Laporan Penelitian TPI/54/2015
BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF KOLEKTIF
DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2015
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI CIPP
(CONTEXT INPUT PROCESS AND PRODUCT) PADA
PROGRAM MA’HAD ALY DI PERGURUAN TINGGI
KEAGAMAAN ISLAM NEGERI
Disusun Oleh:
Ketua Tim: Dr. Imam Sutomo, M. Ag. (IAIN Salatiga)
Anggota: 1. Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. (IAIN Salatiga)
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan model pengembangan
evaluasi program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri (PTKIN), (2) menghasilkan teknik pelaksanaan evaluasi program
pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN),
dan (3) menghasilkan struktur komponen dan indikator model evaluasi
pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan
menggunakan sembilan langkah dari 10 langkah model Borg dan Gall. Lokasi
penelitian di Mahad Aly UIN Malang, dan Mahad Aly IAIN Salatiga. Subjek uji
coba terdiri dari; pengelola, unsur pimpinan, dan mahasantri. Komponen model
evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi Stufflebeam (CIPP). Teknik
pengumpul data yang digunakan adalah Delphi, FGD, kuesioner, observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
Model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan kualitas
program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
(PTKIN) antara lain; Perbaikan sarana belajar, Perbaikan sarana, sarana, Perbaikan
Kinerja dan pendampingan. Teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program
pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
adalah; Teknik pemeliharaan hafalan, Teknik keberlangsungan alumni peserta
ma‟had, Kaderisasi – Regenerasi, Ilmuwan ulama dan ulama yang ilmuwan. Struktur
komponen dan indikator model evaluasi sebagai acuan penyusunan instrumen
evaluasi program pembelajaran pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yakni; Aspek Context terdiri atas kelengkapan
dan kejelasan visi ma‟had, kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had, kelengkapan dan
kejelasan tujuan ma‟had, ketersambunagn antara materi ma‟had dengan tujuan
PTKIN, Saling mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN. Aspek
Input meliputi; kriteria calon peserta mahad, entri behavior peserta mahad,
konsentrasi terhadap materi ma‟had, Respon positif terhadap proses pembelajaran,
Kreatif dalam proses pembelajaran. Aspek Proses meliputi pelaksanaan kegiatan di
ma‟had, penggunaan dan keragaman model pembelelajaran, evaluasi berjalan dengan
efektif dan aktif, materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Aspek Product
meliputi; kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had, ada
respon positif dari masyarakat, terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had, materi ma‟had
menjadi model bagi pengembangan PTKIN, kemampuan bahasa asing meningkat
Kata kunci: Ma‟had Aly, model evaluasi CIPP,PTKIN
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ALHAMDULILLAH hanya peneliti haturkan kepada
Allah SWT (RABB) atas selesainya penyusunan laporan Akhir Penelitian dengan
judul Pengembangan Instrumen Evaluasi CIPP (Context Input Process and
Product) pada Program Ma’had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri pada Program Bantuan Peningkatan Mutu Penelitian Kompetitif
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI Tahun Anggaran 2015 Berdasarkan SK Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor; 4692 Tahun 2015
Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Amsal Bakhtiar Selaku Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI yang telah memberi dan menerbitkan Surat Keputusan
(SK) tentang Penerima Bantuan Peningkatan Mutu Penelitian tahun 2015
untuk penelitian ini sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan.
2. Bapak Dr. Mamat S. Burhanuddin, M. Ag., Bapak Anis Masykur, MA dan
segenap jajaran Subdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI yang telah membantu spirituil dan materiil dalam
penelitian ini sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya dengan hasil yang memuaskan.
3. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. Sebagai segenap jajaran LP2M IAIN
Salatiga dan jajaran pengurus yang telah membantu mengeluarkan surat
pengantar penelitian ke lembaga Ma‟had yang digunakan sebagai lokasi
penelitian sehingga penelitian ini bisa berjalan sesuai rencana dan berjalan
dengan baik
4. Dr. Winarno, S. Si, M. Pd, Selaku anggota tim penelitian yang telah bekerja keras
sehingga penelitian ini selesai tepat waktu
5. Para pakar FGD yang telah membantu dalam membuat instrumen penelitian yang
menjadi tujuan utama penelitian ini
6. Segenap pengelola, pengurus serta mahasantri ma‟had UIN Malang dan ma‟had
IAIN Salatiga yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian ini
7. Fahroni, Budi Ani Fatmawati, dan Nailul Muna sebagai Mahasiswa S2 IPDI
selaku petugas lapangan penelitian.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
menyelesaikan laporan penelitian ini.
Semoga berbagai amal kebaikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah
S.W.T.
Hormat kami
An. Ketua Tim
TTD
Dr. Winarno, S. Si, M. Pd NIP . 19580827 198303 1 002
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II KAJIAN TEORI 4
A. Pengembangan Instrumen
B. Evaluasi Program
C. Model CIPP
1. Pengertian Model Evaluasi CIPP
2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Program Model CIPP
D. Ma‟had Aly
4
4
5
5
5
6
BAB III METODE PENELITIAN 7
A. Jenis dan Pendekatan penelitian
B. Prosedur Pengembangan
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Metode Pengumpulan Data Penelitian
E. Analisis Data Dan Pembahasan
7
7
9
10
10
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 14
A. Data Hasil Penelitian
1. Ma‟had Aly IAIN Salatiga
2. Ma‟had Aly UIN Malang
B. Analisis Data dan Pembahasan
C. Analisis Data dan Pembahasan Instrumen
D.
14
14
29
33
39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 48
A. Kesimpulan …………………………………………………
B. Saran ..............................................................
48
48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 49
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Pakar Dalam Teknik FGD Dan Uji Keterbacaan Instrumen
Goodness of Fit Index
Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Waktu kegiatan di ma‟had
Kegiatan rutin ma‟had tiap minggu
Jadwal Harian Msaa
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian hasil uji coba lapangan utama
Instrumen penelitian pada uji coba lapangan operasional
Rata-Rata Hasil Penelitian
8
11
12
26
26
30
32
32
33
34
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Langkah –langkah penelitian R & D pengembangan
instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and
Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri
Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok pengelola ma‟had
7
18
Laporan - 1
1
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 pasa 20 ayat 1
menyatakan bahwa pendidikan diniyah pada jenjang pendidikan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, vokasi, dan profesi berbentuk universitas,
institut , atau sekolah tinggi. Adapun penjelasan dari pasal 20 ayat 1 adalah
pendidikan diniyah jenjang pendidikan tinggi antara lain Ma‟had Aly. Ma‟had
Aly menjadi salah satu fenomena penting karena Ma‟had Aly di perguruan tinggi
memadukan kajian keislaman di pesantren yang secara khusus mengkaji
khazanah keislaman klasik dengan diperkaya materi keilmuan kontemporer.
Ma‟had Aly dibentuk dalam rangka mempersiapkan kader-kader ulama
yang memiliki integritas ilmiah, amaliah dan khuluqiyah yang berkualitas dan
memiliki nilai strategis dengan berorientasi keadilan, kesetaraan, keterbukaan,
kejujuran, kepercayaan, dan kerakyatan. Ma‟had Aly berdasarkan Ahlus Sunah
Wal Jamaa‟ah dengan dasar Islam dimaksudkan bahwa Ma‟had Aly diadakan,
diselenggarakan, dan dikembangkan berangkat (point of depture) dari ajaran
Islam, proses pengelolaannya secara islami dan menuju apa yang diidealkan oleh
pendidikan yang islami1
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan IAIN Salatiga adalah dua
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri PTKIN yang sudah melengkapi
sarana pendidikan dengan program Ma‟had al Aly sebagai upaya sarana
pendidikan berupa ma‟had tersebut dimaksudkan agar mahasiswa berhasil
membangun kultur akademik dan kehidupan Islami. Melalui ma‟had itu,
para mahasiswa secara bersama-sama membiasakan kegiatan yang bernuansa
akademik, seperti berdiskusi, membaca, menulis, dan bahkan juga belajar
berorganisasi selama bertempat tinggal di tempat itu. Selain itu, dengan
ma‟had, agar mereka membiasakan shalat berjama‟ah, tadarrus al Qur‟an,
shalat malam dan seterusnya
Dalam evaluasi apabila sebuah program sudah dilaksanakan maka perlu
dilakukan evaluasi program. Evaluasi program adalah proses penetapan secara
sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan
kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan
keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang
diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan.2
Tujuan Evaluasi program adalah “untuk meninjau kembali atas
pencapaian tujuan dan untuk membantu memberikan alternatif berikutnya
dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka teridentifikasi
semua hambatan, hasil evaluasi dijadikan alat rekomendasi untuk melakukan
perbaikan, setelah perbaikan dari berbagai sektor maka hambatan telah dapat
diselesaikan, jika hambatan telah dapat diselesaikan.
1 http;//www.nuruljadid,net/ndex.php co=f2034. Diakses 15 April 2015 2 Suharsimi Arikunto & Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 14
BAB I
Laporan - 2
2
Dalam evaluasi program terdapat beberapa model evaluasi program, salah
satu diantaranya adalah model CIPP (Context, Input, Process and Product).
Model CIPP oleh Stufflebeam disusun berdasarkan pada empat dimensi yakni:
context, input, process, dan product. Evaluasi konteks dilakukan untuk menjawab
pertanyaan: a) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program; b)
tujuan pengembangan mana yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan; c)
tujuan mana yang paling mudah dicapai. Evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaiman prosedur kerja untuk
mencapainya.3 Evaluasi proses menekankan tujuan dan evaluasi produk
digunakan untuk membantu membuat keputusan, baik mengenai hasil yang telah
dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.4
Survey awal telah peneliti lakukan dengan hasil sebagai berikut; 1.
Kondisi keuangan dalam pengelolaan di ma‟had Aly UIN Malang muncul
permasalahan serius, 2. Kondisi lingkungan di ma‟had Aly IAIN Salatiga terdapat
perselisihan dengan warga kampung karena bau dan limbah.
Berdasar pada latar belakang di atas maka sangat penting dilakukan
penelitian dengan judul Pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context
Input Process and Product) pada Program Ma’had Aly di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan
kualitas program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam Negeri (PTKIN) ?
2. Bagaimana teknik pelaksanaan evaluasi program pengelolaan Mahad Aly
di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)?
3. Bagaimana struktur komponen dan indikator model evaluasi pengelolaan
Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghasilkan model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat
meningkatkan kualitas program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
2. Menghasilkan teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program
pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
(PTKIN)
3. Menghasilkan struktur komponen dan indikator model evaluasi sebagai
acuan penyusunan instrumen evaluasi program pembelajaran pengelolaan
Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
3 Suharsimi Arikunto. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 39 4 Worthen, B.R. & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and Practice. California: wadsworth Publishing Company, Inc, 137
Laporan - 3
3
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat :
1. Manfaat teoritis
Menambah perbendaharaan hasil penelitian tentang Pengembangan
instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada
Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
2. Manfaat praktis
a. Bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
mengelola Ma‟had Aly agar lebih bermanfaat dalam membentuk
karakter bangsa yang saat ini menjadi pekerjaan rumah dunia
pendidikan di Indonesia
b. Bagi Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam DIKTIS
Hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan dala membuat kebijakan
mengenai Ma‟had Aly untuk PTKIN agar pengelolaan Ma‟had Aly
lebih baik di Indonesia
BAB II
KAJIAN TEORI
Laporan - 4
4
A. Pengembangan Instrumen
Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.5 Sedangkan Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik
variabel secara bjektif.6 Sedangkan pendapat lain menyatakan instrumen adalah
alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan
dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis
biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Pada
atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-
kognitif, perangsangnya adalah pernyataan 7.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
B. Evaluasi Program
Evaluasi adalah measurement, assesment and evaluation are
hierarchical. The comparison of observation with the criterion is a measurement
the interpretation and description of the evidence is an assessment and the
judgment of the value of implication of the behavior is an evaluation. Sedangkan
menurut Joint Committe on Standar Evaluation menyatakan bahwa evaluation is
the systematic assesment of the worth or merit of some object.8
Menurut Kufman and Thomas menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
yang digunakan untuk menilai. Pendapat lain mendefinisikan evaluasi dapat
diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar
objektif yang dievaluasi9.
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja atau produktivitas suatu suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi
tentang apa yang telah dicapai dan mana yang belum.10
Evaluasi memberikan
informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar. Evaluasi sebagai komponen pengajaran adalah proses untuk
mengetahui keberhasilan program pengajaran dan merupakan proses penilaian
yang bertujuan untuk mengetahui kesukaran-kesukaran yang melekat pada
proses belajar 11
.
Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan
terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.
5 Suharsimi Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 134 6 Ibnu Hadjar.(1996).Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo Persada, 160 7 Sumadi Suryabrata. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 52 8 Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisión making. Columbus, Ohio: Ohio State University, 3 9 Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. (2000). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta PPs UNJ, 3 10 Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 19 11 Murshel, J.L. (1954). Successfull teaching, its psychological principles. New York: Mc. Graw Hill Book Company Inc, 373
Laporan - 5
5
Ralp Tyler,1950 mendefinisikan bahwa evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Pendapat lain
menyatakan Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis
tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu
didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi
dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan12
. Dari berbagai
definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu program pemerintah, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan.
C. Model CIPP
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh para
ahli/pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya. Model
ini dianggap model standar. Disamping itu ahli evaluasi yang membagi evaluasi
sesuai dengan misi yang akan dibawakanya serta kepentingan atau penekannya
atau dapat juga disebut sesuai dengan paham yang dianut yang disebut
pendekatan atau approach.
1. Pengertian Model Evaluasi CIPP
Model ini menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pemegang
keputusan (a decision oriented evaluation approach structured) untuk menolong
administrator dalam membuat keputusan. Merumuskan evaluasi sebagai suatu
proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan. Membuat pedoman kerja untuk melayani
para manajer dan administrator menghadapi empat macam keputusan
pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam, yaitu :
a. Contect evaluation to serve planning desicion, konteks evaluasi ini
membantu merencanakaan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.
b. Input evaluation, structuring desicion, evaluasi ini menolong mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang diambil,
apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing desicion, evaluasi proses untuk
membantu mengimplementasikan keputusan sampai sejauhmana rencana
telah dapat diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut
terjawab prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling desicion, evaluasi produk untuk
menolong keputusan selanjutnya, apa hasil yang telah dicapai? apa yang
dilakukan setelah program berjalan.13
2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Program Model CIPP
12 Suharsimi Arikunto. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 25 13 Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisión making. Columbus, Ohio: Ohio State University, 25
Laporan - 6
6
Dibandingkan dengan model-model evaluasi program yang lain, model
CIPP memiliki kelebihan antara lain lebih komprehensif atau lengkap
menjaring informasi karena obyek evaluasi tidak hanya hasil semata tetapi
mencakup: konteks, masukan (input), proses, maupun hasil. Kelengkapan
informasi yang dihasilkan oleh model CIPP akan mampu memberikan dasar
yang lebih baik dalam mengambil keputusan, kebijakan maupun penyusunan
program selanjutnya. Keterbatasan model CIPP antara lain: penerapan model
in dalam program mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika
tanpa kombinasi dari keempat komponen14
.
D. Ma’had Aly
Kata Ma‟had Aly secara etimologi berarti pesantren tinggi atau dengan
kata lain setingkat dengan perguruan tinggi. Penamaan ma‟had untuk
bangunan tempat tinggal mahasiswa dikarenakan ingin memberikan kesan
yang berbeda. Menurut Imam Suprayoga, “asrama” berkonotasi hanya sebagai
tempat pindah tidur bagi mahasiswanya. Tidak juga dinamakan dengan
“pondok pesantren (ponpes)”. Walaupun secara budaya, term “ma‟had”
dapat mengacu pada “ponpes”. Penamaan istilah ini lebih ditekankan
bahwa “ma‟had” itu bukan hanya sekedar “ponpes”, tempat mengaji kitab
klasik. Namun lebih dari itu, yaitu kolaborasi antara sistem salafi dengan
sistem modern.15
Munculnya Ma‟had Aly dilatarbelakangi oleh langkanya pendidikan
formal yang secara khusus mencetak ulama dalam masyarakat yang sedang
mengalami perubahan, meskipun banyak perguruan tinggi Islam. Seperti
diketahui seiring dengan perubahan modernisasi, kehidupan masyarakat dan
bangsa Indonesia terus berubah dan berdampak pada pola keberagaman yang
lebih rasional dan fungsional. Sebagai implikasi dari hal tersebut, adalah otoritas
keulamaan harus berhadapan dengan aneka tuntutan masyarakat pada sebuah
perikehidupan yang cenderung pragmatis. 16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan penelitian
14 Eko Putro W. (2008). Model Evaluasi Program Pembelajaran IPS Di SMP. Disertasi Doktor, tidak iterbitkan,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 3 15 Taufiqurrochman, 2010, Narasi Indah Perjalanan Hidup dan Pemikiran Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Malang: UIN
Maliki Press, 82 16 Bagian Proyek Peningkatan Ma‟had Aly, Naskah Kurikulum Ma‟had Aly, Direktorat Pendidikan Keagamaan Dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI 2004, 4
Laporan - 7
7
Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan pendekatan Research
and Development (R&D) Penelitian pengembangan memiliki karakteristik
sebagai berikut: 1). Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang
berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran
sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap kualitas
pembelajaran. 2). Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran
serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi
mahasiswa. 3). Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji
ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang
dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran dideskripsikan
secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. 4). Proses
pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan
kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
B. Prosedur Pengembangan
Langkah-langkah prosedur pengembangan instrumen evaluasi program
pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product)
pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
menggunakan 9 langkah dari 10 langkah model Borg & Gall seperti Gambar
1 berikut ini. Research and information
collecting (Mencari referensi
instrumen evaluasi CIPP)
Planning. (Merancang produk
menggunakan flowchart)
mination and implementation.
(mempublikasi hasil product
akhir ke kalayak umum)
Develop preliminary form
of product
(Membuat produk sesuai
kebutuhan)
Final product revision
(membuat produk akhir
setelah diperbaiki)
Preliminary field testing
(melakukan uji coba
product pakar)
Operatioanl field testing (melakukan ujicoba skala
besar)
Main product revision (memperbaiki
produk setelah ujicoba pakar)
Operational product revision
(memperbaiki sesuai masukan uji
coba)
main field testing (melakukan
uji coba produk skala kecil)
Gambar 1. Langkah –langkah penelitian R & D pengembangan instrumen
evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
Berdasar pada Gambar 1 di atas, langkah-langkah penelitian dijabarkan
sebagai berikut.
1. Penelitian dan pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi dalam
penelitian ini dituntut untuk mulai mengumpulkan informasi secara
rinci dan mengumpulkan sejumlah permasalahan yang ditemukan dalam
Laporan - 8
8
penelitian di lapangan. Pengumpulan informasi dengan melakukan
tinjauan literatur, mengkaji beberapa konsep penelitian dan
pengembangan (R&D), melakukan penelitian pendahuluan di dua
Ma‟had Aly;
2. Perencanaan meliputi merencanakan produk yang akan dihasilkan,
waktu penelitian, penulisan draf awal;
3. Pengembangan bentuk produk awal berupa bentuk penyusunan instrumen,
bentuk model evaluasi, dan panduan penggunaan model evaluasi, dengan
subjek uji coba sebanyak 4 orang uji subjek yang terdiri atas 2 orang
pakar evaluasi, 2 orang pakar pengelolaan Ma‟had.
Kegiatan dilakukan pada Kamis, hari dan tanggal yakni; Kamis, 12
Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana
IAIN Salatiga dengan personal seperti tabel berikut;
Tabel 1.
Pakar Dalam Teknik FGD Dan Uji Keterbacaan Instrumen
NO NAMA KEAHLIAN
1. Peni Susapti, M. Si Pengukuran
2. Fatkhurrohman, M. Pd Metodologi
3. Imam Masarum, M. Pd. Bahasa Indonesia
4. Revisi produk, dilakukan perbaikan sebagaimana yang telah
diusulkan oleh hasil uji lapangan pendahuluan;
5. Uji coba lapangan utama/diperluas dilakukan di satu Ma‟had Aly yaitu
yang terdiri atas 2 orang pimpinan ma‟had, 4 orang dosen pembimbing
ma‟had, dan 10 orang santri ma‟had.;
Kegiatan ini telah dilakukan pada hari, tanggal yakni; Kamis, 19
Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana
IAIN Salatiga dan Ma‟had Al Jami‟ah UIN Malang dengan teknik Delphi.
6. Revisi produk, melakukan perbaikan instrumen berdasarkan masukan
dan saran sebagaimana diusulkan oleh hasil uji lapangan utama;
7. Uji coba lapangan operasional dilakukan di 2 Ma‟had Aly yaitu Ma‟had
Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan Ma‟had Aly IAIN Salatiga.
Subjek uji coba terdiri atas pimpinan dan pengelola ma‟had sebanyak 4
orang, 6 dosen pembimbing Ma‟had Aly, dan santri 20 orang.
Kegiatan ini sudah dilakukan pada hari, tanggal yakni; Sabtu, 21
Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana
IAIN Salatiga dan Ma‟had Al Jami‟ah UIN Malang dengan teknik Delphi
8. Revisi produk akhir, melakukan perbaikan sebagaimana yang diusulkan
dalam uji lapangan operasional, yaitu melakukan perbaikan dan
penyempurnaan akhir pada instrumen model yang dikembangkan
sehingga menjadi produk akhir hasil dari pengembangan (final product).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data tersebut memberi gambaran tentang pengembangan instrumen
evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly
di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri meliputi konteks, input, proses,
dan produk pelaksanaan program yang dicapai. Data kuantitatif diperoleh dari
Laporan - 9
9
instrumen angket/kuesioner teknik Delphi merupakan pendapat dari para
pakar dan para praktisi untuk membuat judgement berupa hasil kesepakatan
tentang konseptualisasi pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input
Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri. Kuesioner juga digunakan untuk menjaring data
tentang perencanaan program, pelaksanaan program, dan hasil dari pelaksaan
program melalui pimpinan ma‟had, dosen dan santri. Data kualitatif diperoleh
dari hasil data dokumentasi ma‟had, studi observasi, wawancara, penilaian
pengamatan langsung di ruang dan kelas ma‟had. Seluruh data yang berhasil
dihimpun akan diolah guna untuk membuat keputusan tentang status program
apakah akan diputuskan program tetap berjalan, dihentikan atau dimodifikasi
dan juga untuk menentukan rekomendasi untuk Ma‟had Aly.
C. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa
teknik diantaranya:
1. Teknik Delphi, teknik ini merupakan sebuah peramalan secara
interaktif dan sistematik berdasarkan feedback secara individu dari
nilai-nilai yang dipilih sebanyak satu putaran atau lebih. Bukti
validitas isi tes atau instrumen dilakukan oleh panel pakar sesuai
bidang yang diukur dan pakar bidang pengukuran 17
. Teknik ini
dilakukan dengan mengedarkan draf awal instrumen menggunakan
skala likert dengan pilihan jawaban sangat cocok, cocok, cukup cocok,
kurang cocok, dan tidak cocok. Selain menggunakan pilihan jawaban
tersebut para pakar juga diminta usulan, saran, dan pendapat pada
lembar asulan, saran, dan pendapat;
2. Teknik FGD, teknik ini merupakan metode partisipasi dalam
pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan dan kebutuhan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi secara kelompok dan
untuk mendapatkan kesepakatan bersama. FGD dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data atau merupakan strategi penelitian;
3. Uji keterbacaan instrumen hasil pengembangan instrumen evaluasi CIPP
(Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri difokuskan pada penilaian:
(a) kejelasan indikator pengelolaan ma‟had , (b) kejelasan indikator
kecakapan individu, (c) kejelasan indikator sikap sosial, (d) penggunaan
bahasa Indonesia secara baku, (e) perumusan pertanyaan, dan (f)
penggunaan kata dan kalimat yang mudah dipahami serta metode tata
tulis yang tepat dan benar;
4. uji coba pertama dengan melibatkan skala kecil yang mewakili dari
Ma‟had Aly untuk menguji perangkat evaluasi, model evaluasi, dan
panduan evaluasi;
17 Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 17
Laporan - 10
10
5. uji coba kedua dalam skala lebih besar melibatkan satu Ma‟had Aly
untuk menguji perangkat evaluasi, model evaluasi, dan panduan
evaluasi;
D. Metode pengumpulan data penelitian
Metode instrumen pengumpulan data menggunakan beberapa macam;
1. Angket/kuesioner, teknik ini dapat memberikan informasi penting dan
jelas tentang kualitas, nilai atau keefektifan program. Dalam penelitian
ini metode angket/kuisioner digunakan untuk menjaring sikap responden
tentang komponen Ma‟had Aly. Kuesioner diisi oleh pimpinan ma‟had,
dosen pembimbing ma‟had, dan santri untuk dimudahkan dalam
menjawab karena sudah disiapkan jawaban tinggal memilih yang dirasa
tepat;
2. Observasi, observasi bertujuan untuk melakukan pengamatan dan proses
pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and
Product) pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam Negeri serta melakukan pencatatan secara sistematis dan logis,
objektif dan rasional;
3. Wawancara, wawancara adalah pengajuan pertanyaan secara lisan oleh
interviewer kapada responden dan dijawab secara lisan pula oleh
responden. Wawancara digunakan untuk mewawancarai pimpinan
ma‟had, dosen pembimbing, dan santri. Wawancara diperlukan untuk
dapat mengungkap hal yang masih tersembunyi, yang masih tertutup
pada saat melakukan observasi. Tujuan wawancara adalah memberi
kebebasan kepada pimpinan, guru dan santri untuk mengungkap
informasi hingga informasi tersulit akan dapat dijelaskan;
4. Dokumentasi, metode ini digunakan untuk menggali informasi melalui
dokumen Ma‟had Aly. Data hasil penelitian dianalisis dengan cara
mengorgasasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola.
E. Analisis data penelitian
Data dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan.18
Adapun tahapan-tahapan dapat dilihat sebagai berikut.
1. Analisis data secara kuantitatif, data yang terkumpul dianalisis dengan
Exploratory Factor Analysis (EFA) dengan menggunakan bantuan
program SPSS 10.0. Variabel laten dibentuk berdasarkan konsep
teoretis dengan beberapa indikator/manifest. Tujuan penggunaan EFA
ini adalah untuk menguji apakah konstruk yang telah dibentuk dapat
dijelaskan oleh indikator-indikatornya atau tidak. Apabila indikator-
indikator tersebut dapat menjelaskan konstruk atau variabelyang ada,
18 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 3
Laporan - 11
11
maka kebenaran tersebut ditunjukkan pada nilai loading factor yang
tinggi. Setiap butir harus memiliki muatan lebih besar dari 0,3 (>0,3),
demikian juga sebaliknya jika butir tersebut memiliki muatan lebih kecil
dari 0,3 (<0,3) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid, maka
harus dibuang atau gugur. Konstruk diuji dengan melihat nilai Kaiser
Mayer Olkin (KMO) diharapkan 0,5 (> 0,5). Analisis menggunakan EFA
untuk menguji validitas pada uji coba kedua dan digunakan untuk uji
normalitas konstruk sebelum dianalisis menggunakan CFA pada uji
coba ketiga.
2. Reliabilitas dilihat dari nilai alphanya jika nilai alpha > 0,7 maka
instrumen dianggap reliabel dan jika kurang dari 0,7 dianggap tidak
reliabel. Pengujian menggunakan Cronbach Alpha digunakan untuk
menguji reliabilitas instrumen pada uji coba kedua dan ketiga.
3. Hasil uji coba ketiga data dianalisis menggunakan metode CFA
dengan tujuan untuk melihat validitas dari masing-masing instrumen
yaitu konteks, input, proses, dan produk. Analisis menggunakan CFA
validitas dilihat dari nilai t (t-value), muatan faktor dilihat dari nilai
alpha, jika nilai alpha> 0,03 (tarap signifikan 5 %) dibanding dengan nilai
t tabel 1,96 maka butir dinyatakan valid. Valid dapat dibuktikan pada
diagram path ditunjukkan dengan tulisan angka hitam, semakin besar
nilai t hitung maka semakin valid. Jika nilai alpha tertulis merah
maka dinyatakan bahwa butir tersebut tidak valid sehingga harus di-drop.
4. Uji kecocokan model antara lain dilihat RMSEA harus dibawah 0,08
dan GFI harus lebih besar dari 0,90. Uji kecocokan antara model teoretis
dan model empiris didasarkan pada empat kategori; (1) Chi-Square, (2)
Signifikan Probablity,(3) Root Mean Square of Error Approximation
(RMSEA), dan Goodness of Fit Index (GFI), Standar yang digunakan
dapat dilihat pada tabel nomor 2 berikut ini.
Tabel 2. Goodness of Fit Index
No Indeks Cut of value Keterangan
1 Chi-Square (X2 Kecil Semakin kecil X2 semakin
baik
2 Probability (p) ≥ 0,05 Harus lebih besar dari 0,05
3 RMSE ≤ 0,08 Rata-rata perbedaan/df
4 Goodness of Fit
Index (GFI)
≥ 0,90 Nilai berkisar 0-1
5. Data hasil observasi terdiri atas data penilaian pengembangan
instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada
program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang
terdiri atas data hasil observasi santri putra dan putri secara terpisah
dari tiga Ma‟had Aly. Data observasi masing-masing diambil dari dua
orang penilai. Untuk menjaga reliabilitas antarkedua penilai maka data
dianalisis menggunakan metode Cohen‟s Kappa menggunakan bantuan
komputer dengan program SPSS for Window 10.0. Relibilitas
didasarkan pada hasil hitungan Kappa, jika hasil hitungan memilki nilai
Laporan - 12
12
k < 0,40 (jelek), 0,40 ≤ k ≤ 0,75 (bagus), dan k > 0,75 (sempurna).
Standar inilah yang digunakan untuk melihat kesepakatan antardua
penilai hasil observasi.
6. Analisis secara deskriptif analisis dilakukan dengan melihat
kelengkapan model, kejelasan panduan model evaluasi, kelengkapan
instrumen dan analisis keefektifan model. Analisis model terdiri dari
empat kriteria yang harus dipenuhi, yaitu komprehensif, praktis,
ekonomis dan didukung oleh instrumen yang valid dan reliable.
Keempat kriteria syarat model tersebut hanya validitas dan
reliabilitas yang dianalisis secara kuantitatif sedangkan komprehensif,
praktis, dan ekonomis akan dianalisis secara kualitatif.
Cara menganalisis data secara deskriptif, data kuantitatif yang berasal
dari instrumen dicari skor reratanya, kemudian dikonfirmasikan ke dalam
data kualitatif dengan menggunakan skala 5, kemudian dideskripsikan.
Hasil diskripsi dijadikan dasar untuk penilaian apakah instrumen, model
evaluasi yang dikembangkan, dan panduan telah memenuhi syarat
pengembangan model yang digunakan untuk mengevaluasi program
pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product)
pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri.
Bentuk konversi data kuantitatif menjadi kualitatif menggunakan skala 5
ini sebagai berikut.
Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Rumus Rerata Skor Klasifikasi
X > x i + 1,8 x sbi > 4,2 Sangat baik
Xi + 0,6 x sbi < X ≤ i + 1,8 x sbi > 3,4-4,2 Baik
Xi – 0,6 x sbi < X ≤ i + 0,6 x sbi >2,6-3,4 Cukup
Xi – 1,8 x sbi < X ≤ i – 0,6 x sbi >1,8-2,6 Kurang
X ≤ X i – 1,8 X sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang
Analisis data secara kualitatif adalah menaganalisis data hasil
validasi (penilaian) dari para ahli (expert) dan pengguna model
evaluasi (pimpinan Ma‟had Aly) serta praktisi yang memberi masukan-
masukan dalam rangka perbaikan model evaluasi dan perangkatnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif yaitu
mendiskripsikan atau memberi gambaran tentang objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa membuat
analisis ataupun kesimpulan yang berlaku untuk umum melalui
wawancara, pengolahan angket, dan dokumentasi.19
Data yang telah dikumpulkan dianalisis melalui tiga jenis
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.20
Analisis data secara
19 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta, 4 20 Miles, M.B., and Huberman, A.M. Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook Sage Publications, Thousand Oaks, California, 1994, 21
Laporan - 13
13
kualitatif menggunakan tampilan berupa narasi, tabel, dan grafik
meliputi data perkembangan jumlah mahasantri selama tiga tahun,
output santri
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan - 14
14
A. Data Hasil Penelitian
1. Ma’had Aly IAIN Salatiga
a. Dasar Pemikiran
Sejak awal berdirinya, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) memiliki
mandat utama sebagai pusat pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu
keislaman. Berada disebuah negara dengan mayoritas penduduk muslim,
kedudukan strategis PTAI akan sangat berkonstribusi pada pembentukan citra
Islam di Indonesia. Konstribusi itu akan lebih nyata jika PTAI menawarkan
berbagai alternatif kajian keislaman yang komprehensif dan pada saat yang
sama terlibat dalam mengatasi persoalan-persoalan umat dan warga negara.
Posisi PTAI seperti itu mengharuskan adanya formulasi yang integratif
terhadap studi-studi keislaman. Keberadaan ma‟had dikampus Perguruan
Tinggi Islam diyakini dapat memperkuat citra PTAI yang unik dan
berkarakter sebagai pengemban misi studi keislaman secara komprehensif.
Dengan integralitas itu diharapkan PTAI mampu menghasilkan mahasiswa
dan alumni yang memiliki keunggulan akademik, keluhuran ahlak, ketinggian
spiritualitas, dan penguasaan ilmu pengetahuan secara integratif.
Sejauh ini, alumni PTAI belum mencapai kompetensi lulusan yang dapat
diunggulkan. Indikasi yang mudah dicandera bahwa mereka belum mampu
bersaing dengan lulusan Perguruan Tinggi lain untuk mendapatkan pekerjaan
atau menempuh pendidikan lebih lanjut. Kondisi demikian ini disebabkan
antara lain:
1) Lemahnya penguasaan bahasa asing, terutama Arab dan Inggris
2) Minimnya penguasaan ilmu-ilmu keislaman karena tidak ditopang
dengan kemampuan membaca dan memahami kitab-kitab standar
3) Lemahnya kemampuan akademik serta kurangnya inovasi dan
kreatifitas
4) Internalisasi nilai-nilai Islam yang kurang mendapat perhatian
sehingga belum membentuk watak, kepriadian, atau ahlak bagi
alumni.
Mencermati beberapa pemasalahan di atas IAIN Salatiga berupaya mencari
solusi alternatif dalam upaya meningkatkan kompetensi lulusan IAIN. Upaya
yang dipandang penting adalah menyelenggarakan program penunjang yang
disebut Ma‟had Mahasiswa. Ide pendirian ma‟had ini dilatar belakangi oleh
keberhasilan ma’had aly Sunan Ampel yang dirintis dan dikembangkan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang sejak tahun 2000. Poin penting keberhasilan
tersebut terletak pada keseriusan, kebersamaan, keikhlasan, dan tanggung
jawab semua civitas akademika untuk membina mahasiswa melalui ma’had
aly. Semangat inilah yang kemudian diadopsi oleh IAIN Salatiga untuk
mendongkrak kompetensi lulusan yang lebih kompetitif. Hal lain yang
dianggap sebagai faktor keberhasilan ma‟had rintisan UIN Malang adalah
integrasi model pendidikan Perguruan Tinggi dengan pendidikan Islam
tradisional (pesantren). Pengintegrasian sistem pendidikan pesantren kedalam
pendidikan tinggi ini diharapkan dapat membantu IAIN Salatiga mencapai
cita-cita dan tujuan pendidikanya melampaui visi dan misinya.
Laporan - 15
15
Pendirian ma‟had mahasiswa sebagai senyawa integrasi pendidikan
tinggi dan pendidikan pesantren dipandang penting untuk menjadi pilar
kampus meliputi: dosen dan mahasiswa, masjid, ma‟had, laboratorium,
perpustakaan, sarana pertemuan ilmiah, pusat-pusat pelayanan/perkantoran,
pusat pengembangan seni dan olah raga, dan sumber pendanaan. Ma‟had
Mahasiswa yang dimaksud bukan jenis atau nomenklatur baru melainkan
bagian yang tak terpisahkan. Maka keberadaan ma‟had mahasiswa adalah
sesuatu yang niscaya dan merupakan komplemen terhadap pilar lainnya.
Program ini tidak memberikan gelar khusus, tetapi menyatu dengan gelar
yang diberikan IAIN sesuai dengan fakultas/jurusan/program studi yang
diambil oleh mahasiswa yang bersangkutan. Program ini lebih diarahkan
untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
memungkinkan mahasiswa dapat secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kompetensi di bidang bahasa (Arab dan Inggris),
hafalan al-Quran, penguasaan ilmu-ilmu Islam, dan penghayatan nilai-nilai
Islam melalui pembiasaan sehari-hari.
b. Landasan Filosofi
Pengembangan Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga didasarkan pada
semangat filosofis berikut ini:
1) Ma‟had merupakan salah satu pilar Perguruan Tinggi Agama Islam yang
menitik beratkan pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman dan pendalaman
serta penghayatan nilai-nilai agama Islam bagi mahasiswa.
2) Sebagai bagian integral dari Perguruan Tinggi Agama Islam, ma‟had
berfungsi sebagai peletak dasar penguasaan ilmu-ilmu agama dan
penerapan nilai-nilai keberagamaan bagi mahasiswa IAIN. Dengan
demikian semua akifitas ma‟had dan perkuliahan di IAIN harus berjalan
seiring dan saling mendukung.
3) Secara historis, ma‟had merupakan pelembagaan tradisi pesantren ke
dalam kampus. Oleh sebab itu, ma‟had harus merefleksikan nilai-nilai
kepesantrenan, mentransformasikan keilmun dan pengalaman tradisi
keislaman, dan menjadi model pendidikan Islam khas Indonesia karena
muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat
lingkunganya.
4) Ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan di ma‟had bersumber dari khazanah
intelektual Islam klasik, meodorong sikap intelektual yang berpegang
teguh kepada tradisi-tradisi Islam yang kaya.
5) Ma‟had merupakan lembaga pendidikan terintegrasi antara kultur
akademik Perguruan Tinggi dan kearifan pendidikan pesantren untuk
melahirkan sarjana santri atau santri sarjana dalam struktur kehidupan
masyarakat Indonesia.
c. Landasan Yuridis
Beberapa ketentuan yang dijadikan acuan yuridis eksistensi Ma‟had
Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai berikut:
Laporan - 16
16
1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Idonesia Nomor 4301).
2) Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4586).
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
4) Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007
nomor 124, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4769).
5) Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin
pegawai negri sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1980
nomor 50, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3176).
6) Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2010 nomor 23, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5105).
7) Keputusan menteri agama nomor 156 tahun 2004 tentang pedoman
pengawasan, pengendalian dan pembinaan program diploma, sarjana dan
pasca sarjana diperguruan tinggi.
8) Keputusan menteri agama nomor 353 tahun 2004 tentang pedoman
penyusunan kurikulum pendidikan tinggi agama Islam.
9) Peraturan menteri agama nomor 10 tahun 2010 tentang organisasi dan tata
kerja kementerian agama.
10) Keputusan direktur jenderal kelembagaan agama Islam nomor Dj.II/114/2005
tentang penetapan standar minimal kompetensi dasar dan kompetensi utama
lulusan program strata satu Perguruan Tinggi Agama Islam.
d. Profil Ma’had IAIN Salatiga
Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berlokasi di Kampung Kembangarum,
Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Propinsi Jawa
Tengah. Ma‟had IAIN Salatiga terdiri dari ma‟had putra dan putri, terletak di
dua lokasi yang berdekatan di areal tanah seluas + 2100 m2,
Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga didirikan pada tangggal 1 September
2005, di bawah naungan Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua Mahasiswa
(YAKAOMI) IAIN Salatiga yang dipimpin oleh Bapak H. Jumadi, BA.
Pendirian ma‟had ini dilatari oleh beberapa ide dasar sebagai berikut.
Pertama, untuk menggabungkan dimensi positif perguruan tinggi dan
pesantren, dimana keduanya harus dicapai bersama-sama untuk mewujudkan
generasi yang mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan dan terknologi serta
memiliki kepribadian dan moralitas yang baik.
Kedua, pada tataran keilmuan menjadi sangat penting untuk dapat
meletakkan nilai tauhid ke dalam wilayah keilmuan yang dikaji mahasiswa
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi akan memperoleh signifikasi
metafisik dan spiritual dari ajaran agama sebaliknya ajaran agama akan
Laporan - 17
17
mendapatkan signifikasi dan justifikasi secara objektif dalam alur disiplin
ilmiah.
Ketiga, dalam wilayah sosial kemasyarakatan saat ini nampak semakin
nyata terlihat adanya fenomena elitis kelompok terpelajar yang pintar ketika
di sekolah tetapi mereka terisolasi oleh ilmu mereka sendiri di tengah-tengah
masyarakatnya sehingga mereka menjadi kehilangan kepekaan terhadap
lingkungan sosialnya. Dampak dari kenyataan ini adalah semakin jauhnya
jarak antara sekolah/perguruan tinggi dengan kebutuhan dan masalah-masalah
riil di masyarakat akhirnya pendidikan seperti berdiri di atas menara gading
yang asing dari realita masyarakat dan budayanya. Padahal idealnya
pendidikan harus dekat bahkan menyatu dengan masyarakat.
Keempat, tidak dapat disangkal bahwa produk pendidikan saat ini
ditambah dengan budaya pragmatis yang berkembang di masyarakat
Indonesia, menjadikan manusia (mahasiswa) bergerak di ruang yang sangat
sempit. Ruangan superfisial akan tetapi telah menjadi arus utama dari budaya
yang berkembang yakni trend, popularitas dan material. Dari ruang-ruang
inilah tolok ukur keberhasilan dan kegagalan dibuat.
Melihat fenomena tersebut, Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga
menyelenggarakan pendidikan yang berusaha mengoptimalkan potensi fitrah
manusia secara holistik sehingga akan terwujud generasi dengan karakter
yang utuh. Sehat secara jasmani, cerdas dalam berfikir, terampil dalam
bekerja dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam. Dengan kata lain
akan diikhtiarkan terwujudnya santri mahasiswa yang akan mampu berperan
secara optimal di masyarakat sesuai dengan keahlian dan bidang ilmunya
masing-masing yang saleh secara sosial dan saleh secara ritual.
1. Santri
Input Santri Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga adalah mahasiswa S1
yang terdaftar di IAIN Salatiga dengan ketentuan, maksimal semester III
untuk mahasiswa reguler dan semester VIII untuk mahasiswa program
KKI sesuai persyaratan yang berlaku.
2. Sistem Pendidikan
Dalam menjalankan sistem pendidikannya Ma‟had Mahasiswa IAIN
Salatiga berusaha mengembangkan potensi fitrah manusia baik dimensi
fikriyah, ruhaniyah, maupun jasmaniyah melalui berbagai bidang
pendidikan yakni: pengajaran, kepengasuhan dan kesantrian, yang
ketiganya dilakukan secara bersama-sama dengan tetap
mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan waktu dan pikiran dari
setiap santri yang juga belajar di IAIN Salatiga
a. Pengajaran
Adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan
belajar mengajar di kelas oleh santri dan ustadz dalam serangkaian
mata dirosah. Selain itu juga ditunjang dengan kegiatan-kegiatan
keilmuan (seminar, diskusi kelompok) yang diselenggarakan oleh
organisasi santri dan kelompok-kelompok kajian yang ada.
Melalui proses ini diharapkan akan terbangun wawasan yang
luas, cara berfikir yang logis dan pemahaman yang utuh terhadap
Laporan - 18
18
hasanah keilmuah Islam termasuk bidang studi yang ditekuni di
perguruan tinggi masing-masing
b. Kepengasuhan
Adalah bidang pendidikan di ma‟had yang memberikan tekanan
pada pembentukan mental dan rasa santri mahasiswa melalui
kegiatan-kegiatan ubudiyah : shalat berjamaah, dzikir, istighotsah,
puasa, qiyam al lail. Juga melalui pendampingan-pendampingan
sehingga dalam diri santri tumbuh nilai kemanusiaan yang dilandasi
dengan nilai ke-Islaman.
c. Kesantrian
Adalah bidang pendidikan di Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga
yang lebih banyak menekankan pada sisi kreatifitas, inisiatif,
kepekaan, keberanian dan kecakapan santri dalam bidang-bidang
yang diminati.
Karenannya dalam proses ini seluruh kegiatan direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh santri dengan berbagai
kegiatan seni, olahraga, pengabdian masyarakat, kewirausahaan,
lingkungan berbahasa, diskusi-diskusi, kegiatan kerumah-tanggaan.
Dalam hal ini asatidz/ pembina bersifat sebagai pendamping dan
pengarah.
e. Visi Dan Misi
1. Visi
Terwujudnya Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai pusat pemantapan
akidah dan akhlak, serta pengembangan ilmu dan tradisi keislaman demi
lahirnya sarjana muslim yang memiliki keunggulan di bidang ilmu
keislaman, kemampuan berbahasa asing, kepribadian utuh, dan ber-
akhlaqul karimah.
2. Misi
a. Mendidik mahasiswa-santri memiliki kemampuan membaca dan
memahami al-Quran dengan baik dan benar, kemantapan akidah,
kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu keagamaan.
b. Memperkuat proses internalisasi nilai-nilai keislaman, kepribadian
dan keadaban melalui pendidikan terintegrasi antara pendidikan
akademik Perguruan Tinggi dan pendidikan pesantren.
c. Melatih keterampilan berbahasa asing (Arab, Inggris dan lainya) bagi
mahasiswa-santri melalui penciptaan lingkungan dan bi’ah
lughawiyah yang kondusif.
a. Fungsi Dan Tujuan
1. Fungsi
Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berfungsi sebagai wahana pembinaan
mahsiswa dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan serta
peningkatan dan pelestarian tradisi spiritualitas keagamaan untuk mendukung
pencapaian visi, misi, dan tujuan IAIN Salatiga.
2. Tujuan
Tujuan ma‟had adalah menghasilkan lulusan yang :
Laporan - 19
19
a. Beraqidah kuat dan berakhlak mulia
b. Memiliki kemampuan berbahasa Arab dan Inggris, baik lisan maupun
tulisan.
c. Menguasai ilmu-ilmu keislaman sebagai dasar pengembangan ilmu
pengetahuan Islam secara luas.
d. Mampu membaca kitab klasik dan kontemporer
e. Menghafal beberapa juz atau seluruh juz al-Quran
f. Memiliki kemampuan akademik kompetitif sehingga mampu
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
dalam kehidupanya sebagai individu dan warga masyarakat.
b. Pengelolaan Ma’had Mahasiswa
1. Posisi Ma’had Dalam Struktur Kelembagaan IAIN Salatiga
1. Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai wahana pembinaan mahasiswa
dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan, serta penanaman
dan pelestarian tradisi spritualitas keagamaan, merupakan sub sistem
akademik dan pembinaan mahasiswa dalam rangka pembinaan visi dan
misi pendidikan tinggi Islam.
2. Ma‟had Mahasiswa merupakan salah satu rukun atau pilar Perguruan
Tinggi Agama Islam. Karena itu ma‟had bukanlah lembaga tersendiri dan
terpisah dari kelembagaan IAIN Salatiga, bukan pula nomenklatur baru,
tetapi satu kesatuan organik dengan IAIN Salatiga. Semua aktfitas ma‟had
dan proses pembelajaran berjalan seiring dan saling menopang demi
keberhasilan pendidikan di IAIN Salatiga
f. Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok
Gambar 2 berikut adalah Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok
pengelola ma’had
Gambar 2. Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok pengelola ma’had
1. Rektor IAIN bersama Pembantu Rektor I, II dan II adalah penanggung
jawab dan penanggung gugat.
2. Direktur Ma‟had:
a. Diangkat oleh Rektor IAIN melalui surat keputusan.
Rektor IAIN Salatiga Puket I, Puket II, Puket
III
Pengasuh Ma’had Putra
Direktur Ma’had
Dewan Mudaris Amin al shunduq Katib
Murabbi Administrasi
Ma’had
Musyrif
Santri
Pengasuh Ma’had Putri
Laporan - 20
20
b. Direktur Ma‟had bertindak sebagai pengambil kebijakan strategis
tentang pengeloaan ma‟had
c. Secara personal maupu bersam-sama Pengasuh Ma‟had dapat
memberikan saran kepada rektor/Rektor tentang pengembangan
ma‟had
d. Direktur Ma‟had menjadi top leader dan pengambil kebijakan strategis
di tingkat ma‟had, penandatangan surat keluar, dan melakukan
hubungan dengan pihak luar.
3. Pengasuh Ma‟had
a. Pengasuh Ma‟had diangkat oleh /Rektor IAIN Salatiga berdasarkan
usulan dewan pengasuh melalui surat keputusan
b. Dalam melaksanakan tugasnya Pengasuh Ma‟had bertanggung jawab
kepada Direktur Ma‟had
c. Memimpin, mengawasi, mengarahkan, mengelola dan
mengembangkan sistem menejemen dan administrasi.
d. Melaksanakan kurikulum akademik, pembudayaan bahasa, program
pembinaan mental spiritual akhlak karimah, yang telah ditetapkan
oleh dewan pengasuh.
e. Mewakili Ma‟had Mahasiswa dalam melaksanakan hubungan dengan
pihak luar.
f. Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan semesteran dan
tahunan kepada rektor/Rektor melaui sidang dewan pengasuh.
4. Katib (sekretaris)
a. Diangkat dan diberhentikan oleh Pengasuh Ma‟had dengan
persetujuan Direktur Ma‟had
b. Bertanggungjawab dalam penyusunan rencana dan program kerja,
pengelolaan di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
kerumahtanggaan, akademik, kesiswaan, perencanaan dan sistem
informasi.
c. Dalam melaksanakan tugasnya, katib dibantu tenaga administrasi
(tata usaha) dalam bidang pendidikan dan pengajaran, pembinaan
kelembagaan dan kegiatan mahasiswa-santri dan alumni, pengelolaan
data dan informasi.
d. Membatu direktur dan pengasuh menyusun laporan kegiatan
semesteran dan tahunan.
5. Bendahara (Amin al Shunduq)
a. Diangkat dan diberhentikan oleh direktur dengan persetujuan dewan
pengasuh.
b. Bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan ma‟had.
c. Membantu mudir menyusun anggaran, menyiapkan, mengolah,
menyajikan data, membukukan dan membuat laporan keuangan.
d. Menyusun laporan keuangan harian, semesteran dan tahunan.
6. Dewan Mudarris
a. Dewan mudarris adalah tenaga pengajar sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan .
Laporan - 21
21
b. Dewan mudarris diangkat dan diberhentikan melalui SK Rektor IAIN
Salatiga
c. Dewan mudarris mempunyai tugas melaksanakan pendidikan-
pengajaran, serta memberikan bimbingan, dan pembiasaan kepada
para mahasiswa-santri dalam proses pendidikan.
7. Murabbi
a. Diangkat dan bertanggungjawab kepada pengasuh
b. Murabbi minimal S1 yang diseleksi untuk bertugas sebagai pelaksana
harian pada masing-masing unit hunian.
c. Pada satu unit hunian ma‟had sekurang-kurangnya dibutuhkan
seorang murabbi.
d. Berdasarkan atas tugasnya, murabbi harus memiliki kompetensi
manajemen dasar, hafal/fasih dalam pembacaan al-Quran,
berkomunikasi bahasa arab dan/atau inggris secara aktif, dan memiliki
kecakapan lain yang dibutuhkan.
8. Musyrif
a. Diangkat dan bertanggung jawab kepada drektur melelui persetujuan
pengasuh.
b. Musyrif adalah bertindak sebagai pembimbing/wali yang menangani
sebanyak-banyaknya 20 mahasiswa-santri, sesuai dengan gender dan
ko-edukasi.
c. Musyrif adalah mahasiswa senior yang diseleksi untuk membantu
murabbi dalam pelaksanaan kegiatan ma‟had, dan pembinaan akhlak,
serta peningkatan spritualitas.
d. Berdasarkan tugasnya, musyrif harus memiliki kompetensi hafal/fasih
dalam pembacaan al-Quran, berkomunikasi bahasa Arab dan/atau
Inggris secara aktif, dan memilki kecakapan lain yang dibutuhkan.
g. Sistem Pengelolaan
1. Pengelolaan manajemen dan administrasi ma‟had al-jamiah dilaksanakan
oleh direktur dibantu oleh : a) sekretaris dan tata usaha, b) bendahara
dalam bidang keuangan.
2. Pengelolaan akademik ma‟had, yakni kagiatan ta’lim tanmiyah lughah,
tsaqofah ma’hadiyah, pembinaan ahklak, dan peningkatan spritualitas
dilaksanakan oleh pengasuh, mudarris, dibantu oleh murabbi dan musyrif.
h. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berasal dari
anggaran IAIN Salatiga atau sumber pendanaan lain yang tidak mengikat.
i. Pelaporan
1) Secara kelembagaan direktur berkewajiban menyusun dan menyampaikan
laporan pelaksanaan tugas secara tertulis dan periodik.
2) Laporan disusun dan dilaksanakan secara berjenjang pada masing-masing
tugas dan fungsi dalam struktur.
3) Pelaporan dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan dan
menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapai oleh
ma’had al-jamiah yang dituangkan dalam dokumen laporan ma’had al-
jamiah.
Laporan - 22
22
4) Laporan disusun berdasarkan rencana strategi, rencana kinerja,
pengukuran kinerja kegiatan, dan pengukuran pencapaian sasaran.
5) Pelaporan disampaikan kepada pimpinan IAIN Salatiga, direktorat
jenderal pendidikan Islam kementerian agama RI, dan pihak lain yang
diperlukan.
j. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan dua cara: monitoring
internal dan eksternal
1. Monitoring dan evaluasi internal dilaksanakan oleh Pusat Penjaminan
Mutu (P2M) IAIN Salatiga.
2. Monitoring dan evaluasi eksternal dilaksanakan oleh ditjen pendidikan
Islam departemen agama RI.
Monitoring dan penilaian meliputi beberapa aspek berikut:
a. Pencapaian visi, misi dan tujuan program
b. Manajemen lembaga (pengelola akademik, administrasi, dan keuangan).
c. Capaian kurikulum dan sistem pembelajaran
d. Menejemen sumber daya manusia dan sarana/prasarana.
e. Profil dan kompetensi out put program
Penilaian profil dan kompetensi out put program dilakukan melalui
metode assestmen kompetensi, yaitu proses pembuktian ketercapaian
kompetensi yang telah ditetapkan.
Tujuan assemen kompetensi adalah mendapatkan bukti-bukti
penguasaan kompetensi yang akan digunakan untuk menilai kinerja
program secara lebih luas.
Assemen kompetensi dilakukan pada akhir masa program, dilakukan
oleh pimpinan IAIN Salatiga.
k. Pola Umum Penyelenggaraan Ma’had Mahasiswa 1. Penyelenggaraan ma‟had mahasiswa dilaksanakan secara bertanggung
jawab dengan memperhatikan prinsip profesionalitas, berorientasi mutu,
keikhlasan, kemadirian, dan kebersamaan demi tercapainya tujuan
pendidikan Ma‟had Mahasiswa
2. Pengaturan dan pengelolaan tempat tinggal mahasiswa dilakukan secara
benar, akuntabel, sesuai aturan yang berlaku, dan diperutukkan bagi
seluruh mahasiswa baru IAIN Salatiga, jika dalam pelaksanaanya,
berkaitan dengan kapasitas hunian asrama (tempat tinggal) yang tidak
mampu menampung seluruh mahasiswa baru, IAIN Salatiga memilih
alternatif pengaturan seperti dibawah ini:
a. Melakukan seleksi terhadapa mahasiswa baru yang dianggap memilki
prestasi.
b. Melakukan pengumuman dan seleksi terhadap mahasiswa baru yang
berminat tinggal di asrama sesuai kebutuhan
3. Berkenaan dengan kapasitas hunian terbatas, pimpinan IAIN Salatiga
berupaya secara bertahap harus memenuhi kebutuhan tersebut dengan
dukungan dari kementerian agama instansi lain yang terkait.
Laporan - 23
23
l. Standar Minimal Ma’had Mahasiswa
1. Komponen Fisik
a. Asrama
1) Asrama merupakan gedung pemondokan bagi mahasiswa-santri
aktif ma‟had al-jamiah dengan dua fungsi utama: (pembelajaran 24
jam) dan wadah pembinaan mahasiswa melalui pola kepengasuhan.
2) Sebagai full day learning sphere, di samping menjadi tempat
tinggal mahawasiswa-santri, asrama harus menjadi wahana
penciptaan situasi yang kondusif bagi pencapaian tujuan
pendidikan di PTAI.
3) Sebagai wadah pembinaan mahasiswa, asrama arus
merepresentasikan nilai-nilai yang dicita-citakan dalam falsafah
kehidupan pesantren melalui pola kepengasuhan yang total.
4) Penghuni asrama adalah mahasiswa aktif IAIN Salatiga.
5) Daya tampung asrama disesuaikan dengan jumlah mahasiswa-
santri aktif, layak huni, memenuhi standar kelayakan hunian.
b. Masjid
1) Masjid berfungsi sebagai sarana ibadah dan pembinaan mahasiswa-
santri dalam menunjang aktifitas keagamaan ma‟had dan/atau
proses pembelajaran secara umum di kampus.
2) Masjid sebaiknya terintegrasi dan berada dilokasi yang dekat
dengan gedung ma‟had/asrama, bukan masjid yang berdiri sendiri
dan jauh dari lokasi.
3) Kapasitas dan daya tampung masjid sekurang-kurangnya sama atau lebih
besar dengan jumlah mahasiswa-santri yang menghuni di asrama.
4) Apabila fasilitas masjid belum terpenuhi, maka untuk sementara
menggunakan aula ma‟had
c. Rumah Pengasuh
1) Rumah pengasuh merupakan sarana tempat tinggal bagi dewan
pengasuh (kiai), yang berfungsi juga sebagai sarana pembelajaran
informal bagi mahasiswa-santri Ma‟had Mahasiswa.
2) Sebagi tempat tinggal, desain rumah pengasuh harus memiliki
kelayakan huni, nilai privasi, dan berada pada lokasi yang dekat
atau terintegrasi dengan asrama.
d. Sarana Penunjang
1) Sebagai penunjang terhadap kegiatan pendidikan di Ma‟had
Mahasiswa, keberadaan saran penunjang dimaksudkan untuk
memberikan nilai tambah bagi dan menunjang pencapaian tujuan
pendidikan di IAIN Salatiga.
2) Sarana penunjang sebaiknnya terintegrasi dengan gedung ma‟had, atau
berada pada lokasi kampus agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Secara umum sarana penunjang terdiri dari 2 kategori:
a) Sarana Penunjang Akademik
Perpustakaan dan ruang baca bagi mahasiswa-santri
Ruang halaqoh
Ruang konsultasi mahasiswa-santri
Laporan - 24
24
Ruang computer
b) Saran Penunjang Lain
Kantin yang memadai
Sarana olahraga dan seni
Gedung pertemuan
Lahan parkir
2. Komponen SDM
a. Direktur Ma‟had (Mudir)
1) Mudir Ma‟had adalah salah seorang yang ditunjuk oleh
pemimpinan IAIN untuk menjadi penanggungjawab
penyelenggaraan Ma‟had Mahasiswa. Kreteria mudir adalah: a)
memiliki kemampuan dalam bidang ilmu agama (terutama keahlian
membaca dan memahami kitab-kitab standar), b) berakhlak
mulia, dan c) memiliki komitmen untuk mengembangkan Ma‟had
Mahasiswa.
2) Mudir bertanggung jawab dalam pengembangan akademik dan
penmbinaan mahasiswa-santri di Ma‟had Mahasiswa, pengambil
kebijakan, menjadi teladan, dan tempat bertanya dalam soal agama.
b. Mudarris adalah beberapa ustad yang karena kemampuanya dalam
bidang ilmu agama (terutama keahlian membaca dan memjelaskan
kitab kuning) dan/atau menguasai al-Quran, ditunjuk untuk
mengampu meteri kajian tertentu di Ma‟had Mahasiswa
c. Murabbi adalah seorang (diutamakan sarjana/alumni SI) yang ditunjuk
secara khusus untuk membantu pengasuh/mudarris dalam pelaksanaan
kegiatan ma‟had, pembelajaran al-Quran, kitab, tahfidz, dan pembinaan
akhlak. Murabbi diharuskan memiliki kemampuan dalam bidang ilmu
agama (terutama keahlian membaca dan menjelaskan kitab kuning), atau
mengampu pembelajaran al-Quran.
d. Musyrif adalah mahasiswa senior yang dipilih untuk membantu
murabbi dalam pelaksanaan kegiatan ma‟had seperti ta‟lim al-Quran
dan kitab, pembinaan akhlak, dan peningkatan spiritualitas, musyrif
diharuskan memiliki kemampuan dalam bidang ilmu agama (terutama
keahlian membaca dan menjelaskan kitab kuning), atau mengampu
pembelajaran al-Quran.
e. Mahasiswa-santri adalah mahasiswa IAIN Salatiga aktif (diutamakan
semester I dan II) yang memenuhi syarat dan bersedia mematuhi
aturan yang berlaku di Ma‟had Mahasiswa.
m. Kurikulum Ma’had Mahasiswa Kurikulum Ma‟had Mahasiswa dimaksudkan sebagai materi pengajaran
yang berlangsung dalam upaya pembinaan mahasiswa. Kurikulum Ma‟had
Mahasiswa berisi bahan kajian (kurikulum) dan kegiatan pembelajaran yang
ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keislaman yang bersumber pada al-
Quran dan al-Sunnah, pembiasaan berbahasa, pembinaan akhlak, dan
peningkatan spiritualitas. Beberapa komponen ta‟lim ma‟hadiy yang dapat
dikembangkan meliputi beberapa hal sebagai berikut:
Laporan - 25
25
a. Ta’lim al-Quran
1. Kegiatan ini wajib diikuti semua mahasiswa-santri yang diklasifikasikan
sesuai dengan kemampuanya dalam empat kategori/kelompok, yakni:
tashwit, qiro’ah, tarjamah dan tafsir.
2. Ta’lim al-Quran dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu
minggu selama dua semester.
3. Indikator capaian ta’lim al-Quran diakhir semester genap, semua
mahasiswa-santri setidak-tidaknya telah mampu membaca al-Quran
dengan baik dan benar, dan mampu menghafal juz amma.
4. Setiap mahasiswa-santri yang telah dinyatakan mencapai indikator
capaian al-Quran. PTAI dapat dijadikan sertifikat tersebut sebagai
prasyarat pengambilan matakuliah ulumul qur‟an/ studi al-Quran.
b. Ta’lim al-Hadist
1. Talim al-hadist wajib diikuti semua mahasiswa-santri
2. Kitab al-hadist diselenggarakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu
minggu selama dua semester.
3. Indikator capaian ta’lim al-hadis adalah kemampuan mahasiswa-santri
menghafal dan memahami makna kandungan hadis, yang jumlahnya
ditentukan oleh majelis masyayikh.
4. Setiap mahasiswa-santri yang telah dinyatakan mencapai indikator
pencapaian ta’lim al-hadist diberikan sertifikat ta‟lim al-hadits.
c. Ta’lim al-Afkar al-Islamiyah
1. Ta’lim al-afkar al-Islamiyah adalah pengajaran dan proses transmisi
pengetahuan keislaman khusus, seperti ilmu dan praktek tasawauf untuk
pembentukan kepribadian dan spiritualitas, atau ilmu fiqh untuk
pembentukan ubudiyah mahasiswa-santri.
2. Kegiatan ini diselenggarakan setidaknya dua kali dalam satu minggu,
selama dua semester, dan wajib diikuti oleh semua santri.
3. Kegiatan ini diasuh langsung oleh pengasuh unit hunian (wali al-mabna).
4. Indikator capaian kompetensi ta’lim al-afkar al-Islamiyah ialah masing-
masing mahasisawa-santri mampu menjelaskan dan memahami hukum-
hukum tertentu dengan menyertakan dalil baik al-Quran mapun al-
sunnah, dan menyebukan pokok-pokok keimanan serta komprehensif.
5. Pada setipa akhir semestrer diselenggarakan test atau evaluasi dan
diberikan sertifikat bagi yang dinyatakan lulus capaian minimal sebagai
syarat mengambil mata kuliah studi kalam atau studi fiqh atau studi
tasawuf.
d. Tanmiyah al-Lughah
Kegiatan tanmiyah al-lughah dapat dilakukan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Penciptaan lingkungan kebahasaan (bi’ah lughowiyah) dilakukan dengan
mengkondisikan lingkungan Ma‟had Mahasiswa melalui beberapa cara
misalnya:
Laporan - 26
26
a. Meletakan beberapa stetement berbahasa Arab/Inggris dibeberapa
tempat strategis, baik berupa ayat al-Quran, al-hadits, pribahasa, atau
pendapat pakar, yang dapat memotivasi penggunaan bahasa arab
maupun inggris.
b. Memberikan materi dan kosa kata bahasa Arab/Inggris dan /bahasa
asing lain yang harus dihafalkan
c. Memberikan layanan administrasi dan layanan umum lainya dengan
menggunkan bahasa Arab/Inggris dan atau bahasa asing lain
d. Memberikan labelisasi benda-benda yang ada di unit-unit hunian dan
sekitar ma‟had dengan memberi nama dalam bahasa Arab/ Inggris
e. Memberlakukan wajib berbahasa Arab/Inggris bagi semua penghuni
ma‟had
f. Membentuk mahkamah bahasa yang bertugas memberikan sanksi
terhadap pelanggaran berbahasa.
2. Pelayanan Konsultasi Bahasa
a. Pelayanan ini dipandu oleh musyrif/ah pada unit masing-masing untuk
membantu mahasiswa-santri yang mendapatkan kesulitan dalam
merangkai kalimat yang benar, melacak arti kata yang benar dan umum
digunakan serta bentuk layanan kebahsaan yang lainya.
b. Layanan ini dapat diakses di ruangan yang telah disediakan
musyrif/ah dengan jadwal layanan yang disepakati dalam sepekan.
3. Al-yaum al-Araby dan English Day
Program ini dilaksanakan dalam satu hari yang dipersiapkan secara
khusus untuk pemberian materi bahasa Arab/Inggris, seperti pelatihan
membuat kalimat yang baik dan benar, permainan kebahasaan, debat,
latihan percakapan dua orang atau lebih dan diskusi bahasa Arab/Inggris
dengan tema-tema tertentu
4. Al-musabaqoh al-Arabiyah dan English Contest
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memacu kreatifitas kebahasaan degan
cara mengkompetisikan keterampilan dan kecakapan mahasiswa-santri
dalam berbahasa Arab/Inggris melalui berbagai lomba kebahasaan.
Kegiatan ini setidaknya dilaksanakan setahun sekali pada akhir program
al-yaum al-araby/english day.
5. Shabah al-Lughah/Language morning
Bentuk kegiatan yang diformat untuk membekali kosa kata, baik
Arab/Inggris, contoh kalimat yang baik dan benar, pembuatan contoh-
contoh kalimat yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi stelah sholat
subuh dimasing-masing unit hunian.
e. Tsaqofah Ma’hadiyah
1. Transmisi tsaqofah ma’hadiyah
a. Tansmisi tsaqofah ma’hadiyah dilakukan melalui kegiatan kuliah
umum dan/pelatihan yang harus diikuti semua unsur Ma‟had
Mahasiswa
Laporan - 27
27
b. Kegiatan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru untuk
memberikan orienstasi dan pembekalan materi tentang sholat,
keistimewaan membaca al-Quran, puasa dan dzikir
c. Materi dan penjelasan kegiatan ini menggunakan dasar normatif
yang mutawatir dan/shohih hikmah al-tasyri’ (filosofi legislasi),
perspektif medis, psikologis, dan sebaginya sehingga dapat
memunculkan kesadaran dan penghayatan masing-masing dalam
menunaikan sholat, puasa, dan dzikir.
2. Pembentukan Tsaqofah Ma’hadiyah
a. Pembengtukan tsaqofah ma’hadiyah meliputi kegiatan sholat
maktubah berjama‟ah, sholat sunnah mua‟kadah, puasa-puasa
sunnah, pembacaan al-adzkar al-ma’tsurah, dan khatmil quran.
b. Pembentukan tsaqofah ma‟hadiyah dilaksanakan oleh semua
civitas Ma‟had Mahasiswa.
c. Pembentukan tsaqofah ma’hadiyah dimaksudkan untuk
meneladani sunnah rosullillah menangkap hikmahnya, sebagai
saran implementasi ilmu, memperdalam spritual, dan membentuk
keagungan akhlak.
f. Daftar Mata Dirosah
1. Al Qur'an
2. Aqidah
3. Ahlaq Tasawuf
4. Fiqh
5. Praktikum Ibadah
6. Masail Fiqhiyah
7. Bahasa Inggris (Klasikal)
8. Bahasa Inggris (Praktis)
9. Bahasa Arab (Klasikal)
10. Bahasa Arab (Praktis)
11. Soft Skill
12. Tilawah
g. Jadwal
Secara umum pesantren mengatur waktu-waktu untuk kegiatan belajar dan
ibadah, yang disesuaikan dengan jadwal dan kegiatan dari mahasiswa di
kampus masing-masing. Selanjutnya pesantren memberikan ruang yang luas
bagi santri mahasiswa untuk aktif di organisasi kemahasiswaan dimana dia
belajar. Sehingga antara pesantren dan perguruan tinggi tidak saling
mengganggu akan tetapi justru diharapkan akan ada sinergi dan saling
memberikan manfaat. Tabel 4 berikut adalah waktu kegiatan di ma‟had
seperti tersaji berikut.
Laporan - 28
28
Tabel 4. berikut adalah waktu kegiatan di ma‟had
Waktu Kegiatan
03.00 – 04.00 Qiyamu al lail (tahajud)
04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjamaah
05.00 – 06.00 Kerja bhakti bersih-bersih (ro‟an)
06.00 – 07.00 Persiapan ke kampus
07.00 – 15.30 Perkuliahan di kampus
15.30 – 17.00 Olah raga
17.00 – 17.30 Tadarrus Al quran
17.30 – 18.00 Shalat maghrib berjamaah + kultum
18.00 – 20.30 Dirosah malam sesuai kelas masing-masing
h. Kegiatan Mingguan Selain aktifitas keseharian, di Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga juga ada
kegiatan-kegiatan yang berjalan secara rutin setiap minggu baik yang
diselenggarakan oleh Pembina maupun oleh organisasi santri seperti tabel 5
berikut.
Tabel 5. Kegiatan rutin ma‟had tiap minggu
Hari Waktu Kegiatan
Jumat Dini hari 03.30 – 04.30 Istighatsah
Kamis malam 18.00 – 20.30 Tahlil, diskusi, rebana, khithabah
Ahad pagi 06.00 – 08.00 Kerja bakti bersama
i. Kegiatan Bulanan dan Tahunan
Selain kegiatan rutin setiap hari dan setiap minggu, juga diselenggarakan
kegiatan bulanan dan tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi santri
dengan bimbingan dari pembina berupa tekhtiman al quran, seminar,
pelatihan kepemimpinan, enterpreneurship, kegiatan sosial kemasyarakatan
(idul Qurban, bhakti sosial, khitanan massal, dll) .
j. Kurikulum Dan Silabus
Secara garis besar, kurikulum Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga dibagi
menjadi dua bagian yang merupakan satu kesatuan integral, yakni: Intra-
curricular dan Extra-curricular.
1. Intra-Curricular
Laporan - 29
29
Intra-curricular adalah kegiatan-kegiatan yang dirancang sehubungan
dengan target-target capaian tujuan instruksional. Kegiatan ini dihitung
berdasarkan bobot dirosah yang bersangkutan, yakni 2 sks mata dirosah
sama dengan 120 menit tatap muka, 120 menit tugas terstruktur, 120
menit tugas mandiri. Kegiatan intra-curricular ini menjadi tanggung
jawab dari masing-masing pengajar mata dirosah dibantu asistennya
(kalau ada). Meskipun demikian, mengingat terbatasnya waktu yang
tersedia, kegiatan pengerjaan tugas terstruktur dan tugas mandiri santri
dilakukan secara integratif.
Kegiatan intra-curricular ini akan dilaksanakan secara demokratis, aktual,
kontekstual, dan lebih mengutamakan penggunaan authentic materials.
Artinya, kegiatan belajar mengajar akan sangat mengedepankan
partisipasi aktif atas pembahasan masalah-masalah sosial-aktual sesuai
konteks permasalahan yang ada. Meskipun demikian, design belajar-
mengajar ini tetap dalam batas-batas kesopanan dan kepantasan
kebebasan mimbar akademik.
2. Extra-curricular
Extra-curricular adalah kegiatan-kegiatan yang sengaja dirancang di luar
kegiatan-kegiatan yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan intra-
curricular. Kegiatan ini antara lain berupa: kegiatan olah raga,
muhadharah, English Conversation, penyelesaian tugas-tugas, pengayaan
wawasan melalui kajian-kajian literatur di perpustakaan, kegiatan-
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dan juga
kegiatan rutin berupa kuliah tamu yang diselenggarakan setiap dua
minggu. Dalam kegiatan extra-curricular ini para santri akan didampingi
musa'id dan peer-tutors yang dalam kesehariannya akan senantiasa
mendampingi para santri dan tinggal bersama mereka di kamar-kamar
para santri. Mengingat para musa'id dan peer-tutors ini nantinya
berfungsi sebagai pendamping sekaligus teman diskusi para santri
(counter-part) terutama dalam melatih kebiasaan muhadatsah dan
speaking-nya, serta metodologi berfikir. Untuk memberikan kesempatan
yang luas kepada santri untuk berlatih maka komposisi ideal antara
musa'id (peer tutors) dengan santri adalah 1:10.
C. Ma’had Aly UIN Malang
a. VISI Ma'had
“Terwujudnya pusat pemantapan akidah, pengembangan ilmu keislaman,
amal shalih, akhlak mulia, pusat informasi pesantren dan sebagai sendi
terciptanya masyarakat muslim Indonesia yang cerdas, dinamis, kreatif,
damai dan sejahtera”.
b. MISI Ma'had 1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan akidah dan kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional
2. Memberikan ketrampilan berbahasa Arab dan Inggris
3. Memperdalam bacaan dan makna al-Qur‟an dengan benar dan baik.
c. Profil Msaa UIN Maliki Malang. 1) Dasar Pemikiran
Laporan - 30
30
Dalam pandangan Islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat
dan terpuji (QS.al-Mujadalah :11), karena ia merupakan komunitas yang
menjadi cikal bakal lahirnya ilmuan (ulama’) yang diharapkan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada
masyarakat dengan pengetahuannya itu (QS al-Taubah:122). Oleh karenanya,
mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang penting untuk menggerakkan
masyarakat Islam menuju kekhalifahannya yang mampu membaca alam nyata
sebagai sebuah keniscayaan ilahiyah (QS.Ali-Imran:191)
2) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang memandang
keberhasilan pendidikan mahasiswa apabila mereka memiliki identitas sebagai
seseorang yang mempunyai: (1) ilmu pengetahuan luas, (2) penglihatan yang
tajam, (3) otak yang cerdas, (4) hati yang lembut dan (5) semangat tinggi
karena Allah (Tarbiyatu Uli al-Albab: Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh, 2005:5)
3) Untuk mencapai keberhasilan tersebut, kegiatan kependidikan di Universitas
Islam Negeri (UIN) Maliki Malang, baik kurikuler, ko-kurikuler maupun
ekstra kurikuler, diarahkan pada pemberdayaan potensi dan kegemaran
mahasiswa untuk mencapai target profil lulusan yang meiliki cirri-ciri: (1)
kemandirian, (2) siap berkompetisi dengan lulusan Perguruan Tinggi lain, (3)
berwawasan akademik global, (4) kemampuan memimpin/sebagai penggerak
umat, (5) bertanggung jawab dalam mengembangkan agama Islam di tengah-
tengah masyarakat, (6) berjiwa besar, dan (7) kemampuan menjadi tauladan
bagi masyarakat sekelilingnya (Visi, Misi dan Tradisi UIN Maliki
Malang, 2006:5).
4) Strategi tersebut mencakup pengembangan kelembagaan dan tercermin dalam:
(1) kemampuan tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, penelitian,
dan berbagai aktivitas ilmiah-religius, (2) kemampuan tradisi akademik yang
mendorong lahirnya kewibawaan akademik bagi seluruh civitas akademika,
(3) kemampuan manajemen yang kokoh dan mampu menggerakkan seluruh
potensi untuk mengembangkan kreatifitas warga kampus, (4) kemampuan
antisipatif masa depan dan bersifat proaktif, (5) kemampuan pimpinan
mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi kekuatan
penggerak lembaga secara menyeluruh, dan (6) kemampuan membangun biah
Islamiyah yang mampu menumbuhsuburkan akhlakul karimah bagi setiap
civitas akademika.
5) Untuk mewujudkan harapan terakhir, salah satunya adalah dibutuhkan
keberadaan ma‟had yang cera intensif mampu memberikan resonansi dalam
mewujudkan lembaga pendidikan tinggi Islam yang ilmiah-religius, sekaligus
sebagai bentuk penguatan terhadap pembentukan lulusan yang intelek-
profesional. Hal ini benar karena tidak sedikit keberadaan ma‟had telah
mampu memberikan sumbangan besar bagi bangsa ini melalui alumninya
dalam mengisi pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian,
keberadaan ma‟had dalam komunitas perguruan tinggi Islam merupakan
keniscayaan yang akan menjadi pilar penting dari banyunan akademik.
6) Saat ini, dilihat dari keberadannya, asrama mahasiswa di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi tiga model. Pertama, asrama mahasiswa sebagai
tempat tinggal sebagian mahasiswa aktif dan berprestasi dengan indikasi nilai
Indeks Prestasi (IP) tinggi. Kegiatan yang ada di asrama model ini ialah
kegiatan yang diprogramkan oleh para penghuninya, sehingga melahirkan
kesan terpisah dari cita-cita perguran tinggi.Kedua, asrama mahasiswa sebagai
tempat tinggal pengurus atau aktivis intra dan ekstra kampus. Kegiatan yang
Laporan - 31
31
ada di asrama model kedua ini banyak terkait dengan kegiatan rutinitas intra
dan ekstra kampus tanpa ada control dari perguruan tinggi. Ketiga, asrama
mahsiswa sebagai tempat tinggal sebagian mahasiswa yang memang
berkeinginan berdomisili di asrama kampus, tanpa ada persyaratan tertentu.
Oleh sebab itu kegiatan yang ada di asrma model ketiga inipun tidak
terprogram secara baik dan terkadang kurang mendukung terhadap visi dan
misi perguruan tinggi-nya.
7) Berdasarkan dari filosofi ini dan misi diatas, sekaligus dari hasil pembacaan
terhadap model asrama mahasiswa yang ada selama ini, Universitas Islam
Negeri (UIN) Maliki Malang memandang bahwa pendirian ma‟had dirasa
sangat urgen bagi upaya merealisasikan semua program kerjanya secara
integral dan sistematis, sejalan dan sinergis dengan visi dan misi UIN Maliki
Malang.
d. PENDIRIAN MA’HAD SUNAN AMPEL AL-‘ALY 1) Ide pendirian ma‟had sunan ampel al-„aly yang diperuntukkan bagi mahasiswa
UIN Maliki Malang sudah lama dipikirkan, yaitu sejak kepemimpinan KH.
Usman Manshur, tetapi hal tersebut belum dapat terealisasikan. Ide tersebut
baru dapat direalisasikan pada masa kepemimpinan Prof.Dr.H.Imam
Suprayogo, ketika itu masih menjabat sebagai Rektor IAIN Malang.
2) Peletakan batu pertama pendirian bangunan ma‟had dimulai pada Ahad Wage,
4 April 1999, oleh 9 (Sembilan) orang kyai berpengaruh di Jawa Timur
yangdisaksikan oleh sejumlah orang kyai lainnya dari Kota dan Kabupaten
Malang dan dalam jangka waktu satu tahun, 4 (empat) unit gedung yang
terdiri dari 189 kamar (3 unit masing-masing 50 kamar dan 1 unit 39 kamar)
dan 5 (lima) rumah pengasuh serta 1 (satu) rumah untuk mudir (direktur)
ma‟had telah berhasil diselesaikan.
3) Pada tanggal 26 Agustus 2000, ma‟had mulai dioperasikan, ada sejumlah 1041
orang santri, 483 santri putra dan 558 santri putrid menghuni unit-unit hunian
yang megah itu. Para santri tersebut adalah mereka yang terdaftar sebagai
mahasiswa baru dari semua fakultas.
4) Dan pada tanggal 17 April 2001, Presiden RI KH.Abdurrahman Wahid
berkenan hadir dan meresmikan penggunaan ke empat hunian ma‟had, yang
masing-masing diberi nama mabna (unit gedung) al-Ghazali, mabna Ibn
Rusyd, mabna Ibn Sina, mabna Ibn Kholdun, selang beberapa bulan kemudian
satu unit hunian berkapasitas 50 kamar untuk 300 orang santri dapat dibangun
dan diberi nama al Farabi yang diresmikan penggunaannya oleh Wakil
Presiden RI, Hamzah Haz dan didampingi oleh Wakil Presiden I Republik
Sudan saat meresmikan alih status IAIN Malang menjadi Universitas Islam
Indonesia Sudan (UIIS).
5) Semua unit hunian ma‟had tersebut sekarang dihuni khusus untuk santri putra,
sementara untuk santri putri sekarang menempati 4 (empat) unit hunian baru
yang dibangun sejak tahun 2006 dan telah selesai pembangunannya, 2 (dua)
unit diantaranya bernama mabna Ummu Salamah dan mabna Asma b.Abi
Bakr, berkapasitas 64 kamar, masing-masing untuk 512 orang. 1 (satu) unit
bernama mabna Fatima al Zahra berkapasitas 60 kamar untuk 480 orang dan 1
(satu) unit bernama mabna Khadijah al Kubro berkapsitas 48 kamar untuk 348
orang.
6) Masing-masing kamar dari 4 (empat) unit hunian tersebut untuk kapasitas 8
(delapan) orang. Kedua unit hunian untuk santri putra dan untuk santri putri
Laporan - 32
32
berada di lokasi terpisah dalam are kampus, semua unit hunian tersebut
berkapasitas 425 kamar untuk 3022 orang santri.
7) Melengkapi nuansa religius dan kultur religiusitas muslim Jawa Timur, maka
dibangunlah monumen (prasasti) yang sekaligus menggambarkan visi dan
misi ma‟had yang tertulis dalam bahasa Arab di depan pintu masuk area unit
hunian untuk santri putra. Prasasti tersebut berbunyi:
(jadilah kamu orang-orang yang memiliki mata hati);
(jadilah kamu orang-orang yang memiliki kecerdasan);
(jadilah kamu orang-orang yang memiliki akal);
(dan berjuanglah untuk membela agama Allah dengan kesungguhan).
e. Progam Ma’had
1) Progam kegiatan harian di Pusat Ma‟had Al-Jami‟ah :
a) Shabah al-Lughah (Language Morning)
b) Ta‟lim Al-Qur‟an
c) Tashih Qiroatul Al-Qur‟an
d) Tahsin Tilawatil Qur‟an
e) Ta‟lim Afkar Al-Islamiyah
f) Shalat Tahajud/ Persiapan shalat shubuh berjamaah
g) Jama‟ah Shalat Shubuh dan pembacaan Wirdul Lathief
h) Shalat Jama‟ah
i) Pembacaan surat Yasin/ Tahsin al-Qiro‟ah/ Madaa‟ih Nabawiyah/
Muhadlarah/ Ratib al-Hadad / Ngaji Bersama
j) Smart Study Community, Kegiatan Ekstra Mabna & UPKM (Unit
Kegiatan Kegiatan Ma‟had: a. JDFI : Shalawat, Kaligrafi, Khitobah, qiroah,
dan MC.
k) Halaqah Ilmiah
l) Jurnalistik El-Ma‟rifah).
m) Pengabsenan jam malam santri dan Pendampingan
n) Belajar mandiri dan istirahat
JADWAL HARIAN MSAA tersaji dalam tabel 6 berikut
Tabel 6. Jadwal Harian Msaa
Waktu Kegiatan
04.00 – 04.30 Shalat tahajud / persiapan shalat shubuh berjamah
04.30 – 05.15 Jamaah shalat shubuh dan pembacaan wirdul lathief
05.15 – 05.45 Shabah al-Lughoh
05.45 – 07.00 Senin dan Rabu ; Ta‟lim al-Qur‟an
Selasa dan Kamis; Ta‟lim al-Afkar al-Islamiyah
07.00 – 14.00 Kegiatan Perkuliahan reguler
08.00 – 14.00 Tashih al-Qiro‟ah
14.00 – 16.30 PKPBA
17.30 – 18.00 Shalat maghrib berjamaah dan pembacaan surat Yasin / Tahsin al
Qiro‟ah / Madaa‟ih Nabawiyah / Muhadlarah / Ratib al-Hadad / Ngaji
Laporan - 33
33
bersama
18.00 – 20.00 PKPBA
20.00 – 21.30 Smart Study Community dan Kegiatan Eksta Mabna
21.30 – 22.30 Pengabsenan jam malam santri dan Pendampingan
D. Analisis Data dan Pembahasan
1. Model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan kualitas
program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri (PTKIN) antara lain; pertama, Perbaikan sarana belajar untuk proses
pembelajaran di Ma‟had yang belum standar. Jumlah space untuk proses
belajar mengajar di Ma‟had perlu diperbaiki dan disempurnakan karena
banyak meja belajar yang kurang memadai, lampu dengan penerangan yang
kurang untuk jumlah mahasantri yang besar dan buku-buku dirosah yang
kurang lengkap. Meja belajar dan lampu yang standar akan membuat
penghuni Ma‟had akan bisa nyaman untuk melaksanakn proses pembelajaran.
Disamping itu sarana belajar juga kurang luas dengan belum tersedia tempat
untuk belajar di dalam sebuah ruangan yang besar yang mampu menampung
seluruh penghuni Ma‟had. Kedua Perbaikan sarana perlu ditingkatkan. Masih
sering terjadi kekurangan air untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK). Sarana
olah raga sebagai wahana untuk membuat tubuh yang segar karena dari tubuh
yang segar akan membuat penghuni ma‟had menjadi bisa berfikir yang baik
dan memiliki ketahanan tubuh yang kuat, perlu dipahami bahwa interaksi
dengan banyak penghuni ma‟had akan menyebabkan penghuni mah‟had
riskan terhadap penyakit tertentu karena selama ini yang terjadi banya
pesantren dengan jumlah santri banyak akan mudah terserang dan tertular
penyakit seperti flu, batuk, dan penyakit kulit, ketiga, Perbaikan Kinerja dan
pendampingan dalam melaksanakan semua program ma‟had. Kinerja dan
semangat untuk menyukseskan program ma‟had perlu ditingkatkan dengan
disiplin yang baik dalam setiap kegiatan ma‟had. Pendamping juga perlu
dimaksimalkan dalam proses pendampingan. Dalam ma‟had bahasa Arab dan
bahasa Inggris masih menjadi permasalahan jika prosentasi pendamping dan
peserta mah‟had masih belum standar dan baik.
2. Teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program pengelolaan Mahad
Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang perlu
dilakukan adalah; pertama, Teknik pemeliharaan hafalan agar peserta ma‟had
bisa khatam beberapa juz Al-qur‟an seperti yang menjadi target pengurus dan
program ma‟had. Kedua, Teknik keberlangsungan alumni peserta ma‟had
untuk mempermudah dan memperlancar program ma‟had berikutnya.
Program ma‟had yang diperuntukkan untuk mahasiswa baru dan hanya 1
tahun atau 2 semester dirasa masih kurang memadai dan lama sehingga perlu
di tambah untuk beberapa semester. Ketiga, Kaderisasi – Regenerasi
penghuni ma‟had diperlukan untuk menjaga kesinambungan program
ma‟had. Kader-kader yang terpilih perlu direkrut untuk regenerasi berikutnya
sebingga program ma‟had bisa diteruskan dan program-program ma‟had akan
Laporan - 34
34
lebih mudah dilaksanakan. Keempat, wacana Ilmuwan ulama dan ulama yang
ilmuwan sebagai tujuan utama pendidikan di perguruan tinggi keagamaan
islam negeri perlu didukung oleh semua pihak agar bisa berhasil. Mimpi agar
pemimpin-pemimpin di negeri Indonesia diisi oleh alumni PTKIN sangat
perlu didorong agar sebera terwujud, bisa memiliki presiden dan wakil
presiden serta menteri dan pemimpin lain yang bisa hafal Al-Qur‟an selain
mereka sarjana.
3. Menghasilkan struktur komponen dan indikator model evaluasi sebagai
acuan penyusunan instrumen evaluasi program pembelajaran pengelolaan
Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Berdasarkan hasil kegiatan FGD dan Uji Keterbacaan yang dilakukan dengan
seorang pakar pengukuran, seorang pakar metodologi, seorang pakar ma‟had,
dan seorang pakar bahasa Indonesia dihasilkan hasil instrumen seperti dalam
tabel 7. berikut;
Tabel 7. Instrumen penelitian
No Pernyataan Skor
1 2 3 4 5
A. Aspek Context
1 Kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had 1 2 3 4 5
2 Kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had 1 2 3 4 5
3 Kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had 1 2 3 4 5
4 Ketersambunagn antara materi ma‟had dengan tujuan PTKIN 1 2 3 4 5
5 Saling mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN 1 2 3 4 5
B. Aspek Input
6 Kriteria calon peserta mahad 1 2 3 4 5
7 Entri behavior peserta mahad 1 2 3 4 5
8 Konsentrasi terhadap materi ma‟had 1 2 3 4 5
9 Respon positif terhadap proses pembelajaran 1 2 3 4 5
10 Kreatif dalam proses pembelajaran 1 2 3 4 5
C. Aspek Proses
11 Pelaksanaan kegiatan di ma‟had 1 2 3 4 5
12 Penggunaan dan keragaman model pembelelajaran 1 2 3 4 5
13 Evaluasi berjalan dengan efektif dan aktif 1 2 3 4 5
14 Materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum 1 2 3 4 5
D. Aspek Product
15 Kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had 1 2 3 4 5
16 Ada respon positif dari masyarakat 1 2 3 4 5
17 Terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had 1 2 3 4 5
18 Materi ma‟had menjadi model bagi pengembangan PTKIN 1 2 3 4 5
19 Kemampuan bahasa asing meningkat 1 2 3 4 5
(ket: 1= tidak cocok; 2=kurang cocok; 3=cukup cocok; 4= cocok; 5=sangat
cocok)
Berdasarkan hasil kegiatan uji coba lapangan utama yang dilakukan
dengan dua orang pimpinan ma‟had, empat orang dosen pembimbing ma‟had, dan
sepuluh orang mahasantri ma‟had dihasilkan hasil instrumen seperti dalam tabel 8
berikut;
Laporan - 35
35
Tabel 8. Instrumen penelitian hasil uji coba lapangan utama
No Pernyataan Rata-rata ket
A. Aspek Context
1 Kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had 4,5 SB
2 Kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had 4,3 SB
3 Kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had 4,3 SB
4 Ketersambunagn antara materi ma‟had dengan tujuan PTKIN 4,3 B
5 Saling mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN 3,9 B
B. Aspek Input
6 Kriteria calon peserta mahad 4,6 SB
7 Entri behavior peserta mahad 3,6 B
8 Konsentrasi terhadap materi ma‟had 3,9 SB
9 Respon positif terhadap proses pembelajaran 3,3 C
10 Kreatif dalam proses pembelajaran 3,8 B
C. Aspek Proses
11 Pelaksanaan kegiatan di ma‟had 3,1 C
12 Penggunaan dan keragaman model pembelelajaran 3,4 C
13 Evaluasi berjalan dengan efektif dan aktif 4,1 B
14 Materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum 4,4 SB
D. Aspek Product
15 Kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had 4 B
16 Ada respon positif dari masyarakat 2,7 C
17 Terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had 4,1 B
18 Materi ma‟had menjadi model bagi pengembangan PTKIN 4,1 B
19 Kemampuan bahasa asing meningkat 3,7 B
(ket: SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup ; K = Kurang ; SK = Sangat
Kurang)
Berdasarkan hasil kegiatan uji coba lapangan operasional yang dilakukan
dengan empat orang pimpinan ma‟had, enam orang dosen pembimbing ma‟had,
dan dua puluh orang mahasantri ma‟had dihasilkan hasil instrumen seperti dalam
tabel 9 berikut;
Tabel 9. Instrumen penelitian pada uji coba lapangan operasional
No Pernyataan Rata-
rata
Ket
A. Aspek Context
1 Kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had 4,4 SB
2 Kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had 4,5 SB
3 Kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had 4,6 SB
4 Ketersambunagn antara materi ma‟had dengan tujuan
PTKIN 4 B
5 Saling mendukung antara materi ma‟had dengan
program PTKIN 4,5 SB
B. Aspek Input
6 Kriteria calon peserta mahad 4,6 SB
7 Entri behavior peserta mahad 3,2 C
8 Konsentrasi terhadap materi ma‟had 4 B
9 Respon positif terhadap proses pembelajaran 3,3 C
10 Kreatif dalam proses pembelajaran 4,1 B
Laporan - 36
36
C. Aspek Proses
11 Pelaksanaan kegiatan di ma‟had 2,8 C
12 Penggunaan dan keragaman model pembelelajaran 4 B
13 Evaluasi berjalan dengan efektif dan aktif 4,3 SB
14 Materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum 4,4 SB
D. Aspek Product
15 Kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti
program ma‟had 4,3 SB
16 Ada respon positif dari masyarakat 2,3 K
17 Terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had 4,1 B
18 Materi ma‟had menjadi model bagi pengembangan
PTKIN 4,1 B
19 Kemampuan bahasa asing meningkat 3,9 B
(ket: SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup ; K = Kurang ; SK = Sangat
Kurang)
Laporan - 37
37
Tabel 10. Rata-Rata Hasil Penelitian
B-1 B-2 B-3 B-4 B-5 B-6 B-7 B-8 B-9 B-10 B-11 B-12 B-13 B-14 B-15 B-16 B-17 B-18 B-19 5 4 5 4 1 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 4 5 5 4 4 4 1 3 4 4 4 5 4 2 5 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 5 2 2 4 5 5 2 5 5 4 5 5 4 5 2 5 1 5 5 2 5 2 4 5 2 2 4 6 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 3 2 4 4 4 5 2 3 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 2 4 5 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 2 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 5 5 4 4 5 4 5 3 2 4 2 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 5 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 5 2 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 2 1 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 5 3 5 2 5 3 5 4 5 5 5 5 1 4 4 5 5 5 4 5 5 5 2 4 2 5 2 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 2 5 4 5 2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 5 5 5 4 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 1 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 3 1 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 4
Laporan - 38
38
5 5 5 5 2 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4 5 4 4 2 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4 2 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 5 2 4 3 3 3 5 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 2 4 2 3 3 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 2 5 5 5 4 1 5 5 5 5 5 4 4 4 5 2 4 2 4 2 2 4 5 4 2 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 2 2 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 2 2 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 3 2 4 4 4 5 2 3 4 4 4 4 4 4 5 5 2 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 1 4 3 4 5 4 5 5 2 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 5 5 5 5 2 4 4 4 3 4 5 5 4 1 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 4 3 5 5 4 4 5 5 3 4 4 2 5 4 5 5 5 5 5 4 2 5 2 5 4 4 5 2 4 2 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 4 4 2
4,5 4,4 4,4 4,5 4,0 4,6 3,4 4,0 3,3 4,0 2,9 3,8 4,2 4,4 4,2 2,4 4,1 4,1 3,8 SB SB SB SB B SB C B C B C B SB SB SB K B B B
E. Analisis Data dan Pembahasan Instrumen
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa instrumen yang
telah diujicobakan adalah instrumen yang baik. Kriteria baik tersebut
ditunjukkan pada nilai rerata dari seluruh komponen penilaian instrumen
menunjukkan hasil nilai 3,94 posisi ini menunjukkan pada rentang skor di
antara 3,4 - 4,2 artinya instrumen sudah baik dan layak digunakan untuk
melakukan uji coba kedua pada penilaian selanjutnya.
Validitas instrumen konteks, input, proses, dan produk semua butir
menunjukkan bahwa butir-butir tersebut telah memenuhi kriteria Kaiser Meiyer
Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) > 0,5 sehingga sudah memenuhi
kriteria. Uji Barletts Tes of Sphericity nilai Chi-Square, df dalam kategori
signifikansi dari semua konstruk sudah di bawah 0,00 artinya sudah signifikan.
Nilai semua butir berada pada di atas 0,3. Dengan demikian, instrumen konteks
dengan faktor-faktornya memiliki butir-butir yang valid semuanya karena telah
memiliki nilai muatan faktor di atas 0,3.
Estimasi reliabilitas instrumen konteks dilakukan dengan menggunakan
rumus Linier Combination of Reliability yaitu masing-masing indikator dilihat
nilai koefisiennya kemudian koefisien dari seluruh indikator tersebut dilihat
koefisien rata-ratanya. Rata-rata nilai koefisien muatan faktor pada instrumen
konteks, input, proses, dan produk adalah menunjukkan pada posisi lebih dari
0,82. Dengan demikian, instrumen konteks dinyatakan reliabel sehingga dapat
digunakan untuk mengevaluasi program ma‟had Aly di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri.
No Pernyataan Rata-
rata
Ket
A. Aspek Context
1 Kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had 4,5 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek context butir
kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had menunjukkan hasil yan sangat baik,
kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had akan menjadi tolak ukur dalam suatu
pandangan jauh tentang program ma‟had, tujuan - tujuan program ma‟had dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang.
Visi itu dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang
ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama
masa yang panjang tersebut. Beberapa persyaratan yang telah dipenuhi karena:
Berorientasi ke depan, Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, Mengekspresikan
kreatifitas, dan Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat akademik
2 Kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had 4,4 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek context butir
kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had menunjukkan hasil yan sangat baik karena
misi ma‟had menunjukkan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
program ma‟had dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam operasionalnya akan
berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi Visi.
43
Misi program ma‟ha menjadi sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula
memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi. Pernyataan Misi memberikan
keterangan yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan
pula keterangan
tentang bagaimana cara program ma‟had bekerja. Mengingat demikian pentingnya
pernyataan misi maka selama pembentukannya perlu diperhatikan masukan-masukan
dari anggota serta sumber-sumber lain yang dianggap penting. Untuk secara
langsung pernyataan Misi belum dapat dipergunakan sebagai petunjuk bekerja.
Intepretasi dalam program ma‟had lebih mendetail diperlukan agar pernyataan Misi
dapat diterjemahkan ke langkah-langkah kerja atau tahapan pencapaian tujuan
sebagaimana tertulis dalam pernyataan Misi. Untuk memberikan tekanan pada faktor
komprehensif dari pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknyamampu
memberikan gambaran yang menjawab pertanyaan pertanyaan
3 Kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had 4,4 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek context butir
kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had menunjukkan hasil yan sangat baik karena
tujuan memuat visi dan misi yang saling bergantung. Misi yang merupakan
pernyataan untuk menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai.
Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus.
Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan
bagaimana melakukannya. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan
pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh peserta dan pengelola ma‟had dan pihak
yang berkepentingan dapat mengenal program ma‟had organisasi dan mengetahui
peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.
sedangkan visi merupakan pandangan/pemikiran pada yang akan datang (cita cita).
Misi adalah sedang/akan melakukan apa yang sudah ada dalam visi itu. Oleh karena
itu ada hubungan antara visi, misi, dan tujuan
penyelenggaraan program ma‟had
4 Ketersambungan antara materi ma‟had dengan tujuan
PTKIN 4,5 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek context butir
Ketersambungan antara materi ma‟had dengan tujuan PTKIN menunjukkan hasil
yang baik, ma‟had menjadi andalan PTKIN dalam meberi wadah bagi mahasiswa
untuk meningkatkan kemampuan akademik yang menjadi tujuan PTKIN, materi-
materi yang diberikan dalam program ma‟had kepada mahasiswa distandarkan dan
disesuaikan dengan tujuan PTKIN
5 Saling mendukung antara materi ma‟had dengan program
PTKIN 4,0 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek context butir Saling
mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN menunjukkan hasil yang
sangat baik, karena program-program ma‟had mempunyaikan keterkaitan dengan
program PTKIN dalam Pertama, membuka perluasan disiplin keilmuan dan
akademik yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner; Kedua, memperkaya dan
meningkatkan sumber daya civitas akademik dan lulusan profesional yang
44
kompetitif pada skala lokal dan nasional; Ketiga, membuka dan meningkatkan
jejaring kerjasama eksternal dengan perguruan tinggi lain yang sejenis maupun
umum pada level nasional dan internasional, pemerintahan daerah dan kota,
lembaga-lembaga pendidikan dan donasi asing, dan stakeholder pengguna lulusan;
Keempat, membuka kesempatan untuk mobilitas vertikal (struktural) dan mobilitas
horizontal (fungsional) yang memungkinkan lembaga memiliki jenjang pendidikan
yang lengkap dari starta satu hingga strata tiga dan fakultas-fakultas yang lengkap
dan memadai
B. Aspek Input
6 Kriteria calon peserta mahad 4,6 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek input butir Saling
mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN menunjukkan hasil yang
sangat baik, kriteria tertentu dalam penetuan calon peserta ma‟had akan sangat
diperlukan dalam melaksanakan program-program ma‟had sebagi sebuah program
andalan PTKIN dalam mendidik mahasiswa.
7 Entri behavior peserta mahad 3,4 C
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek input butir Entri
behavior peserta mahad menunjukkan hasil yang cukup, entri behavior perlu dilihat
dan bisa menjadi pertimbangan untuk peserta ma‟had serta akan dilakukan treatmen
apa dan model pembelajaran yang tepat agar program ma‟had bisa terlaksana dan
terwujud dengan baik seperti yang diharapkan
8 Konsentrasi terhadap materi ma‟had 4,0 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek input butir Konsentrasi
terhadap materi ma‟had menunjukkan hasil yang baik. Konsentrasi terhadap materi
ma‟had akan membuat program-program ma‟had yang telah dicanangkan akan
berhasil dengan cepat. Materi-materi ini harus disesuaikan dan disingkronkan dengan
kegiatan pada level perguruan tinggi. Materi-materi lain yang menjadi tambahan bisa
dilakukan dengan syarat harus mendukung dan menjadi supleman atau bahkan
menjadi komplemen dari kegiatan ma‟had dan perguruan tinggi
9 Respon positif terhadap proses pembelajaran 3,3 C
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek input respon positif
terhadap proses pembelajaran menunjukkan hasil yang cukup. Respon yang baik
terhadap proses pembelajaran baik dari peserta program ma‟had yakni mahasantri,
pengelola dan pengurus ma‟had, pengelola perguruan tinggi, dan masyarakat
terutama mahasantri peserta program ma‟had akan menjadi modal utama dalam
program penyelenggaraan ma‟had. Jika respon dari semua pihak baik dan
mendukung program ma‟had ini maka akan membuat nyaman dan aman dalam setiap
program-program dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan target dan tujuan
pelaksanaannya. Diketahui bersama bahwa program ma‟had adalah program
perpaduan atau kombinasi antara pendidikan tradisional di pesantern dengan
pendidikan modern di perguruan tinggi
10 Kreatif dalam proses pembelajaran 4,0 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek input kreatif dalam
proses pembelajaran menunjukkan hasil yang baik. Perlu ada inovasi dan kreatifitas
45
dalam program penyelengaraan ma‟had agar berhasil seperti yang diinginkan. Cara
mengajar, metode mengajar, media mengajar perlu diupgrade lagi agar presos
pembelajaran bisa berhasil. Dengan jumlah penghuni peserta program ma‟had yang
besar maka menjadi suatu keharusan point kreatif dalam proses pembelajaran
menjadi hal yang penting.
C. Aspek Proses
11 Pelaksanaan kegiatan di ma‟had 2,9 C
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek proses butir
Pelaksanaan kegiatan di ma‟had menunjukkan hasil yang cukup. Program ma‟had
sebagai program isolasi mahasiswa karena mahasiswa ini berbeda dengan mahasiswa
yang indekos di rumah-rumah penduduk yang memiliki waktu yang tidak mengikat
sedangkan program ma‟had ini bertujuan untuk membuat mahasiswa yang lebih baik
dari segi akademik dan keilmuan maka pelaksanaan kegiatan ma‟had menjadi sangat
berguna dalam mensukseskan program ma‟had. Pelaksanaan kegiatan di ma‟had
dilakukan sesuai dengan buku pedoman dan buku petunjuk pelaksanan program
ma‟had.
12 Penggunaan dan keragaman model pembelajaran 3,8 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek proses butir
penggunaan dan keragaman model pembelelajaran menunjukkan hasil yang baik.
Penggunaan dan keragaman model pembelelajaran yang baik akan memunculkan
kreatifitas dalam pembelajaran. Dengan jumlah peserta ma‟had yang besar perlu
dicari solusi pembelajaran yang maksimal sehingga pembelajaran tidak monoton dan
tidak membosankan. Model pembelajaran yang bervariatif akan membuat proses
pembelajaran yang menyenangkan dan bisa membuat pembelajaran menjadi berhasil
13 Evaluasi berjalan dengan efektif dan aktif 4,2 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek proses butir Evaluasi
berjalan dengan efektif dan aktif menunjukkan hasil yang sangat baik. Evaluasi
berjalan dengan efektif dan aktif dalam proses penyelenggaraan ma‟had harus
dilakukan karena tujuan evaluasi adalah untuk meninjau kembali atas pencapaian
tujuan dan untuk membantu memberikan alternatif berikutnya dalam pengambilan
keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka teridentifikasi semua hambatan,
hasil evaluasi dijadikan alat rekomendasi untuk melakukan perbaikan, setelah
perbaikan dari berbagai sektor maka hambatan telah dapat diselesaikan, jika
hambatan telah dapat diselesaikan
14 Materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum 4,4 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek proses butir Materi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum menunjukkan hasil yang sangat baik. materi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum sangat diperlukan dalam mensukseskan
program ma‟had sebagai sebuah program andalan dari perguruan tinggi agama islam
negeri dalam mencetak mahasiswa yang berkualitas. Kesesuain materi pembelajaran
sesuai dengan kurikulum diperlukan agar program ma‟had akan terarah dengan baik.
Kurikulum akan menjadi bahan utama dalam proses pembelajaran di ma‟had.
Singkronisasi kurikulum dan program diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan
program
46
D. Aspek Product
15 Kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program
ma‟had 4,2 SB
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek product butir
Kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had menunjukkan hasil
yang sangat baik. Kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dimiliki oleh peserta
program ma‟had menjadi target dan tujuan utama program ma‟had. Kemampuan
dalam bahasa asing terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi tujuan utama
dalam program ma‟had. Disamping itu peserta program ma‟had akan dibekali
ketrampilan dalam membaca kitab kuning yang masih menjadi budaya pendidikan
Islam di Indonesia yang sebagian besar berbasis pesantren
16 Ada respon positif dari masyarakat 2,4 K
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek product butir Ada
respon positif dari masyarakat menunjukkan hasil yang kurang. Respon masyarakat
terutama orang tua wali mahasiswa yang positif menjadi alasan lain yang membuat
program ma‟had bisa semakin eksis. Orang tua mahasiswa memasukkan anak ke
dalam pendidikan di perguruan tinggi agama Islam salah satunya memiliki mimpi
agar anak mereka menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi negara dengan
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang agama Islam sehingga jika
menjadi pemimpin atau pejabat makan memiliki sifat yang amanah, jujur. Salah satu
mimpi dan cita-cita penyelenggaraan perguruan tinggi agama Islam adalah menctak
ilmuwan yang ulama dan ulama yang ilmuwan.
17 Terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had 4,1 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek product butir Terlihat
jelas hasil dari alumni ma‟had menunjukkan hasil yang baik. Alumni yang
diharapkan dari program ma‟had ini bisa menjadi pembimbing dan panutan dari para
peserta ma‟had. Alumni diseleksi menjadi pembimbing bagi para peserta program
ma‟had setelahnya. Karena program ma‟had ini adalah program besar maka
diperlukan para pembimbing yang banyak dan bisa membimbing dalam bahasa Arab,
Bahasa Inggris, dan hafalan Al-qur‟an. Dari kontribusi alumni bisa juga menjadi
daya tarik peserta dan bahkan mahasiswa baru untuk menempuh pendidikan di
perguraan tinggi agama islam. Salah satu cita-cita dan mimpi program perguruan
tinggi agama Islam, semoga kelak akan muncul alumni-alumni PTKI yang
memimpin bangsa Indonesia ini.
18 Materi ma‟had menjadi model bagi pengembangan
PTKIN 4,1 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek product butir Materi
ma‟had menjadi model bagi pengembangan PTKIN menunjukkan hasil yang baik.
Saat ini perguruan tinggi agama islam sebagian besar masih mencari dan berusaha
menemukan pola, bentuk, dan model pengembangannya. Materi-materi yang ada
dalam program ma‟had bisa menjadi jawaban dari permasalahan ini. Perguruan
tinggi memang berbeda dengan pesantren. Sebagian besar pendapat menyebutkan
bahwa pesantren adalah masih menjadi pendidikan tradisional dan perguruan tinggi
adalah pendidikan modern atau pendidikan masa depan. Masih banyak pakar yang
47
ingin memadukan kedua pendidikan tradisional dan pendidikan modern tersebut.
19 Kemampuan bahasa asing meningkat 3,8 B
Data hasil kegiatan uji coba lapangan operasional pada aspek product butir
Kemampuan bahasa asing meningkat menunjukkan hasil yang baik. Kemampuan
bahasa asing terutama bahasan Arab dan bahasa Inggris menjadi salah satu tujuan
program ma‟had terutama menuju program pemerintah yakni MEA atau masyarakat
ekonomi asia yang bebas dan memerlukan sumber daya manusia yang kompetitif dan
bagus terutama dalam bahasa asing. Dalam era MEA maka satu asia akan menjadi
satu dan akan memiliki efek tentang kompetensi sumber daya manusia. Dengan
kemampuan bahasa asing yang meningkat dan baik maka diharapkan para alumni
program ma‟had terutama alumni perguruan tingga agama Islam bisa bersaing
dengan sumber daya manusia negara lain.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan kualitas program
pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
antara lain; Perbaikan sarana belajar, Perbaikan sarana dan prasarana, Perbaikan
kinerja dan pendampingan.
2. Teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program pengelolaan Mahad Aly
di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) adalah; Teknik
pemeliharaan kemampuan bahasa asing terutama bahasa Inggris dan bahasa
Arab serta teknik hafalan, Teknik keberlangsungan alumni peserta ma‟had,
Kaderisasi – Regenerasi, Ilmuwan ulama dan ulama yang ilmuwan
3. Struktur komponen dan indikator model evaluasi sebagai acuan penyusunan
instrumen evaluasi program pembelajaran pengelolaan Mahad Aly di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yakni; Aspek Context
terdiri atas kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had, kelengkapan dan kejelasan
misi ma‟had, kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had, ketersambunagn antara
materi ma‟had dengan tujuan PTKIN, Saling mendukung antara materi ma‟had
dengan program PTKIN. Aspek Input meliputi; kriteria calon peserta mahad,
entri behavior peserta mahad, konsentrasi terhadap materi ma‟had, Respon
positif terhadap proses pembelajaran, Kreatif dalam proses pembelajaran. Aspek
Proses meliputi pelaksanaan kegiatan di ma‟had, penggunaan dan keragaman
model pembelelajaran, evaluasi berjalan dengan efektif dan aktif, materi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Aspek Product meliputi; kemampuan
yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had, ada respon positif dari
masyarakat, terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had, materi ma‟had menjadi
model bagi pengembangan PTKIN, kemampuan bahasa asing meningkat
B. Saran
Bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang
melaksanakan program Ma‟had Aly seharusnya untuk selalu melaksanakan
evaluasi program yang telah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dan
ketercapaian program sehingga bisa dipertahankan dan mengetahui kelemahan
untuk dilakukan perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas program periode
berikutnya karena program Mahad Aly bisa menjadi andalan Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam menghasilkan mahasiswa yang baik.
Bagi derektorat pendidikan tinggi islam harus mendorong beberapa
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang belum melaksanakan
program Ma‟had Aly ini agar segera mengadakan untuk meningkatakan kualitas
mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)
49
Daftar Pustaka
Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. (2000). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta: PPs UNJ
Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pondok
Pesantren & Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Djubaedi. (1999). Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.
Eko Putro W. (2008). Model Evaluasi Program Pembelajaran IPS Di SMP. Disertasi
Doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Ibnu Hadjar.(1996).Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam
Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Imam Suprayogo dan Rasmiato, (2008). Perubahan Pedidikan Tinggi Islam;
Refleksi Perubahan IAIN/ IAIN Menjadi UIN, Malang; UIN Press.
Miles, M.B., and Huberman, A.M. Qualitative Data Analysis: An Expanded
Sourcebook Sage Publications, Thousand Oaks, California
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisión making.
Columbus, Ohio: Ohio State University
Suharsimi Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Suharsimi Arikunto & Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sumadi Suryabrata. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Worthen, B.R. & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and
Practice. California: wadsworth Publishing Company, Inc
50
FOTO-FOTO KEGIATAN
Kegiatan FGD instrumen penelitian
Gedung Kantin Mahad Aly UIN Malang
51
Salah satu sudut Ma‟had Aly UIN Malang
Ketua Tim Peneliti di depan kantin Ma‟had Aly UIN Malang
52
Salah satu sudut ruang direktur Ma‟had Aly UIN Malang
Bersama direktur Ma‟had Aly UIN Malang
53
Ruang staff Ma‟had Aly UIN Malang
Jumlah mahasantri ma‟had Aly UIN Malang
54
Gedung Ma‟had Aly IAIN Salatiga
Salah satu sudut ma‟had Aly IAIN Salatiga
55
Suasana ruang kamar Ma‟had Aly IAIN Salatiga
Motivator word di Ma‟had Aly IAIN Salatiga
56
Sport land Ma‟had Aly IAIN Salatiga
Kegiatan desiminasi hasil penelitian