PENGELOLAAN OBAT DI RSJPDHK
dr. Lies Dina Liastuti, SpJP
LATAR BELAKANG
Setiap tahunnya Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Kesehatan, dan Rumah Sakit Pemerintah di seluruh wilayah Indonesia dipusingkan oleh naiknya harga obat ditengah-tengah kesulitan masyarakat untuk berobat. Perusahaan Besar Farmasi (PBF) dan Principal Obat di Indonesia sering ditengah tahun atau bahkan secara tiba-tiba menaikkan harga dengan pemberitahuan waktu yang sangat sempit untuk diantisipasi. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibantnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilemma antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis.
Dengan banyaknya keterbatasan yang ada dan keharusan melayani masyarakat menengah ke bawah yang ada, masih belum banyak yang bisa dilakukan di RS milik Pemerintah. Banyak RS Pemerintah masih terbelenggu oleh aturan Kepres dan Perpres yang kurang dipahami maksud dan tujuannya, bahkan kurang dapat diimplimentasikan lebih detail lagi dalam aturan RS masing-masing walaupun sudah ada Keputusan Menteri, baik Menteri Kesehatan maupun Menteri Keuangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya persoalan yang ada, Direktorat Penunjang RSJPDHK berusaha mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dengan trobosan-trobosan baru serta optimalisasi aturan-aturan yang ada namun sesuai perundang-undangan yang berlaku diwilayah Republik Indonesia, antara lain dibidang kefarmasian, dimana dijelaskan bahwa Instalasi Farmasi RSJPDHK merupakan suatu tempat untuk mengadakan dan menyimpan obat-obatan, gas medik alat kesehatan serta bahan kimia yang bukan berdiri sendiri tetapi merupakan satuan organic yang tidak terpisah dari keseluruhan rumah sakit.
DASAR-DASAR HUKUM
¨ UU No. 44 TAHUN 2009, TENTANG RUMAH SAKIT ¨ UU No. 25 TAHUN 2009, TENTANG PELAYANAN PUBLIK ¨ PP No. 23 TAHUN 2005, TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BLU ¨ PERPRES No.54 TAHUN 2010, TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG
DAN JASA ¨ PERMENKES No. 1682/MENKES/PER/XII/2005, TENTANG ORGANISASI &
TATA KERJA RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA ¨ PERMENPAN : PER/02/M.PANN/1/2007, TENTANG PEDOMAN ORGANISASI
SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
¨ PERMENKU No. 76 TAHUN 2008, TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BLU
¨ SOP 2011 RSJPDHK TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
PENGERTIAN BLU
Pengertian atau de"nisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, yaitu : “Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip e!siensi dan produktivitas”.
TUJUAN DAN MANFAAT
1. “BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan "eksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapanpraktek bisnis yang sehat”.
2. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan
Azas-azas BLU
Menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, azas BLU yaitu: 1. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi Induknya;
2. Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk;
3. BLU tidak mencari laba;
4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;
5. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Berdasarkan de"nisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki special karakteristik tertentu, yaitu : 1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan
Negara; 2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat; 3. Tidak bertujuan untuk mencarai laba; 4. Dikelola secara otonom dengan prinsip e"siensi dan produktivitas ala korporasi; 5. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada
instansi induk; 6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara
langsung; 7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil; 8. BLU bukan subyek pajak.
KESIMPULAN AWAL
" Dengan status BLU yang dimiliki RSJPDHK, maka dapat melaksanakan pengadaan obat dan alkes BHP lebih mudah, e"sien, terbuka/transparan, patuh hukum.
" Dapat melaksanakan Kontrak Harga Satuan Alkes dan Obat BHP agar dapat memberi obat dan alkes kepada pasien dengan harga lebih murah dan konsisten selama minimal 1 tahun.
" Dengan murahnya harga obat, maka biaya pengobatan juga otomatis akan murah.
" Keinginan pemerintah memberi pelayanan murah dapat tercapai dengan baik. " Keinginan pemerintah memberi harga obat murah yang naik harganya dapat
terlaksana dengan baik. " Menjadikan RS E"sien, Keterbukaan, WTP, JCI, ISO, dll.
PROSES AWAL
Dalam rangka mendukung dan berdasarkan prinsip – prinsip e"sien, efektif, transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas dan praktek bisnis yang sehat, RSJPDHK membuat Standar Operating Procedures (SOP) atau pedoman pengadaan barang dan jasa yang bertujuan mempermudah proses pengadaan barang dan jasa. Adapun dasasr-dasar hukum yang dipakai adalah seperti yang tertera diawal presentasi ini.
Da#ar Obat Kontrak
2009-‐2010.xls
Da#ar Obat Kontrak
2010-‐2011.xlsx
Da#ar Obat Kontrak
2011-‐2012.xls
MANFAAT INVENTORY
INVENTORY
RSP &
SP
HUTANG &
PIUTANG
KEPUTUSAN DIREKSI
DLL
Memenuhi Tantangan Dirjen BUK
" RS Pemerintah yang mempunyai Electronically Drugs and Stent History minimal selama 3 Tahun terakhir .
" RS Pemetintah yang mempunyai Electronically Data Kontrak Harga Satuan History.
TREND-trend inventory
Data Pemakaian Obat 2009.xls
Data Pemakaian Obat 2010.xls
Data Pemakaian Obat 2011 BASED MD.xls
TREND STENT 2008 -2010
Data pemakaian stent 2008-2010.xls
TREND INVENTORY 2011
inv_aptask_2jan.xls 793098 Metformin 850 AptkAsk.pdf
inv_gudangfarmasi_2jan.xls
TREND INVENTORY 2011
SARANA MEDIK 0%
SARANA NON MEDIK: 0%
BARANG UMUM 2%
BARANG CETAKAN 1%
BARANG TEHNIK 1%
FARMASI / APOTIK 86%
ALKES STENT & BALLON (Bantuan Depkes)
2%
LABORATORIUM 6%
GIZI: 2%
Total Pemakaian persediaan Jan -‐ Agust 2011
Alkes Ruangan Verban & Pembalut0,66%
Alkes / Obat Bebas0,35%
Alkes Apotek0,41%
Alkes Bedah Jantung9,14%
Alkes Bedah Jantung u/ Ruangan0,22%
Alkes Benang5,22% Alkes Cathether
2,26%
Alkes Pengemas dan Gas Medik0,11%
Alkes Ruangan Kertas Medik0,45%
Alkes Umum8,96%
Alkes Umum Ruangan0,24%
Alkes Verban dan Pembalut0,74%
Oxygenator5,78%
Bahan Baku0,01%
Generik Askes / Reguler1,60%
Obat Anti Septik u/ Ruangan0,78%Obat Cairan
Infus1,19%
Obat Infus (Apotik)2,93%
Obat Inhaler0,09%
Obat Injeksi8,76%
Obat Injeksi (Apotik)16,62%
Obat Lain-‐Lain
Farmasi0,55%
Obat Narkotika / Psikotropika
0,16%
Obat Narkotika 0,40%
Obat Oint / CR/ Tetes (Apotik)0,15%
Obat Sirup (Apotik)0,27%
Obat Suppos (Apotik)0,15%
Obat Tablet (Apotik)17,63%
Obat Tablet (Askes)14,16%
Pemakaian Obat & Alkes RSJPDHKJanuari -‐ Agustus 2011
MASTER DATA YANG BAIK SESUAI ATURAN KEMKES
Contoh MD 2012 Lengkap.xls
PERBEDAAN PENGELOLAAN DAN HASILNYA
¨ Dengan penataan ulang sistem pengelolaan Instalasi Farmasi mulai Tahun 2010, pencatatan mulai dari perencanaan –pengadaan-pemakaian serta monev obat serta alkes menjadi lebih rapi dan terkoodinasi
¨ Mulai Tahun 2011 pencatatan dari penyerapan penggunaan obat dan alkes terkompilasi
¨ Obat yang dibeli diluar kontrak diminimalisasikan karena sejak tahun 2011, semua obat dibeli berdasarkan kontrak. Obat2 khusus diluar kontrak dilakukan melalui kerjasama institui (RS) dengan apotik Kimia Farma sehingga kebocoran dapat dikurangi dengan pencatatan dan tagihan langsung pada RS secara berkala.
¨ Obat yg dibeli sudah sesuai obat dipakai, terlihat dari grafik di previous slides.
¨ Dll.
KESIMPULAN AKHIR " Dengan pengadaan obat yang menggunakan Kontrak Harga Satuan dan pembuatan sistem otomatisasi aplikasi dalam pembuatan Surat Pesanan, maka RS dapat melakukan e!siensi yang tinggi.
" Obat dan alkes BPH dibeli berdasarkan trend yang ada dan bisa terlihat sampai 3 tahun ke belakang.
" RS dapat melayani semua pasien dengan biaya murah dan terjangkau karena harga obat murah.
" RS meningkat pendapatannya dari penjualan obat dan alkes yang lebih murah ke pasien dengan harga pasti /tidak berubah-ubah dalam setahun (win- win solution)