Download - Pengolahan Air Bersih search
PENGOLAHAN AIR BERSIH
Pengertian dan sifat air bersih
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yangdiketahui sampai saat ini dibumi, tetapi tidak diplanet lain. Air menutupi hampir
71%permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di
bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub
danpuncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai,danau, uap air, dan
lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatusiklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah(runoff, meliputi mata air, sungai,
muara) menuju laut
A i r b e r s i h d a p a t d i a r t i k a n a i r y a n g m e m e n u h i persyaratan untuk
pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen airsanitasi. Persyaratan
disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis. Ada beberapa
persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan
juga mikrobiologi.
1. Syarat fisik, antara lain:
Air harus bersih dan tidak keruh
Tidak berwarna apapun
Tidak berasa apapun
Tidak berbau apaun
Suhu antara 10-25 C (sejuk)
Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
Cukup yodium
pH air antara 6,5 – 9,2
1 | P a g e
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak
mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977,
penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan
biaya. Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu
sebagai berikut:
1. Parameter Air Bersih secara Fisika
Kekeruhan
Warna
Rasa & bau
Endapan
Temperatur
2. Parameter Air Bersih secara Kimia
Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein,
deterjen, dll.
Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH,
fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
2 | P a g e
3. Parameter Air Bersih secara Biologi
Bakteri
Binatang
Tumbuh-tumbuhan
Protista
Virus
4. Parameter Air Bersih secara Radiologi
.
Konduktivitas atau daya hantar
Pesistivitas
PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 413
Tahun 1987 untuk Daerah Jawa Timur, menurut peruntukkannya air digolongkan menjadi:
1. Golongan A : Merupakan air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai
air bersih secara langsung tanpa pengolahan lebih dahulu.
2. Golongan B : Merupakan air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah menjadi air bersih dan keperluan rumah tangga lainnya.
3. Golongan C : Merupakan air yang dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D. : Merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, industri, listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan.
5. Golongan E. : Merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk keperluan
tersebut pada peruntukkan pada golongan A, B, C dan D.
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air
ini, sebagai berikut:
3 | P a g e
1. Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak
mengandungkalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu
ditambahkan kalsiumdidalamnya.
2. Air sungai dan danau
Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir
melaluisaluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut
air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar
oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih
dahulu.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.
Oleh karenaitu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan
air minumlangsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka
alangkah baiknyaair tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur
Air sumur dangkal
adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai air tanah. Air
berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan
tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5sampai
dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu
sehatkarena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu
direbusdahulu sebelum diminum.
Air sumur dalam
yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya
dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu, sebagaian besar air
sumur dalamini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui
proses pengolahan).
4 | P a g e
PDAM (Perusahaan Dagang Air Minum), BUMN yang berkaitan dengan usaha
menyediakan air bersih bagi masyarakat, biasanya melakukan pengolahan air bersih secara
fisika dan kimia. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di
permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau atau kanal. Konstruksi intake disesuaikan
menurut konstruksi bangunan air, dan umumnya secara kualitas airnya kurang baik namun
biasanya secara kuatitas airnya cukup banyak.
Lokasi Intake harus memperhatikan beberapa factor di bawah ini :
1. Kualitas air yang tersedia harus baik.
2. Berlokasi d tempat dimana tidak terdapat arus / aliran kuat yang dapat merusak
intake.
3. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
4. Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
5. Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
6. Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari.
7. Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan.
8. Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
9. Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa menstimulus
pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar.
10. Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
11. Bangunan intake harus kedap air.
12. Pipa inlet ditempatkan dibawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air
yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung.
13. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran.
14. Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota.
5 | P a g e
Bangunan Intake terdiri dari 4 (empat) macam yaitu :
1. Reservoir Intake (Intake Tower)
Intake Tower terletak pada bagian pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi
menara (tower) terpisah dari bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara terdiri atas
beberapa inlet yang terletak pada ketinggian yang bervariasiuntuk mengantisipasi fluktuasi
tinggi muka air dapat mengalir secara gravitasi ke fasilitas penjernihan air, maka intake tower
tidak diperlukan.
2. River Intake
River Intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi 2 atau lebih
pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup sehingga
memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul dalam sumur
kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River Intake terletak pada
bagian hulu kota untuk menghidari pencemaran oleh air buangan.
3. Lake Intake
Lake Intake terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di dasar
danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa dibuat
jembatan yang menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan air.
4. Canal Intake
Canal Intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthed yang
terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk mencegah
masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga dilapisi dengan saringan
dari kerikil.
Intake juga dilengkapi dengan beberapa perlatan penunjang, antara lain.
1. Pipa inlet, berfungsi untuk membawa air masuk ke dalam intake.
6 | P a g e
2. Gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran air dengan jalan membuka dan menutup
aliran.
3. Screen, berfungsi untuk menyaring kotoran atau suspended solid yang mungkin terbawa
dalam air.
4. Overflow, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air sehingga tinggi muka air dalam bak
tetap konstan.
5. Ventilasi, berfungsi menjaga tekanan udara dalam intake agar selalu sama dengan tekanan
udara luar.
6. Pompa, berfungsi untuk menaikan air dari sumber.
7. Drain, berfungsi untuk menguras.
8. Bak mom, berfungsi untuk membubuhkan desinfektan.
9. Pipa outlet, berfungsi untuk membawa air keluar dari intake.
10. Ruang operator
2. Bak Prasedimentasi (optional)
Prasedimentasi merupakan proses pengendapan grit secara gravitasi sederhana tanpa
penambahan bahan kimia koagulan. Kegunaan proses prasedimentasi adalah untuk
melindungi peralatan mekanis bergerak dan mencegah akumulasi grit pada jalur transmisi air
baku dan proses pengolahan selanjutnya. Pertimbangan dasar dalam mendesain bak
prasedimentasi adalah:
a. Lokasi perletakan bak prasedimentasi
Penempatan bak prasedimentasi pada lokasi intake akan memaksimalkan kegunaan
bak karena grit tersisihkan lebih awal dan menekan kemungkinan akumulasi grit pada
saluran/pipa transmisi air baku.
b. Jumlah bak yang dibutuhkan
Bak prasedimentasi dibangun dalam bentuk tunggal yang memiliki dua kompartemen
atau dua bak terpisah, sehingga bila satu kompartemen dibersihkan, kompartemen yang lain
masih dapat beroperasi sehingga supplai air ke instalasi tidak terganggu.
7 | P a g e
c. Bentuk bak prasedimentasi
Bentuk bak persegi panjang memiliki kinerja lebih baik dari bentuk bak bujur sangkar
karena memiliki kemampuan untuk meredam terjadinya pusaran air yang akan menurunkan
efisiensi pengendapan. Perbandingan panjang dan lebar yang dianjurkan adalah 4 : 1.
d. Ukuran grit yang disisihkan
Partikel yang disisihkan pada unit prasedimentasi berukuran 1,2 -1,5 mm.
3.WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa
bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid
halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan
bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil)
dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang
diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada
dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air
(soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan
ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah:
Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya
van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil
bergabung serta membentuk flok;
Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada
koloid;
Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.
Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga
kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan
8 | P a g e
mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada
pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle
sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah
umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:
1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan;
2. Jumlah dan karakteristik koloid;
3. Derajat keasaman air (pH);
4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;
5. Temperatur air;
6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;
7. Karakteristik ion-ion dalam air.
Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat
[Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan
jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai
adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif
dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G).
Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai cara pengadukan dapat
dilakukan, diantaranya:
1. Pengadukan Mekanis
Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller.
2. Pengadukan Pneumatis
Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak
koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan.
9 | P a g e
3. Pengadukan hidrolis
Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran.
b.Flokulasi
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang
telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan
membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien
kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu
besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai
gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan
terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien
kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk
mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga
kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada
kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi
pemadatan flok.
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda
yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai
gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding
gradien kecepatan koagulasi.
c. Sedimentasi
Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan
liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang
lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit
sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
10 | P a g e
a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring
selanjutnya;
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi terbagi
atas tiga macam:
1. Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini
adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Dalam
perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance bak seperti
turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G
sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan
untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya
penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah
proses koagulasi dan flokulasi.Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada
ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas
dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen,
maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok–flok yang
terbentuk.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
Luas bidang pengendapan;
Penggunaan baffle pada bak sedimentasi;
Mendangkalkan bak;
Pemasangan plat miring.
3. Hindered Settling (Zone Settling)
11 | P a g e
Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah
sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi
pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap
satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini
mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu
permukaan kontak antara solid dan liquid.
Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah sedimentasi tipe
satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan.
d. Filtrasi
Proses filtrasi merupakan penyaringan suspended solid dan koloidal solid dari air
baku menggunakan media berpori seperti pasir, antrasit, garnet. Fungsi utama dari unit filtrasi
adalah menyaring semua flok-flok halus yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi.
Proses filtrasi air baku dapat dilakukan tanpa didahului oleh koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi bila kekeruhan air baku kecil dari 10 NTU. Jenis-jenis filter menurut jumlah
media yang digunakan:
a. Saringan media tunggal;
b. Saringan media ganda;
c. Saringan multi media.
Karakteristik butiran media adalah faktor penentu efisiensi proses filtrasi. Ukuran
media yang efektif didapatkan dengan menentukan nilai effective size (ES), yaitu ukuran
ayakan yang melewatkan 10% berat pasir, dan uniformity coefficient (UC), yaitu ukuran
ayakan yang melewatkan 60% berat pasir. Berdasarkan kecepatan penyaringan, unit filter
dibagi atas dua bagian, yakni:
1. Saringan Pasir Lambat : digunakan apabila kekeruhan air baku < 10 NTU.
2. Saringan Pasir Cepat : digunakan apabila kekeruhan air baku > 10 NTU.
Bila unit filtrasi menggunakan media lebih dari satu maka diusahakan agar kedua
media memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda dimana media paling bawah memiliki
berat yang lebih sehingga lebih cepat mengendap, sehingga media tidak tercampur pada saat
12 | P a g e
pencucian (backwash). Pencucian filter (backwash) dilakukan setiap hari dengan pompa
backwash atau menggunakan tekanan air reservoar yang disambungkan ke pipa backwash
filter melalui jalur by-pass. Keuntungan dari sistem yang kedua adalah efisien dalam
operasional dan pemeliharaan dimana tidak dibutuhkan pompa backwash, energi listrik, dan
perawatan pompa. Sistem ini biasanya digunakan jika perbedaan elevasi antara intake dan
instalasi pengolahan cukup besar.
Pengontrolan kinerja filter ini dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
Kekeruhan filtered water £ 0,5 NTU;
Durasi operasi filter diantara dua backwash;
Rasio jumlah air yang digunakan pada proses backwash terhadap air yang tersaring
sebelum backwash, filter yang terpelihara baik memiliki rasio 2-3%;
Volume air yang difilter per unit luas media filter selama operasi filter. Dikenal
dengan Unit Filter Run Volume (UFRV). Untuk filter normal besarnya nilai UFRV =
37,85 m3 (10.000 gallon).
Kehilangan media butiran selama backwash harus selalu dikontrol dan diminimalisir,
untuk media pasir kehilangan normal 1-2% dari kedalaman total filter , untuk media
antrasit kehilangan normal 3-5% pertahun;
Pencucian filter dilakukan dengan pembukaan katup backwash secara perlahan-lahan
sampai tinggi air menutupi seluruh permukaan lapisan filter, baru kemudian flow rate
backwash diperbesar hingga titik full-scale, jika bukaan katup backwash dilakukan
secara mendadak maka dapat terjadi pengangkatan media penyangga (kerikil) ke atas
media penyaring, fenomena ini dikenal dengan overlapping yang mengakibatkan
susunan media penyaring menjadi tidak terkontrol, sehingga bak harus dikeringkan
untuk diperiksa.
e. Desinfeksi
Desinfeksi adalah pembasmian secara selektif mikroorganisme patogen yang ada
dalam air reservoar. Sebelum air bersih didistribusikan proses desinfeksi mutlak dilakukan
sebaik apapun hasil pengolahan yang diperoleh. Desinfeksi dapat dilakukan menggunakan
dua macam agen desinfektan, yaitu:
13 | P a g e
o agen kimia : Calcium Hyphochloride (CaOCl2), Chlorine Diokside (ClO2),
Bromine Chloride (BrCl), Ozon (O3), Cl2
o agen fisik : Sinar ultra violet
Proses pembunuhan mikroorganisme patogen oleh agen desinfektan terjadi melalui
beberapa fase, yakni:
1. Perusakan dinding sel mikroorganisme;
2. Merubah permeabilitas sel;
3. Merubah sifat koloidal mikroorganisme;
4. Menghalangi aktivitas enzim.
Dalam instalasi pengolahan air bersih jenis desinfektan yang paling sering digunakan adalah
Calcium Hipochloride. Dosis chlor yang digunakan didasarkan pada daya pengikat chlor
(DPC) air baku dan kebutuhan waktu kontak. Sisa chlor yang diinginkan pada saluran
distribusi berkisar antara 0,3-0,5 ppm .
4 Reservoar
Reservoar yang digunakan pada instalasi pengolahan air bersih berfungsi untuk
menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, serta melindungi air hasil
pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung.
Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara 3 hingga 6 meter. Reservoar diletakkan
pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan
diusahakan tidak ada fluktuasi. Volume reservoar dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan
air per hari.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam
satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station
dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke
reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-
pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi
14 | P a g e