PENGGUNAAN MEDIA INTERNAL PT INDONESIA POWERUNTUK MENDAPATKAN PESAN KERLAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) OLEH KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial Kosentrasi Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
Juan Fajar CahyaNIM. 6662111626
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, JANUARI 2018
v
ABSTRACT
JUAN FAJAR CAHYA. 6662111626. Use of PT Indonesia Power Suralayainternal media to obtain work safety and healt (k3) message by emoloyees.Communication Studies Program University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2017.
This study aims to determine the extent to which the Use of PT Indonesia PowerSuralaya internal media to obtain work safety and healt (k3) message byemoloyees So there is no Work Accident.This research was conducted at PT. Indonesia Power Suralaya with Population isall employees of PT. Indonesia Power Suralaya numbered 722 people and thesample amounted to 78 people. This research started from July 2017 untilOctober 2017. The research method used is quantitative method with surveyapproach, with research instrument that is questionnaire, compiled by researcherand has been tested to measure the validity and reliability of instrument.Measurement of instrument validity using product moment correlation andpearson, while reliability test using spearman brown formula. Analysis ofresearch data used is descriptive analysis percentage of Likert scale. All dataprocessing is done with the help of SPSS for Windows program.The results of this study can be concluded that in terms of dimensions of AudienceCoverage (Audience Coverage) with a score of 100% can be concluded that PT.Indonesia Power Suralaya 100% succeeded in reaching all employees of thecompany according to the target and target desired by the company in deliveringcorporate message through Company Internal Media about worker safety andhealth to fulfill their information requirement. In terms of response of the reader(Audience Response) which amounted to 81.79% can be concluded that theresponses of respondents to the company's internal media is very effective. Interms of knowledge of the media (Communication Impact) which amounted to81.44% can be concluded that the knowledge of respondents to internal mediacompanies about the delivery of messages Safety and Work Accidents (K3) is veryeffective. In terms of the Influence of Media (Process of Influence) whichamounted to 78.85% can be concluded that the effect of the programimplementation of publishing the company's internal media to the informationneeds of respondents is good.
Keywords : Effectiveness, Internal Media, Message Submission
vi
ABSTRAK
JUAN FAJAR CAHYA. 6662111626. Efektivitas Media Internal DalamPenyampaian Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) padaKaryawan PT. Indonesia Power Suralaya. Skripsi. Program Studi IlmuKomunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Media Internaldalam Penyampaian Pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Pegawai Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya Sehingga tidak terjadi KecelakaanKerja.Penelitian ini dilakukan di PT. Indonesia Power Suralaya dengan Populasi adalahseluruh karyawan PT. Indonesia Power Suralaya berjumlah 722 orang dan sampelberjumlah 78 orang. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2017 sampai denganbulan Oktober 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatifdengan pendekatan survey, dengan instrument penelitian yaitu angket, yangdisusun oleh peneliti dan telah diuji cobakan untuk mengukur validitas danreabilitas instrument. Pengukuran validitas instrument menggunakan korelasiproduct moment dan pearson, sedangkan uji reabilitas menggunakan rumusspearman brown. Analisis data penelitian yang digunakan adalah analisisdeskriptif persentase skala Likert. Semua proses pengolahan data dilakukandengan bantuan program SPSS for Windows.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari segi dimensi JangkauanPembaca (Audience Coverage) dengan skor sebesar 100% dapat ditarikkesimpulan bahwa PT. Indonesia Power Suralaya 100% berhasil menjangkaukeseluruhan karyawan perusahaan sesuai target dan sasaran yang diinginkanperusahaan dalam penyampaian pesan perusahaan melalui Media InternalPerusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja karyawan untuk memenuhikebutuhan informasi mereka. Dari segi Tanggapan pembaca (Audience Response)yang sebesar 81.79% dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggapan respondenterhadap media internal perusahaan ini sangat efektif. Dari segi Pengetahuanterhadap media (Communication Impact) yang sebesar 81.44% dapat dirasikkesimpulan bahwa pengetahuan responden terhadap media internal perusahaantentang penyampaian pesan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3) sangatefektif. Dari segi Pengaruh Media (Process of Influence) yang sebesar 78.85%dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh program penyelenggaraan penerbitanmedia internal perusahaan ini terhadap kebutuhan informasi responden sudahbaik.
Kata Kunci : Efektivitas, Media Internal, Penyampaian Pesan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan rasa syukur dipanjatkan kepada Allah
SWT., karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, beserta ijin-Nya, saya dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengguna media internal PT Indonesia
Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) kepada kayawan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana S1 Ilmu Sosial Kosentrasi Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu
Komunikasi.
Skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis juga
mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan
lebih lanjut. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan Terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd.,Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, Ketua Prodi Ilmu komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Bapak Darwis Sagita, M.I.kom, selaku dosen pembimbing I yang
mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.
5. Bapak Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang
mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.
viii
6. Para Dosen-Dosen Program Studi Ilmu Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang telah memberikan motivasi Ilmu-Ilmu selama
perkuliahan serta Bimbingannya.
7. Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan
pelayanan terbaiknya kepada Mahasiswa.
8. Seluruh karyawan PT. Indonesia Power Suralaya yang telah membantu proses
penelitian.
9. Kepada kedua Orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan doanya.
10. Serta rekan-rekan yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses
penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi
penulis khususya dan bagi para pembaca umumnya.
Serang, November 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ iv
ABSTRACT................................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2 Fokus Penelitian, Rumusan Masalah dan Identifikasi
Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................
1
11
13
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Komunikasi ........................................................
2.1.1 Pengertian Strategi ..............................................
2.1.2 Tahapan-Tahapan Strategi ...................................
2.1.3 Pengertian Komunikasi .......................................
2.1.4 Strategi Komunikasi ............................................
2.2 Efektivitas ........................................................................
2.2.1 Teori Uses and Gratification ...............................
14
14
16
19
21
30
31
x
2.3 Media Internal .................................................................
2.3.1 Pengertian Media Internal ...................................
2.3.2 Media Internal dalam Penyampaian Pesan PT.
Indonesia Power ..................................................
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..........................
2.4.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehaan Kerja (K3)
2.4.2 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja .................................................
2.4.3 Kecelakaan Kerja ................................................
2.4.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja .........
2.4.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ....................................................................
2.4.6 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) ....................................
2.4.7 Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 ...............
2.4.8 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.5 Kerangka Berfikir ............................................................
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................
33
33
38
47
47
49
50
52
55
55
57
59
65
68
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian...........................................................
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ..................................
3.3 Lokasi Penelitian ...........................................................
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................
3.5 Variabel Penelitian .........................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................
3.7 Teknik Analisis Data ......................................................
3.8 Jadwal Penelitian ...........................................................
72
73
73
73
75
79
80
82
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................
4.1.1 Sejarah Perusahaan.............................................
4.1.2 Visi dan Misi PT. Indonesia Power Suralaya ....
4.1.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power ..........
4.1.4 Media Internal Indonesia Power ........................
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................
4.2.1 Data Responden .................................................
4.2.2 Pengujian Persyaratan Statistik .........................
4.2.3 Dimensi Efektivitas Media Internal ...................
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian..........................................
83
83
84
86
87
96
96
101
104
128
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................
5.2 Saran ................................................................................
144
145
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 147
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 149
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Hasil Penelitian ............................................... 69
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...................................................... 77
Tabel 3.2 Skala Likert ............................................................................ 81
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ................................................................... 82
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 96
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia................................................. 97
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status .............................................. 98
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................... 99
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Lama Bekerja.................................. 100
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Tanggapan Pembaca................................ 102
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Pembaca ............................. 103
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Pengaruh Media....................................... 103
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas .............................................................. 104
Tabel 4.10 Responden Aktif Secara Rutin Membuka Media Internal
Perusahaan.............................................................................. 104
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Kesesuaian Waktu
Penerbitan Media Internal Perusahaan .................................. 105
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Menarik Tidaknya Isi
Materi dan Informasi dalam Media Internal Perusahaan ...... 107
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Bagus dan Menariknya
Desain Layout Media Internal Perusahaan............................. 109
xiii
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Kelengkapan dan
Kejelasan Isi Materi Media Internal Perusahaan ................... 111
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Minat Menggali Informasi
dari Media Internal Perusahaan.............................................. 113
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Media Internal Dapat
Menjadi Sumber Informasi Handal Perusahaan .................... 115
Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Kegunaan dan Kefektifan
Media Internal Perusahaan .................................................... 117
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Kecukupan Isi Media
Internal dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Karyawan
Tentang K3............................................................................. 119
Tabel 4.19 Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan
dengan Kegiatan dan Aktivitas Perusahaan dalam Mengatasi
K3 ........................................................................................... 121
Tabel 4.20 Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan
dengan Kebijakan Perusahaan dalam Isi Media Internal
Yang Disampaikan ................................................................. 123
Tabel 4.21 Pengetahuan Responden terhadap Media Internal dapat
Memenuhi Informasi untuk Meningkatkan Produktifitas
Kerja ....................................................................................... 125
Tabel 4.22 Pengetahuan Responden terhadap Media Internal Dapat
Memenuhi Informasi dan Keinginan Mereka untuk
xiv
Menghindari Terjadinya Kecelakaan Kerja ........................... 127
Tabel 4.23 Pengetahuan Responden terhadap Kesesuaian Media
Internal Sebagai Sumber Informasi Mengenai Standarisasi
SOP......................................................................................... 129
Tabel 4.24 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Visi dan
Misi Perusahaan Tentang K3 ................................................. 131
Tabel 4.25 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Karyawan tentang SOP K3 .............................. 133
Tabel 4.26 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Disiplin
Karyawan dalam Bekerja Berdasarkan Standarisasi SOP...... 135
Tabel 4.27 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap
Terhindarnya Kecelakaan Kerja............................................. 137
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 67
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai ke yang
paling berat. (Suma’mur, 1995). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban
jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya. (Tarwaka, 2008)
Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (Tarwaka,
2008) tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak
terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan, tidak diinginkan atau
diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian
baik fisik maupun material, selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang
sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.
Adapun penyebab kecelakaan kerja diantaranya adalah (Tarwaka, 2008),
sebab dasar atau asal mula, sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang
mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab
dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor komitmen atau
2
partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya
penerapan K3 di perusahaan, manusia atau para pekerjanya sendiri, kondisi
tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja. Sebab utama dari kejadian
kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum
dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja
karena faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman
(Unsafe Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja
yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain Kekurangan
pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill), ketidakmampuan
untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability), ketidakfungsian tubuh
karena cacat yang tidak nampak (Biodilly defect), kelelahan dan kejenuhan
(Fatique and Boredom), sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe
attitude and Habits), kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena
prosedur kerja yang baru dan belum dipahami dan belum menguasai/belum
trampil dengan peralatan mesin-mesin baru (Lack of skill), penurunan
konsentrasi (Difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat melakukan
pekerjaan, sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja, kurang adanya
motivasi kerja (Improper motivation) dari tenaga kerja, kurang adanya
kepuasan kerja (Low job satisfaction), sikap kecenderungan mencelakai diri
sendiri.
Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai
penyebab utama dan sering disalah-artikan karena selalu dituduhkan sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal seringkali kecelakaan terjadi karena
3
kesalahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai. Faktor
lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yaitu
kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan; lingkungan dan
tempat kerja; proses kerja; sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam
artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor
yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu
maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan
sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu
konsentrasi
Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber
penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka
akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada
terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan saran kerja yang
sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah
dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic
(Sederhana dan mudah dipahami secara menyeluruh), Systemic (Secara
menyeluruh pada sistem yang ada) dan Interdisiplinary (antar disiplin pada
bidang studi) harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga
kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi
apabila terdapat kesenjangan atau ketidak harmonisan interaksi antara manusia
pekerja-tugas/pekerjaan-peralatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah yang
penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun
4
modern. Khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari suatu kebiasaan
kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan
beberapa permasalahan yang tidak ditanggulangi secara cermat dapat
membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan,
lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan K3 tidak boleh dianggap sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap
sebagai bentuk investasi jangka panjang.
Menurut data dari International Labour Organization (ILO) juga turut
mencatat, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia.Di
Indonesia sendiri, terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para
buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di sektor
konstruksi. (http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id, Diunduh pada Tanggal 11
April 2017, Jam : 651).
Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
perlu diupayakan untuk melindungi aset human capital dan menunjang
keunggulan kompetitif bangsa. Dalam lingkungan kerja, pekerja rentan
mengalami penyakit yang diakibatkan kebisingan, radiasi kimia-biologi,
5
sampai kecelakaan dalam pekerjaan konstruksi. Terdapat empat hal yang
membuat kecelakaan kerja tinggi. Pertama, penerapan K3 di perusahaan dan
masyarakat rendah. Kedua, penerapan pemeriksaan uji K3 juga rendah.
Ketiga, kualitas dan kuantitas pegawai pengawas K3 rendah dan keempat,
tugas dan fungsi pegawai pengawas sejak otonomi daerah tidak maksimal.
(Muhammad Ashari, http://www.pikiran-rakyat.com, Diunduh Pada Tanggal
11 April 2017, Jam : 07.00).
Secara nasional, angka kecelakaan kerja konstruksi menurut BPJS
Ketenagakerjaan, selalu bertengger di angka 32 persen, bersaing ketat dengan
industri manufaktur yang juga selalu bertengger di kisaran angka 31 persen.
Merujuk data BPJS Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada
2016 (hingga November) tercatat 101.367 kejadian dengan korban meninggal
dunia 2.382 orang, sedangkan pada 2015 tercatat 110.285 dengan korban
meninggal dunia 2.375 orang. (Has, Redaksi Safetynews,
http://isafetynews.com/2017/02/01/kecelakaan-kerja-konstruksi-2017-
diprediksi-tetap-tinggi/, diunduh pada tanggal 12 Juni 2017, Jam : 08.45
WIB).
Di Provinsi Banten menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Mashuri mengungkap bahwa terjadi peningkatan
angka kecelakaan kerja di 2016. Hal ini diukur dari menurunnya jumlah
penerima penghargaan K3 yang diterima oleh perusahaan tingkat Provinsi
Banten. Menurutnya dari jumlah perusahan yang tercatat sebanyak 12 ribu
perusahaan, hanya 154 perusahaan yang mendapat penghargaan.
6
Disnakertrans mencatat sejumlah angka kecelakaan terjadi. Seperti kecelakaan
tenaga kerja yang terjadi di awal 2016 misalnya pada PT Dover Cilegon dan
kurang lebih 100 kecelakaan lainnya. (Krisna Widi Arla,
http://www.radarbanten.co.id, diunduh pada Tanggal 12 Juni 2017, Jam :
09.12 WIB).
Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya harus
memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap semua
pegawainya. Sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan
pemerintah tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu sebagai
landasan utama adalah Undang – Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang
menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Undang – Undang No.13 tahun
1969 tentang pokok-pokok ketenagakerjaan, khususnya pasal 9 dan pasal
10 mengenai hak tenaga kerja terhadap perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) serta kewajiban dari pemerintah untuk membinanya.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja yang memuat
pokok-pokok pembinaan dan pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sejak dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian di segenap
tempat kerja. Khususnya pada sektor pertambangan, mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah N0, 19
tahun 1973, tentang Pngeturan dan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Bidang Pertambangan adalah dibawah menteri Pertambangan
dan Energi. Sehingga dikeluarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan
7
Energi No 555.K/26/MPE/1995 tentang pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sektor pertambangan.
PT. Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan PT.PLN
(Persero) yang dahulunya bernama PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa
Bali I (PJB I), menjalankan bisnis utama di bidang pembangkitan tenaga
listrik Jawa dan Bali dan memasok sekitar 30% dari kebutuhan tenaga listrik
pada sistem Jawa-Bali. PT. Indonesia Power memiliki sejumlah unit
pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit
tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan
menggunakan beragam energi primer air, minyak, batubara, panas bumi, gas,
dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut ada
pula sejumlah pembangkit yang termasuk paling tua di Indonesia seperti
PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger, dan sejumlah PLTA lainnya
yang dibangun tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini
dapat dipandang secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power
sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power
menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa
dan Bali. Pada tahun 2004, PT. Indonesia Power telah memasok sebesar
44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi sistim Jawa Bali. Secara
keseluruhan PT. Indonesia Power saat ini memiliki kapasitas sebesar 34.000
MW. Ini merupakan kapasitas terbesar se-Asia Tenggara yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia.
8
Dari Annual Report PT. Indonesia Power Suralaya mengenai angka
kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dua tahun terakhir diperoleh data
bahwa sampai tahun 2016 tidak terjadi kecelakaan kerja. Dari hasil ini dapat
dijelaskan bahwa PT. Indonesia Power Divisi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dalam mensosialisasikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja
di perusahaan sangat baik. Peran humas di divisi ini sudah berjalan sesuai
dengan tugas pokoknya sebagai bagian dari Divisi Keselematan dan
Kesehatan Kerja (K3). Humas mampu melakukan komunikasi kepada semua
pegawai pabrik tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan agar tidak
terjadi kecelakaan kerja.
Komunikasi merupakan hal yang paling fundamental dalam kehidupan
manusia, proses komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan manusia, baik
dalam lingkungan pribadi atau dalam lingkungan sosial dan melalui
komunikasi manusia dapat bertukar informasi dengan manusia lainnya.
Komunikasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan dan
perkembangan dalam masyarakat seperti perubahan dalam bidang politik,
sosial, budaya dan ekonomi. Dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi
ini pula mengubah masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
William Albight (dalam buku Siahaan, 2010:3), memberikan definisi
komunikasi sebagai “The process of transmitting meaningful symbols between
individuals”. Definisi tersebut memberikan implikasi bahwa komunikasi
merupakan sebuah proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang,
dimana seorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada orang lain.
Komunikasi terjadi bila kedua pihak saling mengolah dengan baik simbol-
simbol yang disampaikan. Simbol- simbol tersebut dapat disebut sebagai
9
pesan, proses transmisi dilakukan melalui sejumlah wahana, dan terjadi
sejumlah perubahan atau respon terhadap pesan yang disampaikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy (2007 : 6))
bahwa komunikasi adalah
Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermaknasebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan,harapan, himbauan, dan sebagai panduan, yang dilakukan olehseseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupuntidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap,pandangan atau perilaku” (Effendy, 2007:60).
PT. Indonesia Power menyadari pentingnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dalam menjalankan kegiatannya di bidang penyediaan listrik bagi
masyarakat yang semakin ketergantungan akan adanya tenaga listrik, dengan
terus melakukan berbagai kajian komunikasi yang baik dalam rangka
menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Seiring berjalannya waktu dan untuk
mengembangkan komunikasi, maka dibuatlah suatu inovasi demi
mempertahankan eksistensi dan juga untuk kemajuan serta pengembangan
berbagai keamanan di peusahaan. Untuk mencapai sasaran dan tercapainya
tujuan perusahaan, diperlukan strategi. Menurut William F Lueck-Lawarence
R Jauch :
“Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasiyang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantanganlingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utamaperusahaan itu dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat olehorganisasi”.
Dan menurut Kenneth R Andrews mengenai strategi perusahaan dalam
buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa : “Strategi perusahaan
adalah pola keputusan perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan
sasaran, maksud dan tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan
10
merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang
akan dikejaroleh perusahaan”. (Alma, 2011 : 279).
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan. (Effendy, 2007:32). Akan tetapi, untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana
taktik operasionalnya.
Salah satu bentuk inovasi baru yang di keluarkan oleh PT. Indonesia
Power dalam melakukan strategi komunikasi kepada seluruh pegawai pabrik
agar tidak terjadi kecelakaan kerja adalah dengan melakukan strategi
komunikasi melalui media internal yang dimiliki oleh perusahaan baik secara
langsung maupun menggunakan teknologi komputer melalui web site. Tujuan
dari penggunaan media internal yang dilakukan oleh humas Divisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mengenalkan dan
memberitahukan kepada semua pegawai pabrik mengenai keamanan dan
keselamatan dalam bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Media internal yang digunakan Humas Divisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) PT. Indonesia Power adalah Visual Management,
Savety Induction, Intranet dan melalui Email setiap karyawan. Keselamatan
dan kesehatan para pegawai di PT. Indonesia Power adalah segala-segalanya,
karena tanpa adanya para pegawai maka operasional perusahaan tidak akan
berjalan, mungkin PT. Indonesia Power tidak akan bisa seberhasil seperti
sekarang ini, maka dari itu PT. Indonesia Power sangat mementingkan
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja terhadap para
11
pegawainya. Karena dengan cara memberikan meningkatkan tingkat
keamanan dan komunikasi yang baik terhadap semua pegawai perusahaan.
Sesuai dengan salah satu tujuan dan strategi eksternal dari Humas Divisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Indonesia Power Suralaya Banten,
yaitu menciptakan opini publik dan menarik perhatian publik, menciptakan
kondisi yang kondusif bagi setiap pelaksanaan kebijakan perusahaan dan
mengoptimalisasi komunikasi dan publikasi perusahaan. Humas Divisi K3 PT.
Indonesia Power Suralaya melakukan sosialisasi Keselamaan dan Kesehatan
Kerja.
Pada penelitian ini, peneliti ingin menegaskan bahwa Strategi
Komunikasi Humas Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT.
Indonesia Power Suralaya Banten melalui Program Sosialisasi yang menjadi
fokus penelitian karena ini adalah salah satu inovasi terbaru dalam
menghindari kecelakaan kerja. Oleh karena itu dari uraian tersebut di atas itu
peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengguna media internal PT
Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) kepada karyawan”.
1.2 Fokus Penelitian, Rumusan Masalah dan Identifikasi Masalah
1.2.1 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan
membatasi ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan Penggunaan
media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) oleh karyawan sehingga tidak terjadi
kecelakaan kerja di perusahaan ini.
12
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian lagar belakang masalah, identifikasi masalah,
dan fokus penelitian maka rumusaan masalah dalam penelitian ini adalah
Sejauh Penggunaan media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk
mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) oleh kayawan
Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja?
1.2.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian lagar belakang masalah dapat ditentukan
identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Sejauh mana Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) melalui Media
Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?
b. Sejauh mana Tanggapan Pembaca (Audience Response) melalui Media
Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?
c. Sejauh mana Pengetahuan terhadap media (Communication Impact)
melalui Media Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power
Suralaya?
d. Sejauh mana Pengaruh media (Process of Influence) melalui Media
Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?
13
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana Penggunaan media internal PT Indonesia
Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) oleh kayawan Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka manfaat penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Secara Teoritis
Bagi PT Indonesia Power Suralaya sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang sudah baik menjadi lebih baik.
1.4.2 Secara praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman lapangan yang lebih mendalam dan berlatih dalam
mengembangkan pola berpikir ilmiah serta mengembangkan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah di Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Banten.
b. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
bahan bacaan dalam mempelajari Strategi Komunikasi sebagai bagian
kajian Ilmu Komunikasi terutama menyangkut Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Komunikasi
2.1.1 Pengertian Strategi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan
tertentu dalam perang. (Depnikas RI, 2005 : 1092). Atau bisa juga
diartikan sebagai rencana yang cerdas mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran tertentu. Rencana ini lebih berarti mengenai kiat-kiat dalam
menghadapi ancaman dari musuh serta hal yang harus dipersiapkan dalam
melaksanakan perang.
Sejarah awalnya, dikutip dalam buku milik Setiawan Hari Purnomo
(2008) bahwa strategi diartikan sebagai generalship. (Purnomo dan
Zulkifrimansyah, 2008 : 8). Jika diartikan dalam bahasa Indonesia
generalship berarti keahlian militer atau kepemimpinan. Di sini dipahami
sebagai segala upaya yang dilakukan oleh para pemimpin, pejuang atau
leader dalam pasukan dengan membuat rencana untuk menghadapi musuh
dalam peperangan.
Strategi secara perspektif terminologis, dikemukakan oleh banyak
ahli. Di antaranya menurut Onong Uchjana Effendy (2007 : 40) yang
menganggap strategi pada hakikatnya adalah ‘perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan tersebut’. Dari pendapat tersebut
15
penulis memahami bahwa dalam strategi terdapat perencanaan dan
pengaturan agar tujuan yang diinginkan dapat diraih.
Sedangkan menurut Stephanie K. Marrus yang dikutip dalam buku
karangan Husein Umar yang berjudul Strategic Management in Action,
strategi didefinisikan sebagai proses penetapan terhadap kiat dari pihak
petinggi perusahaan yang disertai dengan merancang cara untuk misi
jangka panjang perusahaan agar misi tersebut dapat diraih. (Umar, 2011 :
31). Jadi dari definisi tersebut dapat di mengerti bahwa strategi merupakan
misi perusahaan.
Definisi lain dikemukakan oleh Anwar Arifin (2011 : 68), strategi
dinyatakan sebagai ‘keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan
yang akan dijalankan guna mencapai tujuan’. Definisi tersebut penulis
pahami bahwa strategi yang akan dijalankan harus dirumuskan tujuannya
dengan jelas terutama langkah-langkah apa yang akan diambil untuk
mencapai tujuan.
Selanjutnya menurut Basu Swastha, mengemukakan strategi sebagai
berikut:
Strategi merupakan satu jenis rencana yang mengkhususkan tujuan
organisasi dalam istilah pelayanan yang akan ditawarkan kepada
masyarakat. Ini menggambarkan misi dasar dari organisasi tersebut, tujuan
dan sasaran yang akan dicapai, dan cara-cara pemanfaatan sumber-sumber
organisasi untuk mencapai sasarannya (Swastha, 2009: 28).
Dari penjabaran di atas, penulis memahami bahwa strategi
merupakan rencana yang mengkhususkan pada tujuan organisasi, dalam
hal ini pelayanan kepada masyarakat. Strategi didalamnya
16
menggambarkan misi dasar dari organisasi serta tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai, juga cara-cara pemanfaatan sumber-sumber organisasi
untuk mencapai sasarannya.
2.1.2 Tahapan-Tahapan Strategi
Strategi tidak cukup hanya perumusan konsep dan implementasi
terhadap strategi tersebut melainkan menurut Fred R. David, dalam
strategi juga dibutuhkan evaluasi terhadap strategi yang telah dilakukan
berhasil atau tidak.
Dalam teori manajemen strategik milik David mengemukakan tiga
tahapan strategi di antaranya :
a. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan tahapan pertama dalam strategi. Dalam
tahap ini para pencipta, perumus, penkonsep harus berfikir matang
mengenai kesempatan dan ancaman dari luar perusahaan dan
menetapkan kekuatan dan kekurangan dari dalam perusahaan, serta
menentukan sasaran yang tepat
Menghasilkan strategi cadangan dan memilih strategi yang akan
dilaksanakan. Dalam perumusan strategi berusaha menemukan
masalah-masalah di dalam perusahaan. Setelah itu dilakukan analisis
tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk keberhasilan
menuju tujuan strategi tersebut. (David, 2005 : 3).
Dalam tahap ini penulis memahami sebagai tahap pertama untuk
memformulasikan sebuah perencanaan yang dimulai dengan melihat
peluang serta bahaya yang berasal dari luar perusahaan, serta
menetapkan kekurangan dan kelebihan perusahaan. Kemudian
17
dihasilkan strategi-strategi untuk kemajuan perusahaan.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi, tahapan dimana setelah strategi dirumuskan
yaitu pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tersebut
berupa penerapan atau aksi dari strategi. (David, 2005 : 3). Strategi
yang dimaksudkan adalah strategi yang telah direncanakan pada tahap
pertama yaitu perumusan strategi. Pada tahap ini penulis memahami
merupakan tahap aksi yang membutuhkan komitmen serta kerja sama
dari seluruh divisi dalam perusahaan. Jika komitmen dan kerjasama
tidak terjalin dengan baik maka kecil kemungkinan strategi terwujud.
Sebab ujung tombak dari strategi adalah kepemimpian perusahaan dan
budaya perusahaan yang saling mendukung.
c. Evaluasi Strategi
Tahapan terahkhir ini merupakan tahapan yang diperlukan karena
dalam tahap ini keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali
untuk penetapan tujuan berikutnya. (David, 2005 : 3). Evaluasi
menjadi tolak ukur berhasil atau tidak, sesuai atau tidaknya strategi
yang telah diterapkan. Maksudnya dalam tahap evaluasi dari strategi
yang telah diaksikan ini adalah tahap yang sangat diperlukan, sebab di
tahap ini bisa terlihat bagaimana strategi yang dijalankan telah benar
atau masih butuh perbaikan. Misalnya, dari strategi yang direncanakan
awal belum tentu pada saat penerapannya situasi serta kondisinya
berjalan beriringan. Pasti akan ada suatu halangan yang menghambat
meskipun tidak banyak.
Selain itu Fred R. David juga mengemukakan tiga macam dasar
18
dalam mengevaluasi strategi, di antaranya adalah:
1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi. Perbedaan yang ada akan menjadi penghalang dalam
meraih tujuan yang diharapkan, begitu juga dengan faktor internal
seperti aksi dari strategi yang tidak efektif dapat menghasilkan nilai
akhir yang tidak sesuai dengan yang ingin diraih. (David, 2005 :
3). Kemudian penulis memahami melakukan tinjauan terhadap
faktor luar dan dalam yang menjadi landasan strategi penting
dilakukan dalam salah satu tahap mengevaluasikan strategi.
Tinjauan dilakukan misalnya dengan melihat apa saja yang
mempengaruhi berjalannya strategi seperti faktor internal. Faktor
internal dapat dilihat dari bagaimana gaya kepemimpinan
perusahaan, dapat membuat pekerjanya nyaman atau tidak yang
pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap keberhasilan
strategi. Selain itu contoh dari faktor eksternal sesuai dengan
pemahaman penulis dapat diarahkan kepada para pesaing
2. Mengukur prestasi atau membandingkan hasil yang akan
diharapkan dengan kenyataan.
Dalam proses ini dilakukan dengan mencari tau tentang
ketidaksesuaian dari rencana, melihat kembali prestasi diri dan
memahami kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian tujuan yang
dinyatakan. (David, 2005 : 3). Maksudnya adalah untuk lebih
sadar terhadap apa yang direncanakan dengan kenyataannya,
19
apakah rencana akan mampu untuk dicapai atau hanya sekedar
harapan. Mengukur prestasi diri apakah dirasa akan mampu
mencapainya atau tidak.
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai rencana.
Dalam proses ini tidak diperuntukkan mengubah strategi yang
sudah direncanakan atau tidak lagi menggunakan strategi yang ada.
Tindakan korektif ini dianjurkan apabila tindakan atau hasil tidak
sesuai dengan yang diharapkan. (David, 2005 : 3). Sikap ini
merupakan sikap pembetulan terhadap keganjalan- keganjalan
yang terjadi. Sikap ini tidak perlu direalisasikan apabila strategi
telah berjalan baik, melainkan sikap ini harus diambil ketika
keganjalan itu terlihat. Tindakan korektif itu merupakan sikap
peninjauan, pembetulan, pengecekan.
Jadi dari penjabaran di atas penulis memahami bahwa dasar-dasar
dalam mengevaluasi strategi itu terbagi menjadi tiga, di antaranya
penimbangan ulang terhadap faktor luar dan dalam yang menjadi dasar
strategi, kemudian membandingkan hasil yang akan didapat ketika
strategi terwujud dengan kenyataannya, dan yang terakhir melakukan
pengoreksian untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
2.1.3 Pengertian Komunikasi
Berdasarkan sejarahnya, komunikasi dalam bahasa inggris adalah
communication yang awalnya berasal dari bahasa latin yaitu communicatio
20
dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.14 (Effendy. 2007 :
9). Penulis memahami arti kata ‘sama’ di sini dimaksudkan dengan sama
makna. Sedangkan dalam ‘bahasa’ komunikasi pernyataan dinamakan
pesan (message). Ada dua pemeran dalam kegiatan komunikasi yaitu
orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut komunikator dan yang
menyampaikan pesannya disebut komunikan. (Effendy. 2007 : 28). Jadi
tegasnya penulis memahami komunikasi merupakan proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan
Definisi komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli. Salah
satunya menurut Barelson dan Steiner yang dikutip oleh Jalaludin
Rakhmat, yaitu komunikasi merupakan sebuah penyampaian terhadap
informasi, emosi dan ide yang melalui penggunaan tanda-tanda seperti
simbol, kata, gambar, dan berbagai macam tanda lainnya. (Rakhmat. 2007:
11). Penulis memahami dari definisi ini komunikasi sebagai suatu
pengungkapan terhadap yang ada di pikiran manusia yang dituangkan
melalui tanda-tanda.
Lauwrence D. Kincaid (dalam David, 2013 : 33) juga
mengemukakan definisi mengenai komunikasi dikutip dari buku milik
Hafied Cangara yaitu komunikasi merupakan sebuah proses antara dua
orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dan setelah itu akan
terjadi pengertian didalamnya. Maksudnya adalah ketika ada minimal dua
orang, lebih dari itu juga diperbolehkan, yang saling bertukar informasi,
pendapat atau segala yang ingin diutarakan kemudian setelah itu terjadi,
akan ada saling memahami di antara orang-orang tersebut.
21
Selain itu Shannon dan Weaver dikutip oleh David Cangara dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi juga menyatakan
bahwa komunikasi adalah sebuah bentuk interaksi yang dilakukan oleh
manusia yang mempengaruhi satu sama lain baik disengaja maupun tidak
sengaja. (David. 2013 : 18-19). Maksudnya adalah manusia yang saling
mempengaruhi dengan sengaja atau tidak sengaja yang berarti mendadak
untuk membentuk sebuah interaksi.
Dari semua definisi di atas, penulis memahami bahwa komunikasi
adalah proses interaksi dan merupakan hal yang terpenting dalam
kehidupan karena setiap individu yang merupakan mahluk sosial dan
setiap mahluk sosial saling membutuhkan. Dalam memenuhi kebutuhan
itu terjadilah proses saling interaksi. Komunikasi dapat dilakukan dengan
cara yang sederhana hingga yang kompleks sekalipun.
2.1.4 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi menurut Effendy Uchjana (2007 : 301)
merupakan percampuran antara perencanaan komunikasi (communication
planning) dengan manajemen komunikasi (communication management)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus
mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung
pada suatu kondisi dan situasi.
Definisi lain dikemukakan oleh mengenai strategi komunikasi yaitu
semua yang terkait mengenai rencana dan taktik atau cara yang akan
22
dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan menampilkan
pengirim, pesan dan penerima nya pada proses komunikasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Arni, 2004 : 65).
Berkaitan dengan dua definisi di atas, penulis memahami bahwa
strategi komunikasi merupakan perencanaan taktik, rancangan dan cara
yang dipergunakan untuk melancarkan proses komunikasi, memperhati-
kan semua bagian yang ada dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Maka jika dikaitkan dengan pokok masalah penelitian, strategi komunikasi
ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
perusahaan.
Menurut Chris Fill (2008 : 256), strategi komunikasi terbagi menjadi
tiga teori utama, yaitu yang pertama adalah pull strategy, di mana strategi
komunikasi pada bagian ini difokuskan untuk meraih komunikan, yang
bertujuan untuk mengarahkan komunikan untuk dapat melihat produk,
mempertimbangkan, kemudian masuk ke dalam jaringan perusahaan.
Kemudian ada push strategy, strategi komunikasi ini memfokuskan pada
kemampuan kinerja karyawannya. Strategi ini mengarahkan pada
terwujudnya kekuatan untuk mendorong kesetiaan dan komitmen
karyawan.
Dan strategi yang terakhir adalah profile strategy, strategi
komunikasi untuk mempertahankan image perusahaan dan prosesnya
mengarahkan pada tujuan untuk menjaga hubungan dengan relasi dan
pelanggan perusahaan. (Fill, 2008 : 256-257). Sebagai contoh untuk teori
23
pull strategy perusahaan melakukan atau membuat sebuah kegiatan di
mana kegiatan itu sebagai ajang pemberitahuan serta promosi kepada
komunikan ramai untuk lebih mengetahui produk perusahaan sampai
akhirnya pelanggan baru tersebut masuk ke dalam lingkup perusahaan.
Kemudian push strategy, sebagai contoh adalah bentuk kepemimpinannya.
Jika perusahaan A dipimpin oleh seorang pemimpin yang ramah,
mengenali karyawannya satu persatu dan tidak memberikan jeda antara
karyawan dan atasan pasti perusahaan akan lebih baik ketimbang dipimpin
oleh seorang yang angkuh dan hanya bisa memerintah tetapi tidak
mengenali karyawannya. Selanjutnya adalah profile strategy, contohnya
dengan mengadakan jamuan bersama klien yang telah menjadi langganan
perusahaan.
Dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy (2007 : 28) terdapat
fungsi ganda dari strategi komunikasi yaitu menyebarluaskan pesan
komunikasi yang bertujuan untuk menginformasikan, mengintruksi secara
terperinci kepada sasaran untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Kemudian untuk menjembatani kesenjangan budaya atau dengan kata lain
fungsi ini terjadi akibat mudahnya diperoleh penggunaan terhadap media
massa yang dapat merusak moral budaya. Sebagai contoh saat ini televisi
menjadi saluran komunikasi untuk memberikan informasi meski hanya
bisa berkomunikasi satu arah, namun televisi memberikan pengaruh besar
pada kehidupan masyarakat. Apabila tontonan yang ditayangkan tidak
24
baik maka anak- anak yang menonton akan mengikuti. Ini jelas akan
merusak moral masyarakat.
Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R. Wayne Pace, Brent D.
Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya yang berjudul Techniques
for Effective Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana
Effendy, yaitu yang pertama adalah to secure understanding, memastikan
bahwa penerima pesan mengerti pesan yang diterimanya. Dan apabila
sudah dapat mengerti dan menerima, maka yang diterima tersebut itu
harus dijalin atau dibina (to establish acceptance). Yang pada akhirnya
setelah di mengerti, kemudian dijalin atau dibina, maka selanjutnya
kegiatan dimotivasikan (to motivate action). (Effendy, 2007 : 32).
Strategi komunikasi sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi,
karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak
ditentukan oleh strategi komunikasi. Dalam realitanya melaksanakan
strategi komunikasi diperlukan langkah-langkah strategi yang perlu
dijalankan. Untuk menyusun langkah-langkah tersebut dibutuhkan suatu
landasan pemikiran dengan memperhitungkan konten-konten dalam
komponen komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat
komunikasi. Menurut Anwar Arifin untuk dapat membuat rencana dengan
baik maka ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk menyusun strategi
komunikasi, yaitu :
a. Mengenal komunikan, merupakan langkah pertama bagi komunikator
agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan efektif.
25
b. Menyusun Pesan, merupakan langkah kedua setelah mengenal khlayak
dan situasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun pesan yang
mampu menarik perhatian para komunikan. Pesan dapat terbentuk
dengan menentukan tema atau materi. Syarat utama dalam
mempengaruhi komunikan dari komponen pesan adalah mampu
membangkitkan perhatian komunikan. Perhatian merupakan
pengamatan yang terpusat. Awal dari suatu efektivitas dalam
komunikasi adalah bangkitnya perhatian dari komunikan terhadap
pesan-pesan yang disampaikan.
c. Menetapkan Metode, di dalam dunia komunikasi, metode
penyampaian dapat dilihat dari 2 aspek yaitu :
1) Menurut cara pelaksanaannya, yaitu semata-mata melihat
komunikasi dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan
perhatian dari isi pesannya.
2) Menurut bentuk isi yaitu melihat komunikasi dari segi pernyataan
atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.
Menurut cara pelaksanaannya metode komunikasi diwujudkan
dalam bentuk :
1) Metode redudancy, yaitu cara mempengaruhi komunikan dengan
jalan mengulang pesan kepada komunikan. Pesan yang diulang
akan menarik perhatian. Selain itu komunikan akan lebih
mengingat pesan yang telah disampaikan secara berulang.
26
Komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan dalam penyampaian sebelumnya.
2) Metode Canalizing, pada metode ini, komunikator terlebih dahulu
mengenal komunikan nya dan mulai menyampaikan ide sesuai
dengan kepribadian, sikap-sikap dan motif komunikan.
Sedangkan Menurut bentuk isinya metode komunikasi
diwujudkan dalam bentuk :
1) Metode Informatif, dalam dunia publisistik atau komunikasi massa
dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative, yaitu
suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi komunikan
dengan jalan (Metoda) memberikan penerangan. Penerangan
berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya,
diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-
pendapat yang benar pula. Seperti yang dikutip Jarwoto dalam
buku Anwar Arifin “Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar
Ringkas”:
a) Memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga facts
bersifat controversial, atau
b) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu
pendapat
Jadi dengan penerangan berarti, pesan-pesan yang dilontarkan itu,
berisikan tentang fakta-fakta dan pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga bagi komunikan
27
dapat diberi kesempatan untuk menilai menimbang-menimbang
dan mengambil keputusan atas dasar pemikiran-pemikiran dalam
bentuk pernyataan berupa: keterangan, penerangan, berita.
2) Metode Edukatif, diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi
pendapat, fakta dan pengalaman yang merupakan kebenaran dan
dapat dipertanggungjawabkan. Penyampaian isi pesan disusun
secara teratur dan berencana dengan tujuan mengubah perilaku
komunikan.
3) Metode Koersif, yaitu mempengaruhi komunikan dengan jalan
memaksa, dalam hal ini komunikan dipaksa untuk menerima
gagasan atau ide oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain
berisi pendapat juga berisi ancaman.
4) Metode Persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi
komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan
kalau dapat komunikan itu dapat terpengaruh secara tidak sadar.
d. Seleksi dan Penggunaan Media, penggunaan media merupakan alat
penyalur ide dalam rangka memberikan informasi kepada komunikan.
Dalam penyampaian pesan penerapan metode komunikasi harus
didukung dengan pemilihan media secara selektif artinya pemilihan
media menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi komunikan, secara
tekhnik dan metode yang diterapkan. (Arifin 2011:72-86)
Untuk menyusun sebuah strategi harus ada tujuan yang jelas dan
diolah melalui perencanaan yang matang. Menurut Onong Uchyana
28
Effendy (2007 : 32), mengemukakan bahwa strategi komunikasi memiliki
fungsi menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif,
persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal. Dengan perencanaan strategi komunikasi
yang matang maka diharapkan kita bisa mendapatkan rasa saling
pengertian sehingga tujuan yang diharapkan dari strategi komunikasi dapat
dicapai.
Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan
perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan untuk melancarkan
komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada
proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Apabila
strategi komunikasi tersebut berhasil dilakukan dan tujuan yang dicapai
maka komunikasi yang terjadi sudah efektif karena terjadi saling
pengertian antara komunikator dan komunikan dimana apa yang
diharapkan dan diinginkan oleh komunikator dapat mengubah sikap
komunikannya.
Bila strategi komunikasi yang dilancarkan berjalan sesuai dengan
yang diharapkan maka keadaan yang harmonis dapat muncul seperti rasa
saling menghargai. Strategi komunikasi merupakan suatu proses kegiatan
yang berjalan secara terus-menerus dalam kegiatan komunikasi. Strategi
komunikasi menjadi sebuah alat untuk menentukan arah dari bentuk
komunikasi yang dilakukan, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi
29
secara efektif tidak dapat dipungkiri banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi.
Strategi komunikasi tidak lepas dari proses perencanaan atau
langkah yang menggunakan pesan dan media. Pesan adalah suatu gagasan
atau ide yang telah dituangkan ke dalam lambang untuk disebarkan atau
diteruskan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan adalah setiap
pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tulisan yang
dikirimkan dari satu orang ke orang lainnya. Pesan dapat menjadi inti dari
setiap proses komunikasi yang terjalin. Secara umum, jenis pesan terbagi
menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal.
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan
kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang
didengarnya. Sedangkan, pesan non-verbal adalah jenis pesan yang
penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat
dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku,
mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal
mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.
Media adalah alat yang digunakan untuk mengantarkan atau
menyalurkan pesan kepada komunikan untuk mencapai sasaran
komunikasi. Dalam penggunaan media tergantung dari tujuan yang akan
dicapai, pesan yang akan disampaikan dan komunikan yang akan dituju.
Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan. Media sendiri ada dua jenis yang pertama adalah
30
media cetak yang terdiri dari koran, majalah, spanduk, pamflet,dll. Media
elektronik yang terdiri dari radio, internet, dan televisi. Masing-masing
media memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing yang juga dapat
menjadi karakteristik khusus dari media tersebut.
2.2 Efektivitas
Efektivitas dapat diartikan sebagai dampak aau semua jenis perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima suatu pesan dari suatu
sumber Perubahan tersebut meliputi perubahan sikap, perubahan pengetahuan,
dan perubahan perilaku nyata, (Sendjaja,2004 : 211-212). Definisi lain secara
umum menurut Hardjana adalah :
1. Mengerjakan hal-hal yang benar, sesuai yang seharusnyadiselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.
2. Mencapai tingkat di atas pesaing, mampu menjadi terbaik denganlawan yang lain sebagai yang terbaik.
3. Membawa hasil, apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasilyang bermanfaat.
4. Menangani tantangan masa depan, semua yang telah direncanakandan hasil yang bermanfaat bagi masa depan.
5. Meningkatkan keuntungan atau laba, hasil yang diperoleh memberikeuntungan atau laba.
6. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sumber daya yangdipakai telah optimal digunakan sampai tingkat maksimum.
(Harjana, 2000 : 24).
Bila dihubungkan dengan komunikasi maka komunikasi yang efektif
adalah bagaimana penyebaran pesan (komunikator) dengan penerima pesan
(komunikan) dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu
pesan (efek). Perubahan yang terjadi disebut efek positif atau efektivitas.
31
Efektivitas dapat diukur dengan melakukan evaluasi terhadap media
pesan yang akan di sampaikan kepada. Adapun kriteria yang digunakan dalam
efektivitas komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Penerima atau pemakai pesan (receiver or user): penerima pesan vspenerima yang dituju. Penerima pesan merupakan obyek yangdiharapkan untuk menerima pesan tersebut.
2. Isi (content): yang diterima / yang tersalur vs yang dimaksudkan Isipesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksudkanoleh pengirim pesan.
3. Ketepatan waktu (timing): sesuai jadwal vs menyimpang jadwalPesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat padawaktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengankondisi dan situasi.
4. Media komunikasi (media): saluran yang digunakan vs saluranyang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesansesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan danpenerima pesan.
5. Format pesan (format): struktur yang diterima vs yang dikirimTerdapat kesesuaian format antara yang dimaksudkan olehpengirim dengan penerima.
6. Sumber pesan (source): orang yang melakukan vs yangbertanggung jawab artinya ada kejelasan sumber yang dapatdipertanggungjawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat.
(Harjana, 2000 : 23-24).
Komunikasi yang efektif untuk seorang karyawan dapat dipengaruhi
oleh 5 (lima) pesan, yaitu:
1. Keterbukaan (openess), yaitu menunjukkan adanya sikap salingterbuka diantara pelaku komunikasinya
2. Empati (empathy), yaitu kemampuan seseorang untukmemproyeksikan dirinya dalam peran orang lain
3. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap dirisendiri maupun terhadap orang lain
4. Dukungan (supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yangmendukung terjadinya komunikasi tersebut
5. Kesamaan (equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimilikioleh pihak-pihak yang berkomunikasi.
(Rejeki dan Anita, 2009 : 8).
2.2.1 Teori Uses and Gratification
32
Berdasarkan teori uses and gratification) yang diperkenalkan oleh Elihu
Katz, Saverin dan Tankard tolak ukur efektifitas adalah sebagai berikut :
1. Audience Coverage (Jangkauan Pembaca)
Berapa banyak khalayak yang dapat diterpa atau dijangkau pesan-
pesan kampanye humas. Di sini pentingnya pemilihan media (media
planning) agar dapat menjangkau khalayak sasaran dengan efektif.
2. Audience Response (Tanggapan Pembaca)
Kampanye humas akan efektif bila khalayak merespons secara
positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong partisipasi
aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan. Ada
”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan.
Diharapkan opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap
organisasi adalah positif atau favourable.
3. Communication Impact (Pengetahuan terhadap media)
Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang menggunakan berbagai
media mampu mempengaruhi kognitif (pengetahuan/pemikiran)
khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak terhadap media
tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat membantu
menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
dipahami komunikan sasaran.
4. Process of Influence (Pengaruh media)
Artinya proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan
alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah
menggunakan berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan
komunikan.
(Krisyantono, 2008 : 69).
33
Berdasarkan penjelasan di atas, maka efektivitas kegiatan komunikasi
yang diselenggarakan oleh humas dapat dilihat dari pencapaian tujuan
program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh humas itu sendiri. Jadi
dalam penelitian ini media internal dapat dikatakan efektif bila saat penelitian
komunikasi ini media internal tersebut sukses sebagai sarana yang dipakai
oleh humas untuk menyampaikan informasi kepada seluruh karyawan, dan
pihak karyawan pun merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan informasi
mereka akan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk, kebijakan
perusahaan, ataupun informasi-informasi umum menarik lainnya.
2.3 Media Internal
2.3.1 Pengertian Media Internal
Pengertian Media menurut Tony Greener adalah merupakan jalur
penting dalam kegiatan-kegiatan humas atau Public Relations. (Grener, 2003 :
23). Istilah media internal atau jurnal internal memiliki bermacam-macam
padanan, mulai dari buletin, majalah, surat kabar, newsletter, sampai Koran
dinding perusahaan. Semua istilah tersebut mengacu pada suatu bentuk
terbitan dari suatu perusahaan atau lembaga pemerintahan yang sengaja dibuat
dalam rangka mengadakan komunikasi dengan publik.
Media Internal, baik yang berupa paparan berita atau siaran berita
(newsletter), buletin, majalah, atau koran terbatas hanya diberikan bagi para
pegawai, para pemimpin, para pemegang saham, para anggota, atau para
pelanggan. (Jefkins, 2006 : 127-128).
34
Pengertian Media Internal secara luas dapat diartikan sebagai bahan
informasi yang diterbitkan secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau
lembaga pemerintahan. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses produksi dan
pengelolaan Media Internal tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi dari
Humas.
Hubungannya dengan komunikasi perusahaan adalah bahwa Media
Internal ini diterbitkan untuk mengelola proses penyusunan informasi yang
berkaitan dengan berbagai hal profil perusahaan yang dibutuhkan untuk
aktivitas Humas internal.
Pada suatu organisasi atau perusahaan, Media Internal yang berupa
newsletter, buletin, majalah atau koran terbatas merupakan wadah usaha yang
mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan memproduksi informasi untuk
dijadikan informasi tercetak.
Media Internal informasi tercetak dalam suatu organisasi atau
perusahaan dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dari aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh Humas dengan para karyawan, para pemimpin, dan
anggota. Hal ini disebabkan oleh kelancaran penyelenggaraan proses
pengelolaan informasi yang dibutuhkan melalui informasi yang terekam dalam
media informasi tercetak.
Fungsi Media Internal menurut Rosady Ruslan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal yangdiedarkan atau diberikan secara gratis dalam upaya penyampaianpesan-pesan, informasi, dan berita (bentuk press release atau photopress) mengenai aktivitas perusahaan, manfaat produk barang/jasayang ditujukan kepada para konsumen, pelanggan, distributor,supplier, relasi bisnis, stakeholder (hubungan dengan pihak-pihakterkait), stockholder (hubungan dengan pemegang saham), danemployee relations (hubungan dengan pegawai dan keluarganya).
35
2. Sebagai ajang komunikasi khusus antara karyawan, misalnya ucapanselamat ulang tahun, informasi kelahiran bayi dan keluargakaryawan, adanya pegawai atau pendatang baru (new comer),kegiatan olah raga, wisata, keagamaan, program kesehatan, danhingga berita duka cita serta kegiatan sosial.
3. Sebagai sarana media untuk pelatihan dan pendidikan dalam bidangtulis-menulis bagi karyawan, serta staf Public Relations yangberbakat atau berpotensi sebagai penulis ilmiah populer.
4. Terdapat nilai tambah (value added) bagi departemen PublicRelations untuk menunjukkan segi kemampuan dalam upayamenerbitkan media khusus, media internal yang bermutu, kontinyu,terbit secara berkala dan teratur, dengan penampilan yangprofessional baik kualitas maupun kuantitas berita, lay out, isihalaman, susunan redaktur, gambar (photo essay), yang ditatadengan bagus dan lebih menarik serta cover atau seninya (arts) sertatata warna dan sebagainya
(Ruslan, 2008 : 186).
Adapun bentuk-bentuk media internal cukup bervariasi yaitu sebagai
berikut :
1. Bulletin: sebuah buletin sebagai media komunikasi regular antaraseorang pimpinan dengan bawahannya di lapangan. Terbit secaramingguan. Biasanya buletin berisikan berita perusahaan dan pokok-pokok berita umum.
2. Newsletter: berisi pokok-pokok berita yang diperuntukkan bagipembaca yang sibuk.
3. The Magazine: berisikan tulisan berbentuk feature, artikel dangambar, foto, diterbitkan setiap bulan atau triwulan.
4. The Tabloid Newspapper: mirip surat kabar populer (umum) danberisikan pokok-pokok berita yang sangat penting, artikel pendek,dan ilustrasi. Diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan, atausetiap dua bulan sekali.
5. The Wall Newspapper: bentuk media komunikasi staff ataukaryawan di satu lokasi pabrik, perusahaan, atau pasar swalayan. DiIndonesia biasa dikenal dengan surat kabar atau majalah dinding.
(Soemirat, 2005 : 23).
Pada siklus atau alasan perancangan pembuatan media internal
mencakup dua aspek, yaitu Fact Finding dan Identifikasi Masalah.
1. Fact FindingHumas mencari dan mengumpulkan berbagai fakta dan data tentangkebutuhan publik akan isi media, gaya, dan bentuk media itu sendiri.
2. Identifikasi Masalah
36
Setelah data dan fakta terkumpul, baru kemudian diidentifikasidengan memilah atau mengkategorikannya.
(Soemirat, 2005 : 27).
Fact Finding dan Identifikasi Masalah ini merupakan latar belakang
perlunya sebuah media internal. Dengan alasan tidak bahwa informasi tidak
sampai ke bawah dengan tatap muka, dan umpan balik pun tidak sampai juga
dari karyawan kepada pimpinan, maka dibutuhkanlah jembatan komunikasi
dalam bentuk media internal ini, (Soemirat, 2005 : 27).
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Media
Internal adalah sebagai berikut :
1. Readers (pembaca)
Humas harus mengetaui siapa yang menjadi target atau sasaran
pembacanya karena pembaca akan menentukan gaya dan isi
penerbitan.
2. Quantity (eksemplar, tiras/oplah)
Jumlah eksemplar atau tiras yang diterbitkan harus disesuaikan
dengan jumlah pembaca. Tiras akan mempengaruhi cara produksi,
kualitas bahan, dan isi.
3. Frequency (waktu terbit dan edisi)
Melalui fasilitas dan biaya yang ada, dapat ditentukan waktu edisi
terbitnya, apakah mingguan, bulanan, dwibulanan, dan sebagainya.
4. Policy (kebijakan redaksi)
Humas harus menentukan tujuan penerbitan, dan media internal ini
harus diterbitkan sejalan dengan program humas secara menyeluruh
37
sehingga tercapai sasaran yang hendak dicapai dalam memelihara
dan meningkatkan citra positif.
5. Title (nama)
Humas merancang nama dan mendesain logo media internal ini.
Nama harus mencerminkan kekhasan dan memiliki karakteristik
tersendiri, mudah diingat, dan komunikatif.
6. Proses percetakan
Proses percetakan ini ditentukan oleh faktor-faktor antara lain bentuk
dan lebar media internal, jumlah eksemplar/tiras, penggunaan warna,
dan jumlah gambar atau foto yang akan dipasang dalam media
internal.
7. Style (format, gaya, bentuk)
Hal-hal yang mempengaruhi style media internal adalah ukuran
halaman, berapa banyak kolom, tipografi, ilustrasi, keseimbangan
berita, feature, dan artikel.
8. Free issue
Ada dua pendapat mengenai ini, media internal tidak boleh dijual,
tapi ada juga yang berpendapat jika ingin dinilai lebih tinggi, media
internal ini dihargakan/dijual. Semua ini tergantung sejauh mana
media internal ini mewakili kepentingan, baik top manajemen,
karyawan, atau pelanggan.
9. Advertisement (iklan)
38
Media Internal mampu menyerap iklan. Hal ini tergantung pada
karakteristik pembaca dan jumlah tiras yang dimiliki Media Internal
agar bisa menarik pemasang iklan
10. Distribution (sirkulasi)
Dalam mendistribusikan media internal harus memperhitungkan
aktualitas penerbitan. Penyampaiannya bisa dikirim melalui kurir,
maupun via pos.
11. Sirkulasi (Distribution)
Dalam mendistribusikan jurnal internal harus diperhitungkan
aktualitas penerbitan. Penyampaian jurnal internal bisa dikirim
melalui kurir (ditangani sendiri), via pos, atau digabung dengan
sirkulasi pers komersial.
(Soemirat, 2005 : 24-26).
2.3.2 Media Internal dalam Penyampaian Pesan PT. Indonesia Power
a. Visual Management
Visual Management adalah manajemen untuk membuat segala
sesuatu di tempat kerja kita menjadi jelas. Dengan Visual management,
kita hanya perlu berjalan ke area kerja dan hanya dengan melihat
sekilas, akan diketahui apakah semuanya sudah bekerja sebagaimana
mestinya ataukah tidak.
Dengan visual management pula, tidak ada kebutuhan untuk
bertanya secara detail mengenai catatan maupun grafik yang
(seringkali tampak rumit dan banyak), atau berbicara dengan
39
supervisor ataupun manajer (yang biasanya saling tunjuk hidung ketika
ditanya pertanyaan sederhana).
Visual Management membuat kita mampu mengetahui
bagaimana tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Teknik
komunikasi PT. Inonesia Power berlandaskan (dan sangat
membutuhkan) Visual Management untuk mencegah adanya
kecelakaan kerja. Seluruh tingkatan manajemen dan semua yang
terlibat dalam proses keselamatan dan kesehatan kerja harus terlibat
dalam rangka keselamaan dan kesehaan kerja.
Jika informasi mengenai keselamatan dan kesehatankerja, yang
berhbungan dengan prosedur dan standar kerja, tidak terlihat dengan
mudah dan jelas, maka yakinlah bahwa kecelakaan kerja di perusahaan
akan terjadi. Oleh karena itu implementasi Visual Management dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perlu dipergunakan. Untuk
mudahnya, sebut saja 5S dan TPM yang berdasarkan paradigma
“membuat tempat kerja disekitar kita sangat visual”.
b. Safety Induction
Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan
kerja dan Kesehatan Kerja (K3) kepada karyawan baru atau visitor
(tamu) dan dilakukan oleh karyawan dengan jabatan setingkat
supervisory (dari divisi OSHE / Safety) dan bisa juga bisa dilakukan
oleh yang paham tentang K3 dengan level jabatan minimum seperti
tersebut diatas (minimal Foreman, dan supervisor up).
40
Tujuan dari savety induction adalah :
1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya K3 di bekerja.
2. Memberikan informasi terbaru tentang kondisi kerja sebab kondisi
dalam kerja bisa berubah setiap hari.
3. Memberikan pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan
sanksi apa yang diberikan jika melanggar peraturan di perusahaan.
4. Memberikan informasi tentang prosedur kerja yang ada di wilayah
kerja tersebut.
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Intinya induksi safety
dilakukan untuk menghindarkan seseorang dari kecelakan saat
memasuki wilayah pertambangan. Yang berhak mendapatkan Induksi
Safety adalah :
1. Karyawan baru di suatu perusahaan, karena pada umumnya
karyawan baru sama sekali belum mengetahui kondisi perusahaan,
walaupun karyawan baru ini telah memiliki pengalaman, tetap
harus di beri induksi saat berada di perusahaan baru.
2. Seseorang bukan karyawan yang mendapat ijin untuk memasuki
wilayah kerja, maka sebelumnya harus diberikan induksi terlebih
dahulu.
3. Karyawan yang baru selesai dari cuti kerja. Walupun sudah lama
menjadi karyawan di perusahaan, karyawan ini harus tetap diberi
induksi safety setelah dia kembali dari cuti kerjanya. Hal ini
41
dilakukan karena kondisi dalam lingkungan kerja sudah banyak
berubah selama dia pulang cuti.
Safety induksi biasa dilakukan pada saat karyawan baru hendak
mengurus Kimper atau Mine Permit (Semacam ID Card) baru di
perusahaan. Kimper sendiri diperuntukkan bagi karyawan yang
nantinya akan diberikan ijin untuk mengendarai unit atau alat berat
(sesuai dengan SIM dan keahlian karyawan tersebut mengemudi) di
area kerja (Operator, Driver DumpTruck, Foreman, supervisor up, dll).
Sedangkan Mine permit diperuntukkan bagi karyawan
umumnya. Karyawan yang mempunyai mine permit namun tidak
memiliki kimper tetap tidak diperbolehkan mengendarai unit atau alat
berat sendiri (staff kantor, adm, dll). Selama Karyawan baru belum
mendapatkan Kimper atau Mine Permit, karyawan tersebut akan
diberikan ID Card Visitor dan masih belum dibolehkan mengendarai
unit di area kerja.
Selain itu Induksi safety juga dilakukan kepada visitor atau tamu
dari luar (bukan karyawan) yang hendak memasuki wilayah kerja. Hal
ini dilakukan agar tamu tamu tersebut memahami wilayah yang ada
dan diharuskan mematuhi segala peraturan yang berlaku dalam
perusahaan. Untuk membuktikan bahwa visitor telah mendapatkan
induksi, maka PT. Indonesia Power meminjamkan ID Card Visitor
kepada pengunjung tersebut dan harus mengembalikannya setelah
keperluannya selesai.
42
Keuntungan Dari Induksi Safety yang diberlakuka adalah
sebagai berikut :
1. Seseorang lebih memahami tentang pentingnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) saat berada di wilayah kerja.
2. Mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi dalam perusahaan.
3. Lebih memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi di dalam
wilayah perusahaan dan memahami bagaimana cara mengatasinya
4. Meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan saat berada
dalam wilayah perusahaan.
Apapun bidang pekerjaan yang kita jalani sekarang sangat
penting untuk memahami pekerjaan tersebut. Dengan begitu kita bisa
memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan
dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa
meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari
pekerjaan yang kita lakukan. Tetaplah bekerja dengan selamat, sehat,
dan aman.
c. Intranet
Intranet adalah Jaringan Komputer yang khusus untuk
penggunaan pada lingkungan di dalam batasan suatu Organisasi.
Dilihat dari sudut teknisinya, Intranet didefinisikan sebagai
penggunaan teknologi Internet dan WWW (World Wide Web) di
dalam sebuah jaringan komputer lokal (LAN). Local Area Network
(LAN) adalah sekumpulan komputer-komputer yang saling
43
dihubungkan pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Intranet
memaksimalkan penggunaan LAN tersebut dengan menambahi
kemampuan-kemampuan Internet kedalamnya
Perusahaan dapat mengatasi masalah utama yaitu tentang
penyebaran informasi antar sesama karyawan dengan cara yang cepat,
mudah dan efekktif. Tidak terikat oleh Program atau perangkat keras
tertentu. Intranet dapat langsung ditaruh pada halaman Intranet
perusahaan, dan setiap karyawan dapat langsung dapat membacanya di
layar komputernya. Perusahaan dapat melihat langsung dan cepat jika
ada perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan penyebaran informasi
ini, dapat dimanfaatkan untuk mendidik dan melatih para pegawai
perusahaan. Halaman intranet dapat di isi dengan petunjuk cara bekerja
pada setiap divisi, panduan penggunaan suatu alat (komputer
misalnya), serta daftar istilah teknis yang mungkin perlu dipahami oleh
para karyawan. Halaman intranet juga bisa digunakan untuk meminta
umpan balik atau saran dan kritik dari karyawan, menyebarkan berita
intern perusahaan (dalam bentuk buletin), dan sebagainya. Masalah
pengiriman berita dapat dilakukan dengan mudah melalui intranet.
Antara sesama karyawan dapat mengirimkan memo ke rekan kerja
yang lain tanpa harus meninggalkan mejanya. Dengan fasilitas e_mail .
Intranet dapat mengirimkan pesan dengan mudah dan dapat digunakan
untuk menyebarkan dokumen, file atau program. Setiap karyawan bisa
mengirimkan beberapa dokumen melalui komputer dengan demikian
44
tidak perlu untuk mencetak dokumen itu. Administrator network bisa
menaruh file-file program yang bisa digunakan oleh karyawan pada
suatu folder bersama, sehingga dapat di-download oleh yang
memerlukannya. Para pegawai atau departemen yang ingin "
mengiklankan diri " juga bisa melakukannya melalui Intranet.
Beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi
intranet sebagian besar menggunakannya untuk :
1) Mengakses Prosedur dan Manual
2) Mengakses Data-data penting
3) Mengirimkan Halaman Web Pribadi
4) Mengirimkan Lamaran Pekerjaan Internal
5) Memeriksa dan menyetujui dokemen
6) Mengakses Informasi Pegawai
7) Membuat Jadwal
8) Mengakses DataBase
Beberapa keistimewaan yang bisa diberikan oleh intranet untuk
perusahaan diantaranya adalah :
1) Dapat mengakses informasi terbaru perusahaan dengan cepat dan
mudah
2) Saling berkomunikasi antar karyawan, tidak peduli dengan lokasi
fisik tempat karyawan tersebut berada
3) Dapat berkolaborasi mengerjakan satu dokumen bersama-sama
dari komputernya masing-masing
4) Dapat mengirim e_mail dan dokumen ke yang lainnya
45
5) Melakukan rapat dari komputernya masing-masing tanpa harus
meninggalkan tempat kerja
6) Berkonferensi audio dan video melalui komputer, dan sebagainya
d. Melalui Email Setiap Karyawan
E-mail (electronic mail) adalah surat dalam bentuk elektronik. E-
mail merupakan salah satu fasilitas atau aplikasi internet yang paling
banyak digunakan dalam hal surat-menyurat. Hal ini dikarenakan e-
mail merupakan alat komunikasi yang murah, cepat, dan efisien.
Menggunakan e-mail memungkinkan kita untuk mengirimkan pesan
dalam bentuk surat ke seluruh dunia dalam waktu yang sangat cepat
dan biaya yang murah. E-mail yang dikirimkan akan sampai ke alamat
yang dituju sesaat e-mail tersebut dikirimkan. Biaya yang dikluarkan
pun hanyalah biaya untuk mengakses internet pada saat kita
mengirimkan/membuka untuk menerima e-mail tersebut. Komunikasi
menggunakan e-mail dilakukan dengan cara mengaktifkan pesan yang
akan kita kirim pada software yang dikhususkan untuk keperluan ini,
misalnya Microsoft Outlook.
Manfaat/kegunaan e-mail
1) Media komunikasi
E-mail atau surat elektronik adalah media komunikasi yang biasa
dilakukan secara persoal atau umum (komunitas).
2) Media pengiriman
Dengan e-mail anda bisa melakukan pengiriman data ke seluruh
dunia dan tentunya pengirim dan yang dikirimi data sama-sama
menggunakan alamat e-mail, bukan alamat rumah. Tidak hanya itu,
46
dengan menggunakan e-mail anda bisa mengirimkan data ke
banyak orang hanya dalam hitung menit bahkan detik.
3) Efektif, efisien, dan murah
Melakukan pengiriman data melalui e-mail sangat efektif, efisien,
dan murah. Maksudnya, anda tidak perlu keluar rumah dan pergi
ke kantor pos hanya untuk mengirim foto atau lamaran pekerjaan.
Cukup melalui koneksi internet dan alamat e-mail anda,
pengiriman akan cepat sampai ke alamat tujuan dan tidak perlu
biaya mahal.
4) Media promosi
Jika anda bisa memiliki usaha di internet atau bisnis online, anda
bisa mengirimkan promosi produk ke para pelanggan anda dengan
memanfaatkan daftar e-mail pelanggan yang ada.
5) Media informasi
Melalui e-mail, anda bisa mendapatkan informasi-informasi
terbaru dari seluruh dunia yang anda inginkan dengan cara menjadi
pelanggan informasi dari media yang anda tentukan.
6) Membuat blog atau website
Dengan e-mail anda bisa membuat blog dan website.
7) Sosial media
Dengan e-mail, anda bisa menjalin hubungan dengan teman atau
orang lain. Baik menggunakan e-mail itu sendiri atau melalui
jejaring sosial seperti facebook, twitter, atau google
47
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.4.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehaan Kerja (K3)
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua
personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan
penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan
aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan
sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi (2006 dalam
Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 7:44).
Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh
manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
c. Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi.
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih
rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan rasa kepemilikan.
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
48
Menurut Robiana Modjo (2007, dalam Jurnal Studi Manajemen dan
Organisasi,Volume 7:45) menjelaskan mengenai manfaat penerapan
program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
a. Pengurangan Absentisme.
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan
kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan
penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak
masuk karena alasan cedera atau sakit akibat kerja pun semakin
berkurang.
b. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar – benar
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya
kemungkinan untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah
kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim
pengobatan/kesehatan dari mereka.
c. Pengurangan Turnover pekerja.
Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan
kerja mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajemen
menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga
menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak
mau keluar dari pekerjaannya.
d. Peningkatan Produktivitas.
Dari hasil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa baik
secara individu maupun bersama-sama penerapan program
keselamatan dan kesehatan kerja memberikan pengaruh positif
terhadap produktivitas kerja.
49
2.4.2 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau
bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di
kalangan pegawai sesuai dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K.,
2012:45). Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:
a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi
karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja.
Misalnya terlihat keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab
perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat
perlindungan yang minimum bahkan maksimum.
b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal.
Secara formal di maksudkan setiap peraturan dinyatakan secara
tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara
secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan
melalui pelatihan dan kesepakatan – kesepakatan.
c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan
prosedur dan rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja
karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus
menerus prosedur dan rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dan karyawan. Sementara reaktif, pihak manajemen perlu segera
mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu
kejadian timbul.
d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat drajat keselamatan dan
kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke
50
komunikan luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.
Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak,
perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi
penyakit – penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut
diberlakukan. Berikut ini sumber dan strategi untuk meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson dalam
tulisan Ibrahim Jati K. (2010:47).
2.4.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaaan menurut M.Sulaksmono (dalam Santoso, 2004: 7)
adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi
tanpa disangka-sangka dalam sekejab mata, dan setiap kejadian menurut
Bennet NBS (dalam Santoso, 2004: 7) terdapat empat faktor bergerak
dalam suatu kesatuan berantai, yakni: lingkungan, bahaya, peralatan dan
manusia.
Apabila terjadi kecelakaan kerja, tentunya perusahaan mengalami
kerugian, baik secara materil dan non materil. Menurut Soehatman
(2010:18), kerugian akibat kecelakaan kerja dibagi atas 2 yaitu :
a. Kerugian Langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung
dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut.
1) Biaya Pengobatan dan Konpensasi
Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacad
atau menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak
mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga
51
mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan
harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan
sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Kerusakan Sarana Produksi
Kerugian langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi
akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan.
Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan kerusakan.
Banyak pengusaha yang terlena dengan adanya jaminan asuransi
terhadap aset organisasinya. Namun kenyataannya, asuransi tidak
akan membayar seluruh kerugian yang terjadi, karena ada hal yang
tidak termasuk dalam lingkup asuransi. Karena itu, sekalipun suatu
aset telah diasuransikan, tidak berarti bahwa usaha pengamanannya
tidak lagi diperlukan. Justru dengan tingkat pengamanan yang baik
akan menurunkan tingkat risiko yang pada gilirannya dapat
menurunkan premi asuransi
b. Kerugian Tidak Langsung
Kecelakaan kerja juga menimbulkan kerugian tidak langsung, antara
lain:
1) Kerugian Jam Kerja
Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara
untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian,
perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam
kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang
dapat mempengaruhi produktivitas.
2) Kerugian Produksi
52
Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi
akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa
berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk
mendapat keuntungan.
3) Kerugian Sosial
Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial baik terhadap
keluarga korban yang terkait langsung, maupun lingkungan sosial
sekitarnya. Apabila seorang pekerja mendapat kecelakaan,
keluarganya akan turut menderita. Bila korban tidak mampu
bekerja atau meninggal makakeluarga akan kehilangan sumber
kehidupan, keluarga terlantar yang dapat menimbulkan
kesengsaraan.
4) Citra dan Kepercayaan Konsumen
Kecelakaan menimbulkan citra negatif bagi organisasi karena
dinilai tidak peduli keselamatan, tidak aman atau merusak
lingkungan. Citra organisasi sangat penting dalam menentukan
kemajuan suatu usaha. Untuk membangun citra atau company
image, organisasi memerlukan perjuangan berat dan
panjang.Namun citra ini dapat rusak dalam sekejap jika terjadi
bencana atau kecelakaan lebih-lebih jika berdampak luas. Sebagai
akibatnya masyarakat akan meninggalkan bahkan mungkin
memboikot produknya.
2.4.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja pada pinsipnya dapat dicegah dan pencegahan
kecelakaan ini merupakan tanggung jawab manajer lini, penyelia, mandor
53
kepala dan juga kepala jurusan. Namun yang tersirat dalam UU No.1
tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja
selain pihak perusahaan juga karyawan dan pemerintah (Santoso. 2004:7).
Berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan.
Menurut Soehatman (2010:10) ada beberapa konsep pendekatan
pencegahan kecelakaan kerja yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan Energi
Sesuai dengan konsep Energi, kecelakaan bermula karena adanya
sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena
itu pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik yaitu
pada sumbernya, pada aliran energi (path away) dan pada penerima.
b. Pendekatan Manusia
Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan
bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan
tindakan yang tidak aman. Karena itu untuk mencegah kecelakaan
dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran K3
meningkat.Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai
K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:
1) Pembinaan dan Pelatihan
2) Promosi K3 dan Kampanye K3
3) Pengawasan dan Inspeksi K3
4) Audit K3
5) Komunikasi K3
6) Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practice)
54
c. Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material,
proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah
kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara
lain:
1) Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan
teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan
instalasi atau peralatan kerja.
2) Sistem pengamanan pada peralatan atau instalasi untuk mencegah
kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi misalnya tutup
pengaman mesin, sistem interlock, sistem alarm, sistem
instrumentasi, dan lainnya
d. Pendekatan Administrasi
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan bebagai cara
antara lain:
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kecelakaan dan
paparan bahaya dapat dikurangi
2) Penyediaan alat keselamatan kerja
3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang
K3
4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.
e. Pendekatan Manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak
kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya
pencegahan yang dilakukan antara lain:
55
1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3)
2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif
3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3
khususnya untuk manajemen tingkat atas.
2.4.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996 (dalam Soehatman, 2010:46),
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman efisien dan produktif.
Menurut Soehatman (2010:46) Sistem Manajemen K3 merupakan
konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensip dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan,
pengukuran dan pengawasan.
2.4.6 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Adapun tujuan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Soehatman (2010:48) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
56
Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja
penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian
K3 organisasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat
mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui
audit sistem manajemen K3. Di Indonesia, diberlakukan Permenaker
No. 05 tahun 1996 tentang audit Sistem Manajemen K3 yang
menetapkan kriteria untuk mengukur kinerja K3 perusahaan. DNV
dengan metoda ISRS juga berfungsi sebagai alat ukur pencapaian
kinerja K3 organisasi melalui peringkat dari level 1 sampai 10.
b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Sistem Manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan
dalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk
sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO
OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines, Oil and Gas Producer
Forum (OGP) HSEMS Guidelines, ISRS dan DV, dan lainnya.
c. Sebagai dasar penghargaan (awards)
Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian
penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3
diberikan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen
lainnya seperti Sword of Honour dari British Counsil dan SMK3 dari
Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3
sesuai dengan tolak ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan,
maka penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.
d. Sebagai serttifikasi
Sistem Manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi
penerapan manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh
57
lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi .
Sistem sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global karena
dapat diacu diseluruh dunia.
2.4.7 Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001
Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan
oleh berbagai institusi, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan
sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah
sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18001 (Occupational
Health and Safety Assessment Series). Menurut Vincent (2012:78)
OHSAS 18001 merupakan standar internasioanal untuk sistem manajemen
K3 yang memungkinkan organisasi mengendalikan risiko-risiko yang
berkaitan dengan K3 serta meningkatkan kinerja K3. OHSAS 18001
dikembangkan oleh Project Group, konsorsium 43 organisasi dari 28
negara. Tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan sistem penilaian
(assessment) yang dinamakan OHSAS 18000 yang terdiri atas 2 bagian
yaitu:
a. OHSAS 18001 : Memuat spesifikasi SMK3
b. OHSAS 18002 : Pedoman Implementasi
OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat
digunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat,
skala kegiatan, risiko serta lingkup kegiatan organisasi.
Menurut Wieke Y.C. dkk,(2012:85) bahwa Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 dapat diterapkan dengan
baik dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu sebagai berikut :
a. Komitmen top management
58
Komitmen ialah sebuah keterikatan ataupun perjanjian untuk
melakukan suatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok
tertentu.
b. Peraturan dan prosedur K3
Peraturan dan Prosedur K3 adalah aturan dan petunjuk yang ditetapkan
dalam menjalankan manajemen K3. Hendaknya peraturan dan
prosedur K3 tidaklah terlalu rumit sehingga mudah untuk dipahami,
mudah ditetapkan dengan benar, diberlakukan sanksi jika ada
pelanggaran dan perlu adanya perbaikan secara berkala sesuai dengan
kondisi proyek.
c. Komunikasi Pekerja
Komunikasi Pekerja, ialah adanya penyampaian informasi atau pesan.
Hal ini berkaitan dengan pernyataan bahwa komunikasi yang baik di
perlukan antara pihak manajemen dari pihak pekerja, serta komunikasi
yang baik antara sesama pekerja.
d. Kompetensi Pekerja
Kompetensi pekerja, ialah kemampuan yang di miliki pekerja.
Sehingga diharapkan meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja
dan dapat membantu meningkatkan kompetensi pekerja yang lain
terhadap K3.
e. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja ialah keadaan yang terdapat pada lokasi kerja yang
mendorong K3 bila seluruh pekerjaannya mengutamakan program K3
dan diharapkan lingkungan kerja semakin mengutamakan program K3
59
dan diharapkan lingkungan kerja semakin kondusif dan meningkatkan
motivasi para pekerja.
f. Keterlibatan Pekerja
Keterlibatan pekerja dalam K3, ialah peran pekerja dalam merumuskan
perencanaan program K3 dan pekerja juga dilibatkan dalam
penyampaian informasi mengenai K3.
2.4.8 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Safety Briefing
Safety Briefing adalah pengarahan dalam hal keselamtan kerja.
Briefing harus diberikan setiap saat kepada para karyawan dan
bawahan untuk mensosialisasikan aturan-aturan dan kebijakan-
kebijakan yang telah dibuat tengang keselamatan dan kesehatan kerja.
Dan ini harus dibiasakan, sebab tidak gampang mengubah kebiasaan
briefing yang biasanya tidak ada menjadi ada. Banyak orang-orang
yang menganggap remeh kebiasaan safety briefing yang dilakukan
setiap hari, padahal sebetulnya safety briefing sangat penting dan
sangat vital agar suatu informasi dapat diterima dengan cepat. Tak
perlu menjadi soal apabila materi briefing yang dilakukan setiap hari
adalah sama mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Dan jika
sudah terbiasa, semua pegawai akan memahami informasi penting
mengenai berbagai prosedur kerja untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
Secara umum tujuan safety briefing adalah :
1. Memberikan pengarahan tentang kinerja bawahan supaya tetap
sesuai dengan visi dan misi organisasi.
60
2. Mengingatkan para bawahan agar selalu menerapkan Standar
Operational Prosedur di setiap pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukannya.
3. Menyampaikan informasi-informasi yang dianggap penting dalam
pelaksanaan pekerjaan.
4. Menyamakan dan memberitahu pemikiran dari pimpinan kepada
para bawahannya, sehingga para bawahan sejalan dan mengikuti
pemikiran pemimpinnya tersebut
Pada perusahaan-perusahaan besar, safety briefing dilakukan
setiap pagi sebelum karyawan mulai bekerja, dansetiap sore atau
malam sebelum pulang. Briefing agi bertujuan untuk membahas
rencana kerja serta target-target yang akan dicapai pada hari itu.
Briefing sore adalah untuk mengevaluasi kerja dan pencapaian target
yang telah dilakukan pada hari itu.
Briefing dilakukan dalam waktu yang bervariasi tergantung
kebutuhan. Bisa 10 menit, bahkan mungkin pula selama 1 jam. Lama
atau tidaknya suatu briefing tergantung dari faktor urgensi materi ayng
dibahas. Namun harus diingat bahwa kunci briefing adalah singkat,
padat, dan jelas. Jangan membuang-buang waktu dengan membahas
sesuatu hal yang sebenarnya tidak membutuhkan banyak waktu. Hal
ini tujuannya adalah agar pekerjaan yang akan dilakukan tidak tertunda
pelaksanaannya,dan menghindari kebosanan para bawahan yang
menyebabkan mereka menjadi malas untuk mengikuti briefing di hari-
hari selanjutnya. Gunakan bahasa komunikasi yang efektif agar pesan-
61
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik olehpara
bawahan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan briefing gagal dilakukan,
yaitu:
1. Pemimpin dan karyawan sama-sama tidak berdisiplin
dalammenerapkan kebiasaan briefing.
2. Pemimpin terlalu percaya diri dengan kemampuannya sehingga
merasa tidak perlu melakukan briefing.
3. Pemimpin merasa kurang percaya diri dan kehilangan ide/materi
yang akan disampaikan dalam briefing., sehingga untuk
melindungi ketidakpercayaan dirinya tersebut maka briefing
ditiadakan.
4. Karyawan atau bawahan menganggap briefing adalah tidak
penting, dan merasa tidak ada manfaatnya dalam mengikuti
briefing.
Untuk menghindari agar suatu briefing gagal dilakukan adalah
dengan cara :
1. Membiasakan briefing. Ini adalah yang paling utama. Pada awalnya
menerapkan suatu sistem sangatlah berat, dan mungkin pula
banyak penolakan-penolakan dari para bawahan. Namun apabila
hal tersebut dipaksakan untuk dilakukan, maka kebiasaan tersebut
akan tumbuh dengan sendirinya. Dan pada akhirnya akan timbul
suatu keadaan dimana suatu pekerjaan akan kurang jika tidak ada
briefing.
62
2. Pada waktu pelaksanaan briefing, sebaiknya dilakukan dengan
suasana yang santai namun penuh perhatian. Tidak perlu bersikap
formal dan kaku dalam menyampaikan materi. Cukup dengan
bahasa yang biasa saja dan bersuasana kekeluargaan adalah lebih
baik. Hal ini bukan saja semakin mendekatkan satu sama lain, akan
tetapi juga keadaan organisasi akan menjadi lebih hidup da
menyenangkan karena penyampaian ide-ide atau keluhan-keluhan
dilakukan secara terbuka.
3. Buat materi briefing yang menarik dan tidak membutuhkan waktu
yang lama. Materi briefing tidak perlu panjang lebar, cukup hal-hal
pentingnya saja. Hal ini adalah untuk melindungi kebosanan para
bawahan yang ujung-ujungnya adalah menjadi malas untuk
mengikuti briefing.
b. Safety Moment
Dimanapun kita berada budayakan keselamatan, keselamatan
bukan hanya tanggung jawab kita terhadap diri kita sendiri, tapi juga
tanggung jawab kita terhadap orang lain. Keselamatan hanya bisa
dicapai bila kita semua saling menjaga dan saling mengingatkan.
Untuk mencapainya dibutuhkan ilmu dan pemahaman yang cukup
tentang teori keselamatan.
Savety Moment sangat penting dilakukan, karena Savety
Moment menunjukan kepekaan kita terhadap hal-hal yang ada
disekeliling kita. Savety Moment melatihkan kita untuk selalu menilai
63
semua hal yang tidak selamat dilakukan. Akibatnya kepekaan kita
dalam mengindentifikasi bahaya menjadi terlatih. Keberanian kita
menilai sesuatu yang tidak selamat adalah cambuk terhadap alam
bawah sadar kita. Savety Momenti adalah menceritakan kembali hal-
hal yang yang berhubungan dengan keselamatan dan mengambil
pelajaran dari hal tersebut di depan orang lain.
c. Safety P2K3
Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) ialah Permenaker RI Nomor
PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
Disebutkan pada pasal 2 (dua) bahwa :
“Tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat kerja dimanapengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus)tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasiyang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan,kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktifpengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3”.
Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3
terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari
ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli
keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
64
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4
(empat) Permenaker RI Nomor PER 04/MEN/1987).
Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) antara lain :
1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga
kerja mengenai :
a) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara menanggulanginya.
b) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
c) Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
b) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
65
c) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja (PAK) serta mengambil langkah-langkah yang
diperlukan.
d) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang
keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi.
e) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan.
f) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
g) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
h) Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan
interpretasi hasil pemeriksaan.
i) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene
perusahaan dan kesehatan kerja.
j) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya
meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja. (berdasarkan pasal 4
(empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).
k) Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3 (Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :
2.5 Kerangka Berfikir
Efektivitas kegiatan komunikasi yang diselenggarakan oleh humas dapat
dilihat dari pencapaian tujuan program atau kegiatan yang diselenggarakan
66
oleh humas itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini media internal dapat
dikatakan efektif bila saat penelitian komunikasi ini media internal tersebut
sukses sebagai sarana yang dipakai oleh humas untuk menyampaikan
informasi kepada seluruh karyawan, dan pihak karyawan pun merasa puas
dengan terpenuhinya kebutuhan informasi mereka akan segala sesuatu yang
berhubungan dengan produk, kebijakan perusahaan, ataupun informasi-
informasi umum menarik lainnya.
Media Internal dapat diartikan sebagai bahan informasi yang diterbitkan
secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau lembaga pemerintahan. Hal
ini dikarenakan keseluruhan proses produksi dan pengelolaan Media Internal
tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi dari Humas. Hubungannya dengan
komunikasi perusahaan adalah bahwa Media Internal ini diterbitkan untuk
mengelola proses penyusunan informasi yang berkaitan dengan berbagai hal
profil perusahaan yang dibutuhkan untuk aktivitas Humas internal. Media
internal yang digunakan oleh PT. Indonesia Power Suralaya adalah visual
management, savety induction, intranet, dan email perusahaan.
Dalam mencapai efektivitas komunikasi media internal dibutuhkan tolak
ukur untuk mengukur sejauh mana efektivitas media internal yang digunakan
perusahaan berhasil dengan sangat baik. Tolak ukur efektivitas yang
digunakan sebagai mana yang dikemukakan oleh Krisyantono (2008 : 69)
yang terdiri dari jangkauan pembaca (audience coverage), tanggapan pembaca
(audience response), pengetahuan terhadap media (communication impact)
dan pengaruh media (process of influence).
67
Berikut Bagan kerangka pemikiran tentang penggunaan media internal
dalam penyampaian pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti, April 2017
PT. Indonesia Power Suralaya
PENGGUNA MEDIA INTERNAL PTINDONESIA POWER UNTUK
MENDAPATKAN PESAN KERLAMATANDAN KESEHATAN KERJA (K3)
Teori Uses & Gratification (Krisyantono 2008 : 69)
1. Jangkauan Pembaca (Audience Coverage)2. Tanggapan Pembaca (Audience Response)3. Pengetahuan Terhadap Media (Communication
Impact)4. Pengaruh Media (Process of Influence)
Karyawan PT. Indonesia Power
Tercapai Keselamatan dan Kesehatan (K3)Karyawan PT. Indonesia Power
68
2.6 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan studi pustaka, peneliti menentukan penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang di lakukan peneliti.Studi
penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu
peneliti dalam menambahkan asumsi dasar, untuk mengetahui Efektivitas
Media Internal dalam Penyampaian Pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Pegawai Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik
sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja.
a. Penelitian dilakukan oleh Ricky Ade Putra, Sumber eJournal lmu
Komunikasi, 2017, 5 (1): 74-85 dengan judul Strategi Komunikasi Divisi
Safety Dalam Meningkatkan Kesadaran Keselamatan, Kesehatan Kerja
Dan Lingkungan (K3L) di PT. Meranti Nusa Bahari Balikpapan. Dan hasil
dari penelitian ini menunjukan strategi yang digunakan oleh Divisi Safety
PT Meranti Nusa Bahari Balikpapan adalah dengan menggunakan
beberapa cara yaitu dengan Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3), Pemanfaatan Media (Buku Saku, Spanduk, Poster), serta Training
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
b. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hadi dan Nora Nailul Amal pada
tahun 2015, dengan judul penelitian EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
MEDIA INTERNAL OTORITAS JASA KEUANGAN (Studi Deskriptif
Kualitatif Tentang Efektivitas Media Internal Majalah Integrasi sebagai
Media Komunikasi antar Karyawan Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2015
di Jakarta). Lokasi Penelitian dilakukan di OJK Jakarta dengan metode
69
survey dan alat penelitian kuesioner. Hasil penelitian Penyebaran
informasi yang diimplikasikan melalui Majalah Integrasi merupakan
salah satu tugas yang dikelola oleh Departmen Perubahan Manajemen dan
Budaya OJK. Karyawan sebagai penerima atau target sasaran Majalah
Integrasi sangat efektif.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Laura Vincentia AS pada 2008 dengan
judul Efektifitas Media Internal (Buletin Be Sharp) sebagai Sarana
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Karyawan Divisi Home Appliance (HA.
Lokasi penelitian di PT. Sharp Electronics Indonesia dengan metode
Survey dan alat penelitian Daftar pertanyaan (kuesioner) dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media internal bulletin be
sharp yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
informasi karyawan terbukti sangat efektif.
Perbandingan dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Table 2.1Perbandingan Hasil Penelitian
Penulis/Komponen
PenulisRicky Ade Putra Abdul Hadi
Nora Nailul AmalLaura Vincentia AS
JudulPenelitian
StrategiKomunikasi DivisiSafety DalamMeningkatkanKesadaranKeselamatan,Kesehatan KerjaDan Lingkungan(K3L) di PT.Meranti NusaBahari Balikpapan
Efektivitaspenggunaan mediainternal otoritasJasa keuangan(Studi DeskriptifKualitatif TentangEfektivitas MediaInternal MajalahIntegrasi sebagaiMedia Komunikasiantar KaryawanOtoritas Jasa
Efektifitas MediaInternal (Buletin BeSharp) sebagaiSarana PemenuhanKebutuhan InformasiKaryawan DivisiHome Appliance(HA)
70
Keuangan Tahun2015 di Jakarta)
Tahun 2017 2015 2008TujuanPenelitian
Untuk mengetahuistrategi yangdigunakan DivisiSafety PT MerantiNusa BahariBalikpapan dalammeningkatkankesadarankeselamatan,kesehatan kerja danlingkungan (K3L)danmendiskripsikanserta menganalisisStrategiKomunikasi DivisiSafety PT MerantiNusa BahariBalikpapan dalammeningkatkankesadaran,keselamatan,kesehatan kerjadan lingkungan(K3L).
Untuk melihatapakah adanyaefektivitas dalampenggunaan mediainternal di OtoritasJasa Keuangan,Jakarta.
Untuk mengetahuisejauh manaefektifitas MediaInternal (Buletin BeSharp) sebagaiSarana PemenuhanKebutuhan InformasiKaryawan DivisiHome Appliance(HA) PT. SharpElectronics Indonesia
Teori StrategiKomunikasi
Teori Efektivitas Teori Efektivitas
LokasiPenelitian
PT. Meranti NusaBahari Balikpapan.
Kantor OJK Jakarta PT. Sharp ElectronicsIndonesia
Metode danAlatPenelitian
Deskriptifkualitatif, observasidan wawancaramendalam
SurveyDaftar pertanyaan(kuesioner)
SurveyDaftar pertanyaan(kuesioner)
KesimpulanPenelitian
Denganmenggunakanbeberapa cara yaitudengan SeminarKeselamatan danKesehatan Kerja(K3), PemanfaatanMedia (Buku Saku,Spanduk, Poster),serta TrainingKeselamatan danKesehatan Kerja(K3).
Penyebaraninformasiyang diimplikasikanmelalui MajalahIntegrasi merupakansalah satu tugasyang dikelola olehDepartmenPerubahanManajemen danBudayaOJK. Karyawansebagai penerimaatau target sasaran
Hasil penelitianmenunjukkan bahwapenggunaan mediainternal bulletin besharp yang dilakukanoleh perusahaanuntuk memenuhikebutuhan informasikaryawan terbuktisangat efektif.
71
Majalah Integrasisangatefektif.
Persamaaan Meneliti tentang K3 Metode penelitian Metode penelitianPerbedaan -Tujuan Penelitian
-Kerangka berpikir-Metode Penelitian-Subjek dan ObjekPenelitian
-Tujuan Penelitian-Kerangka berpikir-Subjek dan ObjekPenelitian
-Tujuan Penelitian- Kerangka berpikir-Subjek dan ObjekPenelitian
Sumber http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/
https://digilib.uns.ac.id
digilib.mercubuana.ac.id
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode
Penelitian Kuantitatif jenis metode survey yaitu metode penelitian yang
pengumpulan datanya menggunakan kuesioner (questionnaire method) yaitu
daftar pertanyaan tertulis yang diajukan pada sekelompok orang yang disebut
sample. (Setiawan, 2005 : 39).
Alasan penulis memakai metode ini adalah karena metode ini dibatasi
pada penjaringan data yang dikumpulkan dari sample atas populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Dan metode survey ini juga membantu perolehan
data secara kuantitatif mengenai efektifitas media internal yang digunakan PT.
Indonesia Power Suralaya dalam Menyampaikan Pesan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi bagi
karyawan perusahaan.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Ruang lingkup atau yang menjadi focus penelitian adalah efektivitas
media internal dalam penyampaian pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya sehingga tidak
terjadi kecelakaan kerja di perusahaan ini.
73
3.3 Lokasi Penelitian
Locus penelitian ini di PT. Indonesia Power Suralaya Banten, tepatnya
di Bagian Humas Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
beralamt di Desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Serang, Banten. 120 km
ke arah barat dari Jakarta menuju pelabuhan Ferry Merak, dan 7 km ke arah
utara dari Pelabuhan Merak.
3.4 Populasi dan Sampel Peneliitan
3.4.1 Populasi
Pengertian Populasi menurut Sudjana dalam buku Metode Penelitian
Bidang Sosial adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif, daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas
(Nawawi, 2003 : 141). Pada penelitian ini penulis memilih keseluruhan
karyawan PT. Indonesia Power Suralaya sebagai populasi penelitiannya.
Populasi yang diambil oleh penulis untuk penelitian ini adalah sebanyak
722 karyawan PT. Indonesia Power Suralaya.
3.4.2 Sampel
Sampel bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili), (Sugiyono, 2008 : 73).
74
Saat menentukan ukuran sampel, apabila makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin
besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Selain itu tingkat
kesalahan juga mempengaruhi dalam penentuan ukuran sampel. Makin
besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan, (Sugiyono, 2008 :
79).
Untuk menentukan ukuran sampel, penulis melakukan perhitungan
statistik dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin ini untuk
menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya.
Rumus Slovin : n = NNe2 + 1
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan,
misalnya 10%.
Dengan ukuran populasi sebanyak 722 orang dengan tingkat presisi
10%, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :
n = NNe2 + 1
75
n = 722722(0.1)2 + 1
n = 722722(0.01) + 1
n = 7228,22
n = 78.31 dibulatkan menjadi 78 orang
Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, maka jumlah sampel
yang diteliti dalam penelitian ini adalah berjumlah 78 orang. Jumlah ini
menurut penulis dinilai sudah cukup representatif (mewakili) dari total
populasi tersebut.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Definisi Konsep
Media Internal secara luas dapat diartikan sebagai bahan informasi
yang diterbitkan secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau
lembaga pemerintahan. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses produksi
dan pengelolaan Media Internal tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi
dari Humas. Efektifitas Media Internal adalah keberhasilan dari suatu
Media internal dalam membentuk opini dan minat karyawan,
menyebarluaskan informasi, menjawab pertanyaan karyawan, serta
mendidik karyawan dengan pengetahuan dan tips-tips yang diberikan dan
disajikan dalam Media Internal tersebut. Jadi sebuah Media Internal dapat
dikatakan efektif bila saat penelitian audit komunikasi media sukses
sebagai sarana yang dipakai oleh perusahaan untuk menyampaikan
informasi kepada seluruh karyawan, dan pihak karyawan pun merasa puas
76
dengan terpenuhinya kebutuhan informasi mereka akan segala sesuatu
yang berhubungan dengan informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) ataupun informasi-informasi umum menarik lainnya.
3.5.2 Definisi Operasional
Media menurut Tony Greener adalah merupakan jalur penting dalam
kegiatan-kegiatan humas atau Public Relations. (Grener, 2003 : 23). Istilah
media internal atau jurnal internal memiliki bermacam-macam padanan,
mulai dari buletin, majalah, surat kabar, newsletter, sampai Koran dinding
perusahaan. Semua istilah tersebut mengacu pada suatu bentuk terbitan
dari suatu perusahaan atau lembaga pemerintahan yang sengaja dibuat
dalam rangka mengadakan komunikasi dengan publik.
Media internal yang digunakan oleh PT. Indonesia Power Suralaya
dalam manyampaikan pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi
karyawan adalah Visual Management, Savety Induction, Intranet dan
melalui Email setiap karyawan. Dalam mencapai efektivitas komunikasi
media internal tolak ukur yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
efektivitas media internal yang digunakan perusahaan berhasil dengan
sangat baik adalah sebagai mana yang dikemukakan oleh Krisyantono
(2008 : 69) yang terdiri dari jangkauan pembaca (audience coverage),
tanggapan pembaca (audience response), pengetahuan terhadap media
(communication impact) dan pengaruh media (process of influence).
Berikut Operasionalisasi variabel penelitian yang digunakan.
77
Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel
No Variabel Dimensi Indikator Skala1 Efektivitas
MediaInternal
1.JangkauanPembaca(AudienceCoverage)
1. Aktif secara rutinmembuka mediainternal perusahaan
2. Ya1. Tidak
2. TanggapanPembaca(AudienceResponse)
1. Kesesuaian waktupenerbitan mediainternal perusahaan
2. Menarik tidaknyaisi materi daninformasi dalammedia internalperusahaan
3. Bagus danmenariknya desainlay out mediainternalperusahaan
4. Kelengkapan dankejelasan isi materimedia internalperusahaan
5. Minat tinggimereka untukmenggali informasidari media internalperusahaan
6. Media internaldapat menjadisumber informasihandal perusahaan
7. Kegunaan dankeefektifan mediainternalperusahaan
8. Kecukupan isimedia internaldalam memenuhikebutuhaninformasikaryawan tentangK3
5.Sangatsetuju
4.Setuju3.Ragu-ragu2.Tidak
setuju1.Sangat
tidaksetuju
78
3.Pengetahuanterhadapmedia(Communication Impact)
1. Adakah Informasiyang berkaitandengan kegiatandan aktivitasperusahaan dalammengatasi K3
2. Informasi yangberkaitan dengankebijakanperusahaan dalamisi media internalyang disampaikan
3. Media internaldapat memenuhiinformasi untukmeningkatkanprofuktifitas kerja
4. Media internaldapat memenuhiinformasi dankeinginan merekauntuk menghindariterjadinyakecelakaan kerja
5. Kesesuaian mediainternal sebagaisumber informasimengenaistandarisasi SOPK3
5.Sangatsetuju
4.Setuju3.Ragu-ragu2.Tidak
setuju1.Sangat
tidaksetuju
4. Pengaruhmedia(ProcessofInfluence)
1. Mengetahui Visidan MisiPerusahaan tentangK3
2. PeningkatanPengetahuankaryawan tentangSOP K3
3. Disiplin karyawandalam bekerjaberdasarkanstandarisasi SOPK3
4. Terhindarterjadinyakecelakaan kerja
5.Sangatsetuju
4.Setuju3.Ragu-ragu2.Tidak
setuju1.Sangat
tidaksetuju
79
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Dan
dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan data primer dan data
sekunder.
3.6.1 Data Primer
Data Primer adalah data yang langsung didapatkan dari objek
penelitian. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan
cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan
cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dimana responden
diminta untuk memilih satu dari alternatif jawaban yang tersedia atau
mengisi suatu jawaban secara bebas. Pembentukan kuesioner ini biasanya
ditentukan dengan melihat permasalahan dan tujuan penelitian. Pembagian
kuesioner ini akan disebarkan kepada karyawan-karyawan PT. Indonesia
Power Surayala yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan studi kepustakaan dari buku-buku referensi yang
berhubungan dengan objek penelitian, intranet, serta contoh-contoh skripsi
yang ada hubungannya dengan hal-hal yang akan dibahas sesuai dengan
judul penelitian ini
80
3.7 Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Karena metode yang
digunakan adalah metode penelitian evaluatif dengan pendekatan kuantitatif
yang bertujuan untuk mengkaji efektivitas atau keberhasilan suatu program
yang dilaksanakan, maka penulis menggunakan teknik skala Likert untuk
menganalisa datanya.
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan skala Likert untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.
Penulis menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap atau persepsi
responden berdasarkan jawaban-jawaban yang diberi skor 1-5 yang
mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif dimana
responden positif memiliki bobot atau skor tertinggi (skor angka 5) dan
responden negatif memiliki bobot atau skor terendah (skor angka 1).
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan indikator yang telah
disebutkan dalam operasionalisasi variable di atas untuk mengukur tingkat
efektifitas Media Internal perusahaan sebagai pemenuhan Kebutuhan
Informasi Karyawan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT.
Indonesia Power Suralaya.
81
Tabel 3.2Skala Likert
Alternatif Jawaban Bobor Skor (+) Bobor Skor (-)Sangat efektif 5 1Efektif 4 2Cukup Ecektif 3 3Tidak Efektif 2 4Sangat tidak efektif 1 5
Adapun untuk mendapatkan hasil perhitungan akhir dalam bentuk
presentase, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :
= Jumlah skor hasil pengumpulan data x 100%(Skor tertinggi × jumlah pertanyaan x jumlah responden)
Maka hasil presentase dengan ”Kriteria Interpretasi Skor” yang akan
didapatkan adalah sebagai berikut :
Angka 81% - 100% : Sangat Positif/Sangat efektif : Skor = 5
Angka 61% - 80% : Positif/Efektif : Skor = 4
Angka 41% - 60% : Cukup/Netral : Skor = 3
Angka 21% - 40% : Tidak Positif/Tidak efektif : Skor = 2
Angka 0% - 20% : Sangat Tidak Positif/Sangat tidak efektif : Skor = 1
Alat yang dipakai untuk penghitungan dari jawaban responden ini
penulis menggunakan sistem perhitungan SPSS for Windows, dimana data
yang terkumpul terlebih dahulu dibuat di dalam list tabel jawaban kuesioner,
kemudian di berikan kode nomor atau angka (karena SPSS hanya bisa
membaca angka), setelah itu baru di input ke dalam sistem perhitungan SPSS
untuk mendapatkan hasil jawaban dalam bentuk tabel. Sedangkan Singkatan
dari SPSS sendiri adalah Statistical Product and Solution Service. Arti dari
82
SPSS itu sendiri adalah suatu program computer statistik yang mampu
memproses data statistik secara cepat dan tepat, menjadikan berbagai output
yang dikehendaki para pengambil keputusan. Keuntungan utama
menggunakan SPSS adalah akurasi hasil penghitungan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penghitungan manual yang juga rentan terhadap
kesalahan.
3.8 Jadwal Penelitian
Berikut ini adalah pedoman jadwal penelitian yang dilakukan peneliti
dari awal penelitian hingga Sidang Skripsi :
Tabel 3.3Jadwal Penelitian
Kegiatan Februari 2016 s/d April 2017Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Pengajuan Judul
Observasi Awal
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Acc Lapangan
Reduksi Data
Penyajian Data
Verifikasi
Penyusunan HasilPenelitian
Sidang Skripsi
Sumber : Peneliti, 2017
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan PT.PLN
(Persero) yang dahulunya bernama PLN Pembangkitan Tenaga Listrik
Jawa Bali I (PJB I), menjalankan bisnis utama di bidang pembangkitan
tenaga listrik Jawa dan Bali dan memasok sekitar 30% dari kebutuhan
tenaga listrik pada sistem Jawa-Bali.
Sejarah PT. Indonesia Power dimulai pada awal tahun 1990-an,
pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor
ketenagalistrikan. Langkah ke arah tersebut diawali dengan berdirinya
Paiton swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Kepres No. 37
Tahun 1992 tentang Pemanfaatan Sumber Dana Swasta Melalui
Pembangkit-Pembangkit Listrik Swasta. Kemudian pada akhir tahun
1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar
kebijakan (sasaran dan Kebijakan Pengembangan Sub Sektor
Ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang
restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
PT. Indonesia Power memiliki sejumlah unit pembangkit dan
fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut
memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan
84
beragam energi primer air, minyak, batubara, panas bumi, gas, dan
sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut ada
pula sejumlah pembangkit yang termasuk paling tua di Indonesia seperti
PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger, dan sejumlah PLTA
lainnya yang dibangun tahun 1920-an dan sampai sekarang masih
beroperasi. Dari sini dapat dipandang secara kesejarahan pada dasarnya
usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power
menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa
dan Bali. Pada tahun 2004, PT. Indonesia Power telah memasok sebesar
44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi sistim Jawa Bali.
4.1.2 Visi dan Misi PT. Indonesia Power
Sebagai perusahaan pembangjit listrik yang terbesar di Indonesia dan
dalam menyongsong era persaingan global maka PT. Indonesia Power
mempunyai visi yaitu “Menjadi perusahaan energi tepercaya yang tumbuh
berkelanjutan”. Untuk mewujudkan visi ini, PT. Indonesia Power telah
melakukan langkah-langkah antara lain melakukan usaha dalam bidang
ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang
berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga sehat, guna menjamin
keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Dalam pengembangan usaha penunjang di bidang pembangkit
tenaga listrik, PT. Indonesia Power telah membentuk anak perusahaan
yaitu PT. Cogindo Daya Bersama yang bergerak dalam bidang jasa
85
pelayanan dan manajemen energi dengan penerapan konsep cogeneration,
energy outsourcing, energy efficiency assessment package, dan distributed
generation. Dan PT. Artha Daya Coalindo yang bergerak dalam bidang
perdagangan batubara sebagai bisnis utamanya dan bahan bakar lainnya
yang diharapkan menjadi perusahaan penjual batubara yang menangani
kegiatan terintegrasi di dalam rantai pasokan batubara, selain kegiatan
lainnya yang bernilai tambah, baik sendiri maupun bekerjasama
denganpiak lain yang mempunyai potensi sinergis. Selain itu PT.
Indonesia Power juga menanamkan saham di PT. Artha Daya Coalindo
yang bergerak di bidang usaha perdagangan batubara sebesar 60%.
Untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut, PT. Indinesia Power
telah menetapkan lima filosofi perusahaan yang harus selalu dipegang.
Kelima filosofi perusahaan tersebut yaitu :
a. Mengutamakan pasar dan pelanggan.
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik
dan nilai tambah kepada pelanggan.
b. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.
Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi
financial dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk
memenangkan persaingan.
c. Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara optimal.
d. Menjunjung tinggi etika bisnis.
Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasiona.
e. Memberi penghargaan atas prestasi
86
Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan
yang maksimal.
4.1.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power
Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu
perusahaan, semakin besar perusahaan tersebut semakin kompleks
organisasinya. Secara umum dapat dikatakan, strutur organisasi
merupakan suatu gambaran secara skematis yang menjelaskan tentang
hubungan kerja, pembagian kerja, serta tanggung jawab dan wewenang
dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan semula.
Secara struktural PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
Suralaya dipimpin oleh seorang General Manajer, dan dibantu oleh tiga
orang Deputy General Manajer, yaitu :
a. Deputi General Manager Bidang Operasi dan Pemeliharaan
b. Deputi General Manager Bidang Umum
c. Deputi General Manager Bidang Pengelolaan Batubara
Dimana masing-masing Deputi General Manajer membawahi
beberapa Manajer bidang.
a. Deputi General Manager Bidang Operasi dan Pemeliharaan (DGMOP)
Membawahi beberapa orang Manajer, yaitu :
1. Manager Operasi #1-4 (MOP #1-4)
2. Manager Operasi #1-5 (MOP #1-5)
3. Manager Pemeliharaan #1-4 (MHAR #1-4)
4. Manager Pemeliharaan #5-7 (MHAR #5-7)
5. Manager Perencanaan, Evaluasi, dan Enjineering (MREE)
b. Deputi General Manager Bidang Umum (DGMUM)
87
Membawahi beberapa orang Manajer, yaitu :
1. Manager Logistik (MLOG)
2. Manager Pengembangan Usaha (MPEU)
3. Manager Sisitem dan Sumber Daya Manusia & Humas (MSSDM
& MAS)
4. Manager Keuangan (MKEU)
c. Deputi General Manager Bidang Pengelolaan Batubara (DGMPB)
1. Manager Ash Handling (MASH)
2. Manager Coal Handling (MCOAL)
3. Manager Pelabuhan (MPEL)
Setiap Manager membawahi beberapa orang Supervisor Senior
(SPS) dan setiap Supervisor Senior membawahi beberapa orang
Supervisor (SP).
4.1.4 Media Internal PT. Indonesia Power
a. Visual Management
Visual Management adalah manajemen untuk membuat segala
sesuatu di tempat kerja kita menjadi jelas. Dengan Visual management,
kita hanya perlu berjalan ke area kerja dan hanya dengan melihat
sekilas, akan diketahui apakah semuanya sudah bekerja sebagaimana
mestinya ataukah tidak.
Dengan visual management pula, tidak ada kebutuhan untuk
bertanya secara detail mengenai catatan maupun grafik yang
(seringkali tampak rumit dan banyak), atau berbicara dengan
88
supervisor ataupun manajer (yang biasanya saling tunjuk hidung ketika
ditanya pertanyaan sederhana).
Visual Management membuat kita mampu mengetahui
bagaimana tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Teknik
komunikasi PT. Inonesia Power berlandaskan (dan sangat
membutuhkan) Visual Management untuk mencegah adanya
kecelakaan kerja. Seluruh tingkatan manajemen dan semua yang
terlibat dalam proses keselamatan dan kesehatan kerja harus terlibat
dalam rangka keselamaan dan kesehaan kerja.
Jika informasi mengenai keselamatan dan kesehatankerja, yang
berhbungan dengan prosedur dan standar kerja, tidak terlihat dengan
mudah dan jelas, maka yakinlah bahwa kecelakaan kerja di perusahaan
akan terjadi. Oleh karena itu implementasi Visual Management dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perlu dipergunakan. Untuk
mudahnya, sebut saja 5S dan TPM yang berdasarkan paradigma
“membuat tempat kerja disekitar kita sangat visual”.
b. Safety Induction
Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan
kerja dan Kesehatan Kerja (K3) kepada karyawan baru atau visitor
(tamu) dan dilakukan oleh karyawan dengan jabatan setingkat
supervisory (dari divisi OSHE / Safety) dan bisa juga bisa dilakukan
oleh yang paham tentang K3 dengan level jabatan minimum seperti
tersebut diatas (minimal Foreman, dan supervisor up).
89
Tujuan dari safety induction adalah :
1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya K3 di bekerja.
2. Memberikan informasi terbaru tentang kondisi kerja sebab kondisi
dalam kerja bisa berubah setiap hari.
3. Memberikan pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan
sanksi apa yang diberikan jika melanggar peraturan di perusahaan.
4. Memberikan informasi tentang prosedur kerja yang ada di wilayah
kerja tersebut.
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Intinya induksi safety
dilakukan untuk menghindarkan seseorang dari kecelakan saat
memasuki wilayah pertambangan. Yang berhak mendapatkan Induksi
Safety adalah :
1. Karyawan baru di suatu perusahaan, karena pada umumnya
karyawan baru sama sekali belum mengetahui kondisi perusahaan,
walaupun karyawan baru ini telah memiliki pengalaman, tetap
harus di beri induksi saat berada di perusahaan baru.
2. Seseorang bukan karyawan yang mendapat ijin untuk memasuki
wilayah kerja, maka sebelumnya harus diberikan induksi terlebih
dahulu.
3. Karyawan yang baru selesai dari cuti kerja. Walupun sudah lama
menjadi karyawan di perusahaan, karyawan ini harus tetap diberi
induksi safety setelah dia kembali dari cuti kerjanya. Hal ini
90
dilakukan karena kondisi dalam lingkungan kerja sudah banyak
berubah selama dia pulang cuti.
Safety induksi biasa dilakukan pada saat karyawan baru hendak
mengurus Kimper atau Mine Permit (Semacam ID Card) baru di
perusahaan. Kimper sendiri diperuntukkan bagi karyawan yang
nantinya akan diberikan ijin untuk mengendarai unit atau alat berat
(sesuai dengan SIM dan keahlian karyawan tersebut mengemudi) di
area kerja (Operator, Driver DumpTruck, Foreman, supervisor up, dll).
Sedangkan Mine permit diperuntukkan bagi karyawan
umumnya. Karyawan yang mempunyai mine permit namun tidak
memiliki kimper tetap tidak diperbolehkan mengendarai unit atau alat
berat sendiri (staff kantor, adm, dll). Selama Karyawan baru belum
mendapatkan Kimper atau Mine Permit, karyawan tersebut akan
diberikan ID Card Visitor dan masih belum dibolehkan mengendarai
unit di area kerja.
Selain itu Induksi saftey juga dilakukan kepada visitor atau tamu
dari luar (bukan karyawan) yang hendak memasuki wilayah kerja. Hal
ini dilakukan agar tamu tamu tersebut memahami wilayah yang ada
dan diharuskan mematuhi segala peraturan yang berlaku dalam
perusahaan. Untuk membuktikan bahwa visitor telah mendapatkan
induksi, maka PT. Indonesia Power meminjamkan ID Card Visitor
kepada pengunjung tersebut dan harus mengembalikannya setelah
keperluannya selesai.
91
Keuntungan Dari Induksi Safety yang diberlakuka adalah
sebagai berikut :
1. Seseorang lebih memahami tentang pentingnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) saat berada di wilayah kerja.
2. Mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi dalam perusahaan.
3. Lebih memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi di dalam
wilayah perusahaan dan memahami bagaimana cara mengatasinya
4. Meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan saat berada
dalam wilayah perusahaan.
Apapun bidang pekerjaan yang kita jalani sekarang sangat
penting untuk memahami pekerjaan tersebut. Dengan begitu kita bisa
memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan
dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa
meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari
pekerjaan yang kita lakukan. Tetaplah bekerja dengan selamat, sehat,
dan aman.
c. Intranet
Intranet adalah Jaringan Komputer yang khusus untuk
penggunaan pada lingkungan di dalam batasan suatu Organisasi.
Dilihat dari sudut teknisinya, Intranet didefinisikan sebagai
penggunaan teknologi Internet dan WWW (World Wide Web) di
dalam sebuah jaringan komputer lokal (LAN). Local Area Network
(LAN) adalah sekumpulan komputer-komputer yang saling
92
dihubungkan pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Intranet
memaksimalkan penggunaan LAN tersebut dengan menambahi
kemampuan-kemampuan Internet kedalamnya
Perusahaan dapat mengatasi masalah utama yaitu tentang
penyebaran informasi antar sesama karyawan dengan cara yang cepat,
mudah dan efekktif. Tidak terikat oleh Program atau perangkat keras
tertentu. Intranet dapat langsung ditaruh pada halaman Intranet
perusahaan, dan setiap karyawan dapat langsung dapat membacanya di
layar komputernya. Perusahaan dapat melihat langsung dan cepat jika
ada perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan penyebaran informasi
ini, dapat dimanfaatkan untuk mendidik dan melatih para pegawai
perusahaan. Halaman intranet dapat di isi dengan petunjuk cara bekerja
pada setiap divisi, panduan penggunaan suatu alat (komputer
misalnya), serta daftar istilah teknis yang mungkin perlu dipahami oleh
para karyawan. Halaman intranet juga bisa digunakan untuk meminta
umpan balik atau saran dan kritik dari karyawan, menyebarkan berita
intern perusahaan (dalam bentuk buletin), dan sebagainya. Masalah
pengiriman berita dapat dilakukan dengan mudah melalui intranet.
Antara sesama karyawan dapat mengirimkan memo ke rekan kerja
yang lain tanpa harus meninggalkan mejanya. Dengan fasilitas e_mail .
Intranet dapat mengirimkan pesan dengan mudah dan dapat digunakan
untuk menyebarkan dokumen, file atau program. Setiap karyawan bisa
mengirimkan beberapa dokumen melalui komputer dengan demikian
93
tidak perlu untuk mencetak dokumen itu. Administrator network bisa
menaruh file-file program yang bisa digunakan oleh karyawan pada
suatu folder bersama, sehingga dapat di-download oleh yang
memerlukannya. Para pegawai atau departemen yang ingin "
mengiklankan diri " juga bisa melakukannya melalui Intranet.
Beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi
intranet sebagian besar menggunakannya untuk :
1) Mengakses Prosedur dan Manual
2) Mengakses Data-data penting
3) Mengirimkan Halaman Web Pribadi
4) Mengirimkan Lamaran Pekerjaan Internal
5) Memeriksa dan menyetujui dokemen
6) Mengakses Informasi Pegawai
7) Membuat Jadwal
8) Mengakses DataBase
Beberapa keistimewaan yang bisa diberikan oleh intranet untuk
perusahaan diantaranya adalah :
1) Dapat mengakses informasi terbaru perusahaan dengan cepat dan
mudah
2) Saling berkomunikasi antar karyawan, tidak peduli dengan lokasi
fisik tempat karyawan tersebut berada
3) Dapat berkolaborasi mengerjakan satu dokumen bersama-sama
dari komputernya masing-masing
4) Dapat mengirim e_mail dan dokumen ke yang lainnya
94
5) Melakukan rapat dari komputernya masing-masing tanpa harus
meninggalkan tempat kerja
6) Berkonferensi audio dan video melalui komputer, dan sebagainya
d. Melalui Email Setiap Karyawan
E-mail (electronic mail) adalah surat dalam bentuk elektronik. E-
mail merupakan salah satu fasilitas atau aplikasi internet yang paling
banyak digunakan dalam hal surat-menyurat. Hal ini dikarenakan e-
mail merupakan alat komunikasi yang murah, cepat, dan efisien.
Menggunakan e-mail memungkinkan kita untuk mengirimkan pesan
dalam bentuk surat ke seluruh dunia dalam waktu yang sangat cepat
dan biaya yang murah. E-mail yang dikirimkan akan sampai ke alamat
yang dituju sesaat e-mail tersebut dikirimkan. Biaya yang dikluarkan
pun hanyalah biaya untuk mengakses internet pada saat kita
mengirimkan/membuka untuk menerima e-mail tersebut. Komunikasi
menggunakan e-mail dilakukan dengan cara mengaktifkan pesan yang
akan kita kirim pada software yang dikhususkan untuk keperluan ini,
misalnya Microsoft Outlook.
Manfaat/kegunaan e-mail
1) Media komunikasi
E-mail atau surat elektronik adalah media komunikasi yang biasa
dilakukan secara persoal atau umum (komunitas).
2) Media pengiriman
Dengan e-mail anda bisa melakukan pengiriman data ke seluruh
dunia dan tentunya pengirim dan yang dikirimi data sama-sama
menggunakan alamat e-mail, bukan alamat rumah. Tidak hanya itu,
95
dengan menggunakan e-mail anda bisa mengirimkan data ke
banyak orang hanya dalam hitung menit bahkan detik.
3) Efektif, efisien, dan murah
Melakukan pengiriman data melalui e-mail sangat efektif, efisien,
dan murah. Maksudnya, anda tidak perlu keluar rumah dan pergi
ke kantor pos hanya untuk mengirim foto atau lamaran pekerjaan.
Cukup melalui koneksi internet dan alamat e-mail anda,
pengiriman akan cepat sampai ke alamat tujuan dan tidak perlu
biaya mahal.
4) Media promosi
Jika anda bisa memiliki usaha di internet atau bisnis online, anda
bisa mengirimkan promosi produk ke para pelanggan anda dengan
memanfaatkan daftar e-mail pelanggan yang ada.
5) Media informasi
Melalui e-mail, anda bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru
dari seluruh dunia yang anda inginkan dengan cara menjadi
pelanggan informasi dari media yang anda tentukan.
6) Membuat blog atau website
Dengan e-mail anda bisa membuat blog dan website.
7) Sosial media
Dengan e-mail, anda bisa menjalin hubungan dengan teman atau
orang lain. Baik menggunakan e-mail itu sendiri atau melalui
jejaring sosial seperti facebook, twitter, atau google.
96
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner selama 2
(dua) hari pada tanggal 1 Agustus – 2 Agustus 2017 terhadap 78 responden
dari keseluruhan karyawan PT. Indonesia Power Suralaya yang berjumlah
722 orang. Hasil jawaban kuesioner ini selanjutnya ditabulasikan menjadi
sebuah tabel untuk memudahkan pengolahan data guna keperluan analisa data.
Tabulasi data ini selanjutnya diolah dalam komputer dengan bantuan
program komputer statistik (dengan perhitungan SPSS) berdasarkan tiap-tiap
pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner tersebut. Hasil pengolahan data
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
4.2.1 Data Responden
Data Responden dari penelitian ini berjumlah 78 orang responden
yang dihitung dengan menggunakan rumus slovin (sudah diuraikan pada
Bab III halaman 74-75). Melalui penyebaran angket mengenai data
respnden yang berjumlah 78 orang responden berdasarkan beberapa
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai jenis kelamin, usia,
status, pendidikan terakhir, dan lama bekerja di PT. Indonesia Power
Suralaya di peroleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)Laki-Laki 66 84.62Perempuan 12 15.38
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner
97
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan jumlah
responden sebanyak 78 responden tentang jenis kelamin, setelah dilakukan
analisis dan pengelompokan data maka diperoleh hasil responden berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 66 responden dengan presentase dihitung
dengan rumus ( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
84.62% dan untuk responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 12
responden dan diperoleh hasil prosentase sebesar ( ) x 100 = 15.38%.
Pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 66 orang atau sebesar 84.62%, sedangkan
responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 12 orang atau
sebesar 15.38%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase (%)< 19 tahun 0 0.0019 – 25 tahun 21 26.9226 – 40 tahun 49 62.82> 41 tahun 8 10.26
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan jumlah
responden sebanyak 78 responden berdasarkan usia, setelah dilakukan
analisis dan pengelompokan data maka diperoleh hasil responden dengan
usia < 19 tahun sebanyak 0 (nol) responden dengan presentase dihitung
dengan rumus ( ) x 100 dan diperoleh
98
hasil ( ) x 100 = 0.00%, responden dengan usia 19-25 tahun sebanyak
21 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 26.92%, responden dengan
usia 26-40 tahun sebanyak 49 responden prosentase sebesar ( ) x 100 =
62.82% dan responden dengan usia >41 tahun sebanyak 8 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 10.26%.
Pada tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang berusia <
19 tahun sebanyak 0 orang atau sebesar 0.00%, yang berusia antara 19-25
tahun sebanyak 21 orang atau sebesar 26.92%, yang berusia antara 26-40
tahun sebanyak 49 orang atau sebesar 62.82%, dan responden yang berusia
>41 tahun adalah sebanyak 8 orang atau sebesar 10.26 %. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 26-40 tahun.
Tabel 4.3Responden Berdasarkan Status
Status Jumlah Presentase (%)Menikah 52 66.67Belum Menikah 26 33.33
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan jumlah
responden sebanyak 78 responden berdasarkan status perkawinan, setelah
dilakukan analisis dan pengelompokan data maka diperoleh hasil
responden dengan status menikah sebanyak 52 responden dengan
presentase dihitung dengan rumus ( ) x
100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 66.67% dan responden dengan status
99
belum menikah sebanyak 26 responden, prosentase sebesar ( ) x 100 =
33.33%,
Pada tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
status sudah menikah sebanyak 52 orang atau sebesar 66.67%, dan yang
memiliki status belum menikah sebanyak 26 orang atau sebesar 33.33%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus sudah
menikah
Tabel 4.4Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)Tamat SMP 2 2.56Tamat SMU 12 15.38D3 35 44.87S1 27 34.62S2 2 2.56
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan jumlah
responden sebanyak 78 responden berdasarkan pendidikan, setelah
dilakukan analisis dan pengelompokan data maka diperoleh hasil
responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 2 (dua)
responden dengan presentase dihitung dengan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil
( ) x 100 = 2.56%, responden dengan tingkat pendidikan tamat SMU
sebanyak 12 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 15.38%,
responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 35 responden
100
prosentase sebesar ( ) x 100 = 44.87%, responden dengan tingkat
pendidikan S1 sebanyak 27 responden prosentase sebesar ( ) x 100 =
34.62% dan responden dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 2
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 2.56%
Pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa responden yang
berpendidikan terakhir tamat SMP sebanyak 2 orang atau sebesar 2.56%,
yang berpendidikan terakhir tamat SMU sebanyak 12 orang atau sebesar
15.38%, yang berpendidikan terakhir D3 sebanyak 35 orang atau sebesar
44.87%, yang berpendidikan terakhir S1 sebanyak 27 orang atau sebesar
34.62%, dan yang berpendidikan terakhir S2 sebanyak 2 orang atau
sebesar 2.56%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan
terakhir responden adalah tamat SMU.
Tabel 4.5Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)< 1 tahun 6 7.691 – 3 tahun 19 24.363 – 5 tahun 15 19.23> 5 tahun 38 48.72
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan jumlah
responden sebanyak 78 responden berdasarkan lama bekerja, setelah
dilakukan analisis dan pengelompokan data maka diperoleh hasil
responden dengan lama bekerja < 1 tahun sebanyak 6 (enam) responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
101
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( )
x 100 = 7.69%, responden dengan lama bekerja 1 – 3 tahun sebanyak 19
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 24.36%, responden dengan
lama bekerja 3-5 tahun sebanyak 15 responden prosentase sebesar ( ) x
100 = 19.23% dan responden dengan lama bekerja > 5 tahun sebanyak 38
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 48.72%.
Pada tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja
selama <1 tahun sebanyak 6 orang atau sebesar 7.69%, yang bekerja
selama 1-3 tahun sebanyak 19 orang atau sebesar 24.36%, yang bekerja
selama 3-5 tahun sebanyak 15 orang atau sebesar 19.23%, dan responden
yang bekerja selama >5 tahun adalah sebanyak 38 orang atau sebesar
48.72%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja
selama > 5 tahun.
4.2.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.2.1 Uji Validitas
Sebelum melakukan analisa data penulis melakukan uji statistik
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas instrument. Untuk mengetahui apakah
yang diberikan kepada responden benar-benar dapat mengukur apa yang
sedang diukur, maka harus dilakukan pengujian tingkat validitas
(kosehihan), jumlah angket yang disebarkan kepada responden sebanyak
78 angket sesuai dengan jumlah sampel dalam penelitian dengan jumlah
item pertanyaan total 17 item pertanyaan. Terdiri dari 8 Item pertanyaan
102
untuk variabel tanggapan pembaca, 5 item pertanyaan pengetahuan
pembaca dan 4 item pertanyaan pengaruh media internal perusahaan.
Uji validitas dihitung dengan menggunakan program Statistical
Product and Service Solutions (SPSS). Dengan ketentuan kriteria
pengujiannya dengan taraf signifikansi 5% atau rtabel adalah 0,223 yaitu
jika rhitung ≥ rtabel, maka instrument pernyataan-pernyataan kuesioner
berkorelasi terhadap skor total dinyatakan valid, dan jika rhitung < rtabel
(0,223) maka pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tidak valid.
Adapun hasil dari pengujian validitas berdasarkan hasil pengujian
dengan SPSS for Windows Versi 17.00 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6Hasil Uji Validitas
Tanggapan Pembaca
NoButir
PertanyaanNilai Korelasi
(rhitung)Taraf Signifikan
(rtabel)Keterangan
1 Butir 1 0,469 0,223 Valid
2 Butir 2 0,686 0,223 Valid
3 Butir 3 0,457 0,223 Valid
4 Butir 4 0,627 0,223 Valid
5 Butir 5 0,563 0,223 Valid
6 Butir 6 0,565 0,223 Valid
7 Butir 7 0,396 0,223 Valid
8 Butir 8 1.000 0,223 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
103
Tabel 4.7Hasil Uji Validitas
Pengetahuan Pembaca
NoButir
PertanyaanNilai Korelasi
(rhitung)Taraf Signifikan
(rtabel)Keterangan
1 Butir 1 0,412 0,223 Valid
2 Butir 2 0,440 0,223 Valid
3 Butir 3 0,535 0,223 Valid
4 Butir 4 0,539 0,223 Valid
5 Butir 5 1,000 0,223 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Tabel 4.8Hasil Uji ValiditasPengaruh Media
NoButir
PertanyaanNilai Korelasi
(rhitung)Taraf Signifikan
(rtabel)Keterangan
1 Butir 1 0,428 0,223 Valid
2 Butir 2 0,536 0,223 Valid
3 Butir 3 0,339 0,223 Valid
4 Butir 4 1,000 0,223 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Dari hasil pengolahan data di atas dapat diketahui bahwa
keseluruhan instrument dinyatakan valid. Hal ini dibuktikan dengan hasil
rhitung ≥ rtabel, artinya keseluruhan instrument dapat digunakan untuk
mengukur hasil penelitian.
4.2.2.2 Uji Reliabilitas
Setelah diuji validitas, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas
yaitu berhubungan dengan masalah ketepaan suatu data, sedangkan untuk
pengujian reliabilitas melalui nilai koefisien alpha dengan dibandingkan
nilai 0,60. Variabel dikatakan reliable apabila mempunyai nilai alpha di
atas 0,60 dan sebaliknya.
104
Tabel 4.9Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.948 17
Nilai koefisienn reliabilitas variabel Efektvitas Media Internal dalam
Penyampaian Pesan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) setelah
melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS for
Windows Ver. 17.00 didapatkan hasil adalah 0,948. Sesuai kriteria, nilai
ini sudah lebih besar dari 0,60. Maka hasil data dari angket memiliki
tingkat reliabilitas yang sangat baik atau dengan kata lain data hasil angket
variabel dapat dipercaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan, nilai ini sudah lebih besar dari
0,60. Maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik,
atau dengan kata lain data hasil penelitian menunjukan bahwa kuesioner
penelitian reliable.
4.2.3 Dimensi Efektivitas Media Internal
4.2.3.1 Jangkauan Pembaca (Audience Coverage)
Tabel 4.10Responden Aktif Secara Rutin
Membuka Media Internal Perusahaan
Responden Aktif Jumlah Presentase (%)Ya 78 100.00Tidak 0 0.00
Total 78 100.00Sumber: Data Kuesioner No. 1
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal dengan indikator jangkauan pembaca
105
dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka
diperoleh hasil bahwa jangkauan media internal perusahaan
menjangkau semua responden secara aktif sebanyak 78 responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 100% dan tidak
ada responden pada tingkat tidak aktif yaitu 0 (nol) atau prosentase sebesar
( ) x 100 = 0.00%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 78
orang atau sebesar 100.00% aktif secara rutin membuka media internal
perusahaan, dan tidak ada responden yang tidak aktif dalam membuka
media internal perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden
selalu aktif membuka media internal perusahaan.
4.2.3.2 Tanggapan Pembaca (Audience Response)
Tabel 4.11Tanggapan Responden Terhadap Kesesuaian Waktu Penerbitan
Media Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 10 12.8 12.8 12.8
Setuju 51 65.4 65.4 78.2
Ragu-ragu 13 16.7 16.7 94.9
Tidak Setuju 4 5.1 5.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 1
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
106
kesesuaian waktu penerbitan media internal perusahaan dari jumlah
sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh
hasil bahwa kesesuaian waktu penerbitan media internal perusahaan yang
menjawab sangat setuju sebanyak 10 responden dengan presentase
dihitung dengan menggunakan rumus ( ) x
100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 12.8%, responden yang menjawab
setuju sebanyak 51 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 65.4%,
responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 13 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 16.7%, dan responden yang menjawab tidak setuju
sebanyak 4 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 5.1%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 10
orang atau sebesar 12.8% menyatakan sangat setuju, 51 orang atau sebesar
65.4% menyatakan setuju, 13 orang atau sebesar 16.7% menyatakan ragu-
ragu, 4 orang atau sebesar 5.1% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada
responden atau sebesar 0% yang menyatakan sangat tidak setuju (tidak
dimasukan dalam tabel). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden setuju bahwa waktu penerbitan Media Internal Perusahaan pada
setiap edisinya sudah sesuai harapan mereka.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
107
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Ketepatan waktu
(timing) harus sesuai jadwal dan tidak ada penyimpangan jadwal Pesan
yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya.
Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.
(Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Kesesuaian Waktu Penerbitan Media Internal
Perusahaan yang dilakukan oleh PT. Indonesia Power Suralaya sudah
sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga sehingga
tanggapan para responden dalam penelitian ini adalah positif dan sudah
sesuai harapan mereka.
Tabel 4.12Tanggapan Responden Terhadap Menarik Tidaknya Isi Materi dan
Informasi dalam Media Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 11 14.1 14.1 14.1
Setuju 56 71.8 71.8 85.9
Ragu-ragu 10 12.8 12.8 98.7
Tidak Setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 2
108
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
menarik tidaknya isi materi dan informasi dalam media internal
perusahaan dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis
data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 11
responden dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
14.1%, responden yang menjawab setuju sebanyak 56 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 71.8%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 10 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 12.8%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 1.28%.
Pada tabel di atas terlihat dapat disimpulkan bahwa responden
sebanyak 11 orang atau sebesar 14.1% menyatakan sangat setuju, 56 orang
atau sebesar 71.8% menyatakan setuju, 10 orang atau sebesar 12.8%
menyatakan ragu-ragu, 1 orang atau sebesar 1.3% menyatakan tidak
setuju, dan tidak ada responden atau sebesar 0% yang menyatakan sangat
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju
bahwa waktu penerbitan isi materi dan informasi dalam media internal
perusahaan menarik bagi karyawan.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
109
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur dari maksud yang disampaikan memang diterima
dan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. (Harjana, 2000
: 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Menarik Tidaknya Isi Materi dan Informasi dalam
Media Internal Perusahaan yang dibuat oleh PT. Indonesia Power Suralaya
sudah menarik bagi karyawan sehingga memotivasi para karyawan untuk
selalu membuka media internal yang disampaikan.
Tabel 4.13Tanggapan Responden Terhadap Bagus dan Menariknya Desain
Layout Media Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 12 15.4 15.4 15.4
Setuju 46 59.0 59.0 74.4
Ragu-ragu 17 21.8 21.8 96.2
Tidak Setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 3
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
110
bagus dan menariknya desain layout media internal perusahaan dari
jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka
diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
15.4%, responden yang menjawab setuju sebanyak 46 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 59.0%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 17 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 21.8%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 3.8%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 12
orang atau sebesar 15.4% menyatakan sangat setuju, 46 orang atau sebesar
59.0% menyatakan setuju, 17 orang atau sebesar 21.8% menyatakan ragu-
ragu, 3 orang atau sebesar 3.8% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Desain Layout Media
Intenal Perusahaan bagus dan menarik bagi karyawan.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
111
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Format pesan
(format): struktur yang diterima vs yang dikirim Terdapat kesesuaian
format antara yang dimaksudkan oleh pengirim dengan penerima.
(Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Bagus dan Menariknya Desain Layout Media
Internal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik
sehingga sebagian besar responden setuju bahwa Desain Layout Media
Intenal Perusahaan bagus dan menarik bagi karyawan.
Tabel 4.14Tanggapan Responden Terhadap Kelengkapan dan Kejelasan Isi
Materi Media Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 13 16.7 16.7 16.7
Setuju 48 61.5 61.5 78.2
Ragu-ragu 16 20.5 20.5 98.7
Tidak Setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 4
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
kelengkapan dan kejelasan isi materi media internal perusahaan dari
jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka
112
diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
16.7%, responden yang menjawab setuju sebanyak 48 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 61.5%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 16 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 20.5%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 1.3%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 13
orang atau sebesar 16.7% menyatakan sangat setuju, 48 orang atau sebesar
61.5% menyatakan setuju, 16 orang atau sebesar 20.5% menyatakan ragu-
ragu, 1 orang atau sebesar 1.3% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa isi materi Media Internal
Perusahaan sudah lengkap dan jelas bagi karyawan.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
113
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content): yang
diterima / yang tersalur vs yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Kelengkapan dan Kejelasan Isi Materi Media
Internal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik
sehingga sebagian besar sebagian besar responden setuju bahwa isi materi
Media Internal Perusahaan sudah lengkap dan jelas bagi karyawan.
Tabel 4.15Tanggapan Responden Terhadap Minat Menggali Informasi dari
Media Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 14 17.9 17.9 17.9
Setuju 50 64.1 64.1 82.1
Ragu-ragu 11 14.1 14.1 96.2
Tidak Setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 5
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
minat menggali informasi dari media internal perusahaan dari jumlah
sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh
hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 14 responden dengan
presentase dihitung dengan menggunakan rumus
114
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
17.9%, responden yang menjawab setuju sebanyak 50 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 64.1%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 11 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 14.1%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 3.8%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 14
orang atau sebesar 17.9% menyatakan sangat setuju, 50 orang atau sebesar
64.1% menyatakan setuju, 11 orang atau sebesar 14.1% menyatakan ragu-
ragu, 3 orang atau sebesar 3.8% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Informasi dalam Media
Internal yang disajikan menarik minat karyawan.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Rejeki dan Anita yang mengatakan bahwa sikap pelaku
komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut (Rejeki dan
Anita, 2009 : 8).
115
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Minat Menggali Informasi dari Media Internal
Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga
sebagian besar responden setuju bahwa Informasi dalam Media Internal
yang disajikan menarik minat karyawan.
Tabel 4.16Tanggapan Responden Terhadap Media Internal Dapat Menjadi
Sumber Informasi Handal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 13 16.7 16.7 16.7
Setuju 45 57.7 57.7 74.4
Ragu-ragu 16 20.5 20.5 94.9
Tidak Setuju 4 5.1 5.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 6
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
media internal dapat menjadi sumber informasi handal perusahaan dari
jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka
diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
16.7%, responden yang menjawab setuju sebanyak 45 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 57.7%, responden yang menjawab ragu-
116
ragu sebanyak 16 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 20.5%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 5.1%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 13
orang atau sebesar 16.7% menyatakan sangat setuju, 45 orang atau sebesar
57.7% menyatakan setuju, 16 orang atau sebesar 20.5% menyatakan ragu-
ragu, 4 orang atau sebesar 5.1% menyatakant idak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Media Internal Perusahaan
dapat menjadi informasi handal perusahaan untuk para karyawannya.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Sumber pesan
(source): orang yang melakukan vs yang bertanggung jawab artinya ada
kejelasan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pesan yang
disampaikan akurat (Harjana, 2000 : 23-24).
117
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
Responden Terhadap Media Internal Dapat Menjadi Sumber Informasi
Handal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik
sehingga sebagian besar responden setuju bahwa Media Internal
Perusahaan dapat menjadi informasi handal perusahaan untuk para
karyawannya.
Tabel 4.17Tanggapan Responden Terhadap Kegunaan dan Kefektifan Media
Internal Perusahaan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 9 11.5 11.5 11.5
Setuju 50 64.1 64.1 75.6
Ragu-ragu 14 17.9 17.9 93.6
Tidak Setuju 5 6.4 6.4 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 7
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indikator
kegunaan dan kefektifan media internal perusahaan dari jumlah sebanyak
78 responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang
menjawab sangat setuju sebanyak 9 responden dengan presentase dihitung
dengan menggunakan rumus ( ) x 100 dan
diperoleh hasil ( ) x 100 = 11.5%, responden yang menjawab setuju
sebanyak 50 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 64.1%, responden
yang menjawab ragu-ragu sebanyak 14 responden prosentase sebesar ( )
118
x 100 = 17.9%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 5
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 6.4%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 9
orang atau sebesar 11.5% menyatakan sangat setuju, 50 orang atau sebesar
64.1% menyatakan setuju, 14 orang atau sebesar 17.9% menyatakan ragu-
ragu, 5 orang atau sebesar 6.4% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Media Internal Perusahaan
sanga berguna dan efektif bagi para karyawan.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa komunikasi yang
efektif adalah bagaimana penyebaran pesan (komunikator) dengan
penerima pesan (komunikan) dapat menimbulkan suatu pengertian yang
sama tentang suatu pesan (efek). Perubahan yang terjadi disebut efek
positif atau efektivitas (Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
119
Responden Terhadap Kegunaan dan Kefektifan Media Internal Perusahaan
PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar
responden setuju bahwa Media Internal Perusahaan sanga berguna dan
efektif bagi para karyawan.
Tabel 4.18Tanggapan Responden Terhadap Kecukupan Isi Media Internaldalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Karyawan Tentang K3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 15 19.2 19.2 19.2
Setuju 47 60.3 60.3 79.5
Ragu-ragu 15 19.2 19.2 98.7
Tidak Setuju 1 1.3 1.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 8
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tangapan pembaca dengan indicator
kecukupan isi media internal dalam memenuhi kebutuhan informasi
karyawan tentang K3 dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah
dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju
sebanyak 15 responden dengan presentase dihitung dengan menggunakan
rumus ( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x
100 = 19.2%, responden yang menjawab setuju sebanyak 47 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 60.3%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 15 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 19.2%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden prosentase
120
sebesar ( ) x 100 = 1.3%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 15
orang atau sebesar 19.2% menyatakan sangat setuju, 47 orang atau sebesar
60.3% menyatakan setuju, 15 orang atau sebesar 19.2% menyatakan ragu-
ragu, 1 orang atau sebesar 1.3% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Isi Media Internal
perusahaan sudah memenuhi kebutuhan informasi karyawan tentang
Keselamatan, Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa kampanye humas akan efektif bila khalayak
merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan
opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah
positif atau favourable. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content): yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Tanggapan
121
Responden Terhadap Kecukupan Isi Media Internal dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Karyawan Tentang K3 PT. Indonesia Power
Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar responden setuju
bahwa Isi Media Internal perusahaan sudah memenuhi kebutuhan
informasi karyawan tentang Keselamatan, Kecelakaan dan Kesehatan
Kerja (K3).
4.2.3.3 Pengetahuan Terhadap Media (Communication Impact)
Tabel 4.19Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan dengan
Kegiatan dan Aktivitas Perusahaan dalam Mengatasi K3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 7 9.0 9.0 9.0
Setuju 34 43.6 43.6 52.6
Ragu-Ragu 30 38.5 38.5 91.0
Tidak Setuju 7 9.0 9.0 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 1
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengetahuan pembaca dengan
indikator informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan aktivitas
perusahaan dalam mengatasi K3 dari jumlah sebanyak 78 responden,
setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat
setuju sebanyak 7 responden dengan presentase dihitung dengan
menggunakan rumus ( ) x 100 dan
diperoleh hasil ( ) x 100 = 9.0%, responden yang menjawab setuju
122
sebanyak 34 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 43.6%, responden
yang menjawab ragu-ragu sebanyak 30 responden prosentase sebesar ( )
x 100 = 38.5%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 7
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 9.0%.
Pada tabel di atas terlihat bahwa responden sebanyak 7 orang atau
sebesar 9.0% menyatakan sangat setuju, 34 orang atau sebesar 43.6%
menyatakan setuju, 30 orang atau sebesar 38.5% menyatakan ragu-ragu, 7
orang atau sebesar 9.0% menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden
0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan responden terhadap
informasi yang Berkaitan dengan Kegiatan dan Aktivitas Perusahaan
dalam Mengatasi K3 sudah baik.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang
menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak
terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat
membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
dipahami komunikan sasaran. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
123
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengetahuan
Responden terhadap Informasi yang Berkaitan dengan Kegiatan dan
Aktivitas Perusahaan dalam Mengatasi K3 PT. Indonesia Power Suralaya
sudah sangat baik sehingga sebagian besar responden setuju bahwa
pengetahuan responden terhadap informasi yang Berkaitan dengan
Kegiatan dan Aktivitas Perusahaan dalam Mengatasi K3 sudah baik.
Tabel 4.20Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan denganKebijakan Perusahaan dalam Isi Media Internal Yang Disampaikan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 12 15.4 15.4 15.4
Setuju 37 47.4 47.4 62.8
Ragu-ragu 23 29.5 29.5 92.3
Tidak Setuju 6 7.7 7.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 2
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengetahuan pembaca dengan
indikator informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan dalam isi
media internal yang disampaikan dari jumlah sebanyak 78 responden,
setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat
setuju sebanyak 12 responden dengan presentase dihitung dengan
menggunakan rumus ( ) x 100 dan
diperoleh hasil ( ) x 100 = 15.4%, responden yang menjawab setuju
124
sebanyak 37 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 47.4%, responden
yang menjawab ragu-ragu sebanyak 23 responden prosentase sebesar ( )
x 100 = 29.5%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 6
responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 7.7%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 12
orang atau sebesar 15.4% menyatakan sangat setuju, 37 orang atau sebesar
47.4% menyatakan setuju, 23 orang atau sebesar 29.5% menyatakan ragu-
ragu, 6 orang atau sebesar 7.7% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan responden
terhadap informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan dalam isi
media internal yang disampaikan sudah baik.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang
menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak
terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat
membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
dipahami komunikan sasaran. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
125
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengetahuan
Responden terhadap Informasi yang Berkaitan dengan Kebijakan
Perusahaan dalam Isi Media Internal Yang Disampaikan PT. Indonesia
Power Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar responden
setuju bahwa pengetahuan responden terhadap informasi yang berkaitan
dengan kebijakan perusahaan dalam isi media internal yang disampaikan
sudah baik.
Tabel 4.21Pengetahuan Responden terhadap Media Internal dapat Memenuhi
Informasi untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 17 21.8 21.8 21.8
Setuju 37 47.4 47.4 69.2
Ragu-ragu 19 24.4 24.4 93.6
Tidak Setuju 5 6.4 6.4 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 3
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengetahuan pembaca dengan
indikator media internal dapat memenuhi informasi untuk meningkatkan
produktifitas kerja dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan
analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak
17 responden dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
126
21.8%, responden yang menjawab setuju sebanyak 37 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 47.4%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 19 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 24.4%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 6.4%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 17
orang atau sebesar 21.8% menyatakan sangat setuju, 37 orang atau sebesar
47.4% menyatakan setuju, 19 orang atau sebesar 24.4% menyatakan ragu-
ragu, 5 orang atau sebesar 6.4% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan responden
terhadap media internal dapat memenuhi iformasi untuk meningkatkan
produktifitas kerja karyawan sudah baik.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang
menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak
terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat
membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
dipahami komunikan sasaran. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
127
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengetahuan
Responden terhadap Media Internal dapat Memenuhi Informasi untuk
Meningkatkan Produktifitas Kerja PT. Indonesia Power Suralaya sudah
sangat baik sehingga sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan
responden terhadap media internal dapat memenuhi iformasi untuk
meningkatkan produktifitas kerja karyawan sudah baik.
Tabel 4.22Pengetahuan Responden terhadap Media Internal Dapat Memenuhi
Informasi dan Keinginan Mereka untuk Menghindari TerjadinyaKecelakaan Kerja
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 15 19.2 19.2 19.2
Setuju 34 43.6 43.6 62.8
Ragu-ragu 23 29.5 29.5 92.3
Tidak Setuju 6 7.7 7.7 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 4
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengetahuan pembaca dengan
indikator media internal dapat memenuhi informasi dan keinginan mereka
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dari jumlah sebanyak 78
responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang
menjawab sangat setuju sebanyak 15 responden dengan presentase
128
dihitung dengan menggunakan rumus ( ) x
100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 19.2%, responden yang menjawab
setuju sebanyak 34 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 43.6%,
responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 23 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 29.5%, dan responden yang menjawab tidak setuju
sebanyak 6 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 7.7%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 15
orang atau sebesar 19.2% menyatakan sangat setuju, 34 orang atau sebesar
43.6% menyatakan setuju, 23 orang atau sebesar 29.5% menyatakan ragu-
ragu, 6 orang atau sebesar 7.7% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan responden
terhadap media internal dapat memenuhi informasi dan keinginan mereka
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja sudah baik.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang
menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak
terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat
membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
dipahami komunikan sasaran. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
129
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengetahuan
Responden terhadap Media Internal Dapat Memenuhi Informasi dan
Keinginan Mereka untuk Menghindari Terjadinya Kecelakaan Kerja PT.
Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar
responden setuju bahwa pengetahuan responden terhadap media internal
dapat memenuhi informasi dan keinginan mereka untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja sudah baik.
Tabel 4.23Pengetahuan Responden terhadap Kesesuaian Media Internal Sebagai
Sumber Informasi Mengenai Standarisasi SOP
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 8 10.3 10.3 10.3
Setuju 39 50.0 50.0 60.3
Ragu-ragu 24 30.8 30.8 91.0
Tidak Setuju 7 9.0 9.0 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 5
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengetahuan pembaca dengan
indikator kesesuaian media internal sebagai sumber informasi mengenai
standarisasi SOP dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan
analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak
130
8 responden dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
10.7%, responden yang menjawab setuju sebanyak 39 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 50.0%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 24 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 30.8%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 9.0%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 8
orang atau sebesar 10.3% menyatakan sangat setuju, 39 orang atau sebesar
50.0% menyatakan setuju, 24 orang atau sebesar 30.8% menyatakan ragu-
ragu, 7 orang atau sebesar 9.0% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan responden
terhadap kesesuain media internal sebagai sumber informasi mengenai
standarisasi SOP sudah baik.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang
menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak
terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat
membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan
131
dipahami komunikan sasaran. (Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang
dikemukakan oleh Harjana yang mengatakan bahwa Isi (content) yang
diterima / yang tersalur yaitu yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima
memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana,
2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengetahuan
Responden terhadap Kesesuaian Media Internal Sebagai Sumber Informasi
Mengenai Standarisasi SOP PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat
baik sehingga sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan
responden terhadap kesesuain media internal sebagai sumber informasi
mengenai standarisasi SOP sudah baik.
4.2.3.4 Pengaruh media (Process of Influence)
Tabel 4.24Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Visi dan Misi
Perusahaan Tentang K3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 11 14.1 14.1 14.1
Setuju 52 66.7 66.7 80.8
Ragu-ragu 12 15.4 15.4 96.2
Tidak Setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 1
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengaruh media dengan
indikator visi dan misi perusahaan tentang K3 dari jumlah sebanyak 78
132
responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang
menjawab sangat setuju sebanyak 11 responden dengan presentase
dihitung dengan menggunakan rumus ( ) x
100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 14.1%, responden yang menjawab
setuju sebanyak 52 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 66.7%,
responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 12 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 15.4%, dan responden yang menjawab tidak setuju
sebanyak 3 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 3.8%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 11
orang atau sebesar 14.1% menyatakan sangat setuju, 52 orang atau sebesar
66.7% menyatakan setuju, 12 orang atau sebesar 15.4% menyatakan ragu-
ragu, 3 orang atau 3.8% menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden
0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju bahwa media internal perusahaan
berpengaruh terhadap visi dan misi perusahaan tentang K3.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan
alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah menggunakan
berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan komunikan.
(Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang dikemukakan oleh Harjana yang
133
mengatakan bahwa Isi (content) yang diterima / yang tersalur yaitu yang
dimaksudkan Isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengaruh Media
Internal Perusahaan Terhadap Visi dan Misi Perusahaan Tentang K3 PT.
Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar
responden setuju bahwa media internal perusahaan berpengaruh terhadap
visi dan misi perusahaan tentang K3.
Tabel 4.25Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Karyawan tentang SOP K3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 14 17.9 17.9 17.9
Setuju 43 55.1 55.1 73.1
Ragu-ragu 17 21.8 21.8 94.9
Tidak Setuju 4 5.1 5.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 2
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengaruh media dengan
indikator peningkatan pengetahuan karyawan tentang Standar Operasional
Perusahaan (SOP) Keselamatan dam Kesehatan Kerja (K3) PT. Indonesia
Power Suralaya dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan
analisis data maka diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak
14 responden dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
134
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
17.97%, responden yang menjawab setuju sebanyak 43 responden
prosentase sebesar ( ) x 100 = 55.1%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 17 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 21.8%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 5.1%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 14
orang atau sebesar 17.9% menyatakan sangat setuju, 43 orang atau sebesar
55.1% menyatakan setuju, 17 orang atau sebesar 21.8% menyatakan ragu-
ragu, 4 orang atau 5.1% menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden
0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju bahwa media internal perusahaan
memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan karyawan tentang
SOP K3 berpengaruh.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan
alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah menggunakan
berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan komunikan.
(Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang dikemukakan oleh Harjana yang
mengatakan bahwa Isi (content) yang diterima / yang tersalur yaitu yang
135
dimaksudkan Isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengaruh Media
Internal Perusahaan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan tentang
SOP K3 PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga
sebagian besar responden setuju bahwa media internal perusahaan
memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan karyawan tentang
SOP K3 berpengaruh.
Tabel 4.26Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Disiplin Karyawan
dalam Bekerja Berdasarkan Standarisasi SOP
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 19 24.4 24.4 24.4
Setuju 35 44.9 44.9 69.2
Ragu-ragu 16 20.5 20.5 89.7
Tidak Setuju 8 10.3 10.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 3
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengaruh media dengan
indikator disiplin karyawan dalam bekerja berdasarkan standarisasi SOP
dari jumlah sebanyak 78 responden, setelah dilakukan analisis data maka
diperoleh hasil yang menjawab sangat setuju sebanyak 19 responden
dengan presentase dihitung dengan menggunakan rumus
( ) x 100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 =
24.4%, responden yang menjawab setuju sebanyak 35 responden
136
prosentase sebesar ( ) x 100 = 44.9%, responden yang menjawab ragu-
ragu sebanyak 16 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 20.5%, dan
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 10.3%.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 19
orang atau sebesar 24.4% menyatakan sangat setuju, 35 orang atau sebesar
44.9% menyatakan setuju, 16 orang atau sebesar 20.5% menyatakan ragu-
ragu, 8 orang atau 10.3% menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden
0% yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju bahwa media internal perusahaan
memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan karyawan dalam bekerja
berdasarkan standarisasi SOP.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan
alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah menggunakan
berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan komunikan.
(Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang dikemukakan oleh Harjana yang
mengatakan bahwa Isi (content) yang diterima / yang tersalur yaitu yang
dimaksudkan Isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengaruh Media
137
Internal Perusahaan Terhadap Disiplin Karyawan dalam Bekerja
Berdasarkan Standarisasi SOP PT. Indonesia Power Suralaya sudah sangat
baik sehingga sebagian besar responden setuju bahwa media internal
perusahaan memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan karyawan dalam
bekerja berdasarkan standarisasi SOP.
Tabel 4.27Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Terhindarnya
Kecelakaan Kerja
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Sangat Setuju 22 28.2 28.2 28.2
Setuju 43 55.1 55.1 83.3
Ragu-ragu 10 12.8 12.8 96.2
Tidak Setuju 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Butir Nomor 4
Dari kuesioner yang penulis kumpulkan berhubungan dengan
dimensi efektivitas media internal tentang pengaruh media dengan
indikator terhindarnya kecelakaan kerja dari jumlah sebanyak 78
responden, setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil yang
menjawab sangat setuju sebanyak 22 responden dengan presentase
dihitung dengan menggunakan rumus ( ) x
100 dan diperoleh hasil ( ) x 100 = 28.2%, responden yang menjawab
setuju sebanyak 43 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 55.1%,
responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 10 responden prosentase
sebesar ( ) x 100 = 12.8%, dan responden yang menjawab tidak setuju
sebanyak 3 responden prosentase sebesar ( ) x 100 = 3.8%.
138
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden sebanyak 22
orang atau sebesar 28.2% menyatakan sangat setuju, 43 orang atau sebesar
55.1% menyatakan setuju, 10 orang atau sebesar 12.8% menyatakan ragu-
ragu, 3 orang atau sebesar 3.8% menyatakan tidak setuju dan tidak ada
responden 0% yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa media
internal perusahaan memiliki pengaruh terhadap terhindarnya kecelakaan
kerja.
Dari hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori uses and
gratification tentang tolak ukur efektivitas yang dikemukakan oleh
Krisyantono bahwa proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan
alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah menggunakan
berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan komunikan.
(Krisyantono, 2008 : 69). Dan juga yang dikemukakan oleh Harjana yang
mengatakan bahwa Isi (content) yang diterima / yang tersalur yaitu yang
dimaksudkan Isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh pengirim pesan (Harjana, 2000 : 23-24).
Dari hasil di atas penulis menyimpulkan bahwa Pengaruh Media
Internal Perusahaan Terhadap Terhindarnya Kecelakaan Kerja PT.
Indonesia Power Suralaya sudah sangat baik sehingga sebagian besar
responden setuju bahwa media internal perusahaan memiliki pengaruh
terhadap terhindarnya kecelakaan kerja.
139
Adapun hasil perhitungan akhir masing-masing dimensi efektifitas
media internal dalam bentuk presentase adalah sebagai berikut:
1. Skor Dimensi Tanggapan Pembaca (Audience Response)
= Jumlah Skor Hasil Pengumpulan Data x 100%(Skor TertinggixJumlah PertanyaanxJumlah Responden)
= 2437 x 100%(5x8x78)
= 2437 x 100%3120
= 78.11%
2. Skor Pengetahuan Terhadap Media (Communication Impact)
= Jumlah Skor Hasil Pengumpulan Data x 100%(Skor TertinggixJumlah PertanyaanxJumlah Responden)
= 1438 x 100%(5x5x78)
= 1438 x 100%1950
= 73.74%
3. Skor Dimensi Pengaruh media (Process of Influence)
= Jumlah Skor Hasil Pengumpulan Data x 100%(Skor TertinggixJumlah PertanyaanxJumlah Responden)
= 1223 x 100%(5x4x78)
= 1223 x 100%1560
= 78.40%
Dan hasil presentase diatas dapat terlihat bahwa skor dimensi
tanggapan responden terhadap media adalah sebesar 78.11%, skor dimensi
140
pengetahuan responden terhadap media adalah sebesar 73.74%, dan skor
dimensi pengaruh media terhadap kebutuhan informasi responden adalah
sebesar 78.40%. Hasil skor tersebut menunjukkan bahwa tanggapan
responden terhadap Media Internal Perusahaan PT. Indonesia Power
Suralaya adalah Positif / Efektif, pengetahuan responden terhadap Media
Internal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya adalah Positif / Efektif,
dan pengaruh Media Internal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya
terhadap kebutuhan informasi responden positif/efektif.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menganalisis dan membahas Efektifitas
Media Internal Perusahaan PT. Indonesia Power Suralaya sebagai Sarana
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Karyawan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan konsep dasar teori efektifitas bahwa tolak
ukur efektifitas dan hasil suatu program dari PT. Indonesia Power Suralaya
terdapat pada 4 dimensi yaitu pertama dimensi Audience Coverage (Jangkauan
Pembaca): berapa responden yang dapat dijangkau dari program yang dibuat,
apakah target responden yang diinginkan dapat tercapai atau tidak, kedua
dimensi Audience Response (Tanggapan Pembaca): bagaimana tanggapan dan
respon responden terhadap program tersebut, apakah positif atau tidak, lalu
ketiga dimensi Communication Impact (Pengetahuan terhadap Media): sejauh
mana pengetahuan responden terhadap program tersebut, dan keempat dimensi
141
Process of Influence (Pengaruh Media): dalam hal ini bagaimana pengaruh
media terhadap kebutuhan informasi responden (karyawan).
Dalam penelitian ini penulis menganalisis setiap jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diperoleh dan dikumpulkan dari 78
responden yang dijadikan sebagai sample oleh penulis dari jumlah populasi
keseluruhan PT. Indonesia Power Suralaya yang berjumlah 722 orang.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dengan perhitungan tabel data
responden yang berjumlah 78 orang, bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki (66 orang; 84.62%), berusia antara 26-40 tahun (49 orang;
62.82%), memiliki status sudah menikah (52 orang; 66.67%), memiliki latar
belakang pendidikan terakhir tamat D3 (35 orang; 44.87%), dan sudah bekerja
di PT. Indonesia Power Suralaya selama lebih dari 5 tahun (38 orang;
48.72%).
Berdasarkan segi dimensi efektifitas media internal, hasil perhitungan
skor dimensi Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) sebesar 100%
menunjukkan bahwa sasaran dan target pembaca yang ingin dijangkau oleh
PT. Indonesia Power Suralaya dalam aktifitasnya secara rutin membuka media
internal perusahaan. Hal ini sudah sesuai dengan konsep dasar teori efektifitas
yang digunakan oleh penulis bahwa keberhasilan suatu program dalam
mengkomunikasikan suatu pesan adalah ketika komunikasi tersebut dapat
menjangkau seluruh khalayak atau pembaca sasaran yang diinginkan dengan
efektif.
142
Berdasarkan hasil perhitungan skor dimensi Tanggapan Pembaca
(Audience Response) yang sebesar 78.11% menunjukkan bahwa sebagian
ebsar responden merespons program komunikasi melalui media internal
perusahaan ini positif/ efektif. Mereka menilai bahwa media internal yang
diterbitkan oleh PT. Indonesia Power Suralaya ini dapat memenuhi kebutuhan
informasi mereka serta menambah pengetahuan dan wawasan mereka tentang
berbagai aktivitas kerja khususnya dalam hal Keselamatan dan Kecelakaan
Kerja (K3). Hal ini juga sesuai dengan konsep dasar teori efektifitas yang
digunakan oleh penulis bahwa karyawan PT. Indonesia Power Suralaya telah
mendukung program penyelenggaraan penerbitan Media Internal Perusahaan
dengan respon sangat positif yang mereka berikan, sehingga program
penyampaian pesan melalui media internal perusahaan ini pun menjadi sangat
efektif.
Berdasarkan hasil perhitungan skor dimensi Pengetahuan terhadap
Media (Communication Impact) yang sebesar 73.74% menunjukkan bahwa
pengetahuan responden terhadap media internal perusahaan tentang
penyampaian pesan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3) juga positif/
efektif. Hal ini dapat terlihat dari hasil jawaban kuesioner yang menunjukkan
bahwa mereka hampir seluruhnya sudah mengetahui dan memahami media
internal perusahaan dengan sangat baik. Hal ini dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan mereka yang sebagian besar adalah tamatan D3 dan
mengerti teknologi sehingga pengetahuan dan daya paham atau daya tanggap
mereka pun sangat baik.
143
Berdasarkan hasil perhitungan skor dimensi Pengaruh Media (Process of
Influence) yang sebesar 78.40% menunjukkan bahwa pengaruh program
penyelenggaraan penerbitan media internal perusahaan ini terhadap kebutuhan
informasi responden sudah baik. Hal ini berarti PT. Indonesia Power Suralaya
sudah mempertimbangkan dan memperhatikan kepentingan karyawan dalam
menyajikan media internal tersebut karena hasil perhitungan sudah
menunjukkan bahwa penerbitan media internal perusahaan dalam hal
penyampaian pesan K3 ini sudah berpengaruh terhadap kebutuhan informasi
mereka serta menambah wawasan dan pengetahuan mereka.
Dari hasil yang diperoleh tersbut di atas sesuai dengan teori teori uses
and gratification tentang tolak ukur yang dikemukakan oleh Krisyantono
bahwa efektivitas kegiatan komunikasi yang diselenggarakan oleh humas
dapat dilihat dari pencapaian tujuan program atau kegiatan yang
diselenggarakan oleh humas itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini media
internal dapat dikatakan efektif bila saat penelitian komunikasi ini media
internal tersebut sukses sebagai sarana yang dipakai oleh humas untuk
menyampaikan informasi kepada seluruh karyawan, dan pihak karyawan pun
merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan informasi mereka akan segala
sesuatu yang berhubungan dengan produk, kebijakan perusahaan, ataupun
informasi-informasi umum menarik lainnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Penggunaan media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk
mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) oleh kayawan
Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja sudah sangat efektif.
144
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis dari hasil
penelitian di PT. Indonesia Power Suralaya mengenai Penggunaan media
internal PT Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan
dan kesehatan kerja (k3) oleh kayawan adalah sebagai berikut:
a. Dari segi dimensi Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) dengan skor
sebesar 100% dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Indonesia Power
Suralaya 100% berhasil menjangkau keseluruhan karyawan perusahaan
sesuai target dan sasaran yang diinginkan perusahaan dalam penyampaian
Pengguna media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk
mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) kepada kayawan
untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka.
b. Dari segi Tanggapan pembaca (Audience Response) yang sebesar 81.79%
dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggapan responden terhadap pengguna
media internal perusahaan ini sangat efektif hal ini dibuktikan dengan
melihat tanggapan dengan respon positif yang ditunjukkan oleh para
karyawan PT. Indonesia Power Suralaya melalui jawaban kuesioner yang
disampaikan oleh penulis kepada mereka.
c. Dari segi Pengetahuan terhadap media (Communication Impact) yang
sebesar 81.44% dapat dirasik kesimpulan bahwa pengetahuan responden
145
terhadap pengguna media internal perusahaan tentang penyampaian pesan
Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3) sangat efektif. Hal ini dapat
terlihat dari hasil jawaban kuesioner yang menunjukkan bahwa mereka
hampir seluruhnya sudah mengetahui dan memahami media internal
perusahaan dengan sangat baik.
d. Dari segi Pengaruh Media (Process of Influence) yang sebesar 78.85%
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh program penyelenggaraan
penerbitan media internal perusahaan ini terhadap kebutuhan informasi
responden sudah baik. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa penerbitan media internal perusahaan dalam hal
penyampaian pesan K3 ini sudah berpengaruh terhadap kebutuhan
informasi mereka serta menambah wawasan dan pengetahuan mereka
berdasarkan jawaban-jawaban yang disi oleh responden.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diungkapkan oleh penulis dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Pertahankan Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) dalam keaktifan
para karyawan membaca secara rutin media internal perusahaan walaupun
sudah sangat efektif perusahaan perlu terus berkesinambungan
memberikan informasi kepada karyawan tentang keberadaan media
internal perusahaan.
146
a. Pertahankan dan lebih ditingkatkan tanggapan pembaca (Audience
Response) dengan hasil yang sudah dicapai oleh perusahaan
ditunjukkan dengan respon sangat positif dari karyawan tentang
keberadaan media internal perusahaan dalam penyampaian pesan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan Pabrik PT.
Indonesia Power Suralaya.
b. Pertahankan dan tingkatkan pengetahuan terhadap media
(Communication Impact) ke arah yang lebih baik dan jangan terlena
dari hasil yang sudah sangat efektif.
c. Pertahankan dan tingkatkan terus Pengaruh media (Process of
Influence) dengan pencapaian hasil yang sudah efektif ke arah yang
sangat efektif agar hasil yang sudah dicapai perusahaan dengan tidak
terjadinya kecelakaan kerja terus dipertahankan jangan sampai berhenti
dalam mengkampanyekan pesan-pesan K3 perusahaan bagi para
karyawannya.
d. Penulis berharap dilain kesempatan mahasiswa lainnya juga dapat
menganalisis dan membahas mengenai topik yang sama tetapi dengan
menggunakan konsep dasar teori yang berbeda sehingga kita bisa
melihat perbandingan dari hasil penelitian pengguna sebuah media
internal terhadap pemenuhan kebutuhan informasi karyawan suatu
perusahaan.
147
DAFTAR PUSTAKA
Andre Hardjana. 2000. Audit Komunikasi : Teori dan Praktek. Jakarta : PT.Grasindo
Anwar Arifin. 2011. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung:Armico.
Bambang Setiawan.2005. Metode Penelitian Komunikasi I, Jakarta : UniversitasTerbuka.
Basu Swastha, DH. 2009. Asas-asas Manajemen Modern. Yogyakarta: Liberty.
Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung :Penerbit Alfabeta.
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup
Djuarsa Sendjaja S. 2004. Teori Komunikasi. Jakarta : Univesitas Terbuka.
Chris Fill.2008. Marketing Communication. Prentice Hall Inc.
Christina, Wieke Yuni. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal RekayasaSipil,Volume 6, No. 1
Frank Jefkins. 2006. Public Relations, edisi 4, Jakarta, Erlangga.
Fred R. David.2005. Manajemen Strategi dan Konsep. Jakarta: Prenhalindo
_____________. 2013. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
Gaspersz, Vincent. 2012. Three in One, ISO 9001, ISO 14000, OHSAS 18001.Jakarta: Vinchristo Publication.
Hadari Nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : GadjahMada University Press.
Husein Umar.2011.Strategic Management in Action. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama.
Jalaludin Rakhmat. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_____________. 2012. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2002
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/MPE/1995 tentangpelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sektor pertambangan.
Kusuma, Ibrahim Jati. 2012. Pelaksanaan Program Keselamatan dan KesehatanKerja Karyawan PT.Bitratex Industries Semarang. Skripsi. Semarang.Universitas Diponegoro
Lexy J. Moeleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Muhammad Arni.2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Onong Uchjana Effendy.2007. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:
148
PT. Remaja Rosda Karya.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja.OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat.
Rachmat Krisyantono. 2008. Tehnik Praktis: Riset Komunikasi. (Jakarta: KencanaPranada Group.
Ricky Ade Putra.2017. Jurnal Strategi Komunikasi Divisi Safety DalamMeningkatkan Kesadaran Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan(K3L) di PT. Meranti Nusa Bahari Balikpapan. eJournal lmu Komunikasi,2017, 5 (1): 74-85
Riduwan Adkon. 2006. Metode dan tekhnik Menyusun. Tesis. Bandung : Alfabeta.
Rijuna Dewi. 2006. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 7:44.
Robiana Modjo. 2007. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi,Volume 7:45.
Rosady Ruslan. 2008. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta,PT Raja Grafindo Persada.
Santoso, Gempur. 2004. Pemikiran Setiap Kecelakaan Pasti Ada Sebabnya. TimPrestasi. Jakarta; PrestasiPustaka.
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifrimansyah. 2008. Manajemen Strategi; SebuahKonsep Pengantar. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI.
Siahaan, S. M., 2010. Komunikasi Pemahaman dan penerapannya, Jakarta:Gunung Mulia.
Soleh Soemirat M.S, Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public Relations,Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Sri Ninik Rejeki, Herawani Anita. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi UntukPenyuluhan. Yogyakarta : Universitas Atmajaya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan implementasiK3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tony Grener. 2003. Kiat Sukses PR dan Pembentukan Citranya, Jakarta : PTBumi Aksara.
Internet :
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id, Diunduh pada Tanggal 11 April 2017,Jam : 06 : 51).
Muhammad Ashari, http://www.pikiran-rakyat.com, Diunduh Pada Tanggal 11April 2017, Jam : 07.00).
OSHA (Occupational Safety and Health Administration) OSHA TechnicalManual–Section III: Chapter IV: Heat Stress. Available at:http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_4.htm. (Diakses 12April 2017)
KUESIONER
Untuk Penelitian Skripsi dengan judul :
PENGGUNA MEDIA INTERNAL PT INDONESIA POWER SURALAYA
UNTUK MENDAPATKAN PESAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) KEPADA KARYAWAN
No. Responden : ……………….
Dengan hormat, mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk dapatkiranya meluangkan waktu mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesionerberikut ini.
Petunjuk Pengisin :1. Mohon dapat kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari membaca setiap pertanyaan
dengan teliti dan menjawab dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya memilih jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada lembarkuesioner berikut ini. Dengan kerangan jawaban sebagai berikut :
Indikator/Kriteria Jawaban
Skor
SS : Sangat Setuju 5S : Setuju 4RR : Ragu-ragu 3TS : Tidak Setuju 2STS : Sangat Tidak Setuju 1
2. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda, sebab tidak ada jawaban yangsalah.
3. Kerjakan dengan teliti jangan sampai ada yang terlewati atau kosong.4. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari semuanya saya
ucapkan terima kasih.
I. DATA RESPONDEN1. Nama : …………………………………….
2. Posisi/Jabaan : …………………………………….
3. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan4. Usia : a. < 19 tahun c. 26 – 40 tahun
b. 19 – 25 tahun d. > 40 tahun5. Status : a. Kawin c. Duda/Janda
b. Belum Kawin6. Pendidikan Terakhir : a. SMP d. S-1
b. SMU e. S-2c. D-III
7. Lama Bekerja : a. < 1 tahun c. 3-5 tahunb. 1-3 tahun d. > 5 tahun
II. JANGKAUAN PEMBACA (AUDIENCE RESPONSE)No Pertanyaan YA TIDAK1 Apakah Anda secara rutin membuka media internal
perusahaan?
III. TANGGAPAN PEMBACA (AUDIENCE RESPONSE)
No Pertanyaan SS S RR TS STS1 Waktu penerbitan Media Internal Perusahaan
sudah sesuai keinginan para karyawan PT.Indonesia Power?
2 Isi materi dan informasi dalam media internalmenarik untuk dilihat?
3 Desain lay out (gambar dan tata letak) MediaInternal bagus dan menarik untuk dilihat?
4 Isi materi media internal yang disajikan secaralengkap dan jelas memuat berbagai konten K3?
5 Minat menggali informasi dari media internalperusahaan sangat tinggi?
6 Media Internal dapat menjadi sumber informasiyang handal dalam menyampaikan pesan K3?
7 Media Internal dapat berguna dan efektif untukmenunjang pekerjaan Anda?
8 Isi Media Internal sudah cukup memenuhikebutuhan informasi karyawan tentang K3?
IV. PENGETAHUAN TERHADAP MEDIA (COMMUNICATION IMPACT)
No Pertanyaan SS S RR TS STS1 Media internal selalu memuat informasi yang
berkaitan dengan kegiatan dan aktivitasperusahaan dalam mengatasi K3 dalamPerusahaan
2 media internal selalu memuat informasi yangberkaitan dengan kebijakan perusahaan tentangK3
3 Media Internal dapat memenuhi informasi untukmeningkatkan produktifitas kerja
4 Media Internal dapat memenuhi informasi untukmenghindari terjadinya kecelakaan kerja
5 Media Internal sudah cocok dipergunakansebagai sumber informasi mengenai hal-halyang berkaitan dengan K3
V. PENGARUH MEDIA (PROCESS OF INFLUENCE)No Pertanyaan SS S RR TS STS1 Media internal berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan karyawan tentang visidan misi perusahaan tentang K3
2 Media Internal berpengaruh terhadappengetahuan karyawan tentang standarisasi SOPK3
3 Media internal berpengaruh terhadapkedisiplinan karyawan dalam bekerja sesuaidengan SOP K3?
4 Isi yang disajikan dalam Media Internal tentangK3 berpengaruh untuk menghindari terjadinyakecelakaan kerja
Lampiran
Dokumentasi
papan mengenai informasi keselamatan kerja
Mengenai tentang penyampaian pesan media intenal
Media visual management
Media cetak x banner
Sosialisasi mengenai K3
safety momen untuk para karyawa k3
Email dan absensi setiap rapat mengenai k3
Wawan cara kepada k3
Foto bersama karyawan di K3