i
DISERTASI
PENGATURAN HAK USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) ATAS AKSES MODAL
DI BIDANG USAHA PARIWISATA
DEWA GDE RUDY
NIM : 1290971002
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
PENGATURAN HAK USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) ATAS AKSES MODAL
DI BIDANG USAHA PARIWISATA
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
Pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Hukum,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
DEWA GDE RUDY
NIM : 1290971002
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
Lembar Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL, 07 DESEMBER 2015
Promotor,
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS
Nip. 19440929 197302 1 002
Ko-Promotor I, Ko-Promotor II
Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH Dr. N.K.Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum,LLM
Nip. 19550306 198403 1 003 Nip. 19611101 198601 2 001
Mengetahui
Ketua Program Doktor Ilmu Hukum Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof.Dr. I Ketut Rai Setiabudhi,SH.,MS Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K)
Nip. 19530919 197903 1 002 Nip. 19590215 198510 2 001
iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup
Tanggl 16 Oktober 2015
Panitia Penguji
SK Rektor Universitas Udayana
No.: 3337/UN.14.4/HK/2015
Tanggal 7 Oktober 2015
Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS
Anggota :
1. Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH
2. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum. LLM
3. Prof. Dr. Suhariningsih, SH.,SU
4. Prof. RA Retno Murni, SH.,MH.PhD
5. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH.,M.Hum
6. Dr. I Ketut Westra, SH.,MH
7. Dr. I Putu Gede Arya Sumertayasa, SH.,MH
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Dewa Gde Rudy
NIM : 1290971002
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul Disertasi : Pengaturan Hak Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Atas Akses Modal Dibidang
Usaha Pariwisata
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas
plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI
Nomor 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, 7 Desember 2015
Yang membuat pernyataan
Dewa Gde Rudy
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat, rahmat dan karunia -Nya
saya dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian disertasi ini
sesuai dengan rencana dan jadwal yang sudah saya susun. Disertasi yang
berjudul “Pengaturan Hak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Atas Akses Modal di Bidang Usaha Pariwisata” ini
penyelesaiannya melalui beberapa tahapan dan proses penelitian sesuai
dengan kaedah-kaedah ilmiah yang ada.
Menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian disertasi ini
saya telah menerima banyak masukan yang sangat berharga, dorongan,
bantuan, dan bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, sehingga
dapat memelihara semangat dan keyakinan saya untuk menyelesaikan
disertasi ini. Sehubungan dengan itu, melalui kesempatan yang baik ini
saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan, dan
penghormatan saya kepada Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS. sebagai
Promotor, yang dengan tekun, sabar dan penuh tanggungjawab
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk yang dimulai sejak penyusunan
proposal dan penelitian disertasi ini. Meskipun dalam kondisi kesehatan
yang tidak prima, beliau tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan
selalu dapat meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini dengan sebaik-
baiknya. Ucapan terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Dr. I
vii
Wayan Wiryawan, SH.,MH, sebagai Ko-Promotor I, dan Dr. Ni Ketut
Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM, sebagai Ko-Promotor II, dengan
penuh ketekunan dan kearifannya telah membimbing saya untuk
memahami dasar-dasar keilmuan, menyusun konstruksi berpikir serta
membangun teori dan konsep dalam rangka penulisan disertasi ini.
Dengan penguasaan keilmuan yang mumpuni dan ketajaman berpikirnya
didalam membimbing telah membuka cakrawala berpikir saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan disertasi ini sesuai dengan arahan dan
petunjuak yang diberikan.
Ucapan terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. dr.
Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD, Rektor Universitas Udayana yang telah
memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan studi ke jenjang
Program Doktor pada Program Doktor Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. Anak Agung Raka
Sudewi, Sp.S(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof.Dr. Made Budiarsa, MA, Asisten Direktur I Program Pascasarjana
Universitas Udayana, dan Prof. Made Sudiana Mahendra,
M.App.Sc.,PhD., Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas
Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada saya dengan
berbagai fasilitas yang ada untuk melanjutkan studi pada Program Doktor
Ilmu Hukum Universitas Udayana.
Begitu juga ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada Prof.
Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH.,MS, Ketua Program Doktor Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah menerima dan
viii
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Pendidikan
Program Doktor dibidang ILmu Hukum pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH,
Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah memberikan
izin dan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi ke jenjang
Program Doktor dengan segala kemudahan dan fasilitas yang diberikan,
dan Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH, Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah membantu dan
memberikan dispensasi untuk tugas-tugas di Bagian Hukum Keperdataan,
sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dengan lancar tanpa
mengabaikan tugas pokok saya sebagai pengajar.
Berkaitan dengan proses perkuliahan dan mekanisme ujian dari
penulisan disertasi, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
Prof. Dr. Drs. I Putu Gelgel, SH.,M.Hum, sebagai pengasuh mata kuliah
penunjang disertasi yang telah memberkan banyak masukan dan
membuka wawasan berpikir saya tentang keilmuan, khususnya dibidang
Hukum Kepariwisataan baik domestik maupun internasional dalam
rangka penguatan konsep berpikir saya terkait dengan penulisan disertasi
ini, Prof. R.A. Retno Murni, SH.,MH.,PhD, Prof.Dr. Ida Bagus Wyasa
Putra, SH.,M.Hum, Prof. Dr. Suhariningsih, SH.,SU, Dr. I Ketut Westra,
SH.,MH, Dr. I Putu Gede Arya Sumertayasa, SH.,M.Hum, Tim Penguji
yng telah bersedia sebagai penguji dan memberikan masukan, tanggapan,
saran dan pendapat yang sangat berharga dalam rangka penyempurnaan
penelitian dan penulisan disertasi ini serta Prof. Dr. I Dewa Gede
ix
Atmadja, SH.,MS, Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.,MS, Prof. Dr. I
Ketut Mertha, SH.,MH, Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum, Prof.
R.A.Retno Murni, SH.,MH,PhD, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,
SH.,MH, Prof. Dr. I Made Subawa, SH.,MH, Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa
Putra, SH.,M.Hum, para guru besar dan Dosen Program Doktor Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah banyak
mencurahkan ilmunya dan memberikan wawasan berpikir ilmiah,
sehingga saya dapat menyelesaikan Program Doktor ini dengan sebaik -
baiknya dengan tuntunan, arahan dan curahan ilmunya.
Ucapan terma kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada
Dewa Putu Putra (alm) dan Jujun Jumirah, Ayahanda dan Ibunda, yang
telah membesarkan dan mendidik saya dan selalu memberikan nasehat
dan dorongan kepada saya untuk memegang teguh nilai -nilai kejujuran,
kedisiplinan, tanggungjawab, serta selalu mengarahkan saya untuk
menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Semua hal itu mendorong
dan memberikan inspirasi kepada saya untuk secepatnya dapat
menyelesaikan Program Doktor ini. Begitu juga ucapan terima kasih ini
saya sampaikan kepada Desak Putu Kerti, Am.Pd., I Dewa Gede
Primayudha, ST, I Dewa Ayu Dwi Mayasari, SH.,MH, Ni Nyoman Putri
Wulandari, SE.MM, I Gede Wahyu Diastika, Dewa Gede Nanda Kiran
Laksamana, I Gede Bagas Mayastika, Istri, anak, menantu, dan cucu
tercinta, yang telah banyak memberikan semangat dan memberikan
dorongan moril maupun materiil serta selalu mendampingi dan
x
mendoakan saya agar dapat menyelesaikan Program Doktor ini secara
lancar dan memperoleh hasil maksimal seperti yang diharapkan.
Begitu juga ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada teman
dan kerabat terutama; Dr. I Nyoman Sukandia, SH.,MH, Dr. A.A. Sagung
Ngurah Indradewi, SH.,MH, I Nyoman Wijaya, SH.,MKn., I Made
Sutama, SH.,MH, I Ketut Arjana, SH.,MH,M.Kn, serta teman dan kerabat
lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang senantiasa
memberikan dorongan semangat kepada saya didalam menempuh
Program Doktor ini.
Atas amal bakti keilmuan, dorongan, arahan, dan bimbingan dari
bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara dan teman-teman sekalian, sekali
lagi saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, dan semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang setimpal atas semua
itu. Sebagai akhir kata, dengan segala kerendahan hati saya tetap
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Denpasar, Desember 2015
Penulis,
xi
ABSTRAK
Secara sosilogis problem yang dihadapi oleh UMKM dibidang
usaha pariwisata adalah masih terbatasnya akses mereka terhadap modal
sebagai salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan kegiatan
usaha. Secara filosofi, demokrasi ekonomi yang berintikan keadilan
sebagaimana diamanatkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara 1945
belum sepenuhnya dapat diwujudkan secara nyata, terutama berkaitan akses
UMKM untuk mendapatkan modal bila dibandingkan dengan usaha besar,
sehingga menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan dalam bidang
ekonomi. Sementara secara yuridis problem yang dihadapi dalam
mewujudkan hak UMKM atas akses modal adalah adanya ketidakpastian
hukum pengaturan hak UMKM atas akses modal berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang ada.
Berdasarkan beberapa problematik tersebut, maka penelitian disertasi
ini mengambil judul “Pengaturan Hak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Atas Akses Modal Dalam Penyelenggaraan Usaha di Bidang
Pariwisata”, dengan mengajukan 2 (dua) rumusan masalah pokok; 1)
Mengapa Peraturan Perundang-Undangan yang ada belum menjamin dapat
diwujudkannya hak UMKM atas akses modal dibidang usaha pariwisata ? 2)
Bagaimana formulasi pengaturan dalam rangka mewujudkan hak UMKM
atas akses modal dibidang usaha pariwisata ?
Penelitian yang dilakukan kaitannya dengan penulisan disertasi ini
termasuk jenis Penelitian Hukum Normatif, yaitu penelitian hukum
kepustakaan atau penelitian hukum yang didasarkan kepada bahan-bahan
hukum (bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier), dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perundang-
undangan (statue approach), pendekatan konsep (conceptual approach), dan
pendekatan analitis (analytical approach). Pengumpulan bahan-bahan
hukum dilakukan melalui studi dokumen, dengan tehnik analisisnya
menggunakan tehnik deskripsi, interpretasi, evaluasi, dan argumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan ; 1) Peraturan Perundang-undangan
yang ada belum menjamin dapat diwujudkannya hak UMKM atas akses
modal dibidang usaha pariwisata. Hal mana dikarenakan tidak adanya
kepastian hukum yang disebabkan adanya Problem Norma (rumusan norma
kabur, konflik norma, dan norma yang ambigu), 2) Formulasi pengaturan
dalam rangka mewujudkan hak UMKM atas akses modal dibidang usaha
pariwisata adalah dengan merumuskan ketentuan dalam UU Pariwisata yang
memuat substansi pelibatan peran pihak diluar pemerintah seperti; usaha
besar, lembaga pembiayaan, sebagai bentuk partisipasi masyarakat. Guna
mendukung kearah itu, konsep A Community Partisipation Based
Empowerment Micro, and Small Medium Enterprises relevan dikembangkan
kedepan dan seyogyanya menjadi muatan materi dari UU Kepariwisataan
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang dibentuk pemerintah.
Kata Kunci : Pengaturan, Hak UMKM, Akses Modal, Usaha Pariwisata.
xii
ABSTRACT
Sociologically problems faced by SMEs in the field of tourism
enterprises are still their limited access to capital as one of the important
components in the implementation of business activities. Philosophically,
the economic democracy which is based on justice as mandated by
Article 33 of the 1945 State Constitution has not been fully manifested,
primarily related to SME access to capital when compared to large
enterprises, thus causing gaps and injustice in the economic field while
judicially problems faced in realizing the right of the SMEs for access to
capital is the legal uncertainty on the regulation of the SME rights to the
access to capital based on the existing legislation.
Based on some of the problems, the research of this dissertation is
entitled "The Right Regulations of Micro, Small and Medium Enterprises
(SMEs) Over Access to Capital in Doing Businesses in the Tourism
Sector" by raising two (2) formulations of the basic problems: 1) Why
can not the existing legislation guarantee the realization of the rights of
SMEs over access to capital in tourism business? 2) How is the
formulation of future regulations in order to realize the right of SMEs on
access to the capital in the field of tourism enterprises?
The research conducted in relation to the writing of this
dissertation is the type of Normative Legal research, namely, the research
of legal literature or legal research based on the legal materials (primary
legal materials, legal materials secondary and tertiary legal materials),
with some approaches namely, legislation approach (statue approach),
conceptual approach, and analytical approach. The collection of legal
materials was done through the study of documents; the analysis
technique used the technique of description, interpretat ion, evaluation,
and argumentation.
The results showed that: 1) The existing legislation is not able to
guarantee the accomplishment of the rights of SMEs on the access to
capital in the field of tourism businesses. This is due to the lack of legal
certainty caused by the Problem of Norms (formulation of norms blurred,
norm conflicts, and ambiguity norms), 2) Formulation of regulations in
order to realize the right of SMEs to the access to capital in the business
of tourism is by formulating the provisions in the Tourism Law that
contains the substance of the involvement of the roles of parties outside
the government such as; large enterprises, financial institutions, as a
form of community participation. To support this direction, the concept
of a Community Participation Based on the Empowerment of Micro,
Small and Medium Enterprises relevant to be developed in the future and
this should be the materials from the Tourism Law and other legislations
established by the government.
Keywords: Regulation, SMEs Rights, Access to Capital, Tourism
Enterprises.
xiii
RINGKASAN
Disertasi ini merupakan penelitian terhadap Pengaturan Hak Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Atas Akses Modal Dalam
Penyelenggaraan Usaha Dibidang Pariwisata, yang terdiri dari 7 (tujuh)
Bab Pembahasan.
Pada Bab I (Pertama) Tentang Pendahuluan, yang diawali dengan
uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, orisinalitas penelitian, dan metode penelitian. Pada
uraian latar belakang masalah dikemukakan bahwa keberadaan usaha
mikro, kecil dan menengah menghadapi problematik sosiologis, filosofis,
maupun yuridis. Secara sosiologis problem yang dihadapi oleh UMKM
adalah masih terbatasnya akses mereka terhadap modal sebagai komponen
penting dalam kegiatan usaha. Secara filosofis, demokrasi ekonomi yang
berintikan keadilan sebagaimana diamanatkan Pasal 33 Undang-Undang
Dasar Negara 1945 belum sepenuhnya dapat diwujudkan secara nyata,
terutama berkaitan dengan terbatasnya akses UMKM untuk mendapatkan
modal bila dibandingkan dengan usaha besar. Selanjutnya secara yuridis
terdapat adanya ketidakpastian hukum dari peraturan perundang-undangan
yang mengatur UMKM dibidang akses modal. Dari beberapa problematik
tersebut, maka ada 2 (dua) rumusan masalah penelitian dari disertasi ini,
yaitu ; 1) Mengapa peraturan perundang-undangan yang ada belum
menjamin dapat diwujudkannya hak UMKM atas akses modal dibidang
usaha pariwisata ? 2) Bagiamana formulasi pengaturan dalam rangka
mewujudkan hak UMKM atas akses modal dibidang usaha pariwisata ?
Disertasi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian hukum kepustakaan atua penelitian hukum yang didasarkan
pada data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier. Pendekatan yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah ; pendekatan perundang-undangan (statue approach),
pendekatan konsep (conceptual approach), dan pendekatan analitis
(analytical approach). Pengumpulan bahan-bahan hukum dilakukan
melalui studi dokumen, dengan tehnik analisisnya menggunakan tehnik
deskripsi, interpretasi, evaluasi, dan argumentasi.
Pada Bab II membahas tentang Kerangka Teoritik, Kerangka
Konseptual, dan Kerangka Berpikir, yang masing-masing terdiri dari
beberapa sub pokok bahasan. Pada kerangka teoritik dipaparkan beberapa
teori yang dijadikan pisau analisa untuk membedah permasalahan
penelitian dalam disertasi ini. Adapun teori-teori yang dipergunakan,
meliputi ; teori Sistem Hukum (legal system theory), teori Utilitarisme,
teori Hak dan Hak Azasi Manusia, teori Negara Kesejahteraan (welfare
state), teori Cita Hukum, teori Stakeholders (Stakeholders Theory), teori
Keadilan, teori Hukum Progresif dan teori Fungsi Hukum sebagai
xiv
pembaruan masyarakat (law as a tool of social engineeriing). Kemudian
pada Kerangka Konseptual dikemukakan tentang konsep pengaturan,
konsep hak, konsep usaha mikro, kecil dan Menengah, konsep modal, dan
konsep bidang usaha pariwisata. Selanjutnya pada kerangka berpikir
diuraikan tentang alur berpikir pemecahan masalah penelitian, baik untuk
rumusan masalah pertama maupun rumusan masalah kedua dari penelitian
disertasi ini.
Pada Bab III, membahas tentang UMKM Dalam Perekonomian
Indonesia dan Hak UMKM Atas Akses Modal, yang meliputi beberapa sub
bahasan, yaitu ; Potensi dan Nilai Strategis UMKM, UMKM sebagai pilar
ekonomi kerakyatan, keterbatasan UMKM atas akses modal sebagai
sumber daya produktif, hak UMKM atas akses modal sebagai hak azasi
manusia dan hak UMKM atas akses modal sebagai hak konstitusional.
Pada intinya Bab III ini membahas tentang potensi dan nilai setrategis dari
UMKM sebagai pilar ekonomi kerakyatan. UMKM sebagai bagian dari
ekonomi kerakyatan dengan berpijak pada potensi dan nilai stategis yang
dimiliki terbukti mampu bertahan saat menghadapi krisis ekonomi pada
tahun 1998. Sementara usaha besar banyak yang terpuruk dan mengalami
kesulitan. Fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa upaya pengembangan
UMKM tidaklah mudah, mengingat masih rendahnya daya saing UMKM
bila dibandingkan dengan usaha besar. Kendala mendasar pengembangan
UMKM adalah adanya keterbatasan akses UMKM terhadap sumber daya
produktif, baik akses permodalan, akses teknologi, akses informasi, dan
akses pasar. UMKM di negara manapun termasuk Indonesia mengalami
kendala modal untuk bisa tumbuh dan berkembang. UMKM akan dapat
berkembang dengan baik bila ada dukungan modal yang memadai. Akses
UMKM untuk mendapatkan modal, terutama dari perbankan sangat sulit
diperoleh karena tidak mampu menyediakan jaminan sebagai salah satu
persyaratan yang diminta oleh bank. Dari perspektif Hak Azasi Manusia,
akses atas modal merupakan hak UMKM. Selain itu, akses atas modal
merupakan hak konstitusional dari UMKM karena dijamin oleh konstitusi
(Undang-Undang Dasar Negara 1945).
Pada Bab IV membahas tentang Konsepsi dan Pengaturan
Pariwisata serta Implikasinya Terhadap UMKM, yang meliputi beberapa
sub bahasan, yaitu ; konsepsi pariwisata sebagai industri, pengaturan
pariwisata dalam hukum nasional, pengaturan pariwisata dalam GATS-
WTO, komitmen Indonesia dalam GATS-WTO dalam bidang pariwisata,
implikasi perjanjian GATS-WTO terhadap pengaturan pariwisata di
Indonesia, dan implikasi perjanjian GATS-WTO terhadap UMKM
dibidang usaha pariwisata. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bahwa pemerintah telah
mengakui pariwisata tidak lagi hanya sebagai kegiatan usaha, tetapi juga
sebagai industri. Mengingat pariwisata telah berkembang menjadi
xv
fenomena global, maka pariwisata sebagai industri dan bentuk
perdagangan jasa, disamping tunduk pada hukum nasional juga tunduk
pada ketentuan-ketentuan dan kesepakatan internasional, seperti GATS-
WTO. Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah
meratifikasi WTO (World Trade Organization) Agreement dan salah satu
bagian dari WTO itu sendiri adalah tentang GATS (General Agreement on
Trade in Services) atau persetujuan umum perdagangan jasa. Peratifikasian
WTO Agreement, termasuk GATS oleh Indonesia, mengharuskan
Indonesia untuk menata sistem hukumnya, terutama Undang-Undang
Nomr 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan untuk disesuaikan dan
diharmonisasikan dengan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip GATS.
Implikasi lain perjanjian GATS-WTO, dimana sistem liberalisasi jasa ini
lebih menguntungkan negara-negara kapitalis dengan kekuatan modal dan
teknologi yang dimilikinya, dan merugikan kelompok UMKM yang tingkat
daya saingnya rendah. Liberalisasi jasa pariwisata tentu menghadirkan
pengusaha atau pemasok jasa asing di Indonesia yang diklasifikasikan
sebagai usaha berskala besar. Dengan kekuatan dan keunggulan yang
dimiliki, seperti permodalan, penguasaan teknologi, dan skill yang
mumpuni, tentulah tidak adil apabila mereka nantinya bersaing dengan
UMKM yang posisinya lemah dan tidak berdaya.
Pada Bab V membahas tentang Pengaturan Hak UMKM Atas Akses
Modal dan Politik Hukum Pengaturan UMKM di Indonesia, yang meliputi
beberapa sub bahasan, yaitu ; Pengaturan hak UMKM atas akses modal
berdasarkan hukum positif di Indonesia, konsep dasar politik hukum dan
politik hukum nasional, politik hukum pengaturan UMKM masa
pemerintahan Soekarno, Politik hukum pengaturan UMKM masa
pemerintahan Soeharto, politik hukum pengaturan UMKM masa
pemerinitahan reformasi. Pada saat sekarang ini peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang UMKM cukup banyak. Masalah UMKM
disamping diatur didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, juga diatur dalam beberapa peraturan perundang-
undangan yang lainnya, seperti ; Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Peranan Modal, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Hortikultura, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro. Dari beberapa peraturan perundang-undangan yang
diteliti ada rumusan normanya yang tidak jelas atau kabur, mengandung
arti ganda (ambiguity), dan konflik norma, sehingga menimbulkan adanya
ketidakpastian hukum. Adanya ketidakpastian hukum tidak menunjang
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip negara hukum. Selain
xvi
itu, adanya ketidakpastian hukum dari peraturan perundang-undangan yang
diteliti dapat menghambat pelaksanaan dan penegakkan dari peraturan
tersebut, sehingga tidak menjamin pemenuhan atau dapat diwujudkannya
hak UMKM atas akses modal dibidang usaha pariwisata. Begitu pula bila
dilihat dari politik hukum pengaturna UMKM dari sejak masa
pemerintahan Soeharto (Orde Baru) hingga masa pemerintahan reformasi
masih mempertahankan liberalisasi dalam perekonomian yang lebih
berpihak kepada usaha besar. Akibat dari itu berbagai akses ekonomi
UMKM terhadap sumber daya produktif, seperti akses pasar, akses
informasi, maupun akses modal sangat terbatas dan sulit diwujudkan.
Pada Bab VI, membahas tentang Formulasi Pengaturan Kedepan
Dalam Upaya Mewujudkan Hak UMKM Atas Akses Modal di Bidang
Usaha Pariwisata, yang meliputi beberapa sub bahasan, yaitu ; Realitas
dan Pemberdayaan UMKM dibidang usaha Pariwisata, Fungsi Hukum
Pariwisata Dalam Pemberdayaan UMKM, Peranan Negara (Pemerintah)
Dalam Pemberdayaan UMKM, Peranan Pemerintah Daerah Dalam
Pemberdayaan UMKM di Bidang Akses Modal, Peranan Usaha Besar
Dalam Pemberdayaan UMKM Dibidang Akses Modal, Peranan Lembaga
Pembiayaan Dalam Pemberdayaan UMKM di Bidang Akses Modal, dan
Formulasi Pengaturan Kedepan Dalam Rangka Mewujudkan Hak UMKM
Atas Akses Modal di Bidang Usaha Pariwisata. Dari realitas keterbatasan
UMKM atas akses modal dibidang usaha pariwisata, sudah seharusnya
menjadi tantangan dan dorongan bagi pemerintah untuk mencari strategi
yang dianggap efektif untuk menembus kendala struktural dalam
membantun akses UMKM terhadap modal, yang tidak hanya
mengandalkan kredit dari perbankan saja, tetapi penting dan urgen untuk
mengembangkan sumber-sumber pembiayaan (modal) alternatif lainnya.
Hal mana juga didasarkan pada kenyataan bahwa kemampuan negara atau
pemerintah menyediakan dan/atau memfasilitasi pembiayaan yang menjadi
salah satu sumber permodalan UMKM sangat terbatas. Untuk itu perlu dan
penting dilibatkan peran dari sektor non pemerintah, seperti ; usaha besar,
lembaga pembiayaan, dan pihak-pihak lainnya sebagai wujud partisipasi
masyarakat. Formulasi pengaturan kedepan dalam rangka mewujudkan hak
UMKM atas akses modal dibidang usaha pariwisata adalah dengan
merumuskan ketentuan dalam Undang-Undang Kepariwisataan yang
memuat substansi pelibatan peran negara (Pemerintah), Pemerintah
Daerah, BUMN, dan pihak non pemerintah, seperti ; usaha besar, lembaga
pembiayaan sebagai bentuk partisipasi masyarakat. Guna mendukung ke
arah itu, maka konsep pemberdayaan UMKM berbasis partisipasi
masyarakat (A Community Participation Based Empowerment Micro, and
Small Medium Enterprises) relevan untuk dikembangkan dan seyogyanya
menjadi muatan materi dari Undang-Undang Kepariwisataan dan peraturan
xvii
perundang-undangan lain yang sudah ada maupun yang akan dibentuk oleh
pemerintah.
Pada Bab VII merupakan uraian Penutup yang diakhiri dengan
kesimpulan dan saran-saran. Dari seluruh uraian dan pembahasan dapat
disimpulkan; 1) Dari peraturan perundang-undangan yang ada belum dapat
menjamin terwujudnnya hak UMKM atas akses modal dibidang usaha
pariwisata. Hal mana disebabkan tidak adanya kepastian hukum dari
peraturan tersebut yang ditunjukkan dengan adanya problem norma
(adanya rumusan norma yang tidak jelas, mengandung arti ganda, konflik
norma, dan norma kosong), 2) Formulasi pengaturan kedepan dalam
rangka mewujudkan hak UMKM atas akses modal dibidang usaha
pariwisata adalah dengan merumuskan ketentuan dalam UU
Kepariwisataan yang memuat substansi pelibatan peran negara
(Pemerintah), Pemerintah Daerah, BUMN, dan pihak non pemerintah,
seperti ; usaha besar, lembaga pembiayaan, sebagai wujud partisipasi
masyarakat. Sebagai upaya pemecahan masalah diajukan saran-saran; 1)
Guna tuntutan kepastian hukum perlu dilakukan sinkronisasi terhadap
peraturan perundang-undangan yang mengatur UMKM, terutama terhadap
UU Kepariwisataan dan peraturan perundang-undangan lainnya, baik
secara vertikal maupun horizontal. 2) Dalam rangka pariwisata kerakyatan
dan Community Based Tourism, maka dalam perumusan kaedah hukum
pariwisata, hendaknya mengakomodir peran dan keterlibatan pihak diluar
pemerintah sebagai stakeholders seperti; usaha besar, lembaga pembiayaan
dalam upaya menyediakan modal bagi UMKM sebagai wujud partisipasi
masyarakat dalam rangka ikut berkontribusi meringankan beban dan
tanggungjawab pemerintah.
xviii
SUMMARY
This dissertation is a study on the Regulation of the Rights of Micro,
Small and Medium Enterprises (SMEs) over the Access to Capital in Doing
Businesses in the field of tourism, which consists of 7 (seven) Chapters of
Discussion.
Chapter I is the Introduction, dealing with a description of the
background of the problem, formulation of the problems, research
objectives, the benefits of research, originality of research, and research
methods. In the description of the background of problems, it is raised that
the existence of micro, small and medium enterprises faces sociological,
philosophical, and juridical problems. Sociologically, the problem faced by
SMEs is still their limited access to capital as a key component in business
activities. Philosophically, the economic democracy which is based on
justice as mandated by Article 33 of the State Constitution of 1945 has not
been fully manifested, primarily related to the limited access of SMEs to
obtaining capital when compared to large enterprises. Furthermore,
juridically there is legal uncertainty of the legislation governing the SMEs
in the field of the access to capital. From some of these problems, then there
are two (2) formulations of the research problems of this dissertation,
namely; 1) Why can not the existing legislation guarantee the realization
of the rights of SMEs over access to capital in tourism business? 2) What
are the formulations of regulations in order to realize the right of the access
to the capital of SMEs in the field of tourism enterprises? This dissertation
uses normative legal research, namely, research of legal literature or legal
research based on secondary data consisting of primary, secondary, and
tertiary legal materials. The approaches used in this study are: approach to
legislation (statue approach), approach to the concept (conceptual
approach), and analytical approaches. The collection of legal materials is
done through the study of documents; the analysis technique uses the
technique of description, interpretation, evaluation, and argumentation.
Chapter II discusses Theoretical Framework, Conceptual Framework,
and Framework of Thinking, each of which consists of several sub-sections.
The theoretical framework presents several theories used as analytical knife
to dissect the problems of research in this dissertation. The theories used
include the theory of legal system, the theory of utilitarianism, the theory of
Rights and Human Rights, the theory of welfare state, the theory of Cita
Law, the theory of Stakeholders, the theory of Justice, the theory of
Progressive Law and the theory of Functions of Law as an innovation for
the society (law as a tool of social engineering). Then the Conceptual
Framework puts forward the concept of the regulation, the concept of right,
the concept of micro, small and medium enterprises, the concept of capital,
and the concept of the tourism enterprises. Furthermore, the framework for
thinking describes the roadmap of solving research problems, both for the
xix
formulation of the first problem and formulation of the second problem of
this dissertation research.
Chapter III discusses SMEs in Indonesia's economy and the rights of
the SMEs to the Access to Capital, which includes several sub-topics,
namely; Potential and Strategic Value of SMEs, SMEs as a pillar of
democratic economy, SMEs limitations on access to capital as productive
resources, the right of SMEs to access capital as human rights and the rights
of SMEs to access capital as a constitutional right. In essence, Chapter III
discusses the potential and strategic value of SMEs as a pillar of social
economy. SMEs as part of the people's economy rest on the potential and
strategic value possessed proves able to survive in the face of the economic
crisis in 1998. While many big enterprises collapse and have trouble. The
fact that cannot be denied is that the SME development effort is not easy,
given the low competitiveness of SMEs compared to big enterprises. The
fundamental problem of development of SMEs is the lack of SME access to
productive resources, both the access to capital, access to technology,
access to information, and access to markets. SMEs in any country,
including Indonesia experience a lack of capital in order to grow and thrive.
SMEs will be able to develop properly if there is adequate capital support.
SME access to capital, especially from banks, is very difficult to obtain
because they are unable to provide security as one of the requirements
demanded by banks. From the perspective of human rights, access to capital
is the right of SMEs. In addition, access to capital is the constitutional right
of SMEs as guaranteed by the constitution (1945State Constitution).
Chapter IV discusses the conception and the Regulation of Tourism
and Its Implication to SMEs, which includes several sub-topics, namely;
conception of tourism as an industry, regulation of tourism in national law,
regulation of tourism in the GATS-WTO, Indonesia's commitment in the
GATS-WTO in the field of tourism, the implications of the agreement
GATS-WTO on the regulation of tourism in Indonesia, and the implications
of the agreement GATS-WTO to SMEs in the field of tourism enterprises.
As stipulated in Law No. 10 of 2009 on Tourism that the government has
recognized tourism not only as business activities, but also as an industry.
Given tourism has developed into a global phenomenon, then tourism serves
as the industry and a form of trade in services, in addition, it is subject to
the national law and also subject to the provisions and international
agreements, such as GATS-WTO. Through the Act No. 7 of 1994, Indonesia
has ratified the WTO (World Trade Organization) Agreement and one part
of the WTO itself is about the GATS (General Agreement on Trade in
Services). Ratification of the WTO Agreement, including the GATS by
Indonesia, requires Indonesia to organize its legal system, especially Act
Number 10 of 2009 on Tourism to be adjusted and harmonized with the
provisions and principles of the GATS. Other implications are the GATS-
WTO agreements, in which the liberalization service system gives more
benefits to capitalist countries with the strength of its capital and
xx
technology, and detrimental to the group of SMEs with their low level of
competitiveness. Tourism services liberalization would bring businessmen
or foreign services suppliers in Indonesia which are classified as large-scale
enterprises. With the strength and advantages, such as capital, technology
mastery, and qualified skills, certainly it is not fair if they will compete with
SMEs whose position is weak and helpless.
Chapter V discusses the Right Regulation of the SME Access to
Capital and Legal Politics in Regulating SMEs in Indonesia, which includes
several sub-topics, namely; Regulating the right of access to capital by
SMEs based on positive law in Indonesia, the basic concept of the politics
of law and politics of national law, political law of Regulating the SMEs in
Sukarno era, Political law in Regulating SMEs in the Soeharto era, the
political laws governing SMEs by the Government in reformation era. At
present the legislations governing the SMEs are quite a lot. SME problems
besides being regulated in Law Number 10 of 2009 concerning tourism, it is
also regulated in some other legislations, such as: Law No. 20 of 2008 on
Micro, Small and Medium Enterprises, Act No. 10 of 1998 on the
Amendment of Law Number 7 of 1992 concerning Banking, Law Number
25 of 2007 on the Role of Capital, Law No. 19 of 2003 on State-Owned
Enterprises, Act No. 13 of 2010 on Horticulture, Law No. 1 of 2013 on
Microfinance Institutions. From several legislations studied, there are norms
that are not clear or hazy, containing double meaning (ambiguity), and
conflict of norm, causing legal uncertainty. Legal uncertainty does not
support governance based on the rule of law. Moreover, the legal
uncertainty of the legislation under study may hamper the implementation
and enforcement of these rules, so as not to guarantee the fulfillment or
accomplishment of the MSMEs rights of access to capital in the field of
tourism enterprises. Similarly, when viewed from the political laws of the
MSME regulation from the Soeharto era (New Order) to the reformation
government, it still maintains liberalization in the economy that is, it still
favors large enterprises. As a result of this, the various accesses of the
SMEs to productive resources, such as access to markets, access to
information, and access to capital is very limited and difficult to realize.
Chapter VI discusses future regulation formulation in an Effort to
Realize the Rights of SMEs on the Access to Capital in the field of tourism
enterprises, which includes several sub-topics, namely; Reality and
Empowerment of SMEs in the field of tourist enterprises, Function of
Tourism Law In SME Empowerment, Role of the State (Government) In
SME Empowerment, The Role of Local Governments in SME
Empowerment in Access to Capital Sector, The Role of Large Enterprises In
SME Empowerment In the field of Access to Capital, The Role of Banking
Institutions In Empowerment of SMEs in the Field of Capital Access, and
Future Formulation Regulation In Order To Achieve Top Right SME
Business Sector Access to Capital in Tourism Enterprises. From the reality
of the limitations of SMEs to access to capital in the field of tourism
xxi
enterprises, it should be a challenge and encouragement for the government
to look for strategies that are considered effective to penetrate the structural
constraints in helping the SME access to capital, which does not only rely
on credit from the banks alone, but it is important and urgent to develop
other alternative financing sources. This is also based on the fact that the
state or the government's ability to provide and / or facilitate the financing
which causes one of the limited capital resources of the SMEs. It is
necessary and important to involve the role of non-governmental sector,
such as; large enterprises, financial institutions and other parties as a form
of community participation. Formulation of future regulation in order to
realize the right of SMEs to access capital in the business of tourism is to
define the provisions of the Law on Tourism which contains the substance
of the role of state involvement (Government), local governments, state
enterprises, and non-governmental parties, such as; large enterprises,
financial institutions as a form of community participation to support that
direction, then the concept of empowerment of SMEs based on community
participation (A Community Participation Based Empowerment of Micro,
and Small Medium Enterprises) relevant to the development and it should
be the materials of the Law of Tourism and other existing legislations which
will be established by the government.
Chapter VII is a description that ends with conclusions and
suggestions. From all descriptions and discussions it can be concluded that:
1) the existing legislation is not able to guarantee the rights realizing the
SMEs to access capital in the field of tourism businesses. This is due to lack
of legal certainty of the regulation which indicates the problem of the norms
(the formulation of norms that are not clear, containing a double meaning,
conflict of norms, and the norm is empty), 2) Formulation of future
regulations in order to realize the right of SMEs to access capital in the field
tourism business is to define the provisions in the Act that contains a
substance involvement of tourism role of the state (government), local
government, state enterprises, and non-governmental parties, such as; large
enterprises, financial institutions, as a form of community participation. As
efforts to solve the problems, the following suggestions are made: 1) In
order to claim legal certainty, there is a need to synchronize the legislation
governing SMEs, especially against the Tourism Act and other legislations,
either vertically or horizontally. 2) In order to establish populist tourism and
Community-Based Tourism, the formulation of tourism legal norms should
accommodate the role and involvement of stakeholders outside government
such as large enterprises, financial institutions in an effort to provide capital
to SMEs as a form of community participation in order to contribute to
lighten the burden and responsibility of the government.
xxii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .............................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................. xii
RINGKASAN .............................................................................. xiii
SUMMARY .................................................................................. xviii
DAFTAR ISI ................................................................................. xxiii
DAFTAR TABEL ........................................................................ xxvi
DAFTAR BAGAN ....................................................................... xxviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................... xxix
GLOSARY ................................................................................... xxxi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................. 33
1.3 Tujuan Penelitian ................................................... 33
1.3.1 Tujuan Umum ................................................ 33
1.3.2 Tujuan Khusus............................................... 34
1.4 Manfaat Penelitian ................................................. 34
1.5 Orisinalitas Penelitian ............................................ 35
1.6 Metode Penelitian .................................................. 39
xxiii
1.6.1 Jenis Penelitian.............................................. 39
1.6.2 Pendekatan Masalah ...................................... 40
1.6.3 Sumber Bahan Hukum ................................... 43
1.6.4 Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum ............... 44
1.6.5 Tehnik Analisis Bahan Hukum ....................... 45
BAB II. KERANGKA TEORITIK, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN KERANGKA BERPIKIR ...................................... 47
2.1 Kerangka Teoritik .................................................. 47
2.1.1 Teori Sistem Hukum (Legal System Theory) ... 48
2.1.2 Teori Utilitarisme .......................................... 53
2.1.3 Teori Hak dan HAM ...................................... 58
2.1.4 Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State) ... 65
2.1.5 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory) ...... 71
2.1.6 Teori Keadilan ............................................... 75
2.1.7 Teori Hukum Progresif .................................. 82
2.1.8 Konsep Fungsi Hukum Sebagai Sarana
Pembaruan Masyarakat (Law as a tool of
Social Engineering) ....................................... 86
2.2 Kerangka Konseptual ............................................ 88
2.2.1 Konsep Pengaturan ....................................... 88
2.2.2 Konsep Hak ................................................... 91
2.2.3 Konsep Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) ..................................................... 95
2.2.4 Konsep Modal ............................................. 100
2.2.5 Konsep Bidang Usaha Pariwisata ................. 104
2.3 Kerangka Berpikir .................................................. 108
xxiv
BAB III. UMKM DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
DAN HAK UMKM ATAS ASKES MODAL ................. 115
3.1 UMKM Dalam Perekonomian Indonesia ................. 115
3.1.1 Potensi Dan Nilai Strategis UMKM .............. 115
3.1.2 UMKM Sebagai Pilar Ekonomi Kerakyatan .. 119
3.1.3 Keterbatasan UMKM Terhadap Akses Modal
Sebagai Sumber Daya Produktif … ............... 124
3.2 Hak UMKM Atas Akses Modal Sebagai HAM dan
Hak Konstitusional ................................................ 131
3.2.1 Hak UMKM Atas Akses Modal Sebagai Hak
Azasi Manusia ............................................... 131
3.2.2 Hak UMKM Atas Akses Modal sebagai Hak
Konstitusional ............................................. 140
BAB IV. KONSEPSI DAN PENGATURAN PARIWISATA
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP UMKM ........... 144
4.1 Konsepsi Pariwisata Sebagai Industri ........................ 144
4.2 Pengaturan Pariwisata Dalam Hukum Nasional ......... 148
4.3 Pengaturan Pariwisata Dalam GATS-WTO ............... 156
4.4 Komitmen Indonesia Dalam GATS-WTO Di Bidang
Pariwisata ................................................................ 163
4.5 Implikasi Perjanjian GATS-WTO Terhadap
Pengaturan Pariwisata di Indonesia ........................... 166
4.6 Implikasi Perjanjian GATS-WTO Terhadap UMKM
di Bidang Usaha Pariwisata ..................................... 170
BAB V. PENGATURAN HAK UMKM ATAS AKSES MODAL
DAN POLITIK HUKUM PENGATURAN UMKM DI
INDONESIA ................................................................ 180
5.1 Pengaturan Hak UMKM Atas Akses Modal
Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia ................... 180
5.2 Politik Hukum Pengaturan UMKM di Indonesia ....... 231
xxv
5.2.1 Konsep Dasar Politik Hukum dan Politik
Hukum Nasional ............................................ 231
5.2.2 Politik Hukum Pengaturan UMKM Masa
Pemerintahan Soeharto .................................. 236
5.2.3 Politik Hukum Pengaturan UMKM Masa
Pemerintahan Reformasi ................................ 262
BAB VI. FORMULASI PENGATURAN KEDEPAN DALAM
RANGKA MEWUJUDKAN HAK UMKM ATAS AKSES
MODAL DIBIDANG USAHA PARIWISATA ................. 287
6.1 Deskripsi dan Realitas UMKM di Bidang Usaha
Pariwisata ............................................................. 287
6.2 Pemberdayaan UMKM dibidang Usaha Pariwisata ... 290
6.3 Fungsi Hukum Pariwisata Dalam Pemberdayaan
UMKM .................................................................. 299
6.4 Peranan Negara Dalam Pemberdayaan UMKM ....... 312
6.5 Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
UMKM di Bidang Akses Modal ............................... 319
6.6 Peranan Usaha Besar Dalam Pemberdayaan UMKM
di Bidang Akses Modal............................................ 330
6.7 Peranan Lembaga Pembiayaan Dalam
Pemberdayaan UMKM Dibidang Akses Modal ....... 351
6.8 Formulasi Pengaturan Dalam Rangka Mewujudkan
Hak UMKM Atas Akses Modal Di Bidang Usaha
Pariwisata ............................................................... 363
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................... 398
6.1 Simpulan ............................................................... 398
6.2 Saran ..................................................................... 399
DAFTAR BACAAN
xxvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............ 99
Tabel 2. Jumlah Unit UMKM Dengan Usaha Besar di
Indonesia ............................................................... 117
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Unit UMKM
Dengan Usaha Besar di Indonesia .......................... 117
Tabel 4. Struktur Materi Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan. .................................... 149
Tabel 5. Rumusan Norma Kabur dari Ketentuan Pasal 17,
Pasal 16 Huruf f, dan Pasal 61 UU No. 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan ................................ 184
Tabel 6. Rumusan Norma Kabur dari Ketentuan Pasal 31,
Pasal 11, dan Penjelasan Umum UU No. 1 Tahun
2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro ............... 188
Tabel 7. Rumusan Norma Kabur dan Bersifat Ambigu dari
Pasal 2 ayat (1) Huruf c dan Pasal 88 ayat (1) dan
ayat (2) UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara ............................................... 193
Tabel 8. Rumusan Norma Yang Bersifat Ambigu dari
Ketentuan Pasal 12 ayat (1), UU No.10 Tahun 1998
Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan ................................................ 197
Tabel 9. Rumusan Norma Kabur dan Ambigu dari Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 24 UU No. 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah .............................................................. 203
Tabel 10. Rumusan Norma Kabur dari Ketentuan Pasal 13
ayat (1) dan ayat (2) UU No.25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal .................................................. 208
Tabel 11. Politik Hukum Pengaturan UMKM pada Masa
Pemerintahan Soeharto (1966 – 1999) .................... 249
xxvii
Tabel 12. Politik Hukum Pengaturan UMKM Pada Masa
Pemerintahan Reformasi (1999 – Sekarang) ........... 275
Tabel 13. Rekapitulasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Bidang Pariwisata Kabupaten/Kota se Bali Tahun
2014 ...................................................................... 288
xxviii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Sumber-Sumber Modal Menurut Wasis ................... 104
Bagan 2. Kerangka Berpikir ................................................. 112
Bagan 3. Alur Berpikir Pemecahan Masalah 1 ....................... 113
Bagan 4. Alur Berpikir Pemecahan Masalah 2 ....................... 114
Bagan 5. Mekanisme Penjaminan Kredit UMKM oleh
Pemerintah Kota Denpasar ...................................... 324
Bagan 6. Pola Kemitraan Sederhana Antara Usaha Besar
Dengan UMKM ..................................................... 334
Bagan 7. Akses Modal UMKM Melalui Penyaluran Dana CSR
oleh Usaha Besar ................................................... 345
Bagan 8. Akses Modal UMKM Melalui Modal Ventura
(Ventura Capital) .................................................. 356
Bagan 9. Akses Modal UMKM Melalui Lembaga Pembiayaan
Anjak Piutang (Factoring) ..................................... 361
Bagan 10. Latar Belakang Pemikiran Yang Memberi Inspirasi
Konsep Pemberdayaan UMKM Berbasis Paritispasi
Masyarakat ............................................................ 374
xxix
DAFTAR SINGKATAN
UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
HAM : Hak Azasi Manusia
UUDN 1945 : Undang-Undang Dasar Negara 1945
CSR : Corporate Social Responsibility
GATS : General Agreement on Trade in Services
WTO : World Trade Organization
SDM : Sumber Daya Manusia
EKOSOB : Ekonomi, Sosial dan Budaya
MDG’S : Millenium Development Goals
GCG : Good Corporate Governance
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
AEC : Asean Economic Community
TRIPS : Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
TRIMS : Trade Related Investment Measures
HKI : Hak Kekayaan Intelektual
MFN : Most Favoured Nation
SOC : Schedule of Commitment
ICESCR : International Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights
UDHR : Universal Declaration Human Rights
DUHAM : Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
LPKD : Lembaga Penjaminan Kredit Daerah
LPD : Lembaga Perkreditan Desa
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
MPRS : Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara
ORBA : Orde Baru
xxx
ORLA : Orde Lama
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
KKN : Korupsi Kolusi dan Nepotisme
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
PMA : Penanaman Modal Asing
SMBCGF : Small and Medium Business Credit Guarantee Fund
SPKD : Sarana Penjaminan Kredit Daerah
BPD : Bank Pembangunan Daerah
ASKRINDO : Asuransi Kredit Indonesia
NPP : Nota Penutupan Penjaminan
LPK : Lembaga Penjaminan Kredit
PMV : Perusahaan Modal Ventura
PPU : Perusahaan Pasangan Usaha
xxxi
GLOSSARY
Kemitraan
(Partnerships) : Kemitraan adalah kerjasama usaha antara
usaha kecil dengan usaha menengah dan / atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah dan
usaha besar dengan memperhatikan prinsip
saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan. Kebijakan kemitraan
dirancang sebagai strategi yang
memungkinkan terjadinya kerjasama antara
usaha besar dengan usaha mikro, kecil dan
menengah untuk mencapai kesejahteraan
besama.
Triple Bottom Lines : Kepedulian perusahaan yang didasarkan
kepada tiga prinsip dasar yang dikenal dengan
istilah “Triple Bottom Lines”; profit, people
dan planet. Berkaitan dengan konsep Triple
Bottom Lines dimaksud bahwa suatu
perusahaan selain mengejar keuntungan
(Profit), perusahaan juga harus memperhatikan
dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkontribusi
secara aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (Planet).
Hukum Progresif : Hukum progresif adalah teori hukum yang
berinitikan 9 (sembilan) pokok pemikiran
yaitu ; 1) Hukum yang menolak tradisi
analytical jurisprudence dan berbagai paham
seperti legal realism. 2) Hukum yang menolak
pendapat bahwa ketertiban hanya bekerja pada
institusi-institusi kenegaraan. 3) Hukum yang
melindungi rakyat menuju kepada ideal
hukum. 4) Hukum yang menolak status quo
serta tidak ingin menjadikan hukum sebagai
teknkologi yang tidak bernurani. 5) Hukum
adalah suatu institusi yang bertujuan
mengantarkan manusia pada kehidupan yang
adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia.
xxxii
6) Hukum yang pro rakyat dan pro keadilan. 7)
Asumsi dasar bahwa hukum untuk manusia
dan bukan sebaliknya. 8) Hukum bukan
merupakan institusi yang absolut dan final. 9)
Hukum selalu berada dalam proses untuk terus
menjadi (law as a process, law in the making).
Community Based
Tourism : Community Based Tourism (Pariwisata
Berbasis Masyarakat), adalah sebuah
pendekatan dalam pembangunan pariwisata
yang berfokus pada penggunaan pendekatan
dari bawah ke atas (bottom up), dengan
menekankan keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam setiap pengembangan
pariwisata untk kesejahteraan masyarakat.
Modal Ventura
(Ventura Capital) : Modal Ventura merupakan lembaga
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal
dari Perusahaan Modal Ventura (PMV) kepada
Perusahaan Pasangan Usaha (PPU).
Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha
yang melakukan usaha pembiayaan
(penyertaan modal) ke dalam suatu perusahaan
yang menerima pembiayaan (Investee
Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, pembelian obligasi
konversi, pembagian bagi hasil.
GATS – WTO : Organisasi Perdagangan Dunia, WTO
(International World Trade Organization)
yang dilahirkan dari putaran akhir Uruguay
yang dalam lampiran I.B memuat mengenai
Perjanjian Umum Tentang Perdagangan Jasa-
Jasa (GATS). Perjanjian Umum Tentang
Perdagangan Jasa-Jasa atau The General
Agreement On The Trade Services (GATS),
yang tujuannya adalah untuk merumuskan
aturan main dibidang perdagangan jasa-jasa
dan ini adalah isu baru yang dirundingkan
dalam Putaran Uruguay, selain isu lainnya
seperti mengenai Trade Related Aspects of
xxxiii
Intellectual Property Rights (TRIPS) dan
mengenai Trade Related Investment Measures
(TRIMS).
Corporate Social
Responsibility (CSR) : Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan tanggungjawab sosial perusahaan
yang melekat pada setiap perusahaan untuk
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma
dan budaya masyarakat setempat. Selain itu,
UU Perseroan Terbatas memberikan
pengertian sebagai tanggungjawab sosial dan
liingkungan, yaitu komitmen perusahaan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perusahaan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Penjaminan Kredit : Penjaminan adalah kegiatan pemberian
jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial
penerima kredit dan / atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan
penjaminan kredit adalah kegiatan pemberian
jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial
penerima kredit.
Factoring : Factoring (Anjak Piutang) merupakan
lembaga pembiayaan yang didalam melakukan
usaha pembiayaan dilakukan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
Ekonomi Kerakyatan : Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang
mengacu pada peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Ekonomi kerakyatan
adalah gagasan tentang cara, sifat dan tujuan
pembangunan dengan sasaran utama perbaikan
nasib rakyat.
xxxiv
Schedule Of
Commitments : Schedule Of Commitments (SOC) adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari General
Agreement On Trade in Services (GATS) yang
berisi daftar komitmen yang disusun oleh
masing-masing negara peserta yang bersifat
spesifik mengenai liberalisasi yang dilakukan
oleh masing-masing negara peserta. Schedule
Of Commitments (SOC) ini mencantumkan
secara eksplisit sektor-sektor yang terbuka
serta jenis-jenis transaksi yang boleh
dilakukan oleh Forein Service Provider atau
pemasok jasa asing.
Negara Kesejahteraan
(Welfare State) : Negara Kesejahteraan (Welfare State) adalah
negara (pemerintah) tidak semata-mata
sebagai penjaga keamanan atau ketertiban
masyarakat, tetapi pemikul utama
tanggungjawab untuk mewujudkan keadilan
sosial, kesejahteraan umum dan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Paham negara
kesejahteraan menjadi ide yang cukup
dominan dalam penyelenggaraan negara maju
maupun negara dunia ketiga.
Pemberdayaan
Masyarakat : Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk
membantu masyarakat mendapatkan daya,
kekuatan, kemampuan untuk mengambil
keputusan dan tindakan, termasuk mengurangi
kendala pribadi dan sosial didalam mengambil
keputusan dan tindakan tersebut. Proses
pemberdayaan tersebut mengandung makna
pemberian sebagian kekuatan atau kekuasaan
kepada masyarakat, dan menstimulasi,
mendorong, atau memotivasi masyarakat agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan
dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Pemberdayaan itu sendiri pada umumnya
dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang
posisinya lemah, tidak berdaya, kaum miskin,
dan kelompok marginal dalam masyarakat.
xxxv
Partisipasi Masyarakat : Secara harfiah, partisipasi berasal dari kata
bahasa Inggris, “Participation” yang berarti
peran serta. Partisipasi masyarakat dapat
diartikan sebagai bentuk peran serta atau
keikutsertaan secara aktif atau pro aktif
masyarakat dalam suatu kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat merupakan kewajiban
masyarakat dalam mendukung program
pemerintah yang memang sasarannya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bentuk partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud dapat berupa ; sumbangan pemikiran
(ide, gagasan), sumbangan tenaga, dan
sumbangan materi (dana/modal, barang, alat).
Hak Konstitusional : Hak-hak yang diatur dalam konstitusi
(Undang-Undang Dasar Negara 1945), yang
mencakup baik hak-hak yang tergolong ke
dalam warga negara (citizen rights) maupun
hak-hak yang ke dalam hak azasi manusia
(human righst). Selain itu, ada juga yang
menyebutkan bahwa hak konstitusional adalah
hak-hak yang diturunkan dari konsepsi hak-
hak dasar atau hak azasi manusia dan
kemudian dituangkan ke dalam dan menjadi
bagian dari konstitusi.
Hak Ekosob : Hak Ekosob (Hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya) adalah merupakan HAM generasi
kedua. Hak Ekosob merupakan bagian esensiil
dalam hukum hak azasi manusia internasional,
bersama-sama dengan HAM Generasi Pertama
(hak-hak sipil dan politik), ia menjadi bagian
dari The International Bill of Human Rights .
Sebagai bagian dari The International Bill of
Human Rights, kedudukan Hak Ekosob
demikian penting, ia menjadi acuan
pencapaian bersama dalam pemajuan dibidang
ekonomi, sosial, dan budaya.
xxxvi
Keadilan Pancasila : Keadilan Pancasila adalah keadilan yang
tercantum dalam Pancasila sebagai dasar
negara, yaitu “Keadilan Sosial” bagi seluruh
rakyat Indonesia. Keadilan sosial dalam
keadilan Pancasila mencakup pengertian adil
dan makmur yang merupakan tujuan dari
negara Indonesia.
Millennium
Development
Goal (MDG’S) : Agenda besar pembangunan di dunia yang
diputuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) 1990 – 2015, yang terdiri dari 8
(delapan) butir, yaitu ; 1) Pemberantasan
Kemiskinan dan kelaparan ekstrim. 2)
Pendidikan dasar secara universal. 3)
Dikedepankannya kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan. 4) Pengurangan
Kematian Anak Balita. 5) Perbaikan kesehatan
ibu. 6) Peperangan Terhadap HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit-penyakit lainnya. 7)
Kepastian berkelanjutan lingkungan. 8)
Pengembangan Kemitraan global untuk
pembangunan.
The Five “C” of Credit : The Five “C” of Credit adalah merupakan
salah satu prinsip, yaitu prinsip kehati-hatian
(Prudential Principle) dalam dunia perbankan
sehubungan dengan pemberian kredit kepada
calon nasabah debitur. The Five “C” of Credit
meliputi ; Character (Kepribadian), Capacity
(Kemampuan), Capital (Modal), Condition of
Economic (Kondisi Ekonomi), dan Collateral
(Agunan). Sebelum pihak bank memberikan
kredit kepada calon debitur, wajib untuk
mempertimbangkan faktor The Five “C”
tersebut, guna memberikan keyakinan pada
bank bahwa calon debitur dikemudian hari
akan dapat mengembalikan kredit yang
diberikan oleh bank. Prinsip kehati-hatian ini
adalah salah satu kongkritisasi dari prinsip
kepercayaan (Fiduciary Principle) dalam
suatu pemberian kredit, disamping pula
sebagai perwujudan dari prinsip prudential
banking dari seluruh kegiatan perbankan.