Download - Pengelolaan Sampah TPA
TPA SANGGRAHAN
KABUPATEN TEMANGGUNG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah
Dosen Pengampu : Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes
Disusun Oleh :
1. Putri Januar Puspa A.P. (6411411047)
2. Nining Prastiwi (6411411051)
3. Rizky Ayu F.A. (6411411052)
4. Dian Wisnu Wardani (6411411062)
5. Zulfa Kamalia Amin (6411411069)
6. Dany Noviyani (6411411078)
Rombel 02
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sampah merupakan segala sesuatu dari sisa kegiatan manusia yang
berbentuk padat dan semi padat, yang terdiri dari organk dan anorganik.
Sampah adalah zat kimia, energi, atau makhluk hidup yang tidak
mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep
buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada
hanya produk-produk yang tidak bergerak.
Di Indonesia sendiri, sampah merupakan masalah yang masih sulit
untuk diatasi. Dari tahun ke tahun, volume sampah yang dihasilkan semakin
bertambah. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia semakin beragam dan
bertambah. Juga karena adanya pembangunan yang menyebabkan
berkurangnya lahan untuk pengelolaan sampah. Dalam kehidupan manusia,
sampah dalam jumlah besar, datang dari aktivitas industri, misalnya saja
pada pertambangan dan konsumsi. Hampir pada semua produk industri yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, akan menimbulkan sampah pada akhirnya.
Apalagi jumlah produksinya semakin lama semakin meningkat, sedangkan
laju pengurangan samapah dari produk yang dihasilkan lebih kecil. Hal
inilah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk disetiap penjuru kota.
Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani, dapat menyebabkan
berbagai permasalahan baik secara langsung maupun secara tidak langsung
bagi penduduk kota dan penduduk yang berada disekitar tempat penimbunan
sampah.
Dengan adanya penimbunan sampah yang tidak terurus di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS), maka pemerintah daerah mencanangkan
program untuk pembuatan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) didaerahnya
masing-masing. Seperti pada Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung,
yang membuat Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Dukuh Losari, Desa
Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan hal diatas, kami perlu mengangakat masalah Pengelolaan
Sampah yang ada di Kabupaten Temanggung, karena berhubungan dengan
kerusakan alam sekitar dan kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan
dari pencemaran akibat sampah, tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu
yang sebentar, melainkan memerlukan waktu yang lama karena efek yang
ditimbulkan akan bersifat permanen.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sejarah dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Dukuh
Losari, Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten
Temanggung ?
2. Bagaimana Mekanisme Pengelolaan Sampah di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) di Dukuh Losari, Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan,
Kabupaten Temanggung ?
3. Apakah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Dukuh Losari, Desa
Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung
memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat sekitar ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum:
Memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sampah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sejarah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di
Dukuh Losari, Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan,
Kabupaten Temanggung.
2. Untuk mengetahui mekanisme Pengelolaan Sampah Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) di Dukuh Losari, Desa Sanggrahan,
Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung.
3. Untuk mengetahui dampak negatif dari Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) di Dukuh Losari, Desa Sanggrahan, Kecamatan
Kranggan, Kabupaten Temanggung.
4. Menemukan penyelesaian dari masalah yang timbul akibat
adanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Dukuh Losari,
Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten
Temanggung.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Masyarakat Desa Sanggrahan
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan masyarakat
lebih memahami dampak positif maupun negatif dengan adanya
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sanggrahan sehingga mereka
mampu untuk melakukan tindakan pencegahan sedari dini dari
dampak negatif yang ditimbulkan dengan ikut memantau kegiatan
di TPA dan mendukung adanya TPA tersebut karena dampak
positif yang diberikannya.
1.4.2 Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES
Penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi mengenai pengelolaan sampah, khususnya pengelolaan
sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di kabupaten
Temanggung, sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya khususnya pada penelitian
pengelolaan sampah.
1.4.3 Bagi Penyusun
Peneliti berharap dengan disusunnya makalah ini dapat
menambah wawasan peneliti lebih dalam dan dapat bermanfaat
selama perkuliahan peneliti selanjutnya sebagai wahana
pengembangan ilmu khususnya pengelolaan sampah.
BAB 2
ISI
2.1 Sejarah TPA Sanggrahan
Di setiap kota pasti tidak terlepas dari sampah,
begitupun dengan kota Temanggung. Setiap hari volume
sampah yang dihasilkan semakin bertambah. Hal tersebut
dikarenakan tingkat konsumsi untuk menghasilkan sampah
juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut,
Pemerintah Daerah (Pemda) bekerja sama dengan Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) berusaha untuk membuka Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA).
TPA Sanggrahan dibangun pada tahun 2009 karena
berbagai alasan yang mendukung pembangunan. Sebelum
dibangunnya TPA Sanggrahan, TPA lama bernama TPA
Badran di Dusun Bangunsari, Desa Badran, Kecamatan
Kranggan dengan luasan sebesar 2,133 Ha.
TPA Badran mulai beroperasi pada tahun 1991 dengan
rencana operasional 15 tahun. Kondisi sekarang ini sudah
overload dan habis masa lakunya sehingga tidak layak untuk
dipergunakan dan diperpanjang masa lakunya. Pengelolaaan
TPA yang sudah tidak memenuhi syarat dapat dianggap
melanggar Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008.
Volume sampah yang terangkut di TPA Badran, rata-
rata setiap harinya pada tahun 2006 sebesar 129,90 m3/hari,
tahun 2007 sebesar 131,50 m3/hari, tahun 2006 sebesar
134,30 m3/hari. Kondisi TPA Badran yang sudah tidak layak
menjadikan pemerintah kabupaten Temanggung memulai
pembangunan TPA baru pada tahun 2009 yang bernama TPA
Sanggrahan. Pemilihan Desa Sanggrahan dijadikan sebagai
lokasi TPA yang baru dikarenakan masyarakat Desa
Sanggrahan menerima dengan baik rencana pembangunan
TPA di Sanggrahan, sebagian masyarakatnya bekerja
sebagai pemulung, dan lokasi tapak proyek yang jauh dari
pemukiman penduduk (kurang lebih 500-600 m).
Ditinjau dari aspek legalitasnya, pengadaan atau
pembangunan TPA di setiap kota diatur oleh Perda No 19
tahun 2011 tentang K4 (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban,
dan Keamanan Lingkunagn), Perda No 29 tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah, dan Perda No 2 tahun 2012
tentang Retribusi Kebersihan / persampahan. Mengacu pada
peraturan tersebut, maka Pemda Temanggung membuka
lahan untuk area TPA. Tetapi, setelah beroperasi 2 tahun
yaitu pada tahun 2011 TPA Sanggrahan tersebut mengalami
kelongsoran sehingga mengakibatkan area-area yang sudah
digunakan untuk pemilahan sampah rusak. Setelah terjadi
longsor, pembangun pada TPA dilakukan kembali dan Pemda
melakukan perluasan dengan cara pembebasan lahan.
Luasan TPA Sanggrahan sekarang adalah 33.940 m2 yang
diperoleh dari pengadaan lahan pada tahun 2008 dan
perluasan lahan TPA Sanggrahan tahun 2012.
2.2 Design Report TPA Sanggrahan
TPA Sanggrahan terletak di Desa Sanggrahan,
Kecamatan Kranggan. Jarak dari pusat kota sekitar 5 km.
Jarak terjauh dari pelayanan persampahan di Kecamatan
Candiroto sejauh 31 km. Pengelolaan sampah di TPA
Sanggrahan menggunakan system controlled landfill sesuai
dengan tuntutan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Persampahan dan PP 16 Tahun 2005.
Luas TPA Sanggrahan yang ada sebesar 33.940 m2
dengan proyeksi untuk menampung sampah sampai dengan
tahun 2021 membutuhkan tambahan perluasan lahan TPA.
Pembangunan TPA baru dilakukan melalui 5 tahap dengan
pembagian 3 zona pembuangan sampah. Realisasi dana
dalam pembangunan TPA Sanggrahan cukup besar yaitu
pembangunan Tahap I pada tahun 2009 sebesar
Rp.2.336.189.000,- dan pembangunan Tahap II-V sebesar
Rp. 4.332.646.226,-. Anggaran operasional TPA Sanggrahan
setiap tahunnya sekitar Rp.600.000.000,-. Pembangunan
TPA Sanggrahan merealisasikan beberapa site-site, sebagai
berikut :
1. Perspektif Parsial Gerbang TPA
2. Perspektif Parsial Jembatan Timbang
3. Perspektif Parsial Kantor TPA
4. Perspektif Parsial Garasi
5. Perspektif Parsial Bengkel
6. Perspektif Parsial Komposting
7. Perspektif Parsial Peralatan Sampah
8. Perspektif Parsial Instalasi Pengolah Leachate (Lindi)
9. Perspektif Parsial zona I dan zona II
10. Perspektif Parsial Lapak Pemulung
11. Perspektif Parsial Area Parkir
12. Perspektif Parsial Jalan Operasional
13. Perspektif Parsial Tower Air dan Sumur Dalam
14. Perspektif Parsial Sumur Pantau
15. Perspektif Parsial Pengolahan Limbah
Rata-rata volume timbulan sampah pada bulan Maret
2013 adalah 170 m3/hari. Timbulan sampah tersebut paling
banyak berasal dari Kota Temanggung. Pelayanan sampah
diberikan kepada semua lapisan masyarakat di kabupaten
Temanggung, sebagai berikut :
No Uraian Volume Satuan Keterangan
1Jumlah IKK (Ibu Kota Kecamatan) yang terlayani
10 IKK
Temanggung, Bulu, Parakan, Ngadirejo, Candiroto, Kedu, Kranggan, Kandangan, Tlogomulyo, Pringsurat
2 Jumlah Kelurahan yang terlayani
24 Kelurahan
3 Jumlah Desa yang terlayani
25 Desa
4 Jumlah RW yang terlayani
161 RW
5 Jumlah RT yang terlayani 696 RT
6 Jumlah KK yang terlayani 31.858 KK
Jumlah Jiwa yang terlayani
127.432 Jiwa Asumsi 1 KK ada 4 Jiwa
7 Jumlah Pasar yang terlayani
10 Pasar 4 pasar Desa, 6 Pasar Kabupaten
8Jumlah timbulan sampah Kabupaten Temanggung
1.439,07 M3/hari
tahun 2011 Penduduk Kabupaten Temanggung 719.533 jiwa, timbulan sampah 2 liter/org/hari.
9Jumlah volume sampah terangkut ke TPA rata-rata/hari
171,37 M3/hariData volume sampah yang masuk ke TPA tahun 2012
10 Jumlah timbulan sampah wilayah perkotaan
467 M3/hari Jumlah penduduk wilayah perkotaan 233.540 jiwa
(termasuk IKK)
11Jumlah timbulan sampah Kota Temanggung
166.95 M3/hari
Jumlah penduduk Kecamatan Temanggung 83.473 jiwa
12Jumlah volume sampah terangkut ke TPA Kota Temanggung
119 M3/hari
13
Tingkat pelayanan sampah Kecamatan Temanggung berdasarkan timbulan sampah
71.07 %
Timbulan sampah kota dibanding sampah kota yang terangkut ke TPA
14
Tingkat pelayanan sampah Kecamatan Temanggung berdasarkan wilayah terlayani
84 %
Dari 25 Kelurahan/Desa ada 4 Kelurahan/Desa yang belum dilayani
15
Tingkat pelayanan sampah terhadap wilayah perkotaan (termasuk IKK)
35 % 7 IKK terlayani, 13 IKK belum terlayani
15
Tingkat pelayanan sampah Kota Temanggung terhadap wilayah Kota Temanggung
88 %
25 Desa/Kelurahan Kecamatan Temanggung, 3 Desa/Kelurahan yang belum terlayani
16 Tingkat pelayanan sampah terhadap timbulan sampah Kabupaten
8,9 %Timbulan sampah kabupaten dibanding sampah terangkut
17Jarak terjauh sumber sampah dengan TPA Sanggrahan
33 KMTerjauh pasar Candiroto
18Jarak terdekat sumber sampah dengan TPA Sanggrahan
2,5 KMTerdekat Kelurahan Kranggan
2.3 Sumber Daya Manusia di TPA Sanggrahan
TPA Sanggrahan mempunyai 10 pekerja tetap yang
terdiri dari 1 kepala seksi pengelolaan sampah, 2 operator
alat berat, 6 tenaga TPA, dan 1 petugas jaga malam.
Sementara pemulung yang menetap di TPA Sanggrahan
sekitar 67 orang. Masing-masing tenaga memiliki tugas-
tugas sebagai berikut :
1. Tugas Operator Alat Berat :
- Merawat dan mengoperasikan alat berat
- Menata dan mengelola sampah
- Mencatat volume sampah
2. Tugas Tenaga TPA
- Menata, merawat lingkungan TPA
- Membantu operator mengelola sampah
- Mengompos sampah organik
- Menjaga dan merawat peralatan di TPA
- Merawat kolam-kolam lindi dan drainase
3. Tugas Tenaga Kompos
- Mengelola dan merawat peralatan kompos
- Mengkompos sampah organic
- Mencatat hasil pengkomposan
4. Tugas Pengawas TPA
- Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
pengelolaan sampah di TPA
- Mengawasi proses kegiatan di TPA
2.4 Mekanisme Kerja TPA Sanggrahan
Mekanisme kerja di TPA Sanggrahan terdiri dari
beberapa tahapan yang dilakukan, sebagai berikut :
1. Pengumpulan
a. Langsung
Pengumpulan langsung dengan alat pengangkut
(truk/pick up) oleh petugas langsung ke TPA. Metode
ini untuk daerah komersial, perdagangan,
perkantoran, jalan protokol dan daerah dengan
timbulan sampah tinggi.
b. Tak langsung
Pengumpulan sampah dari wadah di tiap sumber
sampah oleh petugas dengan menggunakan
gerobak/sepeda motor roda tiga, untuk dikumpulkan di
transfer depo/TPS kemudian diangkut dengan dump
truk atau kontainer untuk dibawa ke TPA. Metode ini
diberlakukan untuk daerah
permukiman/perkampungan, pasar.
2. Sistem Pemindahan
a. Tidak Langsung
Terdiri dari 2 tahapan, yaitu :
- Pembuangan sampah dari alat pengumpul ke lokasi
pemindah (Transfer depo/TPS atau Kontainer)
- Pemindahan sampah dari lokasi pemindah ke alat
pengangkut ke TPA
b. Langsung
Sampah dari sumber langsung kea lat pengangkut ke
TPA. Metode ini diberlakukan untuk daerah jalan
protokol dan kawasan perumahan.
3. Sistem Pengangkutan
a. Sistem Stasiun Pemindahan (Transfer Depo)
Pada sistem ini, kendaraan pengangkut sampah dari
pool akan langsung menuju transfer depo untuk
mengangkut sampah yang telah terkumpul menuju ke
TPA. Selanjutnya dari TPA kendaraan pengangkut
sampah akan kembali lagi ke transfer depo untuk
pengambilan rit berikutnya. Di Kabupaten Temanggung
ada 5 Transfer depo, sebagai berikut :
- TD Banyuurip
- TD Seklontong
- TD Jampirejo
- TD Pasar Kranggan
- TD Nggandu Wetan
b. Sistem kontainer
Prinsip sistem ini adalah tempat pembuangan
sementara bersifat tidak tetap dan dapat dipindahkan .
Di kabupaten Temanggung ada 9 lokasi kontainer
yaitu :
- Kontainer Gor Temanggung
- Kontainer Pasar Temanggung
- Kontainer Pasar Legi Parakan
- Kontainer Pasar Entho Parakan
- Kontainer Pasar Wage Ngadirejo
- Kontainer Pasar Kranggan
- Kontainer Pasar Kranggan pagi
- Kontainer Pasar Medono Kebumen Pringsurat
- Kontainer Pasar Pingit Pringsurat
4. Pemilahan
Setelah dilakukannya pengangkutan sampah
dikumpulkan di TPA pada zona-zona tertentu yang ada di
TPA Sanggrahan. TPA Sanggrahan mempunyai 3 zona
aktif pengumpulan sampah, diantaranya zona aktif 1,
zona aktif 2, zona aktif 3. Selanjutnya dilakukan
pemilahan sampah oleh para pemulung. Mereka memiliki
lapak-lapak khusus untuk memilah sampah yang mereka
ambil dari zona aktif tersebut. Sampah yang mereka pilah
adalah sampah anorganik laku jual, seperti botol, plastik
(baik hitam maupun putih), kertas, kardus. Sampah
anorganik laku jual tersebut dijual kepada pengepul
sekitar yang datang setiap 2 kali dalam satu minggu.
Setelah pemilahan oleh pemulung maka tersisa sampah
organik dan sampah anorganik tidak laku jual. Sampah
tersebut selanjutnya dipilah oleh petugas untuk dijadikan
kompos (sampah organik) dan sampah anorganik tidak
laku jual untuk ditimbun menggunakan tanah yang
diambil dari Bank Tanah dengan menggunakan system
control landfill setiap 3-4 hari sekali. Rerata prosentase
komposisi sampah di kabupaten Temanggung paling
banyak adalah sampak organik sebesar 58,6 %
2.5 Dampak Adanya TPA di Sanggrahan dan Upaya
Pengendalian
2.4.1 Dampak terhadap Kualitas Udara dan
Kebisingan
2.4.1.1 Jenis Dampak
Kualitas udara semakin menurun dan terjadi
peningkatan kebisingan yang disebabkan
karena adanya mobilisasi material dan alat
berat, pembuatan akses jalan masuk dan
operasional, pembangunan sarana fisik TPA
yang masih terus berlanjut setiap tahunnya.
2.4.1.2 Upaya Pengendalian Dampak
Dikelola dengan penurunan gas buang
kendaraan, penjadwalan pengangkutan
material dan penjadwalan kegiatan konstruksi,
pembatasan muatan material sesuai dengan
kapasitas drump truck, dan menutup material
yang diangkut.
2.4.2 Dampak terhadap Kualitas Tanah
2.4.2.1 Jenis Dampak
Penurunan kualitas tanah di TPA Sanggrahan
dan peningkatan kesuburan tanah karena
banyaknya mikroorganisme di TPA.
2.4.2.2 Upaya Pengendalian Dampak
Penurunan kualitas tanah di tapak proyek
dapat dikelola dengan pembuatan lapisan
geotekstil dan geomembran, instalasi
pengolahan leachate yang telah dibangun oleh
pihak Pemda Kabupaten Temanggung.
2.4.3 Dampak terhadap Kualitas Air
2.4.3.1 Jenis Dampak
Pada tahun 2010 terjadi penurunan kualitas air
sungai yang berlokasi dibelakang TPA sebelum
terjadi longsor. Kualitas air di tapak proyek TPA
juga menurun karena adanya air hujan dan
pembangunan sumur bor dan sumur uji
(sebagai langkah untuk memantau kualitas air)
menjadi keruh.
2.4.3.2 Upaya Pengendalian Dampak
Kualitas air sungai yang menurun karena
longsor dapat dikelola dengan membuat box
cluvert untuk mengantisipasi pencemaran dari
sampah. Penurunan kualitas air dikelola
dengan pembuatan saluran air sementara di
dalam pembangunan sumur bor dan sumur uji
serta di dalam tapak proyek selama kegiatan
konstruksi. Serta pengoperasian instalasi
pengolahan leachate sebelum di buang ke
badan sungai (Kali Sari).
2.4.4 Dampak terhadap Kesehatan
2.4.4.1 Jenis Dampak
Masyarakat mengeluhkan bau yang menyengat
dan pada tahun 2010 tercemarnya air limbah
sehingga aktifitas mereka sedikit terganggu.
2.4.4.2 Upaya Pengendalian Dampak
Pelaksanaan system control landfill dengan
baik dan benar. System control landfill yang di
laksanakan secara benar dengan berkala setiap
3-4 hari akan mengurangi bau menyengat yang
timbul dari timbulan sampah. Manfaat lain
adalah terputusnya rantai vektor seperti lalat
yang sebelumnya belum pernah dihitung
tingkat kepadatannya di TPA Sanggrahan.
2.4.5 Dampak terhadap Komponen Sosial, Ekonnomi,
Budaya
2.4.5.1 Jenis Dampak
Adanya persepsi masyarakat karena adanya
pengadaan dan perluasan lahan di TPA
Sanggrahan akan meningkatkan harga tanah di
Desa Sanggrahan atau sebaliknya kegiatan
pengadaan dan perluasan lahan akan
memaksa masyarakat untuk menyerahkan
tanah kepada Pemerintah Kabupaten
Temanggung. Disamping itu dengan adanya
pembangunan TPA Sanggrahan akan membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
dan membuka lapangan usaha baik formal
maupun non formal (pemulung).
2.4.5.2 Upaya Pengendalian Dampak
Pengelolaan dampak terhadap persepsi
masyarakat adalah dengan mengadakan
pertemuan rutin untuk pencarian kata mufakat
tentang harga ganti rugi lahan yang menjadi
objek pembebasan lahan dan pendekatan
terhadap tokoh-tokoh masyarakat Desa
Sanggrahan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit kronis yang belum
diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang
rawan sendi secara bertingkat. Kadang-kadang kondisi ini disebut juga
penyakit sendi degeneratif atau osteoarthrosis (NIAMS, 2002). Terdapat 2
kelompok Osteoartritis yang selanjutnya akan disingkat OA, yaitu OA
primer dan OA sekunder. Osteoartritis biasanya terjadi pada usia diatas 40
tahun.
Di Amerika, dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 60 juta penderita
osteoartritis, sampai penyakit ini disebut sebagai penyakit pasca pensiun.
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak
ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data
Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan
OA di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Osteoartritis dapat
terjadi lebih cepat jika Anda memiliki faktor risiko (hal-hal yang
meningkatkan risiko terkena OA). Diagnosis OA didasarkan pada
gambaran klinis yang dijumpai dan hasil radiografis (Soeroso, 2006). Pada
umumnya, gambaran klinis osteoartritis berupa nyeri sendi, terutama bila
sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan berkurang bila
penderita beristirahat. OA dapat dicegah dengan menghindari setiap faktor
risiko OA.
3.2 Saran
Penyusun berharap akan ada banyak mahasiswa yang meneliti dan
mengembangkan ruang lingkup penelitian pengelolaan sampah dengan
berbagai pendekatan metode sehingga lebih luas dan terspesialisasi
informasi yang bisa kita peroleh.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Temanggung. 2012. Gambar Rencana TPA Sanggrahan Kabupaten Temanggung Tahun 2012. Temanggung : CV Tumbuh Jaya Design Konsultan.
------------. 2011. Gambar DED (Penyusunan Detail Engineering Design) TPA Baru Sanggrahan Tahun. Temanggung : CV Nirmana Konsultan Teknik.
------------. 2012. Gambar Rencana Kegiatan Peningkatan TPA Sanggrahan Tahap IV tahun 2013. Temanggung : CV Karsa Nusantara.
------------. 2008. Laporan Akhir Penyusunan UKL-UPL TPA Baru Sanggrahan Kabupaten Temanggung tahun anggaran 2008. Temanggung : CV Paramida Kreasi Mandiri.
Winarni, Sri. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu. Yogyakarta : Kanisius.
Lampiran I
Lampiran II