ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
1
PENGARUH RISIKO BISNIS, PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET DAN LIKUIDITAS
TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Indriani Indah Astuti Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Sriwijaya
email: [email protected]
Abstract
This study was conducted to examine the effect of business risk, profitability, asset structure
and liquidity on capital structure at manufacturing companies in BEI. The purpose of this study is to
determine and analyze the presence or absence of the influence of business risk, profitability, asset structure and liquidity to the capital structure of manufacturing companies listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2011 to 2015. The total sample of this study is 35 companies determined through
purposive sampling. The data analysis uses panel data regression that was previously tested to determine the effect in the panel regression estimation model. Based on the results of the classical
assumption test, the research data has met the conditions in the use of panel data regression. Model
is estimated using Random Effect Model (REM). The results show that business risk, profitability,
asset structure and liquidity significantly affect the capital structure. Significant negative business risk, profitability and significant positive asset structure affect the capital structure, while liquidity
does not significantly affect the capital structure.
Keywords: Business Risk, Profitability, Asset Structure, Liquidity, Capital Structure.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Modal dalam hal ini adalah modal
finansial merupakan salah satu faktor produksi
yang berperan penting dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Penggunaan hutang dalam
sumber pendanaan diharapkan mampu menekan
biaya modal yang pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Pemenuhan
kebutuhan modal merupakan salah satu
keputusan strategis yang harus diambil oleh
manajemen. Keputusan yang salah tentang struktur modal akan menyebabkan perusahaan
mengarah kepada financial distress atau bahkan
menuju kebangkrutan. Sebaliknya, keputusan struktur modal yang tepat akan mampu
meningkatkan efisiensi biaya modal dan nilai
perusahaan (Utomo, 2013). Untuk dapat menetapkan struktur
modal yang optimal dalam keputusan
pendanaannya, perusahaan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis guna
membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi
serta kegiatan usahanya. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal, perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhinya (Bayunitri, 2015). Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan diantaranya adalah risiko bisnis,
kebijakan dividen, dan profitabilitas.
Risiko Bisnis adalah ketidakpastian yang dialami perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya (Pradana, 2013). Perusahaan
harus bijak dalam menentukan tingkat hutang yang digunakan, karena dari struktur modal
tersebut investor dapat mengetahui
keseimbangan antara risk dan return.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi
menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat
keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan
dari laba ditahan. Dalam hal ini perusahaan
akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan.
Struktur aset merupakan salah salah satu
faktor penting pada capital structure atau keputusan pendanaan perusahaan, karena
apabila perusahaan dihadapkan pada kondisi
kesulitan keuangan dalam membayar hutangnya, aset-aset berwujud atau aset tetap
yang dimiliki perusahaan dapat bertindak
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
2
sebagai jaminan kepada pihak luar yang
memberikan pinjaman. Likuiditas merupakan tingkat
kemampuaan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin besar rasio
likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar
kemampuaan perusahaan tersebut membayar kewajiban dan sebaliknya. Perusahaan yang
mempunyai likuiditas yang tinggi akan
cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari
hutang. Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang memiliki rata-rata struktur
modal terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sektor yang paling banyak
menyerap tenaga kerja dan sektor yang penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
negara. Peran yang begitu besar pada sektor industri manufaktur terhadap perekonomian
negara menjadi daya tarik untuk dilakukan
penelitian tentang struktur modal pada industri tersebut. Permasalahan yang sedang dihadapi
adalah tingginya tingkat hutang yang dimiliki
oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. Hal ini mencerminkan bahwa
ketergantungan para perusahaan manufaktur di
Indonesia yang go publik di BEI terhadap pihak
luar sangatlah besar. Penelitian tentang struktur modal
menarik untuk diteliti karena berdasarkan hasil-
hasil penelitian sebelumnya masih ditemukan hasil-hasil penelitian yang kontroversi antara
variabel dependent (X) terhadap variabel
independent (Y). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak hanya untuk
mengetahui pengaruh risiko bisnis dan
profitabilitas terhadap struktur modal
perusahaan tetapi juga menambahkan struktur aset dan likuiditas sebagai variabel
independennya. Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian Handayani (2011) yang menyatakan risiko bisnis dan
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal perusahaan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh risiko bisnis,
profitabilitas, struktur aset dan likuiditas
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2011
sampai dengan 2015.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh risiko bisnis, profitabilitas, struktur
aset dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun
2011 sampai dengan 2015.
TINJAUAN LITERATUR
Grand Theory
Teori Pecking Order menjelaskan
mengenai pengambilan suatu keputusan pendanaan perusahaan dengan menentukan
sumber dana yang paling disukai. Pecking
order theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari
tambahan dana dengan cara menjual asset yang
dimilikinya. Teori ini menjelaskan keputusan
pendanaan yang diambil oleh perusahaan (Donaldson, 1961). Secara ringkas, teori ini
menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio
pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan
pembayaran dividen secara drastis.
3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk
diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa
dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dan untuk investasi, meskipun
pada kesempatan yang lain, mungkin
kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan
akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang paling aman terlebih dulu,
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarakteristik opsi (seperti obligasi), baru
akhirnya apabila masih belum mencukupi,
saham baru diterbitkan. Teori pecking order menjelaskan
mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan
preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable
umumnya meminjam dalam jumlah yang
sedikit. Hal tersebut bukan karena mereka mempunyai target rasio hutang yang rendah,
tetapi karena memang mereka membutuhkan
external financing yang sedikit. Perusahaan–
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
3
perusahaan yang kurang profitable cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi
kebutuhan dan karena hutang merupakan
sumber eksternal yang lebih disukai. Pendanaan internal lebih disukai karena hal tersebut
memungkinkan perusahaan untuk tidak
membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal, hutang lebih disukai
daripada modal sendiri karena pertimbangan
biaya emisi obligasi akan lebih murah
dibanding dengan biaya emisi saham. Selain itu manajemen juga mengkhawatirkan apabila
melakukan penerbitan saham baru dipandang
sebagai hal yang negatif oleh para pemodal, hal tersebut tentunya berdampak buruk bagi harga
saham (Husnan, 2010).
Teori sinyal (signalling theory) berawal
dari tulisan Akerlof pada karyanya ditahun 1970 “The Market for Lemons”, yang
memperkenalkan istilah informasi asimetris
(assymetri information). Signaling berakar dalam gagasan informasi asimetris , yang
mengatakan bahwa dalam beberapa transaksi
ekonomi, ketidaksetaraan dalam akses ke informasi pasar normal untuk pertukaran barang
dan jasa. Pada tahun 1973, seminalis Spence
mengusulkan agar kedua pihak bisa
mendapatkan sekitar masalah informasi asimetris dengan memiliki salah satu pihak
mengirimkan sinyal yang akan mengungkapkan
beberapa bagian informasi yang relevan kepada pihak lain.
Prinsip signaling ini mengajarkan
bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric
information. Asymmetric information adalah
kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi
yang lebih banyak daripada pihak lain. Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan
(agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar
perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas
informasi laporan keuangan. Untuk memastikan
pihak-pihak yang berkepentingan meyakini
keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu
mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas
memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
Teori agensi menjelaskan pentingnya
delegasi otoritas dari pihak prinsipal ke pihak agen dalam kontrak yang telah disepakati
karena hal ini berkaitan dengan
pertanggungjawaban agen kepada prinsipal.
Dalam kontrak ini akan muncul biaya agen
(agency cost) yang ditanggung oleh kedua belah pihak.
Struktur Modal Tujuan dari manajemen struktur modal
atau capital structure management adalah
menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai
operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat
dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang
akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal
yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur
modal yang optimal. Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana
dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari
sumber intern ataupun sumber ekstern
perusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva perusahaan. Pada
hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian
dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan
keseimbangan finansial antara aktiva dengan
pasiva tersebut dengan sebaik – baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila
perusahaan tersebut selama menjalankan
fungsinya tidak menghadapi gangguan –
gangguan finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal
yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan.
Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah risiko aset
perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat meningkat ketika
perusahaan menggunakan hutang yang tinggi
untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya.
Risiko timbul seiring dengan munculnya beban biaya atas pinjaman yang dilakukan perusahaan.
Semakin besar beban biaya yang harus
ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaan juga semakin besar (Brigham,
2011). Berdasarkan pecking order theory,
perusahaan cenderung memilih pendanaaan
berdasarkan urutan risiko. Jadi, perusahaan lebih memilih pendanaan dari sumber dana
internal baru kemudian sumber dana eksternal.
Dalam menentukan pendanaan dari sumber eksternal, perusahaan umumnya lebih memilih
cara hutang daripada pemenuhan modal sendiri.
Di sisi lain, apabila perusahaan mengadakan evaluasi terhadap rencana-rencana proyek
investasi, pada umumnya terdapat pola di mana
harus proyek- proyek yang memberikan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
4
harapan hasil yang disertai dengan tingkat
risiko yang tinggi. Sebaliknya proyek-proyek yang menawarkan hasil yang rendah memliki
tingkat risiko yang rendah pula.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir,
2010). Implikasi pecking order theory adalah perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan
menggunakan utang dalam jumlah rendah, dan
sebaliknya. Perusahaan yang mempunyai profit
tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan laba ditahan (retained earning)
sebagai sumber pendanaan perusahaan dari
dalam. Alasannya, biaya dana internal lebih murah dibanding biaya dana eksternal.
Sementara perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan, bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal dengan
didasarkan bahwa perusahaan yang mempunyai
profitabilitas yang tinggi akan mengurangi tingkat ketergantungannya pada pihak luar,
karena tingkat keuntungan yang tinggi
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
sebagian besar pendanaannya dari laba ditahan dan hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap
penentuan komposisi struktur modal.
Aset tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan turut
berperan dalam operasi perusahaan secara
permanen, selain itu mempunyai umur
ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan seperti tanah, gedung,
mesin, peralatan kantor, kendaraan. Struktur
aset dapat dipandang dari objek operasional yang pada dasarnya menggolongkan aset dalam
perbandingan tertentu untuk keperluan operasi
utama perusahaan. Perusahaan yang asetnya memadai atau aktivanya memiliki perbandingan
aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan
menggunakan utang jangka panjang lebih
banyak karena aktiva tetap yang dapat
digunakan sebagai jaminan utang. . Semakin tinggi struktur aset maka semakin tinggi
struktur modalnya berarti semakin besar aset
tetap yang dapat dijadikan agunan utang oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu struktur
aset mempunyai pengaruh terhadap struktur
modal.
Struktur Aset
Struktur aset merupakan sisi sebelah kiri
neraca (aktiva perusahaan yang harus dibelanjai). Perbandingan atau perimbangan
antara aset lancar dan aset tetap akan
menentukan struktur kekayaan. Dalam penelitian ini, struktur aset diukur dengan
membandingkan antara aset tetap terhadap total
aset.
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Secara khusus jika ditinjau
dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam
mengatur aktiva perusahaan, maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva
perusahaan yang diinvestasikan ke dalam kas
dan marketable securities atau surat berharga.
Rasio antara kas ditambah marketable securities terhadap total asset ini pada dasarnya
kan rasio yang menunjukkan cash position.
Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva
lancar dengan hutang atau kewajiban lancar.
Semakin tinggi Current Ratio berarti semakin besar kemampuan perusahan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian
ini likuiditas menggunakan proksi current ratio.
Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva
lancar dengan hutang atau kewajiban lancar.
Semakin tinggi Current Ratio berarti semakin besar kemampuan perusahan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Studi
mendapatkan bahwa likuiditas memainkan
peranan yang sangat penting dalam faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Menurut teori pertukaran dalam struktur modal
ada hubungan yang positif diantara struktur kepemilikan dan likuiditas aset pada
perusahaan. Rasio likuiditas aset yang tinggi
dapat dipertimbangkan oleh investor untuk menjadi sinyal positif karena itu
mengindikasikan bahwa perusahaan dapat
dengan mudah membayar obligasinnya dan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
5
dihadapkan pada risiko kebangkrutan yang
rendah.
Pengaruh risiko bisnis terhadap struktur
modal Pradana (2013) melakukan penelitian
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2012. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi linier berganda, uji statistik
deskriptif, dan uji asumsi klasik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa risiko bisnis, struktur aset, ukuran dan pertumbuhan
penjualan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap struktur modal. Hasil uji parsial (uji t) menunjukan bahwa risiko bisnis tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
struktur modal.
Ferdiansya (2013) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2002-2011, dengan metode analisis regresi linear berganda menyatakan bahwa baik secara
bersama-sama maupun secara parsial risiko
bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan.
Sedangkan penelitian Handayani (2011) yang
menggunakan metode analisis linear berganda
menemukan bahwa risiko bisnis memiliki nilai koefisien positif yang menunjukkan bahwa
semakin kecil risiko bisnis maka semakin kecil
struktur modal, investor yang memiliki sifat risk seeker akan tidak tertarik dengan
perusahaan yang memiliki risiko yang rendah
dan akan lebih tertarik dengan perusahaan yang berisiko tinggi, karena investor beranggapan
bahwa dengan risiko tinggi maka return yang
didapat akan semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada risiko bisnis sebagai variabel dependen nya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah terletak pada objek
penelitian, periode yang diamati serta penelitian ini menguji kembali pengaruh risiko bisnis
terhadap struktur modal dengan menambahkan
variabel yang berbeda.
Pengaruh profitabilitas terhadap struktur
modal Penelitian Handayani (2011) yang
menggunakan metode analisis regresi linear
berganda, menunjukkan bahwa profitabilitas
memiliki koefisien positif sebesar 0,283 yang
berarti semakin besar profitabilitas yang diperoleh peroleh perusahaan maka semakin
besar struktur modal, variabel profitabilitas
memiliki signifikansi 0,111 lebih besar dari 0,05 yang memunjukkan bahwa variabel
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah menjadikan
profitabilitas sebagai variabel dependen.
Sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitian dan periode yang diamati pada
penelitian ini serta menambahkan variabel lain
untuk menguji sejauh mana korelasi dengan struktur modal apabila ditambahkan varibel
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Pengaruh struktur aset terhadap struktur
modal
Penelitian Habibah (2015), bertujuan
untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan pertumbuhan
penjualan terhadap struktur modal perusahaan.
Teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda.Hasil pengujian menunjukkan
bahwa dari 4 variabel yang digunakan model
penelitian yaitu profitabilitas, struktur aset,
likuiditas, dan pertumbuhan penjualan yang menunjukkan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap struktur modal perusahaan consumer
goods industry adalah variabel profitabilitas, struktur aset, dan likuiditas.
Pada penelitian Santika dan Sudiyatno
(2011), menguji pengaruh pertumbuhan penjualan, struktur aktiva dan profitabilitas
terhadap struktur modal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur aktiva tidak
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jadi, penentuan alokasi untuk
masing-masing komponen aktiva, baik dalam
aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap tidak mempengaruhi struktur modal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah menjadikan struktur aset
sebagai variabel dependen. Sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitian dan
periode yang diamati pada penelitian ini serta
menambahkan variabel lain untuk menguji sejauh mana korelasi dengan struktur modal
apabila ditambahkan varibel yang berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
6
Pengaruh likuiditas terhadap struktur
modal Penelitian Habibah (2015), yang menganalisis
pengaruh profitabilitas, struktur aset, likuiditas,
dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan. Teknik analisa yang
digunakan adalah analisa regresi berganda.Hasil
pengujian menunjukkan bahwa dari 4 variabel yang digunakan model penelitian yaitu
profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan
pertumbuhan penjualan yang menunjukkan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan consumer goods
industry adalah variabel profitabilitas, struktur
aset, dan likuiditas. Penelitian Handayani (2011), yang
meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
publik sektor manufaktur menemukan bahwa likuiditas (CR) memiliki koefisien positif, yaitu
sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin tinggi struktur modal. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya maka
hal tersebut dapat mengindikasikan perusahaan berada dalam keadaan yang sehat. Hal tersebut
akan mempermudah perusahaan untuk
memperoleh kewajiban jangka panjang yang berasal dari pihak luar perusahaan. Variabel
likuiditas memiliki nilai signifikansi 0,876 lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas tidak memiliki pengaruh
terhadap struktur modal perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada likuiditas sebagai variabel dependen nya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah terletak pada objek penelitian, periode yang diamati serta penelitian ini menguji
kembali pengaruh likuiditas terhadap struktur
modal dengan menambahkan variabel yang
berbeda. Berdasarkan pembahasan di atas, maka
alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan seperti berikut:
Variabel X
Variabel Y
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran
Pada penelitian Handayani (2011)
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas,
risiko bisnis dan likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Variabel profitabilitas (ROE) memiliki
koefisien positif, menunjukkan bahwa semakin
besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka semakin besar struktur modal, sebaliknya
semakin kecil profitabilitas maka semakin kecil
struktur modal. Variabel risiko bisnis (Brisk) juga memiliki koefisien positif, yang
menunjukkan bahwa semakin kecil resiko
bisnis maka semakin kecil struktur modal.
Variabel likuiditas memiliki koefisien positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
likuiditas perusahaan maka semakin tinggi
struktur modal.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya
maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut: Risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset dan
likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur
modal.
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Data Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur atau sektor
industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2015 yang berjumlah 143 perusahaan. Metode purposive sampling
digunakan untuk menentukan sampel
Risiko
Bisnis
( RB ) Profitabilita
s
( PF ) Struktur
Aset
( SA )
Struktur
Modal
( SM )
Likuiditas
(LK)
(
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
7
penelitian. Adapun kriteria sampel yang akan
digunakan sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur atau sektor industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2011-2015 yang dapat diakses (tidak underconstruction) saat pengumpulan data
dilakukan.
2. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan (financial statements) lengkap selama
periode tahun 2011-2015 dan menyajikan
laporan dalam satuan mata uang Rupiah.
3. Perusahaan membayarkan dividen secara terus menerus dalam periode tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.
4. Perusahaan memperoleh laba secara terus menerus dalam periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
Berdasarkan kriteria sampel di atas, maka
didapatkan 35 perusahaan industri manufaktur dan periode 5 tahun (2011-2015) sebagai time
series, sehingga didapatkan 175 unit analisis.
Data penelitian merupakan data sekunder, yaitu publikasi annual report perusahaan sampel
periode 2011-2015.
Penelusuran pengumpulan data dilakukan melalui akses pada website. Peneliti melakukan
observasi non prilaku. Dengan metode ini
semua data diperoleh melalui pengumpulan
data dengan cara mengamati, mencatat serta mempelajari uraian – uraian dari buku – buku,
karya ilmiah berupa jurnal, tesis dan dokumen –
dokumen yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) tahun
2011-2015.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah struktur modal yang diproksikan dengan
debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang dengan modal
sendiri. Rasio ini menggambarkan tentang
bagaimana pembiayaan perusahaan menggunakan hutang dibandingkan dengan
menggunakan modal sendiri.
Variabel Independen
Risiko Bisnis
Risiko bisnis (BRISK), adalah risiko
dasar selain risiko keuangan yang dimiliki oleh perusahaan yang menggunakan leverage atau
tidak, dan menjadi tambahan risiko bagi
perusahaan yang menggunakan utang. Maka digunakan perhitungan:
Profitabilitas
Return on equity adalah rasio
profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak atau laba bersih
dengan total equity. Return on equity
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas penggunaan modal sendiri.
Rumus menghitung ROE adalah (Kasmir,
2010):
Struktur Aset
Struktur Aset adalah gambaran jumlah
aset yang dapat dijadikan jaminan. Struktur
Aset adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dengan total aset. Cara
mengukurnya adalah sebagai berikut (Weston,
1995):
Struktur Aset = Aset Tetap × 100%
Total Aset
Likuiditas
Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban atau utang pada saat ditagih atau jatuh tempo.
Pengukuran variabel ini dengan menggunakan
skala rasio yang dapat dinyatakan dalam rumus
berikut ini (Kasmir, 2010): Current Ratio = Aktiva Lancar × 100%
Utang Lancar
Metode Analisis Data
Metode regresi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini
adalah menggunakan analisis regresi data panel.
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui
dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh risiko bisnis, kebijakan dividen dan
profitabilitas terhadap struktur modal pada
perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 dengan bantuan
program Eviews 8.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data panel. Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series)
dan data silang (cross section). Penggunaan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
8
panel data dalam penelitian ekonomi memiliki
beberapa keuntungan utama dibandingkan data jenis cross section maupun time series. Regresi
data panel dimulai dengan penentuan efek
dalam model sehingga diperoleh model estimasi yang paling tepat. Penentuan efek dilakukan
dengan uji Chow, uji Husman dan uji Lagrange
Multiplier. Hasil dari uji penentuan efek tersebut kemudian dapat digunakan untuk uji
hipotesis. Pengujian hipotesis terdiri dari uji
koefisien determinasi (R2), Uji statistik F dan
uji statistik t. Penelitian ini menggunakan model
persamaan data panel yang merupakan
gabungan dari data cross section dan data time series. Pengujian dalam penelitian ini
menggunakan model regresi data panel sebagai
berikut:
SMit = α + β1RBit + β2PFit + β3SAit + β4LKit + εit
Keterangan: SM = variabel struktur modal
α = konstanta,
nilai Y apabila RB=PF=SA=LK=0 β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi panel
RB = variabel risiko bisnis
PF = variabel profitabilitas
SA = variabel struktur aset LK = variabel likuiditas
ε = Standard Error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Hasil analisis deskriptif dari variabel
penelitian
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Mean Maks Min Std. Dev.
SM 63.72 303.00 1.00 54.4335
RB 16.34 88.00 -1.00 11.2079
PF 27.80 207.00 0.15 34.5600
SA
LK
35.14
266.59
84.29
1174.28
5.07
51.39
18.0438
180.6767
Sumber: data diolah
Tabel 1 menunjukkan terlihat bahwa
nilai variabel struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2011-2015 memiliki nilai terendah 1.00, tertinggi 303.00 dengan
rata-rata 63.72 dan nilai standar deviasi sebesar
54.4335. Variabel risiko bisnis mempunyai nilai
terendah -1.00, nilai tertinggi 88.00 dengan
rata-rata risiko bisnis sebesar 63.72 dan standar deviasi sebesar 11.2079. Selanjutnya variabel
profitabilitas mempunyai nilai terendah 0.15,
nilai tertinggi 207.00 dengan nilai rata-rata 27.80 dan standar deviasi sebesar 34.56.
Kemudian variabel struktur aset mempunyai
nilai terendah 5.07, nilai tertinggi 84.29 dengan nilai rata-rata 35.14 dan standar deviasi sebesar
18.0438. Dan variabel likuiditas yang
mempunyai nilai terendah 51.39, nilai tertinggi
1174.28 dengan nilai rata-rata 266.59 dan standar deviasi sebesar 180.6767.
Nilai standar deviasi digunakan untuk
menggambarkan seberapa besar keragaman sampel penelitian. Tiga variabel, berdasarkan
Tabel 4.13, menunjukkan nilai standar deviasi
di bawah nilai mean. Nilai lebih kecil
dibandingkan nilai mean, maka nilai mean dapat digunakan sebagai representasi dari
keseluruhan data variabel penelitian. Jika nilai
standar deviasi jauh lebih besar dibandingkan nilai mean, maka nilai mean merupakan
representasi yang kurang merepresentasikan
keseluruhan data, seperti pada variabel profitabilitas yang mempunyai nilai mean lebih
kecil daripada standar deviasinya.
Analisis Data Panel Hasil estimasi terhadap model regresi data
panel pengaruh risiko bisnis, profitabilitas,
struktur aset dan likuiditas terhadap struktur modal dapat dilihat sebagai berikut:
1. Common Effect Model
Hasil regresi yang menggunakan Pooled Least Square dapat dilihat pada
lampiran 8, bahwa nilai prob (F-statistic) yaitu
0.000 < nilai signifikansi 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa secara bersama risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset dan likuiditas
signifikan memengaruhi struktur modal.
2. Fixed Effect Model Hasil regresi yang menggunakan
Pooled Least Square dengan metode estimasi
fixed dapat dilihat pada lampiran 9, bahwa nilai
prob (F-statistic) nya yaitu 0.000 < nilai signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan
bahwa secara bersama risiko bisnis,
profitabilitas, struktur aset dan likuiditas signifikan memengaruhi struktur modal.
3. Random Effect Model
Hasil regresi yang menggunakan Pooled EGLS dengan metode estimasi random
dapat dilihat pada lampiran 10, bahwa nilai
prob (F-statistic) nya 0.000 < nilai signifikansi
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
9
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara
bersama risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset dan likuiditas signifikan memengaruhi
struktur modal.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik pada penelitian ini
hanya dilakukan untuk uji heteroskedastisitasnya. Heteroskedastisitas
biasanya terjadi pada jenis data cross section.
Karena regresi data panel memiliki karakteristik
tersebut, maka ada kemungkinan terjadi heteroskedastisitas. Dari ketiga model regresi
data panel hanya CE dan FE saja yang
memungkinkan terjadinya heteroskedastisitas, sedangkan RE tidak terjadi. Hal ini dikarenakan
estimasi CE dan FE masih menggunakan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS)
sedangkan RE sudah menggunakan Generalize Least Square (GLS) yang merupakan salah satu
teknik penyembuhan regresi.
Model regresi data panel yang dipilih untuk digunakan adalah Random Effect Model,
maka dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan pada penelitian ini adalah bebas dari masalah heteroskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil Pengujian Efek Model
Uji Chow
Chow test atau uji chow dilakukan untuk
menentukan apakah lebih tepat menggunakan model Common Effect atau Fixed Effect dalam
model estimasi. Hipotesis uji chow adalah:
H0 : Common effect model H1 : Fixed effect model
Kriteria pengujian menyatakan jika
statistik uji chi square dengan probabilitas <
level of significance (=5%) maka H0 ditolak.
Hasil pengujian efek model menggunakan uji Chow dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Uji Chow Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 2 terlihat nilai
probabilitas chi-square=0.00 < =0.05, maka
dapat diambil kesimpulan tolak H0. Dengan demikian model estimasi yang digunakan
adalah fixed effect model.
Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk mengetahui
apakah model yang tepat menggunakan fixed
effect atau random effect. Hipotesis uji husman
adalah: H0 : Random effect model
H1 : Fixed effect model
Kriteria pengujian menyatakan jika statistik uji chi square dengan probabilitas <
level of significance (=5%) maka H0 ditolak.
Hasil uji hausman ditunjukkan pada Tabel 3
berikut: Tabel 3
Hasil Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section
random 4.737687 4 0.3153
Sumber: data diolah
Tabel 3 menunjukkan nilai probabilitas
chi-square=0.1466 > =0.05, maka dapat
diambil kesimpulan menerima. Dengan
demikian model estimasi regresi panel yang tepat adalah random effect model.
Hasil uji-uji di atas menunjukkan
bahwa model regresi yang terbaik untuk dipilih adalah Random Effect Model karena hasil uji
Hausman menunjukkan hasil untuk memilih RE
sebagai model terbaik untuk mengestimasi model data panel pada penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan Tabel 4 terlihat nilai R-
Square menunjukkan variabel risiko bisnis,
profitabilitas, struktur aset dan likuiditas mampu menjelaskan variabel struktur modal
sebesar 17,32 persen dan sisanya sebesar
82,68% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
Tabel 4
Nilai R-Square
Variabel Adjusted R-Square
SM 0.173211
Sumber: data diolah
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 14.324250
(34,136) 0.0000
Cross-section Chi-square
266.337917 34 0.0000
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
10
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai probabilitas adalah 0.0000 < level of
significance (=5%). Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa risiko bisnis,
profitabilitas, struktur aset dan likuiditas secara
simultan mempengaruhi struktur modal. Tabel 5
Hasil Uji F-Statistik
Nilai
F-statistic 10.11318
Prob(F-statistic) 0.00000
Sumber: data diolah
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Kriteria pengujian menyatakan jika
probabilitas < level of significance (=5%). Uji
signifikansi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
Hasil Uji t
Variabel Koef t-Stat Prob
SM 33.1094 2.010 0.0453
RB -0.7306 -2.703 0.0076
PF 0.5114 3.875 0.0002
SA 1.0765 3.244 0.0014
LK -0.0356 -1.959 0.0516
Sumber: data diolah
Hasil persamaan regresi di atas
menunjukkan bahwa variabel struktur modal
akan sebesar 33.1094 apabila tidak ada variable risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset dan
likuiditas. Koefisien risiko bisnis (-0.7306) dan
likuiditas (-0.0356) yang bertanda negatif
berarti apabila terjadi kenaikan 1% maka akan menurunkan nilai struktur modal sebesar
koefisien tersebut. Hasil empiris risiko bisnis
dan likuiditas juga bertentangan dengan yang teori dan hipotesis yang ada.
Profitabilitas (0.5114) dan struktur aset
(1.0765) bertanda positif menunjukkan apabila
terjadi kenaikan 1% maka nilai struktur modal akan meningkat sebesar koefisien masing-
masing variabel tersebut. Variabel-variabel
tersebut telah searah, baik dengan teori, hipotesis maupun hasil empiris.
Pada koefisien struktur modal dari
masing-masing perusahaan sampel yang diteliti oleh peneliti, nilai intersep akhir pada Random
Effect akan berbeda satu sama lain karena nilai
individual effect ditambahkan dengan nilai
intersepnya. Jadi, makin besar individual
effectnya, makin besar juga intersep akhir untuk
masing-masing perusahaan sampel. Hasil perhitungan intersep akhir
menunjukkan nilai tertinggi diperoleh oleh
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) sebesar 134.2806. Di sisi lain, nilai terendah diperoleh
oleh Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebesar -
54.3463. Intersep tersebut menjelaskan struktur modal yang dilakukan oleh perusahaan sampel.
Keseluruhan nilai intersep bertanda negatif
dikarenakan struktur modal perusahaan masih
belum mempunyai struktur modal yang dikatakan baik atau seimbang. Nilai intersep
yang cukup tinggi diperoleh oleh perusahaan
yang mempunyai struktur modal yang telah baik atau seimbang. Nilai intersep terendah
sebagaian besar terdapat pada perusahaan yang
belum memiliki struktur modal yang baik.
Pengaruh Risiko Bisnis, Profitabilitas,
Struktur Aset dan Likuiditas terhadap
Struktur Modal Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset
dan likuiditas secara bersama-sama dan signifikan memengaruhi struktur modal suatu
perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa investor melihat variabel-variabel
independen diatas sebagai tolok ukur dalam menilai seberapa baik struktur modal dari suatu
perusahaan, sehingga para investor bisa
mengambil kebijakan dalam melakukan investasi. Pihak manajemen perusahaan juga
bisa menilai kinerja perusahaan dengan melihat
struktur modalnya.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur
Modal Hasil penelitian ini mengidentifikasikan
bahwa bussiness risk secara signifikan
memengaruhi struktur modal, hal ini ditandai
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari α = 5% dan bentuk pengaruhnya adalah negatif. Hal ini
tidak sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa semakin tinggi risiko bisnis maka
semakin tinggi tingkat DER. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin rendah tingkat
risiko bisnis maka semakin tinggi struktur
modal pada perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan risiko
bisnis perusahaan mempengaruhi struktur
modal perusahaan, dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa risiko bisnis
berpengaruh positif terhadap struktur modal
ditolak. Karena dilihat dari fakta dilapangan,
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
11
sebanyak 22 perusahaan sampel memiliki
hubungan negatif antara risiko bisnis dan struktur modal. Maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut mengurangi
tingkat utang jangka panjang setiap tahun dikarenakan tingkat risiko bisnis yang semakin
tinggi. Dan dapat pula diartikan perusahaan-
perusahaan tersebut meningkatkan jumlah utang jangka panjangnya dikarenakan tingkat risiko
bisnis yang semakin menurun, pihak
perusahaan meyakini akan mampu melakukan
pengembalian pada saat jatuh temponya. Perusahaan yang dijadikan sampel
adalah perusahaan manufaktur sehingga
perusahaan akan membutuhkan banyak dana untuk kegiatan produksinya. Perusahaan yang
memiliki risiko bisnis yang kecil maka
perusahaan tersebut tidak ragu untuk
melakukan peminjaman karena perusahaan tersebut yakin dapat melakukan pengembalian
utangnya pada masa jatuh temponya.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur
Modal
Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa return on equity secara signifikan
memengaruhi struktur modal, hal ini ditandai
dengan nilai signifikansi lebih besar dari α =
5% dan bentuk pengaruhnya adalah positif. Hal ini menyatakan bahwa semakin tinggi return on
equity suatu perusahaan maka semakin tinggi
tingkat DER atau struktur modal perusahaan tersebut, dan apabila return on equity nya
rendah maka tingkat DER atau struktur modal
juga rendah. Profitabilitas (return on equity) yang
rendah disebabkan karena perusahaan dengan
kondisi keuangan yang baik melakukan
peminjaman uang yang lebih sedikit, hal ini menimbulkan ketertarikan investor dalam
menanamkan modalnya. Ketika perusahaan
berada dalam posisi laba, maka banyak investor yang ingin menanamkan modal dalam
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi
dikarenakan perusahaan memiliki kondisi
keuangan yang tidak baik, cenderung melakukan peminjaman utang yang lebih
banyak sehingga menaikkan tingkat DER
perusahaan tersebut. Hasil pengujian menunjukkan
profitabilitas perusahaan mempengaruhi
struktur modal perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap struktur modal
diterima. Pada perusahaan sampel terdapat 13
perusahaan yang memiliki hubungan positif
antara profitabilitas dan struktur modal perusahaan. dapat disimpulkan bahwa dengan
tingkat profitabilitas yang kecil maka
perusahaan tidak atau hanya sedikit melakukan peminjaman utang kepada pihak lain sehingga
tingkat struktur modal nya juga kecil.
Sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang besar, melakukan
peminjaman utang yang lebih besar pula untuk
menjalankan kegiatan produksinya.
Pengaruh Struktur Aset terhadap Struktur
Modal
Struktur aset secara signifikan memengaruhi struktur modal, hal ini ditandai
dengan nilai signifikansi lebih besar dari α =
5% dan bentuk pengaruhnya adalah positif. Hal
ini menyatakan bahwa semakin tinggi struktur aset suatu perusahaan maka semakin tinggi
tingkat DER atau struktur modal perusahaan
tersebut, dan apabila struktur asetnya rendah maka tingkat DER atau struktur modal juga
rendah.
Struktur aset yang rendah disebabkan karena perusahaan mempunyai aset lancar yang
lebih banyak daripada aset tetap. Ketika
perusahaan memiliki struktur aset yang
seimbang, maka banyak investor yang ingin menanamkan modal dalam perusahaan tersebut.
Kondisi ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal
ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke
sumber dana di bandingkan dengan perusahaan
kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat
digunakan sebagai jaminan hutang perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan struktur
aset perusahaan mempengaruhi struktur modal
perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa struktur aset berpengaruh
positif terhadap struktur modal diterima. Pada
perusahaan sampel terdapat 20 perusahaan yang
memiliki hubungan positif antara struktur aset dan struktur modal perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi
aset tetap yang dimiliki perusahaan terhadap total aset maka semakin besar jumlah aset tetap
yang dapat dijadikan collateral (jaminan) dalam
memperoleh hutang sehingga komposisi hutang jangka panjang terhadap modal perusahaan
semakin tinggi. Hasil ini sesuai dengan teori
bahwa semakin tinggi jumlah aset tetap yang
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
12
bersifat tangible (berwujud) maka semakin
besar jaminan yang dapat diberikan kepada kreditor sehingga semakin tinggi penggunaan
hutang pada struktur modal perusahaan.
Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur
Modal
Current ratio secara signifikan tidak memengaruhi struktur modal, hal ini ditandai
dengan nilai signifikansi lebih besar dari α =
5% dan bentuk pengaruhnya adalah negatif. Hal
ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi likuiditas maka semakin
tinggi tingkat DER. Penelitian ini menyatakan
bahwa semakin rendah tingkat likuiditas maka semakin tinggi struktur modal pada perusahaan
dan sebaliknya.
Hasil ini sesuai pecking order theory,
dimana perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan
perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut akan lebih menggunakan
dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan eksternal melalui hutang.
Hasil pengujian menunjukkan likuiditas
perusahaan tidak mempengaruhi struktur modal perusahaan, dengan demikian, hipotesis yang
menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh
positif terhadap struktur modal ditolak. Karena dilihat dari fakta dilapangan, sebanyak 31
perusahaan sampel memiliki hubungan negatif
antara likuiditas dan struktur modal. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin
menurunkan struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai pecking order theory, dimana perusahaan yang
mempunyai likuiditas yang tinggi akan
cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan
likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal
yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan
lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum
menggunakan pembiayaan eksternal melalui
hutang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara bersama variabel risiko bisnis, profitabilitas, struktur aset dan likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. 2. Keempat variabel ini dapat menjadi
informasi yang penting bagi investor untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan
terutama pada struktur modalnya dan menentukan kebijakan investasinya, dan
bagi pihak manajemen perusahaan untuk
menilai kinerja keuangannya. 3. Pengaruh masing-masing variabel
independen diatas, apabila variabel-variabel
tersebut secara keseluruhan dihubungkan
dengan variabel dependen menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut
merupakan salah satu faktor yang dilihat
oleh investor untuk menentukan investasi saham.
Saran Adapun saran dari peneliitan ini adalah:
1. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan
keempat variabel yang secara bersama
berpengaruh terhadap harga saham untuk digunakan sebagai acuan dasar dalam
perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini juga
perlu mendapat perhatian baik bagi investor maupun calon investor untuk menilai sebuah
perusahaan.
2. Berdasarkan simpulan penelitian maka pengaruh variabel risiko bisnis,
profitabilitas, struktur aset dan likuiditas
signifikan dengan kajian teori dan penelitian
terdahulu. Hal ini perlu mendapat perhatian baik bagi investor maupun calon investor
untuk menilai sebuah perusahaan. Dan bagi
peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama
hendaknya menggunakan variabel-variabel
yang berbeda, menambah dan memperluas
bidang kajian lainnya yang diduga berpengaruh terhadap struktur modal.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
13
DAFTAR PUSTAKA
Bayunitri, B. I. dan M. (2015). Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia. Study and
Accounting Research, 12(1), 49–58.
Brigham, E. F. dan H. (2001). Manajemen
Keuangan. (Y. Sumiharti, Ed.) (8th ed.).
Jakarta: Erlangga.
Brigham, E. F. dan H. (2011). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (11th ed.). Jakarta:
Salemba Empat.
Donaldson, G. (1961). Corporate Debt Capacity: A Study of Corporate Debt
Policy and Determination of Corporate
Debt Capacity. Division of Research:
Harvard Graduate School of Business
Administration.
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
Ferdiansya, M. S. dan I. (2013). Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Sriwijaya, 11(2), 133–148.
Habibah, M. (2015). Analisis pengaruh
profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur
modal. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi,
4(7).
Handayani, S. dan R. (2011). Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 13(1), 39–
56.
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis Atas
Laporan Keuangan (11th ed.). Jakarta:
Rajawali Pers.
Husnan, S. (2010). Manajemen Keuangan:
Teori dan Penerapan (Buku 1).
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jensen and Meckling. (1976). The Theory of
The Firm: Manajerial Behaviour, Agency
Cost and Ownership Structure. Journal of
Financial and Economics, 3, 305–360.
Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan
(1st ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Mardi, R. W. (2008). Pengaruh Struktur Aktiva,
Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan (Studi
Empiris pada Industri Perbankan).
Universitas Sumatera Utara.
Margaretha, F., & Ramadhan, A. R. (2010).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis
Dan Akuntansi, 12(2), 119–130.
Pradana, H. R. dan kiswanto F. (2013).
Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aset, Ukuran dan Pertumbuhan Penjualan
terhadap Struktur Modal. Accounting
Analysis Journal, 2(4), 423–429.
https://doi.org/ISSN 2252-6765
Pramastuti, S. (2007). Analisis Kebijakan
Dividen: Pengujian Dividen Signalling
Theory dan Rent Extraction Hypothesis.
Universitas Gajah Mada.
Putri, M. E. D. (2012). Pengaruh Profitabilitas,
Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen, 1(1), 1–10.
Santika, R. B., & Sudiyatno, B. (2011).
Menentukan Struktur Modal Perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan Dan Perbankan,
3(2), 172–182.
Situmorang, S. H. (2010). Analisis Data: Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan:
USU Press.
Susilawati, C. D. K. (2012). Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas ,
Solvabilitas , dan Profitabilitas Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan LQ 45.
Jurnal Akuntansi, 4(2), 165–174. Retrieved from
http://majour.maranatha.edu/
Syafi’i, I. (2013). Karakteristik Perusahaan dan Struktur Modal pada Perusahaan Sektor
Makanan-Minuman. Media Mahardhika,
11(3), 1–30.
Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan dan
Pengambilan Keputusan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 7, No. 1 , Januari - Juni 2021
14
Utomo, P. (2013). Pengaruh Variabel
Fundamental Terhada Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan (
Studi pada Perusahaan Tekstil yang Go-
Public di Indonesia ). Jurnal Aplikasi
Manajemen, 11(September), 374–383.
Warsiman, C. K. dan R. K. (2014). Pengaruh
Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas
dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur
Modal. Ultima Accounting, 6(1), 74–93.
Weston, J. F. dan T. E. C. (1995). Manajemen Keuangan (8th ed.). Jakarta: Gelora
Aksara Pratama.
Zuliani, S., & Asyik, N. F. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan,
Struktur Aset, Dan Tingkat Pertumbuhan
Terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi, 3(7), 1–16.