-
PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004
(Studi di Bappeda Kota Malang)
SKRIPSI
Untuk memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan
Dalam Ilmu Hukum
Oleh :
ARIANTO SURYO
NIM. 0310100038
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2008
-
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004
(Analisa Yuridis Sosiologis terhadap peran BAPPEDA dalam proses
pembangunan daerah di Kota Malang)
Oleh:
ARIANTO SURYO
0 3 1 0 1 0 0 0 3 8
Disetujui pada tanggal:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
A. DIMYATI,SH,MH SRI KUSTINA,SH,CN
NIP. 130531837 NIP. 130809195
Mengetahui
Ketua Bagian
Hukum Administrasi Negara
AGUS YULIANTO SH. MH.
NIP. 131573915
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004
(Studi di Bappeda Kota Malang)
Disusun oleh:
ARIANTO SURYO
0 3 1 0 1 0 0 0 3 8
Skirpsi ini telah disahkan dosen pembimbing pada tanggal :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
A. DIMYATI,SH,MH SRI KUSTINA,SH,CN
NIP. 130531837 NIP. 130809195
Ketua Majelis Penguji Ketua Bagian
Hukum Administrasi Negara
Agus Yulianto SH. MH Agus Yulianto SH. MH
NIP. 1315733915 NIP. 1315733915
Mengetahui
Dekan,
Herman Suryokumoro SH. MS
NIP. 131 472 741
-
ii
ABSTRAKSI
Arianto Suryo, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Maret 2008,Peran Bappeda dalam perencanaan pembangunan di
daerah dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 (studi di Bappeda Kota
Malang), A. Dimyati, SH.MH, Sri Kustina, SH, CN.
Dalam penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh usaha untuk melakukan
pemerataan pembangunan nasional diseluruh daerah. Pembangunan daerah
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk
mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar
sektor yang disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah yang bersangkutan.
Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu baik antar bidang
maupun antar wilayah yang didukung perencanaan pembangunan daerah yang
efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang
merata diseluruh tanah air.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa
peranan, kendala kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam
melakukan perencanaan pembangunan dikota Malang, serta mengetahui dan
menganalisa upaya yang dilakukan oleh Bappeda Kota Malang untuk mengatasi
kendala tersebut. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode pendekatan yuridis sosiologis. Lokasi penelitian yang penulis pilih
Bappeda Kota Malang yang berkantor di jalan Tugu No. 1 Malang. Responde
adalah Kepala Sub Bagian Pendataan dan Pelaporan dari BAPPEDA kota Malang
Dari penulisan ini penulis mendapatkan kesimpulan bahwa peran Bappeda
Kota Malang sebagai perencana pembangunan serta pengawas dan pelaksana
pembangunan sudah berjalan dengan baik. Namun hal tersebut bukannya tanpa
kendala atau hambatan kurangnya kualitas sumber daya manusia, keterbatasan
jumlah Sumber Daya Manusia, belum mantapnya koordinasi antara bidang-
bidang, kurangnya koordinasi dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang serta
Kurangnya peran serta masyarakat.
Dalam hal mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka diperlukan upaya
dan solusi agar perencanaan pembangunan berjalan dengan baik. Dengan cara
mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepimimpinan
(Diklatpim), bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang, sering
mengadakan rapat koordinasi antar bidang-bidang. Sehingga kerjasama yang
dilakukan lebih padu serta berusaha lebih aktif dalam mendengarkan pendapat
dari pihak diluar Bappeda Kota Malang seperti dinas-dinas Pemerintah Kota
Malang dan DPRD selaku wakil dari rakyat.
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan atau
maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas - tugas dan syarat -
syarat memperoleh Ijazah Sarjana Hukum Universitas Brawijaya Malang.
Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian Skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Herman Suryokumoro SH. Mhum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya
2. Bapak Agus Yulianto SH. MH. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara.
3. Bapak A. Dimyati, SH.MH. selaku Pembimbing I, atas kesabarannya selama
membimbing penulis.
4. Ibu Sri Kustina, SH, CN. selaku Pembimbing II atas bimbingan dan
motivasinya.
5. Seluruh Dosen Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara, atas ilmu yang
telah diberikan selama penulis belajar di Fakultas Hukum.
6. Pimpinan dan staf Bappeda Kota Malang, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan pengambilan data dan memberikan
banyak bimbingan kepada penulis.
7. Ayah dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah berjasa, memberi dukungan,
nasehat, doa dan segala kebaikan
8. Mbak Bintang kakak kandung penulis yang tersayang walau sering bikin
kesel, namun terus memberi semangat.
9. Nency thanks for your patien and your time. And thanks waiting me untill
graduated
10. Sahabat-sahabat Penulis yang menemani. Bracun (Joko,Amd, Okta,SH, Didit,
Yayan,Amd, Satrio,SE, Arfan, Johanes) yang memberi warna dalam
menyelesaikan skripsi ini.
-
v
11. Teman-temanku hukum Burhannudin,SH, Efendi,SH, Adi,SH, Erga,SH,
Dennis dan Hengky.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan doa dan bantuannya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini.
Pada akhirnya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses
pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja dan penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan kita dan berkenan menunjukan jalan
yang benar.
Malang, Februari 2008
Penulis,
Arianto Suryo
-
vi
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ........................................................................................... i
Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Abstraksi ........................................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................. iv
Daftar isi ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan Umum Pemerintah Daerah...................................................... 11
B. Tinjauan Umum Otonomi Daerah.......................................................... 15
C. Tinjauan Umum Badan Perencanaan Daerah ........................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan ................................................................................ 20
B. Lokasi Penelitian.................................................................................... 21
C. Jenis data ................................................................................................ 22
D. Sumber Data........................................................................................... 22
E. Responden .............................................................................................. 23
F. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 23
G. Metode Analisa Data.............................................................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 26
-
vii
1. Gambaran Umum Kota Malang ....................................................... 26
a. Sejarah Kota Malang ................................................................... 26
b. Geografis Kota Malang ............................................................... 27
c. Wilayah Kota Malang.................................................................. 28
d. Bidang Pemerintahan................................................................... 28
e. Penduduk Kota Malang ............................................................... 29
2. Gambaran Umum Badan Perencana Pembangunan Daerah ............ 30
a. Fungsi dan Tugas Pokok Bappeda Kota Malang......................... 32
b. Visi dan Misi Bappeda Kota Malang .......................................... 34
c. Struktur Organisasi Bappeda Kota Malang ................................. 35
d. Uraian Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Malang ....................... 36
B. Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Bappeda Kota Malang..... 52
1. Tujuan Perencanaan Pembangunan.................................................. 52
2. Sasaran Perencanaan Pembangunan ................................................ 53
C. Kebijakan dan Program Bappeda Kota Malang..................................... 53
D. Peran Bappeda Kota Malang dalam Melaksanakan Perencanaan
Pembangunan di Kota Malang ............................................................... 55
E. Kendala Kendala yang Dihadapi Bappeda Kota Malang Dalam
Melaksanakan Perencanaan Pembangunan di Kota Malang.................. 56
F. Upaya Upaya yang Dilakukan Oleh Bappeda Kota Malang Dalam
Mengatasi Kendala yang Dihadapi di Pelaksanaan Perencanaan
Pembangunan di Kota Malang ............................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 61
B. Saran....................................................................................................... 63
Daftar Pustaka .................................................................................................... 65
Lampiran-lampiran
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk
mewujudkan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam pembukaan Undang
Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial.
Dalam rangka mencapai tujuan diatas pemerintah melakukan
pembangunan disegala bidang. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ini
haruslah merata yang berarti dampak pembangunan harus dirasakan oleh semua
lapisan masyarakat bukan hanya untuk lapisan tertentu. Pembangunan juga harus
seimbang maksudnya pembangunan harus sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh bangsa dan negara ini. Selain itu pembangunan juga melihat
keselarasan dan keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan keadaan
dan lingkungan masyarakat yang ada. Jadi pembangunan haruslah merata,
seimbang, selaras dan serasi.
Dalam upaya pemerintah melaksanakan pembangunan secara merata,
seimbang, selaras dan serasi haruslah mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
Indoneasia yang merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat besar
-
dengan didukung oleh suatu proses perencanaan yang baik oleh badan badan
pemerintah dan badan badan non pemerintah.
Namun pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
selama orde baru telah melahirkan sentralisasi kekuasaan dimana pemerintah
pusat memegang hampir seluruh kendali pemerintahan di daerah. Hal ini dirasa
sangat tidak adil bagi pemerintah daerah yang selama ini andilnya sangat besar
dalam memberikan dana kepada pemerintah pusat. Sementara pemerintah pusat
mengembalikan kepada daerah dalam bentuk bentuk proyek proyek dan bukan
berbentuk dana riil sehingga pemerintah daerah tidak dapat secara independen
mengatur prioritas kebutuhan daerahnya.
Salah satu usaha untuk melakukan pemerataan pembangunan nasional
adalah dengan usaha pembangunan diseluruh daerah Indonesia. Berkaitan dengan
dengan hal itu dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 150
menegaskan perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan
menyesuaikan laju pertumbuhan antar daerah. dalam melakukan perencanaan
pembangunan harus disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah yang
bersangkutan. Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang baik antar bidang
maupun antar wilayah yang didukung perencanaan pembangunan daerah yang
efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang
merata diseluruh tanah air.
-
Berkaitan dengan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan prioritas
dan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut maka perlu adanya otonomi daerah.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang seluas luasnya maka pemerintah
memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
menyelenggarakan uruasan pemerintahan berdasarkan asas otonomi. Hal tersebut
terdapat dalam pasal 10 ayat (1 dan 2) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah. Pasal 10 ayat (1) Pemerintahan daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan
Pemerintah. Ayat (2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang
menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Berdasarkan acuan tersebut setiap daerah menyelenggarakan otonomi
daerah secara konsisten sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas daerah tersebut.
Bangsa Indonesia adalah negara yang majemuk, satu ukuran belum tentu cocok
untuk perencanaan pembangunan seluruh daerah. Dalam proses perencanaan
pembangunan inilah peran serta masyarakat sebagai komunitas lokal harus
dilibatkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota, karena masyarakatlah yang
merasakan langsung dampak dari pembangunan tersebut. DPRD pun harus
dilibatkan dalam proses ini, hal ini bertujuan proses desentralisasi berjalan dengan
baik dan tidak menjurus kearah sentralisasi. Namun proses desentralisasi yang
berjalanpun harus secara baik dan bertanggung jawab, DPRD dalam proses
-
perencanaan pembangunan ini berperan sebagai stake holder yang memiliki
kepentingan mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah.1
Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan
hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal hal yang
menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan
masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah
luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan.2
Di tiap propinsi dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), yang merupakan badan staf yang langsung berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan.
BAPPEDA tersebut berfungsi membantu Gubernur/Kepala Daerah di dalam
menentukan kebijakasanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah serta
pelaksanaannya.
Oleh karena itu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan
dalam manjalankan otonomi daerah. Dalam menjalankan fungsinya sebagai badan
perencanaan pembangunan di daerah Bappeda dituntut untuk berperan secara
aktif, efektif dan efisien dalam meletakan kerangka dasar pembangunan di daerah
yang kokoh untuk dapat mewujudkan keberhasilan pembangunan. Maka dapat
dikatakan bahwa Bappeda merupakan hal yang sangat berperan penting dalam
pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan pemerintah daerah
dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah.
Hal yang dipaparkan diatas merupakan hal yang semestinya terjadi.
1 HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001,h. 2. 2 Ibid, h. 4
-
Bappeda berperan penting dalam pembangunan. Namun dalam kenyataannya
peranan Bappeda kurang begitu terlihat sehingga banyak pembangunan yang
semestinya didukung oleh masyarakat malah dalam pelaksanaanya kurang
didukung oleh masyarakat. Contohnya pembangunan pertokoan yang didemo oleh
sebagian masyarakat Ini menunjukan tidak semua masyarakat menerima
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu hal diatas menunjukan
bahwa peranan Bappeda yang merencanakan pembangunan di daerah kurang
melihat aspirasi yang ada dalam masyarakat.
Melihat hal diatas seharusnya pembangunan bertujuan untuk memajukan
kesejahteraan umum, jika pembangunan seperti ini maka hanya sebagian
golongan saja yang akan sejahtera sedang yang lain tidak atau
mengenyampingkan pendapat sebagian masyarakat. Dalam beberapa bidang
pemerintah daerah mengambil contoh dari daerah lain untuk perencanaan
pembangunan padahal setiap memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia
dan budaya yang berbeda sehingga jika diterapkan akan tidak sesuai dengan
masyarakat dimana pembangunan dilaksanakan.
Pembangunan yang terjadi sekarang memang sudah tidak bersifat
sentralisasi
lagi, jadi daerah dapat merasakan segala yang didapatkan oleh daerah tersebut.
Namun bukan berarti keadilan telah tercapai, karena yang menikmati
pembangunan tersebut hanya segelintir golongan bukan seluruh masyarakat di
daerah pembangunan tersebut dilaksanakan. Padahal tujuan pembangunan
-
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. DPRD yang menjadi
sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kurang berperan aktif dalam
perencanaan pembangunan didaerah. Karena kurangnya peran aktif DPRD dalam
perencanaan pembangunan maka sering kali pembangunan yang dilakukan
pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat.
Dari pemaparan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul:
PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004 (Analisa Yuridis
Sosiologis terhadap peran BAPPEDA dalam proses pembangunan daerah di Kota
Malang)
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan
pembangunan di daerahnya?
2. Apakah kendala kendala yang dihadapi BAPPEDA Kota Malang
dalam perencanaan pembangunan di daerahnya?
3. Upaya apa yang di laksanakan dalam mengatasi kendala kendala
yang dihadapi BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan
pembangunan di daerahnya
-
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran.3 Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai serta
mempunyai harapan agar hasil penelitian tersebut bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa peranan BAPPEDA Kota Malang
dalam perencanaan pembangunan di daerahnya
2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala kendala yang dihadapi
BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan pembangunan di
daerahnya
3. Untuk mengetahui dan menganalisa Solusi yang dilakukan oleh
Bappeda Kota Malang untuk mengatasi kendala tersebut.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi kepada para rekan mahasiswa dan pihak
yang membutuhkan tentang perencanaan pembangunan di daerah
setelah berlakunnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah.
2. Manfaat Praktis
3 Sutrisno Hadi, metode penelitian, 1986, Hlm. 8
-
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih berperan aktif dalam
perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
dan juga mengawasi jalannya pembangunan
b. Bagi Pemerintah
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
membuat perencanaan pembangunan didaerah dan
meningkatkan kinerja BAPPEDA
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar penulisan ini dibagi dalam lima Bab, sehingga dapat
tersusun dengan baik dan untuk memudahkan dalam pemahaman sistem
pembahasan materi skripsi, dipaparkan dalam sebuah penulisan sistematika
sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan
judul, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai tinjauan umum
tentang Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah, UU no. 32 tahun
2004, Manajemen Pembangunan dan Hubungan BAPPEDA
dengan BAPPENAS
-
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini, yang terdiri dari metode
pendekatan, lokasi penelitian, jenis data, sumber data, responden,
teknik pengumpulan data, metode analisa data
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan:
1. Gambaran lokasi penelitian (Kota Malang dan Bappeda Kota
Malang)
2. Struktur organisasi Bappeda Kota Malang
3. Tugas dan wewenang Bappeda Kota Malang
4. Visi dan misi Bappeda Kota Malang
5. Dasar hukum pembentukan Bappeda Kota Malang
6. Peranan Bappeda Kota Malang
7. Kendala yang dihadapi oleh Bappeda Kota Malang
8. Solusi dari kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang
BAB 5 : PENUTUP
Dalam bab ini penulis mengajukan kesimpulan berisi jawaban
dari permasalahan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
sedangkan saran berisi masukan-masukan dari Penulis demi
pembangunan di Indonesia pada umumnya dan Kota Malang
pada khususnya
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah Daerah ialah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.1
Seiring dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor 32 tahun 2004,
Pemerintah daerah diberikan pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat untuk
melakukan perencanaan pembangunan daerah wilayahnya hal ini berimplikasi
pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi yang menjadi wadahnya.
Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tantang Pemerinyah Daerah ini
terkandung subtansi secara mendasar sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan meteri
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
daerah secara profesional yang diwujudkan dengan pengaturan
pemabagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
1 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 2
-
2. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
3. Otonomi daerah mendorong untuk memberdayakan masyarakat
menumbuhkan kreativitas masyarakat serta mengembangkan peran
dan fungsi DPRD.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontitusi negara,
tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia
sehingga tetap menjamin hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah serta hubungan antar daerah.
5. Pemberdayaan peranan dan fungsi badan legislatif daerah (DPRD)
baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi
anggaran antar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
6. Pelaksanakan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada
daerah kabupaten dan daerah kota sedangkan otonomi daerah
propinsi merupakan otonomi yang terbatas. Terdapat tiga pola
otonomi yaitu, Kabupaten, Kota, Propinsi.
7. Propinsi sebagai daerah otonom juga sebagai wilayah administratif
bukan merupakan atasan dari Daerah Kabupaten/Kota, tidak
bersifat lintas Kabupaten/Kota, serta melaksanakan kewenangan
otonomi yang belum/tidak dapat dilaksanakan oleh
Kabupaten/Kota.
-
8. Kewenangan propinsi juga melaksanakan tugas tugas pemerintah
pusat tertentu yang dilimpahkan dalam rangka asas dekosentrasi
dan pembantuan.
9. Kepala daerah dipilih oleh masyarakat dan bertanggungjawab
kepada DPRD. Kepala daerah juga diwjibkan melaporkan kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri mengenai
penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
10. Pembentukan perngkat daerah didasarkan/disesuaikan kepada
kebutuhan dan kemampuan daerah masing masing yang
dicantumkan dalam PERDA (Peraturan Daerah) sesuai dengan
pedoman yang kemudian ditetapkan pemerintah berupa PP
(Peraturan Pemerintah).
11. PERDA (Peraturan Daerah) ditetapkan oleh kepala daerah dengan
persetujuan DPRD dalam rangka pengawasan masyarakat pada
PERDA yang dikeluarkan kepala daerah.
12. Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah, pemerintah daerah
diberi kewenangan pengaturan keuangan dan sumber keuangan
yang memadai bagi daerah namun harus tetap bertanggung jawab.
13. Pemerintah Daerah juga diberikan kewenangan pengelolahan
sumber daya yang terdapat diwilayah laut.
Dalam masa transisi yang terjadi perlu dilakukan penataan
pemilahan kewenangan dan kelembagaan baik di pusat dan di daerah.
Pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan para penyelenggara
-
negara pada tingkat pusat dan daerah dalam mempersiapkan ketentuan
pelaksanaan dan mempersiapkan sumber daya manusia sebagai
pelaksanaan dalam mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab.
Hubungan kekuasaan (gezagsver houding) antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah juga merupakan hubungan dan pembagian tugas
negara kepada penyelenggara negara pada tingkat pusat secara nasional
dan daerah secara regional dan lokal. Pembagian tugas kewajiban dan
kewenangan serta tanggung jawab secara vertikal menurut Undang
Undang Dasar 1945 ditetapkan berdasarkan:
1. Pelimpahan tugas kewajiban dan kewenangan (dekosentrasi)
2. Penyerahan tugas kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab
tertentu (desentralisasi)
3. Pengikutsertaan Pemerintah daerah untuk melaksanakan asas
dekonsentrasi atas tanggung jawab pemerintah pusat.2
B. TINJAUAN UMUM OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah merupakan dampak yang timbul dari proses peralihan dari
sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan
urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional
dalam rangka sistem birokrasi pemerintah. Tujuan otonomi adalah mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat.
2 Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993, h. 95.
-
Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan
hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal hal yang
menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan
masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah
luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan3
Orientasi penyelenggaraan pemerintah sejak berdirinya selalu tertuju
kepada pembangunan, hingga pertimbangan pemberian otonomi pun perlu
disesuaikan dengan potensi daerahnya agar mampu selain menyelenggarakan
urusan urusannya juga mampu membangun. DPR dalam hal ini wakil rakyat
sering kali mengatakan bahwa penyelenggaraan Otonomi Daerah harus dapat
menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.
Pada dasarnya sudah tentu bahwa dalam prakteknya tidak dapat lepas
kaitannya dari pembangunan nasional, dalam rangka mencapai tujuan negara,
yaitu masyarakat yang adil dan makmur.4
Otonomi daerah bukan hanya membebani rakyat, melainkan bagaimana
memberikan peleyanan yang lebih baik kepada masyarakat. Yang harus dicermati
adalah otonomi daerah membawa perubahan berupa aspirasi daerah. dihadapkan
pada situasi serba mendadak dan diluar dugaan, jelas timbul kebingungan yang
bisa menjadi sumber peluang karena daerah memiliki pejabat pemerintah daerah
yang melayani rakyat bervisi konsumen yang utama. Yang harus ditanamkan pada
diri kita semua adalah visi menjunjung tinggi konsumen yang didahulukan.
3 HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001,h. 2. 4 Dann Sughanda, Masalah Otonomi dan Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah di Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1991, hal. 101
-
Pengusaha dan pemerintah daerah harus melayani relasi, karena kekuatan ada
dikonsumen.5
Dalam ketentuan Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 telah dikemukakan
bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya
yang dimaksud dengan daerah otonom menurut Undang Undang Nomor 32
tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.6
Asas desentralisasi, daerah otonom memiliki kewenangan yang secara luas
dalam berbagai bidang, termasuk dalah hal perencanaan. Pada masa lalu
perencanaan lebih banyak bersifat top down, maka pada masqa sekarang lebih
banyak bersifat bottom up. Perubahaan tersebut memiliki konsekuensi logis yang
cukup luas, terlebih lagi aparat pemerintah yang ada sudah terbiasa menerima
paket perencanaan yang baku.
Pada era manajemen strategis seperti sekarang ini, perencanaan di daerah
harus didahului dengan penetapan visi terlebih dahulu. Kepala daerah
memberikan visi pembangunan didepan DPRD, namun visi kepala daerah belum
tentu akan menjadi visi pembangunan daerah otonom. Hal ini disebabkan DPRD
yang menjadi wakil rakyat harus melihat apakah visi pembangunan yang
5 HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001, hal. 118 6 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
-
direncanakan oleh kepala daerah sesuai dengan keadaan masyarakat dan didukung
oleh sumber daya manusia yang baik atau tidak. Selain itu juga dampak
pembangunan akan menguntungkan masyarakat luas atau hanya sebagian
golongan saja. Jadi untuk menentukan visi pembangunan daerah otonom belum
tentu sama dengan masa jabatan Kepala Daerah.
C. Badan Perencanaan Daerah
Menurut Davidov dan Reiner Perencanaan dapat berarti:
Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan
demikian pilihan pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan
yang terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat
syarat, kedua, mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan
ketentuan ketentuan umum tersebut serta memilih suatu alternatif yang
dikehendaki, ketiga, mengarahkan tindakan tindakan yang menuju kepada
pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan7
Dalam arti sempit perencanaan merupakan kegiatan persiapan dalam
perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti yang luas perencanaan itu mencakup
perumusan kebijaksanaan, penetapan kebijaksanaan dan pelaksanaan
kebijaksanaan tersebut. Pemikiran demikian timbul dari adanya bermacam teori
perencanaan.
Person (1945) mengemukakan delapan sifat khusus dari fungsi
perencanaan, yaitu:
1. perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat kedua duanya berlangsung terus bersama sama.
2. perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi darimana ia merupakan suatu bagian, adalah dinamis
3. perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu situasi
7 Ateng Syafrudin, PerencanaanAdministrasi Pembangunan daerah, Mandar Maju,
Bandung, 1993, h.5.
-
4. sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa standar yang meliputi tujuan tujuan yang dirumuskan dengan tepat,
kualitas dan cara cara serta alat alat penghasil yang bersifat
teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa manusia
maupun yang berupa materi
5. untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan pembagian tanggung jawab
6. harus berlangsung dalam tingkatan tingkatan yang bermacam macam masing masing dengan spesialisasinya yang wajar
7. perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi yang terlepas
8. perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya laba, untuk membuatnya benar benar efektif.
8
Badan perencanaan adalah sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor
dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut
berbeda beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah
Kementerian Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat
pejabat keuangan dan pejabat pejabat perencanaan tidak sama. Seorang
pejabat perencanaan harus lebih tertarik dengan pembuatan kebijaksanaan
kebijaksanaan dan menetapkan tujuan tujuan baru.9
Tetapi Badan Perencana harus bekerja sama dengan Kementerian
Keuangan untuk memepersiapkan anggaran modal tahunan. Mereka bisa
sajamudah saling bertabrakan satu sama lain kecuali tanggung jawab mereka telah
diberi batas dengan jelas, dan peralatan untuk koordinasi tetap jalan dengan
lancar.10
8 Ibid., h.23 9 W. Arthur Lewis, Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, h. 316 10 Ibid., h. 340
-
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi adalah ilmu yang membicarakan metode-metode ilmiah yang
meliputi: unsur dari metode ilmiah, langkah-langkah kerjanya, jenis-jenisnya sampai
kepada batas-batas dari metode ilmiah.
Dalam suatu penelitian, agar tujuan yang diinginkan berhasil dengan baik, sangat
diperlukan adanya metode. Adapun metode pada dasarnya adalah cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk memecahkan masalah. Maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan
masalah yang akan dirumuskan1
Metode juga mempunyai langkah-langkah pokok atau cara kerja yang sangat
diperlukan dalam suatu penelitian yang diselenggarakan sehingga mempunyai nilai
ilmiah yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan.
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
pendekatan yuridis sosiologis.2 Metode yuridis sosiologis adalah pendekatan yang
mengkaji perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum) dan masyarakat serta
efektifitas hukum di masyarakat. Melalui metode pendekatan inilah penulis ingin
mengkaji penelitian yang didasarkan atas studi terhadap bahan-bahan pustaka atau
1 Burhan, Metode penelitian, 1996, hlm. 35 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta,
1992, hlm. 310
-
dokumen berupa peraturan-peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan
dengan perencanaan pembangunan didaerah yang dilakukan oleh BAPPEDA. Dengan
perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum) serta efektivitas berlakunya hukum
positif di masyarakat.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah Kota Malang khususnya Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Malang yang beralamat di
jalan Tugu No. 1 Malang. Penulis memilih lokasi penelitian di Bappeda Kota Malang
dengan alasan:
1. Kota Malang merupakan salah-satu kota terbesar kedua di Jawa Timur dan
sekarang gencar melakukan pembangunan. Namun pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kota Malang hanya di bidang ekonomi
sedangkan bidang lain kurang berjalan.
2. Bappeda Kota Malang, merupakan instansi atau lembaga pemerintah yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perencanaan pembangunan di kota
Malang.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yakni pihak-
pihak yang terkait dengan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota
Malang dalam hal ini pihak BAPPEDA
-
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka yang berupa
literature, perundang-undangan, penelitian ilmiah dan dokumem pendukung
yang diperoleh dalam penelitian ini.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini didapat melalui wawancara dilakukan
secara terbuka, dan pertanyaan yang berpusat pada permasalahan, fokus
penelitian dan tujuan penelitian sehingga informasi yang dikumpulkan
cukup lengkap dan mendalam. Pola ini diterapkan dengan harapan seluruh
hasil wawancara sesuai dengan latar alami sehingga kejujuran dan
obyektivitasnya terjamin.
b. Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian ini didapat melalui studi kepustakaan,
dokumen-dokumen dan sejenisnya yang memungkinkan dapat dipakai untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di muka.
E. Responden
Penentuan responden oleh Peneliti dilakukan dengan metode purposive sampling3
yaitu sample yang ditetapkan atas dasar tujuan tertentu yang mempunyai hubungan erat
3 Rony Hanintijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm.
51
-
dengan permasalahan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota Malang dalam
penelitian ini respondennya adalah pegawai dari BAPPEDA kota Malang
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi (Observation)
Teknik ini dipergunakan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota Malang
b. Wawancara / Interview
Wawancara dilakukan secara terbuka, dan pertanyaan yang berpusat pada
permasalahan, fokus penelitian dan tujuan penelitian sehingga informasi yang
dikumpulkan cukup lengkap. Pola ini diterapkan dengan harapan seluruh hasil
wawancara sesuai dengan latar alami sehingga kejujuran dan obyektivitasnya
terjamin. Interview dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan dengan
sistem terbuka sehingga pertanyaan-pertanyaan yang belum tercantum dapat
ditanyakan untuk memperoleh data yang akurat dan tepat guna menunjang
analisa terhadap permasalahan yang dibahas.
c. Dokumentasi (Documentation)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa
dokumen-dokumen dan sejenisnya yang memungkinkan dapat dipakai untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di muka. Studi ini
dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang cukup guna mendukung
analisis penelitian.
-
G. Metode Analisa Data
Pada penelitian ini, Peneliti setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui
pengumpulan data secara lengkap maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis data atau
pengolahan data. Analisa data yang Peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis
diskriptif kualitatif.
Sedangkan yang dimaksud dengan metode diskriptif kualitatif adalah:
Suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptis
analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara langsung
tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti dan
dipelajari sebagai suatu yang utuh.4
Sedangkan yang dimaksud dengan teknik analisa data secara kualitatif dengan
model interaktif adalah:
Data yang terkumpul akan dianalisis melalui tiga tahap yaitu
mereduksi data, menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan.
Selain itu juga dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap
tersebut, sehingga data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan
yang lainnya secara sistematis.5
Data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun secara sistematis kemudian
diadakan analisa data secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum dan dibantu
dengan ilmu sosial lainnya baru diterapkan dalam bentuk Penelitian skripsi. Di samping
itu hanya hasil-hasil penelitian yang dipandang relevan akan dipilih untuk menyusun
kesimpulan akhir dari perumusan yang diteliti.
4 Soeryono Soekamto, Metode Penelitian Kwalitatif, Tarsito, Bandung, 1990, hlm. 250
5 H.B. Sutopo, Pengantar Penelitian Kwalitatif, UNS Press, Surakarta, 1990, hlm. 37
-
BAB IV
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Gambaran Umum Kota Malang
a. Sejarah Kota Malang
Dalam lambang Kota Malang tertulis sesanti berbunyi MALANG KUCECWARA
yang berarti "Tuhan menghancurkan yang bathil dan menegakkan yang baik". Sesanti itu
disyahkan menjadi semboyan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang pada
tanggal 1 April 1914.
Demikian diungkapkan oleh almarhum Prof. Drs. S. Wojowasito dalam tulisannya
tentang sejarah dan asal mula Kota Malang bahwa1 :
Semboyan tersebut erat kaitannya dengan asal mula Kota Malang yang
pada masa Ken Arok lebih kurang 8 abad yang lampau menjadi nama
tempat di sekotar candi bernama Malang. Letak candi itu masih menjadi
tanda tanya dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Daerah Malang dan
sekitarnya termasuk Singosari merupakan pusat kegiatan politik dan
budaya sejak tahun 760 s/d tahun 1414 berdasarkan tulisan batu di
Dinoyo. Kegiatan selama masa itu diikuti oleh kegiatan budaya tidak
dapat di gambarkan sebagai perkembangan satu dinasti saja, melainkan
merupakan rangkaian kegiatan politik dan budaya dari beberapa turunan.
Kemudian timbulnya dinasti Ken Arok merupakan keturunan pertama dari raja-
raja Majapahit sampai raja terakhir Bhre Tumapel (1447-1451). Pada waktu Ken Arok
menampakkan kegiatannya, Tumapel hanya merupakan semacam kabupaten dari daerah
Jenggala yang pada waktu itu praktis berada di bawah kekuasaan Kertajaya dari Kediri.
Batara Malangkucecwara, disebut di dalam piagam tahun 908 dekat Singosari. Piagam
1 /http://www.pemkot-malang.go.id/sejarah malang.htm, diakses tanggal 20 Febuari 2008
-
tahun 907 itu menerangkan bahwa orang-orang yang mendapat piagam itu adalah
pemuja-pemuja batara dari Malangkucecwara, Putecwara Kutusan, Cilebhedecwara dan
Tulecwara. Penyebutan nama-nama seperti Batara dari Malangkucecwara, putecwara dan
sebagainya membuktikan bahwa nama-nama itu adalah nama raja-raja yang pernah
memerintah dan pada saat di makamkan di dalam candi lalu disebut Batara. Dengan
disebutkannya piagam Dinoyo, sekarang adalah Kelurahan Dinoyo, maka masuk akal jika
candi malangkucecwara itu ada dekat Kota Malang sekarang.
b. Georafis Kota Malang
Kota Malang terletak pada posisi antara 112.06 - 112.07 BT dan 7.06 - 8.02
LS. Kota Malang adalah salah satu dataran tinggi di Propinsi Jawa Timur, dengan
ketinggian 440 667 meter DPL, dengan salah satu lokasi tertinggi adalah pegunungan
Buring yang terletak di sebelah timur pusat Kota Malang. Dikelilingi oleh beberapa
pegunungan yaitu sebelah barat : barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara :
Gunung Arjuno, dan di sebelah timur : Gunung Semeru yang merupakan gunung
tertinggi di Pulau Jawa. Sungai yang mengalir di Kota Malang adalah Sungai Brantas,
Sungai Amprong dan Sungai Bango. Berhawa sejuk dan kering, dengan curah hujan rata-
rata 1.833mm tiap tahunnya dan kelembaban udara rata-rata 72 %.
c. Wilayah Kota Malang
Adapun batas wilayah admiinistrasi Kota Malang adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Karangploso
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji
-
3. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Tumpang
4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Dau
Memiliki 5 (lima) kecamatan dengan pembagian wilayah administrasi sebagai
berikut :
1. Kecamatan Klojen : 11 Kelurahan, 89 RW, 676 RT
2. Kecamatan Blimbing : 11 Kelurahan, 120 RW, 834 RT
3. Kecamatan Kedungkandang : 12 Kelurahan, 102 RW, 764 RT
4. Kecamatan Sukun : 11 Kelurahan, 79 RW, 692 RT
5. Kecamatan Lowokwaru : 12 Kelurahan, 115 RW, 683 RT
d. Bidang Pemerintahan
Pemerintahan daerah Kota Malang secara garis besar terdiri dari 3 (tiga)
komponen yang berkaitan yaitu :
1. MUSPIDA
Merupakan pejabat-pejabat di lingkugan Pemerintahan Daerah Kota Malang yang
meliputi : Walikota, Dandim, Kapolresta, Kepala Kejari, dan Ketua DPRD Kota Malang.
2. EKSEKUTIF
Merupakan Pejabat Pemerintah Daerah Kota Malang, yang unsur-unsurnya terdiri
dari Walikota dan jajaran staf di bawahnya.
3. LEGISLATIF
-
Merupakan Unsur Pimpinan dan Anggota DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH (DPRD) KOTA MALANG yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Komisi-
Komisi yang terbentuk.
e. Penduduk Kota Malang
Kota Malang memiliki luas 110.06 Km. persegi, Kota dengan jumlah penduduk
sampai akhir Juni 2005 sebesar 782.110 jiwa. Kepadatan penduduk kurang lebih 7106
jiwa per kilometer persegi. Tersebar di 5 Kecamatan (Klojen = 125.824 jiwa, Blimbing =
167.301 jiwa, Kedungkandang = 152.285 jiwa, Sukun = 174.184 jiwa, dan Lowokwaru =
162.516 jiwa), 57 Kelurahan, 10 Desa, 505 RW dan 3.649 RT.
Komposisi penduduk asli berasal dari berbagai etnik (terutama suku Jawa,
Madura, sebagian kecil keturunan Arab dan Cina). Masyarakat Malang sebagian besar
adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha.
Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap
kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Tari Topeng. Gaya
kesenian ini adalah wujud pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa
Timur-Selatan (Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan
(Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi).
Kebanyakan pendatang adalah pedagang, pekerja dan pelajar / mahasiswa yang
tidak menetap dan dalam kurun waktu tertentu kembali ke daerah asalnya. Sebagian besar
berasal dari wilayah disekitar Kota Malang untuk golongan pedagang dan pekerja.
Sedang untuk golongan pelajar / mahasiswa banyak yang berasal dari luar daerah
(terutama wilayah Indonesia Timur) seperti Bali, Nusa Tenggara, Timor Timur, Irian
Jaya, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
-
2. Gambaran Umum Badan Perencana dan Pembangunan Daerah
Badan perencanaan adalah sebuah organisasi terpisah, dengan kantor dan badan
stafnya sendiri. Lembaga pemerintah yang berwenang merencanakan pembangunan
terdapat di tingkat nasional (pusat) dan di tingkat daerah. Didaerah baik di tingkat
propinsi maupun kabupaten/kota terdapat Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda)
yang bertanggung jawab langsung ke kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
Di tingkat daerah tugas bidang perencanaan pembangunan dilakukan oleh
Bappeda, baik propinsi maupun kabupaten/kota. Bappeda tingkat propinsi membantu
gubernur dalam menentukan kebijaksanaan dibidang perencanaan pembangunan di
propinsi serta penilaian atas pelaksanaannya. Begitu juga di kabupaten atau kota Bappeda
di tingkat itu membantu ke bupati/walikota dalam menentukan kebijaksanaan dibidang
perencanaan pembangunan di propinsi serta penilaian atas pelaksanaannya.
Pada tahun 1978 Gubernur Kepala Daerah Jawa Timur mengintruksikan kepada
semua Bupati/Walikota di Jawa Timur agar membentuk organisasi baru Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Atas dasar hal tersebut, maka Pemerintahan Daerah
Malang membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan surat Keputusan
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Malang Nomor V/110/VII/1979 tanggal Juli
1979 kemudian mengangkat Drs. WIDOMOKO sebagai Ketua Bappeda Kota Malang
yang pertama didampingi seorang sekretaris dan empat kepala Bidang.
Untuk membentuk Bappeda seluruh Daerah Tingkat II se Jawa Timur telah
diterbitkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Jawa Timur
Nomor BPPD.053/388/1980 tanggal 23 Mei 1980 tentang Pembentukan BAPPEDA
-
Tingkat II. Surat Keputusan ini dibuat dengan memperhatikan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Tingkat II yang kemudian
ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1981 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Laksana Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II Malang.
Dasar hukum pembentukan Bappeda kota Malang terdapat dalam Peraturan
Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukkan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah jo Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang Dan Keputusan Walikota
Malang Nomor 349 Tahun 2004 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang.
Badan Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan
kewenangan Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah sesuai dengan
kebijakan Kepala Daerah
a. Fungsi dan tugas pokok Bappeda Kota Malang
Bappeda adalah Lembaga Teknis Pemerintah Daerah di bidang perencanaan
pembangunan. Badan Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan
kewenangan Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah sesuai dengan
kebijakan Kepala Daerah.
-
Bappeda kota Malang mempunyai fungsi2:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan Daerah dan
penelitian serta Pengembangan Daerah ;
2. Penyusunan dan pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja tahunan di
bidang perencanaan teknis pembangunan Daerah, penelitian dan
pengembangan daerah ;
3. Pelaksanaan evaluasi rencanaan strategis dan rencana kerja tahunan Perangkat
Daerah sebagai bahwa penyusunan rencana kerja tahunan Daerah ;
4. Pelaksanaan kegiatan pendataan, penelitian dan pengembangan sebagai bahan
penyusunan perencanaan pembangunan Daerah di bidang sosial budaya,
ekonomi, fisik dan prasarana ;
5. Pelaksanaan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah ;
6. Pelaksanaan monitoring dan pelaporan pelksanaan pembangunan di Daerah ;
7. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi penyusunan program,
ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,
perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan serta kearsipan.
8. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi ;
9. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
Secara umum kegiatan diatas dilakukan melalui mekanisme penyusunan rencan
tahunan secara bertahap mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan
(musrenbang), yang merupakan wahana untuk menyerap berbagai usulan masyarakat
2 /http://www.bappeko-pemkot-malang.go.id/fungsi , diakses tanggal 15 Febuari 2008
-
dalam proses pembangunan. Musyawarah dilakukan pertama di lingkungan kelurahan
kemudian dibahas ke musyawarah kecamatan, bulan berikutnya untuk menentukan
prioritas usulan yang akan diajukan pada Pemerintah Kota. Pada tahap ini peran Bappeda
Kota Malang sebagai pihak yang menentukan prioritas usulan pembangunan yang akan
diajukan pada penyusunanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun
berikutnya.
b. Visi dan Misi Bappeda Kota Malang
Adapun visi dan misi Bappeda kota Malang sebagai berikut3:
1. Visi
Perencanaan pembangunan kota yang dibuat untuk mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Kota Malang diupayakan mampu mengadopsi dan mewadahi
aspirasi mesyarakat kota mengenai bentuk pembangunan yang diinginkannya, agar
pembangunan tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja tetapi juga
dinikmaati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa ada pemihakan
Dalam rangkamenunjang pencapaian visi Kota Malang, visi Bappeda Kota
Malang adalah MEWUJUDKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
YANG PARTISIPATIF, TRANSPARAN, INTEGRATIF DAN
BERKELANJUTAN.
2. Misi
3/http://www.bappeko-pemkot-malang.go.id/visi&misi , diakses tanggal 15 Febuari 2008
-
Bappeda Kota Malang mempunyai misi sebagai berikut:
1. Memadukan bottom-up planning dan top-down planning sesuai dengan
aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui sistem perencanaan
partisipatif.
2. Memantapkan koordinasi perencanaan antar perangkat daerah.
3. Mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil
pembangunan kota berdasarkan data dan hasil kajian pembangunan kota.
4. Mengembangkan perencanaan pembangunan fisik dan non-fisik melalui
penguatan manajemen tata ruang yang berwawasan lingkungan.
5. Mengembangkan pelayanan teknis perencanaan pembangunan kota
melalui penyediaan prasarana dan sarana kesekretariatan yang memadai.
c. Struktur Organisasi Bappeda Kota Malang
Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang terdiri dari:
1) Unsur Pimpinan yaitu Kepala Badan
2) Unsur Pembantu Pimpinan, yaitu Bagian Tata Usaha yang terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program
b. Sub Bagian Umum
3) Unsur Pelaksana yaitu:
a. Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan terdiri dari :
Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan
b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi, terdiri dan:
-
Sub Bidang Sosial Budaya
Sub Bidang Ekonomi
c Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri dari:
Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan
Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan
4) Kelompok Jabatan Fungsional
d. Uraian Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Malang
1. Kepala Badan
Kepala Badan mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi,
mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan melekat terhadap unit-unit kerja
dibawahnya serta melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Daerah sesuai dengan bidang tugasdan fungsinya.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum
meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,
kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan
serta kearsipan Bappeda Kota Malang
Fungsi dari Bagian Tata Usaha Bappeda Kota Malang, antara lain:
a. pelaksanaan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan
Bappeda Kota Malang
b. pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
dan Dokumen Anggaran Satuan Ker:ja (DASK)
c. pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan
-
kearsipan Bappeda Kota Malang
d. pengelolaan administrasi kepegawaian
e. pengelolaan anggaran dan administrasi keuangan
f. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan
g. pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan perpustakan
Bappeda Kota Malang
h. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
Bagian Tata Usaha membawahi Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan
Program dan Sub Bagian Umum. Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh
.seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melakukan tugasnya berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.
Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan administrasi umum meliputi penyusunan program, pelaksanaan
anggaran dan pelaksanaan administrasi keuangan.
Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai fungsi :
a. pengumpulan bahan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan Bappeda Kota Malang
b. penyiapan bahan penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja
(RASK) dan pelaksanaan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)
c. pelaksanaan anggaran dan penyusunan administrasi keuangan
d. penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan
-
kegiatan
e. penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran setiap
bulan
f. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata
Usaha sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi umum meliputi
ketatalaksanaan, ketatausahaan, kepegawaian, urusan rumah tangga,
perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan serta kearsipan Bappeda Kota
Malang
Sub Bagian Umum mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan Bappeda
Kota Malang
b. pelaksanaan administrasi kepegawaian
c. pelaksanan urusan rumah tangga dan perlengkapan
d. pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan perpustakan Bappeda Kota
Malang
e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata
Usaha sesual dengan bidang tugas dan fungsinya
3. Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan
Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas
melaksanakan pendataan dalam rangka perencanaan pembangunan serta
-
pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam rangka perumusan kebijakan
Kepala Daerah.
Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan mempunyai fungsi:
a. penyusunan program dan kegiatan pendataan, penelitian dan
pengembangan pembangunan Daerah
b. pelaksanaan pengolahan dan penyajian data perencanaan
pembangunan Daerah
c. pelaksanaan analisa dan penilaian data perencanaan pembangunan
Daerah
d. penyusunan laporan hasil pelaksanaan pembangunan
e. pendokumentasian hasil pelaksanaan pembangunan
f. pengumpulan, pengolahan dan penayajian data hasil pembangunan
sebagai bahan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kepala
Daerah.
g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kajian di bidang
Pemerintahan, Ekonomi, Sosial Budaya, Sarana dan Prasarana,
Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat
h. pengembangan hasil penelitian dalam rangka perumusan kebijakan
pembangunan
i. pelaksanaan pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan penelitian dan
pengembangan Perangkat Daerah
j. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait kegiatan
-
penelitian dan pengembangan
k. pelaksanaan sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan
1. pendokumentasian hasil penelitian dan pengembangannya
m. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
n. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya
Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan membawahi Sub Bidang
Pendataan dan Pelaporan serta Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan.
Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan
pengumpulan; analisa, pelaporan dan dokumentasi data perencanaan
pembangunan. Untuk melakukan tugas tersebut Sub Bidang Pendataan dan
Pelaporan mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan pengumpulan data perencanaan pembangunan Daerah
b. pelaksanaan pengolahan dan penilaian data perencanaan pembangunan
Daerah
c. pelaksanaan analisa dan penilaian data perencanaan pembangunan
Daerah
d. penyusunan laporan hasil pelaksanaan pembangunan
e. pelaksanaan pemutakhiran data perencanaan pembangunan
f. penghimpunan laporan-laporan pelaksanaan pembangunan
-
g. penyajian statistik data hasil pelaksanaan pembangunan
h. pelaksanaan dokumentasi data hasil pelaksanaan pembangunan
i. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
j. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pendataan dan Pelaporan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan
kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai bahan perumusan kebijakan
Kepala Daerah. Untuk melakukan tugas tersebut Sub Bidang Penelitian dan
Pengembangan mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang Pemerintahan,
Ekonomi, Sosial Budaya, Tata Ruang dan Lingkungan, Sarana dan
Prasarana, Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat
b. penyiapan bahan pengembangan hasil penelitian dalam rangka
perumusan kebijakan pembangunan
c. penyiapan pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan penelitian dan
pengembangan Perangkat Daerah
d. penyiapan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait kegiatan
penelitian dan pengembangan
e. penyiapan bahan pelaksanaan sosialisasi hasil penelitian dan
pengembangan :
f. pendokumentasian hasil penelitian dan pengembangan
g. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
-
h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Pendataan.
Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya
4. Bidang Sosial Budaya Dan Ekonomi
Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan pembangunan di bidang sosial budaya dan ekonomi. Untuk
melakukan tugas tersebut Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi mempunyai fungsi:
a. penyusunan program dan kegiatan perencanaan pembangunan di
bidang sosial budaya dan ekonomi
b. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan di bidang
sosial budaya yang meliputi pendidikan, mental spiritual,
pemerintahan, kesejahteraan rakyat, penerangan dan komunikasi serta
kependudukan
c. penyusunan study kelayakan pelaksanaan pembangunan di bidang
ekonomi yang meliputi pendidikan, pertanian, industri, pertambangan
dan energi, perdagangan, koperasi, pengembangan dunia usaha
d. pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan pemaduan rencana
pembangunan dibidang , sosial budaya dan ekonomi
e. pelaksanaan identifikasi permasalahan dibidang sosial budaya dan
ekonomi serta merumuskan kebijaksanaan pemecahannya
f pengkoordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan dibidang
sosial budaya dan ekonomi
g. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
-
h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda
Kota Malang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya
Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi membawahi Sub Bidang Sosial Budaya
dan Sub Bidang Ekonomi. Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang
Kepala. Sub Bidang yang dalam melakukan tugasnya berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi.
Sub Bidang Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan perencanaan
pembangunan pendidikan, mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat,
informasi komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya lainnya. Untuk
melakukan tugas tersebut, Bidang Sosial Budaya mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan pendidikan,
mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat, informasi
komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya lainnya
b. penyiapan pengkoordinasian dan pemaduan rencana pembangunan
pendidikan, mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat,
informasi komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya
lainnya
c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan dibidang sosia1 budaya serta
merumuskan langkah langkah kebijaksanaan solusinya
d. penyiapan koordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan
dibidang sosial budaya
e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
-
Sosial Badan dan Ekonomi sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
Sub Bidang Ekonomi mempunyai tugas melakukan perencanaan
pembangunan pertanian, industri, pertambangan dan energi, perdagangan dan
koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha ekonomi lainnya. Untuk
melakukan tugas tersebut Bidang Ekonomi mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan pembanguan
pertanian, industri, pertambangan dan energi, perdagangan dan
koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha ekonomi lainnya
b. penyiapan pengkoordinasian dan pemaduan rencana pembangunan
pembanguan pertanian, industri, pertambangan dan energi,
perdagangan dan koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha
ekonomi lainnya
c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan di bidang ekonomi serta
merumuskan langkah-langkah kebijaksanaan pemecahannya
d. penyiapan koordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan di
bidang ekonomi
e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Sosial Budaya dan Ekonomi sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya.
5. Bidang Fisik dan Prasarana
Bidang Fisik dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan perencanaan
pembangunan fisik dan prasarana. Untuk melaksanakan tugasnya Bidang Fisik
-
dan Prasarana mempunyai fungsi:
a. penyusunan program dan kegiatan perencanaan pembangunan di
bidang fisik dan prasarana
b. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan tata ruang, tata
bangunan dan lingkungan, tata guna tanah, sumber daya alam dan
lingkungan
c. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan prasarana
lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial
d. penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah
e. pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan pemaduan rencana
pembangunan dibidang fisik dan prasarana serta merumuskan
pemecahannya
f. pelaksanaan identifikasi permasalahan dibidang fisik dan prasarana
serta merumuskan pemecahannya
g. pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan tahunan dibidang
fisik dan prasarana
h. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya
Bidang Fisik dan Prasarana membawahi Sub Bidang Tata Ruang dan
Lingkungan serta Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan. Masing-masing
Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melakukan
-
tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Fisik dan
Prasarana.
Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan mempunyai tugas melakukan
perencanaan tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan. Sub Bidang Tata
Ruang dan Tata Guna Tanah mempunyai fungsi:
a penyusunan perencanaan pembangunan tata ruang, sumberdaya alam
dan lingkungan
b. penyiapan bahan koordinasi dan pemaduan rencana pembangunantata
ruang, sumberdaya alam dan Iingkungan
c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan pengaturan tata ruang dan tata
guna tanah, pemanfaatan sumberdaya alam dan pemeliharaan
lingkungan hidup serta pemecahannya
d. penyiapan koordinasi penyusunan program tahunan pengaturan tata
ruang dan tata guna tanah, sumber daya alam dan lingkungan
e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Fisik
dan Prasarana sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya
Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan mempunyai tugas melakukan
perencanaan pembangunan pengairan, drainase, prasarana jalan, perhubungan
darat, Pos dan Telekomunikasi, serta Pariwisata. Sub Bidang Prasarana dan
Sarana Perkotaan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan perencanaan pembangunan gedung, pengairan, drainase,
prasarana jalan. perhubungan darat, Pos dan Telekomunikasi, serta
-
Pariwisata.
b. penyiapan bahan koordinasi dan pemaduan rencana pembangunan
pengairan, drainase, prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan
Telekomunikasi, serta Pariwisata
c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan pengaturan pengairan,
drainase, prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan
Telekomunikasi, serta Pariwisata
d. penyiapan koordinasi penyusunan program tahunan pengaturan
pengairan, drainase. prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan
Telekomunikasi, serta Pariwisata
e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Fisik
dan Prasarana sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Untuk menyelenggarakan sebagian tugas pokok dan fungsi Badan yang
membutuhkan ketrampilan dan keahlian tertentu serta atas dasar kebutuhan
Bappeda Kota Malang dapat dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok
Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional senior selaku Ketua
Kelompok yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bappeda
Kota Malang. Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi kedalam sub-sub
kelompok sesuai dengan kebutuhan dan masing - masing dipimpin oleh seorang
-
Tenaga Fungsional Senior. Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan
sifat, jenis dan beban kerja yang ada. Pembentukan Ke1ompok Jabatan
Fungsional, Pengangkatan, Pemberhentian dan Pemindahan Tenaga Fungsional
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pembinaan terhadap Tenaga
Fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang
berlaku.
Selain bagian - bagian diatas, untuk melakukan tugas dan fungsi tertentu serta atas
dasarkebutuhan Bappeda Kota Malang dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Badan. Unit Pelaksana Teknis Badan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana
Teknis Badan yang dalam melakukan tugasnya berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bappeda Kota Malang.
Berikut adalah struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Malang:
Bagan : Srtuktur Organisasi Bappeda Kota Malang
-
Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, Bappeda Kota
Malang memiliki 34 personil yang terdiri atas:
1. Berdasarkan Pendidikan Umum:
a. Pendidikan S2 : 9 orang
b. Pendidikan S1 : 16 orang
c. Pendidikan SMA : 6 orang
d. PendidikanSMP : 3 orang
2. Berdasarkan Jabatan:
a. Esselon II : 1 orang
b. Esselon III : 4 orang
c. Esselon IV : 8 orang
-
d. Staf : 21 orang
3. Berdasarkan Pendidikan dan Pelatihan:
a. Diklatpim II : 1 orang
b. Diklatpim III : 2 orang
c. Diklatpim IV : 9 orang
B. TUJUAN DAN SASARAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA MALANG
1. Tujuan Perencanaan Pembangunan
Tujuan rencana strategis Bappeda Kota Malang sebagai sesuatu yang akan dicapai
atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahunan adalah:
a. Mewujudkan sistem perencanaan pembangunan kota partisipatif
b. Mewujudkan kordinasi perewncanaan pembangunan lintas perangkat daerah
yang terprogram dan berkelanjutan
c. Menghasilkan dokumen perencanaan pembangunan kota dan tata ruang kota
serta dokumen pendukung lainnya
d. Menghasilkan laporan perkembangan pembangunan kota
e. Menyediakan sarana dan prasarana perencanaan pembangunan kota
2. Sasaran Perencanaan Pembangunan
Sasran yang dijabarkan dari tujuan sebagai hasil yang akan dicapai secara nyata
oleh Bappeda Kota Malang dalam pendek dari tujuan secara kualitatif adalah:
-
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan kota
b. Meningkatnya kerjasama antar perangkat daerah dalam perencanaan
pembangunan kota
c. Tersedianya dokumen rencana pembangunan kota dan rencana tata ruang kota
serta dokumen pendukung lainnya
d. Tersedianya laporan hasil kegiatan pembangunan kota
e. Tersedianya sarana dan prasarana perencanaan
C. KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAPPEDA KOTA MALANG
Dalam upaya mencapai visi dan misi Bappeda Kota Malang, diperlukan cara
yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Untuk keperluan
tersebut langkah yang ditempuh adalah menetapkan kebijakan dan program Bappeda
Kota Malang antara lain sebagai berikut:
1. Kebijakan Bappeda Kota Malang
a. Kebijakan Pemberdayaan Msyarkata dalam Percanaan Pembangunan Kota
Malang
b. Peningkatan kordinasi perencanaan pembamgunan kota
c. Penyediaan dokumen perencanaan kota dandokumen pendukung lainnya
d. Laporan hasil kegiatan pembangunan kota
-
e. Pemenuhan sarana dan prasarana prencanaan pembangunan
2. Program Bappeda Kota Malang
Oleh karena program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan
terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan, maka sebagi
implementasi kebijakan teknik diatas, progaram kerja yang selanjutnya
dijadikan rujukan dalam menyusun segiatan ditetapkan sebagai berikut:
a. Progaram kerja penyelenggaraan musyawarah perencanaan
pembangunan kota
b. Progaram kerja penyelenggaraan koordinasi perencanaan
pembangunan kota
c. Progaram kerja penyusunan rencana pembangunan kota dan rencana
tata ruang wilayah
d. Progaram kerja penyusunan database potensi wilayah
e. Progaram kerja penyusunan laporan hasil kegiatan pembangunan kota
f. Progaram kerja pengadaan barang dan jaa di lingkungan Bappeda
g. Progaram penelitian masalah - masalah pembangunan
D. KENDALA KENDALA YANG DIHADAPI BAPPEDA KOTA MALANG
DALAM MELAKSANAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
KOTA MALANG
-
Secara keseluruhan perencanaan pembangunan di kota Malang memang hampir
sebagian besar telah berjalan dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang yang menjadi penghambat dalam
perencanaan pembangunan di kota Malang, sehingga apabila kita lihat, meskipun sudah
direncanakan dengan baik namun dalam pelaksanaan pembangunannya apresiasi
masyarkat masih belum terealisasi dengan baik.
Adapun kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam perencanaan
pembangunan adalah berupa kendala yang berasal dari dalam (internal) mapun dari luar
(eksternal). Kendala yang berasal dari dalam (internal) Bappeda kota Malang itu sendiri
adalah sebagi berikut :
1. Kurangnya kualitas sumber daya manusia kurang memadai dalam melakukan
perencanaan yang dimiliki oleh Bappeda Kota Malang.4 Sumber daya
manusia adalah salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam
proses perencanaan pembangunan kota Malang.
2. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Seperti yang telah
diungkapkan diatas bahwa jumlah pegawai di Bappeda Kota Malang hanya 34
orang, dengan jumlah tersebut untuk melakukan perencanaan pembangunan
kota Malang dirasakan sangat kurang. Sehingga perencanaan pembangunan
yang dilakukan kurang dapat dirasakan oleh dimasyarakat.
3. Belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang menyebabkan kurang
efektifnya kinerja dari Bappeda Kota Malang dalam perencanaan
pembangunan.
4 Hasil wawancara dengan Staaf Sub Bagian Pendataan dan Pelaporan Bappeda Kota Malang pada
tanggal 3 Maret 2008
-
Hambatan lain yang dihadapi oleh Bappeda Kota Malang adalah berupa hambatan
dari luar (eksternal), hambatan tersebut antara lain :
1. Rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang dengan Bappeda
Kota Malang. Pada kenyataan banyak usulan dari dinas-dinas Pemerintah
Kota Malang tidak disampaikan ke Bappeda kota Malang sebagai pihak yang
berwenang.
2. Rendahnya penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu. Hal ini
menyebabkan perencanaan pembangunan menjadi terlambat.
3. Kurangnya peran serta masyarakat dalam menyampaikan usulan
pembangunan ke Bappeda Kota Malang. Hal ini membuat perencanaan yang
dilakukan oleh Bappeda Kota Malang tidak seusuai dengan keinginan
masyarakat.
E. UPAYA UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH BAPPEDA KOTA
MALANG DALAM MENGATASI KENDALA YANG DIHADAPI
MELAKSANAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KOTA
MALANG
Dari beberapa kendala yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya suatu
upaya dalam rangka mengatasi kendala-kendala tersebut, agar proses perencanaan
pembangunan di kota Malang yang dilakukan Bappeda Kota Malang berjalan dengan
optimal.
Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal antara lain:
-
1. Untuk mengatasi kurangnya kualitas sumber daya manusia maka Bappeda
Kota Malang mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim). Dengan mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim) maka diharapkan kualitas sumber daya
manusia di Bappeda Kota Malang akan lebih meningkat5.
2. Untuk mengatasi jumlah Sumber Daya Manusia maka Bappeda Kota Malang
bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang. Sehingga Bappeda
Kota Malang dapat bekerja secara efektif walaupun dengan jumlah SDM yang
terbatas6.
3. Untuk mengatasi kendala belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang
maka Bappeda Kota Malang sering mengadakan rapat koordinasi antar
bidang-bidang. Sehingga kerjasama yang dilakukan lebih padu7.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala Eksternal pihak
Bappeda Kota Malang lebih bersifat aktif dalam mengatasi kendala tersebut. Seperti
kendala rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang maka Bappeda Kota
Malang akan lebih aktif untuk menanyakan ke dinas-dinas yang bersangkutan. Demikian
juga dengan penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu dan kurangnya peran
serta masyarakat dalam menyampaikan usulan pembangunan maka Bappeda Kota
Malang akan aktif menayakan ke pihak yang bersangkutan. Dalam menanyakan usulan
masyarakat Bappeda Kota Malang menanyakannya ke DPRD kota Malang.
5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.
-
1
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Peran Bappeda Kota Malang
Peran Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang dalam pembagnunan
sangat penting untuk melaksanakan pemerataan pembangunan di berbagai daerah,
baik itu pembagunan dibidang sosial, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan meningkatnya perekonomian, kehidupan masyarakat yang
lebih baik, dan tersedianya sarana kesehatan yang semakin lengkap.
Proeses perencanaan daerah lazimnya dimulai perumusan suatu pola dasar
pembangunan yang bersifat umum dan berlaku jangka panjang bagi daerah yang
bersangkutan. Selain itu juga menyusun rencana-rencana pembangunan daerah,
melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, mengawasi persiapan dan
pelaksanaan rencana pembangunan daerah serta mengadakan penelitian tentang
permasalahan dan sumber potensi daerah. Hal lain yang merupakan peran Bappeda
kota Malang adalah sebagai perantara Pemerintah Kota Malang dengan Masyarakat
dalam menentukan prioritas usulan pembangunan.
Oleh karena pada era manajemen strategis seperti sekarang ini, perencanaan
daerah harus didahului visi dan misi terlebih dahulu. Sebab dengan pencapaian visi
-
2
misi Kota Malang secara berencana, bertahap dan berkelanjutan akan mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan bersama.
2. Kendala Bappeda Kota Malang
Kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam perencanaan
pembangunan meliputi kendala internal dan eksternal. Adapaun kendala internal
antara lain :
1. Kurangnya kualitas sumber daya manusia kurang memadai dalam
melakukan perencanaan
2. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang
Sedangkan hambatan eksternal antara lain :
1. Rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang dengan
Bappeda Kota Malang
2. Rendahnya penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu
3. Kurangnya peran serta masyarakat dalam menyampaikan usulan
pembangunan ke Bappeda Kota Malang.
3. Upaya Bappeda Kota Malang dalam Menghadapi Kendala
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal adalah:
1. Bappeda Kota Malang mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan
dan Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim)
-
3
2. Untuk mengatasi jumlah Sumber Daya Manusia maka Bappeda Kota
Malang bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang
3. Bappeda Kota Malang sering mengadakan rapat koordinasi antar bidang-
bidang
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala eksternal pihak
Bappeda Kota Malang lebih bersifat aktif dalam mengatasi kendala yang dihadapi.
Karena peranan Bappeda Kota Malang sangat penting dalam menciptakan
pembangunan yang adil dan merata sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Untuk
itu harus ditunjang dengan:
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan
2. Partisipasi masyarakat
3. aparat pemerintah yang tegas
4. kemampuan pejabat pemerintahan
B. SARAN
Dari pembahasan tentang peranan Badan Perencanaan Pembagunan Daerah
yang tersebut diatas, saran penulis adalah:
1. Dalam melakukan perencanaan pembangunan haruslah melihat pada
kemampuan masyarakat dan sumber potensi yang dimiliki oleh daerah.
-
4
2. Perencanaan pembangunan yang dilakukan harus benar-benar untuk
kepentingan masyarakat luas bukan hanya kepentingan golongan
masyarakat tertentu.
3. Bappeda Kota Malang harus menjalin kerjasama yang lebih solid lagi
dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang agar dalam menjalan tugas