Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA
DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI
Endang Kurnia
Pusat teknologi Nuklir Bahan dan RadiometriBATAN
ABSTRAKPENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSTEK NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI BANDUNG. Dalam rangka meningkatkan pelayanan keselamatan kerja di Pustek Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR)BATAN telah dilakukan identifikasi masalah yang menjadi penghambat peningkatan pelayanan keselamatan kerja. Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat dilakukan dengan teknik pohon masalah, selanjutnya hubungan kausalitas antara sasaran spesifik, sasaran pokok, sasaran utama dan akibat dirumuskan dalam satu struktur yang disebut dengan pohon sasaran. Sasaran yang didapat digunakan untuk merumuskan alternatif kegiatan yang akan dilakukan. Dari beberapa alternatif kegiatan dipilih satu kegiatan dengan menggunakan kriteria: biaya, manfaat, efektivitas, efisiensi, administrasi, waktu, dan dukungan pimpinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebab utama belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBR adalah belum diterapkannya Sistem Manajemen K3, dan alternatif kegiatan yang diperlukan adalah melengkapi berbagai dokumen atau prosedur Sistem Manajemen K3.Kata Kunci: keselamatan, SMK3, pohon masalah
ABSTRACTTHE IMPROVEMENT OF SAFETY SERVICES AT NUCLEAR TECHNOLOGY CENTER FOR MATERIALS AND RADIOMETRY BANDUNG. In order to improve safety services at Nuclear Technology Center for Materials and Radiometry (NTCMR)BATAN, the lack of safety services as the core problem and their causal relationships has been identified. To identify the major cause of the core problem and their causal relationships, the tree analysis method has been applied. The output is a graphical arrangement of problems differentiated according to ’causes’ and ’effects’ related to the core problem. The problem tree is followed by an ’objective tree’. These objective then provide a basis for selecting alternative programs. From several alternatives, it was selected one program according to funding, benefit, effectivity, efficiency, administration, time, and management support. The result show that, the cause of the lack of safety services at PTNBR is the safety management has not been implemented yet, and the alternative program priority should be done is completing all safety management procedures. Keywords: safety, Safety Management, problem tree
704
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
1. PENDAHULUAN
Dalam struktur organisasi Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri
(PTNBR)BATAN, Sub Bidang Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja (PRKK) berada di
bawah Bidang Keselamatan dan Kesehatan, merupakan struktur eselon IV, berdasarkan
SK Kepala BATAN SK Ka.BATAN no.392/KA/XI/2005, mempunyai tugas melakukan
kegiatan proteksi radiasi dan pengendalian keselamatan kerja1.
Menyadari bahwa keselamatan harus dijadikan prioritas utama dalam setiap aspek
kegiatan yang dilakukan, sebagaimana kebijakan BATAN tentang keselamatan. Untuk
mendukung komitmen memprioritaskan keselamatan, Sub Bidang PRKK berusaha selalu
meningkatkan kinerja pelayanan keselamatannya.
Saat ini kinerja pelayanan keselamatan kerja belum optimal, baru pada tahap
memenuhi berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh BAPETEN, IAEA maupun Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan kinerja keselamatan yang baik adalah tujuan organisasi, belum
pada tingkat paradigma bahwa kinerja keselamatan dapat ditingkatkan terusmenerus.
Sub Bidang PRKK memiliki berbagai program kerja, program yang paling
bermasalah dan perlu mendapat perhatian adalah optimalisasi pelayanan keselamatan
kerja. Walaupun pada saat ini pelayanan keselamatan kerja sudah berjalan dengan baik,
akan tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat
meningkatkan budaya keselamatan organisasi dan seluruh personil PTNBR ke tingkat
pemahaman atau paradigma bahwa kinerja keselamatan dapat terus ditingkatkan2.
Pada makalah ini akan dibahas berbagai faktor yang menjadi masalah belum
optimalnya pelayanan keselamatan kerja, selanjutnya dengan metode pohon analisis
dilakukan analisis untuk menentukan hubungan kausalitas antar penyebab masalah dan
penentuan prioritas kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah
dimaksud.
2. METODE
2.1. Penentuan Prioritas
Untuk menentukan masalah utama yang diprioritaskan untuk dipecahkan dilakukan
dengan metode MGD3 menggunakan kriteria: mendesak (M), menunjukkan kepada waktu
untuk segera mengambil langkah, gawat (G), menunjukkan pentingnya masalah tersebut
segera diatasi, dan dampaknya (D), menunjukkan pengaruhnya masalah tersebut
terhadap akibat yang ditambahkannya. Ketiga kriteria tersebut dinilai dengan
menggunakan skala nilai 1 – 5 dengan ketentuan sebagai berikut:
5 = sangat mendesak/gawat/kuat/tinggi
705
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
4 = Mendesak/gawat/kuat/tinggi
3 = cukup mendesak/gawat/kuat/tinggi
2 = kurang mendesak/gawat/kuat/tinggi
1 = sangat kurang mendesak/gawat/kuat/tinggi
2.2. Metode Pohon Analisis
Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan
memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat dilakukan
dengan teknik pohon masalah4.
Hubungan kausalitas antara sasaran spesifik, sasaran pokok, sasaran utama dan
akibat dirumuskan dalam satu struktur yang disebut dengan pohon sasaran. Pohon
sasaran adalah teknik untuk mengidentifikasi sasaran yang ingin diwujudkan. Pohon
sasaran merupakan rangkaian sebab akibat yang pernyataannya merupakan kebalikan
dari pernyataan pada pohon masalah. Semua pernyataan dari pohon masalah
megandung pengertian negatif, sedangkan semua pernyataan dalam pohon sasaran
mengandung pengertian positif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penentuan Prioritas Masalah Pokok
Masalah pokok belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja antara lain adalah:
sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai; belum diterapkannya Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja5,6; belum memadainya jumlah petugas
Proteksi Radiasi yang berkualifikasi sebagai PPR; kurangnya koordinasi dengan
inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari luar BATAN seperti
BAPETEN atau IAEA.
Dari keempat masalah pokok di atas kemudian dianalisis untuk menentukan
prioritas masalah pokok dengan menggunakan kriteria MGD. Penentuan masalah pokok
yang menjadi prioritas dilakukan dalam Tabel 1.
Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria MGD terhadap empat masalah
pokok, didapat urutan prioritas masalah pokok sebagai berikut:
• Prioritas pertama adalah belum diterapkannya Sistem Manajemen K3;
• Prioritas kedua adalah sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai;
• Prioritas ketiga adalah kurangnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik
dari internal BATAN maupun dari BAPETEN; dan
• Prioritas keempat adalah belum memadainya jumlah Petugas Proteksi Radiasi
706
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
yang berkualifikasi sebagai PPR
Tabel 1. Penentuan prioritas masalah pokok
No Masalah Pokok KriteriaM G D
Skor Prioritas
1 Sarana dan prasarana keselamatan kerja belum memadai 5 4 3 12 II
2 Belum diterapkannya Sistem Manajemen K3
5 4 4 13 I
3 Belum memadainya jumlah Petugas Proteksi Radiasi yang berkualifikasi sebagai PPR
2 4 2 8 IV
4 Kurangnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal BATAN maupun dari BAPETEN
4 3 4 11 III
Dari prioritas pertama masalah pokok, yaitu belum diterapkannya Sistem
Manajemen Keselamatan, dilakukan identifikasi penyebabnya yang merupakan masalah
spesifik. Masalah spesifik adalah masalah yang merupakan penyebab langsung
terjadinya masalah pokok, yang antara lain adalah: kurangnya pengetahuan staf Sub
Bidang PRKK dalam memahami Sistem Manajemen Keselamatan, tidak tersedianya
sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen Keselamatan, belum adanya
penyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan, dan kurangnya motivasi staf Sub
Bidang PRKK dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan.
Dari keempat masalah spesifik di atas kemudian dianalisis dengan pembobotan
menggunakan kriteria MGD. Penentuan masalah pokok yang menjadi prioritas dilakukan
dalam Tabel 2
Tabel 2. Penentuan prioritas masalah spesifik
No Masalah SpesifikKriteria
M G DSkor Prioritas
1 Kurangnya pengetahuan staf Sub Bidang PRKK dalam memahami Sistem Manajemen K3 5 4 4 13 II
2 Tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen K3
4 4 3 11 IV
3 Belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen K3
5 5 5 15 I
4 Kurangnya motivasi staf Sub Bidang PRKK dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 4 4 4 12 III
707
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria MGD terhadap empat masalah
spesifik, didapat urutan prioritas masalah spesifik sebagai berikut:
• Prioritas pertama adalah belum adanya penyempurnaan Sistem Manajemen K3;
• Proritas kedua adalah kurangnya pengetahuan staf Sub Bidang PRKK dalam
memahami Sistem Manajemen K3;
• Prioritas ketiga adalah kurangnya motivasi staf Sub Bidang PRKK dalam
menerapkan Sistem Manajemen K3;
• Prioritas keempat adalah tidak tersedianya sumber daya dalam mempromosikan
Sistem Manajemen K3.
3.2. Pohon Analisis
Pohon masalah dari belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBR
BATAN Bandung digambarkan dalam Gambar 1.
Dalam usaha mengatasi masalah utama (belum optimalnya pelayanan
keselamatan kerja, masalah pokok) dan masalah spesifik diupayakan pemecahannya
dengan mengubahnya menjadi sasaran. Agar akibat dapat diatasi maka sasaran utama,
terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal, harus dicapai. Agar sasaran
utama tercapai, harus diwujudkan sasaran pokok, yaitu: terpenuhinya sarana dan
prasarana proteksi radiasi dan keselamatan kerja, terwujudnya penerapan Sistem
Manajemen K3, tersedianya Petugas Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja yang
memadai, dan terwujudnya koordinasi dengan inspektur keselamatan, baik dari internal
BATAN maupun dari BAPETEN.
Agar sasaran pokok tercapai harus diupayakan pencapaian sasaran spesifik.
Dengan demikian jika sasaran spesifik tercapai, yaitu: terpenuhinya pengetahuan staf
dalam memahami Sistem Manajemen K3, terpenuhinya penyempurnaan Sistem
Manajemen K3, terwujudnya motivasi staf dalam penerapan Sistem Manajemen K3, dan
tersedianya sumber daya dalam mempromosikan Sistem Manajemen K3 maka sasaran
pokok akan tercapai. Jika sasaran pokok tercapai maka sasaran utama akan tercapai,
dan jika sasaran utama tercapai maka akibat akan terselesaikan.
Mengingat terbatasnya sumber daya, maka tidak dapat disusun sebuah program
untuk mewujudkan semua sasaran yang diidentifikasi secara lengkap. Oleh karena itu
dipilih dan dianalisis cabang yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap
sasaran utama dan paling relavan. Pohon sasaran agar terpenuhinya pelayanan
keselamatan kerja yang optimal ditampilkan dalam Gambar 2.
708
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 1. Pohon masalah
709
Mas
alah
uta
ma
Mas
alah
pok
ok (s
ebab
)M
asal
ah s
pesi
fik (s
ebab
)A
kiba
t
Belum berkembangnya budaya keselamatan di PTNBRBATAN, Bandung
(baru pada tahap bahwa kinerja keselamatan yang baik adalah tujuan organisasi, belum sampai pada budaya bahwa kinerja
keselamatan selalu dapat ditingkatkan)
Belum optimalnya pelayanan keselamatan kerja di PTNBRBATAN Bandung tahun 2005
Kurangnya koordinasi dengan
Inspektur Keselamatan, baik
dari internal BATAN maupun
dari Badan Pengawas Tenaga
Nuklir
Kurang memadainya
jumlah Petugas Proteksi Radiasi dan Keselamatan
Kerja yang berkualifikasi
Belum diterapkannya
Sistem Manajemen
Keselamatan
Belum memadainyasarana dan prasarana
keselamatan kerja
Tidak tersedianya sumber daya
dalam mempromosikan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kurangnya motivasi dalam
menerapkan Sistem
Manajemen K3
Belum adanya penyempurnaan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kurangnya pengetahuan staf dalam memahami
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A C D
DCA B
B
1
4
2
3
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Gambar 2. Pohon sasaran
710
Sas
aran
spe
sifik
S
asar
an p
okok
Sas
aran
uta
ma
Aki
bat
Terpenuhinya pengetahuan staf dalam memahami
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terpenuhinya penyempurnaan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terwujudnya koordinasi dengan
Inspektur Keselamatan, baik
dari internal BATAN maupun
dari Badan Pengawas Tenaga
Nuklir
Tersedianya sumber daya
dalam mempromosikan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal
di PTNBRBATAN Bandung tahun 2006
Terpenuhinya sarana dan
prasarana proteksi radiasi dan
keselamatan kerja
Terwujudnya penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan
Terwujudnya budaya keselamatan yang tinggi di PTNBRBATAN, Bandung
(sudah sampai pada budaya bahwa kinerja keselamatan selalu dapat ditingkatkan, dan telah meninggalkan
paradigma bahwa kinerja keselamatan yang baik saja sudah mencukupi)
Terwujudnya motivasi staf
dalam menerapkan
Sistem Manajemen K3
Tersedianya Petugas Proteksi
Radiasi dan keselamatan kerja
yang memadai
B DCA
A B C D
2
1
4
3
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Untuk mencapai sasaran spesifik dirumuskan alternatif kegiatan yang akan
dilakukan. Dari beberapa alternatif kegiatan dipilih satu kegiatan dengan menggunakan
kriteria: biaya, manfaat, efektivitas, efisiensi, administrasi, waktu, dan dukungan
pimpinan.
Penilaian terhadap kriteria waktu adalah semakin pendek waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan sesuatu kegiatan semakin tinggi nilainya. Demikian juga penilaian
terhadap kriteria biaya, yakni semakin sedikit biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
sesuatu kegiatan, maka semakin besar nilainya.
Kegiatan yang akan dilakukan agar terpenuhinya penyempurnaan Sistem
Manajemen K3 antara lain adalah: melaksanakan diklat tentang Sistem Manajemen K3
(A); mengirim staf Sub Bidang PRKK ke berbagai workshop atau seminar tentang Sistem
Manajemen K3 (B); melengkapi berbagai prosedur yang disyaratkan oleh Sistem
Manajemen K3 (C); dan melengkapi buku acuan dan data lainnya tentang keselamatan
kerja (D). Dari keempat kegiatan di atas dilakukan penentuan prioritas kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan cara pembobotan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan prioritas kegiatan
No KriteriaAlternatif Kegiatan
A B C D
1234567
BiayaManfaatEfektivitasEfisiensiAdministrasiDukungan pimpinanWaktu
4444243
3443342
4454342
4433342
Jumlah 25 23 26 23
Prioritas II III I IV
Dari hasil penentuan prioritas kegiatan dari Tabel 3 ternyata prioritas pertama bagi
pencapaian spesifik yang harus dilakukan adalah melengkapi berbagai prosedur yang
disyaratkan minimal harus ada dalam Sistem Manajemen K3. Prosedur dimaksud adalah
berbagai dokumen mulai dari panduan mutu SMK3, prosedur kerja, instruksi kerja,
berbagai check list dan formulir kerja .
Hubungan kausalitas antara sasaran spesifik yaitu terpenuhinya penyempurnaan
Sistem Manajemen K3, dengan sasaran pokok yang diprioritaskan yaitu terpenuhinya
Sistem manajemen K3, dan dengan sasaran utama, terpenuhinya pelayanan
keselamatan kerja yang optimal, akan mengakibatkan terwujudnya budaya keselamatan
711
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
yang tinggi, disertai empat alternatif kegiatan Alternatif kegiatan tersebut adalah:
melaksanakan pelatihan tentang Sistem Manajemen K3; mengirim staf ke berbagai
workshop, melengkapi berbagai prosedur yang dipersyaratkan oleh Sistem manajemen
K3; dan melengkapi buku acuan tentang Sistem manajemen K3; digambarkan dalam
pohon alternatif pada Gambar 3.
Gambar 3. Pohon alternatif
712
Keg
iata
nA
ltern
atif
spes
ifik
Alte
rnat
if po
kok
Alte
rnat
if ut
ama
Aki
bat
Terwujudnya budaya keselamatan yang tinggi di PTNBRBATAN, Bandung
(sudah sampai pada budaya bahwa kinerja keselamatan selalu dapat ditingkatkan, dan telah meninggalkan paradigma bahwa
kinerja keselamatan yang baik saja sudah mencukupi)
Terpenuhinya pelayanan keselamatan kerja yang optimal
di PTNBRBATAN Bandung tahun 2006
Melengkapi berbagai prosedur yang disyaratkan
oleh Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Melaksanakan pelatihan tentang
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Melengkapi buku acuan dan data lainnya tentang
keselamatan kerja
Mengirim staf ke berbagai
workshop atau seminar tentang
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terwujudnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Terpenuhinya peyempurnaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A CB D
2 b
1
4
3 b
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
4. KESIMPULAN
Belum berkembangnya budaya keselamatan di Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan
RadiometriBATAN disebabkan oleh masalah belum optimalnya pelayanan keselamatan
kerja di Puslitbang Teknik NuklirBATAN. Setelah dilakukan analisis dengan metode
pohon analisis, dan metode pembobotan, penyebab belum optimalnya pelayanan
keselamatan kerja di PTNBR adalah belum diterapkannya Sistem manajemen K3 yang
merupakan bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang bertujuan untuk selalu
meningkatkan kinerja keselamatan, dan hal ini selaras dengan manajemen mutu yang
dianut PTNBR7 yaitu manajemen mutu terpadu.
Analisis lanjut dengan metode pohon alternatif menunjukkan bahwa diperlukan
penyempurnaan Sistem Manajemen yang mengacu pada standar Sistem Manajemen K3
dengan cara melengkapi berbagai prosedur kegiatan yang disyaratkan minimal harus ada
dalam Sistem Manajemen K3.
713
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Ka.BATAN No. 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN
2. International Atomic Energy Agency, Safety Culture, SAFETY SERIES No.75INSAG
4, IAEA, Vienna 1991.
3. Suparman, Djoenaedi Tamim, Kertas Kerja Perorangan, Bahan Ajar Diklat PIM IV,
Lembaga Administrasi NegaraRepublik Indonesia, 2004
4. Pitoyo, Djoenaedi Tamim, Pola Kerja Terpadu, Bahan Ajar Diklat PIM Tingkat IV,
Lembaga AdMinistrasi NegaraRepublik Indonesia, 2004
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Undangundang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1918)
7. P3TkN, Program Jaminan Mutu Puslitbang Teknik NuklirBATAN, nomor dokumen:
PJM 04 C8B1, revisi 3, Bandung 2004.
714