perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 DAGEN JATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
RENI TITIS INDARTI
K7108019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 DAGEN JATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
RENI TITIS INDARTI
K7108019
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Reni Titis Indarti
NIM : K7108019
Jurusan/Program Studi : IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI 01 DAGEN JATEN
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012 ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil plagiasi, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Mei 2012
Yang Membuat Pernyataan
Reni Titis Indarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan Matematika
Realistik Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar Tahun Ajaran
2011/2012
Disusun oleh:
Nama : Reni Titis Indarti
NIM : K7108019
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 10 Mei 2012
Oleh:
Pembimbing I
Dra. Lies Lestari, M. Pd. NIP 19540327 198103 2 001
Pembimbing II
Matsuri, M. Pd. NIP 19790323 200812 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Reni Titis Indarti. K7108019. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SISWA KELAS III SD NEGERI 01 DAGEN JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan pembelajaran siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen yang berjumlah 24 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran pada prasiklus masih berpusat pada guru sehingga pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I, pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa meningkat walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa meningkat sehingga dapat mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika khususnya pada materi bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Pemahaman konsep bilangan pecahan dan pendekatan matematika realistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Reni Titis Indarti. K7108019. IMPROVING STUDENT UNDERSTANDING OF FRACTION CONCEPT THROUGH REALISTIC MATHEMATIC APPROACH AT THIRD GRADE STUDENT OF SD NEGERI 01 DAGEN JATEN KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012. Minithesis. Surakarta: Teacher Training ang Education Faculty, Sebelas Maret University, Mei 2012.
understanding of fraction concept and learning activity at third grade students of SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar.
In this research, the writer conducted a classroom action research in two cycles. Every cycle consists of four steps; planning, acting, observing, and reflecting. Subject of this research is third grade of SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar which consists of 24 students. Technique of data analysis is interactive analysis model which consists of four steps; data collecting, data reducing, data presenting, and conclusion making (verification). While techniques of data collection that used are observation, documentation, test, interview, and questionnaire. And, tests of data validity in this research are data triangulation and method triangulation.
Result of the research shows that the approach of realistic mathematics can rning activity
from precycle to first cycle to second cycle. The learning process in the precycle is
ng ang activity rises
undertanding and activity increase more, so it is able to support a quality learning. So, the application of realistic mathematics approach can improve the
understanding of fraction concept at third grade of SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar in the academic year 2011/ 2012.
Keyword: understanding of fraction concept and realistic mathematics approach
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
(Al-Insyirah: 5-6)
Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk
masa depa
(Henry Adam)
Kesabaran seseorang dapat terlihat dari apa yang seseorang katakan dan lakukan
saat kesempitan menghimpitnya.
(Zainal M)
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur Alhamdulillah,
Kupersembahkan karya ini kepada:
Ayahku tercinta (Bapak Daryono) yang menjadi teladan bagiku untuk menjadi
seorang yang baik dan kuat menghadapi tantangan dalam hidup ini.
Ibuku tercinta (Ibu Ani Suhartati) yang selalu menjadi semangat hidupku serta
menguatkan hatiku dalam menghadapi hidup ini.
Adikku tercinta (Retno Pratiwi) yang selalu menghiburku, memberi semangat serta
dukungan.
Keluarga Besar Blok C Asrama Putri PGSD yang senantiasa setia untuk berjuang
bersama dan saling memberi semangat.
Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang selalu memberi
semangat.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah
memberikan banyak ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan
Pecahan melalui Pendekatan Matematika Realistik Siswa Kelas III SD Negeri 01
Dagen Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Penulis menyadari terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Lies Lestari, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyususnan skripsi ini.
6. Bapak Matsuri, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
dukungan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu EL. Rismiyati, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 01 Dagen yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Lilis Surahmi, S.Pd., selaku guru kelas III SD Negeri 01 Dagen yang telah
merelakan waktunya untuk wawancara dan memberi izin penulis melakukan
penelitian di kelas III.
9. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun materiil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
10. Teman-teman PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan semangat.
11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan pada penyusunan skripsi ini, sehingga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Mei 2012
Reni Titis Indarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka...................................................................... 6
1. Hakikat Pemahaman Konsep Bilangan
Pecahan ............................................................................. 6
a. Pengertian Pemahaman............................................... 6
b. Pengertian Konsep ...................................................... 7
c. Pengertian Pemahaman Konsep ................................. 7
d. Bilangan Pecahan ........................................................ 8
e. Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan ..................... 9
2. Hakikat Pendekatan Matematika Realistik ....................... 10
a. Pengertian Pendekatan ................................................ 10
b. Pengertian Matematika................................................. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di
Sekolah........................................................................ 11
d. Pengertian Pembelajaran Aktif ................................... 13
e. Indikator Keaktifan Siswa........................................... 14
f. Pengertian Realistik .................................................... 15
g. Pengertian Pendekatan Matematika
Realistik....................................................................... 16
h. Karakteristik Pendekatan Matematika
Realistik....................................................................... 17
i. Prinsip Pembelajaran Pendekatan
MatematikaRealistik ................................................... 21
j. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Pendekatan Matematika Realistik ............................... 22
k. Perbedaan Pendekatan Matematika
Realistik dengan Pendekatan Konvensional ............... 23
l. Langkah-langkah Pembelajaran
Pendekatan Matematika Realistik ............................... 24
m. Penggunaan Pendekatan Matematika
Realistik pada Pembelajaran Pemahaman
Konsep Bilangan Pecahan .......................................... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 30
D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 34
B. Subjek Penelitian .................................................................... 34
C. Bentuk dan Strategi Penelitian................................................. 35
D. Sumber Data............................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 37
F. Validitas Data.......................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data............................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
H. Indikator Kinerja ..................................................................... 40
I. Prosedur Penelitian.................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 49
A. Hasil penelitian ........................................................................ 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 70
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................... 88
A. Simpulan................................................................................... 88
B. Implikasi.................................................................................. 89
C. Saran ....................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92
LAMPIRAN .................................................................................................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir........................................................................ 32
3.1 Bagan Teknik Analisis Data ........................................................ 39
3.2 Model PTK .................................................................................. 41
4.1 Grafik Nilai Hasil Pemahaman Konsep Siswa Kelas III pada Pra Sikus..................................................... 52
4.2 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III pada Siklus I....................................................... 73
4.3 Grafik Hasil Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas III ............ 74
4.4 Grafik Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Siswa Kelas II ................................................ 75
4.5 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep
Bilangan Pecahan dari Tes Siklus I dan Tes Siklus II ................. 77
4.6 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan dari Tes Awal, Siklus 1 dan Siklus II ............. 78
4.7 Grafik Nilai Aspek Afektif Siswa Kelas III Siklus I.................... 79
4.8 Grafik Nilai Aspek Afektif Siswa Kelas III Siklus II................... 80
4.9 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ....................................................... 81
4.10 Grafik Nilai Aspek Psikomotorik Siswa Kelas III Siklus I ......................................................................................... 82
4.11 Grafik Nilai Aspek Psikomotorik Siswa Kelas III Siklus II........................................................................................ 83
4.12 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Kelas III ................. 84
4.13 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas III ............................ 85
4.14 Grafik Nilai Perbandingan Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II........................................................................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dengan Pendekatan Konvensional............................................................... 22
4.1 Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III pada Kondisi Awal .............................................. 51
4.2 Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III pada Kondisi Awal ................................ 54
4.3 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III Siklus I.................................................................. 72
4.4 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Tes Awal dan Siklus I .................................................................... 73
4.5 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Siswa Kelas III................................................................. 75
4.6 Daftar Perbandingan Hasil Tes Akhir Siklus I dan II Siswa Kelas III ............................................................................... 76
4.7 Daftar Perbandingan Hasil Tes Awal, Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas III ......................................................... 77
4.8 Distribusi Aspek Afektif Siklus I Siswa Kelas III ......................... 79
4.9 Distribusi Aspek Afektif Siklus II Siswa Kelas III . 80
4.10 Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas III ................................................................ 81
4.11 Distribusi Aspek Psikomotor Siklus I Siswa Kelas III .................. 82
4.12 Distribusi Aspek Psikomotor Siklus II Siswa Kelas III.................. 83
4.13 Skor Keaktifan Siswa Aspek Aektif Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas III ..................................................... 84
4.14 Tabel Peningkatan Keaktifan Pembelajaran Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Kelas III............................................... 85
4.15 Skor Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Kelas III............................................................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jadwal Penelitian ............................................................... 95
2 Lembar Wawancara Pra Siklus........................................... 96
3 Kisi-kisi Tes Awal ............................................................. 97
4 Soal Tes Kemampuan Awal .............................................. 98
5 Daftar Nilai Pra Siklus........................................................ 100
6 Daftar Nama Siswa Kelas III ............................................. 101
7 Silabus Tematik Siklus I..................................................... 102
8 Silabus Tematik Siklus II ................................................... 109
9 RPP Tematik Siklus I Pertemuan I .................................... 115
10 RPP Tematik Siklus I Pertemuan II.................................... 126
11 RPP Tematik Siklus I Pertemuan III ................................. 138
12 RPP Tematik Siklus II Pertemuan I ................................... 150
13 RPP Tematik Siklus II Pertemuan II......................... 161
14 RPP Tematik Siklus II Pertemuan III.................................. 173
15 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pra Siklus ................... 185
16 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan I Siklus I .............. 186
17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan II Siklus I................ 187
18 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan III Siklus I ............. 188
19 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan I Siklus II ............... 189
20 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan II Siklus II ............. 190
21 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pertemuan III Siklus II ........... 191
22 Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus I ........................ 193
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
23 Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ........................ 195
24 Lembar Observasi Aspek Psikomotor Siklus I .................. 198
25 Lembar Observasi Aspek Psikomotor Siklus II ................. 201
26 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika Siklus I..................................... 205
27 Lembar Observasi Akitivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika Siklus II ................................... 209
28 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siklus I ................................................................. 211
29 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siklus II ................................................................ 212
30 Persentase Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan................................................................ 213
31 Perbandingan Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan ................................................. 214
32 Lembar Wawancara Guru setelah Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik ...................................... 216
33 Lembar Foto Pembelajaran Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik.......................................................... 218
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang ada pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Menurut Ariyadi (2012: 16) salah satu tujuan utama pembelajaran matematika
yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. Seperti yang telah tercantum dalam tujuan
pembelajaran matematika di atas, pemahaman konsep terhadap pembelajaran
matematika merupakan hal utama yang harus dimiliki siswa karena pemahaman
dalam pembelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar sebelum
menguasai keterampilan atau kemampuan yang lebih kompleks.
Belajar matematika merupakan belajar mengenai konsep. Jika konsep
dasar yang diletakkan kurang kuat, maka tahap berikutnya akan menjadi masa-
masa sulit. Hal yang paling penting adalah bagaimana siswa dapat memahami
konsep-konsep dasar matematika, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa
diharap tidak hanya mendengar, mencatat, menghafal rumus-rumus yang
diberikan guru melainkan siswa dituntut aktif berperan dalam kegiatan
pembelajaran sehingga mampu menyelesaikan masalah matematika.
Pelaksanaan observasi di SD Negeri 01 Dagen, Jaten, Kabupaten
Karanganyar, kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah tersebut masih berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini terlihat pada
saat pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, siswa tidak
ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru terlalu menekankan pada
hafalan bukan pemahaman konsep sehingga proses belajar mengajar siswa
menjadi pasif. Akibatnya siswa hanya hafal konsep tetapi tidak dapat menerapkan
konsep hafalan tersebut dalam menyelesaian soal matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pembelajaran pada saat ini haruslah berpusat pada siswa. Siswa haruslah
terlibat aktif dalam pembelajaran karena dengan belajar aktif maka lebih
menguntungkan bagi siswa. Siswa akan memperoleh pengertian dan pemahaman
yang lebih memadai, serta asyik belajar ketika aktif belajar dari pada pasif.
Keaktifan siswa sangat diperlukan pada pembelajaran matematika karena dengan
siswa aktif, maka siswa akan mengalami sehingga siswa akan memahami konsep
matematika dan tidak hanya sekedar menghafal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri 01 Dagen,
Jaten Kabupaten Karanganyar menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap
konsep matematika masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini
terlihat dari siswa yang memperoleh nilai tuntas hanya 9 siswa (36%) dari 24
siswa. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil belajar pemahaman konsep
matematika siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen pada Kompetensi Dasar Pecahan
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai adalah 65 dari
skor skala 100 (Lampiran 5 halaman 100).
Permasalahan diatas timbul karena beberapa faktor diantaranya siswa
merasa takut dengan pelajaran matematika karena dianggap pelajaran yang paling
sulit, akibatnya siswa malas untuk mengikuti pembelajaran matematika. Metode
yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional
atau ceramah. Metode tersebut akan membuat siswa lebih cepat bosan dan
informasi yang disampaikan guru sulit untuk diserap oleh siswa. Selain itu, guru
jarang menggunakan media pembelajaran pada tiap kegiatan pembelajaran
matematika sehingga pemahaman siswa menjadi verbal dan teoritis.
Berdasarkan masalah diatas diperlukan adanya solusi yaitu mengadakan
inovasi dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Penggunaan
pendekatan matematika realistik merupakan alternatif untuk memecahkan masalah
berkaitan dengan pemahaman siswa yang rendah pada konsep bilangan pecahan
karena pendekatan matematika realistik menggunakan masalah sehari-hari sebagai
sumber inspirasi dalam pembentukan konsep. Menurut Yusuf dalam Nyimas
Aisyah (2007: 7.1) pendekatan matematika realistik adalah salah satu pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika dengan
masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa. Masalah tersebut
digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa
matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan matematika realistik dapat mendorong keaktifan,
membangkitkan minat dan kreatifitas belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dapat
mendorong siswa untuk aktif bekerja bahkan mampu untuk mengkonstruksi atau
membangun sendiri konsep-konsep matematika, dengan demikian pendekatan
matematika realistik berpotensi untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan
pecahan siswa kelas III.
Pendekatan matematika realistik diawali dengan memberikan masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa yang berhubungan dengan
pecahan. Guru hanya memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya. Selebihnya
siswa diminta untuk menyelesaikan sendiri masalah yang telah diberikan. Setelah
menyelesaikan masalahnya sendiri, kemudian siswa dibentuk menjadi beberapa
kelompok untuk saling bertukar pendapat mengenai masalah yang telah
diselesaikannya secara individu. Selanjutnya perwakilan masing-masing
kelompok maju ke depan untuk menunjukkan hasil kerja kelompok. Dengan
menghadirkan masalah nyata dalam dunia siswa, diharapkan siswa mudah dalam
memahami konsep pecahan. Pembelajaran diakhiri dengan penghargaan untuk
kelompok terbaik, dilanjutkan penarikan kesimpulan secara bersama-sama dan
evaluasi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini diberi judul
Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan
Matematika Realistik Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01
Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan keaktifan
pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan Matematika pada
siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini untuk :
1. Meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
2. Meningkatkan keaktifan pembelajaran pemahaman konsep bilangan
pecahan melalui penggunaan pendekatan matematika realistik pada siswa
kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah khasanah ilmu tentang pemahaman konsep bilangan
pecahan.
b. Sebagai acuan atau referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
bagi peneliti lain mengenai pendekatan matematika realistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Meningkatnya pemahaman terhadap konsep bilangan pecahan pada mata
pelajaran Matematika.
b. Bagi guru
Memberikan masukan bagi guru untuk mengatasi kesulitan pembelajaran
pada bidang Matematika khususnya pemahaman konsep bilangan pecahan
dengan menggunakan pendekatan matematika realistik, sehingga tercipta
proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran yang
inovatif, khususnya pada pembelajaran Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
a. Pengertian Pemahaman
Menurut Nana Sudjana (2010: 50) pemahaman memerlukan
kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Nana
Sudjana juga berpendapat bahwa pemahaman dibedakan ke dalam tiga
kategori, yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan
pemahaman ekstrapolasi. Di lain pihak, Winkel (2009: 274) mengatakan
bahwa pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari.
Suharsimi Arikunto (1988: 113) berpendapat bahwa dengan
pemahaman (comprehension), siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
Pembuktian dapat dilakukan dengan mengungkapkan kembali konsep-
konsep yang dimiliki sebelumnya maupun mengungkapkan konsep
tersebut kedalam bentuk lain.
Menurut Suryanto (2010) pemahaman berasal dari kata paham
yang artinya (1)pengertian; pengetahuan yang banyak, (2)pendapat
pikiran, (3)aliran; pandangan, (4)mengerti benar (akan); tahu benar (akan);
(5)pandai dan mengerti benar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap arti
mengenai suatu konsep tertentu kemudian menyimpulkannya. Mamahami
berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari sehingga menjadi
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Pengertian Konsep
Konsep adalah pengertian yang dapat digunakan atau
memungkinkan seseorang dalam mengelompokkan sesuatu objek. Suatu
konsep dapat dibatasi dengan suatu ungkapan yang disebut definisi
(Nyimas Aisyah, 2007: 8.12).
Soedjadi (2000: 14) mengatakan bahwa konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan
sekumpulan objek. Sependapat dengan Soedjadi, Leo Sutrisno (2007:
1.12) mengatakan bahwa konsep adalah representasi yang abstrak dan
umum tentang sesuatu.
Menurut Winkel (2009: 113) konsep atau pengertian ialah satuan
arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama.
Konsep dapat dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang
didefinisikan. Dilain pihak, Oemar Hamalik (2010: 162) mendefinisikan
bahwa konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-
ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person).
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
konsep adalah sesuatu yang bersifat umum dan abstrak yang digunakan
untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian tertentu melalui
pengalamannya. Konsep dapat diperoleh melalui belajar maupun
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika. Selain itu, pemahaman konsep dapat dibedakan menjadi dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran penanaman konsep
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan
dari penanaman konsep (Heruman, 2008: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Zulaiha (2011) pemahaman konsep adalah pengertian
yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Zulaiha juga
berpendapat bahwa hasil belajar yang dinilai dalam mata pelajaran
matematika ada tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah pemahaman konsep,
penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa pemahaman konsep merupakan kegiatan lanjutan dari penanaman
konsep dengan tujuan agar siswa lebih memahami sesuatu yang tersimpan
dalam pikiran sebagai langkah untuk memberikan label kepada sesuatu
atau sebagai alat untuk berfikir, yang dapat membantu seseorang untuk
mengenal, mengerti, dan memahami terhadap sesuatu konsep tersebut.
d. Bilangan Pecahan
Menurut Arita Marini dan Iskandar Agung (2011: 254) Bilangan
adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Dilain pihak, Daitin Tarigan (2006: 15) mengatakan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari bilangan sering dijumpai dalam kehidupan
manusia bahkan merupakan kebutuhan dasar manusia dari semua lapisan
pergaulan hidup sehari-hari.
Bilangan adalah representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan
dapat dipresentasikan dalam berbagai bentuk, yang kemudian digolongkan
pada sebuah sistem bilangan, tetapi mempunyai arti yang sama.
Menurut Heruman (2008: 43) pecahan dapat diartikan sebagai
bagian dari sesuatu yang utuh. Sependapat dengan Heruman, Gatot
Muhsetyo (2005: 3.31) mengatakan bahwa konsep pecahan dan operasinya
merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal
untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan
matematika yang terkait. Dilain pihak Sukayati (2008: 6) mengatakan
bahwa pecahan adalah bagian dari keseluruhan yang berukuran sama yang
berarti memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pecahan adalah bilangan yang lambangnya terdiri dari pasangan
berurutan bilangan bulat a dan b (dengan b=0) yang merupakan
penyelesaian persamaan bx = a, dapat dinyatakan sebagai berikut: a/b atau
a : b. Pecahan juga dapat digunakan untuk menyatakan suatu pembagian,
bagian dari dan elemen dari sistem matematika (Arita Marini dan Iskandar
Agung, 2011: 183).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan
pecahan adalah simbol atau lambang berupa angka yang menyatakan
bagian dari sesuatu yang utuh. Konsep pecahan dan operasinya merupakan
konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk
mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan matematika
terkait.
e. Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
Pemahaman konsep adalah kegiatan lanjutan dari penanaman
konsep dengan tujuan agar siswa lebih memahami sesuatu yang tersimpan
dalam pikiran sebagai langkah untuk memberikan label kepada sesuatu
atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat membantu seseorang untuk
mengenal, mengerti, dan memahami terhadap sesuatu konsep tersebut
(Heruman, 2008: 3).
Menurut Sukayati (2008: 3) Pemahaman konsep bilangan pecahan
merupakan hal penting yang harus dilaksanakan oleh guru dalam
menyampaikan materi bilangan pecahan. Karena siswa dapat
menyelesaikan masalah pecahan apabila siswa telah memahami konsep
dari pecahan itu sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep bilangan pecahan adalah penanaman konsep kepada siswa
mengenai bilangan pecahan yang dilakukan oleh guru agar pengetahuan
siswa tentang bilangan pecahan dapat tersampaikan dengan baik. Hal
tersebut dapat tercapai apabila guru menggunakan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pembelajaran yang bertitik tolak pada kehidupan nyata siswa serta
menggunakan alat peraga berupa benda-benda konkrit yang mudah dibagi
menjadi beberapa bagian sama besar.
2. Hakikat Pendekatan Matematika Realistik
a. Pengertian Pendekatan
Menurut Sri Anitah (2009: 45) pendekatan adalah suatu cara
pandang terhadap sesuatu. Sependapat dengan Sri Anitah, T.Raka Joni
dalam Soli Abimanyu (2008: 2.4) mengatakan bahwa pendekatan diartikan
sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian.
Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan adalah sudut pandang yang dipilih guru dalam proses
pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan hasil pembelajaran.
Pendekatan yang baik yaitu pendekatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Pengertian Matematika
Menurut Russefendi dalam Heruman (2008: 1) Matematika adalah
bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke
aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Soedjadi
(2008: 11) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Taylor and Francis Group (2012) dalam International Journal of Education in Science and Tecnology : Mathematic is pervading every study and technique in our modern world, bringing ever more sharply into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to teach it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one proffesional group may benefit from the experience of other.
Matematika adalah meresapi setiap studi dan teknik dalam dunia modern kita, membawa semakin tajam ke dalam fokus tanggung jawab yang dibebankan pada orang-orang yang bertugas itu adalah untuk mengajarkannya. Paling menonjol di antaranya adalah sulitnya menyajikan pendekatan interdisipliner sehingga satu kelompok profesional dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain.
Menurut Raodatul Jannah (2011: 22) matematika merupakan ilmu
pasti dan konkrit. Artinya matematika menjadi ilmu real yang bisa
diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, dalam
berbagai bentuk. Di lain Pihak, Asep Jihad (2008: 157) menyatakan bahwa
Matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif. Melalui
doing mathematics
yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar dalam
menghadapi permasalahan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa matematika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penalaran logik yang
berhubungan dengan konsep-konsep abstrak untuk membantu manusia
dalam memahami permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah
Menurut Asep Jihad (2008: 153) tujuan matematika adalah sebagai
wahana untuk :
1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan simbol.
2) Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas
dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
R.Soedjadi (2000: 43) mengatakan bahwa tujuan matematika
adalah:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
3) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-
hari.
Dilain pihak Ariyadi Wijaya (2012: 16) mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalm mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
mempelajari matematika adalah tujuan siswa mempelajari matematika
yakni memiliki kemampuan dalam : (a) menggunakan alogaritma
(prosedur pekerjaan), (b)melakukan manipulasi secara matematika, (c)
mengorganisasi data, (d) memanfaatkan symbol, tabel, diagram dan grafik,
(e) mengenal dan menemukan pola, (f) menarik kesimpulan, (g) membuat
kalimat atau model matematika, (h) membuat interpretasi bangun dalam
bidang dan ruang.
d. Pengertian Pembelajaran Aktif
Menurut Tim SBM (2007: 6) pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Hal itu akan menguntungkan bagi siswa karena lebih
memberikan peluang untuk belajar secara menyenangkan dan
mengasyikkan (bebas dari rasa tertekan dan bosan).
Menurut Sardiman (2001: 93) pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang didalamnya terdapat sejumlah aktivitas siswa yang
bersifat fisik maupun mental.
Rochman Natawijaya (2005: 31) mengatakan bahwa pembelajaran
aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan
siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Pada pembelajaran matematika terutama bilangan pecahan,
pembelajaran aktif sangatlah diperlukan. Telah diketahui bahwa sebagian
besar siswa merasa kesulitan dan takut terhadap mata pelajaran
matematika. Untuk itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pembelajaran aktif dalam matematika dapat menghilangkan persepsi
tersebut. Kegiatan dalam pembelajaran aktif merupakan kegiatan
bervariasi yang tentunya menyenagkan bagi siswa. Dengan adanya hal
tersebut, siswa tidak merasa bosan ataupun jenuh saat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif adalah sebuah pembelajaran yang mengutamakan
aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran. Pembelajaran yang
melibatkan siswa secara penuh dapat menghilangkan rasa bosan dan
jenuh terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
e. Indikator Keaktifan Siswa
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2001: 99) membagi jenis-jenis
aktivitas belajar siswa menjadi 8 aktivitas, yaitu:
a) Visual activities (keaktifan melihat), misalnya: membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan
orang lain;
b) Oral activities (keaktifan langsung), seperti: menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi;
c) Listening activities (keaktifan mendengarkan), meliputi: uraian,
percakapan, diskusi, musik pidato;
d) Writing activities (keaktifan menulis), seperti: menulis cerita,
karangan, laporan, angket, dan menyalin;
e) Drawing activities (keaktifan menggambar), misalnya:
menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram;
f) Motor aktivities (keaktifan motorik), seperti: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, dan beternak;
g) Mental activities (keaktifan mental), misalnya: menganggap,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan
mengambil keputusan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
h) Emosional activities (keaktifan emosi), seperti: menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan
gugup.
Di lain pihak, Nana Sudjana (2008: 61) mengatakan keaktifan
siswa dapat dilihat dalam hal: a) turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya, b) terlibat dalam pemecahan masalah, c) bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya, d) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, e) melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru, f) melatih diri dalam memecahkan soal atau
masalah yang sejenis, dan g) kesempatan menggunakan atau menerapkan
apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa secara umum
keaktifan siswa dapat dilihat apabila sebagian besar siswa telah
melaksanakan sebagian besar aktivitas tersebut. Selain itu dapat juga
dilihat dari keterlibatan siswa tersebut dalam kegiatan pembelajaran dan
respon terhadap materi yang diberikan guru.
f. Pengertian Realistik
Menurut Ariyadi Wijaya (2012: 20) penggunaan kata realistik
adalah kata yang tidak sekadar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan
dunia nyata tetapi lebih mengacu pada fokus dalam menempatkan
penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa.
Y. Merpaung (2008: 2) mengatakan bahwa dalam pendekatan
matematika realistik, kata realistik adalah kata yang tidak hanya sekadar
keterkaitan dengan fakta atau kenyataan tetapi realistik juga berarti
permasalahan kontekstual yang bermakna bagi siswa.
Contoh dari pendapat Y. Merpaung (2008: 2) yaitu penggunaan
konteks salju untuk anak Indonesia. Salju merupakan suatu fakta atau
kenyataan yang ada, tetapi anak Indonesia sulit untuk memahami
sepenuhnya tentang salju karena mereka tidak mengalami salju secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
langsung. Jadi, konteks salju dikatakan tidak realistik untuk pembelajaran
di Indonesia.
Hal tersebut tidak sesuai dengan tingkat berfikir dari siswa SD
yang masih bertaraf konkrit sehingga belum mampu menerima
pembelajaran yang bersifat abstrak. Untuk itu benda nyata serta
permasalahan yang nyata dapat membantu guru sebagai sarana yang tepat
untuk mengajarkan pemahaman konsep matematika kepada siswa.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kata
realistik dalam pendekatan matematika realistik memiliki arti suatu fakta
atau kenyataan yang dapat dibayangkan oleh siswa. Sehingga dalam
pembelajaran, selain menggunakan benda-benda nyata guru juga harus
menggunakan masalah kontekstual yang dapat dibayangkan oleh siswa.
g. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Nyimas Aisyah (2007: 7.3) pendekatan matematika
realistik adalah pendekatan yang memandang matematika sebagai kegiatan
manusia dan harus dikaitkan dengan realitas yang dekat dan relevan
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Ariyadi Wijaya (2012: 21) mengatakan bahwa pendekatan
matematika realistik adalah pendekatan matematika yang menggunakan
masalah realistik sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika
atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran.
Devrim Uzel and Savinc Mert Uyangor dalam International Mathematical Forum, 1, 2006, no.39 : RME theory is a promising direction to impro
interpretation of mathematis as a human activity and accentuates the actual activity of doing mathematics.
RME adalah teori yang menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman peserta didik pada pelajaran matematika. RME merupakan penafsiran kuat dari Hans Freudental bahwa matematika merupakan aktifitas manusia yang aktual.
Dilain pihak Daitin Tarigan (2006: 3) mengatakan bahwa
pendekatan matematika realistik perupakan suatu pendekatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik, yaitu
pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dalam penyelesaian
masalah.
Sedangkan menurut Zulkardi (2011) pendekatan matematika realistik adalah pendekatan dalam pendidikan matematika yang berdasarkan ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
matematika realistik adalah salah satu pendekatan belajar matematika
yang berprinsip untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Pendekatan
matematika realistik memberikan kemudahan bagi guru dalam
pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika yang
bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan
kasat mata, namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran
anak.
h. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Y. Merpaung (2008: 5) karakteristik pendekatan matematika
realistik yaitu:
1) Siswa aktif dalam pembelajaran.
Aktif yang dimaksud adalah terjadi interaksi antara siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa. Sehingga siswa tidak hanya
menerima apa yang telah diberikan oleh guru, tetapi siswa juga
merespon apa yang diberikan oleh guru.
2) Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyaksikan masalah
kontekstual/realistik.
Yaitu siswa dapat membayangkan situasi yang disajikan dalam
masalah.
3) Memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Yaitu siswa mencoba menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru dengan caranya sendiri, pastinya tiap siswa akan memiliki
jawaban masing-masing tergantung dari tingkat kecerdasan siswa itu
sendiri.
4) Terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan siswa juga
antara siswa dan guru.
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik agar siswa
mau mendengarkan temannya yang sedang bicara, mau dan berani
menyampaikan pendapat kepada kawan dan guru, siswa tidak
berebutan berbicara tetapi tertib.
5) Terciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Yaitu adanya variasi dalam setiap pembelajaran seperti
membentuk kelompok kecil, mengadakan pembelajaran di luar kelas
atau sekedar duduk di lantai.
6) Guru harus dapat memilih dan mengembangkan materi ajar sehingga
sifat intertwintment (keterkaitan) dapat terlaksana.
Yaitu guru harus mampu mengembangkan pengetahuan awal
yang dimiliki siswa dengan materi yang akan diajarkan. Keterkaitan
antara dua hal tersebut akan memudahkan siswa dalam menerima
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
7) Pembelajaran berpusat pada siswa.
Yaitu siswa dibebaskan dalam memilih strategi apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari guu.
8) Guru bertindak sebagai fasilitator.
Yaitu guru tidak mengajari bagaimana cara menyelesaikan
masalah tetapi hanya memberikan bimbingan dan dorongan agar siswa
mau berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan caranya
sendiri.
9) Tidak memberikan penguatan negatif pada siswa yang melakukan
kesalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Jadi apabila ada siswa yang melakukan kesalahan dalam
menjawab atau mengerjakan tugas dari guru, janganlah diberi
hukuman ataupun dimarahi melainkan dibantu dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang akan memancing pengetahuannya.
Suryanto dalam Nyimas Aisyah (2007: 7.7) mengemukakan
beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik yaitu :
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems)
digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada
siswa.
2) Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model
matematika dengan bantuan guru atau temannya.
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah
yang mereka temukan (biasanya ada yang berbeda, baik cara
menemukannya maupun hasilnya).
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan
dan apa yang telah dihasilkan baik hasil kerja mandiri maupun hasil
kerja diskusi.
5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika
yang memang ada hubungannya.
6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-
hasil dari pekerjaannya agar menemukan kosep atau prinsip
matematika yang lebih rumit.
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk yang
siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
Treffers dalam Ariyadi Wijaya (2012: 21) mengatakan bahwa
karakteristik pendekatan matematika realistik yaitu:
1) Penggunaan konteks
Konteks atau disebut juga permasalahan realistik digunakan
sebagai titik awal pembelajaran matematika. Masalah tersebut tidak
harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal
tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.
2) Penggunaan model untuk mematisasi progresif
Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari
pengetahuan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan
matematika tingkat formal.
3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi
pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi
yang bervariasi. Hal ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu
siswa memahami konsep matematika, tetapi juga sekaligus
mengembangkan aktivitas siswa dan kreativitas siswa.
4) Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu
melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial.
Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika
siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
Pemanfaatan interaksi dalam pembelajarn matematika bermanfaat
dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa.
5) Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena
itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara
terpisah atau terisolasi satu sama lain.
Dari beberapa pendapat tentang karakteristik pendekatan
matematika realistik di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik pendekatan matematika realistik yaitu (1) adanya masalah
kontekstual yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran, (2) adanya
interaktivitas antar guru dan siswa serta antar siswa dan siswa sehingga
dapat membentuk karakter siswa, (3) adanya keterkaitan antar konsep, (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru hanya sebagai fasilitator
saja, (5) suasana kegiatan pembelajaran bervariasi dan menyenangkan.
i. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Gravemeijer dalam Y. Merpaung (2005: 3) menyebutkan
tiga prinsip dalam pendekatan matematika realistik, yaitu:
1) Penemuan kembali secara terbimbing/matematika secara progresif
(Guided Reinvention/progressive matematizing). Siswa harus diberi
kesempatan untuk mendalami proses yang sama, sebagai konsep-
konsep matematika yang dikemukakan dalam menyelesaikan topik-
topik matematika. Siswa diberikan masalah nyata yang
memungkinkan adanya penyelesaian yang berbeda.
2) Didaktif yang bersifat fenomena (didaktial phenomology) topik
matematika yang akan diajarkan, diupayakan belajar dari fenomena
sehari-hari.
3) Model yang dikembangkan sendiri (self developed models) dalam
contextual problem
dikembangkan sendiri oleh siswa.
Menurut Asep Jihad (2008: 150) lima prinsip utama dari pendekatan
matematika realistik yaitu:
1) Penggunaan konteks, sebagai sumber belajar dalam menemukan
kembali (reinvention) ide Matematika.
2) Menggunakan model produksi dan kontruksi siswa.
3) Menolak proses yang mekanistik, saling terlepas dan tidak
bermakna, prosedur rutin, dan sering bekerja individual.
4) Siswa bukan penerima informasi, tetapi subyek aktif dalam
reinvention.
5) Menggunakan berbagai teori belajar yang relevan dan saling terkait.
Zahra (2010) mengatakan bahwa prinsip utama pendekatan
matematika realistik adalah:
1) Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal
yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2)
3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.
4) Interaktif sebagai karakteristik diproses pembelajaran matematika.
5) Intertwinning (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok
bahasan.
Dari beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
dapat disimpulkan bahwa prinsip pendekatan matematika realistik yaitu
memulai pembelajaran dari masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa
(kontekstual/nyata), bersifat interaktif, adanya intertwinning (keterkaitan)
dan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
j. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Matematika Realistik
Beberapa kelebihan dari pendekatan matematika realistik menurut
Zahra (2010) antara lain:
1) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan dan tidak menegangkan
bagi siswa.
2) Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
3) Alat peraga yang digunakan berupa benda yang berada di sekitar,
sehingga mudah didapatkan.
4) Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
5) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
6) Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi sehingga akan semakin
pandai.
Menurut Asep Jihad (2008: 150) kelebihan dari pendekatan
matematika realistik yaitu:
1) Melalui penyajian masalah yang kontekstual, pemahaman konsep
siswa meningkat dan bermakna, mendorong siswa melek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Matematika dan memahami keterkaitan Matematika dengan dunia
sekitarnya.
2) Siswa terlibat langsung dalam proses doing math sehingga
mereka tidak takut belajar Matematika.
3) Siswa dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya
dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi
lainnya.
4) Memberi peluang pengembangan potensi dan kemampuan
berfikir alternatif.
5) Memberikan cara penyelesaian masalah yang berbeda.
6) Melalui belajar kelompok, berlangsung pertukaran pendapat dan
interaksi antar guru-siswa dan antar siswa,tercipta hubungan
saling menghormati pendapat yang berbeda dan menumbuhkan
konsep diri siswa.
7) Melalui matematisasi vertikal, siswa dapat mengikuti
perkembangan Matematika sebagai suatu disiplin.
8) Memberi peluang berlangsungnya 4 pilar pendidikan dari
learning to know learning to do learning
to be learning to live together
Beberapa kelemahan dari pendekatan matematika realistik antara
lain :
1) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar yaitu 40-45 siswa.
2) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
k. Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dengan Pendekatan
Konvensional
Dari beberapa kelebihan pendekatan matematika realistik, dapat
dijadikan acuan untuk membedakan pendekatan matematika realistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dengan pendekatan kontekstual. Perbedaan pendekatan matematika
realistik dengan pendekatan konvensional dapat dilihat pada tabel 2.1 di
bawah ini:
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dengan Pendekatan
Konvensional
No. Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan Konvensional
1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa adalah penerima informasi dari guru secara aktif.
2. Siswa belajar secara berkelompok Siswa belajar secara individual.
3. Pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata siswa.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis.
4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Siswa berinteraksi aktif dengan siswa lain.
Interaksi di antara siswa kurang
6. Pembelajaran dapat berlangsung di luar kelas.
Pembelajaran hanya berlangsung di dalam kelas.
7. Hasil belajar dapat diukur dengan berbagai cara, yaitu proses bekerja, hasil karya, penampilan dan tes.
Hasil belajar hanya di ukur dengan menggunakan tes.
l. Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik
Menurut Zulkardi dalam Nyimas Aisyah (2007: 7.20) langkah-
langkah pendekatan matematika realistik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
Persiapan yang dimaksud yaitu guru memahami dan menyiapkan
masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari yang akan diberikan
kepada siswa dan dikaitkan dengan materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Penerapan tahap persiapan dalam pembelajaran bilangan pecahan
yaitu guru mempelajari materi pecahan secara mendalam dan cara
menguraikannya, setelah itu guru menyiapkan masalah kontekstual untuk
memulai pembelajaran. Selain itu, guru juga menyiapkan alat
pembelajaran berupa media dan sumber belajar. Pada kegiatan ini guru
akan memberikan masalah tentang pembagian roti tawar sehingga guru
telah menyiapkan beberapa lembar roti tawar yang digunakan pada proses
pembelajaran.
2) Tahap Pembukaan
Pada tahap ini yaitu guru menyampaikan masalah kontekstual
kepada siswa yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jika dalam memahami
masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan
kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa
saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan
yang belum dipahami.
Penerapan pada pembelajaran bilangan pecahan yaitu guru
menceritakan tentang seorang ibu yang akan membagi 1 lembar roti tawar
untuk 4 orang anaknya, sedemikian rupa sehingga setiap anak mendapat
bagian yang sama. Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan caranya sendiri.
3) Tahap proses pembelajaran
Pada tahap ini, terjadi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Kegiatan siswa yaitu berkelompok dengan teman satu kelasnya
untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru kemudian
mempresentasikannya. Disini guru hanya sebagai fasilitator saja yang
mendorong dan membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah.
Penerapan dalam pembelajaran bilangan pecahan yaitu guru
mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok dengan anggota kelompok
masing-masing 4 orang. Setiap kelompok diberi 4 lembar roti tawar dan
pisau kue serta LKS dengan masalah seperti diatas sehingga semua
anggota mendapatkan bagian. Guru memberikan waktu kepada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk memecahakan masalah dengan caranya sendiri. Selama proses
kegiatan diskusi berlangsung, guru hanya sebagai fasilitator. Yaitu
mendorong dan membimbing siswa apabila mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah. Setelah selesai, guru mempersilahkan perwakilan
kelompok untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil diskusinya ke
depan kelas. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang
sedang menyampaikan hasil diskusi. Kemudian kelompok yang terbaik
mendapatkan bintang penghargaan dari guru.
4) Tahap Penutup
Yaitu tahap terakhir dari langkah pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik. Penerapan pada
pembelajaran bilangan pecahan yaitu guru bersama siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran. Kemudian siswa mengerjakan soal
evaluasi yang telah diberikan oleh guru.
m. Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran
Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
Materi pecahan dikenalkan kepada siswa SD mulai kelas III
semester 2 dengan pembelajaran yang difokuskan pada mengenal dan
membandingkan pecahan. Untuk itu pemahaman konsep bilangan pecahan
dan operasinya merupakan hal yang penting untuk dikuasai, sebagai bekal
untuk mempelajari materi matematika berikutnya. Namun tidak mudah
untuk membawa para siswa mampu memahami konsep dan makna
pecahan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran pecahan memerlukan
perhatian, kesungguhan, ketekunan dan kemampuan profesional. Selain
itu, kelas III SD merupakan kelas rendah dengan tingkat berpikir yang
masih konkrit.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada siswa dengan tingkat
berpikir yang konkrit yaitu pembelajaran yang berprinsip pada kehidupan
nyata siswa. Sehingga siswa dapat membayangkan apa yang disampaikan
oleh guru. Selain itu, pengalaman dan benda-benda manipulatif yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
di lingkungan siswa juga dapat membantu siswa dalam memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan prinsip dan
karakter dari pendekatan matematika realistik, yaitu mendekatkan
matematika dengan dunia nyata siswa. Secara lebih jelasnya penggunaan
pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pemahaman konsep
bilangan pecahan adalah sebagai berikut:
1) Mengenal Makna Pecahan Sederhana
(a) Menggunakan Benda Nyata (Buah Apel, roti tawar)
Sediakan buah apel sebagai benda nyata. Sebelumnya siswa
dibentuk menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 4 anak. Kemudian perwakilan kelompok diminta untuk
mengambil buah apel sebanyak 4 buah sehingga masing-masing
anak dalam kelompok mendapatkan bagian. Selanjutnya siswa
diminta untuk membagi buah apel tersebut menjadi dua bagian,
tiga bagian, empat bagian serta enam bagian sama besar.
Kemudian guru meminta kepada siswa untuk menyatakan
potongan apel tersebut ke dalam pecahan. Misal dipotong
menjadi 2 bagian yang sama, jadi nilai tiap potonganya yaitu
12 dan seterusnya.
(b) Menggunakan Kertas Lipat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sediakan kertas lipat yang berbentuk persegi ataupun
lingkaran. Perwakilan kelompok diminta untuk mengambil kertas
tersebut sebanyak empat lembar. Kemudian kertas dilipat
sehingga lipatannya tepat menutupi bagian yang satunya.
Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai bagian
yang dikehendaki sehingga akan didapatkan gambar dibawah ini:
Yang diarsir nilai pecahannya adalah 12
2) Membandingkan Pecahan
Alat peraga yang digunakan untuk membandingkan pecahan
adalah sedotan warna warni, dapat juga menggunakan garis
bilangan. Sedotan dipotong menjadi dua bagian sama panjang untuk
memperagakan pecahan 12.
Pengenalan letak pecahan garis bilangan akan sangat bermanfaat
bila siswa mencari pecahan yang senilai dan membandingkan
pecahan.
Penerapan pendekatan matematika realistik pada pemahaman
konsep bilangan pecahan akan membantu siswa dalam memahami
materi pecahan yang masih abstrak bagi siswa. Karena pada
pendekatan matematika realistik menggunakan masalah-masalah
nyata dari kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan benda-benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
nyata dalam kehidupan siswa digunakan sebagai alat peraga dalam
pembelajaran matematika sehingga siswa menjadi tertarik dan
senang belajar matematika akibatnya pemahaman konsep bilangan
pecahan pada siswa meningkat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan mengenai peningkatan pemahaman konsep
bilangan pecahan melalui pendekatan matematika realistik pada siswa kelas III
adalah sebagai berikut :
Nindya Wulan Cahyoningrum (2011) dengan judul Penggunaan
Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Perkalian pada Siswa Kelas II SD Negeri III Pokoh Kidul Wonogiri Tahun Ajaran
2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus
dengan menerapkan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran
pemahaman konsep perkalian pada siswa kelas III, dapat meningkatkan
pemahaman konsep perkalian. Terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas
yang pada tes awal sebesar 58,12; siklus I 73,75; kemudian siklus II 80,63;
sedangkan siklus III menjadi 86,87. Penelitian tersebut membahas mengenai
peningkatan pemahaman konsep perkalian dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik, sedangkan penelitian ini membahas mengenai pemahaman
konsep bilangan pecahan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
Kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan matematika
realistik untuk meningkatkan pemahaman konsep pada materi matematika.
Hudzaifah Noor (2011) dengan judul Peningkatan Kemampuan Materi
Pecahan dalam Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Struktural dengan Teknik Make a Match pada Siswa Kelas V SD Negeri Jetis 04
Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe struktural dengan teknik make a match dalam pembelajaran
kemampuan materi pecahan pada siswa kelas V, dapat meningkatkan kemampuan
materi pecahan. Terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
awal sebesar 49,71, siklus I 72,78 kemudian siklus II menjadi 81,64. Penelitian
tersebut membahas mengenai implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
struktural dengan teknik make a match pada kemampuan materi pecahan,
sedangkan penelitian ini membahas mengenai penggunaan pendekatan
matematika realistik pada pemahaman konsep bilangan pecahan. Kesamaan
dengan penelitian ini yaitu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pecahan.
Kholidin (2010) dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep
Perkalian Bilangan Cacah melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa
Kelas II SD Negeri Lembasari 02 Tahun Ajaran 2009/2012. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan
Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran materi perkalian bilangan
cacah pada siswa kelas II, dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian
bilangan cacah. Terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes
awal sebesar 56, siklus I 77 kemudian siklus II menjadi 84. Penelitian tersebut
membahas mengenai implementasi pendekatan matematika realistik pada
pemahaman konsep perkalian bilangan cacah, sedangkan penelitian ini membahas
mengenai penggunaan pendekatan matematika realistik pada pemahaman konsep
bilangan pecahan. Kesamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan
matematika realistik.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema
dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teori. Pada kondisi awal,
pemahaman siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran
2011/2012 terhadap konsep bilangan pecahan masih rendah, terbukti dari 24 siswa
64% di antaranya mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan siswa
merasa takut dengan matematika karena dianggap pelajaran yang paling sulit,
akibatnya siswa malas untuk mengikuti pelajaran matematika. Guru masih
menggunakan metode konvensional sehingga siswa menjadi pasif dan lebih cepat
bosan serta sulit untuk menerima materi pelajaran dari guru. Guru juga jarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menggunakan media pada tiap proses pembelajaran. Hal itu menyebabkan
pengetahuan siswa menjadi verbal dan teoritis. Oleh karena itu diperlukan adanya
perbaikan pembelajaran dan peningkatan pemahaman konsep bilangan pecahan
pada siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan adanya suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep
bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen. Pendekatan
matematika realistik dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep bilangan
pecahan siswa. Pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan belajar
matematika yang berprinsip untuk mendekatkan matematika kepada siswa.
Pendekatan matematika realistik memberikan kemudahan bagi guru dalam
pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika yang bermula
dari dunia nyata. Dunia nyata tidak berarti konkrit secara fisik dan kasat mata,
namun juga termasuk yang dapat dibayangkan oleh pikiran anak. Jadi dengan
demikian pendekatan matematika realistik menggunakan situasi dunia nyata
sebagai titik tolak belajar matematika. Pendekatan ini merupakan sebuah
pendekatan dalam pembelajaran yang juga dapat mengaktifkan siswa karena
didalamnya terdapat kegiatan berkelompok. Kegiatan berkelompok ini akan
mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dengan kelompoknya sendiri untuk
menyelesaikan masalah yang telah diberikan guru sebelumnya. Kemudian
dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing kelompok. Kegiatan diakhiri
dengan pemberian penghargaan untuk kelompok terbaik, penarikan kesimpulan
oleh siswa dan guru, dan evaluasi individu. Pendekatan matematika realistik
diterapkan dengan menggunakan siklus I hingga siklus II, melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diketahui proses
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan siswa pada pembelajaran
pemahaman konsep bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten
Karanganyar. Peningkatan tersebut ditandai dengan aktivitas siswa yang lebih
aktif dalam pembelajaran, karena guru hanya sebagai fasilitator. Selain itu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mampu memahami konsep bilangan pecahan, tidak hanya sekedar hafal tetapi
juga dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan soal matematika. secara
skematis kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi Akhir
Melalui pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan.
Melalui pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan.
Guru menggunakan pendekatan
matematika realistik pada pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan
Tindakan
Siklus I Guru menggunakan
pendekatan matematika realistik dalam
penyampaian pecahan 1.Perencanaan 2.Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Siklus II Guru menggunakan
pendekatan matematika realistik dalam
pemantapan pembelajaran matematika
1. Guru menggunakan metode konvensional
2. Siswa tidak aktif (pasif)
1. Pemahaman konsep siswa terhadap bilangan pecahan masih rendah
2. 64% siswa mempunyai nilai
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis
penelitian tentang penggunaan pendekatan matematika realistik pada
pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan sebagai berikut:
1. Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep
bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten
Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
2. Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan keaktifan dalam
pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01
Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri 01 Dagen, Semester
Genap Tahun Ajaran 2011/2012, yang beralamat di Jalan Raya Solo-Sragen
KM 6 Desa Dagen Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Tempat
penelitian dipilih dengan beberapa pertimbangan. Sekolah tersebut merupakan
tempat PPL peneliti sehingga peneliti sudah mengenal betul kondisi siswa yang
akan diteliti. Selain itu, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian
ulang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap persiapan hingga
pelaporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 5 bulan, yakni mulai
bulan Januari sampai dengan Mei 2012. Tahap perencanaan dilaksanakan pada
bulan Januari sampai dengan Februari, tahap pelaksanaan dimulai bulan Maret,
tahap analisis data dan penyusunan laporan dimulai pada bulan April, terakhir
yaitu sidang skripsi dan penjilidan akan dilaksanakan pada bulan Mei. Rincian
rencana waktu penelitian terlampir di lampiran 1 halaman 95 .
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 24
terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Daftar nama
siswa dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 101.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berasal dari istilah
Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2009: 2).
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus
yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suharsimi Arikunto (2009: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus
berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a)
perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat Silabus
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Mempersiapkan instrumen penelitian
4) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
5) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan (RPP). Kegiatan pelaksanaan selalu diamati/
dipantau dan direfleksikan.
c. Tahap pengamatan, pada tahap ini dilakukan dengan mengamati penerapan
tindakan pada pembelajaran. Pada saat pengamatan, observer berpedoman pada
pedoman observasi, mengamati pelaksanaan pembelajaran sehingga
memperoleh data tentang aktivitas siswa, kekurangan pelaksanaan tindakan
sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang telah mencapai tujuan
penelitian dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Hasil penarikan kesimpulan
tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan dengan
adanya peningkatan hasil belajar atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto
(2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas
secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik;
(b) suasana kelas; dan (guru). Pada tahap ini, peneliti sebagai guru menjawab
pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what
extent) tindakan telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang paling penting untuk dikaji dalam
penelitian ini berupa informasi tentang pemahaman konsep bilangan pecahan
siswa kelas III. Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam pembelajaran ini
meliputi :
1. Sumber data primer diantaranya : siswa dan guru kelas III SD Negeri 01
Dagen. Hal tersebut dikarenakan siswa dan guru merupakan sumber utama
bagi peneliti untuk memperoleh data-data dan informasi yang digunakan
dalam penelitian.
2. Sumber data sekunder diantaranya : dokumentasi yaitu berupa foto dan
video kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik, kemudian hasil observasi yaitu dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran,
selanjutnya hasil wawancara yaitu wawancara dengan guru sebelum
dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan, dan yang
terakhir adalah tes, tes yang dilakukan sebelum tindakan dan tes pada tiap
akhir pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Dokumentasi
Menurut St.Y. Slamet (2007: 52) dokumen merupakan bahan tertulis
ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen sudah sejak
lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan.
Data dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau
data berupa Silabus Matematika kelas III, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), foto kegiatan pembelajaran, serta daftar nilai pemahaman konsep
pecahan siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen sebelum dan sesudah
menggunakan pendekatan matematika realistik.
2. Observasi
Nana Sudjana (2010: 114) mengungkapkan bahwa observasi adalah
pengamatan kepada tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi dapat dilakukan
dalam situasi yang sebenarnya atau disebut juga observasi langsung dan bisa pula
dalam situasi buatan atau disebut juga observasi tidak langsung.
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi terhadap
kinerja guru (peneliti) difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran pemahaman konsep pecahan pada pelajaran matematika. Sementara
itu, observasi langsung terhadap siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen difokuskan
pada pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran.
3. Wawancara
Denzin dalam Rochiati Wiriaatmadja (2008: 117) menyatakan bahwa
wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau hal-hal yang
dipandang perlu. Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara
terhadap guru yang bertujuan menggali informasi guna memperoleh data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
berkaitan dengan pemahaman konsep bilangan pecahan kelas III SD Negeri 01
Dagen sebelum dan sesudah penggunaan pendekatan matematika realistik.
4. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
Arikunto, 2006: 150).
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan
akhir dalam pembelajaran matematika khususnya dalam pemahaman konsep
bilangan pecahan. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat
merencanakan kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses
pembelajaran. Selain itu tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan
keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes pemahaman konsep bilangan
pecahan.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya, sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2000: 178). Triangulasi
menurut Dezin (dalam Moleong, 2000: 178) dibagi menjadi triangulasi sumber,
metode, penyidik dan teori. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Trianggulasi data
Melalui trianggulasi data, akan diarahkan untuk pengumpulan data
melalui berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini data yang sama
atau sejenis akan lebih akurat jika digali dari beberapa sumber data yang
berbeda. Data yang diperoleh berasal dari siswa dan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Trianggulasi metode
Jenis trianggulasi ini dapat dilakukan peneliti dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda. Triangulasi metode lebih ditekankan pada pengumpulan data dengan
teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya, data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Apabila
hasil data yang diperoleh dengan tiga metode tersebut berbeda, maka
dilakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk
memastikan data mana yang dianggap benar.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif. Data yang diperoleh dianalisis dan diolah secara kualitatif.
Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi Data
(Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan Kesimpulan
(Verification). Miles dan Huberman (2009: 19) mengemukakan bahwa tiga
komponen tersebut sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama
dan sesudah pemngumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis. Reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai
rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.
Secara singkat, teknik analisis interaktif tersebut terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.1 Bagan Teknik Analisis Data
(Sumber : Miles & Huberman, 2009: 16-20)
Pengumpulan Data
Data (Collection)
Penarikan kesimpulan (Verification)
Reduksi Data
Data
Penyajian Data
Data (Display)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian yang telah
dikumpulkan selanjutnya di reduksi. Reduksi dalam penelitian ini
dilakukan dengan pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang didapat
oleh peneliti. Reduksi dilakukan dengan pemilihan dan penyederhanaan
data dengan membuang data yang tidak dibutuhkan atau tidak penting.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah suatu sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Hasil dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan
disimpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan pada saat
mengolah dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian
disusun dan di display dalam bentuk tabel atau dalam bentuk grafik, dan
dinarasikan dalam pembahasan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kesimpulan adalah temuan baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Temuan dapat berupa gambaran suatu objek yang masih
gelap atau belum jelas, setelah diadakan penelitian objek tersebut menjadi
terang atau jelas berupa hubungan kausal (interaktif), hipotesis atau teori.
Penyajian data yang dikemukakan bila telah didukung oleh data-data yang
mantap, maka dapat dijadikan kesimpulan.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam
menetukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi. 2009: 61).
Adapun indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa secara klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Keaktifan siswa meningkat. Ditandai dengan siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran matematika yaitu 75%.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam
Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan
sebagai berikut: (1) perencanaan (planing); (2) penerapan tindakan (action); (3)
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar
3.1dibawah ini:
Gambar 3.2 Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk, 2007: 16)
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Tindak Lanjut
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pelaksanaan PTK ini mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk
siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, evaluasi, dan
refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada 3 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan dengan
alokasi waktu 2x35 menit.
Penerapan prosedur penelitian tersebut dalam pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan peneliti yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dipersiapkan instrumen yang diperlukan
dalam penelitian (yaitu instrumen yang sudah disiapkan bersama dengan
proposal penelitian), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang akan dilaksanakan, mempersiapkan materi yang akan disampaikan,
mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran dan sumber
belajar yang diperlukan.
b. Tindakan
1) Siklus I
a) Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tematik sesuai jadwal pelajaran daan menyiapkan materi
bilangan pecahan untuk siklus I. Meskipun dilakukan secara tematik
dengan mata pelajaran lain, penelitian ini tetap memfokuskan pada
mata pelajaran matematika. Selain itu, peneliti juga menentukan
media dan metode apa yang digunakan dalam penerapan pendekatan
matematika realistik. Materi yang digunakan adalah mengeni pecahan.
Media yang digunakan adalah roti tawar, kertas lipat, buah apel,
sedotan serta gambar garis bilangan untuk membandingkan pecahan.
Kegiatan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.
b) Tindakan
Proses tindakan dalam siklus I adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada awal pembelajaran, siswa mengawali dengan berdoa
dan absensi kelas. Guru mempersiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan. Selain itu guru memberikan motivasi kepada siswa
berupa kegiatan yang menyenangkan. Setelah memberikan motivasi
kepada siswa, guru juga memberikan apersepsi yaitu memusatkan
siswa pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru
menyampaikan orientasi atau tujuan pembelajaran kepada siswa.
Pada kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Guru melakukan interaksi dengan siswa untuk menggali
sebanyak-banyaknya tentang kemampuan yang dimilki siswa tentang
pecahan. Kegiatan ini dilakukan dengan tanya jawab kepada siswa
seputar materi yang akan disampaikan oleh guru. Karena kelas III
merupakan kelas rendah, maka pembelajaran yang digunakan adalah
pembelajaran tematik. Dalam hal ini, materi pokok pecahan dikaitkan
dengan dengan materi lain, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial.
(2) Elaborasi
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik. Yaitu guru mengajarkan pemahaman
konsep bilangan pecahan dengan bertolak ukur pada kehidupan nyata
siswa. Misalnya tentang pembagian 1 buah kue yang dilakukan ibu
kepada 4 orang anaknya. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan
masalah tersebut dengan berkelompok dengan teman satu kelas.
Masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak. Media yang digunakan
yaitu roti tawar dan pisau kecil. Kemudian kelompok yang telah
selesai, selanjutnya yaitu mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelompok lain.
(3) Konfirmasi
Pada kegiatan konfirmasi, guru mengoreksi dan
membenarkan pekerjaan siswa yang kurang tepat agar tidak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kesalahpahaman. Selain itu guru juga memberikan penghargaan
kepada kelompok yang terbaik.
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan dan
memberikan evaluasi kepada siswa tentang materi yang disampaikan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu guru juga
memberikan motivasi serta tindak lanjut kepada siswa berupa PR dan
menyampaikan materi yang akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya.
c) Observasi
Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati
adalah perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti menyediakan instrument yaitu lembar observasi
untuk mengetahui keadaan kelas saat pembelajaran. Dalam hal ini
peneliti selaku guru yang mengajar meminta bantuan kepada guru
kelas III untuk melakukan observasi pada saat pembelajaran.
d) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang
muncul saat kegiatan pembelajaran pada siklus I, dan bagian yang
masih perlu diperbaiki. Hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis
dan didiskusikan dengan guru kelas. Dari hasil refleksi tersebut dapat
disusun rencana perbaikan untuk siklus II. Masalah-masalah yang
muncul pada siklus I, dicari pemecahannya dan menentukan tindakan
untuk memperbaikinya. Sedangkan kelebihan-kelebihannya
dipertahankan dan ditingkatkan.
Hasil analisis data nilai pemahaman konsep bilangan pecahan
siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen sudah meningkat dari nilai
sebelumnya pada tes awal. Nilai rata-rata klasikal yang sebelumnya
60,97 naik menjadi 74,54. Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
meningkat dari 36% menjadi 70,83%. Hasil dari pembelajaran
pemahaman konsep bilangan pecahan pada siklus I memang masih
belum mencapai target indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu
75% siswa mencapai .
Selain hasil nilai pemahaman konsep bilangan pecahan,
keaktifan pembelajaran juga meningkat. Siswa yang pada saat
sebelum tindakan hanya ada 1- 2 siswa yang berani bertanya dan
menjawab, sekarang meningkat berdasarkan hasil pengamatan
aktivitas siswa pada siklus I mencapai 5- 10 siswa yang tampil lebih
berani. Keaktifan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi siswa
mengenai nilai afektif dan psikomotorik. Perinciannya yakni untuk
aspek afektif terdapat 62,5% atau 15 siswa dengan kategori baik.
Sedangkan untuk aspek psikomotorik terdapat 54,17% atau 13 siswa
dengan kategori baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan dari sebelumnya atau pra siklus, tetapi belum mencapai
ind 75% yang mencapai nilai dengan
kriteria baik.
Hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru kemudian
dibandingkan dan dilihat perkembangannya untuk mengetahui sejauh
mana kualitas proses pembelajaran. Melihat hasil keduanya yang
belum mencapai target indikator kinerja, maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas proses pembelajaran juga belum sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, penelitian pada siklus I dikatakan belum
berhasil dan perlu ditindaklanjuti dengan mengadakan siklus II.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana
pembelajaran siklus I. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi
pada siklus I. Namun, perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan
dari siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
menyiapkan materi serta evaluasi yang berupa soal soal tentan bilangan
pecahan. Kemudian guru menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Setelah itu, guru mempersiapkan media terkait dengan
materi pembelajaran.
b) Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan
dari pelaksanaan tindakan siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan
penggunaan pendekatan matematika realistik untuk memperbaiki
kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I.
Proses tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
Pada awal pembelajaran, siswa melaksanakan kegiatan rutin setiap
hari dengan berdoa dan absensi kelas. Guru mempersiapkan media
pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu guru memberikan motivasi
kepada siswa berupa kegiatan yang menyenangkan. Setelah memberikan
motivasi kepada siswa, guru juga memberikan apersepsi yaitu memusatkan
siswa pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru
menyampaikan orientasi atau tujuan pembelajaran kepada siswa.
Pada kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Guru melakukan interaksi dengan siswa untuk menggali sebanyak-
banyaknya tentang kemampuan yang dimilki siswa tentang pecahan.
Kegiatan ini dilakukan dengan tanya jawab kepada siswa seputar materi
yang akan disampaikan oleh guru. Karena kelas III merupakan kelas
rendah, maka pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran tematik.
Dalam hal ini, materi pokok pecahan dikaitkan dengan dengan materi lain,
yaitu Bahasa Indonesia.
(2) Elaborasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik. Yaitu guru mengajarkan pemahaman
konsep bilangan pecahan dengan bertolak ukur pada kehidupan nyata
siswa. Misalnya tentang pembagian 1 buah apel yang dilakukan ayah
kepada 4 orang anaknya. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan
masalah tersebut dengan berkelompok dengan teman satu kelas. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4 anak. Media yang digunakan yaitu buah
apel dan pisau. Masing-masing kelompok mengerjakan LKS yang telah
diberikan oleh guru. Kemudian kelompok yang telah selesai, selanjutnya
yaitu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelompok lain.
(3) Konfirmasi
Pada kegiatan konfirmasi, guru mengoreksi dan membenarkan
pekerjaan siswa yang kurang tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain itu guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok yang
terbaik.
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan dan
memberikan evaluasi kepada siswa tentang materi yang disampaikan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu guru juga memberikan
motivasi serta tindak lanjut kepada siswa berupa PR dan menyampaikan
materi yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
c) Observasi
Pada tahap observasi pada siklus II hampir sama dengan observasi
siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil tes dan
perubahan perilaku atau aktivitas siswa.
d) Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes
hasil belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui pemahaman
konsep pecahan pada siswa dengan menggunakan pendekatan matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
realistik, secara umum telah menunjukkan adanya peningkatan, guru dalam
melaksanakan pembelajarn semakin luwes dan sabar. Persentase aktivitas
atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak
memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan
kreatif. Kemampuan pemahaman konsep bilangan pecahan meningkat
dengan penerapan pendekatan matematika realistik.
Hasil analisis nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada
siklus II meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan 65 sebanyak 22 siswa atau 91,67% dari 24 siswa.
Keaktifan siswa dari aspek afektif meningkat 87,5% dengan jumlah siswa
21 yang mendapat krteria di atas C (cukup). Sedangkan keaktifan siswa dari
aspek psikomotorik mencapai 87,5% dari jumlah 24 siswa yang mendapat
nilai dengan kriteria di atas C (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari aspek kinerja guru
yang baik dengan skor 3,6 dan aktivitas siswa dari aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik juga meningkat.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa dari
penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa
dalam pembelajaran meningkat. Selain itu, hasil yang dicapai siswa melalui
tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan
persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 75%.
Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing
pertemuan, maka pembelajaran melalui pendekatan matematika realistik
yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil. Dengan demikian tidak
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dapat
meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Dagen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Dagen Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar. SD Negeri 01 Dagen berdiri tahun 1954 dan berstatus
negeri dengan nomor statistik sekolah (NSS) yaitu 10101031101. Kepala SD
Negeri 01 Dagen saat ini adalah EL. Rismiyati, S.Pd. Secara geografis, sekolah ini
terletak di jalan Raya Solo-Sragen KM 6 Desa Dagen, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Letak SD Negeri 01 Dagen cukup strategis karena dekat
dengan jalan raya Solo-Sragen yang mudah untuk dijangkau. SD Negeri 01 Dagen
juga terletak diantara permukiman penduduk serta dekat dengan kantor UPTD
Kecamatan Jaten. Halaman SD Negeri 01 Dagen cukup luas dengan taman dan
kolam ikan yang terawat cukup baik. Demi menjaga keamanan sekolah, dibuat
pagar tembok yang mengelilingi sekolah dan pintu gerbang yang selalu ditutup
saat proses pembelajaran berlangsung.
Sejak awal berdiri sampai sekarang, SD Negeri 01 Dagen merupakan SD
Negeri dengan kelas paralel yaitu A dan B. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
peserta didik yang berminat untuk sekolah di SD Negeri 01 Dagen. Komponen
pengelola SD Negeri 01 Dagen terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, guru
serta karyawan. Semua komponen pengelola sekolah tersebut bekerja sama untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan kelancaran dalam proses pembelajaran.
Terlebih lagi SD Negeri 01 Dagen merupakan SD paralel yang memiliki jumlah
siswa dan guru yang cukup banyak sehingga memerlukan kerjasama yang sangat
tinggi demi mencapai visi dan misi dari sekolah itu sendiri. Mekanisme kerja
segenap pengelola SD Negeri 01 Dagen tersebut di bawah koordinasi dan
pengawasan kepala sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Deskripsi Kondisi Awal
Hasil observasi aktivitas siswa dan guru (lampiran 15 halaman
186) pada kondisi awal menjelaskan bahwa pemahaman konsep bilangan
pecahan masih rendah karena guru mengajar dengan metode
konvensional. Pada kegiatan pembelajaran guru menjelaskan cara
mengerjakan pecahan, kemudian memberi contoh dan menyuruh siswa
untuk mencatat serta menghafalkan caranya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di kelas III SD
Negeri 01 Dagen, banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam
mengenal bilangan pecahan. Kesulitan tersebut membuat pemahaman
konsep bilangan pecahan pada siswa masih rendah. Kesulitan siswa
terlihat pada hasil tes awal sebelum tindakan masih banyak siswa yang
mendapat nilai yang jauh dari batas ketuntasan yaitu 65.
Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum
mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya 15 siswa atau sekitar 64% dari 24
siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 65. Berdasarkan hal tersebut, maka diadakan penelitian di
kelas III dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk
meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan siswa. Agar lebih
jelas maka kondisi awal nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada
siswa kelas III dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Sebelum Dilakukan Tindakan
No Urut
Nilai KKM 65
No Urut
Nilai KKM 65
No Urut
Nilai KKM 65
1 60 TT 9 76 T 17 65 T 2 48 TT 10 88 T 18 56 TT 3 80 T 11 50 TT 19 60 TT 4 50 TT 12 46 TT 20 56 TT
5 6
46 TT 13 76 T 21 36 TT T 56 TT 14 65 T 22 65
7 76 T 15 56 TT 23 56 TT 8 76 T 16 60 TT 24 56 TT
Ketuntasan Klasikal = 9 : 24 x 100% = 36%
Keterangan :
T : Tuntas TT : Tidak Tuntas
Daftar nilai pemahaman konsep pada kondisi awal di tabel 4.1,
membuktikan bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih jelasnya maka
kondisi awal pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Dagen dapat dilihat dari tabel 4.2:
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Sebelum Dilakukan
Tindakan
No Interval Nilai Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fixi Persentasi 1 36-44 1 40 40 4,17% 2 45-53 4 49 196 17% 3 54-62 10 58 580 42% 4 63-71 2 67 134 8,33% 5 72-80 5 76 380 21% 6 81-89 2 85 170 8,33%
Nilai rata-rata kelas = 60,79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Dagen sebelum diadakan tindakan melalui penerapan
pendekatan matematika realistik dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.1 Grafik Nilai Hasil Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa
Kelas III pada Pra Siklus
Tabel 4.2 dan grafik 4.1 dapat dijelaskan bahwa nilai pemahaman
konsep bilangan pecahan sebelum menggunakan pendekatan matematika
realistik diperoleh nilai dengan rata-rata kelas sebesar 60,79. Siswa yang
memperoleh nilai 36-44 sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Siswa yang
memperoleh nilai 45-53 sebanyak 4 siswa atau 17%. Siswa yang memperoleh
nilai 54-62 sebanyak 10 siswa atau 42%. Siswa yang memperoleh nilai 63-71
sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Siswa yang memperoleh nilai 72-80 sebanyak
5 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 81-89 sebanyak 2 siswa atau
8,33%.
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM sebanyak 15 siswa atau 64%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai
sama atau lebih dari KKM sebanyak 9 siswa atau 36%. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketuntasan secara klasikal yang diperoleh masih jauh dari ketuntasan
4,17%
17%
42%
8,33%
21%
8,33%
0
2
4
6
8
10
12
36-44 45-53 54-62 63-71 72-80 81-89
Fre
kuen
si
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
belajar yang ditetapkan yaitu 75% dari
(KKM), dengan kata lain pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa
kelas III masih rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha dalam bentuk
inovasi pembelajaran yang mudah dan menyenangkan guna meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III. Usaha yang
dilakukan adalah menerapkan pendekatan matematika realistik dalam
mengajarkan materi pecahan pada siswa kelas III. Sehingga diharapkan
pembelajaran yang mudah dan menyenangkan dengan pendekatan
matematika realistik tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep
bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar.
b. Deskripsi Data Tindakan
1) Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I dilaksanakan 13 Maret
s.d 15 Maret 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri dari 4
tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan observasi terhadap
proses pembelajaran dan skor pemahaman konsep bilangan pecahan pada
kelas III untuk mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan oleh
guru kelas III. Peneliti juga mencatat skor nilai hasil tes awal pemahaman
konsep bilangan pecahan untuk mengukur pemahaman konsep bilangan
pecahan siswa dengan melakukan pengumpulan data.
Setelah melakukan pengamatan dan penumpulan data, peneliti
memperoleh data hasil pencatatan yang menunjukkan bahwa sebanyak
64% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di bawah KKM dan 36% dari
jumlah siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Maka dari itu, pada tahap
perencanaan ini, peneliti mempersiapkan Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pokok bahasan perkalian
secara inovatif melalui pendekatan matematika realistik. Rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang adalah RPP Tematik
karena kelas yang akan diteliti merupakan kelas rendah yaitu kelas III.
Tahap perencanaan ini dipersiapkan beberapa hal antara lain:
(1) Mengidentifikasi masalah belajar siswa terutama dalam proses
pembelajaran bilangan pecahan.
(2) Mengkaji materi pembelajaran pecahan kelas III semester II
dengan indikator:
Mengidentifikasi pecahan, membaca dan menulis lambang
pecahan serta membandingkan pecahan.
(3) Merumuskan rencana pembelajaran (RPP siklus I terdapat pada
lampiran 9, 10 dan 11 halaman 115, 126, dan 138 ).
(4) Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pemahaman
konsep bilangan pecahan yang berupa: lembar pengamatan
aktivitas siswa aspek afektif (lampiran 22 halaman 194), aspek
psikomotorik (lampiran 24 halaman 198) dan kinerja guru
(lampiran 26 halaman 202), menyiapkan media berupa benda
nyata (roti tawar) dan benda manipulatif (kertas lipat),
menyiapkan tes formatif untuk penilaian hasil belajar. Kegiatan
dirancang dan dikoordinasi dengan guru kelas III sebagai
observer.
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap setelah perencanaan adalah tahap pelaksanaan tindakan
penerapan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa kelas III. Pada tahap ini, peneliti melaksanakan
keseluruhan perencanaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun rincian dan
deskripsi tindakan riil pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(1) Pertemuan I
Pertemuan I siklus I ini, materi pembelajaran yang diajarkan
adalah mengenai konsep pecahan merupakan bagian dari suatu yang
utuh.
Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa dan
mempersiapkan diri siswa secara fisik maupun mental untuk
melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran diawali dengan berdoa,
pres I am The Best
selanjutnya guru menyampaikan orientasi yaitu mengenal pecahan
sederhana. Apersepsi yang dilakukan guru yaitu menyanyikan lagu
tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan I
yaitu .
Pada kegiatan inti:
(a) Eksplorasi
Guru menggali informasi dan mengeksplore pengetahuan
siswa dengan melakukan tanya jawab kepada siswa tentang lagu
yang telah dinyanyikan. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, guru mengelaborasikan pengetahuan siswa tentang jenis-jenis
pekerjaan dengan menanamkan konsep pecahan merupakan bagian
dari sesuatu yang utuh. Yaitu misalnya pekerjaan ayah Ani adalah
pedagang kue, kemudian kue yang dijual ayah Ani tidak habis,
beliau ingin membagikan kue tersebut kepada keempat saudaranya.
Kemudia
atas pertanyaan guru dijadikan dasar guru untuk masuk pada
kegiatan inti pembelajaran yaitu mengenal pecahan sederhana.
(b) Elaborasi
Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa. Selanjutnya guru membagikan 4
lembar roti tawar berbentuk kotak dan pisau kecil kepada masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
masing kelompok. Roti tersebut dipotong seperti petunjuk yang
terdapat pada LKS yang telah diberikan guru.
Selama siswa melakukan kegiatan berdiskusi dengan
kelompok, guru memantau agar diskusi tersebut dapat berjalan
efektif. Selain itu guru juga melakukan observasi terhadap kerja
kelompok tersebut. Kemudian setelah diskusi selesai, setiap
kelompok dipersilahkan untuk maju ke depan dan menunjukkan
hasil kerjanya kepada kelompok lain.
(a) Konfirmasi
Guru dan siswa menanggapi hasil presentasi dari kelompok
yang telah maju. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik berupa stiker bergambarkan juara. Setelah semua
kelompok maju, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang
materi yang belum dipahami. Kemudian siswa dan guru membuat
kesimpulan.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi kepada siswa
dan dikerjakan secara individu.
(2) Pertemuan II
Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran
dengan materi dan indikator yang sama dengan pertemuan I.
Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi kepada
menyampaikan orientasi yaitu mengenal bilangan pecahan lebih lanjut
dan selanjutnya melakukan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru
yaitu mengulas sedikit tentang materi yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan tujuan memberikan penguatan dan
mengingat kembali pada pelajaran yang telah dilaksanakan.
Sebagai kegiatan inti:
(a) Eksplorasi
Untuk melakukan kegiatan mengeksplore pengetahuan siswa,
guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai kegunaan uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu guru bercerita kepada semua
siswa tentang seorang ibu yang memiliki uang Rp.10.000,- dan ingin
memberikannya kepada 4 orang anaknya. Kemudian guru bertanya
but dijadikan guru sebagai
jembatan untuk menuju pada kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa
sepenuhnya, yaitu elaborasi.
(b) Elaborasi
Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa, seperti pada pertemuan pertama.
Kemudian guru membagikan 4 lembar kertas lipat kepada masing-
masing kelompok. Kertas tersebut dilipat, kemudian dinyatakan dalam
bentuk pecahan sesuai dengan perintah pada LKS yang dibagikan oleh
guru. Selama siswa berdiskusi dalam kelompok, guru memantau
jalannya diskusi agar diskusi tersebut dapat berjalan efektif. Setelah
selesai masing-masing kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada kelompok lain.
(c) Konfirmasi
Guru dan siswa memberikan tanggapan kepada kelompok yang
telah maju ke depan. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang terbaik berupa stiker bergambar juara. Setelah itu guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami. Apabila sudah paham, guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan sosal evaluasi kepada
siswa dan dikerjakan secara individu.
3) Pertemuan III
Pada pertemuan ketiga guru mulai mengembangkan
pembelajaran dari mengenal pecahan ke membandingkan pecahan.
Mata pelajaran yang di tematikkan untuk pertemuan ketiga yaitu
Bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pada kegiatan awal, guru dan siswa berdoa bersama.
Kemudian guru melakukan presensi kepada siswa. Selanjutnya guru
memberikan motivasi kepada siswa agar nantinya bersemangat pada
saat pembelajaran. Setelah itu guru menyampaikan orientasi kepada
siswa yaitu membandingkan pecahan. Kemudian guru melakukan
apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru berupa pertanyaan. Guru
digunakan guru untuk mengeksplore pengetahuan siswa.
Pada kegiatan inti:
(a) Eksplorasi
Guru memberikan teks bacaan kepada siswa tentang acara
ulang tahun.semua siswa membaca dalam hati teks bacaan yang
diberikan oleh guru, selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang isi teks bacaan yang telah dibaca. Guru juga
memberikan pertanyaan tentang bacaan tersebut, kemudian guru
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang berjudul
untuk menuju materi membandingkan pecahan.
(b) Elaborasi
Siswa dibentuk menjadi 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa seperti pada pertemuan sebelumnya.
Kemudian guru memberikan 2 buah kertas berbentuk kotak warna-
warni yang panjang kepada masing-masing kelompok. Guru meminta
siswa untuk menyatakan kertas kotak tersebut dalam bentuk pecahan
sesuai dengan warnanya. Kemudian guru meminta siswa untuk
membandingkan kertas kotak tersebut sesuai dengan perintah pada
LKS yang telah diberikan oleh guru.
Selama siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing,
guru berkeliling untuk memantau jalannya diskusi agar efektif.
Selanjutnya guru mempersilahkan kepada kelompok yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
selesai untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil diskusiya
kepada kelompok lain.
(c) Konfirmasi
Guru dan siswa lain memberikan tanggapan kepada kelompok
yang telah maju ke depan. Apabila semua kelompok telah maju ke
depan, kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang terbaik berupa stiker bergambar juara. Setelah itu, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. Apabila tidak ada pertanyaan, guru bersama
siswa membuat kesimpulan bersama.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi kepada siswa
yang dikerjakan secara individu untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa.
c) Observasi
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
Peneliti pada tahap ini berkolaborasi dengan guru kelas III. Guru kelas
III bertindak sebagai observer dengan melaksanakan pemantauan
terhadap aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, guru juga menilai
kinerja peneliti pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi dalam siklus I selama 3 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi yaitu persiapan memulai kegiatan
pembelajaran sudah baik, guru telah mempersiapkan segala keperluan
yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, Guru telah melakukan
apersepsi dengan baik untuk dapat memusatkan perhatian siswa
terhadap kegiatan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan jenis
kegiatan yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan
masih kurang. Di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru
belum bisa mengurutkan secara logis. Guru sudah baik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menerapkan pendekatan matematika realistik, guru telah
menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan, siswa, situasi dan lingkungan dengan baik. Namun guru masih
kurang dalam memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
dengan isi pembelajaran. Guru sudah baik dalam memicu dan
memelihara keterlibatan siswa. Keefektifan proses pembelajaran juga
sudah baik.
(2) Hasil observasi bagi siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I sudah
termasuk dalam kategori baik, walaupun ada beberapa yang masih
kurang, namun hal tersebut dapat diperbaiki pada siklus berikutnya,
hasil observasi tersebut dapat dijelaskan dengan rincian aspek afektif
dan aspek psikomotorik sebagai berikut:
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah
menunjukkan peningkatan, siswa juga sangat antusias dalam kerja
kelompok sehingga terjadi kerjasama yang sangat baik, siswa
menunjukkan kejujuran yang tinggi dilihat dengan siswa sungguh
sungguh mengerjakan tugas, baik tugas individu maupun tugas
kelompok. Keberanian siswa sudah baik dalam mempresentasikan
hasil tugas yang mereka kerjakan tetapi keberanian mengungkapkan
pendapat dan bertanya masih kurang.
Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil observasi
psikomotorik siswa sebagai berikut:
Siswa sudah menunjukkan kejelasan dan namun belum lengkap
dalam mempresentasikan hasil diskusi. Saat kegiatan diskusi
kelompok, siswa sudah tepat dalam menggunakan alat peraga yang
diberikan oleh guru. Dalam mengerjakan tugas kelompok, sebagian
siswa masih termasuk lama dalam menyelesaikan tugas dari guru.
d) Analisis dan Refleksi
Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi, penilaian hasil
pemahaman konsep bilangan pecahan melalui tes kemudian dianalisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada siklus
berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
(1) Guru melakukan apersepsi untuk meningkatkan motivasi kurang
menarik dan kurang melibatkan siswa. Untuk siklus kedua
sebaiknya apersepsi dibuat lebih menarik dan melibatkan siswa
agar mereka tidak pasif dan ramai sendiri.
(2) Dalam membentuk kelompok guru tidak tidak menjelaskan
kepada siswa dasar penetapan kelompok sebaiknya diberikan
penjelasan alasan penetapan kelompok, sehingga siswa banyak
yang menolak. Untuk siklus berikutnya sebaiknya guru
memberikan penjelasan dasar pembentukan kelompok.
(3) Siswa ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus
berikutnya sebaiknya guru lebih mengendalikan untuk segera
berkumpul dengan kelompok masing-masing.
(4) Dalam kelompok, guru meminta satu siswa membacakan hasil
diskusi untuk kelompoknya dan yang lain menyimak. Tetapi,
banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan hanya
bermain sendiri. Pada siklus berikutnya, sebaiknya pembacaan
hasil diskusi dilakukan bergiliran oleh semua anggota dalam
kelompok sehingga siswa benar-benar menyimak dan
memperhatikan.
(5) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak
ramai dan tidak memperhatikan. Untuk siklus berikutnya,
sebaiknya guru meminta setiap kelompok untuk memberikan
tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas.
Namun demikian nilai pemahaman konsep bilangan pecahan siswa
kelas III SD Negeri 01 Dagen sudah meningkat dari nilai sebelumnya pada
tes awal. Nilai rata-rata klasikal yang sebelumnya 60,97 naik menjadi 74,54.
Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan meningkat dari 36% menjadi
70,83%. Hasil dari pembelajaran membaca cerita anak pada siklus I memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
masih belum mencapai target indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu
75% siswa mencapai .
Selain hasil nilai pemahaman konsep bilangan pecahan, keaktifan
pembelajaran juga meningkat. Siswa yang pada saat sebelum tindakan
hanya ada 1- 2 siswa yang berani bertanya dan menjawab, sekarang
meningkat berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
mencapai 5- 10 siswa yang tampil lebih berani. Keaktifan pembelajaran
diperoleh dari hasil observasi siswa mengenai nilai afektif dan
psikomotorik. Perinciannya yakni untuk aspek afektif terdapat 62,5% atau
15 siswa dengan kategori baik. Sedangkan untuk aspek psikomotorik
terdapat 54,17% atau 13 siswa dengan kategori baik. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari sebelumnya atau pra siklus,
tetapi belum mencapai ind 75% yang
mencapai nilai dengan kriteria baik.
Hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru kemudian
dibandingkan dan dilihat perkembangannya untuk mengetahui sejauh mana
kualitas proses pembelajaran. Melihat hasil keduanya yang belum mencapai
target indikator kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas proses
pembelajaran juga belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu,
penelitian pada siklus I dikatakan belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti
dengan mengadakan siklus II.
2) Tindakan Siklus II
Pada siklus I hasil pembelajaran pecahan dengan kompetensi dasar
mengenal pecahan sederhana dan indikator membaca, menulis dan
membilang lambang pecahan belum tuntas. Oleh karena itu, kegiatan
penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada
siklus II dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I sehingga
tujuan meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik dapat terwujud.
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada
tanggal 20-22 Maret 2012 yang diikuti oleh 24 siswa. Alokasi waktu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
digunakan yaitu 2x35 menit. Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai
berikut:
a) Tahap Perencanaan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa indikator
ketercapaian belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke
siklius II. Siklus II dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-
kekurangan di siklus I. Hasil penelitian siklus I memang sudah meningkat,
tetapi belum memenuhi indikator kinerja. Penelitian di siklus II dilaksanakan
dengan indikator yang sama tetapi dengan tahapan yang sudah
disempurnakan. Berikut perencanaan yang dilakukan:
(1) Menyususun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
pertemuan 1, Pertemuan 2 dan pertemuan 3 siklus II. (RPP siklus II
lihat lampiran 12,13 dan 14 halaman 150, 161dan 173).
(2) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam pembelajaran (lembar observasi pada lampiran 19 halaman
190 dan lampiran 27 halaman 204).
(3) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan proses
pembelajaran melalui media benda nyata yaitu: buah apel, kertas
karton berbentuk lingkaran dan gambar garis bilangan.
b) Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanaan pada hari Senin tanggal 22
Maret 2012, jam pelajaran pertama. Guru mengawali pembelajaran
dengan berdoa bersama, mengabsen siswa serta mengkondisikan kelas
dan memberikan apersepsi
dan mengajak siswa untu
bersama-sama.
(a) Eksplorasi
Guru menggali informasi dan mengeksplore
pengetahuan siswa dengan melakukan tanya jawab kepada siswa
tentang lagu yang telah dinyanyikan. Melalui mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Ilmu Pengetahuan Sosial, guru mengelaborasikan pengetahuan
siswa tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dengan
menanamkan konsep pecahan merupakan bagian dari sesuatu
yang utuh. Yaitu misalnya Budi membeli 1 buah semangka di
pasar. Sesampainya dirumah, semangka itu dibagikan kepada
enam orang saudaranya. Kemudian guru bertanya kepada siswa
r semangka tersebut dapat dimakan
oleh keenam saudara Budi
masing- Jawaban siswa atas pertanyaan
guru dijadikan dasar guru untuk masuk pada kegiatan inti
pembelajaran yaitu mengenal pecahan sederhana.
(b) Elaborasi
Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Selanjutnya guru
membagikan 4 buah apel kecil dan pisau kepada masing-masing
kelompok. Buah apel tersebut dipotong kemudian dinyatakan
dalam bentuk pecahan seperti petunjuk yang terdapat pada LKS
yang telah diberikan guru.
Selama siswa melakukan kegiatan berdiskusi dengan
kelompok, guru memantau agar diskusi tersebut dapat berjalan
efektif. Selain itu guru juga melakukan observasi terhadap kerja
kelompok tersebut. Kemudian setelah diskusi selesai, setiap
kelompok dipersilahkan untuk maju ke depan dan menunjukkan
hasil kerjanya kepada kelompok lain.
(c) Konfirmasi
Guru dan siswa menanggapi hasil presentasi dari
kelompok yang telah maju. Selanjutnya guru memberikan
penghargaan kepada kelompok terbaik berupa stiker
bergambarkan juara. Setelah semua kelompok maju, siswa
diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami. Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi
kepada siswa dan dikerjakan secara individu.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23
Maret 2012. Materi yang diberikan sama pada pertemuan pertama
dengan indikator membaca, menulis dan membilang lambang
pecahan.
Pada kegiatan awal, guru melakukan kegiatan rutin yaitu
berdoa, presensi, motivasi yaitu mengajak bernyanyi lagu wajib
bersama-sama, kemudian guru menyampaikan orientasi yaitu
mengenal bilangan pecahan lebih lanjut, selanjutnya guru
memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa dengan
menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya yaitu kegiatan jual
beli di lingkungan rumah. Pada pertemuan ini akan dibahas tentang
jual beli di lingkungan sekolah.
(a) Eksplorasi
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang jenis
kegiatan jual beli di lingkungan sekolah. Melalui mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial, guru mengelaborasikan pengetahuan siswa
tentang kegiatan jual beli di lingkungan sekolah dengan
menanamkan konsep pecahan merupakan bagian dari sesuatu yang
utuh. Yaitu misalnya Doni membeli kue serabi di kantin sekolah.
Setelah sampai dirumah, Doni membagi kue tersebut kepada 3 orang
-masing adik
Jawaban siswa atas pertanyaan guru dijadikan dasar guru
untuk masuk pada kegiatan inti pembelajaran yaitu mengenal
pecahan sederhana.
(b) Elaborasi
Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa. Selanjutnya guru membagikan 4 lembar
kertas berbentuk kue bolu dan gunting kepada masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kertas tersebut dipotong kemudian dinyatakan dalam bentuk pecahan
seperti petunjuk yang terdapat pada LKS yang telah diberikan guru.
Selama siswa melakukan kegiatan berdiskusi dengan kelompok,
guru memantau agar diskusi tersebut dapat berjalan efektif. Selain itu guru
juga melakukan observasi terhadap kerja kelompok tersebut. Kemudian
setelah diskusi selesai, setiap kelompok dipersilahkan untuk maju ke
depan dan menunjukkan hasil kerjanya kepada kelompok lain.
(c) Konfirmasi
Guru dan siswa menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang
telah maju. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok
terbaik berupa stiker bergambarkan juara. Setelah semua kelompok maju,
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami. Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi kepada siswa dan
dikerjakan secara individu.
3) Pertemuan III
Pelaksanaan pertemuan ketiga diadakan pada tanggal 24 Maret 2012.
pada akhir siklus II ini, materi pecahan pada pembelajaran matematika
dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pertemuan ketiga ini
guru mengembangkan pembelajaran mengenai membandingkan pecahan.
Pada awal kegiatan pembelajaran, guru dan siswa berdoa bersama.
Kemudian melaksanakan presensi kepada siswa dan memberikan motivasi
sarapan belum? Sebelum ke sekolah dibiasakan untuk sarapan dulu ya anak-
guru menyampaikan orientasi yaitu membandingkan pecahan. Guru juga
memberikan apersepsi yaitu menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya.
(a) Eksplorasi
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pengalaman yang
pernah dilakukan siswa sehari-hari. Setelah itu, guru memberikan suatu
bacaan yang harus dibaca oleh siswa dalam hati. Bacaan itu berjudul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
lakukan tanya
jawab dengan siswa seputar isi bacaan kemudian mengkaitkannya dengan
materi membandingkan pecahan.
(b) Elaborasi
Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa. Selanjutnya guru membagikan 2 tongkat
warna dari sedotan kepada masing-masing kelompok. Tongkat tersebut
terdiri dari tongkat panjang dan tongktan pendek. Tugas masing-masing
kelompok adalah menyatakan warna dari masing-masing tongkat tersebut
ke dalam pecahan kemudian membandingkanya seperti petunjuk yang
terdapat pada LKS yang telah diberikan guru.
Selama siswa melakukan kegiatan berdiskusi dengan kelompok,
guru memantau agar diskusi tersebut dapat berjalan efektif. Selain itu guru
juga melakukan observasi terhadap kerja kelompok tersebut. Kemudian
setelah diskusi selesai, setiap kelompok dipersilahkan untuk maju ke depan
dan menunjukkan hasil kerjanya kepada kelompok lain.
(c) Konfirmasi
Guru dan siswa menanggapi hasil presentasi dari kelompok yang
telah maju. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok
terbaik berupa stiker bergambarkan juara. Setelah semua kelompok maju,
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami. Kemudian siswa dan guru membuat kesimpulan.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi kepada siswa dan
dikerjakan secara individu.
c) Observasi
Pelaksanaan observasi pada siklus II, dilakukan seperti observasi
pada siklus I yaitu untuk mengamati aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Selain itu, kinerja guru dalam mengajar juga
dinilai. Penilaian dilakukan oleh guru kelas III. Pelaksanaan observasi
dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan
sebelumnya oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari data observasi dalam siklus II selama 3 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi yaitu seperti pada siklus I, guru menggunakan
pendekatan matematika realistik dengan menggunakan alat peraga berupa
benda nyata. Yang berbeda ialah pada siklus I alat peraganya berupa roti
tawar dan kertas, pada siklus II menggunakan buah apel, kertas dan sedotan.
Kegiatan pada siklus I sama dengan siklus II, namun terjadi perubahan
anggota kelompok. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak merasa
bosan dan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan teman yang labih
banyak lagi. Dalam observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam
kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok maupun
individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan
keaktifan dan pemahaman konsep siswa terhadap bilangan pecahan dengan
menerapkan pendekatan matematika realistik, selain itu peneliti juga
melakukan observasi sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran serta
keterampilan guru dalam mengajar dengan penerapan pendekatan
matematika realistik pada materi bilangan pecahan.
1) Hasil observasi bagi guru
Persiapan memulai kegiatan pembelajaran sudah sangat baik,
guru menggunakan apersepsi untuk membangkitkan semangat agar
terfokus pada pembelajaran, serta melaksanakan jenis kegiatan yang
sesuai dengan tujuan siswa, situasi dan lingkungan dengan sangat baik.
Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis.
Guru juga sudah menerapkan pendekatan matematika realistik dengan
sangat baik dan telah menggunakan alat bantu (media) pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan. Guru sudah
memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi
pembelajaran dengan sangat baik. Guru telah melakukan penilaian di
akhir pembelajaran. Guru juga sudah memicu dan memelihara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keterlibatan siswa agar siswa aktif dengan baik, serta keefektifan proses
pembelajaran sudah sangat baik.
2) Hasil observasi bagi siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II yang
terdiri dari 3 kali pertemuan, termasuk dalam kategori baik. Berikut
dengan rincian aspek afektif (lampiran 23 halaman 196) dan aspek
psikomotorik (lampiran 25 halaman 200) sebagai berikut:
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah
menunjukkan peningkatan, siswa juga sangat antusias dalam kerja
kelompok sehingga terjadi kerjasama yang sangat baik, siswa
menunjukkan kejujuran yang tinggi dilihat dengan siswa sungguh
sungguh mengerjakan tugas, baik tugas individu maupun tugas
kelompok, keberanian siswa sudah baik dalam mempresentasikan hasil
tugas dan mengungkapkan pendapat.
Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil observasi
psikomotorik siswa sebagai berikut:
Siswa sudah menunjukkan kejelasan dan kelengkapan dalam
mempresentasikan hasil diskusi dapat dilihat dari sikap percaya diri dan
suara yang lantang dari siswa. Saat kegiatan diskusi kelompok, siswa
sudah tepat dalam menggunakan alat peraga yang diberikan oleh guru.
Dalam mengerjakan tugas kelompok, sebagian siswa sudah cepat dalam
menyelesaikannya.
(d) Analisis dan Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes
hasil belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui pemahaman
konsep pecahan pada siswa dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik, secara umum telah menunjukkan adanya peningkatan, guru dalam
melaksanakan pembelajarn semakin luwes dan sabar. Persentase aktivitas
atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak
memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih bernisiatif dan kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kemampuan pemahaman konsep bilangan pecahan meningkat dengan
penerapan pendekatan matematika realistik.
Hasil analisis nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada
siklus II meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria
Ket 65 sebanyak 22 siswa atau 91,67% dari 24 siswa.
Keaktifan siswa dari aspek afektif meningkat 87,5% dengan jumlah siswa
21 yang mendapat krteria di atas C (cukup). Sedangkan keaktifan siswa dari
aspek psikomotorik mencapai 87,5% dari jumlah 24 siswa yang mendapat
nilai dengan kriteria di atas C (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari aspek kinerja guru
yang baik dengan skor 3,6 dan aktivitas siswa dari aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik juga meningkat.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa dari
penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa
dalam pembelajaran meningkat. Selain itu, hasil yang dicapai siswa melalui
tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan
presentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 75%.
Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing
pertemuan, maka pembelajaran melalui pendekatan matematika realistik
yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil. Dengan demikian tidak
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dapat
meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
SD Negeri 01 Dagen.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II (lampiran 28 dan 29),
menyatakan bahwa pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan
matematika realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pada siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen. Meningkatan tersebut baik dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotorik.
1. Perkembangan Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan pada Siswa
Setelah dilaksanakan penelitian Tindakan Kelas menggunakan pendekatan
matematika realistik pada pembelajaran Matematika siswa kelas III SD Negeri
01 Dagen, didapat deskripsi data sebagai berikut:
a. Data Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen sebelum Tindakan
Analisis data evaluasi dari tes awal sebelum dilakukan tindakan
diperoleh rata-rata nilai siswa 60,79. Nilai tersebut masih dibawah KKM
yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 65. Sedangkan besarnya
presentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 36% dan sisanya
sebesar 64% belum dapat mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan.
Hasil tersebut belum dapat memenuhi target yang ingin dicapai yaitu siswa
dapat mencapai ketuntasan sebesar 75%. Dari hasil analisis tersebut dapat
ditarik kesimpulan, bahwa untuk meningkatkan pemahaman konsep
bilangan pecahan perlu diadakan tindakan lebih lanjut.
b. Data Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen pada Siklus I
Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan
dengan siswa menerima materi pemahaman konsep bilangan pecahan
menggunakan pendekatan matematika realistik dengan standar kompetensi
memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah. Sedangkan kompetensi dasar yaitu mengenal pecahan sederhana
dan membandingkan pecahan. Proses pembelajaran disampaikan dengan
terencana dimulai dari kegiatan awal, inti (eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi) dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai
dari memperhatikan penjelasan, diskusi kelompok, mendemonstrasikan
hasil diskusi, mengerjakan LKS dan tugas individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari data nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada lampiran
28 halaman 208 dapat dibuat tabel seperti dibawah ini:
Tabel 4.3 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas
III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012 pada Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fixi Persentase
1 53-58 1 55.5 55.5 4,17% 2 59-64 6 61.5 369 25% 3 65-70 3 67.5 202.5 13% 4 71-76 1 73.5 73.5 4,17% 5 77-82 5 79.5 397.5 21% 6 83-88 6 85.5 513 25% 7 89-94 2 91.5 183 8,33%
Nilai rata-rata kelas = 74,54 Ketuntasan Klasikal = 70,83%
Berdasarkan tabel 4.3, maka dapat digambarkan dalam grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.2 Grafik Daftar Nilai Matematika Siklus I Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
4,17%
25%
13%
4,17%
21%
25%
8,33%
0
1
2
3
4
5
6
7
53-58 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94
Fre
kuen
si
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.3 dan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa pemahaman
konsep bilangan pecahan pada siklus I mencapai rata-rata klasikal sebesar
74,54 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 53. Siswa yang
memperoleh nilai 53-58 sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Siswa yang
memperoleh 59-64 sebanyak 6 siswa atau 25%. Siswa yang mendapatkan
nilai 65-70 sebanyak 3 orang atau 13%. Siswa yang mendapatkan nilai 71-
76 sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Siswa yang mendapat nilai 77-82
sebanyak 12 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 83-88 sebanyak
6 siswa atau 25%. Dan siswa yang mendapatkan nilai 89-94 sebanyak 2
siswa atau 8,33%. Jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 16 siswa
atau 70,83%.
Di bawah ini akan disajikan perbandingan data dari tes awal dengan
data pada siklus I.
Tabel 4.4 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Tes Awal
dan Tes Siklus I Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun
Ajaran 2011/2012
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah 36 53
Nilai Tertinggi 88 90
Rata-rata nilai 60,79 74,54
Siswa belajar tuntas 36% 70,83%
Dari tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.3 Grafik Hasil Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep bilangan
pecahan pada tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tes
siswa dari tes awal mengalami peningkatan pada tes siklus I (lampiran 30
halaman 210). Peningkatan tersebut terbukti dari persentase ketuntasan
siswa, yaitu dari 36% menjadi 70,83% dengan nilai batas tuntas 65. Nilai
terendah pada tes awal yaitu 36, kemudian pada tes siklus I menjadi 53.
Sedangkan nilai tertinggi pada tes awal 88 kemudian pada tes siklus I
menjadi 90. Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah 60,79, kemudian
mengalami peningkatan pada tes siklus I yaitu menjadi 70,83.
c. Data Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen pada Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I.
Pembelajaran yang disampaikan yaitu tentang pecahan dengan standar
kompetensi memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah. Sedangkan kompetensi dasar yaitu mengenal pecahan
sederhana dan membandingkan pecahan. Kegiatan belajar mengajar
disampaikan dengan terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan lebih optimal.
0
20
40
60
80
100
tes awal tes siklus I
rata-rata nilai
siswa belajar tuntas
nilai terendah
nilai tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Dari data nilai pemahaman konsep bilangan pecahan pada lampiran
29 halaman 209 dapat dibuat tabel seperti di bawah ini:
Tabel 4.5 Daftar Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siklus II
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
No Interval Nilai Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fixi Persentase
1 63-69 2 66 132 8,33% 2 70-76 1 73 73 4,17% 3 77-83 3 80 240 13% 4 84-90 5 87 435 21% 5 91-97 12 94 1128 50% 6 98-104 1 101 101 4,17%
Nilai rata-rata kelas = 88,75 Ketuntasan Klasikal = 91,67%
Dari tabel 4.5, dapat dibuat grafik seperti berikut:
Gambar 4.4 Grafik Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran
2011/2012
Tabel 4.5 dan gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa pemahaman
konsep bilangan pecahan pada siklus II mencapai rata-rata klasikal sebesar
8,33%4,17%
13%
21%
50%
4,17%
0
2
4
6
8
10
12
14
63-69 70-76 77-83 84-90 91-97 98-104
Fre
kuen
si
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
88,75 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 63. Siswa yang
memperoleh nilai 63-69 sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Siswa yang
memperoleh 70-76 sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Siswa yang mendapatkan
nilai 77-83 sebanyak 3 orang atau 13%. Siswa yang mendapatkan nilia 84-
90 sebanyak 5 orang atau 21%. Nilai 91-97 diperoleh oleh siswa paling
banyak, yakni sebanyak 12 siswa atau 50%. Dan siswa yang memperoleh
98-104 sebanyak 1 siswa atau 4,17%. Jumlah siswa yang memenuhi KKM
sebanyak 22 siswa atau 91,67%.
Di bawah ini akan disajikan perbandingan data dari siklus I dengan
data siklus II.
Tabel 4.6 Daftar Perbandingan Hasil Tes Akhir Siklus I dan II Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
Keterangan Tes
Siklus I Tes Siklus
II
Nilai Terendah 53 63 Nilai Tertinggi 90 100 Rata-rata nilai 74,54 88,75
Siswa belajar tuntas 70,83% 91,67%
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
dari Tes Siklus I dan Tes Siklus II pada siswa kelas III SD Negeri
01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
0
20
40
60
80
100
120
tes siklus I tes siklus II
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Siswa Belajar Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep bilangan
pecahan pada tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tes
siswa dari tes siklus I mengalami peningkatan pada tes siklus II (lampiran
30). Peningkatan tersebut terbukti dari persentase ketuntasan siswa, yaitu
dari 70,83% menjadi 91,67% dengan nilai batas tuntas 65. Nilai terendah
pada tes siklus I yaitu 53, kemudian pada tes siklus II menjadi 63.
Sedangkan nilai tertinggi pada tes siklus I 90 kemudian pada tes siklus II
menjadi 100. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus I adalah 74,54, kemudian
mengalami peningkatan pada tes siklus II yaitu menjadi 88,75. Sedangkan
prosentase ketuntasan pada siklus I yaitu 70,83% dan meningkat pada
siklus II yaitu menjadi 91,67%.
Dari data tes awal, tes siklus I dan tes siklus II dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep bilangan pecahan mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Daftar Perbandingan Hasil Tes Awal, Tes Siklus I dan Tes siklus
II Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
Keterangan Tes
Awal Tes Siklus
I Tes Siklus
II
Nilai Terendah 36 53 63
Nilai Tertinggi 88 90 100
Rata-rata nilai 60,79 74,54 88,75
Siswa belajar tuntas 36% 70,83% 91,67%
Dari tabel 4.7 dapat dibuat grafik seperti dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan
dari Tes Awal, Tes Siklus I dan Tes Siklus II pada Siswa Kelas III
SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
1) Nilai yang terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 36; pada
tes siklus I sebesar 53 kemudian pada tes Siklus II memperoleh 63.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 88,
mengalami kenaikan pada tes siklus pertama sebesar 90 dan
optimal pada siklus kedua menjadi 100.
3) Nilai rata-rata siswa dalam satu kelas keseluruhan juga terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 60,79 ; tes siklus I 74,54 ;
dan siklus II meningkat sebesar 88,75.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan di atas 65) pada tes
awal 36%; tes siklus I 70,83%; tes siklus II 91,67%.
Dari analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin sabar dan luwes dengan kekurangan-
kekurangan kecil yang tidak begitu berarti, sehingga tindakan perbaikan
dihentikan pada siklus II.
0
20
40
60
80
100
120
tes awal tes siklus I tes siklus II
rata-rata nilai
siswa belajar tuntas
nilai terendah
nilai tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
a. Keaktifan siswa dilihat dari Aspek Afektif
1) Siklus I
Hasil observasi terhadap siswa dari aspek afektif pada
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Aspek Afektif Siklus I Siswa Kelas III SD Negeri
01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
No Kategori Frekuensi Persentase
1 A 3 13%
2 B 12 50%
3 C 9 37,5%
4 D 0 0%
Gambar 4.7 Grafik Nilai Aspek Afektif Siswa Kelas III Siklus I
Tabel 4.8 dan gambar 4.7 menjelaskan bahwa yang memperoleh
A sebanyak 3 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh B sebanyak
12 siswa atau 50%. Siswa yang memperoleh C sebanyak 9 siswa atau
13%
50%
37,5%
0%0
2
4
6
8
10
12
14
A B C D
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
37,5%. Siswa yang memperoleh D sebanyak 0 siswa atau 0 %. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai sikap atau afektif siswa sudah baik, terbukti
dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai B dengan rata-rata
kelas 72,15 atau dengan kategori baik (lampiran 22 halaman 194).
2) Siklus II
Hasil observasi terhadap siswa dari aspek afektif pada pembelajaran
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Aspek Afektif Siklus II Siswa Kelas III SD Negeri 01
Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
No Kategori Frekuensi Persentase
1 A 8 33,33% 2 B 13 54,17% 3 C 3 13% 4 D 0 0%
Gambar 4.8 Grafik Nilai Aspek Afektif Siswa Kelas III Siklus II
Tabel 4.9 dan gambar 4.8 menjelaskan bahwa yang memperoleh
kategori nilai A sebanyak 8 siswa atau 33,33%. Siswa yang
memperoleh nilai B sebanyak 13 siswa atau 54,17%. Siswa yang
33,33%
54,17%
13%
0%0
2
4
6
8
10
12
14
A B C D
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
memperoleh C sebanyak 3 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh
D sebanyak 0 siswa atau 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sikap
atau afektif siswa sudah cukup baik, karena siswa yang mendapat
nilai C sudah berkurang.. Nilai rata-rata kelas menjadi 76,88 atau
dengan kategori baik (lampiran 23 halaman 196).
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dari aspek afektif
pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.
Data-data observasi terhadap siswa dari aspek afektif pada
pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II
pada Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran
2011/2012.
Siklus Persentase
Siklus I 62,5% Siklus II 87,5%
Dari tabel 4.10 dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
62,5%
87.5%
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan rata-rata Nilai Keaktifan Siswa Aspek
Afektif pada Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas III SD Negeri
01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
Tabel 4.10 dan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa nilai aspek afektif
pada pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III
terjadi peningkatan. Pada siklus I mencapai 62,5% atau 15 siswa yang
termasuk dalam kategori minimal baik, pada siklus II meningkat menjadi
87,5% atau 21 siswa dalam kategori sangat baik.
b. Keaktifan siswa dilihat dari aspek Psikomotor
1) Siklus I
Hasil observasi terhadap siswa dari aspek Psikomotor pada
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Distribusi Aspek Psikomotor Siklus II Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012
No Kategori Frekuensi Persentase
1 A 3 13% 2 B 10 41,67% 3 C 11 45,83% 4 D 0 0%
Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat dibuat grafik yaitu sebagai buram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 4.10 Grafik Nilai Aspek Psikomotorik Siswa Kelas III Siklus I
Tabel 4.11 dan gambar 4.10 menjelaskan bahwa yang memperoleh
kategori nilai A sebanyak 3 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh nilai B
sebanyak 10 siswa atau 41,67%. Siswa yang memperoleh C sebanyak 11
siswa atau 45,83%. Siswa yang memperoleh D sebanyak 0 siswa atau 0%.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai psikomotorik siswa sudah baik. Nilai rata-
rata kelas yaitu 70,69 atau dengan kategori baik (lampiran 24 halaman 198).
2) Siklus II
Hasil observasi terhadap siswa dari aspek Psikomotorik pada pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Aspek Psikomotor Siklus II Siswa Kelas III SD
Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012.
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 A 8 33,3% 2 B 13 54,17% 3 C 3 13% 4 D 0 0%
Dari tabel 4.12 dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
13%
41,67%45,83%
0%0
2
4
6
8
10
12
A B C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 4.11 Grafik Nilai Aspek Psikomotorik Siswa Kelas III Siklus II
Tabel 4.12 dan gambar 4.11 menjelaskan bahwa yang memperoleh
kategori nilai A sebanyak 8 siswa atau 33,33%. Siswa yang memperoleh
nilai B sebanyak 13 siswa atau 54,17%. Siswa yang memperoleh C
sebanyak 3 siswa atau 13%. Siswa yang memperoleh D sebanyak 0 siswa
atau 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa nilai psikomotorik siswa sudah baik.
Nilai rata-rata kelas yaitu 77,22 atau dengan kategori baik (lampiran 25
halaman 200).
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dari aspek
psikomotorik pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan. Data-data observasi terhadap siswa dari aspek psikomotorik
pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II pada
Siswa Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012.
Siklus Nilai Rata-rata
Siklus I 54,17%
Siklus II 87,5%
Dari tabel 4.13 dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
33,33%
54,17%
13%
0%0
2
4
6
8
10
12
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Nilai Keaktifan Siswa Kelas III
Tabel 4.13 dan gambar 4.12 dapat diketahui bahwa nilai aspek afektif pada
pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III terjadi
peningkatan pada siklus I mencapai 54,17% atau 13 siswa yang termasuk dalam
kategori minimal baik, pada siklus II meningkat menjadi 87,5% atau 21 siswa
dalam kategori minimal sangat baik.
Penerapan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran
matematika tentang pemahaman konsep bilangan pecahan dapat meningkatkan
keaktifan pembelajaran. Hal ini dibuktikan oleh aktivitas siswa yang semakin
meningkat baik dari segi afektif maupun psikomotorik. Peningkatan ini terlihat
dari observasi aspek afektif dan psikomotorik siswa dari siklus I dan siklus
II.yang masing-masing dilakukan tiga kali pertemuan. Hasil peningkatan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Tabel Peningkatan Keaktifan Pembelajaran Pemahaman Konsep
Bilangan Pecahan Siswa Kelas III
No Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II
1 Afektif 62.5% 87.5%
2 Psikomotor 54.17% 87.5%
Rata-rata Keaktifan 58.3% 87.5%
54,17%
87,5%
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II
Persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dari tabel 4.14 dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Keaktifan Pembelajaran Pemahaman Konsep
Bilangan Pecahan Siswa Kelas III
Tabel 4.14 dan gambar 4.13 dapat dijelaskan bahwa terdapat
peningkatan pada aspek afektif dan psikomotorik. Peningkatan pada kedua
aspek tersebut sudah menunjukkan bahwa keaktifan pembelajaran pemahaman
konsep bilangan pecahan terjadi peningkatan pada siklus I mencapai 58,3%
atau 14 siswa dari 24 siswa terlibat aktif, di siklus II meningkat menjadi 87,5%
atau 21 siswa dari 24 siswa yang terlibat aktif.
3. Hasil Observasi terhadap Guru
Bedasarkan hasil observasi, aktivitas guru mengalami peningkatan
pada pembelajaran siklus I, siklus II. Pada pembelajaran siklus I (lampiran 26
halaman 202), rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
pertama 2,6 ; pada pertemuan kedua 3,0 ; dan pada pertemuan ketiga 3,5. Jadi
rata-rata skor aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I adalah 3,0 (baik).
Hasil observasi terhadap guru pada siklus II (lampiran 27 halaman
204) yaitu, pada pertemuan pertama 3,5 ; pada pertemuan kedua 3,7 dan pada
pertemuan ketiga 3,8. Jadi rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II
adalah 3,6 (sangat baik). Dari data observasi terhadap aktivitas guru pada
pembelajaran siklus I dan siklus II maka dapat dilihat pada tabel 4.14.
0102030405060708090
100
Siklus I Siklus II
Afektif
Psikomotor
Rata-rata Keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.15 Skor aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Dagen Tahun Ajaran 2011/2012.
No Pertemuan Skor
Siklus I Siklus II
1 I 2,6 3,5
2 II 3,0 3,7
3 III 3,5 3,8
Rata-rata 3,0 3,6
Dari tabel 4.15 dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Nilai Siklus
Hasil data observasi kinerja guru diatas menyatakan bahwa
keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-
rata nilai kinerja guru yaitu 3,0 kemudian pada siklus II meningkat menjadi
3,6.
3
3.6
00.5
11.5
22.5
33.5
4
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus selama enam kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dapat
meningkatkan:
1. Pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01
Dagen. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata klasikal dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar materi
pecahan pada setiap siklusnya. Pada kondisi awal nilai pemahaman konsep
bilangan pecahan dengan rata-rata klasikal 60,79, siklus I nilai pemahaman
konsep bilangan pecahan dengan rata-rata klasikal 74,54, siklus II nilai
pemahaman konsep bilangan pecahan dengan rata-rata klasikal 88,75. Tingkat
ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 9 siswa atau 36%, siklus I
yaitu 17 siswa atau 70,83%, siklus II sebanyak 22 siswa atau 91,67%.
Berdasarkan peningkatan tersebut maka penggunaan pendekatan matematika
realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa
kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
2. Keaktifan pembelajaran pemahaman konsep bilangan pecahan pada siswa kelas
III SD Negeri 01 Dagen. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
peningkatan rata-rata aktivitas siswa dari aspek afektif dan aspek psikomotorik
pada setiap siklusnya. Pada siklus I keaktifan mencapai 58,3% atau 15 siswa
terlibat aktif. Pada siklus II keaktifan meningkat menjadi 87,5% atau 21 siswa
terlibat aktif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan matematika
realistik dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran pemahaman konsep
bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Karanganyar tahun
ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Implikasi
Penggunaan penerapan pendekatan matematika realistik dalam
pembelajaran Matematika materi pecahan terbukti dapat meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan pembelajaran pada siswa
kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Hal ini
dibuktikan dengan adanya simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis
dan implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Implikasi teoretis dari penelitian ini, setelah terlaksananya kegiatan
penelitian dan ditemukan hasil penelitian seperti yang dijelaskan pada
simpulan, bahwa dengan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pecahan dan keaktifan pembelajaran. Hasil
penelitian tersebut memperkuat suatu teori mengenai pendekatan matematika
realistik, yaitu:
a. Penggunaan pendekatan matematika realistik dapat mendorong siswa
untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga siswa tidak pernah
lupa tentang hal yang dipelajari. Suasana dalam proses pembelajaran
menjadi menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan,
sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar Matematika. Keberanian
siswa meningkat karena siswa harus menjelaskan jawabannya.
Kerjasama dalam kelompok juga meningkat. Selain itu siswa menjadi
terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat.
b. Partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang
semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
menyenangkan dan pada akhirnya pemahaman konsep bilangan
pecahan siswa kelas III SD Negeri 01 Dagen Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini juga dapat membuktikan bahwa pembelajaran
pemahaman konsep bilangan pecahan dengan pendekatan matematika realistik
dapat meningkatkan dalam penguasaan materi, sehingga dapat diperoleh hasil
yang maksimal. Hal ini terbukti pada adanya peningkatan pemahaman konsep
bilangan pecahan dengan jumlah 22 siswa yang mendapat nilai di atas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan bagi guru dan calon guru untuk dapat meningkatkan keefektifan
strategi dalam proses belajar mengajar dan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran sehubungan dengan prestasi dan hasil belajar siswa. Penelitian
ini juga dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang
sejenis, terutama untuk membawa siswa agar lebih terlibat aktif dalam
pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran Matematika untuk meningkatkan
keaktifan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman konsep bilangan
pecahan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dengan cara
memberikan fasilitas yang menunjang pembelajaran.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan pendekatan
matematika realistik dalam pembelajaran Matematika khususnya materi
pecahan. Penggunaan pendekatan matematika realistik dimaksudkan agar
pembelajaran tidak membosankan dan dapat mengaktifkan siswa. Pada
umumnya dalam pembelajaran Matematika guru masih kesulitan dalam
menerapkan strategi dan memilih metode pembelajaran yang tepat. Oleh
karena itu, setelah penelitian ini, hendaknya guru mampu memilih metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang kiranya tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran Matematika.
Hendaknya guru mencoba menerapkan pendekatan matematika realistik
pada materi lain supaya kegiatan pembelajaran lebih efektif dan berkualitas.
Pendekatan matematika realistik terbukti sangat membantu siswa dalam
memahami materi yang bersifat abstrak karena materi akan dikaitkan
dengan kehidupan nyata siswa sehingga mudah bagi siswa untuk menerima
materi tersebut. Selain itu, pendekatan matematika realistik melatih siswa
untuk mandiri dan lebih banyak berkomunikasi serta berdiskusi dengan
siswa lain maupun dengan guru kelas untuk menyelesaikan masalah
berdsarkan LKS yang telah diberikan oleh guru. Pembelajaran ini juga akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak menegangkan bagi
siswa. Selain itu, pembelajaran juga didasarkan pada kehidupan nyata siswa.
Sehingga pembelajaran ini dapat memberikan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran matematika khususnya pemahaman
konsep bilangan pecahan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar dan memperoleh hasil yang maksimal.
b. Penerapan pendekatan matematika realistik, hendaknya dimanfaatkan
dengan baik oleh siswa untuk menggunakan sumber dan media yang
berasal dari dunia nyata siswa dalam memahami konsep pecahan.
c. Penerapan pedekatan matematika realistik, hendaknya dimanfaatkan
dengan baik oleh siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain maupun
dengan guru kelas dalam pembelajaran matematika terutama pemahaman
konsep bilangan pecahan.
d. Siswa hendaknya selalu aktif bertanya kepada guru apabila merasa
kurang paham dengan materi yang diberikan oleh guru.
e. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar tentang konsep bilangan
pecahan dalam kehidupan sehari-hari.