,415 79.94
Pegawai Swasta 223 7.38
Pegawai Negeri 51 1.69
TNI/POLRI 16 0.53
Wiraswasta/Pedagang 83 2.75
Jasa 29 0.96
Tukang 59 1.95
Pengrajin 5 0.17
Pekerja Seni 2 0.07
Jumlah 3,021 100
Sumber: Monografi Desa Ciwalen, 2017
Pada kenyataannya, rata-rata penduduk yang bekerja di pertanian juga
bekerja dibidang non pertanian. Pada musim menanam, penduduk bekerja
menggarap lahan dan menanam padi di sawah, kemudian selagi menunggu masa
panen tiba, penduduk tersebut juga bekerja lagi di bidang non pertanian, misalnya
sebagai tukang ojek, buruh pasar dan sebagainya. Kalaupun yang hanya menjadi
buruh tani, biasanya hanya bertani pada saat musim menanam dan musim panen.
Aspek kepemerintahan dan kemasyarakatan di Desa Ciwalen memiliki
beberapa struktur atau lembaga yaitu struktur pemerintahan Desa Ciwalen, struktur
Badan Pemusyawaratan Desa (BPD), struktur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) dan struktur pertahanan sipil (Linmas). Adapun struktur badan atau lembaga
lainnya yang ada di Desa Ciwalen adalah Karang Taruna Desa Ciwalen, Tim
Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), kelompok tani yang
terdiri dari 11 yaitu Kelompok Oryza sativa, Pelangi, Karya Tani, Rancapicung,
57
Mukti, Ciremis I, Tipar Indah, Barokah Tani, Selaawi, Giri Tirta dan Sauyunan
(Monografi Desa Ciwalen, 2017).
4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah salah satu penunjang dalam pembangunan
sebuah desa. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Ciwalen dapat dilihat dari
berbagai bidang, sebagai berikut:
4.3.1. Sarana Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Bidang pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu penunjang
pembangunan khususnya dalam membangun sumber daya manusia. Di Desa
Ciwalen terdapat 3 Sekolah Dasar (SD), 1 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Sekolah
Menengah Pertama (SMP), 1 Madrasah Tsanawiyah dan 1 Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Di Desa Ciwalen juga terdapat sarana pendidikan informal yaitu
1 buah Pondok Pesantren. Sedangkan sarana di bidang kesehatan, Desa Ciwalen
memiliki 2 tempat praktek bidan termasuk 2 bidan yang menjadi tenaga
kesehatannya, 10 posyandu, dan 6 dukun bayi yang sudah terlatih (BPS, 2016).
4.3.2. Sarana Perekonomian
Desa Ciwalen memiliki sarana untuk menjadi pendorong roda
perekonomian desa. Hal ini dikarenakan sarana perekonomian termasuk salah satu
faktor yang mampu mendorong terciptanya nilai tambah pada setiap usaha. Sarana
perekonomian yang terdapat di Desa Ciwalen diantaranya terdapat 1 industri logam
mulia, 5 industri makanan minuman, 1 minimarket, 49 toko, 26 warung, dan 2
restoran. Selain itu, dalam menunjang berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan
sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi, terdapat lembaga keuangan yang masih
58
aktif dan berperan, diantaranya 1 Koperasi Unit Desa (KUD), 1 koperasi industri
kecil dan 4 koperasi simpan pinjam (BPS, 2016).
4.3.3. Sarana dan Prasarana Transportasi Umum
Jalan merupakan salah satu prasarana di Desa Ciwalen, prasarana jalan di
Desa Ciwalen memiliki kondisi yang cukup baik, demikian pula jalanan yang
melewati Desa Ciwalen yaitu jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten
Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi juga memiliki kondisi yang baik. Sedangkan
sarana angkutan yang berada di Desa Ciwalen diantaranya berupa 4 buah truk, 12
buah angkutan kota (angkot), 103 ojek dan 4 buah delman. Dengan pengemudi
sebanyak 52 orang sebagai sopir, 103 orang sebagai ojek motor, 2 orang sebagai
tukang becak dan 3 orang sebagai tukang delman (BPS, 2016).
4.3.4. Sarana Bidang Pertanian
Jumlah lahan pertanian yang berada di Desa Ciwalen adalah 336.7 hektar.
Dari jumlah tersebut 139 hektar merupakan sawah dengan jenis irigasi teknis, 34
hektar sawah dengan jenis irigasi setengah teknis dan 111 hektar sawah merupakan
sawah dengan jenis irigasi sederhana. Desa ciwalen juga memiliki sarana pertanian
diantaranya terdapat 13 buah gilingan padi, 3 buah traktor, 6 buah hand sprayer, 2
buah bajak/garu dan 10 buah perontok gabah (BPS, 2016).
59
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini ditujukan kepada pemuda berusia 15-30 tahun yang
merupakan anak dari petani padi sawah dan memiliki lahan sawah di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemuda yang
dijadikan responden berjumah 70 orang yang terdiri dari beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut diklasifikasikan dalam 5 kategori, diantaranya usia, jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan dan luas lahan yang dimiliki orangtua
responden.
5.1.1. Usia Responden
Sumber: Data Primer, 2017 (diolah)
Terdapat empat kategori usia dalam penelitian ini dengan responden
pemuda yang juga merupakan anak petani pemilik sawah di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sebanyak 29 orang
29 orang42%
17 orang24%
15 orang21%
9 orang13%
Usia
15-18 tahun
19-22 tahun
23-26 tahun
27-30 tahun
Gambar 3. Rentang Usia Responden di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
60
berada di rentang usia 15-18 tahun dengan persentase 42%, responden dengan
rentang usia 19-22 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 24%, responden
dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase 21%, dan
responden dengan rentang usia 27-30 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase
13%. Berdasarkan data rentang usia pemuda yang merupakan anak petani pemilik
lahan sawah di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur,
responden didominasi oleh pemuda dengan rentang usia 15-18 tahun.
5.1.2. Jenis Kelamin Responden
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini memiliki jumlah yang sangat
jauh perbandingannya antara laki-laki dengan perempuan. Dilihat dari grafik di
atas, laki-laki mendominasi, yaitu jumlah 61 orang dengan persentase 87%.
Sedangkan responden perempuan hanya terdapat 9 orang dengan persentase 13%.
Persentase yang tinggi pada laki-laki ini dikarenakan saat petani memiliki dua anak
61 orang87%
9 orang13%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Gambar 4. Jenis Kelamin Responden di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
61
atau lebih, dan terdapat laki-laki serta perempuan, maka yang lebih diperkenalkan
untuk diwawancara pertama kali adalah responden laki-laki.
5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Terdapat empat kategori tingkat pendidikan dalam penelitian ini dengan
responden pemuda yang juga merupakan anak petani pemilik sawah di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dilihat dari
grafik di atas tingkat pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 orang
dengan persentase 16%. Sebanyak 30 orang merupakan lulusan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dengan persentase 43%. Responden lulusan Sekolah Menengah
Atas (SMA) terdapat 27 orang dengan persentase 38% dan yang terakhir responden
lulusan Perguruan Tinggi (PT) terdapat 2 orang dengan persetase 3%. Berdasarkan
data tingkat pendidikan, responden dalam penelitian ini didominasi oleh lulusan
11 orang16%
30 orang43%
27 orang38%
2 orang3%
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
62
SMP dan yang paling sedikit adalah lulusan perguruan tinggi yang hanya terdapat
2 orang dari 70 responden.
5.1.4. Status Perkawinan Responden
Status perkawinan dalam penelitian ini memiliki jumlah perbandingan yang
sangat jauh antara responden yang sudah menikah dengan yang belum menikah.
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Dilihat dari grafik di atas, responden yang belum menikah mendominasi yaitu
berjumlah 51 orang dengan persentase 73%. Sedangkan responden yang sudah
menikah sebanyak 19 orang dengan persentase 27%. Berdasarkan status
perwakinan responden di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur didominasi oleh responden yang belum menikah.
5.1.5. Luas Lahan yang dimiliki Orangtua Responden
Luas lahan yang dimiliki oleh orangtua responden dikategorikan menjadi
tiga yaitu luas lahan yang k urang dari 0,5 hektar, luas lahan antara 0,5 – 1 hektar
19 orang27%
51 orang73%
Status Perkawinan
Menikah
Belum Menikah
Gambar 6. Status Perkawinan Responden di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
63
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
dan luas lahan yang lebih dari 1 hektar. Jika dilihat dari grafik di atas, sebanyak 36
orang memiliki lahan dengan luas kurang dari 0,5 hektar atau dalam persentase
51%. Luas lahan 0,5-1 hektar dimiliki oleh 25 orang dengan persentase 36% dan 9
orang memiliki lahan lebih dari 1 hektar dengan persentase 13% dari jumlah
responden 70 orang. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh orangtua responden,
kepemilikan lahan dengan luas kurang dari 0,5 hektar mendominasi, sedangkan
yang memiliki lahan lebih dari 1 hektar menjadi yang terkecil.
5.2. Persepsi Pemuda tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara terdapat persepsi
pemuda tentang status sosial ekonomi dan lingkungan petani. Status sosial ekonomi
dan lingkungan petnai yang dimaksud dalam hal ini yaitu status sosial (kedudukan),
36 orang51%
25 orang36%
9 orang13%
Luas Lahan yang dimiliki Orangtua Responden
< 0,5 hektar
0,5 - 1 hektar
> 1 hektar
Gambar 7. Luas Lahan yang dimiliki Orangtua Responden di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabuapten Cianjur, Jawa Barat
64
pendapatan, sumber daya lahan, bantuan pemerintah, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat dari petani.
5.2.1. Persepsi Pemuda tentang Variabel Status Sosial (kedudukan)
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel status sosial, didapat gambaran sejauh mana penilaian
responden terhadap pernyataan variabel status sosial saat dilakukannya wawancara.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar persentase penilaian responden
mengenai pernyataan dari variabel status sosial.
Tabel 7. Penilaian Responden terhadap Status Sosial (X1) Profesi Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Tinggi 42 60
Ragu 6 9
Rendah 22 31
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 9 di atas, sebanyak 60% responden merasa bahwa status
sosial profesi petani padi masih tinggi di mata masyarakat, petani memiliki
kedudukan yang tinggi dan menjadi profesi yang dihormati serta memiliki ilmu
pengetahuan lebih di masyarakat. Pemuda juga beranggapan bahwa petani memiliki
kekuasaan (pengaruh) di masyarakat, sebanyak 6% masih merasa ragu dengan
status sosial profesi petani padi khususnya tentang kekayaan yang bisa didapat
hanya dengan berusaha tani, dan 22% lainnya merasa bahwa status sosial dari
berusaha tani padi sudah rendah di mata masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara,
status sosial memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap minat pemuda
berusaha tani padi. Pemuda akan tertarik dan berminat untuk berusaha tani padi jika
status sosial dalam berusaha tani padi meningkat.
65
5.2.2. Persepsi Pemuda tentang Variabel Pendapatan
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel pendapatan, didapat gambaran sejauh mana penilaian
responden terhadap pernyataan variabel pendapatan saat dilakukannya wawancara.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar persentase penilaian responden
mengenai pernyataan dari variabel pendapatan.
Tabel 8. Penilaian Responden terhadap Pendapatan (X2) Profesi Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Tinggi 43 61
Ragu-ragu 15 22
Rendah 12 17
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 10 di atas, sebanyak 61% responden merasa bahwa
pendapatan dari berusaha tani padi cukup tinggi, dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari dan masih dapat disisihkan untuk menabung, sebanyak 22% masih
merasa ragu dengan pendapatan berusaha tani padi dan hanya 17% responden yang
merasa bahwa pendapatan dari berusaha tani padi masih rendah dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari juga tidak dapat disisihkan untuk menabung.
5.2.3. Persepsi Pemuda tentang Variabel Sumber Daya Lahan
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel sumber daya lahan, didapat gambaran sejauh mana penilaian
responden terhadap pernyataan variabel sumber daya lahan saat dilakukannya
wawancara. Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar persentase
penilaian responden mengenai pernyataan dari variabel sumber daya lahan.
66
Tabel 9. Penilaian Responden terhadap Sumber Daya Lahan (X3) Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 10 15
Ragu-ragu 52 75
Buruk 7 10
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 11, sebanyak 75% responden masih berada dalam
keraguan terkait sumber daya lahan yang dimiliki orangtuanya baik dari sisi
kesuburan tanahnya, maupun sistem pengairannya, sebanyak 10% responden
merasa bahwa sumber daya lahan yang dimiliki sudah baik dan memiliki potensi
untuk memberikan keuntungan, sementara 7% responden merasa bahwa sumber
daya lahan yang dimiliki orangtuanya tidak memiliki potensi untuk menghasilkan
padi dan menjamin kehidupan di masa yang akan datang.
5.2.4. Persepsi Pemuda tentang Variabel Bantuan Pemerintah
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel bantuan pemerintah, didapat gambaran sejauh mana
penilaian responden terhadap pernyataan variabel bantuan pemerintah saat
dilakukannya wawancara. Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar
persentase penilaian responden mengenai pernyataan dari variabel bantuan
pemerintah.
Tabel 10. Penilaian Responden terhadap Bantuan Pemerintah (X4) Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Membantu 50 72
Ragu-ragu 8 11
Tidak Membantu 12 17
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
67
Berdasarkan Tabel 12 di atas, sebanyak 72% responden merasa bahwa
bantuan pemerintah untuk petani padi sangat membantu dalam proses kelangsungan
usaha tani padi, jika petani mendapatkan bantuan, petani tidak mengeluarkan biaya
seperti biasanya, pemuda beranggapan bantuan dapat mengurangi beban yang
ditanggung di awal musim sehingga diharapkan di akhir musim bisa mendapatkan
hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tidak mendapatkan bantuan.
Sedangkan sebanyak 11% masih merasa ragu terkait dibutuhkan atau tidaknya
bantuan pemerintah. Sedangkan sebanyak 17% merasa bahwa bantuan pemerintah
tidak membantu proses kelangsungan usaha tani padi. Berdasarkan hasil
wawancara, bantuan pemerintah memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap minat pemuda berusaha tani padi. Pemuda akan tertarik dan berminat
untuk berusaha tani padi jika ada peningkatan kuantitas bantuan pemerintah untuk
berusaha tani padi.
5.2.5. Persepsi Pemuda tentang Variabel Lingkungan Keluarga
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel lingkungan keluarga, didapat gambaran sejauh mana
penilaian responden terhadap pernyataan variabel lingkungan keluarga saat
dilakukannya wawancara. Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar
persentase penilaian responden mengenai pernyataan dari variabel lingkungan
keluarga.
68
Tabel 11. Penilaian Responden terhadap Lingkungan Keluarga (X5) Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Mendukung 54 77
Ragu-ragu 6 9
Tidak Mendukung 10 14
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 13 di atas, sebanyak 77% responden merasa bahwa
lingkungan keluarga mendukung mereka untuk berusaha tani. Sebanyak 10%
responden merasa tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk berusaha tani padi
sedangkan 9% lainnya merasa masih ragu terkait dukungan dari keluarga untuk
berusaha tani padi.
5.2.6. Persepsi Pemuda tentang Variabel Lingkungan Masyarakat
Berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan
statistik pada variabel lingkungan masyarakat, didapat gambaran sejauh mana
penilaian responden terhadap pernyataan variabel lingkungan masyarakat saat
dilakukannya wawancara. Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar
persentase penilaian responden mengenai pernyataan dari variabel lingkungan
masyarakat.
Tabel 12. Penilaian Responden terhadap Lingkungan Masyarakat (X6) Petani Padi
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Mendukung 14 20
Ragu-ragu 32 45
Tidak Mendukung 24 35
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 14 di atas, sebanyak 20% responden merasa bahwa
lingkungan masyarakat mendukung mereka untuk berusaha tani. Sebanyak 35%
responden merasa tidak ada dukungan dari masyarakat untuk berusaha tani padi
69
sedangkan sebagian besar lainnya 45%, merasa masih ragu dengan dukungan
masyarakat kepada pemuda untuk berusaha tani padi.
5.3. Minat Pemuda Berusaha Tani Padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur
Persepsi status sosial sebagai variabel pertama dalam kaitannya dengan
minat pemuda berusaha tani padi meliputi, kedudukan profesi petani dimata
masyarakat; kekayaan; kekuasaan (pengaruh); kehormatan dan; ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Status sosial juga bisa dikaitkan dengan rasa bangga terhadap profesi
petani padi. Selanjutnya bahwa persepsi pendapatan dalam kaitannya dengan minat
pemuda berusaha tani padi meliputi, tinggi atau rendahnya penghasilan profesi
petani; kecukupan kebutuhan sehari-hari dari bertani; dan bisa atau tidaknya hasil
dari usaha tani padi disisihkan untuk ditabung. Selanjutnya persepsi sumber daya
lahan dalam kaitannya dengan minat pemuda berusaha tani padi meliputi,
kesuburan tanah; pengairan; hasil produksi; potensi keutungan; dan potensi untuk
menghasilkan dan menjamin kehidupan di masa yang akan datang.
Persepsi bantuan pemerintah dalam kaitannya dengan minat pemuda
berusaha tani padi meliputi, bantuan langsung pupuk dan benih; bantuan subsidi
pupuk dan subsidi benih; dan bantuan alat dan mesin pertanian. Selanjutnya
persepsi lingkungan keluarga yang meliputi, dukungan dan dorongan orangtua;
dukungan dan dorongan saudara kandung; dan profesi petani sebagai profesi turun
temurun yang harus dibudayakan. Selanjutnya bahwa persepsi lingkungan
masyarakat dalam kaitannya dengan minat pemuda berusaha tani padi meliputi,
dorongan dari tetangga; dan dukungan dari teman sebaya.
70
Hasil olah data kuesioner yang diperoleh dari penghitungan statistik didapat
gambaran sejauh mana penilaian responden terhadap pernyataan variabel minat
berusaha tani padi. Tabel di bawah ini akan menjelaskan seberapa besar persentase
penilaian responden terhadap minat untuk berusaha tani padi.
Tabel 13. Penilaian Responden terhadap Minat Berusaha Tani Padi (Y)
Persepsi Responden Frekuensi (orang) Persentase (%)
Minat 48 69
Ragu-ragu 9 13
Tidak Minat 13 18
Jumlah 70 100 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Sebanyak 69% responden memiliki minat untuk berusaha tani padi, 13%
menyatakan ragu dan 18% responden menyatakan tidak memiliki minat untuk
berusaha tani padi. Untuk meningkatkan minat bertani bagi responden yang ragu,
peran pemerintah dapat ditingkatkan dengan memberikan perhatian dan
memberikan kesempatan lebih bagi generasi muda untuk turut serta dalam kegiatan
pertanian dan program pemerintah, generasi muda ini khususnya anak petani yang
memiliki lahan.
Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden memang senang
dengan kegiatan pertanian padi. Responden juga menyatakan ketertarikan dalam
kegiatan usaha tani padi dan menyatakan tidak begitu takut terhadap risiko yang
dihadapi. Sebanyak 69% responden merasa memiliki harapan dalam usaha tani padi
dimasa mendatang dan mayoritas mengatakan bahwa sukses berusaha tani padi
merupakan salah satu cita-cita yang ingin di capai. Responden juga menyatakan
bahwa jika suatu saat nanti lahan yang dimiliki orangtua diberikan dan memiliki
kebutuhan mendesak, tidak ada niatan untuk menjualnya, alasannya karena menjual
71
lebih mudah, namun untuk mendapatakannya kembali akan sangat sulit, sehingga
lebih baik untuk mencari atau menjual hal lain daripada menjual lahan sawah yang
saat ini dimiliki.
Dari proses wawancara yang sudah dilakukan pada 70 pemuda, hampir
semua minat, ragu ataupun tidak minatnya pemuda masih bersifat moderat, dalam
hal ini masih dapat berubah dengan pengaruh terbesar dari lingkungan keluarga.
Orangtua maupun saudara kandung masih dapat dengan mudah mengubah
pandangan dan termasuk minatnya pemuda untuk berusaha tani. Dengan demikian,
proses untuk regenerasi petani memang harus dilakukan sejak dari lingkungan
terkecil dan terdekat, yaitu lingkungan keluarga. Proses tersebut harus dilakukan
sebelum nantinya pihak ketiga termasuk pemerintah juga turut serta dalam
menumbuhkan dan meningkatkan minat pemuda.
Jika dilihat dari olah data karakteristik responden berdasarkan usia,
responden yang memiliki minat untuk berusaha tani padi pada rentang usia 15-18
tahun adalah 19 orang dengan persentase 40%, responden dengan rentang usia 19-
22 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 25%, responden dengan rentang usia
23-26 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 19%, dan responden dengan
rentang usia 27-30 tahun sebanyak 8 orang dengan persentase 16%. Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin yang memiliki minat untuk berusaha tani padi
adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 42 orang dengan persentase 87%, dan
responden perempuan sebanyak 6 orang dengan persentase 13%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
memiliki minat untuk berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan
72
terakhir SD/sederajat sebanyak 10 orang dengan persentase 21%, responden dengan
pendidikan terakhir SMP/sederajat sebanyak 18 orang dengan persentase 37%,
responden dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 18 orang dengan
persentase 37%, dan responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
sebanyak 2 orang dengan persentase 5%. Karakteristik responden berdasarkan
status perkawinan yang minat untuk berusaha tani padi adalah responden yang telah
menikah sebanyak 9 orang dengan persentase 19% dan responden yang belum
menikah sebanyak 39 orang dengan persentase 81%. Karakteristik responden
berdasarkan kepemilikan lahan yang memiliki minat untuk berusaha tani padi
adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5 Ha sebanyak 20 orang dengan
persentase 42%, responden dengan kepemilikan lahan 0,5-1,0 Ha sebanyak 22
orang dengan persentase 46%, dan responden dengan kepemilikan lahan > 1,0 Ha
sebanyak 6 orang dengan persentase 12%.
5.4. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Petani terhadap Minat Pemuda Berusaha Tani Padi
Penelitian yang dilaksanakan di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur ini membahas mengenai pengaruh persepsi terhadap minat
pemuda berusaha tani padi. Adapun persepsi yang dimaksud yaitu persepsi pemuda
tentang status sosial (X1), pendapatan (X2), sumber daya lahan (X3), bantuan (X4),
lingkungan keluarga (X5) dan lingkungan masyarakat (X6). Enam persepsi tersebut
dijadikan sebagai variabel bebas (independen) yang dianalisis pengaruhnya
terhadap variabel terikat (dependen) yaitu minat pemuda berusaha tani padi (Y).
Hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda dan dibantu program
komputer SPSS 23 for Windows ditunjukan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
73
Tabel 14.Hasil Uji F Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda
Desa Ciwalen, Warungkondang, Kabupaten, Jawa Barat
Model Fhitung Ftabel (α = 0,1) Sig.
Regresi 26,159 1,87 0.000 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Berdasarkan hasil olah data, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0.000 dan lebih kecil dari α = 0,1. Maka Ho7 ditolak dan H7 diterima,
artinya variabel-variabel bebas yang diamati dengan tingkat kepercayaan 90% yaitu
status sosial, pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap minat
pemuda berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dilihat dari F hitung juga menunjukan bahwa Fhitung
> Ftabel yaitu sebesar 26,159 > 1,87 maka hipotesis pertama yaitu H6 diterima dan
Ho6 ditolak. Artinya variabel-variabel bebas yang diamati secara bersama-sama
memiliki pengaruh nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Tabel 15.Hasil Regresi Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda
Desa Ciwalen, Warungkondang, Kabupaten, Jawa Barat
Variabel Koefisien Thitung Ttabel Sig.
Konstanta 2,319 0,863 0,392
Status Sosial 0,281 1,717 1,66940 0,091*
Pendapatan 0,513 2,252 1,66940 0,028**
Sumber Daya Lahan 0,096 1,055 1,66940 0,295
Bantuan 0,196 1,776 1,66940 0,081*
Lingkungan Keluarga 0,263 2,583 1,66940 0,012**
Lingkungan Masyarakat 0,083 0,858 1,66940 0,394
R2 = 0,714
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Keterangan: *signifikan
**sangat signifikan
74
Tabel 8 menunjukan hasil analisis regresi linier berganda dari pengaruh
persepsi status sosial, pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat terhadap minat pemuda berusaha tani padi,
maka didapatkan model regresi sebagai berikut:
Model persamaan regresi linier berganda penelitian ini adalah:
Keterangan:
2,319 = konstanta
0,281 = koefisien regresi variable status sosial
0,513 = koefisien regresi variable pendapatan
0,096 = koefisien regresi variable sumber daya lahan
0.196 = koefisien regresi variable bantuan
0.263 = koefisien regresi variable lingkungan keluarga
0.083 = koefisien regresi variable lingkungan masyarakat
e = error (10%)
Status Sosial (X1)
Sumber Daya Lahan (X3)
Pendapatan (X2)
Bantuan (X4)
Lingkungan Keluarga (X5)
Lingkungan Masyarakat
(X6)
Minat Pemuda
Berusahatani Padi
(Y)
0,281
0,513
0,096
0,196
0,263
0,083
Y = 2,319 + 0,281X1 + 0,513X2 + 0,096X3 + 0.196X4 + 0.263X5 + 0.083X6 + e
Gambar 8. Model Regresi Linier Berganda Pengaruh Persepsi tentang Status
Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani
Padi: Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa
Barat
75
Nilai konstanta sebesar 2,319 artinya jika variable yang diteliti, dalam hal
ini status sosial (X1), pendapatan (X2), sumber daya lahan (X3), bantuan (X4),
lingkungan keluarga (X5) dan lingkungan masyarakat (X6) dianggap sama dengan
nol, maka minat pemuda berusaha tani padi akan bernilai 2,319. Penelitian ini
menggunakan taraf kepercayaan 90% sehingga batas signifikansinya adalah 10%
atau 0,1. Hasil pengujian koefisien determinasi, enam variabel bebas yaitu status
sosial, pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat mempengaruhi variabel terikat yaitu minat pemuda
berusaha tani padi sebesar 0.714. Artinya, variabel dependen (minat pemuda
berusaha tani padi) dapat dijelaskan oleh variabel independen (status soaial,
pendapatan, sumber daya lahan, bantuan, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat) sebesar 71,4 %. Sisanya sebesar 28,6 % dijelaskan oleh variabel lain
di luar penelitian ini.
5.4.1. Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial (X1) terhadap Minat Pemuda
Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 23 for
Windows, memberikan hasil bahwa variabel status sosial (X1) berpengaruh
terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Koefisien regresi untuk status sosial
(X1) bernilai positif sebesar 0,281. Tanda positif menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang searah antara persepsi status sosial petani terhadap minat pemuda
berusaha tani padi. Artinya dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (ceteris
paribus), jika persepsi status sosial petani padi terjadi peningkatan, maka akan
dapat mempengaruhi minat pemuda berusaha tani padi sebesar 0,281 satuan. Hasil
76
pengolahan data dari t hitung juga menunjukan bahwa thitung > ttabel yaitu sebesar
1,717 > 1,6694 maka hipotesis pertama yaitu Ho1 ditolak dan H1 diterima. Artinya
variabel status sosial (X1) mempunyai pengaruh nyata terhadap minat pemuda
berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur.
Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel status sosial (X1)
berdasarkan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar 0.091 atau lebih
kecil dari nilai alfa (0.091 < 0,1). Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian
tersebut dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh variabel status sosial (X1) secara
positif dan signifikan terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, semakin tinggi
status sosial (X1) petani, maka akan semakin tinggi pula minat pemuda untuk
berusaha tani padi (Y).
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, status sosial (X1) memberi
kontribusi nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Observasi
dilapangan juga menunjukan bahwa pemuda memberikan perhatian lebih pada
status sosial dari sebuah pekerjaan. Profesi petani dipandang masih memiliki
kekuasaan (pengaruh) yang kuat, dalam kehidupan bermasyarakat, pemuda secara
umum berpandangan bahwa seseorang dengan profesi petani tetap memiliki andil
yang kuat untuk menentukan berbagai keputusan jika ada suatu hal yang harus
dimusyawarahkan meskipun mengenai hal yang tidak terkait pada pertanian, seperti
terkait sekolah agama (madrasah), juga terkait kegiatan formal lainnya. Meskipun
pemuda masih ragu jika kekayaan bisa didapatkan hanya dengan menjadi petani.
77
Pemuda masih yakin dan memiliki pandangan posifit bahwa petani memiliki ilmu
pengetahuan yang lebih di masyarakat karena pemuda masih melihat orangtua
mereka tetap mencari pengalaman dan pengetahuan dengan terus terlibat di setiap
kegiatan meskipun bukan kegiatan pertanian, dalam hal ini di kegiatan pengajian
ataupun pelatihan-pelatihan yang diadakan di wilayah Desa Ciwalen. Pemuda juga
memiliki pandangan bahwa petani masih tetap dihormati dibandingkan dengan
pekerjaan lain karena hasil pekerjaan di bidang pertanian menurut pemuda sangat
dibutuhkan oleh banyak orang, apalagi petani padi yang hasilnya merupakan
makanan pokok bagi kehidupan masyarkat hampir di seluruh Indonesia. Hasil ini
sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh Arvianti, et al. (2015: 187) yang
mengatakan bahwa status sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap minat
untuk bertani. Jika status sosial dalam bertani meningkat maka minat masyarakat
untuk bertani juga akan meningkat.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh status sosial terhadap minat pemuda untuk berusaha tani adalah
responden dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase
32%, responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 8 orang dengan
persentase 19%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 11 orang
dengan persentase 27%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun sebanyak
9 orang dengan persentase 22%. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
yang menyatakan terdapat pengaruh status sosial terhadap minat pemuda untuk
berusaha tani padi adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 37 orang dengan
persentase 88%, dan responden perempuan 5 orang dengan persentase 12%.
78
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa terpadat pengaruh status sosial terhadap minat pemuda untuk
berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir SD/sederajat
sebanyak 11 orang dengan persentase 26%, responden dengan pendidikan terakhir
SMP/sederajat sebanyak 17 orang dengan persentase 40%, responden dengan
pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 13 orang dengan persentase 31%, dan
responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang dengan
persentase 3%. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan yang
menyatakan terdapat pengaruh status sosial terhadap minat pemuda untuk berusaha
tani padi adalah responden yang telah menikah sebanyak 14 orang dengan
persentase 33% dan responden yang belum menikah sebanyak 28 orang dengan
persentase 67%. Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh status sosial terhadap minat pemuda untuk
berusaha tani padi adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5 Ha sebanyak
20 orang dengan persentase 48%, responden dengan kepemilikan lahan 0,5-1,0 Ha
sebanyak 16 orang dengan persentase 38%, dan responden dengan kepemilikan
lahan > 1,0 Ha sebanyak 6 orang dengan persentase 14%.
5.4.2. Pengaruh Persepsi tentang Pendapatan (X2) terhadap Minat Pemuda
Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23 for Windows, variabel pendapatan (X2) memiliki pengaruh terhadap minat
pemuda berusaha tani padi. Variabel pendapatan dalam penelitian ini bernilai
positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,513. Tanda positif menunjukan
79
adanya hubungan yang searah antara pendapatan dengan minat pemuda berusaha
tani padi. Artinya dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus) jika
persepsi pendapatan dalam berusaha tani padi terjadi peningkatan, maka akan dapat
mempengaruhi minat pemuda berusaha tani padi sebesar 0,513 satuan. Hasil
pengolahan data dari t hitung juga menunjukan bahwa thitung > ttabel yaitu sebesar
2,252 > 1,6694 maka hipotesis pertama yaitu Ho2 ditolak dan H2 diterima. Artinya
variabel pendapatan (X2) mempunyai pengaruh nyata terhadap minat pemuda
berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur.
Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel pendapatan (X2)
berdasarkan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar 0.028 atau lebih
kecil dari nilai alfa (0.028 < 0,1). Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian
tersebut dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh variabel pendapatan (X2) secara
positif dan signifikan terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, semakin tinggi
pendapatan (X2) petani, maka akan semakin tinggi pula minat pemuda untuk
berusaha tani padi (Y).
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, pendapatan (X2) memberi
kontribusi nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Observasi
dilapangan juga menunjukan, para pemuda umumnya mengatakan bahwa
pendapatan dari berusaha tani padi masih cukup tinggi. Pemuda yang merupakan
responden dari penelitian ini juga membandingkan pendapatan hasil kerja di luar
sektor pertanian dengan pendapatan orangtuanya sebagai petani padi. Pemuda
80
mengatakan sama halnya dengan pendapatan yang bukan dari bertani, pendapatan
dari hasil pertanian juga memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Selain pendapatan yang dikatakan cukup dengan berusaha tani, pemuda juga
berpandangan bahwa pendapatan berusaha tani dapat disisihkan untuk ditabung.
Selain itu meskipun pendapatan dari berusaha tani tidak langsung didapatkan secara
berkala, harus menunggu panen, dan waktu untuk menunggu panen itu lama,
pemuda masih optimis jika pendapatan usaha tani masih memiliki potensi di masa
mendatang.
Pendapatan dari pekerjaan di luar sektor pertanian seperti sebagai buruh
pabrik ataupun sebagai pelayan toko tentu akan didapatkan setiap bulannya dan
pendapatan ini dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan dengan segera, namun umumnya pemuda mengatakan bahwa bersyukur
adalah cara bagaimana menikmati suatu penghasilan, dari manapun asalnya,
termasuk juga mensyukuri hasil dari menjadi seorang yang berusaha tani padi.
Hasil ini memperkuat pernyataan Muksin dalam Meilina (2015: 12) yang
menyatakan bahwa ekspektasi atau harapan untuk mendapatkan pendapatan
(penghasilan) yang lebih baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
apakah seseorang berminat untuk berprofesi sebagai seorang petani. Jika seseorang
berharap untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menjadi petani,
maka seseorang akan cenderung untuk berminat menjadi petani.
Saat ini upah minimum kota/kabupaten (UMK) di Kabupaten Cianjur
mencapai Rp 1.989.155. Jumlah tersebut naik 8,25% dari UMK tahun sebelumnya
yang hanya Rp 1.837.520, dan akan terus naik seiring dengan perkembangan
81
ekonomi di Kabupaten Cianjur (Pikiran Rakyat, 2016). Kenaikan UMK yang
hampir terjadi setiap tahunnya memang berbeda dari pendapatan pada usaha tani
padi, namun pemuda berpandangan bahwa kebutuhan akan bahan pokok seperti
padi akan sangat dibutuhkan dimasa mendatang seiring dengan semakin
bertambahnya penduduk dan semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga akan
menjadi salah satu potensi penghasilan bagi seorang yang berusaha tani padi.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh pendapatan terhadap minat pemuda untuk berusaha tani adalah responden
dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 26 orang dengan persentase 60%,
responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 8 orang dengan persentase
19%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 6 orang dengan
persentase 14%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun sebanyak 3 orang
dengan persentase 7%. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang
menyatakan terdapat pengaruh pendapatan terhadap minat pemuda untuk berusaha
tani padi adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 39 orang dengan persentase
91%, dan responden perempuan 4 orang dengan persentase 9%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa terpadat pengaruh pendapatan terhadap minat pemuda untuk
berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir SD/sederajat
sebanyak 6 orang dengan persentase 14%, responden dengan pendidikan terakhir
SMP/sederajat sebanyak 18 orang dengan persentase 42%, responden dengan
pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 18 orang dengan persentase 42%, dan
responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang dengan
82
persentase 2%. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan yang
menyatakan terdapat pengaruh pendapatan terhadap minat pemuda untuk berusaha
tani padi adalah responden yang telah menikah sebanyak 14 orang dengan
persentase 33% dan responden yang belum menikah sebanyak 29 orang dengan
persentase 67%. Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap minat pemuda untuk
berusaha tani padi adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5 Ha sebanyak
22 orang dengan persentase 51%, responden dengan kepemilikan lahan 0,5-1,0 Ha
sebanyak 18 orang dengan persentase 42%, dan responden dengan kepemilikan
lahan > 1,0 Ha sebanyak 3 orang dengan persentase 7%.
5.4.3. Pengaruh Persepsi tentang Sumber Daya Lahan (X3) terhadap Minat
Pemuda Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23 for Windows, variabel sumber daya lahan (X3) tidak memiliki pengaruh
nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi. Variabel sumber daya lahan dalam
penelitian ini bernilai positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,096. Tanda
positif menunjukan adanya hubungan yang searah antara sumber daya lahan dengan
minat pemuda berusaha tani padi. Hasil pengolahan data dari t hitung menunjukan
bahwa thitung < ttabel yaitu sebesar 1,055 < 1,6694 maka hipotesis kedua yaitu H3
ditolak dan Ho3 diterima. Artinya variabel sumber daya lahan (X3) tidak
mempunyai pengaruh nyata terhadap minat berusaha tani padi di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
83
Selain melihat dari t hitung, pengaruh variabel juga bisa dilihat berdasarkan
tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel sumber daya
lahan (X3) berdasarkan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar 0,295
atau lebih besar dari nilai alfa (0,295 > 0,1). Hasil perhitungan dan analisis pada
pengujian tersebut dapat menjelaskan bahwa variabel sumber daya lahan (X3)
secara nyata dan signifikan terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, sebaik
apapun sumber daya lahan (X3) yang dimiliki petani, maka tidak akan
meningkatkan atau mengurangi minat pemuda untuk berusaha tani padi (Y).
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, sumber daya lahan (X3) tidak
memberi kontribusi nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Observasi
dilapangan juga menunjukan bahwa pemuda tidak terlalu memperhatikan mengenai
sumber daya lahan yang dimiliki orangtua nya. Pada umumnya pemuda tidak begitu
mengetahui mengenai kesuburan lahan yang dimiliki, saat pernyataan mengenai
kesuburan ini muncul pemuda lebih banyak bingung dan bahkan menjawab ragu
terkait kesuburan lahannya. Begitu pula mengenai pengairan yang ada disekitar
lahan, pemuda pada umumnya ragu bahwa pengairan pada lahan yang dimiliki
orangtuanya baik atau buruk. Pemuda juga umumnya ragu bahwa lahan yang
dimilikinya dapat menghasilkan padi dan menjamin kehidupan dikemudian hari.
Meski begitu pemuda masih memiliki pandangan bahwa luas lahan yang dimiliki
orangtuanya saat ini memiliki potensi yang dapat memberikan keuntungan. Pemuda
84
juga umumnya merasa puas dengan produksi yang dihasilkan, kepuasan ini
merupakan sebuah ungkapan rasa syukur atas hasil yang didapatkan.
Hal ini diduga akibat dari pemuda yang tidak terjun langsung dan tidak
fokus di lahan yang dimiliki orangtua. Menurut Muksin (2007: 27) ketersediaan
sumber daya alam dalam hal ini lahan pertanian dapat mempengaruhi seseorang
untuk menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Meskipun lahan
tersedia untuk pemuda di Desa Ciwalen ini, namun seperti yang dikatakan oleh
Tarigan (2014: 17) bahwa hanya pemuda berlahan yang mempunyai persepsi dan
harapan yang lebih baik terhadap usaha pertanian. Setidaknya pemilik lahan
membuka kemungkinan untuk berusaha tani sebagai mata pencaharian, namun
dilapangan pemuda belum sepenuhnya mengelola lahan yang dimiliki sehingga
sumber daya lahan tidak mempengaruhi minat pemuda untuk berusahtani padi di
Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh sumber daya lahan terhadap minat pemuda untuk berusaha tani
adalah responden dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 17 orang dengan
persentase 33%, responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 12 orang
dengan persentase 23%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 14
orang dengan persentase 27%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun
sebanyak 9 orang dengan persentase 17%. Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin yang menyatakan tidak terdapat pengaruh sumber daya lahan
terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden laki-laki yaitu
85
sebanyak 48 orang dengan persentase 92%, dan responden perempuan sebanyak 4
orang dengan persentase 8%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh sumber daya lahan terhadap minat
pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir
SD/sederajat sebanyak 11 orang dengan persentase 21%, responden dengan
pendidikan terakhir SMP/sederajat sebanyak 22 orang dengan persentase 42%,
responden dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 17 orang dengan
persentase 33%, dan responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Karakteristik responden berdasarkan
status perkawinan yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh sumber daya
lahan terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden yang telah
menikah sebanyak 17 orang dengan persentase 33% dan responden yang belum
menikah sebanyak 35 orang dengan persentase 67%. Karakteristik responden
berdasarkan kepemilikan lahan yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
sumber daya lahan terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi adalah
responden dengan kepemilikan lahan < 0,5 Ha sebanyak 31 orang dengan
persentase 60%, responden dengan kepemilikan lahan 0,5-1,0 Ha sebanyak 15
orang dengan persentase 29%, dan responden dengan kepemilikan lahan > 1,0 Ha
sebanyak 6 orang dengan persentase 11%.
86
5.4.4. Pengaruh Persepsi tentang Bantuan (X4) terhadap Minat Pemuda
Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23 for Windows, variabel bantuan (X4) memiliki pengaruh terhadap minat
pemuda berusaha tani padi. Variabel bantuan dalam penelitian ini bernilai positif
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,196. Tanda positif menunjukan adanya
hubungan yang searah antara bantuan dengan minat pemuda berusaha tani padi.
Artinya dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus), jika persepsi
bantuan dalam berusaha tani padi terjadi peningkatan, maka akan dapat
mempengaruhi minat pemuda berusaha tani padi sebesar 0,196 satuan. Hasil
pengolahan data dari t hitung juga menunjukan bahwa thitung > ttabel yaitu sebesar
1,776 > 1,6694 maka hipotesis pertama yaitu Ho4 ditolak dan H4 diterima. Artinya
variabel bantuan (X4) mempunyai pengaruh nyata terhadap minat berusaha tani
padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel bantuan (X4) berdasarkan
tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar 0,081 atau lebih kecil dari nilai
alfa (0,081 < 0,1). Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian tersebut dapat
menjelaskan bahwa ada pengaruh variabel bantuan (X4) secara positif dan
signifikan terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, semakin tinggi bantuan (X4)
yang diberikan oleh pemerintah, maka akan semakin tinggi pula minat pemuda
untuk berusaha tani padi (Y).
87
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, bantuan pemerintah (X4)
memberi kontribusi nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Observasi
dilapangan juga menunjukan bahwa pemuda melihat bantuan pemerintah seperti
bantuan langsung pupuk dan benih dapat membantu kelangsungan proses usaha tani
padi. Selain bantuan langsung pupuk dan benih, bantuan subsidi pupuk dan benih
juga dianggap dapat membantu proses kelangsungan usaha tani padi.
Bantuan yang saat ini gencar diberikan oleh pemerintah dalam hal teknologi
seperti handtraktor juga dianggap sangat dibutuhkan dan dapat membantu untuk
kelangsungan berusaha tani padi. Bantuan yang diberikan pemerintah dipandang
oleh pemuda dapat meringangkan biaya yang dikeluarkan dalam berusaha tani
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan di akhir nanti. Pemuda
umumnya mengatakan bahwa semua bantuan yang telah disebutkan di atas masih
begitu dibutuhkan untuk proses kelangsungan usaha tani padi dan sangat membantu
dalam mencapai hasil usaha tani padi. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan
Panurat (2014: 8) bahwa bantuan memberikan kontribusi positif terhadap minat
bertani sehingga dengan adanya bantuan minat bertani semakin meningkat.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh bantuan pemerintah terhadap minat pemuda untuk berusaha tani adalah
responden dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 27 orang dengan persentase
54%, responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 10 orang dengan
persentase 20%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 9 orang
dengan persentase 18%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun sebanyak
4 orang dengan persentase 8%. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
88
yang menyatakan terdapat pengaruh bantuan pemerintah terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 44 orang dengan
persentase 88%, dan responden perempuan sebanyak 6 orang dengan persentase
12%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh bantuan pemerintah terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir SD/sederajat
sebanyak 7 orang dengan persentase 14%, responden dengan pendidikan terakhir
SMP/sederajat sebanyak 27 orang dengan persentase 54%, responden dengan
pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 15 orang dengan persentase 30%, dan
responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang dengan
persentase 2%. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh bantuan pemerintah terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden yang telah menikah sebanyak 10 orang
dengan persentase 20% dan responden yang belum menikah sebanyak 40 orang
dengan persentase 80%. Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh bantuan pemerintah terhadap minat
pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5
Ha sebanyak 31 orang dengan persentase 62%, responden dengan kepemilikan
lahan 0,5-1,0 Ha sebanyak 14 orang dengan persentase 28%, dan responden dengan
kepemilikan lahan > 1,0 Ha sebanyak 5 orang dengan persentase 10%.
89
5.4.5. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Keluarga (X5) terhadap Minat
Pemuda Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23 for Windows, lingkungan keluarga (X5) memiliki pengaruh terhadap minat
pemuda berusaha tani padi. Variabel lingkungan keluarga dalam penelitian ini
bernilai positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,263. Tanda positif
menunjukan adanya hubungan yang searah antara lingkungan keluarga dengan
minat pemuda berusaha tani padi. Artinya dengan asumsi variabel lain dianggap
tetap (ceteris paribus), jika persepsi lingkungan keluarga dalam berusaha tani padi
terjadi peningkatan, maka akan dapat mempengaruhi minat pemuda berusaha tani
padi sebesar 0,263 satuan. Hasil pengolahan data dari t hitung juga menunjukan
bahwa thitung > ttabel yaitu sebesar 2,583 > 1,6694 maka hipotesis pertama yaitu Ho5
ditolak dan H5 diterima. Artinya variabel lingkungan keluarga (X5) mempunyai
pengaruh nyata terhadap minat berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel lingkungan keluarga (X5)
berdasarkan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar 0,012 atau lebih
kecil dari nilai alfa (0,012 < 0,1). Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian
tersebut dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh variabel lingkungan keluarga (X5)
secara positif dan signifikan terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, semakin
besar lingkungan keluarga (X5) mendorong pemuda untuk berusaha tani, maka
akan semakin tinggi pula minat pemuda untuk berusaha tani padi (Y).
90
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, lingkungan keluarga (X5)
memberi kontribusi nyata terhadap tingginya minat pemuda berusaha tani padi (Y).
Observasi dilapangan juga menunjukan bahwa pemuda memiliki anggapan,
dukungan keluarga dapat mempengaruhi akan minat atau tidaknya pemuda untuk
terjun di dunia pertanian khususnya menjadi petani padi. Pemuda akan semakin
terdorong minatnya untuk berusaha tani apabila adanya dukungan dari keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara, dukungan dan dorongan keluarga akan menjadikan
pemuda bersemangat dan berminat untuk berusaha tani padi. Selain karena adanya
dukungan keluarga, pemuda juga memiliki keinginan untuk dapat meneruskan
profesi yang saat ini sedang diemban oleh orangtua mereka. Keinginan meneruskan
profesi inilah yang juga menjadi pendorong semangat pemuda berminat untuk
menjadi petani.
Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Suhartini (2011: 46) yang
mengatakan bahwa minat akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh
positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga
saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orangtua yang
berwirausaha dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk
berwirausaha dalam hal yang sama pula. Juga pernyataan Setiawan (2016: 23) yang
mengatakan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap perkembangan dan pemilihan pekerjaan seorang anak dan minat anak akan
terbentuk apabila keluarga memberikan dukungan positif terhadap minatnya.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat pemuda untuk berusaha tani adalah
91
responden dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase
37%, responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 12 orang dengan
persentase 22%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 14 orang
dengan persentase 26%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun sebanyak
8 orang dengan persentase 15%. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
yang menyatakan terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 49 orang dengan
persentase 91%, dan responden perempuan 5 orang dengan persentase 9%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir SD/sederajat
sebanyak 10 orang dengan persentase 18%, responden dengan pendidikan terakhir
SMP/sederajat sebanyak 26 orang dengan persentase 48%, responden dengan
pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 16 orang dengan persentase 30%, dan
responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang dengan
persentase 4%. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat pemuda
untuk berusaha tani padi adalah responden yang telah menikah sebanyak 15 orang
dengan persentase 28% dan responden yang belum menikah sebanyak 39 orang
dengan persentase 72%. Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat
pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5
Ha sebanyak 32 orang dengan persentase 59%, responden dengan kepemilikan
92
lahan 0,5-1,0 Ha sebanyak 19 orang dengan persentase 35%, dan responden dengan
kepemilikan lahan > 1,0 Ha sebanyak 3 orang dengan persentase 6%.
5.4.6. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Masyarakat (X6) terhadap
Minat Pemuda Berusaha Tani Padi (Y)
a. Analisis Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23 for Windows, variabel lingkungan masyarakat (X6) tidak memiliki
pengaruh terhadap minat pemuda berusaha tani padi. Variabel lingkungan
masyarakat dalam penelitian ini bernilai positif dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0,083. Tanda positif menunjukan adanya hubungan yang searah antara
lingkungan masyarakat dengan minat pemuda berusaha tani padi. Hasil pengolahan
data dari t hitung juga menunjukan bahwa thitung < ttabel yaitu sebesar 0,858 < 1,6694
maka hipotesis kedua yaitu H6 ditolak dan Ho6 diterima. Artinya variabel
lingkungan masyarakat (X6) tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap minat
berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur.
Selain melihat dari t hitung, pengaruh variabel juga bisa dilihat berdasarkan
tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel lingkungan
masyarakat (X6) berdasarkan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1) adalah sebesar
0,394 atau lebih besar dari nilai alfa (0,394 > 0,1). Hasil perhitungan dan analisis
pada pengujian tersebut dapat menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh variabel
lingkungan masyarakat (X6) secara nyata dan signifikan terhadap minat pemuda
berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur. Dalam hal ini, sebesar atau sekecil apapun lingkungan masyarakat (X6)
93
mendorong pemuda untuk berusaha tani, maka tidak akan meningkatkan atau
mengurangi minat pemuda untuk berusaha tani padi (Y).
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang ada pada Tabel 8, lingkungan masyarakat (X6) tidak
memberi kontribusi nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi (Y). Observasi
dilapangan juga menunjukan bahwa pemuda melihat tidak adanya dorongan dari
masyarakat sekitar, baik itu tetangga maupun teman sebaya untuk berusaha tani
padi. Pemuda umumnya mengatakan, lingkungan masyarakat tidak terlalu
mempengaruhi minat mereka untuk tidak meneruskan profesi orangtuanya yang
saat ini seorang petani. Walaupun sebagian besar masyarakat lingkungan sekitar
banyak yang tidak bertani, bahkan terlihat beberapa yang bekerja di pabrik, namun
hal tersebut tidak mengurangi keinginan pemuda untuk meninggalkan profesi
orangtua mereka, setidaknya untuk meneruskan lahan yang saat ini digarap oleh
orangtua.
Keadaan lingkungan yang tidak mendukung pada pertanian menjadikan
variabel ini tidak memiliki pengaruh terhadap minat pemuda untuk berusaha tani,
seperti yang dikatakan oleh Soemanto (2002: 190) bahwa lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap minat seseorang antara lain pergaulan dengan teman sebaya,
televisi, surat kabar dan lain-lain. Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dan
tanggung jawab yang besar di dalam rangka mewujudkan minat seseorang. Namun
lingkungan yang hanya berfokus pada pekerjaan selain pertanian menjadikannya
berbanding terbalik dengan minat yang ada pada pemuda.
Karakteristik responden berdasarkan usia yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh lingkungan masyarakat terhadap minat pemuda untuk berusaha
94
tani adalah responden dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 17 orang dengan
persentase 53%, responden dengan rentang usia 19-22 tahun sebanyak 5 orang
dengan persentase 16%, responden dengan rentang usia 23-26 tahun sebanyak 4
orang dengan persentase 12%, dan responden dengan rentang usia 27-30 tahun
sebanyak 6 orang dengan persentase 19%. Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin yang menyatakan tidak terdapat pengaruh lingkungan masyarakat
terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden laki-laki yaitu
sebanyak 27 orang dengan persentase 84%, dan responden perempuan sebanyak 5
orang dengan persentase 16%.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh lingkungan masyarakat terhadap minat
pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden dengan pendidikan terakhir
SD/sederajat sebanyak 9 orang dengan persentase 28%, responden dengan
pendidikan terakhir SMP/sederajat sebanyak 18 orang dengan persentase 56%,
responden dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 3 orang dengan
persentase 9%, dan responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
sebanyak 2 orang dengan persentase 7%. Karakteristik responden berdasarkan
status perkawinan yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh lingkungan
masyarakat terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi adalah responden yang
telah menikah sebanyak 17 orang dengan persentase 53% dan responden yang
belum menikah sebanyak 15 orang dengan persentase 47%. Karakteristik
responden berdasarkan kepemilikan lahan yang menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh lingkungan masyarakat terhadap minat pemuda untuk berusaha tani padi
95
adalah responden dengan kepemilikan lahan < 0,5 Ha sebanyak 13 orang dengan
persentase 41%, responden dengan kepemilikan lahan 0,5-1,0 Ha sebanyak 11
orang dengan persentase 34%, dan responden dengan kepemilikan lahan > 1,0 Ha
sebanyak 8 orang dengan persentase 25%.
96
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi
dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi: Kasus Pemuda Desa
Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi tentang status sosial ekonomi
dan lingkungan petani yang berpengaruh terhadap minat pemuda berusaha
tani padi adalah status sosial, pendapatan, bantuan pemerintah, dan
lingkungan keluarga. Sedangkan variabel sumber daya lahan dan
lingkungan masyarakat tidak memiliki pengaruh nyata terhadap minat
pemuda untuk berusaha tani padi di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemuda masih memiliki pandangan
yang moderat terhadap minatnya untuk berusaha tani padi, dalam hal ini
orangtua masih dapat mengubah pandangan dari setiap pemuda terkait
minatnya untuk berusaha tani padi.
3. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengaruh persepsi tentang
status sosial ekonomi dan lingkungan petani terhadap minat pemuda
berusaha tani padi dilihat dari nilai signifikansi adalah lingkungan keluarga
0,012, pendapatan 0,028, bantuan pemerintah 0,081, status sosial 0,091
sumber daya lahan 0,295 dan lingkungan masyarakat 0,394.
97
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tentang Pengaruh Persepsi tentang
Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi:
Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat maka penulis
dapat menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Melihat hasil perhitungan regresi yang menyatakan bahwa status sosial,
pendapatan, bantuan pemerintah dan lingkungan keluarga yang
berpengaruh nyata terhadap minat pemuda berusaha tani padi di Desa
Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, maka untuk
meningkatkan minat pemuda berusaha tani padi, penulis sarankan kepada
pemerintah untuk meningkatkan status sosial petani dengan memberikan
pandangan kepada masyarakat bahwa petani juga merupakan suatu
pekerjaan yang dapat dipilih dan memiliki potensi sebagaimana pekerjaan
lain. Penulis juga sarankan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan
petani padi dengan memberikan subsidi output bagi petani padi dan akses
terhadap pendapatan dari luar sektor pertanian agar terdapat keberlanjutan
dalam pengelolaan lahan dari petani kepada anaknya. Penulis sarankan
pemerintah meningkatkan jumlah bantuan untuk petani padi, dan
memberikan perhatian yang lebih dari segi bantuan maupun pendampingan
pada Rumah Tangga Petani padi sebagai lingkungan pertama terbentuknya
minat pemuda dalam berusaha tani padi.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai minat pemuda berusaha tani padi
dengan menganalisis pengaruh selain dari status sosial, pendapatan, sumber
98
daya lahan, bantuan pemerintah, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Diantaranya yaitu: pengalaman, pendidikan, jenis kelamin,
status perkawinan dan luas lahan yang dikuasai/dimiliki.
99
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2013. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Arvianti, E.Y., Asnah, A., & Prasetyo, A. (2015). Minat Pemuda Tani Terhadap
Transformasi Sektor Pertanian di Kabupaten Ponorogo. Buana Sains
15(2), 181-188.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Hasil Sensus Pertanian 2013 Angka Sementara
Usaha Pertanian dan Jumlah Sapi-Kerbau. Cianjur: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016a. Kecamatan Warungkondang Dalam Angka.
Cianjur: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016b. Statistik Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur. Cianjur: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016c. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1986-2016. 1 hlm.
https://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970, 13 Januari 2017, pk. 22.44
WIB.
Badri, S. K. Z., Panatik, S. A. (2017). The Effects of Work-to-family Conflict and
Work-to-family Enrichment on Job Satisfaction among Academics in
Malaysia. Journal Sosial Sciences & Humanities, 25(3), 1083-1096.
Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. 2014. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan.
5 hlm. http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/evaluasi_lahan.php, 18 Januari
2017, pk. 01.02 WIB.
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,
Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Jakarta: PT. Fajar Interpratama
Mandiri.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
100
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2016. Pemkab Cianjur
Tetapkan Lahan Abadi. http://distan.jabarprov.go.id/index.php/blog/9533-
Pemkab-Cianjur-Tetapkan-Lahan-Abadi, 4 April 2017, pk. 14.04 WIB.
Ghazali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponogoro.
Hadi, Agustina Kurniawati. 2009. Pengaruh Persepsi Nilai Konsumen Terhadap
Perilaku Pembelian Private Label (Studi Kasus : Giant Hypermarket
Poins Square Lebak Bulus). Skripsi. Depok: Fakultas Ekonomi Program
Studi Manajeman Pemasaran Universitas Indonesia.
Handayanti, Bella. 2016. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Minat Bertani
Padi Sawah di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat.
Skripsi. Jakarta: Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hastuti, Dwi. 2008. Pengasuh: Teori dan Prinsip serta Aplikasinya di Indonesia.
Bogor: Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB.
Heriyanto, Arief C. 2008. Kelas Sosial, Status Sosial, Peranan Sosial dan
Pengaruhnya. Semarang: Tanpa Penerbit.
Hessie, Rethna. 2009. Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta
Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Skripsi. Bogor:
Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Holden, S., B. Shiferaw, J. Pender. (2004). Non-farm Income, Household welfare,
and sustainable land management in a less-favoured area in the Ethiopian
Highlands. Food Policy, 29, 369-392.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Child Development 6th edition. New York: Mc. Graw
Hill, Inc.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
rentang Kehidupan. Terj. dari Developmental Psychology : A Life-Span
Approach oleh Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Indriatno, Galeh P. 2012. Hubungan Lingkungan Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat Terhadap Karakter Siswa SMK Negeri Kelompok Teknologi
Se-Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Tenik Universitas Negeri
Yogyakarta.
101
Karina, Lilis. 2009. Studi Hubungan Prestasi Siswa Pada Mata Diklat
Kewirausahaan dan Perbedaan Latar Belakang Pekerjaan Orangtua
Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas II Kelompok Bisnis dan
Manajemen SMKN I Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2009a. Undang-undang Nomor 40
Tahun 2009 tentang Kepemudaan. http://peraturan.go.id/uu/nomor-40-
tahun-2009.html, 18 Januari 2017, pk. 00.45 WIB.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2009b. Undang-undang Nomor 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. http://peraturan.go.id/uu/nomor-41-tahun-2009.html, 13
Januari 2017, pk. 22.15 WIB.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2011. Peraturan Pemerintah No. 1
Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. http://peraturan.go.id/pp/nomor-1-tahun-2011-
11e44c4e2a831460b00d313231323133.html, 13 Januari 2017, pk. 22.00
WIB.
Kementerian Pertanian. 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013.
Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2017. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun
2014 - 2016 (Semester 2). 120 hlm.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-perstatistikan/164-
statistik/statistik-tenaga-kerja-pertanian/506-statistik-tenaga-kerja-
pertanian-bulan-agustus, 30 Desember 2017, pk. 23.50 WIB.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Dua Belas
Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks.
Luth, Nursal & Daniel Fernandez. 1995. Panduan Belajar Sosiologi. Jakarta: PT.
Galaxi Puspa Mega.
Maniku, S.F.S., Sinolungan, J.S.V., Opod, H. (2014). Hubungan Kebahagiaan
dengan Status Sosial pada Keluarga di Kelurahan Tanjung Batu. Jurnal e-
Biomedik (eBM), 2(3).
Maftuh, Bunyamin & Yadi Ruyadi. 2005. Penuntun Belajar Sosiologi. Bandung:
Ganeca Exact.
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
102
Meilina, Yoshinta. 2015. Persepsi Remaja Terhadap Pekerjaan di Sektor Pertanian
Padi Sawah di Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
Skripsi. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Mowen, John C & Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
Muksin. 2007. Kompetensi Pemuda Tani yang Perlu Dikembangkan di Jawa Timur.
Skripsi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Naafs, S., & White, B. (2012). Generasi Antara: Refleksi tentang Studi Pemuda
Indonesia. Jurnal Studi Pemuda, 1(2), 89-106.
Nasution, Thamrin & Muhammad Nur. 2000. Peranan Orangtua dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Natalia, Lia. 2012. Analisis Faktor Persepsi yang Mempengaruhi Minat Konsumen
untuk Berbelanja pada Giant Hypermarket Bekasi. Skripsi. Depok:
Jurusan Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Ningsih, F., Syaf, S. (2015). Faktor-faktor yang Menentukan Keterlibatan Pemuda
Pedesaan pada Kegiatan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal
Penyuluhan,11(1), 23-37.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Nurjanah, Nana. 2011. The Relationship Between Students’ Interest In Speaking
and Their Speking Score (A Correlational Study at the Second Grad of
MTsN Parung). Skripsi. Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Panurat, S.M. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Petani
Berusahatani Padi di Desa Sendangan Kecamatan kakas Kabupaten
Minahasa. COCOS, 4(5).
Pemerintah Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. 2017.
Monografi Desa Ciwalen Keadaan Pada Bulan April 2017.
http://www.desakuonline.id/lipdes/?cmbProvinsi=12&cmbKabupaten=15
9&cmbKecamatan=2021&cmbDesa=25832&page=monografi-desa, 18
April 2017, pk. 11.13 WIB.
Priyono, Edy. 1990. Status Sosial dan Perilaku Petani dalam Penyuluhan
Pertanian (Studi Kasus di Desa Rende Kecamatan Cikalong Wetan
103
Kabupaten Bandung). Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Rahayu, Rehasti Dyad an Winati Wigna. (2010). Pengaruh Lingkungan Keluarga,
Sekolah, Masyarakat terhadap Persepsi Gender Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan (Kasus Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam TAZKIA
Tahun Masuk 2009). Jurnal KPM FEMA, 3(23).
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rangkuti, Freddy. 2003. Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Resmana, Angga. 2012. Pengaruh Lingkungan Keluarga, Teman Sebaya, dan
Tetangga terhadap Perilaku Menyimpang Anak Usia Sekolah Dasar yang
Bekerja sebagai Pemulung di Tanjung Karang, Bandar Lampung. Skripsi.
Bandar Lampung: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Rusadi, Dwiko Septiyadi. 2015. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Minat
Pemuda dalam Beternak Sapi Potong di Desa Bonto Cinde Kecamatan
Bissapu Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Makassar: Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Sastraatmadja, Entang. 2010. Suara Petani. Bandung: Masyarakat Geografi
Indonesia.
Schiffman, Leon G, & Joseph Wisenblit. 2015. Consumer Behavior 11th edition.
London : Pearson Education.
Setiawan, Deden. 2016. Pengaruh Ekspektasi Pendapatan, Lingkungan Keluarga
dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Akuntansi Jurusan Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB
Press).
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
104
Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial Suatu Tenik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soemanto, Wasty. 2002. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Suhartini, Yati. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa dalam Berwirausaha (Studi Kasus pada Mahasiswa
Universitas PGRI Yogyakarta). AKMENIKA UPY, 7, 38-59.
Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Bimbingan Karir Sekolah Menengah. Jakarta: Asdi
Mahastya.
Suleman, Isna. 2013. Peranan Keluarga dalam Pencegahan Penyalahgunaan
Napza Bagi Remaja di Keluarahan Tapa Kecamatan Sipatana Kota
Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sunyoto, Danang. 2010. Uji Khi Kuadrat & Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tarigan, H. (2014). Representasi Pemuda Pedesaan Mengenai Pertanian: Kasus
Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat. ICASERD
WORKING PAPER, 29, 1-20.
Tjakrawiralaksana, Abbas & Soeriaatmadja M.C. 1983. Usahatani. Jakarta:
Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Tika, I.V. (2016, November 7). UMK Cianjur Tahun 2017 Disepakati Rp1.989.155.
Pikiran Rakyat. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
barat/2016/11/07/umk-cianjur-tahun-2017-disepakati-rp-1989155-
384155, 27 Mei 2017, pk. 09.13 WIB.
Wibowo. 2014. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.
105
Wiyono, Suryo. 2015. Laporan Kajian Regenerasi Petani pada Keluarga Petani
Padi dan Hortikultura November 2015. Jakarta: Koalisi Rakyat untuk
Kedaulatan Pangan (KRKP).
Yanti, P.E.D., Nuridja, I.M., Dunia, I.K. (2014). Pengaruh Lingkungan Keluarga
Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas IX SMK Negeri 1 Singaraja.
Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi, 4(1).
106
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner
Pernyataan Koefisien Korelasi
Pearson
Hasil
Uji Validitas
Status Sosial (X1)
Pelaku usaha tani padi memiliki kedudukan
yang tinggi dimata masyarakat
.598 Valid
Kekayaan bisa didapat dengan berusaha tani
padi
.804 Valid
Pelaku usaha tani padi memiliki kekuasaan
(pengaruh) di masyarakat
.640 Valid
Profesi petani padi adalah profesi yang
terhormat
.385 Valid
Pelaku usaha tani padi memiliki ilmu
pengetahuan yang lebih di masyarakat
.437 Valid
Pendapatan (X2)
Berusaha tani padi memiliki penghasilan
tinggi
.329 Valid
Penghasilan dari berusaha tani padi dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari
.792 Valid
Penghasilan dari berusaha tani padi dapat
disisihkan untuk menabung
.647 Valid
Sumberdaya Lahan (X3)
Lahan yang dimiliki orangtua saya
mempunyai kesuburan tanah yang baik
.396 Valid
Lahan orangtua saya memiliki sistem
pengairan yang memadai
.669 Valid
Luas lahan orangtua saya memiliki hasil
produksi yang memuaskan
.678 Valid
Luas lahan orangtua saya memiliki potensi
yang dapat memberikan keuntungan
.817 Valid
Luas lahan orangtua saya memiliki potensi
untuk menghasilkan padi dan menjamin
kehidupan
.753 Valid
107
Pernyataan Koefisien Korelasi
Pearson
Hasil
Uji Validitas
Bantuan (X4)
Bantuan langsung pupuk dan benih dapat
membantu proses kelangsungan usaha tani
padi
.427 Valid
Bantuan subsidi pupuk dan subsidi benih
dapat membantu proses kelangsungan usaha
tani padi
.777 Valid
Bantuan alat dan mesin pertanian dapat
membantu proses kelangsungan usaha tani
padi
.399 Valid
Bantuan langsung pupuk dan benih adalah
bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
.508 Valid
Bantuan subsidi pupuk dan subsidi benih
adalah bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
.569 Valid
Bantuan alat dan mesin pertanian adalah
bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
.493 Valid
Lingkungan Keluarga (X5)
Orangtua mendorong saya untuk berusaha
tani padi
.594 Valid
Saurdara kandung mendorong saya untuk
berusaha tani padi
.535 Valid
Keluarga menuntut saya untuk berusaha tani
padi
.695 Valid
Orangtua mendukung saya untuk berusaha
tani padi
.659 Valid
Saudara kandung mendukung saya untuk
berusaha tani padi
.857 Valid
Berusaha tani padi merupakan budaya dari
keluarga yang harus saya teruskan
.747 Valid
Petani merupakan profesi turun temurun di
keluarga saya
.540 Valid
Lingkungan Masyarakat (X6)
Tetangga saya berprofesi sebagai petani
padi
.673 Valid
Tetangga saya mendorong pemuda untuk
berusaha tani padi
.502 Valid
108
Pernyataan Koefisien Korelasi
Pearson
Hasil
Uji Validitas
Teman sebaya saya berprofesi sebagai
petani padi
.345 Valid
Teman sebaya mendukung saya untuk
berusaha tani padi
.492 Valid
Minat Pemuda Berusaha Tani (Y)
Saya merasa senang dengan kegiatan usaha
tani padi
.557 Valid
Saya merasa takut terhadap risiko yang
dihadapi pada kegiatan usaha tani padi
.029 Tidak Valid
Saya memiliki harapan untuk menjadikan
usaha tani padi sebagai pekerjaan saya di
masa mendatang
.810 Valid
Saya memiliki keyakinan untuk menjadikan
usaha tani padi sebagai pekerjaan yang saya
pilih
.484 Valid
Saya bercita-cita ingin menjadikan usaha
tani padi sebagai pekerjaan yang saya
lakukan/capai
.834 Valid
Saya tertarik terhadap pekerjaan di sektor
pertanian padi
.865 Valid
Saya memiliki rencana untuk bekerja di
sektor nonpertanian
-.150 Tidak Valid
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Tabel 17. Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Kuesioner
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.775 35
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
109
Lampiran 2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Tabel 18. Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Status Sosial .259 3.858
Pendapatan .251 3.986
Sumber Daya Lahan .978 1.022
Bantuan .544 1.839
Lingkungan Keluarga .494 2.024
Lingkungan Masyarakat .838 1.193 Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Gambar 9. Hasil Uji Normalitas-Grafik P-Plot
110
Lampiran 2. Lanjutan
Sumber: Data Primer, 2017 (Diolah)
Tabel 19. Hasil Uji Durbin Watson
Model
Summaryb
Durbin-Watson
1.805
Sumber: Data Primer , 2017
Gambar 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas-Diagram Scater Plot
111
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
Pengaruh Persepsi tentang Status Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Petani terhadap Minat Berusaha Tani Padi:
Kasus Pemuda Desa Ciwalen, Warungkondang, Cianjur,
Jawa Barat
Nomor Responden :
Hari/tanggal :
A. Karakteristik Responden (Beri tanda x pada jawaban pilihan yang
sesuai)
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ................. tahun
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
: b. Perempuan
4. Alamat Lengkap : ......................................................................
: ......................................................................
5. No. Telpon/HP : ......................................................................
6. Pendidikan Formal
Terakhir : a. Tidak tamat sekolah
: b. SD/MI/Sederajat
: c. SMP/MTs/Sederajat
: d. SMA/MA/Sederajat
: e. Diploma/Sarjana
7. Status Perkawinan : a. Menikah
: b. Belum Menikah
8. Kegiatan/Pekerjaan
Sehari-hari : a. Petani
: b. Pegawai Pemerintah
: c. Karyawan Swasta
: d. Pedagang/Wiraswasta
: e. Pelajar/Mahasiswa
: f. Tidak Bekerja
: g. Lainnya, sebutkan ...............................
112
Lampiran 3. Lanjutan
9. Luas Lahan yang
Dimiliki : ...............................Ha
10. Pekerjaan orangtua : a. Petani
: b. Pegawai Pemerintah
: c. Karyawan Swasta
: d. Pedagang/Wiraswasta
: e. Tidak Bekerja
: f. Lainnya, sebutkan ...............................
B. Kuesioner Pernyataan
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Kuesioner ini semata-mata adalah untuk keperluan akademis, mohon
dijawab dengan jujur.
2. Bacalah dan jawab semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang
terlewatkan.
3. Tidak ada jawaban benar ataupun salah, silakan jawab sesuai kondisi Anda
saat ini.
4. Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang menurut Anda tepat.
5. Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
KUESIONER PENELITIAN
No Pernyataan STS TS R S SS
Status Sosial (X1)
1. Pelaku usaha tani padi memiliki
kedudukan yang tinggi di mata
masyarakat
2. Kekayaan bisa didapat dengan berusaha
tani padi
3. Pelaku usaha tani padi memiliki
kekuasaan (pengaruh) di masyarakat
4. Profesi petani padi adalah profesi yang
terhormat
5.
Pelaku usaha tani padi memiliki ilmu
pengetahuan yang lebih di masyarakat
113
Lampiran 3. Lanjutan
Pendapatan (X2)
6. Berusaha tani padi memiliki penghasilan
tinggi
7. Penghasilan dari berusaha tani padi
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari
8. Penghasilan dari berusaha tani padi
dapat disisihkan untuk menabung
Sumber Daya Lahan (X3)
9. Lahan yang dimiliki orangtua saya
mempunyai kesuburan tanah yang baik
10. Lahan orangtua saya memiliki sistem
pengairan yang memadai
11. Luas lahan orangtua saya memiliki hasil
produksi yang memuaskan
12. Luas lahan orangtua saya memiliki
potensi yang dapat memberikan
keuntungan
13. Luas lahan orangtua saya memiliki
potensi untuk menghasilkan padi dan
menjamin kehidupan
Bantuan Pemerintah (X4)
14. Bantuan langsung pupuk dan benih
dapat membantu proses kelangsungan
usaha tani padi
15. Bantuan subsidi pupuk dan subsidi benih
dapat membantu proses kelangsungan
usaha tani padi
16. Bantuan alat dan mesin pertanian dapat
membantu proses kelangsungan usaha
tani padi
17. Bantuan langsung pupuk dan benih
adalah bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
18. Bantuan subsidi pupuk dan subsidi benih
adalah bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
114
Lampiran 3. Lanjutan
19. Bantuan alat dan mesin pertanian adalah
bantuan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan usaha tani padi
Lingkungan Keluarga (X5)
20. Orangtua mendorong saya untuk
berusaha tani padi
21. Saurdara kandung mendorong saya
untuk berusaha tani padi
22. Keluarga menuntut saya untuk berusaha
tani padi
23. Orangtua mendukung saya untuk
berusaha tani padi
24. Saudara kandung mendukung saya untuk
berusaha tani padi
25. Berusaha tani padi merupakan budaya
dari keluarga yang harus saya teruskan
26. Petani merupakan profesi turun temurun
di keluarga saya
Lingkungan Masyarakat (X6)
27. Tetangga saya berprofesi sebagai petani
padi
28. Tetangga saya mendorong pemuda
untuk berusaha tani padi
29. Teman sebaya saya berprofesi sebagai
petani padi
30. Teman sebaya mendukung saya untuk
berusaha tani padi
Minat Berusaha Tani (Y)
31. Saya merasa senang dengan kegiatan
usaha tani padi
32. Saya merasa tidak takut terhadap risiko
yang dihadapi pada kegiatan usaha tani
padi
33. Saya memiliki harapan untuk
menjadikan usaha tani padi sebagai
pekerjaan saya di masa mendatang
115
Lampiran 3. Lanjutan
34. Saya memiliki keyakinan untuk
menjadikan usaha tani padi sebagai
pekerjaan yang saya pilih
35. Saya bercita-cita ingin menjadikan usaha
tani padi sebagai pekerjaan yang saya
lakukan/capai
36. Saya tertarik terhadap pekerjaan di
sektor pertanian padi
116
Lampiran 4. Peta Desa Ciwalen Kec. Warungkondang Kab. Cianjur
Sumber: Google Maps, 2017 (Diedit)
Gambar 11. Peta Wilayah Desa Ciwalen Kec. Warungkondang Kab. Cianjur