PENGARUH PILATES TERHADAP PENINGKATAN PERFORMA
BERTANDING ATLET KUMITE KARATE
ARTIKEL
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Basi Pilates® teacher training
comprehensive program
Oleh :
Ramadhansyah Abdan Syaquro S.Si
1618 PILATES MOVEMENT CENTER
BANDUNG
INDONESIA
2019
i
ABSTRAK
PENGARUH PILATES TERHADAP PERFORMA KUMITE CABANG
OLAHRAGA KARATE
Ramadhansyah Abdan Syaquro S.Si
Karate merupakan olahraga prestasi yang sangat terkenal, terbagi oleh dua kelas kata
dan kumite. Kebutuhan kondisi fisik secara menyeluruh amat dibutuhkan, mulai dari
anthropometric, postural, adaptasi anatomis, base marking kemampuan atlet, hingga
taktik dan strategi. Pilates menjadi metode latihan yang tepat guna meningkatkan
performa bertanding atlet kumite karate, Basi Pilates® yang memiliki blok sistem
memudahkan atlet melewati fase adaptasi anatomis secara efisien dengan
menyelaraskan program pilates, program latihan fisik, dan program latihan teknik.
Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif
bagi performa atlet karate,khususnya atlet kumite. Sample atlet yang di latih hanya ada
satu, atlet IN. Namun atlet tersebut merupakan atlet elit yang bertanding di ajang
internasional. Dari hasil analisa dan hasil pencapaian prestasi atlet IN, pilates memiliki
pengaruh yang besar untuk meningkatkan athletic ability , dan performa bertanding.
Hal ini disebabkan oleh efisiensi program latihan untuk mendukung kebutuhan
mekanika gerak yang dibutuhkan atlet. Tentu dengan di tunjang oleh program fisik dan
teknik yang baik.
Kata kunci : kondisi fisik, athletic ability, pilates, karate, kumite.
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya artikel ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan jalan terbaik untuk hambanya.
2. Kepada orang tua yang selalu memberikan doa, dan support yang tidak bernilai
hingga saat ini.
3. Kepada Abigail M. Angkawijaya M.Com yang telah mendidik, mensupport dan
membina penulis hingga saat ini.
4. Sensei Ariston Sutandio, S.T yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis dari kecil hingga saat ini di bidang karate maupun pilates.
5. Kepada rekan rekan teacher 1618 Pilates Movement Center yang selalu berlatih
bersama dan saling mendukung penulis.
6. Kepada Indan Nurjanah yang bersedia mengikuti program penulis, dan mau
mencoba pilates untuk dijadikan metode latihan.
7. Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memberi semangat kepada
penulis.
Penulis berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis dan menggantinya dengan kebaikan yang berlipat dan bermanfaat.
Bandung, 10 Januari 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 4
A. Kajian Teori .......................................................................................................... 4
1. Karate ............................................................................................................... 4
2. Kumite .............................................................................................................. 6
3. Kondisi Fisik ................................................................................................. 10
4. Pilates ............................................................................................................. 11
5. BASI Pilates® ................................................................................................ 11
B. Posisi Teoritis Penulis .......................................................................................... 12
BAB III CLINICAL STATUS ............................................................................... 13
A. Status Partisipan .................................................................................................. 13
B. Body Assesment ................................................................................................. 13
1. Tampak Depan ........................................................................................ 14
2. Tampak Samping ..................................................................................... 15
3. Tampak Belakang .................................................................................... 15
C. Riwayat Cidera .................................................................................................... 15
D. Tujuan Latihan .................................................................................................... 15
1. Tujuan Umum .......................................................................................... 15
2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 16
E. Prosedur Latihan ................................................................................................. 16
F. Program Latihan Pilates ...................................................................................... 17
iv
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20
A. Temuan................................................................................................................ 20
B. Pembahasan Temuan........................................................................................... 20
1. Hasil Performa Bertanding ............................................................................. 21
2. Hasil Postural assesment ................................................................................. 23
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ............................... 25
A. Simpulan ............................................................................................................ 25
B. Implikasi dan Rekomendasi ................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi Atlet karate Indonesia dapat dibilang baik, pernah mencicipi juara
umum kejuaraan dunia yang diselenggarakan WKF tahun 2013, namun diajang
yang sama di tahun 2014 Indonesia menurun jauh prestasinya. Prestasi karateka
Indonesia cemerlang di gelaran SEA GAMES tahun 2012 di Jakarta dan
Palembang, setelahnya Indonesia belum bisa mempertahankan gelar juara umum
untuk cabor Karate hingga SEA GAMES Malaysia 2017. Menurunya prestasi atlet
karate Indonesia tidak hanya karena kurang terbinanya atlet – atlet muda namun
banyak faktor lain mulai dari metode latihan, sarana dan prasarana, hingga
kompetisi yang kurang professional dan tidak terjadwal. Latihan dalam seni
beladiri karate harus memadukan komponen fisik, tehnik, hingga strategi dan
taktik. Banyak sekali atlet karate di Indonesia yang kurang paham akan metode
latihan dan program latihan, sehingga sering sekali terjadi malpraktik dilakukan
pelatih kepada atlet. Banyak pelatih yang hanya melatihkan teknik dan fisik,
namun mengesampingkan kualitas latihan itu sendiri, sehingga atlet tidak dapat
mempertahankan performa puncaknya secara terus – menerus dan lebih buruknya
mengalami cidera.
Selama ini banyak metode kepelatihan maupun keilmuan yang diterapkan
agar atlet dapat meningkatkan performa secara signifikan. mulai dengan
meningkatkan kecepatan, kekuatan, daya tahan, efisiensi teknik, analisa taktik dan
strategi dengan peralatan yang mempuni. Dengan sumber daya manusia dan
peralatan canggih seharusnya Indonesia dapat menjanjikan juara umum setiap
multievent di selenggarakan. Dengan segala persiapan yang matang, atlet karate
Indonesia tetap tidak bias meningkatkan performa bertanding dengan aman dan
bebas cidera. Sangat penting bagi pelatih memahami fisiologi dan
biomekanika, memahami cara kerja otot dalam sebuah pergerakan teknik karate
sehingga dapat menentukan penanganan yang tepat bagi kualitas gerak pada atlit
itu sendiri. Menurut Richard R. Neptune (2009) “Generating muscle force and
power are essential for meeting the mechanical energetic demands in a given
sport. However, anthropometrics and muscle morphology may allow an athlete to
excel in one sport but not in others.” Dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa
menghasilkan tekanan otot dan kekuatan otot sangat penting untuk memenuhi
tuntutan gerak mekanis dalam olahraga tertentu. Namun, anthropometrics dan
morfologi otot masing – masing atlet memungkinkan menguasai satu cabang
olahraga saja. Hal tersebut menjelaskan bahwa kemampuan dan kebutuhan setiap
atlet dan kebutuhan setiap cabang olahraga akan berbeda, kemampuan kerja otot
atlet-pun berbeda walau dalam satu cabang olahraga. Hal tersebut dianggap kecil
bahkan tidak ada oleh pelatih. Padahal, memiliki kebiasaan buruk dalam menjalani
kegiatan sehari-hari seperti berjalan, berdiri, duduk, makan, naik tangga, turun
tangga dapat merubah morfologi otot sehingga berpengaruh pada gerak dari atlet
yang bersangkutan. Tidak semua pelatih mengesampingkan hal tersebut, namun
sebagian tidak memahami cara meningkatkan performa secara spesifik dengan
kebutuhan dan keadaan atlet yang berbeda – beda.
Dalam sebuah program latihan terdapat fase adaptasi anatomis, dalam fase
tersebut atlet melatih otot tertentu untuk menunjang kebutuhan gerak yang di
tentukan atau diinginkan. Pilates menjadi sebuah metode yang efisien dalam
meningkatkan kemampuan gerak atlet secara spesifik atau keseluruhan dan bebas
dari risiko cedera. Dengan BASI Pilates Block System, membantu atlet dalam
meningkatkan performa dengan tepat dan linear dengan program fisik dan teknik.
Berdasarkan dari hal tersebut penulis membuat artikel tentang
”PENGARUH PILATES TERHADAP PERFORMA KUMITE CABANG
OLAHRAGA KARATE”
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, penulis
merumuskan masalah penulisan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh performa dalam bertanding?
2. Apakah tercapai target yang diinginkan atlet?
3. Apakah terjadi perbedaan postural pada atlet?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah penulisan yang akan dilaksanakan, maka
tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh Pilates terhadap performa olahraga prestasi.
2. Memberikan hasil yang sesuai dengan target atlet
3. Mengetahui perubahan postural pada atlet
D. Manfaat Penulisan
Dari hasil penulisan ini, penulis berharap memperoleh manfaat yang besar
baik bagi penulis sendiri ataupun masyarakat pada umumnya, diantaranya :
a) Manfaat Teoritis.
Artikel ini sebagai sumbangan keilmuan bagi pihak pelatih untuk
memperkaya wawasan mengenai pembinaan prestasi karate.
b) Manfaat praktisi
1. Para atlet, pelatih, dan pembina olahraga karate dalam meningkatkan
prestasi atlet.
2. Bagi atlet, pelatih, dan Pembina olahraga karate dapat mengetahui
pentingnya Pilates terhadap peningkatan performa bertanding dengan
bebas dari risiko cedera.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Karate
Karate adalah olahraga beladiri asal Jepang yang telah dikenal luas
oleh masyarakat. Dalam sejarah Jepang, karate lahir di Okinawa pada tahun
1930 oleh beberapa tokoh besar karate yaitu, Chojun Miyagi, Gichin
Funakoshi, Chomo Hanashiro, Choki Motobu, dan Chotoku Kyan. Karate
sendiri terdiri dari dua huruf yaitu, kara yang berarti kosong dan te yang
berarti tangan, jika digabung berarti beladiri tangan kosong. Sebelum tahun
1930, karate dikenal dengan nama to-te yang berarti tangan cina yang di
kembangkan dari kitab budha, bubishi (jiwa beladiri). Orang pertama yang
menguasai to-te bernama Sakugawa, namun tidak diketahui perkembangan
nya setelah tahun 1609 klan samurai Satsuma melarang beladiri dari luar
budaya Jepang. Pada tahun 1761 muncul ahli beladiri to-te bernama Kusanku
yang menjadi contoh awal dari era Karate.
gambar 2.1 : Kanji karate
(sumber : wikipedia.org )
5
Pada abad ke-18 Karate memiliki dua aliran yaitu, Shuri-te (Shorin-
ryu) dan Naha-te (Shuri-Ryu). Kedua aliran ini adalah cikal bakal dari
Shotokan-ryu dan Goju-ryu. (gambar perbedaan langkah kaki,kuda2,dll) .
Setelah Shotokan dan Goju lahir, kemudian ada dua aliran besar yang ikut
lahir seperti Shito-ryu dan Wado-ryu.
gambar 2.2 : perbedaan Shuri-te dan Naha-te
( sumber : The Essence of Okinawan Karate, hlm. 23)
Karate di Indonesia tidaklah diperkenalkan oleh orang Jepang atau dari
zaman penjajahan jepang, melainkan oleh mahasiswa Indonesia yang
menimba ilmu di Jepang. Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Indonesia
yakni : Baud AD Adikusumo, Karianto Djodjonegoro, Mochtar Ruskan, dan
Ottoman Noh mendirikan dojo pertama di Jakarta. Shotokan adalah aliran
pertama yang di perkenalkan di Indonesia, kemudian banyak mahasiswa yang
mulai memperkenalkan aliran lainnya di Indonesia seperti, Goju-ryu, Shito-
ryu, dan Wado-ryu. Pada 10 Maret 1964 didirikanlah Persatuan Olahraga
Karate Indonesia (PORKI) yang kemudian mengundang beberapa petinggi
karate jepang untuk membantu perkembangan karate di Indonesia, mereka
adalah Matsusaki (Kushin-tyu), Ishi (Goju-ryu), Hayashi (Shitoryu), Oyama
(Kyokushinkai). Karate di Indonesia sangatlah populer dan sangat diminati
6
oleh berbagai kalangan hingga dunia film Indonesia sering menampilkan
bagian perkelahian dengan dasar karate, karena banyaknya animo masyarakat
terhadap karate mulailah bermunculan berbagai macam perguruan dan dojo di
seluruh pelosok Indonesia dengan berbagai aliran yang dianut sehingga
memunculkan perbedaan pendapat dalam tubuh PORKI. Pada kongres IV
PORKI tahun 1972 menghasilkan perubahan dari PORKI menjadi FORKI (
Federasi Olahraga Karate Indonesia).
WKF memiliki peraturan pertandingan yang menganut “non body
contact” dan lebih fokus terhadap prestasi olahraga beladiri karate di dunia.
WKF mempertandingkan Kata ( menampilkan jurus ) dan Kumite ( sparring
), total yang di pertandingkan dalam Kata dan Kumite secara keseluruhannya
berjumlah 55 kelas dari segala kategori usia. Setiap tahun terdapat puluhan
pertandingan tingkat provinsi hingga dunia yang di ikuti oleh ratusan atlet,
setiap tahun lahir juara – juara baru dan memeriahkan kompetisi. Setiap tim
karate dalam bentuk dojo, perguruan, Pengcab, Pengda, hingga tim Indonesia
memiliki ambisi yang sama guna menjadi tim yang terbaik dengan meraih
medali dalam seluruh kelas yang diselenggarakan.
2. Kumite
Menurut Masatoshi Nakayama (1978:14), “ kumite is a method of
training in which the offensive and defensive techniques learned in the kata
are given practical application. The opponents are face to face”. Pernyataan
Masatoshi Nakayama dapat diartikan bahwa kumite adalah metode latihan
yang mengaplikasikan teknik menyerang dan bertahan dalam kata dan
berhadapan dengan lawan yang sesungguhnya. Hal tesebut menegaskan
bahwa kumite adalah lanjutan dalam pembelajaran karate karena kumite
adalah aplikasi dari sebuah kata. Sama dengan kata, kumite tidak dapat
dipelajari secara instan oleh pemula namun kata dan kumite tidaklah sama
dalam gerakannya, Masatoshi Nakayama (1978:14), “The importance of
7
kata to kumite cannot be overemphasized. If techniques are used unnaturally
or in force way, posture will break down” pernyataan tersebut dapat di
jelaskan bahwa pentingnya teknik kata tidak terlalu ditekankan, karena
teknik yang digunakan tidak natural maka postur teknik dasar akan hancur.
gambar 2.7: Kumite dasar
(sumber ; www.theshotokanway.com).
Gerakan kumite adalah gerakan yang spontan atas stimulus yang diberikan
oleh lawan dan keadaan yang sedang terjadi dan tidak dapat diperkirakan,
respon gerakan akan berbeda dengan yang di pelajari dalam kata karena kata
adalah pertarungan yang di simulasikan dan sudah diperhitungkan.
Pertandingan kumite memerlukan perlengkapan khusus untuk
menjaga keselamatan atlet.
8
gambar 2.8: atlet junior kumite
(sumber : hiraldoskaishotokan.pcexpertsusa.com)
Pertandingan kumite bukanlah sekedar bertarung, semenjak wkf
berdiri pada tahun 1990 peraturan kumite lebih diperketat dan menjadi non
body contact yang berarti serangan tidak mengenai tubuh secara telak,
namun tetap saja rawan mencederai lawan. Setelah WKF berdiri teknik
dalam pertandingan kumite ditentukan untuk menjaga keselamatan atlet, jadi
dalam pertandingan karate biasanya hanya empat serangan dalam satu waktu
dan itu hanya memukul, menendang dan bantingan atau jegalan.
9
gambar 2.9: pertandingan kumite senior
( sumber : www.wkf.net )
Pukulan dalam pertandingan kumite hanya ada dua, yaitu : Kizame Tsuki
(seperti jab); dan gyaku tsuki (seperti straight). Tendangan dalam
pertandingan karate hanya ada beberapa yang dapat di pergunakan, seperti :
Mawashi geri (tendangan dengan punggung kaki); Mawashi ushiro geri
(tendangan dengan arah berlawanan dengan mawashi dan dengan telapak
kaki); Ushiro geri (tendangan berbalik badan). Berikut adalah peraturan
pertandingan kumite menurut technical handbook POPNAS cabor karate.
10
gambar 2.10: denah area arena kumite
( sumber : Technical Hand Book POPNAS, hlm. 16 )
3. Kondisi fisik
Kondisi fisik merupakan gambaran keadaan fisik seseorang yang
menunjukan kualitas kemampuan fisiknya. Menurut Iman (2014, hlm. 77)
menyatakan bahwa “semakin tinggi derajat kondisi fisik seseorang, maka
semakin tinggi pula kualitas kemampuan fisiknya”. Dari peryataan tersebut
dapat di pahami bahwa tingkat kondisi fisik sesorang berbanding lurus
terhadap kualitas fisik. Dalam olahraga prestasi kondisi fisik merupakan suatu
yang wajib diperhatikan karena didalam kondisi fisik terdapat komponen-
komponen yang perlu di latih dan dibutuhkan guna meningkatkan performa
atlet. Menurut Iman (2014, hlm.77) “ada beberapa jenis kondisi fisik dasar
yaitu kelentukan, kecepatan, kekuatan, dan daya tahan”.
Ashley Croft (2009:29) menyatakan “A good level of physical fitness
will enable the basic techniques to be performed at an enhanced level, but
without good techniques and physical fitness the ability to apply self-defence
strategies will be weakned.” Dari pernyataan tersebut dapat di artikan bahwa
11
tingkat kebugaran fisik yang baik akan menyempurnakan teknik dasar, tapi
jika tanpa teknik dan kebugaran fisik yang baik maka kemampuan untuk
menerapkan teknik beladiri akan melemah. Oleh karena itu, pelatih tidak
boleh mengesampingkan kondisi fisik atlet dan harus paham akan kondisi
fisik. Komponen kondisi fisik harus dipenuhi kebutuhannya agar atlet dapat
menampilkan kata dengan sempurna, termasuk dalam segi anatomis atau
secara postural yang baik.
4. Pilates
Joseph Pilates (1880-1967) mengembangkan sebuah metode latihan
dengan mengkombinasikan filosofi barat dan timur didalamnya. Pilates
merupakan metode olahraga yang sering sekali dijadikan salahsatu faktor
pendukung utama bagi atlet dan penari. Selain dapat meningkatkan performa
dalam olahraga dan meningkatkan kebugaran, namun dapat dijadikan
metode rehabilitasi cedera. Pilates merupakan olahraga eksklusif yang
memiliki cara dan gerak khusus yang tidak dapat dimiliki oleh metode lain.
5. BASI Pilates®
Seiring dengan perkembangan zaman, Pilates berkembang kearah
yang lebih baik. Rael Isacowitz, MA mendirikan BASI Pilates® di-
Amerika. BASI Pilates® mengkombinasikan keilmuan Human Movement
dengan art of movement secara meneyluruh dan terfokus. BASI Pilates®
memiliki ciri khas lain, yaitu Block System®. Block System® merupakan
sebuah metode mengklasifikasikan ratusan jenis gerakan dalam repetoar
Pilates. Block System® membuat struktur kelas yang fleksibel, membuat
sesi latihan menjadi seimbang, terfokus yang ditujukan untuk seluruh plane
of movement dan melatih banyak muscle group. Hal tersebut dapat
meningkatkan efesiensi latihan bagi atlet tanpa khawatir risiko yang
berlebihan yang dapat membuat kondisi atlet menjadi imbalance.
12
B. Posisi Teoritis Penulis
Dalam cabang olahraga prestasi beladiri karate banyak faktor yang dapat
memengaruhi kemampuan bertanding atlet. Mulai dari Teknik, kondisi fisik,
mental, strategi, hingga taktik. Indonesia mencoba berbagai metode yang sangat
baik dengan meningkatkan kualitas pelatihan, sarana dan prasarana, hingga
meningkatkan kemampuan pelatih.
Atlet adalah manusia, yang didalamnya syarat akan ketidak sempurnaan.
Tidak semua metode latihan akan memiliki efek yang sama kepada semua atlet,
namun hal tersebut dapat diminimalisasi. Banyak hal yang ternyata pelatih
lewatkan, dalam hal ini kualitas gerak dan QOL atlet yang bersangkutan.Quality
of Life seorang atlet akan memengaruhi kualitas ketika berlatih, recovery, hingga
bertanding. QOL yang buruk akan merubah kebiasaan atlet dan pada akhirnya
merubah kondisi fisik atlet.
Pilates hadir di dunia mulai 1926 ketika J.H Pilates mendirikan sebuah
studio di New York, Amerika Serikat. Pilates memiliki metode penting bukan
hanya untuk meningkatkan resistensi cedera, namun untuk meningkatkan QOL
atlet, meningkatkan performa bertanding dan meningkatkan kualitas latihan
Teknik hingga latihan kondisi fisik lainnya secara linear.
Pilates membantu mengefisiensikan dan mengefektifkan fase adaptasi
anatomi yang diinginkan oleh pelatih dan atlet dengan aman. Seperti yang sudah
disebutkan, bahwa kebutuhan atlet akan berbeda begitupun kondisi atlet. Pilates
membantu lebih dalam terhadap Muscoloskeletal, dimana akan berpengaruh
sangat besar dalam kualitas gerak atlet.
Secara garis besar, penulis memberitahu pentingnya kualitas gerak atlet
dalam bertanding dan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal tersebut
perlu berbagai keilmuan dan metode, dan salahsatu dari metode yang efektif dan
efisien adalah Pilates. Meningkatkan performa bertanding atletnya secara presisi
dan bebas cidera adalah keinginan dari semua induk olahraga di dunia, maka dari
itu Pilates dapat membantu atlet untuk mencapai hal tersebut.
13
BAB III
CLINICAL STATUS
A. Status Partisipan
Penulis membuat sebuah penulisan ini dengan partisipan seorang atlet
professional Karate. Intan Nurjanah merupakan atlet kumite karate -61KG asal
Bandung yang berusia 24, Atlet kelahiran tahun 1994 ini pernah meraih medali
perak di SEA GAMES MYANMAR 2013. Memiliki potensi yang sangat tinggi,
Intan Nurjanah sempat menurun prestasinya setelah PON JABAR 2016.
Prestasinya menurun disebabkan oleh kurang sesuainya program latihan yang
diberikan, padahal atlet Intan Nurjanah tidak memiliki riwayat cedera serius yang
memengaruhi karirnya secara signifikan. Karena penurunan performa dan
prestasi itulah yang membuat atlet Intan Nurjanah dipulangkan dari tim nasional
Indonesia.
B. Postural Assesment
1. Tampak Depan
14
Pada atlet IN terlihat posisi tubuh tidak berada pada garis tengah papan, posisi
lutut kanan terlalu internal rotation daripada lutut kiri, jarak antara panggul dan
ribcage sisi kanan lebih Panjang dari sisi kiri, letak panggul sisi kanan lebih
rendah dari kiri, bahu kanan cenderung lebih naik sehingga tangan kanan
terlihat lebih pendek , dagu lebih miring ke kanan.
2. Tampak Samping
Pada atlet IN terlihat titik tumpu badan kearah depan, ini terlihat dari posisi
panggul yang lebih ke depan dari mata kaki, letak PSIS lebih tinggi dari ASIS
( anterior pelvic tilt ) , bahu kanan rounded ke depan tidak satu garis lurus
dengan telinga menyebabkan posisi leher lebih ke depan sehingga terjadi
ketegangan otot pada leher belakang.
15
3. Tampak Belakang
Pada atlet I terlihat posisi tubuh tidak pada garis tengah memungkinkan
kecenderungan tumpuan badan di sisi kiri, posisi lutut kanan lebih internal
rotation daripada kiri, bahu kiri lebih lebih naik sedikit daripada kanan, scapula
kiri lebih winging.
C. Riwayat Cidera
Atlet Intan Nurjanah tidak memiliki riwayat cidera fatal.
D. Tujuan Latihan
Setelah mengetahui keadaan postural atlet, maka dibagi dua tujuan. Yaitu,
tujuan utama, tujuan khusus :
1. Tujuan utama :
Meningkatkan performa bertanding dan mendapatkan sekurang-
kurangnya medali perak di Indonesian Masters Championship
Masuk kembali ke-tim nasional Indonesia
16
2. Tujuan Khusus :
Meningkatkan teknik Gyaku-tsuki dengan efektif yang dapat
menghasilkan poin mutlak.
3. Peosedur Latihan
Gambar 3.2 Prosedur Penulisan
(sumber : penulis)
ATLET
POSTURAL ASSESMENT
PENENTUAN PROGRAM LATIHAN
PILATES KONDISI FISIK TEKNIK
HASIL
EVALUASI & rekomendasi
17
E. Program Latihan
1 - 10
Item Equipment
Roll Down
Pelvic Curl
Spine Twist Supine
Chest Lift
Chest Lift + Rotation
Hundred Prep
Hundred
Mat
One Paralel Heel + Toes
Small V
Open V Toes + Heels
Calf Raises
Single Leg Toes + Heels
Footwork on Cadillac
Mini Roll Up
Mini Roll-Ups With Oblique
Abdominal work on Cadillac
Frog
Circle (Up,Down)
Opening
Extended Frog
Extended Frog Reverse
Hip Work On Reformer
Monkey Ori
Tower Prep
Spinal Articulation On Cadillac
18
Standing Lunges Stretches On Reformer
Scooter
Up Stretch 1
Elephant
FBI 1 on Reformer
Chest Expansion
Hug A tree
Circles (up, and Down)
Punches
Biceps
Butterfly
Standing Arm Work On Cadillac
Single Leg Standing Leg Work On Chair
Side Lift Mat
Side Sit Up Ladder Barrel
Swan Prep Spine Corrector
11 – 20
Item Equipment
Roll Down
Roll Up
Spine Twist Supine
Double Leg Stretch
Single Leg Stretch
Criss Cross
WARM UP
Parallel Heels
Parallel Toes
V Position Toes
Open V Heels
Open V Toes
Foot Work On CHAIR
Roll Up Top Loaded Abs Work on Cadillac
Double Leg
Double Leg with Rotation
Abdominal Leg In Straps on Reformer
19
Frog
Circles (Down and Up)
Walking
Bicycles
Hip Work on Cadillac
Frog/
Circles ( Down and Up )
Hip Extension
Bicycle
Single Leg Supine on Cadillac
Monkey Ori
Tower
Spinal Articulation on Cadillac
Standing Lunges
Side Split
Stretches on Cadillac
Scooter
Up Stretch 1
Up Stretch 2
Long Stretch
FBI on Reformer
Chest Expansion
Hug A tree
Circles (up, and Down)
Punches
Biceps
Butterfly
Standing Arm Work on Cadillac
Up Stretch 3 FBI A/M on Cadillac
Single Leg Press
Single Leg Skating
Leg Work on Chair
Leg Work On Cadillac
Side Over
Side Lift
Lateral Flexion on Barrel
Lateral Flexion on Cadillac
Prone 1
Prone 2
Back Extension on Cadillac
20
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Setelah latihan pilates dan dibarengi oleh latihan kondisi fisik, Teknik, dan
taktik selama 4 minggu, hasil terlihat ketika atlet IN bertanding. Tercatat Atlet IN
harus menghadapi 5 atlet hingga masuk ke babak final. Terlihat dari babak pertama
hingga final, atlet IN mengalami peningkatan yang signifikan. Fighting pose (
sikap bertarung) ketika diam seluruh berat badan berada di tengah yang
sebelumnya bertumpuk di kaki belakang. Pelvic Lumbar stabilization terlihat
meningkat dengan kecepatan dan kekuatan dari hip sangat presisi yang membuat
setiap gerakan pukulan dan kaki menjadi selalu masuk kriteria poin dalam sekali
serangan. Tercatat Atlet IN selama bertanding memukul sebanyak 29 kali yang 18
diantaranya menghasilkan poin. Sedangkan dari 3 serangan kaki, 1 dianataranya
menghasilkan poin. Strategi yang di rencanakan semua tepat sasaran. Atlet IN
membuat prediksi lawan yang biasanya mengandalkan serangan kaki menjadi
salah, lawan tidak dapat mengantisipasi serangan pukulan yang presisi, kuat, cepat,
dan stabil.
B. Pembahasan Temuan
Setelah melakukan latihan selama 30 hari, perubahan secara postural tidak
terlalu tampak signifikan. namun perubahan dalam performa bertanding jauh
terlihat signifikan daripada sebelumnya. Latihan pilates terhitung hanya 3 minggu
dikarenakan di minggu ke-4 atlet IN sudah memasuki karantina persiapan
pertandingan.
21
1. Hasil dalam Perfoma Bertanding
Setelah melakukan latihan selama 30 hari, perubahan secara postural tidak
terlalu tampak signifikan. namun perubahan dalam performa bertanding jauh
terlihat signifikan daripada sebelumnya.
Dalam seleksi Tim Nasional Karate Indonesia, atlet IN bermain tenang dan
efisien. Melontarkan pukulan yang presisi dengan stabil, stand bertarung lebih
mantap dengan COG yang sesuai.
Foto. 4.1
IN (kiri) menyerang gyaku-tsuki tanpa dapat di tahan oleh lawannya
Dalam gambar diatas, perputaran pinggul yang maksimal dan jangkauan
serangan yang luas sekaligus dapat mempertahankan posisi tubuhnya menandakan
fungsional otot-nya meningkat. Meningkatkan range pukulan dengan putaran
pinguul secara maksimal, membutuhkan penguatan core muscles, agar tubuh dapat
menahan energi yang di hasilkan ketika impact dengan tubuh lawan. Otot oblique
yang di perkuat, efisiensi kontraksi tenaga explosive otot hamstring dapat
meningkatkan putaran pinggul dengan cepat dan tercapainya pelvic lumbar
stabilization serta diimbangi oleh lattisimus dorsi yang menjaga pukulan tidak
terpental ketika mengenai sasaran dan menjaga shoulder stabilization, kekuatan
triceps sebagai inisiator lecutan pukulan dan tidak ketinggalan hip flexor yang
22
fleksibel namun kuat dan hasil dari footwork di Basi Block System meningkatkan
aligntmen kaki, menjadikan form pukulan tersebut memiliki efisiensi dan presisi
yang baik.
Foto 4.2
Intan melakukan mawashi-geri dengan stabil
Ketika menendang, IN tidak lagi menaikan kaki dengan membanting
badan kebelakang dan kaki yang naik jadi terasa lambat dan berat. Namun setelah
pilates, penguatan otot hip flexor maka kaki dengan cepat naik keposisi yang
seharusnya. Postur gerak akhir dalam menendang yang asalnya bungkuk, setelah
pilates atlet IN dapat mempertahankan trunk stabilization dengan baik beserta
alignment kaki yang sesuai. Hamstring, gluteus medius meningkat kekuatannya
sehingga dapat menopang badan dengan kuat dan memberikan gaya dorong yang
baik kepada kaki yang menendang.
23
2. Hasil Postural Assesment
Sebelum sesudah sebelum Sesudah
Terlihat posisi tubuh tidak berada pada
garis tengah papan, posisi lutut kanan
terlalu internal rotation daripada lutut
kiri, jarak antara panggul dan ribcage
sisi kanan lebih Panjang dari sisi kiri,
letak panggul sisi kanan lebih rendah
dari kiri, bahu kanan cenderung lebih
naik sehingga tangan kanan terlihat lebih
pendek , dagu lebih miring ke kanan.
Setelah latihan Pilates, kedua bahu tampak
sejajar, jarak “ice cream stick” keduanya lebih
memanjang daripada sebelumnya, lutut
nampak lebih soft. Terlihat kedua bahu tampak
lebih terbuka, dan center of gravity lebih
membaik. Walaupun aligntment kaki masih
memerlukan waktu untuk memperbaikinya.
Walau begitu, posisi lutut kanan tidak terlalu
memutar kedalam.
24
Titik tumpu badan kearah depan, ini
terlihat dari posisi panggul yang lebih ke
depan dari mata kaki, letak PSIS lebih
tinggi dari ASIS ( anterior pelvic tilt ) ,
bahu kanan rounded ke depan tidak satu
garis lurus dengan telinga menyebabkan
posisi leher lebih ke depan sehingga
terjadi ketegangan otot pada leher
belakang.
Setelah Latihan Pilates, atlet IN tidak
menumpu kedepan seperti sebelumnya.
Telangan dan bahu mendekati garis lurus,
lordosis pada tulang belakang tampak jauh
membaik. Kedua bahu tidak tampak tidak
memutar kedepan, dan posisi leher lebih baik
disbanding sebelumnya.
Pada atlet I terlihat posisi tubuh tidak
pada garis tengah memungkinkan
kecenderungan tumpuan badan di sisi
kiri, posisi lutut kanan lebih internal
rotation daripada kiri, bahu kiri lebih
lebih naik sedikit daripada kanan,
scapula kiri lebih winging.
Setelah latihan pilates, kedua bahu lebih
seimbang. Scapula kiri tidak winging, dan
kedua “ice cream stick” lebih memanjang dan
seimbang. Lutut kanan lebih soft dan sudut
internal rotation berkurang. Dan tumpuan
tubuh berada di tengah
25
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh performa bertanding atlet setelah mendapatkan latihan
pilates secara signifikan. Pilates dapat meningkatkan performa bertanding,
atlet memiliki level fitness diatas rata – rata yang membuat progress latihan
lebih cepat dibandingkan orang biasa. Pengerjaan pilates pada atlet tidak
selalu untuk menangani cedera, namun dapat untuk peningkatan performa
bertanding. Rata – rata atlet karate memiliki kondisi otot yang misuse ,
mengerjakan biomekanika gerak yang salah selama bertahun – tahun. Atlet
karate memiliki otot yang kuat dengan karakteristik kecepatan gerak yang
sangat baik, namun tidak stabil.
2. Tercapainya keseluruhan target atlet dalam bertanding. Dalam pertandingan
Indonesia Masters Championship yang diikuti peraih gelar juara nasional
pada seluruh event yang diselenggarakan setahun sebelumnya, atlet IN
berhasil mendapatkan medali perak atau juara 2 pada kelas kumite. Dalam
pertandingan tersebut, lawan Nampak kesulitan menghadapi strategi baru
atlet IN dengan banyak bermain serangan tangan. Postur yang sudah
mendukung, stabilisasi otot yang meningkat setelah latihan pilates, membuat
efisiensi gerak serangan lebih presisi. Karena hasil yang jauh membaik ini,
atlet IN dipanggil oleh Tim Nasional Karate Indonesia untuk mengikuti Asia
Karate Championship, sebuah pencapaian terbaik selama 2 tahun terakhir
pasca menurunnya prestasi IN setelah PON JABAR 2016.
3. Terdapat perubahan pada postural atlet IN, namun masih belum di tingkat
terbaik. Perubahan postural paling terlihat dari shoulder stabilization, trunk
stabilization, dan pelvic lumbar stabilization. Focus utama dlam
mempersiapkan strategi bertanding yang sangat mementingkan pergerakan
26
4. pinggul, stabilisasi badan, dan kekuatan core yang baik. Hal ini dikarenakan
kurangnya waktu yang tersedia dan singkronisasi program latihan dengan
pelatih fisik.
B. Implikasi dan Rekomendasi
a. Implikasi
1. Diharapkan artikel ini dapat bermanfaat bagi pelaku olahraga khususnya
dalam cabang olahraga karate.
2. Penulisan ini perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi dengan dukungan
dari berbagai pihak.
b. Rekomendasi
1. Diharapkan untuk penulisan selanjutnya mengenai tema yang sama
dengan penulisan ini dapat memiliki waktu yang panjang.
2. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lagi
variable yang lebih luas dengan menggunakan metode experiment.
3. Diharapkan untuk penulis selanjutnya memiliki jurnal yang lebih
banyak untuk referensi dalam penulisan dan data yang lebih lengkap.
Demikian simpulan, implikasi dan rekomendasi yang penulis berikan
setelah melaksanakan penulisan tentang “PENGARUH PILATES TERHADAP
PENINGKATAN PERFORMA BERTANDING ATLET KUMITE KARATE”
27
DAFTAR PUSTAKA
Ajay M. Gavkare, dkk (2013) . Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and
Whole Body Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazette. Hlm. 214 - 218
Croft Ashley. (2009). Intermediate Shotokan karate Unravelling the Brown Belt and
First Black Belt Kata. Ramsbury: The Crowood Perss Ltd.
Coskun , B . dkk (2014) . The Comparison of reaction times of karate athlete aaccording
to age, gender, and status. Journal Science, Movement, and Healt, 14(2).hlm. 97
– 101
Dawes Jay, dkk (2012) . Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat ; National
Strength and Conditioning Association.
Giriwijoyo. H.Y.S Santosa (2010) Fisiologi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung:
FPOK UPI.
Isacowitz, Rael. Study Guide. Comprehensive Course. Costa Mesa, California: Body
Art and Science International, 2013
Koropanovski , N. dkk (2011). Anthopometric and physical performance profile of
elite karate kumite and kata competitors. Journal of Human Kinetics, 30/2011,
hlm. 107 -114.
Erickson,Kevin. (2015). Perbandingan Kecepatan Reaksi dan Antisipasi Reaksi pada
Penjaga Gawang Olahraga Sepakbola dan Futsal. Bandung: UPI.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan; Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta;
PT Rajagrafindi Persada
Leila Nuri . dkk (2013) Reaction time and anticipatory skill of athletes in open and
closed skill-dominated sport. European Journal of Sport Science. 13(5). Hlm.
431 – 436.
28
Mori, S., Ohtani, Y., & Jmanaka, K. (2002). Reaction times and anticipatory skills of
karate athletes. Human Movement Science. 21(2). Hlm. 213 – 230.
Nagamine Shoshin. (1976). The Essence of Okinawan Karate, (edisi keenambelas).
Tokyo: The Charlie E. Tuttlt Company, Inc.
Nakayama Masatoshi. (1978). Best Karate kumite Vol.1. Tokyo: Kodansha
International Ltd.
Permatasari, N.K.T. (2015). Pengembangan Alat Ukur Waktu Reaksi Tangan Berbasis
MicroController. Bandung : UPI
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Yazid, Sidik. (2015). Hubungan Konsentrasi Dengan Hasil Pukulan Jarak Jauh (Long
Stroking) pada Cabang Olahraga WoodBall. Bandung: UPI
Sugiyono (2014) : Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta