Download - PENYAKIT MENULAR
LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT MENULAR
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengetahuan Lingkungan yang dibina oleh Bapak Hedi Sutomo
Oleh:
Kelompok 7
Irwan Priyanto (107341409779)
Illiyatus Sholiha (107341407343)
Nikmatul Hidayah (107341403417)
Erni Purnasari (107341407338)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai penyakit yang timbul di masyarakat sebenarnya merupakan
indikator yang cukup peka dari baik buruknya kondisi kesehatan lingkungan
suatu masyarakat. Penyakit-penyakit infeksi seperti diare, TB paru, radang
saluran pernafasan, tetanus, tipus perut, campak, malaria, demam berdarah masih
menyebabkan kematian terbesar yakni sebesar 46,8% dari seluruh kematian
(Survey rumah tangga, 1986). Disamping itu juga masih seringnya terjadi
keracunan di masyarakat.
Penyakit-penyakit tersebut erat kaitannya dengan masalah kesehatan
lingkungan seperti kecukupan akan kebutuhan air bersih, sarana pembuangan
kotoran manusia, dan limbah atau sampah domestik, sarana perumahan, masalah
higienis makanan, penyemprotan pestisida, dan perilaku sehat yang belum
memasyarakat. Lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi lahan subur bibit-
bibit penyakit. Seiring dengan perubahan waktu maka hal tersebut menimbulkan
dampak terhadap lingkungan sekitar, salah satu dampaknya adalah penularan
penyakit. Salah satu penyebab tumbuhnya penyakit menular adalah adanya
vektor.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan lingkungan vektor penyakit menular?
2. Apa sajakah contoh-contoh vektor penyakit menular?
3. Bagaimanakah solusi dalam mengatasi lingkungan vektor penyakit menular?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengetian dari lingkungan vektor penyakit menular.
2. Mengetahui contoh-contoh vektor penyakit menular.
3. Mengetahui solusi mengatasi lingkungan vektor penyakit menular.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lingkungan Vektor Penyakit Menular
Seiring dengan perkembangan zaman, lingkungan yang kita diami saat ini
telah menunjukkan banyak perubahan. Dengan adanya industrisasi, lingkungan
yang hijau kini menjadi gersang akibat ditebang untuk dijadikan lahan industri
dan perumahan. Semakin padatnya penduduk juga memicu berbagai masalah
lingkungan, antara lain masalah sampah. Penanggulangan limbah industri dan
rumah tangga yang kurang tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
sehingga lingkungan menjadi kurang sehat. Lingkungan yan tidak sehat dapat
menjadi lahan subur bibit-bibit penyakit. Seiring dengan perubahan waktu maka
hal tersebut menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan sekitar, salah
satu dampaknya adalah penularan penyakit. Dalam kenyataanya, penyebaran
penyakit dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang mengubah ekosistem. Berbagai
hal yang mempengaruhi pola distribusi penyakit dan timbulnya penyakit menular
antara lain adalah pemukiman masyarakat, penebangan hutan, pembangunan
bendungan, dan perubahan iklim. Salah satu sebab tumbuhnya penyakit adalah
adanya vektor.
Vektor merupakan organisme yang berperan dalam penyebaran organisme
patogen dengan manusia atau dari hewan ke manusia serta menjadi perantara
penularan penyakit tersebut. Organisme patogen tersebut dapat berupa bakteri,
ricketsia, virus, protozoa, dan cacing. Pencemaran karena vektor adalah terjadinya
penularan penyakit melalui organisme (binatang) yang dapat menjadi perantara
penularan penyakit tertentu akibat kondisi pencemaran vektor penyakit, antara
lain:
1. Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri, dan
pembangunan perumahan yang mengakibatkan berkembang biaknya
vektor penyakit
2. Sistem penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau
seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk penyediaan
air.
3
3. Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat
sehingga menjadi tempat perindukan vektor
4. Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan
sampah menjadi sarang vektor
5. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor
penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran
lingkungan serta resistensi vektor
Menurut HL Blum (1974) dalam Purnomo (2009), bahwa status kesehatan
dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: Lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
genetik. Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status
kesehatan. Sedangkan menurut John Gordon, penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu : Host (tuan rumah), Agent, dan Environment (lingkungan).
Walaupun penyebab utama penyakit adalah bakteri, virus atau makhluk
renik yang lain, tetapi bakteri, virus atau makhluk renik yang lain tersebut sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam gambar di atas menunjukkan bahwa
lingkungan merupakan pengendali dari host dan agent. Dengan demikian, untuk
mencegah munculnya ketidakseimbangan host dan agent, maka lingkungan harus
tetap dijaga dengan baik. Ketidak beresan di lingkungan berakibat tidak beresnya
agen ataupun host, sehingga penyakit itupun mudah muncul. Penyakit TB Paru,
diare, flu burung, flu babi, maupun penyakit menular yang lain adalah akibat
berkembang biaknya bakteri maupun virus di tubuh manusia. Sedangkan
penularan dan berkembangbiaknya bakteri maupun virus sangat dipengaruhi
kondisi lingkungan di sekitar manusia tersebut.
Supaya agen (vektor) atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup
(survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Berkembang biak
b. Bergerak atau berpindah dari induk semang
c. Mencapai induk semang baru
d. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan vektor penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan
manusia amempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup. Dari
sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut 1) habitat dimana bibit
4
penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana bibit penyakit
tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoar
tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.
B. Macam-macam Vektor
Tabel 1.1 Contoh-contoh Penyakit Menular beserta vektornya
No Penyakit Menular Musiman Vektornya
1 Demam berdarah Aedes aegypti
2 Diare Escherichia coli
3 Influenza Avian influenza
4 cholera asiatica Vibrio cholerae
5 rat-bite-fever (demam karena gigitan
tikus),
Vibrio El Tor
6 Disentri Escherichia coli
7 Pneumonia Klebsiella pneu
Monia
8 infeksi tractus urinarius Proteus vulgaris
9 Thypus abdominalis Salmonella typhi
10 Pes Pasteurella pestis (Yersenia pestis)
11 Tetanus Clostridium tetani
12 TBC Mycobacterium tuberculosis
13 Lepra Mycobacterium leprae
14 Siphilis Treponema pallid
15 Patek Treponema pertenue
16 Meningitis Brucella sp.
17 Antrax Bacillus anthracis
18 dipteri Corynebacterium diphtheriae
19 Flu burung Virus H5N1
20 Flu babi Virus H1N1
5
Ada dua jenis vektor yaitu, vektor biologis dan vektor non biologis.
Vektor biologis antara lain,
1. Nyamuk,
Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia, peranannya sebagai
penyebar parasit malaria dari jenis protozoa yaitu Plasmodium sp. dengan gejala
demam dan anemia.
2. Lalat
Lalat adalah Vektor Mekanis dan Biologi. Guru Besar Fakultas
Kedokteran Hewan Bidang Ilmu Penyakit Hewan, Universitas Gadjah Mada, Prof
R Wasito MSc menjelaskan bahwa lalat memang vektor (pembawa) virus flu
burung. Bahkan, ujarnya, lalat ada kemungkinan berfungsi sebagai vektor
mekanis dan vektor biologi dari virus Avian influenza (AI) ini. Vektor mekanis,
maksudnya lalat bisa membawa virus AI ke mana-mana sedangkan vektor biologi
maksudnya virus ini bisa masuk ke tubuh lalat dan berkembang di tubuh lalat.
3. Burung
Burung merupakan hewan kelas aves yang memiliki potensi sebagai vekor
penyakit, hal ini disebabkan burung memiliki kemampuan untuk berimigrasi dari
suatu tempat ke tempat lain. Sehingga kemungkinan burung membawa bibit
penyakit yang dapat berupa virus (virus flu burung) ataupun bakteri. Mengingat,
burung-burung tersebut biasanya tersebar di pantai laut Pulau Jawa dan daerah
lain yang banyak persediaan makanan burung.
4. Mamalia piaraan
Hewan yang banyak digemari dan dipelihara oleh banyak orang ternyata dapat
menularkan penyakit melalui gigitan, cakaran, sehingga perlu diwaspadai bagi
pamelihara memelihara satwa, karena barangkali satwa itu terinveksi penyakit
(vector penyakit) dan berisiko melakukan penularan pada manusia. Jenis-jenis
penyakit yang disebabkan oleh satwa antara lain: hepatitis (dari gigitan atau
cakaran primata), rabies, TBC.
C. Cara Mengatasi Lingkungan Vektor Penyakit Menular
Dengan adanya berbagai dampak yang diakibatkan oleh vektor penyakit,
maka perlu adanya penanggulangan dalam mengatasi adanya vektor penyakit.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian secara
6
tuntas, yang mungkin dapat dilakukan adalah usaha untuk mengurangi dan
menurunkan populasi satu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.
1. Teknik Pengendalian Vektor Penyakit Hewan
a. Teknik Bioremidiasi
Teknologi ini pada umumnya digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang
identik dengan mengubah kualitas air itu sehingga daur hidup A. aegypti, C.
quinquefasciatus dan Anopheles gambiae dapat keluar dari suatu ekosistem yang
baru, misalnya dapat diterapkan di suatu pemukiman perkotaan.
b. Tenik pengendalian Lalat
Untuk pengendalian lalat, ada 4 strategi manajemen dasar, yaitu
memelihara kotoran tetap kering, metode biologi, metode mekanik yaitu dengan
biosekuriti, yang meliputi (1) Manajemen kebersihan: Pembersihan dan desinfeksi
kandang, terutama setelah panen (2) Manajemen sampah Pembuangan litter,
kotoran dan bangkai ayam, (3) Manajemen kandang: Ventilasi, pengendalian
kelembaban litter dan kebocoran air dan (4) Kontrol kimia melalui aplikasi
insektisida atau obat-obatan.
c. Teknik Pengendalian Tikus
Cara pengendalian tikus dan mencit ada 2, yaitu: (1) Cara penempatan
perangkap. Apabila terdapat tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan
pemasangan perangkap yang tempatnya masing-masing lokasi sebagai berikut.
Core perangkap diletakkan di lantai pada lokasi ditemukannya tanda keberadaan
tikus, di Inner Bound perangkap diletakkan di pinggir saluran air, taman, kolam,
di dalam semak, sekitar TPS, dan tumpukan barang bekas. (2) Pemberantasan
tikus dan mencit secara kimiawi dengan umpan beracun. Pengendalian tikus
dengan menggunakan umpan beracun atau perangkap berumpan racun
mempunyai efek sementara, racun perut (rodentisita campuran, antikoagulan
kronik) adalah umpan beracun yang hanya dianjurkan digunakan di daerah/tempat
yang tidak dapat dicapai oleh hewan..
3. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk
tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor
penyakit
7
4. Manipulasi Lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungann yang meliputi kegiatan yang
terencana yang bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak
menguntungkan bagi perkembangbiakan vektor penyakit pada habitatnya. Sebagai
contoh adalah pengubahan kadar garam, penggelontoran, pengaturan permukaan
air waduk, pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa.
5. Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang
bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk
mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor penyakit tanpa
menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk
kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempak perindukan vektor penyakit
berupa genangan air.
6. Pengendalian vektor penyakit secara biologis
Adalah pemanfaatan organisme hidup atau produknya untuk
mengendalikan vektor penyakit. Termasuk dalam organisme ini adalah virus,
bakteri, protozoa, jamur, tanaman parasit, predator dan ikan.
7. Pengendalian secara kimiawi
Adalah cara pengendalian vektor penyakit dengan menggunakan pestisida,
baik berupa racun, penolak (repellen) maupun hormon pengatur pertumbuhan
8. Dengan pengembangan teknologi
Beragam penyakit menular seperti flu burung atau SARS memang
menakutkan dan harus ditanggulangi serius. Untuk itu, para peneliti di tiga
laboratorium IBM menyumbangkan sebuah paket software canggih kepada
komunitas open source. Software ini bisa memprediksikan perpindahan penyakit
antar negara di seluruh dunia. Software ini disebut STEM (Spatiotemporal
Epidemiological Modeler), tool ini telah tersedia sejak 8 Juni 2007 dan bisa di-
download secara gratis. Software STEM dibuat melalui kerja sama dengan sebuah
yayasan nirlaba bernama Eclipse Open Healthcare Framework Project.
Dibutuhkan waktu hampir tiga tahun untuk membuat software ini melalui
penelitian-penelitian yang mencakup seluruh dunia. Tujuannya agar para pejabat
8
kesehatan masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk
menanggulangi penyebaran penyakit.
Software gratis ini memungkinkan kita membuat dengan cepat sebuah
susunan penyakit menular dalam bentuk grafik, yang menjelaskan bagaimana
penyakit itu menyebar. STEM bisa digunakan dalam beberapa sistem operasi.
STEM membuat susunan berdasarkan beberapa faktor seperti populasi, arah
angin, geografi, kondisi makro ekonomi, peta jalan, lokasi bandara, pola
perjalanan wisata, bahkan rute migrasi burung di seluruh dunia.
9. Surveilans Epidemiologi
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan
Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah
kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat
penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti
kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya
orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah
kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain,
misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis
melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi
epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus
menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat
sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi
mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.
9
10. Efektivitas Merespons Laporan Penyebaran Penyakit dan Penerapan Peraturan
Yang Jelas.
Pola pencegahan yang utama, yaitu efektivitas kecepatan tenaga medis
merespon laporan penyebaran penyakit, dinilai paling vital. Hal ini bila
diperhatikan bisa mencegah keberlanjutan penularan dan perkembangbiakan bibit
penyakit. Karena bila di satu wilayah ada satu kasus penyakit menular, biasanya
akan diikuti kasus berikutnya. Untuk itu disarankan agar memutus rantai
penularan penyakit secepatnya. Karena itulah maka kecepatan merespon
informasi penularan penyakit diperlukan. Namun, satu hal yang patut disayangkan
di Indonesia prosedur semacam ini belum diberlakukan.
Sedangkan prosedur pengasapan, yang hingga kini dianggap sebagai jurus
pamungkas untuk membasmi penularan penyakit ini, juga sampai saat ini msih
dianggap kurang efektif memberantas pengembangbiakan nyamuk, karena
langkah tersebut ternyata hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan telur-
telurnya masih terus menetas.
Selain itu pengasapan ternyata kadang dimanipulasi. Oleh karena itu,
metode pencegahan klasik seperti program 3M (Menguras, Menutup dan
Mengubur) dianggap metode paling efektif untuk pencegahan penularan penyakit.
Selain itu, juga terdapat faktor penunjang untuk mencegah berkembangnya
vektor penyakit pada lingkungan, yaitu:
1. Pengembangan pedoman, standar dan persyaratan kriteria pedoman dibidang
pengendalian penyakit
2. Kemitraan yaitu kerjasama antara berbagai institusi yang bekerja atas dasar
prinsip kesetaraan, keterbukaan, saling menguntungkan secara efektif dan
efisien dalam pengendalian vektor penyakit dengan kondisi dan kemampuan
masing-masing institusi.
3. Sosialisasi pengendalian vektor penyakit yaitu menyebarluaskan informasi
tentang pengendalian vektor penyakit sehingga terwujud kondisi sanitasi dan
lingkungan yang tidak memberi peluang bagi perkembangbiakan penyakit
serta dalam rangka terwujudnya masyarakat yang mandiri dalam pengendalian
vektor penyakit
10
4. Kajian pengendalian vektor penyakit adalah untuk memperoleh gambaran
tentang kondisi kesehatan lingkungan di daerah endemis vektor penyakit,
sebagai bahan untuk penyusunan rencana pengendalian vektor penyakit yang
meliputi pengkajian cara-cara dan bahan yang tepat guna yang terdapat di
masyarakat setempat.
5. Pelatihan bagi pelaksana maupun perusahaan jasa pengendalian vektor
penyakit
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lingkungan vektor penyakit menular adalah lingkungan yang merupakan
tempat penyebaran orgnisme yang pathogen dengan manusia atau dari
hewan ke manusia serta menjadi perantara penularan penyakit.
2. Contoh-contoh vektor penyakit menular adalah nyamuk, lalat, burung,
hewan piaraan.
3. Solusi dalam mengatasi masalah lingkungan vektor penyakit menular
antara lain Teknik Pengendalian Vektor Penyakit Hewan, Efektivitas
Merespons Laporan Penyebaran Penyakit dan Penerapan Peraturan Yang
Jelas, Surveilans Epidemiologi, Dengan pengembangan teknologi,
modifikasi lingkungan, penanggulangan secara kimiawi dan secara
biologi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa Tahun. http://www.antara.co.id/ (online diakses tanggal 10 Februari 2010)
Anonim. Tanpa Tahun. http:/www.radar.com/Berita/Index. (online, diakses tanggal 10 Februari 2010)
Messawati. Tanpa Tahun. http://www.unisosdem.org/article (online, diakses tanggal 10 Februari 2010)
Anonim.Tanpa Tahun. Penyakit Menular, online, (http://www.penyakitmenular.info/, diakses tanggal 1 maret 2010).
13