�PETA PANDUAN (Road Map)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
PETA PANDUAN (Road Map)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
Tahun 2010 - 2014
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN2009
Buku I
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari 26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu:
1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.
�vPETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.
3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.
4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.
5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.
6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.
Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi:
vKATA PENGANTAR
1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.
2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map) ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.
Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, November 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
MOHAMAD S. HIDAYAT
v�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
v��DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................ vii
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL .................................................................... xi
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BAJA ...................................... 1
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI BAJA ...................................... 9
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI SEMEN ................................... 29
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI SEMEN ................................... 37
v���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA ............................ 49
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI PETROKIMIA ............................ 57
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAMIK ................................ 77
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI KERAMIK ................................ 85
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MESIN LISTRIK DAN PERALATAN LISTRIK ................................................................... 101
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI MESIN LISTRIK DAN PERALATAN LISTRIK ................................................................... 109
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MESIN PERALATAN UMUM ......... 131
�xDAFTAR ISI
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI MESIN PERALATAN UMUM ......... 139
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ...... 159
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ...... 167
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI ALAS KAKI .............................. 189
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI ALAS KAKI .............................. 197
xPETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
x�PERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2008
TENTANG
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa pengembangan industri nasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri, dan yang memiliki struktur yang sehat dan berkeadilan, berkelanjutan, serta mampu memper-kokoh ketahanan nasional memerlukan sebuah kebijakan industri nasional yang jelas;
b. Bahwa Pasal 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan pemberian fasilitas bagi penanaman modal yang sesuai dengan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. Bahwa ...
x��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
c. Bahwa sehubungan dengan hal-hal se-bagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan kebijakan industri nasional sebagai pedoman dalam pengembangan industri nasional dan sebagai dasar pemberian fasilitas pe-merintah, dengan Peraturan Presiden;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
5. Undang-Undang ...
x���PERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11);
8. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2008;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL.
Pasal 1
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan industri nasional.
(2) Kebijakan ...
x�vPETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(2) Kebijakan industri nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi Bangun Industri Nasional, Strategi Pembangunan Industri Nasional dan Fasilitas Pemerintah.
(3) Kebijakan industri nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termuat dalam Lampiran Peraturan Presiden ini.
Pasal 2
Menteri yang bertugas dan bertanggung-jawab di bidang perindustrian menyusun dan menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu.
Pasal 3
(1) Dalam rangka pengembangan kompe-tensi inti industri daerah yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3):
a. Pemerintah Provinsi menyusun peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi; dan
b. Pemerintah ...
xvPERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
b. Pemerintah Kabupaten/Kota me-nyusun peta panduan pengem-bangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota.
(2) Menteri yang bertugas dan bertang-gungjawab di bidang perindustrian me-netapkan peta panduan pengembangan industri unggulan Provinsi dan peta panduan pe ngembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota.
Pasal 4
(1) Pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada:
a. Industri prioritas tinggi, baik industri prioritas nasional maupun industri prioritas berdasarkan kompetensi inti industri daerah;
b. Industri pionir;
c. Industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau daerah lain yang dianggap perlu;
d. Industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi;
e. Industri yang menunjang pem-bangunan infrastruktur;
f. Industri yang melakukan alih teknologi;
g. Industri yang menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. Industri ...
xv�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
h. Industri yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi;
i. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri; atau
j. Industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
(2) Fasilitas yang dimaksud pada ayat (1) berupa insentif fiskal, insentif non-fiskal, dan kemudahan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian fasilitas sebagaimana di-maksud pada ayat (1) ditinjau kembali setiap 2 (dua) tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu, untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.
Pasal 5
(1) Permohonan pemberian fasilitas sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diajukan kepada Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi.
(2) Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi:
a. Mengkaji permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. mengevaluasi ...
xv��PERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
b. mengevaluasi pemberian fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3); serta
c. merekomendasikan pemberian atau pencabutan fasilitas pemerintah kepada Menteri atau pejabat terkait yang berwenang, guna diproses lebih lanjut penetapannya.
(3) Prosedur, mekanisme permohonan dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut oleh Ketua Harian Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi.
Pasal 6
(1) Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian mem-bentuk Tim Teknis yang bertugas meng-kaji, merumuskan dan mengevaluasi:
a. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas;
b. Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi; dan
c. Peta Panduan Pengembangan Kompe-tensi Inti Industri Kabupaten/Kota.
(2) Keanggotaan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur instansi pemerintah dan unsur lainnya yang dipandang perlu.
(3) Dalam ...
xv���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Teknis berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha.
(4) Tim Teknis mengusulkan hasil kajian, perumusan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian, untuk mendapat penetapan.
Pasal 7
Kebijakan industri nasional ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu.
Pasal 8
(1) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian.
(2) Para Menteri lain/pimpinan instansi terkait melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini dan peraturan pelaksanaannya, sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.
Pasal ...
x�xPERATURAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
Pasal 9
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum,
Dr. M. Iman Santoso
xxPETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BAJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri baja merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetap-kan peta panduan pengembangan klaster industri baja;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Baja;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indo-nesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga-nisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BAJA.
�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Baja Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri baja untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Baja adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Besi dan Baja Dasar (KBLI-27101);
b. Industri Penggilingan Baja (KBLI-27102);
c. Industri Pipa dan Sambungan Pipa dari Besi dan Baja (KBLI-27103).
3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Peme-rintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan prog-ram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster industri Baja, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Baja ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Baja dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BAJA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri BajaBerdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Industri Logam Dasar Besi dan Baja termasuk dalam kode 2710 yang terdiri dari:
• 27101 : Industri besi dan baja dasar (iron and steel making)
• 27102 : Industri penggilingan baja (steel rolling)
• 27103 : Industri pipa dan sambungan pipa dari baja dan besi
B. Pengelompokan Industri BajaBerdasarkan aliran proses dan hubungan antara bahan baku dan produk, maka struktur industri baja dapat ditunjukkan sebagai pohon industri baja seperti pada Gambar I.1 berikut:
IndustriBaja
Bloom Profil Berat
Slab Stainless Steel
Pig Iron
Scrap
Besi Spon
Steel/Iron cast
Billet
Ingot
Slab
Iron Ore
Pellet Besi
Pipa Tanpa Kampuh
PC Wire
Mur & Baut
Pipa Las Spiral
Paku
Wire & Rod
Kawat Las
Besi Beton/Profil
Shaft Bar
Profil Las
GI Sheet
Tin Plate
Coasted Steel, dll
Pipa Las Lurus
Buluh
Green Pipe
ROD
Kawat
Bar
HRC
Plate
CRC
HRC Stainless Steel
CRC Stainless Steel
Gambar I.1. Pohon Industri Baja
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Selanjutnya, struktur industri baja nasional tersebut dapat pula dibagi dalam pengelompokan sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel I.1. Pengelompokan Industri Baja Nasional
Industri H ilir
B jLS Tin P la te
Ga lvanizing
P ro fi l Las
P ipa B a ja
S hearing /S litting
B a ja B a tangan
B esi K ana l P ro fi l P aku W ire
M eshB esi
B e tonK awat B e ton
K awat B a ja
K awat Las
M ur & B aut
P C W ire
Pembuatan Finished Long ProductPembuatan Finished Flat Product
B ijih B esi
F e rro N icke l
B esi S pons
P ig Iron S crap Ingo t S lab B ille t B loom HRC /
P /SC RC /P /S
P e la t B a ja
W ire Rod
Industri Hulu Industri A nta ra 1 Industri A nta ra 2
Pertambangan Peyediaan Bahan Baku Pembuatan Baja Kasar Pembuatan Semi Finished
Product
Pengelompokan tersebut diusulkan sebagai bentuk penyederhanaan dalam identifikasi kondisi masing-masing tahapan proses.
1. Kelompok Industri Hulu
a. Pertambangan
Meskipun secara proses bukan dianggap sebagai bagian dari industri besi baja dan merupakan industri pemasok dalam supply chain industri baja, namun keberadaannya sangat strategis dalam menentukan daya saing industri baja suatu negara. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah pertambangan bijih besi, pasir besi, ferro nikel, batu bara baik untuk bahan energi maupun bahan baku kokas, gas alam, mineral penunjang seperti batu kapur dan dolomit.
b. Penyedia Bahan Baku.
Kelompok ini juga sangat strategis dalam menentukan daya saing industri baja suatu
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
negara. Kelompok ini terdiri dua jalur proses pembuatan besi (iron making) serta satu industri penyediaan scrap yang merupakan material besi bekas. Sebagaimana dipahami secara umum dalam dunia perbajaan, bahwa terdapat dua jalur utama dalam industri pembuatan besi.
Jalur pertama yang mendominasi sebesar 70% dari produksi besi dunia adalah melalui teknologi blast furnace. Melalui proses ini bijih besi direduksi dengan kokas batu bara dalam sebuah tanur tiup yang tinggi. Produk dari proses ini adalah besi cair yang kemudian dapat diproses lebih lanjut dalam tahap steel making atau dapat langsung dicetak sebagaimana dikenal sebagai pig iron.
Jalur lain yang merupakan alternatif industri pembuatan besi adalah jalur pembuatan besi spons. Melalui jalur ini bijih besi dalam bentuk bulk atau pellet direduksi dengan gas pereduksi (yang berasal dari gas alam atau batu bara). Produk dari proses ini dapat berupa besi spons atau hot briquette iron (HBI), sebagai bahan baku proses steel making selanjutnya. Jalur ini menguasai sekitar 25 dari produksi besi dunia.
Di samping dua jalur utama diatas terdapat pula beberapa teknologi penyedia bahan baku industri baja yang jumlahnya relatif kecil seperti teknologi direct smelting, rotary kiln, dan open heart.
2. Kelompok Industri Antara 1: Pembuatan Baja Kasar (Crude Steel)
Kelompok ini sering dijadikan ukuran produksi industri baja suatu negara. Melalui proses yang
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
tahap akhirnya mengubah baja cair menjadi baja padat ini dihasilkan bloom dan billet sebagai bahan baku industri baja pengolahan long product, slab sebagai bahan baku industri pengolahan flat product dan ingot sebagai bahan baku industri pembentukan baja lainnya.
Konsumsi per kapita industri baja suatu negara di-hitung dari jumlah produksi baja kasar ini dibagi dengan jumlah penduduk negara tersebut pada saat itu.
3. Kelompok Industri Antara 2: Pembuatan Baja Semi Finished Product
Kelompok ketiga ini adalah tahap yang memproses baja kasar menjadi produk semi finished.
Billet dan bloom merupakan bahan baku untuk pem-buatan produk semi finished wire rod dan green pipe. Selanjutnya wire rod akan menjadi bahan baku berbagai industri pengolahan long finished product seperti paku, baut, mur, kawat las, PC wire. Sedangkan green pipe akan menjadi bahan baku industri seamless pipe (OCTG dan Line Pipe) bagi industri migas.
Sementara semi finished product di jalur flat product adalah hot rolled coil (HRC), hot rolled plate (HRP) dan cold rolled coil (CRC). HRC selain merupakan bahan baku terbesar dari industri pengolahan flat product seperti untuk konstruksi, pipa las spiral dan otomotif. Sementara CRC digunakan sebagai bahan baku industri peralatan rumah tangga, otomotif, pelapisan seng. Pelat baja merupakan semi finished product yang digunakan sebagai bahan baku industri pipa las longitudinal, profil dan perkapalan.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
4. Kelompok Industri Hilir
a. Pembuatan baja finished flat product
Kelompok ini merupakan konsumen terbesar industri baja dunia. Berbagai industri pemakai diantaranya industri konstruksi, otomotif, pipa, profil dan pelapisan. Sebagai media antara bahan baku HRC dan CRC dengan kebutuhan industri pembuatan finished product, maka di-masukkan pula dalam kelompok ini industri jasa pemotongan dan pembentukan baja lembaran (shearing/slitting lines).
b. Pembuatan baja finished long product
Kelompok ini merupakan konsumen paling bervariasi dari industri baja. Berbagai industri pemakai diantaranya industri pembuatan baja batangan, profil, baja konstruksi, kawat, paku, mur/baut.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
Sasaran pengembangan jangka menengah antara lain mengembangkan industri pengolahan bahan baku besi baja berbasis sumber daya lokal, mengoptimalkan kapasitas terpasang industri baja kasar (7.4 juta ton) dan berkembangnya produk baja lembaran dan baja batangan untuk kebutuhan industri perkapalan, pipa migas, konstruksi, otomotif, kemasan dan peralatan rumah tangga. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam jangka panjang adalah tumbuhnya industri peleburan baja terintegrasi yang menghasilkan baja khusus berbasis sumber daya lokal.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Baja Nasional
1. Visi Industri Baja Nasional
Memiliki industri baja modern dan efisien yang berstandar dunia yang memenuhi kebutuhan seluruh produk baja domestik dengan pencapaian konsumsi per kapita dunia.
2. Arah Pengembangan
Memiliki industri baja yang mencapai daya saing global dalam aspek biaya, mutu, dan kemampuan sumber daya manusia dan level teknologi.
Setelah merumuskan gambaran masa depan dan arah pengembangan industri baja nasional, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan peta arsitektur strategis sebagai cetak biru rumusan strategi berikut skenarionya untuk mendukung tercapainya visi industri dalam waktu yang telah ditentukan, yaitu 15 tahun.
Gambar III.1 menunjukkan hasil penyusunan peta arsitektur strategik yang dibuat secara skematik sederhana. Simplifikasi peta arsitektur strategik dipilih dan ditetapkan untuk memberi kemudahan dalam mendapatkan pengertian dan ide-ide skenario yang diusulkan.
Peta arsitektur tersebut disusun sebagai berikut:
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
a. Bahwa sebagai hasil gambaran masa depan, dicita-citakan terciptanya industri baja nasional pada tahun 2020 yang memiliki daya saing tinggi.
b. Indikasi daya saing tersebut dijabarkan dalam empat indikator pencapaian yaitu:
• Kapasitas produksi
• Teknologi, research & development, dan sumber daya manusia
• Supporting
• Pendanaan
c. Untuk mengusahakan jalur pencapaian dilakukan dengan 3 tahap implementasi yang berjangka masing-masing lima tahun.
d. Dalam setiap tahap implementasi kemudian diusulkan berbagai action plan yang menunjang dan mensukseskan setiap jalur pencapaian.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
2006
-20
1020
11 -
2015
2016
-20
20
Indu
stri
Baj
a N
asio
nal
Saa
t Ini
Indu
stri
Baj
a N
asio
nal
Ber
daya
S
aing
Ti
nggi
Pen
ingk
atan
ut
ilisi
sasi
ka
pasi
tas
Inve
stas
i S
ekto
r Yan
g B
elum
Ada
Pem
bang
unan
Fa
silit
as
Pro
duks
i Bar
u
Per
baik
an T
ekno
logi
P
rodu
ksi
& P
embi
naan
M
anaj
eria
l
Inte
gras
i Ind
ustri
Hul
u da
n Pe
ning
kata
n Ki
nerja
Pro
duks
iPe
ning
kata
n Ka
pasit
as &
Pen
gem
bang
an
Prod
uk B
aru
Peni
ngka
tan
Daya
Sai
ng P
rodu
ksi &
Pe
rtum
buha
n Be
rkel
anju
tan
Pem
enuh
an
Kap
asita
s U
ntuk
m
emen
uhi
Kon
sum
si p
er
kapi
ta
Pen
erap
an
Tekn
olog
i &
Man
ajem
en
Mod
ern
dan
R &
D
Pen
erap
an
Man
ajem
en d
an
Tekn
olog
i Ram
ah
Ling
kung
an
Per
baik
an D
atab
ase
&M
endo
rong
M
ekan
ism
e P
asar
Keb
ijaka
n P
asar
da
n H
arga
Inte
gras
i ke
Indu
stri
Hili
r
Inse
ntif
Inve
stas
i
Pen
gusa
haan
D
ana
Inve
stas
i &
Sw
asta
nisa
si
Kon
solid
asi &
R
estru
ktur
isas
i
Fund
ing
Sup
porti
ng
Tek
nolo
gi,R
&D
dan
SD
M
Pro
duct
ion
Cap
acity
Pen
gem
bang
an
Indu
stri
Bah
an
Bak
u
Kons
umsi
per k
apita
: 43
kg
Pena
wara
n : 1
0 ju
ta to
n pe
r tah
unKo
nsum
si pe
r kap
ita :
56 k
gPe
nawa
ran
: 15
juta
ton
per t
ahun
Kons
umsi
per k
apita
: 70
kg
Pena
wara
n : 2
0 ju
ta to
n pe
r tah
unKonsumsi per kapita : 29 kg
Penawaran : 6.5 juta ton per tahun
2006
-20
1020
11 -
2015
2016
-20
20
Indu
stri
Baj
a N
asio
nal
Saa
t Ini
Indu
stri
Baj
a N
asio
nal
Ber
daya
S
aing
Ti
nggi
Pen
ingk
atan
ut
ilisi
sasi
ka
pasi
tas
Inve
stas
i S
ekto
r Yan
g B
elum
Ada
Pem
bang
unan
Fa
silit
as
Pro
duks
i Bar
u
Per
baik
an T
ekno
logi
P
rodu
ksi
& P
embi
naan
M
anaj
eria
l
Inte
gras
i Ind
ustri
Hul
u da
n Pe
ning
kata
n Ki
nerja
Pro
duks
iPe
ning
kata
n Ka
pasit
as &
Pen
gem
bang
an
Prod
uk B
aru
Peni
ngka
tan
Daya
Sai
ng P
rodu
ksi &
Pe
rtum
buha
n Be
rkel
anju
tan
Pem
enuh
an
Kap
asita
s U
ntuk
m
emen
uhi
Kon
sum
si p
er
kapi
ta
Pen
erap
an
Tekn
olog
i &
Man
ajem
en
Mod
ern
dan
R &
D
Pen
erap
an
Man
ajem
en d
an
Tekn
olog
i Ram
ah
Ling
kung
an
Per
baik
an D
atab
ase
&M
endo
rong
M
ekan
ism
e P
asar
Keb
ijaka
n P
asar
da
n H
arga
Inte
gras
i ke
Indu
stri
Hili
r
Inse
ntif
Inve
stas
i
Pen
gusa
haan
D
ana
Inve
stas
i &
Sw
asta
nisa
si
Kon
solid
asi &
R
estru
ktur
isas
i
Fund
ing
Sup
porti
ng
Tek
nolo
gi,R
&D
dan
SD
M
Pro
duct
ion
Cap
acity
Pen
gem
bang
an
Indu
stri
Bah
an
Bak
u
Kons
umsi
per k
apita
: 43
kg
Pena
wara
n : 1
0 ju
ta to
n pe
r tah
unKo
nsum
si pe
r kap
ita :
56 k
gPe
nawa
ran
: 15
juta
ton
per t
ahun
Kons
umsi
per k
apita
: 70
kg
Pena
wara
n : 2
0 ju
ta to
n pe
r tah
unKonsumsi per kapita : 29 kg
Penawaran : 6.5 juta ton per tahun
Gam
bar
III.
1.
Peta
Ars
itektu
r S
trate
gik
In
du
stri
Baja
Nasi
on
al
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
B. Indikator Pencapaian1. Kapasitas Produksi
Memperhatikan bahwa konsumsi per kapita baja nasional pada tahun 2005 adalah 29 kg yang didapat dari kebutuhan baja sebanyak 6.5 juta ton per tahun yang dikonsumsi oleh 238 juta penduduk Indonesia.
Apabila laju pertumbuhan penduduk saat ini pada level 1.5% dijadikan acuan untuk proyeksi 15 tahun mendatang, jumlah penduduk Indonesia pada pada tahu 2020 akan mencapai 300 juta orang.
Apabila konsumsi rata-rata dunia diproyeksi seperti pada level saat ini yaitu 70 kg per kapita, maka kapasitas produksi industri baja nasional harus bisa mencapai 20 juta ton per tahun pada tahun 2020.
Sebagai benchmark, dapat dibandingkan dengan gambaran masa depan yang diantisipasi oleh India dalam pengembangan industri baja nasionalnya. India memproyeksikan pengembangan industri bajanya dari konsumsi per kapita pada saaat ini sebanyak 30 kg /tahun mencapai level rata-rata dunia pada 170 kg/tahun dalam 15 tahun mendatang. Total konsumsi nasioal pada saat ini sejumlah 36 juta ton per tahun ditingkatkan menjadi 90 juta ton per tahun terutama dengan pertumbuhan kapasitas produksi sebesar 7.3% per tahun menjadi 110 juta ton per tahun dengan memperhatikan pertumbuhan PDB sebesar 7-8% /tahun hingga tahun 2020.
2. Teknologi, R&D dan Sumber Daya Manusia
Teknologi menjadi indikator daya saing dari industri baja. Level teknologi sangat menentukan konsumsi energi dan produktifitas dari sebuah pabrik baja.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
Biaya Research & Development juga merupakan salah satu indikasi dari kemajuan industri baja suatu negara. Hal ini dihubungkan dengan pengembangan jenis produk yang dihasilkan baik untuk memproduksi kebutuhan akan produk baru maupun meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang rutin diproduksi.
Akhirnya kemampuan sumber daya manusia me-rupakan indikator bagi produktifitas dan kemampuan manajemen suatu industri baja baik dalam aspek operasional, perawatan maupun pemasaran.
3. Supporting
Kondisi yang kondusif untuk meningkatkan produksi dan konsumsi baja juga merupakan indikator pencapaian daya saing industri baja nasional. Kondisi tersebut dinataranya kebijakan pemerintah di bidang perdagangan, promosi pemakaian baja, serta kebijakan pasar dan harga. Kebijakan lain yang juga strategis adalah hubungan industri baja dengan sektor industri lain terutama industri hilir yang merupakan konsumen industri baja.
4. Pendanaan
Penyediaan dana investasi merupakan indikator lain dalam pencapaian daya saing industri. Ketersediaan dana investasi menjadi prasyarat yang mendorong inisiatif pembangunan industri yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Kecenderungan industri baja global juga me-mungkinkan terjadinya proses restrukturisasi dan konsolidasi antar produsen baja baik secara domestik maupun lintas negara. Kondisi yang kondusif harus diusahakan untuk mendukung proses global ini
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
mengingat kecenderungan ini sangat potensial dalam menentukan daya saing industri baja di level internasional.
C. Tahapan ImplementasiSecara lengkap, tahapan implementasi yang diusulkan untuk pencapaian industri baja nasional berdaya saing global dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kinerja Industri
Tahap pertama dari implementasi (tahun 2006 – 2010) dilakukan untuk dapat mulai menyeimbangkan struktur industri dan perbaikan kinerja industri baja nasional.
Pada tahap ini diharapkan tingkat per kapita baja nasional mencapai 43 kg per tahun dengan tingkat penawaran sebesar 10 juta ton per tahun pada akhir tahun 2010.
Hal ini dilakukan dengan tahap awal pengembangan industri penyedia bahan baku berbasis sumber daya lokal dan melengkapi fasilitas produksi dari sektor-sektor yang belum ada. Secara bersamaan perlu di lakukan peningkatan utilisasi kapasitas dan perbaikan teknologi fasilitas industri yang ada.
Pada saat yang sama, perlu dilakukan peningkatan ke-mampuan sumber daya manusia untuk mengimbangi pengembangan industri tersebut. Dalam hal ini, dengan memperhatikan perkembangan industri baja global dan tahap implementasi selanjutnya, perlu dilakukan pembinaan manajemen untuk pengelolaan bisnis berstandar dunia (world class skilled management) khususnya khususnya untuk industri BUMN.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
Di sisi lain, sebagai prasyarat penyuksesan pe-ningkatan konsumsi yang cukup signifikan, maka harus dilakukan dengan memperjelas mekanisme pasar baik pasar domestik maupun pasar impor /ekspor. Ini dilakukan dengan menghilangkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam bentuk pajak maupun subsidi. Hal ini sangat kritis dilakukan mengingat mulai tahun 2010 telah diberlakukan pula konsensus pasar bebas (APEC dan persiapan WTO).
Untuk menunjang pembangunan, kebijakan dalam penyediaan dana investasi dan kebijakan perdagangan serta promosi juga menjadi faktor kunci keberhasilan usaha implementasi ini.
2. Tahap 2: Peningkatan Kapasitas dan Pengem-bangan Produk Baru
Tahap kedua dari implementasi (tahun 2011–2015) dilakukan dengan pening-katan kapasitas produksi yang baru secara agresif melalui penerapan teknologi yang terkini, yang diimbangi dengan manajemen modern, yang didukung dengan ketersediaan tenaga ahli yang terlatih dan ketersediaan dana investasi yang kompetitif.
Pada tahap ini diharapkan tingkat per kapita baja nasional mencapai 57 kg per tahun dengan tingkat penawaran sebesar 15 juta ton per tahun pada akhir tahun 2015.
Di sisi lain peningkatan kapasitas produksi dan pe-ngembangan produk-produk baru, harus diimbangi pula dengan penciptaan pasar konsumsi yang kondusif dan realisasi pembangunan yang mengkonsumsi baja secara intensif.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Sebagai alternatif pendanaan investasi, perlu didukung negosiasi dengan sumber-sumber foreign direct investment (FDI) atau swastanisasi industri BUMN untuk mendatangkan modal investasi dari pasar domestik.
3. Tahap 3: Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan
Tahap akhir dari implementasi pencapaian industri baja nasional berdaya saing global selama 15 tahun mendatang (tahun 2016 – 2020), adalah untuk pencapaian daya saing produksi dan penciptaan kondisi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pada tahap akhir 15 tahun ke depan ini, diharapkan tingkat per kapita baja nasional mencapai 70 kg per tahun dengan tingkat penawaran sebesar 20 juta ton per tahun pada akhir tahun 2020.
Usaha implementasi utamanya adalah dengan me-neruskan program-program pada tahap kedua dengan memperhatikan kecenderungan industri baja global seperti perkembangan teknologi, kecenderungan konsolidasi dan ketatnya proteksi lingkungan.
Implementasinya dilakukan dengan pemenuhan kapa-sitas dan mutu produksi pada level global, penerapan manajemen dan pendekatan teknologi yang ramah lingkungan. Di sisi lain, penciptaan kondisi yang kondusif untuk mengakomodasi kecenderungan global juga perlu diusahakan, diantaranya kecenderungan integrasi dengan industri-industri konsumen di hilir dan kecenderungan konsolidasi dan restrukturisasi yang bersifat domestik maupun lintas negara.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 103/M-IND/PER/10/2009
BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI
Tabel IV.1. Rencana Aksi Pengembangan Industri Baja Nasional
Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : �0�/M-IND/PER/�0/�00�
13
BAB IV
PROGRAM / RENCANA AKSI
Tabel IV.1. Rencana Aksi Pengembangan Industri Baja Nasional
Indikator Pencapaian
Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan
Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Produk Baru
Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kinerja Industri
Tahap Implementasi
Menerapkan manajemen modern yang didukung dengan ketersediaan tenaga ahli yang terlatih
Mengembangkan kapasitas produksi yang baru secara agresif melalui penerapan teknologi yang terkini
Mengembangkan produk-produk baru
10 juta ton / tahun
56 kg / kapita / tahun
Tahap 2 (2011 – 2015)
penerapan manajemen dan pendekatan teknologi yang ramah lingkungan
Memperbaiki teknologi fasilitas yang ada.
Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia untuk mengimbangi pengembangan industri
Melakukan pembinaan manajemen untuk pengelolaan bisnis berstandar dunia khususnya untuk industri BUMN.
Teknologi, R&D dan SDM
Implementasinya dilakukan dengan pemenuhan kapasitas dan mutu produksi pada level global,. Di sisi lain,
Menyeimbangkan struktur industri
Memperbaiki kinerja industri
Mengembangkan industri penyedia bahan baku berbasis sumber daya lokal
Investasi fasilitas produksi sektor-sektor yang belum ada.
Meningkatkan utilisasi kapasitas
Kapasitas Produksi
10 juta ton / tahun 10 juta ton / tahun Penawaran
70 kg / kapita / tahun 43 kg / kapita / tahun Indeks Konsumsi
Tahap 3 (2016 – 2020) Tahap 1 (2006-2010)
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : �0�/M-IND/PER/�0/�00�
14
Gambar IV.1. Peran Pemangku Kepentingan Pengembangan Industri Baja Nasional
Mengusahakan ketersediaan dana investasi yang kompetitif
Mendukung negosiasi dengan sumber-sumber foreign direct investment (FDI) sebagai alternatif
Swastanisasi industri BUMN untuk mendatangkan modal investasi dari pasar domestik.
Menciptakan pasar konsumsi yang kondusif dan realisasi pembangunan yang mengkonsumsi baja secara intensif
Tahap 2 (2011 – 2015)
Action Plan
kecenderungan konsolidasi dan restrukturisasi yang bersifat domestik maupun lintas negara.
Membuat kebijakan dalam penyediaan dana investasi
Pendanaan
penciptaan kondisi yang kondusif untuk mengakomodasi kecenderungan global juga perlu diusahakan, diantaranya kecenderungan integrasi dengan industri-industri konsumen di hilir dan
Memperjelas mekanisme pasar baik pasar domestik maupun pasar impor / ekspor
Menghilangkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam bentuk pajak maupun subsidi (2010 telah diberlakukan pula konsensus pasar bebas APEC dan persiapan WTO).
Meningkatkan kebijakan perdagangan serta promosi
Suporting
Tahap 3 (2016 – 2020) Tahap 1 (2006-2010)
Peningkatan Daya Saing
Eksportir Perusahaan Jasa Distribusi
Perusahaan Industri Baja
Perusahaan Penghasil Bahan Baku & Energi
Perusahaan Penyedia Industri Penunjang, Perusahaan Penyedia Mesin Peralatan, Jasa Transportasi, Jasa Keuangan, Jasa Konsultasi
Produsen Lembaga Litbang APBEBSI, GABBESI, GAPIPA, GABSI Perguruan Tinggi Asosiasi &
Lembaga Litbang
Pemerintah Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal Kement. Lingkungan Hidup Kement. Ristek Dept. Tenaga Kerja danTransmigrasi Dept. Keuangan Dept. Energi dan Sumber Daya Mineral Dept. Perdagangan Dept. Perindustrian Pemerintah
Gambar IV.1. Peran Pemangku Kepentingan Pengembangan Industri Baja Nasional
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI SEMEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri semen merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri semen;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Semen;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Peme-rintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Re-publik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI SEMEN.
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Semen Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri semen untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Semen adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Semen (KBLI 26411);
b. Industri Kapur (KBLI 26412);
c. Industri Gips (KBLI 26413).
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Semen, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Semen ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Semen dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI SEMEN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Semen1. Semen merupakan komoditi strategis yang me-
manfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor) melalui proses pembakaran temperatur tinggi (di atas 1.000 0C).
2. Industri semen mempunyai karakteristik :
a. Padat modal (capital intensive);
b. Padat energi berupa batubara dalam proses pembakaran dan energi listrik;
c. Bersifat padat (bulky) dalam volume besar sehingga biaya transportasi tinggi.
3. Produsen semen nasional telah mampu memproduksi 11 jenis semen menurut kegunaannya, namun yang paling banyak digunakan adalah semen Portland (tipe I – V), semen komposit/campur dan semen putih.
4. Hasil produksi diutamakan untuk memenuhi ke-butuhan nasional untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan perumahan, sedangkan ke-lebihan produksi diekspor agar proses produksi berkesinambungan dan silo-silo tidak penuh.
5. Industri semen nasional mempunyai daya saing yang tinggi dan termasuk kelompok komoditi yang diperdagangkan tanpa hambatan tarif (BM = 0%) sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas hambatan (FTA).
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
B. Pengelompokan Industri Semen1. Produsen semen mampu memproduksi berbagai jenis
(saat ini ada 11) semen menurut kegunaannya;
2. Tarif Bea Masuk semen sejak tahun 1995 adalah 0% dan mulai tahun 2010 akan menjadi 5%;
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk semen telah direvisi dan akan dinotifikasikan ke Sekretariat WTO bidang standardisasi untuk diberlakukan secara wajib.
Tabel 1. Tarif Bea Masuk Produk Semen Berdasarkan HS Tahun 2008
HS DESKRIPSI BM PPN (%) SNI
2523.21.00.00 Portlan Putih 0 10 15-0129-2004
2523.29.90.00 Portland Pozoland 0 10 15-0302-2004
2523.29.10.00 Portland Type I – V 0 10 15-2049-2004
2523.29.29.00 Portland Campur 0 10 15-3500-2004
2523.90.00.00 Masonry 0 10 15-3758-2004
2523.29.29.00 Semen Portland Komposit 0 10 15-7064-2004
2523.90.00.00 Oil Well Cement (OWC) 0 10 15.3044-1992
Sumber: Buku Tarif Bea Masuk Indonesia Tahun 2008
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
A. Sasaran Jangka Menengah (2010 -2014)1. Meningkatnya utilitas produksi dari 70% menjadi
80% yang didukung kemampuan produksi berbagai jenis semen dengan spesifikasi khusus;
2. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional;
3. Diterapkannya secara wajib SNI No. 35/M-IND/PER/4/2007 tanggal 31 Agustus 2007 terhadap produk semen.
B. Sasaran Jangka Panjang (2010-2025)1. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional di seluruh
pelosok tanah air dengan harga jual yang tidak jauh berbeda di masing-masing daerah;
2. Terjaminnya pasokan energi khususnya batubara untuk periode jangka panjang;
3. Tersedianya tenaga kerja operator pabrik yang kompeten;
4. Makin menguatnya daya saing industri semen;
5. Terwujudnya kemampuan rekayasa dan fabrikasi pembangunan pabrik semen.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Semen
1. Visi Industri Semen
Menjadikan industri semen nasional berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2. Arah Pengembangan
Arah pengembangan industri semen adalah me-ningkatkan daya saing melalui efisiensi penggunaan energi dan diversifikasi produk semen.
B. Strategi Kebijakan1. Memenuhi kebutuhan nasional;
2. Melakukan persebaran pembangunan pabrik semen ke arah luar Pulau Jawa;
3. Meningkatkan daya saing industri semen melalui efisiensi penggunaan energi;
4. Meningkatkan kemampuan kompetensi sumber daya manusia dalam desain dan perekayasaan pengembangan industri semen.
C. Indikator Pencapaian1. Terpenuhinya kebutuhan nasional pada tingkat
harga yang kompetitif;
2. Makin efisiennya penggunaan batubara, listrik dan energi lainnya;
3. Makin mandirinya dalam pembangunan pabrik baru.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
D. Tahapan Implementasi
1. Langkah-langkah yang telah dilakukan
a. Membuat estimasi kebutuhan semen dalam jangka pendek (2010 – 2014) maupun jangka panjang (2010 – 2025);
b. Meningkatkan daya saing industri semen melalui upaya efisiensi penggunaan energi;
c. Melakukan program Diklat Standar Kompetensi SDM yang dikoordinir oleh ISBI;
d. Menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/4/ 2007 tentang Penerapan SNI Semen secara Wajib.
2. Langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan
a. Membuat estimasi pemenuhan kebutuhan semen dalam jangka pendek (2010–2014) maupun jangka panjang (2010–2025), melalui pembangunan pabrik baru;
b. Terus melakukan upaya peningkatan daya saing terutama pada penggunaan energi dan diversifikasi produk semen;
c. Terus melakukan program Diklat Standar Kompetensi SDM bekerjasama dengan ISBI dan instansi terkait;
d. Menerapkan dan melakukan pengawasan serta pembinaan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Perindustrian Nomo 35/M-IND/PER/4/2007 tentang Penerapan SNI Semen secara Wajib.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI
A. Program Jangka Menengah (2010 -2014)1. Meningkatkan kemampuan SDM persemenan melalui
program pendidikan dan pelatihan kompetensi SDM;
2. Meningkatkan penggunaan semen non Portland tipe I melalui kegiatan sosialisasi dan kerjasama dengan pihak REI;
3. Meningkatkan penghematan dalam penggunaan energi melalui:
Kajian audit energi;
Peningkatan efisiensi energi panas dari 800 kkal per kg klinker menjadi 760 kkal per kg klinker;
Penggunaan sumber energi alternatif;
Penggunaan peralatan tambahan seperti Waste Heat Recovery Boiler.
B. Program Jangka Panjang (2010-2025)1. Mengembangkan industri semen di luar Pulau
Jawa khususnya Kawasan Timur Indonesia melalui pembangunan unit pengepakan, cement mill sampai pabrik semen secara utuh;
2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam rekayasa dan pabrikasi melalui kerjasama dengan Institut Semen Beton Indonesia (ISBI) dalam program diklat dari tingkat operator hingga D3;
3. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dalam penggunaan bahan baku, emisi debu dan
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
efisiensi energi, melalui program CDM secara ber-kesinambungan;
4. Meningkatkan kerjasama kemitraan antara produsen batubara dan semen;
5. Mendorong pengembangan teknologi yang lebih efisien melalui peningkatan kerjasama dengan NEDO maupun perusahaan permesinan dunia.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 104/M-IND/PER/10/2009
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Sem
en
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
7
Indu
stri
Inti
Indu
str�
Sem
en
Indu
stri
Pend
ukun
g
Mes
�n
dan
Pera
lata
n;
Batu
bara
, Ke
rtas
Kraf
t, G
ypsu
m,
Tran
spor
tas�
Indu
stri
Terk
ait
Baha
n Ba
ngun
an
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
(201
0 –
2015
)
�.
Terp
enuh
�nya
keb
utuh
an s
emen
nas
�ona
l; �.
Te
rcap
a�ny
a t�n
gkat
ut�l�
sas�
rata
-rata
d�a
tas
�0 p
erse
n;
�.
D�te
rapk
anny
a Pe
rmen
per�n
��/
�00�
tent
ang
SNI s
ecar
a wa
j�b s
emen
; �.
Pe
n�ng
kata
n ef
�s�e
ns� p
engg
unaa
n en
erg�
.
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng (2
015 –
2025
) �.
Men
guat
nya
stru
ktur
�ndu
str�
sem
en;
�. T
�ngg
�nya
day
a sa
�ng
�ndu
str�
sem
en n
as�o
nal d
� pas
ar d
omes
t�k d
an e
kspo
r; �.
Mak
�n e
f�s�e
nnya
pen
ggun
aan
ener
g�.
Stra
tegi
Sekt
or
: M
endu
kung
upa
ya p
emen
uhan
pas
okan
sem
en d
� sel
uruh
tana
h a�
r pad
a t�n
gkat
har
ga y
ang
waja
r dan
terja
ngka
u.
Tekn
olog
i : P
enge
mba
ngan
tekn
olog
� pro
ses
prod
uks�
yang
ef�s
�en.
Poko
k-Po
kok
Renc
ana
Aksi
Jan
gka
Men
enga
h (2
010 –
2015
)
1. M
enja
m�n
pem
enuh
an k
ebut
uhan
nas
�ona
l; 2.
Men
erap
kan
seca
ra k
ons�s
ten
Perm
enpe
r�n n
o. �
�/�0
0� t
enta
ng S
NI W
aj�b
Se
men
; 3.
Mel
akuk
an k
erja
sam
a de
ngan
NED
O d
alam
pem
bang
uan
Was
te H
eat R
ecov
ery
Powe
r Gen
erat
�on
d� P
T. S
emen
Pad
ang;
4.
Mel
akuk
an k
oord
�nas
� den
gan
Pem
er�n
tah
Daer
ah d
an p
rodu
sen
sem
en d
alam
ra
ngka
pen
gem
bang
an �n
dust
r� �n
t� d�
dae
rah;
5.
Mem
prom
os�ka
n �n
vest
as� �
ndus
tr� s
emen
d� l
uar J
awa
khus
usny
a Pa
pua
Bara
t.
Poko
k-po
kok
Renc
ana
Aksi
Jan
gka
Panj
ang
(201
5 –
2025
) 1.
Mel
anju
tkan
pro
gram
ef�s
�ens
� dan
d�ve
rs�f�k
as� e
nerg
�; 2.
Men
erap
kan
dan
peng
awas
an
SNI
sesu
a�
deng
an
Perm
enpe
r�n
no.
��/�
00�;
3.
Men
gem
bang
kan
kom
pete
ns� s
umbe
r day
a m
anus
�a b
ag� �
ndus
tr� s
emen
; 4.
Men
gem
bang
kan
�ndu
str�
sem
en y
ang
berd
aya
sa�n
g t�n
gg�;
5. M
enge
mba
ngka
n b�
dang
des
a�n,
rek
ayas
a da
n fa
br�k
as�
pabr
�k s
emen
ya
ng h
emat
ene
rg�.
Unsu
r Pen
unja
ng
Perio
desa
si P
embi
naan
:
a.
Per�o
de �
00� –
�00�
: Pe
ngam
anan
keb
utuh
an s
emen
nas
�ona
l; b.
Pe
r�ode
�0�
0 –
�0��
: Pe
ngem
bang
an te
knol
og� y
ang
mak
�n m
oder
n da
n ef
�s�en
; c.
Pe
r�ode
�0�
� –
�0��
: Pe
ngem
bang
an k
emam
puan
reka
yasa
dan
per
mes
�nan
. Pa
sar :
a.
M
emba
ngun
day
a sa
�ng
guna
men
ghad
ap� p
rodu
k �m
por
teru
tam
a se
men
dar
� C�
na;
b.
Men
�ngk
atka
n ak
ses
& pe
netra
s� d�
pas
ar te
ruta
ma
d� K
awas
an T
�mur
Indo
nes�
a;
SDM
: a.
M
en�n
gkat
kan
kem
ampu
an k
ompe
tens
� SD
M d
� b�
dang
rek
ayas
a da
n pa
br�k
as� m
elal
u� p
end�
d�ka
n da
n pe
lat�h
an s
�ngk
at h
�ngg
a D�
; b.
M
elak
sana
kan
pela
t�han
s�st
em m
anaj
emen
mut
u pa
da �n
dust
r� se
men
. In
frast
rukt
ur :
a.
Pen�
ngka
tan
pera
n l�tb
ang
dan
perg
urua
n t�n
gg�;
b.
Peng
emba
ngan
kem
ampu
an B
ala�
Bes
ar S
emen
yan
g m
ampu
mel
akuk
an
desa
�n d
an re
kaya
sa p
eral
atan
sem
en.
Gam
bar 1
. Ker
angk
a Pe
ngem
bang
an In
dust
ri Se
men
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
8
Gam
bar 2
. Ker
angk
a Ke
terk
aita
n In
dust
ri Se
men
Gam
bar
2.
Kera
ng
ka K
ete
rkait
an
In
du
stri
Sem
en
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri petrokimia merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri petro-kimia;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Petrokimia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Petrokimia Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri petrokimia untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Petrokimia adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Kimia Dasar Organik yang Bersumber dari Minyak Bumi, Gas Bumi dan Batu Bara (KBLI 24117);
b. Industri Kimia Dasar Organik lainnya (KBLI 24119);
c. Industri Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer (KBLI 24122);
d. Industri Pupuk Buatan Majemuk Hara Makro Primer (KBLI 24123);
e. Industri Pupuk Buatan Campuran Hara Makro Primer (KBLI 24124).
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang me-laksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan prog-ram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Petrokimia, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Petrokimia ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Petrokimia dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambat-nya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
PETROKIMIA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri PetrokimiaIndustri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri yang berbahan baku utama produk migas (naphta, kondensat yang merupakan produk samping eksploitasi gas bumi, gas alam), batubara, gas metana batubara, serta biomassa yang mengandung senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin, gas sintesa, asetilena dan menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut, untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya.”
Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery (coke).
Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi, dll).
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
B. Pengelompokan Industri Petrokimia
Industri petrokimia dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Industri petrokimia hulu
Industri petrokimia hulu merupakan industri paling hulu dalam rangkaian industri petrokimia, memproses bahan baku berupa naphta dan/atau kondensat menjadi hidrokarbon olefin, aromatik, dan parafin.
Contoh : industri olefin (ethylene, polyethylene, dll), industri aromatik (benzene, paraxylene, dll), industri berbasis C-1 (ammonia, methanol).
2. Industri petrokimia antara
Industri petrokimia antara adalah industri yang memproses bahan baku olefin, aromatik (produk industri petrokimia hulu) menjadi produk-produk turunannya seperti vinyl chloride, styrene, ethylene glycol, dll.
3. Industri petrokimia hilir
Industri petrokimia hilir adalah industri yang mengolah bahan yang dihasilkan oleh industri petrokimia antara menjadi berbagai produk akhir yang digunakan oleh industri atau konsumen akhir (industrial dan consumer goods).
Contoh: industri PET, PP, HDPE, PVC, EDC, PTA, dll.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
A. Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)1. Optimalisasi pemanfaatan kapasitas terpasang industri
petrokimia dari 81% (2009) menjadi lebih dari 85% (2014).
2. Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal menjadi lebih dari 20% (2014).
3. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu:
a. Olefin: ethylene dari 600.000 Ton/Tahun menjadi 900.000 Ton/Tahun,
b. Aromatik: toluene 100.000 Ton/Tahun, dan orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
c. Berbasis C1: amoniak 6,1 Juta Ton/Tahun menjadi 6,8 Juta Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun.
4. Terintegrasinya pengembangan industri petrokimia dengan pendekatan klaster, berlokasi di Banten (Anyer, Merak, Cilegon) untuk yang berbasis olefin, di Jawa Timur (Tuban, Gresik, Lamongan) untuk yang berbasis aromatik dan di Kalimantan Timur (Bontang) untuk yang berbasis C1.
B. Sasaran Jangka Panjang (2015-2025)1. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia
hulu:
a. Olefin: ethylene dari 900.000 Ton/Tahun menjadi 1,25 Juta Ton/Tahun,
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Berbasis C1: amoniak 6,8 Juta Ton/Tahun menjadi 7,5 Juta Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun menjadi 1,5 Juta Ton/Tahun, pupuk NPK dari 700.000 Ton/Tahun menjadi 1,9 Juta Ton/Tahun.
2. Terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri petrokimia antara dan industri petrokimia hilir melalui jaringan distribusi dan infrastruktur yang efektif dan efisien.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Petro-kimia
1. Visi Industri petrokimia
Mewujudkan industri petrokimia yang berdaya saing dan mandiri.
2. Misi
• Pemantapan struktur industri petrokimia
• Peningkatan efisiensi.
• Perluasan lapangan kerja.
• Percepatan alih teknologi
3. Arah Pengembangan Industri Petrokimia :
Pengembangan industri berskala besar
4. Strategi
a. Peningkatan utilisasi:
• Penguasaan pasar DN dan pasar ekspor, serta peningkatan informasi pasar.
• Peningkatan efisiensi bahan baku dan energi.
• Optimalisasi pemanfaatan bahan baku dalam negeri.
• Penciptaan iklim usaha kondusif terhadap industri daur ulang petrokimia.
• Integrasi industri petrokimia hulu dengan industri migas.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Penguatan struktur industri petrokimia yang terkait pada semua tingkat dalam rantai nilai (value chain):
• Peningkatan nilai tambah dengan pe-ningkatan kandungan lokal (bahan baku, barang modal/ peralatan pabrik, SDM, teknologi, jasa konstruksi, jasa pemeliharaan dan modal DN).
• Penciptaan Iklim investasi dan usaha yang kondusif melalui pemberian insentif dibidang fiskal, moneter dan administrasi termasuk jaminan hukum dan kestabilan keamanan.
• Pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
• Pengembangan kemampuan SDM.
c. Pengembangan teknologi kedepan:
• Meningkatkan kemampuan alih teknologi dengan memanfaatkan lisensi teknologi proses petrokimia C-1, Olefin dan Aromatik yang habis masa lisensinya berdasarkan inovasi teknologi dalam negeri.
• Mengaplikasikan lisensi teknologi proses Industri Urea yang dikembangkan bersama pemilik lisensor.
• Sinergi dalam penelitian teknologi proses industri polimer seperti alkyd resin, unsaturated polyester resin, polyurethane resin.
d. Pengembangan lokasi klaster:
• Bontang, Kaltim
• Tuban - Gresik, Jawa Timur
• Anyer – Merak – Cilegon – Serang, Banten
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
5. Kebijakan
a. Pengaturan alokasi SDA lokal sebagai bahan baku industri petrokimia.
b. Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penghematan maupun diversifikasi bahan baku/energi.
c. Pengaturan limbah/scrap/used-product petrokimia sebagai bahan baku.
d. Pengaturan insentif pajak untuk mendorong peningkatan investasi industri petrokimia.
e. Pengaturan peningkatan SDM melalui peningkatan standar kompetensi kerja nasional industri petro-kimia.
f. Pengaturan mengenai pembangunan infra-struktur industri antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan swasta.
g. Pengaturan yang mengutamakan penggunaan produksi DN.
h. Pengaturan pengembangan litbang teknologi DN yang terintegrasi dan berkualitas melalui pemberian insentif.
B. Indikator Pencapaian • Meningkatnya pemanfaatan kapasitas terpasang
industri petrokimia.
• Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal.
• Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu: Olefin, Aromatik, Berbasis C1.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
C. Tahapan Implementasi • Mengalokasikan secara khusus pemanfaatan
komponen-komponen gas bumi, kondensat, naphta dan senyawa-senyawa alkana, yang di satu sisi mendukung perkembangan kebutuhan untuk industri petrokimia dan di sisi lain tidak mengganggu upaya penggalangan cadangan devisa nasional;
• Membuka peluang pemanfaatan bahan baku alternatif dari dalam negeri, seperti batubara dan biomassa yang saat ini belum digunakan di industri petrokimia.
• Memacu pengembangan industri petrokimia yang menggunakan kandungan teknologi yang di-kembangkan di dalam negeri yang makin meningkat;
• Mendorong pengembangan industri petrokimia yang memiliki keterkaitan kuat dengan sektor ekonomi lainnya.
• Menciptakan iklim investasi yang menarik bagi pengembangan industri petrokimia berskala menengah, terutama pada tingkat daerah, bagi pengembangan industri petrokimia antara dan hilir dan yang berpotensi memanfaatkan sumber daya alam lain selain minyak dan gas bumi, yaitu batubara dan biomassa.
• Menstimulasi dan memobilisasi kemampuan nasional untuk membangun dan menegakkan ber-fungsinya teknologi yang berhubungan dengan industri petrokimia.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI
A. Rencana Aksi Jangka Menengah (2010-2014):1. Revisi UU No. 22 / 2001 tentang Migas, Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas, sebagai upaya pengamanan pasok migas nasional untuk bahan baku industri (sebagai tindak lanjut amandemen UU No. 22 / 2001 tentang Migas).
2. Mengupayakan insentif berupa split yang lebih besar bagi KPS yang memasok industri dalam negeri.
3. Proses Debottlenecking Unit Ethylene meningkatkan kapasitas produksi ethylene 30.000 Ton/Tahun.
4. Fasilitasi penerapan AICO (ASEAN Industrial Co-operation) scheme dan pengembangan Ethylene Cracker Unit PT. Titan Indonesia di Merak untuk mendukung industri polietilen pada tahun 2009.
5. Usulan kebijakan mengenai alokasi bahan baku dengan harga khusus yang diprioritaskan untuk industri petrokimia hulu;
6. Studi untuk mengkaji fasilitasi proses integrasi antara industri primer, petrokimia hulu, antara, dan hilir;
7. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pen-dukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, kereta api & aero-train, jalan akses, serta utilitas.
8. Revitalisasi 5 pabrik urea yang sudah tua, pem-bangunan 1 pabrik urea, pembangunan 5 pabrik compound, 6 pabrik amonia (terintegrasi dengan pabrik pupuk).
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
9. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.
10. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan kerjasama pihak industri dengan lembaga pen-didikan/Perguruan Tinggi.
11. Promosi investasi industri petrokimia (pengem-bangan bahan baku industri plastik teknik) seperti polycarbonate, polyacetal, polyamide, ke negara a.l. Jepang, Korea dan China.
12. Pembentukan Working Group Klaster Industri Petro-kimia, melalui kegiatan-kegiatan pembahasan/evaluasi pengembangan industri petrokimia di wilayah klaster industri meliputi aspek bahan baku, teknologi, pemasaran, infrastruktur, sumber daya manusia, Corporate Social Responsibility (CSR), pengelolaan lingkungan, manajemen tanggap darurat (emergency response), sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
13. Pengembangan sistem informasi industri petrokimia.
14. Pembangunan centre of excellence industri petro-kimia, yang mencakup aspek penyediaan, konservasi dan efisiensi bahan baku & energi, teknologi, pe-masaran, infrastruktur, sumber daya manusia, Corporate Social Responsibility (CSR), kerjasama luar negeri, serta penerapan manajemen penanganan dampak Keselamatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3L) di lingkungan industri petrokimia.
15. Harmonisasi tarif bea masuk industri petrokimia dalam rangka AFTA maupun FTA.
16. New PP Plant (kapasitas 250.000 ton/tahun) yang terintegrasi dengan RCC Offgas to Propylene Project/Methatesis pada awal 2011 oleh Pertamina.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
17. Kajian/bantuan teknik “Gas bumi melalui proses splitting untuk industri olefin dan aromatik”.
18. Belum ada studi Prakelayakan Industri Unggulan ”Batubara melalui proses gasifikasi untuk industri ammonia & methanol”.
19. Dukungan berupa kajian/bantuan teknik untuk mengembangkan pusat Olefin berbasis pati khusus-nya sagu di wilayah Riau yang akan dikembangkan oleh Mitsubishi Group.
20. Dukungan berupa kajian/bantuan teknik untuk mengembangkan pusat Olefin yang bahan bakunya berasal dari pati atau biomassa di wil.Banten yang akan dikembangkan oleh PT. Titan.
21. Mempercepat realisasi MOU antara PT. Pertamina /PT. Medco Energy dg PT. Pusri (holding) mengenai rencana pembangunan industri ammonia/urea dengan kapasitas global terintegrasi berbasis gas bumi, berlokasi di Sonoro (Sulawesi Tengah).
22. Mendorong perencanaan pembangunan infrastruktur industri petrokimia di Sonoro dan Papua Barat.
23. Pertemuan dengan instansi terkait untuk pengem-bangan, perawatan dan perawatan infrastruktur.
B. Rencana Aksi Jangka Panjang (2015-2025):1. Meneruskan & meningkatkan diversifikasi sumber
bahan baku dan sumber energi industri petro-kimia.
2. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.
3. Peningkatan kualitas SDM melalui trainning & standar kompetensi kerja nasional industri petrokimia.
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
4. Pemeliharaan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, jalan akses, dan utilitas.
5. Pengembangan centre of excellence industri petro-kimia.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
10
Indu
stri In
ti Pr
oduk
Poli
mer
Indu
stri P
endu
kung
Ko
ndes
at; N
aphta
; Gas
Alam
; Res
idu;
Arom
atic C
entre
; Olef
in Ce
ntre
Indu
stri T
erka
it Pr
oduk
Plas
tik; T
eksti
l; Coa
ting/P
aintin
g Pro
duct;
Spe
ciality
Ch
emica
l; Pha
rmac
y ; P
erlen
gkap
an O
tomoti
f ; Pe
ralat
an Li
strik
; Ka
ret S
inteti
s ; S
erat
Sinte
tis
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
2010
– 20
14
1. Te
rpen
uhiny
a pe
rtumb
uhan
kebu
tuhan
dala
m ne
geri
prod
uk o
lefin
sebe
sar 1
0-12
% p
er ta
hun;
prod
uk a
roma
tik
sebe
sar 8
-10 %
per t
ahun
dan p
rodu
k petr
okim
ia C-
1 seb
esar
4-6 %
per t
ahun
. 2.
Menin
gkatn
ya ka
pasit
as in
dustr
i olef
in, ya
itu e
thylen
e men
jadi 1
,5 jut
a ton
/tahu
n da
n pr
opyle
ne m
enjad
i 1,2
juta
ton/ta
hun.
3. Me
ningk
atnya
kap
asita
s ind
ustri
arom
atik,
yaitu
ben
zene
men
jadi 9
00 ri
bu to
n/tah
un; p
arax
ylene
men
jadi 1
,6 jut
a ton
/tahu
n; or
tho-xy
lene m
enjad
i 240
ribu t
on/ta
hun d
an to
luene
men
jadi 2
00 rib
u ton
/tahu
n; 4.
Menin
gkatn
ya k
apas
itas
indus
tri pe
trokim
ia C-
1, ya
itu a
mmon
ia me
njadi
8,1 ju
ta ton
/tahu
n da
n me
thano
l me
njadi
2,3 ju
ta ton
/tahu
n.
Sasa
ran
Jang
ka P
anjan
g 20
15 –
2025
1.
Menin
gkatn
ya ka
pasit
as pr
oduk
si ind
ustri
petro
kimia
hulu:
-
Berb
asis
C1: p
upuk
NPK
dar
i 700
.000
ton/ta
hun
menja
di 1,
9 jut
a
ton/t
ahun
. 2.
Terin
tegra
sinya
indu
stri m
igas
deng
an in
dustr
i petr
okim
ia hu
lu, in
dustr
i pe
trokim
ia an
tara
dan
indus
tri pe
trokim
ia hil
ir me
lalui
jaring
an d
istrib
usi d
an
infra
struk
tur ya
ng ef
ektif
dan e
fisien
.
Stra
tegi
Sekt
or
:
Penin
gkata
n pro
duks
i gun
a mem
enuh
i keb
utuha
n pas
ar da
lam ne
geri m
elalui
dive
rsifik
asi p
rodu
k, pe
ningk
atan n
ilai ta
mbah
, pen
ingka
tan ka
ndun
gan l
okal
(bah
an ba
ku/pe
nolon
g, pe
ralat
an
pabr
ik, ja
sa te
knik
dan k
onstr
uksi,
jasa
pend
ukun
g pro
duks
i), int
egra
si ind
ustri
miga
s den
gan i
ndus
tri pe
trokim
ia, re
struk
turisa
si us
aha (
merje
r dan
akuis
isi),
dan p
romo
si inv
estas
i indu
stri
petro
kimia
ungg
ulan.
Tekn
olog
i : M
ening
katka
n litb
ang t
ekno
logi in
dustr
i den
gan m
eman
faatka
n lise
nsi te
knolo
gi ya
ng su
dah h
abis
masa
berla
kuny
a den
gan i
nova
si da
lam ne
geri s
erta
peng
emba
ngan
indu
stri p
erala
tan
pabr
ik.
Poko
k-po
kok
Renc
ana A
ksi J
angk
a Men
enga
h ( 2
010 –
2014
) �.
R
ev�s
� U
U N
o. �
� /
�00�
ten
tang
M�g
as,
Pera
tura
n Pe
mer
�nta
h N
omor
��
Tahu
n �0
0�
tent
ang
Keg�
atan
Usa
ha H
ulu
M�g
as d
an P
erat
uran
Pem
er�n
tah
Nom
or �
� Ta
hun
�00�
te
ntan
g Ke
g�at
an U
saha
H�l�
r M
�gas
, se
baga
� up
aya
peng
aman
an p
asok
m�g
as n
as�o
nal
untu
k ba
han
baku
�nd
ustr�
(se
baga
� t�n
dak
lanj
ut a
man
dem
en U
U N
o. �
� /
�00�
ten
tang
M
�gas
). �.
M
engu
paya
kan
�nse
nt�f
beru
pa s
pl�t
yang
leb
�h b
esar
bag
� KP
S ya
ng m
emas
ok �
ndus
tr�
dala
m n
eger
�. �.
Pr
oses
Deb
ottle
neck
�ng
Un�
t Et
hyle
ne m
en�n
gkat
kan
kapa
s�ta
s pr
oduk
s� e
thyl
ene
�0.0
00
Ton/
Tahu
n.
�.
Fas�
l�tas
� pe
nera
pan
AIC
O (
ASEA
N I
ndus
trial
Co-
oper
atio
n) s
chem
e da
n pe
ngem
bang
an
Ethy
lene
Cra
cker
Un�
t PT
. T�
tan
Indo
nes�
a d�
Mer
ak
untu
k m
endu
kung
�nd
ustr�
pol
�et�l
en
pada
tahu
n �0
0�.
�.
Usu
lan
keb�
jaka
n m
enge
na� a
loka
s� b
ahan
bak
u de
ngan
har
ga k
husu
s ya
ng d
�pr�o
r�tas
kan
untu
k �n
dust
r� pe
trok�
m�a
hul
u;
�.
Stud
� un
tuk
men
gkaj
� fa
s�l�t
as�
pros
es �
nteg
ras�
ant
ara
�ndu
str�
pr�m
er,
petro
k�m
�a h
ulu,
an
tara
, dan
h�l�r
;
Poko
k-po
kok
Renc
ana A
ksi J
angk
a Pan
jang
( 201
5 – 20
25)
1. M
ener
uska
n &
men
�ngk
atka
n d�
vers
�f�ka
s� s
umbe
r ba
han
baku
dan
sum
ber e
nerg
� �nd
ustr�
pet
rok�
m�a
. 2.
Pen�
ngka
tan
keg�
atan
r�s
et t
ekno
log�
�ndu
str�
dan
reka
yasa
pr
oduk
pet
rok�
m�a
yan
g te
r�nte
gras
�.
3. Pe
n�ng
kata
n ku
al�ta
s SD
M
mel
alu�
tra
�nn�
ng
& st
anda
r ko
mpe
tens
� ker
ja n
as�o
nal �
ndus
tr� p
etro
k�m
�a.
4. Pe
mel
�har
aan
kual
�tas
dan
kuan
t�tas
�nfra
stru
ktur
pen
duku
ng
�ndu
str�
petro
k�m
�a a
ntar
a la
�n p
elab
uhan
, ja
lan
akse
s, d
an
ut�l�t
as.
5. Pe
ngem
bang
an c
entre
of e
xcel
lenc
e �n
dust
r� pe
trok�
m�a
.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
11
�.
Pen�
ngka
tan
kual
�tas
dan
kuan
t�tas
�nfra
stru
ktur
pen
duku
ng �
ndus
tr� p
etro
k�m
�a a
ntar
a la
�n
pela
buha
n, k
eret
a ap
� & a
ero-
tra�n
, jal
an a
kses
, ser
ta u
t�l�ta
s.
�.
Rev
�tal�s
as� �
pab
r�k u
rea
yang
sud
ah t
ua,
pem
bang
unan
� p
abr�k
ure
a, p
emba
ngun
an �
pa
br�k
com
poun
d, �
pab
r�k a
mon
�a (t
er�n
tegr
as� d
enga
n pa
br�k
pup
uk).
�.
Pe
n�ng
kata
n ke
g�at
an
r�set
te
knol
og�
�ndu
str�
dan
reka
yasa
pr
oduk
pe
trok�
m�a
ya
ng
ter�n
tegr
as�.
�0
. Pe
n�ng
kata
n ku
al�ta
s SD
M m
elal
u� t
ra�n
�ng
dan
kerja
sam
a p�
hak
�ndu
str�
deng
an le
mba
ga
pend
�d�k
an/P
ergu
ruan
T�n
gg�.
��
. Pr
omos
� �nv
esta
s� �n
dust
r� pe
trok�
m�a
(pe
ngem
bang
an b
ahan
bak
u �n
dust
r� p
last
�k t
ekn�
k)
sepe
rt� p
olyc
arbo
nate
, pol
yace
tal,
poly
am�d
e, k
e ne
gara
a.l.
Jep
ang,
Kor
ea d
an C
h�na
. ��
. Pe
mbe
ntuk
an
Wor
k�ng
G
roup
Kl
aste
r In
dust
r� Pe
trok�
m�a
, m
elal
u�
keg�
atan
-keg
�ata
n pe
mba
hasa
n/ev
alua
s� p
enge
mba
ngan
�ndu
str�
petro
k�m
�a d
� w�la
yah
klas
ter
�ndu
str�
mel
�put
� as
pek
baha
n ba
ku,
tekn
olog
�, pe
mas
aran
, �n
frast
rukt
ur,
sum
ber
daya
man
us�a
, C
orpo
rate
So
cial
R
espo
nsib
ility
(CSR
), pe
ngel
olaa
n l�n
gkun
gan,
m
anaj
emen
ta
ngga
p da
rura
t (e
mer
genc
y re
spon
se),
s�nk
ron�
sas�
keb
�jaka
n pe
mer
�nta
h pu
sat d
an d
aera
h.
��.
Peng
emba
ngan
s�s
tem
�nfo
rmas
� �nd
ustr�
pet
rok�
m�a
. ��
. Pe
mba
ngun
an c
entre
of e
xcel
lenc
e �n
dust
r� pe
trok�
m�a
, yan
g m
enca
kup
aspe
k pe
nyed
�aan
, ko
nser
vas�
dan
ef�s
�ens
� bah
an b
aku
& en
erg�
, tek
nolo
g�,
pem
asar
an, �
nfra
stru
ktur
, su
mbe
r da
ya
man
us�a
, C
orpo
rate
So
cial
R
espo
nsib
ility
(CSR
), ke
rjasa
ma
luar
ne
ger�,
se
rta
pene
rapa
n m
anaj
emen
pen
anga
nan
dam
pak
Kese
lam
atan
, Ke
aman
an,
Kese
hata
n da
n L�
ngku
ngan
H�d
up (K
�L) d
� l�n
gkun
gan
�ndu
str�
petro
k�m
�a.
��.
Har
mon
�sas
� tar
�f be
a m
asuk
�ndu
str�
petro
k�m
�a d
alam
rang
ka A
FTA
mau
pun
FTA.
��
. N
ew P
P Pl
ant
(kap
as�ta
s ��
0.00
0 to
n/ta
hun)
yan
g te
r�nte
gras
� de
ngan
RC
C O
ffgas
to
Prop
ylen
e Pr
ojec
t/Met
hate
s�s
pada
aw
al �
0��
oleh
Per
tam
�na.
��
. Ka
jian/
bant
uan
tekn
ik “G
as b
umi m
elal
ui p
rose
s sp
littin
g un
tuk
�ndu
str�
olef
�n d
an a
rom
at�k”.
��
. D
ukun
gan
beru
pa k
aj�a
n/ba
ntua
n te
kn�k
unt
uk m
enge
mba
ngka
n pu
sat
Ole
f�n b
erba
s�s
pat�
khus
usny
a sa
gu d
� w�la
yah
R�a
u ya
ng a
kan
d�ke
mba
ngka
n ol
eh M
�tsub
�sh�
Gro
up.
��.
Duk
unga
n be
rupa
kaj
�an/
bant
uan
tekn
�k u
ntuk
men
gem
bang
kan
pusa
t O
lef�n
yan
g ba
han
baku
nya
bera
sal d
ar� p
at� a
tau
b�om
assa
d� w
�l.Ba
nten
yan
g ak
an d
�kem
bang
kan
oleh
PT.
T�
tan.
�0.
Mem
perc
epat
rea
l�sas
� M
OU
ant
ara
PT.
Perta
m�n
a /P
T. M
edco
Ene
rgy
dg P
T. P
usr�
(hol
d�ng
) m
enge
na� r
enca
na p
emba
ngun
an �n
dust
r� am
mon
�a/u
rea
deng
an k
apas
�tas
glob
al
ter�n
tegr
as� b
erba
s�s
gas
bum
�, be
rloka
s� d
� Son
oro
(Sul
awes
� Ten
gah)
.
��.
Men
doro
ng p
eren
cana
an p
emba
ngun
an �
nfra
stru
ktur
�nd
ustr�
pet
rok�
m�a
d�
Sono
ro d
an
Papu
a Ba
rat.
��.
Perte
mua
n de
ngan
�n
stan
s�
terk
a�t
untu
k pe
ngem
bang
an,
pera
wat
an
dan
pera
wat
an
�nfra
stru
ktur
.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
12
Unsu
r Pen
unjan
g
Perio
desa
si Pe
ning
kata
n Te
knol
ogi
a. Ini
siasi
2004
– 20
09 : P
engu
asaa
n lise
nsi te
knolo
gi (b
asic
desa
in &
detai
l des
ain);
b. Pe
ngem
bang
an C
epat
2010
– 20
15 : P
engu
asaa
n pem
buata
n per
alatan
pabr
ik (in
dustr
i man
ufaktu
r);
c. Ma
tang 2
016 –
2025
: Apli
kasi
Peng
uasa
an T
ekno
logi p
rose
s mela
lui re
trofitt
ing
Pasa
r a.
Memb
angu
n jar
ingan
pasa
r inter
nasio
nal.
b. Me
ningk
atkan
efisi
ensi
distrib
usi p
rodu
k petr
okim
ia c.
Meng
aman
kan p
asar
dalam
nege
ri
SDM
a. Pe
ningk
atan k
emam
puan
SDM
di bi
dang
petro
kimia;
b.
Penin
gkata
n pe
ran
perg
urua
n tin
ggi
dan
lemba
ga
Litba
ng
bidan
g pe
trokim
ia.
Infra
struk
tur
a. Me
ndor
ong i
nves
tasi b
aru u
ntuk k
awas
an in
dustr
i yan
g kom
petiti
f; b.
Memb
erika
n ker
ingan
an pa
jak un
tuk in
vesta
si ba
ru
c. Ha
rmon
isasi
tarif p
rodu
k petr
okim
ia hu
lu, an
tara &
hilir.
G
am
ba
r 1
. K
era
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
str
i P
etr
okim
ia
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Petr
okim
ia
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Gam
bar
2.
Lo
kasi
Pen
gem
ban
gan
In
du
stri
Petr
okim
ia
Lam
p�ra
n P
erat
uran
Men
ter�
Per
�ndu
str�a
n R
I N
omor
: �0
�/M
-IND
/PE
R/�
0/�0
0�
13
NNAA
DD
SSuu mm
uu tt
RRii aa
uu
BBaa nn
tt eenn SSuu mm
ss eell
JJ aabb aa
rr
DDKK
II JJaa kk
aa rrtt aa
JJ aatt ii mm
KKaa ll
bb aarr
KKaa ll
tt eenn gg
KKaa ll
ss eell
KKaa ll
tt ii mm
PPaa pp
uu aa
JJ aatt ee
nn gg
Indi
kasi
Lok
asi:
Ban
ten,
Jaw
a T�
mur
, Kal
�man
tan
T�m
ur,
Peru
saha
an
: P
T. C
hand
ra A
sr� (
Ban
ten)
, PT.
Tr�
Pol
yta
Indo
nes�
a (B
ante
n), P
T. T
ITA
N (B
ante
n), P
T. S
tyr�n
do M
ono
Indo
nes�
a (B
ante
n), P
T.A
sah�
mas
Che
m�c
al (B
ante
n), P
T. D
ow C
hem
�cal
Indo
nes�
a (B
ante
n), P
T. A
moc
o M
�tsu�
PTA
In
done
s�a
(Ban
ten)
, PT.
GT
Pet
roch
em In
dust
r�es
(Ban
ten)
, PT.
Sat
omo
Indo
vyl M
onom
er (B
ante
n), P
T. T
rans
P
as�f�
c P
etro
chem
�cal
Indo
tam
a (J
at�m
), P
T. P
etro
k�m
�a G
res�
k (J
at�m
), P
T. P
etro
W�d
ada
(Jat
�m),
PT. A
kt�f
Indo
nes�
a In
dah
(Jat
�m) ,
PT.
Pup
uk S
r�w�ja
ya (S
umse
l) , P
T. P
upuk
Iska
ndar
Mud
a (N
AD
), P
T. P
etro
Oxo
N
usan
tara
(Jat
�m),
PT.
Pup
uk K
al�m
anta
n T�
mur
(Kal
t�m) P
T. K
alt�m
Met
hano
l Ind
ustry
(Kal
t�m),
PT.
Kal
t�m P
as�f�
c A
mon
�ak
(Kal
t�m) P
T.K
alt�m
Par
na In
dust
r� (K
alt�m
), P
T. In
do B
hara
t Ray
on (J
abar
), P
T. P
upuk
Kuj
ang
(Jab
ar),
Per
tam
�na
UP
I (S
umut
), P
erta
m�n
a U
P II
(R�a
u), P
erta
m�n
a U
P II
I Pla
ju (S
umse
l), P
erta
m�n
a U
P IV
(Jat
eng)
, P
erta
m�n
a U
P V
(Bal
�kpa
pan)
, Per
tam
�na
UP
VI (
Jaba
r), B
eber
apa
Pab
r�k A
dhes
�ve
Res
�n d
� Kal
�man
tan
Bar
at,
Teng
ah, S
elat
an, d
an d
� Pro
p�ns
� Pap
ua
Gam
ba
r 2
. Lo
kasi
Pen
ge
mb
an
gan
In
du
str
i P
etr
ok
imia
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 105/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
14
•Wor
king
Gro
up
•For
um D
aya
Sain
g •F
asili
tato
r Kla
ster
Pem
da,
D�n
as
Per
�nda
g D
�nas
Tam
ben
Ass
osia
si
INAP
LAS
AP
PI
JASA
Tr
ansp
orta
s�
Dar
at-L
aut
Lem
baga
Li
tban
g/PT
BB
KK, B
PPT,
LIP
I, LE
MIG
AS,
ITB/
UG
M/U
I
Gas
Ala
m,
Kon
dens
at,
Nap
hta,
Res
idu
Aro
mat
ic
cent
re
PO
LYM
ER
Ole
fin c
entr
e
Mes
�n
Pera
lata
n da
n Te
knol
og�
Pup
uk
Met
hano
l B
ahan
bak
u P
last
�k,
Teks
t�l,
Coa
t�ng
/ P
a�nt
�ng,
S
pec�
al�ty
C
hem
�cal
, Fa
rmas
�, K
ompo
nen
Oto
mot
�f,
Per
alat
an
L�st
r�k,
Kar
et S
�nte
s�s,
S
erat
S�n
tes�
s
PASA
R
DAL
AM
NEG
ERI
PASA
R
LUAR
N
EGER
I Ek
spor
t�r
D�s
tr�bu
tor
Met
hane
Bas
ed
Pem
er�n
tah
Pus
at
Dep
per�n
, D
ep.E
SD
M,
Dep
dag
Gam
bar
3.
Kera
ng
ka K
ete
rkait
an
In
du
stri
Petr
okim
ia
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAMIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. bahwa industri keramik merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri keramik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Keramik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Peme-rintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pem-bentukan Kabinet Indonesia Bersatu se-bagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERAMIK.
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Keramik Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri keramik untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Keramik adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Bata Tahan Api dan Sejenisnya (KBLI 26311);
b. Industri Barang-barang Tahan Api dari Tanah Liat/Keramik Lainnya (KBLI 26319);
c. Industri Barang-barang dari Tanah Liat/Keramik untuk Keperluan Rumah Tangga (KBLI 26321);
d. Industri Batu Bata dari Tanah Liat/Keramik (KBLI 26322);
e. Industri Genteng dari Tanah Liat/Keramik (KBLI 26323);
f. Industri Bahan Bangunan dari Tanah Liat/Keramik selain Batu Bata dan Genteng (KBLI 26324).
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan prog-ram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Keramik, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Keramik ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan
��PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Keramik dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
KERAMIK
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri KeramikKeramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan tambang seperti clay, feldspar, pasir silika dan kaolin melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi.
Industri keramik yaang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan nasional melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti lembpung, feldspar dan pasir silika yang tersebar di berbagai daerah, industri keramik terus tumbuh baik dalam kapasitas maupun tipe dan desain produk yang semakin berdaya saing tinggi. Kondisi ini dapat terlihat pertumbuhan rata – rata sekitar 6% dan perolehan devisa yang mencapai US$ 220 juta pada tahun 2008 ataau meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 212 juta serta penyerapan tenaga kerja lebih dari 200.000 orang.
Saat ini kapasitas kapasitas industri keramik tile mencapai 327 juta m2, keramik saniter 4,6 juta pcs dan keramik tableware 268 juta pcs, sehingga untuk keramik telah menempatkan Indonesia sebagai produsen keramik terbesar dunia setelah China, Italy, Spanyol, Turki dan Brazil.
Industri keramik meliputi industri bahan baku, industri bahan penolong dan industri bahan setengah jadi serta
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
produk keramik seperti tile, saniter dan tableware dan alat laboratorium meliputi KBLI 26201 s/d 26209 atau HS 6901 s/d 6914.
Keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan bahan tambang seperti kaolin, feldspar, pasir silika dan tanah liat (clay) melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi (sekitar 1.300 oC). Adapun karakteristik industri keramik meliputi:
• Padat energi
• Padat karya
• Penggunaan bahan baku tambang yang tidak dapat diperbaharui.
B. Pengelompokan Industri Keramik
1. Kelompok Industri Hulu
Meliputi Industri bahan baku keramik seperti tanah liat, kaolin, feldspar, pasir kuarsa, zircon.
Bahan baku dan penolong yang masih di impor sebagian besar dari China seperti feldspar, glazur / fritz, China Stone dan zat pewarna (pigmen).
Sedangkan sumber deposit bahan baku tersebut banyak terdapat di Indonesia tetapi belum diolah seperti tabel berikut:
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
Tabel I.1. Sumber Deposit Bahan Baku
Jenis Bahan Lokasi Cadangan
Feldspar
Pengaribuan, Sumut 400 ribu tonLampung 12,5 juta m3Banjar Negara, Jabar 642 ribu tonTulung Agung 40 ribu ton
Clay Lampung 10 juta tonMonterado, Kalbar 250 ribu ton
Kaolin Bangka 7 juta tonBelitung 6 juta ton
Toseki Pacitan, Jatim 5 juta m3
2. Kelompok Industri Antara
Meliputi bahan baku body keramik, bahan pewarna, frits dan glasir.
3. Kelompok Industri Hilir
Meliputi industri barang jadi keramik seperti perlengkapan rumah tangga dari porselin, bahan bangunan dari porselin, alat laboratorium dan alat listrik/teknik dari porselin, barang untuk keperluan laboratorium kimia dan kesehatan dari porselin serta barang-barang lainnya dari porselin.
Tabel I.2. Pengelompokan Produk Keramik
No Uraian
1. Keramik ubin/ tile :Ubin lantai, ubin perapian atau ubin dinding
2.
Keramik Saniter :Bak cuci, wastafel, alas baskom cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki air pembilasan, tempat kencing dan perlengkapan saniter semacam itu dari keramik, dari porselen atau tanah lempung China
3. Keramik table ware :Perangkat makan, perangkat dapur, perlengkapan rumah tangga lainnya.
�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Keramik termasuk dalam katagori thermoset yaitu suatu benda yang setelah mengalami pemanasan dan pendinginan kembali tidak dapat berubah lagi kebentuk asalnya. Berdasarkan fungsi dan strukturnya produk keramik dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu keramik konvensional dan keramik maju.
Keramik konvensional menggunakan bahan–bahan alam fas amorf (dengan atau tanpa diolah).
Keramik konvensional dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan masing–masing:
• Industri keramik berat terdiri dari refraktori, mortar, abrasive dan industri semen
• Industri keramik halus yang terdiri dari industri gerabah/keramik hias, porselen lantai dan dinding (ltile), saniter, tableware dan isolator listrik.
Keramik maju dikenal juga advanced ceramics menggunakan bahan baku artifikal murni yang mempunyai fasa kristalin. Beberapa jenis industri keramik maju antara lain:
• Zirkonia dan silikon, seperti untuk kebutuhan otomotif (blok mesin, gear, mata pisau dan gunting
• Barium titanat untuk industri elektronika (kapasitor dan gunting)
• Keramik nitrid oksida (zirkon nitride, magnesium nitride, cilikon karbida) digunakan untuk high technologi, cutting tools, komponen mesin, alat ekstraksi dan pengolahan logam
• Fiber optic di industri telekomunikasi, penerangan, gedung pencakar langit dan tenaga surya
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
A. Jangka Menengah (2010 -2014)
1. Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar gas sebanyak 130 mmscfd (2010);
2. Tercapainya tingkat utilisasi rata-rata diatas 90 persen;
3. Meningkatnya nilai ekspor dari USD 222 juta (2006) menjadi USD. 250 juta (2010);
4. Tersusun dan diterapkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib untuk keramik ubin dan saniter;
5. Pengembangan pemanfaatan bahan baku keramik di Kalimantan Barat.
B. Jangka Panjang (2010-2025)
1. Menguatnya struktur industri keramik mulai dari penyediaan bahan baku hingga produk jadi;
2. Tingginya daya saing industri keramik nasional di pasar domestik dan ekspor;
3. Tersedianya industri bahan baku keramik yang sesuai dengan kebutuhan.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Keramik
1. Visi Industri Keramik
Membangun industri keramik nasional yang mempunyai daya saing internasional dan mempunyai nilai tambah yang tinggi pada tahun 2025.
2. Arah Pengembangan
Pengembangan industri Keramik untuk peningkatan nilai tambah.
Adanya klaster industri Keramik diharapkan mem-perkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri hulunya, mampu meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun visi dan misi yang selaras, sehingga mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan keterkaitan yang kuat antara sektor hulu sampai dengan hilir.
B. Indikator Pencapaian
Terintegrasinya industri pengolahan Keramik.
Peningkatan Utilisasi dan kapasitas industri Keramik, yang ditandai dengan:
• Kebutuhan bahan baku Keramik dapat dipenuhi dari dalam negeri
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
• Meningkatnya investasi baru dan perluasan usaha industri Keramik.
• Terpenuhinya kebutuhan dalam negeri akan produk-produk keramik.
• Meningkatnya kapasitas industri Keramik.
C. Tahapan Implementasi
Beberapa langkah yang telah dilakukan berkaitan dengan pengembangan klaster industri Keramik :
• Tahap diagnostik yaitu mengidentifikasikan ke-kuatan dan kelemahan klaster serta menyusun strategi pengembangan industri keramik.
• Sosialisasi dan mobilisasi pembentukan klaster keramik kepada pemerintah dan pelaku usaha di daerah yang telah ditetapkan untuk dikembangkan menjadi lokasi pengembangan klaster industri keramik khususnya untuk daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam.
• Kerjasama penelitian dan pengembangan antara dunia usaha dengan lembaga penelitian /perguruan tinggi.
• Pembuatan Pilot Plant pengembangan pengolahan bahan baku keramik.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI
A. Rencana Aksi Jangka Pendek (2010 – 2015)• Koordinasi pengamanan pasokan gas untuk industri
keramik;
• Promosi investasi bahan baku keramik;
• Peningkatan produksi bahan baku keramik untuk substitusi impor;
• Peningkatan efisiensi energi melalui penerapan konservasi energi;
• Pengembangan desain produk industri keramik;
• Meningkatkan kualitas produk keramik melalui SNI;
B. Rencana Aksi Jangka Menengah ke-1 (2014 – 2019)
• Memenuhi pasokan gas sesuai kebutuhan industri keramik nasional.
• Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan produsen keramik dalam rangka pengembangan industri inti di daerah, khususnya penggunaan bahan baku yang tersedia di dalam negeri.
• Mempromosikan investasi industri bahan baku keramik.
• Melakukan revitalisasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Industri Kecil dan Menengah Keramik.
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
C. Rencana Aksi Jangka Menengah ke-2 (2020 – 2025)• Meningkatkan efisiensi dan konservasi energi;
• Menerapkan dan pengawasan SNI;
• Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia bagi industri keramik;
• Mengembangkan industri pemurnian dan penyiapan bahan baku;
• Mengembangkan industri keramik bernilai tambah tinggi (advanced ceramic);
• Mengembangkan bidang desain, rekayasa dan fabrikasi pabrik keramik yang hemat energi.
D. Rencana Aksi Jangka Panjang (2010-2025)• Memenuhi pasokan gas sesuai kebutuhan industri
keramik nasional;
• Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan produsen keramik dalam rangka pengembangan industri inti di daerah, khususnya penggunaan bahan-bahan baku yang tersedia di dalam negeri;
• Mempromosikan investasi industri bahan baku keramik;
• Melakukan Revitalisasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Industri Kecil dan Menengah Keramik.
Kerangka pengembangan industri keramik perlu ditunjang oleh infrastruktur ekonomi yang memadai seperti teknologi, SDM, infrastruktur dan pasar. Pada Gambar 1. disampaikan Kerangka Pengembangan Industri Keramik, Gambar 2. tentang Kerangka Keterkaitan Industri Keramik dan Gambar 3. tentang Lokasi Pengembangan Klaster Keramik, sedangkan pada Tabel 1. disampaikan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengembangan Industri Keramik.
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Kera
mik
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
10
Indu
stri
Int
i
Indu
stri K
eram
ik
Indu
stri
Pen
duku
ng
Mes
in d
an P
eral
atan
; Bah
an K
imia
(gl
azur
dan
Pig
men
); G
as B
umi;
Pem
urni
an
Bah
an B
aku
(Tan
ah L
iat,
Kao
lin, P
asir
Silik
a, F
elds
par,
Bat
u K
apur
)
Indu
stri
Ter
kait
Bah
an B
angu
nan;
Eng
inee
ring
Cer
amic
; Kom
pone
n K
elis
trika
n
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
(201
0 –
2015
)
1.
Terp
enuh
inya
keb
utuh
an b
ahan
bak
ar g
as se
bany
ak 1
30 m
msc
fd (2
009)
; 2.
Te
rcap
ainy
a tin
gkat
util
isas
i rat
a-ra
ta d
iata
s 90
pers
en;
3.
Men
ingk
atny
a ni
lai e
kspo
r dar
u U
SD. 2
22 ju
ta (2
006)
men
jadi
USD
. 250
juta
(200
9);
4.
Ters
usun
dan
dite
rapk
anny
a St
anda
r Nas
iona
l (SN
I) s
ecar
a w
ajib
unt
uk k
eram
ik u
bin
dan
sani
ter.
5.
Peng
emba
ngan
pem
anfa
atan
bah
an b
aku
kera
mik
di K
alim
anta
n B
arat
.
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
(201
5-20
20)
1.
Terp
enuh
inya
keb
utuh
an b
ahan
bak
ar g
as se
bany
ak 1
30 m
msc
fd
2.
Terc
apai
nya
tingk
at u
tilita
s rat
a-ra
ta d
iata
s 90%
3.
M
enin
gkat
nya
nila
i eks
por d
ari U
S.$.
222
juta
men
jadi
US.
$.25
0 ju
ta
4.
Ters
usun
dan
dite
rapk
anny
a SN
I sec
ara
waj
ib u
ntuk
ker
amik
ubi
n da
n sa
nite
r 5.
Pe
ngem
bang
an p
eman
faat
an b
ahan
bak
u ke
ram
ik d
i Kal
iman
tan
Bar
at
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng (2
020 –
2025
) 1.
Men
guat
nya
stru
ktur
ind
ustri
ker
amik
mul
ai d
ari
peny
edia
an b
ahan
bak
u hi
ngga
pr
oduk
jadi
; 2.
Tin
ggin
ya d
aya
sain
g in
dust
ri ke
ram
ik n
asio
nal d
i pas
ar d
omes
tik d
an e
kspo
r. 3.
Ter
sedi
anya
indu
stri
baha
n ba
ku k
eram
ik y
ang
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han.
St
rate
gi
Sekt
or :
Men
duku
ng p
asok
an p
enga
daan
bah
an b
aku
dan
ener
gi, p
enge
mba
ngan
indu
stri
baha
n pe
nolo
ng, m
engo
ptim
alka
n pe
ngua
saan
pas
ar d
alam
neg
eri,
perli
ndun
gan
yang
waj
ar d
ari i
mpo
r ker
amik
. T
ekno
logi
: Pe
ngem
bang
an d
an d
iver
sifik
asi t
ekno
logi
trad
isio
nal k
e pe
nggu
naan
oto
mat
isas
i.
Poko
k-Po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010 –
2015
)
1. M
emen
uhi p
asok
an g
as s
esua
i keb
utuh
an in
dust
ri ke
ram
ik n
asio
nal;
2. M
enin
gkat
kan
kual
itas p
rodu
k ke
ram
ik m
elal
ui S
NI;
3. M
elak
ukan
koo
rdin
asi d
enga
n Pe
mer
inta
h D
aera
h da
n pr
odus
en k
eram
ik d
alam
rang
ka p
enge
mba
ngan
indu
stri i
nti
di d
aera
h, k
husu
snya
pen
ggun
aan
baha
n-ba
han
baku
yan
g te
rsed
ia d
i dal
am n
eger
i; 4.
Mem
prom
osik
an in
vest
asi i
ndus
tri b
ahan
bak
u ke
ram
ik;
5. M
elak
ukan
Rev
italis
asi U
nit P
elay
anan
Tek
nis (
UPT
) Ind
ustri
Kec
il da
n M
enen
gah
Ker
amik
.
Poko
k-po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
015-
2020
) 1.
M
emen
uhi p
asok
an g
as s
esua
i den
gan
kebu
tuha
n in
dustr
i ker
amik
nas
iona
l 2.
M
elak
ukan
koo
rdin
asi
deng
an p
emer
inta
h da
erah
dan
pro
duse
n ke
ram
ik d
alam
ra
ngka
pen
gem
bang
an i
ndus
tri i
nti
dida
erah
, khu
suny
a pe
nggu
naan
bah
an-b
ahan
ba
ku y
ang
ters
edia
di d
alam
neg
eri.
3.
Mem
prom
osik
an in
vest
asi i
ndus
tri b
ahan
bak
u ke
ram
ik
4.
Mel
akuk
an re
vita
lisas
i uni
t pel
ayan
an te
rpad
u (U
PT) i
ndus
tri k
ecil
dan
men
enga
h ke
ram
ik.
Poko
k-po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Panj
ang
(202
0 –
2025
) 1.
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi d
an k
onse
rvas
i ene
rgi;
2. M
ener
apka
n da
n pe
ngaw
asan
SN
I;
3. M
enge
mba
ngka
n ko
mpe
tens
i sum
ber d
aya
man
usia
bag
i ind
ustri
ker
amik
; 4.
Men
gem
bang
kan
indu
stri p
emur
nian
dan
pen
yiap
an b
ahan
bak
u;
5. M
enge
mba
ngka
n in
dustr
i ker
amik
ber
nila
i tam
bah
tingg
i (ad
vanc
edce
ram
ic);
6. M
enge
mba
ngka
n bi
dang
des
ain,
reka
yasa
dan
fabr
ikas
i pab
rik k
eram
ikya
ng h
emat
en
ergi
. U
nsur
Pen
unja
ng
Peri
odes
asi P
enin
gkat
an T
ekno
logi
:
a.
Inis
iasi
(200
4 –
2009
) : M
endo
rong
pen
ggan
tian
tekn
olog
i tra
disi
onal
ke
tekn
olog
i m
oder
n;
b.
Peng
emba
ngan
cep
at (2
010 –
2015
) : P
enge
mba
ngan
tekn
olog
i pem
baka
ran
yang
efis
ien
dan
otom
atis
asi t
ungk
u;
c.
Mat
ang
(201
6 –
2025
) : p
enge
mba
ngan
kem
ampu
an re
kaya
sa d
an p
erm
esin
an.
Pasa
r :
a.
Mem
bang
un d
aya
sain
g te
rhad
ap k
eram
ik C
hina
; b.
M
enin
gkat
kan
akse
s & p
enet
rasi
di p
asar
inte
rnas
iona
l; c.
M
emba
ngun
dan
mem
prom
osik
an m
erk
loka
l di p
asar
inte
rnas
iona
l; d.
M
enin
gkat
kan
kons
umsi
pro
duk
kera
mik
dal
am n
eger
i.
SDM
: a.
M
enin
gkat
kan
kem
ampu
an k
ompe
tens
i SD
M d
i bi
dang
en
gine
erin
g ce
ram
ic
mel
alui
pen
didi
kan
dan
pela
tihan
sing
kat h
ingg
a D
3;
b.
Pela
tihan
sis
tem
man
ajem
en m
utu
pada
indu
stri d
an b
ahan
bak
u ke
ram
ik.
Infr
astr
kutu
r :
a.
Peni
ngka
tan
pera
n lit
bang
dan
per
guru
an ti
nggi
; b.
Pe
ngem
bang
an k
emam
puan
Bal
ai B
esar
Ker
amik
yan
g m
ampu
men
ghas
ilkan
re
kaya
sa d
an p
erm
esin
an y
ang
mod
ern.
G
amba
r 1. K
eran
gka
Peng
emba
ngan
Indu
stri
Ker
amik
��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Gam
bar 2
. Ker
angk
a K
eter
kaita
n Pe
ngem
bang
an In
dust
ri K
eram
ik
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
11
G
amba
r 2. K
eran
gka
Ket
erka
itan
Peng
emba
ngan
Indu
stri
Ker
amik
��LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 106/M-IND/PER/10/2009
Tab
el 3
. P
era
n P
em
an
gku
Kep
en
tin
gan
dala
m P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Kera
mik
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
12
Tabe
l 3. P
eran
Pem
angk
u K
epen
tinga
n da
lam
Pen
gem
bang
an In
dust
ri K
eram
ik
Re
ncan
a Aks
i 200
4 – 20
09
Pem
erin
tah
Pusa
t Pe
mda
Sw
asta
Pe
rgur
uan
Ting
gi d
an L
itban
g Fo
rum
Dep.Perin
De. Dag
ESDM
BSN
BKPM
Pertamina
Prop
Kab
Asosiasi
Perusahaan Industri
PGN
PT
Balai Besar
Keramik
B4T Bandung
Working Group
Fasilitas Klaster
1. Pe
ngam
anan
/peme
nuha
n
paso
kan g
as;
0
0
0
0 0
0
0
2.Pem
etaan
baha
n bak
u ke
rami
k; 0
0
0
0
0 0
0
0
0
3.Mela
kuka
n pem
etaan
ke
terse
diaan
paso
kan
dan
kebu
tuhan
gas;
0
0
0
0 0
0 0
0
0
0 0
4.Pem
enuh
an da
n Pen
guas
aan
Pasa
r Dom
estik
; 0
0
0
0
5.Pen
gemb
anga
n kem
ampu
an
tekno
logi in
dustr
i ker
amik;
0
0
0
0
0 0
0
6.Pen
yusu
nan d
an pe
nera
pan
SNI w
ajib u
ntuk k
eram
ik ub
in da
n SNI
untuk
San
iter;
0
0
0 0
0
7.Pro
mosi
Inves
tasi u
ntuk
pemu
rnian
baha
n bak
u clay
, fel
dspa
r den
gan
mens
osial
isasik
an pa
ket
kebij
akan
inve
stasi;
0
0
0 0
0
0
8.Pen
ingka
tan ko
mpete
nsi
SDM.
0
0
0
0 0
�00PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Gam
bar
3.
Lo
kasi
Pen
gem
ban
gan
In
du
stri
Kera
mik
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
13
G
amba
r 3. L
okas
i Pen
gem
bang
an In
dust
ri Ke
ram
ik
Indi
kasi
Loka
si: J
awa,
Lua
rJaw
a(N
TB, K
alba
r, B
abel
, NTT
, Bal
�)S
entr
a: S
umut
,DK
I Jak
arta
( �),
Bab
el (�
),K
alba
r(�)
, NTB
, Ban
ten
(��)
Ju
mla
hSe
ntra
: ��
Per
usah
aan
:PT.
Sat
yara
yaK
eram
�ndo
Inda
h(T
ange
rang
), P
T. S
urya
Toto
(Ban
ten)
, PT.
Mul
�aC
eram
�c
(Jab
ar/C
�kar
ang,
Bek
as�),
PT.
Int�
Ker
am�k
Ala
mA
sr�(
Teng
eran
g), P
T. A
s�a
V�c
tory
Indu
str�
(Sur
abay
a)
NA
DN
AD
Sum
utS
umut
Kep
Kep
. . Ria
uR
iau
Ria
uR
iau
Sum
bar
Sum
bar
Ben
gkul
uB
engk
ulu La
mpu
ngLa
mpu
ng Ban
ten
Ban
ten
Jam
biJa
mbi
Bab
elB
abel
Sum
sel
Sum
sel
Jaba
rJa
bar
DK
I Jak
arta
DK
I Jak
arta
Jate
ngJa
teng
Jatim
Jatim
Bal
iB
ali
NTB
NTB
NTT
NTT
DI
DI Y
ogya
Yog
ya
Kal
bar
Kal
bar
Kal
sel
Kal
sel
Indi
kasi
Loka
si: J
awa,
Lua
rJaw
a(N
TB, K
alba
r, B
abel
, NTT
, Bal
�)S
entr
a: S
umut
,DK
I Jak
arta
( �),
Bab
el (�
),K
alba
r(�)
, NTB
, Ban
ten
(��)
Ju
mla
hSe
ntra
: ��
Per
usah
aan
:PT.
Sat
yara
yaK
eram
�ndo
Inda
h(T
ange
rang
), P
T. S
urya
Toto
(Ban
ten)
, PT.
Mul
�aC
eram
�c
(Jab
ar/C
�kar
ang,
Bek
as�),
PT.
Int�
Ker
am�k
Ala
mA
sr�(
Teng
eran
g), P
T. A
s�a
V�c
tory
Indu
str�
(Sur
abay
a)
NA
DN
AD
NA
DN
AD
Sum
utS
umut
Sum
utS
umut
Kep
Kep
. . Ria
uR
iau
Ria
uR
iau
Ria
uR
iau
Sum
bar
Sum
bar
Ben
gkul
uB
engk
ulu La
mpu
ngLa
mpu
ngLa
mpu
ngLa
mpu
ng Ban
ten
Ban
ten
Jam
biJa
mbi
Bab
elB
abel
Sum
sel
Sum
sel
Jaba
rJa
bar
DK
I Jak
arta
DK
I Jak
arta
Jate
ngJa
teng
Jatim
Jatim
Jatim
Jatim
Bal
iB
ali
NTB
NTB
NTT
NTT
DI
DI Y
ogya
Yog
ya
Kal
bar
Kal
bar
Kal
sel
Kal
sel
Kal
sel
Kal
sel
Loka
si
: Ja
wa,
Lua
r Jaw
a (J
awa
bag�
an B
arat
, Kal
�man
tan
Bara
t, Su
mat
era
Uta
ra).
Sent
ra
: Su
mat
era
Uta
ra (�
), Ja
wa
Bag�
an B
arat
(�0)
, Kal
�man
tan
Bara
t (�)
. Ju
mla
h se
ntra
: �
�.
Peru
saha
an
: PT.
Mar
k D
ynam
�c (S
umut
), PT
. S�b
elco
Lau
tan
M�n
eral
(Kal
bar),
PT.
Arw
ana
C�tr
a M
ul�a
Tbk
. (Ja
wa
Bag�
an B
arat
),
PT. T
r� M
arga
Jay
a (J
awa
Bag�
an B
arat
).
�0�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MESIN LISTRIK DAN
PERALATAN LISTRIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri mesin listrik dan peralatan listrik merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri mesin listrik dan peralatan listrik;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri mesin listrik dan peralatan listrik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
�0�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
�0�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI Mesin Listrik Dan Peralatan Listrik.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengem-bangan Klaster Industri mesin listrik dan peralatan listrik Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri mesin listrik dan peralatan listrik untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri mesin listrik dan peralatan listrik adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Motor Listrik (KBLI 31101);
b. Industri Mesin Pembangkit Listrik (KBLI 31102);
c. Industri Pengubah Tegangan (Trans-formater), Pengubah Arus (Rectifier) dan Pengontrol Tegangan (Voltage Stabilizer) (KBLI 31103);
d. Industri Panel Listrik dan Switch Gear (KBLI 31201);
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
e. Industri Peralatan Pengontrol Arus Listrik (KBLI 31202).
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang me-laksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan prog-ram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri mesin listrik dan peralatan listrik, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri mesin listrik dan peralatan listrik ataupun sektor lain yang terkait;
�0�PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri mesin listrik dan peralatan listrik dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;2. Wakil Presiden RI;3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;4. Gubernur seluruh Indonesia;5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
MESIN LISTRIK DAN PERALATAN LISTRIK
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Mesin Listrik dan Peralatan ListrikRuang lingkup industri Mesin Listrik dan Peralatan listrik mencakup:
• 84.02 : ketel uap
• 84.06 : turbin uap air dan uap
• 85.02 : perangkat pembangkit listrik
• 85.04 : transformator elektris, konverter statis dan induktor
• 85.37 : papan panel listrik
• 85.38 : Komponen papan, panel listrik
• 85,46 : isolator listrik dari berbagai bahan
• 90.28.30 : pengukur listrik
B. Pengelompokan Industri Mesin Listrik dan Peralatan ListrikBerdasarkan pada penggunaan dan fungsinya dalam suatu rangkaian pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan maka mesin listrik dan peralatan listrik dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelompok Pembangkit Listrik
1) Turbin
2) Generator
3) Boiler
4) Solar Cell
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
5) Balance of Plant
6) Instrumen and Control
7) Electrical
2. Kelompok Primary Substantion
1) Power Trafo
2) MV Switchgear
3) Circuit Breaker
4) Switches
5) Relay
6) Arrester
7) Busbar
8) Meter Listrik
9) HV Insulator
3. Kelompok Switching Substation
1) Power Trafo
2) MV Switchgear
3) Circuit Breaker
4) Switches
5) Relay
6) Arrester
7) Busbar
8) Meter Listrik
9) HV Insulator
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
4. Kelompok Distribution Substantion
1) Power Trafo
2) MV Switchgear
3) Circuit Breaker
4) Switches
5) Relay
6) Arrester
7) Busbar
8) Meter Listrik
9) HV Insulator
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
BAB IIS A S A R A N
Dalam rangka program pembangunan ketenagalistrikan nasional sudah saatnya mulai dikembangkan konsep ke-mandirian dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik dan pembangunan jaringan transmisi – distribusi. Sehingga diharapkan akan diperoleh pembangunan ketenagalistrikan yang tidak tergantung pada impor mesin peralatan, yang berdampak pada biaya pembangunan dan pemeliharaannya. Dalam rangka meningkatkan kemampuan industri mesin listrik dan peralatan listrik, untuk mendukung kemandirian pembangunan ketenagalistrikan nasional perlu adanya arah pembangunan industri mesin peralatan listrik yang mempunyai tujuan yang jelas dan sasaran yang ingin dicapai.
Tujuan pembangunan industri mesin listrik dan peralatan listrik adalah meningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam mendukung kemandirian pembangunan ke-tenagalistrikan nasional dengan sumber daya lokal.
Sasaran pembangunan industri mesin listrik dan peralatan listrik adalah meningkatnya daya saing produk industri mesin listrik dan peralatan listrik dalam negeri yang digunakan dalam pembangunan ketenagalistrikan baik di dalam negeri maupun untuk pasar luar negeri.
A. Jangka Menengah (2010 -2014)
1. Meningkatnya peran industri mesin listrik dan per-alatan listrik dalam pembangunan ketenagalistrikan program 10.000 MW tahap II.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
2. Meningkatnya kemampuan SDM industri untuk mendukung pengembangan industri mesin listrik dan peralatan listrik.
3. Meningkatnya sinergi antara lembaga litbang dengan industri mesin listrik dan peralatan listrik untuk mendukung penguasaan teknologi, khususnya untuk produk seperti turbin, generator, dsb.
4. Meningkatnya investasi baru dan perluasan usaha industri mesin listrik dan peralatan listrik.
5. Industri mesin listrik dan peralatan listrik bersama EPC nasional menjadi pelaku utama dalam pem-bangunan ketenagalistrikan.
6. Meningkatnya tingkat komponen lokal dalam pembangunan ketenagalistrikan nasional.
B. Jangka Panjang (2010 – 2025) 1. Meningkatnya kemampuan industri mesin listrik
dan peralatan listrik bersama EPC nasional dalam membangun semua pembangkit tenaga listrik dan transmisi-distribusi berdasarkan rancang bangun dan rekayasa dalam negeri.
2. Meningkatnya kemampuan industri mesin listrik dan peralatan listrik dalam negeri untuk memproduksi mesin peralatan utama pembangkit tenaga listrik.
3. Meningkatnya pangsa pasar luar negeri.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
BAB IIISTRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik
1. Visi Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik
Menjadikan industri mesin listrik dan peralatan listrik berdaya saing tinggi untuk mendukung kemandirian pembangunan ketenagalistrikan nasional.
2. Arah Pengembangan• Menyediakan mesin peralatan listrik untuk men-
dukung kemandirian pembangunan ketenaga-listrikan nasional.
• Menjadi basis pengembangan teknologi pem-bangunan ketenagalistrikan.
• Meningkatkan pangsa pasar ekspor.
B. Indikator Pencapaian1. Meningkatnya Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) pada pembangunan ketenagalistrikan melalui pemanfaatan potensi pasar dalam negeri secara maksimal sebagai basis pengembangan industri mesin listrik dan peralatan listrik nasional.
2. Mesin peralatan utama dapat dibuat di dalam negeri melalui peningkatan kamampuan teknologi baik lisensi maupun pengembangan melalui penguasaan rancang bangun dan rekayasaan sendiri.
3. Meningkatnya kolaborasi antara EPC nasional dengan industri mesin listrik dan peralatan listrik dalam negeri.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
4. Peningkatan kemampuan SdM dan standar kompetensi tenaga kerja industri mesin listrik dan peralatan lsitrik.
C. Tahapan Implementasi
1. Sisi Suplai (Supply Side)
a. Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Produksi
Sejak krisis ekonomi dan terhentinya pem-bangunan kelistrikan nasional, secara umum daya serap atas mesin peralatan listrik hanya berkisar 60% dari kapasitas produksi dan yang diserap oleh PLN sebesar 80%, selebihnya non PLN. Hal ini juga menggambarkan bahwa pembangunan industri mesin peralatan listrik masih bergantung pada daya serap PLN. Sejalan dengan rencana umum pembangunan tenaga listrik, maka perlu dipersiapkan kemampuan industri mesin peralatan listrik untuk dapat berperan dalam pembangunan ketenagalistrikan, sehingga utilisasi kapasitas produksi mendatang dapat mencapai rata-rata 80%. Untuk keperluan tersebut, perlu upaya untuk membangun keberpihakan terhadap produksi dalam negeri dan menembus pasar ekspor secara terkoordinasi dengan baik dan efektif.
b. Pengembangan Produk
Pada saat ini kemampuan industri mesin peralatan listrik nasional berdasarkan fasilitas yang dimiliki dan kemampuan teknologi sudah mampu untuk memproduksi sesuai dengan kebutuhan pasar dalam negeri dan
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
perkembangan pasar global termasuk produk yang bersifat static equipment. Sementara itu produk yang bersifat rotary equipment seperti turbin perlu sangat mempengaruhi kemandirian pembangunan ketenagalistrikan.
Turbin merupakan mesin paralatan yang perlu segera dikembangkan di dalam negeri secara bertahap melalui reverse engineering atau lisensi maupun kemitraan. Tahapan yang dilakukan dapat dilaksanakan mulai dari kapasitas turbin kecil, karena turbin kapasitas kecil juga dibutuhkan oleh industri CPO, industri gula tebu, dan sebagainya. Pengembangan turbin dilakukan dengan memanfaatkan momentum percepatan pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW dan pembangunan 10.000 MW tahap II serta pembangunan ketenagalistrikan dengan dimulai dari proses reverse engineering turbin kapasitas kecil. Selanjutnya diikuti dengan Progressive Manufacturing Program yang mencakup desain, manufacturing, fabri-kasi, assembling dan integrasi melalui pencarian partner investasi.
Selain turbin juga perlu dikembangkan gene-rator kapasitas besar, demikian pula boiler yang berbasis pada teknologi energi murah/alternative dan ramah lingkungan.
Namun demikian, terdapat indikasi adanya upaya-upaya untuk memaksakan penggunaan produk yang berbasis impor dengan teknologi baru, meskipun sebenarnya masih diperlukan waktu untuk diterapkan di Indonesia secara bertahap. Sehingga diperlukan upaya untuk
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
menyelaraskan antara program pengembangan produk yang dilakukan oleh industri dalam negeri yang didukung oleh lembaga litbang dengan spesifikasi/teknologi produk yang dikembangkan dan digunakan oleh konsumen/ pasar domestik. Hal ini akan memberikan dampak terhadap kejelasan arah pengembangan produk dan efisiensi di kedua sisi, baik sisi pasar maupun sisi suplai.
Selanjutnya perlu juga dirintis kerjasama teknologi dengan sumber-sumber teknologi di luar negeri dengan tujuan semakin meningkat bahan baku/komponen yang mampu dibuat di dalam negeri, yang pada akhirnya akan menghilangkan ketergantungan terhadap impor bahan baku/komponen yang dapat mempengaruhi daya saing.
c. Meningkatkan Kemampuan Industri Pen-dukung
Didalam era global saat ini, pendekatan yang banyak dilakukan oleh industri multinasional dan industri besar lainnya adalah dengan melakukan pengembangan dan penguatan industri pendukungnya. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, sehingga konsep aglomerasi dapat diterapkan agar tercapai efisiensi yang optimum untuk meningkatkan daya saing dan semua pihak mempunyai peran dan kontribusi sesuai dengan kompetensi masing-masing. Dalam kaitan pengembangan produk yang memerlukan investasi besar seperti turbin, maka kemampuan industri pendukung menjadi suatu modal utama melalui suatu
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
kolaborasi yang efektif dengan industri intinya, sehingga akan dibutuhkan investasi yang minimal namun kualitas tetap terjaga. Untuk itu perlu upaya yang terus menerus meningkatkan kemampuan industri pendukung.
d. Meningkatkan Kemampuan dan Kompetensi SDM industri
Peran dan kontribusi SdM dalam industri merupakan faktor utama keberhasilan, karena itu segala upaya yang dilakukan pada dasarnya sangat tergantung kepada kemajuan dan kompetensi SdM. Sehingga perlu dilakukan terus-menerus pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan ketrampilan dan penguasaan teknologi produk maupun proses. Untuk itu perlu juga dikembangkan dan disusun standar kompetensi kerja sebagai acuan dasar dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja nasional. Selanjutnya perlu diikuti ketersediaan infrastruktur dasar lainnya seperti lembaga sertifikasi profesi dan sistem sertifikasi serta tempat uji ketrampilan baik skala nasional maupun internasional.
2. Sisi Pasar (Demand Side)
a. Meningkatkan Penggunaan Produksi Dalam Negeri
Mutu dan harga produk mesin peralatan listrik sudah mampu bersaing dengan produk negara lain, terbukti dengan realisasi ekspor yang terus membaik. Sementara itu, produk tersebut belum optimal dimanfaatkan oleh pasar domestik. Oleh karena itu perlu dibangun
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
kepercayaan konsumen dalam negeri terhadap mutu dan harga yang ditawarkan oleh produsen lokal. Membangun keberpihakan terhadap produk dalam negeri, memerlukan dukungan dan komitmen dari semua pihak, khususnya kepada instansi pemerintah pusat dan daerah serta BUMN/BUMD agar menjadi contoh bahwa produksi nasional mampu memenuhi mutu dan harga yang disyaratkan. Sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain melihat potensi industri dalam negeri secara utuh, malalui penetapan tingkat komponen dalam negeri, yang selanjutnya diterapkan secara konsisten dikalangan peme-rintah termasuk penerapannya oleh kalangan swasta.
b. Meningkatkan Efektivitas Penerapan Standar Produk
Standar produk mesin peralatan listrik yang digunakan dapat berupa standar nasional maupun standar internasional. Agar standar tersebut dapat diterapkan secara efektif di dalam negeri, maka diperlukan penyiapan infrastruktur dasar yang diperlukan sebelum standar tersebut dapat diterapkan.
Lembaga uji produk dan lembaga sertifikasi produk perlu ditingkatkan kemampuannya, disamping kesiapan industrinya. Sementara itu efektivitas penerapan standar juga perlu diikuti dengan peningkatan pengawasan di pasar baik oleh konsumen maupun instansi terkait.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
c. Diseminasi Kemampuan Industri Dalam Negeri
Banyak produk mesin peralatan listrik yang belum dikenal baik oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sehingga perlu dilakukan program pengenalan produk baik secara langsung maupun melalui media cetak lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan program sinergi bersama-sama antara instansi pemerintah dengan asosiasi/ industri termasuk kerjasama dengan pihak penyelenggara pameran permesinan di dalam negeri maupun luar negeri.
d. Meningkatkan Akses Pasar Ekspor
Untuk pasar ekspor perlu ditingkatkan ke-giatan promosi di negara tujuan ekspor dengan mengoptimalkan fungsi dan peran dari perwakilan dagang dan industri setempat. Disamping itu, juga didorong agar industri mesin peralatan listrik nasional mempunyai fokus produk unggulan dalam negeri maupun ekspor yang terus dikembangkan sebagai kebanggaan nasional, sehingga mampu berdaya saing di pasar global. Selanjutnya perlu juga dikembangkan negara tujuan ekspor baru yang potensial dengan melakukan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan global atau yang telah memiliki jaringan global.
Kemampuan untuk menembus pasar global saat ini perlu dilakukan dengan strategi yang tepat, karena masing-masing negara saat ini berusaha agar produk nasionalnya dapat berperan dominan di pasar domestik dan mampu
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
menembus pasar ekspor yang sudah semakin terbuka. Semakin ketatnya persaingan dalam pasar ekspor, maka diperlukan upaya untuk membangun aliansi strategis sebagai mitra dagang di negara tujuan ekspor agar produk nasional dikenal dan digunakan. Optimalisasi perwakilan dagang maupun industri di negara tujuan ekspor menjadi salah satu alternatif melalui kegiatan rutin mengirimkan brosur untuk menggalang kerjasama internasional.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
BA
B I
VP
RO
GR
AM
/ R
EN
CA
NA
AK
SI
A.
Renca
na A
ksi
Jangka M
enengah (
2010 –
2014)
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
11
BA
B IV
PR
OG
RA
M /
REN
CA
NA
AK
SI
A.
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010 –
2014
)
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
14
Pem
erin
tah
Pusa
t In
stan
si
Lain
Pe
mda
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g Fo
rum
T
ahun
Dep
Perin
De
p Ke
u De
p ES
DM
PLN
Asos
iasi
Indu
stri
PT
Litb
ang
Wor
king
Grou
p
2010
2011
2012
2013
2014
1. Me
netap
kan b
esar
nya T
KDN
berb
agai
kelas
pemb
angk
it lis
trik da
n sist
em tr
ansm
isi-
distrib
usi.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
2. Me
ngem
bang
kan p
engu
asaa
n tek
nolog
i pem
buata
n tur
bin.
O
O
O
O
O
O
O
3. Me
mfas
ilitas
i usu
lan in
senti
f inv
estas
i dan
pemb
ebas
an ta
rif be
a mas
uk ba
han b
aku d
an
komp
onen
yang
belum
dibu
at di
dalam
nege
ri.
O
O
O
O
O
O
4. Me
mfas
ilitas
i pen
gemb
anga
n sta
ndar
mes
in lis
trik da
n pe
ralat
an lis
trik.
O
O
O
O
O
O
O
O
5. Me
mfas
ilitas
i ker
jasam
a den
gan
luar n
eger
i dala
m ra
ngka
pe
ngem
bang
an pr
oduk
si da
lam
nege
ri.
O
O
O
O
O
O
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
12
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
14
Pem
erin
tah
Pusa
t In
stan
si
Lain
Pe
mda
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g Fo
rum
T
ahun
Dep
Perin
De
p Ke
u De
p ES
DM
PLN
Asos
iasi
Indu
stri
PT
Litb
ang
Wor
king
Grou
p
2010
2011
2012
2013
2014
6. Me
ningk
atkan
pang
sa pa
sar
eksp
or.
O
O
O
O
O
O
O
7.
Menin
gkatk
an ke
mamp
uan
SdM
dibida
ng te
knolo
gi pr
oduk
da
n man
ufaktu
r O
O
O
O
O
O
O
8. Pe
ngem
bang
an m
utu ba
han
baku
, kom
pone
n dan
prod
uk
jadi.
O
O
O
O
O
O
9. Me
mfas
ilitas
i kola
bora
si EP
C na
siona
l dan
indu
stri m
esin
listrik
dan p
erala
tan lis
trik un
tuk
pemb
angu
nan p
emba
ngkit
ten
aga l
istrik
dan s
istem
tra
nsmi
si-dis
tribus
i.
O
O
O
O
O
O
10. M
onito
ring d
an ev
aluas
i pe
nggu
naan
prod
uksi
dalam
ne
geri
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
B.
Ren
can
a A
ksi
Jan
gka P
an
jan
g (
20
10
– 2
02
5)
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
13
B.
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Panj
ang
(201
0 –
2025
)
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
25
Pem
erin
tah
Pusa
t
Inst
ansi
La
in
Pem
da
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g Fo
rum
T
ahun
Dep
Perin
De
p Ke
u De
p ES
DM
PLN
Asos
iasi
Indu
stri
Wor
king
Grou
p
2010
2025
1. Me
ningk
atkan
TKD
N di
berb
agai
kelas
pe
mban
gkit t
enag
a list
rik da
n sist
em tr
ansm
isi-
distrib
usi.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
2. Me
ningk
atkan
pera
n EPC
nasio
nal b
erko
labor
asi
deng
an in
dustr
i mes
in lis
trik da
n per
alatan
listrik
se
baga
i main
contr
actor
pada
pemb
angu
nan
pemb
angk
it ten
aga l
istrik
dan s
istem
tran
smisi
-dis
tribus
i.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
3. Me
ningk
atkan
peng
uasa
an te
knolo
gi me
sin
listrik
dan p
erala
tan lis
trik be
rbas
is su
mber
daya
lok
al.
O
O
O
O
O
O
O
O
4. Me
ningk
atkan
pang
sa pa
sar e
kspo
r. O
O
O
O
O
O
O
O
O
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
14
Indu
stri
Inti
M
esin
List
rik
dan
Pera
lata
n Li
strik
Indu
stri
Pend
ukun
g - I
ndus
tri tu
rbin
- I
ndus
tri b
oile
r - I
ndus
tri g
ener
ator
- I
ndus
tri p
eral
atan
tran
smisi
dan
dist
ribus
i
Indu
stri
Terk
ait
- Ind
ustri
bal
ance
of p
lant
- I
ndus
tri in
stru
men
t and
con
trol
- Ind
ustri
ele
ctric
al
- Ind
ustri
kon
stru
ksi
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
2010
-201
4
Men
ingk
atny
a pe
ran
indu
stri
mes
in l
istrik
dan
per
alat
an l
istrik
dal
am
pem
bang
unan
ket
enag
alist
rikan
pro
gram
10.
000
MW
taha
p II.
Men
ingk
atny
a ke
mam
puan
SD
M
indu
stri
untu
k m
endu
kung
pe
ngem
bang
an in
dust
ri m
esin
list
rik d
an p
eral
atan
list
rik.
M
enin
gkat
nya
sine
rgi
anta
ra l
emba
ga l
itban
g de
ngan
ind
ustri
mes
in
listri
k da
n pe
rala
tan
listri
k un
tuk
men
duku
ng p
engu
asaa
n te
knol
ogi.
M
enin
gkat
nya
inve
stas
i ba
ru d
an p
erlu
asan
usa
ha i
ndus
tri m
esin
dan
pe
rala
tan
listri
k.
In
dust
ri m
esin
list
rik d
an p
eral
atan
list
rik b
ersa
ma
EPC
nas
iona
l men
jadi
pe
laku
uta
ma
dala
m p
emba
ngun
an k
eten
agal
istrik
an.
M
enin
gkat
nya
tingk
at
kom
pone
n lo
kal
dala
m
pem
bang
unan
ke
tena
galis
trika
n na
sion
al.
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng 2
010-
2025
Men
ingk
atny
a ke
mam
puan
indu
stri
mes
in li
strik
dan
per
alat
an li
strik
be
rsam
a EP
C n
asio
nal d
alam
mem
bang
un s
emua
pem
bang
kit t
enag
a lis
trik
dan
trans
misi
-dist
ribus
i be
rdas
arka
n ra
ncan
g ba
ngun
da
n re
kaya
sa d
alam
neg
eri.
M
enin
gkat
nya
kem
ampu
an in
dust
ri m
esin
list
rik d
an p
eral
atan
list
rik
dala
m n
eger
i unt
uk m
empr
oduk
si m
esin
per
alat
an u
tam
a pe
mba
ngki
t te
naga
list
rik.
M
enin
gkat
nya
pang
sa p
asar
luar
neg
eri.
St
rate
gi
Sekt
or
:
Kol
abor
asi a
ntar
a EP
C na
siona
l den
gan
indu
stri
mes
in li
strik
dan
per
alat
an li
strik
dal
am n
eger
i.
Pem
anfa
atan
pot
ensi
pasa
r dal
am n
eger
i sec
ara
mak
sim
al u
ntuk
men
jadi
bas
e lo
ad p
enge
mba
ngan
indu
stri
mes
in li
strik
dan
per
alat
an li
strik
,
Peni
ngka
tan
kem
ampu
an S
dM d
an st
anda
r kom
pete
nsi t
enag
a ke
rja in
dust
ri m
esin
list
rik d
an p
eral
atan
list
rik.
Tek
nolo
gi :
Peni
ngka
tan
kam
ampu
an d
an p
engu
asaa
n te
knol
ogi m
elal
ui p
engu
asaa
n ra
ncan
g ba
ngun
dan
reka
yasa
an b
erba
sis su
mbe
r day
a lo
kal.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 107/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
15
Poko
k-Po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010-
2014
) 1.
Mene
tapka
n bes
arny
a TKD
N be
rbag
ai ke
las pe
mban
gkit l
istrik
dan s
istem
tran
smisi
-dis
tribus
i. 2.
Meng
emba
ngka
n kem
ampu
an te
knolo
gi pe
mbua
tan tu
rbin.
3.
Memf
asilit
asi u
sulan
pem
beba
san
tarif b
ea m
asuk
bah
an b
aku
dan
komp
onen
yang
be
lum di
buat
di da
lam ne
geri.
4.
Memf
asilit
asi p
enge
mban
gan s
tanda
r mes
in lis
trik da
n per
alatan
listrik
. 5.
Menin
gkatk
an ke
mamp
uan S
dM di
bidan
g tek
nolog
i pro
duk d
an m
anufa
ktur
6. Me
mfas
ilitas
i kola
bora
si EP
C na
siona
l dan
indu
stri m
esin
listrik
dan
per
alatan
listrik
un
tuk pe
mban
guna
n pem
bang
kit te
naga
listrik
dan s
istem
tran
smisi
-dist
ribus
i.
Poko
k-Po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Panj
ang
(201
0-20
25)
1. Me
ningk
atkan
TKD
N di
berb
agai
kelas
pem
bang
kit te
naga
listr
ik da
n sis
tem
trans
misi-
distrib
usi.
2. Me
ningk
atkan
per
an E
PC n
asion
al be
rkolab
oras
i den
gan
indus
tri me
sin li
strik
dan
pera
latan
listr
ik se
baga
i main
con
tracto
r pad
a pe
mban
guna
n pe
mban
gkit
tenag
a list
rik da
n sist
em tr
ansm
isi-d
istrib
usi.
3. Me
ningk
atkan
pen
guas
aan
tekno
logi m
esin
listrik
dan
per
alatan
listrik
ber
basis
su
mber
daya
loka
l. 4.
Men
ingka
tkan p
angs
a pas
ar ek
spor
.
Unsu
r Pen
unjan
g Pe
riode
sasi
Penin
gkata
n Tek
nolog
i a.
Inisia
si : R
ever
se E
ngine
ering
b.
Peng
emba
ngan
Cep
at : L
isens
i c.
Matan
g : P
engu
asaa
n Tek
nolog
i Pa
sar
a. Da
lam N
eger
i b.
Luar
Neg
eri
SDM
a. Me
ningk
atkan
komp
etens
i SDM
b.
Meng
emba
ngka
n lem
baga
uji k
ompe
tensi
c. Me
ngem
bang
kan s
tanda
r kom
peten
si ke
rja
Infra
struk
tur
a. Me
ngem
bang
kan l
emba
ga se
rtifika
si pr
ofesi
b. Me
ngem
bang
kan t
empa
t uji k
ompe
tensi
G
amba
r 1. K
eran
gka
Peng
emba
ngan
Indu
stri
Mes
in L
istri
k da
n Pe
rala
tan
List
rik
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Mesi
n L
istr
ik d
an
Pera
lata
n L
istr
ik
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
16
Gam
bar 2
. Ker
angk
a K
eter
kaita
n In
dust
ri M
esin
Lis
trik
dan
Pera
lata
n Li
strik
Pem
er�n
tah
Pusa
t :
Dep
perin
, D
ep.E
SDM
, D
epke
u, D
epda
g
Wor
king
Gro
up
Pem
erin
tah
Dae
rah:
D
�nas
Pe
r�ndu
str�a
n
Lem
baga
L�tb
ang,
Pe
rgur
uan
T�ng
g�,
Sert�
f�kas
�
As
os�a
s�
Loga
m,
Mes
�n,
Ker
am�k
, P
ol�m
er
Mes
�n
l�str�
k da
n P
eral
atan
L�
str�k
PEM
BA
NG
KIT
LI
STR
IK
DA
N
SIST
EM
TRA
NS
MIS
I- D
ITR
IBU
SI
LIST
RIK
EPC
Pa
sar
Luar
Neg
eri
Pa
sar D
alam
N
eger
i
Wor
king
Gro
up
Indu
stri
penu
njan
g,
Bar
ang
mod
al
Jasa
Indu
str�:
Ba
nk,A
sura
ns�,K
onsu
ltan
Gam
bar
2.
Kera
ng
ka K
ete
rkait
an
In
du
stri
Mesi
n L
istr
ik d
an
Pera
lata
n L
istr
ik
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MESIN PERALATAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri mesin peralatan umum merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri mesin peralatan umum;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MESIN PERALATAN UMUM.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri mesin peralatan umum untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Mesin Peralatan Umum adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Konstruksi Baja (KBLI 28113, 28119, 28120);
b. Industri Alat Konstruksi (KBLI 29240); c. Industri Mesin Pertanian (KBLI
28931, 29212, 29211); d. Industri Mesin Proses (KBLI 25206,
29191, 23133, 29221, 29222, 29223, 29224, 29230, 29250, 29261, 29262, 29263, 29264, 29291, 29292, 29299, 29270);
e. Industri Alat Energi (KBLI 29111, 29112, 29113, 29114);
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
f. Industri Alat Penunjang (KBLI 29120, 29130, 29141, 29142, 33111, 33113, 33119, 33121, 33130, 29150, 29192, 29193).
3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Ke-masyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Peme-rintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan prog-ram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Mesin Peralatan Umum, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Mesin Peralatan Umum ataupun sektor lain yang terkait;
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Mesin Peralatan Umum dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) di-lakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:1. Presiden RI;2. Wakil Presiden RI;3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;4. Gubernur seluruh Indonesia;5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
MESIN PERALATAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Mesin Peralatan UmumRuang lingkup industri mesin peralatan umum mencakup mesin peralatan yang digunakan untuk berbagai industri dan sektor seperti konstruksi baja, alat berat, alsintan, mesin peralatan pabrik, mesin perkakas, mesin pengukur, engine, boiler industri, dan sebagainya. Cakupan HS meliputi HS 84.
B. Pengelompokan Industri Mesin Peralatan UmumBerdasarkan karakteristik dari masing-masing produk mesin peralatan umum dapat dikelompokkan menjadi:
1. Konstruksi baja
Konstruksi baja struktur, konstruksi baja bangunan, konstruksi baja pelat, dan sejenisnya (HS 7308, 7309, 7310, dan 7311).
2. Alat konstruksi
Alat berat, alat handling mekanik, dan sejenisnya (HS 8428, 8429, 8430).
3. Mesin pertanian
Traktor, thresher, reaper, RMU, huller, dan sejenisnya (HS 8424, 8432, 8433, 8435, 8436, 8437).
4. Mesin proses
Mesin peralatan pabrik untuk pabrik tekstil, pabrik kulit, pabrik kertas, pabrik percetakan, pabrik pengolahan makanan dan minuman, pabrik kimia
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
dan sebagainya (HS 8422, 8438, 8439, 8440, 8441, 8443, 8444, 8446, 8447, 8448, 8449, 8456, 8457, 8458, 8459, 8460, 8461, 8462, 8463, 8464, 8465, 8474, 8479).
5. Alat energi
Boiler industri, heat exchanger, engine, dan sebagainya (HS 8406, 8407, 8408, 8410, 8411).
6. Mesin penunjang
Mesin perkakas, pompa, peralatan pemanas dan pendingin, alat ukur, dan sejenisnya (HS 8413, 8414, 8417, 8418, 8419, 8423, 8425, 8426, 8427, 8483, 9024, 9026, 9427, 9428, 9429, 9430).
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
BAB IIS A S A R A N
Dalam rangka program pembangunan industri nasional sudah saatnya mulai dikembangkan konsep kemandirian dalam setiap pembangunan pabrik-pabrik pengolahan dan pembangunan infrastruktur dimana peranan EPC nasional dapat lebih diutamakan agar mampu menarik industri mesin peralatan umum sebagai industri pendukungnya. Sehingga diharapkan pembangunan industri mesin peralatan umum menjadi tulang punggung daripada pembangunan industri unggulan yang akan datang, dengan mengurangi ketergantungan pada impor mesin peralatan.
Tujuan pembangunan industri mesin peralatan umum adalah meningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam mendukung pembangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
Sasaran pembangunan industri mesin peralatan umum adalah meningkatnya daya saing produk industri mesin peralatan umum dalam negeri untuk mendukung pem-bangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
A. Jangka Menengah (2010 -2014)1. Meningkatnya kemampuan industri mesin peralatan
umum untuk memenuhi kebutuhan mesin peralatan pembangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
2. Meningkatnya kemampuan SDM industri untuk mendukung pengembangan industri mesin peralatan umum.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
3. Meningkatnya sinergi antara lembaga litbang dengan industri mesin peralatan umum dalam rangka penguasaan teknologi.
4. Meningkatnya investasi baru/perluasan usaha dan penyebaran industri mesin peralatan umum di Jawa maupun di luar Jawa.
5. Meningkatnya peran EPC nasional dalam setiap pembangunan di dalam negeri yang didukung oleh Industri mesin peralatan umum.
B. Jangka Panjang (2010 – 2025) 1. Meningkatnya kemampuan industri mesin peralatan
umum bersama EPC nasional dalam setiap pem-bangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
2. Meningkatnya kemampuan industri mesin peralatan umum dalam negeri untuk memproduksi barang modal.
3. Meningkatnya pangsa pasar luar negeri.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
BAB IIISTRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Mesin Peralatan Umum
A. Visi Industri Mesin Peralatan Umum
Menjadikan industri mesin peralatan umum berdaya saing tinggi untuk mendukung pembangunan industri unggulan masa depan.
B. Arah Pengembangan• Menyediakan mesin peralatan umum sebagai
barang modal untuk mendukung pembangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
• Memperkuat kemampuan dan pengembangan teknologi produk berbasis static equipment/plate working dan meningkatkan penguasaan teknologi produk berbasis rotating equipment.
B. Indikator Pencapaian
1. Meningkatnya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada pembangunan industri manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.
2. Meningkatnya pangsa pasar dalam negeri untuk menjadi basis pengembangan industri mesin peralatan umum.
3. Meningkatnya sinergi/kolaborasi antara industri dalam negeri dan lembaga litbang/perguruan tinggi dalam rangka penguasaan rancang bangun dan perekayasaan.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
4. Meningkatnya kolaborasi antara EPC nasional dengan industri mesin peralatan umum dalam negeri
5. Meningkatnya kemampuan/kompetensi SDM industri.
C. Tahapan Implementasi
1. Sisi Suplai (Supply Side)
a. Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Produksi
Dalam rangka meningkatkan utilisasi kapasitas produksi industri mesin peralatan umum, maka penguasaan atau peningkatan pangsa pasar domestik menjadi target utama. Untuk itu perlu dibangun adanya keberpihakan terhadap produk industri dalam negeri. Pembukaan akses pasar melalui kegiatan promosi dan pengenalan lebih jauh tentang potensi industri dalam negeri perlu dilakukan secara lebih intensif agar dapat dibangun kepercayaan terhadap produk yang telah dihasilkan.
b. Pengembangan Produk
Pada saat ini kemampuan industri mesin peralatan umum nasional berdasarkan fasilitas yang dimiliki dan kemampuan teknologi sudah mampu untuk memproduksi produk yang merupakan kelompok static equipment sebagai produk unggulan industri mesin peralatan umum. Sementara itu untuk produk yang merupakan rotating equipment perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Potensi produk tersebut sesuai dengan kebutuhan pasar dalam negeri dan mengikuti perkembangan standar yang diminta
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
oleh pasar global. Program kerjasama antara industri dengan lembaga litbang / perguruan tinggi perlu lebih diintensifkan agar dapat terus dikembangkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dalam negeri. Khususnya untuk produk dalam kelompok rotating equipment perlu dilakukan kerjasama yang lebih intensif dengan target-target yang lebih terukur.
Sehingga diperlukan upaya untuk menyelaras-kan antara program pengembangan produk yang dilakukan oleh industri dalam negeri yang didukung oleh lembaga litbang dengan spesifikasi/teknologi produk yang dikembangkan dan digunakan oleh konsumen/pasar domestik.
Selanjutnya perlu juga dirintis kerjasama teknologi dengan sumber-sumber teknologi di luar negeri dengan tujuan meningkatkan pengembangan produk.
c. Meningkatkan Kemampuan Industri Pen-dukung
Didalam era global saat ini, pendekatan yang banyak dilakukan oleh industri multinasional dan industri besar lainnya adalah dengan melakukan pengembangan dan penguatan industri pendukungnya. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, sehingga konsep aglomerasi dapat diterapkan agar tercapai efisiensi yang optimum untuk meningkatkan daya saing sesuai dengan kompetensi masing-masing. Dalam kaitan pengembangan produk yang memerlukan investasi besar seperti alat berat, maka kemampuan industri pendukung
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
menjadi suatu modal utama melalui suatu kolaborasi yang efektif dengan industri intinya, sehingga akan dibutuhkan investasi yang minimal namun kualitas tetap terjaga. Untuk itu perlu upaya yang terus menerus meningkatkan kemampuan industri pendukung.
d. Meningkatkan Kemampuan dan Kompetensi SDM industri
Peran dan kontribusi SDM dalam industri merupakan faktor utama keberhasilan, karena itu segala upaya yang dilakukan pada dasarnya sangat tergantung kepada kompetensi SDM. Sehingga perlu dilakukan terus-menerus pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan ketrampilan dan penguasaan teknologi produk maupun proses. Untuk itu perlu juga di-kembangkan dan disusun standar kompetensi kerja sebagai acuan dasar dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja nasional. Selanjutnya perlu diikuti ketersediaan infrastruktur dasar lainnya seperti lembaga sertifikasi profesi dan sistem sertifikasi serta tempat uji ketrampilan baik skala nasional maupun internasional.
2. Sisi Pasar (Demand Side)
a. Meningkatkan Penggunaan Produksi Dalam Negeri
Mutu dan harga produk mesin peralatan umum sudah mampu bersaing dengan produk negara lain, khususnya untuk kelompok static equipment terbukti dengan realisasi ekspor yang terus membaik. Sementara itu, produk tersebut belum optimal dimanfaatkan
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
oleh pasar domestik. Oleh karena itu perlu dibangun kepercayaan konsumen dalam negeri terhadap mutu dan harga yang ditawarkan oleh produsen lokal. Membangun keberpihakan terhadap produk dalam negeri, memerlukan dukungan dan komitmen dari semua pihak, khususnya kepada instansi pemerintah pusat dan daerah serta BUMN/BUMD agar menjadi contoh bahwa produksi nasional mampu memenuhi mutu dan harga yang disyaratkan. Sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain melihat potensi industri dalam negeri secara utuh, malalui penetapan tingkat komponen dalam negeri, yang selanjutnya diterapkan secara konsisten dikalangan pemerintah termasuk penerapannya oleh kalangan swasta.
b. Meningkatkan Efektivitas Penerapan Standar Produk
Standar produk mesin peralatan umum yang digunakan dapat berupa standar nasional maupun standar internasional. Agar standar tersebut dapat diterapkan secara efektif di dalam negeri, maka diperlukan penyiapan infrastruktur dasar yang diperlukan sebelum standar tersebut dapat diterapkan.
Lembaga uji produk dan lembaga sertifikasi produk perlu ditingkatkan kemampuannya, disamping kesiapan industrinya. Sementara itu efektivitas penerapan standar juga perlu diikuti dengan peningkatan pengawasan di pasar baik oleh konsumen maupun instansi terkait. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perumusan dan
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
atau revisi standar sesuai dengan perkembangan teknologi.
c. Diseminasi Kemampuan Industri Dalam Negeri
Pada saat ini masih banyak produk mesin peralatan umum yang belum dikenal baik oleh konsumen dalam negeri, sehingga perlu dilakukan program pengenalan produk baik secara langsung maupun melalui media cetak lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program identifikasi mesin peralatan yang dibutuhkan untuk setiap pembangunan yang kemudian diselaraskan dengan kemampuan industri dalam negeri. Keterbatasan yang dimiliki oleh industri dalam negeri menjadi program bersama untuk dikembangkan.
d. Meningkatkan Akses Pasar Ekspor
Untuk itu perlu ditingkatkan kegiatan promosi di negara tujuan ekspor dengan mengoptimalkan fungsi dan peran dari perwakilan dagang dan industri setempat. Disamping itu, juga didorong agar industri mesin peralatan umum nasional mempunyai fokus produk unggulan dalam negeri maupun ekspor yang terus dikembangkan sebagai kebanggaan nasional, sehingga mampu berdaya saing di pasar global. Selanjutnya perlu juga dikembangkan negara tujuan ekspor baru yang potensial dengan melakukan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan global atau yang telah memiliki jaringan global.
Kemampuan untuk menembus pasar global saat ini perlu dilakukan dengan strategi yang
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
tepat, karena masing-masing negara saat ini berusaha agar produk nasionalnya dapat berperan dominan di pasar domestik dan mampu menembus pasar ekspor yang sudah semakin terbuka. Semakin ketatnya persaingan dalam pasar ekspor, maka diperlukan upaya untuk membangun aliansi strategis sebagai mitra dagang di negara tujuan ekspor agar produk nasional dikenal dan digunakan. Optimalisasi perwakilan dagang maupun industri di negara tujuan ekspor menjadi salah satu alternatif melalui kegiatan rutin mengirimkan brosur untuk menggalang kerjasama internasional.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
BA
B IV
PR
OG
RA
M /
REN
CA
NA
AK
SI
A.
Renca
na A
ksi
Jangka M
enengah (
2010 –
2014)
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
10
BA
B IV
PRO
GR
AM
/ R
ENC
AN
A A
KSI
A.
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010 –
2014
)
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
14
Pem
erin
tah
Pusa
t
Pem
da
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g Fo
rum
T
ahun
Dep
Perin
De
p Ke
u
Dep
Lain
nya
Bap pen
as
Asos
iasi
Indu
stri
PT
Litb an
g W
orkin
g Gr
oup
2010
2011
2012
2013
2014
1. Me
ngide
ntifik
asika
n pro
gram
pe
mban
guna
n nas
ional
poten
sial
seba
gai p
asar
prod
uk da
lam ne
geri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
2. Me
netap
kan b
esar
nya T
KDN
berb
agai
prod
uk in
dustr
i pote
nsial
. O
O
O
O
O
O
3.
Meng
emba
ngka
n pen
guas
aan t
ekno
logi
prod
uk po
tensia
l. O
O
O
O
O
O
O
O
O
4. Me
ngem
bang
kan p
rotot
ipe pr
oduk
po
tensia
l. O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
5.
Memf
asilit
asi u
sulan
inse
ntif in
vesta
si da
n bea
mas
uk.
O
O
O
O
O
O
O
6. Me
mfas
ilitas
i pen
gemb
anga
n stan
dar
prod
uk.
O
O
O
O
O
O
O
7.
Memf
asilit
asi p
enye
bara
n ind
ustri
di lua
r P. J
awa.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
8.
Memf
asilit
asi k
erjas
ama
inves
tasi/te
knolo
gi/pe
ngem
bang
an
prod
uk de
ngan
luar
nege
ri.
O
O
O
O
O
O
O
O
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
11
9. Me
ningk
atkan
kema
mpua
n tek
nis S
dM
indus
tri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
10.
Menin
gkatk
an pe
ran l
emba
ga se
rtifika
si pr
ofesi
dalam
komp
etens
i SdM
indu
stri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
11
. Me
ngem
bang
kan s
tanda
r kom
peten
si ke
rja (S
KKNI
). O
O
O
O
O
O
O
O
O
12.
Memf
asilit
asi k
olabo
rasi
EPC
nasio
nal
dan i
ndus
tri me
sin pe
ralat
an um
um.
O
O
O
O
O
O
O
O
13.
Monit
oring
dan e
valua
si pe
nggu
naan
pr
oduk
si da
lam ne
geri
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
14.
Memf
asilit
asi p
romo
si pr
oduk
buata
n da
lam ne
geri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
10
BA
B IV
PRO
GR
AM
/ R
ENC
AN
A A
KSI
A.
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010 –
2014
)
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
14
Pem
erin
tah
Pusa
t
Pem
da
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g Fo
rum
T
ahun
Dep
Perin
De
p Ke
u
Dep
Lain
nya
Bap pen
as
Asos
iasi
Indu
stri
PT
Litb an
g W
orkin
g Gr
oup
2010
2011
2012
2013
2014
1. Me
ngide
ntifik
asika
n pro
gram
pe
mban
guna
n nas
ional
poten
sial
seba
gai p
asar
prod
uk da
lam ne
geri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
2. Me
netap
kan b
esar
nya T
KDN
berb
agai
prod
uk in
dustr
i pote
nsial
. O
O
O
O
O
O
3.
Meng
emba
ngka
n pen
guas
aan t
ekno
logi
prod
uk po
tensia
l. O
O
O
O
O
O
O
O
O
4. Me
ngem
bang
kan p
rotot
ipe pr
oduk
po
tensia
l. O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
5.
Memf
asilit
asi u
sulan
inse
ntif in
vesta
si da
n bea
mas
uk.
O
O
O
O
O
O
O
6. Me
mfas
ilitas
i pen
gemb
anga
n stan
dar
prod
uk.
O
O
O
O
O
O
O
7.
Memf
asilit
asi p
enye
bara
n ind
ustri
di lua
r P. J
awa.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
8.
Memf
asilit
asi k
erjas
ama
inves
tasi/te
knolo
gi/pe
ngem
bang
an
prod
uk de
ngan
luar
nege
ri.
O
O
O
O
O
O
O
O
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
B.
Ren
can
a A
ksi
Jan
gka P
an
jan
g (
20
10
– 2
02
5)
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
12
B.
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Panj
ang
(201
0 –
2025
)
Ren
cana
Aks
i 201
0-20
25
Pem
erin
tah
Pusa
t
Pem
da
Swas
ta
Perg
urua
n Ti
nggi
dan
Li
tban
g
Foru
m
Tahu
n
Dep
Perin
De
p Ke
u
Dep
Lain
nya
Bapp
enas
As
osias
i In
dust
ri PT
L
itb ang
Wor
king
Gro
up
2010
2025
1. Me
ngide
ntifik
asika
n pro
gram
pe
mban
guna
n nas
ional
poten
sial
seba
gai p
asar
prod
uk da
lam ne
geri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
2. Me
ningk
atkan
kema
mpua
n pen
guas
aan
tekno
logi ro
tating
equip
ment
indu
stri
dalam
nege
ri.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
3. Me
ningk
atkan
pera
n EPC
nasio
nal d
an
indus
tri me
sin pe
ralat
an um
um.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
4. Me
ningk
atkan
peng
uasa
an te
knolo
gi Sd
M ind
ustri.
O
O
O
O
O
O
O
O
5.
Menin
gkatk
an pa
ngsa
pasa
r eks
por.
O
O
O
O
O
O
O
O
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
13
In
dust
ri In
ti
mes
in
pera
lata
n um
um
Indu
stri
Pend
ukun
g - I
ndus
tri K
ompo
nen
- Ind
ustri
Log
am
- Ind
ustri
Kar
et
- Ind
ustri
Pla
stik
Indu
stri
Terk
ait
- Ind
ustri
Ban
- I
ndus
tri m
ur d
an b
aut
- Ind
ustri
Pel
apisa
n Lo
gam
- I
ndus
tri K
aca
- Ind
ustri
Cat
Sa
sara
n Ja
ngka
Men
enga
h 20
10-2
014
M
enin
gkat
nya
kem
ampu
an in
dust
ri m
esin
per
alat
an u
mum
un
tuk
mem
enuh
i keb
utuh
an m
esin
per
alat
an p
emba
ngun
an
indu
stri
man
ufak
tur d
an se
ktor
eko
nom
i lai
nnya
.
Men
ingk
atny
a ke
mam
puan
SD
M in
dust
ri un
tuk
men
duku
ng
peng
emba
ngan
indu
stri
mes
in p
eral
atan
um
um.
M
enin
gkat
nya
sine
rgi a
ntar
a le
mba
ga li
tban
g de
ngan
indu
stri
mes
in p
eral
atan
um
um d
alam
rang
ka p
engu
asaa
n te
knol
ogi.
M
enin
gkat
nya
inve
stas
i bar
u/pe
rluas
an u
saha
dan
pen
yeba
ran
indu
stri
mes
in p
eral
atan
um
um d
i Jaw
a m
aupu
n di
luar
Jaw
a.
M
enin
gkat
nya
pera
n EP
C
nasio
nal
dala
m
setia
p pe
mba
ngun
an d
i da
lam
neg
eri
yang
did
ukun
g ol
eh I
ndus
tri
mes
in p
eral
atan
um
um.
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng 2
010-
2025
Men
ingk
atny
a ke
mam
puan
in
dust
ri m
esin
pe
rala
tan
umum
be
rsam
a EP
C
nasi
onal
da
lam
se
tiap
pem
bang
unan
in
dust
ri m
anuf
aktu
r dan
sekt
or e
kono
mi l
ainn
ya.
M
enin
gkat
nya
kem
ampu
an i
ndus
tri m
esin
per
alat
an u
mum
dal
am
nege
ri un
tuk
mem
prod
uksi
bar
ang
mod
al.
M
enin
gkat
nya
pang
sa p
asar
luar
neg
eri.
St
rate
gi
Sekt
or :
Kol
abor
asi a
ntar
a EP
C na
siona
l den
gan
indu
stri
mes
in p
eral
atan
um
um d
alam
neg
eri.
Pe
man
faat
an p
oten
si pa
sar d
alam
neg
eri s
ecar
a m
aksi
mal
unt
uk m
enja
di b
ase
load
pen
gem
bang
an in
dust
ri m
esin
per
alat
an u
mum
,
Peni
ngka
tan
kem
ampu
an S
dM d
an st
anda
r kom
pete
nsi t
enag
a ke
rja in
dust
ri m
esin
per
alat
an u
mum
. T
ekno
logi
:
Pe
ning
kata
n ka
mam
puan
dan
pen
guas
aan
tekn
olog
i mel
alui
pen
guas
aan
ranc
ang
bang
un d
an re
kaya
saan
ber
basis
sum
ber d
aya
loka
l.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 108/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n P
erat
uran
Men
ter�
Per
�ndu
str�a
n R
I N
omor
: �0
�/M
-IND
/PE
R/�
0/�0
0�
14
Gam
bar
1. K
eran
gka
Pen
gem
bang
an In
dust
ri M
esin
Per
alat
an U
mum
Poko
k-Po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010-
2014
)
Men
gide
ntifi
kasi
kan
prog
ram
pe
mba
ngun
an
nasi
onal
po
tens
ial
seba
gai p
asar
pro
duk
dala
m n
eger
i.
Men
etap
kan
besa
rnya
T
KD
N
berb
agai
pr
oduk
in
dust
ri po
tens
ial.
M
enge
mba
ngka
n pe
ngua
saan
tekn
olog
i pro
duk
pote
nsia
l.
Men
gem
bang
kan
prot
otip
e pr
oduk
pot
ensi
al.
M
emfa
silit
asi u
sula
n in
sent
if in
vest
asi d
an b
ea m
asuk
.
Mem
fasi
litas
i pen
gem
bang
an s
tand
ar p
rodu
k.
M
emfa
silit
asi p
enye
bara
n in
dust
ri di
luar
P. J
awa.
Mem
fasi
litas
i ke
rjasa
ma
inve
stas
i/tek
nolo
gi/p
enge
mba
ngan
pr
oduk
den
gan
luar
neg
eri.
M
enin
gkat
kan
kem
ampu
an te
knis
SdM
indu
stri.
Men
ingk
atka
n pe
ran
lem
baga
se
rtifi
kasi
pr
ofes
i da
lam
ko
mpe
tens
i SdM
indu
stri.
Men
gem
bang
kan
stan
dar k
ompe
tens
i ker
ja (S
KK
NI)
.
Mem
fasi
litas
i ko
labo
rasi
EPC
nas
iona
l da
n in
dust
ri m
esin
pe
rala
tan
umum
.
Mon
itori
ng d
an e
valu
asi p
engg
unaa
n pr
oduk
si d
alam
neg
eri.
M
emfa
silit
asi p
rom
osi p
rodu
k bu
atan
dal
am n
eger
i.
Poko
k-Po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Panj
ang
(201
0-20
25)
M
engi
dent
ifika
sika
n pr
ogra
m
pem
bang
unan
na
sion
al
pote
nsia
l se
baga
i pas
ar p
rodu
k da
lam
neg
eri.
M
enin
gkat
kan
kem
ampu
an
peng
uasa
an
tekn
olog
i ro
tatin
g eq
uipm
ent i
ndus
tri d
alam
neg
eri.
M
enin
gkat
kan
pera
n EP
C n
asio
nal
dan
indu
stri
mes
in p
eral
atan
um
um.
M
enin
gkat
kan
peng
uasa
an te
knol
ogi S
dM in
dust
ri.
M
enin
gkat
kan
pang
sa p
asar
eks
por.
Uns
ur P
enun
jang
Pe
riod
esas
i Pen
ingk
atan
Tek
nolo
gi
a. In
isia
si :
Rev
erse
Eng
inee
ring
b.
Pen
gem
bang
an C
epat
: Li
sens
i c.
Mat
ang
: Pen
guas
aan
Tek
nolo
gi
Pasa
r a.
Dal
am N
eger
i b.
Lua
r Neg
eri
SDM
a.
Men
ingk
atka
n ko
mpe
tens
i SD
M
b. M
enge
mba
ngka
n le
mba
ga u
ji ko
mpe
tens
i c.
Men
gem
bang
kan
stan
dar k
ompe
tens
i ker
ja
Infr
astr
uktu
r a.
Men
gem
bang
kan
lem
baga
ser
tifik
asi p
rofe
si
b. M
enge
mba
ngka
n te
mpa
t uji
kom
pete
nsi
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Mesi
n P
era
lata
n U
mu
m
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
15
Gam
bar 2
. Ker
angk
a K
eter
kaita
n In
dust
ri M
esin
Per
alat
an U
mum
Pem
er�n
tah
Pusa
t :
Dep
perin
, D
epke
u,
Dep
.Lai
nnya
, B
appe
nas
Wor
king
Gro
up
Pem
erin
tah
Dae
rah:
D
�nas
Pe
r�ndu
str�a
n
Lem
baga
Li
tban
g,
Perg
urua
n Ti
nggi
, Ser
tifik
asi
As
os�a
s�
Loga
m,
Kom
pone
n,
Kar
et,
Pla
st�k
Mes
�n
Per
alat
an
Um
um
PEM
BA
NG
UN
AN
IN
DU
STR
I M
AN
UFA
KTU
R
DA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
IN
FRA
STR
UK
TUR
EPC
Pa
sar
Luar
Neg
eri
Pa
sar D
alam
N
eger
i
Wor
king
Gro
up
Indu
stri
Ban
, mur
ba
ut, c
at,
pela
pisa
n lo
gam
Jasa
Indu
stri
: B
ank,
Asu
rans
i, K
onsu
ltan
Gam
bar
2.
Kera
ng
ka K
ete
rkait
an
In
du
stri
Mesi
n P
era
lata
n U
mu
m
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri tekstil dan produk tekstil;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Peme-rintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pem-bentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga-nisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL.
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri tekstil dan produk tekstil untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Tekstil dan Produk Tekstil adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Industri Serat (Fiber) (KBLI 17111 dan 24302);
b. Industri Benang (Pemintalan/Spinning) (KBLI 17112, 17113, 17121, dan 24301);
c. Industri Kain (Pertenunan/Weaving, Perajutan/ Knitting, Pencelupan/Dyeing, Pencapan/Printing, Penyem-purnaan/Finishing dan Non-Woven) (KBLI 17123, 17292, 17294 dan 17301);
d. Industri Pakaian Jadi (Garment) (KBLI 17302, 18101 dan 18102);
e. Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya (KBLI 17211, 17213, 17220, 17292, 17293 dan 17303).
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
d. Informasi untuk menggalang duku-ngan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan ke-bijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masya-rakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Tekstil dan Produk TekstilBerdasarkan No. HS, ruang lingkup klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) mencakup No. HS 50 hingga 63. Berdasarkan rantai nilainya, industri ini dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Industri Serat (Fiber)
Adalah industri yang memproduksi serat-serat baik serat alam maupun serat buatan. Berdasarkan KBLI tahun 2007, yang termasuk dalam kelompok industri serat adalah:
• KBLI No 17111 Industri persiapan serat tekstil, yang terdiri dari HS No 5001, 5003, 5101, 5102, 5103, 5104, 5105, 5201, 5202, 5301, 5302, 5303, 5304 dan 5305.
• KBLI No 24302 Industri serat stapel buatan, yang terdiri dari HS No. 5502, 5503, 5504, 5506 dan 5507
2. lndustri Benang (Pemintalan/Spinning)
Adalah industri yang mengolah serat menjadi benang. Berdasarkan KBLI tahun 2007, yang termasuk dalam kelompok industri benang adalah:
• KBLI No 17112 Industri Pemintalan Benang yang terdiri dari HS No 5002, 5003, 5004, 5005, 5006, 5103, , 5105, 5106, 5107, 5108, 5109, 5110, 5202, 5203, 5204, 5205, 5207, 5301,
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
5302, 5303, 5304, 5305, 5306, 5307, 5308, 5402, 5403, 5406, 5505, 5509, 5510, 5511, 5604,
• KBLI No 17113 Industri Pemintalan Benang Jahit yang terdiri dari HS No. 5401 dan 5508
• KBLI No 17121 Industri Penyempurnaan Benang yang terdiri dari HS No 5205 dan 5206.
• KBLI No 24301 Industri serat/benang filamen buatan yang terdiri dari HS No 5401, 5402, 5403, 5404 dan 5405
3. Industri Kain (Pertenunan/Weaving, Perajutan/Knitting, Pencelupan/ Dyeing, Pencapan/Printing, Penyempurnaan/Finishing dan Non-Woven)
Adalah industri yang mengolah benang menjadi kain. Berdasarkan KBLI tahun 2007, yang termasuk dalam Kelompok Industri Kain adalah:
• KBLI No 17123 Industri Pencetakan Kain yang terdiri dari HS No. 5208, 5209, 5211, 5212, 5407, 5408, 5513, 5514 dan 5516.
• KBLI No 17292 Industri yang menghasilkan kain keperluan industri yang terdiri dari HS No. 5811, 5901, 5906, 5907, 5908, 5910 dan 5911
• KBLI No 17294 Industri Non Woven (bukan tenunan) yang terdiri dari HS No. 5603 dan 6002.
• KBLI No 17301 Industri Kain Rajut yang terdiri dari HS No 6001 dan 6002.
4. Industri Pakaian Jadi (Garment)
Adalah industri yang mengolah kain menjadi pakaian jadi. Berdasarkan KBLI tahun 2007, yang termasuk dalam Kelompok Industri Pakaian Jadi adalah:
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
• KBLI No 17302 Industri Pakaian Jadi Rajutan yang terdiri dari HS No. 6101, 6102, 6103, 6104, 6109, 6110, 6111, 6112, 6113, 6114, 6115, 6116 dan 6117.
• KBLI No 18101 Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan Perlengkapannya yang terdiri dari HS No. 6201, 6202, 6203, 6204, 6205, 6206, 6207, 6208, 6209, 6210, 6211 dan 6212
• KBLI No 18102 Industri Pakaian Jadi (konveksi) dan perlengkapanya yang terdiri dari HS No 6212, 6213, 6214, 6215, 6216 dan 6217.
5. Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya
Adalah industri yang mengolah serat atau benang atau kain menjadi produk jadi lainnya selain pakaian jadi. Berdasarkan KBLI tahun 2007, yang termasuk dalam Kelompok Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya adalah:
• KBLI No 17211 Industri Barang Jadi Tekstil, untuk keperluan rumah tangga yang terdiri dari HS No. 6301, 6302, 6303, 6304, 6306, 6307 dan 6308.
• KBLI No 17213 Industri Barang Jadi Tekstil Lainnya yang terdiri dari HS No. 5601.
• KBLI No 17220 Industri Permadani (ambal) yang terdiri dari HS No. 5701, 5702, 5703, 5704 dan 5705.
• KBLI No 17292 Industri yang menghasilkan kain keperluan industri yang terdiri dari HS No. 5811, 5901, 5906, 5907, 5908, 5910 dan 5911.
• KBLI No 17293 Industri bordir/sulaman yang terdiri dari HS No. 5810.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
• KBLI No 17303Industri Rajutan Kaos Kaki yang terdiri dari HS No. 6115 dan 6217.
B. Pengelompokan Industri TPT
1. Kelompok Industri Hulu
Termasuk dalam Industri Hulu adalah industri serat dan benang didalamnya adalah:
• Industri Serat Alam yang memproduksi serat alam seperti kapas, sutera, rami, wol dan lain sebagainya.
• Industri Serat Buatan Staple yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu menjadi serat pendek seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya.
• Industri Benang filamen yang mengolah PX, PTA, MEG dan pulp kayu menjadi benang filament seperti polyester, nylon, rayon dan lain sebagainya.
• Industri Pemintalan yang memproduksi benang dari bahan baku berupa serat buatan maupun serat alam atau campuran keduanya.
• Industri Pencelupan Benang untuk memberikan efek warna pada benang.
2. Kelompok Industri Antara
Termasuk dalam Industri Antara adalah industri yang memproduksi kain, diantaranya adalah:
• Industri Pertenunan (Weaving) yang mengolah benang menjadi kain tenun mentah (grey fabric).
• Industri Perajutan (Knitting) yang mengolah benang menjadi kain rajut mentah (grey fabric).
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
• Industri Pencelupan (Dyeing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan memberikan efek warna pada kain.
• Industri Pencapan (Printing) yang mengolah kain mentah menjadi kain setengah jadi dengan memberikan efek motif warna pada kain.
• Industri Penyempurnaan (Finishing) yang mengolah kain setengah jadi menjadi kain jadi (finish fabric).
• Industri Non Woven yang mengolah serat atau benang menjadi kain selain melalui proses tenun atau rajut.
3. Kelompok Industri Hilir
Termasuk dalam Industri Hilir adalah industri yang memproduksi barang-barang jadi tekstil konsumsi masyarakat, diantaranya adalah:
• Industri Pakaian Jadi (Garmen) yang mengolah kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun.
• Industri Embroideri yang memberikan efek motif atau corak pada kain jadi ataupun barang jadi tekstil.
• Industri Produk Tekstil lainnya yang mengolah kain jadi menjadi produk tekstil lainnya selain pakaian jadi.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Diagram Alir Ruang Lingkup dan Pengelompokan Klaster Industri TPT dapat digambarkan sebagai berikut:
Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : �0�/M-IND/PER/�0/�00�
5
D�agram Al�r Ruang L�ngkup dan Pengelompokan Klaster Industr� TPT
dapat d�gambarkan sebaga� ber�kut:
Gambar I.1. Diagram Alir Ruang Lingkup dan Pengelompokan Klaster Industri TPT
Secara f�s�k kelompok-kelompok �ndustr� TPT d� atas pada dasarnya sudah
membentuk klaster-klaster �ndustr� dar� mula� �ndustr� hulu, antara dan
�ndustr� h�l�r yang beraglomeras� d� suatu daerah tertentu sepert� yang
terl�hat d� w�layah Bandung Selatan, C�mah�, Pekalongan, Purwakarta,
Semarang Selatan, Solo Raya dan Tanggerang.
Ind. Garment
Paka�an Jad�
(Garmen) KBL I ���0� KBL I ���0�
Ind. Kain Ind Serat
Serat alam (kapas, sutera, ram�, wol, dll) KBL I : �����
Pertenunan (ka�n grey)
KBL I : ����� KBL I : ���0�
Perajutan (ka�n grey) KBLI �����
���0�
Pencelupan Benang
Serat buatan Staple (polyester,
nylon, rayon, dll) KBL I ���0�
Pem�ntalan (Benang)
KBL I �����
Pencelupan/ Pr�nt�ng
F�n�sh�ng (Ka�n jad�)
Produk Tekst�l
La�nnya KBL I ���0�,
���0� & ���0�
Benang F�lamen (polyester, nylon,
rayon, dll) KBL I ���0�
Embro�dery
Ind.Benang
Garmen Rajut KBL I ���0�
Ind. Prod. Lainnya Non-Woven
KBLI ����� ���0�
Hilir Antara Hulu
Gambar I.1. Diagram Alir Ruang Lingkup dan Pengelompokan Klaster Industri TPT
Secara fisik kelompok-kelompok industri TPT di atas pada dasarnya sudah membentuk klaster-klaster industri dari mulai industri hulu, antara dan industri hilir yang beraglomerasi di suatu daerah tertentu seperti yang terlihat di wilayah Bandung Selatan, Cimahi, Pekalongan, Purwakarta, Semarang Selatan, Solo Raya dan Tanggerang.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
A. Jangka Menengah (2010 -2014)
1. Mantapnya struktur ITPT melalui peningkatan investasi (proyeksi total 2014 = Rp. 172 trilyun);
2. Meningkatnya ekspor dengan proyeksi 2014 = US$ 16,7 Milyar;
3. Teramankannya pasar dalam negeri (proyeksi nilai produksi = Rp. 144,8 trilyun dan konsumsi perkapita = 6 kg);
4. Penyerapan tenaga kerja (proyeksi 2014 = 1,47 juta orang) dan meningkatkan kemampuan;
5. Meningkatnya ekspor ke pasar non tradisional.
B. Jangka Panjang (2010-2025)
1. Meningkatnya produktifitas, kualitas dan effisiensi yang berdaya saing ke arah competitive advantage;
2. Meningkatnya daya saing melalui spesialisasi pada produk TPT bernilai tambah tinggi dan high fashion yang berbahan baku lokal;
3. Berkembangnya merek – merek Indonesia untuk tujuan ekspor;
4. Meningkatnya penggunaan produk TPT lokal di dalam negeri.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil
1. Visi Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Visi:
Terwujudnya industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional sebagai produsen TPT kelas dunia.
Misi:
• Meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi yang berdayasaing kearah “competitive advantage”.
• Meningkatkan dayasaing melalui spesialisasi pada produk TPT bernilai tambah tinggi dan high fashion yang berbahan baku lokal.
B. Indikator PencapaianIndikator pencapaian untuk jangka menengah:
1. Pertumbuhan ekspor pertahun 8%
2. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja 3%
3. Penguasaan pangsa pasar domestik 80%
4. Penguasaan pangsa pasar dunia 2%
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tabel III.1. Indikator pencapaian
2008Indikator
2014 2025N�la� Ekspor (US$ M�lyar) �0,�� ��,�0 ��,��Tenaga Kerja (Juta Orang) �,�� �,�� �,��Pangsa Pasar Garment Domest�k (%) ��% �0% �0%Pangsa Pasar Dun�a (%) �,��% �% �,�%
C. Tahapan ImplementasiUntuk mengembangkan industri TPT nasional diperlukan pembenahan dan perbaikan baik di internal perusahaan maupun di lingkungan/ iklim usahanya didalam negeri yang meliputi bidang pendanaan, energi, tenaga kerja, pemasaran, teknologi dan infrastruktur.
Strategi
1. Perbaikan iklim investasi dengan meninjau kebijakan yang kontra produktif dan memperlancar akses ke sumber-sumber pendanaan.
2. Meningkatkan kerjasama antara industri hulu, industri antara dan industri hilir untuk memperpanjang rantai nilai dalam rangka meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
3. Bidang Energi:
• Menghemat biaya listrik dan BBM melalui konservasi energi.
• Diversifikasi sumber energi dengan menggunakan Batubara dan Gas.
4. Bidang Tenaga kerja:
• Peningkatan skill sumberdaya manusia: Bidang desain, Merchandizing, Marketing, teknologi prosesing dan bidang manajemen
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
• Pemberdayaan Lembaga Sertifikasi Profesi dan Balai Latihan Kerja
5. Bidang Pemasaran:
• Pengembangan wilayah pemasaran ke pasar non tradisional.
• Peningkatan penetrasi pasar melalui kerjasama perdagangan.
• Penanggulangan dan pencegahan praktik pe-nyelundupan di pasar domestik.
6. Bidang Teknologi & Pengembangan Produk
• Melakukan restrukturisasi dan modernisasi permesinan TPT dalam rangka peningkatan efisiensi dan manufakturing industri yang ramah lingkungan.
• Penguatan institusi penelitian dan pengembangan produk
• Mengembangkan merek-merek dalam negeri untuk dapat bersaing di pasar dunia.
• Mempererat linkage supporting industri serta kerjasama dengan supporting sektor.
• Mendorong pengembangan industri permesinan tekstil, zat kimia (dyestuff & auxiliary) dan aksesoris di dalam negeri.
• Mendorong pengembangan bahan baku serat dalam negeri (PTA, MEG, Dissolving Pulp, kapas, rami, sutera dll).
7. Bidang Infrastruktur:
• Mendorong tumbuhnya Kawasan Industri Tekstil Terpadu dalam rangka effisiensi (kontrol terhadap fixed cost) dan ramah lingkungan.
• Pengembangan fasilitas pelabuhan untuk mem-perlancar arus barang (delivery time)
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Kebijakan
Kebijakan yang diperlukan sektor TPT untuk memperbaiki iklim usahanya adalah untuk merestrukturisasi per-mesinannya, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi listrik dan ketenagakerjaan.
• Melanjutkan program peningkatan teknologi (restrukturisasi permesinan) di industri TPT.
• Peninjauan ulang kebijakan ekspor MIGAS agar dapat lebih memenuhi kebutuhan PTA dan MEG didalam negeri dan memberikan kontinyuitas suplai energi dengan harga dibawah 6 cent/ kwh.
• Kebijakan kemudahan/insentif bagi industri yang melakukan diversifikasi sumber energi dan industri yang memproduksi disolving pulp.
• Pengaturan peningkatan kemampuan SDM melalui peningkatan standar kompetensi kerja nasional dan penyiapan Lembaga Sertifikasi Profesi industri TPT.
• Pengaturan pengembangan litbang teknologi DN yang terintegrasi dan berkualitas melalui pemberian insentif.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
BA
B I
VP
RO
GR
AM
/ R
EN
CA
NA
AK
SI
Tab
el IV
.1.
Pro
gra
m d
an
Ren
can
a A
ksi
Pen
gem
ban
gan
In
du
stri
Tekst
il d
an
P
rod
uk T
ekst
il
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
10
BA
B IV
PRO
GR
AM
/ R
ENC
AN
A A
KSI
Tabe
l IV.
1. P
rogr
am d
an R
enca
na A
ksi P
enge
mba
ngan
Indu
stri
Teks
til d
an P
rodu
k Te
kstil
No.
Pr
ogra
m
Ren
cana
Aks
i W
aktu
Pe
nyel
esai
an
Inst
ansi
� Pe
man
tapa
n kl
aste
r �nd
ustr�
TPT
Men
�ngk
atka
n ke
rjasa
ma
anta
ra �n
dust
r� hu
lu, �
ndus
tr� a
ntar
a da
n �n
dust
r� h�
l�r u
ntuk
mem
perp
anja
ng r
anta
� n�
la�
dala
m r
angk
a m
en�n
gkat
kan
n�la
� ta
mba
h d�
dal
am n
eger
�.
Mem
bent
uk fo
rum
-foru
m p
erte
mua
n an
tar a
nggo
ta k
last
er.
�0�0
-�0�
� Pe
mda
, Aso
s�as
�, In
dust
r�,
Perg
urua
n T�
ngg�
, dan
BB
T
� Pe
n�ng
kata
n te
knol
og�
(res
trukt
ur�s
as�,
mod
ern�
sas�
dan
pe
n�ng
kata
n ka
pas�
tas
prod
uks�
).
M
elan
jutk
an �m
plem
enta
s�ka
n pr
ogra
m p
en�n
gkat
an te
knol
og� �
ndus
tr�.
Ko
ord�
nas�
de
ngan
p�
hak
perb
anka
n da
n su
mbe
r pe
ndan
aan
la�n
nya
d�da
lam
dan
d�lu
ar n
eger
� da
lam
ran
gka
mem
ber�k
an k
emud
ahan
bag
� pe
rusa
haan
unt
uk m
erem
ajak
an m
es�n
nya
pasc
a �0
��.
�0�0
-�0�
�
�0��
-�0�
�
Dep
t. Ke
uang
an
Asos
�as�
, Ind
ustr�
&P
erba
nkan
� Pe
n�nj
auan
keb
�jaka
n Ek
spor
M
IGAS
. Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n D
ept.
Sum
ber
Day
a En
erg�
dan
lem
baga
leg�
slat
�f un
tuk
mem
pr�o
r�tas
kan
kebu
tuka
n M
IGAS
d�d
alam
neg
er�.
�0�0
-�0�
�
Dep
t. ES
DM
, Aso
s�as
� &
DPR
�
D�v
ers�
f�kas
� ene
rg� (
harg
a d�
baw
ah
� ce
nt/k
wh)
.
Berk
oord
�nas
� de
ngan
PT.
PG
N a
gar
dapa
t m
embe
r�kan
sup
la�
gas
bag�
�n
dust
r� TP
T.
M
emba
ntu
peny
eles
a�an
per
mas
alah
an l�
mba
h ha
s�l p
engo
laha
n ba
tu b
ara.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
t.ESD
M, K
LH, P
emda
, As
os�a
s�, I
ndus
tr� &
PT
.PG
N
� M
ence
gah
dan
men
angg
ulan
g�
prak
t�k-p
rakt
�k p
erda
gang
an �l
egal
Berk
oord
�nas
� de
ngan
Be
a da
n C
uka�
un
tuk
men
angg
ulan
g�
prak
t�k
peny
elun
dupa
n ya
ng m
asuk
mel
alu�
pel
abuh
an.
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n D
ept.
Perd
agan
gan,
Dep
t. Ke
uang
an (P
ajak
), PE
MD
A da
n PO
LRI
untu
k m
enag
gula
ng�
pere
dara
n ba
rang
sel
undu
pan
d� p
asar
do
mes
t�k.
M
embe
r�kan
usu
lan
stan
dar
labe
l�sas
� pr
oduk
kep
ada
Dep
t. Pe
rdag
anga
n se
baga
� sya
rat b
aran
g be
reda
r d� p
asar
dom
est�k
.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
t. Pe
rdag
anga
n, D
ept.
Keua
ngan
, PEM
DA,
As
os�a
s�, I
ndus
tr�, B
BT
dan
POLR
I
� Pe
rluas
an w
�laya
h pa
sar k
e pa
sar
non
trad�
s�on
al.
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an
BPEN
un
tuk
mem
fas�
l�tas
� pe
rusa
haan
TP
T m
elak
ukan
keg
�ata
n pr
omos
� d�p
asar
non
trad
�s�o
nal.
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an
ITPC
d�
pa
sar
non
trad�
s�on
al
untu
k m
emba
ntu
�ndu
str�
TPT
mem
asar
kan
prod
uk-n
ya.
M
alak
ukan
ker
jasa
ma
�ndu
str�
dan
perd
agan
gan
deng
an p
�hak
ter
ka�t
d�
pasa
r non
trad
�s�o
nal.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
t. Pe
rdag
anga
n (,
BPEN
& IT
PC),
BKPM
, As
os�a
s� &
KAD
IN
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
11
No.
Pr
ogra
m
Ren
cana
Aks
i W
aktu
Pe
nyel
esai
an
Inst
ansi
� Pe
n�ng
kata
n pr
oduk
t�f�ta
s da
n ke
mam
puan
tena
ga.
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n D
eptn
aker
trans
unt
uk m
enga
kt�fk
an k
emba
l� BL
K da
n m
elak
ukan
pel
at�h
an b
ag� t
enag
a op
erat
or d
� �nd
ustr�
TPT
.
Beke
rjasa
ma
deng
an a
sos�
as�
terk
a�t
untu
k m
elak
ukan
keg
�ata
n pe
lat�h
an
guna
men
�ngk
atka
n pr
oduk
t�f�ta
s �n
dust
r� TP
T.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
nake
rtran
s, P
EMD
A,
Asos
�as�
, Ind
ustr�
& B
BT
� M
enga
man
kan
HaK
I Be
rsam
a-sa
ma
D�t.
Jend
HAK
I mel
akuk
an s
os�a
l�sas
� HAK
I d� d
un�a
usa
ha
�0�0
-�0�
� D
ept.
Huk
.HAM
, Aso
s�as
� &
Indu
str�
� M
empe
rs�a
pkan
sek
tor �
ndus
tr� p
ulp
kayu
yan
g m
empr
oduk
s� d
�sso
lv�n
g pu
lp.
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an
dun�
a us
aha
untu
k m
enca
r� so
lus�
m
enge
na�
keku
rang
an s
upla
� ser
at ra
yon.
Mel
akuk
an k
aj�a
n un
tuk
men
doro
ng �n
vest
as� d
� �nd
ustr�
pro
duse
n d�
solv
�ng
pulp
.
Berk
oord
�nas
� de
ngan
p�h
ak-p
�hak
ter
ka�t
untu
k m
endo
rong
�nv
esta
s� d
� �n
dust
r� d�
solv
�ng
pulp
.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
t. Ke
huta
nan,
BPP
T,
BBT,
BKP
M, A
sos�
as�,
Indu
str�
& Pe
rban
kan
�0
Peng
emba
ngan
�ndu
str�
sera
t ala
m
dan
sera
t bua
tan
yang
ber
kual
�tas
t�ngg
� (h�
gh te
nac�
ty, m
�cro
f�be
r dll)
.
Mem
fas�
l�tas
� du
n�a
usah
a de
ngan
le
mba
ga
pene
l�t�a
n un
tuk
beke
rjasa
ma
dala
m m
enge
mba
ngka
n je
n�s-
jen�
s se
rat y
ang
berk
ual�t
as t�
ngg�
�0
��- �
0��
BPPT
, Dep
t.Per
tan�
an,
Dep
t.Keh
utan
an, B
BT,
Perg
urua
n T�
ngg�
&
Peru
saha
an
��
Peng
emba
ngan
d�s
a�n,
tekn
olog
� da
n d�
vers
�f�ka
s� p
rodu
k un
tuk
men
capa
� n�la
� tam
bah
dan
high
fa
shio
n
M
emfa
s�l�t
as�
dun�
a us
aha
untu
k da
pat
berk
olab
oras
� de
ngan
fa
sh�o
n de
sa�n
er m
elal
u� b
erba
ga� m
acam
keg
�ata
n.
M
emfa
s�l�t
as�
dun�
a us
aha
deng
an
lem
baga
pe
nel�t
�an
untu
k da
pat
men
gem
bang
kan
prod
uk-p
rodu
k ba
ruda
n m
endu
kung
usa
ha d
un�a
usa
ha
untu
k m
eng�
kut�
trend
des
a�n
pasa
r.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
Dep
. Per
daga
ngan
, BBT
, D
esa�
ner,
Perg
urua
n T�
ngg�
& In
dust
r�
��
Men
doro
ng tu
mbu
hnya
�ndu
str�
perm
es�n
an, z
at k
�m�a
dan
ak
seso
r�s d
�dal
am n
eger
�.
M
elak
ukan
kaj
�an
untu
k m
enge
tahu
� pel
uang
�nve
stas
� d� �
ndus
tr� p
endu
kung
TP
T.
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an p
�hak
ter
ka�t
untu
k m
endo
rong
�nv
esta
s� d
� �n
dust
r� pe
nduk
ung
TPT.
�0�0
-�0�
�
�0�0
-�0�
�
BPPT
, BKP
M, A
sos�
as�
dan
Perb
anka
n
��
Men
doro
ng �n
dust
r� un
tuk
men
ggun
akan
bah
an p
ewar
na
akra
b l�n
gkun
gan.
So
s�al
�sas
� pen
ggun
aan
zat k
�m�a
org
an�k
dan
Men
doro
ng �n
dust
r� TP
T un
tuk
men
ggun
akan
zat
k�m
�a o
rgan
�k
�0�0
-�0�
� KL
H, B
PPT,
BBT
, As
os�a
s� &
Indu
str�
��
Pen�
ngka
tan
kem
ampu
an �n
dust
r� un
tuk
dapa
t mem
enuh
� sta
ndar
te
kn�s
dan
soc
�al c
ompl
�anc
e.
So
s�al
�sas
� st
anda
r te
kn�s
dan
soc
�al
com
pl�a
nce
dan
men
doro
ng �
ndus
tr�
TPT
untu
k m
emen
uh� s
tand
ar te
kn�s
dan
soc
�al c
ompl
�anc
e �0
�0-�
0��
�0�0
-�0�
�
Dep
nake
rtran
s, D
ep.
Perd
agan
gan,
BBT
, As
os�a
s� &
Indu
str�
��
Men
d�r�k
an p
usat
des
a�n
dan
pusa
t fa
sh�o
n.
M
endo
rong
dun
�a u
saha
unt
uk m
end�
r�kan
pus
at d
esa�
n da
n pu
sat f
ash�
on
�0��
-�0�
� As
os�a
s�, D
esa�
ner,
Perg
urua
n T�
ngg�
&
Peru
saha
an
��
Rev
�tal�s
as� I
KM T
PT
M
en�n
gkat
kan
kem
ampu
an I
KM u
ntuk
dap
at m
en�n
gkat
kan
daya
sa�
ng d
an
mem
asuk
� pas
ar e
kspo
r.
�0�0
-�0�
� Pe
mda
, Aso
s�as
�, M
eneg
Kop
& Pe
rusa
haan
.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
Tab
el 1
. K
era
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Tekst
il d
an
Pro
du
k T
ekst
il
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
12
Tabe
l 1. K
eran
gka
Peng
emba
ngan
Indu
stri
Teks
til d
an P
rodu
k Te
kstil
In
dust
ri In
ti In
dust
ri Pe
nduk
ung
Indu
stri
Terk
ait
Teks
til d
an P
rodu
k Te
kstil
In
dust
ri K
imia
; Mes
in d
an P
eral
atan
; Ser
at B
uata
n; S
erat
A
lam
; Ind
ustr
i Kim
ia; A
kses
oris
; Sup
plie
r; K
anci
ng
Bar
ang
Kar
et, P
erab
otan
; Mai
nan;
Ala
s ka
ki; G
eote
xtile
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
(201
0-20
14)
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng (2
015-
2025
) �.
M
anta
pnya
stru
ktur
ITP
T m
elal
u� p
en�n
gkat
an �n
vest
as� (
proy
eks�
tota
l �nv
esta
s� 2
014
= R
p. 1
72 tr
iliun
);
�.
Men
�ngk
atny
a ek
spor
den
gan
proy
eks�
201
4 =
US
D 1
6,7
Mili
ar;
�.
Tera
man
kann
ya p
asar
dal
am n
eger
�. (p
roye
ks� n
�la� p
rodu
ks� �
0��
= R
p. 1
44,8
trill
iun
dan
kons
ums�
per
ka
p�ta
= �
kg)
; �.
Te
rcap
a�ny
a pe
nyer
apan
tena
ga k
erja
dan
men
�ngk
atny
a ke
mam
puan
(pro
yels
� 201
4=1,
47 ju
ta o
rang
); �.
M
en�n
gkat
nya
eksp
or k
e pa
sar n
on-tr
ad�s
�ona
l;
�.
Men
�ngk
atny
a pr
oduk
t�f�ta
s, k
ual�t
as d
an e
f�s�e
ns� y
ang
berd
ayas
a�ng
ke
arah
“com
petit
ive
adva
ntag
e”.
�.
Men
�ngk
atny
a da
ya s
a�ng
mel
alu�
spe
s�al
�sas
� pad
a pr
oduk
TP
T be
rn�la
� ta
mba
h t�n
gg� d
an h
igh
fash
ion
yang
ber
baha
n ba
ku lo
kal.
�.
Ber
kem
bang
nya
mer
ek-m
erek
Indo
nes�
a un
tuk
tuju
an e
kspo
r. �.
M
en�n
gkat
nya
peng
guna
an p
rodu
k TP
T lo
kal d
�dal
am n
eger
�. St
rate
gi
�.
Per
ba�k
an �k
l�m u
saha
d�b
�dan
g f�s
kal &
mon
eter
, ene
rg�,
kete
naga
kerja
an, t
ekno
log�
& p
enge
mba
ngan
pro
duk,
pem
asar
an, d
an �n
fras
trukt
ur.
�.
Men
�ngk
atka
n ke
mam
puan
per
usah
aan
dala
m h
al p
engg
unaa
n te
knol
og�,
kem
ampu
an S
DM
, Man
ajem
en, a
kses
pas
ar, p
rodu
ct d
evel
opm
ent,
dan
kem
ampu
an la
�nny
a.
Poko
k-po
kok
Ren
cana
Aks
i Jan
gka
Men
enga
h (2
010-
2014
) Po
kok-
poko
k R
enca
na A
ksi J
angk
a Pa
njan
g (2
015-
2025
) �.
M
embe
ntuk
foru
m-fo
rum
per
tem
uan
anta
r ang
gota
kla
ster
. �.
M
elan
jutk
an �m
plem
enta
s�ka
n pr
ogra
m p
en�n
gkat
an te
knol
og� �
ndus
tr�.
�.
Men
etap
kan
keb�
jaka
n pe
ngam
anan
sup
la� d
an d
�ver
s�f�k
as� e
nerg
� �.
M
en�n
gkat
kan
kete
rsed
�aan
bah
an b
aku
sera
t ala
m.
�.
Men
cega
h da
n m
enan
ggul
ang�
pra
kt�k
-pra
kt�k
per
daga
ngan
�leg
al.
�.
Per
luas
an w
�laya
h pa
sar k
e pa
sar n
on tr
ad�s
�ona
l mel
alu�
m�s
� dag
ang.
�.
M
enga
man
kan
HaK
I. �.
M
eny�
apka
n pe
nera
pan
SN
I �.
M
elak
ukan
rev�
tal�s
as� U
PT
Indu
str�
Kec
�l da
n M
enen
gah
Tek
st�l
dan
Pro
duk
Tek
st�l
�.
Men
gem
bang
kan
kete
rsed
�aan
bah
an b
aku
sera
t ala
m d
an s
erat
bua
tan
yang
ber
kual
�tas
t�ngg
� �.
M
enge
mba
ngka
n da
n m
en�n
gkat
kan
kem
ampu
an S
DM
�ndu
str�a
l (de
sa�n
, kua
l�tas
dan
pro
ses
prod
uks�
) �.
M
en�n
gkat
kan
peng
uasa
an te
knol
og� d
an p
enge
mba
ngan
pro
duk
�.
Men
�ngk
atka
n ke
mam
puan
pen
guas
aan
dan
pene
tras�
pas
ar.
�.
Men
doro
ng �n
dust
r� un
tuk
men
ggun
akan
bah
an p
ewar
na o
rgan
�k a
gar t
erh�
ndar
dar
� ham
bata
n no
n ta
r�f d
� ne
gara
�mpo
rt�r
�.
Pen
�ngk
atan
kem
ampu
an �n
dust
r� un
tuk
dapa
t mem
enuh
� sta
ndar
tekn
�s d
an s
oc�a
l com
pl�a
nce.
�.
M
endo
rong
tum
buhn
ya �n
dust
r� pe
rmes
�nan
, zat
k�m
�a d
an a
kses
or�s
d� d
alam
neg
er�
�.
Kol
abor
as� d
enga
n de
s�gn
er u
ntuk
dap
at m
asuk
pad
a ke
las
garm
ent f
ash�
on d
es�g
n se
h�ng
ga d
apat
m
emun
culk
an m
erek
nas
�ona
l yan
g be
rsa�
ng d
�pas
aran
. U
nsur
Pen
unja
ng
Perio
disa
si P
enin
gkat
an T
ekno
logi
: (s
ecar
a rin
ci, L
ampi
ran
2)
a.
Pen
gem
bang
an
Cep
at
(�0�
0-�0
��)
: P
enge
mba
ngan
d�
sa�n
; un
tuk
H�g
h Fa
sh�o
n;
peng
emba
ngan
tekn
olog
� ser
at a
lam
; Pen
guas
aan
man
ufak
tur d
an d
�sa�
n sm
art t
ext�l
e b.
M
atan
g (�
0��-
�0��
); In
dust
ry &
Tec
hnol
ogy
Upg
radi
ng.
SDM
: a.
M
enge
mba
ngka
n ke
mam
puan
SD
M d
�b�d
ang
d�sa
�n/fa
shio
n b.
M
end�
r�kan
sek
olah
-sek
olah
d�s
a�n
dan
Fash
ion
Inst
itute
Pasa
r:
a.
Men
�ngk
atka
n ke
mam
puan
jar�n
gan
�nte
rnas
�ona
l dan
pen
gem
bang
an m
erek
; b.
M
eman
faat
kan
dan
men
gam
anka
n pa
sar d
alam
neg
er�;
c.
Men
�ngk
atka
n ak
ses
pasa
r non
-trad
�s�o
nal m
elal
u� m
�s� d
agan
g da
n ke
g�at
an p
rom
os�.
Infr
astr
uktu
r:
a.
Men
gem
bang
kan
kaw
asan
�ndu
str�.
b.
P
erba
�kan
s�s
tem
tata
kel
ola
dan
s�st
em tr
ansp
orta
s� p
elab
uhan
.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tab
el 2
. P
era
n P
em
an
gku
Keb
ijakan
dala
m P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Tekst
il d
an
P
rod
uk T
ekst
il
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
13
Tabe
l 2. P
eran
Pem
angk
u K
ebija
kan
dala
m P
enge
mba
ngan
Indu
stri
Teks
til d
an P
rodu
k Te
kstil
Ren
cana
aks
� �0�
0-�0
��
Pem
er�n
tah
Pus
at
Pem
e-r�n
tah
Dae
rah
Sw
asta
Pe
rgur
uan
Ting
gi &
Li
tban
g Fo
rum
Ta
hun
Depper�n
Dep. ESDM
Koperas� & UKM
DepHut
DepDag
DepKeu
KLH
DepHukHam
Depnakertrans
BKPM
Prov�ns�
Kabupaten / Kota
Asos�as�
Industr�
Bank
PT
BBT
LIPI
Daya sa�ng
Work�ng Grup
Fas�l�tator Klastaer
�0�0
�0��
�0��
�0��
�0��
Men
�ngk
atka
n ke
rjasa
ma
anta
ra �n
dust
r� hu
lu,
�ndu
str�
anta
ra d
an
�ndu
str�
h�l�r
un
tuk
mem
perp
anja
ng
rant
a�
n�la
� da
lam
ra
ngka
m
en�n
gkat
kan
n�la
� tam
bah
d� d
alam
neg
er�.
O
O
O
O
O
O
O
O
Mem
bent
uk fo
rum
-foru
m p
erte
mua
n an
tar a
nggo
ta k
last
er.
O
O
O
O
O
M
elan
jutk
an
�mpl
emen
tas�
kan
prog
ram
pe
n�ng
kata
n te
knol
og�
�ndu
str�.
O
O
O
O
O
O
Koor
d�na
s� d
enga
n p�
hak
perb
anka
n da
n su
mbe
r pen
dana
an la
�nny
a d�
dala
m d
an d
�luar
neg
er�
dala
m r
angk
a m
embe
r�kan
kem
udah
an
bag�
per
usah
aan
untu
k m
erem
ajak
an m
es�n
nya
pasc
a �0
��.
O
O
O
O
O
Berk
oord
�nas
� de
ngan
Dep
t. Su
mbe
r D
aya
Ener
g� d
an l
emba
ga
leg�
slat
�f un
tuk
mem
pr�o
r�tas
kan
peng
olah
an M
IGAS
d�d
alam
neg
er�.
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n PT
. PG
N a
gar
dapa
t mem
ber�k
an s
upla
� gas
ba
g� �n
dust
r� TP
T.
O
O
O
O
O
M
emba
ntu
peny
eles
a�an
per
mas
alah
an l
�mba
h ha
s�l
peng
olah
an
batu
bar
a.
O
O
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n Be
a da
n C
uka�
unt
uk m
enan
ggul
ang�
pra
kt�k
pe
nyel
undu
pan
yang
mas
uk m
elal
u� p
elab
uhan
. O
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n D
ept.
Perd
agan
gan,
Dep
t. Ke
uang
an (P
ajak
), PE
MD
A da
n PO
LRI
untu
k m
enag
gula
ng�
pere
dara
n ba
rang
se
lund
upan
d� p
asar
dom
est�k
. O
O
O
O
O
O
O
Mem
ber�k
an
usul
an
stan
dar
labe
l�sas
� pr
oduk
ke
pada
D
ept.
Perd
agan
gan
seba
ga� s
yara
t bar
ang
bere
dar d
� pas
ar d
omes
t�k.
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an B
PEN
unt
uk m
emfa
s�l�t
as�
peru
saha
an T
PT
mel
akuk
an k
eg�a
tan
prom
os� d
�pas
ar n
on tr
ad�s
�ona
l. O
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an
ITPC
d�
pa
sar
non
trad�
s�on
al
untu
k m
emba
ntu
�ndu
str�
TPT
mem
asar
kan
prod
uk-n
ya.
O
O
O
O
M
elak
ukan
ker
jasa
ma
�ndu
str�
dan
perd
agan
gan
deng
an p
�hak
te
rka�
t d� p
asar
non
trad
�s�o
nal.
O
O
O
O
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
Lam
p�ra
n Pe
ratu
ran
Men
ter�
Per�n
dust
r�an
RI
Nom
or :
�0�/
M-IN
D/P
ER/�
0/�0
0�
14
Ren
cana
aks
� �0�
0-�0
��
Pem
er�n
tah
Pus
at
Pem
e-r�n
tah
Dae
rah
Sw
asta
Pe
rgur
uan
Ting
gi &
Li
tban
g Fo
rum
Ta
hun
Depper�n
Dep. ESDM
Koperas� & UKM
DepHut
DepDag
DepKeu
KLH
DepHukHam
Depnakertrans
BKPM
Prov�ns�
Kabupaten / Kota
Asos�as�
Industr�
Bank
PT
BBT
LIPI
Daya sa�ng
Work�ng Grup
Fas�l�tator Klastaer
�0�0
�0��
�0��
�0��
�0��
Berk
oord
�nas
� de
ngan
Dep
tnak
ertra
ns u
ntuk
men
gakt
�fkan
kem
bal�
BLK
dan
mel
akuk
an p
elat
�han
bag
� ten
aga
oper
ator
d� �
ndus
tr� T
PT.
O
O
O
O
O
O
Be
kerja
sam
a de
ngan
aso
s�as
� te
rka�
t un
tuk
mel
akuk
an k
eg�a
tan
pela
t�han
gun
a m
en�n
gkat
kan
prod
ukt�f
�tas
�ndu
str�
TPT.
O
O
O
O
O
Be
rsam
a-sa
ma
D�t.
Jend
HAK
I mel
akuk
an s
os�a
l�sas
� HAK
I d� d
un�a
us
aha
O
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n du
n�a
usah
a un
tuk
men
car�
solu
s� m
enge
na�
keku
rang
an s
upla
� ser
at ra
yon.
O
O
O
O
M
elak
ukan
kaj
�an
untu
k m
endo
rong
�nv
esta
s� d
� �n
dust
r� pr
odus
en
d�so
lv�n
g pu
lp.
O
O
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as� d
enga
n p�
hak-
p�ha
k te
rka�
t unt
uk m
endo
rong
�nve
stas
� d�
�ndu
str�
d�so
lv�n
g pu
lp.
O
O
O
O
O
O
M
emfa
s�l�t
as�
dun�
a us
aha
untu
k da
pat
berk
olab
oras
� de
ngan
fa
sh�o
n de
sa�n
er m
elal
u� b
erba
ga� m
acam
keg
�ata
n.
O
O
O
O
M
emfa
s�l�t
as� d
un�a
usa
ha d
enga
n le
mba
ga p
enel
�t�an
unt
uk d
apat
m
enge
mba
ngka
n pr
oduk
-pro
duk
baru
dan
men
gkut
� tre
nd p
asar
O
O
O
M
elak
ukan
kaj
�an
untu
k m
enge
tahu
� pe
luan
g �n
vest
as�
d� �
ndus
tr�
pend
ukun
g TP
T.
O
O
O
O
Be
rkoo
rd�n
as�
deng
an p
�hak
ter
ka�t
untu
k m
endo
rong
�nv
esta
s� d
� �n
dust
r� pe
nduk
ung
TPT.
O
O
O
O
O
So
s�al
�sas
� pe
nggu
naan
zat
k�m
�a o
rgan
�k d
an M
endo
rong
�nd
ustr�
TP
T un
tuk
men
ggun
akan
zat
k�m
�a o
rgan
�k
O
O
O
O
O
O
O
So
s�al
�sas
� st
anda
r te
kn�s
dan
soc
�al
com
pl�a
nce
dan
men
doro
ng
�ndu
str�
TPT
untu
k m
emen
uh� s
tand
ar te
kn�s
dan
soc
�al c
ompl
�anc
e O
O
O
O
O
O
O
M
en�n
gkat
kan
kem
ampu
an I
KM u
ntuk
dap
at m
en�n
gkat
kan
daya
sa
�ng
dan
mem
asuk
� pas
ar e
kspo
r.
O
O
O
O
O
O
O
O
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Gam
bar
1:
Lo
kasi
Pen
gem
ban
gan
In
du
stri
TP
T
Lam
p�ra
n P
erat
uran
Men
ter�
Per
�ndu
str�a
n R
I N
omor
: �0
�/M
-IND
/PE
R/�
0/�0
0�
15
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 109/M-IND/PER/10/2009
Gam
bar
2: K
eran
gka
Peng
emba
ngan
Indu
stri
TPT
Kebi
jaka
n Pe
mer
inta
hM
onet
er, F
iska
l, En
ergi
, Ket
enag
aker
jaan
, Ind
ustr
i, Pe
rdag
anga
n &
Infr
astr
uktu
r
Indu
stri
Mes
in
dan
Spar
e Pa
rtIn
dust
ri Z
at W
arna
/ Ki
mia
Pem
bant
uIn
dust
ri A
kses
oris
Zip
per,
ka
ncin
g, E
last
ic B
and
Indu
stri
Pen
duku
ng
Pert
ania
nK
apas
/Ra
mi/S
uter
a&
Wol
Indu
stri
A
las
Kaki
Indu
stri
M
aina
nIn
dust
ri
Oto
mot
ifIn
dust
ri
Kons
truk
siIn
dust
ri
Furn
itur
ei
Indu
stri
Ter
kait
Sekt
or P
erba
nkan
/ Ja
sa K
euan
gan
Sekt
or Ja
sa T
rans
port
asi,
Pela
buha
n da
n in
fras
truk
tur
Sekt
or K
eten
agak
erja
an In
stit
usi
Pend
idik
an, p
elat
ihan
& P
enel
itia
n TP
TSe
ktor
Jasa
Pe
nyed
ia E
nerg
iSe
ktor
Jasa
Pe
rdag
anga
n
Iklim
Usa
haIk
lim U
saha
Iklim
Usa
haIk
lim U
saha
Indu
stri
Kim
ia H
ilir
(PTA
&
MEG
) dan
Indu
stri
Pulp
Kay
u(D
isso
lvin
g Pu
lp)
PASA
REK
SPO
R
PASA
RD
OM
ESTI
K
Sera
t Ala
m
(Kap
as, S
uter
a, R
ami,
Wol
, dll)
KBLI
: 17
111
Sera
t bua
tan,
Sta
ple,
(P
olye
ster
, Ra
yon,
Nyl
on, d
ll)KB
LI: 2
4302
Ben
ang
Fila
men
(Pol
yest
er, N
ylon
, ra
yon,
dll)
KB
LI :
2430
1
Pem
inta
lan
(Ben
ang)
KB
LI :
1711
2
Penc
elup
anB
enan
g
Non
Wov
enK
BLI
: 17
301
Pert
enun
an(K
ain
Gre
y)K
BLI
: 17
112
KB
LI:
1730
1
Pera
juta
n(K
ain
Gre
y)K
BLI
: 171
1217
301
Penc
elup
an/
Prin
ting
Fini
shin
g(k
ain
Jadi
)
Paka
ian
jadi
(Gar
men
)K
BLI
: 18
101
KB
LI:
1810
2
Gar
men
Raj
ut(K
BLI
: 17
302
Prod
ukTe
kstil
Lain
nya
KB
LI 1
8101
, 18
102
& 1
7302
Embr
oide
ry
Ind.
Ben
ang
Ind.
Pro
d La
inny
a
Gam
bar
2:
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
TP
T
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI ALAS KAKI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
b. Bahwa industri alas kaki merupakan salah satu basis industri manufaktur sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri alas kaki;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI ALAS KAKI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri alas kaki untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Alas Kaki adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Alas Kaki untuk keperluan sehari-hari (KBLI 19201);
b. Industri Sepatu Olah Raga (KBLI 19202);
c. Industri Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan Industri (KBLI 19203) ;
d. Industri Alas Kaki Lainnya (KBLI 19204).
3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pedoman bagi Pelaku klaster industri alas kaki, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Alas Kaki ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan
���PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Alas Kaki dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
ALAS KAKI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
BAB IPENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Alas KakiBerdasarkan KBLI Industri Alas Kaki termasuk dalam kode 1920 yang terdiri dari :
• 19201 : Industri Alas Kaki untuk keperluan sehari-hari
• 19202 : Industri Sepatu Olah Raga
• 19203 : Industri Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan Industri
• 19204 : Industri Alas Kaki Lainnya.
B. Pengelompokan Industri Alas Kaki1. Industri Hulu
a. Industri Penyamakan Kulit
b. Industri Kulit Buatan/Imitasi
c. Industri Karet Remah (SIR, Crepe)
d. Industri Pemintalan Benang
e. Industri Bahan Kimia dari Aromatic
2. Industri Antara
a. Industri Sol dari Karet/Plastik
b. Industri Assesories dari Logam
c. Industri Pertenunan Kain (Kain Kanvas, Kain Lapis, Kain Pita)
d. Industri Embroydery (Label)
e. Industri Perekat/Lem
f. Industri Rajut (Tali Sepatu)
�00PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
3. Industri Hilir
a. Industri Alas kaki untuk keperluan sehari-hari
b. Industri Sepatu Olahraga
c. Industri sepatu teknik lapangan/keperluan industri
d. Industri Alas Kaki lainnya
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
BAB IISASARAN
A. Jangka Menengah (2010 -2014)
1. Sasaran Kualitatif
• Berkembangnya Merk Nasional, terutama untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan secara bertahap mampu bersaing di pasar regional.
• Meningkat dan bertambahnya negara tujuan ekspor, terutama untuk produk dengan nilai tambah tinggi dan memiliki keunggulan/ diferensiasi, seperti sepatu kulit formal/pesta.
• Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri dan meningkatnya pangsa pasar dalam negeri.
• Berkurangnya impor terutama pemasukan dengan cara tidak wajar/illegal impor.
• Terciptanya iklim usaha yang kondusif.
• Berkembangnya industri supporting dan ber-kurangnya ketergantungan terhadap impor bahan baku.
• Meningkatnya daya saing produk alas kaki di pasar dunia.
2. Sasaran Kuantitatif.
• Peningkatan ekspor rata-rata 10% per tahun sehingga tahun 2014 ekspor mencapai USD 3,2 Milyar.
• Penambahan tenaga kerja baru rata-rata 4 % pertahun
• Tambahan investasi baru maupun perluasan sekitar USD. 500 juta pertahun.
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
B. Jangka Panjang (2010 – 2025)
1. Sasaran Kuanlitatif
• Merek Nasional telah mendominasi pasar domestik dan regional.
• Meningkatnya penyerapan tenaga kerja
• Meningkatnya share dan peran yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
• Klaster telah kuat dan berkembang dan industri besar sebagai mitra pendorong pertumbuhan UKM dalam rangka menciptakan peningkatan peran UKM serta peluang berusaha dan kesempatan kerja.
• Struktur industri telah kuat dengan tumbuhnya industri pemdukung
• Lembaga R&D telah berperan yang berarti sebagai fasilitator pelaku usaha dalam pengembangan teknologi, desain dan kemampuan SDM
• Meningkatnya peran dalam pengembangan wilayah melalui penyebaran industri alas kaki keluar Jawa.
2. Sasaran Kuantitatif.
• Indonesia menjadi produsen eksportir alas kaki kelas dunia dengan pangsa pasar sekitar ... %
• Penambahan tenaga kerja baru sebanyak 10.000 orang pertahun
• Tambahan investasi baru maupun perluasan sekitar USD. 500 juta pertahun
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Alas Kaki
1. Visi Industri Alas kaki
Indonesia menjadi produsen eksportir alas kaki kelas dunia.
2. Arah Pengembangan
Pengembangan industri alas kaki diarahkan kepada penguatan dan pengembangan klaster industri alas kaki guna meningkatkan daya saing dipasar global dengan memperkuat sisi supplay/produksi dan mengembangkan pemasaran/permintaan. Untuk itu upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai kedua hal tersebut adalah dengan (1) meningkatkan pasokan bahan baku, teknologi, SDM dan (2) meningkatkan pasar ekspor dan dalam negeri.
Untuk mencapai terlaksananya arah pengembangan tersebut, maka strategi pengembangan dilakukan dengan penguatan pada level sektor dan perusahaan (mikro) dan penciptaan iklim usaha dan kebijakan yang lebih kondusif (makro).
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tabel III.1. Strategi Umum Pengembangan Industri Alas Kaki
Level Sektor/Perusahaan Industri Level Iklim Usaha dan Kebijakan
Supply Push
1. Pengembangan kemampuan Industri pengolahan bahan baku (penyamakan kulit, kulit sintetis, karet dan acsesoris)
2. Peningkatan kemampuan dan produktifitas SDM
3. Peningkatan Mutu Produk
4. Peningkatan kemampuan R&D
5. Peningkatan teknologi
1. Menciptakan insentif investasi khususnya supporting industri alas kaki.
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
( Ketenagakerjaan, Karantina Kulit, PE kulit, Impor Ilegal, Perda-Perda)
3. Perkuatan struktur indsutri alas kaki dan membangun keterkaitan dengan IKM
4. Memperkuat infrastruktur 5. Kemudahan permodalan
dengan bunga bersaing
Level Sektor/Perusahaan Industri Level Iklim Usaha dan Kebijakan
Demand Pull
1. Pengembangan Merek Nasional
2. Pengembangan Desain dan Mutu Produk
3. Diversifikasi produk
4. Peningkatan promosi (DN/LN)
5. Meningkatkan ekspor dengan peningkatan kemampuan dalam penguasaan jaringan pasar ekspor
6. Peningkatan penggunaan produksi DN
1. Pengembangan pasar dalam negeri dengan peningkatan pemakaian produksi nasional.
2. Peningkatan pengawasan ter-hadap illegal impor
3. Menfasilitasi dalam FTA (bilateral, multilateral dan internasional) guna penegmbangan pasar ekspor.
4. Memfasilitasi kepesertaan dalam pameran internasional (DN/LN).
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Pengembangan Supply/Produksi
Untuk mengembangkan sisi suplay/produksi, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Keterkaitan Industri
Dalam pengembangan industri alaskaki tidak dapat berdiri sendiri, dan oleh karena itu harus dilakukan secara simultan dengan industri pendukung dan terkait, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III.2. Sektor-Sektor Industri yang Dikembangkan
Industri Inti/Prioritas Industri Pendukung Industri Terkait
1. Sepatu Cashual dari Kulit.
1. Penyamakan Kulit. 1. Industri Kemasan
2. Sepatu Formal dari Kulit.
2. Industri Pengolahan Karet ( Sol).
2. Industri Permesi-nan, Lasting dan Moulding
3. Sandal Kulit. 3. Industri Kulit Sintetis. 3. Industri Label
4. Sepatu Sport dari Kulit Sintetis.
4. Industri Komponen
5. Industri TPT (benang, kain lapis, dll)
4. Industri tali sepatu, elastick band, dsbnya
Pengembangan Teknologi
Dari sisi teknologi strategi pengembangan diarahkan kepada restrukturisasi mesin/peralatan termasuk industri pendukungnya, penguatan desain dan penguatan R&D serta perkuatan struktur industri alaskaki sesuai mata rantai nilai industrinya.
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tabel III.3. Teknologi strategis yang dikembangkan
Teknologi yang dikembangkan Keterlibatan stakeholder
1. Pengembangan teknologi proses penyamakan kulit ramah ling-kungan, restrukturisasi permesi-nan, pencegahan dan pemusna-han hama penyakit dan virus PMK
Lembaga Penelitian IPB, Akademi Teknologi Kulit (ATK) Jogyakarta, Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta, UGM
2. Pengembangan teknologi pengo-lahan karet alam menjadi bahan out sol sepatu sport dan sepatu formal.
Lembaga Penelitian Karet, Sumut, BBKKP, Balai Penelitian Perkebu-nan (BPP) Bogor, ATK
3. Pengembangan teknologi (re-strukturisasi permesinan) dan moulding untuk pembuatan shoe lasting.
LS Pro ITS –Surabaya, BBKKP
4. Pengembangan Teknologi Kulit Syntetis, serat alam untuk upper sepatu sport dan sepatu formal
Petro Kim1a – Gresik, BPPT, BBKKP
Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM)
Industri Alaskaki merupakan industri padat karya, oleh kerena itu SDM yang kompeten dan terampil mempunyai peran sangat strategis dalam pengembangan industri alas kaki disamping didukung teknologi yang maju. Oleh karena itu upaya peningkatan kemampuan SDM yang ahli dan terampil perlu terus ditingkatkan terutama dalam bidang desain dan teknologi produksi, mechanical mesin jahit, pembuatan shoelast, jahit upper system Satra dan pola dan standar ukuran.
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Pengembangan Pasar
Untuk pengembangan pasar dalam negeri maupun ekspor, maka strategi yang dilakukan sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.4. Strategi Pengembangan Pasar
Pasar Dalam Negeri Pasar International1. Pengembangan Merek Nasional 1. Membangun komunikasi dengan
negara negara importir terutama pemegang merk internasional
2. Mendorong Pemakaian produksi dalam negeri melalui kerjasama dengan instansi pemerintah dan dunia usaha serta promosi
2. Meningkat mutu produk dan pene-rapan standar internasional (mutu, manajemen, dll)
3. Memberikan keringanan pajak penjualan, sehingga harga bisa berkompetisi dengan produk impor.
3. Membuka pasar non konvensional melalui promosi-promosi produk Indonesia
4. Memberikan perlindungan kepada produksi dalam negeri melalui non tarip
4. Meningkatkan komunikasi terha-dap negara tujuan ekspor utama
3. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian adalah:
Jangka Menengah (2010 – 2014)
• Peningkatan ekspor rata-rata 10 % per tahun sehingga tahun 2014 ekspor mencapai USD 3,2 Milyar
• Penambahan tenaga kerja baru rata-rata 4 % pertahun
• Tambahan investasi baru maupun perluasan sekitar USD. 500 juta pertahun.
�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Jangka Panjang (2010 – 2025)
• Indonesia menjadi produsen eksportir alas kaki kelas dunia dengan pangsa pasar sekitar 7%
• Penambahan tenaga kerja baru sebanyak 10.000 orang pertahun
• Tambahan investasi baru maupun perluasan sekitar USD. 500 juta pertahun
4. Tahapan Implementasi
Tahapan implementasi pengembangan dan penguatan klaster Industri Alas kaki adalah sebagai berikut:
Diagnosis
Diagnosis potensi klaster industri alas kaki telah dilaksanakan pada tahun 2005 untuk wilayah Jawa Timur dan tahun 2006 untuk wilayah Jawa Barat. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut telah teridentifikasi dan terpetakan potensi industri alas kaki/inti, industri pendukung dan industri terkait. Melihat kepada potensi kedua daerah tersebut, maka Jawa Timur dan Jawa Barat dipilih sebagai entry point pengembangan klaster industri alas kaki nasional.
Sosialisasi dan Mobilisasi
Setelah mengetahui potensi pengembangan klaster industri alas kaki di kedua daerah tersebut, maka dilakukan sosialisasi dalam rangka pemasyarakatan dan memobilisasi seluruh pemangku kepentingan terkait khususnya pelaku usaha (industri inti, pendukung dan terkait) tentang keunggulan program klaster dalam meningkatkan daya saing. Melalui sosialisasi telah adanya kesadaran sebagian
�0�LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
para pelaku usaha tentang manfaat dan keunggulan program klaster yang kemudian ditindak lanjuti dengan membangun pertemuan-pertemuan secara berkala.
Kolaborasi
Setelah terciptanya kesadaran dari pelaku usaha (inti, pendukung dan terkait), maka dibangun kerjasama yang dituangkan dalam Memorandum of Understand (MOU) dari beberapa kelompok usaha di Jawa Timur dan Jawa Barat sesuai dengan kompetensinya.
Penguatan dan Pengembangan
Tahap ini merupakan upaya untuk membangun dan memperkuat klaster dengan jalan meningkatkan kerjasama sehingga terbentuk kolaborasi aliansi strategis. Dengan demikian akan terjadi kolaborasi seperti dalam pemanfaatan fasilitas secara bersama, spin off dan atau subcontracting serta terbentuknya spesialisasi sesuai kompetensi dalam rantai nilai bisnis.
Dalam pelaksanaannya industri besar mulai spin off dengan menciptakan Wira Usaha Baru dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki industri besar untuk menuju spesialisasi. Disamping itu telah tercipta kerjasama dalam pelatihan SDM, promosi/pameran dan Litbang sehingga lebih efisien yang akhirnya bermuara kepada peningkatan daya saing. Disamping itu dengan mulai adanya kesadaran tentang keunggulan program klaster, maka investasi pada industri alas kaki dalam tahun-tahun terakhir ini tumbuh dengan baik dan demikian juga dengan ekspor.
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dalam rangka evaluasi terhadap pelaksanaan klaster industri alas kaki. Hasil evaluasi tersebut akan digunakan sebagai bahan masukan untuk mendorong pengembangan klaster industri alas kaki kedepan. Evaluasi klaster industri alas kaki dilaksanakan pada tahun 2009.
Strategi Implementasi
Strategi untuk implementasi klaster industri alas kaki adalah sebagai berikut:
Strategi Jangka Menengah (2010 – 2014)
Strategi Jangka Menegnah adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Tabel III.5. Strategi Jangka Menengah
STRATEGI TUJUAN1. Pengembangan Industri
Pengolahan Bahan Baku Kulit, Karet, Kulit Sintetis, Assesories.
• Mengurangi ketergantungan terhadap impor.
• Mengurangi biaya inventory dan resiko
2. Peningkatan kemampuan SDM
• Meningkatkan produktifitas• Meningkatkan mutu produk• Meningkatkan pendapatan
tenaga kerja3. Menumbuhkan iklim investasi • Pertumbuhan Industri
• Pertumbuhan investasi• Penyerapaman tenaga kerja
4. Perbaikan dalam Regeluasi Ketenagakerjaan
• Harmonisasi buruh dan pengusaha.
• Peningkatan Investasi• Penyerapan tenaga kerja
5. Perkuatan struktur industri dalam value chain dan keterkaitan dengan IKM
• Spin off dan agglomerasi• Difersifikasi dan Diferensiasi
produk, terutama sepatu kulit hand made.
• Pemerataan dan sebaran industri• Peningkatan pemasran dalam
negeri dalam skala ritel.6. Memperbaiki infrastruktur,
terutama Jalan Raya, Sarana Pelabuhan dan Energi.
• Mendorong minat Investasi• Pengurangan biaya• Mempercepat Delivery Time
7. Pengembangan Pasar Dalam negeri dengan peningkatan pemkaian produksi dalam negeri
• Menarik Investasi• Peningkatan PDRB• Meningkatkan utilisasi
8. Pengawasaan terhadap illegal import
• Perlindungan dan penegembangan pasar dalam negeri.
• Pengendalian harga produk9. Fasilitasi FTA dalam rangka
membangun kerjasama internasional baik bilateral maupun international.
• Peningkatan pangsa pasar ekspor.
• Meningkatkan utilisasi kapasitas.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Strategi Jangka Panjang (2014 - 2025)
Strategi Jangka Menegnah adalah sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel III.6. Strategi Jangka Panjang
STRATEGI TUJUAN
1. Perkuatan Industri Kulit, sol karet dan plastik, kulit sintetis dan acsesories alas kaki
• Mengurangi ketergantungan terhadap import bahan baku
• Penurunan biaya produksi• Penyerapan tenaga kerja.
2. Pengembangan jenis sepatu kulit (formal dan casual) serta sepatu khusus ( sepatu pengaman dan kesehatan)
• Diversifikasi dan diferensiasi• Peningkatan pemanfatkan
sumber daya alam dalam negeri
3. Menfasilitasi dukungan finansial untuk investasi terutama Modal Kerja
• Pertumbuhan Industri• Pertumbuhan IKM• Penyerapan tenaga kerja
4. Perbaikan dalam Regeluasi Perizinan baik tingkat pusat maupun daerah
• Peningkatan Investasi• Penyerapan tenaga kerja• Penurunan biaya produksi
5. Perkuatan struktur industri dalam value chain dan keterkaitan dengan IKM
• Spin off dan agglomerasi• Difersifikasi dan Diferensiasi
produk, terutama sepatu kulit hand made.
• Pemerataan dan sebaran industri
• Penyerapan investasi dalam negeri dalam skala ritel.
6. Memperbaiki infrastruktur, terutama Jalan Raya, Sarana Pelabuhan dan Energi.
• Minat Investasi• Cost Reduction• Delivery Time
7. Pengembangan Teknologi proses dan teknologi industri bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Lembaga Diklat, dsbnya.
• Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi
• Peningkatan kualitas dan di-versifikasi bahan serta produk
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI
A. Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 – 2014)Rencana Aksi pengembangan dalam jangka menengah adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
Tabel IV.1. Rencana Aksi Jangka Menegah
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 110/M-IND/PER/10/2009
12
BAB IV
PROGRAM / RENCANA AKSI
A. Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 – 2014)
Rencana Aks� pengembangan dalam jangka menengah adalah sebaga�mana
tertera pada tabel ber�kut �n�. Tabel IV.1. Rencana Aksi Jangka Menegah
No Rencana Aksi 2010 2011 2012 2013 2014 Stakeholder yang terlibat
�.� Mengembangkan �nvestas� �ndustr� support�ng dgn pember�an fas�ltas dan kemudahan
�. Depkeu
�. Pemda
�. BKPM
�. Depper�n
�.� Mengembangkan peran lembaga R&D untuk bahan baku dan subs�tus�nya, bahan pembantu dan assesor�es.
�. Depper�n
�. Lembaga L�tbang
�. Pemda
�. Perguruan T�ngg�
�. LIPI
�.� Men�ngkatkan tar�p PE kul�t mentah dan wet blue dan d�kenakan ver�f�kas� tekn�s dan monev
�. Depdag
�. Depkeu
�. Depr�n
�.� Penyederhanaan prosedur �mpor terhadap bahan baku kul�t dan monev
�. Deptan
�. Depdag
�. Depper�n
�. Depkeu
�.� Men�ngkatkan mutu kul�t mentah d� rumah potong hewan
�. Deptan
�. Pemda
�. Depper�n
�.� Mengembangkan peternakan hewan dalam neger�
�. Deptan
�. Pemda
�.� Men�ngkatkan kemampuan �ndustr� kul�t �m�tas� terutama mutu serta d�vers�f�kas� produk.
�. Depper�n
�. Perguruan T�ngg�
�. Lembaga L�tbang
�.� Perkuatan UPT Industr� Penyamakan Kul�t untuk men�ngkatkan pelayanan kepada IKM guna mendukung ketersed�an bahan baku kul�t bag� �ndustr� alas kak�
�. Depper�n
�. Depkeu
�. Pemda
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 110/M-IND/PER/10/2009
13
No Rencana Aksi 2010 2011 2012 2013 2014 Stakeholder yang terlibat
�.� Pen�ngkatan keteramp�lan SDM terutama dalam b�dang desa�n, teknolog� produks�, shoelast/mould�ng, mechan�cal mes�n jah�t, pola dan standar ukuran dan jah�t system Satra melalu� pelat�han dan magang
�. Depnakertrans
�. Depper�n
�. Depd�knas
�. Perguruan T�ngg�
�. Menegkop &UKM
�.� Pen�ngkatan mutu produk alas kak� melalu� penerapan standard produk maupun manajemen mutu
�. Depnakertrans
�. Depper�n
�. Perguruan T�ngg�
�. BSN
�.� Pen�ngkatan teknolog� melalu� rev�tal�sas�/restruktur�sas� mes�n/ peralatan �ndustr� alas kak� termasuk �ndustr� penyamakan kul�t
�. Menegkop & UKM
�. Perguruan T�ngg�
�. Depkeu
�. Depper�n
�.� Men�ngkatkan koord�nas� dengan stake holder terka�t untuk pen�njauan tentang keb�jakan Ketenaga Kerjaan, UMR dan Pemutusan Hubungan Kerja
�. Depnakertrans
�. Depr�n
�. Pemda
�.� Men�ngkatkan koord�nas� untuk perba�kan �nfrastruktur (sarana dan prasarana) �ndustr�
�. Pemda/D�nas
�. Depr�n
�.� Menfas�l�tas� keg�atan SC, WG, Fas�l�tator klaster untuk membangun al�ans� strateg�s.
�. Depkeu
�. Bank Indones�a
�.� Men�ngkatkan koord�nas� untuk pember�an �nsent�f f�skal, dan penghapusan PPN dalam pembel�an bahan baku tujuan ekspor.
�. Depkeu
�. Depper�n
�. Depdag
�. Bank Indones�a
�.� Deregulas� per�z�nan dan men�njau Perda-Perda yang t�dak pro �nvestas� untuk �nvestas� pabr�k baru/perluasan d�dalam neger�.
�. Pemda �. BKPM �. Depkeu �. Depper�n
�.� Mengembangkan dan mempromos� Merk Nas�onal ke pasar domest�k dan pasar global
�. Depdag
�. Deplu
�. Depper�n
�.� Koord�nas� untuk perba�kan akses transportas�/angkutan untuk memperlancar arus barang terutama dar� lokas�/ kawasan �ndustr� ke pusat-pusat perdagangan dan pelabuhan
�. Dep. PU
�. Pemda
�. Dephub.
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 110/M-IND/PER/10/2009
14
�.� Pembangunan dan pengembangan pelabuhan khusus d� Kawasan Industr�
�. Dep. PU
�. Jasa Marga
�. PT.PELINDO
�.� Mengembangkan kerjasama dengan pusat-pusat perdagangan d�dalam neger� (Mall, Departmen Store) dan membangun pasar khusus/spes�f�k.
�. Depdag
�. Depper�n
�. Pemda
�.� Men�ngkatkan pasar ke negara-negara �mport�r potens�al melalu� perjanj�nan kerjasama �nternas�onal (b�lateral dan mult�lateral).
�. Deplu
�. Depdag
�. Depr�n
�.� Men�ngkatkan promos� d� DN dan LN melalu� kepesertaan dalam pameran �nternas�onal
�. Depdag
�. Deplu/Kedutaan
�. Depr�n
B. Rencana Aksi Jangka Panjang (2010 – 2025)
Rencana Aks� pengembangan Industr� Alas kak� jangka panjang pada
dasarnya adalah melanjutkan rencana aks� dar� has�l-has�l yang telah d�capa�
pada rencana aks� jangka menengah, dengan �ntg� rencana aks� terd�r� dar� :
�. Penguatan Struktur Industr� Alas kak� dengan mendorong leb�h tumbuhnya
�ndustr� support�ng.
�. Mendorong tumbuh dan berkembangnya bahan baku yang bersumber dar�
dalam neger�
�. Mendorong untuk menjad� �ndustr� alas kak� yang berkelas �nternas�onal
dengan :
Men�ngkatkan mutu produks� dan penerapan manajemen mutu
Men�ngkatkan kemampuan SDM �ndustr� alas kak� termasuk
penyamakan kul�t
Men�ngkatkan kerjasama kem�teraan antara �ndustr� besar dengan IKM
melalu� al�ans� strateg�s atau subcontract�ng dengan mutu pr�ma harga
bersa�ng
C. Lokasi Pengembangan
�. Industr� Int�
Sepatu Sport/Olahraga
Tanggerang, Serang (Banten)
B. Rencana Aksi Jangka Panjang (2010 – 2025) Rencana Aksi pengembangan Industri Alas kaki jangka panjang pada dasarnya adalah melanjutkan rencana aksi dari hasil-hasil yang telah dicapai pada rencana aksi jangka menengah, dengan intgi rencana aksi terdiri dari:
1. Penguatan Struktur Industri Alas kaki dengan mendorong lebih tumbuhnya industri supporting.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya bahan baku yang bersumber dari dalam negeri
3. Mendorong untuk menjadi industri alas kaki yang berkelas internasional dengan:
Meningkatkan mutu produksi dan penerapan manajemen mutu
Meningkatkan kemampuan SDM industri alas kaki termasuk penyamakan kulit
Meningkatkan kerjasama kemiteraan antara industri besar dengan IKM melalui aliansi strategis atau subcontracting dengan mutu prima harga bersaing.
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
C. Lokasi Pengembangan1. Industri Inti
Sepatu Sport/Olahraga
• Tanggerang, Serang (Banten)
• Bekasi, Bandung (Jawa Barat)
• Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan (Jawa Timur)
• Medan, Deli Serdang (Sumut)
Sepatu Kasual dan Formal
• Bandung, Bogor (Jawa Barat)
• Sidoarjo, Magetan, Mojokerto, (Jawa Timur)
• Medan (Sumut)
• Yogyakarta (DI. Yogyakarta)
Sandal
• Tanggerang (Banten)
• Bogor, Bandung, (Jawa Barat)
• Sidoarjo, Mojokerto (Jawa Timur)
2. Industri Penunjang dan Terkait:
Industri Penyamakan Kulit
• Surabaya, Malang, Pasuruan (Jawa Timur)
• Bogor, Bandung, Garut (Jawa Barat)
• Tangerang, Serang (Banten)
• Yogyakarta (DI. Yogyakarta)
• Magelang, Semarang (Jawa Tengah)
• DKI. Jakarta
• Padang Panjang (Sumbar)
• Medan, Deli Serdang (Sumut)
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Industri Sol Karet dan Assesories dari Karet
• Sumatera Utara
• Jawa Barat
Industri Kulit Sintetis
• Banten
• Jawa Tengah
Industri Assesories dari Tekstil dan Logam
• Banten
• Jawa Barat
• Jawa Timur
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Gam
bar
1.
Kera
ng
ka K
ete
rkait
an
In
du
stri
Ala
s K
aki
La
mpi
ran
Pera
tura
n M
ente
ri P
erin
dust
rian
RI
Nom
or: 1
10/M
-IN
D/P
ER/1
0/20
09
17
Bar
ang
Loga
m
(Ase
sor�e
s)
PA
SA
R
LUA
R
NE
GE
RI
PA
SA
R
DA
LAM
N
EG
ER
I
Pem
da :
D�n
as P
er�n
dag,
D
�nas
Per
tan�
an
Lem
baga
Litb
ang/
P
endi
dika
n - B
BK
KP
, ATK
, BP
IPI
- Per
guru
an T
�ngg
�
Ass
osia
si
AP
RIS
IND
O
AP
KI
JAS
A
- Tra
nspo
rtas�
- K
euan
gan
Pem
erin
tah
Pus
at:
Dep
r�n, D
epta
n,
Dep
dag,
Dep
keu
Eks
port
�r
D�s
tr�bu
tor
SE
PA
TU/A
LAS
KA
KI
•
Kep
erlu
an S
ehar
�-ha
r� •
Sep
atu
Ola
h ra
ga
• La
�nny
a
Mes
�n d
an
Per
alat
an
Pol
ymer
Kul
�t M
enta
h da
n S
amak
Kul
�t S
�nte
s�s
Ka�
n K
anva
s,
Ben
ang,
Ka�
n La
p�s,
La
bel
Bah
an K
�m�a
Kul
�t
Pet
rok�
m�a
Teks
t�l
Aro
mat
�c
Loga
m
Sol
K
aret
Foru
m D
aya
Sa�
ng,
Wor
k�ng
Gro
up,
Fas�
l�tat
or K
last
er
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Gam
bar
2.
Kera
ng
ka P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Ala
s K
aki
La
mpi
ran
Pera
tura
n M
ente
ri P
erin
dust
rian
RI
N
omor
: 110
/M-IN
D/P
ER/1
0/20
09
18
Poko
k-po
kok
Renc
ana
Aksi
Jang
ka P
anja
ng (
2010
– 2
025)
Mela
njutka
n pe
ngua
tan
struk
tur
indus
tri a
las k
aki d
enga
n m
enum
buhk
an in
dustr
i pe
nyed
ia ba
han
baku
dan
supp
ortin
g ind
ustri
(ase
sorie
s).
M
endo
rong
unt
uk m
enjad
i indu
stri s
epat
u ya
ng m
emilik
i kua
litas d
unia.
Poko
k-po
kok
Renc
ana A
ksi J
angk
a Men
enga
h (2
010 –
2014
)
Mem
fasil
itasi
ban
tuan
unt
uk p
erem
ajaan
per
mes
inan
dala
m ra
ngka
pen
ingka
tan
tekn
ologi
indus
tri a
las k
aki
M
endo
rong
tum
buh
dan
berk
emba
ngny
a a
las k
aki
mer
ek n
asion
al m
elalui
per
lindu
ngan
huk
um (H
AKI,
Pen
daftr
an m
erek
/pat
en)
dan
pro
mos
i mer
ek a
las k
aki n
asion
al.
M
ening
katka
n m
utu
prod
uk m
elalui
pen
erap
an s
tand
ar m
utu
prod
uk, m
anaje
men
mut
u, d
esain
pro
duk,
dan
tekn
ologi
prod
uksi.
Men
ingka
tkan
dan
men
gem
bang
kan
kem
ampu
an S
DM in
dustr
i alas
kak
i mela
lui p
elatih
an d
an m
agan
g
Men
gem
bang
kan
inve
stasi
supp
ortin
g in
dustr
i alas
kaki
deng
an p
embe
rian
fasil
itas f
iskal
M
ening
katka
n da
n m
enge
mba
ngka
n k
erjas
ama
dan
kolab
oras
i unt
uk m
emba
ngun
alia
nsi s
trate
gis a
ntar
indu
stri i
nti,
terk
ait d
an
pend
ukun
g da
lam
rang
ka m
ening
katka
n da
ya sa
ing in
dustr
i alas
kak
i nas
ional
M
ening
katka
n pe
ran
litban
g se
baga
i fas
ilitat
or p
elaku
usa
ha d
alam
pen
gem
bang
an b
ahan
bak
u ku
lit da
n su
bstit
usiny
a, b
ahan
-ba
han
pem
bant
u, te
knolo
gi/ p
rose
s man
ufak
tur,
dan
disain
.
Men
ingka
tkan
paso
kan
baha
n ba
ku k
ulit
deng
an m
enaik
kan
Pa
jak K
eluar
an s
erta
ver
ifikas
i tek
nis te
rhad
ap
eksp
or
kulit
m
enta
h, w
et b
lue, d
an m
enye
derh
anak
an p
rose
dure
impo
r kuli
t men
tah
dan
kulit
jadi.
M
ening
katk
an k
emam
puan
pro
ses p
enya
mak
an ku
lit m
elalui
per
emaja
an p
erm
esina
n un
tuk
mem
pero
leh h
asil
berk
ualita
s ting
gi
Men
ingka
tkan
dan
men
indak
lanju
ti ker
jasam
a int
erna
siona
l dala
m b
idang
inve
stasi,
pas
ar d
an c
apac
ity b
uildin
g
Men
ingka
tkan
pang
sa p
asar
Lua
r Neg
eri d
an D
alam
Neg
eri m
elalui
pro
mos
i pro
duk
Sasa
ran
Jang
ka P
anja
ng 2
010 –
2025
M
enjad
i pro
duse
n ek
spor
tir a
las ka
ki ke
las d
unia
SDM
•
Penin
gkat
an ke
mam
puan
SDM
dala
m b
idang
tekn
ologi
prod
uksi
dan
desa
in pr
oduk
. In
frast
rukt
ur
Fi
sik :
Mem
bang
un d
an m
enge
mba
ngka
n Pu
sat
Desa
in P
rodu
k dan
mem
perk
uat
sara
na d
an p
rasa
rana
lem
baga
litba
ng
M
ening
katka
n pe
ran
litban
g da
lam m
enge
mba
ngka
n div
ersif
ikasi/
subs
titusi
bah
an
baku
/pen
olong
Uns
ur P
enun
jang
Te
knol
ogi
• In
isias
i (20
09 -
2014
) : P
ening
kata
n ke
mam
puan
pro
duks
i dan
des
ain a
las ka
ki k
ualita
s int
erna
siona
l un
tuk e
kspo
r dan
pem
enuh
an ke
butu
han
dalam
neg
eri.
• Pe
ngem
bang
an C
epat
(200
9-20
14) :
Pen
gem
bang
an te
knolo
gi m
elalui
restr
uktu
risas
i per
mes
inan
untu
k m
ening
katka
n ke
mam
puan
pro
duks
i, des
ain g
una
mem
enuh
i keb
utuah
an e
kspo
r. Pa
sar
• M
ening
katka
n jar
ingan
pem
asar
an g
lobal
deng
an m
emba
ngun
kerja
sam
a int
erna
siona
l dan
pro
mos
i •
Men
ingka
tkan
dan
men
gem
bang
kan
alian
si de
ngan
prin
sipal
mer
k ter
kena
l du
nia
• M
ening
katka
n pe
nggu
naan
alas
kaki
prod
uksi
dalam
neg
eri.
Str
ateg
i S
ekto
r
: M
en�n
gkat
kan
peng
emba
ngan
�ndu
str�
sepa
tu m
erek
loka
l ber
bas�
s ba
han
baku
dal
am n
eger
� ; M
empe
rtaha
nkan
dan
men
�ngk
atka
n �n
vest
as� �
ndus
tr�
sepa
tu o
lah
raga
ber
mer
ek �n
tern
as�o
nal,
Men
�ngk
atka
n pe
nggu
naan
pro
duk
ala
s ka
k� n
as�o
nal d
�pas
ar d
alam
neg
er�,
Men
�ngk
atka
n ek
spor
pro
duk
alas
kak
� nas
�ona
l.
Tekn
olog
i : M
endo
rong
pen
�ngk
atan
tekn
olog
� /re
stru
ktur
�sas
�, M
endo
rong
pen
gem
bang
an t
ekno
log�
�nd
ustr�
mou
ld�n
g/la
st�n
g, M
endo
rong
kem
ampu
an d
�sa�
n
Sasa
ran
Jang
ka M
enen
gah
2010
–20
14
M
en�n
gkat
nya
eksp
or r
ata-
rata
�0
% p
erta
hun
(tah
un �
0��
:US
D.�
,��
m�ly
ar).
Men
�ngk
atny
a pe
ran
dan
pang
sa p
asar
dal
am n
eger
� ala
s ka
k� p
rodu
ks� d
alam
neg
er�
B
erke
mba
ngny
a m
erk
nas�
onal
ala
s ka
k�
M
en�n
gkat
nya
n�la
� pro
duks
� rat
a-ra
ta �
0% p
er-ta
hun
Men
�ngk
atny
a pe
rtam
baha
n te
naga
ker
ja
rata–r
ata
� %
per
tahu
n.
Indu
stri
Terk
ait
Indu
stri K
erta
s, K
emas
an,
Perc
etak
an, J
asa.
In
dust
ri P
endu
kung
In
d. P
eny.
Kul
�t, K
ul�t
S�n
tet�s
, Kar
et, B
ahan
K
�m�a
/Per
ekat
, Mes
�n/ P
eral
atan
Ala
s K
ak�,
Ase
sor�e
s da
n Te
kst�l
Indu
stri
Inti
Ala
s K
ak�
��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014
Tab
el 1
. P
era
n P
em
an
gku
Kep
en
tin
gan
dala
m P
en
gem
ban
gan
In
du
stri
Ala
s K
aki
La
mpi
ran
Pera
tura
n M
ente
ri P
erin
dust
rian
RI
N
omor
: 110
/M-IN
D/P
ER/1
0/20
09
19
Tabe
l 1. P
eran
Pem
angk
u K
epen
tinga
n da
lam
Pen
gem
bang
an In
dust
ri A
las
Kak
i
ס ס
ס
ס ס
BP
IPI
ס ס
ס
ס ס
ס ס
ס ס
ס
��
. M
en�n
gkat
kan
pang
sa p
asar
D
N/L
N
ס
ס ס ס ס ס ס
Dep
. K
eu
ס
ס ס
ס
ס ס
ס ס
ס
ס�0
. M
en�n
gkat
kan
kerja
sam
a �n
tern
as�o
nal
ס
ס
ס ס
ס
ס
�.
R
estru
ktur
�sas
� per
mes
�nan
�n
dust
r� pe
nyam
akan
kul
�t
ס
ס ס
ס ס
ס
ס
ס�.
M
en�n
gkat
kan
�kl�m
usa
ha
teru
tam
a un
tuk
pas
okan
bah
an
baku
kul
�t.
ס
ס ס
ס
ס
ס
�. P
en�n
gkat
an k
emam
puan
SD
M
�ndu
str�
alas
kak
�
ס ס
ס
ס
ס
ס ס
ס�.
Pen
�ngk
atan
mut
u pr
oduk
mel
alu�
pe
nera
pan
stan
dard
�sas
�
ס ס
ס ס
ס ס
ס
ס ס
ס
ס ס
ס
�.
Men
gem
bang
kan
klas
ter �
ndus
tr�
alas
kak
�
ס ס
ס ס
ס
ס
ס
�. M
enge
mba
ngka
n su
ppor
t�ng
�ndu
str�
Ala
s ka
k�
ס
ס
BB
KK
P
ס
PT Pe
rgur
uan
Ting
gi
dan
Litb
ang
ס
ס
Wor
k�ng
Gro
up
ס
Day
a S
a�ng
Foru
m
ס ס
ס In
dust
r�
ס
ס
Aso
s�as
� Swas
ta
Kab
.
ס
Pro
p.
Pem
erin
tah
Dae
rah
Dep
. D
ag
ס
Pem
erin
tah
Pusa
t R
enca
na A
ksi (
2010
– 2
014)
Fas�
l�tat
or
Kla
ster
B
ank
Dep
. Ta
n D
ep.
Per
�n
ס
ס
ס�.
M
en�n
gkat
kan
pera
n l�t
bang
ס�.
Men
gem
bang
kan
mer
k na
s�on
al
ס
ס
�. F
as�l�
tas�
ban
tuan
unt
uk
rest
rukt
ur�s
as� p
erm
es�n
an
�ndu
str�
alas
kak
� dal
am ra
ngka
pe
n�ng
kata
n te
knol
og�
ס ס
ס
ס ס
Wor
k�ng
Gro
up :
- D
epta
n (B
adan
Kar
ant�n
a H
ewan
, D�tj
en K
esm
avet
) -
Lem
baga
Pen
d�d�
kan
(ATK
, BP
IPI/P
T) -
Lem
baga
L�tb
ang
(BB
KK
P) –
Aso
s�as
� (A
PR
ISIN
DO
, AP
KI) –
Lem
baga
P
emb�
ayaa
n (B
ank/
Non
Ban
k) –
Pem
prop
/Kab
/Kot
(D�s
per�n
dag,
Bap
peda
)
���LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 110/M-IND/PER/10/2009
Gam
bar
3.
Lo
kasi
Pen
gem
ban
gan
In
du
stri
Ala
s K
aki
La
mpi
ran
Pera
tura
n M
ente
ri P
erin
dust
rian
RI
N
omor
: 110
/M-IN
D/P
ER/1
0/20
09
20
Indi
kasi
Lok
asi
: Sum
ut, S
umba
r, B
ante
n, J
abar
, Jat
�m,S
ulse
l Se
ntra
: S
umut
(�0)
, Sum
bar(�
), R
�au(
�), S
umse
l(�),
Lam
pung
(�),
DK
I(�),
Jaba
r(��)
, Jat
eng(
��),
Jat
�m(�
�),
Kalt�
m(�
), Su
lsel
(�)
Jum
lah
Sent
ra
: ��
Peru
saha
an/P
elak
u U
tam
a
: PT.
Ad�
s D
�men
s�on
Foo
twea
r, P
T. A
rka
Foot
wea
r Ind
ones
�a, P
T. K
MK
Glo
bal S
ports
, PT.
Pana
rub
I
ndus
try.C
o , C
V. F
ortu
na S
hoes
, PT.
Pre
stas
� Ide
Jay
a, P
T. T
eguh
Mur
n� P
erda
na.
P
T. S
epat
u Ba
ta, P
T. S
epat
u M
as Id
aman
, PT.
Pr�m
ar�n
do A
s�a
Infra
stru
ktur
Tbk
, PT.
HA
SI,
PT.
N
ASA
, P
T. K
arya
m�tr
a Bu
d�se
ntos
a, P
T. F
eng
Tay
Indo
nes�
a In
terp
r�ses
, P
t. W
angt
a Ag
ung.
SSuu mm
uu tt
SSuu mm
bb aarr
BBaa nn
tt eenn JJ aa
bb aarr
JJ aatt ii mm
KKaa ll
ss eell
SSuu ll
ss eell
���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Tahun 2010 - 2014