-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
1/23
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui
hewan perantara (vektor) penyakit. Contohnya antara lain malaria,
Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Japanese B Encephalitis
(radang otak), filariasis limfatik (kaki gajah), pes (sampar) dan demam
semak (scrub typhus). Penyakit tersebut hingga kini merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan
kematian yang cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB).
Penanggulangan penyakit tular vektor adalah selain dengan
pengobatan terhadap penderita, juga dilakukan upaya-upaya
pengendalian vektor termasuk upaya mencegah kontak dengan vektor
guna mencegah penularan penyakit. Satu di antaranya adalah cara
pengendalian vektor adalah dengan menggunakan insektisida.
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakaiuntuk membunuh serangga (Djojosumarto, 2008). Insektisida dapat
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga
pengganggu tanaman ataupun vektor penyebab penyakit. Insektisida
merupakan salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) sedangkan
kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida (racun binatang
pengerat), akarisida (racun tungau dan caplak), fungisida (racun
cendawan), herbisida (racun gulma / tumbuhan pengganggu), dan lain-
lain.
Beberapa jenis golongan dari insektisida salah satunya yaitu
fenvalerat. Fenvalerat merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik
yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fenvalerat
digunakan untuk membasmi hama serangga ataupun vektor penyebab
penyakit. Penggunaan fenvalerat apabila tidak benar dan tepat maka
akan menimbulkan efek samping terhadap manusia. Efek samping dapat
https://id.wikipedia.org/wiki/Hormonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hormon
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
2/23
2
berupa hasil dari penimbunan yang berlama-lama, surface run-off , atau
kontak langsung dengan komponen herbisida.
Berbagai dampak dapat disebabkan oleh penggunaan fenvalerat
mulai dampak yang tak terlihat seperti residu hingga dampak keracunan
baik bagi tanaman maupun manusia yang menggunakannya. Dampak
negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap
lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan
dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Sehingga manfaat mempelajari insektisida jenis fenvalerat ini agar
dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu fenvalerat baik dilihat dari
formulasinya, cara kerjanya, susunan kimianya, dan dampak yang tejadi
akibat penggunaan fenvalerat ini, sehingga kita dapat menghindari
dampak yang dihasilkan oleh fenvalerat tersebut semaksimal mungkin
dan juga formulasi fenvalerat yang aman untuk digunakan dengan
menimbang dampak yang terjadi tidak merusak lingkungan dan
ekosistem.
I.2 Tujuan Adapun tujuan dalah penyusunan makalah ini adalah :
- Mengetahui definisi dan Klasifikasi Insektisida
- Mengetahui definisi dan Klasifikasi Pirenoid
- Mengetahui definisi bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahui Formulasi bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahui Cara Kerja bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahui Susunan Kimia bahan Aktif Fenvalerat
- Mengetahui Dosis dan Serangga sasaran bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahui Efektifitas bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahui Efek samping bahan aktif Fenvalerat
- Mengetahi Pencegahan dari penggunaan Fenvalerat
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
3/23
3
I.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu :
I.3.1 Masyarakat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyakarat agar berhati-hati dan bijaksana
dalam penggunaan insektisida golongan Fenvalerat
I.3.2 Disiplin Ilmu
Penyusunan makalah ini sebagai wujud pengaplikasian disiplin
ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan
wawasan keilmuan
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
4/23
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 INSEKTISIDA
II.1.1 Definisi Insektisida
Kata insektisida secara harfiah berarti pembunuh serangga, yang
berasal dari kata “insekta” = serangga dan kata latin “cida”= pembunuh.
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida
merupakan salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) sedangkan
kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida (racun binatang
pengerat), akarisida (racun tungau dan caplak), fungisida (racun
cendawan), herbisida (racun gulma / tumbuhan pengganggu), dan lain-
lain.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1973 tentang
Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida,
insektisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik, sertavirus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah binatang-
binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang
digunakan untuk pengendalian vektor penyakit dan hama permukiman
seperti nyamuk, serangga pengganggu lain (lalat, kecoak/lipas), tikus, dan
lain-lain yang dilakukan di daerah permukiman endemis, pelabuhan,
bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.
Aplikasi pengendalian vektor penyakit secara umum dikenal dua
jenis insektisida yang bersifat kontak/non-residual dan insektisida
residual. Insektisida kontak/non-residual merupakan insektisida yang
langsung berkontak dengan tubuh serangga saat diaplikasikan. Aplikasi
kontak langsung dapat berupa penyemprotan udara (space spray) seperti
pengkabutan panas (thermal fogging), dan pengkabutan dingin (cold
fogging) / ultra low volume(ULV). Jenis-jenis formulasi yang biasa
digunakan untuk aplikasi kontak langsung adalah emusifiable concentrate
(EC), microemulsion (ME), emulsion (EW), ultra low volume (UL) dan
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
5/23
5
beberapa Insektisida siap pakai seperti aerosol (AE), anti nyamuk bakar
(MC), liquid vaporizer (LV), mat vaporizer(MV) dan smoke (Kemenkes RI,
2012).
II.1.2 Jenis insektisida untuk pengendalian vektor
1. Organofosfat (OP).
Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP
banyak digunakan dalam kegiatan pengendalian vektor, baik untuk
space spraying , IRS, maupun larvasidasi. Contoh: malation,
fenitrotion, temefos, metil-pirimifos, dan lain lain.2. Karbamat.
Cara kerja Insektisida ini identik dengan OP, namun bersifat
reversible (pulih kembali) sehingga relatif lebih aman dibandingkan
OP. Contoh: bendiocarb, propoksur, dan lain lain.
3. Piretroid (SP)
Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid (SP) yang
bekerja mengganggu sistem syaraf. Golongan SP banyak digunakan
dalam pengendalian vector untuk serangga dewasa (space spraying
dan IRS), kelambu celup atau Insecticide Treated Net (ITN), Long
Lasting Insecticidal Net (LLIN), dan berbagai formulasi Insektisida
rumah tangga. Contoh: metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin, lamda-
sihalotrin, permetrin, sipermetrin, deltametrin, etofenproks, dan lain-
lain.
4. Insect Growth Regulator (IGR).
Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan
dan pertumbuhan serangga. IGR terbagi dalam dua klas yaitu :
- Juvenoid atau sering juga dikenal dengan Juvenile Hormone
Analog (JHA). Pemberian juvenoid pada serangga berakibat pada
perpanjangan stadium larva dan kegagalan menjadi pupa. Contoh
JHA adalah fenoksikarb, metopren, piriproksifen dan lain-lain.
- Penghambat Sintesis Khitin atau Chitin Synthesis Inhibitor (CSI)
mengganggu proses ganti kulit dengan cara menghambat
pembentukan kitin. Contoh CSI: diflubensuron, heksaflumuron dan
lain-lain.
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
6/23
6
5. Mikroba
Kelompok Insektisida ini berasal dari mikroorganisme yang berperan
sebagai insektisida. Contoh: Bacillus thuringiensis varisraelensis (Bti),
Bacillus sphaericus (BS), abamektin, spinosad, dan lain-lain. BTI
bekerja sebagai racun perut, setelah tertelan kristal endotoksin larut
yang mengakibatkan sel epitel rusak dan serangga berhenti makan
lalu mati. BS bekerja sama dengan BTI, namun bakteri ini diyakini
mampu mendaur ulang diri di air akibat proliferasi dari spora dalam
tubuh serangga, sehingga mempunyai residu jangka panjang. BS
stabil pada air kotor atau air dengan kadar bahan organik tinggi.6. Neonikotinoid.
Insektisida ini mirip dengan nikotin, bekerja pada sistem saraf pusat
serangga yang menyebabkan gangguan pada reseptor post synaptic
acetilcholin. Contoh: imidakloprid, tiametoksam, klotianidin dan lain-
lain.
7. Fenilpirasol
Insektisida ini bekerja memblokir celah klorida pada neuron yang
diatur oleh GABA, sehingga berdampak perlambatan pengaruh GABA
pada sistem saraf serangga. Contoh: fipronil dan lain-lain
8. Nabati
Insektisida nabati merupakan kelompok Insektisida yang berasal dari
tanaman Contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon, limonen,
azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.
9. Repelen
Repelen adalah bahan yang diaplikasikan langsung ke kulit, pakaian
atau lainnya untuk mencegah kontak dengan serangga. Contoh:
DEET, etil-butil-asetilamino propionat dan ikaridin. Repelen dari
bahan alam adalah minyak sereh/sitronela (citronella oil ) dan minyak
eukaliptus (lemon eucalyptus oil ) (Kemenkes RI, 2012).
II.2 PIRETROID
Pirenoid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog)
dari piretrin ( pyrethrine). Piretrin sendiri merupakan zat kimia bersifat insektisida
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
7/23
7
yang terdapat dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga
semacam krisan (Chrisantemum spp.).
Pirenoid memiliki beberapa keunggulan, di antaranya diaplikasikan
dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisten,
dan memiliki efek melumpuhkan (knock down effect) yang sangat baik, masa
terdegradasi dalam lingkungan juga singkat, berkisar antara 10-12 hari, jadi
jarak/frekuensi penyemprotan juga berkisar 10-12 hari. (Djojosumarto,2008).
Namun, karena sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang
tidak cocok untuk program PHT.
Piretroid merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin
yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif
stabil terhadap sinar matahari adalah: deltametrin, permetrin, fenvalerate.
Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi
serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,
tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada
manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai
keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit,
spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkanyang sangat baik. (Wudianto R, 2010).
II.3 FENVALERAT
II.3.1 DEFINISI FENVALERAT
Fenvalerat, dipublikasikan pertam akali pada tahun 1977 dan
merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang bekerja sebagai
racun kontak dan racun perut. Fenvalerat berspektrum luas untuk
serangga hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Orthopthera, Hemiptera,
dan Coleoptera. LD50 (tikus) sekitar 451 mg/kg; LD50 dermal (kelinci)
1000 – 3200 mg/kg dan > 5000 (tikus) agak iritan untuk kulit dan mata;
LD50 inhalasi (4 jam, tikus) > 0,1 mg/liter udara; NOEL (2 tahun, tikus) 250
mg/kg diet; dan ADI 0,02 mg/kg bb.(Djojosumarto, 2008).
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
8/23
8
II.3.2 FORMULASI FENVALERAT
Formulasi adalah bentuk akhir hasil olahan bahan teknis suatu
insektisida. Pemilihan jenis formulasi sangat berperan penting dalam
keberhasilan pengendalian. Adapun formulasi dalam fenvalerat meliputi
emulsifiable concentrates (EC), ultra-low volume (ULV) concentrates, dust
powders, or wettable powders.
1. Emulsifiable Concentrates (EC)
Formulasi EC dibuat dengan menambahkan emulsifier pada
campuran fenvalerat satu atau lebih pelarut agar dapat bercampur
dengan air membentuk emulsi minyak dalam air yang berupa larutan
putih seperti susu yang tidak tembus cahaya. Larutan putih seperti
susu ini bahkan menjadi generik bagi awam bahwa insektisida itu
harus (bau dan) membentuk larutan seperti susu bila ditambahkan air
2. Ultra Low Volume (ULV)
Formulasi ini adalah formulasi siap pakai yang digunakan dengan alat
semprot ULV dan umumnya digunakan untuk pengendalian vektor
atau untuk kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian serangga
pada sekala besar, misalnya lapangan bola, taman, lingkunganperumahan dsb.
3. Debu (Dust powder)
Formulasi ini mengandung bahan aktif dan bahan pembawa yang
berbentuk tepung/bubuk dengan ukuran partikel berkisar 250 – 350
mesh dan merupakan formulasi siap pakai. Biasanya kadar bahan
aktifnya relatif rendah (hanya berkisar 0.5 – 1 %) dibandingkan
dengan formulasi WP.
4. Wettable Powders (WP)
WP adalah formulasi kering dengan cara mencampurkan bahan teknis
dengan bubuk pembawa (seperti talkum, kapur) dan suatu zat
pembasah. Penambahan zat pembasah memungkinkan campuran
bahan teknis dan bahan pembawa dapat dilarutkan dalam air dan siap
untuk diaplikasikan dengan alat semprot. Keuntungan formulasi WP
ini kurang atau tidak bersifat fitotoksik dan bertahan pada permukaan
apapun sehingga memberikan efek residual (Kemenkes RI, 2012)
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
9/23
9
II.3.3 CARA KERJA FENVALERAT
Bahan aktif fenvalerat bekerja sebagai racun kontak maupun
racun lambung yang cepat mematikan serangga dengan merusak system
syaraf. Fenvalerat yang masuk dalam pencernaan hama akan diserap
oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang sel
syaraf pusat yang menyebabkan saluran natrium selalu terbuka, sehingga
pada beberapa kasus menyebabkan reaksi berlebihan oleh saraf. Mereka
bertindak pada membran sel saraf untuk menghalangi Jalur dan
keluarnya ion dari saluran natrium selama re-polarisasi. Hal ini sangat
mengganggu transmisi impuls saraf. Pada konsentrasi rendah serangga
menderita hiperaktif. Pada konsentrasi tinggi mereka lumpuh dan mati.
Contoh untuk mengendalikan ulat grayak ( Spodoptera Litura F. ) pada
tanaman cabai..
Untuk mekanisme sebagai racun kontak, Fenvalerat akan masuk
ke tubuh hama melalui kulit, mulut, atau trachea hama tersebut. Racun
yang bersifat kontak harus mampu menembus kulit serangga. Hama akan
mati jika bersentuhan langsung dengan bahan aktif insektisida ini
(Djojosumarto, 2008).
I.3.4 SUSUNAN KIMIA FENVALERAT
Rumus Kimia :
Gambar 1. Struktur Kimia Fenvalerat
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
10/23
10
Gambar 2. Struktur Kimia 4 stereoisomer Fenvalerat
Identitas
Fenvalerate merupakan piretroid sintetis pertama yang tidak
memiliki siklopropana cincin dalam molekul. Ia memiliki empat
stereoisomer dan komposisi sekitar 1: 1: 1: 1 (rasemat) untuk setiap
isomer. Tingkatan teknis Fenvalerate adalah 90-94% murni. Hal ini
diformulasikan sebagai emulsi konsentrat, konsentrat dengan volume
rendah-ultra, bubuk debu, atau bubuk basah.
Sifat Fisik Dan Kimia
Produk teknis adalah cairan kental berwarna kuning atau coklatdengan bau kimia ringan. Hal ini hampir tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam kebanyakan pelarut organik. Fenvalerate stabil terhadap cahaya,
panas, dan kelembaban, tetapi tidak stabil pada media alkali.
Metode Analitis
Untuk residu dan analisis lingkungan, menggunakan kromatografi
gas dengan menggunakan deteksi penangkapan elektron, yang tingkat
deteksi minimum menjadi 0,005 mg / kg. Untuk analisis produk, dapat
menggunakan kromatografi gas dengan deteksi ionisasi nyala. (IPCS,
1989).
Tabel 1. Susunan Kimia Fenvalerat
NO VARIABEL KETERANGAN
1 NAMA KIMIA 1. IUPAC
RS)-α-cyani-3-phenoxybenzyl
(RS)-2-(4 chlorophenyl)-3-
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
11/23
11
methylbutyrate
2. CA
cyano(3-
phenoxyphenyl)methy14-
chloro-α-(1-
methylethyl)benzeneacetate
2 NAMA ALTERNATIF Agmatrin, Belmark, Ectrin, Fenkill,
Phenvalerate, Pydrin, S-5602,
Sanmarton, SD 43775, Sumicidin,
Sumifly, Sumipower, Sumitox, WL
43 775
3 CAS NOMOR 51630-58-1
4 FORMULA KIMIA C25H22ClNO3
5 MASA MOLAR 419,92 .mol -1
6 KEADAAN FISIK Cairan kental berwarna kuning
yang akan mencair pada suhu 230
C
7 TEKANAN UAP PADA
SUHU 250 C
Merkuri dengan tekanan 1,1 x 10-8
mm
8 KEPADATAN PADA
SUHU 230 C
1,17 g/Ml
9 STABILITAS Stabil di sebagian besar pelarut
alkohol kecuali di temperatur kamar
.Tidak stabil di media alkali.
Degradasi bertahan pada kisaran
150 – 3000 C
10 DEGRADASI Rute Utama yaitu dengan
pembelahan pada sambungan
ester
11 FORMULASI konsentrat yang dapat diemulsikan,
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
12/23
12
debu, butiran, bubuk dapat
dibasahi
12 LOG OCTANOL-
WATER
6,2
13 KOEFISIEN PARTISI DI KELARUTAN 200 C
aseton >450,0 g/L
Khloroform >450,0 g/L
Metanol >450,0 g/L
Heksana 77,0 g/L
Air Tawar 2,0 – 85,0 µg/L
Air Laut 24,0 µg/L ( Ronald, 2007)
I.3.5 DOSIS DAN SERANGGA SASARAN FENVALERAT
Fenvalerat digunakan untuk mengendalikan hama serangga. Adapun
Serangga sasaran, dan dosis penggunaan Fenvalerat yaitu :
Tabel 2. Hama Sasaran dan Dosis Penggunaan
No Tanaman Hama Sasaran
Dosis/
Konsentrasi
Formulasi
1 Bawang merah Ulat grayak
(Spodoptera sp.)
0,25 – 0,5 ml/l
2 Cabai 1. Ulat grayak
(Spodoptera sp.)
2. Hama trips
(Trips parvispinus)
0,25 – 0,5 ml/l
0,25 – 0,5 ml/l
3 Jeruk Hama Diaphorina citri 0,25 – 0,5 ml/l
4 Kakao Penghisap buah
(Helopeltis sp.)
0,25 – 0,5 ml/l
5 Kapas Penggerek pucuk
(Helicoverpa armigera)
0,5 – 1,0 ml/l
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
13/23
13
6 Kedelai 1. Ulat grayak
(Spodoptera sp.)
2. Pengisap polong
(Nezara viridula)
3. Perusak polong
(Heliothis armigera)
4. Penggulung daun
(Lamprosema
indicata)
1. 0,25 – 0,5 ml/l
2. 0,25 – 0,5 ml/l
3. 0,25 – 0,5 ml/l
4. 0,5 – 1,0 ml/l
7 Kelapa Sawit Ulat api
(Thosea asigna)
0,25 – 0,5 ml/l
8 Kubis Perusak daun
(Plutella xylostella)
0,25 – 0,5 ml/l
9 Teh Penghisap daun
(Helopeltis sp.)
0,125 – 0,25 l/ha
10 Tembakau Ulat grayak
(Spodoptera litura)
0,25 – 0,5 ml/l
11 Tomat Penggerek buah
(Heliothis armigera)
0,25 – 0,5 ml/l
Volume semprot per hektar yang digunakan, tergantung umur dan
jenis tanaman, adalah 400 - 800 liter/ha (kakao, cabai, kubis), 400 - 600
liter/ha (bawang merah, kedelai), 300 - 500 liter/ha (tomat, teh), 200 - 400
liter/ha (tembakau).(MKD, 2011).
I.3.6 EFEKTIFITAS FENVALERAT
Bengston (1979) menunjukkan bahwa potensi utama dari
insektisida piretroid sebagai pelindung gandum di Australia untuk
mengendalikan Rhyzopertha dominica dimana spesies ini yang paling
merusak dan sulit untuk dicontrol dengan menggunakan insektisida
organofosfat. Bioresmethrin, disinergikan dengan piperonil butoxide, yang
telah digunakan selama lebih dari 10 tahun terhadap Rhyzopertha
dominica dalam hubungannya dengan fenitrothion atau senyawa
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
14/23
14
organofosfat lainnya. Namun dosis yang relatif tinggi diperlukan untuk
mengendalikan Sitophilus dan Tribolium spp dan oleh karena itu tidak
mungkin digunakan terhadap spesies ini. Sehingga fenvalerate adalah
alternatif yang efektif untuk bioresmethrin.
Bengtson dan Desmarchelier (1979) menunjukkan bahwa, saat
Fenvalerate diterapkan pada tingkat 1 mg / kg, bersama-sama dengan
piperonil butoksida pada tingkat 10 mg / kg dan insektisida organofosfat,
akan memberikan perlindungan 9 bulan terhadap semua spesies,
termasuk tahan terhadap Rhyzopertha dominica.
Chahal dan Ramzan (1982) mempelajari efisiensi relatif dari
piretroid sintetis dan beberapa insektisida organofosfat terhadap larva
Trogoderma granarium. Setiap insektisida diuji di 0,0125; 0,025 dan
0,05% disemprotkan pada larva instar ketiga. Deltametrin pada 0,05%
adalah satu-satunya senyawa untuk memberikan 100% mortalitas pada 1
hari tetapi pada pengamatan 2, 3, 5 dan 7 hari setelah pengobatan
menunjukkan peningkatan progresif dalam mortalitas dan oleh 7 hari
Fenvalerate menyebabkan 100% kematian larva.
Elliott dkk (1983) ditentukan selektivitas 20 insektisida piretroiduntuk Ephestia kuehniella dan parasit Venturia canescens. Fenvalerate
menduduki peringkat keempat belas dari 20 untuk potensi terhadap
Ephestia tetapi diperlukan 8 kali lebih banyak untuk membunuh parasit
tersebut. Rasio toksisitas pada host dan parasit paling tinggi diantara 18
senyawa lain yag diuji.
Joia (1983) dalam tesisnya menulis tentang efektivitas
cypermethrin dan Fenvalerate terhadap Tribolium castaneum dan
Cryptolestes ferrugineus dalam menyimpan gandum. Gandum yang
mempunyai kadar air 13,3% dan 15% diperlakukan dengan
cypermethrin atau Fenvalerate pada 8 dan 12 mg / kg atau pada
malathion pada 8 mg / kg. Gandum disimpan pada suhu 25 0C dan -5 ° C
selama 60 minggu. Sampel dihapus untuk bioassay 6 kali dengan
interval 12 minggu. Studi Bioassay mengungkapkan bahwa cypermethrin
efektif terhadap kedua spesies. Meskipun pada 8 mg / kg, cypermethrin
tidak membunuh l00% dari parasit dewasa Cryptolestes ferrugineus,
namun dapat dicegah pada produksi keturunan. Fenvalerate gagal untuk
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
15/23
15
memberikan kontrol yang efektif dari Cryptolestes ferrugineus tetapi
mampu mencegah produksi keturunan Tribolium castaneum. Sebaliknya,
malathion pada 8 mg / kg tidak efektif terhadap kedua spesies pada 12
dan 24 minggu setelah perlakuan.
Hsieh dkk. (1983) bekerja di Taiwan mententukan toksisitas 26
insektisida untuk Sitophilus zeamais dan Rhyzopertha dominica yang
tercampuran dengan biji-bijian. Fenvalerate adalah salah satu dari
beberapa senyawa yang paling toksik untuk Rhyzopertha dominica
daripada Sitophilus Zeamais.
Bitran dkk (1983b) mengevaluasi residu dari beberapa piretroid
dan organofosfat insektisida dalam mengendalikan Sitophilus zeamais 'di
Brasil. Insektisida dicampur dengan gandum jagung dan dievaluasi
selama 9 bulan. Fenvalerate yang ditambahkan dengan piperonil
butoksida menunjukkan kemanjuran tinggi dalam kontrol tetapi efektivitas
ini berkurang ketika Fenvalerate digunakan tanpa piperonil butoksida.
Cypermethrin menunjukkan residual lebih baik daripada Fenvalerate yang
diterapkan tanpa piperonil butoksida.
Bengston et dari. (1983b) mengevaluasi beberapa organo-phosphorothioat dan sinergi piretroid sintetis sebagai pelindung butir
gandum di uji cobakan dilapangan yang dilakukan di silo komersial di
Queensland dan New South Wales. Fenvalerate pada 1 mg / kg bersama
dengan fenitrothion pada 12 mg / kg dan piperonyl butoksida pada 8 mg /
kg dikontrol pada penyimpanan Sitophilus oryzae dan Rhyzopertha
dominica dan mencegah menghasilkan keturunan sepenuhnya pada
Tribolium casianeum, Tribolium confusum dan Ephestia cautella. Dalam
percobaan lapangan dilakukan pada sorgum yang disimpan selama 26
minggu di Silo, Queensland selatan. Bengston et dari. (1984) menemukan
kombinasi yang sama dari Fenvalerate yang dapat mengendalikan
malathion dapat resistant terhadap Sitophilus oryzae, Rhyzopertha
dominica, Tribolium castaneum dan Ephestia cautella (ACIA, 2009)
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
16/23
16
I.3.7 EFEK SAMPING FENVALERAT
Efek pada Manusia
Fenvalerate merupakan insektisida piretroid sintetik yang
mempunyai toksisitas dari rendah, sedang hingga akut. Hal ini tidak
mungkin berbahaya bila digunakan sebagaimana yang direkomendasikan
atau sesuai dosis yang dianjurkan. Tidak ada laporan keracunan pada
populasi pada umumnya. Beberapa insiden keracunan terjadi ketika
terpaparan dengan penyemprotan yang tidak memperhatikan instruksi
keselamatan.
Dalam studi eksperimental yang telah dilakukan pada hewan
menunjukkan bahwa tanda-tanda neurologis dan gejala, seperti ataksia,
tremor, dan kejang-kejang, bisa terjadi setelah terjadi paparan yang
berlebih atau tertelan.
Manusia dapat terpapar Fenvalerate melalui residu dalam makanan
ataupun secara langsung. Fenvalerate ini cukup beracun untuk mamalia.
Pada pekerja yang terpapar, Fenvalerate dapat menyebabkan sensasi
kulit dan paresthesia yang berkembang setelah periode laten sekitar 30
menit, puncak dengan 8 jam, dan menghilang dalam waktu 24 jam.Berdasarkan kesamaan Fenvalerate dengan Deltametrin, mungkin karena
toksisitasnya berefek pada kedua sistem saraf perifer dan saraf pusat
yang disebabkan oleh gangguan permeabilitas ion natrium di membran
saraf terstimulasi. Adapuan Gejala akut dari paparan fenvalerat yaitu :1)
Sensasi terbakar; 2)Batuk; 3)Pusing; 4)sakit kepala; 5)mual;
6)kemerahan; 7)kesemutan ; 8)gatal; 9)sakit perut; 10)kejang; 11)muntah.
Tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa Fenvalerate bila
digunakan seperti yang direkomendasikan (sesuai dosis/takaran), akan
memiliki efek buruk pada manusia. (IPCS, 1989).
Efek pada Lingkungan sekitar
Di dalam tanah, terjadi degradasi pembelahan ester, pembelahan
difenil eter, cincin hydroxylation , hidrasi dari siano kelompok amida , dan
oksidasi lebih lanjut dari fragmen-fragmen yang dibentuk . Yang pada
akhirnya menghasilkan karbon dioksida sebagai produk akhir yang
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
17/23
17
utama. Studi pada potensi Fenvalerate dan produk degradasinya
menunjukkan bahwa sangat sedikit terjadi gerakan ke dalam di tanah.
Di dalam air dan permukaan tanah, Fenvalerate terdegradasi oleh
sinar matahari. Pembelahan ester, hidrolisis kelompok siano,
dekarboksilasi untuk menghasilkan 2- (3-phenoxyphenyl) -3- (4-klorofenil)
- 4-methylpentanenitrile (decarboxy-Fenvalerate), dan telah terjadi reaksi
radikal lainnya.
Pada tanaman, Fenvalerate memiliki waktu paruh sekitar 14 hari.
Pembelahan ester adalah reaksi utama, diikuti oleh oksidasi dan / atau
konjugasi fragmen yang terbentuk. Dekarboksilasi yang terjadi
menghasilkan decarboxy-Fenvalerate. Waktu paruh dari Fenvalerate
bervariasi dari 6 minggu sampai 60 hari tergantung pada jenis tanah. Hal
ini sangat beracun bagi lebah madu dan ikan (IPCS, 1989).
I.3.8 PENCEGAHAN DAMPAK FENVALERAT
Bahaya kesehatan manusia yang berhubungan dengan jenis
tertentu dari paparan Fenvalerate, bersama-sama dengan langkah-
langkah pencegahan dan perlindungan yaitu :
a. Penyimpanan
Proses penyimpanan Fenvalerat yang digunakan dalam
pengendalian vektor harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Gudang
Gudang tempat penyimpanan Fenvalerat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Aman dari pencurian,
Tidak bocor,
Tidak kena banjir,
Cukup ventilasi/penerangan atau pencahayaan,
khusus untuk gudang penyimpanan Fenvalerat, terletak tidak
menyatu dengan tempat permukiman
Tidak digabung dengan bahan non-Fenvalerat
2. Konstruksi bangunan Gudang
Lantai dan dinding harus kedap air dan mudah dibersihkan
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
18/23
18
Langit- langit atap terbuat dari bahan yang ringan dan tidak
tembus cahaya.
Bangunan dilengkapi dengan exhause fan (kipas penghisap)
Bahan bangunan sedapat mungkin tidak mudah terbakar
3. Tata letak tempat penyimpanan
Penempatan Fenvalerat harus ditata dengan baik:
Fenvalerat yang akan disimpan dikelompokkan berdasarkan
bentuk formulasi (padat atau cair), secara tepat dan aman
Setiap kemasan Fenvalerat tidak boleh diletakan langsung di
atas lantai, untuk kemasan yang berat (drum, bags, boxes)diletakkan/disusun di atas balok-balok kayu (pallet), untuk
kemasan kecil diletakkan /disusun di dalam rak
Fenvalerat dengan kemasan bungkusan yang berbentuk
kotak disusun dengan sistem berkait dengan diberi jarak di
antara tumpukan, untuk sirkulasi udara.
Jarak tumpukan Fenvalerat dari dinding minimal 50 cm, untuk
lewat orang
Cara meletakan dan menyusun kemasan Fenvalerat harus
diatur untuk memudahkan pemeriksaan dan sirkulasi barang
(FEFO, first expired first out).
Penyimpanan Fenvalerat harus dilengkapi dengan kartu stok,
kartu gudang dan kartu barang
Di antara tumpukan Fenvalerat harus ada lorong/ gang yang
dapat dilalui dengan lebar minimal 50 cm.
b. Ledakan dan Bahaya Kebakaran
Beberapa pelarut dalam formulasi piretroid sangat mudah terbakar.
Jangan menggunakan air untuk memadamkan kebakaran. Gunakan
bubuk kering, karbon dioksida, atau busa tahan-alkohol, pasir, atau
tanah. Ketika produk piretroid terjadi dalam kebakaran besar,
hendaknya memadamkan api dengan menggunakan pakaian
pelindung dan alat bantu pernapasan. Langkah selanjutnya
menginformasikan kepada pemadam kebakaran dan terkait lainnya
yang berwenang bahwa pyrethroids sangat beracun baik untuk
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
19/23
19
ekosistem ikan. Dengan cara ini, akumulasi terjadinya polusi dalam
tanah dari tempat kejadian itu dapat dicegah .
c. Distribusi
Distribusi perlu dilakukan dengan baik agar kualitas Fenvalerat tetap
terjamin. Untuk itu harus diperhatikan bahwa dalam pendistribusian
Fenvalerat, kemasan harus dijaga dari kerusakan atau kebocoran
dan terlindung dari pengaruh cuaca luar (panas, hujan dll).
Penempatan Fenvalerat dalam sarana angkutan harus diatur
sehingga tidak mudah terjadi benturan-benturan selama perjalanan.
d. Pemusnahan
Pemusnahan Fenvalerat dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti dengan penguburan dalam tanah (landfill), panas (thermal
decomposition), dan kimiawi (chemical neutralization). Di antara cara-
cara tersebut, yang paling mungkin dilakukan di lapangan adalah
penguburan dalam tanah (landfill).
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
20/23
20
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Fenvalerat merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang
bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fenvalerat berspektrum
luas untuk serangga hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Orthopthera,
Hemiptera, dan Coleoptera. LD50 (tikus) sekitar 451 mg/kg; LD50 dermal
(kelinci) 1000 – 3200 mg/kg dan > 5000 (tikus) agak iritan untuk kulit dan
mata; LD50 inhalasi (4 jam, tikus) > 0,1 mg/liter udara; NOEL (2 tahun,
tikus) 250 mg/kg diet; dan ADI 0,02 mg/kg bb.
Paparan untuk populasi dari Fenvalerate menjadi sangat rendah
dan bahkan tidak mungkin berbahaya bila digunakan sesuai yang
direkomendasikan.
Pelaksanaan praktik yang tepat, langkah-langkah kebersihan
terjaga, dan tindakan pencegahan diikuti, memungkinkan bahwa
Fenvalerate akan tidak menjadi risiko pekerjaan.Fenvalerat jika digunakan diatas takaran yang dianjurkan,
Fenvalerate sangat beracun bagi ikan, arthropoda air, dan lebah madu.
Namun, jika digunakan sesuai takaran, efek samping yang tidak mungkin
terjadi ketika Fenvalerate digunakan.
III.2 Saran
III.2.1 Untuk petani
Hendaknya Gunakanan fenvalerat sesuai dengan dosis yang
dianjurkan agar dapat meminimalisir dari efek samping fenvalerat
tersebut dan gunakan APD agar tidak terpapar langsung dengan
fenvalerat.
III.2.2 Saran Untuk Surveilans Kesehatan
Secara teratur pekerja yang terpapar harus menjalani
pemeriksaan medis umum setiap tahunnya. Gejala keluhan pada
kulit wajah merupakan indikasi terpaparnya fenvalerat yang harus
ditangani. Sehingga saran untuk surveilans kesehatan yaitu
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
21/23
21
memberikan pengawasan dan juga memantau secara berkala dan
teratur terhadap pekerja tersebut agar dapat memilimalisir efek
paparan dari fenvalerat.
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
22/23
22
DAFTAR PUSTAKA
ACIAR (Australia Center International for Agricultutral Reasearch), 2009.
Fenvalerate. http://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdf.
Diakses pada tanggal 7 April 2016
Darmono., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta :Universitas
Indonesia
Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan.,1990. Petunjuk
Pemeriksaan Pestisida. Jakarta
Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT.Agromedia Pustaka,
Jakarta
Eisler, Ronald. 2007. Eisler’s Encyclopedia Of Environmentally Hazardous
Priority Chemicals. Netherland : Elsevier.
https://books.google.co.id/books?id=B3qXQswP8zIC&pg=PA293&lpg=PA2
93&dq=formulasi+fenvalerat&source=bl&ots=jC-fCQhkvO&sig=--
V_cJ2DA0A8dUYAbZqljVAzwBI&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=f
ormulasi%20fenvalerat&f=false. Diakses pada tanggal 6 April 2016FAO. 1992. Fenvalerate. Roma : Food And Agriculture Organization Of The
United Nations.
http://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticid
es/Specs/Old_specs/FENV.pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2016
IPCS Internatioal Programme on Chemical Safety, 1989. Fenvalerate Health and
Safety Guide. United Nations Environment Programme International Labour
Organisation WHO.
http://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htm. Diakses pada
tanggal 7 April 2016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Penggunaan
Insektisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENG
GUNAAN%20INSEKTISIDA.pdf. Diakses pada tanggal 8 April 2016
Marsono., 2008. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : Penebar swadaya.
http://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htmhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htmhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdf
-
8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat
23/23
23
MKD, 2011. FENVAL 200 EC ( fenvalerat 200 g/l ). Jakarta : PT MITRA
KREASIDHARMA. http://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-
ec-92.html. Diakses pada tanggal 7 April 2016
Palar H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rhika Cipta
Sartono., 2002. Racun Dan Keracunan. Jakarta : Widya Medika.
Toxipedia, 2014. Fenvalerate.
http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvalerate. Diakses pada
tanggal 8 April 2016
Wudianto R., 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya
http://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvaleratehttp://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvaleratehttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.html